• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Kualitas Kehidupan Kerja (Quality of Work Life) Terhadap Motivasi Kerja dan Kinerja Pekerja di PT. Asahan Crumb Rubber.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Kualitas Kehidupan Kerja (Quality of Work Life) Terhadap Motivasi Kerja dan Kinerja Pekerja di PT. Asahan Crumb Rubber."

Copied!
211
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH KUALITAS KEHIDUPAN KERJA (QUALITY OF WORK LIFE) TERHADAP MOTIVASI KERJA DAN KINERJA PEKERJA

DI PT. ASAHAN CRUMB RUBBER.

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

DWI RACHMAYATI NIM. 080403195

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

(2)

ANALISIS PENGARUH KUALITAS KEHIDUPAN KERJA (QUALITY OF WORK LIFE) TERHADAP MOTIVASI KERJA DAN KINERJA PEKERJA

DI PT. ASAHAN CRUMB RUBBER.

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

DWI RACHMAYATI NIM. 080403195

Disetujui oleh :

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

(Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE) (Aulia Ishak, ST. MT.)

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan laporan Tugas Akhir di PT. Asahan Crumb Rubber ini. Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana

Teknik (ST) di Departemen Teknik Industri, khususnya program studi Reguler

Strata Satu, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Laporan ini berjudul

“Analisis Pengaruh Kualitas Kehidupan Kerja (Quality of Work Life) Terhadap Motivasi Kerja dan Kinerja Pekerja di PT. Asahan Crumb Rubber”.

Laporan ini menjelaskan tentang pengaruh kualitas kehidupan kerja pada

PT. Asahan Crumb Rubber tentang hubungan antara restrukturisasi kerja, sistem imbalan, lingkungan kerja dan partisipasi kerja terhadap motivasi kerja dan

kinerja pekerja.

Sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan, maka penulis menyadari

masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini. Oleh karena itu, penulis

sangat mengharapkan saran dan masukan yang sifatnya membangun demi

kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis

sendiri, PT. Asahan Crumb Rubber, dan pembaca lainnya.

Medan, Juli 2011 Penulis,

(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini, Penulis menyampaikan ungkapan terima kasih

kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan kepada Penulis, yaitu:

1. Allah SWT atas segala kemudahan, kelancaran dan kemurahan-Nya dalam

memberikan rahmat dan petunjuk untuk menyelesaikan Tugas Sarjana ini.

2. Orangtua penulis ayahanda Mariadi dan ibunda Sumiarsih yang telah

mendukung penulis dalam doa, materi, moral juga semangat untuk

menyelesaikan Laporan Tugas Sarjana.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE. selaku Dosen Pembimbing I

yang telah memberi bimbingan dan bantuan selama pelaksanaan dan

pengerjaan Laporan Tugas Sarjana.

4. Bapak Aulia Ishak, ST. MT selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak

memberi bimbingan, ilmu dan bantuan selama pelaksanaan dan pengerjaan

Laporan Tugas Sarjana.

5. Bapak Ir. Tanib S. Tjolia, M.Eng, selaku Dosen Pembanding I, terima kasih

banyak atas saran dan kritiknya sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas

Sarjana saya dengan baik.

6. Bapak Ir. Sugih Arto Pujangkoro, MM, selaku Dosen Pembanding II, terima

kasih banyak atas saran dan kritiknya sehingga saya dapat menyelesaikan

(5)

7. Bapak Tuti Sarma Sinaga, ST, MT, selaku Dosen Pembanding III, terima

kasih banyak atas saran dan kritiknya sehingga saya dapat menyelesaikan

Tugas Sarjana saya dengan baik.

8. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT selaku Ketua Departemen Teknik Industri

Universitas Sumatera Utara.

9. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT., selaku Sekretaris Departemen Teknik

Industri USU.

10. Bapak Ir. Mangara M. Tambunan, MM dan Ir. Rosnani Ginting, MT selaku

Koordinator Tugas Sarjana Departemen Teknik Industri, Universitas

Sumatera Utara.

11. Bapak Prof. DR. Ir. Rahim Matondang, M.SIE, selaku Koordinator Bidang

Manajemen Departemen Teknik Industri, Universitas Sumatera Utara.

12. Bapak Mora selaku Pembimbing Lapangan pada PT. Asahan Crumb Rubber

dan memberi informasi data-data maupun gambaran umum perusahaan.

13. Bapak Zainal Kepala Mekanik PT. Asahan Crumb Rubber yang telah membantu segala hal dalam menyelesaikan Tugas Akhir.

14. Teman spesial Mas Abrari yang selalu membantu, memberi masukan,

memberikan kata kesabaran dan keikhlsan dalam menjalankan Tugas Akhir.

15. Adik-adikku Inggit dan Kikim serta Tyas yang selalu mendoakan dan

membantu serta memberi semangat kepada Penulis.

16. Sahabat Tiwie, Arma, Adel dan Margret yang selalu membantu dan

(6)

17. Alumni Tekni Industri 2005 yang memberi semangat dan termotivasi untuk

cepat menyelsaikan Tugas Akhir.

18. Saudara penulis Prima Heradona, ST dan Maria, ST yang selalu mendoakan,

memberi dukungan, ilmu dan semangat luar biasa kepada Penulis.

19. Staf Pegawai Teknik Industri Bang Mijo, Kak Dina, Bang Ridho, Bang

Nurmansyah dan Bu Ani terima kasih atas bantuannya dalam masalah

administrasi untuk melaksanakan Tugas Akhir.

20. Ahmad Kali Anshori dan Fery Anugrah, terima kasih atas semua dukungan,

bantuan dan perhatian yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan

Tugas Sarjana.

21. Rekan penulis Damayanti ST yang telah memberikan banyak masukan dan

diskusi bagi penyempurnaan Laporan Tugas Sarjana.

22. Seluruh rekan-rekan stambuk 2005 atas kepedulian dan dorongan yang telah

diberikan kepada Penulis.

23. Kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya yang telah banyak

membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini.

Akhirnya, kiranya Tuhan Yang Maha Esa yang mengaruniakan

berkah-Nya dalam perjalanan hidup Bapak, Ibu dan saudara sekalian.

Medan, Juli 2011

Penulis,

(7)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

ABSTRAK ... xx

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan ... I-1

1.2. Rumusan Masalah ... I-4

1.3. Tujuan Penelitian ... I-5

1.4. Manfaat Penelitian ... I-5

1.5. Asumsi dan Batasan Penelitian ... I-6

1.6. Kerangka Konseptual ... I-7

(8)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2

2.2.1. Konstruksi ... II-2

2.2.2. Perdagangan ... II-3

2.3. Lokasi Perusahaan ... II-3

2.4. Struktur Organisasi PT.Asahan Crumb Rubber ... II-3 2.5. Daerah Pemasaran ... II-15

2.6. Proses Produksi ... II-15

2.6.1. Bahan Baku, Bahan Tambahan & Bahan Penolong .. II-15

2.6.2. Bahan yang Digunakan ... II-15

2.6.2.1. Bahan Baku ... II-16

2.6.2.2. Bahan Penolong ... II-16

2.6.2.3. Bahan Tambahan ... II-16

2.6.3. Uraian proses Produksi ... II-17

2.7. Mesin ... II-20

2.7.1. Mesin Produksi ... II-20

2.8. Tenaga Kerja, Jam Kerja dan Sistem Pengupahan ... II-41

2.8.1. Tenaga Kerja ... II-41

(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.8.2.1. Jam Kerja Normal ... II-41

2.8.2.2. Jam Kerja Shift ... II-42

2.9. Sistem Pengupahan ... II-43

2.10. Insentif dan Fasilitas Perusahaan ... II-44

III LANDASAN TEORI

3.1. Teori…. ... III-1

3.1.1. Pengertian Kualitas Kehidupan Kerja (Quality of

Work Life) ... III-1 3.1.2. Aspek/Faktor Kualitas Kehidupan Kerja (Quality of

Work Life) ... III-3 3.1.3. Konsep Quality of Work Life ... III-6

3.2. Motivasi Kerja ... III-10

3.3. Kinerja ... III-15

3.4. Hubungan QWL dengan Motivasi Kerja ... III-16

3.5. Hubungan Motivasi Kerja dengan Kinerja ... III-17

3.6. Penentuan dan Penyusunan Variabel ... III-17

3.6.1. Pengertian dan Macam Variabel ... III-17

(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.7. Metode Pengumpulan Data ... III-20

3.7.1. Populasi ... III-21

3.8. Kuesioner ……… ... III-21

3.9. Teknik Pengambilan Sampel ... III-23

3.10. Uji Validitas …... III-24

3.11. Uji Reliabilitas ... III-25

3.12. Structural Equation Modeling (SEM) ... III-27 3.12.1.Sejarah SEM ... III-27

3.12.2.Definisi ... III-28

3.12.3. Konsep dan Model analisis dalam SEM ... III-28

3.12.4. Konsep dan Istilah ... III-31

3.12.5. Langkah-langkah SEM ... III-33

IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian ... IV-1

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1

4.3. Objek Penelitian ... IV-1

4.4. Metode Pengumpulan Data ... IV-1

4.5. Sumber Data ... IV-2

(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN 4.5.2. Data Skunder ... IV-3

4.6. Populasi dan Sampel ... IV-3

4.6.1. Populasi ... IV-3

4.6.2. Sampel ... IV-4

4.7. Defenisi Variabel Operasional ... IV-5

4.8. Instrumen Penelitian ... IV-10

4.9. Pengolahan Data ... IV-10

4.9.1. Pengolahan Data Kuesioner Terbuka ... IV-10

4.9.2. Pengolahan Data Kuesioner Tertutup ... IV-11

4.10. Metode Analisis Data ... IV-16

4.11. Kesimpulan dan Saran ... IV-17

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data ... V-1

5.2. Data Responden ... V-1

5.2.1. Perancangan Kuesioner dan Penyebarannya ... V-7

5.2.1.1. Kuesioner Terbuka ... V-7

5.2.1.2. Kuesioner Tertutup ... V-9

5.2.1.2.1. Data Variabel Motivasi Kerja ... V-12

(12)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2.1.2.3. Data Variabel Restrukturisasi

Kerja ... V-16

5.2.1.2.4. Data Variabel Sistem Imbalan .... V-18

5.2.1.2.5. Data Variabel Lingkungan Kerja V-20

5.2.1.2.6. Data Variabel Partisipasi Kerja .. V-22

5.3. Pengolahan Data ... V-24

5.3.1. Perhitungan Hasil Kuisioner ... V-24

5.3.2. Uji Validitas ... V-24

5.3.2.1. Uji Validitas untuk Kuisioner Motivasi

Kerja ... V-24

5.3.2.2. Uji Validitas untuk Kuisioner Kinerja

Pekerja ... V-26

5.3.2.3. Uji Validitas untuk Kuisioner Restruktu-

risasi Kerja ... V-28

5.3.2.4. Uji Validitas untuk Kuisioner Sistem

Imbalan ... V-30

5.3.2.5. Uji Validitas untuk Kuisioner Lingkungan

Kerja ... V-32

5.3.2.6. Uji Validitas untuk Kuisioner Partisipasi

(13)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.3.3. Uji Reliabilitas ... V-36

5.3.3.1. Uji Reliabilitas untuk Kuisioner Motivasi

Kerja ... V-37

5.3.3.2. Uji Reliabilitas untuk Kuisioner Kinerja

Pekerja ... V-39

5.3.3.3. Uji Reliabilitas untuk Kuisioner Restruktu-

risasi Kerja ... V-40

5.3.3.4. Uji Reliabilitas untuk Kuisioner Sistem

Imbalan ... V-41

5.3.3.5. Uji Reliabilitas untuk Kuisioner Lingkungan

Kerja ... V-42

5.3.3.6. Uji Reliabilitas untuk Kuisioner Partisipasi

Kerja ... V-43

5.4. Struktural Equation Modeling untuk Melihat Hubungan

Kausalitas Data Secara Langsung dan Tidak Langsung ... V-45

5.4.1. Pengembangan Model Berdasarkan Teori ... V-45

5.4.2. Mengkonstruksi Diagram Jalur untuk Menunjukkan

Hubungan Kausalitas ... V-45

5.4.3. Konversi Diagram Jalur ke dalam Serangkaian

(14)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.4.4. Memilih Matriks Input dan Teknik Estimasi ... V-48

5.4.5. Menilai Problem Indentifikasi ... V-51

5.4.5.1. Evaluasi Univariate Outlier ... V-51 5.4.5.2. Uji Normalitas Data ... V-54

5.4.5.3. Evaluasi Kriteria Goodness Of Fit ... V-55 5.4.5.4. Intepretasi dan Modifikasi Model ... V-56

VI ANALISIS DAN EVALUASI

6.1. Analisis ... ... VI-1

6.1.1. Analisis Pengaruh dari Variabel ... ... VI-1

6.2. Evaluasi ... VI-3

VII KESIMPULAN SARAN

7.1. Kesimpulan ... VII-1

7.2. Saran ... VII-2

(15)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1.2. Persentase Tingkat dari Faktor Kualitas Kehidupan Kerja ... I-3

2.1. Data Tenaga Kerja ... II-37

2.2. Pembagian Shift ... II-42

3.1. Ketentuan Kesesuaian Model ... III-37

5.1. Data Identitas Responden ... V-1

5.2. Rekapitulasi Kuesioner Terbuka ... V-8

5.3. Perancangan Kuesioner Tertutup dari Penelitian ... V-10

5.4. Pengelompokan Pernyataan Berdasarkan Variabel Motivasi Kerja ... V-12

5.5. Hasil Jawaban Kuisioner Variabel Motivasi Kerja ... V-13

5.6. Pengelompokan Pernyataan Berdasarkan Variabel Kinerja Pekerja .. V-14

5.7. Hasil Jawaban Kuisioner Variabel Kinerja Pekerja... V-15

5.8. Pengelompokan Pernyataan Berdasarkan Variabel Restrukturisasi

Kerja ... V-16

5.9. Hasil Jawaban Kuisioner Variabel Restrukturisasi Kerja ... V-17

5.10. Pengelompokan Pernyataan Berdasarkan Variabel Sistem Imbalan ... V-18

5.11. Hasil Jawaban Kuisioner Variabel Sistem Imbalan ... V-19

5.12. Pengelompokan Pernyataan Berdasarkan Variabel Lingkungan Kerja V-20

5.13. Hasil Jawaban Kuisioner Variabel Lingkungan Kerja ... V-21

(16)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.15. Hasil Jawaban Kuisioner Variabel Partisipasi Kerja ... V-23

5.16. Uji Validitas Kuisioner Motivasi Kerja ... V-26

5.17. Hasil Pengujian Validitas Atribut Motivasi Kerja ... V-26

5.18. Uji Validitas Kuisioner Kinerja Pekerja ... V-28

5.19. Hasil Pengujian Validitas Atribut Kinerja Pekerja ... V-28

5.20. Uji Validitas Kuisioner Restrukturisasi Kerja ... V-30

5.21. Hasil Pengujian Validitas Atribut Restrukturisasi Kerja ... V-30

5.22. Uji Validitas Kuisioner Sistem Imbalan ... V-32

5.23. Hasil Pengujian Validitas Atribut Sistem Imbalan ... V-32

5.24. Uji Validitas Kuisioner Lingkungan Kerja ... V-34

5.25. Hasil Pengujian Validitas Atribut Lingkungan Kerja ... V-34

5.26. Uji Validitas Kuisioner Partisipasi Kerja ... V-36

5.27. Hasil Pengujian Validitas Atribut Partisipasi Kerja ... V-36

5.28. Perhitungan Variabel Varians untuk Motivasi Kerja... V-38

5.29. Perhitungan Variabel Varians untuk Kinerja Pekerja ... V-39

5.30. Perhitungan Variabel Varians untuk Restrukturisasi Kerja ... V-40

5.31. Perhitungan Variabel Varians untuk Sistem Imbalan ... V-41

5.32. Perhitungan Variabel Varians untuk Lingkungan Kerja ... V-43

5.33. Perhitungan Variabel Varians untuk Partisipasi Kerja ... V-44

(17)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.35. Evaluasi Univariate Outlier ... V-51 5.36. Assessment of Normality ... V-54 5.37. Kovarian Antar Variabel Full Model ... V-55

(18)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

1.1. Kerangka Konseptual Variabel QWL ... I-8

2.1. Struktur Organisasi PT. Asahan Crumb Rubber ... II-5 3.1. Proses Motivasional Dasar ... III-10

3.2. Hierarki Kebutuhan dari Maslow ... III-12

3.3. Hubungan Kinerja dengan Motivasi dan Kesempatan ... III-16

3.4. Prosedur Pembuatan Kuisioner ... III-22

3.5. Diagram Jalur Yang Menyatakan Hubungan Kausal dari X1 Sebagai

Penyebab Ke X2 Sebagai Akibat ... III-29

3.6. Diagram Jalur yang Menyatakan Hubungan Kausal dari X1, X2, X3,

ke X4 ... III-30

4.1. Kerangka Konseptual ... IV-10

4.2. Blok DiagramMetodologi Penelitian ... IV-17

5.1. Kerangka Konseptual Diagram Jalur ... V-46

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Surat Permohonan Tugas Akhir ... L-1

2. Surat Penjajakan ... L-2

3. Surat Balasan dari Pabrik ... L-3

4. Surat Keputusan Tugas Akhir ... L-4

5. Langkah-langkah Analisis Menggunakan Structurall Equation

Modelling ... L-5 6. Kuesioner ... L-6

7. Tabel Nilai r Product Moment ... L-7

(20)

ABSTRAK

PT. Asahan Crumb Rubber adalah perusahaan yang merupakan suatu industri yang bergerak dalam bidang usaha konstruksi mengolah karet setengah jadi. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh kualitas kehidupan kerja terhadap motivasi kerja dan kinerja pekerja sebagai intervening variabel dengan sampel pekerja PT. Asahan Crumb Rubber sebanyak 150 kuisioner dibagikan kepada responden terpilih dan digunakan sebagai analisis statistik. Pengukuran kualitas kehidupan kerja terdiri dari empat variabel exogen: restrukturisasi kerja (meningkatkan keterampilan pekerja), sistem imbalan (kebutuhan memenuhi kebutuhan hidup pekerja), lingkungan kerja (jaminan keselamatan kerja) dan partisipasi kerja (pemberlakuan kerja tim bagi pekerja) dan 2 variabel endogen : motivasi kerja (memberikan fasilitas kerja) dan kinerja pekerja (pemberian target terhadap jumlah produk). Hasil analisis Structural Equation Model (SEM) menunjukan bahwa kualitas kehidupan kerja mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap motivasi kerja dan kinerja. Hasil perhitungan SEM menunjukkan adanya pengaruh terhadap restrukturisasi kerja (1,000), sistem imbalan (1,335), lingkungan kerja (3,587) terhadap motivasi kerja sedangkan partisipasi kerja tidak memiliki pengaruh terhadap motivasi kerja. Akan tetapi restrukturisasi kerja (0,334), sistem imbalan (0,216), lingkungan kerja (0,249), partisipasi kerja (1,000) terhadap kinerja pekerja.

(21)

ABSTRAK

PT. Asahan Crumb Rubber adalah perusahaan yang merupakan suatu industri yang bergerak dalam bidang usaha konstruksi mengolah karet setengah jadi. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh kualitas kehidupan kerja terhadap motivasi kerja dan kinerja pekerja sebagai intervening variabel dengan sampel pekerja PT. Asahan Crumb Rubber sebanyak 150 kuisioner dibagikan kepada responden terpilih dan digunakan sebagai analisis statistik. Pengukuran kualitas kehidupan kerja terdiri dari empat variabel exogen: restrukturisasi kerja (meningkatkan keterampilan pekerja), sistem imbalan (kebutuhan memenuhi kebutuhan hidup pekerja), lingkungan kerja (jaminan keselamatan kerja) dan partisipasi kerja (pemberlakuan kerja tim bagi pekerja) dan 2 variabel endogen : motivasi kerja (memberikan fasilitas kerja) dan kinerja pekerja (pemberian target terhadap jumlah produk). Hasil analisis Structural Equation Model (SEM) menunjukan bahwa kualitas kehidupan kerja mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap motivasi kerja dan kinerja. Hasil perhitungan SEM menunjukkan adanya pengaruh terhadap restrukturisasi kerja (1,000), sistem imbalan (1,335), lingkungan kerja (3,587) terhadap motivasi kerja sedangkan partisipasi kerja tidak memiliki pengaruh terhadap motivasi kerja. Akan tetapi restrukturisasi kerja (0,334), sistem imbalan (0,216), lingkungan kerja (0,249), partisipasi kerja (1,000) terhadap kinerja pekerja.

(22)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

PT. Asahan Crumb Rubber adalah perusahaan yang merupakan suatu bidang yang bergerak dibidang perkaretan yang mengolah bahan baku karet yang

berasal dari petani karet yang diterima pabrik menjadi produk setengah jadi.

Adapun jenis produksi yang dihasilkan PT. Asahan Crumb Rubber berupa karet cacahan, karet selendang dan crumb rubber (bale) : SIR 5, SIR 10 dan SIR 20. Dalam hal produksi mengolah karet, setiap pekerja dituntut untuk meningkatkan

faktor kinerja dan motivasi dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawab pada

PT. Asahan Crumb Rubber. Hal ini dapat terlaksana apabila terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi suatu iklim kerja atau Quality of Work Life yang baik.

Pada dasarnya, terdapat dua persepsi pengertian quality of work life

(QWL). Persepsi pertama menyatakan bahwa QWL merupakan serangkaian

kondisi objektif perusahaan. Persepsi kedua, dari karyawan, menyatakan bahwa

mereka memerlukan rasa aman, nyaman, dan dapat tumbuh serta berkembang

sebagai makhluk hidup. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kualitas

kehidupan kerja (Quality of Work Life) adalah lingkungan kerja yang kondusif di tempat kerja dapat mendukung dan meningkatkan kepuasan kerja pekerja, dengan

mengupayakan agar para pekerja memperoleh penghargaan, keamanan kerja, dan

(23)

Melalui suatu pendekatan manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)

perusahaan harus mampu menciptakan iklim kerja atau Quality of Work Life yang dapat memberi kesempatan pengembangan diri, kesejahteraan yang dapat

menutupi kebutuhan dasar pekerja, serta lingkungan kerja yang aman dan nyaman

sehingga dapat membangkitkan motivasi kerja dan kinerja pekerja dalam upaya

pencapaian tujuan perusahaan secara lebih baik. Berbagai faktor Quality of Work Life yang berpengaruh terhadap motivasi kerja dan kinerja pekerja, diantaranya adalah resrukturisasi kerja yang meliputi kesempatan kerja mengembangkan

keahlianya, partisipasi yang meliputi kemampuan dalam pengambilan keputusan,

sistem imbalan yang dapat memenuhi kebutuhan karyawan dan lingkungan yang

aman serta nyaman bagi karyawan.

Restrukturisasi kerja mencakup pengaturan kerja termasuk kesempatan

pengembangan karier berupa pelatihan diduga belum secara optimal di terapkan di

PT. Asahan Crumb Rubber, hal ini terlihat dari adanya pelatihan yang hanya dilakukan apabila ada penerimaan calon karyawan baru, tetapi apabila sudah

menjadi karyawan pelatihan sangat jarang dilakukan. Untuk faktor lingkungan

kerja juga diduga belum optimal di PT. Asahan Crumb Rubber, hal ini terlihat dari layout yang sangat kecil, dengan jumlah karyawan yang lumayan banyak. Dari pemasalahan di atas, maka diajukan faktor-faktor Quality of Work Life untuk melihat apakah terdapat pengaruh terhadap motivasi kerja dan kinerja pekerja di

(24)

Mengingat faktor restrukturisasi kerja, sistem imbalan, lingkungan kerja

dan partisipasi kerja, merupakan variabel bebas dari Quality of Work Life serta motivasi kerja dan kinerja kerja sebagai variabel terikat, maka dalam penelitian

ini dilihat apakah ada pengaruh signifikan faktor Quality of Work Life yang terdiri dari restrukturisasi kerja, sistem imbalan, lingkungan kerja dan partisipasi kerja

secara bersama-sama terhadap motivasi kerja dan kinerja kerja di PT. Asahan

Crumb Rubber.

Untuk melihat pengaruh masing-masing variabel secara parsial

menggunakan uji software AMOS, dan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh (signifikansi) variabel independen secara simultan terhadap motivasi

kerja dan kinerja pekerja. Analisis Structural Equation Model (SEM) menunjukan bahwa kualitas kehidupan kerja mempunyai pengaruh langsung dan tidak

langsung terhadap motivasi kerja dan kinerja

Adapun indikator-indikator faktor quality of work life yang menunjukkan bahwa tingkat yang signifikan terhadap indikator tersebut seperti pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2. Persentase Tingkat dari Faktor Kualitas Kehidupan Kerja

Indikator (%) Kenaikan (%) Penurunan

Motivasi kerja 60% 40%

Kinerja pekerja 70% 30%

Restrukturisasi kerja 68% 32%

Sistem imbalan 78% 22%

Lingkungan kerja 85% 15%

Partisipasi kerja 75% 25%

PT. Asahan Crumb Rubber

(25)

dapat mengetahui faktor-faktor quality of work life yang berpengaruh terhadap motivasi kerja dan kinerja pekerja.

1.2. Rumusan Masalah

Dengan melihat variabel bebas dari Quality of Work Life yang berupa restrukturisasi kerja, sistem imbalan, lingkungan kerja dan partisipasi, maka

masalah tersebut dirumuskan sebagai faktor Quality of Work Life yang berpengaruh terhadap variabel motivasi dan kinerja pekerja di PT Asahan Crumb Rubber.

Berdasarkan studi literatur dan studi lapangan yang telah dilakukan,

maka rumusan permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ada pengaruh dari indikator-indikator tiap variabel yang terkait

terhadap faktor kualitas kehidupan kerja (Quality Of Work Life) ?

2. Indikator-indikator mana saja diantara semua indikator tiap variabel terkait

yang berpengaruh terhadap faktor kualitas kehidupan kerja (Quality Of Work Life), terhadap motivasi kerja dan kinerja pekerja?

3. Apakah ada pengaruh dari karakteristik faktor kualitas kehidupan kerja

(Quality Of Work Life), terhadap motivasi kerja dan kinerja pekerja?

4. Faktor-faktor mana saja diantara semua faktor yang berpengaruh terhadap

(26)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

faktor-faktor (QWL) restrukturisasi kerja, sistem imbalan, lingkungan kerja dan

partisipasi terhadap motivasi kerja dan kinerja pekerja di PT. Asaham Crumb Rubber. Sedangkan tujuan khusus penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor QWL terhadap motivasi kerja dan

kinerja pekerja di PT. Asaham Crumb Rubber.

2. Untuk mengetahui faktor QWL yang berpengaruh signifikan terhadap motivasi

kerja dan kinerja pekerja di PT. Asaham Crumb Rubber.

3. Mengetahui pengaruh faktor Quality of Work Life yang terdiri dari restrukturisasi kerja, sistem imbalan, lingkungan kerja dan partisipasi terhadap

motivasi dan kinerja pekerja dengan menggunakan software AMOS 16.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Pihak Perusahaan

a. Pihak perusahaan dapat memperhatikan karakteristik faktor kualitas

kehidupan kerja (Quality Of Work Life), terhadap motivasi dan kinerja pekerja?

b. Pihak perusahaan dapat menetapkan kebijakan faktor kualitas kehidupan

(27)

c. Sebagai pedoman dalam perencanaan strategi dan pengembangan

kebijakan sumber daya manusia, khususnya tentang Quality of Work Life

dalam suatu organisasi perusahaan.

2. Pihak Peneliti

a. Sebagai bahan refrensi bagi peneliti lain untuk mengembangkan ilmu lebih

lanjut.

b. Sebagai bahan kajian ilmiah dari teori-teori yang pernah didapat dan

mengaplikasikannya secara empiris kepada perusahaan yang ingin diteliti,

khususnya dalam memahami faktor-faktor Quality of Work Life yang mempengaruhi motivasi dan kinerja pekerja dalam suatu perusahaan.

3. Bagi Departemen Teknik Industri

Penelititan ini dapat dimanfaatkan oleh kalangan akademisi maupun

peneliti lainnya sebagai referensi dalam bidang manajemen sumber daya

manusia, khususnya tentang Quality of Work Life dalam suatu organisasi atau perusahaan.

1.5. Asumsi dan Batasan Penelitian

Adapun asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Responden yang terlibat dalam penelitian ini dianggap mengerti dan

memahami tujuan penelitian.

2. Responden menjawab pertanyaan pada kuisioner berdasarkan pengalaman

(28)

3. Responden mengisi kuisioner tanpa tekanan dari pihak lain sehingga jawaban

yang diberikan mutlak dari penilaian responden itu sendiri.

Sedangkan batasan masalah dalam penelitian ini adalah penilaian motivasi

dan kinerja pekerja terhadap pekerja bagian produksi dalam semua level dengan

standar penilaian kinerja yang sama. Dalam kenyataannya penilaian terhadap

motivasi dan kinerja pekerja untuk bagain produksi berbeda dengan penilaian

terhadap pekerja dengan level yang tinggi. Sehingga pertanyaan dalam kuisioner

sebagai alat pengukuran motivasi dan kinerja pekerja menjadi kurang tepat.

Lamanya pengambilan kuisioner oleh responden menjadi kendala bagi

pengolahan data. Hal ini disebabkan penilaian hanya dilakukan pada bagian

produksi dengan semua level pekerjaanya. Penilaian ini disebabkan responden

kurang mengetahui makna pertanyaan dalam kuisioner tersebut sehingga menjadi

ragu dalam menjawab.

1.6. Kerangka Konseptual

Pemilihan 4 variabel bebas Quality of Work Life yakni restrukturisasi kerja, sistem imbalan, lingkungan kerja dan partisipasi yang akan diteliti lebih

lanjut pengaruhnya terhadap motivasi dan kinerja pekerja di PT. Asahan Crumb Rubber Medan didasarkan pada indikasi awal bahwa ke 4 faktor inilah yang pada saat ini memberikan indikasi kuat yang mempengaruhi motivasi dan kinerja

pekerja. Indikasi awal yang dimaksud meliputi kesempatan yang luas bagi

karyawan dalam pengembangan karier (faktor restrukturisasi), selalu melibatkan

(29)

memperoleh penghasilan yang dapat mencukupi kebutuhan karyawan (faktor

sistem imbalan), mendapatkan keamanan dan kenyamanan dalam bekerja (faktor

lingkungan kerja). Untuk mempermudah dalam menganalisis hubungan antara

QWL terhadap semangat kerja dapat dilihat kerangka konseptual variabel QWL

seperti pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1. Kerangka Konseptual Variabel QWL

1.7. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Sistematika yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah

sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, batasan dan asumsi permasalahan serta

(30)

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini berisi sejarah dan gambaran umum perusahaan, organisasi

dan manajemen serta proses produksi.

BAB III LANDASAN TEORI

Bab ini berisi teori-teori yang digunakan dalam analisis pemecahan

masalah.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tahapan-tahapan penelitian mulai dari persiapan hingga

penyusunan laporan tugas akhir.

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini berisi data primer dan sekunder yang diperoleh dari penelitian

serta pengolahan data yang membantu dalam pemecahan masalah.

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

Bab ini berisi analisis hasil pengolahan data dan pemecahan masalah.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan yang didapat dari hasil pemecahan masalah

(31)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Teori

3.1.1. Pengertian Kualitas Kehidupan Kerja (Quality of Work Life)

Quality of Work Life 1 (kualitas kehidupan kerja) adalah sebuah filosofi, serangkaian prinsip yang menyatakan bahwa sumber daya manusia merupakan

sumber daya yang penting dalam sebuah organisasi, agar dapat dipercaya,

bertanggung jawab dan turut serta dalam pembuatan kontribusi yang berarti, dan

diperlakukan dengan bermartabat. QWL menciptakan lingkungan dan iklim kerja

yang memanusiakan manusia, sehingga manusai lebih dilihat pada harkat dan

mertabat kemanusiaannya, bukan hanya sebagai alat.

Kualitas kehidupan kerja berfokus pada pentingnya penghargaan kepada

sumber daya manusia di lingkungan kerja. Tujuannya adalah menciptakan budaya

kerja agar karyawan mampu memotivasi diri dan mengembangkan serta memberi

kontribusi yang optimal terhadap pencapaian kinerja organisasi. QWL juga dapat

meningkatkan komiunikasi internal dan kelompok, koordinasi, motivasi dan

kapablitas pekerja.

Pada dasarnya, terdapat dua pandangan maksud quality of work life

(QWL)2. Pandangan pertama menyatakan bahwa QWL merupakan serangkaian

kondisi objektif perusahaan (perkayaan kerja, kondisi kerja yang nyaman).

Pandangan yang lain, dari karyawan, menyatakan bahwa mereka memerlukan rasa

1

Rose, Raduan Che, American Journal of applied Sciences (Malaysia: Science Publications, 2006) 2

(32)

aman, puas, dan berkesempatan dapat tumbuh serta berkembang sebagai layaknya

manusia. Kedua persepsi ini menunjukkan derajat pemenuhan kebutuhan manusia

bertemu, dalam arti bahwa seyogyanya perusahaan memperlakukan karyawan

sebagai makhluk hidup, dengan memperhatikan berbagai aspek yang

mempengaruhi kemampuannya untuk berkembang dalam perusahaan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kualitas kehidupan kerja

(Quality of Work Life) adalah lingkungan kerja yang kondusif di tempat kerja dapat mendukung dan meningkatkan kepuasan kerja karyawan, dengan

mengupayakan agar para karyawan memperoleh penghargaan, keamanan kerja,

dan memberi kesempatan untuk berkembang.

Kualitas kehidupan kerja merumuskan bahwa setiap proses kebijakan

yang diputuskan oleh perusahaan merupakan sebuah respon atas apa yang menjadi

keinginan dan harapan karyawan mereka, hal itu diwujudkan dengan berbagi

persoalan dan menyatukan pandangan mereka ( perusahaan dan karyawan ) ke

dalam tujuan yang sama yaitu peningkatan kinerja karyawan dan perusahaan.

Kinerja yang baik tentu saja merupakan harapan bagi semua perusahaan

dan institusi yang mempekerjakan karyawan, sebab kinerja karyawan ini pada

akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan.

Tujuan dilakukannya analisis terhadap kualitas kehidupan kerja adalah

untuk meningkatkan peran serta dan sumbangan para anggota atau karyawan

terhadap organisasi. Karena setiap pekerja ingin diperlakukan sebagai individu

yang dihargai di tempat kerja. Sehingga pada akhirnya akan menghasilkan kinerja

(33)

3.1.2. Aspek/Faktor Kualitas Kehidupan Kerja (Quality of Work Life)3

Secara umum terdapat sembilan aspek pada SDM di lingkungan

erusahaan yang perlu diciptakan, dibina dan dikembangkan. Kesembilan aspek

tersebut adalah komunikasi, penyelesaian konflik, pengembangan karier,

partisipasi pekerja, kebanggaan, kompensasi yang layak, keselamatan lingkungan,

keselamatan kerja dan kesehatan kerja.

Berikut ini adalah faktor/aspek yang ditinjau dalam penelitian ini, yaitu

1. Di lingkungan setiap dan semua perusahaan, pekerja sebagai SDM

memerlukan komunikasi yang terbuka dalam batas-batas wewenang dan

tanggungjawab masing-masing. Komunikasi yang lancar untuk memperoleh

informasi-informasi yang dipandang penting oleh pekerja dan disampaikan

tepat pada waktunya dapat menimbulkan rasa puas dan merupakan motivasi

kerja yang positif. Untuk itu perusahaan dalam menyampaikan informasi

dapat dilakukan dalam bentuk pertemuan atau secara langsung pada setiap

pekerja, atau melalui pertemuan kelompok, dan dapat pula melalui sarana

publikasi perusahaan seperti papan buletin, majalah perusahaan dan lain-lain.

2. Di lingkungan suatu perusahaan, setiap dan semua pekerja memerlukan

pemberian kesempatan pemecahan konflik dengan perusahaan atau sesama

karyawan secara terbuka, jujur dan adil. Kondisi itu sangat berpengaruh pada

loyalitas, dedikasi serta motivasi kerja karyawan. Untuk itu perusahaan perlu

mengatur cara penyampaian keluhan keberatan secara terbuka atau melalui

proses pengisian fomulir khusus untuk keperluan tersebut. Disamping itu

3

(34)

dapat ditempuh pula dengan kesediaan untuk mendengarkan review antar

karyawan yang mengalami konflik, atau melalui proses banding ( appeal ) pada pimpinan yang lebih tinggi dalam konflik dengan top manajemen

atasannya.

3. Di lingkungan suatu perusahaan, setiap dan semua karyawan memerlukan

kejelasan pengembangan karir masing-masing dalam menghadapi masa

depannya. Untuk itu dapat ditempuh melalui penawaran untuk memangku

suatu jabatan, memberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan atau

pendidikan di luar perusahaan atau pada lembaga pendidikan yang lebih

tinggi. Di samping itu dapat juga ditempuh melalui penilaian kerja untuk

mengatur kelebihan dan kekurangannya dalam bekerja yang dilakukan secara

obyektif. Pada gilirannya berikut dapat ditempuh dengan mempromosikannya

untuk memangku jabatan yang lebih tinggi di dalam perusahaan tempatnya

bekerja.

4. Di lingkungan perusahaan, karyawan perlu diikutsertakan dalam pengambilan

keputusan dan pelaksanaan pekerjaan, sesuai dengan posisi, kewenangan dan

ajabatan masing-masing. Untuk itu perusahaan dapat melakukannya dengan

membentuk tim inti dengan mengikutsertakan karyawan, dalam rangka

memikirkan langkah-langkah bisnis yang akan ditempuh. Di samping itu

dapat pula dilakukan dengan menyelenggarakan pertemuan-pertemuan yang

tidak sekedar dipergunakan untuk menyampaikan perintah-perintah dan

informasi-informasi tetapi juga memperoleh masukan, mendengarkan saran

(35)

5. Di lingkungan suatu perusahaan, setiap karyawan perlu dibina dan

dikembangkan perasaan bangganya pada tempat kerja, temasuk juga pada

pekerjaan atau jabatannya. Untuk keperluan itu, perusahaan berkepentingan

menciptakan dan mengembangkan identitas yang dapat menimbulkan rasa

bangga karyawan terhadap perusahaan. Dalam bentuk yang sederhana dapat

dilakukan melalui logo, lambang, jaket perusahaan dan lainnya. Di samping

itu rasa bangga juga dapat dikembangkan melalui partisipasi perusahaan

terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara dengan mengikutsertakan

karyawan, kepedulian terhadap masalah lingkungan sekitar dan

mempekerjakan karyawan dengan kewarganegaraan dari bangsa tempat

perusahaan melakukan operasional bisnis.

6. Di lingkungan suatu perusahaan, setiap dan semua karyawan harus

memperoleh kompensasi yang adil/wajar dan mencukupi. Untuk itu

diperlukan kemampuan menyusun dan menyelenggarakan sistem dan struktur

pemberian kompensasi langsung dan tidak langsung (pemberian upah dasar

dan berbagai keuntungan/manfaat) yang kompetitif dan dapat

mensejahterakan karyawan sesuai dengan posisi/jabatannya di perusahaan

dan status sosial ekonominya di masyarakat.

7. Di lingkungan suatu perusahaan, setiap dan semua karyawan memerlukan

keamanan lingkungan kerja. Untuk itu perusahaan berkewajiban menciptakan

dan mengembangkan serta memberikan jaminan lingkungan kerja yang aman.

Beberapa usaha yang dapat dilakukan antara lain dengan membentuk komite

(36)

pengamatan dan pemantauan kondisi tempat dan peralatan kerja guna

menghindari segala sesuatu yang membahayakan para pekerja, terutama dari

segi fisik. Kegiatan lain dapat dilakukan dengan membentuk tim yang dapat

memberikan respon cepat terhadap kasus gawat darurat bagi karyawan yang

mengalami kecelakaan. Dengan kata lain perusahaan perlu memiliki program

keamanan kerja yang dapat dilaksanakan bagi semua karyawannya.

8. Di lingkungan suatu perusahaan, setiap dan semua karyawan memerlukan

rasa aman atau jaminan kelangsungan pekerjaannya. Untuk itu perusahaan

perlu berusaha menghindari pemberhentian sementara para karyawan,

menjadikannya pegawai tetap dengan memiliki tugas-tugas reguler dan

memiliki program yang teratur dalam memberikan kesempatan karyawan

mengundurkan diri, terutama melalui pengaturan pensiun.

9. Di lingkungan suatu perusahaan, setiap dan semua karyawan memerlukan

perhatian terhadap pemeliharaan kesehatannya, agar dapat bekerja secara

efektif, efisien dan produktif. Untuk itu perusahaan dapat mendirikan dan

menyelenggarakan pusat kesehatan, pusat perawatan gigi, menyelenggarakan

program pemeliharaan kesehatan, program rekreasi dan program

konseling/penyuluhan bagi para pekerja/karyawan.

3.1.3. Konsep Quality of Work Life (QWL)4

Konsep Quality of Work Life (QWL) mengungkapkan pentingnya penghargaan terhadap manusia dalam lingkungan kerjanya (Luthansm, 1996).

4

(37)

David & Edward (1983) dalam Arifin (1999) mendefinisikan “Quality of Work Life sebagai cara berfikir mengenai orang, kerja dan organisasi”. Dengan lebih rinci, elemen dari Quality of Work Life terdiri atas:

1. Perhatian mengenai pengaruh kerja terhadap manusia sebagaimana terhadap

efektifitas organisasi.

2. Pandangan mengenai partisipasi untuk pengambilan keputusan dan pemecahan

masalah dalam organisasi.

Quality of Work Life merupakan pendekatan manajemen yang terus menerus diarahkan pada peningkatan kualitas kerja. Kualitas yang dimaksud

adalah kemampuan menghasilkan barang atau jasa yang dipasarkan dan cara

memberikan pelayanan yang selalu terus menerus disesuaikan dengan kebutuhan

konsumen, sehingga barang dan jasa yang dihasilkan mampu bersaing dan

berhasil merebut pasar. "Program Quality of Work Life pada dasarnya mencari cara untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan menciptakan karyawanan yang

lebih baik atau tercapainya kinerja yang tinggi" (Gitosudarmo, 2000).

Pengertian Quality of Work Life menurut Nawawi (2001) adalah “program yang mencakup cara untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan

menciptakan karyawanan yang lebih baik”. Berbagai faktor perlu dipenuhi dalam

menciptakan program Quality of Work Life, antara lain restrukturisasi kerja, partisipasi, lingkungan kerja, partisipasi karyawan, kebanggaan, pengembangan

karier, penyelesaian konflik, komunikasi, kesehatan kerja, dan lain sebagainya.

(38)

termasuk memanusiakan lingkungan kerja untuk memperbaiki martabat dan harga

diri para karyawan (Harvey & Brown, 1992 dalam Arifin, 1999).

Dalam kaitan dengan penciptaan martabat manusia, Quality of Work Life

menciptakan lingkungan dan iklim kerja yang memanusiakan manusia, sehingga

manusia lebih dilihat pada harkat dan martabat kemanusiaannya, bukan hanya

sebagai alat. Inilah yang merupakan peran penting dalam penciptaan Quality of Work Life. Randall & Vandra (1981) dalam Arifin (1999), menyatakan bahwa “pada dasarnya Quality of Work Life merupakan salah satu tujuan penting dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan karyawan”. Banyak karyawan saat ini

menginginkan suatu tingkat keterlibatan yang tinggi dalam

karyawanan-karyawanan mereka. Mereka mengharapkan mendapat kesempatan untuk

memberikan sumbangan yang lebih besar terhadap organisasi. Keinginan untuk

dapat berperan lebih besar ini semestinya dipandang sebagai peluang bagi

perusahaan untuk memperluas kesempatan pengembangan karyawan

(restrukturisasi kerja) secara proporsional, bersamaan dengan pengaturan

partisipasi dan lingkungan kerja yang aman dan nyaman.Pada saat ini, Quality of Work Life berkembang sedemikian rupa. Tatkala masyarakat menjadi lebih makmur, prosentase yang meningkat dari angkatan kerja mengharapkan bukan

saja suatu karyawanan, tetapi karyawanan yang berkualitas kehidupan kerja

termasuk karir yang memberi harapan lebih baik. Pada waktu yang sama

masyarakat yang makmur tadi menawarkan pada para karyawan suatu jaminan

keamanan dalam bentuk kesehatan dan kesejahteraan kerja, asuransi hari tua, dan

(39)

semua itu merupakan faktor-faktor Quality of Work Life. Perubahan-perubahan social menciptakan penekanan-penekanan untuk adanya suatu kualitas kehidupan

kerja yang lebih baik.

Konsep Quality of Work Life mengungkapkan pentingnya penghargaan terhadap manusia dalam lingkungan kerjanya. Dengan demikian peran penting

program Quality of Work Life adalah mengubah iklim kerja agar organisasi secara teknis dan manusiawi dapat membawa kepada kualitas kehidupan kerja yang lebih

baik. Peningkatan kualitas kehidupan kerja ini diperlukan untuk menciptakan

kepuasan kerja sebagai pemicu semangat kerja.

Menurut Kossen dan Hasibuan (2000) syarat-syarat untuk meningkatkan

kualitas kehidupan kerja adalah sebagai berikut:

1. Kompensasi yang memadai dan wajar

2. Kondisi kerja yang aman dan sehat

3. Kesempatan untuk menggunakan dan mengembangkan kemampuan manusia

4. Kesempatan untuk pertumbuhan berlanjut dan ketentraman

5. Ikut merasa mamiliki dan bertanggung jawab termasuk dalam suatu

kelompok

6. Hak-hak karyawan tidak terabaikan

7. Kerja dan ruang kerja keseluruhan memadai

8. Relevansi sosial kehidupan kerja

David dan Edward (1983) dalam Arifin (1999) mengemukakan kegiatan

(40)

1. Berpartisipasi dalam pemecahan masalah

2. Restrukturisasi kerja

3. Sistem imbalan yang inovatif

4. Memperbaiki lingkungan kerja

Selanjutnya, Nawawi (2001) mengemukakan 3 aspek kualitas kehidupan

kerja sebagai berikut:

1. Restrukturisasi

2. Partisipasi

3. Lingkungan kerja

4. Sistem Imbalan

3.2. Motivasi Kerja5

Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan

kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan

terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai suatu kepuasan. Proses

motivasi dapat terlihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Proses Motivasional Dasar

(41)

Danim (2004 : 15) mengatakan bahwa pada hakikatnya motivasi adalah

perasaan atau keinginn seseorang yang berada dan bekerja pada kondisi tertentu

untuk melaksanakan tindakan-tindakan yang menguntungkan di lingkungan

organisasi.

Menurut Siagian (2002: 102) motivasi merupakan daya dorong bagi

seseorang untuk memberikan kontribusi yang sebesar mungkin demi keberhasilan

organisasi agar tercapainya tujuan.

Dari pendapat di atas didefenisikan bahwa motivasi adalah merupakan

pendorong atau penggerak, seseorang untuk mau bertindak dan bekerja dengan

giat sesuai dengan tugas dan kewajibannya. Dan kebutuhan yang mendorong

kegiatan ke arah suatu tujuan tertentu disebut juga dengan motivasi.

Seseorang yang sangat termotivasi yaitu orang yang melaksanakan upaya

substansial, guna menunjang tujuan-tujuan produksi kesatuan kerjanya dan

organisasi dimana ia bekerja. Seseorang yang termotivasi hanya memberikan

upaya minimum dalam hal bekerja motivasi merupakan sebuah konsep penting

dalam studi kerja individu.

Teori hierarki kebutuhan dikembangkan oleh psikolog Abraham Maslow

pada tahun 1935. Abraham maslow meneliti bahwa motivasi manusia itu berasal

dari dalam diri seseorang dan sifatnya tidak dapat dipaksakan, teori ini

menekankan bahwa manusia terdorong untuk melakukan usaha, untuk

memuaskan lima kebutuhan yang belum terpuaskan yang melekat pada diri

(42)

Teori hierarki kebutuhan menyatakan bahwa motivasi seseorang

didasarkan pada dua anggapan yaitu:

a. Kebutuhan seseorang tergantung pada apa yang sudah di milikinya.

b. Dilihat dari pentingnya, kebutuhan yang paling kuat sesuai waktu, keadaan dan

pengalaman yang bersangkutan yang di gambarkan dalam bentuk hierarki.

Adapun kebutuhan Maslow dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2. Hierarki Kebutuhan dari Maslow

Abraham Maslow mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia

memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk

piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat

kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari

kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks; yang

hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu

peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada

peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting.

(43)

c. Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain,

diterima, memiliki)

d. Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan

dukungan serta pengakuan)

e. Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif : mengetahui, memahami, dan

menjelajahi; kebutuhan estetik : keserasian, keteraturan, dan keindahan;

kebutuhan aktualisasi diri : mendapatkan kepuasan diri dan menyadari

potensinya) Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan

kebutuhan tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif

yang lebih tinggi akan menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan

mempunyai waktu dan energi untuk menekuni minat estetika dan intelektual,

jika kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan

karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat yang anggotanya

masih harus bersusah payah mencari makan, perlindungan, dan rasa aman.

Maslow, bapak psikologi humanis, menyimpulkan bahwa manusia ingin

membentuk sebuah hirarki yang berjalan dari rendah ke tingkat tinggi kebutuhan

dari dasar kebutuhan psikologis (harga diri, prestasi). Menyebut kebutuhan

tertinggi untuk aktualisasi diri sebagai satu tingkat hirarki cukup puas, tingkat

berikutnya menjadi motivator yang lebih kuat. Maslow menyatakan bahwa 'hidup

dengan dengan sederhana hanya jika ada hal yang menggambarkan titik bahwa

sebagai ekonomi ingin menjadi semakin puas dan menjadi kurang memuaskan

untuk mendapatkan imbalan lebih ekonomis. Oleh karena itu uang atau imbalan

(44)

Teori Maslow memiliki dua pelajaran penting bagi manajer. Pertama,

dalam kebanyakan organisasi, jumlah karyawan yang cukup besar bergerak cepat

untuk memenuhi kebutuhan yang lebih rendah tetapi menjadi lebih rendah karena

kesempatan mereka untuk aktualisasi diri (pertumbuhan dan pembangunan) yang

digagalkan dan pemanfaatan penuh bakat mereka dihapus. Mereka juga harus

puas dengan sesuatu yang kurang dari kepuasan kerja yang optimal atau

menemukan luar involment harus dipelajari dari ide Maslow adalah bahwa uang

bukanlah motivator orang pernah berpikir itu. Hal ini mungkin sulit untuk

diterima, tapi memikirkan sesaat meyakinkan Anda bahwa meskipun seseorang

mungkin bekerja lebih keras karena janji uang, dia tidak termotivasi. Ada

perbedaan yang substansial. Masalah dengan uang adalah bahwa pekerja harus

terus-menerus didaur ulang oleh beberapa bentuk perilaku penguatan dengan baik

sebagai tongkat. Kedua kasus menggambarkan motivasi. 'Bergerak' pekerja tetapi

tidak termotivasi. Hanya aktualisasi diri berkaitan dengan pekerjaan akan

mencapai itu.

Ada dua metode motivasi yang dikemukakan oleh Malayu S.P. Hasibuan

(2000 :149) yaitu motivasi langsung dan motivasi tak langsung sebagai berikut :

1. Motivasi langsung (Direct motivation)

Motivasi langsung adalah motivasi (materiil dan nonmaterial) yang diberikan

secara langsung kepada setiap individu karyawan untuk memenuhi kebutuhan

serta kepuasannya. Jadi sifatnya khusus, seperti pujian, penghargaan, tunjangan

(45)

2. Motivasi tak langsung (Indirect motivation)

Motivasi tak langsung adalah motivasi yang diberikan hanya merupakan

fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah kerja/kelancaran

tugas sehingga para karyawan betah dan bersemangat melakukan pekerjaannya.

Motivasi tidak langsung besar besar pengaruhnya untuk merangsang semangat

bekerja karyawan sehingga produktif.

Dimensi motivasi kerja meliputi:

1. Motif (motif) adalah suatu perangsang keinginan dan daya penggerak kemauan

bekerja seseorang. Setiap motif memiliki keinginan tertentu yang ingin dicapai.

2.Harapan (expectancy) adalah suatu kesempatan yang diberikan , terjadi karena

berkeingian untuk mencapai tujuan.

3.Insentif (insentive), yaitu memotivasi (merangsang) bawahan dengan

memberikan hadiah (imbalan) kepada mereka yang berprestasi di atas prestasi

stander.

3.3. Kinerja

Kinerja6 adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau

sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung

jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujaun organisasi

bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral

maupun etika.

6

(46)

Kinerja 7adalah sebagai fungsi dari interaksi antara kemampuan atau

ability (A), motivasi atau motivation (M) dan kesempatan atau opportunity (O); yaitu kinerja = f(AxMxO); Artinya kinerja merupakan fungsi darikemampuan,

motivasi dan kesempatan. Dengan kata lain, kinerja ditentukan oleh faktor-faktor

kemampuan, motivasi dan kesempatan. Kesempatan kinerja adalah tingkat-tingkat

kinerja yang tinggi sebagian merupakan fungsi dari tiadanya rintangan-rintangan

pengendali karyawan itu. Meskipun seorang individu bersedia dan mampu, bisa

saja ada rintangan yang jadi penghambat, sebagaimana diperlihatkan Gambar 3.3

Gambar 3.3. Hubungan Kinerja dengan Motivasi dan Kesempatan

Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan

kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai

dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Kinerja yang baik tentu saja merupakan harapan bagi semua perusahaan

dan institusi yang mempekerjakan karyawan, sebab kinerja karyawan ini pada

akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan.

Standar dalam penilaian kinerja / prestasi kerja mencakup:

a. Kuantitas (jumlah yang harus diselesaikan)

7

(47)

b. Kualitas (mutu yang dihasilkan)

c. Ketepatan waktu kerja (sesuai tidaknya dengan waktu yang direncanakan)

3.4. Hubungan QWL dengan Motivasi Kerja

QWL berperan dalam meningkatkan kinerja, menurunkan tingkat inflasi,

merupakan salah satu penerapan demokrasi industrial, dan meminimalkan

pemogokan kerja. Tujuan mendasar dari penerapan QWL adalah mengembangkan

pekerjan dan kondisi kerja terbaik bagi karyawan dan kesehatan ekonomi

organisasi. QWL merupakan dimensi yang krusial dari kinerja karyawan, karena

terbukti berpengaruh penting terhadap kinerja karyawan (Beh danRose, 2007).

3.5. Hubungan Motivasi Kerja dengan Kinerja

Meningkatnya kinerja karyawan dapat disebabkan oleh peningkatan

motivasi karyawan tersebut. Motivasi penting karena dapat menyalurkan dan

mendukung perilaku manusia supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai

hasil yang optimal. Karyawan dimotivasi oleh banyak faktor, bukan hanya oleh

(48)

3.6. Penentuan dan Penyusunan Variabel 3.6.1. Pengertian dan Macam Variabel

Variabel dapat dibedakan atas kuantitatif dan kualitatif. Lebih lanjut

variabel kuantitatif terdiri dari:8

1. Variabel Nominal

Variabel nominal yaitu angka yang diterapkan hanya merupakan

simbol/tanda yang akan dianalisis yakni ‘ya’ atau ‘tidak’.

2. Variabel Ordinal

Variabel ordinal adalah variabel yang menunjukkan tigkatan-tingkatan

misalnya panjang, kurang panjang, pendek.

3. Variabel Interval

Variabel interval adalah variabel yang mempunyai jarak, jika dibandingkan

dengan variabel lain, sedang jarak itu sendiri dapat diketahui dengan pasti.

4. Variabel Rasio

Variabel rasio adalah variabel perbandingan. Variabel ini dalam hubungan

antar-sesamanya merupakan ‘sekian kali’.

3.6.2. Teknik Penyusunan Skala

Berbagai skala yang dapat digunakan untuk penelitian antara lain adalah

sebagai berikut: 9

8

(49)

1. Skala Likert

Skala Likert digunakan untuk mengukur pendapat dan persepsi sesorang atau

kelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan Skala Likert, variabel yang

akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator

tersebut dijadikan titik tolak untuk menyusun item-item yang dapat berupa

pertanyaan atau pernyataan.

Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan Skala Likert mempunyai

tingkatan dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa

kata-kata, antara lain:

1. Sangat setuju 1. Setuju

2. Setuju 2. Sering

3. Ragu-ragu 3. Kadang-kadang

4. Tidak Pernah 4. Hampir tidak pernah

5. Sangat tidak pernah 5. Tidak pernah

Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor,

misalnya.

1. Sangat setuju/ Setuju/ sangat positif diberi skor 5

2. Setuju/Sering/ positif diberi skor 4

3. Ragu-ragu/Kadang-kadang/ netral diberi skor 3

4. Tidak Pernah/Hampir tidak pernah/ negatif diberi skor 2

(50)

2. Skala Guttman

Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban tegas, yaitu

“ya-tidak”, “benar-salah”, “pernah-tidak pernah”, “positif-negatif” dan lain-lain.

Data diperoleh dapat berupa data interval atau rasio. Jadi jika pada Skala

Likert terdapat 3,4,5,6,7 interval, dari kata “sangat setuju’ sampai “sangat

tidak setuju”, maka pada skala Guttman hanya ada dua interval yaitu “setuju”

atau “tidak setuju”. Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila

ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang

ditanyakan.

3. Semantic Deferential

Skala pengukuran yang berbentuk Semantic Deferential dikembangkan oleh Osgood. Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya

tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis, yang jawaban sangat positifnya terletak dibawah bagian kanan garis, dan

jawabannya sangat negatif terletak dibagian garis, atau sebaliknya. Data yang

diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk

mengukur sikap/karakteristik yang dipunyai oleh seseorang.

4. Rating scale

Rating scale merupakan suatu skala pengukuran yang bisa dikatakan fleksibel. Karena skala ini tidak terbatas hanya untuk pengukuran sikap dari

responden, tetapi juga dapat dipakai untuk mengukur persepsi ekonomi suatu

(51)

3.7. Metode Pengumpulan Data

Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data tersebut

diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuisioner atau wawancara dalam

pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang

merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti baik lisan maupun

tertulis.10

3.7.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin

meneliti elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya

merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi

populasi atau studi sensus.11

3.8. Kuesioner

Kuesioner merupakan alat pengumpul data yang lazim digunakan dalam

penelitian survei, yang berupa sejumlah pertanyaan tertulis yang harus dijawab

secara tertulis pula oleh responden. Langkah – langkah dalam penyusunan

kuisoner adalah :

1. Tahap Persiapan, yaitu :

a. Merumuskan maksud dan tujuan penelitian

b. Menyusun pertanyaan kuesioner dengan rincian aspeek yang berhubungan.

c. Kuesioner dikonsultasikan dengan ahli dalam bidang yang diteliti.

10

Arikunto, suharsimi, Prof. Dr. 2006.op.cit.pp. 129 11

(52)

d. Susunlah petunjuk pengisian kuesioner dalam memandu responden.

2. Tahap Uji Coba Kuesioner yang bertujuan untuk :

a. Memeriksa kemungkinan terdapat pertanyaan yang kurang jelas bagi

responden.

b. Memeriksa kemungkinan terdapat kata – kata asing yang tidak dimengerti

oleh responden.

c. Memeriksa kemungkinan terdapat pertanyaan yang tidak relevan dengan

tujuan penelitian.

3. Memeriksa kemungkinan terdapat pertanyaan yang terlalu dangkal dalam

mengungkapkan masalah.

4. Penyebaran kuesioner

5. Tindak lanjut kuesioner yaitu :

a. Penanggulangan masalah angket yang belum kembali dengan memberikan

surat susulan kepada responden.

b. Pengecekan terhadap jawaban kuesioner untuk mengetahui konsistensi

jawaban terhadap pertanyaan sebelumnya.

(53)
[image:53.595.137.566.108.658.2]
(54)

6. Memeriksa kemungkinan terdapat pertanyaan yang tidak relevan dengan

tujuan penelitian.

7. Memeriksa kemungkinan terdapat pertanyaan yang terlalu dangkal dalam

mengungkapkan masalah.

8. Penyebaran kuesioner

9. Tindak lanjut kuesioner yaitu :

a. Penanggulangan masalah angket yang belum kembali dengan memberikan

surat susulan kepada responden.

b. Pengecekan terhadap jawaban kuesioner untuk mengetahui konsistensi

jawaban terhadap pertanyaan sebelumnya.

3.9. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam suatu survey, tidaklah selalu perlu untuk meneliti semua individu

dalam populasi, karena disamping menekan biaya yang sangat besar juga

membutuhkan waktu yang lama. Dengan meneliti sebagian dari populasi, kita

mengharapkan bahwa hasil yang didapat mencapai tujuan ini, maka cara-cara

pengambilan sampel harus memenuhi syarat-syarat tertentu.

1. Non Probability Sampling, yaitu sampel yang tidak dapat diketahui reabilitinya dan tidak diambil secara random. Yang termasuk di dalam jenis

sampling ini adalah Convenience Sampling, Judgement Sampling, Quota Sampling dan Accidental Sampling.

(55)

termasuk di dalam jenis sampling ini adalah Simple Random Sampling,

Stratified Sampling, dan Cluster Sampling.

Sedangkan penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan metode

accidental sampling, menurut Sugiyono (2004:77) adalah mengambil responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan

bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila orang yang

kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data. Teknik ini biasanya dilakukan

karena keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil

sampel yang besar dan jauh. Keuntungan dari pada teknik ini adalah terletak pada

ketepatan peneliti memilih sumber data sesuai dengan variabel yang diteliti

(Arikunto, 2002).

3.10. Uji Validitas

Validitas atau tingkat ketepatan adalah tingkat kemampuan instrumen

penelitian untuk mengungkapkan data sesuai dengan masalah yang hendak

diungkapkannya. Dari sudut instrumen, pengukuran adalah kemampuan instrumen

penelitian untuk mengukur apa yang hendak diukur secara tepat dan benar.

Validitas bisa juga dikatakan sebagai suatu ukuran yang menunjukkan

tingkat kevaliditan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid

dan sahih mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang

valid dan kurang sahih berarti memiliki validitas yang rendah.

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

(56)

tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data

terkumpul dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.

Jenis analisa yang dipakai untuk uji validitas yang umum digunakan

adalah Korelasi Product Moment, korelasi ini banyak digunakan untuk ukuran sampel yang relatif besar, sehingga bisa didekati dengan distribusi normal.

3.11. Uji Reliabilitas

Relaibilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen

cukup dekat dipercaya digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen

tersebut sudah baik.

Reliabilitas instrumen adalah hasil pengukuran yang dapat dipercaya.

Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan

pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan

menggunakan metode alpha Cronbach. Koefisien Alpha Cronbach merupakan koefisien reliabilitas yang paling umum digunakan untuk mengevaluasi internal consistency.Teknik ini berkehendak untuk menguji reliabilitas pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan berbentuk skala. Jika nilai menunjukkan

angka lebih besar dari 0,6, maka dapat dikatakan bahwa kuesioner/instrumen

reliabel.

  

 

 

2 2

2 2

 

Y Y

N X X

N

Y X XY

(57)

Alpha Cronbach dapat dihitung dengan mengunakan rumus:                 

t b k k 2 2 1 1   

Nilai koefisien Alpha Cronbach dapat juga dihitung dengan rumus:

             t b k k 2 2 1 1    Dimana:

 

K K X X b 2 2 2     

 

K K Y Y t 2 2 2     

Dimana: α = koefisien reliabilitas alpha Cronbach

k = banyaknya butir pertanyaan

K = banyak butir pertanyaan

∑σ2 b = jumlah varians butir

σ2 t = varians total

Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan

menggunakan metode alpha Cronbach diukur berdasarkan skala alpha Cronbach

0 sampai 1. Jika skala itu itu dikelompok ke dalam lima kelas dengan reng yang

sama, maka ukuran kemantapan alpha dapat diinterprestasikan sebagai berikut :

1. Nilai alpha Cronbach 0,00 s.d. 0,20, berarti kurang reliabel

(58)

3. Nilai alpha Cronbach 0,42 s.d. 0,60, berarti cukup reliabel

4. Nilai alpha Cronbach 0,61 s.d. 0,80, berarti reliabel

5. Nilai alpha Cronbach 0,81 s.d. 1,00, berarti sangat reliabel

3.12. Structural Equation Modeling (SEM) 12 3.12.1. Sejarah SEM

Analisis jalur yang merupakan cikal bakal persamaan struktural bermula

dari penelitian Sewal Wright (1918, 1921, 1934, 1960) dibidang biometrika.

Kontribusi utama Wright adalah mampu menunjukkan bahwa korelasi antar

variabel dapat dihubungkan dengan parameter dari suatu model yang

digambarkan dengan diagram jalur (path diagram). Wright juga menyatakan bahwa model persamaan yang dihasilkan dapat digunakan untuk mengestimasi

pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung dan pengaruh total. Aplikasi pertama

kali dari analisis jalur oleh Wright secara statistik ekivalen dengan analisis faktor

yang dikembangkan oleh spearman.

Pada tahun 1973 Joreskog mengembangkan penelitiannya dan

menyatakan bahwa model persamaan struktural umum terdiri dari dua bagian

yaitu : bagian pengukuran, yang menghubungkan observed variabel ke laten

variabel melalui model konfirmatori faktor, dan bagian struktural yang

menghubungkan antar laten variabel melalui sistem persamaan simultan. Estimasi terhadap parameter model menggunakan estimasi maksimum likelihood. Dalam

estimasi ini tidak terdapat kesalahan pengukuran didalam observasivariabel.

12

(59)

3.12.2. Definisi

Structural Equation Modeling adalah suatu teknik statistik yang bersifat linear dan umum dimana metode ini menganalisis struktural dan menganalisis

pengukuran secara bersamaan.

Definisi berikutnya mengatakan bahwa Structural Equation Modeling (SEM) merupakan teknik statistik yang digunakan untuk membangun dan menguji model statistik yang biasanya dalam bentuk model-model sebab akibat. SEM

sebenarnya merupakan teknik hibrida yang meliputi aspek-aspek penegasan

(confirmatory) dari analisis faktor, analisis jalur dan regresi yang dapat dianggap sebagai kasus khusus.

3.12.3. Konsep dan Model analisis dalam SEM13

Sebelum melakukan analisis, hendaknya diperhatikan beberapa asumsi

sebagai berikut:

1. Hubungan antar variabel haruslah linier dan aditif.

2. Semua variabel residu tak punya korelasi satu sama lain.

3. Pola hubungan antar variabel adalah rekursif atau hubungan yang tidak

melibatkan arah pengaruh yang timbal balik.

4. Tingkat pengukuran semua variabel sekurang-kurangnya adalah interval

Beberapa istilah dan definisi dalam SEM:

13

(60)

1. Dalam SEM, kita hanya menggunakan sebuah lambang variabel, yaitu X.

Untuk membedakan X yang satu dengan X yang lainya, kita menggunakan

subscript (indeks). Contoh : X1, X2, X3 …. Xk.

2. Kita membedakan dua jenis variabel, yaitu variabel yang menjadi pengaruh

(exogenous variable), dan variabel yang dipengaruhi (endogenous variable).

3. Lambang hubungan langsung dari eksogen ke endogen adalah panah bermata

satu, yang bersifat recursive atau arah hubungan yang tidak berbalik/satu arah.

4. Diagram jalur merupakan diagram atau gambar yang mensyaratkan hubugan

Gambar

Gambar 3.4. Prosedur Pembuatan Kuisioner
Gambar 3.6. Diagram Jalur yang Menyatakan Hubungan Kausal  dari X1, X2 , X3 Ke X4
Gambar 4.1. Kerangka Konseptual
Gambar 4.2. Blok Diagram Metodologi Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pos Indonesia (Persero) Bandung Kantor Pusat I, diperoleh informasi bahwa kualitas kehidupan kerja (quality of work life/QWL) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan

Hasil uji regresi linier berganda antara motivasi dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi kerja seluruh karyawan Pabrik Karet Crumb Rubber (PKCR) Sukamaju

Seluruh komponen Kualitas Kehidupan Kerja (Quality of Work Life) yaitu fasilitas yang tersedia, keselamatan lingkungan kerja, keterlibatan karyawan, kompensasi yang

Pengaruh positif dan signifikan dari quality of work life terhadap kepuasan kerja berarti apabila partisipasi, lingkungan fisik, pengembangan dan integrasi kerja

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi Quality of Work Life yang diterapkan maka semakin tinggi pula motivasi kerja karyawan yang berdampak pada peningkatkan kepuasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empirikHubungan antara Persepsi Karyawan terhadap Quality of Work Life dengan Motivasi Kerja KaryawanPDAM Kota Semarang.

Pengaruh Quality of Work Life Terhadap Kepuasan Kerja Yang Dimediasi Motivasi Secara keseluruhan nilai rata-rata skor untuk quality of work life adalah sebesar 3.87, dan

Penelitian ini memiliki tujuan untuk menginvestigasi pengaruh Work-life Balance dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Karyawan di PT Pelindo Marine Service dengan sampel sebanyak 56 orang