DALAM MEMBANGUN HUBUNGAN
KERJA ANTAR KARYAWAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1(S1) Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas
Oleh : Witono NIM 41807126
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA B A N D U N G
iv
KOMUNIKASI ANTARPERSONAL DIVISI HUMAS PT. PLN (PERSERO)
DISTRIBUSI JAWA BARAT DAN BANTEN
Skripsi ini di bawah bimbingan, Dra. Kiki Zakiah, M.Si.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Komunikasi Antarpersonal divisi humas PT. PLN (Persero) distribusi Jawa Barat dan Banten dalam membangun hubungan kerja antar karyawan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan informan yang berjumlah Tiga orang. Data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, studi literatur, internet searching. Adapun teknik analisis data, pengumpulan data, penyajian data, penarikan kesimpulan, dan evaluasi.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori Efektivitas Komunikasi Antarpersonal dari DeVito yaitu penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera, dimana Humas dalam melaksanakan kegiatan harus menggunakan komunikasi Antarpersonal yang baik kepada karyawannya, yakni untuk memberikan informasi mengenai seputar pekerjaan atau informasi melalui komunikasi Antarpersonal.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa komunikasi Antarpersonal yang dilakukan oleh divisi humas sudah cukup baik dilaksanakan untuk memberikan informasi kepada seluruh karyawan divisi humas umumnya seluruh karyawan PT. PLN, yang dapat menghasilkan hubungan kerja yang baik antar karyawan khususnya divisi humas.
v
(PERSERO) DISTRIBUTION WEST JAVA AND BANTEN IN BUILDING A RELATIONSHIP
This study aims to determine how interpersonal communication public relations division of PT. PLN (Persero) West Java and Banten distribution in building working relationships among employees.
This study used a qualitative approach with the informant, amounting to three people. Data obtained through in-depth interviews, observation, literature study, searching the internet. The data analysis techniques, data collection, data presentation, drawing conclusions, and evaluation.
In this study, researchers used the theory of interpersonal communication effectiveness of DeVito is the delivery of messages by one person and receiving messages by another person or a small group of people, with various effects and with the opportunity to provide immediate feedback, which the PR must use in conducting interpersonal communication to employees, namely to provide information on around work through interpersonal communication.
From the results of research can be concluded that interpersonal communication conducted by the public relations division has been effectively implemented to provide information to all employees of public relations division, which can produce a good working relationship among employees, especially public relations division.
vi
Assalamua’laikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan rakhmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini sebagaimana mestinya dengan segala kekurangan dan kelebihannya.
Skripsi ini berjudul “Komunikasi Antarpersonal Divisi Humas PT. PLN Distribusi Jawa
Barat Dan Banten Dalam Membangun Hubungan Kerja Antar Karyawan.” Hambatan dan
kesulitan yang dihadapi dalam penyusunan skripsi ini telah dilewati sebagai suatu tantangan
yang seharusnya dijalani, di samping sebagai pemenuhan kewajiban yang memang semestinya
dilaksanakan.
Skripsi ini penulis susun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada
Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Ilmu Humas Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM).
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih terdapat beberapa kekurangan. Oleh
karena itu, untuk kesempurnaan penelitian ini maka penulis sangat mengharapkan dan
menghargai sekali berbagai sumbangsih saran, teguran dan kritik dari siapa saja yang memeriksa
dan membaca skripsi ini, sebagai bahan untuk lebih baik ke depannya. Namun penulis tetap
memanjatkan rasa syukur sebesar-besarnya kepada Allah swt yang telah menuntun qolbu, akal
dan jasad ini untuk taat, tunduk dan patuh di Jalan-Nya dan saya ucapkan terima kasih juga
kepada kedua orangtuaku, Apa dan Mamah tercinta yang tak henti-hentinya memberikan Doa,
vii
1. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik Universitas Komputer Indonesia yang telah memberi izin dan pengesahan
skripsi ini agar dapat dijadikan literatur bagi penerus.
2. Yth. Drs. Manap Solihat., M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, terima kasih
atas segala bentuk Perizinan yang diberikan yang berhubungan dengan kegiatan
akademik, dan juga ilmu yang diberikan selama penulis berada di Universitas
Komputer Indonesia.
3. Yth, Ibu Melly Maulin. P, S.Sos., M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Komunikasi dan Public Relations, terima kasih atas ilmu yang diberikan kepada peneliti.
4. Yth, Rismawaty, S.Sos., M.Si selaku Dosen Wali Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia yang telah
banyak memberikan nasehat, bimbingan dan support dari awal perkuliahan hingga akhir perkuliahan ini. Terima kasih ibu.
5. Yth. Dra. Kiki Zakiah, M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan
waktu, kesabaran, dan perhatiannya kepada penulis, serta telah membuka pikiran
penulis.
6. Bapak/ Ibu dosen Program Studi IK dan PR, khususnya Bapak Adiyana Slamet, S.Ip.,
M.Si, Ibu Iin Rahmi S.Sos., M.Kom, terimakasih untuk bantuan dan dukungan yang
viii
8. Mbak Astri Ikawati, A. Md, Kom dan Mbak Rr. Sri Intan Fajarini, S.i.Kom selaku
Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia.
9. Yth. Bapak Adang Djarkasih selaku Manager Humas PT. PLN (Persero) Distribusi
Jawa Barat dan Banten yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian.
10.Yth. Bapak Agus Budianto selaku Anggota Humas PT. PLN (Persero) Distribusi
Jawa Barat dan Banten yang telah bersedia dan meluangkan waktu sebagai informan
penulis.
11.Yth. Ibu Yayoek selaku Protokoler Humas PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat
dan Banten yang telah mengarahkan penulis serta memberikan nasihat-nasihat yang
begitu berarti dan bersedia menjadi informan.
12.Yth. seluruh staf dan karyawan PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten
yang telah meluangkan waktunya untuk membantu Peneliti dalam penyusunan
Skripsi ini.
13.Kepada Kakak dan adik tercinta, Teh Sisca, Ignes, dan Aa Aip terima kasih atas
iringan doa, kasih sayang, nasihat, dorongan dan pengertiannya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
14.Teman-teman IK 3 Kemas, Asep, Akbar, Trisna, Septian, Alan, Arief, Faijullaetsi,
ix
15.Teman-teman di kelas Humas 3 Ahmad Baasith, Bayu Sakti, Fazly, Destra, Fridsal,
Andini, Alti, Mariana, Defry, Yudi, M Fadil, Deny, Duane, Diah, Farah, Selvy,
Janitha, Nonci, Fitri, Metha, Nonci, Friska, Santi, Farly, Wahyu, Fahrial, Wahyu
Putera, Terimakasih dukungan serta semangatnya.
16.Rekan-rekan IK-Humas 1 Akrom, Adri, Duwie, Silfia, Fiona, Amel, Taufik,
Imaddudin, IK-Humas 2 Bayu Away, Gilang, Markus, Reza, Hendra, Agus, Inna,
Irna, Mute, Kiqien, Asha, Dedew, Dwi, Verlian, dan IK-Jurnalistik Teguh, Fajar
Surya, Gilang Manyu, Ludiansyah, terima kasih atas kerjasamanya.
17.Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan serta saran-sarannya kepada penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, Peneliti berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
memerlukannya. Semoga Allah SWT membalas budi baik kepada kita semua serta melimpahkan
segala karunia-Nya. Amin.
Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.
Bandung, Juli 2011
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan hal yang esensial dalam kehidupan kita. Kita
semua berinteraksi dengan sesama dengan cara melakukan komunikasi.
Komunikasi dapat dilakukan dengan cara yang sederhana sampai cara yang
kompleks.
Komunikasi efektif tejadi apabila sesuatu (pesan) yang diberitahukan
komunikator dapat diterima dengan baik atau sama oleh komunikan, sehingga
tidak terjadi salah persepsi.
Dalam proses komunikasi untuk mendapatkan hasil yang efektif perlu
diperhatikan unsur-unsur dari komunikasi, yaitu, Komunikator (pandai
menggunakan bahasa, intonasi, simbol dan mimik yang menarik simpati dan
empati dari komunikannya), Pesan (cara penyampaian, isi pesan sesuai dengan
kebutuhan dan diminati oleh komunikan) Media (sesuai dengan pesan yang
ingin disampaikan dan sesuai dengan kebutuhan komunikan).
Karyawan dan perusahaan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Baik itu di instansi pemerintahan ataupun swasta, karena karyawan memegang
peranan utama dalam menjalankan roda kehidupan perusahaan. Apabila
perusahaan pun akan berjalan dengan baik, yang pada akhirnya akan dapat
mencapai apa yang menjadi tujuan perusahaan, hal ini dikarenakan karyawan
memberikan kinerja terbaik dalam melakukan pekerjaannya.
Untuk tercapainya semangat kerja yang tinggi dari karyawan maka perlu
adanya suasana kerja yang nyaman, tenang, dan tentunya hubungan baik yang
terjalin antara sesama karyawan. Hubungan baik antar karyawan merupakan
faktor utama yang menyebabkan seorang karyawan bisa bertahan bekerja di
suatu perusahaan, apabila hubungan antar karyawan tidak baik, dimana tidak
ada toleransi, kerjasama, serta saling menghargai pekerjaan masing-masing
maka dengan sendiri karyawan akan mengalami tekanan dan frustasi akibatnya
pekerjaan pun tidak dapat dilaksanakan secara maksimal.
Hubungan yang baik tercapai apabila ada kepuasan yang dirasakan oleh
karyawan ketika melakukan komunikasi. Berbicara mengenai kepuasan dan
ketidakpuasan merupakan sesuatu yang menarik untuk diteliti.
Kepuasan dalam bekerja merupakan suatu hal yang selalu diinginkan oleh
setiap karyawan, jika kepuasan terpenuhi maka karyawan akan senantiasa
melakukan pekerjaanya dengan baik, tetapi sebaliknya jika karyawan tidak
mendapatkan kepuasan dari apa yang dilakukannya di perusahaan maka dengan
sendirinya juga berdampak pada penurunan kinerja karyawan itu sendiri.
Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya komunikasi yang efektif
yang disampaikan oleh komunikator dapat diterima dengan baik oleh
komunikan sesuai dengan yang diharapkan oleh komunikator.
Efektivitas Komunikasi Interpersonal menurut Mc. Crosky, Larson &
Knapp bahwa komunikasi yang efektif dapat dicapai dengan mengusahakan
ketepatan (accuracy) yang paling tinggi derajatnya antara komunikator dengan komunikan dalam setiap situasi.1
Efektifnya Komunikasi Anterpersonal itu karena adanya arus balik
langsung. Komunikator dapat melihat seketika tanggapan komunikan, baik
secara verbal (dalam bentuk jawaban dengan kata) maupun secara non-verbal
(dalam bentuk gerak-gerik) sehingga komunikator dapat mengulangi atau
meyakinkan pesannya kepada komunikan. Pengertian efektif dalam
Komunikasi Anterpersonal ini adalah dalam hubungannya perubahan sikap.
Disadari atau tidak saat ini komunikasi sudah merupakan kebutuhan bagi
setiap orang untuk menyampaikan aspirasi, keinginan, harapan ataupun hal-hal
yang tidak disukai atau disukainya terhadap seseorang. Orang tersebut harus
mengkomunikasikannya agar orang lain tahu apa yang dirasakan orang
tersebut. Mungkin secara tidak langsung sebagian besar orang beranggapan
komunikasi itu tidak lah penting, tapi seiring dengan berkembangnya zaman,
komunikasi sudah memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat
agar setiap masalah yang timbul bisa dicari pemecahannya.
1
Begitu juga diperusahaan komunikasi juga memegang peranan penting
agar dapat menciptakan suasana kerja yang nyaman bagi karyawan.
Sebagaimana kita ketahui komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia
dalam penyebaran informasi yang bersifat kompleks. Karena dengan
komunikasi, manusia dapat berhubungan antara satu dengan yang lain dalam
kehidupan sehari-hari, dalam lingkungan kerja dan lain-lain.
“Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada
suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.” (Mulyana, 2003 : 62).
Dari penjelasan di atas terlihat jelas bahwa tujuan utama dari komunikasi
ini adalah untuk mendapatkan respons atau umpan balik dan mengubah tingkah
laku komunikan sesuai dengan keinginan komunikator. Jadi dimanapun kita
melakukan interaksi pasti berujung pada komunikasi. Hal ini juga berlaku pada
sebuah perusahaan atau instansi.
Begitu juga yang terjadi di PT. PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten
khususnya Bagian Humas. Interaksi yang terjadi di antara karyawan
menunjukkan bahwa diantara karyawan terdapat kedekatan yang lebih yang
terjalin dalam bentuk kekeluargaan. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana
hubungan tersebut terjadi dalam keseharian. Dalam melakukan aktivitas kerja
yang formal. Alur hirarki tetap di ikuti tetapi bentuk komunikasi yang terjadi
menunjukkan bahwa ada kedekatan yang terjadi diantara mereka.
Kedekatan ini bisa saja dipengaruhi oleh beberapa faktor. Misalnya,
adanya rasa kesamaan diantara sesama sehingga ini dapat membuat siapa
tertarik kepada siapa, ataupun pada interaksi awal mereka sudah merasa ada
komunikasi yang baik yang terjalin diantara mereka. Adanya komunikasi yang
baik dari sesama karyawan sehingga menimbulkan kedekatan, dapat menjadi
kekuatan bagi karyawan untuk mencapai apa yang menjadi tujuan perusahaan
secara bersama-sama.
Ini semua tidak lepas dari interaksi dan kerjasama antar karyawan dalam
melaksanakan tugas dan untuk tercapainya tujuan perusahaan perlu adanya
hubungan yang baik antar karyawan dalam mengkoordinasikan tugas
masing-masing. Salah satu bentuk komunikasi yang terjadi antar karyawan adalah
Komunikasi Antarpersonal.
“Komunikasi Antarpersonal adalah “proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan berbagai efek dan beberapa umpan balik seketika” (The process of sending and receiving messages between two persons, or among a small group of persons, with some effect and some immediate feedback). (Devito 1984 :4)" Pentingnya situasi komunikasi Antarpribadi ialah karena prosesnya
memungkinkan berlangsung secara dialog. Dengan begitu bisa terjadi interaksi
antara komunikator dan komunikan dengan menghasilkan umpan balik
Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya menyatakan bahwa:
dialog adalah bentuk komunikasi Antarpribadi yang menunjukkan terjadinya
interaksi. Walaupun demikian interaksi yang efektif terjadi apabila adanya
derajat kesamaan antara orang-orang yang sedang melakukan komunikasi.
Sebagaimana yang disebut oleh Wilbur Schramm, Frame Of reference (kerangka referensi) atau juga Frame of experience (kerangka Pengalaman). Para pelaku komunikasi yang mempunyai kesamaan dalam frame Of reference maupun Frame Of experience itu adalah mereka yang hampir sama dalam tingkat pendidikan, jenis profesi atau pekerjaan, agama, bangsa, hobi, ideologi
dan lain sebagainya.
Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa orang-orang yang saling berdialog
akan menimbulkan interaksi, tetapi faktor kesamaan akan lebih meningkatkan
keakraban diantara komunikator dan komunikan. Proses pengalihan informasi
pada komunikasi antar personal selalu mengandung perngaruh tertentu.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti dapat menyusun rumusan
masalah penelitian sebagai berikut : “BAGAIMANA KOMUNIKASI
ANTARPERSONAL DIVISI HUMAS PT. PLN DISTRIBUSI JAWA
BARAT DAN BANTEN DALAM MEMBANGUN HUBUNGAN KERJA
1.2 Identifikasi Masalah
Berkaitan dengan masalah yang penulis teliti, identifikasi masalahnmya
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sikap keterbukaan (openness) pada komunikasi antarpersonal humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten dalam
membangun hubungan kerja antar karyawannya?
2. Bagaimana sikap empati (empathy) pada komunikasi antarpersonal humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten dalam membangun
hubungan kerja antar karyawannya?
3. Bagaimana sikap mendukung (suppotiveness) komunikasi
antarpersonal yang disampaikan humas PT. PLN distribusi Jawa Barat
dan Banten dalam membangun hubungan kerja antar karyawannya?
4. Bagaimana sikap positif(positiveness) komunikasi antarpersonal humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten dalam membangun
hubungan kerja antar karyawannya?
5. Bagaimana sikap kesetaraan (equality) komunikasi antarpersonal
humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten dalam membangun
hubungan kerja antar karyawannya?
6. Bagaimana komunikasi antarpersonal humas PT. PLN distribusi Jawa
Barat dan Banten dalam membangun hubungan kerja antar
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3. 1 Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk mempelajari dan menjelaskan
bagaimana peranan komunikasi Antarpersonal yang di gunakan humas PT.
PLN dalam membangun hubungan kerja antar karyawan.
1.3. 2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui sikap keterbukaan (openness) pada
komunikasi antarpersonal humas PT. PLN distribusi Jawa Barat
dan Banten dalam membangun hubungan kerja antar
karyawannya.
2. Untuk mengetahui sikap empati (empathy) pada komunikasi antarpersonal humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten
dalam membangun hubungan kerja antar karyawannya.
3. Untuk mengetahui sikap mendukung (suppotiveness) komunikasi antarpersonal yang disampaikan humas PT. PLN
distribusi Jawa Barat dan Banten dalam membangun hubungan
4. Untuk mengetahui sikap positif (positiveness) komunikasi
antarpersonal humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten
dalam membangun hubungan kerja antar karyawannya.
5. Untuk mengetahui sikap kesetaraan (equality) komunikasi antarpersonal humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten
dalam membangun hubungan kerja antar karyawannya.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan teoritis
Dapat menguji teori-teori yang berkaitan dengan ilmu komunikasi
dan pengembangan ilmu komunikasi khususnya di bidang komunikasi
antarpersonal.
1.4.2 Kegunaan praktis
1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan menjadi suatu wacana untuk
menambah dan meningkatkan pengetahuan dalam segi keilmuan
khususnya komunikasi Antarpersonal.
2. Bagi peneliti selanjutnya, Diharapkan dapat memberikan sumbangsih
pemikiran dalam eksplorasi konsep komunikasi Antarpersonal.
3. Bagi Universitas Komputer Indonesia, penelitian ini diharapkan
menjadi sebuah pengetahuan yang dapat dibaca dan dianalisa kembali
4. Bagi pengembangan keilmuan, penelitian ini diharapkan menjadi
tambahan khasanah keilmuan dalam kehidupan dan salah satu alternatif
langkah untuk mengumpulkan pembentukan komunikasi Antarpersonal
yang ideal.
1.5 Kerangka Pemikiran
1.5.1 Kerangka Teoritis
Memahami komunikasi dan hubungan antar pribadi dari sudut pandang
individu adalah menempatkan pemahaman mengenai komunikasi di dalam
proses psikologis. Setiap individu dalam tindakan komunikasi memiliki
pemahaman dan makna pribadi terhadap setiap hubungan dimana dia terlibat di
dalamnya. Karena pemahaman tersebut bersifat sangat pribadi dan sangat
bermakna bagi individu, maka pemahaman psikologis acap kali dianggap
sebagai makna yang sesungguhnya dari suatu hubungan antar pribadi.
Komunikasi Antarpersonal akan efektif jika komunikator dan komunikan
merasa senang dalam komunikasi tersebut. Jika komunikasi didasarkan pada
suka sama suka maka interaksi antara keduanya akan berjalan lancar dan tidak
akan mengalami kekeliruan atau kesalah pahaman.
Agar komunikasi efektif, proses penyandian oleh komunikator harus
bertautan dengan proses pengawasandian oleh komunikan. Menurut Wlbur
“Pesan sebagai tanda esensial yang harus dikenal oleh komunikan.
Semakin tumpang tindih bidang pengalaman (field of experience) komunikator dengan bidang pengalaman komunikan, akan semakin efektif pesan yang disampaikan”. (Effendy, 1991:19).
Komunikasi dapat dikatakan efektif jika:
1. Pesan yang diterima sangat dekat dengan pesan yang dikirim.
2. Tindakan berkomunikasi menggunakan jumlah lambang minimum
untuk pesan itu.
3. Pesan-pesan bukan-verbal selaras dengan pesan yang verbal.
4. Pesan itu mendatangkan jawaban yang diinginkan.
5. Komunikasi itu menghasilkan hubungan saling mempercayai antar
pengirim dan siteralamat.
(Pareek, 1984:69-70)
Mengacu pada konsep Devito tentang efektivitas komunikasi interpersonal
dari sudut pandang humanistik bahwa:
“Untuk menciptakan komunikasi Antarpersonal yang efektif dalam sebuah hubungan yang jelas, harus terdapat 5 kualitas umum yang harus dimiliki komunikator, yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (suppotiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality)”. (Devito, 1997:259).
1. Keterbukaan (Openness)
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi
kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang
harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya.memang ini
mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya,
harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang
biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.
Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator
untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam,
tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan
yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang
kita ucapkan. Dan kita berhak mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih
buruk daripada ketidak acuhan, bahkan ketidak sependapatan jauh lebih
menyenangkan. Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain. Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan
dan pikiran. Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan
dan pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda
bertanggung jawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini
adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya (kata ganti orang pertama
tunggal).
2. Empati (empathy)
Empati sebagai kemampuan seseorang untuk “mengetahui” apa yang
lain itu, melalui kacamata orang lain itu. Bersimpati, di pihak lain adalah
merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati
adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal
yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama. Orang
yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain,
perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa
mendatang. Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun
non verbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan
memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah
dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi kontak mata,
postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau
belaian yang sepantasnya.
3. Sikap mendukung (supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat
sikap mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik
tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita
memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif, bukan
4. Sikap positif (positiveness)
Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal
dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif
mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu
pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi
interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka
sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya
sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih
menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati
interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana
interaksi.
5. Kesetaraan (Equality)
Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang
mungkin lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis
daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam
segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi anterpersonal akan
lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara
diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa
masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.
Dalam suatu hubungan antarpersonal yang ditandai oleh kesetaraan,
perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan
pihak lain. Kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui
begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti
kitamenerima pihak lain, atau menurut istilah Carl rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan “penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain.
Komunikasi Antarpersonal, sama seperti bentuk perilaku, dapat berjalan
sangat efektif. Semua tergantung dengan seberapa tinggi tingkat itensitas
hubungan dan perjumpaan yang dilakukan didalamnya.
Menurut joseph A. Devito dalam bukunya, komunikasi antarpersonal
adalah:
“Komunikasi Antarpersonal adalah “proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan berbagai efek dan beberapa umpan balik seketika” (The process of sending and receiving messages between two persons, or among a small group of persons, with some effect and some immediate feedback). (Devito 1984 :4)". Dalam komunikasi antarpersonal hubungan yang terjadi antar komunikan
dan komunikator terdapat beberapa elemen yaitu:
1. Konteks, adalah pengaruh lingkungan pada saat berlangsungnya
komunikasi, minimal ada empat macam konteks yaitu kontak fisik,
sosial, psikologis, dan waktu.
2. Ruang lingkup pengalaman, berkaitan dengan pengetahuan, kepribadian
dan sikap individu.
3. Umpan balik, adalah respon dari pesan yang menghasilkan efek.
Gambar 1.1
Model Komunikasi Antarpersonal
Dalam gambar diatas, lingkaran paling luar dengan garis putus-erasi.
Perhatikan sumber dan penerima, mereka dilingkari oleh 2 lingkaraan dengan
garis putus-putus juga, dan diantara lingkaran tersebut terdapat lingkaran yang
berimpitan (overlap). Kedua lingkaran yang berimpitan tersebut menggambarkan bahwa baik penerima maupun sumber mempunyai ruang
lingkup pengalaman tertentu yang sama (lingkaran yang berimpitan). Baik
gambar lingkaran maupun kedua lingkaran ruang lingkup pengalaman,
digambarkan dengan garis putus-putus, artinya disini dilukiskan bahwa baik
selalu berubah, tidak statis. Sedangkan proses komunikasi antar persona disini
ialah: dari sumber mengirim pesan kepada penerima, menimbulkan efek
langsung serta umpan balik yang langsung pula. (Prakito, 1987 : 44-45)
Proses komunikasi Antarpersonal yang melibatkan pribadi-pribadi
(komunikan) secara langsung dan utuh antara satu dengan yang lainnya dalam
penyampaian dan penerimaan pesan. Komunikasi Antarpersonal terjadi secara
timbal balik, sehingga bilamana komunikator menyampaikan pesan maka
komunikator bisa langsung mengetahui reaksi komunikan pada saat itu pula,
dengan begitu pula sebaliknya jawaban atau reaksi dari komunikan akan
menjadi arus balik dan pada saat itu komunikan berubah menjadi komunikator.
Oleh Karena komunikator dan komunikan saling bertatap muka, maka
terjadilah umpan balik yang berlangsung seketika (immediate feedback). Artinya jika respon tanggapan komunikan positif terhadap pesan, maka terjadi
perubahan sikap, kepercayaan, dan prilaku pada komunikan. Respon terhadap
pesan bisa diketahui langsung dari komunikan, baik raut muka, gaya dan
perasaannya, sehingga jika tanggapan komunikan negatif terhadap pesan, maka
kita bisa langsung mengubah gaya penyampaian kita selanjutnya.
1.5. 2 Kerangka Konseptual
Berdasarkan kerangka teoritis diatas, dapat di katakan bahwa Komunikasi
Antarpersonal dalam perusahaan PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten
bagi karyawan PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten dalam membangun
hubungan kerja yang baik antara sesama karyawan di PT. PLN distribusi Jawa
Barat dan Banten.
Tentunya dalam sebuah perusahan yang besar, pentingnya seorang Humas
dalam meningkatkan suatu hubungan yang baik itu sangat penting baik dalam
hal apa saja, apalagi dalam hal pekerjaan tentunya sangat berguna dan penting,
dalam hal Humas pada PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten sudah
melakukannya melalui Efektivitas Komunikasi Antrapersonal yang dimana
dalam melakukan Efektivitas Komunikasi Antarpersonal agar dapat
menumbuhkan suatu hubungan yang baik dalam pekerjaan antara para
karyawannya, hal ini dilakukan agar antara setiap para karyawan PT. PLN
distribusi Jawa Barat dan Banten dapat bekerja sama dengan baik dalam
melakukan pekerjaan di dalam Perusahaan.
Melihat dari teori diatas, jika dikaitkan dengan penelitian dengan yang
peneliti buat dapat dikatakan bahwa pengaruh dari seorang humas di PT. PLN
distribusi Jawa Barat dan Banten sangat diperlukan dalam membangun
hubungan yang baik antar karyawan PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten
dalam hal melakukan suatu pekerjaan dalam perusahaan agar setiap karyawan
mempunyai sikap yang baik sesama karyawan, sehingga pekerjaan tersebut
dapat di kerjakan dengan baik supaya memperoleh hasil yang baik pula dalam
Dimana Humas tersebut melakukan suatu bentuk komunikasi melalui
percakapan secara langsung antara Pimpinan Humas dengan karyawan agar
terbentuk suatu keharmonisan di antara sesama karyawan PT. PLN distribusi
Jawa Barat dan Banten, agar pesan yang disampaikan oleh pimpinan Humas
mendapatkan respon yang positif dari karyawan sehingga dapat membangun
hubungan yang baik dalam melakukan pekerjaan secara keseluruhan.
Dalam kerangka praktis ini, yang dimaksud dengan komunikator itu adalah
pimpinan Humas, dan yang dimaksud dengan respon tersebut adalah pesan
yang diberikan oleh komunikator yang mana komunikator adalah pimpinanan
Humas, yang dimaksud dengan pesan yang disampaikan tersebut adalah kontak
formal melalui percakapan secara langsung, yang di maksud dengan
komunikan disini yaitu para karyawan PT. PLN distribusi Jawa Barat dan
Banten.
1.6 Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan Penelitian ini di tujukan kepada divisi Humas PT. PLN
distribusi Jawa Barat dan Banten, sebagai berikut:
1. Pertanyaan yang mengacu pada Sikap Keterbukaan
a. Apakah divisi Humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten
dalam menyampaikan pesannya sudah secara menyeluruh
b. Apakah pesan yang disampaikan oleh divisi Humas PT. PLN
distribusi Jawa Barat dan Banten kepada karyawannya itu sama?
c. Bagaimana cara divisi Humas PT. PLN distribusi Jawa Barat
dan Banten dalam melakukan pendekatan dengan karyawannya?
d. Bagaimana cara divisi Humas PT. PLN distribusi Jawa Barat
dan Banten melakukan pendekatan agar bisa diterima oleh
karyawannya?
e. Bagaimana penanggulangan yang dilakukan divisi Humas PT.
PLN distribusi Jawa Barat dan Banten terhadap karyawan yang
acuh?
2. Pertanyaan yang mengacu pada Sikap Empati
a. Apakah divisi Humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten
sudah dapat berempati dan bersimpati kepada karyawannya?
b. Bagaimana keterlibatan aktif divisi Humas PT. PLN distribusi
Jawa Barat dan Banten dalam memahami keadaan dan perasaan
karyawannya?
3. Pertanyaan yang mengacu pada Sikap Suportif
a. Apakah komunikasi anatar pribadi yang dilakukan divisi Humas
PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten sudah tepat dengan
situasi dan suasana pribadi karyawannya?
b. Bagaimana cara divisi Humas PT. PLN distribusi Jawa Barat
4. Pertanyaan yang mengacu pada Sikap Positif
a. Apakah divisi Humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten
sudah menerapkan prilaku disiplin kepada karyawannya?
b. Bagaimana divisi Humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan
Banten membangun sikap positif pada dirinya sendiri?
c. Bagaimana divisi Humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan
Banten membangun situasi atau suasana interaksi yang
menyenangkan dengan karyawannya?
5. Pertanyaan yang mengacu pada Sikap Kesamaan/Kesetaraan
a. Apakah sikap divisi Humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan
Banten dalam memberikan perhatiannya sama kepada semua
karyawannya?
b. Apakah divisi Humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten
menghargai karyawannya?
1.7 Subjek dan Informan Penelitian
1.7.1 Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga
(organisasi), yang sifat-keadaannya (“attribut”-nya) akan diteliti. Dengan kata
lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat atau
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Humas PT. PLN
distribusi Jawa Barat dan Banten.
1.7.2 Informan Penelitian
Informan (narasumber) penelitian adalah seseorang yang, karena memiliki
informasi (data) banyak mengenai objek yang sedang diteliti, dimintai
informasi mengenai objek penelitian tersebut. Menurut AM Huberman & MB
Miles dalam Bungin mengemukakan bahwa informan juga berfungsi sebagai
umpan balik terhadap data penelitian dalam ruang cross check data. (Bungin, 2001).
Pengambilan informan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 3 orang yang
diambil pada bagian divisi humas. Peneliti disini mengambil informan pada
bagian divisi humas sendiri karena ketiga informan yaitu Bapak Abo dan Ibu
Yayuk, karena beliau yang setiap harinya bekerja di bagian Humas itu tersebut.
Untuk lebih jelasnya mari kita lihat tabel informan dan identitas informan
Tabel 1.1
Informan Penelitian
No NAMA JABATAN
1 Adang Djarkasih Manajer Humas
2 Agus Budianto Junior Manager
3 Yayoek Bag Protokoler
Sumber : peneliti 2011
Dari tabel diatas peneliti akan mendeskripsikan lebih jelas mengenai identitas
informan.
1.8 Metode Penelitian
Pada Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut seorang
ahli yang dikutip dalam sebuah buku karangan Lexy J. Moleong, mengatakan
bahwa peneletian Kualitatif adalah:
“Penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan
fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.”
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode
1. Mengumpulkan informasi aktual secara terperinci yang melukiskan
gejala yang ada.
2. Mendefinisikan masalah atau memeriksa kondisi praktek-praktek yang
berlaku.
3. Membuat perbandingan atau evaluasi.
4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah
yang sama dan keputusan pada waktu yang akan datang (Rakhmat,
1997:24).
Metode analisis deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan
untuk menggambarkan proses atau peristiwa yang sedang berlaku pada saat ini
di lapangan yang dijadikan objek penelitian, kemudian data atau informasinya
di analisis sehingga diperoleh suatu pemecahan masalah. Hal ini senada apa
yang diungkapkan Sukmadinata dimana yaitu:
1.9 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti berupa:
1. Wawancara Mendalam (In-depth Interview)
Untuk memperoleh informasi secara akurat dari narasumber
langsung sebagai data primer, peneliti melakukan metode wawancara.
Wawancara adalah cara pengumpulan data yang dalam pelaksanaannya
mengadakan Tanya jawab terhadap orang-orang yang erat kaitannya
dengan permasalahan, baik secara tertulis maupun lisan guna
memperoleh keterangan atas masalah yang diteliti :
“Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) sebagai orang yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai orang yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu”. (Koentjaradiningrat, 1986:136)”.
Wawancara dapat dilakukan beberapa kali untuk memberikan
data-data yang benar-benar aktual. Seperti juga dalam metode penelitian
lainnya, kualitatif sangat bergantung dari data dilapangan dengan
melihat fakta-fakta yang ada. Data yang terus bertambah dimanfaatkan
untuk verifikasi teori yang timbul dilapangan, kemudian terus-menerus
2. Observasi
Teknik pengamatan atau observasi merupakan salah satu bentuk
teknik pengumpulan data yang biasa dipergunakan untuk menilai
sesuatu melalui pengamatannya terhadap objeknya secara langsung.
Observasi berperan merupakan pengamatan dengan cara khusus
dimana peneliti tidak bersifat pasif sebagai pengamat namun
memainkan peran yang mungkin dalam berbagai situasi bahkan
berperan menggairahkan peristiwa yang sedang dipelajari. Sebelum
pengamatan dilakukan peneliti menyiapkan panduan pengamatan,
kemudian pada saat mengamati peneliti dapat menggunakan lembar
pengamatan untuk mencatat hal-hal yang diamatinya. Lembar
pengamatan dapat berupa ceklis maupun catatatan kejadian.
3. Studi Literatur
Dalam studi literatur ini penulis menganut sistem kepustakaan
terbuka dimana dengan mengumpulkan data atau keterangan melalui
bahan bacaan mengenai masalah yang diteliti. Dengan teknik
kepustakaan ini diharapkan mendapat dukungan teori dalam
pembahasan masalah, yaitu dengan mengutip pendapat-pendapat para
ahli, hal ini diharapkan akan memperjelas dan memperkuat pembahasan
4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumentasi dapat berupa tulisan, gambar atau karya-karya
monumental dari seseorang.
5. Penelusuran Data Online
Penelusuran data online menurut Burhan Bungin adalah :
“Tata cara melakukan penelusuran data melalui media online seperti internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online, sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data informasi online yang berupa data maupun informasi teori, secepat atau semudah mungkin dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis” (Bungin, 2008: 148)”.
Dari pendapat Burhan Bungin yang dikutip diatas, peneliti
menggunakan sumber yang online sebagai data pendukung untuk kebutuhan informasi penelitian ini, baik dengan menggunakan jasa “search engine” seperti: google, yahoo, dan blog karena didalam situs
ini banyak informasi-informasi yang dibutuhkan untuk kepentingan
penelitian ini. Jadi, sudah selayaknya untuk mendapatkan informasi
yang berkaitan, yang bisa didapat dari jaringan online untuk umum.
6. Triangulasi
Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang
bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan
sumber data yang telah ada. Peneliti menggunakan triangulasi sebagai
triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil
wawancara terhadap objek penelitian. (Moloeng, 2004:330).
1.10 Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah teknik analisis
deskriptif kualitatif dengan melakukan analisis dan pengelolaan data dengan
menyusun daftar pertanyaan hasil wawancara. Hal ini dilakukan agar
memudahkan penulis untuk menganalisa hasil wawancara dengan narasumber
sebagai pemberi informasi yang berkaitan dengan penelitian.
Tahapan teknik analisa data, akan dijabarkan sebagai berikut:
1. Pengumpulan, penyeleksian, pemeriksaan, kelengkapan,
kesempurnaan, serta kejelasan data.
2. Klasifikasi data, yaitu pengelompokan data dan memilah-milah data
sesuia dengan jenisnya.
3. Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan data (data processing).
4. Pengeditan dilakukan dengan cara mengecek kelangkapan yang ada
pada seluruh data yang peneliti dapatkan, hal ini dilakukan untuk
menghindari kesalahan dan memperoleh kejelasan makna dari data
5. Selanjutnya data yang telah diperoleh dianalisa dan diberi
penjelasan.
1.11 Lokasi dan Waktu Penelitian
1.11. 1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PT PLN (persero) Distribusi Jawa Barat dan
Banten, di bagian komunikasi. Yang beralamat di Jl. Asia Afrika No.63
Bandung. Telepon (022) 4230747, www.pln.jabar.co.id facsimile 4230822.
1.11.2 Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan Penelitian dilakukan selama 5 bulan, di mulai dari
bulan Maret s.d Juli 2011 di Divisi Humas PT PLN (persero) Distribusi Jawa
Tabel 1.2
Waktu dan Jadwal Penelitian
No Kegiatan Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan judul
2 Penulisan Bab 1
Bimbingan
3 Revisi
4 Penulisan Bab II
Bimbingan
5 Penulisan Bab III
Bimbingan
6 Pengumpulan Data
Wawancara
Bimbingan
7 Pengolahan Data
Penulisan Bab IV
Bimbingan
8 Penulisan Bab V
Bimbingan
9 Penyusunan Bab
1.12 Sistematika Penulisan
Penulisan Penelitian ini dapat diuraikan dengan sistematika berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Mencakup tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,
tujuan penelitian, kegunaan penelitian (meliputi; kegunaan
teoritis, kegunaan praktis), kerangka pemikiran, teknik
pengumpulan data, pengolahan data dan analisis data, subjek
penelitian dan informan, lokasi dan waktu penelitian (meliputi;
lokasi penelitian, waktu penelitian) dan sistematika penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Mencakup tentang tinjauan mengenai komunikasi, tinjauan
tentang Komunikasi Antarpersonal, tinjauan tentang Humas,
tinjauan tentang Karyawan, tinjauan tentang Hubungan Kerja.
BAB III OBJEK PENELITIAN
Mencakup gambaran umum PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa
Barat dan Banten (meliputi; sejarah, visi misi, moto, logo)
gambaran umum karayawan PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Terdiri atas Analisis Data Responden dan Analisis Data
Penelitian dan pembahasan data penelitian.
BAB V PENUTUP
33
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Tentang Komunikasi
2.1.1. Definisi Komunikasi
Komunikasi adalah salah satu kebutuhan manusia, yang sangat mendasar.
Seperti halnya, makan dan minuman, manusia, membutuhkan komunikasi
untuk kelangsungan hidupnya. Komunikasi diibaratkan seperti detak jantung,
keberadaannya, amat penting bagi kehidupan manusia, namun kita sering
melupakan betapa besar peranannya.
Sejak lahir manusia, telah melakukan komunikasi, dimulai dengan tangis
bayi pertama merupakan ungkapan perasaannya untuk membina, komunikasi
dengan ibunya. Semakin dewasa manusia, maka semakin rumit komunikasi
yang dilakukannya. Dimana, komunikasi yang dilakukan tersebut dapat
berjalan lancar apabila terdapat persamaan makna antara dua pihak yang
terlibat. Hal ini sesuai dengan pengertian dari komunikasi itu sendiri yaitu :
"Istilah komunikasi berasal dari perkataan bahasa, Inggris
berkomunikasi, berarti kita mengadakan "kesamaan, dalam hal ini kesamaan
pengertian atau makna. (Effendy:2003).
Komunikasi mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia, hampir
90% dari kegiatan keseharian manusia dilakukan dengan berkomunikasi.
Dimanapun, kapanpun, dan dalam kesadaran atau situasi macam apapun
manusia selalu tetjebak dengan komunikasi. Dengan berkomunikasi manusia
dapat memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan-tujuan hidupnya, karena
berkomunikasi merupakan suatu kebutuhan manusia yang amat mendasar. Oleh
karna itu sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan
manusia lainnya. la ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, Bahkan ingin
mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Dengan rasa ingin tabu inilah yang
memaksa manusia perlu berkomunikasi.
Dari definisi diatas menjelaskan bahwa, komunikasi merupakan proses
penyampaian simbol-simbol baik verbal maupun nonverbal. Rangsangan atau
stimulus yang disampaikan komunikator akan mendapat respon dari komunikan
selama keduannya memiliki mana yang sama terhadap pesan yang disampaikan
Jika disimpulkan maka komunikasi adalah suatu proses, pembentukan,
penyampaian, penerimaan, dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam
seseorang dan atau di antara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu
2.1.2 Unsur-unsur Komunikasi
Komunikasi akan terjadi bila telah memenuhi unsur-unsur yang terdapat
didalamnya. Artinya, komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh
adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek. Unsur-unsur ini bisa juga
disebut komponen atau elemen komunikasi. Untuk melihat unsur-unsur
komunikasi berikut beberapa unsur komunikasi menurut Cangara:
Gambar 2.1
UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI
Sumber: www.google.com
Keterangan:
1. Sumber
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat
atau pengirim informasi. Sumber sering disebut pengirim, komunikator atau
dalam bahasa inggris disebut source, sender, decoder.
MEDIA PENERIMA EFEK
PESAN
SUMBER
2. Pesan
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang
disampaikan pengirim kepada penerima. Isi pesan bisa berupa ilmu
pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Dalam istilah asing
pesan diterjemahkan dengan kata message, content, atau information 3. Media
Media ialah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber
kepada penerima. Selman atau media komunikasi terbagi atas media massa dan
media nirmassa. Nirmassa merupakan komunikasi tatap muka sedangkan media
massa menggunakan saluran yang berfungsi sebagai alat yang dapat
menyampaikan pesan secara massal.
4. Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh
sumber. Penerima bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk
kelompok, partai atau negara.
5. Pengaruh
Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan
dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh
bisa diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap,
dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan. (Cangara,
2.1.3 Fungsi Komunikasi
Komunikasi memiliki beberapa fungsi. Menurut Effendy ada empat fungsi
utama dari kegiatan komunikasi, yaitu:
1. Menginformasikan (to inform)
Adalah memberikan informasi kepada masyarakat, memberitahukan
kepada masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi, ide atau pikiran dan
tingkah laku orang lain, serta segala sesuatu yang disampaikan orang lain.
2. Mendidik (to educate)
Adalah komunikasi merupakan sarana pendidikan, dengan komunikasi
manusia dapat menyampaikan ide dan pikirannya kepada orang lain sehingga
orang lain mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan.
3. Menghibur (to entertain)
Adalah komunikasi selain berguna untuk menyampaikan komunikasi,
pendidikan, mempengaruhi juga berfungsi untuk menyampaikan hiburan atau
menghibur orang lain.
4. Mempengaruhi (to influence)
Adalah fungsi mempengaruhi setup individu yang berkomunikasi, tentunya
berusaha saling mempengaruhi jalan pikiran komunikan dan lebih jauh lagi
berusaha merubah sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan apa yang
2.1.4 Tujuan Komunikasi
Komunikasi memiliki tujuan. Seperti kegiatan lainnya, komunikasi
memiliki tujuan atau destination yang ingin dicapai oleh para pelaku komunikasi. Menurut Schramm: "Tujuan komunikasi dapat dilihat dari dua
persfektif yaitu: kepentingan komunikator dan kepentingan komunikan”.
Tujuan komunikasi dilihat dari sudut kepentingan sumber atau komunikator
antara lain:
a. Memberikan informasi
Komunikasi merupakan proses satu pesan yang akan disampaikan
oleh komunikator kepada komunikan berupa informasi. Melalui
komunikasi, pesan tersebut disampaikan komunikator kepada
komunikan.
b. Mendidik
Dari sekedar memberikan informas akhirnya banyak input yang
disampaikan komunikator agar komunikan menjadi lebih luas
pengetahuannya.
c. Menghibur
Seorang komunikator berkomunikasi tidak semata-mata
memberikan informasi dan pengetahuan melainkan juga, menghibur
perasaan komunikan. Hal ini sering dilakukan untuk mengakrabkan
d. Menganjurkan suatu tindakan
Pesan yang disampaikan komunikator merupakan stimulus yang
dapat menjadi acuan bagi komunikan. Komunikator dapat
mempengaruhi komunikan melalui komunikasi.
2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Antarpersonal
Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara dua orang, dimana
terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi jenis ini bisa
berlangsung secara berhadapan muka (face to face) bisa juga melalui sebuah media seperti telepon. Ciri khas komunikasi antarpribadi ini adalah sifatnya
yang dua arah atau timbal balik. (Effendy, 1986:50) adapun pengertian
komunikasi antarpribadi yang diungkapkan oleh Joseph A. Devito dalam
bukunya The Interpersonal Communication Book bahwa “komunikasi antarpribadi merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antar
dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika”. (1984:4).
Menurut Vandeber, komunikasi antarpribadi merupakan suatu proses
interaksi dan pembagian makna yang terkandung dalam gagasan atau perasaan. (Lliliweri, 1984:9) Effendy mengemukakan juga bahwa “pada hakikatnya
dilakukan oleh komunikator mempunyai tujuan untuk mengubah sikap,
pendapat, dan perilaku komunikan dengan cara mengirimkan pesan dan
prosesnya yang dialogis.
Seperti yang telah dikemukakan oleh Onong Uchjana Effendy bahwa “dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi
antarpribadi dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayan,
opini, dan perilaku komunikan. Alasannya adalah karena komunikasi
antarpribadi umumnya berlangsung secara tatap muka (face to face). Antara komunikator dan komunikan saling bertatap muka, maka terjadilah kontak
pribadi (personal contact). Ketika komunikator menyampaikan pesan kepada komunikan, umpan balik berlangsung seketika dan komunikator mengetahui
pada saat itu tanggapan komunikan terhadap pesan yang dilontarkan”.
(1993:61).
2.2.1 Faktor-faktor Pembentuk Komunikasi Antarpersonal
Setiap kegiatan yang dijalankan oleh manusia dikarenakan timbul
faktor-faktor yang mendorong manusia tersebut untuk melakukan suatu pekerjaan.
Begitu pula dengan kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang
terlibat, didorong oleh faktor-faktor tertentu. Mengapa manusia ingin
melaksanakan komunikasi dengan yang lainnya, khususnya jenis komunikasi
antarpribadi yang sifatnya langsung dan tatap muka antar pihak yang
Cassagrande berpendapat, manusia berkomunikasi karena:
a. Memerlukan orang lain untuk saling mengisi kekurangan dan
membagi kebahagiaan.
b. Dia ingin terlibat dalam proses perubahan.
c. Dia ingin berinteraksi hari ini dan memahami pengalaman
masalalu, dan mengantisipasi masa depan.
d. Dia ingin menciptakan hubungan baru. (Liliweri, 197:45)
Setiap orang selalu berusaha untuk melengkapi kekurangan atas
perbedaan-perbedaan yang dia miliki. Perubahan tersebut terus
berlangsung seiring dengan perubahan masyarakat. Manusia
mencatat berbagai pengalaman relasi dengan orang lain di masa
lalu, memperkirakan apakah komunikasi yang dia lakukan masih
relevan untuk memenuhi kebutuhan di masa datang. Jadi, minat
komunikasi antarpribadi didorong oleh pemenuhan kebutuhan yang
belum atau bahkan tidak dimiliki oleh manusia. Setiap manusia
mempunyai motif yang mendorong dia untuk berusaha memenuhi
kebutuhannya.
2.2.2 Jenis-jenis Komunikasi Antarpersonal
Seperti komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi pun mempunyai
Onong Uchjana Effendy bahwa “Secara teoritis komunikasi antarpribadi
diklasifikasikan menjadi dua jenis menurut sifatnya, yakni:
1. Komunikasi Diadik (Dyadic Communication)
Komunikasi diadik adalah komunikasi antarpribadi yang
berlangsung antar dua orang yakni yang seorang adalah
komunikator yang menyampaikan pesan dan seorang lagi yang
menerima pesan. Oleh karena pelaku komunikasinya dua orang,
maka dialog yang terjadi berlangsung secara intens, komunikator memusatkan perhatiannya hanya pada diri komunikan itu.
2. Komunikasi Triadik (Triadic Communication) adalah komunikasi antarpribadi yang pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang
komunikator dan dua orang komunikan. Apabila dibandingkan
dengan komunikasi diadik, maka komunikasi diadik lebih efektif,
Karena komunikator memusatkan perhatiannya hanya pada seorang
komunikan, sehingga ia dapat menguasai frame of reference komunikan, sepenuhnya juga umpan balik yang berlangsung,
merupakan kedua faktor yang sangat berpengaruh terhadap efektif
tidaknya proses komunikasi. (1993:62).
Adapun ciri-ciri komunikasi anatrpribadi menurut Alo Liliweri yaitu:
1. Spontanitas, terjadi sambil lalu dengan media utama adalah tatap muka.
2. Terjadi secara kebetulan diantara peserta yang identitasnya kurang jelas.
4. Kerapkali berbalas-balasan.
5. Mempersyaratkan hubungan paling sedikit dua orang dengan hubungan
yang bebas dan bervariasi, ada keterpengaruhan.
6. Harus membuahkan hasil.
7. Menggunakan lambing-lambang yang bermakna.
2.3.3 Fungsi-fungsi Komunikasi Antarpersonal
Adapun fungsi komunikasi antarpribadi menurut Allo Liliweri terdiri atas:
a. Fungsi sosial
Komunikasi antarpribadi secara otomatis mempunyai fungsi sosial, karena
proses komunikasi beroperasi dalam konteks sosial yang orang-orangnya
berinteraksi satu sama lain. Dalam keadaan demikian, maka fungsi sosial
komunikasi antarpribadi mengandung aspek-aspek:
1. Manusia berkomunikasi untuk mempertemukan biologis dan psikologis
2. Manusia berkomunikasi untuk memenuhi kewajiban sosial.
3. Manusia berkomunikasi untuk mengembangkan hubungan timbal balik.
4. Manusia berkomunikasi untuk meningkatkan dan merawat mutu diri
sendiri.
5. Manusia berkomunikasi untuk menangani konflik.
b. Fungsi pengambilan keputusan.
Seperti yang telah diketahui bersama bahwa manusia adalah makhluk yang
dikaruniai akal sebagai sarana berpikir yang tidak dimiliki oleh semua makhluk
keputusan dalam setiap hal yang harus dilaluinya. Pengambilan keputusan
meliputi penggunaan informasi dan pengaruh yang kuat dari orang lain. Ada
dua aspek dari fungsi pengambilan keputusan jika dikaitkan dengan komunikasi
yaitu:
1. Manusia berkomunikasi untuk membagi informasi.
2. Manusia berkomunikasi untuk mempengaruhi orang lain.
2.2.4 Efektivitas Komunikasi Antarpersonal
Devito menjelaskan mengenai efektivitas komunikasi interpersonal
dalamgan lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu “Keterbukaan
(openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).” (Devito, 1997: 259).
1. Keterbukaan (Openness)
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi
interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka
kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang
harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya.memang ini
mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya,
harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang
biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.
Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator
untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam,
yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang
kita ucapkan. Dan kita berhak mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih
buruk daripada ketidak acuhan, bahkan ketidaksependapatan jauh lebih
menyenangkan.
Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan
terhadap orang lain.
Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran (Bochner
dan Kelly, 1974). Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa
perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda
bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini
adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya (kata ganti orang pertama
tunggal).
2. Empati (empathy)
Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai ”kemampuan
seseorang untuk „mengetahui‟ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu
saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu.” Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain atau merasa
ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang
yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang
sama dengan cara yang sama. Orang yang empatik mampu memahami motivasi
dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan
Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non
verbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan
memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah
dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi komtak mata,
postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau
belaian yang sepantasnya.
3. Sikap mendukung (supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat
sikap mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya
dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik
tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita
memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif, bukan
evaluatif, (2) spontan, bukan strategic, dan (3) provisional, bukan sangat yakin.
4. Sikap positif (positiveness)
Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal
dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif
mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu
pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi
interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka
sendiri.
Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat
daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau
tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.
5. Kesetaraan (Equality)
Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang
mungkin lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis
daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam
segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan
lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara
diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa
masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.
Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan,
ketidaksependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami
perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan
pihak lain.kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu
saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita
menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan ”penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain.
2.3Tinjauan Humas
2.3.1 Pengertian Humas