ASURANSI KECELAKAAN DIRI TERHADAP
WISATAWAN DI DAERAH OBJEK WISATA
(Studi pada PT. Jasa Raharja Putera Cabang Medan)
S K R I P S I
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi persyaratan Untuk mencapai gelar Sarjana Hukum
O l e h :
RENY ASWITA S. 030200164
Bagian Hukum Keperdataan Program Kekhususan Hukum Dagang
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ASURANSI KECELAKAAN DIRI TERHADAP
WISATAWAN DI DAERAH OBJEK WISATA
(Studi pada PT. Jasa Raharja Putera Cabang Medan)
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi persyaratan Untuk mencapai gelar Sarjana Hukum
O l e h :
RENY ASWITA S. 030200164
Bagian Hukum Keperdataan Program Kekhususan Hukum Dagang
Disahkan Oleh
Ketua Departemen Hukum Keperdataan
NIP. 1310764 556
Prof. Dr. Tan Kamello, SH., MS.
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
(Abdul Muis, SH., M.S)
NIP. 130 702 285 NIP. 131 281 010
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala kemurahan kasih dan rahmatNya yang diberikan kepada Penulis sehingga
dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini untuk dapat menyelesaikan studinya di
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.
Skripsi ini disusun guna melengkapi dan memenuhi Tugas serta syarat
untuk meraih gelar Sarjana Hukum di Universitas Sumatera Utara yang
merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa/i yang menyelesaikan
perkuliahannya.
Adapun judul skripsi yang Penulis kemukakan adalah ”ASURANSI
KECELAKAAN DIRI TERHADAP WISATAWAN DI DAERAH OBJEK
WISATA” (Danau Lau Kawar, Kabupaten Karo). Penulis telah berusaha
semaksimal mungkin dan bekerja keras dalam menyusun skripsi ini. Namun
Penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari isi maupun penulisannya.
Melalui kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian skripsi ini, yaitu :
1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum
USU;
2. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH.,M.H,.selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Hukum USU dan selaku dosen wali yang telah banyak memberikan
3. Bapak Prof. Dr. Tan Kamello, SH., MS., selaku Ketua Departemen
Hukum Perdata Dagang di Fakultas Hukum USU;
4. Bapak H. Abdul Muis, SH., MS., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
banyak memberikan bimbingan dan arahan-arahan kepada Penulis pada
saat penulisan skripsi ini;
5. Bapak Ramli Siregar, SH., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II yang
telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bantuan,
bimbingan dan arahan-arahan kepada Penulis pada saat penulisan skripsi
ini;
6. Ibu Rafiqoh Lubis, SH., M.Hum (Ibu terbaik yang slalu membantuku di
Fakultas Hukum USU;thanks ya Buuuuk bwat smuana..), bwat Bapak Dr.
Dedi Herianto., SH., M.Hum (Pak De yang selalu membantu di
perkuliahan,biar nilaina bagus-bagus….he.he…), seluruh Dosen dan Staff
Pengajar di Fakultas Hukum USU yang telah mendidik dan membimbing
Penulis selama memperoleh pendidikan di Fakultas Hukum USU;
7. Teristimewa untuk kedua orang tuaku (Drs.Marudut Sianturi, SE.,Msi.,
dan Anita Siahaan S.pd) atas segala perhatian, dukungan, kasih sayang,
dan doa yang diberikan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Semua
yang diberikan kepadaku takkan pernah dapat kubalas….
8. Bwat kedua kakakku (dr.Lediana Sianturi & Lestina S.Ked), bwat ade2ku
cici, ropin, nina, tante iko terima kasih bwat dukungan dan perhatiannya
selama ini,dan seluruh keluarga besarku yang turut memberikan
9. Terkhusus bwat orang yang slama ini menjadi teman spesialku,
huuuueeee….(Bang Ewin Siallagan ST, dhe…) makasih yah bwat
smangatnya, bwat kbaikannya, trus hari-harinya yang slalu menemaniku
dan makasih banyak bwat sluruh keluarga besar di Sidamanik…..;
10.Bwat Doogeerzzz;GADIZ GANKSSTA…(Esther Patricia Juniarti
Simamora-etenk ndut yang paliiiing baik, Yasmine Adelina
Nasution-Mimin Cuca, Anju Ciptani Putri Manik-Jupek, Margaretta Silvia Rosa
Silitonga- Chomelna Mekk, Dewi Novita Tarigan-Opina Mas Diiidik,
Dwinda Asterita Permanasari Sembiring-Dida tokkeeee ….) makasih
bwat hari-hari yang pnuh kecerian yang tak terbatas,bwat kegilaan di
kmpus yang Pna kta jalani (biasa lho ProPEE; yang bwat kta betah di
kntin), bwat mambo… (Sarah Dosroha Sinaga-sarpek, Riny Agnes
Tobing-Qnong dan Jo Gultom), makasih bwat smangat dan persahabatan
kita yang slama ini kta jalani….;dan bwat sluruh stambuk 2003 di
Fakultas Hukum USU;
11.Tuk smua-smuana dhe…….. thanks yah bokkk…..
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu Penulis mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dan menyempurnakan skripsi ini. Dan semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, September 2007
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……… i
DAFTAR ISI ……….. ii
ABSTRAKSI ……….. iii
BAB I : PENDAHULUAN……….. 1
A. Latar Belakang ……… 1
B. Perumusan Masalah ……… 9
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ……….. 10
D. Keaslian Kepustakaan ……… 10
E. Tinjauan Kepustakaan ……… 11
F. Metode Penelitian ………... 12
G. Sistematika Penulisan ………. 13
BAB II : GAMBARAN UMUM TENTANG ASURANSI DI INDONESIA ……….. 15
A. Pengertian Asuransi ……… 15
B. Fungsi Asuransi ………. 18
C. Kedudukan Hukum Asuransi ……… 24
D. Jenis-Jenis Asuransi ……….……. 26
BAB III :TINJAUAN UMUM TENTANG PT. ASURANSI JASA RAHARJA
PUTERA DAN ASURANSI KECELAKAAN DIRI ……… 34
A. Sejarah Singkat Perusahaan Asuransi Jasa Raharja Putera …….. 34
B. Syarat-syarat yang berkaitan dengan Pelaksanaan
Perjanjian Asuransi ……….. 35
C. Pihak-pihak yang Terkait dalam Asuransi Kecelakaan Diri …… 38
D. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Asuransi Kecelakaan
Diri ……….. 40
BAB IV : ASURANSI KECELAKAAN DIRI WISATAWAN DI
DAERAH OBJEK WISATA LAU KAWAR ………. 48
A. Dasar Hukum Asuransi Kecelakaan Diri ………. 48
B. Peranan Polis sebagai Dokumen Perjanjian Asuransi ………. 54
C. Prosedur Pengurusan Pembayaran Klaim Asuransi
Kecelakaan Diri pada PT. Asuransi Jasa Raharja Putera …… 68
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ……….. 75
B. Saran ……… 77
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAKSI
Pada hakikatnya kehidupan dan kegiatan manusia mengandung berbagai hal yang menunjukkan sifat ”tidak kekal”. Sifat yang tidak kekal merupakan sifat alami yang tidak dapat dipastikan. Kepastian tersebut dapat berwujud dalam berbagai bentuk dan peristiwa yang belum tentu menimbulkan rasa tidak aman dalam diri manusia. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang berakal budi selalu berupaya untuk menghindari resiko yang membuat manusia tersebut merasa tidak aman sehingga dapat menjadi aman. Resiko yang diderita dapat berupa seperti kerusakan, kerugian, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, sehingga menyebabkan timbulnya pikiran sehingga manusia berupa
ya untuk menghindari dan mengalihkan resiko kepada pihak lain yang bersedia menanggungnya, dalam hal ini adalah pihak Asuransi.
Penulisan skripsi ini yang menjadi pokok masalah adalah bagaimanakah ketentuan dasar hukum asuransi kecelakaan diri di Indonesia, bagaimanakah peranan polis sebagai dokumen perjanjian asuransi, dan bagaimanakah prosedur pengurusan pembayaran klaim asuransi kecelakaan diri pada PT. Jasa Raharja Putera?
Metode yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah tergolong ke dalam jenis metode penelitian normative dengan pengumpulan data secara studi pustaka (library research) yaitu dengan meneliti bahan-bahan pustaka atau data-data sekunder dan juga melakukan studi lapangan (field research) disertai pengumpulan dan membaca referensi melalui peraturan, koran, majalah, internet, kemudian diseleksi data-data yang layak untuk mendukung penulisan.
Seiring dengan berkembangnya kemajuan teknologi dan kehidupan masyarakat dan semakin berkembangnya jenis-jenis asuransi sekarang ini, maka perlu adanya ketentuan yang mengatur khusus tentang asuransi kecelakaan diri terhadap wisatawan. Asuransi kecelakaan diri bagi wisatawan diatur dalam polis asuransi kecelakaan diri No. JRP.0093.002, masih banyak kekurangan-kekurangan untuk menanggulangi resiko yang dihadapi wisatawan.Seandainya jika terjadi kecelakaan, maka akan banyak kesulitan yang dihadapi oleh para pihak dalam hal memperoleh serta mengurus dana santunannya.
Di dalam asuransi kecelakaan diri bagi wisatawan, kewajiban pihak asuransi (penanggung) adalah memberkan dana santunan (ganti kerugian) bagi tertanggung (wisatawan) apabila mereka mengalami kecelakaan yang mengakibatkan meninggaln dunia, cacat tetap atau sementara, ataupun luka-luka. Kewajiban tertanggung adalah membayar premi (iuran wajib) kepada pihak penanggung yaitu PT. Jasa Raharja Putera melalui pembayaran karcis yang bertindak untuk dan atas nama daerah objek wisata sebagai pelaksana pengutipan premi asuransi kecelakaan diri.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sasaran utama pembangunan jangka panjang sebagaimana tertera dalam
Garis-garis Besar Haluan Negara adalah terciptanya landasan kuat bagi bangsa
Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatannya sendiri menuju
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945.
Dalam penjelasan UU No. 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian
disebutkan bahwa pembangunan ekonomi memerlukan dukungan investasi dalam
jumlah yang memadai yang pelaksanaannya harus berdasarkan kemampuan
sendiri dan oleh karena itu diperlukan kemampuan sendiri dan oleh karena itu
diperlukan usaha yang sungguh-sungguh untuk mengerahkan dana investasi,
khususnya yang bersumber dari tabungan masyarakat. Usaha perasuransian
sebagai salah satu lembaga keuangan menjadi penting peranannya, karena dari
kegiatan usaha ini dana masyarakat untuk pembiayaan pembangunan.
Manusia sebagai makhluk sosial maupun sebagai makhluk pribadi akan
selalu berusaha untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya manusia selalu dihadapkan pada suatu keadaan yang ”tidak
kekal”. Keadaan yang tidak kekal tersebut mengakibatkan suatu keadaan yang
Hal ini menunjukkan bahwa manusia dalam menjalankan kehidupannya
selalu dihadapkan kepada kemungkinan terjadinya suatu peristiwa. Peristiwa ini
dapat menyebabkan kerugian pada dirinya sendiri maupun pada keluarga serta
orang lain yang mempunyai kepentingan dengannya.
Keadaan yang tidak pasti tehadap kemungkinan yang terjadi, baik dalam
bentuk atau peristiwa yang belum tentu ini akan menimbulkan rasa tidak tenteram
yang disebut resiko. Untuk memperkecil resiko itu manusia mencari suatu usaha
guna mengatasi rasa tidak tenteram yang dialaminya akibat ketidakpastian yang
terjadi pada dirinya menjadi suatu kepastian.
Pada umumnya masa depan manusia tidaklah pasti karena tidak
seorangpun mengetahui kemungkinan-kemungkinan yang terjadi atas hidup
manusia. Namun selaku makhluk Tuhan setiap manusia dibekaliNya dengan akal
pikiran dean panca indera sebagai alat untuk mencari jalan keluar agar masa
depan manusia menjadi menentu dan terarah.
”Asuransi” dalam hal ini adalah pertanggungan (perjanjian antara dua
pihak, pihak yang satu akan membayar uang kepada pihak lain, bila terjadi
kecelakaan dan sebagainya, sedang pihak lain akan membayar iuran).1
”Kecelakaan diri” yaitu : dengan asal kata celaka yang berarti kemalangan,
bencana yang menimpa diri atau badan seseorang.2
”Wisatawan” yaitu : orang yang berdarmawisata; pelancong; turis. 3
1
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka, Jakarta, 1986, hal. 63.
2
Ibid, hal. 193. 3
Usaha manusia untuk mengatasi hal tersebut dengan cara mengalihkannya
pada pihak lain, yaitu kepada lembaga yang mempunyai kemampuan untuk
mengambil alih resiko tersebut.
Lembaga ini dinamakan lembaga asuransi yang memberi jaminan ganti
kerugian kepada pihak lain dengan cara membayar sejumlah uang.
Timbulnya bermacam jenis lembaga asuransi khususnya di dalam praktek
menunjukkan masyarakat semakin berkembang, sehingga makin menyadari
adanya bermacam bahaya yang mengancam keselamatan harta bendanya atau jiwa
raganya, salah satunya adalah mengenai asuransi kecelakaan diri (Personal
accident) khusus bagi wisatawan yang benda pertanggungannya adalah diri badan
tertanggung.
Asuransi kecelakaan diri (Personal accident insurance) adalah termasuk
dalam bidang asuransi kerugian (schade verzekering) atau General Insurance atau
kadang-kadang juga dapat digolongkan pada asuransi sejumlah uang (sommen
verzekering).
Asuransi kecelakaan diri dinggap termasuk dalam bentuk asuransi
sejumlah uang karena yang akan dibayarkan sebagaiman pengganti kerugian
apabila terjadi suatu kecelakaan (khususnya kalau meninggal) adalah sejumlah
uang yang diperjanjikan.
Asuransi kecelakaan ini (Personal accident) adalah merupakan asuransi
tertua diantara asuransi varia/aneka lainnya, berdasarkan urutannya asuransi ini
Berkembangnya asuransi jenis ini menurut W.A Dinsdale dimulai tahun
1980 yaitu sejak timbulnya proses psikologis spritual industrilisasi pada saat
dikembangkannya kereta api sebagai alat angkutan, dan hal ini menimbulkan
kecelakaan yang mencemaskan orang/perusahaan pemakai jasa angkutan
sedangkan polis yang dikeluarkan saat itu hanya terhadap resiko tertentu pada saat
menjadi penumpang kereta api.
Dilain pihak dengan diproduksinya kenderaan-kenderaan bermotor secara
massal, maka timbullah pula kebutuhan untuk mencari perlindungan dari bahaya
yang berhubungan dengan kendaraan bermotor.
Pada akhirnya asuransi kecelakaan pribadi ini menjamin beberapa resiko
dan ada kalanya resiko-resiko yang berbahaya dimasukkan juga sehingga lama
kelamaan pertanggungannya meliputi 24 jam dimanapun berada seperti pada saat
sekarang ini perkembangan asuransi ini maju pesat karena tingkat kesadaran akan
kemungkinan ketidakmampuan melanjutkan kehidupannya apabila seseorang
pencari hidup utama mengalami kecelakaan.
Kondisi ini banyak disesuaikan dengan macamnya kebutuhan dan
pertimbangan resiko serta luasnya jaminan pertanggungan, sehingga daripadanya
dikenal juga jenis-jenis asuransi diri seperti :
a. Asuransi perjalanan pesawat udara
b. Asuransi kecelakaan diri anak sekolah
c. Asuransi perjalanan wisata
d. Asuransi kecelakaan berdasarkan undang-undang
f. Dan masih banyak macam asuransi kecelakaan lainnya yang tidak dapat
disebutkan satu persatu
Asuransi kecelakaan diri ini belum mempunyai standar polis yang
ditetapkan oleh Dewan Asuransi Indonesia demikian pula dengan tariff preminya
(rate of premium). Hal ini terjadi karena banyaknya jenis asuransi kecelakaan
tersebut dan masing-masing jenis termaksud mempunyai ciri-ciri tersendiri.
Polis-polis yang dipakai saat ini adalah polis maskapai yaitu polis yang
dikeluarkan oleh masing-masing maskapai perusahaan asuransi sehingga terdapat
kemungkinan syarat-syarat umum polis suatu perusahaan asuransi berbeda dengan
perusahaan asuransi lainnya. Demikian pula untuk kondisi pertanggungan maupun
syarat preminya, atau dengan perkataan lain dalam asuransi kecelakaan diri, tarif
premi tidak diterapkan oleh Dewan Asuransi Indonesia (non tarif) tetapi
diterapkan oleh masing-masing perusahaan asuransi, demikian pula kondisi
polisnya.
Seiring dengan kemajuan zaman maka pada saat sekarang ini banyak
perusahaan yang bergerak dalam bidang asuransi, perusahaan-perusahaan asuransi
tersebut berusaha menarik perhatian masyarakat melalui program-program
pemberian penawaran-penawaran produk perasuransian yang mereka miliki.
Perusahaan asuransi inilah yang membantu masyarakat yang berkepentingan
untuk menghindarkan suatu resiko yang timbul oleh suatu peristiwa yang tidak
tentu yang turut serta dalam pertanggungan asuransi, dapat pula menguntungkan
kepentingan nasional terutama dalam penarikan dana yang berasal dari premi
Dalam perjanjian asurasnsi, resiko adalah suatu objek yang yang
sesungguhnya menjadi inti dari perjanjian pertanggungan tersebut, resiko adalah
hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, karena tidak seorang pun
dapat bebas dari suatu resiko karena resiko dapat melanda manusia kapan dan
dimana saja.
Keinginan masyarakat untuk ikut serta dalam pertanggungan asuransi
merupakan hal yang sangat baik dan hal itu merupakan pertanda bahwa
masyarakat itu sudah memikirkan masa depannya ke arah yang lebih baik karena
sudah mempersiapkan sejak awal atas kemungkinan-kemungkinan yang akan
terjadi atau peristiwa yang ada dalam asuransi dimulai dalam suatu perjanjian
asuransi dalam bentuk perjanjian yang dibuat oleh penanggung dan tertanggung
yaitu beberapa syarat-syarat umum polis dan ketentuan-ketentuan lainnya.
Dengan banyaknya produk perasuransian dari perusahaan asuransi maka
masyarakat diberi kebebasan untuk memilih lembaga asuransi yang sesuai dan
dibutuhkan dalam kehidupannya. Asuransi adalah suatu peralihan resiko yang
terjadi dari adanya perjanjian pertanggungan antara tertanggung dengan
perusahaan asuransi, karena adanya suatu resiko atas kerugian yang dialami
tertanggung dialihkan kepada penanggung, akibat perjanjian itu penanggung wajib
memberi ganti rugi kepada tertanggung sesuai yang sudah diperjanjikan.
Pemberian ganti rugi dari penanggung kepada tertanggung merupakan
pengalihan resiko (risk transfer) dimana tertanggung menyadari bahwa ada
ancaman bahaya terhadap harta kekayaaan atau jiwanya dan secara ekonomi
seseorang atau ahli warisnya. Untuk menghilangkan atau mengurangi beban
resiko tersebut, pihak tertanggung berupaya mencari jalan kalau ada pihak lain
yang bersedia mengambil alih beban resiko ancaman bahaya dan tertanggung
sanggup membayar kontra prestasi yang disebut premi.4
Selain itu dalam perjanjian asuransi dimana jika tertanggung tidak
membayar premi asuransi maka asuransi itu dapat dibatalkan (vondable) atau Pengalihan resiko dari asuransi ini merupakan penegasan bahwa asuransi
bukan perjanjian untung-untungan, karena pengalihan resiko tersebut diimbangi
dengan premi oleh tertanggung yang seimbang dengan beratnya resiko yang
dialihkan tetapi dalam perjanjian untung-untungan (chance agreement) para pihak
sengaja melakukan perbuatan untung-untungan yang tidak digantungkan pada
prestasi yang seimbang misalnya perjudian dan pertaruhan, tidak hanya itu unsur
kepentingan merupakan syarat mutlak yang harus ada pada tertanggung, apabila
syarat ini tidak ada maka ancamannya adalah asuransi itu batal (void), dalam
perjanjian untung-untungan, unsur kepentingan itu tidak ada.
Dalam Pasal 250 KUH Dagang ditentukan :
”Apabila seorang yang telah mengadakan suatu pertanggungan untuk diri sendiri, atau apabila seorang yang untuk dirinya telah diadakan suatu pertanggungan, pada saat diadakannya pertanggungan itu tidak mempunyai suatu kepentingan terhadap barang yang dipertanggungkan itu, maka si penanggung tidaklah diwajibkan memberikan ganti-rugi”.
Jika kepentingan tertanggung tidak ada dalam perjanjian asuransi yang
merupakan syarat mutlak, maka mengakibatkan asuransi itu batal, jadi jelaslah
bahwa asuransi itu bukan untung-untungan.
4
dapat ditunda pelaksanaannya (delayable), jika terjadi evenemen yang
menimbulkan kerugian, tertanggung dapat mengklaim ganti kerugian pada
penanggung dan jika penanggung tidak membayar ganti kerugian tertanggung
dapat menggugat penanggung melalui Pengadilan Negeri, dalam perjanjian
untung-untungan (perjudian) jika pihak yang kalah wanprestasi dia tidak dapat
digugat melalui Pengadilan Negeri.
Asuransi dimulai dari adanya perjanjian antara penanngung dan
tertanggung antara 2 (dua) belah pihak, dimana pihak pertama sanggup
menanggung untuk menjamin bahwa pihak yang lain mendapat pergantian suatu
kerugian yang mungkin akan dideritanya, sebagai akibat dari suatu peristiwa yang
semula belum tentu akan terjadi perjanjian dari pertanggungan ini, pihak yang
ditanggung diwajibkan membayar sejumlah uang atau disebut premi kepada pihak
yang menanggung dalam hal ini perusahaan asuransi.
Dalam perkembangan dan didasarkan kepada kebutuhan dan kepentingan
maka masyarakat semakin merasakan kepentingan untuk melindungi diri ataupun
harta bendanya atas akibat suatu peristiwa yang menimbulkan kerugian, sampai
saat ini ada dua jenis asuransi yaitu asuransi kerugian dan asuransi sejumlah uang.
Asuransi ganti kerugian dimaksudkan bahwa si penanggung berjanji mengganti
kerugian tertentu yang diderita oleh si tertanggung sedangkan asuransi sejumlah
uang maksudnya adalah si penanggung berjanji akan membayar uang yang
jumlahnya sudah ditentukan sebelumnya tanpa didasarkan pada suatu kerugian
tertentu. Asuransi yang termasuk pertanggungan kerugian ini adalah seperti
asuransi sejumlah uang diantaranya adalah asuransi jiwa, asuransi kesehatan,
asuransi hari tua, asuransi dana haji dan lain-lain.
Pada dasarnya perusahaan asuransi dalam kegiatannya secara terbuka
mengadakan penawaran atau menawarkan suatu perlindungan/proteksi serta
harapan pada masa yang akan datang kepada individu atau kelompok dalam
masyarakat atas evenemen yang terjadi.
Jadi jelaslah bahwa usaha-usaha dalam kegiatan asuransi yang dilakukan
oleh perusahaan asuransi memberikan dampak positif yang luas, baik secara
terbatas pada antar individu usaha anggota masyarakat juga pada masyarakat luas.
Mengingat dampak usahanya yang sangat luas, maka
perusahaan-perusahaan asuransi tentu saja perlu mengadakan hubungan dengan kalangan yang
sangat luas pula.
B. Perumusan Masalah
Yang menjadi pokok permasalahan pada skripsi ini adalah :
1. Bagaimanakah ketentuan Dasar Hukum Asuransi Kecelakaan Diri di
Indonesia?
2. Bagaimanakah peranan polis sebagai Dokumen Perjanjian Asuransi?
3. Bagaimanakah prosedur pengurusn pembayaran klaim Asuransi
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun tujuan utama dari penulisan ini adalah untuk memenuhi syarat
mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara. Namun berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka
tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui ketentuan Dasar Hukum Asuransi Kecelakaan Diri di
Indonesia
2. Untuk mengetahui peranan polis sebagai Dokumen Perjanjian Asuransi
3. Untuk mengetahui prosedur pengurusan pembayaran klaim Asuransi
Kecelakaan Diri pada PT. Asuransi Jasa Raharja Putera
Sedangkan manfaat dari penulisan ini adalah :
1. Secara teoritis, penulisan ini dapat dijadikan bahan kajian terhadap
perkembangan Asuransi Kecelakaan Diri khususnya dalam memberikan
Asuransi terhadap wisatawan di daerah objek wisata.
2. Secara praktis, adalah memberikan sumbangan yuridis tentang Asuransi
Kecelakaan Diri terhadap wisatawan di daerah objek wisata kepada
Almamater Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sebagai bahan
masukan bagi rekan-rekan mahasiswa.
D. Keaslian Penulisan
Dari penelitian yang dilakukan pada perpustakaan Universitas Sumatera
Utara belum ada tulisan yang mengangkat mengenai ”Asuransi Kecelakaan Diri
Asuransi Jasa Raharja Putera). Penulisan ini dinagkat untuk mengetahui lebih
lanjut bagaimana dasar hukum dalam asuransi kecelakaan diri dan bagaiman
prosedur pengurusan pembayaran klaim asuransi kecelakaan diri apabila terjadi
evenemen.
Penulisan ini disusun berdasarkan literatur-literatur yang berkaitan dengan
Asuransi Pelayanan Umum yang membahas mengenai Asuransi Kecelakaan Diri
terhadap wisatawan. Oleh karena itu penulisan ini adalah asli karya tulis sendiri.
E. Tinjauan Kepustakaan
Istilah asuransi berasal dari bahasa Belanda adalah verzekering atau
assurantie yang artinya pertanggungan.5 Kamus Bahasa Inggris-Indonesia
memberi arti insurance sebagai jaminan atau asuransi.6 Soekardono dan Wirjono
Prodjodikoro (Mantan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia)
menggunakan istilah asuransi sebagai serapan dari assurantie(Belanda), menjamin
untuk menanggung dan terjamin untuk tertanggung.7
5
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, Citra Aditya, Bandung, 2002, hal. 16. 6
Wojowasito, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia-Inggris Inggris-Indonesia, Penerbit Hasta, Jakarta, hal. 123.
Asuransi kecelakaan diri
(Personal accident insurance) adalah termasuk dalam bidang asuransi kerugian
(schads verzekering) atau General Insurance atau kadang-kadang juga dapat
digolongkan pada asuransi sejumlah uang (sommen verzekering). Asuransi
kecelakaan diri dianggap termasuk dalam bentuk asuransi sejumlah uang karena
yang akan dibayarkan sebagaimana pengganti kerugian terjadi suatu kecelakaan
Wisatawan selalu menghadapi resiko yang dapat menimbulkan kerugian
bagi diri sendiri, keluarga atau orang lain yang mempunyai kepentingan atas
dirinya, seperti banyaknya kecelakaan yang menimpa wisatawan yang dapat
berubah menjadi kematian. Sebagian masyarakat masih mempertahankan apa
yang telah ada dalam menanggulanginya dan tidak mau menerima perubahan serta
perkembangan yang telah terjadi disekitarnya. Sebagian masyarakat lagi ada yang
mengambil jalan dengan mengadakan hubungan dengan pihak asuransi untuk
mengatasinya dalam hal ini adalah penanggulangan kecelakaan diri bagi
wisatawan. Sebagian masyarakat berfikir bahwa dengan mengikatkan dirinya
dengan pihak asuransi lebih bermanfaat dan menolong untuk menghadapi
malapetaka yang kemungkinan sewaktu-waktu terjadi. Untuk itu haruslah
diketahui dan dipahami kedudukan hukum dan prosedur serta manfaat di dalam
mengikatkan diri dengan pihak asuransi.
F. Metode Penulisan
Untuk memperoleh data dalam penulisan skripsi sehubungan dengan judul
diatas, maka dilakukan penelitian dengan hubungan metode sebagai berikut :
1. Library Research (penelitian kepustakaan)
Metode penulisan yang menggunakan studi kepustakaan yaitu dengan
meneliti bahan-bahan pustaka atau data-data sekuder disertai dengan
mengumpulkan dan membaca referensi melalui peraturan, koran, internet,
7
majalah, dan setelah terkumpul maka langkah selanjutnya adalah menyeleksi
data-data yang layak digunakan untuk mendukung penulisan skripsi ini.
2. Field Research (penelitian lapangan)
Adapun cara yang dilakukan dalam penelitian lapangan dengan metode
wawancara, yaitu langsung dengan instruktur di PT. Jasa Raharja Putera Cabang
Medan.
G. Sistematika Penulisan
Secara sistematis skripsi ini terbagi atas 5 (lima) bab dan masing-masing
bab terbagi lagi menjadi beberapa sub bab, yang sistematikanya adalah sebagai
berikut :
Bab I : PENDAHULUAN
Yaitu merupakan pendahuluan. Pada bab ini dipaparkan hal-hal yang
bersifat umum, latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penulisan, keaslian kepustakaan, tinjauan pustaka, metode penelitian
dan diakhiri dengan sistematika penulisan.
Bab II : GAMBARAN UMUM TENTANG ASURANSI DI INDONESIA
Pada bab ini dicoba untuk mengemukakan tentang pengertian asuransi
di Indonesia secara umum yang mulai dari pengertian asuransi, fungsi
asuransi, kedudukan hukum asuransi, jenis-jenis asuransi, serta tujuan
Bab III : TINJAUAN UMUM TENTANG PT.ASURANSI JASA RAHARJA
PUTERA DAN ASURANSI KECELAKAAN DIRI
Pembahasan yang mendasar dari skripsi ini terdapat pada bab yang
berisi tentang sejarah singkat perusahaan asuransi Jasa Raharja,
syarat-syarat yang berkaitan dengan pelaksanaan perjanjian asuransi,
pihak-pihak yang terkait dalam asuransi kecelakaan diri, serta hak dan
kewajiban para pihak dalam asuransi kecelakaan diri.
Bab IV : ASURANSI KECELAKAAN DIRI WISATAWAN DI DAERAH
OBJEK WISATA
Bab ini merupakan inti dari skripsi ini, yaitu seluruh rangkaian teoritis
dari bab-bab sebelumnya akan dirangkul dengan prakteknya
dilapangan, yaitu pada PT. Jasa Raharja Putera Cabang Medan. Di
dalamnya dibahas mengenai dasar hukum asuransi kecelakaan diri,
peranan polis sebagai dokumen perjanjian asuransi, serta prosedur
pengurusan pembayaran klaim asuransi kecelakaan diri.
Bab V : KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab terakhir ini merupakan suatu kesimpulan dari pembahasan
permasalahan yang dilanjutkan dengan memberikan beberapa saran
BAB II
GAMBARAN UMUM TENTANG ASURANSI DI INDONESIA
A. Pengertian Asuransi
Asuransi dalam bahasa Belanda disebut verzekering yang berarti
pertanggungan. Ada 2 (dua) pihak yang terlibat dalam asuransi, yaitu pihak
penanggung, yang sanggup menjamin serta menanggung pihak lain yang akan
mendapat suatu penggantian kerugian yang mungkin akan dideritanya sebagai
suatu akibat dari suatu peristiwa yang belum tentu terjadi dan pihak penanggung
yang akan menerima ganti kerugian. Sebagai kontra-prestasi, pihak tertanggung
diwajibkan membayar sejumlah uang kepada pihak penanggung.
Dr. Santoso Poedjosoebroto, SH, mengatakan,
Asuransi pada umumnya adalah suatu perjanjian timbal balik, dalam mana pihak penanggung dengan menerima premi mengikatkan diri untuk memberikan pembayaran pada pengambil asuransi atau orang yang ditunjuk karena terjadinya suatu peristiwa yang belum pasti, yang disebut di dalam perjanjian, baik karena pengambilan asuransi atau tertunjuk menderita kerugian yang disebabkan oleh peristiwa tadi, maupun karena peristiwa tadi mengenai hidup kesehatan atau validituit seorang tertanggung.8
Pertanggungan adalah perjanjian timbal balik antara penanggung dengan penutup asuransi, dimana penanggung mengikatkan diri untuk mengganti kerugian dan/atau membayar sejumlah uang (santunan) yang ditetapkan pada waktu terjadinya evenemen, sedangkan penutup asuransi mengikatkan diri untuk membayar uang premi.
Kemudian H.M.N. Purwosutjipto, SH., memberikan definisi asuransi itu
sebagai berikut :
9
8
Dr. Santoso Poedjosoebroto, SH, Beberapa Aspek Hukum Pertanggungan Jiwa di Indonesia, cet. II, Alumni, Bandung, 1976, hal. 82.
9
H.M.N. Purwosutjipto, SH, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia & Hukum
Dalam pasal 246 KUHD telah dijelaskan pengertian asuransi, yaitu :
Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang
penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima
suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan
dideritanya karena suatu peristiwa tak tertentu.
Dari pengertian asuransi yang terdapat dalam pasal 246 KUHD diatas
dapat disimpulkan adanya 3 (tiga) unsur penting dalam asuransi, yaitu :
1. Pihak tertanggung atau dalam bahasa Belanda disebut verzekerde yang
mempunyai kewajiban membayar uang premi kepada pihak penanggung
(verzekeraar), sekaligus atau berangsur-angsur.
2. Pihak penanggung mempunyai kewajiban untuk membayar sejumlah uang
kepada pihak tertanggung, sekaligus atau berangsur-angsur apabila maksud
unsur ketiga berhasil.
3. Suatu kejadian yang semula belum jelas akan terjadi.
Menurut Prof. Wirjono Prodjodikoro, SH. pengertian asuransi diatas, ada
disebutkan suatu perkataan mengenai persetujuan. Persetujuan asuransi ini
menurut beliau ”termasuk persetujuan untung-untungan (Kansovereenkomst)
Adapun bunyi pasal 1774 KUH Perdata, antara lain :
a. arti kata dari persetujuan untung-untungan.
b. tiga contoh dari persetujuan tersebut, yaitu :
1. asuransi,
2. bunga untuk selama hidup seorang (lijfrente), juga dinamakan bunga cagak
hidup,
3. perjudian dan pertaruhan
Penyebutan tiga contoh ini adalah tepat, tetapi mengenai penyebutan arti
kata adalah kurang tepat, karena disitu dikatakan, bahwa hasil dari pelaksanaan
persetujuan berupa untung atau rugi bergantung pada peristiwa yang belum tentu
akan terjadi.
Sebetulnya yang bergantung secara langsung ini ialah pelaksanaan
kewajiban dari pihak penjamin. Dan pelaksanaan ini berarti rugi bagi si penjamin,
sedangkan kalau kewajiban pihak penjamin tidak perlu dilaksanakan, berarti
untung bagi si penjamin.
Selain dari pengertian-pengertian asuransi yang diuraikan diatas, di jumpai
pula rumusan asuransi dalam Undang-undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha
Peransurasian, yang memberikan gambaran secara lengkap tentang pengertian dari
asuransi itu.
Dalam pasal 1 angka 1 Undang-undang No. 2 tahun 1992, berbunyi :
Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara 2 pihak atau lebih, dengan
mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima
10
premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena
kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung
jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang
timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran
yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
Pertanggungan adalah suatu perjanjian, karena itu syarat-syarat untuk
sahnya suatu perjanjian juga berlaku terhadap pertanggungan, seperti diatur dalam
pasal 1320 Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Karena pertanggungan adalah
perjanjian khusus, maka disamping syarat-syarat umum dalam pasal 1320, masih
diberlakukan bagi syarat-syarat khusus yang diatur dalam Kitab Undang-undang
Hukum Dagang yaitu :
1. Adanya persetujuan,
2. Wewenang melakukan pembuatan hukum,
3. Ada benda yang dipertanggungkan,
4. Ada causa yang diperbolehkan,
5. Pembayaran premi,
6. Kewajiban pemberitahuan.
B. Fungsi Asuransi
Dalam melaksanakan kegiatannya sehari-hari, setiap orang menghadapi
suatu resiko, yakni suatu kerugian mengenai diri dan harta bendanya. Yang
disebut resiko itu adalah kewajiban menanggung atau memikul kerugian sebagai
akibat suatu peristiwa di luar kesalahannya, yang menimpa benda yang menjadi
miliknya. Resiko itu ada yang sudah pasti adanya, misalnya: kebakaran, kecurian,
perampokan, karamnya kapal, tubrukan kapal dan lain-lain. Resiko tersebut
terakhir ini disebabkan oleh peristiwa yang tidak dapat dipastikan lebih dulu
tentang kapan terjadinya atau disebut ”peristiwa tak tentu” (onzeker voorval).
Resiko ini biasanya merupakan suatu kegiatan yang besar. Kalau benda, resiko
yang besar ini ditanggung sendiri oleh si pemilik benda, alangkah beratnya dan
mungkin si pemilik barang akan jatuh pailit. Untuk menghindari hal yang pahit
ini, maka diusahakan agar resiko itu diperalihkan kepada orang atau perusahaan
yang bersedia mengambil alih resiko yang demikian itu. Perusahaan yang pokok
usahanya mengambil alih resiko ini disebut; perusahaan pertanggungan.
Perusahaan pertanggungan itu dalam hal ini menjadi ”penanggung” sedangkan si
pemilik benda itu disebut ”tertanggung”.
Jadi, tujuan perjanjian pertanggungan adalah untuk mengalihkan resiko si
tertanggung kepada si penanggung yang berarti bahwa penanggung berkewajiban
untuk mengganti kerugian tertanggung bila terjadi evenemen. Sebagai kontra
prestasinya tertanggung harus membayar uang premi kepada penanggung. Berapa
jumlah uang premi yang harus dibayar oleh tertanggung, penanggung harus
memperhitungkan berdasarkan statistik dan pengalaman yang cermat. Dengan
perhitungan jumlah uang premi yang tepat, maka perusahaan pertanggungan tidak
akan merugikan dan dapat memelihara perusahaannya dengan baik.
Tiap pertanggungan itu pada prinsipnya mempunyai sifat ”saling
pertanggungan itu merupakan suatu paguyupan (gemeinschap), yang saling
menanggung resiko dari teman tertanggung. Diantara banyak orang tertanggung
itu pada umumnya hanya satu dua orang saja yang benar-benar mendapat kerugian
karena terjadinya evenemen. Kerugian itu cukup dibayar dengan sebagian dari
uang premi yang telah diterima oleh penanggung dari pada tertanggung yang
jumlahnya banyak itu.
Berkembangnya kehidupan manusia dan semakin majunya teknologi sekarang mengakibatkan pertanggungan memegang peranan penting dalam lalu lintas dagang dan kehidupan sosial yang serba modern. Bahkan pertanggungan sudah merupakan keharusan. Keharusan di sini berarti setiap orang baik kecil maupun besar, lelaki maupun wanita sejak lahir hingga meninggal tidak terlepas dari resiko.11
Resiko itu bisa berupa kematian, kehilangan harta, cacat tetap dan lain-lain yang
mengakibatkan kerugian bagi dirinya sendiri maupun orang/keluarga yang
ditinggalkannya. Karena itu orang sudah pasti berusaha sedapat mungkin
mengurangi atau menghindari kerugian. Kegunaan dari pertanggungan atau
asuransi ini dapat diuraikan sebagai berikut :12
Pelayanan pertanggungan akan terasa sekali pada suatu ketika, apabila
seseorang menerima penggantian kerugian yang besar jumlahnya karena
ditimpa kerugian yang muncul tiba-tiba, sedangkan premi dibayar oleh
a. Pertanggungan memberikan keamanan, perlindungan atau jaminan bagi
masyarakat, baik dalam perbuatan atau kegiatannya sehari-hari maupun dalam
menjalankan usaha.
11
Abdul Muis, Bunga Rampai Hukum Dagang, Fakultas Hukum USU, Medan, 1993, (selanjutnya disingkat Muis I), hal. 24.
12
Prof. Ny. Emmy Pangaribuan Simanjuntak, SH, Peranan Pertanggungan Dalam Usaha
Memberikan Jaminan Sosial, Penerbit Seksi Hukum Dagang Fakaltas Hukum Universitas Gajah
tertanggung secara bertahap yang jumlahnya relatif kecil, hal ini sangat besar
artinya.
b. Pertanggungan merupakan dasar pertimbangan dan pemberian suatu kredit.
Pemberian kredit adalah suatu tahap yang sangat penting dalam perdagangan
modern dan didukung oleh hampir semua bentuk-bentuk pertanggungan.
Sudah umum diketahui bahwa Bank yang akan meralisir suatu kredit kepada
seseorang atas jaminan suatu benda tetap, dapat mengajukan persyaratan
kepada orang itu supaya benda tetap itu dipertanggungkan. Sebab kalau terjadi
bahaya mengenai benda tetap yang menjadi jaminan itu, sudah ada suatu
perusahaan pertanggungan yang akan mengganti kerugian terutama ini penting
dalam hal kredit mengalami kemacetan atau kegagalan dalam
pengembaliannya.
c. Pertanggungan itu kemungkinan penabungan/merupakan alat membentuk
modal pendapatan (nafkah) untuk masa depan. Pertanggungan dianggap
sebagai suatu perlindungan. Banyak orang memutuskan untuk memperoleh
perlindungan dengan jalan menabung, tanpa memperhitungkan fakta bahwa
kematian mungkin tidak memberinya waktu untuk mencapai tujuannya itu.
Contoh pertanggungan jiwa atau pertanggungan sosial yang mengandung
unsur menabung seperti : Taspen, Asabri, Astek dan lain-lain.
d. Pertanggungan cenderung ke arah perkiraan atau penilaian biaya yang layak.
Dengan adanya perkiraan akan suatu resiko yang jumlahnya dapat dikira-kira
sebelumnya maka seseorang atau perusahaan akan memperhitungkan adanya
dikeluarkan oleh seseorang atau perusahaan. Dengan demikian maka biaya
yang diperkirakan itu akan dapat lebih ditekan sehingga mencapai suatu biaya
yang lebih pantas.
e. Pertanggungan itu mengurangi timbulnya kerugian-kerugian kalau dilihat dari
segi pihak yang mempertanggungkan barangnya, maka orang akan dapat
mengatakan bahwa dengan mempertanggungkan barang atau usahanya
seseorang sudah dapat berbuat apa saja tanpa berbuat apa-apa untuk mencegah
kerugian/kerusakan bahkan mungkin dengan sengaja akan menimbulkan
kerugian. Tetapi ini tidak demikian halnya, sebab dari segi pihak penanggung
(perusahaan pertanggungan), dengan menerima penutupan pertanggungan atas
suatu benda atau usaha ia akan semakin menggiatkan usahanya supaya bahaya
yang dihadapi tidak akan terjadi. Usaha mencegah timbulnya kerusakan,
kehilangan dan lain-lain akan menjadi salah satu tugas utama dari perusahaan
pertanggungan disamping tugas dari tertanggung.
f. Pertanggungan menaikkan efisiensi dari kegiatan perusahaan. Lazimnya kalau
suatu resiko atau suatu ketidakpastian dapat diatasi maka akibatnya akan
terasa pada kegiatan-kegiatan dari suatu usaha, artinya bahwa kegiatan usaha
itu akan lebih meningkat. Dengan menyingkirkan beberapa resiko keuangan
yang besar melalui pertanggungan, pengusaha akan bebas untuk mencurahkan
perhatian dan pikirannya atas perbaikan-perbaikan yang lebih kecil
memberikan kemajuan pada usahanya. Dengan memperalihkan resiko kepada
perusahaan pertanggungan, akan meningkatkan atau merangsang orang untuk
g. Pertanggungan itu akan menguntungkan bagi masyarakat umum. Apabila
melalui pertanggungan, resiko-resiko berat atau ringan dapat diperalihkan
kepada penanggung sehingga usaha-usaha seseorang atau
perusahaan-perusahaan di dalam masyarakat memperoleh ganti rugi pada saat-saat
dibutuhkan., maka faedah-faedah yang dinikmati individu itu dengan
sendirinya menunjang ke arah perbaikan yang meluas dalam masyarakat
umum. Apabila setiap anggota masyarakat sudah sejahtera maka masyarakat
seluruhnya akan menjadi sejahtera. Demikian juga, bahwa premi-premi yang
terkumpul dalam suatu perusahaan pertanggungan dapat diusahakan dan
digunakan sebagai dana usaha pembangunan, hasilnya akan dinikmati
masyarakat.
Seperti telah diketahui asuransi akan memberikan manfaat bagi masyarakat.
Manfaat tersebut bagi masyarakat umum dan dunia usaha secara khusus dapat
disebutkan sebagai berikut :13
1. Mendorong masyarakat untuk lebih memikirkan masa depannya. Berbagai
jenis asuransi yang tersedia sebenarnya dimaksudkan agar masyarakat
dapat berjaga-jaga terhadap hal-hal yang tidak di inginkan di masa datang.
2. Dana yang dikumpulkan oleh perusahaan asuransi dapat digunakan untuk
investasi yang sangat diperlukan dimasa pembangunan.
3. Mendorong masyarakat untuk tidak bergantung pada pihak lain. Semakin
modern kehidupannya masyarakat akan mengakibatkan semakin
13
berkurangnya rasa kebersamaan. Dengan polis asuransi, seseorang dapat
mengatasi sendiri musibah yang dideritanya karena menerima pembayaran
ganti rugi dari perusahaan asuransi.
4. Ahli-ahli dari perusahaan asuransi dapat memberikan saran-saran
secara cuma-cuma untuk mengelola resiko dan mengurangi
kemungkinan kerugian yang mungkin timbul.
5. Setiap perusahaan hanya perlu menyisihkan sebagian kecil dana untuk
premi tanpa perlu membuat cadangan dana yang besar untuk
menghadapi segala kemungkinan kerugian, sehingga modal
perusahaan dapat digunakan sebaik-baiknya. Pengusaha sendiri juga
dapat lebih memusatkan perhatiannya untuk kepentingan kemajuan
perusahaan.
Kesimpulan dari point-point diatas adalah bahwa industri asuransi
mendorong iklim investasi dan berusaha. Selain itu asuransi sangat diperlukan
dalam kondisi seperti sekarang ini, dimana persaingan usaha berlangsung dengan
ketat. Dengan adanya asuransi yang dapat memberi perlindungan terhadap resiko
dan memberikan rasa aman, tanpa memerlukan penyisihan dana yang besar, maka
pengusaha dapat lebih mencurahkan modal dan perhatiannya untuk kemajuan
perusahaan.
C. Kedudukan Hukum Asuransi
Mengenai kedudukan hukum asuransi, diatur dalam dua peraturan, yaitu :
dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang dan diluar Kitab Undang-undang
a. Peraturan pertanggungan dalam KUHDagang ialah :
1. Buku I, Bab IX, tentang ”Pertanggungan pada Umumnya” (pasal 246
sampai dengan 286),
2. Buku I, Bab X, tentang ”Pertanggungan Kebakaran, bahaya hasil
panenan dan pertanggungan jiwa” (pasal 287 sampai dengan 308)
3. Buku II, Bab IX, tentang ”Pertanggungan terhadap bahaya laut” (pasal
592 sampai dengan 685)
4. Buku II, Bab X, tentang ”Pertanggungan terhadap bahaya dalam
pengangkutan darat dan di perairan (pasal 686 sampai dengan 695)
b. Peraturan pertanggungan di luar KUHD, misalnya :
5. Ordonantie op hel levensverzekeringbedrijf, S.1941-101,
6. Pertanggungan terhadap pencurian dan pembongkaran (diefstel en
inbraak),
7. Pertanggungan terhadap kerugian perusahaan (bed rijfsschade)
8. Pertanggungan terhadap kecelakaan (ongevallenverzekering),
9. Pertanggungan kredit (credietverzekering), yaitu pertanggungan terhadap
kerugian yang disebabkan karena insolvabilitas dari para kreditur,
10.Pertanggungan perusahaan (bedrijfsverzekering), yaitu pertanggungan
terhadap kerugian yang disebabkan karena menjalankan perusahaan,
11.”Wettelijk aansprakelijkheidverzekering” atau ”third party liability (TPL
only) atau TJH (Tanggung Jawab menurut hukum).14
14
Jadi dengan adanya ketentuan-ketentuan secara khusus mengenai asuransi
tersebut maka dalam pelaksanaannya diatur secara khusus pula misalnya tentang
asuransi kecelakaan diri yang diatur dalam Polis Asuransi Kecelakaan Diri No.
JRP.0093.002.
D. Jenis-jenis Asuransi
Jenis-jenis asuransi yang dikenal saat ini banyak sekali, maka untuk
kepentingan tulisan ini perlu ditinjau tentang penggolongan atau penjenisan
asuransi yang di dapat dari berbagai sumber.
Menurut Abdul Muis, SH, MS, bahwa dalam garis besarnya menurut pembahagian klasik ada dua jenis asuransi yaitu asuransi sejumlah uang
(sommen verzekering) dan asuransi ganti kerugian (schade verzekering).
Tetapi dengan perkembangan usaha perasuransian muncul satu jenis asuransi lagi yaitu asuransi varia (varia verzekering).
Menurut beliau, dalam asuransi sejumlah uang (sommen verzekering), besarnya uang asuransi sudah ditentukan sebelumnya tanpa perlu ada suatu hubungan antara kerugian yang diderita dengan besarnya jumlah uang yang diberikan penanggung. Lain halnya dengan asuransi kerugian (schade verzekering), ganti rugi yang diberikan penanggung kepada tertanggung harus seimbang dengan kerugian yang diderita dan kerugian itu adalah akibat dari peristiwa untuk mana asuransi itu diadakan. Sedangkan asuransi varia atau disebut juga dengan asuransi campuran (kombinasi) unsur-unsur yang ada dalam asuransi sejumlah uang dan asuransi ganti kerugian. Timbulnya ganti rugi yang akan dibayar oleh penanggung tidak lagi digantungkan pada besar kecilnya kerugian tetapi sudah ditentukan besarnya sejumlah uang.15
15
H. Abdul Muis, SH, MS, Hukum Asuransi Dan Bentuk-bentuk Perasuransian, Fakultas Hukum USU, Medan, 1996 (selanjutnya disingkat Abdul Muis II), hal. 11-12.
Di dalam hukum asuransi adakalanya premi yang dibayar tertanggung
pada suatu masa tertentu akan dikembalikan kepada tertanggung. Menurut Abdul
1. Asuransi murni, jenis asuransi seperti ini uang premi yang dibayar tertanggung tidak mungkin dikembalikan kepada tertanggung kecuali kalau terjadi premi restorno.
2. Asuransi tidak murni, dalam jenis asuransi ini terkandung unsur
menabung. Jadi walaupun tidak terjadi onzekker voorval (peristiwa yang tidak pasti yang menjadi objek asuransi), penanggung dalam jangka waktu tertentu akan membayar sejumlah uang yang sudah diperjanjikan kepada tertanggung. Asuransi jenis ini biasanya kita jumpai dalam asuransi sejumlah uang seperti misalnya asuransi jiwa dwi guna, tri guna, dan sebagainya.16
Berdasarkan jenis-jenis asuransi diatas, maka asuransi kecelakaan diri
merupakan jenis asuransi tidak murni, karena asuransi kecelakaan diri merupakan
asuransi sejumlah uang yang besarnya uang asuransi sudah ditentukan
sebelumnya tanpa perlu ada suatu hubungan antara kerugian yang diderita dengan
besarnya jumlah uang yang diberikan penanggung.
Menurut Pasal 247 KUHDagang, ada 5 (lima) jenis asuransi, yaitu :
1. Asuransi terhadap kebakaran,
2. Asuransi terhadap bahaya yang mengancam hasil pertanian, yang belum
dipanen,
3. Asuransi Jiwa,
4. Asuransi terhadap bahaya laut dan perbudakan,
5. Asuransi terhadap bahaya yang mengancam pengangkutan di darat dan
perairan di darat.
Pasal diatas kalau dibandingkan dengan perkembangan asuransi itu sendiri
pada saat ini kurang tepat, karena sekarang sudah banyak dikenal jenis-jenis
asuransi yang tidak disebutkan diatas.
16
Walaupun begitu Pasal 247 KUHDagang tersebut masih membuka untuk
menerima jenis asuransi lain yang diciptakan menurut perkembangan di dalam
masyarakat. Hal ini dimungkinkan karena pasal tersebut belum menunjuk
jenis-jenis asuransi dengan memakai kata ”antara lain”.
Di samping jenis asuransi yang diatur dalam KUHDagang, masih ada lagi
jenis-jenis asuransi lain yang tidak diatur dalam KUHDagang, seperti :
1. Asuransi terhadap pencurian dan pembongkaran,
2. Asuransi terhadap kerugian perusahaan,
3. Asuransi kecelakaan,
4. Asuransi tanggung jawab terhadap pihak ketiga karena perbuatan melawan
hukum sendiri atau bawahannya,
5. Asuransi Kredit,
6. Asuransi Perusahaan,
7. Asuransi Hujan,
8. Asuransi Wajib Kecelakaan Penumpang (Undang-undang No. 33 Tahun
1964),
9. Asuransi Atas Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (Undang-Undang No. 34 Tahun
1964 & Undang- Undang No. 14 Tahun 1992)
Menurut Mr. H. J. Scheltema pembagian asuransi terdiri dari :
1. Pertanggungan premi,
2. Pertanggungan saling menanggung.
Di dalam pertanggungan premi, terdapat bentuk pertanggungan yang
perjanjian pertanggungan dengan tertanggung secara tersendiri. Jadi, antara satu
tertanggung dengan yang lain mengadakan pertanggungan dengan pihak
penanggung tidak ada hubungan hukum sama sekali.
Sedangkan dalam pertanggungan saling menanggung ada suatu
persetujuan perkumpulan yang terdiri dari semua pihak tertanggung selaku
anggota. Mereka tidak membayar premi, melainkan membayar semacam iuran
kepada pengurus dari perkumpulan. Dalam hubungan ini, selaku anggota
perkumpulan akan menerima pembayaran, bila dipenuhi syarat yang menyangkut
suatu peristiwa yang semula belum dapat ditentukan akan terjadi sehingga
dikatakan mirip dengan suatu perkumpulan.
Ny. Emmy Pangaribuan Simanjuntak, SH, mengatakan bahwa :
Tidak tepat peristilahan pertanggungan premi itu dilawankan dengan pertanggungan saling menanggung seperti yang dikemukakan oleh Mr. H. J. Scheltema dengan mengetahui arti dari pertanggungan premi tersebut. Alasannya ialah bahwa karena dalam pertanggungan saling menanggung pun di jumpai premi yang kadang-kadang dapat disifatkan sebagai iuran dari pada para anggota suatu perkumpulan antara tertanggung-tertanggung.17
Sebagaimana di ketahui bahwa tujuan semula dari pertanggungan adalah bersifat
ekonomi, yaitu bahwa seseorang yang menghendaki supaya resiko yang
E. Tujuan dan Sifat Perjanjian Asuransi
Adapun yang menjadi tujuan perjanjian asuransi adalah :
1. Peralihan Resiko
17
Prof. Ny. Emmy Pangaribuan Simanjuntak, SH, Hukum Pertanggungan (Pokok-pokok
Pertanggungan Kerugian, Kebakaran dan Jiwa), cet. V, Seksi Hukum Dagang Fakultas Hukum
diakibatkan oleh peristiwa tertentu dapat diperalihkan kepada orang lain dengan
diperjanjikan sebelumnya dengan syarat-syarat yang mereka sepakati bersama.
Gambaran dari adanya tujuan seperti itu juga dapat dilihat tersimpul di dalam
Pasal 246 KUHDagang sebagai pasal pertama dari title 9 buku I yang mengatur
pertanggungan kerugian pada umumnya, menentukan bahwa :
”Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dimana
penanggung dengan menikmati suatu premi mengikatkan dirinya terhadap
tertanggung untuk membebaskannya dari kerugian karena kehilangan, kerugian
atau ketiadaan keuntungan yang diharapkan olehnya karena suatu kejadian yang
tidak pasti”.
Dari kata-kata bahwa penanggung dengan menikmati suatu premi
mengikatkan dirinya terhadap tertanggung untuk membebaskannya dari kerugian,
dapat diketahui secara jelas adanya tujuan peralihan resiko.
2. Pembagian resiko
Pembagian resiko didalam praktek dapat terjadi dengan berbagai rupa yang pada
azasnya sebagai berikut :
a. Suatu perusahaan pertanggungan yang terdiri dari gabungan beberapa orang
pengusaha yang bergerak dalam pertanggungan sebagai anggotanya.
Resiko yang dipikul oleh seseorang di antara mereka pada suatu ketika, akan
dipikul secara bersama dari iuran-iuran yang telah mereka kumpul secara
Pembagian resikopun dapat terlihat pada lembaga reasuransi (pertanggungan
kembali). Di dalam reasuransi seseorang penanggung mempertanggungkan
lagi resiko yang telah diperalihkan kepadanya di dalam suatu perjanjian
pertanggungan. Hal itu dilakukannya oleh karena dia menganggap atau
memperhitungkan bahwa resiko itu terlalu besar untuk dipikulnya sendiri
sehingga dia menganggap atau memperhitungkan bahwa resiko itu terlalu
besar untuk dipikulnya sendiri sendiri sehingga dia dengan
mempertanggungkannya kembali kepada orang lain sebagian resikonya sendiri
atau pertanggung-jawaban atas pertanggungan pertama, maka terjadilah
pembagian peralihan resiko dari pertanggungan pertama.
Namun harus disadari bahwa antara dua tujuan memperalihkan reiko dan
membagi resiko di dalam pertanggungan tidak dapat ditarik suatu garis pemisah
yang tegas oleh karena di dalam suatu pembagian yang juga tercakup pembagian
resiko dan demikian juga di dalam tujuan memperalihkan resiko dapat tersimpul
pembagian resiko.
Selain memiliki tujuan, yaitu peralihan resiko dan pembagian resiko,
perjanjian asuransi juga memiliki sifat-sifat yang merupakan ciri-ciri khas dari
diadakannya perjanjian asuransi.
Menurut Pasal 257 perjanjian pertanggungan terjadi, bila sudah ada
kesepakatan (persetujuan kehendak antara para pihak). Jadi perjanjian
pertanggungan itu bersifat konsensual, yakni perjanjian itu terjadi bila sudah ada
consensus (kesepakatan, persetujuan kehendak).18
18
Untuk sahnya suatu perjanjian asuransi tidaklah tergantung pada
terdapatnya suatu akta, yang disebut polis, karena sifat perjanjian asuransi adalah
konsensual.
Walaupun demikian, akan lebih baik bila dibuat suatu akta. Sebab dengan
akta inilah dimuat tentang perjanjian kedua belah pihak, juga mengenai ganti rugi
sejumlah uang termasuk pula didalamnya tentang pemberitahuan keadaan yang
diketahui oleh tertanggung mengenai benda yang diasuransikan.
Dengan demikian akta atau polis tersebut dapat dijadikan bukti tertulis bila
terjadi kerugian, bahwa telah terjadi perjanjian asuransi yang disepakati bersama.
Ketentuan ini merupakan perlindungan terhadap penanggung bahwa
undang-undang hanya menghendaki pembuktia tentang adanya perjanjian asuransi dengan
pembuktian tertulis (Pasal 2257 KUHDagang).
Dalam asuransi tidak ada tawar-menawar untuk membuat perjanjian
karena dalam Pasal 254 KUHDagang sudah ada cara membuat bentuk baku
kontrak oleh karena tawar-menawar tersebut akan memperlambat pembuatan
perjanjian tersebut dan merupakan pemborosan waktu dan tenaga, yang sering
disebut tidak efisien. Perjanjian asuransi yang merupakan kontrak yang mengikat
kedua belah pihak, sehingga timbul hak dan kewajiban para pihak dimana jika
tertanggung telah membayar premi, perusahaan asuransi harus melunasi kerugian.
Walaupun perusahaan asuransi telah berjanji untuk membayar ganti rugi, tetapi
Dalam pembuatan perjanjian asuransi tersebut, maka kontrak asuransi
harus dibuat secara jujur. Maksudnya bahwa tujuan para pihak yang berjanji
tersebut adalah dengan itikad baik, bukan dengan tujuan spekulasi. Dalam suatu
kontrak asuransi, tujuan untuk diadakan kontak tersebut bukanlah merupakan
tindakan yang mencari untung. Hal tersebut tidak diperkenankan. Melainkan
BAB III
TINJAUAN UMUM TENTANG PT.ASURANSI JASA RAHARJA
PUTERA DAN ASURANSI KECELAKAAN DIRI
A. Sejarah Singkat Perusahaan Asuransi Jasa Raharja Putera
Lahir dan tumbuh kembang sejak tanggal pendirian 27 Nopember 1993,
PT. Asuransi Jasa Raharja Putera (JP-INSURANCE) merupakan entitas baru
sebagai hasil perubahan struktur dan nama perusahaan sebelumnya yaitu PT.
Aken Raharja.
Perubahan nama dari PT. Aken Raharja menjadi PT. Asuransi Jasa Raharja Putera
dilakukan sebagai implementasi peraturan pemerintah mengenai deregulasi
permodalan perusahaan asuransi berkaitan dengan masuknya Yayasan Dana
Pensiun Jasa Raharja sebagai pemegang saham perusahaan.
Dengan bergabungnya PT. Asuransi Jasa Raharja, sebuah badan usaha milik
negara yang bergerak di bidang asuransi sosial di lingkungan Departemen
Keuangan, sebagai pemegang saham mayoritas, perusahaan memasuki babak baru
dan semakin memperkokoh posisinya dalam industri asuransi di Indonesia.
Sesuai dengan anggaran dasar perusahaan, JP-INSURANCE memberikan layanan
asuransi kerugian dalam arti yang seluas-luasnya, termasuk di dalamnya kegiatan
usaha Surety Bond. JP-INSURANCE merupakan salah satu diantara sedikit
perusahaan asuransi di Indonesia yang aktif dalam pengembangan layanan Surety
Bond sebagai salah satu jenis produk baru di Indonesia dengan prospek yang
Dengan pengalaman operasional lebih dari 10 tahun tersebut JP-INSURANCE
mampu memanfaatkan setiap peluang yang ada dengan tetap berpedoman pada
peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dengan didukung oleh 489 karyawan, 24 jaringan cabang serta 53 kantor cabang
pembantu dan unit layanan di seluruh Indonesia, JP-INSURANCE bertekad untuk
senantiasa memberikan pelayanan dan perlindungan optimal bagi seluruh nasabah.
Kepercayaan para nasabah dan mitra usaha akan semakin mengukuhkan tekad
untuk mencatat pertumbuhan yang pesat serta menempatkan diri sebagai salah
satu pemain utama di pasar asuransi kerugian di Indonesia.
B. Syarat-syarat yang berkaitan dengan Pelaksanaan Perjanjian Asuransi
Pada setiap perjanjian yang akan dilakukan, harus dipenuhi syarat-syarat
yang ditentukan oleh Pasal 1320 KUH Perdata. Syarat-syarat yang dimaksud
adalah :
1. Sepakat mereka untuk mengikatkan dirinya
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
3. Suatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal
Keempat syarat tersebut berlaku umum. Namun demikian asuransi kecelakaan diri
merupakan salah satu asuransi sosial, maka akan terdapat penyimpangan dari hal
Asuransi sosial, ialah ”Alat untuk menghimpun resiko dengan memindahkannya
kepada organisasi yang biasanya adalah organisasi Pemerintah, yang diharuskan
oleh undang-undang untuk memberikan manfaat keuangan atau pelayanan kepada
atau atas nama orang-orang yang diasuransikan itu pada waktu terjadinya
kerugian tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya”.19
1. Penanggung (biasanya suatu organisasi di bawah wewenang pemerintah). Dari defenisi diatas dapat dilihat ciri-ciri khusus dari asuransi sosial, yakni antara
lain adalah :
2. Tertanggung (biasanya masyarakat luas anggota/golongan masyarakat
tertentu).
3. Resiko (suatu kerugian yang sudah diatur dan ditentukan terlebih dahulu).
4. Wajib (berdasarkan suatu ketentuan undang-undang atau peraturan lain).20
Timbulnya asuransi sosial berbeda latar belakangnya dengan asuransi lainnya
(asuransi pada umumnya).
Asuransi pada umumnya diadakan karena adanya kebutuhan akan peralihan resiko
semata-mata dari pihak yang satu kepada pihak yang lain. Peralihan resiko
merupakan suatu kebutuhan pribadi dari satu pihak, dalam hal ini adalah
penanggung dengan didasari adanya kata sepakat. Perjanjian disini ialah
perjanjian asuransi/pertanggungan. Dengan adanya peralihan resiko tadi,
dengan didasari adanya suatu perjanjian, maka akan timbul konsekuensi
selanjutnya ialah pihak yang mengalihkan resiko tadi harus membayar
19
Djoko Prakoso, SH, I. Ketut Murtika, SH, Op.cit, hal. 232. 20
premi kepada pihak lain (penanggung). Karena adanya kepentingan pribadi,
terutama dalam lapangan perdagangan, maka dapat dimengerti bahwa
asuransi pada umumnya itu timbul karena kegiatan peniagaan. Jadi lahir
karena tujuan ekonomi, yaitu bahwa seseorang menghendaki supaya resiko
yang akan dideritanya dialihkan kepada orang lain.
Asuransi kecelakaan diri bagi wisatawan sebagai salah satu asuransi sosial
justru timbul karena suatu kebutuhan masyarakat yang akan
terselenggaranya jaminan sosial (social security). Jadi timbulnya karena
adanya suatu kebutuhan masyarakat berhubungan karena keadaan dan
perkembangannya sudah demikian mendesak dan tidak dapat ditunda lagi.
Bila dihubungkan dengan Pasal 1320 KUHPerdata bahwa untuk setiap
perjanjian harus ada kesepakatan kehendak, maka pada suransi kecelakan
diri, ia bersifat wajib, sehingga tidak diperlukan lagi adanya kesepakatan
kehendak. Keadaan inilah yang menyebabkan adanya penyimpangan dari
ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata. Penyimpangan ini sejalan dengan
ciri-ciri asuransi sosial, yakni bersifat wajib dan pengelolaannya diserahkan
kepada salah satu badan pemerintah. Asuransi kecelakan diri sebagai salah
satu asuransi sosial proses pengikatan perjanjiannya juga tidak memerlukan
adanya kesepakatan kehendak seperti yang telah dijelaskan di atas. Hal
inilah yang dimaksud dengan penyimpangan ketentuan yang diisyaratkan
C. Pihak-pihak yang terkait dalam Asuransi Kecelakan Diri
Dari dalam Pasal 1313 KUHPerdata menyatakan suatu persetujuan adalah
suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap
satu orang atau lebih. Jadi setiap persetujuan harus selalu ada dua pihak atau lebih,
dimana satu pihak bertindak sebagai yang berhak atau sebagai yang berhak
berkewajiban dan dilain pihak bertindak sebagai yang berkewajiban saja atau
sebagai yang berkewajiban dan yang berhak. Yang jelas pihak-pihak dalam suatu
persetujuan adalah merupakan subyek hukum yaitu yang merupakan pendukung
hak dan kewajiban, yang biasanya adalah manusia dan badan hukum.
Jika dilihat ketentuan Pasal 246 KUHD, yang secara yuridis dengan nyata
menyebutkan pihak-pihak yang terkait dalam suatu perjanjian asuransi adalah
penanggung dan tertanggung.
Penanggung (verzekeraar, asurador, penjamin) ialah mereka yang mendapat
premi, dan berjanji akan mengganti kerugian ataupun membayar sejumlah uang
yang telah disetujui, jika terjadi peristiwa yang tidak dapat diduga sebelumnya,
yang mengakibatkan kerugian bagi tertanggung.21 Sedangkan tertanggung atau
terjamin (verzekerde, insured) adalah manusia dan badan hukum, sebagai pihak
yang berhak dan yang berkewajiban, dalam perjanjian asuransi, dengan membayar
premi.22
Begitu pula di dalam asuransi kecelakaan diri. Asuransi kecelakaan diri yang
merupakan bagian dari asuransi kerugian, dilakukan oleh dua pihak yang saling
terkait. Pihak-pihak yang saling terkait itu adalah penanggung dan tertanggung,
21
sedangkan dalam pertanggungan jumlah, pihak tertanggung dapat memecahkan
diri menjadi dua pihak, yaitu sebagai penutup pertanggungan dan penikmat.
Karena pertanggungan campuran mempunyai dua sifat, yakni sebagai
pertanggungan kerugian dan pertanggungan jiwa, maka tertanggung dapat terdiri
dari satu atau dua orang. Bila tertanggung menunjuk orang lain sebagai
penikmatnya, maka ia bertindak sebagai penutup pertanggungan. Sedangkan bila
penutup pertanggungan (asuransi) menunjuk dirinya sendiri sebagai penikmat,
maka ia betul-betul bertindak sebagai tertanggung.
Adapun benda yang menjadi objek pertanggungan, pada asuransi kerugian dikenal
benda pertanggungan (verzekerde voorwerp), yakni benda yang
dipertanggungkan, atas nama dapat terserang bahaya, sehingga dapat merugikan
tertanggung. Meskipun pertanggungan campuran mempunyai dua sifat, yaitu sifat
sebagai pertanggungan kerugian dan sebagai pertanggungan jiwa, tetapi anehnya
pertanggungan campuran ini tidak mengenal apa yang disebut benda
pertanggungan, sebab hal yang dipertanggungkan itu bukan barang, melainkan
”orang”, yang diistilahkan sebagai ”badan tertanggung” (lijt).
Adapun bahaya-bahaya yang menjadi beban penanggung ialah ”kecelakaan”, yang
mungkin mengenai badan tertanggung itu. Dan kalau kecelakaan itu benar-benar
terjadi, maka timbullah kewajiban bagi penanggung untuk melakukan prestasi
terhadap tertanggung.
22
D. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Asuransi Kecelakan Diri
1. Hak Penanggung Dan Kewajiban Penanggung
1.1Hak Penanggung23
a. Menurut pembayaran premi kepada tertanggung sesuai dengan
perjanjian,
b. Meminta keterangan yang benar dan lengkap kepada tertanggung yang
berkaitan dengan objek yang diasuransikan kepadanya,
c. Memiliki premi dan bahkan menuntutnya dalam hal peristiwa yang
diperjanjikan terjadi tetapi disebabkan oleh kesalahan tertanggung
sendiri (Pasal 276 KUHDagang),
d. Memiliki premi yang sudah diterima dalam asuransi batal atau gugur
yang disebabkan oleh perbuatan curang dari tertanggung (Pasal 282
KUHDagang),
e. Melakukan asuransi kembali (reinsurance, hervezekering) kepada
penanggung yang lain, dengan maksud untuk membagi resiko yang
dihadapinya (Pasal 271 KUHDagang).
1.2Kewajiban Penanggung
a. Memberitahukan ganti kerugian atau memberikan sejumlah uang kepada
tertanggung apabila peristiwa yang diperjanjikan terjadi, kecuali jika
terdapat hal yang dapat menjadi alasan untuk membebaskan dari
b. Menandatangani dan menyerahkan polis kepada tertanggung (Pasal 259,
260 KUHDagang),
c. Mengembalikan premi kepada tertanggung jika asuransi batal atau gugur,
dengan syarat tertanggung belum menanggung resiko sebagian atau
seluruhnya (premi restorno, pasal 281 KUHDagang).24
2. Hak dan Kewajiban Tertanggung
2.1 Hak Tertanggung
a. Menuntut agar polis ditandatangani oleh penanggung (Pasal 259
KUHDagang),
b. Menuntut agar polis segera diserahkan oleh penanggung (Pasal 260
KUHDagang),
c. Meminta ganti kerugian kepada penanggung karena pihak yang disebut
terakhir lalai menandatangani dan menyerahkan polis sehingga
menimbulkan kerugian kepada tertanggung (Pasal 261 KUHDagang),
d. Melalui pengadilan, tertanggung dapat membebaskan penanggung dari
segala kewajibannya pada waktu yang akan datang, untuk selanjutnya
tertanggung dapat mengasuransikan kepentingannya kepada penanggung
yang lain untuk waktu dan bahaya yang sama dengan asuransi yang sama
(Pasal 272 KUHDagang),
e. Mengadakan solvebiliteit verzekering, karena tertanggung ragu-ragu akan
kemampuan penanggungnya (Pasal 280KUHDagang), dalam hal ini harus
23
M. Suparman Sastrawidjaya, SH, SU MPR, Aspek-aspek Hukum Asuransi dan Surat