EFEK MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER MENGGUNAKAN MEDIA PhET DAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada Program Studi
Pendidikan Fisika
Oleh :
YUNISA DWIJAYATI NIM. 8136176046
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i
ABSTRAK
YUNISA DWIJAYATI. Efek Model Pembelajaran Advance Organizer Menggunakan Media PhET Dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Hasil Belajar Siswa. Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran advance organizer menggunakan media PhET dan pembelajaran konvensional; perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi dengan kemampuan berpikir kritis rendah; interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan berpikir kritis dalam mempengaruhi hasil belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitan quasi eksperimen. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA MA Mulia Sei Balai Kabupaten Batu Bara yang terdiri dari dua kelas. Instrumen yang digunakan terdiri dari tes hasil belajar dan tes kemampuan berpikir kritis. Bentuk tes yang digunakan dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini berupa tes objektif atau pilihan ganda. Analisis data menggunakan analisis varians (ANAVA) dua jalur dengan SPSS 16. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran advance organizer menggunakan media PhET dan pembelajaran konvensional; terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi dengan kemampuan berpikir kritis rendah; terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan berpikir kritis dalam mempengaruhi hasil belaja rsiswa.
ii
ABSTRACT
YUNISA DWIJAYATI. The Efect of Advance Organizer Model Used PhET Media and Critical Thinking Skill to Student’s Learning Outcomes. Study Programs Postgraduate Physic Education. State University of Medan, 2015.
The aims of this study were to analyze the differences student’s learning outcomes between was throught by advance organizer model used PhET media and convensional learning; the differences student’s learning outcomes between student’s high critical thinking skill and low critical thinking; interaction between learning models and critical thinking skill it’s effect to student’s learning outcomes. This study was quasy experiment. The subyek in this study was Senior Class XI IPA MA MuliaSeiBalaiBatu Bara. The instrument used consist of the test of learning outcomes; the test of critical thinking skill. The type of test was objective test or multiple choise. The analyze data used two ways ANOVA by SPSS 16. The result showed that there was differences student’s learning outcomes between was throught by advance organizer model used PhET media and convensional learning; there was differences student’s learning outcomes between student’s high critical thinking skill and low critical thinking; there was interaction between learning models and critical thinking skill it’s effect to student’s learning outcomes.
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT atas segalarahmat, hidayah, dan ridho-Nya
kepada penulis sehingga penelitianini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan. Tesis ini berjudul“ Efek Model Pembelajaran Advance Organizer
Menggunakan Media PhET dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Hasil Belajar Siswa” Diajukan untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Fisika, Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr.
Mara Bangun Harahap, M.S dan Dr. Ridwan. A. Sani, M.Si selaku dosen pembimbing tesis
yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal sampai
selesainya penyusunan tesis ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof.
Dr. Sahyar, M.S, M.M, Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si, Dr. Makmu rSirait, M.Si sebagai
dosen penguji tesis yang telah memberikan masukan dan saran-saran mulai perencanaan
penelitian sampai selesainya penyusunan tesis ini. Ucapan terima kasih kepada Bapak M.
Daud, S.Pd sebagai Kepala Madrasah dan Ibu Rina, S.Pd sebagai guru mata pelajaran fisika
MA Mulia Sei Balai yang telah banyak membantu selama penelitian.
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih buat seluruh teman-teman prodi
Fisika stambuk 2013 khususnya kelas B1 (KakAlbina, Bang Alex, Aplia, BukDewi, Pak
Israel, Kak Erna, Kak Erni, Fitri, Bang Irsan, Meri, Kak Merliana, Kak Nesti, Kak Nove,
Ricca, Kak Ruth, Suster, Buk Siti, Buk Sri Mila dan Ketua yang selalu bersemangat dalam
menyelesaikan studi ini dan semoga impian kita untuk wisuda bersama segera terealisasi.
Untuk sahabat-sahabatku Fina, Fitri, Raudha, Fauzi, Saddam, Pohan, Fajrul walaupun saat ini
kita terpisah oleh ruang dan waktu, semoga ukhuwah kita tetap terjaga. Terima kasih untuk
kakak-kakak penulis Kak Masli, Inur dan Epi yang selama ini telah banyak direpotkan oleh
penulis. Tidak lupa kepada teman-teman satu atap di kos 171 khususnya, Mila, Tutut, Yani,
Lia, dan adek-adek kos yang tidak penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan
motivasi kepadapenulis.
Hormat penulis kepada Ayah dan Mamak, M. Daud dan DarmaIrana, terima kasih
tidak dapat mewakili sedikitpun ungkapan hati penulis atas segala sesuatu yang telah ayah
dan mamak berikan. Semoga penulis dapat mewujudkan harapan dan impian ayah dan
mamak. KepadaAbang Alan Darmawan, yang menjadi panutan untuk adik-adik, semoga
kami dapat mengikut jejak abang untuk melanjutkan pendidikan setinggi-tingginya. Untuk
Darmawan yang telah memberikan semangat kepada penulis, semoga lebih giat lagi dalam
belajar dan membanggakan ayah dan mamak.
Teristimewa untuk suami tercinta Agus Salim yang telah mendampingi penulis di
akhir studi ini, terima kasih untuk perhatian, motivasi, dan selalu mengingatkan penulis akan
pesan ayah untuk segera menyelesaikan studi ini. Semoga keberkahan selalu Allah limpahkan untuk kita, aminyarabbal ‘alamin.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian tesis ini, namun
penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun bahasa, untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi
sempurnanya tesis ini. Kiranya isi tesis ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan dan pendidikan.
Medan, Juli 2015
Penulis,
vi
3.7 Teknik Analisis Data . . . .41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . . . 47
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian . . . 47
4.2 Pengujian Persyaratan Analisis... . . 51
4.2.1 Uji Normalitas.. . . . 51
4.2.2 Uji Homogenitas . . . 54
4.3 Pengujian Hipotesis. . . . . . 55
4.3.1 Uji Kesamaan Hipotesis Pretes . . . . 55
4.3.2 Uji Anava Dua Jalur. . . 56
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian . . . . . . 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. . . 67
5.1 Kesimpulan . . . . . . 67
5.2 Saran . . . .. . . 68
DAFTAR PUSTAKA . . . 69
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Dampak Instruksional dan Pengiring dari Model
Advance Organizer . . . 19
Gambar 2.2 Contoh Simulasi dalam Program PhET . . . 22
Gambar 3.1 Skema Rancangan Penelitian . . . . . 36
Gambar 4.1 Grafik Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol . . 48
Gambar 4.2 Grafik Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol . . 50
Gambar 4.3 Grafik Uji Normalitas Data Pretes Kelas Eksperimen . . . 52
Gambar 4.4 Grafik Uji Normalitas Data Pretes Kelas Kontrol . . . . . . 52
Gambar 4.5 Grafik Uji Normalitas Data Postes Kelas Eksperimen . . . 53
Gambar 4.6 Grafik Uji Normalitas Data Postes Kelas Kontrol . . . . . . 52
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Sintaks Model Advance Organizer. . . 16
Tabel 2.2 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Angelo . . . 24
Tabel 2.3 Penelitian yang Relevan . . . 27
Tabel 3.1 Pretes-Postest Control Group Design . . . 33
Tabel 3.2 Desain Penelitian ANAVA . . . 34
Tabel 3.3 Spesifikasi Tes Hasil Belajar . . . 37
Tabel 3.4 Derajat Reliabilitas . . . 40
Tabel 3.5 Analisis Varians (ANAVA) Dua Jalur . . . 45
Tabel 4.1 Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol . . . 48
Tabel 4.2 Rata-rata, Standar Deviasi, dan Varians . . . 49
Tabel 4.3 Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol . . . 49
Tabel 4.4 Rata-rata, Standar Deviasi, dan Varians . . . 50
Tabel 4.5 Uji Normalitas Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol 51 Tabel 4.6 Uji Normalitas Data Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol 53 Tabel 4.7 Uji Homogenitas Varians Data Pretes . . . 54
Tabel 4.8 Uji Homogenitas Varians Data Postes . . . 55
Tabel 4.9 Deskripsi Data Pretes . . . 55
Tabel 4.10 Uji t Data Pretes . . . 56
Tabel 4.11 Statistik ANAVA . . . 57
Tabel 4.12 Output Perhitungan ANOVA Dua Jalur . . . 58
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1a RPP 1 . . . 72
Lampiran 1b Bahan Ajar 1 . . . 80
Lampiran 1c LKS 1 . . . 82
Lampiran 2a RPP 2 . . . 84
Lampirab 2b Bahan Ajar 2 . . . 92
Lampiran 2c LKS 2 . . . 93
Lampiran 3a RPP 3 . . . 95
Lampiran 3b Bahan Ajar 3 . . . 103
Lampiran 3c LKS 3 . . . 104
Lampiran 4 Spesifikasi Tes Hasil Belajar . . . 106
Lampiran 5 Kisi-Kisi Tes Berpikir Kritis . . . 115
Lampiran 6 Korelasi Skor Butir Dengan Skor Total. . . 123
Lampiran 7 Reliabilitas Tes . . . 124
Lampiran 8 Reliabilitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis . . . 125
Lampiran 9 Data Pretes dan Postes Kelas Eksperimen. . . 126
Lampiran 10 Data Pretes dan Postes Kelas Kontrol . . . 127
Lampiran 11 Kemampuan Berpikir Kritis Tingkat Tinggi dan Rendah Kelas Eksperimen . . . 128
Lampiran 12 Kemampuan Berpikir Kritis Tingkat Tinggi dan Rendah Kelas Kontrol . . . 129
Lampiran 13 Uji Normalitas . . . . . . 130
Lampiran 14 Uji Homogenitas . . . . . . . 133
Lampiran 15 Uji t Kesamaan Data Pretes . . . 134
Lampiran 16 Uji Anava 2 Jalur . . . 135
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kegiatan pendidikan terdiri dari interaksi antara peserta didik dengan
pendidik dan sumber-sumber pendidikan lain, dan berlangsung dalam suatu
lingkungan pendidikan. Kegiatan pendidikan berfungsi membantu
mengembangkan potensi, kecakapan, dan karakterisik peserta didik agar
berkembang sesuai dengan harapan masyarakat. Setiap kegiatan pendidikan
memiliki tujuan pendidikan tertentu.
Tujuan pendidikan merupakan sasaran-sasaran yang harus dicapai atau
dikuasai oleh peserta didik untuk kehidupannya sebagai pribadi, warga
masyarakat, belajar lebih lanjut dan melaksanakan tugas-tugas pekerjaan. Tujuan
pendidikan tersebut akan dapat dicapai dengan pelaksanaan pendidikan yang
bermutu. Pendidikan yang bermutu akan dapat menghasilkan sumber daya
manusia yang kompetitif dan kreatif. Namun, dalam kenyataannya ditemukan
bahwa sumber daya manusia di negara kita kurang kompetitif akibat mutu
pendidikan yang relative masih rendah.
Rendahnya kualitas pendidikan di Indonsia dapat dilihat dari rendahnya
pencapaian kognitif siswa pada setiap tingkatan pendidikan. Sebagian besar siswa
memiliki kelemahan dalam menguasai konsep-konsep dan aplikasi dari setiap
bidang mata pelajaran. Kelemahan siswa dalam menguasai konsep dan aplikasi
tersebut dapat kita tinjau dari salah satu mata pelajaran yang terdapat pada
2
Fisika merupakan bagian dari sains yang mempelajari fenomena dan
gejala alam secara empiris, logis, sistematis dan rasional yang melibatkan proses
dan sikap ilmiah. Ketika belajar fisika, siswa akan dikenalkan tentang produk
fisika berupa materi, konsep, asas, teori, prinsip dan hukum-hukum fisika. Siswa
juga akan diajarkan untuk bereksperimen di dalam laboratorium atau di luar
laboratorium sebagai proses ilmiah untuk memahami berbagai materi pokok
dalam pelajaran fisika.
Konsep fisika sangat berhubungan erat dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis. Pembelajaran konsep fisika membutuhkan sistematika dan
struktur berjenjang dari konsep yang sederhana menuju konsep yang lebih
kompleks melalui proses interaktif, inspiratif, menyenangkan, serta memberikan
ruang yang cukup bagi kreativitas. Pembelajaran konsep yang lebih tinggi
memerlukan dasar pemahaman pada konsep sebelumnya. Lawson (1995)
menyatakan bahwa proses pendidikan sains harus membantu siswa dalam
mencapai tujuan : (1) membangun sejumlah konsep dan sistem konseptual
bermakna; (2) mengembangkan keterampilan berpikir bebas, kreatif dan kritis; (3)
kemampuan menerapkan pengetahuannya untuk belajar, memecahkan masalah
dan membuat keputusan.
Berbagai hasil penelitian terhadap kemampuan sains siswa Indonesia
menunjukkan bahwa tujuan pendidikan sains belum tercapai. Hasil studi TIMSS
(Trend in International Mathematics and Science) tahun 2003, bidang sains
Indonesia menempati peringkat 37 dari 46 negara dengan skor 420, dan pada
tahun 2007 menempati peringkat 35 dari 49 negara dengan skor 427. Perolehan
3
dan 500 untuk tahun 2007 (Survey internasional TIMSS, Balitbang Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2012). Penemuan TIMSS tahun 2009 yang
menyatakan bahwa siswa Indonesia hanya mampu menjawab konsep dasar atau
hapalan tetapi tidak mampu menyelesaikan soal yang memerlukan analisis
(Efendi, 2010). Hasil penelitian Samudra (2014) juga menyatakan bahwa siswa
mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran fisika akibat pembelajaran fisika
yang tidak kontekstual.
Hasil wawancara kepada guru fisika di Madrasah Aliyah Mulia Sei Balai
Kabupaten Batu Bara, mendapatkan pembelajaran yang dilakukan oleh guru
kurang mengacu pada standar proses dan karakteristik sains. Pada kegiatan inti
pembelajaran yang dilakukan guru yaitu menjelaskan materi pembelajaran dan
kegiatan siswa antara lain mengamati, bertanya kepada guru tentang materi yang
telah disampaikan. Guru melakukan pembelajaran tidak memperhatikan
pengetahuan awal siswa tentang konsep yang akan diberikan sebagai dasar
pembelajaran. Akibatnya, siswa mengalami kesulitan dalam memahami
konsep-konsep baru yang berhubungan dengan materi pelajaran sebelumnya. Kondisi ini
menyebabkan siswa tidak mampu memproses informasi secara benar dan
mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi sehingga hasil belajar siswa masih
ada yang tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Kegiatan
eksperimen jarang sekali dilakukan yaitu hanya sekali dalam sebulan sehingga
kemampuan proses sains siwa juga relatif rendah. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan alat-alat yang digunakan dalam kegiatan praktikum. Media
pendukung pembelajaran misalnya infocus sudah tersedia di sekolah namun
4
Masalah lain yang juga menjadi penyebab rendahnya hasil belajar siswa
adalah pengggunaan model pembelajaran yang kurang sesuai dengan karakteristik
mata pelajaran Fisika. Dalam mengajarkan fisika, guru cenderung menggunakan
model pembelajaran yang berpusat pada guru misalnya metode ceramah,
pemberian tugas, dan pekerjaan rumah (PR), penggunaan media juga hanya
terbatas berupa penggunaan gambar, sehingga siswa tidak berperan aktif dalam
proses pembelajaran. Hal ini sangat bertentangan dengan fisika yang
membutuhkan peran aktif siswa untuk memahami konsep-konsep fisika.
Untuk membantu siswa memahami konsep dan mengonstuksi
pengetahuan dibutuhkan berbagai keterampilan intelektual diantaranya
keterampilan berpikir kritis. Menurut Nurhadi (2004: 75) berpikir kritis
merupakan kemampuan untuk menganalisis, mengkritik, dan mencapai
kesimpulan berdasarkan pada inferensi atau pertimbangan yang sama.
Kemampuan berpikir kritis antar siswa berbeda, karena berpikir kritis merupakan
proses mental yang dapat tumbuh pada setiap individu secara berbeda sehingga
diperlukan suatu iklim atau aktivitas untuk menunjangnya. Siswa yang memiliki
keterampilan berpikir kritis tinggi cenderung lebih mudah memahami konsep dan
mengonstruksi pengetahuannya.
Menurut pandangan teori konstruktivis, pikiran individu merupakan
sistem pemrosesan dan penyimpanan informasi yang dapat dibandingkan dengan
struktur konseptual suatu disiplin akademik. Keberhasilan pembelajaran terletak
pada kebermaknaan antara struktur konsep yang dikelola dengan konstruksi
5
dan struktur individu dalam mengelola informasi, diperlukan pengembangan
strategi pengantar pembelajaran yang disebut advance organizer.
Advance organizer merupakan model pembelajaran yang dikembangkan
berdarsarkan teori Ausubel. Model Advance organizer dirancang untuk
memperkuat struktur kognitif siswa-pengetahuan mereka tentang pelajaran
tertentu dan bagaiman mengelola, memperjelas, dan memelihara pengetahuan
tersebut dengan baik (Ausubel, 1963). Nilai-nilai instruksional dari model ini
tampak jelas, gagasan-gagasan yang digunakan sebagai advance organizer itu
sendiri juga dipelajari, sebagaimana informasi “lain” yang disajikan pada siswa.
Kemampuan untuk belajar dari bacaan, ceramah dan media lain yang digunakan
untuk presentasi merupakan pengaruh lain, yang pada akhirnya membentuk minat
penelitian siswa dan kebiasaan berpikir secara cermat (Joyce, 2011).
Hasil penelitian Rachel (2013) melaporkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan dalam pencapaian dan ingatan pada konsep gravitasi siswa yang
diajar dengan advance organizer. Penelitian Wachanga (2013) menemukan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan dari penggunaan advance organizer dalam
pembelajaran kimia. Temuan Ivie (1998) menyimpulkan bahwa advance
organizer mendorong siswa untuk berpikir tingkat tinggi pada level analisis,
sintesis dan evaluasi. Hasil yang sama ditemukan oleh Shihusa dan Keraro (2009)
melaporkan bahwa kelas yang diberikan pembelajaran biologi melalui advance
organizer memiliki level motivasi lebih tinggi daripada pembelajaran tradisional
tanpa advance organizer. Hasil penelitian Tasiwan (2013) menunjukkan bahwa
dengan menerapkan model pembelajaran advance organizer berbasis proyek
6
menguraikan, mengkategorikan, mengidentifikasi, merumuskan pernyataan,
mengkonstruksi, menentukan konsep, dan menganalisis konsep dengan rata-rata
peningkatan delta skor sebesar 54,46 %.
Selain penggunaan model pembelajaran yang tepat, pemilihan media
pembelajaran juga diperhatikan. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran untuk menyampaikan informasi
kepada siswa tentang materi yang diajarkan sehingga dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan kemauan sisw untuk belajar. Penggunaan media
pembelajaran secara kreatif akan memperbesar kemungkinan bagi siswa untuk
belajar lebih banyak, mengaplikasikan apa yang dipelajarinya, dan meningkatkan
penampilan dalam melakukan keterampilan sesuai dengan apa yang menjadi
tujuan pembelajaran. Media pembelajaran dapat diklasifikasikan kedalam
beberapa bentuk, salah satunya adalah bentuk media visual gerak.
Salah satu contoh media pembelajaran visual gerak adalah Physics
Education Technology (PhET). Media PhET menekankan hubungan antara
fenomena kehidupan nyata dengan ilmu yang mendasari, mendukung pendekatan
interaktif dan konstruktivis, memberikan umpan balik, dan menyediakan tempat
kerja kreatif (Finkelstein, 2006). Media interaktif PhET Colorado merupakan
media simulasi interaktif yang menyenangkan dan berbasis penemuan (research
based) yang berupa software dan dapat digunakan untuk memperjelas
konsep-konsep fisis atau fenomena yang akan diterangkan yang merupakan ciptaan dari
komunitas sains PhET Project di University of Colorado, USA
(PhET.colorado.edu ). Kelebihan dari media PhET yakni dapat dijadikan suatu
7
siswa, mendidik siswa agar memiliki pola berpikir konstruktivisme, dimana siswa
dapat menggabungkan pengetahuan awal mereka dengan temuan-temuan virtual
dari simulasi yang dijalankan, membuat pembelajaran lebih menarik karena siswa
dapat belajar sekaligus bermain pada simulasi tersebut, dan memvisualisasikan
konsep-konsep IPA dalam bentuk model.
Efek penggunaan media PhET dalam pembelajaran fisika dapat dilihat
berdasarkan temuan Prihatiningtyas (2013) yang menunjukkan bahwa
implementasi simulasi PhET dan KIT sederhana untuk mengajarkan keterampilan
psikomotor siswa pada pokok bahasan alat optik dapat menuntaskan hasil belajar
psikomotor siswa. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh hasil penelitian Sari
(2013) bahwa pembelajaran IPA dengan LKS sebagai penunjang media virtual
PhET untuk melatih keterampilan proses pada matei hukum Archimedes dapat
tercapai hasil belajar kognititf produk dan keterampilan proses serta siswa
merespons positif. Kombinasi antara advance organizer dengan media PhET
diharapkan dapat menjadikan proses pembelajaran lebih efektif, karena selain
dapat memperkuat struktur kognitif siswa berupa struktur-struktur konseptual juga
dapat meningkatkan keterampilan proses dan kebiasaan berpikir secara cermat.
Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan penelitian yang relevan
namun belum pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu merupakan
kombinasi antara model advance organizer dengan media PhET. Penelitian yang
dimaksud berjudul: “Efek Model Pembelajaran Advance Organizer
Menggunakan Media PhET dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap
8
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat
diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :
1. Hasil belajar fisika siswa secara umum masih rendah atau tidak mencapai
KKM.
2. Siswa hanya mampu menjawab konsep dasar atau hapalan tetapi tidak
mampu menyelesaikan soal yang memerlukan analisis atau menggunakan
kemampuan berpikir kritis.
3. Model pembelajaran yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran masih
dominan model pembelajaran yang berpusat pada guru.
4. Siswa tidak terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.
5. Kegiatan eksperimen jarang dilakukan sehingga siswa kurang memiliki
keterampilan proses sains.
6. Media pembelajaran tidak dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran di
kelas.
7. Motivasi siswa yang sangat kurang dalam proses belajar mengajar.
1.3. Batasan Masalah
Melihat luasnya cakupan masalah-masalah yang teridentifikasi
dibandingkan waktu dan kemampuan peneliti, peneliti merasa perlu memberi
batasan terhadap masalah yang akan dikaji agar analisis hasil penelitian ini dapat
dilakukan lebih dalam dan terarah, maka masalah yang dipilih dalam penelitian ini
adalah :
9
2. Siswa tidak menggunakan kemampuan berpikir kritis dalam
menyelesaikan persoalan fisika.
3. Model pembelajaran yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran masih
dominan model pembelajaran yang berpusat pada guru.
4. Media pembelajaran tidak dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran di
kelas.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan model
pembelajaran advance organizer menggunakan media PhET dan
pembelajaran konvensional?
2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan
berpikir kritis tinggi dengan kemampuan berpikir kritis rendah?
3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan
berpikir kritis dalam mempengaruhi hasil belajar siswa?
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, tujuan penelitian
ini adalah:
1. Untuk menganalisis perbedaan hasil belajar siswa dengan menggunakan
model pembelajaran advance organizer menggunakan media PhET dan
10
2. Untuk menganalisis perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis tinggi dengan kemampuan berpikir kritis
rendah.
3. Untuk menganalisis interaksi antara model pembelajaran dengan
kemampuan berpikir kritis dalam mempengaruhi hasil belajar siswa.
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan penelitian ini adalah :
1. Bagi guru, dapat menjadi salah satu acuan pembelajaran yang digunakan
guru dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga guru mempunyai
penambahan variasi maupun model-model pembelajaran termasuk guru
yang dapat membangun kreativitas mengajarnya.
2. Memotivasi pendidik untuk menerapkan model pembelajaran yang aktif,
kreatif dan inovatif sehingga peserta didik menjadi bersemangat dan tidak
cepat jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran yang dilaksanakan.
3. Bagi kelembagaan, penelitian pengembangan inovasi pembelajaran di
sekolah diharapkan dapat menjadi referensi bagi guru dan dosen dalam
mengatasi masalah-masalah pada proses belajar mengajar khususnya
bidang pembelajaran fisika.
1.7. Defenisi Operasional
a. Model Pembelajaran Advance Organizer
Model advance organizer dalam penelitian ini merupakan model
pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori Ausubel. Model ini
dirancang untuk memperkuat struktur kognitif siswa-pengetahuan mereka
11
memelihara pengetahuan tersebut dengan baik (Ausubel, 1963).. Kemampuan
untuk belajar dari bacaan, ceramah dan media lain yang digunakan untuk
presentasi merupakan pengaruh lain, yang pada akhirnya membentuk minat
penelitian siswa dan kebiasaan berpikir secara cermat (Joyce, 2011).
b. Media PhET
Media interaktif PhET Colorado merupakan media interaktif yang
menyenangkan dan berbasis penemuan (research based) yang berupa
software dan dapat digunakan untuk memperjelas konsep-konsep fisis atau
fenomena yang akan diterangkan yang merupakan ciptaan dari komunitas
sains PhET Project di University of Colorado, USA (PhET.colorado.edu ).
Media PhET dalam penelitian ini diinjeksikan kedalam fase pertama model
advance organizer yaitu menyajikan organizer.
c. Kemampuan Berpikir Kritis
kemapuan berpikir kritis dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir
kritis yang diukur melalui lima indiator kemampuan berpikir kritis yang
dikembangkan oleh Angelo. Berpikir kritis menurut Angelo adalah
mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi
kegiatan menganalisis, mensistesis, mengenal permasalahan dan
pemecahannya, menyimpulkan dan mengevaluasi. Indikator kemampuan
berpikir kritis diungkapkan melalui aspek-aspek perilaku yang disebutkan
dalam definisi berpikir kritis, yaitu kemampuan menganalisis, mensintesis,
mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan
12
d. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa dalam penelitian ini adalah tingkat pencapaian
siswa terhadap tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Pencapaian siswa yang
diukur adalah domain kognitif berupa pemahaman konsep yang diperoleh
melalui tes hasil belajar. Dimyati dan Mudjiono (2006 : 250), memandang
hasil belajar sebagai suatu puncak proses belajar, dengan berakhirnya suatu
proses belajar, maka siswa memperoleh suatu hasil belajar. Ahmadi (2004 :
130) menyatakan bahwa, ”jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia
akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap
kebiasaan, keterampilan, dan pengetahuan”.
e. Pembelajaran Konvensional
Model pembelajaran konvensional dalam penelitian ini merupakan
model pembelajaran yang biasa diterapkan guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Menurut Ridwan (2008) model pembelajaran konvensional
merupakan model pembelajaran yang biasa diterapkan guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia
(1991: 523) konvensional artinya berdasarkan kebiasaan atau tradisional.
Jadi, pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa dilakukan
oleh guru. Pada umumnya pembelajaran konvensional adalah pembelajaran
yang lebih terpusat pada guru sehingga membuat siswa pasif dalam kegiatan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan diperoleh beberapa
kesimpulan, yaitu :
1. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan model
pembelajaran advance organizer menggunakan media PhET dibandingkan
dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal
ini dapat dibuktikan dari nilai signifikansi 0,019 < 0,05.
2. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan berpikir
kritis rendah dengan kemampuan berpikir kritis tinggi. Hal ini dapat
dibuktikan dari nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Hasil belajar siswa dengan
kemampuan berpikir kritis tinggi lebih baik dibandingkan dengan hasil
belajar siswa dengan kemampuan berpikir kritis rendah.
3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat kemampuan
berpikir kritis dalam mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal ini dapat
dibuktikan dari nilai signifikansi 0,043 < 0,05. Kemampuan berpikir kritis
siswa berpengaruh lebih besar terhadap hasil belajar siswa pada
pembelajaran konvensional dibandingkan pada pembelajaran advance
organizer menggunakan media PhET. Hasil belajar siswa pada advance
organizer menggunakan media PhET mendapat pengaruh lebih dominan
dari penggunaan model pembelajaran tersebut daripada kemampuan
68
5.2 Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan dalam penelitian ini, maka peneliti
mempunyai beberapa saran, yaitu :
1. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian dengan
menggunakan model pembelajaran advance organizer menggunakan
media PhET disarankan untuk menyusun organizer atau materi pelajaran
dengan lebih sistematis, sehingga siswa lebih mudah memahami
konsep-konsep fisika dan mudah menghubungkan materi sebelumnya dengan
materi yang akan dipelajari sehingga dampak dari model tersebut dapat
tercapai secara maksimal.
2. Bagi peneliti selanjutnya disarankan sebelum memulai proses
pembelajaran, terlebih dahulu dijelaskan kepada siswa bagaimana
pelaksanaan model pembelajaran advance organizer menggunakan media
PhET. Sehingga pada saat pelaksanaan pembelajaran para siswa sudah
mengerti apa yang akan dilakukan dan tidak menyita waktu untuk
fase-fase pembelajaran.
3. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk mempersiapkan kegiatan
eksperimen dengan lebih baik, dari sisi kelengkapan alat, prosedur
pelaksaan dan peran observer dalam kegiatan tersebut. Dengan demikian
69
DAFTAR PUSTAKA
Angelo, Thomas A C & Cross, Patricia. 1995. Classroom Assessment Technique :
A Handbook for College Teacher, 2nd Edition.
Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta : Bumi Aksara.
Ausubel, D. P. 1968. Educational Psychology: A Cognitive View. New York : Holt, Rinehart & Winston.
Dahar, R.W. 1989. Teori-Teori Belajar.Jakarta : Erlangga.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Efendi.R. 2010. “Kemampuan Fisika Siswa Indonesia Dalam TIMSS (Trend Of International On Mathematics And Science Study)”Prosiding Seminar
Fisika 2010 (Online). http:/www.fi.itb.ac.id
Ennis, Robert H. 1962. A Concept of Critical Thinking. Harvard Educational Review, Vol 32 (1) : 81-111
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran
Abad 21 (Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013). Jakarta : Ghalia
Indonesia.
Hewitt, P. G. 2006. Conceptual Physics Tenth Edition. New York : Pearson Addison Wesley.
Fraenkel, J.R, Wallen, N.E, Hyun, H.H,. 2011. How to Design and Evaluate
Research in Education. San Fransisco : Mc Graw Hill Coorporate.
Ivie, S. D. 1998. Ausubel’s Learning Theory : An Approaching To Higher Order Thingking Skills. Educational Psychologist David Paul Ausubel. High
School Juornal. Vol. 82 (1) : 1-40.
Joyce, B. 2011. Model of Teaching(Model-model Pengajaran) Edisi Kedelapan . Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Kardi, S., Nur, M. 2000. Pengajaran Langsung.Surabaya: UNESA
Lawson, A.E. 1995. Science Teaching and The Development of Thinking.
California : Wadsworth Publishing Company.
70
Nurhadi, M. 2004. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan
Konstruktivis dalam Pengajaran.Surabaya: Unesa.
Prihatiningtyas, S, Prastowo, T, Jatmiko, B. 2013. Impelementasi Simulasi PhET dan KIT Sederhana Untuk Mengajarkan Keterampilan Psikomotor Siswa Pada Materi Pokok Bahasan Alat Optik. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia.
Vol.2 (1) : 18-22.
Rachel, A. 2013. Effect of Advance Organizers on Attainment and Retention of Students’ Concept of Gravity in Nigeria. International Journal of
Research Studies in Educational Technology. Vol 2 (1) : 81-90
Sagala, S. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu
Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung : Penerbit CV
Alfabeta.
Samudra, G.B. 2014. Permasalahan – Permasalahan yang Dihadapi Siswa SMA di Kota Singaraja dalam Mempelajari Fisika. e-Journal Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Vol.4.
Sardiman., (2009), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sari, D.P, Lutfi, A, Qosyim, A. 2013. Uji Coba Pembelajaran IPA Dengan LKS Sebagai Penunjang Media Virtual PhET Untuk Melatih Keterampilan Proses Pada Materi Hukum Archimedes. Jurnal Pendidikan Sains
e-Pensa. Vol 1 (2) Tahun 2013 : 15-20
Sedarmayanti. 2011. Metodologi Penelitian.Bandung: Munandar maju.
Shihusa, H., and Keraro, F.N. 2009. Using Advance Organizer to Enhance Students’ Motivation in Learning Biology. Eurasia Journal of
Mathematics, Science & Technology Education. Vol. 5 (4) : 413-420
Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Belajar.Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sudjana, N. 2002. Metode Statistikedisik ke-5. Bandung : Tarsito.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantatif kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. 2002. Statistik Untuk Penelitian.Bandung: Alfabeta.
Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan.Jakarta : Bumi Aksara.
71
Survey Internasional TIMSS, Balitbang Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2012, Diakses 12 November 2014.
Tasiwan, Nugroho, S.E., Hartono. 214. Analisis Tingkat Motivasi Siswa dalam Pembelajaran IPA Model Advance Organizer Berbasis Proyek. Jurnal
Pendidikan IPA Indonesia Vol. 3 (1) : 43-50
Wachanga, S.W, Arimba, A.M, Mbugua, Z.K,. Effects of Advance Organizer Teaching Approach on Secondary School Students’ Achievement in Chemistry in Maara District, Kenya. International Journal of Social