• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pendapatan Usahatani Kopi Arabika (Coffea arabica ) (Studi Kasus Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pendapatan Usahatani Kopi Arabika (Coffea arabica ) (Studi Kasus Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan)"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KOPI ARABIKA

(

Coffea arabica

)

(Studi Kasus Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta,

Kabupaten Humbang Hasundutan)

SKRIPSI

 

 

 

 

 

 

OLEH: KRISTI SM

100304120 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KOPI ARABIKA

(

Coffea arabica

)

(Studi Kasus Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta,

Kabupaten Humbang Hasundutan)

SKRIPSI

OLEH: KRISTI SM

100304120 AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh: Komisi pembimbing

Ketua, Anggota,

(Prof.Dr.Ir. Kelin Tarigan, M.S.) (Ir. Thomson Sebayang, M.T.)

NIP. 194608021973011001

NIP. 195711151986011001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

Kristi SM (100304120) dengan judul skripsi “Analisis Pendapatan Usahatani Kopi Arabika (Coffea Arabica) di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan” dibawah bimbingan bapak Prof.Dr.Ir.Kelin Tarigan, MS sebagai Ketua Komisi pembimbing dan Ir. Thomson Sebayang, MT sebagai Anggota Komisi pembimbing.

Tujuan Penelitian adalah untuk menganalisis bagaimana produktifitas kopi di daerah penelitian, untuk menganalisis faktor-faktor produksi apakah yang akan mempengaruhi produksi kopi di daerah penelitian, untuk menganalisis biaya produksi dan pendapatan petani kopi di daerah penelitian, serta untuk menganalisis tingkat kelayakan usahatani kopi di daerah penelitian.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis usaha tani, analisis regresi linier berganda, analisis regresi model cobb douglass dan analisis kelayakan finansial. Metode analisis usaha tani digunakan untuk menganalisis biaya produksi dan pendapatan petani kopi. Metode analisis regresi linier berganda dan analisis regresi model cobb douglass digunakan untuk menganalisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi kopi. Dan analisis kelayakan finansial digunakan untuk menganalisis tingkat kelayakan usahatani kopi di daerah penelitian.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor produksi bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja dan lahan, secara serempak berpengaruh nyata terhadap produksi kopi, namun secara parsial hanya variabel bibit dan lahan saja yang berpengaruh nyata terhadap produksi kopi. Usahatani kopi di daerah penelitian adalah usaha yang menguntungkan, dan secara finansial layak untuk diusahakan dan dikembangkan ditinjau dari kriteria kelayakan finansial (NPV, IRR, dan B/C).

(4)

RIWAYAT HIDUP

Kristi SM, lahir di Doloksanggul pada tanggal 9 Juli 1992. Anak pertama dari 6

bersaudara dari pasangan Dumpat Jani Saragih dan Rumatauli Marbun, S.Ag.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1997 masuk Taman Kanak-kanak di TK Santa Lusia Doloksanggul dan

tamat pada tahun 1998.

2. Tahun 1998 masuk Sekolah Dasar di SD Santa Maria Doloksanggul dan tamat

pada tahun 2004.

3. Tahun 2004 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Santa Lusia

Doloksanggul dan tamat pada tahun 2007.

4. Tahun 2007 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Doloksanggul

dan tamat pada tahun 2010.

5. Tahun 2010 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN.

6. Bulan Juli hingga Agustus 2013 Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan

(PKL) di Desa Tanjung Maria, Kecamatan Dolok Masihul, Kab. Serdang

Bedagai.

7. Bulan Juli 2014 melakukan penelitian skripsi di Desa Dolokmargu,

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas anugrah dan

karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini

adalah “Analisis Pendapatan Usahatani Kopi Arabika (Coffea Arabica) dengan Studi Kasus Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan”.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan, dan bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof.Dr.Ir.Kelin Tarigan, MS selaku Ketua Komisi pembimbing.

2. Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT sebagai Anggota Komisi pembimbing.

3. Ayahanda dan Ibunda tercinta Dumpat Jani Saragih dan Rumata Uli Marbun

S.Ag yang telah memberikan doa dan dukungan baik secara moril maupun

materil bagi penulis dalam menyelesaikan pendidikan di Universitas Sumatera

Utara.

4. Adik-adikku tercinta Junita, Agustria, Putriani, Heri Antonius, Daniel Saragih

yang telah memberikan doa dan dukungan bagi penulis dalam menyelesaikan

pendidikan di Universitas Sumatera Utara.

5. Semua keluarga yang telah memberikan doa dan dukungan baik secara moril

dan materil, Secara khusus Tulang Gandawan Simon Petrus Marbun yang

telah membantu dalam memperoleh beasiswa untuk penelitian pada skripsi ini.

6. Teman – teman seperjuangan Ester Septiani Pasaribu, Octa E. Manurung, Sri

Junery br Ginting, Restu Elisabet Nainggolan, Dedek E. Sitorus, Christina

Tampubolon, Miryam Endang, Putri S. Hutasoit, Elisabeth Napitupulu,

Roslina, Tohar MJ Nainggolan, Try Sanjaya, Boy Sitorus, Jufri Manullang,

serta teman seangkatan AGB’10 yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

7. Segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

memberikan bantuan dan dukungan selama penulis menempuh pendidikan dan

(6)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi

kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis ucapkan terima kasih dan berharap

semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang bersangkutan.

Medan, Agustus 2014

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Tinjauan Pustaka ... 6

2.2 Landasan Teori ... 8

2.3 Kerangka Pemikiran ... 11

2.4 Hipotesis Penelitian ... 14

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 15

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 16

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 18

3.4 Metode Analisis Data ... 18

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 23

3.5.1 Defenisi ... 23

3.5.2 Batasan Operasional ... 25

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis ... 26

4.2 Keadaan Iklim dan Topografi ... 27

(8)

4.4 Keadaan Sosial Ekonomi ... 28

4.5 Sarana dan Prasarana ... 29

4.6 Bidang Pemerintahan ... 32

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Petani Responden ... 33

5.1.1. Umur ... 33

5.1.2. Tingkat Pendidikan ... 35

5.1.3. Jumlah Tanggungan Keluarga ... 35

5.1.4. Pengalaman Berusahatani ... 36

5.2Tingkat Produksi Kopi di Daerah Penelitian ... 37

5.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kopi ... 37

5.4 Penerimaan, Biaya Produksi dan Pendapatan Petani Kopi ... 46

5.4.1. Penerimaan Usaha tani Kopi ... 46

5.4.2. Biaya Produksi Usaha tani Kopi ... 47

5.4.3 Pendapatan Usaha tani kopi ... 52

5.5 Analisis Finansial Usaha tani Kopi ... 54

5.5.1. Net Present Value (NPV) ... 55

5.5.2. Internal Rate of Return (IRR) ... 55

5.5.3 Benefit – cost ratio (B/C) ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 58

6.2Saran ... 59

(9)

DAFTAR TABEL

No. JUDUL HALAMAN

1. Data Konsumsi, Produksi, dan Produktivitas Kopi Indonesia 2

2. Data Luas Areal dan Produksi Tanaman Kopi di Kabupaten

Humbang Hasundutan Tahun 2008 - 2012 3

3. Data Luas Lahan, Produksi, dan Produktivitas Komiditi

Kopi Arabika Kecamatan Lintongnihuta Tahun 2009-2011 15

4. Data Luas Areal dan Produksi Tanaman Kopi di Kecamatan

Lintongnihuta, Kab Humbang Hasundutan Tahun 2008 –

2012.

16

5. Jumlah Penduduk dan Jumlah Kepala Keluarga di Desa

Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kab Humbang

Hasundutan Tahun, 2013 28

6. Jumlah Kepala Keluarga Menurut Mata Pencaharian di

Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kab

Humbang Hasundutan Tahun, 2013 29

7. Sarana dan Prasarana di Desa Dolokmargu, Kecamatan

Lintongnihuta, Kab Humbang Hasundutan Tahun, 2013 29

8. Karakteristik Petani Sampel Di Desa Dolokmargu 2014,

Kecamatan Lintongnihuta, Kab Humbang Hasundutan

Tahun, 2014

33

9. Jumlah Petani Sampel Menurut Kelompok Umur di Desa

Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kab Humbang

Hasundutan Tahun, 2014 34

10. Tingkat Pendidikan Petani Kopi Responden di Desa

Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kab Humbang

Hasundutan Tahun, 2014 35

11. Pengalaman Berusaha tani Kopi di Desa Dolokmargu,

Kecamatan Lintongnihuta, Kab Humbang Hasundutan

(10)

12. Nilai Koefisien Regresi Linier Berganda dan Variabel Input

Produksi usaha tani Kopi Arabika Petani Responden, di

Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kab

Humbang Hasundutan Tahun, 2014 38

13. Nilai Koefisien Regresi Model Cobb- Douglass dan

Variabel Input Produksi usaha tani Kopi Arabika Petani

Responden, di Desa Dolokmargu, Kecamatan

Lintongnihuta, Kab Humbang Hasundutan Tahun, 2014 42

14. Dosis Pemupukan Tanaman Kopi Per Pohon 44

15. Rata - rata Penerimaan Petani Kopi Per Petani dan Per Ha 47

16. Rata – rata Biaya Tetap (Penyusutan Peralatan) Usaha tani

Kopi Per Hektar dan Per Petani 48

17. Rata – rata Biaya Tetap Usaha tani Kopi Per Hektar dan Per

Petani 49

18. Rata – rata Biaya Variabel Usaha tani Kopi Per Hektar dan

Per Petani 51

19. Rata – rata Biaya Produksi Petani Kopi Per petani dan Per

Hektar 52

20. Rata – rata Pendapatan Bersih Petani Kopi Per Petani dan

Per Hektar 53

21. Kriteria Kelayakan Finansial Usahatani Kopi Arabika di

Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. JUDUL HALAMAN

1. Kerangka Pemikiran Analisis Pendapatan Usaha Tani

Kopi 13

2. Peta Kecamatan Lintongnihuta, Kab Humbang

Hasundutan

27

3. Struktur Pemerintahan Desa Dolokmargu, Kecamatan

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. JUDUL

1. Karakteristik Petani Responden Usahatani Kopi di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan 2014

2. Jumlah dan Nilai Produksi Usahatani Kopi di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan 2014

3. Pajak Usahatani Kopi di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan 2014

4. Faktor Produksi Bibit Usahatani Kopi di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan 2014

5. Faktor Produksi Pupuk NPK Usahatani Kopi di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan 2014

6. Faktor Produksi Pupuk TSP Usahatani Kopi di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan 2014

7. Faktor Produksi Pupuk Urea Usahatani Kopi di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan 2014

8. Faktor Produksi Pestisida Usahatani Kopi di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan 2014

9. Penyusutan Cangkul Usahatani Kopi di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan 2014

10. Penyusutan Sabit Usahatani Kopi di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan 2014

11. Penyusutan Parang Usahatani Kopi di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan 2014

12. Penyusutan Semprot Usahatani Kopi di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan 2014

13. Tenaga Kerja Pembukaan Lahan Usahatani Kopi di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan 2014

14. Tenaga Kerja Pemeliharaan Usahatani Kopi di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan 2014

15. Tenaga Kerja Pemupukan Usahatani Kopi di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan 2014

(13)

17. Tenaga Kerja Pasca Panen Usahatani Kopi di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan 2014

18. Tenaga Kerja Pasca Panen Usahatani Kopi di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan 2014

19. Biaya Produksi Per Petani Usahatani Kopi di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan 2014

20. Biaya Produksi Per Hektar Usahatani Kopi di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan 2014

21. Pendapatan Per Petani Usahatani Kopi di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan 2014

22. Pendapatan Per Hektar Usahatani Kopi di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan 2014

23. Data Dasar Kombinasi Input dan Output Usahatani Kopi di Desa

Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan 2014

24. Logaritma Natural (Ln) Data Dasar Kombinasi Input dan Output

UsahataniKopi di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan 2014

25. Analisis Finansial Usahatani Kopi di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan 2014

26. Hasil Analisis Fungsi Produksi Cobb-Douglas Input dan Output Usaha tani Kopi di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten

Humbang Hasundutan 2014

27. Hasil Analisis Fungsi Produksi Regresi Linier Berganda Input dan Output Usaha tani Kopi di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta,

Kabupaten Humbang Hasundutan 2014

 

 

 

 

(14)

ABSTRAK

Kristi SM (100304120) dengan judul skripsi “Analisis Pendapatan Usahatani Kopi Arabika (Coffea Arabica) di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan” dibawah bimbingan bapak Prof.Dr.Ir.Kelin Tarigan, MS sebagai Ketua Komisi pembimbing dan Ir. Thomson Sebayang, MT sebagai Anggota Komisi pembimbing.

Tujuan Penelitian adalah untuk menganalisis bagaimana produktifitas kopi di daerah penelitian, untuk menganalisis faktor-faktor produksi apakah yang akan mempengaruhi produksi kopi di daerah penelitian, untuk menganalisis biaya produksi dan pendapatan petani kopi di daerah penelitian, serta untuk menganalisis tingkat kelayakan usahatani kopi di daerah penelitian.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis usaha tani, analisis regresi linier berganda, analisis regresi model cobb douglass dan analisis kelayakan finansial. Metode analisis usaha tani digunakan untuk menganalisis biaya produksi dan pendapatan petani kopi. Metode analisis regresi linier berganda dan analisis regresi model cobb douglass digunakan untuk menganalisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi kopi. Dan analisis kelayakan finansial digunakan untuk menganalisis tingkat kelayakan usahatani kopi di daerah penelitian.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor produksi bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja dan lahan, secara serempak berpengaruh nyata terhadap produksi kopi, namun secara parsial hanya variabel bibit dan lahan saja yang berpengaruh nyata terhadap produksi kopi. Usahatani kopi di daerah penelitian adalah usaha yang menguntungkan, dan secara finansial layak untuk diusahakan dan dikembangkan ditinjau dari kriteria kelayakan finansial (NPV, IRR, dan B/C).

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan

penting dalam perekonomian Indonesia, yaitu sebagai penghasil devisa, sumber

pendapatan petani, penghasil bahan baku industri, penciptaan lapangan kerja dan

pengembangan wilayah. Pemerintah telah menetapkan komoditas utama yang

menjadi prioritas pengembangan dalam beberapa tahun kedepan, lima di

antaranya adalah komoditas pertanian. Satu di antara komoditas pertanian tersebut

adalah kopi (Soemarno dkk, 2009).

Tanaman kopi selain diekspor ke negara lain juga dikonsumsi oleh penduduk di

Indonesia. Konsumsi kopi mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya

taraf hidup dan pergeseran gaya hidup masyarakat perkotaan di Indonesia,

sedangkan dari sisi produksi kopi di Indonesia cenderung berfluktuasi. Padahal

seharusnya dengan meningkatnya konsumsi kopi di Indonesia harus diikuti

dengan peningkatan produksi kopi yang seimbang .

Dari total produksi, sekitar 67% kopi Indonesia diekspor sedangkan sisanya

(33%) untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Tingkat konsumsi kopi dalam

negeri berdasarkan hasil survei LPEM UI tahun 1989 adalah sebesar 500

gram/kapita/tahun. Berdasarkan data yang diperoleh dari AEKI tingkat konsumsi

kopi di Indonesia pada tahun 2012 telah mencapai 900 gram/kapita/tahun, data

(16)

Tabel 1. Data Konsumsi, Produksi, dan Produktivitas Kopi Indonesia

No Tahun Jumlah

Penduduk (jiwa)

Kebutuhan Kopi (Kilogram)

Konsumsi Kopi (Kg/kapita/tahun)

Produksi (Kg/Kapita/

tahun)

Produktivitas (Ton/ Ha)

1 2010 237,000,000 190,000,000 0.80 2,89 0,56

2 2011 241,000,000 210,000,000 0.87 2,63 0,49

3 2012 245,000,000 230,000,000 0.94 3,05 0,57

4 2013** 249,000,000 250,000,000 1.00 2,92 0,54

5 2014** 253,000,000 260,000,000 1.03 2,91 0,54

Sumber: Asosiasi Eksportir Dan Industri Kopi Indonesia

Keterangan: ** Estimasi

Berdasarkan dari tabel diatas dapat dilihat jumlah konsumsi kopi di Indonesia

mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Sementara jumlah produksi kopi di

Indonesia mengalami kenaikan dan penurunan. Namun meskipun produksi kopi

berfluktuasi atau cenderung tidak stabil tetapi jumlah ini sudah mampu memenuhi

kebutuhan konsumsi kopi Indonesia. Jika dilihat dari data yang diperoleh

konsumsi kopi yang dibutuhkan Indonesia pada tahun 2010 sebesar 0,80 kg/

kapita/tahun dengan tingkat produksi 2,89 kg/kapita/tahun serta tingkat

produktivitas sebesar 0,56 ton/Ha. Dalam hal ini terjadi ketidakseimbangan

antara kenaikan jumlah konsumsi dan produksi kopi jika dibandingkan dengan

tingkat produktivitas usahatani kopi yang menurun.

Terjadinya peningkatan konsumsi kopi didalam negeri seiring dengan

pertumbuhan ekonomi Indonesia. Tetapi kenaikan konsumsi kopi Indonesia juga

disebabkan permintaan Negara-Negara konsumen yang mengalami kenaikan.

Menurut Konsultan International Coffee Organization (ICO) yaitu P&A

Marketing International, memperkirakan bahwa pertumbuhan konsumsi kopi

(17)

Peluang dan prospek kopi arabika di pasaran baik skala nasional maupun ekspor

sangat menjanjikan, sehingga pengembangan produksi kopi arabika di sejumlah

daerah di Indonesia harus didukung sepenuhnya. Berdasarkan data dari Badan

Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor komoditi kopi naik 27,9% dari

US$113,2 juta menjadi US$282,2 juta pada kuartal I 2011 dibanding periode

yang sama di 2010. Sebagian besar tujuan ekspor kopi arabika adalah

Negara-negara Eropa, Jepang dan Amerika Serikat seperti gerai kopi Starbucks.

Peningkatan ekspor kopi Indonesia, dapat mendukung percepatan perluasan areal

tanam serta peningkatan jumlah produksi, terutama untuk kopi Arabika di

beberapa sentra produksi kopi di Indonesia seperti Aceh, Sumatera Utara,

Lampung, Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Timur, Jawa Timur, dan Sulawesi.

Di Sumatera utara terdapat beberapa kabupaten yang berusahatani kopi, salah

satunya adalah kabupaten Humbang Hasundutan. Hampir diseluruh daerah

Kabupaten Humbang Hasundutan baik Kecamatan dan desanya berusahatanikan

kopi. Hal ini mengingat dari segi lingkungan (tanah, iklim, ketinggian tempat dan

suhu) yang mendukung pertumbuhan kopi.

Berikut adalah data Luas areal tanaman dan produksi perkebunan kopi Kabupaten

Humbang Hasundutan tahun 2008-2012, dapat dilihat pada tabel:

Tabel 2. Data Luas Areal dan Produksi Tanaman Kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2008-2012.

No Tahun Luas Tanaman (Ha) Produksi (ton)

1 2008 7.540,00 6.234,38

2 2009 7.006,50 5.506,30

3 2010 7.089,50 5.680,10

4 2011 11.221,30 5.934,62

5 2012 11.248,30 5.981,82

(18)

Luas areal tanaman kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan pada tahun

2008-2012 mengalami peningkatan luas tanam yaitu mulai dari 7.540 Ha tetapi pada

tahun 2009 terjadi penurunan luas lahan kopi, dalam kenyataan dilapangan luas

areal tanaman kopi sampai saat ini semakin meningkat. Tidak hanya luas areal

kopi yang semakin meningkat, produksi kopi pun mengalami kenaikan dan

penurunan jumlah kopi. Dengan kata lain produktifitas kopi di kabupaten

Humbang Hasundutan setiap tahunnya tidak stabil.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat diketahui bahwa kabupaten Humbang

Hasundutan merupakan salah satu penghasil kopi. Hal tersebut dapat dilihat dari

tabel luas lahan dan produksi tanaman kopi diatas. Meskipun tingkat produksi dan

luas areal tanam kopi tidak stabil setiap tahunnya, tetapi diharapkan permintaan

terhadap tanaman kopi tetap tinggi terutama bagi negara-negara pengimpor kopi.

Tetapi walaupun permintaan terhadap kopi tinggi mengapa produktivitas kopi di

Indonesia masih rendah, apakah petani mengalami kerugian dalam menjalankan

usahataninya sehingga produktivitas menurun atau apakah ada faktor-faktor yang

menyebabkan rendahnya produktivitas usahatani kopi. Karena jika diamati

permintaan kopi yang tinggi serta harga kopi yang tinggi seharusnya jumlah

produksi akan meningkat. Kondisi yang demikian mempengaruhi pendapatan

petani kopi serta kopi Indonesia dapat kehilangan daya saing.

Dengan demikian peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian ini

mengingat peranan kopi yang penting bagi pendapatan petani kopi dan sumber

(19)

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dirumuskan permasalahan utama

dalam bentuk pertanyaan penelitian (research question) sebagai berikut:

1. Bagaimana produktivitas kopi di daerah penelitian?

2. Faktor-faktor produksi apakah yang akan mempengaruhi produksi kopi di

daerah penelitian?

3. Berapa besar biaya produksi dan pendapatan petani kopi di daerah penelitian?

4. Bagaimanakah tingkat kelayakan usahatani kopi yang dikelolah petani di

daerah penelitian?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis bagaimana produktivitas kopi di daerah penelitian.

2. Untuk menganalisis faktor-faktor produksi apakah yang akan mempengaruhi

produksi kopi di daerah penelitian.

3. Untuk menganalisis biaya produksi dan pendapatan petani kopi di daerah

penelitian.

4. Untuk menganalisis tingkat kelayakan usahatani kopi di daerah penelitian.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian yang dilakukan ini adalah:

1. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi petani dan pihak-pihak yang

terkait pada usahatani Kopi Arabika.

2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah terhadap

pengembangan bisnis komiditi kopi.

3. Sebagai informasi ilmiah yang dapat menjadi bahan acuan dan sumbangan

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA

PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Pustaka

Kopi (Copea spp.) dikenal sebagai bahan minuman yang memiliki aroma harum,

rasa nikmat yang khas, serta dipercaya memiliki khasiat menyegarkan badan.

Karena beberapa kelebihan yang dimilikinya, kopi sangat akrab dilidah dan

banyak digemari tidak saja di Indonesia, tapi di mancanegara. Hingga saat ini

belum diketahui sejak kapan kopi dikenal masuk ke peradaban manusia. Menurut

catatan sejarah, kopi pertama kalinya dikenal di Benua Afrika, tepatnya Etiopia.

Karena kopi sangat digemari oleh Bangsa Etiopia, tanaman ini selalu dibawa

ketika mereka mengembara ke wilayah-wilayah lain seperti Arab, Persia (Irak),

hingga Yaman (Najiyati dan Danarti, 2007).

Kopi arabika memiliki banyak varietas, bergantung dari negara, iklim, dan tanah

tempat kopi itu ditanam. Kopi yang berasal dari Brasil dan Etiopia ini menguasai

70 persen pasar kopi dunia. Kopi lokal semacam Toraja, Mandailing, maupun

kopi luar negeri, seperti Columbia dan Brasilia, merupakan beberapa varian kopi

arabika. Kopi ini memiliki aroma yang wangi, mirip percampuran bunga dan

buah. Hidupnya di daerah yang sejuk dan dingin, Arabika juga mempunyai rasa

asam yang tidak dimiliki kopi jenis robusta dan rasa kental saat disesap di mulut

(Anonimusa, 2012).

Kopi arabika akan tumbuh maksimal bila ditanam diketinggian 1000-2000 meter

(21)

paling cocok untuk tanaman ini berkisar 15-24oC. Tanaman ini tidak tahan pada

temperatur yang mendekati beku dibawah 4oC. Untuk berbunga dan menghasilkan

buah, tanaman kopi arabika membutuhkan periode kering selama 4-5 bulan dalam

setahun. Biasanya pohon arabika akan berbunga diakhir musim hujan. Bila bunga

yang baru mekar tertimpa hujan yang deras akan menyebabkan kegagalan

berbuah. Kopi arabika menyukai tanah yang kaya dengan kandungan bahan

organik. Material organik tersebut digunakan tanaman untuk sumber nutrisi dan

menjaga kelembaban. Tingkat keasaman atau pH tanah yang diinginkan kopi

arabika berkisar 5,5-6.

Kopi Arabika adalah jenis biji tertua dan merupakan yang paling banyak

dibudidayakan. Biji kopi Arabika berharga lebih tinggi di pasar kopi karena kopi

tumbuh pada ketinggian yang lebih tinggi. Biji Kopi Arabika jatuh ke tanah

segera setelah matang, sehingga harus dipanen segera untuk mencegah dari rasa

dan bau tanah. Kopi Arabika juga biasanya diproses secara khusus yang memakan

biaya lebih tinggi (Anonimusb, 2013).

Berdasarkan penelitian terdahulu oleh Hosanna (2009) yang melakukan analisis

usahatani, dapat diperoleh faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kopi di

Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo yaitu pupuk organik, pupuk

anorganik dan tenaga kerja. Jika dilihat dari segi analisis finansial usahatani kopi

di daerah penelitian layak diusahakan dan dikembangkan hal ini dapat dilihat pada

nilai NPV > 0 yaitu sebesar 16,95% sedangkan nilai Net B/C > 1 yaitu sebesar

30,80. Dengan Total biaya produksi per petani adalah sebesar Rp3.194.223,89 per

hektar dan pendapatan usahatani kopi adalah sebesar Rp11.536.269,54 per petani

(22)

2.2. Landasan Teori

Menurut Rahim dan Diah (2008) usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang

cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja,

modal, teknologi, pupuk, benih, dan pestisida) dengan efektif, efisien, dan

kontinyu untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatan

usahataninya meningkat.

Soekartawi (2002), mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan faktor produksi

adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut

mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi dikenal pula

dengan istilah input dan korbanan produksi. Faktor produksi memang sangat

menentukan besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Faktor produksi lahan,

modal untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja dan aspek

manajemen adalah faktor produksi yang terpenting. Hubungan antara faktor

produksi (input) dan produksi (output) biasanya disebut dengan fungsi produksi

atau faktor relationship.

Menurut Mubyarto (1986) dan Soekartawi (1987), biaya usaha tani dibedakan

menjadi: Biaya tetap (fixed cost): biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus

dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Yang

termasuk biaya tetap adalah sewa tanah, pajak, dan penyusutan alat pertanian.

Biaya tidak tetap (variable cost): biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh

produksi yang diperoleh, seperti biaya saprodi (tenaga kerja, pupuk, pestisida, dan

bibit).

Menurut Suratiyah (2006) pendapatan dan biaya usahatani ini dipengaruhi oleh

(23)

pengetahuan, pengalaman, keterampilan, jumlah tenaga kerja, luas lahan dan

modal. Faktor eksternal berupa harga dan ketersedian sarana produksi.

Soekartawi (2003), mengemukakan bahwa pendapatan dibagi menjadi dua bagian

yaitu: Pendapatan Kotor (Penerimaan) usahatani adalah nilai produksi total

usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual, dikonsumsi oleh rumah

tangga petani, dan disimpan digudang pada akhir tahun. Sedangkan Pendapatan

bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan biaya

produksi seperti upah buruh, pembelian bibit, pestiisida dan pupuk yang

digunakan oleh usahatani. Pendapatan keluarga yang diperoleh petani berasal dari

pendapatan bersih dijumlahkan dengan biaya tenaga kerja dalam keluarga.

Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsur

penerimaan dan pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah hasil

perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran

atau biaya yang dimaksudkan sebagai nilai penggunaan sarana produksi dan

lain-lain yang dikeluarkan pada proses produksi tersebut (Ahmadi, 2001).

Untuk menganalisa layak atau tidaknya usahatani yang dijalankan oleh petani

kopi dapat dilihat melalui kriteria investasi. Berikut adalah beberapa kriteria yang

sering digunakan dalam analisis kelayakan finansial adalah NPV (Net Present

Value), Net Benefit/ Cost (B/C) dan IRR (Internal Rate of Return):

Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) sering diterjemahkan sebagai nilai bersih sekarang.

NPV dari suatu proyek atau gagasan usaha merupakan nilai sekarang (present

(24)

tertentu. NPV merupakan kelebihan benefit (manfaat) dibandingkan dengan

cost/biaya. NPV adalah kriteria investasi yang banyak digunakan untuk mengukur

apakah proyek feasible atau tidak. Rumus untuk menghitung NPV adalah sebagai

berikut:

NPV

Bila nilai NPV ≥ 0 maka usahatani dikatakan layak. Bila nilai NPV = 0 maka

usahatani tersebut dapat mengembalikan sebesar cost of capital (discount rate).

Net Benefit Cost Rasio (Benefit B/C)

Net B/C adalah perbandingan antara jumlah NPV positif dengan jumlah NPV

negatif. Net B/C ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat manfaat (benefit)

yang diperoleh dari biaya (cost) yang dikeluarkan. Apabila net B/C > 1, maka

proyek atau gagasan usaha yang akan didirikan layak untuk dilaksanakan.

Demikian pula sebaliknya, apabila net B/C < 1, maka proyek atau gagasan usaha

yang akan didirikan tidak layak untuk dilaksanakan. Rumus Net Benefit Cost

Rasio (Benefit B/C) dapat dilihat sebagai berikut:

Indikator NET B/C adalah :

- Jika Net B/C > 1, maka usahatani layak (go) untuk dilaksanakan

(25)

Internal Rate of Return (IRR)

Internal rate of return adalah nilai tingkat pengembalian investasi, dihitung pada

saat NPV sama dengan nol. Keputusan menerima/menolak rencana investasi

dilakukan berdasarkan hasil perbandingan IRR dengan tingkat pengembalian

investasi yang diinginkan. Rumusnya sebagai berikut:

Bila IRR ≥ i maka usahatani dikatakan layak

Bila IRR ≤ i maka usahatani dikatakan tidak layak

2.3. Kerangka Pemikiran

Pengelolaan usahatani merupakan suatu tindakan petani dalam menentukan,

mengorganisir dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang dimiliki

dengan sebaik-baiknya dan mampu memberikan produksi pertanian sebagaimana

yang diharapkan. Ukuran dari keberhasilan pengelolaan adalah usahatani yang

dilakukan mendapatkan keuntungan yang seimbang.

Petani dalam melakukan proses produksi (Y) untuk menghasilkan output,

diperlukan biaya pengeluaran-pengeluaran (TC) yang digunakan dalam

mempertahankan kelangsungan proses produksi tersebut. Besarnya produksi kopi

(Y) ditentukan dari penggunaan faktor-faktor produksi seperti bibit, pupuk,

pestisida, tenaga kerja dan lahan. Biaya Produksi (C) adalah banyaknya

penggunaan faktor-faktor produksi dikali dengan harga masing-masing harga

faktor produksi, ditambah dengan biaya tetap seperti penyusutan alat-alat yang

(26)

Total penerimaan (TR) petani adalah banyaknya produksi (Y) dikali dengan harga

jual (Py). Selisih antara total penerimaan (TR) dengan biaya total (TC) adalah

income bersih usahatani kopi yang diperoleh petani. Pendapatan bersih petani

dijumlahkan dengan biaya tenaga kerja dalam keluarga adalah pendapatan

keluarga.

Dari hasil perhitungan pendapatan bersih usahatani kopi dapat dianalisis

kelayakan usahatani. Usahatani tersebut dikatakan layak apabila menguntungkan

dan dikatakan tidak layak apabila usahatani yang dijalankan mengalami kerugian

atau penerimaan yang diperoleh lebih kecil dari biaya produksi yang dikeluarkan

dalam menjalankan usahatani tersebut. Secara singkat kerangka pemikiran

(27)

Keterangan:

= Hubungan

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Analisis Pendapatan Usahatani Kopi

PETANI

USAHATANI KOPI

PRODUKSI

PENERIMAAN

PENDAPATAN USAHATANI

BIAYA PRODUKSI

Lahan Bibit

Pupuk

Pestisda

Tenaga Kerja

KELAYAKAN USAHATANI

Alat Analisis Kelayakan:

 Net B / C

 IRR (Internal Rate of Return)

(28)

2.4. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Diduga penggunaan faktor-faktor produksi bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga

kerja dan lahan berpengaruh nyata terhadap produksi usahatani kopi.

2. Diduga Usahatani kopi di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta,

Kabupaten Humbang Hasundutan menguntungkan.

3. Diduga usahatani kopi Arabika di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintong

nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan layak diusahakan dari segi analisis

(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) yaitu

teknik penentuan suatu daerah berdasarkan pertimbangan tertentu. Daerah yang

dijadikan tempat penelitian adalah Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten

Humbang Hasundutan. Pemilihan daerah tersebut didasarkan karena Kecamatan

Lintongihuta merupakan salah satu daerah di Kabupaten Humbang Hasundutan

yang penduduknya melakukan usahatani kopi dengan produksi terbesar diantara

kecamatan yang ada di Kabupaten Humbang Hasundutan.

Tabel 3. Data Luas Lahan, Produksi, dan Produktivitas Komiditi Kopi Arabika Kecamatan LintongnihutaTahun 2009-2011

No Kecamatan

Tahun

2009 2010 2011

Luas Lahan

(Ha)

Produksi (ton)

Luas Lahan

(Ha)

Produksi (ton)

Luas Lahan

(Ha)

Produksi (ton)

1 Pakkat 306,00 236,00 306,50 218,50 330,0 217,50

2 Onan Ganjang 936,50 640,50 943,50 676,30 1.137,5 678,30

3 Sijamapolang 564,00 390,20 568,00 409,80 701,0 408,80 4 Lintongnihuta 1.620,00 1.410,00 1.647,00 1.426,10 2.949,0 1.467,91 5 Paranginan 987,00 835,50 1.002,00 859,50 1.650,0 931,61

6 Doloksanggul 1.485,00 1.120,70 1.507,00 1.208,50 3.088,0 1.353,53

7 Pollung 709,00 588,50 714,50 587,20 854,5 572,91

8 Parlilitan 180,00 102,00 180,00 113,50 249,0 123,5

9 Tarabintang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

10 Baktiraja 219,00 182,80 221,00 180,70 262,0 180,56

Sumber: Data Statistik Humbang Hasundutan dalam angka, 2012.

Berdasarkan data pada tabel dapat dilihat dari tahun 2009-2011 Kecamatan

Lintong Nihuta memperoleh jumlah produksi yang semakin meningkat dari tahun

(30)
[image:30.595.111.516.125.460.2]

Tabel 4.Data Luas Areal dan Produksi Kopi Di Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2010

No Nama Desa Luas Lahan (Ha) Produksi (ton)

1 Hutasoit I 127 273,60

2 Lobutua 96 180,36

3 Pargaulan 115 241,00

4 Naga saribu I 90 162,20

5 Naga saribu II 98 172,50

6 Siharjulu 74 106,00

7 Sibuntuon parpea 31 55,20

8 Sibuntuon partur 164 311,60

9 Sitolu Bahal 109 196,62

10 Tapian nauli 206 374,92

11 Siponjot 192 310,40

12 Dolok margu 184 342,20

13 Sitio II 94 156,70

14 Hutasoit II 115 181,90

15 Bonan dolok 84 176,40

16 Sigompul 103 205,30

17 Nagasarbu IV 96 190,20

18 Nagasaribu V 109 219,40

19 Nagasaribu III 96 182,40

20 Sigumpar 68 110,80

21 Parulohan 182 327,60

22 Habeahan 91 163,80

Total 2.524 4.641,04

Sumber: Data Statistik Humbang Hasundutan dalam angka, 2010.

3.2. Metode penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani tanaman kopi yang telah

menghasilkan, dengan jenis kopi Arabika yang terdapat di desa Dolok Margu

Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan. Jumlah populasi

petani kopi Arabika dalam penelitian ini sebanyak 288 orang.

Besar sampel yang diambil dalam penelitian ini dihitung terlebih dahulu agar

dapat mewakili populasi. Rumus yang digunakan untuk menentukan besar sampel

(31)

Keterangan :

N = Jumlah populasi

n = Besar sampel

e = Kesalahan pengambilan sampel ditetapkan sebesar 12%

Hasil Perhitungan :

= 288 1+288 (0,122)

= 288 5,147

= 56,03 ≈ 60

Pada umumnya persentase kesalahan yang bisa ditolerir pada penelitian sosial

sebesar 5% - 20% karena pada hasil penelitian sosial sulit dipastikan keakuratan

data seperti pada penelitian ilmu pasti. Pada penelitian ini digunakan toleransi

kesalahan sebesar 12%, yaitu diantara 5% hingga 20%. Hasil perhitungan tersebut

menunjukkan bahwa jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 60 orang, yang

diambil dari keseluruhan jumlah populasi petani kopi di daerah penelitian yaitu

sebanyak 288 KK.

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel ialah metode Simple Random

Sampling dimana semua unsur dari populasi petani kopi Arabika mempunyai

kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai anggota sampel. Pengambilan

sampel dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam

(32)

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data

primer diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuisioner oleh responden

yang telah disusun oleh peneliti, serta pengamatan secara langsung. Data primer

yang diambil meliputi penggunaan input, biaya input, jumlah produksi kopi

Arabika dan data lain yang berkaitan dengan penelitian ini. Sedangkan data

sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi terkait seperti Dinas Pertanian

Humbang Hasundutan, BPS Sumatera Utara, BPS Humbang Hasundutan, dan

dinas-dinas lain yang terkait dengan penelitian ini, serta literatur, buku-buku, atau

media lainnya yang mendukung penelitian ini.

3.4. Metode Analisis Data

Untuk menguji hipotesis (1) dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

analisis fungsi Cobb-Douglas dengan menggunakan alat analisis regresi berganda

dengan bantuan alat analisis data kuantitatif dengan persamaan sebagai berikut :

Y = aX1b1X2b2 X3b3…..Xnbn eu

Agar fungsi produksi dapat ditaksir dengan menggunakan metode kuadrat

terkecil (MKT), maka perlu di-transformasikan ke dalam bentuk fungsi linier

sebagai berikut :

LnY = ln a + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + b3 Ln X3 + b4 Ln X4 + b5 Ln X5+ eu

Bila fungsi Cobb Douglass tersebut dinyatakan oleh hubungan Y dan X, maka:

(33)

Keterangan :

Y = Produksi (kg)

X1 = Bibit (batang)

X2 = Pupuk (kg)

X3 = Pestisida (ltr)

X4 = Tenaga Kerja (HKO)

X5 = Lahan (Ha)

a,b = Besaran yang akan diduga

e = Bilangan natural (2,718)

u = Kesalahan

Untuk menguji hipotesis (2) dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

analisis sebagai berikut:

Analisis Biaya

Pengeluaran yang dikeluarkan oleh petani dalam satu kali masa tanam terdiri dari

biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap diartikan sebagai biaya yang

dikeluarkan oleh petani yang tidak tergantung pada besarnya output yang

dihasilkan.Biaya variabel diartikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi

oleh output yang dihasilkan. Kedua biaya tersebut jika dijumlahkan akan

(34)

Untuk menghitung seluruh biaya digunakan rumus :

TC = FC + VC

Dimana :

TC = Total cost

FC = Fixed Cost

VC = Variabel Cost

Analisis Pendapatan

Menurut Soekartawi (1995), penerimaan dalam usahatani merupakan perkalian

antara produksi fisik dengan harga jual atau harga produksi. Sedangkan menurut

Boediono (1995), penerimaan total (total revenue) adalah penerimaan produsen

dari hasil penjualan output-nya. Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai

berikut:

TR = Q x P

Keterangan:

TR = Penerimaan total (Rp)

Q = Jumlah produksi yang dihasilkan (kg)

P = Harga (Rp)

Penerimaan yang diperoleh oleh petani merupakan hasil produksi dikalikan

dengan harga produk yang diterima petani. Sedangkan pendapatan petani adalah

hasil pengurangan total penerimaan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh

petani dalam satu kali masa tanam. Untuk menghitung jumlah pendapatan petani

(35)

π = TR –TC

Dimana:

π = Pendapatan petani

TR = Total Revenue

TC = Total Cost

Pendapatan petani dinyatakan lebih besar apabila usahatani yang dilakukan

efisien, dalam artian penggunaan faktor produksi menggunakan biaya minimal

untuk menghasilkan produksi kopi yang maksimal. Karena keberhasilan petani

tidak hanya diukur dari besarnya hasil produksi, akan tetapi juga dilihat dari

besarnya biaya dalam proses proses selama produksi berlangsung. Hal ini

dikarenakan dalam proses produksi sangat menentukan pedapatan bersih petani.

Sedangkan untuk menguji Hipotesis (3) dilakukan dengan menggunakan analisis

finansial yaitu Net B/C, NPV, dan IRR sebagai berikut:

Net B/C

B/C ratio mengukur mana yang lebih besar, biaya yang dikeluarkan dibanding

hasil (output) yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan dinotasikan dengan C

(36)

Apabila net B/C > 1, maka usahatani kopi layak untuk dilaksanakan. Demikian

pula sebaliknya, apabila net B/C < 1, maka usahatani tidak layak untuk

dilaksanakan.

Dimana:

Bt = Benefit usahatani pada tahun t

Ct = Biaya usahatani pada tahun t

n = Umur ekonomis

t = Jangka waktu (tahun ke)

I = Investasi Awal usaha

i = Tingkat suku bunga yang berlaku

Net Present Value (NPV)

NPV merupakan manfaat yang diperoleh pada suatu masa proyek yang diukur

pada tingkat suku bunga tertentu. Bila NPV > 0, maka usahatani tersebut layak.

Dimana :

NPV = Nilai uang sekarang dan waktu tertentu

Bt- Ct = Pendapatan bersih pada tahun t

i = Tingkat suku Bunga yang berlaku

t = Jangka waktu (tahun ke)

(37)

Internal Rate of Return (IRR)

Internal rate of return (IRR) adalah nilai tingkat pengembalian investasi, dihitung

pada saat NPV sama dengan nol. Rumusnya sebagai berikut:

Bila IRR ≥ i maka usahatani dikatakan layak

Bila IRR ≤ i maka usahatani dikatakan tidak layak

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional 3.5.1. Defenisi

1. Petani sampel adalah penduduk yang mengerjakan usahatani kopi di daerah

penelitian.

2. Usahatani adalah upaya petani untuk menggunakan atau memanfaatkan

seluruh sumberdaya dalam suatu usaha pertanian secara efisien sehingga dapat

diperoleh hasil berupa produksi maupun keuntungan finansial secara optimal.

3. Faktor-faktor produksi pertanian adalah : bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja,

dan lahan.

4. Jumlah produksi usahatani adalah total tanaman kopi yang dihasilkan dalam

jangka waktu satu kali musim tanam yang diukur dalam satuan

kilogram/hektar (kg/ha).

5. Biaya Produksi adalah pengorbanan yang diukur dengan satuan uang yang

dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.

6. Biaya tetap (Fixed Cost) adalah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan

(38)

kecilnya output yang yang diperoleh per satu kali musim tanam dengan satuan

Rupiah (Rp).

7. Biaya tidak tetap (Variabel Cost) adalah biaya yang dikeluarkan dalam

kegiatan usahatani kopi yang besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah produksi

yang dihasilkan persatu kali musim tanam dengan satuan rupiah (Rp).

8. Komponen biaya produksi termasuk biaya tenaga kerja, biaya penyusutan dan

biaya sarana produksi seperti bibit, pupuk, pestisida dll.

9. Total penerimaan adalah hasil perkalian antara jumlah produksi kopi dengan

harga jual kopi dengan menggunakan satuan rupiah (Rp).

10.Pendapatan adalah penerimaan yang diperoleh petani dari pengelolaan

usahatani kopi, setelah dikurangi dengan seluruh biaya yang dikeluarkan.

11.Net B/C adalah perbandingan antara jumlah NPV positif dengan jumlah NPV

negatif.

12.NPV adalah kriteria investasi yang banyak digunakan untuk mengukur apakah

proyek feasible atau tidak. NPV merupakan kelebihan benefit (manfaat)

dibandingkan dengan cost/biaya.

13.Internal rate of return (IRR) adalah nilai tingkat pengembalian investasi,

(39)

3.5.2. Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta,

Kabupaten Humbang Hasundutan, Propinsi Sumatera Utara.

2. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2014

3. Sampel dalam penelitian ini adalah petani yang melakukan usahatani kopi di

Desa Dolokmargu Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang

Hasundutan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(40)

BAB IV

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak Geografis

Desa Dolok Margu adalah salah satu dari 22 desa di Kecamatan Lintongnihuta

dengan Luas Wilayah desa Dolok Margu ± 400 Ha. Jarak Desa Dolok Margu Ke

Ibukota Kecamatan Lintongnihuta ± 7 Km dan ibu kota kabupaten ± 8 Km. Desa

Dolok Margu terdiri dari 40 perkampungan yang dibagi menjadi 5 Dusun yaitu:

1. Dusun I : 111 KK

2. Dusun II : 68 KK

3. Dusun III : 49 KK

4. Dusun IV : 78 KK

5. Dusun V : 72 KK

Desa Dolok Margu dengan luas wilayah desa 1.261,77 Ha. Secara geografis

terletak di Kecamatan Lintongnihuta berada pada 20130 - 20200 Lintang Utara,

98047 - 98057, dengan batas-batas sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Desa Sileang dan Kecamatan Doloksanggul

 Sebelah Timur : Desa Siponjot

 Sebelah Barat : Desa Pakkat Kecamatan Doloksanggul

(41)
[image:41.595.116.479.82.417.2]

Gambar 2. Peta Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan

4.2 Keadaan Iklim dan Topografi

Desa Dolokmargu berada pada ketinggian 1.000-1.500 m diatas permukaan laut.

Jika dilihat dari kemiringan tanah Desa Dolokmargu tergolong datar. Iklim di

Desa Dolokmargu tergolong dalam daerah tropis basah dengan dua musim yaitu

musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada

bulan April sampai dengan bulan Agustus dan musim penghujan biasanya terjadi

pada bulan September s/d bulan Maret. Desa Dolokmargu memiliki hawa yang

dingin dengan Suhu udara berkisar antara 17°C – 29°C dan rata-rata kelembaban

(42)

4.3 Keadaan Penduduk

Jumlah Penduduk dan Jumlah Kepala Keluarga

Penduduk merupakan modal dasar (Asset) dari suksesnya kegiatan pembangunan.

Oleh karena itu, perannya akan dapat menentukan perkembangan dan kemajuan

suatu wilayah, baik dari skala regional maupun skala nasional. Untuk mengetahui

lebih lanjut mengenai jumlah penduduk dan jumlah kepala keluarga yang ada di

desa Dolok Margu akan dijelaskan pada tabel dibawah ini.

Tabel 5. Jumlah Penduduk dan Jumlah Kepala Keluarga di Desa Dolok Margu, Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan, 2013.

No Uraian Jumlah Penduduk (Jiwa)

1. Penduduk

 Laki-Laki

 Perempuan

812 844

2. Kepala Keluarga (KK) 380

Sumber : Profil Desa Dolok Margu, 2012

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa jumlah penduduk secara keseluruhan

adalah 1.656 jiwa, dimana jumlah penduduk laki-laki sebesar 812 jiwa dan jumlah

penduduk perempuan sebesar 844 jiwa yang terbagi menjadi 380 Kepala Keluarga

(KK).

4.4 Keadaan Sosial Ekonomi

Jumlah Kepala Keluarga Menurut Mata Pencaharian

Di desa Dolok Margu Mata Pencaharian penduduk mayoritas adalah petani yang

terdiri dari petani kopi, padi, cabe, tomat, sayur mayur, kentang dan lain-lain.

Sebagian lagi masyarakat di desa ini adalah swasta dan PNS. Adapun jumlah

kepala keluarga (KK) menurut kelompok mata pencaharian di desa Dolok Margu

(43)
[image:43.595.118.515.120.271.2]

Tabel 6. Jumlah Kepala Keluarga Menurut Mata Pencaharian di Desa Dolok Margu, Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan, 2013.

No. Mata Pencaharian Jumlah Penduduk (KK)

1. Petani 288

2. PNS 29

3. Pensiun PNS 15

4. TNI/Polri 1

5. Pengusaha 45

6. KK Gakin 150

7. Rumah tidak layak huni 20

Sumber : Profil Desa Dolok Margu, 2012

4.5 Sarana dan Prasarana

Sarana merupakan fasilitas yang dapat menunjang setiap bentuk kegiatan

masyarakat pada suatu wilayah, sehingga memberikan kemajuan dan

perkembangan di wilayah tersebut. Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di

[image:43.595.113.515.475.699.2]

desa Dolok Margu dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 7. Sarana dan Prasarana di Desa Dolok Margu, Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan, 2013

No. Jenis dan Prasarana Jumlah (Buah)

1. Sarana pendidikan

 PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)

 TK (Taman Kanak-kanak)

 SD

 SMP

 SMA

1 - - - -

2. Sarana Peribadatan

 Gereja HKBP

 Gereja Kristen Protestan

1 1

3. Sarana Kesehatan

 Posyandu/Poskesdes 1

4. Sarana Perkantoran

 Kantor Kepala desa 1

5. Sarana Penunjang

(44)

Sarana Pendidikan

Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa sarana pendidikan yang terdapat di

Desa Dolokmargu masih sangat terbatas dimana hanya terdapat satu unit

bangunan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) sebagai sarana pendidikan

masyarakat. Keberadaan sarana pendidikan ini tidak cukup memberikan

kemudahan bagi penduduk yang berdomisili di daerah ini. Pada umumnya

masyarakat di desa ini akan menempuh jarak yang cukup jauh untuk memperoleh

sarana pendidikan di tingkat SD, SMP sampai SMA, karena sarana pendidikan di

tingkat tersebut hanya dapat diperoleh di daerah pusat Kecamatan seperti

Kecamatan Lintongnihuta dan Kecamatan Doloksanggul.

Sarana Kesehatan

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa sarana kesehatan di Desa Dolok Margu

sangat terbatas dimana hanya tersedia satu unit posyandu sebagai sarana

kesehatan untuk keperluan pelayanan masyarakat dalam bidang kesehatan dan

pengobatan. Sarana kesehatan inilah yang melayani kesehatan masyarakat dengan

jumlah 1.656 jiwa. Kegiatan Posyandu di Desa Dolokmargu diadakan sedikitnya

satu bulan sekali yaitu dengan memeriksa kesehatan anak, melihat perkembangan

dan pertumbuhan serta pemberian imunisasi.

Sarana Peribadatan

Masyarakat desa Dolok Margu adalah masyarakat homogen termasuk agamanya.

Masyarakat desa Dolok Margu hampir seluruhnya berpendudukan satu keturunan

(satu marga) yang sama yang berpindah tempat, hanya menganut satu agama saja

yaitu Kristen Protestan 100%. Melalui bangunan ibadah yang ada, penulis hanya

(45)

Protestan yang lain . Sementara bangunan ibadah untuk agama yang lain tidak ada

ditemui. Desa Dolok Margu dengan jumlah penduduk sebanyak 1.656 jiwa

seluruhnya menganut agama Kristen Protestan.

Sarana Perkantoran

Didesa Dolokmargu hanya terdapat satu unit bangunan sebagai sarana

perkantoran yaitu kantor kepala desa. Kantor ini digunakan oleh kepala desa dan

masyarakat setempat untuk menangani masalah administrasi penduduk di desa

Dolokmargu.

Sarana Penunjang

Sarana penunjang seperti penyediaan air bersih untuk keperluan masyarakat Desa

Dolokmargu terdapat 4 (empat) unit. Sarana air bersih ini pada umumnya

digunakan oleh masyarakat yang belum memiliki sumur bor sendiri. Sarana ini

sangat membantu masyarakat yang mengalami kesulitan untuk memperoleh air

(46)

4.6 Bidang Pemerintahan

Desa Dolok Margu mempunyai 1 (satu) unit Kantor Kepala Desa yang terletak di

Lumban Parbutian Dusun III. Dalam menjalankan sistem pemerintahannya desa

Dolok Margu dipimpin oleh seorang kepala desa dan dibantu oleh 1 (satu) orang

Sekertaris desa, 3 (tiga) orang pelaksana teknis urusan yaitu Urusan

Pemerintahan, Urusan Pembangunan, Urusan Kemasyarakatan dan Umum dan 7

(Tujuh) Orang Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Struktur pemerintahan di

[image:46.595.111.535.346.571.2]

Desa Dolok Margu tersebut dapat dilihat pada gambar 3 berikut:

Gambar 3. Struktur Pemerintahan Desa Dolok Margu Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan

Keterangan: - - - - Garis Koordinasi

Garis Komando

Kepala Desa

Kaur Pemerintahan

Kaur Pembangunan

Kaur Kemasyarakatan

Sekertaris Desa

(47)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik petani sampel menggambarkan kondisi atau keadaan serta status

petani tersebut. Karakteristik seorang responden didalam penelitian akan sangat

membantu untuk memperoleh informasi tentang keadaan usahataninya terutama

dalam peningkatan produksi usahataninya.

Pembahasan tentang karakteristik petani kopi sampel pada pada penelitian ini,

meliputi beberapa hal yaitu umur tanaman, umur petani sampel, tingkat

pendidikan, pengalaman berusahatani, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan,

produksi, produktivitas, akan dijelaskan lebih rinci sebagai berikut.

Tabel 8. Karakteristik Petani Sampel Didesa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan 2014.

No Uraian Range Rataan

1 Umur Tanaman (Tahun) 1-10 5,85

2 Umur Petani Sampel (Tahun) 25-65 47,51

3 Tingkat Pendidikan (Tahun) 6-16 11,21

4 Jumlah Tanggungan (Jiwa) 0-10 3,58

5 Pengalaman bertani (Tahun) 1-45 20,21

6 Luas Lahan (Ha) 0,04-1,5 0,39

7 Produksi (Kg) 0-800 243,1

8 Produktivitas (Kg/Ha) 0-3000 722,01

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 1 dan 2

5.1.1. Umur

Umur petani kopi di Desa Dolokmargu berkisar antara 25-65 tahun dengan

rata-rata umur 47,52 tahun. Berdasarkan data umur yang diperoleh, pada umumnya

petani kopi berada pada usia produktif sehingga mempunyai kemampuan lebih

baik dalam berfikir dan bertindak untuk merencanakan suatu kegiatan. Tingkat

[image:47.595.113.515.421.572.2]
(48)

usahatani yang dikerjakannya. Pada umumnya petani yang berumur muda dan

sehat jasmaninya memiliki kemampuan fisik yang lebih kuat sedangkan semakin

tua umur petani kopi maka kemampuan kerjanya relatif menurun, produktifitas

kerja petani kopi juga terbatas setelah melewati tahap jenuh dalam mengerjakan

usahataninya. Sementara itu petani yang masih muda memiliki tingkat adopsi

yang lebih tinggi terhadap ide-ide baru yang disampaikan oleh para ahli atau

penyuluh pertanian, dan cepat menerima perkembangan teknologi yang

berhubungan dengan usahatani yang petani kopi kerjakan. Petani muda ini juga

lebih berani mengambil resiko meskipun masih kurang memiliki pengalaman

yang cukup dibanding dengan petani usia tua. Oleh karena itu, usia sangat

mempengaruhi kemampuan petani untuk mengambil keputusan untuk usahatani

nya. Umur petani sampel bervariasi antara petani yang satu dengan petani yang

lainnya. Umur petani kopi sampel dalam penelitian ini diklasifikasikan menurut

[image:48.595.108.517.473.580.2]

kelompok umur dengan tingkat produksi yang dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 9. Jumlah Petani Sampel Menurut Kelompok Umur di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan, 2014. No. Kelompok Umur (Thn) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 25 – 34 14 23,3

2 35 – 44 12 20

3 45 – 54 11 18,3

4 55+ 23 38,3

Total 60 100,00

Sumber: Diolah dari Data Primer, 2014 (Lampiran 1)

Pada Tabel 9. terlihat bahwa pada umumnya petani kopi sampel tergolong dalam

usia produktif (25 – 54 tahun) yaitu sebanyak 37 orang dengan persentase 61,6

persen. Sedangkan kelompok umur non produktif (diatas 55 tahun) yaitu sebanyak

(49)

5.1.2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan petani merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang

pembangunan pertanian. Kemampuan petani dalam mengelola usahataninya

sebagian besar ditentukan oleh tingkat pendidikannya, baik pendidikan bersifat

formal maupun non formal. Pendidikan petani yang lebih baik akan

memungkinkan petani untuk mengambil langkah yang bijaksana dalam bertindak

atau mengambil keputusan serta memungkinkan petani untuk mempelajari dan

menerapkan teknologi baru dalam pengembangan usahataninya. Untuk

mengetahui lebih rinci tingkat pendidikan dari petani kopi responden dapat dilihat

[image:49.595.108.517.362.475.2]

pada Tabel 10.

Tabel 10.Tingkat Pendidikan Petani Kopi Responden di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan, 2014.

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

1 SD (Sekolah Dasar) 2 3,3

2 SMP (Sekolah Menengah Pertama) 15 25

3 SMA (Sekolah Menengah Atas) 42 70

4 S1 (Strata 1) 1 1,6

Total 60 100,00

Sumber: Diolah dari Data Primer, 2014 (Lampiran 1)

Berdasarkan Tabel 10, terlihat bahwa tingkat pendidikan petani responden

tergolong sedang yaitu rata-rata pada tingkat SMA dengan jumlah 42 orang atau

70 % dari besar sampel. Hal ini berarti bahwa pengetahuan petani responden

tergolong sedang dalam menerima teknologi baru.

5.1.3. Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga petani kopi didaerah penelitian ini mempunyai

kisaran 1-10 orang dengan rata-rata jumlah tanggungan keluarga 4 orang. Petani

yang memiliki jumlah anggota keluarga lebih besar dari 50% memiliki arti yang

(50)

sumbangan tenaga keluarga terhadap kegiatan usahatani kopi, dan mengurangi

pemakaian tenaga kerja luar keluarga. Jumlah anggota keluarga petani juga akan

mempengaruhi tingkat pendapatan dan kesejahteraan keluarga petani.

5.1.4. Pengalaman Berusahatani

Pengalaman berusahatani akan berpengaruh terhadap pola pengelolaan

usahataninya. Pada umumnya petani yang berpengalaman dalam usahatani kopi

lebih terampil dalam melakukan aktivitas usahataninya. Adapun pengalaman

berusahatani kopi responden di dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 11

[image:50.595.112.517.366.463.2]

berikut:

Tabel 11. Pengalaman Berusahatani Kopi di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan.

No Pengalaman Berusahatani (tahun)

Jumlah (orang) Persentase (%)

1 1 - 10 19 31,6

2 11 – 20 16 26,6

3 21 – 30 12 20

4 >30 13 21,6

Total 60 100,00

Sumber: Diolah dari Data Primer, 2014 (Lampiran 1)

Pengalaman berusahatani kopi para petani berkisar antara 1-35 tahun dengan

rata-rata 20 tahun. Berdasarkan kisaran pengalaman berusahatani jika dibandingkan

dengan umur ekonomis kopi (10 tahun) maka diketahui bahwa ada beberapa

petani yang melakukan penanaman kopi lebih dari 1 kali. Pengalaman

berusahatani kopi ini akan membantu petani dalam mengambil keputusan dalam

(51)

5.2 Tingkat Produksi Kopi di Daerah Penelitian

Produksi kopi di daerah penelitian yakni di desa Dolokmargu, Kecamatan

Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan rata-rata sebesar 729,3 Kg

dengan rata-rata produktifitas sebesar 1.444 Kg/Ha atau sebesar 1,5 Ton/Ha

sedangkan produksi kopi diseluruh wilayah Kecamatan Lintongnihuta adalah

sebesar 1.499,50 Kg dengan rata-rata produktifitas sebesar 851,99 Kg/Ha atau

sebesar 0,85 Ton/Ha. Bila produksi kopi didaerah penelitian dibandingkan dengan

produksi kopi di tingkat Kecamatan Lintongnihuta, maka diketahui produksi kopi

didaerah penelitian 770,2 Kg lebih rendah dibandingkan dengan produksi kopi

tingkat kecamatan.

Sementara itu apabila produktifitas kopi daerah penelitian dibandingkan dengan

produktifitas kopi tingkat Kecamatan Lintongnihuta, maka diketahui bahwa

produktifitas kopi di daerah penelitian 0.65 Ton/Ha lebih tinggi dibandingkan

dengan produktifitas kopi tingkat kecamatan. Selanjutnya bila dibandingkan

dengan produktifitas kopi di daerah Kabupaten Humbang Hasundutan yakni

sebesar 800,11 Kg/Ha atau sebesar 0,8 Ton/Ha maka hal ini menunjukkan bahwa

produktifitas kopi di daerah penelitian lebih tinggi 0,7 Ton/Ha dibandingkan

Kabupaten Humbang Hasundutan.

5.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kopi

Didalam penelitian ini terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kopi di

daerah penelitian yaitu bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja dan lahan.

Pengaruh faktor-faktor produksi tersebut terhadap produksi kopi di analisis

dengan menggunakan analisis regresi linier berganda dan regresi linier model

(52)

1. Analisis Regresi Linier Berganda

Y = a + b1X1 + b2X2 +b3X3 + b4X4 + b5X5 + e

Dimana:

Y = Produksi

X1 = Bibit (Batang)

X2 = Pupuk (Kg)

X3 = Pestisida (Ltr)

X4 = Tenaga Kerja (HKO)

X5 = Lahan (Ha)

Hubungan variabel input dan output pada usahatani kopi dapat diketahui melalui

uji-F. Adapun kegunaan dari uji-F adalah untuk mengetahui pengaruh secara

keseluruhan (bersama-sama) penggunaan input dan output. Besarnya pengaruh

masing- masing penggunaan input tersebut dapat dilihat dari koefisien regresi

(βi) dan Uji-t dari fungsi regresi linier berganda pada usahatani kopi diuraikan

[image:52.595.110.524.516.724.2]

pada Tabel 12.

Tabel 12. Nilai Koefisien Regresi Linier Berganda dan Variabel Input Produksi UsahataniKopi Arabika Petani Responden, di desa Dolokmargu, Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan, 2014. No Input Produksi

(Xi)

Unstandardized Coefficients (B)

Standardized Coefficients

(ßi)

t-hitung Significant

Constant -124,830 -2,315 0,024

1 Bibit (B) 0,470 0,284 2,549* 0,014

2 Pupuk (PU) 0,142 0,020 0,175 tn 0,862

3 Pestisida (PE) 120,385 0,147 0.976 tn 0,333

4 Tenaga Kerja (TK)

12,299 0,232 3,382* 0,001

5 Luas Lahan (LL) 395,094 0,348 1,937 tn 0,058

R Square = 0,876 F Hitung = 76,49 ttabel = 2, 00 F tabel = 2,38

Keterangan : * = berpengaruh nyata tn = berpengaruh tidak nyata

(53)

Berdasarkan data pada Tabel 12, maka persamaan fungsi produksi regresi linier

berganda usahatani Kopi Arabika di desa Dolokmargu sebagai berikut :

Y = -124,830 + 0,470X1 + 0,142X2 +120,385X3 + 12,299X4 + 395,094X5 + e

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh koefisien determinasi (R2) sebesar 0,876

yang berarti bahwa variabel tidak bebas (Y) pada model dijelaskan oleh variabel

bebas (Xi) secara bersama-sama sebesar 87,6% dan sisanya sebesar 12,4 %

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam model.

Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa nilai Fhitung > Ftabel pada taraf

kepercayaan 95 % (76,49 > 2,38) yang berarti bahwa variabel bebas secara

keseluruhan (bersama-sama) sangat berpengaruh nyata terhadap produksi kopi.

Sedangkan secara parsial pengaruh penggunaan masing-masing variabel terhadap

produksi kopi berdasarkan nilai thitung dan koefisien regresi linier berganda

adalah sebagai berikut :

Bibit

Berdasarkan hasil uji-t diperoleh thitung > ttabel (2,54 > 2,00) pada taraf

kepercayaan 95%, yang berarti bahwa bibit berpengaruh nyata terhadap produksi

kopi. Dari hasil Uji Standardized Coefficients (ßi) dimana variabel Bibit

memberikan kontribusi sebesar 0,284 dimana bila bibit ditambah sebesar 1% akan

menaikkan produksi kopi sebesar 0,284%. Namun hal ini harus disesuaikan

(54)

Pupuk

Dari hasil uji-t menunjukkan nilai thitung < ttabel (0,175 < 2,00) pada taraf

kepercayaan 95%, yang berarti bahwa pupuk tidak berpengaruh nyata terhadap

produksi kopi. Selanjutnya pada hasil Uji Standardized Coefficients (ßi), variabel

pupuk memberikan kontribusi sebesar 0,020. Artinya setiap penambahan pupuk

sebesar 1% akan menaikkan produksi kopi sebesar 0,020%.

Pestisida

Dari hasil uji-t menunjukkan nilai thitung < ttabel (0.976 < 2,00) pada taraf

kepercayaan 95%, yang berarti bahwa pestisida tidak berpengaruh nyata terhadap

produksi kopi di daerah penelitian. Hasil Uji Standardized Coefficients (ßi),

variabel pestisida memberikan kontribusi sebesar 0,147 yang artinya setiap

penambahan pestisida sebesar 1% akan dapat menaikkan produksi kopi sebesar

0, 147 %.

Tenaga Kerja

Hasil uji-t menunjukkan bahwa nilai thitung > ttabel (3,382> 2,00) pada taraf

kepercayaan 95 % yang berarti bahwa tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap

produksi kopi. Hasil Uji Standardized Coefficients (ßi) sebesar 0,232 yang berarti

bahwa setiap penambahan tenaga kerja sebesar 1%, akan menaikkan produksi

kopi sebesar 0,232 %.

Luas Lahan

Berdasarkan hasil uji-t diperoleh thitung < ttabel (1,937 < 2,00) pada taraf

(55)

terhadap produksi kopi, dimana semakin luas areal pertanaman yang dikelola,

maka semakin besar pula produksi yang dihasilkan dari usahatani tersebut dan

hasil perhitungan Standardized Coefficients (ßi), variabel luas lahan memberikan

kontribusi 0,348 yang berarti setiap bertambah 1% pada luas lahan, akan

menaikkan produksi kopi sebesar 0,348%.

2. Analisis Regresi Model Cobb-Douglass

Y = a + Bb1 + PUb2 + PEb3 + TKb4 + Lb5

Dimana:

Y = Produksi

B = Bibit (Batang)

PU = Pupuk (Kg)

PE = Pestisida (Ltr)

TK = Tenaga Kerja (HKO)

L = Lahan (Ha)

Hubungan variabel input dan output pada usahatani kopi dapat diketahui melalui

uji-F. Adapun kegunaan dari uji-F adalah untuk mengetahui pengaruh secara

keseluruhan (bersama-sama) penggunaan input dan output. Besarnya pengaruh

masing- masing penggunaan input tersebut dapat dilihat dari koefisien regresi

(βi) dan Uji-t dari fungsi Cobb-Douglas pada usahatani kopi diuraikan pada Tabel

(56)

Gambar

Tabel 1. Data Konsumsi, Produksi, dan Produktivitas Kopi Indonesia
Tabel 2. Data Luas Areal dan Produksi Tanaman Kopi di Kabupaten
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Analisis Pendapatan Usahatani Kopi
Tabel 3.  Data Luas Lahan, Produksi, dan Produktivitas Komiditi Kopi Arabika    Kecamatan LintongnihutaTahun 2009-2011
+7

Referensi

Dokumen terkait

5.9 Total Biaya Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan pada Petani Sampel Usahatani Kopi Arabika di Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun Tahun 2015. 5.10

Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi produksi kopi pada usaha perkebunan kopi rakyat. Bagaimanakah perbedaan tingkat pendapatan usaha perkebunan kopi rakyat

5.9 Total Biaya Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan pada Petani Sampel Usahatani Kopi Arabika di Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun Tahun 2015. 5.10

Dilihat dari analisis sensitivitas, jika diasumsikan biaya produksi meningkat sebesar 5 dan 10% maka usahatani Kopi Arabika masih memiliki kelenturan untuk menanggung

Tabel 1.2 Luas Tanaman dan Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat Menurut Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013. Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi

Berdasarkan hasil pencocokan data karakteristik tanah dengan tanaman kopi arabika maka diperoleh kelas kesesuaian lahan aktual pada SPL 6 dan SPL 10 adalah tidak

Berdasarkan hasil pencocokan data karakteristik tanah dengan tanaman kopi arabika maka diperoleh kelas kesesuaian lahan aktual pada SPL 6 dan SPL 10 adalah tidak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengolahan kopi arabika yang dilakukan oleh kelompok tani Simalungun Jaya menjadi kopi bubuk di daerah penelitian,