• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Mean Platelet Volume (MPV) Dan C- Reaktif Protein (CRP) Dengan Mortalitas 14 Hari Pada Pasien Stroke Iskemik Akut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Mean Platelet Volume (MPV) Dan C- Reaktif Protein (CRP) Dengan Mortalitas 14 Hari Pada Pasien Stroke Iskemik Akut"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN MEAN PLATELET VOLUME (MPV) DAN C-

REAKTIF PROTEIN (CRP) DENGAN MORTALITAS 14 HARI

PADA PASIEN STROKE ISKEMIK AKUT

TESIS

Oleh

M. ISA ANSARI HARAHAP

NIM: 080141001

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

HUBUNGAN MEAN PLATELET VOLUME (MPV) DAN C-

REAKTIF PROTEIN (CRP) DENGAN MORTALITAS 14 HARI

PADA PASIEN STROKE ISKEMIK AKUT

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar MagisterIlmu

Penyakit Dalam dan Spesialis Penyakit Dalam pada Program Studi Ilmu

Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas SumateraUtara

Oleh

M. ISA ANSARI HARAHAP

NIM: 080141001

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Tesis

:

HUBUNGAN MEAN PLATELET VOLUME (MPV) DAN C- REAKTIF PROTEIN (CRP) DENGAN MORTALITAS 14 HARI PADA PASIEN STROKE ISKEMIK AKUT

Nama Mahasiswa : M. ISA ANSARI HARAHAP

NIM : 080141001

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik

Konsentrasi : Penyakit Dalam

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

Dr. DairionGatot S, SpPD-KHOM Dr,Savita H SpPD

PembimbingSatu PembimbingDua PembimbingTiga Dr.Yuneldi Anwar Sp.S

Ketua Program Studi Kepala Departemen

Ilmu Penyakit Dalam Ilmu Penyakit Dalam

Dr.Zainal Safri, SpPD,SpJP

NIP.19680504 199903 1 001 NIP.19610403 198709 1 001

Dr.Refli Hasan,SpPD,SpJP(K)

(4)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah karya penulis sendiri,dan semua

sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah penulis nyatakan dengan benar

Nama : M. ISA ANSARI HARAHAP

NIM : 080141001

(5)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di

bawah ini:

Nama : M. Isa Ansari Harahap

NIM : 080141001

Program Studi : Magister Kedokteran Klinik

Konsentrasi : Ilmu Penyakit Dalam

JenisKarya : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right ) atas tesis saya yang berjudul:

HUBUNGAN MEAN PLATELET VOLUME (MPV) DAN C- REAKTIF PROTEIN (CRP) DENGAN MORTALITAS 14 HARI PADA PASIEN STROKE ISKEMIK AKUT Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk database, merawat dan mempublikasikan tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuatdi : Medan

Pada : November 2014

Yang menyatakan

(6)

Telah diuji

Pada Tanggal : ………. 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. dr. Gontar A Siregar, SpPD,KGEH Anggota : Prof. dr. Haris Hasan, SpPD,SpJP(K)

dr. Armon R, SpPD, KPTI

(7)

Abstrak

HUBUNGAN MEAN PLATELET VOLUME (MPV) DAN C- REAKTIF PROTEIN (CRP) DENGAN MORTALITAS 14 HARI PADA PASIEN STROKE ISKEMIK AKUT

Mhd Isa Ansari,Dairion Gatot S, Savita Handayani, Yuneldi Anwar

Divisi Hematologi Onkologi Medik Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

RSUP.H. Adam Malik Medan

Latar Belakang: MPV dan hitung trombosit merupakan salah satu indeks hemostasis dan disfungsinya dapat menyebabkan thrombosis. Perubahan MPV berperan penting dalam hemostasis daripada hitung trombosit. Stroke merupakan proses yang dinamis, salah satu yang berperan dalam perjalanan stroke adalah proses inflamasi. Inflamasi merupakan salah satu faktor terpenting sebagai penyebab penyakit serebrovaskular. Penanda inflamasi seperti C-reaktif protein (CRP) sering dihubungkan dengan luaran (outcome) yang buruk pada penderita stroke..Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan MPV dan CRP dengan mortalitas 14 hari pada pasien stroke iskemik akut. Metode: Penelitian potong lintang dilakukan terhadap 79 pasien Stroke Iskemik akut di Ruang Rawat Inap Departemen Neurologi RSUP H.Adam Malik Medan selama Juni – Oktober 2014. Dilakukan pemeriksaan kadar haemoglobin, leukosit, trombosit, MPV dan CRP. Hasil: Dijumpai perbedaan rerata MPV yang signifikan antara pasien yang meninggal dalam waktu 14 hari dan pasien yang masih dapat bertahan hidup (p=0,042) dan perbedaan rerata CRP yang signifikan antara pasien yang meninggal dalam waktu 14 hari dan pasien yang masih dapat bertahan hidup (p=0,0001). Dari hasil analisis menggunakan uji regresi logistik berganda dengan menggunakan metode enter diperoleh hasil bahwa CRP dan MPV memiliki hubungan yang signifikan dengan mortalitas (p<0,05). Kesimpulan: Nilai MVP dan CRP pada pasien stroke iskemik akut mempunyai hubungan dengan tingkat mortalitas. Dimana nilai MVP dan CRP yang tinggi dapat meningkatkan angka mortalitas.Kombinasi kedua parameter tersebut untuk kedepannya bisa bermanfaat dalam menentukan prognosis pasien stroke iskemik akut.

(8)

Abstract

CORRELATION BETWEEN MEAN PLATELET VOLUME (MPV) AND C – REACTIVE PROTEIN (CRP) WITH MORTALITY 14 DAYS OF PATIENTS STROKE

ACUTE ISCHEMIC

Mhd Isa Ansari,Dairion Gatot S, Savita Handayani, Yuneldi Anwar

Division Hematological Oncologi Medic Department of Internal Medicine University Medical School in North Sumatra

RSUP.H. Adam Malik Medan

Background: MPV and platelet count is one of the indices of hemostasis and dysfunction can cause thrombosis. MPV changes play an important role in hemostasis than platelet count. Stroke is a dynamic process, one of which play a role in the course of a stroke is an inflammatory process. Inflammation is one of the most important factors as the cause of cerebrovascular disease. Inflammatory markers such as C-reactive protein (CRP) is often associated with poor outcomes in patients with stroke. Purpose of this study to determine the relationship MPV and CRP with 14 day mortality in patients with acute ischemic stroke. Methods: Cross sectional study was conducted on 79 patients with acute ischemic stroke in the inpatient neurology department H.Adam Malik Hospital field during June-October 2014. Examination haemoglobin levels, leukocytes, platelets, MPV and CRP. Found significant differences between the mean MPV between patients who died within 14 days and the patient can still survive (p=0,042) and significant differences between the mean CRP between patients who died within 14 days and the patient can still survive (p=0,0001). The result of the analysis using multiple logistic regression using the enter method obtained results that CRP and MPV has a signoficant association with mortality (p<0,05). Conclusion MVP value and CRP in patients with acute ischemic stroke have a relationship with mortality. MPV and high CRP may increase mortality. Combination of both parameters for the future could be useful in determining the prognosis of patients with acute ischemic stroke.

(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur yang tidak terhingga senantiasa penulis

panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Penulis sangat menyadari bahwa tanpa bantuan semua

pihak, tesis ini tidak mungkin dapat penulis selesaikan. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis

mengucapkan terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang

telah membantu dalam penyelesaian tesis ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Rasa

hormat, penghargaan dan ucapan terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:

1. dr. Refli Hasan, Sp.PD, Sp.JP(K) selaku KepalaDepartemen Ilmu Penyakit Dalam

FK-USU/RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk mengikuti pendidikan serta senantiasa membimbing, memberikan dorongan dan

kemudahan selama penulis menjalani pendidikan.

2. dr. Zainal Safri, Sp.PD, Sp.JP sebagai Ketua Program Studi Ilmu Penyakit Dalam yang telah

dengan sungguh-sungguh membantu, membimbing, memberi dorongan dan membentuk

penulis menjadi dokter Spesialis Penyakit Dalam yang berbudi luhur serta siap mengabdi

dan berbakti pada nusa dan bangsa.

3. Khusus mengenai tesis ini, kepada Dr. Dairion Gatot S SpPD KHOM, dr.Savita Handayani,

Sp.PD, Dr. Yuneldi Anwar SpS selaku pembimbing tesis, yang telah memberikan

bimbingan dan kemudahan bagi penulis selama mengadakan penelitian juga telah banyak

meluangkan waktu dan dengan kesabaran membimbing penulis sampai selesainya tesis ini.

4. Seluruh staf Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK-USU/RSUP H. Adam Malik/RSUD dr.

Pirngadi/Medan, Prof. dr. Harun Rasyid Lubis, Sp.PD-KGH, Prof. dr. Bachtiar Fanani

Lubis,Sp.PD-KHOM, Prof. dr. Habibah Hanum Nasution, Sp.PD-KPsi, Prof. dr. Sutomo

Kasiman, Sp.PD, Sp.JP(K), Prof. dr. Azhar Tanjung, Sp.PD-KP, KAI, Sp.MK(K), Prof. dr.

OK Moehad Sjah, Sp.PD-KR, Prof. dr. Lukman H. Zain, Sp.PD-KGEH, Prof. dr. M. Yusuf

Nasution, Sp.PD-KGH, Prof. dr. Azmi S Kar, Sp.PD-KHOM, Prof. dr. Gontar Alamsyah

Siregar, Sp.PD-KGEH, Prof. dr. Haris Hasan, Sp.PD, Sp.JP(K), (Alm) dr. Salli Roseffi

Nasution, Sp.PD-KGH, (Alm) dr. Zulhelmi Bustami, Sp.PD-KGH, dr. Rustam Effendi YS,

KGEH, (Alm) dr. Betthin Marpaung, KGEH,dr. Mabel Sihombing,

(10)

Sp.PD-KGEH,dr. Alwinsyah Abidin, Sp.PD-KP, dr. Abdurrahim Rasyid Lubis, Sp.PD-KGH, DR.

dr. Dharma Lindarto, Sp.PD-KEMD, dr. Yosia Ginting, Sp.PD-KPTI, dr. Refli Hasan,

Sp.PD, Sp.JP(K), dr. EN. Keliat, Sp.PD-KP, dr. Armon Rahimi, Sp.PD-KPTI, dr. Leonardo

Basa Dairi, KGEH, dr. Pirma Siburian, KGer, dr. Rustam Effendi YS,

Sp.PD-KGEH, dr. Zuhrial Zubir, Sp.PD-KAI, DR. dr. Blondina Marpaung, Sp.PD-KR, dr. Tambar

Kembaren, Sp.PD, dr. Mardianto, Sp.PD-KEMD, dr. Dairion Gatot, Sp.PD-KHOM, dr.

Ilhamd, Sp.PD, dr. Zainal Safri, Sp.PD, Sp.JP, dr. Santi Syafril, Sp.PD-KEMD, dr. Ariantho

S. Purba, Sp.PD, dr. Franciscus Ginting, Sp.PD, dr.Endang, Sp.PD, dr. Henny Lubis SpPD,

dr. Alwi T Nst SpPD, dr. Radar R Tarigan SpPD , dr. Syafrizal Nasution, Sp.PD, dr. Anita

Rosari Dalimunthe, Sp.PD, dr. Leni Sihotang, Sp.PD, dr. Taufik Sungkar, Sp.PD, dr. Dina

Aprillia Ariestine, Sp.PD, dr.Melati Silvani Nasution, Sp.PD, dr. Restuti Hidayani Saragih,

Sp.PD serta para guru lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang dengan

kesabaran dan perhatian senantiasa membimbing penulis selama mengikuti pendidikan.

5. Para Staff Pengajar/ Pegawai Departemen Neurologi dan teman sejawat PPDS beserta

Paramedis Departemen Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan.

6. Direktur RSUP H. Adam Malik, RSUD dr. Pirngadi yang telah memberikan begitu banyak

kemudahan dan izin dalam menggunakan fasilitas dan sarana Rumah Sakit kepada penulis

dalam menjalani penelitian dan pendidikan.

7. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan FK USU, Ketua TKP-PPDS FK USU, dan Ketua

Program Studi Magister Kedokteran FK USU yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Dalam dan

Magister Kedokteran Penyakit Dalam di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

8. dr. Taufik Ashar, MKM selaku pembimbing statistik yang telah banyak meluangkan waktu

untuk membimbing dan berdiskusi dengan penulis dalam menyusun tesis ini.

9. Kepada Pimpinan Laboratorium RSUP H. Adam Malik Medan beserta staf yang telah

membantu dan memberikan kemudahan kepada penulis dalam hal pemeriksaan laboratorium

hingga penelitian ini dapat selesai.

10.Teman-teman seangkatan dan seperjuangan yang telah memberikan dorongan semangat, dr.

Feldi G Nst, dr. Riky M Sihombing, dr. Dodo A, dr. Novrin,dr. Koko I Tarigan,dr.Ali Imran

(11)

dr. Inva Y, dr. Rumbang S dan dr.Feri Merbawanto. Terimakasih untuk kebersamaan kita

dalam menjalani pendidikan selama ini.

11. Abang, kakak, dan adik-adik keluarga besar IKAAPDA dan peserta Program Pendidikan

Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Dalam FK USU yang telah banyak membantu penulis

selama menjalani pendidikan ini.

12. Seluruh Perawat/Paramedis diberbagai tempat dimana penulis pernah bertugas selama

pendidikan.

13. Seluruh Pasien yang telah bersedia ikut dalam penelitian sehingga penulisan tesis ini dapat

terwujud.

14. Syarifuddin Abdullah, Lely Husna Nasution, Amd, Deny Mahyudi, SKom, Erjan, Sriwanti,

Tanti, Ita, Fitri, Julita Ramadayanti, Tika, Idriyanti, Ali dan seluruh pegawai administrasi

Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK-USU, yang telah banyak membantu memfasilitasi

penulis dalam menyelesaikan pendidikan.

Rasa hormat dan terima kasih tidak terhingga penulis persembahkan kepada kedua

orangtua yang sangat penulissayangi dan cintai, AyahandaH.Abd. Halim Harahap dan

Ibunda(Almh) Hj. Nuraini Hrp, atas segala jerih payah, pengorbanan dan dengan kasih sayang

yang tulus telah melahirkan, membesarkan, mendidik, mendoakan tiada henti, memberikan

dukungan moril dan materil, serta mendorong penulis dalam berjuang menjalani hidup dan

mencapai cita-cita. Tidak akan pernah bisa penulis membalas jasa-jasa ayahanda dan ibunda,

semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan, kebahagian, rahmat dan karunia-Nya kepada

ayahanda dan ibunda.

Kepada Abangku Irsan Hamdani Hrp beserta istri, abangku A, Zuhri Hrp beserta istri,

kakakku Henni Herawati beserta suami, (Almh) Zuraida H Hrp beserta suami, Fauziah F Hrp

beserta suami, adikku (Alm) Hanafi Affan Hrp dan istriku Linda Rahmita Panjaitan,SH,Mkn,

anakku Sarah Azzura Desvithania Hrp, Ammara Azzleya Nauli Hrp, Amira Khalisya Nauli Hrp

yang telah membantu,mendoakan, memberi semangat, kritik, serta dorongan, ucapan terima

kasih yang tak terhingga saya ucapkan untuk segalanya.

Kepada semua pihak, baik perorangan maupun instansi yang tidak mungkin penulis

sebutkan satu persatu yang telah membantu dan berperan dalam menyelesaikan penelitian dan

(12)

Akhirnya, izinkanlah penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan dan

kekurangan yang pernah penulis lakukan selama menjalani pendidikan. Semoga tesis ini dapat

menjadi sumbangan yang berharga bagi perkembangan keilmuan dalam dunia kedokteran.

Semoga segala bantuan, dukungan, bimbingan dan petunjuk yang telah diberikan kiranya

mendapat balasan berlipat-ganda dari Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Amin ya Rabbal Alamin.

Medan, Desember 2014

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

Abstrak... i

Abstract... ii

Kata Pengantar... iii

Daftar Isi... vii

Daftar Tabel... ix

Daftar Gambar... x

Daftar Singkatan dan Lambang... xi

Daftar Lampiran... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah... 4

1.3 Hipotesa... 4

1.4 TujuanPenelitian... 5

1.5 Manfaat Penelitian... 2.3 Faktor Resiko Stroke Iskemik………... 2.4 Gambaran Klinis Stroke Iskemik……… 2.5 Diagnosis Stroke Iskemik……… 2.6 Hubungan MPV dan Stroke Iskemik………... 2.7 Hubungan CRP dan Stroke Iskemik……… 6 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 19

3.1 Desain Penelitian... 19

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian... 19

3.3 Subjek Penelitian…… ... 19

(14)

3.5 Besar Sampel………... 20

3.6 Cara Penelitian……... 20

3.6,1 Prosedur Pengambilan Data ... 3.6.2 Analisa Data ... 3.6.3 Defenisi Operasional……… 3.6.4Ethical Clearance dan Informed Consent... 3.6.5Kerangka Operasional... 20 20 21 21 22 BAB IV HASIL PENELITIAN ... 23

BAB V BAB VI PEMBAHASAN... KESIMPULAN DAN SARAN... 28 32

6.1 Kesimpulan... 32

6.2 Saran... 32

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1

4.1

4.2

4.3

4.4

4.5

4.6

Studi Prospektif MPV pada penyakit status protrombosis.………...

Karateristik Responden Penelitian...

Perbedaan Karakteristik Responden berdasarkan Mortalitas 14 Hari ………

Hubungan MPV dan CRP………...………...

Hubungan MPV dan CRP pada Pasien yang mengalami kematian…………

Hubungan MPV dan CRP pada kelompok Pasien yang bertahan hidup…….

Analisis Mutivariat Hubungan MPV dan CRP terhadap Mortalitas………...

15

23

24

25

26

27

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1 Kerangka Konseptual Penelitian... 5

2.1 Stroke trombotik dan stroke embolik... 9

2.2 Patofisiologi Stroke Iskemik………... 12

2.3 Mekanisme Peningkatan CRP………... 18

3.1 Kerangka Operasional Penelitian... 22

4.1 Perbedaan Rerata Kadar MPV antara pasien yang meninggal dalam waktu 14 hari dan pasien yang bertahan hidup ………... 25 4.2 Perbedaan Rerata Kadar CRP antara pasien yang meninggal dalam waktu 14 hari dan pasien yang bertahan hidup………... 25 4.3 Grafik Scatterplot hubungan MPV dan CRP pada seluruh pasien…………... 26

4.4 Grafik Scatterplot hubungan MPV dan CRP pada kelompok pasien yang meninggal……….

27

4.5 Grafik Scatterplot hubungan MPV dan CRP pada kelompok pasien yang hidup……….

(17)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG Mean platelet volume

megakaryocyte platelet haemostatic axis Adenosine Diphosfat

WOrld Health Organization Survei Kesehatan Rumah Tangga Departemen Kesehatan Trancient Ischemic Attack High Density Lipoprotein Diabetes Mellitus

Computed Tonography Magnetic Resonance Imaging protrombin time

activated parsial thromboplastin time Ion Natium acute phase respons elements protein kinase C

Tumor Necrosis Factor-α Transforming Growth Factor Rumah Sakit Umum Pusat Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Sistemic Lupus Erythematosus

Acquired Immuno Deficiensi Syndrom

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Persetujuan Komisi Etik Penelitian... 35

2 Lembar Informasi Subjek Penelitian... 36

3 Output Analisis………... 39

4 Lembar Penjelasan………... 55

5 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan ... 56

6 Lembar Data Peserta... 57

(19)

Abstrak

HUBUNGAN MEAN PLATELET VOLUME (MPV) DAN C- REAKTIF PROTEIN (CRP) DENGAN MORTALITAS 14 HARI PADA PASIEN STROKE ISKEMIK AKUT

Mhd Isa Ansari,Dairion Gatot S, Savita Handayani, Yuneldi Anwar

Divisi Hematologi Onkologi Medik Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

RSUP.H. Adam Malik Medan

Latar Belakang: MPV dan hitung trombosit merupakan salah satu indeks hemostasis dan disfungsinya dapat menyebabkan thrombosis. Perubahan MPV berperan penting dalam hemostasis daripada hitung trombosit. Stroke merupakan proses yang dinamis, salah satu yang berperan dalam perjalanan stroke adalah proses inflamasi. Inflamasi merupakan salah satu faktor terpenting sebagai penyebab penyakit serebrovaskular. Penanda inflamasi seperti C-reaktif protein (CRP) sering dihubungkan dengan luaran (outcome) yang buruk pada penderita stroke..Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan MPV dan CRP dengan mortalitas 14 hari pada pasien stroke iskemik akut. Metode: Penelitian potong lintang dilakukan terhadap 79 pasien Stroke Iskemik akut di Ruang Rawat Inap Departemen Neurologi RSUP H.Adam Malik Medan selama Juni – Oktober 2014. Dilakukan pemeriksaan kadar haemoglobin, leukosit, trombosit, MPV dan CRP. Hasil: Dijumpai perbedaan rerata MPV yang signifikan antara pasien yang meninggal dalam waktu 14 hari dan pasien yang masih dapat bertahan hidup (p=0,042) dan perbedaan rerata CRP yang signifikan antara pasien yang meninggal dalam waktu 14 hari dan pasien yang masih dapat bertahan hidup (p=0,0001). Dari hasil analisis menggunakan uji regresi logistik berganda dengan menggunakan metode enter diperoleh hasil bahwa CRP dan MPV memiliki hubungan yang signifikan dengan mortalitas (p<0,05). Kesimpulan: Nilai MVP dan CRP pada pasien stroke iskemik akut mempunyai hubungan dengan tingkat mortalitas. Dimana nilai MVP dan CRP yang tinggi dapat meningkatkan angka mortalitas.Kombinasi kedua parameter tersebut untuk kedepannya bisa bermanfaat dalam menentukan prognosis pasien stroke iskemik akut.

(20)

Abstract

CORRELATION BETWEEN MEAN PLATELET VOLUME (MPV) AND C – REACTIVE PROTEIN (CRP) WITH MORTALITY 14 DAYS OF PATIENTS STROKE

ACUTE ISCHEMIC

Mhd Isa Ansari,Dairion Gatot S, Savita Handayani, Yuneldi Anwar

Division Hematological Oncologi Medic Department of Internal Medicine University Medical School in North Sumatra

RSUP.H. Adam Malik Medan

Background: MPV and platelet count is one of the indices of hemostasis and dysfunction can cause thrombosis. MPV changes play an important role in hemostasis than platelet count. Stroke is a dynamic process, one of which play a role in the course of a stroke is an inflammatory process. Inflammation is one of the most important factors as the cause of cerebrovascular disease. Inflammatory markers such as C-reactive protein (CRP) is often associated with poor outcomes in patients with stroke. Purpose of this study to determine the relationship MPV and CRP with 14 day mortality in patients with acute ischemic stroke. Methods: Cross sectional study was conducted on 79 patients with acute ischemic stroke in the inpatient neurology department H.Adam Malik Hospital field during June-October 2014. Examination haemoglobin levels, leukocytes, platelets, MPV and CRP. Found significant differences between the mean MPV between patients who died within 14 days and the patient can still survive (p=0,042) and significant differences between the mean CRP between patients who died within 14 days and the patient can still survive (p=0,0001). The result of the analysis using multiple logistic regression using the enter method obtained results that CRP and MPV has a signoficant association with mortality (p<0,05). Conclusion MVP value and CRP in patients with acute ischemic stroke have a relationship with mortality. MPV and high CRP may increase mortality. Combination of both parameters for the future could be useful in determining the prognosis of patients with acute ischemic stroke.

(21)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Trombosit merupakan sel darah terkecil dengan diameter 1-3 μm, berbentuk lempeng dan

tidak berinti. Trombosit dilepaskan oleh megakariosit matang yang dihasilkan di sumsum tulang

dan bersirkulasi dalam darah 7 - 10 hari. Trombosit dapat melekat pada pembuluh darah yang

rusak, dan berperan dalam hemostasis primer. Dalam proses hemostasis, trombosit melindungi

dari perdarahan dan mengkatalisis bekuan darah yang stabil melalui kaskade koagulasi.

Trombosit juga berfungsi melindungi dari infeksi melalui fagositosis antigen patogen.

Trombosit berperan dalam beberapa reaksi hemostasis, diaktivasi oleh luka pada

subendotelium atau agonis dalam sirkulasi, membentuk bekuan trombosit untuk mencegah

perdarahan lokal. Langkah trombosit pertama dan penting dalam menutup kerusakan pembuluh

darah adalah pembentukan ikatan reseptor glikoprotein trombosit Ibα dan faktor

vonWillebrand(vWF)A1.

(1,2)

Dalam proses aktivasinya, trombosit mengalami perubahan morfologi menjadi sel kecil,

melepaskan granul, perubahan jumlah glikoprotein, membran solubilisasi, dan mikropartikel

formasi. Sitoplasma trombosit kaya akan aktin dan miosin, berperan dalam perubahan morfologi

trombosit dan retraksi bekuan. Selain itu, trombosit aktif melepaskan granulanya, berfungsi

sebagai mediator migrasi dan proliferasi sel otot polos dan makrofag. Trombosit dapat berespon

terhadap perubahan aliran darah dan kerusakan matriks subendotelial untuk mempertahankan

integritas pembuluh darah. Trombosit bergerak menuju dinding pembuluh darah yang rusak,

melekat kemudian beragregasi membentuk bekuan yang membantu menutup kerusakan

pembuluh darah tersebut, kemudian melepaskan granul sitoplasmanya.

Di sisi lain, trombosit membentuk trombus di sisi plak aterosklerosis yang pecah, dan

inilah yang memicu terjadinya serangan jantung dan stroke. Imobilisasi trombosit pada daerah

cedera vaskular membutuhkan interaksi spesifik trombosit-dinding pembuluh darah (adhesi) dan

interaksi trombosit-trombosit (agregasi). Agregasi trombosit bergantung pada pelepasan granul

trombosit, reseptor pada membran trombosit, dan kadar fibrinogen dalam plasma. Hal ini

(22)

Mean platelet volume (MPV) yang menunjukkan ukuran trombosit merupakan parameter

fungsi trombosit diantaranya dalam menilai agregasi trombosit, pembentukan tromboxane A2

dan platelet factor 4 dan dalam sekresi tromboglobulin. MPV merupakan marker fungsi

trombosit dimana trombosit dengan ukuran yang lebih besar mengandung granul yang lebih

padat dan memproduksi tromboxane A2 yang lebih banyak. MPV dan hitung trombosit

merupakan salah satu indeks hemostasis dan disfungsinya dapat menyebabkan thrombosis.

Perubahan MPV memainkan peranan penting dalam hemostasis daripada hitung trombosit.

Volume trombosit di regulasi oleh berbagai faktor ekstrinsik dan intrinsik. Rata-rata masa hidup

trombosit dengan berat yang ringan juga lebih pendek daripada trombosit yang berat. Gangguan

megakaryocyte platelet haemostatic axis (MPHA) menghasilkan pembentukan trombosit yang

hiperfungsi yang berkontribusi pada perkembangan penyakit vaskular dan kejadian trombotik

akut seperti stroke iskemik atau infark miokard. Peningkatan MPV telah dihubungkan dengan

agregasi in vitro yang lebih besar terhadap ADP dan kolagen.

Level MPV yang tinggi merupakan salah satu faktor untuk infark miokard pada pasien

dengan penyakit jantung koroner dan untuk kematian atau kejadian vaskular rekuren setelah

infark miokard, serta juga sebagai faktor resiko untuk stroke. Peningkatan ukuran trombosit telah

dilaporkan pada pasien dengan faktor resiko vaskular diantaranya diabetes, hiperkolesterolemia,

perokok dan pada pasien dengan stenosis arteri renal. Level MPV yang lebih tinggi telah

ditunjukkan pada pasien dengan stroke iskemik akut daripada kontrol. Pada beberapa literatur

juga telah melaporkan pasien dengan MPV yang meningkat memiliki kondisi yang lebih berat

dan outcome yang lebih buruk. MPV telah diidentifikasi sebagai faktor prediktor independen

terhadap resiko stroke diantara individu dengan resiko tinggi dengan riwayat penyakit

serebrovaskular sebelumnya.

(2,3,4,5)

Menurut WHO, stroke didefinisikan sebagai suatu gangguan fungsional otak yang terjadi

secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung

lebih dari 24 jam atau dapat menyebabkan kematian, disebabkan oleh gangguan peredaran darah

otak.

(2,3,4,5)

Stroke adalah istilah klinis untuk hilangnya perfusi di otak secara akut sesuai dengan

territorial vascular otak. Stroke dibagi dalam dua kelompok utama yaitu stroke iskemik dengan

persentase kurang lebih 87% dan sisanya 13% adalah stroke hemoragik.

(6)

(23)

Stroke merupakan salah satu sumber penyebab gangguan otak pada usia masa puncak

produktif dan menempati urutan kedua penyebab kematian sesudah penyakit jantung pada

sebagian besar negara di dunia. Di negara barat yang telah maju, stroke menempati urutan ketiga

sebagai penyebab kematian setelah penyakit jantung dan keganasan di Amerika. WHO

memperkirakan kejadian stroke selama tahun 2001 sebanyak 20 juta orang. Di Amerika Serikat,

prevalensi stroke sekitar 2,6% populasi dengan insidensi sebesar 700.000 orang setiap tahunnya

dimana sekitar 70% kasus merupakan serangan stroke pertama dan 88% merupakan stroke

iskemik.

Di Indonesia masih belum terdapat epidemiologi tentang insidensi dan prevalensi

penderita stroke secara nasional. Dari beberapa data penelitian yang minim pada populasi

masyarakat dilaporkan angka prevalensi penyakit stroke pada daerah urban sekitar 0,5% dan

angka insidensi penyakit stroke pada daerah rural sekitar 50/100.000 penduduk. Sedangkan data

dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995 Depkes RI, menunjukkan bahwa penyakit

vaskular merupakan penyebab kematian pertama di Indonesia.

(3,5,6)

Berdasarkan gejala klinis, infark serebri dapat dibagi menjadi 3, yaitu infark

aterotrombotik (aterotromboli), infark kardioemboli, dan infark lakuner. Menurut Warlow, dari

penelitian pada populasi masyarakat, infark aterotrombotik merupakan penyebab stroke yang

paling sering terjadi, yaitu ditemukan pada 50% penderita aterotrombotik bervariasi antara

14-40%. Infark aterotrombotik terjadi akibat adanya proses aterotrombotik pada arteri ekstra dan

intrakranial.

(7)

Walaupun kebanyakan terjadi pada usia tua, sekitar 28% serangan stroke terjadi pada

usia dibawah 65 tahun, bahkan 5-10% kasus stroke infark dapat terjadi pada usia dibawah 65

tahun.Pada usia muda, hanya 40% kasus stroke merupakan suatu iskemik. Penelitian

epidemiologi di Taiwan, stroke iskemik pada usia muda yang disebabkan stenosis merupakan

penyebab kedua tersering setelah diseksi. Sedangkan Bevan ddk melaporkan bahwa 42% stroke

iskemik usia muda disebabkan oleh emboli kardiogenik dan aterosklerosis prematur.

(3,8)

Banyak faktor yang menyebabkan stroke iskemik, salah satunya adalah aterosklerosis,

dengan mekanisme thrombosis yang menyumbat arteri besar dan kecil dan juga melalui

mekanisme emboli.Trombosit memainkan peranan yang penting dalam pathogenesis komplikasi

aterosklerosis yang berkontribusi dalam pembentukan thrombus atau aposisi setelah ruptur

plak.

(8)

(2,8)

(24)

stroke adalah proses inflamasi. Inflamasi terjadi beberapa jam sesudah awitan iskemik dengan

karakteristik munculnya ekspresi adhesi molekul di endotel pembuluh darah dan adanya leukosit

di sirkulasi menuju parenkim otak. Pemberian anti-inflamasi pada hewan percobaan akan

mengurangi volume infark 30%. Inflamasi menyebabkan kerusakan sekunder sel neuron. Pada

proses inflamasi,leukosit menyebabkan vasokonstriksi dan agregasi. Inflamasi merupakan salah

satu faktor terpenting sebagai penyebab penyakit serebrovaskular. Penanda inflamasi seperti

C-reaktif protein (CRP) dan sitokin proinflamasi seperti interleukin-6 (IL-6) sering dihubungkan

dengan luaran (outcome) yang buruk pada penderita stroke. Penderita stroke akan didapatkan

peningkatan sitokin proinflamasi baik pada darah perifer maupun pada cairan serebrovaskular.

Kadar tertinggi akan didapatkan pada dua atau tiga hari setelah awitan stroke.

Penelitian oleh Christensen tentang Acute Stroke – a dynamic process, proses dinamik

melibatkan CRP dan leukosit, namun proses inflamasi sering bertumpang tindih dengan adanya

infeksi. Penelitian Anuk dkk, Winbeck dkk, mendapatkan korelasi negative antara CRP dengan

luas lesi stroke namun berkorelasi positif dengan luaran perawatan setelah 8-12 hari. Napoli dkk

mendapatkan bahwa CRP secara independen berkorelasi dengan luaran perawatan. Gregory dkk,

Jingtao dkk, Garcia dkk menunjukkan bahwa CRP berkorelasi positif terhadap luas lesi dan

derajat keparahan stroke.

(9,10)

Studi A.Arikanoglu dkk, yang menilai hubungan CRP dan MPV terhadap mortalitas

pasien stroke iskemik, didapatkan bahwa terdapat hubungan antara MPV dan CRP pada pasien

stroke iskemik, dimana CRP dan MPV ditemukan lebih tinggi secara signifikan pada pasien yang

meninggal dibandingkan pasien yang selamat.

(9,10,11)

(3)

1.2. Perumusan masalah

Apakah ada hubungan Mean Platelet Volume dan CRP dengan mortalitas 14 hari pada

pasien stroke iskemik akut.

1.3. Hipotesis

Ada hubungan Mean Platelet Volume dan CRP dengan mortalitas 14 hari pada pasien

(25)

1.4. Tujuan penelitian

• Untuk mengetahui hubungan Mean Platelet Volume dengan mortalitas 14 hari pasien

stroke iskemik akut.

• Untuk mengetahui hubungan CRP dengan mortalitas 14 hari pasien stroke iskemik akut. • Untuk mengetahui hubungan Mean Platelet Volume dan CRP dengan mortalitas 14 hari

pasien stroke iskemik akut.

1.5. Manfaat Penelitian

• Dengan dilakukannya penelitian hubungan Mean Platelet Volume dan CRP dengan

mortalitas 14 hari pasien stroke iskemik akut diharapkan dapat berguna bagi

perkembangan ilmu pengetahuan.

• Dengan mengetahui hubungan Mean Platelet Volume dan CRP dengan mortalitas 14 hari pasien stroke iskemik akut maka dapat digunakan dalam memperkirakan prognosis

pasien dengan stroke iskemik akut

• Dapat menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya.

1.6. Kerangka Konseptual

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Stroke Iskemik Akut

Resiko Trombosis

Mean Platelet Volume(MPV)

C- Reactive Protein (CRP)

(26)

BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi

Stroke iskemik didefinisikan sebagai sekumpulan tanda klinik yang berkembang oleh

sebab vaskular. Gejala ini berlangsung 24 jam atau lebih; pada umumnya terjadi akibat

berkurangnya aliran darah ke otak, yang menyebabkan cacat atau kematian. Stroke jenis ini

memiliki ciri khas onset defisit neurologis setempat yang tiba-tiba. Beberapa pasien mengalami

perkembangan gejala yang bertahap. Defisit neurologis yang lazim ditemukan meliputi

dysphasia, dysarthria, hemianopia, hemiparesis, ataxia, dan sensory loss. Gejala dan tandanya

biasanya satu sisi (unilateral).

2.2. Patofisiologi

(6)

Iskemia jaringan otak biasanya disebabkan oklusi mendadak arteri di otak (biasanya

arteri vertebrobasilar) bila ada ruptur plaque,kemudian akan mengaktivasi sistem pembekuan.

Interaksi ateroma dengan bekuan akan mengisi lumen arteri sehingga aliran darah mendadak

tertutup.

Aterosklerosis berhubungan dengan banyak faktor resiko, seperti hipertensi, obesitas,

merokok, diabetes mellitus, usia dan kadar kolesterol tinggi.

(8)

Stroke iskemik terjadi berdasarkan 3 mekanisme yaitu trombosis serebri, emboli serebri

dan pengurangan perfusi sistemik umum.

(2)

1. Stroke akibat trombosis serebri

(8,12,13,14)

Stroke yang disebabkan adanya penyumbatan lumen pembuluh darah otak karena

trombus yang makin menebal, sehingga aliran darah tidak lancar, dan menyebabkan iskemik.

Trombosis serebri adalah obstruksi aliran darah yang terjadi pada proses oklusi satu atau lebih

pembuluh darah lokal.

Trombosis diawali adanya kerusakan endotel, sehingga tampak jaringan kolagen di

bawahnya. Trombosis terjadi akibat interaksi antara trombosit dan dinding pembuluh darah,

adanya kerusakan endotel pembuluh darah.

(8,12,13)

Endotel normal bersifat antitrombosis karena adanya glikoprotein dan proteoglikan

melapisi sel endotel dan adanya prostasiklin (PGI

(8,12,13)

2) pada endotel bersifat vasodilator dan

(27)

pembuluh darah, merangsang agregasi trombosit dan merangsang trombosit mengeluarkan

zat-zat yang terdapat di dalam granula-granula di dalam trombosit dan zat-zat-zat-zat yang berasal dari

makrofag yang mengandung lemak. Akibat adanya reseptor pada trombosit menyebabkan

perlekatan trombosit dengan jaringan kolagen pembuluh darah.

Otak yang hanya merupakan 2% dari berat badan total, menerima perdarahan 15% dari

cardiac output dan memerlukan 20% oksigen yang diperlukan tubuh manusia, sebagai energi

yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan neuronal. Energi yang diperlukan berasal dari

metabolisme glukosa, disimpan di otak dalam bentuk glukosa atau glikogen untuk persediaan

pemakaian selama 1 menit, dan memerlukan oksigen untuk metabolisme tersebut, lebih dari 30

detik gambaran EEG akan mendatar, dalam 2 menit aktivitas jaringan otak berhenti, dalam 5

menit maka kerusakan jaringan otak dimulai, dan lebih dari 9 menit akan meninggal.

(8,12,13,14,15)

Bila aliran darah jaringan otak berhenti, oksigen dan glukosa yang diperlukan untuk

pembentukan ATP menurun, terjadi penurunan Na-KATPase, sehingga membran potensial

menurun. K

(13)

+

berpindah ke ruang CES sementara ion Na dan Ca berkumpul di dalam sel. Hal ini

menyebabkan permukaan sel menjadi lebih negatif sehingga terjadi membran depolarisasi. Saat

awal depolarisasi membran sel masih reversibel, tetapi bila menetap terjadi perubahan struktural

ruang menyebabkan kematian jairngan otak. Keadaan ini terjadi segera apabila perfusi menurun

di bawah ambang batas kematian jaringan, yaitu bila aliran darah berkurang hingga di bawah

0,10 ml/100 gr .menit.

Akibat kekurangan oksigen terjadi asidosis yang menyebabkan gangguan fungsi

enzim-enzim, karena tingginya ion H. Selanjutnya asidosis menimbulkan edema serebral yang ditandai

pembengkakan sel, terutama jaringan glia, dan berakibat terhadap mikrosirkulasi. Oleh karena

itu terjadi peningkatan resistensi vaskular dan kemudian penurunan dari tekanan perfusi

sehingga terjadi perluasan daerah iskemik.

(12,13,14)

2. Emboli serebri

(12,13,15)

Selain oklusi trombotik pada tempat aterosklerosis arteri serebral, infark iskemik dapat

diakibatkan oleh emboli yang timbul dari lesi atheromatus yang terletak pada pembuluh darah

yang lebih distal. Gumpalan-gumpalan kecil dapat terlepas dari trombus yang lebih besar dan

dibawa ke tempat-tempat lain dalam aliran darah. Bila embolus mencapai arteri yang terlalu

(28)

mengakibatkan infark jaringan otak distal karena kurangnya nutrisi dan oksigen. Emboli

merupakan 32% dari penyebab stroke.

Stroke emboli dapat diakibatkan dari embolisasi dari arteri di sirkulasi pusat dari berbagai

sumber. Selain gumpalan darah, agregasi trombosit, fibrin, dan potongan-potongan plak

atheromatous, bahan-bahan emboli yang diketahui masuk ke sirkulasi pusat termasuk lemak,

udara, tumor atau metastasis, bakteri, dan benda asing. Tempat yang paling sering terserang

embolus serebri adalah arteri serebri media, terutama bagian atas.

(12,13,14)

Emboli akan lisis, pecah atau tetap utuh dan menyumbat pembuluh darah sebelah distal,

tergantung pada ukuran, komposisi, konsistensi, dan umur plak tersebut, dan juga tergantung

pada pola dan kecepatan aliran darah. Sumbatan pada pembuluh darah tersebut (terutama

pembuluh darah di otak) akan menyebabkan matinya jaringan otak, dimana kelainan ini

tergantung pada adanya pembuluh darah yang adekuat.

(8,12,15)

3. Hipoperfusi sistemik

(8,12,15)

Pengurangan perfusi sistemik dapat mengakibatkan kondisi iskemik karena

kegagalan pompa jantung atau proses perdarahan atau hipovolemik. Berkurangnya

aliran darah ke seluruh bagian tubuh karena adanya gangguan denyut jantung. (12)

(29)

2.3. Faktor resiko stroke iskemik

Stroke dapat dicegah dengan memanipulasi faktor-faktor resikonya. Faktor resiko stroke

ada yang tidak dapat diubah, tetapi ada yang dapat dimodifikasi dengan perubahan gaya hidup

atau secara medik. Menurut Sacco 1997, Goldstein 2001, faktor-faktor resiko pada stroke

adalah :

1. Hipertensi

(2,12,14)

Hipertensi merupakan faktor resiko mayor yang dapat diobati. Insidensi stroke bertambah

dengan meningkatnya tekanan darah dan berkurang bila tekanan darah dapat dipertahankan di

bawah 140/90 mmHg, baik pada stroke iskemik, perdarahan intrakranial maupun perdarahan

subarachnoid.

2. Penyakit jantung

Meliputi penyakit jantung koroner, kongestif, hipertrofi ventrikel kiri, aritmia jantung dan

atrium fibrilasi merupakan faktor resiko stroke.

3. Diabetes mellitus

Diabetes mellitus adalah faktor resiko stroke iskemik. Resiko pada wanita lebih besar

daripada pria. Bila disertai hipertensi, resiko akan menjadi lebih besar.

4. Viskositas darah

Meningkatnya viskositas darah baik karena meningkatnya hematokrit maupun fibrinogen

akan meningkatkan resiko stroke.

5. Pernah stroke sebelumnya atau TIA (Trancient Ischemic Attack)

50% stroke terjadi pada penderita yang sebelumnya pernah stroke atau TIA. Beberapa

laporan menyatakan bahwa 1/3 penderita TIA kemungkinan akan mengalami TIA ulang, 1/3

tanpa gejala lanjutan dan 1/3 akan mengalami stroke.

6. Peningkatan kadar lemak darah

Ada hubungan positif antara meningkatnya kadar lipid plasma dan lipoprotein dengan

aterosklerosis serebrovaskular; ada hubungan positif antara kadar kolesterol total dan

trigliserida dengan resiko stroke; dan ada hubungan negatif antara menigkatnya HDL dengan

(30)

7. Merokok

Resiko stroke meningkat sebanding dengan banyaknya jumlah rokok yang dihisap per

hari.

8. Obesitas

Sering berhubungan dengan hipertensi dan gangguan toleransi glukosa. Obesitas tanpa

hipertensi dan DM bukan merupakan faktor resiko stroke yang bermakna.

9. Kurangnya aktivitas fisik/olahraga

Aktivitas fisik yang kurang memudahkan terjadinya penimbunan lemak. Timbunan lemak

yang berlebihan akan menyebabkan resistensi insulin sehingga akan menjadi diabetes dan

disfungsi endotel.

10.Usia tua

Usia berpengaruh pada elastisitas pembuluh darah. Makin tua usia, pembuluh darah

makin tidak elastis. Apabila pembuluh darah kehilangan elastisitasnya, akan lebih mudah

mengalami aterosklerosis.

11.Jenis kelamin (pria > wanita)

12.Ras (kulit hitam > kulit putih)

2.4. Gambaran klinis stroke iskemik

Stroke iskemik merupakan penyakit progresif dengan berbagai macam tampilan klinis,

dari yang ringan hingga yang berat. Gambaran klinis stroke iskemik dapat berupa kelemahan

anggota tubuh (jarang pada kedua sisi), hiperrefleksia anggota tubuh, kelemahan otot-otot

wajah, dysarthria,dysfagia, peningkatan reflex muntah, diplopia, nystagmus, kelemahan otot

mata, dan penurunan kesadaran.

2.5. Diagnosis stroke iskemik

(12,14,16)

Untuk mendiagnosis kasus stroke, idealnya dengan observasi klinis sindrom/kumpulan

gejala dan perjalanan penyakit, serta karakteristik patofisiologi dan mekanisme penyakit yang

dikonfirmasi dengan data-data patologis, laboratoris, elektrofisiologi, genetik, atau radiologis.

(31)

2.5.1. Pemeriksaan radiologis

• Head CT-Scan: Pada kasus stroke, Head CT-Scan dapat menentukan dan memisahkan

antara jaringan otak yang infark dan daerah penumbra. Selain itu,bagus juga menilai

kalsifikasi jaringan. Berdasarkan beberapa studi terakhir, CT-Scan dapat mendeteksi

lebih dari 90% kasus stroke iskemik, dan menjadi baku emas dalam diagnosis stroke.

• Magnetic Resonance Imaging(MRI): Lebih sensitif bila dibandingkan Head CT-Scan.

MRI juga dapat digunakan pada kompresi spinal. Kelemahan alat ini adalah tidak dapat

mendeteksi adanya emboli paru, udara bebas dalam peritoneum dan fraktur. Kelemahan

lainnya adalah prosedur pemeriksaan lebih rumit dan lama, pemeriksaan sangat mahal

serta tidak dapat dipakai pasien yang memakai alat pacemaker jantung dan alat bantu

pendengaran.

(12,14,16)

2.5.2. Pemeriksaan laboratorium

(12,14,16)

Pemeriksaan laboratorium pada stroke akut meliputi; hematologi lengkap, kadar gula

darah, elektrolit, ureum, kreatinin, profil lipid, enzim jantung, analisis gas darah,

protrombin time (PT) dan activated parsial thromboplastin time (aPTT), kadar fibrinogen

serta D-dimer. Polisitemia vera dan trombositemia esensial merupakan kelainan darah

yang dapat menyebabkan stroke. Polisitemia, nilai hematokrit yang tinggi menyebabkan

hiperviskositas dan mempengaruhi darah otak. Trombositemia meningkatkan

kemungkinan terjadinya agregasi dan terbentuknya trombus. Kadar glukosa darah untuk

mendeteksi adanya hipoglikemia dan hiperglikemia dimana dapat dijumpai gejala

neurologis. Pemeriksaan elektrolit bertujuan mendeteksi gangguan natrium, kalium,

kalsium, fosfat dan magnesium yang semuanya dapat menyebabkan depresi susunan saraf

pusat. Analisis gas darah perlu dilakukan untuk mendeteksi penyebab metabolik, hipoksia

dan hiperkapnia. Profil lipid dan enzim jantung untuk menilai faktor resiko stroke. PT

dan aPTT untuk menilai aktivitas koagulasi serta monitoring terapi. Sedangkan D-dimer

(32)

Gambar 2.2 Patofisiologi stroke iskemik

2.6. Hubungan Mean Platelet Volume (MPV) dan Stroke Iskemik

(14)

Trombosit merupakan sel darah terkecil dengan diameter 1-3 μm, berbentuk lempeng dan

tidak berinti.Trombosit dilepaskan oleh megakariosit matang yang dihasilkan di sumsum tulang

dan bersirkulasi dalam darah 7 - 10 hari.Trombosit dapat melekat pada pembuluh darah yang

rusak, dan berperan dalam hemostasis primer. Dalam proses hemostasis, trombosit melindungi

dari perdarahan dan mengkatalisis bekuan darah yang stabil melalui kaskade koagulasi.

Trombosit juga berfungsi melindungi dari infeksi melalui fagositosis antigen patogen. Trombosit

bersifat heterogen dalam hal ukuran, densitas dan kemampuan hemostasis. Ukuran trombosit

(MPV) merupakan marker dari fungsi trombosit dimana trombosit yang lebih besar secara

potensial lebih reaktif karena memiliki granul yang lebih padat, respon agregasi terhadap ADP dan kolagen yang lebih besar dan dapat melepaskan serotonin, β-tromboglobulin (β-TG) dan tromboxane A2 (TXA2) yang lebih banyak per unit volume, serta dihubungkan dengan penuruna

masa perdarahan (Bleeding time).

Peningkatan MPV merupakan gambaran karakteristik pada stroke iskemik, hal ini dapat

muncul sebelum kejadian serebrovaskular akut dan dapat bertahan selama periode yang panjang

(3-6 bulan). MPV yang tinggi di hubungkan dengan volume kerusakan serebral yang luas dan

resiko outcome yang buruk selama periode awal post-stroke. Pada studi cross-sectional

(33)

multisenter dengan 776 pasien stroke iskemik atau transient ischemic attack, pasien dengan

baseline quintile MPV yang paling tinggi (11,3-15,3 fl) menderita stroke yang lebih berat 1

minggu setelah masuk rumah sakit dengan modified Rankin Scale Score (mRS) 3-6 (meninggal

atau dependence).

Studi A.Arikanoglu dkk yang meneliti hubungan MPV dan CRP pada 63 pasien stroke

iskemik, pasien dibagi menjadi 2 grup yaitu pasien yang meninggal dalam 10 hari pertama dan

yang bertahan. Didapatkan bahwa MPV pasien stroke lebih tinggi dibandingkan kontrol

(8,6±1,95 fl vs 7,93±0,82;p=0,027). MPV dan CRP pasien yang meninggal signifikan lebih

tinggi daripada yang bertahan (9.24±1,98 fl dan 10.8±7 mg/dl vs 8.09±1,75 fl dan 3.2±3.5

mg/dl;p<0,05). Didapati pula korelasi yang positif antara MPV dan CRP pada pasien stroke

iskemik.

(2,17,20)

Studi Greisennegger dkk yang menilai apakah MPV berhubungan dengan keparahan dan

outcome pada pasien dengan kejadian serebrovaskular iskemik akut pada populasi kulit putih.

Studi ini menilai hubungan MPV dan keparahan stroke berdasarkan modified Rankin Scale

(mRS) dan pengaruh MPV terhadap keparahan stroke setelah menyingkirkan faktor perancu

lainnya. Didapatkan bahwa pasien dengan MPV yang paling tinggi signifikan memiliki resiko

yang lebih tinggi untuk mendapat stroke berat yang didefinisikan mRS score 3-6

(OR=2.6;p<0.001).

(3)

PROGRESS studi yang melaporkan substudi yang menilai hubungan MPV dengan resiko

stroke dan major coronary event diantara 3134 partisipan. Didapati bahwa kejadian stroke 402

dan major coronary event 160. MPV berkorelasi positif dengan resiko stroke dengan peningkatan

resiko relatif 11% per femtoliter peningkatan MPV.

(4)

Beberapa faktor resiko kardiovaskular dan kombinasinya dengan morfologi dan

trombogenesis telah diteliti diantaranya :

(18)

A. Merokok

(2,12,14)

Merokok dan paparan terhadap nikotin dapat berpengaruh terhadap fungsi trombosit

namun terdapat faktor perancu antara lain usia, jenis kelamin, durasi merokok dan

(34)

B. Hipertensi

Perjalanan hipertensi ditandai dengan aktivasi trombosit terutama akibat efek simpatis

dan sistem renin angiotensin, shear stress, peningkatan produksi ROS, gangguan

regulasi kalsium, disfungsi endotel dan penurunan bioavaibilitas NO.

C. Diabetes

Gangguan endotel dan fungsi trombosit ditambah dengan efek injuri hiperlipidemia

terhadap dinding sel pembuluh darah memicu vaskulopati dan trombosis. Beberapa

faktor yang berperan terhadap aktivasi trombosit dan pelepasan agen proinflamasi dan

protrombotik pada diabetes antara lain inflamasi sistemik, stres oksidatif, gangguan

metabolisme kalsium, penurunan bioavaibilitas NO dan peningkatan fosforilasi protein

seluler. Trombosit pasien diabetes hiperaktif, hiposensitif terhadap efek antiagregasi

prostasiklin dan NO dan memproduksi lebih banyak tromboxane A2 sehingga

menghambat efek antiplatelet aspirin dan clopidogrel.

D. Dislipidemia dan Obesitas

Hiperkolesterolemia merupakan faktor resiko vaskular yang berinterksi dengan agen

inflamasi dan protrombotik dan menghasilkan aterogenesis. Dislipidemia memicu

pelepasan ligand CD40, IL-1β, platelet factor 4 dan kemokin lainnya dari trombosit.

Over produksi sitokin trombosit ini akan memobilisasi progenitor trombosit dari

(35)

Tabel 1. Prospective studies on MPV in prothrombotic disease state

Ref

(2)

P T Endpoint Main Results Antiplatelet Effects

[100] 1,716 post-MI quartile of MPV were twice more likely to develop MI or die compared to P at the lowest quartile. (P=0.019). Cut-off value 8.6 fl was used. The failure was more frequent in P with MPV >8.6 fl (31.8% vs. 16%; P=0.048). (> 10.3 fl). MPV> 10.3 fl predicted “no-reflow” (adjusted OR 4.7,

95%CI 2.3-9.9; P<0.0001) and 6-m mortality (OR 3.2, 95%CI 1.1.-9.3; P=0.0084).

Abciximab ↓ mortality in

<1 h Impaired reperfusion (based on TIMI scale)

and 1-m mortality

MPV was ↑ in P with TIMI 0-1 compared to TIMI 2-3 (median MPV 9 fl vs. 8.5 fl; P<0.0001). MPV predicted successful reperfusion (OR 0.63, 95%CI 0.51-0.78; P<0.0001).

MPV>8.95 fl predicted mortality in those who were not on abciximab compared to those who were (HR 3.67)

Stroke during a mean follow-up of 3.9 y

1fl increment of MPV was associated with a 15% [126] 25,923 subjects

aged 25-94 y

<12 h VTE during 1994- 2007

There were 186 (42%) unprovoked events (DVT and PE). Those with MPV >

unprovoked VTE compared to those with MPV<8.5 fl (HR 1.5, 95%CI 1.0-2.3; P=0.04).

9.5 fl had a

1.5-1-m mortality MPV was in non-survivors compared to survivors (P<0.01). Kaplan-Meier curves revealed differences in 7- (18% vs. 4%; P<0.01) and 30-day mortality rates (18% vs. 7%, P<0.05) between P with MPV>10.9 fl and < 10.9 fl. MPV predicted 7- (HR 2.0, 95%CI 1.3-3.0; P<0.001)and 30-day mortality (HR 1.7, 95%CI 1.2-2.5; P<0.01).

Aspirin intake did not differ

between survivors and nonsurvivors

and P with ↑ and ↓ MPV.

2.7. Hubungan C-Reaktif Protein (CRP) dan Stroke Iskemik

Gambaran utama dari inflamasi dan kerusakan jaringan adalah peningkatan kadar protein

fase akut misalnya C-reaktif protein (CRP), serum amiloid-A, D-dimer dan fibrinogen. CRP

adalah salah satu protein fase akut yang ditemukan dalam darah, kadarnya akan meningkat

(36)

yang terdapat pada permukaan sel yang telah mengalami kematian, yang akan mengikat system

komplemen melalui c1q. CRP merupakan anggota dari protein pentraxin dengan berat molekul

25106 Da. Istilah CRP pertama kali dilaporkan oleh Tiller dan Francis pada tahun 1930,

disebabkan senyawa ini dapat bereaksi dengan polisakarida C somatik dari Streptococcus

pneumonia. Kadarnya akan meningkat 100x dalam 24-48 jam setelah terjadi luka jaringan. CRP

secara normal ada dalam serum manusia dalam jumlah kecil dengan kadar< 1 mg/L dan akan

meningkat dalam waktu 24-48 jam setelah sel dirangsang oleh senyawa inflamasi. Sitokin dari

IL-6 merupakan stimulator utama produksi dan sekresi CRP oleh sel hati. Pada kultur sel

hepatosit, ditemukan bahwa 6 adalah penginduksi utama untuk transkripsi m-RNA, CRP,

IL-1 sendiri tidak aktif tetapi sinergis dengan IL-6. Promotor gen CRP terdiri dari 2 acute phase

respons elements (APRE). APRE 2 mengandung NF IL-6 binding site yang merupakan faktor

transkripsi yang diinduksi oleh IL-6 dan diaktivasi oleh protein kinase C (PKC) dependent

phosphorylation.Sitokin lain seperti IL-1, TNF-α dan Transforming Growth Factor (TGF-β) juga

berperan dalam sintesis CRP.

Penelitian laboratorium maupun klinis menunjukkan bahwa aterosklerosis bukan sekedar

penyakit dengan deposisi lemak, namun terutama juga merupakan suatu proses inflamasi dari

mulai awal terjadi aterogenesis sampai timbul gejala klinis yang disertai dengan rupturnya plak

dan thrombosis. Monosit, makrofag dan limfosit T terdapat dalam plak aterosklerosis di dinding

arteri. Pada daerah bahu plak yaitu daerah yang paling rentan terhadap rupture plak banyak

terdapat sel inflamasi seperti monosit dan makrofag. Sitokin IL-6, TNFα yang menstimulasi

produksi protein fase akut oleh hati seperti CRP meningkatkan kejadian vascular. CRP

merupakan penanda dini dari mediator inflamasi lain seperti IL-6 dan TNFα pada proses

inflamasi yang terjadi pada aterosklerosis.

(10,21,22,23)

Peningkatan CRP adalah non spesifik tetapi merupakan penanda respon fase akut yang

sensitive terhadap senyawa infeksius, stimulus imunologik, kerusakan jaringan dan inflamasi

akut lainnya. Peningkatan kadar CRP juga terjadi pada inflamasi kronik, yang meliputi penyakit

autoimun dan malignansi. Inflamasi kronik merupakan komponen yang penting dalam

perkembangan dan progresi aterosklerosis. Pada reaksi inflamasi, kadar CRP parallel dengan

respon inflamasi yang akan terus meningkat sampai tiga bulan atau lebih pada penderita yang

perjalanan klinisnya buruk dan kembali turun pada kadar yang tidak terdeteksi setaelah inflamasi

mereda selama 6 bulan. Kadar CRP yang diperiksa dari dalam darah donor yang sehat

(37)

didapatkan median 0,8 mg/L. kadar normal akan berbeda pada setiap laboratorium, secara umum

dikatakan normal kadarnya bila didaptkan antara 0-0,1 mg/dl atau kurang dari 10 mg/L. Pada

keadaan aktif dapat meningkat sampai lebih dari 500 mg/L, nilai tersebut akan keluar setelah 24

jam pemeriksaan. Jika terjadi proses inflamasi akut kadarnya akan mulai meningkat 6 jam

berikutnya dan mencapai puncaknya dalam 48 jam, CRP memiliki waktu paruh ± 12-19 jam,

selama inflamasi terjadi kadarnya akan terus konstan sampai proses tersebut berhenti.

Konsentrasi CRP di CSF terus meningkat setelah hari ke tiga. Peningkatan CRP memiliki

korelasi dengan skor klinis pada hari ke 21, kadar CRP pada hari pertama tidak dapat

memberikan prognostik. Titer CRP maksimal pada penderita defisit neurologi yang berat,

sedangkan pada penderita dengan good neurological recovery titer CRP rendah. Peningkatan

signifikan titer CRP di CSF pada hari ketiga tampaknya merupakan kriteria prognostik buruk

pada pembentukan inflamasi inflamasi otak. Penelitian Winbeck dkk yang melakukan serial CRP

pada awitan stroke kurang dari 12 jam, 24 Jam dan kurang dari 48 jam menunjukkan adanya

hubungan yang kuat antara kada pemeriksaan pada 12-24 jam dengan outcome yang buruk pada

iskemik akut.

(21,24,25)

Beberapa studi mencoba menghubungkan kadar CRP pada fase akut stroke dengan

perburukan stroke dan outcome pada bulan ke tiga dan dalam 1 tahun pertama serta

memprediksi serangan stroke berulang dan resiko kematian dalam tahun pertama didapatkan

nilai < 5 mg/L untuk nilai normal, 5-33 mg/L untuk resiko sedang dan > 33 mg/L untuk resiko

sangat tinggi.

(23)

Konsentrasi normal pada manusia normal adalah sekitar dibawah 10 mg dan kadarnya

akan sedikit meningkat pada usia lanjut. Kadar cukup tinggi ditemukan pada wanita hamil

trimester terakhir, inflamasi sedang dan infeksi virus sekitar 10-40 mg/L dan kadarnya akan

meningkat menjadi 40-200 mg/L bila didapatkan pada proses inflamasi aktif dan infeksi bakteri,

sedangkan pada infeksi bakteri yang parah serta luka bakar akan didapatkan peningkatan sampai

> 200 mg/L.

(25,26,27)

(38)

Gambar2.3. Mekanisme peningkatan CRP

Studi Di Napoli dkk yang menilai hubungan CRP pada saat masuk rumah sakit dan pada

waktu keluar rumah sakit dengan outcome 1 tahun terhadap 193 pasien , didapatkan dengan

cut-off CRP 1,5 mg/dl pada saat keluar dari rumah sakit memberikan sensitivitas dan spesifitas yang

optimal terhadap terhadap outcome yang buruk. CRP pada saat masuk dan pulang merupakan

prediktor terhadap kejdian vaskular baru atau kematian dalam 1 tahun.CRP pada saat keluar dari

rumah sakit merupakan predictor independen paling kuat terhadap outcome yang buruk setelah 1

tahun.

(27)

Studi Shantikumar dkk yang menilai hubungan CRP, komplemen C3 terhadap mortalitas

jangka panjang pada pasien stroke iskemik. 394 subjek penelitian dengan stroke iskemik akut

yang selamat setelah > 30 hari dinilai CRP dan C3 dengan median follow up 7,4 tahun.

Didapatkan CRP pasien yang meninggal signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan yang

selamat (10,8 mg/dl vs 3,8 mg/dl). Hal ini mendukung terdapatnya hubungan antara CRP dan

post stroke mortalitas, menunjukkan terdapatnya aktivasi platelet dan disfungsi sel endothelial

yang diinduksi oleh inflamasi.

(21)

(39)

BAB III.

Metodologi Penelitian 3.1. Desain Penelitian

Penelitian dilakukan dengan observasional analitik dengan cara cross sectional (potong

lintang). Pengambilan sampel dengan cara consecutive sampling, dimana jumlah sampel dibatasi

minimal sesuai perkiraan jumlah sampel atau sampai batas waktu pengumpulan sampel yang

ditetapkan. Pengukuran variable dilakukan hanya satu kali.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan mulai bulan Juni s/d 0ktober 2014 di ruang rawat inap Departemen

Neurologi RSUP H.Adam Malik Medan, dengan persetujuan Komisi Etik Penelitian FK-USU.

Medan

3.3. Subjek Penelitian

Pasien stroke iskemik akut yang dirawat di ruang rawat inap Departemen Neurologi

RSUP H.Adam malik Medan.

3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria inklusi :

a. Pasien stroke iskemik akut ≤ 72 jam

b. Usia pasien lebih dari 30 tahun

c. Pasien menyetujui untuk ikut penelitian setelah diberikan penjelasan

Kriteria eksklusi :

a. Pasien stroke iskemik tidak dikonfirmasi CT-scan, stroke iskemik bukan

serangan pertama baik dari anamnesis ataupun data penunjang yang

menunjukkan silent infark pada CT-scan dan stroke perdarahan.

b. Pasien tidak sedang dalam pengobatan trombolitik atau terapi antikoagulan

sebelum kejadian stroke

(40)

d. Pasien yang menjalani pembedahan

e. Pasien yang mendapat serangan infark miokard dalam 3 minggu

f. Pasien demam/dijumpai tanda infeksi dalam 5 hari sebelum kejadian stroke

iskemik akut

g. Pasien mengalami gangguan system imunitas tubuh seperti SLE, AIDS dan

penggunaan obat antiinflamasi

3.5. Besar Sampel

Rumus yang digunakan : r-korelasi

Rumus : n = (Zα + Zβ)2

0,5ln

+ 3

1-r 1+r

n = jumlah sampel

Zα = nilai baku normal dari tabel Z yang besarnya

tergantung pada nilai α yang ditentukan. Untuk α = 0,05 Zα = 1,96 Zβ = nilai baku normal dari tabel Z yang besarnya

tergantung pada nilai β yang ditentukan . untuk β = 0,01 Zβ = 0,842 r = korelasi = 0,31

Maka jumlah Sampel : 79

3.6. Cara Penelitian

3.6.1. Prosedur pengambilan data

• Pasien stroke iskemik akut yang di ruang rawat Departemen Neurologi RSUP H.Adam Malik Medan.

• Dilakukan pemeriksaan CT-scan kepala pada pasien stroke.

• Pasien yang memenuhi criteria inklusi dan eksklusi diambil sebagai subjek penelitian. • Pasien dilakukan pemeriksaan darah rutin (Hb, leukosit, trombosit, MPV) dan

(41)

3.6.2. Analisa data

Analisa data dilakukan dengan perhitungan statistic. Untuk melihat perbandingan nilai

Hb, leukosit, trombosit, MPV dan CRP pada grup survivor dan non survivor digunakan

uji T independen jika data yang diamati berdistribusi normal. Sebaliknya jika data tidak

berdistribusi normal digunakan uji Mann-Whitney. Dikatakan bermakna apabila p < 0,05.

III.6.3. Definisi Operasional

• CT-scan otak merupakan proses pemeriksaan dengan menggunakan sinar-X untuk

mengambil gambar otak.

• Stroke iskemik adalah sekumpulan tanda klinik yang berkembang oleh sebab vaskular, berlangsung 24 jam atau lebih; pada umumnya terjadi akibat berkurangnya aliran darah

ke otak, yang menyebabkan cacat atau kematian.Pada gambaran CT-Scan kepala, warna

lebih gelap dibandingkan dengan otak normal.

• Fase akut stroke iskemik adalah waktu antara awitan awal mula serangan stroke yang

berlangsung sampai 1 minggu selama perawatan di rumah sakit.

• Mean platelet volume (MPV) merupakan penilaian menggunakan mesin terhadap ukuran

rata-rata trombosit yang ditemukan di darah sebagai bagian pemeriksaan hitung darah

lengkap.

• C-reaktif protein adalah suatu protein yang dihasilkan oleh hati, terutama saat terjadi

infeksi atau inflamasi didalam tubuh.

3.6.4. Ethical Clearance dan Informed Consent

• Ethical clearance diperoleh dari Komite Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang ditanda tangani oleh Prof. Dr. Sutomo

Kasiman, SpPD, SpJP(K) pada tanggal 18Juli 2014 dengan nomor surat

621/KOMET/FK USU/2014.

• Informed consent diminta secara tertulis dari subjek penelitian yang bersedia untuk ikut dalam penelitian setelah mendapatkan penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian

(42)

3.6.5. Kerangka Operasional

Gambar 3.1 Kerangka Operasional Penelitian.

Pasien Stroke Iskemik Akut

Pemeriksaan Darah Rutin : Hb, Leukosit, Trombosit, MPV.

Pemeriksaan Hs-CRP dilakukan dalam 24 jam pertama

Follow Up selama 14 hari

Kriteria Inklusi:

- Pasien stroke iskemik akut ≤ 72 jam

- Usia pasien lebih dari 30 tahun

- Pasien menyetujui untuk ikut

penelitian

Kriteria Eksklusi:

-Tidak CT Scan dan bukan serangan pertama

-Tidak sedang dalam pengobatan trombolitik

-Gagal Ginjal dan Hati

-Menjalani Pembedahan

-Mendapat serangan MI dalam 3 minggu

-Demam dan dijumpai tanda infeksi 5 hr sblm kejadian stroke

-Gangguan imunitas tubuh

Survivor (Hidup)

(43)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Karakteristik Responden Penelitian

Penelitian diikuti oleh 79 pasien stroke iskemik akut yang dirawat di ruang rawat inap

Departemen Neurologi RSUP H. Adam Malik yang telah memenuhi kriteria inklusi. Sebanyak

48 orang (60,8%) adalah pasien laki-laki, dengan rerata umur 58,47 tahun. Dari hasil

pemeriksaan kimia darah diperoleh kadar Hb 13,28 mg/dl, kadara leukosit 9,53 ribu mg/dl dan

kadar platelet 251,34 ribu mg/dl. Rerata MPV adalah 9,96 dan rerata CRP 60,31.

Tabel 4.1. Karakteristik Responden

Karakteristik Responden n = 79

Jenis kelamin, n (%)

Laki-laki 48 (60,8)

Perempuan 31 (39,2)

Umur, rerata (SB), tahun 58,47 (12,63)

Hemoglobin, rerata (SB), mg/dl 13,28 (2,35)

Leukosit, rerata (SB), ribu, mg/dl 9,53 (1,56)

Platelet, rerata (SB), ribu, mg/dl 251,34 (82,34)

MPV, rerata (SB) 9,96 (1,02)

CRP, rerata (SB) 60,31 (115,25)

SB : simpangan baku

Tabel 4.2 menyajikan perbedaan karakteristik responden berdasarkan terjadinya

mortalitas 14 hari selama perawatan di rumah sakit. Kebanyakan pasien laki-laki megalami

kematian sebanyak 10 orang (55,6%) dibandingkan pasien perempuan. Dengan menggunakan uji

chi square tidak ditemukan perbedaan yang signifikan kematian dalam waktu 14 hari selama

perawatan di rumah sakit antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan (p=0,607).

Berdasarkan uji T independent terdapat perbedaan yang signifikan rerata umur antara

pasien yang meninggal dan pasien yang bertahan hidup (p=0,027). Rerata umur pada kelompok

pasien yang meninggal lebih tua (64,22 tahun) bila dibandingkan dengan pasien yang masih

(44)

Rerata kadar Hb pada pasien yang meninggal dan pasien yang hidup juga berbeda secara

signifikan. Rerata kadar Hb pada pasien meninggal lebih rendah (12,21 mg/dl) dibandingkan

pasien yang hidup (13,6 mg/dl).

Tidak ditemukan perbedaan yang signifikan untuk parameter leukosit dan platelet antara

kedua kelompok studi (p>0,05).

Tabel 4.2. Perbedaan Karakteristik Repsonden berdasarkan Mortalitas 14 Hari

Karakteristik Responden Mortalitas 14 Hari p

Ya (n=18) Tidak (n=61)

Jenis kelamin, n (%)

Laki-laki 10 (55,6) 38 (62,3) 0,607a

Perempuan 8 (44,4) 23 (37,7)

Umur, rerata (SB), tahun 64,22 (9,96) 56,77 (12,9) 0,027b

Hemoglobin, rerata (SB), mg/dl 12,21 (2,51) 13,6 (2,22) 0,026b

Leukosit, rerata (SB), ribu 9,98 (1,2) 9,39 (1,63) 0,104c

Platelet, rerata (SB), ribu 236,28 (110,09) 255,79 (72,75) 0,179c

MPV, rerata (SB), fl 10,39 (1,38) 9,83 (0,87) 0,042c

CRP, rerata (SB), mg/dl 131,68 (149,98) 39,25 (94,42) 0,0001

a

Chi square, b T independent, c

Dari hasil analisis menggunakan uji Mann Whitney, ditemukan perbedaan rerata MPV yang

signifikan antara pasien yang meninggal dalam waktu 14 hari dan pasien yang masih dapat

bertahan hidup (p=0,042). Rerata MPV pada pasien yang meninggal adalah 10,39 fl sedangkan

(45)

Gambar 4.1. Perbedaan Rerata Kadar MPV antara pasien yang meninggal dalam waktu 14 hari

dan pasien yang bertahan hidup

Dari hasil analisis menggunakan uji Mann Whitney, ditemukan perbedaan rerata CRP yang

signifikan antara pasien yang meninggal dalam waktu 14 hari dan pasien yang masih dapat

bertahan hidup (p=0,0001). Rerata MPV pada pasien yang meninggal adalah 131,68 mg/dl

sedangkan pada pasien yang masih bertahan hidup jauh lebih rendah yaitu 39,25 mg/dl.

Gambar 4.2. Perbedaan Rerata Kadar CRP antara pasien yang meninggal dalam waktu 14 hari

(46)

Tabel 4.3. Hubungan MPV dan CRP

p r (CRP)

MPV 0,098 0,188

Dari hasil analisis menggunakan uji korelasi Spearman, tidak ditemukan korelasi/hubungan yang

signifikan antara MPV dan CRP (p=0,098).

Gambar 4.3. Grafik Scatterplot hubungan MPV dan CRP pada seluruh pasien

Tabel 4.4. Hubungan MPV dan CRP pada kelompok Pasien yang Mengalami Kematian

p r (CRP)

MPV 0,214 -0,308

Dari hasil analisis menggunakan uji korelasi Spearman, tidak ditemukan korelasi/hubungan yang

(47)

Gambar 4.4. Grafik Scatterplot hubungan MPV dan CRP pada kelompok pasien yang meninggal

Tabel 4.5. Hubungan MPV dan CRP pada kelompok pasien yang bertahan hidup

p r (CRP)

MPV 0,116 0,203

Dari hasil analisis menggunakan uji korelasi Spearman, tidak ditemukan korelasi/hubungan yang

signifikan antara MPV dan CRP (p=0,116) pada kelompok pasien yang bertahan hidup.

(48)

Analisis Mutivariat Hubungan MPV dan CRP terhadap Mortalitas

Dari hasil analisis menggunakan uji regresi logistik berganda dengan menggunakan

metode enter diperoleh hasil bahwa CRP dan MPV memiliki hubungan yang signifikan dengan

mortalitas (p<0,05). Variabel yang paling dominan memengaruhi terjadinya mortalitas adalah

CRP karena memiliki nilai OR terbesar yaitu 1,863 (IK 95% : 1,065 – 3,259)

Tabel 4.6. Analisis Mutivariat Hubungan MPV dan CRP terhadap Mortalitas

B p OR IK 95%

MPV 0,008 0,023 1,008 1,001 - 1,014

CRP 0,622 0,029 1,863 1,065 - 3,259

Gambar

Grafik Scatterplot hubungan MPV dan CRP pada seluruh pasien…………...
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Penelitian
Gambar 2.1. Stroke trombotik dan stroke embolik (12)
Gambar 2.2 Patofisiologi stroke iskemik (14)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Masalah yang akan dipecahkan adalah bagaimana bagian keuangan pada Unit Pelayanan Teknik Dinas Pendidikan Kecamatan Kuala dapat memanfaatkan aplikasi penggajian ini,

Untuk mengetahui pengaruh Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap pada Loan to Deposit Ratio (LDR) pada bank umum yang terdaftar di

Hasil analisis bawah permukaan dan pemodelan dengan menggunakan data seismik 2D menunjukan bahwa, Formasi Makats dan Formasi Mamberamo merupakan formasi yang berpotensi

 Berdasarkan keterbukaan informasi yang dipublikasikan perseroan, TRAM menjual saham Trada Dryship sebesar 225.430.000 lembar dengan nilai nominal sebesar Rp22,54

Ket: Apabila ruangan pada formulir tidak cukup, agar ditulis pada lampiran tersendiri dengan ditandatangani Direktur Utama/Penanggung Jawab dan stempel perusahaan. Jumlah

Perkembangan komputer sudah mengarah pada system terpadu yang dikenal dengan MULTIMEDIA yaitu suatu gabungan antara komputer yaitu suatu gabungan antara komputer dengan

[r]

Salah satu contoh, yaitu pemanfaatan Internet untuk menyajikan informasi mengenai suatu Maskapai Penerbangan Bali Air (Bali Air) yang berisi tentang jadwal penerbangan, jenis