• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Intensitas Nyeri dengan Insomnia pada Pasien Nyeri Punggung Bawah Kronis di RSUP H. Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Intensitas Nyeri dengan Insomnia pada Pasien Nyeri Punggung Bawah Kronis di RSUP H. Adam Malik Medan"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Andrew Timanta Brahmana

Tempat / Tanggal Lahir : Medan / 07 Desember 1994

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jln. Sei Batang Serangan no 77, Medan Riwayat Pendidikan : 1. SD Santo Antonius 1 Medan (2000 -2006)

2. SMP Sutomo 1 Medan (2006 – 2009) 3. SMA Sutomo 1 Medan (2009 – 2012) 4. Fakultas Kedokteran USU (2012) Riwayat Pelatihan : -

Riwayat Organisasi : -

(2)

Lampiran 2

KUESIONER KUALITAS TIDUR (PSQI)

Tanggal : ………

Nama : ………

Tanggal Lahir : ………

1. Jam berapa biasanya anda mulai tidur malam?

2. Berapa lama anda biasanya baru bisa tertidur tiap malam? 3. Jam berapa anda biasanya bangun pagi?

4. Berapa lama anda tidur dimalam hari? 5 Seberapa sering masalah-masalah dibawah ini

mengganggu tidur anda? a) Tidak mampu tertidur selama 30 menit sejak

berbaring

b) Terbangun ditengah malam atau terlalu dini c) Terbangun untuk ke kamar mandi

d) Tidak mampu bernafas dengan leluasa e) Batuk atau mengorok

f) Kedinginan dimalam hari g) Kepanasan dimalam hari h) Mimpi buruk

i) Terasa nyeri j) Alasan lain ………

6 Seberapa sering anda menggunakan obat tidur 7 Seberapa sering anda mengantuk ketika melakukan

aktifitas disiang hari

Tidak antusias

Kecil Sedang Besar

8 Seberapa besar antusias anda ingin menyelesaikan masalah yang anda hadapi

(3)

baik kurang 9 Pertanyaan preintervensi : Bagaimana kualitas tidur

anda selama sebulan yang lalu

(4)

Lampiran 3

Kuesioner Short Form McGill

Nama Pasien: Tanggal

(5)

Lampiran 4

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Salam sejahtera,

Saya Andrew Timanta, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan tahun 2012. Sehubungan dengan persyaratan penyelesaian studi saya untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran, saat ini saya sedang melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Intensitas Nyeri dengan Insomnia pada Pasien Nyeri Punggung Bawah Kronis di RSUP Haji Adam Malik”.

Pada penelitian ini, saya akan memberikan beberapa pertanyaan melalui kuesioner yang berhubungan dengan Insomnia dan Intensitas Nyeri. Oleh karena itu, saya memohon kesediaan Saudara untuk mengisi data identitas dan menjawab setiap pertanyaan tersebut. Partisipasi Saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan apapun. Bagi Saudara yang bersedia, mohon untuk mengisi lembar persetujuan yang tertera di halaman berikutnya. Setiap data yang Saudara berikan adalah rahasia, tidak akan disebarluaskan, dan hanya akan digunakan untuk mendukung penelitian.

Demikian lembar penjelasan ini saya buat. Atas perhatian Saudara, saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya,

(6)

Lampiran 5

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (Informed Consent)

Setelah membaca dan mendapat penjelasan serta memahami sepenuhnya tentang penelitian yang berjudul:

“Hubungan Intensitas Nyeri dengan Insomnia pada Pasien Nyeri Punggung Bawah Kronis di RSUP Haji Adam Malik Medan”

Saya yang bertandatangan di bawah ini Nama :

Umur : Alamat :

Menyatakan bersedia dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Demikian surat persetujuan ini saya buat dengan penuh tanggung jawab agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Medan, 2015 Yang membuat pernyataan,

(7)
(8)
(9)
(10)

Lampiran 7

DATA INDUK NO Usia Jenis

Kelamin Suku Diagnosis

(11)

15 49 Wanita Batak spondylosis

lumbalis D3 3 tahun 7 4 7 1

16 34 Pria Jawa HNP D3 1.5

tahun 6 6 7 0

17 61 Wanita Karo Trauma SMA 5 tahun 15 9 6 8

18 58 Pria Karo HNP S1 7 bulan 15 5 1 0

19 53 Wanita Melayu spondylosis

lumbalis SD 5 tahun 9 5 12 5

20 73 Wanita Karo spondylosis

lumbalis SD 1 tahun 14 6 6 2

21 70 Wanita Batak spondylosis

lumbalis SMP

10

(12)

Lampiran 8

JENIS KELAMIN Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative Percent

Valid

1 8 38.1 38.1 38.1

2 13 61.9 61.9 100.0

Total 21 100.0 100.0

DIAGNOSIS

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

LBP et causa

HNP 3 14.3 14.3 14.3

LBP et causa

Muscle Spasm 1 4.8 4.8 19.0

LBP et causa

Spondiloithesis 1 4.8 4.8 23.8

LBP et causa spondylosis

lumbalis

11 52.4 52.4 76.2

LBP et causa

Trauma 5 23.8 23.8 100.0

(13)

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.

PSQIscore .188 21 .052 .924 21 .103

VAS .167 21 .129 .952 21 .366

a. Lilliefors Significance Correction

Statistics

VAS SENSORIK AFEKTIF

N Valid 21 21 21

Missing 0 0 0

Mean 5.24 5.33 1.81

Std. Deviation 1.972 3.554 2.316

Range 7 11 8

Correlations

PSQIscore VAS PSQIscor

e

Pearson

Correlation 1 .448

(14)

KATEGORI UMUR Frequency Percent Valid

Percent Cumulative Percent

Valid

1 2 9.5 9.5 9.5

2 3 14.3 14.3 23.8

3 2 9.5 9.5 33.3

4 6 28.6 28.6 61.9

5 8 38.1 38.1 100.0

Total 21 100.0 100.0

Sig. (1-tailed) .021

N 21 21

VAS Pearson

Correlation .448 *

1 Sig. (1-tailed) .021

N 21 21

(15)

DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatric Association, 1994. Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disorders, Vol. 4. N.W., Washington: American Psychiatric Association.

American Psychiatry Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Vol. 5. Washington, DC: American Psychiatry Association.

Auvinen, P.J., Tammmelin, T.H., Taimela, S.P., Zitting, P.J., Jarvelin, M.R., Taanila,A.M., Karppinen, J.I. 2010. Is insufficient quantity and quality of sleep a risk factor for neck, shoulder and low back pain? A longitudinal study among 3adolescents. Eur Spine J. 19: 641-649.

Bahouq H., Allali F., Rkain H., & Hassouni , H., 2012,November. Prevalence and severity of insomnia in chronic low back pain patients. Rheumatol Int. , 1.

Bukit, S. T., 2011. Hubungan Kualitas Tidur Dengan Intensitas Nyeri Pada Penderita Nyeri Punggung Bawah Dan Nyeri Kepala Primer . Tesis , 1 - 68.

Dikeos, D., & Georgantopoulos, G., 2011. Insomnia. Medical Comorbidity of Sleep Disorders , 1.

Falvo, D., 2005. Medical and Psychosocial Aspects of Chronic Illness and Disability, Vol. 3. Sudbury, Massachusetts, USA: Jones and Bartlett.

Hong, J. H., Kim, H. D., Shin , H. H., & Huh, B. (2014). Assessment of

depression, anxiety, sleep disturbance, and quality life patients in chronic low back pain in Korea. Journal J Anesthesiol , 444-450.

Kangas, L.K., Kivimäki, M., Härmä, M., Riihimäki, H., et al. 2006. Sleep

Disturbances as Predictors of Hospitalization for Back Disorders-A 28- Year Follow-up of Industrial Employees. Lippincott Williams and Wilkins. 31: 51-56.

Kasjmir, Y. I., 2007. Nyeri Spinal. In A. W. Sudoyo, B. Setiyohadi, I. Alwi, M. S. K, & S. Setiati, Ilmu PenyakIt Dalam UI, Vol. 4, pp. 1311 - 1317. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.

Kay, J., & Tasman, A., 2006. ESSENTIALS OF PSYCHIATRY. England, UK: John Wiley & Sons.

(16)

Purnomo, & W. R. Islamiyah, Eds.) Surabaya, Indonesia: Kelompok Studi Gangguan Tidur Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI).

Meliala, L., Purba, J.S., Suryamiharja, A., et al. 2003. Nyeri Punggung Bawah. Kelompok Studi Nyeri PERDOSSI.

Melzack, R., 1987. The short-form McGill Pain Questionnaire. Pain , 30, 191 - 197.

Mengel, M. B., & Schwiebert, L. P., 2009. Family Medicine, Vol. 5. USA: McGraw Hill's Companies.

Merepeza , A., 2014. Effects of spinal manipulation versus therapeutic exercise on adults with chronic low back pain: a literature review. J Can Chiropr Assoc , 4, 456 - 466. MPQ),  Chronic  Pain  Grade  Scale  (CPGS),  Short  Form‐36  Bodily  Pain  Scale  (SF‐36  BPS),  and  Measure  of  Intermittent  and  Constant  Osteoarthritis Pain (ICOAP). Arthritis Care & Research , 63, 240‐252.   

Hong, J. H., Kim, H. D., Shin , H. H., & Huh, B. (2014). Assessment of 

depression,  anxiety,  sleep  disturbance,  and  quality  life  patients  in  chronic low back pain in Korea. Journal J Anesthesiol , 444‐450. 

Stefane  ,  T.,  dos  Santos,  A.  M.,  Marinovic,  A.,  &  Hortense,  P.  (2013).  Chronic   low back pain: pain intensity, disability and quality of life. Acta Paul 

Enferm , 14‐20. 

Moore, D. P., & Jefferson, J. W., 2004. Handbook of Medical Psychiatry, Vol. 2. USA: Elsevier Mosby.

Nalajala, N., Walls, K., & Hili , E., 2013. Insomnia In Chronic Lower Back Pain: Non-Pharmacological Physiotherapy Interventions.International Journal of Therapy and Rehabilitation 20, 510-513.

Nova I., 2012. Perbandingan Kualitas Tidur Mahasiswa yang Mengikuti

(17)

Nur'arini., 2011. Perbedaan Gangguan Tidur Pada Remaja Urban Dan Suburban . Tesis , 1 - 43.

Purushothaman, B., Singh, A., Lingutla , K., Bhatia, C., Pollock , R., & Krishna, M. (2013). Prevalence of insomnia in patients with chronic back pain . Journal of Orthopaedic Surgery , 1, 68-70.

Roehrs, T. A., 2009. Does Effective ManDoes Effective Management of Sleep Disorders Improve Pain Symptoms? Management of Sleep Disorders Improve (Purushothaman, Singh, Lingutla , Bhatia, Pollock , & Krishna, 2013)Pain Symptoms? Drugs , 5-9.

Sadock, B. J., Sadock, V. A., & Ruiz, P., 2009. Kaplan & Sadock's

Comprehensive Textbook of Psychiatry ,Vol. 9. New York, USA: Lippincott Williams & Wilkins.

Schatman, M. E., & Campbell, A. (2007). Chronic Pain Management (Vol. 3). Suffern, New York, U.S.A.: Informa Healthcare USA, Inc.

Slameto., 2010. Kuesioner Kualitas Tidur. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya , 1 - 2.

South-Paul, J. E., Matheny, S. C., & Lewis, E. L., 2007. Current Diagnose & Treatment In Family Medicine. New York, USA: McGraw-Hill's companies.

Stefane , T., dos Santos, A. M., Marinovic, A., & Hortense, P. (2013). Chronic low back pain: pain intensity, disability and quality of life. Acta Paul Enferm , 14-20.

Syah, M., 2006. Kuesioner Kualitas Tidur. Psikologi Belajar , 1 -2.

Tang, N., Wright, K., & Salk, P., 2007. Prevalence and correlates of clinical insomnia co-occurring with chronic back pain . Journal of Sleep Research, 16 ,1 , 85 - 95.

Taylor, D., Mallory, L., Lichstein , K., Durrence, H. H., Riedel, B., & Bush, A. J., 2007. Comorbidity of Chronic Insomnia With Medical Problems. Insomnia and Medical Problems , 30, 213-217.

Waty, L., 2010. Hubungan Migren Terhadap Terjadinya Gangguan Tidur Pada Remaja. Tesis , 1 - 29.

(18)

BAB 3

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini digambarkan dalam skema berikut:

Variabel Independen Variabel dependen

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Penelitian ini akan melihat hubungan antara intensitas nyeri pasien nyeri punggung bawah kronis dengan insomnia. Intensitas Nyeri merupakan variabel independen dan insomnia sebagai variabel dependen.

3.2. Variabel dan Definisi Operasional 3.2.1. Variabel Independen

1. Intensitas Nyeri

Definisi Operasional : Keadaan tingkatan atau ukuran intensnya rasa sakit Alat Ukur : McGill Pain Questioannaire

Cara Ukur : meminta pasien untuk mengisi kuesioner Kategori : 0 = Tidak ada Nyeri

1 = Nyeri Ringan 2 = Sedang 3 = Berat Intensitas Nyeri

Pasien Nyeri Punggung Bawah

Kronis

(19)

dan Global Score mulai dari 0 – 45 dimana semakin besar skor menandakan nyeri semakin buruk.

Skala Ukur : Rasio 2. Nyeri Punggung Bawah

Definisi Operasional: diagnosa nyeri punggung bawah yang didiagnosa

dengan ICD-10

3.2.2. Variabel Dependen 1. Insomnia

Definisi Operasional : keluhan karena susah memulai tidur, sering

terbangun ketika tidur di malam hari, atau tidur yang tidak puas setidaknya selama sebulan dan disertai dengan kelelahan di siang hari atau gangguan pada aktifitas sehari-hari

Alat Ukur : PSQIP(Pittsburgh Sleep Quality Index) Cara Ukur : Meminta pasien untuk mengisi kuesioner Kategori : Terdiri dari beberapa bagian;

1. Kualitas tidur subyektif

2. Latensi tidur (kesulitan memulai tidur) 3. Lama tidur malam

4. Efisiensi tidur

5. Gangguan ketika tidur malam 6. Menggunakan obat-obat tidur

7. Terganggunya aktifitas disiang

dimana skalanya dimulai dari 1 sampai 3 dan Global Score dimulai dari 0 sampai 21 dimana semakin besar skor menandakan gangguan tidur yang lebih buruk, dan memiliki kriteria:

(20)

3.3. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini:

(21)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan pendekatan cross-sectional (studi potong lintang) yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Intensitas Nyeri dengan Insomnia pada Pasien Nyeri Punggung Bawah Kronis.

4.2. Lokasi dan Waktu penelitian

Pengumpulan data akan dilakukan pada bulan Juli-November 2015, dilanjutkan dengan pengolahan dan analisis data. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi adalah semua pasien dengan nyeri punggung bawah di RSUP H Adam Malik. Sampel adalah semua pasien nyeri punggung bawah kronis yang

berobat jalan di poliklinik saraf RSUP H Adam Malik yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak ada kriteria eksklusi.

4.3.2. Besar Sampel

Untuk menentukan jumlah sampel yang diambil dapat dihitung dengan menggunakan rumus estimasi proporsi

=   �!

+   !  

0.5ln 1+� 1−�

(22)

  �! = deviat baku alfa (1.96)

Dengan demikian, besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini dibulatkan menjadi 21 orang.

4.3.3. Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara consecutive sampling, dimana semua subyek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi.

4.3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini adalah: 1. Kriteria inklusi

a. Pasien nyeri punggung bawah kronis yang telah ditegakkan dari pemeriksaan klinis dan radiologi dari bulan Juli sampai Oktober b. Bersedia menjadi responden

c. Bisa berbahasa Indonesia 2. Kriteria Eksklusi

a. Pasien dengan riwayat insomnia primer

(23)

4.4. Kerangka Penelitian

Gambar 4.1. Kerangka alur penelitian

4.5. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer. Metode

pengumpulan data primer menggunakan kuesioner. Alat pengumpul data dalam penelitian ini berupa lembar pemgumpulan data yang meliputi data pribadi, diagnosa, riwayat penyakit terdahulu, dan instrument berupa kuesioner McGill untuk mengukur intensitas nyeri dan PSQI untuk mengukur gangguan tidur.

4.6. Pengolahan dan Analisa Data

Setelah seluruh data yang diperlukan didapat, maka data diperiksa kelengkapan dan ketepatannya. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan program komputer SPSS (Statistical Product and Service Solution).

Pasien NPB

Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi

Sampel Penelitian

Kuesioner Mc Gill (Penilaian Intensitas Nyeri)

Kuesioner PSQI (Penilaian Gangguan Tidur)

(24)

Analisa dan penyajian data dilakukan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hubungan antara intensitas nyeri dengan insomnia digunakan uji korelasi.

2. Untuk melihat gambaran insomnia digunakan analisa deskriptif.

(25)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di poli neurologi Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan sejak Juli sampai November 2015.

5.1.2. Analisis Univariat

Dari jumlah pasien nyeri punggung bawah kronis yang berobat jalan ke Poli Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan pada periode Juli 2015-November 2015, terdapat 21 pasien nyeri punggung bawah yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sehingga diikutkan dalam penelitian.

Tabel 5. Gambaran Karakteristik Demografi Subjek Penelitian

(26)

Suku bangsa yang terbanyak adalah suku Batak Toba yaitu 11 orang

(37,9%) dan yang paling sedikit adalah suku Pakpak, Jawa dan Minang yaitu 1 orang (3,4%).

Dari 21 orang nyeri punggung bawah kronis yang dianalisa, terdiri dari 8 pria (38,1 %) dan 13 (61,9 %) wanita. Kelompok usia terbanyak adalah 70-80 tahun yaitu 8 orang (38,1%). Sedangkan jumlah terkecil adalah pada usia 31-40 tahun dan 51-60 yaitu 2 orang (9,5%).

Sementara diagnosis yang terbanyak adalah Spondilosis Lumbalis yaitu sebanyak 11 orang (52,4%) dan paling sedikit adalah Muscle Spasm dan Spondiloithesis yaitu 1 orang (4,8 %).

Dari 21 pasien nyeri punggung bawah kronis yang mengisi kuesioner McGill, didapatkan karakteristik nyeri yang paling menonjol adalah nyeri sensorik (Mean = 5,33; SD=3,554) dibandingkan dengan nyeri afektif (Mean = 1,81; SD =2,316) dan nilai VAS (Mean = 3,71; SD = 1,384).

Tabel 6. Tabel Karakteristik pada NPB kronis dengan PSQI

Mean SD korelasi antara VAS dengan PSQI score adalah bermakna. Nilai korelasi Pearson sebesar 0,448 menunjukkan korelasi negatif dengan kekuatan korelasi yang kuat.

Tabel 7. Hubungan VAS dengan PSQI score

r

VAS

p*

PSQI score 0.448 0.021

(27)

5.2. Pembahasan

Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan tujuan untuk melihat hubungan antara intensitas nyeri dengan kualitas tidur pada penderita nyeri punggung bawah kronis.

Pada penelitian ini diagnosis nyeri punggung bawah kronis ditegakkan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik dan neurologis kemudian dilakukan pemeriksaan foto lumbosakral. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi kemudian diberikan kuesioner McGill dan kuesioner PSQI.

5.2.1. Karakteristik subjek penelitian

Pada penelitian ini subjek penelitian adalah sebanyak 21 orang, dimana dijumpai lebih banyak perempuan dibandingkan laki-laki, yaitu 38,1%% (n=8) laki-laki dan 61,9% (n=13) perempuan. Stefane et al pada tahun 2011, dari 97 partisipan nyeri punggung bawah didapatkan 67 perempuan (69,07%) dan 30 pria (30,93%).

Gambar 5.2.1. Diagram Perbandingan Frekuensi Jenis Kelamin

Studi dari Hong et al pada tahun 2014, dari 47 penderita nyeri punggung bawah kronik djumpai 28 orang (59,6%) perempuan dan 19 orang (40,4%) pria.

(28)

Gambar 5.2.1. Diagram Perbandingan Distribusi Frekuensi Usia

Kelompok umur penderita nyeri punggung bawah terbanyak pada studi ini adalah >60 tahun (66,67%). Studi dari Stefane et al, 2011 kelompok umur penderitaPnyeriPpunggungPbawahPterbanyakPadalahP>60Ptahun.

5.2.2. Hubungan antara intensitas nyeri dengan insomnia

Berdasarkan kuesioner PSQI yang digunakan pada penelitian ini, didapatkan hubungan yang bermakna antara VAS dengan insomniaP(p=0,021 ; r=0.448). Bukit pada penelitiannya pada tahun 2011 juga menunjukkan hubungan yang signifikan antara kualitas tidur dengan intensitas nyeri pada penderita nyeri punggung bawahP(p=0,006; r=0,907).

0  10  20  30  40  50  60  70  80 

31‐40   41‐50  51‐60  >60 

Persen

tase(%) 

Tahun 

Usia 

Brahmana, 2015 

(29)

Pada penelitian Bahouq et al. (2013) yang meneliti 100 orang penderita nyeri punggung bawah kronis ditemukan hasil yang bermaknaP(p=0,0001; r=0,587), dan Bahouq et al.Pmenyimpulkan pasien dengan nyeri kronis yang mengalami insomnia berat adalah pasien yang mengalami nyeri dengan intensitas lebih besar, dan dari studi ini menunjukkan intensitas nyeri di kemudian hari dapat menyebabkan insomnia pada pasien nyeri punggung bawah kronis.

Pada 2013, berdasarkan studi Purushothaman nyeri punggung bawah kronis memiliki hubungan yang signifikan dengan insomnia (p<0,001; r=0,59), dan mengatakan bahwa nyeri punggung harus ditangani dengan awal untuk menghindari masalah yang lebih serius yang berkaitan dengan insomnia. Nyeri punggung bawah apakah itu yang disebabkan oleh trauma, inflamasi, tumor ataupun akibat iskemik akan mengakibatkan sekresi dari beberapa mediator yang tujuan utamanya sebenarnya untuk mempertahankan homeostasis fungsi susunan saraf pusat (SSP). Sitokin merupakan salah satu mediator penting yang keluar akibat inflamasi dan infeksi. Jika sekresi ini tidak bisa disesuaikan dengan tujuan utamanya, atau jika tidak ada reaksi perbaikan kerusakan jaringan maka mediator yang secara terus-menerus diproduksi dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Reaksi SSP ini akan dikoordinasikan melalui hipotalamus dimana sebagai reaksi sitokin antara lain menyebabkan demam, menurunkan aktivitas tubuh, dan mengganggu pola tidur (Meliala dkk, 2003).

Hubungan antara nyeri punggung bawah dan gangguan tidur melibatkan

proses inflamasi melalui kortisol dan sitokin. Gangguan tidur dihubungkan dengan peningkatan kadar sitokin (interleukin) dan mediator inflamasi sistemik lainnya. Keberadaan beberapa jenis sitokin telah ditemukan pada jaringan-jaringan diskus intervertebral dari pasien-pasien yang menderita herniasi diskus. Interleukin-1 (IL-1) dan tumor necrosis factor alpha (TNF-α) kelihatannya

(30)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Dari 21 responden nyeri punggung bawah kronis terdiri dari 13 perempuan (61,9%) dan 8 laki-laki (38,1%)

2. Berdasarkan karateristik demografi, diagnosis responden terbanyak adalah spondylosis lumbalis, 11 orang(52,4%)

3. Dari 21 responden penderita nyeri bawah kronis berdasarkan kuesioner McGill didapatkan nyeri sensorik lebih menonjol dibandingkan nyeri afektif 4. Berdasarkan analisis bivariat, didapatkan hubungan yang bermakna antara

VAS dengan insomnia

6.2. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:

1. Dalam bidang penelitian, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui hormon-hormon apa saja yang berpengaruh terjadinya insomnia 2. Untuk tenaga medis disarankan untuk lebih memperhatikan masalah gangguan

tidur yang sering terjadi pada pasien nyeri punggung bawah kronis sehingga dapat memberikan terapi yang tepat, untuk memperbaiki kualitas tidur pasien 3. Untuk pasien disarankan menemui dokter apabila dijumpai gejala nyeri

(31)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Insomnia 2.1.1. Definisi

Gangguan tidur merupakan kumpulan dari gejala dengan ciri-ciri adanya

gangguan dalam jumlah, kualitas, atau waktu tidur pada seorang individu

(Nur’arini, 2011).

Hal yang tampak jelas dari insomnia primer adalah keluhan karena susah

memulai atau mempertahankan tidur atau tidur yang tidak pulas setidaknya

selama 1 bulan (Kriteria A) dan menyebabkan tekanan yang signifikan terhadap

kesehatan atau gangguan pada kehidupan sosial, pekerjaan, atau kegiatan-kegiatan

penting lainnya (Kriteria B). Terganggunya tidur tidak tampak jelas pada

gangguan tidur yang lainnya (Kriteria C) atau kelainan mental (Kriteria D) dan

tidak disebabkan efek psikologis langsung dari obat-obatan atau penyakit (Kriteria

E)P(DSM-IV,1994).

Hal yang tampak dari gangguan tidur akibat adanya penyakit yang diderita

adalah gangguan tidur yang tampak sehingga cukup untuk membuat penderita

membutuhkan tindakan klinis yang independen (Kriteria A) dan digunakan

sebagai salah satu tanda adanya penyakit. Gejala bisa berupa insomnia,

hypersomnia, parasomnia atau gabungannya. Harus ada bukti yang didapat dari

riwayat, pemeriksaan fisik, atau hasil laboratorium yang menunjukkann gangguan

tidur sebagai penyebab fisiologis langsung dari suatu penyakit (Kriteria B).

Gangguan ini sebaiknya tidak dikarenakan kelainan mental, seperti Adjustment

Disorder, dimana stressor ini adalah penyakit yang serius (Kriteria C). Diagnosis

tidak dibuat jika gangguan tidur muncul hanya selama delirium (Kriteria D).

Gangguan tidur yang disebabkan karena Sleep-Related Breathing Disorder

(contoh: sleep apnea) atau Narcolepsy tidak dimasukkan kedalam kategori ini

(32)

signifikan atau mengganggu kehidupan social, pekerjaan dan lain-lain (DSM-IV,

1994).

2.1.2. Faktor risiko

Beberapa faktor risiko seperti kebiasaan tidur yang sedikit, jadwal tidur

yang berantakan, dan ketakutan akan tidak bisanya tidur menjadi masalah

insomnia dan dapat membuat siklus yang menimbulkan insomnia yang menetap.

Temperamental. Depresi atau sifat yang cenderung khawatir atau gaya pemikiran

yang selalu khawatir, meningkatkan kecenderungan untuk terjaga, dan

kecondongan untuk menahan emosi dapat meningkatkan risiko insomnia.

Lingkungan. Bunyi, cahaya, temperatur yang tidak nyaman, dan ketinggian dapat

meningkatkan faktor risiko insomnia. Genetik dan psikologikal. Wanita dan

penderita yang lanjut usia erat berhubungan dengan insomnia. Terganggunya tidur

dan insomnia dapat diturunkanP(DSM-V, 2013)

2.1.3. Patofisiologi

Beberapa faktor penting pada patofisiologi insomnia adalah gangguan

irama sirkaridan siklus bangun-tidur, irama suhu tubuh, keinginan untuk tidur dna

waktu terjaga. Pada bebrapa penelitian dilaporkan bahwa keluhan yang dirasakan

pasien insomnia bukanlah disebabkan oleh adanya gangguan selama mereka tidur

malam atau karena sleep deprivation, tetapi lebih dikarenakan waktu terjaga

somatik dan kognitifnya selama 24 jam. Input sensori dan proses informasi pada

pasien insomnia tetap berlangsung dan mempengaruhi inisiasi tidur dan

konsolidasi. Gangguan adaptasi dan gangguan fungsi kepercayaan pasien (seperti

khawatir yang berlebihan tentang konsekuensi insomnia yang diderita dan pikiran

tidak realistic tentang gangguan tidurnya) serta kondisi terjaga (arousal) tingkat

kortikal turut terlibat dalam kejadian insomnia (Kelompok Studi Gangguan Tidur

(33)

2.2. Nyeri Punggung Bawah 2.2.1. Definisi

Nyeri punggung bawah adalah gejala penyakit yang cukup sering dialami,

dengan karakteristik nyeri dibagian lumbal atau sacral pada punggung bagian

bawah. Bisa dirasakan pada keadaan tegak, punggung yang diamP(static pain)

atauPketikaPbergerakP(kineticPpain)P(Falvo,P2005).

Nyeri punggung bawah adalah kategori yang paling luas dari gejala nyeri

punggung, di susun menjadi empat kelompok berdasarkan lama gejala sejak awal

dimulai: akut, durasi ≤6 minggu; subakut, durasi ≥6 minggu tapi ≤3 bulan; kronis, durasi ≥3 bulan; dan acute imposed on chronic, serangan akut pada penderita yang sudah mengalami nyeri punggung bawah kronisP(Mengel & Schwiebert,

2009).

2.2.2. Prevalensi

Menurut Dennis C. dan Kimberly S. dalam Michael E. dan Alexandra

C.P(2007), mengidentifikasi tujuh studi epidemiologi yang dilakukan di Britania,

Belgium, Jerman dan Swedia yang dilaporkan secara spesifik pada prevalensi

nyeri punggung bawah sebagai nyeri terbanyak yang dilaporkan.

Dengan insidens 5% dan prevalensi sampai saat ini 60%-90%, nyeri

punggung bawah adalah penyebab kecacatan di Amerika Serikat pada orang

dewasa dibawah 45 tahun. 1% dari seluruh populasi di Amerika Serikat cacat

secara kronis dan 1% lagi cacat sementara akibat nyeri punggung (Jeannette,

Samuel, and Evelyn, 2007).

2.2.3. Etiologi

Nyeri punggung bawah, sulit dimengerti etiologinya, tanpa melihat

prevalensi dan morbiditasnya. Dipercaya bahwa nyeri dan gangguan dari nyeri

punggung bawah adalah hasil yang complex dari interaksi diantara struktur

anatomi dari spinal dan hubungannya dengan neurofisiologi dan biokimia

(Jeannette,PSamuel,PandPEvelyn,2007).

Penyebab keluhan nyeri pinggang inin sangat beragam dan memerlukan

(34)

Sumber nyeri dapat berasal dari persoalan kulit, otot, tulang belakang, organ

visera, ataupun kebiasaanP(habit) seseorang dalam posisi tertentu serta aktifitas

rutin dalam pekerjaan (Sudoyo dkk, 2007).

Nyeri punggung bawah dapat disebabkan oleh karena:

1. Gangguan mekanis akibat postur yang tidak baik, contoh: lordosis (punggung

condong ke depan)

2. Buruknya posisi tubuh ketika bekerja, menyebabkan terkilir atau otot tegang

3. Luka akibat terjatuh, seperti kecelakaan kendaraan atau olahraga

4. Spondylolisthesis (berubah posisinya tulang punggung lebih ke depan)

5. Spndylolysis (hancurnya atau degenerasi dari tulang punggung)

6. Arthritis atau osteoporosis

7. Infeksi pada tulang punggun atau jaringan di antara tulang punggung

8. Tumor pada tulang punggung, atau hasil metastase kanker dari organ lain

9. Herniasi dari intervertebral disk (referred pain dari organ di tubuh, seperti

ginjal atau uterus) (Falvo, 2005)

2.3. PSQI (Pittsburgh Sleep Quality Index) 2.3.1. Definisi

PSQI adalah instrument klinis yang digunakan untuk mengukur kualitas

tidur. PSQI terdiri dari 19 pertanyaan, dimana berhubungan dengan kualitas tidur,

termasuk estimasi durasi tidur, latensi tidur, frekuensi, dan keparahan dari

gangguan tidur yang diderita. 19 pertanyaan ini digabunng menjadi tujuh

komponen penilaian, setiap komponen mempunyai skala 0-3, kemudian nilai total

dihitung berdasarkan skala global PSQI score, dimana skala berkisar dari 0-21,

(35)

Tabel 2.3. Pembagian Skala PSQI

(Muhibin, 2006) (Slameto, 2010)

2.3.3. Cara Pengukuran

PSQI mengkaji 7 dimensi pada kualitas tidur, yaitu kualitas tidur subjektif,

latensi tidur, lama tidur, gangguan tidur, lama tidur malam, penggunaan obat

NO PERTANYAAN SKALA

1 Jam berapa biasanya anda mulai tidur malam

Lama di tempat tidur (Efisiensi tidur)

2 Berapa lama anda biasanya baru bisa tertidur tiap malam

Latensi tidur (lama memulai tidur)

3 Jam berapa anda biasanya bangun pagi

Lama di tempat tidur (Efisiensi Tidur)

4 Berapa lama anda tidur dimalam hari Lama tidur malam (Efisiensi Tidur) 5 Seberapa sering masalah-masalah

dibawah ini mengganggu tidur anda? a) Tidak mampu tertidur selama 30

menit sejak berbaring

Latensi tidur (lama memulai tidur)

b) Terbangun ditengah malam atau terlalu dini

Gangguan Ketika Tidur Malam

c) Terbangun untuk ke kamar mandi d) Tidak mampu bernafas dengan

leluasa

e) Batuk atau mengorok f) Kedinginan dimalam hari g) Kepanasan dimalam hari h) Mimpi buruk

i) Terasa nyeri j) Alasan lain ………

6 Seberapa sering anda menggunakan obat tidur

Penggunaan Obat-obat tidur

7 Seberapa sering anda mengantuk ketika melakukan aktifitas disiang hari

Terganggunya aktifitas di siang hari

8 Seberapa besar antusias anda ingin menyelesaikan masalah yang anda hadapi

9 Pertanyaan preintervensi : Bagaimana kualitas tidur anda selama sebulan yang lalu

Kualitas Tidur Subjektif

(36)

tidur, dan gangguan aktifitas pada siang hari. Pengukuran pada tiap dimensi

tersebar dalam beberapa pertanyaan dan penilaian yang sesuai dengan standar

baku(Nova, 2012), seperti berikut:

1. Kualitas tidur subyektif  Dilihat dari pertanyaan nomor 9

0 = sangat baik

1 = baik

2 = kurang

3 = sangat kurang

2. Latensi tidur (kesulitan memulai tidur)  total skor dari pertanyaan

nomor 2 dan 5a

Jumlahkan skor pertanyaan nomor 2 dan 5a, dengan skor dibawah ini:

Skor 0 = 0

Skor 1-2 = 1

Skor 3-4 = 2

Skor 5-6 = 3

3. Lama tidur malam  Dilihat dari pertanyaan nomor 4

> 7 jam = 0

6-7 jam = 1

5-6 jam = 2

< 5 jam = 3

(37)

Efisiensi tidur= ( lama tidur / lama di tempat tidur) x 100% lama tidur – pertanyaan nomor 4

lama di tempat tidur – kalkulasi respon dari pertanyaan nomor 1 dan 3

Jika di dapat hasil berikut, maka skornya:

>85 % = 0

75-84 % = 1

65-74 % = 2

< 65 % = 3

5. Gangguan ketika tidur malam  Pertanyaan nomor 5b sampai 5j

Nomor 5b sampai 5j dinilai dengan skor dibawah ini:

Tidak pernah = 0

Sekali seminggu = 1

2 kali seminggu = 2

>3 kali seminggu = 3

Jumlahkan skor pertanyaan nomor 5b sampai 5j, dengan skor dibawah ini:

Skor 0 = 0

Skor 1-9 = 1

Skor 10-18 = 2

Skor 19-27 = 3

6. Menggunakan obat-obat tidur Pertanyaan nomor 6

Tidak pernah = 0

Sekali seminggu = 1

2 kali seminggu = 2

>3 kali seminggu= 3

7. Terganggunya aktifitas disiang hari  Pertanyaan nomor 7 dan 8

(38)

Tidak antusias = 0

Kecil = 1

Sedang = 2

Besar = 3

Jumlahkan skor pertanyaan nomor 7 dan 8, dengan skor di bawah ini:

Skor 0 = 0

Skor 1-2 = 1

Skor 3-4 = 2

Skor 5-6 = 3

Skor akhir: Jumlahkan semua skor mulai dari komponen 1 sampai 7 (Muhubin,

2006 & Slameto, 2010).

Kemudian dengan global PSQI score dimulai dari 0-21, dimana

Minimum skor =0 (baik), dan maksimum skor = 21 (sangat buruk), dan

interpretasinya: TOTAL > 5 = kualitas tidur buruk

TOTAL ≤ 5 = kualitas tidur baik

(Daniel et al.,1988)

2.4. Short Form McGill Pain Questionnaire (SF-MPQ) 2.4.1. Definisi

Bentuk pendek dari kuesioner nyeri McGill telah dikembangkan.

Komponen utama dari kuesioner ini terdiri dari 15 pertanyaan (11 sensori, 4

afektif) dimana skalanya 0 = tidak nyeri, 1 = ringan, 2 = sedang, dan 3 = berat

untuk intensitas nyerinya. Pada kuesioner McGill ini sudah termasuk ke dalam

Present Pain IntensityP(PPI) index dari standar MPQ dan Visual Analague ScaleP(VAS). Kuesioner nyeri McGill juga sangat berguna dalam banyak situasi dimana standar MPQ memakan waktu cukup lama untuk diisi, dimana informasi

kualitatifnya baik sedangkan PPI dan VAS kurang baik (Ronald Melzack, 1987).

Short Form McGill Pain QuestionnaireP(SF-MPQ), adalah pengukuran

multidimensi untuk dapat mengetahui tingkat nyeri pada orang dengan nyeri

(39)

didapatkan dengan menjumlahkan seluruh total skorP(0-45). Belum ada titik point

yang sudah dibuatP(Mian & Kendzerska, 2011).

Visual Analog Scale(VAS) untuk nyeri adalah pengukuran terhadap nyeri

dan digunakan secara luas pada beragam populasi, termasuk pada penderita

rematik. VAS untuk nyeri adalah skala yang dibuat menggunakan garis horizontal

(HVAS) atau verticalP(VVAS), biasanya sepanjang 10 centimeter, dan di setiap

ujungnya terdapat 2 deskripsi verbal. Untuk intensitas nyeri, skala yang dipakai

pada tiap ujung adalah “tidak nyeri”P(skor 0) dan “sangat nyeri”P(skor 10). Titik

point dari VAS yang direkomendasikan adalah: tidak nyeri (0-4 mm), sedikit

nyeri (5-44 mm), nyeri sedangP(45-75mm), dan sangat nyeriP(75-100mm),

sedangkan Present Pain IntensityP(PPI) hanya menggunakan satu pertanyaan yang diikuti dengan 5 skorP(Mian & Kendzerska, 2011).

Tabel 2.4. Kuesioner PRI dan Dimensi

(40)

2.5. Hubungan Intensitas Nyeri Punggung Bawah Kronis dengan Insomnia

Pasien dengan nyeri kronis sangat mungkin untuk mengalami gangguan

tidur dibandingkan pasien yang nyeri. Pada peserta survey yang nyeri sekitar tiga

kali lebih sulit memulai tidur, mempertahankan tidur, bangun pagi lebih awal,

tidur yang tidak pulas atau kualitas tidur yang rendah dibandingkan peserta tidak

nyeri (Roehrs et al., 2009).

Diantara kalangan insomnia, nyeri kronis ditemukan lebih banyak

dibandingkan pada yang nonimsomnia, 25-40% pasien dengan kondisi nyeri

kronis yang bervariasi mengeluhkan insomnia vs 13% dari seluruh populasi,

insomnia ditemukan 4.3 kali lebih sering ditemukan diantara pasien dengan nyeri

kronis pada Ibadan study of ageing pada 2152 peserta, nyeri kronis biasanya

disababkan karena arthritis (predominan rheumatoid), nyeri punggung dan

fibromyalgia (Dikeos, Georgantopoulos, 2011)

Pada penelitian Nicole dkkP(2007), bahwa dari 53% pasien dengan nyeri

punggung bawah kronis mencari obat pereda rasa nyeri di klinik dimana mereka

menderita insomnia berat dan stress yang memerlukan bantuan klinis. Nilai

prevalensi dari insomnia sedikit lebih rendah dibandingkan yang dilaporkan

dalam penelitian-penelitian yang sebelumnya (65% - 89%). Penemuan ini

mnunjukkan pasien dengan nyeri kronis mempunyai risiko yang tinggi untuk

(41)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gangguan tidur bisa dibedakan menjadi 4 kategori besar: 1) insomnia; 2)

hypersomnia; 3) gangguan pada siklus tidur-bangun cirkadian; dan 4) parasomnia

(menurut American Psychiatric Association,1994 dalam Kay & Khasman, 2006).

Berdasarkan definisi gangguan tidur, Diagnostic and Statistical Manual of

Mental Disorders, Fourth Edition (DSM-IV) hanya memasukkan gangguan tidur

yang kronis (durasi sekitar 1 bulan). Sedangkan, International Classification of

Sleep Disorders memasukkan gangguan tidur yang pendek dan sedang, dimana

terbukti lebih sering terjadi daripada gangguan tidur yang kronis (menurut

Diagnostic Classification Steering Committee Therapy MJC, 1990 dalam Kay &

Khasman, 2006).

Penderita insomnia kronis mempunyai risiko kecelakaan kendaraan dua kali lebih besar, tapi hanya 5% dari penderita yang mencari bantuan medis terhadap insomnianya. Tetapi, hanya 40% atau lebih dari penderita yang mencari kesembuhan dengan obat-obatan, alkohol atau keduanya sekaligus(Kaplan & Sadock’s,P2009).

Pada penelitian oleh Purshothaman dkk (2013) prevalensi insomnia

dengan menggunakan Insomnia Severity Index(ISI), the Oswestry Disability

Index(ODI) dan the Numerical Rating Scale(NRS) pada 120 pasien nyeri

(42)

yang signifikan.

Insomnia primer, dalam DSM-IV 307.42, dibedakan menjadi 2, insomnia

psikofisiologik dan insomnia idiopatik. Insomnia physiologik sangat sering

ditemukan, sekitar 1 sampai 10% pada populasi seluruh dunia dan sampai 25%

pada lansia; disisi lain, insomnia idiopatik sangat jarang. Insomnia psikofisiologik

bertahan setidaknya sebulan, dan sembuh lebih dari setahun pada hampir semua

pasien: pada bebrapa kasus bisa menjadi kasus yang kronik, menguat dan

melemahPselamaPbertahun-tahunP(DavidP&PJames,P2004).

Nyeri punggung bawah kronis bisa timbul karena struktur anatomi yang

bervariasi atau karena adanya kelainan patologis pada tulang punggung sehingga

membutuhkan pengobatan berdasarkan penyebabnya. Diperkirakan 80-90%

pasien yang didiagnosa nyeri punggung bawah kronis timbul dari sebab mekanis

yang tidak spesifik. Kebanyakan penderita nyeri punggung bawah kronis ini di

tatalaksana secara non-operative ditambah tatalaksana konservatif yang bervariasi

(Merepeza,P2014).

Nyeri punggung bawah(NPB) biasanya didefinisikan sebagai nyeri,

tertekannya otot atau kekakuan yang bersifat lokal di bawah batas costal dan

diatas lipatan gluteal inferior, dengan atau tanpa nyeri kaki(sciatica). NPB adalah

sebuah masalah yang besar karena menyebabkan penurunan sosial ekonomi dan

beban bagi pelayanan medis di seluruh dunia. Insiden dari LBP sampai sekarang

dilaporkan sekitar 60-80% dan dari insiden tersebut 80-90% kasus dimana nyeri

berkurang selama 2-3 bulan pertama istirahat pasien(sekitar 10-20%) dan

berkembang menjadi sindrom nyeri kronis. Nyeri punggung bawah kronis

termasuk 73-77% dari semua pasien dengan kelainan nyeri punggung bawah.

Sekitar 90% dari kasus nyeri punggung tidak mempunyai sebab yang bisa di

identifikasiPdanPdisebutPnonspesifikP(YilmazP&PDedeli,P2012).

Penelitian cross-sectional pada 268 pasien yang berusia 18 tahun atau lebih, yang dilakukan selama 6 bulan menunjukkan hasil bahwa gangguan tidur

adalah hal yang umum ditemukan pada pasien-pasien yang dirawat pada klinik

rehabilitasi yang mengalami nyeri punggung bawah kronik. Juga terdapat

(43)

manifestasinya adalah penurunan kualitas tidur (menurut Marin dkk, 2006 dalam

Bukit, 2011).

Penelitian yang dilakukan pada 70 penderita nyeri punggung bawah kronik

menemukan sebanyak 53% dari penderita nyeri punggung bawah kronik

menderita insomnia dan mencari pengobatan pada klinik-klinik nyeri (menurut

Tang dkk, 2007 dalam Bukit, 2011). Pasien dengan nyeri yang kronis

mempunyai risiko yang sedikit lebih tinggi untuk mengalami insomnia

dibandingkan dengan paisen yang tidak(Nicole , KellyPandPPaul, 2007).

Oleh karena tingginya prevalensi insomnia pada pasien nyeri punggung

bawah kronis di seluruh dunia, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

hubungan intensitas nyeri dengan insomnia pada pasien nyeri punggung bawah

kronis di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik pada tahun 2015.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini: Apakah ada hubungan intensitas nyeri dengan insomnia pada

penderita NPB kronis?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah ada hubungan intensitas nyeri dengan insomnia

pada penderita NPB kronis

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui gambaran nyeri pada pasien NPB kronis

2. Mengetahui gambaran karakteristik pasien NBP kronis

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan dapat memberikan

(44)

1. Bagi Pendidikan

Menambah wawasan tenaga medis tentang hubungan intensitas nyeri dengan

insomnia pada pasien NPB kronis

2. Bagi Penelitian

Sebagai data dasar bagi peneliti lain untuk meneliti kualitas tidur yang

berhubungan dengan intensitas nyeri pada pasien NPB kronis

3. Bagi Masyarakat

Agar masyarakat dan keluarga lebih mengetahui tentang hubungan intensitas

(45)

ABSTRAK

Pasien dengan nyeri kronis sangat mungkin untuk mengalami gangguan tidur dibandingkan pasien yang nyeri. Dari beberapa sumber, pada peserta survey yang nyeri sekitar tiga kali lebih sulit memulai tidur, mempertahankan tidur, bangun pagi lebih awal, tidur yang tidak pulas atau kualitas tidur yang rendah dibandingkan peserta tidak nyeri

Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara intensitas nyeri dengan insomnia pada nyeri punggung bawah kronis.

Metode penelitian ini dengan menggunakan pendekatan pontong lintang. Data diambil menggunakan kuesioner berdasarkan PSQI score untuk mengetahui adanya insomnia dan VAS untuk mengukur intensitas nyeri pada pasien nyeri punggung bawah kronis di RSUP H Adam Malik. Jumlah responden adalah 21 pasien.

Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan signifikan antara intensitas nyeri dengan insomnia pada pasien nyeri punggung bawah kronis(p=0.021 ; r=0.448).

Kesimpulan pada penelitian ini adalah ada hubungan antara intensitas nyeri dengan insomnia pada pasien nyeri punggung bawah kronis di RSUP H Adam Malik pada tahun 2015.

(46)

ABSTRACT

Patients with painful chronic illnesses are more likely to experience sleep disturbance than patients with non-painful illnesses. Approximately three times as many survey participants with pain reported difficulties with initiating sleep, main- taining sleep, early morning awakenings, non- restorative sleep or poor sleep quality compared with those without pain.

This study aims to assess the correlation between pain intensity and insomnia in chronic low back pain patients.

The design of this study using cross sectional method. Data were obtained using PSQI score based questionnaire to measure insomnia and VAS to measure pain intensity in chronic low back pain patients at RSUP H Adam Malik. Total of participants studied is 21 patients.

Study result showed significant correlations between pain intensity and insomnia in chronic low back pain patients(p=0.021 ; r=0.448).

In conclusion, there is a significant correlation between pain intensity dan insomnia in chronic low back pain patients at RSUP H Adam Malik on 2015

(47)

HUBUNGAN INTENSITAS NYERI DENGAN INSOMNIA PADA PASIEN NYERI PUNGGUNG BAWAH KRONIS DI

RSUP H ADAM MALIK MEDAN

Oleh:

ANDREW TIMANTA BRAHMANA

120100284

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(48)

HUBUNGAN INTENSITAS NYERI DENGAN INSOMNIA PADA PASIEN NYERI PUNGGUNG BAWAH KRONIS DI

RSUP H ADAM MALIK MEDAN KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

NAMA : ANDREW TIMANTA BRAHMANA

NIM : 120100284

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(49)
(50)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal

penelitian dengan judul “Hubungan Intensitas Nyeri dengan Insomnia pada Pasien

Nyeri Punggung Bawah Kronis”.

Dalam pengerjaan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak menerima

bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih

dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH selaku dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara

2. dr. Irina Kemala Nasution, Sp.S selaku dosen pembimbing yang dengan penuh

kesabaran dan ketekunan telah memberi banyak arahan, masukan dan

dorongan dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini mulai dari awal sampai akhir

3. Prof. dr. Sutomo Kasiman, SpPd, SpJP(K), selaku ketua komisi etik penelitian

bidang kesehatan Fakultas Kedokteran Sumatera Utara yang telah

memberikan izin penelitian

4. dr. Winra Pratita, M.Ked(Ped), Sp.A. Dosen penguji I yang banyak membantu

dan memberikan masukan sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan

5. dr. Yuki Yunanda, M.Kes. Dosen penguji II yang telah memberikan saran

dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini

6. Semua staf, dokter, dan pasien di RSUP H Adam Malik yang dengan ramah

mengizinkan penulis untuk melakukan pengumpulan kuesioner

7. Seluruh staf S-1 Kedokteran yang telah membantu administrasi dalam

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini

8. Orang tua, saudara-saudari penulis yang telah memberikan semangat, doa, dan

dukungan kepada penulis

9. Teman-teman kelompok bimbingan penelitian yang telah memberi saran,

(51)

10.Sahabat-sahabat penulis yang selalu ada dalam susah maupun senang serta

menyemangati dan menemani penulis selama menuntut ilmu

11.Semua pihak yang telah memberikan bantuan secara langsung maupun tidak

langsung.

Penulis menyadari proposal penelitian ini tidak lepas dari kesalahan dan

kekurangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis

mengharapkan saran dan masukan untuk perbaikan selanjutnya. Semoga

penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dalam pengembangan ilmu

kedokteran

Medan, 07 Desember 2015

Andrew Timanta

(52)

ABSTRAK

Pasien dengan nyeri kronis sangat mungkin untuk mengalami gangguan tidur dibandingkan pasien yang nyeri. Dari beberapa sumber, pada peserta survey yang nyeri sekitar tiga kali lebih sulit memulai tidur, mempertahankan tidur, bangun pagi lebih awal, tidur yang tidak pulas atau kualitas tidur yang rendah dibandingkan peserta tidak nyeri

Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara intensitas nyeri dengan insomnia pada nyeri punggung bawah kronis.

Metode penelitian ini dengan menggunakan pendekatan pontong lintang. Data diambil menggunakan kuesioner berdasarkan PSQI score untuk mengetahui adanya insomnia dan VAS untuk mengukur intensitas nyeri pada pasien nyeri punggung bawah kronis di RSUP H Adam Malik. Jumlah responden adalah 21 pasien.

Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan signifikan antara intensitas nyeri dengan insomnia pada pasien nyeri punggung bawah kronis(p=0.021 ;

r=0.448).

Kesimpulan pada penelitian ini adalah ada hubungan antara intensitas nyeri dengan insomnia pada pasien nyeri punggung bawah kronis di RSUP H Adam Malik pada tahun 2015.

(53)

ABSTRACT

Patients with painful chronic illnesses are more likely to experience sleep disturbance than patients with non-painful illnesses. Approximately three times as many survey participants with pain reported difficulties with initiating sleep, main- taining sleep, early morning awakenings, non- restorative sleep or poor sleep quality compared with those without pain.

This study aims to assess the correlation between pain intensity and insomnia in chronic low back pain patients.

The design of this study using cross sectional method. Data were obtained using PSQI score based questionnaire to measure insomnia and VAS to measure pain intensity in chronic low back pain patients at RSUP H Adam Malik. Total of participants studied is 21 patients.

Study result showed significant correlations between pain intensity and insomnia in chronic low back pain patients(p=0.021 ; r=0.448).

In conclusion, there is a significant correlation between pain intensity

dan insomnia in chronic low back pain patients at RSUP H Adam Malik on 2015

(54)
(55)

2.4. McGill……….. 14

2.4.1. Definisi……….. 14

2.5. Hubungan Intensitas Nyeri Punggung Bawah Kronis dengan Insomnia ……….. 16

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL…… 17

3.1. Kerangka Konsep……….. 17

3.2. Variabel dan Definisi Operasional……… 17

3.3. Hipotesis……… 19

BAB 4 METODE PENELITIAN………. 20

4.1. Jenis Penelitian……….. 20

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian……….... 20

4.3. Populasi dan Sampel……….. 20

4.4. Kerangka Penelitian………... 21

4.5. Teknik Pengumpulan Data………. 21

4.6. Pengolahan dan Analisa Data………. 22

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN………... 24

5.1. Lokasi Penelitian……… 24

5.2. Hasil……… 24

5.3. Pembahasan……… 26

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN………... 30

6.1. Kesimpulan……… 30

6.2. Saran……….. 30

DAFTAR PUSTAKA……….. 31

(56)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1 Pembagian Skala PSQI………...………... 10

2 Kuesioner McGill dan Dimensi………... 14

3 Gambaran Karakteristik Demografi Subjek Penelitian……... 24

4 Karakteristik pada NPB kronis dengan PSQI……….. 25

(57)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian……….. 17

Gambar 4.4. Kerangka Alur Penelitian………... 22

Gambar 5.3.1. Diagram Perbandingan Frekuensi Jenis Kelamin…….. 27

(58)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Kuesioner PSQI

Lampiran 3 Kuesioner Short Form McGill

Lampiran 4 Lembar Penjelasan Penelitian

Lampiran 5 Informed Consent

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian

Lampiran 7 Data Induk

(59)

DAFTAR SINGKATAN

DSM-IV : Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, 4th Edition

ISI : Insomnia Severity Index

NPB : Nyeri Punggung Bawah

NREM : Non-Rapid Eye Movement

NRS : Numerical Rating Scale

ODI : Oswetry Disability Index

PPI : Present Pain Intensity

PSQI : Pittsburgh Sleep Quality Index

REM : Rapid Eye Movement

SF-MPQ : Short Form McGill Pain Questionnaire

SWS : Slow Wave Sleep

Gambar

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 5. Gambaran Karakteristik Demografi Subjek Penelitian
Tabel 7. Hubungan VAS dengan PSQI score
Gambar 5.2.1. Diagram Perbandingan Frekuensi Jenis Kelamin
+3

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti menyarankan agar perawat mengkaji nyeri kronis setiap pasien kanker karena nyeri bersifat subjektif sehingga manajemen nyeri dapat tercapai optimal dan pasien

Short Form- McGill Pain Quesionner (SF-MPQ) digunakan untuk menilai intensitas nyeri.Tingkat kecemasan dinilai dengan menggunakan kuesioner HAM-A.. Nyeri punggung bawah

Gejala termasuk nyeri persisten atau kekakuan di mana saja sepanjang tulang belakang; tajam, nyeri lokal pada leher,punggung atas, atau punggung bawah,

Penerapan Terapi dengan Pendekatan Cognitive Behavioral dalam menurunkan Intensitas Nyeri pada Pasien Nyeri Punggung Bawah (NPB) kronik (suatu studi kasus pada

penelitian yang berjudul “Hubungan Intensitas Nyeri dengan Kualitas Hidup pada penderita Nyeri Punggung Bawah kronis di RSUP HAM Medan ” yang menyangkut masalah kualitas

adalah gangguan tidur yang tampak sehingga cukup untuk membuat penderita.. membutuhkan tindakan klinis yang independen (Kriteria A) dan

Kelompok Studi Gangguan Tidur Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia(PERDOSSI)., 2014. Universitas Sumatera Utara.. Islamiyah, Eds.) Surabaya, Indonesia: Kelompok Studi

Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi Saudara/i tentang informasi terkait nyeri kronis yang dialami, pengetahuan tentang penggunaan obat nyeri untuk mengatasi