DAFTAR PUSTAKA
I. Buku
Agustine, Oly Viana, Konstitusi Ekonomi Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (Mea) Tahun 2015, Peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengkajian Perkara, Pengelolaan Teknologi Informasi Komunikasi Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Tahun 2015
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rajawali Pers, 2006
Aristeus, Syprianus, Perlindungan merek terkenal sebagai aset perusahaan, Jakarta : Badan Pembinaan Hukum Nasional, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, 2010
Asikin, Zainal, Hukum Dagang, Jakarta : Penerbit Rajawali Pers, 2013
Candra Purnama. Perlindungan Hukum Produk Umkm Melalui HKI (Hak Kekayaan Intelektual), Staf Dinas Koperasi Dan UMKM
Dianggoro, Wiratno, Pembaharuan UU Merek dan Dampaknya bagi Usaha Bisnis, Jurnal Hukum Bisnis Volume 2, 1997
Djumhana, Muhamad & R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual: Sejarah, Teori dan Praktinya di Indonesia, Bandung : Penerbit PT Citra Aditya Bakti, 2014
Herawati, Nety. Lilitan Masalah Usaha Mikro kecil, Menengah (UMKM) dan Kontroversi Kebijakan. Medan: Bitra Indonesia, 2003
Ikhsan, Edy dan Mahmul Siregar, Metode penelitian dan Penulisan Hukum Sebagai Bahan Ajar, Medan : Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2009
Jened, Rahmi, Interface Hukum Kekayaan Intelektual dan Hukum Persaingan, Jakarta : Penerbit RajaGrafindo Rajawali Press, 2013
____________, Hukum Merek (Trademark Law) : Dalam Era Global & Integrasi Ekonomi, Jakarta : Penerbit Prenadamedia Group, 2015
Khairandy, Ridwan, Pengantar Hukum Dagang, Cetakan Pertama, Yogyakarta : Penerbit FH UII Press, 2006
Margono, Suyud dan Amir Angkasa, Komersialisasi Aset Intelektual Aspek Hukum Bisnis, Jakarta : PT. Gramedia Widyasarana, 2002
Maulana, Ihsan Budi, Sukses Bisnis Melalui Merek dan Hak Cipta, Bandung : Penerbit Citra Aditya Bakti, 1997
Muthiah, Aulia, Aspek Hukum Dagang dan Pelaksanaannya di Indonesia, Yogyakarta : PT Pustaka Baru Press, 2016
Nugroho, Mahendro. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, Jakarta: Universitas Trisakti, 2009
Saidin, OK., Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (IntellectualProperty Law),
Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada. 2013
Santiago, Faisal, Pengantar Hukum Bisnis, Jakarta : Penerbit Mitra Wacana Media, 2012
Simatupang, Richard Burton, Aspek Hukum dalam Bisnis, Edisi Revisi, Jakarta : Penerbit Rineka Cipta, 2007
Soekanto, Soerjono & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: Rajawali Pers, 2013
Soekardono, R., Hukum Dagang Indonesia, Jilid I (bagian pertama), Jakarta : Penerbit Dian Rakyat, 2003
Tulus Tambunan, UMKM di Indonesia, Bogor: Ghalia Indonesia, 2009
Tambunan, Tulus T.H. Pasar Bebas ASEAN: Peluang, Tantangan dan Ancaman Bagi UMKM Indonesia. Jakarta: Kementrian Koperasi dan UMKM, 2012
II. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang No 15 Tahun 2001 tentang Merek
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah
Undang-Undang Nomor 7 tahun 2014 tentang Perdagangan
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah
Peraturan menteri koperasi dan usaha kecil dan menengah nomor 18/PER/M.KUKM/IX/2015 tentang Pedoman Pendidikan dan Pelatihan bagi Sumber daya manusia Koperasi, Pengusaha mikro, Kecil, dan Menengah
III. Jurnal dan Makalah
Ana Syukriah & Imam Hamdani, Peningkatan Eksistensi Umkm Advantage Dalam Rangka Menghadapi MEA 2015 Temanggung, Economics Development Analysis Journal, ISSN 2252-6889 tahun 2013 Universitas Negeri Semarang
Boy Syamsul Bakhri, Masyarakat Ekonomi Asean (Mea) Dan Tinjauan Dari Perspektif Ekonomi Syariah,Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akutansi I Vol. 25 No. 2 Desember 2015
Desy Churul Aini, Harmonisasi Undang-undang Dasar 1945 dengan Ketentuan Internasional Tentang Masyarakat Ekonomi Asean 2015 (Asean Economic Community/AEC 2015), Fakultas Hukum, Universitas Lampung Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 9 No. 3, ISSN 1978-5186 tahun 2015,
Seto Haryo Aji Wicaksono, Faizal Roni, Ahmad Sugondo, Kesiapan Konsumen Dalam Negeri Menyikapi AFTA Dan AEC 2015, Seminar Nasional Inovasi dan Tren (SNIT) 2015 Magister Manajemen Universitas “BSI Bandung, hal B-70
Sahat M. Pasaribu, dkk, Kajian Kesiapan Sektor Pertanian Menghadapi Pasar Tunggal ASEAN 2015, Makalah Proposal Operasional Penelitian, (Jakarta : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Badan Litbang Pertanian, 2014)
Sri Sayekti, Tinjauan yuridis perlindungan merek yang belum Terdaftar di Indonesia, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, IKIP Veteran Semarang Majalah Ilmiah Pawiyatan Edisi Khusus, Vol : XXII, No : 2, JULI 2015
Teguh Sulistia, Perlindungan Hukum dan Pemberdayan Pengusaha Kecil dalam Ekonomi Pasar Bebas, Jurnal Hukum Bisnis
Yunita R. Panjaitan, Perlindungan Hukum Terhadap Usaha Mikro. Kecil dan Menengah dalam Pasar bebas Asean-China Free Trade Area,
IV. Internet
tanggal 3 Mei 2016)
2016)
(diakses tanggal 6 Mei 2016)
tanggal 12 Mei 2016)
2016)
Mei 2016)
Lubis, A. Lima Tahap Menuju Pasar Tunggal ASEAN. Waspada. Medan. http://www.waspada.co.id (10 Mei 2016)
Unisosdem. ASEAN Berencana Menjadi Pasar Tunggal Mei 2016)
Yani Antariksa, Manajemen Strategi Antariksa 2010, melalui http://antariksa2010. blogspot.co.id/2013/11/antisipasi-kesiapan-indonesia.html, (diakses tanggal 2 Mei 2016)
BAB III
PERANAN ASEAN MENGHADAPI PASAR TUNGGAL
PADA BIDANG JASA USAHA MENENGAH
C. Konsep Pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN
ASEAN Community merupakan wujud dari kerjasama intra-ASEAN dalam Declaration of ASEAN Concord II di Bali, Oktober 2003. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) merupakan salah satu pilar dari perwujudan ASEAN Vision 2020, bersama-sama dengan ASEAN Security Community (ASC) dan ASEAN Socio-Cultural Community (ASCC).94 Suatu komunitas negara-negara ASEAN yang sangat luas, tidak ada batasan-batasan wilayah dalam bidang
perekonomian. Dimana suatu negara dapat masuk bebas dalam persaingan pasar.
Masyarakat ekonomi ASEAN yang bebas dari berbagai hambatan, pengutamaan
peningkatan konektivitas, pemanfaatan berbagai skema kerja sama baik
intra-ASEAN maupun antara intra-ASEAN dengan negara mitra khususnya mitra FTA, serta
penguatan peran pengusaha dalam proses integrasi internal ASEAN maupun
dengan negara mitra.95
Menurut Rizal dan Aida dalam (Arifin: 2008) pembentukan MEA
dilakukan melalui empat kerangka strategis yaitu pencapain pasar tunggal dan
kesatuan basis produksi, kawasan ekonomi yang berdaya saing, pertumbuhan
94
Arifin, Sjamsul, Rizal A. Djafaara, dan Aida S. Budiman. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015: Memperkuat Sinergi ASEAN di Tengah Kompetisi Global. Gramedia. Jakarta, 2008, hal 37
95
ekonomi yang merata dan terintegrasi dengan perekonomian global.
Langkah-langkah integrasi tersebut menjadi strategis mencapai daya saing yang tangguh
dan di sisi lain akan berkontribusi positif bagi masyarakat ASEAN secara
keseluruhan maupun individual negara anggota. Pembentukan MEA juga
menjadikan posisi ASEAN semakin kuat dalam menghadapi negosiasi
Internasional, baik dalam merespon meningkatnya kecenderungan kerja sama
regional, maupun dalam posisi tawar ASEAN dengan mitra dialog, seperti China,
Korea, Jepang, Australia-Selandia Baru, dan India.96
Pencapaian MEA memerlukan implementasi langkah-langkah liberalisasi
dan kerja sama, termasuk peningkatan kerja sama dan integrasi di area-area baru
antara: pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan kapasitas;
konsultasi yang lebih erat di kebijakan makro ekonomi dan keuangan; kebijakan
pembiayaan perdagangan; peningkatan infrastruktur, dan hubungan komunikasi;
pengembangan transaksi elektronik melalui e-ASEAN; integrasi industri untuk
meningkatkan sumber daya regional; serta peningkatan keterlibatan sektor
swasta.97
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community
(AEC) telah membahas mengenai konsep dari Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA) yang merupakan suatu konsep yang digunakan dalam Declaration of ASEAN Concord II di Bali, pada Oktober 2003. MEA adalah salah satu pilar perwujudan ASEAN vision, bersama-sama dengan ASEAN Security Community
(ASC) dan ASEAN Socio-Cultural Community (ASCC). MEA adalah tujuan
96
Arifin, Sjamsul, Rizal A. Djafaara, dan Aida S. Budiman.Op.Cit, hal 37
akhir integrasi ekonomi seperti dicanangkan dalam ASEAN vision 2020: “to create a stabel, prosperous and highly copetitive ASEAN economic region in which there is a free flow of goods, services, investment, skilled labor and a freer flow of capital, equitable economic development and reduced poverty and socio-economic disparaties in year 2020”.98
Pembukaan MEA dilakukan melalui empat kerangka strategis, yaitu
pencapaian pasar tunggal dan kesatuan basis produksi, kawasan ekonomi yang
berdaya saing, pertumbuhan ekonomi yang merata, dan integrasi dengan
perekonomian global. Upaya pencapaian masing-masing kerangka tersebut
dilakukan melalui berbagai elemen dan strategi yang tercakup didalamnya.
99
Pencapaian MEA melalui penciptaan pasar tunggal dan kesatuan basis produksi,
ditujukan sebagai upaya perluasan melalui integrasi regional untuk mencapai
skala ekonomis yang optimal. Langkah-langkah integrasi tersebut menjadi
strategis mencapai daya saing yang tangguh dan di sisi lain akan berkontribusi
positif bagi masyarakat ASEAN secara keseluruhan maupun individual negara
anggota. Pembentukan MEA juga menjadikan posisi ASEAN semakin kuat dalam
menghadapi negosiasi internasional, baik dalam merespon meningkatnya
kecenderungan kerja sama regional, maupun dalam posisi tawar ASEAN dengan
mitra dialog, seperti China, Korea, Jepang, Australia-Selandia Baru, dan India.100
Proses integrasi ekonomi maka ASEAN secara bertahap menjadi kawasan
yang membebaskan perdagangan barang dan jasa serta aliran faktor produksi
98
Ibid., hal 2 99
Bakhri, Boy Syamsul, Kesiapan Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN
2015 Dari Perspektif Daya Saing Nasional, Jurnal Economica, Pekanbaru, 2015
100
(modal dan tenaga kerja), sekaligus harmonisasi peraturan-peraturan terkait
lainya. Strategi pencapaian MEA mengacu pada Vientiane Action Programme
(VAP) 2004-2010 yang merupakan stratefi dan program kerja mewujudkan
ASEAN vision. Berdasarkat VAP, High Level Task Force – HLTF memberikan evaluasi dan rekomendasi untuk menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal dan
basis produksi.101
High Level Task Force (HLTF) sebagai penyusun isi Piagam ASEAN dan merekomendasikan pendekatan integrasi ekonomi melalui prosedur dan kebijakan
baru untuk memperkuat implementasi beberapa inisiatif ekonomi yang sudah ada,
termasuk ASEAN Free Trade Area (AFTA), ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) dan ASEAN Investment Area (AIA); mempercepat integrasi regional di sektor prioritas; memfasilitasi pergerakan tenaga kerja ahli dan bisnis;
memperkuat institusi ASEAN, termasuk perbaikan lembaga ASEAN Dispute Settlement Mechanism dalam menjamin kecepatan dan kekuatan hukum apabila terjadi sengketa. Diluar itu, juga diupayakan agar integrasi ekonomi yang
berlangsung memberikan manfaat bagi seluruh anggota ASEAN khususnya
negara Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam (atau disebut CLMV). Dengan
strategi tersebut diharapkan negara ASEAN secara bersama-sama dapat mencapai
MEA.
102
Pencapaian MEA memerlukan implementasi langkah-langkah liberalisasi dan
kerja sama, termasuk peningkatan kerja sama dan integrasi di area-area baru
101
Nagel, Julius F. Peluang dan Tantangan UKM Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. (Surabaya : Lembaga penerbit Universitas Unika Widya Mandala, 2013), hal 47
102
antara lain; pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan kapasitas,
konsultasi yang lebih erat di kebijakan makro ekonomi dan keuangan, kebijakan
pembiayaan perdagangan, peningkatan infrastruktur dan hubungan komunikasi,
pengembangan transaksi elektronik melalui e-ASEAN, integrasi industri untuk meningkatkan sumber daya regional, serta peningkatan keterlibatan sektor
swasta.103
1. Latar belakang terbentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN
Pertemuan di Bali pada tahun 2003 yang dihadiri oleh negara-negara
anggota ASEAN gagasanuntuk mewujudkan cita-cita kawasan yang memiliki
integritas ekonomi kuat mulai dirancang langkah awaldan diprediksikan akan
dimulai pada tahun 2020. Namun pada pertemuan di Filipina yang diselenggarakan pada 13 Januari 2007, para negaranegara anggota ASEAN
sepakat untuk mempercepat pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA).
Pembentukan ini dilatarbelakangi oleh persiapan menghadapi
globalisasi ekonomi dan perdagangan melalui ASEAN Free Trade Area
(AFTA) serta menghadapi persaingan global terutama dari China dan India.
Percepatan keputusan negara ASEAN untuk membentuk MEA yang pada
awalnya akan dimulai pada tahun 2020 menjadi 2015 menggambarkan tekad
ASEAN untuk segera meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan daya saing
antar sesama negara anggota ASEAN untukmenghadapi persaingan global.
103
Cebu Declaration pada 13 Januari 2007 (12th ASEAN Summit) memutuskan untuk mempercepat pembentukan MEA menjadi 2015 guna
memperkuat daya saing ASEAN dalam menghadapi kompetisi global,
terutama dari China dan India. Beberapa pertimbangan yang mendasari hal
tersebut adalah, (i) potensi penurunan biaya produksi di ASEAN sebesar
10-20 persen untuk barang konsumsi sebagai dampak integrasi ekonomi; (ii)
meningkatkan kemampuan kawasan dengan implementasi standar dan praktik
internasional, intelectual proverty rights, dan adanya persaingan. Dengan integrasi ekonomi diharapkan infrastruktur kawasan dapat lebih berkembang
bersamaan dengan integrasi transportasi, telekomunikasi dan energi.104
Pada saat ini juga dilakukan upaya perjanjian kerja sama perdagangan
antara ASEAN dan negara mitra dagang, yaitu China, India, Jepang, Korea,
Australia dan Selandia Baru. Semua perjanjian bilateral ASEAN tersebut pada
saat realisasinya nanti diharapkan meningkatkan skala ekonomi ASEAN dan
mendukung daya saing ASEAN di pasar global. Pada akhirnya integrasi
ekonomi menjadi langkah penting bagi pencapaian masyarakat ASEAN yang
kuat dan berperan di masyarakat dunia.105
Guna memperkuat langkah percepatan integrasi ekonomi tersebut,
ASEAN melakukan transformasi cara kerja sama ekonomi dengan meletakkan
sebuah kerangka hukum yang menjadi basis komitmen negara ASEAN
melalui penandatanganan Piagam ASEAN (ASEAN Charter) pada KTT ASEAN ke-13, 20 November 2007. Bersamaan dengan penandatanganan
104
Arifin, Sjamsul, Rizal A. Djafaara, dan Aida S. Budiman.Op.Cit, hal 11 105
piagam ASEAN, cetak biru yang merupakan arah panduan MEA dan jadwal
strategis tentang waktu dan tahapan pencapaian dari masing-masing pilar juga
disepakati. Selanjutnya komitment tersebut menjadi arah pencapaian MEA
kedepan baik bagi ASEAN secara kawasan maupun oleh individu negara
anggota. Masing-masing negara berkewajiban menjaga komitmen tersebut
sehingga kredibilitas ASEAN semakin baik dimasa depan. Secara teknis,
monitoring pencapaian MEA dilakukan melalui ASEAN Baseline Report. Beberapa kelengkapan tersebut menjadikan komitmen ASEAN tidak lagi
bersifat persaudaraan tetapi mempunyai kekuatan hukum.106
ASEAN atau singkatan dari "Asociation of South East Asian Nations" yang berarti perhimpunan bangsa-bangsa Asia Tenggara. ASEAN merupakan
organisasi regional (kawasan) yang di bentuk oleh pemerintah lima negara
pendiri utama di kawasan Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina,
Singapura dan Thailand dengan penandatanganan Deklarasi ASEAN atau
sering juga disebut Deklarasi Bangkok oleh kelima Menteri Luar Negeri
masing-masing Negara tersebut pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok,
Thailand. Tanggal itu juga diperingati sebagai hari lahirnya ASEAN.107
106
Ibid., hal 13 107
Sekretariat Nasional ASEAN Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, ASEAN Selayang Pandang (Jakarta: 1992), hlm. 1.
1967
yang bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial
dan pengembangan budaya. Dalam dinamika perkembangannya, kerjasama
Ekonomi ASEAN diarahkan pada pembentukan MEA yang pelaksanaannya
berjalan relatif lebih cepat dibandingkan dengan kerjasama dibidang
negara-negara Asia Tenggara telah melakukan berbagai upaya untuk menggalang
kerjasama regional baik yang bersifat intra maupun ekstra kawasan seperti
Association of South East Asia (ASA), Malaysia, Phillipina, Indonesia (MAPHILINDO), South East Asian Ministers of Education Organization
(SEAMEO), South East Asia Treaty Organization (SEATO) dan Asia and Pacific Council (ASPAC). Namun organisasi-organisasi tersebut dianggap kurang memadai untuk meningkatkan integrasi kawasan.
2. Maksud dan Tujuan dibentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN
Maksud dan tujuan di bentuknya ASEAN yang tercantum dalam
DeklarasiBangkok adalah:108
a. Untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi kemajuan sosial serta
pengembangan kebudayaan di kawasan ini melalui usaha bersama dalam
semangat kesamaan dan persahabatan untuk memperkokoh landasan
sebuah masyarakat bangsa-bangsa Asia Tenggara yang sejahtera dan
damai;
b. Untuk meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional dengan jalan
menghormati keadilan dan tertib hukum didalam hubungan antara
negaranegara dikawasan ini serta mematuhi prinsip-prinsip Piagam
Perserikatan Bangsa-Bangsa;
c. Untuk meningkatkan kerjasama yang aktif dan saling membantu dalam
masalah-masalah yang menjadi kepentingan bersama di bidang-bidang
ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan dan administrasi;
108
d. Untuk saling memberikan bantuan dalam bentuk sarana-sarana pelatihan
dan penelitian dalam bidang-bidang pendidikan, profesi, teknik, dan
administrasi;
e. Untuk bekerjasama dengan lebih efektif guna peningkatan pemanfaatan
pertanian dan industri mereka, perluasan perdagangan dan pengkajian
masalah-masalah komoditi internasional. Perbaikan sarana-sarana
pengangkutan dan komunikasi serta peningkatan taraf hidup rakyat-rakyat
mereka;
f. Untuk memajukan pengkajian mengenai Asia Tenggara;
g. Untuk memelihara kerjasama yang erat dan berguna dengan
organisasiorganisasi internasional dan regional dengan tujuan serupa yang
ada dan untuk menjajaki segala kemungkinan untuk saling bekerjasama
secara eratdiantara mereka sendiri.
Setiap negara di Asean yang memiliki kepentingan dan tujuan yang sama,
perlu menciptakan sebuah wadah atau badan dimana mereka saling berusaha
untuk mewujudkan tujuan tersebut. Dan hal ini lah yang menjadi sebab adanya
tujuan dari sebuah organisasi. Tujuan dicerminkan oleh sasaran yang harus
dilakukan baik dalam jangka pendek, maupun jangka panjang. Adapun tujuan
dari MEA adalah:
a. Untuk meningkatkan stabilitas perekonomian di kawasan ASEAN,
membentuk kawasan ekonomi antar negara ASEAN yang kuat. Bahwa
saat ini di Amerika dan Eropa masih mengalami krisis ekonomi. Dan
dengan terbentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN diharapkan akan bisa
ASEAN. Sehingga kasus krisis ekonomi seperti di Indonesia pada tahun
1997 dulu tidak terulang kembali.
b. Terciptanya kawasan pasar bebas ASEAN. Hal ini merupakan tantangan
tersendiri bagi pelaku usaha di negara ASEAN. Persaingan produk dan
jasa antar negara ASEAN akan diuji di sini. Bagi pelaku usaha dan jasa
hendaknya mulai sekarang meningkatkan kualitas produk. Bagaimana
produk itu agar dicintai konsumen. Dengan membuat produk yang
berkualitas serta harga terjangkau pasti akan bisa bersaing dengan produk
dari negara ASEAN lainnya.109
3. Kesepakatan MEA Terkait dengan Bidang Jasa Usaha Menengah
Kesepakatan Negara-negara anggota Asean tentang Asean Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), banyak pihak yang menyambut baik atas kesepakatan tersebut, namun dilain pihak juga
banyak sentimen yang muncul dari kesepakatan tersebut, terutama bagi
Indonesia. Kesepakatan tentang MEA ini menyepakati sektor-sektor prioritas
menuju momen tersebut. Ketika berlangsung ASEAN Summit ke-9 tahun 2003 ditetapkan 11 Priority Integration Sectors (PIS). Namun pada tahun 2006 PIS yang ditetapkan berkembang menjadi 12 yang dibagi dalam dua bagian yaitu
tujuh sektor barang industri dan lima sektor jasa. Hal tersebut juga didorong
dari faktor eksternal dan internal. Dari faktor internal, pertumbuhan GDP
mencapai US$ 3,36 triliun, dengan pertumbuhan sekitar 5,6 % didukung 600an
juta penduduk ASEAN. Dari faktor eksternal, negara – negara sekitar ASEAN
109
seperti Jepang, China, India, Australia menjadi penyokong pertumbuhan
ekonomi ASEAN. Untuk mencapai kesepakatan itu, dibuatlah AEC Blueprint
yang memuat empat pilar utama yaitu
a) ASEAN sebagai pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal yang
didukung dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja
terdidik dan aliran modal yang lebih bebas;
b) ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi tinggi, dengan
elemen peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas kekayaan
intelektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan, dan e-commerce; c) ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata
dengan elemen pengembangan usaha kecil dan menengah, dan prakarsa
integrasi ASEAN untuk negara negara Kamboja, Myanmar, Laos, dan
Vietnam;
d) ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan
perekonomian global dengan elemen pendekatan yang koheren dalam
hubungan ekonomi di luar kawasan, dan meningkatkan peran serta dalam
jejaring produksi global.
Masyarakat Ekonomi ASEAN yang telah disepakati ini menimbulkan pro
kontra di kalangan masyarakat di Indonesia. Banyak yang menyambut baik
dengan hal ini, namun juga tidak sedikit yang sentimen dengan MEA. Dengan
kesepakatan MEA yang dimulai pada tahun 2015 ini, menyebabkan banyak
impact bagi Indonesia di berbagai sektor, seperti sektor perdagangan, perindustrian, ketenagakerjaan, pengelolaan sumber daya alam dan energi,
dilakukan liberalisasi perdagangan karena dibukanya border antar
Negara-negara Asean seperti kegiatan ekspor-impor yang bebas pajak setelah adanya
MEA.
Aliran perdagangan dibidang jasa dan barang akan begitu bebasnya
keluar masuk Indonesia, lalu membuka kran investasi bagi para investor yang
ingin berinvestasi di Indonesia dengan mempermudah proses regulasi yang
sebelumnya berbelit belit. Hal itu diharapkan akan menambah devisa dalam
negeri dan timbal balik terhadap negara tetangga juga dapat dipertahankan.
Namun dengan dibukanya kran liberalisasi di bidang perdagangan tidak serta
merta membuat kesemuanya menjadi bebas dan “seenaknya”. Pemerintah juga
sudah menyiapkan UU Nomor 7 tahun 2014 tentang perdagangan untuk
membendung impor yang begitu banyak masuk ke Indonesia untuk
mengantisipasi serangan produk – produk negara lain yang masuk ke Indonesia
yang bisa saja mendominasi pasar dalam negeri dan dapat merusak iklim
ekonomi di Indonesia.
Sektor industri, Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar.
Didukung sumber daya alam yang besar dan sumber daya manusia yang
banyak juga. Banyak sektor industri strategis yang bisa dimaksimalkan seperti
energi, makanan, tembakau, dan alat berat. Hal itu didukung dengan investasi
MNC yang juga turut andil dalam perkembangan sektor industri di Indonesia.
Dengan faktor faktor yang sudah ada tersebut, seharusnya sektor industri
Indonesia bisa cukup berbicara banyak di Asean setelah kesepakatan MEA.
Tidak hanya sektor industri besar, sektor industri kecil juga punya peran dalam
Indonesia yang disebut dengan Jasa usaha menengah, akan mendapat tempat
tersendiri demi kelangsungan perekonomian masyarakat sendiri karena
merupakan langkah yang baik jika masyaraktnya secara sadar dan aktif ikut
andil dalam pertumbuhan ekonomi negara. Kesadaran masyarakat sanga
dituntut disini agar masyarakat mempunyai inisiatif untuk berusaha
meningkatkan taraf hidup tanpa melulu mengadah ke pemerintah dan selalu
menyalahkan pemerintah terhadap carut marutnya ekonomi di Indonesia yang
menyebabkan meledaknya tingkat kemiskina di Indonesia. Sektor industri ini,
entah itu besar atau kecil, sangat membutuhkan inovasi dan meningkatkan daya
saing dalam rangka menghadapi MEA, karena kalau tidak akan sangat
memberatkan pemerintah maupun masyarakatnya jika tidak dibarengi dengan
kemampuan individu masyarakat dan pemerintah dalam mengatur regulasi agar
malah tidak dirugikan dengan adanya MEA ini.110
ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 akan segera diterapkan, pasar Indonesia merupakan salah satu
yang paling potensial di wilayah ASEAN, dengan prosentase 60 persen dari
pasar ASEAN saat ini. Pasar Indonesia telah banyak dilirik oleh para
pengusaha luar negeri, khususnya ASEAN. Tetapi akan ada tantangan yang
harus dihadapi oleh pengusaha ketika memasuki era MEA yaitu menciptakan
produk inovatif yang berdaya saing tinggi dan didukung oleh sumber daya
manusia yang profesional, infrastruktur, teknologi dan pemerintah dalam hal
menciptakan iklim usaha yang kondusif. Salah satu sektor yang dipersiapkan
110
oleh pemerintah yaitu sektor Jasa usaha menengah untuk menghadapi
berlakunya kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.
Sektor Jasa usaha menengah di Indonesia sangat berperan penting dalam
pembangunan. Hal tersebut disebabkan karena mayoritas penduduk Indonesia
mempunyai pendidikan yang rendah dan mereka hidup dalam kegiatan usaha
kecil baik di sektor tradisional maupun modern. Adanya Jasa usaha menengah
mampu mengurangi pengangguran akibat angkatan kerja yang tidak terserap
dalam dunia kerja. Selain itu dalam pengembangan sektor Jasa usaha
menengah dengan mensinergikannya dengan industri besar melalui pola
kemitraan, juga akan memperkuat struktur ekonomi baik nasional maupun
daerah.
Implemantasi MEA 2015 membawa peluang sekaligus tantangan bagi
Indonesia. Maka dari itu pemerintah harus menyiapkan langkah-langkah yang
ampuh untuk menghadapi MEA. Selain pemerintah juga harus dibarengi
dengan peran masyarakat Indonesia sendiri, masyarakat juga harus
mempersiapkan diri untuk siap bersaing. Dengan sumberdaya yang berkualitas
akan mampu meningkatan kualitas dan standar produk, hal tersebut akan
berdampak pada meningkatnya kinerja Jasa usaha menengah untuk
menghasilkan produk-produk yang berdaya saing tinggi. Produk yang
dihasilkan Jasa usaha menengah harus mampu memenuhi kualitas dan standar
yang sesuai dengan kesepakatan ASEANdan negara tujuan. Maka sektor Jasa
usaha menengah harus mulaidiberi fasilitasi dengan kebutuhan kualitas dan
standar produk yangdipersyaratkan oleh pasar ASEAN maupun di luar
komunikasi untuk peningkatan kualitas dan produktivitas. Sehingga
produk-produk dari Indonesia akan mampu bersaing dengan produk-produk-produk-produk dari negara
anggota ASEAN lainnya, dengan produk yang disuguhkan dengan kekhasan
dan mempunyai daya tarik tersendiri untuk konsumen. Selain itu dengan
menciptakan produk-produk yang bekualitas akan mampu membuat
masyarakat lebih memilih produk dalam negeri daripada harus mengimport
barang dari luar negeri. Hal tersebut juga akan meningkatkan daya tarik
masyarakat untuk mencintai produk dalam negeri.
Guna mendukung lancarnya kegiatan produksi Jasa usaha menengah
pemerintah juga harus meningkatkan akses finansial, dalam hal ini adalah
kredit Jasa usaha menengah. Peran perbankan atau lembaga-lembaga
perkreditan lainnya sangat berperan penting untuk memberikan permodalan
kepada pelaku-pelaku usaha. Apabila permodalan mudah untuk didapatkan
maka akan berdampak pada tingkat produktifitas produk-roduk Jasa usaha
menengah yang semakin lancar dan meningkat. Dengan meningkatnya
produktifitas maka suatu industri juga akan meningkatkan permintaan akan
tenaga kerja yang lebih banyak lagi. Pengangguran akan berkurang karena
banyak tenaga kerja yang terserap pada sektor Jasa usaha menengah.
Langkah-langkah tersebut memang harus dipersiapkan untuk menghadapi
MEA 2015 yang tidak lama lagi, terutama dalam sektor Jasa usaha menengah.
Supaya sektor Jasa usaha menengah benar-benar siap untuk menghadapi
persaingan dengan anggota negara ASEAN lainnya. Apabila Indonesia mampu
memanfaatkan teknologi modern saat ini dengan baik dalam menghasilkan
mempunyai nilai yang lebih tinggi lagi. Oleh karena itu diperlukan kerjasama
yang baik antara pemerintah dalam hal ini pihak yang mampu memberikan
modal dan masyarakat yang berperan sebagai pengusaha Jasa usaha menengah.
Dalam hal ini tidak hanya negara yang mendapatkan keuntungan tetapi juga
masyarakat yang terlibat dalam sektor Jasa usaha menengah. Dengan lebih
diperhatikannya sektor Jasa usaha menengah oleh pemerintah untuk siap
menghadapi MEA 2015, maka akan lebih banyak lagi sektor Jasa usaha
menengah ditengah-tengah masyarakat yang akan mampu menyerap tenaga
kerja. Pengangguranpun dapat berkurang dan pendapatan masyarakat
meningkat.111
Sidang ASEAN Economic Minister Meeting (AEM) ke-31 di Singapura tanggal 27 September–2 Oktober 1999 telah menyepakati kerangka kerjasama
yang melibatkan Jasa usaha menengah dalam ASEAN Industrial Cooperation
(AICO). Kerangka kerjasama ini didasari oleh pemahaman bahwa Jasa usaha Kerjasama ASEAN di sektor Jasa usaha menengah telah dirintis sejak
tahun 1995, yang ditandai dengan dibentuknya Kelompok Kerja Badan-Badan
UKM ASEAN (ASEAN Working Group on Small and Medium-size Enterprises Agencies). Dalam pertemuan pertamanya di Jakarta tanggal 24 April 1995 telah disahkan Rencana Aksi ASEAN bagi pengembangan Jasa
usaha menengah. Pertemuan ini juga menyepakati bahwa pada tahap awal
kerjasama ASEAN di bidang Jasa usaha menengah akan terfokus pada sektor
manufaktur.
111
menengah sebagian besar melaksanakan fungsinya sebagai industri pendukung
bagi perusahaan-perusahaan besar, disamping untuk memberikan kesempatan
kepada Jasa usaha menengah untuk berpartisipasi secara langsung dalam
perdagangan intra ASEAN.
ASEAN Policy Blueprint for SMEs Development (APBSD) 2004-2014 telah disahkan pada Sidang AEM ke-36 di Jakarta, 3 September 2004. Policy blueprint tersebut bertujuan untuk menjamin adanya transformasi Jasa usaha menengah ASEAN yang memiliki daya saing, dinamis, inovatif dalam rangka
menuju integrasi ekonomi ASEAN. Tujuan-tujuan tersebut telah dituangkan
dalam aktivitas-aktivitas ASEAN Small and Medium Enterprise Agencies Working Group (SMEWG) guna merealisasikan tujuan yang hendak dicapai dalam APBSD. Pada pertemuan SMEWG ke-22 di Singapura, 27-28 Mei
2008, telah dibahas beberapa hal yang mencakup: pembentukan common curriculum for entrepreneurship in ASEAN oleh Indonesia dan Singapura, rencana penyusunan ASEAN SME White Paper, implementasi SME Section
dalam AEC Blueprint. Dan kerjasama dengan mitra wicara.
Hal ini dapat diwujudkan melalui suatu cooperative framework yang melibatkan secara aktif peran sektor swasta di ASEAN disamping
meningkatkan budaya wirausaha, inovasi dan networking di kalangan Jasa usaha menengah, memberikan fasilitas kepada Jasa usaha menengah untuk
memperoleh akses informasi, pasar, SDM, kredit dan keuangan serta teknologi
modern. Berdasarkan cetak biru tersebut telah dipilih lima bidang kerjasama
strategis dalam pengembangan Jasa usaha menengah ASEAN, yaitu:
Bantuan dalam Bidang Keuangan; Pengembangan Teknologi; dan Penerapan
Kebijakan yang Kondusif.
Dalam perkembangannya, kerjasama ASEAN di sektor Jasa usaha
menengah lebih difokuskan pada tindak lanjut proyek-proyek peningkatan
kapasitas dan daya saing Jasa usaha menengah di bawah payung Vientiane Action Plan dan ASEAN Policy Blueprint for SMEs Development (APBSD) 2004-2014; kerjasama dengan negara-negara Mitra Wicara; serta hal-hal
berkaitan dengan prospek pengembangan Jasa usaha menengah di tengah
kemajuan kerjasama ekonomi ASEAN. Dari 20 proyek yang disepakati dalam
APBSD, sembilan proyek diantaranya telah selesai, tiga sedang berjalan, tujuh
dalam persiapan dan satu tidak dapat dilaksanakan. Proyek-proyek APBSD
2004-2014 yang belum dapat dilaksanakan pada umumnya disebabkan oleh
belum jelasnya pendanaan bagi proposal yang telah masuk serta adanya
permintaan sejumlah Mitra Wicara agar usulan proyek-proyek baru dapat
dikaitkan dalam kerangka FTA dengan ASEAN.
Pada pertemuan SMEWG ke-23 yang telah berlangsung di Vientiane, Lao
PDR bulan Nopember 2008, telah disepakati bahwa draft common curriculum for entrepreneurship in ASEAN akan diujicobakan di Myanmar dan Viet Nam sebelum diterapkan di seluruh negara-negara ASEAN.
D. Pasar Tunggal dan Peranannya
Pasar tunggal merupakan adanya pasar bersama dalam suatu
kawasan yang mana aturan dan kebijakannya dibentuk bersama, ekspor
impor pun dilakukan bersama- sama sehingga tidak lagi kepada masing-
masing Negara dalam proses perdagangan internasional ini. Dalam pasar
tunggal ini semua arus barang, manusia, jasa dan modal bebas bergerak
diantara kawasan ini tanpa ada protect. Namun, untuk mencapai tahapan
ini tidak dengan mudah, suatu regionalisme harus sudah benar- benar
kokoh dan kuat serta masing- masing Negara harus rela mengorbankan
sedikit kedaulatannya dan harus kompak dalam menjalankannya.112
Pasar tunggal ASEAN meliputi arus bebas perdagangan barang dan
jasa, permodalan dan investasi serta tenaga kerja. Penyatuan dan arus
bebas tersebut menuntut adanya daya saing, khususnya kemampuan
layanan infrastruktur kita sebagai penyokong utama daya saing bangsa. Pasar tunggal ASEAN yang bakal berjalan dengan pemberlakuan
Masyarakat Ekonomi ASEAN tahun 2015 jangan dipandang sebagai
ancaman tetapi hendaknya dimanfaatkan sebagai peluang meningkatkan
akses pasar. Pasar tunggal ASEAN sebagai ancaman. Namun harus dapat
dimanfaatkan sebagai peluang bagi pelaku usaha Indonesia untuk
memperluas penetrasi pasar ke negara-negara ASEAN tersebut.
113
a. Declaration Of Asean Concord II (Bali Concord II) Dasar hukum Pasar Tunggal yaitu :
112
tanggal 20 Juni 2016)
113
Masyarakat Ekonomi ASEAN akan membentuk ASEAN sebagai pasar
tunggal dan basis produksi, mengubah keragaman yang menjadi ciri
khas daerah menjadi peluang untuk komplementasi bisnis membuat
ASEAN segmen yang lebih dinamis dan lebih kuat dari rantai pasokan
global. ASEAN Strategi terdiri dari integrasi ASEAN dan
meningkatkan ASEAN ekonomi daya saing. Dalam bergerak menuju
Masyarakat Ekonomi ASEAN, ASEAN harus, antara lain, lembaga
mekanisme baru dan langkah-langkah untuk memperkuat
implementasi dari ekonomi yang ada inisiatif termasuk ASEAN Free
Trade Area (AFTA), Persetujuan Kerangka Kerja ASEAN di Bidang
Jasa (AFAS) dan Kawasan Investasi ASEAN (AIA); mempercepat
integrasi regional di sektor-sektor prioritas; memfasilitasi pergerakan
orang bisnis, tenaga kerja terampil dan bakat; dan memperkuat
kelembagaan mekanisme ASEAN, termasuk peningkatan Penyelesaian
Sengketa ASEAN yang ada Mekanisme untuk memastikan resolusi
cepat dan mengikat secara hukum dari setiap sengketa ekonomi.
Sebagai pertama langkah menuju terwujudnya Masyarakat Ekonomi
ASEAN, ASEAN harus melaksanakan rekomendasi dari Satuan Tugas
Tingkat Tinggi Integrasi Ekonomi ASEAN sebagai dianeksasi. Untuk
memfasilitasi integrasi ke pasar tunggal dan basis produksi dengan
lebih cepat, Masyarakat Ekonomi ASEAN memfokuskan dua wilayah
khusus, yaitu: sektor-sektor integrasi prioritas, pangan, pertanian dan
kehutanan.
Pasar adalah lembaga ekonomi tempat bertemunya pembeli dan
penjual, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk
melakukan transaksi Perdagangan.114 Kebijakan dan pengendalian
Perdagangan Dalam Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diarahkan pada peningkatan efisiensi dan efektivitas Distribusi,
peningkatan iklim usaha dan kepastian berusaha, pengintegrasian dan
perluasan Pasar dalam negeri, peningkatan akses Pasar bagi Produk
Dalam Negeri dan pelindungan konsumen.115
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Pelaku Usaha secara
sendiri-sendiri atau bersama-sama mengembangkan sarana Perdagangan
berupa: Pasar rakyat, pasar tunggal, pusat perbelanjaan, toko swalayan,
Gudang, perkulakan, Pasar lelang komoditas, Pasar berjangka
komoditi atau sarana Perdagangan lainnya.116 Pemerintah dan/atau
Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya melakukan
pengaturan tentang pengembangan, penataan dan pembinaan yang
setara dan berkeadilan terhadap Pasar rakyat, pasar tunggal, pusat
perbelanjaan, toko swalayan, dan perkulakan untuk menciptakan
kepastian berusaha dan hubungan kerja sama yang seimbang antara
pemasok dan pengecer dengan tetap memperhatikan keberpihakan
kepada koperasi serta usaha mikro, kecil, dan menengah.117
114
Undang-Undang Nomor 7 tahun 2014 tentang Perdagangan, Pasal 1 angka 12 115
Ibid, Pasal 5 ayat (2) 116
Ibid, Pasal 12 ayat (1) 117
b. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 11
Tahun 2015 Tentang Rencana Strategis Kementerian Koordinator
Bidang Perekonomian Tahun 2015-2019
MEA 2015, merupakan komitmen bersama untuk menjadikan ASEAN
sebagai pasar tunggal dan basis produksi, kawasan berdaya saing
tinggi, kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata dan
integrasi kedalam perekonomian dunia. Masyarakat ekonomi ASEAN
akan mulai diimplementasikan pada akhir Tahun 2015. Disamping
menimbulkan implikasi berupa tantangan bagi industri dalam negeri
karena persaingan di pasar domestik dan internasional yang lebih ketat,
MEA juga membawa berkah berupa potensi akses pasar yang lebih
luas bagi barang dan jasa dalam negeri. MEA sebenarnya bukan hanya
berdimensi liberalisasi Peraturan Daerahgangan barang dan jasa
melalui penciptaan pasar tunggal dan basis produksi tunggal di
kawasan ASEAN, tetapi MEA juga bertujuan untuk mengembangkan
ASEAN menjadi kawasan yang berdaya saing tinggi, memiliki
pembangunan ekonomi yang merata dan terintegrasi dengan
perekonomian dunia.
c. Instruksi Presiden Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pelaksanaan
Komitmen Cetak Biru Masyarakat Ekonomi Association Of Southeast Asian Nations
Dalam mengambil langkah-langkah berpedoman kepada program yang
meliputi:
a) Peningkatan Daya Saing dan Pemanfaatan Komitmen AEC;
b) Komitmen AEC untuk Arus Barang Secara Bebas;
c) Komitmen AEC untuk Arus Jasa Secara Bebas;
d) Komitmen AEC untuk Arus Investasi Secara Bebas;
e) Komitmen AEC untuk Arus Modal yang lebih bebas;
f) Priority Integration Sectors; dan
g) Komitmen AEC untuk Perdagangan Makanan, Pertanian, dan
Kehutanan
d. Piagam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara
Menciptakan pasar tunggal dan basis produksi yang stabil, makmur,
sangat kompetitif, dan terintegrasi secara ekonomis melalui fasilitasi
yang efektif untuk perdagangan dan investasi, yang di dalamnya
terdapat arus lalu lintas barang, jasa-jasa dan investasi yang bebas;
terfasilitasinya pergerakan pelaku usaha, pekerja profesional, pekerja
berbakat dan buruh; dan arus modal yang lebih bebas.118
2. Tantangan dan Peluang Indonesia menghadapi Pasar Tunggal ASEAN
Pembentukan pasar tunggal yang diistilahkan dengan Masyarakat
Ekonomi Asean (MEA) ini nantinya memungkinkan satu negara menjual
barang dan jasa dengan mudah ke negara-negara lain di seluruh Asia
Tenggara sehingga kompetisi akan semakin ketat. Pasar Tunggal dan
Komunitas ASEAN yang akan dimulai akhir tahun 2015 memberikan
118
peluang Pasar lebih besar bagi Indonesia karena terdapat 360 Juta
penduduk kawasan Regional tersebut. Namun, justru tantangan paling
besar yang dihadapi Indonesia dalam memasuki Pasar Tunggal ASEAN
adalah sektor ekonomi. Sebab, selama ini pengusaha Indonesia sudah
nyaman dengan Pasar dalam negeri yang sudah besar.
Pasar tunggal ASEAN sudah di depan mata. Saat ini, pemerintah
tengah menyiapkan Jasa usaha menengah agar dapat bersaing. UMKM
diharapkan dapat bertahan dan menjadi produk unggulan dan menjadi
primadona dalam pasar tunggal ASEAN 2015 mendatang. Paling tidak,
hal tersebut tak menjadikan Indonesia hanya sebagai pasar, namun juga
ikut memberikan kontribusi produk kepada negara tetangga. beberapa
tantangan yang akan dihadapi oleh Jasa usaha menengah nanti. Antara
lain, persaingan yang makin tajam termasuk dalam memperoleh sumber
daya, menjaga dan meningkatkan daya saing Jasa usaha menengah sebagai
industri kreatif dan inovatif, meningkatkan standar, desain dan kualitas
produk agar sesuai ketentuan ASEAN serta diversivikasi output dan
stabilitas pendapatan usaha mikro. juga harus meningkatkan kemampuan
Jasa usaha menengah agar mampu memanfaatkan fasilitas pembiayaan
yang ada, termasuk dalam kerangka kerja sama ASEAN. Agar pengusaha
tetap dapat bersaing di pasar ASEAN, pengusaha perlu melakukan
peningkatan efisiensi usaha dan kualitas produk termasuk packgaging.
Melakukan pengembangan usaha dan networking dengan mitra lokal di
negara ASEAN. Promosi produk dan mengikuti pameran di negara
beradaptasi dan sensitif terhadap kebutuhan, gaya hidup, dan tren negara
tujuan ekspor di ASEAN.
Setiap pelaku Jasa usaha menengah lebih fokus memperhatikan
potensi daerah dan arah pembangunan ekonomi, capacity building bagi
pelaku Jasa usaha menengah dan pendampingan bagi calon Jasa usaha
menengah dengan cara yang tepat serta penerapan supply chain
management untuk menghilangkan seluruh hambatan. kondisi Jasa usaha
menengah memiliki peran besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Pertumbuhan ekonomi makro telah membawa hasil yang positif,
sedangkan pertumbuhan di sektor riil yang banyak dilakukan oleh Jasa
usaha menengah masih jauh dari harapan. Sayangnya, lanjutnya, usaha
mikro hanya berfungsi sebagai jaring pengaman makro-ekonomi sehingga
tidak dipandang sebagai sebuah sektor potensial. beberapa catatan untuk
mempersiapkan dalam memasuki pasar tunggal ASEAN yakni
mmelakukan pemetaan untuk menginventarisir Jasa usaha menengah yang
memiliki potensi berikut pasar yang dimiliki guna menetapkan positioning
dan keunggulan dibandingkan negara ASEAN lainnya dan identifikasi
seluruh kelemahan dan hambatan dari Jasa usaha menengah dengan
memperhatikan pilar-pilar yang memiliki peringkat rendah menurut
laporan lembaga asing. Selain itu, mengembangkan rantai nilai Jasa usaha
menengah diantara negara-negara ASEAN yang dapat dikembangkan
menjadi cluster ASEAN. keberadaan Jasa usaha menengah dalam
maupun dunia usaha belum menyadari dampak dasar tunggal ASEAN
terhadap perekonomian nasional.119
Sejatinya masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) adalah pasar
tunggal bagi negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Pasar
tunggal yang akan diterapkan akhir 2015 ini bertujuan meningkatkan daya
saing serta menarik modal investasi di negara-negara anggota ASEAN.
Penanaman modal asing di negara-negara ASEAN dibutuhkan untuk
meningkatkan lapangan pekerjaan dan kesejahteraan. MEA juga
memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke
negara lain di seluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi akan semakin
ketat. Secara umum ada lima elemen dasar MEA, yakni persaingan bebas
barang, jasa, investasi, modal, dan tenaga kerja. 120
Tantangan dan peluang persaingan produk di pasar ASEAN akan
terjadi dan dengan kesepakatan regional serta pembenahan lokal, pasar
tunggal ASEAN diharapkan dapat berjalan dengan baik, terhindar dari
konflik kepentingan yang melibatkan negara. Negara‐negara ASEAN tidak
boleh gagal dalam melaksanakan pasar tunggal ASEAN 2015. Jika
kebanyakan diantara 10 negara ASEAN gagal melaksanakan komitmen,
maka hal ini akan berakibat kegagalan pelaksanaan pasar terintegrasi di
kawasan ASEAN dan kesepakatan‐kesepakatan tidak memberikan manfaat
luas secara ekonomi, tetapi bahkan menjadi wilayah yang menguntungkan
negara‐negara mitra ASEAN yang terlibat didalamnya. Peran sektor
119
120
swasta sangat vital dalam menyukseskan pasar tunggal ASEAN. AEC
adalah pasar tunggal dan basis produksi untuk barang, jasa, investasi,
modal, dan tenaga kerja trampil yang secara bebas masuk dan keluar
kawasan ekonomi ASEAN. Dengan kemampuan persaingan yang tinggi,
kekuatan ASEAN terhadap 6 negara mitra harus menjadi peluang ekonomi
yang menguntungkan.121 Terbentuknya pasar tunggal yang bebas, maka
akan terbuka peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan pangsa pasarnya
di kawasan ASEAN. Selain itu, SDM Indonesia harus siap dalam
menghadapi tenaga-tenaga profesional asing yang akan masuk ke
Indonesia.122
3. Peran ASEAN dalam Menghadapi Pasar Tunggal pada Bidang Jasa Usaha Menengah
Isu tentang penguatan sektor UMKM dan pasar domestik
akhir-akhir ini kembali marak diperbincangkan setelah para menteri ekonomi
dari negara-negara ASEAN bertemu di Brunei Darussalam pada bulan
Agustus 2013 dalam rangka mematangkan rencana pemberlakuan pasar
tunggal ASEAN. Pemberlakuan pasar tunggal ASEAN direncanakan,
dengan maksud untuk:
a. mewujudkan ASEAN sebagai pasar dan basis produksi tunggal,
b. menjadikan ASEAN sebagai kawasan berdaya saing tinggi,
121
Sahat M. Pasaribu, dkk, Kajian Kesiapan Sektor Pertanian Menghadapi Pasar Tunggal ASEAN 2015, Makalah Proposal Operasional Penelitian, (Jakarta :Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Badan Litbang Pertanian, 2014), hal 15-16
122
c. menjadikan ASEAN sebagai kawasan dengan pembangunan ekonomi
yang lebih merata merata, dan
d. menjadikan ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi dengan
perekonomian dunia. Adapun tujuannya adalah untuk menciptakan
ASEAN sebagai sebuah kawasan yang bebas akan arus barang, jasa,
faktor produksi, investasi, modal, dan tarif bagi perdagangan antar
negara ASEAN, serta untuk mengurangi kemiskinan dan kesenjangan
ekonomi diantara negara-negara anggotanya, termasuk Indonesia,
melalui sejumlah kerjasama yang saling menguntungkan.
Upaya Indonesia menyongsong pemberlakuan pasar tunggal Asean
dirasa penting karena waktu pelaksanaannya sudah dekat, apalagi
Indonesia dinilai oleh banyak kalangan belum cukup siap. Bahkan muncul
berbagai pandangan skeptik dan kekhawatiran yang berlebihan atas
dampak pemberlakuan Pasar Tunggal Asean 2015, karena dapat menekan
dan memporak porandakan pasar dan perekonomian domestik Indonesia.
Kekhawatiran tersebut bukan tanpa alasan. Ditinjau dari berbagai
parameter daya saing, Indonesia tidak satu pun memiliki keunggulan yang
signifikan dibanding negara-negara pesaing. Bahkan, untuk beberapa
parameter, posisi Indonesia tertinggal jauh di belakang negara-nagara
Asean lainnya. Satu-satunya keunggulan yang dimiliki Indonesia hanya
dari segi pengusaan bahan baku berbasis sumber daya alam, baik mineral
maupun agro. Namun, dengan pemberlakuan pasar tunggal Asean, dapat
dipastikan Indonesia akan semakin kehilangan nilai tambah dari sumber
Berdasarkan kajian kementerian perindustrian, terdapat empat
faktor yang membuat daya saing Indonesia di bawah rata-rata negara
pesaing di kawasan Asean. Keempat faktor itu adalah :
1) kinerja logistik,
2) tarif pajak,
3) suku bunga bank, dan
4) produktivitas tenaga kerja.
ASEAN nerupakan salah satu organisasi internasional yang ada di
kawasan Asia tenggara dengan anggota yang juga Negara-negara di
kawasan tersebut. Pembentukan ASEAN oleh karna ada nya pertemuan di
Bangkok yang di hadiri oleh mentri luar negri dari 5 (lima) negara yaitu:
Adam malik (Indonesia) Tun abdul razak (Malaysia), Tanat Khoman
(Thailand), S.Rajaradnam (singapura). Akhirnya pada tanggal 8 agustus
1967 di capai kesepakatan untuk membentuk suatu organisasi kerja sama
Negara Asia tenggara (ASEAN).
Peranan ASEAN yaitu :
a. ASEAN Regional Forum (ARF). Forum ini di maksudkan untuk meningkatkan kerjasama politik dan keamanan di
Asia pasifik.
b. ASEAN mempelopori Perjanjian Persahabatan dan
kerja sama di Asia Tenggara (TAC). TAC merupakan Code of condukt
c. Peranan ASEAN dalam masalah di asia timur.
Mengenai masalah-masalah yang di alami asia timur, ASEAN, tidak
mengambil andil besar karna tuduhan melakukan urusan regional
mereka.
d. Kerja sama Ekonomi atas dasar saling
menguntungkan
e. Mengecam kebijakan dan praktik pemisahan
f. Mendukung sepenuhnya terhadap prinsip hak asasi
manusia
g. Penyelesaian perbedaan dan persengketaan dengan
damai.123
ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi memiliki lima
elemen utama, yaitu (i) aliran bebas barang, (ii) aliran bebas jasa, (iii)
aliran bebas investasi, (iv) aliran modal yang lebih bebas, serta (v) aliran
bebas tenaga kerja terampil. Disamping itu, pasar tunggal dan basis
produksi juga mencakup dua komponen penting lainnya, yaitu Priority Integration Services (PIS) dan kerja sama bidang pangan, pertanian, dan kehutanan.124
Peran ASEAN dalam menghadapi pasar tunggal pada bidang jasa
usaha menengah sudah menjadi komitmen bersama warga bangsa di
Kawasan Asean yang harus dijaga dan diwujudkan. Pemberlakuannya
tinggal menunggu waktu dan kita harus siap menghadapinya. Oleh karena
123
http://aminbudisetyanto75.blogspot.co.id/2012/09/peranan-organisasi-internasionalaseanaa.html
124
itu, berbagai kelemahan tersebut hendaknya menjadi pemicu agar bangsa
ini lebih menyadari akan ketertinggalannya dan bersemangat bangkit
menghadapi pemberlakuan pasar tunggal Asean 2015 dengan kepercayaan
diri yang lebih tinggi dan kesiapan bertindak yang lebih baik. Namun perlu
dipedomani bersama bahwa pemberlakuan pasar tunggal ASEAN tidak
boleh mengorbankan kepentingan nasional, apalagi menyengsarakan
kehidupan warga bangsa ini.
Upaya mengamankan kepentingan nasional dari pemberlakuan
pasar tunggal Asean perlu ditempuh dengan cara-cara yang arif tetapi
harus berpihak. Dalam hal ini, berpihak kepada upaya penyelamatan dan
penguatan peran Jasa usaha menengah dalam perekonomian, terutama
pada sektor-sektor usaha yang strategis dan merupakan inti dari usaha
ekonomi rakyat.
Jasa usaha menengah masih merupakan sendi utama perekonomian
Indonesia. Secara kuantitatif Jasa usaha menengah masih mendominasi
lapangan ekonomi di negeri ini, baik dilihat dari segi jumlah satuan unit
usaha maupun dari segi jumlah serapan tenaga kerja. Sedangkan
kontribusinya dalam pembentukan PDB, ternyata sektor usaha besar masih
merupakan sektor yang paling besar kontribusinya dalam pembentukan
PDB, menyusul sektor usaha mikro, kecil dan sektor usaha menengah. Hal
ini mengindikasikan bahwa produktivitas (PDB per tenaga kerja dan PDB
Keberadaan Jasa usaha menengah hendaknya tidak lagi dilihat
sebagai usaha ekonomi tradisional yang tidak produktif, melainkan harus
diperlakukan sebagai ekonomi jejaring yang mampu menghubungkan
sentra-sentra inovasi, produksi dan kemandirian Jasa usaha menengah ke
dalam suatu jaringan berbasis teknologi informasi yang mendorong
terbentuknya suatu jejaring pasar domestik diantara sentra dan pelaku Jasa
usaha menengah.
Jasa usaha menengah dapat menerapkan sistem open consumer society cooperatives, yang memposisikan konsumen sekaligus sebagai pemilik dari berbagai usaha dan layanan yang dinikmatinya, sehingga
terjadi suatu siklus kinerja usaha yang paling efisien karena pembeli
adalah juga pemilik sebagaimana diiklankan di banyak negara yang
menganut sistem welfare state dengan motto “belanja kebutuhan sehari-hari di toko milik sendiri. Ekonomi jejaring ini pada akhirnya harus
memperkuat kepemilikan modal sosial dan modal intelektualnya melalui
perluasan dan penguatan jejaring telekomunikasi, jejaring pembiayaan,
jejaring usaha dan perdagangan, jejaring advokasi usaha, jejaring saling
belajar bersama, serta jejaring sumberdaya lainnya seperti hasil riset dan
teknologi, berbagai inovasi baru, informasi pasar, kebijakan dan intelejen
usaha (bussiness intelegence), yang adil dan merata bagi setiap warganegara, agar tidak terjadi diskriminasi diantara pelaku Jasa usaha
menengah, sehingga jejaring tersebut dapat merepresentasikan sebuah
perekonomian yang menghimpun para pelaku ekonomi, seperti produsen,
terhubung baik secara elektronik maupun melalui berbagai forum usaha
yang aktif dan dinamis, sehingga Jasa usaha menengah diusahakan untuk
siap bersaing dengan cara mengadopsi teknologi informasi dan sistem
manajemen yang paling canggih sebagaimana dimiliki oleh
lembaga-lembaga bisnis internasional.
Upaya memperkuat peran sektor Jasa usaha menengah diarahkan
pada sektor-sektor industri unggulan yang diharapkan menjadi penyelamat
ekonomi Indonesia di era pasar tunggal ASEAN yang meliputi sembilan
komoditas industri nasional yang saat ini daya saingnya relatif lebih tinggi
dibanding negara-negara Asean. Upaya-upaya ini memerlukan dukungan
pembiayaan dan percepatan kebijakan pendanaan yang kondusif.
Upaya-upaya tersebut jika disertai dengan penyiapan SDM yang berdaya saing
dan berdaya juang tinggi maka akan menghasilkan produk yang berdaya
saing tinggi pula. Sebaliknya, jika daya saing keduanya rendah maka
kekuatan pasar domestik akan terus melemah dan pasar domestik akan
dibanjiri oleh produk-produk impor. Upaya penguatan pasar domestik
sangat mendesak untuk dilakukan mengingat 40% pasar Asean ada di
Indonesia. Dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 240 juta
jiwa, pasar domestik Indonesia akan sangat menjanjikan bagi
negara-negara Asean.
Pemerintah, pengusaha, dan segenap pemangku kepentingan
harus berkomitmen untuk lebih awal menguasai pasar domestik dengan
lebih agresif dan progessif, harus bersatu padu dalam menghadapi
pemberlakuan pasar tunggal Asean adalah sebuah peluang emas, bukan
ancaman yang perlu ditakuti. Seluruh pelaku Jasa usaha menengah harus
bisa melakukan koneksi dengan sesamanya dan dengan kelompok pelaku
BAB IV
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK MEREK PADA BIDANG JASA USAHA MENENGAH DALAM RANGKA MENGHADAPI PASAR
TUNGGAL ASEAN
A. Peran dan Kebijakan Pemerintah dan swasta Terhadap Hak Merek di bidang Jasa Usaha Menengah dalam menghadapi pasar tunggal ASEAN
Usaha menengah merupakan sektor usaha yang memiliki banyak variasi
produk, yakni mulai dari produk kebutuhan sehari - hari hingga produk - produk
yang berupa barang kerajinan cinderamata. Hal ini membuat sektor usaha kecil
menengah menjadi sektor usaha yang menjanjikan. Banyaknya usaha kecil
menengah yang dijalankan di Indonesia menyebabkan kadang kala hasil produk
antara satu usaha kecil menengah dengan usaha kecil menengah yang lainnya
memiliki kesamaan atau kemiripan produk, terutama pada produk-produk yang
dianggap sedang laku di pasaran. Kondisi ini menimbulkan banyaknya kasus -
kasus pemalsuan terhadap produk - produk laris tersebut.125
Usaha Menengah mengambil peranan aktif dalam perekonomian di
Indonesia. Usaha menengah tetap bertahan bahkan peranannya semakin
meningkat dan terlihat sangat jelas dalam perekonomian Indonesia. Pada saat itu
bentuk usaha inilah yang paling cepat pulih dari krisis ekonomi dibandingkan
dengan usaha-usaha skala besar yang banyak terpuruk pada saat itu.Dari sekian
banyak jasa usaha menengah yang berkembang di Indonesia dan tidak hanya
125
terbatas pada bidang-bidang usaha yang telah disebutkan sebelumnya tersebut,
keberadaan jasa usaha menengah tidak terlepas dari keterkaitannya dengan hak
merek. Dimulai dari produk yang dihasilkan dari kegiatan usaha menengah,
teknologi yang digunakan, desain dari setiap produk yang dihasilkan, maupun
penggunaan merek dagang ataupun merek jasa untuk kepentingan pemasaran.126
Fungsi utama dari sebuah merek adalah agar konsumen dapat mencirikan
suatu produk yang dimiliki oleh pelaku jasa usaha menengah sehingga dapat
dibedakan dari produk jasa usaha menengah lain yang serupa atau yang mirip
yang dimiliki oleh pesaingnya. Untuk dapat melakukan hal tersebut pemakai harus
mampu membed akan dengan mudah antara produk yang asli dengan
produk-produk yang identik atau yang mirip. Untuk memungkinkan satu jasa usaha
menengah dapat membedakan dirinya dan produk yang dimiliki terhadap apa Merek mempunyai peranan yang sangat penting bagi pemilik suatu produk.
Hal ini disebabkan oleh fungsi merek itu sendiri untuk membedakan dalam memperkenalkan
suatu barang dan/atau jasa dengan barang dan/atau jasa lainnya yang mempunyai kriteria
dalam kelas barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi oleh perusahaan yang berbeda.
Dengan memiliki suatu merek berarti telah dapat diterapkan salah satu strategi pemasaran, yaitu
strategi pengembangan produk kepada masyarakat pemakai atau kepada
masyarakat konsumen, dimana kedudukan suatu merek dipengaruhi oleh baik atau tidaknya
mutu suatu barang yang bersangkutan. Jadi merek akan selalu dicari apabila
produk atau jasa yang menggunakan merek mempunyai mutu dan karakter yang baik yang
dapat digunakan untuk mempengaruhi pasar tunggal.
126
yang dimiliki oleh para pesaingnya, maka merek menjadi peran penting dalam
pencitraan dan strategi pemasaran tunggal.
Kebanyakan jasa usaha menengah itu sendiri, ada beberapa alasan yang
menjadi kendala mereka untuk mendaftarkan merek dagangnya yaitu alasan
karena biaya untuk pendaftaran itu sendiri dan kurangnya pengetahuan dan
kesadaran terhadap pentingnya pendaftaran merek itu sebagai jaminan untuk
melindungi merek produk pangan merek. Adapun beberapa usaha pemerintah
daerah dalam hal membantu para jasa usaha menengahuntuk mendaftarkan merek
dagangnya yaitu Membantu jasa usaha menengah dalam hal pendaftaran. Apabila
jasa usaha menengah tidak memiliki biaya akan dibantu dalam hal pembiayaan
apabila ada APBN yang tersedia. Membantu membiayai pendaftaran merek bagi
jasa usaha menengah yang tidak memiliki biaya dengan syarat jasa usaha
menengah tersebut harus aktif. Aktif dalam hal ini adalah aktif dalam hal
memproduksi produknya dalam jangka panjang, melakukan pembinaan dokumen
untuk pendaftaran mereknya, melakukan pelatihan-pelatihan pengolahan
makanan. Tidak semua jasa usaha menengah yang mendapat bantuan dari
pemerintah. Ada beberapa kriteria jasa usaha menengah yang mendapat bantuan
untuk mendaftarkan merek dagangnya yakni jasa usaha menengah binaan yang
berpotensi yang mendapat perlindungan mereknya. Jadi tidak asal jasa usaha
menengah yang mendapat bantuan seperti jasa usaha menengah yang mengola
makanan yang tidak berpotensi, jasa usaha menengah yang produk pangannya
yang pemasarannya menjamur atau eksis, jasa usaha menengah yang memiliki
produk yang ada mereknya dan mereknya dikenal masyarakat namun belum ada
Produk Indonesia praktis tidak terlalu menghadapi masalah sebab hampir
delapan puluh persen perdagangan Indonesia sudah bebas hambatan. Bahkan
ekonomi yang berbasis kerakyatan (usaha menengah) berpeluang menembus pasar
negara ASEAN. Pemerintah telah melakukan upaya percepatan pemerataan
pembangunan sebagai bagian dari penguatan ekonomi kerakyatan. Usaha lain
yang dilakukan pemerintah adalah dengan membentuk cluster untuk pembinaan jasa usaha menengah agar memiliki daya saing.127
127
Pemerintah coba meningkatkan kesadaran usaha menengah terhadap
pentingnya masalah hak merek. Apalagi, jasa usaha menengah yang bergerak
dalam industri kreatif. Ini dimaksudkan untuk melindungi jasa usaha menengah
sehingga bisa berkembang pesat. Sangat penting bagi jasa usaha menengah
maupun perusahaan swasta lain untuk memanfaatkan hak merek dalam
pengembangan usahanya. Saat ini, dengan adanya rezim HKI, ada lebih dari 60
juta teknologi yang bisa diakses free. Jadi, pengusaha dapat mempelajari, memanfaatkan, lalu mengembangkan. Setelah itu, daftarkan patennya. Untuk jasa
usaha menengah yang bergerak dalam bidang industri sepatu, potensi hak merek
yang ada diantaranya gambar-gambar dari desain sepatu-sepatu, perlindungan
Desain industri untuk desain sepatu tersebut, perlindungan merek dagang untuk
merek yang digunakan pada produk sepatu tersebut. Bahkan paten apabila dalam
produksinya menggunakan teknologi dan alat-alat baru yang tidak pernah
dipergunakan oleh industri lainnya. Tentunya perlindungan hak merek ini tidak
selalu sama untuk setiap kegiatan usaha menengah.
Dalam Undang - undang No. 20 tahun 2008 tentang usaha menengah peran
pemerintah dan swasta adalah sebagai fasilitator, regulator, dan katalisator dalam
proses penguatan jasa usaha menengah. Dimana fungsi fasilitator dimaksudkan
untuk memfasilitasi jasa usaha menengah dalam rangka mencapai tujuan
penguatan usaha yang dimilikinya. Selanjutnya peran dari fungsi regulator yaitu
membuat kebijakan-kebijakan yang mempermudah jasa usaha menengah untuk
mengokohkan usahanya. Sedangkan fungsi katalisator memiliki tugas untuk
mempercepat terjadinya pertumbuhan jasa usaha menengah melalui kebijakan
pemerintah, negara dapat memberikan jaminan hukum dan perundang-undangan.
Apalagi terhadap kegiatan perekonomian yang potensial seperti jasa usaha
menengah. Dengan demikian peran pemerintah yang sesuai dengan penelitian ini
adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan daya
saing usaha kecil menengah inovatif.
Peran pemerintah dan swasta adalah sebagai fasilitator perolehan hak merek
dengan beberapa kriteria sebagai berikut :
1. Pemberian sesuatu, baik yang berupa uang atau subsidi, barang atau jasa. 2. Keistimewaan, baik yang berupa keringanan atau kekuatan dalam waktu
lintas hukum.
3. Kebijaksanaan yang tersendiri
4. Fasilitasi bagi usaha kecil menengah terhadap pemanfaatan sumber daya. 5. Pembinaan usaha kecil menengah dalam memperkuat jaringan klaster
industri.
6. Penyusunan kebijakan usaha kecil menengah. 7. Pemberian kemudahan ijin usaha kecil menengah.
8. Pemberian fasilitasi kemudahan akses perbankan bagi usaha kecil menengah.
9. Fasilitasi kerjasama kemitraan usaha kecil menengah dengan swasta.128
128
Bagi UKM inovatif tidak perlu mengikuti proses pendaftaran permohonan
hak merek, karena pendaftaran dilakukan sendiri oleh dinas perdagangan dan
perindustrian.. Selanjutnya keistimewaan yang diperoleh pelaku usaha kecil
menengah inovatif melalui kegiatan fasilitasi perolehan hak merek adalah bahwa
pelaku usaha kecil menengah inovatif tidak perlu mengikuti semua prosedur rumit
yang diterapkan oleh kantor wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
serta dapat meminimalisir kemungkinan ditolaknya hak merek yang didaftarkan.
Selain itu waktu tunggu dalam perolehan sertifikat tidak memerlukan waktu lama.
Biasanya lama waktu tunggu lama proses pengurusan hak merek untuk UKM non
inovatif antara 15 - 24 bulan, sedangkan keistimewaan waktu yang diterima oleh
UKM inovatif adalah lama pengurusan hak merek hanya sekitar 10 bulan.
Fasilitasi perolehan hak merek tersebut sejatinya bermaksud menyerderhanakan
prosedur pengurusan permohonan hak merek. Salah satu aspek dari lingkungan
usaha yang sehat adalah mudahnya proses permohonan hak merek. Pada
umumnya, untuk memperoleh sertifikat hak merek, pelaku usaha kecil menengah
harus mengeluarkan biaya sekitar 3 atau 4 kali dari biaya permohonan yang
ditentukan. Sertifikat hak merek juga harus diperbaharui setiap beberapa tahun
dan memerlukan beberapa klarifikasi dari beberapa pejabat yang berwenang, yang
biasanya menyebabkan perlunya biaya tambahan. Hal ini terjadi karena proses
pengurusan tidak transparan, mahal, berbelit-belit, diskriminatif, lama dan tidak
pasti, serta tumpang tindih antara pemerintah pusat dengan daerah maupun antar
instansi di daerah.
Akibatnya, minat pelaku usaha kecil menengah terhambat untuk
mendaftarkan perlindungan hak mereknya. Melalui fasilitasi tersebut pelaku usaha
kecil menengah inovatif tidak perlu lagi mengikuti alur pendaftaran yang
dirasakan cukup berbelit - belit jika melakukan pendaftaran langsung melalui
Kantor Wilayah Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia. Pelaku usaha kecil
menengah inovatif yang ingin mengajukan permohonan perlindungan merek dapat
mengajukannya langsung melalui Dinas Perdagangan dan Perindustrian.
Kebijakan pemerintah dan swasta terhadap hak merek di bidang jasa Usaha
Menengah dalah dibuatnya kegiatan fasilitasi itu sendiri. Kegiatan fasilitasi
tersebut merupakan implementasi dari Undang - undang Republik Indonesia
nomor 20 tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil dan menengah yang menjelaskan
bahwa pemerintah pusat dan pemerintah daerah memfasilitasi pengembangan
usaha kecil menengah dalam berbagai bidang dimana salah satu bidang tersebut
adalah bidang desain dan teknologi. Dimana pengembangan dalam bidang desain
dan teknologi sebagai mana yang dimaksud pada bab ini dilakukan dengan salah
bentuknya yaitu mendorong usaha kecil menengah untuk memperoleh sertifikat
hak merek.129
Pengembangan UMKM dilakukan dalam rangka menuju pertumbuhan
ekonomi masyarakat ASEAN. Dalam rangka menuju MEA, terdapat peluang yang
besar bagi UKM untuk meraih potensi pasar dan peluang investasi harus dapat
129
dimanfaatkan dengan baik. Guna memanfaatkan peluang tersebut, maka tantangan
yang terbesar bagi hak merek pada bidang usaha menengah menghadapi MEA
adalah bagaimana mampu menentukan strategi yang jitu guna memenangkan
persaingan. Pada saat MEA diterapkan, diperkirakan akan terjadi
perubahan-perubahan perilaku pasar tunggal dengan karakteristik pasar yang dinamis,
kompetisi global, dan bentuk organisasi yang cenderung membentuk jejaring
(network), tingkat industri yang pengorganisasian produksinya fleksibel dengan
pertumbuhan yang didorong oleh inovasi/pengetahuan, didukung teknologi
digital; sumber kompetisi pada inovasi, kualitas, waktu, dan biaya. Oleh karena
itulah, mulai saat ini UKM harus mulai berbenah guna menghadapi perilaku pasar
tunggal yang semakin terbuka di masa mendatang. Para pelaku UMKM tidak
boleh lagi harus mengandalkan buruh murah dalam pengembangan bisnisnya.
Kerjasama dan pembentukan jejaring bisnis, baik di dalam dan di luar negeri
sesama UKM maupun dengan pelaku usaha besar harus dikembangkan. Peranan
pemerintah tentu menjadi penting terutama untuk mengantarkan mereka agar
mampu bersaing dengan pelaku usaha lainnya dalam memanfaatkan MEA.
Beberapa kebijakan pemerintah dan swasta untuk memberdayakan hak
merek terhadap UMKM dalam menghadapi pasar tunggal adalah :
1. Meningkatkan kualitas dan standar produk Guna dapat memanfaatkan peluang
dan potensi pasar di kawasan ASEAN dan pasar global, maka produk yang
dihasilkan UKM haruslah memenuhi kualitas dan standar yang sesuai dengan
kesepakatan ASEAN dan negara tujuan. Dalam kerangka itu, maka UKM
harus mulai difasilitasi dengan kebutuhan kualitas dan standar produk yang
dukungan teknologi untuk pe