commit to user
PENERAPAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI
BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MATERI POKOK
NILAI-NILAI PANCASILA PADA SISWA KELAS VIII SMP PANCASILA
IX BATUWARNO TAHUN PELAJARAN 2009/2010
( Penelitian Tindakan Kelas)
SKRIPSI
Disusun Oleh :
DYAH RETNO PALUPI
K 6405016
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user PENGAJUAN
PENERAPAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI
BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MATERI POKOK
NILAI-NILAI PANCASILA PADA SISWA KELAS VIII SMP PANCASILA
IX BATUWARNO TAHUN PELAJARAN 2009/2010
( Penelitian Tindakan Kelas)
Oleh :
DYAH RETNO PALUPI
K 6405016
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
commit to user
commit to user
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta dan telah diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan.
Pada Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi :
Ketua : Drs. Machmud, AR, SH, M.Si ...
Sekretaris : Winarno, S.Pd, M.Si ...
Anggota I : Dra. Rusnaini, M.Si ...
Anggota II : Drs. H. Utomo, M.Pd ...
Disusun oleh:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
commit to user ABSTRAK
Dyah Retno Palupi. PENERAPAN PETA KONSEP UNTUK
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN MATERI POKOK NILAI-NILAI PANCASILA
PADA SISWA KELAS VIII SMP PANCASILA IX BATUWARNO TAHUN
PELAJARAN 2009/2010 (Penelitian Tindakan Kelas). Skripsi, Surakarta :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta,
Januari 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
Kelas VIII B SMP Pancasila IX Batuwarno Tahun Ajaran 2009/2010 pada materi
pokok nilai-nilai pancasila dengan penerapan peta konsep.
Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan model
siklus. Tiap siklus ada 4 tahapan, yaitu : (1) perencanaan tindakan (Planning), (2) Pelaksanaan Tindakan ( Acting), (3) Observasi (Observing) dan (4) refleksi (Reflecting). Sebagai subjeknya adalah siswa kelas VIII B SMP Pancasila IX Batuwarno yang berjumlah 31 siswa. Subjek ini dipilih karena kelas ini
mempunyai rata- rata kelas terendah di antara kelas VIII yang lainnya. Teknik
pengumpulan data untuk variabel peningkatan prestasi/hasil belajar PKn melalui
penerapan peta konsep. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik
wawancara, observasi, dokumentasi, tes, angket balikan siswa serta foto. Teknik
analisis data yang digunakan adalah model interaktif yang mempunyai 3 buah
komponen, yaitu : pengumpulan data, reduksi data, sajian data dan penarikan
kesimpulan atau verifikasi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat di simpulkan, bahwa penelitian
tindakan kelas pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan prestasi/hasil
belajar PKn untuk materi pokok nilai-nilai pancasila pada siklus I bisa
mendapatkan rata-rata kelas 64,83 yang semula pada tes awal rata-rata kelasnya
hanya 57,42 mengalami peningkatan, begitu juga pada siklus II juga mengalami
peningkatan sebesar 5,65 % yaitu menjadi 70,48. Dengan demikin, dapat
commit to user
diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran PKn dengan penerapan peta
konsep dapat meningkatkan prestasi/hasil belajar PKn pada siswa Kelas VIII B
SMP Pancasila IX Batuwarno Tahun Ajaran 2009/2010.
commit to user
ABSTRACT
Dyah Retno Palupi. THE APPLICATION OF CONCEPT MAP IN
IMPROVING THE CITIZENSHIP EDUCATION LEARNING
ACHIEVEMENT IN THE SUBJECT MATTER OF PANCASILA VALUES IN VIII GRADER OF SMP PANCASILA IX BATUWARNO IN THE SCHOOL YEAR OF 2009/2010 (Classroom Action Research). Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, January 2010.
The objective of research is to improve the learning achievement of VIII B grader of SMP Pancasila IX Batuwarno in the School Year of 2009/2010 in the subject matter of pancasila values using the application of concept map.
This study belongs to a Classroom Action Research with cycle model, there are 4 stages in each cycle: (1) planning, (2) acting, (3) observing, and (4) reflecting. The subject was the VIII B graders of SMP Pancasila IX Batuwarno in the School Year of 2009/2010 as many as 31 students. The subject of research was selected because this class has the lowest mean value among other VIII classes. Technique of collecting data used for the learning achievement/result of Citizenship subject was the application of conceptual map. Techniques of collecting data employed were interview, observation, documentation, test, students’ returned questionnaire as well as photograph. Technique of analyzing data used was an interactive model with 3 components: data collection, reduction, display and conclusion drawing or verification.
Based on the result of research, it can be concluded that the classroom action research in cycle I shows the improvement of achievement/result of Citizenship subject in the subject matter of pancasila values in cycle I of 64.83 from 57.42 in prior condition, and in cycle II it also increases by 5.65% to 70.48. Thus, it can be recommended that the Citizenship learning with the application of conceptual map can improve the achievement/result of Citizenship subject in the VIII B graders of SMP Pancasila IX Batuwarno in the School Year of 2009/2010.
commit to user MOTTO
“Akar prestasi sejati adalah niat untuk mencapai yang terbaik”
(Harold Yaylor)
commit to user PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan
Kepada:
Ibu dan Bapak tercinta,
Adik-adikku tersayang,
Teman-teman Seperjuangan Angkatan 2005,
Dan Almamater.
commit to user KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah yang Maha Kuasa, karena
atas rahmat dan hidayah-Nya skipsi ini akhirnya dapat diselesaikan, untuk
memenuhi sebagai persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.
Banyak hambatan dalam penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari
berbagai pihak dapat teratasi. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian untuk penyusunan skripsi
ini.
2. Ketua Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian
untuk penyusunan skripsi ini.
3. Ketua Program Pendidikan Kewarganegaraan yang telah memberikan ijin
penelitian untuk penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Dra. Rusnaini, M.Si, Pembimbing I yang dengan sabar telah
memberikan pengarahan, bimbingan, dan motivasi sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
5. Bapak Drs. H. Utomo, M.Pd, Pembimbing II dan Pembimbing Akademik
yang dengan sabar telah memberikan pengarahan, bimbingan, dan
motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Segenap Bapak/ Ibu Dosen Prodi PKn yang telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
7. Kepala sekolah SMP Pancasila IX Batuwarno yang telah memberikan ijin
untuk mengadakan penelitian.
8. Guru pendidikan kewarganegaraan di SMP Pancasila IX Batuwarno yang
telah membantu kelancaran dalam penelitian ini.
9. Almamater PKn angkatan 2005 yang telah memberikan motivasi untuk
meyelesaikan skripsi ini.
commit to user
10.Semua pihak yang telah membantu penulis untuk kelancaran penulisan
skripsi ini.
Penyusunan skripsi ini telah berusaha semaksimal mungkin, namun
penulis menyadari masih ada banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk
menyempurnakannya. Penulis berharap semoga semoga skripsi ini bermanfaat
bagi perkembangan ilmu pendidikan khususnya pendidikan kewarganegaraan.
Surakarta, Januari 2010
Penulis
commit to user DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...
HALAMAN PENGAJUAN ...
HALAMAN PERSETUJUAN ...
HALAMAN PENGESAHAN ...
HALAMAN ABSTRAK ...
HALAMAN MOTTO ...
HALAMAN PERSEMBAHAN ...
KATA PENGANTAR ...
A. Latar Belakang Masalah ...
B. Identifikasi Masalah ...
C. Pembatasan Masalah ...
D. Rumusan Masalah ...
E. Tujuan Penelitian ...
F. Manfaat Penelitian ...
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Prestasi Belajar PKn
a. Prestasi Belajar ...
b. Pendidikan Kewarganegaraan ...
2. Peta Konsep
a. Pengertian Peta Konsep ...
commit to user
c. Teknik Menyusun Peta Konsep ...
d. Manfaat Peta Konsep ...
e. Kelebihan dan Kekurangan Peta Konsep ...
3. Materi Pokok Nilai-nilai Pancasila
a. Pancasila
1) Pengertian Pancasila ...
2) Sejarah Perumusan Pancasila ...
3) Pancasila sebagai Dasar Negara RI ...
4) Pancasila sebagai Ideologi Negara ...
b. Nilai-nilai Pancasila
1) Pengertian dan Jenis Nilai ...
2) Nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar dan Ideologi
Negara ...
3) Pancasila sebagai Ideologi Terbuka ...
4) Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan ...
B. Penelitian yang Relevan ...
C. Kerangka Berpikir ...
D. Hipotesis Tindakan ...
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...
B. Pendekatan Penelitian ...
C. Subjek Penelitian ...
D. Sumber Data ...
E. Teknik Pengumpulan Data ...
commit to user
AB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Umum Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Profil Sekolah ………...
2. Visi Misi ………..
3. Keadaan Guru ………...
4. Keadaan Siswa ……….
5. Keadaan Sarana dan Prasarana Sekolah ………..
6. Subjek Penelitian
a. Profil Guru Mitra ………...
b. Profil Siswa ………
B. Deskripsi Umum Pembelajaran
1. Obsevasi awal Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) Kelas VIII B di SMP Pancasila IX Batuwarno ………
2. Penelitian Siklus I
a. Tahap Perencanaan Tindakan I ………...
b. Pelaksanaan Tindakan I ……….
c. Observasi dan Interpretasi Tindakan I …………...
d. Analisis dan Refleksi Tindakan I ………...
3. Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus I dan Temuan
Penelitian
a. Hasil Observasi Siswa ...
b. Hasil Observasi Kinerja Guru ...
c. Hasil Tes ...
d. Hasil Angket Tanggapan Balikan Siswa ...
e. Hasil Refleksi ...
f. Temuan Penelitian untuk Perbaikan Siklus Siklus II ...
4. Penelitian Siklus II
a. Perencanaan Tindakan II ………...
b. Pelaksanaan Tindakan II ...………...
c. Observasi Tindakan II ….………...
d. Refleksi Tindakan II ………...
commit to user
5. Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus II dan Temuan
Penelitian
a. Hasil Observasi Siswa ...
b. Hasil Observasi Kinerja Guru ...
c. Hasil Tes ...
d. Hasil Angket Balikan Siswa ...
e. Hasil Refleksi ...
f. Temuan Penelitian Siklus II ...
C. Analisis Pelaksanaan Tindakan kelas dalam Penerapan Peta
Konsep pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
1. Perencanaan yang Dilakukan Guru untuk Mempersiapkan
Penerapan Peta Konsep ...
2. Implikasi Penerapan Peta Konsep Terhadap Peningkatan
Prestasi Belajar PKn ...
3. Hambatan atau Kendala yang Dihadapi Guru dalam
Penerapan Peta Konsep ...
4. Upaya untuk Mengatasi Hambatan atau Kendala yang
Dihadapi Guru dalam Penerapan Peta Konsep ...
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
commit to user DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Waktu Penelitian ...
2. Indikator Kinerja Penelitian ...
3. Kriteria Keberhasilan Tindakan untuk Kualitas Hasil
Belajar ...
4. Daftar Nama Guru SMP Pancasila IX Batuwarno ...
5. Jumlah Siswa SMP Pancasila IX Batuwarno...
6. Daftar Siswa Kelas VIII B ...
7. Data Keaktifan Siswa Kelas VIII B Siklus I ...
8. Hasil Tes Kemampuan Awal ...
9. Hasil Tes Siklus I ...
10. Hasil Angket Tanggapan Balikan Siswa Siklus I ...
11. Data Keaktifan Siswa Kelas VIII B Siklus II ...
12. Hasil Tes Siklus II ...
13. Hasil Angket Tanggapan Balikan Siswa Siklus II ...
14. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I
dan Siklus II ...
15. Perbandingan Tingkat Keaktifan siswa Siklus I dan
commit to user DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Peta Konsep Materi Pokok Nilai-nilai Pancasila ...
2. Skema Kerangka Berpikir ...
3. Siklus PTK ...
4. Model Analisis Interaktif ...
5. Skema Prosedur Penelitian ...
6. Diagram Keaktifan Siswa Siklus I ...
7. Diagram Hasil Tes Kemampuan Awal ...
8. Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I ...
9. Diagram Keaktifan Siswa Siklus II ...
10.Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II ...
11.Diagram Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siklus
I dan Siklus II ...
12.Diagram Perbandingan Tingkat Keaktifan Siswa Siklus I
dan Siklus II ...
23
40
45
53
58
75
77
78
89
91
95
96
commit to user LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Silabus ...
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tes Kemampuan
Awal ...
3. Kisi-kisi Soal ...
4. Soal-soal Tes ...
5. Kunci Jawaban Soal ...
6. Uji Validitas Tes ...
7. Soal Hasil Uji Validitas ...
8. Lembar Observasi Kinerja Guru ...
9. Lembar Observasi Keaktifan Siswa ...
10. Angket Tanggapan Balikan Siswa ...
11. Pedoman Wawancara ...
12. Hasil Wawancara ...
13. Dokumentasi Penelitian ...
14. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ...
15. Daftar Kelompok Belajar Siklus I ...
16. Soal Diskusi Kelompok Siklus I ...
17. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ...
18. Daftar Kelompok Belajar siklus II ...
19. Soal Diskusi Kelompok siklus II ...
20. Hasil Skor Keaktifan Siswa Siklus I ...
21. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I ...
22. Daftar Nilai Tes Kemampuan Awal ...
23. Daftar Nilai Tes Siklus I ...
24. Hasil Skor Keaktifan Siswa Siklus II ...
commit to user
26. Daftar Nilai Tes Siklus II ...
27. Surat Keputusan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Tentang Ijin Menyusun Skripsi/ Makalah ...
28. Permohonan Ijin Menyusun Skripsi Kepada Dekan FKIP
Universitas Sebelas Maret ...
29. Surat Ijin Akan Melakukan Penelitian yang Ditujukan
Kepada Kepala Sekolah ...
30. Surat Keterangan Telah Mengadakan Penelitian ... 181
182
183
184
185
commit to user BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan sains dan teknologi yang begitu pesat, menggugah para
pendidik untuk dapat merancang dan melaksanakan pendidikan yang lebih terarah
pada penguasaan konsep materi pembelajaran, yang dapat menunjang kegiatan
sehari-hari dalam masyarakat. Untuk dapat menyesuaikan perkembangan sains
dan teknologi, kreativitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak yang
perlu ditingkatkan. Jalur yang tepat untuk meningkatkan sumber daya manusia
adalah melalui jalur pendidikan.
Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam meningkatkan
pengetahuan. tanpa adanya pendidikan manusia tidak dapat menggunakan
segenap kemampuannya. Keberhasilan di dalam dunia pendidikan antara lain
ditunjukkan oleh adanya peningkatan kualitas dari hasil pendidikan dan dapat
dilihat pada prestasi belajar yang baik.
Berdasarkan pengalaman mengajar di SMP Pancasila IX Batuwarno,
perilaku siswa cenderung hanya mendengar dan mencatat pelajaran yang
diberikan guru. Siswa tidak mau bertanya apalagi mengemukakan pendapat
tentang materi yang diberikan. Melihat kondisi ini, peneliti berusaha untuk
mencarikan metode pembelajaran lain yaitu metode pembelajaran diskusi. Siswa
dibagi atas beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang (melihat kondisi
siswa di kelas). Dari diskusi yang telah dilaksanakan, ternyata siswa masih kurang
mampu dalam mengemukakan pendapat, sebab kemampuan dasar siswa masih
rendah. Dalam bekerja kelompok, hanya satu atau dua orang saja yang aktif,
sedangkan yang lainnya membicarakan hal lain yang tidak berhubungan dengan
tugas kelompok. Berhubung tidak semua anggota kelompok yang aktif, maka
tanggung jawab dalam kelompok menjadi kurang, bahkan dalam kerja kelompok
(diskusi), peneliti juga menemukan ada di antara anggota kelompok yang egois
sehingga tidak mau menerima pendapat teman.
commit to user
Melihat kenyataan-kenyataan yang peneliti temui pada sikap siswa di
dalam proses pembelajaran tersebut di atas, peneliti berpendapat bahwa aktivitas
siswa di SMP Pancasila IX Batuwarno dalam pembelajaran Kewarganegaraan
sangat kurang.
Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain
rendahnya perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran Kewarganegaraan. Guru
sering memberikan pelajaran dalam bentuk ceramah dan tanya-jawab, sehingga
siswa tidak terstimulasi untuk mengembangkan kemampuan berfikir kreatif. Dari
pengalaman yang peneliti hadapi di dalam proses pembelajaran Kewarganegaraan
yang tidak aktif maka peneliti berusaha mencarikan strategi pembelajaran lain,
sehingga pembelajaran lebih bermakna dan lebih berkualitas. Strategi
pembelajaran yang akan peneliti coba adalah dengan pembelajaran menggunakan
peta konsep. Strategi pembelajaran dengan bantuan pemetaan konsep merupakan
salah satu alternatif yang dapat membantu dalam meningkatkan hasil belajar
(Jegede, Alaiyemola, dan Okebuola: 1990: 146)
Sebagai salah satu strategi pemecahan masalah menuju belajar bermakna,
peta konsep menerapkan prinsip pembelajaran kontekstual yang meliputi prinsip
relating, experiencing, applying, cooperating dan transfering. Hal ini sesuai dengan teori belajar asimilasi kognitif dari David P. Ausubel yang dianggap
sebagai sumber aspirasi lahirnya teknik peta konsep ( Hisyam Zaini, 2002: 19).
Dalam teori belajar asimilasi kognitif ini dijelaskan bahwa proses belajar
bermakna akan terjadi apabila para siswa mampu mengasimilasikan pengetahuan
yang dimiliki sebelumnya dengan konsep-konsep atau pengetahuan yang baru.
Peta Konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna
antara konsep-konsep dalam bentuk preposisi (yaitu pernyataan yang dapat
bernilai benar atau salah, tetapi tidak keduanya). Preposisi ini merupakan dua atau
lebih konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam satu unit. Disini peta
konsep yang digunakan merupakan subuah pernyataan grafik dua dimensi pada
suatu pengetahuan yang dominan (Novak & Gowin, 1984), peta konsep
digunakan secara efektif untuk pembentukan pengetahuan, untuk dasar
commit to user
suatu evaluasi. strategi ini, hanya meminimalkan kumpulan dari relation names
yang digunakan dalam pemilihan konstruksi ranah konsep/peta konsep.
Ketertarikan peneliti mengambil strategi pembelajaran peta konsep, karena
peneliti melihat dalam strategi pembelajaran peta konsep semua siswa diberi tugas
dan tanggungjawab, baik individu maupun kelompok. Oleh sebab itu, dalam
penelitian ini peneliti mengambil sebuah judul yaitu: “Penerapan Peta Konsep
UntukMeningkatkanPrestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Materi
Pokok Nilai-Nilai Pancasila Pada Siswa Kelas VIII SMP Pancasila IX
Batuwarno Tahun Pelajaran 2009/2010” (Penelitian Tindakan Kelas).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat
diidentifikasi beberapa permasalahan, antara lain:
1. Siswa tidak terstimulasi untuk mengembangkan kemampuan berfikir kreatif.
2. Strategi dalam pembelajaran yang diterapkan belum tepat dan belum
berdasarkan pada kebutuhan yang bersangkutan, tetapi lebih cenderung pada
tuntutan pokok bahasan.
3. Proses pembelajaran yang terjadi hanya satu arah yaitu berpusat pada guru
(teacher center).
4. Prestasi belajar siswa rendah.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah serta identifikasi masalah di atas,
maka permasalahan difokuskan pada prestasi belajar siswa kelas VIII B SMP
Pancasila IX Batuwarno pada mata pelajaran PKn yang rendah. Untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut akan diterapkan peta konsep, pada materi
commit to user D. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,
maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Apakah
penerapan peta konsep dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran
pendidikan kewarganegaraan materi pokok nilai-nilai pancasila pada siswa kelas
VIII SMP Pancasila IX Batuwarno Tahun Pelajaran 2009/2010?”
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang dikemukakan, maka penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan materi pokok nilai-nilai pancasila melalui strategi peta konsep.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Untuk memberikan gambaran kelebihan dan kekurangan peta konsep dalam
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan materi Nilai-Nilai Pancasila.
2. Manfaat Praktis
Memberi masukan pada tenaga pengajar (guru) khususnya pengajar di SMP
Pancasila IX Batuwarno dalam menerapakan pembelajaran yang berorientasi
commit to user BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
Setiap kegiatan ilmiah termasuk penelitian ilmiah tidak akan pernah lepas
dari ilmu pengetahuan sebagai pendukung penelitian yang akan atau telah
dilaksanakan. Ilmu pengetahuan tersebut sangat diperlukan agar penelitian dapat
teruji kebenaranya. Karena penelitian yang baik adalah penelitian yang
mempunyai teori-teori relevan yang dapat mendukung apa yang akan atau telah
diteliti.
Teori-teori yang dijadikan tinjauan pustaka tentunya adalah teori-teori
yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Teori harus mencakup berbagai
konsep yang ada dalam penelitian, oleh sebab itu setiap peneliti harus menemukan
sebanyak-banyaknya teori untuk mendukung penelitianya. Begitu pula dalam
penelitian ini. Peneliti harus menemukan sejumlah teori yang dapat dijadikan
pendukung apa yang akan atau sedang diteliti.
Berdasarkan uraian diatas, maka dalam bab ini akan diuraikan mengenai
berbagai landasan teori yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam
penelitian ini. Adapun landasan teori dalam penelitian ini adalah : (1) Prestasi
Belajar Pendidikan Kewarganegaraan (2) Peta Konsep (3) Materi Pokok
Nilai-nilai pancasila.
1. Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan
a. Prestasi Belajar
1) Pengertian Prestasi Belajar
Dalam proses belajar mengajar dikelas untuk mengetahui berhasil
atau tidaknya pembelajaran yang dicapai siswa harus dilakukan evaluasi
yang hasilnya berupa prestasi belajar siswa. Evaluasi terhadap penilaian
hasil dan proses belajar bertujuan untuk mengetahui ketuntasan peserta
didik dalam mengusai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Dari hasil
evaluasi terhadap penilaian tersebut dapat diketahui kompetensi dasar dan
commit to user
materi yang belum dikuasai peserta didik. Nana Syaodih Sumadinata,
(2003:102) menyatakan bahwa “Prestasi belajar dapat disebut juga sebagai
hasil belajar yang merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan
potensi atau kapasitas yang dimiliki oleh seseorang yang dapat dilihat dari
perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, ketrampilan berpikir
maupun ketrampilan motorik”. Sama halnya dengan Nana Sudjana
(2008:22) dalam bukunya berpendapat bahwa “Hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya”. Prestasi belajar berasal dari kata “prestasi” dan
“belajar” (Zainal Arifin, 1990:2-3). Prestasi merupakan hasil yang telah
dicapai.
Prestasi merupakan wujud dari keunggulan yang diperoleh
seseorang dalam bidang tertentu. Prestasi diperoleh melalui perjuangan
yang dilandasi oleh motivasi yang tinggi untuk melakukan tindakan.
Untuk mewujudkan prestasi diperlukan langkah-langkah nyata yang harus
dilakukan untuk mempersiapkan tujuan yang hendak dicapai.
Menurut Zainal Arifin (1990: 3) “Prestasi belajar merupakan suatu
masalah yang esensial dalam sejarah kehidupan manusia karena sepanjang
rentang hidupnya manusia selalu mengejar presatsi menurut bidang dan
kemampuannya masing-masing”. Prestasi belajar adalah hal yang sangat
penting bagi kehidupan manusia karena dengan mengetahui prestasi
belajar maka dapat diketahui apakah orang tersebut pandai atau kurang
pandai. Seseorang yang telah memiliki prestasi yang baik pasti dia akan
merasa puas terhadap dirinya dan kepandaian yang dia miliki akan
membawa kebanggaan tersendiri bagi kehidupannya. Prestasi belajar baru
akan diketahui setelah orang tersebut menyelesaikan suatu proses belajar
mengajar.
W.S Winkel (1991: 39) menambahkan bahwa, “Prestasi belajar
adalah bukti keberhasilan yang dapat dicapai dalam suatu proses yang
commit to user
menghasilkan perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan,
nilai-nilai yang akan disimpan atau dilaksanakan menuju kemajuan”.
Dari pendapat yang telah disampaikan oleh pakar di atas dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil akhir yang akan diterima
oleh siswa setelah ia mengikuti serangkaian kegiatan belajar mengajar di
sekolah dan setelah ia mengkuti evaluasi belajar yang diadakan oleh guru,
dimana dengan prestasi belajar itulah dapat diketahui apakah siswa itu
pandai atau kurang pandai.
2) Fungsi dan Kegunaan Prestasi Belajar
Untuk mengetahui seberapa jauh prestasi belajar telah dicapai
maka diadakan kegiatan evaluasi pembelajaran. Evaluasi pembelajaran
merupakan kegiatan yang dilakukan secara sistematis dengan
mengumpulkan bukti-bukti untuk menentukan keberhasilan belajar. Oemar
Hamalik (2003:159) dalam bukunya menyatakan tentang evaluasi hasil
belajar merupakan:
Keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hasil belajar merujuk kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya dan derajat perubahan tingkah laku.
Tujuan dilaksanakannya kegiatan evaluasi adalah untuk
mengetahui kefektifan dan keberhasilan kegiatan belajar mengajar
sehingga dalam pelaksanaannya evaluasi harus dilakukan secara kontinue.
Kontinue artinya evaluasi harus dilakukan secara terus-menerus baik itu
pada awal, pada saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar maupun
pada akhir tatap muka kegiatan belajar mengajar. Evaluasi pada umumnya
digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar peserta didik,
terutama hasil yang berkenaan dengan pengusaan bahan pengajaran sesuai
dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.
Zainal, Arifin (1990:2) mengemukakan fungsi utama prestasi
commit to user
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik.
2) Prestasi belajar sebagai lambing pemuasan hasrat ingin tahu. 3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. 4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan.
5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik.
Berdasarkan fungsi dari prestasi belajar yang telah disebutkan
diatas, maka dapat diketahui bahwa betapa pentingnya mengetahui prestasi
belajar siswa baik individual maupun kelompok. Hal tersebut disebabkan
karena prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam
bidang studi tertentu, tetapi juga berguna bagi guru yang bersangkutan
sebagai umpan balik dalam melaksanakan pembelajaran dikelas apakah
akan diadakan perbaikan dalam proses belajar mengajar ataupun tidak.
3) Batas Minimal Prestasi Belajar
Menetapkan batas minimum keberhasilan siswa berkaitan dengan
upaya pengungkapan hasil belajar. Ada beberapa alternatif norma
pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti proses belajar
mengajar. Di antara norma-norma pengukuran tersebut adalah sebagai
berikut :
1) Norma skala angka dari 0 sampai 10
2) Norma skala angka dari 0 sampai 100
Angka terendah yang menyatakan kelulusan/keberhasilan belajar
(passing grade) skala 0-10 adalah 5,5 atau 6, sedangkan untuk skala 0-100 adalah 55 atau 60 (Muhibbin Syah, 1999: 196-197).
4) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Baik dan buruknya prestasi belajar seorang siswa dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Menurut Muhibbin Syah (1995: 132) secara global,
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi
tiga macam, yaitu :
a) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi
commit to user
b) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di
sekitar siswa.
c) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
Penjelasannya adalah sebagai berikut:
Pendekatan belajar, dapat dipahami sebagai segala cara atau
strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi
proses pembelajaran materi (Muhibbin Syah, 1995: 139).
Dalam penelitian ini, peneliti menerapkan penggunaan peta konsep
sebagai pendekatan belajar untuk meningkatkan prestasi belajar
kewarganegaraan materi Nilai-Nilai Pancasila.
b. Pendidikan Kewarganegaraan
1) Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan
mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi
warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang
diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Permendiknas No 22 tahun
2006 ).
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) pasal 39 menyebutkan bahwa, Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar yang berkenaan dengan hubungan antara warga negara dengan negara serta pendidikan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. Pada jenjang pendidikan tinggi, pendidikan bela negara diselenggarakan antara lain melalui pendidikan kewiraan.
commit to user
S. Sumarsono, dkk (2002: 6), menyebutkan bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan yang berhasil akan menumbuhkan sikap mental bersifat
cerdas, penuh dengan rasa tanggung jawab dari peserta didik dengan
perilaku yang:
(1) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
menghayati nilai-nilai falsafah bangsa.
(2) Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
(3) Bersikap rasional, dinamis dan sadar akan hak dan kewajiban
sebagai warga negara.
(4) Bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran Bela Negara.
(5) Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni
untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa dan negara.
“Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang tua, yang kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945”. (M. N. Sumantri, 2001: 299).
Udin S. Winataputra (2007), menyatakan bahwa “Pengertian
pendidikan kewarganegaraan sebagai citizenship education, secara substantif dan paedagogis didesain untuk mengembangkan warga negara yang cerdas dan baik untuk seluruh jalur dan jenjang pendidikan”.
commit to user
pendidikan kewarganegaraan dalam status pertama, kedua, ketiga, dan keempat. (Udin S. Winataputra, 2007).
Melalui Pendidikan Kewarganegaraan ini diharapkan mampu
untuk memahami, menganalisis dan menjawab masalah-masalah yang
dihadapi oleh masyarakat, bangsa dan negaranya secara
berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita dan tujuan nasional
seperti yang digariskan dalam pembukaan UUD 1945.
PKn atau Civic education yang diartikan sebagai mata pelajaran di sekolah merupakan pembelajaran yang tidak mencangkup pengalaman
belajar di sekolah tetapi juga diluar sekolah, sehingga PKn memiliki ruang
lingkup kajian yang luas. Rumusan definisi di bawah ini kiranya dapat
melukiskan ruang lingkup Civic Education.
Civic education includes and insolves those teaching, that type of teaching method; those student activities; those administrative and supervisory procedures which the school may ultilize purposively to make for better living together in the democratic way or (synonymously) to develop better in the behaviors
(Mahoney, 1995: 35 dalam Muhammad Nurman Sumantri, 2001: 283).
Rumusan tersebut memiliki arti bahwa pendidikan
kewarganegaraan terkait pengajaran yang meliputi metode mengajar,
aktivitas siswa, proses administratif dan pengawasan yang dimanfaatkan
sekolah dengan tujuan membuat kehidupan bersama lebih baik dalam cara
yang demokratis.
Maka dari berbagai pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu pendidikan yang
bertujuan untuk mendidik generasi muda agar menjadi warga negara yang
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, yang berpartisipasi aktif
dalam rangka membangun sistem bangsa yang maju dan modern yang
commit to user
2) Sejarah dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
C.S.T. Kansil (2003, 8-14) menjelaskan perkembangan sejarah
pendidikan kewarganegaraan di Indonesia. Beliau menyebutkan bahwa
pelajaran civics dikenal di Indonesia sejak zaman Hindia Belanda dengan nama Burgerkunde. Pada saat itu terdapat dua buku yang berlainan isinya/materinya, yaitu:
a) Indische Burgerschapkunde, ditulis oleh P. Tromps dengan penerbitnya: J.B. Wolters Maatschappij N.V. Groningen, Den Haag,
Batavia tahun 1934.
b) Recht en Plicht (Indische Burgerschapkunde voor iedereen) karangan J.B. Vortman dengan penerbitnya G.C.T. van Dorp & Co. N.V.
(Derde, Herziene en Vermeerderdruk) Semarang - Surabaya –
Bandung tahun 1940.
Dari kedua buku tersebut dapat diketahui bahwa pada waktu zaman Hindia
Belanda belum terdapat kesatuan pendapat tentang materi Burgerkunde (civics).
Selanjutnya di tahun 1950, kedua buku tersebut menjadi buku
pegangan guru Civics di sekolah menengah atas. Namun dalam pelajaran
terurai, pelajaran tersebut tidak diberikan secara ilmu pengetahuan,
melainkan sebagai dasar yang berjiwa nasional serta kewarganegaraan
baik (good citizenship) dimana ilmu pengetahuan tata negara dan tata
hukum dan lain-lainnya bertalian.
Baru pada tahun 1955 ada buku tentang kewarganegaraan
berbahasa Indonesia, dengan judul “Inti Pengetahuan Warga Negara” yang
disusun oleh J.C.T. Simorangkir, Gusti Mayur dan Sumintarjo.
Istilah ’kewarganegaraan’ pada tahun 1961 diganti dengan istilah
’kewargaan negara’ atas prakarsa Saharjo. Hal tersebut dimaksudkan
untuk penyesuaian dengan pasal 26 ayat 2 UUD 1945 dan menitik
beratkan pada ‘warga’, yang mengandung pengertian akan hak dan
kewajibannya terhadap negara. Namun istilah tersebut baru dipakai pada
commit to user
tahun 1967, tanggal 28 Juni 1967. dengan buku pegangan resminya adalah
“Manusia dan masyarakat baru Indonesia” (Civics) yang disusun oleh
Supardo, M. Hutahuruk., dkk yang dicetak oleh Balai Pustaka.
Pelaksanaan Seminar Nasional Pengajaran dan Pendidikan Civics
(Civic Education) tahun 1972 di Tawangmangu, Surakarta, mendapat
ketegasan dan memberi batasan-batasan terhadap istilah yaitu Civics
diganti dengan Ilmu Kewargaan Negara sedangkan Civic Education
diganti dengan Pendidikan Kewargaan Negara yang bertujuan membina
warga negara yang lebih baik menurut syarat-syarat, kriteria dan ukuran,
ketentuan-ketentuan Pembukaan UUD 1945 dan UUD 1945.
Selanjutnya, Udin S. Winataputra (2007) menyebutkan bahwa
dalam Kurikulum tahun 1975 untuk semua jenjang persekolahan yang
diberlakukan secara bertahap mulai tahun 1976 dan kemudian
disempurnakan pada tahun 1984, sebagai pengganti mata pelajaran
Pendidikan Kewargaan Negara mulai diperkenalkan mata pelajaran
Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang berisikan materi dan pengalaman
belajar mengenai Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4)
atau "Eka Prasetia Pancakarsa". Sedangkan dalam Kurikulum
persekolahan tahun 1994 diperkenalkan mata pelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) yang berisikan materi dan
pengalaman belajar yang diorganisasikan secara spiral/artikulatif atas
dasar butir-butir nilai yang secara konseptual terkandung dalam Pancasila.
Kini pada era reformasi pasca jatuhnya sistem politik Orde Baru
yang diikuti dengan tumbuhnya komitmen baru kearah perwujudan
cita-cita dan nilai demokrasi konstitusional yang lebih dinamis, Pendidikan
Kewarganegaraan dipandang sebagai mata pelajaran yang memfokuskan
pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara
Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh
Pancasila dan UUD 1945 (Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah,
commit to user
Cogan dan Winataputra dalam Fadliyanur (2008), mengemukakan bahwa dewasa ini Pendidikan Kewarganegaraan atau civic education, telah mengalami perkembangan yang signifikan, dimana civic education atau PKn yang diartikan sebagai mata pelajaran PKn di persekolahan, telah bergerak menjadi citizenship education atau education for citizenship, yang berarti bahwa PKn merupakan pembelajaran yang tidak hanya mecakup pengalaman belajar di sekolah saja tetapi juga melibatkan pengalaman belajar di luar sekolah, seperti di lingkungan keluarga, dalam organisasi kemasyarakatan, organisasi keagamaan, media dan sebagainya. Sehingga dengan demikian pembelajaran PKn memiliki arti yang lebih luas.
“Tujuan utama Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk
menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku
yang cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan bangsa, Wawasan
Nusantara, serta Ketahanan Nasional dalam diri para warga negara”. (S.
Sumarsono, dkk, 2002: 4).
Sedangkan Zamroni dikutip oleh Fadliyanur (2008) berpendapat
bahwa “Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang
bertujuan untuk mempersiapkan masyarakat berpikir kritis, dan bertindak
demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi
baru”.
Melalui pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan “Agar warga Negara memiliki wawasan kesadaran bernegara untuk bela Negara dan memiliki pola pikir, pola sikap dan perilaku sebagai pola tindak yang cinta tanah air berdasarkan pancasila. Semua itu diperlukan demi tetap utuh dan tegaknya NKRI”. (Sumarsono dkk, 2002: 3).
3) Pendidikan Kewarganegaraan Persekolahan
Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (UUSPN), yang antara lain Pasal 37, menggariskan adanya
Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai bahan
kajian wajib kurikulum semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan.
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata
pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang
commit to user
menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter
yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Permendiknas No. 22
Tahun 2006).
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menghadapi isu kewarganegaraan
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti korupsi
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
(Permendiknas No. 22 tahun 2006).
Permendiknas No. 22 tahun 2006 menyebutkan bahwa ruang
lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah
Menengah Pertama (SMP) meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam
perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia,
Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara
Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan.
2. Norma hukum dan peradilan, meliputi: Tertib dalam kehidupan
keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat,
Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara, Sistem hukum dan peradilan nasional, Hukum dan
Peradilan nasional.
3. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan
kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional
HAM, Pemajuan, Penghormatan dan perlindungan HAM
4. Kebutuhan warga Negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri
commit to user
mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri,
Persamaan kedudukan warga negara
5. Konstitusi negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi
yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di
Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi
6. Kekuasaan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan,
Pemerintahan desa dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan
sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat
madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi
7. Pancasila meliputi: Kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan
ideologi negara, Proses perumusan pancasila sebagai dasar negara,
Pengamalan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari,
Pancasila sebagi ideologi terbuka.
8. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri
Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan
Internasional dan Organisasi Internasional, dan Mengevaluasi
globalisasi.
2. Peta Konsep
a. Pengertian Peta Konsep
Menurut Martinis Yamin (2006: 118) “Peta konsep adalah menyatakan
hubungan-hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk
proposisi-proposisi”. Proposisi-proposisi merupakan dua atau lebih
konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantic. Dalam
kata yang kita buat terdiri dari satu kata yang dapat dihubungkan antara satu
dengan yang lainya sehingga membentuk proposisi. Menurut Novak dan
Gowin (Paul Suparno, 1997 : 56) “ Peta konsep adalah suatu bagan skematis
untuk menggambarkan suatu rangkaian pernyataan”. Oleh karena belajar akan
bermakna lebih mudah berlangsung bila konsep-konsep baru berkaitan pada
konsep yang lebih inklusif, maka peta konsep harus disusun secara hierarki.
commit to user
kebawah konsep-konsep diurutkan menjadi lebih khusus. Setiap peta konsep
memperlihatkan kaitan-kaitan konsep yang bermakna bagi orang yang
menyusunnya.
Peta konsep merupakan strategi atau cara dalam mendesain materi
(content) pelajaran. Pada wujud fisiknya, peta konsep sebagai desain materi memiliki 4 karakteristik (Hizam Zaini, 2002) yaitu :
1) Memiliki konsep atau ide pokok atau kata kunci
2) Memiliki hubungan yang mengaitkan antara satu konsep dengan konsep
lain.
3) Memiliki label yang membunyikan arti hubungan yang mengaitkan antar
konsep tersebut.
4) Desain itu berwujud sebuah diagram atau peta yang merupakan satu
bentuk representasi konsep-konsep dari materi pembelajaran.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa peta konsep merupakan
suatu strategi yang digunakan oleh guru untuk membantu siswa
mengorganisasikan konsep pelajaran yang berdasarkan arti dan hubungan
antara komponennya. Peta konsep merupakan suatu gambar yang tersusun
atas konsep-konsep yang saling berkaitan sebagai hasil dari pemetaan konsep.
Peta konsep menggambarkan jalinan antar konsep yang dibahas dalam bab
yang bersangkutan. Konsep dinyatakan dalam bentuk istilah atau label konsep.
Dan konsep-konsep dijalin secara bermakna dengan kata-kata penghubung
sehingga dapat membentuk proposisi.
b. Ciri-ciri Peta Konsep
Menurut Martinis Yamin (2006: 125) Ciri-ciri peta konsep dapat
diuraikan sebagai berikut :
1) Peta konsep adalah suatu cara untuk mempelihatkan konsep-konsep dan
proposisi-proposisi suatu bidang studi kepada siswa, sehingga siswa
melihat bidang studi yang diperlihatkan tersebut menjadi lebih bermakna
dan lebih jelas.
2) Suatu peta konsep merupakan suatu gambaran dua dimensi dari suatu
commit to user
proporsional antara konsep-konsep dan dengan demikian hanya
memperlihatkan gambar satu dimensi saja. Peta konsep bukan hanya
mengambarkan konsep-konsep yang penting, tetapi juga menghubungkan
antar konsep-konsep itu.
3) Ciri ketiga adalah mengenai cara menyatakan hubungan antara
konsep-konsep. Tidak semua konsep mempunyai bobot yang sama. Ini berarti,
bahwa ada beberapa konsep mempunyai bobot yang sama. Hal ini berarti
ada beberapa konsep yang lebih inklusif daripada konsep-konsep yang
lain. Jadi,dalam peta konsep hal-hal yang paling inklusif berada dalam
puncak, lalu menurun sehingga sampai pada konsep-konsep yang lebih
khusus.
4) Ciri keempat adalah tentang hierarki. Bila dua atau lebih konsep
digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih inklusif terbentuklah suatu
hierarki pada konsep itu.
c. Teknik MenyusunPetaKonsep
Peta konsep memegang peranan penting dalam belajar bermakna.
Karena itu hendaknya setiap siswa dapat menyusun peta konsep untuk
meyakinkan, bahwa pada siswa itu telah berlangsung belajar bermakna. (
Ratna Wilis Dahar, 1989 : 126).
Menurut Rusmansyah (2003 : 353-354) dalam Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan beberapa langkah yang harus diikuti untuk membuat peta konsep
dengan benar, adalah sebagai berikut :
1) Memilih dan menentukan suatu bahan bacaan. Bahan bacaan dapat dipilih
dari buku pelajaran atau bahan bacaan lain, seperti buku catatan atau LKS.
2) Menentukan konsep-konsep yang relevan. Mengurutkan konsep-konsep itu
dari yang paling umum ke yang tidak umum (khusus) atau contoh-contoh.
3) Menyusun atau menuliskan konsep-konsep itu di atas kertas. Memetakan
konsep-konsep itu berdasarkan criteria : konsep yang paling umum di
puncak, konsep-konsep yang berada pada tingkatan paling abstraksi yang
sama diletakkan sejajar satu sama lain, konsep yang lebih khusus di bawah
commit to user
4) Menghubungkan konsep-konsep itu dengan kata penghubung tertentu
untuk membentuk proposisi dan garis penghubung.
5) Jika peta sudah selesai, perhatikan kembali letak konsep-konsepnya dan
kalau perlu diperbaiki atau disusun kembali agar menjadi lebih baik dan
berarti.
Dalam proses belajar dengan strategi peta konsep dilaksanakan diskusi
kelompok, sehingga ide-ide yang terkumpul dalam diskusi dapat dituangkan
dalam peta konsep. Belajar dengan diskusi kelompok adalah metode mengajar
dengan mengkondisikan peserta didik dalam suatu group/ kelompok sebagai
satu kesatuan dan diberikan tugas untuk dibahas dalam kelompok tersebut.
Menurut Moedjiono dalam Mulyani sumantri dan Johar Permana (2001), “
Metode kerja kelompok adalah format belajar yang menitikberatkan kepada
interaksi antara anggota yang lain dalam suatu kelompok guna menyelesaikan
tugas-tugas belajar secara bersama-sama”.
Peta konsep menggambarkan jalinan antar konsep yang dibahas dalam
bab materi yang bersangkutan yaitu materi nilai-nilai pancasila. Konsep
dinyatakan dalam bentuk label konsep atau istilah. Konsep-konsep dijalin
secara bermakna dengan kata-kata penghubung sehingga dapat membentuk
proposisi. Satu proposisi mengandung dua konsep dan kata penghubung.
Konsep yang satu mempunyai cakupan yang lebih luas daripada konsep yang
lain. Dengan kata lain konsep yang satu lebih inklusif daripada konsep yang
lain.
d. ManfaatPetaKonsep
Menurut Martinis Yamin dan Maisah (2009: 179-180), peta konsep
bermanfaat untuk :
1) Membantu guru mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang suatu
topik sebelum kelas mulai mengerjakannya, sehingga guru dapat
merencanakan urutan pembelajaran selanjutnya.
2) Menyediakan suatu titik tolak untuk diskusi antar siswa guna memperjelas
pengertian mereka. Untuk maksud ini, siswa akan ditempatkan didalam
commit to user
3) Memberi umpan balik tentang sejauh mana siswa sudah memahami topik
itu. Untuk maksud ini, peta konsep diselesaikan sebagai kegiatan terakhir
dalam urutan pengajaran suatu topik.
4) Mengaitkan gagasan-gagasan dan pengertian yang dikembangkan dalam
suatu kegiatan dengan apa yang mereka pelajari dalam kegiatan lain.
Menurut Ratna Wilis Dahar (1989: 130-132), ada beberapa manfaat
dari peta konsep, antara lain :
1) Guru dapat mengetahui seberapa jauh pengetahuan siswa mengenai pokok
bahasan yang diajarkan. Hal itu kemudian dijadikan titik tolak
pengembangan pelajaran selanjutnya.
2) Bagi siswa sendiri, pemetaan konsep berfungsi untuk menolong dirinya
belajar bagaimana caranya belajar bermakna itu.
3) Dapat mengungkapkan konsepsi salah yang terjadi pada siswa, yang
biasanya timbul karena terdapat kaitan antara konsep-konsep yang
mengakibatkan preposisi yang salah.
4) Dapat digunakan sebagai alat evaluasi berdasarkan ide dalam teori kognitif
Ausubel, yaitu :
a) bahwa struktur kognitif seseorang itu duatur secara hierarkis dengan
konsep-konsep dan preposisi yang lebih inklusif, superordinat
terhadap konsep dan preposisi yang kurang inklusif.
b) Konsep-konsep dalam struktur kognitif mengalami diferensiasi
progresif, yaitu bahwa belajar bermakna merupakan proses
berkesinambungan dimana konsep-konsep baru memperoleh lebih
banyak makna dengan dibentuknya lebih banyak kaitan proporsional.
c) Belajar bermakna akan meningkat bila siswa menyadari kaitan-kaitan
konsep diantara kumpulan konsep atau proposisi yang berhubungan.
Berkaitan dengan mendesain materi pelajaran, teknik peta konsep
memberi manfaat sebagai berikut (Hizam Zaini, 2002: 63-65) ;
a. Peta konsep sesuai dengan karakteristiknya memberi visualisasi
konsep-konsep baik utama dan pendukung yang telah terstruktur kedalam suatu
commit to user
mampu memberi gambaran utuh akan saling berhubungan antara satu
konsep/kata kunci dengan konsep/kata kunci lainya.
b. Gambar konsep-konsep itu menunjukkan bentuk hubungan antara satu
sama lain; mungkin linier, vertikal, satu arah, dua arah yang bertolak
belakang, mungkin garis tidak putus yang menunjukkan hubungan intensif
dan garis putus-putus yang menunjukkan hubungan yang jarang.
c. Peta konsep memberi bunyi hubungan yang dinyatakan dengan kata-kata
untuk menjelaskan bentuk-bentuk hubungan antara satu konsep dengan
konsep lain. Kata yang menghubungkan ini disebut label yang umumnya
berupa kata kerja.
Peta konsep sebagai refleksi upaya pemahaman seseorang dalam bentuk diagram memungkinkan untuk dapat dievaluasi secara efisien oleh dirinya sendiri atau oleh orang lain. Penggunaan peta konsep sebagai alat untuk evaluasi seseorang terhadap pemahamanya (alur pikirnya) sendiri disebut sebagai strategi metakognisi (Novak, 1999). Melalui peta konsep, seseorang dapat memantau kesalahan konsep dan kesulitan pemahaman yang mungkin terjadi sehingga dapat diperbaiki. Menurut Mason (1992), penggunaan peta konsep sebagai alat refleksi pemahaman dapat meningkatkan kualitas pembelajaran (Diah Aryulina, 2003: 99).
Beberapa penelitian yang dikutip Diah Aryulina (2003: 99) yang
berkaitan dengan teknik peta konsep menunjukkan bahwa penggunaan
peta konsep dalam proses belajar dapat meningkatkan daya ingat dan
pemahaman yang terpadu sehingga hasil belajar meningkat (Aryulina,
1999; brisco dan La Master, 1991; Dahar dan Liliasari, 1993).
Dengan menggunakan peta konsep dalam pembelajaran maka
dapat diperkirakan kedalaman dan keluasan konsep yang perlu diajarkan
kepada siswa. Kaitan konsep yang satu dengan konsep yang lain bagi
siswa merupakan hal yang terpenting dalam belajar, sehingga apa yang
dipelajari oleh siswa akan lebih bermakna, lebih mudah diingat dan lebih
commit to user
Berdasarkan hal itu pula maka peta konsep dapat digunakan
ataupun dilakukan pada saat :
a. Awal sebelum kegiatan inti pembelajaran dilakukan.
b. Kegiatan inti pembelajaran berlangsung.
c. Akhir kegiatan inti pembelajaran.
Penggunaan di awal pelajaran dimaksudkan untuk mengetahui
sejauh mana siswa menguasai konsep yang akan dipelajari. Penggunaan
ini juga mendukung teori belajar konstruktivisme. Bahwa pengetahuan awal yang dimiliki dan mampu diidentifikasi akan dapat membangun
pengetahuan barunya secara utuh.
Penggunaan pada saat kegiatan inti pembelajaran sekaligus dapat
menjadi strategi pembelajaran aktif pada siswa. Misalnya meminta siswa
baik secara individu maupun kelompok mengidentifikasi konsep-konsep.
Metode mengajar yang dapat digunakan antara lain penugasan, kerja
kelompok, latihan dan demonstrasi. Dalam hal ini peta konsep selain dapat
digunakan sebagai strategi selama proses pembelajaran, dapat pula
digunakan sebagai media pembelajaran.
Penggunaan pada akhir kegiatan inti menjadikan peta konsep
merupakan salah satu tehnik penilaian. Peta konsep dapat digunakan
sebagai salah satu strategi menilai proses atau hasil pembelajaran. Dalam
hal ini digunakan sebagai strategi penilaian kecakapan berfikir sintesis
kreatif ( Hisyam Zaini, dkk. 2002: 98 ).
e. Kelebihan Dan Kekurangan Peta Konsep
Menurut Mohamad Amin ( 1988: 34-35 ), ada beberapa kelebihan dan
kekurangan dari strategi peta konsep dalam pembelajaran bermakna yaitu :
1) Kelebihan Peta Konsep
a) Untuk menyelidiki apa yang telah diketahui siswa.
b) Digunakan untuk mempelajari bagaimana cara belajar siswa sudah
benar atau belum.
c) Dapat digunakan untuk mengungkap konsepsi yang salah.
commit to user
2) Kekurangan Peta Konsep
a) Tidak semua pokok bahasan dapat disajikan dengan peta konsep.
b) Lebih menonjolkan kerja secara individual.
Berikut ini diberikan contoh peta konsep materi pokok nilai-nilai
pancasila yang disajikan pada gambar 1 :
Gambar 1. Peta Konsep Materi Nilai-Nilai Pancasila
3. Materi Pokok Nilai-Nilai Pancasila
Materi pokok nilai-nilai pancasila terdiri atas sub pokok materi sebagai
berikut :
a. Pancasila
1). Pengertian Pancasila
Secara etimologis atau tinjauan dari asal-usul kata, istilah Pancasila
berasal dari bahasa Sanskerta, dari kata panca dan sila. Panca artinya lima,
commit to user
Terdapat beberapa pendapat tentang arti Pancasila. Menurut Ir.
Sukarno, Pancasila adalah jiwa bangsa Indonesia yang turun temurun
sekian abad lamanya. Menurut Prof. Dr. Notonegoro, Pancasila adalah
dasar filsafat negara Indonesia. Sedangkan menurut penjelasan Panitia
Lima, Pancasila adalah lima asas yang merupakan ideologi negara, maka
kelima sila itu merupakan kesaruan yang tidak dapat dipisahkan satu sama
lain. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Pancasila adalah dasar
falsafah atau landasan negara Indonesia yang terdiri dari lima asas, di
mana antara sila yang satu dengan yang lain merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat dipisah-pisahkan.
Isi rumusan formal Pancasila yang resmi seperti yang tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Tata susunan atau
sistematika, tata tulis, dan cara pengucapan Pancasila ditegaskan dengan
Instruksi Presiden No. 12 Tahun 1968, yaitu sebagai berikut.
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusian yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sedangkan dari segi nilai-nilai yang terkandung di dalamnya,
Pancasila merupakan kristalisasi perilaku bangsa Indonesia yang sudah
mengakar atau membudaya dalam kehidupan bangsa Indonesia. Jadi,
munculnya nilai-nilai Pancasila bersamaan dengan adanya bangsa
Indonesia.
Nilai-nilai tiap sila dalam Pancasila tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut.
a. Sila I: nilai keimanan, ketakwaan, menghormati antarpemeluk agama,
tawakal.
b. Sila II: tenggang rasa, menghargai orang lain, menjunjung tinggi
commit to user
c. Sila III: persatuan, kekeluargaan, kerja sama, rela berkorban, cinta
tanah air.
d. Sila IV: musyawarah, rembuk bersama, tidak memaksakan kehendak,
demokratis.
e. Sila V:nilai-nilai adil, saling membantu, sederhana, bekerja keras.
2). Sejarah Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara
Istilah Pancasila, sudah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit.
Hal ini, dibuktikan dalam buku Negarakertagama karangan Empu
Prapanca dan buku Sotasoma karangan Empu Tantular. Dalam buku
tersebut tercantum istilah Pancasila yang berarti berbatu sendi yang lima,
yang disebut Panca Krama atau lima pelaksanaan kesusilaan. Berikut lima
kesusilaan tersebut.
a. Tidak boleh melakukan kekerasan.
b. Tidak boleh mencuri.
c. Tidak boleh dengki.
d. Tidak boleh berbohong.
e. Tidak boleh mabuk (minum minuman keras).
Pada tanggal 29 April dibentuk BPUPKI dan pada tanggal 28 Mei
1945 Dr. Radjiman Widyodiningrat dilantik sebagai ketua BPUPKI.
BPUPKI mengadakan dua kali persidangan:
a. Sidang pertama (29 Mei – 1 Juni 1945)
b. Sidang kedua (10 – 17 Juli 1945)
Acara pokok sidang pertama adalah menyusun dasar negara
Indonesia merdeka. Di sana disampaikan tiga usulan dasar negara, yaitu:
a. Prof. Mr. Moh. Yamin
Tanggal 29 Mei 1945 dalam pidatonya mengajukan lima asas dasar
negara.
1. Peri Kebangsaan.
2. Peri Kemanusiaan.
3. Peri Ketuhanan.
commit to user
5. Kesejahteraan Sosial.
Beliau menyampaikan juga usulan tertulis.
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia.
3. Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan / Perwakilan.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
b. Prof. Dr. Mr. Soepomo
Dalam pidatonya pada tanggal 31 Mei 1945, Soepomo
mengemukakan lima asas dasar negara.
1. Paham Negara Persatuan.
2. Perhubungan Negara dan Agama.
3. Sistem Badan Permusyawaratan.
4. Sosialisasi Negara.
5. Hubungan Antarbangsa yang Bersifat Asia Timur Raya.
c. Ir. Soekarno
Pada tanggal 1 Juni 1945, Soekarno berpidato dan mengajukan
lima sila dasar negara yang diberi nama Pancasila.
1. Kebangsaan Indonesia.
2. Peri Kemanusian atau Internasionalisme.
3. Mufakat atau Demokrasi.
4. Kesejahteraan Sosial.
5. Ketuhanan yang Berkebudayaan.
Setelah melalui proses pembahasan selama persidangan, pada
tanggai 1 Juni 1945 BPUPKI mengambil keputusan sebagai berikut.
a. Pancasila sebagai nama dasar negara Indonesia merdeka (isi
rumusannya belum memperoleh kesepakatan, sehingga masih dibahas
sidang selanjutnya).
b. Dibentuk Panitia Sembilan yang bertugas mengolah dan merumuskan
commit to user
Panitia Sembilan terdiri dari Ir. Sukarno, Drs. Moh. Hatta, Mr.
Moh. Yamin, Mr. Ahmad Soebardjo, Mr. A. A. Maramis, Wachid Hasim,
H, Agus Salim, Abdul Kahar Muzakhar, dan Abi Kusno Tjakrosujoso.
Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan menyampaikan hasil
rumusannya, yaitu Piagam Jakarta.
1. Ketuhanan dengan Kewajiban Menjalankan Syariat Islam bagi
Pemeluk-Pemeluknya.
2. Kemanusian yang Adil dan Beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan / Perwakilan.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Setelah melalui pembahasan oleh para tokoh nasional, selanjutnya
secara formal ancasila disahkan sebagai dasar negara Indonesia pada
tanggal 18 Agustus 1945.
3). Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia
Dasar negara Indonesia, yaitu Pancasila yang disahkan pada
tanggal 18 Agustus 1945. Pancasila tidak hanya sebagai dasar negara,
tetapi juga merupakan ideologi bangsa dan negara. Selain itu, Pancasila
merupakan pandangan hidup bangsa, kepribadian bangsa, perjanjian luhur
bangsa, dan sebagai sumber hukum nasional yang sekaligus menjadi
tujuan bangsa. Dengan demikian, fungsi Pancasila meliputi hal-hal betikut.
a. Sebagai Dasar Negara
Artinya Pancasila sebagai landasan atau dasar dalam penyelenggaraan
pemerintahan atau negara. Fungsi ini sesuai dengan pernyataan yang
termuat di dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat.
b. Sebagai Ideologi Negara
Pancasila merupakan paham yang dianut bangsa Indonesia dalam
perjuangan mengisi kemerdekaan, menuju kehidupan yang
dicita-citakan (yang ideal). Ideologi tersebut akan memengaruhi cara berpikir