• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pelajar SMA Negeri dan Swasta Tentang Rokok Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Kanker Paru di kota Medan Tahun 2010.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pelajar SMA Negeri dan Swasta Tentang Rokok Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Kanker Paru di kota Medan Tahun 2010."

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PELAJAR SMA NEGERI DAN SWASTA TENTANG ROKOK SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA

KANKER PARU DI KOTA MEDAN TAHUN 2010.

Oleh : VINA WILIANA

070100326

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PELAJAR SMA NEGERI DAN SWASTA TENTANG ROKOK SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA

KANKER PARU DI KOTA MEDAN TAHUN 2010.

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh : VINA WILIANA

070100326

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pelajar SMA Negeri dan Swasta Tentang Rokok Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Kanker Paru di kota Medan Tahun 2010

Nama : Vina Wiliana NIM : 070100326

Pembimbing Penguji I

( dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes ) ( dr. Sri Sofyani, Sp.A )

Penguji II

( dr. A. Amra, Sp.M )

Medan, 30 November 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

Pendahuluan. Setiap tahun ada lebih dari 1,3 juta kasus kanker paru di seluruh dunia dengan angka kematian 1,1 juta setiap tahunnya. Di Indonesia, kanker paru menjadi penyebab kematian utama kaum pria dan lebih dari tujuh puluh persen kasus kanker paru baru terdiagnosis pada stadium lanjut. Merokok adalah penyebab utama terjadinya kanker paru oleh karena bahan-bahan karsinogenik yang terdapat di dalamnya. Namun, kesadaran masyarakat, terutama yang berusia produktif, untuk tidak merokok ataupun bahaya dari merokok masih sangat rendah, termasuk di kota Medan.

Metode. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan dan sikap pelajar SMA tentang merokok sebagai faktor risiko terjadinya kanker paru di kota Medan. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif, pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study dan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik cluster sampling.

Hasil. Dengan jumlah sampel sebanyak 200 orang, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap rokok mayoritas berada dalam kategori baik, yaitu 53,5%, kategori sedang diperoleh sebesar 43,5%, dan kategori kurang diperoleh sebesar 3%. Hasil uji sikap responden terhadap rokok mayoritas berada dalam kategori sedang yaitu 58,5%, kategori baik diperoleh sebesar 41,5%, dan tidak diperoleh adanya responden dengan kategori kurang.

Diskusi. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan pelajar SMA di kota Medan berada pada kategori baik dan sikap pelajar SMA di kota Medan berada pada kategori sedang. Status ini bisa menjadi lebih baik lagi dengan memberlakukan pemeriksaan secara berkala untuk menjaring para pelajar yang merokok sehingga intervensi dini dapat dilakukan. Pendekatan lainnya yang bisa dipertimbangkan yaitu mensosialisasikan bahaya rokok kepada para pelajar SMA dan sekaligus sebagai upaya untuk mencegah merokok itu sendiri.

(5)

ABSTRACT

Introduction. Every year, there are more than 1,3 million cases of lung cancer in the

world with death rate of 1,1 million. In Indonesia, lung cancer has been the main cause of death of men and more than 70 percent cases of lung cancer are diagnosed on last stadium. Smoking is the main cause of lung cancer because of the carsinogenic agents contained in it. However, young people awareness for not smoking or the danger of smoking is still very low, including people in Medan.

Methods. The aim of this research is to know both knowledge and the attitude among

student of Senior High School in Medan. This is a descriptive research method with a Cross Sectional Approach and the sample withdrawal is done by using a cluster sampling technique.

Results. With the total sample of 200 people, the result show that the majority of

respondents knowledge toward cigarette is good category which is 53,5%, the average category is 43,5% and the less category is 3%. The result on respondent’s attitude towards cigarette is majority on the average category that is 58,5%, the good category is 41,5% and none for the less category.

Discussion. Senior High School students in Medan have a good knowledge and

average attitude. This status can be made better by implementing periodic examinations on students to screen for smokers, so that early interventions can be done. Another approach which may be considered is by socialiating the harm of cigarette smoking to students so as to prevent the act of smoking itself.

Key words: Knowledge and Attitude, Senior High School Student, Cigarette.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pelajar SMA Negeri dan Swasta Tentang Rokok Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Kanker Paru di kota Medan Tahun 2010.”

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. dr. Gontar Siregar, Sp.PD (KGEH) selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes selaku dosen pembimbing saya yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan.

3. Ibu dr. Sri Sofyani, Sp.A selaku tim penguji I. 4. Ibu dr. A. Amra, Sp.M selaku tim penguji II.

5. Bapak atau Ibu dosen yang telah memberikan didikan sampai selama ini. 6. Sekolah SMA Negeri 6 dan SMA Methodist 2 Medan yang telah memberikan

ijin penelitian dan kepada kepala sekolah dan guru- guru yang telah membantu.

7. Seluruh teman-teman sepelayanan FK USU angkatan 2007, terima kasih atas dukungan dan perhatian dari kalian semua juga terima kasih buat kebersamaannya selama ini.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN...i

ABSTRAK...ii

ABSTRACT...iii

KATA PENGANTAR...iv

DAFTAR ISI...v

DAFTAR TABEL...viii

DAFTAR SINGKATAN...ix

DAFTAR LAMPIRAN...xi

BAB 1 PENDAHULUAN...1

1.1. Latar Belakang...……….... 1

1.2. Rumusan Masalah………... 4

1.3. Tujuan Masalah………... 4

1.4. Manfaat Penelitian……….... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 5

2.1. Kanker Paru………...5

2.1.1. Defenisi Kanker Paru………... 5

2.1.2. Etiologi Kanker Paru………...5

2.1.3. Epidemiologi Kanker Paru………...6

2.1.4. Faktor Risiko Kanker Paru………...6

2.1.5. Jenis Kanker Paru………..…...7

2.1.6. Patogenesis Kanker Paru...7

2.1.7. Gambaran Klinis Kanker Paru... 8

2.1.8. Diagnosa Kanker Paru…... ...9

(8)

2.1.10. Komplikasi Kanker Paru... 10

2.1.11. Pencegahan Kanker Paru………...10

2.2. Rokok & Perilaku Merokok...11

2.2.1. Jenis Rokok... 11

2.2.2. Zat yang Dikandung Rokok... 12

2.2.3. Dampak Merokok... 13

2.2.4. Tahapan Perkembangan Perilaku Merokok….………….. 14

2.3. Pengetahuan………... 16

2.4. Sikap………...17

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL... 20

3.1. Kerangka Konsep Penelitian………... 20

3.2. Variabel dan Defenisi Operasional……….………... 21

BAB 4 METODE PENELITIAN... 22

4.1. Rancangan Penelitian………....…... 22

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian………... 22

4.2.1. Lokasi Penelitian………... 22

4.2.2. Waktu Penelitian………... 22

4.3. Populasi dan Sampel penelitian………... 22

4.3.1. Populasi Penelitian………... 22

4.3.2. Sampel Penelitian………...22

4.4. Instrumen Penelitian...24

4.4.1. Pengukuran Pengetahuan... 24

4.4.2. Pengukuran Sikap... 25

4.4. Metode Pengumpulan Data………... 27

4.4.1. Data Primer………... 27

(9)

4.4.3. Uji Validitas dan Reabilitas...27

4.5. Metode Analisis Data...28

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...29

5.1. Hasil Penelitian...29

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian...29

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden...29

5.1.3. Hasil Analisa Data...31

5.1.3.1. Pengetahuan Pelajar SMA Terhadap Rokok...31

5.1.3.2. Sikap Pelajar SMA Terhadap Rokok...33

5.2. Pembahasan...36

5.2.1.. Pengetahuan...36

5.2.2. Sikap...39

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN...42

6.1. Kesimpulan...42

6.2. Saran...42

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 3.1 Variabel, Definisi Operasional, Cara Ukur,

Alat Ukur, Hasil Ukur dan Skala Ukur...21 Tabel 4.1. Skor Pertanyaan pada Kuesioner Pengetahuan...24 Tabel 4.2. Skor Pertanyaan pada Kuesioner Sikap...26 Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan

Jenis Kelamin...30 Tabel 5.2. Distribusi Karakteristik Responden Mengenal Rokok

Berdasarkan Jenjang Pendidikan...30 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada

Variabel Pengetahuan...31 Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pengetahuan...32 Tabel 5.5. Distribusi Asal Sekolah Responden Terhadap

Tingkat Pengetahuan...32 Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada

Variabel Sikap...33 Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Sikap...35 Tabel 5.8. Distribusi Asal Sekolah Responden Terhadap

(11)

DAFTAR SINGKATAN

CDC Centers for Disease Control and Prevention

CO Carbon Monoxide

COPD Chronic Obstructive Pulmonary Disease DNA Deoxyribonucleic Acid

EPA Environmental Protection Agency FK Fakultas Kedokteran

IPA Ilmu Pengetahuan Alam IPS Ilmu Pengetahuan Sosial

MS Mainstream Smoke

NSCLC Non Small Cell Lung Carcinoma PET Positron Emission Tomography PPOK Penyakit Paru Obstruksi Kronis

RF Rokok Filter

RNF Rokok Non Filter

RS Rumah Sakit

SCLC Small Cell Lung Carcinoma

SD Sekolah Dasar

SIADH Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone SMP Sekolah Menengah Pertama

(12)

SPSS Statistical Products and Service Solutions SS Sidestream Smoke

TK Taman Kanak-kanak

USG Ultrasonography

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Riwayat Hidup Lampiran 2 Surat Izin Penelitian Lampiran 3 Surat Ethical Clearence Lampiran 4 Lembar Validitas Konten

Lampiran 5 Lembar Penjelasan Pengisian Kuesioner Lampiran 6 Lembar Persetujuan Pengisian Kuesioner Lampiran 7 Lembar Kuesioner

(14)

ABSTRAK

Pendahuluan. Setiap tahun ada lebih dari 1,3 juta kasus kanker paru di seluruh dunia dengan angka kematian 1,1 juta setiap tahunnya. Di Indonesia, kanker paru menjadi penyebab kematian utama kaum pria dan lebih dari tujuh puluh persen kasus kanker paru baru terdiagnosis pada stadium lanjut. Merokok adalah penyebab utama terjadinya kanker paru oleh karena bahan-bahan karsinogenik yang terdapat di dalamnya. Namun, kesadaran masyarakat, terutama yang berusia produktif, untuk tidak merokok ataupun bahaya dari merokok masih sangat rendah, termasuk di kota Medan.

Metode. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan dan sikap pelajar SMA tentang merokok sebagai faktor risiko terjadinya kanker paru di kota Medan. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif, pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study dan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik cluster sampling.

Hasil. Dengan jumlah sampel sebanyak 200 orang, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap rokok mayoritas berada dalam kategori baik, yaitu 53,5%, kategori sedang diperoleh sebesar 43,5%, dan kategori kurang diperoleh sebesar 3%. Hasil uji sikap responden terhadap rokok mayoritas berada dalam kategori sedang yaitu 58,5%, kategori baik diperoleh sebesar 41,5%, dan tidak diperoleh adanya responden dengan kategori kurang.

Diskusi. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan pelajar SMA di kota Medan berada pada kategori baik dan sikap pelajar SMA di kota Medan berada pada kategori sedang. Status ini bisa menjadi lebih baik lagi dengan memberlakukan pemeriksaan secara berkala untuk menjaring para pelajar yang merokok sehingga intervensi dini dapat dilakukan. Pendekatan lainnya yang bisa dipertimbangkan yaitu mensosialisasikan bahaya rokok kepada para pelajar SMA dan sekaligus sebagai upaya untuk mencegah merokok itu sendiri.

(15)

ABSTRACT

Introduction. Every year, there are more than 1,3 million cases of lung cancer in the

world with death rate of 1,1 million. In Indonesia, lung cancer has been the main cause of death of men and more than 70 percent cases of lung cancer are diagnosed on last stadium. Smoking is the main cause of lung cancer because of the carsinogenic agents contained in it. However, young people awareness for not smoking or the danger of smoking is still very low, including people in Medan.

Methods. The aim of this research is to know both knowledge and the attitude among

student of Senior High School in Medan. This is a descriptive research method with a Cross Sectional Approach and the sample withdrawal is done by using a cluster sampling technique.

Results. With the total sample of 200 people, the result show that the majority of

respondents knowledge toward cigarette is good category which is 53,5%, the average category is 43,5% and the less category is 3%. The result on respondent’s attitude towards cigarette is majority on the average category that is 58,5%, the good category is 41,5% and none for the less category.

Discussion. Senior High School students in Medan have a good knowledge and

average attitude. This status can be made better by implementing periodic examinations on students to screen for smokers, so that early interventions can be done. Another approach which may be considered is by socialiating the harm of cigarette smoking to students so as to prevent the act of smoking itself.

Key words: Knowledge and Attitude, Senior High School Student, Cigarette.

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kanker paru merupakan penyebab utama mortalitas yang diakibatkan oleh kanker, baik pada pria maupun wanita yang ada di dunia. Prevalensi kanker paru menempati urutan kedua setelah kanker prostat pada pria dan kanker payudara pada wanita. Belakangan ini kanker paru telah melebihi penyakit jantung sebagai penyebab utama mortalitas oleh akibat merokok. Kebanyakan kanker paru didiagnosa pada stadium lanjut sehingga memperburuk prognosisnya (Syed Huq, 2010). Setiap tahun ada lebih dari 1,3 juta kasus kanker paru di seluruh dunia dengan angka kematian 1,1 juta setiap tahunnya. Kanker paru menjadi penyebab utama kematian dalam penyakit-penyakit golongan kanker. Bahkan kanker jenis ini bertanggung jawab atas 18,7% kematian oleh akibat kanker (WHO, 2004).

(17)

menyebabkan kematian 5,4 juta orang dalam setahun dan 100 juta kematian telah disebabkan oleh merokok dalam abad ke-20. Jika hal ini berlanjut, maka kematian akan mencapai satu miliar dalam abad ke-21. Kematian akibat merokok akan meningkat lebih dari 8 juta setahun dalam tahun 2030 mendatang dan 80% dari kematian itu akan terjadi di Negara sedang berkembang.

Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama di samping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik dan lain – lain. Dari beberapa kepustakaan, telah dilaporkan bahwa etiologi kanker paru sangat berhubungan dengan kebiasaan merokok. Terdapat hubungan antara rata-rata jumlah rokok yang dihisap per hari dengan tingginya insisden kanker paru. Dikatakan bahwa, 1 dari 9 perokok berat akan menderita kanker paru. Anak-anak yang terpapar dengan asap rokok selama 25 tahun pada usia dewasa akan terkena risiko kanker paru dua kali lipat dibandingkan dengan yang tidak terpapar (Amin ,2006).

Menurut WHO, merokok pada usia muda akan meningkatkan risiko dari kanker paru. Untuk sebagian besar kasus kanker paru yang berhubungan dengan merokok, risiko akan semakin meningkat apabila individu masih melanjutkan kebiasaan merokok.

(18)

merokok di usia muda. Semakin muda usia seseorang merokok, semakin besar risiko terkena penyakit yang diakibatkan oleh rokok seperti kanker dan penyakit jantung (WHO, 2001).

Di Indonesia, kebiasaan merokok ini sebagian besar (68,8%) dimulai sebelum umur 19 tahun, yaitu saat masih anak-anak atau remaja. Rata-rata umur mulai merokok adalah sekitar 18,4 tahun pada tahun 2001. Prevalensi merokok pada pria meningkat cepat seiring bertambahnya umur dari 0,7% (10-14 tahun), ke 24,2% (15-19 tahun), melonjak ke 60,1% (20-24 tahun). Remaja pria umur 15-(15-19 tahun mengalami peningkatan konsumsi sebesar 65% antara tahun 1995-2001, lebih tinggi dari kelompok manapun (Depkes, 2001).

Proporsi penduduk Provinsi Sumatera Utara umur 10 tahun ke atas yang merokok tiap hari sebesar 23%. Di kota Medan proporsi penduduk di atas 10 tahun yang merokok adalah sebesar 19,3%. Di kabupaten Nias (16%) terendah dibanding dengan kabupaten/kota lainnya, sedangkan Kabupaten Karo (41%) tertinggi dari kabupaten/ kota yang lain. Proporsi merokok tiap hari sudah dimulai sejak umur 10-14 tahun, yang kemudian meningkat menjadi 10-14% pada umur 15-24 tahun, proporsi merokok terus meningkat seiring bertambahnya umur dan pada puncaknya pada umur 45-54 tahun (36,6%). Selanjutnya proporsi merokok menurun setelah umur 54 tahun. Perokok umumnya pada laki-laki, dan menurut pendidikan terbanyak pada berpendidikan tamat SMA (29,3%), selanjutnya tamat SMP (Riskesdas, 2007).

(19)

bahwa kesempatan jajan yang dimiliki oleh pelajar SMA Swasta mungkin lebih besar dibanding dengan pelajar SMA Negeri. Kesempatan untuk jajan bisa digunakan dalam banyak hal, meliputi makanan, berbelanja ataupun membeli rokok.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai bagaimana tingkat pengetahuan dan sikap dari para pelajar SMA baik di sekolah swasta maupun negeri mengenai merokok sebagai faktor risiko terjadinya kanker paru di kota Medan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan hal yang diuraikan di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap remaja teerhadap rokok sebagai faktor risiko kanker paru. Oleh karena itu, maka masalah yang dapat dijabarkan dalam rumusan:

a. Bagaimana pengetahuan para pelajar SMA tentang merokok sebagai faktor risiko terjadinya kanker paru?

b. Bagaimana sikap para pelajar SMA terhadap merokok sebagai faktor risiko terjadinya kanker paru?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan dan sikap pelajar SMA tentang merokok sebagai faktor risiko terjadinya kanker paru di kota Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

(20)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

a. Sebagai masukan dan informasi bagi pihak sekolah baik swasta maupun negeri dalam menyikapi para palajarnya yang merokok.

(21)

Bab 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kanker Paru

2.1.1. Definisi Kanker Paru

Kanker paru merupakan penyebab utama mortalitas yang diakibatkan oleh kanker, baik pada pria maupun wanita yang ada di dunia. Prevalensi kanker paru menempati urutan kedua setelah kanker prostat pada pria dan kanker payudara pada wanita. Belakangan ini kanker paru telah melebihi penyakit jantung sebagai penyebab utama mortalitas oleh akibat merokok. Kebanyakan kanker paru didiagnosa pada stadium lanjut sehingga memperburuk prognosisnya (Huq, 2010).

2.1.2. Etiologi Kanker Paru

Dari beberapa kepustakaan telah dilaporkan bahwa etiologi kanker paru sangat berhubungan dengan merokok. Terdapat hubungan antara rata-rata jumlah rokok yang dihisap per hari dengan tingginya insiden kanker paru. Belakangan, dari laporan beberapa penelitian mengatakan bahwa perokok pasif pun akan berisiko terkena kanker paru. Diperkirakan 25% kanker paru dari bukan perokok adalah berasal dari perokok pasif (Amin, 2006). Efek rokok bukan saja mengakibatkan kanker paru, tapi dapat juga menimbulkan kanker pada organ lain seperti mulut, laring dan esophagus. Diperkirakan terdapat metabolit dalam asap rokok yang bersifat karsinogen terhadap organ tubuh.

Menurut Amin (2006), etiologi lain dari kanker paru yang pernah dilaporkan adalah :

(22)

b. polusi udara yang banyak terjadi di daerah perkotaan.

c. genetik, dimana terjadi mutasi dari beberapa gen yang berperan dalam kanker paru yaitu proto oncogen, tumor suppressor gene, gene encoding enzyme.

d. diet yang rendah konsumsi betakarotene, selenium dan vitamin A pernah dilaporkan menyebabkan tingginya risiko kanker paru.

2.1.3 Epidemiologi Kanker Paru

Prevalensi kanker paru di negara maju sangat tinggi, di Amerika tahun 2002 dilaporkan terdapat 169.400 kasus baru (merupakan 13% dari semua kanker baru yang terdiagnosis) dengan 154.900 kematian (merupakan 28% dari seluruh kematian akibat kanker). Di Inggris prevalensi kejadiannya mencapai 40.000/ tahun, sedangkan di Indonesia menduduki peringkat 4 kanker terbanyak. Di RS Kanker Dharma Jakarta tahun 1998 menduduki urutan ke 3 setelah kanker payudara dan kanker leher rahim. Angka kematian akibat kanker paru di seluruh dunia mencapai kurang lebih satu juta penduduk setiap tahunnya. Karena sistem pencatatan kita yang belum baik, prevalensi pastinya belum diketahui tapi klinik tumor dan paru di Rumah Sakit merasakan benar peningkatannya. Di negara berkembang lain, dilaporkan insidennya naik dengan cepat antara lain karena konsumsi rokok berlebihan seperti di China yang mengkonsumsi 30% rokok dunia. Sebagian besar kanker paru mengenai pria (65%) dengan life time risk 1:13 dan pada wanita 1:20 (Amin, 2006).

2.1.4. Faktor Risiko Kanker Paru

(23)

dari bekas rokok orang lain( secondhand smoke ) juga mengakibatkan kanker paru (CDC, 2010).

Gas Radon juga menyebabkan kanker paru. Gas ini biasanya ditemukan di dalam rumah. Gas ini tidak berbau, tidak berwarna yang keluar dari batu atau debu dan bisa terperangkap dalam rumah atau bangunan. Gas radon merupakan penyebab kedua dari kanker paru setelah merokok (CDC, 2010).

Risiko kanker paru akan meningkat apabila orang tua ataupun saudara pernah menderita penyakit kanker paru. Bisa karena di dalam keluarga saling berbagi kebiasaan, misalnya merokok. Bisa juga karena tinggal di dalam lingkungan yang sama di mana ada karsinogen, yaitu gas radon. Selain itu, bisa juga karena penyakit ini diturunkan dalam gen mereka (CDC, 2010).

2.1.5. Jenis Kanker Paru

Pembagian praktis untuk tujuan pengobatan, terdiri dari SCLC (small cell lung carcinoma) dan NSCLC ( non small cell lung carcinoma atau karsinoma skuamosa, adeno karsinoma, karsinoma sel besar).

Gambaran histology dari SCLC (small cell lung carcinoma) yang khas adalah dominasi sel-sel kecil yang hampir semuanya diisi oleh mukus dengan sebaran kromatin yang sedikit sekali tanpa nukleoli. Disebut juga oat cell carcinoma karena bentuknya mirip dengan bentuk biji gandum. Sel kecil ini cenderung berkumpul di sekeliling pembuluh darah halus menyerupai pseudorest. Sel-sel yang bermitosis banyak sekali ditemukan, begitu juga gambaran nekrosis. DNA yang terlepas menyebabkan warna gelap sekitar pembuluh darah (Amin, 2006).

(24)

2.1.6. Patogenesis Kanker Paru

Terjadinya kanker paru didasari dari tampilnya gen supresor tumor dalam genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor dengan cara menghilangkan (delesi) atau penyisipan (insersi) sebagian susunan pasangan basanya, tampilnya gen erbB1 dan atau erbB2 berperan dalam anti apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara alamiah,programmed cell death). Perubahan tampilan gen ini menyebabkan sel sasaran, yaitu sel paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan otonom (Amin, 2006).

Rokok selain sebagai inisiator, juga merupakan promoter dan progresor, dan rokok diketahui sangat berkaitan dengan terjadinya kanker paru. Dengan demikian kanker merupakan penyakit genetik yang pada permulaan terbatas pada sel sasaran kemudian menjadi agresif pada jaringan sekitarnya bahkan mengenai organ lain (Amin, 2006).

2.1.7. Gambaran Klinis Kanker Paru

Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila sudah menunjukkan gejala berarti pasien dalam stadium lanjut. Menurut Amin (2006), gejala-gejala kanker paru dapat bersifat:

a. Lokal ( tumor tumbuh setempat ):

- Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis - Hemoptisis

- Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran napas - Kadang terdapat kavitas seperti abses paru

- Atelektasis b. Invasi local

- Nyeri dada

(25)

- Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)

- Suara serak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent

- Sindrom Pancoast, karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf simpatis servikalis

c. Gejala Penyakit Metastasis

- Pada otak, tulang, hati, adrenal

- Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai metastasis)

d. Sindrom Paraneoplastik : terdapat pada 10% kanker paru, dengan gejala: - Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam

- Hematologi : leuko sitosis, anemia, hiperkoagulasi - Hipertrofi osteoartropati

- Neurologik : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer - Neuromiopati

- Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid (hiperkalsemia) - Dermatologik : eritema multiform, hyperkeratosis, jari tabuh - Renal : syndrome of inappropriate antidiuretic hormone (SIADH) e. Asimtomatik dengan kelainan radiologis

- Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/ COPD yang terdeteksi secara radiologis

- Kelainan berupa nodul soliter

2.1.8. Diagnosis Kanker Paru

(26)

kombinasi bronkoskopi dengan biospi, sikatan, bilasan, transtorakal biopsi/aspirasi dan tuntunan USG atau CT scan akan memberikan hasil lebih baik. Sedangkan untuk lesi letak sentral, langkah pertama sebaiknya dengan pemeriksaan sitologi sputum diikuti bronkoskopi fleksibel. Secara radiologis dapat ditentukan ukuran tumor, kelenjar getah bening torakal, dan metastasis ke organ lain.

2.1.9. Pengobatan Kanker Paru

Tujuan pengobatan kanker paru adalah kuratif, paliatif dan suportif. Terdapat perbedaan fundamental dari Non Small Cell Lung Carcinoma (NSCLC) dengan Small Cell Lung Carcinoma (SCLC), sehingga pengobatannya harus dibedakan.

Pengobatan Non Small Cell Lung Carcinoma (NSCLC) meliputi terapi bedah yang merupakan pilihan pertama pada stadium I atau II pada pasien yang adekuat sisa cadangan parenkim parunya. Survival pasien pada stadium I mendekati 60%, pada stadium II 26-37%. Pada stadium III A masih ada kontroversi mengenai keberhasilan operasi bila kelenjar mediastinum ipsilateral atau dinding torak terdapat metastasis. Pada stadium IIIb dan IV tidak dioperasi, tetapi dilakukan Combined Modality Therapy yaitu gabungan radiasi, kemoterapi dengan operasi (Amin,2006).

Untuk jenis Small Cell Lung Carcinoma (SCLC), dibagi dua, yaitu limited-stage disease yang diobati dengan tujuan kuratif ( yaitu kombinasi kemoterapi dan radiasi ) dan angka keberhasilan terapi sebesar 20% serta extensive-stage disease yang diobati dengan kemoterapi dan angka respon terapi inisial sebesar 60-70% dan angka respon terapi komplit sebesar 20-30%. Angka median-survival time untuk limited-stage adalah 18 bulan dan untuk extensive-stage disease adalah 9 bulan (Amin,2006).

2.1.10. Komplikasi Kanker Paru

(27)

2.1.11. Pencegahan Kanker Paru

Menurut CDC (2010), pencegahan dari kanker paru ada empat,yaitu : a. Berhenti Merokok

Dengan berhenti merokok, akan menurunkan risiko terjadinya kanker paru dibandingkan dengan tidak berhenti merokok sama sekali. Semakin lama seseorang berhenti merokok, maka akan semakin baik kesehatannya dibanding mereka yang merokok. Bagaimanapun, risiko bagi mereka yang nberhenti merokok tetap lebih besar dibandingkan mereka yang tidak pernah merokok.

b. Menghindari menghisap rokok orang lain ( secondhand smoke ) c. Membuat lingkungan kerja dan rumah aman dari gas radon

Menurut EPA ( Environmental Protection Agency ), setiap rumah disarankan untuk dites apakah ada gas radon atau tidak.

d. Mengkonsumsi buah dan sayuran yang banyak

Dengan mengkonsumsi buah dan sayuran yang banyak akan membantu melindungi dari kanker paru.

2.2. Rokok dan Perilaku Merokok

Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus yang meliputi kretek dan rokok putih yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.

Rokok mengandung lebih dari 4000 senyawa kimia, di mana 50 di antaranya telah diketahui bersifat karsinogenik (WHO, 2008). Sampai sekarang belum ada batas jumlah yang pasti dengan terpaparnya asap rokok untuk menimbulkan penyakit. Tetapi dari bukti yang ada, terpaparnya asap rokok dalam waktu yang lama akan meningkatkan risiko yang fatal untuk kesehatan. Lebih dari 85% penderita kanker paru adalah perokok.

(28)

asap yang dihisap oleh perokok selama merokok melalui pipa rokok atau batang rokok sedangkan sidestream smoke adalah asap rokok yang dihasilkan dari hasil pembakaran antara rokok dengan pipa rokok atau batang rokok. Komposisi kimia yang dihasilkan dari kedua asap rokok secara kualitatif adalah sama tetapi secara kuantitatif dijumpai perbedaan yang cukup signifikan anatara MS dan SS. Sehingga dari hasil percobaan didapatkan SS secara kuantitas mengandung lebih banyak senyawa kimia organik jika dibandingkan dengan MS. Jadi dari hasil studi ditetapkan bahwa kemungkinan SS akan bersifat lebih karsinogenik daripada MS walaupun pada konsentrasi yang sama banyak (Mulcachy, 1997).

2.2.1. Jenis Rokok

Di Indonesia pada umumnya, rokok dibedakan menjadi beberapa jenis.

Perbedaan ini didasarkan atas bahan pembungkus rokok, proses pembuatan rokok dan penggunaan filter pada rokok. Menurut Jaya (2009), maka rokok dibagi :

a. Rokok berdasarkan bahan pembungkus :

- Klobot : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung - Kawung : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren - Sigaret : rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas

- Cerutu : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau b. Rokok berdasarkan bahan baku :

- Rokok Putih : rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

- Rokok Kretek : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

- Rokok Klembak : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh dan kemenyan yang diberi saus untuk

(29)

c. Rokok berdasarkan Proses Pembuatannya :

- Sigaret Kretek Tangan : rokok yang proses pembuatannya dengan cara digiling dengan menggunakan tangan atau alat bantu sederhana. - Sigaret Kretek Mesin : rokok yang proses pembuatannya

menggunakan mesin

d. Rokok berdasarkan penggunaan filter :

- Rokok Filter (RF) : rokok yang pada pangkalnya terdapat gabus - Rokok Non Filter (RNF) : rokok yang pada pangkalnya tidak terdapat gabus

2.2.2. Zat yang Dikandung Rokok

Rokok mengandung sekitar 4000 zat kimia beracun, dan sedikitnya 250 zat telah diketahui berbahaya, serta 50 zat telah diketahui dapat menyebabkan kanker (WHO, 2008). Zat kimia yang dikeluarkan ini terdiri dari komponen gas (85%) dan partikel. Nikotin, gas karbonmonoksida, nitrogen oksida, hydrogen sianida, amoniak, akrolein, asetilen, benzaldehid, urethane, benzen, methanol, kumarin, 4-etilalkohol, ortokresol dan perylene adalah sebagian sari beribu-ribu zat di dalam rokok (Jaya, 2009).

Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida, amoniak, asam hidrosianat, nitrogen oksida dan formaldehid. Partikelnya berupa tar, indol, nikotin, karbarzol dan kresol. Zat- zat ini beracun, mengiritasi dan menimbulkan kanker (karsinogen). Racun utama pada rokok adalah nikotin, tar, dan karbon monoksida. a. Nikotin

Zat ini paling sering dibicarakan dan diteliti, meracuni saraf, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi, serta menyebabkan ketagihan dan ketergantungan pada pemakainya. Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan.

(30)

Sebatang rokok menghasilkan Pb sebanyak 0,5 µ g. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis dihisap dalam satu hari menghasilkan 10 µg Pb. Sementara ambang batas timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 µg per hari. Bisa dibayangkan bila seorang perokok berat menghisap rata-rata 2 bungkus rokok per hari, berapa banyak timah hitam yang masuk ke dalam tubuh.

c. Gas karbonmonoksida (CO)

Gas ini memiliki kecenderungan yang kuat untuk berikatan dengan hemoglobin dalam sel-sel darah merah. Seharusnya hemoglobin ini berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernapasan sel-sel tubuh, tetapi karena gas CO lebih kuat daripada oksigen, maka gas CO merebut tempat ikatannya dengan hemoglobin. Kadar gas CO dalam darah bukan perokok kurang dari 1%. Sementara dalam darah perokok mencapai 4-15%.

d. Tar

Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen. Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap padat. Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran pernapasan dan paru- paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg (Jaya, 2009).

2.2.3. Dampak Merokok

Rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih jantan. Di balik batang rokok itu terkandung bahaya yang sangat besar bagi orang yang merokok maupun orang di sekitar perokok yang bukan perokok.

(31)

b. Asap rokok yang baru mati di asbak mengandung tiga kali lipat bahan pemicu kanker di udara dan 50 kali mengandung bahan pengiritasi mata dan pernafasan. Semakin pendek rokok semakin tinggi kadar racun yang siap melayang ke udara. Suatu tempat yang dipenuhi polusi asap rokok adalah tempat yang lebih berbahaya daripada polusi di jalanan raya yang macet (Jaya, 2009).

c. Seseorang yang mencoba merokok biasanya akan ketagihan karena rokok bersifat candu yang sulit dilepaskan dalam kondisi apapun. Seorang perokok berat akan memilih merokok daripada makan jika uang yang dimilikinya terbatas.

d. Harga rokok yang mahal akan sangat memberatkan orang yang tergolong miskin,sehingga dana kesejahteraan dan kesehatan keluarganya sering dialihkan untuk membeli rokok. Rokok dengan merek terkenal biasanya dimiliki oleh perusahaan rokok asing yang berasal dari luar negeri, sehingga uang yang dibelanjakan perokok sebagian akan lari ke luar negeri yang mengurangi devisa negara. Pabrik rokok yang memperkerjakan banyak buruh tidak akan mampu meningkatkan taraf hidup pegawainya, sehingga apabila pabrik rokok ditutup para buruh dapat diperkerjakan di tempat usaha lain yang lebih kreatif dan mendatangkan devisa (Jaya, 2009).

e. Sebagian perokok biasanya akan mengajak orang lain yang belum merokok untuk merokok agar merasakan penderitaan yang sama dengannya, yaitu terjebak dalam ketagihan asap rokok. Sebagian perokok juga ada yang secara sengaja merokok di tempat umum agar asap rokok yang dihembuskan dapat terhirup orang lain, sehingga orang lain akan terkena penyakit kanker (Jaya, 2009).

2.2.4. Tahapan Perkembangan Perilaku Merokok

(32)

a. Tahap persiapan

Tahap ini berlangsung saat seorang individu belum pernah merokok. Di tahap ini terjadi pembentukan opini pada diri individu terhadap perilaku merokok. Hal ini disebabkan adanya pengaruh perkembangan sikap mengenai rokok serta citra yang diperoleh dari perilaku merokok. Informasi rokok dan perilaku merokok diperoleh dari observasi terhadap orang tua atau orang lain seperti kerabat atau lewat berbagai media. Salah satu pengaruh lewat media adalah melalui berbagai iklan yang berkaitan dengan rokok yang menggunakan para artis terkenal seperti model, sehingga rokok dianggap sesuatu yang berkaitan dengan keglamoran. Ada juga anggapan merokok berkaitan dengan bentuk kedewasaan dikalangan remaja sehingga diasumsikan sebagai bentuk untuk menunjukkan sikap kemandirian. Merokok juga dianggap sebagai sesuatu yang prestise, simbol pemberontakan dan salah satu upaya menenangkan diri dalam situasi yang menegangkan. Pembentukan opini dan sikap terhadap rokok ini merupakan awal dari suatu kebiasaan merokok.

b. Tahap inisiasi

(33)

perokok regular seringkali terjadi secara perlahan dan kadangkala membutuhkan waktu satu tahun atau lebih.

c. Tahapan menjadi seorang perokok

Pada tahap ini seorang individu mulai memberikan label pada dirinya sebagai seorang perokok dan ia mulai mengalami ketergantungan kepada rokok. Beberapa studi menyebutkan bahwa biasanya dibutuhkan waktu selama dua tahun bagi individu untuk menjadi perokok regular. Pada tahap ketiga ini merupakan tahap pembentukan konsep, belajar tentang kapan dan bagaimana berperilaku merokok serta menyatakan peran perokok pada konsep dirinya. Pada umumnya remaja percaya bahwa rokok berbahaya bagi orang lain terutama bagi kesehatan orang tua tapi tidak bagi dirinya (Leventhal dan Evehant dalam Rochadi, 2004).

d. Tahapan tetap menjadi perokok

Di tahap ini faktor psikologis dan mekanisme biologis digabungkan menjadi suatu pola perilaku merokok. Faktor-faktor psikologis seperti kebiasaan,kecanduan, penurunan kecemasan dan ketegangan, relaksasi yang menyenangkan, cara berteman dan memperoleh perhargaan sosial, dan stimulasi. Ada dua faktor mekanisme biologis yang memperoleh perhatian paling banyak dalam mempertahankan perilaku merokok,yaitu efek penguat nikotin dan level nikotin yang dibutuhkan dalam aliran darah. (Leventhal dan Avis dalam Rochadi, 2004).

2.3. Pengetahuan

(34)

dari luar. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Apabila perilaku didasari pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif (pengetahuan) mempunyai enam tingkatan :

a. Tahu ( Know )

Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali ( recall ) terhadap sesuatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami ( Comprehension )

Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi ( Application )

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.

d. Analisis ( Analysis )

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis ( Synthesis )

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk melakukan atau mengembangkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi ( Evaluation )

(35)

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007).

2.4. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan lebih dahulu dari perilaku yang tertutup (Notoatmodjo, 2007). Sikap dapat menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang di dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Perilaku dalam bentuk sikap merupakan tanggapan batin terhadap keadaan atau rangsangan dari luar diri subjek.

Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Notoatmodjo (2007), sikap terdiri dari beberapa tingkatan : a. Menerima ( Receiving )

Diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon ( Responding )

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah diartikan bahwa orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai ( Valuing )

(36)

d. Bertanggung jawab ( Responsible )

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko adalah sikap paling tinggi.

(37)

Bab 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

3.2. Variabel dan Definisi Operasional

(38)

Tabel 3.1: Variabel, Definisi Operasional, Cara Ukur, Alat Ukur, Hasil Ukur Pengetahuan Hasil tahu

setelah

Sikap Reaksi atau respon subjek

Baik, apabila nilai jumlah pertanyaan > 75%

Sedang, apabila nilai jumlah pertanyaan 40-75%

Kurang, apabila nilai jumlah pertanyaan < 40%

(39)

Bab 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional karena penelitian dilakukan pada saat itu juga atau bersamaan. Dengan satu kali pengamatan pada rentang waktu tertentu, akan mendeskripsikan sejauh mana tingkat pengetahuan dan sikap remaja tentang merokok yang bisa menyebabkan kanker paru.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Negeri-6 dan SMA Methodist-2 Medan. Alasan pemilihan sekolah ini adalah setelah dilakukan random terhadap semua SMA di Medan, maka yang terpilih untuk SMA Negeri adalah SMA Negeri-6 dan untuk SMA swasta adalah SMA Methodist-2.

4.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan dari bulan Februari hingga bulan Desember 2010. Waktu pengambilan data dilakukan pada bulan Oktober 2010.

4.3. Populasi dan sampel penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pelajar SMA tingkat 3 di SMA negeri-6 dan SMA Methodist-2 Medan tahun 2010. Populasi penelitian pada SMA tingkat 3 Methodist-2 berjumlah 638 orang, sedangkan pada SMA tingkat 3 Negeri-6 berjumlah 214 orang.

(40)

Sampel pada penelitian ini adalah pelajar SMA tingkat 3 di SMA Negeri-6 dan SMA Methodist-2 Medan tahun 2010.

Perhitungan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus : n = Z2

P1 = Perkiraan proporsi pada populasi 1 (0,5). P2 = Perkiraan proporsi pada populasi 2 (0,5). d = derajat ketepatan yang diinginkan = 0,1

Maka besar sampel pada penelitian ini adalah : n = Z2

n = 192,08 digenapkan menjadi 200 orang 2

Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik cluster sampling. Sampel tersebut didistribusikan merata pada pelajar SMA tingkat 3 :

(41)

4.4. Instrumen Penelitian 4.4.1. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran gambaran pengetahuan pelajar SMA mengenai rokok dan kanker paru dilakukan berdasarkan jawaban pertanyaan yang diberikan oleh responden. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner dengan jumlah pertanyaan sebanyak 10 pertanyaan. Bila jawanban responden benar akan diberi nilai 1, jika jawaban salah akan diberi nilai 0. Sistem skoring yang diberikan pada tiap- tiap pertanyaan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1.

Skor Pertanyaan pada Kuesioner Pengetahuan

No. Skor

1. A = 1 B = 0 C = 0 D = 0

2. A = 1 B = 0 C = 0 D = 0

3. A = 0 B = 1 C = 0 D = 0

4. A = 0 B = 1 C = 0 D = 0

5. A = 0 B = 0 C = 1 D = 0

6. A = 1 B = 0 C = 0 D = 0

7. A = 0 B = 0 C = 0 D = 1

8. A = 0 B = 0 C = 1 D = 0

9. A = 0 B = 1 C = 0 D = 0

(42)

Dengan memakai skala pengukuran, yaitu :

a. Baik, bila jawaban responden benar > 75% dari total nilai kuesioner pengetahuan. b. Sedang, bila jawaban responden benar antara 40-75% dari total nilai kuesioner pengetahuan.

c. Kurang, bila jawaban responden benar < 40% dari total nilai kuesioner pengetahuan.

Maka penilaian terhadap pengetahuan responden,yaitu : a. Skor 8-10 : baik

b. Skor 4-7 : sedang c. Skor ≤ 3 : kurang

4.4.2. Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap pelajar SMA mengenai rokok dan kanker paru dilakukan berdasarkan jawaban pertanyaan yang diberikan oleh responden. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner dengan jumlah pertanyaan sebanyak 10 pertanyaan. Dengan menggunakan Likert Scale yang dimodifikasi menjadi empat alternatif jawaban. Penyusunan kuesioner ini juga dikelompokkan dalam 5 pertanyaan favorable dan 5 pertanyaan unfavorable. Jawaban dalam pertanyaan favorable mengandung nilai- nilai positif dan nilai- nilai yang diberikan adalah :

(43)

Sedangkan jawaban dalam pertanyaan unfavorable mengandung nilai-nilai negatif dan nilai- nilai yang diberikan adalah :

sangat setuju = nilai 1 setuju = nilai 2 tidak setuju = nilai 3 sangat tidak setuju = nilai 4

Tabel 4.2.

Skor Pertanyaan pada Kuesioner Sikap

No. Skor

1. SS = 4 S = 3 TS = 2 STS = 1

2. SS = 4 S = 3 TS = 2 STS = 1

3. SS = 1 S = 2 TS = 3 STS = 4

4. SS = 4 S = 3 TS = 2 STS = 1

5. SS = 1 S = 2 TS = 3 STS = 4

6. SS = 4 S = 3 TS = 2 STS = 1

7. SS = 1 S = 2 TS = 3 STS = 4

8. SS = 1 S = 2 TS = 3 STS = 4

9. SS = 4 S = 3 TS = 2 STS = 1

10. SS = 1 S = 2 TS = 3 STS = 4

Keterangan : SS = Sangat Setuju S = Setuju

TS = Tidak Setuju

(44)

Dengan memakai skala pengukuran, yaitu :

a. Baik, bila jawaban responden benar > 75% dari total nilai kuesioner sikap. b. Sedang, bila jawaban responden benar antara 40-75% dari total nilai kuesioner sikap.

c. Kurang, bila jawaban responden benar < 40% dari total nilai kuesioner sikap.

Maka penilaian terhadap sikap responden,yaitu : a. Skor 31-40 : baik

b. Skor 16-30 : sedang c. Skor <16 : kurang

4.5. Metode Pengumpulan Data 4.5.1. Data Primer

Data primer adalah data yang berasal dari sampel penelitian dan pengumpulan data dilakukan dengan metode angket.

4.5.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan dari pihak sekolah yang berhubungan dengan jumlah murid SMA tingkat 3.

4.5.3. Uji Validitas dan Reliabilitas

(45)

diandalkan. Pertanyaan yang telah diuji validitasnya, dilanjutkan dengan uji reliabilitas, di mana pertanyaan disebut reliabel jika nilai r > 0,60. Kuesioner yang dipergunakan dalam penelitian ini diuji validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan program SPSS. Sampel yang digunakan berasal dari sekolah SMA lain, yaitu pelajar SMA Methodist 3. Jumlah sampel yang digunakan dalam uji validitas dan reliabilitas ini adalah 20 orang. Kuesioner yang dipergunakan dalam penelitian ini juga telah melewati validitas isi (validity content).

4.6. Metode Analisis Data

Setelah dilakukan pengumpulan data, maka data yang masih mentah diolah. Ada empat tahapan dalam mengolah data, yaitu :

a. Editing, yaitu kegiatan untuk melakukan pengecekan isi kuesioner apakah kuesioner sudah diisi dengan lengkap, jelas jawaban dari responden, relevan jawaban dengan pertanyaan dan konsisten.

b. Coding, yaitu kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan. Kegunaan koding adalah untuk mempermudah kita pada saat analisis data dan juga pada saat entry data.

c. Processing, yaitu proses entry data dari kuesioner ke dalam program komputer.

d. Cleaning, yaitu kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientri apakah ada kesalahan atau tidak.

(46)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Proses pengambilan data untuk penelitian ini telah dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner yang telah diisi oleh responden di tempat tanpa dibawa pulang ke rumah. Hasil kuesioner yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa, sehingga dapat disimpulkan hasil penelitian dalam paparan di bawah ini. 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dua tempat, yaitu SMA Negeri 6 dan SMA Methodist 2 Medan. Pengambilan data dilakukan di ruangan kelas tingkat 3 SMA Negeri 6 yang terletak di Jalan Ansari No. 34 Medan, ada 2 ruangan yang dijadikan sebagai tempat pengambilan data, yaitu : ruangan kelas IPA dan IPS. Sedangkan di SMA Methodist 2 yang bertempat di Jalan M.H. Thamrin No. 96 Medan, juga diambil dari 2 ruangan, yaitu ruangan kelas IPA dan IPS. Pengambilan data dilakukan pada bulan Oktober 2010.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 6 dan SMA Methodist 2 tingkat 3, dengan jumlah responden masing- masing sekolah adalah sebanyak 100 orang. Total responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 200 orang.

(47)

Pada penelitian ini, jumlah jenis kelamin, laki-laki dan perempuan tidak dibatasi. Karena dalam penelitian ini, peneliti hanya ingin melihat gambaran pengetahuan dan sikap dari responden terhadap rokok, peneliti tidak membandingkan pengetahuan dan sikap terhadap rokok berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 5.1.

Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin f(frekuensi) %

Laki-laki 81 40,5

Perempuan 119 59,5

Jumlah 200 100

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden terbanyak yaitu responden dengan jenis kelamin perempuan (59,5%). Responden laki-laki adalah sebesar 40,5%.

Pada penelitian ini, di dalam lembar kuesioner ada ditanyakan karakteristik responden berdasarkan jenjang pendidikan, yaitu pada jenjang pendidikan manakah responden mengenal rokok.

Tabel 5.2.

Distribusi Karakteristik Responden Mengenal Rokok Berdasarkan Jenjang Pendidikan

Jenjang Pendidikan f(frekuensi) %

TK 40 20,0

SD 123 61,5

SMP 30 15,0

SMA 7 3,5

Jumlah 200 100

(48)

5.1.3. Hasil Analisa Data

5.1.3.1. Pengetahuan Pelajar SMA Negeri 6 dan SMAMethodist 2 Terhadap Rokok

Pada penelitian ini, dalam lembar kuesioner penelitian terdapat 10 pertanyaan mengenai pengetahuan terhadap rokok. Data lengkap distribusi frekuensi jawaban angket responden pada variabel pengetahuan dapat dilihat pada table 5.3. di bawah ini.

Tabel 5.3.

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Pengetahuan

No Pertanyaan

Jawaban Responden

Benar Salah

f % f %

1 Faktor risiko utama Kanker Paru 193 96,5 7 3,5 2 Penyakit yang tidak diakibatkan oleh

Rokok 128 64,0 72 36,0

3 Penyebab utama kematian akibat

kanker 86 43,0 114 57,0

4 Senyawa yang berikatan dengan Hb 150 75,0 50 25,0 5 Zat penyebab ketagihan dalam Rokok 189 94,5 11 5,5 6 Zat di lingkungan sekitar penyebab

Kanker Paru 184 92,0 16 8,0

7 Yang tidak termasuk racun utama

Rokok 118 59,0 82 41,0

8 Bahaya Perokok Aktif dan Perokok

Pasif 147 73,5 53 26,5

9 Zat penyebab warna gigi cokelat

dalam Rokok 158 79,0 42 21,0

10 Ikatan CO dengan Hb 109 54,5 91 45,5

(49)

Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 yaitu baik, sedang dan kurang. Seorang responden dikatakan berpengetahuan baik bila menjawab 8-10 pertanyaan pengetahuan dengan benar sedangkan seorang responden dikatakan berpengetahuan sedang bila menjawab 4-7 pertanyaan pengetahuan dengan benar dan dikatakan berpengetahuan kurang bila menjawab lebih kecil atau sama dengan 3 dari pertanyaan pengetahuan dengan benar. Berdasarkan hasil uji tersebut, maka tingkat pengethuan pelajar SMA Negeri 6 dan SMA Methodist 2 dapat dikategorikan pada table 5.4.

Tabel 5.4.

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pengetahuan

Pengetahuan f (frekuensi) %

Baik 107 53,5

Sedang 87 43,5

Kurang 6 3

Total 200 100

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dengan kategori kurang memiliki persentase paling kecil yaitu 3%, tingkat pengetahuan dengan kategori sedang memiliki persentase sebanyak 43,5% dan tingkat pengetahuan dengan kategori baik adalah sebesar 53,5%.

Penelitian ini dilakukan di dua sekolah SMA, yang terdiri dari satu sekolah negeri yaitu SMA Negeri 6 Medan dan satu sekolah swasta yaitu SMA Methodist 2 Medan. Data yang diambil dari kedua sekolah ini dapat dilihat perbandingan hasil untuk pengetahuan pada tabel 5.5.

Tabel 5.5.

Distribusi Asal Sekolah Responden Terhadap Tingkat Pengetahuan

Kategori Pengetahuan

Pengetahuan

Kurang Sedang Baik Total

f % f % f % f %

(50)

Sekolah Responden

SMA Negeri

6 5 2,5 54 27,0 41 20,5 100 50

Total 6 3 87 43,5 107 53,5 200 100

Dari tabel tersebut, tingkat pengetahuan kurang memiliki nilai yang paling kecil pada kedua sekolah SMA tersebut, yaitu sebesar 0,5% dan 2,5%. Untuk tingkat pengetahuan sedang, sekolah SMA Negeri 6 memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah SMA Methodist 2, yaitu 27,0%. Sedangkan untuk tingkat pengetahuan baik, sekolah SMA Methodist 2 memiliki nilai yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan SMA Negeri 6, yaitu 33,0%.

5.1.3.2. Sikap Pelajar SMA Methodist 2 dan SMA Negeri -6 Terhadap Rokok Pada penelitian ini, dalam lembar kuesioner penelitian terdapat 10 pertanyaan mengenai sikap terhadap rokok. Data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden pada variabel sikap dapat dilihat pada table 5.6. di bawah ini.

Tabel 5.6.

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Sikap

(51)
(52)

Dari tabel di atas, terlihat bahwa pernyataan sikap yang paling banyak dijawab dengan sangat setuju adalah pada pernyataan mengenai responden akan memilih ruangan bebas rokok apabila berada di tempat umum (63,0%). Pernyataan sikap yang paling banyak dijawab dengan setuju adalah pada pernyataan mengenai responden akan tetap bergaul dengan temannya yang adalah seorang perokok (70,0%). Pernyataan sikap yang paling banyak dijawab dengan tidak setuju adalah pada pernyataan mengenai responden akan melihat saja apabila ada seseorang merokok di dekat seorang anak kecil (54,5%). Pernyataan sikap yang paling banyak dijawab dengan sangat tidak setuju adalah pada pernyataan mengenai responden akan merokok apabila ditawari rokok (76,0%).

Penilaian sikap dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 yaitu baik, sedang dan kurang. Seorang responden dikatakan baik bila skor atas pertanyaan sikap bernilai 31-40 sedangkan seorang responden dikatakan memiliki sikap sedang bila skor atas pertanyaan sikap bernilai 16-30 dan dikatakan bersikap kurang bila skor atas pertanyaan sikap bernilai sama dengan atau di bawah 15. Berdasarkan hasil uji tersebut, maka sikap pelajar SMA Negeri 6 dan SMA Methodist 2 dapat dikategorikan pada table 5.7.

Tabel 5.7.

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Sikap

Sikap f (frekuensi) %

Baik 83 41,5

Sedang 117 58,5

Kurang 0 0

Total 200 100

(53)

Penelitian ini dilakukan di dua sekolah SMA, yang terdiri dari satu satu sekolah negeri yaitu SMA Negeri 6 Medan dan satu sekolah swasta yaitu SMA Methosist-2 Medan. Data yang diambil dari kedua sekolah ini dapat dilihat perbandingan hasil untuk sikap pada tabel 5.8.

Tabel 5.8.

Distribusi Asal Sekolah Responden Terhadap Tingkat Sikap

Kategori Sikap

Dari tabel tersebut, kedua sekolah tersebut tidak ada pelajar SMA tingkat 3 dengan sikap yang kurang terhadap merokok. Sikap sedang merupakan nilai yang terbanyak pada sekolah SMA Negeri 6 dan SMA Methodist 2 Medan dengan nilai sebesar 27% dan 31,5%.

5.2. Pembahasan 5.2.1. Pengetahuan

(54)

Dari 200 orang responden, didapatkan hasil bahwa jumlah responden terbanyak berdasarkan jenis kelamin adalah perempuan, yaitu sebanyak 119 orang (59,5%). Sedangkan responden laki-laki berjumlah 81 orang (40,5). Hal ini bisa dikarenakan pada saat pengambilan data, kelas yang dijadikan tempat pengambilan sampel memiliki lebih banyak murid perempuan, baik pada sekolah SMA Negeri 6 ataupun pada SMA Methodist 2.

Dalam kuesioner penelitian, juga disertai dengan pertanyaan sejak kapan responden memperoleh pengetahuan tentang rokok. Dari 200 responden, diperoleh sebanyak 123 orang (61,5%) memperoleh pengetahuan tentang rokok pada saat jenjang pendidikan SD. Pada umumnya responden tersebut memperoleh pendidikan tentang rokok adalah dari guru-guru di sekolah dan terutama pada saat pendidikan dasar yaitu SD. Sebanyak 40 orang (20%) memperoleh pendidikan tentang rokok saat jenjang pendidikan TK. Hal ini bisa dikarenakan responden tersebut telah mengenal rokok sejak kecil yang berasal dari lingkungan keluarga mereka. Sebanyak 30 orang (15%) mengenal rokok saat jenjang pendidikan SMP dan sebanyak 7 orang (3,5%) mengenal rokok saat jenjang pendidikan SMA. Hal ini mungkin bisa dikarenakan responden tersebut memiliki lingkungan hidup yang sehat, bersih dan bebas dari rokok sejak kecil dan responden ini mulai lebih paham tentang rokok setelah memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu SMP atau SMA.

(55)

bersifat karsinogen terhadap organ tubuh (Amin, 2006). Sebanyak 86 responden (43,0%) yang mengetahui bahwa penyebab kematian utama dalam penyakit golongan kanker adalah kanker paru. Hasil tersebut sesuai dengan yang dikemukakan bahwa belakangan ini kanker paru telah melebihi penyakit jantung sebagai penyebab utama mortalitas oleh akibat merokok (Huq, 2010).

Sebanyak 150 responden (75,0%) yang menjawab dengan benar bahwa gas di dalam rokok yang memiliki kecenderungan untuk berikatan dengan hemoglobin adalah gas karbonmonoksida (CO). Seharusnya hemoglobin ini berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernapasan sel-sel tubuh, tetapi karena karbonmonoksida (CO) lebih kuat daripada oksigen, maka gas karbonmonoksida (CO) merebut tempat ikatannya dengan hemoglobin. Kadar gas karbonmonoksida (CO) dalam darah bukan perokok kurang dari 1%. Sementara dalam darah perokok mencapai 4-15% (Jaya, 2009). Menurut Gondodiputro (2007), gas karbonmonoksida (CO) akan sangat cepat berikatan dengan hemoglobin di dalam darah dan membentuk karboksihemoglobin, dan sebanyak 109 responden (54,5%) berpengetahuan baik tentang ikatan antara gas karbonmonoksida (CO) dengan hemoglobin ini.

Nikotin merupakan zat di dalam rokok yang meracuni saraf, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi, serta menyebabkan ketagihan dan ketergantungan pada pemakainya. Didapati sebanyak 189 responden (94,5%) yang berpengetahuan baik tentang nikotin. Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan (Jaya, 2009). Sebanyak 158 responden (79,0%) yang berpengetahuan baik bahwa tar yang terdapat dalam kandungan rokok yang bersifat karsinogenik dapat membuat warna cokelat pada kuku dan gigi di mana menurut Gondodiputro (2007), tar adalah sejenis cairan berwarna coklat tua atau hitam yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru, sehingga dapat membuat warna gigi dan kuku seorang perokok menjadi coklat, begitu juga di paru-paru.

(56)

dan bisa terperangkap dalam rumah atau bangunan, didapati sebanyak 184 responden (92,0%) yang mengetahui bahwa gas di lingkungan sekitar yang bisa menyebabkan terjadinya kanker paru. Gas radon merupakan penyebab kedua dari kanker paru setelah merokok (CDC, 2010). Sebanyak 118 responden (59,0%) yang berpengetahuan baik bahwa zat yang tidak termasuk racun utama pada rokok adalah karbondioksida (CO2

Sebanyak 109 responden (54,5%) yang menjawab dengan benar bahwa bahwa bahaya dari asap rokok terhadap kesehatan lebih besar pada perokok pasif dibandingkan dengan perokok aktif. Hasil tersebut sesuai dengan yang dikemukakan bahwa sebanyak 35 persen zat berbahaya yang terkandung dalam rokok masuk ke tubuh perokok (perokok aktif), sedangkan 75 persennya beredar di udara bebas yang berisiko masuk ke tubuh orang di sekelilingnya (perokok pasif) (Budiantoro, 2009). Menurut Mulcachy (1997), sidestream smoke (SS), yaitu asap rokok yang dihasilkan dari hasil pembakaran antara rokok dengan pipa rokok atau batang rokok, memiliki mengandung lebih banyak senyawa kimia organik jika dibandingkan dengan mainstream smoke (MS), yaitu asap yang dihisap oleh perokok selama merokok melalui pipa rokok atau batang rokok. Jadi dari hasil studi ditetapkan bahwa kemungkinan sidestream smoke (SS), akan bersifat lebih karsinogenik daripada mainstream smoke (MS) walaupun pada konsentrasi yang sama banyak.

). Racun utama pada rokok adalah nikotin, tar, dan karbon monoksida. Komponen gas asap rokok terdiri dari karbon monoksida, amoniak, asam hidrosianat, nitrogen oksida dan formaldehid dan partikelnya adalah berupa tar, indol, nikotin, karbarzol dan kresol, di mana zat- zat ini beracun, mengiritasi dan menimbulkan kanker (Jaya, 2009).

(57)

terdapat perbedaan dari tingkat pengetahuan dari para pelajar SMA. Pada SMA swasta Methodist 2, mayoritas pelajarnya berpengetahuan baik mengenai rokok, sedangkan pada SMA Negeri 6, mayoritas pelajarnya berada pada tingkat pengetahuan sedang. Menurut asumsi peneliti, hal ini bisa dikarenakan pada sekolah SMA Methodist 2 para pelajarnya telah dididik sejak awal untuk tidak merokok serta adanya pembelajaran kepada para pelajar tentang bahaya dari merokok. Selain itu, juga diberlakukan aturan yang ketat untuk tidak merokok dan pemberian sanksi yang tegas.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penlitian Loren (2009), dengan judul “Gambaran Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Terhadap Rokok”. Di mana hasil penelitian Loren diperoleh mayoritas mahasiswa fakultas kedokteran USU memiliki tingkat pengetahuan sedang (87,3%) terhadap rokok, sedangkan dalam penelitian ini, mayoritas para pelajar SMA di kota Medan berpengetahuan baik (53,5%) tentang rokok. Hal ini mungkin dikarenakan pada pelajar SMA, materi pembelajaran tentang bahaya rokok adalah berupa pengetahuan umum dan tidak terlalu mendalam serta mudah untuk dimengerti, sehingga para pelajar SMA ini memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Sedangkan pada mahasiswa fakultas kedokteran USU, pengetahuan yang sedang mungkin disebabkan oleh tidak terdapatnya topik kuliah yang lebih dalam atau khusus mengenai bahaya rokok, misalnya nikotin, sehingga tingkat pengetahuan yang diperoleh adalah sedang.

5.2.2 Sikap

(58)

107 responden (53,5%) menyatakan setuju bahwa alasan seseorang merokok adalah pengaruh dari teman ,123 responden (61,5%) menyatakan sangat setuju untuk menutup hidung apabila mencium asap rokok, 82 responden (41,0%) menyatakan setuju bahwa seorang perokok akan menawarkan rokok kepada orang lain atau teman yang tidak merokok, 126 responden (63,0%) menyatakan sangat setuju untuk memilih ruangan yang bebas rokok apabila berada di tempat umum.

Sebanyak 109 responden (54,5%) menyatakan tidak setuju untuk berdiam saja apabila ada seseorang merokok di dekat seorang anak kecil, 138 responden (69,0%) menyatakan sangat tidak setuju bahwa merokok merupakan salah satu cara bergaul dan mendapat penghargaan sosial, 152 responden (76,0%) menyatakan sangat tidak setuju untuk ikut merokok apabila seseorang menawarkan rokok kepadanya, 140 responden (70,0%) menyatakan setuju untuk tetap bergaul dengan temannya yang adalah perokok, 94 responden (47,0%) menyatakan setuju untuk mendukung program pemerintah dalam mengurangi konsumsi tembakau, dan 98 responden (49,0%) menyatakan tidak setuju untuk berdiam saja apabila ada seseorang yang merokok di tempat umum yang telah diberi larangan untuk merokok.

Dalam penelitian ini, dapat dilihat bahwa sikap pelajar SMA swasta dan SMA negeri terhadap rokok berada pada kategori sedang (58,5%). Bila dilihat dari masing-masing sekolah, maka pelajar sekolah SMA swasta Methodist 2 memiliki nilai yang lebih besar (31,5%) dibanding sekolah SMA Negeri 6 (27%) untuk tingkat sikap sedang. Menurut asumsi peneliti, hal ini mungkin dikarenakan oleh pada SMA swasta Methodist 2 Medan diberlakukan larangan yang ketat bagi para pelajarnya untuk tidak merokok. Bagi pelajar yang tertangkap merokok, akan dikenakan sanksi dan dikeluarkan dari sekolah. Pada SMA Negeri 6 juga ada diberlakukan larangan untuk merokok, tetapi sanksi yang diberikan tidak sebesar pada SMA swasta.

(59)

pada kategori baik, sedangkan sikap berada pada kategori sedang. Hal ini bertolak belakang dengan yang dikemukakan oleh Notoadmodjo (2007). Menurut Notoadmodjo (2007), pengetahuan yang diperoleh subjek selanjutnya akan menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap terhadap objek yang telah diketahuinya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bila pengetahuan yang baik akan memiliki sikap yang baik juga. Hal ini mungkin disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat mempengaruhi sikap responden sehingga memiliki sikap yang sedang walaupun dengan pengetahuan yang baik. Menurut Notoadmodjo (2007), faktor- faktor yang mempengaruhi sikap seperti pengetahuan berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan yang penting dalam terbentuknya sikap. Sehingga walaupun memiliki pengetahuan yang baik tetapi responden memiliki sikap yang sedang.

(60)

Bab 6

KESIMPULAN dan SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan, maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan, yaitu :

a) Pengetahuan pelajar SMA Swasta dan Negeri di Kota Medan terhadap rokok berada pada kategori baik, yaitu sebanyak 107 responden (53,5%), sedangkan pada kategori sedang adalah sebanyak 87 responden (43,5%), dan pada kategori kurang hanya sebanyak 6 responden (3%).

b) Sikap pelajar SMA Swasta dan Negeri di Kota Medan terhadap rokok berada pada kategori sedang, yaitu sebanyak 117 responden (58,5%), sedangkan pada kategori sedang sebanyak 83 responden (41,5%), dan tidak didapatkan adanya pelajar SMA pada kategori kurang.

c) Tingkat pengetahuan pelajar SMA Negeri 6 Medan yang terbanyak adalah sedang, dengan persentase 27,0%. Sedangkan tingkat pengetahuan terbanyak pada SMA Swasta Methodist-2 adalah baik, dengan persentase 33,0%.

d) Tingkat sikap pelajar SMA Negeri 6 dan SMA Methodist 2 Medan yang terbanyak adalah berada pada kategori sikap sedang, di mana untuk SMA Negeri 6 sebesar 27,0% dan pada SMA Methodist 2 sebesar 31,5%. Sedangkan untuk kategori sikap kurang, tidak didapati adanya pelajar atau persentase 0% pada sekolah SMA Negeri 6 ataupun SMA Methodist 2 Medan.

6.2. Saran

Dari hasil penelitian yang didapat, maka beberapa saran dari peneliti, yaitu: a) Masukan kepada Kepala Sekolah SMA Methodist 2 dan SMA Negeri 6 :

(61)

sebatas tentang kandungan dan efek samping dari rokok, akan tetapi para pelajar SMA dapat mengaplikasikannya.

ii) Tetap memberlakukan larangan merokok bagi para pelajar SMA dan pemberian sanksi yang lebih keras bagi pelajar yang merokok.

iii) Melakukan pemeriksaan atau razia secara berkala kepada para pelajar SMA agar tidak ada pelajar yang merokok lagi.

b) Masukan kepada para pelajar SMA, supaya menghindari rokok sejak usia muda. Para pelajar hendaknya bisa menjadi generasi penerus bangsa yang sehat, pintar dan berakhlak mulia.

Gambar

Tabel 3.1: Variabel, Definisi Operasional, Cara Ukur, Alat Ukur, Hasil Ukur
Tabel 4.1.
Tabel 4.2.
Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
+6

Referensi

Dokumen terkait

Di negara kita Keharusan majelis hakim untuk memuat pendapat hakim yang berbeda dalam putusan diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Mahkamah Agung yaitu pada Pasal

pengembangan dan strategi pemasaran objek wisata Danau Siais dalam menarik..

Judul Penelitian : Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Terhadap Osteoporosis dan Asupan Kalsium Pada Wanita Premenopause di Kecamatan Medan Selayang II. Name Peneliti :

Dari data yang diperoleh pada siklus I adalah dengan presentase 74, 99% atau 24 dari 32 peserta didik aktif dalam pembelajaran, pada siklus II mengalami peningkatan yaitu

Dari hasil penelitian diketahui besarnya korelasi pearson antara bauran pemasaran jasa tambahan (The Expanded Marketing Mix Service) dengan Load Factor adalah 0,755 kemudian

Whether you know what you want to write about or you simply know you want to write, when thinking about good, profitable e-book ideas, check to see if your topic is one that is

Sehubungan dengan Dokumen Penawaran saudara/I atas paket pekerjaan : Pengadaan Bahan Bangunan Rumah, maka dengan ini kami mengundang saudara/I untuk melakukan Pembuktian

Oriflame merupakan sebua h perusahaan kosmetik dan perawatan wajah yang mempunyai sistem penjualan langsung (direct selling) yang berkembang paling cepat di dunia. Penulisan Ilmiah