• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan penggunaan lahan dalam hubungannya dengan aktivitas pertambangan di Kabupaten Bangka Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perubahan penggunaan lahan dalam hubungannya dengan aktivitas pertambangan di Kabupaten Bangka Tengah"

Copied!
200
0
0

Teks penuh

(1)

PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DALAM

HUBUNGANNYA DENGAN AKTIVITAS PERTAMBANGAN

DI KABUPATEN BANGKA TENGAH

YULITA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Perubahan Penggunaan Lahan dalam Hubungannya dengan Aktivitas Pertambangan di Kabupaten Bangka Tengah adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

(4)

Regency. Under direction of DARMAWAN and KOMARSA GANDASASMITA

This research has been performed in order to evaluate the landuse change in Bangka Tengah Regency and it association with tin mining activities and to access the pattern and driving forces of the landuse change. Multitemporal remote sensing data were used to analyze the dynamics of land use changes. Landsat satellite images of 2000, 2004 and 2010 were used to interprete ten classes of land use using the Geographical Information System (GIS) and Multiple Regression Analysis were used to access the driving force of the landuse change. The results show many changes among the land use in the year between 2000 and 2010. The highest rate of changes is observed in estate area which increased by 6 612.50 ha per year. The lowest rate of changes is observed in shrub area which decreased by 7 062.50 ha per year. Tin mining area increased by 8.1% per year (1 315 ha per year) and on the other hand forest decreased by 4.9% per year (601 ha per year) in the year between 2000 and 2010. In this case, index of regional growth and tin reserves is the significant factor that caused changes in land uses.

(5)

RINGKASAN

YULITA. Perubahan Penggunaan Lahan dalam Hubungannya dengan Aktivitas Pertambangan di Kabupaten Bangka Tengah. Dibimbing oleh DARMAWAN dan KOMARSA GANDASASMITA.

Aktivitas penambangan timah di Pulau Bangka sudah dimulai sejak awal abad XVIII, bahkan tahun 1826 timah dari Bangka telah menjadi bagian dari perdagangan dunia (Budimanta 2007). Setelah kemerdekaan Republik Indonesia pengelolaan tambang timah yang sebelumnya dikuasai oleh penjajah Belanda diambil alih Pemerintah Indonesia yang kemudian membentuk suatu badan usaha milik Negara, saat ini dikenal dengan PT Timah, untuk mengelola lahan tambang yang yang tersebar di beberapa kepulauan di Indonesia termasuk Pulau Bangka.

Aktivitas pertambangan skala besar di Kabupaten Bangka Tengah tidak hanya dilakukan oleh badan usaha bentukan pemerintah tersebut namun juga oleh perusahaan swasta joint venture antara Pemerintah Indonesia dengan Australia yaitu PT Kobatin. Krisis moneter di Indonesia yang terjadi pada akhir tahun 1990 menyebabkan terjadinya peningkatan nilai tukar dolar terhadap rupiah, namun untuk ekspor timah hal tersebut justru menguntungkan sehingga mendorong penambangan tidak hanya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar namun juga oleh masyarakat umum. Disisi lain, pemberlakuan undang-undang otonomi daerah juga menjadi salah satu faktor meluasnya aktivitas pertambangan di kalangan masyarakat umum.

Daya tarik finansial yang diperoleh dari aktivitas pertambangan ini menjadi sebab bagi penduduk di luar Pulau Bangka untuk datang dengan maksud menambang timah di wilayah ini, tetapi meningkatnya harga beberapa komoditas perkebunan seperti lada, sawit dan karet menyebabkan masyarakat tidak hanya menambang timah tetapi juga mengembangkan perkebunan. Meningkatnya aktivitas masyarakat di bidang pertambangan menyebabkan meluasnya lahan tambang, disisi lain juga berdampak terhadap meningkatnya permintaan akan lahan pemukiman, lahan perkebunan dan lahan penunjang kebutuhan hidup lainnya. Permintaan akan lahan tersebut dipenuhi dari lahan yang nilai land rent-nya lebih rendah seperti lahan tambang yang dibuka di lahan terbuka atau semak belukar atau dari lahan yang biaya pengelolaannya lebih tinggi misalnya lahan tambang yang dibuka di perkebunan.

Maraknya aktivitas penambangan ini diduga menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan berubahnya penggunaan lahan di Kabupaten Bangka Tengah. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dinamika, pemusatan dan faktor penyebab utama perubahan penggunaan lahan periode tahun 2000-2010, serta hubungan aktivitas pertambangan dengan perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Bangka Tengah.

(6)

untuk mengetahui faktor-faktor yang diduga mempengaruhi variabel tujuan dalam suatu wilayah sendiri tanpa melihat pengaruh daerah lain. Dari teknik analisis ini diharapkan dapat melihat faktor-faktor utama yang berpengaruh signifikan terhadap perubahan penggunaan lahan. Sedangkan analisis spasial dan deskriptif digunakan untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan terkait dengan semakin maraknya aktivitas pertambangan di Kabupaten Bangka Tengah.

Luas penggunaan lahan perkebunan tahun 2000, 2004 dan 2010 berturut-turut adalah sebesar 93 590 ha, 120 040 ha dan 132 040 ha atau masing-masing mencapai 41.4%, 53.1% dan 58.4% dari luas wilayah Kabupaten Bangka Tengah. Luas lahan perkebunan di kabupaten ini cenderung mengalami kenaikan dalam rentang waktu sepuluh tahun dengan konversi sekitar 6 612.50 ha per tahun periode tahun 2000-2004 dan pada periode 2004-2010 rata-rata meningkat sekitar 2 000 ha per tahun. Rata-rata konversi penggunaan lahan perkebunan tahun 2000-2010 di Kabupaten Bangka Tengah adalah sekitar 3 850 ha per tahun dengan pusat terjadinya peningkatan luasan perkebunan tersebut terlihat pada hampir semua kecamatan kecuali Kecamatan Pangkalan Baru.

Luas pemukiman juga cenderung mengalami kenaikan. Pada tahun 2000 lahan pemukiman sebesar 970 ha (0.4%), tahun 2004 menjadi 1 330 ha atau sekitar 0.6% sedangkan tahun 2010 menjadi sebesar 2 400 ha (1.1%). Rata-rata peningkatan luas pemukiman setiap tahunnya adalah sebesar 143 ha atau sekitar 11.8%. Pusat terjadinya peningkatan luas pemukiman tampak pada wilayah yang berbatasan langsung dengan ibukota provinsi yaitu Kecamatan Pangkalan Baru, wilayah yang menjadi ibukota kabupaten yaitu Kecamatan Koba dan Kecamatan Simpang Katis serta Kecamatan Sungai Selan.

Penggunaan lahan lain yang cenderung mengalami kenaikan adalah lahan tambang. Luas lahan tambang pada tahun 2000 adalah sebesar 13 490 ha (6.0%), tahun 2004 sebesar 18 350 ha (8.1%) dan tahun 2010 luasannya sebesar 26 640 ha (11.8%). Lahan tambang meningkat setiap tahunnya dengan laju rata-rata sekitar 1 315 ha per tahun dimana antara tahun 2000-2004 laju peningkatan luas lahan tambang sebesar 1 215 ha per tahun dan tahun 2004-2010 peningkatan tersebut mencapai 1 381.67 ha per tahun dengan pusat terjadinya perubahan terletak pada hampir semua kecamatan yang ada di Kabupaten Bangka Tengah seperti Kecamatan Air Mesu, Kecamatan Lubuk Besar, Kecamatan Simpang Katis dan Kecamatan Sungai Selan.

(7)

Variabel yang berpengaruh nyata terhadap bertambah luasnya pemukiman adalah proporsi pemukiman, proporsi perkebunan dan Indeks Perkembangan Desa (IPD). Hal tersebut menunjukkan bahwa peningkatan luas pemukiman cenderung terjadi pada wilayah relatif berkembang yang ditunjukkan dengan tingginya Indeks Perkembangan Desa (IPD) wilayah tersebut dan memiliki jumlah penduduk cukup tinggi yang tercermin dari proporsi pemukiman yang cukup luas. Proporsi perkebunan berpengaruh nyata negatif terhadap perubahan pemukiman menunjukkan bahwa pusat terjadinya peningkatan pemukiman terjadi pada wilayah yang relatif mendekati kota, baik ibukota provinsi maupun ibukota kabupaten dan kecamatan pemekaran.

Peningkatan lahan tambang terjadi pada wilayah dengan tingkat pemukiman yang relatif rendah yang menunjukkan bahwa perluasan areal tambang tersebut terjadi pada wilayah yang penduduknya relatif sedikit. Namun ketika potensi tambang di wilayah tersebut cukup tinggi maka peningkatan lahan tambang tetap terjadi pada wilayah yang proporsi pemukiman tahun sebelumnya relatif tinggi. Selanjutnya proporsi rawa juga berpengaruh nyata terhadap peningkatan luas lahan tambang, hal ini karena di Kabupaten Bangka Tengah umumnya lahan tambang terdapat pada lahan yang terletak relatif rendah seperti rawa. Pembukaan lahan tambang mengikuti potensinya sehingga pembukaan lahan tambang tersebut tidak hanya terjadi pada rawa namun juga pada lahan terbuka, perkebunan dan semak belukar yang memiliki nilai land rent relatif lebih rendah. Adanya potensi timah ini secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan terjadinya perubahan penggunaan lahan di kabupaten Bangka Tengah.

(8)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(9)

PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DALAM

HUBUNGANNYA DENGAN AKTIVITAS PERTAMBANGAN

DI KABUPATEN BANGKA TENGAH

YULITA

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(10)
(11)

Judul Tesis : Perubahan Penggunaan Lahan dalam Hubungannya dengan Aktivitas Pertambangan di Kabupaten Bangka Tengah

Nama : Yulita

NRP : A156090234

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Darmawan, M.Sc Dr. Ir. Komarsa Gandasasmita, M.Sc

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

(12)

Kupersembahkan Karya ini

Kepada:

Ayahanda Rusman (Alm) dan Ibunda Rusmi.

Ali Jaenal Mutakin

Nurusshofi Khoirunnisa tersayang

serta Zahrah, Faiza, Rahmah, Hana, Dhiyya, Fikri, & Nova

Kakak dan Adik-adikku yang telah mendukung selama ini :

(13)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2010 ini adalah Perubahan Penggunaan Lahan dalam hubungannya dengan Aktivitas Pertambangan di Kabupaten Bangka Tengah.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Bapak Dr. Ir. Darmawan, M.Sc selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Komarsa Gandasasmita, M.Sc selaku anggota komisi pembimbing atas segala motivasi, arahan dan bimbingan yang diberikan mulai dari tahap awal hinga penyelesaian tesis ini, serta kepada penguji luar komisi sekaligus Sekretaris Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah IPB Dr. Ir. Baba Barus, M.Sc yang telah memberikan koreksi dan masukan bagi penyempurnaan tesis ini. Penghargaan dan terima kasih juga penulis haturkan kepada Bapak Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr selaku Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah IPB beserta segenap staf pengajar dan staf manajemen Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah IPB, Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang telah memberikan izin dan bantuan kepada penulis untuk mengikuti program tugas belajar ini, Kepala Pusbindklatren BAPPENAS beserta jajarannya atas kesempatan beasiswa yang diberikan kepada penulis. Untuk sahabat-sahabat terbaik: Novita Salim atas semua support tak ternilai; Ardhy Firdian untuk semua waktu terbaik dan dukungan; Mira Sofia, Hadijah Siregar, Ivong Verawaty juga Susanto untuk support dan kebersamaan yang indah; serta rekan-rekan PWL kelas Bappenas angkatan 2009: Dina Martha SS, Anna Buana, Hafid Zulrizal, Gunadi, Edy Santoso, Erva Noorrahmah, Sri Jamiatul K, Diana Fitriah dan Dwi Ratnawati Christina atas segala do’a, dukungan dan kebersamaannya selama proses belajar hingga selesai, dan pihak-pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini.

Akhirnya ucapan terima kasih yang setinggi-tinginya juga disampaikan kepada orang tercinta dan seluruh keluarga di Pangkalpinang, atas segala do’a, dukungan, pengertian dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2011

(14)

Penulis dilahirkan di Pangkalpinang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tanggal 29 Juli 1975 dari pasangan Rusman Qori dan Rusmi sebagai anak kedua dari enam bersaudara.

Pendidikan SD hingga SMA diselesaikan di Pangkalpinang. Tahun 2000 penulis diterima sebagai mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pertiba jurusan Manajemen dan tahun 2003 penulis diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil pada Dinas Pertanian dan Kehutanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

(15)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 3

1.3 Tujuan…………... 3

1.4 Manfaat... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Lahan ………... 5

2.2 Penggunaan Lahan ………... 6

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Lahan ……… 7

2.4 Perubahan Penggunaan Lahan ……….. 8

2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan ………. 8

2.6 Pemetaan Penggunaan Lahan ... 9

2.7 Kegiatan Pertambangan di Kabupaten Bangka Tengah……… 14

III. METODE PENELITIAN ... 17

3.1 Kerangka Pemikiran ... 17

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian...… 18

3.3 Bahan dan Alat ……….. 18

3.4 Analisis dan Pengolahan Data ... 18

3.5 Teknik Analisis Data ... 3.5.1 Klasifikasi Penggunaan Lahan dan Deteksi Perubahan. 21 3.5.2 Identifikasi Pusat-pusat dan Faktor Utama Perubahan Penggunaan Lahan ……… 21

3.5.3 Identifikasi Hubungan Aktivitas Pertambangan dengan Perubahan Penggunaan Lahan …..……… 24

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 25

4.1 Administrasi ………... 25

4.2 Kependudukan ……... 25

4.3 Morfologi dan Topografi ……….. 26

4.4 Iklim ……….. 26

4.5 Tanah ………..……….. 27

4.6 Geologi ……….. 27

4.7 Aktivitas Perekonomian……….. 28

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ……….. 31

(16)

5.2 Dinamika Penggunaan Lahan di Kabupaten Bangka Tengah

Tahun 2000, 2004 dan 2010 ………. 39

5.3 Pusat-pusat Perubahan Penggunaan Lahan ………. 51

5.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Lahan ……… 54

VI. SIMPULAN DAN SARAN ... 59

7.1 Simpulan ... 59

7.2 Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 61

(17)

iii

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Penduduk per kecamatan di Kabupaten Bangka Tengah

tahun 2000-2010 ……….. 26

2 Penduduk per kecamatan di Kabupaten Bangka Tengah

tahun 2000-2010……… 26

3 Peranan sektor dalam perekonomian Kabupaten Bangka Tengah 2005 – 2009 menurut harga berlaku (juta rupiah) ……… 28 4 Peranan sektor dalam perekonomian Kabupaten Bangka Tengah

2005 – 2009 menurut harga berlaku (persen)……… 29 5 Penggunaan/penutupan lahan, kenampakan pada citra landsat dan

keadaan di lapangan ………. 32

6 Luas dan Persentase Penggunaan Lahan tahun 2000, 2004 dan 2010 .. 35 7 Laju Perubahan penggunaan Lahan Kabupaten Bangka Tengah

Tahun 2000-2004 dan 2004-2010 ………. 40 8 Matriks Perubahan Penggunan Lahan Tahun 2000-2004

Kabupaten Bangka Tengah ……….. 49 9 Matriks Perubahan Penggunan Lahan Tahun 2004-2010

Kabupaten Bangka Tengah ……….. 50 10 LQ Perubahan Penggunaan Lahan tingkat Kecamatan di Kabupaten

Bangka Tengah tahun 2000-2004……….. 51 11 LQ Perubahan Penggunaan Lahan tingkat Kecamatan di Kabupaten

(18)
(19)

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Kerangka Pemikiran ……….. 18

2 Bagan Alir Penelitian ………. 20

3 Peta Administrasi Kabupaten Bangka Tengah ……… 25

4 Peta Geologi Kabupaten Bangka Tengah ……….. 27

5 Citra Landsat Tahun 2000 ……….. 31

6 Citra Landsat Tahun 2004 ………. 31

7 Citra Landsat Tahun 2010 ……….. 32

8 Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2010 ……. 36

9 Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2010 ……. 37

10 Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2010 ……. 38

11 Luas dan Persentase Luas setiap Penggunaan Lahan pada 3 (Tiga) Titik TahunPengamatan ………. 39

12 Hubungan Perubahan Perkebunan dengan Perubahan Lahan Tambang a) Tahun 2000-2004 dan b) Tahun 2004-2010………. 42

13 Hubungan Perubahan Semak Belukar dengan Perubahan Lahan Tambang a) Tahun 2000-2004 dan b) Tahun 2004-2010………. 43

14 Hubungan Perubahan Hutan dengan Perubahan Lahan Tambang a) Tahun 2000-2004 dan b) Tahun 2004-2010………. 45

15 Hubungan Perubahan Pemukiman dengan Perubahan Lahan Tambang a) Tahun 2000-2004 dan b) Tahun 2004-2010………. 46

16 Pusat perubahan perkebunan dan semak belukar ……… 51

17 Pusat perubahan pemukiman……… 52

18 Peta Lahan Tambang Tahun 2000 dan Formasi Batuan Kabupaten Bangka Tengah ………. 53

19 Peta Lahan Tambang Tahun 2004 dan Formasi Batuan Kabupaten Bangka Tengah ………. 53

(20)
(21)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Peta Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2000-2004

di Kecamatan Lubuk Besar……… 66 2 Peta Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2004-2010

di Kecamatan Lubuk Besar……… 67 3 Peta Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2000-2004

di Kecamatan Pangkalan Baru..……… 68 4 Peta Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2004-2010

di Kecamatan Pangkalan Baru..……… 69 5 Peta Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2000-2004

di Kecamatan Sungai Selan..……… 70 6 Peta Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2004-2010

di Kecamatan Sungai Selan..……… 71 7 Peta Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2000-2004

di Kecamatan Koba ………..……… 72 8 Peta Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2004-2010

di Kecamatan Koba ………..……… 73 9 Peta Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2000-2004

di Kecamatan Namang ………..……… 74 10 Peta Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2004-2010

di Kecamatan Namang ………..……… 75 11 Peta Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2000-2004

di Kecamatan Simpang Katis ………..……….. 76 12 Peta Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2004-2010

di Kecamatan Simpang Katis ………..……….. 77 13 Matriks Koefisien Korelasi antar Variabel Perubahan Pemukiman

Tahun 2000-2004 ……… 78

14 Matriks Koefisien Korelasi antar Variabel Perubahan Pemukiman

Tahun 2004-2010 ……… 79

15 Matriks Koefisien Korelasi antar Variabel Perubahan Lahan Tambang

(22)

16 Matriks Koefisien Korelasi antar Variabel Perubahan Lahan Tambang

Tahun 2004-2010 ……… 81

17 Matriks Koefisien Korelasi antara Variabel Perubahan Perkebunan

Tahun 2000-2010 ……… 82

18 Matriks Koefisien Korelasi antara Variabel Perubahan Hutan

Tahun 2000-2004 ……… 83

19 Matriks Koefisien Korelasi antara Variabel Perubahan Hutan

Tahun 2004-2010 ……… 84

20 Matriks Koefisien Korelasi antara Variabel Perubahan Semak Belukar

Tahun 2000-2004 ………. 85

21 Matriks Koefisien Korelasi antara Variabel Perubahan Semak Belukar

Tahun 2004-2010 ……….. 86

22 Jenis data yang digunakan dalam analisis regresi berganda ………….. 87 23 Jenis data yang digunakan dalam menentukan Indeks Perkembangan

(23)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aktivitas penambangan timah di Pulau Bangka sudah dimulai sejak awal abad XVIII dengan jumlah cadangan yang cukup besar. Menurut catatan sejarah, tahun 1826 timah dari Bangka telah menjadi bagian dari perdagangan dunia. Ketika itu timah diekspor langsung dari Bangka memasuki pasar Amsterdam (Budimanta 2007). Besarnya cadangan timah di Pulau Bangka ini karena secara geologis, Pulau Bangka termasuk dalam bentangan wilayah yang disebut The Indonesian Tin Belt (Sabuk Timah Indonesia) yang merupakan bagian dari The Southeast Asia Tin Belt (Sabuk Timah Asia Tenggara), membujur dari daratan Asia ke arah Thailand (Sukandarrumidi 2009).

Awalnya penambangan timah di Pulau Bangka dilakukan oleh VOC dengan mendatangkan etnis Cina sebagai buruh karena penduduk Pulau Bangka saat itu relatif masih sedikit (Heidhues 2008). Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, pengelolaan tambang timah yang sebelumnya dikuasai oleh penjajah Belanda diambil alih Pemerintah Indonesia yang kemudian membentuk suatu badan usaha milik negara yang saat ini dikenal sebagai PT Timah, untuk mengelola lahan tambang yang ada di Pulau Bangka termasuk di Kabupaten Bangka Tengah. PT Timah diberikan hak istimewa berupa hak kuasa penambangan untuk mengelola sekaligus menguasai wilayah-wilayah yang secara de facto menjadi wilayah penduduk setempat. Penguasaan terhadap wilayah kelola ini terwujud melalui penerapan-penerapan aturan yang memberikan larangan kepada penduduk setempat untuk memasuki wilayah pertambangan dan memanfaatkan lahan-lahan pertambangan tersebut (Budimanta 2007).

Selain PT Timah, sejak awal tahun 1970 di Kabupaten Bangka Tengah juga terdapat perusahaan joint venture antara pemerintah Indonesia dan Australia, yaitu PT Kobatin. PT Kobatin juga diberikan hak istimewa dalam mengelola pertambangan timah di Kabupaten Bangka Tengah (Sukandarrumidi 2009).

(24)

penghematan biaya produksi pada masa itu. Salah satu kebijakan tersebut adalah dilakukannya reorganisasi dalam bentuk perampingan organisasi dan pengurangan karyawan mejadi hanya sekitar 20% dari total karyawan sebelumnya. Selain itu PT Timah juga menjalin hubungan kemitraan dengan pihak swasta yang disebut Tambang Karya, dimana para mitra tersebut yang melakukan penambangan sementara PT Timah bertindak sebagai penampung hasil tambangnya (Budimanta 2007).

Pengurangan besar-besaran terhadap jumlah karyawan tersebut menyebabkan sebagian besar mantan karyawan timah beralih profesi menjadi petani lada dan karet sebagaimana yang sudah dilakukan sejak turun temurun oleh masyarakat Bangka. Sebagian lagi menjadi penambang skala kecil yang dikenal dengan tambang rakyat, dan menjadi pemasok bijih timah kepada mitra PT Timah, karena pada prakteknya mitra PT Timah tersebut tidak menambang langsung namun hanya sebagai kolektor dari tambang rakyat (Budimanta 2007). Hal ini menjadi awal berkembangnya tambang rakyat di Kabupaten Bangka Tengah saat itu namun dalam jumlah yang masih sedikit.

Krisis moneter yang terjadi pada akhir tahun 1990 yang ditandai dengan meningkatnya nilai tukar dolar terhadap mata uang rupiah berdampak terhadap meningkatnya harga jual timah di pasaran. Hal tersebut menyebabkan masyarakat di Pulau Bangka termasuk Kabupaten Bangka Tengah yang sebelumnya mayoritas memiliki mata pencaharian sebagai petani lada dan karet mulai beralih menjadi penambang skala kecil pada lahan-lahan tambang yang sudah ditinggalkan PT Timah (Heidhues 2008). Sementara itu berlakunya Undang-Undang Nomor 22/1999 tentang Pemerintah Daerah sebagai awal dimulainya era otonomi daerah, kebijakan pemerintah pusat dan peraturan-peraturan pemerintah daerah terkait penambangan timah yang dikeluarkan kemudian juga menjadikan pengelolaan tambang timah yang sebelumnya hanya dimonopoli oleh dua perusahaan besar tersebut menjadi dapat dilakukan oleh banyak pihak yang memiliki modal.

(25)

3

menambang akan tetapi juga membuka lahan perkebunan, berdagang dan lain-lain (Budimanta 2007).

Kegiatan penambangan timah skala kecil yang dilakukan di Kabupaten Bangka Tengah semakin meningkat bahkan cenderung tidak terkendali sehingga lahan tambang semakin meluas. Selain itu, bertambahnya penduduk di kabupaten ini menyebabkan bertambahnya permintaan akan lahan pemukiman dan selanjutnya juga menyebabkan bertambahnya permintaan akan lahan untuk kebutuhan lainnya.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan hal tersebut diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Seberapa besar pengaruh aktivitas pertambangan terhadap perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Bangka Tengah?

2. Dimana terjadinya pusat perubahan penggunaan lahan tersebut?

3. Apa saja faktor utama yang berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Bangka Tengah?

1.3 Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Bangka Tengah periode tahun 2000-2010.

2. Mengidentifikasi pusat-pusat terjadinya perubahan penggunaan lahan.

3. Menganalisis faktor-faktor utama yang berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan.

4. Menganalisis hubungan aktivitas pertambangan dengan perubahan penggunaan lahan.

1.4 Manfaat

(26)
(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lahan

Lahan adalah bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, tanah, hidrologi, dan bahkan keadaan vegetasi alami (natural vegetation) yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan (FAO 1976 dalam Niin 2010). Lahan dalam pengertian yang lebih luas termasuk yang telah dipengaruhi oleh berbagai aktivitas fauna dan manusia baik di masa lalu maupun saat sekarang, seperti tindakan konservasi tanah dan reklamasi pada suatu lahan tertentu. Setiap aktivitas manusia baik langsung maupun tidak langsung selalu terkait dengan lahan, seperti untuk pertanian, pemukiman, transportasi, industri atau untuk rekreasi, sehingga dapat dikatakan bahwa lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Sitorus (2001) mendefinisikan sumberdaya lahan (landresources) sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan.

Vink dalam Gandasasmita (2001) mengemukakan bahwa lahan adalah suatu konsep yang dinamis. Lahan bukan hanya merupakan tempat dari berbagai ekosistem tetapi juga merupakan bagian dari ekosistem-ekosistem tersebut. Lahan juga merupakan konsep geografis karena dalam pemanfaatannya selalu terkait dengan ruang atau lokasi tertentu, sehingga karakteristiknya juga akan sangat berbeda tergantung dari lokasinya. Dengan demikian kemampuan atau daya dukung lahan untuk suatu penggunaan tertentu juga akan berbeda dari suatu tempat ke tempat lainnya.

(28)

akan memberikan dampak tertentu terhadap lahan sebagai suatu bentang alam (Gandasasmita 2001).

2.2 Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan merupakan setiap bentuk campur tangan manusia terhadap sumber daya lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materil maupun spiritual (Vink 1975 dalam Gandasasmita 2001). Campur tangan manusia ini sangat jelas terutama dalam memanipulasi kondisi ataupun proses-proses ekologi yang berlangsung pada suatu areal. Dalam penggunaan lahan ini manusia berperan sebagai pengatur ekosistem, yaitu dengan menyingkirkan komponen-komponen yang dianggap tidak berguna ataupun dengan mengembangkan komponen yang diperkirakan akan menunjang penggunaan lahannya (Mather 1986 dalam Rosnila 2004). Misalnya diubahnya areal hutan yang heterogen menjadi lahan perkebunan yang homogen karena budidaya perkebunan lebih menguntungkan daripada hutan. Demikian juga dengan pengalihfungsian lahan rawa menjadi lahan tambang, lahan terbuka menjadi perkebunan dan sebagainya.

Menurut Lillesand dan Kiefer (1990), penutupan lahan merupakan perwujudan fisik objek-objek yang menutupi lahan tanpa mempersoalkan kegiatan manusia terhadap objek-objek tersebut. Sedangkan penggunaan lahan secara umum didefinisikan sebagai penggolongan penggunaan lahan yang dilakukan secara umum seperti pertanian tadah hujan, pertanian beririgasi, padang rumput, kehutanan, atau daerah rekreasi.

(29)

7

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Lahan

Pola penggunaan lahan bersifat sangat dinamis, bervariasi menurut waktu dan tempat. Barlowe (1986) menyatakan bahwa dalam menentukan penggunaan lahan, terdapat tiga faktor penting yang perlu dipertimbangkan yaitu faktor fisik lahan, faktor ekonomi, serta faktor kelembagaan. Selain itu faktor kondisi sosial dan budaya masyarakat setempat juga akan mempengaruhi pola penggunaan lahan (Gandasasmita 2001).

Faktor fisik yang mempengaruhi penggunaan lahan adalah faktor-faktor yang terkait dengan kesesuaian lahannya, meliputi faktor-faktor lingkungan yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan dan budidaya tanaman, kemudahan teknik budidaya ataupun pengolahan lahan dan kelestarian lingkungan. Faktor fisik ini meliputi kondisi iklim, sumberdaya air dan kemungkinan pengairan, bentuk lahan dan topografi, serta karakteristik tanah, yang secara bersama akan membatasi apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan pada sebidang lahan.

Faktor kelayakan ekonomi adalah seluruh persyaratan yang diperlukan untuk pengelolaan suatu penggunaan lahan. Pengelola lahan tidak akan memanfaatkan lahannya kecuali bila penggunaan tersebut, termasuk dalam hal ini teknologi yang diterapkan, telah diperhitungkan akan memberikan suatu keuntungan atau hasil yang lebih besar dari biaya modalnya (Barlowe 1986). Kelayakan ekonomi ini bersifat dinamis, tergantung dari harga dan permintaan terhadap penggunaan lahan tersebut atau hasilnya. Penerapan teknologi baru ataupun meningkatnya permintaan mungkin menyebabkan suatu penggunaan lahan yang tadinya tidak memiliki nilai ekonomis berubah menjadi layak secara ekonomis (Saefulhakim 1999).

(30)

2.4 Perubahan Penggunaan Lahan

Winoto et al. (1996) mendefinisikan perubahan penggunaan lahan sebagai suatu proses perubahan dari penggunaan lahan sebelumnya ke penggunaan lahan lainnya yang dapat bersifat permanen maupun sementara, dan merupakan bentuk konsekuensi logis adanya pertumbuhan dan transformasi perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat yang sedang berkembang. Apabila penggunaan lahan untuk sawah berubah menjadi pemukiman atau industri maka perubahan penggunaan lahan ini bersifat permanen dan tidak dapat kembali (irreversible) tetapi jika beralih guna menjadi perkebunan biasanya bersifat sementara. Perubahan penggunaan lahan pertanian berkaitan erat dengan perubahan orientasi ekonomi, sosial, budaya dan politik masyarakat. Perubahan penggunaan lahan pertanian ke non pertanian bukanlah semata-mata fenomena fisik berkurangnya luasan lahan, melainkan merupakan fenomena dinamis yang menyangkut aspek-aspek kehidupan manusia, karena secara agregat berkaitan erat dengan perubahan orientasi ekonomi, sosial budaya dan politik masyarakat.

Perubahan penggunaan lahan dalam pelaksanaan pembangunan tidak dapat dihindari. Perubahan tersebut terjadi karena adanya keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin meningkat jumlahnya dan berkaitan dengan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik. Sebagai contoh meningkatnya kebutuhan akan ruang tempat hidup, transportasi dan tempat rekreasi akan mendorong terjadinya perubahan penggunaan lahan (Rosnila 2004).

2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan

(31)

9

bahwa semakin tinggi pemukiman maka semakin tinggi proses deforestasi yang berada di sekitarnya.

Deforestasi tersebut terjadi pada kelas lereng ≤ 12o dimana terlihat peningkatan kawasan terbangun dan hutan terbuka rata-rata terjadi. pada kelas lereng tersebut. Selain itu penambahan kawasan terbangun dan hutan terbuka terjadi pada semua jenis tanah yakni Luvisol, Rendzina dan Acrisol. Sebaliknya pengurangan kerapatan hutan terjadi pada jenis tanah Rendzina dan Luvisol.

Carolita (2005) menganalisis faktor-faktor perubahan penggunaan lahan di Jabotabek berdasarkan faktor fisik lahan seperti ketinggian, kemiringan lahan, jenis tanah, dan jenis penggunaan lahan sebelumnya; faktor sosial ekonomi seperti jarak dari pusat CBD ke pusat desa dan kepadatan penduduk; dan faktor arahan penggunaan lahan (RTRW). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa faktor kepadatan penduduk berpengaruh nyata terhadap perubahan penggunaan lahan menjadi urban, dimana perubahan tersebut umumnya terjadi pada lahan dengan tingkat kelerengan 0 – 3% dan ketinggian 250 – 400m , sedangkan faktor jenis tanah, jarak dari pusat CBD ke pusat desa, penggunaan lahan sebelumnya dan arahan penggunaan lahan secara statistik tidak signifikan sebagai faktor penyebab perubahan penggunaan lahan menjadi urban.

Sedangkan Niin (2010) menyimpulkan bahwa faktor fisik lahan merupakan variabel yang paling konsisten mempengaruhi perubahan penggunaan lahan hutan menjadi penggunaan lainnya diikuti faktor kebijakan penggunaan lahan dan faktor sosial ekonomi.

2.6 Pemetaan Penggunaan Lahan

Penafsiran citra visual dapat didefiniskan sebagai aktivitas visual untuk mengkaji citra yang menunjukkan gambaran muka bumi yang tergambar di dalam citra tersebut untuk tujuan identifikasi obyek dan menilai maknanya (Ali & Tesgaya 2010). Penafsiran citra merupakan kegiatan yang didasarkan pada deteksi dan identifikasi obyek dipermukaan bumi pada citra satelit Landsat dengan mengenali obyek-obyek tersebut melalui unsur-unsur utama spektral dan spasial serta kondisi temporalnya.

(32)

penafsiran pada tingkat keakuratan dan kelengkapan yang baik. Menurut Sutanto (1986), teknik penafsiran citra penginderaan jauh dilakukan dengan menggunakan komponen penafsiran yang meliputi (1) data acuan, (2) kunci interpretasi citra atau unsur diagnostik citra, (3) metode pengkajian, dan (4) penerapan konsep multispektral.

1. Data acuan

Data acuan diperlukan untuk meningkatkan kemampuan dan kecermatan seorang penafsir, data ini bisa berupa laporan penelitian, monografi daerah, peta, dan yang terpenting disini data di atas dapat meningkatkan local knowledge pemahaman mengenai lokasi penelitian.

2. Kunci interpretasi citra atau unsur diagnostik citra

Pengenalan obyek merupakan bagian vital dalam interpretasi citra. Untuk itu identitas dan jenis obyek pada citra sangat diperlukan dalam analisis memecahkan masalah yang dihadapi. Karakteristik obyek pada citra dapat digunakan untuk mengenali obyek yang dimaksud dengan unsur interpretasi. Unsur interpretasi yang dimaksud disini adalah (a) rona/warna, (b) bentuk, (c) ukuran, (d) tekstur, (e) pola, (f) bayangan, (g) situs, (h) asosiasi dan (i) konvergensi bukti.

a. Rona/warna

Rona dan warna merupakan unsur pengenal utama atau primer terhadap suatu obyek pada citra penginderaan jauh. Fungsi utama adalah untuk identifikasi batas obyek pada citra. Penafsiran citra secara visual menuntut tingkatan rona bagian tepi yang jelas, hal ini dapat dibantu dengan teknik penajaman citra (enhancement). Rona merupakan tingkat/gradasi keabuan yang teramati pada citra penginderaan jauh yang dipresentasikan secara hitam-putih. Permukaan obyek yang basah akan cenderung menyerap cahaya elektromagnetik sehingga akan nampak lebih hitam dibanding obyek yang relatif lebih kering.

(33)

11

obyek secara visual. Hal inilah yang dijadikan dasar untuk menciptakan citra multispektral.

b. Bentuk

Bentuk dan ukuran merupakan asosiasi sangat erat. Bentuk menunjukkan konfigurasi umum suatu obyek sebagaimana terekam pada citra penginderaan jauh. Bentuk mempunyai dua makna yakni bentuk luar/umum dan bentuk rinci atau susunan bentuk yang lebih rinci dan spesifik.

c. Ukuran

Ukuran merupakan bagian informasi konstektual selain bentuk dan letak. Ukuran merupakan atribut obyek yang berupa jarak, luas, tinggi, lereng dan volume (Sutanto 1996). Ukuran merupakan cerminan penyajian penyajian luas daerah yang ditempati oleh kelompok individu.

d. Tekstur

Tekstur merupakan frekuensi perubahan rona dalam citra. Tekstur dihasilkan oleh kelompok unit kenampkan yang kecil, tekstur sering dinyatakan kasar, halus, ataupu belang-belang (Sutanto 1996). Contoh hutan primer bertekstur kasar, hutan tanaman bertekstur sedang, dan tanaman padi bertekstur halus. e. Pola

Pola merupakan karakteristik makro yang digunakan untuk mendeskripsikan tata ruang pada kenampakan di citra. Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang yang menandai bagi banyak obyek bentukan manusia dan beberapa obyek alamiah. Hal ini membuat pola unsur penting untuk membedakan pola alami dan hasil budidaya manusia. Sebagai contoh perkebunan karet dan kelapa sawit sangat mudah dibedakan dari hutan dengan polanya dan jarak tanam yang seragam.

f. Bayangan

(34)

g. Situs

Situs merupakan konotasi suatu obyek terhadap faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan atau keberadaan suatu obyek. Situs bukan ciri suatu obyek secara langsung, tetapi kaitannya dengan faktor lingkungan. Contohnya hutan mangrove selalu bersitus pada pantai tropik, ataupun muara sungai yang berhubungan langsung dengan laut (estuaria).

h. Asosiasi (korelasi)

Asosiasi menunjukkan komposisi sifat fisiogonomi seragam dan tumbuh pada kondisi habitat yang sama. Asosiasi juga berarti kedekatan erat suatu obyek dengan obyek lainnya. Contoh permukiman kota identik dengan adanya jaringan transportasi jalan yang lebih kompleks dibanding permukiman pedesaan.

i. Konvergensi bukti

Dalam proses penafsiran citra penginderaan jauh sebaiknya digunakan unsur diagnostik citra sebanyak mungkin. Hal ini perlu dilakukan karena semakin banyak unsur diagnostik citra yang digunakan semakin menciut lingkupnya untuk sampai pada suatu kesimpulan suatu obyek tertentu. Konsep ini yang sering disebut konvergensi bukti.

3. Metode pengkajian

Penafsiran citra lebih mudah apabila dimulai dari pengkajian dengan pertimbangan umum ke pertimbangan khusus/lebih spesifik dengan metode konvergensi bukti.

4. Penerapan konsep multispektral

Konsep ini menganjurkan untuk menggunakan beberapa alternatif penggunaan beberapa band secara bersamaan. Kegunaannya adalah untuk meningkatkan kemampuan interpretasi dengan mempertimbangkan kelebihan masing masing penerapan komposit band tersebut.

(35)

13

Citra dengan komposit band 432 (RGB), mempunyai kelebihan untuk membedakan obyek kelurusan seperti jalan dan kawasan perkotaan. Jaringan jalan dipresentasikan dengan warna putih.

Citra dengan komposit band 543 (RGB), mempunyai kelebihan mudah untuk membedakan obyek yang mempunyai kandungan air atau kelembapan tinggi. Obyek dengan tingkat kelembapan atau kandungan air tinggi akan dipresentasikan dengan rona yang lebih gelap secara kontras. Contohnya obyek tambak akan tampak berwarna biru kehitaman dengan bentuk kotak teratur. Komposit ini membantu dalam pembedaan hutan rawa dengan hutan lahan kering, sawah dengan padi tua ataupun sawah dengan awal penanaman.

Penafsiran citra secara visual merupakan hubungan interaktif (langsung) antara penafsir dengan citra, artinya ada proses perunutan dari penafsir untuk mengenali obyek hingga proses pendeliniasian batas obyek untuk medefinisikan obyek tersebut. Penafsiran citra secara manual pada awalnya dengan cara deliniasi obyek pada citra cetak kertas (hardcopy) yang telah dilakukan preprocessing lebih dulu. Perkembangan tehnologi hardware dan software memungkinkan penafsiran langsung dikomputer dengan metode on screen digitize. Meskipun memanfaatkan komputer, metode ini masih termasuk interpretasi secara manual. Hasil dari metode ini adalah data klasifikasi tematik dalam format vektor. Kodifikasi data (encoding) dapat secara langsung dilakukan. Sehingga metode ini sering dikenal juga sebagai metode penafsiran interaktif.

Kelebihan dari metode ini adalah penafsir dapat memperhitungkan konteks spasial wilayah pada saat penafsiran dengan melibatkan lebih dari satu elemen (unit lahan, bentuk lahan, local knowledge dan lain-lain) yang tidak mungkin dapat dilakukan dengan metode klasifikasi digital secara langsung. Keuntungan kedua adalah metode ini cocok untuk daerah ekuator yang banyak tertutup awan.

Sutanto (1996) menyebutkan ada dua faktor yang harus diperhatikan pada metode ini yaitu :

1. Kaidah perbesaran ( Zooming)

(36)

citra. Berbeda dengan penafsiran digital yang tidak memperhitungkan skala. Satu hal yang menjadi kelemahan metode ini adalah luas visualisasi monitor komputer, dimana semakin besar skala visualisasi semakin kecil luas citra yang tergambarkan begitu pula sebaliknya. Konsekuensi dari hal ini adalah kegiatan melakukan penggeseran visual citra setiap kali berpindah lokasi interpretasi. 2. Kartografi pemetaan dalam penafsiran citra.

Akurasi geometrik pemetaan melaui penafsiran citra ditentukan oleh dua hal yaitu akurasi geometrik citra dan akurasi deliniasi antar obyek yang dipetakan. Akurasi geometrik ditentukan oleh koreksi geometris yang dilakukan pada citra. Akurasi deliniasi ditentukan oleh penafsir, apabila kedua hal ini telah dilakukan kaidah kartografis yang harus diperhatikan adalah ukuran luas polygon yang yang harus dideliniasi. Luasan sangat tergantung pada tujuan skala pemetaan yang direncanakan. Proses ini dikenal dengan nama generalisasi pemetaan. Aturannya menentukan luas poligon terkecil adalah 0,5 x 0,5 x skala pemetaan. Berikut adalah skala generalisasi pemetaan pada tiap skala peta :

1. Skala pemetaan 1 : 50.000 luas poligon terkecil 1,25 ha 2. Skala pemetaan 1 : 100.000 luas poligon terkecil 2,5 ha 3. Skala pemetaan 1 : 250.000 luas poligon terkecil 6,25 ha

2.7 Kegiatan Pertambangan di Kabupaten Bangka Tengah

Usaha pertambangan merupakan kegiatan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam tambang (bahan galian) yang terdapat di dalam bumi Indonesia. Kegiatan penambangan timah di Kabupaten Bangka Tengah diatur dalam Undang-undang Nomor 11 tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan yang menyatakan bahwa segala bahan galian yang terdapat dalam wilayah hukum pertambangan Indonesia yang merupakan endapan-endapan alam sebagai karunia Tuhan yang Maha Esa, adalah kekayaan Nasional bangsa Indonesia dan oleh karenanya dikuasai dan dipergunakan oleh Negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Usaha pertambangan bahan-bahan galian tersebut dapat meliputi :

(37)

15

c. eksploitasi

d. pengolahan dan pemurnian e. pengangkutan

f. penjualan

Kegiatan tersebut dibedakan atas kegiatan usaha hulu dan kegiatan usaha hilir. Kegiatan usaha hulu adalah kegiatan usaha yang berintikan atau bertumpu pada kegiatan usaha eksplorasi dan usaha ekploitasi. Kegiatan usaha hilir adalah kegiatan usaha yang berintikan atau bertumpu pada kegiatan usaha pengolahan, pengangkutan, penyimpanan, dan niaga.

Saat ini penambangan timah di Kabupaten Bangka Tengah dilakukan oleh PT Timah, perusahaan joint venture Indonesia-Malaysia (dulu joint venture Indonesia-Australia) yaitu PT Kobatin dan masyarakat umum yang membuka tambang timah inkonvensional (TI). Disebut dengan tambang inkonvensional (TI) karena metode penambangannya hanya menggunakan mesin penyedot tanah dan air dengan kebutuhan modal yang relatif kecil, luas areal tambang yang juga relatif kecil dibandingkan dengan areal tambang perusahaan (Sukandarrumidi 2009).

Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan penambangan dimulai sejak awal tahun 1990 ketika penambangan timah di daratan dinilai tidak lagi ekonomis sehingga PT Timah yang ada di Kabupaten Bangka Tengah mengajak kontraktor lokal untuk ikut menambang sebagai mitra kerja yang disebut Tambang Karya. Ketika harga timah turun pada tahun 1991-1995 dan banyak Tambang Karya yang menghentikan kegiatannya, untuk memenuhi kuota produksi, selain melakukan penambangan sendiri, perusahaan besar tersebut mengeluarkan kebijakan yang memungkinkan mitra kerjanya untuk bertindak sebagai koordinator pembeli bijih timah hasil pendulangan masyarakat. Penambangan timah oleh masyarakat inilah yang disebut Tambang Inkonvensional (TI).

(38)
(39)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Tingginya potensi sumberdaya alam khususnya tambang timah di Kabupaten Bangka Tengah menyebabkan aktivitas penambangan dilakukan sejak dulu. Meningkatnya nilai tukar dolar terhadap rupiah pada akhir tahun 1990 yang berdampak terhadap kenaikan harga timah di pasar dunia menjadi faktor penyebab meningkatnya aktivitas pertambangan baik oleh perusahaan besar maupun yang dilakukan oleh masyarakat umum. Seiring dengan itu, dimulainya era otonomi daerah pada saat yang hampir bersamaan dengan melonjaknya harga timah dunia berdampak terhadap peluang masyarakat umum untuk ikut menambang timah terbuka lebar.

Meningkatnya aktivitas penambangan ini secara ekonomi berdampak terhadap meningkatnya kesejahteraan masyarakat Bangka Tengah (Budimanta 2007). Hal ini menjadi salah satu faktor datangnya penduduk dari luar wilayah Kabupaten Bangka Tengah. Selain kebutuhan akan lahan tambang yang semakin meningkat, bertambahnya penduduk ini menyebabkan kebutuhan akan lahan permukiman dan lahan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup lainnya juga ikut meningkat. Misalnya kebutuhan akan lahan perkebunan yang juga ikut meningkat karena datangnya penduduk dari luar Kabupaten Bangka Tengah adalah untuk mencari penghidupan dengan menambang namun kenyataannya ketika keuntungan ekonomi yang mereka harapkan dengan menambang sulit untuk didapatkan, maka mereka mulai ikut mengembangkan tanaman perkebunan seperti yang dilakukan oleh masyarakat setempat. Perkebunan ini dikembangkan sebagai cadangan dan untuk keuntungan ekonomi jangka panjang, sementara menambang timah dilakukan untuk membiayai kebutuhan sehari-hari. Meningkatnya penggunaan lahan tertentu menyebabkan menurunnya pengggunaan lahan yang lain sehingga terjadi perubahan penggunaan lahan yang cukup dinamis.

(40)

Potensi tambang timah di Kabupaten Bangka Tengah

Aktivitas Penambangan Timah meningkat

Harga timah

meningkat

Kebutuhan lahan meningkat

Perubahan penggunaan lahan

[image:40.595.85.442.89.302.2]

Pertumbuhan penduduk UU Otoda dan Kepmenperindag

Gambar 1 Kerangka Pemikiran.

3.2 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bangka Tengah yang secara geografis terletak pada posisi 02°08‘26“- 02°43‘23“Lintang Selatan dan 105°44‘58“ - 106°50‘57“ Bujur Timur. Penelitian dilakukan selama 7 (tujuh) bulan yaitu dari Agustus 2010 sampai Februari 2011.

3.3 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara Citra Satelit Landsat 7+ ETM Tahun 2010 path 123 row 062 tanggal penyiaman 31 Juli 2010, Landsat 5 TM Tahun 2004 path 123 row 062 tanggal penyiaman 7 Agustus 2004, Landsat 7+ ETM Tahun 2000 path 123 row 062 tanggal penyiaman 14 April 2000 serta Alos Avnir Tahun 2010. Data lain yang digunakan adalah Peta Geologi Pulau Bangka dan Peta Batas Administrasi Kabupaten Bangka Tengah.

Alat yang digunakan antara lain komputer yang dilengkapi dengan perangkat lunak Sistem Informasi Geografis dan pengolahan citra satelit, Statistica 8, Global Positioning System serta kamera digital.

3.4 Analisis dan Pengolahan Data

(41)

19

a. Tahap pertama

1. Interpretasi penutupan/penggunaan lahan berasal dari data penginderaan jauh tiga titik tahun yaitu citra satelit Landsat 7+ ETM Tahun 2010, Landsat 5 TM Tahun 2004, dan Landsat 7+ ETM Tahun 2000 serta Alos Avnir 2010. Proses interpretasi yang dilakukan dimulai dari tahap pengolahan awal, penajaman gambar, pemotongan citra dengan menggunakan data vektor berupa peta administrasi, dan klasifikasi penggunaan lahan yang hasil akhirnya adalah peta penggunaan lahan tahun 2000, 2004 dan 2010.

2. Pengolahan data untuk mendapatkan informasi digital yang berasal dari peta-peta tematik dilakukan melalui proses digitasi peta sehingga diperoleh basis data digital yang dipersiapkan untuk proses selanjutnya. 3. Pengolahan data untuk mendeteksi perubahan penggunaan lahan dengan

melakukan proses overlay (tumpang tindih) antara peta penggunaan lahan dua titik tahun.

4. Analisis dinamika spasial perubahan penggunaan lahan dilakukan dengan analisis deskriptif perubahan penggunaan lahan dari data tabulasi yang diperoleh dari proses sebelumnya.

b. Tahap kedua

Analisis spasial dan pendekatan Location Quotient Analysis dilakukan untuk mengidentifikasi pusat-pusat perubahan penggunaan lahan. Faktor-faktor yang diduga sebagai penyebab utama perubahan penggunaan lahan didekati dengan melakukan identifikasi terhadap variabel-variabel yang diduga berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan dengan menggunakan Multiple Regression Analysis. Variabel-variabel yang digunakan dalam analisis regresi berganda digunakan dalam scatterplot untuk memperkuat hasil analisis tersebut.

c. Tahap ketiga

(42)

Koreksi Geometri Pra-klasifikasi Klasifikasi Post-klasifikasi Survey Lapang -Citra Landsat Tahun 2000 Citra Landsat Tahun 2004 Citra Landsat Tahun 2010 Peta Perubahan Penggunaan Lahan Peta Penggunaan Lahan Tahun 2000

Peta Penggunaan Lahan Tahun 2004

Peta Penggunaan Lahan Tahun 2010

Data Atribut Faktor utama perubahan penggunaan lahan Peta Perubahan Penggunaan Lahan LQ Analysis Hubungan perubahan penggunaan lahan dengan

aktivitas pertambangan Pusat perubahan penggunaan lahan Data Atribut Peta jaringan jalan Peta jaringan sungai Data Podes Identifikasi pusat perubahan penggunaan lahan Identifikasi faktor utama perubahan penggunaan lahan

[image:42.595.73.484.69.729.2]

Multiple Regression Analysis

(43)

21

3.5 Teknik Analisis Data

3.5.1 Klasifikasi Penggunaan Lahan dan Deteksi Perubahan

Proses klasifikasi adalah pengkelasan objek hasil interpretasi ke dalam tipe/jenis penggunaan lahan tertentu. Dalam hal ini diklasifikasikan 10 (sepuluh) tipe/jenis penutupan/penggunaan lahan berdasarkan kenampakan pada citra Landsat dan pengecekan lapang yaitu : hutan, lahan tambang, perkebunan, pemukiman, lahan terbuka, rawa, sawah, mangrove, semak belukar dan tubuh air.

Hasil klasifikasi ini kemudian diuji kebenarannya dengan melakukan pengecekan ke lapang secara langsung pada daerah penelitian. Pengambilan beberapa titik pengecekan di lapang yang kemudian digunakan untuk menganalisa dan memperbaiki hasil klasifikasi.

3.5.2 Identifikasi Pusat-pusat dan Faktor Utama Perubahan Penggunaan Lahan

Analisis spasial yang dilengkapi dengan analisis Location Quotient (LQ) adalah pendekatan yang digunakan untuk mengidentifikasi pusat-pusat perubahan penggunaan lahan pada unit administrasi tingkat kecamatan. Hal ini dilakukan dengan melihat perubahan penggunaan lahan secara spasial dan dilakukan analisis LQ dengan menggunakan data atribut peta penggunaan lahan Kabupaten Bangka Tengah pada 3 (tiga) titik tahun. LQ merupakan alat analisis yang dapat menjelaskan lokasi atau daerah mana yang dapat dijadikan sebagai pemusatan aktivitas penggunaan lahan dan lokasi atau daerah mana yang menjadi konsentrasi aktivitas perubahan penggunaan lahan tertentu. Analisis LQ ini dilakukan dari unit administrasi terkecil (kecamatan) untuk setiap wilayah kabupaten (Rustiadi et al, 2009).

Persamaan analisis LQ dalam penelitian ini adalah :

Dimana: Xij: penggunaan lahan ke-j di kecamatan ke-i

Xi.: total luas perubahan penggunaan lahan di kecamatan ke-i X.j: total luas perubahan penggunaan lahan ke-j di Kabupaten

Bangka Tengah

(44)

Interpretasi hasil analisis LQ, adalah sebagai berikut :

- Jika nilai LQij > 1, maka hal ini menunjukkan terjadinya konsentrasi suatu

aktifitas di sub wilayah ke-i secara relatif dibandingkan dengan total wilayah atau terjadi pemusatan aktifitas di sub wilayah ke-i, sehingga dapat diketahui bahwa suatu wilayah administrasi terkecil yang dianalisis merupakan wilayah yang menjadi pusat perubahan penggunaan lahan jenis pemanfaatan tertentu. - Jika nilai LQij = 1, maka sub wilayah ke-i tersebut mempunyai konsentrasai

aktifitas di wilayah ke-i sama dengan rata-rata total wilayah.

- Jika nilai LQij < 1, maka sub wilayah ke-i tersebut mempunyai aktifitas lebih

kecil dibandingkan dengan aktifitas yang secara umum ditemukan di seluruh wilayah.

Sedangkan analisis regresi berganda (multiple regression analysis) digunakan untuk menduga faktor utama penyebab terjadinya perubahan penggunaan lahan. Sebelum dilakukan analisis regresi berganda, terlebih dahulu dilakukan analisis korelasi untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua peubah yang diasumsikan berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan, sebagai salah satu pertimbangan dalam melihat ada atau tidaknya hubungan sebab akibat antar peubah tersebut.

Analisis regresi berganda yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor utama yang berpengaruh nyata terhadap penggunaan lahan tertentu dengan persamaan yang mencerminkan hubungan fungsional antara peubah tidak bebas (Y) dengan peubah bebas (X), dengan mengikuti model sebagai berikut:

Yr= α + βXr+ εr

dimana :

Yr = Perubahan penggunaan lahan

α = intercept

β = koefisien fungsi regresi Xr = variabel bebas

εr = error.

(45)

23

tahun sebelumnya. Selanjutnya hasil analisis regresi berganda tersebut juga disajikan dalam bentuk scatterplot.

Analisis korelasi dilakukan sebelum analisis regresi berganda. Dalam analisis korelasi sederhana, keeratan hubungan antara dua peubah akan ditunjukkan apakah berkorelasi positif, negatif atau tidak berkorelasi. Dua peubah dinyatakan berkorelasi positif bila memiliki kecenderungan yang searah. Sebaliknya, jika kedua peubah tersebut berkorelasi negatif dinyatakan memiliki kecenderungan tidak searah (berbanding terbalik). Dua peubah disebut tidak berkorelasi atau tidak memiliki hubungan sama sekali jika nilai koefisien korelasi mendekati nol. Hal ini berarti perubahan nilai pada salah satu peubah tidak diikuti oleh perubahan pada peubah lainnya.

Analisis korelasi dibuat dalam bentuk matriks korelasi dengan peubah yang digunakan adalah kerapatan penduduk, kerapatan jalan, kerapatan sungai, Indeks Perkembangan Desa (IPD), dan proporsi luas masing-masing penggunaan lahan tahun sebelumnya. Variabel ini juga akan digunakan dalam analisis regresi berganda untuk menduga faktor utama perubahan penggunaan lahan. Koefisien korelasi yang menyatakan besarnya hubungan antara dua peubah tersebut dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :

dimana :

n = ukuran populasi

xi = nilai peubah x untuk anggota populasi ke-i yi = nilai peubah y untuk anggota populasi ke-i

Selanjutnya dilakukan analisis regresi berganda (multiple regression) untuk mengetahui faktor-faktor utama yang berpengaruh nyata terhadap penggunaan lahan tertentu. Persamaan model regresi berganda mencerminkan hubungan fungsional antara peubah tidak bebas (Y) dengan peubah bebas (X), dengan mengikuti model sebagai berikut:

Yr= α + βXr+ εr

dimana :

(46)

α = intercept

β = koefisien fungsi regresi Xr = variabel bebas

εr = error.

Sebagaimana yang telah disampaikan sebelumnya bahwa variabel X yang digunakan adalah kerapatan penduduk, kerapatan jalan, kerapatan sungai, Indeks Perkembangan Desa (IPD) dan proporsi luas masing-masing penggunaan lahan tahun sebelumnya.

3.5.3 Identifikasi Hubungan Aktivitas Pertambangan dengan Perubahan Penggunaan Lahan

(47)

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Administrasi

Kabupaten Bangka Tengah secara administratif terdiri atas Kecamatan Koba, Kecamatan Lubuk Besar, Kecamatan Namang, Kecamatan Pangkalan Baru, Kecamatan Simpang Katis dan Kecamatan Sungai Selan. Wilayah Kabupaten Bangka Tengah di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bangka dan Kota Pangkalpinang, di sebelah Timur dengan Laut Cina Selatan, di sebelah Selatan berbatasan dengan Bangka Selatan dan di sebelah Barat berbatasan dengan Selat Bangka (Gambar 3).

Gambar 3 Peta Administrasi Kabupaten Bangka Tengah.

4.2 Kependudukan

(48)

Tabel 1 Penduduk per kecamatan di Kabupaten Bangka Tengah tahun 2000-2010

Tahun 2000 Tahun 2005 Tahun 2009

Koba 43.279 45.936 27.647

Pangkalan Baru 34.828 42.703 30.121

Sungai Selan 22.001 24.563 27.581

Simpang Katis 17.528 18.921 20.212

Namang *) - - 14.277

Lubuk Besar **) - - 19.783

Jumlah 117.636 132.123 139.621

Kecamatan Jumlah Penduduk (jiwa)

Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Keterangan : *) Bersatu dengan Kecamatan Pangkalan Baru

**) Bersatu dengan Kecamatan Koba

Tabel 2 Penduduk per kecamatan di Kabupaten Bangka Tengah tahun 2000-2010

Tahun 2000 Tahun 2005 Tahun 2009

Koba 141 149 90

Pangkalan Baru 61 74 52

Sungai Selan 108 121 136

Simpang Katis 171 185 197

Namang *) - - 56

Lubuk Besar **) - - 24

Kecamatan Kepadatan Penduduk (jiwa/km²)

Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Keterangan : *) Bersatu dengan Kecamatan Pangkalan Baru

**) Bersatu dengan Kecamatan Koba

4.3 Morfologi dan Topografi

Dilihat dari sudut morfologi dan topografi, wilayah Kabupaten Bangka Tengah tersusun dari dataran bergelombang, berombak, berbukit dan rawa-rawa, dengan ketinggian di bawah 500 m dpi.

4.4 Iklim

(49)

27

hingga 72.5% dan tekanan udara antara 1 008.3 – 1 010 mb. Rata-rata kecepatan angin pada tahun 2008 sebesar 3.6 knots, dengan rata-rata kecepatan maksimal sebesar 9.4 knots. Sedangkan rata-rata penyinaran matahari sepanjang tahun 2008 adalah 49.3%.

4.5 Tanah

Tanah di daerah Kabupaten Bangka Tengah mempunyai PH rata-rata dibawah 5, didalamnya mengandung mineral biji timah dan bahan galian lainnya seperti pasir kwarsa, kaolin, batu gunung dan lain-lain. Jenis tanah di Kabupaten Bangka Tengah adalah komplek podsolik coklat kekuning-kuningan dan litosol yang berasal dari batu plutonik masam, asosiasi podsolik berasal dari komplek batu pasir dan kwarsit, asosiasi alluvial hedromotif dan glei humus serta regosol kelabu muda berasal dari endapan pasir dan tanah liat.

4.6 Geologi

Sukandarrumidi (2009) menjelaskan bahwa di Pulau Bangka terdapat dua generasi granit. Granit yang tua tidak mengandung kasiterit dan umumnya terdapat di daerah rendah, seperti granit Klabat. Granit generasi muda sebagai pembawa timah umumnya telah tererosi lanjut seperti Granit Mangkol dan Granit Pading-Koba terdapat di Kabupaten Bangka Tengah. Endapan yang mengandung bijih timah terdapat di Bangka Tengah yaitu lapisan alluvium muda, terdapat di lembah, di atas batuan Pra Tersier dan dialasi lapisan lempung liat (Gambar 4).

(50)

4.7 Aktivitas Perekonomian

Menurut Parr dalam Nugroho dan Dahuri (2004), pertumbuhan dan perkembangan wilayah senantiasa disertai dengan perubahan struktural dan dapat Tabel 3 Peranan sektor dalam perekonomian Kabupaten Bangka Tengah 2005 –

2009 menurut harga berlaku (juta rupiah)

LAPANGAN USAHA 2005*) 2006**) 2007***) 2008***) 2009***)

1. PERTANIAN 198,633 224,952 255,561 317,281 335,581

a. Tanaman Bahan Makanan 54,710 70,268 84,982 108,360 116,305 b. Tanaman Perkebunan 72,896 78,313 87,659 110,009 108,833 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 15,422 15,370 16,852 18,505 19,504

d. Kehutanan 7,862 8,000 8,410 9,774 9,895

e. Perikanan 47,743 53,001 57,657 70,632 81,044

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 623,839 654,778 678,152 748,667 774,511

a. Minyak dan Gas Bumi 60,588 59,132 50,059 54,755 53,638 b. Pertambangan tanpa Migas 491,414 515,846 539,807 587,906 611,410 c. Penggalian 71,837 79,801 88,286 106,006 109,462

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 480,613 527,634 593,467 735,930 746,528

a. Industri Migas 0 0 0 0 0

1. Pengilangan Minyak Bumi 0 0 0 0 0

2. Gas Alam Cair 0 0 0 0 0

b. Industri Tanpa Migas 480,613 527,634 593,467 735,930 746,528

1. Makanan, Minuman dan Tembakau 9,778 18,338 21,054 22,029 23,710 2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 0 0 0 0 0 3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 13,251 13,599 14,622 15,512 16,145 4. Kertas dan Barang Cetakan 72 81 94 99 105 5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 0 0 0 0 0 6. Semen & Brg. Galian bukan logam 4,669 5,910 6,816 7,312 7,892 7. Logam Dasar Besi & Baja 451,067 487,850 548,910 688,597 696,255 8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 1,775 1,857 1,971 2,382 2,421

9. Barang lainnya 0 0 0 0 0

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 2,511 3,117 3,396 3,975 4,114

a. Listrik 2,480 3,079 3,352 3,929 4,065

b. Gas 0 0 0 0 0

c. Air Bersih 31 38 44 46 49

5. BANGUNAN 92,753 105,922 135,159 175,363 183,111

6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN 299,205 340,500 395,776 490,074 526,408

a. Perdagangan Besar & Eceran 279,475 316,481 368,351 458,926 491,051

b. Hotel 0 0 0 0 0

c. Restoran 19,730 24,019 27,425 31,148 35,357

7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 69,472 83,636 90,964 113,493 133,869 a. Pengangkutan 66,350 79,280 85,671 107,866 127,721

1. Angkutan Rel 0 0 0 0 0

2. Angkutan Jalan Raya 5,452 6,341 7,046 8,467 8,409

3. Angkutan Laut 78 88 101 119 124

4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 45 49 56 68 72 5. Angkutan Udara 60,119 72,050 77,626 98,207 118,020 6. Jasa Penunjang Angkutan 656 753 842 1,006 1,097

b. Komunikasi 3,122 4,356 5,293 5,627 6,148

1. Pos dan Telekomunikasi 2,943 4,117 5,008 5,310 5,787 2. Jasa Penunjang Komunikasi 179 239 285 317 361

8. KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHA 33,630 38,275 42,293 44,413 47,421

a. Bank 2,303 2,682 3,012 3,231 3,362

b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 1,050 1,156 1,268 1,302 1,354

c. Jasa Penunjang Keuangan 0 0 0 0 0

d. Sewa Bangunan 28,397 32,311 35,690 37,248 39,953 e. Jasa Perusahaan 1,880 2,126 2,323 2,633 2,751

9. JASA-JASA 52,932 69,870 90,633 111,296 123,132

a. Pemerintahan Umum 40,301 55,623 74,846 94,740 105,628

1. Adm. Pemerintah & Pertahanan 29,712 42,510 56,631 73,012 81,104 2. Jasa Pemerintah lainnya 10,589 13,113 18,215 21,729 24,524

b. Swasta 12,631 14,247 15,786 16,556 17,503

1. Sosial Kemasyarakatan 2,170 2,482 2,844 2,942 3,245

2. Hiburan & Rekreasi 42 47 53 55 59

3. Perorangan & Rumahtangga 10,419 11,717 12,889 13,558 14,200

(51)

29

Tabel 4 Peranan sektor dalam perekonomian Kabupaten Bangka Tengah 2005 – 2009 menurut harga berlaku (persen)

LAPANGAN USAHA 2005*) 2006**) 2007***) 2008***) 2009***)

1. PERTANIAN 7.68 7.67 7.65 8.02 7.80

a. Tanaman Bahan Makanan 11.40 11.62 11.37 11.87 11.31

b. Tanaman Perkebunan 7.08 6.77 6.97 8.34 8.05

c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 17.61 17.86 18.19 18.15 16.71

d. Kehutanan 12.55 12.43 12.24 12.43 12.19

e. Perikanan 5.15 5.20 4.91 4.57 4.70

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 19.14 18.66 18.58 18.75 18.53

a. Minyak dan Gas Bumi 9.52 9.52 9.52 9.52 9.52

b. Pertambangan tanpa Migas 21.47 20.66 20.09 20.21 19.93

c. Penggalian 21.45 20.38 20.20 20.83 19.93

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 15.16 14.88 14.73 15.32 15.01

a. Industri Migas 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

1. Pengilangan Minyak Bumi 0.00 0.00 0 0 0.00

2. Gas Alam Cair 0.00 0.00 0 0 0.00

b. Industri Tanpa Migas 15.16 14.88 14.73 15.32 15.01

1. Makanan, Minuman dan Tembakau 2.33 3.86 3.79 3.73 3.39

2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 11.40 11.37 10.86 10.79 11.10

4. Kertas dan Barang Cetakan 6.46 6.47 6.37 6.33 6.32

5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

6. Semen & Brg. Galian bukan logam 1.28 1.46 1.42 1.41 1.48

7. Logam Dasar Besi & Baja 20.28 19.54 19.58 19.79 19.75

8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 7.44 7.44 7.28 5.76 5.62

9. Barang lainnya 0.00 0.00 0 0 0.00

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 2.46 2.91 2.93 3.02 2.83

a. Listrik 2.47 2.92 2.93 3.03 2.83

b. Gas 0.00 0.00 0 0.00 0.00

c. Air Bersih 2.14 2.47 2.74 2.73 2.85

5. BANGUNAN 12.65 12.29 12.86 12.64 11.69

6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN 12.08 12.51 12.75 12.42 12.52

a. Perdagangan Besar & Eceran 12.14 12.56 12.78 12.44 12.56

b. Hotel 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

c. Restoran 11.87 12.57 13.01 12.83 12.68

7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 14.89 16.14 15.12 15.81 17.94 a. Pengangkutan 17.79 19.39 18.15 18.61 21.48

1. Angkutan Rel 0.00 0.00 0 0.00 0.00

2. Angkutan Jalan Raya 2.47 2.69 2.55 2.50 2.54

3. Angkutan Laut 0.16 0.16 0.16 0.16 0.17

4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 0.43 0.45 0.42 0.47 0.51

5. Angkutan Udara 78.50 79.55 77.65 76.09 78.22

6. Jasa Penunjang Angkutan 4.30 4.17 4.10 4.02 4.32

b. Komunikasi 3.34 3.99 4.09 4.07 4.06

1. Pos dan Telekomunikasi 3.27 3.92 4.02 4.00 3.98

2. Jasa Penunjang Komunikasi 4.97 5.60 5.83 5.77 5.94

8. KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHA 8.24 8.74 9.12 9.02 8.70

a. Bank 5.72 5.99 6.21 5.90 5.46

b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 6.52 7.03 7.24 7.21 6.76

c. Jasa Penunjang Keuangan 0.00 0.00 0 0.00 0.00

d. Sewa Bangunan 8.61 9.14 9.57 9.53 9.21

e. Jasa Perusahaan 8.61 9.10 9.30 9.18 9.21

9. JASA-JASA 5.47 5.43 5.89 5.59 5.31

a. Pemerintahan Umum 5.55 5.42 6.05 5.66 5.36

1. Adm. Pemerintah & Pertahanan 5.31 5.15 5.72 5.40 5.09

2. Jasa Pemerintah lainnya 6.38 6.51 7.41 6.74 6.50

b. Swasta 5.21 5.49 5.23 5.21 5.01

1. Sosial Kemasyarakatan 3.30 3.51 3.19 3.17 3.23

2. Hiburan & Rekreasi 2.86 2.94 2.90 2.89 2.93

3. Perorangan & Rumahtangga 5.95 6.26 6.12 6.08 5.76

PDRB DENGAN MIGAS 13.08 12.87 12.77 12.79 12.51

[image:51.595.107.515.115.733.2]
(52)

diketahui melalui teori sektor (sector theory). Dalam teori tersebut dikatakan bahwa berkembangnya wilayah dihubungkan dengan transformasi struktur ekonomi dalam tiga sektor utama, yakni primer (pertanian, pertambangan dan penggalian), sektor sekunder (industri pengolahan, listrik, gas, air bersih dan bangunan) dan sektor tersier (perdagangan, hotel, restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan jasa-jasa).

(53)

31

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Penggunaan Lahan di Kabupaten Bangka Tengah

Peta penggunaan lahan tahun 2000, 2004 dan 2010 Kabupaten Bangka Tengah diinterpretasi dari citra Landsat tahun 2000, tahun 2004 dan tahun 2010 (Gambar 5, 6, dan 7). Selain menggunakan citra Landsat tahun 2010 yang sudah diolah, peta penggunaan lahan tahun 2010 juga berdasarkan informasi yang diperoleh dari Alos Avnir tahun 2010. Hal ini dikarenakan kondisi citra Landsat tahun 2010 yang kurang b

Gambar

Gambar 1 Kerangka Pemikiran.
Gambar 2 Bagan Alir Penelitian.
Tabel 4 Peranan sektor dalam perekonomian Kabupaten Bangka Tengah 2005 – 2009 menurut harga berlaku (persen)
Tabel  5 Lanjutan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan rekrutmen, seleksi dan penempatan tenaga kerja di koperasi BMT-UGT Sidogiri Pasuruan lebih memprioritaskan para alumni

Berdasarkan hasil pembahasan, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar sehingga nilai siswa yang sebelum dilakukan

Diagnosis JE dan non-JE ditegakkan berdasarkan adanya gejala klinik berupa demam akut (temperatur aksila lebih atau sama dengan 38°C), disertai defisit neurologis (termasuk

Dari hasil penilaian kelengkapan dan kebenaran dokumen administrasi atas peserta lelang yang memasukan dokumen penawaran diatas, dokumen administrasi yang dinyatakan memenuhi syarat

Žmogus, kuris galvoja tik apie save ir visur ieško sau naudos, negali būti laimingas. Nori gyventi sau -

ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014.. PROVINSI :

Bibit yang dilakukan dengan p€nggunaan ruas sulur tua pada umur 3 minggu' trarryak bibir yang tidak tumbuh dengan baik dengan indikasi batang kering' Bibit yang

Secara khusus dimensi yang akan dilihat dalam sinetron ini adalah dimensi kekerasan yang terdiri dari kekerasan fisik dan kekerasan psikologis dalam tayangan sinetron