• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MATERI POKOK NILAI NILAI PANCASILA PADA SISWA KELAS VIII SMP PANCASILA IX BATUWARNO TAHUN PELAJARAN 2009 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MATERI POKOK NILAI NILAI PANCASILA PADA SISWA KELAS VIII SMP PANCASILA IX BATUWARNO TAHUN PELAJARAN 2009 2010"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PENERAPAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI

BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MATERI POKOK

NILAI-NILAI PANCASILA PADA SISWA KELAS VIII SMP PANCASILA

IX BATUWARNO TAHUN PELAJARAN 2009/2010

( Penelitian Tindakan Kelas)

SKRIPSI

Disusun Oleh :

DYAH RETNO PALUPI

K 6405016

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user PENGAJUAN

PENERAPAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI

BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MATERI POKOK

NILAI-NILAI PANCASILA PADA SISWA KELAS VIII SMP PANCASILA

IX BATUWARNO TAHUN PELAJARAN 2009/2010

( Penelitian Tindakan Kelas)

Oleh :

DYAH RETNO PALUPI

K 6405016

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2009

(3)

commit to user

(4)

commit to user

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta dan telah diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan.

Pada Hari :

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi :

Ketua : Drs. Machmud, AR, SH, M.Si ...

Sekretaris : Winarno, S.Pd, M.Si ...

Anggota I : Dra. Rusnaini, M.Si ...

Anggota II : Drs. H. Utomo, M.Pd ...

Disusun oleh:

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

(5)

commit to user ABSTRAK

Dyah Retno Palupi. PENERAPAN PETA KONSEP UNTUK

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN MATERI POKOK NILAI-NILAI PANCASILA

PADA SISWA KELAS VIII SMP PANCASILA IX BATUWARNO TAHUN

PELAJARAN 2009/2010 (Penelitian Tindakan Kelas). Skripsi, Surakarta :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta,

Januari 2010.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa

Kelas VIII B SMP Pancasila IX Batuwarno Tahun Ajaran 2009/2010 pada materi

pokok nilai-nilai pancasila dengan penerapan peta konsep.

Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan model

siklus. Tiap siklus ada 4 tahapan, yaitu : (1) perencanaan tindakan (Planning), (2) Pelaksanaan Tindakan ( Acting), (3) Observasi (Observing) dan (4) refleksi (Reflecting). Sebagai subjeknya adalah siswa kelas VIII B SMP Pancasila IX Batuwarno yang berjumlah 31 siswa. Subjek ini dipilih karena kelas ini

mempunyai rata- rata kelas terendah di antara kelas VIII yang lainnya. Teknik

pengumpulan data untuk variabel peningkatan prestasi/hasil belajar PKn melalui

penerapan peta konsep. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik

wawancara, observasi, dokumentasi, tes, angket balikan siswa serta foto. Teknik

analisis data yang digunakan adalah model interaktif yang mempunyai 3 buah

komponen, yaitu : pengumpulan data, reduksi data, sajian data dan penarikan

kesimpulan atau verifikasi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat di simpulkan, bahwa penelitian

tindakan kelas pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan prestasi/hasil

belajar PKn untuk materi pokok nilai-nilai pancasila pada siklus I bisa

mendapatkan rata-rata kelas 64,83 yang semula pada tes awal rata-rata kelasnya

hanya 57,42 mengalami peningkatan, begitu juga pada siklus II juga mengalami

peningkatan sebesar 5,65 % yaitu menjadi 70,48. Dengan demikin, dapat

(6)

commit to user

diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran PKn dengan penerapan peta

konsep dapat meningkatkan prestasi/hasil belajar PKn pada siswa Kelas VIII B

SMP Pancasila IX Batuwarno Tahun Ajaran 2009/2010.

(7)

commit to user

ABSTRACT

Dyah Retno Palupi. THE APPLICATION OF CONCEPT MAP IN

IMPROVING THE CITIZENSHIP EDUCATION LEARNING

ACHIEVEMENT IN THE SUBJECT MATTER OF PANCASILA VALUES IN VIII GRADER OF SMP PANCASILA IX BATUWARNO IN THE SCHOOL YEAR OF 2009/2010 (Classroom Action Research). Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, January 2010.

The objective of research is to improve the learning achievement of VIII B grader of SMP Pancasila IX Batuwarno in the School Year of 2009/2010 in the subject matter of pancasila values using the application of concept map.

This study belongs to a Classroom Action Research with cycle model, there are 4 stages in each cycle: (1) planning, (2) acting, (3) observing, and (4) reflecting. The subject was the VIII B graders of SMP Pancasila IX Batuwarno in the School Year of 2009/2010 as many as 31 students. The subject of research was selected because this class has the lowest mean value among other VIII classes. Technique of collecting data used for the learning achievement/result of Citizenship subject was the application of conceptual map. Techniques of collecting data employed were interview, observation, documentation, test, students’ returned questionnaire as well as photograph. Technique of analyzing data used was an interactive model with 3 components: data collection, reduction, display and conclusion drawing or verification.

Based on the result of research, it can be concluded that the classroom action research in cycle I shows the improvement of achievement/result of Citizenship subject in the subject matter of pancasila values in cycle I of 64.83 from 57.42 in prior condition, and in cycle II it also increases by 5.65% to 70.48. Thus, it can be recommended that the Citizenship learning with the application of conceptual map can improve the achievement/result of Citizenship subject in the VIII B graders of SMP Pancasila IX Batuwarno in the School Year of 2009/2010.

(8)

commit to user MOTTO

“Akar prestasi sejati adalah niat untuk mencapai yang terbaik”

(Harold Yaylor)

(9)

commit to user PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan

Kepada:

Ibu dan Bapak tercinta,

Adik-adikku tersayang,

Teman-teman Seperjuangan Angkatan 2005,

Dan Almamater.

(10)

commit to user KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah yang Maha Kuasa, karena

atas rahmat dan hidayah-Nya skipsi ini akhirnya dapat diselesaikan, untuk

memenuhi sebagai persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.

Banyak hambatan dalam penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari

berbagai pihak dapat teratasi. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian untuk penyusunan skripsi

ini.

2. Ketua Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian

untuk penyusunan skripsi ini.

3. Ketua Program Pendidikan Kewarganegaraan yang telah memberikan ijin

penelitian untuk penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Rusnaini, M.Si, Pembimbing I yang dengan sabar telah

memberikan pengarahan, bimbingan, dan motivasi sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan.

5. Bapak Drs. H. Utomo, M.Pd, Pembimbing II dan Pembimbing Akademik

yang dengan sabar telah memberikan pengarahan, bimbingan, dan

motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Segenap Bapak/ Ibu Dosen Prodi PKn yang telah memberikan bekal ilmu

pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepala sekolah SMP Pancasila IX Batuwarno yang telah memberikan ijin

untuk mengadakan penelitian.

8. Guru pendidikan kewarganegaraan di SMP Pancasila IX Batuwarno yang

telah membantu kelancaran dalam penelitian ini.

9. Almamater PKn angkatan 2005 yang telah memberikan motivasi untuk

meyelesaikan skripsi ini.

(11)

commit to user

10.Semua pihak yang telah membantu penulis untuk kelancaran penulisan

skripsi ini.

Penyusunan skripsi ini telah berusaha semaksimal mungkin, namun

penulis menyadari masih ada banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk

menyempurnakannya. Penulis berharap semoga semoga skripsi ini bermanfaat

bagi perkembangan ilmu pendidikan khususnya pendidikan kewarganegaraan.

Surakarta, Januari 2010

Penulis

(12)

commit to user DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PENGAJUAN ...

HALAMAN PERSETUJUAN ...

HALAMAN PENGESAHAN ...

HALAMAN ABSTRAK ...

HALAMAN MOTTO ...

HALAMAN PERSEMBAHAN ...

KATA PENGANTAR ...

A. Latar Belakang Masalah ...

B. Identifikasi Masalah ...

C. Pembatasan Masalah ...

D. Rumusan Masalah ...

E. Tujuan Penelitian ...

F. Manfaat Penelitian ...

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Prestasi Belajar PKn

a. Prestasi Belajar ...

b. Pendidikan Kewarganegaraan ...

2. Peta Konsep

a. Pengertian Peta Konsep ...

(13)

commit to user

c. Teknik Menyusun Peta Konsep ...

d. Manfaat Peta Konsep ...

e. Kelebihan dan Kekurangan Peta Konsep ...

3. Materi Pokok Nilai-nilai Pancasila

a. Pancasila

1) Pengertian Pancasila ...

2) Sejarah Perumusan Pancasila ...

3) Pancasila sebagai Dasar Negara RI ...

4) Pancasila sebagai Ideologi Negara ...

b. Nilai-nilai Pancasila

1) Pengertian dan Jenis Nilai ...

2) Nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar dan Ideologi

Negara ...

3) Pancasila sebagai Ideologi Terbuka ...

4) Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan ...

B. Penelitian yang Relevan ...

C. Kerangka Berpikir ...

D. Hipotesis Tindakan ...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ...

B. Pendekatan Penelitian ...

C. Subjek Penelitian ...

D. Sumber Data ...

E. Teknik Pengumpulan Data ...

(14)

commit to user

AB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Umum Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Profil Sekolah ………...

2. Visi Misi ………..

3. Keadaan Guru ………...

4. Keadaan Siswa ……….

5. Keadaan Sarana dan Prasarana Sekolah ………..

6. Subjek Penelitian

a. Profil Guru Mitra ………...

b. Profil Siswa ………

B. Deskripsi Umum Pembelajaran

1. Obsevasi awal Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

(PKn) Kelas VIII B di SMP Pancasila IX Batuwarno ………

2. Penelitian Siklus I

a. Tahap Perencanaan Tindakan I ………...

b. Pelaksanaan Tindakan I ……….

c. Observasi dan Interpretasi Tindakan I …………...

d. Analisis dan Refleksi Tindakan I ………...

3. Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus I dan Temuan

Penelitian

a. Hasil Observasi Siswa ...

b. Hasil Observasi Kinerja Guru ...

c. Hasil Tes ...

d. Hasil Angket Tanggapan Balikan Siswa ...

e. Hasil Refleksi ...

f. Temuan Penelitian untuk Perbaikan Siklus Siklus II ...

4. Penelitian Siklus II

a. Perencanaan Tindakan II ………...

b. Pelaksanaan Tindakan II ...………...

c. Observasi Tindakan II ….………...

d. Refleksi Tindakan II ………...

(15)

commit to user

5. Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus II dan Temuan

Penelitian

a. Hasil Observasi Siswa ...

b. Hasil Observasi Kinerja Guru ...

c. Hasil Tes ...

d. Hasil Angket Balikan Siswa ...

e. Hasil Refleksi ...

f. Temuan Penelitian Siklus II ...

C. Analisis Pelaksanaan Tindakan kelas dalam Penerapan Peta

Konsep pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

1. Perencanaan yang Dilakukan Guru untuk Mempersiapkan

Penerapan Peta Konsep ...

2. Implikasi Penerapan Peta Konsep Terhadap Peningkatan

Prestasi Belajar PKn ...

3. Hambatan atau Kendala yang Dihadapi Guru dalam

Penerapan Peta Konsep ...

4. Upaya untuk Mengatasi Hambatan atau Kendala yang

Dihadapi Guru dalam Penerapan Peta Konsep ...

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

(16)

commit to user DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Waktu Penelitian ...

2. Indikator Kinerja Penelitian ...

3. Kriteria Keberhasilan Tindakan untuk Kualitas Hasil

Belajar ...

4. Daftar Nama Guru SMP Pancasila IX Batuwarno ...

5. Jumlah Siswa SMP Pancasila IX Batuwarno...

6. Daftar Siswa Kelas VIII B ...

7. Data Keaktifan Siswa Kelas VIII B Siklus I ...

8. Hasil Tes Kemampuan Awal ...

9. Hasil Tes Siklus I ...

10. Hasil Angket Tanggapan Balikan Siswa Siklus I ...

11. Data Keaktifan Siswa Kelas VIII B Siklus II ...

12. Hasil Tes Siklus II ...

13. Hasil Angket Tanggapan Balikan Siswa Siklus II ...

14. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I

dan Siklus II ...

15. Perbandingan Tingkat Keaktifan siswa Siklus I dan

(17)

commit to user DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Peta Konsep Materi Pokok Nilai-nilai Pancasila ...

2. Skema Kerangka Berpikir ...

3. Siklus PTK ...

4. Model Analisis Interaktif ...

5. Skema Prosedur Penelitian ...

6. Diagram Keaktifan Siswa Siklus I ...

7. Diagram Hasil Tes Kemampuan Awal ...

8. Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I ...

9. Diagram Keaktifan Siswa Siklus II ...

10.Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II ...

11.Diagram Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siklus

I dan Siklus II ...

12.Diagram Perbandingan Tingkat Keaktifan Siswa Siklus I

dan Siklus II ...

23

40

45

53

58

75

77

78

89

91

95

96

(18)

commit to user LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Silabus ...

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tes Kemampuan

Awal ...

3. Kisi-kisi Soal ...

4. Soal-soal Tes ...

5. Kunci Jawaban Soal ...

6. Uji Validitas Tes ...

7. Soal Hasil Uji Validitas ...

8. Lembar Observasi Kinerja Guru ...

9. Lembar Observasi Keaktifan Siswa ...

10. Angket Tanggapan Balikan Siswa ...

11. Pedoman Wawancara ...

12. Hasil Wawancara ...

13. Dokumentasi Penelitian ...

14. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ...

15. Daftar Kelompok Belajar Siklus I ...

16. Soal Diskusi Kelompok Siklus I ...

17. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ...

18. Daftar Kelompok Belajar siklus II ...

19. Soal Diskusi Kelompok siklus II ...

20. Hasil Skor Keaktifan Siswa Siklus I ...

21. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I ...

22. Daftar Nilai Tes Kemampuan Awal ...

23. Daftar Nilai Tes Siklus I ...

24. Hasil Skor Keaktifan Siswa Siklus II ...

(19)

commit to user

26. Daftar Nilai Tes Siklus II ...

27. Surat Keputusan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Tentang Ijin Menyusun Skripsi/ Makalah ...

28. Permohonan Ijin Menyusun Skripsi Kepada Dekan FKIP

Universitas Sebelas Maret ...

29. Surat Ijin Akan Melakukan Penelitian yang Ditujukan

Kepada Kepala Sekolah ...

30. Surat Keterangan Telah Mengadakan Penelitian ... 181

182

183

184

185

(20)

commit to user BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan sains dan teknologi yang begitu pesat, menggugah para

pendidik untuk dapat merancang dan melaksanakan pendidikan yang lebih terarah

pada penguasaan konsep materi pembelajaran, yang dapat menunjang kegiatan

sehari-hari dalam masyarakat. Untuk dapat menyesuaikan perkembangan sains

dan teknologi, kreativitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak yang

perlu ditingkatkan. Jalur yang tepat untuk meningkatkan sumber daya manusia

adalah melalui jalur pendidikan.

Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam meningkatkan

pengetahuan. tanpa adanya pendidikan manusia tidak dapat menggunakan

segenap kemampuannya. Keberhasilan di dalam dunia pendidikan antara lain

ditunjukkan oleh adanya peningkatan kualitas dari hasil pendidikan dan dapat

dilihat pada prestasi belajar yang baik.

Berdasarkan pengalaman mengajar di SMP Pancasila IX Batuwarno,

perilaku siswa cenderung hanya mendengar dan mencatat pelajaran yang

diberikan guru. Siswa tidak mau bertanya apalagi mengemukakan pendapat

tentang materi yang diberikan. Melihat kondisi ini, peneliti berusaha untuk

mencarikan metode pembelajaran lain yaitu metode pembelajaran diskusi. Siswa

dibagi atas beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang (melihat kondisi

siswa di kelas). Dari diskusi yang telah dilaksanakan, ternyata siswa masih kurang

mampu dalam mengemukakan pendapat, sebab kemampuan dasar siswa masih

rendah. Dalam bekerja kelompok, hanya satu atau dua orang saja yang aktif,

sedangkan yang lainnya membicarakan hal lain yang tidak berhubungan dengan

tugas kelompok. Berhubung tidak semua anggota kelompok yang aktif, maka

tanggung jawab dalam kelompok menjadi kurang, bahkan dalam kerja kelompok

(diskusi), peneliti juga menemukan ada di antara anggota kelompok yang egois

sehingga tidak mau menerima pendapat teman.

(21)

commit to user

Melihat kenyataan-kenyataan yang peneliti temui pada sikap siswa di

dalam proses pembelajaran tersebut di atas, peneliti berpendapat bahwa aktivitas

siswa di SMP Pancasila IX Batuwarno dalam pembelajaran Kewarganegaraan

sangat kurang.

Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain

rendahnya perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran Kewarganegaraan. Guru

sering memberikan pelajaran dalam bentuk ceramah dan tanya-jawab, sehingga

siswa tidak terstimulasi untuk mengembangkan kemampuan berfikir kreatif. Dari

pengalaman yang peneliti hadapi di dalam proses pembelajaran Kewarganegaraan

yang tidak aktif maka peneliti berusaha mencarikan strategi pembelajaran lain,

sehingga pembelajaran lebih bermakna dan lebih berkualitas. Strategi

pembelajaran yang akan peneliti coba adalah dengan pembelajaran menggunakan

peta konsep. Strategi pembelajaran dengan bantuan pemetaan konsep merupakan

salah satu alternatif yang dapat membantu dalam meningkatkan hasil belajar

(Jegede, Alaiyemola, dan Okebuola: 1990: 146)

Sebagai salah satu strategi pemecahan masalah menuju belajar bermakna,

peta konsep menerapkan prinsip pembelajaran kontekstual yang meliputi prinsip

relating, experiencing, applying, cooperating dan transfering. Hal ini sesuai dengan teori belajar asimilasi kognitif dari David P. Ausubel yang dianggap

sebagai sumber aspirasi lahirnya teknik peta konsep ( Hisyam Zaini, 2002: 19).

Dalam teori belajar asimilasi kognitif ini dijelaskan bahwa proses belajar

bermakna akan terjadi apabila para siswa mampu mengasimilasikan pengetahuan

yang dimiliki sebelumnya dengan konsep-konsep atau pengetahuan yang baru.

Peta Konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna

antara konsep-konsep dalam bentuk preposisi (yaitu pernyataan yang dapat

bernilai benar atau salah, tetapi tidak keduanya). Preposisi ini merupakan dua atau

lebih konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam satu unit. Disini peta

konsep yang digunakan merupakan subuah pernyataan grafik dua dimensi pada

suatu pengetahuan yang dominan (Novak & Gowin, 1984), peta konsep

digunakan secara efektif untuk pembentukan pengetahuan, untuk dasar

(22)

commit to user

suatu evaluasi. strategi ini, hanya meminimalkan kumpulan dari relation names

yang digunakan dalam pemilihan konstruksi ranah konsep/peta konsep.

Ketertarikan peneliti mengambil strategi pembelajaran peta konsep, karena

peneliti melihat dalam strategi pembelajaran peta konsep semua siswa diberi tugas

dan tanggungjawab, baik individu maupun kelompok. Oleh sebab itu, dalam

penelitian ini peneliti mengambil sebuah judul yaitu: “Penerapan Peta Konsep

UntukMeningkatkanPrestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Materi

Pokok Nilai-Nilai Pancasila Pada Siswa Kelas VIII SMP Pancasila IX

Batuwarno Tahun Pelajaran 2009/2010” (Penelitian Tindakan Kelas).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat

diidentifikasi beberapa permasalahan, antara lain:

1. Siswa tidak terstimulasi untuk mengembangkan kemampuan berfikir kreatif.

2. Strategi dalam pembelajaran yang diterapkan belum tepat dan belum

berdasarkan pada kebutuhan yang bersangkutan, tetapi lebih cenderung pada

tuntutan pokok bahasan.

3. Proses pembelajaran yang terjadi hanya satu arah yaitu berpusat pada guru

(teacher center).

4. Prestasi belajar siswa rendah.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah serta identifikasi masalah di atas,

maka permasalahan difokuskan pada prestasi belajar siswa kelas VIII B SMP

Pancasila IX Batuwarno pada mata pelajaran PKn yang rendah. Untuk

menyelesaikan permasalahan tersebut akan diterapkan peta konsep, pada materi

(23)

commit to user D. Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,

maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Apakah

penerapan peta konsep dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran

pendidikan kewarganegaraan materi pokok nilai-nilai pancasila pada siswa kelas

VIII SMP Pancasila IX Batuwarno Tahun Pelajaran 2009/2010?”

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang dikemukakan, maka penelitian ini

bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran pendidikan

kewarganegaraan materi pokok nilai-nilai pancasila melalui strategi peta konsep.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Untuk memberikan gambaran kelebihan dan kekurangan peta konsep dalam

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan materi Nilai-Nilai Pancasila.

2. Manfaat Praktis

Memberi masukan pada tenaga pengajar (guru) khususnya pengajar di SMP

Pancasila IX Batuwarno dalam menerapakan pembelajaran yang berorientasi

(24)

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

Setiap kegiatan ilmiah termasuk penelitian ilmiah tidak akan pernah lepas

dari ilmu pengetahuan sebagai pendukung penelitian yang akan atau telah

dilaksanakan. Ilmu pengetahuan tersebut sangat diperlukan agar penelitian dapat

teruji kebenaranya. Karena penelitian yang baik adalah penelitian yang

mempunyai teori-teori relevan yang dapat mendukung apa yang akan atau telah

diteliti.

Teori-teori yang dijadikan tinjauan pustaka tentunya adalah teori-teori

yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Teori harus mencakup berbagai

konsep yang ada dalam penelitian, oleh sebab itu setiap peneliti harus menemukan

sebanyak-banyaknya teori untuk mendukung penelitianya. Begitu pula dalam

penelitian ini. Peneliti harus menemukan sejumlah teori yang dapat dijadikan

pendukung apa yang akan atau sedang diteliti.

Berdasarkan uraian diatas, maka dalam bab ini akan diuraikan mengenai

berbagai landasan teori yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam

penelitian ini. Adapun landasan teori dalam penelitian ini adalah : (1) Prestasi

Belajar Pendidikan Kewarganegaraan (2) Peta Konsep (3) Materi Pokok

Nilai-nilai pancasila.

1. Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan

a. Prestasi Belajar

1) Pengertian Prestasi Belajar

Dalam proses belajar mengajar dikelas untuk mengetahui berhasil

atau tidaknya pembelajaran yang dicapai siswa harus dilakukan evaluasi

yang hasilnya berupa prestasi belajar siswa. Evaluasi terhadap penilaian

hasil dan proses belajar bertujuan untuk mengetahui ketuntasan peserta

didik dalam mengusai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Dari hasil

evaluasi terhadap penilaian tersebut dapat diketahui kompetensi dasar dan

(25)

commit to user

materi yang belum dikuasai peserta didik. Nana Syaodih Sumadinata,

(2003:102) menyatakan bahwa “Prestasi belajar dapat disebut juga sebagai

hasil belajar yang merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan

potensi atau kapasitas yang dimiliki oleh seseorang yang dapat dilihat dari

perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, ketrampilan berpikir

maupun ketrampilan motorik”. Sama halnya dengan Nana Sudjana

(2008:22) dalam bukunya berpendapat bahwa “Hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya”. Prestasi belajar berasal dari kata “prestasi” dan

“belajar” (Zainal Arifin, 1990:2-3). Prestasi merupakan hasil yang telah

dicapai.

Prestasi merupakan wujud dari keunggulan yang diperoleh

seseorang dalam bidang tertentu. Prestasi diperoleh melalui perjuangan

yang dilandasi oleh motivasi yang tinggi untuk melakukan tindakan.

Untuk mewujudkan prestasi diperlukan langkah-langkah nyata yang harus

dilakukan untuk mempersiapkan tujuan yang hendak dicapai.

Menurut Zainal Arifin (1990: 3) “Prestasi belajar merupakan suatu

masalah yang esensial dalam sejarah kehidupan manusia karena sepanjang

rentang hidupnya manusia selalu mengejar presatsi menurut bidang dan

kemampuannya masing-masing”. Prestasi belajar adalah hal yang sangat

penting bagi kehidupan manusia karena dengan mengetahui prestasi

belajar maka dapat diketahui apakah orang tersebut pandai atau kurang

pandai. Seseorang yang telah memiliki prestasi yang baik pasti dia akan

merasa puas terhadap dirinya dan kepandaian yang dia miliki akan

membawa kebanggaan tersendiri bagi kehidupannya. Prestasi belajar baru

akan diketahui setelah orang tersebut menyelesaikan suatu proses belajar

mengajar.

W.S Winkel (1991: 39) menambahkan bahwa, “Prestasi belajar

adalah bukti keberhasilan yang dapat dicapai dalam suatu proses yang

(26)

commit to user

menghasilkan perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan,

nilai-nilai yang akan disimpan atau dilaksanakan menuju kemajuan”.

Dari pendapat yang telah disampaikan oleh pakar di atas dapat

disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil akhir yang akan diterima

oleh siswa setelah ia mengikuti serangkaian kegiatan belajar mengajar di

sekolah dan setelah ia mengkuti evaluasi belajar yang diadakan oleh guru,

dimana dengan prestasi belajar itulah dapat diketahui apakah siswa itu

pandai atau kurang pandai.

2) Fungsi dan Kegunaan Prestasi Belajar

Untuk mengetahui seberapa jauh prestasi belajar telah dicapai

maka diadakan kegiatan evaluasi pembelajaran. Evaluasi pembelajaran

merupakan kegiatan yang dilakukan secara sistematis dengan

mengumpulkan bukti-bukti untuk menentukan keberhasilan belajar. Oemar

Hamalik (2003:159) dalam bukunya menyatakan tentang evaluasi hasil

belajar merupakan:

Keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hasil belajar merujuk kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya dan derajat perubahan tingkah laku.

Tujuan dilaksanakannya kegiatan evaluasi adalah untuk

mengetahui kefektifan dan keberhasilan kegiatan belajar mengajar

sehingga dalam pelaksanaannya evaluasi harus dilakukan secara kontinue.

Kontinue artinya evaluasi harus dilakukan secara terus-menerus baik itu

pada awal, pada saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar maupun

pada akhir tatap muka kegiatan belajar mengajar. Evaluasi pada umumnya

digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar peserta didik,

terutama hasil yang berkenaan dengan pengusaan bahan pengajaran sesuai

dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.

Zainal, Arifin (1990:2) mengemukakan fungsi utama prestasi

(27)

commit to user

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik.

2) Prestasi belajar sebagai lambing pemuasan hasrat ingin tahu. 3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. 4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan.

5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik.

Berdasarkan fungsi dari prestasi belajar yang telah disebutkan

diatas, maka dapat diketahui bahwa betapa pentingnya mengetahui prestasi

belajar siswa baik individual maupun kelompok. Hal tersebut disebabkan

karena prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam

bidang studi tertentu, tetapi juga berguna bagi guru yang bersangkutan

sebagai umpan balik dalam melaksanakan pembelajaran dikelas apakah

akan diadakan perbaikan dalam proses belajar mengajar ataupun tidak.

3) Batas Minimal Prestasi Belajar

Menetapkan batas minimum keberhasilan siswa berkaitan dengan

upaya pengungkapan hasil belajar. Ada beberapa alternatif norma

pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti proses belajar

mengajar. Di antara norma-norma pengukuran tersebut adalah sebagai

berikut :

1) Norma skala angka dari 0 sampai 10

2) Norma skala angka dari 0 sampai 100

Angka terendah yang menyatakan kelulusan/keberhasilan belajar

(passing grade) skala 0-10 adalah 5,5 atau 6, sedangkan untuk skala 0-100 adalah 55 atau 60 (Muhibbin Syah, 1999: 196-197).

4) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Baik dan buruknya prestasi belajar seorang siswa dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Menurut Muhibbin Syah (1995: 132) secara global,

faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi

tiga macam, yaitu :

a) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi

(28)

commit to user

b) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di

sekitar siswa.

c) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa

untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

Penjelasannya adalah sebagai berikut:

Pendekatan belajar, dapat dipahami sebagai segala cara atau

strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi

proses pembelajaran materi (Muhibbin Syah, 1995: 139).

Dalam penelitian ini, peneliti menerapkan penggunaan peta konsep

sebagai pendekatan belajar untuk meningkatkan prestasi belajar

kewarganegaraan materi Nilai-Nilai Pancasila.

b. Pendidikan Kewarganegaraan

1) Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang

memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan

mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi

warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang

diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Permendiknas No 22 tahun

2006 ).

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) pasal 39 menyebutkan bahwa, Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar yang berkenaan dengan hubungan antara warga negara dengan negara serta pendidikan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. Pada jenjang pendidikan tinggi, pendidikan bela negara diselenggarakan antara lain melalui pendidikan kewiraan.

(29)

commit to user

S. Sumarsono, dkk (2002: 6), menyebutkan bahwa Pendidikan

Kewarganegaraan yang berhasil akan menumbuhkan sikap mental bersifat

cerdas, penuh dengan rasa tanggung jawab dari peserta didik dengan

perilaku yang:

(1) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan

menghayati nilai-nilai falsafah bangsa.

(2) Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara.

(3) Bersikap rasional, dinamis dan sadar akan hak dan kewajiban

sebagai warga negara.

(4) Bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran Bela Negara.

(5) Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni

untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa dan negara.

“Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang tua, yang kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945”. (M. N. Sumantri, 2001: 299).

Udin S. Winataputra (2007), menyatakan bahwa “Pengertian

pendidikan kewarganegaraan sebagai citizenship education, secara substantif dan paedagogis didesain untuk mengembangkan warga negara yang cerdas dan baik untuk seluruh jalur dan jenjang pendidikan”.

(30)

commit to user

pendidikan kewarganegaraan dalam status pertama, kedua, ketiga, dan keempat. (Udin S. Winataputra, 2007).

Melalui Pendidikan Kewarganegaraan ini diharapkan mampu

untuk memahami, menganalisis dan menjawab masalah-masalah yang

dihadapi oleh masyarakat, bangsa dan negaranya secara

berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita dan tujuan nasional

seperti yang digariskan dalam pembukaan UUD 1945.

PKn atau Civic education yang diartikan sebagai mata pelajaran di sekolah merupakan pembelajaran yang tidak mencangkup pengalaman

belajar di sekolah tetapi juga diluar sekolah, sehingga PKn memiliki ruang

lingkup kajian yang luas. Rumusan definisi di bawah ini kiranya dapat

melukiskan ruang lingkup Civic Education.

Civic education includes and insolves those teaching, that type of teaching method; those student activities; those administrative and supervisory procedures which the school may ultilize purposively to make for better living together in the democratic way or (synonymously) to develop better in the behaviors

(Mahoney, 1995: 35 dalam Muhammad Nurman Sumantri, 2001: 283).

Rumusan tersebut memiliki arti bahwa pendidikan

kewarganegaraan terkait pengajaran yang meliputi metode mengajar,

aktivitas siswa, proses administratif dan pengawasan yang dimanfaatkan

sekolah dengan tujuan membuat kehidupan bersama lebih baik dalam cara

yang demokratis.

Maka dari berbagai pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu pendidikan yang

bertujuan untuk mendidik generasi muda agar menjadi warga negara yang

memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, yang berpartisipasi aktif

dalam rangka membangun sistem bangsa yang maju dan modern yang

(31)

commit to user

2) Sejarah dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

C.S.T. Kansil (2003, 8-14) menjelaskan perkembangan sejarah

pendidikan kewarganegaraan di Indonesia. Beliau menyebutkan bahwa

pelajaran civics dikenal di Indonesia sejak zaman Hindia Belanda dengan nama Burgerkunde. Pada saat itu terdapat dua buku yang berlainan isinya/materinya, yaitu:

a) Indische Burgerschapkunde, ditulis oleh P. Tromps dengan penerbitnya: J.B. Wolters Maatschappij N.V. Groningen, Den Haag,

Batavia tahun 1934.

b) Recht en Plicht (Indische Burgerschapkunde voor iedereen) karangan J.B. Vortman dengan penerbitnya G.C.T. van Dorp & Co. N.V.

(Derde, Herziene en Vermeerderdruk) Semarang - Surabaya –

Bandung tahun 1940.

Dari kedua buku tersebut dapat diketahui bahwa pada waktu zaman Hindia

Belanda belum terdapat kesatuan pendapat tentang materi Burgerkunde (civics).

Selanjutnya di tahun 1950, kedua buku tersebut menjadi buku

pegangan guru Civics di sekolah menengah atas. Namun dalam pelajaran

terurai, pelajaran tersebut tidak diberikan secara ilmu pengetahuan,

melainkan sebagai dasar yang berjiwa nasional serta kewarganegaraan

baik (good citizenship) dimana ilmu pengetahuan tata negara dan tata

hukum dan lain-lainnya bertalian.

Baru pada tahun 1955 ada buku tentang kewarganegaraan

berbahasa Indonesia, dengan judul “Inti Pengetahuan Warga Negara” yang

disusun oleh J.C.T. Simorangkir, Gusti Mayur dan Sumintarjo.

Istilah ’kewarganegaraan’ pada tahun 1961 diganti dengan istilah

’kewargaan negara’ atas prakarsa Saharjo. Hal tersebut dimaksudkan

untuk penyesuaian dengan pasal 26 ayat 2 UUD 1945 dan menitik

beratkan pada ‘warga’, yang mengandung pengertian akan hak dan

kewajibannya terhadap negara. Namun istilah tersebut baru dipakai pada

(32)

commit to user

tahun 1967, tanggal 28 Juni 1967. dengan buku pegangan resminya adalah

“Manusia dan masyarakat baru Indonesia” (Civics) yang disusun oleh

Supardo, M. Hutahuruk., dkk yang dicetak oleh Balai Pustaka.

Pelaksanaan Seminar Nasional Pengajaran dan Pendidikan Civics

(Civic Education) tahun 1972 di Tawangmangu, Surakarta, mendapat

ketegasan dan memberi batasan-batasan terhadap istilah yaitu Civics

diganti dengan Ilmu Kewargaan Negara sedangkan Civic Education

diganti dengan Pendidikan Kewargaan Negara yang bertujuan membina

warga negara yang lebih baik menurut syarat-syarat, kriteria dan ukuran,

ketentuan-ketentuan Pembukaan UUD 1945 dan UUD 1945.

Selanjutnya, Udin S. Winataputra (2007) menyebutkan bahwa

dalam Kurikulum tahun 1975 untuk semua jenjang persekolahan yang

diberlakukan secara bertahap mulai tahun 1976 dan kemudian

disempurnakan pada tahun 1984, sebagai pengganti mata pelajaran

Pendidikan Kewargaan Negara mulai diperkenalkan mata pelajaran

Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang berisikan materi dan pengalaman

belajar mengenai Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4)

atau "Eka Prasetia Pancakarsa". Sedangkan dalam Kurikulum

persekolahan tahun 1994 diperkenalkan mata pelajaran Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) yang berisikan materi dan

pengalaman belajar yang diorganisasikan secara spiral/artikulatif atas

dasar butir-butir nilai yang secara konseptual terkandung dalam Pancasila.

Kini pada era reformasi pasca jatuhnya sistem politik Orde Baru

yang diikuti dengan tumbuhnya komitmen baru kearah perwujudan

cita-cita dan nilai demokrasi konstitusional yang lebih dinamis, Pendidikan

Kewarganegaraan dipandang sebagai mata pelajaran yang memfokuskan

pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu

melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara

Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh

Pancasila dan UUD 1945 (Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah,

(33)

commit to user

Cogan dan Winataputra dalam Fadliyanur (2008), mengemukakan bahwa dewasa ini Pendidikan Kewarganegaraan atau civic education, telah mengalami perkembangan yang signifikan, dimana civic education atau PKn yang diartikan sebagai mata pelajaran PKn di persekolahan, telah bergerak menjadi citizenship education atau education for citizenship, yang berarti bahwa PKn merupakan pembelajaran yang tidak hanya mecakup pengalaman belajar di sekolah saja tetapi juga melibatkan pengalaman belajar di luar sekolah, seperti di lingkungan keluarga, dalam organisasi kemasyarakatan, organisasi keagamaan, media dan sebagainya. Sehingga dengan demikian pembelajaran PKn memiliki arti yang lebih luas.

“Tujuan utama Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk

menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku

yang cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan bangsa, Wawasan

Nusantara, serta Ketahanan Nasional dalam diri para warga negara”. (S.

Sumarsono, dkk, 2002: 4).

Sedangkan Zamroni dikutip oleh Fadliyanur (2008) berpendapat

bahwa “Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang

bertujuan untuk mempersiapkan masyarakat berpikir kritis, dan bertindak

demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi

baru”.

Melalui pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan “Agar warga Negara memiliki wawasan kesadaran bernegara untuk bela Negara dan memiliki pola pikir, pola sikap dan perilaku sebagai pola tindak yang cinta tanah air berdasarkan pancasila. Semua itu diperlukan demi tetap utuh dan tegaknya NKRI”. (Sumarsono dkk, 2002: 3).

3) Pendidikan Kewarganegaraan Persekolahan

Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (UUSPN), yang antara lain Pasal 37, menggariskan adanya

Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai bahan

kajian wajib kurikulum semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan.

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata

pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang

(34)

commit to user

menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter

yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Permendiknas No. 22

Tahun 2006).

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menghadapi isu kewarganegaraan

2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti korupsi

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi

(Permendiknas No. 22 tahun 2006).

Permendiknas No. 22 tahun 2006 menyebutkan bahwa ruang

lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah

Menengah Pertama (SMP) meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam

perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia,

Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia,

Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara

Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan.

2. Norma hukum dan peradilan, meliputi: Tertib dalam kehidupan

keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat,

Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa

dan bernegara, Sistem hukum dan peradilan nasional, Hukum dan

Peradilan nasional.

3. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan

kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional

HAM, Pemajuan, Penghormatan dan perlindungan HAM

4. Kebutuhan warga Negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri

(35)

commit to user

mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri,

Persamaan kedudukan warga negara

5. Konstitusi negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi

yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di

Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi

6. Kekuasaan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan,

Pemerintahan desa dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan

sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat

madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi

7. Pancasila meliputi: Kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan

ideologi negara, Proses perumusan pancasila sebagai dasar negara,

Pengamalan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari,

Pancasila sebagi ideologi terbuka.

8. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri

Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan

Internasional dan Organisasi Internasional, dan Mengevaluasi

globalisasi.

2. Peta Konsep

a. Pengertian Peta Konsep

Menurut Martinis Yamin (2006: 118) “Peta konsep adalah menyatakan

hubungan-hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk

proposisi-proposisi”. Proposisi-proposisi merupakan dua atau lebih

konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantic. Dalam

kata yang kita buat terdiri dari satu kata yang dapat dihubungkan antara satu

dengan yang lainya sehingga membentuk proposisi. Menurut Novak dan

Gowin (Paul Suparno, 1997 : 56) “ Peta konsep adalah suatu bagan skematis

untuk menggambarkan suatu rangkaian pernyataan”. Oleh karena belajar akan

bermakna lebih mudah berlangsung bila konsep-konsep baru berkaitan pada

konsep yang lebih inklusif, maka peta konsep harus disusun secara hierarki.

(36)

commit to user

kebawah konsep-konsep diurutkan menjadi lebih khusus. Setiap peta konsep

memperlihatkan kaitan-kaitan konsep yang bermakna bagi orang yang

menyusunnya.

Peta konsep merupakan strategi atau cara dalam mendesain materi

(content) pelajaran. Pada wujud fisiknya, peta konsep sebagai desain materi memiliki 4 karakteristik (Hizam Zaini, 2002) yaitu :

1) Memiliki konsep atau ide pokok atau kata kunci

2) Memiliki hubungan yang mengaitkan antara satu konsep dengan konsep

lain.

3) Memiliki label yang membunyikan arti hubungan yang mengaitkan antar

konsep tersebut.

4) Desain itu berwujud sebuah diagram atau peta yang merupakan satu

bentuk representasi konsep-konsep dari materi pembelajaran.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa peta konsep merupakan

suatu strategi yang digunakan oleh guru untuk membantu siswa

mengorganisasikan konsep pelajaran yang berdasarkan arti dan hubungan

antara komponennya. Peta konsep merupakan suatu gambar yang tersusun

atas konsep-konsep yang saling berkaitan sebagai hasil dari pemetaan konsep.

Peta konsep menggambarkan jalinan antar konsep yang dibahas dalam bab

yang bersangkutan. Konsep dinyatakan dalam bentuk istilah atau label konsep.

Dan konsep-konsep dijalin secara bermakna dengan kata-kata penghubung

sehingga dapat membentuk proposisi.

b. Ciri-ciri Peta Konsep

Menurut Martinis Yamin (2006: 125) Ciri-ciri peta konsep dapat

diuraikan sebagai berikut :

1) Peta konsep adalah suatu cara untuk mempelihatkan konsep-konsep dan

proposisi-proposisi suatu bidang studi kepada siswa, sehingga siswa

melihat bidang studi yang diperlihatkan tersebut menjadi lebih bermakna

dan lebih jelas.

2) Suatu peta konsep merupakan suatu gambaran dua dimensi dari suatu

(37)

commit to user

proporsional antara konsep-konsep dan dengan demikian hanya

memperlihatkan gambar satu dimensi saja. Peta konsep bukan hanya

mengambarkan konsep-konsep yang penting, tetapi juga menghubungkan

antar konsep-konsep itu.

3) Ciri ketiga adalah mengenai cara menyatakan hubungan antara

konsep-konsep. Tidak semua konsep mempunyai bobot yang sama. Ini berarti,

bahwa ada beberapa konsep mempunyai bobot yang sama. Hal ini berarti

ada beberapa konsep yang lebih inklusif daripada konsep-konsep yang

lain. Jadi,dalam peta konsep hal-hal yang paling inklusif berada dalam

puncak, lalu menurun sehingga sampai pada konsep-konsep yang lebih

khusus.

4) Ciri keempat adalah tentang hierarki. Bila dua atau lebih konsep

digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih inklusif terbentuklah suatu

hierarki pada konsep itu.

c. Teknik MenyusunPetaKonsep

Peta konsep memegang peranan penting dalam belajar bermakna.

Karena itu hendaknya setiap siswa dapat menyusun peta konsep untuk

meyakinkan, bahwa pada siswa itu telah berlangsung belajar bermakna. (

Ratna Wilis Dahar, 1989 : 126).

Menurut Rusmansyah (2003 : 353-354) dalam Jurnal Pendidikan dan

Kebudayaan beberapa langkah yang harus diikuti untuk membuat peta konsep

dengan benar, adalah sebagai berikut :

1) Memilih dan menentukan suatu bahan bacaan. Bahan bacaan dapat dipilih

dari buku pelajaran atau bahan bacaan lain, seperti buku catatan atau LKS.

2) Menentukan konsep-konsep yang relevan. Mengurutkan konsep-konsep itu

dari yang paling umum ke yang tidak umum (khusus) atau contoh-contoh.

3) Menyusun atau menuliskan konsep-konsep itu di atas kertas. Memetakan

konsep-konsep itu berdasarkan criteria : konsep yang paling umum di

puncak, konsep-konsep yang berada pada tingkatan paling abstraksi yang

sama diletakkan sejajar satu sama lain, konsep yang lebih khusus di bawah

(38)

commit to user

4) Menghubungkan konsep-konsep itu dengan kata penghubung tertentu

untuk membentuk proposisi dan garis penghubung.

5) Jika peta sudah selesai, perhatikan kembali letak konsep-konsepnya dan

kalau perlu diperbaiki atau disusun kembali agar menjadi lebih baik dan

berarti.

Dalam proses belajar dengan strategi peta konsep dilaksanakan diskusi

kelompok, sehingga ide-ide yang terkumpul dalam diskusi dapat dituangkan

dalam peta konsep. Belajar dengan diskusi kelompok adalah metode mengajar

dengan mengkondisikan peserta didik dalam suatu group/ kelompok sebagai

satu kesatuan dan diberikan tugas untuk dibahas dalam kelompok tersebut.

Menurut Moedjiono dalam Mulyani sumantri dan Johar Permana (2001), “

Metode kerja kelompok adalah format belajar yang menitikberatkan kepada

interaksi antara anggota yang lain dalam suatu kelompok guna menyelesaikan

tugas-tugas belajar secara bersama-sama”.

Peta konsep menggambarkan jalinan antar konsep yang dibahas dalam

bab materi yang bersangkutan yaitu materi nilai-nilai pancasila. Konsep

dinyatakan dalam bentuk label konsep atau istilah. Konsep-konsep dijalin

secara bermakna dengan kata-kata penghubung sehingga dapat membentuk

proposisi. Satu proposisi mengandung dua konsep dan kata penghubung.

Konsep yang satu mempunyai cakupan yang lebih luas daripada konsep yang

lain. Dengan kata lain konsep yang satu lebih inklusif daripada konsep yang

lain.

d. ManfaatPetaKonsep

Menurut Martinis Yamin dan Maisah (2009: 179-180), peta konsep

bermanfaat untuk :

1) Membantu guru mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang suatu

topik sebelum kelas mulai mengerjakannya, sehingga guru dapat

merencanakan urutan pembelajaran selanjutnya.

2) Menyediakan suatu titik tolak untuk diskusi antar siswa guna memperjelas

pengertian mereka. Untuk maksud ini, siswa akan ditempatkan didalam

(39)

commit to user

3) Memberi umpan balik tentang sejauh mana siswa sudah memahami topik

itu. Untuk maksud ini, peta konsep diselesaikan sebagai kegiatan terakhir

dalam urutan pengajaran suatu topik.

4) Mengaitkan gagasan-gagasan dan pengertian yang dikembangkan dalam

suatu kegiatan dengan apa yang mereka pelajari dalam kegiatan lain.

Menurut Ratna Wilis Dahar (1989: 130-132), ada beberapa manfaat

dari peta konsep, antara lain :

1) Guru dapat mengetahui seberapa jauh pengetahuan siswa mengenai pokok

bahasan yang diajarkan. Hal itu kemudian dijadikan titik tolak

pengembangan pelajaran selanjutnya.

2) Bagi siswa sendiri, pemetaan konsep berfungsi untuk menolong dirinya

belajar bagaimana caranya belajar bermakna itu.

3) Dapat mengungkapkan konsepsi salah yang terjadi pada siswa, yang

biasanya timbul karena terdapat kaitan antara konsep-konsep yang

mengakibatkan preposisi yang salah.

4) Dapat digunakan sebagai alat evaluasi berdasarkan ide dalam teori kognitif

Ausubel, yaitu :

a) bahwa struktur kognitif seseorang itu duatur secara hierarkis dengan

konsep-konsep dan preposisi yang lebih inklusif, superordinat

terhadap konsep dan preposisi yang kurang inklusif.

b) Konsep-konsep dalam struktur kognitif mengalami diferensiasi

progresif, yaitu bahwa belajar bermakna merupakan proses

berkesinambungan dimana konsep-konsep baru memperoleh lebih

banyak makna dengan dibentuknya lebih banyak kaitan proporsional.

c) Belajar bermakna akan meningkat bila siswa menyadari kaitan-kaitan

konsep diantara kumpulan konsep atau proposisi yang berhubungan.

Berkaitan dengan mendesain materi pelajaran, teknik peta konsep

memberi manfaat sebagai berikut (Hizam Zaini, 2002: 63-65) ;

a. Peta konsep sesuai dengan karakteristiknya memberi visualisasi

konsep-konsep baik utama dan pendukung yang telah terstruktur kedalam suatu

(40)

commit to user

mampu memberi gambaran utuh akan saling berhubungan antara satu

konsep/kata kunci dengan konsep/kata kunci lainya.

b. Gambar konsep-konsep itu menunjukkan bentuk hubungan antara satu

sama lain; mungkin linier, vertikal, satu arah, dua arah yang bertolak

belakang, mungkin garis tidak putus yang menunjukkan hubungan intensif

dan garis putus-putus yang menunjukkan hubungan yang jarang.

c. Peta konsep memberi bunyi hubungan yang dinyatakan dengan kata-kata

untuk menjelaskan bentuk-bentuk hubungan antara satu konsep dengan

konsep lain. Kata yang menghubungkan ini disebut label yang umumnya

berupa kata kerja.

Peta konsep sebagai refleksi upaya pemahaman seseorang dalam bentuk diagram memungkinkan untuk dapat dievaluasi secara efisien oleh dirinya sendiri atau oleh orang lain. Penggunaan peta konsep sebagai alat untuk evaluasi seseorang terhadap pemahamanya (alur pikirnya) sendiri disebut sebagai strategi metakognisi (Novak, 1999). Melalui peta konsep, seseorang dapat memantau kesalahan konsep dan kesulitan pemahaman yang mungkin terjadi sehingga dapat diperbaiki. Menurut Mason (1992), penggunaan peta konsep sebagai alat refleksi pemahaman dapat meningkatkan kualitas pembelajaran (Diah Aryulina, 2003: 99).

Beberapa penelitian yang dikutip Diah Aryulina (2003: 99) yang

berkaitan dengan teknik peta konsep menunjukkan bahwa penggunaan

peta konsep dalam proses belajar dapat meningkatkan daya ingat dan

pemahaman yang terpadu sehingga hasil belajar meningkat (Aryulina,

1999; brisco dan La Master, 1991; Dahar dan Liliasari, 1993).

Dengan menggunakan peta konsep dalam pembelajaran maka

dapat diperkirakan kedalaman dan keluasan konsep yang perlu diajarkan

kepada siswa. Kaitan konsep yang satu dengan konsep yang lain bagi

siswa merupakan hal yang terpenting dalam belajar, sehingga apa yang

dipelajari oleh siswa akan lebih bermakna, lebih mudah diingat dan lebih

(41)

commit to user

Berdasarkan hal itu pula maka peta konsep dapat digunakan

ataupun dilakukan pada saat :

a. Awal sebelum kegiatan inti pembelajaran dilakukan.

b. Kegiatan inti pembelajaran berlangsung.

c. Akhir kegiatan inti pembelajaran.

Penggunaan di awal pelajaran dimaksudkan untuk mengetahui

sejauh mana siswa menguasai konsep yang akan dipelajari. Penggunaan

ini juga mendukung teori belajar konstruktivisme. Bahwa pengetahuan awal yang dimiliki dan mampu diidentifikasi akan dapat membangun

pengetahuan barunya secara utuh.

Penggunaan pada saat kegiatan inti pembelajaran sekaligus dapat

menjadi strategi pembelajaran aktif pada siswa. Misalnya meminta siswa

baik secara individu maupun kelompok mengidentifikasi konsep-konsep.

Metode mengajar yang dapat digunakan antara lain penugasan, kerja

kelompok, latihan dan demonstrasi. Dalam hal ini peta konsep selain dapat

digunakan sebagai strategi selama proses pembelajaran, dapat pula

digunakan sebagai media pembelajaran.

Penggunaan pada akhir kegiatan inti menjadikan peta konsep

merupakan salah satu tehnik penilaian. Peta konsep dapat digunakan

sebagai salah satu strategi menilai proses atau hasil pembelajaran. Dalam

hal ini digunakan sebagai strategi penilaian kecakapan berfikir sintesis

kreatif ( Hisyam Zaini, dkk. 2002: 98 ).

e. Kelebihan Dan Kekurangan Peta Konsep

Menurut Mohamad Amin ( 1988: 34-35 ), ada beberapa kelebihan dan

kekurangan dari strategi peta konsep dalam pembelajaran bermakna yaitu :

1) Kelebihan Peta Konsep

a) Untuk menyelidiki apa yang telah diketahui siswa.

b) Digunakan untuk mempelajari bagaimana cara belajar siswa sudah

benar atau belum.

c) Dapat digunakan untuk mengungkap konsepsi yang salah.

(42)

commit to user

2) Kekurangan Peta Konsep

a) Tidak semua pokok bahasan dapat disajikan dengan peta konsep.

b) Lebih menonjolkan kerja secara individual.

Berikut ini diberikan contoh peta konsep materi pokok nilai-nilai

pancasila yang disajikan pada gambar 1 :

Gambar 1. Peta Konsep Materi Nilai-Nilai Pancasila

3. Materi Pokok Nilai-Nilai Pancasila

Materi pokok nilai-nilai pancasila terdiri atas sub pokok materi sebagai

berikut :

a. Pancasila

1). Pengertian Pancasila

Secara etimologis atau tinjauan dari asal-usul kata, istilah Pancasila

berasal dari bahasa Sanskerta, dari kata panca dan sila. Panca artinya lima,

(43)

commit to user

Terdapat beberapa pendapat tentang arti Pancasila. Menurut Ir.

Sukarno, Pancasila adalah jiwa bangsa Indonesia yang turun temurun

sekian abad lamanya. Menurut Prof. Dr. Notonegoro, Pancasila adalah

dasar filsafat negara Indonesia. Sedangkan menurut penjelasan Panitia

Lima, Pancasila adalah lima asas yang merupakan ideologi negara, maka

kelima sila itu merupakan kesaruan yang tidak dapat dipisahkan satu sama

lain. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Pancasila adalah dasar

falsafah atau landasan negara Indonesia yang terdiri dari lima asas, di

mana antara sila yang satu dengan yang lain merupakan satu kesatuan

yang tidak dapat dipisah-pisahkan.

Isi rumusan formal Pancasila yang resmi seperti yang tercantum

dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Tata susunan atau

sistematika, tata tulis, dan cara pengucapan Pancasila ditegaskan dengan

Instruksi Presiden No. 12 Tahun 1968, yaitu sebagai berikut.

1. Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Kemanusian yang adil dan beradab.

3. Persatuan Indonesia.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/ perwakilan.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sedangkan dari segi nilai-nilai yang terkandung di dalamnya,

Pancasila merupakan kristalisasi perilaku bangsa Indonesia yang sudah

mengakar atau membudaya dalam kehidupan bangsa Indonesia. Jadi,

munculnya nilai-nilai Pancasila bersamaan dengan adanya bangsa

Indonesia.

Nilai-nilai tiap sila dalam Pancasila tersebut dapat digambarkan sebagai

berikut.

a. Sila I: nilai keimanan, ketakwaan, menghormati antarpemeluk agama,

tawakal.

b. Sila II: tenggang rasa, menghargai orang lain, menjunjung tinggi

(44)

commit to user

c. Sila III: persatuan, kekeluargaan, kerja sama, rela berkorban, cinta

tanah air.

d. Sila IV: musyawarah, rembuk bersama, tidak memaksakan kehendak,

demokratis.

e. Sila V:nilai-nilai adil, saling membantu, sederhana, bekerja keras.

2). Sejarah Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara

Istilah Pancasila, sudah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit.

Hal ini, dibuktikan dalam buku Negarakertagama karangan Empu

Prapanca dan buku Sotasoma karangan Empu Tantular. Dalam buku

tersebut tercantum istilah Pancasila yang berarti berbatu sendi yang lima,

yang disebut Panca Krama atau lima pelaksanaan kesusilaan. Berikut lima

kesusilaan tersebut.

a. Tidak boleh melakukan kekerasan.

b. Tidak boleh mencuri.

c. Tidak boleh dengki.

d. Tidak boleh berbohong.

e. Tidak boleh mabuk (minum minuman keras).

Pada tanggal 29 April dibentuk BPUPKI dan pada tanggal 28 Mei

1945 Dr. Radjiman Widyodiningrat dilantik sebagai ketua BPUPKI.

BPUPKI mengadakan dua kali persidangan:

a. Sidang pertama (29 Mei – 1 Juni 1945)

b. Sidang kedua (10 – 17 Juli 1945)

Acara pokok sidang pertama adalah menyusun dasar negara

Indonesia merdeka. Di sana disampaikan tiga usulan dasar negara, yaitu:

a. Prof. Mr. Moh. Yamin

Tanggal 29 Mei 1945 dalam pidatonya mengajukan lima asas dasar

negara.

1. Peri Kebangsaan.

2. Peri Kemanusiaan.

3. Peri Ketuhanan.

(45)

commit to user

5. Kesejahteraan Sosial.

Beliau menyampaikan juga usulan tertulis.

1. Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Kebangsaan Persatuan Indonesia.

3. Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan / Perwakilan.

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

b. Prof. Dr. Mr. Soepomo

Dalam pidatonya pada tanggal 31 Mei 1945, Soepomo

mengemukakan lima asas dasar negara.

1. Paham Negara Persatuan.

2. Perhubungan Negara dan Agama.

3. Sistem Badan Permusyawaratan.

4. Sosialisasi Negara.

5. Hubungan Antarbangsa yang Bersifat Asia Timur Raya.

c. Ir. Soekarno

Pada tanggal 1 Juni 1945, Soekarno berpidato dan mengajukan

lima sila dasar negara yang diberi nama Pancasila.

1. Kebangsaan Indonesia.

2. Peri Kemanusian atau Internasionalisme.

3. Mufakat atau Demokrasi.

4. Kesejahteraan Sosial.

5. Ketuhanan yang Berkebudayaan.

Setelah melalui proses pembahasan selama persidangan, pada

tanggai 1 Juni 1945 BPUPKI mengambil keputusan sebagai berikut.

a. Pancasila sebagai nama dasar negara Indonesia merdeka (isi

rumusannya belum memperoleh kesepakatan, sehingga masih dibahas

sidang selanjutnya).

b. Dibentuk Panitia Sembilan yang bertugas mengolah dan merumuskan

(46)

commit to user

Panitia Sembilan terdiri dari Ir. Sukarno, Drs. Moh. Hatta, Mr.

Moh. Yamin, Mr. Ahmad Soebardjo, Mr. A. A. Maramis, Wachid Hasim,

H, Agus Salim, Abdul Kahar Muzakhar, dan Abi Kusno Tjakrosujoso.

Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan menyampaikan hasil

rumusannya, yaitu Piagam Jakarta.

1. Ketuhanan dengan Kewajiban Menjalankan Syariat Islam bagi

Pemeluk-Pemeluknya.

2. Kemanusian yang Adil dan Beradab.

3. Persatuan Indonesia.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan / Perwakilan.

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Setelah melalui pembahasan oleh para tokoh nasional, selanjutnya

secara formal ancasila disahkan sebagai dasar negara Indonesia pada

tanggal 18 Agustus 1945.

3). Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

Dasar negara Indonesia, yaitu Pancasila yang disahkan pada

tanggal 18 Agustus 1945. Pancasila tidak hanya sebagai dasar negara,

tetapi juga merupakan ideologi bangsa dan negara. Selain itu, Pancasila

merupakan pandangan hidup bangsa, kepribadian bangsa, perjanjian luhur

bangsa, dan sebagai sumber hukum nasional yang sekaligus menjadi

tujuan bangsa. Dengan demikian, fungsi Pancasila meliputi hal-hal betikut.

a. Sebagai Dasar Negara

Artinya Pancasila sebagai landasan atau dasar dalam penyelenggaraan

pemerintahan atau negara. Fungsi ini sesuai dengan pernyataan yang

termuat di dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat.

b. Sebagai Ideologi Negara

Pancasila merupakan paham yang dianut bangsa Indonesia dalam

perjuangan mengisi kemerdekaan, menuju kehidupan yang

dicita-citakan (yang ideal). Ideologi tersebut akan memengaruhi cara berpikir

Gambar

Tabel 1. Waktu Penelitian .............................................................
Gambar 1. Peta Konsep Materi Pokok Nilai-nilai Pancasila ............. 23
Gambar 1. Peta Konsep Materi Nilai-Nilai Pancasila
Gambar 2. Skema Kerangka Berpikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari data yang diperoleh mengenai gambaran variabel bebas, bahwa kegiatan koordinasi yang efektif dilakukan sebesar 72,35% artinya kepala perpustakaan cukup

Maka bentuk yang digunakan yaitu One-Shot Case Study karena terdapat 2 kelompok yang akan diberikan perlakuan, dan selanjutnya dianalisis sesuai variabel

Analisis Kesalahan Tata Bahasa Pada Tulisan Esai Argumentasi Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Merubah naupun menhapus banyak dokunen adalah opcrasr yang nahal dalam sebuah inv"rzd ind6 Dtil:,ana biayanya dalan O(n) dengan n adalah ukuran dari koleksi

Sehubungan dengan Masa Sanggah Hasil Lelang telah berakhir, dengan ini kami mengundang perusahaan Saudara guna mengikuti Acara Klarifikasi dan Negosiasi Teknis dan

Maka kursus Budaya dan Masyarakat di Sabah amat perlu kepada semua pelajar FKSW supaya mereka mempelajari dan memahami peranan budaya pelbagai etnik dalam

Saat ini penggunaan PLC telah menggantikan piranti kontrol konvensional di industri karena kelebihan yang dimilikinya, diantaranya adalah fleksibel, deteksi dan koreksi kesalahan

[r]