TESIS
Oleh
FITRI ANDRIANI
107011077/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
TESIS
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh
FITRI ANDRIANI
107011077/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Nomor Pokok : 107011077 Program Studi : Kenotariatan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Hasballah Thaib, MA, PhD)
Pembimbing Pembimbing
(Prof. Dr. Abdullah Syah, MA) (Dr. Idha Aprilyana Sembiring, SH, MHum)
Ketua Program Studi, Dekan,
(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Hasballah Thaib, MA, PhD Anggota : 1. Prof. Dr. Abdullah Syah, MA
2. Dr. Idha Aprilyana S., S.H., M.Hum
Nama : FITRI ANDRIANI
Nim : 107011077
Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU
Judul Tesis : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DANA TALANGAN
HAJI BERDASARKAN HUKUM ISLAM (STUDI KASUS DI BANK SUMUT SYARIAH CABANG MEDAN)
Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.
Medan,
Yang membuat Pernyataan
i
Ibadah Haji. Banyak calon haji yang ingin menunaikan ibadah haji namun dananya belum mencukupi, maka dalam hal ini Bank Sumut Syariah memberikan kemudahan dengan cara memberikan dana talangan haji bagi calon jemaah haji yang ingin segera merealisasikan niatnya. Dasar hukumnya adalah Fatwa Majelis Ulama Indonesia N0.29/DSN-MUI/VI/2002 Tentang Biaya Pengurusan Haji oleh Lembaga Keuangan Syariah (LKS). Permasalahan yang dibahas adalah mengenai Faktor yang Mendorong Umat Islam Dalam Menggunakan Dana Talangan Haji, dan Bentuk Pengawasan Dana Talangan Haji di Bank Sumut Syariah, serta Pendapat Para Ulama Tentang Dana Talangan Haji.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kemaslahatan, sedangkan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis empiris, terutama untuk mengkaji tentang pelaksanaan dana talangan haji pada Bank Sumut Syariah. Metode penelitian hukum empiris adalah metode penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan data primer dan menemukan kebenaran dengan menggunakan metode berpikir induktif dan kriterium kebenaran koresponden serta fakta yang digunakan untuk melakukan proses induksi dan pengujian kebenaran secara koresponden adalah fakta yang muthakhir. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini secara studi kepustakaan dan wawancara (interview).
Konsep dana talangan haji dalam hukum Islam (fiqh) terdapat 2 akad sekaligus, yaitu akadqardh(pinjaman) dan akadijarah(jasa). Dasar hukum talangan haji ini terdapat dalam Al-qur’an surat Az-Zukhruf ayat 32. Konsep pengelolaan dana talangan haji di Bank Sumut Syariah Cabang Medan, itu sifatnya Bank Sumut Syariah membantu proses pendaftaran haji dilakukan secara online (langsung), artinya dana itu langsung disetorkan ke rekening Kementerian Agama di pusat, dan Kementerian Agama tingkat II yang ada di Kabupaten atau kota hanya sebagai tempat pemberitahuan tentang tata cara mendaftar haji saja. Bentuk pengawasan dana talangan haji pada Bank Sumut Syariah dilakukan secara berkala oleh Bank Sumut pusat, Dewan Pengawas Syariah yang dipilih oleh Dewan Syariah Nasional dari Majelis Ulama Indonesia, pemeriksaannya berupa pemeriksaan dokumen-dokomen dan harus sesuai dengan syariat Islam. Pendapat para ulama mayoritas di Majelis Ulama Indonesia, hampir semuanya mendukung adanya dana talangan haji yang diberikan Bank Syariah untuk membantu calon jemaah haji agar dapat dengan segera merealisasikan niat sucinya untuk menunaikan ibadah haji.
ii
Muslims want to perform Hajj but they do not have enough funds and in this case Bank Sumut Syariah facilitates them with the Hajj bailout funds that they can immediately realize their intentions. Legally, providing this Hajj bailout funds is based on the Fatwa of the Indonesian Muslim Scholar Council No. 29/DSN-MUI/VI/2002 on Cost of Hajj Travel Administration by Syariah (Islamic) Financial Institutions. The issues discussed were about the Concept of Hajj Bailout Fund Management in the Ministry of Religious Affairs, the Form of Hajj Bailout Fund Control, and the Opinion of Islamic Scholars (Ulama) about this Hajj Bailout Funds.
To look at the implementation of Hajj Bailout Funds in Bank Sumut Syariah, this study employed theory of welfare and the juridical empirical research method. The empirical juridical research method is a method used to collect primary data and to find out the truth by using inductive thinking method and criterion of correspondent truth and the fact used to do the process of induction and to test the truth correspondently is the latest fact. The data for this study were obtained through documentation study and interviews.
In Islamic Law (Fiqh), the concept of Hajj Bailout Funds has 2 (two) akad/agreements at the same time; namely, akad qardh (loan) and akad ijarah (service). The legal basis for this Hajj Bailout Funds is found in Al-Qur’an surah Az-Zukhruf verse 32. The Concept of Hajj Bailout Fund Management in the District or Municipal Office of Ministry of Religious Affairs is only to be the place to announce the procedures of Hajj registration. The Form of Hajj Bailout Fund Control in Bank Sumut Syariah is periodically performed by Bank Sumut Pusat, the Syariah Supervisory Board elected by the National Syariah Council of the Indonesian Muslim Scholar (Ulama) Council through auditing the documents which must be in accordance with Islamic Law. Almost all of the opinions of majority of the Ulama (Islamic Scholars) of the Indonesian Muslim Scholar (Ulama) Council in Medan support the Hajj Bailout Funds given by Bank Sumut Syariah to help the Muslims immediately realize their holy intentions to perform Hajj.
iii
dan karunia-Nya penulisan tesis ini dengan judul “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DANA TALANGAN HAJI BERDASARKAN HUKUM ISLAM (STUDI KASUS : BANK SUMUT SYARIAH CABANG MEDAN)”dapat selesai tepat pada waktunya. Penulisan Tesis ini merupakan salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar Magister Kenotariatan (MKn) Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara.
Dalam penulisan tesis ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan
dorongan moril berupa masukan dan saran, sehingga penulisan tesis ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh sebab itu, ucapan terima kasih yang
mendalam penulis sampaikan secara khusus kepada yang terhormat dan amat
terpelajar Bapak Prof. H. M. Hasballah Thaib, MA. PhD., Bapak Prof. Dr. Abdullah
Syah, MA., dan Ibu Dr. Idha Aprilyana Sembiring, S.H, M.Hum, selaku Komisi
Pembimbing yang telah dengan tulus ikhlas memberikan bimbingan dan arahan untuk
kesempurnaan penulisan tesis ini.
Kemudian juga, semua pihak yang telah berkenan memberi masukan dan
arahan yang konstruktif dalam penulisan tesis ini sejak kolokium, seminar hasil,
sampai ujian meja hijau sehingga penulisan ini menjadi lebih sempurna dan terarah.
Selanjutnya ucapan terima kasih penulis yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A (K) selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan
dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Hukum, Program Studi Magister
iv
Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah
memberikan dorongan kepada penulis untuk segera menyelesaikan penulisan tesis
ini.
4. Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M.Hum, selaku Sekretaris Magister
Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah
memberikan dorongan kepada penulis untuk segera menyelesaikan penulisan tesis
ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, yang
telah memberikan bimbingan dan arahan serta ilmu yang sangat bermanfaat
selama Penulis mengikuti proses kegiatan belajar mengajar di bangku kuliah.
6. Seluruh Staf/pegawai di Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan bantuan kepada Penulis selama
menjalani pendidikan.
7. Pimpinan Majelis Ulama Indonesia Tingkat II serta para ulama yang ada di MUI
dan juga para karyawannya yang telah banyak memberikan informasi kepada saya
mengenai dana talangan haji.
8. Pimpinan Kementerian Agama Tingkat II yang bernama Pak Ahmad Qosbi, yang
telah banyak memberikan informasi serta data-data pendukung tesis saya.
9. Pimpinan Bank Sumut Syariah Cabang Medan beserta staf bagian pembiayaan
dan seluruh responden dan informan yang telah banyak membantu dalam hal
pengambilan data dan informasi-informasi lainnya yang berkenaan dengan
v
sayang, dukungan dan doa yang tak putus-putusnya yaitu, Ayahanda Syamsidir
Syah dan Ibunda Anita Tursina serta Abanganda Indra Utara, SE, dan adikku
Hasbi, Serta yang penulis hormati Drs.Daud Syah, yang telah banyak
memberikan dukungan moril dan juga spirituil serta doa kepada penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya tulisan ini masih jauh dari sempurna, namun
besar harapan penulis kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat kepada semua
pihak, terutama pada pemerhati hukum Perdata pada umumnya dan ilmu Kenotariatan
pada khususnya. Demikian pula atas bantuan dan kebaikan yang telah diberikan
kepada penulis akan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT, agar selalu
dilimpahkan kebaikan, kesehatan, kesejahteraan dan rezeki yang melimpah kepada
kita semua. Amin Ya Rabbal Alamin.
Medan, Agustus 2012 Penulis
vi
Nama : FITRI ANDRIANI
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 24 Tahun
Tempat & tanggal lahir : Medan, 6 Juli 1986
Alamat : Jl.Denai Gg : II No.7 Medan
Agama : Islam
Status : Belum menikah
Telepon /HP : 061-7357741 / 081361116841
II. PENDIDIKAN FORMAL
SD.Muhammadiyah 07 Medan 1993-1998
SLTP Muhammadiyah 01 Medan 1998-2001
SMA Muhammadiyah 01 Medan 2001-2004
S1 Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara 2004-2008
vii
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 14
C. Tujuan Penelitian ... 14
D. Manfaat Penelitian ... 15
E. Keaslian Penelitian ... 15
F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsi ... 16
1. Kerangka Teori ... 16
2. Konsepsi ... 22
G. Metode Penelitian ... 24
1. Sifat Penelitian ... 24
2. Lokasi Penelitian ... 24
3. Metode Pengumpulan Data dan Sumber Data ... 25
4. Teknik Pengumpulan Data ... 26
viii
Hukum Perbankan ... 28
2. Pengertian Pembiayaan Dana Talangan Haji Menurut Hukum Islam ... 36
B. Faktor Pendorong Umat Islam Dalam Menggunakan Dana Talangan Haji ... 41
C. Akad-Akad yang di Gunakan Dalam Pembiayaan Dana Talangan Haji ... 44
1. AkadAl-gard ... 44
2. AkadAl-ijarah ... 48
D. Konsep Pengelolaan Dana Talangan Haji di Bank Sumut Syariah ... 56
E. Prosedur Pendaftaran Haji di Kementrian Agama Tingkat II ... 59
BAB III Bentuk Pengawasan Dana Talangan Haji di Bank Sumut Syariah Cabang Medan... 64
A. Penempatan Biaya Perjalanan Ibadah Haji Pada Bank Syariah 64 B. Sistem Pengawasan Dana Talangan Haji Pada Bank Sumut Syariah Cabang Medan ... 68
1. Gambaran Umum Bank Sumut Syariah ... 68
2. Pelaksanaan Sistem Pengawasan Dana Talangan Haji Pada Bank Sumut Syariah Cabang Medan ... 77
3. Fungsi Dewan Pengawas Syariah Pada Bank Sumut Syariah ... 83
C. Hukum Kontrak Syariah ... 91
1. Asas-asas perjanjian (akad) ... 94
ix
Haji ... 110
B. Hasil Wawancara Dengan Para Ulama Pada Majelis Ulama Indonesia Tingkat II di Kota Medan ... 113
C. Pendapat Mayoritas Ulama Mengenai Dana Talangan Haji di Bank Syariah di Kota Medan ... 118
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 120
A. Kesimpulan ... 120
B. Saran ... 121
DAFTAR PUSTAKA ...122
i
Ibadah Haji. Banyak calon haji yang ingin menunaikan ibadah haji namun dananya belum mencukupi, maka dalam hal ini Bank Sumut Syariah memberikan kemudahan dengan cara memberikan dana talangan haji bagi calon jemaah haji yang ingin segera merealisasikan niatnya. Dasar hukumnya adalah Fatwa Majelis Ulama Indonesia N0.29/DSN-MUI/VI/2002 Tentang Biaya Pengurusan Haji oleh Lembaga Keuangan Syariah (LKS). Permasalahan yang dibahas adalah mengenai Faktor yang Mendorong Umat Islam Dalam Menggunakan Dana Talangan Haji, dan Bentuk Pengawasan Dana Talangan Haji di Bank Sumut Syariah, serta Pendapat Para Ulama Tentang Dana Talangan Haji.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kemaslahatan, sedangkan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis empiris, terutama untuk mengkaji tentang pelaksanaan dana talangan haji pada Bank Sumut Syariah. Metode penelitian hukum empiris adalah metode penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan data primer dan menemukan kebenaran dengan menggunakan metode berpikir induktif dan kriterium kebenaran koresponden serta fakta yang digunakan untuk melakukan proses induksi dan pengujian kebenaran secara koresponden adalah fakta yang muthakhir. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini secara studi kepustakaan dan wawancara (interview).
Konsep dana talangan haji dalam hukum Islam (fiqh) terdapat 2 akad sekaligus, yaitu akadqardh(pinjaman) dan akadijarah(jasa). Dasar hukum talangan haji ini terdapat dalam Al-qur’an surat Az-Zukhruf ayat 32. Konsep pengelolaan dana talangan haji di Bank Sumut Syariah Cabang Medan, itu sifatnya Bank Sumut Syariah membantu proses pendaftaran haji dilakukan secara online (langsung), artinya dana itu langsung disetorkan ke rekening Kementerian Agama di pusat, dan Kementerian Agama tingkat II yang ada di Kabupaten atau kota hanya sebagai tempat pemberitahuan tentang tata cara mendaftar haji saja. Bentuk pengawasan dana talangan haji pada Bank Sumut Syariah dilakukan secara berkala oleh Bank Sumut pusat, Dewan Pengawas Syariah yang dipilih oleh Dewan Syariah Nasional dari Majelis Ulama Indonesia, pemeriksaannya berupa pemeriksaan dokumen-dokomen dan harus sesuai dengan syariat Islam. Pendapat para ulama mayoritas di Majelis Ulama Indonesia, hampir semuanya mendukung adanya dana talangan haji yang diberikan Bank Syariah untuk membantu calon jemaah haji agar dapat dengan segera merealisasikan niat sucinya untuk menunaikan ibadah haji.
ii
Muslims want to perform Hajj but they do not have enough funds and in this case Bank Sumut Syariah facilitates them with the Hajj bailout funds that they can immediately realize their intentions. Legally, providing this Hajj bailout funds is based on the Fatwa of the Indonesian Muslim Scholar Council No. 29/DSN-MUI/VI/2002 on Cost of Hajj Travel Administration by Syariah (Islamic) Financial Institutions. The issues discussed were about the Concept of Hajj Bailout Fund Management in the Ministry of Religious Affairs, the Form of Hajj Bailout Fund Control, and the Opinion of Islamic Scholars (Ulama) about this Hajj Bailout Funds.
To look at the implementation of Hajj Bailout Funds in Bank Sumut Syariah, this study employed theory of welfare and the juridical empirical research method. The empirical juridical research method is a method used to collect primary data and to find out the truth by using inductive thinking method and criterion of correspondent truth and the fact used to do the process of induction and to test the truth correspondently is the latest fact. The data for this study were obtained through documentation study and interviews.
In Islamic Law (Fiqh), the concept of Hajj Bailout Funds has 2 (two) akad/agreements at the same time; namely, akad qardh (loan) and akad ijarah (service). The legal basis for this Hajj Bailout Funds is found in Al-Qur’an surah Az-Zukhruf verse 32. The Concept of Hajj Bailout Fund Management in the District or Municipal Office of Ministry of Religious Affairs is only to be the place to announce the procedures of Hajj registration. The Form of Hajj Bailout Fund Control in Bank Sumut Syariah is periodically performed by Bank Sumut Pusat, the Syariah Supervisory Board elected by the National Syariah Council of the Indonesian Muslim Scholar (Ulama) Council through auditing the documents which must be in accordance with Islamic Law. Almost all of the opinions of majority of the Ulama (Islamic Scholars) of the Indonesian Muslim Scholar (Ulama) Council in Medan support the Hajj Bailout Funds given by Bank Sumut Syariah to help the Muslims immediately realize their holy intentions to perform Hajj.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu Negara yang mayoritas penduduknya
beragama Islam. Dalam menjalankan kewajibannya sebagai umat Islam ada beberapa
hal yang wajib ditunaikan oleh kaum muslimin yaitu yang terdapat dalam lima pilar
rukun Islam salah satunya menunaikan ibadah haji, yang bermakna sengaja atau
berkehendak mengunjungi Ka’bah di Makkah dengan maksud menunaikan ibadah
yang telah ditentukan. Menunaikan ibadah haji hukumnya wajib bagi setiap muslim
yang mampu berdasarkan dalilNaqly.1
Abdul Aziz dan Kustini mengemukakan, menunaikan ibadah haji merupakan kewajiban dan harus dilakukan oleh setiap muslim yang mampu (istitho’ah)
mengerjakan sekali seumur hidup. Kemampuan yang harus dipenuhi untuk melaksanakan ibadah haji dapat digolongkan dalam dua pengertian diantaranya :2
Pertama; Kemampuan personal (Internal), harus dipenuhi oleh
masing-masing individu mencakup antara lain; kesehatan jasmani dan rohani, kemampuan
ekonomi yang cukup baik bagi dirinya maupun keluarga yang ditinggalkan, dan
didukung dengan pengetahuan agama, khususnya tentang manasik haji.
1
Sudarsono,Pokok-Pokok Hukum Islam, Rineka Cipta, Jakarta, 1992, hal.154.
2
Kepatuhan Akad Dana Talangan Haji banksyariah,
Kedua; Kemampuan umum (Eksternal), harus dipenuhi oleh lingkungan
negara dan pemerintah yang mencakup antara lain; peraturan perundang undangan
yang berlaku, keamanan dalam perjalanan, fasilitas transportasi dan hubungan antara
pemerintah Indonesia dengan kerajaan Arab Saudi. Dengan terpenuhinya dua
kemampuan tersebut, maka perjalanan untuk ibadah haji baru dapat terlaksana dengan
baik dan lancar.
Oleh karenanya, tidak semua orang Islam yang diseru untuk menunaikannya,
kecuali bagi mereka yang mampu dan sanggup menunaikannya baik secara materi
maupun bekal kemantapan haji. Sebagaimana firman Allah Swt dalam Al-qur’an,
yang berbunyi :
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi)orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”.3
Persoalan mendasar adalah masalah pendanaan atau pembiayaan. Untuk
mendapatkan porsi haji calon jamaah harus membayar Biaya Perjalanan Ibadah Haji
(BPIH).4 Banyak para calon haji yang ingin melakukan ibadah haji namun biaya
yang tersedia tidak mencukupi untuk pembayaran BPIH.
Pembiayaan merupakan aktivitas bank syariah dalam menyalurkan dananya
kepada pihak nasabah yang membutuhkan dana. Pembiayaan sangat bermanfaat bagi
bank syariah, nasabah dan pemerintah. Pembiayaan memberikan hasil yang paling
besar diantara penyaluran dana lainnya yang dilakukan oleh bank syariah. Sebelum
3Al-qur’anSuratAli Imran:97.
menyalurkan dana melalui pembiayaan, bank syariah perlu melakukan analisis
pembiayaan yang mendalam.
Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan didasarkan pada kepercayaan
yang diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Pemilik dana percaya
kepada penerima dana, bahwa dana dalam bentuk pembiayaan yang diberikan pasti
akan terbayar. Penerima pembiayaan mendapat kepercayaan dari pemberi
pembiayaan, sehingga penerima pembiayaan berkewajiban untuk mengembalikan
pembiyaan yang telah diterimanya sesuai dengan jangka waktu yang telah
diperjanjikan dalam akad pembiayaan.
Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah berbeda dengan kredit yang
diberikan oleh bank konvensional. Dalam perbankan syariah, return (pengembalian)
atas pembiayaan tidak dalam bentuk bunga, akan tetapi dalam bentuk lain sesuai
dengan akad-akad yang disediakan di bank syariah. Dalam undang-undang Perbankan
No. 10 Tahun 1998 dikatakan :
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.5
Didalam perbankan syariah, istilah kredit tidak dikenal, karena bank syariah
memiliki skema yang berbeda dengan bank konvensional dalam menyalurkan
dananya kepada pihak yang membutuhkan. Bank syariah menyalurkan dananya
kepada nasabah dalam bentuk pembiayaan. Sifat pembiayaan, bukan merupakan
utang piutang, tetapi merupakan investasi yang diberikan bank kepada nasabah dalam
melakukan usaha.
Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998, pembiayaan adalah penyediaan
uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dan pihak lain yang dibiayai untuk mengembalikan uang
atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Di
dalam perbankan syariah, pembiayaan yang diberikan kepada pihak pengguna dana
berdasarkan pada prinsip syariah. Aturan yang digunakan yaitu sesuai dengan hukum
Islam.
Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah berfungsi membantu
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dalam meningkatkan usahanya. Masyarakat
merupakan individu, pengusaha, lembaga, badan usaha, dan lain-lain yang
membutuhkan dana.
Secara terperinci pembiayaan memiliki fungsi antara lain :6
1. Pembiayaan dapat meningkatkan arus tukar menukar barang dan jasa.
Dalam meningkatkan arus tukar barang, hal ini seandainya belum tersedia uang
sebagai alat pembayaran, maka pembiayaan akan membantu melancarkan lalu
lintas pertukaran barang dan jasa.
2. Pembiayaan merupakan alat yang dipakai untuk memanfaatkan idle fund (dana
yang berlebih). Bank dapat mempertemukan pihak yang kelebihan dana dengan
pihak yang memerlukan dana. Pembiayaan merupakan satu cara untuk mengatasi
masalah antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang membutuhkan dana.
Bank dapat memanfaatkan idle fund (dana yang berlebih) untuk disalurkan
kepada pihak yang membutuhkan. Dana yang berasal dari golongan yang
kelebihan dana, apabila disalurkan kepada pihak yang membutuhkan dana, maka
akan efektif, karena dana tersebut dimanfaatkan oleh pihak yang membutuhkan
dana.
3. Pembiayaan sebagai alat pengendali harga.
Ekspansi pembiayaan akan mendorong meningkatnya jumlah uang yang beredar,
dan peningkatan peredaran uang akan mendorong kenaikan harga. Sebaliknya,
pembatasan pembiayaan, akan berpengaruh pada jumlah uang yang beredar, dan
keterbatasan uang yang beredar di masyarakat memiliki dampak pada penurunan
harga.
4. Pembiayaan dapat mengaktifkan dan meningkatkan manfaat ekonomi yang ada.
Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah yang diberikan oleh bank syariah
memiliki dampak pada kenaikan makro-ekonomi. Mitra (pengusaha), setelah
mendapatkan pembiayaan dari bank syariah, akan memproduksi barang,
mengolah bahan baku menjadi barang jadi, meningkatan volume perdagangan,
dan melaksanakan kegiatan ekonomi lainnya.7
Bila kita ingin bicara mengenai Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia
(LKS)8, kita harus memutar sejarah, balik ke tahun 1992. ketika itu pemerintah
7Ibid, hal.109.
menerbitkan UU N0.7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yang antara lain menyebutkan
dimungkinkannya berdiri bank dengan sistem bagi hasil. UU itu menjadi dasar
berdirinya Bank Muamalat Indonesia. Kemudian UU itu diperbaiki dengan UU N0.10
Tahun 1998 tentang Perbankan, yang memberi peluang diterapkannya dual banking
system (keuangan dengan dua sistem) dalam perbankan nasional ini. Dengan cepat
UU ini telah mendorong dibukanya divisi syariah di sejumlah Bank Konvensional.9
Dalam muamalat ada beberapa jenis akad dasar (inti) yaitu : akad amal yang
merupakan akad unilateral; contoh : saya memberi anda sesuatu tapi anda tidak
memberi imbalan kepada saya, akad investasi, akad jual, akad garansi, deposito dan
akad-akad lainnya. Dengan jenis akad-akad tersebut kita memiliki dasar pijakan yang
sangat subur yang dapat digunakan untuk membangun produk-produk keuangan.10
Secara umum, keseluruhan transaksi di perbankan syariah dapat dibagi
menjadi tiga bagian besar, yakni :11
1. Produk pembiayaan, yaitu produk yang tergabung disini adalah produk yang
bertujuan untuk membiayai kebutuhan masyarakat.
2. Produk dana, yaitu produk-produk yang tergabung disini adalah produk yang
bertujuan untuk menghimpun dana masyarakat.
9Mustafa Edwin Nasution, dkk,Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, Jakarta, 2010, hal.291. 10Tarek El Diwany,Membongkar Konspirasi Bunga Bank, PPM Manajemen, London, 2008, hal.46.
3. Produk jasa, yaitu produk-produk yang tergabung disini adalah produk yang
dibuat untuk melayani kebutuhan masyarakat yang berbasis pendapatan tanpa
exposurepembiayaan
Perbankan syariah menjalankan fungsi yang sama dengan perbankan
konvensional, yaitu sebagai lembaga intermediasi(penyaluran), dari nasabah pemilik
dana (shahibul mal) dengan nasabah yang membutuhkan dana. Namun, nasabah dana
dalam bank syariah diperlakukan sebagai investor dan/atau penitip dana. Dana
tersebut disalurkan perbankan syariah kepada nasabah pembiayaan untuk beragam
keperluan, baik produktif (investasidan modal kerja) maupun konsumtif.
Dari pembiayaan tersebut, bank syariah akan memperoleh bagi hasil yang
merupakan pendapatan bagi bank syariah. Jadi, nasabah pembiayaan akan membayar
pokok bagi hasil/marjin kepada bank syariah. Pokok akan dikembalikan sepenuhnya
kepada nasabah dana sedangkan bagi hasil/marjin akan dibagi hasilkan antara bank
syariah dan nasabah dana, sesuai dengan nisbah yang telah disepakati, artinya dalam
bank syariah, dana dari nasabah pendanaan harus diusahakan terlebih dahulu untuk
menghasilkan pendapatan, dan kemudian dari pendapatan itulah yang akan dibagi
hasilkan untuk keuntungan bank syariah dan dana nasabah.12
Dalam kegiatan ini, Dewan Syariah Nasional memberikan kesempatan pada
LKS untuk merespon kebutuhan masyarakat dalam berbagai produknya, termasuk
pengurusan haji dan talangan pelunasan BPIH. Bank Sumut Syariah merupakan salah
satu dari Bank Penerima Setoran (BPS) biaya perjalanan ibadah haji
Bank Sumut Syariah menfasilitasi dana talangan haji kepada nasabah khusus
untuk menutupi kekurangan dana untuk memperoleh kursi atau seat haji dan saat
pelunasan BPIH.13 Karena saat ini pun untuk haji plus, aturannya diterapkan sama
dengan haji reguler. Jadi first come first serve, maksudnya siapa yang pertama
mendaftar, maka dia yang akan dilayani terlebih dahulu. Jadi tidak seperti dulu, siapa
yang membayar bisa langsung berangkat.
Dirut Bank Sumut mengatakan, bahwa total pembiayaan dana talangan haji
PT.Bank Sumut pada Maret 2012 mencapai Rp.28.789.000.000 (dua puluh delapan
milyar tujuh ratus delapan puluh sembilan juta rupiah), sementara target dana
talangan haji pada bulan itu hanya Rp.14.093.000.000 (empat belas milyar sembilan
puluh tiga juta rupiah). Realisasi dana talangan haji pada Maret 2012 telah melewai
target dimana realisasi mencapai 192,82 %. Jumlah tersebut mengalami peningkatan
sebesar 530,72%. Dirut Bank Sumut mengatakan, peningkatan itu menandakan
bahwa banyak masyarakat yang ingin menunaikan ibadah haji.14
Dengan melihat antusiasme masyarakat untuk berhaji sangat besar peluang
bagi Bank Sumut Syariah Cabang Medan untuk meluncurkan produk pembiayaan
dana talangan haji. Pembiayaan ini bertujuan membantu nasabah calon jamaah haji
13http://www.sumutsyariah.co.id//diakses, 22 Februari 2012
14Hadiah Umrah Untuk Nasabah Bank Sumut,
yang belum bisa membayar biaya perjalanan ibadah haji sebagai setoran awal untuk
mendapatkanseat/porsi haji.
Berdasarkan fatwa pembiayaan pengurusan haji, LKS dapat memperoleh
imbalan atau jasa(ujrah) dengan menggunakan prinsip al-ijarah sesuai fatwa
DSN-MUI nomor 9/DSN-DSN-MUI/IV/2000. Apabila diperlukan, lembaga keuangan syariah
dapat membantu menalangi pembayaran biaya perjalanan ibadah haji nasabah dengan
menggunakan prinsipal-qardhsesuai fatwa DSN-MUInomor 19/DSN-MUI/IV/2001.
Menurut Sudarsono :
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa di ikuti dengan pemindahan kepemilikan (ownership/milkiyyah) atas barang itu sendiri.15 Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip ijarahsama saja itu dengan prinsip jual beli, tapi perbedaanya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya adalah barang, pada ijarah objek transaksinya adalah jasa.16
Menurut Muhammad Syafii Antonio :
Secara umumAl-qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali. Dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Di bawah ini akan dijelaskan komposisi pembiayaan bank umum syariah dan unit usaha syariah berdasarkan akad (Contract) yang dijalankan termasuk akad Al-Ijarah dan akad Al-qardh. Dalam prakteknya, pembiayaan dana talangan haji Bank Sumut Syariah Cabang Medan menggunakan dua akad sekaligus,al-qardhdanal-ijarah.17
Lafalal-ijarah dalam bahasa Arab berarti upah, sewa, jasa, atau imbalan.
al-ijarahmerupakan salah satu bentuk kegiatan muamalah dalam memenuhi keperluan
15Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, Ekonosia Kampus Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta, 2007, hal.66.
16Adiwarman Karim, Bank Islam :Analisis Fiqih dan Keuangan, Edisi ketiga,PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hal.101.
hidup manusia, seperti sewa-menyewa, kontrak, atau menjual jasa perhotelan dan
lain-lain.18 Para ulama fiqh mengatakan bahwa yang menjadi dasar dibolehkannya
akadal-ijarahadalah firman Allah dalam surat Az-Zukhruf (43:32)
Akad qardh wa ijarah adalah pemberian pinjaman dari bank untuk nasabah
yang disertai dengan penyerahan tugas agar bank menjaga barang jaminan yang
diberikan oleh nasabah. Sanggup mengadakan perjalanan berarti menyangkut
kesanggupan fisik, materi, maupun rohani. Ketiganya merupakan syarat yang harus
dipenuhi oleh seorang muslim yang hendak melaksanakan ibadah haji. Bila syarat
tersebut belum terpenuhi, maka gugurlah kewajiban untuk menunaikannya. Sanggup
juga bisa diartikan orang yang sanggup mendapatkan pembekalan dan alat-alat
pengangkutan serta sehat jasmani dan perjalanan pun aman.
Pembiayaan talangan haji adalah pinjaman (qardh) dari bank syariah kepada
nasabah untuk menutupi kekurangan dana guna memperoleh porsi haji pada saat
pelunasan biaya perjalanan ibadah haji. Dana talangan ini dijamin dengan deposit
yang dimiliki nasabah, dan nasabah kemudian wajib mengembalikan sejumlah uang
yang dipinjam itu dalam jangka waktu tertentu. Atas jasa peminjaman dana talangan
ini, bank syariah memperoleh imbalan (fee / ujrah) yang besarnya tidak didasarkan
pada jumlah dana yang dipinjamkan.
Dasar fiqihnya adalah akad qardh wal ijarah, sesuai Fatwa DSN (Dewan
Syariah Nasional) MUI Nomor 29/DSN-MUI/VI/2002 tanggal 26 Juni 2002 tentang
18Hasballah Thaib, Hukum Aqad (Kontrak) Dalam Fiqih Islam dan Praktek di Bank Sistem
biaya pengurusan haji oleh LKS (Lembaga Keuangan Syariah). Jadi akad qardh wal
ijarah adalah gabungan dua akad, yaitu akad qardh (pinjaman) dengan akad ijarah
(jasa), yaitu jasa lembaga keuangan syariah memberikan pinjaman kepada nasabah.
Dalil utama fatwa DSN ini antara lain dalil yang membolehkanijarah(seperti QS
Al-Qashash [28]:26) dan dalil yang membolehkan meminjam uang (qardh) (seperti QS
Al-Baqarah [2]:282).19
Berdasarkan keputusan fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional
No.29/DSN-MUI/VI/2002 tentang Pembiayaan Pengurusan Haji Lembaga Keuangan
Syariah adalah sebagai berikut:
1. Dalam pengurusan haji bagi nasabah, Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dapat memperoleh imbalan jasa (ujroh) dengan menggunakan prinsip al-ijarahsesuai Fatwa DSN-MUI No. 9/DSN-MUI/IV/2000.
2. Besar imbalan jasaal-Ijarah tidak boleh didasarkan pada jumlah talangan al-Qardhyang diberikan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) kepada nasabah. 3. Apabila diperlukan, Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dapat membantu
menalangi pembayaran BPIH nasabah dengan menggunakan prinsip al-qardh
sesuai dengan Fatwa DSN-MUI nomor 19/DSN-MUI/IV/2001.
Keputusan fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional ini
didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
1. Salah satu bentuk jasa pelayanan keuangan yang menjadi kebutuhan masyarakat adalah pengurusan haji dan talangan pelunasan Biaya Perjalanan Ibadah Haji.
2. Lembaga Keuangan Syari'ah perlu merespon kebutuhan masyarakat tersebut dalam berbagai produknya.
3. Agar pelaksanaan transaksi tersebut sesuai dengan prinsip syari'ah, maka Dewan Syariah Nasional memandang perlu menetapkan Fatwa tentang
pengurusan dan pembiayaan haji oleh Lembaga Keuangan Syari'ah (LKS) untuk dijadikan pedoman.
Pembiayaan Talangan Haji ini merupakan pembiayaan yang dikhususkan
kepada nasabah Tabungan Mabrur, karena pelunasan talangan dibayar melalui
rekening Tabungan Mabrur. Pelaksanaan akad qardh wa ijarah dalam pembiayaan
Talangan Haji merupakan bentuk satu kesatuan akad yang tidak dapat dipisahkan dan
harus disepakati di awal perjanjian, yaitu antara akad qardh talangan haji dan akad
ijarah pengurusan pendaftaran haji. Nasabah tidak dikenakan biaya administrasi
untuk akad qardh, tetapi jika nasabah tidak dapat mengembalikan dana talangan
sebelum keberangkatan haji, maka pemberangkatan haji akan dibatalkan karena untuk
menghindari haji dengan cara berhutang.
Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat (hak guna), bukan
perpindahan kepemilikan (hak milik). Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama saja
dengan prinsip jual beli, tapi perbedaannya terletak pada objek transaksinya, pada
ijarah objek transaksinya adalah barang maupun jasa. Pada dasarnya, ijarah
didefinisikan sebagai hak untuk manfaatkan barang atau jasa dengan membayar
imbalan tertentu, menurut fatwa Dewan Syariah Nasional,20 ijarah adalah akad
perpindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu
melalui pembayaran sewa atau upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
barang itu sendiri.
Dengan demikian, dalam akadijarahtidak ada perubahan kepemilikan, tetapi
hanya perpindahan hak guna saja dari yang menyewakan kepada penyewa.
Pembiayaan Ijaroh Muntahia Bittamlik (IMBT) Al-Bai Ijaroh Muntahia Bittamlik
(IMBT) merupakan rangkaian dua buah akad, yakni akad Al-Bai’ dan akad Ijaroh
Muntahia Bittamlik (IMBT), Al-Bai’ merupakan akad jual beli, sedangkan IMBT
merupakan kombinasi antara sewa menyewa (ijarah) dan jual beli atau hibah diakhir
masa sewa.21
Namun permasalahan pembiayaan /dana talangan haji menjadi hal yang
menarik untuk dikaji ketika muncul pandangan seperti yang dikemukakan oleh
AM.Hasan Ali, Seorang pengkaji (Pusat Komunikasi Ekonomi Islam / PKES), salah
satu ulama yang tidak menghendaki adanya dana talangan haji adalah Quraish
Shihab. Alasannya, rukun Islam kelima itu hanya wajib ditunaikan bagi mereka yang
mampu. Dengan adanya dana talangan haji, terkesan memaksakan diri bagi mereka
yang tidak mampu. Padahal hukumnya tidak wajib bagi yang tidak mampu.22
Dalam prakteknya dana talangan haji diperbolehkan berdasarkan keputusan
fatwa MUI yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional, bahwa setiap bank-bank
syariah program talangan hajinya, harus ada lembaga atau badan yang berwenang
untuk mengawasi dana talangan haji tersebut.
21Choir Murabahah, Macam-Macam Pembiayaan, http://zonaekis.com/macam-macam-pembiayaan/, diakses pada 10 Februari 2012.
22Kontroversi SeputarDana Talangan Haji,
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka disusunlah penelitian dalam bentuk
tesis dengan judul : ”Tinjauan Yuridis Terhadap Dana Talangan Haji Berdasarkan Hukum Islam (Studi Kasus di Bank Sumut Syariah Cabang Medan)”.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Pengelolaan Dana Talangan Haji di Bank Sumut Syariah
Cabang Medan?
2. Bagaimana Bentuk Pengawasan Terhadap Dana Talangan Haji di Bank Sumut
Syariah Cabang Medan?
3. Bagaimana pendapat para ulama tentang Pembiayaan Talangan Haji yang ada di
Bank-Bank Syariah di Kota Medan?
C. Tujuan Penelitian
Mengacu pada judul dan permasalahan dalam penelitian ini, maka dapat
dikemukakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui konsep pengelolaan Dana Talangan Haji di Bank Sumut
Syariah Cabang Medan.
2. Untuk mengetahui bentuk pengawasan terhadap Dana Talangan Haji di Bank
Sumut Syariah Cabang Medan.
3. Untuk mengetahui pendapat para ulama tentang Pembiayaan Talangan Haji yang
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu sumbangan pemikiran bagi
perkembangan Hukum Islam, dalam hal Pembiayaan Dana Talangan Haji,
khususnya mengenai Pendapat para ulama tentang Pembiayaan Dana Talangan
Haji.
2. Manfaat Praktis
a. Menambah wawasan penulis mengenai perkembangan terbaru hukum Islam
tentang Pembiayaan Dana Talangan Haji.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan kontribusi
bagi umat Islam di Indonesia, para ahli Hukum Islam dan lebih khusus lagi
bagi umat Islam yang hendak menunaikan ibadah haji, sebagai bahan evaluasi
pelaksanaan pendaftaran ibadah haji bagi para calon jama’ah haji.
c. Memberi sumbangan pemikiran bagi masyarakat-masyarakat Islam di
Indonesia yang hendak berangkat haji dengan cara pembiayaan talangan haji
dari semua Bank-Bank Syariah di Indonesia.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang dilakukan, khususnya pada
perpustakaan Sekolah Pasca Sarjana Magister Kenotariatan Universitas Sumatera
Utara di Medan, penelitian mengenai Tinjauan Yuridis Terhadap Dana Talangan Haji
ternyata belum pernah disusun oleh peneliti lain. Oleh karena itu, penelitian yang
dilakukan dalam penulisan tesis ini adalah asli, sehingga dapat dipertanggung
jawabkan secara akademis berdasarkan nilai-nilai objektifitas dan kejujuran.
F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsional 1. Kerangka Teori
Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik
atau proses tertentu terjadi,23 dan satu teori harus diuji dengan menghadapkannya
pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidak benarannya. Kerangka teori adalah
kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai sesuatu kasus atau
permasalahan yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis.24
Pada masyarakat yang demokratis dan berpegang pada prinsip hukum, telah
mencerminkan rasa keadilan masyarakat karena hukum tersebut bersifat aspiratif,
sehingga hukum yang ditegakkan mencerminkan rasa keadilan dan kepastian hukum,
sebagaimana yang telah diaspirasikan oleh masyarakat. Pada negara-negara yang
sedang dalam masa transisi menuju demokrasi dan menuju ke negara yang menganut
prinsip hukum yang berlaku sepenuhnya mencerminkan rasa keadilan masyarakat.
Karena hukum-hukum tersebut belum aspiratif (belum sepenuhnya dapat
menyuarakan dan mencerminkan nilai-nilai yang hidup di masyarakat), bahkan
23J.J.J.M.Wuisman, dengan menyunting M.Hisyam, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jilid I, FEUI, Jakarta,1996,hal.203.
sering dituding sebagai suatu hukum yang mencerminkan kehendak dan kepentingan
penguasa yang tidak jarang mengabaikan rasa keadilan masyarakat.
Pada saat hukum akan ditegakkan untuk menjamin adanya kepastian hukum,
maka ada kemungkinan rasa keadilan masyarakat terganggu, sehingga dalam situasi
yang demikian ada konflik atau benturan kepentingan antara kepastian hukum dengan
rasa keadilan masyarakat.
Perkembangan ilmu hukum tidak terlepas dari teori hukum sebagai landasan
dan tugas teori hukum adalah untuk menjelaskan nilai-nilai hukum dan
postulat-postulatnya hingga dasar-dasar filsafatnya yang paling dalam.25 Sehingga penelitian
ini tidak terlepas dari teori-teori ahli hukum yang dibahas dalam bahasa dan sistem
pemikiran para ahli hukum sendiri. Jelas kiranya bahwa seorang ilmuan mempunyai
tanggung jawab sosial yang terpikul dibahunya. Bukan karena ia adalah warga
masyarakat yang kepentingannya terlibat secara langsung di masyarakat, melainkan
juga karena dia mempunyai fungsi tertentu dalam kelangsungan hidup masyarakat.26
Holland yang dikutip oleh Wise, Percy M.Winfield dan Bias, bahwa tujuan
hukum adalah menciptakan dan melindungi hak-hak (legal rights). Hukum pada
hakikatnya adalah sesuatu yang abstrak, tetapi dalam manifestasinya bisa berwujud
konkrit. Suatu kententuan baru dapat di nilai baik jika akibat-akibat yang dihasilkan
25W.Friedmann,Teori dan Filsafat Umum, Raja Grafindo, Jakarta, 1994, hal.2.
dari penerapannya adalah kebaikan, kebahagiaan yang sebesar-besarnya dan
berkurangnya penderitaan.27
Menurut teori konvensional, tujuan hukum adalah mewujudkan keadilan
(rechts gerenchtigheid), kemanfaatan (rechtsuitilieteit) dan kepastian hukum (rechts
zekerheid).28 Dalam mewujudkan keadilan, Adam Smith (1732-1790) Guru besar
dalam bidang filosofi moral dan sebagai ahli teori hukum dari Glasgow University
pada tahun 1750, telah melahirkan ajaran mengenai keadilan (justice). Smith
mengatakan bahwa tujuan keadilan adalah untuk melindungi diri dari kerugian (the
end of justice is to secure from injury).29
Untuk mencapai suatu suasana kehidupan masyarakat hukum yang mampu
menegakkan kepastian hukum dan sekaligus mencerminkan rasa keadilan masyarakat
maka diperlukan beberapa faktor, yaitu :
a. Adanya suatu perangkat hukum yang demokratis (aspiratif)
b. Adanya struktur birokrasi kelembagaan yang efisiendan efektifserta transparan
danakuntabel.
c. Adanya aparat hukum dan profesi hukum yang profesional dan memiliki
integritas moral yang tinggi
27Lili Rasidi dan I.B.Wiyasa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993, hal.79.
28Ahmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), PT.Gunung Agung Tbk, Jakarta, 2002,hal.85.
d. Adanya budaya yang menghormati, taat dan menjunjung tinggi nilai-nilai hukum
dan HAM (menegakkan supermasi hukum).
Berdasarkan Fatwa DSN Nomor: 29/DSN-MUI/VI/2002 Tentang Pembiayaan
Pengurusan Haji Lembaga Keuangan Syariah, tidak secara tegas memberikan defenisi
mengenai pembiayaan dana talangan haji. Hanya menyatakan bahwa salah satu
bentuk jasa pelayanan keuangan yang menjadi kebutuhan masyarakat adalah
pengurusan haji dan talangan pelunasan biaya perjalanan iIbadah haji, dan bahwa
lembaga keuangan syariah perlu merespon kebutuhan masyarakat tersebut dalam
berbagai produknya. Agar pelaksanaan transaksi tersebut sesuai dengan prinsip
syariah, Dewan Syariah Nasional memandang perlu menetapkan fatwa tentang
pengurusan dan pembiayaan haji oleh LKS untuk dijadikan pedoman.30
Tujuan dari hukum Islam adalah mewujudkan kemaslahatan bagi umat
manusia. Sejalan dengan hal tersebut, maka teori yang digunakan sebagai pisau
analisis dalam penelitian ini adalah teori kemaslahatan. Secara sederhana maslahat
(al-maslahah) diartikan sebagai sesuatu yang baik atau sesuatu yang bermanfaat.
Secara leksikal, menuntut ilmu itu mengandung kemaslahatan, maka hal ini berarti
menuntut ilmu itu merupakan penyebab diperolehnya manfaat secara lahir dan
bathin.31 Al Ghazali menformasikan teori kemaslahatan dalam kerangka mengambil
manfaat dan menolak kemudharatan untuk memelihara tujuan syara’. Hal tersebut
30Fatwa Dewan Syariah Nasioanl Nomor: 29/DSN-MUI/VI/2002 Tentang Pembiayaan
Pengurusan Haji Lembaga Keuangan Syariah.
dapat diartikan bahwa setiap kegiatan manusia harus bermanfaat bagi umat manusia,
namun demikian tidak boleh bertentangan dengan tujuan dari syariat Islam.
Berdasarkan pendapat Ibnu Taymiyyah, sebagaimana dikutip oleh Syekh Abu
Zahrah,32 mengatakan bahwa yang dimaksud dengan maslahat ialah pandangan
mujtahid tentang perbuatan yang mengandung kebaikan yang jelas dan bukan
perbuatan yang berlawanan dengan hukum syara’.
Maslahat dari segi tingkatannya yaitu maslahat yang menjadi hajat hidup manusia
dapat dibagi kepada tiga tingkatan, yaitu :33
1. Maslahat Dharurriyat
Yaitu kemaslahatan yang menjadi dasar tegaknya kehidupan asasi manusia
baik yang berkaitan dengan agama maupun dunia. Jika ia luput dari kehidupan
manusia maka rusaknya tatanan kehidupan manusia tersebut. Yang termasuk
dalammaslahat dharuriyat ialah hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan
agama, jiwa, akal, keturunan dan harta.
2. Maslahat Hajiyat
Yaitu persolan-persoalan yang dibutuhkan oleh manusia untuk menghilangkan
kesulitan dan kerusakan yang dihadapi. Maslahat ini seringkali lebih rendah
di bawah maslahat daruriyat. Maslahat ini berkaitan dengan
keinginan-keinginan dalam hukum Islam, seperti boleh berbuka puasa bagi orang sakit
32Muhammad Abu Zahrah, Ibn Taymiyyah,Hayatuhu wa Ashruhu wa Ara’uhu wa fiwhuhu, Mesir, Dar al-fikr al-Arabiy,tt, hal.495.
dan musafir, boleh mengqashar shalat dalam perjalanan. Bila keringanan itu
tidak diberikan akan melahirkan kesulitan walaupun tidak mengakibatkan
kerusakan atau kegoncangan dalam hidup.
3. Maslahat Tahsiniyat
Yaitu maslahat yang sifatnya untuk memelihara kebaikan dan kebagusan budi
pekerti serta keindahan. Kemaslahatan ini dibutuhkan manusia seperti
berpakaian yang indah, memakai wangi-wangian waktu hendak beribadah.
Maslahatini bersifat kesempurnaan dan pelangkap.
Berdasarkan ketiga tingkatan maslahat diatas, maka dana talangan haji itu
masuk kedalam maslahat hajiyat, karena ada unsur keringanan disini, artinya naik
haji diwajibkan bagi orang-orang yang sanggup, dan kata sanggup dalam Islam ada
tiga unsur, yaitu: sanggup dengan sendirinya, sanggup dengan dibayari oleh orang
lain dan sanggup dengan cara berhutang atau dengan dana talangan haji. Keringanan
yang diberikan dalam maslahat hajiyat disini bisa diartikan bahwa adanya bantuan
dari bank syariah untuk menalangi dana calon jemaah haji yang ingin berangkat haji
dengan segera, namun dananya belum mencukupi untuk mendapati nomor porsi haji,
lalu bank syariah memberi keringanan dengan memberikan pinjaman kepada calon
jemaah haji itu dengan persyaratan-persyaratan tertentu.
fatwa tersebut dinyatakan bahwa ketentuan pembiayaan pengurusan haji lembaga keuangan syariah adalah sebagai berikut:34
a. Dalam pengurusan haji bagi nasabah, LKS dapat memperoleh imbalan jasa (ujrah) dengan menggunakan prinsipal-ijarahsesuai fatwa DSN-MUI No. 9/DSN-MUI/IV/2000.
b. Apabila diperlukan, LKS dapat membantu menalangi pembayaran BPIH nasabah dengan menggunakan prinsipAl-qardhsesuai dengan Fatwa DSN-MUI No. 19/DSN-DSN-MUI/IV/2001.
c. Jasa pengurusan haji yang dilakukan LKS tidak boleh dipersyaratkan dengan pemberian talangan haji.
d. Besar imbalan jasa al-ijarah tidak boleh didasarkan pada jumlah talangan yang diberikan LKS kepada nasabah.
2. Konsepsi
Berdasarkan judul yang dibahas, maka penulis membuat konsepsi sebagai
berikut :
1. Ibadah haji merupakan rukun yang kelima dari rukun-rukun Islam dan
merupakan salah satu sarana dan media bagi kaum muslimin untuk bersatu,
meningkatkan ketaqwaan dan meraih surga yang telah dijanjikan untuk
orang-orang yang bertaqwa.
2. Hukum Islam adalah segala sesuatu yang melahirkan atau menimbulkan aturan
yang mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat, yaitu peraturan yang apabila
dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata, yaitu segala sesuatu
yang menjadi pedoman atau yang menjadi sumber syariat Islam yaituAl-qur’an
danHadistNabi Muhammad (Sunnah Rasulullah SAW).
3. Al-qur’an adalah sumber atau dasar hukum yang utama dari semua ajaran dan
syariat Islam.
34Fatwa DSN-MUI No 29/DSN-MUI/III/2002 : Tentang pembiayan pengurusan haji oleh
4. Hadist adalah ucapan Rasulullah SAW tentang suatu yang berkaitan dengan
kehidupan manusia atau tentang suatu hal, atau disebut pula sunnah qauliyyah.
Hadist merupakan bagian dari Sunnah Rasulullah.
5. Fatwa adalah pendapat para ulama untuk menentukan suatu hukum yang tidak
jelas pembahasannya di dalam Al-qur’an dan hadits, sehingga para ulama
berijtihad untuk menentukan suatu hukum itu boleh atau tidak.
6. Akadqardh wa ijarahadalah pemberian pinjaman dari bank untuk nasabah yang
disertai dengan penyerahan tugas agar bank menjaga barang jaminan yang
diberikan oleh nasabah.
7. Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan yaitu pendanaan
yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik
dilakukan sendiri maupun dikerjakan oleh orang lain.
8. Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan
yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan atau bagi hasil.
9. Bank menurut UU No 7 tahun 1992 adalah badan usaha yang menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Istilah Bank dalam
literatur Islam tidak dikenal. Suatu lembaga yang menghimpun dana dari
dikenal dengan istilahbaitul mal atau baitul tamwil. Istilah lain yang digunakan
untuk sebutan Bank Islam adalah Bank Syariah.
10. Dana talangan haji adalah dana pinjaman (al-qardh) kepada nasabah untuk
menutupi kekurangan dana guna memperoleh porsi haji pada saat pelunasan
BPIH, kemudian nasabah berkewajiban mengembalikan dana pinjaman itu dalam
jangka waktu tertentu. Sebagai jasanya, Bank Syariah memperoleh imbalan
(ujrah) yang besarnya tidak didasarkan pada jumlah dana yang dipinjamkan dan
tidak boleh dipersyaratkan dalam pemberian dana talangan.
G. Metode Penelitian 1. Sifat Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode yuridis empiris, terutama untuk mengkaji
tentang pelaksanaan talangan haji pada Bank Sumut Syariah. Metode penelitian
hukum empiris adalah metode penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan data
primer dan menemukan kebenaran dengan menggunakan metode berpikir induktif
dan kriterium kebenaran koresponden serta fakta yang digunakan untuk melakukan
proses induksi dan pengujian kebenaran secara koresponden adalah fakta yang
mutakhir.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi pada Bank Sumut Syariah Cabang Medan, karena
dana talangan haji pada Bank Sumut Syariah tersebut banyak dimintai oleh para
diberikan oleh Bank Sumut Syariah bagi nasabah yang bisa membayar cicilan lebih
awal dari waktu yang ditentukan. Lokasi berikutnya di Departemen Agama Tingkat II
yang mengurusi keberangkatan haji, serta pada Kantor Majelis Ulama Indonesia
tingkat II di kota Medan, tujuannya untuk mengetahui pendapat para ulama di kota
Medan mengenai dana talangan haji
3. Metode Pengumpulan Data dan Sumber Data
Metode yang digunakan untuk memperoleh data dalam penulisan ini, adalah
dengan metode penelitian kepustakaan yaitu pengumpulan data dan informasi yang
dilakukan penulis dengan membaca buku, majalah, peraturan perundang-undangan
dan sumber-sumber bacaan lain yang berkaitan dengan materi penelitian.
Pengumpulan data sekunder dengan menelaah bahan kepustakaan tersebut menjadi :
a. Bahan hukum primer, berupa Al-Qur’an dan As-Sunnah, Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2008, tentang Perbankan Syariah, Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998, tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992,
tentang Perbankan, Undang-undang Nomor 3 Tahun 2004, tentang Bank
Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor : 9/19/PBI/2007, Tentang Bank
Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah, Fatwa
Dewan Syariah Nasional.
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan
hukum primer dan dapat membantu menganalisis dan memahami bahan hukum
primer, seperti: Tafsir Al-qur’an, buku-buku, hasil penelitian, jurnal ilmiah,
c. Bahan hukum tertier, yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi tentang
bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, berupa kamus-kamus seperti
kamus bahasa Indonesia, Inggris, dan Arab, serta kamus-kamus keilmuan seperti
kamus istilah hukum, ekonomi, dan perbankan.
Di samping melakukan pengumpulan mengenai bahan hukum, juga
dikumpulkan data primer yang dilakukan penulis dengan melakukan wawancara
(interview) dengan narasumber. Wawancara dilakukan terhadap para pihak yang
terkait dalam dana talangan haji, seperti Bank Sumut Syariah, Depertemen Agama
Tingkat II dan juga pada Kantor Majelis Ulama Indonesia Tingkat II.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dikenal adalah studi kepustakaan dan
wawancara (interview). Sesuai dengan sumber data seperti yang dijelaskan di atas,
maka dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara :
a. Studi Kepustakaan
Terhadap data sekunder dikumpulkan dengan melakukan studi kepustakaan,
yaitu dengan mencari dan mengumpulkan serta mengkaji Al-qur’an dan As-Sunnah
sebagai sumber hukum Islam, peraturan perundangan, rancangan
undang-undang, hasil penelitian, jurnal ilmiah, artikel ilmiah, dan makalah seminar yang
berhubungan dengan pembiayaan dana talangan haji pada perbankan syariah.
Terhadap data lapangan (primer) dikumpulkan dengan teknik wawancara
tidak terarah (non-directive interview) atau tidak terstruktur (free flowing interview)
yaitu dengan mengadakan komunikasi langsung kepada informan, dengan
menggunakan pedoman wawancara (interview guide) guna mencari jawaban atas
pelaksanaan akad pembiayaan dana talangan haji pada bank syariah di kota Medan.
5. Analisis Data.
Semua bahan yang diperoleh dari bahan pustaka serta data yang diperoleh
dilapangan dianalisa secara kualitatif. Melalui metode deduktif, data sekunder yang
telah diuraikan dalam tinjauan pustaka secara komparatif akan dijadikan pedoman
dan dilihat pelaksanaannya dalam melihat pembiayaan dana talangan haji pada Bank
Sumut Syariah di kota Medan. Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisa
dengan cara kualitatif, selanjutnya dilakukan proses pengolahan data, setelah selesai
BAB II
KONSEP PENGELOLAAN DANA TALANGAN HAJI DI BANK SUMUT SYARIAH CABANG MEDAN
A. Konsep Pengelolaan Dana
1. Pengertian Konsep Pengelolaan Dana Menurut Hukum Perbankan
Dalam pengelolaan dana bank, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu
aspek likuiditas (kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dana dengan segera dan
dengan biaya yang sesuai), dan aspek rentabilitas (alat untuk menganalisis atau
mengukur tingkat efisiensi usaha yang dicapai oleh bank yang bersangkutan), dan
pengelolaan dua aspek ini sangat penting dalam pengelolaan dana bank syari’ah,
karena disatu sisi bank harus memenuhi kewajibannya terhadap nasabah yang ingin
menarik dana dan disisi lain bank juga perlu untuk mendapatkan keuntungan dari
dana yang telah dihimpun dari masyarakat untuk membayarkan biaya bunga maupun
biaya operasional dari bank itu sendiri.
Dalam pengelolaan dua aspek ini, bank harus siap untuk menanggung segala
resiko yang mungkin timbul dari penghimpunan ataupun penyaluran dana yang
dilakukan, dan dalam hal ini yang dapat dilakukan oleh bank yaitu dengan
meminimalisir segala resiko yang mungkin terjadi bahkan jika mungkin bank harus
bisa terhindar dari segala resiko operasional sehingga bank masih dapat mengambil
keuntungan dari penyaluran dan penghimpunan dana tersebut. Dan disinilah
diperlukanAssetsdan Liability Management(pengelolaan resiko jangka pendek) dari
sebuah bank.35
Assets Liability Management(ALMA) adalah suatu proses pengelolaan aktiva
dan pasiva secara terpadu, berkesinambungan untuk mencapai keuntungan dalam
situasi lingkungan usaha yang bergejolak atau secara ringkas dapat dikatakan bahwa
Assets Liability Management merupakan pengelolaan risiko jangka pendek aktiva
pasiva yaitu resiko likuiditas, resiko perubahan peningkatan suku bunga, resiko
pembatasan devisa suatu negara, resiko modal.36 Dan dalam keberhasilannya ALMA
memerlukan koordinasi serta partisipasi dari seluruh bagian yang terlibat dalam
penanganan aktiva dan pasiva bank, dimana koordinasi seluruh bagian ini disebut
denganALCO(Assets Liabilities Management Committee).37
ALCO adalah suatu wadah untuk menampung kebersamaan proses
manajemen untuk mencapai keberhasilan tujuan bank, tetapi dalam hal ini ALCO
hanya bertindak sebagai wadah penampung kebersamaan dalam mengelola
kebijaksanaan, strategi, serta pengambilan keputusan dan bukan merupakan fungsi
manajemen dariALMA.
Dalam Bank Syari’ah, pada dasarnya dalam pengelolaan keuangan baik modal
ataupun pertanggungjawabannya masih sama dengan bank-bank pada umumnya.
Namun, untuk bank syari’ah ada perbedaan mendasar dalam dominasi pembagian
35Slamet Riyadi, 2006. Banking Assets and Liability Management (Edisi Ketiga). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2006, hal.30
36Imam Rusyamsi, Asset Liability Management (Strategi, Pengelolaan Aktiva Pasiva Bank.
Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 1999, hal 54.
hasil atau keuntungan dalam pendistribusian uang tersebut. Dalam bank syari’ah itu
sendiri lebih banyak bertumpu pada kualitas aset, dimana kualitas ini akan banyak
menarik perhatian dari nasabah untuk meng-investasikan dananya di bank syari’ah
dan ini juga berarti bank tersebut juga meningkatkan pertanggungjawabannya. Dan
dalam hal peningkatan kualitas modal ini kemampuan manajemen untuk melakukan
fungsinya sebagai profesional investment manager akan menentukan kualitas modal
yang dikelolanya.
Untuk mendapatkan keuntungan besar dari segala pengelolaan modal dan
pertanggungjawabannya, bank harus mampu menangani segala resiko yang mungkin
muncul selama proses pengelolaan dana nasabah dan investor tersebut. Berikut ini
resiko-resiko yang mungkin timbul dari penempatan dana yang dilakukan oleh bank,
antara lain:
a. Liquidity Risk(resiko likuiditas)
b. Interest Rate Risk(Resiko perubahan peningkatan suku bunga)
c. Credit Risk(resiko kredit/pembiayaan)
d. Management Risk(resiko manajemen)
e. Exchange Risk(resiko perubahan nilai tukar)
f. Sovereign Risk((resiko pembatasan devisa di suatu negara)
g. Legal Risk(resiko dari pelanggaran hukum yang berkaitan dengan aspek yuridis)
h. Market Risk(resiko yang timbul dalam proses operasional dilapangan)
Dari berbagai resiko yang timbul diatas, hal ini sama-sama mungkin untuk
dialami oleh semua bank baik itu bank syari’ah atau konvensional. Tetapi, tentu saja
ada perbedaan yang mendasar dalam pengelolaan modal dan pertanggungjawaban
dari bank syari’ah untuk mencapai tingkat likuiditas dan rentabilitas. Berikut adalah
beberapa karakteristik yang membedakan pengelolaan Bank syari’ah dengan Bank
konvensional, antara lain:38
1. Bank Syari’ah menjamin pembayaran kembali nominal simpanan giro dan
tabungan (Wadi’ah), tetapi tidak menjamin pembayaran kembali nilai nominal
dari deposito dan juga tidak menjamin keuntungan atas deposito. Sehingga
mekanisme pengaturan pembagian keuntungan atas deposito bergantung pada
kinerja bank. Berbeda dengan sistem yang digunakan oleh bank konvensional
yang menjamin pembayaran keuntungan deposito atas bunga tertentu.
2. Sistem operasional bank syari’ah berdasarkan prinsip Equity, dalam hal ini
semua modal memiliki resiko, sehingga hubungan bank dengan nasabah
(investor) berdasarkan prinsip bagi hasil dan berbagai resiko.
3. Tingkat likuiditas bank syari’ah tergantung pada tingkat kelabilan deposito
nasabah, kepercayaan dana-dana pada non-PLS (Profit Loss Sharing),
kompetensi teknis yang berhubungan dengan pengaturan struktur tanggung
jawab, ketersediaan modal yang siap dikonversikan menjadi kas dan akses pada
pasar antar bank dan sumber dana lainnya.
4. Dalam bank konvensional, tingkat likuiditasnya bergantung pada ada tidaknya
pengendalian likuiditas yaitu perhatian pada biaya yang ditimbulkan dalam
pengendalian likuiditas, arus dana masuk dan keluar dan tingkat suku bunga.
Didalam sebuah badan seperti bank, ada yang namanya pembiayaan yang di
berikan oleh pihak pengelola untuk nasabah. Pembiayaan tersebut di berikan bank
guna untuk membantu nasabah yang membutuhkan dana dengan bentuk tagihan yang
mana dalam jangka waktu tertentu dengan kesepakatan atau persetujuan antara pihak
bank dan nasabah.
Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang
dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah kepada nasabah.
Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan yaitu pendanaan yang
dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan
sendiri maupun dikerjakan oleh orang lain.
Sedangkan menurut UU N0. 10 tahun 1998 tentang Perbankan menyatakan :39
“Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.”
Menurut Muhammad Syafi’i Antonio, Pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.
Dalam pelaksanaan pembiayaan, bank syariah harus memenuhi beberapa
aspek, diantaranya:40
1. Aspek Syar’i, berarti dalam setiap realisasinya pembiayaan kepada para
nasabah, bank syariah harus tetap berpedoman pada syariat islam (antara lain
tidak mengandung unsur maisir, gharar dan ribaserta bidang usahanya harus
halal).
2. Aspek Ekonomi, berarti disamping mempertimbangkan hal-hal syariah bank
syariah tetap mempertimbangkan perolehan keuntungan baik bagi bank
syariah maupun bagi nasabah bank syariah.
Pelaksanaan pembiayaan pada bank syariah dicakup bagian pemasaran, yaitu
sebagai aparat manajemen yang ditugaskan untuk membantu direksi dalam
menangani tugas-tugas khususnya yang menyangkut bidang marketing dan
pembiayaan. Beberapa tugas pokok bidang pemasaran adalah:41
1. Melakukan koordinasi setiap pelaksanaan tugas–tugas pemasaran dan
pembiayaan.
2. Melakukan pengamatan,evaluasi,dan pengawasan
3. Bertindak sebagai komite pengambilan keputusan pembiayaan.
4. Melayani, menerima tamu secara aktif (calon nasabah atau nasabah).
Menurut Muhammad Syafi’i Antonio Ada empat kelompok petugas-petugas
yang menjalankan aktivitas pembiayaan pada bank syariah, mulai dari yang
40Joko Adi Yulianto, Pengertian Kredit dan Pembiayaan,
http://boeink-494.blogspot.com/2009/06/pengertian-dan-jenis-pembiayaan-di-bank.html, diakses pada 22 Maret 2012
41
menawarkan produk bank syariah sampai pada petugas yang melakukan penanganan
pembiayaan macet. Petugas-petugas tersebut adalah:42
1. Account Officer(A/O)
A/O atau pembina pembiayaan bertugas memproses calon nasabah
pembiayaan. Selanjutnya membina nasabah tersebut agar memenuhi kesanggupan
terutama dalam pembayaran kembali pinjamannya. Dengan demikian jauh hari
sebelum menjadi nasabah perlu dilakukan penanggulangan kemungkinan terjadi
masalah, sehingga sejauh mungkin dihindari dengan carapreventif(penanggulangan).
2. Bagiansupport(pendukung) pembiayaan
Bersama dengan A/O mengadakan penilaian pemohon pembiayaan sehingga
memenuhi kreteria dan persyaratannya. A/O dalam memproses calon nasabah dari
segi keandalannya, sedangkan bagian pendukung dari segi keabsahannya, seperti
kebenaran lampiran, usaha maupun penggunaan pembiayaan, taksasi jaminan,
keabsahan jaminan,dan lain-lain.
3. Bagian Administrasi
Di dalam proses pembiayaan terdapat administrasi yang ditangani oleh A/O
atau pun bagian support pembiayaan. Disamping itu setelah pemohon menjadi
nasabah mulai dari pencairan dananya sampai pelunasan ataupun pembayaran debitur
akan ditangani oleh bagian administrasi pembiayaan.
4. Bagian Pengawasan Pembiayaan