• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara motivasi belajar dan hasil belajar akuntansi mahasiswa jurusan pendidikan IPS FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara motivasi belajar dan hasil belajar akuntansi mahasiswa jurusan pendidikan IPS FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

Disusun Oleh :

NENG SRI NURAENI

NIM : 106015000465

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI MAHASISWA

JURUSAN PENDIDIKAN IPS FITK UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Guna Memenuhi Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun Oleh : NENG SRI NURAENI

NIM. 106015000465

Pembimbing

Drs. H. Nurochim, MM NIP. 195907151984031003

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

DAN HASIL BELAJAR AKUTANSI MAHASISWA JURUSAN

PENDIDIKAN IPS FITK UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hudayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada tanggal, 30 Juli 2010 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Strata1 (S. Pd) pada Jurusan Pendidikan (Tadris) IPS.

Jakarta, 30 Juli 2010 Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Tanggal Tanda Tangan

Drs. H. Nurochim, MM ………. ………....

NIP. 195907151984031003

Penguji I

Iwan Purwanto, M.Pd ………. ………....

NIP. 1973042008011012

Penguji II

Drs. Banadjid ………. ………....

NIP. 195412241981031004 Mengetahui:

Dekan,

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

(4)

Saya yang bertandatangan dibawah ini,

Nama : Neng Sri Nuraeni

Tempat/Tgl Lahir : Sukabumi, 05 Mei 1988

NIM : 106015000465

Jurusan/Prodi : Pendidikan IPS/Ekonomi

Judul Skripsi : Hubungan Antara Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Akuntansi Mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dosen Pembimbing : 1. Drs. H. Nurochim, MM

Dengan ini meyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendir dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh ujian Munaqosah.

Jakarta,

Mahasiswa Ybs.

(5)

yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skirpsi yang berjudul “Hubungan Antara Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Akuntansi Mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”.

Salawat dan salam disanjungkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia dengan agama Islam, agama yang dianggap sah dan diridhai oleh Allah SWT. Mudah-mudahan Allah SWT melimpahkan syafaat Nabi Muhammad SAW kepada kita semua. Amin ya rabbal ‘alamin.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dalam mencapai gelar Sarjana Pendidikan S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kedosenan(FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan penelitian, mulai dari penyusunan proposal sampai penulisan laporan dalam bentuk skripsi ini, penulis mendapat bantuan yang sangat besar dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. H. Nurochim, MM, Ketua Jurusan/Program Studi Pendidikan IPS sekaligus Pembimbing dalam penyusunan skripsi ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah Program S1 Pendidikan IPS di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kedosenan(FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dalam waktu 4(empat) tahun. 2. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Kedosenan(FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

(6)

ii

sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dengan lancar.

5. Kakak-kakak penulis, yang telah memberikan dorongan dan motivasi dengan baik, sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah dengan baik. 6. Para Dosen di Jurusan Pendidikan IPS FITK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

7. Pemberi layanan perpustakaan, baik pada Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kedosenan, maupun Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Teman-teman seperjuangan Angkatan 2006 di Jurusan Pendidikan IPS FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis berharap semoga amal baik mereka diterima oleh Allah SWT dengan pahala yang berlipat ganda. Amin. Terakhir, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang Pendidikan IPS khususnya Akuntansi.

Ciputat, Juni 2010 Penulis

(7)

PENGESAHAN PEMBIMBING

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL...viii

DAFTAR LAMPIRAN………...ix

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Masalah ...6

C. Pembatasan Masalah ...6

D. Perumusan Masalah...7

E. Tujuan Penelitian ...7

F. Manfaat Penelitian ...8

BAB II. KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Definisi Motivasi ... .9

2. Macam-macam Motivasi ... 11

3. Fungsi Motivasi ... 13

4. Tujuan Motivasi ... 13

5. Pertentangan Konflik antara Motif-motif... 14

6. Teori Motivasi ... 15

7. Upaya dalam Menumbuhkan Motivasi ... 17

B. Hasil Belajar Siswa 1. Pengertian Hasil Belajar ... 18

2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 19

3. Sasaran dan Obyek Penilaian ... 24

4. Jenis Alat Penilaian Hasil Belajar ... 25

(8)

v

3. Pengertian Akuntansi dan Tujuan Akuntansi... 30

4. Tujuan Pembelajaran Akuntansi ... 32

D. Pengaruh Motivasi Terhadap Hasil Belajar ... 33

E. Kerangka Berfikir ... 33

F. Pengajuan Hipotesa ... 35

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat, Waktu, dan Sumber Data Penelitian ... 36

B. Metode Penelitian ... 37

C. Populasi dan Sampel ... 37

D. Tekhnik Pengumpulan Data ... 38

E. Variabel Penelitian ... 39

F. Instrumen Penelitian ... 39

G. Tekhnik Pengolahan dan Analisa data…... 41

BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Deskripisi Data ... 45

B. Analisis Data dan Interpretasi Data ... 55

BAB V. KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap berkat latihan dan pengalaman. Belajar sesungguhnya adalah ciri khas manusia dan yang membedakannya dengan binatang. Belajar yang dilakukan oleh manusia merupakan bagian dalam hidupnya, berlangsung seumur hidup, kapan saja, dan di mana saja, baik di kampus, di kelas, di jalanan dalam waktu yang tak dapat ditentukan sebelumnya. Namun demikian, satu hal yang sudah pasti bahwa belajar yang dilakukan oleh manusia senantiasa dilandasi oleh iktikad dan maksud tertentu. Berbeda halnya dengan kegiatan yang dilakukan oleh binatang.

Dalam konteks merancang sistem belajar, Konsep belajar ditafsirkan berbeda. Belajar dalam hal ini harus dilakukan dengan sengaja, direncanakan sebelumnya dengan struktur tertentu. Maksudnya agar proses belajar dan hasil-hasil yang dicapai dapat dikontrol secara cermat. Dosen dengan sengaja menciptakan kondisi dan lingkungan yang menyediakan kesempatan belajar kepada para mahasiswa untuk mencapai tujuan tertentu, dan diharapkan memberikan hasil tertentu pula kepada mahasiswa. Hal ini dapat diketahui melalui sistem penilaian yang dilaksanakan secara berkesinambungan.

Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri mahasiswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut menurut Oemar Hamalik dapat “diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang

(10)

lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan, dan lain-lain.”1

Belajar yang merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku si subyek belajar, ternyata banyak faktor yang mempengaruhinya. Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi itu, secara garis besar dapat dibagi dalam klasifikasi faktor intern (dari dalam) diri si subyek belajar dan faktor ekstern (dari luar) si subyek belajar.

Faktor internal ini menyangkut faktor-faktor fisiologis dan faktor psikologis. Tetapi relevan dengan persoalan reinforcement, maka tinjauan mengenai faktor-faktor intern akan dikhususkan pada faktor-faktor psikologis.

Kehadiran faktor-faktor psikologis dalam belajar akan memberikan andil cukup penting. Faktor-faktor psikologis akan senantiasa memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar secara optimal, sebaliknya tanpa kehadiran faktor psikologis secara optimal bisa jadi memperlambat proses belajar, bahkan dapat pula menambah kesulitan dalam belajar.

Faktor-faktor psikologis yang dikatakan memiliki peranan penting itu, dapat dipandang sebagai cara-cara berfungsinya pikiran mahasiswa dalam hubungannya dengan pemahaman bahan pelajaran, sehingga penguasaan terhadap bahan yang disajikan lebih mudah dan efektif. Dengan demikian, sebagaimana dikatakan oleh Sardiman bahwa “proses belajar mengajar itu akan berhasil baik, kalau didukung oleh faktor-faktor psikologis dari si pelajar. Salah satu faktor psikologis adalah motivasi.”2

Dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi merupakan faktor yang sangat penting, karena dengan adanya motivasi dapat menumbuhkan minat belajar mahasiswa. Bagi mahasiswa yang memiliki motivasi yang kuat akan mempunyai energi untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Sehingga boleh jadi mahasiswa yang memiliki intelegensi yang cukup tinggi menjadi

1

Oemar Hamalik, Pelaksanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), Cet. I, h. 54

2

(11)

gagal karena kekurangan motivasi, sebab hasil belajar itu akan optimal bila terdapat motivasi yang tepat. Karenanya, menurut Daud Effendy “bila mahasiswa mengalami kegagalan dalam belajar, hal ini bukanlah semata-mata kesalahan mahasiswa tetapi mungkin saja dosen tidak berhasil dalam memberi motivasi yang mampu membangkitkan semangat dalam kegiatan mahasiswa untuk belajar.”3

Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang mahasiswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.

Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi, pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara dalam melakukan kegiatan belajar.

Dalam kaitan itu perlu diketahui bahwa cara dan jenis menumbuhkan motivasi adalah bermacam-macam. Tetapi untuk motivasi ekstrinsik kadang-kadang tepat, dan kadang-kadang-kadang-kadang juga bisa kurang sesuai. Hal ini menurut Sardiman bahwa “dosen harus hati-hati dalam menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan belajar para anak didik. Sebab mungkin maksudnya memberikan motivasi tetapi justru tidak menguntungkan perkembangan belajar mahasiswa.”4

Motivasi merupakan faktor dominan yang mendorong individu untuk melakukan kegiatan yang diinginkan. Dalam proses belajar mengajar, kebutuhan berprestasi menggerakkan dan mengarahkan perbuatan, menopang tingkah laku dan menyeleksi perbuatan individu yang berorientasi kepada keberhasilan. Sehingga ada hasil penelitian Balitbang Depdiknas

3

Daud Effendy, Meningkatkan Motivasi Sebagai Tugas dalam Pendidikan, Mimbar Agama dan Budaya, IX, 21 (1991/1992), h. 28

4

(12)

menyimpulkan bahwa “motivasi berprestasi merupakan potensi individu yang menjadi landasan utama terhadap proses pembinaan, pengembangan kepribadian dan kemampuannya. Kemampuan inilah yang dominan menentukan keberhasilan seseorang.”5 Untuk itu dosen harus berupaya menimbulkan dan mempertahankan perhatian dan dorongan mahasiswa melakukan kegiatan belajar. Upaya memberikan perhatian dan dorongan belajar kepada mahasiswa dilakukan dosen sebelum mengajar dimulai, dan waktunya menurut Nana Sudjana yaitu “saat berlangsungnya proses belajar mengajar terutama pada saat mahasiswa melakukan kegiatan belajar dan pada saat kondisi belajar mengalami kemunduran.”6

Untuk belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Motivation is an essential condition of learning. Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para mahasiswa.

Seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Inilah prinsip dan hukum pertama dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi. Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal: (1) mengetahui apa yang akan dipelajari; dan (2) memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari. Dengan berpijak pada dua unsur motivasi inilah sebagai dasar permulaan yang baik untuk belajar. Sebab kata Sardiman “tanpa motivasi (tidak mengerti apa yang akan dipelajari dan tidak memahami mengapa hal itu perlu dipelajari) kegiatan belajar mengajar sulit untuk berhasil.”7

Perhatian mahasiswa terhadap stimulus belajar dapat diwujudkan melalui beberapa upaya seperti sebagaimana pendapat Daud Effendy dengan

5

Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, (Jakarta: 1995), h. 130

6

Nana Sudjana, Dasar-Dasar Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1995), Cet. III, h. 160

7

(13)

“penggunaan media pengajaran atau alat-alat peraga, memberikan pertanyaan kepada mahasiswa, membuat variasi belajar pada mahasiswa, melakukan pengulangan informasi yang berbeda sifatnya dengan cara sebelumnya, memberikan stimulus belajar dalam bentuk lain sehingga mahasiswa tidak bosan.”8

Menurut Sardiman, ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di kampus di antaranya: “memberi angka, hadiah, saingan/kompetisi, memberi ulangan, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat, tujuan yang diakui.”9

Seyogyanya dalam mencapai keberhasilan belajar, mahasiswa harus memiliki motivasi, baik berasal dari diri mahasiswa tersebut (intern) maupun dari luar diri mahasiswa (ekstern) seperti dosen dan lingkungan kampus

Adapun penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya permasalahan bahwa motivasi merupakan salah satu penentu dalam keberhasilan belajar, Namun apakah motivasi itu benar-benar berpengaruh terhadap hasil belajar mahasiswa pada mata mata kuliah akuntansi di Jurusan Pendidikan IPS FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan bagaimana tingkat hubungan motivasi itu dalam keberhasilan belajar mahasiswa.

Dengan dasar itulah penulis tertarik untuk menjadikan sebuah tema karya ilmiah berjudul “Hubungan Antara Motivasi Belajar Dan Hasil Belajar Akuntansi Mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah yang diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Mahasiswa kurang termotivasi dalam mata kuliah akuntansi

2. Dosen akuntansi kurang menumbuhkan dan meningkatkan motivasi mahasiswa

8

Daud Effendy, Motivasi Sebagai Tugas dalam Pendidikan, Mimbar Agama dan Budaya, h. 28

9

(14)

3. Pelaksanaan pembelajaran akuntansi di Jurusan Pendidikan IPS FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kurang efektif

4. Kurangnya fasilitas pembelajaran yang tersedia, sehingga dosen tidak dapat memberikan motivasi belajar kepada mahasiswa dengan maksimal 5. Ketidaksesuaian metode yang digunakan dosen dalam pembelajaran

akuntansi sehingga berpengaruh terhadap motivasi belajar mahasiswa 6. Hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah akuntansi belum memuaskan.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian identifikasi di atas, untuk lebih memperjelas dan memberi arah yang tepat dalam pembahasan skripsi ini, maka diberikan batasan yang berkaitan dan sesuai dengan judul yang ada. Penulis hanya akan membahas masalah:

1. Motivasi belajar mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Hasil belajar mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada mata mata kuliah

3. Hubungan antara motivasi belajar dan hasil belajar akuntasi mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, dapatlah dirumuskan masalahnya sebagai berikut:

1. Bagaimana motivasi belajar mahasiswa pada mata mata kuliah akuntansi Jurusan Pendidikan IPS FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

2. Bagaimana hasil belajar akuntasni mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

(15)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tingkat motivasi belajar mahasiswa pada mata mata kuliah akuntansi di Jurusan Pendidikan IPS FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Untuk mengetahui hasil belajar mahasiswa pada mata mata kuliah akuntansi di Jurusan Pendidikan IPS FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan hasil belajar mahasiswa pada mata mata kuliah akuntansi di Jurusan Pendidikan IPS FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna :

a. Secara umum penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam dunia pendidikan ekonomi/akuntansi.

b. Secara institusional hasil penelitian diharapkan dapat memberikan konstribusi terhadap pengembangan program studi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(16)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Motivasi

1. Definisi Motivasi

Istilah “motivasi berasal dari kata movere (latin) yang berarti menggerakkan, oleh karena itu motivasi sering disebut sebagai penggerak perilaku (The Energizer of Behaviour).”1

Ames dan Ames(1984) menjelaskan motivasi dari pandangan kognitif. Menurut pandangan ini, motivasi sebagai perspektif yang dimiliki seorang mengenai dirinya sendiri dan lingkungannya sebagai contoh seorang mahasiswa yang percaya bahwa dirinya memiliki kemampuan yang diperlukan untuk melakukan suatu tugas akan termotivasi untuk melakukan tugas tersebut. Konsep diri yang positif ini menjadi motor penggerak bagi kemauannya. Motivasi dapat juga diartikan dengan segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhan.

Motivasi juga dapat diartikan “sebagai dorongan atau kekuatan dari dalam diri seseorang yang mendorong orang untuk bertingkah laku atau berbuat sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu.”2

Dalam referensi lain motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.

1

Irwanto, dkk, Psikologi Umum, Buku Panduan Mahamahasiswa, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997), h. 95

2

M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangannya, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 2001), Cet. III, h. 128

(17)

Menurut Gleitman, yang dikutip oleh Muhibbin Syah, “motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah”.3

Sedangkan menurut Mc. Donald, yang dikutip oleh Sardiman A.M Bahwa motivasi adalah “perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.”4

Menurut Vroom, yang dikutip oleh Ngalim Purwanto, “motivasi mengacu kepada suatu proses mempengaruhi pilihan-pilihan individu terhadap bermacam-macam bentuk kegiatan yang dikehendaki.”5

Menurut John P. Campbell dan kawan-kawan yang dikutip oleh Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa motivasi mencakup di dalamnya arah atau tujuan tingkah laku, kekuatan respon, dan kegigihan tingkah laku. Di samping itu, istilah itu pun mencangkup sejumlah konsep seperti dorongan (drive), kebutuhan (need), rangsangan (incentive), ganjaran (reward), penguatan (reinforcement), ketetapan tujuan (goal setting), harapan (expectancy).6

Menurut berbagai definisi, motivasi mengandung tiga komponen pokok, yaitu menggerakkan, mengarahkan dan menopang tingkah laku manusia

1. Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada individu memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu.

2. Motivasi juga mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku dengan demikian ia juga menyediakan suatu orientasi tujuan tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu.

3. Untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu.7

Jadi menurut para ahli yang telah disebutkan diatas bahwa, motivasi itu adalah kekuatan yang ada pada diri seseorang yang mendorong untuk

3

Muhibbin Syah, Psikologi Dosenan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. VII, h. 136

4

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: CV Rajawali, 1990), h. 73 5

Ngalim Purwanto, Psikologi Dosenan, (Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2003), Cet. IXX, h. 72

6

Ngalim Purwanto, Psikologi Dosenan, h. 72 7

(18)

bertingkah laku atau berbuat sesuatu yang mencapai tujuan tertentu dan dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu.

Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan menimbulkan persoalan gejala kejiwaan, perasaan, dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan, atau keinginan. Atau dapat pula diartikan sebagai kekuatan-kekuatan atau tenaga yang dapat memberikan dorongan kepada kegiatan belajar mahasiswa.

2. Macam-macam motivasi

Pendapat mengenai klasifikasi motif itu ada bermacam-macam. Beberapa yang terkenal diantaranya adalah yang dikemukakan berikut ini:

Menurut Sartain, yang dikutip oleh Ngalim Purwanto, motif-motif itu dapat dibedakan menjadi dua golongan sebagai berikut:

1. Physiological drive ialah: dorongan-dorongan yang bersifat fisik/jasmaniah, seperti lapa, haus, seks dan sebagainya.

2. Social motives ialah: dorongan-dorongan yang ada hubungannya dengan orang/manusia yang lain, seperti: dorongan estetis, dorongan ingin selalu berbuat baik.8

Menurut Woodwort, yang dikutip oleh Ngalim Purwanto, membagi motif-motif menjadi dua bagian, diantaranya:

Unlearned motives (motif-motif pokok yang tidak dipelajari) dan learned motives (motif-motif yang dipelajari). Motif yang tidak dipelajari merupakan motif yang pokok yang biasa disebut drive (dorongan). Yang termasuk kedalam unlearned motives ialah motif-motif yang timbul disebabkan oleh kekurangan-kekurangan dalam tubuh seperti: lapar, haus, sakit dan sebagainya.9

8

(19)

Kemudian Woodworth dan Marquis menggolongkan motif-motif menjadi tiga maca: yaitu:

1. Kebutuhan-kebutuhan organis, yaitu motivasi yang berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan dalam, seperti makan, minum, tidur dan sebagainya.

2. Motivasi darurat (Emergency motive) yang mencakup dorongan untuk menyelamatkan diri (Escape motive), dorongan untuk berusaha, dorongan untuk membalas (Combat motive).

3. Motivasi obyektif, yaitu motivasi yang diarahkan kepada objek atau tujuan tertentu di sekitar kita mencakup kebutuhan untuk eksplorasi, manipulasi, menaruh minat (Interest). Motif-motif ini muncul karena adanya dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif.10

Menurut Alisuf Sabri, motif dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:

1. Motivasi intrinsik ialah motivasi yang berasal dari diri seseorang tanpa dirangsang dari luar karena diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Contoh: motivasi yang bertujuan untuk belajar, misal ingin memperoleh ilmu pengetahuan.

2. Motivasi ekstrinsik ialah motivasi yang datang karena adanya perangsangan dari luar. Contoh: seseorang termotivasi belajar karena ingin mendapatkan nilai yang terbaik sehingga akan memperoleh pujian atau penghargaan dari orang tuanya.11

Jadi menurut para ahli yang telah disebutkan di atas bahwa macam-macam motivasi yang bersifat jasmaniah, bersifat sosial, dan ada yang menggolongkan motivasi bersifat tiga macam yaitu: kebutuhan-kebutuhan organis, motif-motif darurat dan motif-motif obyektif, dan adapula yang membaginya menjadi dua macam, yaitu motif intrinsik dan motif ekstrinsik.

Maka dapat disimpulkan bahwasannya motivasi itu sangat bervariasi karena bisa dilihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda dan motivasi itu ada yang dirangsang oleh fakor dari luar dan ada pula yang memang sudah ada dalam diri seseorang itu sendiri.

10

M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangannya, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 2001 ), Cet. III, h. 130

11

(20)

3. Fungsi Motivasi

Diantara fungsi motivasi adalah sebagai berukut :

a. Pendorong orang untuk berbuat dalam mencapai tujuan. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Penentu arah perbuatan yaitu kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

c. Penseleksi perbuatan sehingga perbuatan orang yang mempunyai motivasi senantiasa selektif dan terarah kepada tujuan yang ingin dicapai.12

Jadi menurut para ahli fungsi motivasi itu ada tiga yaitu sebagai pendorong perbuatan, pengarah perbuatan, dan penyeleksi perbuatan, dan motivasi pulalah yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan.

Maka dapat disimpulkan bahwasannya motivasi itu sangat diperlukan oleh seseorang, karena motivasi mempunyai fungsi sebagai pendorong, pengarah dan penyeleksi perbuatan yang dengan ketiga fungsi itu seseorang mendapat tujuan yang diinginkannya.

4. Tujuan Motivasi

Secara umum dapat dikatakan bahwa “tujuan motivasi adalah untuk atau mengarahkan seseorang agar timbul keinginan dan kemampuannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu.”13

Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan motivasi adalah mengarahkan seseorang untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang diinginkannya.

12

(21)

5. Pertentangan Konflik Antara Motif-motif

Sartain membedakan 3 macam konflik atau pertentangan antara motif-motif sebagai berikut: “Approach-Avoidance Conflict, Approach-Approach Conflict Avoidance- Avoidance Conflict”.14

a. Approach-Avoidance Conflict

Merupakan pertentangan antara motif-motif yang saling berlawanan maksud atau tujuannya. Motif yang satu mendorong untuk mencapai/mendekatinya, sedang motif yang lain mendorong untuk menghindari/menjauhinya.

b. Approach-Approach Conflict

Pertentangan ini dibagi menjadi dua macam 1) ConvergentApproach-Approach Conflict

Konflik ini terjadi bila dua motif yang bertentangan satu sama lain mendorong seseorang kepada obyek tujuan yang sama. sebagai contoh: Seorang ayah yang hidup tentram dengan keluarganya, pada suatu hari bercekcok agak keras dengan isterinya karena suatu hal. Di dalam dirinya timbul dua motif yang bertentangan; ia sebenarnya mencintainya, tetapi disaat itu ia ia ingin menceraikannya.

2) Divergent Approach-Approach Conflict

Konflik ini terjadi bila terdapat dua motif dan dua tujuan yang bersaingan satu sama lain dalam satu saat yang sama. contohnya: seorang anak berhasrat untuk mengaji, tetapi pada saat itu juga ia ingin bersama-sama temannya pergi bermain bola. Motif ingin pergi mengaji dan motif ingin bermain bola timbul bersama-sama dalam satu saat, sehingga terjadilah pertentangan.15

c. Avoidance- Avoidance Conflict

Konflik ini terjadi bila dua obyek tujuan yang kedua-duanya tidak diinginkan, tetapi salah satu diantaranya harus dipilih. Contohnya: seorang tentara yang sedang bertempur berhadapan dengan musuh digaris depan.

14

Ngalim Purwanto, Psikologi, Dosenan, h. 67 15

(22)

Mungkin dalam dirinya waktu itu timbul dua dorongan: menghindarkan diri sambil mundur agar dirinya selamat atau bertahan dan maju untuk menghindarkan sangkaan bahwa ia penakut/pengecut, biarpun situasi pada waktu itu benar-benar membahayakan.16

Jadi dapat disimpulkan bahwasannya sering kali dalam diri manusia terjadi pertentangan konflik antara-motif-motif, terkadang diwaktu bersamaan ada motif yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu tetapi dilain sisi yang mendorong untuk menghindarinya.

6. Teori Motivasi a. Teori Hedonisme

Implikasi dari teori ini adalah adanya tanggapan bahwa semua orang akan cenderung menghindari hal-hal yang sulit dan menyusahkan, atau yang mengandung resiko berat, dan lebih suka melakukan sesuatu yang mendatangkan kesenangan baginya. Contohnya mahasiswa di suatu kelas merasa gembira dan bertepuk tangan mendengar pengumuman dari kepala kampus bahwa dosen matematika mereka tidak mengajar karena sakit. Menurut teori hedonisme, para mahasiswa pada contoh tersebut harus diberi motivasi secara tepat agar tidak malas dan mau belajar dengan baik, dengan memenuhi kesenangannya.17

b. Teori Naluri

Pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok yang dalam hal ini disebut juga naluri, yaitu:

1. Dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri 2. Dorongan nafsu (naluri) mengembangkan diri

3. Dorongan nafsu (naluri) mengembangkan dan mempertahankan diri

Dengan dimilikinya ketiga naluri pokok itu, maka kebiasaan-kebiasaan ataupun tindakan–tindakan dan tingkah laku manusia yang diperbuatnya

16

(23)

sehari-hari mendapat dorongan atau gerakan oleh ketiga naluri tersebut. Oleh karena itu, menurut teori ini, “ untuk memotivasi seseorang harus berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu dikembangkan.”18

c. Teori reaksi yang Dipelajari

Teori berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak berdasarkan naluri-naluri, tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan di tempat orang itu hidup. Menurut teori ini apabila seorang dosen akan memotivasi mahasiwanya, dosen itu hendaknya mengetahui benar-benar latar belakang kehidupan dan kebudayaan orang-orang yang dipimpinnya.

d. Teori Daya Pendorong

Teori ini merupakan perpaduan antara Teori Naluri dengan Teori Reaksi yang Dipelajari. Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya suatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum. Oleh karena itu, menurut teori ini, bila seorang dosen ingin memotivasi mahasiwanya, ia harus mendasarkannya atas daya pendorong, yaitu atas naluri dan juga reaksi yang dipelajari dari kebudayaan lingkungan yang dimilikinya.19

e. Teori Kebutuhan

Teori motivasi yang sekarang banyak dianut orang adalah teori kebutuhan. Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun psikis. Oleh karena itu, menurut teori ini, apabila seorang dosen bermaksud memberikan motivasi kepada seseorang, ia harus berusaha mengetahui terlebih dahulu apa kebutuhan-kebutuhan orang yang akan dimotivasinya.20

Jadi dapat disimpulkan bahwasannya teori motivasi itu memberitahukan kepada dosen bagaimana cara memberikan motivasi yang tepat kepada mahasiwanya.

18

Ngalim Purwanto, Psikologi, Dosenan, h. 75 19

Ngalim Purwanto, Psikologi, Dosenan, h. 76 20

(24)

7. Upaya dalam menumbuhkan motivasi

Mengembangkan motivasi tidaklah mudah, dalam hal ini dosen harus dapat menggunakan berbagai macam cara untuk membangkitkan motivasi belajar mahasiswa.

Menurut Tadjab di antara cara untuk membangkitkan motivasi belajar itu adalah sebagai berikut:

a.Menjelaskan kepada mahasiswa, alasan suatu bidang studi dimasukkan dalam kurikulum dan kegunaannya untuk kehidupan kelak.

b.Mengkaitkan materi mata kuliah dengan pengalaman mahasiswa diluar lingkungan kampus.

c.Menunjukkan antusias dalam mengajar bidang studi yang dipegang. d.Mendorong mahasiswa untuk memandang belajar di kampus sebagai

suatu tugas yang tidak harus serba menekan, sehingga mahasiswa mempunyai intensitas untuk belajar dan menyelesaikan tugasnya dengan sebaik mungkin.

e.Menciptakan iklim dan suasana dalam kelas yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.

f. Memberikan hasil ulangan dalam waktu sesingkat mungkin.

g.Partisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler, untuk meningkatkan hubungan antara dosen dengan mahasiswa.

h.Menggunakan bentuk-bentuk kompetisi (persaingan) antara mahasiswa. i. Menggunakan insentif, seperti pujian, hadiah secara wajar. Dengan

demikian pula hukuman-hukuman dan celaan patut diberikan dengan alasan yang cukup kuat.21

j. Menggunakan metode yang bervariasi.

k.Memberikan dorongan kepada mahasiwa untuk belajar.

l. Menjelaskan secara konkret kepada mahasiwa apa yang dapat dilakukan pada akhir pengajaran.

m.Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai mahasiwa sehingga dapat merangsang untuk mendapat prestasi yang lebih baik di kemudian hari.

n.Membentuk kebiasaan belajar yang baik.

o.Membantu kesulitan belajar mahasiwa secara individual maupun kelompok.22

21

Tadjab, Ilmu Jiwa Dosenan, (Surabaya: Karya Abitama, 1994), Cet. I, h. 103 22

(25)

B. Hasil Belajar Mahasiswa 1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil menunjukkan kepada “suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan yang menjadi hasil belajar.”23

Proses belajar dapat melibatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. “Pada belajar kognitif, prosesnya mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan berfikir (cognitive), pada belajar afektif mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan merasakan (afektif), sedang belajar psikomotorik memberikan hasil belajar berupa pengetahuan.”24

“Hasil belajar merupakan perubahan perilaku mahasiswa akibat belajar. Perubahan itu diupayakan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu.”25

Menurut Briggs hasil belajar adalah “sebagai perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.”26

Menurut Gronlund hasil belajar adalah “suatu hasil yang diharapkan dari pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rumusan prilaku tertentu.”27

Menurut Bloom hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang didapat setelah proses belajar. Klasifikasi hasil belajar secara garis besar terdiri dari:

a. Ranah kognitif yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu : 1)Pengetahuan atau ingatan, 2) Pemahaman, 3) Aplikasi, 4) Analisis, 5) Sintesis dan 6) Evaluasi

23

Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Dosenan DEPDIKNAS, Jurnal Teknologi

(Ciputat: 2005), h. 155 24

Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Dosenan DEPDIKNAS, h. 154 25

Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Dosenan DEPDIKNAS, h. 147 26

Badan Peneitian dan Pengembangan Departemen Dosenan Nasional, Jurnal Dosenan dan Kebudayaan, (Jakarta: 1995), h. 130

27

(26)

b. Ranah afektif yang berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu : 1) Penerimaan, 2) Jawaban, 3) Penilaian, 4) Organisasi dan 5) Interaksi.

c. Ranah Psikomotorik yang berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.28

Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah “kemampuan-kemampuan yang dimiliki mahasiswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Ngalim Purwanto hasil belajar adalah hasil tes yang digunakan untuk menilai hasil-hasil mata kuliah yang digunakan untuk menilai hasil-hasil mata kuliah yang diberikan oleh dosen kepada mahasiswa dalam waktu tertentu.”29

Jadi menurut para ahli yang telah disebutkan di atas bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotor dan juga merupakan wujud perubahan perilaku yang terjadi atas suatu objek tertentu sebagai akibat dari proses balajarnya.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku mahasiswa akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Pencapaian itu didasarkan atas tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Hasil itu dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.

2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Pada dasarnya, hasil belajar mahasiswa yang baik dalam kegiatan pembelajaran di kampus bukan hanya disebabkan oleh kecerdasan mahasiswa itu saja, akan tetapi masih ada hal lain yang juga menjadi faktor penentu yang tidak dapat dipisahkan dalam mencapai keberhasilan belajar mahasiswa. Adapun faktor-faktor tersebut secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: yang bersumber dari dalam diri manusia yang belajar, yang disebut sebagai faktor internal dan faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang belajar yang disebut faktor eksternal.

28

(27)

a. Faktor yang bersumber dari dalam diri manusia dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni faktor biologis dan psikologis. Yang dikategorikan faktor biologis antara lain usia, kematangan kesehatan, sedangkan yang dikategorikan sebagai faktor psikologis adalah kelelahan, suasana hati, minat, dan kebiasaan belajar.

b. Faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang belajar dapat diklasifikasikan menjadi dua juga yakni faktor manusia (human) dan faktor, seperti alam, hewan dan lingkungan fisik.30

Sedangkan menurut Ahmadi dan Joko Tri Prasetyo merumuskan bahwa yang mempengaruhi hasil belajar mahasiswa adalah :

a. Faktor raw input (Faktor mahasiswa atau anak itu sendiri), dimana anak memiliki kondisi yang berbeda dalam :

1. Kondisi fisiologis

Yang termasuk dalam kondisi fisiologis mahasiswa ialah kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya. 2. Kondisi psikologis

Sedangkan kondisi psikologis mencakup minat, kecerdasan, dan motivasi serta kemampuan-kemampuan kognitif yaitu persepsi, ingatan, dan pikiran.

b. Faktor environtmental input (faktor lingkungan), baik itu lingkungan alam maupun lingkungan sosial.

Faktor environtmental input yang didalamnya antara lain : 1. kurikulum

2. program/ bahan pengajaran 3. sarana dan fasilitas

4. dosen/ tenaga pengajar31

Maka secara keseluruhan dari faktor-faktor yang disebutkan di atas sangat berkaitan erat dan saling mendukung satu sama lainnya.

Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi belajar, dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu :

a. Faktor-faktor stimulus belajar

Yang dimaksud dengan stimulus belajar disini yaitu segala hal diluar individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Stimulus

30

Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), Cet. I, h. 21

31

(28)

dalam hal ini, mencakup material, penugasan, serta suasana lingkungan eksternal yang harus diterima dan dipelajari oleh pelajar. Berikut ini dikemukakan beberapa hal yang berhubungan dengan faktor-faktor stimulus belajar.

1. Panjangnya bahan mata kuliah

Bahan mata kuliah yang terlalu panjang atau terlalu banyak dapat menyebabkan kesulitan individu dalam belajar. Kesulitan individu tidak semata-mata karena panjangnya waktu untuk belajar, melainkan lebih berhubungan dengan faktor kelelahan serta kejemuan si pelajar dalam menghadapi atau mengerjakan bahan yang banyak itu.32

2. Kesulitan bahan mata kuliah

Tiap-tiap bahan mata kuliah mengandung tingkat kesulitan bahan mata kuliah dan mempengaruhi kecepatan belajar. Makin sulit suatu bahan mata kuliah, makin lambatlah orang mempelajarinya. Sebaliknya, semakin mudah bahan mata kuliah makin cepatlah orang dalam mempelajarinya.

3. Berartinya bahan mata kuliah

Belajar memerlukan modal pengalaman yang diperoleh dari belajar waktu sebelumnya. Modal pengalaman itu dapat berupa penguasaan bahasa, pengetahuan, dan prinsip-prinsip. Modal pengalaman ini menentukan keberartian dari bahan yang dipelajari diwaktu sekarang. Bahan yang berarti adalah bahan yang dapat dikenali. Bahan yang berarti memungkinkan individu untuk belajar, karena individu dapat mengenalnya.33

4. Berat ringannya tugas

Mengenai berat ringannya suatu tugas, hal ini erat hubungannya dengan tingkat kemampuan individu. Tugas-tugas yang terlalu ringan atau mudah adalah mengurangi tantangan belajar, sedangkan

32

Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), Cet. II, h. 139

(29)

tugas yang terlalu berat atau sukar membuat individu kapok (jera) untuk belajar.

5. Suasana lingkungan eksternal

Suasana lingkungan eksternal menyangkut banyak hal antara lain : cuaca (suhu udara, mendung), waktu (pagi, siang, sore), kondis tempat (kebersihan), letak kampus, penerangan (berlampu, bersinar matahari), dan sebagainya. Faktor-faktor ini mempengaruhi sikap dan reaksi individu dalam aktivitas belajarnya, sebab individu yang belajar adalah interaksi dengan lingkungannya.34

b. Faktor-faktor metode belajar

Metode mengajar yang dipakai oleh dosen sangat mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh si pelajar. Dengan perkataan lain, metode yang dipakai oleh dosen menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar.

Faktor-faktor metode belajar menyangkut hal-hal berikut ini. 1. Kegiatan berlatih atau praktek

2. Overlearning dan drill

Untuk kegiatan yang bersifat abstrak seperti misalnya menghafal atau mengingat, maka overlearning sangat diperlukan overlearning dilakukan untuk mengurangi kelupaan dalam mengingat keterampilan-keterampilan yang pernah dipelajari.35

3. Resitasi selama belajar

Kombinasi kegiatan membaca debgab resitasi sangat bermanfaat untuk meningatkan kemampuan membaca itu sendiri, maupun untuk menghafal bahan mata kuliah.

4. Pengenalan tentang hasil-hasil belajar

Pengenalan seseorang terhadap hasil atau kemajuan belajarnya adalah penting, karena dengan mengetahui hasil-hasil yang sudah

34

Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, h. 141 35

(30)

dicapai, seseorang akan lebih berusaha meningkatkan hasil belajar selanjutnya36.

5. Belajar dengan keseluruhan dan dengan bagian-bagian

Belajar mulai dari keseluruhan kebagian-bagian lebih menguntungkan daripada belajar mulai dari bagian-bagian. Hal ini dapat dimaklumi, karena dengan mulai dari keseluruhan individu menemukan set yang tepat untuk belajar.

6. Penggunaan modalitas indra

Modalitas indra yang dipakai oleh masing-masing individu dalam belajar tidak sama. Sehubungan dengan itu ada tiga impresi yang penting dalam belajar, yaitu: oral, visual, dan kinestetik.

7. Bimbingan dalam belajar

Bimbingan yang terlalu banyak diberikan oleh dosen atau orang lain cenderung membuat si pelajar menjadi tergantung. Bimbingan dapat diberikan dalam batas-batas yang diperlukan oleh individu. 8. Kondisi-kondisi intensif.37

c. Faktor-faktor individual

Faktor individual sangat besar pengaruhnya terhadap belajar seseorang. Adapun faktor-faktor individual itu menyangkut hal-hal berikut :

1. Kematangan

2. Faktor usia kronologis

3. Faktor perbedaan jenis kelamin 4. Pengalaman sebelumnya 5. Kapasitas mental

6. Kondisi kesehatan jasmani 7. Kondisi kesehatan rohani 8. Motivasi.38

36

Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, h. 144 37

(31)

Jadi faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar terdiri dari dua jenis yaitu: yang bersumber dari dalam diri manusia yang belajar (faktor internal) dan yang bersumber dari luar diri manusia yang belajar (faktor eksternal).

Maka dapat disimpulkan dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Secara keseluruhannya sangat berkaitan erat dan saling mendukung satu sama lainnya.

3. Sasaran dan obyek penilaian

langkah pertama yang ditempuh dosen dalam mengadakan penilaian adalah menetapkan apa yang menjadi sasaran atau obyek penilaian. Sasaran ini penting diketahui agar memudahkan dosen dalam menyusun alat evaluasi. Pada umumnya ada tiga sasaran pokok penilaian, yakni :

a) Segi tingkah laku, artinya segi menyangkut sikap, minat, perhatian, keterampilan mahasiswa sebagai akibat dari proses belajar mengajar. b) Segi isi dosenan, artinya penguasaan bahan pengajaran yang diberikan

dosen dalam proses belajar mengajar.

c) Segi yang menyangkut proses belajar dan mengajar. Proses tersebut perlu diadakan penilaian secara obyektif dari dosen, sebab baik tidaknya belajar dan mengajar akan menentukan baik tidaknya hasil belajar.39

Hasil belajar sebagai obyek penelitian pada hakikatnya menilai penguasaan mahasiswa terhadap tujuan-tujuan instruksional. Hasil belajar sebagai obyek penelitian dapat dibedakan kedalam berbagai kategori antara lain keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita.

Maka dapat disimpulkan bahwasannya dalam mengadakan penelitian ada tiga sasaran yang harus diperhatikan diantaranya, segi tingkah laku, segi isi materi dan segi yang menyangkut belajar dan mengajar. Ketiga sasaran pokok di atas harus dievaluasi secara menyeluruh, artinya jangan hanya menilai segi penguasaan materi, tapi juga harus menilai segi perubahan tingkah laku dan

39

(32)

proses belajar mengajar itu sendiri secara adil. Dengan menetapkan sasaran di atas maka seorang dosen akan mudah menetapkan alat evaluasinya.

4. Jenis alat penilaian hasil belajar

Secara garis besar, alat penilaian atau evaluasi yang digunakan dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu tes dan non tes.

a) Tes

Tes adalah “suatu alat atau prosedur yang sistematis dan obyektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang dengan cara yang boleh dikatakan tepat atau cepat” 40.

Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengkur mahasiswa maka dibedakan atas adanya tiga macam tes, yaitu :

1. Tes diagnostik, yaitu tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahana mahasiswa, sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat.

2. Tes formatif, yaitu dari kata “form” yang merupakan dasar dari istilah “formatif” maka evaluasi formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana mahasiswa telah terbentuk setelah mengikuti program tertentu

3. Tes sumatif, yaitu tes yang dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian kelompok program atau sebuah program yang lebih besar. Dalam pengalaman kampus, tes formatif disamakan dengan ulangan harian, sedangkan tes sumatif disamakan dengan ulangan umum yang biasanya dilaksanakan pada akhir catur wulan atau semester.41

b) Non tes

Untuk menilai aspek tingkah laku, jenis non tes lebih sesuai digunakan sebagai alat evaluasi, seperti menilai aspek sikap, minat, karakteristik, dan lain-lain. Alat penilaian jenis non tes ini antara lain :

1. Observasi, yakni pengamatan kepada tingkah laku pada suatu tertentu.

2. Wawancara, yakni komunikasi langsung antara yang mewawancarai dan yang diwawancarai.

3. Studi kasus, yaitu mempelajari individu dalam periode tertentu secara terus-menerus untuk melihat perkembangannya.

40

Amir dan Indra Kusuma, Evaluasi Dosenan, Jilid I, h. 27 41

(33)

4. Rating scale (skala penilaian), merupakan salah satu alat penilaian yang menggunakan skala yang telah disusun dari ujung yang negatif sampai yang positif, sehingga si penilai tinggal membubuhi tanda cek saja.

5. Chek list, hampir menyerupai rating scale hanya saja pada cek list tidak perlu disusun kriteria atau skala dari yang negatif sampai yang positif, cukup dengan kemungkinan-kemungkinan jawaban yang akan kita minta dari yang dievaluasi.

6. Inventory, yaitu daftar pertanyaan yang disertai alternatif jawaban diantara setuju, kurang setuju, atau tidak setuju.42

Maka dapat disimpulkan, kedua jenis alat penilaian tersebut sangat baik digunakan oleh dosen dalam proses belajar mengajar, dan hendaknya para dosen dapat menempatkan penggunaan alat penilaian ini dengan tepat agar dapat memperoleh data yang akurat dan obyektif dalam menilai hasil belajar para mahasiswanya.

5. Fungsi dan tujuan penilaian hasil belajar

Penilaian atau evaluasi adalah suatu cara yang sistematik dalam menganalisa suatu pekerjaan sehingga kita mengetahui sampai seberapa jauh pekerjaan itu dapat memperoleh hasil yang memuaskan dengan mempergunakan bahan-bahan dan cara-cara tertentu. Adapun alat yang digunakan untuk mengadakan penilaian diantaranya tes dan non tes.43

Adapun fungsi penilaian itu sendiri dapat dijelaskan lebih terperinci sebagai berikut :

1. Penentuan kelemahan atau kekuatan serta kesanggupan mahasiswa dalam memiliki atau menguasai materi yang telah diterima dalam proses belajar mengajar.

2. Penentuan-penentuan yang perlu direvisi atau diperbaiki, umpamanya: metode, materi, alat, tujuan dan sebagainya.

3. Penentuan kelemahan atau kekuatan dosen dalam melaksanakan program belajar mengajar.

42

Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, h. 30 43

(34)

4. Menyediakan bahan untuk membimbing pertumbuhan dan perkembangan mahasiswa secara individual atau kelompok.

5. Untuk mengetahui seberapa jauh dasar-dasar yang telah dikuasai mahasiswa

6. Untuk mengetahui sifat-sifat yang dimilikinya, dan tingkat kecerdasan mahasiswa.

7. Untuk mengetahui kehidupan (standing) akan dalam kelompok. 8. Sebagai seleksi dikalangan mahasiswa.

9. Untuk memberi motivasi belajar terhadap anak.

10.Hasil penilaian berupa petunjuk bagi dosen, apakah metode dan bahan mata kuliah yang diberikannya sudah cukup baik atau tidak.

11.Hasil evaluasi dapat memberikan motivasi belajar terhadap anak-anak. 12.Dengan hasil penilaian, dosen dapat memberikan saran-saran kepada

anak dan orang tua, jalan atau cara yang baik dalam belajar dan bekerja selanjutnya.44

C. Hakikat Pembelajaran Akuntansi

Sebelum pembahasan tentang pengertian dan tujuan akuntansi, maka dalam bab II sub sub bab 3 ini terlebih dahulu akan dipaparkan pembahasan mengenai pengertian dan tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang merupakan payung bagi mata kuliah akuntansi.

a. Pengertian IPS

Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan terjemahan dari apa yang di dunia pendidikan dasar dan lanjutan Amerika Serikat dinamakan social studies. Dengan demikian sesuai dengan isinya IPS boleh saja diartikan penelaahan masyarakat. Para mahasiswa di lembaga pendidikan lanjutan pertama memalui mata kuliahsejarah, geografi dan ekonomi diajak oleh dosen untuk menelaah masyarakat manusia baik yang berada di sekelilingnya maupun yang ada di negeri lain, baik yang ada ada di masa sekarang maupun di masa lampau. Dengan

44

(35)

demikian para mahasiswa dalam menghayati masa kontempoler dibekali tentang pengetahuan latar belakangnya.

Pada jenjang pendidikan dasar, pemberian mata mata kuliahIPS dimaksudkan untuk membekali mahasiswa dengan pengetahuan dan kemampuan praktis agar mereka dapat menelaah, mempelajari dan mengkaji fenomena-fenomena serta masalah sosial yang ada di sekitar mereka.

Menurut Safruddin Nurdin Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah “salah satu mata mata kuliahyang diajarkan di lembaga pendidikan, mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai menengah”.44

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mendapat sumber materi dari berbagai bidang ilmu sosial, seperti Ekonomi, Geografi, Akuntansi, Antropologi, Sejarah dan Ilmu Politik. Meskipun IPS dapat mempelajari kehidupan sosial didukung dan berdasarkan pada bahan kajian Geografis, Ekonomi, Akuntansi, Tata Negara dan Sejarah.

Muhammad Nu’man Somantri mengartikan bahwa IPS adalah:

Suatu penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi Negara dan disiplin ilmu lainnya serta masalah-masalah sosial terkait, yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah termasuk pendidikan tinggi. 45

Dalam pengertian lain menurut S. Nasution IPS dalam buku N. Daldjoeni adalah “mata kuliah yang merupakan suatu fusi atau paduan dari sejumlah mata mata kuliah ilmu sosial”.46

Hakikat dan karakteristik mata mata kuliah IPS antara lain sebagai berikur: a. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, politik dan hukum, kewarganegaraan, akuntansi, bahkan juga humaniora, pendidikan agama

45

Muhammad Nu’man Somantri, Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS, (Jakarta:PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 74

46

(36)

b. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, sosial, ynag dikemas sedemikan rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu

c. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.

d. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi, dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuanagan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan.

e. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji manusia secara keseluruhan. 47

Jadi, berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas IPS adalah suatu mata mata kuliah yang mengkaji kehidupan sosial yang bahannya didasarkan pada kajian Sejarah, Geografi, Ekonomi, Akuntansi, Antropologi dan Tata Negara.

b. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial

Tujuan dari pendidikan IPS menurut Etin adalah “untuk mendidik dan memberi bekal kemammpuan dasar kepada mahasiswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, kemampuan dan lingkungannya, serta sebagai bekal bagi mahasiswa dan mahasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi”.28 48

Tujuan utama Ilmu Pengetahuan sosial ialah untuk menempatkan mahasiswa dan mahasiswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut

47

www. Geogle. co. id/karakteristikIPS

48

(37)

dapat dicapai mahasiswa dan mahasiswa program-program mata kuliah dan mata kuliah IPS di lembaga pendidikan diorganisasi secara baik. Dari rumusan ujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut :

1) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat

2) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah sosial

3) Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat

4) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat

5) Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab mambangun masyarakat.

4. Pengertian dan Tujuan Akuntansi a. Pengertian Akuntansi

Akuntansi berasal dari bahasa Inggris to account yang berarti memperhitungkan atau mempertanggung jawabkan. Kata Akuntansi sebenarnya diserap dari kata accountancy yang berarti hal-hal yang bersangkutan dengan accountant dengan hal-hal yang dikerjakan oleh akuntan dalam menjalankan profesinya.

(38)

organisasi kepada pihak yang berkepentingan”.49 Sedangkan menurut Hendri Simamora Akuntansi adalah “aktivitas jasa yang dirancang untuk menghimpun, mengukur, dan mengkomunikasikan informasi keuangan kepada beragam pengambil keputusan, seperti kreditor, investor, dan manajer”.50

Namun dalam pengertian lain menurut Charles Akuntasi adalah “suatu sistem yang mengukur aktivitas-aktivitas bisnis, memproses informasi tersebut ke dalam bentuk laporan-laporan, dan mengkomunikasikannya kepada para pengambil keputusan”.51 Dan menurut Suardjono Akuntansi adalah “seni pencatatan, pengolongan, dan peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang, dan penginterpretasian hasil proses tersebut”.52

Dalam pengertian lain menurut Sofyan Syafri Harahap yang dikutip dari buku A Statement of Basic Accounting Theory Akuntasi adalah “proses mengidentifikasikan, mengukur dan menyampaikan informasi ekonomi sebagai bahan informasi dalam hal pertimbangan dalam mengambil kesimpulan oleh para pemakainya”53, Sedangkan menurut Supriyono Akuntansi adalah “aktivitas yang menghasilkan jasa, di mana mempunyai fungsi untuk menyajikan informasi kuanitatif yang pada dasarnya bersifat keuangan dari suatu badan usaha atau perusahaan”54.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas Akuntansi adalah seperangkat pengetahuan dan fungsi yang berkepentingan dengan masalah pemprosesan, penganalisisan, penginterpretasian, dan penyajian secara sistematik informasi yang dapat dipercaya dan berdaya guna tentang transaksi yang bersifat keuangan yang diperlukan dalam pengelolaan dan pengoperasian suatu unit usaha yang

49

Winwin Yadiati, dan Ilham Wayudi, Pengantar Akuntansi,(Jakarta: Kencana Prenada Media grup, 2005), cet.1, h.6

50

Hendri Simamora, dkk, Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan, (Jakarta: Salemba Empat,2000),cet.pertama,h.5

51

Charles, Horgen,dkk. Akuntansi di Indonesia,(Jakarta: Salemba Empat,1997),h.3 52

Suwardjono, Akuntansi Pengantar Proses Penciptaan Data Pendekataan Sistem,

(Jakarta: BPFE Yogyakarta, 2000)h.5 53

Sofyan Syafri Harahap, Auditing Kontemporer, (Jakarta: Erlangga,1994),h.1 54

(39)

diperlukan untuk dasar penyusunan laporan yang harus disampaikan untuk memenuhi pertanggung jawaban pendosensan keuangan.

Secara umum Akuntasi mempunyai tiga kegunaan, yaitu;

1) Untuk mendapatkan informasi ekonomi (informasi keuangan tentang perusahaan yang akurat sehingga pemakai dapat mengambil yang tepat 2) Untuk memberikan pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik

perusahaan

3) Untuk mengetahui perkembangan perusahaan dari tahun ke tahun (maju mundurnya perusahaan).

Menurut Stelling membagi perkembangan Akuntansi menjadi tiga tahap yaitu:

1) Tahap Pertama

Tahap ini ruang lingkup perusahaan segala pencatatan mengenai perusahan yang dikerjakan sendiri.

2) Tahap Kedua

Perusahaan yang dikelola sudah besar, sehingga semua pendosensan dalam perusahaan tidak mungkin lagi dikelola sendiri. Pada tahap ini pencatatan Akuntansi mulai diserahkan kepada orang lain yang dimengerti tentang akuntansi

3) Tahap Ketiga

Terjadi pemisahan fungsi secara tegas dan antara pemilik dan prusahaan. Pencatatan Akuntansi mulai berkembang, sehingga timbul akan pertanggungjawaban ini dinamakan laporan keuangan.54

b. Tujuan Akuntansi

1. Dapat memberikan informasi keuangan secara jelas mengenai perusahaan tertentu, guna memenuhi keperluan pemakai dalam mengambil keputusan-keputusan ekonomi

54

(40)

2. Menyajikan informasi yang dapat dipercaya mengenai posisi keuangan dan perubahan-perubahan kekayaan bersih perusahaan

3. Menyajikan informasi keuangan yang dapat membantu para pegawai dalam menaksir kemampuan memperoleh laba dari perusahaan

4. Menyajikan informasi lain-lain yang diperlukan mengenai perubahan harta dan kewajiban serta mengungkapkan lain-lain informasi yang sesuai dengan keperluan pemakai.

5. Untuk meningkatkan informasi ekonomi (informasi keuangan) perusahaan yang akurat sehingga pemakai dapat mengambil keputusan dengan tepat 6. Untuk memberikan pertanggungjawaban manajemen kepada para pemilik

perusahaan

7. untuk mengetahui perkembangan perusahaan dari tahun ke tahun

D. Pengaruh motivasi terhadap hasil belajar

Dalam perilaku belajar terdapat motivasi belajar, sehingga berminat tidaknya seseorang dalam mempelajari suatu mata kuliah tidak terlepas dari adanya motivasi belajar. Untuk mencapai hasil belajar yang baik dan memuaskan, maka ditentukan penggerak di dalam diri mahasiswa sehingga menumbuhkan kegiatan belajar.

Semakin tinggi motivasi belajar mahasiswa, semakin besar peluang mereka untuk mencapai hasil belajar yang baik. Diketahui bahwa motivasi dapat menggerakkan atau memacu mahasiswa agar timbul keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan hasil belajarnya sehingga tercapai tujuan.

E. Kerangka Berpikir

(41)

penggalian potensi diri dan juga penghargaan karena ia mampu dan berprestasi. Hasil belajar akan lebih optimal apabila mahasiswa belajar dilandasi dengan motivasi yang kuat. Motivasi memungkinkan seseorang dengan sukarela mau belajar, karena terdapat dorongan dan kekuatan yang menyebabkan mahasiswa belajar. Makin kuat motivasi seseorang dalam mempelajari suatu mata kuliah, makin tinggi pula hasil yang dicapai oleh mahasiswa tersebut. Ciri mahasiswa yang memiliki motivasi belajar dapat diamati pula dari kesungguhan belajarnya yang dapat diamati dari indikator inisiatif belajar, keuletan, dan komitmen belajar. Karekteristik lain dari motivasi belajar adanya upaya yang dilakukan untuk menguasai materi mata kuliah. Cara menguasai materi mata kuliah merupakan hal yang penting yang dimiliki mahasiswa.

Belajar Akuntansi membutuhkan pemahaman dan kritis bukan hanya sekedar hafalan yang kurang mengembangkan proses berfikir. Oleh karenanya untuk menciptakan proses belajar yang efektif perlu ditumbuh dan dikembangkannya motivasi mahasiswa agar hasil belajar dapat diperoleh secara optimal. Motivasi belajar yang kuat perlu dimiliki oleh mahasiswa mengingat dengan adanya motivasi seseorang akan melakukan kegiatan belajar yang dilandasi oleh suatu kesadaran, dengan memiliki motivasi belajar, maka mahasiswa akan lebih giat belajar dalam menggali ilmu-ilmu yang ada pada mata kuliah Akuntansi. Dan intensitas belajar mahasiswa sangat menentukan hasil belajarnya, artinya semakin tinggi motivasi belajar mahasiswa akan menaikkan hasil belajar dalam mempelajari mata kuliah Akuntansi.

(42)

F. Pengajuan Hipotesa

Hipotesa adalah pendapat atau dugaan yang masih perlu diuji kebenarannya dalam pengalaman. Hipotesa dibagi menjadi dua yaitu hipotesa alternatif (Ha) dan hipotesa nihil (Ho).

Berdasarkan kerangka berfikir diatas dapatlah ditarik suatu kesimpulan dan sekaligus diputuskan untuk dijadikan hipotesis penelitian yang dirumuskan sebagai berikut:

Terdapat hubungan positif antara motivasi belajar dengan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Akuntansi. Artinya semakin tinggi motivasi belajar akan semakin tinggi pula hasil belajarnya.

Jika dituliskan terdapat hipotesis statistik

Ho : Tidak terdapat hubungan antara motivasi belajar dan hasil belajar akuntansi mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(43)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat, Waktu dan Sumber Data Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang lokasinya di Jl. Ir. H. Juanda

No. 95 Ciputat, Tangerang Selatan

2. Waktu Penelitian

No NAMA

KEGIATAN

BULAN

FEB MARET APRIL MEI

1. Penyusunan

Proposal

X

2. Observasi X

3. Pengumpulan Data X

4. Pengolahan Data X X X

3. Sumber Data Penelitian

Responden sebagai sumber data adalah mahasiswa angkatan 2008 Jurusan

Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyahan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang memilih konsntrasi Pendidikan Ekonomi yang berjumlah 35

(44)

mahasiswa. Menurut Arikunto “ Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari

mana data dapat diperoleh. Apabila penelitian menggunakan kuesioner dalam

pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden yaitu orang yang

merespon.”

B. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode korelasional dengan prosedur survey dengan

instrumen kuesioner untuk melihat pengaruh dan fenomena yang berkembang pada

setiap variabel dari subjek penelitian. Sebagaimana dikemukakan oleh Vandalen

“bahwa survei merupakan bagian dari studi deskriptif yang bertujuan untuk mencari

kedudukan (status) fenomena (gejala) dan menetukan kesamaan status dengan cara

melihat pengaruh antara variabel X dan variabel Y dengan standar yang sudah

ditentukan”,1 maka prosedur pemecahan masalah yang digunakan dengan

menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang

berdasarkan fakta-fakta dan data-data yang ada atau sebagaimana adanya, kemudian

data-data tersebut dianalisis, diinterprestasikan dan disimpulkan.

Pedoman yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini adalah buku

pedoman penulisan skripsi Tim Penyusun Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah “keseluruhan subjek penelitian yang terdiri dari manusia,

benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan peristiwa sebagai sumber data yang menilai

karakteristik tertentu dalam sebuah penelitian”.2 Populasi dalam penelitian ini

adalah mahasiswa angkatan 2008 Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang memilih konsentrasi Pendidikan

Ekonomi yang berjumlah 35 mahasiswa.

1

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, edisi Revisi IV, (Jakarta: Renika Cipta, 1998), h. 14

2

(45)

Sampel adalah sebagian individu yang memiliki sifat dan karakteristik yang

sama sehingga benar-benar mewakili populasi.3 Pengambilan sampel dilakukan

secara keseluruhan. Sebab jika jumlah populasi dalam penelitian kurang dari 100,

maka menurut Suharsimi Arikunto, semua populasi dijadikan sampel.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian lapangan ini penulis berusaha menganalisis data yang ada

di lapangan, sehingga antara pengertian dan teori yang ada dapat dibuktikan

relevansinya. Untuk memperoleh data-data lapangan, penulis menggunakan

beberapa teknik pengumpulan data, Yaitu:

1. Angket

Angket adalah “sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya untuk

diketahui.”4 Angket diberikan mahasiswa angkatan 2008 Jurusan Pendidikan IPS

Fakultas Ilmu Tarbiyahan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang memilih

konsntrasi Pendidikan Ekonomi yang berjumlah 35 mahasiswa.

2. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi dimaksudkan sebagai cara untuk memperoleh data

dengan jalan mengumpulkan catatan tertentu yang nyata, yang sudah tersedia

sebagai sumber penyelidikan. Studi dokumentasi ini digunakan untuk menjawab

nilai akuntansi mahasiswa angkatan 2008 Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu

Tarbiyahan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang memilih konsentrasi

Pendidikan Ekonomi yang berjumlah 35 mahasiswa yang terdiri dari nilai

Dasar-Dasar/Pengantar Akuntansi dan nilai Akuntansi Lanjutan.

3

Nana Sudjana, Penelitian Dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru, 1989), h. 84 4

Gambar

Tabel 1  Kisi-kisi Instrumen
Deskripsi Statistik Motivasi Belajar (Variabel X)Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3  Indeks Tingkat Motivasi Belajar
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Selain faktor situasional, faktor dari dalam diri juga dapat mempengaruhi tingkah laku menolong seperti: (1) suasana hati atau mood, suasana hati yang positif

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pengaruh Pola Sosialisasi Terhadap Tingkat Penyesuaian Diri (Studi Kasus: Mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS Semester VI

Terkait fungsi minat di atas dapat dipahami bahwa minat mempengaruhi bentuk intensitas cita-cita. Sebagai contoh, anak yang berminat pada olahraga maka cita-citanya

judul “ Hubungan Motivasi Mahasiswa/i Memilih Jurusan Pendidikan IPS dengan Prestasi Belajar Angkatan Tahun 2012 di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mendeskripsikan gambaran profil sosial intelektual (termasuk prestasi); mengungkapkan tingkat keterserapan dan kontribusi

al-Hadî ś Al-syarîf, Jawâ mi’ al -Kalîm dan al-Maktabah al-Syâmilah. Diantara keempat software tersebut, al-Maktabah al-Syâmilah merupakan software yang paling

Demikian pernyataan ini Saya buat dengan sebenar-benarnya dan Saya bersedia menanggung resiko dan menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.. Jakarta,