Review on the Effectiveness of Internal Auditor In PT. Kereta Api
Indonesia (Limited)
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya
Jenjang Studi Diploma III
Program Studi Akuntansi
Disusun Oleh :
Febriani Kurnia Dwi
21311016
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
vi
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
ABSTRAK... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR ISI ...vi
DAFTAR GAMBAR...x
DAFTAR TABEL ...xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian ...1
1.2
Identifikasi Masalah...5
1.3
Rumusan Masalah...5
1.4
Maksud dan Tujuan Penelitian ...5
1.4.1
Maksud Penelitian...5
1.4.2
Tujuan Penelitian ...6
vii
1.6
Lokasi dan Waktu Penelitian...7
1.6.1
Lokasi Penelitian...7
1.6.2
Waktu Penelitian ...7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kajian Pustaka...9
2.1.1
Satuan Pengawasan Internal ...9
2.1.2
Definisi Auditor Internal ...11
2.1.3
Tujuan Auditor Internal...13
2.1.4
Fungsi Auditor Internal ...14
2.1.5
Ruang Lingkup Auditor Internal...16
2.1.6
Peran Auditor Internal ...17
2.1.7
Wewenang dan Tanggung Jawab Auditor Internal...18
2.1.8
Laporan Auditor Internal ...19
2.1.9
Kode Etik Auditor Internal ...21
2.1.10 Kualifikasi Auditor Internal...26
2.1.10.1 Independensi Auditor Internal...27
2.1.10.2 Kompetensi Auditor Internal...28
2.1.11 Efektivitas Auditor Internal ...30
viii
3.1
Objek Penelitian ...35
3.2
Metode Penelitian ...36
3.2.1
Metode Pengumpulan Data ...38
3.2.2
Sumber Data ...40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian...41
4.1.1
Gambaran Umum Perusahaan ...41
4.1.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ...41
4.1.1.2 Struktur Organisasi ...49
4.1.1.3 Uraian Tugas ...50
4.1.1.4 Aktivitas Perusahaan ...60
4.1.2
Analisis Verifikasi...64
4.1.2.1 Analisis Kualifikasi Auditor Internal Pada PT. Kereta
Api Indonesia (Persero) ...64
4.1.2.2 Analisis Efektivitas Auditor Internal Pada PT. Kereta
Api Indonesia (Persero) ...66
4.2
Pembahasan...81
4.2.1
Kualifikasi Auditor Internal Pada PT. Kereta Api
Indonesia (Persero)...81
ix
5.1
Kesimpulan ...88
5.2
Saran ...91
DAFTAR PUSTAKA...92
LAMPIRAN ...95
DAFTAR RIWAYAT HIDUP...111
92
Sumber Buku :
Agoes, S., 2012.
Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik.
4
penyunt. Jakarta: Salemba.
Anthony, R. N. & Govindarajan, V., 2009.
Management Control Systems : Sistem
Pengendalian Management Buku 2.
Terjemahan penyunt. Jakarta: Salemba
Empat.
Augustine, Y. & Kristaung, R., 2013.
Metodologi Penelitian Bisnis dan
Akuntansi.
Jakarta: Dian Rakyat.
Boynton, W. C., Johnson, R. N. & Kell, W. G., 2010.
Modern Auditing :
Assurance Services and the Integrity of Financial Reporting.
8 penyunt. England:
John Wiley & Sons Incorporated.
Dantes, N., 2012.
Metode Penelitian.
Yogyakarta: CV Andi Offset.
Elder, R. J., Arens, A. A. & Beasley, M. B., 2011.
Auditing and Assurance
Service : An Integrated Approach.
12 penyunt. New Jersey: Upper Saddle River.
Pickett, K. H. S., 2010.
The Essential Handbook of Internal Auditing.
5 penyunt.
s.l.:John Wiley & sons inc.
93
Tugiman, H., 2011.
Standar Profesional Audit Internal.
Yogyakarta: Kanisius.
Tunggal, A. W., 2011.
Internal Auditing (Suatu Pengantar).
Jakarta: Harvarindo.
Umar, H., 2013.
Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis.
Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Wiff, R., M. & H., 2009.
Brink's Modern Internal Auditing.
s.l.:John Wiley &
Sons.
Wirartha, I. M., 2009.
Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi.
Yogyakarta: CV
Andi offset.
Undang – Undang :
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
Institute of Internal Auditor (IIA)
Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal
Peraturan BPK tahun 2007 No. 1
Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor PER –
127/K/JF/2010
94
iii
Assalamualaikaum Wr. Wb
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya sehingga Tugas Akhir ini dapat di
selesaikan dengan judul “
Tinjauan Atas Efektivitas Auditor Internal Pada PT.
Kereta Api Indonesia (Persero)
”.
Adapun tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk memenuhi salah
satu syarat untuk mendapatkan gelar Ahli Madya Program studi Akuntansi
Universitas Komputer Indonesia Bandung.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini tidak akan berjalan lancar tanpa adanya
bantuan dari berbagai pihak. Dengan terselesaikannya Tugas Akhir ini penulis merasa
patut menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala dorongan,
bimbingan, dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan
terimakasih kepada :
1.
Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia
Bandung.
2.
Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE. Spec. Lic selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Komputer Indonesia Bandung.
3.
Dr. Surtikanti, SE., M.Si., Ak selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas
iv
5.
Riswono, SE., MM selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan
waktunya dengan penuh keikhlasan berkenan untuk memberikan bimbingan,
membina, memberi saran, dan mengarahkan penulis sehingga laporan tugas
akhir ini dapat diselesaikan.
6.
Seluruh Staff Dosen Pengajar Universitas Komputer Indonesia yang telah
membekali Penulis dengan pengetahuan.
7.
Staff Kesekertariatan Program Studi Akuntasi (Mbak Senny, Mbak Dona)
terimakasih banyak untuk pelayanan dan informasinya.
8.
Ibu Dwi selaku pembimbing perusahaan yang telah memberikan kesempatan
dan petunjuk pelaksanaan penelitian yang penulis laksanakan di PT. Kereta Api
Indonesia (Persero) Bandung.
9.
Seluruh Staff dan karyawan pada Kantor PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
Bandung.
10.
Kedua orangtuaku dan adik-adikku tercinta yang selalu mendukung dan
senantiasa memberikan do’a dengan penuh kasih sayang, keikhlasan dan
kesabaran serta pengorbanan yang tiada henti mendorong dan selalu memberi
semangat Penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.
11.
Rifki Misbah Hambali yang telah banyak memberikan setiap perhatian,
motivasi, dukungan, semangat, masukan dan bantuan selama penyelesaian
v
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
13.
Teman satu bimbingan Gita, Gian, Dita, Boy dan Teh Yuni.
14.
Teman-teman AK-5 yang telah berjuang dan berusahan bersama dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
15.
Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan, yang telah banyak membantu
penulis dalam menyusun usulan penelitian ini.
Semoga segala bentuk bantuan yang telah diberikan dengan tulus dan ikhlas
kepada penulis, akan dibalas dengan pahala dan rejeki yang berlimpah oleh Allah
SWT Yang Maha Esa. Penulis menyadari dalam penyusunan Tugas Akhir ini jauh
dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna menyempurnakan Skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap semoga penyusunan Tugas Akhir ini dapat
bermanfaat dan memberikan sumbangan pemikiran bagi kita semua.
Bandung, Agustus 2014
Penulis
Febriani Kurnia Dwi
111
DATA PRIBADI
Nama
: Febriani Kurnia Dwi
Tempat/Tgl. Lahir
: Bandung, 6 Agustus 1993
Umur
: 21 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status
: Belum Kawin
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Kopo Gg. Sukajaya No.125 Kec. Bojongloa Kaler
Kel. Kopo, Bandung 40233
Telepon
: 085223130203
112
2005 – 2008
: SMPN 13 Bandung
2008 – 2011
: SMAN 7 Bandung
2011 – 2014
: Fakultas Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Jenjang Diploma III
9
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kajian Pustaka
2.1.1
Satuan Pengawasan Internal
Menurut
BPK
dalam
Peraturan BPK tahun 2007 No.
1
mendefinisikan satuan pengawasan internal sebagai berikut :
Unit organisasi pada Badan Usaha Milik Negara atau Badan
Usaha Milik Daerah yang mempunyai tugas dan fungsi
melakukan pengawasan dalam lingkup kewenangannya.
Fungsi pengawasan dan pengendalian ini bertujuan untuk mendorong
dipatuhinya segala kebijakan, rencana dan prosedur yang telah ditetapkan.
Fungsi tersebut dilaksanakan melalui suatu pemeriksaan internal atau yang
lebih dikenal dengan audit internal.
The Auditing Practises Board
(APB)
Auditing Guidelines
dalam
Guideness for Internal Auditors
, mendefinisikan audit internal sebagaimana
dikutip
Pickett (2010:3)
sebagai berikut :
Audit internal merupakan fungsi evaluasi independen yang
dibangun oleh manajemen untuk menilai sistem kontrol internal
sebagai pelayanan terhadap organisasi. Audit internal menilai,
mengevaluasi dan melaporkan secara objektif kecukupan kontrol
internal sebagai sebuah kontribusi kepada penggunaan sumber
daya yang wajar, ekonomis, efektif dan efisien.
Dalam perkembangannya, audit internal merupakan pengendalian
manajemen serta pendukung utama untuk tercapainya pengendalian internal.
Selama melaksanakan kegiatannya, audit internal harus bersikap objektif dan
kedudukannya dalam perusahaan harus bersifat independen.
Undang-undang No.19 tahun 2003 tentang BUMN pasal 67 ayat 1
dan 2
, yang menyatakan bahwa:
1. Pada setiap BUMN dibentuk Satuan Pengawasan Internal
yang merupakan aparat pengawasan intern perusahaan.
2. Satuan Pengawasan Internal sebagaimana yang dimaksud
dalam ayat (1) dipimpin oleh seorang kepala yang
bertanggung jawab terhadap Direktur Utama.
Berdasarkan kutipan di atas Satuan Pengawasan Intern merupakan unit
organisasi yang dibentuk untuk membantu manajemen untuk melakukan
pengawasan dan pengendalian yang independen pada badan usaha yang
bersangkutan, disamping melakukan penilaian juga mamberikan saran-saran
2.1.2
Definisi Auditor Internal
Definisi auditor internal
menurut
Sukrisno Agoes
dalam buku
Auditing
(Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik
(2012:221):
Internal Audit (pemeriksaan intern) adalah pemeriksaan yang
dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap
laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan maupun
ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah
ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan
ketentuan-ketentuan dari profesi yang berlaku. Peraturan
pemerintah misalnya peraturan dibidang perpajakan, pasar
modal, lingkungan hidup, perbankan, perindustrian, investasi,
dan lain-lain.
Definisi di atas menunjukan bahwa auditor internal telah mengalami
perkembangan. Lingkup auditor internal tidak lagi tebatas melakukan
pemeriksaan di bidang keuangan saja, tetapi juga melakukan pemeriksaan di
bidang lainnya seperti pengendalian, kepatuhan, operasional, dan lain-lain.
Definisi auditor internal menurut
Institute of Internal Auditor
yang
dikutip oleh
William C. Boynton
dalam buku
Modern Auditing
(2010:980)
adalah :
Internal auditing is an independent, objective assurance and
consulting activitiy designed to add value and improve an
organization’s operations. It helps an organization accomplish its
objectives by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate
and improve the effectiveness of risk management, control, and
governance processes.
yang sistematis dan berdisiplin dalam mengevaluasi dan
meningkatkan efektivitas dari manajemen risiko, pengendalian,
dan proses tata kelola.
Definisi auditor internal menurut
Lawrence B. Sawyer
dalam buku
Internal Auditing
(2011:10)
adalah :
Internal auditing is a systematic, objective appraisal by internal
auditor of the diverse operating and controls within organization to
determine whether (1) financial and operating information is
accurate and reliable; (2) external regulation and acceptable
internal polices and procedures are followed; (3) resources are used
efficienly and economically.
Internal audit adalah penilaian yang sistematis dan objektif yang
dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang
berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah (1)
informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat
diandalkan; (2) peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur
internal yang bisa diterima telah diikuti; (3) sumber daya telah
digunakan secara efisien dan ekonomis.
Menurut
Hiro Tugiman
dalam buku
Standar Profesional Audit
Internal (2011:11)
:
Internal auditing
atau pemeriksaan internal adalah suatu fungsi
penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji
dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan.
Bertolak dari definisi-definisi di atas, dalam perkembangannya konsep
audit telah mengalami perubahan. Peranan auditor internal sebelumnya hanya
sebatas sebagai pengawas didalam perusahaan yang kerjanya hanya mencari
kesalahan, sedangkan saat ini auditor internal dapat memberikan saran dan
masukan berupa tindakan perbaikan atas sistem yang telah ada. Oleh karena
dalam mencapai tujuannya di masa yang akan datang. Auditor internal harus
selalu meningkatkan pengetahuan baik di bidang auditing sendiri maupun
pengetahuan di bidang bisnis perusahaan agar dapat memberikan saran dan
masukan berupa tindakan perbaikan tersebut.
2.1.3
Tujuan Auditor Internal
Auditor internal bertujuan untuk membantu anggota organisasi dan
membentuk pertanggungjawaban yang efektif. Dalam hal ini auditor internal
memberikan bantuan berupa aktivitas perencanaan, audit dan mengevaluasi
informasi, mengkomunikasikan hasil aktivitas yang telah disertai tindak
lanjut.
Secara umum tujuan auditor internal adalah membantu manajemen
menjalankan tugasnya, yaitu dengan menyediakan informasi tentang
kelayakan dan keefektifan dari pengendalian intern perusahaan dan kualitas
pelaksanaan aktivitas perusahaan. Dengan demikian auditor internal akan
melakukan analisis, penilaian dan mengajukan saran.
Menurut
Hiro Tugiman
dalam buku
Standar Profesional Audit
Internal (2011:11)
tujuan auditor internal adalah sebagai berikut :
Menurut
Institute of Internal Auditor
(IIA)
dikutip oleh
Lawrence B.
Sawyer
dalam buku
Internal Auditing
(2011:42)
adanya auditor internal
adalah bertujuan untuk menentukan:
1. Apakah informasi keuangan dan operasi telah akurat dan
dapat diandalkan.
2. Apakah risiko yang dihadapi oleh perusahaan telah
diidentifikasikan dan diminimalisir.
3. Apakah peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur
internal yang bisa diterima telah diikuti.
4. Apakah kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi.
5. Apakah sumber daya telah digunakan secara efisien dan
ekonomis.
6. Apakah tujuan organisasi telah dicapai secara efketif.
Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan utama
auditor internal adalah untuk membantu para manajemen menguji sistem
pengendalian internal
(internal control)
agar berjalan dengan baik.
2.1.4
Fungsi Auditor Internal
Secara umum, fungsi auditor internal dalam perusahaan adalah untuk
mengawasi atau menjamin pelaksanaan kegiatan agar sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam perusahaan. Auditor internal
sebagai staf pimpinan perusahaan yang khusus menangani masalah auditor
internal harus dapat bertugas dengan baik, sehingga peranannya dalam
menunjang keberhasilan struktur pengawasan intern berlangsung secara
yang bebas atas kegiatan operasional, data akuntansi dan catatan keuangan
lainnya.
Fungsi auditor internal menurut
Hiro Tugiman
dalam buku
Standar
Profesional Audit Internal (2011:11)
adalah :
Fungsi auditor internal adalah suatu fungsi penilaian bebas dalam
suatu organisasi guna menelaah atau mempelajari dan menilai
kegiatan-kegiatan perusahaan untuk memberikan saran-saran
kepada manajemen agar tanggung jawabnya dapat dilaksanakan
secara efektif.
Sedangkan menurut
SPAI (Standar Profesional Audit Internal)
yang dikeluarkan
Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:21)
,
fungsi audit internal dinyatakan sebagai berikut :
Fungsi audit internal harus membatu organisasi dalam
memelihara pengendalian intern yang efektif dengan cara
mengevaluasi kecukupan, efisiensi dan efektivitas pengendalian
tersebut, serta mendorong peningkatan pengendalian intern
secara berkesinambungan.
Dari uraian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa secara
singkat fungsi audit internal adalah sebagai alat bantu bagi manajemen untuk
menilai efisiensi dan keefektifan pelaksanaan struktur pengendalian intern
perusahaan, kemudian memberikan hasil yang berupa suatu saran atau
rekomendasi dan memberikan nilai tambah bagi manajemen yang akan
dijadikan landasan untuk mengambil keputusan atau tindakan yang
selanjutnya.
Tanpa adanya suatu pemisahan fungsi maka sulit bagi seorang manajer
berarti fungsi suatu audit internal sangat memberikan manfaat yang akan
memperbaiki kinerja suatu organisasi. Dengan demikian fungsi auditor
internal adalah menentukan baik tidaknya internal kontrol dalam melakukan
evaluasi dan memberikan kontribusi terhadap peningatan proses pengolahan
risiko, pengendalian dan tata kelola, dengan menggunakan pendekatan yang
sistematis, teratur dan menyeluruh serta mengawasi dan menjamin
pelaksanaan kegiatan agar sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan dalam perusahaan.
2.1.5
Ruang Lingkup Auditor Internal
Ruang lingkup auditor internal menyangkut pengujian dan penilaian
atas kelayakan dan efektivitas dari pengendalian intern perusahaan dan
kualitas kerja pegawai yang berkaitan dengan tanggung jawab anggota
organisasi dalam melaksanakan tugasnya. Ruang lingkup penugasan auditor
internal menurut
Institute of Internal Auditors
(IIA)
yang dikutip oleh
William C. Boynton
dalam buku
Modern Auditing
(2010:983)
adalah :
The scope of audit internal should encompass of the adequacy and
effectiveness the organizations system of performance in carrying
out assigned responsibilities; (1) reability and integrying of
information; (2) compliance with policies, plans, procedures, laws,
regulations and contacs; (3) safeguarding of assets; (4) economical
and efficient use of resources; (5) accomplishment of estabilished
objectives and goals for operations programs.
(2) sesuai dengan kebijakan, rencana, prosedur, hukum,
peraturan dan kontak; (3) pengamanan aktiva; (4) penggunaan
sumber daya yang ekonomis dan efisien; (5) tercapainya target
yang ditetapkan dan tujuan program operasi.
Sedangkan menurut
Valery G. Kumaat
dalam buku
Internal Audit
(2011:37)
tentang ruang lingkup auditor internal adalah:
Lingkup kerja internal audit (
Audit View,
atau biasa disebut juga
Audit Universe
atau
Audit Scope
) dapat dikatakan seluas lingkup
manajerial dan aktifitas bisnis perusahaan itu sendiri, di mana
kemungkinan terjadinya
system break
dan timbulnya dampak dari
business risk
selalu terkandung dalam setiap aktifitas manajemen
atau bisnis perusahaan.
2.1.6
Peran Auditor Internal
Peran auditor internal saat ini makin meluas, seiring dengan
perkembangan yang terjadi di dalam dunia bisnis, peran audit internal tidak
hanya bersifat teknis saja tetapi juga mencakup non-teknis. Berikut ini peran
auditor internal yang dikemukakan oleh
The Auditing Practices Board
(APB) (2000:3)
,
yaitu :
Internal audit is an independent appraisals function established by
management for the review of the internal control system as, a
service to the organization, it objectively examines, evaluated, and
contribution to the proper, ecomonic, efficient and effectie use of
resources.
Diharapkan dengan adanya auditor internal dalam organisasi dapat
meningkatkan kinerja unit organisasi dan juga dapat memberi nilai tambah
bagi organisasi tersebut
2.1.7
Wewenang dan Tanggung Jawab Auditor Internal
Wewenang dan tanggung jawab departemen auditor internal dalam
perusahaan tergantung pada status dan kedudukannya dalam struktur
organisasinya. Wewenang yang berhubungan dengan tanggung jawab tersebut
harus memberikan akses penuh kepada auditor internal tersebut untuk
berurusan dengan kekayaan dan karyawan perusahaan yang relevan dengan
pokok masalah yang dihadapi.
Menurut
Ikatan Akuntan Indonesia
(
Standar Profesional Akuntan
Publik) (SPAP) (2001:3221)
tentang tanggung jawab auditor internal adalah :
Audit internal bertanggung jawab untuk menyediakan jasa analis
dan evaluasi, memberikan keyakinan, rekomendasi dan informasi
kepada manajemen entitas dan dewan komisaris atau pihak lain
yang setara wewenang dan tanggung jawabnya tersebut. Audit
internal mempertahankan objektivitasnya yang berkaiatan
dengan aktivitas yang diauditnya.
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tanggung
jawab seorang auditor internal adalah memberikan keterangan-keterangan dan
saran-saran kepada manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab dengan
cara-cara yang tidak bertentangan dengan kode etik yang berlaku serta
seorang auditor internal memiliki wewenang untuk melakukan perencanaan
dan membuat berbagai kebijakan didalam audit.
Auditor internal pun dapat membantu dalam mengumpulkan informasi
dan membuat rekomendasi untuk perbaikan pengendalian internal.
2.1.8
Laporan Auditor Internal
Isi atau materi laporan hasil audit menurut
William C. Boynton
dalam
buku
Modern Auditing
(2010:494)
adalah:
1. Suatu laporan tertulis yang ditanda tangani harus dikeluarkan
setelah pemeriksaan selesai
2. Auditor
internal
harus
membahas
kesimpulan
dan
rekomendasi pada tingkatan manajemen yang tepat sebelum
mengeluarkan laporan tertulis yang final
3. Laporan haruslah objektif, jelas, ringkas, konstruktif dan
tepat waktu
4. Laporan harus menyatakan tujuan, ruang lingkup dan hasil
audit juga pendapat auditor
5. Laporan harus mencakup rekomendasi untuk perbaikan yang
potensial dan mengakui kinerja serta tindakan korektif yang
memuaskan
6. Pandangan
auditee
tentang kesimpulan dan rekomendasi audit
dapat disertakan dalam laporan audit
7. Direktur auditor internal atau
designee
harus me
review
dan
menyetujui laporan audit final sebelum diterbitkan serta
harus memutuskan kepada siapa laporan itu akan dibagikan.
Laporan dari bagian audit internal merupakan suatu alat komunikasi
yang di dalamnya terdapat tujuan yang dimulai dari penugasan, luas
pemeriksaan, batasan yang dibuat dan juga saran atau rekomendasi kepada
1. Laporan auditor merupakan kesimpulan hasil pemeriksaan
2. Menyajikan temuan-temuan dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
3. Sebagai dasar untuk kemudian diambil tindakan oleh manajemen terhadap
penyimpangan yang telah terjadi
Untuk mencapai hal tersebut, maka laporan yang disampaikan harus
memiliki :
1. Akurat
Sebagai laporan yang mengharapkan tindak lanjut dari pembacanya.
Untuk mencapai tujuan ini, sebaiknya auditor menggunakan penekanan
yang tepat, dan hanya menyajikan informasi yang relevan dan valid serta
dan telah diteliti secara seksama dan cermat agar mudah dimengerti oleh
pengguna laporan.
2. Objektif
Laporan yang disusun harus mengungkapkan fakta dengan teliti
berdasarkan data yang dapat diuji kebenarannya.
3.
Clear
(jelas)
Laporan disusun dengan menggunakan bahasa yang jelas, tidak
menimbulkan kesalahpahaman bagi penggunanya.
4. Ringkas
Struktur laporan yang baik melaporkan dengan ringkas pelaksanaan
5. Konstruktif
Laporan yang bersifat membangun adalah laporan yang sedapat mungkin
memaparkan rekomendasi tindakan yang dapat dilakukan untuk
mengupayakan peningkatan operasi.
6. Orientasi pada hasil
Laporan audit harus menunjukan bahwa auditor lebih mengutamakan
terciptanya hasil bagi organisasi. Orientasi pada hasil akan terlihat apabila
laporan mengandung rekomendasi yang spesifik dan dapat diukur.
7. Lengkap
Laporan yang akan disampaikan kepada pihak yang berkepentingan,
terlampir dengan dasar-dasar temuan dan pernyataan auditor secara
lengkap dan menyeluruh. Hal ini bertujuan untuk menghindari adanya
kesalahan dalam mengambil suatu rekomendasi atau tindak lanjut yang
akan diambil dari pengguna laporan tersebut.
8. Tepat waktu
Laporan audit hanya dapat bermanfaat dengan maksimal bila laporan
tersebut disajikan pada saat dibutuhkan.
2.1.9
Kode Etik Auditor Internal
Kode etik auditor internal sesuai standar dari
Institute of Internal
Pasal 1
Para anggota berkewajiban untuk bersikap jujur, objektif, dan
tekun dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab lainnya.
Pasal ini memerintahkan agar pengawas internal menerapkan tiga
kualitas khusus dalam melaksanakan tugasnya. Karena tugas dan tanggung
jawab pengawas internal ditetapkan oleh manajemen dan atau dewan direksi.
Bersikap sesuai dengan kenyataan, terus terang, jujur dalam hubungan
dengan pihak perusahaan, dan bersikap hati-hati dan teliti, serta menghindari
perasaan keberpihakan, dalam segala hal yang dipastikan, dinilai, dan
direkomendasikannya kepada perusahaan.
Pasal 2
Para anggota, akan menjalankan kepercayaan yang diberikan
perusahaan, harus menunjukkan loyalitas dalam segala hal yang
berkaitan dengan hubungannya dengan perusahaan atau pihak
lain yang mungkin akan menerima jasa pengawas internal. Walau
demikian, para anggota tidak boleh sengaja turut ambil bagian
dalam suatu aktivitas yang ilegal atau tidak sepantasnya
dilakukan.
Pasal 2 kode etik IIA menghendaki adanya suatu hubungan yang
didasari oleh rasa percaya dan loyalitas antara pengawas internal dan
perusahaan. Pasal ini tidak menyebutkan batasan loyalitas yang harus
diberikan oleh pengawas internal, namun kita dapat menyimpulkan bahwa
pengawas internal haruslah loyal sepanjang loyalitasnya tidak melibatkan
Pasal 3
Para anggota tidak boleh terlibat dalam suatu aktivitas yang
mungkin memiliki kepentingan bertentangan dengan kepentingan
perusahaan, atau akan menimbulkan anggapan bahwa mereka
tidak dapat lagi menjalankan berbagai tugas dan kewajibannya
secara objektif.
Pasal 4
Para anggota tidak boleh menerima bayaran atau hadiah dari
para karyawan, klien, pelanggan, atau rekan usaha perusahaan
mereka, tanpa sepengetahuan dan persetujuan dari manajemen
senior.
Pasal 5
Para anggota harus menggunakan segala informasi yang
diperoleh dalam menjalankan tugasnya dengan bijaksana. Para
anggota tidak boleh menggunakan suatu informasi yang harus
dirahasiakan untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau untuk
hal-hal lain yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
Tidak seperti para pegawai lain pada umumnya, jenis pekerjaan yang
dilakukan serta berbagai akses khusus yang dimilikinya menyebabkan
pengawas internal dapat memperoleh informasi yang belum tentu tersedia
bagi pihak lain. Sebagian informasi tersebut mungkin bersifat rahasia atau
sensitif.
Pada kenyataannya, pengawas internal memiliki reputasi yang baik
dalam menjaga berbagai informasi pemeriksaan yang dilakukannya.
Meskipun demikian, pengawas internal perlu bersikap sangat hati-hati karena
mungkin saja tidak bermaksud membocorkan informasi yang diketahuinya,
namun tanpa sadar telah diperalat oleh pihak lain yang memiliki suatu rencana
Kertas kerja yang disusun oleh akuntan publik menjadi milik akuntan
publik, sedangnkan berbagai dokumen yang dipersiapkan oleh pengawas
internal menjadi milik perusahaan. Penyimpanan berbagai dokumen
pengawasan internal terutama sekali diatur berdasarkan tiga pertimbangan,
yaitu :
1. Ketentuan yang bersifat memaksa, bila ada;
2. Ketentuan yang bersifat mengatur, bila ada;
3. Kebutuhan perusahaan, termasuk kebutuhan satuan pengawasan internal
sendiri.
Pasal 6
Para anggota, dalam mengungkapkan suatu pendapat, harus
mengerahkan segenap ketelitian dan perhatian yang sepantasnya
dilakukan untuk memperoleh bukti faktual yang memadai guna
mendukung pendapatnya tersebut. Dalam membuat laporan, para
anggota harus mengemukakan segala bukti dan kebenaran
materil yang mereka ketahui yang apabila tidak dikemukakan,
akan berpengaruh terhadap laporan tentang hasil-hasil dari
kegiatan-kegiatan yang diperiksa atau dilindungi suatu kegiatan
yang bertentangan dengan hukum.
Pasal ini mewajibkan pengawas internal untuk bersikap tekun dan
jujur dalam menyusun dan menyampaikan laporan kepada pimpinan
perusahaan. Pasal ini secara tegas menyatakan kewajiban pengawas internal
untuk melaporkan adanya suatu praktik yang melawan hukum kepada pejabat
yang bertanggung jawab di dalam perusahaan.
Berdasarkan pasal ini, dapat disimpulkan bahwa perusahaan, dalam
melaksanakan pemeriksaan. Pengawas internal berkewajiban menjaga agar
perusahaan tidak dirugikan, mengingat kegiatan ilegal tersebut terjadi dalam
aktivitas yang sedang diperiksanya.
Pasal 7
Para anggota harus berusaha untuk meningkatkan kecakapan
dan keefektifan dalam menjalankan pekerjaannya.
Pasal ini tidak menyarankan agar pengawas internal meningkatkan
kecakapan dan keefektifan demi alasan ambisi, pendapatan, kebanggaan,
kepuasan diri, atau perwujudan diri. Pasal ini memandang usaha peningkatan
tersebut semata-mata sebagai kewajiban etis pengawas internal terhadap
perusahaan.
Pasal 8
Para anggota harus mematuhi hukum dan menjunjung tinggi
tujuan IIA. Dalam menjalankan profesinya, para anggota harus
selalu ingat akan kewajibannya untuk mempertahankan standar
kompetensi, moralitas, dan martabat yang tinggi, yang telah
ditetapkan oleh IIA dan para anggotanya.
Pasal ini dipandang sebagai usaha untuk memperkuat berbagai
kewajiban auditor pada perusahaan, sebagaimana telah dijabarkan pada tujuh
2.1.10 Kualifikasi Auditor Internal
Auditor internal sangat menunjang objektifitas dan integritas dalam
pelaksanaan tugasnya, dimana auditor internal harus mempunya kualifikasi
atau syarat dalam melaksanakan tugas auditnya.
Menurut
Lawrence B. Sawyer
dalam buku
Internal Auditing
(2011)
tentang kualifikasi auditor internal adalah :
Qualifications of good internal auditor met if the internal auditor
combine technical skills and knowledge with matching quality,
understanding, strong will, integrity, independency, objectivity, and
responsibility.
Kualifikasi auditor internal yang baik terjadi apabila pemeriksa
internal menggabungkan kecakapan teknik dan pengetahuan
dengan kualitas pencocokan, pemahaman, kebulatan tekad,
integritas, independen, objektifitas, dan juga tanggung jawab.
Sedangkan menurut
Hiro Tugiman
dalam buku
Standar Profesional
Audit Internal (2011:108)
tentang auditor internal:
Kualifikasi auditor internal mempunyai kewajiban pada profesi,
manajemen, pemegang saham dan pada masyarakat umum untuk
selalu memelihara standar perilaku profesional yang tinggi.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi
auditor internal harus memiliki sikap yang independen dan kompeten serta
mempunyai kewajiaban pada profesi, manajemen, pemegang saham dan pada
masyarakat umum untuk selalu memelihara standar perilaku profesional yang
tinggi.
2.1.10.1 Independensi Auditor Internal
Independensi menurut
Standar Umum SA seksi 220
dalam
SPAP (2001),
standar ini mengharuskan auditor bersikap independen,
artinya tidak mudah dipengaruhi.
Menurut
Hiro Tugiman
dalam buku
Standar Profesional
Audit Internal (2011:116)
tentang independensi adalah :
Keadaan tidak bergantung kepada sesuatu hal atau orang
lain kerena telah mandiri.
Dalam standar internal audit yang berlaku internasional yaitu
International Standards for the Professional Practice of Internal
Auditing
,
independensi
dijelaskan
dalam
standard
1100-Independence and Objectivity: The internal audit activity must be
independent, and internal auditors must be objective in performing
their work
. Artinya
Aktivitas audit internal haruslah independen
dan audit internal harus objektif dalam menjalankan tugasnya.
Independence is the freedom from conditions that threaten
the ability of the internal audit activity or the chief audit
executive to carry out internal audit responsibilities in an
unbiased manner. To achieve the degree of independence
necessary to effectively carry out the responsibilities of the
internal audit activity, the chief audit executive has direct and
unrestricted access to senior management and the board.
This can be achieved through a dual-reporting relationship.
Threats to independence must be managed at the individual
auditor, engagement, functional, and organizational levels.
Independen merupakan kebebasan dari kondisi yang
mengancam kemampuan kegiatan audit internal atau
eksekutif audit dalam menjalankan kewajiban audit
internal dalam cara yang tidak biasa. Untuk mencapai
tingkat independensi yang dibutuhkan untuk dapat
menjalankan kegiatan audit secara efektif, kepala eksekutif
audit mempunyai akses langsung dan tanpa batas pada
manajemen senior dan dewan. Hal ini dapat dicapai
dengan hubungan laporan ganda. Ancaman terhadap
independensi harus dikelola pada level auditor secara
individual, pelaksanaan, fungsional dan organisasi.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya
indepedensi yang dimiliki oleh auditor internal, maka auditor internal
dapat melakukan pekerjaannya secara efektif dan objektif yang
memungkinkan auditor membuat pertimbangan penting secara
independen agar tidak ada lagi mental yang buruk dan menyimpang
dari seorang auditor internal.
2.1.10.2 Kompetensi Auditor internal
Menurut
SPAP tahun 2001
, standar umum pertama
Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang
memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai
auditor.
Sedangkan standar umum kedua, menyebutkan bahwa
Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya,
auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalitasnya
dengan cermat dan seksama.
Menurut
Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan
Nomor PER – 127/K/JF/2010 tentang Pendidikan,
Pelatihan, dan Sertifikasi Auditor Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah diatur dalam pasal 3 dan 4, yaitu :
1) Pasal 3
a. Diklat
auditor
bertujuan
untuk
meningkatkan
pengetahuan, keahlian/keterampilan, dan sikap profesional
dengan dilandasi kepribadian dan etika agar dapat
melaksanakan tugas-tugas pengawasan secara profesional,
efisien, dan efektif serta sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
b. Sertifikasi
Auditor
bertujuan
untuk
menentukan
kelayakan dalam memenuhi syarat kompetensi.
2) Pasal 4
a. Sasaran diklat auditor adalah terwujudnya Auditor yang :
(1) Memiliki pengetahuan, keahlian/keterampilan dan
sikap profesional sesuai dengan Standar Kompetensi
Auditor.
b. Sasaran Sertifikasi Auditor adalah terwujudnya pegawai
yang
mempunyai
sertifikat
Auditor
yang
dapat
melaksanakan tugas-tugas pengawasan intern pemerintah
secara profesional, efisien, efektif dan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
2.1.11 Efektivitas Auditor Internal
Pengertian efektif secara bahasa menurut Kamus Besar Bahasa
Indeonesia berarti dapat membawa hasil atau berhasil guna, sedangkan
pengertian efektivitas adalah suatu keadaan yang memberikan pengaruh atau
keberhasilan usaha.
Efektivitas dapat digambarkan sebagai suatu keadaan yang
menunjukan tingkat keberhasilan (kegagalan) kegiatan manajemen dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
Pengertian efektivitas menurut
Anthony and Govondrajan
(2009:150)
adalah sebagai berikut :
Effectiveness is the relationship between is a responsibility center’s
output and it’s objective.
Efektivitas merupakan hubungan antara sebuah
output
dari pusat
tanggung jawab dan tujuannya.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa efektivitas
berarti hubungan antara
output
yang dihasilkan dan tujuan yang hendak
keberhasilan bagi suatu perusahaan, sampai seberapa jauh perusahaan
dinyatakan berhasil dalam usahanya mencapai tujuan perusahaan tersebut.
Semakin besar kontribusi
output
terhadap tujuan, maka semakin efektif unit
tersebut.
Menurut
Arens et al
dalam buku
Auditing and Assurance Service
(2008:776)
mendefinisikan efektivitas sebagai berikut :
Effectiveness of internal control therefore a part of operational
auditing is the purpose is to help an organization operate it’s
business more effectively of efficiently.
Maka dari itu, efektivitas internal kontrol merupakan bagian dari
audit operasional yang tujuannya adalah untuk membantu
organisasi menjalankan bisnisnya secara lebih efektif dan efisien.
Dari definisi tersebut dikatakan efektivitas pengendalian intern
merupakan suatu bagian dari audit operasional tujuannya untuk membantu
perusahaan untuk menjalankan kegiatan usahanya agar lebih efektif dan
efisien. Dengan kata lain, efektivitas mengacu pada pencapaian tujuan
perusahaan dan efektivitas lebih menitikberatkan pada tingkatan keberhasilan
organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jadi penilaian
efektivitas adalah pencapai sasaran yang berkaitan dengan tujuan yang telah
2.1.12 Indikator Efektivitas Auditor Internal
Berdasarkan
The IIA Research
bahwa terdapat 15 (lima belas)
indikator efektivitas audit internal, yaitu :
1. Kelayakan dan Arti Penting Temuaan Pemeriksaan beserta
rekomendasinya
(
Reasonable
and
Meaningful
Findings
and
recommendations)
Tolak ukur ini untuk melihat apakah suatu temuan dan rekomendasi
dari audit internal dapat memberikan nilai tambah bagi
auditee
dan
apakah dapat dipergunakan oleh manajemen sebagai suatu informasi
yang berharga.
2. Respon dari Objek yang Diperiksa (
Auditee’s Response an Feedback)
Berkaitan dengan tolak ukur pertama tetapi berkenan dengan umpan
balik dan respon dari
auditee.
Temuan pemeriksaan dan rekomendasi
dari auditor yang tidak dioperasionalisasikan dan tidak mendapat
respon dari
auditee
kemungkinan pula terjadi karena adanya
kesalahan dalam proses pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor
atau sebab-sebab lainnya.
3. Profesionalisme Auditor (
Professionalise of the Internal Audit
Department)
Adapun kriteria dari profesionalisme adalah :
a. Independensi
b. Integritas seluruh personal pemeriksa
c. Kejelian dan ketajaman
review
pimpinan tim pemeriksa
d. Penampilan, sikap, dan perilaku pemeriksa
e. Kesanggupan dan kemampuan dala memberikan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan
auditee
atas permasalahan yang diajukan
f.
Kemampuan tim pemeriksa dalam melakukan komunikai dan
didapatnya tanggapan yang baik dari
auditee
atau manajemen
puncak
g. Pendidikan dan keahlian pemeriksa
4. Tercapainya Program Pemeriksaan (
Adherence to Audit Plan
)
Meliputi tindakan evaluasi terhadap risiko objek yang diperiksa serta
jaminan bahwa bidang-bidang yang berisiko tinggi telah ditempatkan
sebagai prioritas utama dalam perencanaan pemeriksaan.
5. Peringatan Dini (
Absense of Surprises
)
6. Kehematan Biaya Pemeriksaan (
Cost Effectiveness of The Internal
Audit Department
)
Output
dari suatu biaya pemeriksaan tidak dapat diukur. Bila
pemeriksaan yang dilakukan dapat meminimalisasi biaya tanpa
mengurangi nilai tambah yang dihasilkan, maka pemeriksaan sudah
efektif ditinjau dari tolak ukur ini.
7. Pengembangan Personil (
Development of People
)
Jika pengembangan personil dianggap menjadi peran yang penting,
maka pimpinan auditor akan menggunakan waktunya dalam
pembinaan untuk penempatan dan pengenbangan stafnya.
8. Evaluasi oleh Auditor Eksternal (
External Auditor Evaluation of the
Internal Audit Department
)
Pendapat dari audit eksternal terhadap auditor akan mempunyai
nilai yang tinggi bila peran auditor keuangan cukup menonjol.
Namun, pada waktu-waktu tertentu auditor eksternal dapat diminta
melakukan pemeriksaan operasional audit lainnya antara lain dalam
hal :
a. Penerapan buku pedoman pemeriksaan
b. Tenaga auditor dan biaya pemeriksaan
c. Penyusunan dan rencana kerja pemeriksaan
d. Objektivitas dan independensi
e. Organisasi bagian internal auditor
f.
Kebijakan pemeriksaan
9. Umpan Balik dari Manajemen (
Operating Management’s Feedback
)
Umpan balik dari manajemen lainnya bersifat subjektif dan sangat
dipengaruhi oleh profesi auditor itu sendiri. Sampai sejauh mana
dukungan yang diberikan oleh para manajemen lainnya terhadap
para auditor dalam melaksanakan kegiatan pemeriksaan.
10. Meningkatnya Jumah Pemeriksaan (
Number of Requests for Audit
Work
)
Semakin baik dan semakin meningkat kemampuan auditor maka
manfaat dari audit ini akan semakin dirasakan. Dengan semakin
dirasakannya manfaat tersebut, maka jumlah pemeriksaan pun akan
semakin meningkat seiring dengan perkembangannya.
11. Penyajian Ikhtisar Laporan Keuangan (
Audit Director’s Report
)
Tolak ukur ini berisikan tentang laporan yang disusun oleh auditor
yang antara lain meliputi masalah penyelesaian laporan, perihal
temuan-temuan yang penting dan pemanfaatan sumber daya.
12. Evaluasi dari Pimpinan terhadap Auditor (
Audit Commitee’s
Evaluation of Internal Audit Department
)
13. Mutu Kertas Kerja Pmeriksaan (
Quality of Working Paper
)
Mutu kertas kerja pemeriksaan harus diperhatikan oleh auditor
karena kertas kerja pemeriksaan yang baik akan menggambarkan
sistematik pelaksanaan tugas pemeriksaan yang dilakukan oleh
auditor.
14. Internal
Review
(
Result of Internal Review
)
Tolak ukur ini berkenaan dengan tindakan
review
terutama yang
dilakukan oleh pimpinan permeriksa dalam proses pemeriksaan,
mutu dokumen, serta
review
atas temuan dan rekomendasi.
Review
yang memadai atas pelaksanaan pemeriksaan mengidikasikan
profesionalisme yang tinggi dan menjamin mutu hasil pemeriksaan
yang dilakukan oleh auditor.
15. Penelaahan Organisasi Profesi (
Peer Feedback
)
35
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1
Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu
penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk
mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi.
Menurut
Sugiyono
dalam buku
Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif
dan R&D (2012 : 41)
, bahwa :
Sebelum peneliti memilih variabel apa yang akan diteliti perlu
melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu pada objek yang akan
diteliti. Jangan sampai pembuatan rancangan penelitian dilakukan
tanpa mengetahui terlebih dahulu permasalahan yang ada di objek
penelitian.
Menurut
Husein Umar
dalam buku
Metode Penelitian untuk Skripsi
dan Tesis Bisnis (2013:18)
pengertian objek penelitian menyatakan bahwa :
Objek penelitian menjelaskan tentang apa atau siapa yang menjadi
objek penelitian dilakukan, bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika
dianggap perlu.
Objek penelitian adalah karakteristik tertentu yang mempunyai nilai,
skor atau ukuran yang berbeda untuk unit atau individu yang
berbeda atau merupakan konsep yang diberi lebih dari satu nilai.
Objek penelitian dalam tugas akhir ini adalah tinjauan atas efektivitas
auditor internal pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) yang berlokasi di Jalan
Perintis Kemerdekaan No. 1 Bandung.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualifikasi auditor
internal dan sejauh mana efektivitas auditor internal pada PT. Kereta Api
Indonesia (Persero).
3.2
Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu teknik atau cara mencari, memperoleh,
mengumpulkan, mencatat data, baik primer maupun sekunder yang dapat
digunakan untuk keperluan menyusun karya ilmiah dan kemudian menganalisis
faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok permasalahan sehingga akan
didapat suatu kebenaran atau data yang diperoleh.
Dalam proses penelitian untuk dapat memecahkan suatu permasalahan
antara suatu kasus diperlukan cara yang sistematis, langkah penelitian yang harus
dilakukan adalah dengan menggunakan metode penelitian.
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan,
dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada
gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan
mengantisipasi masalah.
Menurut
Yvonne Ausgustine
dalam buku
Metedologi Penelitian Bisnis
dan Akuntansi (2013:5)
metode penelitian adalah :
Sebuah aktivitas yang memberikan kontribusi dalam memahami
fenomena yang menjadi perhatian melalui penelitian.
Menurut
Nyoman Dantes
dalam buku
Metode Penelitian (2012:4)
metode penelitian adalah :
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini
adalah metode verifikasi dengan teori dimana pendekatan verifikasi menggunakan
metode induktif dimana fakta-fakta dikumpulkan terlebih dahulu, kemudian
membuat generalisasi. Verifikasi merupakan salah satu cara pengujian hipotesis
yang tujuan utamanya adalah untuk menemukan teori-teori, prinsip-prinsip,
generalisasi, dan hukum-hukum.Verifikasi adalah pandangan yang dikembangkan
oleh Neo-Positivisme atau yang dikenal Positivisme Logis. Pandangan ini
dipengaruhi oleh Auguste Comte
(1798-1857) tentang pengetahuan yang
berlandaskan pada pendekatan logis dan pasti.
Data-data tersebut bisa berasal dari wawancara, catatan lapangan,dokumen
pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya
Tujuan dari variabel penelitian ini mengungkap fakta dan keadaan yang
terjadi saat penelitian di PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Bandung.
3.2.1
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
dengan studi dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel-variabel yang berupa catatan-catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, agenda, dan lain-lain.
Metode pengumpulan data yang digunakan penulis dalam
penelitian ini dengan dua cara, yaitu :
1. Penelitian Lapangan (
Field Research)
Penelitian lapangan adalah melakukan peninjauan secara langsung
untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian pada
PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Bandung Bagian Satuan
Pengawasan Intern. Jenis data yang digunakan adalah data primer yaitu
berupa efektivitas auditor internal yang diperoleh melalui :
a. Wawancara
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan
jumlah respondennya sedikit/kecil. Wawancara dapat dilakukan
secara terstruktur (peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang
informasi apa yang akan diperoleh) maupun tidak terstruktur
(peneliti tidak melakukan pedoman wawancara yang telah tersusun
secara sistematis dan lengkap sebagai pengumpul datanya) dan
dapat dilakukan secara langsung (tatap muka) maupun secara tidak
langsung (melalui media seperti telepon).
b. Obsevasi langsung
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses
yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dalam
penelitian ini bertindak sebagai non partisipan. Observasi non
partisipan adalah penelitian tidak terlibat langsung dengan objek
yang diamati. Penelitiannya hanya sebagai pengamat independen.
Menurut
Sugiyono
dalam buku
Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D (2012:145)
mengemukakan bahwa :
Observasi adalah melakukan pengamatan secara langsung
dilokasi untuk memperoleh data yang diperlukan.
c. Dokumen
2. Penelitian Kepustakaan (
Libarary Research)
a. Penelitian kepustakaan diperoleh dengan pengumpulan data dan
informasi dari literatur-literatur yang ada untuk ditelaah serta
catatan yang diperoleh di bangku kuliah maupun media masa
lainnya.
b. Penulis membaca dan mempelajari buku-buku untuk mendapatkan
data sekunder sebagai dasar yang dapat dipertanggungjawabkan
dalam bahasan.
3.2.2
Sumber Data
Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data
primer yang diperoleh dari PT. Kereta Api Indonesia (Persero).
Menurut
Sugiyono
dalam buku
Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D (2010:137)
mendefinisikan data primer adalah
sebagai berikut :
Data primer berupa teks hasil wawancara dan diperoleh
melalui wawancara dengan informan yang sedang dijadikan
sampel dalam penelitiannya. Data dapat direkam atau dicatat
oleh peneliti.
Data Sekunder menurut
Sugiyono (2012:137)
dalam buku
Metode
Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D
adalah :
Sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada
1
Oleh :
Febriani Kurnia Dwi 21311016
ABSTRACT
The research was conducted on PT. Kereta Api Indonesia (Limited). The phenomenon that still happen is that there are many internal auditor audit report that are not objective because an internal auditor who doesn’t have a sufficient qualification and the internal auditor has not reached high level effectiveness as there is still an incompatibility between planned time and executed audit time. Internal audit checks should be carried out by a competent and independent auditor in accordance with the Professional Standards of Internal Auditor (SPAI). The purpose of this study was to determine the qualifications of internal auditors and the effectiveness of internal auditors.
The research is a verified research. The method used in this research is verification method. This verification method is used to gather data and factual information about the phenomenon researched.
From this research, it can be concluded that the qualification and effectiveness of internal auditor in PT. Kereta Api Indonesia (Limited) has not run well yet.
Keywords: Internal Auditor, Qualification, Effectiveness
I. PENDAHULUAN
Pada era globalisasi seperti sekarang ini, dengan berkembangnya praktik bisnis dan kebutuhan konsumen yang semakin kompleks, menyebabkan semakin ketatnya persaingan di dunia bisnis. Dunia bisnis selalu dihadapkan dengan konsep baru, sistem baru, dan prosedur baru. Terlebih lagi praktik bisnis yang bergerak di bidang yang sama akan mempertajam persaingan yang terjadi. Apabila perusahaan tidak mampu bersaing kemungkinan terburuk yang akan terjadi adalah kebangkrutan. Agar dapat bertahan dan tetap unggul, perusahaan berusaha menerapkan berbagai kebijakan dan strategi seperti peningkatan produktivitas, efisiensi, efektivitas dan pengendalian internal yang baik, tentunya diharapkan dapat memenuhi kebutuhan konsumen dan memberikan pelayanan yang terbaik. Terlebih dalam kondisi ekonomi saat ini yang penuh dengan ketidakpastian dimana krisis ekonomi yang melanda Indonesia sehingga perlu mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki.
Dalam hal ini perusahaan memerlukan pengendalian yaitu suatu pemeriksaan atau audit. Audit merupakan suatu sistem yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif yang berhubungan dengan asersi-asersi tentang tindakan dan peristiwa ekonomi untuk tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dan kriteria yang ditetapkan, serta mengomunikasikan hasilnya kepada pengguna informasi tersebut (American Accounting Association Committee)
2
berada. Untuk itu, auditor internal harus mempunyai sikap yang independen dan objektif yang bertujuan untuk membantu para anggota organisasi melaksanakan tugasnya. Dan seorang auditor internal pun dituntut untuk dapat bersikap profesional serta meningkatkan kinerjanya dengan cara meningatkan efektivitas pelaksanaan audit.
Pemeriksaan audit internal harus dilakukan oleh seorang auditor yang kompeten dan independen sesuai dengan Standar Profesi Auditor Internal (SPAI), dimana seorang auditor harus melaksanakan tugasnya dengan baik, mempunyai sikap dan mental yang teguh, pengetahuan dan keterampilan yang memadai serta memiliki kualifikasi yang sesuai dengan Standar Profesi Auditor Internal (SPAI), kualifikasi didalam audit merupakan syarat yang harus dimiliki oleh seorang auditor, karena auditor dituntut untuk bersikap independen dengan tidak terikat pada suatu organisasi serta dituntut untuk mempunyai tingkat kompeten yang tinggi dalam memutuskan suatu hasil audit sehingga nama baik dan integritasnya tidak dipertanyakan.
Auditor internal tidak hanya berfungsi untuk melakukan pemeriksaan dan menghasilkan temuan-temuan tetapi juga harus mampu memberikan rekomendasi kepada manajemen untuk mengatasi masalah yang ada.
PT. Kereta Api Indonesia (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang transportasi dimana segala kegiatan operasionalnya membutuhkan perencanaan, pemeriksaan dan pengendalian internal untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Dalam hal ini diperlukan suatu internal audit untuk membantu para menejemen organisasi dalam meningkatkan efektivitas kinerja perusahaan. Tetapi dalam pelaksanaannya, peranan auditor internal masih belum mencapai tingkat efektivitas yang tinggi, dimana masih adanya ketidaksesuaian antara waktu pelaksanaan audit dengan waktu yang telah direncanakan, yang disebabkan terhambatnya data-data yang diperlukan oleh auditor internal (Abu Hasan ; Bagian Satuan Pengawasan Intern)
Selain di dalam perusahaan, terdapat juga beberapa masalah didalam lingkungan auditor internal seperti yang diungkapkan oleh Cris Kuntadi (BPK , 2009) bahwa kurangnya independensi di dalam auditor internal, dimana seorang auditor internal masih terpengaruh dengan pendapat-pendapat dari pihak lain. Auditor internal harus mampu mengemukakan temuan berdasarkan bukti-bukti atau fakta-fakta yang dapat dipertanggungjawabkan. Pada dasarnya kualifikasi dari auditor internal yang baik terjadi apabila pemeriksaan internal menggabungkan kecakapan teknik dan pengetahuan dengan kualitas pencocokan pemahaman, kebulatan tekad, integritas, independen, objektivitas, dan tanggung jawab untuk mencapai tingkat efektivitas yang tinggi. Auditor internal mempunyai kewajiban pada profesi, manajemen, pemegang saham dan pada masyarakat umum untuk memelihara standar perilaku professional yang tinggi, untuk itu diperlukan auditor internal yang berkualifikasi (Lawrence B. Sawyer dalam buku Internal Auditing)
3
Adapun rumusan masalah, meliputi :
1. Bagaimana kualifikasi auditor internal pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero)? 2. Sejauh mana efektivitas auditor internal pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero)? Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan untuk mengetahui dan menganalisis atas efektivitas auditor internal pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero). Sedangkan tujuan penelitian dari masalah yang telah diidentifikasikan diatas adalah :
1. Untuk mengetahui kualifikasi auditor internal pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero). 2. Untuk mengetahui sejauh mana efektivitas auditor internal pada PT. Kereta Api
Indonesia (Persero).
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1Satuan Pengawasan Internal
Menurut BPK dalam Peraturan BPK tahun 2007 No. 1 mendefinisikan satuan pengawasan internal adalah unit organisasi pada Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan pengawasan dalam lingkup kewenangannya.
Fungsi pengawasan dan pengendalian ini bertujuan untuk mendorong dipatuhinya segala kebijakan, rencana dan prosedur yang telah ditetapkan. Fungsi tersebut dilaksanakan melalui suatu pemeriksaan internal atau yang lebih dikenal dengan audit internal.
The Auditing Practises Board (APB) Auditing Guidelines dalam Guideness for Internal Auditors, mendefinisikan audit internal sebagaimana dikutip Pickett (2010:3) adalah audit internal merupakan fungsi evaluasi independen yang dibangun oleh manajemen untuk menilai sistem kontrol internal sebagai pelayanan terhadap organisasi. Audit internal menilai, mengevaluasi dan melaporkan secara objektif kecukupan kontrol internal sebagai sebuah kontribusi kepada penggunaan sumber daya yang wajar, ekonomis, efektif dan efisien.
Dalam perkembangannya, audit internal merupakan pengendalian manajemen serta pendukung utama untuk tercapainya pengendalian internal. Selama melaksanakan kegiatannya, audit internal harus bersikap objektif dan kedudukannya dalam perusahaan harus bersifat independen.
Undang-undang No.19 tahun 2003 tentang BUMN pasal 67 ayat 1 dan 2, yang menyatakan bahwa:
1. Pada setiap BUMN dibentuk Satuan Pengawasan Internal yang merupakan aparat
pengawasan intern perusahaan.
2. Satuan Pengawasan Internal sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) dipimpin
oleh seorang kepala yang bertanggung jawab terhadap Direktur Utama.
4
perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan dari profesi yang berlaku. Peraturan pemerintah misalnya peraturan dibidang perpajakan, pasar modal, lingkungan hidup, perbankan, perindustrian, investasi, dan lain-lain.
Definisi di atas menunjukan bahwa auditor internal telah mengalami perkembangan. Lingkup auditor internal tidak lagi tebatas melakukan pemeriksaan di bidang keuangan saja, tetapi juga melakukan pemeriksaan di bidang lainnya seperti pengendalian, kepatuhan, operasional, dan lain-lain.
Definisi auditor internal menurut Institute of Internal Auditoryang dikutip oleh William C. Boynton (2010:980)adalah internal audit adalah kegiatan konsultasi dan assurance yang independen yang dirancang untuk meningkatkan nilai dan kegiatan operasi perusahaan. Internal audit membantu organisasi untuk mencapai tujuannya dengan cara melakukan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin dalam mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas dari manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata kelola.
Definisi auditor internal menurut Lawrence B. Sawyer (2011:10) adalah internal audit adalah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah (1) informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan; (2) peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti; (3) sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis.
Menurut Hiro Tugiman (2011:11) adalah internal auditing atau pemeriksaan internal adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan.
Bertolak dari definisi-definisi di atas, dalam perkembangannya konsep audit telah mengalami perubahan. Peranan auditor internal sebelumnya hanya sebatas sebagai pengawas didalam perusahaan yang kerjanya hanya mencari kesalahan, sedangkan saat ini auditor internal dapat memberikan saran dan masukan berupa tindakan perbaikan atas sistem yang telah ada. Oleh karena itu, saat ini auditor internal dapat juga dikatakan sebagai konsultan perusahaan dalam mencapai tujuannya di masa yang akan datang. Auditor internal harus selalu meningkatkan pengetahuan baik di bidang auditing sendiri maupun pengetahuan di bidang bisnis perusahaan agar dapat memberikan saran dan masukan berupa tindakan perbaikan