commit to user
UPAYA HUKUM YANG DILAKUKAN BANK APABILA TERJAMIN WANPRESTASI TERHADAP PERJANJIAN BANK GARANSI (STUDI DI
PT. BANK NEGARA INDONESIA CABANG UTAMA SURAKARTA)
Penulisan Hukum (Skripsi)
Disusun dan Diajukan untuk
Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Oleh Pratiwi Damarjati
NIM. E0007180
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Penulisan Hukum ( Skripsi )
UPAYA HUKUM YANG DILAKUKAN BANK APABILA TERJAMIN WANPRESTASI TERHADAP PERJANJIAN BANK GARANSI (STUDI DI
PT BANK NEGARA INDONESIA CABANG UTAMA SURAKARTA)
Oleh Pratiwi Damarjati
NIM. E0007180
Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
commit to user
iii
PENGESAHAN PENGUJI
Penulisan Hukum ( Skripsi )
UPAYA HUKUM YANG DILAKUKAN BANK APABILA TERJAMIN WANPRESTASI TERHADAP PERJANJIAN BANK GARANSI (STUDI DI
PT BANK NEGARA INDONESIA CABANG UTAMA SURAKARTA)
Oleh Pratiwi Damarjati
NIM. E0007180
Telah diterima dan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
commit to user
PERNYATAAN
Nama : Pratiwi Damarjati
NIM : E0007180
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul:
UPAYA HUKUM YANG DILAKUKAN BANK APABILA TERJAMIN WANPRESTASI TERHADAP PERJANJIAN BANK GARANSI (STUDI DI PT BANK NEGARA INDONESIA CABANG UTAMA SURAKARTA) adalah betul – betul karya sendiri. Hal – hal yang bukan karya saya dalam
penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar
pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum
(skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.
Surakarta, Juli 2011
yang membuat pernyataan
Pratiwi Damarjati
NIM. E0007180
commit to user
v MOTTO
Kegagalan Dapat Dibagi Menjadi Dua Sebab, Yakni Orang Yang Berfikir Tapi Tindak Pernah Bertindak Dan Orang Yang Bertindak Tapi Tidak Pernah
Berfikir
(Sebuah Perenungan)
Tak seorangpun dapat kembali dan mengubah masa lalu, namun hari ini semua orang bisa memulai sesuatu dan
menghasilkan akhir yang berbeda nantinya (Anonymous)
A journey of a thousand miles begins with a single step (Confucius)
commit to user
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan kepada :
♥
Tuhan yang Maha Kasih
♥
Keluargaku tercinta (Ayahanda Drs.Agus
Sutanto dan Ibunda Dra.Dwi Satyarini)
terima kasih atas doa, dukungan serta kasih
sayang yang senantiasa diberikan kepada
penulis
♥
Mas Aditya Eka Dera P, tanpa doa dan
dukunganmu karya ini tidak akan
terwujud. Terima kasih mas...
♥
Sahabat-sahabatku (Nares, Devi, Lita,
Winda, Yessi, David, Sayfudin)
♥
Semua insan yang rindu dan terus
mengusung tegaknya supremasi hukum di
Indonesia serta selalu menjunjung tinggi
nilai – nilai kebenaran dan keadilan…viva
commit to user
vii ABSTRAK
Pratiwi Damarjati, E0007180. 2011. UPAYA HUKUM YANG DILAKUKAN BANK APABILA TERJAMIN WANPRESTASI TERHADAP PERJANJIAN BANK GARANSI (STUDI DI PT BANK NEGARA INDONESIA CABANG UTAMA SURAKARTA). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prosedur pemberian bank garansi yang dilakukan oleh PT. Bank Negara Indonesia Cabang Utama Surakarta serta upaya hukum yang dilakukan PT. Bank Negara Indonesia Cabang Utama Surakarta apabila pihak terjamin melakukan wanprestasi terhadap perjanjian bank garansi.
Penelitian hukum (skripsi) ini merupakan jenis penelitian hukum empiris bersifat deskriptif. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Sumber data sekuder yang digunakan mencakup data primer, data sekunder, dan data tertier. Teknik pengumpulan data mengunakan wawancara dan studi kepustakaan. Teknik analisis data menggunakan menggunakan model analisis interaktif (interactive model of analysis), yaitu data yang dikumpulkan akan dianalisa melalui 3 (tiga) tahap, yaitu mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dihasilkan simpulan, pertama Prosedur pemberian bank garansi di PT Bank Negara Indonesia Cabang Utama Surakarta dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu pemberian bank garansi dengan jaminan full cover dan pemberian bank garansi dengan jaminan tidak full cover. Bank garansi dengan jaminan full cover berarti jaminan berupa rekening. Sedangkan bank garansi dengan jaminan tidak full cover berarti dijamin dengan rekening dan aset nasabah sesuai yang disebutkan dalam Perjanjian Penerbitan Bank Garansi (PPGB). Penerbitan bank garansi oleh PT Bank Negara Indonesia Cabang Utama Surakarta yang diatur dalam Pedoman dan Kebijakan Kredit Retail Market telah sesuai dengan syarat – syarat penerbitan bank garansi yang terdapat dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 11/110/Kep./Dir/UPPB tentang Pemberian Jaminan oleh Bank dan Pemberian Jaminan oleh Lembaga Keuangan NonBank serta Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: SE 11/11 Perihal Pemberian Jaminan oleh Bank dan Pemberian Jaminan oleh Lembaga Keuangan NonBank. Kedua, upaya hukum yang dilakukan PT Bank Negara Indonesia Cabang Utama Surakarta apabila terjamin wanprestasi dalam perjanjian bank garansi meliputi penggantian, pengubahan perjanjian bank garansi menjadi perjanjian kredit, dan eksekusi barang jaminan.
commit to user
ABSTRACT
Pratiwi Damarjati, E0007180. 2011. THE LEGAL ACTION THE BANK CARRIES OUT WHEN THE INSURED VIOLATES THE GUARANTEE BANK AGREEMENT (A STUDY IN THE SURAKARTA MAIN BRANCH OF PT BANK NEGARA INDONESIA). Faculty of Law of Sebelas Maret University.
This research aims to find out the procedure of giving bank the guarantee carried out by the Surakarta main branch of PT Bank Negara Indonesia as well as the legal action carried out by the Surakarta main branch of PT Bank Negara Indonesia when the insured violates the guarantee bank agreement.
This writing belongs to an empirical law research that is descriptive in nature. The data type employed was primary and secondary data. The secondary data source included primary, secondary and tertiary data. Techniques of collecting data used were interview and library study. Technique of analyzing data used was an interactive model of analysis, in which the data collected would be then analyzed using 3 (three) stages: data reduction, data display and conclusion drawing.
Considering the result of research and discussion, it can be concluded that firstly, the Procedure of giving bank guarantee in the Surakarta main branch of PT Bank Negara Indonesia can be divided into 2 (two) types: bank guarantee giving with full cover collateral and bank guarantee giving with non-full cover collateral. Guarantee bank with full cover collateral means that the collateral is in the form of account. Meanwhile the guarantee bank with non-full cover guarantee means it is guaranteed with the customer’s account and asset as included in the Guarantee Bank Publication Agreement (PPGB). The guarantee bank publication by the Surakarta main branch of PT Bank Negara Indonesia governed in the Guidelines and Policy of Retail Market Credit has been consistent with the conditions of guarantee bank publication included in the Decree of Indonesian Bank Director Board Number 11/110/Kep./Dir/UPBB about the Collateral Giving by Bank and Collateral Giving by the Non-Bank financial institution as well as Bank of Indonesia’s Circular Number: SE 11/11 concerning the Collateral Giving by Bank and Collateral Giving by Non-Bank Financial Institution. Secondly, the legal action the Surakarta main branch of PT Bank Negara Indonesia takes when the insured violates the guarantee bank agreement including replacing, changing the guarantee bank agreement into credit agreement, and collateral object execution.
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kasih, atas
pertolongan dan perlindungan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Penulisan Hukum (Skripsi), dengan judul “ Upaya Hukum yang Dilakukan Bank
apabila Terjamin Wanprestasi terhadap Perjanjian Bank Garansi (Studi di PT.
Bank Negara Indonesia Cabang Utama Surakarta)”.
Skripsi ini menjelaskan tentang prosedur pemberian bank garansi yang
dilakukan oleh PT Bank Negara Indonesia Cabang Utama Surakarta serta upaya
hukum yang dilakukan PT Bank Negara Indonesia Cabang Utama Surakarta
apabila terjamin wanprestasi terhadap perjanjian bank garansi.
Penulis banyak mendapatkan masukan, bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian
Penulisan Hukum(skripsi) ini. Untuk itu, pada kesempatan yang baik ini penulis
menyampaikan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H.,M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum
UNS Surakarta.
2. Bapak Mohammad Adnan, S.H.,M.H., selaku Pembimbing Akademik
penulis yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan arahan selama
penulis belajar di kampus Fakultas Hukum UNS.
3. Bapak Pujiyono, S.H.,M.H selaku Pembimbing Skripsi yang telah
memberikan segala ilmu dan dengan penuh kesabaran membimbing serta
mengarahkan penulis dalam menyelesaikan Penulisan Hukum (Skripsi) ini
dengan baik.
4. Seluruh Dosen Fakultas Hukum UNS yang telah mencurahkan ilmunya pada
penulis dengan penuh kesabaran.
5. Bapak Drs.Azwir Sanur, M.M., selaku Pimpinan PT Bank Negara Indonesia
Cabang Utama Surakarta atas kesempatan yang diberikan kepada penulis
untuk melakukan penelitian tentang bank garansi di PT Bank Negara
commit to user
6. Bapak Beni Indrawan, selaku pengganti sementara Penyelia unit Dalam
Negeri dan Kliring PT BNI Cabang Utama Surakarta. Terima kasih atas
segala bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
7. Ayah dan Ibu tercinta (Bapak Drs. Agus Sutanto dan Ibu Dra. Dwi Satyarini)
dan adikku tersayang Gloria Febriola Marlen. Terima kasih atas kasih sayang
tidak terhingga yang telah diberikan kepada penulis.
8. Aditya Eka Dera P yang telah dengan sabar dan setia memberikan dukungan
kepada penulis.
9. Sahabat – sahabat setiaku yang selalu setia menemani dan memberi
dukungan (Yessi, Nares, Devi, Lita, Winda, David, Sayfudin) bersama
kalian, keluh kesah dan resah menjadi semangat dan cita untuk meraih
sukses.
10.Teman – teman seperjuang di Fakultas Hukum UNS angkatan 2007 yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih banyak dukungan dan
bantuannya selama ini kawan.
11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa penulisan
hukum (skripsi) ini belum sempurna. Saran dan kritik yang membangun sangat
penulis harapkan demi perbaikan dan kemajuan di masa yang akan datang.
Semoga penulisan hukum (skripsi) yang sederhana ini bermanfaat bagi penulis
dan semua pembaca yang budiman.
Surakarta, Juli 2011
Pratiwi Damarjati
commit to user
xi DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………...i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……….…………ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI……….………….iii
HALAMAN PERNYATAAN………...iv
HALAMAN MOTTO……… v
HALAMAN PERSEMBAHAN………vi
ABSTRAK……….vii
KATA PENGANTAR………...ix
DAFTAR ISI………..xi
DAFTAR GAMBAR………xiii
DAFTAR LAMPIRAN………xiv
BAB I PENDAHULUAN………...………....1
A. Latar Belakang Masalah………...…...1
B. Rumusan Masalah………...…..…5
C. Tujuan Penelitian………...……5
D. Manfaat Penelitian………...………..6
E. Metode Penelitian………...6
F. Sistematika Penulisan Hukum………...………...11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………...13
A. Kerangka Teori………...………..13
1.Tinjauan tentang Bank...………..13
a. Pengertian Bank...………...…………...13
b. Kegiatan – Kegiatan bank………...……...……..14
2. Tinjauan tentang Upaya Hukum...16
3. Tinjauan tentang Perjanjian...17
a. Pengertian Perjanjian...17
b. Syarat Sah Perjanjian...18
commit to user
d. Hapusnya Perjanjian...23
4. Tinjauan tentang Wanprestasi...24
a. Pengertian Prestasi...24
b. Pengertian Wanprestasi...25
c. Akibat Wanprestasi...26
d. Tuntutan atas Dasar Wanprestasi...26
5. Tinjauan tentang Jaminan...26
a. Pengertian Jaminan...26
b. Jenis Jaminan...27
6. Tinjauan tentang Bank Garansi...31
a. Pengertian Bank Garansi...31
b. Tujuan Bank Garansi...32
c. Dasar Hukum Bank Garansi...33
d. Penggolongan Bank Garansi...34
e. Bentuk dan Isi Perjanjian Bank Garansi...37
f. Sifat Perjanjian Bank Garansi...38
g. Berakhirnya Bank Garansi...38
B. Kerangka Pemikiran………...40
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………...42
A. Gambaran Lokasi Penelitian...42
B. Prosedur Pemberian Bank Garansi di PT Bank Negara Indonesia Cabang Utama Surakarta...47
C. Upaya Hukum yang Dilakukan PT Bank Negara Indonesia Cabang Utama Surakarta apabila Terjamin Wanprestasi terhadap Perjanjian BankGaransi...64
BAB IV PENUTUP………...………87
A. Simpulan………...………..87
B. Saran………...………88
DAFTAR PUSTAKA………...……….89
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Model Analisis Interaktif...………11
Gambar 2. Skematik Kegiatan Bank...………..15
Gambar 3. Skematik Kerangka Pemikiran...……….40
Gambar 4. Struktur Organisasi PT Bank Negara Indonesia Cabang Utama
Surakarta...46
Gambar 5. Skematik Prosedur Pemberian Bank Garansi di PT Bank Negara
Indonesia Cabang Utama Surakarta...47
Gambar 6. Skematik Prosedur Pengajuan dan Pembayaran Klaim di PT Bank
Negara Indonesia Cabang Utama Surakarta...64
Gambar 7. Skematik Upaya Hukum yang Dilakukan PT Bank Negara Indonesia
Cabang Utama Surakarta apabila Terjamin Wanprestasi terhadap
Perjanjian Bank Garansi...69
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian
Lampiran 2 : Surat Keterangan Melakukan Penelitian
Lampiran 3 : Perjanjian Bank Garansi
Lampiran 4 : Perjanjian Penerbitan Bank Garansi
Lampiran 5 : Perjanjian Kredit
commit to user
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan
makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Pembangunan Nasional
merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi
seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk melaksanakan tugas
mewujudkan tujuan nasional, sebagaimana termaktub dalam pembukaan Undang
– Undang Dasar Tahun 1945 yaitu untuk membentuk suatu pemerintahan Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasar kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial (alinea IV Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945).
Pelaksanaan pembangunan harus senantiasa memperhatikan keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan berbagai unsur pembangunan, termasuk di bidang
ekonomi dan keuangan. Pertumbuhan ekonomi nasional dewasa ini menunjukkan
arah yang semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional.
Sementara itu, perkembangan perekonomian nasioanal senantiasa bergerak cepat
dengan tantangan yang semakin kompleks. Oleh karena itu, perlu berbagai
penyesuaian kebijakan di bidang ekonomi termasuk sektor perbankan sehingga
dapat diharapkan dapat memperbaiki dan memperkokoh perekonomian nasional
(Penjelasan Umum tentang Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan).
Sektor perbankan yang memiliki posisi strategis sebagai lembaga
intermediasi dan penunjang sistem perbankan merupakan faktor yang sangat
menentukan dalam proses penyesuaian yang dimaksud. Peranan perbankan
nasional perlu ditingkatkan sesuai dengan fungsinya dalam menghimpun dana dan
commit to user
sektor perekonomian nasional dengan prioritas kepada koperasi, pengusaha kecil
dan menengah, serta berbagai lapisan masyarakat tanpa diskriminasi sehingga
akan memperkuat struktur perekonomian nasional.
Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank,
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan pengertian bank terdapat pada Pasal
1 Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang mendefinisikan bank
sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Berdasarkan pengertian tersebut, bank merupakan lembaga keuangan yang
kegiatannya meliputi :
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, maksudnya dalam
hal ini bank sebagai tempat menyimpan uang atau berinvestasi bagi
masyarakat. Secara umum jenis simpanan yang ada di bank terdiri dari
simpanan giro (demand deposit), simpanan tabungan (saving deposit), dan
simpanan deposito (time deposit);
2. Menyalurkan dana kepada masyarakat, maksudnya adalah bank memberikan
pinjaman (kredit) kepada masyarakat yang mengajukan permohonan. Jenis
kredit yang biasa diberikan oleh hampir semua bank misalnya kredit investasi,
kredit modal kerja, dan kredit perdagangan;
3. Memberikan jasa-jasa bank lainnya, jasa-jasa bank lainnya ini merupakan jasa
pendukung dari kegiatan pokok bank yaitu menghimpun dan menyalurkan
dana. Contoh jasa yang diberikan bank antara lain pengiriman uang (transfer),
letter of credit (L/C), dan bank garansi (Kasmir, 2003:3-4).
Di Indonesia terdapat berbagai jenis bank. Berdasarkan kepemilikannya
bank dapat digolongkan menjadi bank milik pemerintah, bank milik swasta
nasional, bank milik koperasi, bank milik asing, dan bank campuran. Bank milik
pemerintah merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang keseluruhan
commit to user
3
Salah satu bank yang merupakan milik pemerintah adalah PT Bank Negara
Indonesia (BNI). Berdasarkan daftar BUMN yang tercatat di Bursa Efek Jakarta
(BEJ) tahun 2007, jumlah saham PT BNI yang dimiliki oleh pemerintah adalah
sebesar 99,11% (I Nyoman Tjager, 2007: 7).
Berdiri sejak 1946, Bank Negara Indonesia, merupakan bank pertama yang
didirikan dan dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Tahun 1992, status hukum dan
nama BNI berubah menjadi PT Bank Negara Indonesia (Persero), sementara
keputusan untuk menjadi perusahaan publik diwujudkan melalui penawaran
saham perdana di pasar modal pada tahun 1996 (http://www.bni.co.id). PT Bank
Negara Indonesia (Persero) memiliki kantor cabang di seluruh wilayah Indonesia,
salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) berada di Surakarta.
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Cabang Utama Surakarta sesuai
dengan fungsi bank menjalankan kegiatan untuk menghimpun dana dari
masyarakat, meenyalurkan dana masyarakat, serta memberikan jasa-jasa
perbankan lainnya. Salah satu jenis produk jasa yang dikeluarkan oleh PT Bank
Negara Indonesia (Persero) Cabang Utama Surakarta adalah bank garansi.
Bank garansi adalah jaminan pembayaran yang diberikan oleh bank
kepada suatu pihak, baik perorangan, perusahaan atau badan / lembaga lainnya
dalam bentuk surat jaminan. Pemberian jaminan dengan maksud bank menjamin
akan memenuhi (membayar) kewajiban-kewajiban dari pihak yang dijamin
kepada pihak yang menerima jaminan apabila yang dijamin kemudian hari
ternyata tidak memenuhi kewajiban kepada pihak lain sesuai dengan yang
diperjanjikan atau cedera janji (Kasmir, 2002: 157).
Bank garansi merupakan salah satu bentuk jaminan perorangan yang
termasuk perjanjian penanggungan hutang (Borghtocht, Guarantee). Mengenai
jaminan perorangan atau penanggungan hutang diatur dalam Pasal 1820 sampai
dengan Pasal 1850 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Pasal 1820 KUH
Peerdata menyebutkan bahwa “penanggungan adalah suatu perjanjian dengan
mana seorang pihak ketiga, guna kepentingan si berpiutang, mengikatkan diri
commit to user
memenuhinya”. Pihak bank dalam penerbitan bank garansi mengambil alih
kewajiban terjamin bila si terjamin melakukan wanprestasi terhadap penerima
jaminan. Jadi bank garansi merupakan bentuk perikatan bersyarat, yang syaratnya
adalah suatu keadaan dimana si berutang dinyatakan telah lalai atau wanprestasi.
Bank garansi sangat diperlukan bagi seorang pengusaha dalam
menjalankan suatu usaha. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa modal dalam
bentuk uang walaupun bukan segala-galanya, adalah mutlak diperlukan untuk
berbagai tahap kegiatan. Modal dalam bentuk uang dapat diberikan dalam bentuk
uang tunai atau semacam jaminan dalam surat-surat berharga. Bank Garansi
merupakan salah satu bentuk jaminan yang diberikan oleh bank untuk menjamin
nasabah apabila akan mengerjakan suatu proyek tertentu atau untuk mengikuti
tender diinstansi tertentu (Kasmir, 2003:194). Terkadang bank garansi menjadi
syarat yang diwajibkan oleh suatu instansi bagi para pihak yang akan mengikuti
tender. Karena pentingnya keberadaan bank garansi bagi suatu pekerjaan atau
proyek, maka perlu diketahui bagaimana pihak bank melakukan proses atau cara
untuk memberikan bank garansi, dalam hal ini bank yang dimaksud adalah
PT.Bank Negara Indonesia Cabang Utama Surakarta.
Pemberian bank garansi memungkinkan terjadinya risiko. Risiko yang
mungkin dialami oleh bank antara lain bank kehilangan dana karena pihak
terjamin melakukan wanprestasi terhadap perjanjian bank garansi yang telah
disepakati. Wanprestasi menimbulkan kerugian bagi pihak bank, maka perlu
dilakukan upaya-upaya untuk menyelesaikan hal tersebut. Upaya yang digunakan
bank untuk menyelesaikan wanprestasi yang dilakukan oleh terjamin (nasabah)
antara lain dengan ketentuan – ketentuan yang terdapat dalam perjanjian. Upaya
tersebut diperlukan untuk membuat terjamin bertanggung jawab atas tindakan
wanprestasi yang telah dilakukan. Upaya hukum sangat diperlukan untuk
mengembalikan dana bank yang digunakan un tuk membayar klaim kepada
penerima jaminan pada saat terjamin melakukan wanprestasi. Oleh karena itu
perlu diteliti tentang upaya hukum yang dilakukan oleh PT. Bank Negara
Indonesia Cabang Utama Surakarta apabila pihak terjamin melakukan
commit to user
5
Berdasarkan latar belakang di atas perlu untuk mengetahui prosedur
pemberian bank garansi serta upaya-upaya hukum yang dilakukan oleh bank
apabila pihak terjamin malakukan wanprestasi, maka penulis memilih judul :
UPAYA HUKUM YANG DILAKUKAN BANK APABILA TERJAMIN
WANPRESTASI TERHADAP PERJANJIAN BANK GARANSI (STUDI DI PT.
BANK NEGARA INDONESIA CABANG UTAMA SURAKARTA)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah prosedur pemberian bank garansi yang dilakukan oleh PT.
Bank Negara Indonesia Cabang Utama Surakarta?
2. Apakah upaya hukum yang dilakukan oleh PT. Bank Negara Indonesia
Cabang Utama Surakarta apabila pihak terjamin melakukan wanprestasi
terhadap perjanjian bank garansi?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian pada dasarnya memiliki suatu tujuan tertentu yang hendak
dicapai. Tujuan penelitian harus jelas sehingga dapat memberikan arah dalam
pelaksanaan penelitian tersebut. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Tujuan Obyektif
a. Untuk mengetahui prosedur pemberian bank garansi yang dilakukan oleh
PT. Bank Negara Indonesia Cabang Utama Surakarta.
b. Untuk mengetahui upaya hukum yang dilakukan PT. Bank Negara
Indonesia Cabang Utama Surakarta apabila pihak terjamin melakukan
commit to user
2. Tujuan Subyektifa. Memberikan data dan informasi yang lengkap dan jelas sebagai bahan
dalam penyusunan penulisan hukum (skripsi), sebagai persyaratan dalam
mencapai gelar kesarjanaan tingkat Strata I di bidang ilmu hukum Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b. Menambah, memperdalam pengetahuan serta pemahaman aspek hukum
dalam teori dan praktek bagi penulis.
D. Manfaat Penelitian
Penulis berharap bahwa penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis
maupun masyarakat. Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan hukum ini
adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai referensi di bidang karya ilmiah yang dapat mengembangkan ilmu
pengetahuan terutama dibidang hukum pada umumnya dan bidang hukum
perdata pada khususnya.
b. Menambah literatur atau bahan-bahan informasi ilmiah yang dapat
digunakan untuk melakukan kajian dan penulisan hukum selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan informasi tentang prosedur pemberian bank garansi yang
dilakukan oleh PT. Bank Negara Indonesia Cabang Utama Surakarta.
b. Mengetahui upaya hukum yang dilakukan oleh PT. Bank Negara Indonesia
Cabang Utama Surakarta apabila pihak terjamin dalam perjanjian bank
garansi melakukan wanprestasi.
E. Metode Penelitian
Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah berdasarkan pada
metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari
satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya (Soerjono
Soekanto , 2006: 43). Metodologi menurut Robert Bogdan dan Steven J Taylor
commit to user
7
which we approach problems and seek answer. In the social sciences the term
applies to how one conducts research”. Metodologi diartikan sebagai suatu
proses, dan cara yang digunakan dalam penelitian untuk mencari jawaban atas
masalah yang dirumuskan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah jenis penelitian hukum
empiris. Penelitian hukum empiris merupakan penelitian yang dilakukan
dengan cara meneliti langsung ke lapangan atau masyarakat. Pada penelitian
hukum empiris yang diteliti pada awalnya adalah data sekunder, kemudian
dilanjutkan pada data primer di lapangan, atau terhadap masyarakat (Soerjono
Soekanto, 2007:52). Jenis penelitian empiris yang digunakan oleh penulis
adalah dengan meneliti secara langsung di PT Bank Negara Indonesia Cabang
Utama Surakarta.
2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Soerjono
Soekanto, penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk
memberikan data seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau
gejala-gejala lainnya. Maksud dari penelitian deskriptif adalah terutama untuk
mempertegas hipotesa - hipotesa agar dapat membantu dalam memperkuat
teori-teori baru (Soerjono Soekanto, 2007:10).
Berdasarkan pengertian diatas, penulis berusaha memberikan
gambaran mengenai pemberian bank garansi di PT Bank Negara Indonesia
Cabang Utama Surakarta serta upaya hukum yang dilakukan oleh PT Bank
Negara Indonesia Cabang Utama Surakarta apabila terjadi wanprestasi .
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di PT. Bank Negara Indonesia
Cabang Utama Surakarta.
4. Jenis Data
Secara umum, di dalam penelitian biasanya dibedakan antara data
commit to user
pustaka. Data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat dinamakan
data primer, sedangkan yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka lazimnya
dinamakan data sekunder (Soerjono Soekanto, 2007:51). Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Data Primer
Data primer merupakan keterangan atau fakta yang diperoleh
secara langsung melalui penelitian lapangan atau lokasi penelitian. Data
primer merupakan data yang dikumpulkan dari sejumlah fakta atau
keterangan yang diperoleh secara langsung melalui penelitian lapangan.
Data primer dalam penelitian ini berupa hasil wawancara.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang tidak diperoleh secara lansung
dari lapangan, atau keterangan-keterangan yang secara tidak langsung
diperoleh tetapi cara memperolehnya melalui studi pustaka, buku-buku
literature, surat kabar, dokumen-dokumen, peraturan-peraturan
perundang-undangan, dan sumber-sumber tertulis lainnya yang berkaitan dengan
penelitian hukum ini.
5. Sumber Data
Sumber data adalah tempat dimana penelitian ini diperoleh.
Berdasarkan jenis data, maka dapat ditentukan sumber data yang digunakan
untuk penelitian, sehingga memperoleh data dan informasi yang berkaitan
dengan arah penelitian ini. Sumber data yang penulis gunakan adalah :
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer merupakan sumber data yang terkait langsung
dengan permasalahan yang diteliti. Sumber data primer dalam penelitian
ini adalah hasil wawancara langsung yang diperoleh dari Penyelia unit
Dalam Negeri dan Kliring di PT Bank Negara Indonesia Cabang Utama
Surakarta.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder merupakan sumber data yang secara tidak
commit to user
9
primer. Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini dapat
digolongkan menjadi 3 (tiga), yaitu :
1) Data primer
Data primer adalah data yang bersifat mengikat (Soerjono Soekanto dan
Sri Mamudji, 2001:13). Dalam penelitian ini adalah Undang-Undang
Dasar 1945, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Surat Keputusan Direksi
Bank Indonesia Nomor 11/110/Kep./Dir/UPPB tentang Pemberian
Jaminan oleh Bank dan Pemberian Jaminan oleh Lembaga Keuangan
NonBank, serta SEBI Nomor 11/11 tentang tentang Pemberian Jaminan
oleh Bank dan Pemberian Jaminan oleh Lembaga Keuangan NonBank.
2) Data sekunder
Data sekunder adalah data yang memberikan penjelasan mengenai data
primer (Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2001:13). Data sekunder
ini meliputi jurnal hukum nasional dan jurnal hukum internasional.
3) Data tertier
Data tertier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap data primer dan data sekunder (Soerjono Soekanto
dan Sri Mamudji, 2001:13). Data tertier yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia.
6. Teknik Pengumpulan Data
Dalam upaya memperoleh data yang diperlukan, penulis
menggunakan teknik pengumbulan data sebagai berikut :
a. Interview (Wawancara)
Wawancara adalah situasi peran antar pribadi bertatap muka, ketika
seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan
masalah penelitian kepada seorang responden (Amiruddin, 2006:82). Jenis
wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara bebas terpimpin, yaitu
dengan menggunakan catatan-catatan dan kerangka pertanyaan yang telah
commit to user
variasi pengujian dan kebebasan dalam memberikan pertanyaan dengan
mendasarkan pada situasi yang ada sehingga dapat digali secara mendalam
mengenai suatu masalah yang peneliti lakukan.
b. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data sekunder, yaitu
dengan mempelajari buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan,
dokumen-dokumen resmi, hasil penelitian terdahulu, dan bahan
kepustakaan lain yang berkaitan dengan masalah yang penulis teliti.
7. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah suatu cara-cara analisis, yaitu dengan
kegiatan mengumpulkan data kemudian diadakan pengeditan terlebih dahulu,
untuk selanjutnya dimanfaatkan sebagai bahan analisis yang sifatnya
kualitatif.
Penulis menggunakan model analisis interaktif (interactive model of
analysis), yaitu data yang dikumpulkan akan dianalisa melalui 3 (tiga) tahap,
yaitu mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan. Dalam
model ini dilakukan suatu proses siklus antar tahap-tahap, sehingga data yang
terkumpul akan berhubungan dengan satu sama lain dan benar-benar data
yang mendukung penyusunan laporan penelitian (HB Soetopo, 2002:35-37).
Tahap-tahap analisa tersebut meliputi :
a. Reduksi data
Kegiatan yang bertujuan untuk mempertegas, memperpendek,
membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting yang muncul dari
catatan dan pengumpulan data. Proses ini berlangsung terus menerus
sampai laporan penelitian selesai.
b. Penyajian data
Sekumpulan informasi yang memunginkan kesimpulan riset dapat
dilaksanakan yang meliputi berbagai jenis matrik, gambar, tabel, dan
commit to user
11
c. Menarik Kesimpulan
Upaya menarik kesimpulan dari semua hal yang terdapat dalam
reduksi data dan sajian data.
Analisa data kualitatif model interaktif dapat digambarkan dengan
skema sebagai berikut (HB Soetopo, 2002:96) :
Gambar 1. Model analisis interaktif
F. Sistematika Penulisan Hukum (Skripsi)
Penulis menyiapkan sistematika penulisan hukum (skripsi) untuk
memberikan gambaran menyeluruh mengenai sistematika penulisan karya ilmiah
yang sesuai dengan aturan baru dalam penulisan karya ilmiah. Sistematika
penulisan hukun bagi penulis akan memberikan gambaran yang jelas sehingga
akan memudahkan pembaca untuk mengetahui isi dan maksud penelitian ini.
Adapun sistematika dalam penulisan hukum ini adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan hukum.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan kerangka-kerangka teori mengenai tinjauan tentang
bank, upaya hukum, perjanjian, wanprestasi, jaminan, bank garansi. Pengumpulan
Data
Reduksi Data
Sajian Data
commit to user
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANPada bab ini penulis menjelaskan sekaligus menjawab rumusan masalah
yang telah ditentukan sebelumnya. Pertama mengenai prosedur
pemberian bank garansi yang dilakukan oleh PT.Bank Negara
Indonesia Cabang Utama Surakarta. Kedua mengenai upaya hukum
yang dilakukan PT.Bank Negara Indonesia Cabang Utama Surakarta
apabila terjamin wanprestasi terhadap perjanjian bank garansi.
BAB IV : PENUTUP
Bab ini berisi simpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
13 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan tentang Bank
a. Pengertian Bank
Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya
menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Bank juga dikenal
sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang
membutuhkannya. Disamping itu bank juga dikenal sebagai tempat untuk
menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala macam bentuk
pembayaran dan setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak,
uang kuliah, dan pembayaran lainnya (Kasmir, 2002: 23).
Bank adalah lembaga keuangan berarti bank adalah badan usaha
yang kekayaannya terutama dalam bentuk aset keuangan (financial
assets) serta bermotifkan profit dan juga sosial, jadi bukan hanya mencari
keuntungan saja (Malayu S.P Hasibuan, 2001: 2)
Prof. G.M. Verryn Stuart dalam Malayu S.P Hasibuan
memberikan definisi “Bank is a company who satisfied other people by
giving a credit with the money they accept as a gamble to the other,
eventhough they should supply the new money.” (Bank adalah badan
usaha yang wujudnya memuaskan keperluan orang lain, dengan
memberikan kredit berupa uang yang diterimanya dari orang lain
sekalipun dengan jalan mengeluarkan uang baru kertas atau logam).
Menurut Undang-Undang Nomor 14 tahun 1967 tentang
Pokok-Pokok Perbankan, bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan
peredaran uang. Sedangkan pengertian lembaga keuangan adalah semua
badan yang melalui kegiatan kegiatannya di bidang keuangan, menarik
commit to user
Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Berdasarkan pengertian tersebut Kasmir menyimpulkan bahwa
bank adalah badan usaha yang beraktivitas pertama adalah menghimpun
dana dari masyarakat luas yang dikenal dengan kegiatan funding dalam
dunia perbankan. Dana dari masyarakat setelah diperoleh bank dalam
bentuk simpanan, maka dana tersebut diputar kembali atau dijual kembali
kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan
istilah kredit (lending).
b. Kegiatan-Kegiatan Bank
Berdasarkan definisi bank yang terdapat dalam Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998, maka kegiatan perbankan dapat dibedakan
menjadi 3 (tiga), yaitu :
1) Menghimpun dana dari masyarakat (funding) dalam bentuk :
a) Simpanan giro (demand deposit)
Simpanan giro merupakan simpanan pada bank yang
penarikannya dapat dilakukan dengan menggunakan cek atau
bilyet giro.
b) Simpanan tabungan (saving deposit)
Merupakan simpanan pada bank yang penarikannya sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan oleh bank.
c) Simpanan deposito (time deposit)
Deposito merupakan simpanan yang memiliki jangka waktu
tertentu, penarikannya dilakukan sesuai jangka waktu tersebut.
2) Menyalurkan dana (lending) antara lain meliputi :
a) Kredit Investasi
Kredit investasi merupakan kredit yang diberikan kepada
commit to user
15
b) Kredit modal kerja
Kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan sebagai
modal kerja. Kredit ini berjangka waktu pendek yaitu tidak lebih
dari 1 (satu) tahun.
c) Kredit perdagangan
Kredit perdagangan merupakan kredit yang diberikan kepada
para pedagang dalam rangka memperlancar atau memperluas
kegiatan perdagangannya.
3) Memberikan jasa-jasa bank lainnya (services) antara lain :
a) Kiriman Uang (transfer)
Transfer merupakan pengiriman uang lewat bank, yang
dilakukan pada bank yang sama atau berlainan bank.
b) Letter of Credit (L/C)
Letter of Credit (L/C) merupakan surat kredit yang diberikan
kepada para eksportir dan importir yang digunakan untuk
melakukan pembayaran atas transaksi ekspor impor yang
mereka lakukan.
c) Bank garansi
Bank garansi merupakan jaminan bank yang diberikan kepada
nasabah dalam rangka membiayai suatu usaha.
Secara ringkas kegiatan bank sebagi lembaga keuangan
dapat dilihat dalam gambar berikut ini (Kasmir, 2003:4) :
Gambar 2. Skematik Kegiatan Bank Bank
Menghimpun Dana
Menyalurkan Dana
commit to user
2. Tinjauan tentang Upaya Hukum
a. Pengertian Upaya Hukum
Pengertian upaya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata
adalah usaha; ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud, memecahkan
persoalan, mencari jalan keluar, dan sebagainya
(http://www.KamusBahasaIndonesia.org).
Pengertian hukum menurut Mochtar Kusuma Atmadja dalam Titik
Triwulan Tutik adalah keseluruhan kaidah – kaidah serta asas – asas yang
mengatur pergaulan hidup manusia dalam masyarakat yang bertujuan
memelihara ketertiban juga meliputi lembaga – lembaga dan proses guna
mewujudkan berlakunya kaidah sebagai kenyataan dalam masyarakat.
Sedangkan Soerjono Soekanto mengartikan hukum sebagai suatu gejala
sosial budaya yang berfungsi menerapkan kaidah – kaidah dan pola – pola
perilaku tertentu terhadap individu – individu dalam masyarakat.
Pengertian hukum menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang
dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah; undang-undang, peraturan,
dsb untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat; patokan (kaidah,
ketentuan) mengenai peristiwa (alam dan sebagainya) yang tertentu;
keputusan (pertimbangan) yang ditetapkan oleh hakim (dalam
pengadilan); vonis (http://www.KamusBahasaIndonesia.org/).
Upaya hukum berarti usaha yang dilakukan menggunakan
peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang
dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah; undang-undang, peraturan,
dsb untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat; patokan (kaidah,
ketentuan) mengenai peristiwa (alam dan sebagainya) yang tertentu;
keputusan (pertimbangan) yang ditetapkan oleh hakim (dalam
commit to user
17
3. Tinjauan tentang Perjanjian
a. Pengertian Perjanjian
Perjanjian dalam Bahasa Belanda disebut dengan kata
overeenkomst. Secara umum ketentuan yang mengatur tentang perjanjian
terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)
buku III tentang Perikatan. Pengertian perjanjian diatur dalam Pasal 1313
KUH Perdata. Pasal tersebut berbunyi perjanjian adalah suatu perbutan
dengan mana satu pihak atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
orang atau lebih”.
Pengertian perjanjian tersebut mempunyai beberapa kelemahan,
yaitu :
1) Tidak jelas karena setiap perbuatan dapat disebut perjanjian (Salim,
2008:7). Perbuatan dapat dibedakan menjadi perbuatan manusia
menurut hukum dan perbuatan manusia melawan hukum. Tidak
semua perbuatan hukum dapat disebut sebagai perjanjian, contohnya
adalah perkawinan tidak dapat disebut sebagai suatu perjanjian.
2) Hanya mengikat satu pihak saja, padahal seharusnya suatu perjanjian
mengikat dua pihak karena ada consensus (persetujuan) dari dua pihak
yang mengadakan perjanjian.
3) Kata perbuatan mencakup juga tanpa konsensus. Dalam pengertian
“perbuatan” termasuk juga tindakan melaksanakan tugas tanpa kuasa
(zaakwaarneming), tindakan melawan hukum (onrechmatig daad)
yang tidak mengandung suatu konsensus. Seharusnya dipakai kata
”persetujuan.’’
4) Pengertian perjanjian terlalu luas, karena mencakup juga
perlangsungan perkawinan, janji kawin yang diatur dalam lapangan
hukum keluarga. Padahal yang dimaksud adalah hubungan antara
debitur dan kreditur dalam lapangan kekayaan saja. Perjanjian yang
dikehendaki oleh buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
sebenarnya hanyalah perjanjian yang bersifat kebendaan bukan
commit to user
5) Tanpa menyebut tujuan, dalam suatu perjanjian seharusnya
menyebutkan tujuan pengadaan penjanjian.
Berdasarkan alasan tersebut di atas Abdulkadir Muhammad
memberikan definisi bahwa perjanjian adalah suatu persetujuan dua orang
atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal mengenai
harta kekayaan, sedangkan Salim mendefinisikan perjanjian sebagai
hubungan hukum antara subjek hukum yang satu dengan subjek hukum
yang lain dalam bidang harta kekayaan dimana subjek hukum yang satu
berhak atas prestasi dan begitu juga subjek hukum yang lain berkewajiban
untuk melaksanakan prestasinya sesuai dengan yang telah disepakatinya.
Unsur-unsur yang tercantum dalam definisi perjanjian tersebut
adalah:
1) Adanya hubungan hukum
Hubungan hukum merupakan hubungan yang menimbulkan akibat
hukum. Akibat hukum adalah timbulnya hak dan kewajiban.
2) Adanya subjek hukum
Subyek hukum, yaitu pendukung hak dan kewajiban.
3) Adanya prestasi
Prestasi terdiri atas melakukan sesuatu, berbuat sesuatu, dan tidak
berbuat sesuatu.
4) Di bidang harta kekayaan (Salim dkk, 2008: 9).
b. Syarat Sah Perjanjian
Syarat sahnya perjanjian diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata
yang menyebutkan bahwa perjanjian sah apabila memenuhi 4 (empat)
unsur, yaitu :
1) Adanya kesepakatan kedua belah pihak
Yang dimaksud dengan kesepakatan adalah persesuaian pernyataan
kehendak antara satu orang atau lebih dengan pihak lainnya. Ada 5
commit to user
19
a) bahasa yang sempurna dan tertulis
b) bahasa yang sempurna secara lisan
c) bahasa yang tidak sempurna asal dapat diterima oleh pihak lawan
d) bahasa isyarat asal dapat diterima oleh pihak lawan
e) diam atau membisu asal dapat dipahami atau diterima pihak
lawan
Pada dasarnya cara yang paling banyak digunakan oleh para pihak
adalah dengan bahasa yang sempurna secara lisan dan secara tertulis
karena akan memberikan kepastian hukum bagi para pihak dan
sebagai alat bukti yang sempurna (Salim dkk, 2008: 9-10).
2) Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum
Perbuatan hukum adalah perbuatan yang akan menimbulkan akibat
hukum. Para pihak yang akan mengadakan perjanjian harus sudah
cakap hukum dan mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan
hukum. Orang yang cakap dan berwenang melakukan perbuatan
hukum adalah orang yang sudah dewasa menurut hukum. Ukuran
kedewasaan adalah sudah berumur 21 tahun dan atau sudah kawin.
Dalam Pasal 1330, yang termasuk tak cakap untuk membuat
perjanjian-perjanjian adalah :
a) Orang-orang yang belum dewasa.
b) Mereka yang di bawah pengampuan.
c) Orang-orang perempuan yang bersuami (orang-orang perempuan
dinyatakan cakap untuk melakukan perbuatan hukum, yaitu dengan
adanya Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1974).
3) Suatu hal tertentu
Yang dimaksud hal tertentu adalah adanya obyek perjanjian. Obyek
perjanjian adalah prestasi. Prestasi adalah apa yang menjadi kewajiban
debitur dan apa yang menjadi hak kreditur. Prestasi terdiri dari :
a) memberikan sesuatu;
b) berbuat sesuatu;
commit to user
4) Suatu sebab yang halalYang dimaksud dengan sebab yang halal adalah yang tidak
bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan, dan ketertiban
umum.
Dilihat dari syarat-syarat tersebut, maka syarat sahnya perjanjian
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Syarat Subyektif
Adalah suatu syarat yang menyangkut pada subyek-subyek perjanjian
itu atau dengan perkataan lain syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh
mereka yang membuat perjanjian dimana hal ini meliputi kesepakatan
mereka mengikatkan dirinya dan kecakapan pihak yang membuat
perjanjian. Apabila syarat subyektif ini tidak dipenuhi maka perjanjian
dapat dibatalkan
2) Syarat Obyektif
Adalah syarat yang menyangkut pada obyek perjanjian tersebut, yaitu
meliputi suatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal. Apabila syarat
obyektif ini tidak dipenuhi maka perjanjian ini batal demi hukum atau
batal dengan sendirinya artinya sejak semula tidak pernah dilahirkan
suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu perikatan (Subekti, 2000:
20).
Perjanjian dapat dibuat secara lisan maupun tertulis, namun
beberapa perjanjian harus dibuat dibuat dengan memenuhi ketentuan
formal yang tertulis. Untuk kebutuhan pembuktian di kemudian hari,
perjanjian perlu dibuat secara tertulis (Jonker Sihombing, 2008: 34).
c. Asas-asas dalam Perjanjian
Dalam perjanjian atau kontrak dikenal berbagai macam asas yang
harus dipenuhi oleh pihak-pihak. Asas-asas tersebut antara lain kebebasan
berkontrak (freedom of contract), asas konsensualisme (concsensualism),
commit to user
21
dan asas kepribadian (personality). Secara rici asas-asas tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1) Asas Kebebasan Berkontrak (freedom of contract)
Asas kebebasan berkontrak terdapat dalam Pasal 1338 ayat (1)
KUHPerdata, yang berbunyi: “Semua perjanjian yang dibuat secara
sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.”
Asas ini mengandung arti bahwa dalam membuat kontrak para pihak
bebas membuat dalam bentuk dan cara apapun asal tidak bertentangan
dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan undang-undang. Asas ini
merupakan suatu asas yang memberikan kebebasan kepada para pihak
untuk :
a) Membuat atau tidak membuat perjanjian
b) Mengadakan perjanjian dengan siapa pun
c) Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan dan persyaratannya
d) Menentukan bentuk perjanjiannya apakah tertulis atau lisan
(Salim HS, 2003: 9)
2) Asas Konsensualisme (concensualism)
Asas konsensualisme dinyatakan dalam Pasal 1320 ayat (1)
KUHPerdata. Pada pasal tersebut ditentukan bahwa salah satu syarat
sahnya perjanjian adalah adanya kata kesepakatan antara kedua belah
pihak. Yang dimaksud dengan kesepakatan adalah persesuaian
pernyataan kehendak antara satu orang atau lebih dengan pihak
lainnya.
3) Asas Kepastian Hukum (pacta sunt servanda)
Asas kepastian hukum atau disebut juga dengan asas pacta sunt
servanda. Asas pacta sunt servanda dapat disimpulkan dalam Pasal
1338 ayat (1) KUHPerdata yang berbunyi “Semua perjanjian yang
dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang.” Asas ini
berhubungan dengan akibat hukum yang timbul karena terjadinya
suatu kontrak. Asas ini mengandung arti bahwa perjanjian yang dibuat
undang-commit to user
undang bagi mereka dan memberi kepastian hukum bagi para pihak
yang membuatnya. Menurut Salim, asas pacta sunt servanda
merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati
substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak; sebagaimana
layaknya sebuah undang-undang.
4) Asas Itikad Baik (good faith)
Asas itikad baik terdapat dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata yang
berbunyi: “Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.” Asas ini
merupakan asas bahwa para pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur
harus melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau
keyakinan yang teguh maupun kemauan baik dari para pihak. Asas
itikad baik terbagi menjadi dua macam, yakni itikad baik nisbi dan
itikad baik mutlak. Pada itikad baik nisbi, seseorang memperhatikan
sikap dan tingkah laku yang nyata dari subjek. Pada itikad baik
mutlak, penilaian terletak pada akal sehat dan keadilan serta dibuat
ukuran yang obyektif untuk menilai keadaan (penilaian tidak
memihak) menurut norma-norma yang objektif (Salim HS, 2003: 11).
Asas itikad baik dilihat dari pelaksanaan perjanjian.
5) Asas Kepribadian (personality)
Menurut Salim, asas kepribadian merupakan asas yang menentukan
bahwa seseorang yang akan melakukan dan atau membuat kontrak
hanya untuk kepentingan perseorangan saja. Asas kepribadian terdapat
dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUH Perdata. Pasal 1315 KUH
Perdata menyatakan bahwa: “Pada umumnya seseorang tidak dapat
mengadakan perikatan atau perjanjian selain untuk dirinya sendiri.”
Pasal 1340 KUH Perdata berbunyi: “Perjanjian hanya berlaku antara
pihak yang membuatnya.”Asas kepribadian merupakan asas yang
menentukan bahwa seseorang yang akan melakukan dan/atau
membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan saja. Inti
ketentuan ini sudah jelas bahwa untuk mengadakan suatu perjanjian,
commit to user
23
mengandung maksud bahwa perjanjian yang dibuat oleh para pihak
hanya berlaku bagi mereka yang membuatnya. Pengecualian terhadap
ketentuan ini terdapat dalam Pasal 1317 KUH Perdata yang
menyatakan: “Dapat pula perjanjian diadakan untuk kepentingan
pihak ketiga, bila suatu perjanjian yang dibuat untuk diri sendiri, atau
suatu pemberian kepada orang lain, mengandung suatu syarat
semacam itu.” Sedangkan di dalam Pasal 1318 KUH Perdata, tidak
hanya mengatur perjanjian untuk diri sendiri, melainkan juga untuk
kepentingan ahli warisnya dan untuk orang-orang yang memperoleh
hak daripadanya. Jika dibandingkan kedua pasal itu maka Pasal 1317
KUH Perdata mengatur tentang perjanjian untuk pihak ketiga,
sedangkan dalam Pasal 1318 KUH Perdata untuk kepentingan dirinya
sendiri, ahli warisnya dan orang-orang yang memperoleh hak dari
yang membuatnya. Dengan demikian, Pasal 1317 KUH Perdata
mengatur tentang pengecualiannya, sedangkan Pasal 1318 KUH
Perdata memiliki ruang lingkup yang luas.
d. Hapusnya Perjanjian
Menurut Salim, berakhirnya perikatan karena undang-undang
adalah konsignasi, musnahnya barang yang terutang, dan daluarsa.
Sedangkan berakhirnya perikatan karena perjanjian yaitu dengan
pembayaran, pembaruan utang, kebatalan atau pembatalan, serta
berlakunya suatu syarat batal. Di samping cara-cara tersebut, dalam
praktek dikenal pula caraberakhirnya perjanjian, yaitu :
1) Jangka waktu berakhir;
2) Dilaksanakan obyek perjanjian;
3) Kesepakatan kedua belah pihak;
4) Pemutusan secara sepihak oleh salah satu pihak;
commit to user
4. Tinjauan tentang Wanprestasi
a. Pengertian Prestasi
Wanprestasi timbul setelah adanya prestasi yang tidak dipenuhi.
Prestasi adalah kewajiban yang harus dipenuhi oleh debitur dalam setiap
perikatan. Menurut ketentuan Pasal 1234 Kitab Undang-undang Hukum
Perdata, prestasi dapat berupa :
1) Memberikan sesuatu
Memberikan sesuatu adalah menyerahkan kekuasaan benda dari
debitur kepada kreditur (Abdulkadir Muhammad, 2000:202). Wujud
prestasinya adalah untuk memberikan atau menyerahkan sesuatu.
2) Berbuat sesuatu
Wujud prestasinya adalah untuk melakukan sesuatu yang telah
disepakati bersama dalam perjanjian.
3) Tidak berbuat sesuatu
Wujud prestasinya adalah untuk tidak melaksanakan sesuatu
perbuatan yang disepakati bersama.
Abdulkadir Muhammad menyebutkan bahwa prestasi memiliki
sifat-sifat sebagi berikut :
1) Harus sudah tertentu atau dapat ditentukan. Hal ini memungkinkan
debitur memenuhi perikatan. Jika prestasi itu tidak tertentu atau tidak
dapat ditentukan mengakibatkan perikatan batal (nietig).
2) Harus mungkin, artinya prestasi itu dapat dipenuhi oleh debitur
secara wajar dengan segala usahanya. Jika tidak demikian perikatan
batal (nietig).
3) Harus diperbolehkan, artinya tidak dilarang oleh undang-undang,
tidak bertentangan dengan kesusilaan, tidak bertentangan dengan
ketertiban umum. Jika prestasi itu tidak halal, perikatan batal
(nietig).
4) Harus ada manfaat bagi kreditur, artinya kreditur dapat
menggunakan, menikmati, dan mengambil hasilnya. Jika tidak
commit to user
25
5) Terdiri dari satu perbuatan atau serentetan perbuatan. Jika prestasi itu
berupa satu kali perbuatan dilakukan lebih dari satu kali dapat
mengakibatkan pembatalan perikatan (vernietigbaar).
b. Pengertian Wanprestasi
Wanprestasi adalah prestasi yang buruk, artinya tidak memenuhi
kewajiban yang telah diwajibkan dalam perjanjian. Tidak dipenuhinya
kewajiban debitur disebabkan oleh 2 (dua) alasan, yaitu:
1) Karena kesalahan debitur, baik dengan sengaja tidak dipenuhi
kewajiban maupun karena kelalaian.
2) Karena keadaan memaksa (overmacht), force majeure, jadi di luar
kemampuan debitur. Debitur tidak bersalah (Abdulkadir
Muhammad, 2000:203).
Wanprestasi (kelalaian atau kealpaan) seorang debitur dapat
dibedakan menjadi empat macam, yaitu :
1) Debitur tidak memenuhi sama sekali.
2) Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak sebagaimana yang
dijanjikannya.
3) Debitur memenuhi prestasi tapi terlambat.
4) Debitur melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh
dilakukannya. (Subekti, 2001:45).
c. Akibat Wanprestasi
Ada 4 (empat) akibat adanya wanprestasi, yaitu sebagai berikut:
1) Perikatan tetap ada. Kreditur masih dapat menuntut kepada debitur
pelaksanaan prestasi, apabila ia terlambat memenuhi prestasi. Di
samping itu, kreditur berhak menuntut ganti rugi akibat
keterlambatan melaksanakan prestasinya. Hal ini disebabkan kreditur
akan mendapat keuntungan apabila debitur melaksanakan prestasi
commit to user
2) Debitur harus membayar ganti rugi kepada kreditur (Pasal 1243
KUH Perdata).
3) Beban resiko beralih untuk kerugian debitur, jika halangan itu timbul
setelah debitur wanprestasi, kecuali bila ada kesengajaan atau
kesalahan besar pihak kreditur. Oleh karena itu, debitur tidak
dibenarkan untuk berpegang pada keadaan memaksa.
4) Jika perikatan lahir dari perjanjian timbal balik, kreditur dapat
membebaskan diri dari kewajibannya memberikan norma prestasi
dengan menggunakan Pasal 1266 KUH Perdata yang memuat
ketentuan bahwa wanprestasi dari salah satu pihak memberikan hak
kepada pihak lainnya untuk membatalkan perjanjian lewat hakim.
d. Tuntutan atas dasar wanprestasi
Kreditur dapat menuntut seorang debitur yang telah wanprestasi
hal-hal sebagai berikut :
1) Kreditur dapat meminta pemenuhan prestasi saja dari debitur;
2) Kreditur dapat menuntut prestasi disertai ganti rugi kepada debitur
(Pasal 1267 KUH Perdata);
3) Kreditur dapat menuntut dan menerima ganti rugi, hanya mungkin
kerugian karena keterlambatan;
4) Kredit dapat menuntut pembatalan perjanjian;
5) Kreditur dapat menuntut pembatalan disertai ganti rugi kepada
debitur. Ganti rugi itu berupa pembayaran uang denda (Salim, 2003:
99).
5. Tinjauan tentang Jaminan
a. Pengertian Jaminan
Istilah jaminan merupakan terjemahan dari bahasa Belanda, yaitu
zekerheid atau cautie. Zekerheid atau cautie mencakup secara umum
commit to user
27
pertanggungan jawab umum debitur terhadap barang-barangnya (Salim,
2002: 21).
Hartono Hadisoeprapto dalam Salim HS berpendapat bahwa
jaminan adalah sesuatu yang diberikan kepada kreditur untuk
menimbulkan keyakinan bahwa debitur akan memenuhi kewajiban yang
dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan, sedangkan M.
Bahsan memberikan mendefinisikan jaminan adalah segala sesuatu yang
diterima kreditur dan diserahkan debitur untuk menjamin suatu utang
piutang dalam masyarakat.
Jaminan adalah tanggungan yang diberikan oleh debitur kepada
kreditur karena pihak kreditur mempunyai suatu kepentingan, yaitu bahwa
debitur harus memenuhi kewajibannya dalam suatu perikatan (Budi
Untung, 2000: 56).
b. Jenis Jaminan
Jaminan dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu :
1) Jaminan materiil atau dapat disebut jaminan kebendaan
Jaminan kebendan mempunyai ciri-ciri kebendan dalam arti
memberikan hak mendahului di atas bend-benda tertentu dan
mempunyai sifat melekat dan mengikuti benda yang bersangkutan.
Menurut Sri Soedewi Masjchoen Sofwan dalam Salim HS, jaminan
materiil (kebendaan) adalah jaminan yang berupa hak mutlak atas
suatu benda, yang mempunyai ciri-ciri mempunyai hubungan
langsung atas benda tertentu, dapat dipertahankan terhadap siapa pun,
selalu mengikuti bendanya dan dapat dialihkan.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikemukakan unsur-unsur
jaminan materiil sebagai berikut :
a) Hak mutlak atas suatu benda;
b) Mempunyai hubungan langsung atas benda tertentu;
c) Dapat dipertahankan terhadap siapapun;
commit to user
e) Dapat dialihkan kepada pihak lainnya.Jaminan materiil (kebendaan)dapat digolongkan menjadi 5 (lima)
macam, yaitu :
a) Gadai (pand),yang diatur di dalam Bab 20 Buku II Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata);
b) Hipotek, yang diatur dalam Bab 21 Buku II KUH Perdata;
c) Credietverband, yang diatur dalam Stb. 1908 Nomor 542
sebagaimana telah diubah dengan Stb. 1937 Nomor 190;
d) hak tanggungan, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Nomor 4Tahun 1996;
e) jaminan fidusia, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Nomor 42 Tahun 1999.
Pembebanan hak atas tanah yang menggunakan lembaga hipotek dan
credietverband sudah tidak berlaku lagi karena telah dicabut dengan
Undang-Undang Nomor 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan,
sedangkan pembebanan jaminan atas kapal laut dan pesawat udara
masih tetap menggunakan lembaga hipotek.
2) Jaminan imateriil atau jaminan perorangan
Istilah jaminan perorangan berasal dari kata borgtocht. Jaminan
perorangan merupakan jaminan yang tidak memberikan hak
mendahului di atas benda-benda tertentu, tetapi hanya dijamin oleh
harta kekayaan seseorang lewat orang yang menjamin pemenuhan
perikatan yang bersangkutan. Soebekti mengartikan jaminan
perorangan adalah suatu perjanjian antara seorang (kreditur) dengan
seorang ketiga, yang menjamin dipenuhinya kewajiban si berhutang
(debitur). Ia bahkan dapat diadakan di luar (tanpa) si berhutang
tersebut (Soebekti 1996: 17). Soebekti mengkaji jaminan perorangan
dari dimensi kontraktual antara kreditur dengan pihak ketiga.
Selanjutnya ia mengemukakan bahwa maksud adanya jaminan ini
adalah untuk pemenuhan kewajiban si berhutang, yang dijamin
commit to user
29
si penanggung (penjamin) dapat disita dan dilelang menurut ketentuan
perihal pelaksanaan eksekusi putusan pengadilan.
Berdasarkan definisi tersebutdi atas, maka dapat dikemukakan unsur
jaminan perorangan sebagai berikut :
a) Mempunyai hubungan langsung terhadap orang tertentu;
b) Hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu; dan
c) Terhadap harta kekayaan debitur umumnya.
Jaminan perorangan dapat dibagi menjadi 4 (empat) macam, yaitu :
a) Penanggung (borg), adalah orang lain yang dapat ditagih;
b) Tanggung-menanggung yang serupa dengan tanggung renteng;
c) Akibat hak dari tanggung renteng pasif, meliputi : Hubungan hak
bersifat ekstern, yaitu hubungan hak antara para debitur dengan
pihak lain (kreditur) dan hubungan hak bersifat intern, yaitu
hubungan hak antara sesama debitur itu satu dengan yang lainnya;
d) Perjanjian garansi (Pasal 1316 KUH Perdata), yaitu bertanggung
jawab guna kepentingan pihak ketiga (Salim, 2004: 218).
Menurut Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, jaminan dapat
dibedakan menurut :
1) Cara terjadinya :
a) Lahir karena Undang – Undang
Jaminan yang lahir karena undang- undang merupakan jaminan
yang keberadaannya ditunjuk undang – undang, tanpa adanya
perjanjian para pihak, yaitu yang diatur dalam Pasal 1131 KUH
Perdata yang menyatakan bahwa segala kebendaan milik debitur,
baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian
hari, akan menjadi tanggungan untuk segala perikatannya.
Dengan demikian berarti seluruh benda debitur menjadi jaminan
bagi semua kreditur. Dalam hal debitur tidak dapat memenuhi
kewajiban hutangnya kepada kreditur, maka kebendaan milik
commit to user
tersebut dibagi para kreditur seimbang dengan besar piutang
masing-masing (Pasal 1132 KUH Perdata).
b) Lahir karena diperjanjikan
Selain jaminan yang ditunjuk oleh undang – undang, sebagai
bagian dari asas konsensualitas dalam hukum perjanjian,
undang-undang memungkinkan para pihak untuk melakukan perjanjian
penjaminan yang ditujukan untuk menjamin pelunasan atau
pelaksanaan kewajiban debitur kepada kreditur. Perjanjian
penjaminan ini merupakan perjanjian accessoir yang melekat
pada perjanjian dasar atau perjanjian pokok yang menerbitkan
hutang piutang diantara debitur dengan kreditur. Contoh : hipotik,
hak tanggungan, fidusia, gadai, perjanjian penanggungan
(borghtocht), perjanjian garansi, perhutangan, tanggung –
menanggung, (tanggung renteng).
2) Obyeknya
a) Obyek berupa benda bergerak;
b) Obyek berupa benda tidak bergerak / benda tetap;
3) Sifatnya
a) Termasuk jaminan umum
Menurut sifatnya, ada jaminan yang bersifat umum, yaitu jaminan
yang diberikan bagi kepentingan semua kreditur dan menyangkut
semua harta debitur, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1131
KUH Perdata.
b) Termasuk jaminan khusus
Jaminan yang bersifat khusus yang merupakan jaminan dalam
bentuk penunjukkan atau “ penyerahan “ benda tertentu secara
khusus, sebagai jaminan atas pelunasan kewajiban atau hutang
debitur kepada kreditur tertentu, yang hanya berlaku untuk
kreditur tertentu tersebut, baik secara kebendaan maupun
perorangan. Timbulnya jaminan khusus ini karena adanya
commit to user
31
dapat berupa jaminan yang bersifat kebendaan dan jaminan yang
bersifat perorangan.
c) Bersifat kebendaan
Jaminan yang bersifat kebendaan yaitu adanya benda tertentu
yang dijadikan jaminan (zakelijk).
d) Bersifat perorangan
Jaminan perorangan (personlijk), yaitu adanya orang tertentu
yang sanggup membayar atau memenuhi prestasi jika debitur
cidera janji. Jaminan perorangan ini tunduk pada ketentuan
hukum perjanjian yang diatur dalam Buku III KUHPerdata.
4) Kewenangan menguasai benda jaminannya
a) Menguasai benda jaminannya
Contoh : gadai dan hak retensi. Bagi kreditur, penguasaan benda
ini akan lebih aman, terutama untuk benda bergerak yang mudah
dipindah-tangankan dan berubah nilainya.
b) Tanpa menguasai benda jaminannya
Untuk jaminan yang tidak menguasai bendanya missal adalah
hipotik dan creditverband. Hal ini menguntungkan debitur karena
tetap dapat memanfaatkan benda jaminan.
6. Tinjauan tentang Bank Garansi
a. Pengertian Bank Garansi
Istilah bank garansi berasal dari terjemahan bahasa Belanda yaitu
bank garantie. Pengertian bank garansi terdapat dalam Pasal 1 Surat
Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor: 11/110/Kep./Dir/UPPB
tentang Pemberian Jaminan oleh Bank dan Pemberian Jaminan oleh
Lembaga Keuangan NonBank. Bank garansi adalah “ jaminan dalam
bentuk warkat yang diterbitkan oleh bank atau oleh lembaga keuangan non
bank yang mengakibatkan kewajiban membayar terhadap pihak yang
menerima jaminan apabila pihak yang menerima jaminan cedera janji.”
commit to user
pembayaran kepada pihak ketiga, apabila pihak yang menerima jaminan
wanprestasi (Salim, 2002: 222).
Bank guarantee it is not a guarantee in a traditional sense, where
one party acts as a surety for another’s obligation, although there are
similarities. Rather, it is in the nature of a bearer cheque made out to cash
that most closely encapsulates the essence of the bank guarantee. They are
also known by other names – performance bonds, insurance bonds and
stand-by letters of credit – but they all have one thing in common. They
oblige the issuing institution to pay cash over to the