• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Store Environment Terhadap Minat Pembelian Ulang Konsumen Metro Supermarket Medan Plaza.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Store Environment Terhadap Minat Pembelian Ulang Konsumen Metro Supermarket Medan Plaza."

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PROGRAM STRATA-1

MEDAN

PENGARUH STORE ENVIRONMENT TERHADAP MINAT

PEMBELIAN ULANG PADA KONSUMEN METRO

SUPERMARKET MEDAN PLAZA

SKRIPSI OLEH

FENNY K MARPAUNG 070502187

DEPARTEMEN MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

(2)

ABSTRAK

Fenny K. Marpaung, (2011). Pengaruh Store Environment Terhadap Minat Pembelian Ulang Konsumen Metro Supermarket Medan Plaza. Dibimbing oleh Dr. Beby Karina Fawzeea, SE, MM, Dr. Endang Sulistya Rini SE, MSi sebagai Ketua Departemen Manajemen, Dra. Ulfah, MSi sebagai dosen penguji I, dan Dr.Yeni Absah, SE, MSi. sebagai dosen penguji II.

Minat pembelian ulang didefenisikan sebagai pernyataan tentang keinginan konsumen untuk melakukan pembelian kembali di Metro Supermarket, Medan Plaza. Perusahaan harus mempelajari keinginan, persepsi, preferensi, dan perilaku belanja konsumen sasaran mereka guna menerapkan strstegi yang tepat guna menumbuhkan minat pembelian ulang terhadap perusahaan ritel mereka. Lingkungan toko (Store environment) mampu mempengaruhi perilaku membeli konsumen. Pada umumnya perusahaan ritel menerapkann lingkungan toko yang baik agar para konsumen tertarik untuk mengunjungi dan berbelanja kembali di perusahaan ritel tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Store Environment Terhadap Minat Pembelian Ulang Konsumen Metro Supermarket Medan Plaza dan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh paling dominan terhadap Minat Pembelian Ulang Konsumen Metro Supermarket Medan Plaza. Pengambilan sampel dengan metode purposive sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsumen yang melakukan pembelanjaan lebih dari dua kali di Metro Supermarket Medan Plaza dan telah berusia antara 16-45 tahun. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik yang terdiri dari analisis regresi linear berganda, pengujian signifikan simultan, dan pengujian signifikan parsial, dan pengujian koefisien determinasi.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel independen store image, store atmosphere, dan store theatric memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap minat pembelian ulang konsumen pada Metro Supermarket Medan Plaza. Faktor store theatric merupakan variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi minat pembelian ulang pada Metro Supermarket Medan Plaza.

Kata kunci: Faktor Store Image, Store Atmosphere, dan Store Theatric, Minat

(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji, hormat dan syukur hanya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,

yang hanya oleh atas kasih dan anugerah-Nya telah memperkenankan penulis

dapat menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Ekonomi, hingga akhirnya

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.untuk menyelesaikan dan

mempersembahkan skripsi ini. Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah

satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Manajemen Departemen Manajemen

pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis telah mendapat dukungan dan motivasi, saran, serta, doa, dari

beberapa pihak selama menjalani perkuliahan dan selama menyelesakan

penyusunan skripsi ini. Adapun pada kesempatan ini, penulis hendak

menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini SE, MSi selaku Ketua Departemen

Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Marhayanie SE, MSi selaku Sekretaris Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

4. Ibu Dr. Beby Karina F. SE, MM selaku Dosen Pembimbing yang telah

bersedia membimbing, mengarahkan, dan memberikan masukan kepada

penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Dra.Ulfah, M.Si selaku dosen penguji I saya.

(4)

7. Drs. Chairuddin Nasution selaku dosen wali dan pembimbing akademik

8. Drs. Togu Pasaribu selaku Kepala Personalia PT Metro Makmur

Nusantara Medan Plaza, yang telah banyak memberikan bantuan dan

informasi selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staf pegawai Fakultas Ekonomi yang

telah banyak membantu dan membimbing penulis selama masa

perkuliahan.

10.Teristimewa orangtua tercinta, Bapak Ir.Annel Girsang dan Mama Nella

Samosir,S.Pd, Opung Gian serta saudara-saudara tersayang (Ka Ika,

Abang Hardi, Ka Imelda, Ka Mona, Adik Icha), saudara ipar (Bang

Hendra, Eda Martha, Bang Indra, Bang Sonder) yang senantiasa memberi

kasih sayang, semangat, dan doa bagi penulis. Skripsi ini penulis

persembahkan untuk bapak dan mama.

11. Sahabat-sahabat terbaik, Iin ‘Dya’, Junita ‘Juntek’, Monica ‘Momon’,

Ayu ‘Joelin’, anggota PMI yang mengasih hari-hari penulis selama masa

perkuliahan dengan canda-tawa, suka dan duka. Terimakasih sobatku.

12.Teman sekosku, Ka Erna, Ka Ruth, Ka Finolia. Terima kasih buat bantuan

dan dukungan yang selalu penulis rasakan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, banyak

(5)

bagi seluruh pihak, dan penulis juga mengharapkan sumbangsih saran dan kritik

yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Terimakasih

Medan, Januari 2011

Penulis,

(6)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

(7)

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

A.Gambaran Umum Perusahaan... 48

B.Visi dan Misi Perusahaan ... 48

C.Modal Perusahaan dan Susunan Direksi ... 49

D.Event Metro Supermarket ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Uji Validitas dan Reliabilitas ... 53

1.Uji Validitas ... 53

2.Uji Reliabilitas ... 55

B. Analisis Deskriptif ... 56

1.Deskriptif Responden ... 57

2.Deskriptif Variabel ... 59

C. Uji Asumsi Klasik ... 63

1. Normalitas ... 63

D. Analisis Statistik ... 65

E. Uji Hipotesis ... 67

1. Uji Simultan (Uji F) ... 67

2. Uji Parsial(Uji t) ... 69

3. Koefisien Determinan ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 72

B. Saran ... 73

(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ... 8

Gambar 2.1 Jalur Distibusi Barang Pada Usaha Eceran ... 23

Gambar 2.2 Roda analisis Konsumen ... 37

Gambar 2.3 Pola Perilaku Konsumen Pada Usaha Ritel ... 41

Gambar 2.4 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian ... 44

(9)

\\\

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Kondisi Pasar Ritel Modern Indonesia 2007-2008 ... 4

Tabel 1.2 Definisi Operasional Variabel ... 11

Tabel 1.3 Jumlah Konsumen Supermarket Medan Plaza ... 13

Tabel 4.1 Item Total Statistics Validitas ... 54

Tabel 4.2 Validitas Instrumen ... 55

Tabel 4.3 Statistics Reliability ... 56

Tabel 4.4 Karakteristik Berdasarkan Usia ... 57

Tabel 4.5 Karakteristik Berdasarkan Gender ... 57

Tabel 4.6 Karakteristik Berdasarkan Kuantitas Kunjungan ... 58

Tabel 4.7 Karakteristik Berdasarkan Alasan Kunjungan ... 58

Tabel 4.8 Distribusi Penilaian Responden Terhadap Store Image ... 59

Tabel 4.9 Distribusi Penilaian Responden Terhadap Store Atmosphere ... 61

Tabel 4.10 Distribusi Penilaian Responden Terhadap Store Theatric ... 59

Tabel 4.11 Distribusi Penilaian Responden Terhadap Minat Beli Ulang ... 62

Tabel 4.12 Pendekatan Normalitas Kolmogorov-Smirnov ... 63

Tabel 4.13 Variables Entered/Removed ... 59

Tabel 4.14 Analisis Regresi Linear Berganda ... 66

Tabel 4.15 Hasil Uji F ... 68

Tabel 4.16 Hasil Uji t ... 70

(10)

ABSTRAK

Fenny K. Marpaung, (2011). Pengaruh Store Environment Terhadap Minat Pembelian Ulang Konsumen Metro Supermarket Medan Plaza. Dibimbing oleh Dr. Beby Karina Fawzeea, SE, MM, Dr. Endang Sulistya Rini SE, MSi sebagai Ketua Departemen Manajemen, Dra. Ulfah, MSi sebagai dosen penguji I, dan Dr.Yeni Absah, SE, MSi. sebagai dosen penguji II.

Minat pembelian ulang didefenisikan sebagai pernyataan tentang keinginan konsumen untuk melakukan pembelian kembali di Metro Supermarket, Medan Plaza. Perusahaan harus mempelajari keinginan, persepsi, preferensi, dan perilaku belanja konsumen sasaran mereka guna menerapkan strstegi yang tepat guna menumbuhkan minat pembelian ulang terhadap perusahaan ritel mereka. Lingkungan toko (Store environment) mampu mempengaruhi perilaku membeli konsumen. Pada umumnya perusahaan ritel menerapkann lingkungan toko yang baik agar para konsumen tertarik untuk mengunjungi dan berbelanja kembali di perusahaan ritel tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Store Environment Terhadap Minat Pembelian Ulang Konsumen Metro Supermarket Medan Plaza dan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh paling dominan terhadap Minat Pembelian Ulang Konsumen Metro Supermarket Medan Plaza. Pengambilan sampel dengan metode purposive sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsumen yang melakukan pembelanjaan lebih dari dua kali di Metro Supermarket Medan Plaza dan telah berusia antara 16-45 tahun. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik yang terdiri dari analisis regresi linear berganda, pengujian signifikan simultan, dan pengujian signifikan parsial, dan pengujian koefisien determinasi.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel independen store image, store atmosphere, dan store theatric memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap minat pembelian ulang konsumen pada Metro Supermarket Medan Plaza. Faktor store theatric merupakan variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi minat pembelian ulang pada Metro Supermarket Medan Plaza.

Kata kunci: Faktor Store Image, Store Atmosphere, dan Store Theatric, Minat

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sepuluh tahun yang lalu, konsumen masih betah berlama-lama di sebuah

toko. Berbelanja menjadi bentuk pilihan rekreasi bagi konsumen. Konsumen

meluangkan waktu untuk melihat etalase sambil mencari produk yang di-launch

dan dipajang di toko itu. Kini saat berbelanja di dalam toko konsumen berjalan

lebih cepat daripada beberapa tahun lalu. Berbelanja bukan lagi menjadi pilihan

rekreasi. Konsumen mulai mencari alternatif bentuk rekreasi yang lain. Direktur

Retailer Service The Nielsen Indonesia menyatakan adanya kecenderungan social

media menjadi bentuk rekreasi yang baru bagi konsumen Indonesia. Internet

menjadi pilihan otomatis rekreasi sehingga berbelanja membosankan dan menjadi

pekerjaan rutin.(Aruman,”Ketika Berbelanja Bukan Lagi Rekreasi” MIX, Juli

2010, h.30).

Pelaku bisnis menyadari perubahan perilaku konsumen berbelanja. Namun

banyak perusahaan ritel yang belum melakukan adaptasi terhadap perubahan.

Pentingnya trade marketing tidak menjadi prinsipal akibat biaya trading.

Sehingga perkembangan trade marketing di indu stri consumer goods Indonesia

tidak signifikan. Perusahaan ritel hanya mengandalkan diskon yang bersifat short

term. Tidak ada yang menyentuh emosi apalagi membangun loyalty. Kepuasaan

panca indera dituntut, jadi dalam usaha ritel experience juga turut dijual.

Dalam menciptakan experience ini, lingkungan toko sebuah outlet

memberikan pengaruh yang cukup besar. Seyogyanya desain sebuah outlet itu

(12)

tengah, dan akhir. Menurut Aruman berbagai studi perilaku konsumen

menunjukkan bahwa persentase tertinggi dari seluruh pembelian di pasar

swalayan serta gerai ritel lainnya adalah tak terencana Dalam pengertian lainnya

keputusan pemilihan produk dan merek dibuat saat berada dalam toko.

Lingkungan toko seperti desain toko, layout, musik, cahaya merupakan

rangsangan yang berpengaruh pada sebuah toko. Karena keputusan pembelian

konsumen dipengaruhi oleh rangsangan yang ada di sekitarnya pemilik toko

harus dapat menciptakan rangsangan yang dapat membuat konsumen tertarik dan

betah berada di dalam toko mulai memasuki toko, mengakses produk, melakukan

pembelian, hingga meninggalkan kesan bagi konsumen untuk melakukan

pembelian kembali ke toko tersebut.

Proses pembelian dimulai ketika konsumen mengenali kebutuhan yang belum

terpenuhi. Konsumen mulai mencari informasi tentang cara memenuhi kebutuhan

tersebut meliputi produk apa yang akan memberi konsumen manfaat dan

bagaimana cara memperolehnya. Konsumen kemudian mengevaluasi berbagai

alternatif produk melalui ritel, katalog, dan internet hingga memilih salah satu

diantaranya. Pada suatu kondisi, konsumen akan mempertimbangkan ritel dan

produk yang akan dibeli, mengevaluasi, melakukan keputusan pembelian, dan

proses yang terakhir membuat keputusan pasca pembelian.

Minat pembelian ulang merupakan perilaku yang muncul sebagai respon

terhadap objek. Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen terhadap suatu produk

akan mempengaruhi perilaku selanjutnya (Kotler,2000:209). Minat pembelian

ulang menunjukkan keinginan konsumen untuk melakukan pembelian ulang.

(13)

menyatakan perilakunya pasca pembelian, yaitu dengan berminat kembali

berbelanja di toko tersebut.

Perusahaan ritel berformat supermarket lebih senang berfokus kepada

penurunan harga produk. Tetapi tidak demikian dengan perusahaan ritel

berformat hypermarket yang menyadari bahwa lingkungan toko dapat

dimanfaatkan untuk membentuk arah maupun durasi perhatian konsumen bahkan

mengekspresikan berbagai aspek mengenai toko kepada konsumen. Dengan

keunggulan lingkungan toko, maka dengan cepat perusahaan asing dapat merebut

bagian pasar (market share ) nasional.

Kehadiran berbagai perusahaan ritel berformat besar pada satu sisi sangat

menggembirakan konsumen. Ekspansi peritel asing di Indonesia seperti:

Hypermart, Giant, Carrefour sangat signifikan. Perusahaan ritel ini menawarkan

berbagai hal positif antara lain kenyamanan saat berbelanja, keamanan,

kemudahan, variasi produk yang semakin beragam, dan tentu saja harga produk

yang semakin murah sehingga dapat mempengaruhi keputusan pembelian

konsumen.

Perusahaan ritel modern lain yang mengalami perkembangan dengan

performa yang signifikan dalam kurun lima tahun terakhir adalah minimarket.

Pada tahun 2005-2008 gerai minimarket meningkat cukup tinggi yakni 16,4 %

pertahun. Ditinjau dari kedekatan lokasi dengan konsumen, supermarket kalah

bersaing dengan minimarket yang umumnya berlokasi di perumahan penduduk.

Supermarket merupakan format toko ritel yang memiliki posisi paling sulit

dalam persaingan pasar ritel modern saat ini. Daya tarik supermarket semakin

(14)

pangsa omzet supermarket mengalami penurunan terus menerus. Tabel 1.1

berikut memperlihatkan kondisi pasar ritel modern di Indonesia.

Tabel 1.1

Kondisi Pasar Ritel Modern di Indonesia 2005- 2008 Keterangan Rata-Rata

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat disimpulkan bahwa supermarket memiliki

pertumbuhan omzet dan pertumbuhan gerai paling rendah di tahun 2005-2008

dibanding hipermarket dan minimarket.

Keberadaan supermarket menjadi tanggung dan sulit di antara kepopuleran

toko skala besar berformat hipermarket dan meluasnya minimarket. Konsumen

tidak lagi memperhatikan selisih harga produk yang tidak terlalu banyak, tapi

lebih mementingkan efisiensi waktu. Menciptakan lingkungan toko yang baik

bagi konsumen berarti memuaskan konsumen. Konsumen yang merasa puas

diharapkan akan melakukan pembelian ulang bahkan memberitahukannya kepada

yang lain.

Dinamika persaingan bisnis ritel pada saat ini mengharuskan setiap

perusahaan yang bergerak di bidang ini untuk senantiasa melakukan strategi yang

dapat merebut hati konsumen. Perusahaan dapat menerapkan strategi yang tepat

dalam menarik minat konsumen melakukan pembelian ulang. Store Environment

yang baik adalah lingkungan toko yang menghadirkan kenyamanan bagi para

pengunjungnya serta mampu merangsang mereka untuk berbelanja di toko

(15)

menyatakan bahwa 70-80% persen dari keputusan membeli dilaksanakan di

dalam toko, (Simamora,2003:164).

Medan sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia menjadi tujuan ekspansi

pengusaha ritel dari luar daerah maupun peritel asing. Kehadiran peritel baik

berformat hipermarket seperti: Carrefour, Hypermart serta minimarket Indomaret

yang melakukan ekspansi sejak pertengahan tahun 2008 membuat posisi peritel

yang berformat supermarket seperti Macan Yaohan, Gelora, Yuki, dan Suzuya

menjadi sulit dalam meraih pasar akibat perubahan tren masyarakat berbelanja.

Salah satu jaringan supermarket yang berdiri di Medan adalah Metro Pasar

Swalayan atau yang lebih dikenal dengan Metro Supermarket. PT Metro Makmur

Nusantara yang bertempat kedudukan di Medan, Jl. Iskandar Muda No. 321

Lantai III Medan Plaza didirikan untuk jangka waktu 75 tahun lamanya

berdasarkan akte No. 13 tertanggal 9 September 1982 yang dibuat di hadapan

Lina Herawati SH selaku Notaris di Medan. Perusahaan ini bergerak di bidang

supermarket.

Sejak berdirinya sampai sekarang PT Metro Makmur Nusantara atau Metro

Supermarket telah berkembang dan membuka cabang di daerah lain di Sumatera

antara lain Lhoksomawe (Aceh) dan Pematangsiantar. Metro Supermarket adalah

salah satu perusahaan ritel yang bergerak melayani kebutuhan konsumsi

keseharian (fast moving consumers goods) seperti: perlengkapan rumah tangga,

perlengkapan sekolah dan kantor, kebutuhan bayi dan anak, makanan, minuman,

pakaian, produk kecantikan, dan sebagainya.

Sebagai perusahaan ritel, tentunya Metro Supermarket memiliki preferensi

(16)

Supermarket yang strategis yaitu di salah satu plaza yang telah lama dikenal

masyarakat yaitu Medan Plaza, serta dapat diakses dengan kendaraan pribadi dan

kendaraan umum memungkinkan masyarakat mudah untuk menjangkaunya.

Metro Supermarket juga berupaya menerapkan lingkungan toko yang baik guna

menarik minat konsumen untuk melakukan pembelian ulang. Lingkungan dalam

toko Metro Supermarket cukup bersih dengan tata cahaya yang diupayakan

menarik perhatian pengunjung, pengaturan barang dibuat berkelompok (free

flow). Konsumen yang melakukan pembelanjaan di Metro didominasi wanita

baik ibu rumah tangga maupun mahasiswi.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk membahas lebih lanjut

tentang usaha eceran terutama dari aspek lingkungan toko dan menuangkannya

dalam bentuk skripsi dengan judul : “Pengaruh Store Environment Terhadap

Minat Pembelian Ulang Konsumen Metro Supermarket Medan Plaza”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, maka perumusan

masalah adalah sebagai berikut : “Bagaimana pengaruh store environment

terhadap minat pembelian ulang konsumen Metro Supermarket Medan Plaza,

Medan”

C. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan sintesa tentang hubungan dari beberapa

variabel yang diteliti yang disusun dari beberapa teori yang dideskripsikan.

(17)

Menurut model perilaku pembeli (Kotler,2003:202), proses pengambilan

keputusan konsumen dipengaruhi oleh rangsangan pemasaran dan lingkungan

yang masuk ke kesadaran pembeli. Perusahaan ritel berupaya mempengaruhi

konsumen dengan rangsangan dalam toko agar konsumen datang dan mau

membeli kembali di toko tersebut dalam upaya mempertahankan pelanggan.

Lingkungan toko (Store environment) mampu mempengaruhi perilaku

membeli konsumen. Citra toko (Store image) terdiri atas kesan terhadap eksterior

dan interior toko. Atmosfer toko (Store atmospherics) dapat dilihat dari atribut

yang dapat menarik ke lima indera manusia, yaitu penglihatan (sight appeal),

pendengaran (sound appeal), penciuman (scent appeal), peraba dan perasa (touch

appeal). Pertunjukkan toko (Store theatrics) dapat dibagi menjadi dua bagian,

yaitu tema dekorasi toko (decor themes) dan peristiwa yang special (store event)

(Lewinson dalam Umar, 2003:60).

Dua variabel mental yang biasanya menjadi perhatian manajemen ritel ialah

citra toko dan atmosfer toko. Keduanya berkaitan terhadap kognisi dan sikap

konsumen (uyungs.wordpress.com). Menurut Sunarto (2007:92) pemilihan musik

sebagai elemen atmosfer toko harus disesuaikan dengan event tertentu yang

sedang berlangsung di toko tersebut. Selanjutnya Sunarto menyatakan bahwa

pertunjukkan toko yang diselenggarakan oleh ritel akan menggugah keinginan

konsumen untuk datang berbelanja dan melakukan pembelian ulang.

Dari uraian di atas, pengaruh lingkungan toko dengan minat pembelian ulang

dapat digambarkan secara singkat yaitu lingkungan toko mampu mempengaruhi

perilaku membeli konsumen. Bila teknik menata lingkungan toko menarik bagi

(18)

dalam toko. Kepuasan pelanggan dapat mendorong minat pelanggan melakukan

pembelian ulang pada suatu toko.

Berdasarkan teori pendukung dan perumusan masalah yang dikemukakan,

berikut disajikan kerangka konseptual yang berfungsi sebagai penuntun, sekaligus

mencerminkan alur berpikir yang merupakan dasar dari perumusan hipotesis.

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Citra Toko(Store Image) (X1)

Desain Arsitektur Tata Letak Ruang Toko Ukuran Ruang Toko

Sumber : Lewinson dalam Umar (2003:60), (diolah)

D. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan maka hipotesis

penelitian ini adalah :

(19)

Terdapat pengaruh store environment terhadap minat pembelian ulang konsumen Metro Supermarket Medan Plaza.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan dan menganalisis

seberapa besar pengaruh store environment terhadap minat pembelian ulang

konsumen yang terjadi pada Metro Supermarket Medan Plaza.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Perusahaan

Memberikan informasi tambahan dan menjadi bahan pertimbangan

perusahaan dan pihak yang berkepentingan dalam perusahaan untuk

menetapkan kebijakan baru perusahaan tentang konsep lingkungan toko.

b. Bagi Peneliti

Menambah pemahaman tentang konsep lingkungan toko serta kaitannya

dengan minat pembelian ulang konsumen

c. Bagi Peneliti Lanjutan

Memberikan sumbangan pemikiran atau referensi bagi pihak yang

berminat melakukan penelitian lebih lanjut di masa yang akan datang.

F. Metode Penelitian

1. Batasan Operasional Variabel

Pembatasan penelitian yang sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan

(20)

diperlukan untuk menghindari kesimpangsiuran dalam membahas dan

menganalisa permasalahan.

Penelitian yang dilakukan peneliti terbatas pada faktor-faktor sebagai

berikut:

a. Variabel Independent (X) terdiri atas citra toko (X1), atmosfer toko (X2),

dan pertunjukkan toko (X3

b. Variabel Dependent (Y) adalah minat pembelian ulang . )

Penelitian yang dilakukan peneliti juga terbatas pada Metro Supermarket

Medan Plaza.

2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional yang terdapat dalam tulisan ini adalah:

a. Variabel Independent

1. Variabel X1

Citra toko adalah gambaran apa yang dilihat dan dirasakan oleh konsumen

terhadap toko tertentu. Citra konsumen terhadap sebuah toko terdiri atas kesan

interior dan eksteriornya. (Citra toko)

2.Variabel X2

Atmosfer toko adalah keseluruhan efek emosional yang diciptakan oleh

atribut fisik toko. Atmosfer toko yang menyenangkan hendaknya dapat dilihat

dari atribut yang dapat menarik ke lima indera manusia, yaitu penglihatan,

pendengaran, penciuman, peraba, dan perasa. Untuk menciptakan atmosfer

toko yang merangsang pembelian, sebuah retailer harus mampu

(21)

3.Variabel X3

Pertunjukkan toko merupakan ekspresi toko baik melalui dekorasi maupun

peristiwa spesial untuk menarik pembeli potensial. (Pertunjukkan toko)

b.Variabel Dependen (Y)

Minat pembelian ulang didefenisikan sebagai pernyataan tentang

keinginan konsumen untuk melakukan pembelian kembali di Metro

Supermarket, Medan Plaza.

Tabel 1.2 Operasional Variabel Variabel Definisi Variabel Indikator

Variabel

Skala Ukur

Citra Toko (X1 Gambaran apa yang

(22)

Lanjutan

Tabel 1.2

Operasional Variabel Variabel Definisi Variabel Indikator

Variabel

Sumber : Lewinson dalam Umar (2003:60), (diolah)

3. Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah skala

likert, “ Skala Likert sebagai alat untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekempok orang tentang kejadian atau gejala sosial (Sugiyono,

2005:86) .Untuk keperluan analisis maka pengukuran dengan skala Likert ini

dilakukan dengan pembagian:

a. Nilai 1 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju (STS)

b. Nilai 2 untuk jawaban Tidak Setuju (TS)

c. Nilai 3 untuk jawaban Kurang Setuju (KS)

d. Nilai 4 untuk jawaban Setuju (S)

(23)

4. Tempat dan waktu penelitian

Peneliti melakukan penelitian pada Metro Supermarket Medan Plaza.

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2010 sampai dengan Januari 2010.

5. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005:73). Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang pernah melakukan pembelian

atau konsumen yang pernah melakukan pembelian di Supermarket Metro

Supermarket Medan Plaza yang jumlahnya tidak diketahui karena tidak ada data

stastistik pendukung.

b. Sampel

Menurut Supramono dan Haryanto (2003:63) alternatif formula yang dapat

digunakan untuk menentukan sampel pada populasi yang sulit diketahui adalah

sebagai berikut:

n =

(Z2

d

α) (p)(q)

2

dimana :

n = jumlah sampel minimal

Zα = Z tabel dengan tingkat signifikansi tertentu

p = Estimator proporsi populasi

q =(1-P)

(24)

Untuk memperoleh n (jumlah sampel) yang besar dan nilai p belum diketahui,

maka dapat digunakan p = 0,5. Dengan demikian, jumlah sampel yang mewakili

populasi dalam penelitian ini adalah:

n

=

(Z2

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu

teknik penentuan sampel dengan pertimbangan karakter dan ciri yang ditentukan

terlebih dahulu untuk membatasi sampel.Adapun karakter yang ditentukan adalah

pengunjung yang pernah dan sedang melakukan pembelian minimal telah 2 kali

berbelanja dan telah berusia 16-45 tahun.

6. Jenis Data

Data yang digunakan sebagai informasi untuk melakukan analisis dan evaluasi

adalah:

a. Data Primer

Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden terpilih

pada lokasi penelitian. Data primer diperoleh dengan cara memberikan

daftar pertanyaan (questionnaire).

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil publikasi media massa

dan berbagai tulisan yang diperoleh berkenaan dengan Metro Supermarket

Medan Plaza baik melalui buku, majalah, surat kabar, literatur, website

(25)

7. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tiga cara, yaitu:

a. Pengamatan

Pengamatan dilakukan secara langsung pada obyek yang diteliti yaitu pada

bangunan fisik dan lingkungan toko Metro Supermarket.

b. Kuesioner

Teknik ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan melalui daftar

pertanyaan yang diisi oleh konsumen Metro Supermarket Medan Plaza.

c. Studi Dokumentasi

Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara meninjau, membaca,

dan mempelajari berbagai macam buku maupun artikel yang berhubungan

dengan masalah yang diteliti.

8. Uji Validitas dan Reliabilitas

Dalam penelitian ini, data diuji melalui beberapa tahapan, yaitu :

a.Uji Validitas, dilakukan sebelum instrumen digunakan dalam penelitian.

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data

(mengukur) itu valid (Sugiyono, 2005:109). Pengujian validitas menggunakan

pendekatan koefisien korelasi yaitu dengan cara mengkorelasikan antara skor

butir pertanyaan dengan skor totalnya. Valid bermakna data yang diperoleh

melalui kuesioner dapat menjawab tujuan penelitian.

Pengujian validitas dilakukan terhadap 30 konsumen Metro Supermarket

Medan Plaza, di luar sampel, dengan menggunakan Statistic Product and Service

(26)

i.Jika rhitung > rtabel

ii.Jika r

, maka pernyataan tersebut dinyatakan valid

hitung < rtabel

b.Uji Reliabilitas, dilakukan untuk melihat kereliabelan instrumen.

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali

untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama. Pengujian

dilakukan dengan program Statistic Product and Service Solution (SPSS) 16.00

dengan kriteria sebagai berikut:

, maka pernyataan tersebut dinyatakan tidak valid.

i. Jika ralpha positif atau > rtabel

ii. Jika r

maka pernyataan reliabel

alpha negatif atau < rtabel

9. Uji Asumsi Klasik

, maka pernyataan tidak reliabel.

Dalam penggunaan model analisis regresi linier berganda, agar dihasilkan

Fast Linier Unbiased Estimator (BLUE) harus dilakukan evaluasi ekonometri.

Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah penggunaan model regresi

berganda sebagai alat analisis telah memenuhi asumsi klasik. Asumsi klasik yang

digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas

a) Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah

data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan

menggunakan pendekatan Kolmogrov Smirnov. Dengan menggunakan tingkat

signifikan 5% maka jika nilai Asymp.sig. (2-tailed) diatas nilai signifikan 5%

(27)

10. Analisis Data

Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah :

a.Metode analisis deskriptif

Metode analisis deskriptif merupakan metode penganalisisan yang

dilakukan dengan cara menentukan data, mengelompokkan data dan

menginterpretasikan data sehingga dapat memberikan gambaran masalah yang

dihadapi. Data diperoleh dari data primer berupa kuesioner yang telah diisi oleh

sejumlah responden penelitian.

b.Metode analisis statistik

1) Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengadakan prediksi

nilai dari variabel terikat yaitu minat pembelian ulang konsumen Metro

Supermarket Medan Plaza (Y) dengan ikut memperhitungkan nilai-nilai variabel

bebas, yaitu citra toko (store image) (X1), suasana toko (store atmosphere )

(X2), dan pertunjukkan toko (store theatrics) (X3

Adapun model persamaan yang digunakan (Sugiyono, 2005:211), adalah:

) sehingga dapat diketahui

pengaruh positif atau negatif dari faktor-faktor citra toko, suasana toko, dan

pertunjukkan toko terhadap minat pembelian ulang konsumen pada Metro

Supermarket, Medan Plaza. Analisis regresi Linear berganda dalam penelitian

ini menggunakan bantuan aplikasi software SPSS (Statistic Product And Service

Solution) 16.00 For Windows

(28)

Y = Pembelian ulang

2) Pengujian Koefisien Determinasi (R2

Pengujian ini digunakan untuk melihat besar pengaruh besar pengaruh

variabel bebas terhadap variabel terikat. Dari persamaan dengan model tersebut

akan dapat dihitung R

)

2

Selanjutnya, dengan membandingkan besarnya nilai R

atau coefficient of determination yang menunjukkan

persentase dari variasi variabel keputusan pembelian yang mampu dijelaskan oleh

model.

2

Jika determinan (R

untuk

masing-masing variabel lingkungan dalam toko, dapat diketahui faktor terpenting atau

dominan yang menentukan pengaruhnya terhadap minat pembelian ulang.

2

) semakin besar atau mendekati satu maka variabel

bebas citra toko (store image) (X1), suasana toko (store atmosphere ) (X2), dan

pertunjukkan toko (store theatrics) (X3) terhadap variabel terikat minat pembelian

ulang (Y) semakin kuat. Jika determinan (R2) semakin kecil atau mendekati satu

(29)

(X2), dan pertunjukkan toko (store theatrics) (X3

3) Pengujian Hipotesis

) terhadap variabel terikat minat

pembelian ulang (Y) semakin kecil.

a.Uji-F (uji secara serentak)

Uji-F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang

dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap

variabel terikat.

H0 : b1 = b2 = b3 = 0, artinya secara bersama-sama tidak terdapat pengaruh yang

signifikan dari variabel bebas (X1, X2,X3

H

) yaitu berupa citra toko (store image) ,

suasana toko (store atmosphere ), dan pertunjukkan toko (store theatrics),

terhadap minat pembelian ulang konsumen(Y).

a : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0, artinya secara bersama-sama terdapat pengaruh yang

signifikan dari variabel bebas (X1, X2,X3

Kriteria Pengambilan Keputusan :

) yaitu berupa citra toko (store image)

suasana toko (store atmosphere ), dan pertunjukkan toko (store theatrics)

terhadap minat pembelian ulang konsumen(Y).

H0 diterima jika Fhitung < Ftabel

H

pada α = 5 %

a diterima jika Fhitung > Ftabel

b.Uji-t (uji secara parsial)

pada α = 5 %, atau nilai signifikansi < 0,05

Uji – t menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel bebas secara

individual terhadap variabel terikat.

H0 : bi = 0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan

(30)

atmosphere ) (X2), dan pertunjukkan toko (store theatrics) (X3

H

) terhadap minat

pembelian ulang konsumen(Y).

a : bi ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan

dari variabel bebas yaitu citra toko (store image) (X1), suasana toko (store

atmosphere ) (X2), dan pertunjukkan toko (store theatrics) (X3

Kriteria Pengambilan Keputusan :

) terhadap minat

pembelian ulang konsumen(Y).

H0 diterima jika t hitung < t tabel

H

pada α = 5 %

(31)

BAB II

URAIAN TEORETIS

A.Penelitian Terdahulu

Penelitian Saragih (2009) berjudul “Analisis Faktor Penyediaan Produk Eceran

Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Macan Yaohan Iskandar Muda

Medan. Variabel yang diteliti adalah store contact, store image, store atmosphere,

store theatric. Penentuan sampel dilakukan dengan accidental sampling, yaitu

teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara

kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila

dipandang orang yang kebetulan ditemui itu sesuai dengan kriteria sebagai sumber

data. Jumlah sampel yang digunakan adalah 85 orang. Hasil uji koefisien

determinasi (R2

Penelitian Ratna (2008) berjudul “Analisis Pengaruh Citra Toko Terhadap

Loyalitas Konsumen Metro Supermarket Medan Plaza.Variabel yang diteliti

adalah store image (citra toko). Penentuan sampel dilakukan dengan purposive

sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan karakter dan ciri

yang ditentukan lebih dahulu untuk membatasi sampel. Hasil uji koefisien

determinasi (R

) didapat store contact, store image, store atmosphere, store

theatric sebesar 17,76 %. Sedangkan sisanya 82,24 % dijelaskan oleh variabel lain

yang tidak terdapat dalam variabel bebas yang diteliti. Hal ini berarti

hubungannya sangat erat.

2

) didapat citra toko sebesar 15,20 %. Sedangkan sisanya 84,80 %

(32)

B. Bisnis Ritel

Pemasaran adalah kegiatan memasarkan barang secara umum kepada

masyarakat dan secara khusus kepada pembeli potensial. Kegiatan perdagangan

besar dan perdagangan eceran (ritel) sangat penting dalam penyaluran barang dan

jasa. Ada dua kemungkinan mengapa produk ditempatkan agar konsumen mudah

memperolehnya. Yang pertama adalah kepentingan produsen, yakni kepentingan

terhadap produknya agar ditempatkan pada posisi yang layak dengan maksud agar

konsumen terstimulasi untuk membelinya. Yang kedua adalah kepentingan

pengecer yang berkeinginan agar konsumen terstimulasi untuk membelinya

1. Pengertian Ritel

Perdagangan ritel atau perdagangan eceran dalam bahasa Inggris disebut

dengan perdagangan retailing merupakan kegiatan penjualan barang dan jasa

kepada konsumen akhir. Berman, et al. (2001:3) menjelaskan bahwa “Retailing

consist of the business activities involved in selling goods and services to

consumers for they personal, family or household use”. Maksudnya ritel adalah

aktivitas bisnis yang meliputi penjualan barang dan jasa kepada konsumen untuk

keperluan pribadi, keluarga, dan keperluan rumah tangga. Simamora (2003:163)

mendefinisikan usaha eceran (retailing) meliputi semua kegiatan yang

dilibbatkan dalam penjualan barang atau layanan secara langsung kepada

konsumen akhir, yang membeli kebutuhan pribadi tidak untuk dibisniskan.

Pengecer adalah setiap organisasi bisnis yamg sumber utama penjualannya berasal

dari eceran. Usaha eceran tidak hanya menjual produk di toko (store retailing)

tetapi juga di luar toko (non store retailing) tetapi juga di luar toko (nonstore

(33)

Pengelolaan bisnis eceran tidak sekedar hanya membuka toko dan

mempersiapkan barang yang lengkap, lebih dari itu, pengelolaan bisnis eceran

harus melihat dan mengikuti teknologi pemasaran agar dapat berhasil dan

mempunyai keunggulan bersaing. Sebagaimana yang dikatan Berman et al

(2001:3) : “New technologies are improving retail productivity”. Bisnis ritel

meliputi produk dan jasa kepada konsumen akhir meskipun sering ditemukan

konsumen pada bisnis ritel menjual kembali untuk mendapatkan keuntungan.

Setiap organisasi yang melakukan penjualan langsung kepada konsumen, baik

produsen, grosir, maupun pengecer berarti bertindak dalam proses usaha eceran.

Ritel adalah tahapan akhir dari prose distribusi barang dan jasa. Hal ini berbeda

dengan wholeselling (distributor) yang merupakan intermediate (perantara) dalam

proses distribusi barang dan jasa karena tidak menjual produk dan jasa kepada

konsumen akhir melainkan kepada konsumen bisnis, seperti pabrik dan pengecer.

Hali ini akan membentuk jalur distribusi antara produsen dan konsumen akhir,

seperti terlihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Jalur Distribusi Barang Dagangan Pada usaha Eceran Sumber : Utami (2006)

Secara garis besar Utami, (2006:10) membedakan eceran menjadi dua jenis

yaitu:

Konsumen Akhir Ritel

(34)

a. Eceran Toko (store retailing)

Eceran toko ditandai oleh terdapatnya tempat untuk memamerkan produk

secara tetap. Toko eceran memiliki berbagai macam bentuk dan ukuran.

1) Toko Khusus (Speciality Store)

Toko Khusus berkonsentrasi pada sejumlah kategori produk yang terbatas

dengan level layanan tinggi. Jenis toko ini lebih khusus lagi sesuai dengan barang

dagangan yang dijual

2) Departement Store

Merupakan jenis eceran yang menjual variasi produk yang luas dan berbagai

jenis produk dengan menggunakan staf seperti layannan pelanggan dan tenaga

sales counter. Pembelian biasanya dilakukan pada masing-masing bagian pada

satu arena belanja.

3) Toko Konveniens (Conveniens Store)

Toko pengecer ini memiliki variasi dan jenis produk terbatas dengan ukuran

relatif kecil dan biasanya didefinisikan sebagai pasar swalayan mini yang menjual

hanya lini terbatas dan perputaran produk yang cukup tinggi.

4) Toko Super (Super Store)

Merupakan toko pengecer dengan ukuran toko hampir dua kali luas

supermarket biasa dan menjual rangkaian produk yang luas yang terdiri dari

produk makanan dan non makanan yang secara rutin dibeli konsumen.

5) Toko Kombinasi

(35)

6) Pasar Hiper (Hypermarket)

Merupakan toko yang memiliki luas lebih dari 18.000m2

7) Toko Diskon (Discount Store)

atau lebih luas dari

toko kombinasi. Hypermarket mengkombinasikan berbagai bentuk toko pengecer

seperti: supermarket, toko diskon, dan warehouse. Toko ini menjual lebih banyak

produk yang rutin dibeli oleh konsumen seperti perlengkapan rumah tangga,

furniture, pakaian, dan lain-lain.

Jenis ritel yang menjual sebagian besar variasi produk dengan menggunakkan

layanan terbatas dan harga murah. Toko diskon menjual produk dengan label atau

merek itu sendiri.

8) Rumah Pamer Catalog

Jenis toko seperti ini menjual serangkaian luas dengan mark up yang tinggi

merek ternama pada harga diskon. Ruang pamer katalog memperoleh uang

dengan memotong biaya margin untuk menyediakan harga rendah yang akan

menarik penjualan bervolume tinggi.

b. Eceran Bukan Toko (non store retailing)

Eceran bukan toko yaitu eceran yang produknya tidak dipajang. Termasuk

dalam eceran bukan toko adalah : pemasaran melalui telepon (telemarketing),

pemasaran internet (internet marketing), penjualan langsung(direct selling),

pemasaran langsung (direct marketing), pemasaran bertingkat (multi level

marketing). Dalam eceran bukan toko, promosi penjualan, pemasaran langsung,

dan iklanlah yang berperan menarik minat calon pembeli.

(36)

1) Ritel Elektronik

Format bisnis ritel menggunakan komunikasi dengan pelanggan mengenai

produk, layanan, dan penjualan melalui internet guna mencapai cakupan

konsumen yang luas.

2) Katalog

Pemasaran melalui katalog terjadi ketika perusahaan mengirimkan satu atau

lebih katalog produk kepada penerima yang terpilih. Perusahaan mengiirimkan

informasi barang dagangan secara lengkap yaitu keseluruhan lini barang dagangan

atau dengan memilih barang dagangan yang akan menginformasikan secara

terbatas dalam bentuk katalog konsumen khusus dan katalog bisnis.

3) Penjualan Langsung

Merupakan sistem pemasaran interaktif yang menggunakan satu atau lebih

media iklan untuk menghasilkan tanggapan atau transaksi yang dapat diukur pada

suatu lokasi penjualan tersebut.

4) Television Home Shopping

Format ritel melalui televisi. Pelanggan akan melihat program TV yang

menayangkan demonstrasi produk dagangan dan menyampaikan pesan melalui

telepon.

5) Vending Machine Retaiing

Merupakan format non store yang menyimpan barang dan jasa pada suatu

mesin dan menyerahkan barang ke pelanggan dimana pelanggan memasukkan

(37)

Amir(2004:21) menyatakan ada beberapa aspek penting yang harus diukur

untuk mengetahui sampai dimana kekuatan perusahaan eceran yaitu :

1. Lokasi

2. Tata letak toko (store layout)

3. Ragam barang dagangan

4. Proses pembelian barang

5. Strategi penetapan harga

6. Karyawan anda

7. Periklanan dan promosi penjualan

8. Teknologi

9. Pelayanan yang diberikan

10.Kekuatan manajemen

11.Keuangan

Dari aspek yang dapat menjadi sumber kekuatan, paling tidak sebuah

perusahaan eceran harus menguasai satu atau beberapa aspek. Dengan demikian

perusahaan eceran tersebut akan menjadi baik dibandingkan perusahaan eceran

(38)

2. Lingkungan Toko Eceran

Suasana toko merupakan cara penampilan produk yang akan dijual oleh eceran.

Pada dasarnya, sebuah eceran mempunyai dua hal yang dapat ditawarkan kepada

konsumen, yaitu produk dan cara menampilkan produk tersebut. Cara

menampilkan produk yang ditawarkan oleh toko itu disebut sebagai lingkungan

toko (store environment). Lingkungan toko yang baik adalah lingkungan yang

dapat menghadirkan kenyamanan bagi para pengunjungnya serta mampu

menghadirkan kenyamanan bagi para pengunjungnya serta mampu merangsang

mereka untuk menghabiskan waktu dan berbelanja di toko tersebut. Ini

dikarenakan manusia selalu menggunakan keseluruhan inderanya untuk

mengidentifikasi lingkungan sekitar.

Menurut Lewinson dalam Simamora (2003:169), store environment memiliki

tiga elemen penting yang akan dijelaskan sebagai berikut :

a. Store Image

Tujuan utama setiap toko atau peritel adalah menciptakan dan

mempertahankan citra perusahaan. Jadi store image adalah gambaran apa yang

dilihat dan dirasakan oleh konsumen terhadap toko tertentu. Citra konsumen

terhadap toko terdiri atas kesan interior dan ekseterior. Citra toko mengacu pada

apa yang dipikirkan konsumen tentang toko tertentu yang mencakup persepsi dan

sikap yang didasarkan pada sensasi stimuli yang diterima melalui indera.

Store image merupakan hal penting bagi retailer untuk memenuhi kepuasaan

konsumen. Daya tarik dapat diciptakan dengan mengembangkan citra toko yang

(39)

atas toko tersebut. Dan sebagai hasilnya, beberapa toko akan menetap dalam

benak konsumen apabila ia merasa puas akan toko tersebut sementara toko yang

lain tidak akan dipertimbangkan sama sekali.

Walaupun begitu, menciptakan sebuah citra yang baik bagi konsumen adalah

tugas yang tidak mudah. Citra adalah bayangan atau gambaran yang ada di benak

konsumen karena emosi dan reaksi terhadap lingkungan sekitarnya.

Adapun citra konsumen terhadap toko terdiri atas kesan terhadap eksterior

dan interior toko.

1). External Impressions, secara eksternal, penempatan lokasi toko, desain arsitek,

tampak muka toko, penempatan logo, pintu masuk, serta etalase muka merupakan

bagian dari suatu citra toko. Pentingnya citra toko yang benar didasarkan pada

kepercayaan bahwa citra toko menolong penempatan posisi suatu retailer

dibandingkan para pesaingnya. Dalam penyampaian pesan yang tepat, masalah

yang dihadapi adalah bagaimana sebuah retailer mampu menggunakan atribut

eksternal tadi secara maksimal sehingga konsumen dapat menyerap apa yang

retailer ingin mereka lihat dan rasakan.

2). Internal Impressions, secara internal, citra sebuah toko dapat diciptakan

menurut warna toko, bentuk toko, ukuran toko, penempatan departemen,

pengaturan lalu lintas pengunjung, pengaturan tempat display, penggunaan lampu,

serta pemilihan dan perlengkapan toko. Khusus untuk memilih citra toko secara

internal ini, sebuah retailer harus memperhatikan target pasar yang dituju. Citra

toko yang ditujukan sebuah retailer belum tentu cocok untuk semua orang. Oleh

(40)

b. Store Atmosphere

Untuk menciptakan atmosfer toko yang merangsang pembelian, sebuah

retailer harus mampu membangkitkan niat atau keinginan untuk berbelanja dalam

benak konsumen. Atmosfer toko adalah keseluruhan efek emosional yang

diciptakan atribut fisik toko. Pada umumnya, setiap orang akan lebih tertarik pada

toko yang dapat menawarkan lingkungan berbelanja yang aman dan nyaman.

Menurut Levy dan Weitz (2001:576) , store atmosphere adalah rancangan dari

suatu desain lingkungan melalui komunikasi visual, pencahayaan, warna, musik,

dan penciuman untuk merangsang persepsi dan emosi dari pelanggan dan

akhirnya mempengaruhi perilaku pembelanjaan mereka.

Sedangkan Berman, et al. (2001:602) mendefinisikan store atmosphere

suasana lingkungan toko basic retailer berdasarkan karakteristik fisik yang

biasanya digunakan untuk membangun kesan dan menarik pelanggan. Tujuan

store atmosphere menurut Lamb, Hair, dan Mc. Daniel (2001:105-109) dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Penampilan eceran toko membantu menentukan citra toko, dan

memposisikan eceran toko di benak konsumen

2. Tata Letak yang efektif tidak hanya akan menjamin kenyamanan dan

kemudahan melainkan juga mempunyai pengaruh yang besar pada

pola lalu lintas pelanggan dan perilaku belanja.

Atmosfer toko berusaha menggugah keadaan emosional dalam toko yang

mungkin tidak disadari sepenuhnya oleh konsumen saat belanja. Keadaan

emosional ini sulit dilukiskan konsumen, namun yang pasti melekat agak lama

dan mempengaruhi emosi konsumen, yang selanjutnya mengarah kepada perilaku

(41)

atribut yang dapat menarik kelima panca indera manusia, yaitu penglihatan,

pendengaran, penciuman, dan perasa.

1) Sight Appeal, Indra penglihatan adalah indra manusia yang memberikan

informasi lebih banyak dibandingkan indra lainnya, maka sebuah retailer harus

mempertimbangkan indra ini sebagai bagian yang terpenting untuk menarik

perhatian konsumen. Sight appeal dapat dilihat sebagai suatu proses yang

menyebarkan stimuli yang dapat menimbulkan hubungan visual dengan apa yang

dilihat. Ukuran, bentuk,dan warna adalah tiga stimuli visual yang utama, yang

dapat digunakan retailer untuk menarik perhatian konsumennya.

2) Sound Appeal, Suara dapat menjadikan atmosfir suatu toko menjadi lebih

meriah, retailer dapat mempergunakan hal ini sebagai pencipta suasana toko yang

diinginkan oleh retailer (misal:suasana meriah) atau mengingatkan konsumen

akan acara special yang berlangsung di dalam toko (misal: lebaran, natal,imlek).

Musik yang ditampilkan harus sesuai dengan citra toko. Tipe dan volume musik

pun harus disesuaikan dengan citra yang ingin ditampilkan dengan target pasar

yang dituju. Misal:butik Guess menggunakan musik ‘house’ dengan volume keras

karena target pasarnya adalah kaula muda.

Yang terakhir suara dapat dipergunakan sebagai pemberi informasi tentang

produk , toko, dan operasional toko tersebut sehingga dapat menciptakan suasana

nyaman dan menyenangkan. Secara berkala, retailer harus memberikan informasi

kepada konsumen kemana mereka harus beranja, bagaiman cara menuju arah

(42)

3) Scent Appeal, Tujuan dari scent appeal adalah untuk menghindari bau yang

tidak sedap dan menciptakan bau yang menyenangkan bagi konsumen sehingga

mereka nyaman dalam berbelanja.

Ruangan yang harum merupakan kunci dalam merangsang konsumen untuk

berbelanja dan menghabiskan waktunya dalam toko. Toko harus mempunyai

aroma sesuai dengan produk yang ditawarkan, misalnya: apotik harus beraroma

antiseptic yang mencerminkan kebersihan. Cara lain untuk menciptakan aroma

yang menyenangkan adalah dengan memakai pewangi ruangan seperti

aromatherapy.

4) Touch Appeal, bagaimana konsumen melakukan inspeksi terhadap produk

yang dilihat seperti memegang, meremas, ataupun memeluknya. Pada umumnya

prasyarat konsumen melakukan pembelian adalah mereka harus melihat produk

yang mereka beli walaupun produk tersebut tidak dikeluarkan dari kemasannya.

Oleh karena itu tata ruang, pengaturan lampu, pangaturan rak harus

memungkinkan konsumen unntuk melakukan inspeksi pribadi terhadap produk

yang dituju.

c. Store Theatrics

Retailing bukan hanya sekedar menjual produk tetapi lebih merupakan suatu

pameran atau pagelaran. Dalam hal ini, usaha retail mampu melihat setiap

kesempatan untuk menarik perhatian pengunjung. Store theatrics dapat menjadi

senjata ampuh bagi kebanyakan retailer untuk mendapatkan competitive

advantage yang mampu membedakan antara satu retailer dengan lainnya. Store

(43)

Dewasa ini konsumen memandang bahwa pergi ke suatu toko atau mal bukan

hanya sekedar berbelanja tetapi lebih merupakan suatu rekreasi. Store theatrics

dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu decor theme dan store event

1) Decor Themes, Kebanyakan retailer menemukan fakta bahwa penggunaan

satu atau beberapa tema dapat memberikan fokus dalam mendesain dekor toko

secara eksternal dan internal sehingga dapat menarik perhatian kelima indra

konsumen. Retailer juga tidak harus selalu menggunakan satu tema namun

mengkombinasikan beberapa tema yang sesuai dengan pasar yang dituju. Tema

dekor menjadikan sebuah toko menarik dan lebih menghibur konsumen dalam

berbelanja

2) Store Event, Peristiwa spesial seperti display produk, acara hiburan,

demonstrasi produk, program promosi, undian berhadiah, program kemanusiaan,

atau perayaan. Hal ini dilakukan dengan harapan untuk mencapai tujuan sebagai

berikut:

a). Menciptkan awareness terhadap toko.

b). Menyediakan informasi kepada konsumen.

c). Membangun store image yang menguntungkan pihak retailer.

d). Meningkatkan frekuensi berkunjung konsumen.

Amir (2004:38) mengatakan bahwa konsumen adalah seorang manusia yang

sangat mengandalkan daya visual (visual effort). Sehingga tidak mengherankan

jika semakin barang yang ditampilkan maka akan semakin baik penjualan barang

(44)

Sunarto (2007:84) mengatakan cara mengatur layout toko dan tampilan

penting untuk memenangkan persaingan karena pertarungan sesungguhnya ada di

dalam toko

Morgenstein dan Strongin (2000:354) mengatakan bahwa penampilan produk

(display) masih merupakan salah satu alat komunikasi paling penting yang

terdapat pada manajemen toko eceran, dan merupakan salah satu tipe promosi

yang harus dilakukan oleh setiap toko. Dari masa awal terciptanya eceran,

penampilan produk merupakan cara yang wajar untuk menarik perhatian orang

yang terdapat pada manajemen toko eceran merupakan salah satu tipe promosi

yang harus dilakukan oleh setiap toko. Dari masa awal terciptanya eceran,

penampilan produk merupakan cara yang wajar untuk menarik perhatian orang

yang sedang melintas agar berhenti, melihat barang tersebut dan membelinya.

Margenstein dan Strongin (2000:249) juga mengatakan bahwa penampilan

produk dalam toko adalah sebuah pendekatan umum dalam proses menjual

barang. Morgenstein dan Strongin membagi cara menampilkan produk dagangan

kedalam beberapa tipe, yaitu:

1. Pemajangan Terbuka (Open Display),cara ini dirancang agar barang dagangan

mudah didatangi dan diperoleh para pelanggan. Terkadang barang dagangan

hanya ditumpuk tanpa ada pesanan yang sering disebut penampilan sampah (dump

display). Efek secara kejiwaannya menunjukkan bahwa produk yang ditampilkan

merupakan barang murahan.

2. Pemajangan Tertutup (Closed Dispaly), pada umumnya digunakan pada barang

(45)

tersebut diletakkan di belakang kaca dan mungkin ditangani oleh pramuniaga

secara khusus.

3.Pemajangan Ujung-Gang(End-aisle Display), barang ditempatkan pada daerah

toko yang kosong di ujung gang supermarket, toko serba ada, dan sejenis.

4.Pemajangan Barang yang berhubungan (Related-merchandise display),

ditemukan pada jenis toko seperti supermarket dan toko obat yang memiliki

keseragaman produk. Seperti : keju, dan biskuit keju, pasta dan saus.

5.Pemajangan Wilayah Toko (Area Display) disesuaikan untuk barang dagangan

tertentu atau penyusunan untuk jangka waktu lama seperti ruangan. Contoh

:dalam departemen perabotan atau peralatan olahraga (berhubungan dengan

pakaian) yang berdasarkan musim.

6.Pemajangan pada Acara Khusus (Special Event Display), digunakan oleh

departement store dan pedagang berukuran besar dengan bermacam-macam tema

promosi toko. Sebagai contoh, sebuah departement store memperkenalkan

barang-barang import dari China dengan menampilkan barang-barang dari China

di seluruh toko dari pakaian sampai dengan hadiah yang diberikan.

7.Pemajangan pada Bagian Keluar (Check-out counter Display), adalah

kesempatan terakhir untuk berkomunikasi dengan pengunjung. Pemajangan ini

menampilkan barang yang menarik minat terletak dekat dengan kasir dan

biasanya terdiri dari majalah, permen, dan rokok.

8. Pemajangan Campuran (Assortment Display), menunjukkan susunan barang

yang lengkap, termasuk warna, ukuran, gaya, dan harga. Guna dari teknik ini

(46)

9.Pemajangan dengan Tema (Theme Display), direncanakan sesuai dengan ide

seperti “Kembali ke Sekolah” dan “Musim Berburu Mulai”. Tema yang

digunakan harus mampu merangsang rasa tertarik pelanggan.

10. Pemajangan Setelan Pakaian (Ensemble Displays), adalah menyusun barang

dengan kombinasi yang saling berhubungan untuk menciptakan efek sepenuhnya.

Contohnya, baju renang dikombinasikan dengan jubah mandi, sandal, topi, dan

sebagainya.

Dengan kesepuluh cara menampilkan barang dagangan diharapkan akan

membantu toko tersebut meningkatkan volume penjualan. Volume penjualan yang

meningkatkan perolehan laba perusahaan.

Levy beserta Weitz (2001:485) berusaha untuk mendefinisikan suasana toko.

Suasana toko lebih lebih terkait dengan rancangan dari lingkungan toko melalui

komunikasi secara visual, pencahayaan, warna, musik, dan wewangian untuk

merangsang dan menghasilkan respon emosional untuk mempengaruhi perilaku

pembelian pelanggan. Lingkungan toko merupakan aspek nyata yang

mempengaruhi ketika perilaku konsumen terbentuk. Peter dan Olson (2000:270)

membagi lingkungan toko menjadi:

1. Elemen ruangan (spatial element) terdiri dari objek nyata dari

semua jenisnya seperti negara, kota, toko, dan desain interior.

2. Elemen bukan ruangan (non spatial element) terdiri dari elemen

yang tidak tampak seperti temperatur, kelembaban, penerangan,

tingkat suara, dan waktu.

Pemasar harus dapat mengerti bagaimana beragam aspek dari lingkungan

(47)

C.Roda Analisis Konsumen

Peter dan Olson (2002:22) mengatakan bahwa dalam menganalisis konsumen

dapat digunakan roda analisis konsumen yang terdiri dari tiga elemen yaitu :

1. Afeksi dan Kognisi konsumen

2. Perilaku Konsumen

3. Lingkungan Konsumen

Gambar 2.2 Roda Analisis Konsumen Sumber : Peter dan Olson (2002)

1.Afeksi dan Kognisi Konsumen

Afeksi dan kognisi mengacu pada dua tipe tanggapan internal psikologis

yang dimiliki konsumen terhadap rangsangan lingkungan dan kejadian yang

berlangsung. Afeksi melibatkan perasaan konsumen. Afeksi melibatkan perasaan

konsumen sedangkan kognisi melibatkan pemikiran konsumen. Afeksi melibatkan

emosi dari konsumen. Kognisi mengacu pada proses mental dari struktur

pengetahuan yang dilibatkan dalam tanggapan seseorang terhadap lingkungannya.

(48)

Perilaku konsumen mengacu pada tindakan nyata yang dapat diobservasi

secara langsung Seperti menonton iklan di TV, mengunjungi toko, atau membeli

produk. Perilaku berhubungan dengan apa yang sebenarnya dilakukan oleh

konsumen.

3. Lingkungan Konsumen

Lingkungan konsumen mengacu pada rangsangan fisik dan sosial yang

kompleks di dunia eksternal konsumen. Termasuk di dalamnya benda-benda,

tempat, dan orang lain yang mempengaruhi afeksi dan kognisi konsumen serta

perilakunya. Bagian penting dari lingkungan adalah rangsangan fisik dan sosial

yang diciptakan oleh pemasar untuk mempengaruhi konsumen.

Pemasar khususnya tertarik untuk menafsirkan kata lingkungan yang

terkadang disebut lingkungan fungsional, dikarenakan dapat mempengaruhi

tindakan konsumen. Penerimaan lingkungan pada setiap konsumen berbeda,

dikarenakan setiap konsumen memiliki pengetahuan berbeda, pengertian, dan

keyakinan. Pemasar bagaimanapun butuh untuk mengerti interpretasi secara

umum dari lingkungan yang terbagi dalam beberapa kelompok konsumen.

Lingkungan dapat dianalisis dalam dua tingkat yaitu makro dan mikro.

Makro terdiri dari kondisi perekonomian, sistem politik, dan bentuk geografi.

Lingkungan makro ini memiliki pengaruh yang besar pada perilaku, seperti

perekonomian suatu negara mempengaruhi kemampuan membeli rumah tangga

dan persediaanya.

Mikro mengacu pada keadaan fisik yang terlihat dan aspek sosial yang

(49)

Faktor-faktor sederhana ini dapat mempengaruhi langsung perilaku konsumen,

pemikiran, dan perasaan.

a. Keunggulan lingkungan

Gabungan dari setiap rangsangan dari strategi pemasaran dapat

mempengaruhi perhatian konsumen. Walaupun begitu, setiap rangsangan

pemasaran dapat mempengaruhi pengetahuan, menerima perhatian, dan

dibandingkan. Pada umumnya keunggulan dari rangsangan pemasaran adalah

lebih menarik perhatian konsumen oleh sebab itu, pemasar sering kali mencoba

meletakkan unsur ungglan dalam lingkungan. Untuk memenangkan perhatian

konsumen beberapa iklan di radio dan TV memiliki suara yang lebih keras

daripada acara yang ditayangkan, jendela pemajangan pada usaha eceran dapat

menarik perhatian konsumen ketika melewati toko. Banyak toko yang

menggunakan pencahayaan yang kreatif yang menunjukkan barang dagangan

sekaligus menarik perhatian konsumen ketika melewati toko. Banyak toko

menggunakan pencahayaan yang kreatif untuk menunjukkan barang dagangan

sekaligus menarik perhatian konsuemen pada produk mereka. Kaca digunakan

pada toko baju dan salon untuk memusatkan perhatian konsumen pada

penampilan toko.

b. Penampilan Lingkungan

Banyak aspek lingkungan menunjukkan pada informasi pemasaran untuk

mempengaruhi proses pemahaman konsumen. Singkatnya, tipe toko dapat

mempengaruhi bagaimana konsumen memahami produk dan merek yang dijual.

Karakteristik toko seperti ukuran, desain luar toko, atau desain dalam toko dapat

(50)

Peter dan Olson juga mengatakan bahwa tahap-tahap konsumsi dalam

retail terdiri atas tiga tahap, yaitu:

1. Pra pembelian (Prepurchase), yaitu pendekatan sebelum penelitian

yang dilakukan oleh konsumen

2. Pembelian (Purchase), yaitu proses pembelian yang dilakukan

konsumen terhadap barang yang ditawarkan kepada konsumen. Dalam

hal ini terjadi proses analisa dari konsumen terhadap barang yag

ditawarkan

3. Pemakaian (Usage), yaitu menggunakan barang yang telah barang

yang telah dibeli konsumen. Jika konsumen puas terhadap barang

tersebut maka akan dapat terjadi pembelian ulang dan akan terjadi

komunikasi antara konumen dengan perusahaan dan konsumen

menginformasikan kepada konsumen lainnya tentang kepuasaan yang

(51)

Tipe Perilaku Contoh

Membaca koran, majalah Mendengar iklan radio Menyaksikan iklan TV

Mengambil uang dari bank Menggunakan kartu kredit

Pembayaran dengan uang tersedia

Membawa produk ke lokasi pemakaian

Memberikan informasi lainnya kepada

(52)

Peter dan Olson (2002:307) mendapati bahwa khusus dalam pembelian

retail terdapat pola perilaku tertentu pada konsumen. Pola perilaku ini terbagi atas

tujuh kategori, dimana masing-masing kategori dapat berubah urutannya.

D. Perilaku Konsumen.

1. Pengertian Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam

mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa termasuk

proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini (Setiadi, 2003:3).

Menurut Hawkins, Best, dan Coney(dalam Tjiptono, 2005:40), Perilaku

konsumen merupakan studi mengenai individu, kelompok, atau organisasi dan

proses-proses yang dilakukan dalam memilih, menentukan, mendapatkan,

menggunakan, dan menghentikan pemakaian produk, jasa, pengalaman, atau ide

untuk memuaskan kebutuhan serta dampak proses tersebut terhadap konsumen

dan masyarakat.

Perilaku konsumen didefinisikan sebagai suatu unit pembelian dan proses

pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi, dan penyaluran barang dan jasa,

pengalaman, serta ide. Dari definisi diatas, kita mengetahui bahwa ada dua

komponen kunci yang harus dilakukan perusahaan untuk memahami perilaku

konsumen :

a. Perusahaan harus berusaha memuaskan kebutuhan dan keinginan

konsumen

b. Perusahaan mempelajari proses pertukaran, yaitu dua pihak yang saling

(53)

2. Faktor-faktor yamg Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Ada empat faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli atau

mengkonsumsi suatu produk dan layanan. Kotler (2000:183) menyatakan empat

faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu: kebudayaan, sosial, pribadi,

dan psikologis. Keempat faktor di atas secara singkat dapat diterangkan sebagai

berikut :

a) Faktor Budaya

Faktor pertama yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah

kebudayaan. Kebudayaan adalah simbol dan fakta yang kompleks yang diciptakan

oleh manusia, diturunkan dari generasi ke generasi sebagai penentu dan pengatur

tingkan laku manusia yang ada. Faktor kebudayaan ini meliputi (1) budaya, misal

budaya sukses, budaya bersih, dann budaya disiplin: (2) sub budaya, misal

bangsa, suku bangsa, kepercayaan atau agama, dan geografis, dan (3) kelas sosial,

misal masyarakat kelas atas, kaelas menengah, dan kelas bawah.

b) Faktor Sosial

Faktor kedua yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah faktor sosial.

Faktor sosial adalah faktor yang berhubungan dengan interaksi konsumen dengan

sesama. Faktor ini meliputi (1) kelompok acuan, misal teman, keluaraga, dan

rekan kerja; (2) keluarga, misalnya dominasi suami, dominasi istri, dominasi

suami-istri, dominasi anak-anak; (3) peran dan status sosial, misalnya seorang

wanita di rumah berperan sebagai ibu rumah tangga yang baik dan di kampus

(54)

c) Faktor Pribadi

Faktor pribadii adalah segala karakteristik yang melekat pada diri

konsumen. Karakteristik pribadi seorang konsumen antara lain umur, siklus hidup,

gaya hidup, dan konsep diri.

d) Faktor Psikologis

Faktor ini berasal dari proses intern individu dan sangat berpengaruh

terhadap perilaku konsumen. Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat

psikologi utama yaitu motivasi, persepsi, pembelajaran, keyakonan, dan

pendirian.

E. Proses Pengambilan Keputusan

Dalam proses pembelian maka ada beberapa tahap yang mungkin dilalui oleh

konsumen

Gambar 2.4 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Sumber :Kotler (2000)

a. Pengenalan masalah kebutuhan, proses ini dimulai pada saat konsumen

menyadari masalah kebutuhan.Konsumen harus menyadari terdapat perbedaan

antara kondisi yang diinginkan dengan kondisi yang sebenarnya terjadi.

Kebutuhan ini disebabkan rangsangan internal dari dalam diri konsumen

b. Pencarian Informasi, pada tahap ini seseorang konsumen yang mulai timbul

minatnya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Pencarian

informasi mulai dilakukan ketika konsumen menandang bahwa kebutuhan

tersebut dapat dipenuhi dengan membeli dan mengkonsumsi suatu produk.

Gambar

Tabel 1.1 Kondisi Pasar Ritel Modern di Indonesia 2005- 2008
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual
Tabel 1.2      Operasional Variabel
Tabel 1.2             Operasional Variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada khususnya kajian ini untuk meninjau manfaat integras dan hambatan dan tantangan yang dihadapi pada penggunaan TIK serta faktor keberhasilan dalam mengintegrasikan

berdasarkan solusi yang diperoleh melalui metode multiple scale diperoleh kesimpulan bahwa dengan memberikan nilai amplitudo awal yang berbeda maka solusi

Deklinabidearen paradigmetan latinaren sei kasuak erabiltzen ditu, baina ez dugu Larramendiren kasu-sistemaren zantzurik aurkitzen, ez bada paradigmari emandako izenburuan

Pengujian pada kelompok kontrol positif dengan menggunakan obat analgesik yaitu tramadol, didapatkan bahwa pada menit ke 30 setelah pemberian obat tramadol terjadi penurunan

Berdasarkan hal tersebut, tujuan penelitian adalah (1) menjelaskan keberdayaan petani mengakses informasi yang relevan, akurat, dan tepat waktu untuk meningkatkan

Pembentukan suatu budaya organisasi pada perusahaan PT PLN APJ Malang dimulai dengan adanya komunikasi yang baik antar individu karywan yang diwujudakan dalam bentuk

(Nicholson, 1995:175) mengatakan bahwa efisiensi harga tercapai apabila perbandingan antara nilai produktivitas marjinal masing-masing input (NPMxi) dengan harga inputnya

Menjaga suhu air yang konstan dapat dilakukan dengan bantuan heater air namun penempatan heater tersebut tidak boleh disatukan dalam satu kolam dengan bayi ikan sehingga harus ada