RESPONS PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS TANAMAN SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) RATOON I TERHADAP APLIKASI BAHAN ORGANIK PADA TANAMAN SORGUM
PERTAMA (Skripsi)
Oleh NOVRI
ABSTRAK
RESPONS PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS TANAMAN SORGUM (Sorgum bicolor(L.) Moench)RATOONI TERHADAP APLIKASI BAHAN ORGANIK TANAMAN SORGUM
PERTAMA
Oleh
NOVRI
Sorgum merupakan salah satu komoditas pertanian yang sudah lama dikenal di
Indonesia. Sorgum (Sorghum bicolorL. Moench) mempunyai potensi penting
sebagai sumber karbohidrat bahan pangan, pakan, dan komoditi ekspor. Selain
itu, tanaman sorgum mempunyai keistimewaan lebih tahan terhadap cekaman
lingkungan bila dibandingkan dengan tanaman palawija lainnya, misalnya pada
lahan kering (Irwanet al.,2004).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) Mengetahui pengaruh dosis aplikasi
bahan organik yang diaplikasikan pada tanaman sorgum pertama terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman sorgumratoonI (2) Mengetahui pertumbuhan
dicoba terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sorgumratoonI. Penelitian ini
dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kebun Percobaan
Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan dan
Laboratorium Ilmu Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung yang
dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Desember 2013.
Penelitian ini disusun secara faktorial dengan Rancangan Petak Terbagi
(Split Plot Design) dalam Rancangan Kelompok Teracak Sempurna (RKTS)
dengan tiga ulangan. Petak utama adalah dosis bahan organik dari pupuk kandang
sapi (B), yaitu 0 (b0), 5 (b1), 10 (b2), dan 15 (b3) ton/ha sedangkan anak petak
adalah varietas sorgum (G) , yang terdiri dari varietas Numbu (g1), Keller (g2),
dan Wray (g3). Sorgum ditanam dengan jarak tanam 80 cm x 20 cm pada setiap
petakan percobaan yang berukuran 4 m x 4 m.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Perlakuan dosis bahan organik 15 ton/ha
menghasilkan bobot biji/ malai sorgumratoonI tertinggi yaitu 45,64 g/tanaman
atau setara 285,25 g/m2(2) Varietas Numbu menunjukkan hasil bobot biji/ malai
sorgumratoonI tertinggi yaitu 55,37 g/tanaman atau setara 346,06 g/m2
sedangkan, Varietas Wray menghasilkan bobot brangkasan basah tertinggi, yaitu
0,54 kg/tanaman atau setara 3,37 kg/m2(3) Kombinasi antara dosis bahan organik
dan varietas sorgum yang tepat untuk menghasilkan bobot brangkasan basah
tertinggi adalah dosis bahan organik 5 ton/ha dengan Varietas Wray yaitu 0,54
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 23 November 1990, sebagai
anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Sultan N dan Ibu
Hj. Naheriawati (Almh).
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Kota Karang
Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2004, setelah itu melanjutkan pendidikan
menengah pertama di SMP Negeri 3 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2007,
pendidikan menengah atas ditempuh penulis di SMA Taman Siswa Teluk Betung
Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2010.
Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas lampung melalui jalur PKAB (Penelusuran
Kemampuan Akademik dan Bakat). Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah
menjadi asisten dosen mata kuliah Dasar-Dasar Budidaya Tanaman dan Produksi
Tanaman Pangan tahun ajaran 2013/2014. Pada tahun 2013 penulis
melaksanakan Praktik Umum (PU) di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Lampung Kebun Percobaan Natar, Kabupaten Lampung Selatan,
kemudian pada tahun 2014 penulis mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN)
Alhamdulillahirabbilalamin
Dengan Ketulusan Hati dan Rasa Penuh Syukur, Kupersembahkan
Karya ini Kepada :
Kedua Orang Tuaku
Ayahanda Sultan dan Ibunda Hj. Naheriawati (Almh) untuk Kasih
Sayang dan Do a yang Tiada Henti
Adik-adikku
Hendrik, Danis Saputra dan Nesya Silvia tersayang yang Menjadi
Kebanggaanku
Teman dan Sahabatku yang Selalu Menemani dalam Suka Duka
Life is not something you endure, but something
you enjoy (Yuri SNSD)
Hidup memang tak selalu berjalan seperti apa
yang diharapkan, tapi dibalik itu semua ada
hadiah yang tak terduga (I Do I Do)
Tak ada kerja keras yang sia-sia. Pada
akhirnya, kerja kerasmu pasti akan dihargai
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat melaksanakan penelitian dan mampu menyelesaikan
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih belum sempurna dan
masih banyak kesalahan yang tidak disengaja. Pelaksanaan penelitian dan
penulisan skripsi ini tidak dapat berjalan dengan baik tanpa bantuan, dukungan,
dan bimbingan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. M. Kamal, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Pertama atas
bimbingan, bantuan, saran, dukungan, dan nasihat yang telah diberikan
kepada penulis hingga skripsi ini selesai;
2. Bapak Ir. Sunyoto, M.Agr., selaku Dosen Pembimbing Kedua atas
bimbingan, bantuan, saran, nasihat, bantuan, dan motivasi yang diberikan
selama pelaksanaan penelitian hingga penulisan skripsi ini selesai;
3. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Dosen Penguji dan
5. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung;
6. Seluruh dosen Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Lampung;
7. Bapak Sumarko, Bapak Jumari, Pakde Untung, dan seluruh pegawai BPTP
Lampung yang berada di KP Natar atas kerjasama, dan bantuannya dalam
melaksanakan penelitian;
8. Bapak Sultan, Ibu Naheria (Almh), Tante Endah, Sepupuku Lilis, Ibu Aisyah
dan adik-adikku Endy, Deni, Pipi tersayang dan adik Valent, serta seluruh
keluarga besarku yang senantiasa memberikan kasih sayang, semangat,
perhatian, doa, dan dukungan baik moril maupun materil kepada penulis;
9. Teman seperjuangan dalam melaksanakan penelitian Galih, Bangun, Kiki,
Sherly, Dian, Desi, Iyut, Immas, Adila, Kia dan Lidya atas kerjasama,
semangat, dan bantuannya dalam melaksanakan penelitian;
10. Teman-teman Agroteknologi 2010 Agung, Tibor, Amey, Viaz, Ade, Nissa,
Viany, Diansa, Septi, Alaw, Mumu dan yang tidak dapat disebutkan satu
persatu atas cerita indah, persahabatan, keceriaan, dan kebersamaan yang
berkesan selama perkuliahan.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka dan semoga skripsi ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, Oktober 2014
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... vii
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1
1.2 Tujuan Penelitian ... 4
1.3 Kerangka Pemikiran ... 4
1.4 Hipotesis ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1 Pengenalan Tanaman Sorgum ... 8
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Sorgum ... 9
2.3 Morfologi Tanaman Sorgum ... 9
2.4 Kandungan Nutrisi Sorgum ... 11
2.5 Varietas Sorgum ... 11
2.6 Bahan Organik ... 12
III. BAHAN DAN METODE ... 14
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian... 14
3.2 Bahan dan Alat ... 14
3.3 Metode Penelitian ... 15
3.4 Pelaksanaan Penelitian... 18
3.4.1 Pemotongan batang... 18
3.4.2 Perbaikan petakan... 18
3.4.3 Penjarangan... 19
3.4.5 Pemeliharaan... 20
3.4.6 Pemanenan... 20
3.5 Variabel yang diamati... 21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 24
4.1 Hasil Penelitian... 24
4.1.1 Tinggi tanaman... 25
4.1.2 Jumlah daun... 26
4.1.3 Diameter batang... 28
4.1.4 Tingkat kehijauan daun ketiga... 29
4.1.5 Komponen hasil... 30
4.1.5.1 Bobot brangkasan basah... 33
4.1.5.2 Bobot brangkasan kering... 33
4.1.5.3 Panjang malai... 34
4.1.5.4 Jumlah biji/ malai... 34
4.1.5.5 Bobot biji/ malai... 34
4.1.5.6 Bobot 100 butir biji... 35
4.2 Pembahasan ... 35
V. KESIMPULAN DAN SARAN... 40
5.1 Kesimpulan ... 40
5.2 Saran ... 41
PUSTAKA ACUAN ... 42
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kombinasi perlakuan bahan organik dan varietas sorgum dalam percobaan tentang respons pertumbuhan dan hasil beberapa varietas tanaman sorgumratoon1 terhadap aplikasi bahan
organik tanaman sorgum pertama. ... 16
2. Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh bahan organik, varietas, dan interaksi pada pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum
ratoonI. ... 24
3. Pengaruh bahan organik dan varietas sorgum terhadap tinggi
tanaman sorgumratoonI pada umur 4, 5, 6, 7, 8 dan 9 mst. ... 26
4. Pengaruh interaksi antara bahan organik dan varietas sorgum
terhadap jumlah daun tanaman sorgumratoonI pada umur 4 mst. .. 27
5. Pengaruh bahan organik dan varietas sorgum terhadap jumlah daun
tanaman sorgumratoonI pada umur 5, 6, 7, 8, dan 9 mst. ... 28
6. Pengaruh bahan organik dan varietas sorgum terhadap diameter batang tanaman sorgumratoonI pada umur 4, 5, 6, 7, 8,
dan 9 mst. ... 29
7. Pengaruh bahan organik dan varietas sorgum terhadap tingkat kehijauan daun ketiga tanaman sorgumratoonI pada umur
6, 7, 8, dan 9 mst. ... 30
8. Pengaruh bahan organik dan varietas sorgum terhadap bobot brangkasan kering, panjang malai, jumlah biji/ malai,
bobot biji/ malai dan bobot 100 butir biji tanaman sorgum
ratoonI. ... 32
9. Pengaruh interaksi bahan organik dan varietas sorgum terhadap
bobot brangkasan basah tanaman sorgumratoonI. ... 33
10. Rata-rata tinggi tanaman sorgum pada umur 4 mst. ... 47
12. Rata-rata tinggi tanaman sorgum pada umur 5 mst. ... 48
13. Analisis ragam tinggi tanaman sorgum pada umur 5 mst. ... 48
14. Rata-rata tinggi tanaman sorgum pada umur 6 mst. ... 49
15. Analisis ragam tinggi tanaman sorgum pada umur 6 mst. ... 49
16. Rata-rata tinggi tanaman sorgum pada umur 7 mst. ... 50
17. Analisis ragam tinggi tanaman sorgum pada umur 7 mst. ... 50
18. Rata-rata tinggi tanaman sorgum pada umur 8 mst. ... 51
19. Analisis ragam tinggi tanaman sorgum pada umur 8 mst. ... 51
20. Rata-rata tinggi tanaman sorgum pada umur 9 mst. ... 52
21. Analisis ragam tinggi tanaman sorgum pada umur 9 mst. ... 52
22. Rata-rata jumlah daun tanaman sorgum pada umur 4 mst. ... 53
23. Analisis ragam jumlah daun tanaman sorgum pada umur 4 mst. ... 53
24. Rata-rata jumlah daun tanaman sorgum pada umur 5 mst. ... 54
25. Analisis ragam jumlah daun tanaman sorgum pada umur 5 mst. ... 54
26. Rata-rata jumlah daun tanaman sorgum pada umur 6 mst. ... 55
27. Analisis ragam jumlah daun tanaman sorgum pada umur 6 mst. ... 55
28. Rata-rata jumlah daun tanaman sorgum pada umur 7 mst. ... 56
29. Analisis ragam jumlah daun tanaman sorgum pada umur 7 mst. ... 56
30. Rata-rata jumlah daun tanaman sorgum pada umur 8 mst. ... 57
31. Analisis ragam jumlah daun tanaman sorgum pada umur 8 mst. ... 57
32. Rata-rata jumlah daun tanaman sorgum pada umur 9 mst. ... 58
33. Analisis ragam jumlah daun tanaman sorgum pada umur 9 mst. ... 58
34. Rata-rata diameter batang tanaman sorgum pada umur 4 mst. ... 59
35. Analisis ragam diameter batang tanaman sorgum pada umur 4 mst. ... 59
37. Analisis ragam diameter batang tanaman sorgum
pada umur 5 mst. ... 60
38. Rata-rata diameter batang tanaman sorgum pada umur 6 mst. ... 61
39. Analisis ragam diameter batang tanaman sorgum
pada umur 6 mst. ... 61
40. Rata-rata diameter batang tanaman sorgum pada umur 7 mst. ... 62
41. Analisis ragam diameter batang tanaman sorgum
pada umur 7 mst. ... 62
42. Rata-rata diameter batang tanaman sorgum pada umur 8 mst. ... 63
43. Analisis ragam diameter batang tanaman sorgum
pada umur 8 mst. ... 63
44. Rata-rata diameter batang tanaman sorgum pada umur 9 mst. ... 64
45. Analisis ragam diameter batang tanaman sorgum pada umur
9 mst. ... 64
46. Rata-rata tingkat kehijauan daun tanaman sorgum pada umur
6 mst. ... 65
47. Analisis ragam tingkat kehijauan daun tanaman sorgum pada umur
6 mst. ... 65
48. Rata-rata tingkat kehijauan daun tanaman sorgum pada umur
7 mst. ... 66
49. Analisis ragam tingkat kehijauan daun tanaman sorgum pada umur
7 mst. ... 66
50. Rata-rata tingkat kehijauan daun tanaman sorgum pada umur
8 mst. ... 67
51. Analisis ragam tingkat kehijauan daun tanaman sorgum pada umur
8 mst. ... 67
52. Rata-rata tingkat kehijauan daun tanaman sorgum pada umur
9 mst. ... 68
53. Analisis ragam tingkat kehijauan daun tanaman sorgum pada umur
9 mst. ... 68
54. Rata-rata bobot brangkasan basah tanaman sorgum. ... 69
56. Rata-rata bobot brangkasan kering tanaman sorgum. ... 70
57. Analisis ragam bobot brangkasan kering tanaman sorgum. ... 70
58. Rata-rata panjang malai tanaman sorgum. ... 71
59. Analisis ragam panjang malai tanaman sorgum. ... 71
60. Rata-rata jumlai biji/ malai tanaman sorgum. ... 72
61. Analisis ragam jumlah biji/ malai tanaman sorgum. ... 72
62. Rata-rata bobot biji/ malai tanaman sorgum. ... 73
63. Analisis ragam bobot bji/ malai tanaman sorgum. ... 73
64. Rata-rata bobot 100 butir biji tanaman sorgum. ... 74
65. Analisis ragam bobot 100 butir biji tanaman sorgum. ... 74
66. Data analisis tanah sebelum dilakukan penelitian. ... 75
67. Data curah hujan stasiun Rejosari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan saat penelitian berlangsung tahun 2013. ... 75
68. Hasil penelitian Rahmawati tentang Varietas Keller. ... 75
69. Deskripsi varietas Numbu. ... 76
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tata letak percobaan ... 17
2. Tata letak lubang tanam/ petakan... 18
3. Tunas-tunas baru tanaman sorgumratoonI mulai muncul ... 77
4. Tanaman sorgumratoonI umur 4 mst ... 77
5. Tanaman sorgumratoonI umur 5 mst ... 78
6. Tanaman sorgumratoonI umur 7 mst ... 78
7. Tanaman sorgumratoonI umur 8 mst ... 79
8. Malai tanaman sorgumratoonI Varietas Numbu ... 79
9. Malai tanaman sorgumratoonI Varietas Keller ... 80
10. Malai tanaman sorgumratoonI Varietas Wray... 80
11. 100 butir biji sorgumratoonI Varietas Numbu ... 81
12. 100 butir biji sorgumratoonI Varietas Keller ... 81
13. 100 butir biji sorgumratoonI Varietas Wray ... 82
14. Brangkasan tanaman sorgumratoonI Varietas Numbu ... 82
15. Brangkasan tanaman sorgumratoonI Varietas Keller ... 83
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Ketahanan pangan dan krisis energi sampai saat ini masih menjadi salah satu
perhatian utama dalam pembangunan nasional. Usaha peningkatan produksi
bahan pangan terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pangan terutama
makanan pokok sejalan dengan laju pertambahan penduduk. Usaha ini tidak
terbatas pada tanaman utama (padi) melainkan penganekaragaman (diversifikasi)
dengan mengembangkan tanaman pangan alternatif sumber bahan pangan.
Sorgum merupakan komoditas pangan alternatif yang memiliki potensi cukup
besar untuk dikembangkan di Indonesia. Biji sorgum dapat digunakan sebagai
bahan pangan yang banyak mengandung karbohidrat sebagai bahan dasar
pembuatan minuman dan pakan ternak (Mudjisihono dan Damardjati, 1987).
Indonesia perlu menggali dan mengembangkan bermacam jenis tanaman potensial
yang dapat mendukung ketahanan pangan melalui program diversifikasi bahan
pangan. Sebetulnya Indonesia memiliki banyak jenis tanaman penghasil
karbohidrat yang berpotensi dikembangkan menjadi bahan alternatif dalam
2
dan memiliki protein, kalsium, mineral dan vitamin. Sementara itu, batang dari
sorgum manis (sweet sorghum) mengandung nira untuk bahan pembuatan gula
ataujaggerydan bioetanol (ICRISAT, 1990).
Sorgum merupakan salah satu komoditas pertanian yang sudah lama dikenal di
Indonesia, tetapi belum dikembangkan secara intensif. Sorgum (Sorghum bicolor
(L.) Moench) mempunyai potensi penting sebagai sumber karbohidrat bahan
pangan, pakan, dan komoditi ekspor. Selain itu tanaman sorgum mempunyai
keistimewaan lebih tahan terhadap cekaman lingkungan bila dibandingkan dengan
tanaman palawija lainnya, misalnya pada lahan kering. Dengan demikian, sorgum
memiliki potensi untuk dikembangkan pada lahan kering (Irwanet al., 2004).
Tanaman sorgum memiliki keistimewaan dibandingkan dengan tanaman pangan
lainnya, yaitu dapat di-ratoon. Ratoonmerupakan tunas-tunas baru yang
dibiarkan untuk tumbuh kembali setelah dilakukan pemotongan batang tanaman
yang dipanen. Beberapa keuntungan dengan cara ini di antaranya adalah umurnya
relatif lebih pendek, kebutuhan air lebih sedikit, biaya produksi lebih rendah
karena penghematan dalam pengolahan tanah, penggunaan bibit, kemurnian
genetik lebih terpelihara, dan hasil panen tidak berbeda jauh dengan tanaman
utama (Chauchanet al., 1985). Oleh karena itu,ratoondapat digunakan untuk
meningkatkan hasil per satuan luas lahan dan per satuan waktu.
Pupuk merupakan sumber hara utama bagi tanaman. Pupuk yang diberikan pada
3
melebihi kapasitas produksi tanah sebagian akan hilang melalui proses pencucian,
terikat dalam bentuk tidak tersedia atau distribusi tidak merata di seluruh tanah
(Harjadi, 1979).
Pupuk kandang merupakan salah satu contoh pupuk organik yang berasal dari
kandang ternak, baik berupa kotoran padat (faeces) yang bercampur sisa makanan
maupun air kencing (urine), sehingga kualitas pupuk kandang beragam tergantung
pada jenis, umur serta kesehatan ternak, jenis dan kadar sertakandungan haranya
(Sangatanan, 1989).
Perbedaan varietas sorgum akan mengacu pada faktor genetik pada
masing-masing varietas sorgum. Faktor genetik merupakan salah satu penentu pada
pertumbuhan dan hasil pada tanaman sorgum. Gen dalam setiap benih tanaman
sorgum yang berbeda varietasnya akan memiliki tampilan tanaman yang berbeda
satu sama lain. Adanya perbedaan tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan
dan hasil tanaman sorgum dengan perlakuan yang sama (Rahmawati, 2013).
Berdasarkan uraian diatas dalam penelitian ini dapat di rumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Apakah aplikasi bahan organik pada tanaman sorgum pertama mempengaruhi
pertumbuhan dan hasil tanaman sorgumratoonI ?
2. Apakah varietas mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum
ratoonI ?
4
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengaruh dosis bahan organik yang diaplikasikan pada tanaman
sorgum pertama terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sorgumratoonI.
2. Mengetahui pertumbuhan dan hasil tanaman sorgumratoonI yang terbaik pada
beberapa varietas yang dicoba.
3. Mengetahui pengaruh interaksi antara dosis bahan organik yang diaplikasikan
pada tanaman sorgum pertama dengan beberapa varietas yang dicoba terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman sorgumratoonI.
1.3 Kerangka Pemikiran
Tanaman sorgum juga memiliki kelebihan dapat dipanen 2-3 kali dalam sekali
tanam. Menurut Sirappa (2003), sorgum merupakan tanaman penghasil pakan
hijauan sekitar 15-20 ton/ha/th dan pada kondisi optimum dapat mencapai
30-45 ton/ha/th dalam bentuk bahan segar. Tanaman sorgum, mempunyai
keistimewaan lebih tahan terhadap kekeringan dan genangan bila dibandingkan
dengan tanaman palawija lainnya serta dapat tumbuh hampir disetiap jenis tanah.
Tanaman sorgum memiliki keunggulan yang terletak pada daya adaptasi
agroekologi yang luas, tahan terhadap kekeringan, serta lebih tahan terhadap hama
dan penyakit dibanding tanaman pangan lain seperti jagung dan gandum. Selain
itu, tanaman sorgum memiliki kandungan nutrisi yang baik, sehingga dapat
5
bahan baku industri bir, pati, gula cair atau sirup, etanol, lem, cat, kertas dan
industri lainnya (Yanuwar, 2002).
Keistimewaan dari tanaman sorgum daripada tanaman pangan lainnya yakni
memiliki kemampuan untuk tumbuh kembali setelah dipotong atau dipanen
disebutratoon, setelah panen akan tumbuh tunas-tunas baru yang tumbuh dari
bagian batang di dalam tanah, oleh karena itu pangkasannya harus tepat di atas
permukaan tanah. Ratoonsorgum dapat dilakukan 2-3 kali, apabila dipelihara dan
dipupuk dengan baik, hasilratoondapat menyamai hasil panen pertama (Tati,
2003).
Tanaman pakan di daerah tropis umumnya mempunyai kualitas yang rendah
karena pengaruh lingkungan. Hal ini dapat diperbaiki dengan cara meningkatkan
kesuburan tanah, antara lain dengan pengaplikasian bahan organik atau
pemupukan. Kandungan bahan organik dapat berpengaruh langsung terhadap
tanaman, tetapi sebagian besar mempengaruhi tanaman melalui perubahan sifat
dan ciri tanah (Hakimet al., 1986). Menurut Simpson (1986), pupuk organik
yang ditambahkan kedalam tanah baik dengan cara disebarkan maupun
dibenamkan, maka bahan organik yang terdapat dalam pupuk akan segera
diuraikan oleh mikroorganisme.
Menurut Syahruddinet al. (1997), daerah-daerah dengan iklim tropika basah yang
memiliki kelembapan dan temperatur yang cukup tinggi seperti di Indonesia,
6
tumbuh pada lahan kurang subur, namun tanaman sorgum sangat tanggap
terhadap pemberian pupuk.
Sorgum memiliki beberapa jenis varietas, setiap varietas yang berbeda
mempunyai kemampuan genetik yang berbeda pula. Hal inilah yang menjadi
dasar pemikiran untuk menggunakan beberapa jenis varietas seperti Numbu,
Keller dan Wray. Hingga saat ini belum banyak varietas sorgum yang dievaluasi
kemampuan daya ratoonnya. Hasil penelitian terhadap 10 varietas introduksi
yang diratoondiperoleh perbedaan hasil biji antarvarietas (Dahlanet al., 1986).
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan serta kualitas hasil tanaman sorgum adalah dengan memberikan
suplai hara yang cukup dan seimbang melalui pemupukan yang dapat
memperbaiki kondisi tanah dengan cara penambahan pupuk organik dalam tanah.
Menurut penelitian Sucipto (2011), tentang efektivitas cara pemupukan terhadap
pertumbuhan dan hasil beberapa varietas sorgum manis menunjukkan bahwa
pemberian pupuk akan memberikan hasil terbaik terhadap pertumbuhan seperti
tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun serta berat biji kering.
Perbedaan varietas sorgum akan mengacu pada faktor genetik pada
masing-masing varietas sorgum. Faktor genetik merupakan salah satu penentu pada
pertumbuhan dan hasil pada tanaman sorgum. Menurut Tariganet al.(2013),
bahwa Varietas Numbu mampu memberikan hasil tertinggi pada pengamatan
7
dan unsur hara sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman (Septiani, 2009).
Dengan beberapa kelebihan tanaman sorgum dibanding dengan tanaman pangan
lainnya maka dilakukanlah penelitian tentang tanaman sorgum. Hal ini merujuk
pada permasalahan pangan yang mengharapkan peningkatan hasil produksi bahan
pangan penduduk yang semakin bertambah. Oleh karena itu, dengan aplikasi
bahan organik dan penggunaan beberapa varietas tertentu akan mampu
memberikan pertumbuhan dan hasil yang terbaik pada tanaman sorgumratoonI.
1.4 Hipotesis
Dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan dapat diambil hipotesis sebagai
berikut:
1. Tingkatan dosis bahan organik yang diaplikasikan pada tanaman sorgum
pertama memberikan perbedaan pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum
ratoonI.
2. Beberapa varietas sorgum yang dicoba memberikan perbedaan pertumbuhan
dan hasil tanaman sorgumratoonI.
3. Terjadi pengaruh interaksi antara dosis bahan organik yang diaplikasikan pada
tanaman sorgum pertama dan beberapa varietas yang dicoba memberikan
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengenalan Tanaman Sorgum
Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor(L.)Moench) berasal dari negara Afrika. Tanaman ini sudah lama dikenal manusia sebagai penghasil pangan,
dibudidayakan di daerah kering seperti di Afrika, dari benua Afrika menyebar luas
ke daerah tropis dan subtropis. Tanaman ini memiliki adaptasi yang luas, toleran
terhadap kekeringan sehingga sorgum menyebar di seluruh dunia. Negara
penghasil utama adalah Amerika, Argentina, RRC, India, Nigeria, dan beberapa
Negara Afrika Timur, Yaman dan Australia. Di Indonesia sendiri, tanaman
sorgum juga menyebar dengan cepat sebab iklimnya yang sangat cocok untuk
pembudidayaannya. Sebagai bahan pangan dan pakan ternak sorgum memiliki
kandungan nutrisi yang baik, bahkan kandungan proteinnya lebih tinggi daripada
beras (Hartmanet al., 1987).
Tanaman sorgum (Sorghum bicolor(L.) Moench) merupakan tanaman graminae
yang mampu tumbuh hingga 6 meter. Bunga sorgum termasuk bunga sempurna
dimana kedua alat kelaminnya berada di dalam satu bunga. Pada daun sorgum
9
tersebut menyebabkan tanaman sorgum mampu bertahan pada daerah dengan
kelembaban sangat rendah (Kusumaet al., 2008).
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Sorgum
Suhu optimum untuk pertumbuhan sorgum berkisar antara 23-30°C dengan
kelembaban relatif 20–40 %. Pada daerah-daerah dengan ketinggian 800 m dpl,
dimana suhunya kurang dari 20°C, pertumbuhan tanaman akan terhambat.
Selama pertumbuhan tanaman, curah hujan yang diperlukan adalah berkisar antara
37-425 mm. Sorgum dapat bertoleransi pada kisaran kondisi tanah yang luas.
Tanaman ini dapat tumbuh baik pada tanah-tanah berat yang sering kali
tergenang. Sorgum juga dapat tumbuh pada tanah-tanah berpasir dan dapat
tumbuh pada pH tanah berkisar 5,0-5,5 dan lebih bertoleransi terhadap salinitas
tinggi (garam) (Laimeheriwa, 1990).
2.3 Morfologi Tanaman Sorgum
Sorgum memiliki daun yang sama seperti jagung atau padi yaitu berbentuk seperti
pita sebagaimana dengan struktur daun terdiri atas helai daun dan tangkai daun.
Posisi daun terdistribusi secara berlawanan sepanjang batang dengan pangkal
daun menempel pada nodes. Daun sorgum rata-rata panjangnya satu meter
dengan penyimpangan lebih kurang 10-15 cm (House, 1985). Jumlah daun
bervariasi antara 13-40 helai tergantung varietas, namun Gardneret al.(1991)
menyebutkan bahwa jumlah daun sorgum berkisar antara 7-14 helai.
10
8-50 mg, rata-rata berat 28 mg. Berdasarkan ukurannya sorgum dibagi atas:
sorgum biji kecil (8-10 mg), sorgum biji sedang (12-24 mg) dan sorgum biji besar
(25-35 mg). Kulit biji ada yang berwarna putih, merah atau cokelat.
Biji sorgum berkeping biji satu dan tidak membentuk akar tunggang,
hanya akar lateral yang halus, letaknya agak dalam di bawah tanah. Biji
sorgum tertutup rapat oleh sekam yang liat, bulir yang normal terdiri atas dua
buah sekam yang berbentuk perisai. Sekam ini membungkus seluruh organ
bunga sewaktu bunga belum mekar, kulit biji sorgum warnanya putih abu-abu
dan coklat tua (Mudjisihono, 1987).
Rangkaian bunga sorgum terdapat di ujung tanaman, tampak pada pucuk batang
dan bertangkai panjang tegak lurus. Bunga tersusun dalam malai, tiap malai
terdiri atas banyak bunga yang dapat menyerbuk sendiri atau silang. Rangkaian
bunga sorgum nantinya akan menjadi bulir-bulir sorgum. Biji sorgum ada yang
tertutup rapat oleh sekam yang liat, ada pula yang tertutup sebagian atau
hampir-hampir telanjang. Biji tertutup oleh sekam yang berwarna
kekuning-kuningan atau kecoklat-coklatan. Warna biji bervariasi yaitu coklat muda, putih
atau putih suram tergantung varietas (Candra, 2011).
Bentuk tanaman ini secara umum hampir mirip dengan jagung yang membedakan
adalah tipe bunga dimana jagung memiliki bunga tidak sempurna sedangkan
sorgum bunga sempurna. Morfologi dari tanaman sorgum adalah:
11
3. Daun : terdiri atas lamina (blade leaf) dan auricle
4. Rangkaian bunga sorgum yang nantinya akan menjadi bulir-bulir
sorgum.
Pada daun sorgum terdapat lapisan lilin yang ada pada lapisan epidermisnya.
Adanya lapisan lilin tersebut menyebabkan tanaman sorgum mampu bertahan
pada daerah dengan kelembaban sangat rendah. Lapisan lilin tersebut
menyebabkan tanaman sorgum mampu hidup dalam cekaman
kekeringan (Laimeheriwa, 1990).
2.4 Kandungan Nutrisi Sorgum
Kandungan nutrisi yang cukup tinggi pada sorgum, menjadikan sorgum sebagai
bahan pangan dan pakan ternak alternatif, bahkan kandungan proteinnya lebih
tinggi daripada beras. Dalam setiap 100 g sorgum memiliki kandungan nutrisi,
yaitu karbohidrat 73 g, protein 11 g, lemak 3,3 g, kalsium 28 mg, fosfor 287 mg,
zat besi 4,4 mg, vitamin B1 0,38 mg, dan air 11 g (Rukmana dan Oesman, 2001).
2.5 Varietas Sorgum
Pentingnya tanaman sorgum tersebut menyebabkan perkembangan pemuliaan
tanaman ini berkembang cukup pesat. Pemuliaan tanaman sorgum lebih
diarahkan pada tinggi tanaman, hasil, ketahanan terhadap hama penyakit, kualitas
dan mutu biji. Berdasarkan bentuk malai dan tipe spikelet, sorgum
diklasifikasikan ke dalam 5 ras yaitu rasBicolor,Guenia,Caudatum,Kafir, dan
12
bahan pangan. Diantara ras Durra terdapat varietas yang memiliki batang dengan
kadar gula tinggi disebut sebagai sorgum manis (sweet sorghum) sedangkan
ras-ras lain pada umumnya digunakan sebagai biomasa dan pakan ternak. Program
pemuliaan sorgum telah berhasil memperoleh varietas dengan kandungan gula
yang tinggi (sweet sorghum) sehingga dapat menggantikan tanaman tebu sebagai
penghasil bahan pemanis. Sorgum manis tersebut telah berhasil dibudidayakan di
China sebagai bahan pembuatbiofuel(Kusumaet al., 2008).
2.6 Bahan Organik
Peranan bahan organik dalam memperbaiki kesuburan tanah, yaitu (1) melalui
penambahan unsur hara N, P, dan K yang lambat tersedia, (2) meningkatkan
kapasitas tukar kation tanah sehingga kation-kation hara yang penting tidak
mudah mengalami pencucian dan tersedia bagi tanaman, (3) memperbaiki agregat
tanah sehingga terbentuk struktur tanah yang lebih baik untuk respirasi dan
pertumbuhan akar, (4) meningkatkan kemampuan mengikat air sehingga
ketersediaan air bagi tanaman lebih terjamin, dan (5) meningkatkan aktivitas
mikroba tanah (Hardjowigeno, 2003).
Kualitas pupuk organik tergantung pada bahan baku dan proses pembuatannya.
Pupuk kandang sapi merupakan pupuk organik yang sangat berperan dalam
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pupuk kandang sapi dapat
meningkatkan pH, C-organik, ketersediaan nitrogen, fosfor, kalium dan unsur
13
Pupuk kandang sapi sebagai sumber bahan organik memiliki kelebihan
jika dibandingkan dengan pupuk anorganik seperti (1) pupuk kandang sapi dapat
meningkatkan kadar bahan organik tanah, (2) meningkatkan nilai tukar kation,
(3) memperbaiki strutur tanah, (4) meningkatkan aerasi dan kemampuan tanah
dalam memegang air dan (5) menyediakan lebih banyak macam unsur hara seperti
nitrogen, fosfor, kalium dan unsur mikro lainnya (Tisdale dan Nelson, 1991 ) serta
(6) penggunaannya tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan
(Donahueet al., 1997). Selain kelebihan tersebut pupuk kandang sapi juga
memiliki kekurangan antara lain : (1) kandungan unsur haranya yang rendah,
(2) tersedia bagi tanaman secara perlahan-lahan sehingga membutuhkan waktu
15
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten
Lampung Selatan dan Laboratorium Ilmu Tanaman, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung yang dilaksanakan pada bulan September sampai dengan
Desember 2013. Lahan percobaan terletak pada ketinggian 135 m dpl, dengan
jenis tanah latosol dan sebagian podsolik merah kuning (PMK) (BPTP Lampung,
2013). Menurut Schmith Ferguson (1951), iklim di sekitar kebun percobaan
termasuk tipe B dengan curah hujan rata-rata 1786 mm/tahun.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan adalah bahan organik (campuran pupuk kandang
sapi dan sekam) (Yuwono, 2009), pupuk anorganik (Urea, SP-36, dan KCl),
pestisida Dithane M-45, dan varietas sorgum (Numbu, Keller, dan Wray) yang
berasal dari BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) Sulusuban,
Lampung Tengah. Sorgum ini merupakan benih introduksi yang diteliti oleh Prof.
15
± 100-105 hari, potensi hasil 4,0-5,0 ton/ha. Varietas Keller memiliki diameter
batang 1,17 cm, tinggi tanaman 269,10 cm, umur sorgum 4-4,5 bulan, sedangkan
Varietas Wray memiliki diameter batang 1,73 cm, tinggi tanaman 231,16 cm,
umur sorgum 4-4,5 bulan. Sorgum manis yang digunakan memiliki volume nira
67-76 ml dan kadar gula (brix) sebesar 5,8-13,7%.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari cangkul, golok, sabit,
cutter, ember, gayung, alat penyedot air, selang, jangka sorong, label sampel,
gunting, buku tulis, kamera, meteran, timbangan, dan oven.
3.3 Metode Penelitian
Perlakuan disusun secara faktorial dengan Rancangan Petak Terbagi
(Split Plot Design) dalam Rancangan Kelompok Teracak Sempurna (RKTS)
dengan tiga ulangan. Petak utama adalah dosis bahan organik dari pupuk kandang
sapi (B), yaitu 0 (b0), 5 (b1), 10 (b2), dan 15 (b3) ton/ha sedangkan anak petak
adalah varietas sorgum (G), yang terdiri dari Varietas Numbu (g1), Keller (g2),
dan Wray (g3). Petak percobaan yang digunakan pada penelitian ini berukuran
4m x 4 m.
Kombinasi perlakuan berjumlah 12 dan dilakukan dalam 3 ulangan, sehingga
terdapat 36 satuan percobaan. Tiap satu satuan percobaan seluas 16 m2. Susunan
kombinasi perlakuan pada penelitian ini disajikan pada Tabel 1. Denah tata letak
percobaan dapat dilihat pada Gambar 1 dan tata letak lubang tanaman pada setiap
16
Tabel 1. Kombinasi perlakuan bahan organik dan varietas sorgum dalam percobaan tentang respons pertumbuhan dan hasil beberapa varietas tanaman sorgumratoon1 terhadap aplikasi bahan organik tanaman sorgum pertama.
Kombinasi Perlakuan Bahan Organik (ton/ha) Varietas
b0g1 0 Numbu
b0g2 0 Keller
b0g3 0 Wray
b1g1 5 Numbu
b1g2 5 Keller
b1g3 5 Wray
b2g1 10 Numbu
b2g2 10 Keller
b2g3 10 Wray
b3g1 15 Numbu
b3g2 15 Keller
b3g3 15 Wray
Homogenitas ragam antar perlakuan diuji dengan uji Bartlet dan aditivitas data
diuji dengan uji Tukey. Bila asumsi terpenuhi maka data dianalisis ragam dan
17
U
Ulangan 3
Ulangan 2
Ulangan 1
Gambar 1. Tata letak percobaan
18
Gambar 2. Tata letak lubang tanam pada setiap petakan
3.4 Pelaksanaan Penelitian
Setelah dilakukan pemanenan tanaman sorgum pertama, maka dilakukanlah
perlakuanratoonsebagai berikut :
3.4.1 Pemotongan batang
Seusai panen pada musim pertama segera dilakukan pemotongan batang tua
(± 10-15 cm) di atas permukaan tanah atau 5 cm di atas akar adventif.
Pemotongan batang dilakukan dengan menggunakan sabit.
19
Pembumbunan serta perbaikan petakan dilakukan saat tunas-tunas baru tanaman
sorgumratoonI telah tumbuh diatas permukaan tanah.
3.4.3 Penjarangan
Penjarangan dilakukan dengan cara membuang sebagian tunas-tunas baru yang
telah muncul di permukaan tanah. Penjarangan dilakukan ± 2 minggu setelah
tanaman sorgumratoonI muncul dari permukaan tanah. Penjarangan dilakukan
sesuai dengan perlakuan awal tanaman sorgum pertama dan dilihat yang
pertumbuhan tunasnya seragam. Tunas-tunas yang dipilih juga adalah tunas yang
tumbuh di bawah permukaan tanah.
3.4.4 Pemupukan
Pemberian bahan organik yaitu pupuk kandang sapi diberikan pada saat awal
pertanaman sorgum pertama dengan dosis 0, 5, 10, dan 10 ton/ ha. Pemupukan
menggunakan pupuk kimia Urea, SP36, dan KCl dengan dosis masing-masing
100, 100, dan 150 kg/ ha, atau dosis pupuk per petaknya yaitu Urea 160 g, SP36
160 g, dan KCl 240 g. Pemberian pupuk dilakukan sebanyak dua kali,
pemupukan pertama Urea : SP36 : KCl sebanyak1/2: 1 : 1 bagian yang diberikan
pada umur 2 minggu setelah pemotongan batang tanaman sorgum pertama atau
bisa disebut minggu setelah tanam (mst) dan1/2bagian dari pupuk Urea
selanjutnya diberikan pada saat tanaman berumur 6 mst dengan cara larikan
terputus (pada bagian tanamannya saja). Pemupukan ini diberikan bertujuan
20
3.4.5 Pemeliharaan
Tunas-tunas baru yang telah muncul dipelihara dengan baik seperti pada
pemeliharaan tanaman periode pertama, Pemeliharaan meliputi penyiraman,
pembumbunan, dan pengendalian hama serta penyakit termasuk pengendalian
gulma.
Penyiraman yang dilakukan yaitu tergantung dari kebutuhan tanaman dan kondisi
dari tanah, sedangkan pembumbunan dilakukan dengan cara menggemburkan
tanah disekitar tanaman sorgum, kemudian menimbunkan tanah tersebut pada
pangkal batang tanaman sorgum sehingga membentuk gundukan kecil dengan
tujuan dapat mengokohkan batang tanaman agar tidak mudah rebah.
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan. Penyiangan dilakukan
dengan cara menyiangi ataupun mengoret gulma secara hati-hati, agar tidak
mengganggu perakaran tanaman sorgum. Penyiangan pertama dilakukan umur 7
mst, selanjutnya dilakukan jika terdapat gulma yang mengganggu tanaman.
Pengendalian hama penyakit tanaman dilakukan apabila sudah terdapat hama atau
penyakit pada tanaman sorgum.
3.4.6 Pemanenan
Pemanenan tanaman sorgum dibagi dua yaitu panen sampel dan panen plot (panen
21
3.5 Variabel yang diamati
Jumlah tanaman yang diamati adalah 5 tanaman setiap petak yang dipilih secara
acak sebagai sampel. Variabel-variabel yang diamati dibagi dua yaitu
pengamatan komponen pertumbuhan dan pengamatan komponen hasil.
1. Komponen pertumbuhan, meliputi :
a. Tinggi Tanaman
Diukur menggunakan meteran dengan satuan centimeter (cm) mulai dari
pangkal batang sampai daun tertinggi pada seluruh sampel untuk semua
petak percobaan. Pengamatan dilakukan sejak tanaman berumur 4 mst
dengan interval waktu seminggu sekali sampai tanaman sorgum sudah
muncul daun bendera (9 mst).
b. Jumlah Daun
Dihitung pada setiap perlakuan untuk semua sampel perlakuan dengan
melihat banyak daun yang ada hingga munculnya daun bendera.
Pengamatan dilakukan sejak tanaman berumur 4 mst dengan interval
waktu seminggu sekali sampai tanaman sorgum sudah muncul daun
bendera (9 mst).
c. Diameter Batang
Diukur dengan menggunakan jangka sorong dengan satuan milimeter
(mm) untuk semua sampel perlakuan. Pengukuran dilakukan pada bagian
22
dengan interval waktu seminggu sekali sampai tanaman sorgum sudah
muncul daun bendera (9 mst).
d. Tingkat Kehijauan Daun Ketiga
Diukur dengan menggunakan klorofil meter SPAD. Pengukuran
dilakukan pada bagian tengah daun ketiga dari daun teratas. Pengamatan
dilakukan sejak tanaman berumur 6 mst dengan interval waktu seminggu
sekali sampai tanaman berumur 9 mst.
2. Komponen hasil, meliputi :
a. Bobot Brangkasan Basah
Diketahui dengan cara menimbang bagian tanaman sampel setelah dipanen
hingga pangkal batang dengan satuan kilogram (kg) per tanaman. Bagian
tanaman tersebut meliputi batang, daun, dan malai yang ditimbang secara
bersama-sama.
b. Bobot Brangkasan Kering
Diketahui dengan cara menimbang bobot batang, daun, dan malai setelah
dilakukan pemanenan pada seluruh tanaman sampel yang sudah dipanen
dengan satuan kilogram (kg) per tanaman dan dikeringkan di oven pada
suhu 80oC selama kurang lebih 3 hari.
c. Panjang Malai
Diukur pada setiap sampel perlakuan setelah dilakukan pemanenan.
23
d. Jumlah Biji/ Malai
Dilakukan setelah malai dalam keadaan kering, dengan cara menghitung
seluruh biji/ malai yang telah dipipil. pada semua sampel perlakuan untuk
semua petak percobaan.
e. Bobot Biji/ Malai
Diketahui dengan cara menimbang bobot biji kering untuk setiap sampel
perlakuan. Ini dilakukan setelah pengeringan, biji dikeringkan dengan
menggunakan oven selama 24 jam dengan suhu 70oC.
f. Bobot 100 Butir Biji
Didapat dengan cara menimbang bobot 100 butir biji setelah pengeringan
dalam kondisi kering yang telah dipipil dan dengan kadar air benih sebesar
40
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Perlakuan dosis bahan organik 15 ton/ha menghasilkan bobot biji/ malai
sorgumratoonI tertinggi yaitu 45,64 g/tanaman atau setara 285,25 g/m2.
2. Varietas Numbu menunjukkan hasil bobot biji/ malai sorgumratoonI tertinggi
yaitu 55,37 g/tanaman atau setara 346,06 g/m2sedangkan, Varietas Wray
menghasilkan bobot brangkasan basah tertinggi, yaitu 0,54 kg/tanaman atau
setara 3,37 kg/m2.
3. Kombinasi antara dosis bahan organik dan varietas sorgum yang tepat untuk
menghasilkan bobot brangkasan basah tertinggi adalah dosis bahan organik
5 ton/ha dengan Varietas Wray yaitu 0,54 kg/tanaman atau setara 3,37 g/m2.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis memberikan saran sebagai
berikut :
41
2. Apabila tujuan dari penanaman sorgum menginginkan hasil biji tanaman
sorgum yang tinggi maka penggunaan Varietas Numbu sangat tepat sedangkan,
bila menginginkan hasil biomassa yang tinggi maka penggunaan Varietas
42
PUSTAKA ACUAN
Candra, M. J. 2011.Pengaruh Pemberian Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) Dan Berbagai Dosis Pupuk Kompos Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Sorgum(Sorghum bicolor(L.) Moench). Universitas
Pembangunan Nasional Veteran. Yogyakarta.
Chauchan J. S, B. S. Vergara, and S. S Lopez. 1985. Rice Ratooning.IRRI Research Paper Series. Number 102. February 1985. IRRI Philippines.
Dahlan, M., Haryono, dan Soepangat. 1986.Produktivitas pertanaman ratoon galur-galur introduksi. Pen. Palawija I(1):43-50.
Donahue, R. L., Miller, R.W., Shickluna, J.C. 1977.An Introduction to Soil and Plant Growth 4 Ed. New Jersey : Prentice-Hall, Inc, 626 p.
Gardner, F. P., R. B. Pearce, dan R. L. Mitchell. 1991.Fisiologi Tanaman Budidaya Terjemahan Herawati Susilo. Universitas Indonesia Press. Jakarta. 428 hal.
Ginting, M. 1991. Pengujian Pupuk Komplesal dan Hasil Tanaman Kedelai (Glicine max(L.) Merril).Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala. Darussalam-Banda Aceh. 32 hlm.
Hakim, N., N. Yusuf, A. M. Lubis, G. N. Sutopo dan D. Amin. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.
Hamim, H. dan Sunyoto. 2011. Penampilan Agronomi Beberapa Genotipe Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Pada Tingkat Pemupukan Nitrogen Berbeda.Prosiding Seminar Hasil-Hasil Pertanian dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung.
43
House, L. R. 1985.A Guide to Sorghum Breeding: 2nd Ed. International Crops Research Institute for Semi-Arid Tropics (ICRISAT). India. 206p.
ICRISAT. (1990). Industrial Utilization of Sorghum.Proceedings of Symposium on the Current Status and Potential of Industrial Uses of Sorghum. 59p.
Irwan W., A. Wahyudin, R. Susilawati, dan T. Nurmala. 2004. Interaksi jarak tanam dan jenis pupuk kandang terhadap komponen hasil dan kadar tepung sorghum(Sorghum bicolorL. Moench) pada Inseptisol di Jatinangor.Jurnal Budidaya Tanaman4:128-136.
Kusuma, J., F.N. Azis, A. Hanif, Erifah I., M. Iqbal, A. Reza dan Sarno. 2008.
Tugas Terstruktur Mata Kuliah Pemulihan Tanaman Terapan; Sorgum. Departemen Pendidikan Nasional, Universitas Jenderal Soedirman, Fakultas Pertanian, Purwokerto.
Laimeheriwa, J Ir. 1990.Teknologi Budidaya Sorgum. Departemen Pertanian Balai Informasi Pertanian Provinsi Irian Jaya. Jayapura.
Mudjisihono, M. S. 1987.Budidaya dan Pengolahan Sorgum. Penebar Swadaya. Jakarta. hal 87.
Mudjisihono, R., dan D. S.Damarjati. 1987. Prospek kegunaan Sorghum sebagai sumber pangan dan pakan ternak.J. Litbang Pertanian6(1): 1-4.
Nurmala, T.S.W. 2003.Serealia Sumber Karbohidrat Utama. Rineka Cipta. Jakarta.
Pramanda, R. P. 2014. Pengaruh Aplikasi Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Beberapa Varietas Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench).
Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Rahmawati, A. 2013. Respons Beberapa Genotipe Sorgum (Sorghun bicolor(L.) Moench) Terhadap Sistem Tumpang Sari dengan Ubi Kayu (Manihot esculentaCrantz).Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Rukmana R,YY. Oesman. 2001.Usaha Tani Sorghum. Yogyakarta. Penerbit Kanisius
Sangatanan, PD. dan R.L. Sangatanan. 1989.Organic Farming. 3M Book Inc., 22 7.
44
Septiani, R. 2009. Evaluasi Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Genotipe Sorgum (Sorghun bicolor(L.) Moench)RatoonI.Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Setyorini, D., R. Saraswati, Anwar, Ea, K. 2006.Kompos.Pupuk Organik dan Pupuk Hayati Organik fertilizer and Biofertilizer. Balai Besar Litbang Sumber daya lahan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 313 hal.
Simpson, K. 1986.Fertilizer and Manures. Longman Group Ltd, Harlow, Essex, England.
Sirappa, M. P. 2003. Prospek Pengembangan Sorghum di Indonesia Sebagai Komoditas Alternatif Untuk Pangan, Pakan, dan Industri.Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 22 (4): 133-140.
Sitompul, S. M. dan B. Guritno. 1995.Analisis pertunbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sucipto, 2010. Efektifitas Cara Pemupukan Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Shorgum Manis (Sorghum bicolorL. Moench).Jurnal Embryo. 7 (2): 67-74.
Sungkono., Trikoesoemaningtyas, D. Wirnas, D. Sopandie, S. Human dan M. A. Yudiarto. 2009. Pendugaan Parameter Genetik dan Seleksi Galur Mutan Sorgum(Sorghum bicolor[L.] Moench) di Tanah Masam.Jurnal Agronomi Indonesia. 37 (3): 220-225.
Supriono. 2000. Pengaruh Dosis Urea Tablet dan Jarak Tanam Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Kedelai Kultivar Sindoro.AgrosainsII(2): 64-66.
Susilowati. 2002. Pengaruh Kerapatan Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Empat Kultivar Petsai (Brassica campestris var. pekinensis).Skripsi. Fakultas Pertanian universitas Brawijaya. Malang.
Syahruddin, K. A dan Nuraini. 1999.Pemberian Pupuk Kandang Memperbaiki Sifat Fisik dan Kimia Tanah. Lokakarya Fungsional Non Peneliti. Bogor.
Tarigan, H. Dewi, T. Irmansyah, E. Purba. 2013. Pengaruh Waktu Penyiangan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Sorgum (Sorghum bicolor(L.) Moench).Jurnal Online Agroteknologi, Vol. 2, No. 1:86-94.
45
Wahida, N. R. Sennang dan H. L. Hernusye. 2011. Aplikasi Pupuk Kandang Ayam Pada Tiga Varietas Sorgum(Sorghum bicolor L. Moench).
Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin. Makassar.
Yanuwar, W. 2002. Aktivitas Antioksidan dan Imunomodulator Serealia Non-Beras. Institut Pertanian Bogor.