• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik lemak dan kolesterol daging Domba Muda yang diberi ransum komplit mengandung minyak biji bunga matahari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik lemak dan kolesterol daging Domba Muda yang diberi ransum komplit mengandung minyak biji bunga matahari"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK LEMAK DAN KOLESTEROL DAGING DOMBA

MUDA YANG DIBERI RANSUM KOMPLIT MENGANDUNG

MINYAK BIJI BUNGA MATAHARI

ADITYA PRIA MULDIYANTO

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakteristik Lemak dan Kolesterol Daging Domba Muda yang Diberi Ransum Komplit Mengandung Minyak Biji Bunga Matahari adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

ADITYA PRIA MULDIYANTO. Karakteristik Lemak dan Kolesterol Daging Domba Muda yang Diberi Ransum Komplit Mengandung Minyak Biji Bunga Matahari. Dibimbing oleh LILIS KHOTIJAH dan TUTI SURYATI.

Kadar lemak dan kolesterol pada daging domba dapat diintervensi dengan rekayasa pakan yang menggunakan penambahan minyak biji bunga matahari (Helianthus annuus) yang kaya akan asam lemak linoleat. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian minyak biji bunga matahari (MBBM) terhadap karakteristik lemak dan kolesterol daging domba muda. Peubah yang diamati yaitu kadar air, kadar lemak,rasio komposisi asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh, kolesterol dan bilangan thiobarbituric acid reactive substances (TBARS) pada daging domba. Sebanyak 9 ekor domba lokal jantan muda dibagi ke dalam 3 kelompok dan diberi ransum perlakuan: P0 (ransum komplit tanpa MBBM), P1 (ransum komplit dengan MBBM 4%) dan P2 (ransum komplit dengan MBBM 6%). Perlakuan penambahan MBBM ke dalam ransum komplit tidak berpengaruh nyata terhadap peubah yang diamati. Secara umum hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan MBBM sampai 6% ke dalam ransum komplit domba memberikan dampak positif terhadap rasio komposisi asam lemak jenuh dan tidak jenuh, serta menurunkan tingkat ketengikan daging domba muda.

Kata kunci: daging domba, minyak biji bunga matahari, sifat kimia daging

ABSTRACT

ADITYA PRIA MULDIYANTO. Fat and Cholesterol Characteristics of Lamb Meat Fed with Complete Rations Containing Sunflower Seed Oil. Supervised by LILIS KHOTIJAH and TUTI SURYATI.

Levels of fat and cholesterol in lamb meat could be intervened by modified feed using sunflower seed oil (Helianthus annuus) addition that were rich in linoleic fatty acids. The study was purposed to evaluate the effect of sunflower seed oil (MBBM) on the characteristics of lamb fat and cholesterol. The variables observed was the water content, fat content, the ratio of saturated and unsaturated fatty acids composition, cholesterol and numbers of thiobarbituric acid reactive substances (TBARS) in lamb meat. Total of 9 local lambs were divided into 3 groups and were given a treatment ration: P0 (complete ration without MBBM), P1 (complete ration with MBBM 4%) and P2 (complete ration with MBBM 6%). The treatment showed that the addition of the MBBM into the complete rations didn’t affect the variables observed. Generally this study showed that the addition of MBBM into complete ration up to 6% gave positive effect on ratio of saturated and unsaturated fatty acids composition, and it could decrease the level of lamb meat rancidity.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

KARAKTERISTIK LEMAK DAN KOLESTEROL DAGING DOMBA

MUDA YANG DIBERI RANSUM KOMPLIT MENGANDUNG

MINYAK BIJI BUNGA MATAHARI

ADITYA PRIA MULDIYANTO

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya ilmiah

berjudul “Karakteristik Lemak dan Kolesterol Daging Domba Muda yang Diberi Ransum Komplit Mengandung Minyak Biji Bunga Matahari” ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana peternakan di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang karakteristik lemak dan kolesterol daging domba muda lokal yang diberi ransum komplit mengandung minyak biji bunga matahari (Helianthus annuus). Penulis juga berharap di masa mendatang ternak domba dapat berperan lebih baik sebagai salah satu sumber daging nasional dalam mencapai swasembada daging.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Semoga skripsi ini dapat memberikan informasi baru dalam dunia peternakan dan bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya.

Bogor, Juli 2015

(10)
(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

METODE PENELITIAN 2

Materi 2

Ternak Percobaan 2

Kandang dan Peralatan 2

Ransum 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 3

Prosedur 4

Pemeliharaan dan Pemberian Pakan 4

Pemotongan dan Pengambilan Sampel Daging 4

Analisis Kadar Air 4

Analisis Kadar Kolesterol 5

Analisis Kadar Lemak 5

Analisis Komposisi Asam Lemak 6

Analisis Bilangan Thiobarbituric Acid Reactive Substances 6

Rancangan Percobaan dan Analisis data 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 8 Karakteristik Lemak Daging Domba Muda 8 Kadar Air 8 Kadar Lemak 8

Rasio komposisi asam lemak jenuh dan tidak jenuh 9

Kolesterol 9

Bilangan thiobarbituric acid reactive stubtances (TBARS) 10

SIMPULAN DAN SARAN 11

Simpulan 11

Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 11

LAMPIRAN 14

RIWAYAT HIDUP 16

(12)

DAFTAR TABEL

1 Komposisi ransum penelitian berdasarkan bahan kering 3 2 Komposisi zat makanan ransum perlakuan berdasarkan bahan kering 3 3 Karakteristik lemak daging domba muda dengan ransum komplit

mengandung minyak biji bunga matahari 8

4 Rataan bilangan TBARS daging domba muda dengan ransum komplit

mengandung minyak biji bunga matahari 10

DAFTAR GAMBAR

1 Kandang individu 2

2 Bahan baku penyusun ransum 2

3 Domba penelitian umur 5 bulan 4

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil analisis ragam kadar air 14

2 Hasil analisis ragam kadar lemak 14

3 Hasil analisis ragam asam lemak jenuh 14

4 Hasil analisis ragam asam lemak tidak jenuh 14

5 Hasil analisis ragam rasio asam lemak 14

6 Hasil analisis ragam kolesterol 15

(13)

PENDAHULUAN

Domba merupakan salah satu komoditas andalan strategis yang potensial untuk dikembangkan dalam bidang usaha agribisnis dan sebagai penghasil daging yang berperan penting bagi penyediaan kebutuhan protein hewani. Di sisi lain pemenuhan daging domba di Indonesia masih menghadapi beberapa kendala yaitu, rendahnya produktivitas dan karakteristik daging domba. Soeparno (2011) menyatakan bahwa kadar lemak dalam tubuh berbanding lurus dengan kadar kolesterol. Hal ini dikarenakan lemak merupakan salah satu sumber kolesterol. Selain itu, kandungan lemak dan kolesterol daging merupakan salah satu faktor pertimbangan bagi para konsumen saat membeli daging. Terlebih untuk para konsumen yang telah mengidap penyakit jantung, arterosklerosis dan tekanan darah tinggi.

Daging domba mengandung asam lemak jenuh yang lebih tinggi dari pada daging sapi (Bahar 2003). Konsumsi daging domba yang mengandung asam lemak jenuh tinggi disarankan untuk dibatasi karena berisiko terjadinya gangguan kesehatan. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan cara menggemukkan ternak domba muda lokal dengan penerapan teknologi pakan. Daging domba muda memiliki tingkat keempukan yang lebih tinggi dan kadar lemak daging yang sedikit dibandingkan dengan domba dewasa, selain itu dari segi bau daging domba muda memiliki tingkatan bau prengus yang lebih rendah dibandingkan dengan domba dewasa (Rousset-Akrim et al. 1997). Hasil penelitian Astuti (2006) menunjukkan bahwa perbedaan umur terhadap kadar kolesterol daging domba dewasa khusus pada bagian paha (leg) sebesar 208.50 mg 100 g-1 lebih besar dibandingkan dengan daging domba muda yang hanya mengandung 45.23 mg 100 g-1. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas daging domba dalam waktu tertentu yang baik ialah dengan menambahkan asam lemak tak jenuh ganda (poly unsaturated fatty acid/PUFA) yang berperan penting dalam transpor dan metabolisme lemak, fungsi imun, mempertahankan fungsi dan integrasi membran sel, menurunkan produksi trigliserida dan apolipoprotein β (beta) di dalam hati, serta berperan dalam pencegahan penyakit jantung koroner dan artritis (peradangan persendian) (Sartika 2008).

Salah satu sumber alami PUFA yang dapat digunakan yaitu minyak biji bunga matahari (MBBM) yang tergolong ke dalam asam lemak rantai panjang (long chain fatty acid/LCFA) dan berdasarkan hasil uji laboratorium tahun 2012 yang dilakukan MBBM yang digunakan mengandung asam linoleat 40.30% dan lemak kasar 76.39%. Selain itu juga digunakan bungkil biji bunga matahari sebagai pengganti rumput pada penelitian ini yang memiliki kandungan (% bahan kering) 20.23% protein kasar, 5.81% lemak kasar dan 45.95% serat kasar. Alhaidary et al. (2010) menyatakan bahwa ransum dengan penambahan lemak dapat menghasilkan pertambahan bobot badan lebih tinggi. Penambahan lemak dalam jumlah tertentu pada ransum ternak ruminansia dapat meningkatkan palatabilitas ransum dengan demikian konsumsi ransum akan meningkat.

(14)

2

kolesterol daging domba muda yang diberi ransum komplit mengandung minyak biji bunga matahari (MBBM) dengan level yang berbeda.

METODE

Materi

Ternak Percobaan

Penelitian ini menggunakan anak domba lokal jantan lepas sapih dengan kisaran umur 2-3 bulan sebanyak sembilan ekor dengan rata-rata bobot badan awal sebesar 10.21 ± 2.29. Anak domba tersebut dipotong pada umur sekitar 5 bulan. Kandang dan Peralatan

Kandang yang digunakan adalah kandang individu (Gambar 1) sebanyak sembilan buah yang terbuat dari kawat besi dan dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat air minum. Peralatan yang digunakan adalah bak plastik, ember plastik, timbangan digital dengan ketelitian 0.01 g, timbangan badan dengan ketelitian 0.1 kg, gelas ukur 2 L dan termometer ruang bola basah bola kering.

Gambar 1 Kandang individu

Ransum

Ransum diberikan dalam bentuk mash. Bahan baku penyusun ransum yang digunakan adalah onggok, bungkil kelapa, bungkil biji bunga matahari, minyak biji bunga matahari, CaCO3, garam dan premix (Gambar 2). Ransum disusun berdasarkan kebutuhan domba jantan muda (NRC 2007). Ransum yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dalam tiga perlakuan yaitu P0 (ransum komplit tanpa MBBM), P1 (ransum komplit dengan MBBM 4%) dan P2 (ransum komplit dengan MBBM 6%).

(15)

3 Susunan ransum dan kandungan zat makanan dari masing-masing perlakuan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1, sedangkan komposisi zat makanan pada Tabel 2.

Tabel 1 Komposisi ransum penelitian berdasarkan bahan kering

Bahan pakan Ransum Perlakuan

P0 P1 P2

- - - % BK - - -

Onggok 32.10 28.10 26.10

Bungkil kelapa 57.00 57.00 57.00

Bungkil biji bunga matahari 10.00 10.00 10.00

Minyak biji bunga matahari - 4.00 6.00

CaCO3 0.20 0.20 0.20

Garam 0.20 0.20 0.20

Premix 0.50 0.50 0.50

Tabel 2 Komposisi zat makanan ransum perlakuan berdasarkan bahan kering

Zat makanan Ransum Perlakuan

P0: Ransum komplit tanpa MBBM (kontrol); P1: ransum komplit dengan MBBM 4%; P2: ransum komplit dengan MBBM 6%. (a): % dalam lemak. SFA (saturated fatty acid): Asam lemak jenuh; PUFA (poly unsaturated fatty acid): Asam lemak tidak jenuh.

Lokasi dan Waktu Penelitian

(16)

4

Prosedur

Pemeliharaan dan Pemberian Pakan

Persiapan dimulai dengan membersihkan kandang dan peralatan. Selanjutnya kandang beserta peralatan lainnya seperti tempat pakan dan tempat air minum yang akan digunakan dibersihkan terlebih dahulu. Domba jantan muda sebanyak sembilan ekor dibagi dalam tiga perlakuan dan tiga kelompok sebagai ulangan. Anak domba jantan tersebut ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui bobot badan awal. Penyesuaian pakan dilakukan sebelum masuk tahap perlakuan dengan perbandingan pemberian ransum konsentrat dan rumput 50%:50% sampai dengan 100% ransum komplit.

Pemeliharaan dilaksanakan selama tiga bulan dengan masa adaptasi pakan selama 2 minggu. Selama penelitian pakan diberikan berdasarkan bobot badan dan air minum diberikan ad libitum. Pemberian pakan dan minum dilakukan sebanyak tiga kali dalam sehari yaitu pada pukul 6.00 WIB, 13.00 WIB dan 16.00 WIB. Pencatatan suhu dan kelembaban dilakukan bersamaan dengan pemberian pakan dan minum. Penimbangan bobot badan dilakukan setiap minggu dan sisa pakan dan air minum setiap hari.

Pemotongan dan Pengambilan Sampel Daging

Pemotongan domba dilakukan setelah umur domba pada penelitian ini sekitar 5 bulan (Gambar 3). Proses pemotongan dilakuakan bertahap dan dimulai dengan dipuasakan ternak selama 16 jam. Pengambilan sampel daging domba dilakukan dengan memisahkan daging dengan lemaknya. Daging yang digunakan adalah daging paha kiri bagian belakang. Sampel daging domba diambil sekitar 100 g untuk dianalisis masing-masing sebesar 20 g (kadar air), 20 g (kadar lemak), 20 g (asam lemak), 20 g (Bilangan TBARS), dan 20 g (kolesterol).

Gambar 3 Domba penelitian umur 5 bulan

Analisis Kadar Air

(17)

5

Kadar Air = � + A − �A × 100%

A : Berat sampel segar (g) W1 : Berat cawan (g)

W2 :Berat sampel+cawan setelah dikeringkan (g) Analisis Kadar Kolesterol

Analisis kadar kolesterol dilakukan menggunakan alat gas chromatograph sesuai metode AOAC nomer 994.10 (2000). Sampel daging sebanyak 3 g diblender hingga homogen, kemudian dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer dengan ditambahkan etanol 40 mL dan diaduk sampai homogen menggunakan stirrer selama 1 jam, setelah itu ditambahkan KOH 50% sebanyak 8 mL dan distirrer kembali selama 1 jam. Jika proses pengadukan selesai, sampel direfluk untuk proses metilasi selama 1 jam pada suhu 60-70 ºC. Setelah proses pemanasan selesai ditambahkan etanol sebanyak 60 mL dan didiamkan pada suhu ruang selama satu malam. Keesokan harinya ditambahkan petroleum benzen 100 mL ke dalam larutan sampel tersebut. Proses selanjutnya larutan diaduk menggunakan stirrer selama 1 jam hingga larutan homogen. Langkah selanjutnya larutan yg telah homogen diekstrak menggunakan labu ekstrak dan selama proses ekstraksi ditambahkan KOH 1 N sebanyak 110 mL dan akan terlihat dua lapisan yang dimana lapisan terbawah dibuang ke wadah penampung. Apabila proses pembuangan lapisan terbawah telah selesai maka ditambahkan 40 mL KOH 0.5 N, kemudian ekstrak kembali dan lapisan larutan terbawah dibuang kembali. Selanjutnya ditambahkan akuades untuk membilas sekitar 100 mL ke dalam labu ekstraksi, kemudian diekstrak kembali larutan tersebut dan lapisan larutan terbawahnya dibuang, untuk proses pembilasan menggunakan akuades dilarutkan sampai tujuh kali ulangan hingga larutan tersebut bersifat bebas basa. Langkah selanjutnya larutan yang sudah bebas basa tersebut dimasukan ke dalam labu didih untuk dikeringkan menggunakan alat evaporator selama 15 menit, setelah selesai ditambahkan heksana 5 mL dan dimasukkan ke tabung vial kemudian diinjeksikan ke alat gas chromatograph otomatis.

Analisis Kadar Lemak

Analisis komposisi asam lemak dilakukan sesuai metode AOAC (2002). Sampel daging sebanyak 3 g diblender hingga homogen, kemudian ditambahkan kloroform dan metanol dengan perbandingan 2:1 (50 mL:25 mL) dan dihomogen-kan menggunadihomogen-kan stirrer selama satu malam untuk memisahdihomogen-kan lemaknya. Langkah selanjutnya larutan sampel disaring menggunakan kertas saring whatman-42. Larutan sampel hasil penyaringan dimasukkan ke dalam labu didih yang terlebih dahulu sudah ditimbang bobot kosongnya, kemudian labu didih yang sudah terisi larutan sampel dikeringkan menggunakan alat evaporator dan setelah kering labu yang berisi larutan sampel tersebut ditimbang.

(18)

6

Keterangan: A = Berat labu berisi larutan sampel yang sudah di evaporasi B = Berat labu kosong

C = Berat sampel yang digunakan Analisis Komposisi Asam Lemak

Analisis komposisi asam lemak dilakukan sesuai metode AOAC (2002). Sampel daging sebanyak 3 g diblender hingga homogen, kemudian ditambahkan kloroform dan metanol dengan perbandingan 2:1 (50 mL:25 mL) dan dihomogen-kan menggunadihomogen-kan stirrer selama satu malam untuk memisahdihomogen-kan lemaknya. Langkah selanjutnya larutan sampel disaring menggunakan kertas saring whatman-42. Larutan sampel hasil penyaringan dimasukkan ke dalam labu didih yang terlebih dahulu sudah ditimbang bobot kosongnya, kemudian labu didih yang sudah terisi larutan sampel dikeringkan menggunakan alat evaporator dan setelah kering labu yang berisi larutan sampel tersebut ditimbang.

Proses selanjutnya batu didih dimasukkan ke dalam labu yang berisi larutan sampel yang telah dikeringkan sebelumnya serta ditambahkan larutan NaOH dalam etanol 0.2 N sebanyak 10 mL, kemudian diaduk hingga homogen dan dilakuakn proses metilasi mengkunakan refluk selama 15 menit. Pada saat proses metilasi selesai ditambahkan larutan phenoptalein 0.2 % (0.20 g PP + 100 mL MeOH) sampai larutan berubah warna, kemudian ditambahkan H2SO4 1 N sampai larutan berubah warna dari pekat ke warna cerah tergantung warna larutan awal. Sampel yang telah ditambahkan larutan PP 0.2% dan H2SO4 1 N selanjutnya ditaruh kembali di refluk selama 20 menit dan apabila telah selesai dinginkan hingga mencapai suhu ruang. Proses selanjutnya ditambahkan sodium chloride (600,01 NaCl / 2 L MQ water) sampai volume larutan setengah dari labu didih (±25 mL), kemudian ditambahkan 5 mL heptane dan dikocok hingga homogen. Setelah homogen ditambahkan NaCl sampai lapisan heptane naik ke leher labu agar mempermudah proses pengambilan lapisan larutan heptane yang telah larut dengan asam lemak sampel untuk dimasukkan ke dalam botol vial yang akan diproses lebih lanjut yaitu proses injektor dengan menggunakan alat Gas Chromatograph otomatis. Analisis Bilangan Thiobarbituric Acid Reactive Substances

Prinsip analisis bilangan TBARS dilakukan dengan menggunakan metode destilasi mengikuti prosedur Sørensen dan Jørgensen (1996). Pengukuran bilangan TBARS bertujuan untuk mengetahui terjadinya ketengikan pada daging melalui pengukuran absorbansi kromogen merah yang terbentuk oleh reaksi antara asam tiobarbiturat dengan malonaldehida yang dikuantifikasi menggunakan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 532 nm. Larutan TBA 0.02 M akan dibuat dengan melarutkan 0.38 g TBA (BM = 185.35 g/mol) pada air distilata ke dalam 100 mL labu takar. Sampel daging ditambahkan 50 mL larutan akuades yang mengandung 0.1% PG dan 0.1% EDTA dalam Erlenmeyer 500 mL. Setelah itu ditambahkan sebanyak 47.5 mL akuades, 2.5 mL larutan HCl (HCl:akuades = 1:2) dan lima tetes antifoam A ke dalam Erlenmeyer. Setelah semua bahan siap alat destilasi dioperasikan.

(19)

7 menggunakan spektrofotometer 532 nm. Kurva kalibrasi malonaldehida (MDA) dibuat melalui pengukuran absorbansi larutan tetraetoksipropana (TEP) pada konsentrasi 2µM, 4µM, 6µM, 8µM dan 10µM (spektrofotometer 532 nm). Bilangan TBA dapat dihitung menggunakan persamaan dibawah ini:

TBARS =

C

MDA× Vol. Distilat

Vol. Distilat + Vol. TBA ×

Vol.Distilat Total Ms

TBARS = Thiobarbituric acid reactive substances

CMDA = Konsentrasi MDA dari kurva standar TEP (µM) Ms = Bobot sampel awal

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok 3x3. Pengelompokan dilakukan berdasarkan kisaran bobot badan, yaitu : kelompok I kisaran 7.4–8.2 kg, kelompok II kisaran 8.9–10.9 kg dan kelompok III kisaran 12.2–13.6 kg. Perlakuan yang diberikan adalah sebagai berikut :

P0 = Ransum komplit tanpa MBBM P1 = Ransum komplit dengan MBBM 4% P2 = Ransum komplit dengan MBBM 6%

Model matematik yang digunakan adalah sebagai berikut : Yij = µ + i+ βj + ij

Keterangan :

Yij : Nilai pengamatan perlakuan pakan yang diberikan (P1, P2, dan P3) ke-I dan blok ke-j

: Nilai rataan umum perlakuan

τj :Pengaruh perlakuan (P1, P2, dan P3) ke-i βi : Pengaruh blok ke-j

εij : Eror percobaan pada perlakuan (P1, P2, dan P3) ke-i dan blok ke-j

(20)

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Lemak Daging Domba Muda

Sifat kimia pada daging domba merupakan salah satu faktor yang dapat digunakan untuk mengevaluasi mutu daging dan pertimbangan konsumen dalam memilih daging. Tabel 3 menunjukkan hasil analisis pemberian ransum komplit mengandung minyak biji bunga matahari terhadap karakteristik lemak daging domba muda.

Tabel 3 Karakteristik lemak daging domba muda dengan ransum komplit mengandung minyak biji bunga matahari

Peubah Perlakuan

P0 P1 P2

Kadar air (%) 74.881±0.320 74.254±1.574 75.101±0.363

Kadar lemak (%) 4.453±0.735 4.547±1.968 4.485±0.474

Asam lemak jenuh (%) (a) 2.890±0.622 2.823±1.347 3.573±1.504

Asam lemak tidak jenuh (%) (a) 1.563±0.426 1.723±0.668 2.180±1.150

Rasio PUFA/SFA 0.54 : 1 0.61 : 1 0.61 : 1

Kolesterol (mg 100g-1) 192.000±53.740 142.500±4.950 137.000±11.533

P0: Ransum komplit tanpa MBBM (kontrol); P1: ransum komplit dengan kandungan MBBM 4%; P2: ransum komplit dengan kandungan MBBM 6%. (a): % dalam lemak. SFA (saturated fatty acid): Asam lemak jenuh; PUFA (poly unsaturated fatty acid): Asam lemak tidak jenuh.

Kadar air

Penambahan MBBM dengan taraf 4% dan 6% menunjukkan pengaruh yang tidak nyata (P>0.05) terhadap kadar air. Namun demikian, kadar air yang didapatkan untuk semua perlakuan masih dalam kisaran normal. Kadar air daging domba yang normal berkisar 68-75% (Soeparno 2011), 60-80% (Forrest et al. 2001), dan 75.13% (Purbowati et al. 2006). Hal tersebut mengindikasi bahwa pemberian MMBM hingga 6% dalam ransum menghasilkan kadar air daging yang normal. Kadar lemak

Kadar lemak dalam daging jumlahnya sangat bervariasi tergantung dengan jumlah lemak eksternal dan lemak intramuskular. Kandungan lemak daging biasanya meningkat sejalan dengan bertambahnya umur ternak. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa penambahan MBBM ke dalam ransum dengan taraf 4% dan 6% memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0.05) terhadap kadar lemak daging. Kisaran kadar lemak pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian Purbowati dan Suryanto (2000) yang berada pada kisaran 2.08-3.00%.

(21)

9 pemberian minyak dalam ransum pada dasarnya memiliki kandungan energi yang tinggi, akan tetapi suplai lemak yang berenergi tinggi ini tidak digunakan sebagai deposit lemak, tetapi lebih menunjang proses pertumbuhan pada domba muda. Selain itu berdasarkan laju pertumbuhan maksimumnya, jaringan tubuh mempunyai urutan pertumbuhan berdasarkan umur yaitu jaringan saraf, tulang, otot, dan lemak. Berdasarkan hal tersebut menurut Soeparno (2011) lemak menumpuk di berbagai depot dengan kecepatan yang berbeda dan mempunyai urutan yaitu (1) lemak abdomen (lemak rongga perut), (2) lemak subkutan (lemak di bawah kulit), (3) lemak intermuskular (lemak di antara otot), dan (4) lemak intramuskular (marbling). Sejalan dengan pernyataan tersebut, kemungkinan lain lemak pakan yang berlebih tidak dideposit sebagai lemak daging tetapi lebih banyak sebagai lemak abdomen.

Rasio komposisi asam lemak jenuh dan tidak jenuh

Komposisi asam lemak jenuh dan tidak jenuh pada penambahan MBBM dengan taraf 4% dan 6% memberikan pengaruh yang tidak berbeda dengan kontrol (P>0.05). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Manso et al. (2009), yang menambah minyak biji bunga matahari 4% pada ransum domba merino jantan umur kisaran 2 bulanan menunjukkan bahwa kandungan asam lemak dagingnya tidak berbeda nyata dengan kontrol. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ransum dengan kadar lemak antara 6.76% dan 8.30%, menghasilkan rasio PUFA:SFA (berkisar 0.54%:1% dan 0.61%:1%) yang lebih tinggi dibanding dengan pernyataan McAfee et al. (2010) bahwa rasio antara PUFA dengan SFA pada daging domba muda adalah sekitar 0.15%:1% dan 0.22%:1% (Li et al. 2005). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian MBBM pada penelitian ini menghasilkan kadar asam lemak tidak jenuh daging yang relatif lebih tinggi.

Kolesterol

Kandungan kolesterol daging domba yang diberi ransum dengan penambahan MBBM 4% dan 6% mempunyai kadar kolesterol tidak berbeda dengan kontrol (P>0.05). Kisaran kadar kolesterol pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan Soeparno (2011) yang menyatakan bahwa kadar kolesterol daging domba sekitar 79-124 mg 100 g-1 daging, serta dari hasil penelitian Astuti (2006) yang menghasilkan kadar kolesterol sebesar 65.91 mg 100 g-1 daging. Hal ini diduga disebabkan oleh pemberian ransum yang tinggi kandungan energi dan lemak pada penelitian ini sehingga daging yang dihasilkan memiliki kadar kolesterol lebih tinggi dibanding dengan pernyataan tersebut. Namun demikian, menurut Mahan dan Escott-Stump (2008) batas anjuran konsumsi kolesterol

manusia dalam makanan adalah ≤ 300 mg per hari sehingga daging pada penelitian

(22)

10

positif terhadap kadar kolesterol daging yang cenderung menurun dibandingkan dengan kontrol meskipun secara statistik tidak nyata.

Bilangan Thiobarbituric Acid Reactive Stubtances (TBARS)

TBARS adalah teknik yang digunakan untuk menganalisis kandungan malonaldehida sebagai salah satu produk yang berasal dari dekomposisi peroksida

dan memiliki potensi untuk bereaksi dengan komponen lain (Turubatović et al. 2013). Hal ini menjelaskan bahwa nilai TBARS yang lebih tinggi menunjukkan tingkat oksidasi yang terjadi dalam daging lebih besar. Hasil TBARS daging domba muda yang diberi perlakuan MBBM disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Rataan bilangan TBARS daging domba muda dengan ransum komplit mengandung minyak biji bunga matahari

Perlakuan TBARS (mg kg-1)

P0 2.908±1.878

P1 0.773±0.674

P2 0.531±0.229

P0: Ransum komplit tanpa MBBM (kontrol); P1: ransum komplit dengan kandungan MBBM 4%; P2: ransum komplit dengan kandungan MBBM 6%.

Kandungan TBARS daging domba muda yang diberi ransum dengan penambahan MBBM pada taraf 4% dan 6% memberikan pengaruh yang tidak berbeda dengan kontrol (P>0.05). Namun meskipun secara statistik tidak berbeda terdapat kecenderungan bahwa penambahan MBBM dapat menurunkan bilangan TBARS. Kandungan TBARS pada daging sapi normal berkisar antara 0.6 mg kg-1 sampai 2.0 mg kg-1. Nilai TBARS yang lebih dari 2.0 mg kg-1 dapat menghasilkan bau tengik yang dapat tercium oleh panelis (Campo et al. 2006). Domba yang tidak diberi penambahan MBBM memiliki nilai bilangan TBARS diatas kisaran normal yaitu 2.908±1.878 mg kg-1 yang mengindikasikan sudah menghasilkan bau tengik yang tercium. Hal ini menunjukkan adanya proses oksidasi lemak pada daging domba muda. Sejalan dengan Skibsted et al. (1998) bahwa oksidasi lemak dapat menyebabkan daging berbau tengik dan dimulai dari sistem otot pada tingkat membran fosfolipida dalam pecahan instraseluler. Banyak faktor yang mempengaruhi oksidasi lemak tersebut yaitu cahaya, suhu, konsentrasi oksigen, tingkat kejenuhan dari asam lemak dan adanya enzim (Skibsted et al. 1998). Domba yang diberi ransum dengan penambahan MBBM berada pada kisaran bilangan TBARS normal dan belum terindikasi menghasilkan bau tengik. Hal ini menunjukkan bahwa dengan penambahan MBBM ke dalam ransum domba muda dapat menurunkan ketengikan daging.

(23)

11 yang labil serta semakin tinggi tingkat ketidak jenuhan asam lemak, kerentanan terhadap proses oksidasi akan meningkat secara proporsional.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penambahan minyak biji bunga matahari sampai 6% ke dalam ransum komplit domba muda menghasilkan daging dengan karakteristik lemak dan kolesterol yang sama, serta memiliki kadar poly unsaturated fatty acid (PUFA) yang relatif tinggi dengan tingkat ketengikan yang rendah.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait penambahan minyak biji bunga matahari pada ransum domba muda dengan level pemberian yang sama disertai dengan penambahan antioksidan sebagai proteksi asam lemak tidak jenuh.

DAFTAR PUSTAKA

Alhaidary A, Mohamed HE, Beynen AC. 2010. Impact of dietary fat type and amo unt on growth performance and serum cholesterol in rabbits. Amer J Anim Vet Sci. 5(1): 60-64.

[AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 2000. Official Method 994.10: Cholesterol in Foods-Direct Saponification-Gas Chromatographic Method. Arlington (US): AOAC International.

[AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 2002. Official Methods of Analysis of the Association of Official Analytical Chemists. Washington DC (US): Agricultural Chemists.

[AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 2005. Official Methods of Analysis of the Association of Official Analytical Chemists. Washington DC (US): Agricultural Chemists.

Astuti N. 2006. Kandungan nutrisi dan kadar kolesterol daging domba garut masa menyusu (milk lamb), muda (lamb), dan dewasa (mutton) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Bahar B. 2003. Panduan Praktis Memilih Produk Daging Sapi. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama.

Beauchesne-Rondeau E, Gascon A, Bergeron J, Jacques H. 2003. Plasma lipids and lipoproteins in hypercholesterolaemic men fed a lipid-lowering diet containing lean beef, lean fish, or poultry. Amer J Clin Nutr. 77:587-593. Campo MM, Nute GR, Hughes SI, Enser M, Wood JD, Richardson RI. 2006. Flavo

(24)

12

Channon HA, Trout GR. 2002. Effect of tocopherol concentration on rancidity development during frozen storage on a cured and uncured processed pork product. Meat Sci. 62: 9-17.

Forrest JC, Aberle ED, Hedrick HB, Judge MD, Markel RA. 2001. Principle of Meat Science. San Fransisco (US): WH Freeman.

Li D, Siriamornpun S, Wahlqvist ML, Mann NJ, Sinclair AJ. 2005. Lean meat and heart health [review]. Asia Pac J Clin Nutr. 14(2): 113-119.

Mahan LK, Escott-Stump S. 2008. Krause’s Food and Nutrition Therapy. 12th ed. Philadelphia (US): Saunders Elsevier.

Manso T, Bodas R, Castro T, Jimeno V, Manteco AR. 2009. Animal performance and fatty acid composition of lambs fed with different vegetable oils. Meat Sci. 83:511-516. doi:10.1016/j.meatsci.2009.06.035.

McAfee AJ, McScorley EM, Cuskelly GJ, Moss BW, Wallace JMW, Bonham MP, Fearon AM. 2010. Red meat consumption: An overview of the risks and benefits [review]. Meat Sci. 84(1): 1-13. doi:10.1016/j.meatsci.2009.08. 029. Nasiu F, Yusiati LM, Supadmo. 2013. Pengaruh suplementasi vitamin E dalam

ransum yang mengandung capsulated crude palm oil terhadap kandungan polyunsaturated fatty acid daging dan performa kambing Bligon. Buletin Petern. 37(3):181-188.

[NRC] National Research Council. 2007. Nutrient Requirements of Small Ruminants: Sheep, Goats, Cervids, and New World Camelids. Washington DC (US): The National Academies Pr.

Purbowati E, Suryanto E. 2000. Kualitas kimia otot Longissimus dorsi dan Biceps femoris domba yang diberi pakan dasar jerami padi dan aras konsentrat yang berbeda. J Pengembangan Peternakan. 25(2): 66-71.

Purbowati E, Sutrisno CI, Baliarti E, Budhi SPS, Lestariana W. 2006. Komposisi kimia otot Longissimus dorsi dan Biceps femoris domba lokal jantan yang dipelihara di pedesaan pada bobot potong yang berbeda. Animal Production. 8(1):1-7.

Rousset-Akrim S, Young OA, Berdague JL. 1997. Diet and growth effects in panel assessment of sheepmeat odour and flavour. Meat Sci. 45:169-181.

Sartika RAD. 2008. Pengaruh asam lemak jenuh, tidak jenuh dan asam lemak trans terhadap kesehatan. JKMN. 2(4):154-160.

Skibsted LH, Mikkelsen A, Bertelsen G. 1998. Lipid derived off flavours in meat. Di dalam: Shahidi F, editor. Flavor of Meat, Meat Products and Seafoods. 2nd ed. London (GB): Blackie Academic and Professional. hlm 217-248. Soeparno. 2011. Ilmu dan Teknologi Daging. Ed ke-5. Yogyakarta (ID): UGM Pr. Sørensen G, Jørgensen S. 1996. A critical examination of some experimental

variables in the 2-thiobarbituric acid (TBA) test for lipid oxidation in meat products. Z Lebensem Unters Forsch. 202:205-210.

Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Ed ke-3. Terjemahan. Jakarta (ID): PT Gramedia.

Turubatović L, Vranić D, Karan D, Petrović Z, Milijašević M, Vesković-Moraćanin S. 2013. Influence of modified atmosphere packaging on chemical and sensory changes of beef. JHED. 4:106-111.

(25)

13 m?max=25&offset=0&totCount=0&nutrient1=323&nutrient2=573&nutrie nt3=&subset=0&fg=4&sort=c&measureby=g.

(26)

14

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil analisis ragam kadar air

SK JK db KT Fhit Sig.

Perlakuan 1.161 2 0.580 0.885 0.481

Kelompok 2.797 2 1.399 2.132 0.234

Galat 2.624 4 0.656

Total 6.582 8

R Kuadrat = 0.601 (Penyesuaian R Kuadrat = 0.203)

Lampiran 2 Hasil analisis ragam kadar lemak

SK JK db KT Fhit Sig.

Perlakuan 0.000 2 0.000 0.617 0.584

Kelompok 0.001 2 0.000 1.655 0.299

Galat 0.001 4 0.000

Total 0.002 8

R Kuadrat = 0.532 (Penyesuaian R Kuadrat = 0.064) Lampiran 3 Hasil analisis ragam asam lemak jenuh

SK JK db KT Fhit Sig.

Perlakuan 1.034 2 0.517 0.676 0.558

Kelompok 3.720 2 1.860 2.434 0.203

Galat 3.057 4 0.764

Total 7.811 8

R Kuadrat = 0.609 (Penyesuaian R Kuadrat = 0.217)

Lampiran 4 Hasil analisis ragam asam lemak tidak jenuh

SK JK db KT Fhit Sig.

Perlakuan 0.614 2 0.307 0.573 0.604

Kelompok 1.446 2 0.723 1.350 0.356

Galat 2.143 4 0.536

Total 4.204 8

R Kuadrat = 0.490 (Penyesuaian R Kuadrat = -0.020)

Lampiran 5 Hasil analisis ragam rasio asam lemak

SK JK db KT Fhit Sig.

Perlakuan 0.095 2 0.047 1.122 0.410

Kelompok 0.713 2 0.357 8.453 0.037

Galat 0.169 4 0.042

Total 0.977 8

(27)

15 Lampiran 6 Hasil analisis ragam kolesterol

SK JK db KT Fhit Sig.

Perlakuan 1334.036 2 667.018 0.278 0.771

Kelompok 5530.302 2 2765.151 1.152 0.403

Galat 9604.871 4 2401.218

Total 16469.209 8

R Kuadrat = 0.417 (Penyesuaian R Kuadrat = -0.166)

Lampiran 7 Hasil analisis ragam TBARS

SK JK db KT Fhit Sig.

Perlakuan 10.261 2 5.131 3.491 0.133

Kelompok 2.196 2 1.098 0.747 0.530

Galat 5.878 4 1.470

Total 18.335 8

R Kuadrat = 0.679 (Penyesuaian R Kuadrat = 0.359)

Keterangan :

SK = sumber keragaman JK = jumlah kuadrat Db = derajat bebas KT = kuadrat tengah Fhit = nilai F

(28)

16

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 3 Juni 1992. Penulis merupakan anak Pertama dari dua

bersaudara dari pasangan Bapak Bambang Mulgiyanto dan Ibu Roikhah. Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN 05 Pagi Cibubur Jakarta Timur tahun 1999-2004. Pendidikan dilanjutkan di SMPN 233 Jakarta tahun 2004-2007, tahun 2010 penulis lulus dari MAN 2 Jakarta dan pada tahun yang sama diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, IPB sebagai pilihan pertama melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai asisten praktikum Nutrisi Ternak Pedaging dan Pengantar Ilmu Nutrisi 2014/2015. Penulis juga aktif sebagai staff Budaya Olahraga dan Seni BEM-D IPB 2012-2013, Pengurus ISMAPETI wilayah II Divisi Kajian Peternakan periode 2012/2013, anggota Komunitas Fotografi IPB (SHUTTER) 2013-2015. Selain itu, penulis juga aktif di berbagai kegiatan kepanitian kegiatan mahasiswa Fakultas Peternakan IPB, antara lain: Dekan Cup 2012 (Ketua) dan sebagai Divisi Desain, Dekorasi dan Dokumentasi pada acara Fapet Golden Week 2011 dan 2012, Seminar Nasional Peternakan 2011 dan 2012, Feed Formulation Training 2013 dan dokumentasi pada acara The 2nd Asian-Australasian Dairy Goat Conference (AADGC) 2014.

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahi robbil alamin atas segala limpahan rahmat, hidayah, karunia, serta nikmat-nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada penulis sehingga masih diberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Lilis Khotijah, MSi selaku pembimbing akademik dan pembimbing tugas akhir, Dr Tuti Suryati, SPt MSi selaku pembimbing tugas akhir, Dilla Mareistia Fassah, SPt MSi selaku dosen pembahas seminar hasil penelitian 27 Februari 2015, Dr Ir Didid Diapari, MSi dan Muhamad Baihaqi, SPt MSc selaku dosen penguji sidang 16 Juni 2015 dan seluruh staf pengajar INTP atas bimbingan dan arahan selama penelitian hingga akhir penulisan.

Gambar

Gambar 1  Kandang individu
Tabel 2  Komposisi zat makanan ransum perlakuan berdasarkan bahan kering

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga peneliti dapat melaksanakan penelitian dan penyusunan

Alhamdulilahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi

[r]

Bab I menguraikan latar belakang masalah mengenai adanya disharmonisasi norma yang terjadi secara vertikal antara Pasal 45 dan Pasal 46 Undang-Undang Nomor 1

Puji syukur penulis panjatkan pada Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena berkat asung, kertha, waranugraha-Nya penulis berhasil menyelesaikan skripsi yang berjudul

Penilaian Kelas merupakan suatu kegiatan guru yang berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik yang mengikuti

Huruf yang digunakan dalam penulisan naskah Wandaning Ringgit Wacucal menggunakan huruf Jawa atau bisa disebut juga dengan aksara Jawa. Terdapat beberapa perangkat dalam

Penelitian ini tidak luput dari keterbatasan dimana tidak adanya indikator (rasio keuangan atau faktor non keuangan) lainnya yang dapat digunakan untuk menilai tingkat