• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER MENGGUNAKAN MEDIA PHET DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEK MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER MENGGUNAKAN MEDIA PHET DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER MENGGUNAKAN MEDIA PhET DAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada Program Studi

Pendidikan Fisika

Oleh :

YUNISA DWIJAYATI NIM. 8136176046

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK

YUNISA DWIJAYATI. Efek Model Pembelajaran Advance Organizer Menggunakan Media PhET Dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Hasil Belajar Siswa. Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran advance organizer menggunakan media PhET dan pembelajaran konvensional; perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi dengan kemampuan berpikir kritis rendah; interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan berpikir kritis dalam mempengaruhi hasil belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitan quasi eksperimen. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA MA Mulia Sei Balai Kabupaten Batu Bara yang terdiri dari dua kelas. Instrumen yang digunakan terdiri dari tes hasil belajar dan tes kemampuan berpikir kritis. Bentuk tes yang digunakan dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini berupa tes objektif atau pilihan ganda. Analisis data menggunakan analisis varians (ANAVA) dua jalur dengan SPSS 16. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran advance organizer menggunakan media PhET dan pembelajaran konvensional; terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi dengan kemampuan berpikir kritis rendah; terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan berpikir kritis dalam mempengaruhi hasil belaja rsiswa.

(6)

ii

ABSTRACT

YUNISA DWIJAYATI. The Efect of Advance Organizer Model Used PhET Media and Critical Thinking Skill to Student’s Learning Outcomes. Study Programs Postgraduate Physic Education. State University of Medan, 2015.

The aims of this study were to analyze the differences student’s learning outcomes between was throught by advance organizer model used PhET media and convensional learning; the differences student’s learning outcomes between student’s high critical thinking skill and low critical thinking; interaction between learning models and critical thinking skill it’s effect to student’s learning outcomes. This study was quasy experiment. The subyek in this study was Senior Class XI IPA MA MuliaSeiBalaiBatu Bara. The instrument used consist of the test of learning outcomes; the test of critical thinking skill. The type of test was objective test or multiple choise. The analyze data used two ways ANOVA by SPSS 16. The result showed that there was differences student’s learning outcomes between was throught by advance organizer model used PhET media and convensional learning; there was differences student’s learning outcomes between student’s high critical thinking skill and low critical thinking; there was interaction between learning models and critical thinking skill it’s effect to student’s learning outcomes.

(7)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT atas segalarahmat, hidayah, dan ridho-Nya

kepada penulis sehingga penelitianini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan. Tesis ini berjudul“ Efek Model Pembelajaran Advance Organizer

Menggunakan Media PhET dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Hasil Belajar Siswa” Diajukan untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Fisika, Program Pascasarjana

Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr.

Mara Bangun Harahap, M.S dan Dr. Ridwan. A. Sani, M.Si selaku dosen pembimbing tesis

yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal sampai

selesainya penyusunan tesis ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof.

Dr. Sahyar, M.S, M.M, Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si, Dr. Makmu rSirait, M.Si sebagai

dosen penguji tesis yang telah memberikan masukan dan saran-saran mulai perencanaan

penelitian sampai selesainya penyusunan tesis ini. Ucapan terima kasih kepada Bapak M.

Daud, S.Pd sebagai Kepala Madrasah dan Ibu Rina, S.Pd sebagai guru mata pelajaran fisika

MA Mulia Sei Balai yang telah banyak membantu selama penelitian.

Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih buat seluruh teman-teman prodi

Fisika stambuk 2013 khususnya kelas B1 (KakAlbina, Bang Alex, Aplia, BukDewi, Pak

Israel, Kak Erna, Kak Erni, Fitri, Bang Irsan, Meri, Kak Merliana, Kak Nesti, Kak Nove,

Ricca, Kak Ruth, Suster, Buk Siti, Buk Sri Mila dan Ketua yang selalu bersemangat dalam

menyelesaikan studi ini dan semoga impian kita untuk wisuda bersama segera terealisasi.

Untuk sahabat-sahabatku Fina, Fitri, Raudha, Fauzi, Saddam, Pohan, Fajrul walaupun saat ini

kita terpisah oleh ruang dan waktu, semoga ukhuwah kita tetap terjaga. Terima kasih untuk

kakak-kakak penulis Kak Masli, Inur dan Epi yang selama ini telah banyak direpotkan oleh

penulis. Tidak lupa kepada teman-teman satu atap di kos 171 khususnya, Mila, Tutut, Yani,

Lia, dan adek-adek kos yang tidak penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan

motivasi kepadapenulis.

Hormat penulis kepada Ayah dan Mamak, M. Daud dan DarmaIrana, terima kasih

tidak dapat mewakili sedikitpun ungkapan hati penulis atas segala sesuatu yang telah ayah

dan mamak berikan. Semoga penulis dapat mewujudkan harapan dan impian ayah dan

mamak. KepadaAbang Alan Darmawan, yang menjadi panutan untuk adik-adik, semoga

kami dapat mengikut jejak abang untuk melanjutkan pendidikan setinggi-tingginya. Untuk

(8)

Darmawan yang telah memberikan semangat kepada penulis, semoga lebih giat lagi dalam

belajar dan membanggakan ayah dan mamak.

Teristimewa untuk suami tercinta Agus Salim yang telah mendampingi penulis di

akhir studi ini, terima kasih untuk perhatian, motivasi, dan selalu mengingatkan penulis akan

pesan ayah untuk segera menyelesaikan studi ini. Semoga keberkahan selalu Allah limpahkan untuk kita, aminyarabbal ‘alamin.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian tesis ini, namun

penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun bahasa, untuk itu

penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi

sempurnanya tesis ini. Kiranya isi tesis ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu

pengetahuan dan pendidikan.

Medan, Juli 2015

Penulis,

(9)
(10)

vi

3.7 Teknik Analisis Data . . . .41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . . . 47

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian . . . 47

4.2 Pengujian Persyaratan Analisis... . . 51

4.2.1 Uji Normalitas.. . . . 51

4.2.2 Uji Homogenitas . . . 54

4.3 Pengujian Hipotesis. . . . . . 55

4.3.1 Uji Kesamaan Hipotesis Pretes . . . . 55

4.3.2 Uji Anava Dua Jalur. . . 56

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian . . . . . . 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. . . 67

5.1 Kesimpulan . . . . . . 67

5.2 Saran . . . .. . . 68

DAFTAR PUSTAKA . . . 69

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Dampak Instruksional dan Pengiring dari Model

Advance Organizer . . . 19

Gambar 2.2 Contoh Simulasi dalam Program PhET . . . 22

Gambar 3.1 Skema Rancangan Penelitian . . . . . 36

Gambar 4.1 Grafik Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol . . 48

Gambar 4.2 Grafik Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol . . 50

Gambar 4.3 Grafik Uji Normalitas Data Pretes Kelas Eksperimen . . . 52

Gambar 4.4 Grafik Uji Normalitas Data Pretes Kelas Kontrol . . . . . . 52

Gambar 4.5 Grafik Uji Normalitas Data Postes Kelas Eksperimen . . . 53

Gambar 4.6 Grafik Uji Normalitas Data Postes Kelas Kontrol . . . . . . 52

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Sintaks Model Advance Organizer. . . 16

Tabel 2.2 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Angelo . . . 24

Tabel 2.3 Penelitian yang Relevan . . . 27

Tabel 3.1 Pretes-Postest Control Group Design . . . 33

Tabel 3.2 Desain Penelitian ANAVA . . . 34

Tabel 3.3 Spesifikasi Tes Hasil Belajar . . . 37

Tabel 3.4 Derajat Reliabilitas . . . 40

Tabel 3.5 Analisis Varians (ANAVA) Dua Jalur . . . 45

Tabel 4.1 Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol . . . 48

Tabel 4.2 Rata-rata, Standar Deviasi, dan Varians . . . 49

Tabel 4.3 Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol . . . 49

Tabel 4.4 Rata-rata, Standar Deviasi, dan Varians . . . 50

Tabel 4.5 Uji Normalitas Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol 51 Tabel 4.6 Uji Normalitas Data Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol 53 Tabel 4.7 Uji Homogenitas Varians Data Pretes . . . 54

Tabel 4.8 Uji Homogenitas Varians Data Postes . . . 55

Tabel 4.9 Deskripsi Data Pretes . . . 55

Tabel 4.10 Uji t Data Pretes . . . 56

Tabel 4.11 Statistik ANAVA . . . 57

Tabel 4.12 Output Perhitungan ANOVA Dua Jalur . . . 58

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1a RPP 1 . . . 72

Lampiran 1b Bahan Ajar 1 . . . 80

Lampiran 1c LKS 1 . . . 82

Lampiran 2a RPP 2 . . . 84

Lampirab 2b Bahan Ajar 2 . . . 92

Lampiran 2c LKS 2 . . . 93

Lampiran 3a RPP 3 . . . 95

Lampiran 3b Bahan Ajar 3 . . . 103

Lampiran 3c LKS 3 . . . 104

Lampiran 4 Spesifikasi Tes Hasil Belajar . . . 106

Lampiran 5 Kisi-Kisi Tes Berpikir Kritis . . . 115

Lampiran 6 Korelasi Skor Butir Dengan Skor Total. . . 123

Lampiran 7 Reliabilitas Tes . . . 124

Lampiran 8 Reliabilitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis . . . 125

Lampiran 9 Data Pretes dan Postes Kelas Eksperimen. . . 126

Lampiran 10 Data Pretes dan Postes Kelas Kontrol . . . 127

Lampiran 11 Kemampuan Berpikir Kritis Tingkat Tinggi dan Rendah Kelas Eksperimen . . . 128

Lampiran 12 Kemampuan Berpikir Kritis Tingkat Tinggi dan Rendah Kelas Kontrol . . . 129

Lampiran 13 Uji Normalitas . . . . . . 130

Lampiran 14 Uji Homogenitas . . . . . . . 133

Lampiran 15 Uji t Kesamaan Data Pretes . . . 134

Lampiran 16 Uji Anava 2 Jalur . . . 135

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kegiatan pendidikan terdiri dari interaksi antara peserta didik dengan

pendidik dan sumber-sumber pendidikan lain, dan berlangsung dalam suatu

lingkungan pendidikan. Kegiatan pendidikan berfungsi membantu

mengembangkan potensi, kecakapan, dan karakterisik peserta didik agar

berkembang sesuai dengan harapan masyarakat. Setiap kegiatan pendidikan

memiliki tujuan pendidikan tertentu.

Tujuan pendidikan merupakan sasaran-sasaran yang harus dicapai atau

dikuasai oleh peserta didik untuk kehidupannya sebagai pribadi, warga

masyarakat, belajar lebih lanjut dan melaksanakan tugas-tugas pekerjaan. Tujuan

pendidikan tersebut akan dapat dicapai dengan pelaksanaan pendidikan yang

bermutu. Pendidikan yang bermutu akan dapat menghasilkan sumber daya

manusia yang kompetitif dan kreatif. Namun, dalam kenyataannya ditemukan

bahwa sumber daya manusia di negara kita kurang kompetitif akibat mutu

pendidikan yang relative masih rendah.

Rendahnya kualitas pendidikan di Indonsia dapat dilihat dari rendahnya

pencapaian kognitif siswa pada setiap tingkatan pendidikan. Sebagian besar siswa

memiliki kelemahan dalam menguasai konsep-konsep dan aplikasi dari setiap

bidang mata pelajaran. Kelemahan siswa dalam menguasai konsep dan aplikasi

tersebut dapat kita tinjau dari salah satu mata pelajaran yang terdapat pada

(15)

2

Fisika merupakan bagian dari sains yang mempelajari fenomena dan

gejala alam secara empiris, logis, sistematis dan rasional yang melibatkan proses

dan sikap ilmiah. Ketika belajar fisika, siswa akan dikenalkan tentang produk

fisika berupa materi, konsep, asas, teori, prinsip dan hukum-hukum fisika. Siswa

juga akan diajarkan untuk bereksperimen di dalam laboratorium atau di luar

laboratorium sebagai proses ilmiah untuk memahami berbagai materi pokok

dalam pelajaran fisika.

Konsep fisika sangat berhubungan erat dengan cara mencari tahu tentang

alam secara sistematis. Pembelajaran konsep fisika membutuhkan sistematika dan

struktur berjenjang dari konsep yang sederhana menuju konsep yang lebih

kompleks melalui proses interaktif, inspiratif, menyenangkan, serta memberikan

ruang yang cukup bagi kreativitas. Pembelajaran konsep yang lebih tinggi

memerlukan dasar pemahaman pada konsep sebelumnya. Lawson (1995)

menyatakan bahwa proses pendidikan sains harus membantu siswa dalam

mencapai tujuan : (1) membangun sejumlah konsep dan sistem konseptual

bermakna; (2) mengembangkan keterampilan berpikir bebas, kreatif dan kritis; (3)

kemampuan menerapkan pengetahuannya untuk belajar, memecahkan masalah

dan membuat keputusan.

Berbagai hasil penelitian terhadap kemampuan sains siswa Indonesia

menunjukkan bahwa tujuan pendidikan sains belum tercapai. Hasil studi TIMSS

(Trend in International Mathematics and Science) tahun 2003, bidang sains

Indonesia menempati peringkat 37 dari 46 negara dengan skor 420, dan pada

tahun 2007 menempati peringkat 35 dari 49 negara dengan skor 427. Perolehan

(16)

3

dan 500 untuk tahun 2007 (Survey internasional TIMSS, Balitbang Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2012). Penemuan TIMSS tahun 2009 yang

menyatakan bahwa siswa Indonesia hanya mampu menjawab konsep dasar atau

hapalan tetapi tidak mampu menyelesaikan soal yang memerlukan analisis

(Efendi, 2010). Hasil penelitian Samudra (2014) juga menyatakan bahwa siswa

mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran fisika akibat pembelajaran fisika

yang tidak kontekstual.

Hasil wawancara kepada guru fisika di Madrasah Aliyah Mulia Sei Balai

Kabupaten Batu Bara, mendapatkan pembelajaran yang dilakukan oleh guru

kurang mengacu pada standar proses dan karakteristik sains. Pada kegiatan inti

pembelajaran yang dilakukan guru yaitu menjelaskan materi pembelajaran dan

kegiatan siswa antara lain mengamati, bertanya kepada guru tentang materi yang

telah disampaikan. Guru melakukan pembelajaran tidak memperhatikan

pengetahuan awal siswa tentang konsep yang akan diberikan sebagai dasar

pembelajaran. Akibatnya, siswa mengalami kesulitan dalam memahami

konsep-konsep baru yang berhubungan dengan materi pelajaran sebelumnya. Kondisi ini

menyebabkan siswa tidak mampu memproses informasi secara benar dan

mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi sehingga hasil belajar siswa masih

ada yang tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Kegiatan

eksperimen jarang sekali dilakukan yaitu hanya sekali dalam sebulan sehingga

kemampuan proses sains siwa juga relatif rendah. Hal ini disebabkan oleh

keterbatasan alat-alat yang digunakan dalam kegiatan praktikum. Media

pendukung pembelajaran misalnya infocus sudah tersedia di sekolah namun

(17)

4

Masalah lain yang juga menjadi penyebab rendahnya hasil belajar siswa

adalah pengggunaan model pembelajaran yang kurang sesuai dengan karakteristik

mata pelajaran Fisika. Dalam mengajarkan fisika, guru cenderung menggunakan

model pembelajaran yang berpusat pada guru misalnya metode ceramah,

pemberian tugas, dan pekerjaan rumah (PR), penggunaan media juga hanya

terbatas berupa penggunaan gambar, sehingga siswa tidak berperan aktif dalam

proses pembelajaran. Hal ini sangat bertentangan dengan fisika yang

membutuhkan peran aktif siswa untuk memahami konsep-konsep fisika.

Untuk membantu siswa memahami konsep dan mengonstuksi

pengetahuan dibutuhkan berbagai keterampilan intelektual diantaranya

keterampilan berpikir kritis. Menurut Nurhadi (2004: 75) berpikir kritis

merupakan kemampuan untuk menganalisis, mengkritik, dan mencapai

kesimpulan berdasarkan pada inferensi atau pertimbangan yang sama.

Kemampuan berpikir kritis antar siswa berbeda, karena berpikir kritis merupakan

proses mental yang dapat tumbuh pada setiap individu secara berbeda sehingga

diperlukan suatu iklim atau aktivitas untuk menunjangnya. Siswa yang memiliki

keterampilan berpikir kritis tinggi cenderung lebih mudah memahami konsep dan

mengonstruksi pengetahuannya.

Menurut pandangan teori konstruktivis, pikiran individu merupakan

sistem pemrosesan dan penyimpanan informasi yang dapat dibandingkan dengan

struktur konseptual suatu disiplin akademik. Keberhasilan pembelajaran terletak

pada kebermaknaan antara struktur konsep yang dikelola dengan konstruksi

(18)

5

dan struktur individu dalam mengelola informasi, diperlukan pengembangan

strategi pengantar pembelajaran yang disebut advance organizer.

Advance organizer merupakan model pembelajaran yang dikembangkan

berdarsarkan teori Ausubel. Model Advance organizer dirancang untuk

memperkuat struktur kognitif siswa-pengetahuan mereka tentang pelajaran

tertentu dan bagaiman mengelola, memperjelas, dan memelihara pengetahuan

tersebut dengan baik (Ausubel, 1963). Nilai-nilai instruksional dari model ini

tampak jelas, gagasan-gagasan yang digunakan sebagai advance organizer itu

sendiri juga dipelajari, sebagaimana informasi “lain” yang disajikan pada siswa.

Kemampuan untuk belajar dari bacaan, ceramah dan media lain yang digunakan

untuk presentasi merupakan pengaruh lain, yang pada akhirnya membentuk minat

penelitian siswa dan kebiasaan berpikir secara cermat (Joyce, 2011).

Hasil penelitian Rachel (2013) melaporkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan dalam pencapaian dan ingatan pada konsep gravitasi siswa yang

diajar dengan advance organizer. Penelitian Wachanga (2013) menemukan bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan dari penggunaan advance organizer dalam

pembelajaran kimia. Temuan Ivie (1998) menyimpulkan bahwa advance

organizer mendorong siswa untuk berpikir tingkat tinggi pada level analisis,

sintesis dan evaluasi. Hasil yang sama ditemukan oleh Shihusa dan Keraro (2009)

melaporkan bahwa kelas yang diberikan pembelajaran biologi melalui advance

organizer memiliki level motivasi lebih tinggi daripada pembelajaran tradisional

tanpa advance organizer. Hasil penelitian Tasiwan (2013) menunjukkan bahwa

dengan menerapkan model pembelajaran advance organizer berbasis proyek

(19)

6

menguraikan, mengkategorikan, mengidentifikasi, merumuskan pernyataan,

mengkonstruksi, menentukan konsep, dan menganalisis konsep dengan rata-rata

peningkatan delta skor sebesar 54,46 %.

Selain penggunaan model pembelajaran yang tepat, pemilihan media

pembelajaran juga diperhatikan. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang

dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran untuk menyampaikan informasi

kepada siswa tentang materi yang diajarkan sehingga dapat merangsang pikiran,

perasaan, perhatian, dan kemauan sisw untuk belajar. Penggunaan media

pembelajaran secara kreatif akan memperbesar kemungkinan bagi siswa untuk

belajar lebih banyak, mengaplikasikan apa yang dipelajarinya, dan meningkatkan

penampilan dalam melakukan keterampilan sesuai dengan apa yang menjadi

tujuan pembelajaran. Media pembelajaran dapat diklasifikasikan kedalam

beberapa bentuk, salah satunya adalah bentuk media visual gerak.

Salah satu contoh media pembelajaran visual gerak adalah Physics

Education Technology (PhET). Media PhET menekankan hubungan antara

fenomena kehidupan nyata dengan ilmu yang mendasari, mendukung pendekatan

interaktif dan konstruktivis, memberikan umpan balik, dan menyediakan tempat

kerja kreatif (Finkelstein, 2006). Media interaktif PhET Colorado merupakan

media simulasi interaktif yang menyenangkan dan berbasis penemuan (research

based) yang berupa software dan dapat digunakan untuk memperjelas

konsep-konsep fisis atau fenomena yang akan diterangkan yang merupakan ciptaan dari

komunitas sains PhET Project di University of Colorado, USA

(PhET.colorado.edu ). Kelebihan dari media PhET yakni dapat dijadikan suatu

(20)

7

siswa, mendidik siswa agar memiliki pola berpikir konstruktivisme, dimana siswa

dapat menggabungkan pengetahuan awal mereka dengan temuan-temuan virtual

dari simulasi yang dijalankan, membuat pembelajaran lebih menarik karena siswa

dapat belajar sekaligus bermain pada simulasi tersebut, dan memvisualisasikan

konsep-konsep IPA dalam bentuk model.

Efek penggunaan media PhET dalam pembelajaran fisika dapat dilihat

berdasarkan temuan Prihatiningtyas (2013) yang menunjukkan bahwa

implementasi simulasi PhET dan KIT sederhana untuk mengajarkan keterampilan

psikomotor siswa pada pokok bahasan alat optik dapat menuntaskan hasil belajar

psikomotor siswa. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh hasil penelitian Sari

(2013) bahwa pembelajaran IPA dengan LKS sebagai penunjang media virtual

PhET untuk melatih keterampilan proses pada matei hukum Archimedes dapat

tercapai hasil belajar kognititf produk dan keterampilan proses serta siswa

merespons positif. Kombinasi antara advance organizer dengan media PhET

diharapkan dapat menjadikan proses pembelajaran lebih efektif, karena selain

dapat memperkuat struktur kognitif siswa berupa struktur-struktur konseptual juga

dapat meningkatkan keterampilan proses dan kebiasaan berpikir secara cermat.

Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan penelitian yang relevan

namun belum pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu merupakan

kombinasi antara model advance organizer dengan media PhET. Penelitian yang

dimaksud berjudul: “Efek Model Pembelajaran Advance Organizer

Menggunakan Media PhET dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap

(21)

8

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat

diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :

1. Hasil belajar fisika siswa secara umum masih rendah atau tidak mencapai

KKM.

2. Siswa hanya mampu menjawab konsep dasar atau hapalan tetapi tidak

mampu menyelesaikan soal yang memerlukan analisis atau menggunakan

kemampuan berpikir kritis.

3. Model pembelajaran yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran masih

dominan model pembelajaran yang berpusat pada guru.

4. Siswa tidak terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.

5. Kegiatan eksperimen jarang dilakukan sehingga siswa kurang memiliki

keterampilan proses sains.

6. Media pembelajaran tidak dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran di

kelas.

7. Motivasi siswa yang sangat kurang dalam proses belajar mengajar.

1.3. Batasan Masalah

Melihat luasnya cakupan masalah-masalah yang teridentifikasi

dibandingkan waktu dan kemampuan peneliti, peneliti merasa perlu memberi

batasan terhadap masalah yang akan dikaji agar analisis hasil penelitian ini dapat

dilakukan lebih dalam dan terarah, maka masalah yang dipilih dalam penelitian ini

adalah :

(22)

9

2. Siswa tidak menggunakan kemampuan berpikir kritis dalam

menyelesaikan persoalan fisika.

3. Model pembelajaran yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran masih

dominan model pembelajaran yang berpusat pada guru.

4. Media pembelajaran tidak dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran di

kelas.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan model

pembelajaran advance organizer menggunakan media PhET dan

pembelajaran konvensional?

2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan

berpikir kritis tinggi dengan kemampuan berpikir kritis rendah?

3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan

berpikir kritis dalam mempengaruhi hasil belajar siswa?

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, tujuan penelitian

ini adalah:

1. Untuk menganalisis perbedaan hasil belajar siswa dengan menggunakan

model pembelajaran advance organizer menggunakan media PhET dan

(23)

10

2. Untuk menganalisis perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki

kemampuan berpikir kritis tinggi dengan kemampuan berpikir kritis

rendah.

3. Untuk menganalisis interaksi antara model pembelajaran dengan

kemampuan berpikir kritis dalam mempengaruhi hasil belajar siswa.

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan penelitian ini adalah :

1. Bagi guru, dapat menjadi salah satu acuan pembelajaran yang digunakan

guru dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga guru mempunyai

penambahan variasi maupun model-model pembelajaran termasuk guru

yang dapat membangun kreativitas mengajarnya.

2. Memotivasi pendidik untuk menerapkan model pembelajaran yang aktif,

kreatif dan inovatif sehingga peserta didik menjadi bersemangat dan tidak

cepat jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran yang dilaksanakan.

3. Bagi kelembagaan, penelitian pengembangan inovasi pembelajaran di

sekolah diharapkan dapat menjadi referensi bagi guru dan dosen dalam

mengatasi masalah-masalah pada proses belajar mengajar khususnya

bidang pembelajaran fisika.

1.7. Defenisi Operasional

a. Model Pembelajaran Advance Organizer

Model advance organizer dalam penelitian ini merupakan model

pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori Ausubel. Model ini

dirancang untuk memperkuat struktur kognitif siswa-pengetahuan mereka

(24)

11

memelihara pengetahuan tersebut dengan baik (Ausubel, 1963).. Kemampuan

untuk belajar dari bacaan, ceramah dan media lain yang digunakan untuk

presentasi merupakan pengaruh lain, yang pada akhirnya membentuk minat

penelitian siswa dan kebiasaan berpikir secara cermat (Joyce, 2011).

b. Media PhET

Media interaktif PhET Colorado merupakan media interaktif yang

menyenangkan dan berbasis penemuan (research based) yang berupa

software dan dapat digunakan untuk memperjelas konsep-konsep fisis atau

fenomena yang akan diterangkan yang merupakan ciptaan dari komunitas

sains PhET Project di University of Colorado, USA (PhET.colorado.edu ).

Media PhET dalam penelitian ini diinjeksikan kedalam fase pertama model

advance organizer yaitu menyajikan organizer.

c. Kemampuan Berpikir Kritis

kemapuan berpikir kritis dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir

kritis yang diukur melalui lima indiator kemampuan berpikir kritis yang

dikembangkan oleh Angelo. Berpikir kritis menurut Angelo adalah

mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi

kegiatan menganalisis, mensistesis, mengenal permasalahan dan

pemecahannya, menyimpulkan dan mengevaluasi. Indikator kemampuan

berpikir kritis diungkapkan melalui aspek-aspek perilaku yang disebutkan

dalam definisi berpikir kritis, yaitu kemampuan menganalisis, mensintesis,

mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan

(25)

12

d. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa dalam penelitian ini adalah tingkat pencapaian

siswa terhadap tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Pencapaian siswa yang

diukur adalah domain kognitif berupa pemahaman konsep yang diperoleh

melalui tes hasil belajar. Dimyati dan Mudjiono (2006 : 250), memandang

hasil belajar sebagai suatu puncak proses belajar, dengan berakhirnya suatu

proses belajar, maka siswa memperoleh suatu hasil belajar. Ahmadi (2004 :

130) menyatakan bahwa, ”jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia

akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap

kebiasaan, keterampilan, dan pengetahuan”.

e. Pembelajaran Konvensional

Model pembelajaran konvensional dalam penelitian ini merupakan

model pembelajaran yang biasa diterapkan guru dalam melaksanakan proses

pembelajaran. Menurut Ridwan (2008) model pembelajaran konvensional

merupakan model pembelajaran yang biasa diterapkan guru dalam

melaksanakan proses pembelajaran. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia

(1991: 523) konvensional artinya berdasarkan kebiasaan atau tradisional.

Jadi, pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa dilakukan

oleh guru. Pada umumnya pembelajaran konvensional adalah pembelajaran

yang lebih terpusat pada guru sehingga membuat siswa pasif dalam kegiatan

(26)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan diperoleh beberapa

kesimpulan, yaitu :

1. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan model

pembelajaran advance organizer menggunakan media PhET dibandingkan

dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal

ini dapat dibuktikan dari nilai signifikansi 0,019 < 0,05.

2. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan berpikir

kritis rendah dengan kemampuan berpikir kritis tinggi. Hal ini dapat

dibuktikan dari nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Hasil belajar siswa dengan

kemampuan berpikir kritis tinggi lebih baik dibandingkan dengan hasil

belajar siswa dengan kemampuan berpikir kritis rendah.

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat kemampuan

berpikir kritis dalam mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal ini dapat

dibuktikan dari nilai signifikansi 0,043 < 0,05. Kemampuan berpikir kritis

siswa berpengaruh lebih besar terhadap hasil belajar siswa pada

pembelajaran konvensional dibandingkan pada pembelajaran advance

organizer menggunakan media PhET. Hasil belajar siswa pada advance

organizer menggunakan media PhET mendapat pengaruh lebih dominan

dari penggunaan model pembelajaran tersebut daripada kemampuan

(27)

68

5.2 Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan dalam penelitian ini, maka peneliti

mempunyai beberapa saran, yaitu :

1. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian dengan

menggunakan model pembelajaran advance organizer menggunakan

media PhET disarankan untuk menyusun organizer atau materi pelajaran

dengan lebih sistematis, sehingga siswa lebih mudah memahami

konsep-konsep fisika dan mudah menghubungkan materi sebelumnya dengan

materi yang akan dipelajari sehingga dampak dari model tersebut dapat

tercapai secara maksimal.

2. Bagi peneliti selanjutnya disarankan sebelum memulai proses

pembelajaran, terlebih dahulu dijelaskan kepada siswa bagaimana

pelaksanaan model pembelajaran advance organizer menggunakan media

PhET. Sehingga pada saat pelaksanaan pembelajaran para siswa sudah

mengerti apa yang akan dilakukan dan tidak menyita waktu untuk

fase-fase pembelajaran.

3. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk mempersiapkan kegiatan

eksperimen dengan lebih baik, dari sisi kelengkapan alat, prosedur

pelaksaan dan peran observer dalam kegiatan tersebut. Dengan demikian

(28)

69

DAFTAR PUSTAKA

Angelo, Thomas A C & Cross, Patricia. 1995. Classroom Assessment Technique :

A Handbook for College Teacher, 2nd Edition.

Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta : Bumi Aksara.

Ausubel, D. P. 1968. Educational Psychology: A Cognitive View. New York : Holt, Rinehart & Winston.

Dahar, R.W. 1989. Teori-Teori Belajar.Jakarta : Erlangga.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Efendi.R. 2010. “Kemampuan Fisika Siswa Indonesia Dalam TIMSS (Trend Of International On Mathematics And Science Study)”Prosiding Seminar

Fisika 2010 (Online). http:/www.fi.itb.ac.id

Ennis, Robert H. 1962. A Concept of Critical Thinking. Harvard Educational Review, Vol 32 (1) : 81-111

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran

Abad 21 (Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013). Jakarta : Ghalia

Indonesia.

Hewitt, P. G. 2006. Conceptual Physics Tenth Edition. New York : Pearson Addison Wesley.

Fraenkel, J.R, Wallen, N.E, Hyun, H.H,. 2011. How to Design and Evaluate

Research in Education. San Fransisco : Mc Graw Hill Coorporate.

Ivie, S. D. 1998. Ausubel’s Learning Theory : An Approaching To Higher Order Thingking Skills. Educational Psychologist David Paul Ausubel. High

School Juornal. Vol. 82 (1) : 1-40.

Joyce, B. 2011. Model of Teaching(Model-model Pengajaran) Edisi Kedelapan . Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Kardi, S., Nur, M. 2000. Pengajaran Langsung.Surabaya: UNESA

Lawson, A.E. 1995. Science Teaching and The Development of Thinking.

California : Wadsworth Publishing Company.

(29)

70

Nurhadi, M. 2004. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan

Konstruktivis dalam Pengajaran.Surabaya: Unesa.

Prihatiningtyas, S, Prastowo, T, Jatmiko, B. 2013. Impelementasi Simulasi PhET dan KIT Sederhana Untuk Mengajarkan Keterampilan Psikomotor Siswa Pada Materi Pokok Bahasan Alat Optik. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia.

Vol.2 (1) : 18-22.

Rachel, A. 2013. Effect of Advance Organizers on Attainment and Retention of Students’ Concept of Gravity in Nigeria. International Journal of

Research Studies in Educational Technology. Vol 2 (1) : 81-90

Sagala, S. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu

Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung : Penerbit CV

Alfabeta.

Samudra, G.B. 2014. Permasalahan – Permasalahan yang Dihadapi Siswa SMA di Kota Singaraja dalam Mempelajari Fisika. e-Journal Program

Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Vol.4.

Sardiman., (2009), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sari, D.P, Lutfi, A, Qosyim, A. 2013. Uji Coba Pembelajaran IPA Dengan LKS Sebagai Penunjang Media Virtual PhET Untuk Melatih Keterampilan Proses Pada Materi Hukum Archimedes. Jurnal Pendidikan Sains

e-Pensa. Vol 1 (2) Tahun 2013 : 15-20

Sedarmayanti. 2011. Metodologi Penelitian.Bandung: Munandar maju.

Shihusa, H., and Keraro, F.N. 2009. Using Advance Organizer to Enhance Students’ Motivation in Learning Biology. Eurasia Journal of

Mathematics, Science & Technology Education. Vol. 5 (4) : 413-420

Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Belajar.Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudjana, N. 2002. Metode Statistikedisik ke-5. Bandung : Tarsito.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantatif kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. 2002. Statistik Untuk Penelitian.Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan.Jakarta : Bumi Aksara.

(30)

71

Survey Internasional TIMSS, Balitbang Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2012, Diakses 12 November 2014.

Tasiwan, Nugroho, S.E., Hartono. 214. Analisis Tingkat Motivasi Siswa dalam Pembelajaran IPA Model Advance Organizer Berbasis Proyek. Jurnal

Pendidikan IPA Indonesia Vol. 3 (1) : 43-50

Wachanga, S.W, Arimba, A.M, Mbugua, Z.K,. Effects of Advance Organizer Teaching Approach on Secondary School Students’ Achievement in Chemistry in Maara District, Kenya. International Journal of Social

Gambar

Gambar 2.1 Dampak Instruksional dan Pengiring dari Model  Advance Organizer . . . . .

Referensi

Dokumen terkait

(3) ada tidaknya perbedaan pengaruh model berbasis proyek dan model direct instruction yang ditinjau dari peningkatan minat dan hasil belajar fisika aspek kognitif peserta

Secara khusus, teknologi pangan perlu berperan dalarn pengembangan pengindustrian penganekaragaman pangan, tentunya berbasis sumber

Pemanfaatan ikan pelagis dalam produk pangan telah dikaji, namun demikian pemanfaatan ikan cakalang dalam produk mie sagu belum pernah dilakukan. Interaksi protein

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kejadian kebakaran hutan dan lahan pada berbagai tipe tutupan lahan di Kalimantan Barat dan menduga luas area terbakar dari titik

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penelitian dapat disimpulkan bahwa ada peran lingkungan belajar dan kesiapan belajar terhadap prestasi belajar Fisika

Kegiatan Expo&amp;pemberian penghargaan terhadap inovasi produk industri skala kecil &amp; menengah melalui partisipasi pameran di dalam dan luar negeri dan pengembangan Bali

Universitas Nusa Cendana (Undana) sebagai bagian integral dari masyarakat NTT berusaha membantu meningkatkan pengembangan peralatan teknologi tepat guna untuk

dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml ditambahkan 2,5 ml asam sulfanilat, setelah lima menit ditambahkan 2,5 ml N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida dilarutkan dan