• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Perbandingan Pola Pergerakan Penduduk Desa Pertanian Lahan Basah Dengan Desa Pertanian Lahan Kering (Perkebunan) Di Kabupaten Padang Lawas Utara (Studi Kasus : Desa Nagasaribu,Kecamatan Padang Bolak Dan Desa Sipaho,Kecamatan Halongonan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kajian Perbandingan Pola Pergerakan Penduduk Desa Pertanian Lahan Basah Dengan Desa Pertanian Lahan Kering (Perkebunan) Di Kabupaten Padang Lawas Utara (Studi Kasus : Desa Nagasaribu,Kecamatan Padang Bolak Dan Desa Sipaho,Kecamatan Halongonan)"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PERBANDINGAN POLA PERGERAKAN PENDUDUK DESA PERTANIAN LAHAN BASAH DENGAN DESA PERTANIAN LAHAN KERING ( PERKEBUNAN )

DI KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA (STUDI KASUS : Desa Nagasaribu dan Desa Sipaho)

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat Untuk Menempuh

Ujian Sarjan Teknik Sipil

Disusun Oleh :

NIM : 040404058 SOLEMAN DALIMUNTHE

SUB JURUSAN TRANSPORTASI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

Transportasi atau pengangkutan merupakan fasilitas yang penting untuk perkembangan pembangunan dari suatu daerah, karena semua kegiatan pembangunan suatu daerah tidak akan lepas dari sarana dan prasarana transportasi itu sendiri. Apabila transportasi baik maka, pembangunan juga akan berjalan dengan lancar yang akan berdampak baik bagi prekonomian penduduknya. Untuk mencapai hal tersebut perlunya sarana transportasi atau pergerakan yang baik.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan karakteristik pola pergerakan penduduk desa pertanian lahan basah dengan desa pertanian lahan kering (perkebunan). Penelitian ini mengambil populasi rumah tangga penduduk wilayah studi. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis Crosstabs-Chi Square test. Analisis Crosstabs- Chi Square digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan pola pergerakan penduduk, sedangkan analisis deskriptif digunakan untuk untuk mengidentifikasi karakteristik perbedaan pola pergerakan penduduk desa pertanian lahan basah dan desa pertanian lahan kering (perkebunan).

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah variabel tujuan perjalan responden, total pergerakan responden perminggu, kepemilikan kendaraan, pemilihan moda transportasi,jarak dari rumah ke tempat bekerja, lama waktu perjalanan dan biaya yang dikeluarkan responden.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini. Tugas Akhir yang

disusun untuk melengkapi persyaratan dalam menempuh ujian sarjana pada Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara ini berjudul “Kajian Perbandingan Pola

Pergerakan Penduduk Desa Pertanian Lahan Basah Dengan Desa Pertanian Lahan Kering (Perkebunan) Di Kabupaten Padang Lawas Utara (Studi Kasus : Desa Nagasaribu,Kecamatan Padang Bolak Dan Desa Sipaho,Kecamatan Halongonan)”.

Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis tidak terlepas dari berbagai kesulitan,untuk itu

dengan segala rasa hormat dan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Ir.Jeluddin Daud,M Eng, selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan

waktu,tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam penyelesaian Tugas

Akhir ini.

2. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan, selaku Ketua Departemen Teknik Sipil,

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ir. Teruna Jaya, Msc, selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil, Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak dan Ibu staf pengajar yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat selama

penulis berkuliah di Departemen Teknik Sipil, Fakultas Tehnik Universitas Sumatra

(4)

5. Kedua Orang Tua yang telah membesarkan dan mendidik tanpa lelah serta penuh

tulus ikhlas dalam memberikan semangat dan do’a kepada penulis sehingga penulis

dapat melewati kesulitan dalam penyelesaian Tugas akhir ini.

6. Teman-teman seperjuangan, sahabat-sahabat, serta adik-adik seperkuliahan yang

telah banyak memberikan dorongan serta bantuan.

Penulis menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini jauh dari sempurna karena

keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan referensi yang penulis miliki. Penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan pada masa mendatang.

Akhir kata, semoga Allah memberikan manfaat dan melimpahkan berkah atas Tugas

Akhir ini sehingga dapat berarti bagi ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya pada bidang

Tekni Sipil.

Medan, Oktober 2010

Soleman Dalimunthe

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum ... 1

I.2 Latar belakang ... 2

I.3 Perumusan Masalah ... 6

I.4 Maksud Dan Tujuan Penelitian ... 7

I.5 Ruang Lingkup Dan Pembatasan Masalah………..7

I.6 Manfaat Penelitian………...8

I.7 Metodologi Penelitian………..8

I.8 Hipotesa………..10

I.9 Sistematika Penulisan……….11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Gambaran Umum Karakteristik Pergerakan ... .12

II.1.1 Pengertian Karakteristik Pergerakan………..12

II.2 Karakteristik Pola Pergerakan ... .13

II.3 Hubungan Tata Guna Lahan dan Transportasi ... .15

II.3.1 Penggunaan Lahan Di Tinjau Dari Sistem Kegiatan ... .16

II.4 Klasifikasi Pergerakan ... .16

II.4.1 Berdasarkan Tujuan Pergerakan ... .17

II.4.2 Berdasarkan Waktu ... .19

II.4.3 Berdasarkan Jenis Orang ... .19

II.5 Faktor Yang Mempengaruhi Pergerakan ... .20

(6)

II.5.2 Kepemilikan Kendaraan Bermotor ... .21

II.5.3 Faktor Ukuran Dan Komposisi Keluarga……….22

II.5.4 Pekerjaan Anggota Keluarga………23

II.5.5 Aksesibilitas……….23

II.6 Sistem Transportasi……….24

II.7 Permasalahan Transportasi………..29

II.8 Perencanaan Sistem Transportasi………30

II.9 Jaringan Transportasi………....31

II.10 Pengantar Statistik………..33

II.10.1 Pengertian Istilah Statistik……….33

II.10.2 Peranan Statistik………...34

II.10.3 Data………...35

II.10.4 Pengujian Hipotesis………...37

BAB III DESKRIFSI WILAYAH III.1 Gambaran Umum Kabupaten Padang Lawas Utara ... .40

III.1.1 Sejarah Singkat Kabupaten Padang Lawas Utara……….40

III.1.2 Kondisi Geografi Dan Topografi……….41

III.1.3 Keadaan Iklim Dan Curah Hujan……….43

III.1.4 Keadaan Hidrologi………...43

III.2 Garis Umum Desa Nagasaribu ... .44

(7)

IV.7 Proses Pengolahan Data Dan Analisa Data………54

IV.7.1 Metode Analisis Deskriptif………..54

IV.7.2 Metode Analisis Crosstabs- Chi Square………...55

IV.8 Kesimpulan Dan Saran………..55

BAB V ANALISA DATA V.1 Umum ... …….56

V.2 Metode Analisa Data ... …….56

V.3 Metode Analisis Deskriptif ... …….57

(8)

V.3.2.7 Karakteristik Pola Pergerakan Penduduk Berdasarkan Biaya

Transportasi……….81

V.4 Analisis Data Dengan Metode Crosstabs Chi Square Test………83

V.4.1 Analisis Data Tentang Perbandingan Karakteristik Pola Pergerakan

Penduduk Berdasarkan Tujuan Perjalanan ………..83

V.4.2 Analisis Data Tentang Perbandingan Karakteristik Pola Pergerakan

Penduduk Berdasarkan Total Pergerakan Perminggu……….85

V.4.3 Analisis Data Tentang Perbandingan Karakteristik Pola Pergerakan

Penduduk Berdasarkan Kepemilikan Kendaraan ………...86

V.4.4 Analisis Data Tentang Perbandingan Karakteristik Pola Pergerakan

Penduduk Berdasarkan Pemilihan Moda Transportasi ………..88

V.4.5 Analisis Data Tentang Perbandingan Karakteristik Pola Pergerakan

Penduduk Berdasarkan Jarak Dari Rumah Ke Tempat Bekerja ……90

V.4.6 Analisis Data Tentang Perbandingan Karakteristik Pola Pergerakan

Penduduk Berdasarkan Lama Waktu Perjalanan ………92

V.4.7 Analisis Data Tentang Perbandingan Karakteristik Pola Pergerakan

Penduduk Berdasarkan Biaya Transportasi ………...94

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1 Kesimpulan ... …..96

VI.2 Saran ... …..99

DAFTAR PUSTAKA ... ….100

(9)

ABSTRAK

Transportasi atau pengangkutan merupakan fasilitas yang penting untuk perkembangan pembangunan dari suatu daerah, karena semua kegiatan pembangunan suatu daerah tidak akan lepas dari sarana dan prasarana transportasi itu sendiri. Apabila transportasi baik maka, pembangunan juga akan berjalan dengan lancar yang akan berdampak baik bagi prekonomian penduduknya. Untuk mencapai hal tersebut perlunya sarana transportasi atau pergerakan yang baik.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan karakteristik pola pergerakan penduduk desa pertanian lahan basah dengan desa pertanian lahan kering (perkebunan). Penelitian ini mengambil populasi rumah tangga penduduk wilayah studi. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis Crosstabs-Chi Square test. Analisis Crosstabs- Chi Square digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan pola pergerakan penduduk, sedangkan analisis deskriptif digunakan untuk untuk mengidentifikasi karakteristik perbedaan pola pergerakan penduduk desa pertanian lahan basah dan desa pertanian lahan kering (perkebunan).

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah variabel tujuan perjalan responden, total pergerakan responden perminggu, kepemilikan kendaraan, pemilihan moda transportasi,jarak dari rumah ke tempat bekerja, lama waktu perjalanan dan biaya yang dikeluarkan responden.

(10)

BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum

Tranportasi merupakan sarana yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan

pembangunan terutama dalam mendukung kegiatan perekonomian masyarakat tak terkecuali di

daerah pedesaan. Sistem transportasi yang ada dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan

mobilitas penduduk dan sumberdaya lainnya yang dapat mendukung terjadinya pertumbuhan

eknomi daerah pedesaan. Dengan adanya transportasi harapannya dapat menghilangkan isolasi

dan memberi stimulan ke arah perkembangan di semua bidang kehidupan, baik perdagangan,

industri maupun sektor lainnya di daerah pedesaan.

Transportasi sangat penting bagi daerah pedesaan di negara-negara yang sedang

berkembang, karena menyediakan akses bagi masyarakat desa untuk memenuhi kebutuhan

barang dan jasa sehari-hari, serta meningkatkan kehidupan sosial ekonomi. Akses terhadap

informasi, pasar, dan jasa masyarakat dan lokasi tertentu, serta peluang-peluang baru

kesemuanya merupakan kebutuhan yang penting dalam proses pembangunan.

Dengan di bangunnya sarana transportasi, kegiatan ekonomi masyarakat, pemberdayaan

masyarakat, khususnya dalam pembangunan perdesaan pada kawasan yang mempunyai potensi

ekonomi tinggi akan lebih mudah di kembangkan. Kegiatan ekonomi masyarakat perdesaan ini

akan berkembang apabila mempunyai prasarana untuk pemasarn. Pemasaran yang baik dan

(11)

I.2 Latar Belakang

Sebagian besar penduduk negara kita tinggal di pedesaan dan luas wliayah negara kita

sebagian besar juga kawasan pedesaan,namun patut kita pertanyakan mengapa daerah pedesaan

hingga saat ini jarang disentuh kebijakan pembangunan sistem transportasi yang baik.

Desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografis, sosial,ekonomi, politik dan

kultural yang terdapat di suatu daerah dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik

dengan daerah lain. Pola keruangan desa bersifat agraris yang sebagian atau seluruhnya terisolasi

dari kota. Tempat kediaman penduduk mencerminkan tingkat penyesuaian penduduk terhadap

lingkungan alam, seperti iklim, tanah, topografi, tata air, sumber alam, dan lain-lain. Tingkat

penyesuaian penduduk desa terhadap lingkungan alam bergantung faktor ekonomi, sosial,

pendidikan dan kebudayaan.

Desa lahan basah merupakan wilayah yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati

dibandingkan dengan kebanyakan ekosistem dan kawasan lahan basah merupakan lahan yang

sangat subur sehingga kerap dibuka, dikeringkan dan dikonversikan menjadi lahan pertanian atau

persawahan (Wikipedia, 2010).

Desa lahan kering adalah

besar dan dipasarkan ke tempat yang jauh, bukan untuk konsumsi lokal dan sebahagian besar

ditanami oleh tanaman keras/industri seperti kelapa sawit, karet, kelapa dan kakao (Wikipedia,

2010).

Daerah Kabupaten Padang Lawas Utara merupakan daerah otonomi yang dimekarkan

dari Kabupaten Tapanuli Selatan dengan undang-undang Nomor 37 Tahun 2007, tanggal 10

(12)

kelurahan dan 368 desa, didiami oleh ± 220.465 jiwa penduduk, dengan kepadatan 52 jiwa/km

dan pertumbuhan 1,59 persen. Daerah Kabupaten Padang Lawas Utara merupakan salah satu

daerah pertanian, dengan luas lahan sawah ± 71.24 ha dan luas perkebunan mencapai ± 90.871

ha.

Interaksi antar wilayah tercermin pada keadaan fasilitas transportasi serta aliran orang,

maupun jasa. Transportasi merupakan tolak ukur dalam interaksi keruangan antar wilayah yang

sangat penting peranannya dalam menunjang proses perkembangan suatu wilayah. Wilayah

dengan kondisi geografis yang beragam memerlukan keterpaduan antar jenis transportasi dalam

melayani kebutuhan masyarakat. Pada dasarnya system transportasi dikembangkan untuk

menghubungkan dua lokasi guna lahan yang mungkin berbeda (Hurst, 1974)

Perbedaan sumberdaya yang ada di suatu daerah dengan daerah lain di Kabupaten Padang

Lawas Utara mendorong masyarakat untuk melakukan mobilitas sehingga dapat memenuhi

kebutuhannya. Mobilitas penduduk terjadi karena adanya sejumlah perbedaan antara suatu

tempat dengan tempat yang lainnya, terutama dalam memperoleh kesempatan ekonomi. Sebagai

respon masyarakat terhadap perbedaan kemampuan ekonomi telah menumbuhkan kesadaran

penduduk adanya “tekanan” untuk melakukan mobilitas menuju daerah yang menjanjikan

adanya kesempatan memperoleh ekonomi yang lebih baik.

Dalam proses mobilitasi inilah transportasi memiliki peranan yang penting untuk

memudahkan dan memperlancar proses mobilitas tersebut. Tingkat pendapatan serta luas lahan

yang dimiliki penduduk di sektor pertanian dan perkebunan sangat berpengaruh terhadap tingkat

(13)

I.3 Perumusan Masalah

Seiring dengan meningkatnya jumlah pertumbuhan penduduk dan semakin majunya

peradaban komunitas manusia maka daerah pemukiman mengalami perkembangan. Hal ini akan

memicu terjadinya keanekaragaman pola pergerakan penduduk dalam melakukan aktivitas

sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidup, baik yang berada di desa pertanian lahan basah

maupun yang berada di desa pertanian lahan kering (perkebunan).

Pola pergerakan penduduk dari suatu kawasan sangat dipengaruhi oleh sosial ekonomi di

kawasan tersebut. Kalangan ekonomi tingkat menengah sampai atas banyak yang memilih untuk

menggunakan kendaraan pribadi daripada kendaraan umum. Penelitian ini akan menganalisa

perbandingan karakteristik pola pergerakan penduduk yang tinggal di desa pertanian lahan basah

dengan desa pertanian lahan kering (perkebunan) yang ada di Kabupaten Padang Lawas Utara

berdasarkan tujuan perjalanan, total pergerakan perminggu, kepemilikan kendaraan, pemilihan

moda transportasi, jarak dari rumah ke tempat tujuan, lama waktu perjalanan dan biaya

transportasi yang dikeluarkan .

Karena terlalu luas cakupan wilayah studi maka penulis mengambil salah satu desa dari

masing-masing daerah pertanian lahan basah dan pertanian lahan kering untuk dijadikan sample

dalam penelitian ini. Wilayah studi untuk lahan pertanian adalah desa Nagasaribu dengan jumlah

penduduk ± 2.333 jiwa berada di kecamatan Padang Bolak, sedangkan untuk wilayhah studi

lahan perkebunan adalah desa Sipaho dengan jumlah penduduk ± 3.069 jiwa berada di

(14)

I.4 Maksud dan Tujuan Penelitian

Adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi dan karakteristik

wilayah studi, terutama kondisi dan karakteristik yang ada hubungannya dengan pola pergerakan

penduduk yang terjadi di wilayah studi..

Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui karakteristik responden wilayah studi, meliputi : (jumlah anggota

keluarga, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, total pendapatan per bulan dan luas lahan

yang dimiliki) penduduk desa Nagasaribu dan Sipaho.

2. Untuk membandingkan karakteristik pola pergerakan penduduk antar ke dua desa yang

menjadi studi kasus di tugas akahir ini, meliputi: (tujuan perjalanan, total trips

(pergerakan) per minggu, kepemilikan kendaraan, pemilihan moda transportasi, jarak dari

rumah ke tempat tujuan, lama waktu perjalanan dan biaya transportasi).

I.5 Ruang Lingkup dan Pembatasan Masalah

Studi penelitian ini dilakukan dengan beberapa batasan masalah sebagai berikut :

1. Penelitian hanya dilakukan pada desa Nagasaribu dan Sipaho yang terletak di kecamatan

Padang Bolak dan kecamatan Halongonan.

2. Penelitian dilakukan untuk mengetahui perbandingan karakteristik pola pergerakan

penduduk di desa pertanian lahan basah dengan desa pertanian lahan kering

(perkebunan).

3. Pengumpulan data untuk analisa diperoleh dengan teknik sampling. Metode yang di

gunakan untuk pengambilan sample dengan penyebaran angket (kuesioner) secara acak

berstrata (stratified random sampling)

(15)

I.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi pihak pemerintah Kabupaten Padang Lawas Utara, diharapkan dapat menjadikan

hasil penelitian ini sebagai salah satu referensi dalam mendukung kebijakan perencanaan

sistem transportasi di wilayah Kabupaten Padang Lawas Utara, Khususnya pada daerah

pedesaan dalam menunjang aktivitas dan sistem perekonomian penduduk desa.

2. Hasil studi ini diharapkan menambah perbendaharaan ilmu dalam usaha memecahkan

permasalahan pembangunan daerah.

3. Keseluruhan dari hasil studi ini, diharapkan semakin menambah wawasan penulis.

I.7 Metodologi Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini, sebagai pencapaian tujuan dalam tugas akhir ini,

sesuai dengan judul maka ada beberapa macam cara untuk mendapatkan data-data ataupun

bahan-bahan yang berhubungan dengan studi yang akan dibahas.

1. Studi Literatur

Studi literatur dimaksudkan untuk mendapatkan teori-teori yang berhubungan

dengan studi ini. Dari teori-teori ini nantinya dikembangkan kerangka-kerangka

teoritis dan konsepsional yang berhubungan dengan studi ini.

2. Pengumpulan Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan yang dilakukan di lokasi

studi, yaitu dengan cara wawancara langsung serta memberikan lembar kuesioner kepada

(16)

(variabel bebas) dan karakteristik pola pergerakan penduduk desa Nagasaribu dan desa

Sipaho.

a) Variabel karakteristik responden wilayah studi, antara lain :

1. Jumlah anggota keluarga dalam satu rumah

2. Tingkat pendidikan

3. Jenis pekerjaan

4. Tingkat pendapatan perbulan

5. Luas lahan yang dimiliki

b) Variabel karakteristik pola pergerakan , antara lain :

1. Tujuan perjalanan

2. Total trips (pergerakan) perminggu

3. Kepemilikan kendaraan (sepeda motor dan mobil)

4. Pemilihan moda transportasi

5. Jarak dari rumah ke tempat tujuan

6. Lama waktu perjalanan

7. Biaya transportasi

3. Pengumpulan Data Sekunder

Sebelum dilakukan survey dilokasi penelitian, terlebih dahulu dilakukan

pengumpulan data sekunder berupa data kependudukan dan data wilayah studi.

Pengumpulan data sekunder adalah merupakan data penelitian yang didapat dari berbagai

instansi, anatara lain : (Kantor Bappeda, BPS, Kantor camat dan lain-lain) Kabupaten

Padang Lawas Utara.

(17)

Teknik pengambilan sample yang digunakan adalah Stratified Random Sampling

(Sample Acak Berstrata). Teknik ini adalah cara pengambilan sample dengan terlebih

dahulu membuat penggolongan populasi menurut ciri geografi tertentu dan dilakukan

pemilihan secara acak.

Pada penelitian ini penentuan penduduk dilakukan berdasarkan daftar Nomor

Register anggota keluarga yang berada di masing-masing desa yang kemudian dipilih

berdasarkan Tabel Random Bilangan.

5. Analisa Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa deskriptif dengan

memaparkan pengolahan data yang telah ditabulasikan. Metode analisis ini digunakan untuk

mendeskriptifkan data yang mencakup seluruh variabel-variabel penelitian. Melalui analisis ini

diupayakan untuk memperoleh gambaran-gambaran mengenai kecenderungan-kecenderungan

yang terdapat pada responden sehubungan dengan variabel-variabel penelitian yang ada. Dalam

proses pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software word dan excel serta program

SPSS.

I.8 Hipotesa

Dari proposal tugas akhir ini dapat di buat hipotesa sebagai berikut :

Ho : Tidak ada perbedaan karakteristik pola pergerakan penduduk di desa pertanian lahan

basah dengan desa pertanian lahan kering (perkebunan).

H1 : Ada perbedaan karakteristik pola pergerakan penduduk di desa pertanian lahan basah

(18)

I.9 Sistematika Penulisan

Penelitian ini akan menggunakan metode penulisan sebagai berikut :

BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang : Umum, Latar Belakang, Perumusan Masalah, Maksud dan

Tujuan, Manfaat penelitian, Ruang Lingkup dan Batasan Masalah, Metodologi Penelitian,

Hipotesa dan Sitematika Penulisan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan tentang uraian berbagai literature yang relevan terhadap penelitian. Dalam hal

ini menguraikan latar belang masyarakat melakukan pergerakan.

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

Berisikan tentang topik penelitian, jumlah sampel, pengumpulan data primer dan

sekunder, kebutuhan dan perlengkapan penelitian, pelaksanaan penelitian dan teknik analsis data.

BAB IV. ANALISA DATA

Berisikan tentang pengolahan data dan sajian data-data penerapan teknis yang sesuai

dengan objek studi untuk mencapai tujuan dan sarana studi yang dimaksud.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan logis berdasarkan analisis data, temuan dan bukti yang

disajikan sebelumnya, yang menjadi dasar untuk menyusun suatu saran sebagai suatu usulan

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK PERGERAKAN II.1.1 Pengertian Karakteristik Pergerakan

Karakteristik, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka 1996,

adalah sesuatu yang mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu. Pergerakan

merupakan pergerakan seseorang atau kendaraan dalam suatu daerah dengan satu atau beberapa

moda, dan dengan asal serta satu tujuan. Dalam perjalanan, kita memperhatikan lintasan, alat

angkut (kendaraan), kecepatan, dan semua yang terjadi atau kita lihat sepanjang lintasan itu

(Alber, dkk, 1972, 236).

Sementara itu, pergerakan dilakukan dengan tujuan menikmati kegiatan pergerakan itu

sendiri atau karena ada maksud tertentu (misalnya kegiatan jasa angkutan), selain itu tentu saja

ada unsur bepergian didalamnya.

Pada saat kita melakukan pergerakan, misalnya mengendarai mobil bersama seseorang,

maka menikmati apa yang terjadi atau yang kita lakukan sepanjang lintasan merupakan hal yang

utama. Pergerakan adalah proses berpindah dari satu tempat ke tempat lain.

Pengadaan suatu pergerakan merupakan suatu fungsi dengan tiga faktor dasar, yaitu ;

• Pola tata guna tanah dan pengembangan – pengembangan pada daerah penelitian.

• Karakteristik sosial ekonomi dari penduduk yang mengadakan perjalanan dari daerah

penelitian.

(20)

Deskrifsi dari ketiga faktor tersebut diatas dapat dipergunakan sebagai variabel-variabel yang

memiliki ketergantungan satu dengan yang lainnya, serta dapat pula berubah berdasarkan letak

geografisnya ataupun waktunya pada daerah penelitian.

II.2 Karakteristik Pola Pergerakan

Keterkaitan antar wilayah ruang sangat berperan dalam menciptakan perjalanan. Menurut

Tamin (2000) pola pergerakan di bagi dua yaitu pergerakan tidak spasial dan pergerakan spasial.

Konsep mengenai pergerakan tidak spasial (tanpa batas ruang) didalam suatu wilayah, misalnya

mengenai mengapa orang melakukan perjalanan,kapan orang melakukan perjalanan, dan jenis

angkutan apa yang

digunakan.

1. Sebab terjadinya pergerakan

Biasanya maksud perjalanan dikelompokkan sesuai dengan ciri dasarnya, yaitu yang

berkaitan dengan ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan agama. Jika ditinjau lebih

jauh lagi akan dijumpai kenyataan bahwa lebih dari 90% perjalanan berbasis tempat

tinggal artinya : mereka memulai perjalanannya dari tempat tinggal (rumah) dan

mengakhiri perjalanannya kembali kerumah. Pada kenyataan ini biasanya

ditambahkan kategori keenam tujuan perjalanan, yaitu maksud perjalanan pulang ke

rumah.

2. Waktu terjadinya pergerakan

Waktu terjadinya pergerakan sangat tergantung pada kapan seseorang melakukan

aktifitasnya sehari-harinya. Dengan demikian, waktu perjalanan sangat tergantung

(21)

diamati secara cermat. Karena pola kerja biasanya dimulai jam 08.00 dan berakhir

pada jam 16.00, maka waktu perjalanan untuk maksud perjalanan kerja biasanya

mengikuti pola kerjanya.

3. Jenis Sarana Angkutan Yang Digunakan

Selain berjalan kaki,dalam melakukan perjalanan orang biasanya dihadapkan pada

pilihan jenis angkutan seperti sepeda motor, mobil dan angkutan umum. Dalam

menentukan pilihan jenis angkutan, orang memepertimbangkan berbagai faktor,

yaitu maksud perjalanan, jarak

tempuh, biaya, dan tingkat kenyamanan.

Sedangkan konsep mengenai ciri pergerakan spasial (dengan batas ruang) di dalam suatu

daerah berkaitan dengan distribusi spasial tata guna lahan yang

terdapat di dalam suatu wilayah. Dalam hal ini, konsep dasarnya adalah bahwa suatu perjalanan

dilakukan untuk melakukan kegiatan tertentu di lokasi yang dituju, dan lokasi terrsebut

ditentukan oleh tata guna lahan daerah tersebut.

Pergerakan spasial dibedakan menjadi pola perjalanan orang dan perjalanan barang.

a. Pola perjalanan orang

Dalam hal ini pola penyebaran spasial yang sangat berperan adalah sebaran

spasial dari daerah industri, perkantoran dan pemukiman. Pola sebaran spasial

dari ketiga jenis tata guna lahan ini sangat berperan dalam menentukan pola

perjalanan orang, terutama perjalanan dengan maksud bekerja. Tentu saja sebaran

spasial untuk pertokoan dan areal pendidikan juga berperan.

b. Pola perjalanan barang

(22)

(konsumsi), serta industri dan pertanian (produksi). Selain itu pola perjalanan

barang sangat dipengaruhi oleh rantai distribusi yang menghubungkan pusat

produksi ke daerah konsumsi.

II.3 Peramalan Bangkitan Pergerakan

Dalam konteks pergerakan antar kegiatan yang dilakukan oleh penduduk dalam suatu

daerah dikenal fenomena bangkitan pergerakan (trip generation) dan tarikan pergerakan (trip

attraction). Menurut Tamin (2000), bangkitan pergerakan sebenarnya memiliki pengertian

sebagai jumlah pergerakan yang dibangkitkan oleh zona pemukiman, baik sebagai asal maupun

tujuan pergerakan atau jumlah pergerakan yang dibangkitkan oleh aktifitas pada akhir

pergerakan di zona non pemukiman (pusat perdagangan, pusat pertokoan, pusat pendidikan,

industri dan sebagainya).

Defenisi Dasar

Menurut Tamin (2000), Defenisi dasar mengenai model bangkitan pergerakan adalah

sebagai berikut :

a. Perjalanan

Pergerakan dari satu arah dari zona asal ke zona tujuan, termasuk pergerakan pejalan

kaki.

b. Pergerakan berbasis rumah

Pergerakan yang salah satu atau kedua zona (asal dan tujuan) pergerakan tersebut adalah

berasal dari rumah (homebased–trip).

c. Pergerakan berbasis bukan rumah

(23)

d. Bangkitan pergerakan

Digunakan untuk suatu pergerakan berbasis rumah yang mempunyai tempat asal dan

tujuan adalah rumah atau pergerakan yang dibangkitkan oleh pergerakan berbasis bukan

rumah.

e. Tarikan pergerakan

Digunakan untuk suatu pergerakan berbasis rumah yang mempunyai tempat asal dan

tujuan bukan rumah atau pergerakan yang tertarik oleh pergerkan berbasis bukan rumah.

f. Tahapan bangkitan pergerakan

Sering digunakan untuk menetapkan besarnya bangkitan pergerakan yang dihasilkan

oleh rumah tangga (baik untuk pergerakan berbasis rumah maupun berbasis bukan

rumah) pada selang waktu tertentu (per jam atau per hari).

Model bangkitan pergerakan bisa didapatkan dengan memodelkan secara terpisah

pergerakan yang mempunyai tujuan yang berbeda. Untu lebih jelasnya jenis pergerakan dapat

dibagi dua yaitu pergerakan berbasis rumah dan pergerakan berbasis bukan rumah dapat dilihat

pada gambar II.1 di bawah ini.

Bangkitan Tarikan

Bangkitan Tarikan

Bangkitan Tarikan

Tarikan Bangkitan

Gambar II.1 Bangkitan dan tarikan (Tamin, 2000) Tempat Kerja Rumah

(24)

Berdasarkan asal dan akhir pergerakan, terdapat dua macam pergerakan yaitu home based

dan non home based, berdasar sebab pergerakan diklasifikasikan sebagai produksi pergerakan

dan tarikan pergerakan.

Bangkitan pergerakan adalah total pergerakan yang dibangkitkan rumah tangga pada

suatu zona baik home based maupun non home based.

II.4 Klasifikasi Pergerakan

Klasifikasi pergerakan terdiri dari tujuan pergerakan, waktu melakukan pergerakan,

sarana atau angkutan yang digunakan serta atribut sosio-ekonomi yang terdiri dari tingkat

pendapatan, kepemilikan kendaraan dan ukuran rumah tangga. Data-data klasifikasi pergerakan

pada suatu zona merupakan data-data primer yang diperlukan untuk menghitung bangkitan

pergerakan pada zona tersebut. Adapun data-data klasifikasi yang diperlukan adalah :

II.4.1 Berdasarkan tujuan pergerakan

Menurut (Tamin, 2000), dalam kasus pergerakan berbasis rumah ada empat kategori

yang sering digunakan adalah:

1. Pergerakan ke tempat kerja

2. Pergerakan ke sekolah atau universitas (pergerakan dengan tujuan

pendidikan)

3. Pergerakan ketempat belanja

4. Pergerakan untuk kepentingan sosial dan rekreasi, dan Lain-lain.

Dua tujuan pergerakan pertama (bekerja dan pendidikan) disebut tujuan pergerakan

utama yang merupakan keharusan untuk dilakukan oleh setiap orang setiap hari, sedangkan

tujuan pergerakan lain sifatnya hanya pilihan dan tidak rutin dilakukan. Untuk lebih jelasnya

(25)

Tabel II.1 Klasifikasi pergerakan orang di tinjau berdasarkan maksud pergerakan

Aktivitas Klasifikasi Perjalanan Keterangan

I. Ekonomi

a. Mencari nafkah b. Mendapatkan barang

dan pelayanan

1. Ke dan dari tempat kerja 2. Yang berkaitan dengan bekerja 3. Ke dan dari toko dan keluar untuk keperluan pribadi

Yang berkaitan dengan belanja atau bisnis pribadi

Jumlah orang yang bekerja tidak tinggi, sekitar 40 - 50% penduduk.

Perjalanan yang berkaitan dengan 2. Ke dan dari tempat pertemuan bukan di rumah

Kebanyakan fasilitas terdapat dalam lingkungan keluarga dan tidak

menghasilkan banyak perjalanan. Butir 2 juga terkombinasi dengan perjalanan dengan maksud hiburan

III. Pendidikan 1. Ke dan dari sekolah, kampus dan lain-lain.

Hal ini terjadi pada sebagian besar penduduk yang berusia 5 – 12 tahun. Di negara sedang berkembang jumlahnya sekitar 85% penduduk.

IV. Rekreasi Dan Hiburan

1. Ke dan dari tempat rekreasi 2. Yang berkaitan dengan perjalanan dan berkendaraan untuk rekreasi

Mengunjungi restoran, kunjungan sosial, termasuk perjalanan pada hari libur.

V. Kebudayaan 1. Ke dan dari tempat ibadah 2. Perjalanan bukan hiburan ke dan dari daerah budaya serta pertemuan politik.

Perjalanan kebudayaan dan hiburan sangat sulit dibedakan.

(26)

II.4.2 Berdasarkan Waktu

Pergerakan dikelompokan menjadi pergerakan pada jam sibuk dan pada jam tidak sibuk.

Proporsi pergerakan yang dilakukan oleh setiap tujuan pergerakan sangat berfluktuatif atau

bervariasi sepanjang hari. Kebanyakan pergerakan pada jam sibuk pagi merupakan pergerakan

utama yang dilakukan setiap hari (untuk bekerja dan pendidikan) yang tidak terjadi pada jam

sibuk.

II.4.3 Berdasarkan jenis orang

Perilaku pergerakan individu sangat di pengaruhi oleh atribut sosial ekonomi, atribut

yang dimaksud adalah :

a. Tingkat pendapatan : biasanya terdapat tiga tingkat pendapatan di Indonesia yaitu :

- Rendah : 0 – 500.00 rupiah / bulan

- Menengah : 500.00 – 1.000.000 rupiah / bulan

- Tinggi : lebih dari 1.000.000 rupiah / bulan

b. Tingkat pemilikan kendaraan : biasanya terdapat empat tingkat yaitu : 0, 1, 2, atau lebih

dari dua kendaraan per rumah tangga.

c. Ukuran dan struktur rumah tangga ( 1-3 orang ; 4 orang atau lebih ).

Hal penting yang harus diamati adalah bahwa jumlah tingkat dapat meningkat pesat dan ini

berimplikasi cukup besar bagi kebutuhan akan data, kalibrasi model, dan penggunaannya.

II.5 Faktor yang mempengaruhi Pergerakan

Menurut Warpani (1990) beberapa penentu bangkitan pergerakan yang diterapkan di

(27)

1. Penghasilan keluarga

2. Jumlah pemilikan kendaraan

3. Jarak dari pusat kegiatan

4. Moda perjalanan

5. Penggunaan kendaraan

6. Saat / waktu perjalanan

Beberapa atribut sosial ekonomi lainnya yang mempengaruhi bangkitran pergerakan

adalah jumlah penduduk, pendapatan perkapita, hasil hutan, tambang, perikanan, peternakan,

perkebunan, dan pertanian.

II.5.1 Faktor Penghasilan Keluarga

Yang termasuk faktor sosial ekonomi dari penduduk yang berpengaruh dalam pengadaan

terjadinya pergerakan adalah faktor-faktor yang merupakan kondisi kehidupan ekonomi

penduduk, pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga yang bekerja. Penduduk dari suatu

kawasan pemukiman akan menghasilkan pergerakan yang berbeda dengan kawasan lain.

Jumlah anggota keluarga yang banyak misalnya akan menghasilkan frekuensi pergerakan

yang jumlahnya lebih banyak daripada keluarga yang jumlah anggotanya lebih sedikit.

Sementara bagi pedagang semakin besar uang yang dikeluarkan untuk sewa rumah atau modal

usaha, maka akan semakin besar pula sumber-sumber yang harus diusahakan untuk pengeluaran

biaya pergerakan, yang mengakibatkan jumlah pergerakan semakin besar.

Kemampuan untuk membayar suatu pergerakan akan mempengaruhi jumlah pergerakan

yang dihasilkan oleh suatu rumah tangga. Begitu pula dengan keluarga yang memiliki

(28)

keluarga yang berpendapatan rendah. Pekerjaan dari kepala keluarga dapat dijadikan sebagai

indikator yang mencerminkan tingkat pendapatan keluarga tersebut.

Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pergerakan dipengaruhi oleh tersedianya alat

angkut dan sistem jalan yang baik. Kepemilikan kendaraan bermotor, atau jumlah kendaraan

yang tersedia untuk dipakai setiap anggota keluarga memberikan pengaruh yang penting

terhadap terjadinya pergerakan, dimana keluarga yang memiliki kendaraan lebih dari satu

kendaraan bermotor cenderung memberikan lebih banyak pergerakan dibandingkan dengan

keluarga yang hanya memiliki satu kendaraan bermotor atau tidak memiliki. Namun keluarga

yang hanya memiliki satu kendaraan bermotor akan menggunakan cara yang lebih efektif.

Secara teoritis, semakin besar tingkat pendapatan keluarga akan semakin besar pula

produksi pergerakan yang dilakukannya. Demikian pula pendapatan keluarga ini cenderung

berbanding lurus dengan tingkat kepemilikan kendaraan bermotor.

II.5.2 Jumlah Kepemilikan Kendaraan

Dalam memenuhi kebutuhan dalam melakukan perjalanan, dipengaruhi juga oleh

tersedianya fasilitas atau sarana untuk itu. Kepemilikan kendaraan bermotor atau jumlah

kendaraan yang tersedia untuk digunakan anggota keluarga menjadi faktor pendorong dalam

pengadaan pergerakan.

Keluarga yang memiliki lebih dari satu kendaraan bermotor cenderung lebih banyak

mengadakan pergerakan daripada keluarga yang hanya memiliki kendaraan bermotor saja.

Kendaraan bermotor merupakan suatu sarana yang mudah, maka satu keluarga yang memiliki

(29)

memilikinya. Dengan alasan yang sama maka diasumsikan bahwa banyak jumlah kendaraan

bermotor dalam satu keluarga akan meningkatkan pergerakan.

Faktor jaringan transportasi umum juga terkait dengan faktor kepemilikan kendaraan

bermotor ini, dalam pengertian bahwa kekurangan dalam faktor kepemilikan kendaraan bermotor

dalam keluarga umumnya ditanggulangi dengan menggunakan transportasi umum. Masalahnya

dalam karakteristik pergerakan adalah jangkauan (dalam hal ini jarak dan waktu) terhadap

lintasan transportasi umum tersebut dari rumah.

II.6 Sistem Transportasi

Sistem tranportasi memiliki satu kesatuan defenisi yang terdiri dari atas: sistem, yanknni

bentuk keterikatan antara satu variabel dengan variabel lain dalam tatanan yang terstruktur, serta

transportasi, yakni kegiatan pemindahan penumpang dan barang dari satu tempat ketempat lain.

Dari dua pengertian diatas, pengertian sistem transportasi dapat diartikan sebagai bentuk

keterkaitan dan keterkaitan yang integral antara berbagai variabel dalam suatu kegiatan

pemindahan penumpang dan barang dari satu tempat ke tempat lain. Maksud adanya sistem

transportasi adalah untuk mengatur dan mengkoordinasikan pergerakan penumpang dan barang

yang bertujuan untuk memberikan optimalisasi proses pegerakan tersebut. Dalam sitem

tranportasi terdapat 2 (dua) aspek yang sangat penting, yakni:

1. Aspek sarana, berhubungan dengan jenis atau piranti yang di gunakan dalam hal

pergerakan manusia dan barang, seperti mobil, kapal kreta api (KA) dan pesawat

(30)

2. Aspek prasarana, berhubungan dengan wadah atau alat lain yang digunakan untuk

mendukung sarana, sepeerti jalan raya, jalan rel, dermaga, terminal, bandara dan

stasiun kreta api.

Tranportasi merupakan bagian integral dari suatu fungsi msyarakat yang sangat erat

kaitannya dengan gaya hidup, keterjangkauan dari lokasi kegiatan produktif, dan selingan serta

barang-barang dan pelayanan yang tersedia untuk di konsumsi (Morlok, 2005). sistem

transportasi memliki hubungan yang sangat erat dengan cabang-cabang ilmu lain. Beberapa

hubungan dapat dijelaskan sebagai berikut:

• Ekonomi; sistem transportasi berhubungan dengan proses dan analisis perhitungan

manfaat dan biaya (cost and benefit) yang timbul akibat adanya sistem pengangkutan.

• Planologi; transportasi memungkinkan penduduk berubah dari mahluk yang hidup secara

nomad menjadi penghuni pemukiman permanen dan akan meniciptakan suatu peradaban.

Sistem transportasi berhubungan erat dengan pertumbuhan suatu daerah, fasilitas umum,

pusat-pusat kegiatan, daerah industri dan pariwisata. Dalam perencanaan dan

pengembangan kota, sistem transportasi memiliki fungsi yang sangat urgen.

• Sosial-politik; dari segi sosial sistem transportasi berkaitan dengan konektivitas antar

daerah (misalnya daerah terisolir), serta pemerataan pembangunan. Dari segi politik,

sistem transportasi bekaitan erat dengan wawasan nusantara dan sistem Hankamnas

(pertahanan dan keamanan nasional)

• Lingkungan; sistem tranportasi selalu identik dan bersinggungan dengan aspek

lingkungan, seperti polusi udara dan suara. Polusi udara sebagian besar disebbkan oleh

(31)

• Hukum; sistem transportasi berkaitan erat dengan hukum dan perundang-ndangan sebagi

aspek legal dalam hal pengaturan teknis seluruh sistem transportasi. Misalnya UU No.

14/1992 tentang lalulintas dan angkutan jalan.

• Budaya; sistem tranportasi dapat mempermudah pengembangan budaya, serta dapat

memberikan andil dalam hal aglomerasi pluralisme budaya yang berdampak positif

dalam hal keatuan berbangsa dan bernegara.

• Geografi; dalam hal kependudukan, sistem transportasi berkaitan erat engan kebtuhan

sarana transportasi pada lingkup area engan tingkat kependudukan yang tinggi. Dalam hal

topografi, sistem transportasi berhubungan dengan kondisi daerah (pegunungan, daratan).

Dalam hal iklim, dapat berkaitan dengan hujan, banjir, dan struktur konstruksi jalan. Jenis

dermaga dan kapaol yang digunakan juga berhubungan erat dengan kondisi iklim dan jeni

ombak.

Transportasi juga sangat membantu dalam menyediakan berbagai kemudahan seperti:

1. Pelayanan untuk perorangan maupun kelompok

2. Pertukaran untuk penyampaian imformasi

3. Perjalanan untuk bersantai

4. Perluasan jangkauan perjalanan sosial

5. Pemendekan jarak antara rumah dan tempat bekerja

6. Bantuan daalm memperluas kota atau memencarkan penduduk menjadi kelompok

yang lebih kecil.

Transportasi bukan suatu tujuan akhir (ends), melinkan timbul akibat adanya permintaan

( derifed demand), yaitu permintaan akan pergerakan orang atau barang dari satu lokasi ke lokasi

(32)

dipengaruhi oleh fasilitas dan layanan transportasi sebagi satu sistem terdiri dari sistem /sub

sistem kegiatan, jaringan, dan pergerakan (Kusbiantoro, 2005). Sistem transportasi dapat

dijelaskan sebagai berikut:

a. Sistem Kegiatan

Sistem kegiatan adalah penduduk dengan kegiatannya ( demand sistem). Makin tinggi

kuatitas dari kualitas pendduduk dengan kegiatannya, makin tinggi pula yang

dihasilkanya, baik dari segi jumlah ( volume). frekuensi,jarak,moda ,maupun tingkat

pemusatan temporal dan atau spatial (Kusbiantoro, 2005)

b. Sistem jaringan

Sistem jaringan adalah infrastruktur dan pelayanan transportasi yang menunjang

pergerkan penduduk dengan kegiatannya (supply sistem). Makin tinggi kuantitas dan

kualitas jaringan infrastruktur serta pelayanan transportasi, makin tinggi pula

kuantitas dan kualitas pergerakan yang dihasilkan (Kusbiantoro, 2005)

c. Sistem Pergerakan

Sistem pergerakan adalah pergerakan orang atau barang berdasarkan besaran (

volume), tujuan , lokasi asal tujuan , waktu perjalanan, jarak/lama perjalanan,

kecepatan, frekuensi, mlda, dan sebagainya. Semakin tinggi kuantitas dan kuaitas

sistem pergerakan, makin tinggi pula dampak yang ditimbulkan terhadap sistem

kegiatan dan sistem jaringan (Kusbiantoro,2005). Sistem pergerakan ini timbul

akibat adanya interaksi antara sistem kegiatan dan sistem jaringan, sehingga

menghasilkan pergerakan orang dan barang dalam benruk pergerakan orang dan

(33)

d. Sistem Kelembagaan

Sistem kelembagaan terdiri atas: (1) aspek legal, yakni kesiapan/kesesuaian, UU, PP,

Kebijakan,RTRW, inseftif disinsensitif, dan lain sebagainya, (2) aspek organisasi,

yakni kesiapan organisasi pemerintahan/dunia usaha/masyarakat, kejelasan

pembagian tugas, koordinasi antar organisasi, dan sebagainya, (3) aspek SDM, yakni

kesiapan SDM (operator, user, nonuser, regulator dan sebagainya) (Kusbiantoro,

2005). Sistem kelembagaan menjamin terwujudnya sistem pergerakan yang aman,

nyaman, murah, handal,dan sesuai dengan lingkungan (Tamin, 2000).

Sistem transportasi dapat berperan secara pasif yaitu melayani dinamika permintaan

sistem kegiatan dan berperan secara aktif yaitu mengarahkan secara positif atau negative

perkembangan sistem kegiatan (Kusbiantoro, 2005).

Objek dasar kajian perencanaan transportasi adalah pergerakan manusia atau barang yang

pasti melibatkan banyak moda transportasi. Pemilihan moda transportasi oleh pengguna adalah

waktu perjalanan, biaya, kenyamanan, keselamatan, tingkat kepopuleran suatu moda, maksud

perjalanan dan kelaziman menggunakan suatu moda. Perilaku pelaku perjalanan dalam memilih

moda angkutan ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya : karakteristik pelaku perjalanan

(the characteristic of trif maker), karakteristik perjalanan (the characteristic of trif) dan

karakteristik sistem transportasi (the characteristic of transportation system).

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pemilihan moda angkutan dapat dibagi tiga faktor

yaitu :

1. Karakteristik pelaku perjalanan, meliputi: pemilihan kendaraan, pendapatan dan tingkat

sosial.

(34)

3. Karakteristik fasilitas transportasi, yaitu:

• Secara kuantitatif, meliputi waktu tunggu, waktu yang diperlukan untuk

mengakses pada moda transportasi lainnya, tarif dan ketersediaan tempat parkir.

• Secara kualitatif meliputi kenyamanan, kepercayaan dan keamanan.

II.7 Hubungan Tata Guna Lahan dan Transportasi

Sistem transportasi pedesaan terdiri dari aktivitas seperti bekerja, sekolah, belanja,

bertani dan bertamu yang berlangsung diatas sebidang tanah (kantor,pertokoan, rumah, dan

lain-lain). Potongan lahan ini biasa disebut tata guna lahan. Untuk memenuhi kebutuhannya,

manusia melakukan perjalanan di antara tata guna lahan tersebut dengan menggunakan sistem

jaringan transportasi.. Terjadinya pergerakan manusia dan barang di dalam suatu daerah, atau

dapat disebut aruslalu lintas, merupakan konsekuensi akibat aktifitas tuntutan lahan dan

kapabilitas sistem transportasi untuk mengakomodasi arus lalu lintas. Secara alamiah ada

interaksi langsung antara jenis dan interaksi tata guna lahan dan pasokan prasarana transportasi.

Hubungan sederhana antara tata guna lahan dengan transportasi diilustrasikan sebagai suatu

siklus seperti gambar berikut:

TATA GUNA PERJALANAN LAHAN

NILAI LAHAN KEBUTUHAN PERJALANAN

AKSESIBILITAS FASILITAS TRANSPORTASI

(35)

Tata guna lahan merupakan salah satu faktor penentu dari pergerakan dan aktifitas.

Aktifitas ini akan menentukan jenis prasarana dan sarana transportasi yang dibutuhkan, misal

sistem angkutan umum.Bila disediakan sarana dan prasarana transportasi, secara alamiah akan

menambah nilai aksesibilitas. Bila nilai aksesibilitas bertambah akan merubah nilai tanah yang

akan berakibat pada pola penggunaan tanah tersebut. Bila perubahan tata guna lahan terjadi,

maka tingkat bangkitan dan tarikan perjalanan akan berubah begitu pula pada siklus keseluruhan.

II.7.1 Penggunaan Lahan Ditinjau Dari Sistem Kegiatan

Sistem kegiatan secara konfrensif dapat diartikan sebagai suatu uapay untuk memahami

pola-pola perilaku dari perorangan, lembaga dan firma-firma yang mengakibatkan tercptanya

pola-pola keruangan didalam wilayah. Perorangan ataupun kelompok masyarakat selalu

mempunyai nilai-nilai tertentu terhadap panggunaan setiap lahan (Hadi Yunus, 2005).

Suatu lahan memiliki ciri-ciri antara lain tidak dapat ditambah ataupun dimusnahkan

menurut administrasi yang jelas luasnya dan batasan geografisnya, bersifat lokasional dimana

lokasi pada suatu lahan mamiliki ciri dan lingkungan tertentu yang berbeda satu ddengan

lainnya, memiliki tingkat kerawanan yang tinggi dimana berbagai kegiatan dengan tingkat

kepentinganyang berbeda dapat menimbulkan konflik diantaranya.

II.8 Permasalahan Transportasi

Hampir setiap orang menghendaki dapat bergerak dengan nyaman, aman, cepat, dan

mudah, menurut (Warpani 1990), Permasalahan transportasi tidak terlepas dari hal-hal berikut:

1. Tata Guna Lahan

Warpani (1990) menyatakan bahwa tata guna lahan sangat terkait dengan jumlah

(36)

menunjukan kegiatan perkotaan yang menempati petak yang bersangkutan. Setiap

petak dapat dicirikan dengan tiga ukuran dasar, yaitu jenis kegiatan,intensitas

penggunaan dan hubungan antar guna lahan.

2. Penduduk

Penduduk termasuk segi utama dalam perencanaan transportasi. Dalam seluruh

lingkup perencanaan, penduduk tidak dapat diabaikan (Warpani, 1990). Pelaku

pergerakan utama di jalan adalah manusia, karena itulah pengetahuan akan tingkah

laku dan perkembangan penduduk merupakan bagian pokok dalam proses

perencanaan transportasi.

3. Ciri sosial ekonomi

Aktivitas manusia sering kali di pengaruhi oleh keadaan social ekonominya

sehingga pergerakan manusiapun dipengaruhi social ekonomi. Pekerjaan,

penghasilan dan pemilikan kendaraan seseorang akan mempengaruhi jumlah

perjalanan yang dilakukan, jalur perjalanan yang digunakan, waktu perjalanan,dan

kendaraan yang digunakan.

II.9 Perencanaan Sistem Transportasi

Menurut Warpani (1990) Perencanaan transportasi adalah suatu proses yang tujuannya

mengembangkan sistem transportasi yang memungkinkan manusia dan barang bergerak atau

pindah tepat dengan aman dan murah. Warpani (1990) menyatakan pada dasarnya perencanaan

transportasi adalah meramalkan kebutuhan transportasi di masa depan dikaitkan dengan masalah

ekonomi,sosial, dan aspek fisik lingkungan. Perencanaan transportasi merupakan suatu proses

yang dinamis, dan tanggap terhadap perubahan tata guna tanah, keadaan ekonomi, dan pola lalu

(37)

Langkah-langkah dasar dalam proses sistem perencanaan biasanya adalah sebagai berikut

1. Defenisi masalah

2. Kebutuhan untuk penyelesaain masalah

3. Penentuan alternatif-alternatif

4. Evaluasi alternatif-alternatif

5. Pemilihan alternatif

Proses perencanaan sistem transportasi harus melalui langkah-langkah yang harus

diulang kembali untuk mendapatkan hasil akhir yang memuaskan.

Tiga karakteristik utama masalah teknik dan perencanaan sistem transportasi yang

membuat sistem tersebut cukup sukar direncanakan yaitu :

a). Daerah yang direncanakan yang menyangkut ribuan ataupun jutaan perjalanan

penduduk dalam jumlah angkutan yang berbeda-beda.

b) Dengan tersedianya beragam cara dalam teknologi transportasi dan beragam cara

operasi ataupun harga, terdapat banyak cara untuk mengubah sistem transportasi di

daerah tersebut.

c). Tujuan yang hendak dicapai dengan peningkatan sistem transportasi seringkali sukar

didefinisikan dengan angka, dan dengan sendirinya tidak hanya menyangkut soal

waktu perjalanan seseorang.

II.10 Jaringan Transportasi

Menurut Morlok (2005) jaringan ialah suatu konsep matematis yang dapat digunakan

untuk menerangkan secara kuantitatif sistem transportasi dan sistem lain yang mempunyai

karakteristik ruang.

(38)

1. Simpul (node), yang berupa terminal, stasiaun KA, Bandara, Pelabuhan.

2. Ruas (link), yang berupa jalan raya, jalan rel, rute angkutan udara, alur kepulauan

Indonesia (ALKI).

Jaringan transportasi yang dominan berupa jaringan transportasi. Jalan sebagai bagian

dari sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung bidang

ekonomi, sosial, dan budaya serta lingkungan. Jalan dikembangkan melalui pendekatan

pembangunan wilayah agar tercapai keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar daerah,

membentuk dan memperkukuh kesatuan nasional, serta membentuk struktur ruang dalam rangka

mewujudkan sasaran pembangunan nasional (UU No.38 tahun 2004 tentang jalan). Agar

transportasi jalan dapat berjalan secara aman dan efisiensi maka perlu dipersiapkan suatu

jaringan transportasi jalan yang handal yang terdiri dari ruas dan simpul.

Menurut Stapleton dan Richards (1982) dalam Liklikwatil (2004), kaitan antara

transportasi, moblitas, dan pemenuhan kebutuhan dasar adalah :

• Kebutuhan dasar dapat diperoleh melalui pengembangan mobilitas dan transportasi,.

sebagai akses yang baik menuju tempat pelyanan danh penyediaan kebutuhan dasar.

Jaringan jalan dapat memperkuat perekonomian dalam masyarakat, yang secara umum

memprbaiki posisi komunitas tersebut terhadap dunia luarnya.

• Penanganan jaringan jalan memerlukan proses penentuan prioritas penenganan, karena

besarnya biaya penanganan yang ada.

• Kebutuhan transprtasi tidak selalu dapat teridentifikasi.

• Diperlukan upaya penyelarasan penanganan jaringan jalan dan kebutuhan transportasi.

Jadi prioritas penanganan jaringan jalan sangat berkaitan dengan kebutuhan transportasi

(39)

Penentuan prioritas penanganan jalan didasarkan pada perbandingan antara kebutuhan

dan ketersediaan jaringan jalannya. Penetuan prioritas jaringan didasarkan pada jumlah total

produk yang dipasarkan dan prioritas ruas didasarkan pada indeks volume pergerakan lalu

lintas untuk pemasaran perkapasitas jalan dengan mempertimbangkan jalur jalan, rasio lebar

jalan eksisting dengan lebar jalan rencana, dan status fungsi jalannya.

Kebutuhan transpotasi dapat diperkirakan dari permintaan atas jasa transportasi. Menurut

Morlok (2005), permintaan atas jasa transportasi merupakan cerminanan kebutuhan akan

transportasi dari pemakai sistem pemakai tersebut, baik untuk angkutan manusia maupun

angkutan barang.

Permintaan atas jasa transportasi diturunkan dari :

(1) kebutuhan seseorang untuk berjalan dari satu lokasi ke lokasi lainnya untuk

melakukan kegiatan, dan

(2) permintaan akan angkutan barang tertentu agar tersedia ditempat yang diinginkan.

II.11 Pengantar statistik

II.11.1 Pengertian Istilah Statistik

Statistik (statistik) berasal dari kata state yang artinya negara. Disebut Negara karena

sejak dahulu kala statistik hanya digunakan untuk kepentingan-kepentingan negara saja.

Kepentingan negara itu meliputi berbagai bidang kehidupan an penghidupan, sehingga lahirlah

istilah statistik yang pemakainnya disesuaikan dengan linkup datanya.

Ada kalanya yang dikumpulkan dilapangan disajikan dalam bentuk tabel atau bentuki

diagram dengan uraian yang lebih rinci dan dibagian atas atau bawah dari tabel atau diagram

dituliskan judul yang sesuai dengan nama ruang lingkup data yang diperoleh. Statistik

(40)

bentuk-bentuk tabel, diagram, histogram,poligon frekuensi, ozaiv (ogive), ukuran penempatan

(median, kuartil, desil, persentil), ukuran gejala pusat (rata-rata hitung, rata ukur, rata-rata

harmonic, dan modus), simpangan baku, angka baku, kurva normal, korelsi, dan regresi linier.

Sebaiknya, statistik dalm arti luas yaitu salah satu alat untuk mengumpulkan data, mengolah

data, menarik kesimpulandan membuat keputusan berdasarkan analisis data yang dikumpulkan

tadi. Statistik dalam arti luas ini meliuti penyajian data, yang berarti meliputi statistik dalam arti

sempit. Statistik dalam arti luas ini disebut juga dengan istilah statistika.

II.11.2 Peranan Statistik

Dalam kehidupan sehari-hari di tengah ledakan data, kita tidak dapat melepaskan diri dari

data, baik data itu bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Kedua sifat dat tersebut dapat dianalisis

baik secara kuantitatif maupun kualitatif atau gabungan dari keduanya. Dalam menghadapi data

yang berserakan itu, aliran kuantiitatif yang berakar dari paham positisivsm mnemandang bahwa

data dan kebenaran itu sudah ada sekitar kita. Kita ditantang untuk mengumpulkannya melalui

tekhnik pengumpulan data baik melalui pengamatan, wawancara, angketmaupun dokumentasi

secara objektif. Setelah data itu terkumpul, maka dilanjutkan dengan mengolah data tersebut

dalam bentuk penyajian data. Dalam hal ini statistik deskriftif sangat diperlukan karena peneliti

akan dapat mendeskripsikan data yang dikumpulkan. Pada perkembangan selanjutnya, mungkin

peneliti ingin membedakan data berdasarkan rata-rata kelompokinya atau ingin menghubungkan

data yang satu denagn data yang lainnya atau ingin meramalkan pengaruh data yang satu dengan

yang lainnya sehingga akhirnya peneliti dapat menarik satu kesimpualn dari dat yang telah

dianalisisnya. Jadi, statistika berperan sebagai alat untuk deskriptif, komparasi, korelasi, regresi,

(41)

Deskripsi yaitu menggambarkan atau menerangkan data seperti mengukur dampak dan

proses pembanunan melaui indikator-indukator ekonomi, indeksi harga konsumen,

tingkat inflasiGNP, laporan nota keuangan negara dan sebagainya.

Komparasi yaitu membandingkan data pada dua kelompok atau beberapa kelompok. Korelasi yaitu mencari besarnya hubungan data dalam suatu penelitian.

Regresi yaitu meramalkan pengaruh data yang satu terhadap dat yang lainnya, atau untuk

etimasi terhadap kecenderungan-kecenderungan peristiwa yang akan terjadi di masa

depan.

Komunikasi yaitu merupakan alat penghubung antar pihak berupa laporan data statistik

atau analisis statistk sehingga kita maupun pihak lainnya dapat memanfaatkan dalam

membuat suatu keputusan.

II.11.3 Data

Data ialah suatu bahan mentah yang jika diolah dengan baik melalui berbagai analisis dapat

mengambil suatu kesimpulan.

Data yang baik tentu saja harus yang mutakhir, cocok (relecant) dengan masalah penelitian

dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan, lengkap, akurat, objektif, dan konsisten.

Jenis data dapat dibagi atas dua macam, yaitu dat dikotomi dan data kontinum.

• Data dikotomi

Data dikotomi disebut data deskrit, data kategorik atau data nominal. Data ini merupakan

hasil perhitungan, sehingga tidak dijumpai bilangan pecahan. Data dikotomi adalah data yang

paling sederhana yang disusun menurut jenisnya atau kategorinya. bila kita telah memberikan

nama kepada sesuatu berarti kta telah menetukan jenis atau kategorinya menurut pengukuran

(42)

Angka tersebut hanyalah label belaka (rangking). contoh dari data dikotonomi : jenis klamin ada

dua yaitu laki-laki diberi angka 1 dan perempuan diberi angka 2. Angka 2 pada wanita bukan

berarti kekuatan wanita sama dengan dua laki-laki, tetapi seperti yang disebutkan tadi bahwa

angka-angka tersebut hanyalah label belaka.

• Data kontinum

Data kontinum terdiri atas tiga macam data yaitu, data ordinal, data interval, dan data

rasio. Ketiga macam data-data tersebut diuraikan seperti berikut ini.

1. Data ordinal ialah data yang sudah diurutkan dari jenjang yang paling rendah

sampai kejenjang yang paling tinggi, atau sebaliknya tergantung peringkat

selera pengukuran yang subjektif terhadap objek tertentu. Kita dapat

menyatakan bahwa saya lebih suka jeruk A dari pada jeruk B meskipun

sama-sama tergolong jenis jeruk. Selanjutnya jeruk B kitaberi bobot dan jeruk A

kita beri bobot 2. Pembobotan biasanya merupakan urutannya. Oleh sebab itu,

data ordinal disebut juga sebagai data berurutan, data berjenjang, data

berpangkat, data tata jenjang, data ranks, dan data petala, data bertangga atau

data bertingkat.

2. Data interval mempunyai sifat-sifat nomoinal dari data ordinal. Disamping itu

ada sifat tanbahan lainnya pada data interval yaitu mempunyai nol mutlak.

Akibatnya data ini mempunyai skala interval yang sama jaraknya. Pengukuran

interval tidak memeberikan jumlah yang absolute dari objek yang diukur.

Contohnya adalah sebagai berikut : dalam indeks prestasi Kumultif (IPK)

mahasiswa dikenal standar-standar penelitian sebagai berikut : A = 4, B = 3, C

(43)

3. Data rasio mengandung sifat-sifat interval, dan selain itu sudah mempunyai

nolai nol mutlak. Contoh dari data rasio diantaranya adalah:

Misalnya kita mempunyai data panjang A = 10 m, B = 20m, C = 30m, dan D = 40m.

maka kita dapat menyimpulkan bahwa panjang D = 4x A atau 2 x B. Panjang B dapat disebut

sebagai 2 x A atau ½ x D. Dan seterusnya. Data rasio adalah data yang berbentuk angka dalam

arti yang sesungguhnya karena dilengkapi dengan titik nol absolut (mutlak) sehingga dapat

diterapkan semua bentuk operasi matematik (+ , - , x , : ). Data rasio bersifat eksekutif,

mempunyai urutan, mempunyai ukuran baru, dan mempunyai nol mutlak.

II.11.4 Pengujian Hipotesis

Istilah hipotesis berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata hupo dan thesis. Hipo artinya

sementara, atau kurang kebenarannya atau masih lemah kebenarannya. Sedangkan thesis artinya

pernyataan atau teori. Karena hipotesis adalah pernyataan sementara yang masih lemah

kebenarannya, maka perlu diuji kebenarannya. Untuk menguji kebenaran sebuah hipotesis

digunakan pengujian yang disebut pengujian hipotesis atau pengetesan hipotesis (testing

hypothesis).

Pengujian hipotesis akan membawa kepada kesimpulan untuk menolak atau menerima

hipotesis. Dengan demikian kita dihadapkan pada dua pilihan. Agar pemilihan kita lebih terinci

dan mudah, maka diperlukan hipotesis alternatif yang selanjutnya disingkat Ha dan hipotesis nol

(null) yang selanjutnya disingkat Ho. Ha cenderung dinyatakan dalam kalimat positif, sedangkan

Ho dinyatakan dalam kalimat negatif.

Contoh:

1. Ha : Terdapat hubungan fungsional yang positif antara variabel X dengan Y.

(44)

2. Ha : Terdapat perbedaan motivasi kerja antara pria dengan wanita.

Ho : Tidak terdapat perbedaan motivasi kerja antara pria dengan wanita.

Dalam pengujian hipotesis akan terjadi dua macam kesalahan yaitu:

1. Kesalahan tipe 1 yaitu menolak hipotesis yang seharusnya tidak ditolak.

2. Kesalahan tipe 2 yaitu tidak menolak hipotesis yang seharusnya ditolak.

Ketika merencanakan pengujian hipotesis, kedua tipe kesalahan tersebut hendaklah

dibuat sekecil mungkin. Kedua tipe kesalahan tersebut dinyatakan dalam peluang supaya

penilaian dapat dilakukan. Peluang ini juga sekaligus merupakan besarnya risiko kesalahan yang

ingin kita hadapi. Peluang melakukan kesalahan tipe 1 biasanya dinyatakan dengan α (baca alpha). Dan peluang melakukan kesalahan tipe 2 biasanya dinyatakan dengan lambang β ( baca

beta). Oleh karena itu kesalahan tipe 1 disebut juga dengan kesalahan α, dan kesalahan tipe 2 disebut juga dengan kesalahan β. A disebut juga taraf signifikansi, taraf arti, taraf nyata, atau

probablity (p), taraf kesalahan, dan taraf kekeliruan.

Taraf signifikan dinyatakan dalam dua atau tiga decimal atau dalam persen. Lawan dari

taraf signifikan atau tanpa kesalahan ialah taraf kepercayaan. Jika taraf signifikansi = 5%, maka

dengan kata lain dapat disebutkan taraf kepercayaan = 95%. Dalam penelitian sosial, besarnya α

biasanya diambil 5% atau 1% (0.05 atau 0.01). penentuan besarnya α tergantung pada keinginan

peneliti sebelum analisis statistik dilakukan.

Arti α = 0.01 ialah kira-kira 1 dari 100 kesimpulan akan menolak hipotesis yang

seharusnya diterima, atau dengan kata lain kira-kira 95% percaya bahwa kita telah membuat

(45)

Sebelum mengadakan pengujian hipotesis, maka asumsi-asumsi yang berlaku hendaklah

dipenuhi terlebih dahulu. Asumsi-asumsi yang diperlukan sebelum melakukan pengujian

hipotesis adalah.

1. Nyatakan dengan tengah bahwa data yang akan diuji tersebut berasal dari sampe atau

populasi.

(46)

BAB III

DESKRIPSI WILAYAH

III.1. Gambaran Umum Kabupaten Padang Lawas Utara III.1.1 Sejarah Singkat Kabupaten Padang Lawas Utara

Kabupaten Padang Lawas Utara sering juga disebut dengan Paluta adalah sebuah

Kabupaten di Sumatera Utara, Indonesia.

• Ibukota kabupaten : Gunung Tua.

• Luas : 403.191,50 Ha

• Penduduknya berjumlah sekitar 226.296 Jiwa

• Padang Lawas Utara mempunyai 9 kecamatan dan 368 desa.

Sebelum Padang Lawas Utara menjadi sebuah kabupaten, wilayah ini masih termasuk

Kabupaten Tapanuli Selatan. Setelah terjadi pemekaran, dibentuklah Kabupaten padang Lawas

Utara. Kabupaten padang Lawas Utara resmi terbentuk pada tanggal 10 Agustus 2007

berdasarkan Undang-undang Nomor 37 tahun 2007 tanggal 10 Agustus 2007 Tentang

Pembentukan Kabupaten Padang Lawas dan Kabupaten Padang Lawas Utara.

Selanjutnya kabupaten Padang Lawas Utara diresmikan oleh Menteri dalam Negeri pada

tanggal 10 Agustus 2007 di kantor Gubernur Sumatra utara Medan dan pejabat bupati Padang

Lawas Utara pada masa itu adalah Dr, Drs. Arsyad Lubis, MM. Sedangkan peresmian gedung

sementara kantor pemerintahan Padang Lawas Utara di Gunung Tua dilakukan oleh Guberur

Sumatra Utara, Rudolf M pardede pada tanggal 12 Agustus 2007, di komplek bekas kantor camat

Padang Bolak di daerah Gunung tua Kecamatan Padang Bolak yang kemudian dioperasikan

(47)

Istilah Padang Lawas Utara sendiri dahulunya lebih dikenal dengan nama Padang Bolak

(Padang yang luas = bolak) terkenal sebagai padang penggembalaan yang luas sangat terkenal

juga penghasil ternak kerbau, lembu dan kambing. Menurut sejarah, pada abad XI Rajendra Cola

dari Hindia Belanda berlabuh dari labuhan Bilik menjalankan perjalanan menyusur sungai

Barumun, kemudian mendarat di Padang Bolak, tepatnya disekitar Wilayah Portibi. Sebenarnya,

sebelum itu telah ada manusia yang berdiam didaerah itu, terbukti dengan adanya ditemukan

Candi Portibi yang merupakan ciri Hindu, dan Pasukan Rajendra Cola I pun menjadikan tempat

itu menjadfi pusat pemerintahan. Salah satu usaha yang menjadi sumber kehidupan dan

pendukung ekonomi perdagangan mereka pada waktu itu tidak lain adalah ternak. Candi

Bahal/Portibi tersebut pernah dipugar baru sekali pada masa H. Adam Malik (alm) menjabat

Wakil Presiden RI.

Selanjutnya pada tahun 2008 melalui pemilihan kepala daerah (PILKADA) secara

langsung bapak Drs. Bachrum Harahap, terpilih untuk memimpin pemerintahan kabupaten

Padang Lawas Utara untuk periode 2008 sampai dengan tahun 2013.

III.1.2 Kondisi Geografi dan Topografi

Gambaran secara geografis, kabupaten Padang Lawas Utara terletak antara 10 13’ 50”

Lintang Utara serta 990 20’ 44” dan 1000 19’ 10” Bujur Timur merupakan bagian dari wilayah

propinsi sumatra utara, dengan batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu Selatan.

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hilir dan Hulu Propinsi

Riau.

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Padang Lawas.

(48)

Tabel III.1

Luas Wilayah Menurut Kecamatan

No Kecamatan Luas Wilayah (Km²)

1 Padang Bolak 808,04

2 Portibi 261,59

3 Halongonan 559,23

4 Simangambat 645,30

5 Padang Bolak Julu 196,44

6 Dolok Sigompulon 262,56

7 Dolok 525,27

8 Batang Onang 485,00

9 Hulu Sihapas _

Sumber: Badan pusat statistik Kabupaten Padang Lawas Utara, 2010

Luas daerah Kabupaten Padang Lawas Utara adalah 403.191,50 Ha, mempunyai 9

(sembilan) Kecamatan dan 368 desa. Kabupaten Padang Lawas Utara secara geografis terbagi

atas wilayah dataran rendah yang merupakan, wilayah dataran landai dengan elevasi 2°-15°

perbukitan engan elevasi 15°-20° seluas 112.000 Ha (16,91%) dan daerah pegunungan dengan

elevasi 20°-40° seluas 353.185 Ha (53,34%) yangmasing-masing daerah memiliki krakteristik

yang berbeda-beda baik dari topografi, kontur mapun iklim.

Daerah dataran rendah dan dataran landai adalah daerah yang subur, kelembap

an tinggi dengan curah hujan relatif tinggi pula. Wilayah ini memiliki potensi ekonomi yang

tinggi sehingga terus cenderung semakin padat. Banjir dapat melanda daerah ini akibat

berkurangnya pelestarian hutan, erosi dan pendangkalan sungai. Sedangkan pada musim

kemarau terjadi pula kekurangan persediaan air sebagai konsekuensi dari kondisi hutan yang

semakin kritis.

Gambar

Gambar II.3. Siklus Tata Guna Lahan – Sistem Transportasi
Tabel III.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan
Tabel III.2
Tabel III.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Lahan pertanian untuk tanaman nenas di Desa Dano Ganjang Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara memiliki karakteristik

keadaan lahan kering, lokasi lahan, perbatasan pusat kota, keadaan lahan basah mewakili faktor kondisi lahan; variabel terhimpit pemukiman, pertumbuhan penduduk

Pada faktor kepadatan penduduk ini, penggunaan lahan hutan, lainnya, perkebunan dan pertanian lahan kering serta sawah memiliki nilai Exp ( β ) lebih kecil dari

Pelaksanakan kerja yang dilakukan petani peserta program dilakukan dengan sistem wanatani pada lahan kering (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan

PENGARUH PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN KE NON PERTANIAN KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2006 – 2018

Kegiatan temu informasi teknologi lahan kering mendukung inovasi teknologi pertanian dan diseminasi telah dilakukan pada dua desa, yang pertama di desa Jono Oge, Kecamatan

Pada faktor kepadatan penduduk ini, penggunaan lahan hutan, lainnya, perkebunan dan pertanian lahan kering serta sawah memiliki nilai Exp (β) lebih kecil dari satu,

Pengaruh Tekanan Penduduk Terhadap Lahan Pertanian Terkait Produktivitas Kota Padang tahun 2015 adalah 0,50 yang berarti tinggi (<1) artinya tidak dapat memenuhi