KUESIONER TERTUTUP
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
PETUNJUK MENGERJAKAN
Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan diri Anda dengan cara memberikan tanda silang (X) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia. Pilihan jawaban tersebut adalah:
5 : Apabila Anda menilai atribut tersebut Sangat Penting di dalam memilih
Spring Bed
4 : Apabila Anda menilai atribut tersebut Penting di dalam memilih Spring Bed
3 : Apabila Anda menilai atribut tersebut Cukup Penting di dalam memilih
Spring Bed
2 : Apabila Anda menilai atribut tersebut Kurang Penting di dalam memilih
Spring Bed
1 : Apabila Anda menilai atribut tersebut Tidak Penting di dalam memilih
Spring Bed
Contoh pengisian kuesioner :
No. Pernyataan Jawaban Responden
1. Bahan utama spring bed yaitu polyurethane 5 4 3 2 1
Apabila Anda ingin mengganti jawaban anda, berilah dua garis horizontal pada jawaban yang ingin diganti, kemudian silanglah jawaban anda yang baru. Contoh Jika Jawaban Salah:
No. Pernyataan Jawaban Responden
1. Bahan utama spring bed yaitu polyurethane 5 4 3 2 1
No. Pernyataan Jawaban Responden
Nilai Sales Point Rancangan
No. Atribut Rancangan Sales
Point
1.
Bahan utama polyurethane berpengaruh terhadap proses produksi dari sarung tangan medis
2. Foam yang tebal berpengaruh terhadap proses produksi sarung tangan medis
3.
Bentuk sandaran yang persegi panjang berpengaruh terhadap proses produksi sarung tangan medis
4.
Bahan sandaran yang terbuat dari jok busa berpengaruh terhadap proses produksi sarung tangan medis
5
Spring bed yang berwarna coklat tua/putih berpengruh terhadap proses produksi sarung tangan medis
6.
Bahan pelapis foam yang terbuat dari rayon berpengruh terhadap proses produksi sarung tangan medis
Keterangan:
1,0 : diberikan pada suatu variable kebutuhan jika variable tersebut dianggap tidak terlalu berpengaruh bagi peningkatan keuntungan produk sehingga kurang mendapatkan perhatian pihak manajemen.
1,2 : diberikan apabila pada suatu variabel kebutuhan apabila pihak manajemen beranggapanbahwa apabila variabel tersebut bisa diperoleh maka akan berpengaruh bagi peningkatan keuntungan.
1,5 : diberikan pada suatu variabel kebutuhan apabila pihak manajemen beranggapan bahwa apabila variabel tersebut bisa dipenuhi maka akan sangat berpengaruh bagi peningkatan keuntungan.
Diketahui,
Pembimbing Lapangan
KUISIONER
Pembobotan Kriteria dan Alternatif AHP A.BIODATA
Untuk menyamakan pemahaman dan prosedur, maka peneliti sampaikan kepada Bapak petunjuk pengisian kuisioner pembobotan berikut ini:
1. Pembobotan dilakukan dengan perbandingan berpasangan, yaitu membandingan kriteria penelitian di sebelah kiri dengan kriteria penilaian di sebelah kanan.
2. Kolom penelitian di sebelah kiri (kolom sama penting (1) ke kiri) digunakan jika kriteria atau indikator sebelah kiri mempunyai derajat lebih tinggi. Sebaliknya, kolom penilaian di sebelah kanan (kolom sama penting (1) ke kanan) digunakan jika kriteria atau indikator sebelah kanan mempunyai derajat lebih tinggi.
3. Saudara diminta melingkari pada angka yang sesuai dengan arti penilaian sebagai berikut:
Tabel Skala Perbandingan Berpasangan
Intensitas Pentingnya Defenisi
1
Kedua elemen sama pentingnya
Elemen yang satu sedikit lebih penting ketimbang yang lainnya Elemen yang satu sangat penting ketimbang yang lainnya Satu elemen jelas lebih penting dari elemen yang lainnya
Satu elemen mutlak lebih penting ketimbang elemen yang lainnya Nilai-nilai antara dua pertimbangan yang berdekatan
4. Usahakan penilaian Saudara konsisten. Misalnya Saudara menyatakan A lebih penting dari pada B, dan b lebih penting dari pada C, maka penilaian Saudara konsisten jika menyatakan C lebih penting dari pada A.
5. Peneliti sampaikan contoh pengisian berikut ini:
Kriteria Penilaian Kriteria
A 9 . 7 . 5 . 3 1 3 . 5 . 7 . 9 B
A 9 . 7 . 5 . 3 1 3 . 5 . 7 . 9 C
B 9 . 7 . 5 . 3 1 3 . 5 . 7 . 9 C
Arti pengisian di atas:
a. B pada tingkat kepentingan sedikit lebih penting dari pada A b. A pada tingkatan jauh lebih penting dari C
c. B berada pada tingkatan mutlak lebih penting dari C
C. KUISIONER
A. Perbandingan berpasangan antara elemen level 2
Elemen Penilaian Elemen
B. Perbandingan berpasangan antara elemen level 3
1. Perbandingan berpasangan untuk unsur bahan utama polyurethane
2. Perbandingan berpasangan untuk unsur ketebalan foam tebal
3. Perbandingan berpasangan untuk unsur bentuk sandaran persegi panjang
Polyurethane Tua/Putih
Warna Spring Bed Coklat Tua/Putih Bentuk Sandaran Persegi
Panjang 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Bahan Pelapis Foam Rayon Bahan Sandaran Jok
Busa 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Warna Spring Bed Coklat Tua/Putih Bahan Sandaran Jok
Busa 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Bahan Pelapis Foam Rayon Warna Spring Bed
Coklat Tua/Putih 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Bahan Pelapis Foam Rayon
Elemen Penilaian Elemen
Waktu Perakitan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Akurasi Dimensi
Elemen Penilaian Elemen
Elastisitas Bahan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kekuatan Bahan Elastisitas Bahan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Standarisasi Bahan
Kekuatan Bahan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Standarisasi Bahan
Elemen Penilaian Elemen
4. Perbandingan berpasangan untuk unsur bahan sandaran jok busa
5. Perbandingan berpasangan untuk unsur warna spring bed coklat tua/putih
6. Perbandingan berpasangan untuk unsur bahan pelapis foam rayon
Elemen Penilaian Elemen
Waktu Perakitan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Akurasi Dimensi
Elemen Penilaian Elemen
Waktu Perakitan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Akurasi Dimensi
Elemen Penilaian Elemen
Waktu Perakitan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Akurasi Dimensi
Elemen Penilaian Elemen
MEDAN, 2015
PEMBIMBING LAPANGAN,
Akurasi Dimensi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Standarisasi Bahan Elastisitas Bahan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kekuatan Bahan Elastisitas Bahan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Standarisasi Bahan
DAFTAR PUSTAKA
Ali Quadri, Sarfraz dkk. 2014. Reliability Estimation using Fault Tree Analysis Method Mechanical Engneering: India
Bhushan, Navneet, dan Kanwal Rai. 2004. Strategic Decision Making: Applying
the Analytical Hierarchy Process. London: Springer-Verlag.
Cohen , Lou 1995. Quality Function Deployment : How to Make QFd Work for You. USA : Addison-Wesley Publishing Company.
Ginting, Rosnani,. 2010. Perancangan Produk. Yogyakarta: Graha Ilmu
Haex, Bart. 2005. Back and Bed Ergonomic Aspects of Sleeping. United States of America: CRC Press
Horenstein, Mark N. 2006. Design Concept for Engineer. USA: Pearson Education Inc.
Mahfuzah, Siti. 2013. Improvement of Take-Away Water Cup Design by Using Concurrent Engineering Approach. Malaysia : University Malaysia Pahang Michael, Dr. Stamatelatos. 2002. Fault Tree Handbook With Aerospace
Apllications. Washington: NASA
Mital, Anil et all. 2008. Product Development A structured Approach to Consumer Product Development, Design and Manufacture. USA : Elsevier Nagamichi, Mitsuo. 2011. Kansei/Affective Engineering. New York: CRC Press. Otto, Kevin 2001. Product Design. Cet I: New York: Prentice Hall
Simamora, Bilson. 2005. Analisis Multivariat Pemasaran. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Sinulingga, Sukaria. 2009. Perencanaan dan Pengendalian Produksi.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sinulingga, Sukaria. 2013. Metode Penelitian. Edisi II. Medan: USU Press.
Skalak, Susan. 2002. Implementing Concurrent Engineering in Small Companies.
Virginia: Marcel Dekker Inc.
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Perancangan Produk
4
Perancangan merupakan sebuah cara untuk menciptakan, merancang, mengeksekusi, atau membangun suatu hal yang akan dilakukan sesuai dengan rencana. Para perekayasa telah membuat kontribusi yang luar biasa untuk meningkatkan kualitas hidup di abad ke 20 dan abad 21 ini. Industri Automobile,
sepeda, pesawat, eksplorasi ruang angkasa, komunikasi digital, intenet, alat-alat kesehatan, jaringan pengiriman, sistem transportasi internasional, jaringan pengiriman, jaringan telepon, mesin fax, dan seluruh sistem penempatan global berawal dari engineering design. Perancangan bisa diartikan sebagai segala aktivitas yang dilakukan secara objektif untuk memperoleh hasil yang dibutuhkan.
5
4
Mark N Horenstein, Design Concept for Engineer, (Cet. USA: Pearson Education Inc, 2006)., h. 23
5
Anil Mital, et all. Product Development A structured Approach to Consumer Product Development, Design and Manufacture. (Cet. USA : Elsevier, 2008)., h. 37
Perancangan berdasarkan perspektif perekayasa merupakan penerapan konsep keilmuan, matematika, dan kreativitas yang diimaginasikan kedalam strukutur, mesin dan sistem yang menampilkan fungsi perspektif rekayasa. Pada proses perancangan produk konsumen selain bentuk dan fungsi produk, ilmu rekayasa dan perancangan industri sangat penting dalam pengembangan produk tersebut. Produk konsumen bergantung pada engineer dan industrial designer, dimana engineer berfungsi sebagai penentu fungsi produk dan industrial designer
Perangkat harus disesuaikan dan diwujudkan untuk mencapai hasil tertentu dan juga harus memenuhi enam persyaratan sebagaimana digariskan oleh Pye (1989). Persyaratan ini adalah sebagai berikut.
1. Harus diwujudkan dengan menggunakan prinsip pengaturan perangkat .
2. Komponen perangkat harus geometris terkait satu sama lain dan dengan objek.
3. Komponen harus cukup kuat untuk mengirim dan menahan kekuatan sebagai kebutuhan hasil yang diharapkan.
4. Ketersediaan akses terhadap perangkat . 5. Biaya hasilnya harus diterima .
6. Munculnya perangkat harus diterima .
Produk memiliki atribut tertentu yang akan membuatnya berguna untuk manusia. Atribut dapat berbentuk fisik, seperti ukuran, berat, atau kekuatan, atau berbentuk bahan kimia, seperti komposisi, toleransi panas, atau tahan karat. Beberapa sifat intrinsik, ada yang ekstrinsik, dan beberapa hasil bentuk fisik dari produk (bentuk geometri). Beberapa karakteristik teknis yang bisa menjadi atribut produk dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Atribut Produk
Design Internal External System
Structure Strength Operational
properties
Space requirement
Form Manufacturing
properties
Ergonomic properties
Tabel 3.1. Atribut Produk (Lanjutan)
Design Internal External System
Tolerance Corrosion
resistance
Aesthetic properties
Weight/mass
Surface Durability Distribution
properties
Materials Law conformance
properties
Surface quality
Dimensions Manufacturing
Properties
Function Transportability,
packing
Sumber : Product Development A structured Approach to Consumer Product Development,
Design and Manufacture
3.2. Concurrent Engineering
3.2.1. Definisi Concurrent Engineering
6
Design Verify Review Produksi Pengujian
Kinerja
Pengujian
Manufacturing
Pelayanan
Biaya
Mutu
Concurrent Engineering (Rekayasa Serempak) adalah suatu pendekatan sistematis dalam perancangan secara integrasi dan serempak dari produk dan semua proses yang berkaitan termasuk manufaktur dan pendukungnya. Pendekatan ini dimaksudkan untuk menyadarkan dan mengingatkan para tenaga-tenaga yang terlibat agar memperhatikan secara komprehensif dan terintegrasi semua elemen dalam product life cycle mulai dari konsepsi sampai disposal produk termasuk mutu, biaya, jadwal dan kebutuhan dari pelanggan.
Sumber : Chanan S. Syan (1994)
Gambar 3.1. Skema Proses Concurrent Engineering
Tahapan perancangan concurrent engineering dapat dilihat pada Gambar 3.2.
6
Requirements definition
Sumber :Chanan S Syan & Unny Menon (1994)
Gambar 3.2. Tujuh Tahapan Concurrent Engineering
3.2.2. Fase Concurrent Engineering7
Fase pengembangan produk pada Concurrent Engineering terdiri dari empat fase dan setiap fase memiliki langkah-langkah dalam pengerjaanya. Dari masing-masing fase dari keempat fase pengembangan, harus dilakukan setiap tahap dalam fase agar setiap fase dinyatakan diterima. Seperti project planning approval, design approval, costumer approval, dan production approval. Detail dari hasil setiap fase dalam concurrent engineering akan dibahas pada fase berikutnya. Tahap desain merupakan fase project planning dan conceptual design
sementara tahap produksi yaitu fase costumer production. Setiap langkah dari setiap fase dapat dilihat pada Gambar 3.3.
7
Identify Needs
Sumber :Susan Skalak (2002)
Gambar 3.3. Fase Pengembangan Produk Pada Concurrent Engineering
Project planning phase terdiri dari tiga langkah pengembangan yaitu identifikasi kebutuhan, penjelasan spesifikasi produk, dan rencana pengembangan.
Input dalam tahapan ini yaitu responden. Tujuan dari tahapan ini adalah mengembangkan dokumen perencanaan proyek pada fase kedua yakni the conceptual design phase terdiri dari lima langkah dimana fase ini dimulai dengan pendefinisian produk dan fungsi produk. Perbedaan konsep rancangan dikembangkan, model ditampilkan, konsep dievaluasi, dan rancangan terbaik dipilih untuk pengembangan selanjutnya. Fase ini berakhir dengan penyetujuan konsep akhir dari produk.
pada fase sebelumnya secara keseluruhan. Rancangan akan berpindah dari kualitatif ke kuantitatif dan iterasi diharapkan terjadi. Fase ini terdiri dari tujuh langkah yaitu penjelasan spesifikasi teknik, perwujudan rancangan, model virtual, ulasan desain, prototipe, detail rancangan, dan verifikasi rancangan
3.3. Concurrent Engingeering Tools
3.3.1. Kansei Engineering8
3.3.1.2.Metode Kansei Engineering 3.3.1.1.Defenisi Kansei Engineering
Kansei Engineering didefinisikan sebagai teknologi penerjemahan emosional konsumen ke dalam spesifikasi desain. Departemen research dan
development memahami emosional konsumen yang disebut kansei, H&D menganalisis data kansei menggunakan metode psikologi, ergonomi, medical, ataupun keteknikan dan mendesain produk baru berdasarkan informasi yang dianalisis tersebut. Kansei Engineering adalah sebuah proses teknologi dan rekayasa data kansei menuju spesifikasi produk.
9
Kansei Engineering tipe I merupakan teknik mendasar dari metode kansei engineering yang menggunakan cara proses yang teratur. Setiap orang dapat mengikuti proses yang teratur tersebut agar mendapatkan kesimpulan. Langkah-langkah kansei engineering tipe I adalah dapat dilihat pada Gambar 3.4.
8
Mitsuo Nagamachi, Kansei Affective Engineering, (Jepang: New York CRC Press, 2011), h. 3-4 9
1. Decision of strategy
2. Collection of kansei word
3. Setting of SD scale of the kansei words
4. Collection of product sample
5. A list of item/category
6. Evaluation experiment
7. Analysis using multivariate statistical methods
8. Interpretation of tha analyzed data
9. explanating of the data to design
10. Check desiger’s sketch with KE candidate
Gambar 3.4. Langkah Kansei Engineerting Type I
Langkah-langkah penyelesaian Kansei Engineering Type I:
1. Langkah pertama yaitu strategi perusahaan, perusahaan harus memiliki konsep yang ditentukan atau strategi untuk produk baru. Insinyur Kansei
harus memanfaatkan strategi ini untuk diterapkan ke bidang baru.
2. Langkah kedua yaitu mengumpulkan kata-kata Kansei yang berhubungan dengan konsep produk baru (sekitar 20-30 kata Kansei).
4. Langkah keempat yaitu mengumpulkan sampel produk sebagai perbandingan di antara produk sejenis dari perusahaan dan pembuat yang berbeda (sekitar 10-20 sampel).
5. Langkah kelima yaitu daftar item dan kategori, item dan kategori menyiratkan spesifikasi desain tentang produk sampel yang dikumpulkan. Semua sifat produk dijelaskan, misalnya item terdiri dari warna, bentuk, ukuran, merek logo, dan lain-lain. Kategori misalnya item warna memiliki kategori kuning, merah, hijau dan lain-lain.
6. Langkah keenam evaluasi percobaan yaitu responden diminta mencatat perasaan mereka dengan kata-kata Kansei untuk setiap sampel pada lembar skala Semantic Differential.
7. Langkah ketujuh yaitu analisis statistik, data dievaluasi dan dianalisa dengan metode statistik, terutama dengan analisis statistik multivariat.
8. Langkah kedelapan interpretasi data yang dianalisis, yaitu semua data dianalisis harus ditafsirkan dari sudut pandang Kansei Engineering. Tujuannya adalah untuk menemukan hubungan antara Kansei manusia dan properti produk. Data yang dianalisis ditemukan hubungan setiap Kansei
dengan spesifikasi desain.
9. Langkah kesembilan yaitu Penjelasan data, interpretasi data harus menjelaskan kepada desainer perusahaan untuk membuat desain baru dengan bantuan desainer.
10. Langkah kesepuluh yaitu kolaborasi para insinyur dengan desainer, Kansei
insinyur Kansei harus mendukung terciptanya perancangan produk baru berdasarkan data Kansei Engineering.
3.3.2. Analytic Hierarchy Process (AHP)10
AHP telah terbukti secara teori dan percobaan lapangan serta metodologi yang telah diterima. AHP menyediakan cara menguraikan masalah kedalam sebuah subproblem hierarki dimana dengan mudahnya dipahami dan dievaluasi secara subjektif. Metodologi dari AHP dapat dijelaskan dengan langkah sebagai berikut:
1. Masalah diuraikan ke dalam bentuk hirarki tujuan, kriteria, sub-kriteria, dan alternatif. Ini merupakan langkah paling kreatif dan penting dalam pengambilan keputusan.
Gambar 3.5. Struktur Umum Hirarki
2. Data yang dikumpulkan dari para ahli atau pengambil keputusan sesuai dengan struktur hirarki, dalam alternatif dari matriks berpasangan dengan skala
10
kualitatif dibawah ini. Para ahli bisa menilai perbandingan sebagai equal,
marginally strong, strong, very strong, and extremely strong. Opini tersebut dikumpulkan dalam format yang terdapat pada Gambar 3.6.
Gambar 3.6. Format dari Perbandingan Berpasangan
3. Berbagai kriteria dari matriks berpasangan dihasilkan di langkah kedua diatur ke dalam matriks persegi.
Tabel 3.2. Skala Gradasi untuk Alternatif Komparasi Kuantitatif
Option Numerical Value (s)
Equal 1
Marginally Strong 3
Strong 5
Very Strong 7
Extremely Strong 9
Intermediete values to reflect fuzzy inputs
2,4,6,8
Reflecting dominance of second alternative compared with the first
Reciprocals
4. Prinsip eigenvalue dan normalisasi korespon matriks komparasi dari
eigenvector memberikan kepentingan relatif dari berbagai kriteria yang dibandingkan.
melewati jumlah redudansi dalam pendekatan. Konsistensi index, CI, dirumuskan sebagai
4. Dimana adalah maksimum eigenvalue dari matriks pertimbangan. CI dibandingkan dengan Random Matrix, RI. Perbandingan antara CI/ RI, disebut sebagai Consistency Ratio, CR. Saaty menyampaikan bahwa nilai dari CR mesti lebih kecil dari 0,1.
5. Penilaian terhadap setiap alternatif ditambahkan dengan bobot dari masing kriteria dan di-aggregate untuk mendapatkan penilaian kola dengan penjelasan tiap kriteria
3.3.3. Quality Function Deployment (QFD)
11
11
Lou Cohen. Quality Function Deployment : How to Make QFd Work for You. (USA : Addison-Wesley Publishing Company.1995)., h.11
dicapai melalui penggunaan tim antardepartemen atau fungsional dengan mengumpulkan, menginterpretasikan, mendokumentasikan, dan memprioritaskan kebutuhan-kebutuhan pelanggan.
Quality function deployment dapat digunakan untuk menerjemahkan kebutuhan pelanggan ke dalam spesifikasi tekhnikal tertentu. Teknik QFD membantu dalam mendefinisikan unit pengukuran dan memberikan suatu kerangka kerja untuk mengevaluasi trade-offs di antara berbagai kombinasi dari fitur desain.
Komponen penting dalam menyusun QFD-The House of Quality dapat dilihat pada Gambar 3.7.
A
Customer Needs and Benefits
D
Relationships
- What do the customer requirement mean to the manufaktur
- Where are the interactions between relationships
Sumber : Lou Cohen (1995)
Keterangan dari setiap bagiannya adalah sebagai berikut (Lou Cohen, 1995): 1. Customer need
Customer need berisi daftar semua kebutuhan dan harapan pelanggan yang biasanya ditentukan dengan penelitian secara kualitatif. Cara mengetahui suara pelanggan dapat dilakukan dengan wawancara langsung dengan pelanggan untuk mengetahui keinginan, harapan, keluhan, maupun saran pelanggan, dan dapat juga dilakukan dengan pembagian kuisioner.
2. Planning matrix
Planning matrixmerupakan matriks perencanaan produk yang berisikan data kuantitatif kebutuhan konsumen dan tujuan-tujuan performansi yang hendak dicapai.
3. Technical response
Technical responsemerupakan parameter teknik yang memberikan gambaran bagaimana cara tim pengembangan produk/jasa pelayanan dalam merespon kebutuhan dan keinginan konsumen. Suara konsumen yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif harus diterjemahkan ke dalam suara pengembang (voice of developer).
4. Relationship
5. Technical corelation
Technical corelationmenggambarkan hubungan yang terjadi antar respon teknis yang dapat dibedakan menjadi korelasi positif sangat kuat, positif cukup kuat, negatif sangat kuat serta tidak ada hubuungannya.
6. Technical matrix
Technical Matrix berisi informasi berupa prioritas dari aspek teknis produk serta target teknis yang direncanakan berdasarkan competitive benchmaruntuk tujuan pengembangan kualitas produk
3.3.4. Quality Function Deployment Fase II12
Performance measures (SQCs) Product Planning (House of Quality)
Voice of The Customer
Part Characteristics
Fase II merupakan pengembangan desain berdasarkan part kritis produk. Karakteristik part merupakan ukuran kinerja pada tahap fase II ini. Fase III merupakan tahap perencanaan manufaktur produk dimana yang menjadi parameter kinerjanya adalah proses manufaktur produk itu sendiri. Quality Function Deployment memiliki 4 fase dapat dilihat pada Gambar 3.8.
Sumber: Lou Cohen (1995)
Gambar 3.8. Four-Phase QFD Model
12
3.3.5. Fault Tree Analysis (FTA)
13
Fault Tree Analysis (FTA) adalah suatu alat analisis kegagalan yang dikerjakan secara deduktif. Sebagai pendekatan deduktif, FTA dimulai dengan event yang tak diinginkan, seperti kegagalan dari mesin utama, dan kemudian dijelaskan penyebabnya secara sistematik. Dalam menganalisis penyebab, FTA dibangun sebagai ilustrasi logika dari events dan hubungannya yang dibutuhkan sebagai kejadian yang tak diinginkan, atau top events
FTA menyediakan informasi kritis yang dapat digunakan untuk memperioritaskan tingkat kepentingan yang dapat berkontribusi kepada kejadian yang tak dingginkan. FTA sebagai suatu alat analisis yang membuat gabungan dari kesalahan atau kegagalan yang pasti terhadap suatu sistem. Teknik ini juga berguna untuk membuat atau menggambarkan dan menaksir kejadian dalam suatu sistem. Kejadian dapat normal atau tidak,tetapi urutan dan gabungannya sangat penting. FTA menunjukan kemungkinan-kemungkinan penyebab kegagalan sistem dari beberapa kejadian dan bermacam-macam masalah. FTA digunakan untuk reliability, maintainability, and safety analysis yang digunakan pada tahun 1961 di Laboratorium Bell untuk mengevaluasi minuteman launch control system
untuk menghindari kelalaian yang tidak di sengaja
13
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1.Jenis Penelitian14
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian terapan (applied research) Alasan penelitian ini adalah karena tujuan penelitian ini adalah untuk menyelesaikan permasalahan nyata yang ada dalam perusahaan dengan cara mengaplikasikan pemecahan masalah yang ada.
4.2.Objek Penelitian
Objek penelitian yang diamati adalah desain produk spring bed ukuran 6ft
4.3. Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Independen
15
a. Karakteristik produk
Variabel independen adalah variabel bebas yang dapat mempengaruhi variabel dependen baik secara positif maupun negative. Variabel independen pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
b. Karakteristik teknis c. Part Kritis
14
Sukaria Sinulingga. Metode Penelitian. (Cet I; Medan: USU Press, 2011), h. 24. 15
2. Variabel Dependen
16
a. Emotional needs
Variabel dependen adalah variabel terkait yang nilainya dipengaruhi variabel lain. Variabel dependen pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
b. Perbaikan konsep produk
4.4. Kerangka Konseptual Penelitian
Penelitian dapat dilaksanakan apabila tersedia sebuah perancangan kerangka berpikir yang baik sehingga langkah-langkah penelitian lebih sistematis. Kerangka berpikir inilah yang merupakan landasan awal dalam melaksanakan penelitian. Kerangka berpikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Karakteristik
Teknis Part Kritis
Perbaikan Konsep produk Emotional Needs
Ketebalan Foam
Bentuk Sandaran
Bahan Sandaran
Warna Spring Bed Bahan Pelapis
Foam Bahan Spring
Bed
Gambar 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian
4.5. Rancangan Penelitian
Langkah-langkah proses penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 4.2.
16
MULAI
Studi Pendahuluan
1. Kondisi Pabrik
2. Proses Perakitan dan Produksi 3. Informasi pendukung
4. Masalah-masalah
Studi Literatur
1. Teori Buku
2. Referensi Jurnal Penelitian 3. Langkah-langkah
penyelesaian
Identifikasi Masalah Awal
Tidak ada integrasi antara bagian desain dengan bagian manufaktur dalam perusahaan
Pengumpulan Data
1. Data primer
- Data Keinginan Konsumen - Data Derajat Kepentingan
- Data Karakteristik teknis dan hubungannya - Data Part Kritis
I. Uji validitas dan reliabilitas
II. Concurrent Engineering Phase I: Project Planning 1. Identify Needs: Kansei Engineering
2. Define Product Specification: Quality Function Deployment (QFD) fase I 3. Plan Development Task: Identifikasi Karakteristik Part
III.Concurrent Engineering Phase II: Conceptual Design
1. Define Function Assaign Sub Teams: Quality Function Deployment (QFD) fase II 2. Generate Concept: Fault Tree Analysis (FTA)
3. Physical Modelling: Penggambaran Produk Spring Bed 6ft 4. Evaluate Concept: Pembuatan Module
5. Integrated Concept: Cross Team Bagian Desain dan Produksi
Kesimpulan dan Saran
SELESAI
Analisis Pemecahan Masalah
- Analisis dan evaluasi usulan perencanaan desain produk
4.6. Pengumpulan Data 4.6.1. Sumber Data
Berdasarkan cara memperolehya sumber data terbagi menjadi 2 yaitu data primer dan data sekunder, yaitu:
1. Data Primer
17
a. Data kebutuhan emosional konsumen terhadap produk spring bed dengan kuesioner semantic differential. Kuesioner SD ini menggunakan skala-5 dan berisi kansei negatif dan kansei positif untuk mendapatkan emotional needs konsumen terhadap produk spring bed tersebut
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek penelitian, data primer yang digunakan yaitu:
b. Data tingkat kepentingan terhadap kebutuhan emosional yang terpilih dari kuesioner semantic differential. Kuesioner ini dalam bentuk kuesioner tertutup yang berisi pertanyaan mengenai tingkat kepentingan setiap atribut dan disebarkan kepada konsumen
c. Data karakteristik teknis dan hubungannya dengan wawancara yang dilakukan dengan manajer produksi. Data karakteristik teknis diperoleh dengan cara memberikan kuesioner karakteristik teknis kepada bagian manajer produksi tersebut.
d. Data hubungan karakteristik teknis dengan customer requirement dengan kuesioner perbandingan berpasangan. Hirarki hubungan antara karakteristik teknis dengan costumer requirement dibuat oleh manajer
17
produksi. Setiap hubungan dari karakteristik tersebut akan diberi bobot prioritas dengan menggunakan matriks banding berpasangan yang ditentukan pula oleh bagian manajer produksi
e. Data part kritis dengan menggunakan kuesioner identifikasi part yang diberikan kepada manajer produksi untuk memperoleh part-part kritis yang sering dialami oleh perusahaan
f. Data probabilitas kesalahan perakitan dengan menggunakan kuesioner kesalahan perakitan yang diberikan kepada manajer produksi untuk mengetahui kemungkinan suatu part mengalami masalah yang paling tinggi
2. Data Sekunder
18
1. Pengumpulan Data Primer
Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak manajemen. Data tersebut adalah data mengenai PT. Ivana Mery Lestari Matras serta struktur organisasinya
4.6.2. Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini metode pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Teknik survei yaitu teknik pengamatan langsung ke lapangan. Data yang diambil dengan teknik survei yaitu
18
1) Data kebutuhan emosional konsumen terhadap produk spring bed
dengan kuesioner semantic differential
2) Data tingkat kepentingan terhadap kebutuhan emosional yang terpilih dengan kuesioner tingkat kepentingan
b. Teknik wawancara yaitu wawancara dan diskusi kepada pihak PT. Ivana Mery Lestari terkait dengan kuesioner berikut ini:
1) Data karakteristik teknis dengan kuesioner karakteristik teknis
2) Data hubungan karakteristik teknis dengan customer requirement
dengan kuesioner perbandingan berpasangan
3) Data part kritis dengan menggunakan kuesioner identifikasi part
4) Data probabilitas kesalahan perakitan dengan menggunakan kuesioner kesalahan perakitan
2. Pengumpulan Data Sekunder
a. Teknik kepustakaan, yaitu mencatat dan mempelajari teori-teori yang berhubungan dengan pemecahan masalah dari berbagai buku yang sesuai dengan permasalahan serta mempelajari buku-buku, thesis atau jurnal yang berkaitan.
b. Observasi atau pengamatan secara langsung di lantai produksi mengenai
operation process chart produk spring bed.
4.7. Instrumen Penelitian
1. Kuesioner semantic differential
Kuesioner semantic differential berguna untuk mendapatkan emotional needs
konsumen terhadap produk spring bed.
2. Kuesioner tingkat kepentingan
Kuesioner tingkat kepentiang berisi atribut produk yang terpilih dari hasil kuesioner sebelumnya. Penilaian pada kuesioner ini menggunakan skala
Likert, yaitu untuk melihat tingkat kesetujuan responden terhadap suatu pertanyaan yang diisi oleh konsumen.
3. Kuesioner karakteristik teknis
Kuesioner karakteristik teknis dan hubungannya digunakan untuk mengumpulkan karakteristik teknis dari produk spring bed.
4. Kuesioner Perbandingan Berpasangan
Kuesioner perbandingan berpasangan digunakan untuk mendapatkan hubungan antara karakteristik teknis dengan customer requirement, yang diisi oleh pihak pabrik yaitu manajer produksi.
5. Kuisioner Identifikasi Part
Kuesioner identifikasi part diberikan kepada manajer produksi yang memiliki pengetahuan mengenai bagian atribut yang secara khusus mempengaruhi kualitas maupun kuantitas produk
6. Kuesioner Kesalahan Perakitan
4.8. Populasi dan Sampel
Penelitian ini memiliki beberapa instrument penelitian dengan populasi dan sampel yang berbeda-beda. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Sampel Kuesioner Semantic Differential
Populasi ini berukuran besar dan jumlahnya tidak diketahui secara pasti. Oleh karena itu, teknik sampling yang dipilih adalah convenience sampling. 19
Convenience sampling adalah suatu metode sampling dimana para respondennya adalah orang-orang yang secara sukarela menawarkan diri (conviniencely avaiable) dengan alasan masing-masing (Sukaria Sinulingga, 2013). 20Penentuan ukuran sampel jika jumlah populasi tidak diketahui, digunakan rumus dibawah ini
Keterangan : n : Jumlah Sampel
z : nilai z dengan tingkat keyakinan 95% maka nilai z = 1,96% (tabel distribusi normal)
p : proporsi yang akan ditaksir (sebesar 0,5 jika proporsi tidak diketahui) q : 1 - p
e : error atau kesalahan maksimum adalah 10%
19
Sukaria Sinulingga, Metodologi Penelitian, (Edisi 3: Medan: USU Press, 2013)., h. 214-216 20
2. Sampel Kuesioner Tingkat Kepentingan
Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen internal yang menggunakan produk spring bed yaitu operator pada PT. Ivana Mery Lestari Matras. Populasi ini diketahui jumlahnya yaitu 32 orang. Oleh karena itu, teknik
sampling yang dipilih adalah total sampling.
3. Sampel Kuesioner Karakteristik Teknis
Teknik sampling yang digunakan adalah judgment sampling. Kuesioner karakteristik teknis diberikan kepada 1 orang yang ahli dalam proses produksi produk spring bed yaitu manajer produksi dari PT. Ivana Mery Lestari
4. Sampel Kuesioner Perbandingan Berpasangan
Berdasarakan pendapat Thomas L. Saaty (2006), kuesioner perbandingan berpasangan diisi oleh para pakar. Pakar dalam bidang produksi produk
spring bed yaitu manajer produksi dari PT. Ivana Mery Lestari. Teknik
sampling yang digunakan adalah judgement sampling.
5. Sampel Kuisioner Identifikasi Part
Teknik sampling yang digunakan adalah judgement sampling. Kuesioner diberikan kepada manajer produksi yang merupakan bagian ahli pada perusahaan
6. Sampel Kuesioner Kesalahan Perakitan
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Perbaikan Rancangan Produk Spring Bed dengan Pendekatan
Concurrent Engineering
Fase pengembangan produk pada Concurrent Engineering yang digunakan dibatasi hanya sampai phase II. Langkah concurrent engineering dapat dilihat pada Gambar 5.1.
Identify Needs
Define Poduct Specifications
Plan Development Task Project Approval
Evaluate Concepts Define Architecture/Functions
Assaign Sub-Teams
Generate Concepts
Concepts Approval
Virtual/Physical Modeling
Integrate Concepts
Project Planning
Conceptual Design
Sumber :Susan Skalak (2002)
Gambar 5.1 Batasan Penggunaan Tahapan dengan Pendekatan Concurrent
5.1.1. Tahap Project Planning
5.1.1.1. Identify Needs: Metode Kansei Engineering
Tahapan pada Kansei yang dilakukan pada penelitian ini dibatasi hingga langkah ke delapan. Tahapan tersebut antara lain:
1. Penetapan Tujuan
Tujuan penggunaan kansei yaitu untuk mengetahui desain seperti apa yang diinginkan konsumen berdasarkan emotional needs konsumen yang menggunakan spring bed ukuran 6ft.
2. Pengumpulan Kansei Word
Kansei word yang digunakan dalam kuesioner SD dapat dilihat pada Tabel 5.1. Tabel 5.1. Kansei Word Terpilih
No Kata Kansei
1 Nyaman
2 Empuk
3 Elegan
4 Ergonomis
5 Awet
6 Menarik
7 Elastis
Sumber: Hasil Pengumpulan Data
3. Penetapan Skala Semantic Differential
4. Pengumpulan Sampel Produk
Pengumpulan sampel produk spring bed 6ft berdasarkan buku Back and Bed, brosur produk yang dimiliki oleh PT. Ivana Mery Lestari Matras.
5. Pengurutan Spesifikasi Kategori
Pengurutan spesifikasi kategori merupakan list item dari desain produk yang telah dikumpulkan kemudian diurutkan berdasarkan item dan kategori yang dilakukan dengan cara diskusi kepada pihak pabrik dan dari literatur buku. Sehingga diperoleh item yang dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Pengurutan Item dan Kategori
No Item Kategori
a. Persegi panjang b. Melengkung
6. Evaluasi Eksperimen
Penyebaran Kuesioner semantic differential diberikan kepada 97 orang responden.
7. Analisis Statistik
Analisis statistik yang digunakan adalah conjoint analysis dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan nilai constant
Nilai konstan didapat menggunakan rumus dengan n = 5 karena skala yang digunakan pada kuesioner SD adalah skala 5.
b. Menentukan nilai rata-rata
Nilai rata-rata diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Contoh perhitungan untuk desain I dengan kansei word tidak nyaman-nyaman.
Tabel 5.3. Rekapitulasi Rata-rata Item dan Kategori
Sumber : Hasil Pengolahan Data
c. Menghitung Nilai Utilitas
Nilai utilitasdiperoleh menggunakan rumus sebagai berikut: Utilitas = nilai rata-rata – nilai constant
Contoh perhitungan untuk desain I dengan kansei word tidak ergonomis – ergonomis:
Utilitas = 2,8659 – 3 = -0,1340
Hasil rekapitulasi perhitungan utilitas dapat dilihat di Tabel 5.4. Tabel 5.4. Rekapitulasi Utilitas Item dan Kategori
Tabel 5.4. Rekapitulasi Utilitas Item dan Kategori (Lanjutaan)
Sumber : Hasil Pengolahan Data
7. Interpretasi dari Data yang Dianalisis
Nilai utility merupakan dasar untuk menentukan desain mana yang terpilih. Nilai-nilai tersebut dibandingkan antara item dan kategori sehingga didapatkan nilai utilitas tertinggi. Nilai utilitas tertinggi yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5. Nilai Utilitas Tertinggi untuk setiap Desain
Nilai utilitas yang diperoleh dari perhitungan diatas merupakan hasil dari desain yang terpilih. Desain dipilih berdasarkan jumlah terbanyak dari masing-masing kansei word dengan nilai utilitas terbesar. Hasil identifikasi kebutuhan konsumen terhadap desain terpilih dapat dilihat pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6. Kategori Desain Terpilih
No Atribut Spesifikasi Awal
Produk
Costumer Requirement
1 Bahan Utama Latex Polyurethane
2 Ketebalan Foam Tebal Tebal
3 Bentuk Sandaran Melingkar Persegi Panjang 4 Bahan Sandaran Jok Busa Jok Busa
5 Warna Spring Bed Putih Coklat Tua/Putih 6 Bahan Pelapis Foam Nylon Rayon
Gambar Desain Produk Sumber : Hasil Pengolahan Data
5.1.1.2. Define Product Specification: Membangun Matriks House of Quality (HOQ)
Langkah dalam membangun matriks house of quality adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi Costumer Requirement (CR)
Tabel 5.7. Customer Importance (CI)
No Kebutuhan Konsumen
Hasil Kuesioner
Sumber: Hasil Pengumpulan Data
Rekapitulasi tingkat kepuasan konsumen untuk setiap variabel dapat dilihat pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8. Tingkat Kepuasan Konsumen untuk Setiap Variabel
No Kebutuhan Konsumen Tingkat Kepuasan
Konsumen
1 Bahan Utama Polyurethane 3,531
2 Ketebalan Foam Tebal 2,875
3 Bentuk Sandaran Pesegi Panjang 3,312
4 Bahan Sandaran Jok Busa 3,375
5 Warna Spring Bed Coklat Tua/Putih 3,062
6 Bahan Pelapis Foam Rayon 2,750
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Besar nilai sales point untuk setiap variabel customer needs dapat dilihat pada Tabel 5.9.
Tabel 5.9. Nilai Sales Point Variabel Kebutuhan Pelanggan No Variabel Kebutuhan Sales Point
1 Bahan Utama Polyurethane 1,5
Tabel 5.9. Nilai Sales Point Variabel Kebutuhan Pelanggan (Lanjutan) No Variabel Kebutuhan Sales Point
3 Bentuk Sandaran Pesegi Panjang 1,0 4 Bahan Sandaran Jok Busa 1,0 5 Warna Spring Bed Coklat
Tua/Putih 1,2
6 Bahan Pelapis Foam Rayon 1,2
Sumber: Hasil Pengumpulan Data
Selanjutnya, Penentuan rasio perbaikan ditentukan untuk setiap atribut Tabel 5.10. Rasio Perbaikan setiap Variabel Kebutuhan No Variabel Kebutuhan Rasio Perbaikan
1 Bahan Utama Polyurethane 0,849
2 Ketebalan Foam Tebal 1,043
3 Bentuk Sandaran Pesegi Panjang 1,207
4 Bahan Sandaran Jok Busa 0,888
5 Warna Spring Bed Coklat Tua/Putih 1,306 6 Bahan Pelapis Foam Rayon 0,727 Sumber: Hasil Pengolahan Data
Rekapitulasi bobot absolut setiap variabel dapat dilihat pada Tabel 5.11. Tabel 5.11. Bobot Absolut setiap Variabel Kebutuhan
No Variabel Kebutuhan Bobot Absolut
1 Bahan Utama Polyurethane 3,823
2 Ketebalan Foam Tebal 3,757
3 Bentuk Sandaran Pesegi Panjang 4,830
4 Bahan Sandaran Jok Busa 2,667
5 Warna Spring Bed Coklat Tua/Putih 6,269 6 Bahan Pelapis Foam Rayon 1,745
Jumlah 23,091
Rekapitulasi bobot perencanaan relatif setiap variabel dapat dilihat pada Tabel 5.12.
Tabel 5.12. Bobot Perencanaan Relatif setiap Variabel Kebutuhan
No Variabel Kebutuhan Bobot Relatif
1 Bahan Utama Polyurethane 16,556%
2 Ketebalan Foam Tebal 16,268%
3 Bentuk Sandaran Pesegi Panjang 20,918%
4 Bahan Sandaran Jok Busa 11,548%
5 Warna Spring Bed Coklat Tua/Putih 27,151% 6 Bahan Pelapis Foam Rayon 7,559%
Jumlah 23,091
Sumber: Hasil Pengolahan Data
2. Penentuan Technical Requirement (TR)
Karakteristik teknis produk spring bed 6ft dapat dilihat pada Tabel 5.13. Tabel 5.13. Karakteristik Teknis Produk Spring Bed 6ft
No Karakteristik Teknis Produk
1 Waktu Perakitan
2 Akurasi Dimensi
3 Elastisitas Bahan
4 Kekuatan Bahan
5 Standarisasi Bahan Sumber: Hasil Pengumpulan Data
3. Membuat Hubungan Hirarki antara Customer Requirement dengan Technical Requirement
Hirarki dibentuk untuk melihat hubungan antara customer requirement dan
Tingkat Kepentingan
4. Penetapan Tingkat Hubungan antara Costumer Requirement dan Technical Requirement
Penentuan Relation Matrix dilakukan untuk menentukan tingkat hubungan antara customer requirement dan technical requirement. Tingkat hubungan diperoleh dari bobot perbandingan karakteristik teknis terhadap kebutuhan pelanggan berdasarkan kuesioner perbandingan berpasangan. Input Bobot Prioritas ke dalam Relation Matrix
Bobot prioritas pada relation matrix dapat dilihat pada Gambar 5.3.
Wakt Ketebalan Foam Tebal
0,050 0,248 0,124 0,145 0,432 Bentuk Sandaran Pesegi Panjang
0,039 0,441 0,072 0,353 0,095 Bahan Sandaran Jok Busa
0,201 0,030 0,401 0,316 0,051 Warna Spring Bed Coklat Tua/Putih 0,453 0,038 0,315 0,126 0,068 Bahan Pelapis Foam Rayon
0,182 0,038 0,345 0,134 0,300 Sumber: Hasil Pengolahan Data
Gambar 5.3. Relation Matrix
5. Penyusunan Matriks House of Quality (HOQ)
Tabel 5.14. Tingkat Kesulitan, Perkiraan Biaya, dan Derajat Kepentingan
Tingkat Kesulitan 2 3 5 4 5
Perkiraan Biaya 11% 16% 26% 21% 26% Derajat Kepentingan 16% 17% 24% 20% 24% Sumber: Hasil Pengolahan Data
Data-data yang telah didapatkan pada langkah sebelumnya dibuat matriks HOQ yang dapat dilihat pada Gambar 5.4.
Bahan Utama Polyurethane Ketebalan Foam Tebal
Bahan Sandaran Jok Busa Warna Spring Bed Coklat Tua/Putih Bahan Pelapis Foam Rayon Waktu Perakitan Akurasi Dimensi Elastisitas Bahan Kekuatan Bahan Standarisasi Bahan
0,040 0,209 0,159 0,109 0,483 0,050
3
3 0,248 0,124 0,145 0,432 4 0,039 0,441 0,072 0,353 0,095
4 0,453 0,038 0,315 0,126 0,068 3 0,182 0,038 0,345 0,134 0,300 3 0,201 0,030 0,401 0,316 0,051
3,823
5.1.1.3. Plan Development Task: Identifikasi Karakteristik Part
Plan Development Task merupakan bagian langkah ketiga dari tahapan
Project Planning dengan mengidentifikasi karakteristik part yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Tahapan dalam Plan Development Task
yaitu:
1. Penetapan Karakteristik Teknis 2. Penetapan Karakteristik Part
Karakteristik part diperoleh dari hasil diskusi dengan pihak perusahaan yang dapat dilihat pada Tabel 5.15.
Tabel 5.15. Karakteristik Part
No Karakteristik Part
1 Jumlah Ulir Per
2 Tekanan Pengepresan
3 Kadar Material Busa
4 Jumlah Per
5 Dimensi Rangka Kayu Sandaran 6 Dimensi Rangka Kayu Divan Bawah
7 Dimensi Kain Matras
Sumber: Pengumpulan Data
3. Menetapkan Hubungan antara Karakteristik Part
5.1.2. Tahap Conceptual Design
5.1.2.1 Define Function Assaign Sub Teams: Membangun Matriks Design
Deployment
Pembuatan matriks Design Deployment berdasarkan matriks HOQ pada QFD fase I. Tahapan pembangunan matriks Design Deployment pada fase II yaitu
Bahan Utama Polyurethane
Ketebalan Foam Tebal
Bahan Sandaran Jok Busa
Warna Spring Bed Coklat Tua/Putih
Derajat Hubungan :
Jumlah Ulir Per Tekanan Pengepresan Kadar Material Busa Jumlah Per Dimensi Rangka Kayu Sandaran
0,142 0,073 0,048 0,292 0,258
0,274 3
3 0,070 0,040 0,065 0,277
4 0,284 0,025 0,238 0,086 0,174
4 0,040 0,230 0,307 0,063 0,023 3 0,120 0,059 0,036 0,272 0,152
4
Dimensi Rangka Kayu Divan Dimensi Kain Matras
0,123
Sumber: Hasil Pengolahan Data
5.1.2.2. Generate Concept: Fault Tree Analysis
Jumlah Ulir Per
Gambar 5.6. Fault Tree Analysis Pada Perakitan Jumlah Ulir Per
Dimensi Rangka
I-69
Rekapitulasi perhitungan probabilitas resiko kegagalan perakitan dapat dilihat pada Tabel 5.16.
Tabel 5.16. Rekapitulasi Perhitungan Probabilitas Resiko Kegagalan dalam Proses Perakitan Produk Spring Bed 6ft
Top Event Faktor Penyebab Nilai Probilitas
Jumlah Ulir Per
Kesalahan dalam pemilihan bahan (PA) = 0,7580 Kesalahan dalam pembuatan ulir kawat
per (PB) = 0,0413
Dimensi rangka Kayu Sandaran
Dimensi kaki rangka kayu sandaran (PC) = 0,4930 Dimensi rangka kayu sandaran tidak
sesuai dengan rangka kayu divan P(D) = 0,0665 Sumber: Hasil Pengolahan Data
Perhitungan probabilitas dengan menggunakan metode FTA diatas didapatkan risiko probabilitas kegagalan terbesar yaitu kegagalan dalam pembuatan ulir per yang mengakibatkan kurang elastisnya produk spring bed yang dihasilkan. Hasil perhitungan probabilitas menunjukkan bahwa pemilihan bahan merupakan sebuah kesalahan yang paling sering dilakukan oleh perusahaan. Hal ini mengakibatkan kurang baiknya kualitas produk yang dihasilkan.
5.1.2.3. Virtual Modelling
Virtual modelling merupakan model yang dibuat dengan bantuan
software CAD atau Computer Aided Design dari konsep yang dihasilkan yang mewakili karakteristik kunci dari konsep sehingga dapat dievaluasi dengan berbagai pertimbangan. Software CAD yang digunakan untuk membuat model
membantu evaluasi konsep sebagai acuan dalam pembuatan modul yang mengacu pada desain terpilih pada spring bed 6ft.
Gambar 5.8. Virtual Modelling Produk Spring Bed 6ft
5.1.2.4. Evaluate Concept: Pembuatan Module
Tahap evaluate concept dilakukan untuk merumuskan konsep pengembangan produk berdasarkan kategori desain terpilih dan karakteristik part.
Hal ini dilakukan untuk mengelompokkan part kritis yang memiliki tingkat kesulitan tinggi dengan kualifikasi desain yang sama sehingga ketika terjadi perubahan atau penyesuaian pada bagian desain, yang dilakukan hanya melihat modul yang ada dalam perumusannya.
200 cm 180 cm
Spring Bed 6ft
Module 2 Module 1
Tekanan Pengepresan
Kadar Material Busa Jumlah Ulir pada Per
Jumlah Per
Module 3
Dimensi Rangka Kayu Sandaran
Dimensi Rangka Kayu Divan
Dimensi Kain Matras
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Gambar 5.9. Product Module Spring Bed 6ft
Module 1 merupakan modul yang dengan aktivitas yang berada pada bagian pembuatan per spring. Module 2 merupakan modul yang merupakan aktivitas pada departemen pembuatan busa. Module 3 merupakan aktivitas pada departemen quality control
5.1.2.5. Integrate Concept
Integrasi konsep didasarkan pada hasil evaluate concept yang terdiri dari tiga module produk spring bed 6ft. Konsep rancangan yang dihasilkan mengelompokkan komponen-komponen kritis dari produk spring bed 6ft menjadi tiga substruktur.
supplier dan bagian produksi yang berhubungan langsung dengan proses produksi pembuatan per dan perakitan per.
Input : Material : Kawat diameter 2,24mm Man : Purchasing,
Production
-Bagian logistic mengadaan bahan Kawat diameter 2,24mm
Bagian penerimaan bahan melakuan pemeriksaan terhadap
Kawat diameter 2,24 mm
Apakah kualitas sesuai dengan standar
perusahaan Tidak
Selesai Ya
Mulai
Material sesuai dengan standar perusahaan
2. Module 2 terdiri dari tekanan pengepresan dan kadar material busa. Komponen-komponen tersebut berpengaruh pada kekuatan bahan terhadap menahan beban dan per spring bed. Penggunaan Polly Propylin Glykol (PPG) untuk penentuan kepadatan busa menjadi tanggung jawab bagian produksi, logistik, dan quality control dalam eksekusinya.
Input : Material : Polly P ropylin
Glikol (PPG), silikon, melion clorida, air Man : Logistic, Quality
control, Production
-Bagian logistic mengadaan bahan Polly Propylin Glikol (PPG), silikon, melion clorida,
air sesuai dengan komposisi yang
ditetapkan
3. Module 3 terdiri dari dimensi rangka kayu sandaran, dimensi rangka kayu divan, dan dimensi kain matras. Komponen-komponen ini mempengarhui karakteristik teknis yaitu akurasi dimensi. Akurasi dimensi dicanangkan oleh bagian quality dan diterapkan oleh bagian marketing, desain dan bagian produksi.
Input : Material : Kuesioner, Gambar Teknik, Alat ukur Man : Marketing, Product
Design & Produksi
Bagian Product Design - Membuat gambar teknik - Membuat prototype - Melakukan survei sesuai Customer Requirement
Mulai
Output : Dimensi produk
Untuk itu, perlu adanya revisi pada bagian komunikasi antar departemen guna memperkuat fungsi module yang telah dibuat agar terjadinya integrasi informasi antara bagian-bagian dalam perusahaan terutama pada bagian desain dengan bagian produksi.
BAB VI
ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL
6.1. Analisis Concurrent Engineering Phase I: Project Planning 6.1.1. Analisis Identify Needs: Kansei Engineering
6.1.1.1 Validitas dan Reliabilitas Hasil Rekapitulasi Kuesioner
Variabel kuesioner semantic differential terdiri dari 11 desain untuk produk spring bed. Data kuesioner semantic differential tersebut diuji terlebih dahulu validitas dan reliabilitasnya sebelum diolah lebih lanjut. Rekapitulasi nilai
r hitung dapat dilihat pada Tabel 6.1.
Tabel 6.1. Hasil Perhitungan Validitas Kuesioner Semantic Differential Desain r hitung r kritis Kesimpulan
I 0,363 0,200 Valid
II 0,376 0,200 Valid
III 0,310 0,200 Valid
IV 0,291 0,200 Valid
V 0,259 0,200 Valid
VI 0,208 0,200 Valid
VII 0,432 0,200 Valid
VIII 0,483 0,200 Valid
IX 0,391 0,200 Valid
X 0,291 0,200 Valid
XI 0,310 0,200 Valid
Sumber: Pengolahan Data
21
21
Sukaria Sinulingga, Metode Penelitian, (Cet II; Medan: USU Press, 2013)., h. 216-219
internal dalam variabel tersebut. Hasil uji reliabilitas terhadap kuesioner semantic differential diperoleh nilai r sebesar 0,231 sedangkan nilai r tabel dengan n=97 dan derajat bebas 2 untuk taraf signifikan 5% yaitu 0,200 sehingga kuesioner dinyatakan reliabel yang berarti kuesioner semantic differential dapat dipercaya kebenaran datanya.
6.1.1.2 Analisis Statistik Conjoint Analysis
Hasil conjoint analysis digunakan untuk mengetahui nilai utilitas kansei word tertinggi untuk setiap desain spring bed. Nilai utilitas kansei word untuk setiap desain dapat dilihat pada tabel 6.2.
Tabel 6.2. Nilai Utilitas Tertinggi untuk setiap Desain No Kategori
Kansei Word
Desain Terpilih
Gambar Desain
Nilai Utilitas
1 Nyaman VI 0,247
2 Empuk VI 0,155
3 Elegan II 0,289
4 Ergonomis X 0,299
5 Awet VI 0,464
6 Menarik VII 0,289
7 Elastis X 0,237
22
No
Desain yang memiliki nilai utilitas tertinggi adalah desain VI dengan nilai utilitas sebesar 0,464 sehingga atribut produk yang ada pada desain VI merupakan customer needs. Desain tersebut dijadikan sebagai desain terpilih untuk perbaikan selanjutnya. Hasil identifikasi kebutuhan konsumen terhadap desain terpilih dapat dilihat pada Tabel 6.3
Tabel 6.3. Perubahan Desain Berdasarkan Costumer Needs
Atribut Spesifikasi Awal
Produk
Costumer Requirement
1 Bahan Utama Latex Polyurethane
2 Ketebalan Foam Tebal Tebal
3 Bentuk Sandaran Melingkar Persegi Panjang 4 Bahan Sandaran Jok Busa Jok Busa
5 Warna Spring Bed Putih Coklat Tua/Putih 6 Bahan Pelapis Foam Nylon Rayon
Gambar Desain Produk Sumber : Hasil Pengolahan Data
6.1.2. Analisis Define Product Specification: Quality Function Deployment (QFD) Fase I
Tingkat kepentingan atribut spring bed ditunjukkan dengan nilai net sales,
importance weight dan relative weight. Nilai net sales diperoleh dari pihak pabrik, sedangakan nilai importance weight dan relative weight diperoleh dari kuesioner tingkat kepentingan yang disebar kepada 32 responden. Kuesioner berisi 6 pertanyaan mengenai tingkat kepentingan atribut spring bed. Atribut tersebut merupakan
customer needs yang diperoleh dari metode KanseiEngineering. Data dari kuesioner
22
tertutup terlebih dahulu diuji validitas. Rekapitulasi nilai r hitung dapat dilihat pada Tabel 6.4.
Tabel 6.4. Hasil Perhitungan Validitas Kuesioner Tertutup Pertanyaan r hitung r kritis Kesimpulan
I 0,427 0,339 Valid
Hasil uji reliabiltas terhadap data kuesioner tertutup diperoleh nilai r
sebesar 0,393. Nilai r yang dihasilkan lebih besar dari nilai r tabel dengan n=32 dan derajat bebas 2 untuk taraf signifikan 5% yaitu 0,339 sehingga kuesioner dinyatakan reliabel yang berarti kuesioner tingkat kepentingan dapat dipercaya kebenaran datanya.
Tingkat kepentingan atribut spring bed ditunjukkan dengan nilai net sales,
importance weight dan relative weight. Ketiga nilai tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.5.
Tabel 6.5. Nilai Net Sales, Importance Weight dan Relative Weight
No Variabel Kebutuhan Net
Sales 3 Bentuk Sandaran Pesegi
Panjang 1,0 4,830 20,918%
4 Bahan Sandaran Jok Busa 1,0 2,667 11,548% 5 Warna Spring Bed Coklat
Tabel 6.5. Nilai Net Sales, Importance Weight dan Relative Weight (Lanjutan)
No Variabel Kebutuhan Net
Sales Sumber: Pengolahan Data
Variabel dengan nilai relative weight, important weight dan net sales
tertinggi adalah bentuk sandaran persegi panjang. Bentuk sandaran persegi panjang merupakan salah satu variabel yang penting untuk meningkatkan penjualan PT. Ivana Mery Lestari Matras.
QFD fase I digunakan untuk mengetahui tingkat kesulitan dan perkiraan biaya karakteristik teknis. Tingkat hubungan antar karakteristik teknis ditentukan oleh manager pabrik sebagai ahli dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil matriks hubungan costumer needs dengan karakteristik teknis dapat dilihat pada Gambar 6.1.
Wakt Ketebalan Foam Tebal
0,050 0,248 0,124 0,145 0,432 Bentuk Sandaran Pesegi Panjang
0,039 0,441 0,072 0,353 0,095 Bahan Sandaran Jok Busa
0,201 0,030 0,401 0,316 0,051 Warna Spring Bed Coklat Tua/Putih
0,453 0,038 0,315 0,126 0,068 Bahan Pelapis Foam Rayon
0,182 0,038 0,345 0,134 0,300 Sumber: Hasil Pengolahan Data
Uji konsistensi digunakan untuk mengetahui konsistensi responden dalam mengisi kuesioner. Nilai CR yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 6.6.
Tabel 6.6. Rekapitulasi nilai CR setiap Unsur
No Unsur CR Keterangan
1 Bahan Utama Polyurethane 0,078 Konsisten 2 Ketebalan Foam Tebal 0,078 Konsisten 3 Bentuk Sandaran Pesegi Panjang 0,092 Konsisten 4 Bahan Sandaran Jok Busa 0,095 Konsisten 5 Warna Spring Bed Coklat Tua/Putih 0,053 Konsisten 6 Bahan Pelapis Foam Rayon 0,079 Konsisten
Sumber: Hasil Pengolahan Data
23
Nilai CR untuk setiap unsur ≤ 0,1 sehingga jawaban responden dinyatakan konsisten. Hal ini berarti data pada kuesioner perbandingan berpasangan dapat dinyatakan kebenarannya dan tidak perlu dilakukan pengisian ulang oleh responden. Tingkat kesulitan dan perkiraan biaya karakteristik teknis dapat dilihat pada Gambar 6.2.
W Sumber: Hasil Pengolahan Data
Gambar 6.2. Ukuran Kinerja QFD Fase I
23
Hasil menunjukkan bahwa karakteristik teknis yang terpenting adalah elastisitas bahan dan standarisasi bahan sehingga karakteristik ini yang dipilih untuk perbaikan tahap selanjutnya untuk menentukan karakteristik part.
6.1.3. Analisis Plan Development Task: Identifikasi Karakteristik Part Penetapan karakteristik part produk diperoleh berdasarkan karakteristik teknis yang terpenting yang diperoleh dari QFD Fase I. Karakteristik Part dapat dilihat pada Tabel 6.7.
Tabel 6.7. Karakteristik Part
No Karakteristik Part
1 Jumlah Ulir Per
2 Tekanan Pengepresan
3 Kadar Material Busa
4 Jumlah Per
5 Dimensi Rangka Kayu Sandaran 6 Dimensi Rangka Kayu Divan Bawah
7 Dimensi Kain Matras
Sumber: Pengolahan Data
6.2. Analisis Concurrent Engineering Phase II: Conceptual Design
6.2.1. Analisis Define Function Assaign Sub Teams: Matriks Design
Deployment
Matriks yang digunakan merupakan langkah QFD Fase II. Kegunaannya untuk mengetahui part kritis yang mempengaruhi mutu produk spring bed.
Tingkat hubungan antar karakteristik part kritis ditentukan oleh manager pabrik sebagai ahli dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process
(AHP). Hasil matriks hubungan karakteristik teknis dengan part kritis dapat dilihat pada Gambar 6.3.
Gambar 6.3. Hubungan Antar Part Kritis dan Karakteristik Teknis
Hasil yang diperoleh untuk nilai ukuran kinerja berupa tingkat kesulitan, derajat kepentingan dan perkiraan biaya dapat dilihat pada Gambar 6.4.
Jum
Tingkat kesulitan, derajat kepentingan dan perkiraan biaya tertinggi adalah jumlah ulir per dan dimensi rangka kayu sandaran yang kemudian akan dilakukan pembuatan module dan analisis terjadinya kesalahan perakitan pada part kritis yang memiliki tingkat kesulitan yang paling tinggi.
6.2.2. Analisis Generate Concept: Fault Tree Analysis
Nilai probabilitas memberikan informasi mengenai faktor basic events
yang perlu diperbaiki dengan memperhatikan berbagai faktor seperti faktor manusia, bahan dan metode. Rekapitulasi perhitungan probabilitas resiko kegagalan perakitan dapat dilihat pada Tabel 6.8.
Tabel 6.8. Rekapitulasi Perhitungan Probabilitas Resiko Kegagalan dalam Proses Perakitan Produk Spring Bed 6ft
Top Event Faktor Penyebab Nilai Probilitas
Jumlah Ulir Per
Kesalahan dalam pemilihan bahan (PA) = 0,7580 Kesalahan dalam pembuatan ulir kawat
per (PB) = 0,0413
Dimensi rangka Kayu Sandaran
Dimensi kaki rangka kayu sandaran (PC) = 0,4930 Dimensi rangka kayu sandaran tidak
sesuai dengan rangka kayu divan P(D) = 0,0665 Sumber: Hasil Pengolahan Data
6.2.3. Analisis Virtual Modelling
Virtual modelling merupakan tahapan penggambaran desain produk terpilih yang diperoleh dari identify need yang dapat dilihat pada Gambar 6.5.
Gambar 6.5. Virtual Modelling Produk Spring Bed
Virtual modelling merupakan model yang dibuat dengan bantuan software
CAD atau Computer Aided Design dari konsep yang dihasilkan yang mewakili karakteristik kunci dari konsep sehingga dapat dievaluasi dengan berbagai pertimbangan
6.2.4. Analisis Evaluate Concept: Pembuatan Module
Spring Bed 6ft
Module 2 Module 1
Tekanan Pengepresan
Kadar Material Busa Jumlah Ulir pada Per
Jumlah Per
Module 3
Dimensi Rangka Kayu Sandaran
Dimensi Rangka Kayu Divan
Dimensi Kain Matras
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Gambar 6.6. Product Module Spring Bed 6ft
Modul dikelompokkan berdasarkan part kritis yang saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya sehingga dapat dilakukan perumusan konsep pengembangan produk serta tanggung jawab tiap module yang akan dianalisis pada bagian integrate concept.
Module 1 merupakan modul yang dengan aktivitas yang berada pada bagian pemotongan dan pemasangan per. Module 2 merupakan modul yang merupakan aktivitas pada departemen pembuatan busa. Module 3 merupakan aktivitas pada departemen quality control.
6.2.5. Analisis Integrate Concept
Adanya revisi pada bagian cross team guna memperkuat fungsi module
tercipta komunikasi yang timbal balik dan menggunakan team leader agar seluruh bagian dalam perusahaan memiliki andil dalam pengambilan keputusan.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Desain produk spring bed yang terpilih berdasarkan tahapan identify needs
pada project planning adalah desain VI dengan atribut yaitu bahan utama polyurethane, ketebalan foam tebal, bentuk sandaran persegi panjang, bahan sandaran jok busa, warna spring bed coklat tua/putih, dan bahan pelapis foam
terbuat dari rayon.
2. Define function pada langkah kedua project planning diperoleh bahwa atribut standarisasi bahan dan kekuatan bahan merupakan atribut yang paling penting dalam perancangan produk. Rancangan konseptual spring bed pada tahap
define function assaign sub teams pada langkah conceptual design yaitu jumlah ulir per dan dimensi rangka kayu sandaran.
3. Langkah generate concept pada tahapan conceptual design dilakukan dengan pembuatan module yang terdiri dari module pembuatan per spring, module
pembuatan busa bed, module akurasi dimensi dengan mengintegrasikan fungsi bagian product design, production, marketing, quality control, dan logistic.
7.2. Saran
1. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan pembuatan rancangan rill hasil dari output metode yang digunakan.
2. Perusahaan dapat memfokuskan perhatiannya pada perbaikan rancangan produk terhadap penjadwalan pembuatan produk sehingga dapat terjadi koordinasi antar desain dan proses pembuatan produk.