• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran keluarga dalam memutuskan tindakan kesehatan pada keluarga dengan stroke berulang di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran keluarga dalam memutuskan tindakan kesehatan pada keluarga dengan stroke berulang di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

STROKE BERULANG

PU

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

STROKE BERULANG DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh:

NINING RATNASARI

109104000035

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

AKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M

WILAYAH KERJA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

AKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(2)

i Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Nining Ratnasari

NIM : 109104000035

Judul Skripsi : Gambaran Keluarga dalam Memutuskan Tindakan Kesehatan Pada Keluarga dengan Stroke Berulang di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa semua pernyataan dalam skripsi ini: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Ciputat, Januari 2014

(3)
(4)
(5)
(6)

v

RIWAYAT

HIDUP

Nama : Nining Ratnasari

Tempat, Tanggal Lahir : Kebumen, 05 Juli 1991 Status Pernikahan : Belum menikah

Alamat : Ujung Menteng Rt.004/008 No.35 Medan Satria, Bekasi Barat 17132

Telepon : 085711140649

Email : nining_ratnasari@yahoo.co.id Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri Medan Satria VII Bekasi Barat [1996-2002]

2. SMP Negeri 256 Jakarta Timur [2002-2005]

3. SMA Negeri 89 Jakarta Timur [2005-2008]

Pengalaman Pelatihan, Seminar, dan Workshop:

1. Seminar “Cultural Approach In Holistic Nursing Care In Globalization Era” tahun 2009

2. Seminar Umum “Hilangnya Ayat dalam Undang-Undang Anti Rokok” pada tahun 2009

3. Seminar “Produk yang Aman, Bergizi dan Halal untuk Kemandirian Bangsa” tahun 2009

(7)

vi

5. Seminar Kesehatan “Perawatan Pasien Hipertensi dan Diabetes di Rumah” tahun 2010

6. Seminar “Smoking Cessation for Better Generation without Tobacco” tahun 2010

7. Seminar Nasional “Homeopathy, A Brighter Alternative Treatment Method Bulids an Indonesian Awareness of Natural Medication In The

Future” tahun 2011

8. Seminar Nasional “Music Therapy: Melody for Heart and Brain Health” tahun 2012

9. Workshop Nasional “Uji Kompetensi Keperawatan” Tahun 2012

10.Seminar Nasional “Uji Kompetensi Nasional Perawat: Meningkatkan Peran dan Mutu Profesi Keperawatan dalam Menghadapi Tantangan

Global” tahun 2012

11.Emergency Nursing Seminar dan Workshop “Peran Perawat dalam Tatalaksana Trauma Thoraks Berbasis Pasien Safety” tahun 2012

12.Seminar Keperawatan “Update Diagnsa NANDA, Aplikasi ISDA dan Diagnostic Reasoning” tahun 2012

13.Workshop Keperawatan “Update Diagnsa NANDA, Aplikasi ISDA dan Diagnostic Reasoning” tahun 2012

14.Seminar Nasional Keperawatan “NANDA, NIC, NOC: Concept, Implementation and Innovation for Better Quality of Nursing Service in

(8)

vii

LEMBAR PERSEMBAHAN

“Pelajarilah olehmu akan ilmu, sebab mempelajari ilmu akan memberikan rasa takut kepada Allah SWT. Menuntutnya merupakan ibadah, mengulang-ulang merupakan tasbih, membahasnya merupakan jihad, mengajarkannya kepada orang-orang yang belum mengetahui

merupakan sedekah, dan menyerahkan kepada ahli-Nya merupakan pendekatan diri kepada Allah SWT”. (HR. Ibnu Abdul)

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan kusayangi.

Ibunda dan Ayahanda Tercinta

Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga kupersembahkan karya kecil ini kepada Ibu dan Ayah yang telah memberikan kasih sayang, segala dukungan,

dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan. Semoga ini menjadi langkah

awal untuk membuat Ibu dan Ayah bahagia.

Terima Kasih Ibu.... Terima Kasih Ayah...

My Big and Little Brother

Untuk kakak dan adikku, tiada yang paling mengharukan saat kumpul bersama kalian, walaupun sering bertengkar tapi hal itu selalu menjadi warna yang tak akan bisa tergantikan, Maaf belum bisa menjadi panutan seutuhnya, tapi aku akan selalu menjadi yang

terbaik untuk kalian semua...

My Best friend’s

(Land-J tercinta: Nurqom, Erin, Nurul, Novia, Sandra, Fifo, Tami)

Buat sahabatku, terima kasih atas bantuan, doa, nasehat, hiburan, traktiran, ojekkan, dan semangat yang kalian berikan selama kuliah, aku tak akan melupakan semua yang telah

kalian berikan selama ini. Sayang kalian semua. Semoga keakraban kita selalu terjaga.

Land-J Fighting!

PSIK Angkatan 2009

‘Empat tahun” waktu itu cukup untuk ku mengatakan aku bangga pernah berada di tengah-tengah kalian.

.……..”Your Dreams Today, Can Be Your Future Tomorrow”…….

(9)

viii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Januari 2014

Nining Ratnasari, NIM: 109104000035

Gambaran Keluarga dalam Memutuskan Tindakan Kesehatan pada Keluarga dengan Stroke Berulang di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur

xvii + 82 halaman + 7 lampiran

ABSTRAK

Kemampuan keluarga untuk membuat keputusan kesehatan yang tepat dipengaruhi oleh pengetahuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan anggota keluarga yang sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keluarga dalam memutuskan tindakan kesehatan pada anggota keluarga dengan stroke berulang. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif dan pengambilan data penelitian dilakukan dengan wawancara mendalam. Partisipan dipilih dengan tehnik purposive sampling. Partisipan dalam penelitian ini adalah anggota keluarga yang bertugas dalam membuat keputusan, terutama terkait masalah kesehatan dalam keluarga. Data dianalisis menggunakan langkah-langkah analisis data dalam penelitian kualitatif meliputi: reduksi data, display data, analisa isi, dan pengambilan kesimpulan. Hasil penelitian ini didapatkan pengambilan keputusan keluarga dalam memutuskan tindakan kesehatan meliputi tema-tema sebagai berikut, faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan, proses pengambilan keputusan, keluarga dalam memutuskan pembiayaan pengobatan, keluarga dalam memutuskan penggunan pelayanan kesehatan, dampak psikologis terhadap pendelegasian pembuatan keputusan, cara untuk pencegahan stroke berulang, dan ketidakpatuhan pengobatan. Pengambilan keputusan dalam keluarga merupakan faktor penting dalam menentukan bagaimana pasien akan mendapatkan pengobatan dan perawatan. Pelayanan kesehatan sendiri perlu pemahaman dalam proses pembuatan keputusan keluarga, hal ini penting dalam memberikan perawatan kesehatan efektif, terutama jika keluarga mempunyai masalah dalam memutuskan kebutuhan perawatan kesehatan.

(10)

ix SCHOOL OF NURSING

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Undergraduate Thesis, January 2014

Nining Ratnasari, NIM: 109104000035

Description of Family in Deciding Health Action in Families with Recurrent Stroke in Puskesmas Ciputat Timur Working Area

xvii + 82 pages + 7 attachments

ABSTRACT

Family's ability to make appropriate health decisions are influenced by knowledge of the family in identifying health problems of family members. This study aims to determine how the family in deciding health action in family members with recurrent stroke. The method used is qualitative research with descriptive phenomenological approach and data research retrieval done with in-depth interviews. Participants were selected by purposive sampling technique. Participants in this study were family members who served in making decisions, especially related health problems in the family. Data were analyzed using the steps of data analysis in qualitative research include: data reduction, data display, content analysis, and conclusions. The results of this study showed family decision making in deciding health measures include the following themes: the factors that influence decision-making, decision making process, family in deciding treatment financing, family in deciding to use of health services, the psychological impact of delegating decision -making, how to prevent recurrent stroke, and treatment adherence. Decision making in the family is an important factor in determining how a patient will receive treatment and care. The health service have to understanding of family decision-making process, it is important to provide effective health care, especially if the family has a problem in deciding health care needs.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang. Puji syukur atas nikmat dan kebesaran-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Keluarga dalam Memutuskan Tindakan Kesehatan pada Keluarga dengan Stroke Berulang di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur” yang disusun dan diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memeperoleh gelar Sarjana Keperawatan.

Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan yang penulis hadapi. Namun, karena mendapatkan dukungan dan bantuan yang luar biasa dari berbagai pihak, baik secara langsung dan tidak langsung, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Dengan ini, penulis ingin mengungkapkan rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan yang tidak yang tidak terhingga, kepada:

1. Bapak Prof. DR. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

(12)

xi

kedua yang banyak sekali memberikan masukan, pengetahuan dan membimbing penulisan.

3. Ibu Ita Yuanita, S. Kp, M. Kep selaku pembimbing pertama yang telah meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk meberikan bimbingan, petunjuk, nasehat dan arahan kepada penulis selama menyusun skripsi.

4. IbuErnawati, S. Kp, M. Kep, Sp. KMB selaku pembimbing akademik yang selalu memberikan nasehat dan dukungan selama proses pendidikan di Program Studi Ilmu Keperawatan.

5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah mengajarkan dan membimbing penulis, serta staf akademik Bapak Azib Rosyidi, S,Psi dan Ibu Syamsiyah yang telah membantu urusan di kampus. 6. Ucapan terimakasihku yang teristimewa kepada keluarga, terutama orang tua

penulis yang tercinta (Jerisman Johan dan Siti Chotimatun) yang selalu mendoakan anaknya serta memberikan dorongan baik materi maupun moril dan kakak dan adik penulis yang tercinta (Juliardi Johan dan Febri Oktavian) yang selalu meberikan support dan doa.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna kerena keterbatasan yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna perbaikan skripsi ini. semoga rahmat Allah SWT selalu tercurah untuk kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Ciputat, Januari 2014

(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERNYATAAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

LEMBAR PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR BAGAN ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ...xvii

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...5

C. Pertanyaan Penelitian ...6

D. Tujuan Penelitian ...6

E. Manfaat Penelitian ...6

F. Ruang Lingkup Penelitian ...7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga ...8

(14)

xiii

2. Bentuk Keluarga ...8

3. Struktur Keluarga ...10

4. Fungsi Keluarga ...11

5. Tugas Kesehatan Keluarga ...12

B. Konsep Kekuasaan dan Pembuatan Keputusan...15

1. Definisi Kekuasaan Keluarga ...15

2. Landasan Kekuasaan Keluarga ...15

3. Pembuatan Keputusan Keluarga ...17

4. Fungsi dan Tujuan Pengambilan Keputusan ...18

5. Dasar Pengambilan Keputusan...19

6. Etika Pengambilan Keputusan ...21

C. Stroke ...22

1. Definisi Stroke...22

2. Definisi Stroke Berulang ...23

3. Faktor Resiko Stroke ...23

4. Klasifikasi Stroke ...28

5. Patofosiologi Stroke ...29

6. Penatalaksanaan Stroke Berulang ...31

D. Kerangka Teori ...40

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH A. Kerangka Konsep ...41

B. Definisi Istilah ...41

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ...43

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...43

C. Partisipan Penelitian ...44

D. Instrumen Penelitian ...45

(15)

xiv

F. Teknik Analisa Data ...49

G. Validasi Data ...50

H. Etika Penelitian ...51

BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ...52

B. Hasil Penelitian ...53

1. Karakteristik Partisipan ...53

2. Gambaran keluarga dalam memutuskan tindakan kesehatan ...54

BAB VI PEMBAHASAN A. Interpretasi Hasil Penelitian ...64

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan ...65

2. Proses pengambilan keputusan...68

3. Keluarga dalam memutuskan pembiayaan pengobatan ...70

4. Keluarga dalam memutuskan penggunan pelayanan kesehatan ...71

5. Dampak psikologis terhadap pendelegasian pembuatan keputusan .73 6. Cara untuk pencegahan stroke berulang ...74

7. Ketidakpatuhan pengobatan ...76

B. Keterbatasan Penelitian ...77

BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan ...79

B. Saran ...80

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Tabel 2.1 Langkah-langkah dalam kerangka kerja pengambilan keputusan (decision-making framework)………... 22 Tabel 2.2 Klasifikasi Menurut JNC (Joint National Committe on

Prevention, Detection, Evaluatin, and Treatment of

High Blood Pressure)………. 25

Table 5.1 Karakteristik Partisipan……….. 53

(17)

xvi

DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan Halaman

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Permohonan Izin Studi Pendahuluan

Lampiran 2 Pemberian Izin Studi Pendahuluan dari Dinas Kesehatan Tangerang Selatan

Lampiran 3 Permohonan izin penelitian

Lampiran 4 Lembar perizinan peneliti untuk melakukan wawancara

Lampiran 5 Lembar Persetujuan Informan

Lampiran 6 Pedoman Wawancara Mendalam

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit tidak menular/ non-communicable diseases (NCD), terutama penyakit kardiovaskular, kanker, penyakit pernapasan kronis dan diabetes merupakan ancaman utama bagi kesehatan dan perkembangan manusia. Keempat penyakit tersebut adalah pembunuh terbesar di dunia, diperkirakan menyebabkan 35 juta kematian setiap tahun, 60% dari semua kematian secara global dan 80% terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah (World Health Organization, 2008). WHO memperkirakan tahun 2015 akan terjadi peningkatan kematian akibat NCD sekitar 23% di negara berpenghasilan menengah dan rendah (WHO, 2010).

Stroke merupakan salah satu dari empat penyakit tidak menular (NCD) yang menjadi ancaman bagi kesehatan manusia. Stroke mengacu pada setiap gangguan neurologis mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak (Price, 2005). Stroke atau cedera serebrovaskular/ cerebrovascular accident (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang disebabkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak yang berkembang cepat (Smeltzer, 2001). Stroke adalah suatu gejala klinis yang muncul akibat gangguan suplai darah ke otak yang dapat bersifat irreversible dan dapat menyebabkan kematian.

(20)

pertama, dan 185.000 adalah serangan berulang, dari semua stroke yang terjadi, 87% adalah stroke iskemik, 10% stroke hemoragik intraserebral, dan 3% stroke hemoragik subaraknoid (American Heart Association, 2013). Dalam 5 tahun dari kejadian stroke pertama, resiko stroke berulang meningkat lebih dari 40%. Prevalensi nasional stroke di Indonesia adalah 0,8% (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala). Prevalensi stroke di Indonesia ditemukan sebesar 8,3 per 1000 penduduk, dan yang telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 6 per 1000 penduduk. Prevalensi stroke di Provinsi Banten ditemukan sebesar 7,2 per 1000 penduduk, dan yang telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 5,9 per 1000 penduduk (Riset Kesehatan Dasar, 2007).

Stroke adalah peringkat ketiga penyebab kematian setelah penyakit jantung dan kanker, dengan laju mortalitas 18%-37% untuk stroke pertama dan 62% untuk serangan stroke selanjutnya (Smeltzer, 2001). Perth Community Stroke Study menyatakan kematian pada 30 hari setelah stroke berulang pertama adalah 41%, yang secara signifikan lebih besar dari pada kasus kematian pada 30 hari setelah stroke pertama kalinya (22%) (Hardie et al, 2004). Berdasarkan studi tersebut terlihat bahwa serangan stroke berulang

(21)

Laporan Global Burden Disease 2000 (GBD 2000) menyatakan bahwa penyakit serebrovaskular merupakan penyebab utama kecacatan pada orang dewasa dan jutaan orang yang bertahan dari serangan stroke mengalami kecacatan ringan sampai berat. Terdapat kira-kira dua juta orang pasien stroke yang mampu bertahan hidup mempunyai beberapa kecatatan. Sekitar 40% dari mereka memerlukan bantuan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari (Smeltzer, 2001). Perth Community Stroke Study menyatakan risiko kumulatif terjadinya kecacatan pada 30 hari setelah serangan stroke adalah 87% (Hardie et al, 2004).

Kekuasaan keluarga sebagai karakteristik sistem keluarga merupakan kemampuan / potensi aktual dari individu anggota keluarga untuk mengubah perilaku anggota keluarga yang lain (Olson & Cromwell, 1975 dalam Friedman, 2010). Struktur kekuasaan sangat berbeda antara satu keluarga dan keluarga yang lain. Beberapa pengaturan kekuasaan dalam keluarga yang bersifat disfungsional, selanjutnya akan menimbulkan maladaptif dan gangguan kesehatan dalam keluarga (Friedman, 2010). Komponen utama kekuasaan keluarga adalah pembuatan keputusan (Friedman, 2010), terutama dalam hal ini adalah kemampuannya dalam memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi anggota keluarga yang menderita stroke berulang.

(22)

Acute Stroke Pilot Registry, 2005). Stroke dapat menyerang tiba-tiba dan bisa berakibat fatal jika bantuan tidak segera dicari (WHO, 2005). Berdasarkan penelitian tersebut peran keluarga adalah membuat keputusan untuk mencari dan membawa pasien stroke kepada peayanan kesehatan yang tepat. Kegagalan keluarga dalam membuat keputusan ketika onset stroke terjadi dapat berakibat buruk bagi pasien dan keluarga sendiri, seperti peningkatan ketergantungan pasien.

Sebuah penelitian kuantitatif tentang tugas kesehatan keluarga menyatakan sebanyak 87,1% keluarga mampu mengenal masalah kesehatan, 61,3% keluarga mampu mengambil keputusan dengan baik, 80,6% keluarga mampu memberikan perawatan, 67,7% keluarga mampu memodifikasi lingkungan dengan baik, 98,8% keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan dengan baik (Amelia, 2012). Berdasarkan hasil tersebut keluarga tampak kurang mampu dalam memutuskan keputusan yang tepat untuk anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga untuk membuat keputusan kesehatan yang tepat dipengaruhi oleh kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan anggota keluarga yang sakit (Stanhope, 2004). Kesulitan pengenalan masalah ini bergantung pada informasi yang didapat dan bagaimana keluarga menginterpretasikan informasi tersebut (Drummond, 1993).

(23)

Gambaran Keluarga dalam Memutuskan Tindakan Kesehatan pada Keluarga dengan Stroke Berulang di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur.

B. Rumusan Masalah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi terbesar pasien datang ke rumah sakit lebih dari 24 jam pasca serangan stroke mencapai 46%. Hanya 13% pasien yang datang ke rumah sakit kurang dari 3 jam setelah onset serangan (Pinzon, 2012). Interval waktu antara onset stroke dan kedatangan ke rumah sakit (time-to-hospital) merupakan faktor kunci untuk pengobatan segera dan hasil yang lebih baik dari pasien stroke. Penelitian yang dilakukan oleh Martini, dkk. (2000) maupun Martini (2002) menunjukkan bahwa kecepatan mendapat terapi merupakan faktor yang protektif terhadap kejadian demensia atau gangguan kognitif setelah serangan stroke.

(24)

Memutuskan Tindakan Kesehatan pada Keluarga dengan Stroke Berulang di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimanakah gambaran keluarga dalam memutuskan tindakan kesehatan pada keluarga dengan stroke berulang?

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran keluarga dalam memutuskan tindakan kesehatan pada anggota keluarga dengan stroke berulang.

2. Tujuan khusus

a. Mendapatkan gambaran bagaimana keluarga mengenali masalah kesehatan anggota keluarga dengan stroke berulang.

b. Mendapatkan gambaran bagaimana keluarga memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi anggota keluarga dengan stroke berulang.

E. Manfaat penelitian

1. Bagi pelayanan kesehatan

(25)

mempunyai masalah dalam mengimplementasikan perilaku sehat atau memperoleh kebutuhan perawatan kesehatan.

2. Bagi pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menambah khazanah keilmuan dan perkembangan aplikasi keperawatan terutama terkait dengan perawatan pasien stroke yang menjalani perawatan di rumah.

3. Bagi penelitian keperawatan

Peneliti berharap penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar bagi penelitian lain untuk kepentingan pengembangan ilmu keperawatan.

F. Ruang Lingkup Penelitian

(26)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keluarga

1. Definisi keluarga

Friedman (2010) menyatakan keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi diri sebagai bagian dari keluarga.

Bailon dan Maglaya (1989) dalam Effendy (1998) mengatakan keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan lainnya dan peran dan menciptakan serta mempertahankan satu budaya.

2. Bentuk keluarga

Friedman (2010) menguraikan beberapa tipe bentuk keluarga, antara lain: a. Keluarga inti (nuclear family)

Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya (Suprajitno, 2004). Variasi yang saat ini berkembang di antara keluarga inti adalah dual-earning (kedua pasangan bekerja di luar rumah) dan dyadic nuclear (keluarga tanpa anak)

b. Keluarga adopsi

(27)

menimbulkan keadaan saling menguntungkan baik bagi orang tua maupun anak.

c. Keluarga asuh

Pengasuhan keluarga asuh adalah sebuah layanan kesejahteraan anak, yaitu anak ditempatkan di rumah yang terpisah dari salah satu orang tua atau kedua orang tua kandung untuk menjamin keamanan dan kesejahteraan fisik serta emsional mereka.

d. Extended family

Extended family adalah keluarga inti ditambahkan dengan anggota

keluarga lain yang masih memiliki hubungan darah, misalnya: nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.

e. Keluarga orang tua tunggal (single parent family)

Keluarga orang tua tunggal adalah keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal pasangannya. Saat ini, keluarga orang tua tunggal juga dapat diartikan dengan ibu atau ayah dengan anak tanpa pernikahan

f. Dewasa lajang yang tinggal sendiri (single adult)

Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri tanpa keinginan untuk menikah.

g. Keluarga orang tua tiri

(28)

biasanya terdiri atas seorang ibu, anak kandung ibu tersebut, dan seorang ayah tiri.

h. Keluarga binuklir

Keluarga binuklir adalah keluarga yang terbentuk setelah perceraian yaitu anak merupakan anggota dari sebuah sistem keluarga yang terdiri atas dua rumah tangga inti, maternal dan paternal, denagn keragaman dalam hal tingkat kerjasama dan waktu yang dihabiskan dalam setiap rumah tangga (Ahrons & Perlmutter, 1982 dalam Friedman, 2010).

i. Cohabiting family

Cohabiting family adalah dua orang/satu pasangan yang tinggal

bersama tanpa menikah. j. Keluarga homoseksual

Allen dan Demon (1995) dalam Friedman (2010) menyatakan keluarga homoseksual adalah dua atau lebih individu yang berbagi orientasi seksual yang sama (pasangan) atau minimal ada satu homoseksual yang memelihara anak.

3. Struktur keluarga

(29)

a. Sistem nilai, menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan.

b. Jaringan komunikasi, menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah—ibu (orang tua), orang tua dengan anak, anak dengan anak, dan anggota keluarga lain (pada keluarga besar) dan keluarga inti.

c. Sistem peran, menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya di lingkungan masyarakat atau peran formal dan informal.

d. Kekuasaan dan pengambilan keputusan, menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan

4. Fungsi keluarga

Secara umum, fungsi keluarga menurut Friedman (2010) dalam adalah sebagai berikut.

(30)

b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (sosialization and sosial placement function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat

untuk melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah.

c. Fungsi reproduksi (the reproduction function) adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan hidup.

d. Fungsi ekonomi (the economic function), yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the healt care function), yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan

anggota keluarga agar tetap memiliki produktifitas tinggi. Kemampuan keluarga dalam memberikan perawatan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga.

5. Tugas Kesehatan Keluarga

Baiton dan Maglaya (1998) dalam Efendi & Makhfuldi (2009) tugas kesehatan keluarga meliputi:

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga

(31)

akan berarti dan kerena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian anggota keluarga.

Mengenali masalah kesehatan keluarga dimulai ketika suatu gejala individu (1) dikenali; (2) ditafsirkan terkait dengan keparahannya, kemungkinan penyebab, dan makna atau artinya; (3) dirasakan menganggu oleh individu yang mengalami gejala tersebut dan kelurganya. Tahap ini terdiri atas keyakinan keluarga akan gejala atau penyakit seorang angota keluarga dan bagaimana menangani penyakit tersebut (Doherty & Campbell, 1988; Campbell, 2000 dalam Friedman, 2010).

(32)

dinegosiasikan di dalam keluarga (Doherty, 1992 dalam Friedman, 2010).

Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta batuan kepada orang di lingkungan tempat tinggal keluarga agar memperoleh bantuan.

c. Merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan Ketika keluarga memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, keluarga harus mengetahui bagaimana keadaan penyakitnya, sifat dam perkembangan perawatan yang dibutuhkan, fasilitas yang dibutuhkan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga, dan bagaimana sikap keluarga terhadap sakit.

d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga

Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat, keluarga harus mengetahui sumber-sumber keluarga yang dimiliki, keuntungan atau menfaat pemeliharaan lingkungan, pentingnya higiene sanitasi, upaya pencegahan penyakit, dan bagaimana sikap atau pandangan keluarga terhadap higiene sanitasi. e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi

keluarga

(33)

dan/atau praktisi pengobatan tradisional atau rakyat. Banyak penelitian telah menunjukan secara jelas bahwa keluarga berfungsi sebagai lembaga yang membantu dalam menentukan tempat terapi yang harus diberikan dan oleh siapa (de Souza & Gualda, 2000; Pratt, 1976 dalam Friedman 2010). Keluarga bertindak sebagai agen perujukan kesehatan utama dan akan merujuk anggotanya ke jenis layanan atau praktisi yang dinilai sesuai.

B. Konsep Kekuasaan dan Pembuatan Keputusan Keluarga 1. Definisi kekuasaan keluarga

Keluarga sama halnya dengan sistem social, mempunyai struktur yang menetapkan siapa yang memegang kekuasaan dan bagaimana hierarki keluarga atau perintah “urutan kekuasaan”. Cromwell dan Olson (1975) dalam Friedman (2010) menuliskan bahwa kekuasaan adalah suatu aspek fundamental terpenting semua interaksi social. Kekuasaan sendiri memiliki berbagai pengertian, meliputi kapasitas untuk mempengaruhi, mengendalikan, mendominasi, dan membuat keputusan (Friedman, 2010).

2. Landasan kekuasaan keluarga

Raven dan rekan (1975) serta Safilios-Rothschild (1976) dalam Friedman (2010) mengidentifikasi berbagai tipe landasan kekuasaan yang bisa terdapat pada keluarga, yaitu:

(34)

keluarga dan ditandai dengan adanya satu orang yang mempunyai hak untuk mengendalikan perilaku anggota yang lain.

b) Kekuasaan yang lemah dan tak-berdaya adalah suatu bentuk dari kekuasaan legitimasi yang seringkali tidak di perhatikan. Tipe kekuasaan ini dilandasi pada penerimaan hak secara umum bagi mereka yang membutuhkan atau bagi mereka yang tidak berdaya untuk mengharapkan bantuan dari mereka yang berada dalam posisi yang memungkinkan untuk membantu.

c) Kekuasaan referen berlaku pada kekuasaan yang dimiliki seseorang

terhadap orang lain karena identifikasi ositif dari mereka, seperti identifikasi positif seorang anak pada orang tuanya.

d) Kekuasaan sumber berasal dari adanya sejumlah sumber yang

bernilai dalam suatu hubungan. Kepemilikan dilihat sebagai penetu utama kemampuan untuk mempengaruhi atau menekan orang lain (Osmond, 1977 dalam Friedman, 2010).

e) Kekuasaan ahli merupakan tipe kekuasan dimana seseorang

mempersepsikan bahwa orang lain (ahli) mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan keahlian khusus atau berpengalaman.

f) Kekuasaan penghargaan berpegang pada harapan bahwa orang yang

dominan dan berpengaruh akan melakukan sesuatu yang positif dalam merespon kepatuhan orang lain.

(35)

akan menghukum manggota keluarga lain melalui ancaman, paksaan atau kekerasan apabila mereka tidak mematuhi.

h) Kekuasaan informasional berpegang pada isi yang berpengaruh. Kekuasaan ini terletak pada petunjuk, informasi, dan saran mempengaruhi seseorang untuk bertindak tanpa upaya nyata untuk mempengaruhi.

i) Kekuasaan afektif adalah kekuasaan yang diperoleh melalui

manipulasi anggota keluarga dengan memberikan atau menarik afeksi dan kehangatan, serta dalam hal hubungan intim orang dewasa.

j) Kekuasaan menejemen ketegangan berasal dari kendali bahwa anggota keluarga mencapai sesuatu dengan mengeola ketengan di dalam konflik di dalam keluarga.

3. Pembuatan keputusan keluarga

(36)

tipe proses pembuatan keputusan, antara lain, pembuatan keputusan konsesus, akomodasi, dan de facto.

a. Tipe pertama pembuatan keputusan disebut dengan konsesus. Dalam tipe ini, serangkaian tindakan tertentu secara timbal balik disetujui oleh semua yang terlibat. Terdapat komitmen yang sama untuk memutuskan, begitu pula kepuasan dengan anggota keluarga. Keputusan konsesus disetujui melalui diskusi dan negosiasi.

b. Tipe kedua pembuatan keputusan disebut akomodasi. Anggota keluarga mengalami pertentangan dalam pembuatan keputusan. Seseorang atau lebih anggota keluarga selanjutnya membuat kesepakatan, hal ini mungkin dapat melalui kompromi secara sukarela yaitu kesepakatan dibuat oleh semua orang yang peduli atau bersedia berkorban. keputusan akomodatif dibuat dalam satu kontinum dari paksaan hingga kompromi.

c. Pembuatan keputusan de facto terjadi apabila sesuatu hal dibolehkan terjadi begtu saja tanpa perencanaan. Pada suatu pembuatan keputusan aktif dan sukarela, atau efektif, keputusan terjadi begitu saja. Keputusan de facto dapat saja terjadi ketika terdapat argumentasi yang tidak ada resolusi atau jika permasalahan tidak diangkat atau didiskusikan.

4. Fungsi dan Tujuan Pengambilan Keputusan

(37)

a. Pangkal permulaan dari semua aktivitas manusia yang sadar dan terarah, baik secara individual maupun secara kelompok, baik secara institusional maupun secara organisasional.

b. Sesuatu yang bersifat futuristik, artinya menyangkut masa yang akan datang, dimana efeknya atau pengaruhnya berlangsung cukup lama.

Tujuan dari pengambilan keputusan itu sendiri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Tujuan yang bersifat tunggal

Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat tunggal terjadi apabila keputusan yang dihasilkan hanya menyangkut satu masalah, artinya bahwa sekali diputusakan, tidak ada kaitannya dengan masalah lain. b. Tujuan yang bersifat ganda

Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat ganda terjadi apabila keputusan yang dihasilkan itu menyangkut lebih dari satu masalah, artinya bahwa satu keputusan yang diambil itu sekaligus memecahkan dua masalah (atau lebih), yang bersifat kontradiktif atau yang bersifat tidak kontradiktif.

5. Dasar pengambilan keputusan

(38)

a. Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi

Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan akan lebih bersifat subjektif, karenanya mudah terkena sugesti atau pengaruh luar dan factor kejiwaan yang lain. Sifat subjektif dari keputusan intuitif ini memiliki beberapa keuntungan: 1) karena yang memutuskan itu satu orang, maka dapat segera di putuskan; 2) jika pembuat keputusan memiliki ‘olah rasa’ yang tinggi, maka keputusan yang diambil banyak yang tepat; 3) keputusan intutif ini lebh cepat untuk masalah-masalah yang bersifat kemanusiaan.

b. Pengambilan keputusan rasional

Keputusan yang bersifat rasional banyak berkaitan dengan pertimbangan dari segi daya guna. Masalah-masalah yang dihadapinya juga merupakan masalah-masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional ini lebih bersifat objektif.

c. Pengambilan keputusan berdasarkan fakta

(39)

d. Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman

Pembuat keputusan sebelum mengambil keputusan melihat apakah permasalahan yang sama atau mirip pernah terjadi sebelumnya. Jika terdapat permasalahan yang sama, kemudian pembuat keputusan menerapkan cara sebelumnya untuk mengatasi masalah yang timbul. Dalam hal ini pengalaman dijadikan pedoman dalam pengambilan keputusan.

e. Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang

Keputusan diambil berdasarkan wewenang yang dimiliki. Keputusan yang didasarkan atas wewenang mempunyai beberapa keuntungan: 1) usully readily accepted; 2) process authenticity; dan 3) provide permanency.

(Syamsi, 1995)

6. Etika pengambilan keputusan

(40)

beberapa aturan (atau otoritas) yang menyelesaikan masalah kita. Memilih tidak bisa dihindari” (Stanhope, 2004).

Table 2.1 : Langkah-langkah dalam kerangka kerja pengambilan keputusan (decision-making framework)

Langkah-langkah Rasional

1. Mengidentifikasi berbagai masalah dan dilema yang ada

2. Menempatkan masalah-masalah tersebut dalam konteks yang bermakna

3. Memperoleh semua fakta yang sesuai

4. Merumuskan masalah

5. Mempertimbangkan pendekatan yang tepat untuk tindakan atau pilihan 6. Membuat keputusan dan mengambil

tindakan

7. Mengevaluasi keputusan dan tindakan

Seseorang tidak dapat membuat keputusan jika mereka tidak dapat menidentifikasi masalah yang ada. Konteks sejarah, sosiologis, budaya, psikologis, ekonomi, politik, komunal, lingkungan, dan demograpi mempengaruhi bagaimana cara masalah dirumuskan.

Fakta mempengaruhi bagaimana cara masalah di rumuskan.

Masalah mungkin perlu dimodifikasi atau diubah atas dasar isi dan fakta. Sifat dari masalah menentukan pendekatan yang akan digunakan. Seorang profesional tidak dapat menghindari pilihan dan tindakan dalam menerapkan keputusan

evaluasi menentukan apakah atau tidaknya pengambilan keputusan yang digunakan tepat

Sumber: Stanhope, 2004

C. Stroke

1. Definisi Stroke

(41)

menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler. Termasuk disini perdarahan subarachnoid, perdarahan intraserebral, dan infark serebral.

Stroke adalah sindrom yang disebabkan oleh gangguan perdarahan otak (GPDO) dengan awitan akut, disertai manifestasi klinis berupa defisit neurologis dan bukan sebagai akibat tumor, trauma ataupun infeksi sisinan saraf pusat (Dewanto, 2007).

Stroke adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perubahan neurologis yang disebabkan oleh gangguan suplai darah pada bagian otak (Bowman dalam Black & Hawks, 2009).

2. Definisi Stroke Berulang (Recurrent Stroke)

Kejadian baru dari gejala yang muncul dapat dihitung sebagai kejadian baru atau stroke berulang, kriteria stroke secara umum dapat didefinisikan seperti hal diatas dan harus memenuhi:

a. Kejadian sebelumnya pada arteri yang sama dan terjadi pada 29 hari atau lebih dari serangan sebelumnya.

b. Kejadian baru pada arteri yang berbeda dari sebelumnya dan terjadi pada 28 atau beberapa hari dari serangan sebelumnya.

(WHO, 2006)

3. Faktor Risiko stroke

(42)

a. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi

Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi meliputi usia, jenis kelamin, ras, dan herediter/keturunan (WHO, 2006).

1) Risiko stroke meningkat seiring dengan pertambahan usia, dua kali lipat lebih besar ketika seseorang berusia 55 tahun. Namun, stroke dapat terjadi juga pada semua usia. Prevalensi kejadian stroke terhadap usia adalah sekitar 13% bagi individu 60-79 tahun, dan 27% setelah 80 tahun (Shang et al dalam Ross, 2012). Kejadian stroke pada anak di Amerika sekitar 6,4 per 100.000 anak (0-15 tahun), dan 4,6 per 100.000 anak (0-19 tahun) (American Heart Association, 2013).

2) Sroke juga lebih umum terjadi pada laki-laki dari pada wanita, namun lebih banyak wanita meninggal akibat stroke dari pada laki-laki.

3) Prevalensi kejadian stroke terhadap etnik/ras adalah 88/100.000 ras kulit putih, 149/100.000 Hispanik, dan 191/100, 000 ras kulit hitam (Shang et al dalam Ross, 2012). Ras Africa- America (berkulit hitam) memiliki risiko yang lebih besar mengalami stroke daripada ras yang berkulit putih. Hal ini berhubungan dengan tingginya insiden hipertensi, obesitas, dan diabetes mellitus pada ras Africa- America (Zomorodi dalam Lewis et al, 2011).

(43)

terjadinya stroke (Zomorodi dalam Lewis et al, 2011). Framingham Heart Study menyatakan orang tua yang pernah mengalami stroke dikaitkan dengan peningkatan risiko 3 kali lipat kejadian stroke pada keturunannya (American Heart Association, 2013) .

b. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi

Faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah faktor-faktor yang berpotensi dapat diubah melalui perubahan gaya hidup dan tindakan medis, sehingga mengurangi risiko terjadinya stroke. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi antara lain hipertensi, penyakit jantung, merokok, konsumsi alkohol, obesitas, diabetes mellitus, kurang aktivitas fisik, sleep apnea, penggunaan obat-oban, dan pola makan yang buruk.

1) Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan diastoliknya diatas 90 mmHg (Smelzer & Bare, 2001). Lee (2011) menyatakan prehipertensi memiliki hubungan yang erat terhadap insiden stroke. rata-rata 77% mereka yang menderita stroke memiliki riwayat tekanan darah > 140/90 mmHg (AHA, 2013).

Tabel 2.2 Klasifikasi Menurut JNC (Joint National Committe on Prevention, Detection, Evaluatin, and Treatment of High

Blood Pressure) Klasifikasi

tekanan darah mmHg SBP mmHg DBP

Normal < 120 ≤80

prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi Stage 1 140-159 90-99

Hipertensi Stage 2 ≥160 ≥ 100

(44)

2) Penyakit jantung meliputi fibrilasi atrial, infark miokard, kardiomiopati, abnormalitas katup jantung, dan kelainan jantung conginetal juga temasuk kedalam faktor risiko stroke. Fibrilasi atrium adalah faktor risiko yang paling penting diobati. Kejadian fibrilasi atrium meningkat sejalan dengan peningkatan usia, 1,5% pada 50 sampai 59 tahun untuk 23,5% pada 80 sampai 89 tahun (American Heart Association, 2013). Fibrilasi atrium bertanggung jawab terhadap sekitar 20% dari semua kejadian stroke (Zomorodi dalam Lewis et al, 2011).

3) Dibetes melitus (DM) didefinisikan sebagai keadaan dimana kadar gula darah puasa 126 mg/dl atau lebih besar yang diukur dalam dua kesempatan pada hari yang berlainan. DM merupakan faktor risiko yang penting terhadap kejadian stroke, dan meningkatkan risiko kejadian stroke pada semua usia. Individu dengan diabetes mellitus memiliki risiko lima kali lebih besar terserang stroke dari pada individu yang tidak menderita diabetes mellitus (Zomorodi dalam Lewis et al, 2011).

(45)

dengan risiko stroke tromboemboli di masa depan daripada yang konsentrasi kolesterol HDL tinggi (American Heart Association, 2013).

5) Merokok merupakan faktor risiko untuk stroke, karena dapat meningkatkan efek terbentuknya thrombus dan pembentukan aterosklerosis pada pembuluh darah. Merokok meningkatkan hampir dua sampai emapt kali lipat risiko stroke. Risiko stroke akibat merokok berkurang secara substansial dari waktu ke waktu setelah perokok berhenti, dan setelah 5 sampai 10 tahun, perokok yang telah berhenti memiliki risiko yang sama dengan individu yang tidak merokok (American Heart Association, 2013)

6) Efek alkohol terhadap risiko stroke tergantung pada jumlah yang alcohol dikonsumsi. Mengkonsumsi lebih dari 1-2 minuman beralkohol setiap hari memiliki risiko tinggi terhadap hipertensi, yang juga meningkatkan risiko mereka menderita stroke.

7) Obesitas adalah keadaan dimana indeks massa tubuh > 25 kg/m2. Individu yang kelebihan berat badan atau obesitas

mengalami penurunan yang signifikan dalam harapan hidup. Di samping itu, obesitas juga berkaitan dengan hipertensi, gula darah tinggi, dan kadar lipid darah, yang semuanya meningkatkan risiko stroke.

(46)

etnis/ras. Manfaat aktivitas fisik yang rutin dilakukan baik ringan maupun sedang dapat memberikan efek yang menguntungkan terutama untuk menurunkan faktor risiko. Dalam case-control studi di Denmark, pasien yang mengalami stroke iskemik adalah mereka yang kurang aktif secara fisik pada minggu-minggu sebelumnya (American Heart Association, 2013).

9) Pengaruh diet pada stroke belum demikian jelas, meskipun diet tinggi lemak jenuh dan rendah konsumsi buah dan sayuran dapat meningkatkan risiko stroke. Penggunaan obat-obatan terlarang, terutama penggunaan kokain, telah dikaitkan dengan risiko stroke.

10)Sleep apnea merupakan faktor risiko independen untuk stroke dan dapat meningkatkan risiko stroke atau kematian 2 kali lipat. Selain itu, keparahan Sleep apnea dikaitkan dengan risiko stroke yang lebih besar, pasien dengan sleep apnea parah memiliki 3 sampai 4 kali lipat kemungkinan stroke (American Heart Association, 2013)

4. Klasifikasi Stroke

(47)

dari gangguan suplai darah ke bagian-bagian otak, akibat sumbatan baik sebagian atau total pada arteri. Tipe stroke ini terjadi hampir 80% dari kejadian stroke (Goldszmidt & Caplan, 2011). Stroke iskemik dapat dibagi menjadi lima jenis berdasarkan penyebabnya: thrombosis arteri besar, penetrasi tombosis arteri kecil (stroke lakunar), stroke embolik kardiogenik, kriptogenik (penyebab yang belum diketahui), dan stroke akibat penggunaan kokain, koagulopati atau pembedahan karotid (Smeltzer & Bare, 2003).

Stroke hemoragik terjadi apabila pembuluh darah di otak pecah sehingga menyebabkan iskemi (penurunan aliran darah) dan hipoksia pada bagian otak (Corwin, 2009). Stroke hemoragik terjadi sekitar 10% - 15% dari semua stroke (Shang et al, 2012) dan yang diakibatkan dari perdarahan ke dalam jaringan otak itu sendiri (hemoragik intraserebral atau intraparenchymal) atau ke dalam ruang subarachnoid atau ventrikel (subarachnoid hemoragik atau perdarahan intraventricular) (Zomorodi, 2011).

5. Patofisiologi Stroke

(48)

2005). Kekurangan selama satu menit dapat mengarah pada gejala-gejala yang dapat pulih, seperti kehilangan kesadaran. Kekurangan oksigen dalam waktu yang lebih lama dapat menyebabkan nekrosis mikroskopik neuron-neuron. Area nekrotik kemudian disebut sebagai infark (Hudak, 2010).

(49)

6. Penatalaksanaan Stroke Berulang

Penatalaksanaan stroke berulang dibagi kedalam terapi farmakologis, terapi non-farmakologis dan terapi pembedahan.

a. Terapi Farmakologis

Terapi farmakologis yang dapat diberikan adalah terapi antiplatelet, terapi antiplatelet secara signifikan mengurangi risiko gangguan vascular berikutnya, seperti stroke dan infark miokard (National Stroke Foundation, 2007). Agen terapi antiplatelet yang umum digunakan antara lain, aspirin, dipiridamol, dan clopidogrel (Hankey, 2007).

Agen terapi antikoagulan antara lain warfarin dan heparin. Suatu fakta yang jelas adalah antikoagulan tidak banyak artinya bilamana stroke telah terjadi, baik apakah stroke itu berupa infark lakuner atau infark massif dengan hemiplegia. Risiko pemberian antikoagulan termasuk perdarahan intrakranial, perdarahan sistemik hingga kematian. Oleh karena itu, penggunaan heparin pada semua pasien dengan stroke iskemik akut sudah tidak direkomendasikan. Heparin diindikasikan untuk mencegah stroke berulang pada pasien yang memiliki risiko kardiak emboli (Bowman dalam Black & Hawks, 2009).

b. Terapi Non-farmakologis

(50)

(behaviour change). Perubahan perilaku untuk mencegah kejadian stroke ini mencakup perubahan kebiasaan kesehatan yang buruk dengan mengubah gaya hidup (lifestyle change). Mengubah gaya hidup untuk mencegah stroke berulang antara lain dengan mengontrol tekanan darah, mengontrol kolesterol darah, mengontrol gula darah, olahraga, diet, mereduksi stress, dan menghentikan penggunaan rokok.

1) Mengontrol tekanan darah

(51)

Inhibitor adrenergik perifer juga digunakan untuk menghabiskan katekolamin dari otak dan medula adrenal. Alpha adrenergic blocker, vasodilator, angiotensin converting inhibitor enzim (ACE inhibitor), dan calcium channel blocker juga telah digunakan dalam pengobatan hipertensi (Taylor, 2006)

Dalam studi PROGRESS, pengobatan dengan kombinasi perindopril dan indapamide untuk menurunkan tekanan darah tekanan darah dengan 12 mmHg (sistolik) dan 5 mmHg (diastolik) dan pengurangan risiko relatif stroke 43% (PROGRESS Collaborative Group, 2001 dalam Williams et al, 2010). Pemeriksaan terhadap perawatan stroke telah menunjukkan bahwa kontrol tekanan darah yang buruk adalah faktor yang paling penting dalam kematian akibat stroke, ditambah lagi tekanan darah merupakan faktor risiko yang dapat dihindari dan diobati (Rashid et al, 2003; Rudd et al, 2004 dalam Williams et al, 2010).

2) Mengontrol kolesterol darah

(52)

2012; Humphrey et al dalam Williams et al, 2010). Pengurangan risiko tersebut diterapkan tidak hanya untuk pasien dengan peningkatan total kolesterol lebih dari 5,2 mmol/l tetapi juga untuk pasien dengan total kolesterol yang tidak teratur serendah 3,5 mmol/l.

Statin bertindak sebagai inhibitor enzim HMG-CoA reduktase yang mengontrol sintesis kolesterol dalam hati. Statin juga memberikan efek perlindungan tambahan dengan menstabilkan plak ateromatosa pada arteri, sehingga mengurangi risiko pecahnya plak dan trombosis. Terapi statin yang lebih intensif yaitu dengan menggunakan statin dosis tinggi, misalnya atorvastatin 80 mg, akan memberikan manfaat yang lebih besar (Amarenco et al, 2006; Topol, 2004 dalam Williams et al, 2010). Simvastatin 40 mg per hari direkomendasikan untuk pasien dengan TIA dan stroke yang memiliki kolesterol total lebih dari 3,5 mmol/l, kecuali dengan kontraindikasi (Drugs and Therapeutic Bulletin, 2007; Hankey, 2006 dalam Williams et al, 2010).

(53)

biji-bijian atau kacang kering (National Stroke Association, 2013).

3) Mengontrol gula darah

Diabetes merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung dan diakui sebagai faktor risiko independen untuk iskemik stroke. Kebanyakan orang dewasa dengan diabetes tipe 1 atau 2 memiliki risiko tinggi untuk penyakit vaskular (Lindsay et al, 2012). Dalam review stroke dan diabetes, Idris et al menyatakan bahwa kombinasi antara diabetes dan stroke merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. Bukti dari uji klinis yang dilakukan pada pasien dengan diabetes mendukung kebutuhan untuk intervensi dini dan agresif untuk pasien dengan gangguan kardiovaskular untuk mencegah timbulnya, kekambuhan dan perkembangan stroke akut (Idris et al, 2006 dalam Lindsay et al, 2012 )

(54)

4) Olahraga

Aktivitas fisik dapat mengurangi risiko stroke karena memiliki efek menguntungkan pada tekanan darah, diabetes dan berat badan (Lee et al 2003, Wendel-Vos et al 2004 dalam Lawrence et al, 2011). Pelatihan kebugaran fisik setelah stroke memiliki

manfaat kesehatan yang positif tetapi, manfaat terhadap kesehatan tersebut hilang jika latihan berhenti (Saunders et al, 2009). Pedoman merekomendasikan aktivitas fisik selama 20 sampai 30 menit setiap hari dalam seminggu (SIGN 2008 dalam Lawrence et al, 2011). Sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa orang yang berolahraga 5 kali atau lebih per minggu memiliki risiko stroke berkurang (National Stroke Association, 2013).

5) Diet

(55)

Sebuah studi di Universitas Harvard baru-baru ini menyimpulkan bahwa makan lima porsi harian buah-buahan dan sayuran dapat menurunkan risiko stroke sebesar 30%. Buah jeruk dan sayuran seperti brokoli atau kembang kol sangat bermanfaat. Konsentrasi yang lebih tinggi dari asam folat, serat, dan potasium mungkin menjadi kunci untuk mengurangi penyakit jantung dan stroke (National Stroke Association, 2013). Banyak penelitian mendukung hubungan antara kadar homosistein dan penyakit pembuluh darah. Untuk mengurangi kadar homosistein yaotu dengan asam folat dan vitamin B sejauh belum memperoleh hasil yang memuaskan (Goldstein & Rothwell, 2007 dalam Williams et al, 2010)

6) Stres

(56)

7) Menghentikan penggunaan rokok

Merokok adalah faktor independen untuk stroke (Donnan et al, 1993; Shinton & Beevers, 1989 dalam Williams et al, 2010). Menghentikan penggunaan rokok akan mengurangi risiko stroke. Pengalaman memiliki stroke atau TIA dapat meningkatkan motivasi pasien untuk berhenti merokok. Dukungan sosial dan menejemen stress juga dapat membantu perokok untuk dapat berhenti menggunakan rokok. Mantan perokok lebih mungkin untuk berhasil dalam jangka pendek jika mereka memiliki mitra yang mendukung dan teman yang tidak merokok. Bagi beberapa orang, merokok sebagai penenang, karena itu, latihan relaksasi juga telah dimasukkan ke dalam beberapa program berhenti merokok (Williams et al, 2010). Bantuan farmakologis seperti penggantian nikotin, bupropion, dan Varenicline akan meningkatkan kemungkinan keberhasilan dan biasanya dapat digunakan secara aman setelah TIA atau stroke.

c. Terapi Pembedahan

(57)
(58)

D. Kerangka Teori

Pemahaman keluarga terhadap adanya masalah

Mengenal masalah kesehatan

Kemampuan merawat anggota keluarga Memodifikasi lingkungan keluarga

(59)

41

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH

A. Kerangka Konsep

Konsep merupakan abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variable (baik variable yang diteliti maupun variable yang tidak diteliti) (Nursalam,2008). Berdasarkan tujuan penelitian, maka kerangka konsep penelitian ini adalah ingin mengeksplorasi dan mengidentifikasi lebih dalam tentang gambaran keluarga dalam memutuskan tindakan kesehatan pada keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan stroke berulang di rumah.

B. Definisi Istilah 1. Keluarga

Keluarga adalah sekumpulan orang yang memiliki hubungan darah ataupun tidak, hidup bersama dan memiliki kedekatan emosional. 2. Pengambilan keputusan

(60)

3. Stroke berulang

(61)

43

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oeh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2010). Penelitian ini biasanya digunakan untuk menggali fenomena yang dibahas secara mendalam.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenologi. Pendekatan fenomenologis merupakan pendekatan yang bertujuan menjelaskan pengalaman-pengalaman yang dialami oleh individu dalam kehidupannya, termasuk interaksinya dengan orang lain (Danim, 2003). Pendekatan yang sesuai untuk menginvestigasi fenomena penting seseorang yang berguna bagi bidang keperawatan (Streubert dan Carpenter, 2003). Pendekatan fenomenologis dalam penelitian ini diharapkan dapat menemukan fakta mengenai pengalaman keluarga dalam memutuskan tindakan kesehatan yang tepat saat mereka memiliki anggota keluarga yang sakit .

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

(62)

di daerah ini dan daerah Tangerang Selatan. Penelitian ini akan diadakan pada bulan Juni - Agustus 2013.

C. Partisipan Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini adalah pembuat keputusan dalam keluarga dengan anggota keluarga yang mengalami stroke berulang yang menjalani perawatan di rumah di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur. Partisipan dalam penelitian ini adalah partisipan yang ditetapkan denga purposive sampling berdasarkan atas prinsip-prinsip kesesuaian

(appropriateness) dan kecukupan (adequacy). Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010). Berdasarkan prinsip-prinsip diatas, maka sumber informasi atau partisipan dalam penelitin ini adalah:

1. Partisipan utama

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan focus penelitian pada kedalaman informasi, sehingga hanya melibatkan pada jumlah partisipan yang sedikit. Partisipan utama dalam penelitian ini adalah pembuat keputusan dalam keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan stroke berulang. Setelah melakukan studi pendahuluan di Puskesas Ciputat Timur, peneliti mendapatkan partisipan berjumlah 3 orang. Partisipan penelitian memenuhi criteria inklusi berikut:

a. Pembuat keputusan dalam keluarga

(63)

c. Dapat berkomunikasi dengan baik sehingga dapat menjawab semua pertanyaan peneliti

d. Bersedia dan kooperatif menjadi partisipan penelitian 2. Partisipan pendukung

Partisipan pendukung dalam penelitian ini adalah petugas Puskesmas Ciputat Timur. Peneliti melakukan wawancara terhadap petugas puskesmas untuk mendapatkan informasi tentang partisipan penelitian.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan suatu alat ukur pengumpulan data yang dapat memperkuat hasil penelitian. Pada penelitian kualitatif, instrumen kunci penelitian adalah peneliti sendiri (Moleong, 2010). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Pedoman wawancara mendalam (indepth interview) dengan bantuan alat pencatat dan alat perekam (tape recorder).

2. Catatan lapangan (field note) yang berguna sebagai alat perantara yaitu antara apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dicium dan diraba selama berlangsungnya wawancara dengan partisipan.

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Pengumpuan data

(64)

catatan lapangan. Wawancara mendalam dilakukan pada partisipan dengan berpedoman pada pedoman wawancara yang telah disiapkan sebelumnya.

2. Proses pengumpulan data

a) Tahap persiapan pengumpulan data

Rangkaian proses pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti mengurus izin penelitian kepada pihak-pihak terkait, seperti petugas Puskesmas Ciputat Timur.

2) Setelah mendapat persetujuan dari pihak puskesmas, peneliti menemui kader-kader yang bertugas di posyandu lansia disekitar wilayah kerja pskesmas untuk menjelaskan bahwa peneliti ingin melakukan penelitian di tempat tersebut serta mendapatkan informasi terkait partisipan penelitian.

3) Setelah mendapat informasi terkait alamat partisipan penelitian, peneliti turun ke lapangan dan mendata partisipan sesuai kriteria. Partisipan yang berhasil didata dan sesuai dengan kriteria inklusi penelitian sejumlah enam orang. Tiga calon partisipan menolak diikutsertakan dalam penelitian ini, sedangkan tiga yang lain menyatakan kesediaannya.

(65)

5) Peneliti melakukan wawancara mendalam kepada partisipan sesuai kesepakatan waktu dan tempat, setelah mendapat hasil rekaman wawancara mendalam, peneliti mentranskrip data yang diperoleh.

b) Tahap pelaksanaan pengumpulan data

Tahap pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian menggunakan cara atau metode pengumpulan data yang dapat dilakukan oleh peneliti dan disesuaikan dengan jenis penelitian kualitatif yaitu dengan cara mengumpulkan data primer dan sekunder.

(66)

2) Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara mendalam kepada partisipan. Wawancara mendalam (in-depth interview) secara umum adalah proses memperoleh keterangan

(67)

F. Teknik Analisa Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Miles dan Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh (Sugiono, 2010). Langkah-langkah analisis data dalam penelitian kualitatif meliputi:

1. Reduksi data

Hasil wawancara didengarkan berulang-ulang dan dibuat catatannya oleh peneliti kedalam bentuk transkrip wawancara. Peneliti membaca kembali transkrip wawancara hingga memahami isi wawancara. Transkrip wawancara ini masih berisi berbagai hal yang diungkapkan oleh partisipan. Reduksi dilakukan dengan memilah hal-hal yang menurut peneliti merupakan hal-hal pokok, mengkategorikan hal-hal tersebut hingga membentuk gambaran yang lebih jelas. Masing-masing hal tersebut kemudian di kelompokkan sesuai kategorinya masing-masing. Setelah di lakukan pengelompokan tersebut, peneliti mulai melampirkan arti dari unsur-unsur data.

2. Display data

(68)

3. Analisis isi

Analisis yaitu dengan membandingkan hasil penelitian dengan teori-teori pada tinjauan kepustakaan (content analisis). Analisis isi dilakukan dengan cara membandingkan hasil penelitian yang dilakukan dengan teori-teori yang ada sebelumnya.

4. Pengambilan keputusan

Langkah berikutnya adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Peneliti menentukan temuan baru dalam penelitian ini yang belum pernah ada sebelumnya. Hasil temuan tersebut kemudian dijabarkan dalam bentuk deskriptif dalam penelitian ini

G. Validasi data

Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data perlu diuji validitas dan reliabilitas untuk mengukur nilai kepercayaan data. Hal ini dikarenakan hal yang diuji validitas dan reliabilitas pada penelitian kualitatif adalah datanya (Sugiyono, 2010). Hasil penelitian dikatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Pada penelitian kualitatif pengukuran nilai kepercayaan menggunakan empat kriteria yaitu, uji credibility, transferability, dependability, dan confirmability (Guba dan Lincoln, 1981 dalam Graneheim, 2004; Moleong, 2007; Polit & Beck, 2004; Sugiyono, 2010).

(69)

diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan Member Check adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Cara ini yaitu dengan menguji kemungkinan dugaan-dugaan yang berbeda antara peneliti dan pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti data tersebut valid.

H. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, terutama yang menjadi subjek penelitian ini adalah manusia, maka peneliti menggunakan etika penelitian meliputi:

1. Lembar persetujuan menjadi respnden (inform consent)

Lembar persetujuan diberikan kepada partisipan sebelum penelitian dilakukan. Peneliti menjelaskan tentang maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan, jaminan kerahasiaan partisipan, dan terbebas dari bahaya seperti nyeri. Jika partisipan bersedia di teliti maka harus menandatangani lembar persetujuan sebagai bukti kesediaan partisipan. Namun, jika partisipan menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak partisipan.

2. Tanpa nama (anonimity)

(70)

3. Kerahasiaan (confidentialy)

Kerahasiaan informasi partisipan dan hasil penelitian, termasuk masalah-masalah lainnya dijamin sepenuhnya oleh peneliti. Informasi hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

(71)

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Bab ini menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti kepada tiga partisipan dengan wawancara mendalam. Hasil dari wawancara mendalam dilakukan analisa data dan ditemukan tema- tema esensial yang selanjutnya oleh peneliti dideskripsikan kedalam bentuk naratif dengan penyajian hasil penelitian sebagai berikut.

Penyajian hasil penelitian ini dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama menguraikan mengenai gambaran umum wilayah penelitian. Bagian kedua memaparkan hasil penelitian yang meliputi karakteristik partisipan dan hasil analisa tematik. Paparan hasil penelitian ini dideskripsikan berdasarkan hasil wawancara mendalam yang telah disusun berdasarkan tema yang telah ditemukan.

A. Gambaran umum wilayah penelitian

Ciputat timur adalah sebuah kecamatan di kota Tangerang Selatan. Kecamatan ini berbatasan dengan Kelurahan Pondok Pinang,Karang Tengah, Ciputat, Pondok Aren, Bintaro, Pamulang, Cinere, Sawangan, Depok. Kecamatan Ciputat Timur memiliki enam kelurahan, yaitu: Rengas, Rempoa, Cireundeu, Pondok Ranji, Cempaka Putih, Pisangan. Kecamatan ciputat timur memiliki luas 1.543 Ha. Kepadatan penduduk di kecamatan ini pada tahun 2007, merupakan yang tertinggi di Tangerang Selatan yaitu, 10.396 orang/Km2.

(72)

diwilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur, termasuk dalam wilayah kerja ini adalah Kelurahan Cireunde, Rempoa, dan Cempaka Putih. Luas wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur adalah 741 Ha.

B. Hasil Penelitian

Hasil penelitian gambaran keluarga dalam memutuskan tindakan kesehatan pada keluarga dengan stroke berulang di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur secara rinci menjelaskan uraian tujuh tema yang teridentifikasi dari hasil wawancara mendalam, tema-tema tersebut meliputi: (1) faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan, (2) proses pengambilan keputusan, (3) keluarga dalam memutuskan pembiayaan pengobatan, (4) keluarga dalam memutuskan penggunaan pelayanan kesehatan, (5) dampak psikologis terhadap pendelegasian pembuatan keputusan, (6) cara untuk mencegah stroke berulang, dan (7) ketidakpatuhan pengobatan.

1. Karakteristik partisipan

Karakteristik partisipan meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan terakhir, dan hubungan partisipan dengan pasien. Partisipan penelitian adalah pembuat keputusan terutama dalam keluarga terhadap masalah kesehatan pasien.

Tabel 5.1 Karateristik Partisipan No. Inisial Umur

Gambar

Tabel 2.1 Langkah-langkah dalam kerangka kerja pengambilan
gambaran keluarga dalam
Table 2.1 : Langkah-langkah dalam kerangka kerja pengambilan keputusan (decision-making framework)
Tabel 2.2 Klasifikasi Menurut JNC (Joint National Committe
+3

Referensi

Dokumen terkait

Langkah selanjutnya untuk menampilkan data timer pada setiap lokasi parkir dari lantai satu sampai lantai lima dengan menggunakan cara yang sama seperti langkah diatas,

Hasil analisis data yang didapat dari pengolahan data, tidak sesuai dengan hipotesis yang telah diajukan oleh peneliti yaitu tidak terdapat hubungan yang

Metode yang ditawarkan untuk mitra masyarakat non produktif secara ekonomis adalah melakukan sosialisasi dan pelatihan tentang wirausaha dalam bidang pembuatan canoe

ASEAN Youth C merupakan sebuah tempat/wada pemuda ASEAN khususnya Pekanbaru pada umumn menyalurkan bakat, serta m berbagai kegiatan demi kemaj , yang menggunakan konsep

KJKS BMT Amanah Ummah sebagai lembaga keuangan yang berada di Kartasura, telah berperan aktif memberikan layanan pembiayaan bagi pengembangan usaha skala mikro, kecil, dan

Untuk melihat data koordinat lokasi yang dikirim oleh perangkat sistem pelacakan kendaraan, maka dibutuhkan sebuah sistem informasi yang akan menampilkan lokasi dari

In more detail, those 76 adjective clauses use 20 zero relative pronouns, 31 relative pronouns denoting subject, 7 relative pronouns denoting object, 2

In more detail, those 76 adjective clauses use 20 zero relative pronouns, 31 relative pronouns denoting subject, 7 relative pronouns denoting object, 2