Pengembangan Pembelajaran IPA SD 15
UNIT 1
HAKIKAT IPA DAN
PEMBELAJARAN IPA SD
Wasih Djojosoediro
PENDAHULUAN
Selamat berjumpa saudara mahasiswa. Pembahasan materi kuliah
Pengembangan Pembelajaran IPA SD ini akan diawali dengan pembahasan
konsep dasar pembelajaran IPA. Pada Unit 1 ini anda akan diajak untuk
mempelajari Hakikat IPA dan Hakikat Pembelajaran IPA SD.
Kompetensi yang hendaknya dicapai setelah mempelajari unit ini, adalah anda dapat 1) menjelaskan karakteristik IPA, 2) menjelaskan kedudukan IPA
sebagai produk,proses, dan sikap, 3) membedakan pengertian belajar dan
pembelajaran IPA menurut teori behavioristik dan konstruktivistik, dan 4)
menjelaskan dampak pengertian belajar dan pembelajaran IPA teori behavioristik
dan konstruktivistik terhadap pelaksanaan pembelajaran IPA SD.
Materi kajian dalam Unit 1 ini terkait erat dengan materi kajian pada
unit-unit berikutnya. Kompetensi yang kita capai dari Unit 1 ini digunakan untuk
menelaah Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dalam
Kurikulum IPA SD/MI. Misal, jika kita hendak mengidentifikasi fakta, konsep
atau prinsip dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar, maka kita
memerlukan pengetahuan tentang karakteristik IPA sebagai proses, produk, dan
sikap.
Pencapaian kompetensi yang dijabarkan dalam Unit 1 ini bermanfaat bagi
calon guru maupun guru sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas sebagai
perancang dan pelaksana kegiatan pembelajaran IPA di kelas. Tanpa adanya
pemahaman yang mendalam terhadap materi kajian Unit 1 ini, niscaya guru tidak
dapat membelajarkan IPA kepada siswanya secara profesional. Oleh karena itu,
1 6 Pengembangan Pembelajaran IPA SD
dan Hakikat Pembelajaran IPA akan memberikan kontribusi dalam profesi anda
sebagi guru.
Unit 1 ini dibagi dalam 3 sub-Unit. Sub-Unit 1 tentang karakteristik IPA,
Unit 2 tentang kedudukan IPA sebagai proses, produk, serta sikap, dan
sub-Unit 3 tentang belajar dan pembelajaran IPA menurut teori behavioristik dan
Pengembangan Pembelajaran IPA SD 17
SUB-UNIT 1.1
HAKIKAT IPA
A.
PENGANTAR
Sub-Unit 1.1 ini akan mengajak kita untuk mengkaji hakikat IPA, baik
melalui membaca, mengamati simulasi fenomena IPA, maupun kegiatan diskusi.
Bahan kajian ini terkait erat dengan bahan kajian berikutnya, utamanya terkait
dengan bahan kajian model pembelajaran IPA SD/MI, karena
model-model pembelajaran IPA SD/MI selalu menitik beratkan pada pengalaman
langsung melalui penggunaan berbagai keterampilan proses IPA. Tanpa
pemahaman yang mendalam terhadap karakteristik IPA, sulit kiranya untuk dapat
mengembangkan model-model pembelajaran yang berfilosofi konstruktivistik.
Bahan pendukung yang dapat anda gunakan dalam mengkaji bahan ini
antara lain buku-buku teks Pendidikan IPA, Teori-teori Belajar, artikel-artikel
dalam jurnal ilmiah pendidikan. yang relevan
B.
URAIAN
1.
Karakteristik IPA
Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains.
Kata sains ini berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti ”saya tahu”.
Dalam bahasa Inggris, kata sains berasal dari kata science yang berarti
pengetahuan. Science kemudian berkembang menjadi social science yang dalam
Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan sosial (IPS) dan natural
science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan alam
(IPA).
Dalam kamus Fowler (1951), natural science didefinisikan sebagai
systematic and formulated knowledge dealing with material phenomena and
based mainly on observation and induction yang diartikan bahwa “ilmu
1 8 Pengembangan Pembelajaran IPA SD
dengan menghubungkan gejala-gejala alam yang bersifat kebendaan dan
didasarkan pada hasil pengamatan dan induksi”. Sumber lain menyatakan bahwa
natural science didefinisikan sebagai a pieces of theoritical knowledge atau
seje-nis pengetahuan teoritis.
IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam.
IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena
alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang
dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode
ilmiah. Definisi ini memberi pengertian bahwa IPA merupakan cabang
pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan
biasanya disusun dan diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat kuantitatif,
yang melibatkan aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap
gejala-gejala alam. Dengan demikian, pada hakikatnya IPA merupakan ilmu
pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip
dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam
metode ilmiah.
Dalam perkembangan selanjutnya, metode ilmiah tidak hanya berlaku bagi
IPA tetapi juga berlaku untuk bidang ilmu lainnya. Hal yang membedakan metode
ilmiah dalam IPA dengan ilmu lainnya adalah cakupan dan proses perolehannya.
IPA meliputi dua cakupan yaitu IPA sebagai produk dan IPA sebagai proses.
Science is both of knowledge and a process (Trowbridge and Sund, 1973:2).
Secara umum, kegiatan dalam IPA berhubungan dengan eksperimen.
Namun dalam hal-hal tertentu, konsep IPA adalah hasil tanggapan pikiran
manusia atas gejala yang terjadi di alam Seorang ahli IPA (ilmuwan) dapat
memberikan sumbangan besar kepada IPA tanpa harus melakukan sendiri suatu
percobaan, tanpa membuat suatu alat atau tanpa melakukan observasi.
Pembuktian teori Einstein secara ekperimental tidak dilakukan oleh Einstein.
Planet Neptunus pada awalnya tidak ditemukan berdasarkan hasil observasi tetapi
melalui perhitungan-perhitungan. Dengan demikian, IPA juga merupakan
pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan metode khusus (Nokes, 1941).
Metode khusus yang dimaksud merupakan langkah-langkah seorang
Pengembangan Pembelajaran IPA SD 19
berdasarkan gejala-gejala alam. Pengetahuan berupa teori yang diperoleh melalui
hasil perhitungan atau pemikiran tidak akan bertahan kalau tidak sesuai dengan
hasil observasi, sehingga suatu teori tidak dapat berdiri sendiri. Teori selalu
didasari oleh hasil pengamatan. Planet Neptunus tidak akan dapat ditemukan
secara teoritis jika sebelumnya tidak ada pengamatan yang menyaksikan suatu
keanehan dalam lintasan planet lainya. Jika IPA merupakan suatu jenis
pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan cara yang khusus, maka cara tersebut
dapat berupa observasi, eksperimentasi, pengambilan kesimpulan, pembentukan
teori, eksperimentasi, observasi dan seterusnya. Cara yang demikian ini dikenal
dengan metode ilmiah (scientific method).
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu memiliki ciri-ciri
sebagaimana disiplin ilmu lainnya. Setiap disiplin ilmu selain mempunyai ciri
umum, juga mempunyai ciri khusus/karakteristik. Adapun ciri umum dari suatu
ilmu pengetahuan adalah merupakan himpunan fakta serta aturan yang yang
menyatakan hubungan antara satu dengan lainnya. Fakta-fakta tersebut disusun
secara sistematis serta dinyatakan dengan bahasa yang tepat dan pasti sehingga
mudah dicari kembali dan dimengerti untuk komunikasi (Prawirohartono, 1989:
93).
Sebagai ilmu, IPA memiliki karakteristik yang membedakannya dengan
bidang ilmu lain. Ciri-ciri khusus tersebut dipaparkan berikut ini.
a. IPA mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA dapat dibuktikan
lagi oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur
seperti yang dilakukan terdahulu oleh penemunya. Contoh: nilai ilmiah
”perubahan kimia” pada lilin yang dibakar. Artinya benda yang mengalami perubahan kimia, mengakibatkan benda hasil perubahan sudah tidak dapat
dikembalikan ke sifat benda sebelum mengalami perubahan atau tidak dapat
dikembalikan ke sifat semula.
b. IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis,
dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.
Perkembangan IPA selanjutnya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan
fakta saja, tetapi juga ditandai oleh munculnya “metode ilmiah” (scientific
2 0 Pengembangan Pembelajaran IPA SD scientifically), nilai dan “sikapi lmiah” (scientific attitudes) (Depdiknas,
2006).
c. IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara
yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi,
penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian
seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain
d. IPA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan dengan
bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimen dan
observasi, yang bermanfaat untuk eksperimentasi dan observasi lebih lanjut
(Depdiknas, 2006).
e. IPA meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi dan sikap. Produk
dapat berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Proses merupakan prosedur
pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi
pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau
penyelidikan, pengujian hipotesis melalui eksperimentasi; evaluasi,
pengukuran, dan penarikan kesimpulan. Aplikasi merupakan penerapan
metode atau kerja ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Sikap
merupakan rasa ingin tahu tentang obyek, fenomena alam, makhluk hidup,
serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat
dipecahkan melalui prosedur yang benar.
2.
Karakteristik Belajar IPA
Berdasarkan karakteristiknya, IPA berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pemahaman tentang karakteristik
IPA ini berdampak pada proses belajar IPA di sekolah. Sesuai dengan
karakteristik IPA, IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta
didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan karakteristik IPA pula, cakupan IPA yang dipelajari di sekolah tidak
Pengembangan Pembelajaran IPA SD 21
pada kemampuan menggunakan pengetahuan dasar IPA untuk memprediksi atau
menjelaskan berbagai fenomena yang berbeda.
Cakupan dan proses belajar IPA di sekolah memiliki karakteristik
tersendiri. Uraian karakteristik belajar IPA dapat diuraikan sebagi berikut.
1. Proses belajar IPA melibatkan hampir semua alat indera, seluruh proses
berpikir, dan berbagai macam gerakan otot. Contoh, untuk mempelajari
pemuaian pada benda, kita perlu melakukan serangkaian kegiatan yang
melibatkan indera penglihat untuk mengamati perubahan ukuran benda
(panjang, luas, atau volume), melibatkan gerakan otot untuk melakukan
pengukuran dengan menggunakan alat ukur yang sesuai dengan benda yang
diukur dan cara pengukuran yang benar, agar diperoleh data pengukuran
kuantitatif yang akurat. Misalnya data panjang awal benda sebelum
dipanaskan dan data panjang akhir benda setelah dipanaskan dalam kurun
waktu tertentu. Proses ini melibatkan alat indra untuk mencatat data dan
mengolah data agar dihasilkan kesimpulan yang tepat.
2. Belajar IPA dilakukan dengan menggunakan berbagai macam cara (teknik).
Misalnya, observasi, eksplorasi, dan eksperimentasi. Termasuk teknik
manakah yang Anda gunakan ketika Anda belajar fenomena gerak jatuh
bebas? Mengapa demikian?
3. Belajar IPA memerlukan berbagai macam alat, terutama untuk membantu
pengamatan. Hal ini dilakukan karena kemampuan alat indera manusia itu
sangat terbatas. Selain itu, ada hal-hal tertentu bila data yang kita peroleh
hanya berdasarkan pengamatan dengan indera, akan memberikan hasil yang
kurang obyektif, sementara itu IPA mengutamakan obyektivitas. Misal,
pengamatan untuk mengukur suhu benda diperlukan alat bantu pengukur
suhu yaitu termometer. Alat bantu ini membantu ketepatan pengukuran dan
data pengamatannya dapat dinyatakan secara kuantitatif. Jika pengukuran
dilakukan berulang-ulang dengan tingkat ketelitian yang sama maka data
yang diperoleh akan sama. Jika pengukuran dilakukan dengan panca indera
saja, maka data yang diperoleh akan berbeda-beda dan datanya bersifat
kualitatif karena didasarkan pada hal-hal yang dirasakan orang yang
2 2 Pengembangan Pembelajaran IPA SD
mungkin keadaan panas benda yang sama, dirasakan oleh dua orang atau
lebih yang berbeda, hasilnya berbeda-beda pula sehingga data yang diperoleh
tidak obyektif..
4. Belajar IPA seringkali melibatkan kegiatan-kegiatan temu ilmiah (misal
seminar, konferensi atau simposium), studi kepustakaan, mengunjungi suatu
objek, penyusunan hipotesis, dan yang lainnya. Kegiatan tersebut kita
lakukan semata-mata dalam rangka untuk memperoleh pengakuan kebenaran
temuan yang benar-benar obyektif. Contoh, sebuah temuan ilmiah baru untuk
memperoleh pengakuan kebenaran, maka temuan tersebut harus dibawa ke
persidangan ilmiah lokal, regional, nasional, atau bahkan sampai tingkat
internasional untuk dikomunikasikan dan dipertahankan dengan
menghadirkan ahlinya.
5. Belajar IPA merupakan proses aktif. Belajar IPA merupakan sesuatu yang
harus siswa lakukan, bukan sesuatu yang dilakukan untuk siswa. Dalam
belajar IPA, siswa mengamati obyek dan peristiwa, mengajukan pertanyaan,
memperoleh pengetahuan, menyusun penjelasan tentang gejala alam, menguji
penjelasan tersebut dengan cara-cara yang berbeda, dan mengkomunikasikan
gagasannya pada pihak lain. Keaktifan dalam belajar IPA terletak pada dua
segi, yaitu aktif bertindak secara fisik atau hands-on dan aktif berpikir atau
minds-on (NRC, 1996:20). Keaktifan secara fisik saja tidak cukup untuk
belajar IPA, siswa juga harus memperoleh pengalaman berpikir melalui
kebiasaan berpikir dalam belajar IPA.
Para ahli pendidikan dan pembelajaran IPA menyatakan bahwa
pembelajaran IPA seyogianya melibatkan siswa dalam berbagai ranah, yaitu ranah
kognitif, psikomotorik, dan afektif. Hal ini dikuatkan dalam kurikulum IPA yang
menganjurkan bahwa pembelajaran IPA di sekolah melibatkan siswa dalam
penyelidikan yang berorientasi inkuiri, dengan interaksi antara siswa dengan guru
dan siswa lainnya. Melalui kegiatan penyelidikan, siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan ilmiah yang
ditemukannya pada berbagai sumber, siswa menerapkan materi IPA untuk
Pengembangan Pembelajaran IPA SD 23
masalah, perencanaan, membuat keputusan, diskusi kelompok, dan siswa
memperoleh asesmen yang konsisten dengan suatu pendekatan aktif untuk belajar.
Dengan demikian, pembelajaran IPA di sekolah yang berpusat pada siswa dan
menekankan pentingnya belajar aktif berarti mengubah persepsi tentang guru
yang selalu memberikan informasi dan menjadi sumber pengetahuan bagi siswa
(NRC, 1996:20).
Ditinjau dari isi dan pendekatan kurikulum pendidikan sekolah tingkat
pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang berlaku saat ini maupun
sebelumnya, pembelajaran di sekolah dititikberatkan pada aktivitas siswa. Dengan
cara ini diharapkan pemahaman dan pengetahuan siswa menjadi lebih baik.
Ke-nyataan di lapangan, aktivitas siswa sering diartikan sempit. Bila siswa aktif
kegiatan, walaupun siswa sendiri tidak mengetahui (merasa pasti) untuk apa
ber-buat sesuatu selama pembelajaran, maka dianggap pembelajaran sudah
menerap-kan pendekatan yang aktif.
Proses pembelajaran IPA di sekolah menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Hal ini disebabkan karena IPA diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui
pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu
dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di
tingkat SD/MI diharapkan pembelajaran IPA ada penekanan pembelajaran
Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada
pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan
konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.
C.
LATIHAN
Lakukan kegiatan berikut.
1. Siapkan sebatang lilin, mistar plastik 30 cm, dan sebuah korek api! Ukurlah
panjang lilin, catatlah hasil pengukuran ini!
2. Bakarlah lilin selama 15 menit, amati bagaimana keadaan lilin selama
menyala! Setelah 15 menit menyala, matikan lilin lalu ukurlah panjang lilin
2 4 Pengembangan Pembelajaran IPA SD
3. Bandingkan panjang lilin sebelum dan sesudah dinyalakan. Bagaimana
keadaannya? Jelaskan!
4. Menurut penafsiran Anda, mengapa panjang lilin berkurang sesudah dibakar?
Dapatkah ukuran lilin dikembalikan seperti keadaan semula?
5. Lakukan kegiatan 1-4 di atas samapi 3 atau 4 kali agar diperoleh hasil yang
mantap!
6. Analisislah data hasil percobaan Anda, dan buatlah kesimpulannya! Berikan
komentar Anda terkait dengan kebenaran ilmiah dari fenomena proses
pembakaran lilin di atas!.
Rambu-rambu Jawaban Latihan
Jika Anda memperoleh bukti bahwa keadaan panjang lilin sebelum dan sesudah
dibakar berubah; panjang lilin sesudah dibakar tidak mungkin dapat dikembalikan
ke panjang lilin semula (sebelum dibakar), maka mengalami perubahan apa lilin
yang dibakar itu?. Komentar Anda tepat jika Anda mengatakan bahwa lilin yang
dibakar mengalami perubahan kimia (perubahan zat/benda yang bersifat tetap
artinya bahwa zat hasil perubahan tidak dapat dikembalikan ke sifat semula)
mempunyai kebenaran ilmiah.
D.
RANGKUMAN
IPA memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya dengan
bidang ilmu lain. Karakteristik IP tersebut yaitu; 1) IPA mempunyai nilai ilmiah,
artinya kebenaran-kebenaran IPA dapat dibuktikan kembali oleh semua orang
dengan melakukan prosedur yang sama seperti yang dilakukan penemunya; 2)
IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis tentang
yang berkaitan dengan gejala-gejala alam; 3) IPA merupakan pengetahuan teoritis
yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus yaitu denga
melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori,
eksperimen, observasi demikian seterusnya sehingga saling terkait satu sama lain;
4) IPA meliputi 4 unsur yaitu proses, produk, aplikasi, dan sikap. Karakteristik
belajar IPA meliputi 1) melibatkan hampir semua indera, seluruh proses berpikir,
Pengembangan Pembelajaran IPA SD 25
seperti observasi, eksplorasi, dan eksperimentasi; 3) Belajar IPA sering
melibatkan alat bantu pengamatan untuk memperoleh data yang obyektif, sesuai
sifat IPA yang mengutamakan obyektivitas; 4) Belajar IPA sering melibatkan
kegiatan temu ilmiah, mengunjungi objek, studi pustaka, dan penyusunan
hipotesis untuk mempeloleh pengakuan kebenaran temuan yang benar-benar
obyektif, dan 5) belajar IPA merupakan proses aktif, artinya belajar IPA
merupakan suatu yang harus dilakukan siswa, bukan suatu yang dilakukan untuk
siswa.
E. TES FORMATIF
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan memberikan uraian secara
runtut dan jelas!
1. Jelaskan secara runtut mengapa IPA dikatakan mempunyai nilai ilmiah?
Menurut Anda mengapa belajar IPA dituntut untuk melalui proses bekerja
dan berbuat?
2. Jelaskan mengapa alat ukur disebut sebagai alat bantu pengamatan?
3. Apa yang seharusnya dilakukan oleh seseorang agar temuannya di bidang
IPA mempunyai nilai obyektivitas yang tinggi?.Jelaskan!
4. Mengapa pengukuran panjang benda dengan menggunakan alat ukur
jengkal tidak obyektif? Jelaskan!
E.
UMPAN BALIK
Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban sub-Unit 1.1 yang
terdapat pada bagian akhir unit ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar.
Gunakanlah rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda
terhadap materi sub-Unit 1.1.
Rumus:
Skor jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = X 100%
2 6 Pengembangan Pembelajaran IPA SD
Penentuan Skor : Setiap butir soal yang dijawab dengan benar (100%) diberi
skor berbeda. Jika jawaban benar, setiap butir soal diberi skor
5.
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :
90 – 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 – 79% = cukup
< 70% = kurang
Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat melanjutkan
dengan Unit selanjutnya. Selamat untuk Anda ! Tetapi apabila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mempelajari kembali materi
sub-Unit 1.1 terutama bagian yang belum Anda kuasai.
G. LEMBAR DISKUSI MAHASISWA
Petujuk Umum:
Amati simulasi fenomena pemuaian dan gelombang pada website matakuliah
Pengembangan Pembelajaran IPA SD yang disediakan!
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini melalui diskusi kelompok!
Pertanyaan
1. Ketika anda melihat tayangan proses ”pemuaian atau gelombang”, aktivitas
-aktivitas mental dan fisik apa yang anda alami?. Sebutkan!
2. Cobalah anda cari alternatif lain untuk dapat menunjukkan perubahan panjang
batang logam yang dipanaskan seperti pada fenomena yang ditampilkan pada
website? Mengapa anda memilih alternatif demikian?, Jelaskan!
3. Berdasarkan pemahaman anda terhadap karakteristik IPA, apakah materi
Pengembangan Pembelajaran IPA SD 27
SUB-UNIT 1.2
KEDUDUKAN IPA SEBAGAI
PROSES, PRODUK DAN SIKAP ILMIAH
A.
PENGANTAR
Sudah siapkah Anda? Marilah kita mulai untuk mengikuti pembelajaran
dalam sub-unit 2 ini. Materi dalam sub-Unit 2 ini akan mengajak Anda untuk
mengkaji kedudukan IPA sebagai proses, produk, dan sikap ilmiah. Setelah Anda
menyelesaikan belajar materi kajian dalam sub-Unit 2 ini, ada sejumlah
kompetensi yang hendaknya akan Anda capai, yaitu Anda dapat 1) menjelaskan
kedudukan IPA sebagai proses; 2) menunjukkan 9 macam keterampilan proses
dasar dalam IPA; 3) memberi contoh keterampilan proses dasar; 4)
menunjukkan 10 macam keterampilan proses terintegrasi; 5) memberi contoh
keterampilan proses terintegrasi; 6) menjelaskan kedudukan IPA sebagai produk;
memberi contoh produk-produk IPA; 7) mengidentifikasi fakta-fakta pada konsep
yang dicontohkan; 8) mengidentifikasi konsep-konsep pada prinsip atau teori
yang dicontohkan; 9) menjelaskan sikap ilmiah; 10) memberi contoh sikap-sikap
ilmiah; dan 11) menghubungkan sikap ilmiah dengan sikap mengagungkan
kebesaran Tuhan YME.
B.
URAIAN
1.
IPA sebagai Proses
Mari kita telusuri materi kajian IPA sebagai proses dari sajian berikut ini.
IPA sebagai proses mengandung pengertian cara berpikir dan bertindak untuk
menghadapi atau merespons masalah-masalah yang ada di lingkungan. Jadi, IPA
sebagai proses menyangkut proses atau cara kerja untuk memperoleh hasil
(produk) inilah yang kemudian dikenal sebagai proses ilmiah. Melalui proses-proses ilmiah akan didapatkan temuan-temuan ilmiah. Perwujudan proses-proses-proses-proses
2 8 Pengembangan Pembelajaran IPA SD
ilmiah. Secara sederhana Nyoman (1985-1986: 8) mendefinisikan inkuiri ilmiah
sebagai usaha mencari pengetahuan dan kebenaran. Sejumlah proses IPA yang
dikembangkan para ilmuwan dalam mencari pengetahuan dan kebenaran ilmiah
itulah yang kemudian disebut sebagai keterampilan proses IPA.
Iskandar (1997:5) mengartikan keterampilan proses IPA adalah
keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan. Ditinjau dari tingkat kerumitan
dalam penggunaannya, keterampilan psroses IPA dibedakan menjadi 2 kelompok
yaitu keterampilan proses dasar (basic skills) dan keterampilan proses terintegrasi
(integrated skills) (Moejiono dan Dimyati, 1992:16). Keterampilan-keterampilan
proses dasar menjadi dasar untuk keterampilan-keterampilan proses terintegrasi
yang lebih kompleks. Contoh: seseorang untuk dapat menabulasikan data (jenis
keterampilan proses terintegrasi) maka lebih orang tersebut harus memiliki
keterampilan mengukur (jenis keterampilan proses dasar).
a. Jenis-jenis Keterampilan Proses (KP) dan Pengertiannya
1) Mengamati
Mengamati adalah kegiatan yang melibatkan satu atau lebih alat indera.
Pada tahap pengamatan orang hanya mengatakan kejadian yang mereka lihat,
dengar, raba, rasa, dan cium.
Pada tahap ini seseorang belajar mengumpulkan petunjuk. Kegiatan inilah
yang membedakan antara pengamatan dengan penarikan kesimpulan atau
pengajuan pendapat. Contoh kegiatan keterampilan proses IPA adalah merasakan
air gula, meraba permukaan daun, mendengarkan bunyi dari dawai yang dipetik,
mengamati daur air, mencium bau tape. Hasil dari pengamatan ini disebut fakta.
Pengamatan dapat bersifat kualitatif dan kuantitatif. Pengamatan kualitatif terjadi
apabila pelaksanaan pengamatan hanya menggunakan pancaindera dalam rangka
untuk memperoleh informasi. Pengamatan kuantitatif terjadi manakala dalam
pelaksanaannya selain menggunakan pancaindera juga menggunakan peralatan
Pengembangan Pembelajaran IPA SD 29
2) Menggolongkan/Mengklasifikasi
Menggolongkan adalah memilah berbagai obyek dan/atau peristiwa
berdasarkan persamaan sifat khususnya, sehingga diperoleh kelompok sejenis dari
obyek atau peristiwa yang dimaksud. Dua hal penting yang perlu dicermati dalam
mengembangkan keterampilan mengklasifikasi adalah (1) kegiatan menghimpun
hasil pengamatan dan menyajikan dalam bentuk tabel hasil pengamatan, dan (2)
kegiatan memilah hasil pengamatan sesuai sifat khusus yang dimiliki oleh obyek
dan/atau peristiwa serta menyajikannya dalam tabel klasifikasi atau penggolongan
atau pengelompokan.
Untuk mengetahui pemahaman Anda terkait dengan pengembangan
keterampilan proses mengklasifikasi ini, cobalah Anda berlatih mengembangkan
keterampilan ini melalui kegiatan mengumpulkan daun dari berbagai jenis
tumbuhan dengan berbagai bentuk tulang daun yang dimiliki. Amati bentuk
tulang daun dari berbagai jenis tumbuhan amatan, masukkan hasil pengamatan
Anda ke dalam tabel hasil pengamatan bentuk-bentuk tulang daun. Kelompokkan
daun-daun tersebut berdasarkan bentuk tulang daunnya! Gunakan tabel-tabel
untuk mempermudah pencatatan data yang anda peroleh
3) Mengukur
Mengukur adalah kegiatan membandingkan benda yang diukur dengan
satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk kegiatan
mengukur diperlukan bantuan alat-alat ukur yang sesuai dengan benda yang
diukur. Contoh kegiatan mengukur adalah mengukur panjang, lebar, tinggi almari
dengan menggunakan alat ukur panjang yang sesuai yaitu meteran gulung (roll
meter), bukan menggunakan penggaris plastik. Hal penting yang perlu
diperhatikan ketika akan menggunakan alat ukur adalah cara menggunakan alat
ukur, kapasitas maksimal alat ukur, dan nilai skala alat ukur. Kesalahan dalam
cara menggunakan alat ukur tertentu dapat menimbulkan kecelakaan kerja.
4) Mengkomunikasikan
Mengkomunikasikan adalah kegiatan menyampaikan perolehan fakta,
3 0 Pengembangan Pembelajaran IPA SD
visual. Cara-cara komunikasi yang sering digunakan dalam ilmu pengetahuan
selain dengan bahasa tulis maupun lisan adalah melalui sajian bentuk grafik, tabel,
gambar, bagan, simbol/lambang, persamaan matematika. Contoh kegiatan
mengkomunikasikan: mempresentasikan hasil pengamatan, membuat laporan
penyelidikan, membacakan peta dan yang lainnya.
5) Menginterpretasi Data
Menginterpretasi adalah memberi makna pada data yang diperoleh dari
pengamatan karena data tidak berarti apa-apa sebelum diartikan. Menginterpretasi
berarti memberi arti/makna, misal: mengartikan tabel data, mengartikan grafik
data. Menginterpretasi juga diartikan menduga dengan pasti sesuatu yang
tersembunyi dibalik fakta yang teramati. Contoh: Berikut ini tabel data
pengukuran suhu pada pemanasan 500 cc (500 ml) air selama 15 menit, dengan
frekuensi pengukuran setiap 3 menit.
Tabel Hasil Pengukuran Suhu pada Pemanasan Air
No Frekuensi pengukuran Suhu
1 0 menit 280C
2 3 menit ke 1 42,50C
3 3 menit ke-2 570C
4 3 menit ke-3 730C
5 3 menit ke-4 85,50C
6 3 menit ke-5 97,50C mendidih
Tabel di atas dapat diinterpretasi dari sudut pandang tertentu, misal
interpretasi terhadap terjadinya kenaikan suhu selama menit-menit pemanasan.
Dari data tersebut dapat diketahui sampai pada menit ke-6 pemanasan kenaikan
suhu setiap 3 menit masih konstan, yaitu sebesar 14,50C. Kenaikan suhu sesudah
6 menit pemanasan menjadi tidak teratur lagi. Oleh karena banyaknya kalor dalam
suatu zat menentukan suhu zat itu, maka kemungkinan penyebab kenaikan suhu
air menjadi tidak konstan adalah faktor pemanasan yang tidak konstan juga,
Pengembangan Pembelajaran IPA SD 31
tidak konstan. Karena banyaknya kalor yang diserap tidak konstan, maka
kenaikan suhu juga tidak konstan.
6) Memprediksi
Memprediksi ialah menduga sesuatu yang akan terjadi berdasarkan
pola-pola peristiwa atau fakta yang sudah terjadi. Prediksi biasanya dibuat dengan cara
mengenal kesamaan dari hasil berdasarkan pada pengetahuan yang sudah ada,
mengenal bagaimana kebiasaan terjadinya suatu peristiwa berdasarkan pola
kecenderungan. Prediksi berkaitan erat dengan observasi, klasifikasi, dan
penarikan kesimpulan. Prediksi didasarkan pada observasi yang seksama dan
penarikan kesimpulan yang sahih mengenai hubungan antara peristiwa-peristiwa
yang diobservasi. Sejumlah kemampuan yang tercakup dan mendukung
keterampilan memprediksi yaitu mengantisipasi berdasarkan kecenderungan,
mengantisipasi berdasarkan pola, dan mengantisipasi berdasarkan hubungan
antara data atau informasi.
7) Menggunakan Alat
Menggunakan alat adalah kegiatan merangkai dan menggunakan alat-alat
untuk kegiatan pengujian atau kegiatan percobaan/eksperimen.
8) Melakukan Percobaan
Melakukan percobaan adalah keterampilan untuk mengadakan pengujian
terhadap ide-ide yang bersumber dari fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan
sehingga dapat diperoleh informasi yang menerima atau menolak ide-ide itu.
9) Menyimpulkan
Menyimpulkan adalah keterampilan memutuskan keadaan suatu objek
berdasarkan fakta, konsep, prinsip yang diketahui. Contoh: Data peranan air
terhadap pertumbuhan tanaman kacang tanah pada tabel di atas memberikan
informasi tanaman kacang tanah pada pot V (tidak diberi air) tidak dapat tumbuh
baik seperti pada empat pot lainnya. Diprediksikan pada hari ke-8 tanaman mati
3 2 Pengembangan Pembelajaran IPA SD
lainnya . Dari fakta tersebut menunjukkan tanaman yang diberi air terus tumbuh,
sementara yang tidak diberi air mati. Jadi dapat disimpulkan tanaman memerlukan
air untuk pertumbuhannya.
b. Jenis-jenis Keterampilan Proses IPA Terintegrasi dan Pengertiannya
1) Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan salah satu tahapan dari suatu kegiatan
penyelidikan ilmiah, setelah masalah yang akan diteliti ditetapkan. Suatu masalah
perlu dirumuskan agar jelas variabel-variabelnya dan jenis data yang perlu
dikumpulkan. Masalah tersebut harus dapat dirumuskan sedemikian rupa sehingga
hanya dapat dijawab dengan pengamatan dan percobaan di dunia ini. Rumusan
tersebut yang kemudian disebut sebagai rumusan masalah (Arif, 1982: 28). Untuk
itu dalam rumusan masalah harus secara tegas menunjukkan jenis variabelnya.
Contoh: Bagaimanakah hubungan antara penerapan pendekatan siklus belajar
dengan kemampuan siswa mengaplikasi konsep dalam pembelajaran IPA di kelas
V, SD Kartika Kota Malang?.
2) Mengidentifikasi Variabel
Mengidentifikasi variabel merupakan suatu kegiatan menentukan jenis
variabel dalam suatu penelitian. Arikunto, (1993: 91) mengartikan variabel adalah
obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.
3) Mendeskripsikan Hubungan Antar Variabel
Mendeskripsikan hubungan antar variabel perlu dilakukan karena
deskripsi tersebut dapat memperjelas tentang bagaimana penelitian dilaksanakan,
dan data apa yang harus dikumpulkan. Perhatikan rumusan masalah berikut.
Bagaimanakah hubungan antara penerapan pendekatan siklus belajar dengan
kemampuan siswa mengaplikasi konsep dalam pembelajaran IPA di kelas V SD
Kartika Kota Malang? Hubungan antar variabelnya dapat dideskripsikan sebagai
variabel bebas yaitu penerapan pendekatan siklus belajar ini mempengaruhi
Pengembangan Pembelajaran IPA SD 33
tindakan penyelesaian masalah, sedangkan kemampuan mengaplikasi konsep
merupakan akibat dari penerapan pendekatan siklus belajar.
4) Mengendalikan Variabel
Mengendalikan variabel merupakan kegiatan menentukan atau mengatur
variasi/macam-macam suatu variabel bebas penelitian. Contoh dari suatu rumusan
masalah penelitian yang menyatakan: bagaimanakah peranan jumlah tetes
yodium terhadap perubahan warna pada uji amilum tepung terigu? Dari rumusan
masalah tersebut, dapat diinformasikan bahwa dalam penelitian ini variabel
bebasnya adalah jumlah tetes yodium yang diberikan pada tepung terigu Cakra.
Jumlah tetes jodium tersebut dikendalikan dengan cara mengatur pemberian
jumlah tetes jodium yang berbeda-beda pada tepung untuk diketahui apakah
perubahan warnanya juga berbeda?. Untuk menguatkan kebenaran pengaruh
perubahan warna yang berbeda-beda pada tepung diakibatkan oleh variasi jumlah
tetesan yodium yang diberikan, diperlukan pengontrol. Kontrol yang digunakan
adalah pemberian tetes yodium sama banyak pada tepung terigu yang sama
5) Mendefinisikan Variabel Secara Operasional
Definisi secara operasional variabel adalah memberikan penjelasan secara
operasional terhadap variabel penyelidikan agar jelas bagaimana kedudukan dan
penggunaan variabel dalam penyelidikan. Contoh judul penyelidikan “Peranan
Ketinggian Benda Terhadap Waktu Jatuh Benda di Permukaan Tanah” (materi
diambil dari KD IPA SD/MI kelas V semester II tentang gerak karena gaya
gravitasi). Definisi operasional variabel dari penyelidikan ini adalah sebagai
berikut ini.
Variabel bebas ketinggian benda (h) dari permukaan tanah yang
berbeda-beda. Penyelidikan dilakukan dengan menjatuhkan benda yang
massanya sama secara bergantian dan tegak lurus dari
bermacam-macam ketinggian, misal: 1m, 2m, 3m dari permukaan tanah, untuk
mengetahui apakah waktu jatuh dari ketinggian yang berbeda sama
atau berbeda?
3 4 Pengembangan Pembelajaran IPA SD
Penyelidikan dilakukan dengan menjatuhkan benda yang massanya sama
dari ketinggian yang sama pula, untuk mengetahui apakah waktu jatuh
kedua benda tersebut juga sama?
Variabel terikat: waktu jatuh benda (dicatat pada tabel pencatat data). Yang
dicatat semua hasil/data penyelidikan baik dari variabel bebas maupun
variabel kontrol.
6) Memperoleh dan Menyajikan Data
Data yang diperoleh dari percobaan/penyelidikan dicatat, kemudian
disusun secara sistematis. Selanjutnya data tersebut disajikan dalam bentuk tabel,
grafik, dan atau/ gambar disesuaikan dengan jenis datanya. Contoh tabel data
untuk percobaan yang dicontohkan di atas adalah disajikan di bawah ini.
Tabel 2.5 Data Peranan Ketinggian Benda Terhadap Waktu Jatuh Benda
No Tinggi tempat (h) dalam meter Waktu jatuh (t) dalam detik
1 1 …….
2 2 …….
3 3 …….
4 1 (kontrol) …….
7) Menganalisis Data
Data percobaan yang telah dikumpulkan dan disajikan dalam bentuk
sajian data yang sesuai dengan jenisnya, selanjutnya perlu dianalisis dulu
sebelum ditarik kesimpulannya. Kegiatan menganalisis data diartikan sebagai
menginterpretasi data, selanjutnya hasil interpretasi data dibandingkan dan
diintegrasikan dengan teori yang relevan dengan masalah penyelidikan, dan/atau
dibandingkan dan diintegrasikan dengan temuan penelitian lain yang relevan
8) Merumuskan Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara dari peneliti
terhadap permasalahan penelitian yang telah dirumuskan. Hipotesis dirumuskan
Pengembangan Pembelajaran IPA SD 35 sebagai “Apakah ketinggian benda menentukan waktu jatuh benda?”. Maka hipotesis dari rumusan masalah tersebut adalah “Waktu jatuh benda diduga atau
kemungkinan ditentukan oleh ketinggian kedudukan benda yang jatuh”. Jawaban
tersebut masih perlu diuji kebenarannya melalui percobaan/penyelidikan.
9) Merancang Penelitian
Merancang penelitian merupakan keterampilan proses yang terdri dari
urutan berbagai keterampilan proses. Keterampilan proses merancang penelitian
dapat dikembangkan di SD/MI diawali di kelas tinggi (IV, V, dan VI). Secara
berurutan kegiatan merancang penelitian minimal terdiri atas proses-proses IPA:
(1) membuat pertanyaan-pertanyaan (merumuskan masalah) dari sebuah topik
pembelajaran yang sesuai untuk didekati melalui penyelidikan, (2) merumuskan
hipotesis, (3) memilih alat dan bahan dan merancang cara kerja percobaaan untuk
menguji hipotesis yang difasilitasi oleh guru, (4) memperkirakan hasil yang
diharapkan dari masalah yang akan dipecahkan, dan (5) membuat format pencatat
data untuk mengumpulkan data.
10) Melakukan Penyelidikan/Percobaan
Keterampilan proses melakukan percobaan yang dapat dikembangkan di
SD/MI dalam mata pelajaran IPA adalah percobaan-percobaan sederhana yang
dilakukan di SD/MI adalah untuk membangun konsep-konsep, dan/atau
prinsip-prinsip dasar IPA, bukan membangun teori baru, atau menerapkan teori. Contoh:
melakukan percobaan berdasarkan rancangan penyelidikan yang telah dibuat atau
melakukan percobaan atau penyelidikan berdasarkan rancangan cara kerja
percobaan yang telah dirancang guru, untuk membangun konsep dasar IPA yang
dipelajari.
2.
IPA sebagai Produk
Produk IPA adalah sekumpulan hasil kegiatan empirik dan kegiatan
analitik yang dilakukan oleh para ilmuwan selama berabad-abad. Pudyo (1991: 2)
menyebutkan bentuk-bentuk produk IPA meliputi istilah, fakta, konsep, prinsip,
3 6 Pengembangan Pembelajaran IPA SD
Produk IPA yang disebut istilah adalah sebutan, simbol atau nama dari
benda-benda dan gejala-gejala alam, orang, tempat. Contoh: malaria (sebutan),
lamda (simbol untuk panjang gelombang), matahari (nama benda), angin puting
beliung (gejala alam), Newton (nama orang), Galapagos (nama tempat).
Iskandar (1997: 3) menyatakan bahwa fakta adalah pernyataan-pernyataan
tentang benda-benda yang benar ada, atau peristiwa-peristiwa yang
benar-benar terjadi dan sudah dikonfirmasi secara objektif. Sementara itu Susanto
(1991: 3) mengartikan fakta sebagai ungkapan tentang sifat-sifat suatu benda,
tempat, atau waktu adanya atau terjadinya suatu benda atau kejadian. Sifat yang
dimaksud dapat berupa wujud, bentuk, bangun, ukuran, warna, bau, rasa dan yang
lainnya. Contoh;
1) fakta mengenai sifat: air jeruk rasanya asam.
2) fakta mengenai waktu: Kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada tanggal
17 Agustus 1945.
3) fakta mengenai tempat: Ujung Kulon (tempat suaka badak bercula satu)
4) fakta mengenai orang: Mukibat (adalah orang Indonesia penemu teknik
menyambung singkong).
Konsep dapat diartikan dari beberapa tinjauan. Susanto (1990/1991: 3)
mengartikan konsep dari berbagai sudut pandang, (1) konsep dapat merupakan
istilah yang sudah diberi makna khusus, (2) konsep dapat merupakan penjelasan
tentang ciri-ciri khusus dari sekelompok benda, gejala, atau kejadian, atau
penjelasan tentang ciri-ciri utama untuk mengklasifikasikan atau mengkategorikan
sekelompok benda atau kejadian. Sedangkan Iskandar (1997: 3) mengartikan
”konsep IPA adalah suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta IPA”. Jadi konsep merupakan hubungan antara fakta-fakta yang memang berhubungan. Contoh:
1) Konsep merupakan istilah yang diberi makna khusus: gerhana adalah istilah,
tetapi jika gerhana tersebut diberi makna khusus menjadi sebuah konsep
tentang gerhana. Makna khusus yang dimaksud adalah Gerhana adalah
peristiwa alam terhalangnya cahaya sampai ke bumi.
2) Konsep yang merupakan penjelasan ciri-ciri khusus dari sekelompok benda:
Pengembangan Pembelajaran IPA SD 37
bensin, spiritus) adalah zat yang mempunyai ciri-ciri bentuk selalu berubah
sesuai bentuk wadah/tempat yang ditempatinya, volume dan beratnya selalu
tetap, dapat mengalir dari tempat yang tinggi menuju ke tempat yang lebih
rendah, tidak dapat dimampatkan.
3) Konsep yang merupakan hubungan antara fakta-fakta, yaitu konsep bunyi.
Fakta-fakta yang berhubungan misalnya (i) gong dipukul bergetar
menghasilkan bunyi, (ii) dawai gitar dipetik bergetar menghasilkan bunyi,
(iii) kaleng dipukul bergetar menghasilkan bunyi, terompet ditiup
membrannya bergetar menghasilkan bunyi dan fakta yang lainnya.
Fakta-fakta tersebut berhubungan dalam hal benda yang bergetar-menghasilkan
bunyi. Dari fakta-fakta yang berhubungan ini dibuatlah konsep”bunyi”
sebagai ”bunyi adalah sesuatu yang dihasilkan dari getaran suatu benda”.
Prinsip diartikan sebagai generalisasi tentang hubungan antara
konsep-konsep (Iskandar, 1997: 3). Contoh prinsip dalam IPA: Semua benda dipanaskan
mengalami kenaikan suhu. Prinsip tersebut menghubungkan konsep-konsep
benda, pemanasan, suhu. Prinsip ini dibangun melalui berpikir analitik, sebab
merupakan generalisasi induktif yang ditarik dari beberapa fakta. bersifat tentatif
karena prinsip sewaktu-waktu dapat berubah jika observasi baru dilakukan
menghasilkan hal baru. Para ilmuwan mengatakan bahwa prinsip merupakan
deskripsi yang paling tepat tentang obyek atau kejadian/fenomena. Dalam IPA
prinsip dapat berupa hipotesis, teori atau hukum. Contoh: hukum Mendel, hukum
Newton.
Pertanyaan untuk didiskusikan:
Coba sebutkan pernyataan Hukum III Newton!. Mengapa Hukum Newton tersebut
disebut prinsip IPA?
Produk dalam IPA dapat berupa prosedur. Prosedur diartikan sebagai
“langkah-langkah dari suatu rangkaian kejadian, suatu proses, atau suatu kerja” (Susanto,1991: 4).
3 8 Pengembangan Pembelajaran IPA SD
Prosedur kerja generator pembangkit listrik
Prosedur fotositesis
Proses terjadinya angin
Proses fermentasi alkohol
3.
IPA sebagai Sikap Ilmiah
Sikap ilmiah adalah sikap tertentu yang diambil dan dikembangkan oleh
ilmuwan untuk mencapai hasil yang diharapkan (Iskandar, 1996/1997: 11).
Sikap-sikap ilmiah meliputi:
a. Obyektif terhadap fakta. Obyektif artinya menyatakan segala sesuatu tidak
dicampuri oleh perasaan senang atau tidak senang. Contoh: Seorang peneliti
menemukan bukti pengukuran volume benda 0,0034 m3, maka ia harus
mengatakan juga 0,0034m3, padahal seharusnya 0,005m3.
b. Tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan bila belum cukup data yang
mendukung kesimpulan itu. Contoh: Ketika seorang ilmuwan menemukan
hasil pengamatan suatu burung mempuyai paruh yang panjang dan lancip,
maka dia tidak segera mengatakan semua burung paruhnya panjang dan
lancip, sebelum data-datanya cukup kuat mendukung kesimpulan tersebut.
c. Berhati terbuka artinya bersedia menerima pandangan atau gagasan orang lain,
walaupun gagasan tersebut bertentangan dengan penemuannya sendiri.
Sementara itu, jika gagasan orang lain memiliki cukup data yang mendukung
gagasan tersebut maka ilmuwan tersebut tidak ragu menolak temuannya
sendiri.
d. Tidak mencampur-adukkan fakta dengan pendapat. Contoh: tinggi batang
kacang tanah di pot A pada umur lima (5) hari 2 cm, yang di pot B umur lima
hari tingginya 6,5 cm. Orang lain mengatakan tanaman kacang tanah pada pot
A terlambat pertumbuhannya, pernyataan orang ini merupakan pendapat
bukan fakta.
f. Bersikap hati-hati. Sikap hati-hati ini ditunjukkan oleh ilmuwan dalam bentuk
cara kerja yang didasarkan pada sikap penuh pertimbangan, tidak ceroboh,
selalu bekerja sesuai prosedur yang telah ditetapkan, termasuk di dalamnya
Pengembangan Pembelajaran IPA SD 39
dengan penuh kehati-hatian berdasarkan fakta-fakta pendukung yang
benar-benar akurat.
g. Sikap ingin menyelidiki atau keingintahuan (couriosity) yang tinggi. Bagi
seorang ilmuwan hal yang dianggap biasa oleh orang pada umumnya, hal itu
merupakan hal penting dan layak untuk diselidiki. Contoh: Orang
menganggap hal yang biasa ketika melihat benda-benda jatuh, tetapi tidak
biasa bagi seorang Issac Newton pada waktu itu. Beliau berpikir keras
mengapa buah apel jatuh ketika dia sedang duduk istirahat di bawah pohon
tersebut. Pemikiran ini ditindaklanjuti dengan menyelidiki selama
bertahun-tahun sehingga akhirnya ditemukannya hukum Gravitasi.
C.
LATIHAN
1. Kumpulkan daun sebanyak-banyaknya, amati dan catat datanya ke dalam tabel
di bawah ini!
Tabel Hasil Pengamatan Bentuk-bentuk Tulang Daun
No Nama
tumbuhan
Bentuk tulang daun
menyirip sejajar Menjari Melengkung
1 Lombok - - -
2 Dst
3
Dst
Tabel Hasil Klasifikasi/Penggolongan Daun Berdasarkan Bentuk Tulang Daunnya
No
Kelompok tumbuhan berdasarkan bentuk-bentuk tulang daun
menyirip Sejajar Menjari Melengkung
1 Lombok ? ? ?
2
Dst
Mangga
Dst
? ? ?
2. Amati Tabel data di bawah ini, prediksikan apa yang mungkin akan terjadi selanjutnya pada tanaman kacang tanah pada pot nomor V pada hari ke-8?
4 0 Pengembangan Pembelajaran IPA SD
Tabel Hasil Percobaan Peranan Air Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kacang Tanah
No Pengukuran tinggi batang hari ke... Pot I cm Pot II cm Pot III cm Pot IV cm Pot V cm(tanpa air) 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8 - 0,5 1,2 2,0 2,8 3,7 4,5 5,3 - 0,5 1,1 1,9 2,8 3,6 4,5 5,4 - 0,6 1,2 2,0 2,8 3,6 4,4 5.3 - 0,5 1,2 2,0 2,85 3,6 4,5 5,4 - - 0,4 0,45 0,5 0,5 0,5 ....?
3. Apakah sifat hidung mancung itu disebut fakta?. Jika setuju atau tidak setuju, kemukakan dengan alasan yang logis!
Rambu-rambu Jawaban Latihan
1. Dalam mengembangkan/menggunakan KP IPA mengklasifikasi yang perlu diingat adalah adanya dua (2) langkah kegiatan utama, yaitu (1) kegiatan
mengamati ciri obyek yang dijadikan dasar klasifikasi dan menghimpun data
pengamatan dalam sebuah tabel hasil pengamatan, dan ke (2) kegiatan
memilah obyek yang diklasifikasi untuk diklasifikasikan ke dalam kelompok
yang sesuai dengan ciri khususnya, kemudian memasukkannya ke dalam
tabel klasifikasi.
2. Diprediksikan tanaman kacang tanah pada pot V (tanaman coba tanpa diberi air), pada hari ke 8 akan mati, karena tanaman tersebut sejak awal sampai hari
ke 7 tidak menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan yang normal seperti
keempat tanaman coba lainnya. Sementara keempat tanaman lainnya makin
lama makin bertambah tinggi, sedangkan tanaman pada pot V tetap 0,5 cm
Pengembangan Pembelajaran IPA SD 41 3. Sifat hidung mancung bukan fakta tetapi persepsi atau hasil interpretasi,
karena hidung mancung bukan ukuran hasil pengamatan, selain itu sifat
mancung itu relatif. Si Fulan mengatakan mancung, belum tentu bagi si
Anang. Sementara fakta itu adalah berupa sifat (tetapi sama untuk semua
orang), waktu, tempat, dan orang. Jadi hidung mancung bukan fakta.
D.
RANGKUMAN
Kedudukan IPA pada dimensi proses ditunjukkan oleh sejumlah
keterampilan proses IPA dasar dan terintegrasi. Keterampilan proses IPA
diartikan sebagai keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan. Dalam proses
IPA terkandung cara kerja dan cara berpikir untuk kemajuan IPA itu sendiri.
Proses-proses IPA yang termasuk ke dalam keterampilan proses IPA dasar adalah
mengamati, mengukur, mengklasifikasi, menginterpretasi, memprediksi,
mengkomunikasikan hasil, menggunakan alat, menarik kesimpulan. Proses-proses
IPA yang termasuk ke dalam keterampilan proses IPA terintegrasi adalah
merumuskan masalah penelitian/percobaan, mengidentifikasi dan
mendeskripsikan variabel, mendeskripsikan hubungaan antar variabel,
mengendalikan dan kemungkinan mengontrol variabel, mendefinisikan variabel
secara operasional, memperoleh dan menyajikan data, mengolah data, menyusun
hipotesis, merancang penelitian/penyelidikan, melakukan penelitian/penyelidikan.
Pada tataran penerapan, keterampilan proses dasar lebih sederhana
dibanding dengan penerapan keterampilan proses terintegrasi yang lebih
kompleks. Penerapan keterampilan proses terintegrasi lebih rumit karena
memerlukan penggunaan keterampilan proses yang lain. Keterampilan proses
dasar merupakan modal dasar untuk dapat mengembangkan keterampilan proses
terintegrasi.
Kedudukan IPA pada dimensi produk mengkaji produk-produk IPA yang
diperoleh dari kegiatan serangkaian proses-proses IPA. Produk-produk IPA
meliputi istilah, fakta, konsep, prinsip, dan prosedur (urutan proses dari suatu
kejadian/fenomena alam).
Kedudukan IPA pada dimensi sikap: dipahami sebagai sikap-sikap yang
4 2 Pengembangan Pembelajaran IPA SD
ilmiah meliputi: obyektif terhadap fakta, tidak cepat mengambil kesimpulan jika
data yang mendukung belum kuat/lengkap, berhati terbuka, berhati-hati, tidak
mencampur adukkan fakta dengan pendapat, ingin menyelidiki
D.
TES FORMATIF
Bacalah dengan seksama pertanyaan-pertanyaan yang akan Anda kerjakan!,
pahami maksudnya! Jawablah pertanyaan dengan memberikan uraian secara jelas
dan runtut!
1. Apa yang dimaksud dengan keterampilan proses dasar?
2. Sebutkan pula jenis-jenis keterampilan proses dasar tersebut! Apa yang
dimaksud dengan keterampilan proses terintegrasi?
3. Sebutkan jenis-jenis keterampilan proses terintegrasi!
5. Identifikasikan keterampilan proses IPA terintegrasi dari sebuah judul
percobaan sederhana berbunyi “Pertumbuhan Tanaman Jagung Ditinjau Dari
Jenis Tekstur Tanah”. Berdasarkan judul tersebut jawablah
pertanyaan-pertanyaan berikut ini!
a. Buatlah tiga rumusan masalahnya!
b. Identifikasikan jenis variabel bebas, variabel terikat, dan variabel
kontrolnya!, dan deskripsikan masing-masing variabel dengan jelas!
c. Definisikan secara operasional masing-masing variabel hasil identifikasi
Anda!
6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan IPA sebagai produk!
7. Sebutkan 5 macam produk IPA!
8. Identifikasikan fakta-fakta dari sebuah konsep: pemuaian pada benda padat!
9. Identifikasikan konsep-konsep pada prinsip yang berbunyi: besarnya gaya
mempengaruhi kecepatan gerakan suatu benda!
10. Jelaskan apa sikap ilmiah itu?
11. Identifikasikan contoh sikap ilmiah apa saja yang terkembangkan pada
pembelajaran IPA kelas IV Semester II tentang KD 7.1: Menyimpulkan
hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak
Pengembangan Pembelajaran IPA SD 43
12. Jelaskan bagaimana kita menghubungkan sikap ilmiah dengan sikap
mengagungkan kebesaran Tuhan YME?
E. UMPAN BALIK
Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban sub-Unit 1.2 yang
terdapat pada bagian akhir unit ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar.
Gunakanlah rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda
terhadap materi sub-Unit 1.2.
Rumus:
Skor jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = X 100%
Skor total (75)
Penentuan Skor : Setiap butir soal yang dijawab dengan benar (100%) diberi
skor berbeda. Jika jawaban benar, setiap butir nomor diberi
skor 5, kecuali butir soal nomor 5 diberi skor 20 jika
jawabannya benar.
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :
90 – 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 – 79% = cukup
< 70% = kurang
Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat melanjutkan
dengan Unit selanjutnya. Selamat untuk Anda ! Tetapi apabila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mempelajari kembali materi
Pengembangan Pembelajaran IPA SD 45
SUB-UNIT 1.3
HAKIKAT PEMBELAJARAN IPA
A. PENGANTAR
Sub-Unit 1.3 ini akan mengajak Anda untuk mengkaji secara cermat dan
seksama hal-hal yang berkenaan dengan hakikat pembelajaran IPA SD/MI. Untuk
itu marilah kita baca secara seksama paparan bahan ajar pada bagian ini. Setelah
pengkajian secara mendalam tentang materi sub-Unit 3 ini diharapkan Anda dapat
1) menjelaskan pengertian belajar dan pembelajaran IPA menurut teori belajar
behavioristik; 2) menjelaskan pengertian belajar dan pembelajaran IPA menurut
teori konstruktivistik; 3) menjelaskan dampak pengertian belajar dan
pembelajaran IPA menurut teori behavioristik terhadap pembelajaran IPA SD/MI;
dan 4) menjelaskan dampak pengertian belajar dan pembelajaran IPA menurut
teori konstruktivistik terhadap pembelajaran IPA SD/MI
B. URAIAN
Sudah kenalkah Anda dengan teori-teori belajar? Bagi anda yang sudah
mengenal marilah disegarkan kembali memori terhadap teori-teori tersebut,
sedangkan bagi anda yang belum kenal marilah mengkaji teori-teori belajar
tersebut agar memahami apa sebenarnya belajar itu.
1.
Teori Belajar dan Pembelajaran Behavioristik
Teori belajar perilaku (behavioristik) merupakan teori belajar yang
dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu: (i) Ivan Pavlov dengan teori classical
conditioning, (ii) Skinner dengan teori operant conditioning, dan (iii) Bandura
dengan teori observasional atau teori belajar sosial. Secara umum teori belajar
perilaku menyatakan bahwa belajar merupakan suatu perubahan perilaku yang
respon-4 6 Pengembangan Pembelajaran IPA SD
respon menurut prinsip-prinsip mekanistik (Dahar, 1989: 19). Dari pengertian
tersebut dapat dikatakan belajar melibatkan terbentuknya hubungan-hubungan
tertentu antara satu seri stimulus (serangkaian stimulus) dengan respon-respon.
Yang dimaksud dengan stimulus adalah penyebab belajar (yaitu lingkungan,
sesuatu yang bertindak terhadap organisme yang menyebabkan organisme
tersebut memberikan respon-respon (tanggapan). Para penganut teori perilaku
(behaviourist) berpendapat, bahwa sudah cukup bagi siswa untuk megasosiasikan
stimulus-stimulus dan respon-respon, dan diberi penguatan bila mereka
memberikan respon yang benar. Para penganut teori ini tidak mempersoalkan apa
yang terjadi dalam pikiran siswa sebelum dan sesudah respon dibuat.
Ahli lain menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang
relatif permanen sebagai hasil dari tindakan penguatan (reinforcement)
(Hergenhahn, 1982 dalam Sutrisno & Kresnadi, 2007: 2-2). Tingkah laku sebagai
padanan behaviour merupakan media yang dapat digunakan untuk menunjukkan
suatu struktur telah dipelajari atau tingkah laku merupakan fungsi dari stimulus,
pujian atau hukuman (Blackman, 1984 dalam Sutrisno, dkk. 2007: 2). Dalam
pembelajaran, stimuli, pujian atau hukuman merupakan kejadian yang dibuat
secara sengaja oleh guru. Respons siswa terhadap stimuli diaktualisasikan dalam
bentuk tingkah laku. Jadi, tingkah laku dipandang sebagai hasil dari kegiatan
pembelajaran.
b. Pembelajaran Behavioristik
Apa dan bagaimanakah pembelajaran behavioristik itu? Pembelajaran
behavioristik merupakan bentuk pembelajaran yang menggunakan teori
behaviourisme. Artinya bahwa dalam pembelajaran tersebut menekankan pada
pemberian stimuli, pujian atau hukuman untuk memperoleh respons siswa sebagai
bentuk hasil belajarnya, dan menggunakan lingkungan belajar sebagai bagian
penting dari pembelajaran. Sutrisno & Kresnadi, (2007: 2-3) menyatakan bahwa
ciptakan lingkungan yang sesuai, maka anda akan dapat membangun suatu
Pengembangan Pembelajaran IPA SD 47
(berurutan), dan (ii) lingkungan belajar siswa dimanipulasi sedemikian rupa
sehingga mendorong siswa belajar.
Salah satu bentuk realisasi pembelajaran behavioristik adalah seperti yang
dikemukakan oleh Gagne yang dikenal dengan sebutan teori Hierarki Belajar
Gagne. Prosedur yang ditempuh adalah yang dimulai dari (i) menetapkan secara
verbal deskripsi operasional sejumlah variabel kemampuan yang diharapkan
(sekarang disebut tujuan pembelajaran/sasaran belajar), (ii) membuat hipotesis
hubungan hirarki antar variabel, (iii) menetapkan model hirarki belajar untuk
mewujudkan hubungan antar variabel yang dihipotesiskan, serta (iv) menetapkan
sejumlah tata cara untuk memvalidasi hirarki.
Contoh Penerapan Pembelajaran Behaviouristik
Mata Pelajaran : IPA SD
Kelas : 4
Langkah-langkah :
1) Menetapkan tujuan mata pelajaran IPA SD Kelas, ada 7 butir tujuan. Tujuan
mata pelajaran ini sama untuk semua tingkatan kelas, sedangkan yang
membedakan antar tingkatan kelas adalah adalah tujuan yang dirumuskan
dalam SK dan KD (tujuan-tujuan ini tujuan yang dihipotesiskan untuk dicapai
siswa). Terdapat dua kemungkinan bagi para siswa dalam pembelajaran dan
penguatan mata pelajaran yaitu (1) menguasai , atau (2) tidak menguasai.
2) Menyusun materi bahan ajar yang diduga dapat mewujudkan
kompetensi-kompetensi. Materi bahan ajar tersebut yang tersurat dalam rumusan KD mata
pelajaran di semua semester (ganjil dan genap). Contoh: di semester ganjil
materi ajar kelas 4 tersusun secara terurut mulai KD 1.1 s.d KD 6.3, di
semester genap KD 7.1 s.d KD 11.3.
3) Menyusun urutan belajar. Dalam tahap ini guru membelajarkan siswa
mengikuti hirarki KD-KD dalam kurikulum. Jika misalnya KD 1.1 sudah
berhasil diselesaikan dan dikuasai berdasarkan standar yang telah ditetapkan,
maka pembelajaran baru boleh dilanjutkan ke KD 1.2, dan seterusnya.
Penguatan-penguatan yang diberikan berupa latihan atau tugas. Jika
4 8 Pengembangan Pembelajaran IPA SD
siswa merasa senang dan mendapat pujian, tetapi manakala belum berhasil
siswa diberi kesempatan untuk memperbaiki (ini merupakan hukuman).
4) Menetapkan cara untuk memvalidasi hirarki belajar. Misal, dengan cara:
mengukur hasil belajar dari materi ajar yang disusun secara hirarkis dari yang
sederhana ke yang kompleks, dari yang mudah ke yang sulit, dari yang
konkrit ke yang abstrak, dari yang dekat ke yang jauh, melalui teknik tes dan
non tes yang meliputi domain/ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Domain kognitif merujuk apa yang dipikirkan seseorang; domain afektif
(sikap) merujuk kepada apa yang dirasakan seseorang, dan domain
psikomotorik (keterampilan) merujuk kepada yang dilakukan seseorang.
Hasil belajar dari tiga domain ini terbentuk dan tercermin secara simultan.
2.
Filosofi Teori Belajar Konstruktivistik
Teori belajar konstruktivistik dikembangkan dari teori Developmental
Piaget. Dalam teori developmental, Piaget mengemukakan empat periode
perkembangan intelektual manusia sejak dilahirkan sampai dengan puncak
perkembangannya. Empat periode perkembangan inletektual manusia yang
dimaksud yaitu: (a) periode sensori-motor, (b) pra-operasional, (c) konkrit
operasional, dan (d) operasional formal (berpikir abstrak) atau hipotetiko-deduktif
(Dahar, 1989: 152). Masing-masing tahap perkembangan intelektual tersebut akan
dipaparkan berikut ini.
a. Periode Sensori Motor (0-2 tahun)
Periode sensori motor menempati dua tahun pertama dalam masa
kehidupannya. Selama periode ini anak mengatur alamnya didominasi oleh
indera-inderanya (sensori) dan tindakan-tindakannya (motor). Selama periode ini
bayi tidak mempunyai konsepsi object permanence. Contohnya bila suatu benda
disembunyikan, ia gagal untuk menemukannya. Pengalaman terus bertambah
selama periode ini sampai mendekati akhir periode sensori motor, bayi mulai
menyadari bahwa benda yang disembunyikan itu masih ada, dan ia mulai
mencarinya sesudah dilihatnya benda itu disembunyikan. Konsep-konsep yang
Pengembangan Pembelajaran IPA SD 49
berkembang dan terinkorporasi (terjadi, tergabung) ke dalam pola-pola perilaku
anak.
b. Periode Pra-operasional (2-7 tahun)
Rentang umur anak 2 sampai 7 tahun inilah yang disebut oleh Piaget
sebagai periode pra-operasional. Dinamakan pra-operasional karena pada rentang
umur ini anak belum mampu melaksanakan operasi-operasi mental, seperti yang
telah dikemukakan terdahulu, seperti menambah, mengurangi dan yang lain-lain.
Ciri-ciri yang dapat dikenali dari periode pra-operasional ini adalah 1)
kemampuan menalar transduktif; 2) berpikir irreversibel (tidak dapat balik); 3)
sifat egosentris, dan 4) lebih berpikir statis tentang suatu peristiwa daripada
transformasi suatu keadaan ke keadaan lain.
1) Kemampuan menalar transduktif
Kemampuan menalar transduktif dimiliki oleh anak pada rentang usia 2-4
tahun yang disebut sebagai sub-periode pra-logis. Sub-periode kedua dari periode
pra-operasional adalah berada pada rentang usia 4-7 tahun, yang disebut
sub-periode intuitif. Kemampuan menalar transduktif menurut Piaget (Dahar, 1989:
153) mengatakan “penalaran anak bukan deduksi dan bukan pula induksi”.
Pemikiran ini bergerak dari khusus ke khusus, tanpa menyentuh yang umum.
Anak melihat suatu hubungan hal-hal tertentu yang sebenarnya hubungan tersebut
tidak ada. Contoh berpikir transduktif tersebut misalnya “saya belum tidur jadi
belum sore”. Dari pernyataan anak tersebut sebenarnya tidak ada hubungan antara belum tidur dengan sore hari, tetapi anak tersebut menghubungkannya
berdasarkan pola pikirnya sendiri, bukan hubungan antar dua hal yang khusus
dengan umum atau antara umum dengan khusus.
2) Berpikir irreversibel
Berpikir irreversibel artinya anak tidak mampu memecahkan masalah
yang memerlukan berpikir reversibel. Contohnya sebagai berikut; “Apakah kamu
5 0 Pengembangan Pembelajaran IPA SD mempunyai saudara?” ”Tidak” Jadi dari contoh tersebut secara jelas dapat dipahami bahwa anak belum dapat berpikir balik.
3) Sifat egosentris
Anak bersifat egosentris. Fenomena berpikir egosentris ditunjukkan oleh anak kesulitan untuk menerima pendapat orang lain. Sifat egosentris yang
dimaksud memasuki kawasan bahasa dan komunikasi, bukan personalitas
(individu) anak. Contoh: pada waktu anak pra-operasional bermain bersama-sama.
Pembicaraan egosentris mereka adalah bahwa anak-anak itu ”saling berbicara”
tetapi sebetulnya tanpa mengharapkan saling berbicara atau saling menjawab.
4) Berpikir Statis.
Bila kepada anak yang berkemampuan berpikir statis tersebut ditunjukkan
dua bola dari plastisin yang sama besarnya. Selanjutnya salah satu bola tersebut
diubah bentuknya seperti sosis. Kemudian kepada anak tersebut ditanyakan
”masih sama banyakkah zat pada kedua lilin ini?, anak akan menjawab ”yang
berbentuk sosis lebih besar”.
c. Periode Operasional Konkret (7-11 tahun)
Periode ini merupakan awal dari berpikir rasional, artinya anak memiliki
operasi-operasi logis yang dapat diterapkannya pada masalah-masalah konkret.
Operasi anak pada periode ini terikat pada pengalaman perorangan.
Operasi-operasi itu konkret bukan Operasi-operasi-Operasi-operasi formal. Anak belum dapat berurusan
dengan materi abstrak seperti hipotesis dan proposisi-proposisi verbal. Berpikir
operasional konkret lebih stabil dibanding dengan berpikir statis yang terdapat
pada anak pra-operasional.
Ciri-ciri umum yang ditunjukkan oleh anak pada periode operasional
konkret yaitu: (1) mampu menyusun urutan seri objek, (2) mengalami
kemampuan berbahasa, (3) sifat egosentris berkurang, bergeser ke sosiosentris
Pengembangan Pembelajaran IPA SD 51
d. Periode Operasional Formal (11 tahun ke atas)
Periode ini ditandai oleh kemampuan anak dalam operasi-operasi konkret
untuk membentuk operasi-operasi yang lebih kompleks. Periode ini disebut juga
tahap adolesen. Anak mulai dapat memecahkan masalah verbal yang serupa.
Misal: Abas lebih putih dari Hasan. Abas lebih hitam dari Budi. Siapakah yang
terhitam dari ketiga anak ini?
Ciri-ciri umum anak pada periode operasional formal yaitu:
1) berpikir hipotetis-deduktif (dapat merumuskan banyak alternatif hipotesis
dalam menanggapi masalah, dan memeriksa data terhadap hipotesis untuk
membuat kputusan yang layak; tetapi belum dapat menerima atau menolak
hipotesis)
2) berpikir proposisional (dapat mena