FAKTOR DAN DAMPAK KETIMPANGAN PENDIDIKAN PEREMPUAN DALAM KEHIDUPAN PEREMPUAN
(Kasus: Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
Oleh: Fitri Gayatri
A14204020
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN
RINGKASAN
FITRI GAYATRI. FAKTOR DAN DAMPAK KETIMPANGAN GENDER DALAM BIDANG PENDIDIKAN (Kasus: Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Di bawah Bimbingan WINATI WIGNA.
Pada era globalisasi ini, pendidikan sudah merupakan kebutuhan untuk semua orang, tidak terlepas laki-laki atau perempuan. Pendidikan suatu bangsa
merupakan faktor penunjang pembangunan bangsa. pendidikan merupakan sektor kunci pembangunan, terutama pembangunan sumberdaya manusia. Pendidikan dapat dikatakan berhasil, salah satunya dengan meningkatnya aksesibilitas
berdasarkan gender, artinya perempuan dan laki-laki memiliki hak yang sama dalam memperoleh pendidikan.
Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor merupakan salah satu kecamatan yang mempunyai angka ketimpangan gender yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya perbedaan jumlah siswa laki-laki dan perempuan berdasarkan jenis kelamin dari tngkat SMP ke tingkat SMA. Pada tingkat SMP,
perbedaan jumlah siswa laki-laki dan perempuan tidak terlalu jauh, siswa perempuan dan laki-laki hampir berjumlah sama rata. Di tingkat SMA,
kesenjangan pendidikan mulai terasa. Dalam hampir setiap tahunnya, siswa perempuan selalu jauh lebih sedikit daripada siswa laki-laki.
Ketimpangan gender yang terjadi di Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor
tersebut merupakan akibat dari kuatnya isu gender yang membudaya di Kacamatan Cariu. Kurangnya kepekaan terhadap isu gender di Kecamatan Cariu
daripada untk anak perempuan. Anak perempuan tidak perluj disekolahkan karena
anak perempuan tdak disiapkan untuk menjadi pemimpin di dalam keluargaya kelak.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang mengkibatkan
terjadinya ketimpangan dalam pendidikan perempuan, dan dampak yang ditimbulkan dari ketimpangan tersebut terhadap kehidupan perempuan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketimpangan gender dalam pendidikan adalah persepsi orang tua dan anak terhadap pendidikan perempuan, dan pengambilan keputusan mengenai pendidikan perempuan.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan kuesioner, serta didukung dengan metode kualitatif yang dilakukan
dengan melakukan wawancara mendalam (indepth interview). Responden dalam penelitian ini terdiri dari orang tua dan anak yang dipilih secara acak. Sampel yang dipilih dalam penelitian ini sebanyak 30 orang responden, masing-masing
orang tua dan anak. Data yang didapat dari penelitian ini diolah dengan menggunakan uji frekuensi dan tabulasi silang untuk melihat hubungan antar
variabel.
Persepsi orang tua dan anak terhadap pendidikan perempuan dipengaruhi oleh berbagai karakteristik yang menempel pada diri orang tua dan anak, termasuk
di dalamnya kepekaan terhadap isu-isu gender. Persepsi orang tua yang negatif terhadap pendidikan perempuan akan menyebabkan ketimpangan gender dalam
perempuan dan persepsi anak terhadap pendidikan perempuan. Pengambilan
keputusan yang tidak melibatkan anak perempuan dalam pengambilan keputusannya juga akan mengakibatkan ketimpangan gender dalam pendidikan. Persepsi orang tua dan anak yang tinggi akan mengarah pada pengambilan
keputusan yang melibatkan anak perempuan di dalamnya.
Ketimpangan gender akan membawa pada dampak negatif terhadap
kehidupan individu perempuan, baik kahidupan individu mereka sendiri, kehidupan perempuan dalam keluarga, dan kehidupan perempuan dalam masyarakat. Dampak negatif yang dirasakan dalam kehidupan individu
perempuan itu sendiri akan mengarah pada ketidakmampuan perempuan untuk hidup bertumpu pada kakinya sendiri, perempuan pada akhirnya hanya akan
menjadi orang yang selalu tergantung pada orang lain. Ketimpangan gender yang terjadi pada diri individu perempuan dalam keluarga berupa pembentukan keluarga perempuan, baik yang sudah terealisasikan, maupun pembentukan
FAKTOR DAN DAMPAK KETIMPANGAN PENDIDIKAN PEREMPUAN DALAM KEHIDUPAN PEREMPUAN
(Kasus: Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
Oleh: Fitri Gayatri (A14204020)
SKRIPSI
Sebagai Prasyarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pertanian Pada
Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis oleh: Nama : Fitri Gayatri
Nomor Pokok : A14204020
Judul : FAKTOR DAN DAMPAK KETIMPANGAN PENDIDIKAN PEREMPUAN DALAM KEHIDUPAN PEREMPUAN
(Kasus: Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
Dapat diterima sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian pada Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dra. Winati Wigna, MDS NIP. 131 284 835
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL FAKTOR DAN DAMPAK KETIMPANGAN PENDIDIKAN PEREMPUAN DALAM KEHIDUPAN PEREMPUAN (KASUS: KECAMATAN CARIU,
KABUPATEN BOGOR) INI BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA
SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN DAN JUGA BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH
PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA
BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA DAN SAYA BERSEDIA MEMPERTANGGUNG JAWABKAN PERNYATAN INI.
Bogor, Juni 2008
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan Skripsi
ini ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pertanian pada Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berjudul : FAKTOR DAN DAMPAK KESENJANGAN GENDER DALAM BIDANG PENDIDIKAN (KASUS: KECAMATAN CARIU, KABUPATEN BOGOR).
Kegiatan skripsi ini berupa penelitian yang menelaah aspek yang mempengaruhi dan menajadi dampak dari ketimpangan gender dalam pendidikan di Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor. Melalui skripsi ini, memungkinkan
penulis mengenal, mempelajari, dan menganalisis permasalahan nyata di lapangan.
Demikianlah skripsi ini disusun dengan suatu tema tulisan yang dipandang cukup relevan untuk ditelaah lebih lanjut saat ini. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pihak-pihak yang berkepentingan.
Bogor, Agustus 2008
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulisan Skripsi ini merupakan hasil dukungan dari berbagi pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT atas segala limpahan kebaikan, kasih sayang, dan ridho-Nya. 2. Ibu Winati Wigna, selaku pembimbing studi pustaka atas dukungan,
arahan, dan bimbingannya.
3. Ibu Ir. Nuraini W. Prasodjo, MS sebagai dosen penguji utama.
4. Ibu Ratri Virianita, S.sos, Msi sebagai dosen penguji perwakilan dari
komisi pendidikan Departemen KPM.
5. Warga Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor atas kerjasamanya untuk
menjadi responden dari penelitian ini.
6. Mama Bapa, terimakasih atas segala limpahan kasih sayang sepanjang masa kepada penulis,.
7. Teteh,terimakasih atas segala dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Blocnoot Crew, Adisty, Vanessa, Momon, Yuddi terimakasih atas segala bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini, also for all the silliness we ve done that really lighten up each day of mine.
9. Icha, teman seperjuangan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Keluarga Besar H. M. Mesrie, atas semua doa dan semangat yang
diberikan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.
12. Seluruh trainer IGTC, Ms. Susi, Mr. Ochan, Ms. Wida, terimakasih atas
semua dukungan yang telah diberikan kepada penulis, dan semua izin untuk meninggalkan training.
13. MMQ11erz of IGTC, the merchandisers to be, Harlan, Andi, Senja,
Tantan, Billi, Aji, Eni, Manda, Bayu, Ryo, Willy, Zia.
14. Mr. Andhika Yudha Perkasa, terimakasih atas perhatian, doa,
kebersamaan, dan dukungannya kepada penulis.
15. Sahabat: Novi, Inna, Erin,thanx for the priceless friendship ever!!
16. Tendy, Gerry, PA, Ajo, Alit, Rengga, teman-teman masa kecil,
terimakasih atas segala semangat dan doa yang telah kalian berikan.
17. Rekan-rekan KPMers 41 & nci sushane, atas kebersamaannya, sukses
selalu!!
18. Semua pihak, keluarga dan teman, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terimakasih atas semua bantuan yang telah diberikan kepada
penulis, baik langsung maupun tidak langsung.
FAKTOR DAN DAMPAK KETIMPANGAN PENDIDIKAN PEREMPUAN DALAM KEHIDUPAN PEREMPUAN
(Kasus: Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
Oleh: Fitri Gayatri
A14204020
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN
RINGKASAN
FITRI GAYATRI. FAKTOR DAN DAMPAK KETIMPANGAN GENDER DALAM BIDANG PENDIDIKAN (Kasus: Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Di bawah Bimbingan WINATI WIGNA.
Pada era globalisasi ini, pendidikan sudah merupakan kebutuhan untuk semua orang, tidak terlepas laki-laki atau perempuan. Pendidikan suatu bangsa
merupakan faktor penunjang pembangunan bangsa. pendidikan merupakan sektor kunci pembangunan, terutama pembangunan sumberdaya manusia. Pendidikan dapat dikatakan berhasil, salah satunya dengan meningkatnya aksesibilitas
berdasarkan gender, artinya perempuan dan laki-laki memiliki hak yang sama dalam memperoleh pendidikan.
Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor merupakan salah satu kecamatan yang mempunyai angka ketimpangan gender yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya perbedaan jumlah siswa laki-laki dan perempuan berdasarkan jenis kelamin dari tngkat SMP ke tingkat SMA. Pada tingkat SMP,
perbedaan jumlah siswa laki-laki dan perempuan tidak terlalu jauh, siswa perempuan dan laki-laki hampir berjumlah sama rata. Di tingkat SMA,
kesenjangan pendidikan mulai terasa. Dalam hampir setiap tahunnya, siswa perempuan selalu jauh lebih sedikit daripada siswa laki-laki.
Ketimpangan gender yang terjadi di Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor
tersebut merupakan akibat dari kuatnya isu gender yang membudaya di Kacamatan Cariu. Kurangnya kepekaan terhadap isu gender di Kecamatan Cariu
daripada untk anak perempuan. Anak perempuan tidak perluj disekolahkan karena
anak perempuan tdak disiapkan untuk menjadi pemimpin di dalam keluargaya kelak.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang mengkibatkan
terjadinya ketimpangan dalam pendidikan perempuan, dan dampak yang ditimbulkan dari ketimpangan tersebut terhadap kehidupan perempuan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketimpangan gender dalam pendidikan adalah persepsi orang tua dan anak terhadap pendidikan perempuan, dan pengambilan keputusan mengenai pendidikan perempuan.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan kuesioner, serta didukung dengan metode kualitatif yang dilakukan
dengan melakukan wawancara mendalam (indepth interview). Responden dalam penelitian ini terdiri dari orang tua dan anak yang dipilih secara acak. Sampel yang dipilih dalam penelitian ini sebanyak 30 orang responden, masing-masing
orang tua dan anak. Data yang didapat dari penelitian ini diolah dengan menggunakan uji frekuensi dan tabulasi silang untuk melihat hubungan antar
variabel.
Persepsi orang tua dan anak terhadap pendidikan perempuan dipengaruhi oleh berbagai karakteristik yang menempel pada diri orang tua dan anak, termasuk
di dalamnya kepekaan terhadap isu-isu gender. Persepsi orang tua yang negatif terhadap pendidikan perempuan akan menyebabkan ketimpangan gender dalam
perempuan dan persepsi anak terhadap pendidikan perempuan. Pengambilan
keputusan yang tidak melibatkan anak perempuan dalam pengambilan keputusannya juga akan mengakibatkan ketimpangan gender dalam pendidikan. Persepsi orang tua dan anak yang tinggi akan mengarah pada pengambilan
keputusan yang melibatkan anak perempuan di dalamnya.
Ketimpangan gender akan membawa pada dampak negatif terhadap
kehidupan individu perempuan, baik kahidupan individu mereka sendiri, kehidupan perempuan dalam keluarga, dan kehidupan perempuan dalam masyarakat. Dampak negatif yang dirasakan dalam kehidupan individu
perempuan itu sendiri akan mengarah pada ketidakmampuan perempuan untuk hidup bertumpu pada kakinya sendiri, perempuan pada akhirnya hanya akan
menjadi orang yang selalu tergantung pada orang lain. Ketimpangan gender yang terjadi pada diri individu perempuan dalam keluarga berupa pembentukan keluarga perempuan, baik yang sudah terealisasikan, maupun pembentukan
FAKTOR DAN DAMPAK KETIMPANGAN PENDIDIKAN PEREMPUAN DALAM KEHIDUPAN PEREMPUAN
(Kasus: Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
Oleh: Fitri Gayatri (A14204020)
SKRIPSI
Sebagai Prasyarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pertanian Pada
Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis oleh: Nama : Fitri Gayatri
Nomor Pokok : A14204020
Judul : FAKTOR DAN DAMPAK KETIMPANGAN PENDIDIKAN PEREMPUAN DALAM KEHIDUPAN PEREMPUAN
(Kasus: Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
Dapat diterima sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian pada Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dra. Winati Wigna, MDS NIP. 131 284 835
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL FAKTOR DAN DAMPAK KETIMPANGAN PENDIDIKAN PEREMPUAN DALAM KEHIDUPAN PEREMPUAN (KASUS: KECAMATAN CARIU,
KABUPATEN BOGOR) INI BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA
SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN DAN JUGA BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH
PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA
BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA DAN SAYA BERSEDIA MEMPERTANGGUNG JAWABKAN PERNYATAN INI.
Bogor, Juni 2008
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan Skripsi
ini ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pertanian pada Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berjudul : FAKTOR DAN DAMPAK KESENJANGAN GENDER DALAM BIDANG PENDIDIKAN (KASUS: KECAMATAN CARIU, KABUPATEN BOGOR).
Kegiatan skripsi ini berupa penelitian yang menelaah aspek yang mempengaruhi dan menajadi dampak dari ketimpangan gender dalam pendidikan di Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor. Melalui skripsi ini, memungkinkan
penulis mengenal, mempelajari, dan menganalisis permasalahan nyata di lapangan.
Demikianlah skripsi ini disusun dengan suatu tema tulisan yang dipandang cukup relevan untuk ditelaah lebih lanjut saat ini. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pihak-pihak yang berkepentingan.
Bogor, Agustus 2008
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulisan Skripsi ini merupakan hasil dukungan dari berbagi pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT atas segala limpahan kebaikan, kasih sayang, dan ridho-Nya. 2. Ibu Winati Wigna, selaku pembimbing studi pustaka atas dukungan,
arahan, dan bimbingannya.
3. Ibu Ir. Nuraini W. Prasodjo, MS sebagai dosen penguji utama.
4. Ibu Ratri Virianita, S.sos, Msi sebagai dosen penguji perwakilan dari
komisi pendidikan Departemen KPM.
5. Warga Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor atas kerjasamanya untuk
menjadi responden dari penelitian ini.
6. Mama Bapa, terimakasih atas segala limpahan kasih sayang sepanjang masa kepada penulis,.
7. Teteh,terimakasih atas segala dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Blocnoot Crew, Adisty, Vanessa, Momon, Yuddi terimakasih atas segala bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini, also for all the silliness we ve done that really lighten up each day of mine.
9. Icha, teman seperjuangan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Keluarga Besar H. M. Mesrie, atas semua doa dan semangat yang
diberikan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.
12. Seluruh trainer IGTC, Ms. Susi, Mr. Ochan, Ms. Wida, terimakasih atas
semua dukungan yang telah diberikan kepada penulis, dan semua izin untuk meninggalkan training.
13. MMQ11erz of IGTC, the merchandisers to be, Harlan, Andi, Senja,
Tantan, Billi, Aji, Eni, Manda, Bayu, Ryo, Willy, Zia.
14. Mr. Andhika Yudha Perkasa, terimakasih atas perhatian, doa,
kebersamaan, dan dukungannya kepada penulis.
15. Sahabat: Novi, Inna, Erin,thanx for the priceless friendship ever!!
16. Tendy, Gerry, PA, Ajo, Alit, Rengga, teman-teman masa kecil,
terimakasih atas segala semangat dan doa yang telah kalian berikan.
17. Rekan-rekan KPMers 41 & nci sushane, atas kebersamaannya, sukses
selalu!!
18. Semua pihak, keluarga dan teman, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terimakasih atas semua bantuan yang telah diberikan kepada
penulis, baik langsung maupun tidak langsung.
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR... i
UCAPAN TERIMAKASIH ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR TABEL ... ix
3.1. Penentuan Waktu dan Lokasi Penelitian ... 27
3.2. Metode Penelitian ... 27
3.3. Metode Penentuan Responden... 28
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 29
3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 29
BAB IV GAMBARAN UMUM ... 30
4.1.Kondisi Geografis ... 30
4.3. Kondisi Demografi... 31 4.6.2. Kondisi Sarana Prasarana Perekonomian ... 35 4.6.3. Kondisi Infrastruktur Wilayah ... 35
BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN ... 36 5.1. Usia ... 36 5.2. Jenis Kelamin ... 36 5.3. Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 37 5.4.Tingkat Pendapatan Orang Tua ... 39 5.5.Wawasan Gender ... 40 5.5.1. Kepekaan Terhadap Isu Gender Marjinalisasi ... 40 5.5.2. Kepekaan Terhadap Isu Gender Subordinasi ... 43 5.5.3. Kepekaan Terhadap Isu Gender Stereotipi ... 45 5.5.4. Kepekaan Terhadap Isu Gender Kekerasan ... 47 5.5.5. Kepekaan Terhadap Isu Gender Beban Kerja ... 49
BAB VI PERSEPSI ORANG TUA DAN ANAK TERHADAP
PENDIDIKAN BAGI PEREMPUAN ... 51 6.1. Persepsi Orang Tua Terhadap Pendidikan Bagi Perempuan ... 51
6.1.1. Persepsi Orang Tua Terhadap Pendidikan Bagi Perempuan dalam
Perolehan Pekerjaan ... 51 6.1.2. Persepsi Orang Tua Terhadap Pendidikan Bagi Perempuan dalam
Kehidupan Sosial ... 54 6.1.3. Persepsi Orang Tua Terhadap Pendidikan Bagi Perempuan dalam
Kehidupan Berkeluarga ... 57 6.2. Persepsi Anak Terhadap Pendidikan Bagi Perempuan ... 61
6.2.1. Persepsi Anak Terhadap Pendidikan Bagi Perempuan dalam
Perolehan Pekerjaan ... 62 6.2.2. Persepsi Anak Terhadap Pendidikan Bagi Perempuan dalam
Kehidupan Sosial... 69 6.23. Persepsi Orang Tua Terhadap Pendidikan Bagi Perempuan dalam
Kehidupan Berkeluarga ... 71
7.1. Hubungan Antara Persepsi Orang Tua Terhadap Pendidikan Bagi
Perempuan dengan Ketimpangan Gender dalam Pendidikan ... 74 7.2. Hubungan Antara Persepsi Anak Terhadap Pendidikan Bagi Perempuan
dengan Ketimpangan Gender dalam Pendidikan ... 77 7.3. Hubungan Antara Pengambilan Keputusan Mengenai Pendidikan Anak
Perempuan dengan Ketimpangan Gender dalam Pendidikan ... 79 7.3.1. Hubungan Antara Persepsi Orang Tua Terhadap Pendidikan
Perempuan dengan Pengambilan Keputusan ... 81 7.3.2. Hubungan Antara Persepsi Anak Terhadap Pendidikan Perempuan
dengan Pengambilan Keputusan ... 83
BAB VIII. DAMPAK KETIMPANGAN GENDER DALAM PENDIDIKAN TERHADAP KEHIDUPAN INDIVIDU PEREMPUAN DALAM KEHIDUPAN BERKELUARGA
DAN BERMASYARAKAT ... 85 8.1. Dampak Ketimpangan Gender dalam Kehidupan Individu Perempuan ... 85 8.2. Dampak Ketimpangan Gender dalam Kehidupan Perempuan dalam
Keluarga.. ... 87 8.3. Dampak Ketimpangan Gender dalam Kehidupan Perempuan dalam
Masyarakat... 89
BAB IX KESIMPULAN DAN SARAN ... 91 9.1. Kesimpulan ... 91 9.2. Saran ... 92
DAFTAR PUSTAKA ... 94
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
Tabel 1. Tabel Perbedaan Seks dan Gender ... 8 Tabel 2. Tabel Komposisi Penduduk Menurut Umur Sekolah dan Jenis
Kelamin di Jawa Barat Tahun 2005 ... 18 Tabel 3. Tabel Komposisi Penduduk yang Sedang Bersekolah Menurut
Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Jawa Barat Tahun 2005 ... 19 Tabel 4. Tabel Jumlah Penduduk Putus Sekolah Menurut Tingkat Pendidikan
dan Jenis Kelamin Kabupaten Bogor Tahun 2005-2006 ... 20 Tabel 5. Tabel Definisi Operasional ... 25 Tabel 6. Tabel Administrasi Kewilayahan Kecamatan Cariu (2007) ... 34 Tabel 7. Tabel Komposisi Penduduk Kecamatan Cariu Menurut Kelompok
Umur (2007) ... 35 Tabel 8. Tabel Kondisi Pendidikan Penduduk Kecamatan Cariu (2007) ... 37 Tabel 9. Tabel Usia Responden Orang Tua ... 40 Tabel 10.Tabel Usia Responden Anak ... 41 Tabel 11.Tabel Jenis Kelamin Responden Orang Tua ... 41 Tabel 12.Tabel Jenis Kelamin Responden Anak ... 42
Tabel 13.Tabel Tingkat Pendidikan Responden Orang Tua ... 43 Tabel 14.Tabel Tingkat Pendapatan Responden Orang Tua ... 44
Tabel 15.Tabel Tingkat Kepekaan Responden Orang Tua terhadap Isu
Gender Marjinalisasi ... 45 Tabel 16.Tabel Frekuensi dan Persentase Tingkat Kepekaan Responden
Anak terhadap Isu Gender Marjinalisasi ... 46 Tabel 17. Tabel Frekuensi dan Persentase Tingkat Kepekaan Responden
Orang Tua terhadap Isu Gender Subordinasi ... 48 Tabel 18.Tabel Tingkat Kepekaan Responden Anak terhadap Isu Gender
Subordinasi ... 49 Tabel 19.Tabel Tingkat Kepekaan Responden Orang Tua terhadap Isu
Gender Stereotipi ... 50 Tabel 20. Tabel Tingkat Kepekaan Responden Anak terhadap Isu Gender
Stereotipi ... 51 Tabel 21. Tabel Frekuensi dan Persentase Tingkat Kepekaan Responden
Orang Tua terhadap Isu Gender Kekerasan ... 52 Tabel 22. Tabel Tingkat Kepekaan Responden Anak terhadap Isu Gender
Kekerasan... 53 Tabel 23.Tabel Tingkat Kepekaan Responden Orang Tua terhadap Isu
Gender Beban Kerja ... 54 Tabel 24.Tabel Tingkat Kepekaan Responden Anak terhadap Isu Gender
Tabel 25. Tabel Persepsi Responden Orang Tua Terhadap Pendidikan
Perempuan ... 57 Tabel 26. Tabel Persepsi Orang Tua terhadap Pendidikan Perempuan dalam
Perolehan Pekerjaan Berdasarkan Kepekaan Terhadap Isu Gender
Subordinasi di Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor (2008) ... 58 Tabel 27. Tabel Persepsi Responden Orang Tua terhadap Pendidikan dalam
Kehidupan Sosial... 60 Tabel 28. Tabel Persepsi Orang Tua terhadap Pendidikan Perempuan dalam
Kehidupan Sosial Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan
Cariu, Kabupaten Bogor (2008) ... 61 Tabel 29. Tabel Persepsi Orang Tua terhadap Pendidikan Perempuan dalam
Kehidupan Sosial Berdasarkan Kepekaan Terhadap Isu Gender
Beban Kerja di Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor (2008) ... 62 Tabel 30. Tabel Persepsi Responden Orang Tua terhadap Pendidikan dalam
Kehidupan Berkeluarga ... 63 Tabel 31. Tabel Persepsi Orang Tua terhadap Pendidikan Perempuan dalam
kehidupan Berkeluarga Berdasarkan Jenis Kelamin, Kecamatan Cariu Kabupaten Bogor
(2008)... 64
Tabel 32. Tabel Persepsi Orang Tua terhadap Pendidikan Perempuan dalam Kehidupan Berkeluarga Berdasarkan Tingkat Pendapatan di
Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor (2008) ... 65 Tabel 33. Tabel Persepsi Orang Tua terhadap Pendidikan Perempuan dalam
Kehidupan Berkeluarga Berdasarkan Kepekaan Terhadap Isu Gender Beban Kerja di Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor
(2008)... 66 Tabel 34. Tabel Persepsi Responden Anak terhadap Pendidikan dalam
Perolehan Pekerjaan, Kehidupan Sosial, Kehidupan Berkeluarga... 67 Tabel 36. Tabel Persepsi Anak terhadap Pendidikan Perempuan dalam
Perolehan Pekerjaan Berdasarkan Usia di Kecamatan Cariu,
Kabupaten Bogor (2008) ... 69 Tabel 37. Tabel Persepsi Anak terhadap Pendidikan Perempuan dalam
Kehidupan Perolehan Pekerjaan Berdasarkan Kepekaan terhadap Isu Gender Marjinalisasi di Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor
(2008)... 70 Tabel 38. Tabel Persepsi Anak terhadap Pendidikan Perempuan dalam
Kehidupan Perolehan Pekerjaan Berdasarkan Kepekaan terhadap Isu Gender Subordinasi di Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor
(2008)... 71 Tabel 39. Tabel Persepsi Anak terhadap Pendidikan Perempuan dalam Hal
Kehidupan Perolehan Pekerjaan Berdasarkan Kepekaan terhadap Isu Gender Stereotipi di Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor
(2008)... 73 Tabel 40 Tabel Persepsi Anak terhadap Pendidikan Perempuan dalam Hal
Isu Gender Kekerasan di Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor
(2008)... 74 Tabel 41 Tabel Persepsi Anak terhadap Pendidikan Perempuan dalam Hal
Kehidupan Perolehan Pekerjaan Berdasarkan Kepekaan terhadap Isu Gender Beban Kerja di Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor
(2008)... 75 Tabel 42. Tabel Persepsi Anak terhadap Pendidikan Perempuan dalam Hal
Kehidupan Sosial Berdasarkan Kepekaan terhadap Isu Gender
Subordinasi di Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor (2008) ... 76 Tabel 43.Tabel Persepsi Responden Anak terhadap Pendidikan dalam Hal
Kehidupan Berkeluarga ... 77 Tabel 44. Tabel Komposisi Jumlah Siswa SMAN 1 Cariu Berdasarkan Jenis
Kelamin (2008) ... 80 Tabel 45. Tabel Persepsi Responden Orang Tua terhadap Pendidikan Bagi
Perempuan ... 81 Tabel 46. Tabel Persepsi Responden Anak terhadap Peran Pendidikan Bagi
Perempuan ... 85 Tabel 47. Tabel Frekuensi dan Persentase Pengambilan Keputusan
Pendidikan Anak Perempuan ... 87 Tabel 48. Tabel Persepsi Orang Tua terhadap Pendidikan Perempuan
Berdasarkan Pengambilan Keputusan Pendidikan Anak
Perempuan ... 88 Tabel 49.Tabel Persepsi Anak terhadap Pendidikan Perempuan Berdasarkan
Pengambilan Keputusan Pendidikan Anak Perempuan ... 90 Tabel 50.Tabel Dampak Ketimpangan Gender dalam Pendidikan terhadap
Kehidupan Individu Perempuan ... 93 Tabel 51.Tabel Dampak Ketimpangan Gender dalam Pendidikan terhadap
Kehidupan Individu Perempuan dalam Keluarga ... 95 Tabel 52.Tabel Dampak Ketimpangan Gender dalam Pendidikan terhadap
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di era otonomi daerah sekarang ini, pembangunan di tingkat Kabupaten/Kota menjadi tanggung jawab Pemerintah daerah. Pada dasarnya
pembangunan yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat ini membutuhkan partisipasi dari seluruh komponen masyarakat. Masyarakat yang dimaksud dalam hal ini adalah laki-laki dan perempuan. Dapat dikatakan bahwa
pembangunan daerah membutuhkan partisipasi laki-laki dan perempuan. Partisipasi perempuan dalam pembangunan amat penting bagi terwujudnya
kesetaraan dan keadilan antara laki-laki dan perempuan dalam menikmati hasil pembangunan yang selanjutnya dapat mewujudkan keluarga sejahtera dan membina generasi muda, sehingga kualitas hidup masyarakat dapat semakin
membaik.
Sektor pendidikan merupakan sektor yang penting dalam pembangunan
karena sektor pendidikan merupakan salah satu sektor kunci untuk keberhasilan pembangunan terutama pembangunan sumberdaya manusia. Kondisi pendidikan yang semakin membaik merupakan kemajuan pembangunan bidang pendidikan.
Keberhasilan pendidikan juga ditandai oleh aksesibilitas pendidikan berdasarkan gender, dengan melihat tingkat kesenjangan yang terjadi antara laki-laki dan
perempuan dalam mengakses pendidikan.
menurun drastis pada tingkat SMA. Pada tahun 2006, jumlah siswa lulusan SLTP
Negeri dan Swasta di Kabupaten Bogor adalah sekitar 28.808 siswa (Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor, 2006). Jumlah siswa kelas satu SMA Negeri dan swasta Kabupaten Bogor pada tahun ajaran berikutnya adalah sekitar 12.796
siswa (Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor, 2007). Lulusan SLTP yang melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi kurang dari 50% dari
jumlah lulusan. Penurunan jumlah tersebut dapat menunjukkan bahwa pendidikan menenangah atas di Kabupaten Bogor masih mengalami kendala dalam hal akses.
Berdasarkan data jumlah lulusan SLTP dan siswa kelas satu SMA per
Kecamatan di Kabupaten Bogor, Kecamatan Cariu merupakan Kecamatan yang mengalami penurunan angka cukup drastis. Jumlah lulusan SLTP Negeri dan
Swasta di Kecamatan Cariu tahun ajaran 2005/2006 adalah sebanyak 916 siswa (Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor, 2006). Siswa yang melanjutkan ke jenjang SMA pada tahun ajaran 2006/2007 tercatat sebanyak 515 siswa (Dinas Pendidikan
Kabupaten Bogor, 2007). Penurunan jumlah siswa hampir dua kali lipat. Permasalahan ini akan lebih menarik ketika kita mengkaji dari perspektif gender
dengan melihat data tersebut berdasarkan jenis kelamin. Persentase lulusan SMP negeri dan swasta laki-laki dan perempuan dibandingkan dengan persentase jumlah siswa SMA kelas satu laki-laki dan perempuan menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan. Pada tahun ajaran 2005/2006, lulusan SMP Negeri dan Swasta, serta Madrasah Tsanawiyah laki-laki adalah 54 persen, sedangkan lulusan
perempuan adalah 34 persen siswa laki-laki meningkat sebesar 30 persen,
sedangkan persentase siswa perempuan menurun sebesar 13 persen.
Salah satu hal yang diduga menjadi penyebab timbulnya perbedaan akses pendidikan dari jenjang SMP menuju jenjang SMA adalah kuatnya ideologi
gender di masyarakat. Masyarakat seringkali menganggap bahwa konsep gender sama dengan konsep seks. Semua yang berhubungan dengan perbedaan identitas
individu (laki-laki dan perempuan) dianggap kodrat, sesuatu yang mutlak, tidak bisa dipertukarkan. Dengan demikian, berkembanglah berbagai isu ketidakadilan gender. Berbagai pelabelan ditempelkan pada masing-masing identitas gender,
dilanggengkan dari waktu ke waktu, turun temurun dari generasi ke generasi. Pelabelan tersebut tidak selalu negatif, namun dapat memunculkan dampak
negatif bagi pemilik identitas gender yang ditempeli label tersebut. Pelabelan tersebut memang tidak selalu ditujukan kepada perempuan, pelabelan pun dapat ditujukan kepada laki-laki, namun pada kenyataannya, pelabelan lebih banyak
merugikan perempuan. Salah satu contoh pelabelan yang ditujukan kepada perempuan adalah bahwa perempuan sudah seharusnya hanya bekerja di rumah,
mengurusi rumah tangga, anak, dan suami. Kodrat perempuan hanya sampai pada urusan dapur. Hal tersebut berimbas pada sektor pendidikan. Orang tua tidak menyekolahkan anak perempuannya karena berpendapat bahwa menyekolahkan
anak perempuan tinggi-tinggi tidak menghasilkan apa-apa,toh pada akhirnya anak perempuan hanya akan mengurusi dapur.
Kabupaten Bogor sangat bertentangan dengan pasal 30 UUD 1945 yang
menyatakan adanya kesamaan hak warga negara dalam mengenyam pendidikan. Peminggiran perempuan di sektor pendidikan menjadi suatu hal yang penting dan menarik untuk dikaji karena peminggiran perempuan di sektor pendidikan
mungkin saja tidak hanya berhenti sampai di permasalahan perempuan lebih rendah secara intelektual dibanding laki-laki, tetapi bisa merambat ke berbagai
permasalahan lain. Hal ini disebabkan oleh pendidikan yang tidak hanya bermanfaat bagi individu untuk berjuang di segi ideologis dan politis, tetapi pendidikan juga bermanfaat bagi individu untuk berjuang melawan kemiskinan,
kebodohan, dan ketidakberdayaan. Peminggiran perempuan di sektor pendidikan dapat menyebabkan permasalahan krusial lain yang berkelanjutan. Oleh karena
itu, akses perempuan dalam memperoleh pendidikan menjadi isu yang perlu diperjuangkan.
1.2. Pertanyaan Penelitian
Data pendidikan di Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor menunjukkan
adanya ketimpangan jumlah siswa laki-laki dan perempuan dalam melanjutkan pendidikan dari jenjang SMP menuju jenjang SMA. Hal inilah yang mengantarkan penelitian ini kepada pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai
berikut:
1. Sejauh mana ketimpangan gender dalam bidang pendidikan di Kecamatan
Cariu?
3. Apa dampak dari ketimpangan gender dalam bidang pendidikan di
Kecamatan Cariu terhadap kehidupan sosiokultural masyarakat Kecamatan Cariu?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian di atas,
yaitu:
1. Mengetahui sejauh mana ketimpangan gender dalam bidang pendidikan yang terjadi di Kecamatan Cariu.
2. Mengetahui faktor-faktor yang berhubuangan dengan ketimpangan gender dalam bidang pendidikan di Kecamatan Cariu.
3. Mengetahui dampak dari ketimpangan gender dalam bidang pendidikan tehadap kehidupan sosiokultural masyarakat Kecamatan Cariu.
1.4. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, penelitian ini diharapkan dapat
menjadi pelengkap literatur bagi kalangan akademik yang membahas mengenai ketimpangan gender dalam pendidikan, khususnya pendidikan perempuan di daerah pedesaan. Selanjutnya, diharapkan penelitian ini juga bermanfaat untuk
kalangan nonakademik, yaitu masyarakat, swasta, dan pemerintah dalam untuk memperbaiki ketimpangan akses pendidikan antara laki-laki dan perempuan di
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Gender
Untuk mengetahui konsep gender, Fakih (1996) menekankan pentingnya
memahami perbedaan antara konsep gender dan seks. Seks merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu, dan hal itu tidak dapat dirubah karena
merupakan ketentuan Tuhan atau kodrat. Gender diterjemahkan sebagai suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksikan
secara sosial maupun kultural, dengan kata lain, hal-hal yang dapat dipertukarkan antara sifat laki-laki dan perempuan, yang bisa berubah dari waktu ke waktu serta berbeda dari tempat ke tempat lainnya, disebut dengan konsep gender.
Hal serupa dikemukakan Widyatama (2006), dalam membahas bias gender, terlebih dahulu memperkenalkan konsep gender yang dipandangnya
sebagai sesuatu yang berbeda dengan seks (jenis kelamin). Pengertian seks sebagai jenis kelamin adalah pembedaan yang didasarkan pada fisik manusia dan diterima oleh manusia secarataken for granted. Konsep gender adalah pembedaan
yang dibangun melalui konstruksi sosial maupun kultural manusia. Hal inilah yang kemudian memunculkan stereotipi gender, bahwa laki-laki harus maskulin
Handayani dan Sugiarti (2006) memperlihatkan perbedaan seks dan
gender melalui lirik sebuah lagu yang populer di Indonesia yang berbunyi:
Diciptakan alam pria dan wanita, dua makhuk asuhan dewata, wanita dijajah pria sejak dulu, dijadikan perhiasan sangkar madu, namun adakala pria tak berdaya, tekuk lutut di sudut kerling wanita
Kalimat pertama lagu tersebut menunjukkan pengertian seks, sedangkan kalimat selanjutnya menunjukkan pengertian gender. Untuk memperjelas konsep
seks dan gender dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Perbedaan Seks dan Gender
No. Karakteristik Seks Gender
1. Sumber
Pembeda Tuhan Manusia (masyarakat) 2. Visi, Misi Kesetaraan Kebiasaan
3. Unsur
Pembeda Biologis (alat reproduksi) Kebudayaan (tingkah laku) 4. Sifat Kodrat, tertentu, tidak dapat
dipertukarkan
pantas atau tidak pantas laki-laki dan perempuan melakukan sesuatu, sering merugikan salah satu pihak. 6. Keberlakuan
Sepanjang masa ,dimana saja, tidak mengenal pembedaan kelas.
Dapat berubah, musiman, dan berbeda antara kelas. Sumber: Unger (1979) dalam Handayani dan Sugiarti (2006)
2.1.1.1. Manifestasi Ketidakadilan Gender
Perbedaan gender sesungguhnya bukanlah suatu masalah, yang menjadi masalah adalah bahwa perbedaan gender telah melahirkan berbagai ketidakadilan,
gender termanifestasikan dalam berbagai bentuk ketidakadilan, yakni (Fakih,
1996):
1. Gender dan Marginalisasi
Proses marginalisasi yang mengakibatkan kemiskinan, sesungguhnya
banyak sekali terjadi dalam masyarakat dan negara yang menimpa kaum laki-laki dan perempuan, yang disebabkan oleh berbagai kejadian, misalnya penggusuran,
bencana alam, dilihat dari sisi lain pun marginalisasi dapat diakibatkan oleh kebijakan pemerintah, keyakinan, tafsir agama, dan bahkan asumsi ilmu pengetahuan.
2. Gender dan Subordinasi
Anggapan bahwa perempuan itu irasional atau emosional sehingga
perempuan tidak bisa tampil memimpin, berakibat munculnya sikap yang menempatkan perempuan pada posisi yang tidak penting. Semua keputusan haruslah diambil oleh pihak laki-laki.
3. Gender dan Strereotipi
Secara umum, stereotipi adalah pelabelan negatif atau penandaan terhadap
suatu kelompok tertentu. Salah satu jenis stereotipi adalah yang bersumber dari pandangan gender. Banyak sekali ketidakadilan terhadap jenis kelamin tertentu, umumnya perempuan, yang bersumber dari penandaan (stereotipi) yang
dilekatkan pada jenis kelamin tertentu. Misalnya, penandaan yang berawal dari asumsi bahwa perempuan bersolek adalah dalam rangka memancing perhatian
4. Gender dan Kekerasan
Kekerasan (violence) adalah serangan atau invansi (assault) terhadap fisik maupun intergritas mental psikologis seseorang. Salah satu jenis kekerasan adalah kekerasan terhadap salah satu jenis kelamin tertentu yang disebabkan oleh
anggapan gender. Pada dasarnya, kekerasan gender disebabkan oleh ketidaksetaraan kekuatan yang ada dalam masyarakat.
5. Gender dan Beban Kerja
Anggapan bahwa kaum perempuan memiliki sifat memelihara dan rajin, serta kaum perempuan tidak cocok untuk dijadikan kepala rumah tangga,
berakibat bahwa semua pekerjaan domestik menjadi tanggung jawab kaum perempuan. Di kalangan keluarga miskin, beban yang sangat berat harus
ditanggung oleh perempuan sendiri. Terlebih-lebih jika si perempuan tersebut harus bekerja, maka ia memikul beban kerja ganda. Pada kalangan menengah ke atas, beban kerja ini kemudian dilimpahkan kepada pembantu rumah tangga.
2.1.2. Persepsi
DeVito (1997) mendefinisikan persepsi sebagai berikut:
Perception is the process you became aware of objects, events, and especially people through your sense: sight, smell, touch, and hearing. Perception is an active, not a passive process. Your perception result from what exist in the outside world and from your own experiences, desires, needs, loves, and hatreds .
Jalaludin Rakhmat (2004) mendefinisikan persepsi sebagai pengalaman
sangat subjektif, yaitu tergantung pada subjek yang melaksanakan persepsi itu
sendiri (Sarwono, 1999).
Dua hal yang ingin diketahui dalam persepsi sosial, yaitu keadaan dan perasaan orang lain saat ini, di tempat ini melalui komunikasi non-lisan (kontak
mata, busana, gerakan tubuh, dan sebagainnya) atau lisan dan kondisi yang lebih permanen yang ada di balik segalanya yang tampak saat ini (niat, sifat, motivasi,
dan sebagainya) yang diperkirakan menjadi penyebab dari kondisi saat ini (Sarwono, 1999).
Ada faktor dari luar dan dari dalam yang mempengaruhi persepsi
dintaranya sebagai berikut1 : ( Wilson, 2000dalam Kamarullah, 2005) 1. Faktor Eksternal atau dari luar :
- Concreteness, yaitu wujud atau gagasan yang abstrak yang sulit di persepsikan dibandingkan dengan yang objektif .
- Novelty atau hal yang baru, biasanya lebih menarik untuk dipersepsikan
dibandingkan dengan hal-hal yang lama.
- Velocity atau percepatan misalnya gerak yang cepat untuk menstimulasi
munculnya persepsi lebih efektif dibandingkan dengan gerakan yang lambat.
- Conditioned stimuli, stimulus yang dikondisikan.
2. Faktor Internal
- Motivation . misalnya merasa lelah menstimulasi untuk berespon terhadap
istirahat
1
-Interest, hal-hal yang menarik lebih di perhatikan daripada yang tidak
menarik.
-Need, kebutuhan akan hal tertentu akan menjadi pusat perhatian.
-Assumptions, juga mempengaruhi persepsi sesuai dengan pengalaman
melihat, merasakan dan lain-lain.
2.1.3. Pendidikan
2.1.3.1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan dalam artian sederhana adalah usaha manusia untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan (Hasbullah, 1997). Seiring dengan perkembangan jaman, pendidikan pun turut
mengalami perkembangan, namun tentunya dengan beberapa pengertian dasar yang masih melekat. Pendidikan perlu dipahami sebagai berikut (Hasbullah, 1997):
1. Pendidikan merupakan suatu proses terhadap anak didik berlangsung terus sampai anak didik mencapai pribadi dewasa susila. Proses ini berlangsung
dalam jangka waktu tertentu. Bila anak didik sudah mencapai pribadi dewasa susila, maka ia sepenuhnya mampu bertindak sendiri bagi kesejahteraan hidupnya dan masyarakatnya.
2. Pendidikan merupakan perbuatan manusiawi. Pendidikan lahir dari pergaulan antar orang dewasa dan orang yang belum dewasa dalam suatu
dewasa dengan memiliki nilai kemanusiaan, dan hidup menurut
nilai-nilai tersebut. Kedewasaan diri merupakan tujuan pendidikan yang hendak dicapai melalui perbuatan atau tindakan pendidikan.
3. Pendidikan merupakan hubungan antar pribadi pendidik dan anak didik.
Dalam pergaulan terjadi kontak atau komunikasi antara masing-masing pribadi. Hubungan ini jika meningkat ke taraf hubungan pendidikan, maka
menjadi hubungan antara pribadi pendidik dan si anak didik, yang pada akhirnya melahirkan tanggung jawab pendidikan dan kewibawaan pendidikan. Pendidik bertindak demi kepentingan dan keselamatan anak
didik, dan anak didik mengakui kewibawaan pendidik dan bergantung padanya.
4. Tindakan atau perbuatan mendidik dan menuntun anak didik mencapai tujuan-tujuan tertentu, dan dalam hal ini tampak pada perubahan-perubahan dalam diri anak didik. Perubahan sebagai hasil pendidikan
merupakan gejala kedewasaan yang secara terus-menerus mengalami penigkatan sampai penentuan diri atas tanggung jawab sendiri oleh anak
didik atau terbentuknya pribadi dewasa susila.
Sekolah merupakan salah satu lembaga penyelenggara pendidikan.
Sekolah adalah salah satu organisasi yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat (Syafaruddin dan Anzizhan, 2004). Sekolah merupakan suatu
beberapa karakteristik proses pendidikan yang berlangsung di sekolah
(Hasbullah,1997):
1. Pendidikan diselenggarakan secara khusus dan dibagi atas jenjang yang memiliki hubungan hierarkhis.
2. Usia anak didik di suatu jenjang pendidikan relatif homogen.
3. Waktu pendidikan relatif lama sesuai dengan program pendidikan yang
harus dilaksanakan.
4. Materi atau isi pendidikan lebih banyak sersifat akademis dan umum. 5. Adanya penekanan tentang kualitas pendidikan sebagai jawaban terhadap
kebutuhan di masa yang akan datang.
2.1.3.2. Peranan Keluarga dalam Pendidikan
Keluarga atau rumah tangga merupakan kesatuan unit sosial terkecil yang membentuk masyarakat. Menurut Depdikbud (2005) sebagaimana dikutip Fathoni
(2008), bagi setiap orang, keluarga (suami, istri, dan anak-anak) mempunyai arti penting dalam proses sosialisasi untuk dapat memahami, menghayati budaya yang
berlaku di masyarakat.
Menurut Hasbullah (2006), sumbangan keluarga bagi pendidikan anak adalah sebagai berikut:
1. Cara orang tua melatih anak untuk menguasai cara-cara mengurus diri, seperti cara makan, buang air, berbicara, berjalan, berdoa, sungguh-sungguh
2. Sikap orang tua sangat mempengaruhi perkembangan anak. Sikap menerima
atau menolak, sikap kasih sayang atau acuh tak acuh sikap sabar atau tergesa-gesa, sikap melindungi atau membiarkan secara langsung mempengaruhi reaksi emosional anak.
Pendidikan anak di sekolah merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua, sekolah, dan pemerintah. Keluarga merupakan penentu pendidikan
sekolah seorang anak, karena kelurgalah yang mampu menjadi pendorong maupun penghambat seorang anak untuk sekolah atau tidak. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan manusia yang memerlukan pengambilan
keputusan. Manusia harus memutuskan, apa yang menjadi dasar dan tujuan pendidikan, serta harus bagaimana agar tujuan tersebut tercapai. Oleh karena itu,
manusia harus mengenali persoalan-persoalan substansi kehidupan manusia dan kebutuhannya terhadap pendidikan serta mampu menentukan alternatif pencapaian tujuan (Syafaruddin dan Anzizhan, 2004).
2.1.3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi terhadap Pendidikan Pendidikan mempengaruhi dua faktor, yaitu faktor intenal dan eksternal. Fathoni (2008) menyebutkan bahwa faktor internal terdiri dari umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan kepala keluarga, jumlah tanggungan, pendapatan
keluarga, persepsi terhadap pendidikan, dan status sosial ekonomi dalam masyarakat. Faktor eksternal terdiri dari kebijakan pemerintah, sarana pendidikan,
2.1.3.4. Dampak Pendidikan terhadap Kehidupan Sosial Budaya
Pembangunan pendidikan memiliki tiga pokok perkembangan kepribadian manusia, yaitu perkembangan kognitif, konatif, dan afektif (Dinas Pendidikan DI Yogyakarta, 1996). Perkembangan konatif, sering juga disebut sebagai intelektual
meliputi perkembangan pengetahuan dan pemahaman. Perkembangan konatif meliputi penghayatan berbagai kebutuhan, sedangkan perkembangan afektif
menyangkut perekembangan alam peran. Ketiga perkembangan kepribadian manusia tersebut kemudian akan berdampak pada kehidupan sosial budaya individu dan lingkungan terdekatnya.
Kehidupan sosial budaya masyarakat meliputi kehidupan kekerabatan, pencapaian lapangan pekerjaan, interaksi sosial, dan pranata sosial.
1. Dampak terhadap Kekerabatan.
Kekerabatan diduga dipengaruhi oleh usia menikah. Usia menikah akan berpengaruh pada pola menetap setelah menikah. Diasumsikan bahwa
semakin tinggi pendidikan seseorang, cenderung usia menikah terlambat dan akan membentuk keluarga batih. Satu hal yang menarik yang biasa
terjadi di pedesaan adalah anggapan bahwa menikahkan anak pada usia dini adalah salah satu usaha untuk menghindari gunjingan anaknya tidak laku kawin para tetangga.
2. Dampak terhadap Pekerjaan
Pendidikan dapat berdampak pada berbagai aspek di bidang
lapangan pekerjaan berdasarkan jenis kelamin (Dinas Pendidikan DI
Yogyakarta, 1996).
3. Dampak terhadap Interaksi Sosial
Manusia pada dasarnya mempunyai naluri untuk hidup dengan orang lain,
atau berhubungan dengan orang lain. Ada hasrat utama manusia untuk membentuk keserasian dengan orang lain, yaitu keinginan atau interes
untuk menjadi satu dengan orang lain yang berada di sekitarnya atau masyarakat, dan keinginan untuk menyatu dengan suasana sekelilingnya. 4. Dampak terhadap Pranata Sosial
Pranata sosial dalam hal ini dapat dilihat dari keterlibatan seseorang atau keluarga dalam kesibukan sosial di lingkungannya dan partisipasinya
dalam kegiatan kepercayaan sosial.
2.1.4. Data Umum Pendidikan Propinsi Jawa Barat
Berdasarkan komposisi penduduk Jawa Barat pada tahun 2005, yang telah dikelompokkan menurut umur, diketahui bahwa proporsi penduduk laki-laki dan
perempuan pada semua kelompok umur (4-5 tahun, 5-6, 6-7 tahun, 7-12 tahun, 13-15 tahun, dan 16-18 tahun) dapat dikatakan relatif seimbang dengan disparitas gender yang relatif kecil. Tidak ada perbedaan mencolok dalam hal jumlah
penduduk laki-laki dan perempuan pada semua kelompok umur di Propinsi Jawa Barat. Dapat diasumsikan bahwa seharusnya tidak ada perbedaan jumlah siswa
perempuan yang terdaftar di dua Sekolah Mengengah Atas yang terdapat di
Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor. Berikut adalah tabel komposisi penduduk Kecamatan Cariu per kelompok umur, berdasarkan jenis kelamin.
Tabel 2. Komposisi Penduduk Menurut Umur Sekolah dan Jenis Kelamin Di Jawa Barat (2005)
No.
Kelompok Umur (Tahun)
Laki-laki Perempuan
Total Disparitas (P-L) Jumlah % Jumlah %
1. 4-5 - - - - 1.542.842
-2. 5-6 816.457 52,21 747.464 47,79 1.563.921 -4,42
3. 6-7 - - - - 2.377.471
-4. 7-12 2.231.379 48,60 2.360.108 51,40 4.591.487 2,80 5. 13-15 1.045.173 48,53 1.108.712 51,47 2.153.885 2,94 6. 16-18 1.170.729 50,38 1.153.079 49,62 2.323.808 -0,76 Sumber: Profil Pendidikan Tahun 2005, Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat
Berdasarkan komposisi penduduk yang sedang bersekolah di Jawa Barat, diketahui bahwa proporsi laki-laki semakin lama semakin tinggi dibandingkan dengan proporsi penduduk perempuan pada selang umur yang semakin tua. Hal
Tabel 3. Komposisi Penduduk yang Sedang Bersekolah Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Jawa Barat (2005)
No. Kelompok Umur (Tahun)
Laki-laki Perempuan Total Disparitas (P-L) Jumlah % Jumlah %
1. 7-12 2.556.795 50,81 2.475.086 49,19 5.031.881 -1,62 2. 13-15 926.911 51,85 860.194 48,15 1.787.705 -3,7 3. 16-18 558.215 56,80 424.422 43,19 982.637 -13,61 Sumber: SUSEDA Jawa Barat Tahun 2005, Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat.
Hal serupa juga tergambar pada data tingkat Kabupaten. Data Kabupaten
Bogor menunjukkan bahwa jumlah penduduk perempuan usia sekolah yang masih bersekolah semakin menurun seiring dengan meningkatnya kelompok umur apabila dibandingkan dengan penduduk laki-laki usia sekolah yang masih
bersekolah (Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor, 2005). Kesenjangan pendidikan antara perempuan dan laki-laki usia sekolah semakin jelas terlihat dari data
penduduk yang putus sekolah.
Tabel 4. Jumlah Penduduk Putus Sekolah Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin Kabupaten Bogor (2005-2006)
Tingkat Pendidikan
Jenis Kelamin
Laki-laki % Perempuan %
SD+MI 120 33,33 240 66,67
SMP+MTs 60 33,33 120 66,67
SMA+MA 90 33,33 180 66,67
Jumlah 270 33,33 540 66,67
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor 2005
33,33 persen laki-laki dan 66,67 persen perempuan. Hal ini berarti penduduk
perempuan yang putus sekolah di semua jenjang pendidikan jumlahnya mencapai dua kali lipat dibandingkan laki-laki.
2.2. Kerangka Pemikiran
Di era globalisasi ini, pendidikan sudah seyogyanya menjadi suatu
kebutuhan bagi setiap individu di masyarakat, baik di kota maupun di desa. Namun hal tersebut tidak terjadi di masyarakat pedesaan, masyarakat pedesaan dengan segala keterbatasannya menjadi tidak terlalu hirau dengan masalah
pendidikan. Hal ini diperlihatkan oleh besarnya angka siswa lulusan SMP yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA. Kebanyakan orang tua di
pedesaan tidak menyarankan anaknya untuk melanjutan sekolah karena berbagai alasan.
Fakta yang menarik lagi adalah bahwa jumlah siswa perempuan yang tidak
melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA jauh lebih banyak daripada jumlah siswa laki-laki yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA. Hal ini dapat kita
lihat dari segi gender. Pada umumnya masyarakat pedesaan beranggapan bahwa gender sama dengan kodrat. Banyak masyarakat yang beranggapan bahwa perempuan sudah seharusnya berkedudukan di bawah laki-laki dalam semua hal,
termasuk dalam hal mengenyam pendidikan. Perempuan tidak perlu mendapatkan kesempatan bersekolah sama dengan laki-laki karena kedudukan perempuan yang
memang menurut mereka lebih rendah dari laki-laki.
baik pada diri orang tua maupun anak. Faktor internal adalah pengalaman
psikologis pribadi seseorang yang sudah tertanam di dalam dirinya. Faktor internal orang tua terdiri dari jenis kelamin orang tua, usia orang tua, tingkat pendidikan orang tua, tingkat penghasilan orang tua, dan kepekaan orang tua
terhadap isu-isu gender. Faktor internal anak terdiri dari usia anak, jenis kelamin anak dan kepekaan anak terhadap isu-isu gender. Faktor eksternal yang dimaksud
adalah karakteristik pribadi yang melekat pada diri seseorang, di luar pengalaman psikologis pribadi. Dalam hal ini, faktor eksternal adalah kebijakan pemerintah mengenai pendidikan, aksesibilitas terhadap sarana pendidikan, dan peran
lembaga lokal setempat dalam hal pendidikan perempuan.
Persepsi keluarga terhadap pendidikan bagi anak perempuan akan
mempengaruhi keputusan keluarga dalam memberikan pendidikan bagi anak perempuannya. Persepsi keluarga tidak hanya dilihat dari sisi orang tuanya saja, tetapi juga dilihat dari sisi anak perempuan dalam keluarga tersebut. Pengambilan
keputusan untuk pendidikan anak perempuan dapat dilakukan dengan melibatkan anak ataupun dengan cara diputuskan sepihak saja tanpa melibatkan anak.
Keputusan untuk memberikan pendidikan bagi anak perempuan akan menjadi penting karena hal tersebut yang diduga akan mempengaruhi terjadinya ketimpangan pendidikan perempuan di Kecamatan Cariu.
Ketimpangan pendidikan perempuan di Kecamatan Cariu dilihat dari perbedaan jumlah siswa laki-laki dan perempuan yang tercatat di kedua Sekolah
terhadap pendidikan anak perempuan, persepsi anak terhadap pendidikan
perempuan, dan pengambilan keputusan mengenai pendidikan perempuan.
Ketimpangan pendidikan perempuan di Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor diduga menimbulkan beberapa dampak dalam kehidupan perempuan yang
tidak menempuh pendidikan lanjut. Dampak dari ketimpangan pendidikan perempuan dalam kehidupan tersebut dilihat dari beberapa segi kehidupan
perempuan, dalam hal ini terbagi menjadi dampak dalam kehidupan perempuan secara individu, dampak dalam kehidupan perempuan dalam kehidupan berkeluarga, dan dampak dalam kehidupan perempuan dalam masyarakat.
Dampak bagi kehidupan individu perempuan dilihat dari keberdayaan perempuan dalam menjalani kehidupannya, termasuk ke dalamnya mengenai kemampuan
perempuan dalam menopang hidupnya sendiri secara finansial dan pengambilan keputusan minimal untuk hidupnya sendiri. Dampak bagi kehidupan perempuan dalam berkeluarga dilihat dari kehidupan berkeluarga perempuan, baik aktual
maupun keinginan untuk membentuk keluarga di masa depan. Kehidupan berkeluarga juga dilihat dari bagaimana perempuan menjalani kehidupan rumah
tangga dengan pasangan dan juga kelanjutan kualitas keturunan mereka kelak. Dampak yang terakhir adalah dampak bagi kehidupan perempuan dalam hal bermasyarakat. Hal ini dilihat dari bagaimana perempuan dapat diterima di
lingkungannya dengan tingkat pendidikan yang hanya seadanya. Kehidupan bermasyarakat diukur dengan sejauh mana perempuan dikenal dan mengenal
lingkungan tempat tinggalnya, dan penerimaan masyarakat terhadap perempuan tersebut dalam berorganisasi.
2.3. Hipotesis Penelitian
Dengan menggunakan kerangkan pemikiran di atas, serta masalah-masalah yang telah dikemukakan, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:
1. Terjadi ketimpangan yang tinggi pendidikan perempuan di Kecamatan
Cariu, Kabupaten Bogor.
2. Terdapat faktor-faktor internal dan eksternal orang tua dan anak yang
berhubungan dengan ketimpangan gender di bidang pendidikan.
3. Ketimpangan gender di bidang pendidikan berdampak terhadap kehidupan perempuan sebagai individu, perempuan dalam keluarga, dan perempuan
dalam masyarakat.
2.4. Definisi Operasional
Berikut ini akan diuraikan definisi operasional dan variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian guna memperoleh batasan yang jelas sehingga
didapatkan pengukurannya, sebagai berikut: Tabel 5. Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Indikator
X.1. Karakteristik Orang Tua
X.1.1. Usia Orang Tua Lama hidup responden sampai tahun pengisian kuesioner.
Jumlah tahun sejak kelahiran orang tua sampai dengan tahun 2008 saat pengisian kuesioner.
X.1.2. Jenis Kelamin Identitas biologis responden Identitas biologis responden terdiri dari kategori: a. Perempuan: 1 b. Laki-laki: 2 X.1.3. Tingkat Pendidikan Pendidikan formal yang
pernah diikuti responden X.1.4. Kepekaan Orang Tua
peminggiran X.1.5. Tingkat Pendapatan
Orang Tua
Besar nominal uang yang diterima responden per bulan
Nominal uang yang diterima responden terdiri dari: a. Rendah: Rp. b. Tinggi : > Rp. 500.000,-X.2. Karakteristik Anak
X.2.1. Usia Anak Lama hidup responden sampai
tahun pengisian kuesioner.
Jumlah tahun sejak kelahiran orang tua sampai dengan tahun 2008 saat pengisian kuesioner.
Y.1. Persepsi Terhadap Pendidikan Y.1.1. Persepsi Orang Tua
Terhadap Pendidikan Anak
Penilaian responden orang tua terhadap penting tidaknya pendidikan bagi masa depan anak
Penilaian orang tua terhadap penting tidaknya pendidikan bagi pendidikan untuk masa depan anak dilihat dari kegunaan pendidikan dalam pendidikan bagi masa depan
Penilaian orang tua terhadap penting tidaknya pendidikan bagi pendidikan untuk masa depan anak dilihat dari kegunaan pendidikan dalam rumah tangga setelah anak menikah. a. Ayah/Ibu/Anak : 1 b. Ayah dan Ibu : 2 Y.2. Ketimpangan
Pendidikan Perempuan
Ketidakseimbangan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Penentuan Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor. Pemilihan
lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan Kecamatan Cariu tercatat sebagai Kecamatan dengan catatan pendidikan terburuk diantara 40
kecamatan yang terdapat di Kabupaten Bogor. Kecamatan Cariu dianggap dapat mewakili sebagai kecamatan dengan angka putus sekolah yang relatif tinggi, terutama angka putus sekolah dari jenjang SMP ke SMA.
Penelitian dilaksanakan pada Bulan Mei sampai dengan Bulan Juli 2008. Pada Bulan Mei 2008 dilakukan pengambilan data melalui penyebaran kuesioner
kepada responden penelitian dan melakukan wawancara mendalam dengan beberapa responden. Pada Bulan Juni dan Juli 2008, dilakukan input data, pengolahan data, interpretasi, serta penyusunan hasil penelitian.
3.2. Metode Penentuan Responden
Populasi dari penelitian ini adalah keluarga yang bermukim di Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor. Pemilihan responden ini dilakukan dengan tekniksimple random sampling, yaitu dengan terlebih dahulu membuat frame sampling,
kemudian sampel yang diteliti diambil secara acak. Frame sampling yang dimaksud dalam hal ini adalah keluarga yang memiliki anak perempuan dan
Teknik simple random sampling dipilih dengan pertimbangan banyaknya
keluarga yang keluarga yang memiliki anak perempuan putus sekolah di jenjang SMA. Jumlah sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 keluarga. Responden dalam penelitian ini adalah keluarga (Ayah atau Ibu) yang
dapat menjawab pertanyaan kuesioner ditambah dengan satu orang anak perempuan dan satu orang anak laki-laki dengan masa sekolah antara 9-12 tahun.
Responden untuk wawancara mendalam terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat setempat, pihak sekolah setara SMA, serta Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor.
3.3. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif,
yang menggunakan metode survai. Metode survai adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun dan Effendy, 1989). Metode penelitian
survai mencakup model penelitian deskriptif dan eksplanatoris. Penelitian ini menggunakan penelitian eksplanatoris karena menjelaskan hubungan antara
variabel-variabel melalui pengujian hipotesa.
Penelitian ini juga didukung dengan pendekatan kualitatif, yang menggunakan metode wawancara mendalam (indepth study). Wawancara
mendalam dilakukan kepada tokoh-tokoh masyarakat setempat, pihak sekolah, dan Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor. Metode wawancara mendalam ini
3.4. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari jawaban dari kuesioner yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan persepsi keluarga mengenai gender
dan persepsi keluarga terhadap pendidikan untuk anak perempuan dan hasil wawancara mendalam. Data sekunder diperoleh melalui literatur-literatur yang
digunakan sebagai bahan rujukan dan data-data seputar pendidikan yang didapat dari Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor.
3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data diolah dengan menggunakan tabel frekuensi dan tabulasi silang.
Tabel frekuensi digunakan untuk mendapatkan deskripsi tentang karakteristik responden seperti jumlah responden berdasarkan usia, tingkat pendapatan, dan ideologi gender responden. Tabulasi silang digunakan untuk mendapatkan
BAB IV
GAMBARAN UMUM
4.1. Kondisi Geografis
Kecamatan Cariu terletak di ujung wilayah Kabupaten Bogor, luas
wilayahnnya tercatat ± 6.636.049 Ha. Kecamatan Cariu berbatasan dengan Kabupaten Bekasi di sebelah Utara, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan
Tanjungsari, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Jonggol, dan Kecamatan Sukamakmur, dan sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Karawang.
Pada peta rupa bumi, Kecamatan Cariu terletak dalam kordinat antara 106°-108° Bujur Timur dan 6° Lintang Selatan, dengan hamparan bidang
wilayahnya berada pada elevasi antara 100-300 meter di atas permukaan laut (m.dpl). Secara fisik sekitar 67 persen berupa dataran, dan sekitar 33 persen berupa perbukitan dan gunung, dengan keadaan lahan sekitar 78 persen berupa
lahan kering dan sekitar 10 persen lahan basah.
Terbentang 3 hulu sungai di Kecamatan Cariu, yaitu Sungai Cibeet,
Sungai Cikumpeni, dan Sungai Ciomas, umumnya lebih dominan dimanfaatkan untuk sumber pengairan bagi sawah, kolam/empang, dan keperluan rumah tangga.
4.2. Administrasi Kewilayahan
Wilayah Kecamatan secara administrasi kewilayahan meliputi 10 desa, 50
Tabel 6. Administrasi Kewilayahan Kecamatan Cariu (2007) No. Desa Luas Wilayah
(Ha)
4. Kutamekar 666,3 4 4 14
5. Cariu 511,5 7 7 23
6. Mekarwangi 382,042 5 5 10
7. Bantarkuning 642,17 5 5 14
8. Sukajadi 427 4 4 12
9. Tegalpanjang 441 5 5 17
10. Cibatutiga 945,566 6 6 14
Total 6,636,049 50 50 150
Sumber: Kantor Kecamatan Cariu
4.3. Kondisi Demografi
Penduduk Kecamatan Cariu hingga akhir bulan Desember 2007 tercatat
berjumlah 47.237 jiwa, terdiri dari pria sebanyak 23.894 jiwa (50,19 persen) dan wanita sebanyak 23.343 jiwa (49,81 persen), dan jumlah rata-rata anggota keluarga empat jiwa/keluarga. Kepadatan penduduk yaitu 5,91 jiwa/Ha.
Dari jumlah populasi penduduk tersebut sekitar 59,82 persen (sebanyak 28.302 jiwa) berumur 19-60 tahun atau merupakan usia angkatan kerja produktif,
namun dari jumlah pada kelompok usia tersebut yang sudah bekerja sekitar 41.47 persen (sebanyak 29.616 orang) dan sekitar 58,53 persen (sebanyak 41.808 orang) belum bekerja. Angka ketergantungan hidup rata-rata yaitu 1 : 4. Keadaan
Tabel 7. Penduduk Kecamatan Cariu Menurut Kelompok Umur (2007)
Kelompok Umur Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan
00-04 tahun 2390 2479 4869
05-09 tahun 2185 2080 4265
10-14 tahun 2249 2262 4511
15-19 tahun 1859 2241 4100
20-24 tahun 1097 2008 4105
25-29 tahun 1906 1970 3876
30-34 tahun 1634 2101 3735
35-39 tahun 1933 1868 3801
40-44 tahun 1862 1671 3533
45-49 tahun 1585 1512 3097
50-54 tahun 1212 1073 2285
55-59 tahun 864 1028 1892
60-64 tahun 852 1228 2053
65-69 tahun 405 364 769
70 tahun ke atas 105 196 301
Total 23.894 23343 47237
Sumber: Kantor Kecamatan Cariu
4.4. Kondisi Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya penduduk Kecamatan Cariu ini cenderung masih menunjukkan profil masyarakat pedesaan (rural community), dicirikan antara lain
(a) usaha ekonomi masyarakat umumnya di bidang pertanian yang sifatnya masih konvensional; (b) karakteristik sosial budayanya relatif masih homogen dengan masih cukup terpeliharanya ikatan hubungan kekeluargaan dan kekerabatan; dan
(c) sosial agama penduduk mayoritas atau sekitar 99,7 persen adalah muslim.
4.5. Kondisi Kesejahteraan Sosial
Tingkat kesejahteraan keluarga menurut kategori Pra-KS sebanyak 4.139 KK, KS.I sebanyak 4.462 KK, KS.II sebanyak 4.298 KK, KS,III sebanyak 1.007
menurut aspek pendidikan, kesehatan, dan ekonomi dapat diungkapkan berikut
ini.
4.5.1. Kondisi Sosial Pendidikan
Kondisi sosial pendidikan masyarakat cenderung masih sangat rendah, sebagaimana ditunjukkan antara lain sebagian besar tidak tamat SD sebanyak
18.674 orang, tamatan SD juga cukup banyak 16.827 orang dan tamatan SLTP sebanyak 4.294 orang, penduduk yang belum melek huruf sebanyak 2.264 orang, tamatan SLTA sebanyak 2.884 orang, dan tamatan perguruan tinggi yang sangat
Tabel 8. Kondisi Pendidikan penduduk Kecamatan Cariu (2007) Sumber: Kantor Kecamatan Cariu
4.5.2. Kondisi Sosial Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi menunjukkan pekerjaan penduduk kebanyakan menjadi petani (50,99 persen), pedagang (9,96 persen), dan wiraswasta (10,87
Pendapatan penduduk rata-rata sebesar Rp. 492.750,- atau cenderung
dominan berada pada tingkat sosial ekonomi rendah, atau hanya mampu mencukupi kebutuhan dasar konsumsi (dalam perhitungan harga setempat).
4.6. Kondisi Sarana Prasarana Wilayah 4.6.1. Kondisi Sarana Prasarana Pendidikan
Sarana pendidikan formal yang terdiri dari satu Sekolah Taman Kanak-Kanak (1 TK), 36 Sekolah Dasar (28 SD, 8 MI), 11 Sekolah Menengah Pertama (8 SMP, 3 MTs), dan dua Sekolah Menengah Atas (satu SMA, satu SMK). Sarana
pendidikan nonformal terdiri dari 24 Pondok Pesantren. Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan formal maupun nonformal tersebut masih sangat terbatas.
4.6.2. Kondisi Sarana Prasarana Perekonomian
Bidang pedagang dan warung usaha ekonomi lainnya, yaitu terdapat tiga
unit pasar desa, 46 toko, dan 453 warung, serta telah berdiri cukup lama dua unit koperasi tetapi sudah tidak melakukan aktivitas usahanya. Bidang pertanian, yaitu
terdapat areal lahan persawahan yang terdiri dari setengah teknis, tadah hujan, dan irigasi pedesaan sesuai seluas 2.618Ha.
4.6.3. Kondisi Infrastruktur Wilayah
Jalan yang dapat dilalui kendaraan roda empat atau lebih terdiri dari: (a)
BAB V
KARAKTERISTIK RESPONDEN
5.1. Usia
Usia adalah variabel yang digunakan untuk mengukur jumlah tahun kelahiran responden sampai dengan tahun 2008 saat penelitian dilakukan. Dari
penelitian yang dilakukan didapatkan jumlah responden orang tua sebanyak 30 orang dan responden anak berjumlah 30 orang.
Usia responden orang tua dalam penelitian ini berkisar antara 30 tahun
sampai 75 tahun. Berdasarkan data tersebut, karakteristik usia responden orang tua terbagi ke dalam dua kategori. Kategori pertama adalah kelompok umur 30-52
tahun, kategori kedua adalah kelompok umur 53-75 tahun. Sebaran usia responden orang tua secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Usia Responden Orang Tua, Kecamatan Cariu (2008)
Usia Orang Tua Frekuensi (orang) Persentase (%)
53-75 8 26,7
30-52 22 73,3
Total 30 100
Dari tabel diketahui bahwa usia responden orang tua sebagian besar (73,3
%) ada pada rentang usia 53-75 tahun. Responden orang tua yang lebih muda, berada pada rentang usia 30-52 tahun sebanyak 26,7 persen.
Kelompok responden yang kedua adalah responden anak. Usia responden
usia 15-24 tahun, dan kelompok usia 25-34 tahun. Sebaran usia responden anak
dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Usia Responden Anak, Kecamatan Cariu (2008)
Usia Anak Frekuensi (orang) Persentase (%)
25-34 11 36,7
15-24 19 63,3
Total 30 100
Dari tabel diketahui bahwa usia responden anak sebagian besar (63,3 %)
ada pada rentang usia 15-24 tahun. Responden anak yang lebih muda, berada pada rentang usia 25-34 tahun sebanyak 36,7 persen.
5.2. Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan variabel yang digunakan untuk mengetahui
identitas biologis responden. Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil yaitu baik responden orang tua laki-laki maupun perempuan berjumlah 30 orang,
sedangkan responden anak, baik laki-laki maupun perempuan berjumlah 30 orang. Sebaran jenis kelamin responden orang tua secara rinci dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Jenis Kelamin Responden Orang Tua, Kecamatan Cariu (2008) Jenis Kelamin Frekuensi (orang) Persentase
(%)
Laki-laki 15 50
Perempuan 15 50