TUGAS AKHIR
PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI TENTANG
PERANAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK DALAM ADMINISTRASI PERPAJAKAN
DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM
DISUSUN OLEH
NAMA : DESTRI MUSRIANI SIREGAR NIM : 072600051
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menamatkan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Laporan Tugas Akhir ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan study pada Program Studi D III
Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya
kepada Ayahanda Mustanuddin Siregar dan Ibunda Suriani Lubis,Spd tersayang yang
telah membimbing dengan penuh cinta dan kasih sayang, yang telah memberikan
perhatiannya dari kecil serta memenuhi segala keperluan baik secara moril maupun
materil. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Kakak ku tersayang
dr.Mustika Warni Siregar, Abang Ipar yang baru bergabung Syamruddin
Pulungan,ST ,Teti ku yang cerewet tapi baik hati Evi Rosalindah Siregar , en Adik ku
tercinta Mulya Abdi Syahputra Siregar terima kasih atas dukungannya dan
semangatnya
Dalam proses penyusunan Laporan Tugas Akhir ini penulis telah banyak
menerima bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini
1. Bapak Prof.DR.M.Arif Nasution,MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Drs.M.Husni Thamrin Nasution, M.Si selaku Ketua Jurusan Program
Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
3. Ibu Dra.Elita Dewi,M.Sp selaku dosen pembimbing yang sangat banyak
memberikan masukan dan arahan bagi penulis.
4. Seluruh dosen dan staff Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
5. Bapak Kepala KPP Pratama Lubuk Pakam dan seluruh Pegawai di KPP
Pratama Lubuk Pakam yang sangat baik yang telah membantu dalam
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
6. Teman-Teman Spayss (Dafhi, Dita, Keke en Anita), kita udah sama-sama
selama 3 tahun kalian memang teman sempurna yang allah pernah berikan
• Bwt dafhi yang agak sedikit (sok) lucu en cerewet yang suka nelpon pagi-pagi jd tdr ku sering tergangu, makasih udh mau nemenin/nginap
dirumah kalo lagi nggak ada orang, makasih tumpanganya selama
PKL dipakam.
• Bwt dita atau didit teman ku yang paling baek en paling pendiem, makasih udah banyak nolong dalam nulis tugas akhir ni, makasih juga
dah mau denger unek-unek ku kalo lagi marah.
• Bwt keke ‘rondol’ yang menurut ku paling dewasa, makasih banyak udah sering ngasih nasehat en smangat. Hidup Vierrania!!!
7. Buat achel, pengalaman waktu inisiasi tax 09 tidak akan terlupa khan
emeeenn!!!, nita nst, icha en erni juga slalu menyenangkan kalo sama
kalian…
8. Buat semua teman-teman Tax ‘B’ 07 yang lucu-lucu en kompak abis,Juga
teman-teman dari kelas sebelah Tax ‘A’ & ‘ C ’ yang nggak bisa disebutkan
satu-satu, makasih perjuangan sama-samanya slama 3 tahun ni.
9. Buat sepupu-sepupu ku, siti makasih dah mau nemani ngetik ampe larut
malam, dheni yang udh ngasi smangat en b’rajab atas traktiran en doanya.
10.Dan terakhir buat semua pihak yang banyak membantu dalam penulisan
laporan tugas akhir ini.
Ada pepatah yang mengatakan tak ada gading yang tak retak, penulis menyadari
masih banyak kekurangan yang terdapat dalam laporan ini yang disebabkan
karena kesilapan atau karena keterbatasan pengetahuan penulis . untuk itu penulis
mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan.
Medan, juni 2010
DAFTAR ISI Kata Pengantar
Daftar Isi ... i
Bab I Pendahuluan ... 1
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 3
C. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 5
D. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 5
E. Metode Pengumpulan Data ... 7
F. Sistematika Penulisan ... 7
Bab II Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ... 9
A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ... 9
B. Visi Dan Misi... 11
C Struktur Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ... 12
Bab III Gambaran Data Praktik ... 15
A. Pengertian Pajak ... 15
B. Fungsi Pajak ... 15
C. Pengertian Wajib Pajak ... 16
D. Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak ... 17
E. Dasar Hukum Nomor Pokok Wajib Pajak ... 18
F. Format Nomor Pokok Wajib Pajak ... 19
G. Fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak ... 20
H Manfaat Nomor Pokok Wajib Pajak ... 21
I. Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak Serta Pelaporan dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ... 22
J. Perubahan Data Wajib Pajak ... 24
K. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak ... 27
L. Sanksi Nomor Pokok wajib Pajak ... 28
M. Hak dan Kewajiban Setelah Memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak………..30
Bab IV Analisa Dan Evaluasi ... 36
A. Peranan Nomor Pokok Wajib Pajak Dalam Administrasi Perpajakan ... 36
B. Peranan Nomor Pokok wajib Pajak Bagi Wajib Pajak ... 38
C. Upaya-upaya Yang Dilakukan Direktorat Jendral Pajak Untuk Meningkatkan Jumlah Wajib Pajak ... 39
C. Upaya Peningkatan Jumlah Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Prtama Lubuk Pakam ... 40
Bab V Kesimpulan Dan Saran ... 45
A. Kesimpulan ... 45
B. Saran ... 47
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Berdasarkan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang mengacu pada
Pasal 1 Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2007 Pajak adalah kontribusi wajib
kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Definisi pajak tersebut merupakan deskripsi dari pembayaran pajak yang merupakan
perwujudan kewajiban kenegaraan dan peran serta masyarakat selaku wajib pajak
untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk
pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Sesuai falsafah Undang-Undang
perpajakan, membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, akan tetapi
merupakan hak dari setiap warga negara untuk ikut berpartisipasi dan berperan serta
terhadap pembiayaan negara dan pembangunan nasional (Mardiasmo , 2009 : 19).
Target pendapatan negara dari sektor perpajakan setiap tahunnya terus
ditingkatkan oleh pemerintah Indonesia, hal ini disebabkan oleh beban pemerintah
yang semakin bertambah seperti belanja negara yang terus meningkat setiap
tahunnya, angka kemiskinan yang terus bertambah, nilai subsidi yang juga
masalah lainnya yang memicu pemerintah untuk bekerja ekstra keras agar mampu
meningkatkan pendapatan negara terutama di sektor perpajakan yang saat ini
merupakan sektor utama yang paling diandalkan oleh pemerintah sebagai sumber
penerimaan kas negara yang paling utama.
Dalam rangka mengoptimalkan pendapatan pada sektor perpajakan,
dukungan serta peran aktif masyarakat sebagai warga negara sangat dibutuhkan,
mengingat masyarakat merupakan peran serta utama sebagai wajib pajak yang
merupakan faktor yang vital terwujudnya pendapatan pajak yang optimal.
Dalam mewujudkan peran aktif masyarakat sebagai wajib pajak, maka
pemerintah telah mengadakan reformasi birokrasi terhadap sistem perpajakan di
Indonesia dalam bentuk pemberlakuan Self Assesment System yaitu masyarakat diberi
kepercayaan untuk dapat menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah
pajak yang terutang. Terkait dengan hal tersebut maka wajib pajak mempunyai
kewajiban untuk mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak untuk diberikan
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang berfungsi sebagai sarana dalam memulai
proses awal administrasi perpajakan karena didalamnya terdapat nomor yang
merupakan identitas setiap wajib pajak yang tentunya akan dipakai dalam setiap
kegiatan dan dokumen perpajakan.
Meningkatkan NPWP sangatlah penting dalam dunia perpajakan, tetapi
dalam kenyataannya banyak wajib pajak yang tidak mendaftarkan diri untuk
memperoleh NPWP, hal ini terjadi disebabkan karena wajib pajak kurang menyadari
pendaftaran diri untuk memperoleh NPWP, maka untuk itu diperlukan peran dari
masyarakat dan Kantor Pelayanan Pajak sebagi instansi pemerintah yang berperan
aktif dalam menjalankan kegiatan dan aktifitas perpajakan.
Berdasarkan uraian diatas maka untuk pembuatan Laporan Tugas Akhir
penulis tertarik untuk mengambil judul “ PERANAN NOMOR POKOK WAJIB
PAJAK DALAM ADMINISTRASI PERPAJAKAN DI KANTOR
PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM.”
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri
1.Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan Praktik kerja
Lapangan Mandiri yaitu
1. untuk mengetahui peran dari NPWP dalam administrasi perpajakan
2. untuk mengetahui hak dan kewajiban wajib pajak setelah memperoleh
NPWP
3. untuk mengetahui upaya yang dilakukan fiskus dalam meningkatkan
NPWP
2.Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Bagi Mahasiswa
a) Untuk Mengembangkan ilmu yang diperoleh dibangku perkuliahan
khususnya di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
b) Guna mendorong mahasiswa untuk belajar mengetahui situasi dunia kerja
dan menjadikan mahasiswa sebagai tenaga ahli dalam bidang perpajakan
c) Untuk menciptakan dan menumbuh kembangkan rasa tanggung jawab,
profesionalisme serta kedisiplinan dalam dunia kerja
d) Secara akademis penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan dan
wawasan mahasiswa tentang ilmu perpajakan
Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam
a) Sebagai sarana untuk mempererat hubungan yang positif antara Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dengan lembaga pendidikan
Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara
b) Mendorong pemunculan ide – ide dan pemikiran baru
c) Mempromosikan citra aparat pajak yang baik kepada masyarakat
Bagi Universitas Sumatera Utara
a) Meningkatkan hubungan kerja sama Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Lubuk Pakam
b) Membuka interaksi antara dosen dengan instansi pemerintahan
C.Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun yang menjadi ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri yaitu
melakukan pengumpulan data yang menyangkut peranan NPWP dalam administrasi
perpajakan yang dimulai dari:
1. peranan NPWP dalam administrasi perpajakan
2. hak dan kewajiban pajak setelah memperoleh NPWP
3. upaya yang dilakukan fiskus untuk meningkatkan jumlah wajib pajak
D.Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta perolehan informasi sesuai
dengan metode yang digunakan maka tahapannya adalah sebagai berikut
1. Tahapan Persiapan
Pada tahapan ini penulis melakuakan persiapan yang dimulai dari
a) pengajuan judul kepada Ketua Program Studi Diploma III Administrasi
Perpajakan,
b) persetujuan penentuan judul tempat Praktek Kerja Lapangan Mandiri oleh
Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan,
c) penyusunan proposal Praktik Kerja Lapangan Mandiri
d) memohon surat pengantar Praktik Kerja Lapangan Mandiri
2. Studi Lituratur
Penulis mengumpulkan data – data yang menyangkut masalah yang
Internet, Undang-Undang, artikel ilmiah maupun literatur yang berhubungan
dengan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
3. Observasi Lapangan
Melakukan pengamatan secara langsung dengan mengikuti Praktik
Kerja Lapangan Mandiri di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam
untuk mengetahui keadaan kinerja pada kantor tersebut dan untuk
mendapatkan gambaran mengenai masalah yang akan diteliti
4. Pengumpulan Data
1) Data Primer
Yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber yang berkompeten
memahami permasalahan.
2) Data Sekunder
Data yang diperoleh dari buku, Undang-Undang yang digunakan sebagai data
tambahan.
5. Analisis Data dan Evaluasi
Kegiatan Studi yang dilakukan dengan cara menganalisa
permasalahan dan kendala yang dihadapi serta mencari tahu atau menanyakan
E. Metode Pengumpulan Data
1. Daftar Wawancara (Interview Guide)
Kegiatan pengumpulan dan mencari data dengan melakukan wawancara
langsung ke pihak kantor pelayanan pajak yang dianggap mampu memberikan
data dan informasi baik secara lisan maupun tulisan yang berhubungan
dengan penyusunan laporan ini.
2. Daftar Observasi
Kegiatan Pengumpulan dan mencari data dengan melakukan pengamatan
langsung untuk melakukan peninjauan dengan cara mengamati , mencatat, dan
mendengar tentang objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri
3. Daftar Dokumentasi
Dalam tahapan ini penulis meminta dokumen yang berhubungan dengan
data objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
F. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun sistematika dalam penulisan laporan akhir adalah:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam Bab I penulis mengemukakan Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan
Mandiri, Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja
Lapangan Mandiri, Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri mengenai
Lubuk Pakam, Metode Pengumpulan data dan Sistematika Penulisan Laporan Praktik
Kerja Lapangan Mandiri
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM
Dalam BAB II berisikan tentang sejarah singkat berdirinya Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Lubuk Pakam,Stuktur Organnisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Lubuk Pakam,Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Lubuk Pakam,serta gambaran kepegawaian Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk
Pakam
BAB III GAMBARAN UMUM
Dalam BAB III penulis menyajikan data dan tinjauan pustaka tentang pajak,
NPWP, tata cara pendftaran serta penghapusan NPWP
BAB IV ANALISA DAN EVALUASI
Dalam BAB IV penulis membahas tentang analisis dan evaluasi data yang
diperoleh mengenai peranan nomor pokok wajib pajak sehingga tercapai manfaat dan
tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam BAB V penulis menguraikan kesimpulan hal-hal yang telah
dikemukan dan beberapa saranyang menjadi bahan masukan untuk mengatasi
BAB II
GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM
A.Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam
Pada tahun 1987 Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi
Pajak. Pada saat itu ada 2 (dua) Kantor Inspeksi Pajak yaitu Kantor Inspeksi Pajak
Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Dalam meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat didalam pelayanan pembayaran pajak, maka berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 267/KMK.01/1989
diadakanlah perubahan secara menyeluruh pada Direktorat Jendral Pajak yang
mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang diganti nama menjadi Kantor
Pelayanan Pajak sekaligus dibentuk Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.
Berdasarkan pada keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
No.785/KMK.01/1993 tertanggal 3 agustus 1993 Kantor Pelayanan Pajak berubah
menjadi 4 (empat) wilayah kerja yaitu;
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
Untuk mengimplentasikan konsep administrasi perpajakan modern yang
berorientasi pada pelayanan dan pengawasan, maka struktur organisasi Direktorat
Jendral Pajak perlu diubah, baik di level kantor pusat sebagai pembuat kebijakan
maupun level kantor operasional sebagai pelaksana implementasi kebijakan. Sebagai
langkah pertama, untuk memudahkan wajib pajak , ketiga jenis kantor pajak yang ada
yaitu, Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan
(KPPBB), Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak(Karipka) dilebur menjadi
Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP Pratama).
Adapun Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utarat I (Kanwil
Sumut I) akan mengoperasikan delapan unit kantor pelayanan modern yang dijuluki
Kantor Pelayanan Pajak Pratama. Ke delapan KPP Pratama dimaksud yakni enam
unit KPP konvensional yang ada saat ini dimodernisasi dan ditambah dua KPP baru.
Keenam KPP konvensional yang dijadikan KPP Pratama yakni:
1. KPP Pratama Medan Belawan
2. KPP Pratama Medan Barat
3. KPP Pratama Medan Polonia
4. KPP Pratama Medan Kota
5. KPP Pratama Medan Timur
6. KPP Pratama Binjai
Dua KPP baru yang dibentuk adalah
1. KPP Pratama Medan Petisah
KPP Pratama Lubuk Pakam sebelumnya adalah Kantor Pelayanan Pajak Bumi
dan Bangunan Lubuk Pakam yang berada dibawah organisasi Kanwil Sumut II. Sejak
dileburnya ketiga jenis Kantor Pelayanan Pajak menjadi satu, maka Kantor Pelayanan
Pajak Bumi dan Bangunan Lubuk Pakam berubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Lubuk Pakam dan berada dibawah organisasi Kanwil Sumut I.
Sesuai dengan Keputusan DJP Nomor KEP-95/PJ/2008/ Tentang Saat Mulai
Operassi (SMO) Kantor Pelayanan Pajak Pratama di lingkungan Kantor Wilayah
Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utara I, maka Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Lubuk Pakam ditetapkan mulai beroperasi tanggal 27 Mei 2008.
B.Visi dan Misi
Pernyataan Visi :
“MENJADI INSTITUSI PEMERINTAH YANG MENYELENGGARAKAN
SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN YANG EFEKTIF,
EFISIEN, DAN DIPERCAYA MASYARAKAT DENGAN INTEGRITAS DAN
PROFESIONALISME YANG TINGGI”
Pernyataan misi :
“MENGHIMPUN PENERIMAAN PAJAK NEGARA BERDASARKAN
UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN YANG MAMPU MEWUJUDKAN
KEMANDIRIAN PEMBIAYAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
NEGARA MELALUI SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN YANG
C.Struktur Organisasi KPP Pratama Lubuk Pakam
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam adalah instansi vertikal
Direktorat Jendral Pajak yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung
kepada kepala Kanwil Sumut I yang mempunyai struktur organisasi sebagai berikut:
1. Sub Bagian Umum
Sub Bagian Umum terdiri dari 3 bagian:
a) Tata Usaha dan Kepegawaian
Tugasnya adalah menyelenggarkan tugas pelayanan di bidang tata
usaha dan kepagawaian dengan cara melakukan pengurusan surat, pengetikan
surat, pengetikan dan pengadaan , penataan berkas penyusunan arsip, tata
usaha kepagawaian dan pengiriman laporan agar dapat menunjang tugas
Kantor Pelayanan Pajak
b) Keuangan
Tugasnya adalah merencanakan kebutuhan selama 1 tahun dan
melakukan pendanaan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama agar dapat
menunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak Pratama.
c) Bagian Rumah Tangga
Tugasnya adalah melakukan seluruh urusan rumah tangga dan urusan
perlengkapan Kantor Pelayanan Pajak Pratama agar dapat menunjang
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
Seksi Pengolahan Data dan Informasi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi
yang tugasnya adalah mengkoordinasikan urusan pengolahan data dan penyajian
informasi, pembuatan monografi pajak, penggalian potensi perpajakan serta
ektensifikasi wajib pajak dan intensifikasi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan
pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan,
perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan,
pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi SPT dan
e-Filing, pelaksanaa i-SISMIOP dan SIG, serta penyiapan laporan kinerja.
3. Seksi Pelayanan
Seksi pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penertiban
produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan,
penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan serta penerimaan surat lainnya,
penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi wajib pajak serta melakukan
kerjasama perpajakan.
4. Seksi Penagihan
Seksi penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang
pajak, penundaan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan
5. Seksi Pemeriksaan
Seksi pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana
pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan
penyaluran surat perintah pemeriksaan pajak serta administrasi perpajakan lainnya.
6. Seksi Ekstensifikasi
Seksi ekstensifikasi perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan
potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, pembentukan dan
pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon) I, II, III
Seksi pengawasan dan Konsultasi I, Seksi pengawasan konsultasi II, Seksi
Pengawasan dan Konsultasi III, masing-masing mempunyai tugas melakukan
pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak, bimbingan/himbauan
kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil wajib pajak,
analisis kinerja wajib pajak, melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka
melakukan intensifikasi, usulan pembentukan ketetapan pajak, usulan pengurangan
Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau
BAB III
GAMBARAN DATA PRAKTIK
A.Pengertian Pajak
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007, pajak adalah kontribusi
wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperuan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
B.Fungsi Pajak
Ada dua fungsi pajak, yaitu:
1. Fungsi Budgetair
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai
pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Sebagai sumber keuangan
negara, pemerintah berupaya memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas
negara. Upaya tersebut ditempuh dengan cara eksentifikasi maupun
intensifikasi pemungutan pajak melalui penyempurnaan peraturan berbagai
jenis pajak seperti Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN),
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan
2. Fungsi regulerend
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah
dalam bidang sosial dan ekonomi.
contoh -
a) pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk
mengurangi konsumsi minuman keras.
b) pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk
mengurangi gaya hidup konsumtif.
c) tarif pajak untuk ekspor sebesar 0% untuk mendorong ekspor
produk Indonesia dipasar dunia.
C.Teori-Teori Yang Mendukung Pemungutan Pajak
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan atau memberikan justifikasi
pemberian hak kepada negara untuk memungut pajak. teori-teori tersebut antara lain:
1. Teori Asuransi
Negara dalam melaksanakan tugasnya, mencakup pula tugas melindungi jiwa
raga dan harta benda perorangan. Oleh sebab itu, negara disamakan dengan
perusahaan asuransi, warga negara membayar pajak sebagi premi untuk
2. Teori Kepentingan
Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan (misalkan
perlindunga) masing-masing orang. Semakin besar kepentingan seseorang
terhadap negara semakin tinggi pajak yang harus dibayar.
3. Teori Daya Pikul
Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak harus
dibayar sesuai dengan daya pikul masing-masing orang
4. Teori Bakti
Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dengan
negaranya, sebagai warga negara yang berbakti rakyat harus selalu menyadari
bahwa pembayaran pajak adalah sebagai suatu kewajiban
5. Teori Daya Pikul
Menurut teori ini, dapat disamakan dengan pompa yaitu, mengambil daya beli
dari rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga negara dan kemudian
memelihara hidup masyarakat untuk membawanya ke arah tertentu.
D.Cara Pemungutan Pajak
Dalam era globalisasi skarang ini, batas negara tidak jelas bagi wajib pajak
dalam mencari dan memperoleh penghasilan, sehingga penentuan cara pemungutan
pajak ini penting untuk menentukan negara mana yang berhak memungut pajak. Ada
1. Asas Domilisi (Tempat Tinggal)
Dalam asas ini, negara di mana wajib pajak bertempat tinggal berhak
memungut pajak terhadap wajib pajak tanpa melihat dari mana pendapatan
diperoleh, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri dan tanpa melihat
kebangsaan wajib pajak tersebut.
2. Asas Sumber
Menurut asas ini, negara yang menjadi sumber pendapatan/penghasilan
tersebut berhak memungut pajak tanpa memerhatikan domisili dan
kewarganegaraan wajib pajak.
3. Asas Kebnagsaan (Nationaliteit)
Dalam asas ini, pemungut pajak didasarkan pada kebangsaan atau
kewargangaraan dari wajib pajak, tanpa melihat dari mana sumber
pendapatan/penghasilan tersebut maupun di negara mana tempat tinggal dari
wajib pajak yang bersangkutan.
Indonesia sendiri menganut asas WorldwideIncome, sehingga tidak
membedakan sumber penghasilan dalam mengenakan pajak kepada wajib pajak
dalam negeri. Tetapi untuk wajib pajak luar negeri Indonesia menganut asas sumber,
sehingga setiap wajib pajak luar negeri yang memperoleh penghasilan di Indonesia
E.Pengertian Wajib Pajak
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 , wajib pajak adalah orang
pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak,
yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
F.Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007, Nomor Pokok Wajib Pajak
adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi
perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak
dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
Untuk memperoleh NPWP, wajib pajak wajib mendaftarkan diri pada Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan
(KP4) dengan mengisi formulir pendaftaran dan melampirkan persyaratan
administrasi yang diperlukan. Dengan identitas ini wajib pajak dapat dengan mudah
menyelesaikan segala urusan yang berkaitan dengan pemungutan kewajiban
perpajakan, baik mengenai pembayaran pajak, kepindahan lokasi usaha, perubahan
badan usaha atau kegiatan lain yang diisyaratkan untuk memiliki identitas perpajakan.
Wajib Pajak yang harus mempunyai NPWP adalah sebagai berikut:
1. Orang pribadi yang penghasilan satu tahun melebihi Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP)
3. Warisan yang belum terbagi
4. Wajib Pajak badan usaha
5. Bentuk Usaha Tetap (BUT)
6. Pemotong pajak atau pemungut pajak tertentu.
Sedangkan yang tidak diwajibkan mempunyai NPWP adalah:
1. Orang pribadi yang penghasilannya dalam satu tahun tidak melebihi PTKP
2. Wanita kawin tidak dengan perjanjian pisah harta dan penghasilan.
G.Dasar Hukum Nomor Pokok Wajib Pajak
Dasar hukum NPWP adalah
1. Pasal 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan.
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 20/PMK.03/2008 tentang Jangka Waktu
Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara Pendaftaran dan
Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, serta Pengukuhan dan Pencabutan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
3. Peraturan Direktorat Jendral Pajak Nomor-44/PJ/2008 tentang Tata Cara
Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak, Perubahan data, dan Pemindahan Wajib Pajak dan/atau
H.Format Nomor Pokok Wajib Pajak
NPWP terdiri dari 15 digit, yaitu 9 digit pertama merupakan Kode Wajib
Pajak dan 6 digit berikutnya merupakan Kode Administrasi Perpajakan. Formatnya
adalah sebagai berikut: XX.XXX.XXX.X-XXX.XXX
Berikut penjelasannya:
1. Dua digit pertama adalah identitas Wajib Pajak
a) 01 s/d 03 = Wajib Pajak Badan
b) 04 dan 06 = Wajib Pajak Pengusaha
c) 05 = Wajib Pajak Karyawan
d) 07 s/d 09 = Wajib Pajak Orang Pribadi
2. Enam digit kedua merupakan nomor registrasi/nomor urut yang diberikan
Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak kepada Kantor Pelayanan Pajak
3. Satu digit ketiga diberikan untuk Kantor Pelayanan Pajak sebagai alat
pengaman agar tidak terjadi pemalsuan dan kesalahan NPWP
4. Tiga digit keempat adalah kode KPP
5. Tiga digit terakhir adalah status Wajib Pajak (tunggal, pusat, atau cabang)
a) 000 = tunggal atau pusat
I.Fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak
Setiap wajib pajak dalam hal berhubungan dengan dokumen perpajakan di
haruskan mencantumkan NPWP yang di milikinya. Fungsi dari NPWP tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Bagi Wajib Pajak :
a) Untuk mengetahui identitas wajib pajak.
b) Untuk memenuhi kewajiban-kewajiban perpajakan misalnya
dalam Surat Setoran Pajak(SSP) yang ditetapkan sendiri maupun
pemotong / pemungut oleh pihak ketiga harus mencantumkan
NPWP.
c) Untuk mendapatkan pelayanan dari instansi-instansi tertentu yang
mewajibkan mencantumkan NPWP daalm dokumen-dokumen
yang dilakukan seperti dokumen impor dan dokumen ekspor.
d) Untuk keperluan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) masa atau
tahunan.
2. Bagi Fiskus:
a) Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam
pengawasan Administrasi Perpajakan.
b) Untuk keperluan yang berhubungan dengan dokumen
perpajakannya, karena yang berhubungan dengan dokumen
J.Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak Serta Pelaporan dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Secara Langsung
1. Wajib Pajak yang akan mendaftarkan diri wajib mengisi Formulir Pendaftaran
Wajib Pajak.
2. Pengisian dan penandatanganan formulir dapat dilakukan oleh Wajib Pajak
sendiri atau oleh orang lain yang diberi kuasa Khusus.
3. Penyampaian formulir pendaftaran Wajib Pajak yang telah diisi dan
ditandatangani, dapat dilakukan oleh Wajib Pajak sendiri atau orang lain yang
diberi kuasa penuh, ke Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Penyuluhan dan
Pengamatan Potensi Perpajakan (KP4) setempat dengan melampirkan :
a. Untuk Wajib Pajak orang pribadi nonusahawan
Cukup dengan melampirkan fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP)/Kartu
Keluarga/Surat Izin Mengemudi (SIM)/paspor ditambah surat keterangan
tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimum lurah atau kepala
desa bagi orang asing.
• Fotokopi KTP/Kartu Keluarga/sim/paspor ditambah surat
keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimum
lurah atau kepala desa bagi orang asing.
• Fotokopi surat izin usaha atau surat keterangan tempat usaha dari
instansi yang berwenang.
c. Untuk Wajib Pajak Badan
• Fotokopi akta pendirian
• Fotokopi KTP salah satu pengurus
• Fotokopi surat izin usaha atau surat keterangan tempat usaha dari
instansi yang berwenang.
d. Untuk bendaharawan sebagai pemungut/pemotong pajak
• Fotokopi surat penunjukan sebagai bendaharawan
• Fotokopi tanda bukti dari KTP/Kartu Keluarga/SIM/paspor.
e. Untuk Joint Operation sebagai Wajib Pajak pemotong/pemungut
• Fotokopi perjanjian kerja sama sebagai Joint Operation
• Fotokopi NPWP masing-masing anggota Joint Operation
• Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau fotokopi paspor
ditambah surat pernyataan tempat tinggal/domisili dari yang
bersangkutan bagi orang asing (formulir ditentukan Direktorat
f. Apabila Wajib Pajak pemohon berstatus cabang maka harus melampirkan
fotokopi kartu NPWP atau bukti pendaftaran Wajib Pajak kantor pusat.
Apabila permohonan ditandatangani oleh orang lain, maka perlu
dilengkapi dengan surat kuasa.
Secara online (e-Registration)
1. Membuka situs Direktorat Jendral Pajak dengan alamat:
2. Memilih sistem e-Registration
3. Membuat account dengan melakukan login pada sistem e-Registration
4. Login ke sistem e-Registration dengan mengisi username dan password yang
sudah dibuat
5. Memilih menu “Permohonan Pendaftaran NPWP dan/atau Pengukuhan PKP”
6. Memilih jenis wajib pajak yang sesuai (orang pribadi , badan, atau Bendahara)
7. Mengisi formulir permohonan dengan lengkap dan benar
8. Memilih tombol “daftar” untuk mengirim formulir registrsi wajib pajak secara
elektronik ke Kantor Pelayanan Pajak tempat wajib pajak terdaftar
9. Mencetak formulir permohonan yang sudah diisi secara lengkap
10.Mencetak Surat Keterangan Terdaftar Sementara (SKTS)
11.Wajib pajak dapat mengirim formulir dan SKTS serta dokumen persyaratan
baik secara langsung maupun melalui jasa pos/pegiriman
K.Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak
Penghapusan NPWP dilakukan oleh Direktur Jendral Pajak apabila telah
memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Wajib pajak orang pribadi yang sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif
dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan .
2. Wajib pajak meninggal dunia, disyaratkan dengan adanya fotokopi
akta/laporan kematian dari instansi yang berwenang.
3. Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan,
disyaratkan dengan adanya surat nikah/akta perkawinan dari catatan sipil.
4. Warisan yang belum terbagi dalam kedudukan sebagai subjek pajak apabila
telah selesai dibagi, disyaratkan adanya keterangan tentang selesainya warisan
tersebut dibagi oleh para ahli waris.
5. Wajib pajak badan yang telah dibubarkan secara resmi,disyaratkan adanya
akta pembubaran yang dikukuhkan dengan surat keterangan dari instansi yang
berwenang.
6. Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang karena sesuatu hal kehilangan statusnya
sebagai BUT, disyaratkan adanya permohonan wajib pajak yang dilampiri
dokumen yang mendukung bahwa BUT tersebut tidak memenuhi syarat lagi
untuk dapat digolongkan sebagai wajib pajak.
Direktur Jendral Pajak setelah melakukan pemeriksaan harus memberikan
untuk wajib pajak orang pribadi atau 12 (dua belas) bulan untuk wajib pajak badan,
sejak tanggal permohonan diterima secara lengkap. Apabila jangka waktu
sebagaimana dimaksud telah lewat dan Direktur Jendral Pajak tidak memberi suatu
keputusan, permohonan penghapusan NPWP dianggap dikabulkan.
L.Sanksi Nomor Pokok wajib Pajak
Terhadap wajib pajak yang tidak mendaftarkan diri untuk NPWP
dikenakakan sanksi perpajakan sebagaimana di atur pada Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2007, yaitu yang setiap orang dengan sengaja :
1. tidak mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP atau tidak melaporkan
usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP.
2. menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP atau Pengukuhan
PKP.
3. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).
4. menyampaikan SPT dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak
lengkap.
5. menolak untuk dilakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam pasal
29.
6. memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau
dipalsukan seolah-olah benar, atau tidak menggambarkan keadaan yang
7. tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia, tidak
memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lain.
8. tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data
dari pembukuan yang dikelola secara program aplikasi on-line di Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 ayat (11).
9. tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut.
Sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan
denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar
dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak yang terutang atau kurang bayar.
Pidana tersebut ditambahkan 1(satu) kali menjadi 2 (dua) kali sanksi pidana
apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana dibidang perpajakan sebelum lewat 1
(satu) tahun, terhitung sejak selesainya menjalani pidana penjara yang dijatuhkan.
Setiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana
menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP dalam rangka mengajukan
permohonan restitusi atau melakukan kompensasi pajak atau pengkreditan pajak,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (eman) bulan dan paling lama 2
(dua) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah restitusi yang dimohonkan
dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan dan paling lama 4 (empat)
kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang
M.Hak dan Kewajiban Setelah Memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak
Perpajakan di Indonesia menganut sistem Self Assessment, yaitu wajib pajak
menghitung, memperhitungkan, membayar, melaporkan jumlah pajak yang terutang
yang menjadi kewajibannya. Dengan dianutnya sistem Self Assessment dalam sistem
perpajakan di Indonesia maka pengetahuan perpajakan yang memadai merupakan
salah satu syarat yang harus dimiliki oleh wajib pajak agar dapat memenuhi
kewajibannya secara baik dan benar. Oleh karena itu informasi yang cukup tentang
hak dan kewajiban wajib pajak setelah memperoleh NPWP harus dapat tersosialisasi
dengan baik dan utuh.
Wajib pajak yang telah memiliki NPWP mempunyai hak :
1. Hak untuk menjaga Kerahasian Wajib Pajak
Wajib pajak mempunyai hak untuk mendapat perlindungan kerahasian atas
segala sesuatu informasi yang telah disampaikan kepada DJP dalam rangka
menjalankan ketentuan perpajakan. Disamping itu pihak lain yang melakukan
tugas di bidang perpajakan juga dilarang mengungkapkan kerahasiaan wajib
pajak, termasuk tenaga ahli seperti ahli bahasa, akuntan, pengacara yang
ditunjuk oleh DJP untuk membantu pelaksanaan Undang-Undang Perpajakan
2. Hak untuk Membetulkan Surat Pemberitahuan (SPT)
Wajib pajak dapat melakukan pembetulan SPT apabila terdapat kesalahan
atau kekeliruan, dengan syarat belum melampaui jangka waktu 2 (dua) tahun
sesudah berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak, atau tahun pajak, dan
3. Hak untuk memperpanjang waktu penyampaian SPT
Wajib pajak dapat mengajukan permohonan penundaan pnyampaian SPT ke
DJP dengan menyampaikan alasan-alasan secara tertulis sebelum tanggal
jatuh tempo.
4. Hak untuk menunda atau mengangsur pembayaran pajak
Wajib pajak dapat mengajukan permohonan penundaan atau pengangsuran
pembayaran pajak kepada DJP secara tertulis disertai alasan-alasannya.
Penundaan ini tidak menghilangkan sanksi bunga.
5. Hak memperoleh kembali kelebihan pembayaran pajak
Wajib pajak mempunyai kelebihan pembayaran pajak dapat mengajukan
permohonan pengembalian atau restitusi. Setelah melalui proses
pemeriksaan akan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar(SKPLB)
6. Hak mengajukan keberatan dan banding
Wajib pajak yang merasa tidak puas atas ketetapan pajak yang telah
diterbitkan, dapat mengajukan keberatan kepada kepala KPP dimana wajib
pajak terdaftar. Jika wajib pajak tidak puas dengan keputusa keberatan wajib
pajak dapat mengajukan banding ke pengadilan pajak.
7. Hak untuk Pembebasan pajak
Dengan alasan-alasan tertentu, wajib pajak dapat mengajukan permohonan
pembebasan atas pemotongan / pemungutan pajak penghasilan.
1. Kewajiban mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)
Pasal 3 ayat(1) Undang-Undang KUP menegaskan bahwa setiap wajib pajak
mengisi SPT dalam Bahasa Indonesia serta menyampaikan ke Kantor Pajak
tempat wajib Pajak terdaftar
2. Kewajiban membayar atau menyetor pajak
Kewajiban membayar atau menyetor pajak dilakukan di kas negara melalui
kantor pos atau bank Badan Usaha Milik Negara/ Badan Usaha Milik Daerah
atau tempat pembayaran lainnya yang ditetapkan milik negara.
3. Kewajiban membuat pembukuan dan/atau pencatatan
Bagi wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas dan wajib pajak badan di Indonesia diwajibkan membuat pembukuan(
pasal 28 ayat (1)). Sedangkan pencatatan dilakukan oleh wajib pajak orang
pribadi yang melakukan kegiatan usahanya atau pekerjaan bebas yang
diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma
Perhitungan Neto dan wajib pajak Orang pribadi yang tidak melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
4. Kewajiban menaati pemeriksaan pajak
Terhadap wajib pajak yang diperiksa, harus menaati ketentuan dalam rangka
pemeriksaan pajak, misalnya wajib pajak memperlihatkan dan/atau
meminjamkan buku atau catatan dari dokumen lainnya yang berhubungan
dengan penghasilan yang diperoleh, memberi kesempatan untuk memasuki
pemeriksaan, serta memberikan keterangan yang diperlukan oleh pemeriksa
pajak.
5. Kewajiban melakukan pemotongan atau pemungutan pajak
Wajib pajak yang bertindak sebagai pemberi kerja atau penyelenggara
kegiatan wajib memungut pajak atas pembayaran yang dilakukan dan
menyetorkan ke kas negara.
6. Kewajiban membuat faktur pajak
Setiap pengusaha kena pajak wajib membuat faktur pajak untuk setiap
penyerahan barang kena pajak atau jasa kena pajak. Faktur pajak yang dibuat
merupakan bukti adanya pemungutan pajak yang dilakukan oleh PKP.
N.Hak dan Kewajiban Fiskus
Hak-hak Fiskus yang diatur dalam Undang-Undang Perpajakan adalah :
1. Menerbitkan Nomor Pokok wajib Pajak dan/atau mengukuhkan Pengusaha
Kena Pajak (PKP) secara jabatan.
Hak menerbitkan NPWP dan/atau PKP ini dilakukan secara jabatan jika wajib
pajak atau PKP tidak melaksanakan kewajibannya.
2. Menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP)
Fiskus dapat menerbitkan STP apabila berdasarkan penelitian atau
3. Melakukan pemeriksaan dan penyegelan
Fiskus berhak melakukan pemeriksaan dalam rangka menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Apabila
wajib pajak tidak memberikan kesempatan kepada pemeriksa pajak untuk
memasuki tempat atau ruangan yang dianggap perlu guna kelancaran
pemeriksaan, fiskus dapat melakukan penyegelan untuk mengamankan atau
mencegah hilangnya pembukuan, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen
yang diperlukan.
4. Melakukan penyidikan
Apabila diduga ada tindak pidana maka Fiskus dapat melakukan tindakan
penyidikan. Tujuan penyidikan adalah supaya tindak pidana menjadi jelas.
5. Menerbitkan Surat Paksa dan melaksanakan penyitaan
Jika wajib pajak tidak melunasi utang pajak yang telah jatuh tempo dan telah
diterbitkan surat teguran, maka Fiskus mempunyai hak untuk menerbitkan
surat paksa agar wajib pajak dalam waktu 2 X 24 jam harus melunasi utang
pajaknya. Apabila dalam waktu tersebut wajib pajak tetap tidak melunasinya,
maka fiskus dapat menindaklanjutinya dengan melaksanakan penyitaan
Kewajiban Fiskus adalah :
1. Kewajiban untuk melakukan penyuluhan kepada wajib pajak
Dalam self assessment system, wajib pajak melakukan sendiri kewajibannya
seperti menghitung, membayar, dan melaporkan kewajiban pajaknya. Fiskus
bertugas melakukan penyuluhan untuk mensosialisasikan peraturan-peraturan
perpajakan yang ada.
2. Menerbitkan surat ketetapan pajak
Setelah melakukan tindakan pemeriksaan, Fiskus wajib menerbitkan surat
keetapan pajak, apakah berupa Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat
Ketetapan Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan pajak Lebih Bayar,
maupun Surat Ketetapan Pajak Nihil.
3. Merahasiakan data wajib pajak
Fiskus dilarang mengungkapkan kerahasian wajib pajak kepada pihak lain
BAB IV
ANALISA DAN EVALUASI
A.Peranan Nomor Pokok Wajib Pajak Dalam Administrasi Perpajakan Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam
Nomor Pokok Wajib Pajak merupakan suatu sarana yang sangat penting di
dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal
diri/identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
NPWP merupakan kunci untuk membuka akses pemenuhan kewajiban perpajakan,
dengan kata lain dimilikinya NPWP menandakan bahwa wajib pajak tersebut sudah
terdaftar sebagai wajib pajak dan mempunyai kewajiban menghitung,
memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang.
Wajib pajak yang mempunyai NPWP harus mencantumkan NPWP tersebut
pada setiap dokumen atau berkas yang berhubungan dengan urusan perpajakan. Hal
ini dipergunakan untuk menjaga ketertiban dalam urusan perpajakan dan pengawasan
administrasi perpajakan. Dokumen perpajakan sangat banyak jumlahnya, ini tentu
sangatlah menyulitkan bagi petugas pajak yang menangani urusan administrasi di
Kantor Pelayanan Pajak yang berhubungan langsung dengan wajib pajak. Untuk itu
didalam berkas atau dokumen perpajakannya telah tercantum kolom yang digunakan
untuk tempat NPWP, sehingga memudahkan petugas pajak untuk menangani urusan
Dokumen-dokumen perpajakan seperti surat setoran pajak yang sudah
diterima Kantor Pelayanan Pajak biasanya dilakukan pertama kali adalah proses
penyortiran, agar lebih mudah dalam pekerjaan memproses lebih lanjut Surat Setoran
Pajak (SSP) penyortiran dilakukan berdasarkan NPWP yang tercantum dalam
dokumen perpajakan tersebut, yang diurut dari mulai NPWP yang terkecil sampai
yang terbesar.
Setelah tahap awal dilakukan, selanjutnya pencatatan yang dilakukan
berdasarkan NPWP, pencatatan pada buku register, pengisian buku register ini
berdasarkan urutan NPWP yang terkecil sampai yang terbesar yang terdaftar pada
Kantor Pelayanan Pajak.
Pengurusan NPWP mulai dari yang terkecil sampai pada yang terbesar
ditujuka n agar mempermudah dalam proses administrasinya dan hal untuk
mengawasi keperluan wajib pajak didalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Setelah penyortiran dan pencatatan dilaksanakan maka atas
dokumen-dokumen perpajakannya tersebut dilanjutkan dengan pengarsipan berkas. Dokumen
perpajaknnya tersebut dimasukkan pada rumah berkas. Namun terlebih dahulu di buat
NPWP beserta anak berkas wajib pajak tersebut fungsinya ialah untuk memudahkan
didalam dokumen perpajakannya. Jika kita melihat semakin banyaknya wajib pajak
bertambah setiap tahun hal ini akan menambah jumlah dokumen wajib pajak baik
yang lama maupun yang baru.
Untuk ini pengarsipan perlu dilakukan secara benar dan efisien guna
pajak kedalam induk berkas wajib pajak kemudian kedalam rumah berkas. Pada
Kantor Pelayanan Pajak digunakan NPWP sebagai pedoman pengarsipan, dengan
adanya identitas wajib pajak yang jelas dan lengkap akan mempermudah dan sangat
membantu fiskus untuk menata usahakan setiap berkas wajib pajak. Demikian juga
halnya dengan penyusunan induk berkas tersebut dirumah berkas yang menggunakan
urutan dan susunan NPWP dalam penataannya.
B.Peranan Nomor Pokok Wajib Pajak Bagi Wajib Pajak
Nomor Pokok Wajib Pajak diberikan kepada wajib pajak yang mendaftarkan
diri ke Kantor Pelayanan Pajak ataupun Kantor Penyuluhan Pajak sebagai sarana
dalam administrasi perpajakan untuk memudahkan melaksanakan kewajiban
perpajakan termasuk pemungutan pajak atau pemotongan pajak.
NPWP merupakan suatu sarana administrasi di bidang perpajakan yang
berfungsi sebagai sarana untuk berhubungan langsung dengan Kantor Pelayanan
Pajak atau dapat juga disebut sebagai identitas atau tanda pengenal diri bagi wajib
pajak. NPWP hanya diberikan 1 untuk setiap wajib pajak
Dengan dimilikinya NPWP, ini menandakan bahwa wajib pajak sudah
C.Upaya-Upaya Yang Dilakukan Direktorat Jendral Pajak Untuk Meningkatkan Jumlah Wajib Pajak
Pemerintah secara serentak melakukan pendataan mengenai wajib pajak
terdaftar baik wajib pajak orang pribadi maupun wajib pajak badan agar terjadi
peningkatan. Upaya peningkatan wajib pajak yang dilakukan DJP untuk memiliki
NPWP dapat ditempuh dengan 2 (dua) cara, yaitu:
1. Ekstensifikasi Pajak yaitu kegiatan dalam rangka untuk meningkatkan jumlah
wajib pajak yang terdaftar dan pelunasan objek pajak dalam administrasi DJP.
DJP juga memberikan kewenangan kepada wajib pajak untuk mendaftarkan
diri atau DJP melakukan pengukuhan secara jabatan , artinya wajib pajak
yang mendaftarkan diri atau yang dikukuhkan secara jabatan hanyalah yang
sudah memenuhi ketentuan menjadi wajib pajak dengan penghasilan satu
tahun diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), PTKP 2010 adalah Rp
15.840.000 untuk wajib pajak, Rp 1.320.000 tambahan untuk wajib pajak
memikah, Rp 1.320.000 tambahan untuk setiap anggota sedarah dan dalam
garis keturunan paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga. Tetapi
tetap saja tinngkat kesadaran wajib pajak masih rendah, sehingga DJP
melakukan berbagai upaya dengan pendekatan biaya hidup wajib pajak
tersebut, apakah memiliki / menyewa rumah yang cukup besar, listrik 1300
Watt, telepon, HP, mobil , motor dll.
2. Intensifikasi Pajak yaitu kegiatan optimalisasi pajak terhadap objek serta
misalnya untuk mendapatkan pelayanan dari instansi-instansi dimana wajib
pajak bisa mendapatkan/ mengajukan kredit dan dapat juga untuk membuat
izin usaha. Selain itu fiskus juga bekerjasama dengan lembaga-lembaga
pendidikan terutama pendidikan yang mempunyai Program Studi Perpajakan
agar menyebar luaskan informasi pajak, ataupun meningkatkan informasi
melalui media masa atau media elektronik yang gunanya untuk menyadarkan
masyarakat bahwa pentingnya pajak baik berupa acara Tanya jawab seputar
pajak ataupun slogan-slogan yang ditempatkan dipinggir jalan atau
dipersimpangan jalan raya. Dan juga melakukan pelayanan prima terhadap
para wajib pajak serta penegak hukum, tindakan ini merupakan upaya DJP
dengan melakukan berbagai penyuluhan, seminar, loka karya, pelatihan,
brosur, surat kabar, radio dan lain-lain.
D.Upaya Peningkatan Jumlah Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam
Dalam administriasi perpajakan di seluruh Kantor Pelayanan Pajak Pratama
dimanapun, jumlah wajib pajak orang pribadi memiliki presentasi lebih besar dari
pada jumlah wajib pajak badan begitu juga di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk
Pakam. Hal ini disebabkan jenis penghasilan yang dapat diterima/ diperoleh wajib
pajak orang pribadi juga bervariasi, seperti :
1. Penghasilan dari pekerjaan
3. Penghasilan dari pekerjaan bebas
4. Penghasilan dari kegiatan
5. Penghasilan modal
6. Penghasilan lain-lain
PERKEMBANGAN JUMLAH WAJIB PAJAK TERDAFTAR MULAI 27 -05- 2008 SAMPAI 31-12- 2008 KPP PRATAMA LUBUK PAKAM
NO JENIS WAJIB PAJAK JUMLAH WAJIB PAJAK %
27-05-2008 31 -12- 2008
1 ORANG PRIBADI 28,408 45,920 61,64
2 BADAN 4,344 4,631 6,60
3 BENDAHARAWAN 972 1107 13,88
Dari tabel diatas terlihat bahwa dalam kurun waktu tahun 2008 jumlah wajib
pajak orang pribadi mengalami peningkatan. Dalam tempo waktu 7 bulan jumlah
wajib pajak orang pribadi bertambah 61,64 %. Kondisi ini bertolak belakang dengan
wajib pajak badan dan wajib pajak bendaharawan. Karena dalam tempo waktu 7
bulan jumlah wajib pajak badan hanya bertambah 6,60% dan jumlah wajib pajak
PERKEMBANGAN JUMLAH WAJIB PAJAK TERDAFTAR TAHUN 2009 KPP PRATAMA LUBUK PAKAM
NO JENIS WAJIB PAJAK JUMLAH WAJIB PAJAK %
01-01-2009 31 -12- 2009
1 ORANG PRIBADI 45,920 82,667 80,02
2 BADAN 4,631 5,237 13,08
3 BENDAHARAWAN 1,107 1,448 30,80
Dari tabel di atas terlihat bahwa dalam kurun waktu tahun 2009 jumlah wajib
pajak orang pribadi mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2008.
Dalam waktu tempo 12 bulan jumlah Wajib pajak orang pribadi bertambah 80,02%.
Sama halnya dengan Wajib pajak badan, bila dibandingkan dengan tahun 2008
jumlah wajib pajak badan bertambah menjadi 13,08%, dan begitu juga untuk wajib
pajak bendaharawan bertambah 30,80%. Disini dapat kita lihat bahwa kinerja KPP
Pratama Lubuk Pakam sangat baik, karena jumlah wajib pajak terus bertambah setiap
PERKEMBANGAN JUMLAH WAJIB PAJAK TERDAFTAR TAHUN 2010 KPP PRATAMA LUBUK PAKAM
NO JENIS WAJIB PAJAK JUMLAH WAJIB PAJAK %
01-01-2010 31-05- 2010
1 ORANG PRIBADI 82,667 93,211 12,75
2 BADAN 5,237 5,621 7,33
3 BENDAHARAWAN 1,448 1,510 4,28
Dari tabel di atas dapat dilihat jumlah wajib pajak mengalami peningkatan,
baik itu wajib pajak orang pribadi, badan maupun bendaharawan. Dalam tempo
waktu 5 bulan jumlah wajib pajak orang pribadi telah bertambah sebesar 12,75%,
wajib pajak badan bertambah sebesar 7,33% dan wajib pajak bendaharawan
bertambah sebesar 4,28%.
Beberapa upaya yang dilakukan KPP Pratama Lubuk Pakam untuk
meningkatkan jumlah wajib pajak yaitu :
1. Mengadakan Mobil Pajak Keliling
Merupakan upaya yang dilakukan KPP Pratama Lubuk Pakam untuk
mempermudah Pelayanan Pendaftaran NPWP. Peralatan didalam mobil pajak
internet, sehingga dalam pengurusan NPWP bisa langsung terhubung dengan
Kantor Pelayanan Pajak. Diharapkan jenis pelayanan yang diberikan nantinya
tidak hanya pengurusan NPWP saja, tetapi juga pelayanan penerimaan
pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT).
2. Sosialisasi atau penyuluhan ke Kawasan Industri Medan
Sejauh ini cara memberikan sosialisasi atau penyuluhan terbukti berhasil
untuk meningkatkan jumlah wajib pajak. Selain sosialisasi kepada masyarakat
KPP Pratama Lubuk Pakam juga mengadakan sosialisasi ke Kawasan Industri
Medan (KIM). Cara ini digunakan untuk menarik karyawan agar memiliki
NPWP dan memahami intisari NPWP berikut kewajiban perpajakannya agar
wajib pajak dapat menjalankan kewajiban dan melaksanakan haknya dengan
baik dan benar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Dari hasil analisis dan evaluasi data yang dilakukan, maka dapat disimpulkan
hal-hal berikut :
1. Peranan NPWP dalam administrasi perpajakan adalah sebagai tanda pengenal
diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya. Setiap wajib pajak yang mempunyai NPWP harus
mencantumkan NPWP pada setiap dokumen yang berhubungan dengan
perpajakan, hal ini dipergunakan untuk menjaga ketertiban dalam urusan
perpajakan dan pengawasan administrasi perpajakan.
2. Setelah memperoleh NPWP, wajib pajak akan memperoleh hak untuk
menjaga kerahasian wajib pajak, hak untuk membetulkan Surat
Pemberitahuan (SPT), hak untuk memperpanjang waktu penyampaian SPT,
hak untuk menunda atau mengangsur pembayaran pajak, hak untuk
memperoleh kembali kelebihan pembayaran pajak, hak untuk mengajukan
keberatan dan banding, dan hak untuk Pembebasan pajak.
3. Setelah memperoleh NPWP, wajib pajak mempunyai kewajiban untuk
mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT), kewajiban untuk
pencatatan, Kewajiban menaati pemeriksaan pajak, Kewajiban melakukan
pemotongan atau pemungutan pajak, dan Kewajiban membuat faktur pajak
4. Upaya peningkatan wajib pajak yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak
untuk meningkatkan jumlah wajib pajak yang memiliki NPWP dapat
ditempuh dengan dua cara yaitu, Ekstensifikasi dan Intensifikasi Perpajakan.
5. NPWP dari 27-05-2008 sampai dengan 31-05-2010 di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Lubuk Pakam adalah :
a) 27-05-2008 s/d 31-12-2010 untuk wajib pajak orang pribadi
mengalami peningkatan 61,64 % , untuk wajib pajak badan mengalami
peningkatan 6,60 % , dan untuk wajib pajak bendaharawan mengalai
peningkatan sebesar 13,88 %
b) 01-01-2009 s/d 31-12-2009 untuk wajib pajak orang pribadi
mengalami peningkatan sebesar 80,02 %, untuk wajib pajak badan
mengalami peningkatan 13,08 % dan untuk wajib pajak bndaharawan
mengalami peningkatan sebesar 30,80 %
c) 01-01-2010 s/d 31-05-2010 untuk wajib pajak orang pribadi
mengalami peningkatan sebesar 12,75 %, untuk wajib pajak badan
mengalami peningkatan sebesar 7,33% dan untuk wajib pajak
B.Saran
Dari hasil analisis atas pembahasan yang dilakukan , maka dapat diberikan
saran untuk dikaji atau ditindaklanjuti, yaitu
1) Hendaknya peningkatan jumlah wajib pajak (meningkatkan pendaftaran
NPWP) menjadi sebuah program yang berkelanjutan dalam rangka
meningkatkan penerimaan negara dari sector perpajakan.
2) Bagi wajib pajak yang telah memiliki NPWP agar dimotivasi untuk
mempunyai kesadaran agar melaksanakan kewajibannya dibidang
perpajakan
3) Hendaknya KPP Pratama Lubuk Pakam lebih meningkatkan sosialisasi
DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo,2009,Perpajakan,Penerbit Andi,Yogyakarta.
Suandy, Erly,2008, Hukum Pajak,Salemba Empat,Jakarat
Sihaloho, Cyrus, 2003, Modul Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta