SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA DAN TINGKAT INFLASI TERHADAP MINAT MENABUNG MASYARAKAT DI KOTA MEDAN
(STUDI KASUS KECAMATAN MEDAN PETISAH)
OLEH
NURFIDDINI KHOLIDA 100501143
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA DAN TINGKAT INFLASI TERHADAP MINAT MENABUNG MASYARAKAT DI KOTA MEDAN
(STUDI KASUS DI KECAMATAN MEDAN PETISAH)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh tingkat suku bunga dan tingkat inflasi terhadap minat menabung masyarakat di Kota Medan, Kecamatan Medan Petisah. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif.
Teknik pengambilan sampel dilakukan melalui cara Accidental Sampling
dengan menggunakan 100 orang masyarakat Kecamatan Medan Petisah sebagai sampel. Metode pengumpulan data menggunakan self administrated survey, dengan memberikan kuisioner. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode analisis deskriptif dengan bentuk analisis seperti tabel, grafik, frekuensi, dan tabulasi silang. Dalam penelitian ini penulis menggunakan program komputer SPSS (Statistic Product and Service Solution) versi 17.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh tingkat suku bunga terhadap minat menabung masyarakat Kota Medan Kecamatan Medan Petisah tidak begitu besar, hal ini dapat dilihat sebanyak 41 dari 100 responden menyatakan setuju dan hanya 12 dari 100 responden menyatakan sangat setuju bahwa tingkat suku bunga mempengaruhi minat masyarakat dalam pemilihan bank untuk menabung. Namun respon masyarakat terhadap tingkat inflasi yang mempengaruhi tabungan menunjukkan hasil yang cukup besar, hal ini dapat dilihat dari 58 dari 100 responden menyatakan setuju dan 16 dari 100 responden menyatakan sangat setuju bahwa tingkat inflasi mempengaruhi minat menabung masyarakat di bank. Hal ini dikarenakan motif responden menabung di bank tidak terlalu memikirkan imbalan atas tingkat suku bunga yang diberikan oleh bank
Alasan utama responden menabung di bank yang paling mendominasi adalah berjaga-jaga dengan jumlah 35 responden, untuk masa depan dengan jumlah 33 responden, dan untuk efisiensi konsumsi dengan jumlah 26 responden dari 100 responden yang merupakan penabung di bank. Sedangkan faktor lain yang paling mempengaruhi minat menabung masyarakat di Kota Medan Kecamatan Medan Petisah adalah pelayanan bank.
ABSTRACT
This research aims to study the influence of interest rate and inflation rate towards saving interest of Medan’s society, in Medan Petisah District. T type of study is descriptive quantitative.
The sampling technique is done through Accidental Sampling by using the 100 respondents of Medan Petisah district as samples. The data collection method using self administrated survey, by giving questionnaires. The method of analysis used in this study is the descriptive analysis supported using table, graphic, frequency and crossing tabulation by applied SPSS (Statistics Product and Service Solutions) 17 version.
The result of research indicates that the influence of interest rate towards saving interest of Medan’s society is not quite high. It’s revealed from the result of data, 41 of 100 respondents agreed and only 12 of 100 respondents strongly agreed that interest rates affect their interest to save money in bank. However, the public response to inflation rate resulted the high response, it revealed from 58 of 100 respondents agreed and 16 of 100 respondents strongly agreed that the rate of inflationaffects their interest to save. This is due to the motives of respondents to save is not concerning for the return rate.
The main reason of respondents to save in the bank is the safety factor (35 of 100 respondents), saving for the future needs (33 of 100 respondents), and the last is consider for consumption efficiency (26 of 100 respondents). While the other factors that affect the interest to save in Medan Petisah district is excellence of bank services.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Segala puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Tingkat Inflasi Terhadap Minat Menabung Masyarakat di Kota Medan (Studi Kasus Kecamatan Medan Petisah)”.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu tanggung jawab penulis untuk melengkapi sebagian persyaratan dalam menyelesaikan perkuliahan di jenjang studi
strata-1 dalam rangka meraih gelar Sarjana Ekonomi (SE) Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis-Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, baik bantuan moril maupun materil, serta sumbangan pemikiran dan doa dalam penyusunan skripsi ini, yaitu kepada :
1. Orang tua tercinta penulis, Ayahanda Eddy Sukma dan Ibunda Nur Elviana yang senantiasa memberikan penuh kasih sayang, doa, dukungan moril maupun materil. Serta kepada Abangda penulis, Fandi Andika dan Haikal Hidayat yang telah memberikan doa dan dukungan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis- Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, S.E, M.Ec dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution M.Si selaku Ketua Departemen dan Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis-Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution, S.E, M.Si selaku dosen pembimbing penulis yang telah membimbing penulis, memberikan saran, pengarahan, petunjuk-petunjuk, dan masukan yang sangat berarti dalam penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.si selaku dosen pembanding pertama penulis yang telah memberikan kritik, saran dan masukan bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.
7. Bapak Haroni Doli Hamoraon Ritonga, S.E, M.Si selaku dosen pembanding kedua penulis yang telah memberikan kritik, saran dan masukan bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.
8. Seluruh Dosen dan Staff Pengajar serta para staff Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis dan telah membantu penulis dalam penyelesaian kelengkapan administrasi penulis.
9. Masyarakat Kecamatan Medan Petisah yang telah berpartisipasi dan bersedia
menjadi responden dalam penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna karena keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu penulis mohon kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Medan, Agustus 2014
Penulis
Nurfiddini Kholida
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PERSETUJUAN ... LEMBAR PERSETUJUAN PERCETAKAN ... LEMBAR PERNYATAAN ...
ABSTRAK ... i
2.1.1.2 Faktor-faktor Yang Menpengaruhi Tingkat Suku Bunga ... 13
2.1.2 Tingkat Inflasi ... 15
2.1.2.1 Penggolongan Inflasi ... 17
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ... 32
4.2.1 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 39
4.2.2 Data Responden Berdasarkan Pendidikan ... 40
4.2.3 Data Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 41
4.2.4 Data Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Tingkat Pendapatan ... 42
4.2.5 Data Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Tingkat Pengeluaran ... 44
4.2.6 Data Responden Berdasarkan Alasan Utama Menabung ... 46
4.2.7 Data Responden dalam Bank Tempat Menabung ... 47
4.2.8 Data Responden Berdasarkan Lama Menjadi Nasabah ... 49
4.2.9 Data responden Berdasarkan Jumlah Rekening Tabungan ... 51
4.2.10 Pemahaman Responden Terhadap Tingkat Suku Bunga bank dan Tingkat Inflasi ... 53
4.3 Deskripsi Penelitian ... 61
4.3.1 Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap Minat Menabung Masyarakat ... 61
4.3.2 Pengaruh Tingkat Inflasi Terhadap Minat Menabung Masyarakat ... 70
DAFTAR GAMBAR
Nomor dan Judul Gambar Halaman
2.1 Demand Pull Inflation dan Cost Push Inflation ... 18 2.2 Skema Kerangka Konseptual ... 26 4.1 Data Responden Menurut Jenis Kelamin ... 40 4.2 Alasan Utama Menabung di Bank
Tingkat Suku Bunga Mempengaruhi Minat Menabung ... 47 4.3 Masyarakat Kecamatan Medan Petisah ... 70 4.4 Tingkat Suku Bunga Mempengaruhi Minat Menabung
Masyarakat Kecamatan Medan Petisah ... 74 4.5 Faktor Lain Yang Mempengaruhi Minat Menabung
DAFTAR TABEL
Nomor dan Judul Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu ... 27
4.1 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 39
4.2 Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 40
4.3 Data Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 41
4.4 Data Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Tingkat Pendapatan ... 42
4.5 Data Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Tingkat Pengeluaran ... 44
4.6 Data Responden Berdasarkan Alasan Utama Menabung ... 46
4.7 Data Responden dalam Bank Tempat Menabung ... 47
4.8 Data Responden Berdasarkan Lama Menjadi Nasabah ... 49
4.9 Lamanya Jadi Nasabah Berdasarkan Pekerjaan50 4.10 Data Responden Berdasarkan Jumlah Rekening Tabungan ... 51
4.12 Data Responden Berdasarkan Pemaham Tingkat Suku Bunga Bank ... 53
4.13 Data Responden Berdasarkan Pemahaman Tingkat Inflasi ... 54
4.14 Data Responden Berdasarkan Pemahaman Tingkat Suku Bunga Bankdan Tingkat Pendidikan ... 55
4.15 Data Responden Berdasarkan Pemahaman Tingkat Inflasi dan Tingkat Pendidikan ... 57
4.16 Pemahaman Tingkat Suku Bunga dan Tingkat Inflasi Berdasarkan Pekerjaan ... 58
4.1 Jawaban Masyarakat Tentang Tingkat Suku Bunga Yang Mempengaruhi Tabungan dan Minat Menabung ... 62
4.18 Jawaban Masyarakat Tentang Tingkat Suku Bunga Mempengaruhi Minat Menabung Berdasarkan Tingkat Pendapatan dan Pekerjaan ... 65
4.19 Jawaban Masyarakat Tentang Tingkat Inflasi Yang Mempengaruhi Minat Menabung ... 71
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA DAN TINGKAT INFLASI TERHADAP MINAT MENABUNG MASYARAKAT DI KOTA MEDAN
(STUDI KASUS DI KECAMATAN MEDAN PETISAH)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh tingkat suku bunga dan tingkat inflasi terhadap minat menabung masyarakat di Kota Medan, Kecamatan Medan Petisah. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif.
Teknik pengambilan sampel dilakukan melalui cara Accidental Sampling
dengan menggunakan 100 orang masyarakat Kecamatan Medan Petisah sebagai sampel. Metode pengumpulan data menggunakan self administrated survey, dengan memberikan kuisioner. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode analisis deskriptif dengan bentuk analisis seperti tabel, grafik, frekuensi, dan tabulasi silang. Dalam penelitian ini penulis menggunakan program komputer SPSS (Statistic Product and Service Solution) versi 17.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh tingkat suku bunga terhadap minat menabung masyarakat Kota Medan Kecamatan Medan Petisah tidak begitu besar, hal ini dapat dilihat sebanyak 41 dari 100 responden menyatakan setuju dan hanya 12 dari 100 responden menyatakan sangat setuju bahwa tingkat suku bunga mempengaruhi minat masyarakat dalam pemilihan bank untuk menabung. Namun respon masyarakat terhadap tingkat inflasi yang mempengaruhi tabungan menunjukkan hasil yang cukup besar, hal ini dapat dilihat dari 58 dari 100 responden menyatakan setuju dan 16 dari 100 responden menyatakan sangat setuju bahwa tingkat inflasi mempengaruhi minat menabung masyarakat di bank. Hal ini dikarenakan motif responden menabung di bank tidak terlalu memikirkan imbalan atas tingkat suku bunga yang diberikan oleh bank
Alasan utama responden menabung di bank yang paling mendominasi adalah berjaga-jaga dengan jumlah 35 responden, untuk masa depan dengan jumlah 33 responden, dan untuk efisiensi konsumsi dengan jumlah 26 responden dari 100 responden yang merupakan penabung di bank. Sedangkan faktor lain yang paling mempengaruhi minat menabung masyarakat di Kota Medan Kecamatan Medan Petisah adalah pelayanan bank.
ABSTRACT
This research aims to study the influence of interest rate and inflation rate towards saving interest of Medan’s society, in Medan Petisah District. T type of study is descriptive quantitative.
The sampling technique is done through Accidental Sampling by using the 100 respondents of Medan Petisah district as samples. The data collection method using self administrated survey, by giving questionnaires. The method of analysis used in this study is the descriptive analysis supported using table, graphic, frequency and crossing tabulation by applied SPSS (Statistics Product and Service Solutions) 17 version.
The result of research indicates that the influence of interest rate towards saving interest of Medan’s society is not quite high. It’s revealed from the result of data, 41 of 100 respondents agreed and only 12 of 100 respondents strongly agreed that interest rates affect their interest to save money in bank. However, the public response to inflation rate resulted the high response, it revealed from 58 of 100 respondents agreed and 16 of 100 respondents strongly agreed that the rate of inflationaffects their interest to save. This is due to the motives of respondents to save is not concerning for the return rate.
The main reason of respondents to save in the bank is the safety factor (35 of 100 respondents), saving for the future needs (33 of 100 respondents), and the last is consider for consumption efficiency (26 of 100 respondents). While the other factors that affect the interest to save in Medan Petisah district is excellence of bank services.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi
utama yang penting bagi berlangsungnya pembangunan ekonomi. Di dalam Garis
Besar Haluan Negara (GBHN), dipaparkan secara tegas bahwa pembangunan
ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari pembangunan nasional secara
keseluruhan sebagai tujuan akhirnya yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Lembaga keuangan mempunyai peran yang sangat penting dalam berbagai
kegiatan perekonomian. Lembaga keuangan khususnya lembaga perbankan sangat
diperlukan dalam perekonomian suatu negara karena fungsinya sebagai mediator
antara kelompok masyarakat yang kelebihan dana dan kelompok masyarakat yang
memerlukan dana. Hampir seluruh sektor yang berhubungan dengan berbagai
kegiatan keuangan selalu membutuhkan jasa perbankan. Bank adalah badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannyan kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Irsyad, 2010: 5). Oleh karena
itu kemajuan suatu bank disuatu negara bisa dijadikan sebagai ukuran bagi kemajuan
negara tersebut. Semakin maju suatu negara, maka semakin besar peranan perbankan
sangat besar dan bisa dikatakan sudah membuat masyarakat tergantung dengan
produk yang ditawarkan bank yang dapat mempermudah segala transaksi keuangan
yang dilakukan oleh masyarakat. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan
masyarakat di bank yaitu melakukan berbagai transaksi yang berhubungan dengan
keuangan, seperti tempat penyimpanan uang, melakukan pembayaran, melakukan
investasi, dan melakukan pengiriman uang.
Bank dalam prosesnya memiliki tugas yang paling utama yaitu menghimpun
dan menyalurkan dana dari dan ke masyarakat. Tanpa adanya dana yang memadai
bank tidak dapat melakukan aktivitasnya, oleh karena itu bisa dibayangkan jika tanpa
memiliki dana maka bank tidak dapat berfungsi sama sekali. Dalam proses tugas
utamanya ini pihak perbankan membutuhkan dana yang dihimpun tersebut untuk
kembali disalurkan ke masyarakat agar operasionalnya tetap lancar. Dengan kata lain
jika bank berhasil menghimpun dana dari masyarakat namun tidak dapat
menyalurkannya pada hal-hal produktif, maka bukan tidak mungkin bank tersebut
mengalami kerugian. Untuk merangsang dan menarik minat masyarakat menabung,
bank selalu berusaha menumbuhkan kepercayaan masyarakat dengan melakukan
berbagai strategi-strategi pemasaran untuk menghimpun dana dari masyarakat.
Strategi ini dilakukan dengan mengeluarkan berbagai macam produk-produk
tabungan, melakukan undian berhadiah, melancarkan sistem operasional, bahkan
memasang iklan di media massa.
Menurut pemikiran Keynes tabungan merupakan fungsi dari pendapatan.
karena konsumsi dan tabungan akan bertambah seiring dengan meningkatnya
pendapatan. Dalam rumah tangga masyarakat tidak semua pendapatan yang diterima
rumah tangga tersebut digunakan untuk konsumsi, sebagian akan disisihkan untuk
menabung. Bila pendapatan masyarakat tersebut tergolong rendah, maka rumah
tangga masyarakat tersebut tidak dapat menabung atau hanya dapat sedikit
menyisihkan pendapatannya untuk ditabungkan karena semua atau sebagian
pendapatannya digunakan untuk memenuhi konsumsi. Namun pada tingkat
pendapatan yang lebih tinggi, konsumsi dan tabungan masyarakat akan lebih besar
pula. Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Tabungan
adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang
disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya
yang dipersamakan dengan itu.
Besar kecilnya ketertarikan dan minat masyarakat yang menabung di bank
biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor penentu, salah satunya yaitu tingkat suku
bunga yang ditawarkan. Besar kecilnya tingkat suku bunga biasanya mempunyai
pengaruh yang kuat terhadap pemilihan penyimpanan dalam bentuk-bentuk kekayaan
yang wujudnya seperti tabungan atau deposito berjangka. Semakin tinggi tingkat
suku bunga maka semakin besar kemungkinan pemilihan penyimpanan kekayaan
masyarakat dalam bentuk tabungan atau deposito berjangka. Bank konvensional
dalam memaksimalkan perolehan himpunan dana dari masyarakat biasanya
melakukan penawaran berupa tingkat suku bunga yang menarik bagi para nasabah
bunga dikatakan menarik apabila tingkat bunga tersebut lebih tinggi daripada tingkat
inflasi, dan tingkat suku bunga bank-bank lainnya.
Tabungan menurut teori klasik merupakan fungsi dari tingkat suku bunga.
Semakin tinggi tingkat suku bunga, maka semakin tinggi pula keinginan masyarakat
untuk menyimpan dananya di bank. Artinya, pada tingkat suku bunga yang tinggi,
maka masyarakat akan merasa terdorong untuk menyisihkan atau mengurangi
pengeluaran untuk melakukan konsumsi untuk menambah jumlah tabungan, begitu
pula sebaliknya. Pengertian dasar dari teori tingkat suku bunga adalah harga dari
penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu (Boediono, 1998:75). Oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa bunga merupakan imbalan atas ketidaknyamanan seseorang
karena telah melepas uangnya.
Faktor penentu selanjutnya yaitu tingkat inflasi. Inflasi merupakan suatu
keadaan dimana terjadinya peningkatan harga-harga barang serta jasa secara umum
dan terus-menerus yang berkaitan dengan mekanisme pasar. Dengan kata lain, inflasi
juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara terus-menerus. Inflasi
dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu berlebihnya likuiditas, atau karena tekanan
produksi dan atau distribusi. Pada tingkat inflasi yang tinggi maka akan berdampak
pada biaya hidup yang tinggi bagi masyarakat. Naiknya biaya hidup masyarakat ini
akan berdampak pada kurangnya pendapatan rumah tangga, ini disebabkan karena
pendapatan tersebut diserap oleh tingginya harga-harga kebutuhan pokok untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka. Semakin kecil sisa pendapatan masyarakat
bank. Jika seseorang memiliki pendapatan yang tidak meningkat atau tetap, maka
dapat diketahui bahwa jumlah uang yang akan ditabung individu atau kelompok
keluarga tersebut juga tidak meningkat, sehingga akan mengalami penurunan atau
bahkan mereka akan menarik seluruh tabungannya untuk memenuhi dan menutupi
kebutuhan hidupnya dengan menutup tabungannya di bank tempat dimana mereka
biasa menabung.
Menurut Muhibbin Syah dalam Bari’ah (2009) minat adalah kecenderungan
atau kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat bukan
istilah yang popular karena ketergantungannya pada faktor-faktor internal seperti
pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. Rangsangan yang
diperoleh dari bank untuk menarik minat menabung masyarakat terbatas pada
rangsangan yang hasilnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Masyarakat
saat ini lebih berhati-hati sebelum mengambil keputusan pada bank manakah yang
akan dijadikan tempat untuk menyimpan dananya, hal ini dikarenakan masyarakat
cukup kritis dan memiliki penilaian-penilaian tersendiri terhadap segi kualitas dan
kuantitas yang ditawarkan oleh bank.
Permasalahan yang terjadi sampai saat ini adalah masih kurangnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya menabung. Hasil dari salah satu lembaga survey
mendapati bahwa minat masyarakat Indonesia untuk menabung di bank masih
terbilang kecil. Hal ini terdeteksi dari hasil survey tersebut yang menyatakan bahwa
73% dari 14 ribu responden di 14 kota tidak keberatan pergi ke bank. Namun,
membuka rekening di bank (www.infobanknews.com diakses Juni 2014). Untuk itu
pihak-pihak terkait yaitu bank harus terus melakukan dorongan edukasi agar
masyarakat sadar akan pentingnya menabung di bank.
Minat menabung masyarakat penting untuk diteliti seperti di Kota Medan
yang merupakan kota ketiga terbesar di Indonesia. Di Kota Medan terdapat 53 bank
umum yang terdiri dari bank umum konvensional maupun syariah. Kecamatan
Medan Petisah merupakan salah satu kecamatan terbesar di Kota Medan dengan luas
wilayah sekitar 13,16 km dengan jumlah penduduk sebesar 61.855 jiwa yang terbagi
dalam 7 kelurahan.. Kecamatan Medan Petisah merupakan kecamatan yang terletak
di pusat Kota Medan yang sebagian besarnya merupakan daerah dengan kawasan
bisnis dan perkantoran. Di Kecamatan Medan Petisah banyak terdapat pusat-pusat
perbelanjaan, pasar, pertokoan, show room dan tentu saja unggul dalam perbankan.
Selain itu dari kecamatan ini terdapat beberapa produk unggulan yang merupakan
industri rumah tangga berupa industri dan pemasaran Bika Ambon, anyaman rotan,
dan konveksi pakaian jadi. Di Kecamatan Medan Petisah terdapat 22 bank baik bank
syariah maupun konvensional, terdapat 6 koperasi dan 2 pegadaian. Dari data
distribusi ATM di Kecamatan ini terdapat 41 ATM yang tersebar yang juga unggul
dibandingkan kecamatan lain, dalam hal ini dapat dilihat bahwa di Kecamatan Medan
Petisah ini pengguna jasa perbankan dalam melakukan transaksi keuangan cukup
Astuti (2013) dalam penelitiannya tentang pengaruh persepsi nasabah tentang
tingkat suku bunga, promosi dan kualitas pelayanan terhadap minat menabung
nasabah menunjukkan bahwa secara parsial variabel persepsi nasabah tentang tingkat
suku bunga berpengaruh positif signifikan terhadap minat menabung nasabah, yang
berarti jika persepsi nasabah tentang tingkat suku bunga semakin tinggi maka akan
berpengaruh positif terhadap minat menabung nasabah signifikan. Muchlis (2013)
dalam penelitiannya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi nasabah dalam
memilih bank (syariah vs konvensional) menyatakan bahwa masyarakat lebih banyak
memilih menabung pada perbankan konvensional dibandingkan perbankan syariah,
ini dikarenakan masyarakat masyarakat lebih mengenal produk dari perbankan
konvensional yaitu dengan memberikan penawaran suku bunga.
Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
menggunakan kembali tingkat suku bunga untuk membutikan pengaruhnya terhadap
minat menabung masyarakat di Kota Medan, dengan studi kasus pada Kecamatan
Medan Petisah. Namun pada penelitian ini terdapat sedikit perbedaan dengan
penelitian-penelitian terdahulunya, yaitu penulis ingin membuktikan apakah terdapat
pengaruh tingkat inflasi terhadap minat masyarakat untuk menabung.
Berdasarkan uraian dan latar belakang masalah diatas, maka penulis memilih
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka masalah yang akan dibahas
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh tingkat suku bunga yang ditawarkan bank terhadap minat
menabung masyarakat di Kota Medan?
2. Bagaimana pengaruh tingkat inflasi yang terjadi di kota Medan terhadap minat
menabung masyarakat di Kota Medan?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat suku bunga yang ditawarkan
bank terhadap minat menabung masyarakat di kota Medan .
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat inflasi yang terjadi di kota
Medan terhadap minat menabung masyarakat di kota Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini yaitu:
1. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan studi dan bahan referensi bagi para
mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya
Departemen Ekonomi Pembangunan untuk melakukan penelitian selanjutnya
2. Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan menambah
pengalaman serta pengetahuan penulis terhadap disiplin ilmu yang penulis
pelajari.
3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian dan masukan bagi kalangan
akademisi dan kalangan penetili yang tertarik membahas topik yang sama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Tingkat Suku Bunga
Suku bunga merupakan persentase nilai harga dari penggunaan uang atau juga
sebagai imbalan sewa atas penggunaan uang dalam jangka waktu tertentu. Imbalan
sewa ini merupakan suatu kompensasi kepada pemberi pinjaman (pihak pemilik
dana) atas manfaat kedepan dari uang pinjaman tersebut apabila diinvestasikan dan
atau dilakukan nya hal-hal yang produktif terhadap uang tersebut.
Menurut Kasmir dalam buku nya yang berjudul Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (2008: 131), bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh pihak bank yang berdasarkan prinsip konvensional terhadap nasabah yang
membeli atau menjual produknya. Bunga bank juga dapat diartikan sebagai harga
yang harus dibayar kepada para nasabah (nasabah yang memiliki simpanan) dengan
yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).
Dalam kegiatan perbankan terdapat dua macam bunga yang diberikan kepada
nasabah, yaitu sebagai berikut:
1. Bunga simpanan.
Bunga simpanan merupakan bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau
merupakan harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya. Contohnya yaitu
bunga tabungan, jasa giro, dan bunga deposito.
2. Bunga pinjaman.
Yaitu bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar
oleh nasabah peminjam kepada bank. Contoh yaitu bunga kredit.
Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan
pendapatan bagi bank. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus
dikeluarkan kepada nasabah sedangkan bunga pinjaman merupakan pendapatan yang
diterima dari nasabah. Baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman
masing-masing saling mempengaruhi satu sama lainnya. Sebagai contoh seandainya bunga
simpanan tinggi, maka secara otomatis bunga pinjaman juga terpengaruh ikut naik
dan demikian pula sebaliknya.
Menurut teori klasik, bunga adalah harga dari (penggunaan) loanable funds, yaitu dana yang tersedia untuk dipinjamkan atau diinvestasikan. Teori ini
beranggapan bahwa bunga adalah harga yang terjadi dipasar dana investasi. Semakin
tinggi tingkat suku bunga, maka semakin tinggi keinginan masyarakat untuk
menyimpan dana nya di bank. Artinya, pada tingkat bunga yang lebih tinggi, maka
masyarakat akan terdorong untuk mengorbankan atau mengurangi pengeluaran untuk
konsumsi dan menambah jumlah tabungan.
Dalam teori Keynes, tingkat suku bunga ditentukan oleh besar kecilnya
permintaan dan penawaran uang. Menurut teori ini ada tiga motif mengapa orang
spekulasi. Dari ketiga motif inilah maka terjadi permintaan akan uang, yang diberi
nama liquidity preference. Menurut Keynes motif memegang uang tunai akan menjamin likuid nya orang tersebut. Keinginan untuk tetap likuid inilah yang
membuat orang bersedia membayar balas jasa dengan harga tertentu untuk
penggunaan uang. Pembayaran balas jasa akan penggunaan uang tersebut merupakan
tingkat suku bunga.
Teori Keynes khususnya menekankan adanya hubungan langsung antara
kesediaan orang membayar harga uang (tingkat suku bunga) dengan unsur
permintaan akan uang untuk tujuan spekulasi. Permintaan akan uang besar apabila
apabila tingkat bunga rendah, dan permintaan akan uang akan relatif kecil apabila
tingkat suku bunga tinggi. Keynes berpendapat bahwa orang bisa berspekulasi
mengenai perubahan tingkat suku bunga diwaktu mendatang (perubahan harga pasar
obligasi di waktu mendatang) dengan membeli obligasi atau menjual obligasi yang
dimilikinya dengan harapan memperoleh keuntungan.
2.1.1.1 Fungsi Tingkat Suku Bunga
Suku bunga mempunyai fungsi yang penting dalam perekonomian, yaitu:
1. Merupakan alat penting yang berpengaruh terhadap besarnya jumlah tabungan
dan investasi masyarakat.
2. Membantu mengalirkan tabungan ke arah investasi untuk mendukung
3. Merupakan alat yang dapat digunakan pemerintah dalam mengendalikan dan
menyeimbangkan jumlah uang beredar dari permintaan dan penawaran uang di
perekonomian suatu negara.
2.1.1.2 Faktor-faktor Yang Menpengaruhi Tingkat Suku Bunga
Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa untuk mengetahui seberapa besar
kecilnya suku bunga simpanan dan pinjaman sangat dipengaruhi oleh keduanya,
artinya baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman saling mempengaruhi satu
sama lain, disamping faktor-faktor luar lainnya, seperti jangka waktu, jaminan, target
laba dan kebijakan pemerintah.
Menurut Kasmir (2008: 131), faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar
kecilnya penetapan suku bunga adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan dana
Apabila bank mengalami kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman
meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi
adalah dengan menaikkan suku bunga simpanan. Dengan naiknya suku bunga
simpanan maka akan menarik nasabah untuk menyimpan dana nya di bank dan
kebutuhan dana dapat terpenuhi. Namun apabila dana simpanan banyak
sementara permohonan pinjaman sedikit maka bank akan menurunkan bungan
simpanan sehingga mengurangi minat nasabah untuk menyimpan dana nya, atau
dengan cara menurunkan bunga kredit sehingga dapat meningkatkan
2. Persaingan
Dalam memperebutkan dana simpanan, maka disamping faktor promosi, yang
paling utama bagi pihak perbankan harus memperhatikan pesaing. Dalam arti
jika untuk bunga simpanan rata-rata 16% pertahun, maka jika hendak
membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga simpanan dinaikkan diatas bunga
pesaing, misalnya 16,5%. Namun untuk bunga pinjaman harus berada dibawah
bunga pesaing.
3. Kebijakan pemerintah
Dalam kondisi tertentu pemerintah dapat menentukan batas maksimal atau
minimal suku bunga, baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman. Dengan
ketentuan batas minimal atau maksimal tidak boleh melebihi batas yang sudah
ditetapkan oleh pemerintah.
4. Target laba yang diinginkan
Target laba yang diinginkan merupakan besarnya keuntungan jumlah laba yang
diinginkan oleh bank. Jika laba yang diinginkan besar, maka bunga pinjaman
ikut besar dan demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu pihak bank harus
hati-hati dalam menentukan persentase laba atau keuntungan yang diinginkan.
5. Jangka waktu
Semakin panjang jangka waktu pinjaman maka akan semakin tinggi bunganya,
hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko di masa mendatang dan
6. Hubungan baik
Pihak bank biasanya menggolongkan nasabahnya menjadi dua yaitu nasabah
utama (primer) dan nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini didasarkan pada
keaktifan serta loyalitas nasabah yang bersangkutan terhadap bank. Nasabah
utama biasanya mempunyai hubungan yang baik dengan pihak bank, sehingga
dalam penentuan suku bunganya pun berbeda dengan nasabah biasa.
2.1.2 Tingkat Inflasi
Salah satu peristiwa moneter yang sangat penting dan yang sering dijumpai
hampir semua negara di dunia adalah inflasi. Inflasi merupakan kecenderungan dari
harga-harga untuk mengalami kenaikan secara umum dan berlangsung secara
terus-menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali
bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar
dari harga barang-barang lain (Boediono, 1998:161).
Dalam peristiwa naiknya harga-harga barang secara umum ini, berarti
terjadinya penurunan nilai uang. Penyebab utama yang memungkinkan peristiwa ini
muncul karena terjadinya kelebihan uang yang beredar di masyarakat. Hal ini secara
alami akan membentuk kesenjangan antara kemampuan ekonomi masyarakat dalam
membeli barang dan jasa terhadap jumlah ketersediaan barang dan jasa tersebut.
Dengan definisi bahwa permintaan masyarakat terhadap barang-barang dan jasa lebih
besar daripada jumlah yang tersedia sehingga akan mengakibatkan terjadinya
Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks
Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan
pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Indikator
inflasi lainnya berdasarkan international best practice adalah:
1. Indeks harga perdagangan besar (IHPB). Harga perdagangan besar dari suatu
komoditas adalah harga transaksi yang terjadi antara penjual/pedagang besar
pertama dengan pembeli/pedagang besar berikutnya dalam jumlah besar pada
pasar pertama atas suatu komoditas.
2. Deflator produk domestik bruto (PDB). Menggambarkan pengukuran level
harga barang akhir (final goods) dan jasa yang diproduksi di dalam suatu
ekonomi. Deflator PDB dihasilkan dengan membagi PDB atas dasar harga
nominal dengan PDB atas dasar harga konstan.
Inflasi yang di ukur dengan IHK di Indonesia dikelompokkan ke dalam tujuh
kelompok pengeluaran, yaitu:
1. Kelompok bahan makanan
2. Kelompok makanan jadi, minuman, dan tembakau
3. Kelompok perumahan
4. Kelompok sandang
5. Kelompok kesehatan
6. Kelompok pendidikan dan olahraga
2.1.2.1 Penggolongan Inflasi
Ada berbagai cara untuk menggolongkan macam inflasi. Menurut Boediono
(1998:162) penggolongan pertama didasarkan atas parah atau tidaknya inflasi
tersebut. Dalam hal ini inflasi dapat dibagi atas:
1. Inflasi ringan (dibawah 10% pertahun)
2. Inflasi sedang (antara 10% - 30% pertahun)
3. Inflasi berat (antara 30% - 100% pertahun)
4. Hiperinflasi (di atas 100% pertahun)
Penggolongan yang kedua adalah berdasarkan penyebab awal dari inflasi
tersebut. Atas dasar ini dapat dibedakan dua macam inflasi, yaitu:
1. Inflasi yang timbul karena adanya permintaan masyarakat akan berbagai barang
yang terlalu kuat, dan di pihak lain kondisi produksi telah mencapai kesempatan
kerja penuh. Apabila kondisi produksi telah berada pada kesempatan kerja
penuh, maka kenaikan permintaan tidak akan mendorong kenaikan produksi.
Dalam keadaan ini maka kenaikan permintaan akan mengakibatkan kenaikan
harga-harga barang, dan bila ini terjadi secara terus menerus maka akan
mengakibatkan inflasi yang berkepanjangan. Inflasi semacam ini disebut dengan
demand pull inflation.
2. Inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi. Inflasi ini terjadi akibat
pergeseran kurva penawaran aggregate. Dalam kondisi ini, tingkat penawaran
lebih rendah dibandingkan dengan tingkat permintaan. Akibat dari mahalnya
yang mengakibatkan penawaran total terus menurun. Inflasi ini disebut dengan
cost push inflation.
Akibat dari kedua macam inflasi tersebut, dari segi kenaikan harga output
tidak mengalami perbedaan, namun dari segi volume output (GDP riil) terdapat
perbedaan. Dalam kasus demand pull inflation, terdapat kecenderungan untuk output (GDP riil) mengalami kenaikan bersama-sama dengan kenaikan harga umum. Besar
kecilnya kenaikan output ini tergantung kepada elastisitas kurva aggregate supply
(semakin mendekati output maksimum maka kurva semakin tidak elastis).
Sebaliknya, dalam kasus cost push inflation kenaikan harga-harga barang diikuti dengan penurunan omset penjualan barang (kelesuan usaha).
Harga Harga
S
D H
D
Q Q Output Q Q Output
Gambar 2.1 Demand Pull Inflation dan Cost Push Inflation
Perbedaan lain dari kedua proses inflasi ini yaitu terletak pada urutan dari
kenaikan harga. Pada demand pull inflation kenaikan harga barang akhir (output) mendahului kenaikan harga barang-barang input dan harga-harga faktor produksi.
Sebaliknya pada cost push inflation, kenaikan harga barang-barang input dan harga-harga faktor produksi mendahului kenaikan harga-harga barang-barang akhir (output). Kedua macam inflasi ini sangat jarang dijumpai dalam praktek yang dalam bentuknya
yang murni. Pada umumnya inflasi yang terjadi dilapangan merupakan kombinasi
antara kedua macam inflasi tersebut, atau seringkali keduanya berhubungan saling
memperkuat satu sama lain.
Penggolongan yang ketiga adalah berdasarkan asal terjadi nya inflasi. Inflasi
berdasarkan penggolongan ini dapat dibedakan yaitu:
1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation)
Inflasi yang berasal dari dalam negeri muncul akibat dari perilaku masyarakat
maupun perilaku pemerintah dalam melakukan kebijakan-kebijakan nya. Inflasi
ini biasanya timbul misal karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan
pencetakan uang baru, panen gagal, dan sebagainya.
2. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation)
Inflasi yang berasal dari luar negeri adalah inflasi yang timbul karena kenaikan
harga-harga diluar negeri atau di negara-negara yang mempunyai hubungan
perdagangan dengan negara tersebut. Kenaikan harga barang impor yang masuk
ke dalam negeri secara langsung dapat mengakibatkan naiknya indeks biaya
impor, dan secara tidak langsung naiknya barang impor yang masuk ke dalam
negeri dapat menaikkan indeks harga melalui kenaikan biaya produksi dari
berbagai barang yang menggunakan bahan mentah atau mesin-mesin impor yang
belum dapat diproduksi di dalam negeri sendiri.
Penggolongan inflasi juga dapat dilihat berdasarkan intensitasnya, yaitu
creeping inflation dan hyper inflation. Creeping inflation adalah inflasi yang terjadi akibat laju pertumbuhan yang berlangsung secara lambat. Sedangkan, hyper inflation
merupakan inflasi yang sangat berat yang timbul akibat dari naiknya harga-harga
barang secara umum yang berlangsung sangat cepat, yang dapat mengakibatkan
rusaknya struktur perekonomian negara.
2.1.2.2 Penyebab Timbulnya Inflasi dan Dampak Inflasi
Menurut Isabella Hutasoit (2009), adapun faktor-faktor yang menyebabkan
timbulnya inflasi yaitu:
1. Pemerintah berambisi untuk menguasai sumber-sumber ekonomi dalam jumlah
besar yang seharusnya dapat diberikan kepada pihak swasta.
2. Adanya efek phisikologi di kalangan masyarakat, seperti isu devaluasi yang
menyebabkan permintaan masyarakat terhadap barang melonjak drastis.
3. Berbagai golongan dan pelaku ekonomi berusaha untuk memperoleh tambahan
pendapatan yang lebih besar dengan cara menaikkan tingkat produktivitas
mereka.
5. Adanya pengaruh alam yang dapat menurunkan produksi dan menaikkan harga,
seperti kemarau panjang yang mengakibatkan kegagalan permintaan.
6. Adanya pengaruh inflasi dari luar negeri, seperti meningkatnya harga
barang-barang impor atau bahan-bahan baku yang belum sanggup diproduksi di dalam
negeri.
Laju tingkat inflasi yang tinggi akan mengakibatkan lemahnya struktur
perekonomian suatu negara, bahkan akan merusak struktur ekonomi. Dampak dari
inflasi yang sangat luas bukan semata-mata hanya karena masalah ekonomi, tetapi
juga merupakan masalah sosial-politik. Adapun dampak yang ditimbulkan inflasi
adalah:
1. Equity effect
Equity effect merupakan dampak inflasi yang mempengaruhi pendapatan. Seseorang yang memiliki pendapatan yang tetap akan mengalami kerugian
dengan adanya inflasi, demikian juga dengan hal nya orang yang menyimpan
kekayaan dalam bentuk uang kas akan mengalami kerugian karena adanya
inflasi. Hal ini dikarenakan turunnya pendapatan riil yang diterima oleh orang
tersebut sebesar laju inflasi yang sedang terjadi, sehingga daya beli menjadi
lemah. Sebaliknya, mereka yang mendapatkan keuntungan dengan adanya
inflasi merupakan pihak-pihak yang memperoleh pendapatan lebih tinggi dengan
persentase yang lebih besar dari laju inflasi, atau mereka yang menyimpan
yang lebih besar dari laju inflasi. Inflasi di satu pihak seakan-akan berfungsi
sebagai pajak, dan dipihak lainnya inflasi berfungsi sebagai subsidi.
2. Efficiency effect
Efficiency effect merupakan dampak inflasi yang mempengaruhi alokasi faktor produksi, dimana terjadi perubahan alokasi faktor produksi melalui kenaikan
permintaan terhadap berbagai macam barang tertentu. Perubahan tersebut terjadi
karena permintaan akan barang tertentu mengalami kenaikan lebih besar daripada
permintaan barang lain, yang akan mendorong peningkatan produksi terhadap
barang tersebut. Peningkatan produksi ini pada akhirnya akan mengubah pola
alokasi produksi menjadi lebih efisien.
2.1.3 Tabungan
Perilaku menabung masyarakat seringkali dipengaruhi oleh banyaknya
rangsangan, baik karena pemasaran, lingkungan, ataupun untuk keuntungan pribadi.
Rangsangan tersebut kemudian diproses dan pada akhirnya diambil keputusan
menabung. Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, tabungan
adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat
tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, atau alat
lainnya yang dipersamakan dengan itu. Tabungan merupakan indikator penting
dalam mengukur pembangunan ekonomi karena tabungan merupakan elemen penting
dalam membiayai investasi domestik untuk mencapai pertumbuhan ekonomi (Hafizah
Sejalan dengan perkembangan zaman, kegiatan menabung sudah beralih dari
hanya menyimpan uang dirumah menjadi menyimpan uang di lembaga keuangan
seperti bank. Bukan hanya sekedar menghindari resiko dari kehilangan atau
kerusakan uang, menabung di bank juga akan menambahkan penghasilan dari
perolehan bunga tabungan yang diberikan oleh pihak bank tersebut. Dengan
demikian jumlah uang akan bertambah meskipun jumlah nya tidak pernah ditambah
sekalipun. Menurut Sukirno dalam Pratiwi (2012) bahwa daya menabung
masyarakat pada pokoknya menyangkut dua hal, yaitu:
1. Kesanggupan menabung (ability to save), yaitu kemampuan suatu masyarakat untuk mengerahkan tabungan, yang ditentukan oleh pendapatan perkapita dan
lain-lain. Kesanggupan menabung disebut juga dengan tingkat tabungan
potensial.
2. Kemauan menabung (willingness to save), adalah besarnya tabungan yang sebenarnya diciptakan oleh suatu masyarakat, dengan demikian kemauan
menabung merupakan tingkat tabungan riil dari suatu masyarakat. Kemauan
untuk menabung ditentukan oleh tingkat perkembangan lembaga keuangan yang
ada atau tingkat bunga yang dibayar oleh lembaga keuangan atas tabungan yang
dilakukan oleh masyarakat.
2.1.4 Minat Menabung Masyarakat
Minat merupakan suatu gejolak keinginan atau kemauan yang timbul dari
seorang individu untuk terdorong melakukan sesuatu. Kemauan melakukan sesuatu
akan dapat tercapai tergantung pada kemauan seseorang (Romlah, 2010 : 73).
Sedangkan pengertian minat menurut Suryabrata dalam Annisa (2014) adalah
kecenderungan dalam diri individu untuk tertarik pada sesuatu objek atau
menyenangi sesuatu objek. Kecederungan tersebut dapat timbul dari sesuatu yang
dirasakan menguntungkan oleh individu tersebut. Minat juga merupakan suatu
keadaan dimana seseorang merasa tertarik dan memiliki perhatian lebih terhadap
sesuatu, yang disertai dengan perasaan senang dan diperoleh kepuasan. Secara
mendasar, minat adalah penerimaan akan sesuatu hubungan antara diri sendiri dengan
sesuatu di luar diri (Suharyat, 2009). Semakin kuat hubungan diantaranya, maka
semakin besar minat.
Minat lebih dikenal sebagai kecenderungan untuk mengambil suatu keputusan
untuk memiliki atau membeli suatu produk/jasa tertentu. Keputusan pemilikan
merupakan suatu proses pengambilan keputusan untuk memiliki atau tidaknya
sesuatu produk/jasa tersebut yang dirasa bermanfaat bagi kebutuhan. Menurut
Muhibbin Syah dalam Bari’ah (2009) minat adalah kecenderungan atau kegairahan
yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
Dari paparan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa minat menabung
masyarakat adalah keinginan dari dalam diri masyarakat untuk membeli atau
mengggunakan salah satu produk/jasa dari bank, salah satunya yaitu tabungan. Minat
menabung masyarakat juga dapat disimpulkan sebagai kegiatan yang akan dilakukan
masyarakat atas penyimpanan sebagian dananya di bank dengan maksud dan tujuan
dibagi kedalam dua kelompok, yang pertama yaitu faktor internal. Faktor internal
biasanya ditimbulkan dari dalam diri sendiri, baik mulai dari pengenalan terhadap
produk tabungan, penilaian terhadap berbagai produk tabungan, hingga sampai
kepada keputusan pembelian atau penggunaan produk tabungan tersebut. Faktor
yang kedua yaitu faktor eksternal yang meliputi berbagai pengaruh dari luar individu,
misal seperti adanya pengaruh keluarga dan kerabat yang sudah turun-temurun
sebagai pengguna produk/jasa suatu tabungan pada bank tertentu, atau adanya
pengaruh tempat bekerja yang mewajibkan penggunaan produk/jasa tabungan
tertentu, sehingga dapat menimbulkan minat terhadap individu atau masyarakat
tersebut untuk menabung.
Di dalam dunia perbankan yang dimaksud dengan masyarakat yang
mengkonsumsi produk tabungan di suatu bank adalah nasabah. Nasabah dalam
lembaga perbankan memiliki arti yang sangat penting. Nasabah merupakan susuatu
yang sangat berpengaruh terhadap kelanjutan sebuah bank. Oleh karena itu sebuah
bank harus dapat menarik nasabah sebanyak-banyaknya agar dana yang terkumpul
dari nasabah tersebut dapat disalurkan oleh bank yang bersangkutan kepada hal-hal
yang produktif atau kepada pihak-pihak yang membutuhkan bantuan bank.
Di dalam UU No.10 Tahun 1998 tentang perbankan dimuat tentang jenis dan
pengertian nasabah. Dalam pasal 1 angka 17 disebutkan bahwa pengertian nasabah
yaitu merupakan pihak yang menggunakan jasa bank. Nasabah yang menggunakan
1. Nasabah Penyimpan, yaitu nasabah yang menempatkan dananya di bank dalam
bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang
bersangkutan.
2. Nasabah Debitur, yaitu nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah atau yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan.
2.2 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan model pemikiran tentang bagaimana teori
hubungan dengan berbagai faktor yang lainnya yang telah dianggap sebagai hal
penting. Untuk mengetahui bagaimana keterkaitan antara masing-masing variabel
maka dapat dilihat pada kerangka konseptual berikut ini:
Tingkat Suku Bunga
Minat Menabung
Tingkat Inflasi
2.3 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Nama Penulis Judul Penelitian Teknik dan Hasil Penelitian Promosi dan Kualitas Pelayanan Terhadap
Minat Menabung
Nasabah
Menyatakan bahwa secara parsial variabel persepsi nasabah tentang tingkat suku bunga, promosi dan kualitas layanan berpengaruh positif signifikan terhadap minat menabung nasabah, yang berarti jika persepsi nasabah tentang tingkat suku bunga semakin tinggi maka akan berpengaruh positif terhadap minat menabung nasabah secara signifikan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh nasabah penyimpan di BRI Cabang Sleman sedangkan sampel yang digunakan sebanyak 100 responden dengan teknik
pengambilan sampel menggunakan
metode random. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu menggunakan kuisioner sedangkan teknik analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda, uji prasyarat (uji normalitas, uji multikolinieritas, uji linearitas) dan uji statistik (uji t, uji F dan koefisien
ini, metode yang digunakan yaitu metode penelitian kualitatif. Terdapat dua macam informan dalam penelitian ini yaitu nasabah bank syariah dan nasabah bank konvensional. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah data primer, dan teknik pengambilan data dengan wawancara dan observasi.
3. Bayu Adi
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa variabel kepercayaan masyarakat, tingkat bunga, pelayanan yang baik dan benar, promosi dan hadiah, dan lokasi dan keamanan secara bersama mempunyai pengaruh kepada keputusan menabung. Hubungan pengaruh yang paling dominan dalam penelitian ini adalah faktor pelayanan.
5. I Made Satria
Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis faktor. Berdasarkan metode
principal component analysis (PCA)
dihasilkan lima faktor yang
dipertimbangkan konsumen dalam
keputusan menjadi nasabah PT.BPR Pusaka Denpasar, salah satunya adalah faktor produk yang mewakilkan 3 variabel, diantaranya adalah tingkat suku bunga. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh nasabah PT. BPR Pusaka Denpasar dengan responden yang diambil sebagai sampel sebanyak 100 orang.
Hasil penelitian menyatakan bahwa faktor keyakinan merupakan faktor yang lebih dominan mendorong masyarakat untuk menabung di Bank Muamalat Kisaran. Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dari responden yang terpilih yaitu masyarakat Kisaran yang menabung di Bank Muamalat Kota Kisaran dengan cara memberikan daftar pertanyaan (kuisioner) yang dijawab oleh 100 responden yang diambil secara acak. Data sekunder didapat dari pihak Bank Muamalat Indonesia, buku dan internet dan media lain.
Hasil dalam penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kualitas layanan dengan minat menabung nasabah PT.BRI di Kantor Cabang Ungaran.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analisis deskriptif, dengan
jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif merupakan penelitian yang
berusaha untuk menjelaskan, mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu,
misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang
sedang berlangsung akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang
tengah berlangsung. Analisis deskriptif mengacu pada transformasi dari data-data
mentah ke dalam suatu bentuk yang mudah dimengerti dan diterjemahkan.
Pendeskripsian respons atau hasil observasi merupakan ciri khas dari bentuk pertama
analisis. Perhitungan rata-rata, distribusi frekuensi, dan distribusi persentase adalah
bentuk yang paling umum dari peringkasan data (Wibisono, 2000: 54).
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di Kota Medan. Kota Medan adalah ibu kota
kota terbesar di Pulau Sumatera, Indonesia. Kota ini juga merupakan kota terbesar
ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Dalam penelitian ini penulis
meneliti masyarakat yang merupakan nasabah tabungan yang berdomisili di Kota
Medan. Waktu penelitian dimulai dari Juli 2014.
3.3 Batasan Operasional
Penelitian dilakukan berdasarkan batasan yang akan diteliti yaitu pada minat
menabung masyarakat di Kota Medan. Dalam hal ini variabel yang telah ditentukan
yang dianggap mempengaruhi minat menabung masyarakat di Kota Medan adalah
tingkat suku bunga dan tingkat inflasi.
3.4 Definisi Operasional
1. Suku bunga merupakan nilai harga yang akan dibayar oleh pihak bank, kepada
pihak yang telah menabungkan uangnya di bank yaitu masyarakat selaku nasabah
produk tabungan.
2. Inflasi merupakan peristiwa dalam proses kenaikan harga-harga barang secara
umum yang berlangsung secara terus-menerus dalam jangka waktu yang
berkepanjangan, yang dalam hal ini akan mengakibatkan turunnya nilai mata
uang secara riil dan akan mengakibatkan lemahnya daya beli masyarakat. Dalam
penelitian ini inflasi yang dijadikan acuan yaitu tingkat inflasi yang terjadi di
kota Medan.
3. Minat menabung masyarakat adalah keinginan dari dalam diri masyarakat untuk
yaitu tabungan, yang dalam hal ini masyarakat melakukan kegiatan penyimpanan
dananya dengan maksud dan tujuan tertentu.
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008:115).
Populasi merujuk pada sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan dalam
satu atau beberapa hal yang membentuk masalah pokok dalam suatu penelitian
(Muhamad, 2008 :161). Sampel merupakan bagian atau sejumlah cuplikan tertentu
yang diambil dari suatu populasi dan diteliti secara rinci (Muhamad, 2008:162).
Populasi dalam penelitian ini yaitu masyarakat yang berdomisili dan menetap di Kota
Medan yang merupakan nasabah bank yang jumlahnya tidak diketahui. Jika populasi
dalam penelitian tidak diketahui pasti, atau jumlah populasi relatif sangat besar
sehingga tidak bisa dihitung dengan menggunakan tabel (Husein Umar, 2008 : 80),
maka dapat digunakan rumus dengan cara interval taksiran dengan menggunakan
model interval taksiran untuk parameter P dengan rumus:
n = PQ
Zα
// e
Z = area dibawah kurva normal P = proporsi yang diharapkan
Q = proporsi yang tidak diharapkan
e = tingkat kesalahan yang mungkin terjadi
Dengan demikian maka penyelesaiannya adalah:
Diketahui :
Tingkat kepercayaan 95%, maka
α
=0,05 , maka Z ,=
1,96 Jika P dan Q tidak diketahui maka dapat diganti dengan 0,25. Dengan mengasumsikan nilai P=0,5 dan Q=0,5.
e = 0,10
Maka sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini sebesar:
n = 0,5 0,5 ,
,
n 96,04
Dari jumlah perhitungan diatas maka dapat diambil keputusan bahwa sampel
penelitian sejumlah 96 orang. Akan tetapi jumlah sampel yang diambil adalah 100
orang, karena semakin banyak sampel yang diambil maka semakin mendekati
kebenaran. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara Accidental Sampling, teknik pengambilan sampel ini dilakukan berdasarkan kemudahan mendapatkan data
yang diperlukan yang dilakukan seadanya serta mudah ditemui, dijangkau, atau
2002:68). Dalam penelitian ini responden diminta untuk mengisi sendiri kuesioner
yang diberikan (self administrated survey), yang disertai wawancara.
3.6 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data primer
Data Primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dilapangan
oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang
memerlukannya (Hasan, 2002 : 82).
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari buku, literatur, media internet,
serta bahan bacaan lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu secara langsung
diperoleh dari responden yang merupakan masyarakat di Kota Medan dan merupakan
nasabah salah satu bank di Kota Medan yang dianggap peneliti sesuai menjadi
responden dengan diberikannya angket kuisioner kepada responden.
3.7 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi:
1. Pengisian angket kuisioner oleh para responden yang sebelumnya dibuat oleh
mengajukan pertanyaan melalui daftar pertanyaan pada responden terpilih.
Pertanyaan yang diajukan kepada responden sesuai dengan tujuan pokok
permasalahan pada penelitian yang dilakukan, dan jawaban atas semua
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner digunakan sebagai
pelengkap dan pendukung kebenaran data-data yang ada.
2. Wawancara dengan para responden yang pelaksanaannya dilakukan secara
langsung berhadapan dengan responden yang diwawancarai.
3. Studi Kepustakaan yaitu mengumpulkan data dan informasi melalui telaah
berbagai literatur yang relevan yang berhubungan dengan permasalahan yang ada
di dalam penulisan skripsi ini, dapat diperoleh dari buku-buku, media cetak,
internet dan lain-lain.
3.8. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
teknik analisis statistik deskriptif, dimana data yang dikumpulkan dianalisis sehingga
dengan demikian dapat diungkapkan fenomena-fenomena yang terjadi yang akan
memberikan gambaran yang menunjukkan bagaimana pengaruh tingkat suku bunga
dan tingkat inflasi terhadap minat menabung masyarakat di Kota Medan, dengan
studi kasus pada Kecamatan Medan Petisah. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan program komputer sebagai alat bantu yaitu program komputer SPSS
(Statistic Product and Service Solution) versi 17,0 dengan bantuan descriptive analyze dan Microsoft Excel 2007, yang hasil penyajian datanya dilakukan dengan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Kota Medan
Kota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota
Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya.
Jumlah penduduk di Kota Medan sebanyak 2.122.804 jiwa pada tahun 2012 yang
didominasi dengan suku bangsa Batak beserta suku-suku bangsa lainnya seperti,
Jawa, Tionghoa, Mandailing, Minangkabau, Melayu, Karo, India, Aceh, Sunda, dan
Tamil. Wilayah Kota Medan dibagi menjadi 21 kecamatan yaitu Medan Tuntungan,
Medan Johor, Medan Amplas, Medan Denai, Medan Area, Medan Kota, Medan
Maimun, Medan Polonia, Medan Baru, Medan Selayang, Medan Sunggal, Medan
Helvetia, Medan Petisah, Medan Barat, Medan Timur, Medan Perjuangan, Medan
Tembung, Medan Deli, Medan Labuhan, Medan Marelan dan Medan Belawan. (Kota
Medan www.id.wikipedia.org).
Kota Medan memiliki luas 26.510 hektare (265,10 km²) atau 3,6% dari
kota/kabupaten lainya, kota Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan
jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30'
– 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota
Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas
permukaan laut. (Kota Medan www.id.wikipedia.org).
Kota Medan dipimpin oleh seorang wali kota. Sebagai kota yang jumlah
penduduknya relatif padat di Pulau Sumatera, penduduk Kota Medan banyak yang
berprofesi sebagai pedagang atau wiraswasta. Pedagang atau wiraswasta tersebut
didominasi oleh suku bangsa Tionghoa dan Minangkabau yang banyak berdomisili di
pusat kota. Sedangkan masyarakat yang merupakan penduduk asli seperti Melayu
dan Batak sebagian besar bertempat tinggal dan menetap di pinggiran kota. Kota
Medan ini juga merupakan pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat dan sebagai
pintu gerbang bagi para wisatawan untuk menuju objek wisata Brastagi di dataran
tinggi Karo, Bukit Lawang, dan Danau Toba.
4.1.2 Kecamatan Medan Petisah
Kecamatan Medan Petisah dipimpin oleh seorang camat. Jumlah penduduk
Kecamatan Medan Petisah sebanyak 61.855 jiwa dengan luas wilayah 13,16 km .
Persentase jumlah penduduk Kecamatan Medan Petisah sebesar 4,9% dari jumlah
penduduk Kota Medan. Kepadatan penduduk per km sebanyak 12.547 per km .
Saat ini Kecamatan Medan Petisah terdiri dari 7 kelurahan yaitu Kelurahan Sei
Kelurahan Sei Putih Timur I, Kelurahan Sei Putih Tengah dan Kelurahan Sei Putih
Barat. Dari 7 kelurahan tersebut terbagi atas 69 lingkungan, 325 RW, 126 RT dan
223 blok sensus. (Data Publikasi BPS: Kecamatan Medan Petisah Dalam Angka
2013)
Kelurahan Petisah Tengah memiliki jumlah Lingkungan terbanyak yaitu 16
Lingkungan dan Sei Putih Barat mempunyai penduduk terbanyak yaitu, 11.658 jiwa.
Jumlah penduduk Kecamatan Medan Petisah yang tersebar pada tujuh wilayah
Kelurahan sampai dengan tahun 2012, tercatat sebanyak 61.855 orang dengan jumlah
penduduk laki – laki sebanyak 29.371 orang dan penduduk perempuan sebanyak
32.484 orang. Pada tahun 2012 rasio jenis kelamin pada seluruh Kelurahan yang ada
di Kecamatan Medan Petisah dibawah 100, ini artinya bahwa jumlah penduduk
perempuan lebih banyak dari pada jumlah penduduk laki–laki. (Data Publikasi BPS:
Kecamatan Medan Petisah Dalam Angka 2013)
Ketersediaan fasilitas keuangan untuk menunjang kegiatan ekonomi
masyarakat di Kecamatan Medan Petisah sudah lebih ramai bila dibandingkan dengan
tahun sebelumnya. Fasilitas keuangan didominasi oleh oleh sektor perbankan yakni
sebanyak 22 bank, kemudian terdapat 6 koperasi dan 2 pegadaian di Kecamatan
Medan Petisah pada tahun 2012. (Data Publikasi BPS Kecamatan Medan Petisah
Dalam Angka 2013)
4.2 Profil dan Deskripsi Responden
Profil responden yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu berupa
adalah nasabah produk tabungan yang berdomisili di Kota Medan, khususnya di
Kecamatan Medan Petisah. Profil responden dalam penelitian ini diperoleh dari
kuisioner yang berupa kumpulan-kumpulan pertanyaan, dan jawaban dari pertanyaan
tersebut disusun kemudian disajikan dalam bentuk tabel, grafik, frekuensi, dan
tabulasi silang (crosstab).
4.2.1 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Perbandingan jenis kelamin nasabah dalam penelitian ini dapat dilihat dari
hasil kuesioner yang telah disebar. Perbandingan jenis kelamin ini dapat digunakan
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat suku bunga dan tingkat inflasi
terhadap minat menabung masyarakat di Kota Medan Kecamatan Medan Petisah.
Dari jumlah responden yang telah ditentukan sebagai sampel penelitian, yaitu
sebanyak 100 orang, maka diperoleh hasil sebagai berikut dalam Tabel 4.1.
Tabel 4.1
Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki‐laki 63 63.0
Perempuan 37 37.0
Total 100 100.0
Sumber: Diolah dari data primer
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa dari hasil penelitian yang
dilakukan terhadap 100 responden, dapat diketahui bahwa jumlah nasabah laki-laki
lebih banyak daripada jumlah nasabah perempuan. Dilihat dari frekuensi dan
SMP 5 5.0
SMA 43 43.0
Diploma (D1,D2,D3) 15 15.0
Sarjana (S1,S2,S3) 37 37.0
Total 100 100.0
Sumber: Diolah dari data primer
Berdasarkan Tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa masyarakat di Kecamatan
Medan Petisah yang menjadi responden didominasi oleh yang pendidikan terakhirnya
SMA yaitu sebanyak 43 orang dengan persentase sebesar 43% dari total jumlah
responden. Kemudian tingkat pendidikan terakhir sarjana sebanyak 37 orang dengan
persentase sebesar 37% dari total jumlah responden. Selanjutnya adalah tingkat
pendidikan terakhir Diploma sebanyak 15 orang dengan besar persentase 15%, dan
disusul oleh tingkat pendidikan terakhir SMP sebanyak 5 orang dengan persentase
sebesar 5% dari total jumlah responden.
4.2.3 Data Responden Berdasarkan Pekerjaan
Data Responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel yang
disajikan dibawah ini:
Tabel 4.3
Data Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Frekuensi Persentase
PNS/TNI/POLRI 15 15,0
Pegawai Swasta 28 28,0
Wiraswasta 44 44,0
Pelajar 7 7,0
Lain-lain 6 6,0
Sumber: Diolah dari data primer
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa dari 100 orang responden
masyarakat Kecamatan Medan Petisah terdapat 44% dari jumlah responden yang
bekerja sebagai wiraswasta, dari pemaparan diatas dapat diketahui bahwa pekerjaan
dalam sektor wiraswasta (pedagang) adalah pekerjaan yang paling mendominasi
dibandingkan pekerjaan yang lain di Kota Medan khususnya Kecamatan Medan
Petisah. Disusul dengan responden yang bekerja sebagai pegawai swasta yaitu
sebanyak 28% dari jumlah total responden, kemudian disusul sebanyak 15% dari
jumlah total responden yang bekerja sebagai PNS/TNI/POLRI, pelajar sebesar 7%
dan pekerjaan lain-lain seperti ibu rumah tangga sebesar 6% dari jumlah total
responden.
4.2.4 Data Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Tingkat Pendapatan
Data masyarakat yang dijadikan responden berdasarkan pekerjaan dan tingkat
pendapatan yang dianalisis dengan tabulasi silang dapat dilihat pada tabel yang
disajikan dibawah ini:
Tabel 4.4
Data Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Tingkat Pendapatan
Pekerjaan
Pendapatan
Total
≤ Rp 2 jt
Rp 2,1 jt - Rp 4 jt
Rp 4,1 jt –
Rp 6 jt ≥ Rp 6 jt
PNS/TNI/POLRI 0 5 9 1 15
Pegawai Swasta 9 14 4 1 28
Wiraswasta 2 20 15 7 44
Pelajar 7 0 0 0 7
Lain-lain 1 2 2 1 6