KECELAKAAN PATAH TULANG
TESIS
Oleh
R U K A Y A H
117011101/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KECELAKAAN PATAH TULANG
TESIS
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh
R U K A Y A H
117011101/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
TULANG Nama Mahasiswa : RUKAYAH Nomor Pokok : 117011101
Program Studi : MAGISTER KENOTARIATAN
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN)
Pembimbing Pembimbing
(Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)
Ketua Program Studi, Dekan,
(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN Anggota : 1. Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH
2. Prof. Dr. Runtung, SH, MHum
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : RUKAYAH
Nim : 117011101
Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU
Judul Tesis : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG
POLIS ASSURANSI PADA PT. PRUDENTIAL LIFE
ASSURANCE CABANG MEDAN MENGENAI
KECELAKAAN PATAH TULANG
Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri
bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena
kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi
Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas
perbuatan saya tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan
sehat.
Medan,
Yang membuat Pernyataan
mungkin akan menimpa dirinya sendiri, barang-barang miliknya maupun keluarganya. Risiko yang ada tersebut bersifat tidak pasti. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dengan akal dan budinya mencari cara agar ketidakpastian dalam hidupnya berubah menjadi suatu kepastian. Salah satu cara untuk mengatasi risiko tersebut adalah dengan cara mengalihkan risiko kepada pihak lain di luar diri manusia. Pada saat ini pihak lain penerima risiko dan mampu mengelola risiko tersebut adalah perusahaan asuransi.
Permasalahan dalam tesis ini adalah bagaimana sistem perlindungan hukum yang diterapkan dan diberikan oleh PT. Prudential Life Assurance Cabang Medan terhadap pemegang polis asuransi kecelakaan, bagaimana bentuk penyelesaian klaim dan ganti kerugian yang diberikan oleh oleh PT. Prudential Life Assurance Cabang Medan kepada pemegang polis asuransi kecelakaan yang dirugikan, hambatan-hambatan apa dan upaya-upaya apa saja yang dilakukan nasabah dan PT. Prudential Life Assurance Cabang Medan untuk mengatasi hambatan apabila klaim tersebut tidak terpenuhi
Metode pendekatan yang digunakan dalam penyusunan tesis ini adalah pendekatan yuridis empiris dan spesifikasi penelitian ini adalah deskriptif analitis. Pengumpulan data melalui data primer dan data skunder. Metode analisis yang dipakai adalah kualitatif, dan penyajian datanya dalam bentuk laporan tertulis secara ilmiah.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa terhadap pemegang polis asuransi kecelakaan jika mengalami peristiwa atau resiko termasuk meningga dunia yang ditanggung oleh perusahaan asuransi (penanggung), maka penanggung akan memberi ganti kerugian berupa santunan, yang merupakan hak dari tertanggung. Meskipun demikian kewajiban memberi ganti rugi itu merupakan suatu kewajiban bersyarat atas terjadi atau tidak terjadinya suatu peristiwa yang diperjanjikan yang mengakibatkan timbulnya suatu kerugian karena kecelakaan. Hambatan-hambatan yang ada dalam pelaksanaan perjanjian asuransi kecelakaan diri dapat berasal dari pihak penanggung maupun pihak tertanggung. Hambatan muncul karena kurang adanya komunikasi para pihak dalam pelaksanaan hak dan kewajibannya masing-masing. Hambatan-hambatan tersebut dapat diminimalisir dengan memaksimalkan tugas agen, staf pemasaran asuransi dalam menginformasikan hal-hal penting dalam polis pada saat awal penutupan asuransi, sehingga pada saat klaim diharapkan dapat mengurangi perselisihan.
him/herself, his/her own properties or families even though the risk is uncertain. Human being as God’s creation with his/her intellect and wisdom tries to find a way to make the uncertainty in his/her life turn into the certainty. One of the ways to solve the risk is by transferring the risk to the other party. Currently, the party that is taking the risk and able to manage the risk is the insurance company.
The research questions of this study were how the legal protection system was applied and provided by PT. Prudential Life Assurance Medan Branch to the accident insurance policy holder, how PT. Prudential Life Assurance Medan Branch settled and gave the claim and compensation to the injured accident insurance policy holder, and how the customers and PT. Prudential Life Assurance Medan Branch settled the constraints appeared if the claim was not met.
The data for this descritpive analytical study with empirical juridical approach are the primary and secondary data. The data obtained were qualitatively analyzed and then was presented in the form of scientific written report.
The result of this study was that if the accident insurance policy holder experiences any event or risk including passing away, the expenses will be borned by the insurance company (guarantor), the insurance company will pay a compensation as the right of the insured. Yet, the obligation of giving compensation is conditional depending on whether or not the accident or event insured really occurs and inflicts a loss due to the accident. The constraints stated in the implementation of personal accident imsurance agreement can be originated from either the guarantor or the insured. The constraint s exist due to lack of communication between the parties in implementing the own rights and responsibilities. The constraints can be minimized by minimizing the task of the agent, insurance marketing staff in informing the important things in the policy at the beginning of insurance coverage that it is expected to be able to minimize the dispute at that time of the claim.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya dengan
berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul
“PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG POLIS ASURANSI PADA PT.PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE CABANG MEDAN MENGENAI KECELAKAAN PATAH TULANG”. Penulisan tesis ini merupakan suatu persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Magister dalam
bidang Ilmu Kenotariatan (M.Kn) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan tesis ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan
moril berupa masukan dan saran, sehingga penulisan tesis dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Oleh sebab itu, ucapan terima kasih yang mendalam penulis
sampaikan secara khusus kepada yang terhormat dan amat terpelajarBapakProf. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, BapakProf. Dr. Suhaidi, SH, MH dan Bapak
Prof. Dr. Runtung, SH. M.Humselaku Dosen Pembimbing yang telah dengan tulus
ikhlas memberikan bimbingan dan arahan untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.
Dalam kesempatan ini dengan penuh kerendahan hati penulis mengucapkan ucapan
terima kasih yang tulus kepada :
1. BapakProf. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A (K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan dan
fasilitas kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tesis
ini.
2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH. MHum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi kesempatan dan fasilitas
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tesis ini.
Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik
dan membimbing penulis sampai kepada tingkat Magister Kenotariatan.
5. Sungguh rasanya suatu kebanggaan tersendiri dalam kesempatan ini penulis
juga turut menghaturkan sembah sujud dan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada yang teristimewa Ayahanda dan Ibunda tercinta Almarhum
H. Amir Hasan Ginting &Hj. Fatimah Zahara Sembiring orang yang paling penulis hormati dan cintai yang telah banyak memberi penulis limpahan cinta,
doa dan kasih sayang yang tak jemu-jemu memberi nasehat, semangat,
motivasi, dan dorongan hingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini
Terimakasih juga kepada kakak-kakak saya tercinta, RAHIMAH GINTING,
SE, MARDIAH GINTING, S.SOS, ZOLIYANA AWANG, Dr. Hj.
KAMALIAH GINTING, juga untuk keponakanku sibuah hati tercintaALISSA ZAHRA BERU KARO-KARO, WINDA AULIA SIREGAR, HARI UMAR SIREGAR, TIKA HABZARA, MUTIARA RULFI, Juga kepada seluruh Teman-temanqu Dini, abg Johan, Ayu, Putri, Reza, bapak Udin dan lain-lain.
6. Teman-teman di SMA Swasta Kartika Jaya 1-1 medan,dan Teman-teman di
Universitas Islam Sumatera Utara, Notaris/PPAT Anita Gloria Simanjuntak,
SH, dan pada Pimpinan Marketing PT. Prudential Life Asuransi dan Buat kakak
Ira sebagai Agen asuransi diprudential, terimakasih buat doa, suport dan
semangatnya kepada saya.
7. Rekan-Rekan Mahasiswa Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara Angkatan 2011 khususnya GRUP B yang telah berjuang
bersama-sama dalam menyelesaikan pendidikan dan pelatihan, semoga sukses
untuk kita semua. Serta seluruh teman-teman penulis yang nama-namanya tidak
9. Dan tidak lupa juga seluruh staf dan pegawai di Fakultas Hukum, Program
Pasca Sarjana Ilmu Hukum, Perpustakaan Pusat USU, dan juga staf di pusat
dokumen dan informasi hukum atas segala bantuannya
Penulis berharap semoga semua bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada
penulis mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT, agar selalu dilimpahkan
kebaikan, kesehatan dan rezeki yang melimpah kepada kita semua. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna,namun tak ada salahnya jika
penulis berharap kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak.
Medan, November 2013 Hormat Penulis,
Nama : RUKAYAH,SH, MKn
Umur : 30 Tahun
Tempat/Tgl Lahir : Medan, 27 September 1983 Jenis Kelamin : Perempuan
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Jl. Jamin Ginting No.300 P. Bulan Medan Hanphone : 081376083698/ 08116072498
II. PENDIDIKAN FORMAL:
Tahun 1996 : SD PDI Swasta Medan, Berijazah
Tahun 1999 : Madrasah Tsanawiyah Al- Masruriah, Berijazah
Tahun 2002 : SMA Kartika Jaya 1-1 Medan, Berijazah
Tahun 2006 : Tamat Fukultas Hukum- UISU (S1 )Medan, Berijazah
Tahun 2013 : Tamat Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum USU
III. PENDIDIKAN NON FORMAL
Tahun 1999 : Kursus / Pelatihan Bahasa Inggris Yanada Tahun 2001 : Kursus / Pelatihan bahasa Inggris CEL Tahun 2007 : Kursus/ Pelatihan komputer Tricom Tahun 2013 : Kursus / Pelatihan toefl
Tahun 2011 : Dialog Publik Hukum Pertanahan
Tahun 2008 : Kursus / Pendidikan Pengobatan Tradisional Indonesia (YAPEPTRI)
Tahun 2011 : Dialog tentang Kesehatan dan Pengobatan
Tradisional dengan Departemen Kesehatan di Kota Medan
Tahun 2012 : Dialog Tentang studi kelayakan Obat Tradisional dan Pendaftaran hak Paten dari Badan Hukum dari Kejaksaan Tinggi Negeri Medan
Tahun 2013 : Pendidikan dan Pelatihan Dibidang Perkoperasian Bagi Notaris
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR SINGKATAN ... ix
DAFTAR ISTILAH ASING ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 11
C. Tujuan Penelitian ... 11
D. Manfaat Penelitian ... 12
E. Keaslian Penelitian ... 13
F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 16
1. Kerangka Teori ... 16
2. Konsepsional ... 22
G. Metode Penelitian ... 23
BAB II SISTEM PERLINDUNGAN HUKUM YANG DIBERIKAN OLEH PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE CABANG MEDAN TERHADAP PEMEGANG POLIS ASURANSI KECELAKAAN ... 27
A. Asuransi Secara Umum ... 27
B. Asuransi Kecelakaan ... 46
A. Gambaran Umum PT Prudetial Life Assurance ... 64
B. Proses Melakukan Klaim Asuransi Kecelakaan ... 68
C. Penolakan Klaim Asuransi Kecelakaan ... 73
D. Akibat Hukum Penolakan Klaim ... 83
BAB IV HAMBATAN-HAMBATAN DAN UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN NASABAH DAN PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE CABANG MEDAN UNTUK MENGATASI HAMBATAN APABILA KLAIM TIDAK TERPENUHI... 92
A. Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Asuransi Kecelakaan di PT. Prudetial Life Assurance Kantor Cabang Medan ... 92
B. Hambatan-Hambatan yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan Perjanjian Asuransi Kecelakaan dan Upaya Penyelesaiannya di PT. Prudetial Life Assurance ... 100
C. Upaya Mengatasi Hambatan Jika Klaim Tidak Dibayar... 108
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 113
A. Kesimpulan ... 113
B. Saran ... 114
HAM : Hak Asasi Manusia.
KUHD : Kitab Undang-Undang Hukum Dagang KUHD
KUHP : Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
KTP : Kartu Tanda Penduduk
PAA : PRUlink Assurance Account
PAD : PRUpersonal Accident Death
PADD : PRUpersonal Accidenth Death & Disablement
PIA : PRUlink Investor Account
PRU HS : PRUhospital & Surgical
SK : Santunan Kecelakaan
SPAJ : Surat Perjanjian Asuransi Jiwa
Accidental death : Meninggal secara kecelakaan. Assumption or retention : Menerima resiko
Avoidance : Menghindari resiko Beneficiary : Ahli Waris
Border line insurance product : Produk asuransi yang berada di garis batas pemasaran perusahaan asuransi jiwa dan asuransi kerugian.
Causalitiet Principle : Prinsip Sebab Akibat Cover note : Nota penutupan Death Benefit : Manfaat Meninggal Die too soon : Meninggal terlalu cepat Doctrine research : Penelitian doctrinal Ekspirasi : Klaim habis kontrak
Evenement : Kejadian
Facts of law : Fakta-fakta hukum
Homogeanus exposure : Resiko-resiko yang dapat diasuransikan Insurance minded : Dalam asuransi
Lapsed : Berhenti berlaku karena lewat waktu
Lawyer : Pengacara/advokat
Legal cause : Kausa yang dibolehkan Level premium : Premi merata
Medical check up : Pemeriksaan kesehatan Natural death : Meninggal secara alamiah. Natural premium : Premi meningkat
No loss : Tidak adanya kerugian Policy Holder : Pemegang Polis Prevention : Mencegah resiko
Rate : Persentase
Risk avoiding : Penghindaran resiko Schade-Verzekering : Asuransi ganti kerugian Somen-Verzekering : Asuransi sejumlah uang Personal accident : Asuransi kecelakaan diri Persoonsverzekering : Asuransi pribadi
Personal : Pribadi
Personal risk : Resiko perorangan atau pribadi Property risk : Resiko harta kekayaan
Principle of Insurable Interest : Prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan.
Pure risk : Resiko murni
Riders : Manfaat tambahan
Risk controlling : Pengurangan atau pengawasan resiko Risk transfering : Memindahkan resiko
The Insured Person : Tertanggung Transfer of risk : Mengalihkan resiko Uncertainty of financial loss : Kerugian yang tidak pasti Uncertainty : Ketidakpastian
Utmost Good Faith : Prinsip itikad terbaik Varia-Verzekering : Asuransi Varia Verzekering : Pertanggungan.
Verzekaar : Penanggung
mungkin akan menimpa dirinya sendiri, barang-barang miliknya maupun keluarganya. Risiko yang ada tersebut bersifat tidak pasti. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dengan akal dan budinya mencari cara agar ketidakpastian dalam hidupnya berubah menjadi suatu kepastian. Salah satu cara untuk mengatasi risiko tersebut adalah dengan cara mengalihkan risiko kepada pihak lain di luar diri manusia. Pada saat ini pihak lain penerima risiko dan mampu mengelola risiko tersebut adalah perusahaan asuransi.
Permasalahan dalam tesis ini adalah bagaimana sistem perlindungan hukum yang diterapkan dan diberikan oleh PT. Prudential Life Assurance Cabang Medan terhadap pemegang polis asuransi kecelakaan, bagaimana bentuk penyelesaian klaim dan ganti kerugian yang diberikan oleh oleh PT. Prudential Life Assurance Cabang Medan kepada pemegang polis asuransi kecelakaan yang dirugikan, hambatan-hambatan apa dan upaya-upaya apa saja yang dilakukan nasabah dan PT. Prudential Life Assurance Cabang Medan untuk mengatasi hambatan apabila klaim tersebut tidak terpenuhi
Metode pendekatan yang digunakan dalam penyusunan tesis ini adalah pendekatan yuridis empiris dan spesifikasi penelitian ini adalah deskriptif analitis. Pengumpulan data melalui data primer dan data skunder. Metode analisis yang dipakai adalah kualitatif, dan penyajian datanya dalam bentuk laporan tertulis secara ilmiah.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa terhadap pemegang polis asuransi kecelakaan jika mengalami peristiwa atau resiko termasuk meningga dunia yang ditanggung oleh perusahaan asuransi (penanggung), maka penanggung akan memberi ganti kerugian berupa santunan, yang merupakan hak dari tertanggung. Meskipun demikian kewajiban memberi ganti rugi itu merupakan suatu kewajiban bersyarat atas terjadi atau tidak terjadinya suatu peristiwa yang diperjanjikan yang mengakibatkan timbulnya suatu kerugian karena kecelakaan. Hambatan-hambatan yang ada dalam pelaksanaan perjanjian asuransi kecelakaan diri dapat berasal dari pihak penanggung maupun pihak tertanggung. Hambatan muncul karena kurang adanya komunikasi para pihak dalam pelaksanaan hak dan kewajibannya masing-masing. Hambatan-hambatan tersebut dapat diminimalisir dengan memaksimalkan tugas agen, staf pemasaran asuransi dalam menginformasikan hal-hal penting dalam polis pada saat awal penutupan asuransi, sehingga pada saat klaim diharapkan dapat mengurangi perselisihan.
him/herself, his/her own properties or families even though the risk is uncertain. Human being as God’s creation with his/her intellect and wisdom tries to find a way to make the uncertainty in his/her life turn into the certainty. One of the ways to solve the risk is by transferring the risk to the other party. Currently, the party that is taking the risk and able to manage the risk is the insurance company.
The research questions of this study were how the legal protection system was applied and provided by PT. Prudential Life Assurance Medan Branch to the accident insurance policy holder, how PT. Prudential Life Assurance Medan Branch settled and gave the claim and compensation to the injured accident insurance policy holder, and how the customers and PT. Prudential Life Assurance Medan Branch settled the constraints appeared if the claim was not met.
The data for this descritpive analytical study with empirical juridical approach are the primary and secondary data. The data obtained were qualitatively analyzed and then was presented in the form of scientific written report.
The result of this study was that if the accident insurance policy holder experiences any event or risk including passing away, the expenses will be borned by the insurance company (guarantor), the insurance company will pay a compensation as the right of the insured. Yet, the obligation of giving compensation is conditional depending on whether or not the accident or event insured really occurs and inflicts a loss due to the accident. The constraints stated in the implementation of personal accident imsurance agreement can be originated from either the guarantor or the insured. The constraint s exist due to lack of communication between the parties in implementing the own rights and responsibilities. The constraints can be minimized by minimizing the task of the agent, insurance marketing staff in informing the important things in the policy at the beginning of insurance coverage that it is expected to be able to minimize the dispute at that time of the claim.
BAB I
P E N D A H U L U A N
A. Latar Belakang
Manusia pada hakekatnya tidak menginginkan terjadinya suatu bencana yang
menimpa dirinya, tetapi disadari ataupun tidak disadari bahwa manusia tidak
mungkin dapat menghindar jika musibah atau bencana tersebut datang menimpa diri
manusia.
Lalu lintas perdagangan dan dalam kehidupan sosial yang serba modern,
asuransi mempunyai peranan yang penting. Walaupun memang diakui bahwa
asuransi belum begitu merata dan tersebar di masyarakat dalam arti bahwa
masyarakat belum ikut serta dalam asuransi(insurance minded).Namun demikian di
dalam perkembangan kehidupan sehari-hari yang serba kompleks terutama bagi
perusahaan-perusahaan besar dan individu-individu yang mengharapkan hari esok
yang lebih cerah dari hari ini, asuransi adalah merupakan suatu keharusan
sebagaimana dikemukakan Abdulkadir Muhammad :
Harus diakui bahwa asuransi belum begitu merata dan tersebar di masyarakat dalam arti bahwa masyarakat belum ikut serta dalam asuransi (insurance minded).Namun demikian di dalam perkembangan kehidupan sehari-hari yang serba kompleks terutama bagi perusahaan-perusahaan besar dan individu-individu yang mengharapkan hari esok yang lebih cerah dari hari ini, asuransi adalah merupakan suatu keharusan.1
Memenuhi kebutuhan hidupnya seseorang menghadapi
kemungkinan-kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang dapat menyebabkan berkurangnya nilai
ekonomi, baik bagi dirinya sendiri mupun bagi keluarganya. Peristiwa itu dapat
merupakan resiko bagi manusia yang tidak dapat diduga sama sekali. Memandang
akan terjadi suatu hal yang kemungkinan akan menimpa seseorang, maka untuk
menanggulanginya jika musibah tersebut terjadi dibuat dalam bentuk asuransi
kecelakaan.
Resiko tidak lain adalah beban kerugian yang diakibatkan karena suatu
peristiwa di luar kesalahannya, misalkan: rumah seseorang terbakar sehingga
pemiliknya mengalami kerugian. Inilah resiko yang harus ditanggung pemiliknya.
Resiko diartikan pula sebagai kerugian yang tidak pasti (uncertainty of financial
loss), di dalamnya terdapat dua unsur, yaitu ketidakpastian dan kerugian.2 Karena
besarnya resiko ini dapat diukur dengan nilai barang yang mengalami peristiwa di
luar kesalahan pemiliknya, resiko ini dapat dialihkan pada perusahaan asuransi
kerugian dalam bentuk pembayaran klaim asuransi. Pengalihan resiko ini diimbangi
dalam bentuk pembayaran premi pada perusahaan asuransi kerugian (penanggung)
setiap bulan atau tahun bergantung pada perjanjian yang tertuang dalam polis.
Manfaat peralihan resiko inilah yang diperoleh konsumen (tertanggung).
2
Resiko dapat timbul akibat peristiwa-peristiwa sebagai berikut :3
1. Meninggal dunia (loss of life) baik secara alamiah (natural death) seperti meninggal dunia usia muda karena sakit, kecelakaan(accidental death). 2. Cacat badan karena sakit.
3. Hilangnya atau merosotnya keadaan kesehatan. 4. Umur tua.
Manusia dalam hidupnya selalu dalam ketidakpastian dan berusaha mengganti
ketidakpastian tersebut menjadi kepastian yang maksimal dengan asuransi, ingin
mengganti ketidakpastian ekonomis, ketidakpastian financial menjadi kepastian
finansial, semua ketidakpastian inilah yang disebut resiko.
Resiko adalah sebagai adanya ketidakpastian atas terjadinya peristiwa yang
dapat menimbulkan suatu kerusakan atau kerugian ataupun turunnya nilai suatu objek
atau sebagai ketidakpastian atas kerugian di masa datang akibat ketidakmampuan
meramalkan peristiwa tersebut ataupun besarnya kerugian akibat peristiwa tersebut.4
Umumnya dilihat dari sudut asuransi, setiap peristiwa yang tidak sengaja,
yang dapat membawa kerugian pada kekayaan adalah bahaya atau resiko. Resiko, seperti biasa dalam bahasa sehari-hari, adalah kemungkinan akan rugi.5
Bahaya atau resiko adalah kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang
merugikan dan tidak tentu, suatu keadaan terancam oleh peristiwa yang demikian.
Pada overdracht, maka dengan bahaya atau resiko ditunjukan peristiwa itu sendiri. Asuradur menanggung akibat finansial dari terjadinya peristiwa yang tidak tentu,
3 Zulfajri. Asas Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah dalam Asuransi Syariah, Tesis Program Studi Magister Kenotariatan Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan, 2006, hal.22.
4
Sonni Dwi Harsono, Prinsip-Prinsip dan Praktek Asuransi, Jakarta Insurance Institue, Jakarta, 1984, hal. 3.
maka untuknya bahaya atau resiko adalah kemungkinan yang dihadapinya untuk
membayar (kemungkinan kerugian). Kemungkinan kerugian ini adalah obyek dari
perjanjian.6
Ketidakpastian yang menimbulkan resiko-resiko itu selalu dihadapi manusia,
maka diperlukan upaya-upaya tertentu mengelola resiko agar bisa dihindarkan adanya
kerugian yang terlalu besar. Upaya pengelolaan resiko ini dapat berupa: penghindaran
resiko(risk avoiding), menanggung sendiri resiko (self insurance), pengurangan atau pengawasan resiko(risk controlling)serta memindahkan resiko(risk transfering).7
Usaha mengalihkan resiko itu baru dirasakan sasarannya setelah tujuan
mengalihkan resiko itu dilakukan melalui suatu perjanjian yang khusus diadakan
untuk itu, yaitu perjanjian pertanggungan atau dalam praktek perusahaan
pertanggungan lebih banyak dikenal dan dipakai dengan kata asuransi.8 Pengertian
Pertanggungan pada umumnya diatur dalam KUHPerdata Pasal 246 yang berbunyi
sebagai berikut:
Pertanggungan adalah perjanjian timbal balik antara penanggung dengan penutup asuransi, dimana penanggung mengikatkan diri untuk mengganti kerugian dan atau membayar sejumlah uang (santunan) yang ditetapkan pada waktu penutupan perjanjian, kepada penutup asuransi atau orang lain yang ditunjuk, pada waktu terjadinya evenemen, sedangkan penutup asuransi mengikatkan diri untuk membayar uang premi.9
Santoso Poedjosoebroto memberikan pengertian asuransi sebagai berikut :
6Ibid, hal.146
7Abdul Muis, Bunga Rampai Hukum Dagang, Fakultas Hukum Universitas Medan Area, Medan, 2001, hal. 87.
8
Abdulkadir Muhammad, Pengantar Hukum Pertanggungan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1994, hal. 6.
Asuransi pada umumnya adalah suatu perjanjian timbal balik, dalam mana pihak penanggung dengan menerima premi mengikatkan diri untuk memberikan pembayaran pada pengambil asuransi atau orang yang ditunjuk karena terjadinya suatu peristiwa yang belum pasti yang disebut dalam perjanjian, baik karena pengambilan asuransi atau tertunjuk menderita kerugian yang disebabkan oleh peristiwa tadi mengenai hidup, kesehatan atau validiteitseorang tertanggung.10
Asuransi dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak
penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi,
untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum pihak ke tiga
yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak
pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau
hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.11
HMN. Purwosujipto menyebutkan :
Pertanggungan adalah perjanjian timbal balik antara penanggung dan penutup asuransi, dimana penanggung mengikatkan diri untuk mengganti kerugian dan/atau membayar sejumlah uang (santunan) yang ditetapkan pada waktu penutupan perjanjian, kepada penutup asuransi atau orang lain yang ditunjuk pada waktu terjadinya evenement, sedangkan penutup asuransi mengikatkan diri untuk membayar premi.12
Perjanjian asuransi harus dibuat secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut
polis. Berdasarkan Pasal 19 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992
tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian disebutkan :
10
Santoso Projosoebroto,Beberapa Aspek tentang Hukum Pertanggungan Jiwa di Indonesia, Alumni, Bandung, 1991, hal. 42.
Polis atau bentuk perjanjian asuransi dengan nama apapun, berikut lampiran yang merupakan satu kesatuan dengannya, tidak boleh mengandung kata atau kalimat yang dapat menimbulkan penafsiran yang berbeda mengenai resiko yang ditutup asuransinya, kewajiban penanggung dan kewajiban tertanggung, atau mempersulit tertanggung mengurus haknya.13
Berdasarkan ketentuan pasal di atas, maka dapat dipahami bahwa polis
berfungsi sebagai alat bukti tertulis yang menyatakan bahwa telah terjadi perjanjian
asuransi antara tertanggung dan penanggung. Sebagai alat bukti tertulis, isi yang
tercantum dalam polis harus jelas, tidak boleh mengandung kata-kata atau kalimat
yang memungkinkan perbedaan interprestasi, sehingga mempersulit tertanggung dan
penanggung merealisasikan hak dan kewajiban mereka dalam pelaksanaan asuransi.
Di samping itu, polis juga memuat kesepakatan mengenai syarat-syarat khusus dan
janji-janji khusus yang menjadi dasar pemenuhan hak dan kewajiban untuk mencapai
tujuan asuransi.14
Adanya perjanjian pertanggungan ini seseorang dapat sedikit lega terhadap
resiko yang mungkin terjadi atas jiwa, kesehatan, barang/hartanya. Peralihan resiko
ini tidak terjadi begitu saja tanpa adanya kewajiban apa-apa dari pihak yang
mengalihkan. Hal ini harus diperjanjikan terlebih dahulu. Sebagai imbalan dari
peralihan resiko ini maka di dalam perjanjian pertanggungan, pembayaran premi
adalah menjadi suatu keharusan. Premi itu adalah menjadi kewajiban bagi
tertanggung dan menjadi hak dari penanggung.15
13Lihat Pasal 19 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 120, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3506).
14
K. Martono dan Eka Budi Tjahjono, Asuransi Transportasi Darat-Laut-Udara, Mandar Madju, Bandung, 2011, hal.55.
Penanggung sebagai pihak yang menerima peralihan resiko, mengikatkan diri
untuk mengganti kerugian apabila itu benar-benar menjadi suatu kenyataan. Untuk
kewajiban inilah penanggung membebani kewajiban kepada tertanggung, untuk
membayar premi. Premi itu sangat penting dibutuhkan untuk jalannya perusahaan
pertanggungan yang sehat. Adanya premi merupakan syarat mutlak bagi penanggung
sebagai perusahaan pertanggungan. Yang menetapkan jumlah premi adalah
penanggung berdasarkan perhitungan kemungkinan dan statistik. Di dalam praktek
pengetahuan mengenai hal tersebut sudah berkembang sebagai pengetahuan tersendiri
yang dikenal dengan pengetahuan aktuaria dan orang-orang memiliki pengetahuan
tersebut dinamakan aktuaris.
Pertanggungan yang tujuannya adalah semata-mata untuk mengganti
kerugian, maka nilai dari benda yang dipertanggungkan itu adalah penting untuk
diketahui. Di dalam keadaan di mana terjadi kehilangan seluruhnya, maka nilai itulah
yang harus diganti, dan kalau terjadi keadaan yang menimbulkan kerugian maka
jumlah kerugian itu haruslah diperhitungkan menurut nilai itu.16
Adanya peranan asuransi itu, maka nampak pula manfaatnya bagi kelancaran
dan kelanjutan usaha pembangunan di tengah-tengah kehidupan masyarakat,
manfaatnya adalah sebagai berikut :17
16Emmy Pangaribuan Simanjutak,Hukum Pertanggungan (Pokok Pertanggungan Kerugian
Kebakaran dan Jiwa), Seri Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 1990, hal. 70
1. Asuransi itu memberikan rasa terjamin atau terlindungi dalam menjalankan usaha.
2. Asuransi menaikkan efisiensi dan kegiatan perusahaan.
3. Asuransi cenderung kearah perkiraan atau penilaian biaya yang layak.
4. Asuransi merupakan dasar pertimbangan atau persyaratan dari pemberi suatu kredit.
5. Asuransi ikut serta mengurangi kerugian.
6. Asuransi itu menguntungkan masyarakat umum.
Banyak perusahaan-perusahaan asuransi yang menawarkan berbagai jenis
polis asuransi yang dapat digunakan atau dimiliki oleh setiap masyarakat, salah
satunya seperti yang terdapat pada PT. Prudential Life Assurance,18. Salah satu
produk polis asuransi yang ditawarkan adalah asuransi kecelakaan diri (personal accident) akibat kecelakaan lalu lintas. Asuransi kecelakaan diri (personal accident) menjamin resiko kematian, cacat tetap, cacat sementara, biaya perawatan dan atau
pengobatan yang secara langsung disebabkan oleh suatu kecelakaan. Kecelakaan
merupakan peristiwa yang tidak diharapkan, terjadi secara tiba-tiba, tidak terduga,
tidak disengaja, datangnya dari luar, bersifat kekeerasan dan kasat mata.19
Perjanjian asuransi, sering timbul permasalahan yang berupa perilaku para
pengusaha cenderung menyalahfungsikan ide efisiensi dan kecepatan pelayanan, yang
melatarbelakangi penyiapan draft-draft perjanjian asuransi dalam bentuk tercetak, menjadi kontrak-kontrak yang secara situasional atau teknis diupayakan bersifat baku
dengan tujuan untuk melindungi kepentingan setiap pelaku usaha, termasuk untuk
melindungi pihak pengusaha dari potensi-potensi kerugian atau kewajiban-kewajiban
18
Yuli Anesthasia,Analisis Hukum Kedudukan Agen dalam PT. Prudential Life Assurance pada Pemohon Pailit PT. Prudential Life Assurance, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan, 2005, hal. 85.
lain yang secara normal, sebenarnya masih merupakan konsekuensi yang harus
ditanggungnya.
Prakteknya terdapat berbagai masalah yang dialami nasabah PT. Prudential
Life Assurance, sehingga nasabah tidak mendapatkan perlindungan hukum yaitu :
1. Henry Kurniawan, dengan permasalahan :20
a. Adanya masa tunggu 12 (dua belas) bulan.
b. Klaim yang ditolak tanpa alasan yang jelas.
c. Polis dibatalkan secara sepihak oleh PT. Prudential Life Assurance tanpa
alasan apapun.
2. Christina, dengan permasalahan :21
a. Lambatnya pengurusan dari PT. Prudential Life Assurance terhadap keluhan.
b. Bila berhenti dengan sendirinya maka uang harus hangus, karena uang tidak
bisa kembali sama sekali.
c. Memberikan lisensi kepada agen yang belum menguasai produk.
d. PT. Prudential Life Assurance hanya mengembalikan uang sebesar Rp.
993.489, 52,- dari total Rp. 3.500.000,- polis asuransi yang disetorkan setiap
bulan.
e. Informasi yang berubah-ubah antara satu agen dengan agen yang lainnya.
20
Dizolimi Asuransi Prudential, http://www1.kompas.com/suratpembaca/read/26709 diakses tanggal 1 Mei 2013,pukul 20.00 wib
3. Pemegang polis PT. Prudential Life Assurance No. 27167849 dengan
permasalahan :22
a. Proses klaim PT. Prudential Life Assurance benar-benar tidak profesional.
b. Kesalahan fatal dalam SK kalim PT. Prudential Life Assurance disebutkan :
“Polis Bapak mulai diberlakukan pada tanggal 27 November 2008”.
Sementara di buku polis tertulis : “Tanggal mula berlakunya polis 27
September 2007”.
4. Victor Joe Sinaga, suami dari almarhum Eva Pasaribu yang merupakan nasabah
perusahaan asuransi PT. Prudential Life Assurance, dengan permasalahan :23
a. Tidak adanya medical check up kesehatan calon nasabah sehingga nasabah tidak mengetahui penyakitnya.
b. PT. Prudential Life Assurance tidak mau membayar klaim.
Demikian halnya yang dialami Tuan X yang telah bergabung sejak tahun
2010 dan pada Pebruari 2012 Tuan X mengalami kecelakaan lalu lintas di Jalan
Jamin Ginting yang mengakibatkan kaki dan tangannya patah, sehingga tidak dapat
bekerja untuk mencari nafkah bagi keluarganya apalagi harus membayar premi
asuransi. Berdasarkan polis yang ada pada Tuan X, maka Tuan X mengajukan
klaimnya, tetapi kenyataannya setelah 3 (tiga) bulan mengajukan klaim ternyata
klaimnya tidak dapat dikeluarkan oleh PT. Prudential Life Assurance.
22Prudential Benar-benar Mengecewakan dan Merugikan Nasabah,
http://antonius73.blogspot.com/2009/07/prudential-benar-benar-mengecewakan-dan.html, diakses tanggal 1 Mei 2013, pukul 20.20 Wib.
Berdasarkan kasus dan permasalahan di atas, maka tertarik melakukan
penelitian tentang: “Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Polis Asuransi Pada Pasa PT. Prudential Life Assurance Cabang Medan Mengenai Kecelakaan Patah
Tulang”.
B. Perumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana sistem perlindungan hukum yang diberikan oleh PT. Prudential Life
Assurance Cabang Medan terhadap pemegang polis asuransi kecelakaan ?
2. Bagaimana prosedur penyelesaian klaim yang diberikan oleh oleh PT. Prudential
Life Assurance Cabang Medan kepada pemegang polis asuransi kecelakaan yang
dirugikan ?
3. Hambatan-hambatan apa dan upaya-upaya apa saja yang dilakukan nasabah dan
PT. Prudential Life Assurance Cabang Medan untuk mengatasi hambatan apabila
klaim tersebut tidak terpenuhi ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui sistem perlindungan hukum yang diberikan oleh PT.
Prudential Life Assurance Cabang Medan terhadap pemegang polis asuransi
2. Untuk mengetahui prosedur penyelesaian klaim yang diberikan oleh oleh PT.
Prudential Life Assurance Cabang Medan kepada pemegang polis asuransi
kecelakaan yang dirugikan.
3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dan upaya-upaya yang dilakukan nasabah
dan PT. Prudential Life Assurance Cabang Medan untuk mengatasi hambatan
apabila klaim tersebut tidak terpenuhi.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan hasilnya dapat memberikan manfaat teoritis dan
praktis, yaitu :
1. Secara teoritis diharapkan memberikan sumbangan pemikiran bagi
perkembangan ilmu hukum pada umumnya dan khususnya dalam bidang
perjanjian asuransi.
2. Secara praktis diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat kepada:
a. Masyarakat umum yakni memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai
dasar hukum asuransi kecelakaan dan perlindungan hukum terhadap nasabah
jika mengalami kecelakaan lalu lintas.
b. Perusahaan asuransi yaitu memberikan pengetahuan dan pemahaman
mengenai menyelesaikan klaim nasabah dengan baik sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku tanpa merugikan salah satu pihak.
c. Penelitian yaitu memberikan gambaran bagi peneliti selanjutnya yang akan
hukum yang memberikan perlindungan terhadap nasabah asuransi kecelakaan
yang mengalami patah tulang akibat kecelakaan lalu lintas pada asuransi PT.
Prudential Life Assurance.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran kepustakaan khusus di lingkungan Universitas
Sumatera Utara dan melalui internet di berbagai Program Studi Ilmu Hukum dan
Magister Kenotariatan seluruh universitas di Indonesia, penelitian berjudul
“Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Asuransi Kecelakaan yang Mengalami
Patah Tulang Akibat Kecelakaan Lalu Lintas (Studi Pasa PT. Prudential Life
Assurance Cabang Medan)”, belum pernah dilakukan sebelumnya. Dengan demikian
penelitian ini adalah asli dan penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah dan hukum.
Berikut dikemukakan beberapa penelitian yang berkenaan dengan penelitian
peneliti, yaitu :
1. Mei Triana (2010), dengan judul penelitian : Pelaksanaan Klaim Asuransi Jiwa
Akibat Kematian pada Asuransi Sequislife Medan, dengan rumusan masalah :
a. Bagaimana syarat-syarat pembayaran asuransi jiwa akibat kematian pada
Asuransi Sequislife Medan ?
b. Bagaimana jika tertanggung tidak mampu membayar premi sampai batas
2. Nora Liliana Sihombing (2010), dengan judul penelitian : Perjanjian Asuransi
Kesehatan PT. Asuransi Jiwa Manulife Financial Indonesia Cabang Medan,
dengan rumusan masalah :
a. Bagaimana prosedur perjanjian asuransi kesehatan PT. Asuransi Jiwa
Manulife Financial Indonesia ?
b. Bagamana apabila salah satu pihak wanprestasi ?
3. Rismalida Simarsoit (2007), dengan judul penelitian : Perlindungan Hukum
Terhadap Pemegang Polis Asuransi Kendaraan Bermotor, dengan rumusan
masalah :
a. Bagaimana tatacara pelaksanaan klaim asuransi kendaraan bermotor yang
terjadi di PT. Asuransi Wuwungan Cabang Medan ?
b. Bagaimana tuntutan klaim dilakukan seandainya polis hilang ?
c. Bagaimana penyelesaian klaim jika terjadi sengketa antara perusahaan dengan
nasabah ?
4. Zulfajri (2006), dengan judul penelitian : Asas Perlindungan Hukum Terhadap
Nasabah dalam Asuransi Syariah, dengan rumusan masalah :
a. Apa latar belakang (landasan filosofis) sehingga asuransi syariah perlu
memberi perlindungan bagi nasabah ?
b. Asas-asas apa saja yang terdapat dalam ketentuan asuransi syariah (yang
bersumber kepada al-quran, sunah dan ijtihad) berkaitan dengan perlindungan
c. Bagaimana bentuk penerapan asas perlindungan yang diberikan asuransi
syariah kepada nasabahnya.
5. Riwaldi Syahputra (2005), dengan judul penelitian : Perlindungan Hukum atas
Pemegang Polis yang Tidak Memenuhi Kewajiban dalam Pembayaran Premi
(Studi pada Asuransi Jiwa Bumi Putra 1912 dan PT. Asuransi Takaful Keluarga
di Kota Medan), dengan rumusan masalah :
a. Apakah yang menjadi alasan pemegang polis tidak memenuhi kewajibannya
dalam pembayaran premi ?
b. Bagaimana akibat hukumnya jika pemegang polis tidak memenuhi
kewajibannya dalam pembayaran premi ?
c. Bagaimana upaya penyelesaian yang ditempuh Asuransi Jiwa Bumi Putra
1912 dan PT. Asuransi Takaful Keluarga atas tindakan pemegang polis yang
tidak memenuhi kewajibannya dalam pembayaran premi ?
6. Yuli Anesthasia (2005), dengan judul penelitian : Analisa Hukum Kedudukan
Agen dalam PT. Prudential Life Asurance pada Pemohon Pailit PT. Prudential
Life Asurance, dengan rumusan masalah :
a. Bagaimana perjanjian keagenan pada perusahaan asuransi PT. Prudential Life
Asurance ?
b. Bagaimana analisis kedudukan agen terhadap dijatuhinya permohonan pailit
F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan landasan dari teori atau dukungan teori dalam
membangun atau memperkuat kebenaran dari permasalahan yang dianalisis.
Kerangka teori dimaksud adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori,
tesis, sebagai pegangan baik disetujui atau tidak disetujui.24
Teori berguna untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik
atau proses tertentu terjadi dan satu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada
fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya. Menurut Soerjono Soekanto,
bahwa “kontinuitas perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada metodologi,
aktivitas penelitian dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori.25
Snelbecker mendefenisikan teori sebagai perangkat proposisi yang terintegrasi
secara sintaksis (yaitu yang mengikuti aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara
logis satu dengan lainnya dengan tata dasar yang dapat diamati) dan berfungsi
sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati.26
Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk memberikan arahan atau
petunjuk dan meramalkan serta menjelaskan gejala yang diamati, dan dikarenakan
penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif, maka kerangka teori diarahkan
secara khas ilmu hukum. Maksudnya penelitian ini berusaha untuk memahami
24
M. Solly Lubis,Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, hal. 80. 25Soerjono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986, hal. 6.
mengenai Jaminan Fidusia dan Pendaftaran Jaminan Fidusia, dan mengenai
permasalahan dari pendafataran itu sendiri.
Teori hukum yang digunakan sebagai pisau analisis27 dalam penelitian ini
adalah teori perlindungan hukum dan teori pengalihan resiko. Teori perlindungan
hukum ini bersumber dari teori hukum alam atau aliran hukum alam. Aliran ini
dipelpori ole Plato, Aristoteles (murid Plato) dan Zeno (pendiri aliran Stoic).28
Hukum pada hakikatnya adalah sesuatu yang abstrak, tetapi dalam
manifestasinya bisa berwujud konkrit. Suatu ketentuan hukum baru dapat dinilai baik
jika akibat-akibat yang dihasilkan dari penerapannya adalah kebaikan, kebahagiaan
yang sebesar-besarnya dan berkurangnya penderitaan.29
Menurut Satjipto Raharjo, hukum melindungi kepentingan seseorang dengan
cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka
kepentingannya tersebut.30 Pengalokasian kekuasaan ini dilakukan secara terukur,
dalam arti, ditentukan keluasan dan kedalamannya. Kekuasaan yang demikian itulah
yang disebut hak. Tetapi tidak di setiap kekuasaan dalam masyarakat bisa disebut
sebagai hak, melainkan hanya kekuasaan tertentu yang menjadi alasan melekatnya
hak itu pada seseorang.
27Teori sebagai pisau analisis yaitu teori yang digunakan untuk dijadikan panduan dalam melakukan analisis, dengan memberikan penilaian (preskripsi) terhadap temuan fakta atau peristiwa hukum yang ada sudah sesuai dengan teori atau tidak. Selain itu, teori ini juga bisa digunakan untuk menjelaskan fakta dan peristiwa hukum yang terjadi, lihat Mukti Fajar ND dan Yulianto, Dualisme Penelitian Hukum: Normatif dan Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010, hal.150.
28Kajian Teori Perlindungan Hukum, http://hnikawawz.blogspot.com/2011/11/kajian-teori-perlindungan-hukum.html, diakses pada tanggal 2 Mei 2013, Pukul 14.50
29
Lili Rasjidi dan I. B. Wyasa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993, hal. 79.
Sebagai objek ilmu hukum, hukum senantiasa dilihat dan dipahami
berdasarkan metode dan cara pandang seseorang. Seperti halnya bahwa hukum selalu
dipandang memiliki nilai-nilai moral yang idealis yang memiliki pandangan keadilan
bisa didapat melalui penerapan hukum secara konsisten. Sehingga dengan
menerapkan hukum maka akan terbentuk di masyarakat nilai-nilai yang diinginkan
oleh hukum tersebut. Pandangan lain berpendapat bahwa hukum dipergunakan
kepada usaha untuk mencapai tujuan-tujuan serta memenuhi kebutuhan yang konkrit
dalam masyarakat. Pandangan ini memahami hukum sebagai alat untuk mengatur
masyarakat.31 Hukum yang hidup di masyarakat, tidak dapat dipandang sebagai
serangkaian kaidah atau norma, akan tetapi lebih dari itu, yaitu lebih memandang
hukum sebagai suatu sistem.
Struktur hukum memiliki pola, bentuk dan gaya yang substansinya adalah
menetapkan bagaimana orang-orang harus dan boleh berprilaku. Sedangkan budaya
hukum yang dimaksud adalah ide-ide, gagasan-gagasan, harapan dan pendapat
umum.32
Hukum yang dibuat dalam negara bertugas melindungi hak-hak dasar yang
biasa disebut sebagai hak asasi tanpa perbedaan antara satu dengan lainnya.33Dengan
hakasasi tersebut manusia dapat mengembangkan diri pribadi, peranan dan
sumbangannya bagi kesejahteraan hidup manusia.
31Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal. 53. 32
Ibid, hal. 6. 33
Pemikiran yang lebih eksplisit tentang hukum sebagai pelindung hak-hak
asasi dan kebebasan warganya, dikemukakan ole Immanuel Kant. Bagi Kant manusia
merupakan mahluk berakal dan berkehendak bebas. Negara bertugas menegakkan
hak-hak dan kebebasan warganya. Kemakmuran dan kebahagiaan rakyat
merupakantujuan negara dan hukum, oleh karena itu, hak-hak dasar itu, tidak boleh
dihalangi oleh negara.34
Menurut Fitzgerald menjelaskan teori perlindungan hukum Salmodn bahwa
hukum bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan
dalam masyarakat karena dalam suatu lalu lintas kepentingan, perlindungan terhadap
kepentingan tertentu hanya dapat dilakukan dengan cara membatasi berbagai
kepentingan di lain pihak.35 Kepentingan hukum adalah mengurusi hak dan
kepentingan manusia, sehingga hukum memiliki otoritas tertinggi untuk menentukan
kepentingan manusia yang perlu diatur dan dilindungi.36
Satjipto Rahardjo menyebutkan perlindungan hukum adalah memberikan
pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan
perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak
yang diberikan oleh hukum.37
Perlindungan hukum menurut Hadjon meliputi dua macam perlindungan
hukum bagi rakyat meliputi:
34
Ibid, hal.75
35Satjipto Rahardjo,Op.Cit, hal.53. 36Ibid, hal.69.
a. Perlindungan hukum preventif, dimana kepada rakyat diberi kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitif.
b. Perlindungan hukum represif,dimana lebih ditujukan dalam penyelesian sengketa.38
Perlindungan hukum bagi rakyat Indonesia adalah prinsip pengakuan dan
perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia yang bersumber pada Pancasila
dan prinsip Negara Hukum yang berdasarkan Pancasila. Adapun elemen dan ciri-ciri
Negara hukum pancasila ialah:
a. Keserasian hubungan antara pemerintah dengan rakyat berdasarkan asas kerukunan.
b. Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan Negara c. Prinsip penyelesian sengketa secara musyawarah dan peradilan merupakan
sarana terakhir.
d. Keseimbangan antara hak dan kewajiban.39
Berdasarkan elemen-elemen tersebut, perlindungan hukum bagi rakyat
terhadap pemerintah diarahkan kepada:
a. Usaha-usaha untuk mencegah terjadinya sengketa atau sedapat mungkin mengurangi terjadinya sengketa, dalam hubungan ini sarana perlindungan hukum preventif patut diutamakan daripada sarana perlindungan represif. b. Usaha-usaha untuk menyelesaikan sengketa antara pemerintah dan rakyat
dengan cara musyawarah.
c. Penyelesaian sengketa melalui peradilan merupakan jalan terakhir, peradilan hendaklah merupakan ultimum remedium dan peradilan bukan forum konfrontasi sehingga peradilan harus mencerminkan suasana damai dan tentram terutama melalui hubungan acaranya.40
Menurut teori pengalihan resiko (risk transfer theory) tujuan diadakan perjanjian asuransi (polis) adalah menutup semua kerugian yang diderita selaku
38
Teori Perlindungan Hukum, http://anamencoba.blogspot.com/2011/04/teori-perlindungan-hukum-dalam-melihat.html. diakses tanggal 28 Mei 2013, Pukul 09.00 Wib.
akibat dari suatu peristiwa yang bersangkutan dan yang belum dapat ditentukan
semula akan terjadi apa tidak.41
Menurut teori pengalihan resiko(risk transfer theory), tertanggung menyadari bahwa ada ancaman bahaya terhadap harta kekayaan miliknya atau terhadap
jiwanya.42 Jika bahaya tersebut terjadi terhadapnya maka kerugian yang dideritanya
sangat besar untuk ditanggung olehnya sendiri. Untuk mengurangi atau
menghilangkan beban resiko tersebut, pihak tertanggung berupaya mengalihkan
beban resiko ancaman bahaya tersebut kepada pihak lain yang bersedia dengan
membayar kontra prestasi yang disebut premi.
Asuransi atau pertanggungan di dalamnya tersirat pengertian adanya suatu resiko yang terjadinya belum dapat dipastikan, dan adanya pelimpahan tanggungjawab memikul beban resiko dari pihak yang mempunyai beban resiko tersebut kepada pihak lain yang sanggup mengambil alih tanggungjawab. Sebagai kontra prestasi dari pihak lain yang melimpahkan tanggungjawab ini, yang diwajibkan membayar sejumlah uang kepada pihak yang menerima tanggungjawab.43
Tertanggung mengadakan asuransi dengan tujuan mengalihkan resiko yang
mengancam harta kekayaan atau jiwanya.44 Dengan membayar sejumlah premi
kepada perusahaan asuransi (penanggung), sejak itu pula resiko beralih kepada
penanggung. Apabila sampai berakhirnya jangka waktu asuransi tidak terjadi
peristiwa yang merugikan, penanggung beruntung memiliki dan menikmati premi
yang telah diterimanya dari tertanggung.
41
R. Wirjono Prodjodikoro,Hukum Asuransi di Indoensia, PT. Intermasa, Jakarta, 1987, hal.4.
42
Ibid, hal.5
43Dewan Asuransi Indonesia,Perjanjian Asuransi dalam Praktek dan Penyelesaian Sengketa, Hasil Simposium tentang Hukum Asuransi, BPHN, Padang, 2008, hal.107
2. Konsepsional
Konsep adalah suatu konstruksi mental yaitu sesuatu yang dihasilkan oleh
suatu proses yang berjalan dalam pikiran penelitian untuk keperluan analitis.45 Suatu
konsep atau suatu kerangka konsepsionil pada hakekatnya merupakan suatu pengaruh
atau pedoman yang lebih konkrit dari pada tingkat teoritis yang sering kali masih
bersifat abstrak. Namun demikian kerangka konsepsionil masih juga kadang-kadang
dirasakan abstrak sehingga diperlukan defenisi-defenisi operasional yang akan dapat
dijadikan sebagai pegangan konkrit di dalam proses penelitian.
Menghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang
digunakan dalam tesis ini, berikut adalah defenisi operasional istilah tersebut.
a. Perlindungan hukum adalah memberikan perlindungan terhadap hak asasi
manusia (HAM) nasabah yang dirugikan oleh PT. Prudential Life Asurance dan
perlindungan itu diberikan kepada nasabah agar dapat menikmati semua hak-ha
yang dijanjikan dalam polis.
b. Asuransi kecelakaan adalah diadakan untuk menjamin orang mendapat ganti
kerugian akibat suatu kecelakaan (ongeval) yang mengenai badan si terjamin.46
Asuransi ini memberikan jaminan terhadap kerugian yang disebabkan oleh
kecelakaan. Kerugian timbul dari kecelakaan dapat berupa meninggal, cacat
sementara, cacat tetap, biaya pengobatan dan perawatan di rumah sakit.
45Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995, hal.7.
c. Polis adalah merupakan tanda bukti adanya perjanjian pertanggungan, tetapi
bukan merupakan unsur dari perjanjian pertanggungan.47
d. PT. Prudential Life Asurance (penanggung) adalah pihak yang menanggung
beban resiko sebagai imbalan premi yangditerimanya dari tertanggung. Jika
terjadievenemen (kejadian) yang menjadi beban penanggung, maka penanggung berkewajiban mengganti kerugian.
e. Nasabah (tertanggung) adalah pihak yang membayar premi kepada pihak
penanggung untuk melindungai diri (segi ekonomi) dari yang tidak pasti.
f. Kecelakaan merupakan peristiwa yang tidak diharapkan, terjadi secara tiba-tiba,
tidak terduga, tidak disengaja, datangnya dari luar, bersifat kekeerasan dan kasat
mata.
G. Metode Penelitian 1. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis,48 maksudnya adalah penelitian ini
merupakan penelitian yang menggambarkan, menelaah, menjelaskan serta
menganalisa permasalahan dalam perjanjian asuransi, yang dihubungkan dengan
peraturan perundang-undangan yang kemudian dilakukan analisis.
Penelitian ini merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode,
sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari suatu hukum
tertentu dengan jalan menganalisanya.49
47HMN. Poerwosutjipto.,Op.Cit, hal.62 48
Bandingkan dengan Bambang Waluyo, yang menyatakan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menuliskan tentang sesuatu hal didaerah tertentu dan pada saat tertentu. Bambang Waluyo,Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, 1996, hal. 8.
Analisis terhadap aspek hukum baik dari segi ketentuan peraturan-peraturan
yang berlaku mengenai hukum perjanjian, Hukum asuransi, serta meneliti dan
menelaah penerapan dan pelaksanaan peraturan-peraturan tersebut dalam
hubungannya dengan perjanjian asuransi.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif,50yaitu
pendekatan terhadap permasalahan, dilakukan dengan mengkaji berbagai aspek
hukum dari segi peraturan-peraturan yang berlaku mengenai perjanjian asuransi,
sehingga dapat mengimplementasikan dalam praktik di lapangan mengenai perjanjian
asuransi.
Mengambil istilah Ronald Dworkin, penelitian semacam ini juga disebut
dengan penelitian doctrinal (doctrine research) yaitu penelitian yang menganalisis
hukum, baik yang tertulis maupun tidak tertulis di dalam buku maupun hukum yang
diputuskan oleh hakim melalui proses pengadilan.51
3. Bahan Penelitian
Penelitian ini menggunakan bahan yang diperoleh dari hasil penelitian
kepustakaan. Dari penelitian kepustakaan dikumpulkan data sekunder yang meliputi
bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier.52
50Bambang Sunggono,Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo, Jakarta, 1997, hal. 37. 51
Bismar Nasution,Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum, makalah disampaikan pada dialog interaktif tentang penelitian hukum dan hasil penulisan hukum pada majalah akreditasi, Medan, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 18 Februari 2003, hal.1.
Penelitian normatif, data yang diperlukan adalah data sekunder. Data sekunder
tersebut mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, sehingga meliputi surat-surat
pribadi, buku-buku harian, sampai pada dokumen-dokumen resmi yang dikeluarkan
oleh pemerintah.53
Data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Bahan hukum primer adalah bahan-bahan hukum yang mengikat yakni norma
(dasar), peraturan dasar dan peraturan perundang-undangan yang berhubungan
dengan perjanjian asuransi.
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan tentang bahan
hukum primer antara lain: tulisan atau pendapat para ahli hukum yang berkaitan
dengan perjanjian asuransi.
c. Bahan hukum tertier adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan tentang
bahan hukum primer dan sekunder.
4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Mendapatkan hasil yang objektif dan dapat dibuktikan kebenarannya serta
dapat dipertanggungjawabkan hasilnya, maka data dalam penelitian ini diperoleh
dengan alat pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan cara yaitu:
a. Studi kepustakaan (Library research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara pengumpulan data dengan melakukan penelaahan kepada bahan pustaka
atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder
dan bahan hukum tersier.
b. Wawancara. Pedoman wawancara dengan nara sumber yang hanya berperan
sebagai informan. Wawancara dilakukan dengan berpedoman pada pertanyaan
yang telah disusun terlebih dahulu sehingga diperoleh data yang diperlukan
sebagai pendukung penelitian hukum normatif dalam penulisan tesis ini.
5. Analisis Data
Analisis data menurut Payton adalah sebuah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan kesatuan uraian dasar.54
Data sekunder yang telah diperoleh kemudian disistemasikan, diolah dan diteliti dan
dianalisis dengan metode deskriptif melalui pendekatan kualitatif.
Menurut Lexy J Moleong, analsis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan
dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya
menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan
pola, menemukan apa yang dapat diceritakan pada orang lain.55 Sehingga dapat
menggambarkan secara menyeluruh dan sistematis tentang hasil dari penelitian ini.
Dengan demikian kegiatan analisis ini diharapkan dapat menghasilkan kesimpulan
sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian.
BAB II
SISTEM PERLINDUNGAN HUKUM YANG DIBERIKAN OLEH PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE CABANG MEDAN
TERHADAP PEMEGANG POLIS ASURANSI KECELAKAAN
A. Asuransi Secara Umum 1. Pengertian Asuransi.
Setiap keputusan yang diambil manusia dalam menjalani kehidupannya selalu
dipenuhi dengan risiko. Risiko adalah kemungkinan kerugian yang akan dialami,
yang diakibatkan oleh bahaya yang mungkin terjadi, tetapi tidak diketahui lebih
dahulu apakah akan terjadi dan kapan akan terjadi.56
Asuransi dalam Bahasa Belanda disebut ”Verzekering” atau juga berarti
pertanggungan.57 Secara yuridis, pengertian asuransi atau pertanggungan menurut
Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) adalah:
Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima uang premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tentu.
Pengertian asuransi menurut Pasal 246 KUHD semata-mata mendefinisikan
mengenai asuransi kerugian, karena secara historis ketentuan-ketentuan dalam KUHD
56
Radiks Purba,Memahami Asuransi di Indonesia, Seri Umum No.10, PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta, 1992, hal. 29
kebanyakan diambil dari asuransi laut, yang merupakan asuransi kerugian, di mana
pada saat itu (tahun 1847) merupakan asuransi yang paling lengkap peraturannya.58
Berdasarkan ketentuan Pasal 246 KUH.Dagang tersebut, maka jelaslah
bahwa perjanjian asuransi digantungkan pada syarat :59
a. Peristiwa atau kejadian yang terjadi pada masa yang akan datang. b. Peristiwa atau kejadian tersebut belum pasti akan terjadi.
c. Apabila jika terjadi peristiwa atau keadaan yang tidak tentu itu terjadi, maka pihak penanggung akan membayar ganti kerugian kepada si tertanggung.
HMN. Poerwosutjipto memberikan pengertian asuransi adalah sebagai
berikut :60
Asuransi pada umumnya adalah suatu perjanjian timbal balik, dalam mana pihak penanggung dengan menerima premi mengikatkan diri untuk memberikan pembayaran pada pengambil asuransi atau orang yang ditunjuk karena terjadinya suatu pereistiwa yang belum pasti yang disebut dalam perjanjian, baik karena pengambilan asuransi atau tertunjuk menderita kerugian yang disebabkan oleh peristiwa tadi maupun karena peristiwa tadi mengenai hidup kesehatan atau validiteitseorang tertanggung.
Asuransi mempunyai tujuan untuk mengadakan jaminan bagi masyarakat
yaitu mengambil alih semua beban resiko dari tiap-tiap individu.
Pada tanggal 11 Februari 1992 pemerintah mengatur asuransi secara spesifik
dengan mengundangkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian, di mana istilah asuransi menurut Pasal 1 angka (1) adalah :
Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikat diri kepada tertanggung dengan
58Agus Prawoto., Hukum Asuransi dan Kesehatan Perusahaan Asuransi Berdasarkan Risk
Base Capital, BPFE, Yogyakarta, 2003, hal.26 59
Endang Suparman Sastrawidjaja, Hukum Asuransi, Perlindungan Tertanggung Deposito dan Usaha Perasuransian. Alumni, Bandung, 2001, hal.12.
menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan dan kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan di derita tertanggung, yang timbul dari sutu pembayaran yang didasarkan atas meninggalnya atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian hanya
mengatur mengenai usaha perasuransian saja dan bukan mengatur mengenai substansi
dari asuransi itu sendiri. Oleh karenanya dengan berlakunya Undang-Undang Nomor
2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian tidak menghapus ketentuan-ketentuan
mengenai asuransi yang diatur dalam KUHD yang dibuat pada masa Kolonial
Belanda.61
Asuransi ditinjau dari segi ekonomi adalah alat untuk mengalihkan resiko
dari seorang tertanggung kepada pihak penanggung. Sedangkan pengertian dari segi
industri asuransi adalah "suatu sarana/alat masyarakat untuk memberikan santunan
finansial terhadap akibat suatu musibah yang pembayarannya dilakukan dari dana
yang terkumpul melalui iuran(kontribusi)para pesertanya".62
Orang bersedia membayar kerugian yang sedikit untuk masa sekarang, agar
bisa menghadapi kerugian-kerugian besar yang mungkin terjadi pada waktu
mendatang.
Pengertian asuransi ini termasuk dalam kategori perikatan bersyarat
(voorwaardelijk Overeenkomst) yang berarti perjanjian asuransi digantungkan pada suatu syarat yang belum tentu terjadi Pasal 1253 KUH.Perdata yang menyebutkan
61 M. Suparman Sastrawidjadja dan Endang, Hukum Asuransi, Perlindungan Tertanggung
Asuransi Deposito, Alumni, Bandung, 1993, hal.50
bahwa suatu perikatan adalah bersyarat manakala ia digantungkan pada suatu
peristiwa yang masih akan datang dan yang masih belum tentu akan terjadi, baik
secara menanggungkan perikatan hingga terjadinya peristiwa semacam itu maupun
secara membatalkan perikatan menurut terjadi atau tidak terjadinya peristiwa
tersebut.
Dalam perjanjian asuransi peristiwa atau kejadian yang diisyaratkan atau diperjanjikan itu terjadinya harus pada masa yang akan datang yaitu pada masa setelah diikatnya perjanjian asuransi oleh penanggung dan tertanggung sampai berakhirnya jangka waktu Perjanjian asuransi tersebut. Penanggung hanya akan mengganti kerugian yang terjadi selama masih berlakunya perjanjian asuransi.63
Asuransi terhadap kepentingan yang kerugiannya telah terjadi pada saat
ditutupnya perjanjian asuransi adalah batal. Dari defenisi di atas dapat diketahui
adanya 3 (tiga) unsur penting di dalam asuransi, yaitu :64
a. Pihak pertanggung/terjamin (verzekerder) yang mempunyai kewajiban untuk membayar sejumlah uang premi kepada pihak penanggung(verzekaar)sekaligus atau dengan berangsur-angsur.
b. Pihak penanggung yang mempunyai kewajiban untuk membayar sejumlah uang
kepada pihak terjamin, sekaligus atau berangsur-angsur apabila terlaksana unsur
ketiga.
c. Suatu peristiwa atau kejadian yang semula belum jelas akan terjadi.
63
Salustra Satria, Perusahaan Asuransi Kerugian di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003, hal. 27.
Dibandingkan defenisi dalam Pasal 246 KUH Dagang dengan defenisi dalam
UU No. 2 Tahun 1992 ternyata UU No. 2 Tahun 1992 lebih luas dan lengkap. Hal ini
diuraikan sebagai berikut :
a. Defenisi Undang undang No. 2 Tahun 1992 meliputi pertanggungan kerugian dan juga pertanggungan jumlah. Pertanggungan kerugian dibuktikan oleh bagian kalimat. “penggantian karena kerugian, kerusakan, kehilangan keuntungan yang diharapkan, tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga. Pertanggungan jumlah dibuktikan oleh bagian kalimat “memberikan pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang”. b. Definisi dalam UU No. 2 Tahun1992 secara eksplisit meliputi juga
pertanggungan untuk kepentingan pihak ketiga. Hal ini terdapat dalam kalimat “tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga”, sedangkan dalam Pasal 246 KUH.Dagang tidak demikian.
c. Objek pertanggungan dalam Pasal 246 KUH.Dagang hanya meliputi benda, kepentingan yang melekat atas benda, dan sejumlah uang. Sedangkan dalam Undang-undang No. 2 Tahun 1992 selain benda, kepentingan yang melekat atas benda, sejumlah uang, juga jiwa dan raga manusia.
d. Peristiwa dalam Pasal 246 KUH Dagang hanya meliputi yang berkenan dengan objek harta kekayaan, sedangkan dalam UU No. 2 Tahun 1992 selain yang berkenanan dengan objek harta kekayaan juga yang mengenai jiwa dan raga, yaitu meninggalnya seseorang dan cacatnya raga/tubuh seseorang.65
Asuransi atau pertanggungan merupakan suatu perjanjian, maka didalamnya
paling sedikit terdapat dua pihak yang mengadakan kesepakatan. Pihak yang satu
adalah pihak yang mengalihkan risiko kepada pihak lain, yang disebut dengan
tertanggung. Sedangkan pihak yang lain adalah pihak yang menerima risiko dari
pihak tertanggung, yang disebut dengan penanggung, yaitu perusahaan asuransi.