PENGARUH SKARIFIKASI BAGIAN-BAGIAN BENIH DAN
KONSENTRASI ASAM GIBERELAT (GA3) TERHADAP
PERKECAMBAHAN BENIH AREN (Arenga pinnata L)
SKRIPSI
OLEH
DORNADO SIRAIT 040301042 BDP- AGRONOMI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGARUH SKARIFIKASI BAGIAN-BAGIAN BENIH DAN
KONSENTRASI ASAM GIBERELAT (GA3) TERHADAP
PERKECAMBAHAN BENIH AREN (Arenga pinnata L)
SKRIPSI
OLEH
DORNADO SIRAIT 040301042 BDP-AGRONOMI
Skripsi Merupakan Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pertanian di Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
Disetujui Oleh Komisi pembimbing :
( Prof. Dr. Ir. J. A. Napitipulu, MSc) ( Ir. Asil Barus, MS
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
) Ketua Anggota
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRACT
This research was executed to know the effect of seed scarification treatment and giberellic acid to germination of Sugar Palm (Arenga pinnata Merr.) seeds. The research was held in Laboratory of Horticulture, Faculty of Agriculture USU, Medan started from April to August 2010. This research was conducted by factorial randomized block design with 2 factors. First factor was seed scarification treatment with 4 stages, i.e. S1 = . The second factor was concentration of giberellic acid treatment with 3 stages, i.e. G1 = 100 mg/l; G2 = 200 mg/l; G3 = 300 mg/l. Observed parameters were Speed of Germination, Normal Germination, Length of Sprout, Sum of Roots, Length of Roots, Length of Embrio Axis and Diameter of Sprout. The result showed that the seed scarification and concentration of giberellic acid and interaction of both treatment not significantly affected to all observed parameters.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan skarifikasi benih dan pemberian asam giberelin terhadap perkecambahan benih Aren (Arenga pinnata Merr.). Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hortikultura, Fakultas Pertanian USU Medan dimulai dari bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial
dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah skarifikasi dengan 4 taraf, yaitu: S1 = skarifikasi bagian ujung benih; S2 = skarifikasi bagian pangkal benih; S3 = skarifikasi bagian punggung benih; S4 = skarifikasi bagian perut benih.
Sedangkan faktor kedua adalah konsentrasi GA3 dengan 3 taraf, yaitu:
G1 = 100 g/ml; G2 = 200 g/ml; G3 = 300 g/ml. parameter yang diamati adalah Kecepatan berkecambah, Kecambah Normal, Panjang Kecambah, Jumlah Akar, Panjang Akar, Panjang Axis Embrio dan Diameter Kecambah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan skarifikasi dan konsentrasi GA3 serta interaksi
RIWAYAT HIDUP
Dornado Sirait, lahir pada tanggal 26 Januari 1986 di Hutabaru, Propinsi
Sumatera Utara, anak ke 5 dari 12 bersaudara, putra dari ayahanda Alm. J. Sirait
dan ibunda N. Sinaga.
Adapun pendidikan yang pernah ditempuh penulis hingga saat ini adalah
Pendidikan Dasar di SD Negeri 096126 Silimapuluh lulus tahun 1998, Pendidikan
Menengah Pertama di SLTP Negeri 3 Nagur lulus tahun 2001, Pendidikan
Menengah Atas di SMU 1 Dolok Panribuan lulus tahun 2004 dan terdaftar sebagai
mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan pada tahun
2004 melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Departemen
Budidaya Pertanian Program Studi Agronomi.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjabat sebagai asisten
Laboratorium Agronomi Tanaman Pangan (TA. 2007/2008-2009/2010), asisten
Ilmu Hortikultura (TA. 2008/2009), dan mengikuti kegiatan organisasi Himpunan
Mahasiswa Budidaya Pertanian (HIMADITA) tahun 2007-2009.
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) periode Juni 2008
sampai Juli 2008 di PT. SOCFIN INDONESIA, Kecamatan Tanah Gambus,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikanpenelitian dan skripsi ini.
Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Pengaruh
Skarifikasi Bagian-bagian Benih dan Konsentrasi Asam Giberelat (GA3)
Terhadap Perkecambahan Benih Aren (Arenga pinnata L. (Wurmb.) Merr)”.
Penelitian dan skripsi ini tidak akan selesai dengan baik tanpa adanya
bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada: bapak Prof. Dr. Ir. J. A. Napitupulu, MSc sebagai ketua komisi
pembimbing dan bapak Ir. Asil Barus, MS sebagai anggota komisi pembimbing
yang telah memberi banyak saran, petunjuk, bimbingan, arahan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Kepada
ayahanda Alm. J. Sirait dan ibunda N. Sinaga yang telah membesarkan penulis
dengan segenap cinta dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak ternilai
harganya. Segenap saudara/i penulis kak Ronala, kak Roturen, kak Roslina, bang
Boyando, Deardo, Asido, Basardo, Rosansah, Rokristalia, Torhondo dan Lusinda
yang selalu memberikan dukungan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
Keluarga N. Sinaga dan M. Marpaung yang begitu banyak memberikan semangat,
dukungan, motivasi serta doa dan menampung segala keluh kesah penulis selama
menjalani perkuliahan hingga sekarang ini. Kepada teman-teman mahasiswa
Budidaya Pertanian antara lain: Parsaoran S, Rekki G, Adriansyah, Aleksander S,
Bosco S, Andar S, Pu Raja P, Juniliker S, Syawal Afandi, Ricky Fajar M,
angkatan 2004 dan juga adik-adik angkatan 2007 atas bantuan tenaga, do’a,
motivasi dan rasa kekeluargaan yang telah membantu penulis selama perkuliahan,
penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan
skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Desember 2010
DAFTAR ISI
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 10
Bahan dan Alat Penelitian ... 10
Metode Penelitian ... 10
Metode Analisa Data... 12
Pelaksanaan Penelitian ... 13
Pembuatan Bak Perkecambahan ... 13
Persiapan Media Perkecambahan ... 13
Seleksi Benih ... 13
Skarifikasi Benih... 13
Perendaman Benih ... 13
Penanaman ... 14
Penyiangan ... 14
Pengamatan parameter ... 14
Kecepatan Berkecambah (hari)... 14
Daya Berkecambah (%) ... 15
Kecambah normal (%) ... 15
Panjang Bibit (cm) ... 15
Jumlah Akar ... 15
Panjang Akar (cm) ... 16
Panjang axis embrio (cm) ... 16
Diameter Bibit (cm) ... 16
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 17
Pembahasan ... 25
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 28
Saran ... 28
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No. Judul Tabel Hal
1. Kecepatan berkecambah tanaman aren pada perlakuan skarifikasi dan
GA3... 17
2. Kecambah normal tanaman aren pada perlakuan skarifikasi dan GA3 ... 19
3. Jumlah akar tanaman aren pada perlakuan skarifikasi dan GA3 ... 21
4. Panjang akar tanaman aren pada perlakuan skarifikasi dan GA3 ... 22
5. Panjang axis embrio tanaman aren pada perlakuan skarifikasi dan GA3 ... 22
6. Diameter kecambah tanaman aren pada perlakuan skarifikasi dan GA3 ... 23
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Lampiran Hal
1. Data kecepatan berkecambah (hari) ... 30
2. Sidik ragam kecepatan berkecambah ... 30
3. Data daya berkecambah (%) ... 31
4. Sidik ragam daya berkecambah... 31
5. Data kecambah normal ... 32
6. Sidik ragam kecambah normal ... 32
7. Data panjang kecambah (cm) ... 33
8. Sidik ragam panjang kecambah... 33
9. Data jumlah akar (akar) ... 34
10.Sidik ragam jumlah akar ... 34
11.Data panjang akar (cm) ... 35
12.Sidik ragam panjang akar... 35
13.Data panjang axis embrio (cm) ... 36
14.Sidik ragam panjang axis embrio ... 36
15.Data diameter kecambah (cm) ... 37
16.Sidik ragam diameter batang ... 37
17.Bagan Penelitian ... 38
18.Jadwal Kegiatan Penelitian ... 39
ABSTRACT
This research was executed to know the effect of seed scarification treatment and giberellic acid to germination of Sugar Palm (Arenga pinnata Merr.) seeds. The research was held in Laboratory of Horticulture, Faculty of Agriculture USU, Medan started from April to August 2010. This research was conducted by factorial randomized block design with 2 factors. First factor was seed scarification treatment with 4 stages, i.e. S1 = . The second factor was concentration of giberellic acid treatment with 3 stages, i.e. G1 = 100 mg/l; G2 = 200 mg/l; G3 = 300 mg/l. Observed parameters were Speed of Germination, Normal Germination, Length of Sprout, Sum of Roots, Length of Roots, Length of Embrio Axis and Diameter of Sprout. The result showed that the seed scarification and concentration of giberellic acid and interaction of both treatment not significantly affected to all observed parameters.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan skarifikasi benih dan pemberian asam giberelin terhadap perkecambahan benih Aren (Arenga pinnata Merr.). Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hortikultura, Fakultas Pertanian USU Medan dimulai dari bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial
dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah skarifikasi dengan 4 taraf, yaitu: S1 = skarifikasi bagian ujung benih; S2 = skarifikasi bagian pangkal benih; S3 = skarifikasi bagian punggung benih; S4 = skarifikasi bagian perut benih.
Sedangkan faktor kedua adalah konsentrasi GA3 dengan 3 taraf, yaitu:
G1 = 100 g/ml; G2 = 200 g/ml; G3 = 300 g/ml. parameter yang diamati adalah Kecepatan berkecambah, Kecambah Normal, Panjang Kecambah, Jumlah Akar, Panjang Akar, Panjang Axis Embrio dan Diameter Kecambah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan skarifikasi dan konsentrasi GA3 serta interaksi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Aren (Arenga pinnata) termasuk suku Arecaceae (pinang-pinangan),
merupakan tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) yaitu biji buahnya
terbungkus daging buah. Tanaman aren banyak terdapat mulai dari pantai Timur
India sampai ke Asia Tenggara. Di Indonesia tanaman ini banyak terdapat hampir
di seluruh wilayah Nusantara (Sunanto, 1993).
Tanaman aren sangat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat pedesaan
karena hampir semua bagian tanaman dapat dimanfaatkan. Hasil utama komoditi
ini adalah nira, tepung, ijuk. Sedangkan batang luar, lidi, endosperm, dan akar
adalah bagian yang mempunyai manfaat sampingan untuk mendukung kehidupan
sehari-hari. Selain itu, secara ekologis tanaman aren dapat berfungsi sebagai
pendukung habitat dan fauna tertentu dan dapat mendukung program pengawetan
tanah dan air (Saleh, 2003).
Potensi tanaman aren yang cukup besar tersebut perlu mendapat dukungan
penelitian, khususnya penelitian agronomi yang selama ini belum banyak
dilakukan. Untuk mendukung pengembangan dan budidaya maka dibutuhkan
bibit yang bermutu dalam jumlah banyak dan dapat disediakan dalam waktu yang
singkat. Namun benih aren memiliki sifat dormansi walaupun dormansi benih
merupakan sifat alami untuk dapat bertahan hidup agar spesiesnya tetap lestari,
tetapi sifat dormansi benih tersebut dapat mengganggu pelaksanaan kegiatan
Secara alami biji aren memiliki masa dormansi yang cukup lama, yaitu
bervariasi dari 1-12 bulan yang terutama disebabkan oleh kulit biji yang keras dan
impermiabel sehingga menghambat terjadinya imbibisi air ke dalam biji. Upaya
pematahan dormansi telah dilakukan untuk mengatasi impermiabilitas kulit biji ini
melalui perendaman dengan HCL, H2SO4, air panas dan skarifikasi. Dormansi biji
aren juga disebabkan oleh adanya zat inhibitor perkecambahan seperti ABA,
kematangan embrio yang belum sempurna dan faktor genetis tanaman aren
(http://arenindonesia.wordpress.com/pembibitan-aren, 2010).
Penyebab kedormanan benih aren salah adalah disebabkan antara lain
tebalnya kulit benih dan ketidakseimbangan senyawa perangsang dan senyawa
penghambat dalam memacu aktivitas pekecambahan benih. Selain itu
meningkatnya senyawa kalsium oksalat pada buah aren yang telah matang. Pada
dasarnya dormansi benih aren dapat dipersingkat dengan berbagai perlakuan di
antaranya adalah secara fisik, kimia, dan biologi. Namun dari hasil penelitian
terdahulu menunjukkan bahwa perlakuan fisik saja belum mampu meningkatkan
persentase berkecambah serta waktu yang dibutuhkan (Saleh, 2003).
Benih yang dikatakan dorman ialah benih yang sebenarnya hidup tetapi
tidak berkecambah walaupun ditempatkan pada keadaan lingkungan yang
memenuhi persyaratan untuk berkecambah. Dormansi pada benih dapat
berlangasung selama beberapa hari, semusim, bahkan sampai beberapa tahun
tergantung pada jenis tanaman dan tipe dari dormansinya. Pertumbuhan tidak akan
terjadi selama benih belum melalui masa dormansinya, atau sebelum dikenakan
Giberelin adalah suatu zat tumbuh utama yang memegang peranan penting
di dalam proses perkecambahan biji, sehingga dapat memperlebar kisaran suhu
yang dibutuhkan dalam proses perkecambahan beberapa macam jenis biji.
Misalnya biji “Bracted plantain” (plantato aristata) suatu jenis rumput setahun,
biasanya berkecambah cukup baik pada keadaan gelap dengan suhu 20°C. Kalau
pada biji ini diberikan gibberellic acid maka perkecambahan diperbaiki sampai
mencapai 95%- 98% pada suhu 30°C baik dalam keadaan gelap maupun terang
bahkan masih bisa merangsang perkecambahan 20%-30% walaupun suhu
dinaikkan sampai 35°C (Kamil,1979).
Perkecambahan benih yang mengandung kulit biji yang tidak permeable
dapat dirangsang dengan skarifikasi yaitu pengubahan kulit biji untuk
membuatnya menjadi permeable terhadap gas-gas dan air. Ini tercapai dengan
bermacam teknik, cara-cara mekanik termasuk tindakan pengempelasan
merupakan tindakan yang paling umum (Harjadi, 1991).
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian
mengenai pengaruh skrifikasi benih dan konsentrasi Giberelin (GA3) terhadap
perkecambahan benih Aren (Arenga pinnata Merr).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh skarifikasi biji dan
konsentrasi Giberelin (GA3) terhadap perkecambahan benih aren
Hipotesis Penelitian
- Ada pengaruh skrifikasi biji terhadap perkecambahan benih aren
(Arenga pinnata Merr.).
- Ada pengaruh kosentrasi Giberelin (GA3) terhadap perkecambahan benih
aren (Arenga pinnata Merr.).
- Ada pengaruh interaksi skarifikasi biji dan kosentrasi Giberelin (GA3)
terhadap perkecambahan benih aren (Arenga pinnata Merr.).
Kegunaan Penelitian
- Sebagai salah satu syarat untuk dapat menyusun skripsi di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
- Sebagai sumber informasi yang berguna untuk menambah ilmu
TINJAUAN PUSTAKA
1. Botani dan Syarat Tumbuh
Aren (Arenga pinnata Merr) termasuk suku Arecaceae (pinang-pinangan)
merupakan tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) yaitu biji buahnya
terbungkus biji buahnya.
Perakaran pohon aren menyebar dan cukup dalam sehingga tanaman ini
dapat diandalkan sebagai vegetasi pencegah erosi terutama untuk daerah yang
tanahnya mempunyai kemiringan 20%.
Pohon aren hampir mirip dengan pohon kelapa (Cocos nucifera).
Perbedaannya, jika pohon kelapa itu batangnya bersih (pelepah daun dan tapasnya
mudah diambil), maka batang pohon aren itu sangat kotor karena batangnya
terbalut ijuk dan sangat kuat sehingga pelepah daun yang sudah tua pun sulit
diambil atau dilepas dari pohonnya.
Buah yang masih muda adalah keras dan melekat sangat erat pada untaian
buah, sedangkan buah yang sudah masak daging buahnya agak lunak. Daging
buah aren yang masih muda mengandung lendir yang sangat gatal jika mengenai
kulit, karena lendir ini mengandung asam oksalat (H2C2O4).
Endosperm berbentuk lonjong dan agak pipih berwarna putih agak bening
dan lunak pada waktu buah masih muda ; dan berwarna .putih, padat atau agak
keras pada waktu buah sudah masak (Sunanto,1993).
Embrio biji palem umumnya tumbuh sangat lamban dan meskipun buah
sudah matang, embrionya masih mengalami sedikit diferensiasi. Hal yang sama
20 sel, dan jumlah maksimum dicapai pada usia 29 bulan setelah penyerbukan
(Chairun Nisa, 1994).
2. Syarat Tumbuh
Tanah
Tanaman aren sesungguhnya tidak membutuhkan kondisi tanah yang
khusus, sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat (berlempung), berkapur, dan
berpasir. Tetapi tanaman ini tidak tahan pada tanah yang kadar asamnya terlalu
tinggi.
Iklim
Di Indonesia tanaman aren dapat tumbuh baik dan mampu berproduksi
pada daerah yang tanahnya subur pada ketinggian 500-800 m dpl. Pada daerah
yang mempunyai ketinggian kurang dari 500-800 m dpl, tanaman Aren tetap
dapat tumbuh namun produksi buahnya kurang memuaskan.
Selain itu, curah hujan juga sangat berpengaruh pada tumbuhnya tanaman
ini. Tanaman aren menghendaki curah hujan yang merata sepanjang tahun yaitu
minimum sebanyak 1200 mm setahun. Atau, jika diperhitungkan dengan
perumusan Schmidt da Ferguson, iklim yang paling cocok untuk tanaman ini
adalah iklim sedang sampai ikilm agak basah.
Daerah-daerah perbukitan yang lembab, di mana di sekelilingnya banyak
tumbuh berbagai tanaman keras, tanaman aren dapat tumbuh dengan subur.
Dengan demikian tanaman ini tidak membutuhkan sinar matahari yang terik
Dormansi Benih
Dormansi adalah suatu keadaan dimana benih tidak dapat berkecambah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hilangnya dormansi pada benih antara lain
kondisi lingkungan seperti air, udara dan suhu dan tentu saja tipe dormansinya
(Hartmann et all, 2002).
Kulit biji yang keras akan menyebabkan air tidak dapat ditembus oleh air,
atau udara yang dapat membatasi mekanisasi kerja dari embrio biji.
Perkecambahan biji tidak hanya ditentukan pada kemampuannya dalam menyerap
air, tetapi juga kondisi selama imbibisi. Kelebihan air sering menyebabkan
perkecambahan yang tidak baik dan bisa juga mendorong perkembangan dari
mikroorganisme di sekitar kulit biji, yang akan bersaing dengan embrio dalam
mendapatkan oksigen (Mayer and Poljakoff-Mayber, 1975).
Keluar masuknya oksigen pada biji disebabkan oleh mekanisme dalam
kulit biji. Dormansi karena hambatan keluar masuknya oksigen melalui kulit biji
ini dapat dipatahkan dengan perlakuan: melunakkan kulit biji dengan air panas
dan bahan kimia; menipiskan kulit biji (skarifikasi) dengan bahan kimia dan
kertas amplas; membuka kulit biji dengan memecah dan memotong, dengan
tujuan memudahkan penyerapan air dan oksigen oleh benih untuk memulai
berlangsungnya proses perkecambahan benih, dimana tahap pertama suatu
perkecambahan benih dimulai dengan penyerapan air, melunaknya kulit benih dan
hidrasi dari protoplasma (Sutopo, 2002)
Proses perkecambahan embrio diawali dengan penyerapan air yang
berperan untuk melunakkan kulit biji dan hidrasi dari protoplasma, selain itu
lemak, protein dan senyawa penyusun lainnya. Energi dalam bentuk ATP
(Adenosin Triphosphate) atau dalam bentuk donor hidrogen NADH2/NADPH2
(Nikotin Amida Dinukleotida H2/Nikotin Amida Dinukleotida Phosphate H2) dan
bahan baku yang dihasilkan pada proses respirasi (Bewley and Black, 1986).
Biji aren dan Skarifikasi
Pada dasarnya dormansi benih aren dapat dipersingkat dengan berbagai
perlakuan sebelum dikecambahkan, baik secara fisik, kimia dan biologi. Namun
dari hasil penelitian terdahulu bila hanya perlakuan fisik saja belum menunjukkan
hasil yang memuaskan baik jumlah benih yang berkecambah maupun waktu yang
dipergunakan untuk berkecambah (Saleh, 2003).
Skarifikasi atau penggoresan mencakup cara-cara seperti mengikir atau
menggosok kulit biji dengan kertas ampelas, melubangi kulit biji dengan pisau,
perlakuan impaction (goncangan) untuk benih-benih yang memiliki sumbat gabus.
Dimana semuanya agar kulit biji lebih permeabel terhadap air dan gas (Utomo,
2006).
Giberelin
Dormansi dapat diatasi dengan penggunaan zat kimia dalam perangsangan
perkecambahan benih, dengan bahan kimia misalnya:KNO3) sebagai pengganti
fungsi cahaya dan suhu serta untuk mempercepat penerimaan benih akan O2,
untuk mengatasi dormansi digunakan juga sitokinin serta 2,4-D dan giberelin
(GA) dapat digunakan untuk memulihkan kembali vigor benih yang telah
Kebanyakan tanaman berespon terhadap pemberian giberelin dengan
pertambahan panjang batang. Pengaruh giberelin terutama di dalam perpanjangan
ruas tanaman yang disebabkan oleh bertambah besar dan sel-sel pada ruas-ruas
tersebut. Selain perpanjangan batang, giberelin juga memperbesar daun dari
berbagai jenis tanaman, jika disemprot dengan giberelin. Selain mempengaruhi
besarnya organ tanaman, giberelin juga mempengaruhi proses-proses fisiologis
lainnya termasuk pembungaan (Wattimena, 1988).
Namun efek-efek dari giberelin terhadap pertumbuhan bermacam-macam,
dan berlainan dari organ ke organ dan dari tanaman ke tanaman. Hal ini tidak
diharapkan karena pertumbuhan itu sendiri adalah sebuah fenomena yang
kompleks. Misalnya organ-organ tanaman berbeda menurut lokasi pertumbuhan
dan menurut cara dimana pertumbuhan itu terjadi. Lebih lanjut lagi, karena
pertumbuhan dapat terjadi dengan lebih dari satu cara, apa yang mungkin tampak
sebagai perubahan identik dalam pertumbuhan keseluruhan dari sebuah organ bisa
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, pada bulan Mei sampai
dengan Agustus 2010.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih aren yang
matang panen sebagai bahan percobaan, Giberelin (GA3) sebagai bahan perlakuan
untuk pematahan dormansi benih, bak perkecambahan sebagai tempat penanaman
benih, dedak dan pasir sebagai media tanam.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah becker glass sebagai
wadah untuk perendaman benih aren, gerinda untuk menggosok benih aren
gembor, pisau, meteran, cangkul, alat tulis, dan alat-alat lain yang mendukung
dalam pelaksanaan penelitian ini.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak
Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor perlakuan.
Faktor I : Skarifikasi Biji (S) dengan 4 taraf yaitu:
S1 : Skarifikasi bagian ujung biji
S3 : Skarifikasi bagian punggung biji
S4 : Skarifikasi bagian perut biji
Faktor II : Konsentrasi ZPT Giberelin (G) dengan 3 taraf yaitu:
G1 :100 mg/l
G2 :200 mg/l
G3 :300 mg/l
Sehingga diperoleh 12 kombinasi yaitu:
S1G1 S2G1 S3G1 S4G1
S1G2 S2G2 S3G3 S4G2
S1G3 S2G3 S3G3 S4G3
Jumlah ulangan = 3 ulangan
Jumlah kombinasi = 12 kombinasi
Jumlah plot penelitian = 36 plot
Jumlah benih/plot = 10 benih
Jumlah benih sampel/plot = 10 benih
Jumlah benih seluruhnya = 360 benih
Jumlah sampel seluruhnya = 360 benih
Jarak antar blok = 5 cm
Jarak antar plot = 5 cm
Ukuran petak Percobaan = 210 cm x 80 cm
Metode Analisa Data
Hasil percobaan dianalisis dengan sidik ragam berdasarkan model sebagai
berikut:
dimana :
Yijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i dengan skarifikasi biji (S) pada kategori
ke- j dan konsentrasi Giberelin (G) pada taraf ke- k
µ : Nilai tengah
ρi : Efek blok ke –i
αj : Efek skarifikasi (S) pada kategori ke- j
βk : Efek konsentrasi giberelin (G) pada taraf ke- k
(αβ)jk : Interaksi skarifikasi benih (S) pada kategori ke –j dan konsentrasi
Giberelin (G) pada taraf ke –k
ε ijk :Efek galat percobaan pada blok-i skarifikasi benih (S) pada kategori ke-j
konsentrasi Giberelin (G) pada taraf ke –k.
Jika data yang dianalisis dengan sidik ragam berpengaruh nyata, maka
dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%
Pelaksanaan penelitian
Pembuatan Bak Perkecambahan
Bak perkecambahan yang digunakan adalah kotak yang terbuat dari kayu
lat sebagai dinding dengan ketinggian 3 inchi dan triplek dengan ketebalan 4 mm
sebagai dasar bak. Panjang dan lebar bak adalah 180 cm x 80 cm.
Persiapan Media Perkecambahan
Media perkecambahan terdiri dari kompos, top soil dan pasir. Media
perkecambahan dicampur dengan perbandingan yang sama. Banyaknya media
perkecambahan disesuaikan dengan volume bak perkecambahan.
Seleksi Benih
Benih diambil dari pohon yang memenuhi syarat sebagai pohon induk,
dimana buah telah lepas dari tandan buah, kemudian dipilih buah yang telah
matang fisiologis dan bebas dari hama penyakit. Benih dicampur kemudian
dikelompokkan berdasarkan ukuran benih lalu yang berukuran sama selanjutnya
akan ditanam dalam satu ulangan.
Skarifikasi Benih
Skarifikasi biji dilakukan setelah persiapan benih yaitu dengan menggosok
kulit biji dengan menggunakan gerinda sesuai perlakuan hingga tipis namun
Perendaman Benih
Perendaman benih dilakukan setelah skarifikasi yaitu benih direndam
dalam Giberelin (GA3) selama 36 jam sesuai perlakuan masing-masing. Setelah
itu benih baru ditanam dalam media bak perkecambahan.
Penanaman
Penanaman dilakukan setelah benih mendapat perlakuan, dilakukan
dengan memasukkan 1 benih perlubang tanam dengan kedalaman ± 1 cm dari
permukaan media dengan jarak tanam 5 cm, kemudian lubang tanam ditutup
kembali.
Pemeliharaan
Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pagi dan sore hari secara merata
pada seluruh media tanam dengan menggunakan air bersih dan handsprayer dan
disesuaikan dengan kelembaban media tanam.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan bila ditemukan gulma pada media bak
perkecambahan. Penyiangan dilakukan secara manual, yaitu dengan mencabut
Pengamatan Parameter
Kecepatan Berkecambah (hari)
Dihitung berdasarkan jumlah hari sejak tanam hingga munculnya tonjolan
pada benih dan pengamatan dilakukan setiap hari. Menurut Kartasapoetra (2003)
kecepatan berkecambah benih dapat dilihat dari koefisien perkecambahan yaitu:
Laju perkecambahan = N1T1 + N2T2 + N3T3...NnTn
Jumlah total benih yang berkecambah
Dimana : N = jumlah benih yang berkecambah pada satuan waktu tertentu
T = menunjukkan jumlah waktu antara awal pengujian sampai
dengan akhir dari interval tertentu suatu pengamatan.
Daya Berkecambah
Pengamatan dilakukan setelah munculnya tonjolan pada benih yaitu
dengan menghitung jumlah benih yang tumbuh normal dari keseluruhan benih
yang ditanam.
Persentase perkecambahan =
Kecambah Normal
Pengamatan dihitung selama batas periode perkecambahan, yaitu dengan
menentukan kecambah normal dengan kriteria:
1. Dalam perkecamabahan, akar terlebih dahulu keluar daripada tunas.
2. Akar kecambah tidak berbentuk spiral dan yang keluar merupakan akar
Panjang Kecambah
Pengamatan dilakukan pada terakhir penelitian yaitu menghitung panjang
kecambah mulai dari pangkal batang sampai plumula kecambah pada tanaman
sampel dengan menggunakan penggaris.
Jumlah Akar
Penghitungan jumlah akar dilakukan pada akhir penelitian yaitu dengan
menghitung seluruh jumlah akar yang ada pada setiap tanaman.
Panjang Akar
Pengamatan ini dilakukan pada akhir penelitian yaitu dengan mengukur
semua panjang akar pada setiap tanaman kemudian dicari rata-ratanya.
Panjang axis embrio
Perkecambahan benih aren tidak seperti pada tanaman Monocotyledoneae
secara umum. Dari benih akan muncul pertama adalah axis embrio, selanjutnya
terjadi pembengkakan pada bagian ujung axis embrio sebagai tempat keluarnya
plumula dan akar. Jadi panjang axis embrio yang diukur adalah dari bagian mata
tunas pada biji sampai pada bagian ujung axis embrio sebagai tempat keluarnya
plumula dan akar.
Diameter bibit (cm)
Pengamatan dilakukan pada akhir penelitian dengan menggunakan jangka
sorong. Diukur diameter dari dua sisi berbeda yang sejajar dengan permukaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Dari hasil sidik ragam didapat bahwa perlakuan skarifikasi dan GA3 serta
interaksi antara kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter
kecepatan berkecambah, laju perkecambahan, daya berkecambah, kecambah
normal, panjang kecambah, jumlah akar, panjang akar dan panjang axis embrio.
Kecepatan berkecambah
Data hasil pengamatan kecepatan berkecambah dapat dilihat pada
Lampiran 1 dan analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Dari hasil
analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan skarifikasi dan GA3 serta
interaksi antar kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap kecepatan
berkecambah.
Data rataan kecepatan berkecambah tanaman aren pada perlakuan
skarifikasi dan GA3 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kecepatan berkecambah tanaman aren pada perlakuan skarifikasi dan GA3.
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa pada perlakuan skarifikasi, kecepatan
34,30 hari, dan yang terlama diperoleh pada perlakuan S4 (perut) yaitu sebesar
44,12 hari.
Dari Tabel 1 juga dapat dilihat bahwa pada perlakuan GA3, kecepatan
berkecambah tercepat diperoleh pada perlakuan G2 (200 mg/l) yaitu sebesar 37,31
hari, sedangkan kecepatan berkecambah yang terlama diperoleh pada perlakuan
G1 (100 mg/l) yaitu sebesar 43,15 hari.
Daya berkecambah (%)
Data hasil pengamatan daya berkecambah dapat dilihat pada Lampiran 3
dan analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 4. Dari hasil analisis
sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan skarifikasi dan GA3 serta interaksi
antar kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap daya berkecambah.
Data rataan daya berkecambah tanaman aren pada perlakuan skarifikasi
dan GA3 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Daya berkecambah tanaman aren pada perlakuan skarifikasi dan GA3.
Konsentrasi GA3
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa pada perlakuan skarifikasi, daya
berkecambah terbesar diperoleh pada perlakuan S4 (perut) yaitu sebesar 58,33 %,
Dari Tabel 2 juga dapat dilihat bahwa pada perlakuan GA3, daya
berkecambah terbesar diperoleh pada perlakuan G3 (300 mg/l) yaitu sebesar 52,08
%, sedangkan daya berkecambah yang terkecil diperoleh pada perlakuan G1 (100
mg/l) dan G2 (200 mg/l) yaitu sebesar 38,33 %.
Kecambah normal
Data hasil pengamatan daya kecambah normal dapat dilihat pada
Lampiran 5 dan analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 6. Dari hasil
analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan skarifikasi dan GA3 serta
interaksi antar kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap kecambah
normal.
Data rataan kecambah normal tanaman aren pada perlakuan skarifikasi dan
GA3 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kecambah normal tanaman aren pada perlakuan skarifikasi dan GA3.
Konsentrasi
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa pada perlakuan skarifikasi, kecambah
normal terbanyak diperoleh pada perlakuan S4 (perut) yaitu sebesar 58,33, dan
yang tersedikit diperoleh pada perlakuan S2 (pangkal) dan S3 (punggung) yaitu
Dari Tabel 3 juga dapat dilihat bahwa pada perlakuan GA3, daya
berkecambah terbanyak diperoleh pada perlakuan G3 (300 mg/l) yaitu sebesar
51,25, sedangkan daya berkecambah yang tersedikit diperoleh pada perlakuan G2
(200 mg/l) yaitu sebesar 36,67.
Panjang kecambah (cm)
Data hasil pengamatan panjang kecambah dapat dilihat pada Lampiran 7
dan analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 8. Dari hasil analisis
sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan skarifikasi dan GA3 serta interaksi
antar kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap panjang kecambah.
Data rataan panjang kecambah tanaman aren pada perlakuan skarifikasi
dan GA3 dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Panjang kecambah tanaman aren pada perlakuan skarifikasi dan GA3.
Konsentrasi
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa pada perlakuan skarifikasi, panjang
kecambah terpanjang diperoleh pada perlakuan S4 (perut) yaitu sebesar 38,48 cm,
dan yang terpendek diperoleh pada perlakuan S2 (pangkal) yaitu sebesar
28,58 cm.
Dari Tabel 4 juga dapat dilihat bahwa pada perlakuan GA3, panjang
36,42 cm, sedangkan panjang kecambah yang terpendek diperoleh pada
perlakuan G2 (200 mg/l) yaitu sebesar 30,26 cm.
Jumlah akar
Data hasil pengamatan jumlah akar dapat dilihat pada Lampiran 9 dan
analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 10. Dari hasil analisis sidik
ragam dapat dilihat bahwa perlakuan skarifikasi dan GA3 serta interaksi antar
kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah akar.
Data rataan jumlah akar tanaman aren pada perlakuan skarifikasi dan GA3
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah akar tanaman aren pada perlakuan skarifikasi dan GA3.
Konsentrasi
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa pada perlakuan skarifikasi, jumlah akar
terbanyak diperoleh pada perlakuan S4 (perut) yaitu sebanyak 6,65 akar, dan yang
tersedikit diperoleh pada perlakuan S3 (punggung) yaitu sebanyak 5,20 akar.
Dari Tabel 5 juga dapat dilihat bahwa pada perlakuan GA3, jumlah akar
terbanyak diperoleh pada perlakuan G3 (300 mg/l) yaitu sebanyak 6,30 akar,
sedangkan jumlah akar yang tersedikit diperoleh pada perlakuan G2 (200 mg/l)
Panjang akar
Data hasil pengamatan panjang akar dapat dilihat pada Lampiran 11 dan
analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 12. Dari hasil analisis sidik
ragam dapat dilihat bahwa perlakuan skarifikasi dan GA3 serta interaksi antar
kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar.
Data rataan panjang akar tanaman aren pada perlakuan skarifikasi dan
GA3 dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Panjang akar tanaman aren pada perlakuan skarifikasi dan GA3.
Konsentrasi
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa pada perlakuan skarifikasi, panjang akar
terpanjang diperoleh pada perlakuan S1 (ujung) yaitu sebesar 17,02 cm, dan yang
terpendek diperoleh pada perlakuan S3 (punggung) yaitu sebesar 14,79 cm.
Dari Tabel 6 juga dapat dilihat bahwa pada perlakuan GA3, panjang akar
terpanjang diperoleh pada perlakuan G1 (100 mg/l) yaitu sebesar 16,42 cm,
sedangkan panjang akar yang terpendek diperoleh pada perlakuan G3 (300 mg/l)
yaitu sebesar 14,32 cm.
Panjang axis embrio
sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan skarifikasi dan GA3 serta interaksi
antar kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap panjang axis embrio.
Data rataan panjang axis embrio tanaman aren pada perlakuan skarifikasi
dan GA3 dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Panjang axis embrio tanaman aren pada perlakuan skarifikasi dan GA3.
Konsentrasi
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa pada perlakuan skarifikasi, panjang axis
embrio terpanjang diperoleh pada perlakuan S4 (perut) yaitu sebesar 8,14 cm, dan
yang terpendek diperoleh pada perlakuan S2 (pangkal) yaitu sebesar 6,50 cm.
Dari Tabel 7 juga dapat dilihat bahwa pada perlakuan GA3, panjang axis
embrio terpanjang diperoleh pada perlakuan G3 (300 mg/l) yaitu sebesar 7,46 cm,
sedangkan panjang axis yang terpendek diperoleh pada perlakuan G1 (100 mg/l)
yaitu sebesar 6,89 cm.
Diameter kecambah
Data hasil pengamatan diameter kecambah dapat dilihat pada Lampiran 15
dan analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 16. Dari hasil analisis
sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan skarifikasi dan GA3 serta interaksi
Data rataan diameter kecambah tanaman aren pada perlakuan skarifikasi
dan GA3 dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Diameter kecambah tanaman aren pada perlakuan skarifikasi dan GA3.
Konsentrasi
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa pada perlakuan skarifikasi, diameter
kecambah terbesar diperoleh pada perlakuan S4 (perut) yaitu sebesar 0,48 cm, dan
yang terpendek diperoleh pada perlakuan S2 (pangkal) yaitu sebesar 0,40 cm.
Dari Tabel 8 juga dapat dilihat bahwa pada perlakuan GA3, diameter
kecambah terbesar diperoleh pada perlakuan G3 (300 mg/l) yaitu sebesar 0,45 cm,
sedangkan diameter bibit terkecil diperoleh pada perlakuan G2 (200 mg/l) yaitu
sebesar 0,41 cm.
Pembahasan
Pengaruh berbagai skarifikasi benih terhadap perkecambahan benih aren
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan skarifikasi tidak
berpengaruh nyata terhadap semua parameter. Akan tetapi dari tabel rataan
parameter selain parameter keccepatan berkecambah dapat dilihat bahwa
perlakuan skarifikasi bagian perut biji (S4) menunjukkan hasil yang lebih tinggi
menjelaskan bahwa perlakuan skarifikasi saja belum dapat memperpendek masa
dormansi biji aren.
Dari hasil penelitiannya Saleh (2003) melaporkan bahwa pada dasarnya
dormansi biji aren dapat diperpendek dengan berbagai perlakuan, baik secara
fisik, kimia dan biologi. Perlakuan fisik saja belum menunjukkan hasil yang
memuaskan baik jumlah benih yang berkecambah maupun waktu yang
dipergunakan untuk berkecambah. Dari pernyataan tersebut jelas bahwa perlakuan
skarifikasi saja tidak berpengaruh nyata dalam mempersingkat masa dormansi biji
aren. Oleh karena itu, perlakuan fisik seperti skarifikasi perlu di padukan dengan
perlakuan yang lain seperti kimia dan biologi.
Pengaruh konsentrasi asam giberelat (GA3) terhadap perkecambahan benih aren
Data dari hasil analisis secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan
GA3 tidak berpengaruh secara nyata terhadap seluruh parameter yang diamati.
Namun dari tabel rataan diketahui bahwa pemberian asam giberelat dengan
konsentrasi 300 g/ml (G3) menunjukkan hasil yang lebih tinggi diikuti dengan
pemberian asam giberalat dengan konsentrasi 100 g/ml (G1) dan pemberian
asam giberelat dengan konsentrasi 200 g/ml. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel
rataan daya kecambah (Tabel 2), kecambah normal (Tabel 3), jumlah akar
(Tabel 5), panjang axis embrio (Tabel 7), dan diameter bibit (Tabel 8). Hal ini
diduga karena pemberian Giberelin terhadap bibit aren belum dapat memberikan
efek yang dapat meningkatkan vegetatif benih aren mulai dari masa berkecambah
hingga masa vegetatif aktif. Menurut pendapat Wilkins (1992), efek-efek dari
organ dan dari tanaman ke tanaman. Hal ini tidak diharapkan karena pertumbuhan
itu sendiri adalah sebuah fenomena yang kompleks. Misalnya organ-organ
tanaman berbeda menurut lokasi pertumbuhan dan menurut cara dimana
pertumbuhan itu terjadi. Lebih lanjut lagi, karena pertumbuhan dapat terjadi
dengan lebih dari satu cara, apa yang mungkin tampak sebagai perubahan identik
dalam pertumbuhan keseluruhan dari sebuah organ bisa mengakibatkan cara-cara
yang seluruhnya berbeda.
Interaksi berbagai skarifikasi benih dan konsentrasi Asam Giberelat (GA3) terhadap perkecambahan aren
Hasil analisa secara statistik menunjukkan bahwa interaksi skarifikasi biji
dan konsentrasi asam giberelat (GA3) terhadap seluruh parameter berpengaruh
tidak nyata. Kombinasi perlakuan terbaik pada parameter daya kecambah
(Tabel 3), kecambah normal (Tabel 5), panjang kecambah (Tabel 7), jumlah akar
(Tabel 9), panjang axis embrio (Tabel 13) dan diameter kecambah (Tabel 15)
terdapat pada perlakuan S4G3 yaitu skarifikasi pada bagian perut dengan
pemberian GA3 sebanyak 300 g/ml. Sedangkan pada parameter kecepatan
berkecambah (Tabel 1), perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan S2G2 yaitu
skarifikasi pada bagian pangkal ditambah GA3 sebanyak 200 g/ml, sedangkan
untuk parameter panjang akar Tabel 11) terdapat pada perlakuan S1G2, yaitu
skarifikasi pada bagian ujung dengan pemberian GA3 sebanyak 200 g/ml.
Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya daya kecambah yang baik maka
diikuti oleh jumlah kecambah normal, panjang kecambah, jumlah akar, panjang
dengan baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartasapoetra (2003) yang
menyatakan bahwa giberelin (GA) dapat digunakan untuk memulihkan kembali
vigor benih yang telah menurun.
Skarifikasi dan konsentrasi GA3 tidak memberikan interaksi yang nyata
pada seluruh parameter ini menunjukkan bahwa kerja skarifikasi dan konsentrasi
GA3 tidak terkait satu sama lain. Skarifikasi membantu mempercepat masuknya
air dan oksigen ke dalam biji, sedangkan giberelin sendiri dapat menghasilkan
efek yang berbeda-beda hal ini sesuai dengan pernyataan Wilkins (1992) yang
menyatakan bahwa efek-efek dari giberelin terhadap pertumbuhan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Perlakuan skarifikasi tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap
perkecambahan benih aren, namun dari hasil penelitian perlakuan
skarifikasi bagian perut lebih baik dibanding dengan perlakuan
skarifikasi yang lain.
2. Pemberian asam giberelat tidak berpengaruh nyata terhadap seluruh
parameter perkecambahan benih aren, namun hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian asam giberelat dengan konsentrasi 300
mg/l air lebih baik dibanding pemberian asam giberelat dengan
konsentrasi 100 mg/l air dan 200 mg/l air.
3. Tidak ada interaksi perlakuan skarifikasi dan pemberian asam giberelat
terhadap perkecambahan benih aren.
Saran
Sebaiknya digunakan benih aren dengan tingkat kematangan fisiologis
yang seragam, sehingga diperoleh hasil yang lebih baik dari penelitian dan
skarifkasi bagian perut benih merupakan perlakuan skarifikasi yang lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
Chairun Nisa, T. 1994. Developmental and Germination Studies of The Sugar Palm (Arenga pinnata, Merr.). Dissertation Submitted in Fulfilment of The Requirements for The Degree of Doctorof Philosophy in The Faculty of Agriculture, Universiti Pertanian Malaysia.
Gardner,F,P; Pearce, R.B and Mitchell, R.L. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI Press. Jakarta. Hal: 308.
Harjadi S.S.M.M. 1991.Pengantar Agronomi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.Hal 151.
Hartmann, H.T., D.E. Kester, F.T. Davies, and R.L. Geneve. 2002. Plant Propagation Principles and Practices. 6th ed. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey. Pages 198-199.
Saleh, M. S. 2003. Pematahan Dormansi Benih Aren Secara Fisik Pada Berbagai Lama Ekstraksi Buah http://mybioma.wordpress.com/2008/06/04/bioremedias, Agrosains 6(2): 79-83, 2004
http://arenindonesia.wordpress.com/pembibitan-aren/diakses 21 Juli 2010.
Sunanto, H.1993.Aren, Budidaya dan Multigunanya. Kanisius, Yogyakarta.
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Edisi Revisi Fakultas Pertanian UNBRAW. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hal 25-27.
Utomo, B., 2006. Karya Ilmiah Ekologi Benih. Fakultas Pertanian. e-USU Repository.
Bewley, D.J and Black, M. 1986. Seeds Physiology of Development and Germination. Second Printing. Plenum Press. New York. Pages 136-139.
Kamil.J.1979.Teknologi Benih.Angkasa Raya, Padang. Hal 111.
Kartaspoetra. A.G. 2003. Teknologi Benih Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum. Rineka Cipta. Jakarta. Hal 92-93.
Mayer, A.M and A. Poljakoff-Mayber., 1975. the Germination of Seeds. Second Edition. Volume 5. Pergamon Press Ltd. USA. Pages 48-50.
Wattimena G.A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. IPB Press, Bogor.
Lampiran 1. Data kecepatan berkecambah (hari)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 2. Sidik ragam kecepatan berkecambah
Lampiran 3. Data daya berkecambah (%)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 4. Sidik ragam daya berkecambah
Lampiran 5. Data kecambah normal
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 6. Sidik ragam kecambah normal
Lampiran 7. Data panjang kecambah (cm)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 8. Sidik ragam panjang kecambah
Lampiran 9. Data jumlah akar
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 10. Sidik ragam jumlah akar
Lampiran 11. Data panjang akar (cm)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 12. Sidik ragam panjang akar
Lampiran 13. Data panjang axis embrio (cm)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 14. Sidik ragam panjang axis embrio
Lampiran 15. Data diameter kecambah (cm)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 16. Sidik ragam diameter batang
Lampiran 17. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No Kegiatan Hari
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 …….90
1 Pembuatan Bak Perkecambahan X
2 Persiapan Media Tanam X
3 Seleksi Bibit X
4 Persiapan Benih X
5 Skarifikasi Benih X
6 Perendaman Biji X
7 Penanaman X
8 Pemeliharaan
Penyiraman Disesuaikan dengan kondisi di lapangan
Penyiangan Disesuaikan dengan kondisi di lapangan
9 Pengamatan Parameter
Kecepatan Berkecambah X X X X X X X X X X
Daya Berkecambah X
Kecambah Normal X
Kekuatan Tumbuh X
Panjang Kecambah X
Jumlah Akar X
Lampiran Foto Lahan.