• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif di Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif di Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang tahun 2012"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

i

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

DENGAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF

DI RUANG BERSALIN RUMAH SAKIT UMUM

KABUPATEN TANGERANG

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Disusun oleh:

Annisa Magfuroh

107104000039

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

ii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Annisa Magfuroh

NIM : 107104000039

Program studi : Ilmu Keperawatan

Tahun akademik : 2007

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan skripsi

yang berjudul :

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF DI RUANG BERSALIN RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN TANGERANG

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya

akan menerima sangsi yang telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Jakarta, April 2012

(3)

iii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, April 2012

Annisa Magfuroh, NIM : 107104000039

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif di Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang tahun 2012 + 76 Halaman, 13 tabel, 6 gambar, 6 lampiran

Kata kunci : Nyeri persalinan, kala I

ABSTRAK

Nyeri persalinan merupakan rasa tidak nyaman, bersifat subyektif, akibat adanya aktivitas besar di dalam tubuh guna mengeluarkan bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan nyeri persalinan kala I fase aktif, meliputi usia, paritas, pengalaman nyeri sebelumnya, tingkat pendidikan dan induksi persalinan.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, menggunakan desain cross sectional dengan teknik pengambilan data insidental sampling. Sampel penelitian sebanyak 64 orang. Menggunakan analisis univariat dan bivariat. Analisis bivariat menggunakan uji t-independen dengan α = 5%. Tempat penelitian di ruang bersalin Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner dan lembar observasi dengan skala pengukuran FPRS (Face Pain Rating Scale).

Hasil penelitian menunjukan rata-rata nyeri yang dirasakan ibu pada kala I fase aktif 3,45 yaitu lebih menyakitkan lagi (Skala maksimal 5). Analisis bivariat diperoleh hasil faktor yang berhubungan dengan nyeri persalinan adalah usia (P value=0,001), paritas (P value=0,000), pengalaman nyeri sebelumnya (P value=0,000), induksi persalinan (P value=0,000). Sedangkan faktor tingkat pendidikan tidak berhubungan dengan nyeri persalinan kala I fase aktif (P value=0,530).

Penulis menyarankan kepada petugas kesehatan untuk lebih meningkatkan perannya dalam menguasai teknik relaksasi dan memotivasi ibu agar bisa menerima nyeri yang dirasakannya dengan baik.

(4)

iv STUDY PROGRAM OF NURSING SCIENCE

FACULTY OF MEDICAL AND HEALTH SCIENCE

ISLAMIC STATE UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UNDERGRADUATED THESIS, April 2012

Annisa Magfuroh, NIM. 107104000039

Factors Associated with Pain Labor Active Phase Stage I in General Hospital District of Tangerang

+ 76 page + 13 table + 6 scheme + 6 attachment Key words: Labor pain, stage I

ABSTRACT

Labor pain is a feeling of uncomfortable, which is subjective, because of the large activity in the body in order to bear a baby. This study aims to determine the factors associated with labor pain stage I active phase, include is age, parity, previous pain experience, education level and labor induction.

The study was a quantitative study, using cross sectional design with retrieval incidental sampling technique data. Sample is 64 people. Using univariate and bivariate analysis. Bivariate analysis using an independent t-test with α = 5%. Place of research in the labor room of Tangerang District General Hospital. Instruments used in the form of questionnaires and observation sheets with FPRS measurement scale (Face Pain Rating Scale).

The result show that the average pain felt by the mother at the first stage of the active phase is more painful 3.45 (maximum Scale 5). The result of bivariate analisis the factor associated with pain labor is age (P value = 0.001), parity (P value = 0.000), previous experience of pain (P value = 0.000), induction of labor (P value = 0.000) with labor pain first stage of the active phase. While there education factor is no associated with the first stage of labor pain active phase (P value = 0.530).

Recommendation for the health practitioners is to further enhance their role in mastering relaxation techniques and motivate mothers to be able to accept the pain she feels.

(5)

v

RIWAYAT HIDUP

Nama : Annisa Magfuroh

Tempat/Tanggal Lahir : Pandeglang, 19 November 1989

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl.Raya Labuan Km. 07 Kp.Kd.Hapa Rt.05-02

Ds.Babakan Lor Kec.Cikedal Pandeglang-Banten

Telepon/Hp : 085694942297

Email : annisa_tehenca@yahoo.com

Riwayat Pendidikan :

1. SDN Babakan Lor 5 (1995-2001)

2. MTS Mathla’ul Anwar Pusat Menes (2001-2004)

3. SMAI Al-Mukhlisin Bogor (2004-2007)

4. S-1 Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

(6)

vi

PENGESAHAN SIDANG SKRIPSI Skripsi dengan judul

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF DI RUANG BERSALIN RSU KABUPATEN TANGERANG Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi

Annisa Magfuroh

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Tien Gartinah, MN

(7)

vii

LEMBAR PERSEMBAHAN

Skripsi ini aku persembahkan untuk;

Bapak ibu, adik dan sahabat-sahabatku tercinta.

Semoga sapaku ini mendapati kita dalam kesahatan dan

kebahagiaan bersama keluarga tercinta.

Terima kasih atas segala do’a, dukungan dan perhatiannya.

Kalian semua adalah penyemangatku dan inspirasiku dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Dan untuk almamaterku.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadirat Allah SWT pemilik segala apa yang ada di seluruh

alam semesta. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada kekasih tercinta

seluruh mahluk alam raya Muhammad SAW, keluarga beliau, sahabat-sahabat

beliau. Atas segala rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Nyeri

Persalinan Kala I Fase Aktif di Ruang Bersalin RSU Kabupaten Tangerang Tahun

2012”.

Penyususnan skripsi ini dapat berjalan dengan baik atas bantuan dari

berbagai pihak oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. dr. Dr (hc) MK. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. H. Achamd Gholib, M.A. selaku pembantu dekan bidang administrasi

umum Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Dra. Farida Hamid, M.Pd. selaku pembantu dekan bidang kemahasiswaan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Tien Gartinah, M.N., selaku ketua program studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Irma Nurbaeti, S.Kp, Sp.Mat selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus pembimbing I yang

(9)

ix

6. Ibu Yuli Amran S. KM, MKM selaku pembimbing II yang telah

membimbing dan memberikan motivasi.

7. Segenap Dosen Ilmu Keperawatan yang telah memberikan masukan dan

motivasi.

8. Direktur RSU Kabupaten Tangerang dan Direktur RSUD Serang.

Terimakasih atas izin yang diberikan pada penulis untuk melakukan

penelitian di RSU Kabupaten Tangerang.

9. Keluarga tercinta (Ibu, Bapak, Abang dan Adik), yang selalu memberikan

motivasi, kasih sayang, doa dan segala bantuannya.

10.Sahabat-sahabat tersayang (Farizah, Ai, Ella, Anggun, Dawam, Tya, Santi,

Esa & Nia) yang selalu memberikan keceriaan dan bersedia mendengarkan

keluhan-keluhan penulis.

11.Sahabat-sahabat PSIK ’07 yang telah berjuang bersama-sama dalam perkuliahan di Keperawatan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk

itu dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun sehingga berguna untuk perbaikan sselanjutnya. Penulis berharap

skripsi ini dapat bermanfaat khususnya untuk bidang keperawatan, dan untuk

pembaca umumnya.

Jakarta, 04 April 2012

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACK ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

SURAT PENGESAHAN PENGUJI ... vi

LEMBAR PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ...viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ...xiv

DAFTAR GAMBAR ...xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... ..xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Pertanyaan Penelitian ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 9

1. Tujuan Umum ... 9

2. Tujuan Khusus ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 10

1. Bagi Rumah Sakit ... 10

2. Bagi Profesi Keperawatan ... 10

(11)

xi

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Nyeri ... 11

1. Definisi Nyeri ... 11

2. Klasifikasi Nyeri ... 12

3. Teori Terjadinya Rangsangan Nyeri ... 13

4. Fisiologi Nyeri ... 14

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri ... 15

B. Nyeri Persalinan ... 16

1. Definisi Nyeri Persalinan ... 16

2. Penyebab Nyeri Persalinan ... 17

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri Persalinan ... 18

4. Persalinan Kala I ... 27

5. Skala Nyeri ... 30

C. Kerangka Teori ... 34

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 35

A. Kerangka Konsep ... 35

B. Definisi Operasional ... 36

C. Hipotesis ... 38

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 39

A. Desain Penelitian ... 39

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39

C. Populasi dan Sampel ... 39

1. Populasi ... 39

2. Sampel ... 39

D. Alat Pengumpulan Data ... 41

E. Teknik Pengumpulan Data ... 42

(12)

xii

1. Prinsip-prinsip Etika Penelitian ... 45

2. Masalah Etika Penelitian ... 46

BAB V HASIL PENELITIAN ... 48

A. Gambaran Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang ... 48

1. Visi RSU Kabupaten Tangerang ... 49

2. Misi RSU Kabupaten Tangerang ... 49

3. Motto RSU Kabupaten Tangerang ... 49

B. Analisis Univariat ... 50

1. Gamabaran Nyeri Persalinan ... 51

2. Gambaran Usia Ibu ... 52

3. Gambaran Paritas ... 53

4. Gambaran Pengalaman Nyeri Sebelumnya ... 53

5. Gambaran Tingkat Pendidikan ... 54

6. Gambaran Induksi Persalinan ... 55

C. Analisis Bivariat ... 55

1. Hubungan antara Nyeri Persalinan dengan Usia Ibu pada Kala I Fase Aktif ... 56

2. Hubungan antara Nyeri Persalinan dengan Paritas pada Kala I Fase Aktif ... 57

(13)

xiii

4. Hubungan antara Nyeri Persalinan dengan Tingkat Pendidikan pada

Kala I Fase Aktif ... 59

5. Hubungan antara Nyeri Persalinan dengan Induksi Persalinan pada Kala I Fase Aktif ... 60

BAB VI PEMBAHASAN ... 61

A. Keterbatasan Penelitian ... 61

B. Gambaran Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif ... 62

C. Hubungan antara Usia Ibu dengan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif ... 64

D. Hubungan antara Paritas dengan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif ... 66

E. Hubungan antara Pengalaman Nyeri Sebelumnya dengan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif ... 67

F. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif ... 69

G. Hubungan antara Induksi Persalinan dengan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif ... 71

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 37

Tabel 5.1 Rata-rata Nyeri Persalinan Setiap Fase ... 50

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif di RSU Kabupaten Tangerang ... 51

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif di RSU Kabupaten Tangerang ... 51

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Usia Ibu di Ruang Bersalin RSU Kabupaten Tangerang Tahun 2012 ... 52

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Paritas Ibu di Ruang Bersalin RSU Kabupaten Tangerang Tahun 2012 ... 53

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pengalaman Nyeri Sebelumnya di Ruang Bersalin RSU Kabupaten Tangerang Tahun 2012 ... 53

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan di Ruang Bersalin RSU Kabupaten Tangerang Tahun 2012 ... 54

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Induksi Persalinan di Ruang Bersalin RSU Kabupaten Tangerang Tahun 2012 ... 55

Tabel 5.9 Hubungan antara Nyeri Persalinan dengan Usia Ibu pada Kala I Fase Aktif di Ruang Bersalin RSU Kabupaten Tangerang Tahun 2012 . 56

Tabel 5.10 Hubungan antara Nyeri Persalinan dengan Paritas pada Kala I Fase Aktif di Ruang Bersalin RSU Kabupaten Tangerang Tahun 2012 . 57

Tabel 5.11 Hubungan antara Nyeri Persalinan dengan Pengalaman Nyeri Sebelumnya pada Kala I Fase Aktif di Ruang Bersalin RSU

(15)

xv

Tabel 5.12 Hubungan antara Nyeri Persalinan dengan Tingkat Pendidikan pada Kala I Fase Aktif di Ruang Bersalin RSU Kabupaten Tangerang Tahun 2012 ... 59

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Nomor gambar

Gambar 2.1 Visual Analog Scale (VAS) ... 32

Gambar 2.2 Skala Nyeri Oucher ... 33

Gambar 2.3 Faces Pain Rating Scale (FPRS) ... 34

Gambar 2.4 Kerangka Teori ... 35

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ... 36

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat-surat izin penelitian

Lampiran 2 Lembar Persetujuan

Lampiran 3 Lembar Kuesioner

Lampiran 4 Lembar Observasi

Lampiran 5 Analisis Univariat

(18)

xviii BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Data statistik Indonesia mengemukakan jumlah kelahiran bayi setelah

tahun 2000 masih sangat tinggi. Setiap tahun jumlah kelahiran bayi mencapai

sekitar 4,5 juta bayi, kurang lebih sekitar 4,5 juta ibu mengalami proses

persalinan (BPS, 2011). Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil

konsepsi yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir

(Mochtar, 1998). Persalinan juga merupakan proses alamiah yang dialami

dalam siklus reproduksi wanita, proses tersebut berupa pengalaman yang

menyenangkan dan kadang kala tidak menyenangkan (Danuatmaja, 2004).

Persalinan diartikan pula oleh Cunningham (2005) sebagai peregangan dan

pelebaran mulut rahim, hal itu terjadi ketika otot-otot rahim berkontraksi

mendorong janin untuk keluar sehingga banyak energi yang di keluarkan dan

dapat menimbulkan nyeri.

Nyeri secara umum diartikan suatu sensasi tunggal yang disebabkan oleh

stimulus spesifik bersifat subjektif dan berbeda antara masing-masing

individu (Potter & Perry, 2006). Kozier, (2006) menjelaskan nyeri persalinan

bersifat unik karena nyeri persalinan berbeda dengan nyeri lainnya yaitu nyeri

persalinan merupakan bagian dari proses yang normal sedangkan nyeri yang

lain mengikuti kondisi patologis. Nyeri dalam persalinan dapat terlihat dari

perubahan sikap, cemas, merintih, menangis bahkan sampai meraung

(Hutahaean, 2009). Umumnya rasa nyeri persalinan terjadi akibat kontraksi

(19)

xix

dan menyebar sampai ke kaki (Dauatmaja, 2004). Rasa nyeri yang tidak

tertahankan oleh ibu tersebut bisa berdampak buruk terhadap kelancaran

persalinan dan mengakibatkan distress pada bayi (Arifin, 2008 dalam

Maslikhanah, 2010).

Sebuah penelitian dilakukan pada wanita dalam persalinan kala I

didapatkan bahwa 60% primipara melukiskan nyeri akibat kontraksi uterus

sangat hebat, 30% nyeri sedang. Pada multipara 45% nyeri hebat, 30% nyeri

sedang, 25% nyeri ringan (Maslikhanah, 2011). Hasil penelitian Ajartha

(2007), menemukan hanya 15% persalinan yang berlangsung tanpa nyeri atau

nyeri ringan, 35% persalinan disertai nyeri sedang, 30% persalinan disertai

nyeri hebat dan 20% persalinan disertai nyeri yang sangat hebat. Penelitian

terkait dilakukan oleh Rusdiatin (2007), mendapatkan hasil 53,3% ibu

bersalin mengalami nyeri sedang dan 46,7% mengalami nyeri persalinan yang

berat. Data-data tersebut menunjukan bahwa nyeri persalinan yang di rasakan

ibu pada saat melahirkan sangat berat dan menyakitkan bagi ibu.

Secara fisiologi nyeri persalinan mulai timbul pada persalinan kala I fase

laten dan fase aktif. Fase laten terjadi pembukaan sampai 3 cm, bisa

berlangsung selama 8 jam (Rukiyah, 2009). Rukiyah (2009) menjelaskan pula

bahwa puncak nyeri terjadi pada fase aktif, di mana pembukaan menjadi

lengkap sampai 10 cm dan berlangsung selama 6 jam. Nyeri tersebut berasal

dari kontraksi uterus dan dilatasi serviks (Cunningham, 2005). Pada fase aktif

kontraksi uterus menjadi lebih lentur, lebih lama, dan lebih kuat sehingga

sensasi nyeri yang dirasakan lebih meningkat (Rukiyah, 2009). Penanganan

(20)

xx

penting, karena ini sebagai titik penentu apakah seorang ibu bersalin dapat

menjalani persalinan normal atau diakhiri dengan suatu tindakan dikarenakan

adanya penyulit yang di akibatkan nyeri yang sangat hebat (Rusdiatin, 2007).

Fenomena yang terjadi saat ini, ditemukan bahwa beberapa ibu yang

mengalami proses persalinan kala I fase aktif mengeluhkan rasa nyeri dan

kontraksi yang sangat kuat serta rasa seperti ingin BAB. Beberapa ibu lain

memiliki kecenderungan untuk melakukan operasi sesar walau tanpa indikasi

yang jelas. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurlaela (2008), didapatkan

data bahwa sebanyak 13,9 % operasi sesar dilakukan tanpa pertimbangan

medis. Operasi sesar tersebut dilakukan atas keinginan ibu sendiri karena

mereka beranggapan bahwa dengan operasi sesar ibu tidak akan mengalami

nyeri seperti pada persalinan normal Nurlaela (2008).

Rasa nyeri pada ibu bersalin dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu

faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal terdiri dari, budaya,

lingkungan, dukungan dan tindakan medik (Handerson, 2006). Faktor internal

terdiri dari kecemasan, ketakutan, ketegangan, kelelahan, usia, pengalaman

masa lalu dan pendidikan. Sherwen (1999) menyebutkan faktor-faktor lain

yang mempengaruhi nyeri persalinan adalah paritas dan usia, pengalaman

masa lalu, budaya, mekanisme koping, faktor emosional, sikap, tingkat

pengetahuan, tingkat percaya diri, suport system, lingkungan, lama persalinan dan posisi ibu dan janin. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi nyeri

persalinan yang disebutkan oleh Bobak (2004) diantaranya pengalaman masa

(21)

xxi

Dari beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri persalinan, faktor yang

diteliti diantaranya, usia, paritas, pengalaman nyeri sebelumnya, tingkat

pendidikan dan induksi persalinan. Usia ibu yang lebih muda memiliki

sensori nyeri yang lebih intens dibandingkan dengan usia yang lebih tua

(Rumbin, 2008). Intensitas kontraksi uterus pun lebih meningkat pada ibu

primipara daripada ibu multipara sehingga menjadi salah satu alasan

dilakukan penelitian pada faktor tersebut (Hutahaean, 2009). Rusdiatin

(2007), menyatakan ibu yang telah mengalami nyeri sebelumnya memiliki

tinggkat nyeri yang lebih ringan dari pada ibu yang belum pernah merasakan

nyeri sebelumnya. Tingkat nyeri lebih ringan pula ditunjukan pada ibu yang

memiliki pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pendidikan yang

lebih rendah (Notoatmodjo, 2003). Faktor lain yang memperberat nyeri

persalinan juga yaitu dengan dilakukannya induksi persalinan, nyeri yang

diakibatkan dari induksi persalinan adalah dua kali lipat dari pada nyeri akibat

kontraksi persalinan normal (Danuatmaja, 2004).

Faktor yang tidak diteliti adalah budaya, hasil wawancara dengan kepala

ruang bersalin bahwa sebagian besar pasien di RSU Kabupaten Tangerang

berasal dari suku Sunda, sehingga peneliti tidak memasukan budaya sebagai

salah satu faktor untuk diteliti. Fakta lain bahwa pasien diruang bersalin tidak

boleh didampingi oleh suami ataupun keluarga terdekat sehingga tidak

memungkinkan pula untuk meneliti faktor support system. Faktor lainnya

yaitu lamanya persalinan, ini tidak diteliti karena membutuhkan waktu yang

cukup lama untuk mengikuti persalinan ibu kala I. Faktor emosional,

(22)

xxii

menemukan skala ukur untuk faktor-faktor tersebut, danpasien punsulit untuk

di ajak berkomunikasi, karena kondisi pasien yang tidak memungkinkan.

Penurunan rasa nyeri merupakan salah satu kebutuhan ibu dalam proses

persalinan (Rukiyah, 2009). Setiap individu mempunyai persepsi nyeri yang

berbeda-beda. Melalui pengalaman nyeri manusia mengembangkan

mekanisme untuk mengatasi nyeri selama persalinan (Bobak, 2005). Gorrie

(1998) dalam Yumni (2006) menjelaskan berbagai dampak baik secara

fisiologis maupun psikologis jika terjadi nyeri yang berlebihan. Dampak

secara fisiologis nyeri persalinan menyebabkan iskemi pada plasenta

sehingga janin akan kekurangan oksigen sehingga terjadi metabolisme

anaerob yang menyebabkan asidosis metabolik. Auvenshine (1990) dalam

Maslikhanah (2010) menyebutkan dampak lainnya yaitu dapat terjadi

penurunan efektifitas kontraksi uterus sehingga memperlambat kemajuan

persalinan.

Dampak psikologis nyeri persalinan akan mengakibatkan ibu mengalami

kesulitan untuk berinteraksi, hal ini menyebabkan ibu sulit untuk

mengungkapkan perasaannya. Pengalaman yang buruk terhadap persalinan

juga bisa mempengaruhi respon terhadap aktivitas seksual dan keengganan

untuk kehamilan dan persalinan selanjutnya. Perlu dilakukan berbagai upaya

oleh penolong persalinan atau perawat untuk mengurangi dampak persalinan

yang berlebihan tersebut.

Perawat maternitas berperan sebagai pemberi pelayanan keperawatan

(care giver) dalam proses persalinan mempunyai tugas untuk membantu

(23)

xxiii

maternitas mempunyai tanggung jawab untuk membantu ibu dalam

menghadapi persalinannya agar berjalan lancar, aman dan nyaman.

Perubahan perilaku ibu dalam menghadapi persalinan harus diamati oleh

perawat, kemudian perawat merencanakan intervensi yang dibutuhkan selama

perubahan tersebut dengan adaptasi terhadap nyeri yang ditimbulkan saat

persalinan (Pilliteri, 2003).

Saat ini banyak cara yang digunakan dalam mengatasi nyeri saat

persalinan. Cara tersebut yaitu dengan tindakan farmakologi dan tindakan non

farmakologi. Tindakan farmakologi yang digunakan antara lain penggunaan

analgesik, suntikan epidural, Intracthecal Labor Analgesik (ILA), Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation, dan lain-lain (Mander, 2004).

Tindakan-tindakan medis ini hampir semua mempunyai efek samping pada

ibu dan juga pada janin. Tindakan non farmakologi antara lain relaksasi,

teknik pemusatan pikiran dan imajinasi, teknik pernafasan, hidroterapi,

masase atau sentuhan terapeutik, hipnosis, akupuntur dan acupressur dan

lain-lain (Mander, 2004). Tindakan-tindakan tersebut adalah untuk distraksi yang

dapat menghambat otak untuk mengeluarkan sensasi nyeri serta tidak

menyebabkan efek samping pada ibu dan juga bayi.

Rumah Sakit yang menerapkan salah satu teknik non farmakologi yaitu

RSU Kabupaten Tangerang. RSU Kabupaten Tangerang merupakan rumah

sakit rujukan, dengan fungsi utama menyediakan dan menyelenggarakan

upaya kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif bagi pasien sesuai

dengan kebutuhan dan terjangkau oleh masyarakat luas. Sebagai rumah sakit

(24)

xxiv

bersalin pada tahun 2011 sebanyak 31,43% persalinan spontan, 19,88%

persalinan dengan sectio caesarea, 8,75% persalinan dengan tindakan, sampai saat ini data tentang nyeri persalinan kala I fase aktif belum diketahui. Sesuai

dengan hasil studi pendahuluan di RSU Kabupaten Tangerang, peneliti

melakukan observasi pada 10 ibu yang sedang menjalani persalinan kala I

fase aktif dengan menggunakan skala ukur Faces Pain Rating Scale (FPRS)

bahwa 65% ibu bersalin menyatakan nyeri yang sangat hebat dan 35% ibu

menyatakan nyeri sedang. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan nyeri

persalinan kala I fase aktif di RSU Kabupaten Tangerang.

B. Rumusan masalah

Nyeri persalinan merupakan salah satu bagian dari serangkaian proses

persalinan. Nyeri dapat terlihat dari perubahan sikap, cemas, merintih bahkan

sampai meraung. Hal ini terjadi akibat adanya peregangan dan pelebaran

mulut rahim, ketika otot-otot rahim berkontraksi mendorong janin untuk

keluar sehingga dapat menimbulkan nyeri yang tidak tertahankan. Rasa nyeri

yang tidak tertahankan tersebut dapat berdampak buruk terhadap kelancaran

persalinan bagi ibu dan dapat menyebabkan distress pada bayi.

Fenomena saat ini, banyak wanita berfikir bahwa nyeri yang dialami

adalah bagian yang sangat besar yang harus dihadapi dalam persalinan

sehingga beberapa wanita memiliki kecenderungan untuk melakukan operasi

sesar walau tanpa indikasi apapun. Hasil penelitian Maslikhanah (2011)

(25)

xxv

yang merasakan nyeri hebat didapatkan pula dalam penelitian Rusdiatin

(2007).

Studi pendahuluan dilakukan di RSU Kabupaten Tangerang mengenai

nyeri persalinan kala I fase aktif di dapatkan hasil 65% ibu menyatakan nyeri

yang sangat hebat dan 35% ibu menyatakan nyeri sedang. Diduga terdapat

beberapa faktor yang dapat mempengaruhi nyeri tersebut di antaranya, paritas,

usia, pengalaman nyeri sebelumnya, tingkat pendidikan dan induksi

persalinan. Data tentang nyeri persalinan kala I fase aktif di RSU Kabupaten

Tangerang pun belum diketahui, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai faktot-faktor yang berhubungan dengan nyeri persalinan

kala I fase aktif di ruang bersalin RSU Kabupaten Tangerang.

C. Pertanyaan penelitian

1. Bagaimana gambaran nyeri pada persalinan kala I fase aktif di ruang

bersalin RSU Kabupaten Tangerang?

2. Bagaimanakah gambaran usia, paritas, pengalaman nyeri sebelumnya,

tingkat pendidikan dan induksi persalinan berhubungan dengan nyeri pada

persalinan kala I fase aktif di ruang bersalin RSU Kabupaten Tangerang?

3. Bagaimana hubungan usia dengan nyeri pada persalianan kala I fase aktif

di ruang bersalin RSU Kabupaten Tangerang?

4. Bagaimana hubungan paritas dengan nyeri pada persalianan kala I fase

aktif di ruang bersalin RSU Kabupaten Tangerang?

5. Bagaimana hubungan pengalaman nyeri sebelumnya dengan nyeri pada

(26)

xxvi

6. Bagaimana hubungan tingkat pendidikan dengan nyeri pada persalinan

kala I fase aktif di ruang bersalin RSU Kabupaten Tangerang?

7. Bagaimana hubungan induksi persalinan dengan nyeri pada persalianan

kala I fase aktif di ruang bersalin RSU Kabupaten Tangerang?

D. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang

berhubungan dengan nyeri pada persalinan kala I fase aktif di ruang

bersalin RSU Kabupaten Tangerang.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus pada penelitian ini adalah

a) Mengidentifikasi gambaran nyeri pada persalinan kala I fase aktif di

ruang bersalin RSU Kabupaten Tangerang

b) Mengidentifikasi gambaran usia, paritas, pengalaman nyeri

sebelumnya, tingkat pendidikan dan tindakan medik berhubungan

dengan nyeri pada persalinan kala I fase aktif di ruang bersalin RSU

Kabupaten Tangerang

c) Mengidentifikasi hubungan usia dengan nyeri persalinan kala I fase

aktif

d) Mengidentifikasi hubungan paritas dengan nyeri persalinan kala I

fase aktif

e) Mengidentifikasi hubungan pengalaman sebelumnya dengan nyeri

(27)

xxvii

f) Mengidentifikasi hubungan pendidikan dengan nyeri persalinan kala I

fase aktif

g) Mengidentifikasi hubungan induksi persalinan dengan nyeri

persalinan kala I fase aktif.

E. Manfaat penelitian 1. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini sebagai bahan masukan untuk meningkatkan mutu

pelayanan, khususnya untuk mengurangi ketidaknyamanan yang

ditimbulkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri persalinan.

Selain itu jadi bahan masukan bagi perawat maternitas tentang

faktor-faktor yang berhubungan dengan nyeri persalinan kala I fase aktif di RSU

Kabupaten Tangrang.

2. Bagi Profesi Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan

dalam hal mengkaji faktor-faktor yang berhubungan dengan nyeri

persalinan pada kala I fase aktif dalam menentukan asuhan keperawatan

yang tepat.

3.Bagi penelitian selanjutnya

Agar dapat di gunakan sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya untuk

meningkatakan kualitas keperawatan dalam menghadapi proses persalinan

(28)

xxviii F. Ruang lingkup penelitian

Penelitian ini mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan nyeri

pada persalinan kala 1 fase aktif di ruang bersalin RSU Kabupaten Tangerang.

Subyek penelitian ini adalah ibu yang melahirkan pada kala I fase aktif yang

ada di ruang bersalin RSU Kabupaten Tangerang. Penelitian ini menggunakan

desain penelitian study cross sectional. Metode pengambilan data primer dan

sekunder berupa observasi, kuisioner dan rekam medis. Penelitian ini perlu di

lakukan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan

nyeri persalinan kala I fase aktif, agar dapat memberikan asuhan keperawatan

(29)

xxix BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Nyeri

1. Definisi Nyeri

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan

akibat dari rusaknya jaringan pada tubuh (Sudart & Brunner, 2001). Kozier

(2000) mengartikan pula bahwa nyeri adalah sensasi yang tidak

menyenangkan dan sangat individual yang tidak dapat dibagi dengan orang

lain. Sifatnya sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap

orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang

dapat menjelaskan perasaan tersebut. Stimulus nyeri dapat berupa stimulus

yang bersifat fisik dan atau mental, sedangkan kerusakan dapat terjadi pada

jaringan aktual atau pada fungsi ego seseorang atau individu (Potter & perry

2006). Berbagai macam cara yang dilakukan oleh setiap orang untuk

merespon nyeri tersebut misalnya berteriak, meringis dan lain-lain karna

sifatnya individual.

Nyeri bersifat individual karena respon nyeri terhadap sensasi nyeri

beragam dan tidak bisa disamakan satu dengan yang lainnya. Nyeri

diartikan berbeda-beda antar individu, bergantung pada persepsinya. Ada

satu kesamaan dalam persepsi nyeri yaitu nyeri dapat diartikan sebagai

suatu sensasi yang tidak menyenangkan baik sensori dan maupun emosional

yang berhubungan dengan adanya suatu kerusakan jaringan atau faktor lain,

sehingga individu merasa tersiksa yang akhirnya mengganggu aktifitas

(30)

xxx

Nyeri merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk

melindungi diri apabila seseorang merasakan nyeri maka perilakunya akan

berubah. Nyeri merupakan tanda peringatan bahwa terjadi kerusakan

jaringan, yang harus menjadi pertimbangan utama keperawatan saat

mengkaji nyeri (Potter & Perry, 2006). Secara umum dapat disimpulkan

bahwa nyeri adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat

terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak

dan diikuti oleh reaksi fisik, fsikologis, maupun emosional. Nyeri yang tidak

teratasi dapat menimbulkan bahaya secara fisiologis maupun psikologis bagi

kesehatan dan penyembuhan (Kozier,2000).

2. Klasifikasi nyeri

Klasifikasi nyeri secara umum terbagi dua yaitu nyeri akut dan nyeri

kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mandadak dan cepat

menghilang, tidak melebihi enam bulan, serta ditandai adanya peningkatkan

tegangan otot (Hidayat, 2008). Menurut Asmadi (2008), nyeri akut

merupakan nyeri yang dirasakan dalam waktu singkat dan berakhir kurang

dari enam bulan, sumber dan daerah nyeri dikatahui secara jelas. Rasa nyeri

bisa berasal dari luka seperti luka operasi.

Nyeri kronik berlangsung berkepanjangan, biasanya nyeri

berlangsung atau menetap sampai enam bulan atau lebih, dan mengganggu

fungsi tubuh (Kozier, 2000). Nyeri kronik bersifat dalam, tumpul, diikuti

dengan berbagai macam gangguan. Nyeri ini biasanya berhubungan dengan

(31)

xxxi

2008). Nyeri kronik merupakan nyeri yang konsisten yang menetap

sepanjang satu periode waktu dan tidak mempunyai awitan yang ditetapkan

dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak mempunyai

respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya (Brunner &

Sudarth, 2001).

3. Fisiologi Nyeri

Secara umum nyeri di definisikan sebagai perasaan tidak nyaman

yang betul-betul subyektif dan hanya individu tersebutlah yang dapat

menjelaskan dan mengevaluasinya (Kozier, 2000). Nyeri berhubungan

dengan kerusakan jaringan dan pelepasan zat kimia ke dalam jaringan yang

menimbulkan nyeri misalnya histamin, bradikinin, potassium dan

prostaglandin. Zat kimia ini akan di terima mekanisme reseptor saraf yang

menimbulkan persepsi nyeri. Kontraksi uterus, pereganggan serviks dan

penurunan janin dapat meningkatkan pelepasan prostaglandin (Cunningham,

2005).

Nyeri pada persalinan merupakan suatu proses fisiologis dan intensitas

nyeri yang dirasakan berbeda-beda, bahkan pada ibu yang sama pun derajat

nyeri yang dirasakan pada setiap persalinan atau kala persalinan tida serupa.

Variasi ini disebabkan oleh faktor fisik, psikososial dan kebiasaan

tradisional (Basuki, 2000 dalam Komariah, 2005). Nyeri persalinan terbagi

dua yaitu nyeri uterus-serviks (nyeri akibat pergangan uterus bagian bawah

dan pembukaan serviks) dan nyeri perineal. Nyeri uterus serviks terdapat

(32)

xxxii

menyebabkan teregangnya bagian bawah uterus, terjadi pembukaan serviks

bawah uterus dan iskemia otot uterus secara progresif, sehingga

meningkatkan rasa nyeri (Mander, 2004). Nyeri ini ditingkatkan juga oleh

peningkatan tekanan janin dan cairan amnion pada segmen bawah uterus

dan serviks. Nyeri paling hebat dirasakan pada ahir kala I ketika pembukaan

serviks dan kekuatan kontraksi uterus mencapai maksimal. Proses

peregangan serviks, peningkatan esterogen dan pecahnya selaput ketuban

berhubungan dengan pengeluaran prostaglandin dari selaput ketuban

terutama pada persalinan normal. Prostaglandin menyebabkan kontriksi

pembuluh darah dalam endometrium dan meningkatkan kontraksi

miometrium pada proses persalinan. Peningkatan prostaglandin dan

kontraksi uterus mempengaruhi intensitas nyeri (Yerby, 2000 dalam

Komariah, 2005).

Ada beberapa teori tentang nyeri yaitu Specificity Theory, Pattern Theory, dan Gate Control Theory. Teori dasar yang banyak digunakan adalah teori Gate Control Theory (Asmadi, 2008). Teori ini didefenisikan

sebagai pengalaman perseptual yang kompleks yang dipengaruhi oleh faktor

fisiologis dan psikologis yang unik dan bersifat individual. Teori gate control menggambarkan ada mekanisme pintu gerbang pada ujung saraf

tulang belakang yang dapat meningkatkan atau menurunkan aliran implus

saraf dari serat perifer menuju sistem saraf pusat (Mander, 2003). Menurut

teori ini, sensasi nyeri dihantar sepanjang saraf sensoris menuju ke otak dan

menekankan pengembangan mekanisme kendali nyeri dalam tubuh

(33)

xxxiii 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri

Pengalaman nyeri pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa hal,

diantaranya adalah (Hidayat, 2008) :

a) Arti Nyeri

Arti nyeri bagi individu memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian

arti nyei tersebut merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan,

merusak, dan lain-lain. Keadaan ini di pengaruhi oleh berbagai faktor,

seperti usia, jenis kelamin, latar belakang sosial kultural, lingkungan dan

pengalaman.

b) Persepsi Nyeri

Persepsi nyeri merupakan panilain sangat subjektif, tempatnya pada

kotreks (pada fungsi evaluatif secara kognitif). Persepsi ini di pengaruhi

oleh faktor yang dapat memicu stimulasi nociceptor.

c) Toleransi Nyeri

Toleransi ini erat hubungannya dengan adanya intensitas nyeri yang

dapat mempengaruhi seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat

mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain alkohol,

obat-obatan, hipnotis, gesekan atau garukan, pengalihan perhatian,

kepercayaan yang kuat, dan lain-lain. Sedangkan faktor yang

menurunkan toleransi antara lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas,

nyeri yang tidak kunjung hilang, sakit, dan lain-lain.

d) Reaksi terhadap nyeri

Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respons seseorang terhadap

(34)

xxxiv

ini merupakan bentuk respons nyeri yang dapat di pengaruhi oleh

beberapa faktor, seperti : arti nyeri, tingkat persepsi nyeri, pengalaman

masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, takut,

cemas, usia, dan lain-lain.

B. Nyeri persalinan

1. Definisi Nyeri Persalinan

Nyeri persalinan menurut Danuatmaja (2004), merupakan rasa sakit

yang terjadi akibat adanya aktivitas basar di dalam tubuh guna

mengeluarkan bayi. Dimana rasa sakit kontraksi dimulai dari bagian bawah

punggung kemudian menyebar ke bagian bawah perut, umumnya rasa sakit

ini berbeda beda yang dirasakan setiap ibu. Beberapa jam terakhir pada

kehamilan manusia ditandai dengan kontraksi uterus yang menyebabkan

dilatasi serviks dan mendorong janin melalui jalan lahir. Kontraksi

miometrium pada persalinan dapat menyebabkan nyeri, sehingga istilah

nyeri persalinan digunakan untuk mendeskripsikan proses ini (Cunningham

dkk, 2005). Mender (2004) mendefinikan nyeri persalinan sebagai nyeri

yang menyertai kontraksi uterus nyeri tersebut berasal dari gerakan

(kontraksi) rahim yang berusaha mengeluarkan bayi.

Nyeri persalinan merupakan perasaan yang tidak menyenangkan

yang terjadi selama proses persalinan. Rasa nyeri merupakan salah satu

mekanisme pertahanan alami yaitu suatu peringatan tentang adanya bahaya.

Pada kehamilan, serangan nyeri memberitahukan bahwa ibu tengah

(35)

xxxv

menanggulangi nyeri tetapi metode yang sempurna untuk menghilangkan

nyeri pada kelahiran sampai sekarang belum diperoleh (Komariah, 2005)

Nyeri persalinan menghasilkan respon psikis dan refleks pada

prilaku fisik. Nyeri persalinan memberikan gejala yang dapat di identifikasi

seperti pada sistem saraf simpatis yang dapat terjadi mengakibatkan

perubahan tekanan darah, nadi, respirasi, dan warna kulit. Ekspresi sikap

juga kadang-kadang dapat dilihat dari perubahan sikap meliputi peningkatan

kecemasan dengan penurunan lapangan persepsi, menangis, mengerang,

tangan menggepal dan menggenggam serta otot mudah terangsang (Potter,

dkk, 1993 dalam Bobak, 2005).

2. Penyebab nyeri persalinan

Menurut Rukiyah (2009), penyebab nyeri persalinan adalah Gerakan

kontraksi rahim menyebabkan otot-otot dinding rahim mengkerut, menjepit

pempuluh darah sehingga timbul nyeri. Vagina (jalan lahir) dan jaringan

lunak di sekitarnya meregang sehingga terasa nyeri. Keadaan mental ibu

(ketakutan, cemas, khawatir atau tegang) serta hormon prostaglandin yang

meningkat sebagai respons terhadap stres (Rukiyah, 2009 ).

Selama persalinan kala I, nyeri terutama dialami karena rangsangan

nosiseptor dalam adneksa,uterus, dan ligamen pelvis. Nyeri persalinan kala I adalah akibat dilatasi seviks dan sagmen uterus bawah dengan distensi

lanjut, peregangan, dan trauma pada serat otot dan ligamen. Faktor penyebab nyeri persalinan adalah : berkurangnya pasokan oksigen ke otot

(36)

xxxvi

singkat, sehingga pasokan oksigen ke otot rahim belum sepenuhnya pulih.

Terjadi peregangan leher rahim (effacement dan pelebaran), tekanan bayi pada saraf di dan dekat leher rahim dan vagina, ketegangan dan

meregangnya jaringan ikat pendukung rahim dan sendi panggul selama

kontraksi dan turunnya bayi. Terjadi pula tekanan pada saluran kemih,

kandung kemih, dan anus, meregangnya otot-otot dasar panggul dan

jaringan vagina, disetai ketakutan dan kecemasan yang dapat menyebabkan

dikeluarkannya hormon stress dalam jumlah besar (epinefrin, norepinefrin,

dan lain-lain) yang mengakibatkan timbulnya nyeri persalinan yang lama

dan lebih berat (Simkin, 2005).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri persalinan

Banyak faktor yang memepengaruhi nyeri persalinan, baik faktor

internal maupun eksternal yang meliputi paritas, usia, budaya, mekanisme

koping, emosional, tingkat pendidikan, lingkungan, kelelahan, kecemasan,

lama persalinan, pengalaman masa lalu, support system dan tindakan medik

(Handerson, 2006).

a) Paritas

Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin hidup, bukan

jumlah janin yang dilahirkan (Bobak, 2004). Bagi primipara, persalinan

yang dialaminya merupakan pengalaman pertama kali dan ketidak tahuan

menjadi faktor penunjang timbulnya rasa tidak nyaman atau nyeri.

Sedangkan bagi multipara, mungkin rasa nyeri tersebut berhubungan

(37)

xxxvii

Wanita primipara mengalami persalinan yang lebih panjang,

dibandingkan dengan multipara. Hal ini menyebabkan penigkatan nyeri

pada proses persalinan (Handerson, 2006). Hutahaean (2009)

mengungkapkan bahwa rasa nyeri pada satu persalinan dibandingkan

dengan nyeri pada persalinan berikutnya akan berbeda. Hal ini

disebabkan oleh serviks pada primipara memerlukan tenaga yang lebih

besar untuk meregangkannya, sehingga menyebabkan intensitas

kontraksi lebih besar selama kala I persalinan. Penelitian Rusdiatin

(2007) menyatakan bahwa sebagian besar pada multipara mengalami

tingkat nyeri sedang, sedangkan pada primipara cenderung mrngalami

tingkat nyeri berat. Ini disebabkan multipara pernah mengalami proses

persalinan sebelumnya sehingga dimungkinkan ibu tersebut lebih

mempersiapkan diri untuk menghadapi nyeri persalinan. Penelitian

tersebut didukung oleh Komariah (2005) yang mendapatkan hasil yang

serupa bahwa paritas merupakan salah satu faktor yang dapat

memyebabkan nyeri persalinan. Selain itu juga dapat disebabkan oleh

adanya perbedaan mekanisme pembukaan serviks yaitu pada primipara

ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu sehingga serviks akan

mendatar dan menipis, sedangkan pada multipara ostium uteri internum sudah sedikit membuka, ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama, sehingga

nyeri pada multipara cenderung lebih ringan dibandingkan dengan

(38)

xxxviii b) Usia

Usia atau umur adalah lama waktu hidup sejak lahir (KBBI, 2001). Usia

merupakan tahap perkembangan, ini variabel penting yang akan

mempengaruhi reaksi maupun ekspresi seseorang terhadap rasa nyeri

(Kozier, 2000). Teori Melzack dalam (Rumbin, 2008), menyatakan

bahwa usia mempengaruhi derajat nyeri persalinan, semakin muda usia

ibu maka akan semakin nyeri bila dibandingkan dengan usia ibu yang

lebih tua. Intensitas kontraksi uterus lebih meningkat pada ibu lebih

muda khususnya pada awal persalinan sehingga nyeri yang dirasakan

lebih lama. Pada ibu multipara serviknya lebih lunak dari primipara

karena itu derajat sensitifitasnya terhadap nyeri tidak seperti primipara

(Hutahaean, 2009). Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Komariah (2005) menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan

terhadap perbadaan usia yang lebih muda dengan usia yang lebih tua. Hal

itu disebabkan bahwa usia muda primipara memiliki sensori nyeri yang

lebih intens dari pada multipara meskipun mereka lebih banyak

menerima obat penurun nyeri. Menurut hasil penelitian Astuti (2008)

menyatakan usia yang dianggap aman menjalani kehamilan dan

persalinan adalah 20-35 tahun, dalam rentang usia ini kondisi fisik ibu

masih dalam keadaan prima. Rahim sudah mampu memberi

perlindungan, mental pun siap untuk menghadapi persalinan.

Kehamilan di usia kurang dari 20 tahun bisa menimbulkan masalah,

karena kondisi fisik belum 100% siap. Usia kurang dari 20 tahun dan

(39)

xxxix

yang beresiko 2,88 kali untuk terjadinya komplikasi persalinan dan

ketidak nyamanan nyeri akibat komplikasi yang timbul (Astuti, 2008).

c) Budaya

Ekspresi nyeri persalinan dipengaruhi oleh ras, budaya dan etnik.

Ekspresi ini didasarkan pada sifat wanita terhadap nyerinya dan

pengalaman saat hamil dengan bantuan perawat untuk menghindari label

yang dipengaruhi budaya. Pengaruh budaya dapat menimbulkan harapan

yang tidak realistis dan dapat mempengaruhi respon serta persepsi

individu terhadap nyeri. Misalnya wanita asli dari Amerika menahan

nyeri dengan menunjukkan sikap diam, sedangkan wanita Hispanik

menahan nyeri dengan bersikap sabar, tetapi mengangggap sebagai

sesuatu yang wajar jika berteriak-teriak (Bobak, 2004). Penelitian

dilakukan oleh Mulyati (2002) dalam Komariah (2005) menjelaskan

bahwa budaya mempengaruhi ekspresi nyeri internal pada ibu primipara.

Penting bagi perawat maternitas untuk mengetahui bagaimana

kepercayaan, nilai, praktik budaya mempengaruhi seorang ibu dalam

mempresepsikan dan mengespresikan nyeri persalinan. Kebudayaan

mempengaruhi bagaimana seseorang mengekspresikan nyeri. Dalam

agama tertentu, kesabaran adalah hal yang paling berharga dimata Tuhan.

Kadang-kadang nyeri dianggap sebagai peringatan atas kesalahan yang

telah dibuat sehingga orang tersebut pasrah dalam menghadapi nyeri

(40)

xl d) Mekanisme Koping

Setiap individu mempunyai cara untuk menghadapi stress. Mekanisme

ini membantu ibu mengendalikan rasa nyeri, walaupun nyeri yang

dirasakan sangat mengganggu. Kadang individu sulit menggunakan

koping yang dimiliki. Secara normal, ibu dapat belajar mengatasi

nyerinya secara teratur. Ibu yang sebelumnya mengalami persalinan yang

lama dan sulit akan mengalami cemas yang berlebihan terhadap

persalinan berikutnya. Akan tetapi, pengalaman melahirkan sebelumnya

tidak selalu berpengaruh buruk terhadap kemampuannya untuk mengatasi

nyeri. Lingkungan yang mendukung dapat mempengaruhi persepsi ibu

terhadap nyeri. Dukungan selama persalinan membantu menurunkan

cemas dan meningkatkan kemampuan ibu untuk menangani ketidak

nyamanan dan keefektifan metode pengurangan nyeri yang lain (Mander,

2003). Secara normal orang belajar mengatasi nyeri pada saat terjadinya

nyeri, dan menggunakan koping yang sama pada saat terjadi nyeri

berikutnya (Sherwen, 1995). Penelitian Rusdiatin (2007) menyatakan

bahwa ibu yang sebelumnya pernah mengalami persalinan akan lebih

mempersiapkan diri untuk menghadapi persalinan selanjutnya.

e) Faktor Emosional.

Menurut Dick-read (1959). Bahwa rasa nyeri yang dihasilkan dari rasa

takut, tegang selalu berjalan beriringan, untuk menghilangkan nyeri perlu

tindakan yang meringankan ketegangan dan ketakutan, dengan relaksasi

(41)

xli

diketahui adalah hal yang negatif mempengaruhi klien dan keluarganya.

Bila ibu mengerti nyeri yang terjadi dalam tubuhnya selama proses

melahirkan maka ibu tidak akan ketakutan (Sherwen, 1995). Ketegangan

emosi akibat rasa cemas sampai rasa takut memperberat persepsi nyeri

selama persalinan. Rasa cemas yang berlebihan juga menambah nyeri.

Nyeri dan cemas menyebabkan otot menjadi spastik dan kaku.

Menyebabkan jalan lahir menjadi kaku, sempit dan kurang relaksasi.

Nyeri dan ketakutan dapat menimbulkan stress. Terjadinya reaksi stress

yang kuat dan berkelanjutan sehingga akhirnya akan berdampak negatif

terhadap ibu dan janinnya.

f) Tingkat Pendidikan

Ibu yang berpartisipasi dalam pendidikan kelahiran bayi lebih memahami

apa yang terjadi dalam proses persalinan dan sedikit mengalami

kecemasan. Ibu yng mengikuti kelas prenatal dan melahirkan secara

alamiah menunjukkan perilaku yang tenang dalam merasakan nyeri saat

persalinan (Sherwen). Penelitian Komariah (2005) mendapatkan hasil

bahwa pendidikan tidak berpengaruh terhadap nyeri persalinan berbeda

dengan yang dinyatakan oleh Reeder (1997) dalam Komariah (2005)

bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara ibu yang memiliki

pendidikan tinggi dibandingkan dengan yang tingkat pendidikannya

rendah. Notoatmodjo (2003), mengatakan semakin tinggi tingkat

pendidikan maka semakin banyak bahan, materi dan pengetahuan yang

(42)

xlii

berpendidikan tinggi lebih bisa mentoleransi terhadap nyeri yang

dialaminya.

g) Support System.

Dengan adanya dukungan suami, keluarga, selama proses persalinan

dapat membantu memenuhi kebutuhan ibu bersalin juga membantu

mengatasi rasa nyeri persalinan (Martin, 2002). Penelitian Risanto (2010)

menyatakan bahwa ibu yang memperoleh dukungan psikososial selama

persalinan memiliki skor nyeri yang rendah dibandingkan dengan ibu

yang tidak mendapatkan dukungan psikososial. Penelitian terkait

dilakukan oleh Wibawanto (2003) dalam Yumni (2006) menyimpulkan

bahwa terdapat perbedaan yang bermakna nilai nyeri antara ibu yang

didampingi oleh suami dan ibu yang tidak didampingi suami. Berbeda

dengan penelitian yang dilakuakan oleh Yumni (2006) bahwa tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara ibu yang di dampingi oleh

suami dan ibu yang tidak didampingi oleh suami.

h) Kelelahan

Nyeri selama persalinan mempengaruhi kondisi ibu berupa kelelahan.

Kelelahan dapat dinetralkan pada tahap persalinan dengan melihat

kondisi ibu dan janin, harapan ibu dan sikap koparatif (Martin, 2002). Ibu

yang sudah lelah selama beberapa jam persalinan, mungkin sebelumnya

sudah terganggu tidurnya oleh ketidaknyamanan dari akhir masa

(43)

xliii

Kelelahan terjadi karena perubahan pola tidur, kelelahan dapat merubah

dan memperbesar persepsi klien terhadap nyeri. Klien akan lebih tegang

dan cemas jika tidak diberikan pembelajaran terhadap metode penurunan

nyeri. Sehingga ibu kehilangan energi dan menurunkan kemampuannya

untuk menggunankan strategi yang dianjurkan untuk mentolerir nyeri

(Mander, 2003).

i) Lama Persalinan.

Bila ibu besalin mengalami proses persalinan yang memanjang, maka ibu

akan mengalami: kelelahan dan stress, akibat mempengaruhi ambang

rasa nyeri (Martin, 2002). Hasil penelitian Larosa (2009) bahwa ada

perbedaan lama persalinan yang bermakna antara primipara dengan

multipara dimana lama persalinan kala I pada primipara lebih lama

dibandingkan lama persalinan pada multipara. Persalinan yang

berlangsung lama dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi salah satu

komplikasi tersebut adalah nyeri saat persalinan, jika tidak di tangani

maka akan berdampak buruk terhadap ibu maupun terhadap janin

(Mochtar, 1995).

j) Pengalaman nyeri sebelumnya

Melalui pengalaman nyeri, wanita mengembangkan berbagai macam

mekanisme untuk mengatasi nyeri tersebut. Pengalaman nyeri

sebelumnya mengubah sensitivitas seseorang terhadap nyeri (Kozier,

(44)

xliv

umumnya akan terasa lebih nyeri jika dibandingkan dengan pasien yang

sudah pernah mengalami persalinan (Handerson, 2006). Hutajulu (2003)

mengungkapkan bahwa rasa nyeri pada satu persalinan dibandingkan

dengan nyeri pada persalinan berikutnya akan berbeda. Menurut Simkin

(2002) wanita yang tidak didukung secara emosional atau mengalami

kesulitan dalam persalinan yang lalu maka dapat menyebabkan

persalinan yang sangat nyeri. Rusdiatin (2007), menyatakan bawha

seseorang yang mengalami nyeri berulang dan berhasil mengatasinya

maka orang tersebut akan lebih mudah menginterpretsikan perasaan nyeri

sehingga klien mempunyai persiapan untuk menghadapi nyeri yang

selanjutnya.

k) Tindakan Medik

Danuatmaja (2004) mengatakan salah satu faktor eksternal yang

mempengaruhi nyeri persalinan yaitu dengan dilakukannya tindakan

medis seperti induksi. Prosedur medik seperti induksi persalinan dapat

mempengaruhi respon terhadap nyeri selama persalinan. Induksi

persalinan adalah suatu tindakan atau langkah yang dilakukan untuk

memulai persalinan, baik secara mekanik maupun farmakologi

(Achadiat, 2004). Penggunaan obat untuk induksi menyebabkan

kontraksi menjadi lebih kuat, lebih tidak nyaman dari kontraksi yang

timbul secara spontan. Induksi persalinan adalah penggunaan stimulasi

fisik atau kimiawi untuk mempercepat intensitas kontraksi uterus

(45)

xlv

pemecahan ketuban, pemberian oksitosin, pemberian obat misoprostol,

pemberian hormon prostaglandin dan pemasangan balon kateter

(Saifudin, 2002). Induksi persalinan dengan menggunakan oksitosin

dinyatakan memiliki tingkat nyeri lebih tinggi dibandingkan dengan

induksi yang lain (Handerson, 2006). Dampak dilakukan induksi akan

timbul kecemasan pada ibu yang sedang mengalami persalinan. Nyeri

yang di timbulkan pada persalinan normal dari rasa agak nyeri berlanjut

sampai nyeri yang tidak tertahankan dan berlangsung lama. Sedangkan

nyeri yang di timbulkan akibat induksi persalinan adalah nyeri yang

datang tiba-tiba setelah beberapa menit dilakukan induksi. Nyeri

persalinan normal akibat induksi dapat menimbulkan perubahan fisik

dan psikologis ibu. Perubahan fisik yang di timbulkan seperti mual-mual,

muntah-muntah dan berkeringat banyak akan mengakibatkan dehidrasi.

Danuatmaja (2004), menyatakan bahwa nyeri yang diakibatkan dari

induksi persalinan adalah dua kali lipat dari pada nyeri kontraksi pada

persalinan normal.

4. Persalinan Kala I

Persalinan kala I ditetapkan sebagai tahap yang berlangsung sejak

rahim kontraksi teratur sampai dilatasi serviks lengkap. Pada umumnya kaitan persalinan sulit ditentukan, tahap pertama biasanya berlangsung jauh

dari pada waktu yang di perlukan untuk tahap kedua dan ketiga. Tahap

pertama persalinan dibagi menjadi tiga bagian yaitu fase laten, fase aktif,

(46)

xlvi

ditunjukkan dengan pembukaan serviks yang sangat lambat sampai

mencapai ukuran diameter 3 sampai 4 cm, dangan lamanya pada primipara

4 sampai 6 jam tetapi tidak lebih 20 jam, sedangkan untuk multipara sekitar

4 jam tapi tidak lebih 14 jam. Kontraksi rahim terjadi selama fase laten

dengan peningkatan frekuensi, durasi dan intensitas kontraksi. Kontraksi

pada rahim berlangsung dari kontraksi ringan dengan lamanya 15 sampai 30

detik, dan berkembang menjadi nyeri sedang dengan lama kontraksi 30

sampai 40 detik dan frekuensi setiap 10 menit. Rasa nyeri pada persalinan

kala I disebabkan oleh munculnya kontraksi otot-otot uterus, hipoksia dari otot-otot yang mengalami kontraksi, peregangan serviks pada waktu

membuka, iskemia korpus uteri, dan peregangan segmen bawah rahim. Selama kala I, kontraksi uterus yang menimbulkan dilatasi serviks dan iskemia uteri. Impuls nyeri selama kala I ditranmisikan oleh segmen saraf

spinal dan asesoris thorasic bawah simpatis lumbaris.Nervus ini berasal

dari uterus dan serviks. Ketidaknyamanan dari perubahan serviks dan iskemia uterus adalah nyeri visceral yang berlokasi di bawah abdomen

menyebar ke daerah lumbal belakang dan paha bagian dalam. Biasanya

wanita merasakan nyeri pada saat kontraksi saja dan bebas dari nyeri selama

relaksasi. Nyeri bersifat lokal seperti sensasi kram, sensasi sobek, dan

sensasi panas yang disebabkan karena distensi dan laserasi servik, vagina dan jaringan perineum (Bobak, 2004).

Fase aktif persalinan biasanya mengacu pada pembukaan serviks lebih

dari 3 cm disertai kontraksi yang mengalami kemajuan, yakni kontraksi

(47)

xlvii

mencapai 3, 4 atau bahkan 5 cm tanpa adanya kontraksi yang mengalami

kemajuan. Menurut Champan (2006) kontraksi cenderung menjadi teratur,

nyerinya sedang dan biasanya terjadi sekitar sekali tiap 2-5 menit, dan

berlangsung antara 45 detik sampai sekitar 60 detik. Ketika persalinan

menjadi semakin kuat, serviks akan terus membuka dan kontraksi menjadi

lebih kuat dan semakin nyeri.

Fase aktif berlangsung selama 6 jam dibagi atas 3 subfase:

a) Periode akselarasi : berlasung selama 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.

b) Periode dilatasi maksimal (steady) : selama 2 jam pembkaan

berlangsung cepat menjadi 9 cm.

c) Periode deselerasi : berlangsung lamabat, dalam waktu 2 jam

pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap (Mochtar, 1995).

Rasa nyeri pada persalinan kala I terjadi karena aktivitas besar di

dalam tubuh guna mengeluarkan bayi. Otot-otot rahim menegang selama

kontraksi. Bersamaan dengan setiap kontraksi, kandung kemih, rektum,

tulang belakang, dan tulang pubic menerima tekanan kuat dari rahim.Berat dari kepala bayi ketika bergerak ke bawah saluran lahir juga menyebabkan

tekanan. Rasa nyeri kontraksi dimulai dari bagian bawah punggung,

kemudian menyebar ke bagian bawah perut mugkin juga menyebar ke kaki.

Rasa sakit dimulai seperti sedikit tertusuk, lalu mencapai puncak, kemudian

menghilang seluruhnya (Danuatmadja, 2004).

Pada awal persalinan, kontraksi mungkin terasa seperti nyeri

(48)

xlviii

biasanya berlangsung singkat dan lemah. Datangnya kira-kira setiap 15-20

menit. Beberapa persalinan dimulai dengan kontraksi-kontraksi kuat yang

lebih dekat jarak waktunya. Banyak wanita yang awalnya merasa nyeri di

bagian punggung mereka, yang kemudian merambat ke bagian depan. Bila

kontraksi-kontraksi terus datang, tetapi hanya berlangsung kurang dari 30

detik, atau jika tidak begitu kuat, dan jika tidak berdekatan waktunya,

berarti masih dalam tahap pra persalinan atau memasuki persalinan awal.

Dalam persalinan sejati, kontraksi akan bertambah kuat, panjang, dan makin

berdekatan waktunya (Simkin, 2008).

Masa kala I pada ibu primigravida terjadi sekitar 13 jam sedangkan

pada ibu multigravida sekitar 7 jam. Kala pertama selesai apabila

pembukaan serviks lengkap. Intensitas kontraksi uterus meningkat sampai kala pertama dan frekuensi menjadi 2 sampai 4 kontraksi dalam 5 sampai 10

menit, juga lamanya his meningkat mulai dari 20 detik pada awal partus ibu

sampai mencapai 60 sampai 90 detik pada kala pertama (Prawirohardjo,

2002).

5. Skala nyeri

Menurut Potter & Perry (2005) terdapat beberapa skala nyeri yang

dapat digunakan untuk mengetahui skala nyeri.

a) Verbal Descriptor Scale (VDS)

Skala pendeskripsi verbal merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga

(49)

xlix

sampai “ Nyeri yang tidak tertahan”. Perawat menunjukan klien tentang

skala tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru

yang dirasakannya. Perawat juga menanyakan seberapa jauh nyeri terasa

paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa tidak menyakitkan.

Alat VDS ini memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk

mendeskripsikan rasa nyeri (Potter & Perry, 2005)

b) Visual Analog Scale (VAS)

VAS merupakan suatu garis lurus yang mewakili intensitas nyeri yang

terus menerus. Skala ini memberikan kebebasan penuh pada klien untuk

mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS merupakan pengukur keparahan

nyeri yang lebih sensitif karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik

pada rangkaian dari pada di paksa memilih satu kata (Potter & Perry,

2005).

Mengkaji intensitas nyeri sangat penting walaupun bersifat subyektif dan

banyak di pengaruhi berbagai keadaan seperti tingkat kesadaran,

konsentrasi dan harapan keluarga, intensitas nyeri dapat di jabarkan di

dalam sebuah skala nyeri dengan deskriptif : Tidak Nyeri, Ringan,

sedang, sangat nyeri, tetapi masih dapat terkontrol dan sangat nyeri tetapi

tidak dapat di kontrol oleh pasien berdasarkan VAS.

(50)

l

Gambar 2.1

Intensitas nyeri pada skala 0 tidak terjadi nyeri, intensitas nyeri ringan

pada pada skala 1-3, intensitas nyeri sedang pada skala 4-6, intensitas

nyeri berat nyeri pada skala 7-9, intensitas nyeri sangat berat pada skala

10 nyei tidak terkontrol. Cara penggunaan skala ini adalah : berilah tanda

salah satu angka sesuai dengan intensitas nyeri yang di rasakan pasien.

VAS merupakan pengukuran nyeri yang benar dan sah, dapat mendeteksi

perbedaaan nyeri lebih sederhana di bandingkan dengan skala lainnya,

dan VAS lebih mudah mengaturnya di bandingkan dengan kumpulan

pertanyaan yang berderet (Ludington & Dexter, 1998 dalam Astuti,

2009).

Menurut Potter & Perry (2005) inetnsitas nyeri pada skala 0 tidak

terjadi nyeri, intensitas nyeri pada skala 1-3, rasa nyeri seperti gatal atau

tersetrum atau nyut-nyutan atau melilit atau terpukul atau perih atau

(51)

li

tertekan atau sulit bergerak atau terbakar atau di tusuk-tusuk. Sangat

nyeri pada skala 7-9 tetapi masih dapat di kontrol oleh klien. Intensitas

nyeri sangat berat pada skala 10 nyeri tidak terkontrol.

c) Skala nyeri Oucher

Skala nyeri Oucher merupakan salah satu alat untuk mengukur intensitas

nyeri pada anak, yang terdiri dari 2 skala yang terpisah yaitu sebuah skala

dengan nilai 0-10 pada sisi sebelah kiri untuk anak-anak yang lebih besar

dan skala fotografik dengan 6 gambar pada sisi kanan untuk anak-anak

yang lebih kecil. Foto wajah seorang anak dengan peningkatan rasa tidak

nyaman di rancang sebagai petunjuk untuk memberi anak-anak

pengertian sehingga dapat memahami makna dan tingkat keparahan

nyeri. Seorang anak biasanya menunjuk ke sejumlah gambar yang

mendeskripsikan nyeri (Potter & Perry, 2005).

(52)

lii

d) Wong-Baker FACES Pain Rating Scale

Skala ini terdiri dari enam wajah dengan profil kartun yang

menggambarkan mulai dari wajah yang sedang tersenyum, hal ini

menunjukan tidak adanya nyeri kemudian secara bertahap meningkat

menjadi wajah kurang bahagia, wajah yang sangat sedih, sampai wajah

yang sangat ketakutan hal ini menunjukan adanya nyeri yang sangat

hebat (Kozier, 2000).

Gambar 2.3

Keterangan dari gambar di atas adalah angka 0 menunjukan sangat

bahagia sebab tidak ada rasa sakit, angka 1 menunjukan sedikit

menyakitkan, angka 2 menunjukan lebih menyakitkan, angka 3

menunjukan lebih menyakitkan lagi, angka 4 menunjukan jauh lebih

menyakitkan dan angka 5 menunjukan benar-benar menyakitkan (Wong

(53)

liii C. Kerangka teori

Modifikasi Bobak (2004) dan Handerson (2006) Faktor internal yang

mempengaruhi nyeri persalinan:

 Usia

 Paritas

 Mekanisme koping

 Pengalaman masa lalu

 Tingkat Pendidikan

 Lamanya persalinan

 Kelelahan

 Emosional

Faktor eksternal yang mempengaruhi nyeri persalinan:

 Budaya

Support system

 Tindakan medik

Gambar

Tabel 5.12  Hubungan antara Nyeri Persalinan dengan Tingkat Pendidikan pada
Gambar 2.1      Visual Analog Scale (VAS)  .......................................................
gambaran usia,
Gambar 2.1 Intensitas nyeri pada skala 0 tidak terjadi nyeri, intensitas nyeri ringan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya, dilakukan analisis regresi linier sederhana yang digunakan untuk melihat ada tidaknya pengaruh motorik kasar terhadap perkembangan kreatifitas anak usia

Dari pembahasan di atas penulis dapat menyimpulkan beberapa hal yang mencakup tentang pendidikan karakter yaitu bahwa pendidikan karakter dapat dimulai dari lingkungan terkecil

Sistem informasi akuntansi peranannya tidak hanya sebagai pengumpulan data, mengolahnya menjadi laporan keuangan saja, tetapi mempunyai peranan yang jauh lebih penting

Pada pengujian tanpa menggunakan motor DC dan menggunakan motor DC tidak terjadi kebocoran tegangan yang ditunjukkan pada nilai PWM 0 dengan nilai besaran tegangan

[r]

52 Jumlah pendapatan margin dan bagi hasil atas pembiayaan yang diberikan dan dari aktiva produktif lainnya yang akan dibagikan kepada nasabah penyimpan dana dan bank,

Hasil penelitian diperoleh 7 famili dan 46 jenis jamur Badisiomycetes di hutan alam desa Bawan, jamur yang dominan adalah Ganoderma sp dari famili Ganodermataceae

menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu, menjelaskan pada ibu mengenai ketidaknyamanan yang biasa terjadi pada trimester III yang terdiri dari Sering