• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan pada An. M dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri di RS. dr. Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Asuhan Keperawatan pada An. M dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri di RS. dr. Pirngadi Medan"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

No. Dx Hari/tanggal Pukul Tindakan Keperawatan 1 18 juni 2013 09.00 wib

- Mengukur tanda-tanda vital TD: 120/80mmHg

RR: 22x/menit HR: 100x/menit Temp: 35,30C

- Mengkaji nyeri, lokasi, karakteristik, intensitas (skala 0-10).

- Mengajak klien menyatakan masalah, mendengar dengan aktif dam memberikan dukungan dengan menerima.

- Memberikan tindakan

kenyamanan, contoh: pijatan punggung. Yakinkan klien bahwa pengubahan posisi tidak mencederai.

- Mengajak klien penggunaan teknik relaksasi, contoh: pedoman imajinasi, aktivitas terapeutik

- Membantu dalam latihan rentang gerak dan mendorong ambulasi dengan mudah

(2)

2 19 Juni 2013

Berkolaborasi dalam pemberian obat sesuai indikasi. Contoh: ketorolac.

- Mengkaji klien

- Mengukur tanda-tanda vital TD: 120/80mmHg

RR: 22x/menit HR: 100x/menit Temp: 35,30C

- Mengkaji nyeri, lokasi, karakteristik, intensitas (skala 0-10).

- Mengajak klien menyatakan masalah, mendengar dengan aktif dam memberikan dukungan dengan menerima.

- Memberikan tindakan

kenyamanan, contoh: pijatan punggung. Yakinkan klien bahwa pengubahan posisi tidak mencederai.

- Mengajak klien penggunaan teknik relaksasi, contoh: pedoman imajinasi, aktivitas terapeutik

- Membantu dalam latihan rentang gerak dan mendorong ambulasi dengan mudah

(3)
(4)

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn, (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC. Potter & Perry, (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC.

Prasetyo S. N, (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Graha Ilmu.

(5)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Masalah ditemukan pada An.M dengan Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri berhubungan dengan post operasi (uretroplasty) ditandai dengan adanya rasa tertusuk-tusuk.

Masalah ditemukan dengan melakukan pengkajian pada tanggal 17 Juni 2013, pengkajian dilakukan dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik, observasi, dan data dokumentasi untuk memperoleh data yang akurat.

Selanjutnya implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah disusun sesuai dengan kondisi klien dan dilakukan dengan adanya kerjasama yang baik antara penulis dan keluarga klien. Dan evaluasi yang ditemukan masalah klien teratasi sebagian.

B. Saran

Bagi Pelayanan Kesehatan

Agar petugas kesehatan selalu memberikan pengarahan kepada pasien dan keluarga agar mampu memahami dalam pengobatan terhadap keluarga pasien.

Bagi Institusi Pedidikan

Meningkatkan penerapan, dan pengajaran asuhan keperawatan kepada mahasiswa, meningkatkan ilmu pengetahuan dan memberikan keterampilan yang lebih kepada mahasiswa.

Bagi Pasien dan Keluarga

(6)

BAB II Pengelolaan Kasus

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri

1. Definisi

Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat individual. Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik dan/atau mental, sedangkan kerusakan dapat terjadi pada jaringan aktual atau pada fungsi ego seorang individu.

Nyeri merupakan fenomena yang multidimensi, karena itulah sulit untuk memberikan batasan yang pasti terhadap nyeri. Sensasi nyeri yang dilaporkan tiap individu berbeda-beda, hal inilah yang menyebabkan pengertian nyeri dari masing-masing individu berbeda pula.

Menurut McCaffery (1980): nyeri adalah segala sesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja seseorang mengatakan bahwa ia merasa nyeri.

(7)

Nyeri merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk melindungi diri. Apabila seseorang merasakan nyeri, maka perilakunya akan berubah. Misalnya, seseorang yang kakinya terkilir menghindari aktivitas mengangkat barang yang memberi beban penuh pada kakinya untuk mencegah cedera lebih lanjut. Seorang klien yang memiliki riwayat nyeri dada, belajar untuk menghentikan semua aktivitas saat timbul nyeri. Nyeri merupakan tanda peringatan bahwa terjadi kerusakan jaringan, yang harus menjadi pertimbangan utama keperawatan saat mengkaji nyeri. Gunakan teknik pemeriksaan yang cermat dalam mengkaji adanya cedera, seperti pada kasus tangan terbakar atau dinding dada memar. Klien yang tidak mampu merasakan sensasi, misalnya setelah mengalami cedera pada medula spinalis atau mengalami stroke, tidak menyadari adanya cedera yang menimbulkan nyeri. Pada kasus ini, perawat harus mengantisipasi sumber-sumber nyeri yang mungkin klien miliki dan upayakan belajar untuk memantau perubahan fisiologis dengan cermat, seperti perubahan tanda-tanda vital.

Nyeri mengarah pada penyebab ketidakmampuan. Seiring dengan peningkatan usia harapan hidup, lebih banyak orang mengalami penyakit kronik, dengan nyeri merupakan suatu gejala yang umum. Kemajuan di bidang medis telah menghasilkan upaya-upaya terapeutik dan diagnostik yang seringkali menimbulkan ketidaknyamanan. Perawat setiap hari memberi asuhan keperawatan kepada klien yang mengalami nyeri. Salah satu ketakutan yang paling dini dirasakan setiap klien yang didiagnosis suatu penyakit ialah kekhawatiran nyeri yang akan mereka rasakan. (Potter&Perry, 2005).

2. Fisiologi Nyeri a. Stimulus

(8)

Munculnya nyeri dimulai dengan adanya stimulus nyeri. Stimulus-stimulus tersebut dapat berupa biologis, zat kimia, panas, listrik serta mekanik. Terdapat beberapa jenis stimulus nyeri, diantaranya:

Faktor Penyebab Contoh

Mikroorganisme (virus, bakteri, jamur, dll).

Tersiram air keras Ca mamae

Jaringan miokard yang mengalami iskemi karena gangguan aliran darah pada arteri koronaria

Terkena sengatan listrik Spasme otot

Batu ginjal, batu ureter, obstruksi usus Luka bakar

Fraktur femur Keseleo, terpelincir

Radiasi untuk pengobatan kanker Berduka, konflik, dll

b. Reseptor Nyeri

Reseptor merupakan sel-sel khusus yang mendeteksi perubahan-perubahan pertikular disekitarnya, kaitannya dengan proses terjadinya nyeri maka reseptor-reseptor inilah yang menangkap stimulus-stimulus nyeri. Reseptor ini dapat terbagi menjadi:

1. Exteroreseptor

(9)

a. Corpusculum miessineri, corpusculum merkel, untuk merasakan stimulus taktil (sentuh/rabaan).

b. Corpusculum Krausse untuk merasakan rangsang dingin

c. Corpusculum Ruffini untuk merasakan rangsang panas, merupakan ujung saraf bebas yang terletak di dermis dan sub kutis.

2. Telereseptor

Merupakan reseptor yang sensitif terhadap stimulus. 3. Propioseptor

Merupakan reseptor yang menerima impuls primer dari organ otot, spindle dan tendon golgi.

4. Intereseptor

Merupakan reseptor yang sensitif terhadap perubahan pada organ-organ visceral dan pembuluh darah.

Beberapa penggolongan lain dari reseptor sensori:

1. Termoreseptor: reseptor yang menerima sensasi suhu (panas atau dingin). 2. Mekanoreseptor: reseptor yang menerima stimulus-stimulus mekanik. 3. Nosiseptor: reseptor yang menerima stimulus-stimulus nyeri.

4. Kemoreseptor: reseptor yang menerima stimulus kimiawi. c. Pathways Nyeri

Untuk lebih mudah memahami proses terjadinya nyeri, dibutuhkan pengetahuan yang baik tentang anatomi fisiologi sistem persyarafan. Rangkaian proses terjadinya nyeri diawali dengan tahap transduksi, di mana hal ini terjadi ketika nosiseptor yang terletak pada bagian perifer tubuh distimulasi oleh berbagai stimulus, seperti faktor biologis, mekanis, listrik, thermal, radiasi, dan lain-lain. Serabut saraf tertentu bereaksi atas stimulus tertentu, sebagaimana juga telah disebutkan dalam klasifikasi reseptor sebelumnya.

Fast pain dicetuskan oleh reseptor tipe mekanis atau thermal (yaitu

(10)

tidak bermielinasi, berukuran sangat kecil dan bersifat lambat dalam menghantarkan nyeri. Serabut A mengirim sensasi yang tajam, terlokalisasi, dan jelas dalam melokalisasi sumber nyeri dan mendeteksi intensitas nyeri. Serabut C menyampaikan impuls yang tidak terokalisasi (bersifat difusi), viseral dan terus menerus. Sebagai contoh mekanisme kerja serabut A-delta dan serabut C dalam suatu trauma adalah ketika seseorang menginjak paku, sesaat setelah kejadian orang tersebut dalam waktu kurang dari satu detik akan merasakan nyeri yang terlokalisasi dan tajam, yang merupakan transmisi dari serabut A. Dalam beberapa detik selanjutnya, nyeri menyebar sampai seluruh kaki terasa sakit karena persarafan serabut C.

Serabut A-delta Serabut C

• Bermielinasi

• Diameter 2-5 mikrometer

• Kecepatan hantar 12-30m/dt

• Menyalurkan impuls nyeri yang bersifat tajam, menusuk, terlokalisasi dan jelas

• Tidak bermielinasi

• Diameter 0,4-12,2 mikrometer

• Kecepatan hantar 0,5-2m/dt

• Menyalurkan impuls nyeri yang bersifat tidak terlokalisasi, viseral dan terus-menerus

Tahap selanjutnya adalah transmisi, di mana impuls nyeri kemudian ditransmisikan serat afferen (A-delta dan C) ke medulla spinalis melalui dorsal horn, di mana di sini impuls akan bersinapsis di substansia gelatinosa (lamina II dan III). Impuls kemudian menyeberang keatas melewati traktus spinothalamus lateral diteruskan langsung ke thalamus tanpa singgah di formatio retikularis membawa impuls fast pain. Di bagian thalamus dan korteks serebri inilah individu kemudian dapat mempersepsikan, menggambarkan, melokalisasi, menginterprestasikan dan mulai berespon terhadap nyeri.

(11)

3. Teori-teori Nyeri 1. Teori Spesifik

Teori spesifik dikemukakan oleh Descartes pada abad 17. Teori ini didasari oleh adanya jalur-jalur tertentu transmisi nyeri. Adanya ujung-ujung saraf bebas pada perifer bertindak sebagai reseptor nyeri, di mana saraf-saraf ini diyakini mampu untuk menerima stimulus nyeri dan menghantarkan impuls nyeri ke susunan saraf pusat. Impuls kemudian ditransmisikan melalui dorsal horn (akar belakang) dan substansia gelatinosa ke thalamus dan terakhir pada

area kortek. Nyeri kemudian dapat diinterprestasikan dan muncul respon terhadap nyeri.

Teori ini tidak menunjukkan karakteristik multidimensi dari nyeri, teori ini hanya melihat nyeri secara sederhana yaitu melihat nyeri dari paparan biologis saja, tanpa melihat variasi dari efek psikologis individu.

2. Teori Pattern

Teori ini dikemukakan pada awal tahun 1900. Teori ini mengemukakan bahwa terdapat dua serabut nyeri utama yaitu serabut yang menghantarkan nyeri secara cepat dan serabut yang menghantarkan nyeri secara lambat (serabut A-delta dan serabut C). Stimulasi dari serabut saraf ini membentuk sebuah “pattern/pola”. Teori ini juga mengenalkan konsep “Central Summation” di mana impuls perifer dari kedua saraf disatukan di spinal cord dan dari sana hasil penyatuan impuls diteruskan ke otak untuk diinterprestasikan. Sebagaimana halnya dengan teori spesifik, teori ini juga tidak memperhatikan perbedaan persepsi dan faktor psikologis dari masing-masing individu.

3. Teori Pengontrolan Nyeri (Gate Control)

Teori gate control menyatakan bahwa nyeri dan persepsi nyeri dipengaruhi oleh interaksi dari dua sistem yaitu:

(12)

2. Sistem yang berfungsi sebagai inhibitor (penghambat) yang terdapat pada batang otak.

Sebagaimana dibahas di depan, serabut A-delta berdiameter kecil membawa impuls nyeri cepat sedangkan serabut C membawa impuls nyeri lambat. Sebagai tambahan bahwa serabut A-beta yang berdiameter lebar membawa impuls yang dihasilkan oleh stimulus taktil (perabaan/sentuhan). Di dalam substansia gelatinosa impuls ini akan bertemu dengan suatu gerbang yang membuka dan menutup berdasarkan prinsip siapa yang lebih mendominasi, serabut taktil A-Beta ataukah serabut nyeri yang berdiameter kecil.

Apabila impuls yang dibawa serabut nyeri yang berdiameter kecil melebihi impuls yang dibawa oleh serabut taktil A-beta maka gerbang akan terbuka sehingga perjalanan impuls nyeri tidak terhalangi sehingga impuls akan sampai otak. Sebaliknya, apabila impuls yang dibawa oleh serabut taktil lebih mendominasi, gerbang akan menutup sehingga impuls nyeri akan terhalangi. Alasan inilah yang mendasari mengapa dengan melakukan mesase dapat mengurangi durasi dan intensitas nyeri.

Sistem ke dua yang di gambarkan sebagai pintu gerbang terletak di batang otak. Hal ini diyakini bahwa sel-sel di otak tengah dapat diaktifkan oleh beberapa faktor seperti: opiat, faktor psikologis, bahkan dengan kehadiran nyeri itu sendiri dapat memberikan sinyal reseptor di medulla. Reseptor ini dapat mengatur serabut saraf di spinal cord untuk mencegah perjalanan transmisi nyeri.

4. Nyeri Akut dan Kronik

(13)

Nyeri yang paling sering diobservasi perawat pada klien meliputi tiga tipe, yakni: nyeri akut, maligna kronik, dan non maligna kronik. Nyeri akut terjadi setelah cedera akut, penyakit, atau intervensi bedah dan memiliki awitan yang yang cepat, dengan intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat) dan berlangsung untuk waktu singkat. Fungsi nyeri akut ialah memberi peringatan akan cedera atau penyakit yang akan datang. Nyeri akut akhirnya menghilang dengan atau tanpa pengobatan setelah keadaan pulih pada area yang rusak.

Klien yang mengalami nyeri akut merasa takut dan kuatir dan mereka berharap akan kembali pulih dengan cepat. Rangkaian waktu pada nyeri akut biasanya membuat anggota tim kesehatan berkeinginan untuk menangani nyeri dengan agresif. Konflik antara klien dan perawat akan muncul apabila perawat tidak mengatasi nyeri klien dengan segera. Nyeri akut akan berhenti dengan sendirinya (self-limiting) dengan demikian klien mengetahui bahwa nyeri tersebut berakhir.

Nyeri akut secara serius mengancam proses penyembuhan klien, harus menjadi prioritas peawatan. Misalnya, nyeri pascaoperasi yang akut menghambat kemampuan klien untuk terlibat aktif dan meningkatkan resiko komplikasi akibat imobilisasi. Rehabilitasi dapat tertunda dan hospitalisasi menjadi lama jika nyeri akut tidak dikontrol. Kemajuan fisik atau psikologis tidak dapat terjadi selama nyeri akut masih dirasakan karena klien memfokuskan semua perhatiannya pada upaya untuk mengatasi nyeri. Upaya perawat dalam memberi pengajaran dan memotivasi klien untuk melakukan perawatan diri seringkali sia-sia. Setelah nyeri teratasi, maka klien dan tim perawatan kesehatan dapat memberikan perhatian penuh pada upaya penyembuhan klien.

(14)

Nyeri non-maligna, seperti nyeri punggung bagian bawah, merupakan akibat dari cedera jaringan yang tidak sembuh atau yang tidak progresif. Akan tetapi, nyeri tersebut berlangsung terus dan seringkali tidak berespon terhadap pengobatan yang dilakukan. Seringkali penyebab nyeri non-maligna tidak diketahui. Daerah yang mengalami cedera mungkin telah memulih sejak lama, tetapi nyeri menetap. Pada nyeri kronik, endorfin seringkali fungsinya berhenti.

Petugas perawatan kesehatan biasanya kurang termotivasi untuk menangani nyeri kronik dan tidak seagresif seperti nyeri akut. Namun, Agency for Health Care Policy and Reseacrh (AHCPR) melaporkan bahwa sampai 90% dari

8 juta penduduk Amerika, yang menderita kanker, mendapatkan penatalaksanaan nyeri dengan cara yang relatif sederhana. Terlalu sering bahkan, klien-klien ini tidak diobati.

Klien yang mengalami nyeri kronik seringkali mengalami periode remisi (gejala hilang sebagian atau keseluruhan) dan eksaserbasi (keparahan meningkat). Sifat nyeri kronik, yang tidak dapat diprediksi ini, membuat klien frustasi dan seringkali mengarah pada depresi psikologis. Flor, dkk melaporkan bahwa klien yang memiliki nyeri kronik mengungkapkan lebih pernyataan diri negatif terkait nyeri dan memiliki keyakinan lebih bahwa mereka tidak berdaya daripada klien yang sehat. Nyeri menjadi bagian dari setiap aspek kehidupan. Nyeri kronik merupakan penyebab utama ketidakmampuan fisik dan psikologis sehingga muncul masalah-masalah, seperti kehilangan pekerjaan, ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang sederhana, disfungsi seksual, dan isolasi sosial dari keluarga dan teman-teman.

(15)

Merawat klien yang mengalami nyeri kronik merupakan suatu tantangan yang tidak biasa. Perawat sebaiknya tidak menjadi frustasi apabila mengalami kegagalan dalam tindakan mengatasi nyeri. Perawat juga sebaiknya tidak memberi harapan kosong bahwa klien akan sembuh. Perawat harus meminimalkan atau mengurangi persepsi klien tentang nyeri.

5. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi dan Reaksi Terhadap Nyeri Mc Caffery dan Pasero (1999) menyatakan bahwa hanya klienlah yang paling mengerti dan memahami tentang nyeri yang ia rasakan. Oleh karena itulah dikatakan klien sebagai expert tentang nyeri yang ia rasakan. Terdapat berbagai faktor yang dapat memepengaruhi persepsi dan reaksi massing-masing individu terhadap nyeri. Seorang perawat harus menguasai dan memahami faktor-faktor tersebut agar dapat memberikan pendekatan yang tepat dalam pengkajian dan perawatan terhadap klien yang mengalami masalah nyeri. Faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Usia

Usia merupakan variabel yang penting dalam mempengaruhi nyeri pada individu. Anak yang masih kecil mempunyai kesulitan dalam memahami nyeri dan prosedur pengobatan yang dapat menyebabkan nyeri. Anak-anak kecil yang belum dapat mengucapkan kata-kata juga mengalami kesulitan dalam mengungkapkan secara verbal dan mengekspresikan nyeri kepada kedua orang tuanya ataupun pada perawat. Sebagian anak-anak terkadang segan untuk mengungkapkan keberadaan nyeri yang ia alami, mereka takut akan tindakan perawatan yang harus mereka terima nantinya.

(16)

abdomen. Sebagian lansia terkadang pasrah terhadap apa yang mereka rasakan, mereka menganggap bahwa hal tersebut merupakan konsekuensi penuaan yang tidak bisa dihindari.

2. Jenis Kelamin

Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam berespon terhadap nyeri. Hanya beberapa budaya yang menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus lebih berani dan tidak boleh menangis dibandingkan anak perempuan dalam situasi yang sama ketika merasakan nyeri. Akan tetapi dari penelitian terakhir memperlihatkan hormon seks pada mamalia berpengaruh terhadap tingkat toleransi terhadap nyeri. Hormon seks testosteron menaikkan ambang nyeri pada percobaan binatang, sedangkan estrogen meningkatkan pengenalan/sensitivitas terhadap nyeri. Bagaimanapun, pada manusia lebih kompleks, dipengaruhi oleh personal, sosial, budaya, dan lain-lain.

3. Kebudayaan

Perawat seringkali berasumsi bahwa cara berespon pada setiap individu dalam masalah nyeri adalah sama, sehingga mereka mencoba mengira bagaimana pasien berespon terhadap nyeri. Sebagai contoh, apabila seorang perawat yakin bahwa menangis dan merintih mengindikasikan suatu ketidakmampuan dalam mengontrol nyeri, akibatnya pemberian terapi bisa jadi tidak cocok untuk klien berkebangsaan Amerika. Seorang klien berkebangsaan meksiko-Amerika yang menangis keras tidak selalu mempersepsikan pengalaman nyeri sebagai sesuatu yang berat atau mengharapkan perawat melakukan intervensi.

4. Makna Nyeri

(17)

nyeri saat bersalin akan mempersepsikan nyeri secara berbeda dengan wanita lainnya yang nyeri karena dipukul oleh suaminya.

5. Lokasi dan Tingkat Keparahan Nyeri

Nyeri yang dirasakan bervariasi dalam intensitas dan tingkat keparahan pada masing-masing individu. Nyeri yang dirasakan mungkin terasa ringan, sedang atau bisa jadi merupakan nyeri yang berat. Dalam kaitannya dengan kualitas nyeri, masing-masing individu juga bervariasi, ada yang melaporkan nyeri seperti tertusuk, nyeri tumpul, berdenyut, terbakar, dan lain-lain, sebagai contoh individu yang tertusuk jarum akan melaporkan nyeri yang berbeda dengan individu yang terkena luka bakar. 6. Perhatian

Tingkat perhatian seseorang terhadap nyeri akan mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat terhadap nyeri akan meningkatkan respon nyeri sedangkan upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan penurunan respon nyeri. Konsep inilah yang mendasari berbagai terapi untuk menghilangkan nyeri, seperti relaksasi, teknik imajinasi terbimbing (guided imagery), dan masase.

7. Ansietas (kecemasan)

Hubungan antar nyeri dan ansietas bersifat kompleks, ansietas yang dirasakan seseorang seringkali meningkatkan persepsi nyeri, akan tetapi nyeri juga dapat menimbulkan perasaan ansietas. Sebagai contoh seseorang yang menderita kanker kronis dan merasa takut akan kondisi penyakitnya akan semakin meningkatkan persepsi nyerinya.

8. Keletihan

Keletihan/kelelahan yang dirasakan seseorang akan meningkatkan sensasi nyeri dan menurunkan kemampuan koping individu.

(18)

Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri, akan tetapi pengalaman yang telah dirasakan individu tersebut tidak berarti bahwa individu tersebut akan mudah dalam menghadapi nyeri pada masa yang mendatang. Seseorang yang terbiasa merasakan nyeri akan lebih siap dan mudah mengantisipasi nyeri daripada individu yang mempunyai pengalaman sedikit tentang nyeri.

10. Dukungan Keluarga dan Sosial

Individu yang mengalami nyeri seringkali membutuhkan dukungan, bantuan, perlindungan dari anggota keluarga lain, atau teman terdekat. Walaupun nyeri masih dirasakan oleh klien, kehadiran orang terdekat akan meminimalkan kesepian dan ketakutan.

6. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Nyeri 1. Pengkajian

Pengkajian nyeri yang faktual (terkini), lengkap dan akurat akan memudahkan perawat di dalam menetapkan data dasar, dalam menegakkan diagnosa keperawatan yang tepat, merencanakan terapi pengobatan yang cocok, dan memudahkan perawat dalam mengevaluasi respon klien terhadap terapi yang diberikan.

Tindakan perawat yang perlu dilakukan dalam mengkaji pasien selama nyeri akut adalah:

a. Mengkaji perasaan klien (respon psikologis yang muncul).

b. Menetapkan respon fisiologis klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri. c. Mengkaji tingkat keparahan dan kualitas nyeri.

(19)

Untuk pasien yang mengalami nyeri kronis maka pengkajian yang lebih baik adalah dengan memfokuskan pengkajian pada dimensi perilaku, afektif, kognitif.

Terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan seorang perawat di dalam memulai mengkaji respon nyeri yang dialami oleh klien. Mengidentifikasi komponen-komponen tersebut, diantanya:

a. Penentuan ada tidaknya nyeri b. Karakteristik nyeri

c. Respon fisiologis d. Respon perilaku e. Respon afektif

f. Pengaruh nyeri terhadap kehidupan klien g. Persepsi klien tentang nyeri

h. Mekanisme adaptasi klien terhadap nyeri

Untuk mengukur skala intensitas nyeri pada anak-anak dikembangkan alat yang dinamakan “Oucher”. Alat ini terdiri dari dua skala yang terpisah, sebuah skala dengan nilai 0-100 pada sisi sebelah kiri untk anak-anak yang berusia lebih besar dan skala fotografik enam gambar pada sisi sebelah kanan yang digunakan pada anak-anak yang lebih kecil. Seorang anak diminta untuk menunjukkan ke sejumlah pilihan gambar untuk mendeskripsikannya. Wong dan Baker (1988) juga mengembangkan skala wajah untuk mendeskrispsikan nyeri pada anak-anak. Skala tersebut terdiri dari 6 wajah profil kartun yang menggambarkan wajah tersenyum (bebas dari nyeri) kemudian bertahap menjadi wajah kurang bahagia, wajah yang sangat sedih dan wajah yang sangat ketakutan (nyeri yang sangat). Anak-anak berusia tiga tahun dapat menggunakan skala tersebut.

(20)

dengan skala numerik 0-10 mengatakan bahwa nyeri yang ia rasakan pada angka 7. Klien B dengan fraktur femuralis saat dikaji dengan skala numerik 0-10 juga melaporkan bahwa nyeri yang ia rasakan pada angka7. Walaupun klien A dan B melaporkan tingkat keparahan nyeri pada angka yang sama, akan tetapi kualitas, persepsi dan respon masing-masing klien dapat berbeda. Hal ini dapat diakibatkan oleh perbedaan ambang nyeri dan tingkat toleransi terhadap nyeri pada masing-masing individu.

Skala nyeri wajah yang dikembangkan Wong & Baker

(21)

2. Analisa Data

No Data Masalah keperawatan

1 Data subjektif:

- P: klien menyatakan dua hari yang lalu mengalami kecelakaaan bermotor yang mengakibatkan luka kedua tangannya.

- Q: klien menyatakan nyeri terasa panas dan tertusuk-tusuk

- R: klien menyatakan nyeri dirasakan pada lengan kanan bawah dan telapak tangan kiri. - S: klien menyatakan derajat nyeri

pada angka 5

- T: klien menyatakan nyeri dirasakan sepanjang hari, semakin terasa saat digerakkan.

- Klien menyatakan nyeri terasa ringan apabila daerah sekitar luka digosok.

- Klien terlihat meringis kesakitan terutama saat dilakukan perawatan luka

- Ekspresi wajah klien pucat

- Terlihat luka robek panjang +/- 15cm, lebar 3cm, dalam 3cm pada lengan kanan bawah dan

(22)

luka abrasi pada telapak tangan kiri

3. Rumusan Masalah

Penegakan rumusan masalah yang akurat akan dapat dilaksanakan apabila data dan analisa pengkajian yang dilakukan cermat dan akurat.

Keberadaan nyeri pada klien dapat mencetuskan masalah keperawatan lainnya. Sebagai contoh nyeri arthiritis yang dialami klien menyebabkan masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik, atau nyeri yang dialami klien menyebabkan klien tidak bisa melakukan aktivitas sehari-harinya secara mandiri, sehingga menimbulkan masalah keperawatan lainnya defisit perawatan diri

4. Perencanaan

Perencanaan keperawatan yang dibuat untuk klien nyeri diharapakan beriorentasi untuk memenuhi hal-hal berikut:

1. Klien melaporkan adanya penurunan rasa nyeri. 2. Klien melaporkan adanya peningkatan rasa nyaman.

3. Klien mampu mempertahankan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki.

4. Klien mampu menjelaskan faktor-faktor penyebab nyeri.

5. Klien mampu menggunakan terapi yang diberikan untuk mengurangi rasa nyeri saat dirumah.

Upaya Mengatasi Ketidaknyamanan (Nyeri)

Metode dan teknik yang dapat dilakukan dalam upaya untuk mengatasi nyeri antara lain sebagai berikut:

a. Distraksi

(23)

1. Bernapas lambat dan berirama secara teratur. 2. Menyanyi berirama dan menghitung ketukannya. 3. Mendengarkan musik.

4. Mendorong untuk mengkhayal (guided imagery) yaitu melakukan bimbingan yang baik kepada klien untuk mengkhayal. Tekniknya sebagai berikut:

a. Atur posisi yang nyaman pada klien.

b. Dengan suara yang lembut, mintakan klien untuk memikirkan hal-hal yang menyenangkan atau pengalaman yang membantu penggunaan semua indra.

c. Mintakan klien untuk tetap berfokus pada bayangan yang menyenangkan sambil merelaksasikan tubuhnya.

d. Bila klien tampak relaks, perawattidak perlu bicara lagi.

e. Jika klien menunjukkan tanda-tanda agitasi, gelisah, atau tidak nyaman, perawat harus menghentikan latihan dan memulainya lagi ketika klien siap.

5. Massage (pijatan). Ada beberapa teknik massage yang dapat dilakukan untuk distraksi seperti yang tergambar berikut ini,

a. Remasan. Usap otot bahu yang dikerjakan secara bersama

b. Selang seling tangan. Memijat punggung dengan tekanan pendek, cepat, dan bergantian tangan.

c. Gesekan. Memijat punggung dengan ibu jari, gerakannya memutar sepanjang tulang punggung dari sakrum ke bahu

d. Eflurasi. Memijat punggung dengan kedua tangan, tekanan lebih halus dengan gerakan ke atas untuk membantu aliran balik vena. e. Petriasi. Menekan pungggung secara horizontal. Pindah tangan

anada, dengan arah yang berlawanan, menggunakan gerakan meremas.

f. Tekanan menyikat. Secara halus, tekan punggung dengan ujung-ujung jari untuk mengakhiri pijatan.

(24)

Teknik ini didasarkan kepada keyakinan bahwa tubuh berespons pada ansietas yang merangsang pikiran karena nyeri atau kondisi penyakitnya. Teknik relaksasi dapat menurunkan ketegangan fisiologis. Teknik ini dapat dilakukan dengan kepala ditopang dalam posisi berbaring atau duduk di kursi. Hal utama yang dibutuhkan dalam pelaksanaan teknik relaksasi adalah klien dengan posisi yang nyaman, klien dengan pikiran yang beristirahat, dan lingkungan yang tenang.

Teknik relaksasi banyak jenisnya, salah satunya adalah relaksasi autogenik. Relaksasi ini mudah dilakukan dan tidak berisiko. Prinsipnya klien harus mampu berkonsentrasi sambil membaca mantra/doa/dzikir dalam hati seiring dengan ekspirasi udara paru.

Langkah-langkah latihan relaksasi autogenik: 1. Persiapan sebelumnya memulai latihan

a. Tubuh berbaring, kepala disanggah dengan bantal, dan mata terpejam.

b. Atur napas hingga napas menjadi lebih teratur.

c. Tarik napas sekuat-kuatnya lalu buang secara perlahan-lahan sambil katakan dalam hati “saya damai dan tenang”.

2. Langkah 1: merasakan berat

a. Fokuskan perhatian pada lengan dan bayangkan kedua lengan terasa berat. Selanjutnya, secara perlahan-lahan bayangkan kedua lengan terasa kendur, ringan hingga terasa sangat ringan sekali sambil katakan “saya meras damai dan tenang sepenuhnya”.

b. Lakukan hal yang sama pada bahu, punggung, leher, dan kaki. 3. Langkah 2: merasakan kehangatan

a. Bayangkan darah mengalir ke seluruh tubuh dan rasakan hawa hangatnya aliran darah, seperti merasakan minuman yang hangat, sambil mengatakan dalam diri “saya merasa senang dan hangat”. b. Ulangi enam kali.

c. Katakan dalam hati “saya merasa damai, tenang”. 4. Langkah 3: merasakan denyut jantung

(25)

b. Bayangkan dan rasakan jantung berdenyut dengan teratur dan tenang. Sambil katakan “jantungnya berdenyut dengan teratur dan tenang”.

c. Ulangi enam kali.

d. Katakan dalam hati “saya merasa damai dan tenang”. 5. Langkah 4: latihan pernapasan

a. Posisi kedua tangan tidak berubah.

b. Katakan dalam diri “napasku longgar dan tenang”. c. Ulangi enam kali.

d. Katakan dalam hati “saya merasa damai dan tenang”. 6. Latihan 5: latihan abdomen

a. Posisi kedua tangan tidak berubah.

Rasakan pembuluh darah dalam perut mengalir dengan teratur dan terasa hangat.

b. Katakan dalam diri”darah yang mengalir dalam perutku terasa hangat”

c. Ulangi enam kali.

d. Katakan dalam hati “saya merasa damai dan tenang”. 7. Langkah 6: latihan kepala

a. Kedua tangan kembali pada posisi awal.

b. Katakan dalam hati “kepala saya terasa benar-benar dingin”. Ulangi enam kali.

c. Katakan dalam hati “saya merasa damai dan tenang” 8. Langkah 7: akhir latihan

Mengakhiri latihan relaksasi autogenik dengan melekatkan (mengepalkan) lengan bersamaan dengan napas dalam, lalu buang napas pelan-pelan sambil membuka mata.

c. Hipnotis

Hipnotis adalah suatu teknik yang menghasilkan suatu keadaan tidak sadar diri yang dicapai melalui gagasan-gagasan yang disampaikan oleh penghipnotis.

(26)
(27)

B. Asuhan Keperawatan Kasus dengan Masalah Nyeri 1. Pengkajian

BIODATA

Nama : An. M

Jenis Kelamin : Laki-laki ♂

Umur : 9 tahun

Status Perkawinan : Belum menikah

Agama : Islam

Pendidikan : Sekolah Dasar (SD) Pekerjaan : Pelajar

Alamat : jalan AR.hakim, Gang Amalia, No.16 A, Medan Tanggal Masuk RS : 16 Juni 2013

No. Register : 00.88.60.28

Ruangan/kamar : Asoka 9/bedah anak Golongan darah : B

Tanggal Pengkajian : 17 Juni 2013 Tanggal Operasi : 16 Juni 2013

Diagnosa Medis : Hypospadia (uretroplasty) I. KELUHAN UTAMA

Klien mengatakan nyeri pasca operasi II.RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

(28)

1. Apa penyebabnya : akibat dilakukan tindakan pembedahan

2. Hal-hal yang memperbaiki

keadaan : nyeri akan hilang apabila klien dipijat-pijat dibagian punggung

B. Quantity/quality

1. Bagaimana dirasakan : klien

mengatakan ketika BAK terasa nyeri

2. Bagaimana dilihat : klien

tampak meringis kesakitan, skala nyeri yang ditunjukkan klien 7 (sedang).

C. Region

1. Dimana lokasinya :

dibagian penis pasca operasi

2. Apakah menyebar :

menyebar hingga ke punggung D.Severity

Nyeri yang dialami klien nyeri sedang, skala 7. E.Time

Klien mengatakan saluran perkemihan akan terasa nyeri ketika buang air kecil.

III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Penyakit yang pernah dialami

klien pernah mengalami luka bakar, 4bulan yang lalu B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan

klien dibawa ke RS dan ditangani oleh para medis C. Pernah dirawat/dioperasi

Pernah dirawat tapi tidak dilakukan operasi D. Lama dirawat

(29)

F. Imunisasi

Imunisasi lengkap.

Pada usia 0 bulan diberikan imunisasi BCG, Polio I, HB I. Pada usia 2 bulan diberikan imunisasi DPT I, Polio II, HB II Pada usia 3 bulan diberikan imunisasi DPT II, Polio III Pada usia 4 bulan diberikan imunisasi DPT III, Polio IV Pada usia 9 bulan diberikan imunisasi campak dan HB III IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

A. Orang tua

Orang tua klien tidak memiliki riwayat penyakit keturunan. Orang tua klien dalam keadaan sehat

B. Saudara kandung

Ibu klien mengatakan saudara kandung klien masih hidup dan dalam keadaan sehat wal afiat

C. Penyakit keturunan yang ada

Tidak ada riwayat penyakit keturunan dikeluarga klien D. Anggota keluarga yang meninggal

Anggota keluarga masih lengkap E. Penyebab meninggal

Tidak ada yang meninggal

V. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL A. Persepsi pasien tentang penyakitnya

Klien mengatakan nyeri yang dirasakan sangat mengganggu aktivitas klien, terutama aktivitas bermain dan sekolah.

B. Konsep Diri

- Gambaran diri : klien menyukai seluruh bagian tubuhnya

- Ideal diri : klien berharap bisa jadi anak normal yang sehat

- Harga diri : klien merasa penyakitnya mengganggu body image

(30)

- Identitas diri : klien adalah anak ketiga dari empat bersaudara

C. Keadaan emosi

Klien tampak menarik diri karena penyakit yang dideritanya D. Hubungan sosial

- Orang yang berarti : orang yang paling berarti adalah ibu, karena ibu selalu mendampingi klien

- Hubungan dengan keluarga : hubungan klien dengan keluarga tampak baik, keluarga juga memberikan motivasi untuk sembuh kepada klien - Hubungan dengan orang lain : klien mengatakan hubungan dengan

teman dan tetangga sangat baik

VII. PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan Umum :

Keadaan klien Compos mentis B. Tanda-tanda vital

- Suhu tubuh : 35,30C

- Tekanan darah : 120/80mmHg

- Nadi : 100x/menit

- Pernafasan : 22x/menit

- Skala nyeri : 7 (sedang)

- TB : 148 cm

- BB : 45 kg

C. Pemeriksaan Head to toe Kepala dan rambut

- Bentuk : ovale

- Ubun-ubun : tertutup

(31)

- Penyebaran dan keadaan rambut : rambut tebal menyebar diseluruh kepala, halus dan sedikit lepek

- Bau : sedikit berbau minyak

- Warna kulit : kuning langsat

Wajah

- Warna kulit : kulit wajah berwarna sawo matang - Struktur wajah : simetris, tekstur halus

Mata

- Kelengkapan dan kesimetrisan : mata

lengkap, normal dan simetris antara mata kanan dan kiri

- Palpebra : tidak ketosis

- Konjungtiva dan sklera :

konjungtiva tidak anemis, normal, tidak ada ikterus

- Pupil : pupil mengecil ketika diberi

rangsangan cahaya

- Cornea dan iris : tidak dapat

kekeruhan pada cornea dan iris

- Visus : tidak dilakukan pengkajian

visus

- Tekanan bola mata : tidak

dilakukan pengkajian Hidung

- Tulang hidung dan posisi

septum nasi : simetris, septum nasi medial

- Lubang hidung : lubang

hidung simetris dan tidak ada kotoran

- Cuping hidung : tidak ada

(32)

Telinga

- Bentuk telinga : simetris

- Ukuran telinga : ± panjang telinga 6cm, lebar 4,5cm

- Lubang telinga : lubang telinga normal, dan tampak ada kotoran

- Ketajaman pendengaran : normal, klien

dapat mendengar dengan baik Mulut dan faring

- Keadaan bibir : mukosa bibir kering

- Keadaan gusi dan gigi : tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan, gigi lengkap

- Keadaan lidah : lidah lembab

- Orofaring : tidak ada peradangan

Leher

- Posisi trachea : medial

- Thyroid : tidak ada pembengkakan

- Suara : jelas

- Kelenjar limfe : tidak ada pembesaran

- Vena jugularis : terlihat

- Denyut nadi karotis : teraba Pemeriksaan integumen

- Kebersihan : kebersihan terjaga

- Kehangatan : kehangatan integumen

normal

- Warna : warna kulit sawo matang

- Turgor : turgor kembali cepat

(33)

- Kelainan pada kulit : terdapat bekas luka bakar Pemeriksaan payudara dan ketiak

- Ukuran dan bentuk : simetris

kanan dan kiri

- Warna payudara dan areola : warna

payudara sawo matang dan aerola berwarna hitam

- Kondisi payudara dan puting : tidak

ada kelainan

- Aksilla dan clavicula : normal, tidak

ada kelainan

Pemeriksaan thoraks/dada

- Inspeksi thoraks (normal, burrel chest, funnel chest, pigeon chest, flail chest, kifos koliasis) : bentuk thoraks normal.

- Pernafasan (frekuensi, irama) : frekuensi nafas 22x/menit, irama reguler - Tanda kesulitan bernafas : tidak tampak kesulitan bernafas

Pemeriksaan paru

- Palpasi getaran suara : getaran suara paru sama kiri dan kanan - Perkusi : resonan

Pemeriksaan jantung

- Inspeksi : normal, tidak ada pembengkakan - Palpasi : normal, tidak ada pembengkakan - Perkusi : dulness

- Auskultasi : suara jantung lub dub lub, tidak ada suara tambahan

(34)

- Inspeksi (bentuk, benjolan) : bentuk simetris kanan dan kiri, tidak terdapat benjolan

- Auskultasi : suara bising usus 8x/menit, tidak ada suara tambahan

- Palpasi (tanda nyeri tekan, benjolan, ascites, hepar, lien) : terdapat nyeri tekan dibagian simpisis pubis, tidak ada benjolan)

- Perkusi (suara abdomen) : tympani Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya

- Genitalia (rambut pubis, lubang uretra) : tidak ada rambut pubis, lubang uretra terpasang kateter.

- Anus (lubang anus, kelainan pada anus) : lubang anus paten (normal), tidak ada kelainan

Pemeriksaan muskuloskeletal/ekstremitas (kesimetrisan, kekuatan otot, edema) : otot ektremitas atas dan bawah simetris, kekuatan otot normal, tidak ada edema).

VI.POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI I. Pola makan dan minum

- Frekuensi makan/hari : 3-4 kali

sehari

- Nafsu/selera makan : nafsu makan

kuat

- Nyeri ulu hati : tidak ada nyeri pada

ulu hati

- Alergi : tidak ada alergi pada

makanan

- Mual dan muntah : mual muntah

terjadi ketika obat anastesi hilang

- Waktu pemberian makan : 3-4x/

(35)

- Jumlah dan jenis makan : 1 porsi setiap makan, nasi dan lauk

- Waktu pemberian cairan/minum

: minum setiap saat, ketika pasien merasa haus

- Masalah makan dan minum (kesulitan

menelan, mengunyah) : tidak ada masalah dalam menelan dan mengunyah

II. Perawatan diri/personal hygiene

- Kebersihan tubuh : kebersihan

terjaga

- Kebersihan gigi dan mulut : setiap

pagi menyikat gigi

- Kebersihan kuku kaki dan tangan

: kuku bersih dan pendek III. Pola kegiatan/Aktivitas

- Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian dilakukan secara mandiri, sebahagian, atau total.

Klien dibantu oleh ibunya untuk melakukan kebersihan diri (mandi), makan disulang oleh ibu klien, begitu juga dengan ganti pakaian, semua dibantu oleh ibu klien melakukannya.

- Uraian aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit

Selama dirawat di RS klien tidak melakukan ibadah dikarenakan klien bedrest.

IV. Pola eliminasi a. BAB

- Pola BAB : BAB 1x sehari

- Karakter feses : feses lunak

dan berwarna kuning kecoklatan

- Riwayat perdarahan : tidak ada

(36)

- BAB terakhir : BAB terakhir pada tanggal 16 sore hari

- Diare : tidak ada diare b. BAK

- Pola BAK : BAK tidak diketahui pola eliminasinya dikarenakan terpasang kateter

- Karakter urine : warna urine kekuningan

- Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : terdapat nyeri ketika mengeluarkan urine/ada rasa terbakar/sulit BAK disebabkan nyeri bekas pembedahan

- Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : tidak ada riwayat penyakit ginjal/kandung kemih

(37)

2. Analisa Data sehari yang lalu dilakukan operasi

Adanya luka operasi

Area genitalia terasa seperti

tertusuk-tusuk

Nyeri muncul ketika bergerak

Klien meringis kesakitan

Nyeri akut

(38)

2

- klien mengatakan sulit BAK

- urine yang keluar sedikit

- ada rasa nyeri ketika berkemih Do:

- klien terpasang kateter

- urine berwarna kuning

Ds: - Klien

(39)

operasi - Klien

mengatakan kateter yang terpasang membuat klien tidak nyaman - Area genitalia

terasa gatal, kebersihan kurang terjaga Do:

- Terpasang kateter

Terpasang kateter

Kebersihan tidak terjaga

Area genitalia terasa gatal

Resiko infeksi

3. Rumusan Masalah

MASALAH KEPERAWATAN 1. Gangguan rasa nyaman: nyeri 2. Gangguan eliminasi urine 3. Resiko infeksi

DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS)

(40)

4. Perencanaan

PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL Hari/

Klien dan keluarga secara aktif akan berpartisipasi dalam rencana penatalaksanaan nyeri.

Kriteria Hasil:

- Menyatakan/menunjukkan nyeri hilang

- Menunjukkan kemampuan untuk membantu dalam tindakan kenyamanan umum dan mampu untuk tidur/istirahat dengan tepat.

Rencana Tindakan Rasional - Kaji nyeri, perhatikan

lokasi, karakteristik, intensitas (skala 0-10).

- Dorong pasien menyatakan masalah, mendengar dengan aktif pada masalah ini dan berikan dukungan dengan menerima, tinggal dengan dengan pasien dan

(41)

tepat.

- Berikan tindakan

kenyamanan, contoh pijatan punggung, penguatan posisi (penggunaan tindakan sesuai kebutuhan). Yakinkan pasien bahwa

pengubahan posisi tidak mencederai.

- Dorong penggunanaan teknik relaksasi, contoh pedoman imajinasi, visualisasi, aktivitas terapeutik.

- Bantu dalam latihan rentang gerak dan dorong ambulasi dengan mudah.

- Selidiki dan laporkan kekuatan otot abdomen, melindungi daerah yang sakit, dan nyeri lepas.

- Menurunkan

tegangan otot, meningkatkan

relaksasi dan dapat meningkatkan

kekakuan otot sendi. Ambulasi

mengembalikan organ untuk posisi normal.

(42)

- Kolaborasi dalam pemberian obat sesuai

indikasi, contoh: ketorolac

(43)

5. Implementasi

PELAKSANAAN KEPERAWATAN Hari/

tanggal

No. Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)

18 Juni mendengar dengan aktif dam memberikan dukungan dengan menerima.

- Memberikan tindakan

kenyamanan, contoh: pijatan punggung. Yakinkan

klien bahwa pengubahan posisi tidak mencederai.

- Mengajak klien

penggunaan teknik relaksasi, contoh: pedoman

imajinasi, aktivitas terapeutik

- Membantu dalam latihan rentang gerak dan mendorong ambulasi dengan mudah

- Memantau kekakuan otot abdomen, melindungi daerah yang sakit.

S: klien mengatakan

nyeri ketika bergerak.

O: terdapat balutan bedah uretroplasty. Kateter terpasang. TD: 120/80mmHg Temp: 35,30C. A: masalah sebagian teratasi

(44)

- Berkolaborasi dalam pemberian obat sesuai indikasi. Contoh: ketorolac

CATATAN PERKEMBANGAN

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

No. Dx Hari/tanggal Pukul Tindakan Keperawatan 1 18 juni 2013 09.00 wib

10.00 wib

- Mengkaji klien

- Mengukur tanda-tanda vital TD: 120/80mmHg

RR: 22x/menit HR: 100x/menit

(45)

10.30 wib

- Mengkaji nyeri, lokasi, karakteristik, intensitas (skala 0-10).

- Mengajak klien menyatakan masalah, mendengar dengan aktif dam memberikan dukungan dengan menerima.

- Memberikan tindakan

kenyamanan, contoh: pijatan punggung. Yakinkan klien bahwa pengubahan posisi tidak mencederai.

- Mengajak klien penggunaan teknik relaksasi, contoh: pedoman imajinasi, aktivitas terapeutik

- Membantu dalam latihan rentang gerak dan mendorong ambulasi dengan mudah

- Memantau kekakuan otot abdomen, melindungi daerah yang sakit.

(46)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Setiap individu pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri merupakan alasan yang paling umum orang mencari perawatan kesehatan. Walaupun merupakan salah satu dari gejala yang paling sering terjadi di bidang medis, nyeri merupakan salah satu yang paling sedikit dipahami. Individu yang yang merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita dan mencari upaya untuk menghilangkan nyeri. Perawat menggunakan berbagai intervensi untuk menghilangkan nyeri atau mengembalikan kenyamanan. Perawat tidak dapat melihat atau merasakan nyeri yang klien rasakan. Nyeri bersifat subjektif, tidak ada dua individu yang mengalami nyeri yang sama dan tidak ada dua kejadian nyeri yang sama menghasilkan respons atau perasaan yang identik pada seorang individu. Nyeri merupakan penyebab sumber frustasi, baik klien maupun bagi tenaga kesehatan. Asosiasi Internasional untuk Penelitian Nyeri (International Association for the Study of Pain, IASP) mendefenisikan nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian di mana terjadi kerusakan. Nyeri dapat merupakan faktor utama yang menghambat kemampuan dan keinginan individu untuk pulih dari suatu penyakit.

Rasa nyaman berupa terbebas dari rasa yang tidak menyenangkan dalah suatu kebutuhan individu. Nyeri merupakan perasaan yang tidak menyenangkan yang terkadang dialami individu. Kebutuhan terbebas dari rasa nyeri itu merupakan salah satu kebutuhan dasar yang merupakan tujuan diberikannya asuhan keperawatan pada seseoarang pasien dirumah sakit.

(47)

tindakan keperawatan untuk mengatasi nyeri tersebut, melakukan implementasi serta mengevaluasi dari tindakan yang telah diberikan.

Dalam memberikan asuhan keperawatan guna mengatasi rasa nyeri pada pasien, perawat harus selalu berusaha untuk mengembangkan strategi penatalaksanaan nyeri. Sehingga lebih dari sekedar pemberian obat-obatan analgesik. Dengan memahani konsep nyeri secara holistik, diharapkan perawat mampu mengembangkan strategi-strategi yang dapat mengatasi nyeri yang dirasakan seorang pasien.

B. Tujuan Umum

Memperoleh gambaran tentang gangguan rasa nyaman: nyeri pada anak post

Tujuan Khusus

1. Mampu melakukan tahapan pengkajian asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus gangguan rasa nyaman: nyeri di RS.dr.Pirngadi Medan.

2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan kasus gangguan rasa nyaman: nyeri di RS.dr.Pirngadi Medan.

3. Mampu menetapkan rencana intervensi pada pasien di RS.dr.Pirngadi Medan.

4. Mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien di RS.dr.Pirngadi Medan.

5. Mampu melakukan evaluasi pada pasien dengan masalah gangguan rasa nyaman: nyeri di RS.dr.Pirngadi Medan.

C. Manfaat

1. Bagi institusi pendidikan

Dapat digunakan sebagai wacana dan pengetahuan tentang perkembangan ilmu keperawatan, khususnya asuhan keperawatan pada klien dengan masalah gangguan rasa nyaman: nyeri.

(48)

Penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana informasi dan menambah pengetahuan tentang gangguan rasa nyaman: nyeri bagi klien dan keluarga klien.

3. Bagi penulis

(49)

KARYA TULIS ILMIAH

Asuhan Keperawatan pada An. M dengan Prioritas

Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Rasa Nyaman:

Nyeri di RS. dr. Pirngadi Medan

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan

Oleh

NAMA: NONI INDAH YANI NASUTION NIM: 102500024

Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

(50)
(51)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas lindungan-Nya yang telah diberikan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi mahasiswa, klien kelolaan saya, dan Rumah Sakit khususnya RSUD. dr. Pirngadi Medan.

Selama proses pengambilan kasus dan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Ibu Farida Linda Sari Siregar S.Kep,Ns.M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, masukan dan nasehat kepada penulis serta selalu membimbing penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dan yang selalu memberikan semangat serta dukungan untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan sebaik mungkin.

Terima kasih juga untuk kedua orang tua saya yang selalu memberikan dukungan dan semangat serta mendoakan saya. Terima kasih juga untuk teman-teman seperjuangan mahasiswa DIII keperawatan USU yang telah banyak memberikan motivasi dan semangat untuk penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini, dan juga kepada pihak RSUD. dr. Pirngadi yang telah memberi saya kesempatan untuk melakukan pengambilan kasus.

(52)

DAFTAR ISI

Lembar pengesahan ... i Kata pengantar ... ii Daftar isi ... iii BAB I PENDAHULUAN

A. ... Lat ar Belakang...1 B. ... Tuj

uan ...2 C. ... Ma

nfaat ...2 BAB II PENGELOLAAN KASUS

A. ... Ko nsep Dasar Askep Masalah Kebutuhan Dasar

Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri ...4 1. ... Def

enisi ...4 2. ... Fisiologi Nyeri ...5 3. ... Teo

ri-teori Nyeri...9 4. ... Nye

ri Akut dan Kronik ...10 5. ... Fak

tor yang Mempengaruhi Persepsi dan

(53)

6. ... Asu han Keperawatan dengan Masalah

Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri ...16 1. ... Pen

gkajian ...16 2. ... Ana

lisa Data ...19 3. ... Ru

musan Masalah ...20 4. ... Per

encanaan ...20 B. ... Asu

han Keperawatan Kasus dengan Masalah Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri

1. ... Pen gkajian ...25 2. ... Ana

lisa Data ...34 3. ... Ru

musan Masalah ...36 4. ... Per

encanaan ...37 5. ... Imp

lementasi & Evaluasi...40 BAB III KESIMPULAN dan SARAN

A. ... Kes impulan ...43 B. ... Sar

(54)

Referensi

Dokumen terkait

Effect of month, regrowth age and time of day on sward height and on the vertical distribution of biomass, bulk density, DM and OM contents in a perennial ryegrass sward..

Menjiplak gambar bentuk geometri dengan menempelkan kertas transparan dan mengikuti bentuknya dengan pensil.

Sejalan dengan keadaan itu maka di samping PGHB berkembang pula organisasi guru baru antara lain Persatuan Guru Bantu (PGB), Perserikatan Guru Desa (PGD) ,

While the estimated values of quickly degradable dry matter (QDDM), cumulative slowly degradable dry matter (CSDDM), and total degradable dry matter (TDDM) and rate of degradation

Alternatively, a semi-form-active structure may be adopted because the shape of the building which is to be supported is such that neither a very simple post-and-beam structure nor

TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017 SatuanPendidikan

[r]

Proses pembelajaran untuk mata pelajaran sejarah pada Sekolah Menengah Pertama, Madrasah Tsanawiyah, Paket B, dan yang sederajat, serta Sekolah Menegah Atas, Madrasah Aliyah,