• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlakuan Pengeringan Bahan Baku Karet Remah Untuk Mendapatkan Nilai Pri Sesuai Dengan Parameter Mutu Karet Sir 10 Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate - Dolok Merangir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perlakuan Pengeringan Bahan Baku Karet Remah Untuk Mendapatkan Nilai Pri Sesuai Dengan Parameter Mutu Karet Sir 10 Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate - Dolok Merangir"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

PERLAKUAN PENGERINGAN BAHAN BAKU KARET REMAH UNTUK MENDAPATKAN NILAI PRI SESUAI DENGAN PARAMETER MUTU KARET SIR 10 DI PT. BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE -

DOLOK MERANGIR

KARYA ILMIAH

SRI MARDANI HUSNI NST 052409056

DEPARTEMEN KIMIA

PROGRAM STUDI DIPLOMA – 3 KIMIA INDUSTRI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERLAKUAN PENGERINGAN BAHAN BAKU KARET REMAH UNTUK MENDAPATKAN NILAI PRI SESUAI DENGAN PARAMETER MUTU KARET SIR 10 DI PT. BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE -

DOLOK MERANGIR

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar ahli madya

SRI MARDANI HUSNI NST 052409056

DEPARTEMEN KIMIA

PROGRAM STUDI DIPLOMA – 3 KIMIA INDUSTRI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : PERLAKUAN PENGERINGAN BAHAN BAKU

KARET REMAH UNTUK MENDAPATKAN NILAI PRI SESUAI DENGAN PARAMETER MUTU KARET SIR 10 DI PT. BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE -DOLOK MERANGIR

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : SRI MARDANI HUSNI NST

Nomor Induk Mahasiswa : 052409056

Program Studi : DIPLOMA (D3) KIMIA INDUSTRI Departemen : KIMIA

Fakultas : FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, Juli 2008 Komisi Pembimbing :

Diketahui/ Disetujui oleh Dosen Pembimbing Program Studi D3 Kimia Industri

FMIPA USU Ketua,

Dr. Harry Agusnar,M.Sc.,M.Phil Drs. Abdi Negara Sitompul

NIP. 131 273 466 NIP. 130 422 445

Diketahui/Disetujui oleh Departemen Kimia FMIPA USU

Ketua,

(4)

PERNYATAAN

PERLAKUAN PENGERINGAN BAHAN BAKU KARET REMAH UNTUK MENDAPATKAN NILAI PRI SESUAI DENGAN PARAMETER MUTU KARET SIR 10 DI PT. BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE -

DOLOK MERANGIR

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2008

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan.Karena penulisan karya ilmiah ini merupakan syarat bagi mahasiswa untuk menyelesaikan studi di perguruan tinggi.Setiap mahasiswa yang telah menulis karya ilmiah dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama studi di perguruan tinggi.

(6)

ABSTRAK

(7)

ABSTRACT

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak iv

Abstract v

Daftar Isi vi

Daftar Tabel viii

Daftar Gambar ix

Daftar Lampiran x

Bab 1 Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 3

1.2.Gambaran masalah 3

1.3. Rumusan masalah 4

1.3. Tujuan 4

1.4. Kegunaan dan Manfaat 5

1.4.1. Kegunaan 5

1.4.2. Manfaat 5

Bab 2 Tinjauan Pustaka 6

2.1. Pengeringan 6

2.2 Pengertian Karet 7

(9)

2.4. Komposisi Karet Alam 8 2.4.1. Fraksi karet (butir-butir karet) 9 2.4.2. Fraksi frey wyssling (fraksi kuning) 10 2.4. 3.Fraksi dasar (bottom fraktion) 10

2.5. Spesifikasi Karet 10

2.5.1. Proses pengolahan TSR 12

2.5.2. Pengawasan mutu karet 12

2.6. Plasticity Retention Index (PRI) 14

2.7. Pengolahan Karet Bongkah (SIR) 17

Bab 3 Metodologi Percobaan 24

3.1. Penentuan PRI 24

3.1.1. Alat 24

3.1.2. Bahan 24

3.1.3. Prosedur 24

3.2. Penggunaan Plastimeter 25

BAB 4 Data dan Pembahasan 26

4.1. Data Percobaan 26

4.2. Penentuan Nilai PRI 27

4.3. Pembahasan 29

BAB 5 Kesimpulan dan Saran 32

5.1. Kesimpulan 32

5.1.Saran 32

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Komposisi Karet 8

Tabel 2. Skema SIR 13

Tabel 3. Syarat Uji Mutu 17

Tabel 4. Pengaruh Logam Terhadap PRI 19

Tabel 5. Pengaruh Jumlah Amoniak 20

Tabel 6. Pengaruh Rendaman 22

Tabel 7. Data Pengamatan 26

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(12)

ABSTRAK

(13)

ABSTRACT

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia. Produk karet Indonesia adalah jenis karet remah yang dikenal sebagai karet Standar Indonesia Rubber (SIR) merupakan jenis karet alam padat yang diperdagangkan saat ini. Karet ini tergolong kedalam karet spesifikasi teknis, karena penilaian mutunya didasarkan pada sifat teknis dari parameter dan besaran nilai yang dipersyaratkan dalam penetapan mutu karet remah tercantum dalam skema SIR.

Jenis karet remah yang menggunakan bahan baku koagulan kebun digolongkan pada kualitas mutu karet tersebut, seperti SIR 3CV, SIR 31, SIR 3WF, SIR 5,SIR 10, SIR 20, yang umumnya diproduksi dari bahan baku olahan koagulum. Bahan baku biasanya dipasok oleh suatu perkebunan besar yang bersifat terintegrasi secara baik antara pemasok bahan olahan dan pabrik pengolah.

(15)

Agar produksi karet yang dihasilkan sesuai dengan standart mutu karet remah SIR 10, ditentukan oleh penanganan proses pengolahan yang baik. Salah satu proses pengolahan karet remah yang ikut menentukan kualitas mutu suatu produk Karet adalah proses pengeringan yang bertujuan untuk mempertahankan nilai PRI dari produk karet hasil olahan, persyaratan ini dituangkan dalam syarat spesifikasi teknis SIR, nilai ini terdapat pada hal berikutnya.

Pada proses pengolahan karet remah SIR 10, ada faktor lain ikut berpengaruh, diantaranya adalah faktor jenis bahan baku, proses penggilingan, serta usia bahan baku. Bila bahan baku jenisnya beragam maka sebelum pengeringan harus dilakukan proses maturasi agar nilai PRI karet tersebut bila selesai dikeringkan tidak mengalami penurunan. Demikian juga halnya dengan proses penggilingan, bila penggilingan tidak merata, maka proses pemasakan akan munurunkan nilai PRI setelah dilakukan proses pengeringan.

Mengingat bagaimana pentingnya proses pengeringan itu terhadap penurunan nilai PRI, maka perlu dilakukan penanganan secara profesional, mengingat pula bahwa alat yang digunakan pada proses pengeringan harus ini adalah alat pengering yang bekerja secara automatis, maka temperatur dan waktu pengeringan harus tetap dijaga supaya tetap konstan, agar tingkat mutu produksi yang diharapkan adalah SIR 10 dapat terpenuhi.

(16)

penulis berminat membahas, dimana hasil pembahasan diwujudkan dalam bentuk karya akhir dengan judul, ”PERLAKUAN PENGERINGAN BAHAN BAKU KARET REMAH UNTUK MENDAPATKAN NILAI PRI SESUAI DENGAN PARAMETER MUTU KARET SIR 10 DI PT. BRIDGESTONE SUMATERA RUBBER ESTATE - DOLOK MERANGIR”

1.2. Permasalahan 1.2.1. Gambaran masalah

Kondisi alat pengering di PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate - Dolok Merangir, pengeringan dilakukan dengan temperatur 135 C0 dan waktu selama 13 menit. Proses pengolahan dilakukan mulai dari pencampuran bahan baku, pencucian, penggilingan, sampai masuk ke dalam alat pengering. Temperatur dan waktu pengeringan di unit pengeringan bertujuan untuk mempertahankan mutu produksi SIR 10 dengan standar baku mutu sebagai berikut:

a) Kadar kotoran = 0,10% b) Kadar abu = 0,75% c) Nilai PRI = 60%

(17)

Untuk mengetahui hasil pengeringan adalah karet SIR 10 maka perlu dilakukan analisa laboratorium dari hasil produksi, hal - hal yang dianalisa meliputi nilai kadar kotoran, kadar abu dan nilai PRI dari hasil produksi tersebut. Dengan demikian untuk mengahasilkan karet SIR 10 selain nilai PRI ada hal lain yang perlu diperhatikan yaitu jenis bahan baku, jumlah penggilingan dan teknik penggilingan dan bahan baku harus bersih dari bahan-bahan bukan karet.

1.2.2. Rumusan masalah

Dari gambaran masalah diatas dikatakan bahwa penentuan tingkat mutu produksi pada proses pengolahan karet remah SIR 10, dipengaruhi oleh faktor – faktor , kadar kotoran, kadar abu dan nilai PRI. Karena keterbatasan waktu, maka penulis hanya mempermasalahkan nilai PRI dari karet SIR 10 untuk mendapatkan nilai PRI yang tinggi maka diperlukan perlakuan-perlakuan khusus terhadap jenis bahan baku olahan. Oleh karena itulah penulis mengambil rumusan masalah bagaimana nilai PRI dari jenis bahan baku olahan bila temperatur 135 0C dan waktu pengeringan 13 menit dipertahankan konstan terhadap parameter mutu karet SIR 10.

1.3. Tujuan

a. Untuk mengetahui temperatur dan waktu yang konstan pada pengeringan karet remah untuk mendapatkan mutu karet sesuai SIR 10.

(18)

1.4. Kegunaan dan Manfaat 1.4.1. Kegunaan

a. Untuk mengetahui hasil pengeringan terhadap parameter mutu rubber SIR 10, bila temperatur yang digunakan 135oC dan waktu pengeringan selama 13 menit.

b. Untuk memberi dan mengembangkan wawasan teknologi bagi penulis. 1.4.2. Manfaat

a. Sebagai bahan masukan bagi perusahaan tempat penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengeringan

Pengeringan adalah satuan unit operasi yang berfungsi untuk memisahkan kandungan air dari suatu bahan dengan menggunakan panas. Kandungan air di dalam bahan yang akan dikeringkan umumnya rendah, penghilangan air dengan panas berlangsung pada temperatur dibawah titik didih air, dan seringkali pengeringan dilakukan dengan bantuan udara atau gas panas yang dialirkan menyapu bahan.

Secara umum pemisahan sejumlah kecil air atau zat cair lain dari bahan padat adalah dengan cara pengeringan, sehingga kandungan sisa zat cair di dalam zat padat itu samapai pada suatu nilai terendah yang dapat diterima.

Bagian akhir dari suatu pengolahan crumb rubber adalah proses pengeringan yang bertujuan untuk :

1. Mengurangi biaya Tranportasi.

2. Agar mudah ditangani dan mudah penggunaannya.

3. Untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu seperti, tahan lama pada penyimpanan, tidak mudah rusak dalam bendela, dan menghindari bahaya korosi air.

(20)

medium udara. Semakin tinggi temperatur udara, semakin besar kemampuannya mengambil uap air.

2.2. Pengertian Karet

Karet merupakan suatu polimer isoprene dan juga merupakan hidrokarbon dengan rumus umum monomer (C5H8)n. Zat ini umumnya berasal dari getah berbagai tumbuh-tumbuhan di daerah panas, terutama dari pohon karet. Getah ini diperoleh setelah dilakukan pengerjaan pada puhon karet yaitu, pohon karet yang telah cukup umur di deres batangnya, sehingga getahnya keluar, getah yang keluar inilah sering disebut dengan lateks (karet alam). Kemudian diolah menjadi berbagai macam produk karet.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, karet alam sudah dapat disintesis, akan tetapi kegunaan dari karet ala mini tidak dapat digantikan oleh karet sintesis, ini disebabkan karena nilai PRI dari karet alam lebih baik dari karet buatan (sintesis).

2.3. Sifat Karet

Semua jenis karet adalah polimer tinggi dan mempunyai susunan kimia yang berbeda dan memungkinkan untuk diubah menjadi bahan-bahan yang bersifat elastis

(rubberiness). Namun, bahan-bahan itu berbeda sifat bahan dasarnya misalnya,

kekuatan tensil, daya ulur maksimum, daya lentur (resilience) dan terutama pada proses pengolahannya serta prestasinya sebagai barang jadi.

(21)

yang tinggi, kekuatan tensil dan dapat dibentuk dengan panas yang rendah. Daya tahan karet terhadap lenturan, goresan, dan koyakan sangat baik. Namun, karet alam tidak begitu tahan terhadap faktor-faktor lingkungan, seperti oksidasi dan ozon. Karet alam juga mempunyai daya tahan yang rendah terhadap bahan-bahan kimia seperti bensin, minyak tanah, bensol, pelarut lemak (degraser), pelarut, pelumas sintesis dan cairan hidrolik. Karena sifat fisik dan daya tahannya, karet alam dipakai untuk produksi-produksi pabrik yang membutuhkan kekuatan yang tinggi dan panas yang rendah (misalnya ban pesawat terbang, ban truk raksasa, dan ban-ban kendaraan) dan produksi-produksi teknik lain yang memerlukan daya tahan yang sangat tinggi.

2.4.. Komposisi Karet Alam

Karet padat maupun lateks pekat yang diperoleh dari pohon karet sebagai getah susu (lateks), mengandung komposisi sebagai berikut :

Karet 36 %

Air 59 %

Protein 2 %

Gula 1,5 %

Resin (zat-zat bersifat damar) 1 %

Debu 0,5 %

Tabel 1. Komposisi Karet

Lateks kebun segar (cairan warna putih kekuning-kuningan) adalah larutan kolodial yang merupakan sistem dispersi butir-butir karet dan zat non karet dalam media bersifat cair yakni serum. Zat-zat non karet seperti :

(22)

- Garam-garam organik dan zat anorganik

Lateks merupakan sistem dua phase yang terdiri dari discontibueous phase (butir-butir karetnya), dan continueous phase (non karet dan serum), lateks kebun segar terdiri dari tiga phase utama yaitu :

Fraksi karet

Faksi Frey Wyssling Fraksi serum

Fraksi bawah

Gambar 1 . Fraksi lateks setelah dipusingkan 2.4.1. Fraksi karet (butir-butir karet)

- Strukturnya (C5H8)n = poli isoprena - 1 ml lateks = ± 1013 butir - Ukuran = 0,2 – 3 mikron (µ)

Pada karet tua kebanyakan ukuran 0,2 – 3 µ ukuran butiran karet yang lebih besar terdapat pada yang disadap setelah cukup lama. Bentuk partikel umumnya bulat, namun ada juga yang lonjong dan ada yang hampir berekor seperti pada karet tua.

2.4.2. Fraksi frey wyssling (fraksi kuning)

(23)

2.4. 3. Fraksi dasar (bottom fraktion)

Fraksi dasar ini sering disebut butiran koloid, yang berbentuk bulat dengan ukuran 2 – 10 µ. Jumlah partikel 10 – 20 % dari volume lateks. Fraksi dasar merupakan kapsul yang mengandung senyawa nitorgen (gelatin) yang diselubungi membran semi permiabel.

Fraksi serum adalah suatu fraksi kecil yang dipisahkan dengan centrifuge (alat pemusing) dengan kecepatan 2000 rpm. Ketiga fraksi karet tersebut adalah fraksi frey wyssling dan fraksi dasar partikelnya terdispersi dalam fraksi serum yang mengandung zat non karet seperti karbohidrat dan phosfat yang terionisasi

2.5. Spesifikasi Karet

Karet alam merupakan komoditi perkebunan yang unik karena penggunaannya sebagai bahan baku industri sedangkan komoditi perkebunan lainnya sebagaian besar adalah bahan makanan dan minuman. Sebelum menjadi barang jadi (misalnya ban kendaraan), karet mengalami pengujian mutu teknis yang ketat dan kemudian diproses dengan prosedur pengolahan yang cukup rumit. Karena itu masalah mutu karet jauh lebih canggih dibandingkan dengan mutu komoditi perkebunan lainnya.

(24)

pasaran yang baik. Tahun 1982 jumlah karet Indonesia yang dikonsumsi oleh Amerika Serikat adalah 54% dari konsumsi karet alam negara tersebut.

Untuk lebih jelas dapat kita tinjau proporsi jenis mutu karet alam ekspor dalam pasaran Internasional pada tahun 1982 yaitu sebagai berikut:

Jenis mutu

TSR-20 - 34,7 %

RSS-3 - 23,4 RSS-1 - 12,3 RSS-4 - 6,4

TSR-10 - 5,6

RSS-2 - 4,5

TSR-50 - 9,3

TSR = Technical Specified Rubber (Crumb Rubber = karet remah)

2.5.1. Proses pengolahan TSR

Proses pengolahan TSR dapat dibagi dua yaitu proses pengolahan bahan baku lateks dan proses pengolahan bahan baku koagulum. Proses pengolahan bahan baku koagulum juga ditentukan oleh kondisi bahan baku yaitu bahan baku kotor dan bahan baku bersih.

Proses pengolahan bahan baku lateks yaitu pengecilan ukuran, penipisan. Peremahan/pencacahan/pembutiran, pengeringan, pembalan dan pengepakan.

(25)

Pengujian mutu dilakukan sesuai dengan parameter skema SIR yang dikeluarkan berdasarkan SK Mentri Perdagangan No. 321/Kp/VIII/83 seperti pada tabel di bawah ini:

Spesifikasi SIR-5CV

SIR-5LV

SIR-5L SIR-5 SIR-10 SIR-20 SIR-50 Kadar kotoran,

% maks

0,05 0,05 0,05 0,05 0,10 0,20 0,50 Kadar abu, %

maks

0,50 0,50 0,50 0,50 0,75 1,00 1,50 Kadar zat

menguap, maks

0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8

PRI, min 60 60 60 60 50 40 30

Po, min - - 30 30 30 30 30

Warna, angka komparator lovibond, maks

- - 6 - - - -

Viskositas

mooney (ML (1+4) 1000C

- - - - Uji kemantapan viskositas (satuan wallace), maks

8 8 - - - - -

Ekstrak aseton, %

- 6-8 - - - - -

Warna Lambang

Hijau Hijau Hijau Hijau Coklat Merah Kuning Nitrogen, %

maks

0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6

Tabel 2. Skema SIR

Keterangan: *) Tanda pengenal tingkatan

CV – 50 45-55

Batas Viskositas Mooney ML (1+4)’ 1000C

CV – 60 55-65

CV – 70 65-75

(26)

Hasil pengujian yang diperoleh walaupun memenuhi standard mutu tapi mempunyai variasi yang cukup besar, apalagi bila diuji sifat-sifat fisika barang jadinya. Pada masing-masing pabrik dapat juga terjadi variasi mutu untuk tiap kali produksi, begitu juga bila dibandingkan antar pabrik.

2.6. Plasticity Retention Index (PRI)

Plasticity Retention Index adalah nilai dari sifat plastisitas (keliatan / kekenyalan) karet mentah yang masih tersimpan, bila karet dipanaskan selama 30 menit pada temperatur 140 0C.

Nilai PRI adalah persentase plastisitas karet setelah dipanaskan dibandingkan dengan plastisitas sebelumnya dipanaskan yang ditentukan dengan alat plastimeter wallace, dengan persamaan :

=

PRI 100

0

x P Pa

%

Dimana : Pa = plastisitas karet sesudah dipanaskan selama 30 menit (setelah pengusangan )

Po = plastisitas karet sebelum dipanaskan (sebelum pengusangan)

(27)

diperkirakan mudah atau tidaknya karet menjadi lunak atau lengket jika lama disimpan atau dipanaskan, hal ini berhubungan dengan vulkanisasi karet, pada pembuatan barang jadi, agar diperoleh sifat barang jadi yang lebih kuat.

Tinggi rendah nilai PRI dipengaruhi oleh jenis bahan baku yang digunakan dan proses crumb rubber. Terdapat nilai PRI yang rendah disebabkan karena terjadinya reaksi oksidasi pada karet. Faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya oksidasi pada karet antara lain adalah sbb:

a. Sinar Matahari

Sinar matahari mengandung sinar ultraviolet yang menggiatkan terjadinya oksidasi pada karet apabila bahan olahan pada lateks dan koagulum terkena langsung oleh sinar matahari, hal ini ditandai dengan mengeringnya kulit permuakaan lateks dan koagulum.

b. Pengenceran lateks dan koagulum

Pengenceran lateks dengan penambahan air yang terlalu banyak dan perendaman koagulum dengan air yang terlalu lama, yang tujuannya untuk mencuci kotoran kotoran yang melekat pada koagulum. Hal ini akan menurunkan konsentrasi zat-zat non karet didalam lateks seperti terlarutnya asam asam amino yang berfungsi sebagai zat anti oksidasi dan dan dapat juga berfungsi sebagai zat pemacu cepat (accelelator) pada pembuatan barang jadi karet yang selanjutnya menurunkan PRI karet.

c. Zat –zat pro oksidasi (tenbaga dan mangan)

(28)

jumlah yang melewati batas konsentrasinya akan merusak mutu karet, sehingga oksidasi dipercepat dan mengakibatkan nilai PRI menjadi rendah. d. Pengeringan karet

Penguraian milekul karet oleh reaksi oksidasi dapat pula terjadi bila karet dikeringkan terlalu lama dan temperatur pengeringan yang dipakai (PTPN III Gunung para) adalah 108 - 1100C dengan waktu pengeringan berkisar anrtara 4 – 5 jam tergantung pada jenis alat pengeringan. Nilai PRI akan turun bila terjadi ikatan silang (storage hardening) didalam lateks kebun dan diantara butiran – butiran karet hasil pengeringan. Ikatan silang terjadi pada pembentuk Gel secara perlahan-lahan sehingga butiran-butiran karet menajdi berlendir dan lengket-lengket. Hal ini akan menyebabkan plastisitas karet sebelum pengusangan (Po) akan naik, selama karet tersebut berada dalam penyimpanan dan pengapalan. Naiknya Po karet, maka akan berubah nilai PRI karet sehingga menjadi turun. Karet yang berasal dari tanaman mudah dan dari sadapan dtinggi dari pohon karet biasanya cenderung untuk mengalami ikatan silang.

2.7. Pengolahan Karet Bongkah (SIR)

(29)

Syarat uji untuk berbagai jenis mutu SIR

Specifikasi (syarat mutu)

SIR. 5 SIR. 20 SIR. 35 SIR.50

% % % %

- kadar kotoran 325 mesh(max) Ø 44 mikron

0,05 0,20 0,35 0,50

- kadar abu 0,50 0,75 1,00 1,25

- kadar zat menguap

1,00 1,00 1,00 1,00

Tabel 3. Syarat Uji Mutu Yang ditetapkan untuk SIR yaitu penetapan :

- kadar kotoran - kadar abu

- kadar zat menguap

- Plasticity Retention Index (PRI)

PRI adalah ukuran dari besarnya sifat keliatan karet mentah yang masih tinggal bila contoh karet tersebut dipanaskan selama 30 menit pada suhu 1400 C.Nilai PRI adalah prosentasi keliatan karet sesudah dipanaskan. (ditentukan dengan alat Plastimeter Wallace).

Nilai PRI : H- untuk PRI – 60 ke atas. M- untuk PRI - 79

S- untuk PRI – 59.

(30)

Syarat air untuk pengolahan SIR Sisa penguapan (kotoran) Max 125 ppm Kotoran tersuspensi Max 20 ppm

Chloride Max 50 ppm

Tembaga Max 0,2 ppm

Mangan Max 0,2 ppm

Besi Max 2 ppm

PRI (Plasticity retention index) adalah perbandingan keliatan karet setelah dipanaskan 140 oC selama 30 menit terhadap keliatan sebelum dipanaskan.

PRI =

pengusanan sebelum

kelia

n pengusanga sesudah

Keli

tan tan

Karet yang berasal dari latek biasanya mempunyai PRI yang tinggi, karena dalam latek tersebut terdapat bahan-bahan anti oksidan. Tetapi dengan adanya variasi pada cara-cara pengolahan dapat mempengaruhi jumlah dan jenis anti oksidant dalam karet, sehingga PRI nya juga dapat berubah. Bila perbandingan antara pro oksidan dan anti oksidan berubah PRI juga akan berubah.

Secara singkat akan diuraikan di bawah ini faktor-faktor yang dapat mempengaruhi PRI.

a). Ion-ion logam

(31)

Karena itu bahan olah yang terkontaminasi dengan logam – logam tersebut di atas akan menyebabkan rendahnya PRI. Sebagai gambaran pengaruh kontaminasi logam-logam tersebut di atas terhadap penurunan PRI dapat dilihat sebagai berikut :

% garam P R I

0 94

0,05 CuSO4 Teroksidasi

0,20 MnSO4 72

[image:31.596.159.448.194.302.2]

0,05 (Fe)2(SO4)3 58

Tabel 4. Pengaruh Logam Terhadap PRI

Dari data di atas terlihat bahwa pro oksidan terkuat adalah Cu kemudian menyusul Fe dan Mn.Kontaminasi Cu dan Fe dapat berasal dari peralatan yang dipergunakan di kebun atau pabrik sehingga perlu dihindarkan pemakaian alat – alat yang terbuat dari Cu dan Fe. Sedangkan kontaminasi Mn diduga berasal dari tanah. Disamping itu perlu diperhatikan bahwa ketiga logam tersebut dapat juga berasal dari air pengolahan, sehingga air pengolahan haruslah memenuhi syarat seperti yang tercantum.

Skrep pohon yang terlalu lama baru diambil dari pohonnya biasanya menaikkan kadar Cu dan Mn, sehingga skrep pohon harus segera diambil dan sebaiknya jangan lebih 2 hari tertahan di pohon.

b). Pencampuran dengan karet skim

(32)

diperbolehkan. Adanya pencampuran karet skim ini biasanya dapat diduga jika kadar dalam SIR 0,7%.

c). Jumlah amonia

Untuk mempertahankan kestabilan, biasanya latek diawetkan dengan amonia. Bila latek tersebut akan diolah menjadi SIR harus dijaga agar kadar amonia tidak terlalu tinggi karena hal ini akan mengakibat turunnya nilai PRI. Di samping itu juga akan menambah kebutuhan asam untuk koagulasi.

Pengaruh jumlah amonia terhadap PRI dapat dilukiskan sebagai berikut:

Kadar NH3 (%) P R I

0,01 92

0,05 94

0,10 87

0,50 86

[image:32.596.207.406.326.457.2]

1,00 61

Tabel 5. Pengaruh Jumlah Amoniak

Terjadi penurunan PRI itu diduga karena dekstruksi anti oksidant alamiah oleh peningkatan kadar NH3.

d). Sinar matahari

(33)

Penyinaran lump mangkok kering selama 6 jam dapat menyebabkan penurunan PRI ± 45%.Dengan alasan tersebut di atas, sedapat mungkin haruslah diusahakan agar bahan yang akan diolah menjadi SIR tidak terkena sinar matahari langsung.

e). Suhu Pengeringan

Temperatur pengeringan yang tinggi bukanlah faktor utama untuk mengakibatkan penurunan PRI. Tetapi penguraian karet karena oksidasi dapat pula terjadi jika dipanaskan terlalu lama pada suhu tinggi (PRI rendah).

Jadi pengeringan suhu tinggi yang terlalu lama harus dihindarkan dengan menjaga secara cermat keadaan drier termasuk pengatur suhu.

f). Perendaman dan penggilingan

Lump mangkok dan skrep biasanya direndam untuk membersihkan kotoran. Pada perendaman itu ternyata bukan hanya kotoran yang terbuang tetapi anti oksidan nya juga turut tercuci. Oleh karena itu sangat perlu dijaga agar perendaman lump atau skrep tidak lebih dari 3 hari agar PRI tidak terlalu rendah.

Untuk menurunkan kadar kotoran lump atau skrep biasanya dilakukan penggilingan misal dengan pelletizer. Gesekan-gesekan yang timbul pada penggilingan itu dapat mengakibatkan menurunnya PRI. Biasanya penurunan itu tergantung dari kondisi bahan mentah dan peralatannya. Jadi untuk menentukan masalah penggilingan perlu dilakukan pengamatan pendahuluan di masing-masing pabrik. Karena kondisi bahan mentah dan alat sering berbeda-beda antara satu pabrik dengan pabrik lainnya.

(34)

Jika dianggap perlu, PRI dapat diperbaiki dengan cara merendam karet yang telah dibutirkan dengan bahan kimia. Bahan kimia yang dapat digunakan menaikkan PRI antara lain : asam fosfat, asam oksalat, dan thiourea.

Pengaruh perendaman dalam bahan kimia terhadap PRI

Remahan direndam dalam : P R I

Air 45

H3PO4 0,5% 70

(COOH)2 0,5% 82

[image:34.596.151.408.215.323.2]

Thiourea 0,5% 72

Tabel 6. Pengaruh Perendaman

(35)

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Penentuan PRI 3.1.1. Alat

1. Mill 2. Gunting

3. Cutter pelubang 4. Oven

5. Plastimeter

3.1.2. Bahan

1. Sampel exblending

3.1.3. Prosedur

1. Dipastikan alat Po/PRI dalam keadaan layak dan aman digunakan.

2. Ditipiskan sample exblending 30 gr sebanyak 3 pass dengan ketebalan (thickness) 1,7 ± 0,1 mm.

3. Dipotong dengan wallace punch sebanyak 6 butir (3 butir untuk Po dan 3 butir untuk Pa).

4. Dipastikan plastimeter telah “ready” untuk digunakan.

5. Dimasukkan talam berisi sampel ke dalam oven selama 30 ± 0,25 menit pada temperatur 140 ± 0,2 oC.

(36)

7. Diuji Po dan Pa untuk mendapatkan nilai PRI (nilai Po dan Pa adalah average masing-masing Po dan PRI).

8. Ditampung kertas yang telah bercampur dengan sampel dan transfer ke Incenerator Transport Departement.

3.2. Penggunaan Plastimeter

1. Dipastikan alat dalam keadaan layak dan aman digunakan. 2. Dihidupkan saklar utama.

3. Diatur setting panas pada steam generator sehingga tekana uap yang dihasilkan berkisar 0,5- 1 psi.

4. Dimasukkan sampel yang akan dianalisa.

5. Dijalankan alat dengan menutup platen atas ke bawah.

6. Waktu analisa adalah berkisar 40 detik, dimulai pada saat platen diturunkan.

7. Dimatikan kembali platen dan keluarkan sampel yang telah dianalisa dan ganti sampel lain yang akan dianalisa.

(37)

BAB 4

DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Percobaan

Pengumpulan data percobaan diperoleh dari data lapangan dan laboratorium yamg dilakukan di PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate- Dolok Merangir.

Data – data hasil pengamatan :

No. Pit Bale No. Po Pa

1 9 32 25

18 31 23

27 30 23

36 33 25

2 45 32 25

54 30 23

63 32 24

72 30 23

3 81 33 25

90 31 24

99 32 24

108 30 23

4 117 31 24

126 32 25

135 31 23

144 32 24

5 153 31 24

162 31 23

171 32 24

[image:37.596.181.405.310.616.2]

180 32 24

Tabel 7. Data Pengamatan

4.2. Penentuan Nilai PRI

(38)

SIR 10 di PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate – Dolok Merangir, maka perhitungannya :

Sebagai contoh perhitungan, data yang digunakan adalah data pengamatan untuk bahan baku lama pada pallet no. 1.

Diketahui ,Untuk bale no. 9 : plastisitas sebelum pengusangan (Po) = 32 plastisitas sesudah pengusangan (Pa) = 25

Maka Nilai PRI :

Nilai PRI = Pa Po x 100% = 25 32 x 100% = 78%

Diketahui ,Untuk bale no. 18 : plastisitas sebelum pengusangan (Po) = 31 plastisitas sesudah pengusangan (Pa) = 24

Maka Nilai PRI :

Nilai PRI = Pa Po x 100% = 23 31 x 100% = 74%

Diketahui ,Untuk bale no.27 : plastisitas sebelum pengusangan (Po) = 30 plastisitas sesudah pengusangan (Pa) = 23

Maka Nilai PRI :

Nilai PRI = Pa Po x 100% = 23 30 x 100% = 77%

(39)

plastisitas sesudah pengusangan (Pa) = 25

Maka Nilai PRI :

Nilai PRI = Pa Po x 100% = 25 33 x 100% = 76%

Dengan cara yang sama untuk pallet 2 – 5 pallet diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut:

No. Pit Bale No. Po Pa PRI

1 9 32 25 78

18 31 23 74

27 30 23 77

36 33 25 76

2 45 32 25 78

54 30 23 77

63 32 24 75

72 30 23 77

3 81 33 25 76

90 31 24 77

99 32 24 75

108 30 23 77

4 117 31 24 77

126 32 25 78

135 31 23 74

144 32 24 75

5 153 31 24 77

162 31 23 74

171 32 24 75

[image:39.596.179.461.285.592.2]

180 32 24 75

Tabel 8. Hasil Perhitungan 4.3. Pembahasan

Sesuai dengan gambaran masalah yang telah dipaparkan sebelumnya dimana penulis hanya membahas bagaimana nilai PRI dari jenis bahan baku olahan bila temperatur 135 C0

(40)

Sesuai dengan paparan masalah di atas maka variabel yang sangat berpengaruh adalah bahan mentah (raw material) itu sendiri dan waktu maturasi. Dengan kata lain jika mutu dari bahan mentah itu sendiri bagus maka produk yang dihasilkan juga semakin bagus. Bagus tidaknya bahan mentah itu sendiri dipengaruhi oleh jenis getahnya, dimana dalam perusahaan ini ditentukan oleh jenis C1 dan C2 dengan kriteria sebagai berikut:

1. Getah Cuplump OP Mutu C1

Cuplump (getah mangkok) lapangan yang telah digumpalkan dengan Formid Acid

atau secara alamiah (Auto Coagulated) yang diperlakukan sebagai berikut:

a. Cuplump OP mutu C1 tidak boleh tercemar (terkontaminasi) dengan: - gumpalan tanah di bagian dalam

- kayu dan tatal tidak lebih dari 1 kelompok,tiap kelompok terdiri dari 5 pcs dengan diameter 4 cm per bongkah

- daun dan tangkai daun dibagian dalam tidak lebih dari dari 2 kelompok,yang terdiri dari 5 pcs perkelompok per bongkah

- pupuk TSP dan selain formid acid

- besi,kawat,batu,rapia,plastic dan lain-lain (foreign material).

b. Mutu (kualiti)

- kadar kotoran harus maximum 0,200% - kadar abu harus maximum 0,100%

Apabila ketentuan-ketentuan di atas tidak bisa dipenuhi,maka getah tersebut akan diterima sebagai getah mutu C2.

(41)

Cuplump (getah mangkok) lapangan atau lump kampung yang telah digumpalkan

dengan Formid Acid atau secara alamiah yang diperlakukan sebagai berikut:

a. Cuplump mutu C2 tidak boleh tercemar dengan salah satu di bawah ini:

- gumpalan tanah dibagian dalam berdiameter ± 4 cm,yang terdiri dari 4 kelompok per bongkah dengan ukuran bongkah yang disesuaikan

- kayu dan tatal tidak lebih dari 5 kelompok, per kelompok terdiri dari ± 5 pcs perkelompok per bongkah

- daun dan tangkai daun dibagian dalam tidak lebih dari 5 kelompok,yang terdiri dari 5 pcs perkelompok per bongkah

- pupuk TSP,tidak lebih dari 2 kelompok per bongkah

- besi,kawat,batu,rapia,plastic, dan lain-lain (foreign material) b. Mutu (kualiti)

- kadar kotoran harus maximum 0,300% - kadar abu harus maximum 0,100%

- getah karet akan ditest di laboratorium bila secara visual diragukan kriterianya untuk menentukan kadar kotoran dan kadar abu, Po/PRI.Getah akan ditentukan kriterianya bila hasil analisa sudah dikeluarkan oleh QCD.

Apabila ketentuan-ketentuan tersebut di atas tidak bisa dipenuhi maka getah tersebut ditolak (reject).

(42)
(43)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil kerja praktek dan perhitungan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

a. Proses pengeringan dengan menggunakan temperatur (135oC) dan waktu pengeringan (13 menit) dapat digunakan dalam penentuan mutu produksi

rubber SIR 10 dengan nilai PRI > 60 sesuai dengan standart mutu Indonesia

rubber.

b. Dari data dan perhitungan, diketahui bahwa nilai plastisitas sebelum pengusangan (Po) memiliki range antara 30 – 34 dimana nilai Plasticity Retention Index (PRI) adalah 76.

5.2. Saran

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar A. dan Anas .A. 1987. 1987. Teknologi Pengolahan Karet Spesifikasi Teknis. Sungei Putih, Medan: Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP).

Cabe, Mc dan L, W. 1989. Operasi Teknik Kimia. Edisi Keempat. Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Kumpulan Makalah.1986. Kursus Penyegar Pemeliharaan dan Perawatan Instansi

Pabrik Tanggal 8 s/d 20 Desember. Medan : Lembaga Pendidikan Perkebunan

(LPP).

Ompusunggu, M. 1987. Pengetahuan Lateks Havea. Sungei Putih,Medan : Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP).

Soenardjan, Ir. 1982. Bercocok Tanam dan Pabrikasi Karet. Yogyakarta : Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP).

Gambar

Tabel 1. Komposisi Karet
Tabel 3. Syarat Uji Mutu
Tabel 4. Pengaruh Logam Terhadap PRI
Tabel 5. Pengaruh Jumlah Amoniak
+4

Referensi

Dokumen terkait

Telah dilakukan analisis penentuan amoniak pada limbah cair pengolahan karet remah dengan bahan baku lateks pekat dan lump mangkok di PT.. Bridgestone dengan menggunakan

Proses pengolahan karet remah SIR 20 di PT.Bridgestone Sumatera Rubber Estate, Dolok Merangir, perlu dijaga nilai viskositas mooney karena nilai viskositas mooney akan

Evi Sulistiani : Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Nilai Asam Lemak Yang Mudah Menguap (VFA) Pada Lateks Dalam Pembuatan Karet Remah Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate,

PENGARUH BERAT KARET REMAH PADA PROSES PENGERINGAN TERHADAP NILAI PLASTICITY RETENTIONS INDEX KARET.. SIR 10

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Karet Remah ( Crumb Rubber ) di Indonesia adalah benar karya

Untuk itu, perlu diketahui posisi daya saing baik keunggulan kompetitif maupun keunggulan komparatif pada industri karet remah (crumb rubber) Indonesia di

Untuk itu, perlu diketahui posisi daya saing baik keunggulan kompetitif maupun keunggulan komparatif pada industri karet remah (crumb rubber) Indonesia di

Penggunaan Wallace Plastimeter Untuk Penentuan Karakteristik Pematangan Karet Alam.. Kemungkinan Pengolahan Karet Remah