LAMPIRAN Foto-foto Dokumentasi
Gambar 1. Bapak Warmansyah.(kiri) Ibu Nisa (kanan). Abang Rizky (tengah)
Gambar 3. Mesjid Ghaudiyah
Gambar 5. Ibu Surya
Gambar 6.Ibu Parimala (kiri) bapak Khairuddin (tengah) Ibu Sandra ( kanan)
DAFTAR PUSTAKA Anggraini, Fitri Noor. 2009. Jurnal Identitas Etnis.FIB UI.
Berger, Peter L, Thomas luckmann. 2013. Tafsir Sosial Atas Kenyataan. Jakarta:LP3ES.
Bungin, H. M. Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Bungin, H. M. Burhan.2006. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Damsar, 2009.Sosiologi Ekonomi. Jakarta : Kencana Media Group. Dhini, Shita.2009. Strategi Bertahan Buruh Kontrak Dalam Memenuhi
Kebutuhan Pokok. Skripsi.Medan : Fakultas Ilmu Sosial dan Politik USU. Dwi Narwoko, J, Suyanto, Bagong. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan
Terapan.Jakarta. Prenada.
Fukuyama, Francis. 2002. Trust: Kebijakan Sosial dan Penciptaan Kemakmuran. Yogyakarta: Qalam.
Ginting.A.Lukas Ginta, 2015. Skripsi :Strategi Bertahan Hidup Masyarakat Miskin.Medan : Fakultas Ilmu Sosial dan Politik USU.
Henslin, James M. 2006. Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi. Jakarta:Erlangga.
Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial : Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Erlangga
Lubis, Lusiana Andriani. 2012. Pemahaman Praktis Komunikasi AntarBudaya. Medan: USU Press
Lukman Sinar,Tuanku. Orang India Di Sumatera Utara. Sumatera Utara: Forkala Moloeng, Lexy.J.Prof.Dr. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:
PTRemaja Rosdakarya
Nasikun, Dr. 1984. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: CV Rajawali.
Nasution, M Arif,dkk.2008.Metodologi Penelitian.Medan : FISIP USU PRESS. Polak. 1966. Sosiologi, Suatu Pengantar Ringkas. Jakarta : Ikhtiar.
Purwasito, Andrik.2003. Komunikasi Multikultural. Surakarta: Muhammadiyah University Press.
Ritzer, George, Goddman, Douglas J. 2012.Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Ritzer, George. 2014. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana Prenada Media grup.
Santosa, slamet. 1999. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara.
Setiadi.elly,usman kolib.2011. pengantar sosiologi:pranada media grop.Jakarta. Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial-Pedoman Praktis Penelitian
Bidang Ilmu-Ilmu Sosial dan Kesehatan. Medan : Grasindo Monoratama. Sunarto, Kamanto.2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta : Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Suyanto. B. Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial : Berbagai Pendekatan Alternatif Pendekatan. Jakarta : Kencana.
Syahra,Rusydi. 2003.”Modal Sosial:Konsep dan Aplikasi”Jurnal Masyarakat dan Budaya,Vol 5 No.1 (online) diases pada tanggal 20 Mei 2016 Pukul
12.00 am.
Wirawan, Ida Bagus.2012. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma.Jakarta : Kencana Prenada Media Group
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Metode adalah cara yang digunakan agar mencapai suatu tujuan atau dengan istilah lain suatu cara untuk memecahkan masalah ataupun cara mengembangkan ilmu pengetahuan dengan menggunakan metode ilmiah. Secara lebih mendalam lagi Sugiyono (2009 : 6) menjelaskan bahwa metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan suatu pengetahuan tertentu hingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah.
Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan, mendeskripsikan objek dan fenomena yang diteliti. Termasuk didalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan apa pula produk interaksi yang berlangsung (Siagian, 2011:52).
3.2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini terletak di Kampung Madrash Kecamatan Medan Polonia Medan karena pada kampung madras inilah menjadi pusat komunitas Etnis India Tamil.
3.3. Unit Analisis dan Informan 3.3.1 Unit Analisis
Unit analisis pada umumnya dilakukan untuk memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh tentang situasi sosial yang diteliti objek penelitian. Unit analisis dalam penelitian ini meliputi 3 komponen menurut Spradly (dalam Sugiono, 2005) yaitu :
1. Tempat (place), tempat penelitian ini berlangsung di Kampung Madrash 2. Pelaku (actor), pelaku atau orang yang sesuai dengan objek penelitian ini
adalah etnis India Tamil dan Etnis lain yang adadi Kampung Madras.
3. Kegiatan (activity) , kegiatan yang dilakukan pelaku berkaitan dengan objek penelitian, yaitu bagaimana Kondisi Sosial Ekonomi,Strategi Bertahan Hidup etnis India Tamil di kampung Madras
3.3.2 Informan
Informan merupakan subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian (Bungin, 2007 ). Orang-orang yang dijadikan sebagai informan adalah
dalam penelitian ini meliputi informan informan kunci, informan utama dan informan tambahan.
1. Informan kunci, yaitu orang memiliki pengetahuan yang luas tentang masalah yang sedang diteliti. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan purposive. Menurut Burhan Bungin (2008: 53)Teknik purposive yaitu teknik mendapat sampel dengan memilih informan kunci yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data, serta lebih tepatnya ini dilakukan secara sengaja. Informan kunci dalam penelitian ini adalah Instansi Pemerintahan khususnya Kepala kelurahan dan Tokoh Masyarakat.
2. Informan utama yaitu orang yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial dengan memberikan dampak terhadap permasalahan tersebut (Suyanto dan Sutinah,2005:171-172). Informal utama dalam penelitian ini adalah Etnis India Tamil dan Etnis lain yang ada dikampung madras yang sudah bertempat tinggal di kampung madras 25 tahun.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahap penyusunan oleh peneliti yang digolongkan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder.
1. Observasi Langsung (Data Primer)
Observasi langsung adalah pengamatan yang dilakukan secara langsung pada objek yang diobservasi, dalam arti bahwa pengamatan tidak menggunakan “media-media transparan” (Bungin, Burhan, 2001:143).Yang dimaksud dalam hal ini bahwa peneliti secara langsung melihat atau mengamati.
2. Wawancara Mendalam
Yang sering juga disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interview) (Arikunto, 2004:132).Wawancara mendalam yaitu dengan menggunakan daftar pertanyaan kepada informan yang telah ditentukan.
3. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber data kedua atau sumber-sumber dari data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, dan untuk tahap selanjutnya. Data sekunder diperoleh dengan cara studi kepustakaan, peneliti mendapat suatu landasan teori yang kuat untuk mendukung penulisan ini dari berbagai literature.
b. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan menggunakan catatan-catatan tertulis yang ada dilokasi penelitian serta sumber – sumber lain yang menyangkut masalah yang sedang di teliti.
c. Online, yaitu pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang akan diteliti melalui jaringan internet.
3.5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu dengan mengkaji data yang dimulai dengan menelaah seluruh data tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari, menelaah, menyusun dalam satuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya, dan memeriksa keabsahan data serta mendefenisikannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya peneliti untuk membuat kesimpulan peneliti (Moeleong, 2007:247).
3.6. Jadwal Kegiatan
No Kegiatan
Bulan ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Pra proposal
2 ACC judul
3 Penyusunan proposal penelitian 4 Seminar proposal penelitian 5 Penelitian lapangan
6 Pengumpulan dan analisis data 7 Bimbingan skripsi
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Letak dan Geografis Kelurahan Madras Hulu
Kelurahan Madras Hulu adalah salah satu dari 5 Kecamatan Medan Polonia. Kelurahan yang memiliki luas 0,67 Km2 ini beralamatkan di Jl. Tengku Cik Ditiro No. 66 Medan.Menurut Daftar Isian Potensi Desa dan Kelurahan Madras Hulu, (2012:2) batas-batas wilayah Kelurahan Madras Hulu adalah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : Kelurahan Petisah Tengah, Kec. Medan Petisah b. Sebelah Selatan : Kelurahan Anggrung, Kec. Medan Polonia c. Sebelah Barat : Kelurahan Petisah Hulu, Kec. Medan Baru d. Sebelah Timur : Kelurahan Hamdan, Kec. Medan Maimun.
Secara keseluruhan, bentuk dari Kelurahan ini berbentuk daratan dan kelurahan ini adalah kelurahan yang paling jauh dari Kantor Camat Medan Polonia. Kelurahan yang mempunyai 10 lingkungan ini merupakan daerah yang sangat padat dikarenakan banyak ruko-ruko dan menjadi pusat perbelanjaan.
4.1.2 Sejarah Singkat Kelurahan Madras Hulu
Kecamatan Medan polonia sendiri merupakan hasil dari pemekaran dari Kecamatan Medan Baru.Kecamatan Medan polonia sebelumnya dikenal sebagai perwakilan Kecamatan Medan Polonia 1. Menurut Kecamatan Medan Polonia Dalam Angka Tahun 2000 (2001:iv), pada tanggal 31 Oktober 1991 perwakilan Kecamatan Medan Polonia 1 berubah menjadi Kecamatan Medan Polonia dengan membawahi 5 kelurahan.
4.2 Gambaran Penduduk di Kelurahan Madras Hulu 4.2.1. Jumlah penduduk secara umum.
Menurut Kecamatan Medan Polonia Dalam Angka Tahun 2014 (2014 : 23) jumlah penduduk Kelurahan Madras Hulu pada tahun 2013 sebanyak 2.802 jiwa.Sedangkan pada tahun 2016 Jumlah penduduk di Kelurahan Madras Hulu adalah sebagai berikut :
Tabel 1
Komposisi Penduduk Berdasarkan Kepala Keluarga
No Lingkungan KK Jiwa
1 Lingkungan I 30 98
2 Lingkungan II 80 313
3 Lingkungan III 109 763
4 Lingkungan IV 145 528
5 Lingkungan V 82 480
6 Lingkungan VI 163 630
8 Lingkungan VIII 60 180
9 Lingkungan IX 66 397
10 Lingkungan X 41 153
JUMLAH 853 3.890
SUMBER : Kelurahan Madras Hulu 2016
Dalam rentang 3 tahun terjadi penambahan penduduk yang cukup signifikan di Kelurahan Madras Hulu. Hal ini menandakan setiap tahunnya terjadi penambahan jumlah penduduk yang di karenakan Kelurahan Madras Hulu yang terletak di pusat kota dan sangat strategis dari sector ekonomi
.
4.2.2. Komposisi penduduk Secara Etnis
Tabel 2
Jumlah Penduduk Menurut Etnis Kelurahan Madras Hulu Tahun 2015
Etnis Jumlah
Aceh 350
Batak 1328
Nias 702
Minang 701
Sunda 812
Jawa 800
Makasar 199
Minahasa 111
China 1012
India 435
Sumber : Kecamatan Medan Polonia 2015
4.2.3 Komposisi penduduk menurut pekerjaan.
Masyarakat Kelurahan Madras Hulu memiliki berbagai macam sumber mata pencaharian seperti ada yang menjadi tukang parkir,pedagang,Pegawai Negeri, Pegawai Swasta. Berikut table daftar pekerjaan yang ada di Kelurahan Madras Hulu.
Tabel 3
Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan. PEKERJAAN
PNS Peg. Swasta
ABRI Petani Nelayan Pedagang pensiunan Lainnya
44 229 9 0 0 1004 35 191
Sumber : Medan Polonia dalam Angka 2014
4.2.4 Sarana dan Prasarana a. Rumah Ibadah
Setiap agama memiliki tempat ibadahnya masing – masing.Tidak ada seorang pun yang boleh mencampur adukan tempat ibadah. Maka dari itu setiap kelurahan wajib memiliki rumah ibadah untuk agama- agama yang dianut oleh masyarakat di kelurahan tersebit
Tabel 4 Rumah ibadah
Rumah Ibadah Jumlah
Mesjid 5
Kuil 2
Gereja 4
Wihara 1
Total 12
Sumber :Kelurahan Madras Hulu 2016
b. Sarana Pendidikan
Pendidikan adalah aspek terpenting dalam kehidupan.Pengetahuan, kreativitas masyarakat terbentuk dari baiknya aspek pendidikan. Kelurahan Madras Hulu mempunyai fasilitas pendidikan sebagai berikut :
Tabel 5 Sarana Pendidikan
Sarana Pendidikan Jumlah
TK/PLAY GROUP 3
SD 2
SMP 2
SMA/SMK 4
PERGURUAN TINGGI 1
Sumber : Kelurahan Madras Hulu Tahun 2016
karena itu sekolah ini mendapat julukan dari masyarakat Kota Medan, “Sekolah Orang Kaya.”
c. Sarana Kesehatan.
Kesehatan adalah salah satu hak dasar rakyat yang di lindungi oleh undang – undang yang saat ini terus di bangun dan di tingkatkan. Kelurahan Madras Hulu memiliki beberapa sarana kesehatan untuk masyarakatnya berupa sebagai berikut:
Tabel 6 SaranaKesehatan
No Sarana Kesehatan Jumlah
1 Rumah Sakit 0
2 Praktek Dokter 10
3 Apotek 12
4 Puskesmas 1
5 Laboratorium 1
Sumber :Kelurahan Madras Hulu Tahun 2016
D. Sarana Ekonomi
Tabel 7 Sarana ekonomi
No Uraian Jumlah
1 Bank 9
2 Pasar Tradisional 1
3 Pasar Modern / plaza / swalayan 2
4 Hotel 3
5 Restaurant, R.M, café 30
Sumber : Kelurahan Madras Hulu 2016 4.2.5. Kampung Madras
Terbentuknya Kampung Madras diawali dari Masuknya etnis India Tamil ke Indonesia sebagai buruh di perkebunan Tanah Deli (dulunya Sumatera Timur). Ketika kontrak mereka telah selesai mereka tidak lagi kembali ke daerah asalnya (Madras, India Selatan) dan hidup sebagian banyak sebagai pedagang hingga ke kota Medan.Asal-usul masuknya masyarakat India Tamil berkaitan erat dengan masa pra-sejarah. Etnis India sudah berada di Indonesia sejak abad ke 3 M. Kedatangan berbagai etnis India ke Pantai Timur Sumatera dan pantai Barat Sumatera Utara sudah sangat lama ada sebelum Masehi, pada awalnya mereka menyebarkankan agama Hindu dan yang terakhir juga membawa agama Budha terutama masa arus angin dari India ke Barus pada bulan November dan Desember. (Sinar 2008 : 1).
Medan, yaitu sejak dibukanya industri perkebunan di Tanah Deli yang dirintis oleh Jacobus Nienhys sejak 1863, mereka ingin mengadu nasib dengan menjadi kuli perkebunan. Mereka dipekerjakan oleh Nienhys, seorang keturunan Belanda pengusaha perkebunan tembakau yang dikenal sebagai tembakau Deli.Mereka mendapat hak konsesi tanah di Martubung dari Sultan Mahmud Deli untuk menanam tembakau Deli yang kualitasnya baik dan berbau harum sebagai pembalut cerutu.
Kemudian Nienhys berhasil memperoleh kontrak tanah di Tanjung Sepassai dari Sultan Deli untuk jangka waktu 99 tahun.Tembakau inilah yang membuat Tanah Deli menjadi termasyur di dunia Internasional, yang mana pada akhirnya dikenal sebagai “Het Dollar Land” atau “Tanah Sejuta Dollar”. Oleh sebab itu semakin banyak saja para buruh dan tenaga-tenaga kerja yang didatangkan dari India untuk bekerja di Tanah Deli baik sebagai buruh perkebunan, supir, penjaga malam serta buruh-buruh bangunan atau kuli pembuat jalan serta penarik kereta lembu.
Madras memiliki luas sekitar kurang-lebih 10 hektare.Wilayah ini terletak disekitar Medan Polonia dan Medan Petisah.
Kehidupan masyarakat Komunitas India Tamil di Kampung Madras, menggambarkan keadaan India.Di tandai dengan terdapat banyak bangunan peninggalan India yang masih bisa dilihat di kampung ini.
Seperti kawasan tersebut ada dijumpai kuil Hindu tertua di Medan, yang bernama Kuil Sri Mariamman.Kuil tersebut menjadi bukti bahwa bangsa India petama singgah di Kampung Madras.Masyarakat komunitas India Tamil yang ada di Kampung Madras pada umumnya memiliki mata pencaharian sebagai pedagang.Itulah sebabnya disekitar Kampung Madras banyak toko-toko seperti tekstil, makanan maupun rempah- rempah India.
4.2.6 Ciri-ciri fisik Etnis India Tamil
meningkatnya taraf hidup etnik Tamil, tanda kawin ini diganti dengan kalung emas khusus bagi mereka yang taraf hidupnya menengah ke atas. Bagi perempuan Tamil yang sudah tidak bersuami (ditinggal mati suaminya) tanda kawin ini tidak lagi bisa dipergunakan, kepada mereka ini dikhususkan hanya boleh memakai potte yang berwarna putih dan tidak dibenarkan memakai wallewi atau gelang plastik yang berwarna-warni.
Mereka hanya boleh memakai apabila telah bersuami lagi
sebagian etnis Tamil yang masih memakai sari.Untuk pergi ibadah dan pergi kepesta.Untuk kehidupan sehari-hari mereka tidak Nampak lagi memakai sari.
4.3. Profil Informan
1. Nama : Ibu Nasegri Alamat : Jl Kediri No 68 Etnis : India Tamil Umur : 53 Tahun Agama : Hindu
beragama Hindu. Di karenakan suatau sebab yang beliau tidak bisa ceritakan akhirnya berhenti dari lembaga yang telah menafkahi beliau selama 25 tahun.
Selama menjalankan usaha di warung kopi ibu yang memiliki kulit berwana hitam ini memiliki banyak pelanggan tidak hanya dari Etnis India Tamil saja namun dari etnis lain juga. Bahkan etnis Tionghoa menjadi pelanggan beliau. Sehari hari Ibu Nasegri di temani oleh Ibu Parimala yang sering mampir menemani beliau dan bergosip dengan beliau.Ibu Nasegri merupakan anak dari Ibu Sandra yang menjadi informan juga.
2. Nama : Ibu Sandra Alamat : Jl Kediri No 68 Etnis : India Tamil
Umur : 80
Agama :Hindu
Ibu yang tetap cantik di usianya yang tua ini adalah Ibunda dari Ibu Nasegri.Beliau tinggal bersama ibu Nasegri.Keseharian dari ibu yang berambut lurus ini adalah mengawasi ibuk Nasegri di warung.Terkadang beliau sering memarahi ibu Nasegri ketika ibu Nasegri melakukan kesalahan.Ibuk Sandra sering nonkrong di warung dan bergosip dengan pelanggan.Walau sudah tua ibu Sandra masih gesit membantu ibuk Nasegri di warung.
Umur : 53 Tahun Agama : Hindu
Ibu yang berwajah manis dan memilki kulit tidak terlalu hitam hanyalah seorang ibu rumah tanga biasa. Beliau mempunya suami yang bekerja di sebuah perusahaan kontraktor.Ibu yang sudah tinggal di kampung Madras selama 53 tahun ini merupakan sahabat baik dari Ibu Nasegri.Keseharian beliau setelah membereskan rumah dan melayani suami adalah menemani ibu Nasegri diwarungnya.
Becanda tawa dan bergosip dengan ibu Nasegri dan pelanggan yang dating ke warung ibu Nasegri.Selain itu ibu Parimala berbelanja dan memasak makan siang untuk keluarga.
4. Nama : Ibu Surya
Alamat : Jl Tengku Cik Ditiro Etnis : India Tamil
Umur : 64 tahun. Agama : Hindu
anak –anak yang bekerja di luar negeri. Ada juga anak dari ibu yang kurus termakan usia ini bekerja di dalam negeri, namun di luar kota Medan. Ibu Surya hanya berjualan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.Bukan untuk menghidupi keluarganya. Beliau juga biasa mendapat kiriman dari anak-anaknya yang sudah bekerja namun dikarenakan beliau tidak ingin merepotkan anak-anaknya beliau tetap berjualan kue serabi.
5. Nama : Bapak Ratna Das Etnis : India Tamil Agama : Budha Umur : 68 Tahun
Bapak yang pernah menjadi kepala lingkungan 10 ini adalah seorang yang di tuakan di kampung madras.Tidak ada yang tidak tahu Bapak Ratna Das. Namun di Kampung Madras nama panggilan bapak ini adalah bapak Kancil. Beliau sering duduk di kantor Kelurahan Madras Hulu. Bercengkrama dengan anggota kelurahan.Bapak Ratna Das yang kulitnya hitam ini sering berkeliling Kampung Madras dengan menggunakan sepeda motor miliknya.
6. Nama : Bapak Khairuddin Etnis : Jawa
Bapak yang memakai topi hitam ini adalah pelanggan tetap dari ibu Nasegri.Beliau sering duduk di warung Ibu Nasegri.Terkadang makan terkadang minum dan terkadang hanya bercerita saja. Bapak ini sering menceritakan kasus – kasus social politik yang berkembang di kota Medan.
7. Nama : Bapak Warmansyah Etnis : Jawa
Umur : 50 Tahun. Agama : Islam
Bapak Warmansyah adalah pria yang sudah berumur setengah abad yang berprofesi menjadi tukang parkir.Sehari hari bapak yang dianugrahkan istri yang cantic dan anak – anak yang ganteng, mengatur parkir di sepanjang jl Tengku Cik Ditiro.Kalau ingin bertanya tenntang kondisi di jalan kampung madras bapak ini adalah orang yang tepat.Bapak ini sudah lama menjadi tukang parkir dan menjadi tukang parkir yang paling di segani.Semua tukang parkir kenal dengan bapak ini.
8. Nama : Ibu Nisa Etnis : Padang
Umur : 42
Ibu cantik berkulit sawo matang ini adalah istri dari bapak Warmansyah.Beliau berjualan sarapan di pinggir jalan tengku Cik ditiro.Kalau pagi hari kedai ibu Nisa ramai di penuhi pelanggan. Baik oleh dari etnis India tamil dan etnis tionghoa.
Selain tempat yang strategis rasa dari masakan ibu Nisa tidak kalah di bandingkan dengan chef terkenal.Ibu Nisa berjualan untuk membantu Bapak Warmansyah mencari Nafkah.
9. Nama : Rizky Etnis : Jawa Umur : 25 tahun Agama : Islam.
Abang risky adalah seorang pemuda yang sehari- hari bekerja membantu ibunya di warung, abang risky adalah anak dari Ibu Nisa dan Bapak Warmansyah. Beliau tamatan dari Universitas swasta yang ada di kota Medan dan mengambil Jurusan Teknik sipil. Kesaharian abang ini membantu ibu Nisa kerepotan berjualan.Apalagi ketika warung ramai, bantuan dari abang risky sangat di perlukan.
10. Nama : Ritha Tambunan
Ibu Ritha Tambunan adalah seorang dosen dari jurusan Antropologi Fakultas Ilmu social dan Politik Universitas Sumatera Utara.Beliau meneliti kaum etnis India Tamil sejak lama.Beliau sudah banyak mengetahui bagaimana kehidupan Etnis India Tamil karena beliau sudah melakukan penelitian mendalam kepada mereka.Dan sekarang ibu Ritha Tambunan Melakukan Penelitian lagi guna menyelesaikan Disertasi beliau.
9 Nisa
(Informan Tambahan)
Padang Islam 42
10 Ritha Tambunan. (Informan Tambahan)
4.4. Pembahasan Data Penelitian
4.4.1. Gambaran Etnis India Tamil di Kampung Madras.
Kampung Madras yang terbentuk dari pemukiman Etnis India Tamil yang bekerja sebagai buruh tani tembakau Deli ini merupakan Pusat Komunitas Etnis India Tamil. Hal ini seperti diungkapkan Bapak Ratna Das sebagai Tokoh masyarakat, di wawancarai pada tanggal 1 Oktober 2016 yang menyatakan Bahwa:
“ Dahulu nenek moyang Bapak sebagai buruh tani. Kampung madras pada asalnya pemukiman dari etnis india yang berkerja di perkebunan.”
Etnis India Tamil semakin berkembang di Kampung Madras.Berdirinya kuil besar Sri Mariaman merupakan bukti berjayanya Etnis India Tamil. Banyak ruko-ruko yang menjual segala pernak-pernik India, dimulai dari pakaian India,rempah-rempah khas India yang berbau tajam dan juga aksesoris khas Etnis India. Bapak warmansyah seorang tukang parkir yang di wawancarai pada tanggal 29 September 2016 menyatakan bahwa :
Hal senada juga di sampaikan oleh Ibuk Nisa yang merupakan istri dari Bapak Warmansyah di wawancarai pada hari yang sama menyatakan bahwa :
“90% orang India Tamil yang mendiami daerah ini. Suku lokal seperti suku Jawa, Batak, Padang,Melayu sangat sedikit bahkan bisa di hitung dengan jari. Jalan Tengku Cik Ditiro ini dahulunya adalah pemukiman orang India.”
Dapat di simpulkan bagaimana dulu orang India Tamil menjadi tuan rumah di Kampung Madras. Etnis India Tamil menjadi kaum mayoritas dan menjadi penggerak ekonomi di Kampung Madras.Jalan Tengku Cik Ditiro yang menjadi jalan yang membelah kampung Madras dulunya adalah pemikiman Etnis India Tamil.Dikarenakan Etnis India Tamil banyak yang menjual tanahnya untuk kebutuhan ekonomi, maka kini pemukiman itu suadah tidak ada lagi.Sekarang banyak berdiri ruko-ruko besar dan bangunan bangunan mewah.Etnis India Tamil sudah berkurang menghuni di Kampung Madras. Walaupun etnis India Tamil masih ada di Jalanan di Kampung Madras namun kini Etnis Tionghoa memenuhi Kampung Madras. Banyak etnis Tionghoa yang juga berjualan di ruko di sekitar Jalan Zainul Arifin, Jalan Tengku Cik Ditiro, Jalan Jenggala dan Jalan Kediri.Daerah yang tadinya pemukiman India Tamil kini sudah mulai berubah menjadi pemukiman Etnis Tionghoa.
Ibu Nasegri seorang etnis India Tamil yang membuka warung kopi di depan perkarangan rumahnya yang di wawancarai pada tanggal 3 Oktober 2016 menyatakan bahwa :
Susahnya perekomonian membuat banyak Etnis India Tami menjual tanahnya.Uang hasil penjualan tanah tersebut di gunakan untuk mengadu nasib keluar daerah.Ada juga orang India Tamil tetap bertahan di Kampung Madras ini.Uang dari hasil penjualan tanah atau warian dari orang tua mereka jadikan modal untuk membuka usaha. Nenek Sandra yang merupakan Ibu dari Ibu Nasegri hasil wawancara pada Tanggal 3 Oktober 2016 menyatakan bahwa :
“ Nenek sudah membagi warisan pada anak-anak nenek. Kebetulan anak nenek, Nasegri mendapatkan rumah nenek, dan dia membuka warung kopi disini, beda dengan saudaranya yang lain, sudah merantau semuanya”
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bagaimana berkurangan Etnis India Tamil dari kawasan yang mereka bentuk pada awal mulanya di karenakan mereka kesulitan ekonomi dan menjual rumah dan tanah mereka untuk pergi keluar dari Kampung Madras dan mereka yang bertahan di Kampung Madras, menggunakan hasil dari pembagian warisan untuk modal berjualan di Kampung Madras, jika warisan yang di terima banyak maka mereka bias berjualan ruko besar namun jika warisannya kecil mereka hanya bisa membuka warung kecil atau bahkan tukang parkir.Seperti penjelasan dari bapak Warmansyah yang di wawancara pada tanggal 29 september 2016.
“banyak kawan bapak orang Tamil juga. Hidup sederhana membuat mereka jadi tukang parkir.Terkadang sesama mereka merebut lahan parkir.”
berdekatan dengan pusat perbelanjaan yang menjadi daerah strategis untuk memulai usaha.
4.4.2. Adaptasi Masyarakat Etnis India Tamil di Kampung Madras. 4.4.2.1 Kehidupan Sosial Etnis India Tamil di Kampung Madras.
Kampung Madras yang memiliki masyarakat yang majemuk di dalamnya menyisakan ragam yang menarik untuk di bahas.Bagaimana kehidupan social Etnis India Tamil di tengah tengah keberagaman Etnis yang ada di kampung Madras menarik untuk di bahas.Seperti yang sudah di ketahui bahwa Etnis India Tamil hidup di kelilingi etnis lainya seperti Etnis Tionghoa, Batak, Jawa, Melayu dan Padang.Etnis India Tamil dalam kehidupan sosialnya sangat baik.Etnis India Tamil berbaur dengan etnis-etnis lainya. Etnis India Tamil Beradaptasi dengan baik dengan kaum etnis lain.Bapak Khairuddin yang di wawancarai tanggal 3 Oktober 2016 menyatakan bahwa :
“orangIndia disini sudah berbaur dengan kita. Mereka tidak sungkan untuk ikut duduk nongkrong dengan kita.Mereka juga sering ikut bergosip.Tidak malu dan tidak menutup diri.Seperti sekarang saya yang sedang ngopi di kedai Ibu Nasegri.Kami sering bercanda tawa.”
Pernyataan serupa juga di ucapkan Ibu Parimala yang di wawancarai pada tanggal 3 Oktober 2016 yang menyatakan bahwa :
Dari pernyataan bapak Khairuddin dan Ibu Parimala bahwa Etnis India Tamil dalam bergaul tidak menutup diri mereka menerima dengan tangan terbuka dengan yang namanya perbedaan. Etnis India Tamil saling menghargai satu sama lain. Tidak peduli ras,suku,agama,perbedaan warna kulit mereka tetaplah bergaul, bersosialisasi menjadi satu dengan etnis yang lain.
Orientasi politik kaum Tamil di Medan sekarang ini mereka tidak lagi terpolarisasike suatu partai tertentu.Di masa lampau Orientasi politik kaum Tamil adalah Golkar, namun sekarang sudah banyak mereka ke partai lain. Kaum muda Tamil banyak juga yang aktif di organisasi kepemudaan seperti Pemuda Pancasila dan Ikatan Pemuda Karya.
4.4.3. Kehidupan Ekonomi Etnis India Tamil di Kampung Madras
Mayoritas mata pencaharian masyarakat baik itu Etnis India Tamil, Etnis Tionghoa, Etnis Jawa, Etnis Batak adalah pedagang dan penyedia sector jasa.Mereka memiliki ruko untuk tempat berjualan dan bahkan sebagai tempat tinggal. Untuk sector jasa mereka bekerja sebagai tukang bengkel, tukang jahit, laundry, semuanya ada di kawasan Kelurahan Madras Hulu sebagai daerah pertokoan di Kota Medan.
Etnis Tionghoa adalah yang paling menguasai pasar, keahlian mereka dalam menanam modal dan juga sifat dagang mereka menjadikan sector perekonomian di topang oleh pedagang Etnis Tionghoa.
hidup. Etnis India Tamil Yang memiliki ruko besar hanya sedikit.Kebanyakan Etnis India Tamil hanya memiliki kedai kecil dan tempat yang sempit.Seperti apa yang di terangkan Ibu Parimala pada tanggal 3 Oktober 2016 menyatakan bahwa :
“kemungkinan orang India Tamil yang punya ruko besar itu di karenakan uang warisannya banyak orang tuanya dulu kaya, kalau lah seperti saya orang susah jadi hanya bias sedikit memberikan uang warisan untuk ibu Nasegri ini. Setelah di pakai buat keperluan sisanya ya di buatnya kedai ini.”
Senada dengan apa yang di ungkapkan Ibu Parimala Abang risky yang menjadi anak Bapak Warmansyah dan Ibuk Nisa di wawancarai pada tanggal 29 September 2016 menerangkan bahwa
“abang dulu punya kawan etnis india tamil, dia menerangkan bahwa bapaknya bisa bukak usaha karena dari warisan dari nenek dia dulu. Sekarang abg tidak mendengar lagi kabar dari dia, karena dia sekeluarga pindah. Abang tidak tau karena apa, kawan abang itu langsung pindah.”
Dapat di simpulkan bahwa kehidupan ekonomi Masyarakat Etnis India Tamil di Kampung Madras ini dapat di katakan serba sederhana.Mereka kalah dengan etnis Tionghoa.Hal ini yang menyebabkan banyak etnis India Tamil memutuskan keluar dari Kampung untuk mencari penghidupan yang layak.
4.4.4. Kehidupan Beragama Etnis India Tamil Di Masyarakat.
administrasinya di pemerintahan, agama Sikh tetap bernaung di bawah Parisada Hindu Dharma Indonesia Wilayah Sumatra Utara, sebuah wadah bagi agama Hindu di Indonesia.
Penganut agama Hindu terhimpun dalam wadah kuil yang di kota Medan secara kultural menyatu dalam Perhimpunan Shri Mariamman Kuil. Shri Mariamman Kuil yang terletak di Kampung Madras dibangun pada tahun 1884, dan berfungsi sebagai “payung” bagi kuil-kuil lain yang terdapat di sejumlah tempat lain di kota Medan. Letak bangunan kuil ini menghadap matahari terbit.Adapun konsep matahari terbit.menurut ajaran agama Hindu adalah bahwa matahari adalah sinar Tuhan yang memberikan kehidupan bagi makhluk hidup di dunia.
Komunitas Kristen India di Medan merupakan komunitas Kristen India Tamil yang tergolong masih sangat muda, karena baru muncul beberapa tahun terakhir ini. Walaupun dalam kenyataannya komunitas Kristen India Tamil ini masih baru, tetapikeberadaan mereka di Kota Medan sudah ada jauh sebelumnya dan dapat ditemui diberbagai tempat diseluruh kota Medan. Masyarakat ini berasal dari India Tamil yang merupakan percampuran dari tiga komunitas pemula, yang pertama adalah komunitas tertua yang merupakan kaum atas atau kaya raya, terpandang, dan sangat sulit dijumpai karena jarang keluar rumah.
Ada dua masjid yang dibangun oleh yayasan tersebut, satu terletak di Jalan Kejaksaan Kebun Bunga dan satu lagi di Jalan Zainul Arifin. Lokasi pekuburanterdapat di samping Masjid Ghaudiyah (Jalan Zainul Arifin). Tanah wakaf di lokasi Kebun Bunga cukup luas (sekitar 4000 meter) sedangkan lokasi Masjid Ghaudiyah sekitar 1000 meter persegi.
Kehidupan beragama di Kampung Madras ini terjalin Harmonis.Tidak pernah di temukan konflik berlatar belakang agama yang terjadi di masyarakat Kampung Madras.Hal ini di karenakan masysrakat menrima perbedaan dengan tangan yang terbuka dalam penerimaan perbedaan. Terlebih lagi Etnis India Tamil sangat terbuka dan menerima hal-hal diluar kebudayaan mereka, seperti yang di terangkan Ibu Surya yang di wawancarai pada 6 Oktober 2016 menjelaskan bahwa :
“Orang Tamil itu bergaulnya bebas.Dengan siapa saja bias masuk.Mereka baik kita ya lebih baik.Disini tidak pernah terjadi konflik agama.Semua agama mengajarkan pada kebaikan hanya saja manusianya yang tidak baik.Kami tidak seperti etnis cina yang hanya begaul bersama etnis mereka saja.”
4.4.5. Hubungan Enis India Tamil dengan Pihak Kelurahan
Komunitas Etnis Tamil di Kampung Madras memiliki hubungan yang cukup baik dengan pihak kelurahan.Tidak ada perbedaan yang di lakukan oleh pihak kelurahan. Dalam hal mengurus surat izin atau mengurus urusan urusan yang lain pihak Kelurahan tidak ada mempersulit Etnis India Tamil. Pihak kelurahan tidak mengistimewakan kaum etnis tertentu. Bagian KASI PEMERINTAHAN kelurahan Madras Hulu Bapak Sudar SE mengatakan Pada wawancara yang di lakukan Pada 10 september 2016 mengatakan.
“Disini pihak kelurahan tidak pernah membeda-bedakan antar etnis. Kami melayani orang India seperti kami melayani dengan yang lain. Tidak ada perbedaan yang kami lakukan. Kami tidak pernah
mempersulit. Semua kami layani dengan baik.”
Hal senada juga di sampaikan bapak Ratna Das yang diwanwancara di hari yang sama. Beliau menjelaskan bahwa :
“pihak kelurahan tidak pernah membedakan. Baik itu orang cina, india, batak. Jawa, mereka layani dengan baik. Tidak ada perbedan yang mereka lalukan. Saya disini sering di kantor kelurahan memantau mantau. Jadi saya tahu.”
4.5. Modal Sosial Etnis India Tamil.
Modal sosial adalah hubungan sosial yang terjalin dalam kehidupansehari-hari warga masyarakat. Hubungan sosial mencerminkan hasil interaksi sosialdalam waktu yang relatif lama sehingga menghasilkan jaringan, pola kerjasama,pertukaran sosial, saling percaya, termasuk nilai dan norma yang mendasari hubungansosial tersebut. Teori modal socialdi pakai untuk mengetahui bagai bagaimana cara etnis India Tamil yang bertahan di kampung Madras memeprtahankan Eksistensi mereka. Etnis India Tamil walau dalam kehidupan sosialnya berbaur menjadi satu dengan etnis lainnya dan etnis India Tamil sudah menghasilkan jaringan-jaringan social,saling percaya dan kerja sama dengan etnis lainNamun dalam hal semua itu hanya dalam bentuk kekerabatan. jaringan social kerja sama dan kepercayaan yang menghasilkan perekonomian, dalam hal ini etnis India Tamil tidak melakukan itu semua. Mereka dalam perekonomian berdiri sendiri, tidak ada jaringan atau kerja sama diantara mereka dalam segi Ekonomi. Bahkan sebenarnya Etnis India Tamil sangat menyedihkan jika di lihat dari perekonomian mereka.Hanya sedikit dari mereka yang kaya dan bisa berjualan di ruko yang besar.Hal ini di jelaskan Ibu Ritha Tambunan, seorang antropolog di Universitas Sumatera Utara yang melakukan penelitian mendalam mengenai Etnis India Tamil. Hasil berdiskusi dengan Ibu Ritha Tambunan pada tanggal 9 November 2016 beliau menjelaskan :
4.5.1. Jaringan (Networking)
Jaringan sosial merupakan suatu jaringan dimana terdiri dari ikatan-ikatan yang menghubungkan antara satu titik dengan titik lain di dalam suatu hubungan sosial. Berdasarkan pada jenis ikatan ini, maka secara langsung atau tidak langsung menjadi anggota suatu jaringan sosial adalah manusia (Agusyanto,2007:13)
Jaringan social yang di bentuk Etnis India Tamil sangat baik.Mereka membaur menjadi satu dengan Etnis lainnya.Banyak Etnis India Tamil yang bahkan menjadi ketua di Organisasi Kepemudaan.( OKP) seperti menjadi ketua di organisasi Ikatan Pemuda Karya (IPK) dan Pemuda Pancasila.(PP). Mereka membangun koneksi dengan etnis-etnis lain. Sehingga jaringan mereka sangat luas, tidak hanya dengan Etnis mereka sendiri.Bapak Ratna Das mengatakan dalam wawancara yang kedua pada tanggal 5 Oktober 2016 beliau menerangkan.
“Disini Ketua IPK dan PP adalah orang India. Walau pun sudah menjadi ketua mereka tidak pernah cari rebut atau mengutip uang preman dari masyarakat sekitar. Mereka menjaga ketertiban disini.”
Dari pernyataan bapak Ratna Das dapat di simpulkan bahwa Etnis India membentuk jaringan-jaringan yang besar. Mereka juga bias bekerja sama dengan Etnis lain. Seperti yang di katakan Bapak Warmansyah yang di wawancarai pada tanggal 29 September 2016 mengatakan bahwa
“saya pernah bekerja sama dengan orang india, kami sama sama jadi tukang parkir di jalan zainul arifin. Dia tidak menyeobot lahan saya dan kami saling membantu jika mobil sangat ramai.”
menghasilkan jaringan ekonomi yangdi mana di maksudkan dalam teori Modal social.
4.5.2. Trust( Kepercayaan)
Kepercayaan memperbesar kemampuan manusia untuk bekerjasama, bukan didasarkan atas kalkulasi rasional kognitif tetapi melalui pertimbangan dari suatu ukuran penyangga antara keinginan yang sangat dibutuhkan dan harapan yang mungkin secara parsial akan mengecewakan. Kerjasama tidak mungkin terjalin kalau tidak didasarkan atas adanya saling percaya di antara sesama pihak yang terlibat (Damsar, 2009).
Kepercayaan yang ada di Kampung madras adalah kepercayan Etnis India Tamil dengan etnis lain dan sebaliknya etnis lain percaya dengan Etnis India Tamil. Bapak Ratna Das dahulunya adalah Kepala Lingkungan X di Kelurahan Madras Hulu. Beliau di percaya warganya yang tidak hanya Etnis India Tamil namun juga Etnis lain untuk mengemban Tugas sebagai Kepala Lingkungan. Namun Karena sudah tua beliau pension menghabiskan masa tuanya dengan tenang. Contoh lain yang kepecayaan antar etnis di Kampung Madras adalah Ibu Nasegri dan Bapak Khairuddin. Ibu Nasegri Menjelaskan dalam wawancara pada tanggal 3 Oktober 2016 menjelaskan bahwa :
“ saya sering meninggalkan warung kepada bapak Khairuddin. Saya terkadang harus meninggalkan warung karena berbagai alasan.yang saya harus menjemput ibu saya, atau apalah,saya suka nitip warung ke bapak ini. Kalua ada pelanggan yang mau bayar saat saya tidak ada titip ke bapak ini.”
satu dengan yang lain. Namun Rasa saling percaya ini tidak membangun kerja samadalam bidang ekonomi. Tidak ada kerja sama antara etnis India Tami dan etnis lain. Etnis India Tamil tidak ada berkerja sama membangun suatu usaha yang bisa saling menguntungkan. Seperti yang diungkapkan ibu Ritha Tambunan bahwasanya mereka tidak melakukan kerja sama, antara etnis India Tamil maupun Etnis Lain. Mereka berdiri sendiri mengharapakn modal dari warisan orang tua ataupun mereka pergi keluar untuk merantau mencari nafkah.
4.5.3. Hubungan Timbal Balik ( Reciprocal)
Proses terjadinya suatu reciprocal tidak hanya terjadi seperti jualbeli akan tetapi melalui proses yang sudah terjadi sebelumnya dalam kehidupan masyarakat, dan hubungan seperti ini terjadi pada jangka panjang atau pendek Gunawan( 2012). Hubungan timbal balik ini sudah terjadi di masyarakat Kampung Madras. Mereka saling bekerja sama dan tolong menolong dalam bermasyarakat. Tidak mengenal suku, agama, warna kulit mereka saling membantu satu sama lain.Hal ini sesuai pernyataan dari pak Ratna Das dalam wawancara tanggal 6 Oktober menjelaskan bahwa.
“Di Kampung Madras ini semua warga saling tolong menolong.Etnis India Tamil ini jika ada hajatan mereka hadir dan jika ada musibah mereka ikut membantu, tanpa memandang etnis.”
Madras ini tidak terjalin dengan Baik. Bapak Ratna Das Juga mengungkapkan hal ini dalam wawancara Tanggal 6 Oktober 2016 :
“ Di Kampung Madras ini tidak ada kerja sama ekonomi antar sesama orang Tamil. Apalagi untuk kerja sama dengan etnis lain. Mereka usaha hanya dari modal warisan dari orang tua.”
4.6. Strategi Bertahan Hidup Etnis India Tamil
Strategi bertahan hidup Bungara (dalam Resmi,2005) merupakan cara individu dan rumah tangga “ biasa” (ordinary) mengatur dirinya untuk hidup. Dalam konteks keluarga biasa, strategi penanganan masalah ini pada dasarnya merupakan kemampuan segenap anggota keluarga dalam mengelola segenap aset yang di milikinya.
Enis India Tamil harus memiliki beberapa Strategi agar bisa bertahan di kampung Madras.Baik itu dari segi ekonomi, sosial dan budaya. Bagaimana mereka agar tetap bertahan di kampung Madras. Jangan sampai beberapa tahun kemudian Kampung Madras hanya tinggal sejarah.Adapun strategi bertahan hidup yang di lakukan Etnis India Tamil di Kampung Madras adalah sebagai berikut :
4.6.1 Strategi Aktif
Etnis India Tamil mengoptimalkan segala yang di miliki keluarga untuk bertahan hidup.Seperti warisan keluarga, mereka menggunakan harta warisan untuk modal mereka berjualan. Seperti yang di katakana Ibu Nasegri dalam wawancara pada tanggal 3 Oktober mengatakan
“ saya membuka warung ini dari uang hasil pembagian warisan orang tua saya. Saya manfaatkan untuk modal membuka warung. Dan untungnya walau sedikit bias memenuhi kebutuhan keluarga saya.”
Hal senada juga di katakana Bapak yang mempunyai toko rempah – rempah besar.Nama toko tersebut Rempah – Rempah MADRAS. Toko beliau lewat dua ruko di samping kantor Lurah Madras Hulu. Beliau tidak mau di sebutkan nama dan memberikan informasi hanya sekedar saja. Menurut Bapak tersebut dia memiliki usaha karena dari warisan keluarga dan dari warisan itu ia jadikan modal untuk berusaha.
Lain lagi untuk kasus Ibu surya.Beliau hanya berjualan kue serabi untuk memenuhi kehidupannya saja.Beliau mendapatkan kiriman dari anak – anaknya yang bekerja di Malaysia. Dalam wawancara pada tanggal 3 Oktober 2016 beliau menjelaskan bahwa :
“ kita kalau tidak berpenghasilan sekarang ini susah. Saya tidak mau mengharapkan kiriman dari anak-anak saya.Mereka memang mengirim tiap bulan tapi saya tetap berjualan kue serabi ini.”
di kampung Madras.Etnis India Tamil tetap terpinggirkan di kampung madras.Mereka kalah bersaing dengan etnis Tionghoa.Dari segi modal, kekayaan dan aset-aset yang di miliki etnis Tionghoa sangat berbeda jauh oleh Etnis India Tamil.Maka dari itu kebanyakan Etnis India Tamil di Kampung Madras hanya bisa membuka jualan kecil-kecilan.Ada beberapa dari mereka yang bisa membuka usaha besar, namun bagaimana dengan Etnis India Tamil yang tidak seberuntung itu.Mereka hanya bisa bejualan sederhana dan bahkan ironisnya lagi mereka menjadi tukang parkir.
4.6.2. Strategi Pasif
Strategi PasifYaitu mengurangi pengeluaran keluarga(misalnya pengeluaran biaya untuk sandang,pangan, pendidikan, dan sebagainya).Strategi Pasif ini di gunakan hanya beberapa Etnis India Tamil saja.Kebiasaan buruk Etnis India Tamil adalah suka menghamburkan uang.Mereka tidak biasa menabung, ada uang sedikit langsung mereka gunakan untuk minum-minum. Seperti yang di katakana Bapak Warmansyah dalam wawancara pada tanggal 29 September 2016. Beliau menerangkan bahwa :
“ Sudah menjadi rahasia umum bagi warga disini, bahwa orang india suka mabuk. Mereka kalau udah beduet suka minum – minum.Mereka tidak memikirkan hari esok, tidak untuk menabung.Cara menandakan mereka berduit gampang, mereka kalau beduit tidak pulang kerumah dan tidur dijalan.Itu karena mabuk mabukan itu”.
Berbeda dari Ibuk Nasegri yang menyatakan pada wawancara 3 Oktober 2016 menerangkan bahwa :
tinggi.Saya juga memisahkan antara keuntungan yang akan saya gunakan dan saya tabung untuk jadikan modal lagi.”
Hal senada juga di ucapakan Ibu Parimala yang di wawancarai pada tanggal 3 Oktober 2016 menerangkan bahwa :
“ kalau tidak menabung tidak tegigitlah dek. Gaji suami saya yang sebagai kontraktor sebagian saya tabung.Untuk pendidikan anak saya, kalau tidak di persiapkan susah dek, mahal pendidikan sekarang.”
Dari uraian diatas dapat di Tarik kesimpulan bahwa strategi pasif digunakan untuk Ibu – Ibu.mereka menggunakan keuntungan dari usaha dan gaji suami mereka untuk menabung. Mereka juga berhemat dikarenakan harga yang begitu tinggi.Mereka membatasi pengeluaran mereka.Namun kaum pria dari Etnis India Tamil lebih suka menghambur hamburkan uang.Mereka hobi untuk minum-minum dan mabuk-mabukan.Menabung di wajibkan untuk bertahan di zaman sekarang ini.Untuk Etnis India Tamil, menabung merupakan salah satu upaya mereka dapat bertahan hidup di Kampung Madrash.Mereka yang hidup serba sederhana kalau tidak menabung, mereka bisa tersingkirkan dari kampung Madras.
Penjelasan diatas menunjukan bagaimana strategi bertahan hidup etnis India Tamil untuk mempertahankan eksistensinya. Hal ini sesuai dengan hasil diskusi Ibu Ritha Tambunan pada tanggal 9 November 2016 beliau menjelaskan :
4.7. Identitas Etnis India Tamil
Etnis India Tamil selain mempertahankan keberlangsungan hidup mereka di Kampung Madras, mereka juga mempertahankan identitas etnis mereka di tengah masyarakat.Walaupun mereka sudah berbaur menjadi satu dengan masyarakat namun mereka tetap mempertahankan identitas etnis mereka.Hal ini harus mereka lakukan karena secara ekonomi mereka sudah kalah dari etnis lain. Mereka harus mempertahankan identitas etnis mereka melalui melestarikan kebudayaan mereka.Walau sebenarnya fakta di lapangan para pemuda dari etnis India Tamil melupakan Bahasa mereka namun mereka tetap mempertahakan kebudayaan, upacara adat mereka. Dan para kaum tua Etnis India Tamil rajin menanamkan identitas Etnis mereka, di mulai dari mengingatkan para pemuda untuk berbahasa Tamil lagi memberikan pengajaran akan kebudayaan mereka.Karena hanya dari kebudayaan mereka bisa bertahan.Etnis India Tamil strategi bertahan Hidup mereka dari segi ekonomi sudah mengalami kegagalan.Jangan sampai mereka juga kalah dari segi budaya. Etnis India tamil yang kaya akan kebudayaan mereka menjadi kartu as mereka untuk menunjukan eksisistensi mereka di kampung madras.
Identitas etnis mereka yang menjadi kesempatan mereka menunjukan eksistensi mereka di kampung Madras
4.7.1. Aspek Eksternal dalam mempertahankan Identitas etnis.
Dalam jurnal dalam Anggraini 2009:14 Aspek eksternal berhubungan dengan tingkah laku yang mudah terlihat, dan termasuk:
a. berbicara dengan bahasa tertentu; b. melakukan tradisi-tradisi etnik;
c. berpartisipasi dalam jaringan etnis personal, seperti keluarga dan pertemanan;
d. berpartisipasi dalam asosiasi sukarela yang bersifat etnis seperti klub, masyarakat, dan organisasi pemuda; dan
Penjelasan mengenai identitas etnis diatas sangat sesuai dengan keadaan Etnis India Tamil dalam mempertahankan etnis mereka.Etnis India Tamil walaupun dalam keseharian mereka sudah menggunakan Bahasa Indonesia dengan lancar namun mereka tetap menggunakan Bahasa India jika mereka berbicara sesama etnis mereka.
Hal ini di perlihatkan Ibu Surya kepada penulis ketika penulis mewawancarai beliau. Beliau berbicara Bahasa India ketika melayani pelanggan sesama Etnis India Tamil. Beliau juga mengungkapkan bahwa
Walau para pemuda sudah tidak menggunakan Bahasa Tamil Lagi, namun para orang tua tetap memaksakan anak mereka untuk berbahasa Tamil.Seperti para orang tua yang tetap berbahasa Tamil di rumah dan jika lagi berkumpul dengan sesama mereka.Bahasa merupakan salah satu identitas etnis yang harus di jaga.Kalau etnis India Tamil tidak menjaga Bahasa mereka, tentu nya identitas mereka juga semakin pudar.
Kuil sri mariaman adalah satu peninggalan kebudayaan dari Etnis India Tamil yang beragama Hindu. Di kuil ini merupakan tempat bagi upacara keagaaman Hindu seperti Hari Raya Depawali.Etnis India Tamil masih menggunakan kain sari untuk bersembahyang di kuil ini.Mereka tetap mempertahankan pakaian khas dari Etnis India Tamil tersebut.Sebelum menyambut hari raya Depali mereka mengadakan Sembahyang selama 10 hari di Kuil Sri Mariamman.Etnis Peneliti mengalami kesulitan mewancarai pedeta kuil Sri Mariamman.Pendeta kuil Sri Mariamman sedang sibuk melakukan persiapan persiapan 10 hari menyambut Depawali sehingga tidak bisa di ganggu.Kemudian di karenakan keterbatasan waktu tidak memungkinkan untuk melakukan wawancara.
Namun bapak Warmansyah dalam wawancara dalam wawancara pada 29 September 2016 menerangkan bahwa
“ Adek terlambat datangnya. Dua bulan lalu orang India mengadakan semacam ritual adat mereka yaitu tusuk lidah.Jalan cik ditiro ini ramai. Saya tidak tau ritualnya bertujuan untuk apa. Bukan Depawali kalau Depawali biasa bulan Oktober.Kalau depawali biasa disini ramai.Acara Depawali selalu meriah.”
mereka terbuka untuk umum, agar etnis lain juga melihat kebudayaan etnis mereka. Etnis India Tamil Juga menunjukan bahwa identitas mereka tidak hilang di tengah gempuran zaman dan ekonomi.Mereka masih eksis di kampung Madras.
Etnis India Tamil di Kampung Madras tidak mengikuti jaringan etnis personal. Bahkan di kampung Madras tidak ada sama sekali Organisasi yang khusus menaungi Etnis India Tamil hanya saja ada badan khusus yang menaungi Etnis India Tamil yang beragama Hindu saja. Badan tersebut bernama Parisada Dharma Hindu Indonesia ( PHDI) langsung di naungi Pemerintah Indonesia. Hal ini diungkapkan oleh bapak Ratna Das yang di wawancarai pada tanggal 6 Oktober 2016 mengatakan bahwa :
“Kalau berbicara soal organisasi orang khusus orang india dikampung Madras ini tidak ada. Yang ada khusus untuk agama Hindu saja,Saya tidak bisa bilang PHDI menaungi seluruh orang India karena orang india pada nenek moyang dulu sudah memeluk 4 agama. Islam, Hindu, Buddha dan Kristen.Orang india disini mengikuti organisasi seperti IPK dan PP. paling itu aja organisasinya ketuanya orang India.”
4.7.2. Aspek Internal dalam mempertahankan Identitas Etnis
Menurut Jenkin (dalam Anggraini 2009:15)Aspek internal dari identitas etnis mengacu pada gambaran, ide, sikap dan perasaan, dan termasuk empat dimesi: afektif, kepercayaan(fiducial), kesadaran/pengertian (cognitive), dan moral.Dimensi afektif mengenai perasaan yang dimiliki individu terhadap kelompok Etnisnya. Dalam kasus Kampung Madras dari semua wawancara yang di lakukan dapat di Tarik kesimpulan bahwa mereka walau telah berbaur menjadi satu dengan masyarakat lain namun tetap saja mereka juga mencintai etnis mereka, mereka ingin menunjukan bahwa etnis India Tamil mampu mempertahankan eksistensi mereka di Kampung Madras.
Sejalan dengan dimensi yang kedua yaitu kepercayaan mereka memiliki kepercayaan tinggi dengan sesama Etnis mereka.Tidak ada terjadi bentrokan di antara mereka.Dan mereka menjain hubungan kepercayaan dengan etnis Lain.Hal ini juga termasuk dalam modal social social dalam mempertahankan etnis Mereka. Tentu mereka akan di dukung oleh etnis lain jika nantinya mereka mendapatkan suatu masalah.
Dan dimensi moral mereka harus mengajarkan kebudayaan mereka, ciri khas mereka pada generasi muda.Mereka mengajarkan kepada anak- anak mereka tentang identitas Etnis mereka.Jangan sampai seluruh adat dan kebudayaan Etnis India Tamil menghilang dari kampung Madras.Jika itu terjadi maka tidak ada lagi namanya kampung Madras. Kampung Madras hanya akan menjadi sejarah dalam kota Medan. Etnis India Tamil dalam Strategi bertahannya hanya bisa dari segi kebudayaan.Semua informan Etnis India Tamil Mengatakan mereka ingin agar kebudayaan mereka sebagai jati diri Etnis mereka tidak hilang. Mereka semua mengajarkan keras bagaimana meneruskan atau melestarikan kebudayaan mereka kepada anak muda.Para informan dari Etnis Tamil Juga Mengatakan bahwa mereka tidak malu dengan jati diri mereka.Walaupun dari segi ekonomi mereka tidak dapat berkembang.Mereka tidak bisa bersaing dengan Etnis Tionghoa.
BAB V PENUTUP.
5.1 KESIMPULAN
1. Kelurahan Madras Hulu adalah kelurahan yang menjadi bagian dari Kecamatan Medan Polonia yang mempunyai luas 0,67 km2
2. Kampung Madras adalah kampung yang menjadi bagian dari Kelurahan Madras Hulu yang dimana banyak Etnis India Tamil yang hidup berdampingan dengan Etnis lain.
3. Etnis India Tamil sejak awal bermigrasi ke Indonesia sebagai buruh di perkebunan Tanah Deli (dulunya Sumatera Timur). Ketika kontrak mereka telah selesai mereka tidak lagi kembali ke daerah asalnya (Madras, India Selatan) dan hidup sebagian banyak sebagai pedagang hingga ke kota Medan. Lalu mereka membentuk sebuah pemukiman dan menjadi pusat Komunitas Etnis India Tamil dan sekarang wilayah itu di kenal dengan sebutan Kampung Madras
4. Kampung Madras tadinya merupakan pemukiman Etnis India Tamil yang menjadi buruh tani di perkebunan tembakau Deli. Namun kini menjadi pusat perbelanjaan dan banyak di huni Oleh Etnis Tionghoa.
Surabaya, dan kota lainnya diluar kota Medan, dan merantau keluar Negeri seperti ke negara Malaysia.
6. Enis India Tamil dalam strategi bertahan mereka dari segi perekonomian mereka sudah gagal. Kesempatan mereka hanya di kebudayaan yang dapat mereka tonjol kan agar menunjukan mereka bisa eksis di kampung madras. 7. Pemerintahan kelurahan Madras Hulu tidak pernah membedakan dalam
pelayan mereka dengan masyarakat, termasuk dengan Etnis Tamil. Mereka tidak mengistimewakan etnis tertentu.
8. Pemerintah tidak pernah melarang dalam etnis India Tamil untuk berjualan. 9. Etnis India Tamil yang bertahan di Kampung Madras di karenakan mereka
menggunakan warisan dari keluarga mereka dan menjadi modal untuk mereka berdagang atau membuka usaha di Kampung Madras. Walau pun dari segi perekonomian mereka masih kalah.
10. Dalam kehidupan social, etnis India Tamil sudah berbaur dengan etnis lain. Mereka tidak menutup diri dari etnis lain. Mereka bergaul dan bersosialisasi dengan baik.
11. Etnis India Tamil beragama para Etnis India Tamil yang bermayoritas agama Hindu tidak pernah sekalipun terlibat Konflik. Para Etnis India Tamil membaur menjadi satu dengan etnis lainnya. Hidup aman sejahtera, saling menghargai dan membantu dengan etnis lain.
13. Tidak ada yang organisasi yang khusus menaungi seluruh Etnis India Tamil, yang ada hanya badan yang menaungi Etnis India Tamil yang beragama Hindu.
14. Walaupun Etnis India Tamil sudah melebur menjadi satu dengan etnis lain tetapi mereka tetap mempertahankan identitas etnis mereka.
15. Strategi bertahan yang berhasil di lakukan Etnis India Tamil adalah dari segi kebudayaan. Mereka masih mengadakan upacara dan kegiatan adat, mereka juga masih menggunakan Bahasa Tamil, walau hanya orang tua saja yang menggunakan Bahasa Tamil namun mereka tetap mempertahankannya. 16. Dari segi orientasi politik yang ada di kampung madras, Etnis India Tamil
menjadi anggota bahkan ketua dalam organisai kepemudaan seperti Pemuda Pancasila Dan Ikatan Pemuda Karya.
5.2 SARAN
1. Etnis India Tamil Harus lebih giat mencari nafkah dan melakukan inovasi baru agar usaha mereka tidak kalah saing.
2. Etnis India Tamil Harus Membangun jaringan dan kerja sama ekonomi agar mereka dapat bersaing dan tidak tersingkir di Kampung Madras.
3. Meningkatkan kesadaran pemuda Etnis India Tamil Untuk meneruskan usaha keluarga di Kampung Madras agar keberdaan Etnis India Tamil tidak tersingkirkan.
4. Mempertahan tradisi dan adat kebudayaan etnis India Tamil jangan sampai pudar tergerus zaman
5. Mempertahankan kondisi dimana Etnis India Tamil dan etnis lainya hidup dengan damai. Jangan terpancing isu isu SARA yang dapat merusak keharmonisan antar etnis yang sudah terjalin lama di kampung Madras. 6. Membentuk organisasi khusus untuk menaungi semua Etnis India Tamil
agar tetap menjaga identitas etnis mereka.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA.
2.1. Masyarakat Majemuk
Tokoh penting yang menggambarkan tentang kemajemukan masyarakat Hindia Belanda adalah Furnivall (1939). Ciri masyarakat Hindia Belanda pada masa itu terdiri dari berbagai kelompok etnik yang tinggal bersama dalam suatu wilayah namun tidak membaur dan masing-masing memiliki suatu perangkat pranata social (sistem keluarga dan kekerabatan, agama, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya) yang khas secara formal terpisah dan memenuhi kebutuhannya sendiri (selfcontained) serta tidak memiliki suatu cita-cita yang sama (common social will). DiHindia Belanda, kelompok etnik yang secara sosial-budaya terpisah (tidak membaur)ini hanya bertemu di pasar untuk melakukan perdagangan dan tukar menukar barang dan jasa. Integrasi sosial dalam masyarakat yang seperti ini dikendalikan oleh suatu kekuatan dominan.Hal ini tercermin dalam stratifikasi sosial masyarakat Hindia Belanda yang terstruktur berdasarkan perbedaan rasial. Bangsa Eropa dan kulit putih menduduki strata teratas, kemudian ras Timur Asing (Cina, India, Arab, dan lain-lain) pada posisi kelas menengah dan golongan pribumi yang terdiri dari berbagai kelompok etnik yang beragam berada pada lapisan kelas bawah.
Indonesia tetap merupakan masyarakat majemuk.Karena itu, kondisi kemajemukan tetap perlu untuk diperhatikan.Schemerhon (dalam Paulus wirutomo 2012) misalnya, mengajukan indikator untuk menggambarkan kondisi kemajemukan.Ia mengemukakan adanya 4 macam kemajemukan, yaitu
1. Kemajemukan ideologis (adanya perbedaan tentang kepercayaan atau doctrinalbeliefs)
2. Kemajemukan politis (banyaknya satuan politik yang relatif otonom), 3. Kemajemukan kultural (banyaknya unit-unit kebudayaan yang berbeda), 4. Kemajemukanstruktural (banyaknya kelas sosial dalam stratifikasi).
Nasikun (2009:36) menyatakan bahwa masyarakat majemuk merupakan masyarakat yang menganut berbagai sistem nilai yang dianut oleh berbagai kesatuan sosial yang menjadi bagian-bagiannya adalah sedemikian rupa sehinggan para anggota masyarakat kurang memiliki loyalitas terhadap masyarakat sebagai suatu keseluruhan, kurang memiliki homogenitas kebudayaan, atau bahkan kurang memiliki dasar-dasar untuk saling memahami satu sama lain. Karakteristik yang disebutkan Pierre L. Van den Berghe dalam Nasikun (2009:40) merupakan sifat-sifat dari masyarakat majemuk
1) Terjadi segmentasi ke dalam bentuk-bentuk kelompok sub kebudayaan yangberbeda satu dengan yang lain.
2) Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi kedalam lembaga-lembaga yangbersifat nonkomplomenter.
4) Secara relatif seringkali mengalami konflik diantara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.
5) Secara relatif, integrasi sosial tumbuh diatas paksaan (coercion) dan salingketergantungan di dalam bidang ekonomi
6) Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok lain
2.2. Modal Sosial (Social Capital )
Robert M.Z. Lawang (dalam Damsar, 2011: 210) mendefinisikankapital sosial sebagai semua kekuatan sosial komunitas yang dikonstruksikan oleh individu atau kelompok dengan mengacu pada struktur sosial yang menurut penilaian mereka dapat mencapai tujuan individual dan atau kelompok secara efisien dan efektif dengan kapital lainnya.Francis Fukuyama (2002: 22) mendefinisikan modal sosial secara sederhana sebagai serangkaian nilai-nilai atau norma-norma informal yang dimiliki bersama di antara para anggota-anggota suatu kelompok.
Sebagaimana modal-modal lainnya, seperti modal fisik dan modal manusia, modal sosial tidak selalu member manfaat dalam segala situasi, tetapi hanya terasa manfaatnya dalam situasi tertentu. Suatu bentuk modal sosial bisa bermanfaat untuk memudahkan seseorang melakukan tindakan dalam suatu situasi, tetapi dalam situasi lain tidak ada gunanya dan bahkan bisa menimbulkan kerugian.
Putnam (dalam Syahra 2003:9) menyimpulkan modal sosial yang berwujud norma-norma dan jaringan keterkaitan merupakan prakondisi bagi perkembangan ekonomi.Selain itu juga merupakan prasyarat yang mutlak diperlukan bagi terciptanya tata pemerintahan yang baik dan efektif.Ada tiga alasan penting bagi Putnam untuk mengatakan demikian.Pertama, adanya jaringan sosial memungkinkan adanya koordinasi dan komunikasi yang dapat menumbuhkan rasa saling percaya di antara sesama anggota masyarakat.Kedua, kepercayaan (trust) memiliki implikasi positif dalam kehidupan bermasyarakat.Hal ini dibuktikan dengan suatu kenyataan bagaimana keterkaitan orang-orang yang memiliki rasa saling percaya (mutual trust) dalam suatu jaringan sosial memperkuat norma-norma mengenai keharusan untuk saling membantu. Ketiga berbagai keberhasilan yang dicapai melalui kerjasama pada waktu sebelumnya dalam jaringan ini akan mendorong bagi keberlangsungan kerjasama pada waktu selanjutnya.
terbentuk secara tidak langsung dengan adanya kemauan untuk itu, serta adanya kesadaran yang semakin besar dan penghargaan terhadap budaya.
Dari uraian diatas Ada tiga indikator modal sosial, yaitu : 1. Networking (Jaringan Sosial)
Salah satu pengertian jaringan dikemukakan oleh Robert M. Z. Lawang, jaringan merupakan terjemahan dari network yang berasal dari dua suku kata yaitu net dan work.Net berarti jaring,yaitu tenunan seperti jala, terdiri dari banyak ikatan antar simpul yang saling terhubung antara satu sama lain. Work berarti kerja. Jadi network yang penekanannya terletak pada kerja bukan pada jaring, dimengerti sebagai kerja dalam hubungan antar simpul-simpul seperti halnya jaring. Berdasarkan cara pikir tersebut, maka jaringan, menurut lawang yang dikutip oleh Damsar (2009 : 158) jaringan yang dimaksud yaitu :
a. Ada ikatan antar simbul (orang atau kelompok) yang dihubungkan dengan media (hubungan sosial). Hubungan sosial ini di ikat dengan kepercayaan. Kepercayaan itu dipertahankan oleh norma yang mengikat kedua belah pihak.
b. Ada kerja antar simpul (orang atau kelompok) yang melalui mediahubungan sosial menjadi satu kerja sama bukan kerja bersama-sama.
c. Seperti halnya sebuah jaring (yang tidak putus) kerja yang terjalin antar simpul itu pasti kuat menahan beban bersama dan malahdapat “menangkap ikan” lebih banyak.
hubungan sosial. Berpijak pada jenis ikatan ini , maka secara tidak langsung ataupun langsung yang menjadi anggota suatu jaringan sosial adalah manusia.
2. Trust ( Kepercayaan)
Dalam pandangan Fukuyama (2002), trust adalah sikap saling mempercayai di masyarakat yang memungkinkan masyarakat tersebut saling bersatu dengan yang lain dan memberikan kontribusi pada peningkatan modal sosial.
Damsar (2009) mencoba menjelaskan pengertian kepercayaan menurut beberapa ahli yaitu :
a. Luhmann (1979:1988), dasar terikat, bukan kepada resiko, namun kepada berbagai kemungkinan.
b. Zucker (1986), kepercayaan sebagai seperangkat harapan yang dimiliki bersama –sama oleh semua yang berada dalam pertukaran.
c. Lawang (2004 : 36), kepercayaan merupakan hubungan antar dua belah pihak atau lebih yang mengandung salah satu pihak atau kedua belah pihak melalui interaksi sosial.
3. Reciprocal (Hubungan Timbal Balik)
2.3. Identitas Etnis
Menurut Isajiw (dalam Anggraini 2009:13)istilah ”etnik/etnis” berasal dari bahasa Yunani kuno,ethnosyang berartisejumlah orang ’berbeda’ yang tinggal dan bertindak bersama-sama.
Menurut Jenkins (dalam Anggraini 2009:13),pada usia kanak-kanak,etnisitasdan hubungan darahadalah identitas utama, yang cenderunglebih kuat danresilient(elastis)dibandingkan identitas lainnya.
Identitas etnis telah menjadi satu dari banyak kategori yang paling umum digunakan manusia untuk menyusun pemikiran-pemikiran mereka tentang siapa mereka, dan untuk mengevaluasi pengalaman dan tingkah laku mereka, serta untuk memahami dunia di sekitar mereka.Identitas etnis tersebut terdiri dari aspekinternal dan eksternal dan merupakan sebuah proses sosio-psikologikal dimana masing-masing individu menempatkan dirimereka sendiri dalam sebuah komunitas secara internal dengan mengungkapkan pikiran dan perasaan, dan secara eksternal menyesuaikan tingkah laku dengan keadaan psikologikal internal.(dalam Anggraini 2009:14)
Dalam Anggraini 2009:14 Akan tetapi, walaupun aspek eksternal dan internal dalam identitas etnis saling berhubungan, tetapi tingkat pengaruhnya berbeda-beda antar individu. Aspek eksternal berhubungan dengan tingkah laku yang mudah terlihat, dan termasuk:
a. berbicara dengan bahasa tertentu; b. melakukan tradisi-tradisi etnik;
c. berpartisipasi dalam jaringan etnis personal, seperti keluarga dan pertemanan;
d. termasuk ke dalam institusi etnik seperti gereja-gereja, sekolah,perusahaan, dan media;
e. berpartisipasi dalam asosiasi sukarela yang bersifat etnis seperti klub, masyarakat, dan organisasi pemuda; dan
Dalam Anggraini 2009:14, Aspek internal dari identitas etnis mengacu pada gambaran, ide, sikap dan perasaan, dan termasuk empat dimesi: afektif, kepercayaan(fiducial), kesadaran/pengertian (cognitive), dan moral. Dimensi afektif termasuk perasaan dari keterikatan dengan kelompok, dan terdiri dari dua jenis perasaan:
a. Perasaan simpati dan preferensi kepada sebuah kelompok
b. Perasaan nyaman dengan sebuah kelompok lebih dari kelompok lain atau masyarakat lain.
Dimensi fiducial dari identitas merujuk kepada kepercayaan yang dipunyai seorang individu terhadap kelompoknya, dan rasa aman yang diperoleh.Dimensi cognitive dari identitas merujuk kepada imej diri dan imej dari kelompok seseorang.
Dimensi ini terdiri dari nilai sebuah kelompok, heritage, dan sejarah masa lalu.Yang terakhir, dimensi moral menurunkan rasa kewajiban kepada kelompok, dan berasosiasi dengan komitmen individu kepada komunitasnya, begitu pula dengan implikasi sebuah kelompok terhadap tingkah laku seseorang.
2.4. Konsep Strategi Bertahan Hidup (Coping Strategies)
hidup menerapkan pola nafkah ganda yang merupakan bagian dari strategi ekonomi.Sehingga Strategi bertahan hidup dirumuskan oleh Snel dan Traring sebagai serangkaian tindakan yang dipilih secara sadar oleh individu dan rumah tangga miskin secara sosial ekonomi. Dengan strategi ini seorang individu berusaha untuk menambah penghasilan lewat pemanfaatan sumber–sumber lain ataupun mengurangi pengeluaran lewat pengurangan kuantitas barang dan jasa.
Dalam definisi lain, strategi bertahan hidup Bungara (dalam Resmi,2005) merupakan cara individu dan rumah tangga “ biasa” (ordinary) mengatur dirinya untuk hidup. Dalam konteks keluarga biasa, strategi penanganan masalah ini pada dasarnya merupakan kemampuan segenap anggota keluarga dalam mengelola segenap aset yang dimilikinya.Bisa juga disamakan dengan kapasitas keluarga miskin dalam menanggapi goncangan dan tekanan.
Coping strategies dalam mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi terdapat berbagai cara yang ditempuh oleh keluarga yang diteliti (Wahyudi,2007:88) . Cara-cara tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu:
a. Strategi AktifYaitu strategi yang mengoptimalkan segalapotensi keluarga untuk (misalnya melakukanaktivitas sendiri, memperpanjang jam kerja,memanfaatkan sumber atau tanaman liar dilingkungan sekitar dan sebagainya.
2.5.Strategi Adaptasi
Suparlan (dalam Ginting 2015:27) mengatakan adaptasi pada hakikatnya adalah suatu proses untuk memenuhi syarat-syarat dasar untuk dapat melangsungkan hidup. Syarat-syarat dasar tersebut mencakup :
a. Syarat dasar alamiah, biologi (Manusia harus makan dan minum untuk menjaga kestabilan temperatur tubuhnya untuk tetap berfungsi dalam hubungan harmonis secara menyeluruh dengan organ-organ tubuh lainnya).
b. Syarat dasar kejiwaan, manusia memerlukan perasaan tenag yang jauh dari perasaanperasaan takut,keterpencilan, gelisah dan lain-lain.
c. Syarat dasar sosial, manusia membutuhkan hubungan untuk dapat melangsungkan keturunan untuk tidak merasa dikucilkan, dapat belajar mengenai budaya.
Vembrianto (dalam Ginting 2015:27) menambahkan adaptasi yang dilakukan manusia lewat tingkah lakunya dapat menerangkan reaksi-reaksi terhadap tuntutan atau tekanan dari lingkungannya. Karena manusia hidup dalam masyarakat, maka tingkah lakunya tentu saja merupakan adaptasi terhadap tuntutan masyarakat sosial sekitarnya. Soekanto (dalam Ginting 2015:27) memberikan beberapa batasan pengertian dari adaptasi sosial yakni :
a. Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan.
d. Mengubah agar kondisi sesuai dengan yang diciptakan
e. Memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan dan sistem.
f. Penyesuaian budaya dan aspek-aspek lainnya sebagai hasil seleksi ilmiah. Dari batasan-batasan tesebut, dapat disimpulkan bahwa adaptasi merupakan proses penyesuaian. Penyesuaian dari individu, kelompok, maupun unit sosial terhadap norma-norma, proses perubahan, ataupun suatu kondisi yang diciptakan.
2.5. Penelitian Terdahulu
Penelitian oleh Zulkifli B. Lubis Mengenai “KAJIAN AWAL TENTANG KOMUNITAS TAMIL DAN PUNJABI DI MEDAN”. Penelitian ini membahasa bagaimana perbandingan kominitas Tamil dan Punjabi di kota Medan. Penelitian ini meneliti bagaimana kominitas Tamil dan Punjabi beradaptasi di masyarakat.Kesimpulan dari penelitian ini adalah dapatdikatakan bahwa proses-proses adaptasi social budaya komunitas Tamil di Medan berlangsunglebih intensif
dengan komunitas-komunitastempatan jika dibandingkan dengan orang-orangPunjab.
Kenyataan bahwa orang-orang Tamiltelah terfragmentasi berdasarkan agama,membuat
mereka lebih terbuka untuk berubah,sehingga identitas ke-Tamil-an
merekaberangsur-angsur hilang. Bahkan kalanganTamil Muslim sudah mengidentifikasi diri kedalam
komunitas yang dia masuki, dan kesatuansebagai sesama agama menjadi lebih
kuatdibandingkan dengan kesatuan sebagai sesame warga etnik Tamil.
Hal yang agak berbeda terjadi di kalanganorang-orang Punjabi. Dengan tetap
mempertahankan adat endogami dan perananinstitusi gurudwara dalam