• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kualitas terjemahan subtitel film omar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kualitas terjemahan subtitel film omar"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

KUALITAS TERJEMAHAN SUBTITEL FILM

OMAR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S)

Oleh

Siti Nur Asiah

NIM: 1110024000026

PROGRAM STUDI TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)

IV

SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : Siti Nur Asiah

N I M : 1110024000026

Program Studi : Tarjamah

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain.

Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atau replikasi maka skripsi dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 18 Desember 2014

(5)

V

ABSTRAK

Siti Nur Asiah, 1110024000026. “Analisis Kualitas Terjemahan Subtitel Film

Omar”. Skripsi, Jurusan Tarjamah, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Film Omar memiliki pengaruh yang sangat besar bagi masyarakat. Data Nielsen menyebutkan, film Omar pertama kali tayang di MNC TV pada tahun 2012 berhasil meraih rating dan share yang cukup tinggi yakni 4,3/24,9 (week 1231, 29 Juli 2012). Dalam penayangan film Omar, MNC TV melengkapi dengan terjemahan subtitel. Hal ini untuk memudahkan penonton dalam memahami film berbahasa Arab. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keakuratan, keberterimaan dan tingkat keterpahaman terjemahan subtitel film Omar.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan teknik simak dan catat sebagai teknik pengumpulan data. Sumber data yang dianalisis berupa satuan bahasa dalam film Omar. Kualitas terjemahan diuji dengan cara (1) Membandingkan makna kata, frasa, klausa dan kalimat bahasa sumber dengan makna kata, frasa, klausa dan kalimat terjemahan untuk menentukan tingkat keakuratan terjemahan (2) Menentukan tingkat keberterimaan terjemahan, yang didasarkan pada frasa, klausa dan kalimat yang digunakan sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia (3) Menetapkan tingkat keterbacaan terjemahan, yang didasarkan pada tanggapan pembaca perihal seberapa mudah atau seberapa sulit mereka dalam memahami terjemahan.

(6)

VI

PRAKATA

Rasa syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang penuh dengan hambatan dan tantangan.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Strata Satu (S-1) pada Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penulisan skripsi saya telah mengerahkan segenap kemampuan yang benar-benar membutuhkan konsentrasi tinggi dan dukungan moril. Tentunya kekurangan-kekurangan yang ada dalam skripsi ini sangat saya sadari, karena itu kritik dan saran saya harapkan.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh civitas akademik UIN Syarif Hidayatullah, kepada Prof. Dr. Komaruddin Hidayat selaku rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Oman Fathurrahman, M.Hum selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora, Dr. T.B Ade Asnawi, M.A selaku Ketua Jurusan Tarjamah, Dr. Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum selaku Sekretaris Jurusan Tarjamah. Serta tak lupa ucapan terima kasih kepada dosen-dosen jurusan Tarjamah atas segala ilmu dan pengetahuan yang diberikan selama ini kepada saya. Semoga ilmu yang diberikan bermanfaat dan menjadi bekal di masa depan.

(7)

VII

Abdullah, M.Ag dan Abdul Wadud Kasyful Anwar, Lc., M.A selaku dosen penguji yang bersedia memberikan masukan dan saran untuk perbaikan penelitian ini.

Terima kasih saya sampaikan pula kepada Dr. Sudarnoto Abdul Hakim, M.A dan Amelia Hidayat, S.Pd yang mengurus biaya kuliah dan membina secara khusus para pemeroleh beasiswa Bidik Misi selama kuliah.

Bapak dan Amak, orang tua saya, yang telah membesarkan dan mendidik saya. Saya mutlak berterima kasih kepada beliau berdua karena hanya dengan dukungan beliau berdualah saya dapat melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi. Kepada kakak-kakak saya, Mas Huda dan keluarga, terima kasih banyak atas pengorbanan yang beliau berikan kepada saya dan memberikan motivasi untuk segera menyelesaikan studi.

Kepada para pustakawan Fakultas Adab dan PU, saya mengucapkan terima kasih karena telah memberikan pinjaman buku-buku dan literatur untuk menunjang kelengkapan penulisan skripsi ini. Permohonan maaf saya sampaikan karena sering terlambat mengembalikan buku dan membayar denda.

Tak lupa ucapan terima kasih saya sampaikan untuk teman-teman seangkatan yang berjasa maupun tidak. Adik-adik kelas yang masih bertahan, terima kasih sudah mengerti kakakmu sehingga kalian tidak mendahului saya untuk lulus duluan.

(8)

VIII

mengucapkan terima kasih karena telah meluangkan waktu disela-sela kesibukan untuk memberikan informasi kepada saya mengenai sekilas film Omar.

Terima kasih juga saya sampaikan kepada keluarga besar Social Trust Fund UIN Jakarta sebagai guru kehidupan yang mengajarkan indahnya untuk selalu berbagi. Motivasi dan dorongan kalian membuat saya ingin segera menjadi sukses di usia muda dengan menyegerakan wisuda.

Semoga skripsi yang amat sederhana ini membawa manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, terutama penerjemahan film. Saran dan kritik membangun saya harapkan untuk perbaikan skripsi ini.

Ciputat, 18 Desember 2014

(9)

IX

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... V PRAKATA ... VI DAFTAR ISI ... IX PEDOMAN TRANSLITERASI... XIV SINGKATAN ... XIX

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3

D. Tinjauan Pustaka... 4

E. Metode Penelitian... 6

1. Fokus Penelitian ... 7

2. Sumber Data ... 7

3. Metode Penyediaan Data ... 8

4. Analisis Data ... 9

5. Metode Penyajian Hasil Analisis Data ... 10

F. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II ... 13

PENERJEMAHAN FILM... 13

A. Pengertian Penerjemahan Film ... 13

G. Proses Penerjemahan Film ... 15

H. Jenis Penerjemahan Film ... 18

1. Subtitel ... 18

2. Sulih Suara ... 20

I. Kualitas Penerjemahan Film ... 21

1. Tingkat Keakuratan... 21

2. Tingkat Keberterimaan ... 22

(10)

X

J. Problematika Penerjemahan Film ... 25

BAB III... 29

SEKILAS TENTANG FILM OMAR... 29

A. Film Omar di Arab ... 29

1. Pembuatan Film Omar ... 29

2. Pro dan Kontra Seputar Film Omar ... 30

K. Film Omar di Indonesia ... 31

1. Penayangan Film Omar di TV Indonesia ... 31

2. Proses Penerjemahan Film Omar ... 32

BAB IV ... 34

ANALISIS KUALITAS TERJEMAHAN SUBTITEL FILM OMAR ... 34

A. Analisis Dialog (1) ... 34

1. Keakuratan ... 34

2. Keberterimaan ... 35

3. Keterpahaman ... 36

L. Analisis Dialog (2) ... 36

1. Keakuratan ... 36

2. Keberterimaan ... 36

3. Keterpahaman ... 37

M. Analisis Dialog (3) ... 37

1. Keakuratan ... 37

2. Keberterimaan ... 38

3. Keterpahaman ... 38

N. Analisis Dialog (4) ... 38

1. Keakuratan ... 39

2. Keberterimaan ... 39

3. Keterpahaman ... 39

O. Analisis Dialog (5) ... 40

1 . Keakuratan ... 40

2. Keberterimaan ... 40

3. Keterpahaman ... 41

(11)

XI

1. Keakuratan ... 41

2. Keberterimaan ... 42

3. Keterpahaman ... 42

Q. Analisis Dialog (7) ... 42

1. Keakuratan ... 42

2. Keberterimaan ... 43

3. Keterpahaman ... 43

R. Analisis Dialog (8) ... 43

1. Keakuratan ... 44

2. Keberterimaan ... 44

3. Keterpahaman ... 45

S. Analisis Dialog (9) ... 45

1. Keakuratan ... 45

2. Keberterimaan ... 46

3. Keterpahaman ... 47

T. Analisis Dialog (10) ... 47

1. Keakuratan ... 47

2. Keberterimaan ... 47

3. Keterpahaman ... 48

U. Analisis Dialog (11) ... 48

1. Keakuratan ... 48

2. Keberterimaan ... 48

3. Keterpahaman ... 49

V. Analisis Dialog (12) ... 49

1. Keakuratan ... 49

2. Keberterimaan ... 49

3. Keterpahaman ... 50

W. Analisis Dialog (13) ... 50

1. Keakuratan ... 50

2. Keberterimaan ... 50

3. Keterpahaman ... 50

(12)

XII

1. Keakuratan ... 51

2. Keberterimaan ... 53

3. Keterpahaman ... 53

Y. Analisis Dialog (15) ... 53

1. Keakuratan ... 54

2. Keberterimaan ... 54

3. Keterpahaman ... 54

Z. Analisis Dialog (16) ... 54

1. Keakuratan ... 55

2. Keberterimaan ... 55

3. Keterpahaman ... 55

AA. Analisis Dialog (17) ... 56

1. Keakuratan ... 56

2. Keberterimaan ... 56

3. Keterpahaman ... 56

BB. Analisis Dialog (18) ... 57

1. Keakuratan ... 57

2. Keberterimaan ... 57

3. Keterpahaman ... 57

CC. Analisis Dialog (19) ... 58

1. Keakuratan ... 58

2. Keberterimaan ... 58

3. Keterpahaman ... 59

DD. Analisis Dialog (20) ... 59

1 . Keakuratan ... 59

2. Keberterimaan ... 60

3. Keterpahaman ... 60

BAB V ... 64

KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

A. Kesimpulan... 64

EE. Saran ... 65

(13)

XIII

(14)

XIV

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini merujuk pada pedoman transliterasi pada buku terbitan CEQDA yang berjudul

‘Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)’ cetakan II, April

2007. Berikut daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin: 1. Konsonan

Huruf Arab Huruf latin

ا

ب

b

ت

t

ث

ts

ج

j

ح

h

خ

kh

د

d

ذ

dz

ر

r

ز

z

س

s

ش

sy

ص

s

ض

d

ط

t

ظ

z

ع

غ

gh

ف

f

ق

q
(15)

XV

ل

l

م

m

ن

n

و

w

ـه

h

ء

ي

y

2. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkaf atau diftong.

Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut: Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ـــــ a Fathah

ـــــ i Kasrah

ــــــ u Dammah

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

3. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab di lambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

اـــ â a dengan topi di atas

يـــ î i dengan topi di atas

وـــ ŭ u dengan topi di atas

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ي ــــــ ai a dan i

(16)

XVI 4. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu لا, dialihaksarakan menjadi huruf /I/, baik diikuti huruf syamsiyyah maupun huruf qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân bukan ad-dîwân.

5. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah atau Tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

dengan tanda )ــــــ(, dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya kata “ةر ورَ لا” tidak di tulis ad-darŭrah melainkan al-darŭrah, demikian seterusnya.

6. Ta Marbŭtah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbŭtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbŭtah tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbŭtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).

Contoh:

No. Kata Arab Alih Aksara

1 ةقير Tariqah

2 ةيماسإا ةعماجلا al-jâmi’ah al-islâmiyyah

(17)

XVII 7. Huruf Kapital

Meskipun dalam tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan

huruf awal kata sandangnya. (Contoh: Abŭ Hâmid al-Ghazâlî bukan Abŭ Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi).

Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judul buku itu ditulis dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya. Demikian seterusnya.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani, tidak ‘Abd al-Samad al-Palimbânî; Nuruddin al-Raniri, tidak Nŭr al-Dîn al-Rânîrî.

8. Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja (fi’l), kata benda (ism), maupun huruf (harf) ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas:

Kata Arab Alih Aksara

ُذاَتْسُأا َبَهَذ

dzahaba al-ustâdzu
(18)

XVIII

ةَيِرْصَعلا ُةَكَرَ ا

al-harakah al-‘asriyyah

ها َاإ َهلِا َا ْنَأ ُدَهْشأ

asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh

حِلاَصلا كِلَم اََلْوَم

Maulânâ Malik al-sâlih

ها ُمُكُرِـثَؤُـي

yu’atssirukum Allâh

ةَيِلْقَعلا رِهاَظَما

al-mazâhir al-‘aqliyyah

ةيِنْوَكلا تاَيآا

al-âyât al-kauniyyah
(19)

XIX

SINGKATAN

BSa : Bahasa Sasaran BSu : Bahasa Sumber TSa : Teks Sasaran TSu : Teks Sumber

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Industri film saat ini menjadi media yang sangat populer untuk menarik perhatian para penonton. Di tengah menggeliatnya industri film di Indonesia, kebutuhan akan penerjemahan film tidak bisa dihindari. Film memiliki pengaruh yang sangat besar bagi masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali film memberikan dampak positif dan negatif. Salah satu contoh dampak negatif adalah banyaknya pemberitaan tentang kenakalan remaja dalam media massa yang disebabkan karena meniru adegan film yang ditonton. Selain dampak negatif, banyak pula film yang diyakini mampu menginspirasi penontonnya.1 Salah satu contoh film yang menginspirasi adalah film Omar, berperan penting sebagai tauladan dan pembentukan karakter.

Pada dasarnya, penerjemahan film terbagi atas dua, yaitu subtitling dan dubbing.2 Dari segi media, ada dua hal yang menyulitkan dalam subtitling, yakni pembatasan waktu dan tempat (layout). Timeframe pemunculan subtitle didasarkan pada timecode (ukuran waktu dalam hh:mm:ss:ff). Pemunculan subtitle amat ditentukan oleh penentuan in-point dan out-point timecode. Waktu pemunculan subtitling antara 2-7 detik. Satu subtitle maksimal terdiri dari 2 baris, dan satu baris maksimal 35 karakter.3

Dalam hal ini saya mengangkat kajian tentang analisis kualitas terjemahan film dengan mengambil objek kajian film berjudul Omar. Salah satu alasan

1

Fenti Kusumastuti, “Analisis Kontrastif Subtitling dan Dubbing dalam Film Kartun Dora

The Explorer Seri Wish Upon A Star,” (Tesis S2 Program Pasca Sarjana, Universitas Sebelas

Maret Surakarta, 2011), h. 18

2

Moch Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-an, (Tangerang, Dikara, 2011), h.65

3

(21)

2

menganalisis film ini karena sosok Omar adalah potret figur yang kuat dalam revolusi Islam pertama yang secara umum merubah wajah Timur Tengah secara keseluruhan. Film yang diproduksi oleh MBC Group ini telah beredar di Indonesia dan pernah tayang di MNC TV bulan Ramadhan 2012.

Dalam penayangan film tersebut, MNC TV melengkapi dengan terjemahan subtitel. Hal ini untuk memudahkan penonton dalam memahami film berbahasa Arab. Namun, dengan membaca subtitel terkadang bukan tambah mengerti tetapi tambah bingung. Salah satu faktor penyebabnya adalah ada penerjemah yang dapat menyampaikan pesan teks sumber secara setia, tetapi hasil terjemahannya sulit dipahami oleh pembaca. Ada pula penerjemah yang mampu menghadirkan terjemahan yang sepertinya bagus dan natural, tetapi amanat teks sumber tidak tersampaikan karena pesan yang disampaikannya menyimpang jauh dari maksud si penulis teks sumber. Yang terakhir ini telah mengkhianati si penulis teks sumber sekaligus menipu pembaca teks target.4

Berikut ini salah satu cuplikan contoh subtitel yang terdapat dalam film Omar:

Pada contoh di atas penerjemah tidak memperhatikan aspek-aspek

kebahasaan, seperti soal pilihan kata (diksi). Kata ‘desertir’ dan ‘undutiful’ tidak

4

(22)

3

lazim digunakan dalam bahasa Indonesia. Ketidakwajaran penerjemahan seperti ini dapat menyesatkan pembaca. Apalagi film ini mengisahkan kehidupan pemimpin muslim pada abad ke-7, khalifah Omar Ibn Khattab. Karakter Omar sebagai pemimpin dengan moral mulia, pemimpin yang memastikan kesejahteraan rakyatnya, dan memastikan kepastian hukum bagi siapapun.

Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis ingin mencoba melakukan

penelitian skripsi dengan judul “Analisis Kualitas Terjemahan Subtitel Film

Omar.”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman serta demi menyamakan persepsi agar kajian yang ditulis tidak melebar pembahasannya, penulis perlu memberikan batasan dan rumusan masalah yang akan dikaji.

Berkaitan dengan film Omar yang terdiri dari 31 episode, banyak sekali hal yang dapat dikaji. Namun, dalam penelitian ini, penulis hanya akan meneliti kualitas penerjemahan subtitle film Omar pada episode ketiga belas. Adapun

perumusan masalah dalam penelitian ini terbentuk pertanyaan: “Bagaimanakah

keakuratan, keberterimaan dan tingkat keterpahaman terjemahan subtitel film Omar episode ketiga belas?”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui keakuratan, keberterimaan dan tingkat keterpahaman terjemahan subtitel film Omar episode ketiga belas.

(23)

4

1. Sebagai masukan bagi mahasiswa jurusan Tarjamah untuk memotivasi meningkatan kompetensi dalam penerjemahan film.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti, pembaca dan para penerjemah, agar hasil penerjemahan yang akan dihasilkan tepat sesuai harapan bahasa sumber.

3. Dapat dimanfaatkan oleh peneliti lain sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan penelitian yang lebih mendalam mengenai penerjemahan film.

D. Tinjauan Pustaka

Penelitian yang membahas film Omar, sejauh yang penulis temukan, sudah pernah dilakukan oleh Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga. Penelitian Achyar

Machmudi (2013) yang berjudul “Pesan tentang Kepemimpinan Umar bin Khattab dalam Film Omar Episode 22-24” menekankan pada pesan kepemimpinan Umar bin Khattab pada masa awal pemerintahan dalam episode 22-24. Pendekatan yang digunakan peneliti adalah kajian semiotika yang berusaha menguak peristiwa dimana dua tanggung jawab besar mulai dibebankan kepada sang Khalifah, yaitu tanggung jawab dakwah islamiyah (hubungan antara manusia dengan Allah) dan tanggung jawab sosial yang berkaitan dengan hubungan antar sesama manusia.

(24)

5

beberapa skripsi yang memiliki kesamaan substansi dengan penelitian penulis. Di antaranya:

Amir Hamzah (2010), menulis skripsi berjudul Penilaian Kualitas Terjemahan, Studi Kasus Terjemahan Fiqh Al Islam wa Adillatuh. Penelitian

tersebut untuk mengetahui sejauh mana ketepatan, kejelasan, dan kewajaran hasil terjemahan pada buku Fiqh Al Islam wa Adilatuh. Evaluasi dan penilaian merujuk kepada beberapa aspek pokok penilaian. Aspek-aspek itu antara lain: penyampaian pesan yang tepat dan lugas, penggunaan struktur kata yang sepadan dengan bahasa sasaran, pemilihan diksi yang berterima, keefektifan kalimat serta penggunaan tanda baca dan ejaan yang sesuai hingga penggunaan gaya bahasa yang tepat.

Tatam Wijaya (2008) yang berjudul Kritik atas Terjemahan Hadist: Studi Kasus Hadist-Hadist Zakat Mukhtasar Shahih Bukhary. Dalam penelitian ini,

berusaha mencoba menyajikan cara-cara mengkritik dan menilai suatu hasil terjemahan yang dilakukan para ahli. Teori yang dipakai adalah teori kritik dan penilalian Moch Syarif Hidayatullah. Metode yang digunakan adalah metode eksploratif-inferensial. Dalam metode yang digunakan Hidayatullah, penelitian dilakukan dengan cara mengungkapkan suatu masalah kemudian memberikan kritik, dan penilaian secara menyeluruh, luas, dari sudut pandang yang relevan. Setelah itu, diberikan kritik dan penilaian secara matematis menurut teori yang dipakai.

(25)

6

Ada pula skripsi yang disusun oleh Yuli Wahyuni (2011) Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris Fakultas Adab dan Humaniora yang berjudul “An Error Analysis On English-Indonesian Subtitle Translation in Romeo and Juliet Film”. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan subtitel sebagai korpus data penelitian. Perbedaannya yaitu skripsi tersebut menilai kesalahan pada subtitel Inggris-Indonesia yang didasarkan pada kategori kesalahan penerjemahan singular-plural, tensis dan bentuk kalimat.

Kemudian penulis juga menjadikan skripsi yang berjudul “An Analysis of

Accuracy in Translating Idiomatic Expression in up in the Air Film”, Suci Apriani 2012, jurusan Bahasa dan Sastra Inggris. Model analisis yang digunakan sama dengan penelitian ini yaitu sama-sama menilai akurasi terjemahan film. Perbedaannya skripsi tersebut hanya menilai akurasi terjemahan idiomatik yang terdapat dalam film The Air.

E. Metode Penelitian

Dalam pemecahan masalah yang ada suatu penelitian diperlukan penyelidikan yang hati-hati, teratur dan terus menerus, sedangkan untuk mengetahui bagaimana seharusnya langkah penelitian harus dilakukan dengan menggunakan metode penelitian. Metode sama dengan method dalam bahasa Inggris, yaitu cara tertentu untuk melakukan sesuatu. Muhammad mendefinisikan metode penelitian atau research method sebagai aspek aksiologi dari suatu paradigma.5 Metode penelitian di dalamnya mencakup bahan atau materi penelitian, alat, jalan penelitian, variabel dan data yang hendak disediakan dan analisis data.

5

(26)

7

Dalam penelitian ini, digunakan jenis penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor dalam Muhammad mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.6 Data dihasilkan dari transkrip film Omar, catatan lapangan melalui pengamatan, dan foto-foto cuplikan subtitel film Omar. Fokus penelitian, cara memperoleh sumber data, metode penyediaan data, langkah mengaanalisis data, dan metode penyajian hasil analisis data akan diuraikan sebagai berikut:

1. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah penilaian kualitas terjemahan subtitel film Omar dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Hal-hal yang diasumsikan dapat menjadi objek penelitian dalam film Omar episode 13 adalah mengaitkan antara adegan, percakapan antar tokoh, dan terjemahan percakapan dalam bentuk subtitel bahasa Indonesia.

2. Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah cuplikan film berjudul Omar yang diproduksi oleh MBC Group pada bagian episode ketiga belas. Alasan memilih episode ini karena peneliti menganggap episode ketiga belas memiliki tingkat kerumitan yang kompleks dalam menerjemahkan situasi peperangan. Data yang akan digunakan adalah dialog film dan subtitel. Film yang berdurasi 46 menit 36 detik ini terdiri dari 208 subtitel bahasa Indonesia. Analisis tidak dilakukan untuk semua subtitel. Dari 208 subtitel, hanya pada 21 menit pertama dengan mengambil korpus berjumlah 20 subtitel yang akan dianalisis karena kalimat Bsu

6

(27)

8

yang komplek sudah berhasil diterjemahkan ke dalam Bsa dan dianggap cukup mewakili kualitas penerjemahan subtitel film tersebut.

3. Metode Penyediaan Data

Untuk menyediakan data, digunakan metode. Dalam penelitian, metode dibedakan dari teknik. Metode adalah cara yang harus dilakukan, sedangkan teknik adalah cara melaksanakan metode. Metode penyediaan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

a. Metode Simak

Metode simak adalah metode yang digunakan untuk memperoleh data dengan melakukan penyimakan terhadap penggunaan bahasa.8 Metode simak memiliki teknik dasar berwujud teknik sadap. Teknik sadap adalah upaya mendapatkan data dilakukan dengan menyadap penggunaan bahasa seseorang.9 Penyadapan penggunaan bahasa yang dimaksudkan ialah menyadap pemakaian bahasa para aktor dalam dialog film Omar.

Dalam praktik selanjutnya, teknik sadap ini diikuti dengan teknik lanjutan yang berupa teknik simak bebas libat cakap. Teknik simak bebas libat cakap adalah teknik yang tidak melibatkan peneliti dalam peristiwa pertuturan yang bahasanya sedang diteliti.10 Pada langkah ini peneliti menjadi pengamat atau penyimak film Omar dengan tidak ikut berinteraksi terhadap percakapan tokoh.

8

Muhammad, Metode Penelitian Bahasa. (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 194

9

Mahsun, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode dan Tekniknya (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h. 92

10

(28)

9 b. Metode Catat

Metode catat adalah teknik lanjutan yang dilakukan ketika menerapkan metode simak dengan teknik lanjutan teknik simak bebas libat cakap.11 Teknik catat dipilih karena data yang dihadapi berwujud lisan dan tertulis, sehingga diperlukan untuk mendapatkan data satuan bahasa secara tercatat. Secara keseluruhan metode penyediaan data dapat disajikan sebagai berikut:

Sumber: Mahsun (2007: 116) yang dimodifikasi oleh peneliti disesuaikan dengan

kebutuhan penelitian

4. Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini terdiri atas tiga tahap:

1. Membandingkan makna kata, frasa, klausa dan kalimat bahasa sumber dengan makna kata, frasa, klausa dan kalimat terjemahan untuk menentukan tingkat keakuratan terjemahan.

2. Menentukan tingkat keberterimaan terjemahan, yang didasarkan pada instrumen pengukur tingkat keberterimaan terjemahan.

11

Muhammad, Metode Penelitian Bahasa. (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 211

Metode Penyediaan Data

Metode Simak

Teknik Lanjutan Simak Bebas Cakap

Metode Catat

(29)

10

3. Menetapkan tingkat keterbacaan terjemahan, yang didasarkan pada tanggapan pembaca perihal seberapa mudah atau seberapa sulit mereka dalam memahami terjemahan. Penilaian terhadap tingkat keterpahaman terjemahan subtitel film Omar sepenuhnya diserahkan kepada pemirsa bahasa sasaran, dalam hal ini peneliti menunjuk 14 mahasiswa dari COFFEE TAR (Community Of Arabic Movie Translator). Pemirsa bahasa sasaran menentukan apakah terjemahan yang mereka baca mudah dipahami.

5. Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Hasil analisis data penelitian ini disajikan dengan menggunakan metode informal. Hasil analisis disajikan melalui perumusan dengan menggunakan kata-kata biasa, termasuk penggunaan terminologi yang bersifat teknis.

(30)

11

Sumber: Muhammad (2011: 197) yang telah dimodifikasi oleh peneliti Metodologi

Penelitian

Metode Kualitatif

Paradigma Sintaksis Sumber

Data

Satuan bahasa yang berhubungan satu sama lain dalam film Omar

Penyediaan Data Metode Simak Metode Catat Teknik Dasar Sadap Teknik Lanjutan Simak Bebas Cakap Analisis Data

1. Membandingkan makna kata, frasa, klausa dan kalimat bahasa sumber dengan makna kata, frasa, klausa dan kalimat terjemahan untuk menentukan tingkat keakuratan terjemahan.

2. Menentukan tingkat keberterimaan terjemahan, yang didasarkan pada frasa, kausa dan kalimat yang digunakan sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia

3. Menetapkan tingkat keterbacaan terjemahan, yang didasarkan pada kemampuan peneliti perihal seberapa mudah atau seberapa sulit dalam memahami terjemahan.

Penyajian Data

(31)

12 F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang akan penulis rincikan sebagai berikut:

Bab I adalah pendahuluan. Bagian pendahuluan ini berisi satu bab tersendiri yang terdiri dari beberapa sub-bab, antara lain: latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II adalah pembahasan. Bagian pembahasan ini akan menguraikan pengertian penerjemahan film, proses penerjemahan film, jenis penerjemahan film, metode penilaian kualitas terjemahan film dan problematika dalam penerjemahan film.

Bab III akan mengulas seputar film Omar. Bagian ini menggambarkan bagaimana film Omar, proses pembuatan film Omar, penayangan film Omar di TV Indonesia, proses penerjemahan dan pro kontra terhadap film Omar.

Bab IV merupakan pokok penelitian yang akan menganalisis kualitas terjemahan subtitel film dengan menggunakan tiga parameter penilaian. Ketiga parameter tersebuat adalah keakuratan, keberterimaan dan kualitas keterbacaan pada subtitel film Omar.

(32)

13

BAB II

PENERJEMAHAN FILM

A. Pengertian Penerjemahan Film

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia disebutkan bahwa terjemah adalah terjemahan salinan sesuatu bahasa kepada bahasa lain. Menterjemahkan berarti menyalin atau memindahkan dari suatu bahasa kepada bahasa lain.12 Kata terjemah sendiri berasal dari bahasa Arab, yakni ةمرت, yang mengandung arti menjelaskan dengan bahasa lain atau memindahkan makna dari satu bahasa ke dalam bahasa lain.13

Menurut M. Zaka Alfarisi yang mengutip pendapat Az-Zarqani, secara etimologis kata tarjamah memiliki empat pengertian14 sebagai berikut:

Pertama, menyampaikan tuturan kepada orang yang kurang mampu menerima tuturan itu. Pengertian ini dapat disimak dalam syair berikut.

َنْيِناَمثلا ّنِإ

اَهُ تْغَلَ بَو

نامُجرُت ىلِإ يِعْمَس ْتَجَوْحا ْدَق

.

Umur 80 dan aku sudah mencapainya telah membuat pendengaranku membutuhkan penerjemah.

Kedua, menjelaskan tuturan dengan bahasa yang sama. Sebagai contoh bahasa Arab dijelaskan dengan bahasa Arab atau bahasa Indonesia dijelaskan dengan bahasa Indonesia pula. Kamus ekabahasa, semisal Al-Munjidu fî al-Lughati wa al-A’lam dan KBBI juga termasuk ke dalam kategori ini. Dalam kategori ini pula, misalnya, Ibnu Abbas mendapat gelar نآرقلا نامرت yang berarti

‘penerjemah atau penjelas Al-Quran’.

12

W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), h. 1062.

13Louis Ma’luf,

Al-Munjid fi Al-Lughah wa Al-A’lam (Beirut: Dar El-masyrik, 1996), h. 60.

14

(33)

14

Ketiga, menafsirkan tuturan dengan menggunakan bahasa yang berbeda, misalnya bahasa Arab dijelaskan lebih lanjut dengan bahasa Indonesia atau sebaliknya. Dari sini, penerjemah bisa dikatakan sebagai penafsir tuturan.

Keempat, mengalihkan tuturan dari suatu bahasa ke dalam bahasa lain, seperti mengalihkan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Berkaitan dengan ini penerjemah bisa disebut sebagai pengalih bahasa.

Menurut Catford dalam Rochayah Machali mendefinisikan penerjemahan sebagai “The replacement of textual material in one languange (SL) by equivalent textual material in another language (TL)” (mengganti bahan teks dalam bahas sumber dengan bahan teks yang sepadan dalam bahasa sasaran. Newmark dalam Rochayah Machali juga memberikan definisi serupa, namun lebih jelas lagi;

Rendering the meaning of a text in to another language in the way that the author intended the text” (menerjemahkan makna suatu teks ke dalam bahasa lain sesuai yang dimaksudkan pengarang).15

Menurut Hidayatullah, secara umum penerjemahan adalah proses memindahkan makna yang telah diungkapkan dalam bahasa yang satu (bahasa sumber [Bsu]; source language [SL]; al-lughah al-mutarjam minha) menjadi ekuivalen yang sedekat-dekatnya dan sewajar-wajarnya dalam bahasa yang lain (bahasa sasaran [Bsa]; target language [TL]; al-lughoh al-mutarjam ilaiha).16

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerjemahan adalah mengalihkan pesan dari bahasa sumber ke dalam bahasa yang berbeda. Namun, penerjemahan film berbeda dengan penerjemahan lainnya, penerjemahan film

15

Rochayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah: Panduan Lengkap Bagi Anda yang Ingin Menjadi Penerjemah Profesional (Bandung: Kaifa, 2009), h. 25.

16

Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An: Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia

(34)

15

lebih bertumpu kepada audio dan visual. Menurut pendapat Venuti yang dikutip oleh Fenty menyatakan bahwa penerjemahan film dinilai lebih sulit dipahami dibandingkan dengan penerjemahan tertulis karena banyaknya factor yang harus dipertimbangkan. “Nothing is simple when it comes to subtitles: every turn of phrase, every punctuation mark, every decision the translator makes holds

implications for the viewing experience of foreign spectators”.17

Pada dasarnya penerjemahan film diharapkan mampu membuat penonton membaca film tersebut dan memahami jalan ceritanya. Penerjemahan film berfungsi mengalihbahasakan isi film bahasa sumber ke bahasa sasaran sehingga pemirsa dapat menangkap isi yang disampaikan oleh sebuah film.

G. Proses Penerjemahan Film

Penerjemahan merupakan proses yang bertahap. Menurut Nida dan Taber,18 penerjemahan yang baik harus melalui tahapan berikut ini:

1. Analisis (analysis).

Pada tahap ini penerjemah mempelajari teks bahasa sumber baik dari segi bentuk maupun isinya. Penerjemahan harus pula melihat hubungan makna antar kata dan gabungan kata. Tujuan analisis adalah agar penerjemah memahami benar-benar pesan yang terkandung dalam teks bahasa sumber serta cara pengungkapannya secara kebahasaan.

2. Pengalihan (transfer).

17

Fenti Kusumastuti, “Analisis Konstrastif Subtitling dan Dubbing dalam Film Kartun Dora

the Explorer Seri Wish Upon A Star,” (Tesis S2 PPS Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2011), h. 43.

18

(35)

16

Pada tahap ini, mulailah penerjemahan melakukan alih bahasa setelah melakukan analisis lengkap yang mencakup analisis gramatikal dan semantis. Proses ini masih terjadi dalam pikiran penerjemah.

3. Penyerasian (restructuring).

Dalam tahap ini, penerjemah menyusun kembali teks dengan ragam yang sesuai dan gaya bahasa yang wajar dalam bahasa target.

Berkaitan dengan hal ini, Newmark menyatakan ada empat tingkatan proses penerjemahan yang harus diperhatikan oleh seorang penerjemah yaitu tingkat teks, tingkat referensial, tingkat kepaduan dan tingkat kealamiahan.19

Pada tingkat teks, penerjemah memulai dan berulang kali mengacu kembali kepada teks yang akan diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran. Pada tingkat referensial, penerjemah memvisualisasikan dan membangun tingkat objek dan konteks pemaknaan teks. Pada tingkat kepaduan, penganalisisan yang lebih bersifat umum dan gramatikal yang dilakukan oleh penerjemah pada teks bahasa sumber untuk dialihkan dalam teks bahasa sasaran. Terakhir, tingkat kealamiahan yaitu mencari redaksi teks bahasa sasaran yang dianggap alami atau wajar oleh pembaca atau pendengar.

Suryawinata dalam Frans Sayogie menyatakan bahwa proses penerjemahan itu terdiri atas empat tahap,20 yaitu:

Pertama, tahap menganalisis pesan dalam bahasa sumber yang mencakup hubungan gramatikal, dan makna dari setiap kata dan frase.

19

Newmark, A Text Book of Translation (New York: Prentice Hall, 1988), h. 19-20.

20

(36)

17

Kedua, tahap mentransfer materi yang telah dianalisis dalam benak penerjemah dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.

Ketiga, tahap restrukturisasi materi yang telah ditransfer tersebut sedemikian rupa sehingga makna dan pesan yang dihasilkan sesuai dengan kaidah dan gaya bahasa sasaran.

Keempat, mengevaluasi dan merevisi hasil terjemahan dalam bahasa sasaran. Pada tahap ini kekurangan dan kejanggalan dapat diperbaiki dan diluruskan secara terus menerus melalui perbandingan dan pencocokan pesan dan kesan dalam bahasa sasaran dengan bahasa sumbernya.

Proses menerjemahan suatu film berbeda dengan menerjemahkan teks tertulis seperti buku dan novel. Hal ini sesuai dengan pendapat Hervey dan Higgins dalam Fenti Kusumastuti yang menjelaskan beberapa alternatif proses penerjemahan22 sebagai berikut:

Pertama, penerjemah menerjemahkan teks bahasa sumber yang berbentuk media lisan hasil rekaman atau secara langsung, kemudian ditransfer menjadi media tertulis. Setelah itu, penerjemah baru menerjemahkan teks bahasa sumber yang telah berupa transkrip tertulis tersebut ke dalam teks bahasa sasaran yang disesuaikan supaya cocok untuk ditampilkan dalam bentuk lisan. Contoh: penerjemahan lirik lagu.

Kedua, bentuk proses penerjemahan yang kedua ini biasanya digunakan ketika si penerjemah akan menerjemahkan teks drama. Penerjemah dapat langsung menerjemahkan dari teks sumber yang berbentuk transkrip tertulis. Dalam proses transfer, seorang penerjemah harus memperhatikan suasana ketika

22Fenti Kusumastuti, “Analisis Konstrastif Subtitling dan Dubbing dalam Film Kartun Dora

(37)

18

teks bahasa sumber tersebut ditampilkan dan setelah itu penerjemah merestrukturisasi dalam bentuk tertulis tetapi disesuaikan untuk tujuan penampilan panggung atau lisan.

Ketiga, alternatif proses penerjemahan ini menggunakan teks bahasa sumber secara lisan dan tulisan, kemudian teks bahasa sasarannya dihasilkan untuk tujuan silent reading (membaca dalam hati). Akan tetapi, tidak jarang penerjemah hanya

menggunakan teks lisan saja sebagai teks bahasa sumber kemudian diterjemahkan ke dalam teks bahasa sasaran. Contoh proses yang menggunakan bentuk ketiga ini adalah teks terjemahan dalam film.

Keempat, dalam proses penerjemahan bentuk keempat, si penerjemah mengawali dari teks bahasa sumber berbentuk tulisan yang sebenarnya merupakan hasil transfer dari media lisan. Sama dengan bentuk proses yang sebelumnya, meskipun ditujukan untuk silent reading (membaca dalam hati), si penerjemah tetap memperhatikan penampilan panggung bahasa sumber ketika menerjemahkannya ke dalam teks bahasa sasaran. Penerjemahan puisi biasanya diterjemahkan dengan cara demikian.

H. Jenis Penerjemahan Film

Pada dasarnya, penerjemahan film televisi terbagi menjadi dua, yaitu subtitel dan sulih suara.

1. Subtitel

Subtitel adalah teks terjemahan yang muncul di bagian bawah layar televisi. Khusus untuk penerjemahan film dengan teknik subtitel, dalam Hidayatullah penerjemah harus memperhatikan beberapa hal berikut:23

23

Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An: Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia

(38)

19

a. Bahasa Indonesia yang dipergunakan adalah bahasa Indonesia luwes yang baik dan benar. Dalam sulih suara, bahasa Indonesia yang baik dan benar bukanlah berarti menggunakan bahasa Indonesia yang formal, tapi menggunakan bahasa Indonesia yang sesuai dengan situasi, kondisi, konteks film dan jenis film dengan tetap mengacu kepada kaidah yang berlaku.

b. Harus diperhatikan time frame pemunculan subtitle yang didasarkan pada time code (ukuran waktu dalam hh:mm:ss:ff).

c. Pemunculan subtitle amat ditentukan oleh penentuan in-point dan out-point time code.

d. Waktu pemunculan subtitle adalah antara 2-7 detik.

e. Satu subtitle maksimal terdiri dari 2 baris, dan 1 baris maksimal 35 karakter.

f. Pemenggalan kalimat perlu diperhatikan, dengan memperhatikan tata bahasa dan logika dalam satu kalimat.

g. Nama sutradara, produser, aktor dan tim kru yang muncul di opening dan ending title tidak perlu diterjemahkan.

h. Lirik lagu hanya diterjemahkan jika merupakan bagian dari isi film. Kalau sekadar bagian dari ilustrasi, tidak perlu diterjemahkan.

i. Kalau ada repetisi kata, cukup satu yang diterjemahkan.

j. Kalau kalimatnya tidak jelas, cukup menerjemahkan kalimat yang jelas. k. Tulisan di papan nama, surat, e-mail, dll. Yang ada kaitannya dengan isi

(39)

20

l. Ungkapan dan peribahasa jangan diterjemahkan secara harfiah, namun dicari padanannya dalam bahasa Indonesia.

m. Tidak perlu menerjemahkan semua detail. Kalimat boleh disederhanakan. Detail-detail yang tidak penting boleh dihilangkan. Walaupun begitu bukan berarti menerjemahkan dengan hanya merangkum dan mengambil intinya.

2. Sulih Suara

Sulih Suara adalah mengganti audio bahasa sumber dengan audio bahasa sasaran. Untuk penerjemahan film dengan teknik sulih suara, penerjemah harus memperhatikan beberapa hal berikut:

a. Panjang pendek terjemahan sama dengan panjang pendek kalimat bahasa sumber.

b. Bahasa Indonesia yang dipergunakan adalah bahasa Indonesia luwes yang baik dan benar. Bahasa Indonesia yang baik dan benar bukankal berarti menggunakan bahasa Indonesia yang formal, tapi menggunakan bahasa yang sesuai dengan situasi, kondisi, konteks film dan jenis film dengan tetap mengacu kepada kaidah yang berlaku.

c. Kalimat terjemahan lip-sync dengan kalimat bahasa sumber. d. Hubungan antar kalimat tidak terputus.

e. Mengikuti tata bahasa Indonesia.

f. Kalimat atau kata sesuai dengan gambar. Kadang terdapat ketidaksesuaian kata dengan gambar dalam film. Penerjemah harus jeli melihatnya.

(40)

21 I. Kualitas Penerjemahan Film

Parameter terjemahan yang berkualitas menurut Mangatur Nababan harus memenuhi tiga aspek, yaitu keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan.24 Ketiga aspek tersebut akan diuraikan di bawah ini:

1. Tingkat Keakuratan

Aspek keakuratan mengacu pada sejauh mana tingkat kesepadanan pesan antara teks sumber dan teks target. Aspek ini harus dijadikan prioritas utama dalam penerjemahan. Sebab, keakuratan merupakan konsekuensi logis dari konsep dasar penerjemahan bahwa suatu teks disebut terjemahan kalau teks tersebut memiliki hubungan padanan dengan teks sumber.25

Keakuratan berkaitan dengan hasil terjemahan yang dapat mengantarkan amanat teks sumber kepada pembaca teks terjemahan. Terjemahan yang akurat berarti tidak mengalami distorsi makna. Dengan kata lain, makna kata, frase, klausa, dan kalimat bahasa sumber terterjemahkan secara tepat ke dalam bahasa target. Dalam hal ini hasil terjemahan harus dapat mengomunikasikan makna yang sedapat mungkin mendekati makna yang dibawa teks sumber. Jadi, aspek keakuratan sangat terkait dengan dikotomi benar-salah hasil terjemahan.

Dalam penilaian keakuratan hasil terjemahan, Nababan menggunakan instrumen penilai keakuratan terjemahan berskala 1-3 seperti tabel di bawah ini:

Skala Definisi Kategori Terjemahan

3 Makna kata, istilah teknis, frasa, klausa, kalimat atau teks bahasa sumber dialihkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran; sama

Akurat

24

Mangatur Nababan, dkk, Pengembangan Model Penilaian Terjemahan (Surakarta: Universitas Sebelas Maret), h. 44.

25

(41)

22 sekali tidak terjadi distorsi makna.

2 Sebagian besar makna kata, istilah teknis, frasa, klausa, kalimat atau teks bahasa sumber sudah dialihkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran. Namun, masih terdapat distorsi makna atau terjemahan makna ganda (taksa) atau ada makna yang dihilangkan, yang mengganggu keutuhan pesan.

Kurang akurat

1 Makna kata, istilah teknis, frasa, klausa, kalimat atau teknis bahasa sumber dialihkan secara tidak akurat ke dalam bahasa sasaran atau dihilangkan (deleted).

[image:41.595.109.515.81.486.2]

Tidak akurat

Tabel 1. Instrumen keakuratan terjemahan menurut Nababan 2. Tingkat Keberterimaan

Istilah keberterimaan merujuk pada apakah suatu terjemahan sudah diungkapkan sesuai dengan kaidah-kaidah, norma dan budaya yang berlaku dalam bahasa sasaran ataukah belum, baik pada tataran mikro maupun pada tataran makro. Konsep keberterimaan ini menjadi sangat penting karena meskipun suatu terjemahan sudah akurat dari segi isi atau pesannya, terjemahan tersebut akan ditolak oleh pembaca sasaran jika cara pengungkapannya bertentangan dengan kaidah-kaidah, norma dan budaya bahasa sasaran.26

Penelitian Syihabudin mengungkap aspek-aspek yang dianggap paling menentukan pemahaman pembaca atas teks terjemahan sebagaimana berikut ini:27

26

Mangatur Nababan, dkk, Pengembangan Model Penilaian Terjemahan (Surakarta: Universitas Sebelas Maret), h. 45.

27

(42)

23

1. Struktur kalimat. Pada umumnya pembaca mengatakan bahwa terjemahan yang mudah dipahami ialah yang disusun dalam kalimat sederhana, tidak rumit, dan tidak berbelit-belit.

2. Pemakaian ejaan. Para pembaca juga berpandangan bahwa pemakaian ejaan sangat membantu pemahaman mereka akan maksud dan makna terjemahan. 3. Pemilihan kosakata yang lazim dipakai. Sebagian pembaca mengemukakan

bahwa membaca terjemahan Depag seperti membaca buku tempo dulu, karena dijumpainya kata yang tidak lazim, tidak cocok, dan tidak sesuai. Hal ini sangat mengganggu pemahaman mereka.

4. Penjelasan istilah khusus. Pemahaman para pembaca juga terganggu oleh istilah-istilah khusus yang tidak diketahuinya, sementara dalam terjemahan istilah-istilah tersebut tidak dijelaskan.

5. Kelewatan pemakaian kosakata. Pemakaian preposisi yang tidak tepat, penyebutan kata secara berulang-ulang, dan pengulangan kata untuk menunjukkan jamak bagi kata yang dianggap jamak.

6. Pemanfaatan kata-kata bahasa Arab yang sudah menjadi bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia ditemukan kata-kata serapan dari bahasa Arab. Sebagian pembaca berpandangan bahwa sebaiknya penerjemah memanfaatkan kata serapan ini.

Dalam menilai tingkat keberterimaan terjemahan, Nababan memberikan instrument penilai dalam tabel berikut:

Skala Definisi Kategori Terjemahan

3 Terjemahan terasa alamiah; istilah teknis yang digunakan lazim digunakan dan akrab bagi pembaca; frasa, klausa dan kalimat yang

(43)

24

digunakan sudah sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia.

2 Pada umumnya terjemahan sudah terasa alamiah; namun ada sedikit masalah pada penggunaan istilah teknis atau terjadi sedikit kesalahan gramatikal.

Kurang berterima

1 Terjemahan tidak alamiah atau terasa seperti karya terjemahan; istilah teknis yang digunakan tidak lazim digunakan dan tidak akrab bagi pembaca; frasa, klausa dan kalimat yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia.

[image:43.595.113.517.82.489.2]

Tidak berterima

Tabel 2. Instrumen keberterimaan terjemahan menurut Nababan 3. Tingkat Keterpahaman

Parameter penilaian kualitas terjemahan yang ketiga adalah keterpahaman. Nababan dalam tingkat penilaian ketiga ini menyebut sebagai aspek keterbacaan yang digunakan dalam teks seperti buku dan novel. Namun, dalam penerjemahan subtitel dan sulih suara, lebih tepat disebut dengan keterpahaman.

Menurut Zaka Alfarisi, tanggapan pembaca atas teks terjemahan menjadi penting untuk mengetahui sejauh mana keterpahaman hasil terjemahan. Biarkan para pembaca menghakimi teks terjemahan yang mereka baca: mudah atau sangat mudah, sulit atau sangat sulit. Senada dengan ini Sakri mengemukakan pendapat yang dikutip oleh Zaka bahwa keterpahaman suatu teks dipengaruhi oleh panjang kalimat, bangun kalimat, pilihan kata, dan penempatan informasi.28

Instrumen yang digunakan Nababan dalam menilai tingkat keterbacaan adalah seperti tabel berikut ini:

28

(44)

25

Skala Definisi Kategori Terjemahan

3 Kata, istilah teknis, frasa, klausa, kalimat atau teks terjemahan dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca.

Tingkat keterbacaan tinggi

2 Pada umumnya terjemahan dapat dipahami oleh pembaca; namun ada bagian tertentu yang harus dibaca lebih dari satu kali untuk memahami terjemahan.

Tingkat keterbacaan sedang

[image:44.595.107.517.91.354.2]

1 Terjemahan sulit dipahami oleh pembaca. Tingkat keterbacaan rendah

Tabel 3. Instrumen keterbacaan terjemahan menurut Nababan J. Problematika Penerjemahan Film

Banyak problematika yang harus ditanggulangi dalam penerjemahan film. Benny H. Hoed meninjau problematika penyulihan suara film melalui tiga segi, yaitu 1. Segi penerjemahan, 2. Segi penyelarasan naskah, 3. Segi pengisian suara.29

1. Penerjemahan

Penerjemahan film secara umum memerlukan pengetahuan mengenai konteks sosial budaya pada film yang bersangkutan dan kemampuan untuk memperoleh kata / kalimat yang sepadan pula secara sosial budaya dalam bahasa Indonesia. Penerjemah harus memahami, paling sedikit empat masalah penting dalam penerjemahannya. Pertama, masalah pronomina dan kata sapaan. Kedua, mengenai kata makian. Ketiga, mengenai kata budaya. Keempat, mengenai laras dan dialek.

a. Pronomina (kata ganti / ريمض) dan kata sapaan

29

(45)

26

Pronomina dan kata sapaan berkaitan dengan sifat interaksi kebahasaan antar tokoh. Dalam menerjemahkannya sifat interaksi itu harus benar, yaitu setara, tidak setara, akrab, atau tidak akrab. Contoh:

Orang pertama, misalnya انا (bahasa Arab). Padanan انا dalam bahasa Indonesia bervariasi, misalnya saya dan aku.

Orang kedua, misalnya تنا (bahasa Arab). Padanan تنا dalam bahasa Indonesia bervariasi. Misalnya engkau, kau atau kamu. Dalam hal penerjemahan pronomina orang kedua tunggal, kata Anda sering tidak dapat digunakan dalam dialog film. Anda biasanya terdapat pada bahasa iklan dan pengumuman.

Orang ketiga tunggal, misalnya يه– وه (bahasa Arab). Padanan dalam bahasa Indonesia bervariasi, yaitu ia, atau beliau, ibu, bapak. Ini tergantung dari situasi sosial interaksinya dan siapa yang dirujuk oleh يه– وه.

b. Kata kasar dan makian

Kata kasar dan makian seperti bloody, fucking, shit, bull shit, son of a bitch, atau mother fucker, tidak selalu bersifat ‘menyerang’ atau ‘menghina’. Kata-kata itu, seperti halnya dalam bahasa Indonesia dan daerah, seperti gila, sialan, diamput, atau tai, dapat digunakan untuk memperlihatkan hubungan setara yang akrab. Jadi, harus dilihat dulu konteks penggunaan kata-kata makian itu.

c. Kata budaya

‘Kata budaya’ adalah kata yang terdapat dalam kebudayaan yang melatari film

yang bersangkutan. Misalnya, dalam bahasa Inggris ada pumpkin yang tergantung

(46)

27

perempuannya. Dalam hal terakhir ini, tidak dapat digunakan padanan waluh atau labu.

d. Laras dan dialek

Laras adalah ragam bahasa yang menentukan makna suatu kata akibat konteks penggunaannya. Kata seperti entertainment dapat berarti hiburan (dalam laras perhotelan dan pariwisata), atau acara bebas / acara kesenian (dalam laras konferensi nasional atau internasional).

Dialek terdiri atas dialek geografis dan dialek sosial. Dialek geografis adalah variasi kebahasaan berdasarkan perbedaan asal geografis. Seperti di Indonesia mengenal beragam dialek, seperti dialek jawa, batak, ambon dll. Dialek sosial adalah variasi kebahasaan akibat perbedaan kelompok sosial.

2. Penyelarasan Naskah

Penyelarasan naskah menuntut kemampuan memahami benar tidaknya penerjemahan. Jika hasil penerjemahan tidak baik, tentunya pekerjaan penyelarasan naskah menjadi lebih berat. Penyelarasan naskah harus mampu menemukan terjemahan yang tepat bagi situasi sosial budaya yang sepadan dalam bahasa Indonesia dan berterima di kalangan masyarakat penonton.

(47)

28

Dalam subtitling penyelarasan ini mencakupi kegiatan menyesuaikan teks dengan ruang pada layar dan tidak boleh melebihi dua baris.

3. Pengisian Suara

(48)

29

BAB III

SEKILAS TENTANG FILM

OMAR

A. Film Omar di Arab 1. Pembuatan Film Omar

Film Omar adalah sebuah seri film tentang sahabat Rosul. Film ini menceritakan kehidupan Omar bin Khattab sebagai satu-satunya Khalifah yang dijuluki Amirul Mukminin. Tidak hanya di Indonesia, film ini serentak telah tayang di beberapa negara.

Film Omar diproduksi oleh 03 Production dan Midle East Broadcasting Centre (MBC) Group. Lokasi syuting berada di dua negara, Maroko dan Suriah. Untuk penulisan alur cerita, produser menyerahkan kepada Dr. Waleed Saif, ahli sejarah yang mengetahui secara detail seluk beluk kehidupan kota Mekkah zaman itu. Bertindak sebagai sutradara dalam film ini adalah Hatem Ali.

Proses syuting dan produksi menghabiskan waktu 322 hari. Produser mendirikan dua kompleks perumahan di atas lahan seluas ribuan hektar dengan ribuan rumah. Tidak hanya itu, lebih dari 300 aktor dengan 3000 pemain pengganti dari 10 negara juga dilibatkan selama pembuatan film. Untuk kebutuhan wardrobe, film Omar menyertakan 39 desainer papan atas. Untuk properti, dibuatlah 1.970 pedang, 650 tombak, 1.050 tameng, 4.000 anak panah, 400 panahan, 1.600 tanah liat, 10.000 koin, 170 baju perang dan 75.050 sendal.

(49)

30 2. Pro dan Kontra Seputar Film Omar

Serial yang tayang serentak di Dubai dan Qatar ini, ternyata memicu pro dan kontra di negeri asalnya. Penayangan serial televisi yang menggambarkan sahabat Nabi Muhammad SAW, Umar Bin Khattab, memicu protes keras di dunia Arab. Opini yang terbentuk menyatakan penggambaran tentang sahabat itu dilarang. Kontroversi ini dimulai saat stasiun televisi Arab Saudi ‘MBC’ menayangkan serial berjudul Omar.

Meski penggambaran secara visual tidak secara eksplisit disebut dilarang dalam Alquran, para ulama Al-Azhar telah mengeluarkan fatwa bahwa penggambaran Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya dilarang. Menurut Ahmed al-Haddad, mufti di Dubai menyatakan pendapat tertulis pada kantor berita Reuters bahwa khalifah-khalifah pertama telah dijanjikan surga. Hidup mereka tidak dapat digambarkan oleh sembarang aktor.30

Dalam sejarahnya, cendekiawan Muslim tidak menyarankan penggambaran tokoh-tokoh yang dihormati dalam karya seni, dan beberapa diantaranya mengatakan bahwa itu dilarang karena dapat menyesatkan atau mendorong pada pemujaan. Itulah sebabnya mengapa masjid dihiasi pola geometrik atau tumbuh-tumbuhan, bukannya gambar binatang atau manusia.

Dipihak lain, sejumlah profesor berpendapat penggambaran sahabat nabi tidak dilarang. Penggambaran itu selalu menjadi kontroversi. “Namun, hal tersebut terjadi kalau dalam isi serial itu ada hasutan kebencian dan suasana permusuhan

30 Mahmoud Habbous, “

(50)

31

atau konflik,” ungkap Profesor Hukum Islam Universitas Al-Qassim, Khaled al-Musleh.31

Hatem Ali, sutradara film tersebut, seperti yang diberitakan dalam Reuters, mengatakan ia dan timnya sudah menduga akan ada kontroversi sebelum episode pertama ditayangkan.32 Sebagai sutradara, Ali mengatakan bahwa serial Omar tidak dihubungkan dengan kebangkitan kekuasaan kelompok Islamis di Tunisia dan Mesir. Namun ia menambahkan bahwa serial tersebut menyentuh isu-isu yang tetap relevan saat ini. Seperti peran perempuan dalam Islam, tata kelola pemerintahan yang baik dan aplikasi hukum syariah.

K. Film Omar di Indonesia

1. Penayangan Film Omar di TV Indonesia

Film Omar hadir di Indonesia memberikan inspirasi bagi pemirsa. Penayangan film Omar di MNC TV mendapat sambutan positif dari Majelis Ulama Indonesia. MUI yang memantau program TV pada paruh pertama bulan Ramadan, menilai tayangan serial Omar tersebut menampilkan sirah Nabi Muhammad SAW dari sudut pandang Omar bin Khattab.33

Secara signifikan, tingkat kepermisaan salah satu program unggulan MNC TV

Omar’ mengalami pergerakan yang menggembirakan. Data Nielsen

menyebutkan, serial kolosal yang pertama kali tayang di televisi dan disiarkan serentak di berbagai negara sejak awal bulan Ramadan 2012 ini terus

31 Al-Arabiya, “

Saudi Scholar Islams Critics of MBC’s Omar ibn al-Khattab TV Series,”

artikel diakses pada 2 Mei 2014 jam 11.20 dari

http://www.alarabiya.net/articles/2012/07/22/227742.html

32 Mahmoud Habbous, “

Feature-Ramadan TV Show Stirs Argument Across Arab World,” artikel diakses pada 2 Mei 2014 jam 10.44 dari http://in.reuters.com/article/2012/08/13/media-islam-drama-idINL6E8J780L20120813

33Reporter, “MUI Apresiasi Penayangan Film Omar”, berita diakses pada 7 Maret 2014 jam

(51)

32

memantapkan posisinya hingga masuk kejajaran Top 10 Program All TV Station

(Week 1231, 30 Juli 2012). Selama penayangannya, ‘Omar’ bahkan berhasil

meraih rating dan share yang cukup tinggi yakni 4,3/24,9 (week 1231, 29 Juli 2012). Perolehan rating dan share ‘Omar’ yang baik ini semakin diperkuat pula dengan banyaknya respos pemirsa melalui jaringan sosial media.34

MNC TV bangga dapat menjadi televisi pertama di Indonesia yang

berkesempatan untuk menayangkan ‘Omar’. Menurut Endah, direktur program dan produksi MNC TV, tidak mudah mendapatkan serial film Omar produksi Dubai. Banyak persyaratan yang harus dipenuhi. Misalnya: tidak boleh mengedit (sensor) lebih dari 5 menit, dalam penayangannya tetap menggunakan bahasa Arab, tidak boleh menayangkan lebih dulu dari negara-negara Arab.

2. Proses Penerjemahan Film Omar

Film Omar, produksi MBC Group dapat tayang di layar televisi Indonesia melalui beberapa tahapan. Saifudin Kurdi selaku kepala Program MNC TV menuturkan untuk mendapatkan izin penayangan film Timur Tengah ini pihak Director of Sales & Marketing melakukan negoisasi penawaran harga pembelian

dan kerjasama penayangan film Omar. Selanjutnya setelah terucap akad sepakat antara kedua belah pihak, film Omar dikirim ke pihak Programming & Production.

Proses penerjemahan film Omar dalam bentuk subtitel, pihak MNC TV mempercayakan kepada Arum Post. Rumah produksi yang berlokasi di Bekasi ini memilih Siti Mardiah, lulusan UIN Syarif Hidayatullah sebagai penerjemah

34

Reporter, “MNC TV Bedah Serial Kolosal –Omar” berita diakses pada 7 Maret 2014 jam

16.00 dari

(52)

33

freelance Arab-Indonesia. Hasil terjemahan film kemudian diserahkan kembali ke

PH Arum Post untuk di proses dalam bentuk subtitel.

Tahap berikutnya pihak PH Arum Post mengirimkan film Omar yang sudah diolah terjemahannya dalam bentuk subtitel kepada bagian programming & production MNC TV. Asisten Program MNC TV, Mia, menuturkan bahwa tidak

[image:52.595.114.438.311.533.2]

adanya editor khusus dalam penerjemahan film Omar karena keterbatasan waktu dan mengejar target agar tayang serentak dengan negara asal pembuatan film. Berikut disajikan dalam bentuk gambar sekilas proses penerjemahan film Omar.

(53)

34

BAB IV

ANALISIS KUALITAS TERJEMAHAN SUBTITEL FILM

OMAR

Pada bab ini peneliti memberikan evaluasi terhadap hasil penerjemahan subtitel film Omar. Analisis yang peneliti lakukan terbatas hanya pada episode ketiga belas dengan mengambil korpus data pada 21 menit pertama berjumlah 20 subtitel film Omar. Parameter yang digunakan untuk menganalisis kualitas terjemahan mengacu pada aspek keakuratan, keberterimaan dan keterpahaman terjemahan subtitel film Omar. Berikut ini analisis peneliti mengenai terjemahan subtitel film Omar.

A. Analisis Dialog (1)

ْمُكَناَكَم اْوُمَزْلَـت ْنَأ ،ِها ُلْوُسَر ْمُكُرُمْأَي

.

ْيَطلا اََفَطَََ اَنْوُمُتْـيَأَر ْوَل ََح ،ُْوُحَرْـبَـت َاَف

.

Rasulullah memerintahkan kalian agar tidak beranjak dari tempat kalian.

Tetaplah berdiri tegak untuk hadapi musuh

...walau andai sekumpulan burung menghadang

Sumber: Film Omar Episode 13 (,,5,35:30:10 --> ,,5,:5,00::0)

1. Keakuratan

Pada dialog (1) ucapan tokoh Hamzah dalam Bsu diterjemahkan ke dalam subtitel Bsa menjadi tiga penggalan subtitel. Satu subtitel terdiri dari dua baris dan satu baris tidak lebih dari 35 karakter.35 Kalimat pertama diterjemahkan dengan baik ke dalam Bsu. Frasa ا ْوُمَزْلَـت ْنَأ yang berasal dari مزلي -مزل dalam kamus

35

Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An: Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia

(54)

35

Munawwir artinya ‘tetap’ atau ‘tidak meninggalkan’.36

Penerjemah dalam terjemahan ini menggunakan pilihan diksi lain yang artinya lebih tepat digunakan

dengan menyesuaikan konteks, yaitu diksi ‘tidak beranjak’. Klausa ُْوُحَرْـبَـت َاَف

terdapat la nahi yang men-jazm-kan fi’l mudhori’37 dan penerjemah lebih memilih diksi yang tidak secara langsung menyiratkan arti negasi tetapi tetap menunjukkan

larangan untuk tidak meninggalkan tempat perang dengan ungkapan, ‘Tetaplah

berdiri tegak untuk hadapi musuh’. Larangan tersebut dipertegas kalimat berikutnya dengan perumpamaan walaupun sekumpulan burung datang menghadang. Berdasarkan analisis, peneliti menilai dialog (1) sudah memenuhi kriteria keakuratan dengan memberikan skor 3 untuk terjemahan akurat.

2. Keberterimaan

Hasil terjemahan dialog (1) sudah sesuai dengan konsep dasar terbentuknya suatu kalimat. Menurut Abdul Chair kalimat adalah satuan sintaksis yang dibangun oleh konstituen dasar dan intonasi final. Konstituen dasar biasanya berupa klausa; tetapi dapat juga berupa frasa atau kata. Intonasi final dapat berupa nada datar untuk kalimat deklaratif yang dalam ragam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda baca titik (.).38 Kalimat ke (1) merupakan jenis kalimat verba yang predikatnya berupa verba yang memiliki komponen makna tindakan. Contoh: Rasulullah memerintahkan kalian agar tidak beranjak dari tempat kalian.

S P O Ket.

Oleh karena itu peneliti menilai dialog (1) sudah memenuhi aspek keberterimaan dengan memberikan skor 3 untuk terjemahan berterima.

36

Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 1265

37Syamsul Ma’arif,

Nahwu Kilat (Bandung: Nuansa Aulia, 2009), h. 119

38

(55)

36 3. Keterpahaman

Berdasarkan tanggapan 14 responden yang sudah menonton film Omar episode ketiga belas, di antara mereka ada 4 orang menilai dialog ke 1 memiliki keterpahaman tinggi, 7 orang menilai dialog ini tingkat keterpahamannnya sedang dan 3 orang menilai dialog ke 1 tingkat keterpahamannya rendah.

L. Analisis Dialog (2)

َحَأ ٌدَحَأ

د

Tuhan Yang Esa (Tuhan Yang Esa...)

Sumber: Film Omar Episode 13 (,,5,:5,00:00-->,,5,:51:0,30)

1. Keakuratan

Dalam kamus al-Munawwir kata دَحَأmemiliki banyak arti, di antaranya ‘satu’,

‘Asma Allah’, ‘Esa’, ‘hari Ahad / hari minggu’.39

Namun, konteks situasi yang terjadi dalam dialog film ini adalah panglima perang meneriakkan yel-yel untuk memberi dorongan semangat kepada pasukannya saat bertempur. Terjemahan

‘Tuhan Yang Esa’ yang dipilih penerjemah sudah sesuai dengan Bsu. Oleh karena itu peneliti memberikan skor 3 untuk hasil terjemahan akurat.

2. Keberterimaan

Penulisan terjemahan pada dialog ke (2) sudah sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia, yaitu menggunakan huruf kapital sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan.40 Cuplikan dialog ke (2) berbentuk kalimat tak lengkap atau biasa disebut kalimat minor. Kalimat tak lengkap pada dasarnya tidak memiliki subjek atau predikat.

39

Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 10

40

(56)

37

Dengan demikian untuk dialog ke (2) diberikan skor 3 karena termasuk terjemahan yang berterima.

3. Keterpahaman

Pada dialog ke (2) terjemahan sudah jelas. Sebanyak 10 responden menilai sudah faham membaca terjemahan subtitel dialog ke 2. Responden yang menilai dialog ini tingkat keterpahamannnya sedang ada 2 orang dan 2 orang menilai dialog ke 2 tingkat keterpahamannya rendah.

M. Analisis Dialog (3)

ةَزَراَبُمْا ََِإ مُلَه

Ayo!kemari wahai musuh! kita bertarung.

Sumber: Film Omar Episode 13 (,,5,:5310::0 --> ,,5,:53:00:0)

1. Keakuratan

Dalam penerjemahan dialog ke 3, penerjemah menggunakan strategi membuang kata dalam Bsa yang disebut dalam Bsu dan menambahkan kata dalam Bsu yang disebut dalam Bsa41. Perhatikan ََِإpada kata ةَزَراَبُمْا ََِإ yang hilang. Kalau diterjemahkan secara harfiah menjadi: ke pertarungan..., kalimat menjadi rusak. . Kata مُلَه bersinonim dengan kata ! َلاَعَـت yang artinya “Marilah!”.42 Terjemahan

tambahan muncul dalam Bsa yaitu kata “Wahai Musuh” yang tidak diucapkan

dalam dialog Bsu. Pada dialog ke (3) penerjemah sudah tepat memilih diksi yang sesuai dengan konteks adegan film, dengan demikian peneliti memberikan skor 3 untuk terjemahan dialog ke (3) yang tingkat keakurannya baik.

41

Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An: Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia

(Tangerang Selatan:

Gambar

Tabel 1. Instrumen keakuratan terjemahan menurut Nababan
Tabel 2. Instrumen keberterimaan terjemahan menurut Nababan
Tabel 3. Instrumen keterbacaan terjemahan menurut Nababan
Gambar Alur Penerjemahan Film Omar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu kejelasan informasi atau pesan harus diperiksa atau diuji sebelum karya terjemahan itu dibaca oleh para konsumen pemakai jasa penerjemahan termasuk

Terjemahan dalam bahasa Indonesia pada data 886 merupakan terjemahan akurat karena semua satuan lingual kecil di bawah kalimat tanya tersebut diterjemahan secara

kasih sayangNya tersebut. Dengan melihat contoh yang telah dipaparkan di atas dengan dilihat dari sisi keakuratan, keakuratan berarti sejauh mana pesan dalam Tsu disampaikan dengan

Menurut Nababan, dkk (2012) parameter suatu terjemahan yang berkualitas diukur dari tiga aspek penilaian: aspek keakuratan, yaitu makna terjemahan yang terdapat

Bagaimana penerjemah dalam menerjemahkan subtitle film dari bahasa sumbernya yaitu bahasa jepang ke dalam terjemahan subtitlenya bahasa Inggris dan

Data linguistik adalah kata-kata tabu yang bersumber dari dokumen, dalam hal ini adalah subtitle (teks terjemahan) film 22 Jump Street versi bahasa Inggris, sedangkan

Yang terakhir, penelitian ini diharapkan dapat membantu para penerjemah film khususnya untuk dapat menghasilkan terjemahan film yang berkualitas, yang tidak mengubah bentuk dan

Tujuan penelitian ini juga beragam antara lain untuk mengetahui kualitas terjemahan (baik dari segi tingkat keakuratan pengalihan pesan, tingkat keterbacaan, dan tingkat