TAHUN AJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disususn Oleh:
SRI YULIANINGSIH 1111018300001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH (UIN) JAKARTA
i
Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh model
pembelajaran webbed terhadap keterampilan menulis karangan siswa. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen. Penelitian ini dilakukan di SDIT Al-Mubarak Jakarta Pusat. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen yang berjumlah 28 siswa dan kelompok kontrol yang juga berjumlah 28 siswa. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan model
pembelajaran webbed, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang
melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia tanpa model pembelajaran webbed.
Instrumen yang digunakan adalah instrumen tes menulis karangan.
Berdasarkan hasill uji-t pada pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan taraf signifikansi 0,05%, menunjukkan bahwa kedua rata-rata keterampilan menulis karangan kelompok kontrol memperoleh nilai probabilitas lebih kecil dari taraf signifikansi (0,000 < 0,05). Dapat disimpulkan bahwa pada kelompok eksperimen terdapat perbedaan kemampuan menulis karangan antara sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan. Artinya, terdapat
pengaruh model pembelajaran webbed terhadap menulis karangan siswa.
ii
Education Program, Islamic Education Department, Faculty of Tarbiyah and
TeachingScience, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta.
The aim of this research is to determine the influence of webbed model on students essay writing skill. This research uses experimental-quasi method. The object of this research is the grade IV students of integrated Islamic Elementary School Integrated, Al-Mubarak Jakarta. The sample consist of two groups, the experiment and control groups which have 28 students each group. The experiment group learns Bahasa Indonesia with webbed model and the control group learns Bahasa Indonesia without webbed model. The instrument of this
research is essaywriting test.
Based on data analysis in the pretest and posttest which have the significance level 0.05%, the result of this study indicates the average of both essay writing skills of control group have probability value which is less than significance level (0,000 < 0,05). It can be concluded that the experiment group has different skill to write essay before and after the action. Therefore, the research finds the influence of webbed model on student essay writing.
iii
rahmat kepada kita semua, selalu memberikan petunjuk kepada orang yang bersungguh-sungguh dan memberikan jalan keluar terhadap segala kesulitan. Karena Allah lah Maha kuasa atas segala sesuatu. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada panutan umat Islam yaitu Nabi Muhammad Saw yang memberikan tauladan bagi umatnya sehingga selamat di dunia dan akhirat.
Setiap manusia harus yakin akan kekuatan Allah dan janji Allah. Begitu juga penulis yang meyakini terhadap kekuatan Maha Pengasih dan
Penyayang-Nya. Seperti janji Allah dalam Al-Qur’an ”Intansurullaha yansurkum wa yusabbit
aqdaamakum” artinya siapa saja yang menolong agama Allah maka Allah akan menolongmu dan meneguhkan pendirianmu. Ayat itulah yang menjadi motivasi penulis selama ini sehingga dengan ridha-Nya dan dukungan serta bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Teristimewa untuk orang tuaku yang telah merawat, membesarkan, mendidik
dengan penuh kesabaran, senantiasa mencurahkan kasih sayang, memberikan motivasi, dan memanjatkan doa yang selalu mengalir dalam setiap desah nafasnya.
2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) yang telah memberikan pengetahuan serta pengalamannya kepada penulis sebagai bekal untuk menyonsong masa depan.
3. Dr. Khalimi M. Ag, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Asep Ediana Latip, M.Pd Sekretaris Program Studi Pendidikan Guru
iv
terima kasih telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan dan motivasi kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Nafia Wafiqni, M.Pd sebagai Dosen sekaligus Kakak yang menginspirasi
dalam kehidupan penulis sebagai mahasiswa.
8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
(PGMI) yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
9. Pimpinan dan karyawan perpustakaan FITK dan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, yang telah memberikan kemudahan bagi penulis dalam memperoleh informasi.
10.Kakak-kakak tercinta dan adikku tersayang yang telah memberikan nasehat,
semangat, dan dukungan, baik moral maupun material dan do’a yang tiada
hentinya yakni abangku tercinta Zainal Arifin, S.Si., dan Dede Sulaeman, AMD., kakakku yang cantik Riska Yulianti, Kakak iparku yang cantik dan mengisnpirasi Eka Prilia Rused, S.Si., dan Siti Ulfiatin Karimah serta adikku tersayang Muhamad Ramadan.
11.Teruntuk lelaki yang senantiasa mendo’akan dan memberi dukungan semangat untuk beberapa tahun ini yakni Abdul Aziz, S.H.I., semoga Allah curahkan keterbaikan dalam langkah baikmu.
12.Ketua IKPA BBPP BAZIS Provinsi DKI Jakarta Periode 2014-2016 yakni
Ahmad Fathoni, S. Pd. I., beserta orang-orang hebat dan mengisnpirasi yakni Saras Anindya Nurhafid, S.Kep., Wery Astuti, SE., Nur Laily, S.Kom., Kak Dewi Ratnasari, S.Pd., dan Ahmad Fathony, SH., sebagai kakak dan keluarga besar di IKPA BBPP BAZIS Provinsi DKI Jakarta yang senantiasa memberikan semangat, dukungan, ilmu dan pengalaman yang berharga kepada peneliti.
13.Teruntuk sahabat-sahabatku tercinta, Haniah, Lian Rahmawati, Esty
v
penulis, menjadi bahu sandaran ketika penulis terbentur batu sandungan dan tidak menemukan titik terang dan doa yang senantiasa dipanjatkan peneliti.
14.Keluarga besar Lembaga Kursus Bahasa Arab Al-Manar
15.Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, baik
secara langsung maupun tidak langsung yang turut memberikan dukungan dan do’a dalam proses penulisan laporan ini.
Adapun tujuan yang peneliti lakukan ialah untuk melatih dan memantapkan kemampuan serta kompetensi- kompetensi penulis secara nyata dalam mengaplikasikan teori dan ilmu yang peneliti peroleh selama menempuh proses pendidikan. Untuk itu, semoga penelitian ini bisa dipergunakan sebagaimana mestinya dan bisa bermanfaat bagi peneliti khususnya dan bagi pihak-pihak yang membutuhkan umumnya.
Peneliti menyadari, bahwa tak ada gading yang tak retak, dimana tidak ada pekerjaan yang sempurna. Karena kesempurnaan hanyalah milik Allah semata. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam laporan ini, dan guna memperbaiki kesalahan tersebut, peneliti menerima saran dan kritik yang positif dari pembaca agar laporan ini menjadi lebih baik dan dapat bermanfaat di masa yang akan datang.
Wassalamu „alaikum Wr. Wb
Jakarta, 16 Oktober 2015
vi
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ... 4
C. Pembatasan Fokus Penelitian ... 5
D. Perumusan Masalah Penelitian ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN TEORI ... 7
A. Teori Belajar dan Pembelajaran ... 7
1. Belajar dan Pembelajaran ... 7
2. Pengertian Model Pembelajaran ... 10
3. Ciri-ciri Model Pembelajaran ... 10
B. Pembelajaran Terpadu ... 11
1. Pengertian Pembelajaran Terpadu ... 11
2. Model-model Pembelajaran Terpadu ... 12
3. Pengertian dan Karakteristik Model Pembelajaran Webbed ... 13
C. Menulis ... 16
1. Definisi Menulis ... 16
vii
E. Hasil Penelitian yang Relevan
F. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan ... 28
G. Hipotesis Tindakan ... 29
BAB III METODE PENELITIAN ... 30
A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 30
B. Metode Penelitian ... 30
C. Desain Penelitian ... 31
D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 32
1. Populasi ... 32
2. Sampel ... 32
3. Teknik pengambilan Sampel ... 32
E. Teknik Pengumpulan Data ... 32
F. Instrumen Penelitian ... 33
G. Validitas ... 38
H. Variabel Penelitian ... 38
I. Teknik Analisis Data ... 39
1. Uji Normalitas ... 39
2. Uji Homogenitas ... 40
3. Uji Hipotesis ... 40
J. Hipotesis Statistik ... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42
A. Hasil Penelitian ... 42
a) Hasil Penelitian Model Webbed ... 42
viii Eksperimen dan Kontrol
B. Hasil Analisis ... 55
1. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 55
a. Uji Normalitas Pretest dan Posttest ... 55
b. Uji Homogenitas Pretest dan Posttest ... 57
2. Pengujian Hipotesis ... 58
a. Uji Data Pretest dan Posttest Keterampilan Menulis Karangan Kelompok Kontrol ... 58
b. Uji Data Pretest dan Posttest Keterampilan Menulis Karangan Kelompok Eksperimen ... 59
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 61
1. Interpretasi Data ... 61
2. Pembahasan ... 62
a. Pretest Menulis Karangan Kelompok Kontrol ... 70
b. Pretest Menulis Karangan Kelompok Eksperimen ... 75
c. Posttest Menulis Karangan Kelompok Kontrol ... 80
d. Posttest Menulis Karangan Kelompok Eksperimen ... 84
3. Keterbatasan Penelitian ... 88
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 89
A. Simpulan ... 89
B. Saran ... 89
ix
Tabel 3.3 : Pedoman Penilaian Menulis Karangan
Tabel 4.1 : Daftar Nilai Pretest dan Posttest Keterampilan Menulis Karangan
Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
Tabel 4.2 : Rangkuman Data Statistik Nilai Pretest Keterampilan Menulis
Karangan Kelompok Kontrol dan Eksperimen
Tabel 4.3 : Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Pretest Keterampilan
Menulis Karangan Kelompok Esperimen
Tabel 4.4 : Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Pretest Keterampilan
Menulis Karangan Kelompok Kontrol
Tabel 4.5 : Rangkuman Data Statistik Nilai Posttest Keterampilan Menulis
Karangan Kelompok Kontrol dan Eksperimen
Tabel 4.6 : Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Posttest Keterampilan
Menulis Karangan Kelompok Eksperimen
Tabel 4.7 : Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Posttest Keterampilan
Menulis Karangan Kelompok Kontrol
Tabel 4.8 : Perbandingan Data Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol
Tabel 4.9 : Hasil Uji Normalitas Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Tabel 4.10 : Hasil Uji Normalitas Posttets Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Tabel 4.11 : Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol
Tabel 4.12 : Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol
Tabel 4.13 : Hasil Uji-t Pretest dan Posttest Keterampilan Menulis Karangan
Kelompok Kontrol
Tabel 4.14 : Hasil Uji-t Pretest dan Posttest Keterampilan Menulis Karangan
x Karangan Kelompok Eksperimen
Gambar 4.2 : Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Keterampilan Menulis
Karangan Kelompok Kontrol
Gambar 4.3 : Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Keterampilan Menulis
Karangan Kelompok Eksperimen
Gambar 4.4 : Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Keterampilan Menulis
Karangan Kelompok Kontrol
Gambar 4.5 : Tema Keluarga
Gambar 4.6 : Tema Kegiatan
Gambar 4.7 : Tema Pelestarian Lingkungan
Gambar 4.8 : Tema Hidup Sehat
Gambar 4.9 : Tema Cita-cita
Gambar 4.10 : Foto-foto Kegiatan Observasi Penelitian Gambar 4.11 : Foto-foto Kegiatan Penelitian
xi
Lampiran 3 : Instrumen Penelitian Pretest Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol
Lampiran 4 : Instrumen Penelitian Posttest Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol
Lampiran 5 : RPP Pertemuan Pertama Kelompok Kontrol
Lampiran 6 : RPP Pertemuan Kedua Kelompok Kontrol
Lampiran 7 : RPP Pertemuan Ketiga Kelompok Kontrol
Lampiran 8 : RPP Pertemuan Keempat Kelompok Kontrol
Lampiran 9 : RPP Pertemuan Pertama Kelompok Eksperimen
Lampiran 10 : RPP Pertemuan Kedua Kelompok Eksperimen Lampiran 11 : RPP Pertemuan Ketiga Kelompok Eksperimen Lampiran 12 : RPP Pertemuan Keempat Kelompok Eksperimen
Lampiran 13 : Deskripsi Statistik Pretest Kelompok Kontrol
Lampiran 14 : Deskripsi Statistik Pretest Kelompok Eksperimen
Lampiran 15 : Deskripsi Statistik Posttest Kelompok Kontrol
Lampiran 16 : Deskripsi Statistik Posttest Kelompok Eksperimen
Lampiran 17 : Uji Normalitas Pretest Kelompok Kontrol
Lampiran 18 : Uji Normalitas Pretest Kelompok Eksperimen
Lampiran 19 : Uji Normalitas Posttest Kelompok Kontrol
Lampiran 20 : Uji Normalitas Posttest Kelompok Eksperimen
Lampiran 21 : Uji Homogenitas Pretest Kelompok Kontrol dan Eksperimen
Lampiran 22 : Uji Homogenitas Posttest Kelompok Kontrol dan Eksperimen
Lampiran 23 : Uji Hipotesis Pretest dan Postest Kelompok Kontrol
Lampiran 24 : Uji Hipotesis Pretest dan Postest Kelompok Kontrol
Lampiran 25 : Hasil Karangan Pretest Abdullah Suhail Salim
Lampiran 26 : Hasil Karangan Pretest Bidadari Surga Firdausy
Lampiran 27 : Hasil Karangan Pretest Ilham Khairul Fikri
xii
Lampiran 33 : Hasil Karangan Pretest Rizki Ramadhan
Lampiran 34 : Hasil Karangan Pretest Ziyad
Lampiran 35 : Hasil Karangan Posttest Abdullah Suhail Salim
Lampiran 36 : Hasil Karangan Posttest Bidadari Surga Firdausy
Lampiran 37 : Hasil Karangan Posttest Ilham Khairul Fikri
Lampiran 38 : Hasil Karangan Posttest Naila Rahma Al-Qasimi
Lampiran 39 : Hasil Karangan Posttest Rahadian Wibi Sono
Lampiran 40 : Hasil Karangan Posttest A Sayyid Zhafran
Lampiran 41 : Hasil Karangan Posttest Haliza Nafiah Syakira Arfa
Lampiran 42 : Hasil Karangan Posttest Nayla Shofiya
Lampiran 43 : Hasil Karangan Posttest Rizki Ramadhan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah adalah suatu lembaga yang dirancang khusus untuk pengajaran kepada murid (siswa) di bawah pengawasan para guru. Dalam mendapatkan pengajaran siswa diberikan berbagai mata pelajaran. Setiap mata pelajaran yang diajarkan di sekolah menuntut siswa untuk memiliki keterampilan tertentu. Salah satu mata pelajaran yang menuntut siswa memiliki keterampilan yaitu mata pelajaran bahasa Indonesia. Hakikat fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Penguasaan bahasa yang baik akan mempermudah proses komunikasi dan memberikan kepercayaan diri bagi seseorang untuk berekspresi dan bersosialisasi.
Selanjutnya untuk dapat berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik dan benar. Pembelajaran tersebut akan lebih baik manakala dipelajari sejak dini dan berkesinambungan. Kemampuan bahasa meliputi empat aspek keterampilan, yaitu keterampilan membaca, menulis, menyimak dan berbicara. Setiap keterampilan yang ada berhubungan dengan tiga keterampilan lainnya. Dari empat keterampilan tersebut maka siswa diberi kesempatan untuk dapat mengembangkan keterampilan berbahasa.
Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dilatih adalah keterampilan menulis. Disadari atau tidak, kehidupan kita berkaitan dengan keterampilan berbahasa yang bersifat produktif ini. Menulis menjadi kegiatan yang amat penting bagi manusia dalam kehidupan. Kegiatan menulis membantu manusia dalam proses komunikasi. Begitu pula dalam proses belajar, menulis membantu manusia dalam keberlangsungan proses tersebut.
Kegiatan menulis mempunyai tujuan untuk mengungkapkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan. Menulis merupakan kegiatan proses kreatif. Keterampilan menulis perlu kreatifitas tinggi dan harus dapat mengembangkan ide atau gagasan-gagasan dalam pikirannya. Dalam kegiatan pembelajaran menulis tidak mudah dilakukan oleh para siswa jika mereka tidak dapat memperhatikan faktor-faktor yang dapat mengembangkan ide atau gagasan mereka dalam keberlangsungan prosesnya. Banyak faktor yang dapat menghambat terjadinya
pengembangan ide seseorang dalam proses kegiatan menulis, yaitu faktor internal
yang ditimbulkan dalam diri siswa/penulis seperti malas menuangkan ide dalam
bentuk tulisan. Faktor lain, timbul dari faktor eksternal siswa, seperti kondisi
kelas yang kurang kondusif atau suara-suara yang mengganggu konsentrasi siswa dalam membuat sebuah tulisan.
Karangan diperkenalkan di sekolah dasar dengan mengapresiasikan melalui membaca. Mengapresiasikan karangan dengan jalan menulis atau menciptakan karangan yang diajarkan di kelas IV. Karangan perlu diperkenalkan sejak dini, karena karangan tidak pernah lepas dari gejolak hidup manusia. Dalam strategi belajar dan mengajar memang sangat dituntut bagi guru untuk menggunakan sebuah model pembelajaran yang baik dan tepat. Model yang baik harus memperhatikan siswa, dalam hal ini siswa dijadikan objek yang aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu jalan keluarnya yaitu sebuah pembelajaran dengan model yang menarik dan dapat memancing perhatian siswa. Antusias para siswa dapat mendorong keinginan dan keaktifan pada pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan.
Sebenarnya banyak siswa yang antusias di dalam pembelajaran menulis, karena dengan menulis siswa dapat menuangkan segala yang ada di dalam pikirannya. Walaupun sering kali dihadapkan kepada permasalahan seperti susahnya mencari inspirasi yang akan dituangkan di dalam tulisan tersebut, sulitnya menentukan tema yang akan diangkat dalam menulis karangan. Selanjutnya di SD/MI masih ditemui rendahnya kemampuan menulis karangan, sulitnya siswa menggunakan ejaan yang tepat dalam menulis karangan. Sebenarnya dalam menulis karangan hal yang terpenting adalah dalam menentukan tema yang akan ditulis. Setelah tema ditentukan maka menulis karangan akan menjadi mudah karena penulis tetap memperhatikan tema dan tidak berangkat jauh dari tema.
Berdasarkan hasil observasi di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al-Mubarak Jakarta Pusat sebagian besar siswa menganggap bahwa kegiatan menulis karangan itu merupakan hal yang masih sulit. Tidak mudah bagi siswa untuk merangkai kata-kata menjadi rangkaian kalimat yang bermakna. Dan juga sulit bagi siswa untuk menentukan tema apa yang akan mereka pilih untuk membuat karangan itu.
Berdasarkan fakta tersebut, hendaknya guru mampu memadukan model pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk bisa kreatif dalam menulis karangan. Tidak hanya selalu dengan model ceramah yang menjelaskan unsur-unsur yang terdapat dalam karangan tetapi tidak mengajak siswa untuk menulis karangan dengan kreatif dan tetap memperhatiakan unsur-unsur dalam menulis karangan.
Model pembelajaran webbed adalah salah satu model yang dapat
mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran sehingga berimplikasi terhadap hasil belajar. Melalui model ini siswa akan diperlihatkan kerangka tema yang akan dikembangkan sesuai dengan kemampuan siswa dalam menulis karangan.
Latar belakang masalah di atas mendasari peneliti untuk melakukan
penelitian dengan judul: “Pengaruh Model Pembelajaran Webbed Terhadap
Keterampilan Menulis Karangan Pada Siswa Kelas IV SDIT Al-Mubarak
Jakarta Pusat”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas beberapa pokok masalah yang dapat dikemukakan antara lain:
1. Sebagian besar siswa menganggap bahwa kegiatan menulis karangan
merupakan hal yag sulit.
2. Siswa kesulitan untuk merangkai kata-kata menjadi rangkaian kalimat yang
bermakna.
Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas IV SDIT Al-Mubarak Jakarta Pusat. Adapun fokus penelitian adalah meningkatkan keterampilan menulis siswa
melalui pengaruh model pembelajaran webbed.
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini masalah dibatasi hanya pada beberapa hal, yaitu:
1. Keterampilan menulis karangan pada siswa kelas IV Semester genap
SDIT Al-Mubarak Jakarta Pusat tahun pelajaran 2014/2015.
2. Penerapan model webbed untuk keterampilan menulis karangan pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia.
3. Pengaruh penggunaan model webbed terhadap keterampilan menulis
karangan siswa kelas IV Semester genap SDIT Al-Mubarak Jakarta Pusat tahun pelajaran 2014/2015.
D. Perumusan Masalah Penelitian
Untuk memperjelas pemasalahan yang diteliti, maka masalah tersebut
dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana pengaruh model pembelajaran webbed
terhadap keterampilan menulis karangan pada siswa kelas IV SDIT Al-Mubarak
Jakarta Pusat tahun pelajaran 2014/2015?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
model pembelajaran webbed terhadap keterampilan menulis karangan pada siswa
kelas IV SDIT Al-Mubarak Jakarta Pusat
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi nyata untuk menerapkan penggunaan model pembelajaran untuk meningkatakan keterampilan menulis siswa. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru dan sekolah.
a) Bagi peneliti, menambah pengetahuan khususnya untuk mengetahui sejauh
mana peningkatan keterampilan menulis siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia setelah dilakukan proses pembelajaran dengan pembelajaran
terpadu model webbed.
b) Bagi siswa, hasil penelitian ini akan membantu mereka dalam
mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan menulis mereka.
c) Bagi guru, memberikan masukan kepada guru, khususnya guru bahasa
Indonesia bahwa model pembelajaran webbed dapat digunakan untuk
meningkatkan keterampilan menulis siswa.
d) Bagi sekolah, hasil penelitian ini akan diberikan sesuatu yang baik pada
sekolah itu sendiri dan sekolah lain pada umunya dalam rangka perbaikan mutu pendidikan.
e) Bagi pembaca khususnya mahasiswa, penelitian ini diharapkan dapat
BAB II KAJIAN TEORI
A. Teori Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar dan Pembelajaran
Belajar menurut Hilgard dan Bower dalam Purwanto, mengemukakan “belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamnnya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya)”.1
Perubahan dalam kepribadian manusia dapat terlihat dari peningkatan pengetahuan, sikap, keterampilan, daya berpikir, dan kemampuan lainnya.
Muhibbin menjelaskan bahwa belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat penting dalam semua jenis dan jenjang
pendidikan.2 Dalam belajar yang terpenting adalah proses bukan hasil yang
diperolehnya. Hal ini dikarenakan berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan amat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik di sekolah maupun di lingkungan rumah.
Purwanto menjelaskan definisi-definisi tentang belajar terdapat elemen
yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar yaitu:3
a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana
perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.
b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau
pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh
1
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan. (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2010). Cet 24. h.84.
2
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010). Cet 15 edisi revisi. h.87.
3
pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar, seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.
c. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus mantap, harus
merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang.
d. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut
berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan masalah.
e. Salah/ berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan , ataupun sikap.
Horward L. Kingsley dalam Wasty Soemanto mendefinisikan belajar adalah proses di mana tingkah laku (dalam artian luas) ditimbulkan atau
diubah melalui praktek atau latihan.4 Dengan proses menginterpretasikan
praktek dan latihan yang baru dimiliki siswa saat belajar maka dapat membuat suatu perubahan pengetahuan dari yang tidak tahu menjadi tahu.
Hakekat belajar menurut teori kognitif dalam Budiningsih, dijelaskan sebagai suatu aktivitas belajar yang berkaitan dengan penataan informasi, pengorganisasian, perseptual, dan proses internal. Kegiatan pembelajaran yang merumuskan tujuan pembelajran, mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran.
Berdasarkan pemaparan mengenai pengertian belajar, dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri, baik dalam pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, sebagai hasil dari pengalaman sebelumnya dalam berinteraksi dengan lingkungannya melalui sebuah proses. Peristiwa belajar yang disertai dengan proses pembelajaran akan lebih terarah dan sistematik daripada belajar yang hanya semata-mata dari pengalaman dalam kehidupan sosial masyarakat.
Proses pembelajaran merupakan suatu proses pendidikan dalam lingkup persekolahan, sehingga dapat diartikan dari proses pembelajaran adalah proses sosialisasi dari interaksi individu siswa dengan lingkungan sekolah, seperti guru, sumber/fasilitas, dan teman sesama siswa.
4
Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran, akan tetapi proses untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang
akan dicapai.5 Artinya penguasaan materi pelajaran bukanlah akhir dari
proses pengajaran, akan tetapi hanya sebagai tujuan antara untuk pembentukan tingkah laku yang lebih luas. Diharapkan dari tujuan ini siswa dapat membentuk pola perilaku siswa itu sendiri, atau sejauh mana siswa dapat menguasai akan suatu materi pelajaran.
Dalam proses pembelajaran La Costa dalam Wina, mengklasifikasikan
mengajar berpikir menjadi tiga, yaitu teaching of thinking adalah proses
pembelajaran yang diarahkan pembentukan keterampilan mental tertentu, seperti misalnya keterampilan berpikir kritis, berpikir kreatif, dan lain sebagainya. Dengan demikian, jenis pembelajaran ini lebih menekankan
kepada aspek tujuan pembelajaran. Teaching for thinking adalah proses
pembelajaran yang diarahkan pada usaha menciptakan lingkungan belajar yang dapat mendorong terhadap pengembangan kognitif. Jenis pembelajaran ini lebih menitikberatkan kepada proses menciptakan situasi dan lingkungan tertentu, contohnya menciptakan suasana keterbukaan yang demokratis, menciptakan iklim yang menyenangkan sehingga memungkinkan siswa bisa
berkembang secara optimal. Dan teaching about thinking adalah
pembelajaran yang diarahkan pada upaya membantu agar siswa lebih sadar terhadap proses berpikirnya. Jenis pembelajaran ini lebih menekankan kepada
metedologi yang digunakan dalam proses pembelajaran.6
Berdasarkan pengertian proses pembelajaran diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses adaptasi melalui sosialisasi individu siswa dengan lingkungan sekolah, dengan tujuan pembelajaran merupakan proses yang amatlah penting untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
5
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2010). Ed.1. Cet. 7. h.100.
6
2. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum,
dan lain-lain.7 Model pembelajaran yang tepat ditunjukkan kepada siswa agar
mencapai tujuan belajar yang maksimal. Menurut Kemp di dalam buku Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru yang ditulis oleh Rusman, mengatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.8
Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. Dari pengertian model pembelajaran yang sudah dijelaskna dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru terhadap siswa agar kegiatan belajar mengajar lebih efektif.
3. Ciri-ciri Model Pembelajaran
Trianto di dalam bukunya menuliskan bahwa istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode
atau prosedur.9 Namun demikian apabila mengkaji berbagai model
pembelajaran, dapat dipahami bahwa strategi pembelajaran berbeda dengan model pembelajaran. Strategi pembelajaran lebih umum dari model pembelajaran dan sebaliknya model pembelajaran lebih khusus dari strategi
pembelajaran. Berikut ini adalah ciri-ciri model pembelajaran.10
7
Trianto, Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik (Jakarta: Prestasi Pustaka. 2010), h. 74.
8
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2011). h. 132.
9
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif (Jakarta:Kencana. 2009), h. 23
10
1) Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli seperti Herbert Thelen berdasarkan teori Jhon Dewey berpendapat bahwa model pembelajaran dirancang untuk melatih partisipasi dalam kelompok secara demokratis.
2) Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, misalnya model
berpikir induktif dirancang untuk mengembangkan proses berpikir induktif.
3) Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di
kelas, misalnya model synetic dirancang untuk memperbaiki kreativitas
dalam pembelajaran mengarang.
4) Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (1) urutan
langkah-langkah pembelajaran (syntax), (2) adanya prinsip-prinsip reaksi, (3)
system social, dan (4) system pendukung. Keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suuatu model pembelajaran.
5) Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak
tersebut meliputi: (1) Dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur, (2) Dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.
6) Membuat persiapan mengajar dengan pedoman model pembelajaran yang
dipilihnya.
B. Pembelajaran Terpadu
1. Pengertian Pembelajaran Terpadu
Konsep pembelajaran terpadu merupakan pada hakikatnya anak sebagai
pembelajar dan proses yang melibatkan pengembangan berpikir dan belajar.11
Pelakasanaan pendekatan pemebelajaran terpadu ini bertolak dari suatu topik atau tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama-sama dengan anak.
Oemar Hamalik menjelaskan, pembelajaran terpadu adalah suatu sistem pembelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah atau proyek, yang
11
dipelajari atau dipecahkan oleh siswa baik secara individual maupun secara kelompok dengan metode yang bervariasi dan dengan bimbingan guru guna
mengembangkan pribadi siswa secara utuh dan terintegrasi.12 Jika
dibandingkan dengan pendekatan konvensional, maka pembelajaran terpadu lebih menekankan pada keterlibatan anak dalam proses belajar atau mengarahkan anak secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan pembuatan keputusan. Pendekatan pembelajaran terpadu ini lebih menekankan
kepada konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing).
2. Model-model Pembelajaran Terpadu
Ditinjau dari cara memadukan konsep, topik, dan unit tematisnya, menurut seorang ahli yang bernama Fogarty mengemukakan bahwa terdapat
10 (sepuluh) model pembelajaran terpadu, yakni: (1) fragmented, (2)
connected, (3) nested, (4) sequenced, (5) shared, (6) webbed, (7) treated, (8) integrated, (9) immersed, dan (10) network.13 Adapun macamnya diantaranya:
Model fragmented ditandai oleh ciri pemanduan yang hanya pada satu
mata pelajaran saja.14 Misalnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia,
materi pembelajaran tentang menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dapat dipadukan dalam materi pembelajaran keterampilan berbahasa.
Kemudian model keterhubungan (Connected) yaitu topik-topik dalam satu
disiplin ilmu berhubungan satu sama lain. Kemudian ada model nested
merupakan pemaduan berbagai bentuk penguasaan konsep keterampilan
melalui sebuah kegiatan pembelajaran. Selanjutnya model sequenced adalah
model pembelajaran yang memadukan dua bidang studi yang memiliki
keterkaitan atau kesamaan topik. Jika model shared adalah model
pembelajaran terpadu yang menggabungkan dua mata pelajaran atau lebih yang memiliki ketimpangan konsep sehingga dapat saling melengkapi.
Kemudian model webbed adalah model pembelajaran terpadu yang bertolak
dari pendekatan tematik. Dalam pengembangnnya dimulai dengan
12
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 133. 13
Dindin Ridwanudin, op.cit, h. 44. 14
menentukan tema, kemudian dikembangkan menjadi subtema dengan memperlihatkan keterkaitan dengan sub-sub tema kemudian dikembangkan dengan aktivitas belajar siswa. Setelah itu ditentukan berbagai kegiatan
pembelajaran yang dapat mendukung terhadap tema. Model treated adalah
model pembelajaran yang memfokuskan pada metakurikulum yang
berpotongan dengan inti materi. Selanjutnya model integrated adalah model
pembelajaran terpadu yang memadukan sejumlah topik, konsep, keterampilan dan sikap dari berbagai mata pelejaran yang saling tumpang tindih. Topik, konsep, keterampilan dan sikap tersebut selanjutnya dikaitkan dalam satu tema
yang mencakup berbagai mata pelajaran. Kemudian ada model immersed
adalah model pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran dalam satu subjek. Keunggulan model ini adalah setiap siswa mempunyai ketertarikan mata pelajaran yang berbeda, dengan begitu siswa dapat saling bertukar pengalaman dan berbagi informasi. Secara tidak langsung siswa akan terpacu untuk menghubungkan mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya.
Dan yang terakhir adalah model networked adalah model pembeljaran terpadu
yang mengandalkan kemungkinan pengubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah, maupun tuntutan bentuk keterampilan baru setelah siswa mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang berbeda. Proses belajar berlangsung secara terus-menerus dikarenakan adanya hubungan timbal balik antara pemahaman dan kenyataan yang dihadapi siswa.
3. Pengertian dan Karakteristik Model Pembelajaran Webbed
Pembelajaran terpadu model webbed adalah pembelajaran terpadu yang
menggunakan pendekatan tematik.15 Model pembelajaran tematik ini bertolak
dari suatu tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama siswa. Menurut Alfiah, ”Model webbed (jaring laba-laba) dalam pembelajaran bahasa lebih mengutamakan unsur keterpatuan yang akhirnya membentuk
15
komunikasi yang efektif antara guru dengan siswa”.16
Dengan demikian maka model ini sangat baik diterapkan kepada siswa agar siswa mampu berkomunikasi secara efektif dan aktif dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Model webbed merupakan bentuk kolom jaring laba-laba sebagai
tempat jawaban pertanyaan, penuntun tentang imajinasi dari benda atau gambar. Dari sub-sub tema ini dikembangan aktivitas belajar yang harus
dilakukan siswa. Jadi model webbed atau jaring laba-laba terimplementasi
melalui pendekatan tematik sebagai pemandu bahan dan kegiatan pembelajaran.
Model webbed merupakan bentuk kolom jaring laba-laba sebagai
tempat jawaban pertanyaan penuntun tentang imajinasi dari benda atau
gambar. Karakteristik webbed yaitu:17
a. Berpusat pada siswa
Pendekatan ini lebih banyak mendapatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu dengan memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk moelakukan aktivitas belajar.
b. Memberi pengalaman langsung
Dengan pengalaman langsung, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nayata atau konkret sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
c. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan bakat siswa
d. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain yang menyenangkan.
Kelebihan dari model jarring laba-laba atau webbed meliputi:
1) Menyeleksi tema sesuai dengan minat akan memotivasi siswa untuk
belajar,
16
Alfiah, Pengaruh Pembelajaran Terpadu Model Webbed (Jaring Laba-Laba) Dan Model Fragmanted (Penggalan) Terhadap Hasil Belajar Unggah- Ungguhing Bahasa Jawa Di Kelas Awal
Sekolah Dasar”, Jurnal Edukasi, Vol. 1. No. 1, 2012, h. 2. 17
2) Memudahkan perencanaan,
3) Pendekatan tematik dapat memotivasi siswa, dan
4) Memberikan kemudahan bagi anak didik dalam melihat kegiatan dan
ide-ide berbeda yang terkait.
Selain kelebihan yang dimiliki, model webbed juga memiliki beberapa
kekurangan antara lain:
1) Sulit dalam menyeleksi tema,
2) Cenderung untuk merumuskan tema yang dangkal, dan
3) Dalam pembelajaran, guru lebih memusatkan perhatian pada kegiatan
daripada pengembangan konsep.
Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran terpadu model jaring
aba-laba (webbed) adalah sebagai berikut:18
1) Menentukan tema
2) Mengembangkan sub-sub temanya
3) Mengembangkan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa
Menurut Ratna Tanjung dan Raudhatul Kamal, “Keutamaan atau
keberhasilan untuk membuat pembelajaran efektif dari model webbed adalah
hal yang pertama ditinjau adalah dalam proses rancangan pembelajaran webbed ini harus disesuaikan dengan kondisi dan potensi siswa (bakat, minat, kebutuhan, dan kemampuan)”.19
Oleh karena itu, sebagai guru yang profesional ketika di dalam kelas agar tujuan pembelajaran tercapai dengan hasil yang baik, guru haruslah mempersiapkan perencanaan yang baik sesuai dengan kondisi peserta didik di dalam kelas.
18
Trianto, M.Pd, Model Pembelajaran Terpadu Konsep Strategi dan Implementasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), Cet. Ke.2. h. 41.
19
Ratna Tanjung dan Raudhatul Kamal, “Pengaruh Model Pembelajaran Model Webbed
C. Menulis
1. Definisi Menulis
Pada hakikatnya ada empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dalam pembelajaran bahasa, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Keterampilan membaca dan menyimak biasanya disebut juga kemampuan yang bersifat aktif reseptif. Kedua keterampilan tersebut memiliki kemampuan menerima, proses decoding, kemampuan untuk memahami bahasa atau pesan yang dituturkan oleh pihak lain baik yang dituturkan melalui sarana bunyi atau tulisan. Lain halnya sengan keterampilan berbicara dan menulis yang disebut kemampuan yang bersifat aktif produktif. Aktif produktif merupakan kemampuan yang
menuntut kegiatan enconding, kegiatan untuk menyampaikan bahasa kepada
pihak lain, baik secara lisan maupun tertulis. Fokus dalam penelitian ini akan memaparkan keterampilan menulis yang merupakan bagian dari keterampilan yang bersifat aktif produktif.
Keterampilan menulis merupakan salah satu standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia. Tujuan dari keterampilan menulis berdasarkan Permendiknas No. 23 tahun 2006 adalah menggunakan berbagai jenis wacana tulis untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk teks narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, teks pidato, proposal, surat dinas, surat dagang, rangkuman, ringkasan, notulen, laporan, resensi, karya ilmiah, dan berbagai karya sastra berbentuk puisi, cerpen, drama, kritik dan esai.20
Menulis itu pada dasarnya merupakan kegiatan merekam buah pikiran ke dalam bentuk tulisan dengan menggunakan sistem dan peralatan menulis. Usaha merekam bahasa lisan ke dalam bentuk tulis menghendaki adanya aturan atau system tertentu yang harus diikuti dan dipatuhi. Hal ini menyebabkan kepandaian menulis itu menjadi sebuah keterampilan. Sebuah
20
Sondang Atmaja Samosir, “Pengaruh Model Penggunaan Peta Pikiran (Mind Map)
Terhadap Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Oleh Siswa Kelas XI SMK Negeri 1
keterampilan tentu tidak akan diperoleh apabila tidak melalui proses pelatihan yang terus menerus dilakukan.
Soenardi Djiwandono, “Menulis merupakan kegiatan penggunaan
kemampuan bahasa yang aktif-produktif yang sebaiknya diselenggarakan
dalam bentuk tes subjektif”.21 Dengan menulis seseorang dapat menuangkan
segala yang ada di dalam pikirannya.
Dalam Panduan Lengkap Menulis Kreatif,“Kreatif adalah suatu proses
bagaimana sebuah gagasan lahir dan diciptakan oleh seseorang penulis
menjadi sebuah karya tulis.22 Kreatifitas bisa juga muncul dari hal-hal yang
kita kuasai karena kita terlatih melakukannya secara terus menerus sehingga membentuk kebiasaan seseorang.
Khaerudin Kurniawan dalam bukunya Bahasa Indonesia Keilmuan
Untuk Perguruan Tinggi, mengartikan “menulis merupakan suatu proses
kreatif yang melibatkan cara berpikir divergen (menyebar) daripada konvergen
(memusat)”.23 Menulis merupakan suatu proses kreatif, kendati demikian
wujud yang dihasilkan itu sangat bergantung pada kepiawaian, imajinasi, dan
kreativitas penulis dalam mengungkapkan gagasan.24
Menulis merupakan kegiatan berkomunikasi mengungkapkan pikiran,
perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara tertulis.25 Menulis adalah
kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan tulisan.26
Menulis juga dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan
menggunakan aksara.27 Menuliskan buah pikiran atau mengungkapkan
Sabda Media, 2011). Cetakan ke-1. h. 5.
23
Khaerudin Kurniawan, Bahasa Indonesia Keilmuan Untuk Perguruan Tinggi, (Bandung: PT Refika Aditama, 2012), h. 46.
24
Ibid., h. 46. 25
Novi Resmini dan Dadan Juanda, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Di Kelas Tinggi, (Bandung: UPI PRESS, 2007, h. 116.
26
Nurudin, Dasar-dasar Penulisan, (Malang: UMM Press, 2010), h. 4. 27
perasaan adalah suatu keahlian. Keterampilan menulis tidak datang secara otomatis,, melainkan harus melalui proses latihan dan paraktik teratur.
Novi Resmini dalam bukunya Membaca dan Menulis di SD “Teori dan
Pengajarannya” mengatakan bahwa: “Menulis merupakan kegiatan
berkomunikasi. Seseorang menulis dengan mempertimbangkan audiens
(pembaca) karena menulis tidak ditunjukkan diri sendiri.”28 Untuk itu, dalam
menulis perlu mempertimbangkan konteks tulisan mencakup apa, siapa, kapan, untuk tujuan apa, bentuk tulisan, media penyajian yang dipilih, dan sebagainya sehingga tulisan yang dihasilkan komunikatif.
Menulis merupakan kebutuhan mutlak bagi setiap orang yyang terlibat dalam kegiatan sosial, ekonomi, pendidikan, teknologi, dan lain-lain. Hal ini disebabkan semua aktivitas komunikasi saat initidak dapat melepaskan diri dari pemanfaatam sarana tulis. Melalui tulisan, seseorang dapat menceritakan ide, perasaan, peritiwa, dan benda kepada oaring lain. Oleh karena itu, kemmapuan ini perlu diajarkan di sekolah dasar.
Selain itu menulis juga merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dengan baik oleh siswa. Sebagai keterampilan berbahasa, menulis merupakan kegiatan yang komplek karena penulis dituntut dapat menyusun dan mengorganisasikan isi tulisannya serta menuangkannya dalam formulasi ragam bahasa tulis.
Darmiyati Zuchdi dalam buku Pembelajaran Bahasa Indonesia di MI,
berpendapat bahwa kemampuan menulis anak dapat diperoleh melalui proses panjang. Sebelum sampai pada tingkat menulis, siswa-siswi harus mulai tingkat awal, mulai dari pengenalan lambang-lambang bunyi hingga mengetahui cara menulis huruf, kata-kata, kalimat dan uraian yang lebih luas. Lebih jauh Darmiyati Zuchdi pun berpendapat, kemampuan menulis merupakan salah satu jenis kemmapuan berbahasa tulis yang bersifat produktif
28
artinya kemampuan menulis ini merupakan kemampuan yang menghasilkan tulisan.29
Menulis bukanlah sesuatu yang asing bagi setiap manusia. Terutama bagi setiap orang yang menuntut ilmu di dunia pendidikan. Karena manusia yang menuntut ilmu sudah tidak asing dengan kegiatan menulis. Artikel, esai, laporan, resensi, karya sastra, buku, komik, dan cerita adalah contoh bentuk dan produk bahasa tulis yang akrab dengan kehidupan sehari-hari.
Pada hakikatnya menulis merupakan proses kreatif dalam menuangkan gagasan. Jakob Sumarjo mengatakan bahwa menulis merupakan suatu proses
melahirkan tulisan yalng berisi gagasan.30 Banyak yang melakukannya secara
spontan, tetapi juga ada yang berkali-kali mengadakan koreksi dan penulisan kembali.
Dari uaraian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan yang penting bagi siswa untuk melatih kecerdasan untuk berpikir dan menuangkan apa yang dipikirkannya. Menulis merupakan suatu kegiatan yang erat kaitannya dengan kegiatan manusia. Manusia selalu berpikir dan selalu ingin berkarya, dan ingin melakukan hal yang kreatif. Namun kegiatan menulis karangan ini perlu diasah secara maksimal.
2. Tujuan Menulis
Kegiatan menulis dilakukan berbagai tujuan. Tujuan merupakan langkah awal yang penting dalam menulis. Tujuan penulisan adalah gambaran atau perencanaan menyeluruh yang kan mengarahkan penulis dalam
melakukan tindakan menyelesaikan tulisannya.31 Adapun maksud dan tujuan
penulis (the writer’s intention) adalah “responsi atau jawaban yang diharapkan
oleh penulis akan diperolehnya dari pembaca”.
Berdasarkan batasan ini, dapatlah dikatakan bahwa:
29
Jauharoti, dkk, Pembelajaran Bahasa Indonesia MI, (Surabaya: Aprianta, 2009), edisi pertama, paket 14 h. 17.
30
Didik Komaidi. Panduan Lengkap Menulis Kreatif Teori dan Praktek (Yogyakarta: Sabda Media, 2011), h. 5.
31
1) Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar disebut
wacana informatif (informative discourse).
2) Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut
wacana persuasive (persuasive discourse).
3) Tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang
mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer (wacana kesastraan atau literatary discourse).
4) Tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau
berapi-api disebut wacana ekspresif (ekspressive discourse).32
Sehubungan dengan tujuan penulisan suatu tulisan, Hugo Hartig dalam Novi Resmini merangkumnya sebagai berikut:
1) Assignment purpose (tujuan penugasan)
Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri.
2) Altruistic purpose (tujuan altruistik)
Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan, dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenagkan dengan karyanya sendiri.
3) Persuasive purpose (tujuan persuasif)
Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.
4) Informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan)
Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau
keterangan/penerangan kepada para pembaca. 5) Self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri)
32
Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca.
6) Creative purpose (tujuan kreatif)
Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistic nilai-nilai kesenian.
7) Problem solving purpose (tujuan pemecahan masalah)
Dalam tulisan seperti ini penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan
sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca.33
Berikut penuturan Atar Semi mengenai tujuan menulis:
1) Untuk menceritakan sesuatu
Menceritakan sesuatu kepada orang lain mempunyai maksud agar orang lain atau pembaca tahu tentang yang dialami oleh yang bersangkutan. Dengan begitu, terjadi kegiatan berbagi pengalaman, perasaan, dan pengetahuan.
2) Untuk memberikan petunjuk atau pengarahan
Tujuan menulis yang kedua ini adalah untuk memberi petunjuk atau pengarahan kepada orang lain dalam mengerjakan sesuatu dengan tahapan yang benar.
3) Untuk menjelaskan sesuatu
Tulisan yang dibuat dengan tujuan menjelaskan sesuatu kepada pembaca sehingga pengetahuan menjadi bertambah, dan pemahaman pembaca tentang topic yang disampaikan menjadi lebih baik.
4) Untuk meyakinkan
Tulisan yang dibuat untuk meyakinkan orang lain tentang pendapat atau pandangannya mengenai sesuatu sehingga pembaca mempercayainya dan membenarkannya.
5) Untuk merangkum
33
Tujuan menulis untuk merangkum ini umum dijumpai pada kalangan murid sekolah dasar, sekolah menengah, maupun para mahasiswa yang berada di perguruan tinggi. Hal ini mempermudah
mereka dalam mempelajari isi buku, dan menguasai bahan pelajaran.34
Khusus materi pembelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas IV memuat berbagai kompetensi dalam aspek menulis seperti menulis tentang berbagai topik, pengumuman, pantun, dan surat. Dalam berbagai kegiatan menulis tersebut, siswa diharapkan nantinya dapat menulis dengan memperhatikan unsur-unsur kebahasaan dalam kaidah penulisan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, seperti penggunaan ejaan, huruf, dan tanda baca. Hal itu termuat dalam Kompetensi Dasar pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV semester II “menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan memerhatikan penggunaan ejaan, penulisan tanda baca dan huruf besar”.
Jenis tulisan menurut tujuan menulis sebagai berikut:
1) Deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang melukiskan sesuatu sesuai
dengan keadaan sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium, dan mersakan) yang dituliskan itu sesuai dengan citra penulisnya.
2) Narasi adalah tulisan berbentuk karangan yang menyajikan serangkaian
peristiwa atau kejadian menurut urutan terjadinya (kronologis), dengan maksud memberi makna kepada sebuah atau rentetan kejadian, sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu.
3) Eksposisi diartikan sebagai tulisan yang bertujuan untuk memberitahu,
mengupas, menguraikan atau menerangkan sesuatu.
4) Argumentasi adalah karangan yang terdiri dari paparan alasan dan
penyintesisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan. Karangan ini ditulis dengan maksud untuk memberikan alasan, memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian atau gagasan.
34
5) Persuasi adalah tulisan yang bertujuan untuk mempengaruhi orang lain.35
Berdasarkan berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan, bahwa menulis memiliki tujuan tertentu sesuai dengan sasaran pembaca dan jenis tulisannya. Maka sebaiknya sebelum menulis ditentukan dahulu jenis tulisan yang akan dibuat. Setelah itu baru ditentukan sasaran pembacanya. Karena hal tersebut berpengaruh terhadap gaya bahasa yang digunakan dalam penulisan. Jika sasaran pembacanya siswa SD, maka gaya bahasa yang ditulis pun harus sesuai dengan karakter jenjang pendidikannya. Sehingga tujuan penulisan dapat tersampaikan dengan baik.
3. Manfaat Menulis
Menulis merupakan hal yang sangat penting, karena menulis dapat menjadi media seseorang untuk menuangkan pikiran atau perasaan dalam bentuk tulisan seperti mengarang, membuat surat, dan sebagainya. Sebenarnya banyak manfaat yang dapat dipetik dari kegiatan menulis. Manfaat menulis
diantaranya dalam hal:36
a. Peningkatan ungkapan diri;
b. Sarana untuk pemahaman;
c. Pengembangan kepuasan pribadi, kebanggaan, perasaan harga diri;
d. Peningkatan kesadaran dan penyerapan terhadap lingkungan;
e. Keterlibatan secara bersemangat; dan
f. Pengembangan pemahaman tentang kemampuan menggunakan bahasa.
Dari keempat manfaat menulis bisa dilihat bahwa manfaat menulis sangat baik. Selain menambah kecerdasan juga menambah kreativitas seorang dalam menulis, hal tersebut sangatlah penting bagi seorang yang ingin menekuni dalam bidang menulis.
35
Jauharoti, Muhammad Thohri dan Sri Wahyuni, Bahasa Indonesia I, (Surabaya: Aprinta, 2008), paket 11, h. 7.
36
4. Tahap Proses Menulis
Sebagai proses menulis serangkaian aktivitas yang terjadi dan
melibatkan beberapa fase, yaitu fase prapenulisan (persiapan), fase penulisan
(pengembangan isi karangan), dan fase pascapenulisan (telaah dan revisi atau
penyempurnaan tulisan).37 Pendekatan proses dalam menulis terutama bagi
penulis pemula mudah diikuti. Penulis akan mudah melakukan dengan cepat hal-hal yang harus dipersiapkan dan dilakukan dalam menulis.
1) Tahap Prapenulisan
Pada tahapan ini merupakan fase persiapan menulis, seperti halnya pemanasan bagi orang yang berolahraga. Pada fase ini terdapat aktivitas memilih topik, menetapkan tujuan dan sasaran, mengumpulkan bahan atau informasi yang diperlukan, serta mengorganisasikan ide atau gagasan dalam bentuk kerangka karangan.
2) Tahap Penulisan
Pada tahapan sebelumnya (tahap prapenulisan) penulis telah menentukan topik dan tujuan karangan, mengumpulkan informasi yang relevan, serta membuat kerangka karangan. Dengan selesainya itu semua berarti penulis telah siap untuk menulis. Penulis mengembangkan butir demi butir ide yang terdapat dalam kerangka karangan, dengan memanfaatkan bahan atau informasi yang telah penulis pilih dan kumpulkan.
3) Tahap Pascapenulisan
Fase ini merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan tulisan yang dihasilkan. Kegiatannya terdiri atas penyuntingan dan perbaikan (revisi). Penyuntingan di sini diartikan dengan kegiatan membaca ulang suatu tulisan karangan yang telah dibuat dengan maksud untuk merasakan, menilai, dan memeriksa baik unsur mekanik atau pun isi karangan. Tujuannya adalah untuk menemukan atau memperoleh informasi tentang unsur-unsur karangan yang perlu disempurnakan. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh orang lain atau penulisnya sendiri.
37
Minto Rahayu. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi “Mata Kuliah Pengembangan
Harsiati dalam Isah Cahyani menyatakan tahap dan kegiatan dalam
proses penulisan adalah sebagai berikut:38
1) Pra menulis
a. Penulisan harus memiliki dan menggunakan pengetahuan tentang topik,
bahasa, sistem tanda baca, dan struktur teks.
b. Penulis sudah membawa “bekal” pengalaman beruapa butir-butir tentang pengalaman menulis sebelumnya, tujuan penulisan, sarana penulisan (pembaca).
2) Proses penulisan
Dalam proses menulis, penulis melakukan kegiatan:
a. Pembuatan kerangka ide
b. Penyusunan buram
c. Pencarian cara penyampaian
d. Pemilihan implikatur
e. Membaca hasil tulisan
f. Revisi dan penyuntingan
3) Pasca menulis
a. Merespon pembaca
b. Merefleksi
c. Mengevaluasi
d. Mengkreasikan apa yang dituliskan
D. Ruang Lingkup Pembelajaran Menulis di SD/MI
Agar tujuan menulis dapat tercapai dengan baik, maka diperlukan latihan yang memadai dan secara terus-menerus. Selain itu, anak pun harus dibekali dengan pengetahuan dan pengalaman yang akan ditulisnya, karena pada hakikatnya menulis adalah menuangkan sesuatu yang telah ada dalam pikirannya. Namun demikian, hal yang tidak dapat diabaikan dalam pengajaran mengarang di
38
SD/MI adalah siswa harus mempunyai modal pengetahuan yang cukup tentang ejaan, kosakata, dan pengetahuan tentang mengarang itu sendiri.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran menulis seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, pembelajaran menulis di SD/MI harus dimulai dari tahap yang paling sederhana lalu pada hal yang sederhana, ke yang biasa, hingga pada yang paling sukar. Tentu saja hal ini perlu melalui tahapan sesuai dengan tingkat pemikiran siswa. Oleh karena itu, di SD/MI pembelajaran menulis dibagi atas dua tahap, yaitu menulis permulaan dan menulis lanjut. Menulis permulaan ditujukan kepada siswa kelas rendah yakni kelas satu hingga kelas tiga, sedangkan kelas empat hingga kelas enam diberi pembelajaran menulis lanjutan.
E. Hasil Penelitian yang Relevan
Untuk mendukung penelitian ini, berikut ini disajikan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian tersebut antara lain:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Febri Setyowati (2014) dalam penelitian
yang berjudul “Pengaruh model pembelajaran berdasarkan masalah (problem based learning) terhadap keterampilan menulis argumentasi siswa kelas X
SMA Negeri 7 Tangerang Tahun Pelajaran 2012/2013”, Skripsi Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa data yang dianalisis dengan
menggunakan uji-t pada taraf signifikan 95% (ά = 0,05). Jadi, dapat
disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran berdasarkan masalah berpengaruh terhadap keterampilan menulis argumentasi siswa pada
pelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 7 Tangerang.39
39
Adapun perbedaan penelitian Dwi Febri Setyowati dengan skripsi ini dapat dilihat dari model pembelajaran yang digunakan, jenis menulis yang dipilih dan jenjang pendidikannya. Dwi Febri Setyowati menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah dalam penelitian menulis karangan argumentasi yang dilakukan di SMA Negeri 7 Tangerang. Sementara penulis
menggunakan model pembelajaran webbed dalam penelitian menulis
karangan sederhana yang dilakukan pada kelas IV SD Negeri Cempaka Putih Timur 05 Pagi Jakarta.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Nurhasanah (2014) dalam penelitian yang
berjudul, “Peningkatan keterampilan menulis melalui penerapan pendekatan pembelajaran tematik pada Siswa Kelas II SDN Leuwinanggung I Tapos-Depok. Skripsi Program Studi Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah da Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dari penelitian ini yang telah dilakukan oleh Nurhasanah menyimpulkan bahwa keterampilan menulis siswa pada konsep melengkapi cerita mengalami peningkatan setelah diterapkan pendekatan pembelajaran tematik. Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas pembelajaran, pendekatan pembelajaran tematik meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Sehingga terjadi peningkatan hasil dalam keterampilan menulis yang
dilakukan pada penelitian ini.40
Adapun perbedaan penelitian Nurhasanah dengan skripsi ini dapat dilihat dari pendekatan yang digunakan, jenis menulis yang dipilih dan jenjang kelas pendidikannya. Nurhasanah menggunakan pendekatan tematik dalam penelitian keterampilan menulis pada siswa kelas II SDN Leuwinanggung I Tapos-Depok. Sementara penulis menggunakan pendekatan pembelajaran
terpadu yakni model pembelajaran webbed dalam penelitian menulis
karangan sederhana yang dilakukan pada kelas IV SD Negeri Cempaka Putih Timur 05 Pagi Jakarta. Kemudian metodologi yang digunakan oleh
Nurhasanah yaitu penelitian tindakan kelas atau Classromm Action Research,
40
sedangkan metodologi yang akan penulis lakukan adalah ekperimen kuanti yaitu penelitian ekperimen.
3. Penelitian Ulfiana Permata (2013) dalam penelitian yang berjudul, “Pengaruh
Model Pembelajaran Webbing dalam Keterampilan Menulis Puisi Siswa
Kelas VIII SMPN 2 Tangerang Selatan Semester Genap Tahun Pelajaran
2012/2013”, Skripsi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen kuantitatif. Penelitian ini dilakukan terhadap dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil penelitian ini menyatakan terdapat pengaruh model
pembelajaran webbing terhadap keterampilan menulis puisi siswa kelas VIII
SMPN 2 Tangerang Selatan. Artinya pembelajaran dengan model webbing
lebih baik dalam meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa.41
Adapun perbedaan penelitian Ulfiana Permata dengan skripsi ini dapat dilihat dari jenis menulis yang dipilih dan jenjang kelas pendidikannya. Ulfiana
Permata menggunakan model pembelajaran webbing dalam penelitian
keterampilan menulis puisi pada siswa kelas VIII SMPN 2 Tangerang
Selatan. Sementara penulis menggunakan model pembelajaran webbed dalam
penelitian menulis karangan sederhana yang dilakukan pada kelas IV SD Negeri Cempaka Putih Timur 05 Pagi Jakarta.
F. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan
Diterapkannya pembelajaran terpadu model pembelajaran webbed bertujuan
untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna kepada siswa dengan melalui keterlibatan siswa secara aktif dan pengalaman langsung dalam proses pembelajaran. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami terhadap apa yang dipelajarinya dan mengaitkannya dengan apa yang telah dipahaminya.
41
Pembelajaran terpadu model webbed ini akan diterapkan pada mata pelajaran bahasa Indonesia dalam keterampilan menulis karangan. Dengan menggunakan tema yang telah ditentukan, guru akan menyampaikan materi bahasa Indonesia yang akan menuntun siswa dalam membuat karangan yang berkaitan dengan tema.
Berdasarkan pokok pikiran tersebut, diharapkan penerapan pembelajaran
model webbed dapat memberikan pengaruh terhadap keterampilan menulis
karangan siswa.
G. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka teori yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:
H0 : Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran webbed terhadap
keterampilan menulis karangan pada siswa kelas IV SDIT Al-Mubarak Jakarta Pusat.
H1: Terdapat pengaruh model pembelajaran webbed terhadap keterampilan
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah SDIT Al- Mubarak, Jakarta Pusat. Tepatnya di Jl. Rawasari, Kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Kode Pos: 10570.
Penelitian ini dimulai pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 pada bulan Februari-September 2015. Penelitian eksperimen ini dilakukan di SDIT Al-Mubarak, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, pada kelas IV tahun ajaran 2014/2015
dengan kompetensi dasar “menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana
dengan memerhatikan penggunaan ejaan, huruf besar, tanda titik, tanda koma, dan lain-lain”.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Metode ini dipilih karena tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak
yang ditimbulkan dari suatu perlakuan (treatment), yaitu pelaksanaan
pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran webbed yang diterapkan pada kelompok eksperimen kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol yang melakukan pembelajaran Bahasa Indonesia tanpa
menggunakan model pembelajaran webbed.
Eksperimen yang peneliti lakukan dalam penelitian ini dapat dikategorikan
sebagai eksperimen semu (Quasi Experiment). Hal ini dikarenakan eksperimen