ANALISIS KESALAHAN PENULISAN GAIRAIGO PADA
PEMBELAJAR BAHASA JEPANG
Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Tingkat III Tahun Ajaran 2013/2014
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Pendidikan Bahasa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Untuk memenuhi Persyaratan guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
TENTI JUITA PUTRI 20120560009
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA
iii ABSTRAK
Gairaigo merupakan kosakata yang istimewa, meskipun berasal dari bahasa Inggris tetapi dalam pemakaiannya harus sesuai dengan aturan-aturan yang ada di dalam bahasa Jepang termasuk tatacara pengucapan dan penulisannya. Gairaigo juga sebagai salah satu aspek pembelajaran yang harus dikuasai oleh pembelajar bahasa Jepang. Berdasarkan dari penelitian dari bahasa Jepang pendahuluan terhadap 12 objek penelitian yang merupakan mahasiswa program studi pendidikan bahasa Jepang UMY, ditemukan kesalahan pada penulisan gairaigo. Berdasarkan hasil temuan tersebut, penulis merasa perlu untuk meneliti lebih jauh tentang Analisis Kesalahan Penulisan Gairaigo Pada Pembelajar Bahasa Jepang (Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Tingkat III Tahun Ajaran 2013/2014).
Penelitian ini difokuskan pada bagaimana tipe kesalahan dan penyebab terjadinya kesalahan dalam penulisan gairaigo pada mahasiswa program studi pendidikan bahasa Jepang UMY tingkat III tahun ajaran 2013/2014. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode analisis kesalahan berdasarkan teori Richards (1985), Corder (1974), dan Tarigan (1988), dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pengambilan data dilakukan dengan teknis tes, yang menggunakan soal, serta teknik non-tes yang menggunakan angket, wawancara dan dokumentasi. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa program studi bahasa Jepang Fakultas Pendidikan Bahasa UMY tingkat III tahun ajaran 2013/2014 sebanyak 30 orang.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa kesalahan banyak terjadi karena false concepts hypothesized atau salah menghipotesiskan konsep, incomplete application of rules atau penerapan kaidah yang tidak sempurna, ignorance of rule restrictions atau ketidaktahuan akan pembatasan kaidah, dan over-generalization atau penyamarataan berlebihan. Adapun temuan yang menarik dalam penelitian ini adalah kesalahan penulisan yang banyak terjadi pada kata omelet, yang disebabkan oleh over-generalization atau penyamarataan berlebihan, dari 30 orang hanya dua orang yang menjawab benar. Sebaliknya kata yang sedikit ditemukan kesalahan adalah kata baton, dimana hanya satu orang yang menjawab salah, kesalahan tersebut disebabkan oleh incomplete application of rules atau penerapan kaidah yang tidak sempurna.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada saat seseorang mempelajari suatu bahasa asing, hal tersebut tidak
terlepas dari pengaruh budaya bahasa itu sendiri. Seiring dengan
perkembangan zaman, di dunia ini banyak terjadi persentuhan antara bahasa
yang satu dengan yang lain. Sehingga terjadi pertukaran dan penyerapan
budaya dan bahasa, dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain. Proses
penyerapan kata-kata dan istilah dari bahasa lain dimana kata-kata dan istilah
yang dipinjam dari bahasa asing dijadikan sebagai bagian dari kosakata
bahasa nasional, disebut sebagai proses peminjaman (borrowing). Dalam
bahasa Jepang, kata-kata pinjaman ini dikenal dengan istilah gairaigo (Sudjianto dan Dahidi, 2004:104).
Dahidi (2012:104) mengemukakan gairaigo adalah salah satu jenis kosakata bahasa Jepang yang berasal dari bahasa asing, yang telah
disesuaikan dengan aturan-aturan yang ada dalam bahasa Jepang. Ada yang
menyebut gairaigo dengan istilah yoogo (kata-kata yang berasal dari negara-negara barat) dan ada juga dengan istilah shakuyoogo (kata-kata pinjaman). Pada penelitian ini penulis menggunakan istilah gairaigo dikarenakan kata tersebut lebih familiar bagi pembelajar bahasa Jepang.
Meskipun gairaigo merupakan kata-kata pinjaman dari bahasa asing, namun nuansa Jepang telah dimasukkan dalam gairaigo. Sehingga gairaigo tidak dapat disamakan dengan gaikokugo (外国語/ bahasa asing). Sudjianto dan Dahidi (2004:104) menyatakan bahwa gairaigo adalah kata-kata yang berasal dari bahasa asing (gaikokugo) lalu dipakai sebagai bahasa nasional
(kokugo). Pelafalan dan penulisan gairaigo telah disesuaikan dengan kaidah bahasa Jepang sehingga gairaigo sudah merupakan bagian dari kokugo (国語/
2
Berdasarkan teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gairaigo merupakan salah satu kosakata bahasa Jepang yang telah sesuai dengan
aturan-aturan yang ada dalam bahasa Jepang lalu dipakai sebagai bahasa
nasional.
Dalam pembelajaran gairaigo erat hubungannya dengan huruf Katakana. Iwabuchi (dalam Sudjianto dan Dahidi, 2004:80-81) mengemukakan bahwa
Katakana terbentuk dari coretan-coretan yang lurus (choukusenteki). Huruf
Katakana jarang dipakai karena fungsinya berbeda dengan Hiragana. Ishida
(dalam Sudjianto dan Dahidi, 2004:83) mengemukakan bahwa Katakana
dapat dipakai untuk menuliskan kata-kata bahasa asing, kata-kata yang
tergolong onomatope (termasuk bunyi/suara tiruan benda hidup atau benda mati), nama-nama binatang dan tumbuh-tumbuhan, nama diri (koyuumeishi),
dan dapat dipakai pula terutama dengan maksud memberikan penekanan,
menarik perhatian pembaca, atau memberikan pengertian yang khusus.
Gairaigo merupakan kosakata yang istimewa, meskipun berasal dari bahasa Inggris tetapi dalam pemakaiannya harus sesuai dengan aturan-aturan
yang ada di dalam bahasa Jepang termasuk tatacara pengucapan dan
penulisannya. Gairaigo juga sebagai salah satu aspek pembelajaran yang harus dikuasai oleh pembelajar bahasa Jepang. Meskipun tidak ada mata
perkuliahan khusus mengenai gairaigo, namun gairaigo merupakan salah satu aspek pembelajaran yang penting, dikarenakan terdapat kesulitan atau
kesalahan yang sering terjadi. Hal tersebut ditemukan pada penelitian
terdahulu.
Luthfiyanti (2014:3) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis tingkat
pemahaman mahasiswa terhadap penulisan sokuon pada kosakata gairaigo yang diambil dari bahasa Inggris”. Pada penelitian tersebut, dilakukan tes
yang diberikan yaitu mengenai penulisan kosakata gairaigo yang diambil dari
bahasa Inggris dengan Katakana pada 30 mahasiswa tingkat I, II dan III
Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI dengan 10 orang setiap
tingkatnya. Soal yang diteskan sebanyak 15 soal. Berdasarkan penelitian
3
15 soal dengan benar semua, bahkan terdapat butir soal yang hanya dua orang
saja yang menjawab benar.
Contoh:
(1) クション menjadi ックション
ekushon ekkushon (2) クション menjadi アックション
ekushon akkushon
Kata aksi yang dalam bahasa Inggris menjadi action seharusnya ditulis ekushon sesuai dengan cara bacanya.
(3)ウ ッチ menjadi ウアチ
wocchi uachi (4)ウ ッチ menjadi ワーチャー
wocchi waachaa
Jam tangan yang dalam bahasa Inggris menjadi watch seharusnya ditulis wocchi sesuai dengan cara bacanya.
Sejalan dengan penelitian Luthfiyanti (2014), hasil dari tes sederhana yang
dilakukan oleh peneliti terhadap 12 objek penelitian pada mahasiswa program
studi pendidikan bahasa Jepang UMY, tanggal 17 Maret 2016. Hasilnya
menunjukkan bahwa ditemukan kesalahan pada penulisan gairaigo. Adapun bentuk tes yang diberikan yaitu mengubah kosakata bahasa Inggris match ‘pertandingan’ ke dalam bahasa Jepang. Hasil yang diperoleh yaitu 10 dari 12 objek penelitian menjawab salah. Hanya dua objek penelitian saja yang
menjawab benar yaitu dengan jawaban macchi (マ ッ チ). Berikut ini beberapa contoh bentuk kesalahan yang dilakukan objek penelitian yaitu:
(5)マッチ menjadi マーチ
macchi maachi (6)マッチ menjadi メッチ
4 (7)マッチ menjadi マチ
Macchi machi (8)マッチ menjadi マッシ―
Macchi masshii (9)マッチ menjadi メーチ
Macchi Meechi (10) マッチ menjadi マチス
macchi machisu
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merasa perlu untuk
meneliti lebih jauh tentang Analisis Kesalahan Penulisan Gairaigo Pada Pembelajar Bahasa Jepang (Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Tingkat
III Tahun Ajaran 2013/2014).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis merumuskan beberapa
masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana tipe kesalahan yang terjadi dalam penulisan gairaigo yang berasal dari bahasa Inggris pada mahasiswa program studi pendidikan
bahasa Jepang UMY Tingkat III Tahun Ajaran 2013/2014?
b. Apa penyebab terjadinya kesalahan dalam penulisan gairaigo tersebut?
1.3 Batasan Masalah
Pada penelitian ini, peneliti hanya akan membahas mengenai tipe
kesalahan penulisan gairaigo yang berasal dari bahasa Inggris saja. Hal tersebut dikarenakan selain bahasa Inggris adalah bahasa Internasional,
5
dalam bahasa Jepang, saat ini sekitar 80% gairaigo berasal dari bahasa Inggris. Miharu (dalam Luthfiyanti, 2014:2).
Sedangkan batasan ruang lingkup yang akan diteliti yaitu kesalahan
penulisan saja.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab seluruh permasalahan yang
telah dikemukakan di atas. Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui tipe-tipe kesalahan yang terjadi dalam penulisan
gairaigo yang berasal dari bahasa Inggris pada mahasiswa program studi pendidikan bahasa Jepang UMY Tingkat III Tahun Ajaran 2013/2014.
b. Untuk mengetahui penyebab terjadinya kesalahan dalam penulisan
gairaigo tersebut.
1.5 Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan
bagi dunia kebahasaan dan kependidikan bahasa Jepang dan dapat berguna
sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi penulis, penelitian ini sangat bermanfaat untuk menambah
wawasan dan pengalaman serta memperdalam pengetahuan tentang
gairaigo.
2) Bagi pendidik, turut serta memberikan informasi terhadap kondisi
mahasiswa mengenai kemampuan penulisan gairaigo yang diambil dari
bahasa Inggris, sehingga dapat menjadi pedoman dalam pembelajaran
selanjutnya.
3) Bagi mahasiswa, dapat menjadi pedoman khususnya bagi mahasiswa
6
Yogyakarta tentang penulisan gairaigo yang diambil dari bahasa Inggris sehingga dapat menghindari kesalahan.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini mengemukakan alasan dilakukannya penelitian ini, yang
mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini penulis akan menyajikan berbagai teori menyangkut
penelitian ini, yaitu teori tentang analisis kesalahan dan teori mengenai
Gairaigo (外来語) yaitu Kata Serapan Bahasa Asing.
BAB III
METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
Pada bagian ini berisi metode penelitian dan akan disajikan tinjauan
mengenai berbagai data yang ditemukan dari buku-buku sumber berupa
penggunaan kata-kata serapan bahasa asing (gairaigo), populasi, sampel,
teknik pengumpulan data, dan teknik pengolahan data. Serta akan membahas
mengenai analisis data yang berisi hasil analisis dan interpretasi data yang
penulis peroleh dari tes, angket, dan wawancara.
BAB IV
PENUTUP
Pada bab ini penulis akan menyajikan kesimpulan dari hasil analisis dan
menjawab tujuan dari penelitian, serta saran yang ditujukan untuk perbaikan
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kesalahan Berbahasa
a. Definisi Kesalahan Berbahasa
Setiap orang ketika berkomunikasi pasti pernah melakukan kesalahan.
Kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa baik secara lisan maupun
tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor penentu komunikasi atau
menyimpang dari norma kemasyarakatan dan meyimpang dari kaidah tata
bahasa (Setyawati, 2010:15). Kesalahan bahasa dianggap sebagai suatu
proses pembelajaran baik secara formal maupun non-formal.
Selanjutnya Tarigan (1988:126) menyatakan bahwa kesalahan
merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran atau tulisan para pelajar. Kesalahan tersebut merupakan bagian-bagian yang “menyimpang” dari norma baku atau norma terpilih dari performansi bahasa orang dewasa.
Istilah kesalahan berbahasa memiliki pengertian yang beragam. Untuk
membahas tentang kesalahan berbahasa. Corder (1974) menggunakan tiga
istilah untuk membatasi kesalahan berbahasa. Ketiga istilah itu memiliki
domain yang berbeda dalam memandang kesalahan berbahasa. Corder
(1974) menjelaskan:
1) Lapses
Lapses adalah kesalahan berbahasa akibat penutur beralih cara untuk menyatakan sesuatu sebelum seluruh tuturan (kalimat) selesai
dinyatakan selengkapnya. Untuk berbahasa lisan, jenis kesalahan ini
8 2) Error
Error adalah kesalahan berbahasa akibat penutur melanggar kaidah atau aturan tata bahasa (breaches of code). Kesalahan ini terjadi
akibat penutur sudah memiliki (kaidah) tata bahasa yang berbeda dari
tata bahasa yang lain, sehingga itu berdampak kekurangsempurnaan
atau ketidakmampuan penutur. Hal tersebut berimplikasi terhadap
penggunaan bahasa, terjadi kesalahan berbahasa akibat penutur
menggunakan kaidah bahasa yang salah.
3) Mistake
Mistake adalah kesalahan berbahasa akibat penutur tidak tepat dalam memilih kata atau ungkapan untuk suatu situasi tertentu.
Kesalahan ini mengacu kepada kesalahan akibat penutur tidak tepat
menggunakan kaidah yang diketahui benar, bukan karena kurangnya
penguasaan bahasa kedua (B2). Kesalahan terjadi pada produk tuturan
yang tidak benar.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
kesalahan berbahasa merupakan bagian dari suatu proses pembelajaran
bahasa. Kesalahan yang dilakukan dapat berupa ketidaksengajaan atau
ketidaktepatan (lapses atau mistake) maupun penggunaan kaidah bahasa
yang salah (error). Kesalahan berbahasa dalam pembelajaran bahasa
merupakan suatu hal yang tidak bisa kita hindari. Kesalahan yang
timbul dalam proses pembelajaran dapat dijumpai dalam beberapa
bentuk kesalahan yang berbeda, karena bentuk kesalahan yang
9 b. Perbedaan Kesalahan dan Kekeliruan
Kekeliruan pada umumnya disebabkan oleh faktor performansi. Hanya
keterbatasan dalam mengingat sesuatu atau kelupaan menyebabkan
seseorang keliru dalam melafalkan bunyi bahasa, kata, tekanan atau
kalimat. Kekeliruan ini biasanya dapat diperbaiki oleh para siswa sendiri
bila yang bersangkutan lebih sadar dan lebih berkonsentrasi. Siswa
sebenarnya sudah mengetahui sistem bahasa tersebut, namun karena suatu
hal dia lupa akan sistem itu. Jadi, kekeliruan ini agak bersifat lama.
Sebaliknya kesalahan disebabkan oleh faktor kompetensi. Artinya,
siswa memang belum memahami sistem linguistik bahasa yang
digunakannya. Kesalahan biasanya terjadi secara konsisten, jadi secara
sistematis kesalahan itu dapat berlangsung lama apabila tidak diperbaiki.
Perbedaan tersebut dapat dilihat dari tabel berikut ini:
2. Sifat Sistematis, berlaku secara
umum
5. Produk Penyimpangan kaidah bahasa Penyimpangan kaidah
10
Dapat disimpulkan bahwa kesalahan berbahasa tidak sama dengan
kekeliruan berbahasa. Kesalahan berbahasa terjadi secara sistematis
karena belum dikuasainya sistem kaidah bahasa yang bersangkutan.
Sedangkan kekeliruan berbahasa terjadi tidak secara sistematis, bukan
terjadi karena belum dikuasainya sistem kaidah bahasa yang
bersangkutan, melainkan karena kegagalan merealisasikan sistem
kaidah bahasa yang sebenarnya sudah dikuasai.
Berdasarkan pada pemerolehan data, penulis membatasi bentuk
kesalahan yang diteliti hanya bentuk mistake (kekeliruan) saja, merujuk pada pendapat Tarigan (1988) mengenai ciri-ciri kekeliruan berbahasa
yaitu kekeliruan dalam bentuk performasi, bersifat acak dan tidak
sistematis, kekeliruan terjadi secara individual, kekeliruan bersifat
temporer/sementara, dan bentuk kekeliruan berupa penyimpangan kaidah
bahasa.
c. Faktor Penyebab Terjadinya Kesalahan Berbahasa
Identifikasi dan analisis interferensi antara bahasa-bahasa yang saling
kontak, secara tradisional merupakan aspek pokok dalam menelaah
kedwibahasaan. Dalam kontak antarbahasa itu sering terjadi saling
mempengaruhi, yang mengakibatkan terjadinya kesalahan berbahasa.
Secara garis besar Richards mengatakan bahwa faktor penyebab
kesalahan berbahasa yang terjadi oleh pembelajar bahasa itu dibedakan atas: kesalahan ‘antarbahasa’ (interlanguage errors) dan kesalahan ‘intrabahasa’ (intralingual errors).
1) Kesalahan ‘antarbahasa’ interlanguage errors, yaitu kesalahan yang disebabkan oleh interferensi (B1) terhadap (B2) yang dipelajari.
Richards (1985:37) mengelompokkan faktor kesalahan antar bahasa
11
a) Transfer bahasa (language transfer) adalah interferensi dari
bahasa ibu atau B1 kepada bahasa sasaran atau B2;
b) Transfer latihan (transfer of training) adalah kesalahan yang
berkaitan dengan hakikat bahan-bahan pembelajaran bahasa
dan pendekatan-pendekatannya sendiri;
c) Siasat pembelajaran bahasa kedua (strategies of second
language learning) adalah kesalahan yang berkaitan dengan pendekatan sang pembelajar sendiri pada bahan yang
dipelajari;
d) Siasat komunikasi bahasa kedua (strategies of second
language communication) adalah kesalahan yang berkaitan dengan cara sang pembelajar berupaya berkomunikasi
dengan para penutur asli di dalam situasi pemakaian bahasa
secara alamiah;
e) Overgeneralisasi kaidah-kaidah bahasa sasaran
(over-generalization of target language linguistic material) adalah kesalahan yang berkaitan dengan cara sang pembelajar
menstrukturkan kembali (mereorganisasikan) bahan
linguistik atau materi kebahasaan.
2) Kesalahan ‘intrabahasa’ (intralingual errors) yaitu kesalahan yang
merefleksikan ciri-ciri umum kaidah yang dipelajari seperti
kesalahan generalisasi, aplikasi yang tidak sempurna terhadap
kaidah-kaidah, dan kegagalan mempelajari kondisi-kondisi penerapan kaidah. Dengan singkat, penyebab kesalahan” intrabahasa” ini adalah:
a) Penyamarataan berlebihan (Over-generalization)
Penyamarataan berlebihan atau over-generalization mencakup contoh-contoh dimana seorang pelajar menciptakan struktur yang
menyimpan berdasarkan pengalamannya mengenai
12
Contohnya: he can sings yang seharusnya he can sing
Pada umumnya, penyamarataan berlebihan (over
generalization) melibatkan penciptaan suatu struktur yang menyimpang pada tempat dua struktur yang regular. Hal ini
mungkin saja sebagai akibat upaya seorang pelajar mengurangi
beban linguistiknya. (Richards, 1985:174)
b) Ketidaktahuan akan pembatasan kaidah (ignorance of rule
restrictions)
Berkaitan erat dengan penyamarataan atau generalisasi
struktur-struktur yang menyimpang yang telah dijelaskan
sebelumnya adalah kegagalan mengamati
pembatasan-pembatasan atau restriksi-restriksi struktur-struktur yang ada,
yaitu penerapan kaidah-kaidah terhadap konteks-konteks yang
tidak menerima penerapan tersebut.
Contoh: The man who I saw him
We saw him play football and we admired
c) Penerapan kaidah yang tidak sempurna (incomplete application of
rules)
Dalam kategori ini terjadinya struktur-struktur yang
penyimpangannya menggambarkan taraf perkembangan
kaidah-kaidah yang diperlukan untuk menghasilkan ucapan-ucapan yang
berterima atau dapat diterima. Sebagai contoh: kesulitan-kesulitan
sistematis dalam penggunaan pertanyaan-pertanyaan yang dapat
diamati dengan jelas pada siswa yang mempelajari bahasa kedua
(B2). Pelajar B2 yang mungkin hanya tertarik pada komunikasi,
dapat mencapai komunikasi yang cukup efisien tanpa
memerlukan pengawasan yang lebih banyak daripada
kaidah-kaidah sederhana pemakai pertanyaan.
Contoh:
Pertanyaan guru jawaban siswa
13
What was she saying? She saying she would ask him (Richards, 1985:178)
d) Salah menghipotesiskan konsep (false concepts hypothesized)
Sebagai tambahan terhadap jajaran-kesalahan intralingual yang
telah dibahas di atas, masih terdapat sejenis kesalahan
perkembangan yang diturunkan dari pemahaman yang salah
terhadap pembedaan-pembedaan di dalam bahasa target.
Hal ini kadang-kadang berkaitan dengan gradasi hal-hal
pengajaran yang tidak selaras. Sebagai contoh, bentuk was dalam
bahasa Inggris dapat diinterpretasikan sebagai penanda atau ciri
pada masa lalu sehingga menghasilkan one day it was happened dan bentuk is mungkin dipahami sebagai yang berhubungan dengan penanda pada masa kini (sekarang) sehingga
menghasilkan he is speaks dutch. Seharusnya he speaks dutch
Contoh: farmers are went to their houses
Seharusnya Farmers went to their houses.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat beberapa faktor penyebab kesalahan diantaranya
disebabkan oleh kesalahan antarbahasa maupun kesalahan
intrabahasa. Kesalahan antarbahasa yaitu terjadi antara bahasa asli
dan bahasa serapan. Sedangkan kesalahan intrabahasa terjadi di
14 2.2 Analisis Kesalahan
a. Definisi Analisis Kesalahan
Ada beberapa pendapat mengenai definisi analisis kesalahan. Meikyo
Kokugo Jiten Analisis (分析/Bunseki) adalah sebagai berikut ini:
複雑 事柄 細 要素 分 、 性質、構造 明 哲学 、対象 表現 概念 、 構 要素 分 解明 (総合) 物質 分 検出 各
量 調べ、 組 明
Fukuzatsuna kotogara o komakana, youso ni wakete, sono seishitsu, kouzou nado o akirakani suru koto. Tetsugakude, taishou, hyougen, gainen nado o, sore o kousei suru youso ni wakete kaimei suru koto (sougou). Busshitsu no seibun o kendashite kakuryou o shirabe, sono sosei o akirakani suru koto.
Artinya, “analisis adalah suatu kegiatan menjelaskan asal mula atau struktur dari permasalahan yang rumit dengan melakukan pemilihan secara satu persatu. Dalam ilmu filsafat, analisis adalah kegiatan memilah secara satu persatu struktur daripada konsep, ungkapan atau objek guna menerangkan masalah yang ada.”
Sementara kesalahan menurut Miki (1997:4) adalah sebagai
berikut:
誤用 う い物 判断 、実 、大変微秒 物 あ 、
結果 々日本人話者 一読 、あ い 聴い 、 奇妙
感 誤用う いう
Goyou to sou denai mono to no handai ha, jitsu ha, taihen bibiyouna mono ga ari, kekka ha wareware nihonjin washa ga ichidoku shite, arui ha kiite, (kimyoudana) to kanjita mono ga goyou da to iu koto ni naru.
15
Ellis (1987:296) mengatakan analisis kesalahan adalah suatu prosedur
kerja, yang biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, yang
meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat
dalam sampel, penjelasan kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan
itu berdasarkan penyebab-penyebabnya serta pengevaluasian atau
penilaian taraf keseriusan kesalahan itu.
James (1998:5-6) juga mengemukakan bahwa analisis kesalahan
sebagai cabang dari linguistik terapan pembelajaran bahasa pertama dan
bahasa kedua/bahasa asing yang melibatkan bahasa ibu, bahasa sasaran,
dan bahasa antara-bahasa sasaran yang digunakan pembelajar. Namun, ciri
khas analisis kesalahan terletak pada pendeskripsian bahasa sasaran dan
bahasa antara termasuk analisis perbandingan diantaranya. Oleh karena itu,
pendeskripsian dan perbandingan bahasa sasaran dengan bahasa antara
termasuk dalam tahapan analisis kesalahan berbahasa.
Selanjutnya Corder (1981) dalam (Tarigan, 1988:70-72) menyatakan,
bahwa analisis kesalahan mempunyai fungsi dalam proses pembelajaran,
yaitu untuk menginvestigasi proses pembelajaran bahasa. Pada saat siswa
menganalisis kesalahan, hal tersebut jelas memberi manfaat tertentu,
karena pemahaman terhadap kesalahan itu merupakan umpan balik yang
sangat berharga bagi pengevaluasian dan perencanaan, yang diartikan
bahwa analisis kesalahan adalah suatu prosedur kerja, sebagai prosedur
kerja analisis kesalahan mempunyai langkah-langkah tertentu, yang dimaksud dengan “metodologi” analisis kesalahan. Hal tersebut mencakup pada pengumpulan data kesalahan, pengidentifikasian kesalahan dan
pengklasifikasian kesalahan, memperingkat kesalahan, menjelaskan
kesalahan, dan mengoreksi kesalahan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
analisis kesalahan adalah suatu proses penelitian yang bertujuan untuk
menganalisis kesalahan berbahasa yang digunakan oleh pembelajar bahasa
asing melalui prosedur kerja dengan menggunakan teknik penelitian
16
tersebut berdasarkan faktor penyebabnya, dan menginterpretasikan
kesalahan tersebut secara sistematis. Adapun pada penelitian ini mengacu
pada teori (Corder 1981) bahwa menyatakan, bahwa analisis kesalahan
mempunyai fungsi dalam proses pembelajaran, yaitu untuk
menginvestigasi proses pembelajaran bahasa .
b. Batasan Analisis Kesalahan
Batasan kesalahan yang harus dikoreksi menurut Hendrickson (dalam
Tarigan, 1988:194) adalah:
1) Kesalahan global, yaitu kesalahan-kesalahan yang mengganggu
komunikasi atau yang mengacaukan pemahaman sesuatu pesan.
Kesalahan-kesalahan ini mendapat prioritas pertama untuk
dikoreksi.
2) Kesalahan yang mengakibatkan salah paham, yang
mengakibatkan timbulnya reaksi-reaksi yang tidak
menguntungkan, merupakan kesalahan-kesalahan yang paling
umum, paling utama dikoreksi.
3) Kesalahan yang sering terjadi, yang mempunyai frekuensi yang
tinggi pun harus diberi prioritas utama untuk diperbaiki atau
dikoreksi.
c. Tujuan dan Manfaat Analisis Kesalahan
Analisis kesalahan merupakan suatu kegiatan yang penting dalam
pembelajaran bahasa. Analisis kesalahan dilakukan untuk mengetahui
penyimpangan apa yang terjadi pada pembelajar bahasa dan berdasarkan
temuan tersebut dicari suatu solusi agar penyimpangan tersebut tidak
17 1) Tujuan Analisis Kesalahan
Tujuan daripada analisis kesalahan dikemukakan oleh Tarigan
(2011:64) sebagai suatu cara dalam mencari umpan balik yang
dapat digunakan sebagai titik tolak perbaikan pengajaran bahasa
yang diharapkan dapat mengurangi atau mencegah kesalahan
dalam berbahasa. Dalam hal ini analisis kesalahan juga berperan
untuk menjelaskan serta menggambarkan sistem linguistik bahasa
siswa dan membandingkan dengan bahasa kedua atau bahasa target
yang dipelajari.
Menurut Tarigan (2011:69), tujuan analisis kesalahan bersifat
aplikatif dan teoretis. Tujuan aplikatif artinya mengurangi dan
memperbaiki kesalahan berbagai siswa, sedangkan dari segi tujuan
teoretis adalah mengharapkan pemerolehan bahasa siswa yang pada
gilirannya dapat memberikan pemahaman ke arah proses
pemerolehan bahasa secara umum.
2) Manfaat Analisis Kesalahan
Manfaat yang dapat diperoleh daripada analisis kesalahan juga
dipaparkan oleh Tarigan (2011) sebagai berikut ini:
a) Menentukan urutan penyajian butir-butir yang
diajarkan dalam kelas dan buku teks, misalnya urutan
mudah-sukar.
b) Menentukan urutan jenjang relatif penekanan,
penjelasan, dan latihan berbagai butir bahan yang
diajarkan.
c) Merencanakan latihan dan pengajaran remedial.
18 d. Langkah-Langkah Analisis Kesalahan
Tarigan memaparkan langkah-langkah analisis kesalahan sebagai
berikut ini:
1) Mengumpulkan data, berupa kesalahan berbahasa yang
dibuat oleh siswa, dalam penelitian ini data tersebut berupa
soal tes.
2) Mengidentifikasi dan mengklasifikasi kesalahan, yakni
mengenali dan memilah-milah kesalahan berdasarkan
kategori kebahasaan, misalnya pembentukan kata,
perubahan kata.
3) Memperingkat kesalahan, yakni mengurutkan kesalahan
berdasarkan frekuensi atau keseringan kesalahan yang
dilakukan.
4) Menjelaskan kesalahan, yakni menggambarkan letak
kesalahan, tipe kesalahan, penyebab kesalahan dan
memberikan contoh yang benar.
5) Mempekirakan atau memprediksi daerah atau butir
kebahasaan yang rawan.
6) Mengoreksi kesalahan, yakni memperbaiki dan jika dapat
menghilangkan kesalahan melalui penyusunan penulisan
yang tepat, buku pegangan yang baik dan teknik pengajaran
19 2.3 Gairaigo (外来語)
a. Definisi Gairaigo
Gairaigo adalah bahasa Jepang dari “kata serapan” atau “kata pinjaman” yang dirubah kedalam bahasa Jepang yang sesuai dengan aturan dalam
bahasa Jepang. Secara khusus, kata ini mengacu pada kata dari bahasa
asing non-kango yang kemudian dijadikan bahasa Jepang melalui penyesuaian berdasarkan aturan-aturan yang ada dalam bahasa Jepang.
Biasanya ditulis dengan huruf Katakana.
Gairaigo modern datang dari bahasa Inggris, tetapi dalam ilmu kedokteran diambil dari bahasa Jerman, bidang model/baju dari bahasa
Perancis, bidang musik dari bahasa Italia dan sebagainya, sesuai dengan
bidangnya masing-masing.
Gairaigo (外来語) merupakan istilah yang digunakan dalam bahasa Jepang untuk menyebutkan kosakata pinjaman dari bahasa asing namun
tidak termasuk kosakata pinjaman dari bahasa Cina (漢語/ kango). Kata gairaigo berasal dari kata gai (外) yang berarti luar, rai (来) yang berarti datang dan go (語) yang berarti kata, yang jika diterjemahkan secara langsung dapat diartikan sebagai kata yang datang dari luar. Ishiwata
dalam 外来語 語源/ Gairaigo no Gogen (1979: iv), menyebutkan bahwa pengertian gairaigo adalah:
外来語 外国 日本語 中 入っ 来 単語 あ いわゆ 漢語 中国 取 入 物 あ 、外来語 いっ 良い
、 い い う い 日本ほ 外来語い い いう 、特く ー
ッっ ぱ 社言語げ 日本語ほ 中 入いっ 言語げ あ
20
Gairaigo adalah kata-kata dari luar negeri yang masuk ke dalam bahasa Jepang. Apa yang disebut kango pun yang merupakan sesuatu yang diambil dari Cina, maka dapat juga disebut sebagai gairaigo, tetapi umumnya tidak demikian yang disebut sebagai gairaigo di Jepang adalah khususnya kata-kata yang berasal dari bahasa negara-negara Eropa.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
kata-kata yang termasuk gairaigo dalam bahasa Jepang pada umumnya adalah kata-kata yang berasal dari bahasa negara-negara Eropa dan negara
lainnya, sedangkan kango sudah menjadi kosakata Jepang asli yang terlebih dulu dipakai di dalam bahasa Jepang.
Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Gottlieb (2005:11),
bahwa kango berasal dari interaksi antara Jepang dengan Cina sejak abad ke-5. Panjangnya sejarah kango di Jepang mengakibatkan kebanyakan orang Jepang tidak lagi memandang kango sebagai gairaigo namun sebagai bagian dari kosakata Jepang asli. Oleh karena itu, pada
masa sekarang, yang termasuk dalam gairaigo umumya adalah kata-kata pinjaman yang berasal dari barat ataupun dari negara lain selain Cina.
Penyesuaian yang dilakukan pada gairaigo umumnya menyebabkan perubahan pada kosakata yang bersangkutan baik dari segi fonologi,
morfologi maupun semantik sehingga setelah proses penyesuaian,
kosakata gairaigo tersebut seringkali tidak bisa dimengerti oleh pengguna
bahasa asli, dalam hal ini bahasa Inggris. (Shibatani, 2001: 153).
Suzuki dalam Gottlieb (11-12) menyatakan bahwa bahasa Jepang
sekarang ini dibanjiri dengan banyak sekali kata-kata pinjaman dalam
segala bentuk yang umumnya berasal dari Inggris. Kemajuan teknologi
juga menjadi penyebab berkembangnya istilah baru yang dipinjam dari
bahasa Inggris seperti mausu (mouse), fairu (file), kurikku (click) dan sebagainya. Pelajaran bahasa resmi Inggris di sekolah-sekolah di Jepang
juga merupakan salah satu kontributor dari munculnya kata-kata pinjaman
21 b. Sejarah Gairaigo
Menurut Frellesvig (2010: 403) masuknya kata-kata pinjaman atau
gairaigo dari luar negeri ke bahasa Jepang dibagi menjadi tiga gelombang utama: (a) sebelum zaman Meiji, (b) dari zaman Meiji sampai akhir Perang
Dunia Kedua dan (c) setelah berakhirnya Perang Dunia Kedua. Kosakata
yang masuk pada dua gelombang terakhir dinilai lebih berpengaruh
terhadap bahasa Jepang zaman sekarang dibandingkan kosakata pinjaman
yang masuk ke dalam bahasa Jepang sebelum zaman Meiji, tidak termasuk
kango yang merupakan pinjaman dari bahasa Cina, masuk sebelum zaman Meiji dan tetap memiliki pengaruh dalam bahasa Jepang saat ini.
Tradisi peminjaman kosakata asing ke dalam bahasa Jepang ini dimulai
dari kontak bahasa Jepang yang paling awal dengan daratan utama Asia,
ketika kata pinjaman datang dari negara tetangga Jepang seperti: bahasa
Cina (kuni, uma), bahasa Ainu (sake, konbu), bahasa Korea (ki-sen), dan
juga dari bahasa Sansekerta yang banyak memuat istilah agama Budha,
kesa, sara, danna dan sebagainya (Miller, 1980: 237-239).
Masuknya bangsa Portugis ke Jepang pada pertengahan abad ke-16
membawa banyak kata-kata baru, dimana sebagian besar dari kata-kata
tersebut berkaitan dengan budaya dari Eropa. Beberapa kata pinjaman dari
Portugis misalnya pan (roti) dari pao, konpeitoo (manisan/permen) dari confeito, kasutera (kue sponge manis) dari castella dan yang paling terkenal adalah kata tempura (metode menggoreng makanan laut dan sayuran yang dibalut tepung) dari kata tempero yang memiliki arti ‘membumbui’ dalam bahasa aslinya. (Miller 1980: 240)
Pada masa pengisolasian Jepang dari negara-negara lain selain Belanda
yang masih diberikan izin perdagangan terbatas pada masa itu, bahasa
Belanda pun mulai masuk ke dalam bahasa Jepang. Contoh kata-kata
pinjaman dari Belanda misalnya gomu (karet) dari gom, arukoru (alkohol)
dari alkohol dan sebagainya. Kemudian pada saat Perang Dunia Kedua,
22
arubaito (kerja paruh waktu, khususnya bagi murid sekolah) dari kata arbeit. (Miller, 1980: 240-243)
Pada saat semangat nasionalisme sedang berkobar kuat pada tahun
1930-an sampai pada tahun 1945, pemakaian kata pinjaman asing dilarang
oleh pemerintah. Hal ini mengakibatkan kesulitan bagi banyak orang
Jepang, terutama mereka yang bekerja di bidang yang berhubungan
dengan teknologi. (De Mente, 2004:72).
Stanlaw (2004:69) menyatakan bahwa pada saat itu, terjadi gerakan
yang berusaha menghilangkan pengaruh asing, bahkan dalam bahasa
sekalipun, dengan cara mengganti gairaigo dengan yamato kotoba. Contohnya kata annaunsu (announcer) diganti dengan hoosoo-in (yang berarti ‘orang yang menyiarkan’).
Namun setelah perang dunia ke-2 berakhir, orang Jepang mulai kembali
memakai kata-kata pinjaman dari bahasa asing. Banyaknya orang Amerika
dan ilmuwan yang tersebar di seluruh Jepang ditambah dengan masuknya
film-film Amerika, publikasi dalam bahasa Inggris, dan pengenalan
terhadap beribu-ribu konsep yang tidak memiliki padanan kata Jepang,
maka jumlah gairaigo pun bertambah banyak dengan pesat setelah perang
usai. Bom ekonomi yang terjadi di Jepang pada tahun 1950-an dan
berlangsung selama lebih dari 30 tahun juga merupakan salah satu hal
penting yang berperan dalam bertambahnya istilah-istilah teknik yang
di-Jepang-kan dan ditambahkan ke dalam kosakata Jepang. (De Mente 2004:
72)
Menurut De Mente (2004: 72), hampir mustahil bagi orang Jepang
untuk berbicara tentang apapun selama lebih dari beberapa menit tanpa
menggunakan satu atau lebih kata-kata dari luar negeri yang telah
di-Jepang-kan. Dalam semua bidang yang berhubungan dengan bisnis, dan
terutama di bidang teknologi, orang Jepang hampir tidak bisa lepas dari
23
Merujuk pada pendapat Sudjianto dan Dahidi (2007:107) bahwa ada
beberapa alasan mengapa gairaigo banyak digunakan dalam bahasa Jepang diantaranya:
1) Kata yang diambil dari bahasa asing yang dijadikan gairaigo tersebut dianggap efektif dan efisien.
2) Tidak adanya kata dari bahasa asli untuk mendeskripsikan
sesuatu yang disebabkan oleh budaya maupun perkembangan
bahasa itu sendiri.
3) Makna yang terkandung pada suatu kata asing tersebut yang
tidak dapat diwakili oleh padanan kata yang ada pada bahasa
asli.
4) Kata asing menurut rasa bahasa dipandang mempunyai nilai rasa
yang baik dan harmonis.
5) Kata asing yang telah diubah menjadi gairaigo lebih mempunyai nilai eksistensi yang tinggi bagi pengguna bahasa
tersebut.
d. Penulisan Gairaigo
Gairaigo merupakan kata-kata pinjaman dari bahasa asing yang telah mengalami penyesuaian, salah satunya adalahnya penyesuaian dalam
penulisan. Gairaigo tidak ditulis dengan menggunakan romaji seperti dalam bahasa asalnya melainkan ditulis dengan menggunakan huruf
Katakana.
Penulisan gairaigo tentunya harus sesuai dengan aturan-aturan yang ada
di dalam bahasa Jepang termasuk dalam tatacara pengucapannya. Pada
umumnya pengucapan gairaigo sedikit berbeda dari bunyi pengucapan kata aslinya karena sudah disesuaikan dengan aturan-aturan bunyi yang
24
Aturan penulisan gairaigo menurut Sudjianto dan Dahidi (2004:107) adalah sebagai berikut:
1) Konsonan [t] dan [d] ditambahkan dengan vokal [o]
Contoh: Hint : hinto ン
Bed : beddo ベッ
2) Konsonan [c],[b],[g],[f],[k],[l],[m],[p], dan konsonan [s] ditambah
vokal [u]
Contoh: Post : posuto ポス
Rugby : ragubi
3) Vokal rangkap yang dalam bahasa aslinya dibaca dengan cara
dileburkan, dianggap panjang dan diganti dengan tanda setrip atau
garis panjang (―)
Contoh : Peak : piiku ー
Beer : biiru ー Leader : riidaa ー ー
4) Konsonan rangkap diganti dengan menggunakan tsu(ッ) kecil
Contoh : Dock : dokku ッ
Rock : rokku ッ
5) Konsonan [l] diganti [r] dan ditambahkan dengan vocal [u]
Contoh: Milk : miruku ミ
Silver : shirubaa シ ー 6) Konsonan [v] diganti menjadi [b]
Contoh : Elevator : erebeetaa エ ベーター
Advice : adobaisu ア イス
7) Konsonan [r] yang tidak diikuti dengan huruf vokal diganti dengan tanda setrip atau garis panjang (―)
Contoh : Car : kaa カー
25
8) Konsonan [p],[t],[d],[g],[k] di belakang kata yang didahului
dengan huruf vokal dirangkapkan
Contoh : Cup : koppu コップ
Planet : puranetto プ ネッ 9) [~ture] di belakang kata ditulis [chaa / チャ―]
Contoh: Picture : pikuchaa チャー
Adventure : adobenchaa ア ベンチャー 10) [~tion] di belakang kata ditulis [shon / シ ン]
Contoh: Communication : komyunikeeshion コミュニ ーシ ン
Selain contoh dari daftar kombinasi huruf pada uraian di atas, ada
juga cara kombinasi lain yang memungkinkan pengucapan kata asing
tersebut dekat dengan bahasa asli.
Contoh :
Produser プ ューサー
Purodyuusaa
(AOTS, 2008:96)
Selain aturan penulisan berdasarkan uraian di atas, ada aturan
penulisan yang lain, contohnya pada kata event, perubahannya yaitu menjadi ibento seperti contoh berikut:
Event イベン Ibento
Kata event berubah menjadi ibento ke dalam bahasa Jepang dikarenakan perubahan yang terjadi sesuai dengan bunyi yang
26
BAB III
METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
3.1 Metode Penelitian
Sudaryanto (dalam Sutedi, 2011:53) menyatakan bahwa metode adalah
cara yang harus dilaksanakan, teknik adalah cara melaksanakan metode.
Sedangkan (Darmadi, 2013: 9) menyatakan bahwa dalam bahasa Indonesia
penelitian merupakan suatu kata yang berasal dari kata “teliti”, yang artinya
sesuatu yang dilakukan dengan cermat dan tidak sembrono atau gegabah
tetapi dilakukan dengan hati-hati. Jadi metode penelitian dapat diartikan
sebagai cara atau prosedur yang harus ditempuh untuk menjawab masalah
penelitian terebut. Prosedur ini merupakan langkah kerja yang bersifat
sistematis, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengambilan
kesimpulan.
Penelitian ini menggunakan metode analisis kesalahan, yaitu suatu
prosedur kerja yang biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa yang
meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat
dalam sampel, penjelasan kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan itu
berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian atau penilaian taraf
keseriusan kesalahan itu (Tarigan, 2011:60).
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif dan kualitatif (metode kombinasi) dengan model sequential explanatory (urutan pembuktian) yang diusulkan oleh Creswell (2009).
Pada penelitian ini, peneliti mengambil jenis metode model sequential, hal
tersebut dikarenakan penelitian ini adalah penelitian berurutan. Sedangkan
yang diambil yaitu jenis metode sequential explanatory. Dalam hal sequential,
27
kualitatif pada tahap kedua, guna memperkuat hasil penelitian kuantitatif
yang dilakukan pada tahap pertama.
Sesuai karakteristik metode kombinasi sequential explanatory, dimana pada tahap pertama penelitian menggunakan metode kuantitatif dan pada
tahap kedua menggunakan metode kualitatif. Metode kuantitatif yaitu
dilakukan dengan cara pengambilan soal tes, dan angket digunakan untuk
mencari jawaban dari rumusan masalah yaitu bagaimana tipe kesalahan yang
terjadi dalam penulisan gairaigo yang berasal dari bahasa Inggris. Sedangkan
tahap metode kualitatif yaitu dengan cara wawacara dan membuat deskripsi
tipe kesalahan dan faktor penyebab untuk mencari jawaban dari rumusan
masalah. Dengan demikian penelitian kombinasi dilakukan untuk menjawab
rumusan masalah penelitian kuantitatif dan rumusan masalah kualitatif, atau
rumusan masalah yang berbeda, tetapi saling melengkapi.
Metode dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian tersebut
diharapkan dapat mengungkapkan atau menggambarkan fenomena yang
sedang terjadi mengenai kesalahan mahasiswa dalam hal penulisan kata
serapan (gairaigo) dan dapat menganalisa kesalahan tersebut dengan objektif.
3.2 Subjek Penelitian
a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2011:119).
Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa tingkat III tahun ajaran
2013/2014 Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang Universitas
28 b. Sampel
Darmadi (2013:50), menyatakan bahwa sampel adalah sebagian dari
populasi yang dijadikan objek/subjek penelitian. Sedangkan Sutedi (2011:
79) menyimpulkan bahwa sampel adalah bagian dari populasi yang
dianggap mewakili untuk dijadikan sumber data.
Sampel pada penelitian ini adalah 30 orang mahasiswa Program Studi
Pendidikan Bahasa Jepang UMY Tingkat III tahun ajaran 2013/2014,
diambil secara acak sebanyak 15 orang dari kelas A dan 15 orang dari
kelas B.
Sementara itu pengambilan sampel menggunakan teknik probability sampling dengan jenis simple random sampling. Adapun probability sampling menurut Sugiyono adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih
menjadi anggota sampel. Menurut Kerlinger (2006:188), simple random sampling adalah metode penarikan dari sebuah populasi atau semesta dengan cara tertentu sehingga setiap anggota populasi atau semesta tadi
memiliki peluang yang sama untuk terpilih atau terambil.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Data pada penelitian ini diperoleh menggunakan teknik test, teknik kuesioner (angket), teknik interview (wawancara), dan teknik dokumentasi. Teknik test digunakan untuk mencari tipe-tipe kesalahan dalam penulisan gairaigo. Sedangkan, teknik interview, kuesioner, dan dokumentasi digunakan untuk mencari penyebab terjadinya kesalahan dalam penulisan
gairaigo.
Sampel diminta untuk mengerjakan soal tes tertulis dan mengisi angket
yang telah disediakan. Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam
29
1) Menentukan subjek penelitian yaitu mahasiswa tingkat III tahun ajaran
2013/2014 Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang UMY.
2) Sampel diminta menjawab atau mengisi lembar soal mengenai kesalahan
dalam penulisan gairaigo.
3) Sampel diminta untuk mengisi angket mengenai pengalaman mempelajari
gairaigo.
4) Setelah mengisi soal dan menjawab angket, dilakukan wawancara untuk
mencari latar belakang terjadinya kesalahan.
5) Selain melakukan wawancara, dilakukan analisis dokumen hasil tes untuk
mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan menghitung peringkat kesalahan
berdasarkan tipe kesalahan yang muncul.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yaitu alat yang digunakan untuk mengumpulkan atau
menyediakan berbagai data yang diperlakukan dalam kegiatan penelitian
(Sutedi, 2011:155). Dalam penelitian ini akan digunakan dua macam
instrumen, yaitu instrumen berbentuk tes dan non-tes. Menurut Arikunto
(1998:139) tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau
bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Instrumen berbentuk tes
berupa soal tes tertulis, sedangkan instrumen yang berbentuk non-tes berupa
pedoman angket, pedoman wawancara, dan dokumen berupa deskripsi hasil
tes..
a. Tes tulis
Tes tulis berupa soal yang diberikan ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat kemampuan mahasiswa tingkat III Program Studi
Pendidikan Bahasa Jepang UMY tahun ajaran 2013/2014 tentang
30
Materi tes yang digunakan pada penelitian ini diambil dari buku
Minna no Nihongo , Kana Nyumon, dan materi tes yang diambil dari kumpulan gairaigo yang mengacu pada buku-buku yang telah dan sedang dipelajari oleh para mahasiswa dari tingkat I, II dan III. Serta
dari sumber-sumber lain yang relevan, seperti buku panduan penulisan
Katakana dan kamus gairaigo. Tes yang disajikan kepada mahasiswa terdiri dari tes tulis, yaitu menjawab soal gairaigo dengan beberapa tipe
yang mengunakan bahasa aslinya yaitu bahasa Inggris yang kemudian
diubah kedalam huruf Katakana. Tes terdiri dari 20 soal. Setiap
responden menuliskan kosakata gairaigo yang diambil dari bahasa Inggris dengan menggunakan Katakana.
Dalam hal tertentu untuk tes yang telah disusun sesuai dengan
materi dan tujuannya agar memenuhi validitas isi dapat pula dimintakan
bantuan para ahli bidang studi untuk menelaah apakah konsep yang
diajukan telah memadai atau tidak sebagai sampel (Sudjana, 1995:13).
Oleh karena itu, untuk mendapatkan data yang akurat, peneliti
melakukan uji validitas instrumen.
1) Uji Validitas dan Realibilitas Soal Tes
Validitas dan realibilitas adalah aspek yang penting dalam
sebuah penelitian. Penelitian akan diragukan hasil penemuannya
jika alat ukur yang digunakan tidak memenuhi kedua aspek
tersebut. Dalam penelitian ini, instrumen penelitian yang diukur
validitas dan realibilitasnya adalah instrumen tes yang berupa
soal tes yang berupa tes tertulis saja. Hal ini dikarenakan
instumen non-tes yang berupa angket merupakan instrumen
pendukung.
a) Uji Validitas
Pengertian validitas menurut Sutedi (2011:157) adalah
suatu alat ukur yang berkenaan dengan ketepatannya dalam
31
mengukur tentang tingkat pemahaman penulisan. Oleh
karena itu instrumen yang digunakan harus diukur sejauh
mana instrumen tersebut dapat menunjukan tingkat
pemahaman penulisan, sesuai dengan tujuan penelitian ini.
Menurut Sutedi (2011:217-218) validitas terdiri dari
dua macam yaitu validitas eksternal dan validitas internal.
Validitas eksternal dapat disusun dengan berdasarkan pada
fakta-fakta empirik yang telah terbukti kebenaran dan
ketepatannya, sehingga bisa dilakukan dengan cara
membandingkannya dengan perangkat tes yang sudah
dianggap standar. Sedangkan validitas internal dapat diukur
dengan cara konsultasi pada pakar yang bersangkutan.
Selain itu pada penelitian ini penulis juga
menkonsultasikan instrumen tes penelitian kepada dosen
ahli untuk menilai validitas instrumen yang dipakai.
Pernyataan expert judgement dari dosen yang bersangkutan
menyatakan bahwa instrumen tes yang diberikan kepada
sampel terbukti valid.
b) Uji Reliabilitas
Menurut Darmadi (2013:109) pengertian realibilitas
instrumen menunjukan tingkat kestabilan, konsistensi,
keajegan dan atau kehandalan instrumen untuk
menggambarkan gejala seperti apa adanya. Seperti halnya
validitas, suatu instrumen harus pula memiliki syarat lain
yaitu realibilitas. Artinya suatu alat tes kapan pun dan di
mana pun digunakan akan memiliki hasil yang relatif sama,
kalaupun ada perbedaan atau perubahan tidak menunjukan
32
Pada penelitian ini realibilitas instrumen penulis telah
melalui proses expert judgement oleh dosen ahli untuk menyatakan bahwa instrumen tes yang diberikan kepada
sampel terbukti reliabel.
Kisi-kisi penulisan soal tes terlampir pada lampiran (1).
b. Angket
Menurut Sutedi (2011:164), angket merupakan salah satu
instrumen pengumpul data penelitian yang diberikan kepada responden.
Angket dalam penelitian ini merupakan pertanyaan tertulis yang
dimaksudkan untuk menggali informasi yang diperlukan untuk
memecahkan masalah penelitian ini. Faisal (dalam Sutedi, 2011:164)
mengatakan bahwa dilihat dari keleluasan responden dalam
memberikan jawabannya, angket dapat digolongkan ke dalam angket
tertutup dan angket terbuka.
Angket dalam penelitian ini berupa pertanyaan pilihan ganda dan
angket tertulis yang diberikan kepada responden untuk mengetahui
jawaban responden mengenai pemahaman, penulisan kosakata gairaigo,
dan pengalaman belajar gairaigo.
Jenis angket yang digunakan yaitu angket tertutup dan terbuka.
Angket tertutup yaitu angket yang berupa alternatif jawabannya sudah
disediakan oleh peneliti, sehingga responden tidak memiliki keleluasaan
untuk menyampaikan jawaban dari pertanyaan yang sudah diberikan
kepadanya. Sedangkan pada angket terbuka responden diberikan
keleluasaan untuk menjawabnya, karena hanya berupa daftar
pertanyaan saja (Sutedi, 2011:164). Angket terbuka bertujuan untuk
menggali informasi sedalam mungkin kepada responden, karena
responden diberikan kebebasan untuk memberikan isian sesuai dengan
33
Pada penelitian ini penulis menyajikan 15 pertanyaan pada angket
yang diberikan pada responden, yang terdiri dari 15 soal pilihan ganda
yang berupa kuesioner tertutup, sedangkan dalam 15 soal tersebut
terdapat tujuh soal tertulis yang berupa kuesioner terbuka.
Kisi-kisi penulisan angket terlampir pada lampiran (3).
c. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memastikan apakah kesalahan
tersebut merupakan error atau mistake, serta mencari latar belakang responden melakukan kesalahan tersebut.
Pedoman wawancara terlampir pada lampiran (5).
d. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk mencari kaitan antara tipe kesalahan,
latar belakang, serta penyebab kesalahan. Rangkuman dari deskripsi
kesalahan berdasarkan hasil tes terlampir pada lampiran (6).
3.5 Teknik Analisis Data
Langkah-langkah analisis kesalahan yang dilakukan untuk menganalisis
data yaitu sebagai berikut ini:
a. Mengolah data hasil tes dengan ketentuan berikut:
1) Mengidentifikasi jawaban benar dan jawaban salah dari setiap
sampel.
2) Menghitung presentase kesalahan setiap soal.
3) Membuat peringkat berdasarkan presentase kesalahan terbesar
34
Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung frekuensi
dan presentase jawaban benar dan salah dengan menggunakan
rumus (Meisa, 2014:52) :
� =�
�× % Keterangan:
P = presentase frekuensi dari setiap jawaban
f = frekuansi dari setiap jawaban
x = jumlah responden
4) Membuat tabel frekuensi dan presentase kesalahan dari
masing-masing item jawaban.
b. Mengolah data hasil angket, dengan mendata variasi jawaban dari setiap
pertanyaan serta menghitung presentasenya. Penulis menganalisis data
angket yang terdiri dari 15 butir pertanyaan. 15 soal kuesioner tertutup
dengan bentuk pilihan ganda dengan tujuh soal kuesioner terbuka
dengan bentuk jawaban tertulis. Pengolahan data angket dilakukan
dengan teknik proporsional tersebut yaitu melihat presentase jumlah
jawaban responden dengan langkah-langkah sebagai berikut (Meisa,
2014:53):
1) Menjumlahkan setiap jawaban angket
2) Menyusun frekuensi jawaban
3) Membuat tabel frekuensi
4) Menghitung presentase frekuensi dari setiap jawaban dengan
mengunakan rumus:
� =��× %
Keterangan:
P = presentase frekuensi dari setiap jawaban
f = frekuansi dari setiap jawaban
35
5) Menyusun tabel frekuensi dan presentase jawaban dari tiap-tiap
jawaban
6) Menganalisis dan menginterpretasikan jawaban sampel tiap nomor
pertanyaan
c. Mengolah data hasil wawancara dan dokumen hasil tes untuk mencari
36 Soal 11 Soal 12 Soal 13 Soal 14 Soal 15 Soal 16 Soal 17 Soal 18 Soal 19 Soal 20
3.6 Analisis Data dan Hasil Penelitian
a. Presentase Kesalahan
Pada bagian ini penulis akan mendeskripsikan hasil analisis data dari
penelitian mengenai kesalahan mahasiswa dalam penulisan kosakata
gairaigo. Data diperoleh dengan menggunakan instrumen berupa tes dan non-tes yang disebarkan kepada responden tingkat III tahun ajaran
2013/2014 program studi pendidikan bahasa Jepang UMY.
Berdasarkan hasil olahan data instrumen soal yang terdiri dari 20 soal,
diperoleh hasil tes berupa 600 butir jawaban dengan jawaban benar 272
butir, jawaban salah sebanyak 310 butir, dan tidak menjawab sebanyak 18
butir. Adapun dari hasil pemeriksaan, kesalahan yang muncul dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
37
Berdasarkan data di atas, maka dapat dipahami bahwa soal yang
memiliki presentasi kesalahan terbesar adalah soal no. 6 (omelet) dengan
presentasi sebesar 90% dan yang paling kecil adalah soal no. 7 (baton)
dengan presentasi sebesar 3%.
b. Peringkat Kesalahan
Berikut tabel peringkat kesalahan untuk keseluruhan soal:
Tabel 3.1 Peringkat Kesalahan
Peringkat No Soal
N Presentase Kesalahan
1 6 30 90%
2 16 30 80%
3 19 30 77%
4 13 30 73%
5 8 30 70%
6 15 30 70%
7 11 30 67%
8 17 30 63%
9 18 30 63%
10 9 30 60%
11 14 30 60%
12 20 30 60%
13 10 30 53%
14 12 30 43%
15 4 30 40%
16 5 30 27%
17 3 30 20%
18 1 30 7%
19 2 30 7%
38
c.
Bentuk dan Tipe Kesalahan1) Bentuk dan Tipe Kesalahan Penulisan Kata Coin
3.2 Tabel Bentuk Kesalahan Penulisan Kata Coin
Pada soal nomor (1), didapatkan 30 jawaban, yang terdiri dari 28
jawaban benar dan 2 jawaban salah; dari 2 jawaban salah, dijumpai
2) Bentuk dan Tipe Kesalahan Penulisan Kata List
3.3 Tabel Bentuk Kesalahan Penulisan Kata List
39
salah, dijumpai dua tipe kesalahan yaitu kurang huruf dah salah
memasukkan bunyi panjang, seperti yang nampak pada contoh data
berikut:
Kurang huruf dan salah memasukkan bunyi panjang
(3) List ( ス ) --> スー Salah memasukkan bunyi panjang
(4) List ( ス ) --> ース
3) Bentuk dan Tipe Kesalahan Penulisan Kata Piano
3.4 Tabel Bentuk Kesalahan Penulisan Kata Piano
No Bentuk kesalahan
yang muncul Cara Baca
Jumlah
Responden
1 ア Hiano 1
2 ア Biano 1
3 ア Pia 1
4 ア Pia 1
5 アン Pian 1
6 プ ア Puiano 1
Pada soal nomor (3), didapatkan 30 jawaban, yang terdiri dari 24
jawaban benar dan 6 jawaban salah ; dari 6 jawaban salah, dijumpai
empat tipe kesalahan yaitu tidak ada maru, salah tanda maru menjadi
teng-teng, kurang huruf dan salah huruf menjadi プ , seperti
yang nampak pada contoh data berikut:
Tidak ada maru
40 Salah tanda maru menjadi teng-teng
(6) Piano ( ア ) --> ア Kurang huruf
(7) Piano ( ア ) --> ア Salah huruf menjadi プ (8) Piano ( ア ) --> プ ア
4) Bentuk dan Tipe Kesalahan Penulisan Kata Event
3.5 Tabel Bentuk Kesalahan Penulisan Kata Event
No Bentuk kesalahan
yang muncul Cara Baca
Jumlah
Responden
1 エベン Ebento 8
2 エ ン Epento 1
3 エ ン Efento 2
4 エ Efo 1
Pada soal nomor (4), didapatkan 30 jawaban, yang terdiri dari
18 jawaban benar dan 12 jawaban salah; dari 12 jawaban salah,
dijumpai empat bentuk kesalahan yaitu salah huruf イ menjadi エ, salah tanda teng-teng menjadi maru, huruf ベ berubah menjadi
, dan huruf ベ berubah menjadi , seperti yang nampak pada
contoh data berikut:
Salah huruf イ menjadi エ (9) Event (イベン ) --> エベン
41
5) Bentuk dan Tipe Kesalahan Penulisan Kata Opera
3.6 Tabel Bentuk Kesalahan Penulisan Kata Opera
No Bentuk kesalahan
yang muncul Cara Baca
Jumlah
Responden
1 Ohera 2
2 Hopera 3
3 ベ Obera 1
4 ップ Oppura 1
5 プ Opuera 1
Pada soal nomor (5), didapatkan 30 jawaban, yang terdiri dari
22 jawaban benar dan 8 jawaban salah ; dari 8 jawaban salah,
dijumpai enam tipe kesalahan yaitu salah huruf menjadi ,
huruf menjadi , salah tanda maru menjadi teng-teng, salah
menggunakan ッ kecil , huruf menjadi プ, dan salah huruf
menjadi プ , seperti yang nampak pada contoh data berikut:
Salah huruf menjadi
(11) Opera ( ) -->
Huruf menjadi
(12) Opera ( ) -->
Salah tanda maru menjadi teng-teng
(13) Opera ( ) --> ベ
Salah menggunakan ッ kecil dan huruf menjadi プ (14) Opera ( ) --> ップ
42
6) Bentuk dan Tipe Kesalahan Penulisan Kata Omelet
3.7 Tabel Bentuk Kesalahan Penulisan Kata Omelet
No Bentuk kesalahan
yang muncul Cara Baca
Jumlah
Responden
1 ー Omereeto 1
2 イス Omuraisu 7
3 Omereto 8
4 ー Omureeto 2
5 イ Omuraito 2
6 Homoreto 1
7 ー ー Oomereeto 1
8 Homereto 1
9 ミ Omireto 1
10 - Ooruto 1
11 Omureto 1
12 Omurato 1
Pada soal nomor (6), didapatkan 30 jawaban, yang terdiri dari 3
jawaban benar dan 27 jawaban salah ; dari 27 jawaban salah, dijumpai
sepuluh tipe kesalahan yaitu salah huruf menjadi , huruf
menjadi , huruf menjadi , huruf menjadi ス, huruf menjadi , huruf menjadi , salah bunyi panjang, menambah
huruf イ, salah huruf menjadi ミdan huruf menjadi , seperti
yang nampak pada contoh data berikut:
Salah huruf menjadi , huruf menjadi dan huruf menjadi
(16) Omelet ( ) -->
43
(17) Omelet ( ) -->
Salah bunyi panjang dan uruf menjadi
(18) Omelet ( ) --> ー ー
Menambah huruf イ, huruf menjadi , huruf menjadi , dan
huruf menjadi ス
(19) Omelet ( ) --> イス
Huruf menjadi ミ dan huruf menjadi (20) Omelet ( ) --> ミ
7) Bentuk dan Tipe Kesalahan Penulisan Kata Baton
3.8 Tabel Bentuk Kesalahan Penulisan Kata Baton
No
Bentuk kesalahan
yang muncul pada
kata Baton
Cara Baca Jumlah Responden
1 ン Paton 1
Pada soal nomor (7), didapatkan 30 jawaban, yang terdiri dari 28
jawaban benar, 1 jawaban salah, dan 1 tidak menjawab; dari 1
jawaban salah, dijumpai satu tipe kesalahan yaitu salah
menggunakan tanda teng-teng menjadi maru, seperti yang nampak
pada contoh data berikut:
Salah menggunakan tanda teng-teng menjadi maru
44
8) Bentuk dan Tipe Kesalahan Penulisan Kata Trouble
3.9 Tabel Bentuk Kesalahan Penulisan Kata Trouble
Pada soal nomor (8), didapatkan 30 jawaban, yang terdiri dari
8 jawaban benar, 21 jawaban salah dan 1 tidak menjawab; dari 21
45
menjadi , salah menggunakan bunyi panjang, salah keseluruhan
huruf, menambah huruf , kurang huruf , huruf menjadi ベ, huruf menjadi べ, huruf menjadi , huruf menjadi , huruf menjadi , dan huruf menjadi シ, seperti yang
nampak pada contoh data berikut:
Salah huruf menjadi
(22) Trouble ( ) -->
Salah menggunakan bunyi panjang
(23) Trouble ( ) --> ー Salah keseluruhan huruf
(24) Trouble ( ) --> シ ー
Menambah huruf
(25) Trouble ( ) -->
Huruf menjadi , huruf menjadi , huruf menjadi べ dan salah menggunakan bunyi panjang
(26) Trouble ( ) --> ベー Kurang huruf dan huruf menjadi
(27) Trouble ( ) --> ー
9) Bentuk dan Tipe Kesalahan Penulisan Kata Violin
3.10 Tabel Bentuk Kesalahan Penulisan Kata Violin
No Bentuk kesalahan
yang muncul Cara Baca
Jumlah
Responden
1 ン Bayorin 1
2 ン Bihorin 3
3 ン Uiorin 2
4 ン Biorin 6
46
6 ン Baoren 1
7 ン Fiorin 2
8 ー ン Biiorin 1
9 ン Buorin 1
Pada soal nomor (9), didapatkan 30 jawaban, yang terdiri dari
10 jawaban benar, 18 jawaban salah dan 2 tidak menjawab; dari 18
jawaban salah, dijumpai delapan tipe kesalahan yaitusalah huruf イ menjadi , huruf menjadi , huruf イ menjadi 、 huruf menjadi , kurang huruf イ, huruf menjadi , huruf menjadi , dan salah menggunakan bunyi panjang,
seperti yang nampak pada contoh data berikut:
Huruf イ menjadi
(28) Violin ( イ ン) --> ン Huruf menjadi dan huruf イ menjadi
(29) Violin ( イ ン) --> ン Huruf menjadi dan kurang huruf イ
(30) Violin ( イ ン) --> ン
Huruf menjadi dan kurang huruf イ (31) Violin ( イ ン) --> ン
Huruf menjadi dan kurang huruf イ
(32) Violin ( イ ン) --> ン Salah menggunakan bunyi panjang, kurang huruf イ, dan huruf
menjadi