• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KESALAHAN PENULISAN GAIRAIGO PADA PEMBELAJAR BAHASA JEPANG STUDI DESKRIPTIF PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TINGKAT III TAHUN AJARAN 2013/2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KESALAHAN PENULISAN GAIRAIGO PADA PEMBELAJAR BAHASA JEPANG STUDI DESKRIPTIF PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TINGKAT III TAHUN AJARAN 2013/2014"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KESALAHAN PENULISAN GAIRAIGO PADA

PEMBELAJAR BAHASA JEPANG

Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Tingkat III Tahun Ajaran 2013/2014

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Pendidikan Bahasa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Untuk memenuhi Persyaratan guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

TENTI JUITA PUTRI 20120560009

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA

(2)

iii ABSTRAK

Gairaigo merupakan kosakata yang istimewa, meskipun berasal dari bahasa Inggris tetapi dalam pemakaiannya harus sesuai dengan aturan-aturan yang ada di dalam bahasa Jepang termasuk tatacara pengucapan dan penulisannya. Gairaigo juga sebagai salah satu aspek pembelajaran yang harus dikuasai oleh pembelajar bahasa Jepang. Berdasarkan dari penelitian dari bahasa Jepang pendahuluan terhadap 12 objek penelitian yang merupakan mahasiswa program studi pendidikan bahasa Jepang UMY, ditemukan kesalahan pada penulisan gairaigo. Berdasarkan hasil temuan tersebut, penulis merasa perlu untuk meneliti lebih jauh tentang Analisis Kesalahan Penulisan Gairaigo Pada Pembelajar Bahasa Jepang (Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Tingkat III Tahun Ajaran 2013/2014).

Penelitian ini difokuskan pada bagaimana tipe kesalahan dan penyebab terjadinya kesalahan dalam penulisan gairaigo pada mahasiswa program studi pendidikan bahasa Jepang UMY tingkat III tahun ajaran 2013/2014. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode analisis kesalahan berdasarkan teori Richards (1985), Corder (1974), dan Tarigan (1988), dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pengambilan data dilakukan dengan teknis tes, yang menggunakan soal, serta teknik non-tes yang menggunakan angket, wawancara dan dokumentasi. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa program studi bahasa Jepang Fakultas Pendidikan Bahasa UMY tingkat III tahun ajaran 2013/2014 sebanyak 30 orang.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa kesalahan banyak terjadi karena false concepts hypothesized atau salah menghipotesiskan konsep, incomplete application of rules atau penerapan kaidah yang tidak sempurna, ignorance of rule restrictions atau ketidaktahuan akan pembatasan kaidah, dan over-generalization atau penyamarataan berlebihan. Adapun temuan yang menarik dalam penelitian ini adalah kesalahan penulisan yang banyak terjadi pada kata omelet, yang disebabkan oleh over-generalization atau penyamarataan berlebihan, dari 30 orang hanya dua orang yang menjawab benar. Sebaliknya kata yang sedikit ditemukan kesalahan adalah kata baton, dimana hanya satu orang yang menjawab salah, kesalahan tersebut disebabkan oleh incomplete application of rules atau penerapan kaidah yang tidak sempurna.

(3)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada saat seseorang mempelajari suatu bahasa asing, hal tersebut tidak

terlepas dari pengaruh budaya bahasa itu sendiri. Seiring dengan

perkembangan zaman, di dunia ini banyak terjadi persentuhan antara bahasa

yang satu dengan yang lain. Sehingga terjadi pertukaran dan penyerapan

budaya dan bahasa, dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain. Proses

penyerapan kata-kata dan istilah dari bahasa lain dimana kata-kata dan istilah

yang dipinjam dari bahasa asing dijadikan sebagai bagian dari kosakata

bahasa nasional, disebut sebagai proses peminjaman (borrowing). Dalam

bahasa Jepang, kata-kata pinjaman ini dikenal dengan istilah gairaigo (Sudjianto dan Dahidi, 2004:104).

Dahidi (2012:104) mengemukakan gairaigo adalah salah satu jenis kosakata bahasa Jepang yang berasal dari bahasa asing, yang telah

disesuaikan dengan aturan-aturan yang ada dalam bahasa Jepang. Ada yang

menyebut gairaigo dengan istilah yoogo (kata-kata yang berasal dari negara-negara barat) dan ada juga dengan istilah shakuyoogo (kata-kata pinjaman). Pada penelitian ini penulis menggunakan istilah gairaigo dikarenakan kata tersebut lebih familiar bagi pembelajar bahasa Jepang.

Meskipun gairaigo merupakan kata-kata pinjaman dari bahasa asing, namun nuansa Jepang telah dimasukkan dalam gairaigo. Sehingga gairaigo tidak dapat disamakan dengan gaikokugo (外国語/ bahasa asing). Sudjianto dan Dahidi (2004:104) menyatakan bahwa gairaigo adalah kata-kata yang berasal dari bahasa asing (gaikokugo) lalu dipakai sebagai bahasa nasional

(kokugo). Pelafalan dan penulisan gairaigo telah disesuaikan dengan kaidah bahasa Jepang sehingga gairaigo sudah merupakan bagian dari kokugo (国語/

(4)

2

Berdasarkan teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gairaigo merupakan salah satu kosakata bahasa Jepang yang telah sesuai dengan

aturan-aturan yang ada dalam bahasa Jepang lalu dipakai sebagai bahasa

nasional.

Dalam pembelajaran gairaigo erat hubungannya dengan huruf Katakana. Iwabuchi (dalam Sudjianto dan Dahidi, 2004:80-81) mengemukakan bahwa

Katakana terbentuk dari coretan-coretan yang lurus (choukusenteki). Huruf

Katakana jarang dipakai karena fungsinya berbeda dengan Hiragana. Ishida

(dalam Sudjianto dan Dahidi, 2004:83) mengemukakan bahwa Katakana

dapat dipakai untuk menuliskan kata-kata bahasa asing, kata-kata yang

tergolong onomatope (termasuk bunyi/suara tiruan benda hidup atau benda mati), nama-nama binatang dan tumbuh-tumbuhan, nama diri (koyuumeishi),

dan dapat dipakai pula terutama dengan maksud memberikan penekanan,

menarik perhatian pembaca, atau memberikan pengertian yang khusus.

Gairaigo merupakan kosakata yang istimewa, meskipun berasal dari bahasa Inggris tetapi dalam pemakaiannya harus sesuai dengan aturan-aturan

yang ada di dalam bahasa Jepang termasuk tatacara pengucapan dan

penulisannya. Gairaigo juga sebagai salah satu aspek pembelajaran yang harus dikuasai oleh pembelajar bahasa Jepang. Meskipun tidak ada mata

perkuliahan khusus mengenai gairaigo, namun gairaigo merupakan salah satu aspek pembelajaran yang penting, dikarenakan terdapat kesulitan atau

kesalahan yang sering terjadi. Hal tersebut ditemukan pada penelitian

terdahulu.

Luthfiyanti (2014:3) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis tingkat

pemahaman mahasiswa terhadap penulisan sokuon pada kosakata gairaigo yang diambil dari bahasa Inggris”. Pada penelitian tersebut, dilakukan tes

yang diberikan yaitu mengenai penulisan kosakata gairaigo yang diambil dari

bahasa Inggris dengan Katakana pada 30 mahasiswa tingkat I, II dan III

Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI dengan 10 orang setiap

tingkatnya. Soal yang diteskan sebanyak 15 soal. Berdasarkan penelitian

(5)

3

15 soal dengan benar semua, bahkan terdapat butir soal yang hanya dua orang

saja yang menjawab benar.

Contoh:

(1) クション menjadi ックション

ekushon ekkushon (2) クション menjadi アックション

ekushon akkushon

Kata aksi yang dalam bahasa Inggris menjadi action seharusnya ditulis ekushon sesuai dengan cara bacanya.

(3)ウ ッチ menjadi ウアチ

wocchi uachi (4)ウ ッチ menjadi ワーチャー

wocchi waachaa

Jam tangan yang dalam bahasa Inggris menjadi watch seharusnya ditulis wocchi sesuai dengan cara bacanya.

Sejalan dengan penelitian Luthfiyanti (2014), hasil dari tes sederhana yang

dilakukan oleh peneliti terhadap 12 objek penelitian pada mahasiswa program

studi pendidikan bahasa Jepang UMY, tanggal 17 Maret 2016. Hasilnya

menunjukkan bahwa ditemukan kesalahan pada penulisan gairaigo. Adapun bentuk tes yang diberikan yaitu mengubah kosakata bahasa Inggris match ‘pertandingan’ ke dalam bahasa Jepang. Hasil yang diperoleh yaitu 10 dari 12 objek penelitian menjawab salah. Hanya dua objek penelitian saja yang

menjawab benar yaitu dengan jawaban macchi (マ ッ チ). Berikut ini beberapa contoh bentuk kesalahan yang dilakukan objek penelitian yaitu:

(5)マッチ menjadi マーチ

macchi maachi (6)マッチ menjadi メッチ

(6)

4 (7)マッチ menjadi マチ

Macchi machi (8)マッチ menjadi マッシ―

Macchi masshii (9)マッチ menjadi メーチ

Macchi Meechi (10) マッチ menjadi マチス

macchi machisu

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merasa perlu untuk

meneliti lebih jauh tentang Analisis Kesalahan Penulisan Gairaigo Pada Pembelajar Bahasa Jepang (Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Program Studi

Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Tingkat

III Tahun Ajaran 2013/2014).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis merumuskan beberapa

masalah sebagai berikut :

a. Bagaimana tipe kesalahan yang terjadi dalam penulisan gairaigo yang berasal dari bahasa Inggris pada mahasiswa program studi pendidikan

bahasa Jepang UMY Tingkat III Tahun Ajaran 2013/2014?

b. Apa penyebab terjadinya kesalahan dalam penulisan gairaigo tersebut?

1.3 Batasan Masalah

Pada penelitian ini, peneliti hanya akan membahas mengenai tipe

kesalahan penulisan gairaigo yang berasal dari bahasa Inggris saja. Hal tersebut dikarenakan selain bahasa Inggris adalah bahasa Internasional,

(7)

5

dalam bahasa Jepang, saat ini sekitar 80% gairaigo berasal dari bahasa Inggris. Miharu (dalam Luthfiyanti, 2014:2).

Sedangkan batasan ruang lingkup yang akan diteliti yaitu kesalahan

penulisan saja.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab seluruh permasalahan yang

telah dikemukakan di atas. Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui tipe-tipe kesalahan yang terjadi dalam penulisan

gairaigo yang berasal dari bahasa Inggris pada mahasiswa program studi pendidikan bahasa Jepang UMY Tingkat III Tahun Ajaran 2013/2014.

b. Untuk mengetahui penyebab terjadinya kesalahan dalam penulisan

gairaigo tersebut.

1.5 Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan

bagi dunia kebahasaan dan kependidikan bahasa Jepang dan dapat berguna

sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi penulis, penelitian ini sangat bermanfaat untuk menambah

wawasan dan pengalaman serta memperdalam pengetahuan tentang

gairaigo.

2) Bagi pendidik, turut serta memberikan informasi terhadap kondisi

mahasiswa mengenai kemampuan penulisan gairaigo yang diambil dari

bahasa Inggris, sehingga dapat menjadi pedoman dalam pembelajaran

selanjutnya.

3) Bagi mahasiswa, dapat menjadi pedoman khususnya bagi mahasiswa

(8)

6

Yogyakarta tentang penulisan gairaigo yang diambil dari bahasa Inggris sehingga dapat menghindari kesalahan.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini mengemukakan alasan dilakukannya penelitian ini, yang

mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini penulis akan menyajikan berbagai teori menyangkut

penelitian ini, yaitu teori tentang analisis kesalahan dan teori mengenai

Gairaigo (外来語) yaitu Kata Serapan Bahasa Asing.

BAB III

METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

Pada bagian ini berisi metode penelitian dan akan disajikan tinjauan

mengenai berbagai data yang ditemukan dari buku-buku sumber berupa

penggunaan kata-kata serapan bahasa asing (gairaigo), populasi, sampel,

teknik pengumpulan data, dan teknik pengolahan data. Serta akan membahas

mengenai analisis data yang berisi hasil analisis dan interpretasi data yang

penulis peroleh dari tes, angket, dan wawancara.

BAB IV

PENUTUP

Pada bab ini penulis akan menyajikan kesimpulan dari hasil analisis dan

menjawab tujuan dari penelitian, serta saran yang ditujukan untuk perbaikan

(9)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kesalahan Berbahasa

a. Definisi Kesalahan Berbahasa

Setiap orang ketika berkomunikasi pasti pernah melakukan kesalahan.

Kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa baik secara lisan maupun

tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor penentu komunikasi atau

menyimpang dari norma kemasyarakatan dan meyimpang dari kaidah tata

bahasa (Setyawati, 2010:15). Kesalahan bahasa dianggap sebagai suatu

proses pembelajaran baik secara formal maupun non-formal.

Selanjutnya Tarigan (1988:126) menyatakan bahwa kesalahan

merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran atau tulisan para pelajar. Kesalahan tersebut merupakan bagian-bagian yang “menyimpang” dari norma baku atau norma terpilih dari performansi bahasa orang dewasa.

Istilah kesalahan berbahasa memiliki pengertian yang beragam. Untuk

membahas tentang kesalahan berbahasa. Corder (1974) menggunakan tiga

istilah untuk membatasi kesalahan berbahasa. Ketiga istilah itu memiliki

domain yang berbeda dalam memandang kesalahan berbahasa. Corder

(1974) menjelaskan:

1) Lapses

Lapses adalah kesalahan berbahasa akibat penutur beralih cara untuk menyatakan sesuatu sebelum seluruh tuturan (kalimat) selesai

dinyatakan selengkapnya. Untuk berbahasa lisan, jenis kesalahan ini

(10)

8 2) Error

Error adalah kesalahan berbahasa akibat penutur melanggar kaidah atau aturan tata bahasa (breaches of code). Kesalahan ini terjadi

akibat penutur sudah memiliki (kaidah) tata bahasa yang berbeda dari

tata bahasa yang lain, sehingga itu berdampak kekurangsempurnaan

atau ketidakmampuan penutur. Hal tersebut berimplikasi terhadap

penggunaan bahasa, terjadi kesalahan berbahasa akibat penutur

menggunakan kaidah bahasa yang salah.

3) Mistake

Mistake adalah kesalahan berbahasa akibat penutur tidak tepat dalam memilih kata atau ungkapan untuk suatu situasi tertentu.

Kesalahan ini mengacu kepada kesalahan akibat penutur tidak tepat

menggunakan kaidah yang diketahui benar, bukan karena kurangnya

penguasaan bahasa kedua (B2). Kesalahan terjadi pada produk tuturan

yang tidak benar.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

kesalahan berbahasa merupakan bagian dari suatu proses pembelajaran

bahasa. Kesalahan yang dilakukan dapat berupa ketidaksengajaan atau

ketidaktepatan (lapses atau mistake) maupun penggunaan kaidah bahasa

yang salah (error). Kesalahan berbahasa dalam pembelajaran bahasa

merupakan suatu hal yang tidak bisa kita hindari. Kesalahan yang

timbul dalam proses pembelajaran dapat dijumpai dalam beberapa

bentuk kesalahan yang berbeda, karena bentuk kesalahan yang

(11)

9 b. Perbedaan Kesalahan dan Kekeliruan

Kekeliruan pada umumnya disebabkan oleh faktor performansi. Hanya

keterbatasan dalam mengingat sesuatu atau kelupaan menyebabkan

seseorang keliru dalam melafalkan bunyi bahasa, kata, tekanan atau

kalimat. Kekeliruan ini biasanya dapat diperbaiki oleh para siswa sendiri

bila yang bersangkutan lebih sadar dan lebih berkonsentrasi. Siswa

sebenarnya sudah mengetahui sistem bahasa tersebut, namun karena suatu

hal dia lupa akan sistem itu. Jadi, kekeliruan ini agak bersifat lama.

Sebaliknya kesalahan disebabkan oleh faktor kompetensi. Artinya,

siswa memang belum memahami sistem linguistik bahasa yang

digunakannya. Kesalahan biasanya terjadi secara konsisten, jadi secara

sistematis kesalahan itu dapat berlangsung lama apabila tidak diperbaiki.

Perbedaan tersebut dapat dilihat dari tabel berikut ini:

2. Sifat Sistematis, berlaku secara

umum

5. Produk Penyimpangan kaidah bahasa Penyimpangan kaidah

(12)

10

Dapat disimpulkan bahwa kesalahan berbahasa tidak sama dengan

kekeliruan berbahasa. Kesalahan berbahasa terjadi secara sistematis

karena belum dikuasainya sistem kaidah bahasa yang bersangkutan.

Sedangkan kekeliruan berbahasa terjadi tidak secara sistematis, bukan

terjadi karena belum dikuasainya sistem kaidah bahasa yang

bersangkutan, melainkan karena kegagalan merealisasikan sistem

kaidah bahasa yang sebenarnya sudah dikuasai.

Berdasarkan pada pemerolehan data, penulis membatasi bentuk

kesalahan yang diteliti hanya bentuk mistake (kekeliruan) saja, merujuk pada pendapat Tarigan (1988) mengenai ciri-ciri kekeliruan berbahasa

yaitu kekeliruan dalam bentuk performasi, bersifat acak dan tidak

sistematis, kekeliruan terjadi secara individual, kekeliruan bersifat

temporer/sementara, dan bentuk kekeliruan berupa penyimpangan kaidah

bahasa.

c. Faktor Penyebab Terjadinya Kesalahan Berbahasa

Identifikasi dan analisis interferensi antara bahasa-bahasa yang saling

kontak, secara tradisional merupakan aspek pokok dalam menelaah

kedwibahasaan. Dalam kontak antarbahasa itu sering terjadi saling

mempengaruhi, yang mengakibatkan terjadinya kesalahan berbahasa.

Secara garis besar Richards mengatakan bahwa faktor penyebab

kesalahan berbahasa yang terjadi oleh pembelajar bahasa itu dibedakan atas: kesalahan ‘antarbahasa’ (interlanguage errors) dan kesalahan ‘intrabahasa’ (intralingual errors).

1) Kesalahan ‘antarbahasa’ interlanguage errors, yaitu kesalahan yang disebabkan oleh interferensi (B1) terhadap (B2) yang dipelajari.

Richards (1985:37) mengelompokkan faktor kesalahan antar bahasa

(13)

11

a) Transfer bahasa (language transfer) adalah interferensi dari

bahasa ibu atau B1 kepada bahasa sasaran atau B2;

b) Transfer latihan (transfer of training) adalah kesalahan yang

berkaitan dengan hakikat bahan-bahan pembelajaran bahasa

dan pendekatan-pendekatannya sendiri;

c) Siasat pembelajaran bahasa kedua (strategies of second

language learning) adalah kesalahan yang berkaitan dengan pendekatan sang pembelajar sendiri pada bahan yang

dipelajari;

d) Siasat komunikasi bahasa kedua (strategies of second

language communication) adalah kesalahan yang berkaitan dengan cara sang pembelajar berupaya berkomunikasi

dengan para penutur asli di dalam situasi pemakaian bahasa

secara alamiah;

e) Overgeneralisasi kaidah-kaidah bahasa sasaran

(over-generalization of target language linguistic material) adalah kesalahan yang berkaitan dengan cara sang pembelajar

menstrukturkan kembali (mereorganisasikan) bahan

linguistik atau materi kebahasaan.

2) Kesalahan ‘intrabahasa’ (intralingual errors) yaitu kesalahan yang

merefleksikan ciri-ciri umum kaidah yang dipelajari seperti

kesalahan generalisasi, aplikasi yang tidak sempurna terhadap

kaidah-kaidah, dan kegagalan mempelajari kondisi-kondisi penerapan kaidah. Dengan singkat, penyebab kesalahan” intrabahasa” ini adalah:

a) Penyamarataan berlebihan (Over-generalization)

Penyamarataan berlebihan atau over-generalization mencakup contoh-contoh dimana seorang pelajar menciptakan struktur yang

menyimpan berdasarkan pengalamannya mengenai

(14)

12

Contohnya: he can sings yang seharusnya he can sing

Pada umumnya, penyamarataan berlebihan (over

generalization) melibatkan penciptaan suatu struktur yang menyimpang pada tempat dua struktur yang regular. Hal ini

mungkin saja sebagai akibat upaya seorang pelajar mengurangi

beban linguistiknya. (Richards, 1985:174)

b) Ketidaktahuan akan pembatasan kaidah (ignorance of rule

restrictions)

Berkaitan erat dengan penyamarataan atau generalisasi

struktur-struktur yang menyimpang yang telah dijelaskan

sebelumnya adalah kegagalan mengamati

pembatasan-pembatasan atau restriksi-restriksi struktur-struktur yang ada,

yaitu penerapan kaidah-kaidah terhadap konteks-konteks yang

tidak menerima penerapan tersebut.

Contoh: The man who I saw him

We saw him play football and we admired

c) Penerapan kaidah yang tidak sempurna (incomplete application of

rules)

Dalam kategori ini terjadinya struktur-struktur yang

penyimpangannya menggambarkan taraf perkembangan

kaidah-kaidah yang diperlukan untuk menghasilkan ucapan-ucapan yang

berterima atau dapat diterima. Sebagai contoh: kesulitan-kesulitan

sistematis dalam penggunaan pertanyaan-pertanyaan yang dapat

diamati dengan jelas pada siswa yang mempelajari bahasa kedua

(B2). Pelajar B2 yang mungkin hanya tertarik pada komunikasi,

dapat mencapai komunikasi yang cukup efisien tanpa

memerlukan pengawasan yang lebih banyak daripada

kaidah-kaidah sederhana pemakai pertanyaan.

Contoh:

Pertanyaan guru jawaban siswa

(15)

13

What was she saying? She saying she would ask him (Richards, 1985:178)

d) Salah menghipotesiskan konsep (false concepts hypothesized)

Sebagai tambahan terhadap jajaran-kesalahan intralingual yang

telah dibahas di atas, masih terdapat sejenis kesalahan

perkembangan yang diturunkan dari pemahaman yang salah

terhadap pembedaan-pembedaan di dalam bahasa target.

Hal ini kadang-kadang berkaitan dengan gradasi hal-hal

pengajaran yang tidak selaras. Sebagai contoh, bentuk was dalam

bahasa Inggris dapat diinterpretasikan sebagai penanda atau ciri

pada masa lalu sehingga menghasilkan one day it was happened dan bentuk is mungkin dipahami sebagai yang berhubungan dengan penanda pada masa kini (sekarang) sehingga

menghasilkan he is speaks dutch. Seharusnya he speaks dutch

Contoh: farmers are went to their houses

Seharusnya Farmers went to their houses.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

terdapat beberapa faktor penyebab kesalahan diantaranya

disebabkan oleh kesalahan antarbahasa maupun kesalahan

intrabahasa. Kesalahan antarbahasa yaitu terjadi antara bahasa asli

dan bahasa serapan. Sedangkan kesalahan intrabahasa terjadi di

(16)

14 2.2 Analisis Kesalahan

a. Definisi Analisis Kesalahan

Ada beberapa pendapat mengenai definisi analisis kesalahan. Meikyo

Kokugo Jiten Analisis (分析/Bunseki) adalah sebagai berikut ini:

複雑 事柄 細 要素 分 、 性質、構造 明 哲学 、対象 表現 概念 、 構 要素 分 解明 (総合) 物質 分 検出 各

量 調べ、 組 明

Fukuzatsuna kotogara o komakana, youso ni wakete, sono seishitsu, kouzou nado o akirakani suru koto. Tetsugakude, taishou, hyougen, gainen nado o, sore o kousei suru youso ni wakete kaimei suru koto (sougou). Busshitsu no seibun o kendashite kakuryou o shirabe, sono sosei o akirakani suru koto.

Artinya, “analisis adalah suatu kegiatan menjelaskan asal mula atau struktur dari permasalahan yang rumit dengan melakukan pemilihan secara satu persatu. Dalam ilmu filsafat, analisis adalah kegiatan memilah secara satu persatu struktur daripada konsep, ungkapan atau objek guna menerangkan masalah yang ada.”

Sementara kesalahan menurut Miki (1997:4) adalah sebagai

berikut:

誤用 う い物 判断 、実 、大変微秒 物 あ 、

結果 々日本人話者 一読 、あ い 聴い 、 奇妙

感 誤用う いう

Goyou to sou denai mono to no handai ha, jitsu ha, taihen bibiyouna mono ga ari, kekka ha wareware nihonjin washa ga ichidoku shite, arui ha kiite, (kimyoudana) to kanjita mono ga goyou da to iu koto ni naru.

(17)

15

Ellis (1987:296) mengatakan analisis kesalahan adalah suatu prosedur

kerja, yang biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, yang

meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat

dalam sampel, penjelasan kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan

itu berdasarkan penyebab-penyebabnya serta pengevaluasian atau

penilaian taraf keseriusan kesalahan itu.

James (1998:5-6) juga mengemukakan bahwa analisis kesalahan

sebagai cabang dari linguistik terapan pembelajaran bahasa pertama dan

bahasa kedua/bahasa asing yang melibatkan bahasa ibu, bahasa sasaran,

dan bahasa antara-bahasa sasaran yang digunakan pembelajar. Namun, ciri

khas analisis kesalahan terletak pada pendeskripsian bahasa sasaran dan

bahasa antara termasuk analisis perbandingan diantaranya. Oleh karena itu,

pendeskripsian dan perbandingan bahasa sasaran dengan bahasa antara

termasuk dalam tahapan analisis kesalahan berbahasa.

Selanjutnya Corder (1981) dalam (Tarigan, 1988:70-72) menyatakan,

bahwa analisis kesalahan mempunyai fungsi dalam proses pembelajaran,

yaitu untuk menginvestigasi proses pembelajaran bahasa. Pada saat siswa

menganalisis kesalahan, hal tersebut jelas memberi manfaat tertentu,

karena pemahaman terhadap kesalahan itu merupakan umpan balik yang

sangat berharga bagi pengevaluasian dan perencanaan, yang diartikan

bahwa analisis kesalahan adalah suatu prosedur kerja, sebagai prosedur

kerja analisis kesalahan mempunyai langkah-langkah tertentu, yang dimaksud dengan “metodologi” analisis kesalahan. Hal tersebut mencakup pada pengumpulan data kesalahan, pengidentifikasian kesalahan dan

pengklasifikasian kesalahan, memperingkat kesalahan, menjelaskan

kesalahan, dan mengoreksi kesalahan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

analisis kesalahan adalah suatu proses penelitian yang bertujuan untuk

menganalisis kesalahan berbahasa yang digunakan oleh pembelajar bahasa

asing melalui prosedur kerja dengan menggunakan teknik penelitian

(18)

16

tersebut berdasarkan faktor penyebabnya, dan menginterpretasikan

kesalahan tersebut secara sistematis. Adapun pada penelitian ini mengacu

pada teori (Corder 1981) bahwa menyatakan, bahwa analisis kesalahan

mempunyai fungsi dalam proses pembelajaran, yaitu untuk

menginvestigasi proses pembelajaran bahasa .

b. Batasan Analisis Kesalahan

Batasan kesalahan yang harus dikoreksi menurut Hendrickson (dalam

Tarigan, 1988:194) adalah:

1) Kesalahan global, yaitu kesalahan-kesalahan yang mengganggu

komunikasi atau yang mengacaukan pemahaman sesuatu pesan.

Kesalahan-kesalahan ini mendapat prioritas pertama untuk

dikoreksi.

2) Kesalahan yang mengakibatkan salah paham, yang

mengakibatkan timbulnya reaksi-reaksi yang tidak

menguntungkan, merupakan kesalahan-kesalahan yang paling

umum, paling utama dikoreksi.

3) Kesalahan yang sering terjadi, yang mempunyai frekuensi yang

tinggi pun harus diberi prioritas utama untuk diperbaiki atau

dikoreksi.

c. Tujuan dan Manfaat Analisis Kesalahan

Analisis kesalahan merupakan suatu kegiatan yang penting dalam

pembelajaran bahasa. Analisis kesalahan dilakukan untuk mengetahui

penyimpangan apa yang terjadi pada pembelajar bahasa dan berdasarkan

temuan tersebut dicari suatu solusi agar penyimpangan tersebut tidak

(19)

17 1) Tujuan Analisis Kesalahan

Tujuan daripada analisis kesalahan dikemukakan oleh Tarigan

(2011:64) sebagai suatu cara dalam mencari umpan balik yang

dapat digunakan sebagai titik tolak perbaikan pengajaran bahasa

yang diharapkan dapat mengurangi atau mencegah kesalahan

dalam berbahasa. Dalam hal ini analisis kesalahan juga berperan

untuk menjelaskan serta menggambarkan sistem linguistik bahasa

siswa dan membandingkan dengan bahasa kedua atau bahasa target

yang dipelajari.

Menurut Tarigan (2011:69), tujuan analisis kesalahan bersifat

aplikatif dan teoretis. Tujuan aplikatif artinya mengurangi dan

memperbaiki kesalahan berbagai siswa, sedangkan dari segi tujuan

teoretis adalah mengharapkan pemerolehan bahasa siswa yang pada

gilirannya dapat memberikan pemahaman ke arah proses

pemerolehan bahasa secara umum.

2) Manfaat Analisis Kesalahan

Manfaat yang dapat diperoleh daripada analisis kesalahan juga

dipaparkan oleh Tarigan (2011) sebagai berikut ini:

a) Menentukan urutan penyajian butir-butir yang

diajarkan dalam kelas dan buku teks, misalnya urutan

mudah-sukar.

b) Menentukan urutan jenjang relatif penekanan,

penjelasan, dan latihan berbagai butir bahan yang

diajarkan.

c) Merencanakan latihan dan pengajaran remedial.

(20)

18 d. Langkah-Langkah Analisis Kesalahan

Tarigan memaparkan langkah-langkah analisis kesalahan sebagai

berikut ini:

1) Mengumpulkan data, berupa kesalahan berbahasa yang

dibuat oleh siswa, dalam penelitian ini data tersebut berupa

soal tes.

2) Mengidentifikasi dan mengklasifikasi kesalahan, yakni

mengenali dan memilah-milah kesalahan berdasarkan

kategori kebahasaan, misalnya pembentukan kata,

perubahan kata.

3) Memperingkat kesalahan, yakni mengurutkan kesalahan

berdasarkan frekuensi atau keseringan kesalahan yang

dilakukan.

4) Menjelaskan kesalahan, yakni menggambarkan letak

kesalahan, tipe kesalahan, penyebab kesalahan dan

memberikan contoh yang benar.

5) Mempekirakan atau memprediksi daerah atau butir

kebahasaan yang rawan.

6) Mengoreksi kesalahan, yakni memperbaiki dan jika dapat

menghilangkan kesalahan melalui penyusunan penulisan

yang tepat, buku pegangan yang baik dan teknik pengajaran

(21)

19 2.3 Gairaigo (外来語)

a. Definisi Gairaigo

Gairaigo adalah bahasa Jepang dari “kata serapan” atau “kata pinjaman” yang dirubah kedalam bahasa Jepang yang sesuai dengan aturan dalam

bahasa Jepang. Secara khusus, kata ini mengacu pada kata dari bahasa

asing non-kango yang kemudian dijadikan bahasa Jepang melalui penyesuaian berdasarkan aturan-aturan yang ada dalam bahasa Jepang.

Biasanya ditulis dengan huruf Katakana.

Gairaigo modern datang dari bahasa Inggris, tetapi dalam ilmu kedokteran diambil dari bahasa Jerman, bidang model/baju dari bahasa

Perancis, bidang musik dari bahasa Italia dan sebagainya, sesuai dengan

bidangnya masing-masing.

Gairaigo (外来語) merupakan istilah yang digunakan dalam bahasa Jepang untuk menyebutkan kosakata pinjaman dari bahasa asing namun

tidak termasuk kosakata pinjaman dari bahasa Cina (漢語/ kango). Kata gairaigo berasal dari kata gai (外) yang berarti luar, rai (来) yang berarti datang dan go (語) yang berarti kata, yang jika diterjemahkan secara langsung dapat diartikan sebagai kata yang datang dari luar. Ishiwata

dalam 外来語 語源/ Gairaigo no Gogen (1979: iv), menyebutkan bahwa pengertian gairaigo adalah:

外来語 外国 日本語 中 入っ 来 単語 あ いわゆ 漢語 中国 取 入 物 あ 、外来語 いっ 良い

、 い い う い 日本ほ 外来語い い いう 、特く ー

ッっ ぱ 社言語げ 日本語ほ 中 入いっ 言語げ あ

(22)

20

Gairaigo adalah kata-kata dari luar negeri yang masuk ke dalam bahasa Jepang. Apa yang disebut kango pun yang merupakan sesuatu yang diambil dari Cina, maka dapat juga disebut sebagai gairaigo, tetapi umumnya tidak demikian yang disebut sebagai gairaigo di Jepang adalah khususnya kata-kata yang berasal dari bahasa negara-negara Eropa.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

kata-kata yang termasuk gairaigo dalam bahasa Jepang pada umumnya adalah kata-kata yang berasal dari bahasa negara-negara Eropa dan negara

lainnya, sedangkan kango sudah menjadi kosakata Jepang asli yang terlebih dulu dipakai di dalam bahasa Jepang.

Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Gottlieb (2005:11),

bahwa kango berasal dari interaksi antara Jepang dengan Cina sejak abad ke-5. Panjangnya sejarah kango di Jepang mengakibatkan kebanyakan orang Jepang tidak lagi memandang kango sebagai gairaigo namun sebagai bagian dari kosakata Jepang asli. Oleh karena itu, pada

masa sekarang, yang termasuk dalam gairaigo umumya adalah kata-kata pinjaman yang berasal dari barat ataupun dari negara lain selain Cina.

Penyesuaian yang dilakukan pada gairaigo umumnya menyebabkan perubahan pada kosakata yang bersangkutan baik dari segi fonologi,

morfologi maupun semantik sehingga setelah proses penyesuaian,

kosakata gairaigo tersebut seringkali tidak bisa dimengerti oleh pengguna

bahasa asli, dalam hal ini bahasa Inggris. (Shibatani, 2001: 153).

Suzuki dalam Gottlieb (11-12) menyatakan bahwa bahasa Jepang

sekarang ini dibanjiri dengan banyak sekali kata-kata pinjaman dalam

segala bentuk yang umumnya berasal dari Inggris. Kemajuan teknologi

juga menjadi penyebab berkembangnya istilah baru yang dipinjam dari

bahasa Inggris seperti mausu (mouse), fairu (file), kurikku (click) dan sebagainya. Pelajaran bahasa resmi Inggris di sekolah-sekolah di Jepang

juga merupakan salah satu kontributor dari munculnya kata-kata pinjaman

(23)

21 b. Sejarah Gairaigo

Menurut Frellesvig (2010: 403) masuknya kata-kata pinjaman atau

gairaigo dari luar negeri ke bahasa Jepang dibagi menjadi tiga gelombang utama: (a) sebelum zaman Meiji, (b) dari zaman Meiji sampai akhir Perang

Dunia Kedua dan (c) setelah berakhirnya Perang Dunia Kedua. Kosakata

yang masuk pada dua gelombang terakhir dinilai lebih berpengaruh

terhadap bahasa Jepang zaman sekarang dibandingkan kosakata pinjaman

yang masuk ke dalam bahasa Jepang sebelum zaman Meiji, tidak termasuk

kango yang merupakan pinjaman dari bahasa Cina, masuk sebelum zaman Meiji dan tetap memiliki pengaruh dalam bahasa Jepang saat ini.

Tradisi peminjaman kosakata asing ke dalam bahasa Jepang ini dimulai

dari kontak bahasa Jepang yang paling awal dengan daratan utama Asia,

ketika kata pinjaman datang dari negara tetangga Jepang seperti: bahasa

Cina (kuni, uma), bahasa Ainu (sake, konbu), bahasa Korea (ki-sen), dan

juga dari bahasa Sansekerta yang banyak memuat istilah agama Budha,

kesa, sara, danna dan sebagainya (Miller, 1980: 237-239).

Masuknya bangsa Portugis ke Jepang pada pertengahan abad ke-16

membawa banyak kata-kata baru, dimana sebagian besar dari kata-kata

tersebut berkaitan dengan budaya dari Eropa. Beberapa kata pinjaman dari

Portugis misalnya pan (roti) dari pao, konpeitoo (manisan/permen) dari confeito, kasutera (kue sponge manis) dari castella dan yang paling terkenal adalah kata tempura (metode menggoreng makanan laut dan sayuran yang dibalut tepung) dari kata tempero yang memiliki arti ‘membumbui’ dalam bahasa aslinya. (Miller 1980: 240)

Pada masa pengisolasian Jepang dari negara-negara lain selain Belanda

yang masih diberikan izin perdagangan terbatas pada masa itu, bahasa

Belanda pun mulai masuk ke dalam bahasa Jepang. Contoh kata-kata

pinjaman dari Belanda misalnya gomu (karet) dari gom, arukoru (alkohol)

dari alkohol dan sebagainya. Kemudian pada saat Perang Dunia Kedua,

(24)

22

arubaito (kerja paruh waktu, khususnya bagi murid sekolah) dari kata arbeit. (Miller, 1980: 240-243)

Pada saat semangat nasionalisme sedang berkobar kuat pada tahun

1930-an sampai pada tahun 1945, pemakaian kata pinjaman asing dilarang

oleh pemerintah. Hal ini mengakibatkan kesulitan bagi banyak orang

Jepang, terutama mereka yang bekerja di bidang yang berhubungan

dengan teknologi. (De Mente, 2004:72).

Stanlaw (2004:69) menyatakan bahwa pada saat itu, terjadi gerakan

yang berusaha menghilangkan pengaruh asing, bahkan dalam bahasa

sekalipun, dengan cara mengganti gairaigo dengan yamato kotoba. Contohnya kata annaunsu (announcer) diganti dengan hoosoo-in (yang berarti ‘orang yang menyiarkan’).

Namun setelah perang dunia ke-2 berakhir, orang Jepang mulai kembali

memakai kata-kata pinjaman dari bahasa asing. Banyaknya orang Amerika

dan ilmuwan yang tersebar di seluruh Jepang ditambah dengan masuknya

film-film Amerika, publikasi dalam bahasa Inggris, dan pengenalan

terhadap beribu-ribu konsep yang tidak memiliki padanan kata Jepang,

maka jumlah gairaigo pun bertambah banyak dengan pesat setelah perang

usai. Bom ekonomi yang terjadi di Jepang pada tahun 1950-an dan

berlangsung selama lebih dari 30 tahun juga merupakan salah satu hal

penting yang berperan dalam bertambahnya istilah-istilah teknik yang

di-Jepang-kan dan ditambahkan ke dalam kosakata Jepang. (De Mente 2004:

72)

Menurut De Mente (2004: 72), hampir mustahil bagi orang Jepang

untuk berbicara tentang apapun selama lebih dari beberapa menit tanpa

menggunakan satu atau lebih kata-kata dari luar negeri yang telah

di-Jepang-kan. Dalam semua bidang yang berhubungan dengan bisnis, dan

terutama di bidang teknologi, orang Jepang hampir tidak bisa lepas dari

(25)

23

Merujuk pada pendapat Sudjianto dan Dahidi (2007:107) bahwa ada

beberapa alasan mengapa gairaigo banyak digunakan dalam bahasa Jepang diantaranya:

1) Kata yang diambil dari bahasa asing yang dijadikan gairaigo tersebut dianggap efektif dan efisien.

2) Tidak adanya kata dari bahasa asli untuk mendeskripsikan

sesuatu yang disebabkan oleh budaya maupun perkembangan

bahasa itu sendiri.

3) Makna yang terkandung pada suatu kata asing tersebut yang

tidak dapat diwakili oleh padanan kata yang ada pada bahasa

asli.

4) Kata asing menurut rasa bahasa dipandang mempunyai nilai rasa

yang baik dan harmonis.

5) Kata asing yang telah diubah menjadi gairaigo lebih mempunyai nilai eksistensi yang tinggi bagi pengguna bahasa

tersebut.

d. Penulisan Gairaigo

Gairaigo merupakan kata-kata pinjaman dari bahasa asing yang telah mengalami penyesuaian, salah satunya adalahnya penyesuaian dalam

penulisan. Gairaigo tidak ditulis dengan menggunakan romaji seperti dalam bahasa asalnya melainkan ditulis dengan menggunakan huruf

Katakana.

Penulisan gairaigo tentunya harus sesuai dengan aturan-aturan yang ada

di dalam bahasa Jepang termasuk dalam tatacara pengucapannya. Pada

umumnya pengucapan gairaigo sedikit berbeda dari bunyi pengucapan kata aslinya karena sudah disesuaikan dengan aturan-aturan bunyi yang

(26)

24

Aturan penulisan gairaigo menurut Sudjianto dan Dahidi (2004:107) adalah sebagai berikut:

1) Konsonan [t] dan [d] ditambahkan dengan vokal [o]

Contoh: Hint : hinto

Bed : beddo ベッ

2) Konsonan [c],[b],[g],[f],[k],[l],[m],[p], dan konsonan [s] ditambah

vokal [u]

Contoh: Post : posuto ポス

Rugby : ragubi

3) Vokal rangkap yang dalam bahasa aslinya dibaca dengan cara

dileburkan, dianggap panjang dan diganti dengan tanda setrip atau

garis panjang (―)

Contoh : Peak : piiku

Beer : biiru Leader : riidaa ー ー

4) Konsonan rangkap diganti dengan menggunakan tsu(ッ) kecil

Contoh : Dock : dokku

Rock : rokku

5) Konsonan [l] diganti [r] dan ditambahkan dengan vocal [u]

Contoh: Milk : miruku

Silver : shirubaa シ ー 6) Konsonan [v] diganti menjadi [b]

Contoh : Elevator : erebeetaa エ ベーター

Advice : adobaisu ア イス

7) Konsonan [r] yang tidak diikuti dengan huruf vokal diganti dengan tanda setrip atau garis panjang (―)

Contoh : Car : kaa カー

(27)

25

8) Konsonan [p],[t],[d],[g],[k] di belakang kata yang didahului

dengan huruf vokal dirangkapkan

Contoh : Cup : koppu コップ

Planet : puranetto プ ネッ 9) [~ture] di belakang kata ditulis [chaa / チャ―]

Contoh: Picture : pikuchaa チャー

Adventure : adobenchaa ア ベンチャー 10) [~tion] di belakang kata ditulis [shon / シ ン]

Contoh: Communication : komyunikeeshion コミュニ ーシ ン

Selain contoh dari daftar kombinasi huruf pada uraian di atas, ada

juga cara kombinasi lain yang memungkinkan pengucapan kata asing

tersebut dekat dengan bahasa asli.

Contoh :

Produser プ ューサー

Purodyuusaa

(AOTS, 2008:96)

Selain aturan penulisan berdasarkan uraian di atas, ada aturan

penulisan yang lain, contohnya pada kata event, perubahannya yaitu menjadi ibento seperti contoh berikut:

Event イベン Ibento

Kata event berubah menjadi ibento ke dalam bahasa Jepang dikarenakan perubahan yang terjadi sesuai dengan bunyi yang

(28)

26

BAB III

METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

3.1 Metode Penelitian

Sudaryanto (dalam Sutedi, 2011:53) menyatakan bahwa metode adalah

cara yang harus dilaksanakan, teknik adalah cara melaksanakan metode.

Sedangkan (Darmadi, 2013: 9) menyatakan bahwa dalam bahasa Indonesia

penelitian merupakan suatu kata yang berasal dari kata “teliti”, yang artinya

sesuatu yang dilakukan dengan cermat dan tidak sembrono atau gegabah

tetapi dilakukan dengan hati-hati. Jadi metode penelitian dapat diartikan

sebagai cara atau prosedur yang harus ditempuh untuk menjawab masalah

penelitian terebut. Prosedur ini merupakan langkah kerja yang bersifat

sistematis, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengambilan

kesimpulan.

Penelitian ini menggunakan metode analisis kesalahan, yaitu suatu

prosedur kerja yang biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa yang

meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat

dalam sampel, penjelasan kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan itu

berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian atau penilaian taraf

keseriusan kesalahan itu (Tarigan, 2011:60).

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif dan kualitatif (metode kombinasi) dengan model sequential explanatory (urutan pembuktian) yang diusulkan oleh Creswell (2009).

Pada penelitian ini, peneliti mengambil jenis metode model sequential, hal

tersebut dikarenakan penelitian ini adalah penelitian berurutan. Sedangkan

yang diambil yaitu jenis metode sequential explanatory. Dalam hal sequential,

(29)

27

kualitatif pada tahap kedua, guna memperkuat hasil penelitian kuantitatif

yang dilakukan pada tahap pertama.

Sesuai karakteristik metode kombinasi sequential explanatory, dimana pada tahap pertama penelitian menggunakan metode kuantitatif dan pada

tahap kedua menggunakan metode kualitatif. Metode kuantitatif yaitu

dilakukan dengan cara pengambilan soal tes, dan angket digunakan untuk

mencari jawaban dari rumusan masalah yaitu bagaimana tipe kesalahan yang

terjadi dalam penulisan gairaigo yang berasal dari bahasa Inggris. Sedangkan

tahap metode kualitatif yaitu dengan cara wawacara dan membuat deskripsi

tipe kesalahan dan faktor penyebab untuk mencari jawaban dari rumusan

masalah. Dengan demikian penelitian kombinasi dilakukan untuk menjawab

rumusan masalah penelitian kuantitatif dan rumusan masalah kualitatif, atau

rumusan masalah yang berbeda, tetapi saling melengkapi.

Metode dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian tersebut

diharapkan dapat mengungkapkan atau menggambarkan fenomena yang

sedang terjadi mengenai kesalahan mahasiswa dalam hal penulisan kata

serapan (gairaigo) dan dapat menganalisa kesalahan tersebut dengan objektif.

3.2 Subjek Penelitian

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2011:119).

Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa tingkat III tahun ajaran

2013/2014 Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang Universitas

(30)

28 b. Sampel

Darmadi (2013:50), menyatakan bahwa sampel adalah sebagian dari

populasi yang dijadikan objek/subjek penelitian. Sedangkan Sutedi (2011:

79) menyimpulkan bahwa sampel adalah bagian dari populasi yang

dianggap mewakili untuk dijadikan sumber data.

Sampel pada penelitian ini adalah 30 orang mahasiswa Program Studi

Pendidikan Bahasa Jepang UMY Tingkat III tahun ajaran 2013/2014,

diambil secara acak sebanyak 15 orang dari kelas A dan 15 orang dari

kelas B.

Sementara itu pengambilan sampel menggunakan teknik probability sampling dengan jenis simple random sampling. Adapun probability sampling menurut Sugiyono adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih

menjadi anggota sampel. Menurut Kerlinger (2006:188), simple random sampling adalah metode penarikan dari sebuah populasi atau semesta dengan cara tertentu sehingga setiap anggota populasi atau semesta tadi

memiliki peluang yang sama untuk terpilih atau terambil.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Data pada penelitian ini diperoleh menggunakan teknik test, teknik kuesioner (angket), teknik interview (wawancara), dan teknik dokumentasi. Teknik test digunakan untuk mencari tipe-tipe kesalahan dalam penulisan gairaigo. Sedangkan, teknik interview, kuesioner, dan dokumentasi digunakan untuk mencari penyebab terjadinya kesalahan dalam penulisan

gairaigo.

Sampel diminta untuk mengerjakan soal tes tertulis dan mengisi angket

yang telah disediakan. Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam

(31)

29

1) Menentukan subjek penelitian yaitu mahasiswa tingkat III tahun ajaran

2013/2014 Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang UMY.

2) Sampel diminta menjawab atau mengisi lembar soal mengenai kesalahan

dalam penulisan gairaigo.

3) Sampel diminta untuk mengisi angket mengenai pengalaman mempelajari

gairaigo.

4) Setelah mengisi soal dan menjawab angket, dilakukan wawancara untuk

mencari latar belakang terjadinya kesalahan.

5) Selain melakukan wawancara, dilakukan analisis dokumen hasil tes untuk

mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan menghitung peringkat kesalahan

berdasarkan tipe kesalahan yang muncul.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yaitu alat yang digunakan untuk mengumpulkan atau

menyediakan berbagai data yang diperlakukan dalam kegiatan penelitian

(Sutedi, 2011:155). Dalam penelitian ini akan digunakan dua macam

instrumen, yaitu instrumen berbentuk tes dan non-tes. Menurut Arikunto

(1998:139) tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan

untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau

bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Instrumen berbentuk tes

berupa soal tes tertulis, sedangkan instrumen yang berbentuk non-tes berupa

pedoman angket, pedoman wawancara, dan dokumen berupa deskripsi hasil

tes..

a. Tes tulis

Tes tulis berupa soal yang diberikan ini bertujuan untuk

mengetahui tingkat kemampuan mahasiswa tingkat III Program Studi

Pendidikan Bahasa Jepang UMY tahun ajaran 2013/2014 tentang

(32)

30

Materi tes yang digunakan pada penelitian ini diambil dari buku

Minna no Nihongo , Kana Nyumon, dan materi tes yang diambil dari kumpulan gairaigo yang mengacu pada buku-buku yang telah dan sedang dipelajari oleh para mahasiswa dari tingkat I, II dan III. Serta

dari sumber-sumber lain yang relevan, seperti buku panduan penulisan

Katakana dan kamus gairaigo. Tes yang disajikan kepada mahasiswa terdiri dari tes tulis, yaitu menjawab soal gairaigo dengan beberapa tipe

yang mengunakan bahasa aslinya yaitu bahasa Inggris yang kemudian

diubah kedalam huruf Katakana. Tes terdiri dari 20 soal. Setiap

responden menuliskan kosakata gairaigo yang diambil dari bahasa Inggris dengan menggunakan Katakana.

Dalam hal tertentu untuk tes yang telah disusun sesuai dengan

materi dan tujuannya agar memenuhi validitas isi dapat pula dimintakan

bantuan para ahli bidang studi untuk menelaah apakah konsep yang

diajukan telah memadai atau tidak sebagai sampel (Sudjana, 1995:13).

Oleh karena itu, untuk mendapatkan data yang akurat, peneliti

melakukan uji validitas instrumen.

1) Uji Validitas dan Realibilitas Soal Tes

Validitas dan realibilitas adalah aspek yang penting dalam

sebuah penelitian. Penelitian akan diragukan hasil penemuannya

jika alat ukur yang digunakan tidak memenuhi kedua aspek

tersebut. Dalam penelitian ini, instrumen penelitian yang diukur

validitas dan realibilitasnya adalah instrumen tes yang berupa

soal tes yang berupa tes tertulis saja. Hal ini dikarenakan

instumen non-tes yang berupa angket merupakan instrumen

pendukung.

a) Uji Validitas

Pengertian validitas menurut Sutedi (2011:157) adalah

suatu alat ukur yang berkenaan dengan ketepatannya dalam

(33)

31

mengukur tentang tingkat pemahaman penulisan. Oleh

karena itu instrumen yang digunakan harus diukur sejauh

mana instrumen tersebut dapat menunjukan tingkat

pemahaman penulisan, sesuai dengan tujuan penelitian ini.

Menurut Sutedi (2011:217-218) validitas terdiri dari

dua macam yaitu validitas eksternal dan validitas internal.

Validitas eksternal dapat disusun dengan berdasarkan pada

fakta-fakta empirik yang telah terbukti kebenaran dan

ketepatannya, sehingga bisa dilakukan dengan cara

membandingkannya dengan perangkat tes yang sudah

dianggap standar. Sedangkan validitas internal dapat diukur

dengan cara konsultasi pada pakar yang bersangkutan.

Selain itu pada penelitian ini penulis juga

menkonsultasikan instrumen tes penelitian kepada dosen

ahli untuk menilai validitas instrumen yang dipakai.

Pernyataan expert judgement dari dosen yang bersangkutan

menyatakan bahwa instrumen tes yang diberikan kepada

sampel terbukti valid.

b) Uji Reliabilitas

Menurut Darmadi (2013:109) pengertian realibilitas

instrumen menunjukan tingkat kestabilan, konsistensi,

keajegan dan atau kehandalan instrumen untuk

menggambarkan gejala seperti apa adanya. Seperti halnya

validitas, suatu instrumen harus pula memiliki syarat lain

yaitu realibilitas. Artinya suatu alat tes kapan pun dan di

mana pun digunakan akan memiliki hasil yang relatif sama,

kalaupun ada perbedaan atau perubahan tidak menunjukan

(34)

32

Pada penelitian ini realibilitas instrumen penulis telah

melalui proses expert judgement oleh dosen ahli untuk menyatakan bahwa instrumen tes yang diberikan kepada

sampel terbukti reliabel.

Kisi-kisi penulisan soal tes terlampir pada lampiran (1).

b. Angket

Menurut Sutedi (2011:164), angket merupakan salah satu

instrumen pengumpul data penelitian yang diberikan kepada responden.

Angket dalam penelitian ini merupakan pertanyaan tertulis yang

dimaksudkan untuk menggali informasi yang diperlukan untuk

memecahkan masalah penelitian ini. Faisal (dalam Sutedi, 2011:164)

mengatakan bahwa dilihat dari keleluasan responden dalam

memberikan jawabannya, angket dapat digolongkan ke dalam angket

tertutup dan angket terbuka.

Angket dalam penelitian ini berupa pertanyaan pilihan ganda dan

angket tertulis yang diberikan kepada responden untuk mengetahui

jawaban responden mengenai pemahaman, penulisan kosakata gairaigo,

dan pengalaman belajar gairaigo.

Jenis angket yang digunakan yaitu angket tertutup dan terbuka.

Angket tertutup yaitu angket yang berupa alternatif jawabannya sudah

disediakan oleh peneliti, sehingga responden tidak memiliki keleluasaan

untuk menyampaikan jawaban dari pertanyaan yang sudah diberikan

kepadanya. Sedangkan pada angket terbuka responden diberikan

keleluasaan untuk menjawabnya, karena hanya berupa daftar

pertanyaan saja (Sutedi, 2011:164). Angket terbuka bertujuan untuk

menggali informasi sedalam mungkin kepada responden, karena

responden diberikan kebebasan untuk memberikan isian sesuai dengan

(35)

33

Pada penelitian ini penulis menyajikan 15 pertanyaan pada angket

yang diberikan pada responden, yang terdiri dari 15 soal pilihan ganda

yang berupa kuesioner tertutup, sedangkan dalam 15 soal tersebut

terdapat tujuh soal tertulis yang berupa kuesioner terbuka.

Kisi-kisi penulisan angket terlampir pada lampiran (3).

c. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memastikan apakah kesalahan

tersebut merupakan error atau mistake, serta mencari latar belakang responden melakukan kesalahan tersebut.

Pedoman wawancara terlampir pada lampiran (5).

d. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan untuk mencari kaitan antara tipe kesalahan,

latar belakang, serta penyebab kesalahan. Rangkuman dari deskripsi

kesalahan berdasarkan hasil tes terlampir pada lampiran (6).

3.5 Teknik Analisis Data

Langkah-langkah analisis kesalahan yang dilakukan untuk menganalisis

data yaitu sebagai berikut ini:

a. Mengolah data hasil tes dengan ketentuan berikut:

1) Mengidentifikasi jawaban benar dan jawaban salah dari setiap

sampel.

2) Menghitung presentase kesalahan setiap soal.

3) Membuat peringkat berdasarkan presentase kesalahan terbesar

(36)

34

Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung frekuensi

dan presentase jawaban benar dan salah dengan menggunakan

rumus (Meisa, 2014:52) :

� =�

�× % Keterangan:

P = presentase frekuensi dari setiap jawaban

f = frekuansi dari setiap jawaban

x = jumlah responden

4) Membuat tabel frekuensi dan presentase kesalahan dari

masing-masing item jawaban.

b. Mengolah data hasil angket, dengan mendata variasi jawaban dari setiap

pertanyaan serta menghitung presentasenya. Penulis menganalisis data

angket yang terdiri dari 15 butir pertanyaan. 15 soal kuesioner tertutup

dengan bentuk pilihan ganda dengan tujuh soal kuesioner terbuka

dengan bentuk jawaban tertulis. Pengolahan data angket dilakukan

dengan teknik proporsional tersebut yaitu melihat presentase jumlah

jawaban responden dengan langkah-langkah sebagai berikut (Meisa,

2014:53):

1) Menjumlahkan setiap jawaban angket

2) Menyusun frekuensi jawaban

3) Membuat tabel frekuensi

4) Menghitung presentase frekuensi dari setiap jawaban dengan

mengunakan rumus:

� =�× %

Keterangan:

P = presentase frekuensi dari setiap jawaban

f = frekuansi dari setiap jawaban

(37)

35

5) Menyusun tabel frekuensi dan presentase jawaban dari tiap-tiap

jawaban

6) Menganalisis dan menginterpretasikan jawaban sampel tiap nomor

pertanyaan

c. Mengolah data hasil wawancara dan dokumen hasil tes untuk mencari

(38)

36 Soal 11 Soal 12 Soal 13 Soal 14 Soal 15 Soal 16 Soal 17 Soal 18 Soal 19 Soal 20

3.6 Analisis Data dan Hasil Penelitian

a. Presentase Kesalahan

Pada bagian ini penulis akan mendeskripsikan hasil analisis data dari

penelitian mengenai kesalahan mahasiswa dalam penulisan kosakata

gairaigo. Data diperoleh dengan menggunakan instrumen berupa tes dan non-tes yang disebarkan kepada responden tingkat III tahun ajaran

2013/2014 program studi pendidikan bahasa Jepang UMY.

Berdasarkan hasil olahan data instrumen soal yang terdiri dari 20 soal,

diperoleh hasil tes berupa 600 butir jawaban dengan jawaban benar 272

butir, jawaban salah sebanyak 310 butir, dan tidak menjawab sebanyak 18

butir. Adapun dari hasil pemeriksaan, kesalahan yang muncul dapat dilihat

pada tabel berikut ini:

(39)

37

Berdasarkan data di atas, maka dapat dipahami bahwa soal yang

memiliki presentasi kesalahan terbesar adalah soal no. 6 (omelet) dengan

presentasi sebesar 90% dan yang paling kecil adalah soal no. 7 (baton)

dengan presentasi sebesar 3%.

b. Peringkat Kesalahan

Berikut tabel peringkat kesalahan untuk keseluruhan soal:

Tabel 3.1 Peringkat Kesalahan

Peringkat No Soal

N Presentase Kesalahan

1 6 30 90%

2 16 30 80%

3 19 30 77%

4 13 30 73%

5 8 30 70%

6 15 30 70%

7 11 30 67%

8 17 30 63%

9 18 30 63%

10 9 30 60%

11 14 30 60%

12 20 30 60%

13 10 30 53%

14 12 30 43%

15 4 30 40%

16 5 30 27%

17 3 30 20%

18 1 30 7%

19 2 30 7%

(40)

38

c.

Bentuk dan Tipe Kesalahan

1) Bentuk dan Tipe Kesalahan Penulisan Kata Coin

3.2 Tabel Bentuk Kesalahan Penulisan Kata Coin

Pada soal nomor (1), didapatkan 30 jawaban, yang terdiri dari 28

jawaban benar dan 2 jawaban salah; dari 2 jawaban salah, dijumpai

2) Bentuk dan Tipe Kesalahan Penulisan Kata List

3.3 Tabel Bentuk Kesalahan Penulisan Kata List

(41)

39

salah, dijumpai dua tipe kesalahan yaitu kurang huruf dah salah

memasukkan bunyi panjang, seperti yang nampak pada contoh data

berikut:

Kurang huruf dan salah memasukkan bunyi panjang

(3) List ( ス ) --> スー Salah memasukkan bunyi panjang

(4) List ( ス ) --> ース

3) Bentuk dan Tipe Kesalahan Penulisan Kata Piano

3.4 Tabel Bentuk Kesalahan Penulisan Kata Piano

No Bentuk kesalahan

yang muncul Cara Baca

Jumlah

Responden

1 ア Hiano 1

2 ア Biano 1

3 ア Pia 1

4 ア Pia 1

5 アン Pian 1

6 プ ア Puiano 1

Pada soal nomor (3), didapatkan 30 jawaban, yang terdiri dari 24

jawaban benar dan 6 jawaban salah ; dari 6 jawaban salah, dijumpai

empat tipe kesalahan yaitu tidak ada maru, salah tanda maru menjadi

teng-teng, kurang huruf dan salah huruf menjadi プ , seperti

yang nampak pada contoh data berikut:

Tidak ada maru

(42)

40 Salah tanda maru menjadi teng-teng

(6) Piano ( ア ) --> ア Kurang huruf

(7) Piano ( ア ) --> ア Salah huruf menjadi プ (8) Piano ( ア ) --> プ ア

4) Bentuk dan Tipe Kesalahan Penulisan Kata Event

3.5 Tabel Bentuk Kesalahan Penulisan Kata Event

No Bentuk kesalahan

yang muncul Cara Baca

Jumlah

Responden

1 エベン Ebento 8

2 エ ン Epento 1

3 エ ン Efento 2

4 エ Efo 1

Pada soal nomor (4), didapatkan 30 jawaban, yang terdiri dari

18 jawaban benar dan 12 jawaban salah; dari 12 jawaban salah,

dijumpai empat bentuk kesalahan yaitu salah huruf イ menjadi エ, salah tanda teng-teng menjadi maru, huruf ベ berubah menjadi

, dan huruf ベ berubah menjadi , seperti yang nampak pada

contoh data berikut:

Salah huruf イ menjadi エ (9) Event (イベン ) --> エベン

(43)

41

5) Bentuk dan Tipe Kesalahan Penulisan Kata Opera

3.6 Tabel Bentuk Kesalahan Penulisan Kata Opera

No Bentuk kesalahan

yang muncul Cara Baca

Jumlah

Responden

1 Ohera 2

2 Hopera 3

3 ベ Obera 1

4 ップ Oppura 1

5 プ Opuera 1

Pada soal nomor (5), didapatkan 30 jawaban, yang terdiri dari

22 jawaban benar dan 8 jawaban salah ; dari 8 jawaban salah,

dijumpai enam tipe kesalahan yaitu salah huruf menjadi ,

huruf menjadi , salah tanda maru menjadi teng-teng, salah

menggunakan ッ kecil , huruf menjadi プ, dan salah huruf

menjadi プ , seperti yang nampak pada contoh data berikut:

Salah huruf menjadi

(11) Opera ( ) -->

Huruf menjadi

(12) Opera ( ) -->

Salah tanda maru menjadi teng-teng

(13) Opera ( ) --> ベ

Salah menggunakan ッ kecil dan huruf menjadi プ (14) Opera ( ) --> ップ

(44)

42

6) Bentuk dan Tipe Kesalahan Penulisan Kata Omelet

3.7 Tabel Bentuk Kesalahan Penulisan Kata Omelet

No Bentuk kesalahan

yang muncul Cara Baca

Jumlah

Responden

1 ー Omereeto 1

2 イス Omuraisu 7

3 Omereto 8

4 ー Omureeto 2

5 イ Omuraito 2

6 Homoreto 1

7 ー ー Oomereeto 1

8 Homereto 1

9 ミ Omireto 1

10 - Ooruto 1

11 Omureto 1

12 Omurato 1

Pada soal nomor (6), didapatkan 30 jawaban, yang terdiri dari 3

jawaban benar dan 27 jawaban salah ; dari 27 jawaban salah, dijumpai

sepuluh tipe kesalahan yaitu salah huruf menjadi , huruf

menjadi , huruf menjadi , huruf menjadi ス, huruf menjadi , huruf menjadi , salah bunyi panjang, menambah

huruf イ, salah huruf menjadi ミdan huruf menjadi , seperti

yang nampak pada contoh data berikut:

Salah huruf menjadi , huruf menjadi dan huruf menjadi

(16) Omelet ( ) -->

(45)

43

(17) Omelet ( ) -->

Salah bunyi panjang dan uruf menjadi

(18) Omelet ( ) --> ー ー

Menambah huruf イ, huruf menjadi , huruf menjadi , dan

huruf menjadi ス

(19) Omelet ( ) --> イス

Huruf menjadi ミ dan huruf menjadi (20) Omelet ( ) --> ミ

7) Bentuk dan Tipe Kesalahan Penulisan Kata Baton

3.8 Tabel Bentuk Kesalahan Penulisan Kata Baton

No

Bentuk kesalahan

yang muncul pada

kata Baton

Cara Baca Jumlah Responden

1 ン Paton 1

Pada soal nomor (7), didapatkan 30 jawaban, yang terdiri dari 28

jawaban benar, 1 jawaban salah, dan 1 tidak menjawab; dari 1

jawaban salah, dijumpai satu tipe kesalahan yaitu salah

menggunakan tanda teng-teng menjadi maru, seperti yang nampak

pada contoh data berikut:

Salah menggunakan tanda teng-teng menjadi maru

(46)

44

8) Bentuk dan Tipe Kesalahan Penulisan Kata Trouble

3.9 Tabel Bentuk Kesalahan Penulisan Kata Trouble

Pada soal nomor (8), didapatkan 30 jawaban, yang terdiri dari

8 jawaban benar, 21 jawaban salah dan 1 tidak menjawab; dari 21

(47)

45

menjadi , salah menggunakan bunyi panjang, salah keseluruhan

huruf, menambah huruf , kurang huruf , huruf menjadi ベ, huruf menjadi べ, huruf menjadi , huruf menjadi , huruf menjadi , dan huruf menjadi シ, seperti yang

nampak pada contoh data berikut:

Salah huruf menjadi

(22) Trouble ( ) -->

Salah menggunakan bunyi panjang

(23) Trouble ( ) --> ー Salah keseluruhan huruf

(24) Trouble ( ) --> シ ー

Menambah huruf

(25) Trouble ( ) -->

Huruf menjadi , huruf menjadi , huruf menjadi べ dan salah menggunakan bunyi panjang

(26) Trouble ( ) --> ベー Kurang huruf dan huruf menjadi

(27) Trouble ( ) --> ー

9) Bentuk dan Tipe Kesalahan Penulisan Kata Violin

3.10 Tabel Bentuk Kesalahan Penulisan Kata Violin

No Bentuk kesalahan

yang muncul Cara Baca

Jumlah

Responden

1 ン Bayorin 1

2 ン Bihorin 3

3 ン Uiorin 2

4 ン Biorin 6

(48)

46

6 ン Baoren 1

7 ン Fiorin 2

8 ー ン Biiorin 1

9 ン Buorin 1

Pada soal nomor (9), didapatkan 30 jawaban, yang terdiri dari

10 jawaban benar, 18 jawaban salah dan 2 tidak menjawab; dari 18

jawaban salah, dijumpai delapan tipe kesalahan yaitusalah huruf イ menjadi , huruf menjadi , huruf イ menjadi 、 huruf menjadi , kurang huruf イ, huruf menjadi , huruf menjadi , dan salah menggunakan bunyi panjang,

seperti yang nampak pada contoh data berikut:

Huruf イ menjadi

(28) Violin ( イ ン) --> ン Huruf menjadi dan huruf イ menjadi

(29) Violin ( イ ン) --> ン Huruf menjadi dan kurang huruf イ

(30) Violin ( イ ン) --> ン

Huruf menjadi dan kurang huruf イ (31) Violin ( イ ン) --> ン

Huruf menjadi dan kurang huruf イ

(32) Violin ( イ ン) --> ン Salah menggunakan bunyi panjang, kurang huruf イ, dan huruf

menjadi

Gambar

Tabel 2.1 Perbandingan Kesalahan dan Kekeliruan
Grafik 3.1 Presentase Kesalahan Untuk Setiap Soal
Tabel 3.1 Peringkat Kesalahan

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan Penelitian ini mendeskripsikan tingkat kesalahan mahasiswa tingkat III dan IV Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni UPI

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis akan mengidentifikasi kesalahan-kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal matematika aljabar berbasis TIMSS dan menghitung

Dapat menambah dan memperluas wawasan, khususnya bagi peneliti, serta dapat mengetahui gambaran yang jelas mengenai keterampilan menulis dan jenis kesalahan hasil

Teknik pengambilan data pada penelitian ini yaitu dengan cara merekam pelafalan sampel satu persatu ketika melafalkan soal tes yang berupa daftar kosakata dan kalimat yang berbunyi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN ~BEKIDA DAN ~NAKEREBANARANAI DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG (Studi

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesalahan apa saja yang muncul dalam penggunaan settougo Fu- dan Mu- pada mahasiswa tingkat 3 Jurusan Pendidikan

Model Pembelajaran Keterampilan Berbicara Pada Pembelajar Bahasa Jepang Tingkat Dasar Dengan Menggunakan DVD Erin Ga Chousen!. Nihongo Dekimasu (Studi Kasus di

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan beberapa masalah untuk penelitian ini yaitu kesalahan apa saja yang terjadi pada mahasiswa Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas