EFEKTIVITAS METODE DEMONSTRASI PADA
PEMBELAJARAN PAI HUBUNGANNYA DENGAN
MOTIVASI BELAJAR SISWA
DI SMP PGRI 1 CIPUTAT TANGERANG SELATAN
Skripsi:
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh:
Istiharoh
107011003515
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
EFEKTIVITAS METODE DEMONSTRASI PADA
PEMBELAJARAN PAI HUBUNGANNYA DENGAN
MOTIVASI BELAJAR SISWA
DI SMP PGRI 1 CIPUTAT TABGERANG SELATAN
Skripsi:
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh:
ISTIHAROH NIM: 107011003515
Dibawah Bimbingan:
Dr. Muhammad Dahlan, S.Ag., M.Hum. NIP. 150294450
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI
Skripsi berjudul “Efektivitas Metode Demonstrasi pada Pembelajaran PAI
Hubungannya dengan Motivasi Belajar Siswa di SMP PGRI 1 Ciputat
Tangerang Selatan”, disusun oleh ISTIHAROH, Nomor Induk Mahasiswa
107011003515,Jurusan Pendidikan Agama Islam, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada 16 Maret 2011
dihadapan dewan penguji. Karena itu penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1
(S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.
Jakarta, 16 Maret 2011
Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal Tanda Tangan
Ketua Panitia (Ketua Jurusan)
Bahrissalim, M.Ag. ………. ………
NIP. 19680307 199803 1 002
Sekretaris Panitia (Sekretaris Jurusan)
Drs. Sapiudin Shiddiq, M.Ag. ………. ………
NIP. 19670308 200003 1 001
Penguji I
Bahrissalim, M.Ag. ……….. ………
NIP. 19680307 199803 1 002
Penguji II
Ahmad Irfan Mufid, MA. ……….. ………
NIP. 19740318 2003112 1 002
Mengetahui:
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Istiharoh
Tempat/ Tgl. Lahir : Tangerang, 26 Juni 1988
NIM : 107011003515
Judul Skripsi : Efektivitas Metode Demonstrasi pada Pembelajaran
PAI Hubungannya dengan Motivasi Belajar Siswa
di SMP PGRI 1 Ciputat.
Pembimbing : Dr. Muhammad Dahlan, S.Ag., M.Hum.
NIP : 150294450
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Starata 1 (S1) di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya
atau merupakan hasil jiplakan dan karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
ABSTRAK
ISTIHAROH, 2011. “EFEKTIVITAS METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN PAI HUBUNGANNYA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP PGRI 1 CIPUTAT TANGERANG SELATAN”.
Dibawah bimbingan Muhammad Dahlan.
Kata kunci:penggunaan metode demonstrasi dengan motivasi belajar siswa. Fokus studi ini adalah penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran PAI hubungannya dengan motivasi belajar siswa di SMP PGRI 1 Ciputat Tangerang Selatan. Studi ini bermaksud mendeskripsikan secara rinci bagaimana penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran PAI hubungannya dengan motivasi belajar siswa di SMP PGRI 1 Ciputat Tangerang Selatan. Penelitian ini dilakukan di SMP PGRI 1 Ciputat Tangerang Selatan dengan menggunakan populasi terjangkau, yaitu dengan mengambil responden seluruh kelas IX pada semester ganjil yang berjumlah 335 siswa.
Metode demonstrasi pada pembelajaran PAI hubungannya dengan motivasi belajar siswa di SMP PGRI 1 Ciputat bukan merupakan satu metode yang harus digunakan dalam proses pembelajaran, karena motivasi siswa tidak hanya dapat ditingkatkan melalui metode demonstrasi saja melainkan dengan metode yang lain, seperti metode diskusi, tanya jawab, pemberian tugas, sosio drama dan lain sebagainya.
Penelitian ini dilakukan di SMP PGRI 1 Ciputat Tangerang Selatan. Jenis metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodologi deskriptif korelatif melalui acak sederhana. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data yang bersifat kuantitatif, yaitu dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada siswa yang berupa angket. Populasi penelitian adalah siswa-siswi SMP PGRI 1 Ciputat Tangerang Selatan dengan jumlah 335 siswa.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan rumus
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Pertama-tama puja beserta puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Ghafur,
yang telah memberikan nikmat iman, Islam dan ihsan serta kesehatan jasmani
maupun rohani sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini sampai tuntas.
Shalawat beserta salam semoga selalu dilimpah curahkan kepada Nabi akhir
zaman yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman yang
terang benderang seperti sekarang, beliau adalah Nabi Muhammad SAW, beserta
keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menemukan banyak halangan dan
hambatan dalam penyelesaiannya, namun dengan pertolongan Allah SWT dan
usaha yang gigih serta pemberian motivasi yang tiada henti-hentinya dari orang
terdekat akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Dengan
segala ketulusan hati serta rasa syukur yang tiada henti, penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta selaku
dosen Seminar Proposal Skripsi yang telah membimbing penulis dalam
penulisan proposal Skripsi.
2. Bapak Dr. Muhammad Dahlan, S.Ag., M.Hum. selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
3. Kepala dan sekretaris jurusan PAI beserta staf-stafnya yang telah banyak
membantu.
4. Ibu Dra. Nur’aini Ahmad, M.Hum. selaku dosen penasehat akademik yang
telah bersedia untuk memberikan nasehat-nasehatnya kepada penulis
mengenai perkuliahan.
5. Bapak Bahrissalim, M.Ag. dan Bapak Ahmad Irfan Mufid, MA. selaku
serta nasihat-nasihnya kepada penulis untuk lebih memperbaiki penulisan
skripsi ini.
6. Bapak M. Syarifuddin, S.Pd.I, salah seorang guru PAI di SMP PGRI 1
Ciputat yang telah meluangkan waktunya ketika penulis melakukan
penelitian di sekolah tersebut, terima kasih atas bantuannya selama ini.
7. Bapak dan ibu penulis, H. Miming Ismail, Hj. Nurjannah serta ummi
Ayumi yang selalu memberikan motivasi baik berupa materi maupun
immateri, selalu memberikan apa saja yang penulis inginkan, memberikan
doa serta nasihat-nasihat yang selalu penulis harapkan dan memberikan
kasih sayang yang tiada henti-hentinya kepada penulis.
8. Kakak-kakak penulis yang penulis sayangi; kak Hadili, teh Eli, teh Yayah,
teh Sri serta teh Yanti, yang selalu menjadi inspirasi bagi penulis untuk
menjalani hidup ke depan serta penulis akan terus belajar dari
pengalaman-pengalaman mereka yang telah mereka alami.
9. Teman-teman penulis yang selalu mencurahkan semangatnya untuk
penulis agar cepat menyelesaikan skripsi ini, sehingga dapat penulis
jadikan sebagai motivasi untuk tetap semangat dalam menyelesaikan
skripsi ini; kak Ina Sakinah, Ade Farhatul Ummah, Tuti Aliyah, Tsuroyya
Jamilah, Evinka, Fardilla Putri serta Safinah dan untuk seseorang
berinisial “IN”.
Jakarta, 12 Februari 2011 Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI... iv
DAFTAR TABEL ... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Perumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Kegunaan Penelitian... 6
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. KAJIAN TEORI 1. Efektivitas Metode Demonstrasi ... 7
a. Pengertian Efektivitas ... 7
b. Pengertian Metode ... 7
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Pembuatan Metode Pendidikan Islam ... 8
d. Pengertian Metode Demonstrasi ... 8
e. Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi.. 9
f. Langkah-langkah Menggunakan Metode Demonstrasi ... 10
2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam... 12
a. Pengertian Belajar dan Mengajar ... 12
b. Pendidikan Agama Islam ... 16
1) Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 16
2) Dasar-dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam... 18
3. Motivasi Belajar ... 27
a. Pengertian Motivasi ... 27
b. Macam-macam Motivasi... 28
c. Fungsi Motivasi dalam Belajar ... 29
B. KERANGKA BERFIKIR ... 31
C. PENGAJUAN HIPOTESIS ... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33
B. Metode Penelitian... 33
C. Populasi dan Sampel ... 34
D. Variabel Penelitian ... 38
E. Teknik Pengumpulan Data... 41
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN A. SMP PGRI 1 Ciputat Tangerang Selatan ... 47
1. Profil Sekolah... 47
2. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah... 48
3. Keadaan Siswa, Guru dan Karyawan... 51
4. Sarana dan Prasarana... 55
B. Deskripsi Data... 61
C. Pengolahan Data... 61
D. Korelasi Data... 78
E. Interpretasi Data ... 85
F. Keterbatasan Penelitian... 87
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 88
B. Saran... 89
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Data siswa kelas IX SMP PGRI 1 Ciputat yang akan diteliti .. 36
Tabel 3.2 Kisi-kisi instrument tentang efektivitas metode demonstrasi pada pembelajaran PAI (variabel X) ... 39
Tabel 3.3 Kisi-kisi instrument tentang motivasi belajar siswa (variabel Y)... 40
Tabel 3.4 Skor penelitian tentang efektivitas metode demonstrasi hubungannya dengan motivasi belajar siswa pada pembelajaran PAI ... 43
Tabel 3.5 Indeks korelasiProduct Moment... 44
Tabel 4.1 Identitas SMP PGRI 1 Ciputat Tangerang Selatan... 47
Tabel 4.2 Keadaan siswa tahun ajaran 2003-2010 ... 51
Tabel 4.3 Data Kepala Sekolah SMP PGRI 1 Ciputat ... 52
Tabel 4.4 Kualifikasi pendidikan, status, jenis kelamin dan jumlah ... 52
Tabel 4.5 Jumlah guru dan tugas mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikan (keahlian) ... 53
Tabel 4.6 Pengembangan kompetensi profesionalisme guru ... 54
Tabel 4.7 Tenaga kependidikan atau tenaga pendukung... 54
Tabel 4.8 Keadaan ruang kelas... 55
Tabel 4.9 Data ruang lain ... 55
Tabel 4.10 Data ruang kantor ... 56
Tabel 4.11 Data ruang penunjang... 56
Tabel 4.12 Lapangan olah raga... 57
Tabel 4.13 Perabotan ruang kelas pembelajaran ... 57
Tabel 4.14 Perabotan ruang belajar lainnya ... 57
Tabel 4.15 Perabotan ruang kantor... 58
Tabel 4.16 Perabotan ruang penunjang ... 59
Tabel 4.17 Koleksi buku perpustakaan... 59
Tabel 4.18 Data jawaban responden no. 1 variabel X ... 62
Tabel 4.19 Data jawaban responden no. 2 variabel X ... 62
Tabel 4.20 Data jawaban responden no. 3 variabel X ... 63
Tabel 4.22 Data jawaban responden no. 5 variabel X ... 64
Tabel 4.23 Data jawaban responden no. 6 variabel X ... 64
Tabel 4.24 Data jawaban responden no. 7 variabel X ... 65
Tabel 4.25 Data jawaban responden no. 8 variabel X ... 65
Tabel 4.26 Data jawaban responden no. 9 variabel X ... 66
Tabel 4.27 Data jawaban responden no. 10 variabel X ... 67
Tabel 4.28 Data jawaban responden no. 11 variabel X ... 67
Tabel 4.29 Data jawaban responden no. 12 variabel X ... 68
Tabel 4.30 Data jawaban responden no. 13 variabel X ... 68
Tabel 4.31 Data jawaban responden no. 14 variabel X ... 69
Tabel 4.32 Data jawaban responden no. 15 variabel X ... 69
Tabel 4.33 Data jawaban responden no. 16 variabel Y ... 70
Tabel 4.34 Data jawaban responden no. 17 variabel Y ... 71
Tabel 4.35 Data jawaban responden no. 18 variabel Y ... 71
Tabel 4.36 Data jawaban responden no. 19 variabel Y ... 72
Tabel 4.37 Data jawaban responden no. 20 variabel Y ... 72
Tabel 4.38 Data jawaban responden no. 21 variabel Y ... 73
Tabel 4.39 Data jawaban responden no. 22 variabel Y ... 73
Tabel 4.40 Data jawaban responden no. 23 variabel Y ... 74
Tabel 4.41 Data jawaban responden no. 24 variabel Y ... 74
Tabel 4.42 Data jawaban responden no. 25 variabel Y ... 75
Tabel 4.43 Data jawaban responden no. 26 variabel Y ... 76
Tabel 4.44 Data jawaban responden no. 27 variabel Y ... 76
Tabel 4.45 Data jawaban responden no. 28 variabel Y ... 77
Tabel 4.46 Data jawaban responden no. 29 variabel Y ... 77
Tabel 4.47 Data jawaban responden no. 30 variabel Y ... 78
Tabel 4.48 Tabulasi skor angket tentang efektivitas metode demonstrasi pada pembelajaran PAI (variabel X) ... 78
Tabel 4.49 Tabulasi skor angket tentang motivasi belajar siswa (variabel Y)... 80
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang amat dibutuhkan oleh manusia di
dalam menjalankan kehidupannya. Pendidikan merupakan suatu upaya agar
manusia dapat mengetahui dan membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk. Baik dan buruknya seseorang, maju dan tidaknya suatu bangsa juga
amat ditentukan oleh pendidikan. Di Indonesia semua orang berhak untuk
mengenyam pendidikan, hal tersebut terlihat dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 5 ayat 1 yang berbunyi: “Setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”.1
Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilandasi dengan penuh
kesadaran dan rasa tanggung jawab dalam rangka membina dan membentuk
suatu kepribadian(personality), kecerdasan dan keterampilan anak didik, baik yang bersifat jasmani maupun rohani. Muhibbin Syah dalam bukuPsikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru mendefinisikan pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia melalui
pengajaran.2
1
Undang-Undang Sistem Pendidikan Naional No.20 tahun 2003, hlm. 14.
2
Dalam UUSPN No. 20 tahun 2003 pasal 2 Penidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3
Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut, berdirilah
lembaga-lembaga pendidikan. Jalur pendidikan terbagi kepada jalur pendidikan
sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah. Jalur pendidikan sekolah
merupakan pendidikan yang dilaksanakan di sekolah-sekolah secara formal
seperti SD, SMP, dan seterusnya. Jalur pendidikan luar sekolah yaitu
non-formal dan innon-formal seperti pendidikan di rumah (keluarga), kursus dan
lain-lain.
Jenis pendidikan sekolah terbagi kepada pendidikan umum, kejuruan,
keagamaan, khusus, akademik serta pendidikan profesi dan vokasi.
Pendidikan kegamaan menurut UUSPN No. 20 tahun 2003 pasal 30 ayat 2.
berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan atau menjadi
ahli agama.4
Dari pengertian tersebut dapat diartikan bahwa yang diharapkan dari
pendidikan keagamaan adalah agar peseta didik dapat mengetahui, menguasai
pengetahuan keagamaan serta dapat menjalankan perintah agamanya. Jadi
tidak hanya sekedar mengetahui saja akan tetapi diharapkan agar
menguasainya dengan benar serta dapat mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Pendidikan keagamaan yang dibicarakan dalam pembahasan ini
adalah pendidikan Islam. Untuk itu diperlukan pemahaman terlebih dahulu
tentang pengertian pendidikan Islam itu sendiri. Pendidikan Islam merupakan
3
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional…hlm. 12.
4
jalan bagi usaha untuk mengarahkan pertumbuhan anak didik ke arah ajaran
Islam melalui pembelajaran agama Islam sebagaimana diungkapkan oleh
Prof. H. M. Arifin, M.Ed, bahwa hakekat pendidikan Islam adalah usaha
orang dewasa muslim yang bertakwa secara sadar mengarahkan dan
membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar)
anak didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan
perkembangannya. Pendidikan secara teoritis mengandung pengertian
memberi makna (apvoeding) kepada jiwa anak didik sehingga mendapat kepuasan rohaniah, juga diartikan dengan menumbuhkan kemampuan dasar
manusia.5
Mengenai keutamaan pendidikan ini, Allah SWT menggambarkan
dalam al-Qur’an:
…
“Allah akan meninggikan orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Mujadalah: 11)6
Mengenai tujuan pendidikan agama Islam menurut Ahmad D.
Marimba ada dua macam yaitu tujuan sementara dan tujuan akhir. Tujuan
sementara yaitu tercapainya berbagai kemamapuan seperti kecakapan
jasmani, pengetahuan ilmu-ilmu kemasyarakatan, kesusilaan, keagamaan,
kedewasaan jasmani dan rohani.7 Sedangkan tujuan akhir pendidikan Islam disebutkan oleh H.M. Arifin bahwa tujuan akhir pendidikan Islam itu terletak
5
M. Arifin,Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), Cet. 3, hlm. 32.
6
Al-Hakim,Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Asy-Syifa, 1998), hlm. 434.
7
dalam realisasi sikap penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah, baik secara
perorangan, masyarakat maupun umat manusia secara keseluruhannya.8 Dalam menyampaikan suatu ilmu dalam pembelajaran kepada peserta
didik seorang guru dituntut untuk kreatif dalam menyampaikan pembelajaran
tersebut supaya peserta didik tidak merasa bosan ketika melakukan proses
pembelajaran dan diharapkan dengan guru yang kreatif pembelajaran dapat
berjalan dengan efektif. Begitu juga dengan pembelajaran PAI, seorang guru
keberadaannya sangat berpengaruh dalam pembelajaran tersebut, dari
bagaimana metode atau cara yang dilakukan untuk menyampaikan materi
pembelajaran tersebut supaya dapat menarik perhatian dan minat peserta
didik agar tertuju pada materi yang akan disampaikan.
Salah satu di antara metode-metode pembelajaran adalah metode
demonstrasi. Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan ketika
seorang guru akan mempraktekkan suatu materi pelajaran yang ia sampaikan.
Dengan penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran diharapkan
dapat mempermudah siswa dalam memahami pelajaran yang disampaikan
oleh guru, karena siswa dapat mengetahui pengamalan suatu teori atau materi
yang ia pelajari secara langsung.
Selain memberikan metode yang bagus dalam mengajar, seorang guru
juga seharusnya memberikan motivasi yang besar dan kuat agar tumbuh
minat dalam diri seorang anak untuk dapat membiasakan dirinya dalam
mengamalkan pelajaran yang telah diterimanya di sekolah. Karena motivasi
merupakan salah satu faktor penentu terhadap keberhasilan seorang anak
didik dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan atau yang ingin dicapai
dalam sebuah pembelajaran.
Dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), motivasi dapat dikatakan
sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan
terjadinya kegiatan pembelajaran, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan
pembelajaran dan yang memberikan arah kepada kegiatan pembelajaran.
Sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai dengan baik. Motivasi
8
belajar adalah faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang
khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat
untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi yang kuat akan mempunyai
banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar, hasil belajar itu akan
menjadi optimal jika ada motivasi yang tepat.9
Oleh karena itu, di sini penulis tertarik untuk meneliti masalah dengan
judul “EFEKTIVITAS METODE DEMONSTRASI PADA
PEMBELAJARAN PAI HUBUNGANNYA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP PGRI 1 CIPUTAT TANGERANG
SELATAN”.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis
mengidentifikasi masalah yang akan diteliti adalah:
1. Guru kurang mengembangkan metode demonstrasi dalam proses
pembelajaran PAI.
2. Suasana belajar yang kurang kondusif.
3. Rendahnya motivasi belajar siswa pada pembelajaran PAI.
4. Rendahnya prestasi belajar peserta didik.
5. Kurangnya sarana dan prasarana sekolah untuk menunjang penggunaan
metode demonstrasi dalam pembelajaran.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi
masalah yang akan diteliti sebagai berikut:
1. Guru kurang mengembangkan metode demonstrasi dalam pembelajaran
PAI.
2. Rendahnya motivasi belajar siswa pada pembelajaran PAI.
9
D.
Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan
masalah yang akan diteliti yaitu:
1. Bagaimanakah efektivitas metode demonstrasi pada pembelajaran PAI di
SMP PGRI 1 Ciputat Tangerang Selatan?
2. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara efektivitas metode
demonstrasi pada pembelajaran PAI dengan motivasi belajar siswa di
SMP PGRI 1 Ciputat Tangerang Selatan?
E.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui apakah antara efektivitas metode demonstrasi pada
pembelajaran PAI terdapat hubungan yang signifikan dengan motivasi belajar
siswa di SMP PGRI 1 Ciputat Tangerang Selatan.
F. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagi sekolah, dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan jadi bahan
pertimbangan untuk meningkatkan kualitas dan mutu sekolah.
2. Bagi guru, sebagai informasi atau masukan yang dapat dijadikan bahan
pertimbangan dan menambah ilmu yang amat berharga mengenai
penggunaan metode mengajar yang lebih efektif dalam pembelajaran PAI.
3. Bagi penulis, dapat menambah wawasan dan pengetahuan sehingga dapat
mengembangkan pikiran dan pemahaman yang berupa gagasan atau
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR
DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Efektivitas Metode Demonstrasi a. Pengertian Efektivitas
Menurut Ensiklopedi Indonesia, efektivitas adalah menunjukkan
tahap tercapainya suatu tujuan. Suatu usaha dikatakan efektif kalau usaha
tersebut mencapai tujuannya.10
b. Pengertian Metode
Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu “Methodos”yang berarti
cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka
metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek
yang menjadi sasaran ilmu yang bersangutan. Fungsi metode berarti
sebagai alat untuk mencapai tujuan.11
10
Hasan Shadily,Ensiklopedi Indonesia,(Jakarta: Ichtiar Baru Van-Hoeve), jilid ke-2.
11
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Pembuatan Metode Pendidikan Islam
1) Keadaan murid yang mencakup pertimbangan tentang tingkat
kecerdasan, kematangan, perbedaan individu lainnya.
2) Tujuan yang hendak dicapai.
3) Situasi yang mencakup hal yang umum seperti situasi kelas dan situasi
lingkungan.
4) Alat-alat yang tersedia akan mempengaruhi pemilihan metode yang
akan digunakan.
5) Kemampuan pengajar/guru, mencakup kemampuan fisik maupun
keahlian.
6) Sifat bahan pengajaran.12
d. Pengertian Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan
memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses,
situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan.
Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan
secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa
hanya sekedar memperhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan
bahan pelajaran lebih kongkret. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi
dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran
ekspositori daninkuiri.13 Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara
verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar
siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.14 Sedangkan
12
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), cet. 10, hlm. 33-34.
13
Wina sanjaya, Strategi pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), cet. 1, hlm. 150.
14
strategi pembelajaraninkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan kepada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk
mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya
jawab antara guru dan siswa.15
Manfaat psikologis dari metode demonstrasi yaitu di antaranya
perhatian siswa dapat lebih dipusatkan, proses belajar siswa lebih terarah
pada materi yang sedang dipelajari, pengalaman dan kesan sebagai hasil
pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa.16
e. Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi
Adapun kelebihan dan kekuragan metode demonstrasi adalah:
1) Kelebihan metode demonstrasi yaitu:
a) Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu
proses dan kerja suatu benda.
b) Memudahkan berbagai jenis penjelasan.
c) Kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat
diperbaiki melalui pengamatan dan contoh kongkret dengan
menghadirkan obyek sebenarnya.
2) Kelemahan metode demonstrasi yaitu:
a) Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan
dipertunjukan.
b) Tidak semua benda dapat didemonstrasikan.
c) Sukar dimengerti jika didemonstrasikan oleh guru yang kurang
menguasai apa yang didemonstrasikan.17
15
Wina Sanjaya,Strategi Pembelajaran…, hlm. 196.
16
http://one.indoskripsi.com/node/2091, 18-04-2008.
17
f. Langkah-Langkah Menggunakan Metode Demonstrasi
1) Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan:
a) Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses
demonstrasi berakhir. Tujuan ini meliputi beberapa aspek seperti
aspek pengetahuan, sikap, atau keterampilan tertentu.
b) Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan
dilakukan. Garis-garis besar langkah demonstrasi diperlukan
sebagai panduan untuk menghindari kegagalan.
c) Lakuan uji coba demonstrasi. Uji coba meliputi segala peralatan
yang diperlukan.
2) Tahap Pelaksanaan
a) Langkah pembukaan
Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang
harus diperhatikan, di antaranya adalah:
(1) Aturan tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat
memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan
(2) Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa
(3) Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa,
misalnya siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang
dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi.
b) Langkah pelaksanaan demonstrasi
(1) Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang
merangsang siswa untuk berpikir, misalnya melalui
pertanyaan-pertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga
mendorong siswa untuk tertarik memperhatikan demonstrasi
(2) Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari
suasana yang menegangkan
(3) Yakinkah bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi
(4) Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif
memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari
proses demonstrasi itu.
c) Langkah mengakhiri demonstrsai
Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran
perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada
kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian
tujuan pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakah
siswa memahami proses demonstrasi itu atau tidak. Selain
memberikan tugas yang relevan, ada baiknya guru dan siswa
melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi
itu untuk perbaikan selanjutnya.18
g. Indikator yang Diharapkan Dapat Dicapai Oleh Siswa dalam Pembelajaran Melalui Penggunaan Metode Demonstrasi
1. Aspek Pengetahuan
Dengan penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran
siswa mampu memahami materi pelajaran dengan maksimal, karena
dalam pengguanaan metode demonstrasi siswa tidak hanya mengetahui
teorinya saja, akan tetapi siswa juga mengetahui praktiknya atau
pengamalam materi tersebut.
Selain itu, dengan penggunaan metode demonstrasi dalam
pembelajaran siswa juga mampu membandingkan antara teori dan
kenyataan. Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran
suatu materi pelajaran tersebut.19 2. Aspek Sikap
Dengan penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran,
diharapkan siswa mampu menerapkan atau mengamalkan ilmu yang ia
18
Wina sanjaya, Strategi Pembelajaran…hlm. 151-152.
19
peroleh dalam kehidupannya sehari-hari sebagai hasil dari pembelajaran
dengan menggunakan metode demonstrasi.
3. Aspek Keterampilan
Dengan penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran,
diharapkan siswa mampu membuat suatu keterampilan tertentu yang
bermanfaat bagi kehidupannya maupun kehidupan di sekitarnya.
2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam a. Pengertian belajar dan Mengajar
1) Belajar
Belajar adalah proses perubahan berkat pengalaman dan latihan,
baik yang menyangkut pengetahuan keterampilan maupun sikap,
bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi.
Belajar menurut Roestiyah, NK di dalam bukunya Masalah-Masalah Ilmu Keguruan adalah “Perubahan-perubahan diri seseorang dan belajar pada hakekatnya adalah mendapatkan hal-hal yang baru”.20
Pengertian belajar menurut Oemar Hamalik di dalam bukunya
Media Pendidikan yaitu:
a) Belajar menurut pandangan tradisional, siswa harus mempelajari
sejumlah mata pelajaran dengan bahan bacaan menjadi sumber
pengetahuan yang utama sehingga dapat ditafsirkan bahwa belajar
berarti mempelajari buku bacaan.
b) Belajar menurut pandangan modern adalah proses interaksi individu
dengan lingkungan yang dapat membawa perubahan tingkah laku
tersebut. Perubahan terjadi merupakan hasil pengalaman dan latihan
yang dialami oleh individu tersebut.21
20
Roestiyah NK,Masalah-masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta: Bina Aksara, 1992), hlm. 149.
21
Menurut Slameto, belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungan.22
Sedangkan menurut Alisuf Sabri “Belajar adalah proses
perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan.
Perubahan akibat tingkah laku itu dapat berupa memperoleh prilaku
yang baru atau memperbaiki/meningkatkan prilaku yang sudah ada,
dapat berupa prilaku yang baik (positif) atau prilaku yang buruk
(negatif).23
Dari pendapat para pakar pendidikan diatas, dapat disimpulkan
bahwa pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku
yang dilakukan atau dialami oleh individu akibat dari pengalaman yang
ia peroleh dari lingkungannya baik yang bersifat positif maupun yang
bersifat negatif.
Ciri-ciri kegiatan yang disebut dengan belajar adalah:
a) Belajar menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri orang yang
baik secara aktual maupun potensial.
b) Perubahan itu merupakan kemampuan baru yang berlaku dalam
waktu yang relatif menetap.
c) Perubahan itu terjadi karena usaha.
22
Slameto,Belajar dan Faktor-faktor Mempengaruhinya, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hlm. 2.
23
2) Mengajar
Adapun megajar pada hakekatnya adalah suatu proses, yaitu
proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar anak
didik sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik
melakukan proses belajar. Mengajar adalah proses memberikan
bimbingan bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses belajar.
Mengajar merupakan kegiatan yang mutlak memerlukan
keterlibatan individu anak didik, mengajar merupakan proses
pengaturan yang dilakukan oleh guru.24
Kata pembelajaran dipakai sebagai padanan kata dari
“intruction”. Kata intruction tidak sama artinya dengan pengajaran, kata pengajaran terdapat dalam konteks guru dan murid di dalam kelas,
sedangkan pembelajaran atauintructionmencakup pula kegiatan belajar mengajar yang tidak dihadiri oleh guru secara fisik. Dalam
pembelajaran yang ditekankan adalah proses belajar. Oleh karena itu
usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber belajar agar
terjadi proses belajar dalam diri siswa disebut pembelajaran.25
Kegiatan belajar mengajar adalah yang dengan sengaja
diciptakan. Gurulah yang menciptakan guna membelajarkan anak didik.
Guru yang mengajar murid yang belajar.
Dalam kegiatan belajar mengajar anak didik adalah sebagai
subyek dan sebagai obyek dari kegiatan pengajaran. Inti proses
pengajaran adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu
tujuan pengajaran. Pengajaran ialah suatu kegiatan yang menyangkut
pembinaan anak mengenai segi kognitif, afektif, psikomotorik.
24
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 1991), cet. III, hlm. 29.
25
Sebagai suatu sistem tentu saja kegiatan belajar mengajar
mengandung sejumlah komponen-komponen. Menurut Drs. Syaiful Bahri Djamarohadalah sebagai berikut:
a) Tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari
pelaksanaan suatu kegiatan, suatu cita-cita yang bernilai normatif,
tujuan tedapat sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada anak
didik. Tjuan mempunyai jenjang dari luas dan umum sampai kepada
yang sempit atau khusus.
b) Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan
dalam proses belajar mengajar, tanpa bahan pelajaran proses belajar
mengajar tidak akan berjalan.
c) Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam
mendidik. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan
dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Kegiatan inti
melibatkan semua komponen pengajaran dan akan menentukan
sejauhmana tujuan yang ditetapkan akan dicapai.
d) Metode
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru
tidak harus terpaku dengan menggunakan satu metode.
e) Alat
Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam
rangka mencapai tujuan pengajaran. Alat mempunyai fungsi sebagai
perlengkapan, pembantu, mempermudah usaha mencapai tujuan dan
alat sebagai tujuan. Alat dapat dibagi menjadi dua macam yaitu alat
dan alat bantu pengajaran, yang dimaksud alat adalah berupa
pengajaran berupa globe, papan tulis, batu tulis, batu kapur, gambar,
diagram, slide video dan lain-lain.
Sebagai alat bantu dalam pendidikan dan pengajaran, alat
audio visual mempunyai sifat sebagai berikut:
1) Kemampuan untuk meningkatkan persepsi.
2) Kemampuan untuk meningkatkan pengertian.
3) Kemampuan untuk meningkatkan transfer (pengalihan) belajar.
4) Kemampuan untuk memberikan penguatan(reinforcement).
5) Kemampuan untuk meningkatkan retensi (ingatan).
f) Sumber Pembelajaran
Sumber-sumber bahan pelajaran adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan sebagai tempat di mana bahan pengajaran terdapat
atau asal untuk belajar seseorang. Sumber belajar merupakan bahan/
materi untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal
baru bagi si pelajar.
g) Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan suatu atau suatu proses untuk
menentukan nilai dari sesuatu. Evaluasi merupakan kegiatan
menyimpulkan data seluas-luasnya. Sedalam-dalamnya yang
bersangkutan dengan kapabilitas siswa guna mengetahui sebagai
akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan
mengembangkan kemampuan belajar.
Dari tujuan itu juga dapat dipahami bahwa pelaksanaan
evaluasi diarahkan kepada evaluasi proses dan evaluasi produk.
Evaluasi proses adalah suatu proses yang diarahkan untuk menilai
bagaimana pelaksanaan proses belajar mengajar yang telah
Evaluasi produk adalah suatu evaluasi yang diarahkan kepada
bagaimana hasil belajar yang telah dilakukan oleh siswa dan
penguasaan siswa terhadap bahan/materi pelajaran.26
b. Pendidikan Agama Islam
1) Pengertian Pendidikan Agama Islam
Sebelum membahas pengertian pendidikan agama Islam, penulis
akan terlebih dahulu mengemukakan arti pendidikan pada umumnya.
Istilah pendidikan berasal dari kata didik dengan memberinya awalan
“pe” dan akhiran “kan” mengandung arti perbuatan (hal, cara dan
sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani,
yaitu paedagogie, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan
education yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan tarbiyah, yang berarti pendidikan.27 Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan yang dilakukan secara sadar oleh si
pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama.28
Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya
pendidikan yaitu menuntun kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak
itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat
dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya.29
26
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hlm.48.
27
Ramayulis,Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kalam Mulia, 2004), cet. 4, hlm. 1.
28
Ahmad D. Marimba,Pengantar Filsafat Pendidikan Islam,(Bandung: PT. Al-Maarif, 1981), cet. 5, hlm. 19.
29
Dari semua definisi itu dapat disimpulkan bahwa pendidikan
adalah sebuah kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana
yang dilaksanakan oleh orang dewasa yang memiliki ilmu dan
keterampilan kepada anak didik, demi terciptanya insane kamil.
Pendidikan yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah
pendidikan agama Islam. Adapun kata Islam dalam istilah pendidikan
agama Islam menunjukkan sikap pendidikan tertentu yaitu pendidikan
yang memiliki warna-warna Islam. Untuk memperoleh gambaran
mengenai pendidikan agama Islam, berikut ini beberapa definisi
mengenai pendidikan agama Islam.
Menurut Ahmad Marimba, pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam
menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran
Islam.30
Sedangkan menurut Zakiah Daradjat, pendidikan agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu
berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah
selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan
mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara
menyeluruh, serta menjdikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu
pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraaan hidup di
dunia dan di akhirat kelak.31
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan Agama Islam adalah suatu proses bimbingan jasmani dan
rohani yang berlandaskan ajaran Islam dan dilakukan dengan kesadaran
untuk mengembangkan potensi anak menuju perkembangan yang
maksimal, sehingga terbentuk kepribadian yang memiliki nilai-nilai
Islam.
30
Ahmad D. Marimba,Pengantar Filsafat Pendidikan islam…, hlm. 23.
31
2) Dasar-dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam a) Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam
Dasar atau fundamen dari suatu bangunan adalah bagian dari
bangunan yang menjadi sumber kekuatan dan keteguhan tetap
berdirinya bangunan itu. Pada suatu pohon dasar itu adalah akarnya.
Fungsinya sama dengan fundamen tadi, mengeratkan berdirinya
pohon itu. Demikian fungsi dari bangunan itu.
Fungsinya ialah menjamin sehingga “bangunan” pendidikan
itu teguh dalam berdirinya. Agar usaha-usaha yang terlingkup di
dalam kegiatan pendidikan mempunyai sumber keteguhan, suatu
sumber keyakinan agar jalan menuju tujuan dapat tegas dan terlihat,
tidak mudah disampingkan oleh pengaruh-pengaruh luar. Singkat
dan tegas dasar pendidikan agama Islam adalah Firman Tuhan dan
sunnah Rasulullah SAW.32 Kalau pendidikan diibaratkan bangunan maka isi Al-Qur’an dan Haditslah yang menjadi fundamen.
Dasar-dasar pendidikan agama Islam dapat ditinjau dari
beberapa segi, yaitu;
(1) Dasar Religius
MenurutZuhairini, yang dimaksud dengan dasar religius adalah dasar-dasar yang bersumber dari ajaran agama Islam
yang tertera dalam Al-Qur’an maupun al-Hadits. Menurut ajaran Islam, bahwa melaksanakan pendidikan agama Islam adalah
merupakan perintah dari Tuhan dan merupakan ibadah
kepada-Nya.33
32
Ahmad D. Marimba,Metodik Khusus Islam, (Bandung: PT. Al-Maarif, 1981), cet. 5, hlm. 41.
33
(2) Dasar Yuridis Formal
Menurut Zuhairini dkk, yang dimaksud dengan Yuridis Formal pelaksanaan pendidikan agama Islam yang berasal dari
perundang-undangan yang secara langsung atau tidak langsung
dapat djadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan
agama Islam, di sekolah-sekolah ataupun di lembaga-lembaga
pendidikan formal di Indonesia.
(3) Dasar Ideal
Yang dimaksud dengan dasar ideal yakni dasar dari
falsafah Negara: Pancasila, di mana sila yang pertama adalah
ketuhanan Yang Maha Esa. Ini mengandung pengertian, bahwa
seluruh bangsa Indonesia harus percaya kepada Tuhan Yang
Maha Esa, atau tegasnya harus beragama.34 (4) Dasar Konstitusional/ Struktural
Yang dimaksud dengan dasar konstitusional adalah dasar
UUD Tahun 2002 Pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi sebagai
berikut; “Negara berdasarkan atas Tuhan Yang Maha Esa.
Negara menjamin tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan
kepercayaannya”.35
Bunyi dari UUD diatas mengandung pengertian bahwa
bangsa Indonesia harus beragama, dalam pengertian manusia
yang hidup di bumi Indonesia adalah orang-orang yang
mempunyai agama. Karena itu, umat beragama khususnya umat
Islam dapat menjalankan agamanya sesuai ajaran Islam, maka
diperlukan adanya pendidikan agama Islam.
34
Zuhairini, dkk,Metodik Khusus Pendidikan Agama…,hlm. 22.
35
(5) Dasar Operasional
Yang dimaksud dengan dasar operasional adalah dasar
yang secara langsung mengatur pelaksanaan pendidikan agama
Islam di sekolah-sekolah di Indonesia.
Menurut Tap MPR Nomor IV/ MPR/ 1973. Tap MPR
Nomor IV/ MPR/ 1978 dan Tap MPR Nomor II/ MPR/ 1983
tentang GBHN, yang pada pokoknya dinyatakan bahwa
pelaksanaan pendidikan agama secara langsung dimasukkan ke
dalam kurikulum sekolah-sekolah, mulai dari Sekolah Dasar
sampai dengan Universitas Negeri.36
Atas dasar itulah, maka pendidikan agama Islam di
Indonesia memiliki status dan landasan yang kuat dilindungi dan
didukung oleh hukum serta peraturan perundang-undangan yang
ada.
(6) Dasar Psikologis
Yang dimaksud dasar psikologis yaitu dasar yang
berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan bermasyarakat.
Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya manusia baik sebagai
individu maupun sebagai anggota masyarakat dihadapkan pada
hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak tentram
sehingga memerlukan adanya pegangan hidup.37
Semua manusia yang hidup di dunia ini selalu
membutuhkan pegangan hidup yang disebut agama, mereka
merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang
mengakui adanya Zat Yang Maha Kuasa, tempat untuk
berlindung, memohon dan tempat mereka memohon
pertolongan. Mereka akan merasa tenang dan tentram hatinya
apabila mereka dapat mendekatkan dirinya kepada Yang Maha
36
Zuhairini, dkk,Metodik Khusus Pendidikan Agama…,hlm. 23.
37
Kuasa. Dari uraian di atas maka jelaslah bahwa untuk membuat
hati tenang dan tentram ialah dengan jalan mendekatkan diri
kepada Tuhan.
b) Tujuan Pendidikan Agama Islam
Berbicara pendidikan agama Islam, baik makna maupun
tujuannya haruslah mengacu kepada penanaman nilai-nilai Islam dan
tidak dibenarkan melupakan etika sosial dan moralitas sosial.
Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan
hidup di dunia bagi anak didik yang kemudian akan mampu
membuahkan kebaikan di akhirat kelak.
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mencapai suatu
tujuan, tujuan pendidikan akan menentukan ke arah mana peserta
didik akan dibawa. Tujuan pendidikan juga dapat membentuk
perkembangan anak untuk mencapai tingkat kedewasaan, baik
biologis maupun pedagogis.
Pendidikan agama Islam di sekolah bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan
pemupukkan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta
pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi
manusia Muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan,
ketaqwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat
melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (kurikulum
PAI: 2002).38
MenurutZakiah Daradjat tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Tujuan
pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis,
tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang,
berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya, yaitu kepribadian
38
seseorang yang membuatnya menjadi insan kamil dengan pola taqwa. Insan kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup berkembang secara wajar dan normal karena taqwanya kepada
Allah SWT.39
Sedangkan Mahmud Yunus mengatakan bahwa tujuan pendidikan agama adalah mendidik anak-anak, pemuda-pemudi
maupun orang dewasa supaya menjadi seorang Muslim sejati,
beriman teguh, beramal saleh dan berakhlak mulia, sehingga ia
menjadi salah seorang masyarakat yang sanggup hidup di atas
kakinya sendiri, mengabdi kepada Allah dan berbakti kepada bangsa
dan tanah airnya, bahkan sesama umat manusia.40
Sedangkan Imam al-Ghazali mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam yang paling utama ialah beribadah dan taqarrub
kepada Allah dan kesempurnaan insani yang tujuannya kebahagiaan
dunia akhirat.41
Adapun Muhammad Athiyah al-Abrasy merumuskan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah mencapai akhlak yang sempurna.
Pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam,
dengan mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa
fadhilah (keutamaan), membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci
seluruhnya ikhlas dan jujur. Maka tujuan pokok dan terutama dari
pendidikan Islam ialah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa.42
39
Zakiah Daradjat, dkk,Ilmu Pendidikan Islam…,hlm. 29
40
Mahmud Yunus, Metode Khusus Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1983), hlm. 13.
41
Ramayulis,Ilmu Pendidikan Islam…, hlm. 71-72.
42
Tujuan yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau
sekelompok orang yang melakukan sesuatu kegiatan. Karena itu
pendidikan Islam yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang
atau sekelompok orang yang melaksanakan pendidikan Islam.
Tim penyusun buku Ilmu Pendidikan Islam mengemukakan bahwa tujuan pendidikan Islam ada empat macam, yaitu:
(1) Tujuan Umum
Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan
semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan
cara yang lainnya. Tujuan ini meliputi aspek kemanusiaan
seperti; sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan
pandangan. Tujuan umum ini berbeda pada tingkat umur,
kecerdasan, situasi dan kondisi dengan kerangka yang sama.
Bentuk insan kamil dengan pola takwa kepada Allah harus tergambar dalam pribadi seseorang yang sudah terdidik,
walaupun dalam ukuran kecil dan mutu yang rendah sesuai
dengan tingkah-tingkah tersebut.
(2) Tujuan Akhir
Pendidikan Islam ini berlangsung selama hidup, maka
tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah
berakhir. Tujuan umum yang berbentuk insan kamil dengan pola
taqwa dapat mengalami naik turun, bertambah dan berkurang
dalam perjalanan hidup seseorang. Perasaan, lingkungan dan
pengalaman dapat mempengaruhinya. Karena itulah pendidikan
Islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan ,
memupuk, mengembangkan, memelihara dan mempertahankan
Tujuan akhir pendidikan Islam itu dapat dipahami dalam firman Allah SWT:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”(Q.S. Ali Imran: 102).
(3) Tujuan Sementara
Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah
anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang
direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Tujuan
operasional dalam bentuk tujuan instruksional yang
dikembangkan menjadi Tujuan Instruksional Umum dan Tujuan
Instruksional Khusus (TIU dan TIK).
(4) Tujuan Operasional
Tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan
dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit
kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah
dipersiapkan dan diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu
disebut tujuan operasional. Dalam pendidikan formal, tujuan ini
disebut juga tujuan instruksional yang selanjutnya
dikembangkan menjadi TIU dan TIK. Tujuan instruksional ini
merupakan tujuan pengajaran yang direncanakan dalam unit
kegiatan pengajaran.43
Hasil rumusan tentang tujuan pendidikan Islam menurut
Kongres Pendidikan Islam se Dunia di tahun 1980,
menunjukkan bahwa pendidikan harus merealisasikan cita-cita
(idealitas) Islam yang mencakup pengembangan kepribadian
43
Muslim yang bersifat menyeluruh secara harmonis berdasarkan
potensi psikologis dan fisiologis (jasmaniah) manusia yang
mengacu kepada keimanan dan sekaligus berilmu pengetahuan
secara berkeseimbangan sehingga terbentuklah manusia Muslim
yang paripurna yang berjiwa tawakkal (menyerahkan diri)
secara total kepada Allah SWT. Sebagaimana firman Allah yang
menyatakan:
“Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan
matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”. (Q.S. Al-An’am:
162).44
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah bimbingan dan
membentuk manusia menjadi hamba Allah yang saleh, teguh
imanny, taat beribadah dan berakhlak terpuji. Jadi, tujuan
pendidikan agama Islam adalah berkisar kepada pembinaan
pribadi Muslim yang terpadu pada perkembangan dari segi
spiritual, jasmani, emosi, intelektual dan sosial. Atau lebih jelas
lagi, ia berkisar kepada pembinaan warga Negara Muslim yang
baik, yang percaya kepada Tuhan dan agamanya, berpegang
teguh pada ajaran agamanya, berakhlak mulia, sehat jasmani dan
rohani.
Oleh karena itu, berbicara pendidikan agama Islam baik
makna maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman
nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial
atau moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam
44
rangka menuai keberhasilan hidup di dunia bagi anak-anak didik
yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan (hasanah)
di akhirat kelak.
Dengan demikian tujuan pendidikan merupakan
pengamalan nilai-nilai Islami yang hendak diwujudkan dalam
pribadi Muslim melalui proses akhir yang dapat membuat
peserta didik memiliki kepribadian Islami yangberiman,
bertaqwa dan berilmu pengetahuan.
3. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi
Motif (motive) bersal dari bahasa Latin “movere” yang kemudian menjadi “motion” yang artinya gerak atau dorongan untuk bergerak. Jadi
motif merupakan daya dorong, daya gerak, atau penyebab seseorang
melakukan berbagai kegiatan dan dengan tujuan tertentu.45
Adapun motivasi yang tercantum dalam kamus besar bahasa
Indonesia kontemporer adalah keinginan atau dorongan yang timbul pada
diri seseorang, baik secara sadar maupun tidak sadar untuk melakukan
sesuatu perbuatan dengan tujuan tertentu.46
Hal ini sejalan dengan pengertian yang dikemukakan oleh
Woodworth dan Marquis dalam bukunya Psikologi, yaitu “a motive is a
set predisposes the individual of certain activities and for seeking certain goals” (motif adalah suatu set (kesiapan) yang menjadikan individu cenderung untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu dan untuk
mencapai tujuan tertentu).47
45
Abdurrahman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1993), cet. 4, hlm. 114.
46
Peter Salim dan Yenny Salim,Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English, 1991).
47
Menurut Atkinson “Motivation refers to the fctors that energize and direct behavior” (Motivasi mengacu pada faktor-faktor yang
menggerakkan danmengarahkan tingkah laku). Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai
dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap
adanya tujuan. Dan menurut Silverstone motif merupakan tahap awal dari proses motivasi.48
Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi
(Motivation) adalah pemberian atau penumbuhan motif atau hal yang
menjadi motif. Tegasnya motivasi adalah motif atau hal yang sudah
menjadi aktif pada saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai
tujuan terasa sangat mendesak. Motivasi merupkan segala sesuatu yang
menjadi pendorong timbulnya suatu tingkah laku.
b. Macam-macam Motivasi
Banyak pendapat para ahli tentang klasifikasi motivasi, pembagian
itu dibuat berdasarkan sudut pandang bidang yang digelutinya.
Menurut Sartain, motif itu dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu Physiological Drive (dorongan-dorongan yang bersifat fisik) dan
Social Motives (dorongan-dorongan yang ada hubungannya dengan orang/manusia yang lain).49
Berdasarkan penjelasan di atas, maka motif dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu:
1) Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri
seseorang atau motivasi yang erat hubungannya dengan tujuan belajar,
misalnya ingin memahami suatu konsep, ingin memperoleh suatu
pengetahuan, ingin memperoleh kemampuan dan lain sebagainya.
48
Alisuf Sabri,Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993), cet. 1, hlm. 129.
49
Atau dengan kata lain motivasi intrinsik adalah hal atau keadaan
yang berasal dar dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya
melakukan tindakan belajar. Dari contoh di atas dapat dipahami bahwa
hal yang dapat menimbulkan motivasi intrinsik diantaranya adalah:
a) Adanya kebutuhan
b) Adanya pengetahuan sebagai kemajuan dirinya
c) Adanya cita-cita atau aspirasi.50 2) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar diri
individu atau motivasi ini tidak ada kaitannya dengan tujuan belajar,
seperti belajar karena takut kepada guru, atau karena ingin lulus, ingin
memperoleh nilai yang tinggi yang semuanya tak berkaitan langsung
dengan tujuan belajar yang dilaksanakan.51
Pada dasarnya perbuatan-perbuatan yang kita lakukan
sehari-hari banyak yang didorong oleh motif ekstrinsik, tetapi banyak pula
yang didorong oleh motif intrinsik. Kedua motif tersebut sama-sama
mendorong dalam perbuatan kita sehari-hari. Seperti halnya dalam
dunia pendidikan, khususnya dalam proses belajar mengajar untuk
mencapai tujuan dan hasil belajar yang optimal, siswa banyak
terpengaruh oleh motif-motif yang berasal dari luar dirinya maupun
yang berasal dari dalam dirinya, atau mungkuin dapat berpengaruh
secara bersamaan sesuai dengan situasi yang terjadi dalam kehidupan
siswa tersebut.
Meskipun terdapat motivasi ekstrinsik yang kerap
mempengaruhi kondisi dan hasil belajarnya, namun yang paling
pertama yang harus dimiliki oleh siswa tersebut adalah motivasi yang
berasal dari dalam dirinya (motivasi intrinsik). Dengan motivasi yang
50
Akhyas Azhari,Psikologi Pendidikan, (Semarang: Dina Utama Semarang, 1996), cet. 1, hlm. 75.
51
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan kurikulum Nasional, IAIN FITK…,
ada dalam dirinya tersebut maka siswa tidak akan goyah dan rapuh jika
terdapat gangguan dan hambatan dalam mencapai hasil belajar yang
baik, di samping itu dengan motivasi yang kuat siswa akan berusaha
sungguh-sungguh dalam belajar untuk mencapai tujuan-tujuan
pendidikan yang diharapkan.
c. Fungsi Motivasi dalam Belajar
Motivasi sangat berperan dalam belajar, dengan motivasi inilah
siswa menjadi tekun dan bergairah dalam proses belajar dan dengan
motivasi itu kualitas hasil belajar siswa juga kemungkinannya dapat
terujud. Siswa yang dalam proses belajar mempunyai motivasi yang kuat
dan jelas pasti akan tekun dan berhasil belajarnya. Kepastian itu
dimungkinkan oleh sebab adanya ketiga fungsi motivasi sebagai berikut:
1) Pendorong orang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tuuan
2) Penentu arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai
3) Penyeleksi perbuatan sehingga perbuatan orang yang mempunyai
motivasi senantiasa selektif dan tetap terarah kepada tujuan yang ingin
dicapai.52
Berdasarkan arti dan fungsi motivasi di atas, dapat disimpulkan
bahwa motivasi itu bukan hanya berfungsi sebagai penentu terjadinya
suatu perbuatan tetapi juga penentu hasil perbuatan. Motivasi akan
mendorong untuk bekerja atau melakukan sesuatu perbuatan dengan
sungguh-sungguh (tekun) dan selanjutnya akan menentukan pula hasil
pekerjaannya.
Menurut Cecco ada empat fungsi motivasi dalam proses belajar mengajar, yaitu:
1) Fungsi membangkitkan (Arousal Function), dalam pendidikan arousal diartikan sebagai kesiapan atau perhatian umum siswa yang diusahakan
oleh guru untuk mengikutsertakan siswa dalam belajar. Fungsi ini
menyangkut tanggung jawab yang terus menerus untuk mengatur
52
tingkat yang membangkitkan guna menghindarkan siswa dari tidur dan
luapan emosional.
2) Fungsi harapan (Expectancy Function) fungsi ini menghendaki agar guru-guru memelihara atau mengubah harapan keberhasilan atau
kegagalan siswa dalam mencapai tujuan intruksional dan menghendaki
agar guru menguraikan secara kongkret kepada siswa apa yang harus
dilakukan setelah pelajaran berakhir. Disamping itu pula guru harus
menghubungkan antara harapan-harapan dengan tujuan siswa yang
dekat dan yang jauh seraya mengikutsertakan usaha siswa sepenuhnya
dalam belajar.
3) Fungsi insentif (Incentive Function), fungsi ini menghendaki agar guru memberikan hadiah kepada siswa yang berprestasi dengan cara seperti
mendorong usaha lebih lanjut dalam mengejar tujuan intruksional.
4) Fungsi disiplin (Disciplinary Function), fungsi ini menghendaki agar guru mengontrol tingkah laku yang menyimpang dengan menggunakan
hukuman dan hadiah.53
Di samping itu motivasi sebagai suatu proses mengantarkan murid
kepada pengalaman yang memungkinkan dapat belajar, dan proses
motivasi tersebut memiliki beberapa fungsi yaitu pertama, memberi
semangat dan mengaktifkan murid agar tetap berminat dan siaga. Ke dua,
memusatkan perhatian anak pada tugas tertentu untuk mencapai
pembelajaran. Ke tiga, membantu memenuhi kebutuhan akan hasil jangka
panjang dan jangka pendek.54
53
Abdurrahman Abror,Psikologi Pendidikan…, hlm. 115-116.
54
B. Kerangka Berfikir
Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi
kehidupan manusia. Pendidikan yang diselenggarakan di sekolah pada
dasarnya bertujuan untuk membentuk kualitas siswa secara menyeluruh, baik
intelektualnya (ilmu pengetahuan) maupun empirisnya (pengalamannya).
Secara akademik, lembaga pendidikan seperti sekolah memang berfungsi
untuk mencetak manusia yang mampu hidup dalam kondisi lingkungan yang
selalu berubah cepat dan penuh dengan kompetisi.
Di dalam suatu pembelajaran, seorang guru harus memakai metode
untuk menyampaikan materi pelajaran yang akan ia sampaikan, seorang guru
harus tepat memilih metode sesuai dengan jenis materi yang akan ia
sampaikan atau ajarkan kepada siswa. Dalam pembelajarn PAI, salah satu
metode yang dapat digunakan adalah metode demonstrasi, karena dalam
pembelajaran PAI ada sebagian materi pelajaran yang menuntut harus
dipraktekkan supaya pemahaman siswa menjadi lebih maksimal karena siswa
tidak hanya mengetahui tentang teorinya saja, akan tetapi siswa pun tahu
bagaimana cara pengamalannya atau prakteknya.
Dengan penggunaan metode yang bagus dalam pembelajaran, maka
akan timbul motivasi yang bagus pula dalam diri siswa untuk mengikuti dan
memahami pelajaran yang diajarkan. Oleh karena itu seorang guru dituntut
untuk membangkitkan minat dan motivasi siswa dalam belajar, seorang guru
dituntut untuk selalu kreatif dalam menyampaikan materi pembelajaran
kepada siswa. Karena apabila minat dan motivasi siswa itu baik terhadap
pelajaran yang ia pelajari, maka kemungkinan besar hasilnya (prestasinya)
pun akan baik pula sehingga memudahkan guru untuk mencapai tujuan yang
diharapkan dalam pembelajaran.
Dengan demikian diduga terdapat hubungan yang signifikan antara
efektivitas metode demonstrasi pada pembelajaran PAI dengan motivasi
C.