• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi Antarpersonal Divisi Humas PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Dan Banten Dalam Membangun Hubungan Kerja Antar Karyawan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komunikasi Antarpersonal Divisi Humas PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Dan Banten Dalam Membangun Hubungan Kerja Antar Karyawan"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

DALAM MEMBANGUN HUBUNGAN

KERJA ANTAR KARYAWAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1(S1) Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas

Oleh : Witono NIM 41807126

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA B A N D U N G

(2)

iv

KOMUNIKASI ANTARPERSONAL DIVISI HUMAS PT. PLN (PERSERO)

DISTRIBUSI JAWA BARAT DAN BANTEN

Skripsi ini di bawah bimbingan, Dra. Kiki Zakiah, M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Komunikasi Antarpersonal divisi humas PT. PLN (Persero) distribusi Jawa Barat dan Banten dalam membangun hubungan kerja antar karyawan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan informan yang berjumlah Tiga orang. Data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, studi literatur, internet searching. Adapun teknik analisis data, pengumpulan data, penyajian data, penarikan kesimpulan, dan evaluasi.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori Efektivitas Komunikasi Antarpersonal dari DeVito yaitu penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera, dimana Humas dalam melaksanakan kegiatan harus menggunakan komunikasi Antarpersonal yang baik kepada karyawannya, yakni untuk memberikan informasi mengenai seputar pekerjaan atau informasi melalui komunikasi Antarpersonal.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa komunikasi Antarpersonal yang dilakukan oleh divisi humas sudah cukup baik dilaksanakan untuk memberikan informasi kepada seluruh karyawan divisi humas umumnya seluruh karyawan PT. PLN, yang dapat menghasilkan hubungan kerja yang baik antar karyawan khususnya divisi humas.

(3)

v

(PERSERO) DISTRIBUTION WEST JAVA AND BANTEN IN BUILDING A RELATIONSHIP

This study aims to determine how interpersonal communication public relations division of PT. PLN (Persero) West Java and Banten distribution in building working relationships among employees.

This study used a qualitative approach with the informant, amounting to three people. Data obtained through in-depth interviews, observation, literature study, searching the internet. The data analysis techniques, data collection, data presentation, drawing conclusions, and evaluation.

In this study, researchers used the theory of interpersonal communication effectiveness of DeVito is the delivery of messages by one person and receiving messages by another person or a small group of people, with various effects and with the opportunity to provide immediate feedback, which the PR must use in conducting interpersonal communication to employees, namely to provide information on around work through interpersonal communication.

From the results of research can be concluded that interpersonal communication conducted by the public relations division has been effectively implemented to provide information to all employees of public relations division, which can produce a good working relationship among employees, especially public relations division.

(4)

vi

Assalamua’laikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan rakhmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini sebagaimana mestinya dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

Skripsi ini berjudul “Komunikasi Antarpersonal Divisi Humas PT. PLN Distribusi Jawa

Barat Dan Banten Dalam Membangun Hubungan Kerja Antar Karyawan.” Hambatan dan

kesulitan yang dihadapi dalam penyusunan skripsi ini telah dilewati sebagai suatu tantangan

yang seharusnya dijalani, di samping sebagai pemenuhan kewajiban yang memang semestinya

dilaksanakan.

Skripsi ini penulis susun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada

Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Ilmu Humas Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM).

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih terdapat beberapa kekurangan. Oleh

karena itu, untuk kesempurnaan penelitian ini maka penulis sangat mengharapkan dan

menghargai sekali berbagai sumbangsih saran, teguran dan kritik dari siapa saja yang memeriksa

dan membaca skripsi ini, sebagai bahan untuk lebih baik ke depannya. Namun penulis tetap

memanjatkan rasa syukur sebesar-besarnya kepada Allah swt yang telah menuntun qolbu, akal

dan jasad ini untuk taat, tunduk dan patuh di Jalan-Nya dan saya ucapkan terima kasih juga

kepada kedua orangtuaku, Apa dan Mamah tercinta yang tak henti-hentinya memberikan Doa,

(5)

vii

1. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Politik Universitas Komputer Indonesia yang telah memberi izin dan pengesahan

skripsi ini agar dapat dijadikan literatur bagi penerus.

2. Yth. Drs. Manap Solihat., M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, terima kasih

atas segala bentuk Perizinan yang diberikan yang berhubungan dengan kegiatan

akademik, dan juga ilmu yang diberikan selama penulis berada di Universitas

Komputer Indonesia.

3. Yth, Ibu Melly Maulin. P, S.Sos., M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Komunikasi dan Public Relations, terima kasih atas ilmu yang diberikan kepada peneliti.

4. Yth, Rismawaty, S.Sos., M.Si selaku Dosen Wali Program Studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia yang telah

banyak memberikan nasehat, bimbingan dan support dari awal perkuliahan hingga akhir perkuliahan ini. Terima kasih ibu.

5. Yth. Dra. Kiki Zakiah, M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan

waktu, kesabaran, dan perhatiannya kepada penulis, serta telah membuka pikiran

penulis.

6. Bapak/ Ibu dosen Program Studi IK dan PR, khususnya Bapak Adiyana Slamet, S.Ip.,

M.Si, Ibu Iin Rahmi S.Sos., M.Kom, terimakasih untuk bantuan dan dukungan yang

(6)

viii

8. Mbak Astri Ikawati, A. Md, Kom dan Mbak Rr. Sri Intan Fajarini, S.i.Kom selaku

Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia.

9. Yth. Bapak Adang Djarkasih selaku Manager Humas PT. PLN (Persero) Distribusi

Jawa Barat dan Banten yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan

penelitian.

10.Yth. Bapak Agus Budianto selaku Anggota Humas PT. PLN (Persero) Distribusi

Jawa Barat dan Banten yang telah bersedia dan meluangkan waktu sebagai informan

penulis.

11.Yth. Ibu Yayoek selaku Protokoler Humas PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat

dan Banten yang telah mengarahkan penulis serta memberikan nasihat-nasihat yang

begitu berarti dan bersedia menjadi informan.

12.Yth. seluruh staf dan karyawan PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten

yang telah meluangkan waktunya untuk membantu Peneliti dalam penyusunan

Skripsi ini.

13.Kepada Kakak dan adik tercinta, Teh Sisca, Ignes, dan Aa Aip terima kasih atas

iringan doa, kasih sayang, nasihat, dorongan dan pengertiannya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

14.Teman-teman IK 3 Kemas, Asep, Akbar, Trisna, Septian, Alan, Arief, Faijullaetsi,

(7)

ix

15.Teman-teman di kelas Humas 3 Ahmad Baasith, Bayu Sakti, Fazly, Destra, Fridsal,

Andini, Alti, Mariana, Defry, Yudi, M Fadil, Deny, Duane, Diah, Farah, Selvy,

Janitha, Nonci, Fitri, Metha, Nonci, Friska, Santi, Farly, Wahyu, Fahrial, Wahyu

Putera, Terimakasih dukungan serta semangatnya.

16.Rekan-rekan IK-Humas 1 Akrom, Adri, Duwie, Silfia, Fiona, Amel, Taufik,

Imaddudin, IK-Humas 2 Bayu Away, Gilang, Markus, Reza, Hendra, Agus, Inna,

Irna, Mute, Kiqien, Asha, Dedew, Dwi, Verlian, dan IK-Jurnalistik Teguh, Fajar

Surya, Gilang Manyu, Ludiansyah, terima kasih atas kerjasamanya.

17.Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan serta saran-sarannya kepada penulis

untuk menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, Peneliti berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang

memerlukannya. Semoga Allah SWT membalas budi baik kepada kita semua serta melimpahkan

segala karunia-Nya. Amin.

Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, Juli 2011

(8)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan hal yang esensial dalam kehidupan kita. Kita

semua berinteraksi dengan sesama dengan cara melakukan komunikasi.

Komunikasi dapat dilakukan dengan cara yang sederhana sampai cara yang

kompleks.

Komunikasi efektif tejadi apabila sesuatu (pesan) yang diberitahukan

komunikator dapat diterima dengan baik atau sama oleh komunikan, sehingga

tidak terjadi salah persepsi.

Dalam proses komunikasi untuk mendapatkan hasil yang efektif perlu

diperhatikan unsur-unsur dari komunikasi, yaitu, Komunikator (pandai

menggunakan bahasa, intonasi, simbol dan mimik yang menarik simpati dan

empati dari komunikannya), Pesan (cara penyampaian, isi pesan sesuai dengan

kebutuhan dan diminati oleh komunikan) Media (sesuai dengan pesan yang

ingin disampaikan dan sesuai dengan kebutuhan komunikan).

Karyawan dan perusahaan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

Baik itu di instansi pemerintahan ataupun swasta, karena karyawan memegang

peranan utama dalam menjalankan roda kehidupan perusahaan. Apabila

(9)

perusahaan pun akan berjalan dengan baik, yang pada akhirnya akan dapat

mencapai apa yang menjadi tujuan perusahaan, hal ini dikarenakan karyawan

memberikan kinerja terbaik dalam melakukan pekerjaannya.

Untuk tercapainya semangat kerja yang tinggi dari karyawan maka perlu

adanya suasana kerja yang nyaman, tenang, dan tentunya hubungan baik yang

terjalin antara sesama karyawan. Hubungan baik antar karyawan merupakan

faktor utama yang menyebabkan seorang karyawan bisa bertahan bekerja di

suatu perusahaan, apabila hubungan antar karyawan tidak baik, dimana tidak

ada toleransi, kerjasama, serta saling menghargai pekerjaan masing-masing

maka dengan sendiri karyawan akan mengalami tekanan dan frustasi akibatnya

pekerjaan pun tidak dapat dilaksanakan secara maksimal.

Hubungan yang baik tercapai apabila ada kepuasan yang dirasakan oleh

karyawan ketika melakukan komunikasi. Berbicara mengenai kepuasan dan

ketidakpuasan merupakan sesuatu yang menarik untuk diteliti.

Kepuasan dalam bekerja merupakan suatu hal yang selalu diinginkan oleh

setiap karyawan, jika kepuasan terpenuhi maka karyawan akan senantiasa

melakukan pekerjaanya dengan baik, tetapi sebaliknya jika karyawan tidak

mendapatkan kepuasan dari apa yang dilakukannya di perusahaan maka dengan

sendirinya juga berdampak pada penurunan kinerja karyawan itu sendiri.

Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya komunikasi yang efektif

(10)

yang disampaikan oleh komunikator dapat diterima dengan baik oleh

komunikan sesuai dengan yang diharapkan oleh komunikator.

Efektivitas Komunikasi Interpersonal menurut Mc. Crosky, Larson &

Knapp bahwa komunikasi yang efektif dapat dicapai dengan mengusahakan

ketepatan (accuracy) yang paling tinggi derajatnya antara komunikator dengan komunikan dalam setiap situasi.1

Efektifnya Komunikasi Anterpersonal itu karena adanya arus balik

langsung. Komunikator dapat melihat seketika tanggapan komunikan, baik

secara verbal (dalam bentuk jawaban dengan kata) maupun secara non-verbal

(dalam bentuk gerak-gerik) sehingga komunikator dapat mengulangi atau

meyakinkan pesannya kepada komunikan. Pengertian efektif dalam

Komunikasi Anterpersonal ini adalah dalam hubungannya perubahan sikap.

Disadari atau tidak saat ini komunikasi sudah merupakan kebutuhan bagi

setiap orang untuk menyampaikan aspirasi, keinginan, harapan ataupun hal-hal

yang tidak disukai atau disukainya terhadap seseorang. Orang tersebut harus

mengkomunikasikannya agar orang lain tahu apa yang dirasakan orang

tersebut. Mungkin secara tidak langsung sebagian besar orang beranggapan

komunikasi itu tidak lah penting, tapi seiring dengan berkembangnya zaman,

komunikasi sudah memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat

agar setiap masalah yang timbul bisa dicari pemecahannya.

1

(11)

Begitu juga diperusahaan komunikasi juga memegang peranan penting

agar dapat menciptakan suasana kerja yang nyaman bagi karyawan.

Sebagaimana kita ketahui komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia

dalam penyebaran informasi yang bersifat kompleks. Karena dengan

komunikasi, manusia dapat berhubungan antara satu dengan yang lain dalam

kehidupan sehari-hari, dalam lingkungan kerja dan lain-lain.

“Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada

suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.” (Mulyana, 2003 : 62).

Dari penjelasan di atas terlihat jelas bahwa tujuan utama dari komunikasi

ini adalah untuk mendapatkan respons atau umpan balik dan mengubah tingkah

laku komunikan sesuai dengan keinginan komunikator. Jadi dimanapun kita

melakukan interaksi pasti berujung pada komunikasi. Hal ini juga berlaku pada

sebuah perusahaan atau instansi.

Begitu juga yang terjadi di PT. PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten

khususnya Bagian Humas. Interaksi yang terjadi di antara karyawan

menunjukkan bahwa diantara karyawan terdapat kedekatan yang lebih yang

terjalin dalam bentuk kekeluargaan. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana

hubungan tersebut terjadi dalam keseharian. Dalam melakukan aktivitas kerja

(12)

yang formal. Alur hirarki tetap di ikuti tetapi bentuk komunikasi yang terjadi

menunjukkan bahwa ada kedekatan yang terjadi diantara mereka.

Kedekatan ini bisa saja dipengaruhi oleh beberapa faktor. Misalnya,

adanya rasa kesamaan diantara sesama sehingga ini dapat membuat siapa

tertarik kepada siapa, ataupun pada interaksi awal mereka sudah merasa ada

komunikasi yang baik yang terjalin diantara mereka. Adanya komunikasi yang

baik dari sesama karyawan sehingga menimbulkan kedekatan, dapat menjadi

kekuatan bagi karyawan untuk mencapai apa yang menjadi tujuan perusahaan

secara bersama-sama.

Ini semua tidak lepas dari interaksi dan kerjasama antar karyawan dalam

melaksanakan tugas dan untuk tercapainya tujuan perusahaan perlu adanya

hubungan yang baik antar karyawan dalam mengkoordinasikan tugas

masing-masing. Salah satu bentuk komunikasi yang terjadi antar karyawan adalah

Komunikasi Antarpersonal.

“Komunikasi Antarpersonal adalah “proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan berbagai efek dan beberapa umpan balik seketika” (The process of sending and receiving messages between two persons, or among a small group of persons, with some effect and some immediate feedback). (Devito 1984 :4)" Pentingnya situasi komunikasi Antarpribadi ialah karena prosesnya

memungkinkan berlangsung secara dialog. Dengan begitu bisa terjadi interaksi

antara komunikator dan komunikan dengan menghasilkan umpan balik

(13)

Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya menyatakan bahwa:

dialog adalah bentuk komunikasi Antarpribadi yang menunjukkan terjadinya

interaksi. Walaupun demikian interaksi yang efektif terjadi apabila adanya

derajat kesamaan antara orang-orang yang sedang melakukan komunikasi.

Sebagaimana yang disebut oleh Wilbur Schramm, Frame Of reference (kerangka referensi) atau juga Frame of experience (kerangka Pengalaman). Para pelaku komunikasi yang mempunyai kesamaan dalam frame Of reference maupun Frame Of experience itu adalah mereka yang hampir sama dalam tingkat pendidikan, jenis profesi atau pekerjaan, agama, bangsa, hobi, ideologi

dan lain sebagainya.

Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa orang-orang yang saling berdialog

akan menimbulkan interaksi, tetapi faktor kesamaan akan lebih meningkatkan

keakraban diantara komunikator dan komunikan. Proses pengalihan informasi

pada komunikasi antar personal selalu mengandung perngaruh tertentu.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti dapat menyusun rumusan

masalah penelitian sebagai berikut : “BAGAIMANA KOMUNIKASI

ANTARPERSONAL DIVISI HUMAS PT. PLN DISTRIBUSI JAWA

BARAT DAN BANTEN DALAM MEMBANGUN HUBUNGAN KERJA

(14)

1.2 Identifikasi Masalah

Berkaitan dengan masalah yang penulis teliti, identifikasi masalahnmya

adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana sikap keterbukaan (openness) pada komunikasi antarpersonal humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten dalam

membangun hubungan kerja antar karyawannya?

2. Bagaimana sikap empati (empathy) pada komunikasi antarpersonal humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten dalam membangun

hubungan kerja antar karyawannya?

3. Bagaimana sikap mendukung (suppotiveness) komunikasi

antarpersonal yang disampaikan humas PT. PLN distribusi Jawa Barat

dan Banten dalam membangun hubungan kerja antar karyawannya?

4. Bagaimana sikap positif(positiveness) komunikasi antarpersonal humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten dalam membangun

hubungan kerja antar karyawannya?

5. Bagaimana sikap kesetaraan (equality) komunikasi antarpersonal

humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten dalam membangun

hubungan kerja antar karyawannya?

6. Bagaimana komunikasi antarpersonal humas PT. PLN distribusi Jawa

Barat dan Banten dalam membangun hubungan kerja antar

(15)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3. 1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk mempelajari dan menjelaskan

bagaimana peranan komunikasi Antarpersonal yang di gunakan humas PT.

PLN dalam membangun hubungan kerja antar karyawan.

1.3. 2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui sikap keterbukaan (openness) pada

komunikasi antarpersonal humas PT. PLN distribusi Jawa Barat

dan Banten dalam membangun hubungan kerja antar

karyawannya.

2. Untuk mengetahui sikap empati (empathy) pada komunikasi antarpersonal humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten

dalam membangun hubungan kerja antar karyawannya.

3. Untuk mengetahui sikap mendukung (suppotiveness) komunikasi antarpersonal yang disampaikan humas PT. PLN

distribusi Jawa Barat dan Banten dalam membangun hubungan

(16)

4. Untuk mengetahui sikap positif (positiveness) komunikasi

antarpersonal humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten

dalam membangun hubungan kerja antar karyawannya.

5. Untuk mengetahui sikap kesetaraan (equality) komunikasi antarpersonal humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten

dalam membangun hubungan kerja antar karyawannya.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan teoritis

Dapat menguji teori-teori yang berkaitan dengan ilmu komunikasi

dan pengembangan ilmu komunikasi khususnya di bidang komunikasi

antarpersonal.

1.4.2 Kegunaan praktis

1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan menjadi suatu wacana untuk

menambah dan meningkatkan pengetahuan dalam segi keilmuan

khususnya komunikasi Antarpersonal.

2. Bagi peneliti selanjutnya, Diharapkan dapat memberikan sumbangsih

pemikiran dalam eksplorasi konsep komunikasi Antarpersonal.

3. Bagi Universitas Komputer Indonesia, penelitian ini diharapkan

menjadi sebuah pengetahuan yang dapat dibaca dan dianalisa kembali

(17)

4. Bagi pengembangan keilmuan, penelitian ini diharapkan menjadi

tambahan khasanah keilmuan dalam kehidupan dan salah satu alternatif

langkah untuk mengumpulkan pembentukan komunikasi Antarpersonal

yang ideal.

1.5 Kerangka Pemikiran

1.5.1 Kerangka Teoritis

Memahami komunikasi dan hubungan antar pribadi dari sudut pandang

individu adalah menempatkan pemahaman mengenai komunikasi di dalam

proses psikologis. Setiap individu dalam tindakan komunikasi memiliki

pemahaman dan makna pribadi terhadap setiap hubungan dimana dia terlibat di

dalamnya. Karena pemahaman tersebut bersifat sangat pribadi dan sangat

bermakna bagi individu, maka pemahaman psikologis acap kali dianggap

sebagai makna yang sesungguhnya dari suatu hubungan antar pribadi.

Komunikasi Antarpersonal akan efektif jika komunikator dan komunikan

merasa senang dalam komunikasi tersebut. Jika komunikasi didasarkan pada

suka sama suka maka interaksi antara keduanya akan berjalan lancar dan tidak

akan mengalami kekeliruan atau kesalah pahaman.

Agar komunikasi efektif, proses penyandian oleh komunikator harus

bertautan dengan proses pengawasandian oleh komunikan. Menurut Wlbur

(18)

“Pesan sebagai tanda esensial yang harus dikenal oleh komunikan.

Semakin tumpang tindih bidang pengalaman (field of experience) komunikator dengan bidang pengalaman komunikan, akan semakin efektif pesan yang disampaikan”. (Effendy, 1991:19).

Komunikasi dapat dikatakan efektif jika:

1. Pesan yang diterima sangat dekat dengan pesan yang dikirim.

2. Tindakan berkomunikasi menggunakan jumlah lambang minimum

untuk pesan itu.

3. Pesan-pesan bukan-verbal selaras dengan pesan yang verbal.

4. Pesan itu mendatangkan jawaban yang diinginkan.

5. Komunikasi itu menghasilkan hubungan saling mempercayai antar

pengirim dan siteralamat.

(Pareek, 1984:69-70)

Mengacu pada konsep Devito tentang efektivitas komunikasi interpersonal

dari sudut pandang humanistik bahwa:

“Untuk menciptakan komunikasi Antarpersonal yang efektif dalam sebuah hubungan yang jelas, harus terdapat 5 kualitas umum yang harus dimiliki komunikator, yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (suppotiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality)”. (Devito, 1997:259).

1. Keterbukaan (Openness)

Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi

(19)

kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang

harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya.memang ini

mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya,

harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang

biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.

Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator

untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam,

tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan

yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang

kita ucapkan. Dan kita berhak mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih

buruk daripada ketidak acuhan, bahkan ketidak sependapatan jauh lebih

menyenangkan. Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain. Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan

dan pikiran. Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan

dan pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda

bertanggung jawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini

adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya (kata ganti orang pertama

tunggal).

2. Empati (empathy)

Empati sebagai kemampuan seseorang untuk “mengetahui” apa yang

(20)

lain itu, melalui kacamata orang lain itu. Bersimpati, di pihak lain adalah

merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati

adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal

yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama. Orang

yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain,

perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa

mendatang. Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun

non verbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan

memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah

dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi kontak mata,

postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau

belaian yang sepantasnya.

3. Sikap mendukung (supportiveness)

Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat

sikap mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik

tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita

memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif, bukan

(21)

4. Sikap positif (positiveness)

Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal

dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif

mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu

pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi

interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka

sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya

sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih

menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati

interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana

interaksi.

5. Kesetaraan (Equality)

Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang

mungkin lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis

daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam

segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi anterpersonal akan

lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara

diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa

masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.

Dalam suatu hubungan antarpersonal yang ditandai oleh kesetaraan,

(22)

perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan

pihak lain. Kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui

begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti

kitamenerima pihak lain, atau menurut istilah Carl rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan “penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain.

Komunikasi Antarpersonal, sama seperti bentuk perilaku, dapat berjalan

sangat efektif. Semua tergantung dengan seberapa tinggi tingkat itensitas

hubungan dan perjumpaan yang dilakukan didalamnya.

Menurut joseph A. Devito dalam bukunya, komunikasi antarpersonal

adalah:

“Komunikasi Antarpersonal adalah “proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan berbagai efek dan beberapa umpan balik seketika” (The process of sending and receiving messages between two persons, or among a small group of persons, with some effect and some immediate feedback). (Devito 1984 :4)". Dalam komunikasi antarpersonal hubungan yang terjadi antar komunikan

dan komunikator terdapat beberapa elemen yaitu:

1. Konteks, adalah pengaruh lingkungan pada saat berlangsungnya

komunikasi, minimal ada empat macam konteks yaitu kontak fisik,

sosial, psikologis, dan waktu.

2. Ruang lingkup pengalaman, berkaitan dengan pengetahuan, kepribadian

dan sikap individu.

3. Umpan balik, adalah respon dari pesan yang menghasilkan efek.

(23)

Gambar 1.1

Model Komunikasi Antarpersonal

Dalam gambar diatas, lingkaran paling luar dengan garis putus-erasi.

Perhatikan sumber dan penerima, mereka dilingkari oleh 2 lingkaraan dengan

garis putus-putus juga, dan diantara lingkaran tersebut terdapat lingkaran yang

berimpitan (overlap). Kedua lingkaran yang berimpitan tersebut menggambarkan bahwa baik penerima maupun sumber mempunyai ruang

lingkup pengalaman tertentu yang sama (lingkaran yang berimpitan). Baik

gambar lingkaran maupun kedua lingkaran ruang lingkup pengalaman,

digambarkan dengan garis putus-putus, artinya disini dilukiskan bahwa baik

(24)

selalu berubah, tidak statis. Sedangkan proses komunikasi antar persona disini

ialah: dari sumber mengirim pesan kepada penerima, menimbulkan efek

langsung serta umpan balik yang langsung pula. (Prakito, 1987 : 44-45)

Proses komunikasi Antarpersonal yang melibatkan pribadi-pribadi

(komunikan) secara langsung dan utuh antara satu dengan yang lainnya dalam

penyampaian dan penerimaan pesan. Komunikasi Antarpersonal terjadi secara

timbal balik, sehingga bilamana komunikator menyampaikan pesan maka

komunikator bisa langsung mengetahui reaksi komunikan pada saat itu pula,

dengan begitu pula sebaliknya jawaban atau reaksi dari komunikan akan

menjadi arus balik dan pada saat itu komunikan berubah menjadi komunikator.

Oleh Karena komunikator dan komunikan saling bertatap muka, maka

terjadilah umpan balik yang berlangsung seketika (immediate feedback). Artinya jika respon tanggapan komunikan positif terhadap pesan, maka terjadi

perubahan sikap, kepercayaan, dan prilaku pada komunikan. Respon terhadap

pesan bisa diketahui langsung dari komunikan, baik raut muka, gaya dan

perasaannya, sehingga jika tanggapan komunikan negatif terhadap pesan, maka

kita bisa langsung mengubah gaya penyampaian kita selanjutnya.

1.5. 2 Kerangka Konseptual

Berdasarkan kerangka teoritis diatas, dapat di katakan bahwa Komunikasi

Antarpersonal dalam perusahaan PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten

(25)

bagi karyawan PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten dalam membangun

hubungan kerja yang baik antara sesama karyawan di PT. PLN distribusi Jawa

Barat dan Banten.

Tentunya dalam sebuah perusahan yang besar, pentingnya seorang Humas

dalam meningkatkan suatu hubungan yang baik itu sangat penting baik dalam

hal apa saja, apalagi dalam hal pekerjaan tentunya sangat berguna dan penting,

dalam hal Humas pada PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten sudah

melakukannya melalui Efektivitas Komunikasi Antrapersonal yang dimana

dalam melakukan Efektivitas Komunikasi Antarpersonal agar dapat

menumbuhkan suatu hubungan yang baik dalam pekerjaan antara para

karyawannya, hal ini dilakukan agar antara setiap para karyawan PT. PLN

distribusi Jawa Barat dan Banten dapat bekerja sama dengan baik dalam

melakukan pekerjaan di dalam Perusahaan.

Melihat dari teori diatas, jika dikaitkan dengan penelitian dengan yang

peneliti buat dapat dikatakan bahwa pengaruh dari seorang humas di PT. PLN

distribusi Jawa Barat dan Banten sangat diperlukan dalam membangun

hubungan yang baik antar karyawan PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten

dalam hal melakukan suatu pekerjaan dalam perusahaan agar setiap karyawan

mempunyai sikap yang baik sesama karyawan, sehingga pekerjaan tersebut

dapat di kerjakan dengan baik supaya memperoleh hasil yang baik pula dalam

(26)

Dimana Humas tersebut melakukan suatu bentuk komunikasi melalui

percakapan secara langsung antara Pimpinan Humas dengan karyawan agar

terbentuk suatu keharmonisan di antara sesama karyawan PT. PLN distribusi

Jawa Barat dan Banten, agar pesan yang disampaikan oleh pimpinan Humas

mendapatkan respon yang positif dari karyawan sehingga dapat membangun

hubungan yang baik dalam melakukan pekerjaan secara keseluruhan.

Dalam kerangka praktis ini, yang dimaksud dengan komunikator itu adalah

pimpinan Humas, dan yang dimaksud dengan respon tersebut adalah pesan

yang diberikan oleh komunikator yang mana komunikator adalah pimpinanan

Humas, yang dimaksud dengan pesan yang disampaikan tersebut adalah kontak

formal melalui percakapan secara langsung, yang di maksud dengan

komunikan disini yaitu para karyawan PT. PLN distribusi Jawa Barat dan

Banten.

1.6 Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan Penelitian ini di tujukan kepada divisi Humas PT. PLN

distribusi Jawa Barat dan Banten, sebagai berikut:

1. Pertanyaan yang mengacu pada Sikap Keterbukaan

a. Apakah divisi Humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten

dalam menyampaikan pesannya sudah secara menyeluruh

(27)

b. Apakah pesan yang disampaikan oleh divisi Humas PT. PLN

distribusi Jawa Barat dan Banten kepada karyawannya itu sama?

c. Bagaimana cara divisi Humas PT. PLN distribusi Jawa Barat

dan Banten dalam melakukan pendekatan dengan karyawannya?

d. Bagaimana cara divisi Humas PT. PLN distribusi Jawa Barat

dan Banten melakukan pendekatan agar bisa diterima oleh

karyawannya?

e. Bagaimana penanggulangan yang dilakukan divisi Humas PT.

PLN distribusi Jawa Barat dan Banten terhadap karyawan yang

acuh?

2. Pertanyaan yang mengacu pada Sikap Empati

a. Apakah divisi Humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten

sudah dapat berempati dan bersimpati kepada karyawannya?

b. Bagaimana keterlibatan aktif divisi Humas PT. PLN distribusi

Jawa Barat dan Banten dalam memahami keadaan dan perasaan

karyawannya?

3. Pertanyaan yang mengacu pada Sikap Suportif

a. Apakah komunikasi anatar pribadi yang dilakukan divisi Humas

PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten sudah tepat dengan

situasi dan suasana pribadi karyawannya?

b. Bagaimana cara divisi Humas PT. PLN distribusi Jawa Barat

(28)

4. Pertanyaan yang mengacu pada Sikap Positif

a. Apakah divisi Humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten

sudah menerapkan prilaku disiplin kepada karyawannya?

b. Bagaimana divisi Humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan

Banten membangun sikap positif pada dirinya sendiri?

c. Bagaimana divisi Humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan

Banten membangun situasi atau suasana interaksi yang

menyenangkan dengan karyawannya?

5. Pertanyaan yang mengacu pada Sikap Kesamaan/Kesetaraan

a. Apakah sikap divisi Humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan

Banten dalam memberikan perhatiannya sama kepada semua

karyawannya?

b. Apakah divisi Humas PT. PLN distribusi Jawa Barat dan Banten

menghargai karyawannya?

1.7 Subjek dan Informan Penelitian

1.7.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga

(organisasi), yang sifat-keadaannya (“attribut”-nya) akan diteliti. Dengan kata

lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat atau

(29)

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Humas PT. PLN

distribusi Jawa Barat dan Banten.

1.7.2 Informan Penelitian

Informan (narasumber) penelitian adalah seseorang yang, karena memiliki

informasi (data) banyak mengenai objek yang sedang diteliti, dimintai

informasi mengenai objek penelitian tersebut. Menurut AM Huberman & MB

Miles dalam Bungin mengemukakan bahwa informan juga berfungsi sebagai

umpan balik terhadap data penelitian dalam ruang cross check data. (Bungin, 2001).

Pengambilan informan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 3 orang yang

diambil pada bagian divisi humas. Peneliti disini mengambil informan pada

bagian divisi humas sendiri karena ketiga informan yaitu Bapak Abo dan Ibu

Yayuk, karena beliau yang setiap harinya bekerja di bagian Humas itu tersebut.

Untuk lebih jelasnya mari kita lihat tabel informan dan identitas informan

(30)

Tabel 1.1

Informan Penelitian

No NAMA JABATAN

1 Adang Djarkasih Manajer Humas

2 Agus Budianto Junior Manager

3 Yayoek Bag Protokoler

Sumber : peneliti 2011

Dari tabel diatas peneliti akan mendeskripsikan lebih jelas mengenai identitas

informan.

1.8 Metode Penelitian

Pada Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut seorang

ahli yang dikutip dalam sebuah buku karangan Lexy J. Moleong, mengatakan

bahwa peneletian Kualitatif adalah:

“Penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan

fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.”

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode

(31)

1. Mengumpulkan informasi aktual secara terperinci yang melukiskan

gejala yang ada.

2. Mendefinisikan masalah atau memeriksa kondisi praktek-praktek yang

berlaku.

3. Membuat perbandingan atau evaluasi.

4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah

yang sama dan keputusan pada waktu yang akan datang (Rakhmat,

1997:24).

Metode analisis deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan

untuk menggambarkan proses atau peristiwa yang sedang berlaku pada saat ini

di lapangan yang dijadikan objek penelitian, kemudian data atau informasinya

di analisis sehingga diperoleh suatu pemecahan masalah. Hal ini senada apa

yang diungkapkan Sukmadinata dimana yaitu:

(32)

1.9 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti berupa:

1. Wawancara Mendalam (In-depth Interview)

Untuk memperoleh informasi secara akurat dari narasumber

langsung sebagai data primer, peneliti melakukan metode wawancara.

Wawancara adalah cara pengumpulan data yang dalam pelaksanaannya

mengadakan Tanya jawab terhadap orang-orang yang erat kaitannya

dengan permasalahan, baik secara tertulis maupun lisan guna

memperoleh keterangan atas masalah yang diteliti :

“Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) sebagai orang yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai orang yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu”. (Koentjaradiningrat, 1986:136)”.

Wawancara dapat dilakukan beberapa kali untuk memberikan

data-data yang benar-benar aktual. Seperti juga dalam metode penelitian

lainnya, kualitatif sangat bergantung dari data dilapangan dengan

melihat fakta-fakta yang ada. Data yang terus bertambah dimanfaatkan

untuk verifikasi teori yang timbul dilapangan, kemudian terus-menerus

(33)

2. Observasi

Teknik pengamatan atau observasi merupakan salah satu bentuk

teknik pengumpulan data yang biasa dipergunakan untuk menilai

sesuatu melalui pengamatannya terhadap objeknya secara langsung.

Observasi berperan merupakan pengamatan dengan cara khusus

dimana peneliti tidak bersifat pasif sebagai pengamat namun

memainkan peran yang mungkin dalam berbagai situasi bahkan

berperan menggairahkan peristiwa yang sedang dipelajari. Sebelum

pengamatan dilakukan peneliti menyiapkan panduan pengamatan,

kemudian pada saat mengamati peneliti dapat menggunakan lembar

pengamatan untuk mencatat hal-hal yang diamatinya. Lembar

pengamatan dapat berupa ceklis maupun catatatan kejadian.

3. Studi Literatur

Dalam studi literatur ini penulis menganut sistem kepustakaan

terbuka dimana dengan mengumpulkan data atau keterangan melalui

bahan bacaan mengenai masalah yang diteliti. Dengan teknik

kepustakaan ini diharapkan mendapat dukungan teori dalam

pembahasan masalah, yaitu dengan mengutip pendapat-pendapat para

ahli, hal ini diharapkan akan memperjelas dan memperkuat pembahasan

(34)

4. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumentasi dapat berupa tulisan, gambar atau karya-karya

monumental dari seseorang.

5. Penelusuran Data Online

Penelusuran data online menurut Burhan Bungin adalah :

“Tata cara melakukan penelusuran data melalui media online seperti internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online, sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data informasi online yang berupa data maupun informasi teori, secepat atau semudah mungkin dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis” (Bungin, 2008: 148)”.

Dari pendapat Burhan Bungin yang dikutip diatas, peneliti

menggunakan sumber yang online sebagai data pendukung untuk kebutuhan informasi penelitian ini, baik dengan menggunakan jasa “search engine” seperti: google, yahoo, dan blog karena didalam situs

ini banyak informasi-informasi yang dibutuhkan untuk kepentingan

penelitian ini. Jadi, sudah selayaknya untuk mendapatkan informasi

yang berkaitan, yang bisa didapat dari jaringan online untuk umum.

6. Triangulasi

Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang

bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan

sumber data yang telah ada. Peneliti menggunakan triangulasi sebagai

(35)

triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil

wawancara terhadap objek penelitian. (Moloeng, 2004:330).

1.10 Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah teknik analisis

deskriptif kualitatif dengan melakukan analisis dan pengelolaan data dengan

menyusun daftar pertanyaan hasil wawancara. Hal ini dilakukan agar

memudahkan penulis untuk menganalisa hasil wawancara dengan narasumber

sebagai pemberi informasi yang berkaitan dengan penelitian.

Tahapan teknik analisa data, akan dijabarkan sebagai berikut:

1. Pengumpulan, penyeleksian, pemeriksaan, kelengkapan,

kesempurnaan, serta kejelasan data.

2. Klasifikasi data, yaitu pengelompokan data dan memilah-milah data

sesuia dengan jenisnya.

3. Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan data (data processing).

4. Pengeditan dilakukan dengan cara mengecek kelangkapan yang ada

pada seluruh data yang peneliti dapatkan, hal ini dilakukan untuk

menghindari kesalahan dan memperoleh kejelasan makna dari data

(36)

5. Selanjutnya data yang telah diperoleh dianalisa dan diberi

penjelasan.

1.11 Lokasi dan Waktu Penelitian

1.11. 1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT PLN (persero) Distribusi Jawa Barat dan

Banten, di bagian komunikasi. Yang beralamat di Jl. Asia Afrika No.63

Bandung. Telepon (022) 4230747, www.pln.jabar.co.id facsimile 4230822.

1.11.2 Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan Penelitian dilakukan selama 5 bulan, di mulai dari

bulan Maret s.d Juli 2011 di Divisi Humas PT PLN (persero) Distribusi Jawa

(37)

Tabel 1.2

Waktu dan Jadwal Penelitian

No Kegiatan Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan judul

2 Penulisan Bab 1

Bimbingan

3 Revisi

4 Penulisan Bab II

Bimbingan

5 Penulisan Bab III

Bimbingan

6 Pengumpulan Data

Wawancara

Bimbingan

7 Pengolahan Data

Penulisan Bab IV

Bimbingan

8 Penulisan Bab V

Bimbingan

9 Penyusunan Bab

(38)

1.12 Sistematika Penulisan

Penulisan Penelitian ini dapat diuraikan dengan sistematika berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Mencakup tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,

tujuan penelitian, kegunaan penelitian (meliputi; kegunaan

teoritis, kegunaan praktis), kerangka pemikiran, teknik

pengumpulan data, pengolahan data dan analisis data, subjek

penelitian dan informan, lokasi dan waktu penelitian (meliputi;

lokasi penelitian, waktu penelitian) dan sistematika penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Mencakup tentang tinjauan mengenai komunikasi, tinjauan

tentang Komunikasi Antarpersonal, tinjauan tentang Humas,

tinjauan tentang Karyawan, tinjauan tentang Hubungan Kerja.

BAB III OBJEK PENELITIAN

Mencakup gambaran umum PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa

Barat dan Banten (meliputi; sejarah, visi misi, moto, logo)

gambaran umum karayawan PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa

(39)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Terdiri atas Analisis Data Responden dan Analisis Data

Penelitian dan pembahasan data penelitian.

BAB V PENUTUP

(40)

33

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Tentang Komunikasi

2.1.1. Definisi Komunikasi

Komunikasi adalah salah satu kebutuhan manusia, yang sangat mendasar.

Seperti halnya, makan dan minuman, manusia, membutuhkan komunikasi

untuk kelangsungan hidupnya. Komunikasi diibaratkan seperti detak jantung,

keberadaannya, amat penting bagi kehidupan manusia, namun kita sering

melupakan betapa besar peranannya.

Sejak lahir manusia, telah melakukan komunikasi, dimulai dengan tangis

bayi pertama merupakan ungkapan perasaannya untuk membina, komunikasi

dengan ibunya. Semakin dewasa manusia, maka semakin rumit komunikasi

yang dilakukannya. Dimana, komunikasi yang dilakukan tersebut dapat

berjalan lancar apabila terdapat persamaan makna antara dua pihak yang

terlibat. Hal ini sesuai dengan pengertian dari komunikasi itu sendiri yaitu :

"Istilah komunikasi berasal dari perkataan bahasa, Inggris

(41)

berkomunikasi, berarti kita mengadakan "kesamaan, dalam hal ini kesamaan

pengertian atau makna. (Effendy:2003).

Komunikasi mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia, hampir

90% dari kegiatan keseharian manusia dilakukan dengan berkomunikasi.

Dimanapun, kapanpun, dan dalam kesadaran atau situasi macam apapun

manusia selalu tetjebak dengan komunikasi. Dengan berkomunikasi manusia

dapat memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan-tujuan hidupnya, karena

berkomunikasi merupakan suatu kebutuhan manusia yang amat mendasar. Oleh

karna itu sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan

manusia lainnya. la ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, Bahkan ingin

mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Dengan rasa ingin tabu inilah yang

memaksa manusia perlu berkomunikasi.

Dari definisi diatas menjelaskan bahwa, komunikasi merupakan proses

penyampaian simbol-simbol baik verbal maupun nonverbal. Rangsangan atau

stimulus yang disampaikan komunikator akan mendapat respon dari komunikan

selama keduannya memiliki mana yang sama terhadap pesan yang disampaikan

Jika disimpulkan maka komunikasi adalah suatu proses, pembentukan,

penyampaian, penerimaan, dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam

seseorang dan atau di antara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu

(42)

2.1.2 Unsur-unsur Komunikasi

Komunikasi akan terjadi bila telah memenuhi unsur-unsur yang terdapat

didalamnya. Artinya, komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh

adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek. Unsur-unsur ini bisa juga

disebut komponen atau elemen komunikasi. Untuk melihat unsur-unsur

komunikasi berikut beberapa unsur komunikasi menurut Cangara:

Gambar 2.1

UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI

Sumber: www.google.com

Keterangan:

1. Sumber

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat

atau pengirim informasi. Sumber sering disebut pengirim, komunikator atau

dalam bahasa inggris disebut source, sender, decoder.

MEDIA PENERIMA EFEK

PESAN

SUMBER

(43)

2. Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang

disampaikan pengirim kepada penerima. Isi pesan bisa berupa ilmu

pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Dalam istilah asing

pesan diterjemahkan dengan kata message, content, atau information 3. Media

Media ialah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber

kepada penerima. Selman atau media komunikasi terbagi atas media massa dan

media nirmassa. Nirmassa merupakan komunikasi tatap muka sedangkan media

massa menggunakan saluran yang berfungsi sebagai alat yang dapat

menyampaikan pesan secara massal.

4. Penerima

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh

sumber. Penerima bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk

kelompok, partai atau negara.

5. Pengaruh

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan

dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh

bisa diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap,

dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan. (Cangara,

(44)

2.1.3 Fungsi Komunikasi

Komunikasi memiliki beberapa fungsi. Menurut Effendy ada empat fungsi

utama dari kegiatan komunikasi, yaitu:

1. Menginformasikan (to inform)

Adalah memberikan informasi kepada masyarakat, memberitahukan

kepada masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi, ide atau pikiran dan

tingkah laku orang lain, serta segala sesuatu yang disampaikan orang lain.

2. Mendidik (to educate)

Adalah komunikasi merupakan sarana pendidikan, dengan komunikasi

manusia dapat menyampaikan ide dan pikirannya kepada orang lain sehingga

orang lain mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan.

3. Menghibur (to entertain)

Adalah komunikasi selain berguna untuk menyampaikan komunikasi,

pendidikan, mempengaruhi juga berfungsi untuk menyampaikan hiburan atau

menghibur orang lain.

4. Mempengaruhi (to influence)

Adalah fungsi mempengaruhi setup individu yang berkomunikasi, tentunya

berusaha saling mempengaruhi jalan pikiran komunikan dan lebih jauh lagi

berusaha merubah sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan apa yang

(45)

2.1.4 Tujuan Komunikasi

Komunikasi memiliki tujuan. Seperti kegiatan lainnya, komunikasi

memiliki tujuan atau destination yang ingin dicapai oleh para pelaku komunikasi. Menurut Schramm: "Tujuan komunikasi dapat dilihat dari dua

persfektif yaitu: kepentingan komunikator dan kepentingan komunikan”.

Tujuan komunikasi dilihat dari sudut kepentingan sumber atau komunikator

antara lain:

a. Memberikan informasi

Komunikasi merupakan proses satu pesan yang akan disampaikan

oleh komunikator kepada komunikan berupa informasi. Melalui

komunikasi, pesan tersebut disampaikan komunikator kepada

komunikan.

b. Mendidik

Dari sekedar memberikan informas akhirnya banyak input yang

disampaikan komunikator agar komunikan menjadi lebih luas

pengetahuannya.

c. Menghibur

Seorang komunikator berkomunikasi tidak semata-mata

memberikan informasi dan pengetahuan melainkan juga, menghibur

perasaan komunikan. Hal ini sering dilakukan untuk mengakrabkan

(46)

d. Menganjurkan suatu tindakan

Pesan yang disampaikan komunikator merupakan stimulus yang

dapat menjadi acuan bagi komunikan. Komunikator dapat

mempengaruhi komunikan melalui komunikasi.

2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Antarpersonal

Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara dua orang, dimana

terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi jenis ini bisa

berlangsung secara berhadapan muka (face to face) bisa juga melalui sebuah media seperti telepon. Ciri khas komunikasi antarpribadi ini adalah sifatnya

yang dua arah atau timbal balik. (Effendy, 1986:50) adapun pengertian

komunikasi antarpribadi yang diungkapkan oleh Joseph A. Devito dalam

bukunya The Interpersonal Communication Book bahwa “komunikasi antarpribadi merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antar

dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika”. (1984:4).

Menurut Vandeber, komunikasi antarpribadi merupakan suatu proses

interaksi dan pembagian makna yang terkandung dalam gagasan atau perasaan. (Lliliweri, 1984:9) Effendy mengemukakan juga bahwa “pada hakikatnya

(47)

dilakukan oleh komunikator mempunyai tujuan untuk mengubah sikap,

pendapat, dan perilaku komunikan dengan cara mengirimkan pesan dan

prosesnya yang dialogis.

Seperti yang telah dikemukakan oleh Onong Uchjana Effendy bahwa “dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi

antarpribadi dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayan,

opini, dan perilaku komunikan. Alasannya adalah karena komunikasi

antarpribadi umumnya berlangsung secara tatap muka (face to face). Antara komunikator dan komunikan saling bertatap muka, maka terjadilah kontak

pribadi (personal contact). Ketika komunikator menyampaikan pesan kepada komunikan, umpan balik berlangsung seketika dan komunikator mengetahui

pada saat itu tanggapan komunikan terhadap pesan yang dilontarkan”.

(1993:61).

2.2.1 Faktor-faktor Pembentuk Komunikasi Antarpersonal

Setiap kegiatan yang dijalankan oleh manusia dikarenakan timbul

faktor-faktor yang mendorong manusia tersebut untuk melakukan suatu pekerjaan.

Begitu pula dengan kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang

terlibat, didorong oleh faktor-faktor tertentu. Mengapa manusia ingin

melaksanakan komunikasi dengan yang lainnya, khususnya jenis komunikasi

antarpribadi yang sifatnya langsung dan tatap muka antar pihak yang

(48)

Cassagrande berpendapat, manusia berkomunikasi karena:

a. Memerlukan orang lain untuk saling mengisi kekurangan dan

membagi kebahagiaan.

b. Dia ingin terlibat dalam proses perubahan.

c. Dia ingin berinteraksi hari ini dan memahami pengalaman

masalalu, dan mengantisipasi masa depan.

d. Dia ingin menciptakan hubungan baru. (Liliweri, 197:45)

Setiap orang selalu berusaha untuk melengkapi kekurangan atas

perbedaan-perbedaan yang dia miliki. Perubahan tersebut terus

berlangsung seiring dengan perubahan masyarakat. Manusia

mencatat berbagai pengalaman relasi dengan orang lain di masa

lalu, memperkirakan apakah komunikasi yang dia lakukan masih

relevan untuk memenuhi kebutuhan di masa datang. Jadi, minat

komunikasi antarpribadi didorong oleh pemenuhan kebutuhan yang

belum atau bahkan tidak dimiliki oleh manusia. Setiap manusia

mempunyai motif yang mendorong dia untuk berusaha memenuhi

kebutuhannya.

2.2.2 Jenis-jenis Komunikasi Antarpersonal

Seperti komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi pun mempunyai

(49)

Onong Uchjana Effendy bahwa “Secara teoritis komunikasi antarpribadi

diklasifikasikan menjadi dua jenis menurut sifatnya, yakni:

1. Komunikasi Diadik (Dyadic Communication)

Komunikasi diadik adalah komunikasi antarpribadi yang

berlangsung antar dua orang yakni yang seorang adalah

komunikator yang menyampaikan pesan dan seorang lagi yang

menerima pesan. Oleh karena pelaku komunikasinya dua orang,

maka dialog yang terjadi berlangsung secara intens, komunikator memusatkan perhatiannya hanya pada diri komunikan itu.

2. Komunikasi Triadik (Triadic Communication) adalah komunikasi antarpribadi yang pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang

komunikator dan dua orang komunikan. Apabila dibandingkan

dengan komunikasi diadik, maka komunikasi diadik lebih efektif,

Karena komunikator memusatkan perhatiannya hanya pada seorang

komunikan, sehingga ia dapat menguasai frame of reference komunikan, sepenuhnya juga umpan balik yang berlangsung,

merupakan kedua faktor yang sangat berpengaruh terhadap efektif

tidaknya proses komunikasi. (1993:62).

Adapun ciri-ciri komunikasi anatrpribadi menurut Alo Liliweri yaitu:

1. Spontanitas, terjadi sambil lalu dengan media utama adalah tatap muka.

2. Terjadi secara kebetulan diantara peserta yang identitasnya kurang jelas.

(50)

4. Kerapkali berbalas-balasan.

5. Mempersyaratkan hubungan paling sedikit dua orang dengan hubungan

yang bebas dan bervariasi, ada keterpengaruhan.

6. Harus membuahkan hasil.

7. Menggunakan lambing-lambang yang bermakna.

2.3.3 Fungsi-fungsi Komunikasi Antarpersonal

Adapun fungsi komunikasi antarpribadi menurut Allo Liliweri terdiri atas:

a. Fungsi sosial

Komunikasi antarpribadi secara otomatis mempunyai fungsi sosial, karena

proses komunikasi beroperasi dalam konteks sosial yang orang-orangnya

berinteraksi satu sama lain. Dalam keadaan demikian, maka fungsi sosial

komunikasi antarpribadi mengandung aspek-aspek:

1. Manusia berkomunikasi untuk mempertemukan biologis dan psikologis

2. Manusia berkomunikasi untuk memenuhi kewajiban sosial.

3. Manusia berkomunikasi untuk mengembangkan hubungan timbal balik.

4. Manusia berkomunikasi untuk meningkatkan dan merawat mutu diri

sendiri.

5. Manusia berkomunikasi untuk menangani konflik.

b. Fungsi pengambilan keputusan.

Seperti yang telah diketahui bersama bahwa manusia adalah makhluk yang

dikaruniai akal sebagai sarana berpikir yang tidak dimiliki oleh semua makhluk

(51)

keputusan dalam setiap hal yang harus dilaluinya. Pengambilan keputusan

meliputi penggunaan informasi dan pengaruh yang kuat dari orang lain. Ada

dua aspek dari fungsi pengambilan keputusan jika dikaitkan dengan komunikasi

yaitu:

1. Manusia berkomunikasi untuk membagi informasi.

2. Manusia berkomunikasi untuk mempengaruhi orang lain.

2.2.4 Efektivitas Komunikasi Antarpersonal

Devito menjelaskan mengenai efektivitas komunikasi interpersonal

dalamgan lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu “Keterbukaan

(openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).” (Devito, 1997: 259).

1. Keterbukaan (Openness)

Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi

interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka

kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang

harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya.memang ini

mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya,

harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang

biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.

Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator

untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam,

(52)

yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang

kita ucapkan. Dan kita berhak mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih

buruk daripada ketidak acuhan, bahkan ketidaksependapatan jauh lebih

menyenangkan.

Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan

terhadap orang lain.

Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran (Bochner

dan Kelly, 1974). Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa

perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda

bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini

adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya (kata ganti orang pertama

tunggal).

2. Empati (empathy)

Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai ”kemampuan

seseorang untuk „mengetahui‟ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu

saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu.” Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain atau merasa

ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang

yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang

sama dengan cara yang sama. Orang yang empatik mampu memahami motivasi

dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan

(53)

Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non

verbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan

memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah

dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi komtak mata,

postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau

belaian yang sepantasnya.

3. Sikap mendukung (supportiveness)

Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat

sikap mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya

dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik

tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita

memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif, bukan

evaluatif, (2) spontan, bukan strategic, dan (3) provisional, bukan sangat yakin.

4. Sikap positif (positiveness)

Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal

dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif

mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu

pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi

interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka

sendiri.

Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat

(54)

daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau

tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.

5. Kesetaraan (Equality)

Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang

mungkin lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis

daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam

segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan

lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara

diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa

masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.

Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan,

ketidaksependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami

perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan

pihak lain.kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu

saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita

menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan ”penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain.

2.3Tinjauan Humas

2.3.1 Pengertian Humas

Gambar

Gambar 1.1 Model Komunikasi Antarpersonal
Tabel 1.1
Tabel 1.2 Waktu dan Jadwal Penelitian
Gambar 2.1
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti yaitu tingkat kategori untuk tanggapan responden terhadap Sistem Informasi Absensi dinyatakan BAIK dan Tanggapan

Penulis melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan yang telah berlangsung di PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten, pada Divisi.. Humas Bagian

1) Karyawan bagian administrasi PT.PLN (PERSERO) dipengaruhi oleh Karakteristik Organisasi. 2) Kebijakan dan perlakukan oleh perusahaan terhadap karyawan memunculkan capacity

Bahwa proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan).Tujuan dari

Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh perencanaan program terhadap efektivitas corporate social responsibility dikarenakan

Berdasarkan hasil pengolahan data, dapat disimpulkan penggunaan media komunikasi intranet PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan termasuk pada kategori baik dengan

Peneliti akan melihat bagaimana mengukur efektivitas penyampaian pesan komunikasi Marinyanyi pada para guru TK Swasta di Kota Sleman,Yogyakarta melalui portal web, oleh karena itu

DEKRIPSI TEORITIS Pengertian Efek Effek Efek dalam komunikasi adalah perubahan dalam perilaku penerimaan yang terjadi sebagai akibat dari penyampaian pesan oleh suatu sumber.6