• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Tayangan Sinetron Ganteng-Ganteng Serigala Sctv Terhadap Perilaku Pacaran Siswa Smp Islam Al-Muttaqien Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Tayangan Sinetron Ganteng-Ganteng Serigala Sctv Terhadap Perilaku Pacaran Siswa Smp Islam Al-Muttaqien Bogor"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh: Lia Pediati NIM: 1111051000073

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

SMP

ISLAM AL.MUTTAQIEN

BOGOR

Skripsi

Di aj ukan untuk Memenuhi P ersl,aratan Memperol eh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

Lia Pediati NIM: 1111051000073

JURUSAN

KOMUNIKASI

DAN

PENAARAN

ISLAM

FAKULTAS

ILMU DAKWAII

DAN

ILMU

KOMUNIKASI

UNIVERSITAS

ISLAVI

NE GERT S

YARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015M/1436H

(3)

Skripsi berjudul

Pengaruh Tayangan Sinetron Ganteng-gunteng

Serigalu SCTV terhadap Perilaku Pacaran Sisrva SN{P Islam Al-N,Iuttaqien Bogor telah diujikan dalam sidang mullaqasyah Fakuitas Iimu Dakwah dan Ilmu I{omunikasi

UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Kamis,

2

Juli 2015.

Skripsi ini telah ditenma sebagai salahsatu syrat memperoleh gelar Sarjana Ilmu I(omunikasi islam (S.I(om.I) pada Program Studi I(omunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 2 Juli 2015

Panitia Sidang Munaqasyah

Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,

Saprudin. S.Pd NrP.196806091991081001 Anggota,

Penguji II,

il*q

Ade Rina Farida. M.Si

NIP. 19610 4221990032001 NIP. 19580910

Penguji I,

87032001

dhidin Sanutra

197009031996031001

Pembimbin

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salahsatu persyaratan memperoleh gelar strata

1

di Universitas

Islam

Negeri Syarif Hidayatullah J akarta.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan

ini

terah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

di

Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan haisl jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku

di

Universitas Islam Negeri syarif

Hidayafullah Jakarta.

Ciputat,

I

Juh 2015

1.

2.

J.

Lia Pedidti

(5)

i

Perilaku Pacaran Siswa SMP Islam Al-Muttaqien.

Media massa memiliki peran yang sangat besar dalam proses perubahan sosial, karena media massa mempunyai kekuatan yang luar biasa, media massa dapat menyuntik pesannya kepada massa sehingga massa dengan mudahnya akan terinjeksi oleh pesan yang disampaikan media massa. Terkadang media tidak memperdulikan dampak apa yang akan timbul dari isi pesan yang disampaikan, ketika suatu program banyak diminati dan digemari oleh suatu kalangan, media akan lupa dalam memperhatikan kualitas pesan yang disampaikan. Begitu pun halnya dengan tayangan sinetron Ganteng-ganteng Serigala SCTV. Kisah percintaan remaja yang dikisahkan dalam sinetron ini sangat banyak digemari oleh kaum remaja, para remaja yang menggemari sinetron ini cenderung hafal dan mengerti dengan kisah percintaan remaja yang dikisahkan dalam sinetron ini. Sehingga sangat berpotensi untuk dicoba dan ditiru oleh kalangan remaja usia sekolah. Khususnya Siswa-siswi SMP Islam Al-Muttaqien, karena usia SMP adalah usia pubertas masa pencarian identitas dan jati diri, segala sesuatu yang bersifat fantasi selalu ingin mereka coba, termasuk perilaku pacaran yang sudah dikenal oleh mayoritas siswa di SMP Al-Muttaqien.

Melihat latarbelakang masalah diatas, maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini. Yaitu, Bagaimana pengaruh kognitif dan afektif sinetron Ganteng-ganteng Serigala terhadap perubahan perilaku pacaran siswa-siswi SMP Al-Muttaqien setelah menonton tayangan sinetron tersebut? Bagaimana perilaku pacaran siswa-siswi SMP Al-Muttaqien Bogor?

Penelitian ini menggunakan metode analisis data deskriptif kuantitatif dengan jenis penelitian survei. Data yang diperoleh menggunakan kuesioner (skala likert) kemudian dilakukan pengujian analisis regresi linier berganda untuk mengetahui hubungan yang ada antara variabel independen dan variabel dependen. Koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Uji simultan dengan uji F-test bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel-variabel dependen secara simultan. Kemudian uji T-test bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara individu (parsial).

Hasil yang ditemukan, yaitu: Tayangan sinetron Ganteng-ganteng Serigala (kognitif dan afektif) mempengaruhi perilaku pacaran, dengan nilai signifikan 0,000 lebih kecil dari 0,1. Artinya berpengaruh positif secara signifikan. Meskipun variabel kognitif tidak memiliki kecenderungan pada perubahan perilaku pacaran, namun pada variabel afektif memiliki kecenderungan pada perubahan perilaku pacaran, maka akan ada bentuk perubahan perilaku pacaran yang terjadi setelah menonton tayangan sinetron tersebut. karena faktor afektif audiens berpotensi mempengaruhi perubahan perilaku audiens.

(6)

ii

menciptakan manusia dengan segala kesempurnaannya. Segala syukur atas

Rahman-Nya yang telah memberikan nikmat sehat serta pertolongan dan

bimbingan-Nya, sehingga Peneliti dapat menyelesaikan tugas penting ini.

Semoga Allah mengampuni segala kelalaian dan keingkaran terhadap

perintah-Nya dan larangan-perintah-Nya. Shalawat beserta salam selalu tercurah kepada Kangjeng

Nabi Muhammad SAW, pahlawan revolusioner sejati yang telah membawa panji

Islam hingga tersebar ke seluruh dunia, tokoh berpengaruh nomor satu di dunia

yang menyelamatkan umat manusia dari zaman kegelapan hingga zaman yang

terang dengan cahaya Islam.

Atas do’a, usaha, serta komitmen yang kuat, akhirnya penulis telah sampai

pada penghujung masa studi strata satu. Dengan segala kerendahan hati, penulis

sadar akan segala kekurangan-kekurangan diri, tanpa do’a dan dukungan, serta

bantuan dari berbagai pihak yang terlibat didalamnya belum tentu tugas penting

ini sampai pada saat ini. Oleh karena itu, pada kesempatan berbahagia ini, penulis

ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. DR. H. Arif Subhan, MA, selaku dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Dr. Suprapto, M.Ed, MA selaku Wakil Dekan 1, Dr. Hj.

Roudhonah,MA selaku Wakil Dekan 2, dan Drs. Suhaimi, M.Si selaku

(7)

iii

3. Drs. Masran, MA, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

membimbing peneliti dengan penuh kesabaran dan ketelatenan, sehingga

peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

4. Seluruh Tim Penguji dalam ujian skripsi, kepada Drs. Hj. Roudhonah,MA.

selaku Ketua Sidang, Supriadi, S.Pd. selaku Sekretaris Sidang,

5. Segenap dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

memberikan ilmu dan mendidik seluruh mahasiswa dengan penuh

kesabaran.

6. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

yang telah membantu peneliti dalam melengkapi administrasi selama

perkuliahan dan penelitian skripsi ini.

7. Segenap siswa-siswi SMP Islam Al-Muttaqien Bogor yang telah bersedia

menjadi responden dalam penelitian ini. Kepala Sekolah dan Segenap

guru-guru SMP Islam Al-Muttaqien Bogor yang telah memberikan izin

dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian ini di SMP

Islam Al-Muttaqien Bogor. Terutama Ela Laela, S.Pd.I selaku bagian

kesiswaan SMP Islam Al-Muttaqien Bogor yang senantiasa mendampingi

penulis selama penelitian ini berlangsung di SMP Islam Al-Muttaqien

Bogor.

8. Teristimewa kepada Ayahanda tercinta Sudirman, pahlawan nomor satu

(8)

iv

motivasi dan do’anya untuk merampungkan studi ini. Semoga rahmat dan

kasih sayang Allah SWT senantiasa terlimpah bagimu, Umi dan Bapak.

9. Kepada saudara-saudara tercinta Sopian As-Sauri, Dedeh Kurniasih, Rani,

Ahmad Fauzan, Dede Jamaludin yang selalu bersama-sama menciptakan

warna hidup di dalam rumah kami.

10.Terima kasih juga terukir untuk sahabat hidup Al-Mahbubah Mohammad

Riza Ramadhan, S.Hum atas dukungan dan motivasinya selama proses

penelitian ini hingga peneliti dapat merampungkannya dengan baik.

Pada akhirnya dengan segala keterbatas dan kekurangan peneliti dap;at

menyelesaikan penelitian ini, semoga hasil penelitian ini dapat memberikan

manfaat bagi peneliti dan pembaca. Semoga Allah SWT senantiasa

melimpahkan nikmat dan karuniaNya kepada berbagai pihak yang terlibat

dalam menyelesaikan skripsi ini. Aamiin Allahumma Aamiin.

Ciputat, Juli 2015

Lia Pediati

(9)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 7

1. Batasan Masalah ... 7

2. Rumusan Masalah ...7

C. Tujuan Penelitian ...8

D. Manfaat Penelitian ...8

E. Teknik Penulisan ... 9

F. Tinjauan Pustaka ... 9

G. Kerangka Pemikiran ...10

H. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II: LANDASAN TEORI ... 13

A. Pengertian Komunikasi Massa ... 13

B. Fungsi Komunikasi Massa ... 14

(10)

vi

E. Remaja ... 18

1. Ciri-ciri Masa Remaja ... 18

F. Pacaran ... 21

1. Alasan Pacaran ... 22

2. Dasar Memilih Pacar (Pasangan) ... 23

3. Perbedaan Pacaran Masa Dulu dan Masa Kini... 25

4. Tahapan-tahapan Pacaran ... 26

G. Larangan Pacaran dalam Islam ... 27

H. Cinta dalam Pandangan Islam ... 28

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN ... 31

A. Paradigma Penelitian ... 31

B. Pendekatan Penelitian ... 31

C. Metode Penelitian ... 31

D. Ruang Lingkup Penelitian ... 32

1. Subjek dan Objek Penelitian ... 32

2. Waktu dan Tempat Penelitian ...32

E. Metode Penetuan Sampel ...33

1. Populasi ... 33

2. Sampel ... 33

F. Variabel Penelitian ... 34

(11)

vii

1. Uji Validitas ... 37

2. Uji Reliabilitas ... 37

K. Metode Analisis Data ... 38

1. Uji Regresi Linier Berganda ... 40

2. Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 40

3. Uji F-test (Simultan) ... 41

4. Uji T-test (Parsial) ... 42

BAB IV: GAMBARAN UMUM ... 43

A. Gambaran Umum Sinetron Ganteng-ganteng Serigala ... 43

B. Gambaran Umum SMP Islam Al-Muttaqien Bogor ... 44

1. Sejarah Singkat Sekolah ... 44

2. Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan ... 45

3. Struktur Organisasi Sekolah ... 46

4. Sarana dan Prasarana Sekolah ... 46

BAB V: PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Pengolahan Uji Instrumen ... 47

1. Deskripsi Data Responden ... 47

2. Deskripsi Kuesioner Penelitian ... 48

B. Analisis Data Penelitian ... 64

(12)

viii

5. Uji T-test (Parsial) ... 68

BABVI: PENUTUPAN DAN KESIMPULAN ... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75

(13)

ix

1. Skala Likert ... 39

2. Respon siswa-siswi SMP Islam Al-Muttaqien terhadap variabel kognitif ... 49

3. Respon siswa-siswi SMP Islam Al-Muttaqien terhadap variabel afektif ... 53

4. Rekapitulasi rata-rata skor variabel pengaruh tayangan sinetron Ganteng-ganteng Serigala SCTV ... 56

5. Respon siswa-siswi SMP Islam Al-Muttaqien terhadap perilaku pacaran ... 57

6. Coefficients ... 64

7. Model Summary ... 65

(14)

1

Televisi merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan

manusia, di seluruh bagian negara, orang menonton berbagai macam program

televisi, mulai dari acara komedi, berita hingga sinetron. Kita adalah

masyarakat yang bergantung pada televisi dan apa yang ditawarkannya setiap

hari, televisi telah menemukan jalannya ke dalam ruang tamu kita,

percakapan kita, dan bahkan keadaan psikis kita. Penemuan dari tahun

1940-an ini tidak h1940-anya mampu bertah1940-an hingga milenium baru ini, melaink1940-an juga

telah menjadi kekuatan yang dominan dalam mengubah masyarakat.1

Sinetron merupakan salah satu program televisi yang menjadi bagian

dari kehidupan masyarakat. Pada zaman modern sinetron sudah tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan masyarakat, karena hampir semua program televisi

menayangkan program sinetron. Sinetron merupakan program yang

mencerminkan kehidupan sehari-hari masyarakat, karena isi pesan yang

disampaikan tidak jauh dari pesan tentang percintaan, keluarga, pergaulan,

dan seluruh aspek realita kehidupan masyarakat. Oleh karena itu sinetron

mampu menumbuhkan imajinasi, ketegangan, kekuatan, benturan emosional

khalayak seolah-olah mereka ikut merasakan dan menjadi bagian dalam cerita

yang dikisahkan oleh sinetron. Selain itu, pesan yang disampaikan oleh

1

Richard West dan Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi

(15)

sinetron dapat menimbulkan aspek kritik sosial, pendidikan, ilmu

pengetahuan, norma kehidupan, dan hiburan bagi khalayak penonton.

Sinetron Ganteng-ganteng Srigala (GGS) merupakan sinetron yang

ditayangkan oleh salah satu stasiun televisi swasta yaitu Surabaya Centra

Televisi (SCTV), merupakan sinetron yang mengisahkan tentang dunia

percintaan remaja yang berasal dari golongan manusia yang berbeda, yaitu

vampir, serigala dan manusia. Jessica Milla berperan sebagai Nayla yang

mempunyai darah suci sebagai incaran para vampir. Kisah persaingan

perebutan cinta diantara mereka dilatarbelakangi oleh kepentingan

masing-masing, yaitu pencarian darah suci untuk mengabadikan kehidupan vampir.

Sinetron Ganteng-ganteng Serigala merupakan sinetron yang banyak

digemari oleh berbagai kalangan, terlebih oleh kalangan remaja karena

sinetron tersebut mengisahkan tentang dunia remaja, hal ini terlihat dari rating

yang dicapai oleh sinetron ini selalu meraih rating tertinggi di setiap

episodenya. Sinetron yang banyak menggunakan latar sekolah ini tak

segan-segan menampilkan berbagai adegan pada latar tersebut, termasuk juga

adegan kekerasan dan percintaan, maka tak heran Komisi Penyiaran

Indonesia pernah melayangkan dua kali teguran terhadap sinetron ini, bahkan

KPI telah mengategorikan sinetron ini pada 10 program TV yang tidak layak

ditonton karena berbagai pelanggaran terhadap regulasi Pedoman Perilaku

Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS), teguran tersebut melayang

lantaran menampilkan adegan pelukan antara laki-laki dan perempuan di

(16)

sinetron ini pula telah lahir bahasa-bahasa plesetan yang menjadi kosakata

dalam dialog sinetron ini, seperti kata “ampun” dirubah menjadi “amsyong”,

kata ‟banget” dirubah menjadi “bingit” dan sebagainya, hingga kosakata ini

kerap kali kita temukan dalam kehidupan nyata sebagai bentuk imitasi dari

sinetron tersebut.

Kita ketahui televisi memang memiliki sejumlah pengaruh,

program-program yang populer menyebabkan jutaan orang menyalakan channel

tertentu dan menontonnya.2 Intensitas menonton suatu acara pada televisi

yang terlalu sering akan berpengaruh pada kehidupan nyata audiens, efek

yang timbul dari pengaruh televisi bisa berpengaruh pada perilaku audiens

dalam kehidupan nyata, hal ini dapat menimbulkan efek kognitif, afektif

terhadap perilaku (konatif).

Komunikasi massa termasuk juga televisi memberikan sumbangan

pengaruh yang sangat besar bagi audiens, pengaruh tersebut tergambar dalam

tiga pengaruh secara pokok, diantaranya pengaruh kognitif, yaitu media

massa mempengaruhi pemikiran/gagasan, pesan-pesan menyediakan

informasi dan kenyataan-kenyataan; yang kedua pengaruh afektif, yaitu

media massa mempengaruhi bidang emosi audiens, pesan-pesan mengubah

tingkah laku dan perasaan audiens; terakhir pengaruh konatif, yaitu pengaruh

motivasi, pesan-pesan merangsang atau mengarahkan keinginan.3

2

Graeme Burton, Membincangkan Televisi: Sebuah Pengantar Kajian Televisi

(Yogyakarta: Jalasutra, 2011) h. 311 3

(17)

Anak-anak dan remaja sebagai audiens televisi selalu dipandang

sebagai kasus khusus, karena mereka diasumsikan mudah tersugesti dan

rentan terkena pengaruh. Asumsi-asumsi mengenai efek juga implisit

terkandung dalam kecenderungan program-program yang ditujukan pada

audiens muda, termasuk yang jelas-jelas berpendidikan.4

Program sinetron Ganteng-ganteng srigala pernah meresahkan

masyarakat Indonesia terkait dengan adegan-adegan dan alur cerita yang

ditampilkan dalam sinetron tersebut, kekhawatiran tersebut sangat beralasan,

sebab memang sinetron yang banyak digandrungi oleh remaja ini sangat

rentan memberikan efek yang tidak baik terhadap pemahaman audiens

khususnya remaja tentang perilaku pacaran pada usia remaja. Remaja yang

sedang melalui masa pencarian indetitas diri dapat dengan mudah menyerap

informasi dari media bahkan dapat dengan mudah merefleksikannya dalam

kehidupan nyata.

Dalil Al-Qur‟an yang menjelaskan tentang tata cara bergaul yang baik menurut ajaran Islam, tercantum dalam QS. An-Nur ayat 30-31 berikut:











































































4
(18)























































































































































Artinya: “katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka

menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu

lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka

perbuat. Dan katakanlah kepada mereka para perempuan yang beriman,

agar mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluanny, dan

janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang biasa

terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan

janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami

mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra

mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki

mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara

perempuan mereka, atau perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba

(19)

mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum

mengerti aurat perempuan. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya

agar diketahui perhiasan mereka yang mereka sembunyikan. Dan

bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman,

agar kamu beruntung.” (QS.An-Nuur: 30-31)

Dalam ayat tersebut dijelaskan tentang anjuran menjaga pandangan

dan kemaluan, dan larangan menampakan perhiasan bagi wanita kecuali apa

yang seharusnya tampak dan kecuali kepada mahromnya. Jelas sinetron ini

bertolak belakang dengan apa yang diajarkan dalam ayat tersebut.

Di samping itu, para peneliti telah menemukan bahwa agama memiliki

sejumlah dampak positif bagi remaja. Banyak remaja yang juga

menginternalisasikan pesan-pesan keagamaannya mengenai pengasuhan dan

kepeduliannya terhadap orang lain. Agama seringkali menjadi modal bagi

komunitas remaja.5 SMP Islam Al-muttaqien Bogor adalah salah satu sekolah

yang didalamnya mengutamakan ajaran-ajaran tentang kehidupan secara

islami, artinya sesuai dengan ajaran Islam. Di sekolah ini, seluruh siswa

diberikan pengajaran tentang bagaimana hidup sebagai muslim seutuhnya yang

bertaqwa kepada Allah SWT dengan menjauhi laranganNya dan menaati

perintahNya, tak terkecuali pelajaran tentang akhlak yang baik menurut ajaran

Islam, hal ini berkaitan dengan tata cara pergaulan remaja muslim. Namun di

sekolah tersebut masih saja sering ditemukan perilaku-perilaku bentuk imitasi

dari sinetron tersebut yang tidak layak untuk dicontoh, seperti kosa kata

5

(20)

plesetan dan beberapa siswa sudah mengenal perilaku pacaran. Bahkan pernah

ditemukan perilaku pacaran yang melebihi batas kewajaran, hingga pernah ada

siswi yang mengalami hamil di luar nikah, akibat perilaku pacaran yang

berlebihan. Hal inilah yang membuat penulis merasa ingin menggali lebih

detail tentang tata cara pergaulan siswa di sekolah tersebut dan kaitannya

dengan apa yang mereka tonton dari tayangan media massa.

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis bermaksud untuk melakukan

sebuah penelitian skripsi yang berjudul “Pengaruh Tayangan Sinetron Ganteng-ganteng Serigala SCTV terhadap Perilaku Pacaran Siswa SMP Islam Al-Muttaqien Bogor”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Peneliti membatasi penelitian ini hanya pada siswa-siswi SMP

Al-Muttaqien Bogor kelas VIII tahun ajaran 2014-2015. Pengaruh yang diukur

dalam penelitian ini pengaruh kognitif dan afektif yang berkaitan dengan

perilaku pacaran yang terdapat dalam sinetron tersebut. Termasuk perilaku

ucapan kata cinta, berpandangan, berpegangan tangan, berpelukan, berduaan

dan berciuman yang semuanya dilakukan dengan lawan jenis baik verbal

maupun nonverbal.

2. Rumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas, peneliti merumuskan masalah

(21)

a. Bagaimana pengaruh kognitif sinetron Ganteng-ganteng Serigala

terhadap perubahan perilaku pacaran siswa-siswi SMP Al-Muttaqien?

b. Bagaimana pengaruh afektif sinetron Ganteng-ganteng Serigala

terhadap perubahan perilaku pacaran siswa-siswi SMP Al-Muttaqien?

c. Bagaimana perilaku pacaran siswa-siswi SMP Al-Muttaqien?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka diketahui tujuan dari

penelitian ini, diantaranya adalah:

a). Mengetahui bagaimana efek kognitif sinetron Ganteng-ganteng Serigala

SCTV terhadap perubahan perilaku pacaran siswa-siswi Al-Muttaqien.

b). Mengetahui bagaimana efek kognitif sinetron Ganteng-ganteng Serigala

SCTV terhadap perubahan perilaku pacaran siswa-siswi Al-Muttaqien.

c). Mengetahui bagaimana perilaku pacaran siswa-siswi SMP Al-Muttaqien.

D. Signifikansi Penelitian 1. Manfaat Akademis

Manfaat penelitian ini secara akademis akan memberikan kontribusi

wawasan keilmuan tentang efek komunikasi massa terhadap tata cara

bergaul remaja. Lebih khususnya tentang efek sinetron percintaan remaja

terhadap perilaku pacaran remaja usia sekolah menegah pertama (SMP).

2. Manfaat Praktis

Manfaat hasil penelitian ini secara praktis akan dijadikan sebagai

bahan masukan bagi remaja Indonesia secara umum dan remaja muslim

(22)

nyata terhadap persepsi audiens, khususnya remaja dengan kondisi

psikologis pada masa perkembangan menuju kedewasaan. Persepsi tersebut

berpotensi untuk berkembang menjadi perilaku.

E.Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan yang akan dilakukan dalam penyusunan

skripsi ini penulis berpedoman pada “Buku Pedoman Akademik UIN Syarif

Hidayatullah jakarta tahun 2011”

F. Tinjauan Pustaka

Skripsi dengan judul “Pengaruh Tayangan Opera Van Java terhadap

Perubahan Perilaku Kekerasan di SMA Triguna Utama Ciputat” ditulis oleh

Nuri Rahmah Fajria, mahasiswa FDK UIN Jakarta, jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam tahun 2011. Berbeda dengan penelitian ini, karena subjek

dalam penelitian ini pengaruh tayangan sinetron GGS, sedangkan subjek

penelitiannya adalah perilaku bergaul siswa SMP Al-Muttaqien. Selain itu,

dalam penelitian ini saya menggunakan teori kultivasi sedangkan dalam

skripsi di atas menggunakan teori jarum hipodermik.

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Sinetron Raden Kian Santang di

MNCTV Episode 2,5 Dan 12 Terhadap Pemahaman Ajaran Islam

Masyarakat Desa Jemurwonosari Kecamatan Wonocolo, Surabaya” ditulis

oleh Sudarmini mahasiswa FDK UIN Sunan Ampel Surabaya jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam, tahun 2013. Berbeda dengan penelitian ini

(23)

G.Kerangka Pemikiran

Adapun kerangka pemikiran yang digunakan penulis dalam merumuskan

[image:23.595.122.514.225.581.2]

masalah ini adalah sebagai bertikut:

Gambar 1

Pengaruh Tayangan Sinetron Ganteng-ganteng Serigala terhadap

Perilaku Pacaran

Efek perubahan perilaku biasanya didahului oleh perubahan sikap, dan

perubahan sikap biasanya didahului oleh perubahan pengetahuan. Efek

diketahui melalui tanggapan khalayak yang digunakan sebagai umpan balik,

dari umpan balik kita bisa mengetahui bagaimana efek yang ditimbulkan.

Media massa biasanya mempengaruhi perilaku khalayak. Hal ini dapat kita

lihat dari kehidupan sehari-hari. Pada dasarnya tayangan media massa dapat

memberikan dua pengaruh pada khalayak, yaitu tayangan media yang disukai

khalayak akan cenderung ditiru, sedangkan tayangan yang tidak disukai oleh

khalayak akan cenderung dihindari. Dari penelitian inilah penulis menelaah

sisi pengaruh dan sikap dari efek kognitif dan afektif dari tayangan sinetron Pengaruh

tayangan sinetron Ganteng-ganteng Serigala

(Variabel X)

Kognitif

Afektif

Perubahan perilaku pacaran

(Variabel Y)

(24)

tersebut. Apakah maraknya perilaku pacaran di kalangan remaja suatu bentuk

peniruan dari sinetron GGS atau malah sebaliknya.

H. Sistematika Penulisan BAB I : Pendahuluan

Yang meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan

pustaka dan kerangka pemikiran, dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan Teori

Yang meliputi pengertian komunikasi massa, fungsi komunikasi

massa, teori jarum suntik (Hypodermic Needle Theory), teori

belajar sosial (Social Learning Theory), pengertian remaja,

pengertian pacaran, perbedaan pacaran masa dahulu dan masa

sekarang, tahapan-tahapan dalam berpacaran, larangan pacaran

dalam Islam, hakikat cinta dalam pandangan Islam.

BAB III : Metodologi Penelitian

Meliputi paradigma penelitian, pendekatan penelitian, metode

penelitian, ruang lingkup penelitian, metode penentuan sampel,

variabel penelitian, hipotesis penelitian, definisi operasional dan

indikator penelitian, teknik pengumpulan data, uji instrumen, dan

metode analisis data.

BAB IV : Gambaran Umum

Mengenai SMP Islam Al-Muttaqin Bogor dan Gambaran umum

(25)
(26)

13

A. Pengertian Komunikasi Massa

Menurut Defleur dan Dennis komunikasi massa adalah suatu proses

dalam mana komunikator-komunikator menggunakan media untuk

menyebarkan pesan-pesan secara luas, dan secara terus menerus menciptakan

makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan

berbeda-beda dengan melalui berbagai cara. Sedangkan menurut Charles R.

Wright, media komunikasi massa merupakan jenis khusus dari komunikasi

sosial yang melibatkan berbagai kondisi pengoperasian, terutama sifat

khalayak, sifat bentuk komunikasi dan sifat komunikatornya.1

Menurut Little John, komunikasi massa merupakan proses organisasi

media menciptakan dan menyebarkan pesan-pesan pada mesyarakat luas dan

proses pesan tersebut dicari, digunakan, dipahami, dan dipengaruhi oleh

audiens.2

Kesimpulannya, komunikasi massa adalah penyampaian pesan

komunikasi melalui atau menggunakan media massa modern, yang meliputi

surat kabar, siaran radio, dan televisi yang semuanya ditujukan kepada

umum. Termasuk juga film yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop.3

1

Roudhonah, Ilmu Komunikasi (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dan UIN Jakarta Press, 2007) Cetakan ke-1, h. 136-137

2

Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss, Teori Komunikasi: Theories of Human Communication (Jakarta: Salemba Humanika, 2009) Edisi 9, h.405

3

(27)

B. Fungsi Komunikasi Massa 1. Menghibur

Media mendesain program-programnya untuk menghibur, agar dapat

menarik perhatian khalayak sebanyak mungkin sehingga media dapat

menjual hal ini kepada para pengiklan. 2. Meyakinkan

Fungsi media yang terpenting adalah meyakinkan (to persuade).

Persuasi bisa datang dalam banyak bentuk: (1) mengukuhkan atau

memperkuat sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang; (2) mengubah sikap,

kepercayaan, atau nilai seseorang; (3) menggerakkan seseorang untuk

melakukan sesuatu; dan (4) memperkenalkan etika, atau menawarkan

sistem nilai tertentu.

3. Menginformasikan

Sebagian besar informasi kita dapatkan bukan dari sekolah,

melainkan dari media. Salahsatu cara mendidik (mempersuasi) adalah

melalui pengajaran nilai-nilai, opini, serta aturan-aturan yang dianggap

benar kepada pemirsa. Artinya, sebagian dari fungsi edukasi media

diarahkan untuk membuat khalayak tersosialisasi. Mereka melakukannya

dalam drama, cerita, diskusi, artikel, komik, dan iklan-iklan.

4. Membius

Salah satu fungsi media yang menarik adalah fungsi membius

(narcotizing). Bila media menyajikan informasi tentang sesuatu, penerima

(28)

atau penerima terbius ke dalam keadaan tidak aktif seakan-akan berada

dalam pengaruh narkotika.4

C. Hypodermic Needle Theory

Wilbur Schramm adalah tokoh dari teori ini, teori media massa yang

menyatakan bahwa media massa mempunyai kekuatan yang luar biasa, dia

dapat menyuntik pesannya kepada massa. Pesan ini ibarat peluru tajam yang

dapat ditembak ke arah audiens yang telah ditargetkan sebelumnya.5

Hypodermic Needle Theory merupakan salahsatu variasi dari teori satu

langkah yang menyatakan bahwa jika kita menonton televisi dan diyakinkan

oleh apa yang kita tonton. Sebagai akibatnya, kita akan mengubah pemikiran

dan perilaku kita sesuai dengan apa yang disuntikkan oleh media. Pesan

merasuk hanya dalam satu langkah (dari media ke pembaca).6 Disebut juga

teori peluru yang mengatakan bahwa media akan menghasilkan efek yang

diinginkan atas khalayak sasaran. Menurut pandangan ini khalayak seperti

sasaran tembak, bersikap pasif dan tidak menunjukkan penolakan. Seperti

halnya sasaran tembak tidak dapat menolak untuk ditembus, begitu jugalah

khalayak.7

Dampak dari media massa terdiri dari dua model, yaitu Model Dampak

Terbatas (Limmited Effect Model) dan Model Dampak yang Kuat (The

Powerfull Effects Model).

4

Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia (Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group, 2011) Edisi ke-5, h. 575-578

5

Alo Liliweri, Komunikasi Serba ada Serba Makna (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011) h. 889

6

Joseph A. Devito, h. 583

7

(29)

1. Model Dampak Terbatas (Limmited Effect Model)

Menurut Joseph Mapper, dalam model ini dijelaskan bahwa

komunikasi massa pada umumnya mempunyai dampak yang kecil,

menurutnya komunikasi massa efektif dalam mengirimkan pesan tetapi

tidak efektif dalam mengubah sikap. Media massa hanya berperan

sebagai agen kontributor dalam mempengaruhi audiens, hanya berfungsi

di antara dan melalui hubungan dari faktor-faktor dan pengaruh-pengaruh

penengah.8 Yang dimaksud dengan faktor pengaruh penengah meliputi

persepsi selektif, penerimaan selektif, dan daya ingat selektif.

2. Model Dampak yang Kuat (The Powerfull Effects Model)

Elisabeth Noella Neumann menyatakan bahwa dalam

keadaan-keadaan tertentu, media massa bisa mempunyai dampak yang signifikan

pada sejumlah besar orang.9

Teori peluru merupakan salah satu gagasan paling awal dan paling

sederhana tentang komunikasi massa, yang menganggap dampak yang

benar-benar kuat disebabkan oleh komunikasi massa. Menurut riset pada

sejumlah topik, termasuk kesenjangan ilmu pengetahuan, penentuan

agenda, dan dampak dari kekerasan yang ditayangkan di televisi,

menunjukkan bahwa komunikasi massa mempunyai lebih dari sekedar

dampak terbatas. Pandangan ini mungkin disebut model dampak moderat

yang menunjukkan bahwa komunikasi massa mempunyai dampak yang

8

Werner J. Severin dan James W. Tankard, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di dalam Media Massa (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2011) Cetakan ke-5, h. 314

9

(30)

kuat. Dampak yang kuat tersebut tidak terjadi secara universal atau

dengan mudah tetapi hanya apabila digunakan teknik-teknik komunikasi

yang tepat sesuai dengan keadaan-keadaan yang tepat.10

D. Social Learning Theory

Social Learning Theory atau teori belajar sosial dikenalkan oleh Albert

Bandura, dalam teori ini Bandura menekankan tiga hal yang berkaitan dengan

perilaku manusia, yaitu:

a. Observasional learning. Menurut teori ini setiap orang mempunyai

kemampuan untuk meniru perilaku yang dia lihat karena dia belajar

mengamati.

b. Self evaluation. Hasil pengamatan atas perilaku yang dipelajari itu tidak

selalu menentukan perilaku, oleh karena itu kita dapat memantau dan

mengevaluasi perilaku kita dnegan melihat bagaimana kita berhadapan

dengan situasi dalam kehidupan yang berkaitan dengan standar perilaku

yang kita tiru.

c. Control and shaping. Menurut teori ini, kita dapat berbuat sesuatu karena

kita membutuhkan suatu kontrol terhadap proses internal maupun

terhadap lingkungan kita.11

Teori ini juga menekankan pada tiga tahapan yang berkaitan dengan efek

media, yaitu:

10

Werner J. Severin dan James W. Tankard, h 318-319

11

(31)

a. Memperhatikan (Attention): suatu proses memperhatikan apa yang

dilihat dari media, terkait dengan kejadian-kejadian yang menarik

b. Mengingat Kembali (Retention): suatu proses penyimpanan

kejadian-kejadian menarik dalam memorinya yang kemudian akan dipanggil

kembali pada saat dibutuhkan

c. Peneguhan (Motivational): suatu proses peneguhan yang merubah

memori menjadi perilaku.12

E. Remaja

Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin adolescere (kata

bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Kata adolscence, seperti yang dipergunakan saat

ini, mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental,

emosional, sosial, dan fisik.

Remaja dibagi menjadi dua bagian, yaitu masa remaja awal dan masa

remaja akhir. Masa remaja awal terjadi pada usia 13 tahun sampai usia 16

atau 17 tahun sekitar usia sekolah menengah pertama (SMP) dan masa

remaja akhir pada usia 16 atau 17 tahun hingga 18 tahun.13 Sekitar usia

skeolah menengah atas (SMA) hingga perguruan tinggi.

1. Ciri-ciri Masa Remaja

a) Masa remaja sebagai periode yang penting. Perkembangan fisik yang

cepat yang penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental

yang cepat, terutama pada awal masa remaja. Semua perkembangan itu

12

Alo Liliweri, h. 890 13

(32)

menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk

sikap, nilai dan minat baru.

b) Masa remaja sebagai periode peralihan. Pada masa ini remaja bukan

lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Pada saat ini seringkali

remaja merasa bimbang dengan perilaku yang dilakukan, kadang

di-judge kekanak-kanakan dan kadang di-judge so dewasa.

c) Masa remaja sebagai periode perubahan. Selama masa awal remaja,

ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan

sikap juga berlangsung pesat, begitu pun sebaliknya. Ada empat

perubahan yang hampir bersifat universal:

1. Meningginya emosi, yang intensitasnya bergantung pada tingkat

fisik dan psikologis yang terjadi.

2. Perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok

sosial untuk dipesankan, menimbulkan masalah baru.

3. Dengan berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai-nilai juga

berubah. Mereka mulai mengerti bahwa kualitas lebih penting

dibanding kuantitas.

4. Sebagian besar remaja bersifat ambivalen terhadap setiap

perubahan. Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi

takut untuk bertanggungjawab akan akibatnya.

d) Masa remaja sebagai usia bermasalah. Hal ini terjadi karena kebiasaan

(33)

e) Masa remaja sebagai masa mencari identitas. Dengan kepemilikan

simbol status seperti mobil, pakaian, dan pemilikan barang-barang yang

terlihat remaja akan menarik perhatian dan agar dipandang sebagai

individu.

f) Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan. Pandangan

stereotipe remaja yang buruk menyebabkan remaja merasa takut untuk

melakukan hal-hal yang dianggapnya penting.

g) Masa remaja sebagai masa yang realistik. Dengan bertambahnya

pengalaman pribadi dan pengalaman sosial, dan dengan meningkatnya

kemampuan untuk berpikir rasional, remaja yang lebih besar

memandang diri sendiri, keluarga, teman-teman dan kehidupan pada

umumnya secara realistik. Dengan demikian remaja tidak terlampau

banyak mengalami kekecewaan seperti ketika masih muda.

h) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa. Para remaja mulai merasa

gelisah untuk meninggalkan stereotipe belasan tahun dan untuk

memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian

dan bertindak seperti orang dewasa ternyata belumlah cukup. Oleh

karena itu, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang

dihubungkan dengan status dewasa, yaitu merokok, minum minuman

keras, menggunakan obat-obatan, dan terlibat dalam pacaran dan

perbuatan seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan

memberikan citra yang mereka inginkan.14

14

(34)

Mendidik anak bukanlah perkara yang mudah. Karena masa remaja

adalah masa situasi kritis dalam kehidupan seseorang. Dalam pendidikannya

harus diperhatikan tahapan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi, baik

itu secara fisik, intelektual, dan emosional.15

Suatu ciri yang perlu diketahui pula ialah pertumbuhan jasmani yang

dialami oleh remaja seiring dengan pertumbuhan anggota dari dalam termasuk

pertumbuhan organ seks, yang diiringi pula dengan kelenjar yang telah

menyebabkan remaja pada usia ini telah dapat mengadakan aktivitas

reproduksi. Kecenderungan kepada jenis lain mulai dan biasanya diikuti pula

dengan dorongan seks. Usia ini disebut masa puber, masa pematangan seksual.

Karena itulah pergaulan mereka perlu adanya kendali, apalagi remaja yang

hidup di masa masyarakat dengan kecanggihan teknologi, remaja dapat dengan

mudah menemukan contoh yang menarik dari media seperti menonton

tayangan dan permainan yang bebas.16

F. Pacaran

Pacar adalah teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan

berdasarkan cinta kasih. Sedangkan berpacaran adalah bercintaan,

berkasih-kasihan dengan lawan jenis.17

Pacaran merupakan fenomena yang cukup banyak dijumpai di jaman

sekarang. Pacaran yang kita kenal yaitu terbentuk dan fungsi utamanya adalah

15

Kementrian Agama RI, Pendidikan, Pengembangan Karakter, dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, 2010) h. 233

16

Zakiah Daradjat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia (Jakarta: Penerbit Bulan Bintang, 1997) Cetakan ke-4, h. 123

17

(35)

memilih dan mendapatkan seorang pasangan. Sebelum periode ini, hanya

bertujuan untuk menyeleksi pasangan, dan pacaran harusnya diawasi dengan

cermat oleh orang tua, yang sepenuhnya mengendalikan setiap relasi

heteroseksual. Para orang tua saling mengunggulkan remajanya sebagai calon

pasangan dan bahkan memilihkan pasangan bagi anak-anaknya. Akhir-akhir

ini remaja tentu sudah memiliki kendali yang jauh lebih besar terhadap proses

berpacaran dan dengan siapa mereka menjalin hubungan. Di samping itu,

pacaran telah berkembang menjadi sesuatu yang lebih dari sekedar persiapan

untuk menikah.18

1. Alasan Pacaran

Di zaman sekarang pacaran minimal memiliki delapan alasan,

diantaranya sebagai berikut:

a) Pacaran merupakan sebuah bentuk rekreasi. Remaja yang berpacaran

agaknya menikmatinya dan menganggap pacaran sebagai sumber

kesenangan dan rekreasi.

b) Pacaran dapat menjadi sumber yang memberikan status dan prestasi.

Sebagai bagian dari proses perbandingan sosial yang berlangsung di

masa remaja, remaja dinilai berdasarkan status orang yang diajak

kencan, penampilannya, popularitasnya, dan sebagainya.

c) Pacaran merupakan bagian dari proses sosialisasi di masa remaja:

pacaran dapat membantu remaja untuk mempelajari bagaimana bergaul

dengan orang lain serta mempelajari tata krama dan perilaku sosial.

18

(36)

d) Pacaran melibatkan kegiatan mempelajari keakraban dan memberikan

kesempatan untuk menciptakan relasi yang bermakna dan unik dengan

lawan jenis kelamin.

e) Pacaran dapat menjadi konteks untuk melakukan eksperimen dan

eksplorasi seksual.

f) Pacaran dapat memberikan rasa persahabatan melalui interaksi dan

aktivitas bersama lawan jenis kelamin.

g) Pengalaman pacaran berkontribusi bagi pembentukan dan

pengembangan identitas; pacaran membantu remaja untuk memperjelas

identitas mereka dan memisahkannya dari asal usul keluarga.

h) Pacaran dapat memberikan kesempatan kepada remaja untuk mensortir

dan memilih pasangan.19

2. Dasar Memilih Pacar (Pasangan)

Cinta atau pacaran memang hal yang kompleks. Tidak akan baik jika

diletakkan di atas satu faktor atau pertimbangan. Dalam cinta model remaja,

ketika memulai atau sebelum serius, ada beberapa faktor yang menjadi

pertimbangan dalam memilih pasangan. Diantaranya sebagai berikut:20

a) Penampilan Fisik

Cinta sering diibaratkan bermula dari mata turun ke hati. Karena

tertarik pada penampilan fisik seseorang, baik wajahnya, hidungnya,

rambutnya, postur tubuhnya, dan sebagainya bisa berujung pada rasa

19

John W. Santrock, h. 82 20

(37)

tertarik. Sebenarnya hal ini sah-sah saja, namun tidak dibenarkan jika ini

dijadikan satu-satunya alasan dalam memilih pasangan.

b) Kepribadian

Kepribadian ini menyangkut watak, pembawaan, kebiasaan, dan

hal-hal yang berkaitan dengan tingkah laku. Hal ini penting, jika

seseorang memilih pasangan bertujuan agar dapat memberikan rasa

nyaman dan tentram.

c) Kecocokan Pandangan Hidup

Lepas dari sebabnya, ada aneka ragam cara orang memandang

hidup. Ada yang optimis memandang masa depan, ada yang murung

pesimis. Ada orang yang materialistis, ada yang menganggap bahwa

uang segalanya. Sebaliknya, ada yang menganggap hidup dari sudut

keridhoan. Yang terpenting dalam hidupnya selalu bersikap benar dan

dalam keridhoan Allah SWT.

d) Kepandaian dan Kematangan

Masa mendatang kehidupan akan semakin dikuasai ilmu

pengetahuan dan teknologi. Kepandaian dan kecerdasan akan semakin

menentukan. Begitu juga dengan kematangan dalam berpikir dan

memecahkan masalah.

e) Kehidupan Sosial

Kedudukan sosial yang sepadan akan memudahkan orang dalam

(38)

berstatus sosial jauh tidak boleh dipilih, akan tetapi dilihat apakah hal itu

akan menyulitkan atau tidak.

3. Perbedaan Pacaran Masa Dulu dan Masa Kini

Pacaran merupakan suatu pola perilaku yang didukung oleh mayoritas

masyarakat, karena pada hakikatnya pacaran sama artinya dengan ta’aruf

yang diajarkan dalam Islam, yaitu menyeleksi pasangan yang nantinya akan

menjadi pendamping hidup. Namun seiring perkembangan zaman pacaran

mengalami pergeseran dalam nilai-nilainya. Ada perubahan yang mencolok

dalam aktivitas pacaran antara masa lampau dan masa sekarang. Misalnya,

di masa lampau, laki-laki yang mencium perempuan pada saat bertemu akan

dianggap kurang wajar. Jika perempuan membiarkan diri dicium atau

mendorong laki-laki untuk melakukannya, maka ia akan dianggap “wanita

murahan” oleh laki-laki. Bertemu dengan seorang gadis harus berpakaian

rapih, membawakan hadiah gula-gula, bunga atau buku, menemuinya di

rumah orang tuanya dan harus pulang pada waktu yang sudah ditentukan.

Apa yang dilakukan pada waktu bertemu juga sudah ditentukan. Berciuman

dan bercumbu juga dianggap kurang baik dan salah.21

Sikap sosial yang baru terhadap pacaran, mudahnya memperoleh alat

kontrasepsi dan legalisasi pengguguran di banyak negara serta derasnya arus

informasi media massa telah membawa banyak perubahan radikal dalam

perilaku pacaran selama masa remaja.

21

(39)

4. Tahapan-tahapan Pacaran

a) Fisrt Seeling (Pandangan Pertama)

Sebelum terjadinya suatu hubungan di antara dua orang, pada

awalnya masing-masing saling menyadari keberadaannya. Kesadaran ini

mungkin terjadi beberapa detik, hari, minggu maupun bulan sebelum

interaksi secara tatap muka pada pertama kali. Dua orang mungkin saling

menyadari dalam waktu bersamaan, dan dapat juga hanya satu pihak

yang menyadari. Situasi di mana kesadaran pertama kali terjadi mungkin

dapat memengaruhi bagaimana keberlanjutan suatu hubungan ke tahap

First Meeting dengan cepat dan mudah.

b) First Meeting (Pertemuan Pertama)

Orang menggunakan tiga cara untuk bertemu orang lain dalam

tempat yang terbuka. Cara pertama adalah memperkenalkan diri mereka,

yang diawali dengan observasi, saling berpandangan atau memperhatikan

apa adanya. Cara kedua adalah dengan memberikan isyarat nonverbal,

dan menunggu orang lain untuk memperkenalkan diri, cara ketiga adalah

berkenalan melalui teman.

c) First Dating (Kencan Pertama)

Banyak hal yang menghalangi kencan pertama, seperti malu, cemas

akan penolakan, dan norma peran seks tradisional yang menyatakan

bahwa perempuan tidak layak untuk memulai suatu hubungan. Tetapi

untuk sebagian orang, keinginan yang kuat untuk memulai suatu

(40)

laki-laki maupun perempuan berperan dalam terjadinya kencan pertama,

walaupun dalam cara yang berbeda, namun laki-laki tetap mendominasi

sampai pada kencan pertama.22

G. Larangan Pacaran dalam Islam

Qur‟an Surat Al-Isra‟ ayat 32 menjelaskan tentang larangan pacaran,

berikut kutipan ayatnya:















Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu

adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk” (QS.

Al-Isra‟ (17) : 32).23

Maksud ayat ini adalah, Tuhanmu telah memerintahkan wahai

manusia, agar kalian tidak mendekati zina, karena zina adalah perbuatan

yang keji. Maksud lafadz “ wasa’a sabila” dan suatu jalan yang buruk

adalah, jalan zina merupakan jalan yang buruk, karena merupakan jalan ahli

maksiat kepada Allah, orang-orang yang menentang perintahNya. Betapa

buruk jalan yang mengantarkan pelakunya ke Neraka Jahannam.24

Dalam pengamatan sejumlah ulama Al-Qur‟an, ayat-ayat yang menggunakan kata “jangan mendekati” seperti ayat di atas, biasanya

merupakan larangan mendekati sesuatu yang dapat merangsang jiwa atau

nafsu untuk melakukannya. Dengan demikian larangan mendekati

22

Desi Ratna Sari, Hubungan Sikap Pacaran dengan Perilaku Seksual Pranikah Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012(Skripsi: UIN Jakarta, 2013), h. 21-22

23

Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009) Cetakan ke-1, Jilid ke-16, h. 656

24

(41)

mengandung makna larangan untuk tidak terjerumus dalam rayuan sesuatu

yang berpotensi mengantar kepada langkah melakukannya.25 Ikatan

hubungan pacaran yang dilakukan oleh kedua orang yang berlainan jenis

merupakan suatu langkah dalam mendekati zina, dan ini jelas sangat

dilarang dalam QS. Al-Isra‟ ayat 32, termasuk yang dilakukan oleh mereka yang masih berusia remaja. Dilihat dari unsur-unsur aktivitas pacaran lebih

mendekati aktivitas seksual, dan dilakukan dengan tanpa ikatan pernikahan,

sangat jelas perilaku pacaran merupakan suatu perilaku mendekati zina.

H. Cinta dalam Pandangan Islam

Cinta merupakan anugerah dari Allah SWT, justru karena cintalah

yang memanusiakan manusia, yang mewarnai kehidupan, dan mampu

menerbitkan harapan-harapan dalam kehidupan. Tidak ada masalah jika

lahir rasa cinta pada diri manusia dan tidak Allah jadikan cinta sebagai

sumber penyiksaan bagi manusia. Pada dasarnya Allah turunkan cinta agar

dapat menyatukan dua manusia dalam sebuah bahtera rumah tangga yang

bahagia, saling melengkapi dan memahami.26

Sebagaimana telah Allah jelaskan dalam firmanNya QS. Ali „Imran/3: 14, berikut kutipan ayatnya:

25

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2002) Cetakan ke-1, Volum ke-7, h. 458-459

26

(42)







































Artinya: “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan

kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang

banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan

sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah

tempat kembali yang baik (surga)”.

Bahkan lebih daripada itu, Allah menjadikan rasa cinta dan kasih

sayang yang lahir dari naluri manusia sebagai tanda bagi orang-orang yang

beriman. Sebagaimana tercantum dalam firman Allah SWT dalam QS.

Maryam/19:96. Berikut kutipan ayatnya:





















Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal

shaleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menambahkan dalam (hati)

mereka rasa kasih sayang”.

Cinta bagi manusia adalah bagian dari fitrah, bagian dari naluri-naluri

(43)

yang tidak dapat diindra mata, namun terdapat pada manusia dan ia

menuntut pemenuhan.27Al-Ghara’iz terbagi menjadi tiga macam, yaitu:

a. Gharizah Baqa’, yaitu naluri untuk mempertahankan eksistensi dan

berorientasi pada diri sendiri.

b. Gharizah Nau’, yaitu naluri yang berkaitan dengan rasa ingin

dihargai, takut bila merasa terancam, dan lainnya, selain itu juga

termasuk naluri untuk melanjutkan keturunan.

c. Gharizah Tadayyun, yaitu naluri yang berkaitan dengan rasa sayang

terhadap orangtua dan anak, saudara ataupun lawan jenis, selain itu

dapat pula mewujud dalam naluri untuk menyucikan sesuatu. Seperti

rasa takjub saat melihat sesuatu yang agung ataupun naluri dalam

beragama.28

Cinta termasuk dalam golongan Gharizah Nau’ dan sebagaimana

naluri-naluri yang lain, GharizahNau’ juga menuntut pemenuhan. Maka

wajar saat seseorang sudah mencapai masa baligh, ia mulai merasakan

naluri ini. Bukan sebagai tanda yang salah, namun sebagai indikasi

bahwa ia sudah siap untuk melanjutkan keturunan manusia.29

27

Felix Y. Siauw, h. 22

28

Felix Y. Siauw, h. 22

29

(44)

31

A. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian ini adalah positivis, dimana objek penelitian

dilihat memiliki keberaturan yang naturalistik, empiris, dan behavioristik,

dimana semua objek penelitian harus dapat direduksi menjadi fakta yang

dapat diamati, tidak terlalu mementingkan fakta sebagai makna namun

mementingkan fenomena yang tampak, serta serba bebas nilai atau objektif

dengan menentang habis-habisan sikap-sikap subjektif.1

B. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, pendekatan

kuantitatif adalah penelitian yang analisisnya secara umum menggunakan

analisis statistika. Dimaksudkan untuk melihat fenomena yang ada, kemudian

dibandingkan dengan teori yang dimiliki. Artinya, peneliti akan

menggambarkan fenomena berdasarkan pada teori yang dimilikinya.

Teori-teori yang diajukan dijadikan sebagai standar untuk menyatakan sesuai atau

tidaknya sebuah gejala yang terjadi.2

C. Metode Penelitian

Metode penelitian ini adalah metode penelitian survei dengan jenis

studi kasus, yaitu penelitian yang mempelajari masalah-masalah dalam

1

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010) Cetakan ke-5, h. 32

2

Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif

(45)

masyarakat, termasuk tentang hubungan, kegiatan, sikap, pandangan, serta

proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena.3

Dalam studi kasus peneliti bermaksud untuk mempelajari secara

intensif latar belakang serta interaksi lingkungan dari unit-unit sosial yang

menjadi subjek. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran secara

mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter yang khas dari

kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian dari sifat-sifat serta

karakter tersebut akan dijadikan hal yang bersifat umum.4

D. Ruang Lingkup Penelitian 1. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah kumpulan blog yang dapat

memberikan informasi tentang tayangan sinetron Ganteng-ganteng

Serigala. Sedangkan objek penelitiannya adalah pengaruh sinetron

Ganteng-ganteng Serigala terhadap perubahan perilaku pergaulan laki-laki

dan perempuan (pacaran) siswa-siswi SMP Al-Muttaqien Bogor.

2. Waktu dan Tempat

Penelitian ini berlangsung pada tanggal 6 Maret 2015 hingga 15

Juni 2015 di SMP Islam Al-Muttaqien Bogor, Jalan Raya Cijayanti,

Kabupaten Bogor.

3

Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009) cetakan ke-4, h. 8

4

(46)

E. Metode Penentuan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah jumlah dari keseluruhan objek yang karakteristiknya

hendak diduga. Objek ini disebut unit analisis, unit analisis bisa merupakan

orang, rumah tangga, tanah pertanian, perusahaan dan lain-lain dalam

bentuk yang biasa dipakai dalam survei.5

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Al-Muttaqien

kelas VIII berjumlah 80 siswa pada tahun ajaran 2014-2015 terdiri dari

laki-laki dan perempuan.

2. Sampel

Sampel adalah terjemahan dari bahasa Inggris sample artinya comotan

atau mengambil sebagian dari yang banyak. Sampel merupakan subset yang

dicuplik dari populasi, yang akan diamati dan diukur peneliti6.

Sampel dalam penelitian ini adalah 64 siswa terdiri dari laki-laki dan

perempuan, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive

Nonprobability Sampling atau sampel yang diambil dari populasi

berdasarkan suatu kriteria tertentu.7 Sampel yang diambil hanya siswa kelas

VIII SMP Al-Muttaqien yang sering menonton sinetron GGS.

5

Pangestu Subagyo dan Djarwanto Ps, Statistika Induktif (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2009) Edisi-5, Cet ke-2, h. 93

6

Sulistyaningsih, Metodologi Penelitian Kebidanan: Kuantitatif-Kualitatif (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011) h. 65

7

(47)

D. Variabel Penelitian

Berdasarkan kerangka teori dalam penelitian ini, maka penelitian

tentang “Pengaruh Tayangan Sinetron Ganteng-ganteng Serigala SCTV

terhadap Perilaku Pacaran Siswa SMP Al-Muttaqien Bogor” menetapkan dua

variabel, yaitu variabel terpengaruh (variabel dependen) yaitu pengaruh pada perubahan perilaku pacaran (rendah, sedang, tinggi) siswa-siswi SMP

Al-Muttaqien. Sedangkan variabel pengaruh (variabel independen) yaitu perilaku pacaran (verbal dan nonverbal) dari tayangan sinetron GGS.

Maka variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah variabel bebas

atau independen yang disebut variabel X dan variabel terikat atau variabel

dependen yang disebut variabel Y. Adapun variabel yang diukur dalam

penelitian ini terdiri dari variabel bebas (Variabel Independen) adalah

tayangan sinetron Ganteng-ganteng Srigala yang diproduksi oleh SCTV

(Variabel X), sedangkan variabel terikat (Variabel Dependen) adalah perilaku

pacaran (Variabel Y).

E. Hipotesis Penelitian

Peneliti telah merumuskan dugaan sementara dalam penelitian ini,

hipotesis tersebut adalah:

Ho: βo = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tayangan sinetron

GGS terhadap perilaku pacaran.

Ho: βo ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan antara tayangan sinetron GGS

(48)

F. Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian

Definisi Operasional adalah te

Gambar

Gambar 1 Pengaruh Tayangan Sinetron Ganteng-ganteng Serigala terhadap
Tabel 1 Skala Likert
GAMBARAN UMUM
Tabel 2 Pengaruh Kognitif
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nyamuk Anopheles spp yang tertangkap istirahat di luar rumah dan di dalam rumah pada malam hari dan pagi hari, dilakukan pembedahan ovarium untuk menentukan angka paritas

Anak usia sekolah merupakan anak yang berumur 6-12 tahun yang artinya Anak usia sekolah merupakan anak yang berumur 6-12 tahun yang artinya sekolah men+a'i pengalaman inti

Adalah semua hal-hal yang berkaitan dengan pemberian dorongan kepada seluruh karyawan yang berada pada tingkat pelaksana baik berbentuk fisik ataupun non fisik yang berasal

Daerah yang diarsir pada gambar dibawah merupakan himpunan penyelesaian

bukti fisik, dan proses memiliki hubungan yang signifikan secara simultan dan parsial terhadap kepuasan nasabah. 2).bauran pemasaran jasa yang terdiri dari produk,

“alasan saya menggu nakan konseling individu dengan teknik REBT, atas dasar berlandaskan pada latar belakang masalah yang dihadapi konseli yang menunjukkan

Langkah awal untuk mewujudkan pemberitaan yang nantinya akan dilihat oleh khalayak luas adalah dengan menjalin hubungan kepada media terkait (media relations) agar mereka dapat

But it is also vital for us to ask the question, “Whose voices are not being heard?” We need to identify categories of people affected by the conflict and to identify men and