• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA PT.KERETA API INDONESIA (PERSERO) DAN PT. JASA RAHARJA (PERSERO) TENTANG ASURANSI WAJIB KECELAKAAN KERETA API DI WILAYAH LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA PT.KERETA API INDONESIA (PERSERO) DAN PT. JASA RAHARJA (PERSERO) TENTANG ASURANSI WAJIB KECELAKAAN KERETA API DI WILAYAH LAMPUNG"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Antara PT. Kereta Api Indonesia

(Persero) dan PT. Jasa Raharja (Persero) Tentang Asuransi Wajib

Kecelakaan Kereta Api Di Wilayah Lampung

OLEH

Asri Rejeki Utami

Perjanjian kerjasama antara PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dengan PT. Jasa

Raharja (Persero) termasuk kedalam jenis perjanjian asuransi yang diatur dalam

KUHD, perjanjian ini pada dasarnya merupakan suatu perjanjian penggantian

kerugian. Asuransi kecelakaan dalam perjanjian ini ditujukan kepada pihak ketiga

yaitu penumpang kereta api, jaminan pertanggung jawaban terhadap penumpang

kereta api dimulai sejak penumpang diangkut dari tempat keberangkatan sampai

dengan tempat tujuan yang telah disepakati. Penelitian ini akan mengkaji dan

membahas mengenai pelaksanaan perjanjian kerjasama antara PT. Kereta Api

Indonesia (Persero) dengan PT. Jasa Raharja (Persero) tentang asuransi wajib

kecelakaan kereta api di wilayah Lampung yang memuat hak dan kewajiban para

pihak dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama dan Tanggungjawab para pihak

jika terjadi kecelakaan kereta api.

Penelitian ini menggunakan pendekatan normatif terapan yang menggunakan data

sekunder. Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka dan dokumen, data

sekunder meliputi bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Pengumpulan

data dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan pedoman tertulis

terhadap responden yang telah ditentukan. Penelitian dilakukan di PT. Kereta Api

Indonesia (Persero) cabang Lampung dan PT. Jasa Raharja (Persero) cabang

Lampung.

(2)

adanya perjanjian tersebut dilakukan oleh masing-masing pihak apabila terjadi

kecelakaan kereta api yang menimbulkan tanggungjawab bagi para pihak untuk

melaksanakan hal-hal yang telah ditentukan dalam perjanjian kerjasama tersebut

terutama dalam hal pemberian santunan kepada korban kecelakaan kereta api.

(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan manusia, alat transportasi terdiri dari berbagai macam yaitu alat transportasi darat, laut, maupun udara. Bentuk alat transportasi darat terdiri dari berbagai macam jenis, seperti mobil, motor, bis, kereta api, dan lain-lain.

(4)

Pasal 132 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian menjelaskan bahwa pengangkutan darat dengan kereta api, terjadi karena adanya perjanjian pengangkutan yang dibuktikan dengan karcis penumpang atau surat angkutan barang. Penyelenggaraan pelayanan angkutan orang dan/atau barang dilakukan setelah dipenuhi syarat-syarat umum angkutan yang ditetapkan oleh badan penyelenggaraan berdasarkan undang-undang.

Penyelenggara pengangkutan yakni PT. Kereta Api Indonesia (Persero) menjalin perjanjian kerjasama dengan PT. Jasa Raharja (Persero) yang dalam hal ini sebagai pihak penanggung terhadap pihak PT. Kereta Api Indonesia (Persero) selaku pengelola pengangkutan dalam mengganti kerugian jika terjadi kecelakaan selama proses pengangkut.

Pada tahun 2008 PT. Jasa Raharja (Persero) Cabang Lampung pernah memberikan santunan kepada korban kecelakaan kereta api yang terjadi di kelurahan Bumi Manti Kecamatan Kedaton Bandar Lampung yang di dalamnya terdapat korban meninggal dunia, korban luka berat, dan korban luka ringan, hal ini dilakukan sebagai bentuk tanggungjawab terhadap korban kecelakaan sebagaimana yang dimaksud dalam perjanjian kerjasama yang terjadi antara PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dengan PT. Jasa Raharja (Persero).

(5)

membuktikan kesalahan PT. Kereta Api maka penumpang tidak akan memperoleh ganti rugi. Sebaliknya, apabila terbukti PT. Kereta Api bersalah, PT. Kereta Api bertanggung jawab membayar ganti rugi tidak terbatas (unlimited liability), artinya berapa pun juga kerugian yang dialami oleh penumpang, PT. Kereta Api Indonesia (Persero) harus membayar kecuali atas kesepakatan kedua belah pihak. Terkait dengan tanggungjawab berupa ganti kerugian yang harus diberikan kepada penumpang kereta api apabila terjadi kesalahan yang dilakukan oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero), maka dibutuhkan suatu kerjasama dengan jasa lembaga asuransi dalam melaksanakan jaminan tanggungjawab terhadap penumpang kereta api tersebut, adapun bentuk kerjasama tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan suatu perjanjian.

Perjanjian asuransi merupakan salah satu jenis perjanjian khusus yang diatur dalam KUHD. Sebagai perjanjian, maka ketentuan syarat-syarat sah suatu perjanjian dalam KUHPdt sebagai mana diatur dalam Pasal 1320 berlaku juga dalam perjanjian asuransi. Pada tanggal 11 Februari 1992 pemerintah mengatur asuransi secara spesifik dengan mengundangkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian selanjutnya disebut dengan UU Perasuransian, di mana istilah asuransi menurut Pasal 1 angka (1) adalah :

(6)

Perlu diketahui, bahwa Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian hanya mengatur mengenai usaha perasuransian saja dan bukan mengatur mengenai substansi dari asuransi itu sendiri. Oleh karenanya dengan berlakunya UU Perasuransian tidak menghapus ketentuan-ketentuan mengenai asuransi yang diatur dalam KUHD yang dibuat pada masa Kolonial Belanda. Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan diatas dan dengan banyaknya intensitas kecelakaan kereta api seperti 13 kecelakaan kereta api pada tahun 2007 yang menelan korban luka-luka lebih dari 80 orang, pada tahun 2009 terjadi 1 kecelakaan yang menewaskan 2 penumpang, pada tahun 2010 terjadi 2 kecelakaan tanpa korban, dan pada tahun 2011 terjadi 1 kecelakaan KA yang menimbulkan korban luka-luka dan meninggal dunia.1

Maka penulis tertarik untuk mengetahuinya lebih lanjut mengenai pelaksanaan perjanjian antara PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dengan PT. Jasa Raharja (Persero). Penelitian ini kemudian akan dituangkan dalam bentuk skirpsi dengan judul : “Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Antara PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dan PT. Jasa Raharja (Persero) Tentang Asuransi Wajib Kecelakaan Penumpang Kereta Api Di Wilayah Lampung.

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :

(7)

Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian kerjasama antara PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dan PT. Jasa Raharja (Persero) tentang asuransi wajib kecelakaan penumpang kereta api di wilayah Lampung ? dengan pokok bahasan :

a. Hak dan kewajiban para pihak dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama. b. Tanggungjawab para pihak jika terjadi kecelakaan kereta api.

2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini meliputi ruang lingkup bidang ilmu dan ruang lingkup pembahasan. Ruang lingkup bidang ilmu yang digunakan adalah Hukum Perdata Ekonomi, khususnya yang berkenaan dengan Hukum Pengangkutan Niaga. Sedangkan ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini adalah pelaksanaan perjanjian kerjasama antara PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dan PT. Jasa Raharja (Persero) tentang asuransi wajib kecelakaan penumpang kereta api di wilayah Lampung .

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui dan memahami pelaksanaan perjanjian kerjasama antara PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dan PT. Jasa Raharja (Persero) tentang asuransi wajib kecelakaan penumpang kereta api di wilayah Lampung dengan pokok bahasan :

(8)

2. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan dari segi kegunaan teoritis dan segi kegunaan praktis, yaitu :

a. Kegunaan teoritis.

1)Sebagai bahan hukum yang dapat memberikan wawasan yang diharapkan dapat berguna bagi proses pengembangan hukum terutama tentang hukum pengangkutan khususnya pengangkutan darat.

2)Memberikan wawasan dan pengetahuan bagi penulis mengenai pelaksanaan perjanjian kerjasama antara PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dan PT. Jasa Raharja (Persero) tentang asuransi wajib kecelakaan penumpang kereta api. b. Kegunaan praktis.

1)Memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang terkait dalam pengangkutan darat, baik itu pengangkut maupun pengirim ataupun penerima barang.

2)Sebagai bahan acuan dan sumber informasi bagi yang membutuhkan.

(9)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Perjanjian Pada Umumnya

1. Pengertian Perjanjian

Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, perikatan

yang berasal dari perjanjian dikehendaki oleh dua orang atau dua pihak yang

membuat perjanjian, sedangkan perikatan yang lahir dari undang-undang dibuat

atas dasar kehendak yang berhubungan dengan perbuatan manusia yang terdiri

dari dua pihak. Dalam bahasa Belanda, perjanjian disebut juga overeenkomst dan

hukum perjanjian disebut overeenkomstenrech. Dalam pasal 1313 KUHPerdata

menyebutkan “suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang

atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”

Menurut R. Subekti, yang dimaksud dengan perjanjian adalah suatu peristiwa

dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling

berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.2

Menurut M. Yahya Harahap perjanjian atau Verbintenis mengandung pengertian

yang berbeda, yaitu sebagai berikut : “suatu hubungan hukum kekayaan/harta

benda antara dua orang atau lebih, yang memberi kekuatan hak pada satu pihak

(10)

untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pihak lain untuk

menunaikan prestasi.3

Abdul Kadir Muhammad, menyatakan bahwa perjanjian adalah suatu persetujuan

dengan mana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk melaksanakan sesuatu

dalam lapangan harta kekayaan.4

Pendapat para sarjana mengenai defenisi dari perjanjian berbeda-beda. Hal ini

merupakan sesuatu yang wajar sebab dalam mengemukakan defenisi dari

perjanjian itu, para pakar hukum tersebut memiliki sudut pandang yang saling

berbeda satu sama lain. Namun dalam setiap defenisi yang dikemukakan oleh

para sarjana tersebut tetap mencantumkan secara tegas bahwa dalam perjanjian

terdapat pihak-pihak yang menjadi subjek dan objek dari perjanjian tersebut yaitu

adanya hubungan hukum yang terjadi diantara para pihak yang menyangkut

pemenuhan prestasi dalam bidang kekayaan.

Sedangkan yang dimaksud dengan asuransi yang akan diberikan kepada korban

kecelakaan kereta api dalam perjanjian kerjasama antara PT. Kereta Api Indonesia

(Persero) dan PT. Jasa Raharja (Persero) adalah perjanjian antara dua pihak atau

lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung,

dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada

tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang

diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan

diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk

3M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, PT. Alumni, Bandung, 1986, hlm 18

(11)

pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang

dipertanggungkan.5

Perjanjian kerjasama antara PT. Kereta Api Indonesia ( Persero ) dan PT Jasa

Raharja (Persero) tentang asuransi kecelakaan penumpang Kereta Api diwilayah

lampung berdasarkan dengan yang diantaranya adalah Undang-Undang No. 33

tahun 1964

Tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang (Lembar Negara

Republik Indonesia tahun 1964 No. 137. Tambahan Lembar Negara Republik

Indonesia No. 2720) dan Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 1965 tentang

Ketentuan-Ketentuan Pelaksanaan Dana Pertanggungan wajib Kecelakaan

Penumpang ( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1965 No. 28).

2. Syarat Sahnya Perjanjian

Asuransi merupakan salah satu jenis perjanjian khusus yang diatur dalam KUHD.

Sebagai perjanjian, maka ketentuan syarat-syarat sah suatu perjanjian dalam

KUHPdt berlaku juga perjanjian asuransi. Karena perjanjian asuransi merupakan

perjanjian khusus, maka di samping ketentuan syarat-syarat sah suatu perjanjian,

berlaku juga syarat-syarat Khusus yang diatur dalam KUHD.

Suatu perjanjian dikatakan sah apabila memenuhi empat syarat, sebagaimana yang

diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu :

a. Sepakat mereka yang mengikatkan diri (consensus).

Kehendak dari pihak-pihak harus bersesuaian satu sama lain dan ternyata dari

pernyataan kehendaknya. Perjanjian terjadi oleh adanya penawaran dan

(12)

penerimaan yang saling berhubungan. Penawaran dan penerimaan dapat dilakukan

dengan tegas atau diam-diam.

Dengan sepakat dimaksudkan bahwa pihak-pihak yang mengadakan perjanjian

itu harus bersepakat, setuju atau seia sekata mengenai hal-hal yang pokok dari

perjanjian yang diadakan itu. Apa yang dikehendaki oleh pihak yang satu juga

dikehendaki oleh pihak yang lain. Kesepakatan kedua belah pihak dalam suatu

perjanjian itu harus diberikan secara bebas.6

b. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian (capacity)

Pada umumnya orang itu dikatakan cakap melakukan perbuatan hukum apabila ia

sudah dewasa artinya telah mencapai usia tahun dan atau sudah menikah. Menurut

Pasal 330 KUHPerdata, seseorang dikatakan cakap dalam hukum apabila telah

berumur 21 tahun, atau yang telah melangsungkan pernikahan. Dalam Pasal 1330

KUHPerdata disebutkan bahwa orang-orang yang tidak cakap untuk membuat

suatu perjanjian adalah :

1. Orang-orang yang belum dewasa atau orang-orang yang belum berusia 21

tahun dan belum pernah menikah

2. Mereka yang di bawah pengampuan (curatelen),

c. Mengenai suatu hal tertentu (a certain subject matter).

Suatu hal tertentu merupakan pokok perjanjian, merupakan prestasi yang perlu

dipenuhi dalam suatu perjanjian, merupakan obyek perjanjian. Prestasi harus

tertentu atau sekurang kurangnya dapat ditentukan gunanya ialah untuk

(13)

menetapkan hak dan kewajiban kedua belah pihak jika timbul perselisihan dalam

pelaksanaan perjanjian.

Hal tertentu mengenai objek hukum benda itu oleh pihak-pihak ditegaskan di

dalam perjanjian mengenai :

1. Jenis barang,

2. Kualitas dan mutu barang,

3. Buatan pabrik dan dari Negara mana,

4. Buatan tahun berapa,

5. Warna barang,

6. Ciri khusus barang tersebut,

7. Jumlah barang,

8. Uraian lebih lanjut mengenai barang itu.

Dengan demikian, perjanjian yang objeknya tidak tertentu atau jenisnya tidak

tertentu maka dengan sendirinya perjanjian itu tidak sah. Objek atau jenis objek

merupakan syarat yang mengikat dalam perjanjian.

d. Mempunyai sebab yang halal

Syarat ini mempunyai dua fungsi yaitu: perjanjian harus mempunyai sebab, tanpa

syarat ini perjanjian batal, sebabnya harus halal, kalau tidak halal perjanjian batal.

Menurut undang-undang, causa atau sebab yang halal adalah apabila tidak

dilarang oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan kesusilaan dan

ketertiban umum.

Menurut Pasal 1337 KUHPerdata, suatu sebab adalah terlarang, apabila dilarang

oleh undang-undang, atau apabila berlawanan dengan kesusilaan atau ketertiban

(14)

mengakibatkan perjanjian itu batal demi hukum. Dengan demikian tidak ada dasar

untuk membuat pemenuhan perjanjian di muka hakim.

Dua syarat yang pertama merupakan syarat subjektif, karena mengenai para pihak

dan orang-orangnya/subjek yang mengadakan perjanjian. Sedangkan dua syarat

yang terakhir dinamakan syarat objektif, karena mengenai objek perjanjian. Jika

syarat objektif tidak terpenuhi, maka perjanjian tersebut batal demi hukum.

Apabila perjanjian telah memenuhi syarat sahnya perjanjian sebagaimana tersebut

di atas, maka perjanjian tersebut harus ditaati oleh masing-masing pihak, apabila

ada pelanggaran terhadap isi perjanjian maka pelakunya dapat dikenai sanksi

menurut hukum yang berlaku. Kesalahan satu pihak tidak memenuhi

kewajibannya terhadap pihak lain yang seharusnya dilaksanakan berdasarkan

perikatan yang telah dibuat merupakan suatu bentuk wanprestasi.

3. Subjek dan Objek Perjanjian

Subyek perjanjian ialah pihak-pihak yang terikat dalam suatu perjanjian. KUH

Perdata membedakan tiga golongan yang tersangkut pada perjanjian itu.7

Yang menjadi subjek dalam perjanjian ialah:

a. Para pihak yang mengadakan perjanjian itu sendiri;

b. Para ahli waris mereka dan mereka yang mendapatkan hak daripadanya;

c. Pihak ketiga.

Obyek dari perjanjian atau prestasi harus dipenuhi oleh pihak-pihak yang

mengadakan perjanjian sesuai dengan apa yang diperjanjikan. Jika ada salah satu

pihak yang tidak memenuhi prestasinya, maka pihak yang tidak memenuhi

(15)

prestasi tersebut dikatakan wanprestasi. Namun hal tersebut dapat diperkecualikan

dalam hal memaksa atau overmacht, di mana salah satu pihak tidak dapat

memenuhi prestasinya karena sebab di luar dirinya. Hal memaksa tersebut

misalnya, bencana alam, meninggal dunia, kecelakaan dan lain-lain.

Ditinjau dari objeknya (prestasi), maka perjanjian terbagi menjadi tiga macam,

yaitu:

a. Perjanjian untuk memberikan atau menyerahkan suatu barang;

b. Perjanjian untuk berbuat sesuatu;

c. Perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu.

Subjek dalam perjanjian antara PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dan PT. Jasa

Raharja tentang asuransi wajib kecelakaan penumpang kereta api di wilayah

Lampung dalam hal terjadinya kecelakaan kereta api adalah PT. Kereta Api

Indonesia (Persero) dan PT. Jasa Raharja. Sedangkan yang menjadi objek dalam

perjanjian tersebut adalah hak dan kewajiban serta tanggung jawab dari PT.

Kereta Api Indonesia (Persero) dan PT. Jasa Raharja jika terjadi kecelakaan

penumpang kereta api.

4. Asas-asas Hukum Perjanjian

Dalam hukum perjanjian terdapat beberapa asas sebagai berikut :

a. Asas konsensualisme (persesuaian kehendak)

Hanya dengan adanya kata sepakat antara kedua belah pihak, perjanjian sudah

mengikat. Jadi perikatan lahir sejak detik tercapinya kesepakatan. Terhadap asas

(16)

penitipan barang (pasal 1694 KUHPerdata), perjanjian pinjam pakai (pasal 1740

KUHPerdata), perjanjian pinjam pakai sampai habis (pasal 1754 KUHPerdata).

b. Kebebasan berkontrak (partij otonomi)

Kebebasan berkontrak adalah salah satu asas yang sangat penting di dalam hukum

perjanjian. Kebebasan ini adalah perwujudan dari kehendak bebas, pancaran hak

asasi manusia. Asas kebebasan berkontrak dapat disimpulkan dari pasal 1338 ayat

(1) KUHPerdata yang menentukan : “semua perjanjian yang dibuat sah berlaku

sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Dengan menekankan

kata “semua”, pasal tersebut berisikan suatu pernyataan kepada masyarakat bahwa

setiap orang diperbolehkan membuat perjanjian yang berupa dan berisi apa saja,

dan perjanjian itu akan mengikat para pihak yang membuatnya seperti suatu

undang-undang.

Asas kebebasan berkontrak ini dibatasi oleh hukum yang sifatnya memaksa,

sehingga para pihak yang membuat persetujuan harus menaati hukum yang

sifatnya memaksa tersebut, Selain itu meskipun setiap orang bebas untuk

membuat perjanjian yang berupa dan berisi apa saja, namun isi perjanjian tersebut

tidak boleh bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban

umum.8

c. Asas kepercayaan

Seseorang yang mengadakan perjanjian dengan pihak lain, menumbuhkan

kepercayaan diantara kedua belah pihak bahwa satu sama lain akan memenuhi

janjinya, dengan kata lain akan memenuhi prestasinya. Tanpa ada kepercayaan

(17)

pada kedua belah pihak maka perjanjian itu tidak mungkin diadakan oleh para

pihak.

d. Asas kekuatan mengikat

Asas ini dapat disimpulkan dari pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata. Mengikat artinya

masing-masing para pihak dalam perjanjian tersebut harus menghormati dan

melaksanakan isi perjanjian, serta tidak boleh melakukan perbuatan yang

bertentangan dengan isi perjanjian. Terikatnya para pihak pada perjanjian tidak

semata-mata terbatas pada apa yang diperjanjikan, tetapi juga terhadap beberapa

unsur lain sepanjang dikehendaki oleh kebiasaan dan kepatutan serta moral.

5. Jenis-jenis Perjanjian

Abdulkadir Muhammad juga mengelompokkan perjanjian menjadi beberapa

jenis, yaitu:

a. Perjanjian timbal balik dan perjanjian sepihak

Perjanjian timbal balik (bilateral contract) adalah perjanjian yang memberikan

hak dan kewajiban kepada kedua belah pihak. Perjanjian timbal balik adalah

pekerjaan yang paling umum terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, misalnya

perjanjian jual beli, sewa menyewa, pemborongan bangunan, tukar menukar.

Perjanjian sepihak adalah perjanjian yang memberikan kewajiban kepada satu

pihak dan hak kepada pihak lainnya, misalnya perjanjian hibah, hadiah. Pihak

yang satu berkewajiban menyerahkan benda yang menjadi obyek perikatan dan

pihak yang lainnya berhak menerima benda yang diberikan itu. Yang menjadi

kriteria perjanjian jenis ini adalah kewajiban berprestasi kedua belah pihak atau

salah satu pihak. Prestasi biasanya berupa benda berwujud baik bergerak maupun

(18)

menghuni rumah. Pembedaan ini mempunyai arti penting dalam praktek,

terutama dalam soal pemutusan perjanjian menurut pasal 1266 KUHPerdata.

Menurut pasal ini salah satu syarat ada pemutusan perjanjian itu apabila

perjanjian itu bersifat timbal balik.

b. Perjanjian cuma-cuma dan perjanjian dengan alas hak yang membebani.

Perjanjian cuma-cuma adalah perjanjian yang hanya memberikan keuntungan

pada satu pihak saja, misalnya perjanjian pinjam pakai, perjanjian hibah.

Perjanjian dengan alas hak yang membebani adalah perjanjian dalam mana

terhadap prestasi dari pihak yang satu selalu terdapat kontra prestasi dari pihak

lainnya, sedangkan antara kedua prestasi itu ada hubungannya menurut hukum.

Kontra prestasinya dapat berupa kewajiban pihak lain, tetapi juga pemenuhan

suatu syarat potestatif (imbalan). Misalnya A menyanggupi memberikan kepada B

sejumlah uang, jika B menyerahlepaskan suatu barang tertentu kepada A.

Pembedaan ini mempunyai arti penting dalam soal warisan berdasarkan

undang-undang dan mengenai perbuatan-perbuatan yang merugikan para kreditur.

c. Perjanjian bernama dan tidak bernama.

Perjanjian bernama adalah perjanjian yang mempunyai nama sendiri, yang

dikelompokkan sebagai perjanjian-perjanjian khusus karena jumlahnya terbatas,

misalnya jual beli, sewa menyewa, tukar menukar, pertanggungan. Perjanjian

tidak bernama adalah perjanjian yang tidak mempunyai nama tertentu dan

(19)

d. Perjanjian kebendaan dan perjanjian obligatoir.

Perjanjian kebendaan (zakelijke overeenkomst, delivery contract) adalah

perjanjian untuk memindahkan hak milik dalam perjanjian jual beli. Perjanjian

kebendaan ini sebagai pelaksanaan perjanjian obligatoir. Perjanjian obligatoir

adalah perjanjian yang menimbulkan perikatan, artinya sejak terjadi perjanjian,

timbullah hak dan kewajiban pihak-pihak. Pembeli berhak menuntut penyerahan

barang, penjual berhak atas pembayaran harga.

Pembeli berkewajiban membayar harga, penjual berkewajiban menyerahkan

barang. Pentingnya pembedaan ini adalah untuk mengetahui apakah dalam

perjanjian itu ada penyerahan (levering) sebagai realisasi perjanjian dan

penyerahan itu sah menurut hukum atau tidak.

e. Perjanjian konsensual dan perjanjian real.

Perjanjian konsensual adalah perjanjian yang timbul karena ada persetujuan

kehendak antara pihak-pihak. Perjanjian real adalah perjanjian disamping ada

persetujuan kehendak juga sekaligus harus ada penyerahan nyata atas barangnya,

misalnya jual beli barang bergerak, perjanjian penitipan pinjam pakai (Pasal 1694,

1740 dan 1754 KUHPerdata).

6. Perjanjian Kerjasama

Dalam perjanjian mengenai kerjasama antara PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

dan PT. Jasa Raharja ada dua pihak yang saling mengikatkan diri yaitu pihak PT.

Kereta Api Indonesia (Persero) dengan PT. Jasa Raharja, dimana kedua pihak

sepakat untuk mengikatkan diri, dengan ketentuan dan syarat-syarat dan melalui

(20)

yang terjadi dalam perjanjian kerjasama PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

dengan PT. Jasa Raharja.

Didalam perjanjian mengenai PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dengan PT.

Jasa Raharja, dalam persyaratan pelaksanaan asuransi Pihak Kedua dalam hal ini

yaitu PT. Jasa Raharja harus beraedia mematuhi peraturan yang ada di dalam

perjanjian apabila kereta api mengalami kecelakaan. Oleh karena itu Pihak Kedua

wajib untuk selalu berusaha menghindari terjadinya kecelakaan serta

membebaskan pihak pertama akan segala akibat dan resiko yang timbul

daripadanya.

Perjanjian kerjasama antara PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dan PT. Jasa

Raharja tersebut didasarkan atas suatu perjanjian tertulis yang harus dipenuhi oleh

para pihak terkait untuk memberi perlindungan hukum. Dengan adanya perjanjian

tersebut maka antara PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dan PT. Jasa Raharja

akan saling terkait untuk melaksanakan berbagai prestasi yang telah disepakati

bersama. Prestasi tersebut bersifat timbal balik, sehingga akan menimbulkan

hak-hak dan kewajiban pada kedua belah pihak-hak.

Perjanjian tersebut berisi pengaturan mengenai pengaturan mengenai:

1. Bahwa dengan adanya perjanjian antara PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

dan PT. Jasa Raharja (Persero) tentang perjanjian kerjasama asuransi

kecelakaan penumpang kereta api berdasarkan dasar perjanjian pada

Undang-Undang No. 33 Tahun 1964 Pasal 1 (a) yang berbunyi: Undang-Undang-Undang-Undang No. 33

(21)

(Lembaran Negara Republik Indonesia 1964 No. 137. Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia No. 2720)

Pasal 1(c) : Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1965 tentang

Ketentuan-ketentuan Pelaksanaan Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 No. 28)

2. Bahwa berdasarkan Pasal 3 ayat (1) tentang lingkup jaminan pertanggungan

sebagaimana dimaksud dalam perjanjian kerjasama ini disebutkan bahwa:

Lingkup Jaminan Pertanggungan sebagaimana diatur dalam perjanjian ini

adalah sesuai dengan UU No. 33 Tahun 1964 Jo. PP No. 17 Tahun 1965, yaitu

jaminan pertanggungan kecelakaan diri bagi tiap penumpang sah dari kereta

api, selama penumpang itu berada di dalam kereta api untuk jangka waktu

sejak naik kereta api di stasiun keberangkatan sampai dengan saat turunnya

dari kereta api di tempat tujuan menurut karcis yang berlaku untuk perjalanan

yang bersangkutan.

7. Perjanjian Asuransi

Perjanjian asuransi merupakan perjanjian khusus yang diatur dalam KUHD.

Sebagai perjanjian khusus, maka selain asas-asas hukum perjanjian pada

umumnya, dalam perjanjian asuransi mengharuskan diterapkannya prinsip-prinsip

perjanjian asuransi sebagai berikut:

a. Prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan.

b. Prinsip iktikad baik

c. Prinsip keseimbangan

(22)

e. Prinsip kontribusi

f. Prinsip subrogasi

g. Prinsip kausa proksimal

h. Prinsip follow of fortune dalam reasuransi

Perjanjian asuransi meletakkan hak dan kewajiban pada tertanggung dan

penanggung. Perjanjian asuransi atau pertanggungan itu mempunyai sifat-sifat

sebagai berikut:

a. Perjanjian asuransi merupakan suatu perjanjian penggantian kerugian.

Sifat perjanjian asuransi ini berkaitan dengan penerapan prinsip indemnitas,

sebagaimana dapat disimpulkan dari Pasal 246 KUHD merupakan perjanjian

penggantian kerugian. Ganti rugi disini mengandung arti bahwa pergantian

kerugian dari penanggung harus seimbang dengan kerugian yang

sungguh-sungguh diderita oleh tertanggung.

b. Perjanjian asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian bersyarat (aletair).

Perjanjian asuransi merupakan perjanjian bersyarat, merupakan suatu perjanjian

yang prestasi penanggung hanya akan terlaksana apabila syarat-syarat yang

ditentukan dalam perjanjian dipenuhi. Proteksi yang dijanjiakan kepada

tertanggung akan dipenuhi oleh penanggung.

c. Perjanjian asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian kewajiban yang

bertimbal balik.

Dalam perjanjian asuransi, penanggung berkewajiban memberikan ganti kerugian

apabila yang menjadi penyebab timbulnya resiko terjadi, dan penanggung berhak

(23)

menimbulkan kerugian kepada tertanggung. Sebaliknya, tertanggung

berkewajiban menyerahkan premi kepada penanggung.9

B.Pengertian Asuransi Pada Umumnya

1. Pengertian Asuransi

Asuransi dalam Bahasa Belanda disebut ”Verzekering” atau juga berarti

pertanggungan. Secara yuridis, pengertian asuransi atau pertanggungan menurut

KUHD adalah : ”Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan

mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan

menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu

kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin

akan diderita karena suatu peristiwa yang tak tertentu”.10

Pengertian asuransi menurut KUHD semata-mata mendefinisikan mengenai

asuransi kerugian, karena secara historis ketentuan-ketentuan dalam KUHD

kebanyakan diambil dari asuransi laut, yang merupakan asuransi kerugian, di

mana pada saat itu (tahun 1847) merupakan asuransi yang paling lengkap

peraturannya.

Pada Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha

Perasuransian, asuransi adalah : ”Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian

antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri

kepada tertangung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan

penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan

9 Djojosoedarso Soeisno, Prinsip Manajemen Resiko dan Asuransi dan Asuransi, Salemba empat, 2003, Bandung, hlm 67.

(24)

keuntungan yang diharapkan, tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang

mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tak

pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal

atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”.

Dari definisi asuransi tersebut dapat disimpulkan adanya beberapa unsur dalam

asuransi, yaitu :

a. Merupakan suatu perjanjian

b. Adanya premi

c. Adanya kewajiban penanggung untuk memberikan penggantian kepada

tertanggung

d. Adanya suatu peristiwa yang belum terjadi (anzekes voorval).11

Asuransi atau pertanggungan merupakan suatu perjanjian, maka didalamnya

paling sedikit terdapat dua pihak yang mengadakan kesepakatan. Pihak yang satu

adalah pihak yang mengalihkan risiko kepada pihak lain, yang disebut dengan

tertanggung. Sedangkan pihak yang lain adalah pihak yang menerima risiko dari

pihak tertanggung, yang disebut dengan penanggung, yaitu perusahaan asuransi.

2. Subjek dan Objek Asuransi

Subyek dalam perjanjian asuransi adalah pihak-pihak yang bertindak aktif yang

mengamalkan perjanjian itu, yaitu pihak tertanggung, pihak penanggung dan

pihak-pihak yang berperan sebagai penunjang perusahaan asuransi.

(25)

a. Penanggung

Pengertian penanggung secara umum, adalah pihak yang menerima pengalihan

risiko dimana dengan mendapat premi, berjanji akan mengganti kerugian atau

membayar sejumlah uang yang telah disetujui, jika terjadi peristiwa yang tidak

dapat diduga sebelumnya, yang mengakibatkan kerugian bagi tertanggung.

Dari pengertian penanggung tersebut di atas, terdapat hak dan kewajiban yang

mengikat penanggung. Hak –hak dari penanggung adalah :

1. Menerima premi.

2. Mendapatkan keterangan dari tertanggung berdasar prinsip itikad terbaik.

3. Hak-hak lain sebagai imbalan dari kewajiban tertanggung.

Hak penanggung sebagaimana disebutkan dalam Kitab Undang-undang Hukum

Dagang antara lain adalah :

a. menuntut pembayaran premi kepada tertanggung sesuai dengan perjanjian.

b. meminta keterangan yang benar dan lengkap kepada tertanggung yang

berkaitan dengan obyek yang diasuransikan kepadanya.

c. memiliki premi dan bahkan menuntutnya dalam hal peristiwa yang

diperjanjikan terjadi tetapi disebabkan oleh kesalahan tertanggung sendiri.

(Pasal 276 KUHD).

d. memiliki premi yang sudah diterima dalam hal asuransi batal atau gugur yang

disebabkan oleh perbuatan curang dari tertanggung. (Pasal 282 KUHD).

e. melakukan asuransi kembali kepada penanggung yang lain, dengan maksud

(26)

Sedangkan kewajiban penanggung antara lain :

a. memberikan ganti kerugian atau memberikan sejumlah uang kepada

tertanggung apabila peristiwa yang diperjanjian terjadi, kecuali jika terdapat

hal yang dapat menjadi alasan untuk membebaskan dari kewajiban tersebut.

b. Menandatangani dan menyerahkan polis kepada tertanggung (Pasal 259, 260

KUHD).

c. Mengembalikan premi kepada tertanggung jika asuransi batal atau gugur,

dengan syarat tertanggung belum menanggung risiko sebagian atau

seluruhnya (premi restorno, Pasal 281 KUHD).

d. Dalam asuransi kebakaran, penanggung harus mengganti biaya yang

diperlukan untuk membangun kembali apabila dalam asuransi tersebut

diperjanjikan demikian (Pasal 289 KUHD).

b. Tertanggung

Pengertian tertanggung secara umum adalah pihak yang mengalihkan risiko

kepada pihak lain dengan membayarkan sejumlah premi. Berdasar Pasal 250

KUHD yang dapat bertindak sebagai tertanggung adalah sebagai berikut :

“Bilamana seseorang yang mempertanggungkan untuk diri sendiri, atau

seseorang, untuk tanggungan siapa diadakan pertanggungan oleh seorang yang

lain, pada waktu pertanggungan tidak mempunyai kepentingan atas benda tidak

berkewajiban mengganti kerugian.”

Berdasarkan Pasal 250 KUHD tersebut yang berhak bertindak sebagai

tertanggung adalah pihak yang mempunyai interest (kepentingan) terhadap obyek

yang dipertanggungkan. Apabila kepentingan tersebut tidak ada, maka pihak

(27)

tertanggung. Pasal 264 KUHD menentukan, selain mengadakan perjanjian

asuransi untuk kepentingan diri sendiri, juga diperbolehkan mengadakan

perjanjian asuransi untuk kepentingan pihak ketiga, baik berdasarkan pemberian

kuasa dari pihak ketiga itu sendiri ataupun di luar pengetahuan pihak ketiga yang

berkepentingan.

Pasal 268 KUHD mengatur : ”Pertanggungan dapat berpokok semua

kepentingan, yang dapat dinilai dengan uang, diancam oleh suatu bahaya, dan

oleh undang-undang tidak terkecualikan.”

Kepentingan sebagaimana diatur dalam Pasal 268 KUHD tersebut tidak berlaku

bagi asuransi sejumlah uang (jiwa), di mana terdapat hal-hal tertentu yang tidak

dapat dinilai dengan uang atau bersifat hubungan material, yang bersifat

hubungan kekeluargaan dan hubungan cinta kasih antar keluarga.

Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 menyatakan obyek

asuransi adalah benda dan jasa, jiwa dan raga, kesehatan manusia, tanggung

jawab hukum, serta semua kepentingan lainnya yang dapat hilang rusak, rugi, dan

atau berkurang nilainya. Hak-hak tertanggung adalah :

a. menerima polis

b. mendapatkan ganti rugi bila terjadi peristiwa yang tidak diharapkan yang

terjamin kondisi polis

Menurut Man Suparman Sastrawidjaja. hak tertanggung antara lain adalah :

a. menuntut agar polis ditandatangani oleh penanggung (Pasal 259 KUHD)

(28)

Sedangkan kewajiban dari tertanggung adalah :

a. membayar premi

b. memberikan keterangan kepada penanggung berdasar prinsip utmost good faith

c. mencegah agar kerugian dapat dibatasi

d. kewajiban khusus yang tercantum dalam polis

Sedangkan kewajiban tertanggung adalah :

a. membayar premi kepada penanggung (Pasal 246 KUHD).

b. memberikan keterangan yang benar kepada penanggung mengenai obyek

yang diasuransikan (Pasal 251 KUHD).

c. mencegah atau mengusahakan agar peristiwa yang dapat menimbulkan

kerugian terhadap obyek yang diasuransikan tidak terjadi atau dapat dihindari;

apabila dapat dibuktikan oleh penanggung, bahwa tertanggung tidak berusaha

untuk mencegah terjadinya peristiwa tersebut dapat menjadi salah satu alasan

bagi penanggung untuk menolak memberikan ganti kerugian bahkan

sebaliknya menuntut ganti kerugian kepada tertanggung (Pasal 283 KUHD).

d. memberitahukan kepada penanggung bahwa telah terjadi peristiwa yang

menimpa obyek yang diasuransikan, berikut usaha – usaha pencegahannya.12

3. Jenis-jenis Asuransi

Menurut Djojosoedarso Soeisno, jenis-jenis asuransi dapat dibedakan menjadi

berbagai macam segi, yaitu :

(29)

a. Dari segi sifatnya :

1) Asuransi sosial atau asuransi wajib, dimana untuk ikut serta dalam

asuransi tersebut terdapat unsur paksaan atau wajib bagi setiap warga

negara. Jadi semua warga negara (berdasarkan kriteria tertentu) wajib

menjadi anggota atau membeli asuransi tersebut. asuransi ini biasanya

diusahakan oleh Pemerintah atau Badan Usaha Milik Negara.

2) Asuransi sukarela, dalam asuransi ini tidak ada paksaan bagi siapapun

untuk menjadi anggota/pembeli. Jadi setiap orang bebas memilih menjadi

anggota atau tidak dari jenis asuransi ini. Jenis asuransi ini biasanya

diselenggarakan oleh pihak swasta, tetapi ada juga yang diselenggarakan

oleh pemerintah.

b. Dari segi jenis objeknya, asuransi dapat dibedakan ke dalam :

1) Asuransi orang, yang meliputi antara lain asuransi jiwa, asuransi

kecelakaan, asuransi kesehatan, asuransi bea siswa, asuransi hari tua dan

lain-lain dimana objek pertanggungannya manusia.

2) Asuransi umum atau asuransi kerugian, yang meliputi antara lain asuransi

kebakaran, asuransi pengangkutan barang, asuransi kendaraan bermotor,

asuransi varia, asuransi penerbangan dan lain-lain, dimana objek

pertanggungannya adalah hak/harta atau milik kepeningan seseorang.13

13Djojosoedarso Soeisno, Prinsip Manajemen Resiko dan Asuransi dan Asuransi, Salemba empat,Bandung,

(30)

C. Kerangka Pikir

Keterangan:

Pada perjanjian kerjasama antara PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dan PT.

Jasa Raharja (Persero) tentang asuransi wajib kecelakaan penumpang kereta api di

wilayah Lampung, terdapat adanya pelaksanaan perjanjian yang ditandai dengan

adanya hak dan kewajiban para pihak serta tanggung jawab para pihak bila terjadi

adanya suatu kecelakaan kereta api.

PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

PT. Jasa Raharja (Persero)

Pelaksanaan Perjanjian Perjanjian Kerjasama

Hak dan kewajiban para

(31)

III. METODE PENELITIAN

Penelitian merupakan suatu hal yang penting dan merupakan sarana yang sangat

menunjang untuk menguatkan jawaban atas permasalahan yang timbul dalam

penyusunan karya ilmiah. Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik,

diperlukan suatu metode yang memuat cara-cara mempelajari, menganalisa,

mengarahkan dan mendalami suatu permasalahan. Tanpa metode seorang peneliti

tidak mungkin mampu menemukan, merumuskan, menganalisa suatu masalah

tertentu untuk mengungkapkan suatu kebenaran. Metode pada prinsipnya adalah

memberikan pedoman tentang cara ilmuwan mempelajari, menganalisa serta

memahami permasalahan yang dihadapinya.

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian normative

terapan, yaitu penelitian hukum yang mengkaji hukum tertulis dari berbagai

aspek, yaitu aspek teori, sejarah, filosofi, perbandingan, struktur dan komposisi,

lingkup dan materi, konsistensi, penjelasan umum dan pasal demi pasal,

formalitas dan kekuatan mengikat suatu undang-undang, serta bahasa hukum yang

digunakan, tetapi tidak mengkaji aspek terapan atau implementasi, maka

penelitian hukum normatif sering juga disebut “penelitian hukum dogmatik” atau

(32)

B.Tipe Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang bersifat pemaparan dan

bertujuan untuk memperoleh gambaran (deskripsi) lengkap tentang keadaan

hukum yang berlaku ditempat tertentu pada saat tertentu, atau mengenai gejala

yuridis yang ada, atau peristiwa hukum yang berlaku di masyarakat.14

Deskriptif yaitu melukiskan atau memberi gambaran mengenai segala sesuatu

yang berhubungan dengan obyek penelitian berdasarkan kenyataan-kenyataan

yang ada, dilaksanakan secara sistematis, kronologis dan berdasarkan kaidah

ilmiah.

Peneliti menggambarkan secara deskriptif mengenai aspek-aspek dalam hukum

perjanjian dan hukum asuransi pada perjanjian kerjasama antara PT. Kereta Api

Indonesia (Persero) dan PT. Jasa Raharja (Persero).

C. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau penyelesaian masalah

melalui tahap-tahap yang telah ditentukan, sehingga mencapai tujuan penelitian.

Penelitian ini menggunakan pendekatan normatif terapan. Pendekatan masalah

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan normatif terapan

(applied law approach) sebagai strategi penelitian.15

Dengan pendekatan normatif terapan, penulis mengikuti prosedur yang terdiri dari

langkah-langkah, sebagai berikut :

a. Identifikasi pokok bahasan (topical subject) dan subpokok (subtopical subject)

berdasarkan rumusan masalah penelitian.

(33)

b. Dalam langkah yang pertama ini, penulis mengidentifikasi pokok bahasan

yaitu pelaksanaaan perjanjian kerjasama antara PT. Kereta Api Indonesia

(Persero) dengan PT. Jasa Raharja (Persero), yang dimulai dari latar belakang

dan dengan menguraikan pengertian dan hal-hal lain yang terkait, melalui

berbagai sumber dari literatur hukum atau bahan hukum tertulis lainnya yang

berkaitan erat dengan masing-masing subpokok bahasan berupa Asuransi

wajib kecelakaan kereta api. Identifikasi ketentuan hukum normatif yang

menjadi tolok ukur terapan yang bersumber dari dan lebih sesuai dengan

subpokok bahasan.. Dalam langkah yang kedua ini, penulis mengidentifikasi

berbagai ketentuan hukum normatif yang berkaitan erat dengan

masing-masing subpokok bahasan, seperti asas-asas dan peraturan yang berkaitan

dengan asuransi wajib kecelakaan kereta api dan mengidentifikasi berbagai

peraturan hukum yang terkait dengan perjanjian kerjasama antara PT. Kereta

Api Indonesia (Persero) dengan PT. Jasa Raharja (Persero) sehingga secara

khusus diketahui besarnya asuransi wajib kecelakaan kereta api.

c. Penerapan ketentuan hukum normatif tolok ukur terapan pada peristiwa

hukum yang bersangkutan, yang menghasilkan perilaku terapan yang sesuai

atau tidak sesuai.

Dalam langkah yang ketiga ini, penulis melaksanakan kegiatan analisis untuk

memastikan apakah ketentuan normatif telah diterapkan sebagaimana mestinya.

Sedangkan yang merupakan faktor pendekatan empiris, yaitu dilakukan dengan

mencari data di lapangan atau data primer yang digunakan untuk menjelaskan data

(34)

pihak dalam perjanjian asuransi kecelakaan diri di PT. Jasa Raharja (Persero)

Cabang Lampung.

D. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah data sekunder (secondary data).

Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari penelitian kepustakaan dan

dokumen, yang merupakan hasil penelitian dan pengolahan orang lain, yang sudah

tersedia dalam bentuk buku-buku atau dokumen yang biasanya disediakan di

perpustakaan, atau milik pribadi. Data sekunder meliputi :

1. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya

mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer terdiri dari

undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan

perundang-undangan dan putusan-putusan hakim.16

Dalam penulisan ini, bahan hukum primer yang digunakan antara lain, yaitu :

a) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

b) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

c) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 tentang Dana pertanggungan Wajib

Kecelakaan Penumpang

d) Undang–Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian

e) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian

16Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Cetakan ke 3, Bayu Media, Malang,

(35)

2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yang berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan

merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi

buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar

atas polis asuransi. Peneliti menggunakan buku-buku teks, kamus-kamus hukum

yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.17

3. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan-bahan hukum yang memberikan petunjuk dan

penjelasanb terhadap bahan hukum primer dan sekunder, anatara lain Kamus

Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Inggris, Kamus Hukum, polis asuransi yang

terkait dengan pokok bahasan penulisan maupun majalah dan surat kabar/media

cetak maupun elektronik dan internet.18

E. Metode Pengumpulan data

Pengumpulan data sebagai salah satu tahapan dalam penelitian, merupakan unsur

yang sangat penting karena data merupakan fenomena yang akan diteliti. Untuk

memperoleh gambaran dari fenomena yang diteliti sehingga dapat ditarik suatu

kesimpulan, maka tidak terlepas dari kebutuhan akan suatu data yang valid. Data

valid tersebut diperoleh dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai

berikut :

(36)

1. Studi Pustaka

Adalah data yang diperoleh melalui bahan kepustakaan. Diperoleh dengan cara

melakukan penelitian kepustakaan guna mendapatkan landasan teoritis berupa

pendapat-pendapat atau tulisan para ahli atau pihak lain yang berwenang. Studi

kepustakaan ini dilakukan untuk mendapatkan landasan teoritis berupa

pendapat-pendapat atau tulisan-tulisan para ahli atau para pihak yang berwenang dan juga

untuk memperoleh informasi baik dalam ketentuan-ketentuan formal atau data

melalui laporan resmi, majalah, ilmiah, buku literatur, dan lain sebagainya yang

berkaitan dengan obyek yang akan menjadi pokok masalah.

2. Wawancara

Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau

keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancara yang digunakan dalam

penelitian ini adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in–depth

interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan

cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau

orang yang diwawancarai, dengan menggunakan pedoman (guide) wawancara.

Wawancara dilakuakan dengan Bapak Robiansyah, S.H. sebagai Manager Hukum

pada PT. KAI Bandar Lampung dan Bapak Akhyarruddin S.H. sebagai Kasubag

Humas dan Hukum pada PT. Jasa Raharja Bandar Lampung.

F. Metode Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, baik studi kepustakaan maupun studi lapangan, maka data

diproses melalui pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing, yaitu memeriksa kembali kelengkapan, kejelasan, dan relevansi dengan

(37)

2. Klasifikasi data yaitu mengklasifikasi/mengelompokan data yang diperoleh

menurut jenisnya untuk memudahkan dalam menganalisis data.

3. Sistematisasi data, yaitu malakukan penyusunan dan penempatan data pada

setiap pokok secara sistematis sehingga mempermudah interpretasi data dan

tercipta keteraturan dalam menjawab permasalahan.

G. Analisis Data

Penelitian ini mempergunakan teknis analisis data secara kualitatif. Analisis

kualitatif adalah analisis dengan menguraikan data secara bermutu dalam bentuk

kalimat yang teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih dan efektif sehingga

memudahkan pemahaman dan intepretasi data. Analisis data dilakukan secara

komprehensif dan lengkap. Komprehensif artinya analisis data secara mendalam

dari berbagai aspek sesuai dengan lingkup penelitian. Lengkap artinya tidak ada

bagian yang terlupakan, semua sudah termasuk dalam analisis.19

Data yang diperoleh akan dipilih dan disusun secara sistematis untuk kemudian

dianalisa secara kualitatif untuk mengambarkan hasil penelitian. Data yang

terkumpul diteliti dan dianalisis dengan mengunakan metode berpikir deduktif,

yaitu pola berpikir yang didasarkan suatu fakta yang sifatnya umum kemudian

diatrik kesimpulan yang sifatnya khusus, untuk mencapai kejelasan permasalahan

yang diteliti.

(38)

V. KESIMPULAN

1. Pelaksanaan Hak dan kewajiban telah dilaksanakan dengan baik oleh PT.

Kereta Api Indonesia (Persero) dan PT. Jasa Raharja (Persero) tercantum

dengan jelas pada perjanjian yang telah dibuat oleh kedua belah pihak. Hak

dan kewajiban PT. Kereta Api Indonesia (Persero) tersebut berupa

pemungutan langsung iuran wajib dari penumpang, menyetorkan hasil

pengutipan iuran wajib kepada pihak asuransi, memberikan data penumpang

kepada pihak asuransi,dll. Pelaksanaan hak dan kewajiban yang dilakukan

oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero) telah sesuai dengan ketentuan Pasal

132 dan Pasal 166 Undang-undang nomor 23 tahun 2007 tentang

perkeretaapian.

Sedangkan hak dan kewajiban dari PT. Jasa Raharja (Persero) ialah

memberikan dana santunan apabila terjadi kecelakaan kereta api, memberikan

bantuan penatausahaan kepada PT. Kereta Api Indonesia (Persero), dll.

Pelaksanaan hak dan kewajiban yang dilakukan oleh PT. Jasa Raharja

(Persero) telah sesuai dengan ketentuan Pasal 3 Undang-undang nomor 33

tahun 1964 tentang dana pertanggungan wajib kecelakaan penumpang.

2. Pelaksanaan Tanggungjawab para pihak apabila terjadi kecelakaan kereta api

jelas berbeda. Tanggungjawab PT. Kereta Api Indonesia (Persero) ialah

(39)

telah terjadinya kecelaakaan kereta api, mencairkan klaim, dll. Sedangkan

tanggungjawab PT. Jasa Raharja (Persero) apabila terjadi kecelakaan kereta

api ialah dengan memberikan santunan kepada korban kecelakaan kereta api

sesuai dengan perjanjian. Pelaksanaan tanggungjawab PT. Kereta Api

Indonesia (Persero) tersebut telah sesuai dengan ketentuan Pasal 157

Undang-undang nomor 23 tahun 2007 tentang perkeretaapian, disamping itu

Pelaksanaan tanggungjawab yang dilakukan oleh PT. Jasa Raharja (Persero)

telah sesuai dengan ketentuan Undang-undang nomor 33 tahun 1964 tentang

(40)

DI WILAYAH LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

Asri Rejeki Utami

0852011040

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

(41)

I.

PENDAHULUAN

...

1

A.

Latar Belakang Masalah...

1

B.

Permasalahan dan Ruang Lingkup ...

4

C.

Tujuan dan Kegunaan ...

5

II.

TINJAUAN PUSTAKA

...

7

A.

Pengertian Perjanjian Pada Umumnya ...

7

1.

Pengertian Perjanjian ...

7

2.

Syarat Sahnya Perjanjian ...

9

3.

Subjek dan Objek Perjanjian ...

12

4.

Asas-asas Hukum Perjanjian ...

13

5.

Jenis-jenis Perjanjian ...

15

6.

Perjanjian Kerjasama ...

17

7.

Perjanjian Asuransi ...

19

B.

Pengertian Asuransi Pada Umumnya ...

21

1.

Pengertian Asuransi ...

21

2.

Subjek dan Objek Asuransi ...

22

3.

Jenis-jenis Asuransi ...

26

(42)

A.

Jenis Penelitian...

29

B.

Tipe Penelitian...

30

C.

Pendekatan Masalah ...

30

D.

Data dan Sumber Data...

32

E.

Metode Pengumpulan Data ...

33

F.

Metode Pengolahan Data ...

34

G.

Analisis Data ...

35

IV.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

...

36

A.

Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Pelaksanaan Perjanjian

Kerjasama...

37

1.

Hak dan Kewajiban PT.Kereta Api Indonesia(Persero) ....

37

2.

Hak dan Kewajiban PT.Jasa Raharja(Persero) ...

39

B.

Tanggung Jawab Para Pihak Jika Terjadi Kecelakaan Kereta Api 41

1.

PT. Kereta Api Indonesia (Persero)...

41

2.

PT.Jasa Raharja(Persero) ...

45

V.

KESIMPULAN

...

51

(43)

A. Buku/Literatur

Barus Badrulzaman, Mariam, 1994,

Aneka Hukum Bisnis,

Alumni, Bandung

Harahap, M. Yahya, 1986,

Segi-Segi Hukum Perjanjian

, PT. Alumni, Bandung

Ibrahim, Johnny, 2007,

Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif

.

Cetakan ke 3, Bayu Media, Malang.

Komariah, 2008,

Hukum Perdata

, UMM Press, Malang.

Muhammad, Abdulkadir. 2000.

Hukum Perdata Indonesia

. PT.Citra Aditya Bakti.

Bandung.

--- 2004.

Hukum dan Penelitian Hukum

. PT. Citra Aditya Bakti.

Bandung.

--- 2006.

Hukum Asuransi Indonesia

. PT.Citra Aditya Bakti. Bandung.

Purwosutjipto, HMN, 1995,

Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 3 :

Hukum Pengangkutan

, Djambatan, Jakarta

Rastuti,

Tuti,2011,

Aspek

Hukum

Perjanjian

Asuransi

,

Pustaka

Yustisia,Yogyakarta.

Sastrawidjaja, Man Suparman,1997,

Aspek-aspek Hukum Asuransi dan Surat

Berharga

,Alumni,Bandung.

Setiawan, R, 1999,

Pokok-pokok Hukum Perikatan

,Cet 3,Putra Abadin,Bandung.

Soeisno,Djojosoedarso,2003,

Prinsip

Manajemen Resiko

dan Asuransi

dan

Asuransi

,Salemba empat,Bandung.

Subekti, R, 2005,

Hukum Perjanjian

, PT. Citra Intermasa,Jakarta.

(44)

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib

Kecelakaan Penumpang.

Undang

Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian

C.Website

(45)

DI WILAYAH LAMPUNG

oleh

Asri Rejeki Utami

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

Sarjana Hukum

Pada

Bagian Hukum Perdata

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

(46)

(PERSERO)

TENTANG

ASURANSI

WAJIB

KECELAKAAN KERETA API DI WILAYAH

LAMPUNG

Nama Mahasiswa

:

Asri Rejeki Utami

No. Pokok Mahasiswa : 0852011040

Bagian

: Hukum Perdata

Fakultas

: Hukum

MENYETUJUI

1.Komisi pembimbing

Yennie Agustin MR ,S.H.,M.H

Hj. Aprilianti, S.H.,M.H

NIP.19710825 199720 2 001

NIP.19650401 199003 2 002

2. Ketua Bagian Hukum Perdata

(47)

1. Tim Penguji

Ketua

:

Yennie Agustin MR,S.H.,M.H

: ...

Sekretaris/Anggota

:

Hj. Aprilianti ,S.H.,M.H

: ...

Penguji Utama

:

Hj. Rosida Idrus ,S.H.

: ...

2. PJ Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi,S.H.,M.S

NIP. 19621109 198703 1 003

(48)

Penulis mengawali pendidikannya di TK Kartika II-26 dan tamat pada tahun

1996, melanjutkan ke Sekolah Dasar Kartika II-5 dan tamat pada tahun 2002,

melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Bandar Lampung dan tamat

pada tahun 2005, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 1

Bandar Lampung dan tamat pada tahun 2008.

Pada Tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Hukum

Universitas Lampung dan mengambil minat bagian Hukum Perdata. Penulis aktif

di Bidang konsultasi dan Bantuan Hukum Universitas Lampung. Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada tahun 2011 di Desa Tiuh Baru,

Kecamatan Negeri Besar, Kabupaten Way Kanan.

(49)

Kebaikan selalu

mendatangkanketenangan,keburukan akan

selalu mendatangkan kegelisahan.

(HR. Al Hakim Sahih)

My Heart Is Luxurious

(

Asri Rejeki Utami

)

Jangan pernah takut salah melakukan

sesuatu, karena itu satu dari pengalaman

berharga di saat anda suksees kelak

(

Asri Rejeki Utami

)

(50)

BISMILLAHIRRAHMANNIRAHIIM

Puji Syukur kupanjatkan kepada ALLAH SWT, Karena karunia-Mu dengan

segala kerendahan hati kupersembahkan karya kecil ini kepada kedua orangtuaku

yang tak pernah lelah dalam mendidik dan membesarkanku semoga dapat

menjadi sebuah kebanggaan

Bapak H.AF. Muaddin Yusuf S.H. dan Ibu HJ. Siti Asma Hauyana. tercinta yang

selalu dengan sabar membimbing dengan keikhlasannya hingga hari kemenangan

ini

Keluarga Besar Ahmad Yusuf dan Hi. Abubakar

(51)

Puji Syukur kehadirat Allah,SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam

penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan petunjuk dari

berbagai pihak, maka pada kesempatan ini izinkan Penulis mengucapkan

penghargaan dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1.

Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Lampung.

2.

Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum selaku Ketua Jurusan Hukum

Perdata Fakultas Hukum Universitas Lampung.

3.

Ibu Hj. Aprilianti, S.H., M.H selaku Sekretaris Bagian Hukum Perdata

Fakultas Hukum Universitas Lampung dan sebagai Pembimbing II yang

telah meluangkan waktunya dan mencurahkan segenap pemikirannya untuk

membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Yennie Agustin MR, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing I yang telah

berkenan menuangkan waktu dan pikiran untuk membaca, mengoreksi,

mengarahkan, dan mendukung Penulis selama penulisan skripsi dengan penuh

perhatian dan kesabaran.

(52)

7. Bapak A. Irzal Fardiansyah, S.H.,M.H selaku Dosen Pembimbing Akademik

atas arahan dan bimbingan selama penulis menjalani masa perkuliahan hingga

selesainya skripsi ini..

8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah

banyak memberikan ilmu, khusunya ilmu hukum kepada Penulis.

9. Seluruh staf karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung Om Babe Narto,

Mbak Dian, Mbak Siti, Pak Tarno, Kyai Basir, Kyai Zamroni, Kyai Apri, dan

karyawan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah

membantu penulis selama menjalani masa perkuliahan.

10. Bapak Akhyaruddin, S.H. Selaku Kabag Humas PT. Jasa Raharja (Persero)

Bandar Lampung atas informasi yang berguna dalam penulisan skripsi ini.

11. Bapak Robiansyah, S.H. Selaku Manager hukum PT, Kerta Api indonesia

(Persero) Bandar Lampung atas informasi yang berguna dalam penulisan

skripsi ini.

12. Keluarga besar Bidang Konsultasi dan Bantuan Hukum, Pak Shafruddin, Pak

Dwi Pujo, Pak Rinaldy, Pak Depri, Pak Deni, Pak Dita, Pak Yoga, Pak Rudi,

Pak Zazili, Bu Ani, yang telah mencurahkan segenap kemampuan dalam

membimbing, dan berbagi pengalaman dalam hal apapun kepada penulis,

terimakasih banyak

.

(53)

Argo, Kanjeng Nurul Kak Memi, Caca, Alya, Rafi, Tila, Shifa, Ridho, Arrafa

Nur Azizi,Devin,Deniss, dan Andra atas suka dan duka yang slalu diberikan.

15. Mbak Pujowati, terimakasih atas dukungannya selama hampir 18 tahun

ini.Semoga lekas menikah ya ;)

16. Sahabat-sahabat terbaikku Mbak Rahandini Woro Patitis (akhirnya perjuangan

kita ga sia2 coooong…

), Uni Wirda (tercapai juga cong wisuda bareng sm

kamu..hihi ) Kakak Silca, Uti Alana, Ncik Selvi,Teteh Donna (akhirnya

nyusul jg coong jadi S.H.

), Dan Bibi Susi (Semoga lekas menyusul aku

yaa) ,mereka adalah orang-orang terbaik yang hadir dan membuat hidupku

berwarna, terimakasih atas segalanya yang tidak akan terlupakan, dukungan

dan bantuannya selama ini.

17. Surat Kuasa NO. 111/BKBH/FH.UNILA/X/2011, karena Perkara ini aku

mendapatkan kebahagiaan baru.

18. Eko Yulianto, S.H., Terimakasih atas kebersamaannya, baik saat tertawa dan

menangis

(54)

Rifky, Amri, Wellin, Tari, Cindy kebersamaan kita tidak akan pernah

terlupakan.

21. Keluarga besar Zulkifli HS, Bapak Darwin, Mami Arah, Bapak Nabun , serta

seluruh staf kerja di Balai Desa Tiuh Baru baik Kepala Dusun maupun seluruh

warga Desa Tiuh Baru terimakasih atas bantuan dan kebaikanya selama

penulis menjalani program KKN.

22. Almamaterku Tercinta.

23. Semua Pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan baik itu berupa

moril maupun materiil selama menempuh studi. Terima kasih banyak atas

segala kebaikan, dukungan, dan do’anya sehingga penulis dapat

menyelesaikan karya nya.

Hanya kepada Allah SWT penulis memanjatkan doa, semoga semua amal

kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan

yang lebih besar dari Allah SWT. Akhir kata penulis berharap semoga karya ini

dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin..

Bandar Lampung, 9 April 2012

Penulis

Referensi

Dokumen terkait

Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi

“Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara 2 (dua) pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan

“Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara 2 (dua) pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada pihak tertanggung dengan menerima premi

2 tahun 1992 asuransi adalah pertanggungan yaitu perjanjian antara 2 belah pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan

“Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak Penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi,

“ Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak Penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima

Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima

“Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara 2(dua) pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi