PENGETAHUAN PASIEN YANG BERKUNJUNG KE
PRAKTEK DOKTER GIGI DI KOTAMADYA MEDAN
TERHADAP PENULARAN HIV/AIDS MELALUI
TINDAKAN KEDOKTERAN GIGI DI
PRAKTEK DOKTER GIGI
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi
Oleh:
SHANGITA BALA JOTHY
NIM: 090600166
PEMBIMBING :
Sayuti Hasibuan, drg., Sp PM
Indri Lubis, drg
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Penyakit Mulut
Tahun 2013
Shangita Bala Jothy
Pengetahuan Pasien yang Berkunjung ke Praktek Dokter Gigi di Kotamadya
Medan Terhadap Penularan HIV/AIDS Melalui Tindakan Kedokteran Gigi di Praktek
Dokter Gigi.
x+55 halaman
Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) merupakan salah satu masalah kesehatan yang berkembang sangat cepat di
dunia. Sejak kasus HIV/AIDS pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 1987,
jumlah kasus tersebut terus bertambah dan menyebar hampir di seluruh provinsi di
Indonesia, baik di daerah perkotaan maupun pedesaan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien terhadap penularan HIV/AIDS melalui
tindakan perawatan kedokteran gigi di praktek dokter gigi. Penelitian ini merupakan
penelitian survei deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross sectional untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efeknya yaitu
pengetahuan terhadap penularan HIV/AIDS melalui tindakan kedokteran gigi di praktek
dokter gigi. Penelitian ini dilakukan di praktek-praktek dokter gigi di Kotamadya Medan
selama bulan November dan Desember 2012. Sampel pada penelitian ini terdiri dari 100
orang pasien yang berkunjung ke praktek-praktek dokter gigi dan pengambilan praktek
gigi dilakukan dengan cara simple random sampling. Pemilihan pasien menggunakan teknik pemilihan sampel secara purposive non probability sampling. Pengumpulan data diperoleh dengan survei lapangan, yaitu dengan mengunjungi responden, memberikan
kuesioner kepada responden, dan diisi langsung oleh responden. Analisa data dilakukan
dengan menghitung persentase pengetahuan pasien terhadap penularan HIV/AIDS melalui
tindakan perawatan kedokteran gigi di praktek dokter gigi. Hasil penelitian menunjukkan
57% responden mengatakan tindakan pencabutan gigi dapat mengakibatkan penularan
HIV/AIDS. Semua responden dalam penelitian ini menyatakan penularan HIV/AIDS
dapat terjadi melalui darah. Perawatan gigi yang sering menimbulkan perdarahan, yaitu
melalui alat-alat tajam yang kurang steril dapat menyebabkan terjadinya penularan.
Sebagai kesimpulan, penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang
penularan HIV/AIDS di praktek dokter gigi tinggi, tapi hanya mencapai tingkat tahu dan
belum memasuki tingkat memahami. I
Daftar Rujukan: 25 (1997-2012).
nformasi tentang penularan HIV/AIDS dalam
praktek dokter gigi terlihat masih belum diterima secara merata oleh masyarakat
KATA PENGANTAR
Syukur kepada Tuhan, atas karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Pengetahuan Pasien yang Berkunjung ke Praktek Dokter
Gigi di Kotamadya Medan Terhadap Penularan HIV/AIDS Melalui Tindakan Kedokteran Gigi di
Praktek Dokter Gigi” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan dan pengarahan
serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala keikhlasan hati, penulis
mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing pertama penulis Sayuti Hasibuan, drg,.
Sp.PM dan dosen pembimbing kedua penulis Indri Lubis, drg yang telah meluangkan waktu,
tenaga dan pikiran mereka dalam memberi bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Prof. Nazruddin, drg.,C.Ort.,Ph.D,Sp.Ort. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara.
2. Sayuti Hasibuan, drg, Sp.PM selaku Ketua Departemen Ilmu Penyakit Mulut
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
3. Lisna Unita R, drg., M.Kes selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas
Kedokteran Gigi.
4. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang
telah mendidik dan membimbing penulis selama masa pendidikan, dan staf pengajar
dan pegawai Departemen Ilmu Penyakit Mulut yang telah membimbing dan memberi
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini
keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu, semua saran akan menjadi
masukan yang sangat berharga bagi kualitas skripsi ini.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut
membantu dalam penyusunan skripsi ini dan memohon maaf bila terdapat kesalahan
selama melakukan penelitian ini. Penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan, khususnya di bidang kedokteran gigi.
Medan, Januari 2013
Penulis,
...
(Shangita Bala Jothy)
DAFTAR ISI
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan ... 5
2.3 Penularan HIV/AIDS dalam Praktek Dokter Gigi ... 14
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Responden ... 25
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Struktur Human Immunodeficiency Virus. ... 9
2. Hubungan seksual yang tidak aman ... 12
3. Pemakaian jarum suntik dan alatan tajam yang tercemar HIV. ... 13
4. Transfusi darah yang tercemar HIV. ... 13
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Distribusi kelompok umur dan jenis kelamin responden …..……….…. 25
2. Distribusi tingkat pendidikan responden……….….... 26
3. Distribusi jenis pekerjaan responden……….……..… 26
4. Distribusi pengetahuan responden mengenai HIV/AIDS…………...… 27
5. Distribusi cara responden mendapat informasi mengenai HIV/AIDS… 27
6. Distribusi pengetahuan responden mengenai jenis HIV……….. 28
7. Distribusi pengetahuan responden mengenai penularan HIV/AIDS...… 28
8. Distribusi pengetahuan responden mengenai semua orang dapat terkena
HIV/AIDS………...………. 29
9. Distribusi pengetahuan responden mengenai cara penularan HIV……… 29
10.Distribusi pengetahuan responden mengenai penularan HIV/AIDS dalam
praktek dokter gigi………..…….. 30
11. Distribusi pengetahuan responden mengenai kemungkinan penularan
HIV/AIDS dalam praktek dokter gigi……… 31
12. Distribusi pengetahuan responden tentang tindakan perawatan gigi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian ……….... 41
2. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP)………... 43
3. Kuesioner ……….….. 44
4. Lembar Persetujuan Etik Penelitian……….……...…… 47
5. Lembar Persetujuan Dinas Kesehatan……… 48
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) merupakan salah satu masalah kesehatan yang berkembang sangat cepat di
dunia.1 Selain telah menjadi pandemi yang mengkhawatirkan masyarakat, penyakit ini
juga memiliki “window periode” dan fase asimtomatik yang relatif panjang dalam perjalanan penyakitnya. Hal tersebut menyebabkan pola perkembangannya seperti
fenomena gunung es.
Jumlah kasus HIV/AIDS di dunia terus meningkat dari tahun ke tahun meskipun
berbagai upaya preventif terus dilaksanakan. Menurut data AIDS Epidemic Update, WHO/UNAIDS, pada tahun 2006 diperkirakan sebesar 39,5 juta orang menderita
HIV/AIDS di dunia. Pada tahun 2006, terdapat 4,3 juta infeksi baru dan 65% dari jumlah
ini terjadi di Sub-Sahara Afrika, sedangkan di Asia diperkirakan 8,5 juta orang hidup
dengan HIV/AIDS. Sekitar 330 ribu hingga 740 ribu orang diperkirakan meninggal dan
960 ribu orang terkena infeksi baru. Menurut Pusat Data dan informasi Departemen
Kesehatan R.I, mengenai situasi HIV/AIDS di Indonesia dari tahun 1987 sampai 2006,
Indonesia merupakan negara yang menduduki peringkat ke-5 dengan kasus HIV/AIDS
terbanyak di kawasan Asia Pasifik, setelah India, Cina, Thailand dan Myanmar. 2
2
Sejak kasus HIV/AIDS pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 1987,
jumlah kasus tersebut terus bertambah dan menyebar hampir di seluruh provinsi di
Indonesia, baik di daerah perkotaan maupun pedesaan. Menurut laporan Bappenas dan
United Nations Development Programme (UNDP) pada tahun 2007-2008, diperkirakan
172 ribu sampai 219 ribu orang di Indonesia telah terinfeksi HIV dan apabila cakupan
program pencegahan HIV/AIDS tidak dapat ditingkatkan secara optimal, maka
diperkirakan jumlah orang terinfeksi HIV akan mencapai 1 juta jiwa.
1
HIV/AIDS
dapat ditularkan melalui kontak dengan darah ataupun cairan seksual yang telah
di Spanyol, sebuah kasus mengenai seorang pasien wanita yang terinfeksi HIV dari
dokter umum ketika melakukan kelahiran Caesar, pernah dilaporkan.4 Suatu penelitian mengenai pengetahuan komprehensif dan sikap terhadap HIV/AIDS pernah dilakukan
pada kelompok wanita usia subur di Indonesia. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa pengetahuan komprehensif wanita usia subur tentang HIV/AIDS yang paling
rendah adalah sebanyak 87,6%, sedangkan pengetahuan yang paling baik adalah sebanyak
27,7%. Pengetahuan kurang pada wanita usia subur adalah 78,6%, cukup 16,4% dan
pengetahuan baik 4,9%. Hasil analisis data pada penelitian ini menunjukkan bahwa
pengetahuan tentang penularan dan cara pencegahan HIV/AIDS pada kelompok tersebut
terlihat kurang.5
Di literatur disebutkan bahwa meskipun jarang terjadi, praktek kedokteran gigi
dapat menjadi salah satu tempat penularan HIV.6 (CDC)
melaporkan beberapa pasien ditemukan terinfeksi HIV setelah mendapatkan perawatan
gigi dari seorang dokter gigi di Florida.7 Adanya peningkatan insidensi infeksi HIV
menyebabkan peningkatan kewaspadaan terhadap infeksi silang. Tingkat disiplin untuk
pengendalian infeksi telah meningkat selama 10 tahun terakhir, disebabkan oleh adanya
peningkatan insidensi HIV/AIDS yang diidentifikasi pada tenaga medis kedokteran gigi.8
Meningkatnya jumlah kasus HIV/AIDS dimasyarakat seharusnya dapat
meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap terjadinya penularan yang dapat terjadi
di mana saja, termasuk di praktek dokter gigi. Penelitian Hanindio Soelarso pada tahun
1997 di Surabaya mengenai pendapat masyarakat tentang cara penularan HIV/AIDS
melalui perawatan pencabutan gigi di ruang praktek dokter gigi menyatakan bahwa
44,40% dari masyarakat yang diteliti memiliki pengetahuan yang sedikit tentang
gambaran AIDS dan yang memberikan pendapat sangat positif hanya 14,37%. Sebagian
responden yaitu 63,13%, tidak tahu tentang cara penularan HIV/AIDS melalui luka
pencabutan dan hanya 6,25% yang tahu bahwa penularan HIV/AIDS dapat terjadi melalui
pencabutan gigi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa informasi tentang cara
penularan HIV/AIDS belum diterima secara merata oleh masyarakat Surabaya.
Peningkatan kasus HIV/AIDS di dunia menarik perhatian peneliti untuk
HIV/AIDS melalui tindakan kedokteran gigi di praktek gigi. Kotamadya Medan dipilih
sebagai tempat penelitian untuk melihat sejauh mana masyarakat di Kotamadya Medan
mengetahui tentang penularan HIV/AIDS yang dapat terjadi melalui tindakan kedokteran
gigi. Subjek penelitian adalah pasien yang berkunjung ke praktek dokter gigi yang terletak
di Kotamadya Medan. Pasien yang berkunjung ke praktek dokter gigi dijadikan sampel
karena pasien yang berada di praktek pernah berjumpa dengan dokter gigi untuk
melakukan perawatan gigi. Peneliti memilih praktek-praktek dokter gigi di Kotamadya
Medan sebagai tempat penelitian supaya penelitian mengenai rata-rata pengetahuan pasien
seluruh Kotamadya Medan dapat diketahui.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah pasien yang berkunjung ke praktek
dokter gigi memiliki pengetahuan tentang penularan HIV/AIDS melalui tindakan
kedokteran gigi di praktek dokter gigi.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien terhadap
penularan HIV/AIDS melalui tindakan perawatan kedokteran gigi di praktek dokter gigi
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
a) Bagi masyarakat
Memberi infomasi kepada masyarakat tentang risiko penularan HIV/AIDS melalui
praktek dokter gigi.
b) Bagi Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU
Menjadi bahan masukan semasa kuliah mengenai pengetahuan masyarakat umum
terhadap risiko penularan HIV di praktek dokter gigi.
Menjadi bahan masukan untuk melakukan program penyuluhan kepada
masyarakat tentang risiko penularan HIV/AIDS melalui praktek dokter gigi.
d) Bagi Peneliti
Sebagai data awal untuk menelaah lebih lanjut pengetahuan pasien mengenai
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan wujud penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan tersebut terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh dari mata dan telinga.10,11 Pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).Apabila perilaku didasari pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, maka perilaku tersebut akan bersifat
“longlasting”. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak disadari oleh pengetahuan dan
kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.10
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:
1. Tahu (know) 11
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang diperoleh atau rangsangan yang telah
diterima.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang
suatu objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam
kompenen- kompenen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk melakukan atau mengembangkan
bagian-bagian yang terdapat dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian
atau responden. Pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan
dengan tingkatan seperti di atas.11
2.2 Human Immunodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)
2.2.1 Definisi
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. HIV merupakan virus penyebab AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) yang dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh. HIV merupakan jenis virus golongan retrovirus.12 Seseorang yang
terinfeksi HIV atau menderita AIDS sering disebut dengan ODHA, singkatan dari orang
yang hidup dengan HIV/AIDS. Penderita yang terinfeksi HIV dapat dinyatakan sebagai
penderita AIDS apabila telah menunjukkan gejala tertentu yang disebabkan oleh HIV dan
tes darahnya menunjukkan jumlah CD4 <200/mm.3
2.2.2 Sejarah dan Epidemiologi
Pada bulan Juli 1981, New York Times melaporkan terjadinya suatu bentuk wabah yang jarang ditemukan yaitu berupa kanker di kalangan pria gay di New York dan California. Kanker tersebut sering disebut "gay cancer" dan secara medis dikenal sebagai Sarkoma Kaposi. Pada waktu yang sama, dilaporkan bahwa petugas yang bertugas di
tampak sehat dengan gejala seperti flu, demam dan radang paru-paru yang disebut
Center of Disease Control (CDC)
menghubungkan terjadinya penyakit tersebut dengan adanya gangguan pada darah dan
selanjutnya diperkenalkanlah istilah AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). CDC juga telah melaporkan lebih dari 1600 kasus HIV/AIDS yang didiagnosis dan hampir 700
kematian pada tahun tersebut.13
Jumlah kematian semakin bertambah menyebabkan pakar medis memutuskan
untuk meneliti penyebab dan obat untuk perawatan penyakit ini. Pada tah
selanjutnya tidak sampai setahun kemudian, seorang ilmuwan Amerika Serikat, yait
Setelah penemuan ini,
pada tahun 1985 tes pertama untuk mendiagnosa HIV disetujui. Beberapa tahun kemudian
beberapa obat untuk mengatasi virus dikembangkan, serta obat-obatan untuk mencegah
infeksi berkembang ketika
Analisis situasi global menunjukkan jumlah kasus HIV/AIDS dari tahun
ke tahun terus meningkat dan usaha-usaha preventif terus dilaksanakan. Global AIDS
Epidemik UNAIDS menyatakan bahwa epidemik AIDS menurun secara perlahan, namun
jumlah infeksi baru meningkat di beberapa wilayah dan negara tertentu. UNAIDS
memperkirakan 39,5 juta kasus sampai akhir tahun 2006, kasus ini melebihi kasus infeksi
baru tahun-tahun sebelumnya. Diperkirakan infeksi baru HIV telah mencapai 4,3 juta
kasus dan telah menyebabkan kematian sebanyak 2,9 juta orang pada tahun 2006 dan
lebih dari 20 juta orang sejak kasus AIDS ditemukan pada tahun 1981. 13
2
Penyebaran HIV bervariasi pada tiap-tiap wilayah. Beberapa negara terkena
dampak lebih besar dibanding negara lain. Bahkan dalam satu negara biasanya terdapat
variasi yang luas antara provinsi, negara bagian atau distrik, dan antara daerah perkotaan
dan pendesaan. Sub Sahara Afrika masih menjadi wilayah yang paling terkena dampak
HIV/AIDS dengan prevalensi infeksi HIV yang tinggi. Afrika Sub Sahara dihuni oleh
hanya 10% populasi dunia, tetapi dua per tiga kasus HIV/AIDS terjadi di wilayah ini.2
Dari analisis situasi Asia Pasifik pada tahun 2006 diperkirakan bahwa 8,5 juta
karena AIDS dan 960 ribu terkena infeksi baru HIV. Kamboja diperkirakan sebagai
negara dengan persentase tertinggi di Asia yaitu 1,6%. Kamboja, Myanmar dan Thailand
adalah tiga negara di Asia Tenggara dengan persentase infeksi HIV di antara orang
dewasa lebih dari 1%. Indonesia merupakan Negara yang menduduki peringkat ke-5
dengan kasus HIV/AIDS terbanyak di kawasan Asia Pasifik.2
Analisis situasi Indonesia, menunjukkan bahwa sejak ditemukan kasus AIDS yang
pertama di Indonesia pada tahun 1987 di Bali, perkembangan jumlah kasus HIV/AIDS
yang dilaporkan di Indonesia dari tahun ke tahun secara kumulatif cenderung meningkat.
Pertemuan kasus pertama hingga 31 Desember 2006 jumlah pengidap infeksi HIV/AIDS
yang dilaporkan mencapai 13.424 kasus, terdiri dari 5.230 kasus penghidap HIV tanpa
gejala AIDS dan 8.194 kasus AIDS. Diperkirakan pada tahun 1991 jumlah kasus AIDS
lebih dari dua kali lipat tahun sebelumnya. Tahun-tahun berikutnya jumlah kasus baru
cenderung terus meningkat. Kasus AIDS sejak awal tahun 2006 sampai 31 Desember
2006 mencapai 2.873 kasus, dan mengalami peningkatan 235 kasus dari tahun
sebelumnya.2
2.2.3 Etiologi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan sejenis virus golongan
retrovirus yang dapat menyebabkan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).2 Laporan menyatakan bahwa dari semua orang yang terinfeksi, hanya sebagian kecil yang
menjadi AIDS dalam tiga tahun pertama, kira-kira 50% berkembang sesudah 10 tahun.14
HIV adalah sejenis retrovirus RNA (Ribonucleic Acid) yaitu virus yang menggunakan RNA sebagai molekul pembawa informasi genetik. HIV disebut retrovirus karena
memiliki enzim reverse transcriptase. Secara morfologis HIV terdiri atas 2 bagian besar yaitu bagian inti (core) dan bagian selubung (envelop). Bagian inti berbentuk silindris tersusun atas dua untaian RNA. Bagian selubung terdiri atas lipid dan glikoprotein,
glikoprotein terdiri dari gp 41 dan gp 120 (Gambar 1). Gp 120 berhubungan dengan
reseptor Limfosit (T4) yang rentan.12,15 Bagian luar virus (lemak) tidak tahan panas dan
bahan kimia karena HIV termasuk virus sensitif terhadap pengaruh lingkungan seperti air
dengan berbagai desinfektan seperti eter, aseton, alkohol, iodium hipoklorit dan
sebagainya, tetapi relatif resisten terhadap radiasi dan sinar utraviolet. HIV dapat hidup
dalam darah, air liur, semen, air mata dan mudah mati diluar tubuh. HIV dapat juga
ditemukan dalam sel monosit, makrofag dan sel glia jaringan otak.15
Gambar 1. Struktur Human Immunodeficiency Virus
2.2.4 Patogenesis
Sesudah HIV memasuki tubuh manusia, partikel virus tersebut bergabung dengan
DNA (Deoxribonucleic acid) sel penderita dan akan terinfeksi seumur hidup.
15
14
Enzim
reverse transcriptase ini memungkinkan virus mengubah informasi genetiknya yang
berada dalam RNA ke dalam bentuk DNA dan kemudian diintegrasikan ke dalam
informasi genetik sel limfosit yang diserang.2 Dalam bentuknya yang asli, virus ini
sel ini mempunyai reseptor untuk HIV yang disebut CD4.12 Didalam sel Limfosit T, virus
dapat berkembang dan seperti retrovirus yang lain, dapat tetap hidup lama dalam sel
dengan keadaan inaktif.15 Virus ini membunuh sel CD 4 dan mengganggu peranan
limfosit dalam respon imunitas tubuh. Antibodi diproduksi sebagai respon tubuh terhadap
virus tetapi tidak protektif pada saat ini. Antibodi yang diproduksi untuk HIV
menunjukkan terjadi infeksi dan semua orang yang seropositif dianggap mampu
menularkan virus ini.16
Dasar utama patogenesis HIV adalah kurangnya jenis limposit T helper/induser
yang mengandung marker CD 4 (sel T4). Limfosit T4 merupakan pusat dan sel utama
yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam menginduksi fungsi-fungsi
imunologik. Menurun atau hilangnya sistem imunitas seluler, terjadi karena HIV secara
selektif menginfeksi sel yang berperan membentuk zat antibodi pada sistem kekebalan
tersebut, yaitu sel limfosit T4. Setelah bagian selubung glikoprotein virus gp 120 HIV
mengikat diri pada molekul CD 4, virus masuk kedalam target dan melepas bungkusnya
kemudian dengan enzim reverse transcriptase merubah bentuk RNA agar dapat bergabung dengan DNA sel target. Selanjutnya sel yang berkembang biak akan
menyebabkan perkembangan bahan genetik virus. Infeksi HIV dengan demikian menjadi
irreversibel dan berlangsung seumur hidup.
15
Pada awal terjadinya infeksi, HIV tidak segera menyebabkan kematian dari sel
yang diinfeksinya tetapi terlebih dahulu mengalami replikasi sehingga ada kesempatan
untuk berkembang dalam tubuh penderita tersebut, yang lambat laun akan menghabiskan
atau merusak sampai jumlah tertentu dari sel limfosit T4. Setelah beberapa bulan sampai
beberapa tahun kemudian, barulah pada penderita akan terlihat gejala klinis sebagai
dampak dari infeksi HIV tersebut. Masa antara terinfeksinya HIV dengan timbulnya
gejala-gejala penyakit (masa inkubasi) adalah 6 bulan sampai lebih dari 10 tahun, rata-rata 21 bulan pada anak-anak dan 60 bulan pada orang dewasa.15
Jumlah sel T CD 4 pada darah penderita infeksi HIV merupakan indikator
terpenting untuk mengetahui perjalan penyakit. Infeksi CD4 dari waktu ke waktu akan
tidak terjadi sebelum jumlah CD4 mencapai 200/uL bahkan sebagian besar setelah CD4
mencapai 100/uL.16
Akibat infeksi HIV akan terjadi gangguan fungsi sel T yang akan menyebabkan
hampir keseluruhan respons imunitas tubuh tidak berlangsung normal,21 akibatnya mudah
terkena penyakit-penyakit lain seperti penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri,
protozoa, dan jamur juga mudah terkena penyakit kanker seperti sarkoma kaposi. HIV mungkin juga secara langsung menginfeksi sel-sel syaraf, menyebabkan kerusakan
neurologis.15
2.2.5 Cara Penularan
HIV(Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat ditularkan melalui
kontak dengan darah yang terinfeksi atau cairan seksual. Cairan yang terinfeksi atau darah
perlu berkontak dengan selaput lendir atau luka terbuka agar virus dapat masuk ke tubuh
manusia yang baru.
Secara umum ada 5 faktor yang perlu diperhatikan pada penularan suatu penyakit
yaitu sumber infeksi, vesikulum yang membawa agen, host yang rentan, tempat keluar
kuman dan tempat masuk kuman. HIV sampai saat ini terbukti hanya menyerang sel
Limfosit T dan sel otak sebagai organ sasarannya juga sangat lemah dan mudah mati
diluar tubuh. Vesikulum yang dapat membawa HIV keluar dari tubuh dan dapat
menularkan kepada orang lain melalui cairan tubuh seperti semen, cairan vagina atau
servik dan darah penderita. 3
15
Dalam saliva, air mata, urin, keringat, dan air susu HIV
hanya ditemukan dalam jumlah sedikit sekali.
Menurut literatur, HIV dapat ditularkan dengan cara: 14
1.Transmisi Seksual
Penularan melalui hubungan seksual baik homoseksual maupun heteroseksual
merupakan penularan infeksi HIV yang paling sering terjadi. Penularan ini berhubungan
Gambar 2. Hubungan seksual yang tidak aman15
2.Transmisi Non Seksual
Penularan yang terjadi tanpa hubungan seksual terbagi kepada transmisi parental
dan transmisi transplasental.
i.Transmisi Parental
Yaitu akibat penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya seperti alat
tindik yang telah terkontaminasi, misalnya pada penyalahgunaan narkotik suntik
yang menggunakan jarum suntik yang tercemar secara bersama. Disamping itu
dapat juga terjadi melalui jarum suntik yang dipakai oleh petugas kesehatan tanpa
disterilkan terlebih dahulu (Gambar 3). 14,15,16
Penularan melalui transfusi darah atau produk darah terjadi di
negara-negara barat sebelum tahun 1985. Sesudah tahun 1985 transmisi melalui jalur ini di
negara barat sangat jarang, karena darah pendonor telah diperiksa sebelum
ditransfusikan. Resiko tertular infeksi atau HIV lewat trasfusi darah adalah lebih
dari 90% (Gambar 4). 14,15,16
Gambar 4. Transfusi darah yang tercemar HIV16
ii. Transmisi Transplasental
Penularan dari ibu yang mengandung HIV positif ke anak mempunyai
resiko sebesar 50%. Penularan dapat terjadi sewaktu hamil, melahirkan dan
sewaktu menyusui (Gambar 5). 14,15,16
2.3 Penularan HIV dalam praktek dokter gigi
Setiap dokter gigi yang mengobati pasien terinfeksi HIV berhadapan dengan
masalah untuk meminimalkan risiko penularan untuk diri mereka sendiri, petugas
kesehatan dan pasien lain. Prosedur gigi sering melibatkan perdarahan dan paparan darah
terinfeksi adalah cara penularan HIV yang dapat terjadi dalam praktek gigi. Saliva belum
terbukti dapat menularkan HIV dalam perawatan gigi, tetapi potensi untuk bertemu
dengan air liur yang berdarah sering terjadi semasa perawatan gigi. American Dental
Association (ADA) dan Center for Disease Control (CDC) telah menetapkan cara
pengendalian infeksi untuk petugas di bidang pelayanan kesehatan gigi untuk mengurangi
risiko penularan penyakit dengan memperkenalkan “Universal Precautions”. Konsep ini meliputi pengendalian infeksi dan prosedur keselamatan yang dimaksudkan untuk
melindungi penularan penyakit melalui darah, mencuci tangan, penggunaan alat
perlindungan diri, kontrol untuk mencegah cedera dan permukaan yang terkontaminasi.17
Organisme menular dapat menyebar melalui beberapa cara di praktek gigi, melalui
paparan darah terinfeksi terus ke kulit yang terluka, cairan oral, atau sekresi yang lain.
Penularan juga dapat terjadi melalui kontak langsung dengan instrumen yang
terkontaminasi, alat-alat operasi atau lingkungan di praktek gigi.17 HIV/AIDS juga dapat
ditularkan melalui darah pada saat tindakan operatif, baik tindakan pencabutan maupun
perawatan periodontal dan tindakan operatif lain.9 Infeksi HIV menyebabkan terjadi
infeksi rantai, dimana Universal Precautions digunakan untuk mengontrol dan memecahkan rantai infeksi itu. HIV dapat ditularkan melalui luka disebabkan alat tajam
atau kontak langsung dengan luka terbuka pada kulit atau membran mukosa. Tidak ada
bukti yang menunjukkan bahwa penularan HIV dapat terjadi melalui udara di praktek
gigi.17
2.3.1 Penularan dari Pasien ke Dokter gigi
Risiko terjadi penularan pasien ke petugas kesehatan adalah rendah, tetapi risiko
penularan HIV di rumah sakit, laboratorium dan tempat-tempat lain, terutama bila benda
tajam seperti jarum digunakan.18 Penularan pasien ke petugas kesehatan lebih sulit untuk
dikendalikan dibandingkan dengan jenis penularan yang lain. Kontak langsung dengan
saliva pasien atau darah yang terinfeksi dapat menyebabkan masuknya mikroorganisme
melalui luka atau dermatitis pada kulit. Semprotan atau aerosol dari mulut pasien dapat
menyebabkan droplet infeksi melalui kulit yang tidak utuh, permukaan mukosa mata,
hidung dan mulut atau inhalasi. Kontak tidak langsung melibatkan transfer
mikroorganisme dari satu sumber ke suatu bahan atau permukaan. 19
Dapat dikatakan semua petugas kesehatan mengunakan jarum atau alat medis
tajam di seluruh dunia setiap tahun. Penelitian menunjukkan bahwa risiko penularan HIV
melalui tusuk kulit dengan jarum atau benda tajam yang terkontaminasi darah dari orang
dengan infeksi HIV didokumentasikan adalah sekitar 0,3% dan setelah paparan membran
mukosa itu adalah 0,09%.18 Empat kasus di Brazil dimana penularan dari pasien ke
petugas kesehatan telah didokumentasikan dari tahun 1981 – 2004 semuanya adalah
karena tusukan alat-alat yang tajam. Adapun risiko terhadap dokter bedah umum, seperti
terdapat dua kejadian di dunia barat yang diketahui telah meninggal akibat penyakit ini
pada saat operasi. Sebaliknya, satu dokter gigi di New York terinfeksi penyakit karena
pekerjaannya.16
2.3.2 Penularan dari Pasien ke Pasien
Penularan dari satu pasien ke pasien lainnya umumnya terjadi melalui alat
kedokteran gigi yang tercemar seperti jarum suntik, bur, sonde dan lain-lain. Jika peralat
kedokteran gigi yang terkontaminasi dengan darah ataupun jaringan dari pasien penderita
HIV tidak dibersihkan ataupun disterilkan secara tepat setelah penggunaan, HIV/AIDS
dapat menular ke pasien lainnya. Akan tetapi penularan dari pasien ke pasien melalui
jarum ini kecil kemungkinannya, mengingat sifat HIV/AIDS dan kemampuan penularan
virus HIV yang amat lemah pada penderita HIV/penderita AIDS karena HIV di dalam
darah sangat kecil. Oleh karena itu, virus HIV relatif tidak mudah ditularkan dari satu
2.3.3 Penularan dari Dokter Gigi ke Pasien
Penularan penyakit menular dari dokter gigi ke pasien adalah kejadian yang jarang
terjadi namun dapat terjadi jika dokter gigi tidak mengikuti prosedur pencegahan yang
tepat. Penularan dokter gigi ke pasien dapat terjadi melalui kontak langsung dan kontak
tidak langsung. Kontak langsung terjadi bila jari dokter yang terinfeksi mengalami luka
saat di dalam mulut pasien yang menyebabkan mikroorganisme masuk melalui membran
mukosaa atau jaringan yang terbuka. Kontak tidak langsung terjadi apabila darah orang
yang terinfeksi di praktek terkena pada alat-alat dental yang kemudian digunakan untuk
perawatan pada pasien.19 Peraturan saat ini mewajibkan dokter gigi yang telah terinfeksi
HIV atau penyakit transmisi lainnya harus mencari informasi dan pengawasan medis yang
sesuai. 16
Ada kasus yang didokumentasikan di sebuah daerah di Florida, seorang dokter gigi
menularkan virus HIV kepada enam orang pasiennya. Dari keenam orang pasien tersebut
lima orang pasien memang mendapatkan perawatan dental invasif. Sedangkan pasien
keenam tidak mendapatkan tindakan perawatan dental invasif, sehingga kemungkinan
tertular darah dari dokter gigi sangat kecil. Oleh sebab itu bagaimana cara penularan virus
2.4Kerangka Teori
Pengetahuan
HIV/AIDS
Cara penularan HIV
Transmisi Seksual Transmisi Non Seksual
Transmisi Parental
Darah
Alat tajam Transmisi
Transplasental
Penularan HIV/AIDS dalam praktek dokter gigi
• Respondenke Dokter gigi
• Respondenke Pasien
2.5 Kerangka Konsep
Pengetahuan Penularan HIV/AIDS Melalui
Tindakan Kedokteran Gigi di Praktek Dokter Gigi
Umur
Jenis kelamin
Pendidikan
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian dilakukan secara survei deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian cross sectional ialah penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dan efek yang berupa penyakit atau status kesehatan tertentu, dengan
model pendekatan point time.20
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di praktek-praktek dokter gigi di Kotamadya Medan.
Penelitian ini akan berlangsung selama bulan November dan bulan Desember.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah masyarakat yang berkunjung ke praktek-praktek dokter
gigi.
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang berkunjung ke praktek dokter gigi
di Kotamadya Medan untuk mendapatkan perawatan gigi yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi. Penentuan kecamatan dilakukan secara cluster sampling. Kotamadya Medan dibagi atas 21 kecamatan lalu diambil secara acak sepuluh kecamatan yang ada di
Kotamadya Medan yaitu Kecamatan Medan Baru, Medan Petisah, Medan Maimun,
Medan Selayang, Medan Kota, Medan Sunggal, Medan Tembung, Medan Perjuangan,
Medan Barat dan Medan Timur. Pemilihan praktek gigi cara probability sampling yaitu setiap subjek dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai
sampel acak sederhana (simple random sampling). Pengambilan sampel acak sederhana ialah pengambilan sampel sedemikian rupa sehingga setiap unit dasar (individu)
mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel. Pemilihan pasien
menggunakan teknik pemilihan sampel secara purposive non probability sampling. Pemilihan subjek dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan kriteria inklusi dan
eksklusi.20
Untuk mendapatkan besar sampel yang diambil dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan rumus:
Jumlah sampel minimum yang didapat adalah 96,04 atau 97 orang. Maka jumlah sampel
yang akan diambil pada penelitian ini adalah 100 orang. Maka untuk masing- masing
kecamatan diambil sepuluh sampel. = 96,04
3.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria Inklusi
a. Pasien yang berkunjung ke praktek-praktek dokter gigi di Kotamadya Medan
dengan kartu berobat.
b. Pasien yang bersedia mengisi kuesioner
Kriteria Eksklusi
a. Pasien yang tidak mampu mengisi kuesioner karena masalah kesehatan
b. Pasien yang tidak berpendidikan.
3.4 Variabel Penelitian 3.4.1 Variabel Bebas
Pengetahuan
3.4.2 Variabel Tergantung
Penularan HIV/AIDS melalui tindakan kedokteran gigi di praktek dokter gigi
3.4.3 Variabel Tidak Terkendali
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Pendidikan
4. Pekerjaan
Definisi Operasional
1. Pengetahuan adalah pemahaman responden tentang penularan HIV/AIDS
dalam bidang kedokteran gigi.
2. Penularan HIV/AIDS melalui tindakan kedokteran gigi di praktek dokter gigi
adalah kemungkinan penularan yang dapat menyebabkan penyebaran Human
Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) selama
tindakan perawatan gigi di praktek gigi.
3. Umur adalah perhitungan ulang tahun responden yang dihitung sejak tahun lahir
sampai ulang tahun terakhir saat dilakukan penelitian.
4. Jenis kelamin adalah kelompok yang terbentuk dalam suat 21
mempertahankan keberlangsungan spesies itu, pada manusia dikenal sebagai
5. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang diselesaikan oleh
responden.
6. Pekerjaan adalah jenis kegiatan atau aktivitas yang dilaksanakan oleh responden
dengan pendapatan yang dinyatakan dengan uang. 21
21
3.5 Sarana Penelitian 3.5.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah alat tulis seperti pulpen, pensil dan penghapus.
3.5.2 Formulir Pencatatan
Formulir pencatatan yang digunakan adalah kuesioner
3.6 Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan survei lapangan dengan mengunjungi
responden. Untuk mengumpulkan data identitas responden dilakukan dengan
mendapatkan persetujuan Informed Consent dan memberikan kuesioner kepada responden dan diisi langsung oleh responden. Semua data yang diperoleh dari penilaian jawaban
kuensioner yang telah dijawab oleh responden disajikan dalam bentuk tabel.
3.7 Pengolahan dan Analisa Data 3.7.1 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan meggunakan program komputer.
3.7.2 Analisa Data
Data yang sudah dikumpul kemudian ditabulasikan dan analisa data dilakukan
dengan menghitung persentase pengetahuan responden terhadap penularan HIV/AIDS
3.8 Etika Penelitian
Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup hal sebagai berikut:
1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Peneliti meminta secara sukarela kepada responden penelitian untuk berpartisipasi
dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Bagi responden yang setuju, dimohon
untuk menandatangani lembar persetujuan responden penelitian untuk berpartisipasi
dalam kegiatan penelitian.
2. Kerahasiaan (Confidentiality)
Data yang terkumpul dalam penelitian ini dijamin kerahasiannya oleh peneliti,
karena itu data yang ditampilkan dalam bentuk data kelompok bukan data pribadi
masing-masing responden.
3. Kelayakan Etik (Ethical Clearance)
Peneliti mengajukan surat permohonan kepada ketua tim kelayakan etik disertai
dengan proposal penelitian karena penelitian ini melibatkan mahluk hidup yaitu manusia.
Kelayakan etik adalah keterangan tertulis yang menyatakan bahwa penelitian layak
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Responden
Penelitian ini dilakukan pada 100 orang responden, terdiri dari 32 orang pria (32%)
dan 68 orang wanita (68%). Tabel 1 menunjukkan distribusi kelompok umur dan jenis
kelamin responden. Pada penelitian ini, usia rata-rata responden adalah 27,66 tahun.
Persentase yang paling besar pada golongan pria adalah kelompok umur 20-29 tahun
sebesar 15% dan persentase yang paling kecil adalah kelompok umur 10-19 tahun dan
50-59 tahun sebesar 2%. Persentase yang paling besar pada golongan wanita adalah
kelompok umur 20-29 tahun sebesar 41% dan persentase yang paling kecil adalah
kelompok umur 50-59 tahun sebesar 2%.
Tabel 1. Distribusi kelompok umur dan jenis kelamin responden
Persentase responden yang paling besar dijumpai pada kelompok dengan tingkat
pendidikan perguruan tinggi sebesar 47%. Responden yang berasal dengan tingkat
pendidikan SMA sebesar 42%. Persentase responden yang paling kecil dijumpai pada
kelompok dengan tingkat pendidikan SMP sebesar 11%. Tabel 2 menunjukkan distribusi
tingkat pendidikan responden.
Umur Pria Wanita Jumlah (%)
10 – 19 2 9 11
20 – 29 15 41 56
30 – 39 8 10 18
40 – 49 5 6 11
50 – 59 2 2 4
Tabel 2. Distribusi tingkat pendidikan responden
Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
Tidak sekolah 0 0
SD 0 0
SMP 11 11
SMA 42 42
Perguruan Tinggi 47 47
Jumlah 100 100%
Distribusi jenis pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel 3. Persentase
responden yang paling besar adalah Pegawai Negeri atau Pegawai Swasta sebesar 26%.
Persentase yang paling kecil adalah responden yang mempunyai pekerjaan tidak tetap,
buruh atau tukang sebesar 11%.
Tabel 3. Distribusi jenis pekerjaan responden
Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)
Peg.Negeri/Peg.Swasta 26 26
Wiraswasta/pedagang/petani 21 21
Tidak tetap/buruh/tukang 11 11
Tidak berkerja 22 22
Lain-lain 20 20
4.2 Pengetahuan responden terhadap penularan HIV/AIDS melalui tindakan perawatan kedokteran gigi di praktek gigi
4.2.1 Pengetahuan Umum HIV/AIDS
Seluruh responden mengetahui tentang HIV/AIDS. Persentase responden yang
menyatakan bahwa reponden mengetahui tentang HIV/AIDS sebesar 100%. Tabel 4
menunjukkan distribusi pengetahuan responden mengenai HIV/AIDS.
Tabel 4. Distribusi pengetahuan responden mengenai HIV/AIDS
Jawaban Jumlah (Orang) Persentase (%)
Ya 100 100
Tidak 0 0
Jumlah 100 100%
Distribusi berdasarkan cara responden mendapat informasi mengenai HIV/AIDS
ditunjukkan dalam tabel 5. Persentase responden yang paling besar mendapat informasi
mengenai HIV/AIDS dari televisi sebesar 72%. Persentase responden yang paling kecil
mendapat informasi mengenai HIV/AIDS dari keluarga sebesar 13%.
Tabel 5. Distribusi cara responden mendapat informasi mengenai HIV/AIDS
Jumlah (orang) Persentase (%)
Majalah 59 59
Televisi 72 72
Internet 42 42
Teman 16 16
Keluarga 13 13
Poster/Selebaran 53 53
Distribusi pengetahuan responden mengenai jenis HIV dapat dilihat dalam tabel 6.
Persentase responden yang menyatakan bahwa HIV adalah sejenis virus sebesar 85% dan
responden yang tidak tahu jenis HIV sebesar 15%.
Tabel 6. Distribusi pengetahuan responden mengenai jenis HIV
4.2.2 Pengetahuan tentang penularan HIV/AIDS
Seluruh responden mengetahui bahwa HIV/AIDS dapat menular. Persentase
responden yang menyatakan bahwa reponden mengetahui HIV/AIDS dapat menular
sebesar 100%. Tabel 7 menunjukkan distribusi pengetahuan responden mengenai
penularan HIV/AIDS.
Tabel 7. Distribusi pengetahuan responden mengenai penularan HIV/AIDS
Distribusi pengetahuan responden mengenai semua orang dapat terkena HIV/AIDS
dapat dilihat dalam tabel 8. Persentase responden yang paling besar menyatakan
Jumlah (Orang) Persentase (%)
Bakteria 0 0
Virus 85 85
Jamur 0 0
Tidak Tahu 15 15
Jumlah 100 100%
Jumlah (Orang) Persentase (%)
Ya 100 100
Tidak 0 0
Tidak tahu 0 0
HIV/AIDS dapat mengenai siapa saja sebesar 82%. Persentase responden yang yang
menyatakan HIV/AIDS tidak dapat mengenai siapa saja sebesar 14% dan responden yang
paling kecil menyatakan tidak tahu sebesar 4%.
Tabel 8. Distribusi pengetahuan responden mengenai semua orang dapat terkena
HIV/AIDS
Jumlah (Orang) Persentase (%)
Ya 82 82
Tidak 14 14
Tidak tahu 4 4
Jumlah 100 100%
Tabel 9 menunjukkan pengetahuan responden mengenai cara penularan
HIV/AIDS. Persentase responden yang menyatakan HIV/AIDS dapat menular melalui
darah sebesar 100%. Persentase responden yang kedua tertinggi menyatakan HIV/AIDS
dapat menular melalui cairan mani sebesar 87%. Persentase paling kecil menyatakan
penularan bisa terjadi melalui air mata.
Tabel 9. Distribusi pengetahuan responden mengenai cara penularan HIV
Cara Menular
Ya Tidak Tidak Tahu
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Darah 100 100 0 0 0 0
Air liur 37 37 38 38 25 25
Air mata 9 9 60 60 31 31
Keringat 15 15 57 57 28 28
Urine 22 22 47 47 31 31
Distribusi pengetahuan responden mengenai penularan HIV/AIDS dalam praktek
dokter gigi dilihat dalam tabel 10. Persentase responden yang paling besar menyatakan
penularan HIV/AIDS dalam praktek dokter gigi dapat terjadi sebesar 68%. Persentase
responden yang paling kecil menyatakan penularan HIV/AIDS tidak dapat terjadi sebesar
5% dan 27% responden tidak tahu tentang penularan HIV/AIDS yang terjadi dalam
praktek doktek gigi.
Tabel 10. Distribusi pengetahuan responden mengenai penularan HIV/AIDS dalam
praktek dokter gigi
Jumlah (Orang) Persentase (%)
Ya 68 68
Tidak 5 5
Tidak tahu 27 27
Jumlah 100 100%
Pada penelitian ini sebesar 68% responden telah menyatakan tahap kemungkinan
terjadi penularan HIV/AIDS melalui praktek dokter gigi. Persentase responden yang
paling tinggi sebesar 27% menyatakan kemungkinan terjadi penularan dalam praktek gigi
kecil. Persentase responden yang paling rendah menyatakan kemungkinan terjadi
penularan sangat besar adalah sebesar 7%. Distribusi pengetahuan responden mengenai
Tabel 11. Distribusi pengetahuan responden mengenai kemungkinan penularan HIV/AIDS
dalam praktek dokter gigi
Tabel 12 menunjukkan distribusi pengetahuan responden tentang tindakan
perawatan gigi yang dapat menularkan HIV/AIDS. Persentase responden yang paling
besar menyatakan penularan melalui tindakan penyuntikan gigi dapat terjadi sebesar 73%.
Persentase kedua terbesar menyatakan tindakan pencabutan gigi dapat menularkan
HIV/AIDS sebesar 57%. Persentase paling kecil adalah tindakan pencetakkan untuk gigi
palsu sebesar 17%.
Tabel 12. Distribusi pengetahuan responden tentang tindakan perawatan gigi yang dapat
menularkan HIV/AIDS
Jumlah (orang) Persentase (%)
Sangat kecil 10 10
Kecil 27 27
Besar 24 24
Sangat besar 7 7
BAB 5 PEMBAHASAN
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan didapatkan setelah penginderaan terhadap
suatu objek.10
Pada penelitian ini didapatkan jumlah responden sebanyak 100 orang sesuai dengan
jumlah yang dibutuhkan saat perhitungan sampel yang dilakukan. Responden terdiri dari
32 laki-laki (32%) dan 68 perempuan (68%). Hasil ini menunjukkan bahwa jumlah
responden perempuan yang berkunjung ke praktek dokter gigi untuk perawatan selama
penelitian ini dilakukan lebih banyak daripada laki-laki. Menurut Centers for Disease
Control perempuan lebih sering ke praktek dokter gigi untuk melakukan pemeriksaan gigi
berkala karena wanita lebih memberi perhatian terhadap kesehatan gigi dan mulut
dibandingkan dengan laki-laki.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengetahuan responden yang
berkunjung ke praktek dokter gigi terhadap penularan HIV/AIDS melalui tindakan
kedokteran gigi di praktek dokter gigi. Penelitian ini mengutamakan pengetahuan
responden, terdiri dari pengetahuan umum HIV/AIDS dan pengetahuan tentang cara
penularan HIV/AIDS. Pengetahuan umum HIV/AIDS meliputi pengetahuan responden
mengenai HIV/AIDS, cara mendapat informasi tentang HIV/AIDS dan jenis
mikroorganisme HIV. Pengetahuan tentang cara penularan HIV/AIDS meliputi
pengetahuan tentang penularan HIV/AIDS secara umum dan pengetahuan tentang
penularan HIV/AIDS dalam praktek dokter gigi.
22
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa responden yang
paling banyak berkunjung ke praktek dokter gigi adalah kelompok umur 20-29 tahun dan
rata-rata umur responden dalam penelitian ini adalah 27,66 tahun. Hal ini sesuai dengan
laporan Australian Research Centre for Population Oral Health yang menunjukkan responden umur 25-44 tahun lebih sering mengunjungi praktek dokter gigi untuk
perawatan gigi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang paling banyak ke praktek
dokter gigi adalah responden yang berpendidikan perguruan tinggi yaitu sebanyak 47%.
adalah pegawai negeri/pegawai swasta yaitu sebanyak 26%. Hal ini sesuai dengan laporan
Australian Research Centre for Population Oral Health yang menunjukkan kelompok
yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi dan tahap pekerjaan tinggi lebih sering
mengunjungi praktek dokter gigi untuk perawatan gigi karena mereka mempunyai
penghasilan yang lebih tinggi dan tetap.
Hasil mengenai pengetahuan responden terhadap HIV/AIDS menunjukkan bahwa
seluruh responden dalam penelitian ini telah mengetahui HIV/AIDS. Hal ini menunjukkan
bahwa informasi tentang HIV/AIDS secara umum telah diterima oleh seluruh masyarakat.
Informasi tentang HIV/AIDS dapat diterima dari majalah, televisi, internet, teman,
keluarga dan poster. Hasil penelitian menunjukkan responden mendapatkan informasi
mengenai HIV/AIDS adalah melalui televisi. Umumnya televisi merupakan satu media
utama komunikasi di dalam sebuah negara dan merupakan alat penyampai informasi yang
efektif dan dapat mempengaruhi cara seseorang berpikir. 22
Penelitian ini menunjukkan bahwa 85% responden menyatakan HIV adalah sejenis
virus dan 15% responden tidak mengetahui HIV termasuk kedalam kelompok
mikroorganisme bakteri, virus atau jamur. HIV merupakan sejenis virus penyebab AIDS
yang dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh. HIV adalah sejenis virus golongan
retrovirus RNA yaitu virus yang menggunakan RNA sebagai molekul pembawa informasi
genetik. HIV disebut retrovirus karena memiliki enzim reverse transcriptase. 24
Pengetahuan responden di Kotamadya Medan mengenai penularan HIV/AIDS
melalui darah menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Devon
Brewer. Sebanyak 100% responden dalam penelitian ini menyatakan penularan
HIV/AIDS dapat terjadi melalui darah. Persentase ini lebih tinggi dibandingkan dengan
penelitian Devon Brewer di
12
Mozambik, Afrika Tenggara yang menemukan 77,3% yang
mengetahui penularan HIV/AIDS melalui darah. Pada penelitian ini, sebanyak 87%
responden memiliki pengetahuan tentang penularan HIV/AIDS melalui cairan mani atau
semen. Persentase ini juga terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Devon
Brewer yang menujukkan bahwa hanya 47,9% yang mengetahui penularan HIV/AIDS
Penularan HIV/AIDS dalam praktek dokter gigi merupakan suatu hal yang harus
diberi perhatian. Hal ini disebabkan karena adanya tindakan di praktek dokter gigi dapat
menimbulkan perdarahan seperti diketahui bahwa darah merupakan cara utama penularan
HIV/AIDS. Penelitian ini menemukan hanya 68% responden yang mengetahui penularan
HIV/AIDS dapat terjadi dalam praktek dokter gigi. Penularan dalam praktek dokter gigi
dapat terjadi karena perawatan yang diberikan dokter gigi kepada responden sering
menimbulkan perdarahan akibat penggunaan alat-alat tajam.
Hasil penelitian ini terhadap pengetahuan responden mengenai kemungkinan terjadi
penularan HIV/AIDS di praktek dokter gigi, menunjukkan bahwa 27% responden
menyatakan penularan HIV/AIDS di praktek dokter gigi memiliki risiko yang kecil. Hal
ini menunjukkan informasi tentang penularan HIV/AIDS dalam praktek gigi masih belum
diterima secara merata oleh masyarakat yang sering menerima perawatan gigi tanpa
mengetahui risiko yang dapat dihadapi mereka dalam praktek dokter gigi selama
mendapatkan perawatan gigi.
Penularan HIV/AIDS di praktek gigi dapat terjadi melalui tindakan pembersihan
gigi atau skeling, perawatan ortodontik, perawatan saluran akar dan proses pencetakan
untuk membuat gigi palsu. Tindakan-tindakan ini dapat menularkan HIV/AIDS karena
melibatkan perdarahan atau luka yang tidak sengaja timbul pada saat perawatan dan
penggunakan alat tajam yang kurang steril. Sebanyak 73% responden dalam penelitian ini
menyatakan tindakan penyuntikan gigi dapat menyebabkan penularan. Hal ini disebabkan
responden diberi suntikan gigi menggunakan jarum suntik tanpa disterilkan terlebih
dahulu.14 Hasil ini lebih rendah dibandingkan dengan penelitian Devon Brewer di
Mozambik yang menunjukkan 90,4% yang menyatakan penularan HIV/AIDS dapat
terjadi melalui tindakan penyuntikan.
Penelitian ini menunjukkan pengetahuan responden tentang tindakan pencabutan
gigi dapat menularkan HIV/AIDS sebanyak 57%. Hasil ini lebih tinggi dibandingkan
dengan penelitian di Surabaya yang menunjukkan hanya 19,37% yang mengetahui
penularan HIV/AIDS melalui luka pencabutan gigi. 25
9
Walaupun, menunjukkan hasil yang
tinggi, masih menunjukkan bahwa informasi tentang pencabutan gigi belum diterima
gigi ke dokter gigi. Disamping itu dokter gigi jarang atau bahkan tidak pernah
memberikan informasi alternatif penularan penyakit HIV/AIDS melalui pencabutan gigi
pada responden yang akan mencabut gigi. Pencabutan gigi melalui alat- alat pencabutan
yang kurang steril merupakan cara penularan penyakit HIV/AIDS yang paling tinggi
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan pasien tentang
pengetahuan umum HIV/AIDS dan pengetahuan tentang penularan HIV/AIDS lebih tinggi
dibandingkan dengan penelitian yang lain. Pengetahuan yang tercakup dalam domain
kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan
evaluasi. Meskipun pengetahuan pasien di Kotamadya Medan tinggi, pengetahuan
responden hanya mencapai tingkat tahu dan belum memasuki tingkat memahami tentang
penularan HIV/AIDS melalui tindakan kedokteran gigi. Ini menunjukkan informasi
tentang penularan HIV/AIDS dalam praktek gigi masih belum diterima secara merata oleh
masyarakat Kotamadya Medan dan dapat meningkatkan resiko penularan dalam praktek
gigi meningkat. Penularan HIV/AIDS dapat terjadi melalui transmisi seksual dan transmisi
non seksual. Praktek dokter gigi sebuah tempat yang berpotensi untuk menularkan
HIV/AIDS melalui transmisi nonseksual karena prosedur gigi yang sering melibatkan
perdarahan dan paparan darah terinfeksi dalam praktek gigi. Kebersihan praktek gigi dan
alat- alat yang tidak disteril mengikuti Universal Precaution yang ditetapkan akan memyebabkan resiko penularan HIV/AIDS melalui tindakan kedokteran gigi dalam
praktek gigi meningkat.
6.2 Saran
Penelitian ini hanya menguraikan secara umum mengenai pengetahuan pasien yang
berkunjung ke praktek gigi tentang penularan HIV/AIDS melalui tindakan kedokteran
gigi. Oleh karena itu diharapkan adanya penelitian lanjutan dengan menggunakan metode
observasi dan kusioner yang lebih mendalam tentang Universal Precaution dan cara menghindari penularan di praktek gigi sehingga dapat menggali sumber informasi yang
tugas dengan bersikap profesional. Sebaiknya pasien di Kotamadya Medan tahu akan
resiko dari penularan penyakit ini, sehingga respondendapat melakukan pemeriksaan dan
memahami prosedur dalam menjalani perawatan. Pasien harus membekali dirinya dengan
pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan saat ini untuk
DAFTAR PUSTAKA
1. Purwaningsih SS, Widayatum. Perkembangan HIV dan AIDS di Indonesia. Jurnal
Kependudukan Indonesia 2008; 3: 76.
2. Pusat Data dan Informasi Departemen Kesehatan R.I. Situasi HIV/AIDS di
Indonesia tahun 1987-2006: Jakarta, 2006:1-30.
3. Franchesca H. Different Modes of HIV Transmission.
23. 2010)
4. Carter M. Obstetrician infects patient with HIV during caesarean delivery.
http://www.aidsmap.com/Obstetrician-infects-patient-with-HIV-during-caesarean-delivery/page/1422790/ ( Januari 20.2006)
5. Angkasawati TJ, Arifin A. Pengetahuan komprehensif dan sikap terhadap
HIV/AIDS pada kelompok wanita usia subur di Indonesia tahun 2007. Buletin
penelitian sistem kesehatan 2010. 13: 145
6. Scully C, Greenspan J.S. Human immunodeficiency virus (HIV) transmission in
dentistry. J. Dent Research 2005: 794-6
7. Cichocki M, R.N. Can I get HIV from seeing the dentist or the doctor?
8. Wilbowo T, Parisihni K, Haryanto D. Proteksi dokter gigi sebagai pemutus rantai
infeksi silang. Jurnal PDGI 2009; 58(2): 6
9. Soelarso H. Pendapat masyarakat tentang cara penularan virus HIV/AIDS melalui
perawatan pencabutan gigi di ruang praktek doktek gigi. Dent. J. 1997; 30(3):
117-121
10.Muhammad Ali. Pengetahuan, sikap dan perilaku ibu bekerja dan ibu tidak bekerja
tentang imunisasi: Laporan Penelitian. USU digital library. 2003:3-6
11.Notoatmodjo S. Ilmu kesehatan masyarakat prinsip-prinsip dasar. Cet, ke2, Mei.
12.Little JW, Falace D A, dkk. Dental management of the medically compromised
patient 7th
13.
ed. Canada: Mosby Elsevier; 2008: 280-5
14.Notoatmodjo S. Kesehatan masyarakat ilmu dan seni. Jakarta: PT Rineka Cipta,
2007: 311-20.
15.Fazidah A.Siregar. Pengenalan dan pengegahan AIDS: Laporan Penelitian. USU
digital library. 2004: 2-4
16.Cawson RA, Odell EW. Oral pathology and oral medicine 8th
17.Pascoe GP, McDowell J, dkk. HIV in dental care. Mountain plains AIDS
education and training center., Colorada 2002 : 5-6
ed. China: Churchill
Livingstone; 2008: 350-60
18.Jupitor. Occupational transmission of HIV in health care workers.
Health-Care-Workers/ (Juni 27. 2008)
19.Miller CH, Palenik CJ. Infection control & management of hazardous materials for
the dental team 3rd
20.Pratiknya A.W. Dasar-dasar metodologi penelitian kedokteran dan kesehatan.
Jakarta: Rajawali Pers, 2011: 13-5.
ed. China: Elsevier Mosby; 2005: 109-250
21.Oxford University. Oxford dictionaries.
2012)
22.Worldental. Women have better dental health.
23.Chrisopoulos S, Beckwith K. How often people visit a dentist.
24.Mohyin Z. Baik buruk televisyen.
25.Brewer DD. Knowledge of specific HIV transmission modes in relation to HIV
Kepada Yth,
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN
Saudara/ri……..
Di tempat
Perkenalkan nama saya Shangita mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter
gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Bersama ini saya mohon
kesediaan Saudara/ri untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian saya tentang
Pengetahuan Respondenyang Berkunjung ke Praktek Dokter Gigi di Kotamadya Medan Terhadap Penularan HIV/AIDS Melalui Tindakan Kedokteran Gigi di
Praktek Dokter Gigi” yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan perilaku
respondenterhadap penularan HIV/AIDS melalui tindakan perawatan kedokteran gigi di
praktek dokter gigi. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan bagi ibu/
bapak mengenai pengetahuan dan perilaku respondententang penularan HIV/AIDS yang
terjadi melalui tindakan perawataan kedokteran gigi.
Penelitian yang akan saya lakukan menggunakan kuesioner. Dalam penelitian ini,
saya akan meminta ibu/bapak untuk mengisi kuesioner dengan memilih jawaban yang
telah disediakan. Setelah pengisian kuesioner selesai, mengembalikan kuesioner kepada
saya. Partisipasi ibu/bapak dalam penelitian ini bersifat sukarela. Tidak alan menjadi
perubahan mutu pelayanan dari dokter bila ibu/bapak tidak bersedia mengikuti penelitian
ini. Ibu/bapak akan tetap mendapat pelayanan kesehatan standar rutin sesuai dengan
standar prosedur pelayanan.
Pada penelitian ini identitas ibu/bapak akan disamarkan. Hanya dokter
pembimbing peneliti, anggota peneliti dan anggota komisi etik yang dapat melihat
datanya. Kerahasiaan data ini akan dijamin sepenuhnya. Bila data ini dipublikasi
kerahasiaan tetap dijaga. Jika selama menjalan penelitian ini terjadi keluhan pada
ibu/bapak, silakan informasikan kepada saya. Demikian informasi ini saya sampaikan.
Atas bantuan, partisipasi dan kesedian waktu ibu/bapak sekalian, saya ucapkan terima
Jika ada keluhan ataupun untuk informasi lebih lanjut mengenai pertanyaan yang
berkaitan dengan penelitian saya, maka Saudara/ri dapat menghubungi saya.
Medan, November 2012
Shangita
Fakultas Kedokteran Gigi Universitad Sumatera Utara
Telp: 083194003510
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : ……….
Umur : ……….
Alamat : ………..
………..
Setelah mendapatkan keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan penuh
kesadaran dan tanpa paksaan saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpatisipasi
pada penelitian ini.
Mahasiswa peneliti Medan,……….
Peserta Penelitian
KUESIONER
Pengetahuan Respondenyang Berkunjung ke Praktek Dokter Gigi di Kotamadya Medan Terhadap Penularan HIV/AIDS Melalui Tindakan Kedokteran Gigi di
Praktek Dokter Gigi
Tanggal : ………
Umur : ……….. tahun
Jenis Kelamin : Pria / Wanita
Kecamatan :……….
Pendidikan : Tidak sekolah SMA
SD Perguruan Tinggi
SMP
Pekerjaan : Peg.Negeri/Peg. Swasta Tidak bekerja
Wiraswasta/pedagang/petani Lain-lain (Tuliskan…...)
Tidak tetap/buruh/tukang
A. Pengetahuan respondenterhadap penularan HIV/AIDS melalui tindakan
kedokteran gigi di praktek gigi Pengetahuan Umum HIV/AIDS
1. Apakah bapak/ibu mengetahui tentang HIV/AIDS?
Ya Tidak
2. Dari mana bapak/ibu mendapat informasi tentang HIV/AIDS? (dapat lebih dari
satu jawaban)
Majalah Teman
Televisi Keluarga
Internet Poster/Selebaran
Lain-lain (Tuliskan………)
3. Menurut bapak/ibu jenis apakah HIV ini?
Bakteria Virus Jamur Tidak tahu
Pengetahuan tentang penularan HIV/AIDS
4. Menurut bapak/ibu dapatkah penyakit HIV/AIDS menular?
Ya Tidak Tidak Tahu
5. Menurut bapak/ibu , apakah semua orang dapat terkena HIV/AIDS?
Ya Tidak Tidak Tahu
6. Apakah menurut bapak/ibu HIV dapat menular melalui darah?
Ya Tidak Tidak Tahu
7. Apakah menurut bapak/ibu HIV dapat menular melalui air ludah?
Ya Tidak Tidak Tahu
8. Apakah menurut bapak/ibu HIV dapat menular melalui air mata?
Ya Tidak Tidak Tahu
9. Apakah menurut bapak/ibu HIV dapat menular melalui keringat?
Ya Tidak Tidak Tahu
10.Apakah menurut bapak/ibu HIV dapat menular melalui urine (air kemih)?
Ya Tidak Tidak Tahu
11.Apakah menurut bapak/ibu HIV dapat menular melalui cairan mani/sperma?
12.Apakah menurut bapak/ibu HIV/AIDS dapat menular melalui praktek dokter
gigi?
Ya Tidak Tidak Tahu
13.Kalau No12 ya, bagaimana kemungkinan penularan HIV/AIDS melalui praktek
dokter gigi?
Sangat kecil Besar
Kecil Sangat besar
14.Apakah penularan HIV melalui praktek gigi dapat melalui tindakan pencabutan
gigi?
Ya Tidak Tidak Tahu
15.Apakah penularan HIV melalui praktek gigi dapat melalui tindakan
pembersihan gigi (scaling)?
Ya Tidak Tidak Tahu
16.Apakah penularan HIV melalui praktek gigi dapat melalui tindakan penambalan
gigi?
Ya Tidak Tidak Tahu
17.Apakah penularan HIV melalui praktek gigi dapat melalui tindakan penyuntikan
gigi?
Ya Tidak Tidak Tahu
18.Apakah penularan HIV melalui praktek gigi dapat melalui tindakan perawatan
saluran akar?
Ya Tidak Tidak Tahu
19.Apakah penularan HIV melalui praktek gigi dapat melalui tindakan perawatan
orthodontik (kawat gigi)?
Ya Tidak Tidak Tahu
20.Apakah penularan HIV melalui praktek gigi dapat melalui tindakan pencetakan
untuk membuat gigi palsu?
Ya Tidak Tidak Tahu
FREKUENSI
FREQUENCIES VARIABLES=Umur JenisKelamin /STATISTICS=STDDEV VARIANCE MEAN MEDIAN MODE SUM /ORDER=VARIABLE.
Frequencies
Frequency Percent Valid Percent
54 1 1.0 1.0 99.0
59 1 1.0 1.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Peg.Negeri/Peg. Swasta 26 26.0 26.0 26.0
Wiraswasta/pedagang/petani 21 21.0 21.0 47.0
Tidak tetap/buruh/tukang 11 11.0 11.0 58.0
Tidak bekerja 22 22.0 22.0 80.0
Lain-lain (Mahasiswa) 20 20.0 20.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p1 (Apakah bapak/ibu mengetahui tentang HIV/AIDS?)
p1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
p3 (Menurut bapak/ ibu j enis apakah HI V ini?) p3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Virus 85 85.0 85.0 85.0
Tidak tahu 15 15.0 15.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p4 (Menurut bapak/ibu dapatkah penyakit HIV/AIDS menular ) p4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 100 100.0 100.0 100.0
p5 (Menurut bapak/ibu , apakah setiap orang dapat terkena HIV/AIDS? ) p5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
p6 (Apakah menurut bapak/ibu HIV dapat menular melalui darah?) p6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 100 100.0 100.0 100.0
p7(Apakah menurut bapak/ibu HIV dapat menular melalui air ludah? ) p7
Frequency Percent Valid Percent
p8 (Apakah menurut bapak/ibu HIV dapat menular melalui air mata?) p8
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
p9 (Apakah menurut bapak/ibu HIV dapat menular melalui keringat?) p9
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
p10 (Apakah menurut bapak/ibu HIV dapat menular melalui urine (air kemih)?) p10
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
p11 (Apakah menurut bapak/ibu HIV dapat menular melalui cairan mani/sperma?) p11
Frequency Percent Valid Percent