• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Word of Mouth (WOM) Terhadap Niat Berzakat Profesi di Baznas (Studi Pada Karyawan Swasta di ESQ Group)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Word of Mouth (WOM) Terhadap Niat Berzakat Profesi di Baznas (Studi Pada Karyawan Swasta di ESQ Group)"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH

WORD OF MOUTH

(WOM) TERHADAP NIAT

BERZAKAT PROFESI DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

(BAZNAS)

(Studi Pada Karyawan Swasta di ESQ Group Jakarta Selatan)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh

FIKRY KAUTSAR AFDLOLI

NIM. 1112015000002

KONSENTRASI EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK

Fikry Kautsar Afdloli. Pengaruh Word Of Mouth (WOM) Terhadap Niat Berzakat Profesi Pada Karyawan Swasta di Badan Amil Zakat Nasional (Studi di ESQ Group Jakarta Selatan). Konsentrasi Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Objek penelitian ini adalah zakat profesi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Word Of Mouth (WOM) terhadap niat menunaikan zakat profesi pada karyawan swasta di Badan Amil Zakat Nasional (Baznas). Penelitian ini dilakukan di ESQ Group, Jakarta Selatan. Metode penelitian yang dilakukan adalah field experiment atau eksperimen lapangan. Penelitian ini melibatkan 50 orang responden. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner, wawancara, dan penelusuran. Berdasarkan pengujian sampel menggunakan uji-t didapatkan hasil bahwa thitung < ttabel dengan nilai 1,103 < 1,960 pada taraf signifikansi 0,05 dengan uji dua arah. Hal ini menunjukkan bahwa WOM tidak berpengaruh terhadap niat berzakat profesi pada karyawan swasta di Baznas secara signifikan. Niat berzakat profesi sendiri dipengaruhi oleh motivasi ibadah, motivasi pengetahuan individu tentang zakat, motivasi pendapatan, dan motivasi kredibilitas lembaga amil zakat.

(6)

ii

ABSTRACT

Fikry Kautsar Afdloli. The Influence of Word Of Mouth (WOM) Towards The Paying Zakat Intention Through Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) In Group of Staff of Private Company (Study at ESQ Group, Jakarta Selatan). Social Studies Department with Economics Focus. Faculty Tarbiyah and Teaching Science. State Islamic University Syarif Hidayatullah, Jakarta.

The object of the research is zakat of profession. The purpose of the research is to know the influence of word of mouth (WOM) towards the intention of paying zakat of profession through Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) in group of staff of private company. The research took place in ESQ Group, South Jakarta. The research methods is field experiment. This research involved 50 staff as the respondents. The collecting data methods are distributing questionnaire, taking interviews, and searching related references. Based on test using ttest two tailed found result that

tcounting < ttable with scores 1,103 < 1,960 on degrees of error 5% (0,05). The result shows that WOM doesn’t affect the intention of paying zakat of profession in group of staff through Baznas significantly. The intention is affected by motivation of faith to Allah SWT, knowledge of zakat, income, and the credibility of zakat institution.

Keywords : Word of Mouth (WOM), Intention of Paying Zakat, Zakat of

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Alhamdulillahirabbil’aalamiin, puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkah dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam saya sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membuka zaman penuh terang benderang ilmu pengetahuan.

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari dalam perjalanan masa perkuliahan hingga penyelesaian tugas akhir ini telah banyak pihak yang membantu dan mendukung melalui berbagai cara. Oleh karena itu, saya mengucapkan terimakasih kepada :

1) Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2) Dr. Iwan Purwanto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3) Syaripulloh, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4) Drs. Banadjid selaku dosen pembimbing akademik penulis yang telah memberikan bimbingan dan menerima konsultasi penulis selama perjalanan perkuliahan

(8)

iv

6) Bapak Sodikin, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi kedua yang telah membimbing dan memberikan koreksi redaksional terhadap penulisan skripsi penulis

7) Dosen-dosen jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS) : Bapak Mochamad Noviadi Nugroho, M.Pd; Ibu Anissa Windarti, M.Sc; Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MA; Bapak Dr. Nurochim, MM; Ibu Dr. Ulfah Fajarini; Bapak Andri Noor Andriansyah, M.Pd; Ibu Neng Sri Nuraeni, M.Pd; Ibu Cut Dhien Nourwahida, MA; Ibu Jakiatin Nisa, M.Pd; Bapak Dr. Muhamad Arif; dan Ibu Zaharah, M.Ed yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan.

8) Seluruh staf tata usaha dan karyawan FITK UIN Jakarta.

9) Ibu Gita selaku Kepala Divisi Sumber Daya Manusia, para dosen, dan seluruh karyawan di ESQ Group yang telah berpartisipasi penelitian penulis ini. 10) Bapak Mohan selaku Kepala Divisi Penghimpunan Zakat, Bapak Deni

Hidayat selaku Divisi Pendayagunaan Zakat, serta seluruh staf Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Pusat yang telah membantu dan memberikan informasi yang dibutuhkan penulis dalam penelitian ini

11) Ayahanda Drs. Nuryani, MM dan Ibunda Nurjamilah yang telah mencurahkan dukungan berupa doa, moral, dan material sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini. Bapak dan Ummi selalu sumber kekuatan Fikry! 12) Paripurna Ridlo Ganjar, Bellia Maula Kamil (Tebe), dan Aisyah Hanum

Azzahra selaku adik-adik penulis yang senantiasa mendoakan, mendukung, menyemangati perkuliahan, dan menjadi inspirasi penulis. Sukses untuk pendidikan Tebe dan Ido di Gontor, aamiin!

13) Keluarga Besar Bani Abdullah yang selalu mendoakan kesuksesan penulis dalam karir pendidikan dan masukan kepada penulis. Terimakasih kepada terutama Ua Enung, Ci Sari, Neng Wilda, Ua Khotmah, Aa Edi, Teh Ai, Ceu Lubnah, Salsabila, dan Tante Yani Siregar.

(9)

v

Khairunnisa, dan Nurits Nadia Khafiyah yang saling bersilaturahmi, selalu menyemangati, mendukung, dan mendengarkan cerita penulis. KAL1AN is my best college friends ever, see you again and again in our glorious future! 15) Seluruh teman kelas 1 A jurusan Pendidikan IPS FITK UIN Jakarta angkatan

2012

16) Seluruh teman konsentrasi Ekonomi jurusan Pendidikan IPS UIN Jakarta angkatan 2012 terutama Muhammad Sugih Mukti. Hatur nuhun nya, gih. Urang patepang deui dina waktos kabagjaan di handap!

17) Senior perkuliahan yang membantu : Anne Soraya Widianingsih (PIPS 2009) dan Mutia Ulfah (Biologi 2011).

18) Seluruh teman seangkatan 2012 jurusan Pendidikan IPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. “KITA SAHABAT, KITA SUKSES BERSAMA!”

19) Seluruh rekan kerja di Bimbingan Belajar Education Training (ET) tempat penulis menerapkan ilmu pendidikan selama perkuliahan : Mr. Suwaman, Mrs. Meitia Rahmah, Mr. Alfian Gumanti, Mrs. Melly Amelia, Mrs. Ika Nurmala Evita, Miss Febri Choiriana, Miss Adibah Syatiri, Miss Afriyani Utomo, Miss Sri Utami, Miss Riska Chairianti, Miss Nurhasanah, Nenek Enok Susilah, Bude Sari, Mr. Gatra, Miss Yulianingsih, dan Miss Desiana serta seluruh karyawan lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah mendukung karir penulis dan membantu proses uji validitas dan reliabilitas pada skripsi penulis.

20) Triputra Tampubolon, S.E yang telah membantu memberi gambaran penelitian skripsi, memberi referensi, melayani konsultasi terkait penelitian, dan mengenalkan penulis pada konsep Word Of Mouth (WOM) dan Niat Beli (Purchase Intention). Mauliate lae, sai sukses ma Master Hukum Ekonomi UI kau!

(10)

vi

22) Seluruh pengurus Keluarga Besar Padjadjaran Cimande (KBPC) cabang Bogor Barat : Kang Yusuf Sarwo Edi, Giesky Triantoro, Naya Andini, Anggit Oktavian, Farid Maulana, Febby Febriansyah, S Dessi Madaniyah, dan Agie Primalogi serta seluruh anggota yang mendukung perkuliahan penulis.

23) Teman-teman dekat penulis selama SMA yang saling mendoakan, membagi masukan, dan menyemangati : Tanti Tifany Aulia, Sjafiera Rachmadinta Hanafiah, Agnesya Cahya Rizkita, Ruliana Fajrin, Hastria Afrina, Intan Febiantari, Indria Pratiwi, dan Siti Syahmanda Rizki Komalasari.

24) Teman-teman dekat penulis selama SD dan SMP yang selalu saling mendoakan dan menyemangati : Nurfadhilah Rismadini, Antusia Bara Agni, Kiki Khairunnisa, dan Elga Septian. Sukses selalu untuk kita semua!

25) Teman-teman dekat penulis di rumah (Bomberman) yang mendukung, mendengarkan cerita, dan menyemangati penulis : Hadi, Ghany, Bejo, Dede, Ari, Agung, dan Reza.

26) Teman-teman SMP penulis (Cabe Gurih) yang mendukung dan mendoakan penulis : Dechniar, Silvy, Kokom, Dana, Dado, Diki, Agis, Tiara, dan Nunu. 27) Teman-teman Program Praktik Keguruan Terpadu (PPKT) MA

Al-Mukhlishin tahun 2016 : Lusy Alfiah dan Didin Rohidin. Sukses selalu untuk kita, Barakallahu lakum!

28) Seluruh guru dan staf Madrasah Aliyah Al-Mukhlishin, Ciseeng, Kabupaten Bogor : Ustadz H. Taufik Hidayat, Lc, S.Pd.I selaku kepala sekolah; Ibu Lilis Ratnadiana, S.E; Bapak Mad Yusuf, S.Ag; Bapak Eko Nafsuroh; Abi Ir. Cahya Purnama; Abi Drs. Suparman; Ikro Mullah, Ibu Khoirunnisah, S.Pd.I; Bapak Muhammad Yuliar, S.Pd.I; yang bukan hanya membantu penulis melaksanakan magang keguruan namun juga mendukung, mendoakan, dan menyemangati penulis.

(11)

vii

30) Seluruh staf perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Jakarta; Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Jakarta; Perpustakaan Universitas Katholik Indonesia Atmajaya, Semanggi Jakarta Selatan; Perpustakaan Nasional, Salemba, Jakarta Pusat; Perpustakaan Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Rawamangun, Jakarta Timur; Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PDII LIPI), Gatot Subroto, Jakarta Selatan; Perpustakaan Provinsi DKI Jakarta, Kuningan , Jakarta Selatan; Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah (Perpumda) Gandaria, Jakarta Selatan; Perpustakaan Iman Jama, Lebak Bulus, Jakarta Selatan; Perpustakaan Universitas Indonesia, Depok, Perpustakaan Universitas Terbuka, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, dan Perpustakaan Badan Pusat Statistik (BPS) Pasar Baru, Jakarta Pusat yang telah membantu penulis mendapatkan referensi untuk skripsi.

31) Teman-teman seperjuangan jurusan Perencanaan Wilayah Kota dan Lingkungan Universitas Terbuka (PWKL UT) angkatan 2015.2 yang selalu mendoakan, membantu, dan menyemangati penulis : Mas Tendi Nurdiansyah, Muhammad Farhan Kirizy, Setyo Widodo, dan Wike Sinta Oktaria. Matur suwon. Tahun 2020 kita sarjana planologi ya, Aamiin!

32) Agung Maulana Yusup (FH UPNVJ 2010) dan Mohammad Reza Arief (FE Telkom University 2010) yang telah menyarankan zakat sebagai objek penelitian, membantu, dan menyemangati penulis dalam menyusun skripsi. 33) CKC : Angga, Vikri, Dini, Ami, Yuni, Ulanarfin, Wulandary, dan Agam. 34) Serta seluruh pihak yang tidak penulis sebutkan satu persatu namun telah

membantu proses penulisan skripsi hingga selesai.

Semoga Allah SWT memberikan berkah dan rahmat-Nya bagi seluruh pihak yang membantu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu.

Bogor, 1 Agustus 2016

(12)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK……… i

KATA PENGANTAR………. iii

DAFTAR ISI……….viii

DAFTAR TABEL……….xi

DAFTAR GAMBAR ………xiii

DAFTAR LAMPIRAN………xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah……… 1

B. Identifikasi masalah………. 8

C. Pembatasan masalah………. 8

D. Perumusan masalah………. 8

E. Tujuan penelitian………. 9

F. Manfaat penelitian……… 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat zakat……….. 10

1. Pengertian zakat……… 10

2. Jenis-jenis zakat……… 11

3. Prinsip-prinsip zakat……… 11

4. Tujuan zakat……… 12

5. Syarat-syarat berzakat……….. 13

6. Motivasi berzakat………. 14

7. Norma penghitungan zakat……….. 16

B. Hakikat zakat profesi……….. 17

1. Pengertian zakat profesi……… 17

2. Landasan hukum kewajiban zakat profesi……… 17

(13)

ix

4. Ketentuan nisab zakat profesi……….. 18

5. Waktu membayar zakat profesi………... 18

6. Zakat profesi pada masa Rasulullah SAW……….. 19

C. Hakikat Word of Mouth(WOM)………... 19

1. Pengertian Word of Mouth (WOM)………. 19

2. Jenis-jenis WOM………. 20

3. Sumber WOM………. 20

4. WOM dan Social Marketing………... 22

D. Teori niat berzakat………. 23

1. Definisi niat………. 23

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi niat………... 24

3. Proses pembentukan niat………..25

4. Pengukuran niat ………...25

5. Niat berzakat profesi ………25

6. Konsep-konsep prapengambilan keputusan selain niat ……….. 27

E. Hakikat Badan Amil Zakat Nasional (Baznas)……….. 28

1. Pengertian Baznas……… 28

2. Latar belakang Baznas………. 28

3. Hubungan pemerintah dengan zakat……… 29

4. Urgensi membayar zakat ke Baznas……… 29

5. Sosialisasi pengumpulan zakat profesi……… 30

6. Bentuk-bentuk distribusi dana zakat di Baznas………... 31

F. Penelitian yang relevan……….. 32

G. Kerangka berpikir……….. 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian………. 38

1. Tempat penelitian………. 38

2. Agenda penelitian……… 38

B. Metode penelitian……….. 38

C. Desain penelitian……… 39

(14)

x

E. Teknik pengumpulan data……….. 41

F. Instrumen penelitian………42

G. Analisis data………... 44

1. Analisis statistik deskriptif………... 45

2. Analisis distribusi frekuensi relatif………... 45

3. Analisis korelasi Spearman………45

4. Uji hipotesis………...46

H. Uji validitas dan reliabilitas data………... 47

1. Uji validitas………47

2. Uji reliabilitas……….48

I. Hipotesis statistik………... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi tempat dan sejarah tempat penelitian………... 50

B. Uji validitas dan reliabilitas data…….……… 51

C. Karakteristik responden………. ...55

D. Hasil angket penelitian………. 58

E. Analisis statistik……… 75 F. Pembahasan hasil penelitian………. 77

G. Hambatan penelitian………. 80

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……….. 81

B. Saran……… 81

DAFTAR PUSTAKA……… 83

(15)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Sumber WOM dan informasi yang diberikan……… 21

Tabel 2.2 Penelitian yang relevan……….. 30

Tabel 3.1 Agenda penelitian……….. 37

Tabel 3.2 Indikator-indikator pernyataan dalam kuesioner…………... 42

Tabel 3.3 Indikator-indikator pertanyaan dalam wawancara……… 43

Tabel 3.3 Patokan angka korelasi Spearman………. 45

Tabel 4.1 Hasil uji validitas………... 50

Tabel 4.2 Hasil uji reliabilitas……… 53

Tabel 4.3 Umur responden……… 54

Tabel 4.4 Pekerjaan responden………. 55

Tabel 4.5 Kota kediaman responden………. 56

Tabel 4.6 Tingkat penghasilan responden………. 56

Tabel 4.7 Hasil kuesioner untuk WOM dimensi volume pertanyaan pertama………. 58

Tabel 4.8 Hasil kuesioner untuk WOM dimensi volume pertanyaan kedua………… 59

Tabel 4.9 Hasil kuesioner untuk WOM dimensi dispersi pertanyaan pertama……… 59

Tabel 4.10 Hasil kuesioner untuk WOM dimensi dispersi pertanyaan kedua………... 60

Tabel 4.11 Hasil kuesioner untuk WOM dimensi dispersi pertanyaan ketiga………... 61

Tabel 4.12 Hasil kuesioner untuk WOM dimensi dispersi pertanyaan keempat……... 61

Tabel 4.13 Hasil kuesioner untuk niat berzakat profesi pertanyaan pertama………… 62

Tabel 4.14 Hasil kuesioner untuk niat berzakat profesi pertanyaan kedua…………... 63

Tabel 4.15 Hasil kuesioner untuk niat berzakat profesi pertanyaan ketiga……… 64

Tabel 4.16 Hasil kuesioner untuk niat berzakat profesi pertanyaan keempat………… 64

(16)

xii

(17)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka berpikir……….. 36

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, penduduk Indonesia sebanyak 237.641.326 jiwa. Empat tahun setelahnya, BPS mempublikasikan jumlah penduduk Indonesia tahun 2014 berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 mencapai 252,16 juta jiwa1. Sebanyak 207.176.162 jiwa dari jumlah tersebut beragama Islam. dengan jumlah pemeluk di perkotaan yang diasumsikan oleh penulis berusia produktif sebanyak 104.528.568 jiwa2. Angka demografi muslimin di Indonesia tersebut merupakan bukti bahwa Indonesia adalah negara dengan populasi muslim terbesar di dunia dan jumlah penganut muslim tersebut merupakan pendukung terwujudnya tujuan perekonomian nasional yaitu menyejahterakan seluruh masyarakat Indonesia karena Islam memiliki instrumen relijius dalam menyejahterakan masyarakat yaitu zakat.

Zakat sendiri merupakan ibadah yang termaktub dalam rukun islam yang ketiga. Zakat adalah ibadah yang berkaitan dengan sosial dan ekonomi. Selain memberikan dampak positif bagi spiritual muzaki (pembayar zakat) yaitu perasaan bahagia dapat berbagi dengan sesama umat yang belum mampu menolong dirinya sendiri, pengelolaan zakat yang optimal akan berdampak pada kemakmuran hidup masyarakat. Individu-individu prasejahtera yang menerima dana zakat secara otomatis mengalami pertambahan pendapatan yang berdampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional berdasarkan indikator pendapatan per kapita.

1

Badan Pusat Statistik, Indikator Kesejahteraan Rakyat, (Jakarta : Badan Pusat Statistik, 2014), h. 4

2

(19)

2

Jenis zakat terbagi menjadi dua, yaitu zakat fitrah dan zakat mal. Zakat fitrah dikeluarkan oleh kaum muslim saat bulan Ramadlan. Sedangkan zakat mal dibayarkan di segala waktu jika harta seorang muslim telah mencapai nisab (nilai kecukupan harta untuk dizakatkan). Sehingga penerimaan zakat mal yang optimal mampu mendukung tujuan perekonomian nasional yaitu menyejahterakan seluruh masyarakat Indonesia melalui program pengentasan kemiskinan dan masalah ekonomi rakyat lainnya di waktu kapan pun. Dana zakat mal yang terkumpul di lembaga zakat nasional kemudian didistribusikan untuk membiayai kesejahteraan orang-orang yang tergolong sebagai ashnaf yaitu kategori orang-orang yang berhak menyandang dana zakat dalam suatu pemerintahan. Orang-orang yang tergolong ashnaf adalah fakir, miskin, orang yang tidak mampu membayar utang, budak, orang yang berjuang di jalan Allah, musafir, muallaf, dan amil. Para ashnaf yang dijelaskan Alquran dan orang-orang yang menjadi tanggungan negara secara garis besar memiliki kesamaan yaitu kaum dhuafa atau lemah secara ekonomi seperti fakir, miskin, orang yang berutang untuk menghidupi keluarganya, dan relawan dalam kegiatan kebajikan. Melalui wahana penyaluran zakat dari lembaga zakat nasional, para ashnaf yang disebutkan di atas akan mengalami peningkatan pendapatan yang sejalan dengan peningkatan kesejahteraan mereka. Jika para mustahik (penerima zakat) tersebut terbiayai beban hidup mereka, maka tujuan perekonomian nasional tercapai.

Kuantitas muslimin Indonesia yang dituliskan di alinea pertama berpotensi mengumpulkan zakat mal tidak kurang dari Rp 217 triliun atau 3,40% dari Produk Domestik Bruto (PDB)3 pertahun berdasarkan kolaborasi riset antara Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dengan Fakultas Ekonomi Manajemen Institut Pertanian Bogor (FEM IPB) pada awal tahun 2011 dengan menggunakan data yang diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Badan Pusat Statistik (BPS) dan institusi lain yang relevan seperti Bank Indonesia.

3

(20)

3

Penelitian-penelitian tentang potensi zakat tahun-tahun sebelumnya juga mengungkapkan angka-angka yang fantastis. Riset dari Monzer Kahf pada tahun 1989 menyatakan bahwa potensi zakat di Indonesia mencapai 2% dari PDB atau sekitar Rp100 triliun. Riset berikutnya berasal dari Pusat Bahasa dan Budaya Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2005, potensi zakat nasional mencapai angka Rp19,3 triliun. Riset-riset tersebut menunjukkan potensi zakat di negara populasi muslim terbesar ini memang luar biasa yang dapat dimanfaatkan untuk menguatkan umat Islam terutama di bidang ekonomi seperti pengentasan kemiskinan dan kefakiran masyarakat khususnya di kalangan umat Islam, serta kemaslahatan umat lainnya yang memerlukan dana yang cukup besar.

Dalam potensi zakat nasional di atas, menurut Mustikorini Indrijatiningrum, bahwa salah satu potensi zakat (mal) di Indonesia adalah zakat penghasilan atau profesi. Pertimbangannya, karena zakat penghasilan atau profesi yang dipungut dari lebih dari 42 juta penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai pegawai, buruh, dan karyawan (berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional/Sakernas bulan Agustus 2014)4 dapat menjadi sumber pendanaan yang cukup besar, bersifat tetap, dan rutin. Oleh karena itu, jika zakat digali dari sumber penghasilan dan profesi tersebut, maka dimungkinkan dapat meningkatkan perekonomian bangsa.5

Adapun keutamaan zakat dinyatakan oleh Allah SWT dalam firman-Nya :

َ نيّدلا

َ ه ل

َ ني ِصِ ْخ م

َ َّ

ا د بْع يِل

اِإ

ا رِم أ

ا م

4

Badan Pusat Statistik, http://bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/971 diakses oleh penulis pada hari Minggu, 3 April 2016 pukul 15:38 WIB

5

(21)

4 6

َِة مّي ْلا

َ نيِد

َ ِل ذ

َ ةا كَزلا

ا ت ْؤ ي

َ ةاَصلا

ا ميِ ي

َ ءا ف ن ح

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah SWT dengan memurnikan ketaatannya dalam menjalankan agama yang lurus dan supaya mendirikan sholat dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus”. (QS Al-Bayyinah : 5)

Berzakat sebagai kewajiban sosial bagi masyarakat muslim untuk menjadi keluarga besar dalam meredam kesukaran hidup7 kaum dhuafa merupakan salah satu cara individu muslim memurnikan dan meluruskan keimanannya.

Macam-macam zakat mal yang dapat berkontribusi dalam mereduksi kesulitan hidup kaum dhuafa meliputi zakat hasil perniagaan, zakat hasil perkebunan, zakat hasil pertanian, zakat hasil kehutanan, zakat uang, zakat emas, zakat perak, zakat benda berharga, zakat uang, zakat barang temuan yang bernilai (rikaz), dan zakat penghasilan atau zakat profesi.

Potensi zakat profesi sendiri di Indonesia di atas melukiskan kesan luar biasa mengingat banyak masyarakat di negara ini yang bermata pencaharian sebagai karyawan. Namun permasalahan ekonomi makro ditinjau dari indikator kesejahteraan rakyat seperti kemiskinan dan pengangguran mengalami tren penurunan secara kuantitatif namun jumlah penduduk miskin dan penganggur masih tergolong tinggi. BPS merilis jumlah penduduk miskin tahun 2014 berjumlah 28,28 juta jiwa atau 11,25% dari jumlah penduduk.8 Jumlah penganggur di Indonesia pada Februari 2014 sebanyak 260 ribu orang. Jumlah tersebut diklaim secara kuantitatif oleh BPS sebagai penurunan karena berkurang 50 ribu orang dibandingkan Februari tahun sebelumnya.9

6

https://islamagamauniversal.wordpress.com/db_cover/e_qs_098/ diakses oleh penulis pada hari Senin, 7 Maret 2016 pukul 22:01 WIB

7

Rukun-islam.com diakses oleh penulis pada hari Minggu, 28 Februari 2016 pukul 09:46 WIB

8

Badan Pusat Statistik, Indikator Kesejahteraan Rakyat, h. 104

9

(22)

5

Masalah-masalah ekonomi makro di atas dan masalah masyarakat yang berkaitan dengan ekonomi mampu diatasi dengan potensi dana zakat mal terutama zakat profesi yang terhimpun di satu lembaga zakat resmi pemerintah yaitu Badan Amil Zakat Nasional (Baznas). Badan yang dibentuk oleh pemerintah pusat tersebut yang mengurusi sistem zakat mal di Indonesia agar tercipta pemungutan, pendayagunaan, dan pendistribusian zakat mal yang tepat sasaran melalui program-program pembiayaan yang produktif kepada mustahik seluruh Indonesia.

Namun, dana zakat yang dihimpun oleh Baznas dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang melaporkan penerimaan zakatnya ke Baznas baru meraih Rp2,6 triliun pertahun, padahal jika dilihat dari potensi zakat nasional harusnya diperoleh sebesar Rp 217 triliun. Maka, angka penerimaan zakat di atas baru sekitar 1% dari potensi zakat nasional. Angka penerimaan tersebut masih jauh dari potensinya. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Indonesia Magnificence of Zakat (IMZ) pada 2010 pada populasi masyarakat Jabodetabek yang diasumsikan sebagai daerah urbanisasi tertinggi di Indonesia, kesenjangan antara potensi dan penerimaan zakat mal terjadi karena banyak masyarakat di Jabodetabek belum mengetahui tentang jenis-jenis zakat mal terlebih lagi zakat profesi. Kalau pun sudah mengetahui, namun mereka mengaku tidak menunaikannya, dengan alasan belum percaya pada pengelolaan zakat yang sudah ada.10 Jika potensi zakat mal belum terkumpul secara komprehensif di satu instansi zakat yang ditunjuk oleh pemerintah karena kesadaran masyarakat untuk berzakat mal masih kurang, wajar bila masalah-masalah kesejahteraan rakyat sebagai target pengentasan yang dilakukan oleh Baznas masih tinggi. Memecahkan masalah-masalah ekonomi umat memang membutuhkan dana yang amat besar dan dana tersebut dapat diperoleh melalui zakat mal dari seluruh umat yang memenuhi syarat.

10

(23)

6

Rendahnya kesadaran masyarakat di atas adalah kurangnya sosialiasi tentang cara berzakat mal yang benar. Menunaikan zakat mal yang benar sesuai dengan tuntunan Alquran adalah melalui amil sesuai dengan firman-Nya berikut ini:

َ ۖ

َِْ ْي ع

َّل ص

ا ِب

َِْ يّك ز ت

َْ ه رّ ط ت

َ ة ق د ص

َِْ ِلا ْم أ

َْنِم

َْذ خ

َ ۖ

َ يِ ع

َ عيِم س

َ َّ

َ ۖ

َ ن ك س

َْم ه

َ ت ا ص

ََنِإ

“Ambillah zakat dari sebahagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka” (QS At-Taubah : 103)

Allah SWT secara tersirat memerintahkan ulil amri (pemerintah) sebagai wakil-Nya menegakkan keadilan di muka bumi untuk mengambil zakat dari kaum muslimin. Di Indonesia, Amil yang ditunjuk oleh ulil amri (pemerintah) adalah Badan Amil Zakat Nasional (Baznas). Berzakat mal salah satunya berzakat profesi melalui Baznas menjadi penting karena lembaga ini menghimpun dana zakat untuk kemaslahatan umat Islam terutama pada keperluan umat yang membutuhkan sokongan dana besar.

Selain kurangnya kesadaran masyarakat untuk berzakat dengan cara yang benar, niat berzakat profesi masih rendah terutama di kalangan karyawan swasta. Hal ini ditunjukkan oleh penerimaan zakat yang diperoleh Baznas masih rendah padahal banyak perusahaan swasta berdiri di Indonesia dan memperkerjakan banyak karyawan. Jika karyawan swasta turut membayar zakat profesi maka penerimaan zakat yang diterima oleh Baznas tidak lagi rendah.

(24)

7

menyampaikan informasi kepada konsumen lain.11 Sedangkan menurut Putra, WOM adalah bagaimana komunikasi yang disampaikan seseorang tanpa bermaksud memberi rekomendasi atau promosi, tentang faktor-faktor positif dan negatif suatu produk yang mempengaruhi niat beli konsumen yang mendengarnya.12 Jadi, WOM merupakan hasrat seseorang untuk menyatakan pengalaman menggunakan produk (barang atau jasa) kepada orang lain. Dalam hal ini produk yang dibahas adalah zakat profesi. Berdasarkan asumsi penulis yang merujuk pada definisi-definisi di atas, informasi terkait berzakat profesi dari muzaki yang pernah menunaikannya di Baznas dapat mempengaruhi niat muslimin untuk berzakat di institusi tersebut. Namun, masyarakat belum mengetahui WOM terkait zakat profesi di Baznas dan pengaruhnya terhadap niat berzakat penghasilan.

Beberapa peneliti yang mengkaji tentang zakat, WOM, dan Baznas adalah oleh Satyarini13, Putra, Amini14, Kumala15, Suherman16 dan Hadi17. Berdasarkan temuan para peneliti di atas, penulis menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh WOM terhadap niat menggunakan suatu produk.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Word of Mouth (WOM) terhadap Niat Berzakat Profesi pada Karyawan Swasta di Badan Amil Zakat Nasional(Studi di ESQ Group Jakarta Selatan)

11

Sumardy, Marlin Silviana, Melina Melone, Rest In Peace Advertising : Killed by the Power of Word of Mouth Marketing. (Jakarta : Gramedia, 2011), h.67

12

Tri Putra, Analisis Perbedaan Niat Beli Konsumen Pria dan Konsumen Wanita Akan Produk Crocs, Sebelum dan Setelah Discount 70% dan Negative WOM (Studi Pada Mahasiswa/I S1 Unpar). Skripsi pada Universitas Katolik Parahyangan 2012. Tidak dipublikasikan, h.11

13

Nurseha Satyarini, Efektivitas Penghimpunan Dana Zakat Profesi Melalui Payroll System Pada BAZIS DKI Jakarta , Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah. 2015. Tidak dipublikasikan.

14

Farah Amini, Hubungan Kepribadian, Persepsi, Dan Terpaan Kampanye Komunikasi Dengan Perilaku Word of Mouth (Survey terhadap perilaku word of mouth tentang kondom di kalangan remaja di Jakarta) , Tesis pada Universitas Indonesia. 2004. Tidak dipublikasikan.

15

Octaviantika Benazir Kumala, Pengaruh Word of Mouth Terhadap Minat Beli Konsumen pada Tune Hotels Kuta-Bali, Skripsi pada Universitas Indonesia. 2012. Tidak Dipublikasikan.

16

Pratama Suherman, Analisis Pengaruh Efektifitas Iklan Internet dan Kelompok Referensi Terhadap Persepsi Kualitas dan Dampaknya Terhadap Niat Beli Produk Blackberry, Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2011. Tidak dipublikasikan.

17Muhammad Hadi, “

Implementasi Zakat Profesi Di Tulung Agung”, penelitian kualitatif di dalam

(25)

8 B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Jumlah penduduk miskin di Indonesia masih tergolong tinggi.

2. Dana zakat yang dihimpun oleh Baznas dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) baru sekitar Rp 2,6 triliun pertahun, padahal jika dilihat dari potensi zakat nasional harusnya diperoleh sebesar Rp 217 triliun. 3. Kesenjangan antara potensi dan penerimaan zakat mal terjadi karena

banyak masyarakat di Jabodetabek belum mengetahui tentang jenis-jenis zakat mal terlebih lagi zakat profesi. Kalau pun sudah mengetahui, mereka mengaku tidak menunaikannya, dengan alasan belum percaya pada pengelolaan zakat yang sudah ada.

4. Kurangnya sosialisasi tentang cara berzakat mal yang benar.

5. Niat berzakat profesi masih rendah terutama di kalangan karyawan swasta.

6. Masyarakat belum mengetahui WOM terkait zakat profesi / penghasilan di Baznas dan pengaruhnya terhadap niat berzakat penghasilan.

C. Pembatasan masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, penulis membatasi masalah yaitu

1. Kurangnya sosialisasi tentang cara berzakat mal yang benar.

2. Niat berzakat profesi masih rendah terutama di kalangan karyawan swasta.

3. Masyarakat belum mengetahui WOM terkait zakat profesi / penghasilan di Baznas dan pengaruhnya terhadap niat berzakat penghasilan.

D. Perumusan masalah

(26)

9

terhadap niat orang untuk berzakat profesi di Badan Amil Zakat Nasional (Baznas)?

E. Tujuan penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh WOM terhadap niat berzakat profesi di Badan Amil Zakat Nasional (Baznas).

F. Manfaat penelitian Manfaat teoritis

Adapun manfaat teoritis yang diharapkan adalah menambah khazanah pengetahuan mengenai pengaruh WOM terhadap niat berzakat profesi di Baznas.

Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi beberapa pihak, yaitu: a. Bagi Baznas dan lembaga zakat

Penelitian ini dapat menjadi literatur dan acuan evaluasi dalam mensosialisasikan zakat profesi di kalangan masyarakat.

b. Bagi masyarakat

Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai penyaluran zakat profesi yang dilaksanakan oleh Baznas dan masyarakat dapat menyalurkan zakatnya pada institusi penghimpun dana umat muslim Indonesia ini.

c. Bagi pemerintah

Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pemerintah pusat dalam mengevaluasi kebijakan tentang zakat khususnya zakat penghasilan/profesi.

d. Bagi perusahaan

(27)

10

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Hakikat zakat 1. Pengertian zakat

Kata zakat berasal dari kata zaka dalam Bahasa Arab yang artinya tumbuh dengan subur. Jika arti tersebut dihubungkan dengan harta, maka menurut ajaran Islam, harta yang dizakati itu akan tumbuh berkembang, bertambah karena suci dan berkah (membawa kebaikan bagi hidup dan kehidupan yang punya). Berdasarkan makna tersebut, zakat merupakan bagian dari harta yang wajib diberikan oleh setiap muslim yang memenuhi syarat kepada orang-orang tertentu, dengan syarat-syarat tertentu pula.1

Menurut KBBI, zakat menurut KBBI berarti jumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (fakir miskin dan sebagainya) menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh syarak; salah satu rukun Islam yang mengatur harta yang wajib dikeluarkan kepada mustahik.2

Menurut UU no. 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam.

Beberapa ilmuwan mengemukakan bahwa zakat adalah landasan ekonomi islam, zakat adalah salah satu dari rukun Islam, kewajiban dalam beragama Islam. Zakat dianggap sebagai sistem pokok kesejahteraan masyarakat, bentuk kepedulian kepada orang-orang yang membutuhkan dalam masyarakat melalui pendistribusian

1

Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta : UI Press, 1998), h. 42

2

(28)

11

pendapatan orang-orang yang memiliki harta yang mencukupi. Zakat juga bisa disebut sebagai pajak agama.3

Berdasarkan definisi-definisi di atas, zakat adalah ibadah yang termasuk dalam rukun Islam berupa kewajiban individu muslim memberikan harta untuk menyejahterakan golongan orang yang telah ditetapkan oleh syariah untuk menerimanya.

2. Jenis-jenis zakat

Zakat memiliki dua varian yaitu : a. Zakat fitrah

Zakat fitrah adalah pengeluaran wajib yang dilakukan oleh setiap muslim yang mempunyai kelebihan dari keperluan keluarga yang wajar pada malam dan hari raya Idul fitri.

b. Zakat mal

Zakat mal atau zakat harta adalah bagian dari harta kekayaan seseorang (juga badan hukum) yang wajib dikeluarkan untuk golongan orang-orang tertentu setelah dipunyai selama jangka waktu tertentu dalam jumlah minimal tertentu.4 Menurut UU no. 23 tahun 2011 pasal 4 ayat 2 dan 3, zakat mal meliputi emas, perak, dan logam mulia lainnya; uang dan surat berharga lainnya; perniagaan; pertanian, perkebunan, dan kehutanan; peternakan dan perikanan; pertambangan; perindustrian; pendapatan (penghasilan) dan jasa; dan rikaz merupakan harta yang dimiliki oleh muzaki perseorangan atau badan usaha.

3. Prinsip-prinsip zakat

Menurut M.A Mannan dalam bukunya Islamic Economics: Theory and Practice, zakat mempunyai enam prinsip, yaitu :

a. Prinsip keyakinan (faith)

Prinsip keyakinan keagamaan menyatakan bahwa orang yang membayar zakat yakin bahwa pembayaran tersebut merupakan

3

Ibrahim Warde, Islamic Finance in the Global Economy, (Edinburgh : Edinburgh University Press, 2010), h. 186-187

4

(29)

12

salah satu manifestasi keyakinan agamanya, sehingga kalau orang yang bersangkutan belum menunaikan zakatnya, belum merasa sempurna ibadahnya.

b. Prinsip pemerataan (equity) dan keadilan (justice)

Prinsip pemerataan dan keadilan cukup jelas menggambarkan tujuan zakat yaitu membagi lebih adil kekayaan yang telah diberikan Allah SWT kepada umat manusia.

c. Prinsip produktivitas (productivity) dan kematangan

Prinsip produktivitas dan kematangan menekankan bahwa zakat memang wajar harus dibayar karena milik tertentu telah menghasilkan produk tertentu. Hasil produksi tersebut hanya dapat dipungut setelah lewat jangka waktu satu tahun yang merupakan ukuran normal memperoleh hasil tertentu.

d. Prinsip nalar (reason)

Prinsip nalar adalah alasan pribadi untuk menunaikan zakat. e. Prinsip kebebasan (freedom)

Prinsip ini menjelaskan bahwa zakat hanya dibayar oleh orang yang bebas dan sehat jasmani serta rohaninya, yang merasa mempunyai tanggung jawab untuk membayar zakat untuk kepentingan bersama.

f. Prinsip etik (ethic) dan kewajaran

Prinsip ini menyatakan bahwa zakat tidak akan diminta secara semena-mena tanpa memperhatikan akibat yang ditimbulkannya.5 4. Tujuan zakat

Tujuan-tujuan zakat, antara lain :

a. Mengangkat derajat fakir-miskin dan membantunya ke luar dari kesulitan hidup serta penderitaan.

b. Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh para

gharimin, ibnu sabil, dan mustahik lainnya.

c. Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat Islam dan manusia pada umumnya.

5

(30)

13

d. Menghilangkan sifat kikir dan atau loba pemilik harta.

e. Membersihkan sifat dengki dan iri (kecemburuan sosial) dari hati orang-orang miskin.

f. Menjembatani jurang pemisah antara orang kaya dan orang miskin dalam suatu masyarakat.

g. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang, terutama pada mereka yang mempunyai harta.

h. Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan hak orang lain yang ada padanya.

i. Sarana pemerataan pendapatan rezeki untuk mencapai keadilan sosial.6

5. Syarat-syarat berzakat

Berdasarkan prinsip etik bahwa zakat tidak dipungut sembarangan, seorang muslim dapat berzakat jika memenuhi beberapa syarat berikut: a. Pemilikan yang pasti

Syarat ini berarti bahwa harta yang dimiliki mutlak berada dalam kekuasaan pemegang harta tersebut.

b. Berkembang

Harta itu berkembang, baik secara alami berdasarkan sunnatullah maupun bertambah karena ikhtiar atau usaha manusia.

c. Melebihi kebutuhan pokok

Harta yang dipunyai oleh seseorang itu melebihi kebutuhan pokok yang diperlukan oleh diri dan keluarganya untuk hidup wajar sebagai manusia.

d. Mencapai nisab

Nisab adalah jumlah minimal harta yang wajib dikeluarkan zakatnya. Jika jumlah harta yang dipunyai mencapai nisab sesuai yang disyariatkan, maka pemilik harta wajib menunaikan zakatnya sesuai dengan norma penghitungan berdasarkan syariat.

e. Mencapai haul

6

(31)

14

Harta yang mencapai haul adalah harta yang telah mencapai waktu tertentu pengeluaran zakat, biasanya dua belas (12) bulan atau setiap kali setelah menuai atau panen.7

6. Motivasi berzakat

Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.8

Begitu juga dengan niat atau motivasi berzakat. Berdasarkan tesis karya Lusiana Kanji, H. Abd. Hamid Habbe dan Mediaty yang berjudul “Faktor-Faktor Determinan Motivasi Membayar Zakat”, terdapat lima faktor motivasi yang mempengaruhi keputusan berzakat secara positif dan signifikan yaitu ibadah, pengetahuan berzakat, harta kekayaan atau pendapatan, peran ulama, dan kredibilitas lembaga amil zakat.

a. Motivasi ibadah

Ibadah merupakan tuntutan atas akidah yang dimiliki oleh setiap muslim yang secara syariat memenuhi kriteria sebagai wajib zakat, terdorong dengan ikhlas untuk mengeluarkan zakat, karena ingin membantu saudara yang membutuhkan dan mendapatkan kebahagiaan melalui ridho Allah SWT. Uraian di atas sejalan dengan pernyataan Hasanuri dalam tesisnya yang berjudul “Pemberdayaan Zakat bagi Pengembangan Ekonomi Ummat” bahwa seseorang termotivasi untuk membayar zakat karena :

1) Membayar zakat merupakan simbol dari keimanan seseorang

2) Membayar zakat adalah merupakan simbol ketaqwaan

7

Mohammad Daud Ali, h.41

8

(32)

15

3) Membayar zakat adalah merupakan simbol kebersihan dan kesucian jiwa

b. Motivasi pengetahuan berzakat

Variabel pengetahuan berzakat berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi membayar zakat. Pernyataan di atas didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Mohd Ali dalam jurnal berjudul “Kesadaran Membayar Zakat Pendapatan dikalangan Kakitangan Universitas Kebangsaan Malaysia” bahwa semakin tinggi tingkat keimanan dan pengetahuan zakat individu muslim akan lebih cenderung untuk membayar zakat. c. Motivasi harta kekayaan atau pendapatan

Harta kekayaan atau pendapatan muzaki berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi membayar zakat dan besarnya nilai zakat. Jika ada kenaikan harta atau pendapatan dapat mempengaruhi peningkatan jumlah zakat yang akan dikeluarkan berikutnya. Pernyataan di atas sesuai dengan teori konsumsi yang menerangkan bahwa kenaikan jumlah pendapatan akan mempengaruhi pengeluaran seseorang, baik dalam bentuk konsumsi maupun tabungan, termasuk dalam bentuk zakat.

d. Motivasi peran ulama

Peran ulama dapat berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi masyarakat dalam membayar zakat. Peran ulama dalam mensosialisasikan zakat di tengah-tengah masyarakat masih diperlukan karena suara ulama masih didengar oleh masyarakat, petuahnya masih dijadikan sandaran dan pegangan oleh masyarakat, disamping itu ulama memiliki jamaah tersendiri. Para ulama dapat menjelaskan kepada masyarakat bahwa ajaran

muamalah maliyah harus dihidupkan kembali sesuai dengan

syariah Islam yang berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah. e. Motivasi kredibilitas lembaga amil zakat

(33)

16

kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow bahwa rasa aman merupakan kebutuhan yang sangat fundamental bagi setiap manusia. Tingginya tingkat kepercayaan muzaki terhadap kredibilitas lembaga amil zakat akan mempengaruhi motivasi membayar zakat. Pernyataan di atas didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Zoel Dirga tentang “Analisis Faktor-Faktor Motivasi yang Berpengaruh Terhadap Keputusan Muzaki Membayar Zakat”. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa responden mengaku lebih senang dan aman menyalurkan zakatnya di lembaga amil zakat karena bisa lebih tepat guna. Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, motivasi kredibilitas lembaga amil zakat berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi membayar zakat.9

7. Norma penghitungan zakat a. Zakat fitrah

Zakat fitrah ini adalah makanan pokok seperti gandum, beras, atau lainnya yang dikeluarkan seseorang pada akhir Ramadhan. Kadarnya sebanyak satu sha’ (2,5 kg).10

b. Zakat mal

1) Zakat emas dan perak

Zakat jenis ini nisabnya adalah 85 gram, dikeluarkan setiap tahun sebanyak 2,5%.

2) Zakat perdagangan

Zakat perdagangan nisabnya seharga 85 gram emas dari uang yang berputar, bukan investasi, dikeluarkan setiap tahun, sebanyak 2,5%.

3) Zakat uang simpanan

Zakat ini nisabnya seharga 85 gram emas, dikeluarkan setiap tahun, sebanyak 2,5%.

9

Lusiana Kanji, Abd. Hamid Habbe, dan Mediaty. Faktor – Faktor Determinan Motivasi Membayar Zakat. Tesis pada Universitas Hasanuddin, 2011, h.6-9, dipublikasikan.

10

(34)

17 4) Zakat pertanian

Zakat ini nisabnya 5 wasaq atau setara dengan 635 kg beras, dikeluarkan setiap panen, sebanyak 5% untuk yang diairi (pakai biaya), dan 10% jika diairi oleh hujan.

5) Zakat investasi

Metodenya mengacu pada zakat pertanian dengan nisab 5

wasaq atau setara dengan harga 635 kg beras, dikeluarkan setiap menerima hasil pembayaran (panen), sebanyak 5% atau 10%.11

6) Zakat profesi

Nisab zakat profesi diukur dari nisab uang yang ditetapkan yaitu sebesar 2,5% dari total penghasilan dan dibayarkan setiap menerima penghasilan.

B. Hakikat zakat profesi 1. Pengertian zakat profesi

Menurut Yusuf Al-Qardhawi, zakat profesi adalah zakat atas penghasilan yang diperoleh dari pengembangan potensi diri yang dimiliki seseorang dengan cara yang sesuai syariat, seperti upah kerja rutin, profesi dokter, pengacara, akuntan, dan lain-lain.12

2. Landasan hukum kewajiban zakat profesi

Semua penghasilan melalui kegiatan profesional tersebut apabila telah mencapai nisab, maka wajib dikeluarkan zakatnya. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah berikut :

“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.” (QS Adz -Dzariyaat : 19)

Ayat tersebut bermakna bahwa semua harta yang dimiliki dan semua penghasilan yang didapatkan, jika telah memenuhi persyaratan kewajiban zakat, maka harus dikeluarkan zakatnya. Sehingga, setiap

11

Al-Furqon Hasbi, 125 Masalah Zakat, (Solo : Tiga Serangkai, 2008), h. 107

12

(35)

18

keahlian dan pekerjaan apapun yang halal, baik yang dilakukan sendiri maupun yang terkait dengan pihak lain, seperti seorang pegawai dan karyawan, apabila penghasilannya dan pendapatannya mencapai nisab, maka wajib dikeluarkan zakatnya.13

3. Landasan filosofis zakat profesi

Landasan filosofis zakat profesi pada sistem hukum sesungguhnya ingin menempatkan kajian yang sesuai bagi pencapaian keadilan sehingga tujuan pembayaran zakat akan ditemukan aspek epistimologi, aksiologi, dan ontologi. Aspek epistimologi adalah bagimana cara agar jenis-jenis profesi dan jasa yang sedemikian luas berkembang dan dapat dikenai kewajiban zakat. Jika pegawai negeri melakukan tindakan pembayaran zakat dan telah mengetahui fungsi dan kegunaan zakat bagi diri dan orang lain, maka itu adalah tindakan aspek aksiologi. Jika pegawai negeri melakukan kewajiban zakat profesi mengetahui hakikat dan tujuannya, seperti untuk memperoleh keselamatan atau masuk surga, maka tindakan itu adalah aspek ontologi.14

4. Ketentuan nisab zakat profesi

Dari sudut ukuran zakat, dianalogikan pada zakat uang, karena memang gaji, honorarium, upah, dan yang lainnya, pada umumnya diterima dalam bentuk uang. Karena itu ukuran zakatnya adalah sebesar 2,5%15 dari total penghasilan yang diperoleh.

5. Waktu membayar zakat profesi

Yusuf Al-Qardhawi, seorang ahli fiqih menyatakan bahwa penerimaan gaji, honorarium, atau upah, sesuai dengan kewajiban yang dibebankan pada para petani, karena penghasilan tetap para petani adalah hasil pertaniannya, dan penghasilan para pegawai serta pekerja profesional adalah uang hasil kerjanya itu. Oleh sebab itu, mereka diwajibkan untuk membayar zakat penghasilan tetapnya itu

13

Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, ( Jakarta : Gema Insani, 2002), h.94-95

14

Muhammad Hadi, h.63

15

(36)

19

saat menerima penghasilannya, sesuai dengan firman Allah yang berbunyi :

ِِهِداَصَح

َِ ْوَي

ِ هّقَح

او تآ َو

َِرَمْثَأ

اَذِإ

ِِه ِرَمَث

ِْنِم

او ك

“Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila berbuah, dan penuhilah haknya (fakir miskin) pada hari memetik hasil tanaman tersebut.” (QS Al-An’am :141)

Memetik hasil tanaman bagi para petani adalah saat panen. Sedangkan memetik hasil bagi para pekerja profesional adalah saat menerima gaji, honorarium, atau imbalan jasa dari pelayanan yang diberikannya pada masyarakat. Oleh sebab itu, pembayaran zakatnya adalah saat menerima gaji atau honorarium tersebut. Penghasilan yang sudah dizakati saat menerima, tidak wajib dizakati lagi di akhir tahun perhitungan.16

6. Zakat profesi pada masa Rasulullah SAW

Selain kekayaan yang wajib dizakatkan seperti uang, hasil pertanian, barang dagangan, buah-buahan, dan harta temuan (rikaz), harta profesi dan jasa sesungguhnya telah ada pada masa kepemimpinan Nabi Muhammad SAW, seperti jasa penggembalaan ternak, pelayanan jamaah haji, penyusuan bayi, dan prajurit tempur.17

C. Hakikat Word of Mouth (WOM)

1. Pengertian Word of Mouth (WOM)

WOM adalah bagaimana komunikasi yang disampaikan seseorang tanpa bermaksud memberi rekomendasi atau promosi, tentang faktor-faktor positif dan negatif suatu produk yang mempengaruhi niat orang yang mendengarnya.18

Definisi lain dari WOM adalah tindakan penyediaan informasi oleh konsumen kepada konsumen lain.19

16

Abuddin Nata, Dede Rosada, dan Akbar Zaenudin, Mengenal Hukum Zakat dan Infak/Sedekah, (Jakarta : Badan Amil Zakat dan Infak/Sedekah (Bazis) Daerah Khusus Ibukota Jakarta, 1999), h.54-55

17

Muhammad Hadi, h.70

18

Tri Putra, h.11

19

(37)

20

Menurut Priharmoko, WOM adalah komunikasi interpersonal antar konsumen non pemasar tentang produk atau jasa atau perusahaan tertentu berdasarkan pengalamannya baik langsung maupun tidak langsung pada suatu waktu tertentu.20

WOM adalah komunikasi interpersonal yang membahas hal tertentu lazimnya berupa produk (barang atau jasa) yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan orang yang menerima informasi.

2. Jenis-jenis WOM a. Organic WOM

WOM jenis ini terjadi secara alami. Orang-orang yang merasa puas pada kualitas suatu produk (barang atau pelayanan), memiliki hasrat alami untuk menunjukkan antusiasme mereka. Orang-orang tersebut yang akan menjadi suporter bagi produk tersebut.

b. Amplified WOM

WOM jenis ini merupakan rancangan perusahaan. Perusahaan melakukan kampanye untuk mendorong atau mengatalisasi WOM pada masyarakat.21

3. Sumber WOM

Menurut buku yang ditulis oleh Silverman yang berjudul “The Secrets of Word of Mouth Marketing”, terdapat tiga sumber

informasi yang memiliki fungsi berbeda sesuai dengan isi informasi. Tiga sumber tersebut yaitu perusahaan (company), para ahli (experts), dan teman (peers). Berikut pengertian tiga sumber informasi WOM.

a. Perusahaan (company) adalah pencipta suatu produk yang melakukan penetrasi ke dalam pasar sehingga perusahaan menggunakan WOM untuk memberikan informasi kepada

20

Farah Amini, h.39

21

(38)

21

masyarakat tentang pengakuan kepemilikan ide atau merk dan manfaat produk.

b. Para ahli (experts) adalah orang-orang yang memiliki pengetahuan tentang produk. Para ahli memberikan informasi-informasi yang faktual tentang produk. Contohnya adalah dosen, praktisi, guru, atau orang lain yang secara ilmiah memahami produk tersebut.

c. Teman (peers) adalah orang-orang yang bukan termasuk produsen atau para ahli. Teman yang dimaksud adalah orang yang mendiskusikan pengalamannya dan ekspektasinya dalam menggunakan suatu produk kepada orang lain. Teman yang dimaksud bukan sebatas teman, melainkan bisa orangtua, kerabat, ataupun orang lain.

[image:38.595.151.520.171.710.2]

Perbedaan fungsi dari ketiganya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.1

Sumber WOM dan informasi yang diberikan22

Sumber WOM

Sumber informasi Fungsi Informasi yang

disampaikan

Perusahaan (Company)

Informasi Klaim, manfaat produk

Para Ahli (Experts)

Konfirmasi Potensi baik yang positif maupun negatif yang dapat muncul dalam situasi yang terbaik Teman

(Peers)

Verifikasi Apa yang diharapkan dalam dunia nyata dalam situasi tertentu

22

(39)

22 4. WOM dan Social Marketing

WOM alami / WOM secara organik mendorong seseorang untuk memberikan informasi kepada orang lain tentang pengetahuan atau pengalamannya mengenai suatu produk.

Menurut Farah Amini dalam tesisnya23, WOM dapat diaplikasikan pada aktivitas social marketing. WOM pada dasarnya juga menggunakan prinsip-prinsip komunikasi pemasaran, hanya saja yang dipromosikan adalah produk/ ide sosial yang bertujuan pada perubahan perilaku khalayak komunikasi (target adopter).

Menurut Kotler dan Roberto dalam Farah Amini24, produk sosial dalam social marketing tidak bisa dihargai oleh khalayak sasaran sebelum mereka mencobanya. Disini peranan untuk bisa memberikan pemahaman sebelum mencoba produk akan sangat diperlukan utamanya dengan menawarkan berbagai macam pengalaman kepada masyarakat sasaran melalui komunikasi personal berupa ide-ide dan praktik-praktik berkaitan dengan produk yang disampaikan.

Penerapan praktik-praktik yang telah dicoba oleh khalayak sasaran akan timbul dua kemungkinan, orang-orang yang puas akan produk tersebut akan menyebarkan WOM positif dan sebaliknya jika orang-orang tersebut tidak puas maka mereka akan menyebarkan WOM negatif. Perilaku tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Harmoko25 bahwa kepuasan konsumen akan mempengaruhi keinginan seseorang menyebarkan informasi mengenai produk atau jasa yang ia konsumsi.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa WOM berperan sebagai salah satu elemen bauran pemasaran yaitu promosi. Bauran pemasaran yang satu ini penting dan memberikan kontribusi yang signifikan dalam meluaskan ide sosial.

23

Farah Amini, h.ii

24

Farah Amini, h.49

25

(40)

23 D. Teori niat berzakat

1. Definisi niat

Niat menurut KBBI adalah maksud atau tujuan suatu perbuatan, kehendak atau keinginan di dalam hati untuk melakukan sesuatu26 Dalam bahasa Indonesia sendiri, niat merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa Arab. Secara bahasa, kata niat berarti al-Qashdu yang dalam Bahasa Indonesia berarti keinginan atau tujuan. Sedangkan secara makna secara istilah dari kata niat yang dijelaskan oleh ulama malikiah adalah keinginan yang ada di dalam hatinya untuk melakukan sesuatu.27 Berikut adalah hadits yang berkaitan dengan niat :

ن

ام

ٍ ئرْما

ٍ و

ٍةَي ن اب

ٍ امْع ْْ

امَنإ

Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya.” (HR Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)28

Berdasarkan hadits di atas, sebuah perbuatan atau aktivitas itu bergantung pada niat pelakunya dan perbuatan itu terealisasi sesuai dengan niatnya.

Assael dan Sylvana dalam Suherman29, memaparkan niat atau

intention memiliki beberapa pengertian sebagai berikut :

a. Intention dianggap sebagai perangkap atau perantara antara faktor-faktor motivasional yang mempengaruhi perilaku. b. Intention juga mengindikasikan seberapa jauh seseorang

akan mencoba.

c. Intention menunjukkan pengukuran kehendak seseorang. d. Intention berhubungan dengan perilaku yang

terus-menerus.

26

Departemen Pendidikan Nasional, h.614 27

http://cinikironk.blogspot.co.id/2013/07/pengertian-hukum-dan-sejarah-penggagas-niat.html diakses oleh penulis pada hari Rabu, 5 Oktober 2016 pukul 10:54 WIB

28

http://muslim.or.id/21418-penjelasan-hadits-innamal-amalu-binniyat-1.html diakses oleh penulis pada hari Rabu, 5 Oktober 2016 pukul 11:10 WIB

29

(41)

24

Menurut Icek Ajzen dan Martin Fishbein pada tahun 1975 mendefinisikan intensi atau niat ini sebagai kemungkinan subjektif (subjective probability) individu untuk berperilaku tertentu.30 Engel mendefinisikan niat (dalam kaitannya dalam niat pembelian) merupakan pembelian yang terencana.31

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi niat

Ada beberapa teori terkait faktor-faktor yang mempengaruhi niat, yaitu :

a. Kotler dan Keller menyatakan bahwa sikap yang berada dalam tahap evaluasi sangat menentukan niat seseorang32

b. Ajzen dan Fishbein pada tahun 1975 dalam The Theory Reasoned Action atau Teori Perilaku Beralasan mengemukakan bahwa niat ditentukan oleh dua faktor yaitu sikap berperilaku secara individu dan norma subjektif. Sikap berperilaku secara individu adalah fungsi dari keyakinan yang menonjol yang menyatakan bahwa perilaku memiliki beberapa atribut dan evaluasi dari keyakinan tersebut. Sedangkan norma subjektif adalah fungsi dari keyakinan individu, secara khusus individu atau kelompok berpikir bahwa mereka seharusnya atau tidak seharusnya menyatakan perilaku dan motivasi individu untuk menuruti referensi tersebut.33

c. Theory Reasoned Action dikembangkan oleh Ajzen menjadi

Theory of Planned Behavior atau Teori Perilaku Terencana. Berdasarkan teori ini, terdapat tiga konseptualisasi faktor independen yang mempengaruhi yaitu :

30

http://kutrat-kotret.blogspot.co.id/2010/03/mendefinisikan-dan-mengukur-niat.html diakses oleh penulis pada hari Rabu, 5 Oktober 2016 pukul 10:44 WIB

31

Irma Dwi Kusuma dan Nindria Untarini, “Pengaruh Pengetahuan Produk Terhadap Niat Beli Dengan Sikap Sebagai Variabel Intervening” dalam Jurnal Ilmu Manajemen Volume 2 No.4 Oktober (Surabaya : Universitas Negeri Surabaya, 2014), h. 1576

32

Irma Dwi Kusuma dan Nindria Untarini, h.1576

33

(42)

25

1) sikap untuk bertindak dan tingkat dimana orang akan menyukai atau tidak menyukai evaluasi dan menilai pertanyaan perilaku.

2) Norma yang dirasakan dan tekanan sosial yang dirasakan untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku.

3) Kontrol perilaku yang dirasakan dan tingkat sumber dan kontrol perilaku yang dirasakan.

d. Menurut teori dan hasil penelitian dari Engel dkk., Constantinides, Goode and Harris, Hsu, dan Cha dalam Saino34, variabel-variabel yang mempengaruhi niat adalah budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi, keluarga, situasi,

usability (kemampuan untuk digunakan oleh individu), interaktivitas, keamanan finansial, sumber daya konsumen, motivasi, keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup, demografi, kepercayaan, persepsi manfaat, persepsi keamanan, dan persepsi kemudahan penggunaan.

3. Proses terbentuknya niat

Perilaku niat untuk membeli adalah bagian dari proses keputusan pembelian dari konsumen, dimana prosesnya diawali dari pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, perilaku pasca pembelian. Dalam tahap evaluasi, konsumen akan membentuk niat pembelian. Sehingga niat beli merupakan hasil dari proses evaluasi terhadap merek. Tahapan terakhir dari pengambilan keputusan secara kompleks termasuk membeli merek yang diinginkan, mengevaluasi merek tersebut pada saat dikonsumsi dan menyimpan informasi ini untuk digunakan di masa yang akan datang.35

34

Ayu Anastasia Mahardika Saino, “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Niat Beli di Zalora Online Shop”, Jurnal Ilmu Manajemen Volume 2 No. 3 Juli (Surabaya, Universitas Negeri Surabaya), h.919 -920

35

(43)

26 4. Pengukuran niat

Niat dapat diukur melalui beberapa skala pengukuran dari poin-poin yang dikemukakan oleh Wu Luan, yaitu :

a. Kemungkinan untuk menggunakan produk b. Keinginan untuk menggunakan produk

c. Ada kemungkinan saya untuk mempertimbangkan menggunakan produk36

5. Niat berzakat profesi

Niat berzakat profesi dapat dikaitkan dengan teori niat beli atau

purchase intention karena zakat profesi juga merupakan suatu produk karena masyarakat perlu berhadapan dengan amil zakat atau ditawarkan oleh lembaga zakat untuk menunaikan zakatnya. Selain dikaitkan dengan teori niat beli (purchase intention), niat berzakat profesi juga dapat dihubungkan dengan teori niat berperilaku (theory of reasoned action) karena berzakat juga merupakan sebuah perbuatan.

Niat pembelian sendiri merupakan perilaku yang muncul sebagai respon terhadap objek.37 Berdasarkan teori niat beli di atas dapat diketahui bahwa masyarakat yang telah mengetahui seluk beluk produk zakat profesi seperti kemudahan cara penyetoran, fasilitas berzakat, dan informasi penyaluran zakat akan merespon hal-hal tersebut dengan menunjukkan niat untuk berzakat.

Begitupula pada zakat profesi, masyarakat mengawali tahapan pengambilan keputusan berzakat dengan mengenali motivasi-motivasi berzakat yang timbul dalam dirinya baik motivasi-motivasi ibadah, pengetahuan berzakat, pendapatan, tausyiah ulama, atau kredibilitas lembaga amil zakat. Kemudian masyarakat yang memiliki motivasi berzakat akan mencari informasi tentang cara berzakat profesi di lembaga amil zakat melalui media informasi yang ia miliki atau informasi yang didapatkan melalui orang-orang yang bertindak

36

http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00356-MN%20Bab2001.pdf diakses oleh penulis pada hari Kamis, 6 Oktober 2016 pukul 12:02 WIB

37

(44)

27

sebagai sumber informasi. Setelah menerima informasi, masyarakat melakukan penilaian alternatif terhadap informasi yang diperoleh tentang lembaga amil zakat tersebut. Pada akhirnya, masyarakat yang tertarik akan mengambil keputusan untuk mengeluarkan zakat profesinya di lembaga amil zakat dan menilai pelayanan lembaga tersebut dan memperoleh pengalaman berzakat tersebut.

Suatu perilaku dapat terjadi berdasarkan niat. Dalam kata lain, tiada perbuatan tanpa ada niat karena niat adalah dasar perbuatan manusia. Hal ini sesuai dengan teori niat berperilaku atau disebut juga teori tindakan beralasan (theory of reasoned action) yang diungkapkan oleh Mowen dan Minor pada tahun 2002 dalam Safitri bahwa perilaku berasal dari formasi niat spesifik untuk berperilaku. Jadi niat berperilaku tidak berusaha memprediksikan perilaku seseorang, tetapi niat untuk bertindak.38 Seorang muslim tidak serta merta menunaikan zakat profesi tanpa adanya niat karena niat merupakan suatu tindakan.

6. Konsep-konsep prapengambilan keputusan selain niat

Berikut adalah definisi-definisi tentang konsep yang berkaitan dengan pengambilan keputusan untuk melakukan suatu perbuatan atau kegiatan.

a. Rencana : rancangan, maksud, niat39

b. Minat : kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu40 c. Intensi : maksud, tujuan41

d. Motivasi : dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.42

38

Afriana Safitri, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Niat Mengonsumsi Daging Halal, Skripsi pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. 2013. Dipublikasikan. h.35

39

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Pusat Bahasa, 2008), h.1162

40

Departemen Pendidikan Nasional, h.916

41

Departemen Pendidikan Nasional, h.541

42

(45)

28 E. Hakikat Badan Amil Zakat Nasional (Baznas)

1. Pengertian Baznas

Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) di Indonesia adalah lembaga nonstruktural bersifat mandiri yang dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) untuk mengelola dana zakat masyarakat Indonesia yang kemudian akan dipertanggung jawabkan kepada Presiden Republik Indonesia melalui Menteri Agama.

2. Latar belakang Baznas

Pada era reformasi, pemerintah yang dipimpin oleh Presiden BJ. Habibie berupaya untuk menyempurnakan sistem pengelolaan zakat di tanah air agar potensi zakat dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki kondisi sosial ekonomi bangsa yang terpuruk akibat resesi ekonomi dunia dan krisis multi dimensi yang melanda Indonesia. Pada tahun 1999, pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah menerbitkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, yang kemudian diikuti dengan dikeluarkannya Keputusan Direktur Jendral Bimas Islam dan Urusan Haji Nomor D-291 Tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat. Berdasarkan UU No.38 Tahun 1999 ini, pemerintah wajib pemfasilitasi terbentuknya lembaga pengelolaan zakat yaitu Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) yang terdiri dari masyarakat dan unsur pemerintah untuk tingkat kewilayahan dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk dan dikelola oleh masyarakat yang terhimpun dalam berbagai ormas (organisasi masyarakat) Islam, yayasan dan institusi lainnya. Baznas dibentuk berdasarkan Keppres No. 8/2001, tanggal 17 Januari 2001.

Ruang lingkup Baznas berskala nasional yaitu Unit Pengumpul Zakat (UPZ) di Departemen/Kementerian, BUMN, Konsulat Jenderal, dan Badan Usaha Milik Swasta berskala nasional, sedangkan Bazda (Badan Amil Zakat Daerah) ruang lingkup kerjanya di wilayah provinsi tersebut.43

43

(46)

29 3. Hubungan pemerintah dengan zakat

Alquran telah menggambarkan bahwa Allah mengamanatkan negara (dalam hal ini adalah pemimpinnya) untuk mengambil zakat dari sebagian harta umat muslim melalui firman-Nya dalam surat At-Taubah ayat 103.

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka, dan mendoalah kamu untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Mahamendengar lagi Mahamengetahui.”

Zakat sebagai kewajiban hamba Allah untuk melaksanakan syariat-Nya tidak terlepas dari supervisi penguasa. Zakat harus dikelola secara rapi dan teratur, dipungut dari orang yang wajib mengeluarkannya untuk diberikan kepada orang yang berhak menerimanya secara syariat.

Kewajiban pemimpin negara dalam mengatur dana zakat ini berlandaskan dalil Alquran surat At-Taubah ayat 60 bahwa Allah SWT telah menyebutkan orang-orang yang bertugas dalam urusan zakat ini, baik sebagai pengumpul maupun pembagi zakat dengan nama “amilina alaiha/petugas zakat”.44

Amil sendiri dalam sejarah Islam maupun keadaan di Indonesia adalah bagian dari negara sebagai pengelola zakat berdasarkan amanat syariat dan pemimpin umat demi kesejahteraan masyarakat. 4. Urgensi membayar zakat mal ke Baznas

Pentingnya berzakat mal melalui Badan Amil Zakat Nasional adalah :

a. Allah SWT menyebutkan amil ke dalam golongan-golongan mustahik di dalam Alquran surat At-Taubah ayat 60 bahwasanya amil bertugas sebagai pengurus zakat masyarakat. Walaupun muzaki membayar langsung zakatnya kepada mustahik itu sah, namun lebih baik zakatnya disalurkan kepada amil.

44

(47)

30

b. Menjamin kepastian dan disiplin

Gambar

Sumber WOM dan informasi yang diberikanTabel 2.1 22
Tabel 2.2 Penelitian yang relevan
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Tabel 3.1 Agenda Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal sisa masa jabatan Kepala Desa yang berhenti lebih dari 1 (satu) tahun karena diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (1) huruf a dan huruf b serta

Angka Saturation Flow didefinisikan sebagai angka maksimum arus yang dapat melewati pendekatan pertemuan jalan menurut kontrol lalu lintas yang berlaku dan kondisi jalan Saturation

Setelah kontroler fuzzy memfuzzifikasi nilai input dari sistem fuzzy, kontroler fuzzy menggunakan input variable fuzzy yang ada dan aturan dasar untuk

Pada efek fotolistrik, paket energi cahaya yang datang sangat bergantung pada frekuensi atau panjang gelombang.

Dari uraian di atas hal menarik untuk dianalisis lebih lanjut yaitu melakukan peringkat dari indikator keberhasilan proyek yang dipengaruhi faktor internal site man- ager yang

Dari hasil pengujian energi listrik yang dihasilkan oleh prototype pembangkit listrik tenaga gelombang laut aksi ganda mampu menghasilkan daya listrik baik pada saat

Meskipun sistem pembekuan darah dan fibrinolitik dapat mengalami perubahan akibat aktivitas fisik, hasil dari studi yang tersedia sampai saat ini masih bias oleh

Penelitian-penelitian terdahulu yang terkait dengan marketing mix dan syariah compliance menunjukan keterkaitan dalam mempengaruhi loyalitas dan keputusan pelanggan,