• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Darah Domba Prasapih yang Diberi Milk replacer dengan Penambahan Minyak Ikan Lemuru dan Minyak Biji Bunga Matahari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Profil Darah Domba Prasapih yang Diberi Milk replacer dengan Penambahan Minyak Ikan Lemuru dan Minyak Biji Bunga Matahari"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL DARAH DOMBA PRASAPIH YANG DIBERI

MILK

REPLACER

DENGAN PENAMBAHAN MINYAK IKAN

LEMURU DAN MINYAK BIJI BUNGA MATAHARI

MUHAMMAD JUNDI ADILA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Profil Darah Domba Prasapih yang Diberi Milk Replacer dengan Penambahan Minyak Ikan Lemuru dan Minyak Biji Bunga Matahari adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2014

(4)

ABSTRAK

MUHAMMAD JUNDI ADILA. Profil Darah Domba Prasapih yang Diberi Milk Replacer dengan Penambahan Minyak Ikan Lemuru dan Minyak Biji Bunga Matahari. Dibimbing oleh DWIERRA EVVYERNIE dan LILIS KHOTIJAH.

Penelitian ini bertujuan mempelajari manfaat pemberian milk replacer yang mengandung minyak ikan lemuru (MI) dan minyak biji bunga matahari (MBBM) melalui analisis profil darah anak domba prasapih. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola tersarang dan dianalisis menggunakan ANOVA. Dua belas ekor anak domba prasapih dengan rataan bobot badan 2.5kg, dibagi secara acak menjadi 4 kelompok perlakuan. P0 adalah susu sapi segar (kontrol), P1 (P0 + kuning telur + MBBM), P2 (P0 + kuning telur + MI), dan P3 (P0 + kuning telur + MBBM + MI). Perlakuan (P0,P1,P2, dan P3) tersarang pada umur domba (28 dan 56 hari) dengan 3 ulangan. Peubah yang diamati meliputi kadar hemoglobin, persentase hematokrit (PCV), jumlah butir darah merah, dan jumlah butir darah putih. Hasil uji statistik menunjukkan penambahan MBBM dan MI tidak memberikan pengaruh nyata (P>0.05) terhadap hemoglobin, hematokrit, eritrosit dan leukosit. Simpulan dari penelitian ini adalah milk replacer dapat diberikan kepada anak domba tanpa perlu penambahan MI dan MBBM.

Kata kunci: domba prasapih, milk replacer, minyak biji bunga matahari, minyak ikan lemuru, profil darah

ABSTRACT

MUHAMMAD JUNDI ADILA. Blood’s profile of the pre-weaning lamb which consumed milk replacer containing sardinella lemuru oil and sunflower seed oil. Supervised by DWIERRA EVVYERNIE and LILIS KHOTIJAH.

This research aims to study the benefits of milk replacer containing sardinella lemuru oil (MI) and sunflower seed oil (MBBM) via analysis of

blood’s profiles pre-weaning lamb. This study used a completely randomized nested design and data were analyzed using ANOVA. Twelve pre-weaning lambs with average body weight of 2.5kg, were randomly divided into 4 treatment groups. P0 is fresh milk (control), P1 (P0 + yolk + MBBM), P2 (P0 + yolk + MI), and P3 (P0 + yolk + MBBM + MI). The treatment (P0,P1,P2 and P3) nested in

lamb’s age (28 days and 56 days) with 3 replications. Variables measured include levels of hemoglobin, hematocrit percentage (PCV), red blood cells and white blood cells. The results showed that there were no significant different (P>0.05) additional sardinella lemuru oil (MI) and sunflower seed oil (MBBM) on levels of hemoglobin, hematocrit percentage (PCV), red blood cells and white blood cells. The results is milk replacer can be given to pre-weaning lamb without adding sardinella lemuru oil (MI) and sunflower seed oil (MBBM).

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

PROFIL DARAH DOMBA PRASAPIH YANG DIBERI

MILK

REPLACER

DENGAN PENAMBAHAN MNYAK IKAN

LEMURU DAN MINYAK BIJI BUNGA MATAHARI

MUHAMMAD JUNDI ADILA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Profil Darah Domba Prasapih yang Diberi Milk replacer dengan Penambahan Minyak Ikan Lemuru dan Minyak Biji Bunga Matahari

Nama : Muhammad Jundi Adila NIM : D24100027

Disetujui oleh

Dr Ir Dwierra Evvyernie MS MSc Pembimbing I

Dr Ir Lilis Khotijah MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Panca Dewi MHK MSi Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni hingga November 2013 ini ialah profil darah, dengan judul Profil Darah Domba Prasapih yang Diberi Milk Replacer dengan Penambahan Minyak Ikan Lemuru dan Miinyak Biji Bunga Matahari. Penelitian ini dilakukan di laboratorim nutrisi ternak daging dan kerja fakultas peternakan, institut pertanian bogor.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Dr Ir Dwierra Evvyernie MS MSc dan Dr Ir Lilis Khotijah MSi yang telah membimbing penulis selama melakukan penelitian hingga penyusunan karya ilmiah serta kepada Direktorat Jendral Perguruan Tinggi yang telah membantu dalam pendanaan selama proses penelitian melalui dana BOPTN.

Penulis sangat mengharapkan adanya manfaat yang bisa ditemukan dari skripsi ini baik bagi masyarakat dan peternak domba terkhusus penulis secara pribadi.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2014

(10)
(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xi

PENDAHULUAN 1

METODE 2

Tempat dan Waktu Penelitian 2

Alat 2

Bahan 2

Milk replacer 3

Konsentrat 4

Prosedur 4

Konsumsi Milk replacer 4

Pembuatan Milk replacer 5

Pengambilan Sampel Darah 5

Pemeliharaan 5

Prosedur Analisis 5

Hemoglobin (metode sahli) (g dL-1) 5

Hematokrit (% Volume BDM) 5

Jumlah butir darah merah (106 mm-3) dan butir darah putih (mm-3) 6

Perlakuan 7

Rancangan Percobaan 7

Peubah yang diamati 7

Analisis Data 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Konsumsi Milk Replacer 8

Hematologi Darah 8

Kadar Hemoglobin Darah 8

Kadar Hematokrit Darah 10

Jumlah Butir Darah Merah (Eritrosit) 11

Jumlah Butir Darah Putih (Leukosit) 12

SIMPULAN DAN SARAN 13

Simpulan 13

Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 14

LAMPIRAN 16

RIWAYAT HIDUP 18

(12)

DAFTAR TABEL

1 Komposisi milk replacer (MR) yang diberikan per hari 2 Kandungan zat makanan milk replacer berdasarkan BK 3 Komposisi ransum konsentrat

4 Konsumsi milk replacer dan asupan zat makanan rata-rata per hari (g ekor-1 hari-1)

5 Kadar hemoglobin darah anak domba prasapih (g dL-1) 6 Persentase hematokrit darah anak domba prasapih (%) 7 Jumlah eritrosit darah anak domba prasapih (106 mm-3) 8 Jumlah leukosit darah anak domba prasapih (103 mm-3)

3

4 Grafik korelasi antara hemoglobin (g dL-1) dan hematokrit (%) darah anak domba umur 28 dan 56 hari

3 3 6 10

DAFTAR LAMPIRAN

1 ANOVA kadar hemoglobin anak domba 2 ANOVA kadar hematokrit anak domba 3 ANOVA jumlah eritrosit anak domba 4 ANOVA jumlah leukosit anak domba 5 Perhitungan massa jenis Milk replacer

(13)

1

PENDAHULUAN

Domba merupakan jenis ternak yang dapat melahirkan lebih dari satu anak (prolifik), dengan lama kebuntingan yang 5 bulan. Populasi domba akan lebih cepat untuk dikembangkan, namun kemampuan hidup anak domba merupakan salah satu parameter yang harus diperhatikan dalam perkembangan produktivitas. Tingginya litter size tidak diikuti oleh banyaknya produksi susu induk domba. Tiesnamurti et al. (2002) yang meneliti produksi susu pada domba Garut menyatakan bahwa perbedaan produksi susu antara induk dengan anak tunggal dan kembar dua hanya sekitar 10% dengan nilai masing-masing berturut-turut 35.6 dan 39.9 kg ekor-1 laktasi-1. Terjadi penurunan produksi susu pada induk domba dengan anak kembar empat, yaitu 37.7 kg ekor-1 laktasi-1 jika dibandingkan dengan produksi susu induk domba dengan anak kembar dua. Berdasarkan penelitian tersebut, induk dengan anak kembar empat hanya mampu menyapih satu ekor anak. Tiesnamurti (1992) juga melaporkan bahwa induk dengan anak tunggal, kembar dua dan kembar tiga dengan pemberian pakan yang baik mampu menyapih 90, 70 dan 60% dari total anak yang lahir dan kemampuan sapih induk dengan kelahiran kembar empat bahkan akan menurun hingga 40% seiring dengan memburuknya pemberian pakan pada induk. Bouchard dan Brisson (1970) melakukan penelitian dengan memberikan milk replacer pada 32 ekor anak domba persilangan yang lahir kembar dua yang menghasilkan pertambahan bobot badan harian sebesar 120-290 g ekor-1 hari-1. Milk replacer diharapkan mampu menggantikan susu induk domba dalam memenuhi kebutuhan nutrisi maupun ketahanan tubuh anak.

Milk replacer adalah susu buatan untuk menggantikan susu induk yang biasanya dibuat dari susu dan olahannya serta hasil sampingan susu dan ditambahkan dengan minyak hewani, vitamin dan mineral (Moran 2002). Produksi susu sapi di Indonesia lebih banyak dibandingkan dengan produksi susu ternak lainnya, sehingga susu sapi dapat digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan milk replacer tanpa harus khawatir akan ketersediaannya. Protein dan lemak pada susu sapi lebih rendah dibandingkan dengan susu domba. Komposisi protein dan lemak pada susu sapi berturut turut adalah 3.2% dan 3.5% (Depkes RI 2005), sedangkan komposisi protein dan lemak pada susu domba adalah 5.8% dan 6.7% (Sunarlim et al. 1992). Penambahan sumber protein dan lemak diperlukan dalam pembuatan milk replacer agar komposisi susu sapi mendekati komposisi susu domba. Telur merupakan salah satu sumber protein yang seimbang, namun putih telur segar mengandung avidin yang dapat mengikat biotin sehingga hanya kuning telur yang ditambahkan pada milk replacer. Protein pada susu sapi diharapkan dapat meningkat dengan ditambahkannya kuning telur, sedangkan kandungan lemak dapat ditingkatkan dengan penambahan minyak.

(14)

2

(DHA) (Ritter-Gooder et al. 2008). Minyak biji bunga matahari merupakan minyak nabati hasil ekstraksi dari biji bunga matahari yang kaya akan omega 6. Komposisi minyak biji bunga matahari berkisar antara 23-45%. Minyak biji bunga matahari mengandung asam linoleat 44-72% dan asam oleat 11.7% (Rukmana 2004). Biji bunga matahari adalah sumber yang sangat baik dari minyak tak jenuh ganda yang membuat biji bunga matahari merupakan makanan yang bagus untuk kesehatan jantung. Hampir 90% dari lemak pada biji bunga matahari adalah lemak yang baik, lemak tak jenuh (O’Brien 2009). Asam lemak omega-3 diduga berperan dalam produksi leukotrinea (LT4) yang merupakan komponen sel darah putih dan mediator dalam sistem pembentukan kekebalan tubuh. Omega 6 pada minyak biji bunga matahari dapat mendukung fungsi dari omega-3 (Astawan 2009). Sel darah putih atau leukosit merupakan komponen sistem pertahanan tubuh untuk merespon keberadaan benda asing dan adanya stress (Guyton dan Hall 2006).

Penelitian ini bertujuan mempelajari manfaat pemberian milk replacer yang mengandung minyak ikan lemuru (MI) dan minyak biji bunga matahari (MBBM) melalui analisis profil darah anak domba prasapih.

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu tempat pemeliharaan domba dan analisis darah. Pemeliharaan dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, sedangkan analisis sampel darah dilakukan di Laboratorium Analisis Nutrisi Ternak Daging dan Kerja. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni hingga bulan November 2013.

Alat

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini berupa peralatan selama pemeliharaan dan peralatan saat analisis di laboratorium. Peralatan yang digunakan selama pemeliharaan yaitu : kandang yang dilengkapi tempat makan dan minum, dot, satu set perlengkapan untuk membuat milk replacer (gelas ukur, sendok, syringe, mangkuk), dan timbangan. Peralatan yang digunakan ketika analisis di laboratorium berupa : tabung heparin, Haemocytometer, pipet pengencer butir darah merah dan darah putih, tabung sahli, sentrifuge, object glass, cover glass, dan mikroskop.

Bahan

(15)

3

Gambar 1 Contoh domba penelitian

Bahan yang digunakan untuk membuat milk replacer yaitu susu sapi segar, kuning telur, minyak ikan lemuru (MI), dan minyak biji bunga matahari (MBBM). Bahan konsentrat yang digunakan adalah jagung, bungkil kelapa, pollar, premix dan CaCO3. Bahan kimia yang digunakan adalah larutan Turk, larutan Hayem, larutan Gymsa, HCl 0.1N, dan aquadest.

Milk replacer

Milk replacer yang diberikan berupa susu sapi segar yang ditambah telur dan sumber minyak berbeda, yaitu minyak ikan lemuru (MI) dan minyak biji bunga matahari (MBBM).

Gambar 2 Milk replacer penelitian

Komposisi milk replacer yang diberikan per hari untuk setiap perlakuan disajikan pada Tabel 1 dan kandungan zat makanan milk replacer disajikan pada Tabel 2.

Tabel 1 Komposisi milk replacer (MR) yang diberikan per hari

P0=Susu sapi ; P1=P0+kuning telur+minyak biji bunga matahari; P2=P0+kuning telur+minyak ikan lemuru; P3=P0+kuning telur+minyak biji bunga matahari+minyak ikan lemuru

Bahan Milk replacer Perlakuan

P0 P1 P2 P3

---%volume---

Susu Segar 100 92.60 92.60 92.60

Kuning telur 0 3.70 3.70 3.70

Minyak Biji Bunga Matahari 0 3.70 0 1.85

(16)

4

Tabel 2 Kandungan zat makanan milk replacer berdasarkan BK

Kandungan Perlakuan

P0=Susu sapi ; P1=P0+kuning telur+minyak biji bunga matahari; P2=P0+kuning telur+minyak ikan lemuru; P3=P0+kuning telur+minyak biji bunga matahari+minyak ikan lemuru

*) hasil analisis laboratorium Teknologi Hasil Ternak, Institut Pertanian Bogor (2013) **) hasil analisis pusat penelitian sumberdaya hayati dan bioteknologi IPB (2014)

Konsentrat

Konsentrat disediakan sejak anak domba berumur 1 minggu dan diberikan pagi hari setelah pemberian milk replacer. Konsentrat disusun berdasarkan kebutuhan anak domba menurut Ensminger (2002). Komposisi ransum konsentrat disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Komposisi ransum konsentrat*

Bahan pakan Komposisi (%)

*) kandungan zat makanan ransum konsentrat berdasarkan bahan kering yaitu BK (86.04%), Abu (7.45%), PK (22/7%), SK (3.72%), LK (2.61%), Beta-N (54.29%), Ca (4%), P(0.42%).**

**) hasil analisis pusat penelitian sumberdaya hayati dan bioteknologi IPB (2014)

Prosedur

Konsumsi Milk replacer

Konsumsi milk replacer (g ekor-1 hari-1) dihitung dari hasil perkalian antara konsumsi milk replacer (mL hari-1) dengan masa jenis milk replacer.

Konsumsi MR(g ekor-1 hari-1)= Konsumsi MR(mL ekor-1 hari-1)x massa jenis MR*

(17)

5 Pembuatan Milk replacer

Milk replacer dibuat dari campuran susu sapi segar, kuning telur dan minyak (minyak ikan lemuru dan/atau minyak biji bunga matahari). Kuning telur dan susu sapi terlebih dahulu dihomogenkan di dalam mangkuk menggunakan sendok. Susu sapi yang telah homogen dengan kuning telur kemudian dimasukkan ke dalam botol dot dan ditambahkan minyak ikan lemuru/minyak biji bunga matahari menggunakan spoit lalu diaduk hingga homogen.

Pengambilan Sampel Darah

Pengambilan sampel darah dilakukan pada pagi hari sebelum diberikan milk replacer. Sampel darah anak diambil 2 kali yaitu pada saat anak berumur 28 hari dan 56 hari untuk dianalisa profil darahnya, yaitu hemoglobin, hematokrit, butir darah merah dan butir darah putih. Pengambilan darah dilakukan dari vena jugularis menggunakan spoid sebanyak kurang lebih 5mL da kemudian langsung dimasukkan ke dalam vaccum tube yang berisi antikoagulan EDTA kemudian dibawa ke laboratorium untuk dilakukan analisis darah.

Pemeliharaan

Anak domba yang baru lahir ditimbang bobot lahirnya, kemudian dibiarkan bersama induknya terlebih dahulu selama 1-2 hari untuk mendapatkan kolostrum. Setelah itu, anak domba dipisah dan dipelihara hingga berumur 56 hari.

Pemberian milk replacer dilakukan dua kali sehari menggunakan dot (kapasitas 300 mL). Pemberian dilakukan pada pagi hari (08.00 WIB) dan siang hari (13.00 WIB). Setiap sekali pemberian, masing-masing domba diberikan milk replacer sebanyak 270-300 mL.

Pakan (konsentrat) disediakan pada pagi hari setelah pemberian milk replacer. Jumlah konsumsi susu dihitung setiap hari selama pemeliharaan, sedangkan konsumsi pakan dihitung berdasarkan selisih pemberian pakan dan sisa pakan yang tersisa pada tempat pakan yang dilakukan pada keesokan harinya.

Prosedur Analisis

Hemoglobin (metode sahli) (g dL-1)

Metode yang digunakan untuk mengukur kadar hemoglobin dalam penelitian ini adalah metode Sahli menurut Sastradipradja dan Hartini (1989). Larutan HCl 0.1 N diteteskan sebanyak 0.1 mL ke dalam tabung. Kemudian dimasukkan darah sebanyak 20 µl ke dalam tabung menggunakan pipet HB. Larutan di dalam tabung diaduk hingga rata dan kemudian didiamkan selama 3 menit.

Aquadest ditambahkan sedikit demi sedikit sambil diaduk. Ketika warna larutan sama dengan standar warna pada hemoglobinometer, maka aquadest berhenti ditambahkan. Kadar hemoglobin dilihat pada garis di tabung (pada kolom gram%) yang berarti banyaknya hemoglobin dalam gram per 100 mL darah. (Sastradipradja dan Hartini 1989)

Hematokrit (% Volume BDM)

(18)

6

agar darah mengalir ke dalam tabung hematokrit. Tabung diisi hingga 2/3 bagian tabung. Ujung tabung yang tidak tercelup ke dalam darah ditutup menggunakan jari, kemudian diangkat dan ujung tabung yang tercelup ke dalam darah disumbat menggunakan lilin. Tabung yang telah disumbat kemudian disentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 2 500-4 000 rpm. Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur persentase volume sel darah merah menggunakan alat baca microcapillary hematocrit reader. (Sastradipradja dan Hartini 1989).

Jumlah butir darah merah (106 mm-3) dan butir darah putih (mm-3)

Butir darah merah dan putih diamati menggunakan alat hitung counting chamber dengan perbesaran 40 kali. Sampel darah dihisap menggunakan aspirator sampai tanda tera 0.5, untuk BDM menggunakan pipet eritrosit dan untuk BDP menggunakan pipet leukosit. Larutan pengencer Hayem dihisap hingga tanda 101 untuk eritrosit dan larutan pengencer Turk hingga tanda 11 untuk leukosit. Pipet yang telah berisi larutan dan darah dihomogenkan. Setelah cairan homogen, diteteskan pada counting chamber yang sudah ditutup cover glass.

Gambar 3 Kamar hitung counting chamber

(19)

7 Perlakuan

Percobaan ini menggunakan empat perlakuan dengan tiga ulangan. Perlakuan didasarkan pada perbedaan komposisi milk replacer. Perlakuan yang diberikan yaitu :

P0 : Susu sapi segar

P1 : P0 + Kuning telur + Minyak Biji Bunga Matahari P2 : P0 + Kuning telur + Minyak Ikan Lemuru

P3 : P0 + Kuning telur + Minyak Biji Bunga Matahari + Minyak Ikan Lemuru

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola tersarang (nested design), perlakuan milk replacer (P0, P1, P2, dan P3) tersarang dalam umur anak domba (28 dan 56 hari) dengan 3 kali ulangan. Model matematik dari rancangan yang digunakan (Montgomery 2001) :

Yijk= µ + αi+ βj(i)+ εijk

Keterangan :

Yij : pengamatan faktor A taraf ke-i, faktor B taraf ke-j dan ulangan ke-k

µ : rataan umum

αi : pengaruh umur anak domba (28 dan 56 hari) pada taraf ke-i

βj(i) : pengaruh perlakuan milk replacer (P0, P1, P2, dan P3) pada taraf ke-j pada αi

εijk : Pengaruh galat dari pengaruh perlakuan ke-j tersarang pada perlakuan umur anak domba ke-i ulangan ke-k

Peubah yang diamati

Peubah yang diamati pada penelitian ini yaitu konsumsi, profil darah yang terdiri dari hemoglobin, hematokrit, jumlah butir darah merah (eritrosit), dan jumlah butir darah putih (leukosit).

Analisis Data

(20)

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsumsi Milk Replacer

Data konsumsi milk replacer disajikan pada Tabel 4. Konsumsi milk replacer memberikan pengaruh tidak langsung terhadap darah. Asupan milk replacer yang masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi jumlah zat makanan yang diperoleh anak domba.

Menurut Brandono et al 2004, milk replacer diberikan 3 kali sehari dari botol susu dengan kuantitas yang diberikan dari setiap pemberian adalah 150-200 mililiter per ekor per pemberian milk replacer atau 500-610 mL ekor-1 hari-1. Konsumsi milk replacer rata-rata per hari yaitu antara 437.1 ± 120.3 mL ekor-1 hari-1 hingga 583.7 ± 162.7 mL ekor-1 hari-1. Konsumsi milk replacer pada domba penelitian termasuk dalam kisaran normal yang menandakan domba mendapatkan asupan milk replacer yang cukup.

Tabel 4 Konsumsi milk replacer dan asupan zat makanan rata-rata per hari (g ekor-1 hari-1)

P0=Susu sapi ; P1=P0+kuning telur+minyak biji bunga matahari; P2=P0+kuning telur+minyak ikan lemuru; P3=P0+kuning telur+minyak biji bunga matahari+minyak ikan lemuru

Hematologi Darah

Hasil analisis statistik didapat bahwa penambahan minyak ikan lemuru dan minyak biji bunga matahari pada milk replacer tidak memberikan pengaruh nyata (P>0.05) terhadap kadar hemoglobin, persentase hematokrit, jumlah eritrosit dan jumlah leukosit.

Kadar Hemoglobin Darah

(21)

9 Tabel 5 Kadar hemoglobin darah anak domba prasapih (g dL-1)

Perlakuan Hemoglobin Darah (g dL

Anak domba yang dipelihara bersama induk 7.5

P0=Susu sapi ; P1=P0+kuning telur+minyak biji bunga matahari; P2=P0+kuning telur+minyak ikan lemuru; P3=P0+kuning telur+minyak biji bunga matahari+minyak ikan lemuru

Kadar hemoglobin hasil penelitian berkisar antara 5.4±3.0 g dL-1 dan 7.3±1.4 g dL-1, sedangkan hemoglobin anak domba yang dipelihara bersama induk adalah 7.5 g dL-1. Hemoglobin dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah kandungan protein, besi (fe), dan bobot badan. Menurut Guyton (1993) kadar protein dan besi (fe) merupakan faktor penting dalam pembentukan hemoglobin karena hemoglobin merupakan pigmen eritrosit yang terdiri atas protein kompleks terkonjugasi yang mengandung besi. Kadar hemoglobin pada tiap perlakuan secara statistik tidak berbeda nyata. Hal ini diduga karena konsumsi protein pada tiap anak domba penelitian tidak jauh berbeda yaitu 18.604, 17.702, 15.578, dan 16.324 g ekor-1 hari-1 untuk P0, P1, P2, dan P3.

Rata-rata kadar hemoglobin umur 28 hari yaitu 6.1±1.8 g dL-1 dan pada umur 56 hari yaitu 6.4±1.1 g dL-1. Menurut uji statistik, umur anak domba tidak berpengaruh nyata terhadap kadar hemoglobin darah. Menurut Andhini (2014) yang meneliti tentang performa anak domba yang diberi milk replacer, anak domba mengalami pertambahan bobot badan harian (PBBH) antara 45.53 g ekor-1 hari-1 hingga 112.20 g ekor-1 hari-1. Walaupun tidak berbeda nyata, PBBH anak domba cenderung akan meningkatkan bobot badan anak domba dari umur 28 hari hingga 56 hari. Menurut Dwinidasari (2014), semakin berat tubuh suatu hewan maka semakin banyak oksigen yang dibutuhkan. Hemoglobin diperlukan untuk membawa oksigen dari paru-paru ke jantung dan jaringan lainnya.

(22)

10

Kadar Hematokrit Darah

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa penambahan MI dan MBBM tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0.05) terhadap hematokrit darah. Umur anak domba juga tidak berpengaruh nyata terhadap hematokrit darah. Persentase hematokrit anak domba penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Persentase hematokrit darah anak domba prasapih (%)

Perlakuan Hematokrit Darah (%)

Anak domba yang dipelihara bersama induk 33

P0=Susu sapi ; P1=P0+kuning telur+minyak biji bunga matahari; P2=P0+kuning telur+minyak ikan lemuru; P3=P0+kuning telur+minyak biji bunga matahari+minyak ikan lemuru

Nilai hematokrit penelitian berkisar antara 21.0% hingga 33.7%, sedangkan nilai hematokrit anak domba yang dipelihara bersama induk yaitu 33%. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi nilai hematokrit menurut Rimayanti et al. (1994) adalah karena perubahan hemoglobin (Hb), eritrosit atau hilangnya kandungan air. Gambar 4 menunjukkan adanya korelasi positif antara nilai hematokrit dan kadar hemoglobin, dimana nilai R2 berada pada 0-1 baik pada umur 28 hari ataupun 56 hari. Nilai R2 pada umur 28 hari yaitu 0.94 (mendekati 1) menunjukkan hubungan keeratan (positif) yang kuat antara hematokrit dan hemoglobin. Menurut Widjajakusuma dan Sikar (1986) hemoglobin sebanding lurus dengan data hematokrit dan eritrosit pada hewan normal.

(23)

11 Hematokrit merupakan persentase sel darah merah di dalam darah, dimana kandungan air dalam darah juga berpengaruh terhadap kadar hematokrit. Menurut Fradson (1996), nilai hematokrit memperlihatkan secara langsung viskositas darah dan menurut Duncan (1997), nilai hematokrit akan menurun pada keadaan kelebihan cairan. Kadar air dalam darah yang semakin tinggi akan mengurangi viskositas darah sehingga menurunkan kadar hematokrit.

Kadar hematokrit rata-rata anak domba umur 28 hari yaitu 26.91±8.41 % terlihat lebih rendah dibandingkan hematokrit umur 56 hari yaitu 27.27±5.83 %. Secara fisiologis, nilai hematokrit pada anak domba yang berumur satu hari akan selalu lebih rendah dengan kondisi ketika dewasa. Hal tersebut dikarenakan nilai hematokrit menggambarkan perbandingan jumlah eritrosit dengan komponen darah lain dalam volume tertentu. Pada hewan yang baru lahir, sel darah merah hanya diproduksi di sumsum tulang, sedangkan pada hewan dewasa diproduksi dalam sumsum tulang membranosa, seperti vertebra, sternum, rusuk, dan ilium (Guyton dan Hall 2006).

Nilai hematokrit darah domba menurut penelitian Wajuanna (2013) adalah 24.4 %. Hasil pengamatan menunjukkan hematokrit darah anak domba umur 28 dan 56 hari berada kisaran 21.00-33.67 %, menunjukkan sebagian besar kadar hematokrit sama dengan penelitian Wajuanna (2013).

Jumlah Butir Darah Merah (Eritrosit)

Berdasarkan hasil uji statistik, perlakuan milk replacer tidak memberikan pengaruh nyata (P>0.05) terhadap jumlah eritrosit darah anak domba prasapih, namun jumlah eritrosit darah anak domba secara nyata meningkat (P<0.05) dari umur 28 hari ke 56 hari. Tabel 7 menampilkan data jumlah eritrosit darah anak domba prasapih hasil penelitian.

Tabel 7 Jumlah eritrosit darah anak domba prasapih (106 mm-3)

Perlakuan Eritrosit Darah (10

Anak domba yang dipelihara bersama induk 7.380

P0=Susu sapi ; P1=P0+kuning telur+minyak biji bunga matahari; P2=P0+kuning telur+minyak ikan lemuru; P3=P0+kuning telur+minyak biji bunga matahari+minyak ikan lemuru

(24)

12

dengan domba yang berumur 28 hari. Ternak yang belum dewasa belum banyak memproduksi eritrosit, karena menurut Ganong (2003) ternak yang baru lahir akan memproduksi sel darah merah di dalam hati dan limpa sedangkan pembentukan di sumsum tulang baru terjadi pada saat ternak tersebut sudah dewasa.

Eritrosit secara tidak langsung membutuhkan asam lemak esensial dalam memperbaiki selnya. Menurut Fritsche et al. (1992), asam lemak esensial diduga dapat membantu pembentukan prostaglandin untuk memperbaiki sel darah merah. Andhini (2014) meneliti tentang konsumsi lemak pada anak domba yang diberi milk replacer dengan penambahan minyak ikan lemuru dan minyak biji bunga matahari. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa konsumsi lemak per ekor per hari pada setiap anak domba penelitian tidak berbeda nyata kecuali pada domba P3 yang nilai konsumsi lemaknya meningkat. Penambahan minyak pada milk replacer tidak memberikan pengaruh nyata diduga akibat tidak berbeda nyata lemak yang dikonsumsi oleh domba penelitian.

Jumlah eritrosit anak domba yang mendapat susu induk adalah 7.380 eritrosit normal diduga akibat perbedaan umur, spesies dan lokasi penelitian. Menurut Sturkie dan Grimingger (1976), jumlah eritrosit dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, hormon, keadaan hipoksia, dan berbagai faktor yang lain.

Jumlah Butir Darah Putih (Leukosit)

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa umur anak domba dan perlakuan milk replacer tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0.05) terhadap jumlah leukosit darah anak domba. Nilai jumlah leukosit darah anak domba penelitian dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Jumlah leukosit darah anak domba prasapih (103 mm-3)

Perlakuan Leukosit Darah (10

Anak domba yang dipelihara bersama induk 5.250

(25)

13 Rata-rata jumlah leukosit anak domba umur 28 dan 56 hari berturut-turut adalah 4.032±1.947 103 mm-3 dan 4.626±2.259 103 mm-3. Domba umur 56 hari sudah lebih dewasa dibandingkan dengan domba yang berumur 28 hari yang berarti produksi limfositnya akan cenderung lebih tinggi. Menurut Tizard (1988), sumsum tulang pada hewan yang lebih dewasa berlaku sebagai sumber sel darah termasuk limfosit.

Hasil penelitian menunjukkan jumlah leukosit pada domba umur 28 dan 56 hari yang diberi milk replacer berkisar antara 2.683±0.416 103 mm-3 hingga 6.175±1.386 103 mm-3, sedangkan jumlah leukosit anak domba yang dipelihara bersama induk adalah 5.250 103 mm-3. Jumlah total sel darah putih berkisar antara (5-20) 103mm-3 pada mamalia (Meyer dan Harvey 2009). Jumlah leukosit darah anak domba menurut penelitian Maharani (2013) adalah 7.87 103 mm-3. Anak domba penelitian walaupun memiliki jumlah leukosit lebih rendah dibandingkan dengan anak domba yang dipelihara bersama induk masih berada pada kisaran jumlah leukosit pada mamalia.

Jumlah total dan tipe leukosit dapat digunakan untuk mendiagnosis keadaan atau status infeksi pada hewan (Lawhead dan Baker 2005). Penambahan MI dan MBBM pada milk replacer secara nyata tidak berpengaruh terhadap jumlah leukosit. Konsumsi lemak menjadi salah satu faktor dalam pembentukan leukosit darah. Minyak ikan lemuru dan minyak biji bunga matahari merupakan sumber minyak hewani dan nabati yang mengandung asam-asam lemak esensial, dimana asam lemak esensial digunakan tubuh untuk menyusun jaringan terutama jaringan limfoid (Fritsche et al. 1992). Jaringan limfoid internal meliputi sumsum tulang, timus, limpa, dan simpul limfe, yang mengatur produksi limfosit (Tizard 1988). Menurut Ganong (2003), kenaikan leukosit dapat diartikan dengan kenaikan limfosit. Fungsi utama limfosit adalah produksi antibodi atau sebagai sel efektor khusus dalam menanggapi antigen terikat makrofag. Konsumsi lemak yang tidak berbeda nyata, diduga membuat jumlah leukosit juga tidak berbeda nyata.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(26)

14

Saran

Menindaklanjuti penelitian ini, diharapkan adanya penelitian lanjutan yang meneliti tentang milk replacer dengan menggunakan sumber minyak lain sebagai pengganti minyak ikan lemuru dan/atau minyak biji bunga matahari.

DAFTAR PUSTAKA

Andhini DS. 2014. Performa anak domba prolific dengan pemberian milk replacer yang disuplementasi minyak biji bunga matahari dan minyak ikan lemuru. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Astawan M. 2009. Departemen teknologi pangan dan gizi IPB [internet]. Bogor

[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Daftar komposisi bahan makanan. Jakarta (ID): Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Duncan JR, Prase KW. 1997. G'eterinarv Lahoratan, Medicine. Clinical

Patholoy. Ames (US) : Iowa State Univ Pr.

Dwinidasari A. 2014. Respirasi pada tumbuhan dan hewan. www.academia.edu. [internet]. Bogor (ID): [diunduh 2014 Okt 28]. Tersedia pada http://www.academia.edu/6251482/respirasi_pada_tumbuhan_dan_hewan. Ensminger ME. 2002. Sheep & Goat Science. Sixth edition. Danville (US):

Insterstate Publishers

Fradson RD. 1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi ke-4. Srigandono, K. Praseno, penerjemah. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Pr.

Fritsche KL, Cassity NA, Huang SC. 1992. Dietary (n-3) fatty acid and vitamin E interactions in rats: Effect on vitamin E status, immune cell prostaglandin E production and primary antibody response. J Nutr. 122:1009-1018.

Ganong WF. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-20. Widjajakusumah D, Irawati D, Siagian M, Moeloek D, Pendit BU, penerjemah; Widjajakusumah D, editor. Jakarta (ID); ECG. Terjemah dari: Review of Medical Physiology.

Guyton AC. 1993. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-7. Tengadi KA, penerjemah. Jakarta (ID): EGC.

Guyton AC, Hall EJ. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Irawati, editor. Jakarta(ID): EGC.

Lawhead JB, Baker M. 2005. Introduction to Veterinary Science. Australia (AU): Thomson and Learning.

Maharani A J. 2013. Gambaran diferensial leukosit anak domba yang dilahirkan oleh induk domba dengan perlakuan superovulasi sebelum perkawinan. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

(27)

15 Montgomery DC. 2001. Design and Analysis of Experiment. fifth edition.

Washington (US): Prentice Hall.

Moran J. 2002. Calf Rearing a Particle Guide. second Edition. Australia (AU): Landlinks Pr.

O’Brien RD 2009. Fats and Oils. London (GB): CRC Pr.

Ritter-Gooder PK, Nancy ML, Kimberly B, Megan W. 2008. Developmentand pilot testing of an omega-3 fatty acid food frequency questionnaire. Lincoln and Greenville. J Food Comp. 21:43–49.

Rukmana R. 2004. Budidaya Bunga Matahari. Semarang (ID): Aneka Ilmu Sastradipradja D, Hartini S. 1989. Fisiologi Veteriner. Bogor (ID): IPB Pr.

Sturkie, P.D dan Grimingger. 1976. Blood : Physical Charateristic, Formed Elements, Haemoglobin, and Coagulation. Di dalam : P.D Sturkie, Editor. Avian Physicology. New York (US) : Springer-Verleg.

Sunarlim R, Triyantini B, Setiati, Setiyanto. 1992. Upaya mempopulerkan dan meningkatkan penelitian susu kambing dan domba. Di dalam: Domba dan Kambing untuk Kesejahteraan Masyarakat. Seminar Nasional ISPI dan HPDKI; 1992; Bogor, Indonesia. Bogor (ID). hlm 171.

Tiesnamurti B, Inounu I, Subandriyo. 2002. Kapasitas produksi susu domba peridi : I. Pertumbuhan anak prasapih. JITV. 7:227-236

Tiesnamurti B. 1992. Reducing the preweaning mortalityrate of Javanese thin-tail sheep. In: New technologiesfor small ruminant production in Indonesia. Ludgate PJ, editor. Winrock International Institute for Agriculture Development : 93-101.

Tizard I. 1988. Pengantar Imunologi Veteriner. Surabaya (ID): Airlangga University Pr.

Wajuanna A N. 2013. Gambaran darah merah anak domba yang dilahirkan oleh induk domba yang disuperovulasi sebelum perkawinan. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

(28)

16

LAMPIRAN

Lampiran 1 ANOVA kadar hemoglobin anak domba

SK JK db KT Fhit Sig

Umur .640 1 .640 .236 .633

Umur *

Perlakuan 8.335 6 1.389 .513 .790

Error 43.327 16 2.708

Total 52.302 23

SK: sumber keragaman, db: derajat bebas, JK: jumlah kuadrat, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi.

Lampiran 2 ANOVA kadar hematokrit anak domba

SK JK db KT Fhit Sig

Umur .792 1 .792 .016 .900

Umur *

Perlakuan 375.277 6 62.546 1.287 .318

Error 777.814 16 48.613

Total 1153.883 23

SK: sumber keragaman, db: derajat bebas, JK: jumlah kuadrat, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi.

Lampiran 3 ANOVA jumlah eritrosit anak domba

SK JK db KT Fhit Sig

Umur 4.211E13 1 4.211E13 9.866 .006

Umur *

Perlakuan 2.074E13 6 3.457E12 .810 .577

Error 6.829E13 16 4.268E12

Total 1.311E14 23

SK: sumber keragaman, db: derajat bebas, JK: jumlah kuadrat, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi.

Lampiran 4 ANOVA jumlah leukosit anak domba

SK JK db KT Fhit Sig

Umur 2121283.068 1 2121283.068 .507 .487

Umur *

Perlakuan 3.082E7 6 5136441.924 1.227 .344

Error 6.698E7 16 4186405.938

Total 9.992E7 24

(29)

17 Lampiran 5 Perhitungan massa jenis Milk replacer

Massa jenis =

Milk replacer Massa (gram) Volume (mL) Massa jenis (gram/mL)

MR0 483.30 500

MR1 538.54 520

MR2 545.32 520

MR3 527.84 520

(30)

18

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bengkulu pada tanggal 30 November 1992. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan bapak Supriyanto dan ibu Novriza Heria Utami. Awal pendidikan dasar ditempuh Fakultas Peternakan jurusan Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama menempuh jenjang sarjana, penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Teknik Formulasi Ransum Fapet IPB tahun ajaran 2013/2014 dan 2014/2015. Penulis juga aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan yaitu sebagai ketua rohis INTP47 (2011/2014), anggota Departemen Polkastrad BEM

D’Oreamnos (2011/2012), dan pengurus besar Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Indonesia (ISMAPETI) (2012/2014).

Penulis pernah memperoleh dana hibah DIKTI pada Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Kewirausahaan tahun 2011. Selain itu, selama di fakultas peternakan penulis aktif di bidang musik dengan membuat themesong Masa Perkenalan Fakultas Peternakan selama 2 tahun berturut-turut.

UCAPAN TERIMA KASIH

Gambar

Gambar 1  Contoh domba penelitian
Tabel 2  Kandungan zat makanan milk replacer berdasarkan BK
Gambar 3  Kamar hitung counting chamber
Tabel 5  Kadar hemoglobin darah anak domba prasapih (g dL-1)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi minyak biji bunga matahari tidak berpengaruh (P&gt;0.05) terhadap konsumsi bahan kering, konsumsi protein kasar,

Penambahan minyak biji bunga matahari dalam ransum menyebabkan perbedaan konsumsi lemak, namun hal ini tidak mempengaruhi konsumsi bahan kering, protein kasar,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh ekstrak teh hitam 500 ppm pada ransum yang mengandung minyak biji bunga matahari dengan level 4% dan 6%

Data analisa yang telah dilakukan maka kadar asam lemak bebas dari minyak biji bunga matahari dapat dilihat pada tabel 4.1 dan bilangan penyabunan dari minyak biji

Hasil perhitungan bilangan peroksida (persamaan 4) untuk sampel minyak yang diperoleh dari ekstrasi biji bunga matahari dengan menggunakan pelarut petroleum eter

Tujuan: Memformulasi sediaan masker wajah dalam berbagai konsentrasi Minyak Biji Bunga Matahari dan menguji efek anti-aging dari Minyak Biji Bunga Matahari selama empat

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perbandingan pelarut yang digunakan, antara n- hexana dan etanol terhadap hasil proses ekstraksi-destilasi minyak biji

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh penambahan minyak ikan dan minyak biji bunga matahari dalam pembuatan yogurt dari susu skim sebagai asam lemak tak