SKRIPSI
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRICE EARNING RATIO PERUSAHAAN MANUFAKTUR
PADA BURSA EFEK INDONESIA
OLEH
RUDI MANASYE SEMBIRING 080503122
PROGRAM STUDI STRATA-1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI MEDAN
PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI
NAMA : Rudi Manasye Sembiring
NIM : 080503122
PROGRAM STUDI : S1 Akuntansi
JUDUL SKRIPSI : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Perusahaan Manufaktur Pada Bursa Efek Indonesia
MEDAN, 2013
MENYETUJUI PEMBIMBING
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK
Nama :Rudi Manasye Sembiring
NIM :080503122
Program Studi :S1 Akuntansi
Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Perusahaan Manufaktur Pada Bursa Efek Indonesia
Tanggal : ……… Ketua Departemen Akuntansi
(Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak)
Tanggal : ……… Plt. Dekan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI MEDAN
Telah Diuji pada Tanggal
PANITIA PENGUJI SKRIPSI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah Bapa Yang Maha Kuasa, atas berkat dan
kasih karunia-Nya peneliti mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan
baik. Skripsi ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Perusahaan Manufaktur Pada Bursa Efek Indonesia”, yang disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari
Program Strata-1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Selama proses penyusunan skripsi ini, peneliti banyak memperoleh
bimbingan, semangat, nasihat, dan bantuan lain baik secara moril maupun materil.
Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. H. Arifin Lubis, M.M., Ak selaku Plt Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak DR. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak selaku Ketua
Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.M., Ak selaku
Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak selaku Ketua Program Studi
S-1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak selaku Sekretaris
Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara.
4. Ibu DR. Rina Bukit, S.E., M.Si., Ak selaku Dosen Pembimbing peneliti
yang sudah sangat banyak membantu dan membimbing dalam
menyelesaikan skripsi ini dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.M., Ak selaku
Dosen Pembaca Penilai yang telah banyak memberi masukan kepada
5. Kedua orangtua peneliti tercinta, B. Hiskia Sembiring dan Johanna Br.
Ginting. Terima kasih banyak untuk semua pengorbanan, cinta dan kasih
yang telah diberikan kepada peneliti. Juga kepada Saniah Br. Sembiring
selaku bibi dan Edi Santa Sembiring selaku abang peneliti yang telah
banyak memberikan bantuan guna terselesaikannya skripsi ini.
6. Seluruh teman-teman Akuntansi angkatan 2008 serta teman-teman
sepermainan Joshua T Pasaribu, David C Manullang, Parasian Hasugian,
Ranap O Y Nainggolan, Satria Bintoro Barus, Desi Yasnita, dan Devi
Agustia Ardani.
Akhir kata, peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
demi kesempurnaan skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat
bagi semua pihak. Tuhan Memberkati. Amin.
Medan, Februari 2013 Peneliti
NIM : 080503122 Rudi Manasye Sembiring
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRICE EARNING RATIO PERUSAHAAN MANUFAKTUR
PADA BURSA EFEK INDONESIA
Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio (PER) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel terikat dan variabel bebas. Price earning ratio sebagai variabel terikat sementara itu leverage, earning growth, return on assets, earning per share, liquidity, dan economic value added sebagai variabel bebas.
Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa hanya variabel earning growth dan liquidity yang berpengaruh terhadap PER, sedangkan variabel
leverage, return on assets, earning per share, dan economic value added tidak berpengaruh terhadap PER. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa secara simultan semua variabel bebas berpengaruh terhadap PER.
Berdasarkan analisis tersebut maka dapat digunakan sebagai dasar dalam penetapan kebijakan investasi yang akan dilakukan. Diharapkan dalam menentukan atau memilih saham guna melakukan investasi, para investor berhati-hati serta selalu mengikuti perkembangan jaminan atas keuntungan yang ditawarkan kepada para investor. Melalui langkah tersebut diharapkan calon investor dapat secara tepat dalam menentukan jenis saham yang digunakan dalam berinvestasi.
ABSTRACT
ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING THE PRICE EARNING RATIO AT THE MANUFACTURING INDUSTRIES
IN INDONESIA STOCK EXCHANGE
This research aims to determine the factors that affect the Price Earning Ratio at the manufacturing industries listed in Indonesia Stock Exchange. The variables used in this research consist of dependent and independent variables. Price Earning Ratio as the dependent variable while the leverage, earning growth, return on assets, earning per share, liquidity, and economic value added as the independent variables.
The results partially show that earning growth and liquidity variables only affects on Price Earning Ratio whereas leverages, return on assets, earning per share, and economic value added variables do not effect price earning ratio. This research simultaneously also indicates that all of the independent variables affect the price earning ratio.
Based on the analysis, it can be used as the basis in setting the investment policy to be conducted. It is expected that in determining or selecting stocks in order to make an expected investment for investors. Through these measures are expected to prospective investors may be appropriate in determining the type of shares used in investing.
Keywords : Leverage, Earning Growth, Return On Assets, Earning Per Share, Liquidity, Economic Value Added, Price Earning Ratio.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL……….. viii
DAFTAR GAMBAR………. ix
DAFTAR LAMPIRAN ………... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………... 1
B. Rumusan Masalah……….... 5
C. Tujuan Penelitian………. 5
D. Manfaat Penelitian………... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis……….. 7
1. Saham……….. 7
1.1Pengertian Saham……….. 7
1.2Jenis-Jenis Saham……….. 8
1.3Analisis dan Penilaian Saham……… 10
2. Analisis Rasio Keuangan………. 14
2.1Pengertian Analisis Rasio Keuangan……….... 14
2.2Tujuan Analisis Rasio Keuangan……….. 14
2.3Pengelompokan Rasio Keuangan……….. 15
3. Price Earning Ratio………. 20
3.1Pengertian Price Earning Ratio………. 20
3.2Kegunaan dan Manfaat Price Earning Ratio………. 20
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio …….. 21
4.1 Leverage………. 21
B. Tinjauan Peneliti Terdahulu………. 26
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian……….. 29
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian………. 36
B. Populasi dan Sampel Penelitian……… 36
D. Pengukuran Variabel Penelitian……….. 38
E. Definisi Operasional……… 38
F. Metode Pengumpulan Data……….. 41
G. Metode Analisis Data……….. 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif……… 46
B. Uji Asumsi Klasik……… 48
1. Uji Normalitas……… 48
2. Uji Autokorelasi………. 52
3. Uji Multikolinieritas……….. 53
4. Uji Heteroskedastisitas ………. 54
C. Pengujian Hipotesis………. 55
1. Uji Signifikansi Parsial……….. 56
2. Uji Signifikansi Simultan………... 61
D. Pembahasan Hasil Penelitian ……….. 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……….. 65
B. Keterbatasan Penelitian……… 66
C. Saran………. 67
DAFTAR PUSTAKA………. 69
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu………. 28
Tabel 3.1 Sampel Perusahaan………. 37
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif……….. 46
Tabel 4.2 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov………. 49
Tabel 4.3 Hasil Uji Autokorelasi……… 52
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinieritas………. 53
Tabel 4.5 Model Summary………. 55
Tabel 4.6 Hasil Uji Parsial………. 56
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual………. 30
Gambar 4.1 Grafik Histogram………... 50
Gambar 4.2 Grafik Normal P-P Plot………. 51
Gambar 4.3 Grafik ScatterPlot……….. 54
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran 1 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian……….. 71
Lampiran 2 Hasil Perhitungan Variabel Penelitian………... 75
Lampiran 3 Hasil Olah Data SPSS……… 84
Lampiran 4 Hasil Uji Signifikansi Parsial………. 89
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRICE EARNING RATIO PERUSAHAAN MANUFAKTUR
PADA BURSA EFEK INDONESIA
Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio (PER) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel terikat dan variabel bebas. Price earning ratio sebagai variabel terikat sementara itu leverage, earning growth, return on assets, earning per share, liquidity, dan economic value added sebagai variabel bebas.
Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa hanya variabel earning growth dan liquidity yang berpengaruh terhadap PER, sedangkan variabel
leverage, return on assets, earning per share, dan economic value added tidak berpengaruh terhadap PER. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa secara simultan semua variabel bebas berpengaruh terhadap PER.
Berdasarkan analisis tersebut maka dapat digunakan sebagai dasar dalam penetapan kebijakan investasi yang akan dilakukan. Diharapkan dalam menentukan atau memilih saham guna melakukan investasi, para investor berhati-hati serta selalu mengikuti perkembangan jaminan atas keuntungan yang ditawarkan kepada para investor. Melalui langkah tersebut diharapkan calon investor dapat secara tepat dalam menentukan jenis saham yang digunakan dalam berinvestasi.
Kata Kunci : Leverage, Earning Growth, Return On Assets, Earning Per Share,Liquidity,Economic Value Added,Price Earning Ratio.
ABSTRACT
ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING THE PRICE EARNING RATIO AT THE MANUFACTURING INDUSTRIES
IN INDONESIA STOCK EXCHANGE
This research aims to determine the factors that affect the Price Earning Ratio at the manufacturing industries listed in Indonesia Stock Exchange. The variables used in this research consist of dependent and independent variables. Price Earning Ratio as the dependent variable while the leverage, earning growth, return on assets, earning per share, liquidity, and economic value added as the independent variables.
The results partially show that earning growth and liquidity variables only affects on Price Earning Ratio whereas leverages, return on assets, earning per share, and economic value added variables do not effect price earning ratio. This research simultaneously also indicates that all of the independent variables affect the price earning ratio.
Based on the analysis, it can be used as the basis in setting the investment policy to be conducted. It is expected that in determining or selecting stocks in order to make an expected investment for investors. Through these measures are expected to prospective investors may be appropriate in determining the type of shares used in investing.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Investasi merupakan sebuah bentuk penanaman uang atau modal pada
sesuatu hal, baik itu di pasar modal ataupun pada bisnis, yang kemudian dapat
memberikan keuntungan di masa yang akan datang bagi investornya secara
independen. Menurut Haming dan Basalamah (2003:3), “investasi secara umum
diartikan sebagai keputusan untuk mengeluarkan dana pada saat sekarang untuk
membeli aktiva rill (tanah, rumah, mobil dan sebagainya) dengan tujuan untuk
mendapatkan penghasilan yang lebih besar di masa yang akan datang”.
Pasar modal sama seperti pasar pada umumnya, yaitu tempat bertemunya
antara penjual dan pembeli. Di pasar modal, yang diperjualbelikan adalah modal
berupa hak pemilikan perusahaan dan surat pernyataan hutang perusahaan.
Pembeli modal adalah individu atau organisasi/lembaga yang bersedia
menyisihkan kelebihan dananya untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan
pendapatan melalui pasar modal, sedangkan penjual modal adalah perusahaan
yang memerlukan modal atau tambahan modal untuk keperluan usahanya.
Pengertian pasar modal berdasarkan Keputusan Presiden No. 52 Tahun
1976 tentang pasar modal menyebutkan bahwa pasar modal adalah bursa efek
seperti yang dimaksud dalam UU No. 15 Tahun 1952 (Lembaran Negara Tahun
1952 Nomor 67). Menurut undang-undang tersebut, bursa adalah gedung atau
sedangkan surat berharga yang dikategorikan sebagai efek adalah saham dan
obligasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pasar modal adalah pasar yang
dikelola secara terorganisir dengan aktivitas perdagangan surat berharga, seperti
saham, obligasi, option, warrant, right, dengan menggunakan jasa perantara, komisioner, dan underwriter.
Perusahaan publik yang terdaftar di bursa efek setiap tahun berkewajiban
untuk menyampaikan laporan tahunan kepada bursa efek dan para investor.
Laporan tahunan yang bersifat moneter maupun non moneter merupakan sumber
informasi bagi investor sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan
keputusan investasi di pasar modal. Pasar modal adalah efisien jika harga
sepenuhnya merefleksikan informasi yang tersedia baik informasi harga masa
lalu, informasi publik ataupun informasi yang diperoleh dari analisis fundamental
tentang perusahaan dan perekonomian (Mamduh M Hanafi, 2004).
Untuk dapat memilih investasi yang aman diperlukan suatu analisis yang
cermat, teliti dan didukung dengan data-data yang akurat. Teknik yang benar
dalam analisis akan mengurangi risiko bagi investor dalam berinvestasi. Dengan
analisis tersebut diharapkan modal yang diinvestasikan akan menghasilkan
keuntungan yang maksimal dan aman, dan jika ada risiko, risikonya lebih kecil
dibandingkan dengan kemungkinan yang dapat diraih. “Secara umum ada banyak
teknik analisis dalam melaksanakan penilaian investasi, tetapi yang paling banyak
digunakan adalah analisis yang bersifat fundamental, analisis teknikal, analisis
Price – Earning ratio (PER) merupakan ukuran yang paling banyak digunakan oleh investor untuk menentukan apakah investasi modal yang
dilakukannya menguntungkan atau merugikan. Menurut Abdul Halim (2005:27)
“pada dasarnya PER memberikan indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan
untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan perusahaan
pada suatu periode tertentu”. Oleh karena itu, rasio ini menggambarkan kesediaan
investor membayar suatu jumlah tertentu untuk setiap rupiah perolehan laba
perusahaan.
Prospek perusahaan dimasa mendatang sangat penting dipertimbangkan,
maka dilakukan analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi PER.
Faktor-faktor tersebut mempunyai arti yang sangat penting bagi investor sebelum
mengambil suatu keputusan investasi. Dari analisis tersebut, akan diperoleh suatu
analisis rasional sebagai bahan evaluasi terhadap prospek antara suatu perusahaan
dengan perusahaan lainnya dengan menggunakan standar yang sama. Perusahaan
yang mempunyai kesempatan investasi yang paling menarik akan memperoleh
kapital harga yang wajar, yaitu harga yang mencerminkan investasi yang
potensial.
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Marthinova (2007), mengambil
sampel laporan keuangan tahunan perusahaan industri manufaktur yang terdaftar
di BEJ periode 2002-2005 dan kurs tengah rupiah terhadap dollar Amerika pada
tahun 2002-2005. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui
risk dan liquidity terhadap PER dan menggunakan desain kausal. Data diolah dengan menggunakan analisa uji statistik.
Penelitian yang peneliti lakukan ini merupakan penelitian empiris yang
dilakukan pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek
Indonesia dan menerbitkan laporan keuangan sejak tahun 2009 sampai dengan
tahun 2011. Dalam melakukan pengujian, penelitian dibatasi dengan
menggunakan informasi leverage, earning growth, return on assets, earning per share, liquidity dan economic value added sebagai variabel independen dan informasi PER sebagai variabel dependen.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian-penelitian terdahulu. Hal
ini disebabkan peneliti ingin menguji kembali hasil dari penelitian yang telah ada.
Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Marthinova (2007) yaitu dengan menggunakan economic value added (EVA) sebagai variabel independen. Economic value added dipilih sebagai salah satu dari enam faktor yang mempengaruhi PER karena peneliti ingin meneliti apakah nilai
tambah ekonomi yang dihasilkan oleh suatu perusahaan mampu menjadi suatu
pertimbangan bagi investor dalam mengambil keputusan investasi saham. Selain
itu, yang membuat penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu adalah
peneliti ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur dengan tahun periode
keuangan yang berbeda yaitu periode 2009-2011 yang terdaftar di Bursa Efek
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih
lanjut mengenai “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Perusahaan Manufaktur Pada Bursa Efek Indonesia”.
B. Rumusan Masalah
Analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi PER mempunyai arti
penting bagi investor sebelum mengambil suatu keputusan investasi. Semakin
tinggi PER perusahaan, semakin banyak investor yang akan menanamkan
modalnya. Hal ini berarti, perusahaan yang mempunyai kesempatan investasi
yang paling menarik akan memperoleh kapital harga yang wajar yaitu harga yang
mencerminkan investasi potensial.
Berdasarkan pada latar belakang tersebut, maka permasalahan pada
penelitian ini adalah apakah leverage, earning growth, return on assets, earning per share, liquidity, dan economic value added secara parsial (individu) maupun secara simultan (bersama) berpengaruh signifikan terhadap PER pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris ada tidaknya
pengaruh yang signifikan antara leverage, earning growth, return on assets,
earning per share, liquidity, dan economic value added terhadap PER, baik secara parsial (individu) maupun secara simultan (bersama) pada perusahaan manufaktur
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pihak yang
berkepentingan pada analisis investasi khususnya tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi PER.
2. Dapat menambah dan mengembangkan wawasan pengetahuan peneliti
khususnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi PER.
3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Saham
1.1 Pengertian Saham
Saham merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling
populer. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika
memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Menurut Rusdin (2005:68-74),
“Saham merupakan sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu
perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva
perusahaan”.
Saham merupakan surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan yang
go public dalam rangka memenuhi kebutuhan modalnya secara murah melalui mekanisme yang disebut pasar modal untuk menambah modal disetor perusahan
tanpa perlu mengeluarkan biaya untuk membayar bunga. Sebagai imbalannya
manajemen perusahaan akan berusaha sekuat tenaga menjaga agar harga saham
yang diperdagangkan melalui pasar bursa tetap tinggi agar investor mendapatkan
gain ataupun dividen.
Saham juga memiliki risiko yaitu tidak dibayarkan dividen atau
berturut-turut akan mendapat sanksi dari Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM),
yaitu sahamnya akan di-delist atau dikeluarkan dari pencatatan bursa efek.
Saham yang di-delist tidak dapat diperdagangkan dibursa tetapi dapat diperdagangkan diluar bursa dengan konsekuensi tidak terdapat patokan harga
yang jelas. Risiko lain dari saham yaitu apabila saham di suspend atau diberhentikan perdagangannya oleh otoritas bursa efek. Hal ini membuat investor
tidak dapat menjual sahamnya hingga suspend dicabut. Suspend biasanya dilakukan apabila saham mengalami lonjakan harga atau apabila terdapat isu
bahwa perusahaan di pailitkan oleh kreditornya dan akan dicabut apabila
perusahaan telah memberikan konfirmasi sehingga saham dapat diperdagangkan
dilantai bursa.
1.2 Jenis-Jenis Saham
Menurut Rusdin (2005:68-74), “saham dapat dibagi berdasarkan atas cara
peralihan yaitu saham atas unjuk (bearer stock) dan saham atas nama (registered stock)”.
a. Saham Atas Unjuk (Bearer Stock)
Adalah saham yang tidak ditulis nama pemiliknya, agar mudah
dipindahtangankan dari satu investor ke investor lain.
b. Saham Atas Nama (Registered Stock)
Adalah saham yang ditulis dengan jelas siapa pemiliknya, dimana cara
kemudian nama pemiliknya dicatat dalam buku perusahaan khusus membuat
daftar nama pemegang saham. Apabila terjadi kehilangan, pemegang saham
tersebut dengan mudah mendapat penggantiannya. Berdasarkan manfaat yang
diperoleh pemegang saham, maka saham dibedakan atas:
c. Saham Preferen(Preferen Stock)
Adalah saham yang berbentuk gabungan (hybrid) antara obligasi (bond) dan saham biaya. Jenis saham ini sering disebut dengan sekuritas campuran.
Saham preferen memiliki preferensi tertentu diatas saham biasa dalam pembagian
dividen dan pembagian kekayaan apabila perusahaan dibubarkan. Saham preferen
ini hampir sama dengan obligasi karena biasanya memberikan dividen yang tetap
setiap tahunnya. Saham ini tidak memiliki tanggal jatuh tempo dan juga mewakili
kepemilikan modal, memiliki klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, memiliki
hak tebus, dan dapat dipertukarkan dengan saham biasa.
Dibandingkan dengan saham biasa, maka saham preferen memiliki
keunggulan yaitu pendapatan yang tinggi, dapat diprediksi, memiliki keamanan,
dan biaya per unit yang rendah.
Disamping memiliki keuntungan, saham preferen juga memiliki
kelemahan yaitu rentan terhadap inflasi dan suku bunga yang tinggi, serta sangat
kurang berpotensi untuk peralihan modal. Saham preferen dapat dibedakan dalam
2 jenis.
persentase atas jumlah tertentu. Apabila pada tahun tertentu dividen yang
dibayarkan tidak mencukupi atau tidak dibayar sama sekali maka diperhitungkan
pada tahun berikutnya.
Non Cummulative Preferred Stock, dimana saham ini mendapat prioritas dalam pembagian dividen sampai pada suatu persentase atau jumlah tertentu,
tetapi tidak bersifat kumulatif, seperti saham preferen.
d. Saham Biasa(Common Stock)
Saham biasa merupakan jenis efek yang paling sering dipergunakan oleh
emiten untuk memperoleh dana dari masyarakat dan juga merupakan jenis saham
yang paling populer di pasar modal dan memiliki karakteristik sebagai berikut:
1). Hak klaim terakhir atas aktiva perusahaan jika perusahaan di likuidasi.
2). Hak suara proporsional pada pemilihan direksi serta keputusan lain yang
ditetapkan pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
3). Dividen, jika perusahaan memperoleh laba dan disetujui di dalam RUPS.
4). Hak tanggung jawab yang terbatas.
5). Hak memesan efek terlebih dahulu sebelum efek tersebut ditawarkan kepada
masyarakat.
1.3 Analisis dan Penilaian Saham
Menurut Jogiyanto (2003:89) “terdapat dua macam analisis saham yang
saham yakni analisis sekuritas fundamental (fundamental security analysis) dan analisis teknis (technical analysis)”.
Analisis fundamental menggunakan data fundamental yaitu data yang
berasal dari keuangan perusahaan (misalnya laba, dividen yang dibayar, penjualan
dan lain-lain). Sedangkan analisis teknis menggunakan data pasar dari saham
(misalnya harga dan volume transaksi perusahaan) untuk menentukan nilai dari
saham. Analisis fundamental banyak digunakan oleh akademisi sedangkan
analisis teknis banyak digunakan oleh para praktisi.
Investor bisa melakukan investasi pada berbagai jenis aset baik aset rill
maupun aset finansial. Salah satu jenis aset finansial yang bisa dipilih investor
adalah saham. Agar keputusannya tidak salah, maka investor perlu melakukan
penilaian terlebih dahulu terhadap saham-saham yang akan dipilihnya, untuk
selanjutnya menentukan apakah saham tersebut memberikan tingkat return yang sesuai dengan tingkat return yang diharapkan.
Penilaian saham dikenal ada tiga jenis nilai yaitu nilai buku, nilai pasar
dan nilai intrinsik saham (Tandelilin, 2001:183). Nilai buku merupakan nilai yang
dihitung berdasarkan pembukuan perusahaan penerbit saham (emiten). Nilai pasar
adalah nilai saham di pasar yang ditunjukkan oleh harga saham tersebut di pasar.
Sedangkan nilai interinsik atau dikenal dengan nilai teoritis adalah nilai saham
yang sebenarnya atau seharusnya terjadi.
Investor berkepentingan untuk mengetahui ketiga nilai tersebut sebagai
membeli dan menjual saham, investor akan membandingkan nilai intrinsik dengan
nilai pasar saham bersangkutan.
Terdapat dua pendekatan dalam penentuan nilai intrinsik saham
berdasarkan analisis fundamental yakni pendekatan nilai sekarang (present value approach) dan pendekatan rasio harga terhadap earning (price earning ratio/
PER).
a. Pendekatan Nilai Sekarang
Perhitungan nilai saham dilakukan dengan mendiskontokan semua aliran
kas yang diharapkan di masa datang dengan tingkat diskonto sebesar tingkat
return yang disyaratkan investor. Dalam hal ini nilai intrinsik suatu saham nantinya akan sama dengan nilai diskonto semua aliran kas yang akan diterima
investor di masa datang.
Dengan demikian proses penilaian suatu saham meliputi:
1). Estimasi aliran kas saham di masa depan.
2). Estimasi tingkat return yang disyaratkan.
3). Mendiskontokan setiap aliran kas dengan tingkat diskonto sebesar tingkat
return yang disyaratkan.
4). Nilai sekarang setiap aliran kas tersebut dijumlahkan, sehingga diperoleh
Dimana:
Vo = nilai sekarang dari suatu saham
CF = aliran kas yang diharapkan pada periode
K = return yang disyaratkan pada periode n = jumlah periode aliran kas
b. Pendekatan Price Earning Ratio/ PER
Pendekatan PER merupakan pendekatan yang lebih populer dipakai di
kalangan analis saham dan para praktisi. Dalam pendekatan PER, investor akan
menghitung berapa kali nilai earning yang tercermin dalam harga suatu saham. Dengan kata lain, PER menggambarkan rasio atau perbandingan antara harga
saham terhadap earning perusahaan.
Secara matematis PER dirumuskan sebagai berikut:
Dimana:
Price = harga per lembar saham
2. Analisis Rasio Keuangan
2.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan dimaksudkan untuk menilai risiko dan peluang di
masa yang akan datang. Menurut Harahap (2008:297) “rasio keuangan adalah
angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan
dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan”.
Analisis rasio keuangan menurut Kuswandi (2004:187) adalah “cara analisa
dengan menggunakan perhitungan-perhitungan perbandingan atas data kuantitatif
yang ditunjukkan dalam neraca maupun laporan laba rugi”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa analisis rasio keuangan merupakan kegiatan
membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara
membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara
satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antar
komponen yang ada di antara laporan keuangan. Kemudian angka yang
diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa
periode.
2.2 Tujuan Analisis Rasio Keuangan
Tujuan dari analisis rasio keuangan adalah untuk membantu manajer
dalam memahami apa yang perlu dilakukan perusahan sehubungan dengan
informasi yang berasal dari keuangan yang sifatnya terbatas. Dengan
menggunakan rasio-rasio tertentu manajer akan memperoleh suatu informasi
tersebut, manajer dapat membuat keputusan-keputusan penting dimasa yang akan
datang.
Bagi pihak eksternal, analisis rasio keuangan dapat diketahui adanya
kelemahan-kelemahan dari tahun-tahun sebelumnya. Manfaat lain adalah dapat
memberikan informasi apakah perusahaan dalam aspek keuangan tertentu berada
diatas rata-rata, pada rata-rata atau dibawah rata-rata. Apabila diketahui bahwa
perusahaan dibawah rata-rata maka pimpinan perusahaan akan mencari
faktor-faktor yang menyebabkannya untuk kemudian diambil kebijakan keuangan
sehingga dapat meningkatkan rasio keuangan.
2.3 Pengelompokan Rasio Keuangan
Rasio keuangan dapat dibagi kedalam empat bentuk umum yang sering
dipergunakan yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas dan rasio
aktivitas.
a. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansial jangka pendek yang berupa
hutang-hutang jangka pendek (short time debt). Adapun yang tergabung dalam rasio ini adalah:
1. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio lancar, yaitu kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki. Rumusnya
2. Rasio Cepat (Quick Test Ratio)
Rasio cepat, yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan
menggunakan aktiva yang lebih likuid. Rumusnya sebagai berikut:
3. Rasio Modal Kerja Bersih (Net Working Capital Ratio)
Rasio modal kerja bersih digunakan untuk mengetahui rasio modal bersih
terhadap kewajiban lancar. Rumusnya sebagai berikut:
4. Rasio Lambat (Cash Ratio)
Rasio lambat merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek
dengan kas yang tersedia dan yang disimpan di bank. Rumusnya sebagai
b. Rasio Solvabilitas
Rasio ini disebut juga Ratio leverage yaitu mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur
perusahaan tersebut. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa
jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang. Rasio ini menunjukkan indikasi
tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman (bank). Adapun yang tergabung
dalam rasio ini adalah:
1. Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio)
Rasio ini merupakan perbandingan antara kewajiban-kewajiban dalam
pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri untuk
memenuhi seluruh kewajibannya. Rumusnya sebagai berikut:
2. Rasio Hutang terhadap Total Aktiva (Debt to Assets Ratio)
Rasio ini merupakan perbandingan antara kewajiban lancar dan
kewajiban jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio
ini menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai
3. Rasio Hutang Jangka Panjang terhadap Ekuitas (Long Term Debt to Equity Ratio)
Rasio ini merupakan perbandingan antara total kewajiban jangka
panjang dengan jumlah modal sendiri. Rumusnya sebagai berikut:
c. Rasio Profitabilitas
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba atau keuntungan. Profitabilitas suatu perusahaan mewujudkan
perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba
tersebut. Adapun yang tergabung dalam rasio ini adalah:
1. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
Merupakan perbandingan antara penjualan bersih dikurangi dengan
harga pokok penjualan dengan tingkat penjualan, rasio ini
menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari jumlah penjualan.
2. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah
pajak lalu dibandingkan dengan volume penjualan. Rumusnya sebagai
berikut:
3. Tingkat Pengembalian Aset (Return On Assets)
Tingkat pengembalian aset atau ROA menggambarkan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap aset yang
digunakan. Dengan mengetahui rasio ini, kita bisa menilai apakah
perusahaan ini efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan
operasional perusahaan. Rumusnya sebagai berikut:
4. Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return On Equity)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari
modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang
3. Price Earning Ratio (PER)
3.1 Pengertian Price Earning Ratio (PER)
Price Earning Ratio atau PER dikenal sebagai salah satu indikator terpenting di pasar modal. Rasio ini sering digunakan oleh analis saham untuk
menilai harga saham. “Price earning ratio menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba” (Darmaji, 2001:139).
Sedangkan menurut Tandelilin (2001:191) “price earning ratio merupakan menggambarkan rasio atau perbandingan antara harga saham terhadap earning
perusahaan”.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian price earning ratio adalah rasio yang membandingkan antara harga saham per lembar saham biasa yang beredar dengan laba per lembar saham.
3.2 Kegunaan dan Manfaat Price Earning Ratio
Kegunaan price earning ratio adalah untuk melihat bagaimana pasar menghargai kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh earning per share nya.
Price earning ratio menunjukkan hubungan antara pasar saham biasa dengan
earning per share. Makin besar price earning ratio suatu saham maka harga saham tersebut semakin mahal terhadap pendapatan bersih per sahamnya.
Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan tinggi biasanya
mempunyai price earning ratio yang tinggi pula, dan hal ini menunjukkan bahwa pasar mengharapkan pertumbuhan laba di masa mendatang. Sebaliknya
earning ratio yang rendah pula. Semakin rendah price earning ratio suatu saham maka semakin baik atau murah harganya untuk diinvestasikan. Price earning ratio
menjadi rendah nilainya bisa karena harga saham cenderung semakin turun atau
karena meningkatnya laba bersih perusahaan. Jadi semakin kecil nilai price earning ratio maka semakin murah saham tersebut untuk dibeli dan semakin baik pula kinerja per lembar saham dalam menghasilkan laba bagi perusahaan.
Semakin baik kinerja per lembar saham akan mempengaruhi banyak investor
untuk membeli saham tersebut. Rumus untuk menghitung PER adalah:
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio 4.1 Leverage (Rasio Hutang)
Menurut Warsono (2003:204), “Leverage adalah setiap penggunaan aset dan dana yang membawa konsekuensinya biaya dan beban tetap”. Beban tetap ini
dapat berupa bunga pinjaman jika perusahaan menggunakan sumber pembiayaan
dari luar (modal asing), sedang apabila perusahaan menggunakan mesin-mesin,
akan menanggung beban tetap berupa biaya penyusutan mesin-mesin (depresiasi).
Menurut Warsono (2003:204), “Tujuan perusahaan menggunakan leverage
adalah untuk meningkatkan hasil pengembalian (return) bagi para pemegang saham biasa”. Disisi lain, dengan adanya harapan terhadap peningkatan
membawa konsekuensi biaya dan beban tetap, maka kenaikan leverage ini akan meningkatkan risiko arus pendapatan bagi pemegang saham biasa.
Perusahaan menggunakan operating dan financial leverage dengan tujuan agar keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya aset dan sumber
dananya, dengan demikian akan meningkatkan keuntungan pemegang saham.
Sebaliknya leverage juga meningkatkan variabilitas (risiko) keuntungan, karena jika perusahaan ternyata mendapatkan keuntungan yang lebih rendah dari biaya
tetapnya maka penggunaan leverage akan menurunkan keuntungan pemegang saham.
a. Operating Leverage
Perusahaan dalam beroperasi memiliki beban tetap. Hingga sejauh mana
beban tetap yang digunakan di dalam operasi perusahaan mampu memberikan
hasil yang lebih besar dari beban tetapnya. Untuk mengukur sejauh mana
penggunaan leverage operasi itu menguntungkan dapat digunakan analisis pulang
pokok (break even analysis).
b. Financial Leverage
Leverage keuangan (financial leverage) merupakan penggunaan utang untuk peningkatan laba. Penggunaan financial leverage yang makin tinggi mengakibatkan biaya modal tetapnya tinggi dan perusahaan harus berusaha agar
memperoleh tambahan laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) yang lebih tinggi
4.2 Earning Growth (Pertumbuhan Laba)
Earning growth atau pertumbuhan laba adalah rasio profitabilitas yang digunakan oleh investor dalam melakukan analisis fundamental untuk
pengambilan keputusan yang dapat mempengaruhi price earning ratio (PER) suatu perusahaan. Rumusnya sebagai berikut:
4.3 Return On Assets (ROA)
Return on assets atau ROA adalah rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan aspek earning atau profitabilitas. ROA berfungsi untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan
aktiva yang dimiliki. Semakin besar ROA yang dimiliki oleh perusahaan untuk
beroperasi sehingga akan memperbesar laba. Laba yang besar akan menarik
investor karena perusahaan tersebut memiliki tingkat pengembalian yang semakin
tinggi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, ROA adalah suatu alat pengukuran yang
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam menghasilkan laba
4.4 Earning Per Share (EPS)
Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan kepada semua pemegang saham
perusahaan. Besarnya EPS suatu perusahaan dapat dihitung berdasarkan informasi
laporan neraca dan laporan rugi laba perusahaan. Rumus dari Earning Per Share
(EPS) adalah sebagai berikut:
4.5 Liquidity (Rasio Likuiditas)
Likuiditas mengacu pada kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. Likuiditas merupakan kemampuan untuk mengubah
aktiva menjadi kas atau kemampuan memperoleh kas. Kurangnya likuiditas
menghalangi perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari diskon atau
kesempatan mendapatkan keuntungan yang juga berarti pembatasan kesempatan
dan tindakan manajemen.
Rasio-rasio likuiditas meliputi rasio lancar (current ratio) yaitu perbandingan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar dan rasio cepat (quick test ratio) yaitu perbandingan antara aktiva lancar dikurangi persediaan dengan utang lancar. Menurut Wild et. al (2005:38) “rasio likuiditas yang terpenting
adalah rasio lancar yaitu ketersediaan aktiva lancar untuk memenuhi kewajiban
4.6 Economic Value Added (EVA)
Istilah Economic Value Added (EVA) pertama kali dipopulerkan tahun 1989 oleh Stern Steward Management Service, yaitu sebuah perusahaan konsultan
manajemen keuangan di Amerika Serikat. Model EVA merupakan salah satu
pengukur kinerja yang mengukur nilai tambah (added value) yang dihasilkan perusahaan kepada investor. Pengertian EVA menurut Young (2001:17) adalah
“pengukuran kinerja yang didasarkan pada keuntungan ekonomis yang
menyatakan, bahwa kekayaan hanya diciptakan ketika sebuah perusahaan meliputi
biaya operasi dan biaya modal”. Pengertian EVA juga dikemukakan oleh Hansen
dan Mowen (2001:829) yang menyatakan bahwa “Nilai tambah ekonomis
(Economic Value Added) merupakan laba operasi setelah pajak dikurang total biaya modal tahunan”.
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa EVA adalah alat
ukur kinerja perusahaan berdasarkan kontribusi nilai tambah dari keuntungan
yang didapat dengan cara melihat laba yang diperoleh setelah dikurangi dengan
biaya seluruh modal dalam penciptaan laba tersebut. Rumus dari EVA adalah
sebagai berikut :
Dimana :
Capital Charges =
WACC = [(D x rd) (1-tax) + (E x re)]
Tingkat Modal (D) =
Cost of Debt (rd) =
Ekuitas (E) =
Cost of Equity (re) =
Invested Capital = (Total Hutang + Ekuitas) – Hutang Jangka Pendek
B. Tinjauan Peneliti Terdahulu
Sardjananto (2002) menguji faktor-faktor yang mempengaruhi PER saham
Perusahaan Industri Barang-barang Konsumsi pada Bursa Efek Jakarta dengan
tahun laporan keuangan periode 1999-2000. Variabel independen yang digunakan
dalam penelitian adalah dividend payout ratio, return on equity, dan net assets per share. Hasil penelitian secara parsial menunjukkan dari ketiga variabel independen, variabel ROE dan variabel NAPS tidak berpengaruh signifikan
terhadap PER, sedangkan variabel DPR berpengaruh secara signifikan terhadap
PER. Sedangkan pengujian secara simultan variabel DPR, ROE, dan NAPS secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap PER.
Jakarta dengan tahun laporan keuangan periode 2002-2005. Variabel independen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah leverage, dividend payout, size, earning growth, country risk dan liquidity. Hasil analisis menemukan bahwa secara parsial faktor leverage, country risk, dan liquidity mempengaruhi PER secara signifikan negatif. Dividend payout, size, dan earning growth secara signifikan positif berpengaruh terhadap PER. Sedangkan secara simultan
(bersama-sama), faktor leverage, dividend payout, size, earning growth, risk, dan
liquidity secara bersama berpengaruh signifikan positif terhadap PER.
Estiana (2010) melakukan penelitian atas faktor-faktor yang
mempengaruhi PER pada Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta dengan tahun laporan keuangan periode 2004-2007. Variabel independen
yang digunakan dalam penelitian adalah pertumbuhan earning per share, earning growth, dan return on equity (ROE). Dari hasil analisis didapatkan kesimpulan bahwa secara parsial variabel pertumbuhan earning per share mempengaruhi PER secara signifikan negatif, sedangkan variabel earning growth dan return on equity
(ROE) mempengaruhi PER secara signifikan positif. Dari hasil analisis secara
simultan (bersama-sama) didapatkan kesimpulan bahwa variabel pertumbuhan
earning per share, earning growth, dan return on equity secara bersama berpengaruh signifikan positif terhadap PER.
Meyrna Puspita Ratih (2010) juga melakukan penelitian faktor-faktor yang
mempengaruhi PER pada Perusahaan Manufaktur dengan tahun laporan keuangan
periode 2003-2007. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian adalah
ratio, dan size. Dari hasil analisis secara parsial bahwa variabel PBV, leverage, ROE, dan Size tidak berpengaruh signifikan terhadap PER. Sedangkan variabel
earning growth, dan dividend payout ratio berpengaruh signifikan terhadap PER. Dari hasil analisis secara simultan diperoleh kesimpulan bahwa semua variabel
independen penelitian yaitu PBV, leverage, earning growth, ROE, DPR, dan size
berpengaruh signifikan terhadap PER.
Tabel 2.1
1. Sardjananto (2002) Variabel Independen:
Dividend payout ratio,
return on equity, net assets per share. Variabel Dependen:
Price earning ratio.
Secara parsial ROE dan NAPS tidak berpengaruh signifikan terhadap PER, dan dividend payout ratio berpengaruh secara signifikan terhadap PER. Sedangkan secara
simultan semua variabel independen berpengaruh terhadap PER.
2. Marthinova (2007) Variabel Independen:
Leverage, dividend payout, size, earning growth, country risk,
dan liquidity. Variabel Dependen:
Price earning ratio.
Secara parsial leverage, country risk dan liquidity
mempengaruhi PER secara signifikan negatif, dan dividend payout, size, earning growth
mempengaruhi PER secara signifikan positif. Sedangkan secara simultan semua variabel independen berpengaruh signifikan positif
terhadap PER. 3. Estiana (2010) Variabel Independen:
Pertumbuhan earning per share, earning growth, dan return on
equity (ROE). Variabel Dependen:
Price earning ratio.
negatif dan earning growth, return on equity
mempengaruhi PER secara signifikan positif. Sedangkan secara simultan semua variabel independen berpengaruh signifikan terhadap PER. 4. Meyrna (2010) Variabel Independen:
Price book value,
leverage, earning growth, return on equity, dividend payout ratio, dan size. Variabel Dependen:
Price earning ratio.
Secara parsial variabel PBV, leverage, ROE, dan size tidak
berpengaruh signifikan terhadap PER, dan
earning growth, dividend payout ratio berpengaruh secara signifikan
terhadap PER.
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian
Setiap pihak yang memiliki hubungan dengan perusahaan sangat
berkepentingan dengan kinerja perusahaan. Perusahaan yang dinilai memiliki
kinerja yang baik akan menarik investor untuk berinvestasi saham. Pentingnya
pengukuran kinerja perusahaan dapat dijelaskan dengan dua teori yaitu teori
keagenan (agency theory) dan teori pensignalan (signalling theory).
Pada teori keagenan dijelaskan bahwa pada sebuah perusahaan terdapat
dua pihak yang saling berinteraksi. Pihak-pihak tersebut adalah pemilik
perusahaan (pemegang saham) dan manajemen perusahaan.
Teori signal membahas bagaimana seharusnya signal-signal keberhasilan
atau kegagalan manajemen (agen) disampaikan kepada pemilik (principal). Teori signal menjelaskan bahwa pemberian signal dilakukan oleh manajemen untuk
Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan pustaka, dan hasil penelitian
terdahulu, maka peneliti membuat kerangka konseptual sebagai berikut:
H7
H1
H2
H3
H4
H5
H6
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Menurut Sugiyono (2004:15) “hipotesis adalah jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian”. Sedangkan menurut Erlina (2007:41)
hipotesis adalah “hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau
lebih dalam rumusan preposisi yang dapat diuji secara empiris”. Variabel Independen:
Leverage
(X1)
Earning Growth
(X2)
Return on Assets
(X3)
Earning Per Share
(X4)
Liquidity
(X5)
Economic Value Added
(X6)
Variabel Dependen:
1. Leverage terhadap PER
Menurut warsono (2003:217) “dalam financial leverage, penggunaan sumber dana tetap memiliki beban tetap seperti hutang jangka
panjang dan modal saham dengan harapan bahwa akan memberikan
tambahan keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham”. Financial leverage dapat didefinisikan sebagai penggunaan potensial biaya-biaya keuangan tetap untuk meningkatkan pengaruh perubahan dalam laba
sebelum bunga dan pajak (EBIT) terhadap laba perlembar saham.
Semakin besar dana yang berasal dari luar yang disertai dengan
beban keuangan tetap seperti obligasi, hipotek dan dividen saham preferen
maka akan semakin besar pula beban keuangan yang akan digunakan
untuk menentukan seberapa besar pengaruh perubahan EBIT terhadap
perubahan laba per lembar saham (EPS). Dana keuangan tetap yang
semakin besar dan EBIT perusahaan yang meningkat dapat memperkecil
laba bersih perusahaan sehingga hal itu dapat mengurangi nilai
perusahaan. Jika hal itu terjadi harga saham perusahaan akan menurun dan
itu akan menurunkan PER. Berdasarkan penjelasan, maka hipotesis yang
diajukan:
H1 = Terdapat pengaruh leverage terhadap PER. 2. Earning Growth terhadap PER
Pertumbuhan laba perusahaan merupakan suatu harapan yang
diinginkan oleh pihak internal perusahaan yaitu manajemen maupun pihak
diharapkan dapat memberikan aspek yang positif bagi perusahaan. Prospek
perusahaan yang bertumbuh bagi investor merupakan suatu prospek yang
menguntungkan, karena investasi yang ditanamkan oleh perusahaan
diharapkan akan memberikan return yang tinggi kepada investor. Namun perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan laba yang tinggi
cenderung membutuhkan pendanaan yang cukup besar untuk mendanai
investasi-investasi yang dilakukan perusahaan tersebut.
Menurut hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh
Marthinova (2007), Estiana (2010) dan Meyrna (2010) menyatakan bahwa
earning growth berpengaruh signifikan terhadap PER. Berdasarkan penjelasan dan hasil dari penelitian terdahulu, maka hipotesis yang
diajukan:
H2 = Terdapat pengaruh earning growth terhadap PER. 3. Return On Assets terhadap PER
Dalam menentukan nilai suatu perusahaan para investor masih
menggunakan indikator rasio keuangan untuk melihat tingkat
pengembalian yang dapat diberikan oleh perusahaan kepada investor. Para
investor menggunakan profitability ratio untuk dapat mengukur pengembalian yang ada.
ROA yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang
digunakan untuk beroperasi mampu memberikan laba kepada perusahaan.
Sebaliknya apabila ROA yang negatif menunjukkan bahwa dari total
suatu perusahaan mempunyai ROA yang tinggi yang positif maka
perusahaan tersebut berpeluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan
modal sendiri.
Hasil regresi secara parsial yang dilakukan oleh Nurul (2010)
menyatakan bahwa variabel ROA berpengaruh signifikan terhadap PER.
Ini menunjukkan semakin tinggi ROA maka semakin tinggi pula
keputusan saham. Berdasarkan penjelasan dan hasil penelitian terdahulu,
maka hipotesis yang diajukan:
H3 = Terdapat pengaruh return on assets terhadap PER. 4. Earning per Share terhadap PER
Komponen penting yang harus diperhatikan dalam analisis
perusahaan adalah laba per lembar saham atau EPS. Informasi EPS suatu
perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap
dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Besarnya EPS suatu
perusahaan bisa diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaaan.
EPS akan sangat membantu investor karena informasi EPS bisa
menggambarkan prospek earning suatu perusahaan dimasa yang akan datang. Karena EPS menunjukkan laba bersih perusahaan yang siap
dibagikan kepada semua pemegang saham perusahaan, maka semakin
besar EPS akan menarik investor untuk melakukan investasi di perusahaan
tersebut. Berdasarkan penjelasan, maka hipotesis yang diajukan:
5. Liquidity terhadap PER
Rasio likuiditas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek.
Perusahaan yang mampu membayar kewajiban jangka pendeknya tepat
waktu berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran
berupa aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang lancar.
Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio
lancar (current ratio). Likuiditas jangka pendek ini penting karena masalah arus kas jangka pendek bisa mengakibatkan perusahaan bangkrut.
Berdasarkan penjelasan, maka hipotesis yang diajukan:
H5 = Terdapat pengaruh liquidity terhadap PER. 6. Economic Value Added terhadap PER
EVA sebagai salah satu metode pengukuran kinerja keuangan
perusahaan membantu mendorong jenis perilaku yang benar dari para
manajer bahwa pendapatan operasional jangka pendek tidaklah cukup,
namun lebih kepada bagaimana menjaga kepentingan share –holders salah satunya melalui tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan.
EVA sebagai metode pengukur kinerja perusahaan diakui dapat
memberi nilai tambah bagi para pemegang sahamnya. Penilaian kinerja
sebuah perusahaan tidak dapat dilepaskan dari faktor-faktor yang
mempengaruhinya, dengan kata lain baik faktor internal maupun eksternal
perusahaan akan menjadi indikator baik-buruknya kinerja suatu
untuk mengukur kinerja perusahaan menjadi salah satu indikator yang
mempengaruhi PER. Berdasarkan penjelasan, maka hipotesis yang
diajukan:
H6 = Terdapat pengaruh economic value added terhadap PER.
7. Leverage, Earning Growth, Return On Assets, Earning Per Share,
Liquidity, dan Economic Value Added terhadap PER
Berdasarkan penjelasan dan hasil dari penelitian terdahulu maka
hipotesis yang diajukan:
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah desain kausal. Menurut Husein (2003:63)
“desain kausal berguna untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan
variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya”.
Dalam penelitian kausal terdapat dua jenis variabel yaitu variabel independen
yakni variabel yang mempengaruhi dan variabel dependen yakni variabel yang
dipengaruhi.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
perusahaan-perusahaan manufaktur yang telah go public di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011. Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini dipilih dengan
kriteria pemilihan sampel sebagai berikut:
1. Sampel merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
periode 2009-2011.
2. Tidak sedang dalam proses delisting.
3. Sampel telah menerbitkan laporan keuangan dalam rupiah yang
periodenya berakhir pada 31 Desember serta telah diaudit.
4. Sampel menghasilkan earning (laba) dalam periode 2009-2011.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka sampel dalam penelitian ini adalah
sebanyak 30 perusahaan dari 131 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
periode 2009-2011. Adapun perusahaan yang memenuhi kriteria sebagai sampel
Tabel 3.1
Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur Periode 2009-2011
C. Jenis dan Sumber Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Adapun
data sekunder dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan yang
dipublikasikan setiap tahun pada periode tahun 2009-2011. Data didapat dari
laporan keuangan tahunan perusahaan yang diperoleh dari situs Bursa Efek
Indonesia (BEI) yait
D. Pengukuran Variabel Penelitian
Berdasarkan kerangka konseptual di atas, dipilih dua variabel yang perlu
diukur dan dipelajari kaitan fungsionalnya. Kedua variabel tersebut secara konsep
dapat dibedakan menjadi variabel bebas (variabel independen) yaitu leverage, earning growth, return on assets, earning per share, liquidity, dan economic value added, sedangkan variabel tidak bebas (variabel dependen) yaitu PER.
E. Definisi Operasional
1. Price Earning Ratio (PER)
Menurut Tandelilin (2001:191), “PER adalah rasio harga saham
dengan laba per lembar saham”. PER menggambarkan seberapa besar
para investor bersedia dibayar untuk setiap keuntungan yang diperoleh
perusahaan.
2. Leverage
Leverage merupakan bagian dari modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang. Debt to Equity dihitung dengan membagi
3. Earning Growth
Pertumbuhan laba atau earning growth adalah rasio profitabilitas yang digunakan oleh investor dalam melakukan analisis fundamental untuk
pengembalian keputusan yang dapat mempengaruhi price earning ratio (PER) suatu perusahaan, dimana hasilnya diperoleh dengan membagi laba bersih tahun ini dikurangi laba bersih tahun lalu dengan
laba bersih tahun lalu.
4. Return on Assets (ROA)
Dalam menentukan nilai suatu perusahaan para investor masih
menggunakan indikator rasio keuangan untuk melihat tingkat
pengembalian yang dapat diberikan oleh perusahaan kepada investor.
Salah satu alat ukur finansial yang umum digunakan untuk mengukur
tingkat pengembalian investasi adalah return on assets (ROA). ROA dapat dihitung dengan membagi laba bersih dengan total aktiva
perusahaan.
5. Earning Per Share (EPS)
Earning per share atau EPS dapat diartikan sebagai laba yang akan diperoleh pemegang saham per lembar sahamnya. Menurut Tandelilin
(2001:241-242) “Besarnya laba per lembar saham suatu perusahaan
bisa diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan”. EPS
dapat dihitung dengan membagi laba bersih setelah bunga dan pajak
6. Liquidity
Liquidity diukur dengan menggunakan current ratio yaitu perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Rasio ini
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban
jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya (Van Horne,
2005:205).
7. Economic Value Added (EVA)
Economic value added atau EVA merupakan suatu metode yang memperhatikan jumlah biaya jangka panjang pada suatu proyek
sehingga dapat mengidentifikasi proyek yang memberikan
pengembalian lebih tinggi. Oleh sebab itu, total nilai atau kemakmuran
yang diberikan kepada investor pun dapat lebih dimaksimalkan.
F. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
studi kepustakaan, yaitu data diperoleh dari beberapa literatur yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti, penelusuran data ini dilakukan dengan cara:
1. Penelusuran secara manual untuk data dalam format kertas hasil
cetakan. Data yang disajikan dalam format kertas hasil cetakan antara
lain berupa jurnal, buku, skripsi dan thesis.
2. Penelusuran dengan menggunakan komputer untuk data dalam format
elektronik. Data yang disajikan dalam format elektronik ini antara lain
G. Metode Analisis Data
Metode analisis statistik data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
dengan metode analisis statistik yang menggunakan regresi linier berganda dan
menggunakan alat bantu SPSS (Statistical Product and Service Solutions) versi 17. Tahapan yang dilakukan dalam analisis ini adalah statistik deskriptif dan uji
asumsi klasik.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif pada umumnya digunakan untuk memberikan informasi
mengenai variabel-variabel di dalam suatu penelitian. Analisis statistik deskriptif
akan memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai
minimum, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi yang dihasilkan dari variabel
penelitian.
2. Uji Asumsi Klasik
Untuk menghasilkan suatu model yang baik, analisis regresi memerlukan
pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Uji Asumsi
Klasik yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah:
1. Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Menurut Ghozali (2005:110), ada dua cara untuk mendeteksi apakah
residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis statistik
rentang data tersebut mendekati atau merupakan distribusi normal
berdasarkan uji Kolmogrov Smirnov dapat dilihat dari:
a. Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas < 0.05 maka distribusi
data adalah tidak normal.
b. Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas > 0.05 maka distribusi
data adalah normal (Ghozali, 2005:115)
2. Uji Autokorelasi (Durbin Watson)
Tujuan dari uji autokorelasi adalah untuk mengetahui apakah model
regresi linier memiliki korelasi antara kesalahan pengganggu antara
suatu periode dengan periode sebelumnya. Autokorelasi terjadi akibat
observasi yang dilakukan berurutan sepanjang waktu berkaitan satu
dengan yang lain. Masalah autokorelasi ini umumnya terjadi pada data
time series. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dapat dilakukan uji
Durbin Watson. Uji Durbin Watson memiliki ketentuan sebagai berikut:
a. Jika 0 < DW < DL, maka terjadi autokorelasi positif.
b. Jika DL < DW < DU, maka ragu-ragu terjadi autokorelasi.
c. Jika DU < DW < 4 – DU, maka tidak terjadi autokorelasi.
d. Jika 4 – DU < DW < 4 – DL, maka ragu-ragu terjadi autokorelasi.
e. Jika DW > 4 DL, maka terjadi autokorelasi negatif.
Dimana, DW adalah nilai DW hasil perhitungan, DU = batas atas,
3. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui apakah model
regresi memiliki korelasi antar variabel bebas (variabel independen).
Pada model regresi yang baik seharusnya tidak memiliki korelasi antar
variabel independennya. Menurut Ghozali (2005:91) salah satu cara
yang dapat dilakukan untuk menguji multikolinearitas adalah dengan
melihat nilai tolerance dan lawannya variance inflation factor (VIF). Batasan umum yang dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0.1 atau sama dengan VIF >10.
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
memiliki ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda
disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model
yang homokedastisitas. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas
dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik
scatterplot dengan analisis:
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur, maka mengindikasikan telah terjadi
Y = ß0 + ß1X1 + ß2X2 + ß3X3 + ß4X4 + ß5X5 + ß6X6 + e
b. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik menyebar di atas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2005:105).
Model yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah
dengan menggunakan model analisis regresi linier berganda. Model regresi untuk
menguji hipotesis tersebut dinyatakan dalam bentuk fungsi price earning ratio.
Keterangan:
Y = PER
ß = Koefisien Regresi
X1 = Leverage
X2 = Earning Growth X3 = Return on Assets X4 = Earning Per Share X5 = Liquidity
X6 = Economic Value Added e = Random Error
1. Uji Signifikan Parsial (Uji-t)
jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam
menerangkan variabel dependen”. Uji ini dilakukan dengan
membandingkan signifikan thitung dengan ketentuan:
Jika thitung < ttabel pada α 0.05, maka H1 ditolak.
Jika thitung > ttabel pada α 0.05, maka H1 diterima.
2. Uji Signifikan Simultan (Uji-F)
Secara simultan pengujian hipotesis dilakukan dengan uji F-test. Menurut Ghozali (2005:84) “uji statistik F pada dasarnya
menunjukkan apakah semua variabel independen dimasukkan dalam
model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen”. Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikan Fhitung
dengan ketentuan:
Jika Fhitung < FTabel pada α 0.05, maka H1 ditolak.