• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Hipertensi Dengan Peningkatan Tekanan Intraokuli Pada Pasien Glaukoma Di Poliklinik Mata Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Periode Juli-Agustus 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Hipertensi Dengan Peningkatan Tekanan Intraokuli Pada Pasien Glaukoma Di Poliklinik Mata Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Periode Juli-Agustus 2012"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN

PENINGKATAN TEKANAN INTRAOKULI PADA PASIEN GLAUKOMA DI POLIKLINIK MATA

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE JULI-AGUSTUS 2012

Oleh :

NICOLAS XAVIER ONGKO 090100071

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN

PENINGKATAN TEKANAN INTRAOKULI PADA PASIEN GLAUKOMA DI POLIKLINIK MATA

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE JULI-AGUSTUS 2012

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

NICOLAS XAVIER ONGKO 090100071

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Hubungan Hipertensi dengan

Peningkatan Tekanan Intraokuli pada Pasien Glaukoma

di Poliklinik Mata Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Periode Juli-Agustus 2012

Nama : Nicolas Xavier Ongko NIM : 090100071

Pembimbing Penguji I

(dr. Nurchaliza H. Siregar, Sp.M) (dr. M. Syahputra, M.Kes) NIP 19700908 200003 2 001 NIP 19701007 198902 1 001

Penguji II

(dr. Betty, M.Ked.(PA), Sp.PA) NIP 19681009 199903 2 002

Medan, 15 Januari 2013 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

Glaukoma adalah masalah utama pada kebutaan yang irreversible. Baik di

dunia maupun di Indonesia, glaukoma menduduki peringkat kedua penyebab

kebutaan pada mata. Pada statistik menunjukkan bahwa 0.5% penduduk Indonesia

menderita glaukoma dan salah satu faktor yang diduga berperan dalam terjadinya

glaukoma adalah hipertensi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan hipertensi dengan

peningkatan tekanan intraokuli pada pasien glaukoma. Metode penelitian yang

digunakan adalah penelitian analitik dengan metode cross-sectional dan jumlah sampel yang diperoleh adalah 38 orang. Sampel yang digunakan dalam penelitian

ini didapat dengan cara non probability sampling dengan teknik pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan di Poliklinik Mata Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan.

Dari analisis hasil penelitian didapati responden paling banyak berjenis

kelamin perempuan (52.63%) dan kebanyakan responden yang berusia di atas 40

tahun (81.58%). Selain itu, hanya ditemukan 21 orang (55.3%) yang mengalami

hipertensi dan 3 orang (7.9%) yang tekanan intraokulinya dalam batas normal.

Dari analisis hasil, juga diperoleh 20 orang (52.6%) yang mengalami peningkatan

tekanan intraokuli, memiliki riwayat hipertensi sedangkan responden yang

tekanan intraokulinya dalam batas normal dan tidak memiliki riwayat hipertensi

ada sebanyak 2 orang (5.3%). Pada uji hipotesis dengan menggunakan Fisher’s exact test, diperoleh p > 0,05.

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah tidak ada hubungan yang

signifikan antara hipertensi dengan peningkatan tekanan intraokuli pada pasien

glaukoma. Disarankan untuk penelitian selanjutnya agar menambah jumlah

sampel, mengubah metode pengumpulan data dan memperluas jangka waktu

pengambilan data.

(5)

ABSTRACT

Glaucoma is a major problem on the irreversible blindness. Both globally and in Indonesia, glaucoma ranks second causes of blindness in the eyes. Statistic shows as much as 0.5% Indonesia’s population have glaucoma and one factor that thought to play a role on occurrence of glaucoma is hypertension.

This study is to determine the relationship between hypertension and increased intraocular pressure in glaucoma. This research method using cross-sectional approach and samples that obtained is 38 people and using non probability sampling and consecutive sampling. The research was conducted two months at Eye Polyclinic Haji Adam Malik General Hospital, Medan.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

proporsal penelitian ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan

sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk memaparkan

landasan pemikiran dan segala konsep menyangkut penelitian yang akan

dilaksanakan. Penelitian yang akan dilaksanakan ini berjudul “Hubungan

Hipertensi dengan Peningkatan Tekanan Intraokuli pada Pasien Glaukoma di

Poliklinik Mata Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan Periode

Juli-Agustus 2012”.

Dalam penyelesaian proposal penelitian ini penulis banyak menerima

bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan

terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc(CTM), Sp.A(K),

selaku rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Selvi Nafianti, Sp.A(K)

yang telah menjadi Dosen Penasihat Akademik penulis selama menjalani

pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu dr. Nurchaliza Hazaria Siregar, Sp.M, selaku Dosen Pembimbing yang

telah memberi banyak arahan dan masukkan kepada penulis sehingga

karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Kepada para dosen penguji, dr. Betty, M.Ked.(PA), Sp.PA dan dr. M.

Syahputra, M.Kes yang telah memberikan saran dan kritikan yang

(7)

6. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara atas bimbingan selama perkuliahan hingga

penyelesaian studi dan juga penulisan karya tulis ilmiah ini.

7. Orang tua dan adik kandung penulis yang tiada bosan-bosannya

mendoakan serta memberikan semangat kepada penulis dalam

menyelesaikan karya tulis dan pendidikan.

8. Kepada abang/ kakak senior penulis Citra Aryanti, S.Ked, Marianto,

S.Ked dan Epifanus Arie Tanoto, S.Ked yang telah membantu dengan

setulus hati dalam memberikan dukungan dan masukan pada penulis

dalam penyusunan laporan hasil penelitian ini.

9. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh sahabat

penulis, Wianlie Cendana, William Saputra Wijaya, Deny Lais, Themy

Suteja, Mery Anastasia, Ohlyvia, Erick Ary, Frida Adhani, Martina, Jenny

Candra dan rekan-rekan mahasiswa FK USU stambuk 2009 lainnya yang

turut memberikan motivasi dan dukungan bagi penulis untuk

merampungkan hasil penelitian ini.

10.Kepada teman-teman seperjuangan satu kelompok, yaitu Prasti Windika

Syafitri dan Boy Olifu Elniko Ginting, yang telah turut bersusah payah dan

tetap menjaga kekompakan dalam menyukseskan penyelesaian laporan

hasil penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan proposal penelitian ini masih belum

sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena

itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran

yang membangun demi perbaikan proposal penelitian ini.

Medan, 4 Desember 2012

(8)
(9)

d. Glaukoma Tekanan Normal ... 11

2.3.6.2. Pemeriksaan Gonioskopi ... 13

2.3.6.3. Penilaian Diskus Optikus ... 13

2.6.3.4. Pemeriksaan Lapangan Pandang ... 14

2.4. Hipertensi ... 16

2.4.1. Definisi ... 16

2.4.2. Diagnosis ... 17

2.5. Hubungan Hipertensi dengan Peningkatan Tekanan Intraokuli 17 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 20

(10)

4.6. Metode Pengumpulan Data ... 25

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 26

5.1. Hasil Penelitian ... 26

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 26

5.1.2. Karakteristik Sampel Penelitian ... 26

5.1.3. Hasil Analisis Data ... 29

5.2. Pembahasan ... 30

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 32

6.1. Kesimpulan ... 32

6.2. Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Klasifikasi Tekanan Darah pada Orang Dewasa ………..…... 17

5.1. Data Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Usia

Responden...…….. 27

5.2. Data Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Responden...…….. 27

5.3. Data Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Hasil Pemeriksaan

Tekanan Intraokuli...…….. 28

5.4. Data Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Riwayat

Hipertensi...…….. 28

5.5. Hubungan Riwayat Hipertensi dengan Peningkatan Tekanan

Intraokuli...…….. 29

5.6. Nilai Ekspektasi Pada Pengujian Dengan Uji Hipotesis Chi

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Aliran normal aqueous humor ………. 5

2.2. Teori vakuolisasi ………. 7

2.3. Flow chart drainase aqueous humor ……… 8

2.4. Pencekungan glaukomatosa pada diskus optikus ………... 14

2.5. Kelainan lapangan pandang pada glaukoma ……….. 16

(13)

DAFTAR SINGKATAN

Na/K – ATPase : Natrium/ Kalium – Adenosine Triphosphatase

Perdami : Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia

Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

RSUP HAM : Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

SPSS : Statistical Package for Social Science

TD : Tekanan Darah

TIO : Tekanan Intraokuli

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup………. 37

Lampiran 2 Lembaran Penjelasan Kepada Subjek Penelitian………… 38

Lampiran 3 Formulir Persetujuan Setelah Penjelasan……… 39

Lampiran 4 Daftar Pertanyaan Wawancara……… 40

Lampiran 5 Data Sampel Penelitian………... 41

Lampiran 6 Hasil Output SPSS……….. 43

Lampiran 7 Ethical Clearance……… 46

(15)

ABSTRAK

Glaukoma adalah masalah utama pada kebutaan yang irreversible. Baik di

dunia maupun di Indonesia, glaukoma menduduki peringkat kedua penyebab

kebutaan pada mata. Pada statistik menunjukkan bahwa 0.5% penduduk Indonesia

menderita glaukoma dan salah satu faktor yang diduga berperan dalam terjadinya

glaukoma adalah hipertensi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan hipertensi dengan

peningkatan tekanan intraokuli pada pasien glaukoma. Metode penelitian yang

digunakan adalah penelitian analitik dengan metode cross-sectional dan jumlah sampel yang diperoleh adalah 38 orang. Sampel yang digunakan dalam penelitian

ini didapat dengan cara non probability sampling dengan teknik pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan di Poliklinik Mata Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan.

Dari analisis hasil penelitian didapati responden paling banyak berjenis

kelamin perempuan (52.63%) dan kebanyakan responden yang berusia di atas 40

tahun (81.58%). Selain itu, hanya ditemukan 21 orang (55.3%) yang mengalami

hipertensi dan 3 orang (7.9%) yang tekanan intraokulinya dalam batas normal.

Dari analisis hasil, juga diperoleh 20 orang (52.6%) yang mengalami peningkatan

tekanan intraokuli, memiliki riwayat hipertensi sedangkan responden yang

tekanan intraokulinya dalam batas normal dan tidak memiliki riwayat hipertensi

ada sebanyak 2 orang (5.3%). Pada uji hipotesis dengan menggunakan Fisher’s exact test, diperoleh p > 0,05.

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah tidak ada hubungan yang

signifikan antara hipertensi dengan peningkatan tekanan intraokuli pada pasien

glaukoma. Disarankan untuk penelitian selanjutnya agar menambah jumlah

sampel, mengubah metode pengumpulan data dan memperluas jangka waktu

pengambilan data.

(16)

ABSTRACT

Glaucoma is a major problem on the irreversible blindness. Both globally and in Indonesia, glaucoma ranks second causes of blindness in the eyes. Statistic shows as much as 0.5% Indonesia’s population have glaucoma and one factor that thought to play a role on occurrence of glaucoma is hypertension.

This study is to determine the relationship between hypertension and increased intraocular pressure in glaucoma. This research method using cross-sectional approach and samples that obtained is 38 people and using non probability sampling and consecutive sampling. The research was conducted two months at Eye Polyclinic Haji Adam Malik General Hospital, Medan.

(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gangguan penglihatan dan kebutaan masih menjadi masalah kesehatan di

Indonesia. Berdasarkan hasil survei World Health Organization (WHO), penyebab utama kebutaan tahun 2002 adalah katarak (47,8%), glaukoma (12,8%),

penyakit yang berhubungan dengan degeneratif (8,7%), kekeruhan kornea (5,1%),

diabetes retinopati (4,8%), trakhoma (3,6%) dan lain-lain (17,6%) (Resnikoff &

Pascolini, 2004). Prevalensi nasional glaukoma adalah 0,5% (berdasarkan keluhan

responden). Sebanyak 9 provinsi mempunyai prevalensi glaukoma di atas

prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Sumatera

Selatan, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat,

Sulawesi Tengah dan Gorontalo (Riset Kesehatan Dasar, 2007). Berdasarkan

Survei Departemen Kesehatan Indonesia tahun 1996, dari 0,2% kebutaan akibat

glaukoma, terdapat 0,16% kebutaan pada kedua mata dan 0,04% kebutaan pada

satu mata (Ilyas, 2011). Di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, prevalensi kebutaan

akibat glaukoma mencapai 0,094% (Asnita, 2004 dalam Herman, 2009).

Glaukoma adalah penyakit saraf optik jangka panjang yang ditandai oleh

adanya kerusakan struktur diskus optikus atau serabut saraf retina, kelainan

lapangan pandang dan biasanya disertai peningkatan tekanan intraokular (Salmon,

2008). Hampir 60 juta orang terkena glaukoma. Diperkirakan 3 juta penduduk

Indonesia terkena glaukoma dan menjadikan penyakit ini sebagai penyebab utama

kebutaan yang dapat dicegah. Glaukoma tidak hanya dapat disebabkan tanpa

disertai dengan penyakit lainnya tetapi juga dapat disebabkan oleh penyakit lokal

pada mata dan penyakit sistemik. Secara khusus, beberapa studi epidemiologi

menunjukkan bahwa tekanan darah sistemik yang tinggi dikaitkan dengan adanya

sedikit peninggian TIO (Costa, Arcieri & Harris, 2009).

Hipertensi adalah keadaan dimana peningkatan tekanan darah yang

memberi gejala yang akan berlanjut untuk suatu organ target seperti stroke pada

(18)

hipertensi pada otot jantung (Guyton & Hall, 2007). Tiap tahunnya, 7 juta orang

meninggal akibat hipertensi. Problem kesehatan global terkait hipertensi dirasakan

mencemaskan dan menyebabkan biaya kesehatan tinggi. Tahun 2000 saja hampir

1 miliar penduduk dunia menderita hipertensi dan jumlah ini diperkirakan akan

melonjak menjadi 1,5 miliar pada 2025. Prevalensi hipertensi di Indonesia sekitar

31,7% artinya hampir 1 dari 3 penduduk usia 18 tahun ke atas menderita

hipertensi (Riset Kesehatan Dasar, 2007). Prevalensi hipertensi di Sumatera Utara

menurut Riskesdas tahun 2007 adalah 5,8% dari seluruh penduduk dan

menduduki urutan keempat dari sepuluh penyakit tidak menular di Provinsi

Sumatera Utara (Riset Kesehatan Dasar, 2007).

Oleh karena tingginya angka prevalensi kebutaan akibat glaukoma dan

prevalensi hipertensi, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan mengenai

hubungan hipertensi yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraokuli

pada pasien glaukoma di Poliklinik Mata Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam

Malik (RSUP H. Adam Malik), Medan. Sebagaimana juga diketahui bahwa RSUP

H. Adam Malik, Medan merupakan rumah sakit rujukan utama di provinsi

Sumatera Utara.

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas dapat disimpulkan satu pertanyaan pada

penelitian ini, yaitu: “Apakah ada hubungan antara hipertensi dengan peningkatan

tekanan intraokuli pada pasien glaukoma di Poliklinik Mata RSUP H. Adam

(19)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara hipertensi dengan tekanan intraokuli

pada pasien glaukoma di Poliklinik Mata RSUP H. Adam Malik, Medan periode

Juli-Agustus 2012.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui frekuensi kejadian glaukoma di Poliklinik Mata RSUP

H. Adam Malik, Medan periode Juli-Agustus 2012.

2. Untuk mengetahui gambaran karakteristik penderita glaukoma di

Poliklinik Mata RSUP H. Adam Malik, Medan periode Juli-Agustus 2012.

3. Untuk mengetahui frekuensi penderita glaukoma yang disebabkan oleh

hipertensi di Poliklinik Mata RSUP H. Adam Malik, Medan periode

Juli-Agustus 2012.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Rumah Sakit

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data prevalensi

penyakit glaukoma dan diharapkan rumah sakit bisa meningkatkan

pelayanan kesehatan pada penderita glaukoma untuk menurunkan

angka prevalensi.

2. Bagi Subjek Peneliti

a. Mengetahui prevalensi pasien glaukoma

b. Memperbaiki tingkat pengetahuan pasien tentang glaukoma

c. Memperbaiki tingkat pengetahuan pasien tentang hipertensi

3. Bagi Peneliti

a. Mengoptimalkan tindakan pencegahan terjadinya glaukoma pada

pasien dengan riwayat hipertensi dalam upaya pencegahan

kebutaan

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi

Aqueous humor diproduksi oleh corpus ciliare. Setelah memasuki bilik mata belakang, aqueous humor melalui pupil dan masuk ke bilik mata depan, kemudian ke perifer menuju sudut bilik mata depan. Aqueous humor dieskresikan oleh trabecular meshwork (Paul, 2008).

Bentuk korpus siliaris menyerupai cincin tebal pada lapisan posterior

persimpangan korneosklera yang terdiri atas otot dan pembuluh darah. Korpus

siliaris menghubungkan koroid dengan iris. Korpus siliaris juga merupakan

tempat perlekatan dari lensa. Kontraksi dan relaksasi dari otot polos korpus siliaris

mengatur ketebalan serta mengatur fokus lensa. Lapisan pada permukaan dalam

korpus siliaris yaitu prosesus siliaris memiliki lapisan berpigmen dan tidak

berpigmen. Lapisan dalam epitel yang tidak berpigmen diduga berfungsi sebagai

tempat produksi aqueous humor (Moore, et al., 2010).

Sudut bilik mata depan terletak pada pertautan antara kornea perifer dan

pangkal iris. Ciri-ciri anatomis utama sudut ini adalah garis Schwalbe, anyaman trabekular (yang terletak di atas kanal Schlemm) dan sclera spur (Paul, 2008).

Garis Schwalbe menandai berakhirnya endotel kornea. Anyaman trabekular berbentuk segitiga pada potongan melintang, dengan dasar yang

mengarah ke korpus siliaris. Anyaman ini tersusun atas lembar-lembar berlubang

jaringan kolagen dan elastik, yang membentuk suatu filter dengan pori yang

semakin mengecil ketika mendekati kanal Schlemm. Bagian-dalam anyaman ini, yang menghadap ke bilik mata depan, dikenal sebagai anyaman uvea; bagian luar,

yang berada dekat kanal Schlemm, disebut anyaman korneosklera. Sclera spur merupakan penonjolan sclera ke arah dalam di antara korpus siliaris dan kanal

(21)

juga terdapat anyaman jukstakanalikula yaitu struktur yang berhubungan dengan

bagian dalam kanal Schlemm (Khurana, 2007).

Kanal Schlemm berbentuk oval dengan lapisan endotel dan dikelilingi

oleh sulkus skleral. Sel-sel endotel pada dinding bagian dalam tidak teratur dan

berbentuk spindle-shaped dan mengandung giant vacuoles. Bagian luar dinding kanal dilapisi oleh sel datar yang halus dan berisi beberapa tempat masuknya

collector channels (Khurana, 2007).

Gambar 2.1 Aliran normal aqueous humor (Adatia & Damji, 2005)

2.2. Fisiologi cairan mata dan tekanan intraokuli

Aqueous humor adalah suatu cairan jernih yang mengisi bilik mata depan dan belakang. Volumenya adalah sekitar 250 µL, dan kecepatan pembentukannya,

yang memiliki variasi diurnal, adalah 25 µL/menit. Tekanan osmotiknya sedikit

lebih tinggi dibandingkan plasma. Komposisi aqueous humor serupa dengan plasma, kecuali bahwa cairan ini memiliki konsentrasi askorbat, piruvat dan laktat

yang lebih tinggi sedangkan konsentrasi protein, urea dan glukosa lebih rendah

(Salmon, 2008). Komposisi ion dari aqueous humor ditentukan melalui sistem transport aktif yang selektif (Na-K-2Cl simport, Na-H antiport, Na-K ATPase dan lain-lain) yang berperan dalam sekresi aqueous humor oleh epitel siliar (Cibis, et al., 2007).

Aqueous humor terbentuk dari plasma pada processus siliaris melalui tiga mekanisme yaitu difusi, ultrafiltrasi dan transport aktif. Difusi adalah proses

(22)

konsentrasi. Ultrafiltrasi adalah proses perpindahan air dan zat yang larut dalam

air ke dalam membran sel akibat perbedaan gradien osmotik atau tekanan

hidrostatik. Transport aktif adalah zat yang larut air ditransport secara aktif

melalui membran sel dan memerlukan Na-K ATPase dan biasanya terdapat pada sel epitel yang tidak berpigmen (Solomon, 2002).

Aqueous humor dari bilik anterior akan didrainase dengan dua rute yaitu aliran trabekular/ konvensional dan aliran uveoskleral/ nonkonvensional. Aliran

trabekular merupakan jalur utama keluar aqueous humor dari bilik anterior, sekitar 90% dari total. Aliran aqueous dari anyaman trabekular masuk ke dalam

(23)

Gambar 2.2 Teori vakuolisasi mengenai transport aqueous melewati dinding

dalam kanalis Schlemm: 1. Stadium non-vakuola; 2. Stadium awal lipatan dalam

dari permukaan basal di sel endotel; 3. Stadium pembentukan struktur

makrovakuola; 4. Stadium pembentukan kanal vakuola transelular; 5. Stadium

oklusi dari lipatan basal (Khurana, 2007)

Aliran uveoskleral merupakan sistem pengaliran yang kedua dan berkisar

(24)

suprakoroidal dan kemudian didrainase oleh sirkulasi vena di badan siliar, koroid

dan sklera (Khurana, 2007).

Gambar 2.3 Flow chart dari drainase aqueous humor (Khurana, 2007)

Fungsi dari aqueous humor adalah mempertahankan tekanan intraokuli, menyediakan zat-zat (glukosa, oksigen dan elektrolit) untuk keperluan metabolik

pada kornea yang avaskular dan lensa, mengekskresikan hasil-hasil atau produk

metabolik (laktat, piruvat dan karbon dioksida) dan mempunyai peran pada

metabolisme vitreous dan retina (Solomon, 2002).

Tekanan intraokuli ditentukan oleh laju dari sekresi aqueous dan laju dari

aliran keluar yang kemudian akan berhubungan dengan resistensi aliran keluar

dan tekanan vena episklera. Laju dari aqueous sebanding dengan perbedaan antara

tekanan intraokuli dan tekanan vena episklera (Kanksi, 2007).

Tekanan mata yang normal berkisar sekitar 21 mmHg (Ji et al, 2007). Tekanan ini menunjukkan variasi diurnal. Pada malam hari terjadi perubahan

(25)

tekanan vena episklera sehingga menyebabkan tekanan intraokuli meningkat.

Penurnan tekanan intraokuli ini akan terjadi pada siang hari sehingga tekanan

intraokuli menjadi normal (Doshi, et al., 2010). Banyak faktor yang dapat mempengaruhi rentangan nilai tekanan intraokuli, antara lain umur, jenis kelamin,

ras, konsumsi tobacco, obesitas, perubahan hormonal, olahraga (Ji, et al., 2007), irama sirkadian tubuh, denyut jantung, frekuensi pernafasan, jumlah asupan air

dan obat-obatan (Simmons, et al., 2007).

2.3. Glaukoma 2.3.1. Definisi

Glaukoma adalah suatu neuropati optik kronik didapat yang ditandai oleh

pencekungan (cupping) diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang; biasanya disertai peningkatan tekanan intraokular (Salmon, 2008).

2.3.2. Etiologi

Glaukoma dapat terjadi akibat ketidakseimbangan produksi dan eksreksi

aqueous humor. Beberapa faktor risiko dapat memicu terjadinya glaukoma. Faktor risiko yang kuat untuk memicu terjadinya glaukoma adalah riwayat peningkatan

tekanan intraokular dan riwayat keluarga yang pernah menderita glaukoma.

Faktor risiko yang mungkin untuk memicu terjadinya suatu glaukoma adalah

penyakit sistemik kardiovaskular, diabetes melitus, migrain, hipertensi sistemik

dan vasospasme (Bell, et al., 2012).

2.3.3. Klasifikasi

Berdasarkan mekanisme peningkatan tekanan intraokular, glaukoma dapat diklasifikasikan menjadi glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup.

Mekanisme peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma adalah gangguan

(26)

2.3.4. Patogenesis

2.3.4.1. Glaukoma sudut terbuka

Glaukoma sudut terbuka adalah glaukoma yang paling sering pada ras

kulit hitam dan putih. Glaukoma sudut terbuka terjadi akibat adanya proses

degeneratif anyaman trabekular, termasuk pengendapan materi ekstrasel di dalam

anyaman dan di bawah lapisan endotel kanal Schlemm. Hal ini berbeda dengan proses penuaan normal sehingga berakibat dengan penurunan drainase aqueous humor yang menyebabkan peningkatan tekanan intraokular (Salmon, 2008).

Patogenesis dari glaukoma sudut terbuka belum begitu diketahui tetapi

ada beberapa teori yang menjelaskan proses terjadinya glaukoma sudut terbuka.

Pertama, faktor risiko seperti genetik, umur, ras, miopi, diabetes, merokok,

hipertensi dan hipertiroid dapat memicu terjadinya glaukoma sudut terbuka.

Kedua, terjadinya peningkatan tekanan intraokular akibat berkurangnya aliran

keluar aqueous karena meningkatnya resistensi aliran keluar aqueous yang disebabkan oleh penebalan terkait usia dan sklerosis dari trabekula dan tidak

adanya vakuola raksasa di sel-sel pada kanal Schlemm (Khurana, 2007).

Ada juga teori mengatakan bahwa glaukoma sudut terbuka ini terjadi

karena terjadinya iskemia pada mikrovaskular diskus optikus (Kanksi, 2007).

Kelainan kromosom 1 oleh mutasi gen myocilin juga menjadi faktor predisposisi

terjadinya glaukoma sudut terbuka (Kwon, et al., 2009).

2.3.4.2. Glaukoma Sudut Tertutup

Glaukoma sudut tertutup terjadi karena sumbatan aliran keluar aqueous akibat adanya oklusi anyaman trabekular oleh iris perifer. Hal ini akan

menyumbat aliran aqueous humor sehingga terjadi peningkatan tekanan intraokular dengan cepat yang bisa menyebabkan timbulnya nyeri hebat,

kemerahan, penglihatan kabur serta kerusakan nervus optikus dan kehilangan

(27)

a. Glaukoma Sudut Tertutup Akut

Glaukoma sudut tertutup akut terjadi bila terbentuk iris bombe yang menyebabkan oklusi sudut bilik mata depan oleh iris perifer sehingga terjadi

penutupan pengaliran keluar aqueous humor yang tiba-tiba sehingga terjadi peningkatan tekanan intraokular yang mendadak dan mencolok. Hal ini

menyebabkan munculnya kekaburan penglihatan mendadak yang disertai dengan

nyeri hebat, muntah, mual disertai halo (ada gambar pelangi di sekitar cahaya).

Temuan-temuan lainnya adalah bilik mata depan dangkal, kornea berkabut, pupil

berdilatasi dan injeksi siliar,biasanya terjadi spontan di malam hari saat

pencahayaan kurang (Salmon, 2008).

b. Glaukoma Sudut Tertutup Subakut

Glaukoma sudut tertutup subakut hampir sama dengan tipe akut kecuali bahwa episode peningkatan tekanan intraokularnya berlangsung singkat dan

mengalami kekambuhan.

c. Glaukoma Sudut Tertutup Kronis

Glaukoma sudut tertutup kronis tidak pernah mengalami episode peningkatan tekanan intraokular akut tetapi mengalami sinekia anterior perifer

yang semakin meluas disertai dengan peningkatan tekanan intraokular secara

bertahap. Pada pemeriksaan dijumpai peningkatan tekanan intraokular, sudut bilik

mata depan yang sempit disertai sinekia anterior perifer dalam berbagai tingkat

serta kelainan diskus optikus dan lapangan pandang (Salmon, 2008).

d. Glaukoma Tekanan Normal

Beberapa pasien dengan kelainan glaukomatosa pada diskus optikus atau lapangan pandang memiliki tekanan intraokular yang tetap di bawah

21 mmHg. Patogenesis yang mungkin adalah kepekaan yang abnormal terhadap

tekanan intraokular karena kelainan vaskular atau mekanis di caput nervi optici atau bisa juga murni karena penyakit vaskular. Glaukoma dengan tekanan

(28)

dengan kelainan pada gen optineurin di kromosom 10. Penelitian pada pasien

glaukoma di negara lain menunjukkan adanya hubungan dengan vasospasme dan

lebih sering dijumpai perdarahan diskus dan progresivitas penurunan lapangan

pandang (Salmon, 2008).

e. Glaukoma kongenital

Glaukoma kongenital adalah bentuk glaukoma yang jarang ditemukan. Glaukoma kongenital disebabkan oleh tidak berkembangnya strukur mata

sehingga menghambat aliran keluar aqueous humor. Kelainan yang ada pada bentuk kongenital ini antara lain anomali perkembangan segmen anterior dan

aniridia (iris yang tidak berkembang) (Salmon, 2008).

f. Glaukoma Sekunder

Glaukoma sekunder merupakan glaukoma yang timbul akibat suatu manifestasi dari penyakit mata lain. Beberapa jenis glaukoma sekunder antara lain

glaukoma pigmentasi, glaukoma pseudoeksfoliasi, glaukoma akibat kelainan lensa,

glaukoma fakolitik, glaukoma akibat kelainan traktus uvealis, sindrom iridokornea

endotel, glaukoma akibat trauma, glaukoma setelah tindakan bedah okular,

glaukoma neovaskular, glaukoma akibat peningkatan tekanan vena episklera dan

glaukoma akibat steroid (Salmon, 2008).

2.3.5. Patofisiologi

Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah apoptosis sel ganglion retina yang akan menyebabkan penipisan lapisan fiber dari

nervus-nervus dan lapisan inti bagian dalam retina dan juga berkurangnya akson

di nervus optikus. Akibatnya nervus optikus menjadi atrofik dan disertai

pembesaran cawan optik. Pada glaukoma sudut tertutup akut, tekanan intraokular

mencapai 60-80 mmHg yang akan menimbulkan kerusakan iskemik yang

mendadak pada iris yang diikuti edema kornea dan kerusakan nervus optikus.

(29)

meningkat lebih dari 30 mmHg dan biasanya kerusakan dari sel ganglion terjadi

dalam jangka waktu yang lama (Salmon, 2008)

2.3.6. Diagnosis

2.3.6.1. Pemeriksaan Tonometri

Pemeriksaan tekanan intraokular dapat digunakan dengan menggunakan

tonometri. Alat tonometri yang paling banyak digunakan adalah tonometer

aplanasi Goldmann yang dilekatkan ke slitlamp dan mengukur gaya yang diperlukan untuk meratakan daerah kornea tertentu. Batasan normal untuk tekanan

intraokular adalah 10-21 mmHg tetapi pada orang tua rata-rata tekanan

intraokularnya lebih tinggi di atas 24 mmHg. Pada glaukoma sudut terbuka primer,

32-50% individu dapat memperlihatkan tekanan intraokular yang normal sehingga

untuk menegakkan diagnosis diperlukan bukti-bukti lain seperti keadaan diskus

optikus ataupun kelainan lapangan pandang (Salmon, 2008).

2.3.6.2. Pemeriksaan Gonioskopi

Gonioskopi digunakan untuk melihat struktur sudut bilik mata depan.

Lebar sudut bilik mata depan dapat diperkirakan dengan pencahayaan oblik mata

depan, menggunakan sebuah senter atau slitlamp. Apabila keseluruhan anyaman trabekular, taji sklera dan processus iris dapat terlihat, sudut dinyatakan terbuka.

Apabila hanya garis Schwalbe atau sebagian kecil dari anyaman trabekular yang dapat terlihat, sudut dinyatakan sempit. Apabila garis Schwalbe tidak terlihat, sudut dinyatakan tertutup (Salmon, 2008).

2.3.6.3. Penilaian Diskus Optikus

Diskus optikus normal memiliki cekungan di bagian tengahnya yang

ukurannya tergantung pada jumlah relatif serat penyusun nervus optikus terhadap

ukuran lubang sklera yang harus dilewati oleh serat-serat tersebut. Atrofi optikus

yang disebabkan oleh glaukoma mengakibatkan kelainan-kelainan diskus khas

yang terutama ditandai oleh berkurangnya substansi diskus yang terdeteksi

(30)

cawan. Pada glaukoma mungkin terdapat pembesaran konsentrik cawan optik atau

pencekungan (cupping) superior dan inferior dan disertai pembentukan takik (notching) fokal di tepi diskus optikus yang kemudian akan menyebabkan lamina kribosa bergeser ke belakang dan pembuluh retina di diskus bergeser ke arah

hidung. Hasil akhirnya adalah cekungan bean-pot yang tidak memperlihatkan jaringan saraf di bagian tepinya (Salmon, 2008).

Cara yang berguna untuk mencatat ukuran diskus optikus pada pasien

glaukoma adalah rasio cawan-diskus yang merupakan perbandingan antara ukuran

cawan optik terhadap diameter diskus. Apabila terdapat kehilangan lapangan

pandang atau peningkatan tekanan intraokular, rasio cawan-diskus lebih dari 0,5

atau terdapat asimetri yang bermakna antara kedua mata sangat diindikasikan

adanya atrofi glaukomatosa (Salmon, 2008).

Gambar 2.4 Pencekungan glaukomatosa pada diskus optikus (Paul, 2008)

2.6.3.4. Pemeriksaan Lapangan Pandang

Pemeriksaan lapangan pandang secara teratur berperan penting dalam

diagnosis dan tindak lanjut glaukoma meskipun pemeriksaan akibat glaukoma

tersebut dinyatakan kurang spesifik. Gangguan lapangan pandang akibat

glaukoma terutama mengenai 30 derajat lapangan pandang bagian sentral.

Perubahan paling dini adalah semakin nyatanya bintik buta. Perluasan yang terus

(31)

sebagai skotoma Seidel. Skotoma arkuata ganda di atas dan di bawah meridian horizontal sering disertai oleh nasal step (Roenne) karena perbedaan ukuran kedua defek arkuata tersebut. Pengecilan lapangan pandang perifer berasal di perifer

nasal sebagai konstriksi isopter dan mungkin terdapat hubungan ke defek arkuata,

menimbulkan breakthrough perifer. Lapangan pandang perifer temporal dan 5-10 derajat sentral baru terpengaruh pada stadium lanjut penyakit. Pada stadium akhir,

ketajaman penglihatan sentral mungkin normal tetapi hanya 5 derajat lapangan

pandang (Salmon, 2008).

Berbagai cara untuk memeriksa lapangan pandang pada glaukoma adalah

(32)

Gambar 2.5 Kelainan lapangan pandang pada glaukoma (Paul, 2008)

2.4. Hipertensi 2.4.1. Definisi

Hipertensi adalah gangguan sistem peredaran darah yang ditandai dengan

peningkatan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg. Tekanan darah yang tinggi tersebut dapat mengakibatkan kerusakan struktural dan fungsional pada organ-organ

(33)

2.4.2. Diagnosis

Penegakkan diagnosis hipertensi harus berdasarkan pengukuran tekanan

darah. Pengukuran tekanan darah harus dilakukan secara akurat pada praktek

sehari-hari. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan menggunakan

sfigmomanometer aneroid, sfigmomanometer raksa, sfigmomanometer digital

ataupun dengan memasukkan kateter pada lumen pembuluh darah untuk

menghitung tekanan darah intraarterial. Baku emas pengukuran tekanan darah

adalah dengan menggunakan sfigmomanometer merkuri sedangkan pengukuran

tekanan darah intraarterial jarang dilakukan pada praktek sehari-hari dan biasanya

dilakukan di Intensive Care Unit (ICU). Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan di praktek, rumah ataupun melalui ambulatory blood pressure monitoring (Walsh, et al., 2008).

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah pada Orang Dewasa

Klasifikasi TD TD sistolik (mmHg) TD diastolik (mmHg)

Normal < 120 < 80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi tingkat 1 140-159 90-99

Hipertensi tingkat 2 ≥ 160 ≥ 100

Sumber: Kotchen, 2008.

2.5. Hubungan Hipertensi dengan Peningkatan Tekanan Intraokuli

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Christina Magdalena (2006) di

Rumah Sakit Umum DR. Soetomo Surabaya, menemukan bahwa penderita yang

telah menderita hipertensi ≥ 5 tahun berisiko mengalami glaukoma sebesar empat kali lebih besar.

Kondisi hipertensi bukan hanya meningkatkan risiko untuk terjadinya

serangan jantung atau stroke tetapi juga dapat menyebabkan glaukoma (Langman,

et al., 2005). Dari hasil studi Baltimore menunjukkan hasil yang small-positive berkaitan dengan glaukoma dan tekanan darah sistolik-diastolik. Hubungan

(34)

mmHg dan juga sering terjadi pada pasien yang berusia di atas 70 tahun (Fraser, et al., 1999).

Kondisi hipertensi menyebabkan meningkatnya retensi natrium.

Meningkatnya retensi natrium akan menyebabkan penumpukan cairan di mata

yang juga menekan nervus optikus. Hal ini dapat memicu peningkatan tekanan

intraokuli akibat menumpuknya cairan dan menyebabkan hilang atau gangguan

penglihatan akibat penekanan pada nervus optikus (Langman, et al., 2005).

Kondisi hipertensi yang diakibatkan oleh perubahan epithelial sodium transport pada distal ginjal dan epitel bersilia yang akhirnya menyebabkan retensi natrium yang berlebihan. Meningkatnya ciliated epithelial sodium transport menyebabkan ekstrusi natrium menuju aqueous humor. Hal ini akan

menyebabkan rintangan pada aliran aqueous humor sehingga terjadi penumpukan cairan yang akan menyebabkan peningkatan tekanan intraokuli (Langman, et al., 2005).

Kondisi peningkatan tekanan darah akan meningkatkan aliran darah pada

mata (dengan asumsi bahwa penderita telah mengalami hipertensi dalam jangka

waktu yang lama). Setelah peningkatkan tekanan darah berlangsung dalam jangka

waktu yang lama, terjadilah kerusakan pembuluh darah kecil dan meningkatnya

resistensi aliran dan pengurangan dari aliran darah pada mata disertai hilangnya

sel-sel ganglion yang akan mengakibatkan penahanan aliran dan terjadi

penumpukan cairan sehingga terjadi peningkatan tekanan intraokuli (Fraser, et al., 1999).

Faktor terpenting untuk mengetahui perkembangan dari glaukoma adalah

dengan mengukur tekanan perfusi diastolik pada jaringan okular. Tekanan perfusi

diastolik pada mata dapat dihitung dengan cara: tekanan darah diastolik dikurangi

dengan tekanan pada bola mata. Berdasarkan penelitian yang ada, tekanan perfusi

diastolik yang rendah (kurang dari 55 mmHg) berhubungan dengan peningkatan

progresifitas penyakit glaukoma (Fraser, et al., 1999).

Patofisiologi hubungan tekanan darah dengan tekanan intraokuli belum

diketahui secara pasti. Dikatakan bahwa ada korelasi positif antara tekanan darah

(35)

darah dan akan menyebabkan peningkatan ultrafiltrasi aqueous humor dan peningkatan tekanan arteri siliaris yang kemudian akan meningkatkan tekanan

(36)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian merupakan kerangka yang menggambarkan

dan mengarahkan asumsi mengenai elemen-elemen yang diteliti. Berdasarkan

tujuan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka kerangka konsep

dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian.

3.2. Definisi Operasional

 Variabel independen: hipertensi.

• Definisi operasional: hipertensi adalah pasien glaukoma yang mengidap hipertensi sesuai kriteria JNC VII dimana

pengukuran tekanan darahnya dilakukan dalam posisi berbaring

oleh tenaga medis Poliklinik Mata RSUP Haji Adam Malik,

Medan serta tidak memiliki riwayat penyakit sistemik lainnya. • Cara ukur: wawancara.

• Alat ukur: sfigmomanometer Nova. • Skala pengukuran: nominal.

Hipertensi

Tekanan Intraokuli

(37)

 Variabel dependen: tekanan intraokuli pada glaukoma.

• Definisi operasional: tekanan intraokuli pada glaukoma adalah

keadaan dimana terjadinya peningkatan atau tanpa peningkatan

pada tekanan bola mata pasien glaukoma pada saat

pengambilan data dan pengukurannya dilakukan dalam posisi

berbaring oleh tenaga medis Poliklinik Mata RSUP Haji Adam

Malik, Medan.

• Cara ukur: observasi.

• Alat ukur: tonometri Schiotz • Skala pengukuran: nominal.

3.3. Hipotesis

Ada hubungan antara hipertensi terhadap peningkatan tekanan intraokuli

(38)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif-analitik dengan studi cross sectional dimana penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara hipertensi dengan tekanan intraokuli pada pasien glaukoma dengan cara observasi

dan pengumpulan data dilakukan secara simultan atau dalam waktu yang

bersamaan (point time approach) [Notoatmojo, 2010].

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Mata RSUP H. Adam Malik, Medan.

Penelitian ini dilakukan pada pasien rawat jalan yang didiagnosis dengan

glaukoma di RSUP H. Adam Malik. Adapun pertimbangan memilih lokasi

tersebut karena RSUP H. Adam Malik merupakan rumah sakit pendidikan, pusat

rujukan dan kunjungan pasien glaukoma ke RSUP H. Adam Malik juga banyak.

4.2.2. Waktu Penelitian

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli

2012 sampai dengan bulan Agustus 2012. Pemilihan waktu penelitian dengan

mempertimbangkan keterbatasan waktu, dana dan sumberdaya.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi target dari penelitian ini adalah seluruh pasien yang didiagnosis

menderita glaukoma di poliklinik mata RSUP H. Adam Malik, Medan pada bulan

Juni 2012 sampai dengan Agustus 2012. Populasi terjangkau penelitian ini adalah

pasien yang berusia minimal 18 tahun yang didiagnosis dengan glaukoma ketika

(39)

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah subjek yang diambil dari populasi terjangkau yang memenuhi unsur-unsur kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi.

4.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 4.4.1. Kriteria Inklusi

• Pasien yang didiagnosis dengan glaukoma baik memiliki riwayat

hipertensi maupun tidak, oleh tenaga medis di poliklinik mata

RSUP H. Adam Malik, Medan.

• Pasien berusia minimal 18 tahun yang didiagnosis dengan glaukoma oleh tenaga medis di poliklinik mata RSUP H. Adam

Malik, Medan.

4.4.2. Kriteria Eksklusi

• Pasien anak-anak atau pasien yang berusia di bawah 18 tahun yang

didiagnosis dengan glaukoma maupun glaukoma kongenital oleh

tenaga medis di poliklinik mata RSUP H. Adam Malik, Medan.

• Pasien yang memiliki riwayat penyakit sistemik lainnya (contoh: diabetes melitus, katarak dan lain-lain).

4.5. Besar Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini didapat dengan cara

non probability sampling dengan teknik pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling dimana semua sampel yang didapat memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditetapkan berdasarkan teori dan pertimbangan para

ahli (Wahyuni, 2007). Menurut Sastroasmoro (2007) dan Mukhtar (2011), jumlah

sampel minimal akan dihitung dengan menggunakan rumus perhitungan besar

sampel untuk penelitian analitik kategori tidak berpasangan, yaitu:

n

=

(Zα√2PQ+Zβ√P1Q1+P2Q2)

2

(P1-P2)2

(40)

n = besar sampel minimum

Zα = deviat baku alpha

Zβ = deviat baku beta

P = proporsi total = (P1+P2)/2

Q = 1-P

P1 = proporsi pada kelompok uji (kasus)

Q1 = 1-P1

P2 = proporsi pada kelompok standar (kontrol)

Q2 = 1-P2

P1-P2 = selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna

Pada penelitian ini ditetapkan nilai α sebesar 0,2% (tingkat kepercayaan 80%) sehingga untuk uji hipotesis dua arah diperoleh nilai Zα sebesar 1,28. Nilai

β yang digunakan adalah 0,2% atau dengan kata lain besarnya kekuatan (power) dalam penelitian ini adalah 80%, sehingga diperoleh nilai Zβ sebesar 0,84.

Penentuan nilai P1 berdasarkan rujukan pada penelitian terdahulu menghasilkan

angka sebesar 0,1. Berdasarkan rumus di atas, besarnya sampel yang diperlukan

dalam penelitian ini adalah:

n= (1,28√2.0,2.0,8+0,84√0,1.0,9+0,3.0,7)

2

(0,1-0,3)2

n= 35,05

Dengan demikian besar sampel minimal yang diperlukan adalah 35,05

(41)

4.6. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi langsung pada saat

proses penegakkan diagnosis glaukoma dan pengukuran tekanan intraokuli oleh

tenaga medis poliklinik mata RSUP H. Adam Malik. Peneliti juga akan

melakukan wawancara untuk mengetahui adanya riwayat hipertensi dari subjek

penelitian. Kemudian peneliti juga harus menanyakan riwayat penyakit sistemik

lainnya seperti diabetes melitus, katarak dan lain-lain untuk mempertimbangkan

(42)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan yang berlokasi

di Jalan Bunga Lau No. 17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan

Tuntungan. Rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan

SK Menkes No. 355/ Menkes/ SK/ VII/ 1990 yang juga merupakan rumah sakit

rujukan yang meliputi wilayah pembangunan A seperti Sumatera Utara, Nanggroe

Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan Riau dan pada tanggal 6 September 1991

RSUP Haji Adam Malik Medan telah ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan

bagi mahasiswa. RSUP Haji Adam Malik Medan memiliki fasilitas pelayanan

yang terdiri dari pelayanan medis, pelayanan penunjang medis, pelayanan

penunjang non medis dan pelayanan non medis. Poliklinik Mata terletak di lantai

4 Gedung P.

5.1.2. Karakteristik Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini dikumpulkan selama periode Juli 2012 sampai

Agustus 2012 dan diperoleh sebanyak 38 sampel. Semua data diperoleh melalui

(43)

5.1.2.1. Deskripsi Sampel Berdasarkan Usia

Dari hasil penelitian, diperoleh distribusi usia responden sebagai berikut.

Tabel 5.1. Data Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Usia Responden No. Umur Responden Jumlah Persentasi (%)

1 11-20 2 5.3

Dari tabel tersebut terlihat bahwa jumlah sampel terbanyak ada pada

rentang usia 61-70 tahun (26.3%), dimana nilai mean-nya adalah 56.42 (≈ 56) dan median-nya adalah 60.5 (diantara responden berusia 60 dan 61).

5.1.2.2. Deskripsi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari hasil penelitian juga dapat diperoleh distribusi jenis kelamin

responden sebagai berikut.

Tabel 5.2. Data Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Responden.

No. Jenis Kelamin Jumlah Persentasi (%)

1 Laki-Laki 18 47.4

2 Perempuan 20 52.6

Total 38 100

Berdasarkan tabel tersebut, dapat diperoleh jumlah responden perempuan

(44)

5.1.2.3.Deskripsi Sampel Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Tekanan Intraokuli

Dari hasil penelitian juga didapati intepretasi hasil pemeriksaan tekanan

intraokuli sebagai berikut.

Tabel 5.3 Data Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Hasil

Pemeriksaan Tekanan Intraokuli

No. Tekanan Intraokuli Jumlah Persentasi (%)

1 Meningkat 35 92.1

2 Normal 3 7.9

Total 38 100

Dari tabel 5.3. terlihat jumlah pasien yang mengalami peningkatan tekanan

intraokuli (92.1%) lebih banyak daripada pasien yang tidak mengalami

peningkatan tekanan intraokuli (7.9%).

5.1.2.4.Deskripsi Sampel Berdasarkan Riwayat Hipertensi

Dari hasil penelitian dapat menggambarkan riwayat hipertensi sebagai

berikut.

Tabel 5.4. Data Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Riwayat

Hipertensi

No. Riwayat Hipertensi Jumlah Persentasi (%)

1 Ada 21 55.3

2 Tidak ada 17 44.7

Total 38 100

Berdasarkan tabel 5.4., pasien glaukoma yang mempunyai riwayat hipertensi

(45)

5.1.3. Hasil Analisis Data

Pengujian terhadap hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara

hipertensi dengan peningkatan tekanan intraokuli pada pasien glaukoma dilakukan

dengan bantuan program SPSS for windows yang akan menganalisis variabel dependen dan variabel independen. Data yang dikumpulkan dari hasil wawancara

dengan 38 responden akan dianalisis melalui uji hipotesis Chi Square dan didapat hasilnya sebagai berikut.

Tabel 5.5. Hubungan Riwayat Hipertensi Dengan Peningkatan Tekanan Intraokuli

Intepretasi Tekanan

Berdasarkan tabel 5.5., didapatkan bahwa jumlah responden glaukoma

yang mengalami peningkatan tekanan intraokuli dan memiliki riwayat hipertensi

berjumlah sebanyak 20 orang (52.6%) sedangkan responden yang tidak

mengalami peningkatan tekanan intraokuli dan tidak memliki riwayat hipertensi

berjumlah sebanyak 2 orang (5.3%). Kemudian sebanyak 1 orang (2.6%)

mempunyai riwayat hipertensi tetapi tidak mengalami peningkatan tekanan

intraokuli sedangkan responden yang mengalami peningkatan tekanan intraokuli

(46)

Tabel 5.6. Nilai Ekspektasi Pada Pengujian Dengan Uji Hipotesis Chi-Square

Dari hasil perhitungan uji hipotesis Chi-Square diperoleh dua sel yang memiliki nilai ekspetasi di bawah 5, yaitu 1.7 dan 1.3. Hal ini menyebabkan uji

hipotesis Chi-Square tidak dapat dipergunakan. Maka, sebagai alternatif dipergunakanlah uji hipotesis Fisher’s exact test (Wahyuni, 2007). Hasil output yang diperoleh adalah nilai p=0.577. Nilai p yang lebih besar dari 0.05

menyebabkan Ho dalam penelitian ini gagal ditolak. Ini berarti bahwa

kemungkinan tidak adanya hubungan antara hipertensi dengan peningkatan

tekanan intraokuli.

5.2. Pembahasan

Dari hasil analisis data penelitian, dijumpai lebih banyak responden yang

berjenis kelamin perempuan (52.63%). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang

(47)

Berdasarkan usia, jumlah responden terbanyak didapati pada usia di atas

40 tahun yaitu pada rentang usia 61-70 tahun (26.31%). Sama halnya pada

penelitian yang lainnya, yaitu Chopra, et al. (2008), Zarei, et al. (2011), Souza (2010) dan Uhm, et al. (1992). Persamaan ini dikarenakan menurut data epidemiologi didapati penderita glaukoma lebih banyak pada penderita di atas 40

tahun (Perdami).

Responden yang mengalami peningkatan tekanan intraokuli (92.1%) lebih

dominan daripada yang tidak mengalami peningkatan tekanan intraokuli (7.9%).

Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Zarei, et al. (2011), Souza (2010) dan Chopra, et al. (2008) yang mendapatkan nilai tekanan intraokuli dalam batas normal.

Pada hasil analisis data dengan menggunakan uji hipotesis Fisher’s exact,

didapati jumlah penderita glaukoma yang memiliki riwayat hipertensi lebih

banyak (55.3%) daripada yang tidak memiliki riwayat hipertensi (44.7%). Hal ini

berbeda dengan penelitian yang dilakukan Langman, et al. (2005), Souza (2010) dan Uhm, et al. (1992) yang mendapatkan jumlah penderita glaukoma yang tidak memiliki riwayat hipertensi lebih banyak.

Sedangkan sampel dengan riwayat hipertensi yang mengalami peningkatan

tekanan intraokuli (52.6%) lebih banyak daripada yang tidak mengalami

peningkatan tekanan intraokuli (2.6%).

Hasil output yang memberikan nilai p> 0.05, menunjukkan bahwa tidak

adanya hubungan yang signifikan antara hipertensi dengan perubahan tekanan

intraokuli pada glaukoma. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh

Souza (2010) dan Zarei, et al. (2011) dengan nilai p masing-masing adalah 0.74 dan 0.07. Namun pada penelitian yang dilakukan oleh Leske, et al. (2002) didapati nilai p=0.01 dan nilai tersebut menunjukkan adanya hubungan antara

(48)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian maka diambil

kesimpulan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik antara

hipertensi dengan peningkatan tekanan intraokuli pada pasien glaukoma di RSUP

HAM, Medan Periode Juli-Agustus 2012.

6.2. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan peneliti berhubungan dengan

penelitian ini adalah:

1. Kepada pemerintah agar lebih aktif mensosialisasikan dampak aktif

glaukoma dan mencanangkan program pemeriksaan dini guna

mengurangi angka kebutaan akibat glaukoma. Selain itu juga

penting untuk menghimbau dan mengajak masyarakat untuk

bergaya hidup sehat sejak dini untuk menurunkan risiko hipertensi.

2. Kepada kalangan tenaga medis agar dapat meningkatkan kualitas

pelayanan sehingga angka kesakitan dan kematian akibat glaukoma

dan hipertensi dapat berkurang.

3. Kepada masyarakat agar rutin memeriksakan kesehatannya

meskipun tidak memiliki keluhan mengenai kesehatannya.

4. Kepada peneliti lainnya agar dapat menambah jumlah sampel, lama

waktu penelitian ataupun mengubah variabel seperti

membandingkan nilai tekanan darah atau klasifikasi tekanan darah

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Bell, J.A., 2012. Primary Open-Angle Glaucoma. Available

at:

Maret 2012]

Chopra, V., et al, 2008. Type 2 Diabetes Mellitus and The Risk of Open-Angle

Glaucoma. J. Ophtha. 115(2): 227-232. Available

a

[Accesed 20 November 2012].

Cibis, G.H., Beaver, H.A., Jhons, K., Kaushal, S., Tsai, J.C., and Beretska, J.S.,

2007. Trabecular Meshwork. In: Tanaka, S., ed. Fundamentals and Principles of Ophthalmology. Singapore: American Academy of Ophthalmology, 54-59. Costa, V.P., Arcieri, E.S., Harris, A. 2009. Blood Pressure and Glaucoma. Br. J.

Ophthalmol 93: 1276-1282.

Deokule,S., and Weinreb, R.N., 2008. Relationships among systemic blood

pressure, intraocular pressure and open-angle glaucoma. Can J Ophthalmol 43: 302-307.

Doshi, A.B., Liu, J.H.K., Weinreb, R.N., 2010. Glaucoma is a 24/7 Disease. In: Schacknow, P.N., Samples, J.R., ed. The Glaucoma Book. USA: Springer, 55-58.

Fauci et al, 2008. Harrison’s Principle of Internal Medicine. 17th ed. New York: Mc Graw-Hill, 1553-1558.

Fraser, S., Wormald R., Hitchings R., 1999. Blood pressure and glaucoma.

Moorfields Eye Hospital: 858-859.

Guyton, A.C, and Hall, J.E, 2007. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Philadelphia: Saunders, 220-223

Herman, 2009. Prevalensi Kebutaan Akibat Glaukoma di Kabupaten Tapanuli

Selatan. Departemen Ilmu Kesehatan Mata, Fakultas Kedokteran Universitas

(50)

at:

[Accessed 12 Maret 2012].

Ilyas, H.S., 2011. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 169-174.

Ji,J.D., et al, 2007. Diurnal Variability of Intraocular Pressure. Arch Soc Esp Oftalmol 82: 675-680.

Kanski, J.J., 2007. Glaucoma: Primary Open-Angle Glaucoma. In: Edwards, R., ed. Clinical Ophthalmology, A Systemic Approach, Sixth Edition.

Philadelphia: Saunders, 382-390.

Khurana, A.K., 2007. Comprehensive Ophthalmology. 4th ed. New Delhi: New Age International (P) Limited, 205-231.

Kwon, Y.H., Fingert, J.H., Kuehn, M.H., Alward, W.L.M., 2009. Mechanisms of

Disease, Primary Open-Angle Glaucoma. N Engl J Med 360: 1113-1124.

Langman,M.J.S., Lancashire, R.J., Cheng K.K., Stewart P.M., 2005. Systemic

hypertension and glaucoma: mechanisms in common and co-occurrence. Br J Ophthalmol 89: 960-963.

Leske, M.C., et al, 2002. Incident Open-Angle Glaucoma and Blood Pressure.

Arch Ophthalmol. 120(7): 954-959. Available

at: archopht.jamanetwork.com/article.aspx?articleid=271345#RESULTS

Moore, K.L., Dalley, A.F., Agur, A.M.R. 2010. Clinical Oriented Anatomy. 6th ed.

Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 895-896. [Accesed 20 November 2012]

Mukhtar, Z., et al, 2011. Pengertian dan Jenis Data. Desain Penelitian Klinis dan Statistika Kedokteran. Edisi 1. Medan: Usu Press 2011.

Notoatmojo, S., 2010. Metode Penelitian Survey: Rancangan Survey Cross

Sectional. In: Notoatmodjo, S. , ed. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, pp.37-38.

(51)

Perdami, 2010. Tentang Glaukoma. Jakarta: Persatuan Dokter Mata Indonesia.

Available at:

[Accessed 12 Maret 2012].

Resnikoff, S., and Pascolini D., 2004. Global Data on visual impairment in the

year 2002. PubMed 82: 844-851. Available

a

Riset Kesehatan Dasar, 2007. Direktorat

Jendral Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Available

at:

Salmon, J.R, 2008. Glaukoma. In: Paul R, Whitcher, J.P, ed. Oftalmologi Umum Vaughan & Asbury. Ed. 17. Jakarta: EGC, 212-224.

Sastroasmoro, S., 2007. Pemilihan Subjek Penelitian. In: Sastroasmoro, S., ed. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto, 78-91. Simmons, S.T., et al, 2007. Intraocular Pressure and Aqueous Humor Dynamics.

In: Tanaka, S., ed. Glaucoma. Singapore: American Academy of Ophthalmology, 17-29.

Simmons, S.T., et al, 2007. Introduction to Glaucoma: Terminology, Epidemiology, and Heredity. In: Tanaka, S., ed. Glaucoma. Singapore: American Academy of Ophthalmology, 3-15.

Solomon, I.S., 2002. Aqueous Humor Dynamics. Available

a

Souza, S.D., 2010. Evaluation of Systemic Hypertension as a Risk Factor for

Primary Open Angle Glaucoma. Department of Ophthalmology, St. John’s

Medical College, Bangalore. Available

at: 119.82.96.198:8080/jspui/bitstream/123456789/5827/1/D’Souza%20Shar

on.pdf

Tumbelaka, A.R., Riono, P., Sastroasmoro S., Wirjodiarjo, M., Pudjiastuti, P.,

Firman K., 2007. Pemilihan Uji Hipotesis. In: Sastroasmoro, S., ed. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto, 279-300.

(52)

Uhm, K.B., et al, 1992. Glaucoma Risk Factors in Primary Open-Angle Glaucoma Patients Compared to Ocular Hypertensives and Control Subjects.

Korean J. Ophthalmol 6: 91-99.

Victor, R.G., and Kaplan, N.M., 2007. Systemic Hypertension: Mechanisms and

Diagnosis. In: Libby’s Braunwald’s Heart Disease: A Textbook of Cardiovascular Medicine, 8th ed. Philadelphia: Saunders, 1027-1028.

Wahyuni, A.S., 2007. Chi Square. In: Statistika Kedokteran (Disertai Aplikasi dengan SPSS). Jakarta: Bamboedoea Communication, 87-102.

Walsh, R.A., et al, 2008. Hurst’s The Heart. 12th ed. New York: Mc Graw-Hill. Zarei, R., et al, 2011. The Association of Primary Open Angle Glaucoma and

Systemic Hypertension in Patients Referred to Farabi Eye Hospital. Iranian. J.

Ophthamol 23(2): 31-34. Available

a

(53)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi

Nama : Nicolas Xavier Ongko

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 6 Desember 1992

Agama : Buddha

Alamat : Jl. Sutrisno No. 149A Medan

Telepon : 061-7361798/ 08566383389

II. Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1995-1998 : PG/ TK Sutomo 1 Medan

2. Tahun 1998-2004 : SD Sutomo 1 Medan

3. Tahun 2004-2007 : SMP Sutomo 1 Medan

4. Tahun 2007-2009 : SMA Akselerasi Sutomo 1 Medan

III. Riwayat Pelatihan

1. Pelatihan Balut Bidai TBM FK USU 2009

2. Seminar Medical Expo Ikatan Dokter Indonesia Sumatera Utara 2010

3. Seminar dan Workshop Basic Life Support & Traumatology Tim

Bantuan Medis FK USU 2011

IV. Riwayat Organisasi

1. Tahun 2010-2011 : Pengabdian Masyarakat Keluarga Mahasiswa

Buddhis Universitas Sumatera Utara

2. Tahun 2011 : Bakti Sosial KMK St. Lukas

(54)

LAMPIRAN 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN

Salam sejahtera,

Saya, Nicolas Xavier Ongko, yang sedang menjalani Pendidikan

Kedokteran di Universitas Sumatera Utara, akan mengadakan penelitian.

Penelitian saya tersebut berjudul “Hubungan Hipertensi dengan Peningkatan Tekanan Intraokuli pada Pasien Glaukoma di Poliklinik Mata Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Periode Juli-Agustus 2012”.

Dalam penelitian ini, Bapak/Ibu/Saudara akan diwawancarai mengenai

identitas (nama, jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan dan alamat), seputar

riwayat penyakit (hipertensi/ peninggian tekanan darah) dan riwayat penggunaan

obat antihipertensi. Selanjutnya, data pengukuran tekanan intraokuli

Bapak/Ibu/Saudara yang dilakukan oleh staf ahli di Poliklinik Mata RSUP H.

Adam Malik akan dicatat.

Partisipasi Bapak/Ibu/Saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela dan

tanpa paksaan. Pada penelitian ini, identitas Bapak/Ibu/Saudara akan disamarkan

atau dirahasiakan. Hanya dosen pembimbing, staf ahli yang melakukan

pemeriksaan, anggota komisi etik dan peneliti yang dapat melihat data identitas

Bapak/Ibu/Saudara. Data yang dipublikasikan pun disamarkan dari identitas

Bapak/Ibu/Saudara. Kerahasiaan Bapak/Ibu/Saudara dijamin sepenuhnya.

Apabila masih terdapat ketidakjelasan dalam hal pelaksanaan penelitian ini,

segala pertanyaan yang ada dapat secara langsung ditanyakan kepada peneliti

yang dapat dihubungi pada nomor telepon 08566383389.

Demikian informasi ini saya sampaikan. Terima kasih atas keikutsertaan

Bapak/Ibu/Saudara pada penelitian ini. Partisipasi Bapak/Ibu/Saudara sangat saya

hargai dan akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Medan,...2012

Peneliti,

(55)

LAMPIRAN 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) / INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini mengerti sepenuhnya risiko dan

manfaat dari keikutsertaan saya pada penelitian ini dan menyatakan setuju untuk

ikut serta sebagai subjek penelitian.

Nama : ...

Alamat : ...

Jenis kelamin : ...

Umur : ...(tahun)

No. Rekam Medik : ………

Setelah membaca dan mendapat penjelasan serta memahami sepenuhnya tentang

penelitian

Judul Penelitian : Hubungan Hipertensi dengan Peningkatan Tekanan

Intraokuli pada Pasien Glaukoma di Poliklinik Mata

RSUP H. Adam Malik, Medan Periode Juli-Agustus

2012

Nama Peneliti : Nicolas Xavier Ongko

Nama Institusi : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Demikian surat pernyataan ini untuk dapat digunakan seperlunya.

Medan,...2012

Responden,

(56)

LAMPIRAN 4

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

Nama Responden :

Jenis kelamin Responden :

Umur Responden :

Tingkat Pendidikan Responden :

Alamat Responden :

Tekanan Intraokuli Responden :

Nomor Rekam Medik :

Pertanyaan :

1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu/Saudara menderita glaukoma?

2. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah menderita hipertensi?

a. Ya. Sudah berapa lama?

b. Tidak

3. Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah atau sedang mengkonsumsi

obat-obatan antihipertensi?

4. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mempunyai riwayat penyakit lainnya?

a. Ya. Penyakit apa?

(57)
(58)

BH 63 Perempuan Meningkat Ada

Su 48 Perempuan Meningkat Ada

Suw 53 Laki-Laki Meningkat Ada

Sam 74 Laki-Laki Meningkat Ada

NaS 64 Perempuan Meningkat Ada

S 42 Perempuan Meningkat Tidak Ada

Eff 39 Laki-Laki Meningkat Tidak Ada

BT 61 Perempuan Meningkat Ada

FL 59 Perempuan Meningkat Ada

(59)

LAMPIRAN 6

Umur Kelompok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Meningkat 35 92.1 92.1 92.1

Normal 3 7.9 7.9 100.0

(60)

HTN

Frequency Percent Valid Percent

(61)

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square .634a 1 .426 Continuity Correctionb .036 1 .848 Likelihood Ratio .635 1 .426

Fisher's Exact Test .577 .419

Linear-by-Linear Association .617 1 .432

N of Valid Cases 38

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.34.

(62)
(63)
(64)
(65)

Gambar

Tabel                  Halaman
Gambar
Gambar 2.1 Aliran normal aqueous humor (Adatia & Damji, 2005)
Gambar 2.2 Teori vakuolisasi mengenai transport aqueous melewati dinding
+7

Referensi

Dokumen terkait

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien rheumatoid arthritis yang berobat ke Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan1. Cara pemilihan sampel

Penyakit hipertensi dan diabetes melitus merupakan penyakit terbanyak dan jumlahnya meningkat setiap tahun dalam kategori penyakit dalam di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam

Judul yang dipilih adalah “Karakteristik Pasien Bakterial Vaginosis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan Periode 2009 – 2012”, yang merupakan salah satu syarat untuk

Tujuannya, untuk mengetahui Karakteristik Pasien Bakterial Vaginosis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan Periode 2009 – 2012 berdasarkan usia, agama, ras atau

Saat ini, saya sedang mengadakan penelitian dengan judul Hubungan Nyeri Kepala Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Di Poliklinik Neurologi, RSUP Haji Adam Malik, Medan..

melitus yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik. ada perbedaanvariasi demografipasien hipertensi yang dirawat

Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Dengan Metode Simulasi ” untuk melengkapi syarat memperoleh gelar sarjana Matematika pada Fakultas.. Matematika dan

Stres Keluarga Merawat Anggota Keluarga yang Menderita Stroke Di Poli Stroke Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.. Kuesioner