• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI PADA KOMPETENSI DASAR MENERIMA DAN MENYAMPAIKAN INFORMASI DI SMK MUHAMMADIYAH 1 WELERI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI PADA KOMPETENSI DASAR MENERIMA DAN MENYAMPAIKAN INFORMASI DI SMK MUHAMMADIYAH 1 WELERI"

Copied!
231
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENERAPAN MODEL THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN

KETERAMPILAN KOMUNIKASI PADA KOMPETENSI DASAR MENERIMA DAN MENYAMPAIKAN INFORMASI DI SMK

MUHAMMADIYAH 1 WELERI

SKRIPSI

Untuk Gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Semarang

Latifah Milatillah 7101409113

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGARI SEMARANG

(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada:

Hari :

Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Murwatiningsih, M. M Nina Oktarina, S. Pd. M. Pd.

NIP. 195201231980032001 NIP. 19810072003122002

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi

(3)

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depanSiiding Penelitian Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada:

Hari :

Tanggal :

Penguji Skripsi

Drs. H. Muhsim, M. Si. NIP. 195411011980031002

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Murwatiningsih, M. M Nina Oktarina, S. Pd. M. Pd.

NIP. 195201231980032001 NIP. 19810072003122002

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi

(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa tulisan di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan karya tulisan orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat pada skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila dikemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Semarang, Juli 2013

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

Orang-orang yang suka berkata jujur mendapatkan tiga hal, yaitu kepercayaan, cinta, dan rasa hormat. (Sayidina Ali bin Abi Thalib).

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk: 1. Kepada Almarhum Abah saya,

yang telah memberikan kasih sayang, doa, dan nasehat.

2. Kepada Ummi saya yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis penjatkan kehadirat Allah AWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “Penerapan Model Think Pair Share untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi pada Kompetensi Dasar Menerima dan Manyampaikan Informasi di SMK Muhammadiyah 1 Weleri” dalam rangka menyelesaikan studi Stata I untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan.

Penulis menyadari penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung, maka dalam kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi stata satu di Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. S. Martono, M.Si., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

3. Dra. Nanik Suryani, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

4. Dr. Murwatiningsih, M. M., Dosen Pembimbing I yang dalam penuh kesabaran membimbing, membantu dan memberi dorongan dalam penulisan skripsi ini.

5. Nina Oktarina, S. Pd. M. Pd., Dosen Pembimbing II yang dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan, bantuan dan dorongan dalam penulisan skripsi ini.

6. Drs. H. Muhsin, M. Si., Dosen Penguji yang yang telah memberikan pertanyaan, saran, serta masukan pada skripsi ini.

7. Drs. Wahid Asy’ari Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah 1 Weleri yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian ini.

(7)

vii

9. Sahabat-sahabat mahasiswa yang telah member motivasi dan membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT member balasan atas semua kebaikan yang telah diberikan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis yang lain pada kususnya dan bagi pembaca atau pihak-pihak yang berkepentingan pada skripsi ini pada umumnya.

Semarang, Juli 2013

(8)

viii SARI

Latifah Milatillah. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Think Pair Share dalam Meningkatkan Keterampilan Komunikasi pada Kompetensi Dasar Menerima dan Menyampaikan Informasin di SMK Muhammadiyah 1 Weleri kelas X AP. Skripsi. Jurusan Pendidikan Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I. Dr. Murwatiningsih, M. M. Pembimbing II. Nina Oktarina S, Pd. M, Pd. 203 lembar.

Kata kunci : Think Pair Share, Keterampilan Komunikasi.

Pelaksanaan pembelajaran kompetensi dasar menerima dan menyampaikan informasi kelas X AP SMK Muhammadiyah 1 Weleri kurang maksimum. Siswa terlihat kurang aktif dalam pelaksanaan pembelajaran. Siswa terlihat kurang terampil dan terlihat kaku dalam presentasi. Rumusan masalah penelitian ini adalah apakah dengan model Think Pair Share dapat meningkatkan keterampilan komunikasi siswa kelas X AP SMK Muhammadiyah 1 Weleri? Tujuan prnrlitian untuk mengetahui penerapan model Think Pair Share dalam meningkatkan keterampilan komunikasi siswa kelas X AP SMK Muhammadiyah 1 Weleri.

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Setiap siklus meliputi empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas X AP SMK Muhammadiyah 1 Weleri yang berjumlah 40 siswa. Data keterampilan diperoleh dari tes keterampilan komunikasi yang dilaksanakan pada setiap siklus. Data keakifan siswa dan kinerja guru dari lembar observasi. Siswa dinyatakan terampil dalam berkomunikasi apabila siswa mendapat skor sejumlah dalam persentase 81,24% - 62,50%.

Hasil penelitian bahwa penggunaan model Think Pair Share dapat meningkatkan keterampilan komunikasi siswa kelas X AP SMK Muhammadiyah 1 Weleri. Dilihat pada siklus I persentase kumulatif keterampilan komunikasi siswa mencapai 66,91% yang masuk dalam kategori mampu, dan untuk ketuntasan hasil belajar yaitu 57,5%. Sedangkan suklus II persentase kumulatif keterampilan komunikasi mengalami peningkatan menjadi 79% yang masuk dalam kategori mampu, dan untuk ketuntasan hasil belajarnya yaitu 80%.

(9)

ix ABSTRACT

Milatillah Latifah. 2013. Application of Think Pair Share Learning Model to Improve Communication Skills in the Basic Competence Receiving and Delivering Informasin at SMK Muhammadiyah 1 Weleri class X AP. Final project. Department of Economic Education. Semarang State University. First Advisor Dr..Murwatiningsih, M. M. Second Advisor Nina Oktarina S, Pd. M, Pd. 203 pages.

Keywords: Think Pair Share, Communication Skills

Implementation of learning basic competence to receive and give information off class X AP SMK Muhammadiyah 1 Weleri less maximum. The students less active in the implementation of learning. The students were less skilled and looks stiff when presentation. The problem of thr research is whhat is the Think Pair Share models can improve the communication skills of the skill of the students class X AP SMK Muhammadiyah 1 Weleri? The object of the research to determine the application of Think Pair Share models in improving the communication skills of the students class X AP SMK Muhammadiyah 1 Weleri.

The classroom research consist of two cycles. Each of cycle has four phases: are planning, implementation, observation and reflection. Subjects of the research is the students class X AP SMK Muhammadiyah 1 Weleri consist of 40 students. The result obtained from communication skills test are executed in every cycles. The result of students active and teacher performance from observation sheet. The Students expressed active in communicating if thr student get score of 81.24% - 62.50%.

Based on the results of research that uses models Think Pair Share can improve the communication skills of students of class X AP SMK Muhammadiyah 1 Weleri. Seen in the first cycle of communication skills cumulative percentage reached 66.91% of students who fall into the category capable of, and for mastery of learning outcomes is 57.5%. While the cumulative percentage suklus II communication skills increased to 79% in the category of able, and for mastery of learning outcomes is 80%.

(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERTANYAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

SARI ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... . 1

1.2Rumusan Masalah ... 10

1.3Tujuan Penelitian ... 11

1.4Manfaat Penelitian ... 11

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Belajar ... 13

2.1.1 Pengertian Belajar ... 13

(11)

xi

2.2 Pengertian Hasil Belajar ... 18

2.3 Penelitian Tindakan Kelas ... 20

2.3.1 Model Kooperatif ... 21

2.3.2 Model Pembelajaran Think Pair Share ... 22

2.3.3 Metode Pembelajaran ... 24

2.4 Penelitian Terdahulu ... 25

2.5 Teori Komunikasi … ... 28

2.6 Kurikulum dan Kompetensi Dasar ... 30

2.7 Kerangka Berfikir ... 34

2.8 Hipotesis … ... 38

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Subyek Penelitian ……… 39

3.2 Faktor yang Diteliti ………. 40

3.3 Rencana Penelitian ... 40

3.3.1 Prosedur Pelaksanaan Siklus I ……….………. 41

3.3.1.1 Perencanaan ………...….. 41

3.3.1.2 Pelaksanaan ... 42

3.3.1.3 Pengamatan ………...… 43

3.3.1.4 Refleksi ………..……….. 44

3.3.2 Prosedur Pelaksanaan Siklus II ……….…… 44

3.3.2.1 Perencanaan ………..……… 44

3.3.2.2 Pelaksanaan ... 44

(12)

xii

3.3.2.4 Refleksi ……….……….. 45

3.4 Metode Pengumpulan Data ……….. 45

3.4.1 Metode Dokumentasi ………..……… 45

3.4.2 Metode Tes ………..……… 46

3.4.3 Metode Observasi ………..……….. 46

3.5 Uji Kualitas Instrumen ………...………. 46

3.5.1 Validitas ………...……… 47

3.5.2 Reliabilitas ……….………..… 48

3.5.3 Tingkat Kesukaran ………. 49

3.5.4 Analisis Daya Pembeda ……….. 51

3.6 Metode Analisis Data ……….…………. 52

3.6.1 Analisis Data Kualitatif ……….………….. 53

3.6.2 Analisis Data Kualitatif ……….……….. 53

3.7 Indikator Keberhasilan ……….…..……….. 55

BAB IV HASIL PENELITIAB DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ………. 57

4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ………. 57

4.1.2 Kondisi Awal Siswa ……… 58

4.1.3 Hasil Penelitian Siklus I ………...……… 60

4.1.3.1 Perencanaan...……….…… 60

4.1.3.2 Pelaksana...……… 60

4.1.3.3 Pengamatan...………..……….. 62

(13)

xiii

4.1.3.3.2 Aktivitas Siswa Siklus I ………... 72

4.1.3.3.3 Kinerja Guru Siklus I ………...… 80

4.1.3.3.4 Hasil Belajar Siswa Siklus I ………. 83

4.1.3.4 Refleksi ………..…… 84

4.1.4 Hasil Penelitian siklus II ………..………… 86

4.1.4.1 Perencanaan ………...………. 87

4.1.4.2 Pelaksanaan ………...……….. 87

4.1.4.3 Pengamatan ………. 89

4.1.4.3.1 Keterampilan Komunikasi Siswa Siklus II ………. 89

4.1.4.3.2 Aktivitas Siswa Siklus II ……….………..…… 99

4.1.4.3.3 Kinerja Guru Siklus II…. ... 106

4.1.4.3.4 Hisil Belajar Siswa Siklus II ... 108

4.1.4.4 Refleksi ………...……….. 109

4.1.5 Perbandingan Hasil Penelitian Siklus I dan Siklus II …………. 111

4.1.5.1 Keterampilan Komunikasi Siswa Siklus I dan Siklus II.... 111

4.1.5.2 Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II ………...… 113

4.1.5.3 Hasil Evaluasi Siklua I dan Siklus II ………. 115

4.1.5.4 Kinerja Guru Siklus I dan Siklus II ... 115

4.2 Pembahasan ... 116

4.2.1 Keterampilan Komunikasi ... 118

4.2.2 Aktivitas Siswa ... 120

4.2.3 Kinerja Guru ... 122

(14)

xiv BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan ... 125

5.2 Saran ... 126

DAFTAR PUSTAKA ... 127

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Kemampuan Berkomunikasi ... 2

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 26

Tabel 3.1 Uji Coba Validitas Instrumen Penelitian ... 47

Tabel 3.2 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal ... 50

Tabel 3.3 Hasil Analisis Daya Beda ... 52

Tabel 4.1 Data Kemampuan Keterampilan Komunikasi ... 63

Tabel 4.2 Keterampilan Komunikasi Kumulatif Siklus II ... 71

Tabel 4.3 Data Kemampuan Berkomunikasi Siklus I ... 71

Tabel 4.4 Data Aktivitas Siswa Siklus I ... 73

Tabel 4.5 Aktivitas Kumulatif Siswa Siklus I ... 80

Tabel 4.6 Kinerja Guru Siklus I ... 81

Tabel 4.7 Hasil Tes Evaluasi Siklus I ... 83

Tabel 4.8 Data Keterampilan Komunikasi Siklus II ... 90

Tabel 4.9 Keterampilan Komunikasi Kumulatif Suklus II ... . 98

Tabel 4.10 Data Kemampuan Berkomunikasi Siklus II ... 98

Tabel 4.11 Data Aktivitas Siswa Siklus II ... 100

Tabel 4.12 Aktivitas Kumulatif Siswa Siklus II ... 105

Tabel 4.13 Kinerja Guru Siklus II ... 106

(16)

xvi

Siklus II ... 112 Tabel 4.17 Perbandingan Keterampilan Menulis Siswa Siklus I dan Siklus II 113 Tabel 4.18 Perbandingan Aktivitas Afektif Siswa Siklus I dan Siklus II ... 113 Tabel 4.19 Perbandingan Aktivitas Kognitif Siswa Siklus I dan Siklus II ... 114 Tabel 4.20 Perbandingan Hasil Evaluasi Siklus I dan Siklus II …………...… 115 Tabel 4.21 Hasil Peningkatan Keterampilan Komunikasi Siklus I

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Nama Siswa ... 130

Lampiran 2 Silabus… ... 132

Lampiran 3 Materi Pembelajaran ... 133

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 141

Lampiran 5 Daftar Kelompok Siklus I ... 146

Lampiran 6 Daftar Topik Diskusi Siklus I ... 147

Lampiran 7 Soal Evaluasi Siklus I ... 148

Lampiran 8 Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus I ... 152

Lampiran 9 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 153

Lampiran 10 Lembar Pedoman Observasi Guru Siklus I ... 154

Lampiran 11 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 156

Lampiran 12 Daftar Kelompok Siklus II ... 162

Lampiran 13 Daftar Topik Diskusi Siklus II ... 163

Lampiran 14 Soal Evaluasi Siklus II ... 164

Lampiran 15 Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus II ... 168

Lampiran 16 Lembar Observasi Aktivtas Siswa Siklus II ... 169

Lampiran 17 Lembar Pedoman Observasi Guru Siklus II ... 170

Lampiran 18 Tabulasi Data Aktivitas Siswa Siklus I ... 172

Lampiran 19 Tabulasi Data Aktivitas Siswa Siklus II ... 174

Lampiran 20 Data Aktivitas Per Aspek Siklus I dan Siklus II ... 176

(19)

xix

Lampiran 22 Data Tabulasi Keterampilan Komunikasi Siklus I ... 178

Lampiran 23 Data Tabulasi Keterampilan Komunikasi Siklus II ... 180

Lampiran 24 Keterampilan Komunikasi Rata-rata Kumulatif Siklus I dan Siklus II ... 182

Lampiran 25 Keterampilan Komunikasi Per Aspek Siklus I ... 183

Lampiran 26 Keterampilan Komunikasi Per Aspek Siklus II ... 184

Lampiran 27 Keterampilan Berbicara Siklus I ... 185

Lampiran 28 Keterampian Mendengar Siklus I ... 187

Lampiran 29 Keterampilan Menulis Siklus I ... 189

Lampiran 30 Keterampilan Berbicara Siklus II ... 191

Lampiran 31 Keterampilan Mendengar Suklus II ... 193

Lampiran 32 Keterampilan Menulis Siklus II ... 195

Lampiran 33 Daftar Nilai Siklus I ... 197

Lampiran 34 Daftar Nilai Siklus II ... 199

Lampiran 35 Tabel Analisis Data Perhitungan Validitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran, Reliabilitas Soal Uji Coba Instrumen ... 201

(20)

1 1.1 Latar Belakang

Pasal 39 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan merupakan tenaga profesional. Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesioanal mempunyai visi terwujud penyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip profesionalitas untuk memenuhi hak yang sama sebagai setiap warga negara dalam memperoleh pendidikan yang bermutu.

Pendidikan berasal dari bahasa yunani “paedagogik”yang terbentuk dari kata “pais”yang bearti anak dan ”again” yang bearti membimbing. Maka dari itu arti kata dapat didefinisikan secara laksial bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan kepada anak oleh orang dewasa secara sengaja agar anak menjadi dewasa. Dalam pengertian ini maka pendidikan adalah sarana pewarisan keterampilan hidup sehingga keterampilan yang telah ada pada satu generasi dapat dilestarikan dan dikembangkan oleh generasi sesudahnya sesuai dengan dinamika tantangan hidup yang dihadapi oleh anak (Purwanto, 2013:19). Menurut Tim Dosen FIP IKIP Malang, dalam Purwanto (2013:19) menyatakan bahwa pendidikan adalah “usaha manusia untuk membina kepribadian sesuai

(21)

2

pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas”.

Selama ini pembelajaran komunikasi disekolah masih terkesan konvensional. Guru masih menggunakan metode ceramah dan penugasan secara tertulis. Kenyataan dilapangan tersebut, menjadi salah satu kendala dan hambatan bagi siswa untuk melaksanakan kegiatan berkomunikasi secara maksimal. Oleh karena itu, diperlukan kerjasama antara guru dan siswa dalam pengolahan kelas karena proses pembelajaran tidak akan lepas dari peran guru dan siswa, sehingga siswa dapat berkomunikasi sesuai dengan kompetensi yang diharapkan.

Berdasarkan observasi yang telah peneliti lakukan pada mata pelajaran menerima dan menyampaikan informasi, peneliti memperoleh data kemampuan berkomunikasi dalam mata pelajaran komunikasi yang telah peneliti rekap pada tabel berikut :

Tabel 1.1

Data Kemampuan Berkomunikasi

Kelas Jumlah Siswa

Keterampilan Berbicara Sangat

Mampu Mampu

Cukup Mampu

Kurang Mampu

X AP 40 2 3 17 19

Sumber (Data Hasil Observasi, 2013)

(22)

yang mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik. Dari tabel diatas dapat diketahui hanya ada 2 siswa yang termasuk dalam katerogi sangat mampu, dan hanya ada 3 siswa yang mampu berkomunikasi dengan baik, 17 siswa cukup mampu, dan 19 siswa tidak mampu. Karena itu, keterampilan menerima dan menyampaikan informasi pada siswa harus ditingkatkan agar hasil belajar siswa juga dapat meningkat.

Keterampikan berkomunikasi merupakan keterampilan dasar yang harus dipraktikkan. Titik tumpu pembelajaran bahasa bukan pada pengetahuan bahasa, melainkan pada kemampuan menggunakan bahasa untuk keperluan komunikasi. Dengan demikian, siswa dapat menerapkan dalam kehidupan bermasyarakat.

Faktor pengajar (guru) memegang peranan penting dalam pembelajaran. Fungsi dan kedudukan pengajar didalam kelas tidak dapat digantikan oleh media lain seperti televisi, internet, radio, dan lain-lain. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak sepenuhnya dapat menggantikan kedudukan pengajar, tetapi sangat menunjang proses pembelajaran. Dengan kata lain, peran pengajar masih dominan dalam kegiatan interaksi dikelas.

(23)

4

lingkungan kelas yang kondusif dan menyenangkan, sehingga siswa merasa nyaman dalam mengikuti proses pembelajaran.

Kompetensi dasar menerima dan menyampaikan informasi memerlukan suatu keterampilan berbahasa dan berbicara, mendengar,menulis, dan membaca. Dalam keterampilan tersebut yang diperhatikan adalah pilihan kata dan santun berbahasa, kefokusan, kerapian tulisan dan sistematika yang jelas, serta ketelitian dalam membaca yang mengakibatkan kelancaran dalam berbicara dan berkomunikasi dengan orang lain. Namun disini peneliti akan menfokuskan pada keterampilan bicara pada siswa. Dalam hal ini diperlukan faktor penunjang efektifitas berbicara, yaitu faktor kebahasaan (verbal) dan nonkebahasaan (nonverbal). Faktor kebahasaan (verbal) meliputi ketepatan ucapan, pilihan kata,

ketepatan sasaran pembicara, serta kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi. Faktor nonkebahasaan (nonverbal) meliputi sikap, pandangan, kesediaan menghargai pendapat, ketepatan gerak-gerak dan mimik wajah, kenyaringan suara, kelancaran,relevansi atau penalaran, dan penguasaan topik.

(24)

keterangan yang diperoleh dari guru kelas X yang menyatakan bahwa tiap-tiap indikator dalam kompetensi tersebut terdapat beberapa kelemahan.

Indikator yang pertama, yaitu siswa dituntut mampu mengidentifikasi prosedur dan format yang relevan. Pada indikator ini, kelemahan yang dialami

siswa yaitu, kesulitan dalam memahami prosedur dan format yang benar dalam suatu informasi. Siswa terkadang hanya mendengarkan atau membaca sekilas mengenai informasi yang diberikan. Sehingga informasi yang didapatkan siswa kurang menyeluruh kurang sesuai dengan informasi sebenarnya.

Indikator yang kedua, yaitu tulisan draf disampaikan untuk mendapatkan persetujuan sesuai dengan batas waktu. Pada indikator ini, kelemahan yang

dialami siswa, yaitu kurangnya menguasai topik informasi sehingga saat menuliskan suatu informasi banyak yang mengalami kesulitan disamping itu juga sumber informasi yang kurang beragam membuat siswa kurang referensi informasi mengenai topik yang akan dibahas. Selain itu juga masih banyak terlihat siswa yang meniru pekerjaan temannya.

Indikator yang ketiga, siswa mendapatkan bantuan atau umpan balik agar keterampilan berkomunikasi dapat dikembangkan. Kelemahan yang dialami siswa

(25)

6

menyebabkan rendahnya keterampilan komunikasi adalah kurangnya rasa percaya diri dan keberanian dalam mengungkapkan pendapat. Siswa lebih terbiasa mengungkapkan pendapatnya dengan cara menulis dari pada diungkapkan secara lisan. Kepercayaan diri dan keberanian tampil didepan kelas untuk berbicara bukanlah kemampuan yang diwariskan secara turun temurun. Namun, kemampuan berbicara secara formal memerlukan latihan dan pengetahuan atau bimbingan yang intensif. Dalam rangka mencapai kompetensi dasar ini, maka dalam penelitian tindakan kelas ini penulis menerapkan model pembelajaran think pair share dengan metode diskusi kelompok.

Model pembelajaran think pair share merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk berfikir, merespon, dan saling membantu satu sama lain. Kegiatan kelompok kooperatif atau kolaboratif melibatkan sesama siswa bekerja bersama-sama. Kerja kelompok akan mendorong keaktifan siswa dalam menghadapi secara langsung pokok bahasan yang diajarkan serta bagaimana memecahkan masalah yang ada (Trianto 2002:18).

(26)

keahlian Administrasi Perkantoran SMK Muhammadiyan 1 Weleri Kabupaten Kendal.

Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara yang dilakukan peneliti seperti yang sudah peneliti jelaskan diatas, banyak faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran tersebut. Faktor yang mempengaruhi ada tiga, yaitu faktor guru, siswa, dan sekolah. Faktor dari guru, diantaranya model pembelajaran yang dipakai kurang menarik dan guru terlalu membatasi topik diskusi. Faktor dari siswa, antara lain kesulitan dalam pemilihan kata, kurangnya kepercayaan diri, kurangnya keberanian, dan kurang menguasai topik diskusi atau pembicaraan yang akan disampaikan. Faktor dari sekolah, antara yaitu fasilitas dan sarana pembelajaran yang kurang mendukung untuk melaksanakan pembelajaran komunikasi secara maksimal.

(27)

8

sajikan didepan kelas, kemudian menyampaikan pendapatnya dengan nyaman dan berani tanpa rasa takut, malu, dan grogi.

Faktor dari guru yang kedua, yaitu guru membatasi topik diskusi. Seringkali guru membatasi topik diskusi atau pembicaraan pada siswa, walaupun tidak sesuai dengan minat siswa. Hasilnya, pembelajaran yang berlangsung kurang obtimal karena kurang memberi kebebasan kepada siswa untuk mengungkapkan dan mengekspresikan gagasannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu dengan memberikan beragam pilihan yang tidak asing bagi siswa dan menarik untuk didiskusikan.

Faktor dari siswa yang pertama, yaitu siswa mengalami kesulitan dalam pemilihan kata. Hal ini terjadi karena siswa kurang terbiasa menggunakan bahasa Indonesia. Selama ini, siswa sudah terbiasa menggunakan bahasa Jawa saat berbicara dengan temannya. Oleh sebab itu, siswa harus dibiasakan berbicara menggunakan bahasa Indonesia dengan guru ataupun dengan teman-teman sebayanya. Minimal saat mata pelajaran bahasa Indonesia berlangsung, hal tersebut dimaksudkan agar melatih siswa agar lancar berbahasa Indonesia.

(28)

Faktor dari siswa yang terakir, yaitu kurangnya penguasaan topik yang didiskusikan. Selama ini, pembelajaran komunikasi dalam menerima dan menyampaikan informasi masih menggunakan metode ceramah. Oleh karena itu, siswa kurang berfikir kreatif, sehingga topik diskusi kurang dikuasai. Penguasaan topik yang baik akan menumbuhkan keberanian dan kelancaran dalam menyampaikan informasi. Dengan demikian, topik ini sangat penting bahkan merupakan faktor utama dalam penyampaian informasi.

Faktor dari sekolah, yaitu fasilitas dan sarana pembelajaran yang kurang dibenahi. Fasilitas pembelajaran komunikasi, seperti tersedianya LCD disekolah tetapi kondisinya kurang baik dan terbilang sangat terbatas. Sehingga fasilitas yang ada kurang mendukung pembelajaran tersebut. Oleh karena itu, guru hendaknya kreatif dalam menciptakan kelas yang kondusif dan menyenangkan agar proses pembelajaran komunikasi tetap berjalan dengan baik. Dan pihak sekolah juga harus bersedia menganggarkan dana untuk perbaikan atau pembaruan fasilitas dan sarana prasarana sekolah untuk kepentingan media pembelajaran guna kelancaran proses belajar mengajar.

Kelemahan diatas merupakan suatu masalah strategi pembelajaran kelas yang penting dan mendesak untuk dipecahkan. Sehingga pemilihan strategi pembelajaran harus disesuaikan dengan sub pokok bahasan pembelajaran dan karekteristik siswa. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, sebagai alternatif dapat diterapkan model pembelajaran think pair share.

(29)

10

yaitu mengenai model pembelajaran yang digunakan. Rendahnya keterampilan komunikasi dalam menerima dan menyampaikan informasi pada kelas X program keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Muhammadiyah 1 Weleri Kabupaten Kendal direncanakan dapat diatasi dengan menggunakan model pembelajaran think pair share.

Berdasarkan masalah diatas, maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Model Think Pair Share untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi pada Kompetensi Dasar Menerima dan Menyampaikan Informasi DI SMK Muhammadiyah 1 Weleri”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Adakah peningkatan keterampilan komunikasi dan hasil belajar siswa kelas X AP AMK Muhammadiyah 1 Weleri setelah mengikuti kompetensi dasar menerima dan menyampaikan informasi mengunakan model pembelajaran think pair share ?

(30)

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui adakah peningkatan keterampilan komunikasi dan hasil belajar siswa kelas X AP SMK Muhammadiyah 1 Weleri setelah mengikuti kompetensi dasar menerima dan menyampaikan informasi menggunakan model pembelajaran think pair share.

2. Untuk mengetahui adakah peningkatan aktivitas siswa dan kinerja guru kelas X AP SMK Muhammadiyah 1 Weleri setelah mengikuti kompetensi dasar menerima dan menyampaikan informasi menggunakan model pembelajaran think pair share.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki dua manfaat, yaitu : 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini dapat menjadi sumber referensi bagi penelitian pembelajaran komunikasi selanjutnya. Hasil yang dibahas dalam penelitian ini dapat menjadi gambaran secara konseptual terhadap guru untuk memberikan alternatif melaksanakan kegiatan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan bagi peserta didik.

2. Manfaat Praktis

(31)

12

a. Bagi Guru

Penelitian ini dapat digunakan oleh guru untuk mengadakan perbaikan dalam pembelajaran komunikasi, sehingga pembelajaran dikelas lebih menarik dan menyenangkan. Selain itu, dapat juga memberikan masukan atau informasi untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi.

b. Bagi Siswa

Pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan model think pair share ini akan memicu motivasi siswa untuk lebih aktif dan percaya diri dalam menerima dan menyampaikan informasi didepan kelas, sehingga suasana kelas akan menjadi lebih menyenangkan.

c. Bagi Sekolah

Penelitian ini juga bermanfaat bagi sekolah, dengan adanya penelitian ini pihak sekolah dapat mengembangkan model pembelajaran think pair share untuk digunakan pada kompetensi dasar lainnya dan pada semua

mata pelajaran, tetapi harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi disekolah. Model pembelajaran think pair share diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

d. Bagi Peneliti

(32)

13 2.1 Konsep Dasar Belajar

2.1.1 Pengertian Belajar

Pengertian belajar dikemukakan oleh Slameto (2010:2) yang menyatakan bahwa “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Perubahan

yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.

Belajar bukan hanya mengingat, “belajar adalah kegiatan individu

memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar” (Mudjiono, 2006:295). Jadi belajar adalah suatu kegiatan individu untuk memperoleh pengetahuan, perilaku, dan keterampilan yang belum dipelajari setiap individu, dan ada suatu perubahan pada individu tersebut. Sebelumnya tidak mengetahui dengan belajar jadi mengetahui.

(33)

14

gerakan yang teratur, luwes, tepat, cepat, dan lancar. “Keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keahlian untuk mencapai hasil tertentu” Reber

dalam Muhibbin (2007:121). Karena keterampilan dibutuhkan keahlian dalam melakukan kemampuan yang dimiliki setiap individu, karena keterampilan tersebut harus menghilangkan karya yang tersusun rapi.

Melakukan gerakan mata dan tangan merupakan salah satu aspek belajar keterampilan. “Aspek utama belajar motorik adalah terciptanya otomatisme melakukan gerakan” (Sudjana, 2009:49). Belajar motorik merupakan kemahiran intelektual dan sikap, sebab dalam belajar motorik bukan hanya menggerakan anggota badan saja, tetapi sangat memerlukan pemahaman dan penguasaan yang benar sesuai dengan prosedur yang harus dilakukan. Kegiatan belajar keterampilan harus dilakukan secara tepat agar dapat memberikan hasil yang maksimal. Perencanaan suatu proses belajar sangat diperlukan sehingga kegiatan belajar akan lebih menyenangkan.

(34)

2.1.2 Prinsip-prinsip Belajar

Setelah mempelajari uraian-uraian yang terdahulu, maka calon guru/ pembimbing seharusnya sudah dapat menyusun sendiri prinsip-prinsip belajar, yaitu prinsip belajar yang dapat dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara individual.

Prinsip-prinsip belajar menurut Slameto (2010:27) dibedakan menurut situasi dan kondisi yang berbeda dan oleh setiap siswa secara individual dan susunan tersebut adalah :

a. Berdasarkan persyaratan yang diperlukan untuk belajar

1. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan berpartisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.

2. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional.

3. Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif. 4. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.

b. Sesuai hakikat belajar

1. Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya.

(35)

16

3. Belajar adalah proses kontiguitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan respon yang diharapkan.

c. Situasi materi/ bahan yang harus dipelajari

1. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memilih struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.

2. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.

d. Syarat keberhasilan belajar

1. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang.

2. Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/ keterampilan/ sikap itu mendalam pada siswa.

Menurut Gagne dalam Winkel (2007:111) terdapat lima kategori belajar yang disusun tidak berdasarkan suatu urutan hierarkis, dimana jenis belajar yang satu menjadi landasan bagi jenis barang lainnya. Kelima kategori belajar yang dikemukanan oleh Gagne adalah :

1. Informasi Verbal (Verbal Information)

(36)

2. Keterampilan Intelektual (Intellectual Skill)

Maksudnya ialah kemampuan untuk berhubungan dengan lingkunagan hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk suatu representasi, kususnya konsep dan berbagai lambang/ simbol (huruf, angka, kata, gambar).

3. Pengetahuan Kegiatan Kognitif (Cognitive Strategy)

Kemampuan ini merupakan suatu kemahiran yang berbeda sifat dengan kategori kemahiran intelektual. Orang yang memiliki kemampuan ini, dapat menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri, kususnya jika sedang belajar dan berfikir.

4. Keterampilan Motorik (Motor Skill)

Orang yang memiliki keterampilan motorik, mampu melakukan serangkaian gerak-gerik jasmani dalam urusan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai anggota badan secara terpadu. Ciri khas dari kemampuan motorik ialah otomatisme, yaitu rangkaian gerak-gerik berlangsung secara teratur dan berjalan dengan lancar dan supel, tanpa dibutuhkan banyak refleksi tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa diikuti urutan gerak-gerik tertentu.

5. Sikap (Atitude)

(37)

18

cenderung menerima atau menolak suatu objek berdasarkan penilaian terhadap objek itu, berguna/ berharga baginya atau tidak.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ada lima hal yang berkaitan dengan belajar seseorang antara lain informasi ferbal, keterampilan intelektual, pengetahuan kegiatan kognitif, keterampilan motorik, dan sikap. 2.2 Pengertian Hasil Belajar

Proses pembelajaran akan memberikan suatu perubahan pada siswa yang bisa dilihat dari hasil belajar. “Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar” (Anni, 2006 :5). Jadi

hasil belajar adalah suatu yang diperoleh setelah mengalami kegiatan belajar. Kesimpulan Kingsley dalam Sudjana (2009:45) “membagi menjadi tiga macam hasil belajar yaitu 1) keterampilan dan kebiasaan; 2) pengetahuan dan pengertian; 3) sikap dan cita”. Hasil belajar dapat dilihat dari perubahan siswa, keterampilan semakin meningkat bertambahnya pengetahuan, sikap yang lebih baik.

Geirlach dan Elly dalam Rafa’i (2011:85) mengemukakan pengertian hasil belajar sebagai berikut :

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik. Oleh karena itu, apabila peserta didik mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Dalam peserta didik, perubahan perilaku yang harus dicapai oleh peserata didik setelah melakukan kegiatan belajar dirumuskan dalam tujuan peserta didik. Tujuan peserta didik merupakan deskripsi tentang perubahan perilaku yang diinginkan atau deskripsi produk yang menunjukan bahwa belajar telah terjadi.

(38)

keterampilan”. Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu berasal dari dalam diri orang yang belajar seperti kesehatan, intelegensi dan bakat, minat dan motovasi, serta cara belajar. Sedangkan yang berasal dari luar dirinya yaitu seprti lingkungan, sarana dan prasarana yang menunjang proses belajar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu (Slameto 2010:54-72).

a. Faktor Intern

Adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, meliputi faktor jasmani, psikologi, dan kelelahan. Faktor jasmani terdiri dari kesehatan yaitu proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu. Faktor psikologis terdiri dari intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan. Faktor kelelahan, siswa dapat belajar dengan baik harus menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya.

b. Faktor Ekstern

Adalah faktor yang ada diluar individu, faktor yang berpengaruh pada belajr dapat dikelompokan menjadi 3 faktor yaitu : faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Faktor keluarga terdiri dari cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. Fator sekolah terdiri dari metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa denga siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, dan metode belajar. Faktor masyarakat terdiri dari kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.

(39)

20

dan faktor dari luar diri siswa. Pernyataan tentang apa yang diinginkan pada diri peserta didik setelah menyelesaikan pengalaman belajar. Hasil belajar komunikasi dengan menggunakan model think pair share dapat dilihat dari perubahan kelancaran berbahasa dan berbicara siswa dalam menyampaikan informasi melalui beberapa sumber media informasi yang telah dijadikan sumber informasi. Sehingga hasil belajar akan terlihat secara otomatis.

2.3 Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR) dikenal dan ramai dibicarakan dalam dunia pendidikan. Namanya sendiri sebetulnya sudah menunjukan isi yang terkandung didalamnya. Menurut ZainalAqib (2009:12) dalam bukunya Penelitian Tindakan Kelas ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut, yaitu:

a. Penelitian yaitu merupakan kegiatan mencari suatu obyek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu dari suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

b. Tindakan yaitu sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan.

c. Kelas merupakan tempat sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seseorang guru. Batasan yang ditulis untuk pengertian tentang kelas tersebut adalah pengertian lama, untuk melumpuhkan pengertian yang salah dan dipahami secara luas oleh umum dengan “ruangan tempat guru mengajar”. Kelas bukan wujud ruangan tetapi sekelompok peserta didik yang sedang belajar, kelompok orang yang sedang belajar dapat kerja dilab, lapangan oleh raga, workshop dan lain-lain.

Menurut Jean Mc Niff (via Suroso 2009:29) dalam buku Menyusun Penelitian Tindakan Kelas (Acep Yoni, 2012: 7) menyatakan bahwa “Penelitian

(40)

sendiri”. Menurut Suharsimi (2006:3) menyatakan bahwa “penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan”. Dengan demikian penelitian tindakan kelas merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk memperbaiki dan meningkatkan layanan pendidikan yang harus diselenggarakan dalam konteks pembelajaran dikelas atau peningkatan kualitas program secara keseluruhan (Suharsimi, 2006:4).

2.3.1 Medel Kooperatif

Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompk sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif (Trianto, 2009:56). Pada dasarnya pembelajaran kooperatif merupakan suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur bekerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok.

(41)

22

dicapai jika semua anggota kelompok mencapai tujuan atau penguasaan materi (Slavin, 1995) dalam Trianto (2009:57). Sedangkan Johnson dan Johnson (1994) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok.

Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, terdapat bebrapa variasi dari model tersebut. Setidak-tidaknya ada empat pendekatan yang seharusnya merupakan bagian dari kumpulan strategi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif. Yaitu STAD, JIGSAW, TGT, Investigasi Kelompok, Pendekatan Struktur yang meliputi Think Pair Share (TPS) dan Numbered Head Together (NHT). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model kooperatif tipe think pair share (TPS).

2.3.2 Model Pembelajaran Think Pair Share

Strategi think pair share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa. Strategi ini pertama kali dikembangkan oleh Flang Lyman dan kolegannya di Universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends (1997), menyatakan bahwa think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk mengendalikan kelas

secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berfikir, untuk memproses dan saling membantu (Trianto, 2009:132).

(42)

disebabkan model pembelajaran think pair share semua siswa dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan apa yang mereka pahami. Dengan adanya model pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatakn hasil belajar siswa.

Menurut pendapat La Iru (2012: 60) dalam melaksanakan model pembelajaran think pair share terdiri dari tiga fase, yaitu:

1. Berpikir (thinking) yaitu guru mengajukan pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian berpikir.

2. Berpasangan (pairing) selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang diberikan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 menit untuk berpasangan.

3. Berbagi (sharing) pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan.

Tahapan model pembelajaran think pair share ini guru meminta siswa untuk memikirkan suatu topik, berpasangan dengan siswa lain, dan untuk kemudian berbagi ide dengan seluruh kelas. Dalam pembelajaran ini ada bebrapa kelebihan dan kelemahannya. Menurut Ibrahim, dkk (2000:6) kelebihannya adalah sebagai berikut:

(43)

24

b. Angka putus sekolah berkurang. Model pembelajaran think pair share diharapkan dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa lebih baik.

c. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, model think pair share akan lebih menarik dan tidak monoton.

d. Penerimaan terhadap individu lebih besar. Dalam model pembelajaran konvensional siswa yang aktiv dikelas hanyalah siswa tertentu yang benar-benar rajin dan cepat menerima materi yang disampaikan guru, sedangkan siswa lain sebagai pendengar. Dengan pembelajaran think pair share dapat diminimalisir sebab semua siswa terlibat dengan permasalahan yang diberikan oleh guru.

e. Hasil belajar lebih mendalam. Parameter dalam pembelajaran belajar mengajar yaitu diraih oleh siswa. Dalam model pembelajaran think pair share perkembangan hasil belajar siswa diidentifikasi secara bertahap, sehingga pada akhir pembelajaran hasil diperoleh lebih optimal.

f. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sistem kerjasama diterapkan untuk bekerjasama dalam tim sehingga dapat menerima bila pendapatnya tidak diterima.

Kelemahan model pembelajaran think pair share adalah “pembelajaran yang baru diketahui, kemudian yang dapat timbul adalah sejumlah siswa bingung, sehingga kelihatan tidak percaya diri, dan saling mengganggu antar siswa”

(Ibrahim, 2000:8).

2.3.3 Metode Pembelajaran

(44)

Pengertian Metode pembelajaran menurut Helmiati (2012: 57) adalah “Prosedur, urutan, langkah-langkah, dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran”. Dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran

merupakan jabatan dari pendekatan. Suatu pendekatan dapat dijabarkan dalam berbagai metode pembelajaran yang difokuskan kepencapaian tujuan. Ada beberapa metode yang selama ini telah dikenal seperti metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, eksperimen, karya wisata, dan seterusnya. Dari berbagai macam metode yang ada peneliti menggunakan metode diskusi untuk menunjang proses pembelajaran.

Metode diskusi adalah suatu cara mengajar yang dirikan oleh suatu keterkaitan pada suatu topik atau pokok pertanyaan atau masalah dimana para peserta diskusi berusaha untuk mencapai suatu keputusan atau pendapat yang disepakati bersama maupun pemecahan terhadap suatu masalah dengan mengemukakan sejumlah data dan argumentasi (Helmiati, 2012:66).

Menurut Trianto (2009:121) diskusi yaitu “interaksi antar siswa dan siswa

(45)

26

dalam pemecahan konsep dan keterampilan memecahkan suatu masalah (Helmiati, 2012: 66).

2.4 Penelitian Terdahulu

Menurut Suharsimi (2006:44), mejelaskan didalam mengadakan studi pendahuluan mungkin ditemukan bahwa orang lain sudah berhasil memecahkan masalah yang ia ajukan sehingga tidak ada lagi gunanya ia berusaha meneliti. Mungkin juga ia mengetahui hal-hal yang relevan dengan masalahnya sehingga memperkuat keinginan untuk meneliti karena justru orang lain masih mempermasalahkannya. Dengan adanya penelitian terdahulu maka dapat menghemat tenaga dan biaya, selain itu calon peneliti dapat menjadi lebih jelas permalahannya.

Dari pendapat diatas maka peneliti mengumpulakan penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakan sebagai referensi. Dari penelitian terdahulu dapat dirinci pada tabel berikut :

Tabel 2.1

(46)
(47)
(48)

peningkatan.

Berdasarkan penelitian terdahulu pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran think pair share dapat meningkatkan hasil belajar. Sehingga peneliti meyakini bahwa penelitian ini akan berhasil karena telah didukung oleh beberapa penelitian terdahulu yang menyatakan berhasil menggunakan medel pembelajara think pair share.

2.5 Teori Komunikasi

Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin, communication yaitu sama makna. Maksudnya komunikasi terjadi jika antara orang-orang yang terlibat ada kesamaan makna mengenai sesuatu yang disampaikan ( Euis Honiatri, 2004:13). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, terbitan balai pustaka, 2002, komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.

(49)

30

1. Menurut Mc. Farland, dalam buku Administrasi Perkantoran Modern karya The Liang Gie, komunikasi adalah proses interaksi atau hubungan saling pengertian satu sama lain antara manusia.

2. Menurut Keith Davis, dalam bukunya Human Relation at Work, komunikasi adalah proses jalur informasi dan pengertian dari seseorang ke orang lain.

3. Menurut Dr. Phil Astrid S. Susanto, dalam bukunya Komunikasi dalam Teori dan Praktik, komunikasi adalah proses pengoperan lambing-lambang yang mengandung arti.

4. Menurut Colin Cherry seseorang ahli kognitif dari inggris, dalam bukunya On Human Communication (1957), komunikasi adalah sebuah proses di mana setiap pihak saling menggunakan informasi dengan tujuan untuk mencapai pengertian yang sama tentang masalah yang penting bagisemua pihak.

5. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), komunikasi adalah pengiriman pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat, sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Komunikasi dapat pula bearti hubungan atau kontak.

6. Dalam Ensiklopedia Administrasi, komunikasi adalah suatu proses penyampaian ide dari sumber berita ke satu tempat tujuan.

(50)

Berdasarkan beberapa pengertian komunikasi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi adalah suatu proses kegiatan penyampaian warta/pesan/informasi yang mengandung arti dari satu pihak kepada pihak lain dalam usaha untuk mendapatkan saling pengertian. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari komunikasi adalah untuk mendapatkan saling pengertian (Endang Sri R, 2011:8).

2.6 Kurikulum dan Kompetensi Dasar Menerima dan Menyampaikan

Informasi

Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat 15) dikemukakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidiakan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (Mulyasa, 2009:19).

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah ide tentang pengembangan kurikulum yang paling dekat dengan pembelajaran, yakni sekolah dan satuan pendidikan (Mulyasa, 2009:21). Pengembangan KTSP dilakukan oleh guru, kepala sekolah, serta komite sekolah dan dewan pendidikan.

(51)

32

keputusan bersama. 3). Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai (Mulyasa, 2009:22)

Mata diklat komunikasi kompetensi dasar menerima dan menyampaikan informasi merupakan materi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMK Muhammadiyah 1 Weleri Kabupaten Kendal kelas X dengan Standar Kompetensi “Mengaplikasikan Keterampilan dasar Komunikasi” dengan

kompetensi dasar sebagai berikut: 1) Mengidentifikasi Proses Komunikasi, 2) Menerima dan Menyampaikan Informasi, 3) Memilih Media Komunikasi, materi yang dipelajari adalah media komunikasi, fungsi media komunikasi, macam-macam media komunikasi. Komunikasi merupakan salah satu keterampilan yang sangat penting dimiliki oleh setiap siswa SMK, terutama pada jurusan Administrasi Perkantoran, karena pada dasarnya siswa AP dituntut untuk dapat berkomunikasi dengan baik ketika magang ataupun setelah lulus dari SMK. Jika setiap siswa menguasai keterampilan komunikasi secara lisan maupun tertulis akan memudahkan ketika dia berada ditempat kerja yang sebenarnya. Oleh sebab itu, sangatlah penting lulusan SMK memiliki keterampilan berkomunikasi dengan baik. Dengan mempelajari materi komunikasi peserta didik akan lebih memahami pentingnya berkomunikasi dengan baik yang dapat juga diterapkan pada kehidupan mereka sehari-hari.

(52)

Keterampilan berbicara adalah suatu hal yang penting dan perlu dikuasai oleh seseorang yang berkarir sebagai pengajar, tenaga penjual, konsiltan, atau menduduki jabatan-jabatan yang dalam kesehariannya memerlukan ketrampilan berkomunikasi atau berbicara dengan orang lain. Baik untuk menjual gagasan/ide kepada atasan, rekan, ataupun pelanggan, member penjelasan/instruksi kerja (Sri Endang R, 2004:40).

Keterampilan berbicara memiliki beberapa ketuntuan penilaian dari faktor verbal dan non verbal. Faktor verbal meliputi ketepatan ucapan, pilihan kata, ketepatan sasaran pembicara, kesesuaiantekanan volume, nada, sendi, dan durasi. Sedangkan untuk faktor non verbal meliputi sikap, pandangan, kesediaan menghargai pendapat, ketepatan gerak-gerak dan mimik wajah, kenyaringan suara, kelancaran, relevan/penalaran, dan penguasaan topik (Euis Honiatri,2004:44).

Keterampilan mendengarkan merupakan aspek komunikasi yang penting, karena merupakan kebutuhan seseorang dalam berinteraksi dan akan selalu melakukan komunikasi dengan orang lain, sebab jika semua ingin berbicara dalam rangka bertukar informasi , tidak aka nada orang yang mendengarkan, dengan demikian harus ada yang berbicara dan ada yang mendengarkan. Seseorang menjadi pendengar yang baik, akan mampu membangun ruang dialog yang sehat dan produktif.

(53)

34

1. Berikan orang lain kesempatan berbicara, memberikan kesempatan orang lain untuk berbicara paling tidak separuh dari seluruh waktu yang disampaikan untuk berbicara. Sebagai pembicara tidak boleh mendominasi seluruh pembicaraan.

2. Berikan perhatian penuh, berusaha tetap fokus pada apa yang tengah dibicarakan berikan perhatian penuh dan tidak perlu merasa terganggu oleh penampilan atau gangguan percakapan orang lain di sekitar.

Keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang ssangat penting dalam aspek kehidupan sehari-hari, tidak hanya dilingkungan kerja, tetapi juga penting dalam kehidupan di masyarakat, karena dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung atau tidak dengan tatap muka dengan orang lain serta untuk mengekspresikan gagasan, pemikiran, pendapat,dan perasaan yang dimiliki orang (Sri Endang, 2011:38).

Menurut Sri Endang (2011:39) keterampilan menulis harus selalu memperhatikan aspek- aspek yang sesuai dengan standar tulisan yang baik dan mebar, yaitu meliputi:

1. Kejelasan penulisan, tulisan yang akan ditulis harus selalu diperhatikan tentang kejelasan tulisan, karena tulisan tersebut juga akan dibaca oleh orang lain, sehingga tulisan yang baik harus terlihat rapid an sebagai pembaca tidak kesusahan dalam membaca tulisan yang dituliskan.

(54)

3. Sistematika tulisan, runtutan penulisan harus sesuai dengan urutan yang akan disajikan dalam tulisan, karena hal tersebut akan memudahkan pembaca dalam memahami isi tulisan.

Berdasarkan teori diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa keterampilan komunikasi yaitu meliputi keterampilan berbicara, keterampilan mendengarkan, dan keterampilan menulis. Sehingga teori tersebut dijadikan peneliti sebagai landasan penilaian dalam meneliti peningkatan keterampilan komunikasi di SMK Muhammadiyan 1 Weleri.

2.7 Kerangka Berfikir

Keterampilan berkomuniaksi dalam menerima dan menyampaikan informasi pada siswa kelas X AP SMK Muhammadiyah 1 Weleri Kabupaten Kendal belum memuaskan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor dari guru, siswa, dan sekolah. Salah satu faktor yang berpengaruh yaitu dari guru, penggunaan model pembelajaran yang masih monoton, kurang bervariasi yang masih mengandalkan pembelajaran berceramah, dan kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran.

(55)

36

orang lain. Keunggulan lain dari pembelajaran kooperatif ini adalah optimalisasi partisipasi siswa.

Model pembelajaran ini dipilih oleh penulis karena metode ini dapat membantu siswa dalam bepikir kritis ketika melihat suatu masalah, sehingga siswa dapat memberikan pendapat dan saran pemecahan tentang masalah yang diamati. Materi pembelajaran yang digunakan dalam model pembelajaran think pair share tidak terbatas pada materi satu buku saja, tetapi juga dapat bersumber

dari masalah-masalah yang terdapat didalam lingkungan sekitar. Masalah yang terdapat didalam lingkungan sekitar memberikan efek bagi pembacanya. Efek inilah yang nantinya dijadikan ide dalam memberikan saran pemecahan bagi siswa.

Penerapan model pembelajaran think pair share cocok digunakan pada pembelajaran kompetensi dasar menerima dan menyampaikan informasi. Materi tersebut selain bersifat teoritis juga aplikatif dimana siswa dituntut untuk dapat memahami informasi yang diterima dan untuk kemudian disampaikan, informasi yang berbobot adalah informasi yang tepat untuk disampaikan kepada siswa lain. Penggunaan model pembelajaran ini memudahkan guru untuk mengatur siswa. Model think pair share jumlah pasangan masing-masing dua orang, sehingga meminimalisir siswa yang tidak aktif dan gaduh.

(56)
(57)

38

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

Gambar 2.2 Kerangka Berfikir Guru

1. Metode Pembelajaran yang dipakai hanya metode konfensional (ceramah).

2. Guru membatasi topik diskusi.

Keterampilan Berbicara

Verbal: Kelancaran berbicara, ketepatan pilihan kata dan tata bahasa, ketepatan penekanan suara, nada dan durasi.

Nonverbal: Sikap tenang dan tidak kaku, cara berdiri dan sikap badan, gerakan kepala, ekspresi muka, gerakan kepala, ekspresi muka, pandangan mta, dan gerak badan/ gesture

Keterampilan

Langkah-langkah Pembelajaran Think Pair Share

1. Think (berfikir secara individual). Pada tahap think , guru mengajukan suatu pertanyaan yang kaitannya dengan pembelajaran, dan siswa diminta untuk berfikir secara mandiri.

2. Pair (berpasangan dengan teman), guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan topik yang telah diberikan yang telah difikirkan secara individual. 3. Share (berbagi informasi dengan pasangan lain atau seluruh kelas) pada langkah ini

guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi hasil satu pemikiran mereka dengan pasangan lain atau seluruh audien kelas.

Peningkatan Keterampilan Berkomunikasi dan Hasil Belajar Siswa

Penerapan Model Think Pair Share

(58)

Gambar 2.2 Kerangka berfikir menerangkan penerapan model think pair share dapat meningkatkat keterampilan berkomunikasi, siswa kelas X AP SMK Muhammadiyah 1 Weleri Kabupaten Kendal pada mata pelajara komunikasi kompetensi dasar menerima dan menyampaikan informasi.

2.8 Hipotesis

1. Ada peningkatan keterampilan komunikasi dan hasil belajar siswa kelas X AP SMK Muhammadiyah 1 Weleri setelah mengikuti pembelajaran pada kompetensi dasar menerima dan menyampaikan informasi menggunakan model pembelajaran think pair share.

(59)

39 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Setting dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMK Muhammadiyah 1 Weleri yang beralamat di Jalan KH. A. Dahlan 46 Weleri Kabupaten Kendal Jawa Tengah. SMK Muhammadiyah 1 Weleri memiliki tiga kelas jurusan Administrasi Perkantoran, yaitu kelas X, XI, dan XII. Subjek penelitian ini adalah pada kelas X jurusan Administrasi Perkantoran yang berjumlah 40 siswa. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti terlihat hasil skor keterampilan komunikasi siswa dalam kompetensi dasar menerima dan meyampaikan informasi sangat rendah yang berdampak pada nilai hasil belajar siswa.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Jean Mc Niff (via Suroso 2009:29) dalam buku Menyusun Penelitian Tindakan Kelas (Acep Yoni, 2012: 7) menyatakan bahwa “Penelitian Tindakan Kelas merupakan bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri”. Menurut Suharsimi (2006:3) menyatakan bahwa “penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan”. Dengan demikian

(60)

3.2 Faktor yang Diteliti

Faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah faktor siswa, faktor, guru, dan faktor keterampilan komunikasi pada siswa. Yang rinciannya sebagai berikut: 1. Faktor siswa

Kegiatan belajar dengan menggunakan model pembelajaran think pair share, peneliti ingin mengetahui seberapa besar persentase peningkatan keterampilan siswa dalam berkomunikasi.

2. Faktor guru

Materi pembelajaran yang disiapkan dan strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru, aktivitas guru dalam melakukan pembelajaran dengan menggunakan model think pair share apakah sudah sesuai dengan langkah-langkah yang ditulis pada rencana pembelajaran.

3. Faktor keterampilan siswa

Keterampilan berkomunikasi siwa pada mata pelajaran komunikasi kompetensi dasar menerima dan menyampaikan informasi yang dicapai setelah diberikan model think pair share, apakah sudah meningkat atau belum.

3.3 Rencana Penelitian

(61)

41

(2009:3) “Penelitian tindakan kelas merupakan suatu perencanaan terhadap

kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama”.

Suharsimi (2009:16) menjelaskan bahwa ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan kelas dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut.

Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan terdiri dari dua siklus namun jika dalam kedua siklus ini belum terjadi peningkatan sesuai yang diharapkan atau sesuai kriteria keberhasilan sehingga dilaksanakan siklus berikutnya.

3.3.1 Pelaksanaan Siklus I 3.3.1.1Perencanaan

Kegiatan perencanaan terdiri dari kegiatan identifikasi masalah dan formasi solusi dalam bentuk hipotesis tindakan. Kemudian setelah langkah-langkah persiapan dilakukan maka akan masuk pada tahap perencanaan yaitu tahap mengkondisikan siswa agar siap melaksanakan proses pembelanjaran.

Perencanaan

Pelaksanaan Pelaksanaan

Pengamatan SIKLUS II Perencanaan Pengamatan SIKLUS I Refleksi

Refleksi

(62)

Tahap persiapan ini berupa kegiatan guru menanyakan kabar siswa, memberikan penjelasan yang akan dilaksanakan, dan manfaaat yang diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut. Langkah-langkah persiapan yang dilakukan meliputi:

a. Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Komunikasi kompetensi dasar menerima dan menyampaikan informasi.

b. Mempersiapkan keperluan yang dibutuhkan seperti memilih beberapa tema informasi yang akan diberikan kepada siswa secara acak.

c. Membuat lembar observasi mengenai kemampuan komunikasi siswa dalam pembelajaran komunikasi kompetensi dasar menerima dan menyampaikan informasi.

d. Mempersiapkan lembar soal beserta lembar jawaban tes evaluasi hasil belajar. Hal ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa menggunakan model think pair share diakhir siklus I.

e. Mempersiapkan tema baru yang akan digunakan peneliti untuk pertemuan berikutnya.

3.3.1.2Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan, yaitu tahap melakukan kegiatan pembelajaran menerima dan menyampaikan informasi pada mata pelajaran komunikasi. Tahap ini meliputi beberapa bagian, antara lain:

(63)

43

b. Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang pembelajaran komunikasi kompetensi dasar menerima dan menyampaikan informasi.

c. Guru memberikan tema atau topik informasi yang sesuai dengan materi yang sedang dipelajari.

d. Setiap siswa diminta untuk mengidentifikasi tema atau topik tersebut secara mandiri untuk beberapa saat, sesuai rentang waktu yang diberikan oleh guru. e. Setiap siswa diminta untuk berpasangan dengan siswa lain sesuai absen atau

dengan teman sebangku atau secara acak, untuk dapat mendiskusikan isi informasi dari permasalahan yang telah dipikirkan.

f. Guru memimpin diskusi kelas, kemudian tiap pasangan mengemukakan hasil diskusi tersebut didepan kelas kepada teman-teman yang lain.

g. Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkap siswa, disini guru bertugas memberi penguatan dan menyimpulkan materi yang telah didiskusikan.

h. Guru menutup kegiatan belajar mengajar. 3.3.1.3Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian adalah pembelajaran model think pair sshare untuk mengetahui keterampilan komunikasi pada siswa. Tahap

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.2 Kerangka Berfikir
Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 3.1 Tabel Uji Coba Validitas Instrumen Soal Evaluasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan dilaksanakannya evaluasi penawaran dan kualifikasi pada peserta lelang sesuai dengan yang termuat dalam Berita Acara Pembukaan Penawaran Nomor

Second, Testbed-10 examined the definition of a core ontologies for representing incident information used by Incident Management Systems (IMS) and mapping symbologies used in

PENGARUH AKSESIBILITAS FASILITAS BELAJAR DAN KEADAAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA JURUSAN TEKNIK PENDINGIN DI SMK NEGERI 1 CIMAHI Universitas

Terhadap permohonan hak atas tanah yang telah terlanjur diajukan kepada Menteri Dalam Negeri sedang berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.6 Tahun.

Hasil penelitian responden dengan status gizi normal yang tidak memiliki gangguan tidur yaitu sebanyak 36 orang (67,9%) sedangkan yang memiliki masalah gangguan tidur

Seperti halnya dengan pelimpahan wewenang tentang pemberian hak atas tanah yang hinbgga kini berlaku, maka dalam Peraturan ini pelimpahan wewenang pemberian hak atas tanah yang

Bahwa pemberian Hak Guna Bangunan yang timbul/berasal dari Undang-Undang No.3 Prp tahun 1960 dan Peraturan Presidium Kabinet Republik Indonesia No.5/Prk/1965

2010 : Pengaruh Pelayanan Purna Jual Terhadap Kepuasan Konsumen Produk Sepeda Motor Merek Suzuki (studi pada PT. HERO SAKTI MOTOR Malang) Fakultas Ekonomi