• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Feed Additive Selacid, Presan, Dan Selko Ph Terhadap Performa Ayam Broiler Strain Cobb

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemberian Feed Additive Selacid, Presan, Dan Selko Ph Terhadap Performa Ayam Broiler Strain Cobb"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN

FEED ADITIVE

SELACID,

PRESAN, DAN SELKO PH TERHADAP PERFORMA

AYAM BROILER STRAIN

COBB

LELY KURNIAWATI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pemberian Feed Additive Selacid, Presan, dan Selko ph Terhadap Performa Ayam Broiler Strain Cobb adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir di skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)

ABSTRAK

LELY KURNIAWATI. Pengaruh Pemberian Feed Additive Selacid, Presan, dan Selko ph Terhadap Performa Ayam Broiler Strain Cobb. Dibimbing oleh SUMIATI dan DWI MARGI.

Penambahan asam organik dalam pakan ternak dapat meningkatkan produktifitas ternak. Penelitian bertujuan mengukur pengaruh pemberian feed aditive Selacid, Presan dalam pakan dan Selko ph dalam air minum terhadap perfoma ayam broiler. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial 2 x 3 dengan dua faktor (faktor A adalah A1= pemberian Selko ph dan A2= tanpa pemberian Selko ph, faktor B adalah penambahan feed additive B: B1= kontrol, B2= Selacid dan B3= Presan) dan 4 ulangan. Broiler yang digunakan sebanyak 600 ekor. Pemeliharaan dilakukan selama 35 hari dengan menggunakan kandang litter. Pakan yang diberikan berbeda tiap periode pemeliharaan (periode prestarter dengan kandungan Energi Bruto 3981 kkal kg-1 dan Protein Kasar 22.83%, periode starter dengan kandungan Energi Bruto 4133 kkal kg-1 dan Protein Kasar 22.91%, dan periode finisher dengan kandungan Energi Bruto 3350 kkal kg-1 dan Protein Kasar 22.66%). Peubah yang diamati dalam percobaan ini adalah performa ayam broiler yakni konsumsi pakan, bobot badan, rataan bobot badan, konversi pakan dan mortalitas. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian Selacid 0.1% atau Presan 0.1% dalam pakan disertai pemberian Selko ph dalam air minum nyata meningkatkan (P<0.05) konsumsi pakan, bobot badan, pertambahan bobot badan, dan menurunkan konversi pakan pada periode pre starter-starter. Pemberian Selacid 0.1% atau Presan 0.1% dalam pakan disertai pemberian Selko ph dalam air minum nyata menurunkan konsumsi pakan, bobot badan, pertambahan bobot badan, dan konversi pakan pada periode finisher dan selama pemeliharaan 1-35 hari. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pemberian Selacid 0.1% dalam pakan disertai pemberian Selko ph dalam air minum, efektif meningkatkan efisiensi penggunaan pakan sebesar 15.5% pada broiler periode pre starter-starer. Pemberian Presan 0.1% dalam pakan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pakan sebesar 1.5%-3% pada broiler periode finisher dan 1-35 hari pemeliharaan. Penggunaan Selko ph 1 ml L-1 dalam air minum dapat meningkatkan efisiensi pakan pada broiler periode prestarter-starer dan selama pemeliharaan 1-35 hari.

(6)

ABSTRACT

LELY KURNIAWATI. Effect of Feed aditive Selacid , Presan , and Selko ph Against Performance Cobb Broiler. Supervised by SUMIATI and DWI MARGI.

Addition organic acids in feed, increase the productivity of livestock. The research aims to measure the effect of feed aditive namely Selacid, Presan in feed and Selko ph in drinking water against performance of broiler chickens. The research design was completely randomized factorial 2 x 3 with two factors (factor A is A1 = gaved Selko ph and A2 = without gaved Selko ph, factor B is the addition of a feed additive B: B1 = control, B2 = Selacid and B3 = Presan) and 4 replications. Broiler used as many as 600 birds. Maintenance is carried out for 35 days by using the cage litter. The feed is different for each maintenance period (period pre starter with the content of the gross energy 3981 kkal kg-1 and crude protein 22.83%, period starter with the content of the gross energy 4133 kkal kg-1 and crude protein 22.91%, and the period finisher with the content of the gross energy 3350 kkal kg-1 and crude protein 22.66%). The parameters observed in this experiment is the performances of broiler chickens (feed intake, body weight, the average weight, feed conversion and mortality). The results showed addition of Selacid 0.1% or Presan 0.1% in feed and Selko ph in drinking water significantly increased (P<0.05) feed intake, body weight, body weight gain and feed conversion in the period pre starter-starter, while gave Selacid 0.1% or Presan 0.1% in feed and Selko ph in drinking water reduced feed intake, body weight, body weight gain and feed conversion in the period finisher. The conclusion of this research is adding Selacid 0.1% in feed with Selko ph in drinking water can improve the efficiency of feed by 15.5% in broiler pre-starer-starter period. Giving presan 0.1% in the feed can improve feed efficiency of 1.5% -3% in broiler finisher and 1-35 days reared. Used Selko ph 1 ml L-1 in drinking water can improve feed efficiency in broilers prestarter-starer period and 1-35 days reared.

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

PENGARUH PEMBERIAN

FEED ADITIVE

SELACID,

PRESAN, DAN SELKO PH TERHADAP PERFORMA

AYAM BROILER STRAIN

COBB

LELY KURNIAWATI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang dimulai pada April hingga Juni 2015 ini berjudul “Pengaruh Pemberian Feed Additive Selacid, Presan, dan Selko ph terhadap Performa Ayam Broiler Strain Cobb”.Penelitian ini berawal dari ketertarikan peneliti terhadap dampak negative dari pemeliharaan ternak yang menggunakan antibiotik sebagai growth promotor dan antimikroba. Dampak penggunaan antibiotik yakni adanya residu antibiotik pada daging ayam maupun telur yang tidak aman dikonsumsi manusia, dan dapat menimbulkan mikroorganisme yang resisten seperti Salmonella, Escherichia coli dan Clostidium perfrinens yang beresiko menurunkan daya cerna, menurunkan pertumbuhan bakteri baik dan menggangu aktivitas dari mikroflora usus dan mempengaruhi performa ayam broiler, oleh karena itu perlu upaya untuk mengurangi dampak negatif dari penggunaan antibiotik. Maka, sebagai salah satu mahasiswa Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan penulis ingin menggali pemanfaatan asam organik sebagai pengganti penggunaan antibiotik untuk ternak yang lebih aman dan menguntungkan peternak dan konsumen.

Bogor, November 2015

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

METODE 2

Bahan 2

Alat 6

Lokasi dan Waktu 6

Prosedur 6

Rancangan Percobaan dan Analisis Data 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Suhu dan Kelembaban Lingkungan Kandang 8

Performa Ayam Broiler Periode Prestarter-Starter (1-21 hari) 8 Performa Ayam Broiler Periode Finisher (22-35 hari) 11 Performa Ayam Broiler Selama Pemeliharaan 1-35 hari 13

SIMPULAN DAN SARAN 15

Simpulan 15

Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 16

LAMPIRAN 18

RIWAYAT HIDUP 23

(14)

DAFTAR TABEL

1. Susunan pakan dan kandungan nutrien pakan periode prestarter

(umur 1-10 hari) 3

2. Susunan pakan dan kandungan nutrien pakan periode starter

(Umur 11-21 hari) 4

3. Susunan pakan dan kandungan nutrien pakan periode finisher

(Umur 22-35 hari) 5

4. Komposisi feed additive Selacid, Presan, dan Selko ph 2 5. Perlakuan yang digunakan 7 6. Kisaran pengukuran suhu dan kelembaban lingkungan kandang dan

brooder selama lima minggu pemeliharaan 8

7. Performa ayam broiler periode prestarter-starter (Umur 1-21 hari) 9 8. Performa ayam broiler periode finisher (Umur 22-35 hari) 12 9. Performa ayam broiler selama pemeliharaan 1-35 hari 14

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil analisis ragam konsumsi pakan periode prestarter-starter 18 2 Hasil uji lanjut Duncan konsumsi pakan periode prestarter-starter 18 3 Hasil analisis ragam bobot badan periode prestarter-starter 18 4 Hasil uji lanjut Duncan bobot badan periode prestarter-starter 18 5 Hasil analisis ragam pertambahan bobot badan periode prestarter-

starter 19

6 Hasil uji lanjut Duncan pertambahan bobot badan periode prestarter-

starter 19

7 Hasil analisis ragam konversi pakan badan periode prestarter-starter 19 8 Hasil uji lanjut Duncan konversi pakan periode prestarter-starter 19 9 Hasil analisis ragam konsumsi pakan periode finisher 20 10 Hasil uji lanjut Duncan konsumsi pakan periode finisher 20 11 Hasil analisis ragam bobot badan periode finisher 20 12 Hasil analisis ragam pertambahan bobot badan periode finisher 20 13 Hasil uji lanjut Duncan pertambahan bobot badan periode finisher 21 14 Hasil analisis ragam konversi pakan badan periode finisher 21 15 Hasil analisis ragam konsumsi pakan selama pemeliharaan 1-35 hari 21 16 Hasil uji lanjut Duncan konsumsi pakan periode selama pemeliharaan

1-35 hari 21

17 Hasil analisis ragam bobot badan selama pemeliharaan 1-35 hari 22 18 Hasil analisis ragam pertambahan bobot badan selama pemeliharaan

1-35 hari 22

19 Hasil analisis ragam konversi pakan badan selama pemeliharaan

1-35 hari 22

(15)

PENDAHULUAN

Permintaan terhadap protein hewani saat ini terus meningkat, hal ini berkaitan dengan pertambahan populasi penduduk yang cukup pesat. Ayam pedaging strain Cobb merupakan salah satu strain broiler yang ada di Indonesia yang memiliki titik tekan pada perbaikan feed conversion ratio (FCR), mudah beradaptasi dengan lingkungan tropis (heat stress) serta produksinya yang efisien (Amrullah 2003).

Peternak atau industri pakanmenambahkan feed additive berupa antibiotik untuk mendukung performa ayam broiler. Peran feed additive dibutuhkan ketika kesehatan ternak menurun dengan menjaga dan mempertahankan kesehatan tubuh terhadap serangan penyakit dan pengaruh stress, performa ternak yang menurun (merangsang pertumbuhan badan, menambah nafsu makan, dan pertumbuhan daging menjadi baik). Akhir-akhir ini penggunaan feed additive berupa antibiotik di beberapa negara telah dilarang, hal ini disebabkan adanya residu antibiotik pada daging ayam maupun telur yang tidak aman dikonsumsi manusia, disamping itu antibiotik dapat menimbulkan mikroorganisme yang resisten dalam tubuh manusia atau ternak (terutama bakteri-bakteri patogen seperti Salmonella, Escherichia coli dan Clostidium perfrinens) (Murdiati 2002).

Salmonella dan E. coli merupakan bakteri patogen yang penyebarannya beresiko menurunkan daya cerna, menurunkan pertumbuhan bakteri baik dan menggangu aktivitas dari mikroflora usus (Gauthier 2002). Ternak muda atau ternak yang sedang dalam kondisi pemulihan biasanya sangat rentan dalam hal kesehatan mikroflora dalam usus. Didalam mikroflora usus terdapat bakteri yang menguntungkan maupun merugikan. Untuk pakan yang tercecer bila dikonsumsi ayam akan terkontaminasi bakteri yang merugikan dari feses dan urin ayam, oleh karena itu dengan menggunakan campuran dari beberapa asam organik dalam feed additive sebagai acidifier sangat menguntungkan untuk kesehatan usus dan menjaga aktivitas bakteri baik seperti Lactobacillus (Moran 2005). Lactobaccilus membantu tubuh melawan penyebab penyakit patogen sehingga disebut juga sebagai sistem kekebalan tubuh kedua, membantu menjaga kondisi asam sehingga mencegah infeksi mikroba (Atapattu 2005).

Salah satu langkah untuk mengurangi bakteri patogen seperti Salmonella dan E. coli ditempuh dengan pemberian feed additive alami berupa asam organik agar meningkatan performa ternak melalui penciptaan lingkungan yang serasi bagi perkembangan mikroflora usus dan menekan pertumbuhan bakteri patogen, sehingga tidak berbahaya untuk ternak dan konsumen. Penggunaan asam organik tidak membahayakan ternak, hal ini dikarenakan asam-asam organik sebenarnya diproduksi secara otomatis dalam tubuh ternak melalui proses fermentasi selanjutnya digunakan sebagai sumber energi (Gordon dan Charles 2002).

(16)

2

kesehatan usus. Presan-FY memiliki manfaat meningkatkan keseimbangan mikroba dalam usus, meningkatkan integritas usus. Selko ph dalam air minum dapat menurunkan penyebaran bakteri patogen (Trouw Nutrition 2014). Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pengaruh pemberian feed aditive Selacid, Presan dalam pakan dan Selko ph dalam air minum terhadap perfoma ayam broiler.

METODE

Bahan

Ternak dan Kandang

Penelitian ini menggunakan DOC ayam broiler sebanyak 600 ekor strain Cobb yang dibeli dari PT Malindo dengan rata-rata bobot DOC 45.24±1.32 g ekor1. Kandang yang digunakan adalah kandang berukuran 2 m x 1.25 m. Setiap satu petak kandang merupakan ulangan dan diisi 25 ekor ayam.

Pakan Perlakuan

Bahan pakan yang digunakan sebagai penyususn pakan berupa jagung, soy bean meal 46, tepung ikan, tepung industri, minyak, meat bone meal, corn glutten meal,dan pollard. Feed additive yang ditambahkan dalam pakan yakni Selacid, dan Presan. Feed additive yang ditambahkan dalam air minum yakni Selko ph. Pakan penelitian disusun untuk memenuhi kebutuhan nutrien ayam ras pedaging fase starter, grower dan finisher (Tabel 1, Tabel 2 dan Tabel 3). Ransum disusun berdasarkan rekomendasi Leeson dan Summers (2005).

Komposisi bahan

Komposisi kandungan bahan feed additive dianalisis di Laboratorium Master Lab Asia Trouw Nutrition.

Tabel 4 Komposisi feed additive selacid, presan dan Selko ph

Selacid Presan Selko ph

Komponen (%) Komponen (%) Komponen (%)

Asam format 3.70 Asam format 2.16 Asam format 3.60 Amonium format 5.00 Amonium format 3.45 Amonium

format 3.60

Asam asetat 3.00 Asam asetat 2.98 Asam asetat 7.30 Asam propionat 3.50 Asam propionat 2.00 Tembaga 5.20 Destilasi asam

lemak kelapa 40.0 Asam sitrat 4.10

(17)

3

(18)
(19)

5 Tabel 3 Susunan pakan dan kandungan nutrien pakan fase finisher

(20)

6

Alat

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah kandang yang dilengkapi tempat pakan, tempat air minum, seng pembatas, pemanas buatan (brooder), lampu penerang 100 watt, timbangan digital kapasitas 2000 g, 5 kg, dan 10 kg, tirai penutup, kertas koran, spoit, gelas ukur, tali tambang, ember, sapu, karung, plastik pakan, termometer digital, gunting, alat bedah dan alat tulis.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2015. Penelitian ini dilaksanakan di Kandang C Fakultas Peternakan IPB, Lab Ilmu dan Teknologi Pakan dan Master Lab Asia Laboratorium PT Trouw Nutrition Indonesia.

Prosedur

Persiapan Kandang

Kandang yang digunakan terlebih dahulu disanitasi dengan detergen dan karbol. Selanjutnya dilakukan pengapuran pada dinding sekitar kandang dan lantai kandang serta sekat. Kemudian dilakukan penyemprotan desinfektan dengan tujuan menghambat dan membunuh pertumbuhan bibit penyakit. Tempat pakan dan air minum dibersihkan dengan sabun dan air.

Pelaksanaan Pemeliharaan

Pemeliharaan DOC sebanyak 600 ekor dibagi dalam enam perlakuan dengan empat ulangan, masing-masing ulangan terdiri dari dua puluh lima ekor ayam. Pemberian pakan dilakukan sesuai dengan umur ternak yang mengacu pada Cobb 500 broiler guide performance (2012) dan setelah umur 14 hari pakan diberikan tiga kali sehari pada pukul 07.00 WIB, 13.00 WIB dan 19.00 WIB. Penambahan Selko Ph diberikan sesuai dosis 1ml L-1 air minum. Pemberian vitamin diberikan sesuai kondisi kebutuhan ayam. Vaksin dilakukan tiga kali selama pemeliharaan yakni pada hari ke 4, 14 dan 21. Pakan dan air minum diberikan ad libitum. Penimbangan bobot badan dan perhitungan konsumsi dilakukan setiap satu kali dalam seminggu

Peubah yang Diamati

(21)

7 dengan membagi jumlah konsumsi pakan dengan pertambahan bobot badan yang dihasilkan, (5). Mortalitas diperoleh dengan membagi jumlah ayam yang mati selama penelitian dengan jumlah ayam awal dikalikan 100 % pada setiap perlakuan.

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rancangan acak lengkap pola faktorial dengan dua faktor (RAL Faktorial 2x3). faktor A adalah penambahan feed additive A yang digunakan: A1= pemberian Selko Ph dan A2= tanpa pemberian Selko ph, faktor B adalah penambahan feed additive B: B1= kontrol (tanpa pemberian feed additive dalam pakan), B2= Selacid dan B3= Presan.

Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis menggunakan analisis ragam (Analyses of Variance, ANOVA) dan bila berbeda nyata dilanjutkan dengan uji

Duncan. Model matematik yang digunakan menurut Steel dan Torrie (1995) adalah sebagai berikut :

Yijk = µ+ αi+ βj + (αβ)ij+ εij

Keterangan :

Yijk : Hasil pengamatan pada ulangan ke-j yang dapat perlakuan faktor A taraf ke-i dan faktor B taraf ke-k

μ : Rataan umum

αi : Pengaruh faktor A (Selko ph (tanpa Selko ph, penambahan Selko ph) dalam air minum taraf ke-j

βj : Pengaruh faktor B (pakan kontrol, pakan penambahan Selacid GG dan Presan FY) taraf ke-i

(αβ)ij : Pengaruh interaksi faktor A taraf ke-i dan faktor B taraf ke-j εij : Pengaruh galat

Perlakuan.

Tabel 5 Perlakuan yang digunakan

Faktor A Faktor B Kode

Penambahan Selko ph

(A1) Ransum Kontrol Ransum Kontrol + Selacid 0.1% A1B1 A1B2 Ransum Kontrol + Presan 0.1% A1B3 Tanpa penambahan

Selko ph (A2)

Ransum Kontrol A2B1

(22)

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Suhu dan Kelembaban Lingkungan Kandang dan Brooder

Pengukuran suhu dan kelembaban selama lima minggu pemeliharaan disajikan pada Tabel 6. Pengukuran suhu dan kelembaban lingkungan kandang untuk broiler umur 1-3 minggu telah sesuai namun pada broiler umur 4-5 minggu tidak sesuai dengan pendapat Suprijatna et al. (2008), umur 1-3 minggu temperatur dan kelembaban ideal untuk ayam broiler 30ºC-35ºC dan 40%-60%, umur 22-35 hari sebesar 18ºC-29.6ºC dan 50%-70%. Cobb (2013) menambahkan pada umur 1-3 minggu suhu dan kelembaban lingkungan kandang yang dibutuhkan ayam broiler sebesar 30ºC-34ºC dan 40%-60% dan umur 4-5 minggu sebesar 19ºC-27ºC dan 50%-70%. Nugroho (2015) menambahkan, suhu udara rata-rata tertinggi di Bogor setiap bulannya berkisar antara 33ºC, dengan kelembaban udaranya kurang lebih 70%. Suhu lingkungan yang terlalu tinggi menyebabkan ayam stress, sehingga konsumsi dan bobot badan ayam broiler menurun (Wijayanti 2011).

Tabel 6 Kisaran pengukuran suhu dan kelembaban lingkungan kandang dan brooder selama lima minggu pemeliharaan

Umur

(Minggu) Suhu (ºC) Kelembaban (%) Lingkungan kandang Suhu (ºC) Brooder Kelembaban(%)

1 30-34 40-60 30-32 55-60

2 29-33 40-60 28-31 55-60

3 29-32 40-60

4 27-33 50-65

5 27-31 50-65

Pengukuran suhu dan kelembaban brooder untuk broiler umur 1-3 minggu telah sesuai dengan Cobb (2013) suhu dan kelembaban brooder sebesar 34ºC. Pada minggu pertama broiler membutuhkan pencahayaan baik siang maupun malam selama 24 jam. Adanya pencahayaan akan menstimulasi ayam untuk selalu mengkonsumsi ransum. Cahaya juga dapat merangsang kelenjar tiroid untuk mensekresikan hormon tiroksin yang berfungsi meningkatkan proses metabolisme sehingga dapat memacu pertumbuhan anak ayam. Lama pencahayaan tergantung pada umur anak ayam. Pada umur 1-3 hari lama pencahayaan 24 jam, umur 4-7 hari adalah 22 jam, umur 8-14 hari adalah 20 jam (Suprijatna et al. 2008).

Performa Ayam Broiler Periode Pre starter-Starter (Umur 1-21 Hari)

(23)

9 konsumsi pakan broiler periode starter. Kandungan persen asam organik Selacid dan Presan berbeda jauh. Selacid memiliki rataan kandungan asam organik 3.80% dan Presan 2.64%. Hal ini sesuai dengan pernyataan Patten dan Waldroup (1988) bahwa penambahan asam organik sampai dengan 3%-5% memberikan pengaruh positif terhadap konsumsi pakan dengan meningkatkan palatabilitas pakan. Selain itu terdapat destilasi asam lemak kelapa dalam komponen selacid yang diduga dapat meningkatkan palatabilitas pakan. Celik et al. (2003), menyatakan minyak esensial dalam pakan ternak dapat memperbaiki performance ternak melalui meningkatnya nafsu makan ternak, meningginya produksi enzim-enzim pencernaan serta stimulasi antiseptik dan antioksidan dari minyak atsiri tersebut.

Tabel 7 Performa ayam broiler periode pre starter-starter (Umur 1-21 Hari)

A1: Selko (1 ml L-1), A2:tanpa Selko, B1: kontrol (tanpa pemberian feed additive dalam pakan),

B2: Selacid 0.1%, B3: Presan 0.1%, angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang beda berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan)

Dalam tubuh ayam broiler peran asam organik dalam pakan ternak dapat menigkatkan produktifitas ternak dengan meningkatkan lingkungan saluran pencernaan yang menguntungkan bagi pertumbuhan bakteri baik melalui penurunan keasaman dapat mengaktifkan serta merangsang produksi enzim-enzim endogenous dan berakibat meningkatnya konsumsi pakan untuk pertumbuhan, produksi dan reproduksi (Adams 2000). Keasaman bagian-bagian alat pencernaan mempunyai efek terhadap kehidupan mikroba pencernaan yang erat sekali hubungannya dengan produk enzim pencernaan maupun enzim produk mikroorganisme dari ransum. Komponen ion H+dapat bersifat membunuh bakteri pathogen ditambah dengan suasana pH yang rendah (Atapattu 2005).

Pemberian Selacid 0.1% atau Presan 0.1% yang dikombinasikan dengan Selko ph dalam air minum menghasilkan bobot badan dan pertambahan bobot badan nyata meningkat (P<0.05). Pemberian Selacid 0.1% dalam pakan disertai penambahan Selko ph dalam air minum menghasilkan bobot badan dan

A1 1101.15±134.80 1280.52±31.00 1193.59±107.01 1191.75±90.80

A2 1157.22±7.61 1209.60±31.45 1219.04± 44.40 1195.28±27.82

Rataan 1129.19±71.20b 1245.05±31.02a 1206.32±75.71ab

(24)

10

pertambahan bobot badan (PBB) nyata lebih tinggi dibandingkan pemberian presan 0.1% dalam pakan dan pemberian Selko ph dalam air minum. Atapattu dan Nelligaswatta (2005), melaporkan penambahan asam format 3% dalam pakan mampu meningkatkan kecernaan bahan kering dalam ileum ayam broiler. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian karena dilihat dari kandungan persen asam format pada Selacid dan Presan berbeda jauh. Selacid memiliki kandungan asam format 3.70% dan presan 2.16%. Selain itu kinerja asam format dan asam asetat dalam usus halus akan mendukung aktifitas dan fungsi enzim pencernaan, dan hasil metabolit mikroba yang menghambat pertumbuhan dan meningkatkan absorpsi zat nutrien pakan (Denli dan Celik 2003). Gunal et al. (2006), bahwa penambahan asam organik ke dalam pakan ayam dapat meningkatkan produksi enzim B-glukanase pada semua segmen saluran pencernaan, menurunkan vikosikositas digesta dan dapat meningkatkan pertambahan bobot. Pemberian Selacid dan Presan yang dikombinasikan dengan Selko ph dalam air minum nyata menurunkan (P<0.05) konversi pakan. Nilai konversi pakan dengan penambahan Selacid 0.1% ataupun Presan 0.1% dalam pakan, serta dengan atau tanpa pemberian Selko ph dalam air minum (1.48 hingga 1.58) hasilkan nilai konversi pakan paling kecil dan meningkatkan efisiensi pakan sebesar 5%. Hal ini sesuai dengan pendapat Scott (2005) yang menyatakan, penambahan asam dan amonium format dapat meningkatkan nilai guna pakan, perkecil nilai konversi pakan sehingga efisiensi pakan menjadi tinggi. Pemberian Selko ph dalam air minum tidak meningkatkan konsumsi pakan, namun bila dikombinasikan dengan pakan kontrol atau Selacid 0.1% maupun Presan 0.1% (1.48 hingga 1.80) dapat meningkatkan efisiensi pakan sebesar 16 %. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Trouw nutrition (2015) dimana penambahan Selko ph pada pakan kontrol dalam air minum mampu meningkatkan kinerja ayam pedaging, bobot hidup dan rasio konversi ransum. Deepa et al. (2011) menambahkan, penggunaan asam organik dalam pakan dapat menipiskan mukosa usus dan meningkatkan efisiensi pakan. Pemberian asam organik (Selko ph) dalam air minum dapat memberikan efek positif sebagai buffer dan hasilkan air minum yang asam untuk meningkatkan kualitas mikroba pada air minum serta menurunkan E.coli dan salmonella di air minum. Menambahkan acidifier dalam air minum hasilkan pH air minum dengan keasaman pH 4. Pada pH 3-4, bakteri patogen tak berkembang dan konsumsi air tidak terganggu (Trouw nutrition 2015). Pemberian asam organik dalam air minum dapat membantu membunuh bakteri dalam air minum atau dalam tembolok, meningkatkan daya cerna, merangsang pertumbuhan bakteri baik dalam tembolok dan memperbaiki mikroflora dalam saluran percernaan (Wahju 2004). Asam organik dapat meminimalkan mortalitas pada ternak, hal ini sesuai dengan data mortalitas selama periode prestarter-starter bahwa pemberian Selacid 0.1% atau Presan 0.1% dalam pakan dan penambahan Selko ph dalam air minum hasilkan persen mortalitas yang paling rendah yakni 0%. Karaoglu et al. (2004) menyatakan, efek menguntungkan dari kombinasi asam format, asam asetat, seng dan tembaga sebagai antistress.

(25)

11 meningkatkan efisiensi pakan sebesar 13%. Persen mortalitas tertinggi dihasilkan dari perlakuan kontrol dengan penambahan selko ph dalam air minum.

Hasil pemeliharaan broiler pada umur 1-21 hari hasilkan kisaran konsumsi pakan, bobot badan, PBB, dan konversi pakan sebesar 1129-1245 g ekor-1, 567-861 g ekor-1, 548-787 g ekor-1, 1.48-2.06. Cobb (2012) menyatakan broiler umur 21 hari memiliki konsumsi pakan 1053-1150 g ekor-1, bobot badan 800-851 g ekor-1, PBB 785 g ekor-1, dan konversi pakan 1.18-1.26. Meningkatnya performa ayam broiler fase pres starter-starter didikung oleh suhu dan kelembaban lingkungan kandang, dimana kisaran suhu kandang 29ºC-34ºC dengan kelembaban 40%-60%. Kondisi suhu dan kelembaban lingkungan kandang telah sesuai Management guide performance dari Cobb (2013) yakni 27ºC-35ºC dan 60%-70%. Suhu dan kelembaban brooder juga sudah sesuai dengan Broiler Management Guide dari Cobb (2013) yakni 28ºC-33ºC dan 40%-60%. Untuk dapat tumbuh secara optimal, broiler perlu mengkonsumsi ransumnya secara maksimal. Oleh sebab itu perlu pencahayaan yang optimal terutama pada masa brooding. Adanya pencahayaan akan menstimulasi ayam untuk selalu mengkonsumsi ransum. Cahaya juga dapat merangsang kelenjar tiroid untuk mensekresikan hormon tiroksin yang berfungsi meningkatkan proses metabolisme sehingga dapat memacu pertumbuhan anak ayam (Wijayanti 2011).

Performa Ayam Broiler Periode Finisher (Umur 22 35 Hari)

(26)

12

Tabel 8 Performa ayam broiler periode finisher (Umur 22-35 Hari)

Parameter Feed Additive

c 2040.34±194.90b 1932.89±205.52bc 1977.10±173.33

A2 2522.21±367.82a 1641.33±297.35c 1924.38±157.05

bc 2029.30±274.08

Rataan 2240.15±243.71 1840.83±246.12 1928.64±181.29

Bobot badan (g ekor-1)

A1 1511.20±116.90 1575.00± 44.93 1539.34± 19.54 1541.85± 60.46

A2 1424.81± 35.05 1483.42± 60.51 1570.33± 95.02 1495.19± 63.53

Rataan 1468.00±75.98 1529.21± 52.72 1558.34± 57.28

Pertambah

Rataan 919.81±105.05a 741.56±58.97c 808.97± 0.13b

Konversi

A1: Selko (1 ml L-1), A2:tanpa Selko, B1: kontrol (tanpa pemberian feed additive dalam pakan),

B2: Selacid 0.1%, B3: Presan 0.1%, angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang beda berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan)

(27)

13 persen mortalitas melebihi angka kematian broiler menurut Gunal et al. (2006) standar angka kematian broiler selama periode finisher adalah 4 %. Penyebab lain mortalitas dipengaruhi oleh merebaknya penyakit ngorok yang menularkan kepada ayam lain,stress karena temperatur lingkungan.

Sementara itu pada perlakuan pakan kontrol dengan tanpa pemberian Selko ph dalam air minum hasilkan konsumsi pakan paling tinggi, namun berbeda dengan hasil pengukuran bobot badan dengan perlakuan pakan kontrol dengan tanpa pemberian Selko ph dalam air minum hasilkan bobot badan paling rendah. Hal ini kemungkinan pakan perlakuan kontrol tidak mengandung asam organik sehingga zat nutrisi yang terserap relatif sedikit dari ransum yang dikonsumsi. Pertambahan bobot badan paling tinggi dihasilkan oleh perlakuan kontrol. Perlakuan kontrol dengan tanpa pemberian Selko ph dalam air minum tidak meningkatkan efisiensi pakan sebesar 19.5%. Bila dibandingkan dengan standar acuan Cobb guide performance (2012), broiler yang diberi pakan kontrol menghasilkan konsumsi pakan, bobot badan, pertambahan bobot badan (PBB) dan konversi pakan yang lebih rendah. Persen mortalitas tertinggi dihasilkan oleh perlakuan pakan kontrol sebesar 25.35%. Moran (2005) menyatakan kombinasi berbagai asam organik sebagai acidifier memiliki potensi dalam menekan kematian unggas. Rendahnya performa ayam broiler fase finisher juga didikung oleh suhu dan kelembaban lingkungan kandang, dimana suhu kandang 27ºC-33ºC dan kelembaban 50%-65%. Suhu dan kelembaban kandang tidak sesuai Broiler Management Guide dari Cobb (2013) yakni 19ºC-22ºC dan 50-70%. Suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan stress sehingga berpengaruh berkurangnya konsumsi dan penurunan bobot badan broiler pada periode pemeliharaan (Wijayanti 2011).

Kisaran konsumsi pakan, bobot badan, PBB, dan konversi pakan broiler pada umur 22-35 hari sebesar 1840-2240 g ekor-1, 1468.00- 1558.34 g ekor-1, 741.56-919.81 g ekor-1, 2.01-2.23. Performa ayam broiler hasil penelitian berada pada kisaran lebih rendah. Menurut Cobb (2012) broiler umur 35 hari memiliki konsumsi pakan 3025-3216 g ekor-1, bobot badan 2067-2114 g ekor-1, PBB 1050-1103 g ekor-1, dan konversi pakan 1.55-1.65.

Performa ayam broiler selama pemeliharaan 1-35 hari

(28)

14

Hal ini terlihat pada konsumsi pakan dengan pemberian Selko ph dalam air minum hasilkan konsumsi pakan yang lebih tinggi.

Tabel 9 Performa broiler selama pemeliharaan 1-35 hari.

A1: Selko (1 ml L-1), A2:tanpa Selko, B1: kontrol (tanpa pemberian feed additive dalam pakan),

B2: Selacid 0.1%, B3: Presan 0.1%, angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang beda berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan)

Pemberian Selacid 0.1% atau Presan 0.1% yang dikombinasikan dengan Selko ph dalam air minum nyata menurunkan (P<0.05) konversi pakan broiler umur 1-35 hari. Nilai konversi pakan dengan penambahan Selacid 0.1% atau Presan 0.1% dalam pakan, serta tanpa pemberian Selko ph dalam air minum (2.00 dan 2.06) hasilkan nilai konversi pakan paling kecil dan meningkatkan efisiensi pakan sebesar 3%. Pemberian Selacid 0.1% atau presan 0.1% dalam pakan serta tanpa pemberian Selko ph dalam air minum dapat meningkatkan efisiensi pakan. Berbeda dari konsumsi pakan dan konversi pakan, untuk hasil sidik ragam pemberian Selacid 0.1% dan Presan 0.1% dalam pakan serta Selko ph dalam air minum tidak nyata (P>0.05) mempengaruhi bobot badan dan pertambahan bobot badan, serta interaksi kedua faktor tersebut. Karaoglu et al. (2004) menyatakan suplementasi asam format dalam pakan hingga 3% tidak mempengaruhi bobot badan dan pertambahan bobot badan broiler umur 35 hari. Penambahan Presan 0.1% dalam pakan memiliki persen mortalitas paling rendah dibandingkan pada penambahan Selacid 0.1% dalam pakan. Mortalitas selama 35 hari pemeliharaan mencapai 87 ekor. Jika dihitung secara keseluruhan tingkat kematian ternak masih normal yaitu 14.5%. Menurut Canibe et al. (2001) standar angka kematian ayam broiler selama periode pemeliharaan adalah 5%.

Sementara itu pada perlakuan pakan kontrol dengan tanpa pemberian Selko ph dalam air minum hasilkan konsumsi pakan dan konversi pakan paling tinggi. Perlakuan kontrol dengan tanpa pemberian Selko ph dalam air minum tidak meningkatkan efisiensi pakan sebesar 33.5%. Broiler yang diberi pakan kontrol

Parameter AdditivFeed

bc 3320.86±207.83 ab 3126.48±185.22bc 3168.70±206.17

A2 3680.43±364.75a 2850.90±298.25c 3143.42±130.38b

c 3224.60±264.35

Rataan 3370.24±294.85 3085.86±253.04 3134.48±157.88

Bobot badan (g ekor-1)

A1 1511.20±116.90 1540.34± 19.54 1575.00± 44.93 1541.85±60.46

A2 1424.81± 35.05 1577.33± 95.02 1483.42± 60.51 1495.19±63.53

Rataan 1468.00± 75.98 1558.34± 57.28 1529.21± 52.72

Pertambah an bobot badan (g ekor-1)

A1 1466.64±116.90 1494.78± 19.54 1530.44± 44.93 1497.29± 60.46

A2 1380.25± 35.05 1532.77± 95.02 1438.86± 60.51 1450.63± 63.53

Rataan 1423.44± 75.98 1513.78± 57.28 1484.65± 52.72

(29)

15 memiliki pertambahan bobot badan dan bobot badan paling rendah bila dibandingkan dengan pakan perlakuan lain. Persen mortalitas tertinggi dihasilkan oleh perlakuan pakan kontrol sebesar 0.44%. Bell dan Weaver (2002) menyatakan angka mortalitas dipengaruhi oleh umur, dimana ayam broiler umur lima hingga delapan minggu memiliki tingkat mortalitas lebih tinggi dibandingkan umur dua hingga empat minggu. Mortalitas yang tinggi pada minggu ke lima juga diduga diakibatkan karena kekebalan tubuh yang rendah. Pada periode ayam berumur lebih dari tiga minggu merupakan periode dimana peluang terjadinya kematian lebih tinggi karena pada periode tersebut antibodi bawaan telah berkurang (Amrullah 2003). Bila dibandingkan dengan Cobb (2012), broiler yang diberi pakan kontrol menghasilkan konsumsi pakan, bobot badan, pertambahan bobot badan (PBB) dan konversi pakan yang lebih rendah.

Kisaran konsumsi pakan, bobot badan, PBB, dan konversi pakan broiler pada 1-35 hari pemeliharaan sebesar 3085.86-3370.24 g ekor-1, 1468.00-1558.34 g ekor-1, 1423.44-1513.78 g ekor-1, 2.00-2.67. Performa ayam broiler hasil penelitian berada pada kisaran lebih rendah. Menurut Cobb (2012) broiler umur 35 hari memiliki konsumsi pakan 3025-3216 g ekor-1, bobot badan 2067-2114 g ekor-1, PBB 1050-1103 g ekor-1, dan konversi pakan 1.55-1.65. Rendahnya performa ayam broiler selama perlakuan (1-35 hari) juga didikung oleh suhu dan kelembaban lingkungan kandang, dimana suhu kandang 27ºC-31ºC dan kelembaban 50%-65%. Suhu dan kelembaban kandang tidak sesuai Broiler Management Guide dari Cobb (2013) yakni 20ºC-33ºC dan 50%-70%. Suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan stress sehingga berpengaruh berkurangnya konsumsi dan penurunan bobot badan broiler pada periode pemeliharaan (Wijayanti 2011).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pemberian Selacid 0.1% dalam pakan disertai pemberian Selko ph dalam air minum, efektif meningkatkan efisiensi penggunaan pakan sebesar 15.5% pada broiler periode pre starter-starter. Pemberian Presan 0.1% dalam pakan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pakan sebesar 1.5%-3% pada broiler periode finisher dan 1-35 hari pemeliharaan. Penggunaan Selko ph 1 ml L-1 dalam air minum dapat meningkatkan efisiensi pakan pada broiler periode prestarter-starer dan pemeliharaan selama 1-35 hari.

Saran

(30)

16

DAFTAR PUSTAKA

Adams C. 2000. The role of nutricines in health and total nutrition. Proc. Aust. Poult. Sci. Sym. 12: 17-24.

Amrullah I. 2003. Nutrisi Ayam Bloiler. Bogor (ID) : Lembaga Satu Gunung Budi Pr.

Atapattu NSB, Nelligaswatta CJ. 2005. Effect of formic acid on the performance and utilization of phosphorous and crude protein in broiler chickens fed rice by products based diets. Int J Poult Sci. 4: 990-993.

Bell, Weaver. 2002. Commercial Chicken Meat and Egg Production. 5th edition. New York (US): Springer Science and Business Media Inc.

Canibe N, Steien SH, Overland M, Jensen BB. 2001. Effect of asetic acid and formic acid in starter diets on acidity, microbiota, and the amount of organic acid in the digestive tract of piglets and on gastric alterations. J Anim Sci. 79 : 2123-2133

Celik K, Ersoy E, Uzatici A, Erturk M. 2003. The using of organic acids in California turkey chicks and its effect on performance before pasturing. Int. J. Poult. Sci. 2: 446–448.

Cobb Vantress. 2012. Broiler Guide Performance And Nutrition Supplement. [internet] [diunduh 2015 Apr15]. Tersedia pada http:// cobb500-broiler-performance-nutrition-supplement-english

Cobb Vantress. 2013. Broiler management guide [internet]. [diunduh 2015 Apr 15]. Tersedia pada http:// cobb-broiler-management-guide-english

Denli M, Okan F, Celik K. 2003. Effect of dietary probiotic, organic acid and antibiotic supplementation to diets onbroiler performance and carcass yield.Pak J Nut. 2: 89-91.

Deepa C, Jeyanthi GP, Chandrasekaran D. 2011. Effect of phytase and citric acid supplementation on the growth performance, phosphorus, calcium and nitrogen retention on broiler chicks fed with low level of available phosphorus. As J Poult Sci. 5: 28-34sc

Diaz D. 2008. Safety and efficacy of ecobiol as feed additive for chickens for fattening. The EFSA Journal 773 : 2-13.

Gordon SH, Charles DR. 2002. Niche and Organic Chicken Products: Their Technology and Scientific Principles. Definitions: III-X. England (GB): Nottingham University Pr.

Gunal M, Yayli G, Kaye O, Karahan N, Sulak O. 2006. The effect of antibiotic growth promoter, probiotic or organic acid supplementation on performance, intestinal microflora and tissue of broilers. Int. J.Poult. Sci., 5: 149–155. Karaoglu MM, Macit, Esenbuga N, Durdag, Bilgi OC, Turgut I. 2004. Effect of

supplemental formic acid at different levels on growth performance, slaughter and carcass traits of broilers. Int J Poult. Sci: 3: 406-410.

Kocabagh N, Acar N, Kahramam. 2002. The effect of dietary humate supplementation on broiler growth and carcass yield. Poult. Sci. 81: 227– 230.

(31)

17 Moran M. 2005. Effect of organic acids in the drinking water on broiler chicken growth performance and their environmental microbial contamination. J Poult Sci 1: 49–50.

Murdiati TB. 2002. Pemakaian Antibiotik dalam Usaha Peternakan. Bogor [ID] : Balai Penelitian Veteriner.

Nugroho P. 2015. Perubahan Iklim kota Bogor sedang dikaji BMKG [internet]. [diunduh 2015 Juni 15]. Tersedia pada Republika online. http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/metropolitan/10/05/

/12/115401-perubahan-iklim-kota-bogor-sedang-dikaji-bmkg.

Patten JD, Waldroup PW. 1988. Use of organic acids in broiler diets. J Poult Sci 67: 1178 – 1182.

Seifert HSH, Gessler F. 1997. Continous oral application of organic acids an alternative to the prevention of enteroxomia. Animal Research and Development 46: 30-38.

Scott TA. 2005. Variation in feed intake of broiler chickens.Rec Adv Anim Nutr Aust 15: 237-244.

Suprijatna E, Umiyati A, Ruhyat K. 2008. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Jakarta [ID]: Penebar Swadaya.

Trouw Nutrition. 2015. Products Presan FY [internet]. [diakses pada 13 april2015].Tersediadarihttp://ie.trouwnutrition.co.uk/en/products/catalogue/ presan-fx/9200.

Trouw Nutrition. 2015. Products Selacid GG [internet]. [diakses pada 13 april2015].Tersediadarihttp://ie.trouwnutrition.co.uk/en/products/catalogue/ selacid-gg/8639.

Trouw Nutrition. 2015. Products Selko ph [internet]. [diakses pada 13 april2015].Tersediadarihttp://ie.trouwnutrition.co.uk/en/products/catalogue/ selko-ph/8639.

Wahju J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Yogyakarta (ID): Cetakan Kelima. Gadjah Mada University Press.

(32)

18

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil analisis ragam konsumsi periode prestarter-starter Sumber

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah Fhit Signifikansi Perlakuan 1 3.419 3.419

A 1 74.483 74.483 .013 .909

B 2 55657.665 27828.833 4.974 .019

A*B 2 17576.417 8788.208 1.571 .235

Galat 18 10071.354 5595.129

Total 24 3.436 3.419

.

Lampiran 2 Hasil uji lanjut Duncan konsumsi periode prestarter-starter

Perlakuan n Subset

B A

Kontrol 8 1.12923

Presan 8 1.20633 1.20633

Selacid 8 1.24503

Signifikan .054 .314

Lampiran 3 Hasil analisis ragam bobot badan periode prestarter-starter Sumber

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah Fhit Signifikansi Perlakuan 1 1.310 1.310

A 1 965.075 965.075 .441 .515

B 2 264730.43 132365.236 .505 .000

A*B 2 21472.385 10736.192 .908 .020

Galat 18 39378.002 2187.667

Total 24 1.343

.

Lampiran 4 Hasil uji lanjut Duncan bobot badan periode prestarter-starter

Perlakuan n C Subset B A

A2B1 4 5.6767

A1B1 4 6.1645

A1B3 4 7.5742

A2B2 4 8.0106 8.0106

A2B3 4 8.2905 8.2905

A1B2 4 8.6196

(33)

19 Lampiran 5 Hasil analisis ragam pertambahan bobot badan periode pre

starter-starter Sumber

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah Fhit Signifikansi Perlakuan 1 1.160 1.160

Lampiran 6 Hasil uji lanjut Duncan pertambahan bobot badan periode pre starter-starter

Lampiran 7 Hasil analisis ragam konversi pakan periode prestarter-starter Sumber

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah Fhit Signifikansi Perlakuan 1 65.373 65.373

Lampiran 8 Hasil uji lanjut Duncan konversi pakan periode prestarter-starter

(34)

20

Lampiran 9 Hasil analisis ragam konsumsi pakan periode finisher Sumber

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah Fhit Signifikansi Perlakuan 1 9.631 9.6317

Lampiran 10 Hasil uji lanjut Duncan konsumsi pakan periode finisher

Perlakuan n C Subset B A

Lampiran 11 Hasil analisis ragam bobot badan periode finisher Sumber

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah Fhit Signifikansi Perlakuan 1 5.5347 5.5347

Lampiran 12 Hasil analisis ragam pertambahan bobot badan periode finisher

Sumber

(35)

21

Lampiran 13 Hasil uji lanjut Duncan pertambahan bobot badan periode finisher

Lampiran 14 Hasil analisis ragam konversi pakan periode finisher Sumber

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah Fhit Signifikansi Perlakuan 1 104.611 104.611

Lampiran 15 Hasil analisis ragam konsumsi pakan selama1-35 hari pemeliharaan

Sumber

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah Fhit Signifikansi Perlakuan 1 245257.043 245257.043

A 1 186316.042 186316.042 .304 .588

(36)

22

Lampiran 17 Hasil analisis ragam bobot badan selama1-35 hari pemeliharaan Sumber

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah Fhit Signifikansi Perlakuan 1 553486.667 553486.667

A 1 130640.667 130640.667 2.614 .123

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah Fhit Signifikansi Perlakuan 1 553486.667 553486.667

A 1 130640.667 130640.667 2.614 .123

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah Fhit Signifikansi Perlakuan 1 553486.667 553486.667

A 1 130640.667 130640.667 2.614 .123

Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah Fhit Signifikansi

Perlakuan 1 553486.667 553486.667

A 1 130640.667 130640.667 2.614 .123

Lampiran 18 Hasil analisis ragam pertambahan bobot badan selama1-35 hari pemeliharaan

Sumber

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah Fhit Signifikansi Perlakuan 1 553486.667 553486.667

A 1 130640.667 130640.667 2.614 .123

Lampiran 19 Hasil analisis ragam konversi pakan selama 1-35 hari pemeliharaan

Sumber

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah Fhit Signifikansi Perlakuan 1 1139268.375 1139268.375

A 1 828.375 828.375 1.773 .200

(37)

23

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 19 Agustus 1993 di Jakarta. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Sutarno dan Ibu Mariatun. Pendidikan yang telah ditempuh penulis yaitu SDN Pondok Benda 2 pada tahun 1999-2005, SMP Pelita Bangsa pada tahun 2005–2008 dan SMA Negeri 3 Tangerang Selatan pada tahun 2008–2011. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor sebagai mahasiswa melalui jalur Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri Undangan (SNMPTN) pada tahun

2011 dan diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan. Selama mengikuti pendidikan sarjana, penulis aktif dalam Forum for Scientific Studies (FORCES) sebagai bendahara divisi. Selain itu penulis juga aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan (BEM D) sebagai ketua departemen eksternal dan Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Peternakan (DPM D) sebagai anggota. Semenjak mengikuti Tingkat persiapan bersama (TPB) penulis juga aktif mengikuti berbagai kepanitiaan seperti Fapet Goes To Village 2011, International Scholarship Education Expo 2012, Gebyar Indonesia Berkarya 2012, Bayer Young Environmental Envoy 2013, Fakultas Peternakan Goes to PIMNAS 2013, Panitia Pengawas Pemilihan raya Fakultas Peternakan 2014 dan PIMPI (Pekan Inovasi Mahasiswa Pertanian Indonesia) 2014 Penulis juga pernah mengikuti perlombaan ilmiah baik tingkat fakultas maupun IPB, SUSTAIN-Jepang, AISEC-Taiwan, HISAS-Jepang dan PKM IPB. Selain itu, penulis pernah mendapatkan hibah Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian (PKM-P) dari DIKTI pada tahun 2014.

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, nikmat, dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi sebagai salah satu syarat mendapat gelar sarjana dari program studi Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Shalawat dan Salam senantiasa penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada

Prof Dr Ir Sumiati, M.Sc selaku pembimbing skripsi dan Ir Dwi Margi Suci, M.S

(38)

24

itu ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada kepada staff Laboratorium Nutrisi Ternak unggas dan Laboratorium Lapang Nutrisi unggas Blok C, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan yang telah membantu selama penelitian ini dilaksanakan.Serta kepada PT Trouw Nutrition yang telah mendanai proyek penelitian ini yang diketuai oleh Prof Dr Ir. Komang G Wiryawan, M.Sc. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Supangat dan Bapak Wira Wisnu sebagai pembimbing dari PT Trouw Nutrition. Rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada tim sepenelitian “Trouw project” yakni Lanjarsih S.Pt dan Arif Darmawan S.Pt M.Si yang telah banyak membantu dalam hal teknis maupun teori, yang telah membantu selama pengumpulan data beserta Dian, Nuri Nurhayu S.Pt dan Yuan.

Terima kasih kepada teman-teman, Wafi Faiz S.Pt, Raden Hilmi S.Pt M.Si, Tenti Rahmawati S.Pt M.Si , Gressy Eva S.Pt, Fitria Nuraini S.Pt, Istiq Farila S.E, Yusrizal, Rona, Markis, Fadhila Rifka atas dukungan dan bantuannya selama penelitian. Rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman Andini Putri, Neni Nuraeni, Prammita Sari Amd. dan Priskilla Tika dan semuanya atas segala inspirasi, penyemangat dan warna dalam penyelesaian tugas akhir ini.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman INTP angkatan 48 dan teman-teman FORCES IPB Rias Sholihah, Iis Setiana, dan Galuh Suprobo S.Si, atas segala dukungannya. Semoga atas selesainya tugas akhir ini, gelar kesarjanaan penulis dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya untuk semua kalangan masyarakat

Gambar

Tabel 4  Komposisi feed additive selacid, presan dan Selko ph
Tabel 1  Susunan pakan dan kandungan nutrien pakan periode pre starter       (umur 0-10 hari)
Tabel 3  Susunan pakan dan kandungan nutrien pakan fase finisher             (umur 21-35 hari)
Tabel 7  Performa ayam broiler periode pre starter-starter (Umur 1-21 Hari)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah pemberian perlakuan pada ayam petelur strain Isa Brown periode layer sebanyak 2 % antara Premik No.1 dan Supra Mineral

Pemberian pakan yang dikurangi 50% antibiotik BMDnya dan ditambahkan dengan feed additive XPC, Selacid atau Presan, atau yang dikurangi 100% antibiotik BMDnya dan

Hasil penelitian Wulandari (2012) menyatakan bahwa suplementasi asam fulvat dalam ransum ayam broiler taraf 0,25%-1% yang dipelihara selama lima minggu memiliki bobot bursa

Berdasarkan uraian diatas, untuk mengetahui cara pemberian ekstrak sinamononi yang tidak akan dirusak oleh enzim proxeronase serta untuk mengetahui apakah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian tempe dedak berpengaruh tidak nyata (P&gt;0,05) terhadap konsumsi ransum, pertambahan berat badan dan konversi pakan

Pengaruh Pemberian Tepung Ubi Jalar Ungu ( Ipomoea batatas blackie ) dalam Ransum Terhadap Karkas dan Non Karkas Broiler periode Starter dan Finisher.. (Pembimbing : UMIYATI

Hasil penelitian Wulandari (2012) menyatakan bahwa suplementasi asam fulvat dalam ransum ayam broiler taraf 0,25%-1% yang dipelihara selama lima minggu memiliki bobot bursa

Dari R0 selanjutnya mengalami penurunan untuk kelompok perlakuan R1, R2 dan R3.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan pemberian bakteri asam laktat dapat menurunkan