FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NASABAH DALAM MEMUTUSKAN PENGAMBILAN KREDIT PADA PT. BANK
INTERNASIONAL INDONESIA (BII) MEDAN
DRAFT SKRIPSI
Oleh:
ELSARIDA SITUNGKIR 050521140
MANAJEMEN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Universitas Sumatera Utara
Medan
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Yesus Kristus atas segala kasih dan Anugrahnya yang telah memperkenankan penulis untuk menyelesaikan dan mempersembahkan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Departemen Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang membangun untuk menjadikan skripsi ini lebih sempurna.
Selama masa perkuliahan hingga penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bimbingan, nasehat dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan bahagia ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu, MEc selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Rita F. Dalimunthe, SE, Msi selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA selaku sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dra. Ramona R.I. Hasibuan, MP selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membimbing, mengarahkann dan memberikan saran kepada penulis. 5. Bapak Drs. Nakman Harahap, Msi selaku Dosen Penguji I yang telah
banyak memberikan saran dalam penulisan maupun perbaikan skripsi ini. 6. Ibu Dr. Elisabeth Siahaan, SE, MEc selaku dosen penguji II yang telah
banyak memberikan saran dan masukan untuk perbaikan skripsi ini.
perkulihan hingga penyelesaian skripsi ini.
10. Buat Sophar S. Yang telah menjadi seseorang yang paling dekat bagi penulis dan mengisi hari-hari penulis serta memberikan dukungan dan motivasi bagi penulis.
11. Buat teman-teman kuliah (Marini Fransiska, Lasma Sianipar, Nisrayni, Dewi SN, Roma Sumihar, Frans Simamora, Adrian, Sinta, Naomi, Melati, K.Lirma, Ika, Lusi) serta seluruh teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah menjadi rekan dalam perkuliahan selama ini dan telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Buat teman- teman kerjaku khususnya Ropi, K.Asina, K.Elfrida yang telah banyak memberikan dukungan dan motivasi buat penulis.
13. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, untuk jasa-jasanya selama perkuliahan.
14. Dan semua pihak yang tidak disebutkan pada saat ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih semoga Tuhan Yang Maha Besar memberikan berkatNYA atas segala kasih, jerih payah dan jasa-jasa mereka. Kiranya damai sejahtera dari Tuhan Yesus Kristus menyertai setiap langkah kita. Amin.
Medan, Mei 2008 Penulis
Dalam Memutuskan Pengambilan kredit Pada PT. Bank Internasional Indonesia (BII) Cabang Medan, di bawah Bimbingan Dra. Ramona Hasibuan, MP. Prof. Dr. Rita F. Dalimunthe, SE. M.Si (Ketua Departemen), Drs. Nakman Harahap, M.Si (Penguji I) dan Dr.Elisabeth Siahaan, SE. MEc (Penguji II).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor tingkat suku bunga kredit, proses penyaluran kredit, lokasi bank dan jumlah kredit terhadap keputusan permintaan kredit pada PT. Bank Internasional Indonesia (BII) Cabang Medan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nasabah yang memiliki pinjaman kredit Rekening Koran Pada PT. Bank Internasional Indonesia (BII) Cabang Medan, sebanyak 36 Responden dengan menggunakan Purposive Sampling.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Nilai thitung variabel independen
yang digunakan yaitu tingkat suku bunga kredit(X1) dan jumlah kredit(X4)
berpengaruh positif dan signifikan pada tingkat kesalahan α = 5%. Dimana X1 =
0.001 < α = 5% dan X4 = 0.040 < α = 5%, sementara variabel proses penyaluran
kredit(X2) dan lokasi bank(X3) berpengaruh positif tetapi tidak signifikan. Dimana
pada tingkat kesalahan α = 5%, X2 = 0.460 > α = 5%, dan X3 = 0.053 > α = 5%.
Nilai ttabel pada α = 5%, df = (36) = 2.021. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
suku bunga kredit dan jumlah kredit berpengaruh nyata terhadap keputusan permintaan kredit pada PT. Bank Internasional Indonesia (BII) Cabang Medan. Sementara proses penyaluran kredit dan lokasi bank berpengaruh tidak nyata terhadap keputusan permintaan kredit pada PT. Bank Internasional Indonesia (BII) Cabang Medan.
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 3
C. Kerangka Konseptual ... 3
D. Hipotesis ... 4
E . Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
1. Tujuan Penelitian ... 5
2. Manfaat Penelitian ... 5
F. Metode Penelitian ... 6
1. Batasan Operasional ... 6
2. Defenisi Operasional ... 6
3. Identifikasi Variabel ... 7
4. Skala Pengukuran Variabel ... 7
5. Tempat dan Waktu Penelitian ... 7
6. Populasi dan Sampel ... 8
7. Jenis Data ... 8
8. Teknik Pengumpulan Data ... 9
9. Analisis Data ... 9
BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu ... 12
B. Pengertian Pemasaran dan Pemasaran Jasa ... 12
1. Pengertian Pemasaran ... 12
2. Pengertian Pemasaran Jasa ... 13
E. Pengertian Kredit ... 24
1. Pengertian Kredit ... 24
2. Unsur-unsur Kredit... 25
3. Fungsi Kredit ... 26
4. Tujuan Kredit ... 27
5. Prinsip-prinsip Pemberian Kredit ... 28
6. Jenis-jenis Kredit ... 29
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat Perusahaan ... 33
B. Struktur Organisasi Perusahaan ... 33
C. Jenis-Jenis Kredit yang Disalurkan PT. Bank Internasional Indonesia Cabang Medan ... 34
D. Prosedur Pemberian Kredit ... 40
E. Proses yang Ditempuh Dalam Rangka Pemberian Kredit Kepada Debitur ... 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif ... 48
B. Analisis Statistik ... 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 64
B. Saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA
Internasional Indonesia ... 2
Tabel 4.1. Gambaran Umum Responden ... 48
Tabel 4.2. Pendapat Responden terhadap Variabel Tingkat Suku Bunga Kredit pada PT. Bank Internasional Indonesia ... 50
Tabel 4.3. Pendapat Responden terhadap Variabel Proses Penyaluran Kredit pada PT. Bank Internasional Indonesia ... 52
Tabel 4.4. Pendapat Responden terhadap Variabel Lokasi Bank pada PT. Bank Internasional Indonesia ... 53
Tabel 4.5. Pendapat Responden terhadap Variabel Jumlah Kredit pada PT. Bank Internasional Indonesia ... 54
Tabel 4.6. Pendapat Responden terhadap Variabel Keputusan Permintaan Kredit (Y) pada PT. Bank Internasional Indonesia ... 56
Tabel 4.7. Validitas Pertanyaan ... 58
Tabel 4.8. Reliabilitas Kuesioner ... 59
Tabel 4.9. Analisis Regresi Linier Berganda ... 60
Gambar 2.1. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian ... 24 Gambar 3.1. Proses Pemberian Kredit pada PT. Bank Internasional
Indonesia Cabang Medan ... 45 Gambar 3.2. Proses Permohonan Kredit pada PT. Bank Internasional
Indonesia Cabang Medan ... 46 Gambar 3.3. Proses Realisasi Kredit pada PT. Bank Internasional
Dalam Memutuskan Pengambilan kredit Pada PT. Bank Internasional Indonesia (BII) Cabang Medan, di bawah Bimbingan Dra. Ramona Hasibuan, MP. Prof. Dr. Rita F. Dalimunthe, SE. M.Si (Ketua Departemen), Drs. Nakman Harahap, M.Si (Penguji I) dan Dr.Elisabeth Siahaan, SE. MEc (Penguji II).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor tingkat suku bunga kredit, proses penyaluran kredit, lokasi bank dan jumlah kredit terhadap keputusan permintaan kredit pada PT. Bank Internasional Indonesia (BII) Cabang Medan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nasabah yang memiliki pinjaman kredit Rekening Koran Pada PT. Bank Internasional Indonesia (BII) Cabang Medan, sebanyak 36 Responden dengan menggunakan Purposive Sampling.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Nilai thitung variabel independen
yang digunakan yaitu tingkat suku bunga kredit(X1) dan jumlah kredit(X4)
berpengaruh positif dan signifikan pada tingkat kesalahan α = 5%. Dimana X1 =
0.001 < α = 5% dan X4 = 0.040 < α = 5%, sementara variabel proses penyaluran
kredit(X2) dan lokasi bank(X3) berpengaruh positif tetapi tidak signifikan. Dimana
pada tingkat kesalahan α = 5%, X2 = 0.460 > α = 5%, dan X3 = 0.053 > α = 5%.
Nilai ttabel pada α = 5%, df = (36) = 2.021. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
suku bunga kredit dan jumlah kredit berpengaruh nyata terhadap keputusan permintaan kredit pada PT. Bank Internasional Indonesia (BII) Cabang Medan. Sementara proses penyaluran kredit dan lokasi bank berpengaruh tidak nyata terhadap keputusan permintaan kredit pada PT. Bank Internasional Indonesia (BII) Cabang Medan.
A. Latar Belakang Masalah
Peningkatan perkembangan kegiatan perekonomian atau perkembangan
kegiatan usaha dari suatu perusahaan memerlukan sumber-sumber dana dari luar
perusahaan untuk membiayai perusahaan yang semakin berkembang. Sumber
dana yang berasal dari luar dapat diperoleh dengan melakukan pinjaman dari
bank, yang dikenal dengan istilah kredit. Berbagai kondisi yang dialami oleh
perusahaan dengan tingkatan yang berbeda, pada waktu dimana pembiayaan
sendiri tidak mencukupi maka perusahaan memerlukan bantuan pembiayaan
dalam bentuk kredit.
Pada perusahaan skala besar, kebutuhan finansial pemilik yang belum
mencukupi dapat diketahui pada waktu mereka selesai menyusun studi kelayakan.
Atas kekurangan dana, perusahaan dapat mengajukan permohonan kredit kepada
bank baik dalam bentuk kredit investasi atau kredit modal kerja. Sementara pada
perusahaan kecil atau pengusaha kecil, kebutuhan pembiayaan kredit bank muncul
setelah usaha berjalan atau pengusaha tersebut mempunyai pengalaman dalam
menjalankan usahanya.
Sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit,
melepaskan uangnya dengan tujuan laba dalam bentuk bunga, dan tujuan safety
yaitu keamanan dari fasilitas yang diberikan dalam bentuk kontinuitas
pembayaran pokok pinjaman. Oleh karena kegiatan pokok dari bank adalah
perkreditan dan keberhasilan setiap bank tergantung pada sebagian besar dari
usaha perkreditannya maka dibutuhkan suatu pengelolaan dan pengaturan yang
terpadu terhadap suku bunga kredit, proses penyaluran kredit, lokasi bank dan
jumlah kredit yang disalurkan dimana faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi
nasabah dalam memutuskan pengambilan kredit. Berbagai tingkat suku bunga
kredit, proses penyaluran kredit, lokasi bank dan jumlah kredit dari bank pesaing
mendorong PT. Bank Internasional Indonesia Cabang Medan agar beroperasi
PT. Bank Internasional Indonesia adalah salah satu bank terbesar di
Indonesia dengan jaringan internasional yang memiliki lebih dari 230 cabang dan
700 ATM diseluruh Indonesia serta tergabung dalam jaringan ATM ALTO dan
CIRRUS. Bank Internasional indonesia menyediakan produk dan jasa untuk
perusahan yang berskala menengah dan komersial serta menyediakan kepada
individu dan layanan perbankan prioritas.
Pada Tabel 1.1 dapat dilihat daftar kredit pinjaman rekening koran yang
sudah disalurkan oleh PT. BII selama tahun 2002 – 2006 sebagai berikut :
Tahun Jumlah Kredit Persentase
(%) Debitur Rupiah
2 0 0 2 2.065 691.500.000.000 ---
2 0 0 3 2.305 817.600.000.000 18,24 %
2 0 0 4 2.555 908.375.000.000 11,10 %
2 0 0 5 2.795 1.252.892.000.000 37,93 %
2 0 0 6 3.041 1.423.730.000.000 13,64 %
Sumber : PT. BII Cabang Medan
Tabel 1.1 Daftar kredit PRK 2002-2006
Pada Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa kredit yang disalurkan oleh PT. Bank
Internasional Indonesia mengalami kenaikan dari tahun 2002-2006. Pada tahun
2003 kenaikan permintaan kredit oleh debitur sebesar 18,24 % tahun 2004 sebesar
11,10 % tahun 2005 sebesar 37,93 % dan tahun 2006 sebesar 13,64 %.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik melakukan penelitian pada bank
yang menyalurkan kredit kepada masyarakat, perusahaan/nasabah yaitu PT. Bank
Internasional Indonesia Cabang Medan sebagai objek penelitian dikarenakan pada
saat ini PT. Bank Internasional Indonesia memiliki tingkat kolektibilitas di bawah
5 (lima). Berdasarkan kriteria tersebut, Bank Indonesia menetapkan PT. Bank
Internasional Indonesia sebagai bank yang sehat. Dalam hal ini, yang dimaksud
dengan tingkat kolektibilitas adalah perbandingan antara Aktiva Tertimbang
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara faktor-faktor tingkat suku bunga, proses penyaluran kredit, lokasi bank dan jumlah kredit terhadap keputusan permintaan kredit pada PT. BANK
INTERNASIONAL INDONESIA.
2. Diantara faktor-faktor tingkat suku bunga, proses penyaluran kredit, lokasi bank dan jumlah kredit, faktor manakah yang paling dominan
mempengaruhi permintaan kredit pada PT. BANK INTERNASIONAL INDONESIA.
C. Kerangka Konseptual
Perusahaan atau perorangan yang ingin mengajukan permohonan kredit ke
bank harus mengevaluasi terlebih dahulu untung ruginya mengajukan kredit
kepada bank dibandingkan dengan sumber pembiayaan lain seperti memanfaatkan
hutang dagang atau menambah modal dari pemilik. Apabila sumber pembiayaan
dari hutang dagang tidak memadai lagi dan demikian pula sumber dana dari
pemilik, maka sumber pembiayaan yang dapat digunakan adalah kredit bank.
Debitur akan berusaha untuk memperoleh kredit dari bank yang menawarkan
tingkat suku bunga yang rendah, proses penyaluran kredit yang mudah, lokasi
bank yang strategis dan jumlah kredit.
Tingkat suku bunga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar
kepada nasabah yang memiliki simpanan dan juga harga yang dibayar oleh
nasabah yang memperoleh pinjaman kepada bank (Kasmir 2003:133). Naik
turunnya tingkat suku bunga memberikan dampak yang simultan kepada debitur
maupun bank, jika tingkat suku bunga kredit dinaikkan maka permintaan kredit
cenderung akan menurun, dan permintaan kredit yang menurun akan berdampak
negatif terhadap laba bank.
Menurut Kasmir (2003:206) penentuan lokasi bank beserta sarana dan
mudah menjangkau lokasi bank. Penentuan lokasi ini akan mempengaruhi
nasabah untuk melakukan simpanan atau pinjaman kepada sebuah bank oleh
kerena itu penentuan lokasi ini harus dilakukan secara hati-hati.
Perbankan merupakan salah satu industri yang bergerak di sektor jasa.
Sama halnya dengan perusahaan jasa lainnya, proses penciptaan jasa kepada
pelanggan ataupun nasabah juga perlu diperhatikan. Proses produksi ataupun
operasi merupakan faktor penting bagi konsumen yang memiliki tingkat kontak
dengan pelanggan tinggi (Tjiptono 2005:32). Hal ini akan mempengaruhi
penilaian konsumen ataupun nasabah terhadap sebuah pelayanan yang diterima
langsung dari pihak perusahaan lainnya.
Besarnya jumlah kredit juga mempengaruhi permintaan kredit dari suatu
bank, debitur sangat mengharapkan bank dapat merealisasikan kredit sesuai
permintaan mereka.
Berdasarkan teori tersebut ada empat variabel yang dianggap peneliti yang
mempengaruhi permintaan kredit dan dapat digambarkan sebagai berikut :
Sumber : Peneliti Terdahulu Diolah Oleh Penulis Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
D. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan maka hipotesis
yang diberikan peneliti adalah :
keputusan permintaan kredit pada PT. Bank Internasional Indonesia.
2. Tingkat suku bunga merupakan faktor yang berpengaruh paling dominan terhadap permintaan kredit pada PT. Bank Internasional Indonesia.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor tingkat suku bunga
kredit, proses penyaluran kredit, lokasi bank dan jumlah kredit
terhadap keputusan permintaan kredit pada PT. Bank Internasional
Indonesia.
2. Untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap
permintaan kredit pada PT. Bank Internasional Indonesia.
2. Manfaat Penelitian
1. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk
mengetahui pengaruh faktor tingkat suku bunga kredit, proses
penyaluran kredit, lokasi bank dan jumlah kredit terhadap keputusan
permintaan kredit.
2. Bagi kalangan akademis lainnya, penelitian ini dapat menjadi bahan
referensi dalam melakukan penelitian tentang objek yang sama dimasa
yang akan datang.
3. Bagi peneliti, penelitian ini dapat memperluas wawasan peneliti
tentang perilaku konsumen dalam hal keputusan permintaan kredit dan
membandingkan teori yang diperoleh dibangku kuliah dengan fakta
F. MetodePenelitian
1. Batasan Operasional
Untuk menghindari kesimpangsiuran dalam membahas dan
menganalisis permasalahan, diperlukan pembatasan penelitian yang sesuai
dengan kemampuan dan pengetahuan penulis serta keterbatasan informasi
yang diperoleh pada objek penelitian.
Penelitian yang dilakukan penulis terbatas pada faktor-faktor
sebagai berikut :
1. Tingkat Suku Bunga
2. Proses Penyaluran Kredit
3. Lokasi Bank
4. Jumlah kredit
Penelitian yang dilakukan penulis juga terbatas pada Pinjaman
Rekening Koran / Overdraft Loan (PRK) yang disalurkan oleh PT. Bank
Internasional Indonesia.
2. Defenisi Operasional
Defenisi operasional yang terdapat dalam tulisan ini adalah :
1. Tingkat suku bunga kredit, yaitu harga jual yang harus dibayar oleh
peminjam (nasabah) kepada bank atau dapat juga diartikan sebagai
bunga yang dibebankan kepada nasabah oleh bank.
2. Proses penyaluran kredit, yaitu pelayanan yang diberikan pihak bank
kepada nasabah menyangkut proses penyaluran kredit dan segala
persyaratan yang harus dipenuhi nasabah dalam setiap permohonan
kredit.
3. Lokasi bank, yaitu berkenaan dengan letak atau lokasi bank.
4. Jumlah kredit (Plafond), yaitu pendapat debitur mengenai besarnya
3. Identifikasi Variabel
Pada penelitian ini terdapat lima variabel. Kelima variabel tersebut
dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu :
1. Variabel terikat (dependant variable, Yi) adalah permintaan kredit
2. Variabel bebas (independent variable, Xi) meliputi :
a. Tingkat Suku Bunga
b. Proses Penyaluran Kredit
c. Lokasi Bank
d. Jumlah kredit
Hubungan antara kelima variabel tersebut yaitu, bahwa naik
turunnya variabel terikat dipengaruhi oleh kelompok variabel bebas,
artinya salah satu atau lebih variabel bebas berubah maka akan
mengakibatkan variabel terikat ikut berubah.
4. Skala Pengukuran Variabel
Skala PengukuranVariabel yang digunakan pada penelitian ini adalah
skala likert, dimana responden menyatakan tingkat setuju atau tidak setuju
mengenai berbagai pertanyaan mengenai perilaku, objek, orang atau
kejadiaan, dan biasanya skala yang diajukan terdiri atas 5 atau 7 titik
(Kuncoro, 2003:157). Pengukuran dengan skala likert ini dilakukan
dengan pembagian :
a. Nilai 1 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju
b. Nilai 2 untuk jawaban Tidak Setuju
c. Nilai 3 untuk jawaban Ragu-Ragu
d. Nilai 4 untuk jawaban Setuju
e. Nilai 5 untuk jawaban Sangat Setuju
5. Tempat dan Waktu Penelitian
Peneliti melakukan penelitian pada PT. Bank Internasional
Indonesia, yang beralamat di Jl. Diponegoro No. 18 Medan. Penelitian ini
6. Populasi dan Sampel
a. Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap yang biasanya berupa
orang, objek, transaksi atau kejadian dimana kita tertarik untuk
mempelajarinya atau menjadi objek penelitian (Kuncoro, 2003:103).
Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah Debitur pada
PT. Bank Internasional Indonesia yang memperoleh pinjaman
Rekening Koran / Overdraft Loan (PRK). Jumlah Debitur yang
memperoleh PRK pada PT. Bank Internasional Indodesia berjumlah
360 Debitur.
b. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2003;73). Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan metode penarikan sampel dengan purposive sampling,
yaitu 10% dari populasi. Maka sampel yang digunakan peneliti adalah
sebanyak 36 debitur. Metode penarikan sampel yang digunakan adalah
Sampling Insidental. Sampling Insidental adalah teknik penentuan
sampel berdasarkan kebetulan yaitu memilih secara kebetulan
(Sugiyono, 2006;95). Kriteria sampel yaitu nasabah PT.BII yang
melakukan pinjaman Rekening Koran / overdraft Loan (PRK).
7. Jenis Data
Data yang digunakan sebagai informasi untuk melakukan analisis
dan evaluasi adalah :
1. Data primer
Adalah data yang didapat dari sumber pertama baik individu maupun
perorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian
kuesioner.
2. Data Sekunder
Data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh
8. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1. Wawancara
Dalam hal ini, penulis melakukan wawancara dengan bagian-bagian
yang terkait dengan masalah penelitian yang dilakukan, yaitu dengan
bagian perkreditan dan petugas lapangan.
2. Kuesioner
Dalam hal ini, penulis membuat sejumlah daftar pertanyaan yang
ditujukan kepada pihak terkait, yang bertujuan untuk memperoleh,
memperjelas dan menguatkan data.
9. Analisis Data
Dalam menganalisis data, metode yang digunakan adalah :
1. Metode Analisis Deskriptif
Yaitu metode penganalisaan yang dilakukan dengan cara menentukan
data, mengumpulkan data dan menginterpretasikan data sehingga dapat
memberikan gambaran masalah yang dihadapi.
2. Metode Analisis Regresi berganda
Analisis Regresi Berganda digunakan untuk mengadakan prediksi nilai
dari variabel terikat yaitu keputusan permintaan kredit pada PT. Bank
Internasional Indonesia (Y) dengan ikut memperhitungkan nilai-nilai
variabel bebas, yaitu Tingkat Suku Bunga (X1), Proses penyaluran
kredit(X2), Lokasi Bank(X3), dan Jumlah kredit(X4) sehingga dapat
diketahui pengaruh positif atau negatif dari faktor-faktor Tingkat Suku
Bunga, proses penyaluran kredit, lokasi bank dan jumlah kredit
terhadap keputusan permintaan kredit pada PT. Bank Internasional
Indonesia. Analisis regresi linear berganda dalam penelitian ini
menggunakan bantuan aplikasi Sotfware SPSS (statistic product and
service solution). Adapun model persamaan yang digunakan (Andi,
Y = b0 + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + e
Keterangan:
Y = Permintaan Kredit
b0 = Konstanta
b1 = Koefisien X1
b2 = Koefisien X2
b3 = Koefisien X3
b4 = Koefisien X4
X1 = Tingkat Suku Bunga
X2 = Proses Penyaluran Kredit
X3 = Lokasi Bank
X4 = Jumlah Kredit
3. Analisis Statistik t
Yaitu sebagai uji signifikan individual. Uji ini menunjukkan seberapa
jauh pengaruh atau variabel penjelas secara individu dalam
menerangkan variasi terikat.
Bentuk pengujiannya adalah :
H0 : b1 = 0, artinya suatu variabel independen merupakan penjelas
yang signifikan terhadap variabel dependen.
H0 : b1 ≠ 0, artinya suatu variabel independen bukan merupakan
penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
Kriteria pengambilan keputusan :
H0 diterima jika thitung < ttabel pada α = 5%
Ha diterima jika thitung > ttabel pada α = 5%
4. Uji Statistik F
Uji ini disebut juga sebagai uji signifikan simultan. Kuncoro (2003:19)
mengatakan uji ini pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
bebas yang dimasukkan kedalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel terikat.
H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = 0, artinya suatu variabel independen bukan
merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
Ha : b1 = b2 = b3 = b4 ≠ 0, artinya semua variabel independen secara
simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel
dependen.
Kriteria pengambilan keputusan :
H0 diterima jika thitung < ttabel pada α = 5%
BAB II
URAIAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu 1. Wando Silalahi (2006)
Wando Silalahi melakukan penelitian yang berjudul Analisis Faktor-faktor
yang mempengaruhi keputusan permintaan kredit pada PT. Bank Perkreditan
Rakyat (BPR) Karya Bhakti Ugahari Tanjung Morawa. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor tingkat suku bunga
kredit, proses penyaluran kredit dan lokasi bank terhadap keputusan permintaan
kredit pada PT. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Karya Bhakti Ugahari Tanjung
Morawa. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi berganda. Hasil dari penelitian ini adalah variabel tingkat suku bunga
kredit dinyatakan paling dominan mempengaruhi keputusan permintaan kredit
pada PT. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Karya Bhakti Ugahari Tanjung
Morawa.
2. Happy N.Y.B. Banjarnahor (2006)
Happy N.Y.B. Banjarnahor melakukan penelitian yang berjudul Analisis
Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan permintaan kredit pada PT. Bank
Sumut Cabang Tarutung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh faktor tingkat suku bunga kredit, jumlah kredit, jangka waktu dan
pelayanan nasabah dalam mempengaruhi dan menentukan keputusan permintaan
kredit pada PT. Bank Sumut Cabang Tarutung. Hasil dari penelitian ini adalah
variabel tingkat suku bunga kredit dinyatakan paling dominan mempengaruhi
keputusan permintaan kredit pada PT. Bank Sumut Cabang Tarutung.
B. Pengertian Pemasaran dan Pemasaran Jasa 1. Pengertian Pemasaran
Pemasaran merupakan kegiatan yang menghubungkan antara perusahaan
satu fungsi pokok bagi kelangsungan hidup perusahaan di samping faktor-faktor
lainnya yang menentukan maju mundurnya perusahaan tersebut.
Pengertian pemasaran didefenisikan dalam beragam konsep yang
dikemukakan oleh para pakar pemasaran, antara lain :
a. Pemasaran merupakan sistem total aktivitas bisnis yang dirancang untuk
merencanakan, menetapkan harga, mempromosikan dan mendistribusikan
produk, jasa, dan gagasan yang mampu memuaskan keinginan pasar
sasaran dalam rangka mencapai tujuan organisasional (Miller & Layton,
2000 dalam Tjiptono: 2005: 2).
b. Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan
kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui
penciptaan dan pertukaran produk dan nilai satu sama lain (Kotler, 2000
dalam Tjiptono : 2005:2).
Berdasarkan pengertian tersebut, pemasaran diarahkan pada suatu proses
pertukaran antara produsen dan konsumen dengan memberikan kepuasan pada
konsumen dan imbalan yang wajar diterima produsen. Melalui keinginan
pemasaran inilah nantinya perusahaan akan dibantu dalam mencapai tujuan
usahanya untuk mepertahankan kelangsungan hidup, untuk berkembang, dan
untuk memperoleh laba.
2. Pengertian Pemasaran Jasa
Perbedaan antara barang dan jasa seringkali sukar dilakukan. Hal ini
dikarenakan pembelian suatu barang sering disertai dengan jasa-jasa tertentu
(misalnya instalasi, pemberian garansi, penelitian dan bimbingan operasiaonal,
perawatan, dan reparasi) dan sebaliknya pembelian suatu jasa sering juga
melibatkan barang untuk melengkapinya (misalnya makanan di restoran, telepon
dalam jasa telekomunikasi, kapal untuk angkutan umum, dan pesawat dalam jasa
penerbangan). Namun, ada juga produk jasa murni seperti child care, konsultasi
psikologi, dan konsultasi manajemen.
Kotler dalam Tjiptono (2005:16) menyatakan bahwa jasa sebagai salah
yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya
bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan
sesuatu. Produknya bisa dan bisa juga tidak terikat pada suatu produk fisik.
Lamb, Hair dan MC Daniel (2001:482) mendefinisikan jasa sebagai hasil
dari usaha penggunaan manusia dan mesin terhadap sejumlah orang atau objek.
Jasa meliputi suatu perbuatan, suatu kinerja, atau suatu upaya yang tidak bisa
diproses secara fisik.
Terdapat beberapa karakteristik unik yang membedakan jasa dengan
barang (Tjiptono, 2005:18) yaitu :
a. Intangibility
Jasa adalah suatu perbuatan, tindakan, pengalaman, proses, kinerja
(performance) atau usaha yang menyebabkan jasa tidak dapat dilihat,
dirasa, dicium, didengar, atau diraba sebelum dibeli atau dikonsumsi.
b. Inseparability
Barang biasanya diproduksi, kemudian dijual lalu dikonsumsi. Sedangkan
jasa umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan
dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama
c. Variability/heterogencity/inconsistency
Jasa bersifat variabel karena merupakan non-standardied output, artinya
banyak variabel yang dibentuk, kualitas dan jenis tergantung siapa, kapan,
dan dimana jasa tersebut diproduksi.
d. Perishability
Ini berarti jasa tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Kamar hotel
yang tidak dihuni atau kapasitas jalur telepon yang tidak dimanfaatkan
akan berlalu atau hilang begitu saja ketika tidak dapat disimpan.
Upaya untuk memahami sistem pemasaran jasa akan lebih mudah apabila
kita terlebih dahulu memahami bisnis jasa sebagai suatu sistem. Sebagai suatu
sistem, pemasaran jasa merupakan penggabungan dari sistem operasi dan sistem
penyajian jasa dengan media yang dipakai untuk mengkomunikasikan jasa kepada
C. Bauran Pemasaran
Suatu perusahaan dalam melakukan kegiatan pemasarannya dihadapkan
pada faktor-faktor yang ada didalam perusahaan (intern) yang dapat dikendalikan
dan faktor-faktor diluar perusahaan (ekstern) yang tidak dapat dikendalikan.
Faktor-faktor ekstern yang tidak dapat dikendalikan perusahaan itu adalah:
a. Keadaan perekonomian baik didalam maupun luar negeri
b. Lingkungan sosial
c. Situasi politik
d. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
e. Peraturan-peraturan saingan.
Sedangkan faktor-faktor yang dapat dikendalikan disebut juga faktor
internal perusahaan yang sepenuhnya dapat dikuasai dan dipengaruhi oleh
perusahaan, merupakan senjata bagi perusahaan untuk dapat berdiri dan
berkembang dalam memenuhi permintaan pasar. Faktor-faktor inilah yang
dinamakan bauran pemasaran (marketing mix).
Tjiptono (2005:30) menyatakan bahwa bauran pemasaran merupakan
seperangkat alat yang digunakan pemasar untuk membentuk karakteristik jasa
yang ditawarkan kepada pelanggan. Alat-alat tersebut dapat digunakan untuk
menyusun strategi jangka panjang dan merangcang program taktik jangka pendek.
Penyusunan komposisi unsur-unsur bauran pemasaran dalam rangka
pencapaian tujuan organisasi bila dianalogikan dengan juru masak yang meramu
berbagai bahan masakan menjadi hidangan yang bergizi dan enak untuk disantap.
Proses meramu bahan yang dilakukan pemasar dan juru masak memiliki
persamaan yaitu sama-sama merupakan perpaduan antara ilmu pengetahuan
(science) dan seni (art). Dengan demikian, unsur pengalaman, kompetensi,
pengetahuan dan kreativitas memainkan peranan penting dalam menunjang
kesuksesan pemasar maupun juru masak.
Ada delapan unsur-unsur bauran pemasaran yang digunakan pada
a. Produk (Product)
Merupakan bentuk penawaran organisasi jasa yang ditujukan untuk
mencapai tujuan organisasi melalui pemuasan kebutuhan dan keinginan
pelanggan. Dalam konteks ini, produk bisa berubah apa saja (baik berwujud fisik
maupun yang tidak) yang dapat ditawarkan kepada pelanggan potensial untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan tertentu.
Keputusan bauran produk yang dihadapi pemasar jasa bisa sangat berbeda
dengan yang dihadapi pemasar barang. Aspek perkembangan jasa baru juga
memiliki keunikan khusus yang berbeda dengan barang, yakni jasa baru sukar
diproteksi dengan paten.
Strategi produk yang dapat dilakukan oleh pemasar perbankan yaitu sebagai
berikut :
1. Penentuan logo atau motto
2. Menciptakan merek
3. Menciptakan kemasan
4. Keputusan label
b. Harga (Pricing)
Keputusan bauran harga berkenaan dengan kebijakan strategis dan taktis,
seperti tingkat harga, struktur diskon, syarat pembayaran dan tingkat diskriminasi
harga diantara berbagai kelompok pelanggan. Bagi perbankan terutama bank yang
bersifat konvensional harga adalah bunga, biaya administrasi, biaya provisi, dan
komisi biaya kirim, biaya tagih, biaya sewa, biaya iuran dan biaya-biaya lainnya.
Sedangkan harga bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah bagi hasil.
Penentuan harga oleh suatu bank dimaksudkan untuk mencapai berbagai
tujuan seperti untuk bertahan hidup (survival), untuk memaksimalkan laba,
memperbesar pangsa pasar (market share), memberikan kesan bahwa jasa bank
yang ditawarkan memiliki kualitas yang tinggi, serta dengan penentuan harga juga
ditujukan agar harga yang ditawarkan tidak melebihi harga pesaing artinya bunga
simpanan diatas pesaing dan bungan pinjaman dibawah pesaing.
Bunga bank menurut Kasmir(2003:133) dapat diartikan sebagai balas jasa
membeli atau menjual produknya. Bunga bagi bank juga dapat diartikan sebagai
harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dan harga
yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh
pinjaman).
Pada kegiatan perbankan konvensional sehari-hari, ada dua macam bunga
yang diberikan kepada nasabahnya, yaitu :
1. Bunga simpanan, yaitu harga beli yang harus dibayar bank kepada nasabah
pemilik simpanan. Bunga ini diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa
kepada nasabah yang menyimpan uangnya di bank.
2. Bunga pinjaman, yaitu bunga yang dibebankan kepada para peminjam
(debitur) atau harga jual yang harus dibayar oleh nasabah peminjam
kepada bank. Bagi bank bunga pinjaman merupakan harga jual dan contoh
harga jual adalah bunga kredit.
Besar kecilnya suku bunga simpanan dan pinjaman sangat dipengaruhi
oleh keduanya, artinya baik bunga simpanan maupun pinjaman saling
mempengaruhi, di samping pengaruh faktor-faktor lainnya, seperti jaminan,
jangka waktu, peraturan pemerintah dan target laba.
Fakto-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku
bunga secara garis besar sebagai berikut :
1. Kebutuhan dana
Apabila bank kekurangan dana (simpanan sedikit), sementara permohonan
pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut
cepat terpenuhi dengan meningkatkan suku bunga simpanan. Dengan
meningkatnya suku bunga simpanan akan menarik nasabah untuk
menyimpan uang di bank. Dengan demikian kebutuhan dana dapat
terpenuhi. Demikian sebaliknya, apabila kelebihan dana dimana simpanan
banyak akan tetapi permohonan kredit sedikit, maka bank akan
menurunkan suku bunga pinjaman sehingga meningkatkan permohonan
kredit. Atau dapat juga dengan menurunkan suku bunga simpanan agar
2. Persaingan
Perusahaan dalam memperebutkan dana simpanan, maka disamping faktor
promosi, yang paling utama adalah memperhatikan pesaing. Dalam arti
jika untuk bunga simpanan rata-rata 16% pertahun, maka jika hendak
membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga simpanan dinaikkan diatas
bunga pesaing, misalnya 17% pertahun. Namun sebaliknya, untuk bunga
pinjaman kita harus berada di bawah bunga pesaing.
3. Kebijaksanaan pemerintah
Dalam kondisi tertentu pemerintah dapat menentukan batas maksimal atau
menimal suku bunga, baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman.
Dengan ketentuan batas minimal atau maksimal tingkat suku bunga maka
bank tidak boleh melebihi batas yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
4. Target laba yang diinginkan
Target laba yang diinginkan merupakan besarnya keuntungan yang
diinginkan oleh bank. Jika laba yang diinginkan besar maka bunga
pinjaman ikut besar dan demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu pihak
bank harus hati-hati dalam menentukan persentasi laba atau keuntungan
yang diinginkan.
5. Jangka Waktu
Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka semakin tinggi bunganya.
Hal ini sebabnya besarnya kemungkinan resiko dimasa mendatang,
demikian sebaliknya.
6. Kualitas dan nilai jaminan
Semakin likuid jaminan yang diberikan, maka semakin rendah bunga
kredit yang dibebankan dan sebaliknya. Sebagai contoh dengan jaminan
sertifikat deposito bunga pinjaman akan lebih rendah jika dibandingkan
dengan jaminan tanah. Alasa utama perbedaan ini adalah hal pencairan
jaminan apabila kredit yang diberikan bermasalah. Bagi jaminan yang
likuid seperti sertifikat deposito ataupun rekening giro yang dibekukan
7. Reputasi perusahaan
Bonafitas dari suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit juga sangat
menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya. Hal ini
karena perusahaan yang bonafit kemungkinan resiko kredit macet dimasa
yang akan datang relatif lebih kecil.
8. Produk yang kompetitif
Maksudnya produk yang dibiayai kredit tersebut laku dipasaran. Untuk
produk yang kompetitif, bunga kredit yang dibebankan relatif lebih kecil
dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif.
9. Hubungan yang baik
Biasanya pihak bank akan membedakan nasabahnya menjadi dua yaitu
nasabah utama (primer) dan nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini
didasarkan pada loyalitas nasabah. Nasabah utama biasanya memiliki
hubungan yang baik dengan bank dan bunga yang dibebankan akan
berbeda dengan nasabah biasa.
10.Jaminan pihak ketiga
Dalam hal ini pihak ketiga yang memberikan jaminan kepada bank untuk
menanggung segala resiko yang dibebankan kepada penerima kredit.
Biasanya pihak yang memberikan jaminan bonafit, baik dari segi
kemampuan membayar, nama baik maupun loyalitasnya terhadap bank,
sehingga bunga yang dibebankanpun juga berbeda. Demikian pula
sebaliknya jika pinjaman pihak ketiganya kurang bonatid atau tidak dapat
dipercaya, maka mungkin tidak dapat digunakan sebagai jaminan pihak
ketiga oleh pihak perbankan.
c. Saluran Distribusi atau Lokasi (Place)
Keputusan distribusi menyangkut kemudahan akses terhadap jasa bagi
para pelanggan potensial. Keputusan ini meliputi keputusan lokasi fisik (misalnya
keputusan mengenai lokasi dimana sebuah hotel atau restoran harus didirikan).
Selain itu, penggunaan perantara untuk meningkatkan aksesibilitas jasa bagi para
liburan secara langsung kepada konsumen), dan keputusan non-lokasi yang
ditetapkan demi ketersediaan jasa (contohnya, penggunaan telephone delivery
system).
Pemilihan lokasi suatu bank perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Dekat dengan kawasan industri atau pabrik
2. Dekat dengan lokasi perkantoran
3. Dekat dengan lokasi pasar
4. Dekat dengan lokasi perumahan atau masyarakat
5. Mempertimbangkan jumlah pesaing yang ada disuatu lokasi.
d. Promosi (Promotion)
Bauran promosi meliputi berbagai metode untuk mengkomunikasikan
manfaat jasa kepada pelanggan potensial dan aktual. Metode-metode tersebut
terdiri atas periklanan, promosi penjualan, direct marketing, personal selling dan
public relations.
Menurut Kasmir (2002:19), biasanya bank melakukan empat sarana
promosi, yaitu:
1. Periklanan (Advertising)
Iklan merupakan sarana promosi yang digunakan oleh bank guna
mengimformasikan, menarik dan mempengaruhi calon nasabahnya. Media
yang dapat dilakukan seperti pemasangan billboard dijalan-jalan strategis,
pencetakan brosur baik disebarkan disetiap cabang atau pusat perbelanjaan,
pemasangan spanduk, melalui koran, majalah, radio, televisi, dan media
lainnya.
Adapun pertimbangan penggunaan media yang akan dipakai untuk
pemasangan iklan disuatu media antara lain:
a. Jangkauan media yang akan digunakan
b. Sasaran atau konsumen yang dituju
2. Promosi penjualan (sales promotion)
Tujuan promosi penjualan adalah untuk meningkatkan penjualan atau
untuk meningkatkan jumlah nasabah. Bagi bank promosi penjualan dapat
dilakukan melalui:
a. Pemberian bunga khusus (special rate) untuk jumlah dana yang relatif
besar walaupun hal ini akan mengakibatkan persaingan tidak sehat.
b. Pemberian insentif kepada setiap nasabah yang memiliki jumlah
simpanan tertentu.
c. Pemberian cenderamata, hadiah serta kenang-kenangan lainnya kepada
nasabah yang loyal, serta promosi dan penjualan lainnya.
3. Publisitas (Pulicity)
Publisitas merupakan kegiatan promosi untuk memancing nasabah melalui
kegiatan seperti pameran, bakti sosial dan kegiatan lainnya. Kegiatan
publisitas dapat meningkatkan pamor bank dimata nasabahnya. Untuk itu
kegiatan publisitas perlu dilakukan lebih sering dengan mempertimbangkan
hal-hal tertentu seperti biaya yang dikeluarkan dan juga nasabah yang
ditargetkan.
4. Penjualan Pribadi (Personal Sales)
Pada dunia perbankan, penjualan pribadi lebih banyak dilakukan oleh
petugas customer service. Dalam hal ini customer sevice memegang peranan
sebagai pembinaan hubungan dengan masyarakat atau public relation.
Customer service bank dalam melayani nasabah selalu berusaha menarik para
calon nasabah menjadi nasabah bank yang bersangkutan dengan berbagai cara.
e. Partisipan/Orang (People)
Bagi perusahaan jasa, orang merupakan unsur vital dalam bauran
pemasaran. Bila produksi dapat dipisahkan dari konsumen seperti yang biasa
terjadi pada pemasaran barang manufaktur, pihak manajemen biasanya dapat
mengurangi pengaruh sumber daya manusia terhadap output akhir yang diterima
pelanggan. Seorang konsumen tidak terlalu memikirkan bagaimana sebuah mobil
dibuat, bagaimana keadaan karyawan produksi berpakaian, berkomunikasi dan
Pada industri jasa, bagaimana seorang karyawan bertingkah laku dan
bertindak akan berpengaruh langsung kepada output yang diterima pelanggan.
Oleh karena itu, setiap organisasi jasa (terutama yang tingkat kontak dengan
pelanggan tinggi) haruslah secara jelas menentukan apa yang diharapkan dari
setiap karyawan dalam interaksinya dengan pelanggan.
f. Bukti Fisik (Physical Evidence)
Salah satu unsur penting dalam bauran pemasaran adalah upaya
menawarkan bukti fisik dari karakteristik jasa. Hal ini disebabkan karakteristik
jasa yang intangibel. Bukti fisik ini bisa dalam berbagai bentuk, misalnya brosur
paket liburan, pemampilan staf yang rapi dan sopan, dekorasi internal dan
eksternal yang atraktif (seperti ruang praktek dokter anak yang didekorasi dengan
nuansa anak-anak), ruangan tunggu nyaman dan bentuk fisik lainnya
g. Proses (Process)
Proses produksi arau operasi merupakan faktor penting bagi konsumen
dengan tingkat kontak dengan pelanggannya tinggi (hinh-contact service). Proses
bagaimana jasa (pelayanan) disampaikan tersebut menetukan kepuasan pelanggan.
Staff yang perhatian, ceria, gembira dan ramah dapt membantu atau mengurangi
kesulitan nasabah yang harus menunggu atau antri. Kejelasan akan kebijakan,
aturan atau prosedur dalam sistem janji, kapasitas yang tersedia, kelancaran
informasi yang dibutuhkan akan sangat mempengaruhi persepsi pelanggan akan
kualitas jasa yang diberikan.
h. Layanan Pelanggan (Customer Services)
Dalam sektor jasa, layanan pelanggan dapat diartikan sebagai total jas
yang dipersepsikan oleh pelanggan. Oleh sebab itu, tanggung jawab atas unsur
bauran pemasaran ini tidak dapat diisolasi hanya pada departemen layanan
D. Prilaku Konsumen dan Proses Pengambilan Keputusan 1. Prilaku Konsumen
Prilaku konsumen menurut The American Marketing Association dalam
Setiadi (2003:3) adalah interaksi dinamis antara afeksi, kognisi, perilaku dan
lingkungan mereka dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup
mereka. Dari defenisi tersebut terdapat tiga ide penting dari perilaku konsumen
yaitu: (1) perilaku konsumen adalah dinamis; (2) hal tersebut melibatkan interaksi
antara afeksi dan kognisi, perilaku dan kejadian di sekitar; serta (3) hal tersebut
melibatkan pertukaran.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah:
a. Faktor kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari
keinginan dan prilaku seseorang. Bila mahluk-mahluk lainnya bertindak
berdasarkan naluri, maka prilaku manusia umumnya dipelajari. Seorang
anak yang sedang tumbuh mendapatkan seperangkat nilai, persepsi,
preferensi dan prilaku melalui suatu proses sosialisasi yang melibatkan
keluarga dan lembaga sosial lainnya.
b. Faktor sosial terdiri atas kelompok referensi yaitu seluruh kelompok yang
mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap
atau prilaku seseorang, keluarga, ataupun peran dan status yaitu posisi
seseorang dalam setiap kelompok. Faktor sosial ini turut memberikan
pengaruh dalam membentuk prilaku seseorang.
c. Faktor pribadi, seperti umur dan tahapan dalam siklus hidup, pekerjaan,
keadaan ekonomi, gaya hidup serta kepribadian dan konsep diri.
d. Faktor psikologis yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku
konsumen yang lahir dari dalam diri manusia itu sendiri seperti motivasi,
persepsi, proses belajar, serta kepercayaan dan sikap.
2. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Proses pembelian yang spesifik terdiri dari urutan kejadian berikut :
keputusan pembelian dan prilaku pasca pembelian. Dan dapat digambarkan
sebagai berikut :
Sumber: Nugroho Setiadi, Perilaku Konsumen, Kencana, Jakarta 2003 hal.16
Gambar 2.1. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Secara rinci tahap-tahap ini dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pengenalan Masalah, yaitu konsumen menyadari akan adanya kebutuhan.
Konsumen menyadari adanya perbedaan antara kondisi sesungguhnya
dengan kondisi yang diharapkan.
b. Pencarian informasi, yaitu konsumen yang mulai timbul minatnya akan
terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak lagi. Proses ini
diperoleh dari bahan bacaan, menelepon teman ataupun melakukan
kegiatan-kegiatan mencari lainnya.
c. Evaluasi alternatif, yaitu mempelajari dan mengevaluasi alternatif yang
diperoleh melalui pencarian informasi untuk mendapatkan alternatif
terbaik yang akan digunakan untuk melakukan keputusan pembelian.
d. Keputusan pembelian, yaitu melakukan keputusan untuk melakukan
pembelian yang telah diperoleh dari evaluasi alternatif.
e. Perilaku sesudah pembelian, yaitu keadaan dimana sesudah pembelian
terhadap suatu produk atau jasa maka konsumen akan mengalami beberapa
tingkat kepuasan atau ketidakpuasan.
E. Pengertian Kredit 1. Pengertian Kredit
Dalam kehidupan sehari-hari istilah kredit tidak asing lagi bagi kita. Di
tengah-tengah kehidupan sekarang ini banyak masyarakat yang menggunakan
fasilitas ini untuk kegiatan ekonominya. Kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu
“credere” yang artinya “kepercayaan” dan dari bahasa Latin yaitu “creditum”
Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, kredit
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (Kasmir, 2003:92).
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan yaitu:
a. Adanya suatu penyerahan uang/tagihan atau barang yang menimbulkan
tagihan kepada pihak lain dengan harapan bank dapat memperoleh
pendapatan yang berasal dari bunga yang dibebankan pada pinjaman tersebut.
b. Kredit diawali dengan adanya perjanjian atas dasar kepercayaan dimana
masing-masing pihak yang terikat oleh perjanjian kredit tersebut harus
mematuhi kewajiban yang telah disepakati.
c. Dalam perjanjian kredit terdapat kesepakatan pelunasan utang dan bunga
yang diselesaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan
bersama.
3. Unsur-Unsur Kredit
Di dalam pemberian kredit ada beberapa unsur yang harus diperhatikan,
yaitu:
a. Kepercayaan, yaitu suatu keyakinan dari si pemberi kredit kepada penerima
kredit bahwa prestasi yang diberikan baik dalam bentuk uang, barang ataupun
jasa akan benar-benar diterima dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan
datang.
b. Kesepakatan, yaitu suatu perjanjian sepakat antara si pemberi kredit dan si
penerima kredit untuk melaksanakan hak dan kewajibannya selama perjanjian
kredit berlangsung.
c. Jangka waktu, yaitu pinjaman atau kredit yang diberikan telah disepakati
untuk masa waktu tertentu sesuai dengan perjanjian. Jangka waktu tersebut
bisa kurang dari setahun (jangka pendek), satu sampai tiga tahun (jangka
menengah), atau lebih dari tiga tahun ( jangka panjang).
d. Resiko, yaitu suatu resiko yang harus dihadapi oleh si pemberi kredit akibat
e. Balas jasa, yaitu keuntungan atas pemberian suatu kredit yang dikenal dengan
bunga dan biaya administrasi.
f. Kreditur, yaitu adanya orang atau badan yang memiliki barang, jasa atau uang
yang dapat dipinjamkan pada orang lain.
g. Debitur, yaitu adanya orang atau badan sebagai orang yang memerlukan atau
meminjam barang, jasa atau uang.
4. Fungsi Kredit
Sebagai lembaga keuangan, bank maupun non bank sangat berperan dalam
kehidupan perekonomian, termasuk dalam hal pemberian kredit. Dalam hal ini
kredit mempunyai beberapa fungsi yaitu:
1. Untuk meningkatkan daya guna uang
Dengan adanya pemberian kredit, maka si penerima kredit dapat
menghasilkan barang atau jasa dari pemanfaatan kredit tersebut.
2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
Dalam hal ini uang akan beredar dari suatu wilayah ke wilayah lain sehingga
bila ada suatu daerah yang kekurangan uang, maka dengan adanya kredit
maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan kredit.
3. Untuk meningkatkan daya guna barang
Kredit yang diberikan debitur dapat digunakan kreditur untuk mengolah
barang yang tidak berguna menjadi barang yang bermanfaat.
4. Meningkatkan peredaran barang
Kredit dapat memperlancar atau menambah peredaran barang dalam suatu
wilayah atau antar wilayah.
5. Sebagai alat stabilitas ekonomi
Kegiatan perkreditan dapat membantu dalam kegiatan ekspor sehingga dapat
meningkatkan devisa negara.
6. Untuk meningkatkan gairah berusaha
Pemberian kredit sangat membantu bagi mereka yang memiliki usaha sendiri
7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan
Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semakin baik terutama
dalam peningkatan pendapatan. Jika kredit yang diberikan digunakan untuk
membangun sebuah pabrik, maka pabrik tersebut akan memerlukan tenaga
kerja, dalam hal ini akan mengurangi pengangguran. Masyarakat yang
bermukim di sekitar pabrik juga akan memperoleh tambahan pendapatan
dengan membuka warung atau kedai nasi.
5. Tujuan Kredit
Pada dasarnya kredit bertujuan untuk memperoleh keuntungan sesuai
dengan prinsip ekonomi yaitu dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya akan
diperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Dengan demikian tujuan pemberian
kredit yang dilakukan oleh suatu badan usaha adalah sebagai berikut:
1. Mencari keuntungan
Yaitu memperoleh hasil melalui pendapatan bunga dan biaya administrasi
yang dibebankan kepada nasabah.
2. Membantu Usaha nasabah
Yaitu membantu nasabah dalam penambahan modal untuk menjalankan
usahanya.
3. Membantu pemerintah
Keuntungan pemerintah dengan adanya pemberian kredit adalah:
1. Adanya keuntungan dari pajak yang berasal dari bank/badan usaha dan
nasabah.
2. Membuka lapangan kerja yang baru dengan adanya pembangunan usaha
atau pengembangan usaha yang membutuhkan tenaga kerja.
3. Meningkatkan barang dan jasa yang beredar di masyarakat.
4. Menghemat devisa negara dengan adanya pembukaan atau pengembangan
usaha sehingga barang dan jasa yang dahulu di impor sekarang telah di
produksi di dalam negeri.
5. Meningkatkan devisa negara apabila kredit yang diberikan untuk
6. Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit
Dalam aktivitas pemberian kredit, lembaga pemberi kredit harus
berpedoman pada prinsip pemberian kredit, memperhatikan
prinsip-prinsip pemberian kredit tersebut bertujuan untuk meminimalisasi kredit yang
berkualitas kurang baik.
Setiap proses pemberian kredit diperlukan adanya pertimbangan yang
matang supaya “kepercayaan” yang menjadi unsur utama dari kredit benar-benar
terwujud dan kredit yang diberikan tepat pada sasarannya.
Konsep yang sering digunakan adalah prinsip 6C yaitu:
1. Character
Sifat atau watak dari orang-orang yang akan menerima kredit benar-benar
dapat dipercaya dan hal ini tercermin dari latar belakang calon debitur baik
dari segi pekerjaan maupun pribadi.
2. Capacity
Kemampuan debitur dalam menjalankan usaha dan menghasilkan
pendapatan. Kemampuan ini cukup penting karena turut menentukan
berhasil atau tidaknya perusahaan di masa yang akan datang. Kemampuan
ini dapat dilihat dari latar belakang pendidikan, pengalaman bisnis dan
laba yang dihasilkan oleh perusahaan.
3. Capital
Untuk melihat kondisi keuangan perusahaan dan pengunaannya dalam
menjalankan usaha. Kondisi keuangan tersebut dapat dilihat dari laporan
keuangan perusahaan dengan mengukur rentabilitas, likuiditas dan
solvabilitasnya.
4. Collateral
Merupakan jaminan yang diberikan oleh calon debitur sebagai pengaman
atas kredit yang diberikan. Besarnya nilai jaminan minimal sama dengan
besarnya kredit yang diberikan atau akan lebih baik jika nilai dari barang
5. Condition of economic
Dalam menilai suatu kredit juga harus memperhatikan berbagai situasi
seperti keadaan perekonomian, keadaan sosial budaya dan
peraturan-peraturan yang dikeluarkan pemerintah pusat dan daerah. Apakah situsasi
tersebut dapat merangsang perkembangan usaha calon debitur atau
sebaliknya.
6. Constraint
Merupakan penilaian terhadap batasan-batasan untuk melakukan usaha di
suatu tempat. Misalnya pembangunan pabrik kelapa sawit hendaknya
memperhatikan daerah sekitar sehingga tidak menimbulkan pencemaran
lingkungan.
7. Jenis-jenis Kredit
Beragamnya jenis kegiatan usaha mengakibatkan beragam pula jenis
kreditnya. Dalam prakteknya kredit yang ada di masyarakat terdiri dari berbagai
jenis yang dapat dilihat dari beberapa segi sebagai berikut:
a. Dilihat dari segi kegunaan
Dalam hal ini kredit digunakan untuk kegiatan utama atau hanya untuk kegiatan tambahan. Ditinjau dari segi kegunaannya terdapat dua jenis kredit yaitu:
1. Kredit Modal Kerja
Digunakan untuk meningkatkan produksi dalam operasionalnya.
Sebagai contoh kredit yang digunakan untuk membeli bahan baku,
membayar gaji karyawan atau biaya lain yang berhubungan dengan
proses produksi perusahaan.
2. Kredit Investasi
Biasanya digunakan untuk keperluan kegiatan usaha atau membangun
proyek/pabrik baru atau rehabilitasi. Misalnya untuk membangun
b. Dilihat dari Segi Tujuan Kreditnya
1. Kredit Produktif
Merupakan kredit yang digunakan untuk memperlancar kegiatan
usahanya. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang dan jasa.
2. Kredit Konsumtif
Dalam kredit ini tidak ada penambahan barang dan jasa yang
dihasilkan karena kredit ini hanya untuk dikonsumsi secara pribadi
oleh badan usaha atau perseorangan. Sebagai contoh untuk membeli
mobil atau rumah.
3. Kredit perdagangan
Kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan, biasanya
digunakan untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya
diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini
biasa diberikan kepada supplier atau agen yang membeli barang
dagangan dalam jumlah besar seperti ekspor dan impor.
c. Dilihat dari Segi Jangka Waktu
Yaitu kredit yang dilihat dari masa pemakaian kredit mulai dari pertama
kali kredit diberikan samapai masa pelunasannya. Jenis kredit ini adalah:
1. Kredit Jangka Pendek
Merupakan kredit yang berjangka waktu maksimum satu tahun.
Contohnya adalah kredit untuk tamnaman palawija atau padi.
2. Kredit Jangka Menengah
Merupakan kredit yang berjangka waktu berkisar satu sampai dengan
tiga tahun. Contoh kredit ini adalah untuk pertanian, seperti jeruk atau
pertenakan kambing.
3. Kredit Jangka Panjang
Merupakan kredit yang masa pengembaliannya lebih dari tiga tahun.
Contoh kredit ini adalah perkebuanan karet atau kelapa sawit.
d. Dilihat dari segi jaminannya.
Maksudnya adalah setiap pemberian fasilitas kredit harus dilindungi
diberikan. Yang termasuk ke dalam jenis kredit ini adalah:
1. Kredit dengan Jaminan
Kredit yang diberikan dengan jaminan berupa barang tidak bergerak
atau surat-surat berharga seperti obligasi dan saham.
2. Kredit tanpa jaminan
Merupakan kredit tanpa jaminan berupa barang tetapi dengan melihat
prospek usaha, karakter, loyalitas atau nama baik calon debitur.
e. Dilihat dari segi sector usaha
Setiap sektor usaha memiliki karakteristik yang berbeda-beda, oleh karena
itu pemberian fasilitas kredit pun berbeda pula. Yang termasuk dalam
jenis kredit ini adalah:
1. Kredit Pertanian
Merupakan kredit yang digunakan untuk membiayai sektor
pertanian atau perkebunan rakyat. Sektor usaha ini dapat berupa
jangka pendek atau jangka panjang.
2. Kredit Peternakan
Yang termasuk ke dalam jenis kredit ini adalah peternakan ayam
untuk jangka pendek dan kredit peternakan sapi atau kambing
untuk jangka panjang.
3. Kredit Industri
Merupakan kredit yang digunakan untuk membiayai usaha di
bidang industri kecil, menengah atau besar.
4. Kredit Pertambangan
Merupakan kredit yang digunakan untuk jenis usaha tambang yang dalam jangka waktu panjang, seperti tambang timah, emas atau minyak.
5. Kredit Pendidikan
Merupakan kredit yang digunakan untuk membangun sarana dan
prasarana pendidikan serta kredit untuk para mahasiswa.
6. Kredit Profesi
Merupakan kredit yang diberikan kepada para profesional seperti
7. Kredit Perumahan
Kredit yang diberikan untuk membiayai pembangunan atau
BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Singkat Perusahaan
Awal pendirian Bank Internasional Indonesia adalah dari kesepakatan
sejumlah pengusaha di Jakarta untuk mendirikan sebuah bank. Bank Internasional
Indonesia pertama sekali berdiri pada tahun 1956. Kepemilikan saham pada saat
itu adalah :
1. Sinar Mas Group 50%
2. Eka Tjipta Widjaya 50%
Operasional bank dijalankan sesuai kondisi saat itu, yaitu tradisional dan
kekeluargaan. Pergantian pengurus bank dilakukan berulang kali tetapi masih
dilingkungan keluarga sehingga perkembangan Bank Internasional Indonesia
cenderung berjalan lambat, sehingga pada tahun 2000 bank mengalami
masa-masa sulit dalam bidang keuangan dan akhirnya pada tahun 2000 para pemilik
saham Bank Internasional Indonesia mengambil tindakan untuk menjual
sahamnya sehingga kepemilikan saham berganti dari Sinar Mas Group dan Eka
Tjipta Widjaya kepada :
1. Pemerintah Indonesia sebanyak 87 %
2. Masyarakat umum 13 %
Selanjutnya pada tahun 2004 komposisi kepemilikan saham berganti lagi menjadi:
1. Temasek Group 60 %
2. Masyarakat Umum 23 %
3. Sisanya Milik Pemerintah Indonesia
Bank Internasional Indonesia (BII) Cabang Medan berdiri pada tahun
1962. Pada saat ini Bank Internasional Indonesia Cabang Medan telah memiliki
14 kantor cabang pembantu.
B. Struktur Organisasi Perusahaan
PT. Bank Internasional Indonesia berkantor pusat di Jakarta. Berdasarkan
PT. Bank Internasional Indonesia Cabang Medan. Struktur organisasi PT. Bank
Internassional Indonesia Cabang Medan dapat dilihat pada lampiran.
Uraian struktur organisasi tersebut sebagai berikut:
Pemimpin cabang sebagai pemimpin dan pemegang tertinggi kewenangan di
kantor cabang. Dalam menjalankan kegiatan operasional pemimpin cabang
didampingi oleh wakil pimpinan cabang yang sekaligus sebagai pimpinan
operasional. Dalam kegiatan perkreditan pemimpin cabang didampingi oleh dua
orang manajer kredit yakni Commercial Banking Manager dan Consumer
Banking Manager yang sekaligus membawahi para Account Officer yang berada
di bawah mereka. Pemimpin cabang selain didampingi oleh Commercial Banking
Manager dan Consumer Banking Manager, juga membawahi sekretaris,
personalia, taksasi, yuridis, platinum access dan team leader funding. Wakil
pimpinan cabang membawahi bidang operasional sekaligus menjadi manager
opersional cabang. Dalam kewenangannya sebagai wakil pimpinan cabang,
membawahi tiga orang assistant manager operasional yang pertama membawahi
pembukuan, letter of credit, giralisasi, dan bagian umum. Assistant manager yang
kedua membawahi head back office yang beranggotakan bagian kliring, pu valas
dan rupiah, inkaso, bagian deposito, reksa dana, bagian atm dan operasional arco.
Assistant manager yang ketiga membawahi custumer service, teller dan call
center. Wakil pemimpin cabang selain membawahi tiga orang assistant manager
operasional, juga membawahi TBU, BCU, EDP, admin kredit dan dua belas
kantor-kantor kas.
C. Jenis-Jenis Fasilitas Kredit Pada PT. BII
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara
bank dengan pihak lain yang diwajibkan pihak peminjam untuk melunasi
hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang disepakati.
Di BII, kredit dibagi-bagi berdasarkan perbedaan jangka waktu, komitmen,
1. Berdasarkan Jangka Waktu 1.1. Kredit jangka pendek
Yaitu kredit yang jangka waktunya tidak lebih dari 1 (satu) tahun
dengan tujuan penggunaan pada umumnya adalah untuk modal kerja. Jenis
fasilitas yang termasuk dalam kategori ini adalah sebagai berikut :
a. Pinjaman Rekening Koran/Overdraft Loan (PRK)
Yaitu jenis pinjaman dimana plafon pinjamannya tercantum pada
rekening koran debitur. Debitur bebas melakukan penarikan pinjaman
dengan menggunakan Cek atau Bilyet Giro dengan tidak melewati
plafon pinjaman yang disediakan dan dalam masa berlakunya perjanjian
kredit.
b. Pinjaman Promes Berulang/Demand Loan (PPB)
Yaitu jenis pinjaman dimana untuk penarikannya debitur harus
memberitahukan bank terlebih dahulu. Penarikan serta pelunasan
pinjaman (baik untuk sebagian maupun keseluruhan pinjaman) dapat
dilakukan berulang-ulang selama masa berlakunya perjanjian kredit.
c. Pinjaman Promes Langsung/Straight Loan (PPL)
Disebut juga Time Loan yaitu jenis pinjaman dimana waktu
pemakaiannya telah ditetapkan oleh bank dan pinjaman harus dibayar
lunas pada saat jatuh temponya.
d. Pinjaman Promes Tetap/Fixed Loan (PPT)
Yaitu jenis pinjaman yang jangka waktu penggunaanya sudah
ditentukan oleh bank dimana selama jangka waktu tersebut debitur
tidak diperkenankan untuk mengembalikan pinjamannya dan pinjaman
hanya dapat dikembalikan pada saat jatuh tempo pinjaman tersebut.
e. Trust Receipts (T/R)
Adalah dokumen yang dikeluarkan oleh bank yang menyatakan bahwa
barang yang tercatat di dalam dokumen tersebut adalah tetap menjadi
f. Fasilitas Negosiasi/Diskonto
Adalah pengambilalihan Wesel Ekspor dari debitur dan melakukan
pembayaran atas wesel tersebut sebelum bii mendapatkan pembayaran dari bank di luar negeri.
1.2.Kredit Jangka Panjang
Yaitu kredit yang jangka waktunya lebih dari 1 (satu) tahun dan pada
umumnya tujuan penggunaanya adalah membiayai sesuatu yang bersifat
investasi bagi perusahaan, sedangkan bagi perorangan biasanya untuk
membiayai pembelian fixed asset yang sifatnya konsumtif seperti rumah
atau kendaraan bermotor. Jenis fasilitas yang termasuk dalam kategori ini
adalah sebagai berikut :
a. Pinjaman Berjangka/Term Loan (PB)
Penarikan bentuk pinjaman ini dapat dilakukan sekaligus atau bertahap,
sedangkan pelunasan pinjaman dilakukan secara bertahap/mencicil
sesuai dengan jadwal yang telah detentukan oleh bank.
b. Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
Jenis pinjaman yang langsung diberikan kepada konsumen/individual
untuk membiayai pembelian rumah. Pencairan pinjaman ini biasanya
langsung kepada penjual/developer. Pembayaran kembali pinjaman
biasanya dicicil dalam jangka waktu tertentu berdasarkan kesepakatan
antara bank dengan debitur dan besarnya sesuai dengan daftar cicilan
yang ditentukan oleh bank.
c. Kredit Pemilikan Mobil (KPM)
Yaitu pinjaman yang tujuannya untuk membiayai pembelian mobil.
Sama halnya dengan KPR, pencairan pinjaman ini biasanya langsung
kepada penjual atau dealer/showroom.
2. Berdasarkan Komitmen 2.1. Revolving Kredit
Yaitu jenis pinjaman yang sifatnya dapat diperpanjang setelah jangka
adalah jenis pinjaman yang termasuk dalam kategori Kredit Jangka
Pendek.
2.2 Non Revolving Kredit
Disebut juga ‘One Time Commitment’ yaitu jenis pinjaman yang sifatnya
hanya diberikan satu kali dan tidak dapat diperpanjang jika fasilitas telah
jatuh tempo. Yang termasuk dalam kategori ini adalah jenis pinjaman
yang termasuk kategori Kredit Jangka Panjang.
3. Berdasarkan Tujuan Penggunaan
3.1. Kredit Tunai (Direct Facility/Direct Loan) a. Kredit Modal Kerja
Dipergunakan untuk keperluan modal kerja berdasarkan siklus usaha
debitur, biasanya batas waktu pinjaman bersifat jangka pendek (tidak
lebih dari satu tahun). Fasilitas yang termasuk jenis ini adalah PRK,
PPB, PPT, PPL, T/R, dan Fasilitas Negosiasi/Diskonto.
b. Kredit Investasi
Digunakan untuk membiayai proyek investasi, perluasan usaha dan
lain-lain, biasanya jangka waktu pinjaman bersifat jangka panjang
(lebih dari satu tahun). Jenis Fasilitas yang termasuk jenis ini adalah
PB (Term Loan).
3.2. Kredit Non Tunai/Fasilitas Kontinjen (Indirect Facility/Contingent Liabilities)
Fasilitas yang mengandung suatu komitmen/kesanggupan dari bank
untuk melakukan suatu pembayaran di kemudian hari jika timbul suatu
klaim. Yang termasuk dalam kategori fasilitas kontinjen adalah:
a. Letter of Credit (L/C)
Adalah suatu surat perintah pembayaran yang dikeluarkan oleh bank
atas nama nasabahnya (account party/importir) untuk pembayaran