• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pengeringan Bahan Baku Karet Remah Terhadap Nilai ASHT Sesuai Dengan Mutu Karet SIR 20 Di PT. Bridgestone Sumatera Rubber estate Dolok Merangir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pengeringan Bahan Baku Karet Remah Terhadap Nilai ASHT Sesuai Dengan Mutu Karet SIR 20 Di PT. Bridgestone Sumatera Rubber estate Dolok Merangir"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGERINGAN BAHAN BAKU KARET REMAH

TERHADAP NILAI ASHT SESUAI DENGAN MUTU KARET SIR

20 DI PT. BRIDGESTONE SUMATERA RUBBER ESTATE

DOLOK MERANGIR

KARYA ILMIAH

HAIRIL YUSUP

062409047

DEPARTEMEN KIMIA

PROGRAM STUDI DIPLOMA-3 KIMIA INDUSTRI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH PENGERINGAN BAHAN BAKU KARET REMAH

TERHADAP NILAI ASHT SESUAI DENGAN MUTU KARET SIR

20 DI PT. BRIDGESTONE SUMATERA RUBBER ESTATE

DOLOK MERANGIR

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar ahli madya

HAIRIL YUSUP

062409047

DEPARTEMEN KIMIA

PROGRAM STUDI DIPLOMA-3 KIMIA INDUSTRI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH PENGERINGAN BAHAN BAKU KARET REMAH UNTUK MENDAPATKAN NILAI ASHT SESUAI DENGAN MUTU KARET SIR 20 DI PT. BRIDGESTONE SUMATERA RUBBER ESTATE-DOLOK MERANGIR Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : HAIRIL YUSUP Nomor Induk Mahasiswa : 062409047

Program Studi : DIPLOMA-3 KIMIA INDUSTRI Departemen : KIMIA

Fakultas : FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, Juli 2009

Komisi Pembimbing :

Diketahui / Disetujui Oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Dosen Pembimbing Ketua,

(4)

PERNYATAAN

PENGARUH PENGERINGAN BAHAN BAKU KARET REMAH

TERHADAP NILAI ASHT SESUAI DENGAN MUTU KARET SIR

20 DI PT. BRIDGESTONE SUMATERA RUBBER ESTATE

DOLOK MERANGIR

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2009

HAIRIL YUSUP

062409047

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke-hadirat Allah SWT, karena atas

limpah karunia yang diberikan-Nya penulis dapat menyelesaikan kertas kajian ini

dalam waktu yang telah ditetapkan.

Dalam penyusunan karya ilmiah ini tentunya penulis mendapatkan banyak

bantuan moril maupun materil. Maka dengan segala kerendahan hati penulis

menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Keluargaku tercinta, Ayahanda M.Diris dan Ibunda Salamah serta Abanganda

Afrizal Yusuf dan Kakanda Derliani yang telah mencurahkan kasih sayang,

dukungan dan do’a yang tiada henti kepada penulis, juga Adik-adikku (Hairul,

Anrul, Arliani dan Yuni) yang sangat kusayangi.

2. Bapak Drs. Abdi Negara Sitompul, selaku dosen pembimbing yang dengan

ikhlas telah meluangkan waktu dan pikirannya, saran, petunjuk untuk

membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

3. Bapak Prof. DR. Eddy Marlianto, M.Sc selaku Dekan Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam USU.

4. Ibu DR. Rumondamg Bulan Nasution, MS, selaku Ketua Departemen Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam USU.

5. Bapak Prof. DR. Harry Agusnar, M.Sc; M.phil, selaku Ketua Program studi

D-3 Kimia Industri FMIPA USU.

6. Bapak Drs. Firman Sebayang, MS, selaku Dosen Pembimbing akademik saya

(6)

7. Bapak dan Ibu dosen di Departemen Kimia program studi D-3 Kimia Industri

yang telah banyak memberikan ilmu dan motivasi selama saya mengikut i

pendidikan.

8. Sahabat saya Pendi Nasution, Anak-anak Selenium (Firman, Nedi, Anri, Yudi,

Ari), Yudhis, Putri, Upeh, Bang Fadli, Arini, dan Imelda serta kawan-kawan

seperjuangan selama 3 tahun di D-3 Kimia Industri yang tidak dapat

disebutkan satu persatu.

Akhirnya, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut

(7)

ABSTRAK

(8)

ABSTRACT

(9)
(10)

2.3. Sifat Karet 15

2.8. Pengerasan Karet Selama Penyimpanan (Storage Hardening) 23

2.8.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengerasan karet selama penyimpanan 24

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Komposisi Lateks Segar dari Kebun 16 Tabel 2.2. Komposisi Lateks Dalam Karet Kering 17

Tabel 2.3. Jenis Mutu Karet Dalam Pasaran Internasional 19 Tabel 2.4. Skema Standar Indonesia Rubber 21 Tabel 4.1. Data Pengamatan Potongan Uji karet Remah sebelum

Pengusangan 31 Table 4.2. Data Pengamatan Potongan Uji karet Remah setelah

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kriteria getah OP yang diterima di PT.BRIDGESTONE SUMATERA RUBER ESTATE

2. Gambar Alat Plastimeter

(13)

ABSTRAK

(14)

ABSTRACT

(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia. Produk

karet Indonesia adalah jenis karet remah yang dikenal sebagai karet Standar Indonesia

Rubber (SIR) merupakan jenis karet alam padat yang diperdagangkan saat ini. Karet

ini tergolong ke dalam karet spesifikasi teknis, karena penilaian mutunya didasarkan

pada sifat teknis dari parameter dan besaran nilai yang dipersyaratkan dalam

penetapan mutu karet remah tercantum dalam skema SIR.

Jenis karet yang menggunakan bahan baku koagulum kebun digolongkan pada

kualitas mutu karet tersebut, Seperti SIR 3 CV, SIR 3L, SIR 3 WF, SIR 5, SIR 10,

SIR 20, yang umumnya diproduksi dari bahan baku olahan koagulum. Bahan baku

biasanya dipasok oleh suatu perkebunan besar yang bersifat terintegrasi secara baik

antara pemasok bahan olahan dan pabrik pengolah.

Bahan baku untuk menghasilkan karet SIR 20 umumnya mudah dikendalikan

dari segi mutu maupun kesinambungan pasokan bahan baku, karena telah terintegrasi

secara baik, akan tetapi sebaliknya bahan baku yang berasal dari kebun rakyat sangat

beragam dan banyak jumlahnya, keadaan ini mengakibatkan penanganan bahan olah

di lapangan umumnya masih sangat bervariasi sehingga kurang mendukung mutu

(16)

Agar produksi karet yang dihasilkan sesuai dengan standar mutu karet remah

SIR 20, ditentukan oleh penanganan proses pengolahan yang baik. Salah satu proses

pengolahan karet remah yang ikut menentukan kualitas mutu suatu produk karet

adalah proses pengeringan yang bertujuan untuk mempertahankan nilai accelerated

storage hardening test (ASHT) dari produk karet hasil olahan. Meskipun nilai ASHT

untuk SIR 20 tidak dilampirkan dalam Standar Indonesia Rubber (SIR), tetapi sangat

perlu diperhatikan guna menjaga kualitas karet remah yang dihasilkan.

Pada Proses pengolahan karet remah SIR 20, ada faktor lain ikut berpengaruh,

diantaranya adalah faktor jenis bahan baku, proses penggilingan, serta usia bahan

baku. Bila bahan baku jenisnya beragam, maka sebelum pengeringan harus dilakukan

proses maturasi agar nilai ASHT karet tersebut tidak mengalami penurunan. Demikian

juga halnya dengan proses penggilingan, bila penggilingan tidak merata, maka proses

pemasakan akan menurunkan nilai ASHT setelah dilakukan proses pengeringan.

Mengingat bagaimana pentingnya proses pengeringan itu terhadap penurunan

nilai ASHT, maka perlu dilakukan penanganan secara profesional, mengingat pula

bahwa alat yang digunakan pada proses pengeringan harus berupa alat pengering yang

bekerja secara outomatis, maka suhu dan waktu pengeringan harus tetap dijaga supaya

tetap, agar tingkat mutu produksi yang diharapkan adalah SIR 20 dapat dipenuhi.

Dari penjelasan di atas, jelas terlihat bahwa temperatur dan waktu pengeringan

perlu dijaga agar tetap konstan, karena hal tersebut berpengaruh dalam penentuan

tingkat mutu produksi karet SIR 20. Hal inilah yang membuat penulis berminat

membahas, di mana hasil pembahasan diwujudkan dalam bentuk karya ilmiah dengan

(17)

UNTUK MENDAPATKAN NILAI ASHT SESUAI DENGAN MUTU KARET SIR 20 DI PT. BRIDGESTONE SUMATERA RUBBER ESTATE - DOLOK MERANGIR”

1.2. Permasalahan

1.2.1. Gambaran Masalah

Kondisi alat pengering di PT. BRIDGESTONE SUMATERA RUBBER

ESTATE-Dolok Merangir, pengeringan dilakukan dengan suhu 135°C dan dalam

waktu 13 menit. Proses pengolahan dilakukan mulai dari pencampuran bahan baku,

pencucian, penggilingan, sampai masuk ke dalam alat pengering. Suhu dan waktu

pengeringan di unit pengeringan bertujuan untuk mempertahankan mutu produksi SIR

20 dengan standar baku mutu sebagai berikut :

a). Kadar Kotoran = 0, 20

b). Kadar Abu =1, 0

c). Nilai Po = 30

Jadi, dengan pengeringan pada suhu 135°C selama 13 menit diharapkan hasil

yang diperoleh setelah pengeringan dalam karet SIR 20 sesuai dengan parameter

mutu. Dalam proses pengeringan inilah standar mutu SIR 20 yang perlu diperhatikan

adalah nilai ASHT dari karet supaya jangan sampai lebih besar dari 5 (≤ 5). Penentuan

nilai ASHT, juga dipengaruhi oleh jenis bahan baku dan campuran bahan baku untuk

memperoleh hasil akhir produksi karet SIR 20 dengan nilai ASHT ≤ 5.

Untuk mengetahui hasil pengeringan karet SIR 20, maka perlu dilakukan

(18)

kotoran, kadar abu, nilai PRI dan nilai ASHT dari hasil produksi tersebut. Dengan

demikian, untuk manghasilkan karet SIR 20 selain nilai ASHT ada hal lain yang perlu

diperhatikan yaitu jenis bahan baku, jumlah penggilingan dan teknik penggilingan dan

bahan baku harus bersih dari bahan-bahan bukan karet.

1.2.2 Rumusan Masalah

Dari gambaran masalah di atas dikatakan bahwa penentuan tingkat mutu

produksi pada proses pengolahan karet remah SIR 20, dipengaruhi oleh faktor-faktor

seperti kadar kotoran, kadar abu dan nilai ASHT. Karena keterbatasan waktu, maka

penulis hanya mempermasalahkan nilai ASHT dari karet SIR 20, dimana untuk

mempertahankan agar nilai ASHT tidak lebih besar dari 5 ( ≤ 5), maka diperlukan perlakuan-perlakuan khusus terhadap jenis bahan baku olahan. Oleh karena itu,

penulis mengambil rumusan masalah bagaimana nilai ASHT dari jenis bahan baku

olahan bila suhu 135°C dan waktu pengeringan selama 13 menit dipertahankan

konstan terhadap parameter mutu karet SIR 20.

1.3. Tujuan

a. Untuk mengetahui suhu dan waktu yang konstan pada pengeringan karet

remah guna mendapatkan mutu karet SIR 20.

b. Untuk mengetahui nilai Ph dan nilai ASHT pada SIR 20 sesuai dengan data

(19)

1.4. Kegunan dan Manfaat 1.4.1. Kegunaan

a. Untuk mengetahui hasil pengeringan terhadap parameter mutu karet remah

SIR 20, bila suhu yang digunakan 135°C dan waktu pengeringan selama 13

menit.

b. Untuk memberi dan mengembangkan wawasan teknologi bagi penulis

1.4.2. Manfaat

a. Sebagai bahan masukan bagi perusahaan tempat penulis melakukan Praktek

Kerja Lapangan.

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengeringan

Dalam industri kimia sering sekali bahan-bahan padat harus dipisahkan dari

suspensi, misalnya secara mekanis dengan penjernihan atau filtrasi. Dalam hal ini

pemisahan yang sempurna sering kali tidak dapat diperoleh, artinya bahan padat selalu

masih mengandung sedikit atau banyak cairan, yang acapkali hanya dapat dihilangkan

dengan pengeringan. Karena pertimbangan ekonomi (penghematan energi), maka

sebelum pengeringan dilakukan, sebaiknya sebanyak mungkin cairan sudah

dipisahkan seara mekanis. (Bernasconi, G., 1995)

2.1.1 Pengertian Pengeringan

Pengeringan merupakan cara untuk menghilangkan sebagian besar air dari

suatu bahan dengan bantuan energi panas dari sumber alam (sinar matahari) atau

buatan (alat pengering). Biasanya kandungan air tersebut dikurangi sampai batas

dimana mikroba tidak dapat tumbuh lagi.

2.1.2 Tujuan Pengeringan

Tujuan pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air sampai batas

perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan

pembusukan terhambat atau terhenti. Dengan demikian bahan yang dikeringkan dapat

(21)

Bahan pangan kering matahari dan kering buatan adalah lebih pekat dari pada

setiap bahan pangan awetan yang lain, sehingga :

1. Biaya produksi lebih murah

2. Diperlukan tenaga yang lebih sedikit

3. Kebutuhan ruang penyimpanan dan pengangkutan bahan pangan kering

minimal

4. Besarnya biaya distribusi berkurang

2.1.3 Keuntungan dan Kelemahan Teknik Pengeringan

Keuntungan pengeringan :

- Bahan menjadi lebih tahan lama disimpan

- Volume bahan menjadi kecil

- Mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan

- Mempermudah transport

- Biaya produksi menjadi murah

Kerugian pengeringan

- Sifat asal bahan yang dikeringkan berubah (bentuk dan penampakan fisik,

penurunan mutu, dll)

- Perlu pekerjaan tambahan untuk menghindari di atas

2.1.4 Metode Pengeringan

1. Penjemuran

Pengeringan dengan sinar matahari langsung sebagai energi panas.

(22)

- Tergantung cuaca

- Sukar dikontrol

- Memerlukan tempat penjemuran

- Mudah terkontaminasi

Pengeringan dengan menggunakan alat pengering dimana suhu, kelembaban

udara, kecepatan udara dan waktu dapat diatur dan diawasi.

Keuntungan :

- Tidak tergantung cuaca

- Kapasitas pengeringan dapat dipilih sesuai dengan yang diperlukan

- Tidak memerlukan tempat yang luas

- Kondisi pengeringan dapat dikontrol

- Panen dapat dilakukan lebih awal

- Masa simpan menjadi lama

- Pekerjaan menjadi lebih mudah

- Dapat meningkatkan nilai ekonomis bahan

Selain itu, keuntungan pengeringan secara mekanis adalah :

1. Memungkinkan pengeringan dilakukan di sembarang waktu tanpa terikat musim

(23)

2. Luas areal yang dibutuhkan untuk pengeringan dapat dikurangi, misalnya dengan

memperbanyak rak-rak pengering.

3. Pengaturan suhu dapat lebih mudah sehingga dapat disesuaikan dengan

karakteristik bahan yang dikeringkan. (Rohanah, A., 2006).

2.1.5 Kriteria Pemilihan Alat Pengering

Disamping berdasarkan pertimbangan – pertimbangan ekonomi, pemilihan alat

pengering ditentukan oleh faktor – faktor berikut :

1. Kondisi bahan yang dikeringkan (bahan padat, yang dapat mengalir, pasta,

suspensi)

2. Sifat – sifat bahan yang akan dikeringkan (misalnya apakah menimbulkan bahaya

kebakaran, kemungkinan terbakar, ketahanan panas, kepekaan terhadap pukulan,

bahya ledakan debu, sifat oksidasi).

3. Jenis cairan yang terkandung dalam bahan yang dikeringkan (air, pelarut organik,

dapat terbakar, beracun)

4. Kuantitas bahan yang dikeringkan

5. Operasi kontinu atau tidak kontinu.

(Bernasconi, G., 1995)

2.1.6 Jenis-Jenis Pengeringan

1. pengeringan alamiah menggunakan panas matahari

Pengeringan hasil pertanian dengan menggunakan energi matahari biasanya

dilakukan dengan menjemur bahan di atas alas jemuran atau lamporan, yaitu suatu

(24)

dan peralatannya serta pertimbangan faktor ekonomis, alat jemur dapat dibuat dari

anyaman tikar, anyaman bambu, lembaran seng, lantai batu bata atau lantai semen.

Pengeringan ini adalah pengeringan paling sederhana (dengan cara

penjemuran). Penjemuran adalah usaha pembuangan atau penurunan kadar air suatu

bahan untuk memperoleh tingkat kadar air yang cukup aman disimpan, yaitu yang

tingkat kadar airnya seimbang dengan lingkungan.

2. Pengeringan dengan menggunakan bahan bakar

Bahan bakar sebagai sumber panas (bahan bakar cair, padat, listrik) misalnya :

BBM, batubara, dan lain-lain. Pengeringan ini disebut juga dengan pengeringan

mekanis. Jenis-jenis pengeringan mekanis adalah tray dryer, rotary dryer, spray dryer,

freeze dryer

a. Tray dryer (alat pengeringan berbentuk rak)

- Bentuknya persegi dan didalamnya berisi rak-rak yang digunakan sebagai

tempat bahan yang akan dikeringkan

- Cocok untuk bahan yang berbentuk padat dan butiran

- Sering digunakan untuk produk yang jumlahnya tidak terlalu besar

- Bisa digunakan dalam keadaan vakum

- Waktu pengeringan umumnya lama (10-60 jam)

b. Rotary dryer (pengeringan berputar)

- Pengeringan kontak langsung yang beroperasi secara kontinyu, terdiri atas

(25)

derajat dari bidang horizontal untuk membantu perpindahan umpan basah yang

dimasukkan pada atas ujung drum

- Bahan kering dikeluarkan pada ujung bawah

- Waktu pengeringan cepat (10-60 menit)

- Cocok untuk bahan yang berbentuk padat dan butiran

c. Freeze dryer (pengeringan beku)

- Cocok untuk padatan yang sangat sensitif panas (bahan bioteknologis tertentu,

bahan farmasi,dan bahan pangan)

- Pengeringan terjadi di bawah titik triple cairan dengan menyublin air beku

menjadi uap, yang kemudian dikeluarkan dari ruang pengering dengan pompa

vakum mekanis

- Menghsilkan produk bermutu tinggi dibandingkan dengan teknik dehidrasi lain.

d. Spray dryer (Pengering semprot)

- Cocok untuk bahan yang berbentuk larutan yang sangat kental serta berbentuk

pasta (susu, zat pewarna, dan bahan farmasi)

- Kapasitas beberapa kg/jam hingga 50 ton per jam penguapan (20000 pengering

semprot)

- Umpan yang diatomisasi dalam bentuk percikan disentuhkan dengan udara

panas yang dirancang dengan baik.

3. Pengeringan Gabungan

Pengeringan gabungan adalah pengeringan dengan menggunakan energi sinar

matahari dan bahan bakar minyak yang menggunakan konveksi paksa (udara panas

(26)

suhu lingkungan hanya sekitar 33oC, sedangkan suhu pengeringan untuk komoditi

pertanian kebanyakan berkisar 60 – 70oC. Oleh karena itu perlu ditingkatkan suhu

lingkungan dengan cara mengumpulkan udara dalam satu kolektor surya dan

menghembuskannya ke komoditi (digunakan kipas angin).

4. Jenis Pengeringan Berdasarkan Media Pemanas

Pengeringan buatan/mekanis terdiri atas dua jenis berdasarkan media pemanas :

1. Pengeringan Adiabatik

Pengeringan dimana panas dibawa ke alat pengering oleh udara panas, fungsi udara

memberi panas dan membawa uap air.

2. Pengeringan Isothermik

Bahan pangan berhubungan langsung dengan lembaran/plat logam yang panas

2.1.7 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengeringan

Pada proses pengeringan selalu diinginkan kecepatan pengeringan yang

maksimal. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha–usaha untuk mempercepat pindah

panas dan pindah massa (pindah massa dalam hal ini perpindahan air keluar dari

bahan yang dikeringkan dalam proses pengeringan tersebut). Ada beberapa faktor

yang perlu diperhatikan untuk memperoleh keepatan pengeringan maksimum, yaitu :

1. Luas permukaan

Semakin luas permukaan bahan yang dikeringkan, maka akan semakin cepat

bahan menjadi kering. Biasanya bahan yang akan dikeringkan dipotong– potong untuk

(27)

2. Suhu

Semakin besar perbedaan suhu (antara medium pemanas dengan bahan yang

dikeringkan), maka akan semakin cepat proses pindah panas berlangsung sehingga

mengakibatkan proses penguapan semakin cepat pula. Atau semakin tinggi suhu udara

pengering, maka akan semakin besar energi panas yang dibawa ke udara yang akan

menyebabkan proses pindah panas semakin cepat sehingga pindah massa akan

berlangsung juga dengan cepat.

3. Kecepatan udara

Umumnya udara yang bergerak akan lebih banyak mengambil uap air dari

permukaan bahan yang akan dikeringkan. Udara yang bergerak adalah udara yang

mempunyai kecepatan gerak yang tinggi yang berguna untuk mengambil uap air dan

menghilangkan uap air dari permukaan bahan yang dikeringkan.

4. Kelembaban udara

Semakin lembab udara di dalam ruang pengering dan sekitarnya, maka akan

semakin lama proses pengeringan berlangsung kering, begitu juga sebaliknya. Karena

udara kering dapat mengabsorpsi dan menahan uap air. Setiap bahan khususnya bahan

pangan mempunyai keseimbangan kelembaban udara masing–masing, yaitu

kelembaban pada suhu tertentu dimana bahan tidak akan kehilangan air (pindah) ke

(28)

5. Tekanan atm dan vakum

Pada tekanan udara atmosfir 760 Hg (=1 atm), air akan mendidih pada suhu

100oC. Pada tekanan udara lebih rendah dari 1 atmosfir air akan mendidih pada suhu

lebih rendah dari 100oC.

P 760 Hg = 1 atrm air mendidih 100oC

P udara < 1 atm air mendidih < 100oC

Tekanan (P) rendah dan suhu (T) rendah cocok untuk bahan yang sensitif terhadap

panas , contohnya : pengeringan beku (freeze drying)

6. Waktu

Semakin lama waktu (batas tertentu) pengeringan, maka semakin cepat proses

pengeringan selesai. Dalam pengeringan diterapkan konsep HTST (High Temperature

Short Time), Short time dapat menekan biaya pengeringan. (Rohanah, A.,2006).

2.2 Pengertin Karet

Karet merupakan suatu polimer isoprena dan juga merupakan hidrokarbon

dengan rumus monomer (C5H8)n. Zat ini umumnya berasal dari getah berbagai

tumbuh-tumbuhan di daerah panas, terutama dari pohon karet. Getah ini diperoleh

setelah dilakukan pengerjaan pada pohon karet yaitu, pohon karet yang telah cukup

umur dideres batangnya, sehingga getahnya keluar, getah yang keluar inilah sering

disebut dengan lateks (karet alam). Kemudia diolah menjadi berbagai macam produk

(29)

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini,

karet alam sudah dapat disintesis, akan tetapi kegunaan dari karet alam ini tidak dapat

digantikan oleh karet sintesis, ini disebabkan karena nilai PRI dari karet alam lebih

baik dari karet buatan (sintesis).

2.3. Sifat Karet

Semua jenis karet adalah polimer tinggi dan mempunyai susunan kimia yang

berbeda dan memungkinkan untuk diubah menjadi bahan-bahan yang bersifat elastis

(rubberiness). Namun, bahan-bahan itu berbeda sifat bahan dasarnya misalnya,

kekuatan tensil, daya ulur maksimum, daya lentur (resilience) dan terutama pada

proses pengolahannya serta prestasinya sebagai barang jadi.

Karet alam adalah suatu komoditi homogen yang cukup baik. Kualitas dan

hasil produksi karet alam sangat terkenal dan merupakan dasar perbandingan yang

baik untuk barang-barang karet buatan manusia. Karet alam mempunyai daya lentur

yang tinggi, kekuatan tensil dan dapat dibentuk dengan panas yang rendah. Daya

tahan karet terhadap benturan, gesekan dan koyakan sangat baik. Namun, karet alam

tidak begitu tahan terhadap faktor-faktor lingkungan, seperti oksidasi dan ozon. Karet

alam juga mempunyai daya tahan yang rendah terhadap bahan-bahan kimia seperti

bensin, minyak tanah, pelarut lemak (degreaser), pelumas sintetis, dan cairan hidrolik.

Karena sifat fisik dan daya tahannya, karet alam dipakai untuk produksi-produksi

(30)

pesawat terbang, ban truk raksasa dan ban-ban kendaraan) dan produksi-produksi

teknik lain yang memerlukan daya tahan sangat tinggi. (Spillane. J. J., 1989)

2.4. Komposisi Karet Alam

Hasil yang diambil dari tanaman karet adalah lateks yang diolah menjadi sit,

lateks pekat dan lateks karet remah. Lateks dapat diperoleh dengan cara menyadap

antara kambium dan kulit pohon yaitu merupakan cairan berwarna putih atau

kekuning-kuningan. Secara singkat komposisi lateks segar dari kebun adalah sebagai

berikut :

Tabel 2.1. Komposisi Lateks Segar dari Kebun

Komponen Komponen dalam Lateks segar (%)

Karet hidrokarbon 36

Protein 1,4

Karbohidrat 1,6

Lipida 1,6

Persenyawaan organik 0,4

Persenyawaan anorganik 0,5

Air 58,5

(31)

Tabel 2.2 Komposisi Lateks dalam Karet Kering

Komponen Komposisi dalam lateks kering (%)

Karet hidrokarbon 92 – 94

Protein 2,5 – 3,5

Karbohidrat -

Lipida 2,5 – 3,2

Persenyawaan organic -

Persenyawaan anorganik 0,1 - 0,5

Air 0,3 – 1,0

Apabila lateks hevea segar dipusingkan pada kecepatan 32.000 putaran per

menit (rpm) selama 1 jam, akan terbentuk 4 fraksi :

2.4.1. Fraksi karet

Fraksi karet terdiri dari partikel-partikel karet yang berbentuk bulat dengan

diameter 0,05 – 3 mikron (µ). Partikel karet diselubungi oleh lapisan pelindung yang

terdiri dari protein dan lipida dan berfungsi sebagai pemantap. (Ompusunggu, 1987)

2.4.2. Fraksi kuning

Fraski ini terdiri dari partikel-partikel berwarna kuning yang mula-mula

(32)

partikel dan berat jenisnya lebih besar dari partikel karet dan bentuknya seperti bola.

Setelah pemusingan dilakukan, partikel Frey wyssling biasanya terletak di bawah

partikel karet dan di atas fraksi dasar. (Tampubolon, M., 1986)

2.4.3. Fraksi serum

Fraksi serum juga disebut fraksi c ( centrifuged serum) mengandung sebagian

besar komponen bukan karet yaitu air, karbohidrat, protein dan ion-ion logam.

(Ompusunggu, 1987)

2.4.4. Fraksi dasar

Fraksi dasar pada umumnya terdiri dari partikel-partikel dasar. Partikel dasar

mempunyai diameter 2 – 5 mikron dan berat jenisnya lebih besar dari berat jenis

partikel karet, sehingga pada pemusingan partikel-partikel dasar berkumpul di bagian

bawah (dasar). Jumlah lutoid dalam lateks berkisar antara 15 – 20%. (Tampubolon,

M., 1986)

2.5. Spesifikasi Karet

Karet alam merupakan komoditi perkebunaan yang unik karena

penggunaannya sebagai bahan baku industri sedangkan komoditi perkebunan lainnya

sebagian besar adalah bahan makanan dan minuman. Sebelum menjadi barang jadi

(misalnya ban kendaraan), karet mengalami pengujian mutu teknis yang ketat dan

kemudian diproses dengan prosedur pengolahan yang cukup rumit. Karena itu

masalah mutu karet jauh lebih canggih dibandingkan dengan mutu komoditi

perkebunan lainnya.

Karet spesifikasi teknis ( TSR) yang dikenal dengan istilah “crumb rubber”

(33)

bahan baku berasal dari Indonesia yang penentuan jenis mutunya berdasarkan SMR

(Standar Malaysia Rubber) dan SSR (Singapore Specified Rubber). Sedangkan

Indonesia baru mulai mengolah crumb rubber pada tahun 1969 dengan spesifikasi

jenis mutu berdasarkan SIR (Standar Indonesia Rubber). Konsumen yang mula-mula

menerima dengan baik karet jenis crumb rubber ini adalah Amerika. Karena itu ekspor

karet Indonesia terutama ditujukan ke Amerika Serikat dan memperoleh pasaran yang

baik. Tahun 1982 jumlah karet Indonesia yang dikonsumsi oleh Amerika Serikat

adalah 54% dari konsumsi karet alam negara tersebut.

Untuk lebih jelasnya dapat kita tinjau proporsi jenis mutu karet alam ekspor

dalam pasaran Internasional pada tahun 1982 yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.3. Jenis Mutu Karet dalam Pasaran Internasional

No Jenis Mutu %

1 TSR-20 34,7

2 RSS-3 23,4

3 RSS-1 12,3

4 RSS-4 6,4

5 TSR-10 5,6

6 RSS-2 4,5

7 TSR-50 4,1

(34)

2.5.1. Proses pengolahan TSR

Proses pengolahan TSR dapat dibagi 2, yaitu :

1. Proses pengolahan bahan baku lateks

Proses pengolahan bahan baku lateks yaitu pengecilan ukuran, penipisan,

peremahan, pencacahan, pembutiran, pengeringan, pembalan dan pengepakan.

2. Proses pengolahan bahan baku koagulum

Proses pengolahan bahan baku koagulum juga ditentukan oleh kondisi bahan

baku yaitu bahan baku kotor dan bahan baku bersih.

2.5.2. Pengawasan mutu karet

Pengujian mutu dilakukan sesuai dengan parameter skema SIR yang

dikeluarkan berdasarkan SK Mentri Perdagangan N0. 321/Kp/VIII/83 seperti pada

(35)

Tabel 2.4. Skema Standar Indonesia Rubber (SIR)

Hasil pengujian yang diperoleh walaupun memenuhi standar mutu tapi

mempunyai variasi yang cukup besar, apalagi bila diuji sifat-sifat fisika barang

jadinya. Pada masing-masing pabrik dapat juga terjadi variasi mutu untuk tiap kali

(36)

2.6. Penyusutan bahan olah karet

Penyusutan bahan olah karet adalah kehilangan bahan olah karet yang

disebabkan oleh penguapan/penirisan air dari lapangan ke pabrik selama transportasi.

Bahan olah karet yang dipakai untuk mengolah sit, karet remah ( SIR 10, SIR 20, SIR

3CV, SIR 3L, SIR 3 WF) dan lateks pekat berasal dari lapangan. Mutu bahan olah ini

bervariasi. Jenis bahan olah untuk sit, lateks pekat dan SIR 3 CV, SIR 3 L, SIR 3WF

adalah lateks. Selama pengangkutan dari lapangan ke pabrik, bahan olah lump/slab

mengalami penyusutan disebabkan karena terjadinya penguapan dan penirisan air.

Disamping itu, kandungan air yang tinggi dalam lump/slab dapat menyebabkan

penurunan mutu. Selain itu, penyusutan bahan olah lateks bisa terjadi akibat adanya

sisa-sisa lateks yang tertinggal di dalam pipa-pipa atau tangki transpor. Sebagai

tambahan, penyusutan karet selama pengolahan bisa terjadi akibat adanya cacahan

karet yang tercecer selama pengolahan dan masuk ke saluran pembuangan atau

penggumpalan lateks yang tidak sempurna. ( Kumpulan pedoman pengolahan karet,

1997).

2.7. Penyimpanan Karet Remah

Untuk setiap jenis barang yang diproduksi dan dipakai, cara penyimpanannya

harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat ini tergantung dari

keanehan-keanehan khusus dari barang-barang ini dan dari pengaruh-pengaruh yang dapat

(37)

Seperti bahan-bahan makanan yang mudah rusak disimpan dalam

rumah-rumah pendingin dan barang-barang yang mudah berkarat disimpan dalam

ruangan-ruangan yang kering, maka untuk penyimpanan barang-barang karet juga perlu

diadakan sejumlah peraturan.

Kemunduran sifat-sifat dari karet yang telah divulkanisir untuk sebagian besar

disebabkan oleh oksidasi. Oksigen dari udara dapat mempunyai pengaruh yang buruk

terhadap karet, sehingga pada permukaannya dapat diterbitkan retakan-retakan dan

robekan-robekan.

Walaupun pada campuran karet ditambahkan antioksidan-antioksidan yang

dapat mencegah atau menghambat oksidasi, namun hal oksidasi ini masih harus selalu

diperhatikan. Penyimpanan barang-barang karet harus dilakukan dalam keadaan sejuk

dan gelap. Sekalian harus dicegah adanya muatan sebelah untuk waktu yang panjang

atau barang-barangnya berlipat. Waktu menumpuk, hal ini harus diperhatikan.

Penerangan dalam ruangan-ruangan yang dipakai untuk menyimpan

barang-barang dari karet harus sedang saja. Sumber-sumber cahaya yang dipakai tidak atau

hampir tidak diperkenankan mengeluarkan sinar-sinar ultraviolet.

Selanjutnya harus dijaga, agar supaya barang-barang karet tidak berkontak

dengan minyak dan sebagainya, oleh karena karet dapat melarut dalam minyak

sehingga permukaannya dapat dirusak. (Yayasan Karet, 1983)

(38)

Selama pengolahan, penyimpanan, dan pengangkutan dari negara produsen ke

negara konsumen, nilai ASHT karet remah akan mengalami kenaikan secara spontan

sehingga karet menjadi lebih keras. Gejala ini disebut Storage Hardening.

Storage hardening (pengerasan karet selama penyimpanan) ditunjukkan

dengan kenaikan nilai ASHT, sebenarnya merupakan suatu proses yang kompleks

sebab melibatkan beberapa tipe mekanisme yang sampai saat ini belum jelas dan pasti

penyebabnya. Selama puluhan tahun dilakukan penelitian tentang storage hardening

hanya beberapa proses karakteristik yang sudah dapat diidentifikasi secara jelas,yaitu :

1) Proses storage hardening akan dipercepat pada kondisi kelembaban yang

rendah. Hal inilah yang mendorong dikembangkannya pengujian pengerasan

karet selama penyimpanan yang dipercepat atau Accelerated Storage

Hardening Test (ASHT).

2) Beberapa reagen yang mengandung senyawa amina misalnya hidroksilamina

dapat mencegah proses storage hardening apabila ditambahkan ke dalam

lateks dalam jumlah yang cukup sebelum pemisahan partikel karetnya

(pembekuan).

3) Proses storage hardening terjadi karena adanya asam-asam amino di dalam

lateks.

Selama penyimpanan dalam keadaan kering, reaksi ikatan silang yang terjadi

akan semakin dipercepat.

2.8.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengerasan karet selama penyimpanan

Pada koagulum kebun dimana aktivitas mikroorganisme berlangsung terus,

(39)

adanya air. Kemudian selama pengeringan (setelah diremahkan) kacepatan ikatan

silang akan dipercepat karena berkurangnya kadar air.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya storage hardening sehingga juga

mempengaruhi viskositas mooney karet alam terdiri dari jenis klon, cara pembekuan,

lama penyimpanan koagulum dan suhu pengeringan.

1) Jenis klon

Klon adalah tanaman yang didapat dari hasil perbanyakan vegetatif

(aseksual). Setiap klon mempunyai gugus aldehida yang berbeda-beda

jumlahnya. Semakin banyak jumlah gugus aldehida yang terdapat pada setiap

rantai poliisoprena, maka kenaikan nilai ASHT dari tiap-tiap klon karet juga

berbeda-beda dan tidak tetap, tergantung pada jenis klon dan juga keadaan

cuaca pada saat lateks disadap.

2) Cara pembekuan

Nilai ASHT yang tinggi pada koagulum kebun ini diduga karena proses

pembekuannya tidak serentak dan tidak merata. Maka dalam pegolahan karet

viskositas mantap dianjurkan untuk menggunakan pH pembekuan antara 4,5 –

5,5.

3) Lama penyimpanan koagulum

Lama penyimpanan koagulum dan remah karet sebelum diproses dapat

menaikkan nilai ASHT. Dalam bentuk remah karet akan lebih cepat

mengalami kenaikan nilai ASHT dibandingkan dalam bentuk koagulum.

(40)

menyebabkan bervariasi nilai ASHT koagulum kebun. Nilai ASHT dari karet

SIR 20 adalah tidak boleh lebih dari 5 (≤ 5).

4) Suhu pengeringan

Suhu pengeringan yang tinggi dapat menaikkan atau menurunkan nilai ASHT

karet tergantung dari waktu pengeringan. Biasanya pengeringan pada suhu

tinggi dan waktu lama selalu akan menurunkan nilai ASHT. Karena pada suhu

tinggi dan waktu lama pemutusan molekul karet akan lebih cepat dibandingkan

reaksi ikatan silang. Dampak dari pengeringan pada suhu tinggi dan waktu

lama adalah nilai ASHT akan turun jatuh yang ditandai dengan karet menjadi

lunak dan lembut. Jadi perlu dicari suhu yang optimal untuk memenuhi

spesifikasi mutu teknis.

2.8.2 Cara-cara penanggulangan pengerasan karet selama penyimpanan

Karena reaksi pengerasan karet selama penyimpanan dipengaruhi oleh jenis

klon dan telah terjadi sejak lateks keluar dari pembuluh lateks, selama pengolahan,

penyimpanan sampai pengangkutan, maka cara penanggulangan yang dapat dilakukan

adalah sebagai berikut :

1. Memilih atau melakukan seleksi klon-klon yang cocok untuk karet

viskositas mantap dengan melihat jarak antara viskositas mooney dari

karet yang dihasilkan selama setahun. Apabila menggunakan klon

campuran harus diperhatikan berat karet kering dari setiap klon dan

masing-masing nilai viskositas mooneynya untuk memperkirakan

(41)

2. Menggunakan bahan-bahan kimia yang dapat mencegah terjadinya reaksi

ikatan silang, seperti hidroksilamin netral sulfat (HNS), hidroksil

amonium sulfat (HAS).

3. Lateks dibekukan dengan asam semut pada pH 4,5 – 5

4. Segera mengolah koagulum dan remah karet

5. Menggunakan suhu pengeringan yang optimal

6. Begitu karet remah kering keluar dari alat pengering segera dilakukan

pendinginan dengan kipas sampai suhunya sirna dengan udara luar.

7. Mencegah terjadinya pengenceran lateks dan kontaminasi oleh ion-ion

logam.

Dari ketujuh cara penanggulangan pengerasan karet selama penyimpanan,

yang paling efektif adalah dengan penggunaan bahan kimia, karena ikatan silang dapat

dicegah sejak dini dan secara total. Bahan kimia yang paling banyak digunakan untuk

memantapkan nilai ASHT karet remah adalah hidroksilamin netral sulfat (HNS).

2.8.3. Cara pengujian pengerasan karet selama penyimpanan

Untuk mengetahui tingkat pertambahan ikatan silang selama penyimpanan

dilakukan uji pengerasan karet selama penyimpanan yang dipercepat, Accelerated

Storage Hardening Test (ASHT), yaitu dengan mengukur selisih plastisitas mula-mula

dengan plastisitas karet setelah disimpan pada kondisi yang diatur memiliki

kelembaban yang sangat rendah dengan menggunakan bahan kimia P2O5.

Pengukuran plastisitas dilakukan dengan menggunakan Plastimeter Wallace,

(42)

dan suhu tertentu. Plastisitas awal (Po) adalah plastisitas karet mentah yang langsung

diuji tanpa perlakuan khusus sebelumnya.

Plastisitas akhir (Ph) adalah plastisitas karet alam yang telah disimpan dalam

botol yang di dalamnya telah berisi P2O5 dan berpenyekat aluminium. Karet

diletakkan di atas aluminium itu dan botol ditutup rapat. Botol dipanaskan di dalam

oven pada suhu 60°C selama 24 jam, setelah itu karet dikeluarkan dari oven dan

dibiarkan selama 15 menit pada suhu kamar sebagai pendingin sebelum diuji

plastisitasnya dengan Plastimeter Wallace seperti pengujian Po. Hasil inilah yang

dibaca sebagai Plastisitas akhir (Ph). Hasil pengukuran ASHT dinyatakan dengan

menggunakan rumus :

ASHT = Ph – Po

Dimana : Ph = Nilai tengah dari ketiga pengukuran plastisitas potongan uji yang

telah dikeraskan

Po = Nilai tengah dari ketiga pengukuran plastisitas potongan uji yang tidak dikeraskan.

Pengerasan karet selama penyimpanan (storage hardening) menunjukkan

kecenderungan meningkatnya viskositas karet alam selama penyimpanan akibat

terbentuknya ikatan silang antara molekul karet.

Accelerated Storage Hardening Test (ASHT) merupakan cara yang dipercepat

yaitu dengan pengujian plastisitas wallace dari potongan uji sebelum dan sesudah

penyimpanan dalam waktu singkat dengan kondisi yang dapat mempercepat reaksi

(43)

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Penentuan ASHT 3.1.1. Alat

1. Plastimeter Wallace MK II

2. Oven

1. 7 gram P2O5 ditimbang dan dimasukkan ke dalam gelas timbang

2. Kawat stainless steel 40 mesh dimasukkan ke dalam gelas timbang

3. Butiran karet remah dimasukkan pada kawat stainless steel 40 mesh yang

berada di dalam gelas timbang

4. Bagian dalam tutup gelas olesi dengan vaselin dan ditutup, kemudian

dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 60°C dan dikeringkan selama 24

jam.

5. Botol yang berisi karet remah tersebut dikeluarkan dan didinginkan,

(44)

yang telah selesai dipakai ditampung pada jerigen yang telah ditentukan

dan dialirkan ke pengolahan limbah.

3.2. Penggunaan Plastimeter

1. Alat yang akan digunakan dipastikan dalam keadan layak dan aman

digunakan.

2. Saklar dihidupkan

3. Pengaturan panas pada pembangkit uap diatur

4. Karet remah yang akan di analisa dimasukkan

5. Alat dijalankan dengan menutup platen atas ke bawah

6. Waktu analisa adalah berkisar 40 detik, dimulai pada saat platen diturunkan

7. Platen dimatikan kembali dan dikeluarkan karet remah yang telah dianalisa

dan pekerjaan dilanjutkan untuk menguji cuplikan yang lainnya.

8. Bila dibutuhkan, digunakan kain atau sarung tangan pada saat memasukkan air

(45)

BAB 4

DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Percobaan

Pengumpulan data percobaan diperoleh dari data lapangan dan laboratorium

yang dilakukan di PT. BRIDGESTONE SUMATERA RUBBER ESTATE, Dolok

Merangir.

Data-data hasil pengamatan sebelum dan setelah pengusangan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Data pengamatan potongan uji karet remah sebelum pengusangan

No Bale No. Po

(46)

Tabel 4.2 Data pengamatan potongan uji karet remah setelah pengusangan

Untuk menentukan nilai Accelerated Storage Hardening Test (ASHT), sebagai

salah satu penentu standar mutu SIR 20 terhadap proses pengeringan pada unit

produksi crumb rubber SIR 20 di PT. BRIDGESTONE SUMATERA RUBBER

ESTATE-Dolok Merangir, maka perhitungannya :

Sebagai contoh perhitungan, data yang digunakan adalah data pengamatan untuk

bahan baku lama pada pallet no.1.

Diketahui : Untuk bale no. 9 : Plastisitas sebelum pengusangan (Po) = 28

(47)

Maka Nilai ASHT :

Nilai ASHT = Ph – Po

= 32 – 28

= 4

Diketahui : Untuk bale No.18 : Plastisitas sebelum pengusangan (Po) = 28

Plastisitas sesudah pengusangan (Ph) = 32

Maka Nilai ASHT :

Nilai ASHT = Ph – Po

= 32 – 28

= 4

Diketahui : Untuk bale No. 45 : Plastisitas sebelum pengusangan (Po) = 27

Plastisitas sesudah pengusangan (Ph) = 30

Maka NIlai ASHT :

Nilai ASHT = Ph – Po

= 30 – 27

= 3

Melalui perhitungan yang sama, maka diperoleh data hasil perhitungan untuk

(48)

Tabel 4.2 Data hasil perhitungan nilai ASHT dari masing–masing potongan uji karet

Sesuai dengan gambaran masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, di mana

penulis hanya membahas bagaimana nilai ASHT dari jenis bahan baku olahan bila

menggunakan suhu 135 oC dan waktu pengeringan selama 13 menit dipertahankan

konstan terhadap parameter mutu karet SIR 20, maka variable yang sangat

berpengaruh adalah bahan mentah itu sendiri dan waktu maturasi. Dengan kata lain

jika mutu dari bahan mentah itu bagus, maka produk yang dihasilkan juga semakin

(49)

dimana dalam perusahaan ini bahan baku dibagi menjadi jenis C1 dan C2 dengan

kriteria sebagai berikut :

1. Getah Cuplump OP Mutu C1

Cuplump (getah mangkok) lapangan yang telah digumpalkan dengan asam

formiat atau secara alamiah (Auto Coagulated) yang diperlukan sebagai berikut :

a. Cuplump OP Mutu C1 tidak boleh tercemar (terkontaminasi) dengan :

- gumpalan tanah di bagian dalam

- kayu dan tatal

- daun dan tangkai daun di bagian dalam bongkah

- pupuk TSP dan selain asam formiat.

- besi, kawat, batu, plastik, dan lain-lain.

b. Mutu

- kadar kotoran maksimum 0,20%

- kadar abu maksimum 0,10%

Apabila ketentuan-ketentuan di atas tidak bisa dipenuhi, maka getah tersebut akan

diterima sebagai getah C2.

2. Getah Cuplump OP Mutu C2

Cuplump (getah mangkok) lapangan atau lump kampung yang telah

digumpalkan dengan asam formiat atau secara alamiah yang diperlukan sebagai

berikut:

a. Cuplump mutu C2 tidak boleh tercemar salah satu di bawah ini : - Gumapalan tanah di bagian dalam

- Kayu dan tatal

(50)

- Puputk TSP

- Besi, kawat, batu, plastik dan lain-lain.

b. Mutu

- Kadar kotoran maksimum 0,30%

- Kadar abu maksimum 0,10%

- Getah karet akan diuji di laboratorium bila secara visual kriterianya

diragukan untuk menentukan kadar kotoran, kadar abu, dan nilai ASHT.

Getah akan ditentukan kriterianya bila hasil analisa sudah dikeluarkan oleh

QCD.

Adapun hubungan suhu dan waktu pengeringan terhadap nilai ASHT yaitu jika

pengeringan dilakukan pada suhu 135°C selama 13 menit, maka yang terjadi adalah

nilai ASHT bisa dipertahankan terhadap karet remah yang dihasilkan sesuai parameter

(51)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil perhitungan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

a) Proses pengeringan dengan menggunakan suhu 135°C dan waktu pengeringan

13 menit dapat digunakan dalam penentuan mutu produksi crumb rubber SIR

20 dengan nilai ASHT tidak lebih dari 5 ( ≤ 5 ).

b) Dari data dan perhitungan, diketahui bahwa nilai plastisitas sebelum

pengusangan (PO) memiliki range 26 – 29 dimana nilai Accelerated Storage

Hardening Test (ASHT) adalah 3 dan 4.

5.2. Saran

Untuk memperoleh nilai ASHT sesuai dengan parameter mutu SIR 20 untuk

tujuan eksport, maka bahan baku yang digunakan sebaiknya bahan baku baru atau

dicampurkan dengan bahan baku lama dan bahan baku baru yang dikeringkan pada

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar A. dan Anas A. 1987. Teknologi Pengolahan Karet Spesifikasi Teknis. Sungei

Putih, Medan : Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP).

Bernasconi. G. 1995. Teknologi Kimia. Bagian 2. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.

Kumpulan Makalah. 1997. Kumpulan Pedoman Pengolahan Keret. Medan : Tim

Standardisasi Pengolahan Karet.

Ompusunggu, M. 1987. Pengetahuan Lateks Havea. Sungei Putih, Medan. : Lemba

Penelitian Perkebunan.

Refrizon. 2003. Viskositas Mooney Karet Alam. USU. Medan.

Rohanah, A. 2006. Teknik Pengeringan. Fakultas Pertanian USU. Medan.

Spillane, J.J. 1989. Komoditi Karet. Cetakan Pertama. Yogyakarta. Penerbit Kanisius.

Tampubolon, M. 1986. Komposisi dan Sifat Lateks. Medan. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Perkebunan Tanjung Morawa.

Yayasan Karet. 1983. Pembuatan Barang-Barang dari Karet Alam. Cetakan Pertama.

Jakarta. Penerbit Kinta.

Gambar

Tabel 2.1. Komposisi Lateks Segar dari Kebun
Tabel 2.2 Komposisi Lateks dalam Karet Kering
Tabel 2.3. Jenis Mutu Karet dalam Pasaran Internasional
Tabel 2.4. Skema Standar Indonesia Rubber (SIR)
+4

Referensi

Dokumen terkait

bahwa dalam rangka ikut mengembangkan kualitas siaran Lembaga Penyiaran Publik Lokal Radio Abdi Persada sebagai salah satu media penyebaran informasi pembangunan

Hasil dari penelitian menunjukkan tingkat penambahan tepung bawang putih sampai level 0,25% dalam ransum ayam pedaging berpengaruh nyata terhadap konversi ransum

Standard adalah suatu ukuran baku yang merupakan alat penilai atau pengukur dari pada setiap aktivitas yang dikerjakan, yang dijadikan ketentuan atau pedoman pokok dalam

Tes Hasil Belajar digunakan untuk mengumpulkan data mengenai peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris melalui pre-tes dan pos-tes,

Variabel kontrol adalah himpunan sejumlah gejala yang memiliki berbagai aspek atau unsur di dalamnya, yang berfungsi untuk mengendalikanagar variabel terikat yang muncul bukan

As concerns the depletion of natural resources, the method used by various studies differs on three major aspects: first, either replacement costs or resource rents are used to

[r]

[r]