CATATAN PERKEMBANGAN
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No.
Dx
Hari/tanggal Pukul Tindakan Keperawatan
1. Selasa/18
1. Mengkaji fungsi pernafasan.
2. Mencatat kemampuan untuk
mengeluarkan secret.
3. Menganjurkan klien untuk latihan batuk efektif dan nafas dalam.
4. Menganjurkan klien untuk posisi semi fowler.
5. Memberikan terapi oksigen 2 liter. 6. Memantau TTV.
7. Berkolaborasi dengan tim medis untuk membantu terapi.
No. Dx
Hari/tanggal Pukul Tindakan Keperawatan
1. Rabu/19 Juni
1. Mengkaji fungsi pernafasan.
2. Menganjurkan klien untuk latihan batuk efektif dan nafas dalam.
3. Menganjurkan klien untuk posisi semi fowler.
4. Memantau TTV. No.
Dx
Hari/tanggal Pukul Tindakan Keperawatan
1. Kamis/20 Juni 2013
20.15
21.00
22.00
1. Mengkaji fungsi pernafasan.
2. Menganjurkan klien untuk posisi semi fowler.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilyn E, (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Hidayat A. A, (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Potter & Perry, (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan
Ditemukan Nn.E dengan prioritas masalah gangguan inefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret ditandai dengan sesak nafas.
Prioritas masalah ditemukan dengan melakukan pengkajian. Pengakajian dilakukan pada tanggal 17 Juni 2013 dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik, observasi, dan data dokumentasi untuk memperoleh data yang akurat.
Selanjutnya prioritas masalah di implementasikan sesuai dengan intervensi yang telah disusun sebelumnya oleh penulis dan adanya kerjasama antara penulis dengan klien.
Setelah dilakukan implementasi, hasil evaluasi yang didapatkan adalah masalah teratasi sebagian.
4.2. Saran
a) Bagi Pelayanan Kesehatan
Agar petugas kesehatan selalu memberikan pengarahan kepada pasien dan keluarga agar mampu memahami dalam pengobatan terhadap keluarga pasien.
b) Bagi Institusi Pendidikan
Agar pendidikan lebih meningkatkan pengayaan, penerapan, dan pengajaran asuhan keperawatan kepada mahasiswa. Meningkatkan ilmu pengetahuan dan memberikan keterampilan yang lebih kepada mahasiswa. c) Bagi Pasien dan Keluarga
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
C. Konsep Dasar Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi
2.1. Definisi TB Paru
Tuberkulosis paru-paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (Somantri, 2007).
Tuberkulosis pada manusia ditemukan dalam dua bentuk yaitu: a. Tuberkulosis primer, jika terjadi pada infeksi yang pertama kali.
b. Tuberkulosis sekunder, kuman yang dorman pada tuberkulosis primer dan aktif setelah bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa (Somantri, 2008).
2.2. Etiologi
Mycobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk batang berukuran panjang 1-4 mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian besar komponen M. Tuberculosis adalah berupa lemak/lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik. Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena itu, M. Tuberculosis senang tinggal di daerah apeks paru-paru yang kandungan oksigennya tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk penyakit tuberculosis (Somantri, 2008).
2.3. Patofisiologis
basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli, menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya terjadi dan sampai 10 minggu setelah pemajanan.
Masa jaringan baru, yang disebut granulomas yang merupakan gumpalan basil yang masih hidup dan yang sudah mati, dikelilingi oleh makrofag yang membentuk dinding protektif. Granulomas diubah menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian sentral dari massa fibrosa ini disebut tuberkelghon. Bahan (bakteri dan makrofag) menjadi nekrotik, membentuk massa seperti keju. Massa ini dapat mengalami klasifikasi, membentuk skar kolagenosa, bakteri menjadi dorman, tanpa perkembangan penyakit aktif. Setelah infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau respon yang inadekuat dari respons sistem imun. Penyakit aktif dapat juga terjadi dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman. Tuberkel ghon memecah, melepaskan bahan seperti ke dalam bronki. Bakteri kemudian menjadi tersebar di udara, mengakibatkan penyebaran penyakit lebih jauh. Tuberkel yang memecah sembuh, membentuk jaringan parut. Paru yang terinfeksi menjadi membengkak, mengakibatkan terjadinya bronkopneumonia lebih lanjut.
2.4. Manifestasi Klinis
1. Demam ringan, berkeringat pada malam hari. 2. Sakit kepala.
3. Takikardi. 4. Anoreksia.
5. Penurunan berat badan. 6. Malaise.
7. Keletihan. 8. Nyeri otot. 9. Batuk.
2.5. Komplikasi
1. Atelektasis/penyempitan bronkus. 2. Hemaptoe.
3. TBC milier. 4. Meningitis. 5. Kambuh kembali.
2.6. Pengertian Kebutuhan Oksigenasi
Oksigen (O2) adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernafas. Oksigenasi adalah tindakan, proses, atau hasil pengambilan oksigen.
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel (Alimul, 2006).
2.7. Sistem Tubuh yang Berperan dalam Tubuh Manusia
Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi terdiri atas saluran pernafasan bagian atas, bagian bawah, dan paru (Alimul, 2006).
a. Saluran pernafasan bagian atas
Saluran pernafasan bagian atas berfungsi menyaring, menghangatkan, dan melembabkan udara yang terhidup. Saluran pernafasan ini terdiri atas:
1) Hidung
Hidung terdiri atas nares anterior (saluran dalam lubang hidung) yang memuat kelenjar sebaseus dengan ditutupi bulu yang kasar dan bermuara ke rongga hidung dan rongga hidung yang dilapisi oleh selaput lendir yang mengandung pembuluh darah. Proses oksigenasi diawali dengan penyaringan udara yang masuk melalui hidung oleh bulu yang ada dalam vestibulum (bagian rongga hidung), kemudian dihangatkan serta dilembabkan.
2) Faring
3) Laring (tenggorokan)
Laring merupakan saluran pernafasan setelah faring yang terdiri atas bagian dari tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan membran, terdiri atas dua lamina yang bersambung di garis tengah.
b. Saluran pernafasan bagian bawah
Saluran pernafasan bagian bawah berfungsi mengalirkan udara dan memproduksi surfaktan. Saluran ini terdiri atas:
1) Trakea
Trakea atau disebut sebagai batang tengkorak, memiliki panjang kurang lebih sembilan sentimeter yang dimulai dari laring sampai kira-kira ketinggian vetebra torakalis kelima. Trakea tersusun atas enam belas sampai dua puluh lingkaran tidak lengkap berupa cincin, dilapisi selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia yang dapat mengeluarkan debu atau benda asing.
2) Bronkus
Bronkus merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan dari trakea yang terdiri atas dua percabangan kanan dan kiri. Bagian kanan lebih pendek dan lebar daripada bagian kiri yang memiliki tiga lobus atas, tengah, dan bawah, sedangkan bronkus kiri lebih panjang dari bagian kanan yang berjalan dari lobus atas dan bawah.
3) Bronkiolus
Bronkiolus merupakan saluran percabangan setelah bronkus. c. Paru
Paru merupakan organ utama dalam sistem pernafasan. Paru terletak dalam rongga torak setinggi tulang selangka sampai dengan diafragma. Paru terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi oleh pleura parietalis dan pleura viseralis, serta dilindungi oleh cairan pleura yang berisi cairan surfaktan (Alimul, 2006).
2.8. Fisiologi Pernafasan
Sebagian besar sel dalam tubuh memperoleh energi dari reaksi kimia yang melibatkan oksigen dan pembuangan karbondioksida. Pertukaran gas pernafasan terjadi antara udara di lingkungan dan darah. Terdapat tiga langkah dalam proses oksigenasi, yakni: ventilasi, perfusi, dan difusi (McCance dan Huether, 1994).
a) Ventilasi
Ventilasi merupakan proses unuk menggerakkan gas kedalam dan keluar paru-paru. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks yang elastis dan persarafan yang utuh. Otot pernafasan inspirasi utama adalah diafragma. Diafragma dipersarafi oleh saraf frenik,yang keluar dari medulla spinalis pada vertebra servikal keempat (Potter dan Perry, 2005).
b) Perfusi
Fungsi utama sirkulasi paru adalah mengalirkan darah dari membran kapiler alveoli sehingga dapat berlangsung pertukaran gas. Sirkulasi pulmonar merupakan suatu reservoaruntuk darah sehingga paru dapat meningkat volume darahnya tanpa peningkatan tekanan darah arteri atau vena pulmonar yang besar. Sirkulasi pulmonar juga berfungsi sebagai suatu filter, yang menyaring trombus kecil sebelum trombus tersebut mencapai organ-organ vital (Potter dan Perry, 2005).
c) Difusi
Difusi merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi yang lebih tinggi ke daerah dengan konsentrasi yang lebih rendah. Difusi gas pernafasan terjadi di membran kapiler alveolar dan kecepatan difusi dapat dipengaruhi oleh ketebalan membran (Potter dan Perry, 2005).
2.9. Jenis Pernafasan
Adapun jenis pernafasan yang terjadi pada manusia adalah: a) Pernafasan Eksternal
menembus membran yang akan diikat oleh Hb sel darah merah dan di bawa ke jantung. Setelah itu, sel darah merah dipompa oleh arteri ke seluruh tubuh untuk kemudian meninggalkan paru dengan tekanan oksigen 100 mmHg. Karbondioksida sebagai hasil buangan metabolisme menembus membran kapiler alveolar, yakni dari kapiler darah ke alveoli dan melalui pipa bronkhial (trakea) dikeluarkan melalui hidung dan mulut (Alimul, 2006).
b) Pernafasan Internal
Pernafasan internal merupakan proses terjadinya pertukaran gas antar sel jaringan dengan cairan sekitarnya yang sering melibatkan proses metabolisme tubuh, atau juga dapat dikatakan bahwa proses pernafasan ini diawali dengan darah yang telah menjenuhkan Hb-nya kemudian mengitari seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler dan bergerak sangat lambat. Sel jaringan mengambil oksigen dari Hb dan darah menerima sebagai gantinya dan menghasilkan karbondioksida sebagai sisa buangannya (Alimul, 2006).
2.10. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi suatu individu yang tentunya akan sangat berpengaruh terhadap oksigenasi yang dibutuhkan untuk hidup. Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Faktor Fisiologi
a) Menurunnya kapasitas pengiktan O2 seperti anemia.
b) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran nafas bagian atas.
c) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transpor O2 terganggu.
d) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka dan lain-lain.
e) Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan, obesitas, musculus skeleton yang abnormal, penyakit kronik seperti TBC paru.
2. Faktor Perkembangan
c) Anak usia sekolah dan remaja, resiko saluran pernafasan dan merokok. d) Dewasa muda dan pertengahan: diet yang tidak sehat, kurang aktivitas,
stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
e) Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan arteriosklerosis (sesak), elastisitas menurun, ekspansi paru menurun. 3. Faktor Perilaku
a) Nutrisi: misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang terlalu tinggi lemak menimbulkan arteriosklerosis.
b) Exercise (olahraga berlebih): exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga dapat meningkatkan aktivitas metabolik, denyut jantung, dan kedalaman serta frekuensi pernafasan yang akan meningkatkan kebutuhan oksigen bagi tubuh.
c) Merokok: nikotin yang terdapat didalam tubuh menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan menyebabkan gangguan vasklarisasi perifer dan penyakit jantung koroner.
d) Substance abuse (alkohol dan obat-obatan): menyebabkan intake nutrisi (Fe) menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depresi pada pusat pernafasan.
e) Kecemasan: perasaan takut, cemas dan marah yang tidak terkontrol akan merangsang aktivitas saraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan peningkatan denyut jantung dan frekuensi pernafasan sehingga kebutuhan oksigen meningkat. Selain itu, kecemasan juga dapat meningkatkan laju dan kedalaman pernafasan.
4. Faktor Lingkungan
mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya terjadi peningkatan tekanan darah yang akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen.
2.11. Perubahan Fungsi Pernafasan
Adapun perubahan fungsi pernafasan yaitu: a) Hiperventilasi
Hiperventilasi merupakan suatu kondisi ventilasi yang berlebih, yang dibutuhkan untuk mengeliminasi karbondioksida normal di vena, yang diproduksi melalui metabolisme seluler. Hiperventilasi dapat disebabkan oleh ansietas, infeksi, obat-obatan, ketidakseimbangan asam-basa, dan hipoksia yang dikaitkan dengan embolus paru atau syok. Tanda dan gejala hiperventilasi adalah takikardia, nafas pendek, nyeri dada (chest paint) menurunnya konsentrasi, disorientasi, tinnitus.
b) Hipoventilasi
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh atau mengeliminasi karbon dioksida secara adekuat. Tanda dan gejala hipoventilasi yaitu, pusing, nyeri kepala (dapat dirasakan di daerah oksipital hanya saat terjaga), disorientasi, penurunan kemampuan mengikuti instruksi, koma dan henti jantung.
c) Hipoksia
gelisah, tidak mampu berkonsentrasi, penurunan tingkat kesadaran, pusing, perubahan perilaku.
2.12. Pengkajian
Pengkajian keperawatan untuk status oksigenasi meliputi riwayat keperawatan dan pemeriksaan fisik.
a. Riwayat Keperawatan
Pengkajian riwayat keperawatan pada masalah kebutuhan oksigen meliputi: ada atau tidaknya riwayat gangguan pernafasan (gangguan hidung dan tenggorokan), seperti epistaksis (kondisi akibat luka/kecelakaan, penyakit rematik akut, sinusitis akut, hipertensi, gangguan pada sistem peredaran darah, dan kanker), obstruksi nasal (kondisi akibat polip, hipertropi tulang hidung, tumor, dan influenza), dan keadaan lain yang menyebabkan gangguan pernafasan. Pada tahap pengkajian keluhan atau gejala, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah keadaan infeksi kronis dari hidung, sakit pada daerah sinus, keluhan nyeri pada tenggorokan, kenaikan suhu tubuh hingga sekitar 38,50C, sakit kepala, lemas sakit perut hingga muntah-muntah (pada anak-anak), faring berwarna merah dan adanya edema.
b. Pola Batuk dan Produksi Sputum
Tahap pengkajian pola batuk dilakukan dengan cara menilai apakah batuk termasuk batuk kering, keras, dan kuat dengan suara mendesing, berat dan berubah-ubah seperti kondisi pasien yang mengalami penyakit kanker. Juga dilakukan pengkajian apakah pasien mengalami sakit pada bagian tenggorokan saat batuk kronis dan produktif serta saat dimana pasien sedang makan, merokok, atau saat malam hari. Pengkajian terhadap lingkungan tempat tinggal pasien (apakah berdebu, penuh asap, dan adanya kecenderungan mengakibatkan alergi) perlu dilakukan. Pengkajian sputum dilakukan dengan cara memeriksa warna, kejernihan, dan apakah bercampur darah terhadap sputum yang dikeluarkan oleh pasien.
c. Sakit Dada
dada apabila posisi pasien berubah, serta ada atau tidaknya hubungan antara waktu inspirasi dan ekspirasi dengan rasa sakit.
d. Pemeriksaan Fisik
Untuk menilai status oksigenasinya klien, perawat menggunakan keempat teknik pemeriksaan fisik, yaitu inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi. 1. Inspeksi
Pada saat inspeksi perawat mengamati tingkat kesadaran klien, penampilan umum, postur tubuh, kondisi kulit dan membran mukosa, dada (kontur rongga interkosta; diameter anteroposterior (AP); struktur thoraks; pergerakan dinding dada), pola nafas (frekuensi dan kedalaman pernafasan; durasi inspirasi dan ekspirasi), ekspansi dada secara umum, adanya sianosis, adanya deformitas dan jaringan parut pada dada, dll.
2. Palpasi
Palpasi dilakukn dengan meletakkan tumit tangan pemeriksa mendatar di atas dada pasien. Saat palpasi, perawat menilai adanya fremitus taktil pada dada dan punggung pasien dengan memintanya menyebutkan “tujuh-tujuh” secara berulang. Jika pasien mengikuti instruksi tersebut secara tepat, perawat akan merasakan adanya getaran pada telapak tangannya. Normalnya, fremitus taktil akan terasa pada individu yang sehat, dan akan meningkat pada kondisi konsolidasi. Selain itu palpasi juga dilakukan untuk mengkaji temperatur kulit, pengembangan dada, adanya nyeri tekan, thrill, titik impuls maksimum, abnormalitas masa dan kelenjar, sirkulasi perifer, denyut nadi, pengisian kapiler, dll.
3. Perkusi
pekak atau kempis terdengar apabila perkusi dilakukan di atas area yang mengalami atelektasis.
4. Auskultsi
Auskulasi adalah proses mendengarkan suara yang di hasilkan di dalam tubuh. Auskultasi dapat dilakukan langsung atau dengan stetoskop. Bunyi yang terdengar digambarkan derdasarkan nada, intensitas, durasi, dan kualitasnya. Untuk mendapatkan hasil yang lebih valid dan akurat, auskultasi dilakukan untuk mendengarkan bunyi nafas vesikular, bronkial, bronkovesikular, rales, ronkhi; juga untuk mengetahui adanya perubahan bunyi nafas serta lokasi dan waktu terjadinya.
2.13. Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan dari hasil pengkajian kemudian dikelompokkan dan dianalisa untuk menemukan masalah kesehatan klien. Untuk mengelompokkannya dibagi menjadi dua data yaitu, data sujektif adalah data yang di dapat dari pasien langsung, dan data objektif adalah data yang didapat dari observasi perawat langsung kepada pasien kemudian ditentukan masalah keperawatan yang timbul.
2.14. Rumusan Masalah
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan TB Paru adalah :
1. Infeksi, resiko tionggi, (penyebaran/aktivasi ulang). Dapat dihubungkan dengan:
a) Pertahanan primer tak adekuat penurunan kerja silia/stasis sekret. b) Kerusakan jaringan/tambahan infeksi.
c) Penurunan pertahanan/penekanan proses inflamasi. d) Malnutrisi.
e) Terpajan lingkungan.
f) Kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen. 2. Bersihan jalan nafas, takefektif.
Dapat dihubungkan dengan:
c) Edema trakeal/faringeal.
3. Pertukaran gas, kerusakan, resiko tinggi terhadap. Dapat dihubungkan dengan:
a) Penurunan permukaan efektif paru, atelektasis. b) Kerusakan membran alveolar-kapiler.
c) Sekret kental, tebal. d) Edema bronkial.
4. Nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh. Dapat dihubungkan dengan:
a) Kelemahan.
b) Sering batuk/produksi sputum; dispnea. c) Anoreksia.
d) Ketidakcukupan sumber keuangan.
5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan.
Dapat dihubungkan dengan:
a) Kurang terpajan pada/salah interpretasi informasi. b) Keterbatasan kognitif.
c) Tak akurat/tak lengkap informasi yang ada. 2.15. Perencanaan
Klien yang mengalami kerusakan oksigenasi membutuhkan rencana asuhan keperawatan yaitu:
1. Infeksi, resiko tinggi, (penyebaran/aktivasi ulang) Tindakan/intervensi:
a. Mandiri:
a) Kaji patologi penyakit (aktif/fase tak aktif; diseminasi infeksi melalui bronkus untuk membatasi jaringan atau melalui aliran darah/sistem limfatik) dan potensial penyebaran infeksi melalui droplet udara selama batuk, bersin, meludah, bicara, tertawa, menyanyi.
c) Anjurkan pasien untuk batuk/bersin dan mengeluarkan pada tisu dan menghindari meludah. Kaji pembuangan tisu sekali pakai dan teknik mencuci tangan yang tepat. Dorong untuk mengulangi demonstrasi. d) Awasi suhu sesuai indikasi.
e) Identifikasi faktor risiko individu terhadap pengaktifan berulang tuberkulosis, contoh tahanan bawah (alkoholisme, malnutrisi/bedah bypass intestinal); gunakan obat penekan imun/kortikosteroid; adanya diabetes melitus, kanker, kalium.
f) Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat.
g) Kaji pentingnya mengikuti dan kultur ulang secara periodik terhadap sputum untuk lamanya terapi.
h) Dorong memilih/mencerna makanan seimbang. Berikan makan sering kecil pada jumlah makanan besar yang tepat.
b. Rasional
a) Membantu pasien menyadari/menerima perlunya mematuhi program pengobatan untuk mencegah pengaktifan berulang/komplikasi. Pemahaman bagaimana penyakit disebarkan dan kesadaran kemungkinan transmisi membantu pasien/orang terdekat untuk mengambil langkah untuk mencegah infeksi ke orang lain.
b) Orang-orang yang terpajan ini perlu program terapi obat untuk mencegah penyebaran/terjadinya infeksi.
c) Perilaku yang diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi.
d) Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi pasien dan membuang stigma sosial sehubungan dengan penyakit menular.
e) Reaksi demam indikator adanya infeksi lanjut.
f) Pengetahuan tentang faktor ini membantu pasien untuk mengubah pola hidup dan menghindari/menurunkan insiden eksaserbasi.
g) Periode singkat berakhir 2-3 hari setelah kemoterapi awal, tetapi pada adanya rongga atau penyakit luas sedang, risiko penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan.
i) Adanya anoreksia dan/atau malnutrisi sebelumnya merendahkan tahanan terhadap proses infeksi dan mengganggu penyembuhan. Makan kecil dapat meningkatkan pemasukan semua.
c. Kolaborasi
a) Berikan agen antiinfeksi sesuai indikasi, contoh obat utama: Isoniazid (INH) etambutal (Myambutol); rifampin (RMP/Rifadin). b) Pirazinamida (PZA/Aldinamide); para-amino salisik (PAS);
sikloserin (Seromycin); streptomisin (Strycin).
c) Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh hasil usap sputum. d) AST/ALT.
e) Laporkan ke departemen kesehatan lokal. d. Rasional
a) Kombinasi agen antiinfeksi digunakan, contoh 2 obat primer atau satu primer tambah 1 dan obat sekunder. INH biasanya obat pilihan untuk pasien infeksi dan pada risiko terjadi TB. Kemoterapi INH dan refampin jangan pernah (selama 9 bulan) dengan etambutal (selama 2 bulan pertama) pengobatan cukup untuk TB paru. Etambutal harus diberikan bila sistem saraf pusat atau tak terkomplikasi, penyakit diseminata terjadi atau bila dicurigai resisten INH. Terapi luas (sampai 24 bulan) diindikasikan untuk kasus reaktivasi, reaktivasi TB ekstrapulmonal, atau adanya masalah medik lain, contoh diabetes melitus atau silikosis. Profilaksis dengan INH selama 12 bulan harus dipertimbangkan pada pasien dengan HIV positif dengan PPD positif.
b) Ini obat sekunder diperlukan bila infeksi resisten terhadap atau tidak toleran obat primer.
c) Pasien yang mengalami 3 usapan negatif (memerlukan 3-5 bulan), perlu mentaati program obat dan asimtomatik akan diklasifikasikan tak-menyebar.
d) Efek merugikan terapi obat termasuk hepatitis.
2. Bersihan jalan nafas, takefektif. Tindakan/intervensi
a. Mandiri
a) Kaji fungsi pernafasan, contoh bunyi nafas, kecepatan, irama dan kedalaman serta penggunaan otot aksesori.
b) Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa/batuk efektif, catat karakter, jumlah sputum, adanya hemopisis.
c) Berikan pasien posisi semi atau fowler tinggi. Bantu pasien untuk batuk dan latihan nafas dalam.
d) Bersihkan sekret dari mulut dan trakea; penghisapan sesuai keperluan.
e) Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali kontraindikasi.
b. Rasional
a) Penurunan bunyi nafas dapat menunjukkan atelektasis. Ronki, mengi menunjukkan akumulasi sekret/ketidakmampuan untuk membersihkan jalan nafas yang dapat menimbulkan penggunaan otot aksesori pernafasan dan peningkatan kerja pernafasan.
b) Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal (mis. efek infeksi dan/atau tidak adekuat hidrasi). Sputum berdarah kental atau darah cerah diakibatkan oleh kerusakan (kavitasi) paru atau luka bronkial dan dapat memerlukan evaluasi/intervensi lanjut.
c) Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan. Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret kedalam jalan nafas besar untuk dikeluarkan.
d) Mencegah obstruksi/aspirasi. Penghisapan dapat diperlukan bila pasien tak mampu mengeluarkan sekret.
c. Kolaborasi
a) Lembabkan udara/oksigen inspirasi. b) Beri obat-obatan sesuai indikasi:
Agen mukolitik, contoh asetilsistein (Mucomyst).
Bronkodilator, contoh okstrifillin (Choledyl); teofillin (Theo-Dur). Kortikosteroid (Prednison).
c) Bersiap untuk/membantu intubasi darurat. d. Rasional
a) Mencegah pengeringan membran mukosa; membantu pengenceran sekret.
b) Agen mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan sekret paru untuk memudahkan pembersihan.
c) Bronkodilator meningkatkan ukuran lumen percabangan trakeobronkial, sehingga menurunkan tahanan terhadap aliran udara. d) Berguna pada adanya keterlibatan luas dengan hipoksemia dan bila
respons inflamasi mengancam hidup.
e) Intubasi diperlukan pada kasus jarang bronkogenik TB dengan edema laring atau perdarahan paru akut.
3. Pertukaran gas, kerusakan, risiko tinggi Tindakan/intervensi
a. Mandiri
a) Kaji dispnea, takipnea, tak normal/menurunnya bunyi nafas, peningkatan upaya pernafasan, terbatasnya ekspansi dinding dada dan kelemahan.
b) Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran. Catat sianosis dan/atau perubahan pada warna kulit, termasuk membran mukosa dan kuku. c) Tunjukan/dorong bernafas bibir selama ekshalasi, khususnya untuk
pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim.
b. Rasional
a) TB pau menyebabkan efek luas pada paru dari bagian kecil bronkopneumonia sampai inflamasi difus luas, nekrosis, effusi pleural, dan fibrosis luas. Efek pernafasan dapat dari ringan sampai dispnea berat sampai distress pernafasan.
b) Akumulasi sekret/pengaruh jalan nafas dapat mengganggu oksigenasi organ vital dan jaringan (rujuk ke DK: Bersihan Jalan Nafas, Takefektif).
c) Membuat tahanan melawan udara luar, untuk mencegah kolaps/penyempitan jalan nafas, sehingga membantu menyebarkan udara melalui paru dan menghilangkan/menurunkan nafas pendek. d) Menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan selama periode penurunan
pernafasan dapat menurunkan beratnya gejala. c. Kolaborasi
a) Awasi seri GDA/nadi oksimetri.
b) Berikan oksigen tambahan yang sesuai. d. Rasional
a) Penurunan kandungan oksigen (PaO2) dan/atau saturasi atau
peningkatan PaCO2 menunjukkan kebutuhan untuk
intervensi/perubahan program terapi.
b) Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap penurunan ventilasi/menurunnya permukaan alveolar paru. 4. Nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh
Tindakan/intervensi a. Mandiri
a) Catat status nutrisi pasien pada penerimaan, catat turgor kulit, berat badan dan derajat kekurangan berat badan, integritas mukosa oral, kemampuan/ketidakmampuan menelan, adanya tonus usus, riwayat mual/muntah atau diare.
d) Selidiki anoreksia, mual, dan muntah dan catat kemungkinan hubungan dengan obat. Awasi frekuensi, volume, konsistensi feses. e) Dorong dan berikan periode istirahat sering.
f) Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan. g) Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan
karbohidrat.
h) Dorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah dan untuk membagi dengan pasien kecuali kontraindikasi.
b. Rasional
a) Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan/kekuatan khusus. Pertimbangan keinginan individu dapat memperbaiki masukan diet. b) Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan. c) Dapat mempengaruhi pilihan diet dan mengidentifikasi area
pemecahan masalah untuk meningkatkan pemasukan/penggunaan nutrien.
d) Membantu menghemat energi khususnya bila kebutuhan metabolik meningkat saat demam.
e) Menurunkan rasa tak enak karena sisa sputum atau obat untuk pengobatan respirasi yang merangsang pusat muntah.
f) Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu/kebutuhan energi dari makan makanan banyak dan menurunkan iritasi gaster.
g) Membuat lingkungan sosial lebih normal selama makan dan membantu memenuhi kebutuhan personal dan kultural.
c. Kolaborasi
a) Rujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi diet.
b) Konsul dengan terapi pernafasan untuk jadwal pengobatan 1-2 jam sebelum/setelah makan.
c) Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh BUN, protein serum dan albumin.
d. Rasional
a) Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolik dan diet.
b) Dapat membantu menurunkan insiden mual dan muntah sehubungan dengan obat atau efek pengobatan pernafasan pada perut yang penuh.
c) Nilai rendah menunjukkan malnutrisi dan menunjukkan kebutuhan intervensi/perubahan program terapi.
d) Demam meningkatkan kebutuhan metabolik dan juga konsumsi kalori.
5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, aturan tindakan, dan pencegahan
Tindakan/intervensi a. Mandiri
a) Kaji kemampuan pasien untuk belajar, contoh tingkat takut, masalah, kelemahan, tingkat partisipasi, lingkungan terbaik dimana pasien dapat belajar, seberapa banyak isi, media terbaik, siapa yang terlibat. b) Identifikasi gejala yang harus dilaporkan ke perawat, contoh
hemoptisis, nyeri dada, demam, kesulitan bernafas, kehilangan pendengaran, vertigo.
c) Tekankan pentingnya mempertahankan protein tinggi dan diet karbohidrat dan pemasukan cairan adekuat (rujuk ke DK: Nutrisi, Perubahan, Kurang dari Kebutuhan Tubuh).
d) Berikan instruksi dan informasi tertulis khusus pada pasien untuk rujukan contoh jadwal obat.
e) Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan, dan alasan pengobatan lama. Kaji potensial interaksi dengan obat/sunstansi lain.
g) Tekankan kebutuhan untuk tidak minum alkohol sementara minum INH.
h) Rujuk untuk pemeriksaan mata setelah memulai dan kemudian tiap bulan selama minum etambutal.
i) Dorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan masalah. Jawab pertanyaan secara nyata. Catat lamanya penggunaan penyangkalan. j) Evaluasi kerja pada pengecoran logam/tambang gunung, semburan
pasir.
k) Dorong untuk tidak merokok.
l) Kaji bagaimana TB ditularkan (mis. khususnya dengan inhalasi organisme udara tetapi dapat juga menyebar melalui feses atau urine bila infeksi ada pada sistem ini) dan bahaya reaktivitas.
b. Rasional
a) Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada tahapan individu.
b) Dapat menunjukkan kemajuan atau pengaktifan ulang penyakit atau efek obat yang memerlukan evaluasi labjut.
c) Memenuhi kebutuhan metabolik membantu meminimalkan kelemahan dan meningkatkan penyembuhan. Cairan dapat mengencerkan/mengeluarkan sekret.
d) Informasi tertulis menurunkan hambatan pasien untuk mengingat sejumlah besar informasi. Pengulangan menguatkan belajar.
e) Meningkatkan kerjasama dalam program pengobatan dan mencegah penghentian obat sesuai perbaikan kondisi pasien.
f) Mencegah/menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan terapi dan meningkatkan kerjasama dalam program.
g) Kombinasi INH dan alkohol telah menunjukkan peningkatan insiden hepatitis.
h) Efek samping utama menurunkan penglihatan; tanda awal menurunnya kemampuan untuk melihat warna hijau.
keuangan/penyangkalan lama dapat mempengaruhi koping dengan/manajemen tugas untuk meningkatkan/mempertahankan kesehatan.
j) Terpajan pada debu silikon berlebihan meningkatkan risiko silikosis, yang dapat secara negatif mempengaruhi fungsi pernafasan/bronkitis.
k) Meskipun merokok tidak merangsang berulangnya TB, tetapi meningkatkan disfungsi pernafasan/bronkitis.
D. Asuhan Keperawatan Kasus 3.1. Pengkajian
PROGRAM DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU
_______________________________________________________________ FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. E
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 20 tahun
Status Perkawinan : Belum Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana (Universitas Negeri Medan)
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Desa Berastepu Kab. Karo
Tanggal Masuk RS : 16 Juni 2013 No. Register : 52.80.06 Ruangan/kamar : RA 1/III 3 Golongan darah : -
Tanggal pengkajian : 17 Juni 2013 Tanggal operasi : -
Diagnosa Medis : TB Paru
II. KELUHAN UTAMA :
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG A. Provocative/palliative
1. Apa penyebabnya:
Klien batuk darah kurang lebih 4 hari ini setelah pulang dari kerja lapangan di parapat.
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan:
Pasien sebelumnya dibawa berobat ke Puskesmas. B. Quantity/quality
1. Bagaimana dirasakan:
Klien merasakan nyeri dada saat batuk. 2. Bagaimana dilihat:
Pasien terlihat lemah, namun masih sadar.
C. Region
1. Dimana lokasinya
Lokasi nyeri berada di dada. 2. Apakah menyebar
Nyeri tidak menyebar. D. Severity
Akibat penyakit yang diderita klien, klien mengalami gangguan terhadap pernafasannya.
E. Time
Hal ini terjadi 4 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit.
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Penyakit yang pernah dialami
Sebelumnya klien hanya pernah menderita sakit demam, batuk serta pilek.
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Ketika sakit pasien dibawa ke puskesmas untuk berobat. C. Pernah dirawat/dioperasi
D. Lama dirawat
Klien belum pernah dirawat dirumah sakit. E. Alergi
Klien tidak mengalami alergi terhadap pengobatan F. Imunisasi
Klien mendapatkan imunisasi lengkap
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
A. Orang tua
Orang tua klien tidak pernah menderita sakit TB Paru. Orang tua klien menderita sakit hipertensi.
B. Saudara kandung
Saudara kandung klien tidak pernah menderita TB Paru. C. Penyakit keturunan yang ada
Dalam keluarga klien tidak ada penyakit keturunan, hanya saja orang tua kien menderita hipertensi.
D. Anggota keluarga yang meninggal
Belum ada anggota keluarga klien yang meninggal. E. Penyebab meninggal
Tidak ada penyebab meninggal karena keluarga klien belum ada yang meninggal.
VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL A. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Klien merasa takut akan penyakitnya. Klien khawatir sakitnya tidak dapat disembuhkan.
B. Konsep Diri:
1. Gambaran diri : klien menyukai seluruh bagian tubuhnya. 2. Ideal diri : klien berharap bisa sembuh.
3. Harga diri : tanggapan klien tentang harga dirinya tinggi.
5. Identitas : klien adalah anak pertama dari tiga bersaudara.
C. Keadaan emosi:
Klien sering marah-marah, takut, gelisah, menangis. D. Hubungan sosial:
1. Orang yang berarti
Klien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya adalah kedua orang tuanya dan seluruh keluarganya.
2. Hubungan dengan keluarga
Hubungan dengan keluarga tidak ada masalah. 3. Hubungan dengan orang lain
Hubungan dengan orang lain baik, tidak ada masalah. 4. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien tidak memiliki hambatan berhubungan dengan orang lain.
E. Spiritual
1. Nilai dan keyakinan
Klien beragama islam. Klien percaya penyakit yang di deritanya akan disembuhkan oleh Tuhan.
2. Kegiatan ibadah
Sebelum masuk rumah sakit klien selalu shalat 5 waktu.
Setelah masuk rumah sakit klien tidak dapat melakukan shalat karena keadaannya yang lemah.
VII. PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan Umum
Klien terlihat lemah serta batuk dan mengeluarkan darah dengan buih.
B. Tanda-tanda vital
1. Suhu tubuh : 370C.
4. Pernafasan : 29 kali/menit. 5. Skala nyeri : 4 (nyeri ringan)
6. TB : 160 cm.
7. BB : 58 kg.
C. Pemeriksaan Head to toe Kepala
1. Bentuk
Bentuk mesochepale, tidak ada masalah. 2. Ubun-ubun
Ubun-ubun klien normal. 3. Kulit kepala
Kulit kepala klien bersih tidak ada maslah. Rambut
1. Penyebaran dan keadaan rambut
Penyebaran rambut klien meratadan keadaan rambut klien bersih.
2. Bau
Rambut klien tidak berbau. 3. Warna kulit
Warna kulit klien terlihat pucat. Wajah
1. Warna kulit
Kulit wajah klien terlihat pucat. 2. Struktur wajah
Struktur wajah klien simetris. Mata
1. Kelengkapan dan kesimetrisan Mata klien simetris, lengkap 2. Palpebra
Palpebra klien normal, tidak ada pembengkakan. 3. Konjungtiva dan sklera
4. Pupil
Pupil klien isokor kanan dan kiri masing-masing 3mm. 5. Cornea dan iris
Cornea bening, refleks terhadap cahaya (+). 6. Visus
Visus klien tidak dikaji. 7. Tekanan bola mata
Tidak dikaji. Hidung
1. Tulang hidung dan posisi septum nasi
Tulang dan posisi septum nasi simetris, tidak ada masalah. 2. Lubang hidung
Lubang hidung bersih, tidak ada polip. 3. Cuping hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung. Telinga
1. Bentuk telinga
Bentuk telinga simetris. 2. Ukuran telinga
Ukuran telinga klien simetris dan normal. 3. Lubang telinga
Lubang telinga klien tidak ada masalah. 4. Ketajaman pendengaran
Ketajaman pendengaran klien baik, tidak ada gangguan pendengaran.
Mulut dan faring 1. Keadaan bibir
Keadaan bibir klien lembab, tidak ada sianosis. 2. Keadaan gusi dan gigi
Gusi klien tidak ada masalah, gigi klien lengkap. 3. Keadaan lidah
4. Orofaring Normal. Leher
1. Posisi trachea
Posisi trachea simetris, tidak ada pembesaran tonsil. 2. Thyroid
Tidak ada pembesaran thyroid. 3. Suara
Suara klien jelas. 4. Kelenjar limfe
Tidak ada masalah atau pembesaran kelenjar limfe. 5. Vena jugularis
Teraba, kuat, teratur. 6. Denyut nadi karotis
Teraba, teratur. Pemeriksaan integumen 1. Kebersihan
Kulit klien bersih 2. Kehangatan
Kulit klien hangat. 3. Warna
Tidak pucat. 4. Turgor
Kurang elastis. 5. Kelembaban
Kulit klien terlihat agak kering. 6. Kelainan pada kulit
Tidak ada kelainan kulit pada klien. Pemeriksaan thoraks/dada
1. Inspeksi thoraks
2. Pernafasan (frekuensi, irama) Frekuensi nafas 29 kali/menit. 3. Tanda kesulitan bernafas
Klien sesak karena adanya sputum. Pemeriksaan paru
1. Palpasi getaran suara
Vokal fremitus kiri lebih kuat dibanding kanan. 2. Perkusi
Dada kiri lebih resonan dari dada kanan. 3. Auskultasi
Terdapat suara nafas tambahan ronchi. Pemeriksaan jantung
1. Inspeksi
Tidak tampak massa serta tidak ada terlihat adanya denyut jantung (pulsasi).
2. Palpasi
Teraba denyut jantung (pulsasi) dengan frekuensi 78 kali/menit. 3. Perkusi
Tidak ada pembesaran jantung Batas atas jantung : interkostal 2-3 Batas kanan jantung : linea sternalis kanan
Batas kiri jantung : linea media clavicularis kiri 4. Auskultasi
Bunyi jantung 1 dan bunyi jantung 2, tidak terdengar suara tambahan.
Pemeriksaan abdomen 1. Inspeksi
Datar, simetris, tidak ada asites, tidak ada benjolan atau massa. 2. Auskultasi
Peristaltik (bising usus) normal. 3. Palpasi
4. Perkusi
Suara thympani.
Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya 1. Genitalia (rambut pubis, lubang uretra)
Genitalia klien bersih.
2. Anus dan perineum (lubang anus, kelainan pada anus, perineum)
Tidak ada kelainan pada anus dan perineum klien.
Pemeriksaan muskuloskeletal/ekstremitas (kesimetrisan, kekuatan otot, edema)
Ekstremitas klien simetris, kekuatan otot klien lemah, tidak terdapat edema.
Pemeriksaan neurologi (Nervus cranialis) GCS = 15
E= 4 M= 6 V= 5 Nervus cranial:
N. I (olfaktorius) : pasien memiliki penciuman yang baik. N. II (optikus) : pasien memiliki penglihatan yang baik N. III (okulomotorius) : pasien dapat menggerakkan kelopak mata
keatas, pupil isokor.
N. IV (trochlearis) : pasien dapat menggerakkan mata ke bawah dan ke atas.
N. V (trigeminus) : pasien dapat membuka dan menutup mulut, dapat mengunyah.
N. VI (abducent) : pasien dapat menggerakkan mata ke lateral. N. VII (facialis) : pasien dapat menggerakkan mulutnya. N. VIII (vestibulocochlearis) : pasien memiliki pendengaran yang
normal.
N. IX (glosofaringeus) : pasien dapat merasa dengan baik. N. X (vagus) : refleks menelan pasien baik.
N. XII (hipoglosus) : pasien dapat menjulurkan lidah. Fungsi motorik
Kemampuan motorik klien normal tidak ada masalah.
Fungsi sensorik (identifikasi sentuhan, tes tajam tumpul, panas dingin, getaran)
Sentuhan klien normal, dapat membedakan panas dingin, tajam tumpul dan getaran yang diberikan.
VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI I. Pola makan dan minum
1. Frekuensi makan/hari
Sebelum sakit klien makan 2 kali/hari, makan dengan 1 porsi.
Setelah sakit klien makan 3 kali/hari, makan dengan ½ porsi.
2. Nafsu/selera makan Klien tidak nafsu makan. 3. Nyeri ulu hati
Ada nyeri ulu hati. 4. Alergi
Klien tidak memilki riwayat alergi makanan. 5. Mual dan muntah
Ketika makan klien merasa mual dan ingin muntah. 6. Waktu pemberian makan
Pagi 07.00 wib, siang 12.00 wib, malam 19.00 wib.
7. Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah)
Tidak ada masalah kesulitan menelan dan mengunyah saat makan.
II. Perawatan diri/personal hygiene 1. Kebersihan tubuh
Klien mandi 2 kali/hari. 2. Kebersihan gigi dan mulut
Gigi dan mulut klien terlihat bersih.
Saat mandi klien juga membersihkan gigi dan mulutnya 2 kali/hari.
3. Kebersihan kuku kaki dan tangan Kuku kaki dan tangan klien bersih. Dipotong 1 kali/minggu.
III. Pola kegiatan/aktivitas
1. Uraikan aktivitas pasien untuk mandi makan, eliminasi, ganti pakaian dilakukan secara mandiri, sebahagian atau total
Seluruh aktivitas pasien dibantu oleh keluarga karena kondisi pasien yang lemah.
2. Uraikan aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit Klien beragama islam. Sebelum sakit klien shalat 5 waktu tetapi setelah dirawat pasien tidak mampu shalat.
IV. Pola eliminasi a. BAB
1. Pola BAB
Sebelum masuk rumah sakit: 2kali/ hari. Sesudah masuk rumah sakit: 2 kali/ hari. 2. Karakter feses
Sebelum masuk rumah sakit: normal, lembek Sesudah masuk rumah sakit: cair
3. Riwayat perdarahan
Tidak ada riwayat perdarahan. 4. BAB terakhir
Bab terakhir klien: pagi. 5. Diare
Klien tidak menggunakan laktasif b. BAK
1. Pola BAK
Sebelum masuk rumah sakit: >2 kali/hari. Sesudah masuk rumah sakit: >2 kali/hari 2. Karakter urine
Karakte urine klien: kuning
3. Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK
Klien tidak merasa nyeri/kesulitan ketika BAK 4. Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih
Klien tidak memiliki riwayat pemyakit ginjal/kandung kemih.
5. Penggunaan diuretik
Klien tidak menggunakan diuretik. 6. Upaya mengatasi masalah
Tidak ada masalah V. Data Penunjang
Nama Pemeriksaan Hasil Satuan Hasil
Limfosit Absoulute
3.2. ANALISA DATA
1.
2.
DS: a) Pasien mengatakan sering batuk dan sesak.
b) Di tenggorokannya ada dahak bercampur darah. DO: a) Suara nafas ronchi
b) Sputum kental+darah c) RR: 29 x/menit d) TD: 120/80 e) HR: 78 kali/menit f) Temp: 370C
DS: a) Pasien mengatakan nafsu makan menurun
b) Pasien mengeluh mual c) Pasien mengatakan porsi
pasien tidak habis
d) Pasien mengatakan badan terasa lemas
DO: a) Pasien terlihat lemas
b) Makanan tampak tidak habis c) Pasien terpasang infus
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
MASALAH KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas. 2. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan.
3.3. DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS)
2.4. PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL
1. Tujuan: Setelah dilakukan askep 3x24 jam bersihan jalan nafas menjadi efektif.
Kriteria Hasil: Mempertahankan jalan nafas pasien, sesak nafas berkurang.
Rencana Tindakan Rasional
1. Kaji fungsi
pernafasan.
2. Catat kemampuan
untuk mengeluarkan sekret.
3. Anjurkan klien untuk latihan batuk dan nafas dalam.
4. Anjurkan klien untuk posisi semi fowler.
5. Berikan terapi
oksigen. 6. Pantau TTV.
1. Penurunan bunyi napas
indikasi atelektasis.
akumulasi secret/ketidakma
mpuan membersihkan jalan
napas sehingga otot
aksesori digunakan
dankerja pernapasan
meningkat.
2. Pengeluaran sulit bila
secret tebal, sputum
berdarah akibat kerusakan
paru.
3. Batuk efektif membantu
mengeluarkan secret.
4. Meningkatkan ekspansi
paru dan membuka area
atelektasis
5. Membantu suplai oksigen
6. Mengetahui
Senin/17 Juni 2013
2. Tujuan: Setelah dilakukan askep 3x24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria Hasil: Nafsu makan meningkat.
Rencana Tindakan Rasional
1. Catat status nutrisi klien.
2. Monitor intake
output.
3. Catat adanya
anoreksia.
4. Anjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering.
1. Berguna dalam
mendefinisikan nutrisi dan
cairan.
2. Menentukan keefektifan
nutrisi dan cairan.
3. Menentukan jenis diet dan
mendefinisikan
pemecahan masalah untuk
meningkatkan intake
nutrisi.
1.5. PELAKSANAAN KEPERAWATAN Hari/
tanggal
No. Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP) Selasa/
18 Juni 2013
1. 1. Mengkaji fungsi pernafasan. 2. Mencatat kemampuan untuk
mengeluarkan secret.
3. Menganjurkan klien untuk latihan batuk efektif dan nafas dalam.
4. Menganjurkan klien untuk posisi semi fowler.
5. Memberikan terapi oksigen 6. Memantau TTV.
S: Klien mengatakan sesak nafas berkurang. O: Klien tampak
sudah mudah
2. 1. Mencatat status nutrisi klien. 2. Memonitor intake output. 3. Mencatat adanya anoreksia. 4. Menganjurkan klien untuk
makan sedikit tapi sering.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Tuberkulosis menjadi penyakit yang sangat diperhitungkan saat meningkatnya morbiditas penduduk terutama di negara berkembang. Diperkirakan sepertiga populasi dunia terinfeksi Mycobacterium tuberculosis, organisme penyebab tuberkulosis. Dari seluruh kasus tuberkulosis, sebesar 11% dialami oleh anak-anak di bawah 15 tahun (Somantri, 2008).
Oksigen (O2) adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernafas. Oksigenasi adalah tindakan, proses, atau hasil pengambilan oksigen.
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ sel (Alimul, 2006).
Oksigen dibutuhkan untuk mempertahankan kehidupan. Perawat seringkali menemukan klien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigennya. Fungsi sistem pernafasan dan jantung adalah menyuplai kebutuhan oksigen tubuhnya (Potter dan Perry, 2005).
1.2.Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Kperawatan pada Nn. E dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi di RSUP. Haji Adam Malik Medan.
1.3.Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan tahapan pengkajian asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus gangguan oksigenasi di RS. HAM. Medan
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan kasus gangguan oksigenasi di RS. HAM. Medan
c. Mampu menetapkan rencana intervensi pada pasien di RS. HAM Medan d. Mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien di RS. HAM.
e. Mampu melakukan evaluasi pada pasien dengan gangguan oksigenasi di RS. HAM. Medan.
1.4.Manfaat
a. Bagi institusi pendidikan
Dapat digunakan sebagai wacana dan pengetahuan tentang perkembangan ilmu keperawatan, khususnya asuhan keperawatan pada klien dengan kasus gangguan oksigenasi.
b. Bagi keluarga pasien
Penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana informasi dan menambah pengetahuan tentang gangguan oksigenasi.
c. Bagi penulis
Asuhan Keperawatan pada Nn. E dengan Prioritas
Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi
di RSUP. Haji Adam Malik Medan
Disusun dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan
Oleh Chaera Alhani
102500076
Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas berkat dan Rahmad-Nya diberi nikmat kesehatan, kekuatan, keterbukaan hati dan fikiran sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Nn. E dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi di RSUP. Haji Adam Malik Medan yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Selama proses Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mandapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan berharap kepada:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNs. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNs selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp, MNs. selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
6. Ibu Nunung Febriany Sitepu, S.Kep, Ns, MNs, selaku dosen pembimbing yang telah memberi bimbingan, petunjuk, masukan serta nasehat mulai dari awal sampai akhir Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.
7. Ibu Yessi Ariani, S.Kp, M.Kep, selaku dosen penguji yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, masukan serta nasehat mulai dari awal sampai akhir Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.
9. Terlebih dahulu penulis mengucapkan terima kasih yang paling dalam dan penghargaan dengan tulus hati dan cinta kasih yang dimiliki penulis berikan kepada kedua orang tua tercinta. Ayahanda Armansyah dan Ibunda Marlina yang telah bersusah payah melahirkan dan membesarkan serta mendidik penulis dalam do’a, materi, kasih sayang dan kesabaran sehingga penulis dapat menjadi orang yang berguna.
10. Saudara-saudaraku, Kakakku Novri Sultanti dan Adikku Hirda Harfizi serta sahabat-sahabat terbaikku Pertiwi Hartanti Sembiring, Noni Indah Yani Nasution, Evi Yuliana, Ulfa Anggraini, Nurul Ma’nun, Tria Koeswardani Pratiwi yang selalu meberikan do’a dan banyak memberikan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
11. Seluruh teman-teman mahasiswa DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara seperjuangan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, maka untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhir kata penulis mengharapkan Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak serta bagi penulis khususnya. Semoga Allah SWT selalu melindungi kita semua. Amin yarobbal ‘alamin.
Medan, Juli 2013 Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan Umum ... 1
1.3. Tujuan Khusus ... 1
1.4. Manfaat ... 2
BAB II PENGELOLAAN KASUS ... 3
A. Konsep Dasar Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi ... 3
2.1. Definisi TB Paru ... 3
2.2. Etiologi... 3
2.3. Patofisiologis ... 3
2.4. Manifestasi Klinis ... 4
2.5. Komplikasi ... 4
2.6. Pengertian Kebutuhan Oksigenasi ... 5
2.7. Sistem Tubuh yang Berperan dalam Tubuh Manusia ... 5
2.8. Fisiologi Pernafasan ... 7
2.9. Jenis Pernafasan ... 7
2.10. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi ... 8
2.11. Perubahan Fungsi Pernafasan ... 10
2.12. Pengkajian... 11
2.13. Analisa Data ... 13
2.14. Rumusan Masalah ... 13
2.15. Perencanaan ... 14
B. Asuhan Keperawatan Kasus ... 24
3.1. Pengkajian ... 24
3.2. Analisa Data ... 37
3.4. Perencanaan Keperawatan dan Rasional ... 39
3.5. Pelaksanaan Keperawatan ... 41
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ... 43
4.1. Kesimpulan ... 43
4.2. Saran ... 43