• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Bungkil Inti Sawit Fermentasi (Phanerochaete chrysosporium) dan Suplementasi Mineral Zn dalam Ransum terhadap Performans Broiler Umur 0-6 Minggu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penggunaan Bungkil Inti Sawit Fermentasi (Phanerochaete chrysosporium) dan Suplementasi Mineral Zn dalam Ransum terhadap Performans Broiler Umur 0-6 Minggu"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN BUNGKIL INTI SAWIT FERMENTASI (Phanerochaete chrysosporium) DAN SUPLEMENTASI MINERAL Zn

DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS BROILER UMUR 0-6 MINGGU

SKRIPSI

EVA RUSTINA AFRIANTI 050306001

DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGGUNAAN BUNGKIL INTI SAWIT FERMENTASI (Phanerochaete chrysosporium) DAN SUPLEMENTASI MINERAL Zn

DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS BROILER UMUR 0-6 MINGGU

SKRIPSI

Oleh:

EVA RUSTINA AFRIANTI 050306001

DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PENGGUNAAN BUNGKIL INTI SAWIT FERMENTASI (Phanerochaete chrysosporium) DAN SUPLEMENTASI MINERAL Zn

DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS BROILER UMUR 0-6 MINGGU

SKRIPSI

Oleh:

EVA RUSTINA AFRIANTI

050306001/ILMU PRODUKSI TERNAK

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)

Judul Penelitian : Penggunaan Bungkil Inti Sawit Fermentasi (Phanerochaete chrysosporium) dan Suplementasi Mineral Zn dalam Ransum terhadap Performans Broiler Umur 0-6 Minggu.

Nama : Eva Rustina Afrianti

Nim : 050306001

Program Studi : Ilmu Produksi Ternak Departemen : Peternakan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP) (Ir. Eniza Saleh, MS) Ketua Anggota

Mengetahui,

(Prof. Dr .Ir. Zulfikar Siregar, MP ) Ketua Departemen Peternakan

(5)

ABSTRAK

EVA RUSTINA AFRIANTI: 2010. “Penggunaan Bungkil Inti Sawit Fermentasi (Phanerochaete chrysosporium) dan Suplementasi Mineral Zn dalam Ransum terhadap Performans Broiler Umur 0-6 Minggu”. Dibawah bimbingan Bapak Dr. Ir. ZULFIKAR SIREGAR, MP sebagai ketua komisi pembimbing dan Ibu Ir. ENIZA SALEH, MS sebagai anggota komisi pembimbing.

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Jl. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan yang dimulai dari Desember 2009 sampai dengan Januari 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan bungkil inti sawit fermentasi dan suplementasi mineral Zn dalam berbagai tingkat pemberian dalam ransum terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, dan konversi ransum broiler umur 0-6 minggu.

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial. Faktor pertama yang diuji tersebut adalah bungkil inti sawit fermentasi dengan level pemberian A0 (tanpa pemberian bungkil inti

sawit fermentasi), A1 (bungkil inti sawit fermentasi 10%), A2 (bungkil inti sawit

fermentasi 20%). Faktor kedua yang diuji adalah suplementasi mineral Zn dengan level pemberian B0 (tanpa suplementasi mineral Zn), B1 (suplementasi mineral

Zn 60 ppm) B2 (suplementasi mineral Zn 120 ppm), B3 (suplementasi mineral Zn

180 ppm).

Dari hasil penelitian menunjukkan rataan pertambahan bobot badan tertinggi terdapat pada perlakuan A0B3 (tanpa pemberian bungkil inti sawit

fermentasi dan suplementasi mineral Zn 180 ppm) sebesar 221,143 g/ekor/minggu dan terendah pada perlakuan A2B0 (bungkil inti sawit fermentasi

20% dan tanpa suplementasi mineral Zn) sebesar 219,5633 g/ekor/minggu. Rataan konsumsi ransum tertinggi terdapat pada perlakuan A0B3 (tanpa pemberian

bungkil inti sawit fermentasi dan suplementasi mineral Zn 180 ppm) sebesar 430,933 g/ekor/minggu dan terendah pada perlakuan A2B3 (bungkil inti sawit

fermentasi 20% dan suplementasi mineral Zn 180 ppm) sebesar 430,15 g/ekor/minggu. Rataan konversi ransum tertinggi terdapat pada perlakuan A2B3

(bungkil inti sawit fermentasi 20% dan suplementasi mineral Zn 180 ppm) sebesar 2,614333 g/ekor/minggu dan terendah pada perlakuan A0B1 (tanpa

pemberian bungkil inti sawit fermentasi dan suplementasi mineral Zn 60 ppm) sebesar 2,s135 g/ekor/minggu.

(6)

ABSTRACT

EVA RUSTINA AFRIANTI: 2010. “The Usage Palm Kernel Cake (PKC)

Fermentation (Phanerochaete chrysosporium) and Supplementation of Mineral Zincum in Feed to The Performance of Broilers 0-6 weeks of age”. Under

advices of Mr Prof. Dr. Ir ZULFIKAR SIREGAR, MP as chief commission and Mrs Ir. ENIZA SALEH, MS as member commission.

This research conducted in Biological Veterinary Laboratory of Animal Husbandry Departement, Faculty of Agriculture North Sumatra University, Prof A. Sofyan no 3 Medan, at December 2009 until January 2010.

The experiment objective to know the usage palm kernel cake fermentation and supplementation of mineral Zincum in some levels in feed to feed consumption, increase average weight gain, and feed conversion ratio broiler 0-6 weeks of age.

This research was using factorial complete randomized design (CRD). The A factor for testing was palm kernel cake fermentation with administration level A0 (feed without PKC fermentation), A1 (feeds with PKC fermentation 10%),

A2 (feed with PKC fermentation 20%), and the B factor for testing was Zinc

mineral supplementation with administration level B0 (feed without Zinc mineral),

B1 (feeds with 60 ppm Zinc mineral), B2 (feed with 120 ppm Zinc mineral), B3

(feed with 180 ppm Zinc mineral).

The result of experiment indicated the highest average increase body weight was 221,143 g/head/week in A0B3 and the lowest was found in A2B0 for

219,5633 g/head/week. The highest average feed consumption was 430,933 g/head/week in A0B3 and the lowest was found in A2B3 for

430,15 g/head/week. The highest average feed conversion ratio was

2,614333 g/head/week in A2B3 and the lowest was found in A0B1 for 2,135

g/head/week.

(7)

RIWAYAT HIDUP

Eva Rustina Afrianti, dilahirkan di Aek Marbatu, Kecamatan NA IX-X Kabupaten Labuhanbatu Utara Sumatera Utara pada tanggal 16 April 1987 merupakan anak ketiga dari lima bersaudara, anak kandung dari Alm. Ayahanda Amat Tarmidi & Ibunda Ngatizah.

Tahun 2005 penulis lulus dari SPP SNAKMA Muhammadiyah Medan, dan pada tahun yang sama penulis masuk ke Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMPRM.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpuanan Mahasiswa Muslim Peternakan (HIMMIP), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Himpunan Mahasiswa Labuhan Batu (HIMLAB).

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah, karunia serta nikmat kekuatan yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Judul skripsi adalah “Penggunaan Bungkil Inti Sawit Fermentasi (Phanerochaete chrysosporium) dan Suplementasi Mineral Zn dalam Ransum terhadap Performans Broiler Umur 0-6 Minggu”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Ir. Eniza Saleh, MS selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua yang memerlukan.

Medan, Maret 2010

(9)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Jenis Broiler ... 4

Kebutuhan Nutrisi Broiler ... 4

Bahan Pakan Penyusun Ransum... 6

Bungkil Inti Sawit ... 6

Tepung Jagung Kuning ... 7

Bungkil Kedelai ... 8

Tepung Ikan ... 8

Dedak Halus ... 9

Fermentasi dengan Phanerochaete chrysosporium ... 9

Suplementasi Mineral Zn ... 11

Konsumsi Ransum ... 13

Pertambahan Bobot Badan ... 14

Konversi Ransum... 15

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu ... 16

Bahan dan Alat Penelitian ... 16

Bahan ... 16

Alat ... 16

Metode Penelitian ... 17

Parameter Penelitian ... 19

Pertambahan Bobot Badan ... 19

Konsumsi Ransum ... 19

Konversi Ransum ... 19

Pelaksanaan Penelitian ... 19

Persiapan Kandang ... 19

Random Ayam ... 20

Pemeliharaan ... 20

(10)

Penyusunan Ransum ... 20

Pengambilan Data ... 21

Analisis Data ... 21

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum ... 22

Pertambahan Bobot Badan ... 24

Konversi Ransum... 27

Rekapitulasi Hasil Penelitian ... 30

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 32

Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33

(11)

DAFTAR TABEL

No Hal.

1. Performans broiler ... 4

2. Kebutuhan zat nutrien broiler umur 0-6 minggu ... 5

3. Kandungan nutisi bungkil inti sawit ... 7

4. Kandungan nutrisi tepung jagung kuning ... 7

5. Kandungan nutrisi bungkil kedelai ... 8

6. Kandungan nutrisi tepung ikan ... 9

7 . Kandungan nutrisi dedak halus ... 9

8. Kandungan nutrisi bungkil inti sawit fermentasi Phanerochaete chrysosporium... 10

9. Kebutuhan suplementasi mineral Zn pada unggas... 12

10. Rataan konsumsi ransum selama penelitian ... 22

11. Rataan pertambahan bobot badan broiler selama penelitian ... 25

12. Rataan konversi ransum broiler selama penelitian ... 28

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Hal. 1. Skema pengolahan bungkil inti sawit fermentasi

(Phanerochaete chrysosporium ... 37

2. Cara fermentasi bahan ... 38

3. Kandungan nutrisi dan energi metabolisme bahan pakan penelitian ... 39

4. Susunan ransum broiler fase starter ... 39

5. Susunan ransum broiler fase finisher ... 40

6. Rataan konsumsi ransum broiler selama penelitian ... 40

7. Dwi kasta konsumsi ransum broiler selama penelitian ... 41

8. Analisis ragam konsumsi ransum broiler selama penelitian ... 41

9. Rataan pertambahan bobot badan selama penelitian ... 42

10. Dwi kasta pertambahan bobot badan broiler selama penelitian ... 42

11. Analisis ragam pertambahan bobot badan broiler selama penelitian ... 43

12. Rataan konversi ransum selama penelitian ... 43

13. Dwi kasta konversi ransum broiler selama penelitian... 44

14. Analisis ragam konversi ransum broiler selama penelitian ... 44

15. Rekapitulasi hasil penelitian ... 44

16. Ransum R0 (Tanpa bungkil inti sawit fermentasi) ... 45

17. Ransum R1 (Bungkil inti sawit 10%) ... 45

18. Ransum R2 (Bungkil inti sawit 20%) ... 46

19. Bungkil inti sawit fermentasi Phanaerocheate chrysosporium ... 46

20. Broiler umur 35 hari dengan perlakuan R33 (A2B3) ... 47

(13)
(14)

ABSTRAK

EVA RUSTINA AFRIANTI: 2010. “Penggunaan Bungkil Inti Sawit Fermentasi (Phanerochaete chrysosporium) dan Suplementasi Mineral Zn dalam Ransum terhadap Performans Broiler Umur 0-6 Minggu”. Dibawah bimbingan Bapak Dr. Ir. ZULFIKAR SIREGAR, MP sebagai ketua komisi pembimbing dan Ibu Ir. ENIZA SALEH, MS sebagai anggota komisi pembimbing.

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Jl. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan yang dimulai dari Desember 2009 sampai dengan Januari 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan bungkil inti sawit fermentasi dan suplementasi mineral Zn dalam berbagai tingkat pemberian dalam ransum terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, dan konversi ransum broiler umur 0-6 minggu.

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial. Faktor pertama yang diuji tersebut adalah bungkil inti sawit fermentasi dengan level pemberian A0 (tanpa pemberian bungkil inti

sawit fermentasi), A1 (bungkil inti sawit fermentasi 10%), A2 (bungkil inti sawit

fermentasi 20%). Faktor kedua yang diuji adalah suplementasi mineral Zn dengan level pemberian B0 (tanpa suplementasi mineral Zn), B1 (suplementasi mineral

Zn 60 ppm) B2 (suplementasi mineral Zn 120 ppm), B3 (suplementasi mineral Zn

180 ppm).

Dari hasil penelitian menunjukkan rataan pertambahan bobot badan tertinggi terdapat pada perlakuan A0B3 (tanpa pemberian bungkil inti sawit

fermentasi dan suplementasi mineral Zn 180 ppm) sebesar 221,143 g/ekor/minggu dan terendah pada perlakuan A2B0 (bungkil inti sawit fermentasi

20% dan tanpa suplementasi mineral Zn) sebesar 219,5633 g/ekor/minggu. Rataan konsumsi ransum tertinggi terdapat pada perlakuan A0B3 (tanpa pemberian

bungkil inti sawit fermentasi dan suplementasi mineral Zn 180 ppm) sebesar 430,933 g/ekor/minggu dan terendah pada perlakuan A2B3 (bungkil inti sawit

fermentasi 20% dan suplementasi mineral Zn 180 ppm) sebesar 430,15 g/ekor/minggu. Rataan konversi ransum tertinggi terdapat pada perlakuan A2B3

(bungkil inti sawit fermentasi 20% dan suplementasi mineral Zn 180 ppm) sebesar 2,614333 g/ekor/minggu dan terendah pada perlakuan A0B1 (tanpa

pemberian bungkil inti sawit fermentasi dan suplementasi mineral Zn 60 ppm) sebesar 2,s135 g/ekor/minggu.

(15)

ABSTRACT

EVA RUSTINA AFRIANTI: 2010. “The Usage Palm Kernel Cake (PKC)

Fermentation (Phanerochaete chrysosporium) and Supplementation of Mineral Zincum in Feed to The Performance of Broilers 0-6 weeks of age”. Under

advices of Mr Prof. Dr. Ir ZULFIKAR SIREGAR, MP as chief commission and Mrs Ir. ENIZA SALEH, MS as member commission.

This research conducted in Biological Veterinary Laboratory of Animal Husbandry Departement, Faculty of Agriculture North Sumatra University, Prof A. Sofyan no 3 Medan, at December 2009 until January 2010.

The experiment objective to know the usage palm kernel cake fermentation and supplementation of mineral Zincum in some levels in feed to feed consumption, increase average weight gain, and feed conversion ratio broiler 0-6 weeks of age.

This research was using factorial complete randomized design (CRD). The A factor for testing was palm kernel cake fermentation with administration level A0 (feed without PKC fermentation), A1 (feeds with PKC fermentation 10%),

A2 (feed with PKC fermentation 20%), and the B factor for testing was Zinc

mineral supplementation with administration level B0 (feed without Zinc mineral),

B1 (feeds with 60 ppm Zinc mineral), B2 (feed with 120 ppm Zinc mineral), B3

(feed with 180 ppm Zinc mineral).

The result of experiment indicated the highest average increase body weight was 221,143 g/head/week in A0B3 and the lowest was found in A2B0 for

219,5633 g/head/week. The highest average feed consumption was 430,933 g/head/week in A0B3 and the lowest was found in A2B3 for

430,15 g/head/week. The highest average feed conversion ratio was

2,614333 g/head/week in A2B3 and the lowest was found in A0B1 for 2,135

g/head/week.

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Era globalisasi saat ini mendorong usaha peternakan berorientasi pasar dengan pola agribisnis yang berupaya untuk mendapatkan hasil dan pendapatan bagi peternak. Di samping itu industri ternak unggas harus mampu memanfaatkan dan menggunakan sumber daya yang dimiliki secara optimal dengan menerapkan bioteknologi yang terpusat pada penggunaan mikroorganisme dan penggunaan dari bahan baku lokal dengan sentuhan teknologi tepat guna. Produksi ternak unggas yang dihasilkan harus memiliki daya saing tinggi serta memenuhi standar mutu internasional.

(17)

dengan manusia. Alternatif penggunaan limbah yang dalam konteks ini adalah bungkil inti sawit di samping limbah lain merupakan hal yang positif, karena jika tidak dimanfaatkan akan berdampak negatif terhadap lingkungan.

Kegunaan bungkil inti sawit sebagai ransum ternak memberikan keuntungan ganda yaitu menambah keragaman dan persediaan pakan serta mengurangi pencemaran lingkungan. Bungkil inti sawit mudah didapat, tersedia dalam jumlah yang besar, berkesinambungan dan sebagai ransum ayam dengan harganya yang murah.

Bungkil inti sawit potensial untuk dimanfaatkan sebagai bahan ransum unggas dengan kandungan protein kasar sebesar 16,5 %. Kendala yang dihadapi jika pemanfaatannya secara langsung yaitu nilai biologisnya rendah. Salah satu cara untuk meningkatkan daya guna protein adalah dengan cara pendekatan biotekhnologi melalui fermentasi dengan Phanerochaete chrysosporium, sehingga bungkil inti sawit fermentasi mempunyai nilai tambah yang prospektif sebagai bahan ransum yang bernilai gizi tinggi, mengubah bahan makanan yang sulit dicerna menjadi mudah dicerna dan menghasilkan aroma yang khas (Winarno dan Fardiaz, 1980).

Selain bahan ransum, terutama unggas juga membutuhkan bahan pakan tambahan atau feed supplement yang digunakan untuk membantu proses-proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh. Salah satu bahan ransum tambahan yang sering ditambahkan kedalam ransum adalah mineral.

(18)

esensial bagi ternak karena kebutuhannya hanya sedikit dan mineral trace (Widodo, 2002). Unsur-unsur mineral yang sering defisien dalam ransum unggas adalah Kalsium, Posfor, Natrium, Khlor, Mangan dan Zinkum (Anggorodi, 1985).

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti pemanfaatan bungkil inti sawit yang difermentasi Phanerochaete chrysosporium dan suplementasi mineral Zn dalam ransum dengan berbagai tingkat pemberian serta pengaruhnya terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, dan konversi ransum pada broiler umur 0-6 minggu.

Tujuan Penelitian

Menguji respon penggunaan bungkil inti sawit fermentasi Phanerochaete

chrysosporium dan suplementasi mineral Zn dalam ransum terhadap performans

broiler umur 0-6 minggu.

Hipotesis Penelitian

Penggunaan bungkil inti sawit fermentasi Phanerochaete chrysosporium dan suplementasi mineral Zn dalam ransum berpengaruh positif terhadap performans broiler umur 0-6 minggu.

Kegunaan Penelitian

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian dan Jenis Broiler

Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat, sebagai penghasil daging dengan konversi pakan rendah dan siap dipotong pada usia yang relatif muda. Pada umumnya broiler ini siap panen pada usia 28-45 hari dengan berat badan 1,2-1,9 kg/ekor (Priyatno, 2000). Broiler sangat potensial diternakkan karena memiliki performans yang baik seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Performans Broiler

Usia Berat Badan Konversi Pakan (Minggu) (Kg) (Kg)

1 0,159 0,92

2 0,418 1,23

3 0,813 1,40

4 1,265 1,52

5 1,765 1,65

6 2,255 1,79 7 2,715 1,93 8 3,135 2,07 Sumber : Murtidjo (1987).

Rasyaf (2000) menyatakan bahwa karakteristik Abror Acress CP-707 yang dihasilkan oleh PT. Charoen Phokphand yaitu: berat badan 8 minggu : 2,1 kg, konsumsi ransum : 4,4 kg, konversi ransum : 2,2 kg, daya hidup : 98%, warna kulit : kuning, warna bulu : putih.

Kebutuhan Nutrisi Broiler

(20)

berkualitas, energi yang berintikan karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral (Rasyaf, 1997). Kartadisastra (1994) menyatakan bahwa jumlah ransum yang diberikan sangat bergantung dari jenis ayam yang dipelihara, sistem pemeliharaan dan tujuan produksi. Di samping itu juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berkaitan dengan genetik dan lingkungan tempat ternak itu dipelihara.

Broiler dapat menyesuaikan konsumsi ransumnya untuk memperoleh cukup energi guna pertumbuhan maksimum. Penyesuaian tersebut berkisar antara 2800-3400 kkal energi metabolisme per kg ransum (Anggorodi, 1985).

Kebutuhan zat nutrisi broiler pada fase yang berbeda tertera pada Tabel 2.

Tabel 2. Kebutuhan Zat Nutrien Broiler Umur 0-6 Minggu No Umur Kandungan nutrisi ransum

Protein (%) EM (kkal) Lemak (%) SK(%) Ca (%) P (%) 1 Starter 23 3200 4 3-5 1 0,45

2 Finisher 20 3200 3-4 3-6 0,9 0,4

Sumber : (NRC, 1984)

(21)

Bahan Penyusun Ransum Bungkil Inti Sawit

Kelapa sawit (Elaeis guineensis, jack) dalam susunan taksonomi tergolong kedalam Phylum : Angiospermae, Sub Phylum : Monocotyledonae,

Divido : Corolliferae, Ordo : Palmales, Familia : Cocoineae, Genus : Elaeis dan

Spesies : Guineensis (Tillman et al. 1991).

Bungkil inti sawit adalah hasil samping ikutan proses ekstraksi inti sawit. Bahan ini dapat diperoleh dengan proses kimia atau dengan cara mekanik. Walaupun kandungan proteinnya baik, tetapi karena serat kasar tinggi dan palatabilitasnya rendah menyebabkan kurang cocok untuk ternak monogastrik dan lebih sering diberikan kepada ruminansia (Devendra, 1997).

Menurut Siregar (1995) bahwa bungkil inti sawit yang difermentasi enzim selulase dapat diberikan sebesar 15 % dalam pakan broiler.

Kandungan protein bungkil inti sawit lebih rendah dari bungkil lainnya. Namun demikian masih dapat dijadikan sebagai sumber protein, kandungan asam amino esensialnya cukup lengkap (Lubis, 1993).

(22)

Tabel 3. Kandungan Nutrisi Bungkil Inti Sawit

Zat Nutrisi Kandungan Nutrisi

Protein Kasar (%) 16,41

Lemak Kasar (%) 6,41

Serat Kasar (%) 11,98

Kalsium (%) 0,58

Posfor (%) 0,34

Energi Metabolisme (kkal/kg) 2814 Sumber: Laboratorium Sungai Putih (2009).

Tepung Jagung Kuning

Jagung kuning sebagai sumber energi dalam ransum unggas selain itu juga jagung kuning merupakan sumber pigmen xanthophyl yang menimbulkan warna kuning pada kaki, kulit, dan kuning telur. Protein jagung dapat bervariasi mulai dari 8-10%, serta koefisien cerna protein, lemak dan serat kasar dari jagung yakni: 77%, 90% dan 57%; sedangkan untuk bungkil kedelai masing-masing: 84%, 85% dan 73% (Anggorodi, 1985).

Jagung kuning di samping mengandung karoten, juga menjadi sumber energi dalam ransum, energi metabolismenya 3370 kkal/kg. Jagung mengandung kadar triptophan yang rendah dan paling rendah adalah kadar methioninnya, kemudian lisin (Wahyu, 1992). Kandungan nutrisi jagung dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kandungan Nutrisi Jagung

Zat Nutrisi Kandungan Nutrisi

Protein Kasar (%) 8,60

Lemak Kasar (%) 3,90

Serat Kasar (%) 2,00

Kalsium (%) 0,02

Posfor (%) 0,30

(23)

Bungkil Kedelai

Bungkil kedelai adalah kedelai yang sudah diambil minyaknya. Kandungan protein bungkil kedelai sekitar 48% dan merupakan sumber protein yang amat bagus sebab keseimbangan asam amino yang terkandung didalamnya cukup lengkap dan tinggi. Wahyu (1992), kandungan zat nutrisi bungkil kedelai dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kandungan Zat Nutrisi Bungkil Kedelai

Zat Nutrisi Kandungan Nutrisi

Protein Kasar (%) 48

Lemak Kasar (%) 0,51

Serat Kasar (%) 0,41

Kalsium (%) 0,41

Posfor (%) 0,67

Energi Metabolisme (kkal/kg) 2290 Sumber: Scott (1982).

Tepung Ikan

Tepung ikan merupakan sumber protein utama bagi unggas karena bahan makanan tersebut mengandung semua asam amino esensial yang dibutuhkan ayam dalam jumlah yang cukup dan merupakan sumber lisin dan methionin yang baik. Pemberian tepung ikan sering dibatasi untuk mencegah bau ikan yang dapat meresap dalam daging dan telur (Anggorodi, 1985).

(24)

Tabel 6. Kandungan Nutrisi Tepung Ikan

Zat Nutrisi Kandungan Nutrisi

Protein Kasar (%) 55

Lemak Kasar (%) 5,62

Serat Kasar (%) 0,41

Kalsium (%) 6,89

Posfor (%) 0,6

Energi Metabolisme (kkal/kg) 2565 Sumber: Scott (1982).

Dedak Halus

Dedak halus adalah hasil sisa penggilingan atau penumbukan padi. Bahan ransum tersebut sangat populer dan banyak sekali digunakan dalam ransum ternak. Kandungan proteinnya juga tinggi sebesar 13%. Dedak halus kaya akan thiamin dan kandungan lisin yang tinggi (Anggorodi, 1985). Kandungan zat nutrisi dedak halus dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Kandungan Nutrisi Dedak Halus

Zat Nutrisi Kandungan Nutrisi

Protein Kasar (%) 13.0

Lemak Kasar (%) 0.60

Serat Kasar (%) 13.00

Kalsium (%) 0.21

Posfor (%) 1.50

Energi Metabolisme (kkal/kg) 1890 Sumber: Rasyaf (1990).

Fermentasi dengan Phanerochaete chrysosporium

(25)

dengan jalan merombak bahan yang memberikan zat-zat nutrisi atau mineral bagi mikroorganisme seperti protein, vitamin dan lain-lain.

Fermentasi pakan adalah kondisi perlakuan dan penyimpanan produk dalam lingkungan dimana beberapa tipe organisme dapat berkembangbiak (Adams and Moss, 1995). Proses fermentasi pakan dapat dilakukan melalui kultur media padat atau semi padat dan media cair, sedangkan kultur terendam dilakukan dengan menggunakan media cair.

Fermentasi dengan menggunakan kapang Phanerochaete chrysosporium secara substrat padat memungkinkan terjadi perubahan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi lebih mudah dicerna serta meningkatkan nilai nutrisi (protein dan energi metabolis) bungkil inti sawit juga memiliki palatabilitas yang tinggi (Sinurat et al, 1996 : Pasaribu et al, 1998).

Melalui fermentasi terjadi pemecahan substrat oleh enzim-enzim tertentu terhadap bahan yang tidak dapat dicerna, misalnya selulosa dan hemiselulosa menjadi gula sederhana. Selama proses fermentasi terjadi pertumbuhan kapang, selain dihasilkan enzim juga dihasilkan protein ekstraseluler dan protein hasil metabolisme kapang sehingga terjadi peningkatan kadar protein (Winarno, 1983 : Satiamihardja, et al, 1984).

Tabel 8. Kandungan Nutrisi Bungkil Inti Sawit Fermentasi Phanerochaete

chrysosporium

Zat Nutrisi Kandungan Nutrisi

Protein Kasar (%) 17,62

Lemak Kasar (%) 3,99

Serat Kasar (%) 10,21

Kalsium (%) 0,22

Posfor (%) 0,53

(26)

Phanerochaete chrysosporium memiliki klasifikasi : Division: Mycota,

Sub Division : Eumycota, Class: Bacidiomycetes, Family: Hymenomycetaceae,

Genus : Phanerochaete, Spesies: Phanerochaete chrysosporium (Herlina, 1998).

Phanerochaete chrysosporium adalah jamur pelapuk putih yang dikenal

kemampuannya mendegradasi lignin (Wright, 1992 ; Cookson, 1995). Menurut Valli et al (1992) Phanerochaete chrysosporium adalah kapang pendegradasi lignin dari kelas basidiomycetes yang membentuk sekumpulan miselia dan berkembangbiak secara aseksual melalui spora atau seksual dengan perlakuan tertentu (Dhawale dan Kathrina, 1993).

Mekanisme kerja enzim tidak menghasilkan serat dengan melarutkan lignin yang ada di bagian tengah, dengan cara melunakkan dan memecahkan lapisan serat yang terkadang juga melepaskan pita-pita serat dalam mikrofibilnya. Ini memberikan pengaruh yang baik karena lebih mudah pencernaannya jika diberikan sebagai bahan ransum ternak (Troter, 1990 ; Krik, 1993).

Suplementasi Mineral Zn

Tillman dkk (1991) mengemukakan fungsi mineral secara umum adalah : sebagai bahan pembentuk tulang dan gigi yang menyebabkan adanya jaringan yang keras dan kuat, mempertahankan keadaan koloidal dari beberapa senyawa dalam tubuh, memelihara keseimbangan asam basa dalam tubuh, sebagai aktivator sistem enzim tertentu, dan sebagai komponen dari suatu enzim.

(27)

adalah komponen pembentuk enzim karbonik anhidrase (metaloenzim). Enzim ini berperan dalam mengkatalisa perombakan asam karbonat menjadi CO2 dan H2O.

Di samping itu dapat menyembuhkan parakeratosis pada ternak unggas dan babi. Untuk pertumbuhan ayam dibutuhkan mineral Zn minimal 40 ppm (Scott, 1976) ; 35 - 40 ppm, (Ewing, 1961) dan maksimum 1000 ppm (Church, 1988).

Defisiensi Zn mengakibatkan penurunan pertumbuhan dan perkembangan tulang pada anak ayam, dimana tulang kaki memendek dan menebal. Anak ayam yang berasal dari induk yang defisiensi Zn akan memperlihatkan cara bernafas berat, pertumbuhan bulu terganggu dan mengeriting. Zinkum yang terdapat dalam bahan ransum alami tidak dapat memenuhi kebutuhan ayam, sehingga harus dilakukan suplementasi (penambahan) mineral Zn (Wahyu, 1992).

Tabel 9. Kebutuhan Suplementasi Mineral Zn pada Unggas

No Unggas Kebutuhan (mg/ekor/hari) 1. Ayam Broiler

Starter 40

Finisher 40 2. Ayam Petelur

Starter 40

Grower 35

Finisher 40

3. Itik

Grower 60 Finisher 60 4. Puyuh

Grower 25

Breeder 50

Sumber : Widodo (2002).

(28)

jumlah maksimal Zn yang dibutuhkan ternak karena hasil-hasil penelitian yang bervariasi, akan tetapi defisiensi Zn akan dapat mempengaruhi metabolisme zat makanan dalam tubuh ternak.

Konsumsi Ransum

Sesuai dengan tujuan pemeliharaannya yaitu memproduksi daging sebanyak-banyaknya dalam waktu singkat, maka jumlah pemberian pakan tidak dibatasi (ad libitum) artinya berapa saja jumlah pakan yang dapat dihabiskan, itulah yang diberikan (Kartadisastra, 1994).

Menurut Wahyu (1992), konsumsi ransum dapat dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas ransum, umur, aktivitas ternak, palatabilitas ransum, tingkat produksi dan pengelolaannya. Parakkasi (1983) menyatakan bahwa komposisi kimia dan keragaman ransum erat hubungannya dengan konsumsi ransum.

Kartadisastra (1997) menyatakan bahwa palatabilitas merupakan sifat performans dari bahan sebagai akibat dari keadaan fisik dan kimiawi yang dimiliki bahan-bahan pakan tersebut, hal ini tercermin oleh organolektif seperti penampilan, bau, rasa dan temperatur.

(29)

mendapatkan lebih banyak energi akibatnya kemungkinan akan mengkonsumsi protein yang berlebihan (Tillman et al, 1991).

Anggorodi (1985) menyatakan bahwa bloiler dapat menyesuaikan konsumsi ransumnya untuk memperoleh cukup energi guna pertumbuhan maksimum. Sedangkan Widodo (2002) menyatakan bahwa ayam cenderung meningkatkan konsumsi jika diberi pakan energi rendah

Pertambahan Bobot Badan

Pertumbuhan adalah korelasi peningkatan pada tubuh yang tampak pada interval waktu sesuai dengan karakteristik spesies, sehingga terdapat karakteristik kisaran tubuh untuk setiap spesies dan karakteristik perkembangan serta ukuran tubuh dewasa. Bobot maksimum dan perkembangan dimunculkan oleh gabungan dari heriditas, nutrisi dan manajemen yang merupakan faktor esensial yang mendukung laju tumbuh hewan (Singh, 1997).

Laju pertumbuhan seekor ternak dikendalikan oleh banyaknya konsumsi ransum dan terutama energi yang diperoleh. Energi merupakan perintis pada produksi ternak dan hal tersebut terjadi secara alami (McDonal et al, 1995).

Untuk mendapatkan pertambahan bobot badan yang maksimal maka sangat perlu diperhatikan keadaan kuantitas ransum. Ransum tersebut harus mengandung zat nutrisi dalam keadaan cukup dan seimbang sehingga dapat menunjang pertumbuhan maksimal (Yamin, 2002).

(30)

Suharno dan Nazaruddin (1994), menyatakan bahwa pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh tipe ternak, suhu lingkungan, jenis ternak dan gizi yang ada dalam ransum.

Konversi Ransum

Feed Convertion Ratio (FCR) merupakan perbandingan antara jumlah

pakan yang dikonsumsi dengan produksi yang dihasilkan. Konversi pakan pada broiler termasuk jumlah pakan yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 pounds atau 1 kg berat hidup. Konversi ransum dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti: umur ternak, bangsa, kandungan gizi ransum, keadaan temperatur dan keadaan unggas (Anggorodi, 1985).

Angka konversi ransum menunjukkan tingkat penggunaan ransum dimana jika angka konversi semakin kecil maka penggunaan ransum semakin efisien dan sebaliknya jika angka konversi besar maka penggunaan ransum tidak efisien (Campbell, 1984).

Lestari (1992), menyatakan angka konversi ransum menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan ransum. Angka konversi ransum dipengaruhi oleh strain dan faktor lingkungan seperti seluruh pengaruh luar termasuk di dalamnya faktor makanan terutama nilai gizi rendah.

Konversi ransum adalah perbandingan jumlah ransum yang dikonsumsi pada satu minggu dengan pertambahan bobot badan pada minggu itu (Rasyaf, 1994).

Rumus konversi ransum :

Jumlah ransum yang dikonsumsi Konversi ransum : n =

(31)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Jln. Prof. Dr. A. Sofyan No. 3 Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian berlangsung selama 6 minggu, dimulai dari bulan Desember 2009 sampai dengan Januari 2010.

Bahan dan Alat Penelitian Bahan:

Broiler strain AA CP-707 umur satu hari (DOC) sebanyak 180 ekor

unsexing, air minum, vaksin New Castle Desease , vitamin seperti vitachick, gula

merah, kapang Phanerochaete chrysosporium, desinfektan rodalon, aquadest 20%, kalium permanganat dan formalin, ransum tersusun dari tepung jagung kuning, bungkil inti sawit fermentasi, bungkil kedelai, tepung ikan, dedak halus, mineral Zn, top mix, dikalsium posfat dan minyak kelapa sawit.

Alat:

(32)

Metode Penelitian

Adapun metode yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor dengan 12 perlakuan kombinasi dan diulang 3 kali, dimana tiap ulangan terdiri dari 5 ekor.

A. Faktor pertama adalah level bungkil inti sawit yang difermentasi (A), terdiri dari 3 level

A0 = 0% BIS fermentasi

A1 = 10% BIS fermentasi

A2 = 20% BIS fermentasi

B. Faktor kedua adalah level suplementasi mineral Zn (B), terdiri dari 4 level B0 = 0 ppm mineral Zn/kg ransum

B1 = 60 ppm mineral Zn/kg ransum

B2 = 120 ppm mineral Zn/kg ransum

B3 = 180 ppm mineral Zn/kg ransum

Maka kombinasi perlakuan yang didapat sebanyak 3 x 4 adalah sebagai berikut: A0B0 A1B0 A2B0

A0B1 A1B1 A2B1

A0B2 A1B2 A2B2

A0B3 A1B3 A2B3

Banyaknya ulangan disesuaikan dengan rumus : Tc (n-1) ≥ 15

3 x 4 (n - 1) ≥ 15 12 (n – 1) ≥15 12n ≥ 27

n = 2.25

(33)

Model linear yang digunakan untuk rancangan acak lengkap (RAL) adalah:

Yijk = µ + αi + βj + (αβij) + ∑ijk

Dimana : i = 1,2,3,… (perlakuan) j = 1,2,3,… (ulangan) k = 1,2,3,….(interaksi)

Yijk = Nilai pengamatan yang diamati

µ = Nilai tengah

αi = Pengaruh taraf ke-i dari faktor I

βj = Pengaruh taraf ke-j dari faktor II

(αβij) = Pengaruh interaksi taraf ke-I dari faktor I dan taraf ke-j dari faktor II

∑ijk = Pengaruh galat dari suatu percobaan taraf ke-I dari faktor I dan

taraf ke-j dari faktor II pada ulangan ke-k. (Hanafiah, 2000).

Denah pemeliharaan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :

R01 R02 R03 R04 R05 R06 R07 R08 R09

A0B0 A1B0 A2B0 A0B0 A1B0 A2B0 A0B0 A1B0 A2B0

R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19

A0B1 A1B1 A2B1 A0B1 A1B1 A2B1 A0B1 A1B1 A2B1

R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29

A0B2 A1B2 A2B2 A0B2 A1B2 A2B2 A0B2 A1B2 A2B2

R31 R32 R33 R34 R35 R36 R37 R38 R39

(34)

Parameter Penelitian Konsumsi Ransum (g)

Data konsumsi ransum diperoleh dengan cara melakukan penimbangan ransum yang diberikan selama satu minggu, kemudian dikurangi dengan penimbangan sisa ransum selama satu minggu.

Pertambahan Bobot Badan (g)

Data pertambahan bobot badan diperoleh dengan cara penimbangan setiap minggu yang merupakan selisih antara penimbangan bobot badan akhir dengan penimbangan bobot badan awal per satuan waktu (gram/minggu).

Konversi Ransum

Data konversi ransum dihitung setiap minggu dengan cara membandingkan jumlah ransum (gram) yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan (gram) setiap minggu.

Pelaksanaan Penelitian Persiapan Kandang

(35)

Random Ayam

Sebelum anak ayam dimasukkan kedalam kandang plot penelitian dan dilakukan penimbangan bobot badan awal dengan tujuan untuk melihat homogenitas sampel ayam, kemudian anak ayam (DOC) diambil secara acak untuk ditempatkan kemasing-masing kandang sebanyak 5 ekor.

Pemeliharaan

Ayam yang digunakan adalah broiler strain Abror Acress CP-707 dan ransum yang diberikan sesuai dengan perlakuan dan sesuai dengan kebutuhan ayam tersebut. Air minum diberikan secara ad libitum dan diganti pada pagi dan sore hari, penerangan diberikan pada malam hari mulai dari pukul 18.00 - 07.00 WIB. pada random perlakuan dilakukan dengan cara melihat letak atau posisi plot kandang, kemudian plot kandang diberikan tanda sesuai dengan urutan yang telah ditentukan.

Pemberian Vaksin/ Obat

Untuk mencegah penularan penyakit maka broiler secara terjadwal diberikan obat-obatan sesuai dengan kebutuhan, misalnya pada umur 5 dan 12 hari ayam di vaksin dengan menggunakan New Castle Desease (ND) lasota. Pada pertengahan pemeliharaan, ayam terjangkit penyakit Coryza (Snot) maka diberikan obat-obatan seperti CRD compleks.

Penyusunan Ransum

(36)

Pengambilan Data

Pengambilan data untuk konsumsi ransum dilakukan sekali dalam seminggu dengan menghitung sisa ransum dan yang tumpah, dan untuk pertambahan bobot badan dilakukan dalam sekali seminggu dengan cara melakukan penimbangan pada setiap ekor broiler, sedangkan pada konversi ransum diperoleh dari kedua data tersebut.

Analisis Data

(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsumsi Ransum

[image:37.595.111.513.303.572.2]

Konsumsi ransum diperoleh dengan cara melakukan penimbangan ransum yang diberikan selama satu minggu, kemudian dikurangi dengan penimbangan sisa ransum selama satu minggu. Dari hasil penelitian yang diperoleh, rataan konsumsi ransum broiler tertera pada Tabel 10.

Tabel 10. Rataan konsumsi ransum broiler selama penelitian (g/ekor/minggu). Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3

A0B0 431.23 430.93 430.33 1292.49 430.83

A0B1 430.23 430.23 431.76 1292.22 430.74

A0B2 430.93 431.06 430.2 1292.19 430.73

A0B3 430.9 430.16 431.74 1292.8 430.933

A1B0 430.73 430.4 430.11 1291.24 430.413

A1B1 430.66 430.53 430.73 1291.92 430.64

A1B2 429.76 430.56 431.36 1291.68 430.56

A1B3 429.3 431.53 430.96 1291.79 430.596

A2B0 430.4 429.8 430.36 1290.56 430.1867

A2B1 430.4 430.96 429.96 1291.32 430.44

A2B2 429.5 430.56 430.73 1290.79 430.2633

A2B3 429.43 430.46 430.56 1290.45 430.15

Total 5163.47 5167.18 5168.8 15499.45 5166.482

Rataan 430.540

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa rataan konsumsi ransum broiler selama penelitian adalah 430.540 g/ekor/minggu dengan kisaran 430.15 g/ekor/minggu sampai dengan 430.933 g/ekor/minggu. Konsumsi ransum tertinggi terdapat pada perlakuan A0B3 pada level pemberian bungkil inti sawit fermentasi

Phanaerocheate chysosporium 0% dan suplementasi mineral Zn 180 ppm yaitu

(38)

pada perlakuan A2B3 pada level pemberian bungkil inti sawit fermentasi

Phanaerocheate chysosporium 20% dan suplementasi mineral Zn 180 ppm

yaitu sebesar 430.15 g/ekor/minggu.

Konsumsi ransum merupakan kegiatan masuknya sejumlah unsur nutrisi yang ada didalam ransum yang telah tersusun dari berbagai bahan pakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ayam.

Untuk mengetahui pengaruh penggunaan bungkil inti sawit fermentasi

Phanaerocheate chrysosporium dan suplementasi mineral Zn terhadap konsumsi

ransum, maka dilakukan sidik ragam seperti yang tertera pada Lampiran 8.

Pada lampiran 8 menunjukkan bahwa penggunaan bungkil inti sawit fermentasi Phanaerocheate chrysosporium dan suplementasi mineral Zn dalam ransum tidak berpengaruh nyata pada interaksi antara bungkil inti sawit fermentasi dan suplementasi mineral Zn terhadap konsumsi ransum.

(39)

diberi pakan energi rendah. Dalam kondisi demikian ayam akan sulit untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya, karena sebelum terpenuhi ayam akan berhenti mengkonsumsi karena cepat kenyang.

Pada Tabel 10 di atas dapat dilihat bahwa rataan konsumsi ransum pada perlakuan A2B0 yaitu430.1867 gram, dan A2B3 430.15gram sangat rendah. Salah

satu faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah derajat palatabilitas ransum yang berbeda, dimana faktor A (bungkil inti sawit fermentasi) pada level pemberian 20% menyebabkan warna ransum yang terlalu gelap. Seperti yang dikemukakan oleh Wahyu (1992) yang menyatakan bahwa tingkat konsumsi ransum banyak ditentukan oleh palatabilitas ransum (bau, warna, tekstur), sistem tempat pakan dan pemberian pakan serta kepadatan kandang. Selain itu konsumsi ransum dapat dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas ransum umur, aktivitas ternak, palatabilitas ransum, tingkat produksi dan pengelolaannya. Parakkasi (1983) menyatakan bahwa komposisi kimia dan keragaman ransum erat hubungannya dengan konsumsi ransum.

Pertambahan Bobot Badan

(40)
[image:40.595.112.512.109.363.2]

Tabel 11. Rataan pertambahan bobot badan broiler (gram/ekor/minggu).

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 A0B0 220.22 219.2 220.2 659.62 219.8733

A0B1 219.93 222.03 219.53 661.49 220.4967

A0B2 220.73 220.23 219.98 660.94 220.3133

A0B3 221.9 220.3 221.23 663.43 221.1433

A1B0 219.43 219.53 220.6 659.56 219.8533

A1B1 221.53 220.06 218.86 660.45 220.15

A1B2 220.36 220.5 218.5 659.36 219.7867

A1B3 220.03 219.86 221.13 661.02 220.34

A2B0 219.23 219.66 219.8 658.69 219.5633

A2B1 219.4 220.83 219.36 659.59 219.8633

A2B2 219.2 219.4 220.16 658.76 219.5867

A2B3 218.66 219.73 220.4 658.79 219.5967

Total 2640.62 2641.33 2639.75 7921.7 2640.567

Rataan 220.0472

Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa rataan pertambahan bobot badan broiler selama penelitian adalah 220.0472 g/ekor/minggu dengan kisaran 219.5633 g/ekor/minggu sampai dengan 221.1433 g/ekor/minggu. Pertambahan bobot badan tertinggi terdapat pada perlakuan A0B3 pada level pemberian bungkil inti

sawit fermentasi Phanaerocheate chrysosporium 0% dan suplementasi mineral Zn 180 ppm yaitu sebesar 221.1433 g/ekor/minggu sedangkan pertambahan bobot badan terendah terdapat pada perlakuan A2B0 pada level

pemberian bungkil inti sawit fermentasi Phanaerocheate chrysosporium 20% dan suplementasi mineral Zn 0 ppm yaitu sebesar 219.5633 g/ekor/minggu.

(41)

dari heriditas, nutrisi dan manajemen yang merupakan faktor esensial yang mendukung laju tumbuh hewan.

Untuk mengetahui pengaruh penggunaan bungkil inti sawit fermentasi

Phanaerocheate chrysosporium dan suplementasi mineral Zn terhadap

pertambahan bobot badan, maka dilakukan sidik ragam seperti yang tertera pada Lampiran 11.

Pada lampiran 11 menunjukkan bahwa penggunaan bungkil inti sawit fermentasi Phanaerocheate chrysosporium dan suplementasi mineral Zn dalam ransum tidak berpengaruh nyata pada interaksi antara bungkil inti sawit fermentasi dan mineral Zn terhadap pertambahan bobot badan broiler.

(42)

bahwa perlakuan yang menggunakan bungkil inti sawit fermentasi pertambahan bobot badannya menurun. Bila dihubungkan dengan komposisi ransum yang terdapat pada lampiran 4 dan 5 dapat dilihat bahwa pada ransum yang mengandung bungkil inti sawit fermentasi menggunakan lebih sedikit jagung dan bungkil kedelai, dimana bahan-bahan tersebut mempunyai daya cerna yang cukup tinggi. Anggorodi (1995) menyatakan bahwa koefisien cerna protein, lemak dan serat kasar dari jagung yakni: 77%, 90% dan 57%; sedangkan untuk bungkil kedelai masing-masing: 84%, 85% dan 73%.

Anggorodi (1985) juga mengemukakan bahwa daya cerna karbohidrat yang berupa pati cukup tinggi, sekitar 95%. Akan tetapi bila ada unsur-unsur pembangunan dari tanaman seperti sellulosa dan hemisellulosa, lignin dan lain sebagainya menyebabkan daya cerna karbohidrat akan menurun. Zat-zat tersebut merupakan salah satu unsur menentukan daya cerna energi. Kadar serat kasar yang tinggi akan menurunkan nilai daya cerna dari bahan ransum, sehingga dapat menyebabkan menurunnya pertambahan bobot badan ternak.

Konversi Ransum

(43)
[image:43.595.112.510.108.366.2]

Tabel 12. Rataan konversi ransum broiler selama penelitian (g/ekor/minggu). Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3

A0B0 2.79 1.763 1.916 6.469 2.156

A0B1 2.371 1.931 2.103 6.405 2.135

A0B2 2.78 1.98 1.825 6.585 2.195

A0B3 1.815 2.846 2.456 7.117 2.372

A1B0 2.495 1.985 2.416 6.896 2.298

A1B1 2.383 2.353 2.478 7.214 2.404

A1B2 2.676 2.466 2.076 7.218 2.406

A1B3 2.235 2.373 2.075 6.683 2.227

A2B0 2.37 2.656 2.331 7.357 2.452

A2B1 2.5 2.55 2.343 7.393 2.464

A2B2 2.658 2.271 2.403 7.332 2.444

A2B3 2.815 2.683 2.345 7.843 2.614

Total 29.888 27.857 26.767 84.512 28.1703

Rataan 2.3475

Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa rataan konversi ransum broiler selama penelitian adalah 2.3473 g/ekor/minggu dengan kisaran 2.135 g/ekor/minggu sampai dengan 2.6143 g/ekor/minggu. Konversi ransum tertinggi terdapat pada perlakuan A2B3 pada level pemberian bungkil inti sawit fermentasi

Phanaerocheate chrysosporium 20% dan suplementasi mineral Zn 180 ppm yaitu

sebesar 2.6143 g/ekor/minggu sedangkan konversi ransum terendah pada perlakuan A0B1 pada level pemberian bungkil inti sawit fermentasi

Phanaerocheate chrysosporium 0% dan suplementasi mineral Zn 60 ppm yaitu

sebesar 2.135 g/ekor/minggu.

(44)

Pada lampiran 14 menunjukkan bahwa penggunaan bungkil inti sawit fermentasi Phanaerocheate chrysosporium dan suplementasi mineral Zn dalam ransum tidak berpengaruh nyata pada interaksi antara bungkil inti sawit fermentasi dan suplementasi mineral Zn terhadap konversi ransum.

Pada Tabel 12 menunjukkan angka konversi ransum yang tidak jauh berbeda, rataaan konversi ransum tertinggi terdapat pada perlakuan A2B3 (bungkil

inti sawit fermentasi 20% dan suplementasi mineral Zn 180 ppm) sebesar 2.614333 gram dan terendah pada perlakuan A0B1 (bungkil inti sawit fermentasi

0% dan suplementasi mineral Zn 60 ppm) sebesar 2.135 gram. angka konversi ini disebabkan oleh tingkat konsumsi ransum yang tidak seimbang dengan pertambahan bobot badan.

Campbell (1984) menyatakan angka konversi ransum menunjukkan tingkat penggunaan ransum dimana jika angka konversi semakin kecil maka penggunaan ransum semakin efisien dan sebaliknya jika angka konversi besar maka penggunaan ransum tidak efisien. Hal ini juga didukung oleh Lestari (1992) yang menyatakan angka konversi ransum menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan ransum. Angka konversi ransum dipengaruhi oleh strain dan faktor lingkungan seperti seluruh pengaruh luar termasuk di dalamnya faktor makanan terutama nilai gizi rendah.

Tidak adanya pengaruh yang nyata terhadap konversi ransum menunjukkan bahwa penggunaan bungkil inti sawit fermentasi Phanaerocheate

chrysosporium dan suplementasi mineral Zn dalam ransum broiler belum

(45)

Hamzah (2007) yang menyatakan bahwa pemberian bungkil inti sawit fermentasi

Phanaerocheate chrysosporium pada level pemberian 20% belum mampu

meningkatkan efisiensi ransum. Hal ini disebabkan karena konsumsi ransum ayam yang tinggi tetapi tidak diiringi dengan pertambahan bobot badan yang diharapkan. Jika ransum mengandung energi yang tidak dapat dicerna maka ayam akan terus mengkonsumsi ransum hingga kebutuhan energinya terpenuhi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Anggorodi (1985) bahwa broiler dapat menyesuaikan konsumsi ransumnya untuk memperoleh cukup energi guna pertumbuhan maksimum.

Rekapitulasi Hasil Penelitian

[image:45.595.112.509.427.641.2]

Hasil penelitian secara keseluruhan tertera pada Tabel 13. Tabel 13. Rekapitulasi hasil penelitian

Perlakuan PBB Konsumsi Ransum Konversi Ransum (g/ekor/minggu) (g/ekor/minggu) (g/ekor/minggu)

A0B0 219.8733 tn 430.83 tn 2.156333tn

A0B1 20.4967 tn 430.74 tn 2.135 tn

A0B2 220.3133 tn 430.73 tn 2.195 tn

A0B3 221.143 tn 430.933 tn 2.372333tn

A1B0 219.8533 tn 430.41 tn 2.298667tn

A1B1 220.15 tn 430.64 tn 2.404667tn

A1B2 219.7867 tn 430.5 tn 2.406 tn

A1B3 220.34 tn 430.596 tn 2.227667tn

A2B0 219.5633 tn 430.1867tn 2.452333tn

A2B1 219.8633 tn 430.44 tn 2.464333tn

A2B2 219.5867 tn 430.2633tn 2.444 tn

A2B3 219.5967 tn 430.15 tn 2.614333tn

(46)
(47)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Penggunaan bungkil inti sawit fermentasi dalam ransum tidak berpengaruh terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, dan konversi ransum.

2. Suplementasi mineral Zn dalam ransum tidak berpengaruh terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, dan konversi ransum.

3. Interaksi antara bungkil inti sawit fermentasi dan suplementasi mineral Zn dalam ransum tidak berpengaruh terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, dan konversi ransum.

Saran

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Adams, MR, and Moss, M.O. 1995. Food Microbiology. The Royal Society of Chemistry, New York.

Anggorodi. H.R. 1985. Ilmu Pakan Ternak Unggas. UI-Press, Jakarta.

Anggorodi. H. R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Campbell, W. 1984. Principles of Fermentation Tegnology. Pergaman Press, New York.

Church, D.C., and E.G. Pond. 1988. Basic Animal Nutrition and Feetling. John Wiley & Son. New York Davendra,C. 1977. Utilization Feeding Stuff from The Oil Palm, Malaysian Agricultural Research and Development Institute, Serdang Malaysia.

Cookson, J.T. 1995. Biomediation Engineering: Design and Aplication Mc. Graw Hill. Inc.

Davendra, C. 1997. Utilation Feeding Stuff From The Oil Palm, Malaysia Society of Animal Production Serdang, Malaysia.

Dhawale, S.S. dan K. Katrina. 1993. Alternatif Methods for Production of Straining of Phanerochaete chrysosporium Bacyodospores. J. Applied and Envronmental Microbiology, May 1993: 1675-1677.

Ewing, W.R. 1961. Poultry. Nutrition. Fifth Edition. The Ray Ewing Co. Pasadena, California.

Hamzah.A. 2007. Pengaruh Pemberian Berbagai Level Bungkil Inti Sawit Fermentasi (Phanaerocheate chrysosporium) dalam Ransum Terhadap Performans Broiler Umur 0-6 Minggu.

Hanafiah, K. A. 2002. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi, Raja Gravindo Persada, Jakarta.

Herlina, C. 1998. Isolasi, Seleksi dan Uji Hayati Mikroorganisme Pengurai Senyawa Lignin dari Limbah Cair Industy Pulp. Tesis Magister Biologi, Pasca Sarjana Institut Teknologi Bandung.

Kartadisastra. H.R. 1994. Pengelolaan Pakan Ayam. Kanisius, Yogyakarta.

(49)

Kirk, T.K. 1993. Lignin Degradation. Basic Reseach Progress and Aplication in Soil Remediation and Bio Pulping, dalam Cellulosics: Pulp, Fiber and Environment Effect, J.F. Kennedy et al., (ed) Ellis Horwood Ltd.

Lestari. 1992. Menentukan Bibit Broiler. Peternakan Indonesia.

Lubis, D.A. 1993. Ilmu Makanan Ternak. Cetakan II, PT. Pembangunan, Jakarta. Mc Donald, P., Edwards, A.R., Green Halg, J.F.D., and Morgan. 1995. Animal

Nutition. Fifth Editing, On Wiley and Sons Inc, New York.

Murtidjo, B.A.,1987. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Kanisius, Yogyakarta. National Research Council. 1984. Nutrien Reguirment Of Poultry. 8 Ed National

Academy of Science.

Parakkasi, A. 1983. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Angkasa, Bandung.

Parakkasi. A. 1995. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak Ruminan. UI-Press, Jakarta. Pasaribu, T., Supriyati., H. Hamid dan A.P. Sinurat. 1998. Fermentasi Bungkil

Inti Sawit Secara Substrat Padat dengan Menggunakan Aspergillus niger, Journal. Ilmu Ternak Veteriner 3 (3) : 165-670.

Priyatno, M. A. 2000. Mendirikan Usaha Pemotongan Ayam. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rasyaf. M. 1990. Bahan Pakan Unggas Indonesia. Kanisius, Yogyakarta. Rasyaf, M. 1994. Beternak Ayam Broiler. Kanisius, Yogyakarta.

Rasyaf, M. 1997. Penyajian Makanan Ayam Petelur. Kanisius, Yogyakarta. Rasyaf, M. 2000. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.

Satiamihardja. B. 1984. Fermentasi Media Padat dan Manfaatnya. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Jakarta.

Scott. M.L., Malden. C.,Nesheim and Robert, J. Young. 1976. Nutrition of The Chicken. M.L. Scott & Associates, Ithaca, New York.

(50)

Siagian, P.H., D.T.H. Sihombing, S. Simamora dan D. Creswell. 1979. Pengaruh Penampilan Mineral Zinc Pada Jagung dan Kombinasi Jagung-Dedak dalam Ransum Anak Babi Lepas Sapih. Proceeding. Seminar Penelitian dan Penunjang Pengembangan Peternakan.

Siregar, Z. 1995. Pengaruh Suplementasi Enzim Selulosa Pada Pakan yang Mengandung Bungkil Inti Sawit Terhadap Penampilan Ayam Broiler Strain Bromo, Tesis Program Pasca Sarjana Unibraw, Malang.

Singh. K.S. 1997. Animal Nutrion. Kalyani Publisher, New Delhi.

Sinurat. A.P, P. Setiadi, T. Purwadaria, A.R. Setioko dan J. Dharma. 1996. Nilai Gizi Bungkil Inti Sawit Terhadap Penampilan Ayam Pedaging Strain Bromo. Tesis Program Pasca sarjana Unibraw, Malang.

Suharno, B., dan Nazaruddin. 1994. Ternak Komersil. Penebar Swadaya, Jakarta. Tillman. A.D., Hartadi. H., Reksohadiprodjo. S., Prawirokusuma. S dan

Lebdosoekojo.S. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Troter.D. C. 1990. Biotechnology in the Pulp and Paper Industry: A Review Par 1, Journal TAPPI, April 1990: 198-204.

Valli, K. Barry., J. Brock Dines., Joshi dan H. Mitchel. 1992. Degradation of 2,4 Dinitrotolune by The Lignin-Degrading. Fungus Phanerochaete

chrysosporium, Journal. Applied and Environmental Mikrobiology,

Januari: 221-228.

Wahyu. J. 1992. Ilmu Nutrisi Ternak Unggas. UGM-Press, Yogyakarta.

Wain Wright. M. 1992. An Introduction to Fungal Biotechnology, John Willy and Son. Ltd.

Widodo,W. 2002. Nutrisi dan Pakan Unggas Kontekstual. Proyek Peningkatan Penelitian Pendidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.

Winarno, F.S. 1983. Enzim Pangan. PT. Gramedia, Jakarta.

Winarno dan Fardias. 1980. Biofermentasi dan Biosintesa Protein. Angkasa, Bandung.

(51)

Lampiran 1. Skema pengolahan bungkil inti sawit fermentasi Phanerochaete

chrysosporium.

BIS diayak sebanyak 100 g

Dimasukkan ke dalam plastic

Ditambahkan Aquades sebanyak 20 ml

Ditambahkan HCL 0,1 N sebanyak 2 tetes

Disterilkan pada suhu 120 0C selama 2 menit

Didinginkan sampai suhu 45 0C

Diaduk dengan 10 ml suspensi spora kapang Phanerochaete chrysosporium

sampai merata

Diinkubasi pada suhu 28 0C selama 96 jam

Dikeringkan secara bertahap dengan suhu 37 0C selama 48 jam

Digiling sampai halus selanjutnya dipakai sebagai inokulum

(52)

Lampiran 3. Cara Fermentasi Bahan

Ditimbang bahan yang akan difermentasi

Ditambahkan inokulum sebanyak 5% dari bahan yang akan difermentasi, diaduk hingga merata

Ditambahkan aquades sebanyak 20% dari bahan yang akan difermentasi

Disimpan dalam suhu kamar selama 4 hari

Hasil bahan fermentasi

(53)

Lampiran 3. Kandungan Nutrisi dan Energi Metabolisme Bahan Pakan Penelitian

B. Pakan EM Protein Lemak Serat Lisin Methionin Ca P Kkal/ Kasar Kasar Kasar (%) (%) kg (%) (%) (%) (%)

J. Kuning 3370 8.6 3.90 2.0 0.20 0.18 0.02 0.3 D. Halus 1890 13 0.6 13 0.77 0.15 0.12 1.5 B. Kedelai 2290 48 0.51 0.41 2.00 0.42 0.41 0.67 T. Ikan 2565 55 5.62 0.41 4.51 1.63 7.89 0.60 BIS a) 2814 16.41 6.41 11.98 0.49 0.41 0.58 0.34 BIS F a) 2957 17.62 3.99 10.21 0.46 0.28 0.53 0.22 M. Kelapa 8800 - 100 - - - - - DCP - - - - - - 36 12 Topmix - - - - - - - - Sumber : Scott et al (1982).

a). Laboratorium Sungai Putih

Lampiran 4. Formulasi Ransum Broiler Fase Starter

Bahan Pakan Pakan perlakuan (%)

R0 R1 R2

BIS Fermentasi 0 10 20

Tepung Jagung 60 53.35 46.7

Bungkil Kedelai 20.55 18.5 16.4

Tepung Ikan 10 10 10

DCP 1.47 1.47 1.47

Topmix 1 1 1

Minyak Goreng 3.18 3.18 3.18

Dedak Halus 3.8 2.5 2.5

Total 100 100 100

Protein Kasar (%) 21.018 21.0551 21.0747 E. Metabolisme (Kkal/kg) 3100.755 3100.835 3100.715 Lemak Kasar (%) 6.209605 6.331 6.45244 Serat Kasar (%) 1.819255 2.52985 3.24674

Kalsium 1.319015 1.32972 1.34028

(54)

Lampiran 5. Susunan Ransum Broiler Fase Finisher

Bahan Pakan Pakan perlakuan (%)

R0 R1 R2

BIS Fermentasi 0 10 20

Tepung Jagung 54.55 47.95 41.3

Bungkil Kedelai 20.8 18.75 16.5

Tepung Ikan 7 7 7

DCP 1.47 1.47 1.47

Topmix 1 1 1

Minyak Goreng 3.18 3.18 3.18

Dedak Halus 12 10.83 9.55

Total 100 100 100

Protein Kasar (%) 20.0853 20.0572 20.0873 E.Metabolisme (Kkal/kg) 3000.845 3000.945 3000.945 Lemak Kasar (%) 5.87893 6.002137 6.12355 Serat Kasar (%) 2.76498 3.492737 4.20585

Kalsium 1.12209 1.132223 1.14287

Posfor 0.70141 0.702119 0.7021

Lampiran 6. Rataan konsumsi ransum broiler selama penelitian (g)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3

A0B0 431.23 430.93 430.33 1292.49 430.83

A0B1 430.23 430.23 431.76 1292.22 430.74

A0B2 430.93 431.06 430.2 1292.19 430.73

A0B3 430.9 430.16 431.74 1292.8 430.933

A1B0 430.73 430.4 430.11 1291.24 430.413

A1B1 430.66 430.53 430.73 1291.92 430.64

A1B2 429.76 430.56 431.36 1291.68 430.56

A1B3 429.3 431.53 430.96 1291.79 430.596

A2B0 430.4 429.8 430.36 1290.56 430.1867

A2B1 430.4 430.96 429.96 1291.32 430.44

A2B2 429.5 430.56 430.73 1290.79 430.2633

A2B3 429.43 430.46 430.56 1290.45 430.15

Total 5163.47 5167.18 5168.8 15499.45 5166.483

(55)

Lampiran 7. Dwi kasta konsumsi ransum broiler selama penelitian (g/ekor/minggu).

BISF Suplementasi Mineral Zn Total Rataan B0 B1 B2 B3

A0 1292.49 1292.22 1292.19 1292.8 5169.7 1292.425

A1 1291.24 1291.92 1291.68 1291.79 5166.63 1291.658

A2 1290.56 1291.32 1290.79 1290.45 5163.12 1290.78

Total 3874.29 3875.46 3874.66 3875.04 15499.45 3874.863 Rataan 1291.43 1291.82 1291.553 1291.68 5166.48 1291.62

Lampiran 8. Analisis ragam konsumsi ransum broiler selama penelitian SK DB JK KT F hit F Tabel

F 0.05 F 0.01 Perlakuan 11 2.124164 0.193106 0.515409tn 5.01 6.11 A 2 1.806706 0.903353 2.411094tn 2.92 3.96 B 3 0.084142 0.028047 0.074859tn 3.53 4.54 AB 6 1.33555 0.038886 0.103789tn 4.37 5.37 Galat 24 8.991961 0.374665

(56)

Lampiran 9. Rataan pertambahan bobot badan selama penelitian (g)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 A0B0 220.22 219. 220.2 659.62 219.8733

A0B1 219.93 222.03 219.53 661.49 220.4967

A0B2 220.73 220.23 219.98 660.94 220.3133

A0B3 221.9 220.3 221.23 663.43 221.1433

A1B0 219.43 219.53 220.6 659.56 219.8533

A1B1 221.53 220.06 218.86 660.45 220.15

A1B2 220.36 220.5 218.5 659.36 219.7867

A1B3 220.03 219.86 221.13 661.02 220.34

A2B0 219.23 219.66 219.8 658.69 219.5633

A2B1 219.4 220.83 219.36 659.59 219.8633

A2B2 219.2 219.4 220.16 658.76 219.5867

A2B3 218.66 219.73 220.4 658.79 219.5967

Total 2640.62 2641.33 2639.75 7921.7 2640.567

Rataan 220.0472

Lampiran 10. Dwi kasta pertambahan bobot badan broiler selama penelitian (g/ekor/minggu).

BISF Suplementasi Mineral Zn Total Rataan B0 B1 B2 B3

A0 659.62 661.49 660.94 663.43 2645.48 661.37

A1 659.56 660.45 659.36 659.36 2640.39 660.0975

A2 658.69 659.59 658.76 658.79 2635.83 658.9575

(57)

Lampiran 11. Analisis ragam pertambahan bobot badan broiler selama penelitian SK DB JK KT F hit F Tabel

F 0.05 F 0.01 Perlakuan 11 7.168056 0.651641 0.906133tn 5.01 6.11 A 2 3.884006 1.942003 2.700431tn 2.92 3.96 B 3 1.9485 0.6495 0.903155tn 3.53 4.54 AB 6 1.33555 0.222592 0.309522tn 4.37 5.37 Galat 24 17.25949 0.719146

Total 35 31.59561

Lampiran 12. Rataan konversi ransum selama penelitian (g)

Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3

A0B0 2.79 1.763 1.916 6.469 2.156

A0B1 2.371 1.931 2.103 6.405 2.135

A0B2 2.78 1.98 1.825 6.585 2.195

A0B3 1.815 2.846 2.456 7.117 2.372

A1B0 2.495 1.985 2.416 6.896 2.298

A1B1 2.383 2.353 2.478 7.214 2.404

A1B2 2.676 2.466 2.076 7.218 2.406

A1B3 2.235 2.373 2.075 6.683 2.227

A2B0 2.37 2.656 2.331 7.357 2.452

A2B1 2.5 2.55 2.343 7.393 2.464

A2B2 2.658 2.271 2.403 7.332 2.444

A2B3 2.815 2.683 2.345 7.843 2.614

Total 29.888 27.857 26.767 84.512 28.170

(58)

Lampiran 13. Dwi kasta konversi ransum broiler selama penelitian

BISF Suplementasi Mineral Zn Total Rataan B0 B1 B2 B3

A0 6.469 6.405 6.585 7.117 26.576 6.644

A1 6.896 7.214 7.218 6.683 28.011 7.0027

A2 7.357 7.393 7.332 7.843 29.925 7.4812

Total 20.722 21.012 21.135 21.643 84.512 21.128 Rataan 6.9073 7.004 7.045 7.21433 28.170 7.0425

Lampiran 14. Analisis ragam konversi ransum broiler selama penelitian SK DB JK KT F hit F Tabel

F 0.05 F 0.01 Perlakuan 11 0.702484 0.063862 0.75433tn 5.01 6.11 A 2 0.470512 0.235256 2.77881tn 2.92 3.96 B 3 0.049285 0.016428 0.19405tn 3.53 4.54 AB 6 0.182687 0.030448 0.35964tn 4.37 5.37 Galat 24 2.031855 0.084661

Total 35 13.24029

Lampiran 15. Rekapitulasi hasil penelitian

Perlakuan PBB Konsumsi Ransum Konversi Ransum (g/ekor/minggu) (g/ekor/minggu) (g/ekor/minggu) A0B0 219.8733tn 430.83 tn 2.156333tn

A0B1 20.4967 tn 430.74 tn 2.135 tn

A0B2 220.3133tn 430.73 tn 2.195 tn

A0B3 221.143 tn 430.933 tn 2.372333tn

A1B0 219.8533tn 430.41 tn 2.298667tn

A1B1 220.15 tn 430.64 tn 2.404667tn

A1B2 219.7867tn 430.5 tn 2.406 tn

A1B3 220.34 tn 430.596 tn 2.227667tn

A2B0 219.5633tn 430.1867tn 2.452333tn

A2B1 219.8633tn 430.44 tn 2.464333tn

A2B2 219.5867tn 430.2633tn 2.444 tn

(59)

Lampiran 16. Ransum R0 (Tanpa bungkil inti sawit fermentasi)

(60)

Lampiran18. Ransum R2 (Bungkil inti sawit 20%)

Lampiran 19. Bungkil inti sawit fermentasi Phanaerocheate chrysosporium

(61)
(62)

Lampiran 22. Mineral esensial Zn

Gambar

Tabel 1. Performans Broiler
Tabel 2. Kebutuhan Zat Nutrien  Broiler Umur 0-6 Minggu
Tabel 4. Kandungan Nutrisi Jagung
Tabel 5. Kandungan Zat Nutrisi Bungkil Kedelai
+7

Referensi

Dokumen terkait

8.1.1. Siswa dapat menyusun teks berupa dialog terkait dengan ungkapan menyatakan sapaan beserta responnya dalam bahasa.. digunakan untuk pengajaran dikelas nantinya. RPP akan

Sebagai analisis tari digunakan notasi laban, analisis perubahan menggunakan pendekatan sinkronis serta pendekatan antropologi budaya untuk mengkaji budaya dan tingkah

Tentukan pereaksi A, B, C, dan D yang dipergunakan pada kedua reaksi di bawah ini dalam bentuk rumus bangunnya.. Kemudian ditambahkan larutan perak nitrat berlebihan yang

Flora dan fauna di dalamnya, sebagai daya tarik wisata menjadi pemandangan indah dan memberikan suasana sejuk, segar dan tenang dapat dinikmati sambil menyaksikan matahari

Berkas persyaratan pencairan tunjangan profesi guru yang kami kirim ke Seksi Pendidikan Madrasah Kantor Kementerian Agama Kota Surabaya adalah

Penilaian hasil DSM dengan menggunakan algoritma phase unwrapping yang berbeda, dimana semua proses untuk menghasilkan DSM dan sampel yang digunakan sama, dapat disimpulkan

Sedangkan pada kelompok yang diberikan tablet Fe dan buah pisang ambon, sebanyak 15 responden (100,0%) mengalami peningkatan kadar hemoglobin yaitu ≥12 g/dl.. 3.2 Beda

o Fungsi : mengangkat mandibula untuk merapatkan gigi sewaktu mengunyah... o Ini adalah otot kuadrangularis yang mencakup aspek lateral ramus dan proses koronoideus mandibula. o