TATA CARA PELAPORAN DAN PENYETORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK
PRATAMA BINJAI
O L
E
H
NAMA : RINA FEBRIANI
NIM : 102600124
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi pada Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara
Medan
Puji Syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan hikmat
yang diberikan, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Tatacara
Pelaporan dan Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 25 Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai” yang sebagai salah satu syarat kelulusan di Jurusan Administrasi Perpajakan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP).
Penulis mendapatkan banyak sekali Do’a , bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Atas berbagai bantuan dan
dukungan tersebut, pada kesempatan ini penulis menghaturkan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Bapak Dr. Alwi Hasyim Batubara, M.Si, selaku ketua Program Studi D3
Administrasi Perpajakan FISIP USU.
3. Ibu Arlina SH,M.Hum, selaku dosen pembimbing selama Praktek Kerja
lapangan di KPP Pratama Binjai.
4. Seluruh staf pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara Medan.
7. Deri Haryadi, S.E.,M.M , Sebagai Supervisor di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Binjai.
8. Allah SWT, Tuhan sekaligus pengatur kehidupan yang telah memberikan
kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir hingga selesai.
9. Kedua Orang Tua, yang tak henti-hentinya memberikan semangat dan kasih
sayang yang luar biasa kepada penulis.
10.Kedua Saudara, Bang Riza dan Adik Rika yang telah memberikan semangat
dan do’a kepada penulis agar cepat selesai.
11.Teman-Teman Tax C 2010 semuanya yang telah memberikan kebahagiaan
kepada penulis selama 3 tahun di Administrasi Perpajakan ini.
12.Teman-Teman Improsaja semuanya yang telah memberikan penulis banyak
pengalaman dalam berorganisasi.
13.Rekan-rekan seperjuangan Tugas Akhir angkatan 2010 yang lainnya yang
tidak dapat disebut satu-satu.
Semoga hasil Tugas Akhir ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kemajuan
ilmu pengetahuan dalam bidang Administrasi Perpajakan khususnya tentang Pajak
penyempurnaan-penyempurnaan sedemikian rupa untuk memperbaiki Tugas Akhir
ini agar dapat lebih baik lagi. Penulis juga memohon maaf apabila ada kata-kata yang
salah atau kurang tepat dalam penulisan laporan ini.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Saya selaku penulis mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungannya. Besar
harapan penulis kiranya Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, 1 Juli 2013
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 5
C. Uraian Teoritis ... 7
1. Pengertian Pajak... 8
2. Pajak Penghasilan ... 8
3. Jenis Pajak ... 9
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 11
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 11
F. Metode Pengumpulan Data ... 13
G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 14
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai... 16
B. Lokasi Geografi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai... 20
C. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai... 21
A. Pengertian dan Definisi Pajak... 30
B. Subjek, Objek, Tarif Pajak ... 33
1. Subjek Pajak... 33
2. Objek Pajak... 35
3. Tarif Pajak... 37
C. Jenis-Jenis Pelunasan Pajak Penghasilan... 38
D. Pajak Penghasilan Pasal 25... 39
1. Definisi Pajak Penghasilan Pasal 25... 39
2. Dasar Hukum Pajak Penghasilan Pasal 25... 40
3. Pelaporan dan Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 25... 41
4. Dasar Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 25... 44
5. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Orang Pribadi... 47
6. Surat Setoran Pajak ... 48
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI A. Tatacara Pelaporan dan PenyetoRan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Penghasilan Pasal 25 Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai... 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan... 58
B. Saran... 59
Tabel III.1 Tarif Pajak Penghasilan Orang Pribadi... 37
Tabel III.2 Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Binjai... 38
Tabel IV.3 Laporan Penyampaian SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 25 Orang
Pribadi Tahun 2012 pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai... 54
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Pajak dapat diartikan sebagai iuran rakyat kepada negara berdasarkan
undang-undang (yang apat dipaksakan), dimana rakyat sebagai pembayar pajak tidak
mendapat imbalan secara langsung (kontra prestasi), namun imbalan yang diterima
rakyat adalah pelayanan yang baik oleh negara baik secara fisik maupun nonfisik.
(Setu, 2009 :1)
Namun apabila mendengar kata “Pajak” sering kali masyarakat merasa resah
dan masih banyak juga masyarakat yang tidak mengikuti Peraturan Perpajakan yang
telah ditetapkan Pemerintah, bahkan adapula yang merasakan bahwa pajak itu adalah
sebagai beban hidup sehingga banyak masyarakat yang ingin menghindarinya.
Padahal membayar pajak sesungguhnya adalah sebagai bentuk ucapan rasa terima
kasih masyarakat kepada pemerintah yang telah menghidupi, menyediakan,
menumbuh kembangkan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan oleh seluruh lapisan
masyarakat. Untuk membiayai program-program pembangunan pemerintah baik
sektor fisik maupun non-fisik, maka dibutuhkan sumber pendanaan dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pengeluaran atau belanja Negara itu
Belanja Pemerintah Pusat terdiri dari Pengeluaran Rutin dan Pengeluaran
Pembangunan. Penerimaan Perpajakan pada dasarnya terdiri dari penerimaan pajak
dalam negeri dan penerimaan pajak luar negeri. Penerimaan pajak dalam negeri
terdiri dari PPh, PPN, dan PPnBM, Bea Cukai, PBB, dan pajak lainnya, sedangkan
Pajak luar negeri terdiri dari Bea Masuk dan Pajak Ekspor.
Kepatuhan membayar pajak pada Wajib Pajak Orang Pribadi PPh Pasal 25
didasarkan pada kepatuhan pelaporan SPT Tahunan. SPT digunakan untuk
melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang. Berdasarkan
Undang-undang Perpajakan No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan, Pajak
Penghasilan Pasal 25 merupakan besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan
yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak. Penanganan angsuran pembayaran pajak
dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan Pelaksanaannya dilakukan oleh
Kantor Pelayanan Pajak (KPP).
Adapun cara-cara yang dilakukan untuk meningkatkan peneriman sektor
pajak antara lain dengan menyempurnakan sistem perpajakan, mengintensifikasikan
penerimaan pemungutan pajak dan menciptakan aparatur perpajakan yang bersih dan
berwibawa. Penyempurnaan sistem perpajakan yang telah dilakukan oleh Pemerintah
Indonesia yaitu dengan mengadakan pembaharuan dibidang perpajakan.
Pembaharuan dibidang perpajakan tersebut dikenal dengan tax reform (Reformasi
Perpajakan). Pembaharuan tersebut dimulai pada tahun 1983 yang ditempuh dengan
Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan tersebut telah diubah beberapa kali
yaitu :
1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991
3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000
5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
Suatu perubahan mendasar yang terjadi akibat Tax Reform 1983 tersebut
adalah munculnya Self Assessment System dalam sistem perpajakan yang berlaku di
Indonesia. Self Assessment System yaitu sistem pemungutan pajak yang memberikan
kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar
dan melaporkan sendiri pajak terutangnya (Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan). Self Assessment System
menggantikan Official Assessment System yang sebelumnya berlaku di Indonesia
yaitu sistem pemungutan pajak yang dipungut oleh fiskus (Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan). Dalam Self
Assessment System fiskus juga harus berperan aktif untuk melakukan pengendalian
administrasi perpajakan. Peran aktif fiskus tersebut antara lain meliputi tugas untuk
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 tentang
Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan pasal 1 disebutkan bahwa pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 mengatur kewajiban Wajib Pajak
yang perlu diawasi yakni pembayaran pajak dengan cara “Angsuran Pajak”.
Dalam hal ini unit operasi Jenderal Pajak yaitu Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama mengupayakan peningkatan penerimaan pajak khususnya Pajak Penghasilan
(PPh) Pasal 25 yang merupakan tugas dari Direktorat Jenderal Pajak. Pelaksanaan
peningkatan penerimaan pajak khususnya Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 yang
merupakan tugas dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama menjadi sedikit terlambat
karena masih ada Wajib Pajak yang belum juga mendaftar diri menjadi Wajib Pajak
karena kurangnya pengetahuan wajib pajak dalam melakukan perhitungan Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 25, oleh karena itu penulis mengangkat judul mengenai
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri oleh mahasiswa Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan dilaksanakan dengan tujuan agar mahasiswa
dapat belajar dari dunia kerja dan sekaligus membantu memberikan pemecahan
masalah yang dihadapi berdasarkan potensial mahasiswa.
1) Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Di dalam suatu kegiatan yang dilakukan selalu memiliki tujuang yang sesuai
dengan yang di harapkan. Demikian halnya dengan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
yang dilaksanakan oleh mahasiswa administrasi perpajakan memiliki tujuan
tersendiri. Adapun tujuannya adalah :
1.1 Untuk mengetahui kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Binjai dalam melaksanakan pembayaran Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25.
1.2 Untuk mengetahui tatacara perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25.
1.3 Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam penyetoran, pelaporan serta
2) Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri
2.1 Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa dapat menerapkan ilmunya secara langsung pada bidang yang
ditekuni sehingga dapat membandingkan antara teori yang dipelajari selama
perkuliahan dengan praktik di lapangan.
b. Sebagai bahan penulis untuk mendalami tatacara pelaksanaan Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 25.
c. Memperdalam dan meningkatkan ketrampilan serta kreatifitas dalam bidang
perpajakan seiring dengan adanya undang-undang perpajakan yang
sewaktu-waktu dapat berubah.
2.2 Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai
a. Sebagai sarana untuk menjalin hubungan baik antara Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Binjai dengan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP
USU).
b. Sebagai sarana untuk mensosialisasikan citra Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Binjai kepada masyarakat terutama kepada Akademika Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
c. Dengan dilaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri, mahasiswa dapat
memberikan kritik dan saran untuk mengoptimalkan penerimaan Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 25 Orang Pribadi.
2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
a. Meningkatkan hubungan kerjasama antara Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Binjai dengan Universitas Sumatera Utara, khususnya Program Studi Diploma
III Administrasi Perpajakan.
b. Mendapat masukan dan saran untuk penyempurnaan kurikulum yang berlaku
di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.
c. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain dalam bidang Administrasi
Perpajakan.
C. Uraian Teoritis
Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 183 tentang Ketentuan Umum dan
Tatacara Perpajakan, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2009, pajak ialah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
Dengan kata lain pengertian pajak dapat dikatakan sebagai balas jasa yang
dapat diberikan oleh masyarakat kepada pemerintah atas fasilitas-fasilitas yang kita
nikmati untuk dapat hidup layak disuatu negara. Sedangkan penghasilan adalah
jumlah uang yang diterima atas usaha yang dilakukan orang perorangan, badan atau
bentuk usaha lainnya yang dapat digunakan untuk aktivitas ekonomi seperti
mengkonsumsikan atau menimbun kekayaan.
1. Pengertian Pajak
Menurut pendapat Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH, Pajak adalah iuran
rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan
dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Sementara itu jika mengacu pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 Angka 1 disebutkan
arti pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2. Pajak Penghasilan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (PPh)
perubahan dan terakhir kali diubah dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.
Undang-Undang Pajak Penghasilan mengatur subjek pajak, serta cara menghitung
dan cara melunasi pajak yang terutang. Undang-Undang Pajak Penghasilan juga lebih
memberikan fasilitas kemudahan dan keringanan bagi Wajib Pajak dalam
melaksanakan kewajiban perpajakan. Undang-Undang Pajak Penghasilan menganut
asas materil, artinya penentuan mengenai pajak yang terutang tidak tergantung
kepada surat ketetapan pajak.
3. Jenis Pajak
Jenis pajak dibedakan menjadi tiga bagian yaitu :
3.1 Berdasarkan Golongan
a. Pajak Langsung adalah pajak yang dipikul sendiri oleh wajib pajak, dimana
tidak dibebankan kepada pihak lain. Misalnya: Pajak Penghasilan (PPh).
b. Pajak tidak langsung adalah pajak yang pelimpahannya dilimpahkan oleh
yang membayar pajak kepada orang lain (konsumen). Misalnya: Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Penjualan Atas Barang Mewah.
3.2 Berdasarkan Sifatnya
a. Pajak subjektif adalah pajak yang patokannya kepada subjeknya, yaitu kepada
b. Pajak Objektif adalah pajak yang patokannya kepada objek yang dikenai
pajaknya yaitu ditemukan dulu objeknya apa, misalnya: Pajak Pertambahan
Nilai Barang dan Jasa dan Penjualan Atas Barang Mewah.
3.3 Berdasarkan Kewenangan Pemungutannya
a. Pajak pusat adalah pajak yang kewenangannya dipungut oleh pemerintah
pusat, yang digunakan untuk pembangunan dan pengeluaran negara.
Misalnya: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan
Penjualan Atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Materai.
b. Pajak daerah adalah pajak yang kewenangannya dipungut oleh pemerintah
daerah, untuk kepentingan pembiayaan rumah tangga daerah tersebut.
Misalnya: Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Di Atas Air, Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Di Atas Air, Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor, Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah
dan Air Permukaan, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak
Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan Bahan Galian
Golongan C, Pajak Parkir.
Berdasarkan Uraian diatas Pajak Penghasilan Pasal 25 termasuk golongan
pajak langsung, yang memiliki sifat pajak subjektif dan kewenangan pemungutannya
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Dalam hal ini mahasiswa melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
dilaksanakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai. Kegiatan yang akan
diteliti pada Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah :
a. Tatacara perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 Orang Pribadi.
b. Kendala yang dihadapi dalam perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25
Orang Pribadi baik dari wajib pajak maupun fiskus.
c. Data – Data penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 Orang Pribadi di
tahun berjalan agar dapat membantu mahasiswa dalam penulisan laporan.
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta perolehan informasi yang
sesuai, maka metode yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini penulis melakukan beberapa persiapan yang menyangkut
Praktik Kerja Lapangan Mandiri mulai dari penentuan judul tempat Praktik
Kerja Lapangan Mandiri, mencari bahan untuk membuat proposal, konsultasi
2. Studi Literatur
Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan berbagai sumber bacaan
seperti : buku–buku, artikel ilmiah maupun literatur yang berhubungan
dengan objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
3. Studi Observasi Lapangan
Pada tahap ini penulis melakukan pengamatan secara langsung dan pencatatan
secara sistematis terhadap data yang ada pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Binjai serta mempelajari laporan–laporan yang akan dibahas.
4. Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data mengenai Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25
Orang Pribadi. Data tersebut dikelompokkan menjadi data primer dan data
sekunder.
Data primer diperoleh dari hasil wawancara terhadap orang – orang yang
dianggap mampu memberikan informasi serta observasi penulis dilapangan
tempat objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).
Data sekunder diperoleh melalui studi litelatur seperti sumber – sumber
pustaka, undang – undang, dokumentasi, maupun literatur yang berhubungan
5. Analisis Data dan Evaluasi
Kegiatan studi yang dilakukan dengan cara menganalisa dan mengevaluasi
data yang telah di dapat. Sehingga nantinya dapat ditarik kesimpulan yang
dapat memberikan gambaran kondisi permasalahan dan kendala yang
dihadapi serta mencari tahu atau menanyakan solusi / jalan keluar yang
terbaik untuk memecahkan masalah tersebut pada pegawai Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) Pratama Binjai.
F. Metode Pengumpulan Data
Adapun jenis–jenis data yang dikumpulkan berupa data tertulis dalam bentuk
dokumen, tabel, bagan dan grafik dimana metodenya terdiri dari :
1. Daftar Wawancara
Yaitu suatu cara pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada pihak yang berkaitan selama proses wawancara
berlangsung.
2. Daftar Observasi
Yaitu suatu cara pengumpulan data dengan cara mengadakan peninjauan
3. Daftar Dokumentasi
Yaitu mengumpulkan catatan–catatan, data–data yang telah diperoleh dari
instansi, berhubungan dengan data objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Untuk mempermudah pembahasan pada laporan penelitian ini, sistematika penulisan
laporan penelitian dibuat dalam 5 bab dan dilengkapi sub bab sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
Berisikan tentang latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri,
tujuan dan manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ,Uraian Teoritis,
ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Praktik
Kerja Lapangan Mandiri , metode pengumpulan data, dan sistematika
penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
BAB II : Gambaran Umum Objek / Lokasi Praktik Keraja Lapangan Mandiri
Bab ini berisi tentang gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Binjai, metode pengumpulan data serta gambaran petugas
BAB III : Gambaran Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Bab ini berisi tentang uraian bagaimana tatacara perhitungan Pajak
Penghasilan Pasal 25 Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Binjai.
BAB IV : Analisis dan Evaluasi Data
Bab ini berisi tentang analisis penulis atas data yang berhasil
diperoleh serta membahas mengenai penganalisaan masalah yang
timbul dan alternatif pemecahan masalah juga evakuasi terhadap
alternatif pemecahan masalah.
BAB V : Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran-saran yang dianggap perlu
A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai
Sebelum disebut Kantor Pelayanan Pajak (KPP), kantor ini bernama Kantor
Inspeksi Pajak (KIP). Pada bulan Juni 1976, Kantor Inspeksi Pajak diubah menjadi
Kantor Pelayanan Pajak yang saat itu dibagi menjadi 2 (dua) yaitu Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) Medan Utara dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Selatan.
Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara didirikan pada tanggal 1 April 1994
berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 758/KMK.01/1993 tanggal 03
Agustus 1993. Dalam rangka meningkatkan pelayanan bagi para wajib pajak wilayah
Kotamadya Medan, Binjai dan sekitarnya maka Wilayah Kantor Pelayanan Pajak
dibagi atas 3 (tiga) bagian, yaitu :
1. KPP Medan Utara.
2. KPP Medan Timur.
3. KPP Medan Barat.
Kemudian dengan SK Nomor 94//KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994
terhitung mulai 1 April Kantor Pelayanan Pajak di Medan dipecah menjadi 4 (empat)
Kantor Pelayanan Pajak, yaitu :
1. KPP Medan Utara.
3. KPP Medan Barat.
4. KPP Medan Binjai.
Dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 443/KMK.01/2001
tanggal 23 Juli 2001 perihal Kantor Pelayanan Pajak, jajaran kantor wilayah I
Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara Bagian Utara (KANWIL I DJP
SUMBAGUT) terhitung sejak tahun 2008 Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Sumatera Utara I diubah menjadi 8 (delapan) Kantor Pelayanan Pajak, meliputi:
1. KPP Pratama Medan Timur, berdomisili di Jl. Sukamulia No.17A Medan.
2. KPP Pratama Medan Kota, berdomisili di Jl. Diponegoro No. 30A Medan.
3. KPP Pratama Medan Barat, berdomisili di Jl. Asrama No. 7A Medan.
4. KPP Pratama Medan Polonia, berdomisili di Jl.Diponegoro No. 30A Medan.
5. KPP Pratama Medan Petisah, berdomisili di Jl. Asrama No.7A Medan.
6. KPP Pratama Medan Belawan, berdomisili di Jl. Kol.Laut Yos Sudorso KM 8,2
Tanjung Mulia, Medan.
7. KPP Pratama Lubuk Pakam, berdomisili di Jl. P.Diponegoro No. 42-22, Lubuk
Pakam
8. KPP Pratama Binjai, berdomisili di Jl.Jambi No.1 Rambung Barat Binjai.
Dengan adanya Keputusan Menteri Republik Indonesia Nomor
535/KMK.01/2001 tentang “Kordinator Pelaksana Direktorat Jenderal Pajak”, telah
diadakan reorganisasi Direktorat Jendral Pajak, yang didalam keputusan tersebut
Kantor Pelayanan Pajak Binjai yang didirikan berdasarkan Keputusan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor: 94/KMK-01/1994 tanggal 29 Maret 1994
memiliki wilayah kerja sebagai berikut :
a. Kotamadya Binjai
b. Kabupaten Langkat
c. Kabupaten Deli Serdang
• Kec. Labuhan Deli
• Kec. Sunggal
• Kec. Pancur Batu
• Kec. Hamparan Perak
• Kec. Sibolangit
• Kec. Kutalimbaru
d. Kabupaten Tanah Karo.
Pada tanggal 19 Mei 2008 berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak
Nomor KEP-95/PJ./2008 tentang Penerapan Organisasi, Tata Kerja dan Saat Mulai
Beroperasinya Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Nanggroe Aceh Darussalam
dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara II serta Kantor
Pelayanan Pajak Pratama dan/atau Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi
Perpajakan di Lungkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara
I, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Riau dan Kepulauan Riau, Kantor
Jenderal Pajak Sulawesi Selatan Barat dan Tenggara, maka Kantor Pelayanan Pajak
Binjai berubah nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai yang artinya
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai telah menjadi Kantor Pelayanan Pajak
Modern dimana pelayanan perpajakan telah menjadi pelayanan satu atap. Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Binjai memiliki wilayah kerja yang meliputi 28 kecamatan,
antara lain sebagai berikut:
1) Kota Binjai
a. Kec. Binjai Timur
b. Kec. Binjai Kota
c. Kec. Binjai Utara
d. Kec. Binjai Barat
e. Kec. Binjai Selatan
2) Kabupaten Langkat
a. Kec. Pangkalan susu
b. Kec. Gebang
c. Kec. Hinai
d. Kec. Secanggang
e. Kec. Sawit Sebrang
f. Kec. Babalan
i. Kec. Sirapit
j. Kec. Binjai
k. Kec. Besitang
l. Kec. Tanjung Pura
m. Kec. Wampu
n. Kec. Pematang Jaya
o. Kec. Brandan barat
p. Kec. Kuala
q. Kec. Selesei
r. Kec. Bahorok
s. Kec. Kutambaru
t. Kec. Padang Tualang
u. Kec. Sei Bingai
v. Kec. Batang serangan
w. Kec. Salapian
B. Lokasi Geografi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai terletak di jalan Jambi Nomor
1 Rambung Barat, Binjai Selatan. Kantor Pemerintah ini mempunyai kewajiban untuk
memudahkan pengawasan dan memberikan pelayanan terhadap masyarakat dalam
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai dikepalai oleh seorang Kepala
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang terdiri atas Kepala Kantor, Sub Bagian Umum,
dan beberapa seksi yang di pimpin oleh masing-masing seorang kepala seksi agar
dapat lebih jelas dan transparan tentang keadaan dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Binjai.
C. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai
Struktur organisasi adalah wadah bagi sekelompok orang yang bekerjasama
dalam usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Struktur organisasi sangat
penting untuk terlaksanakan fungsi pengorganisasi dengan baik sebab dengan adanya
struktur organisasi akan terlihat jelas tugas dan wewenang dari setiap bagian yang
terdapat dalam hierarki organisasi dan akan memudahkan setiap karyawan untuk
menjalankan tugas dan fungsinya.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai dikepalai oleh seorang Kepala Kantor
Pelayanan Pajak Pratama yang terdiri atas Sub Bagian Umum dan beberapa seksi
yang di pimpin oleh masing-masing seorang kepala seksi. Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Binjai dikepalai oleh seorang Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang
terdiri dari Sub Bagian Umum dan beberapa seksi yang dipimpin oleh masing-masing
seorang kepala seksi.
D. Uraian Tugas dan Fungsi
1. Kepala Kantor
Tugasnya adalah mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, dan
pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak tidak langsung
lainnya dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) serta Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB) berdasarkan Undang-Undang yang berlaku.
2. Sub Bagian Umum
Tugas:
a. Penerimaan dan penyampaian dokumen di KPP.
b. Pemprosesan dan penatausahaan dokumen masuk di Sub bagian umum.
c. Pelaksanaan pelantikan, sumpah dan serah terima jabatan serta pengambilan
sumpah Pegawai Negeri Sipil (PNS).
d. Permintaan pengujian kesehatan pegawai.
e. Pembuatan kartu tanda pengenal pemeriksa.
f. Pelaksanaan pembayaran tagihan melalui mekanisme langsung kepada
rekanan.
g. Pemusnahan dokumen, penyusunan laporan berkala KPP dan pembuatan
laporan tahunan.
h. Penyusunan laporan/daftar realisasi anggaran belanja.
3. Seksi Pelayanan
a. Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
b. Penatausahaan surat, dokumen dan laporan Wajib Pajak pada Tempat
Pelayanan Terpadu (TPT).
c. Perubahan identitas Wajib Pajak.
d. Penyelesaian permohonan pengukuhan pengusaha kena pajak.
e. Penerbitan surat teguran penyampaian SPT Masa dan SPT tahunan PPh.
f. Pelaksanaan pemenuhan permintaan konfirmasi dan klarifikasi.
g. Penyelesaian pemindahan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak lama.
4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
Tugas:
a. Pemprosesan dan penatausahaan dokumen masuk di seksi PDI.
b. Penatausahaan alat keterangan.
c. Pembentukan bank data.
d. Pembuatan dan penyampaian Surat Perhitungan (SPH) kirim ke Kantor
Pelayanan Pajak lainnya.
e. Penyusunan rencana penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak,
perkembangan ekonomi dan keuangan.
f. Penerbitan STP Bunga Penagihan, Surat Teguran Penagihan, Surat Paksa dan
Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP) serta Surat Keputusan
g. Pembuatan Usulan Pencegahan dan Penyanderaan terhadap wajib pajak
tertentu.
5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (I,II,III)
Seksi Pengawasan dan Konsultasi atau yang biasa disebut seksi Waskon, terbentuk
setelah kantor pelayanan pajak melakukan modernisasi, dimana pembagian seksi
berorientasi pada fungsi seksi. Fungsi umum dari seksi waskon adalah melakukan
pengawasan dan konsultasi terhadap wajib pajak dalam menjalankan kewajiban
perpajakannya. Pada KPP Pratama Binjai seksi ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
Seksi Waskon I, Waskon II, dan Waskon III. Tugas dari ketiga seksi tersebut pada
dasarnya sama, yang membedakan hanyalah pembagian wilayah kerjanya. Hal ini
bertujuan mempermudah dan membantu tugas fungsi KPP Pratama Binjai.
Tugas:
a. Pemprosesan dan penatausahaan dokumen masuk di seksi pengawasan dan
konsultasi.
b. Penerbitan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP).
c. Penerbitan Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga (SPMIB).
d. Penyelesaian permohonan perubahan metode pembukuan.
e. Penetapan Wajib Pajak patuh.
f. Penyelesaian permohonan pembetulan ketetapan Pajak Penghasilan, Pajak
g. Penyelesaian permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi
PBB di KPP.
6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Tugas:
a. Pemprosesan dan penatausahaan dokumen masuk di Seksi Ekstensifikasi
Perpajakan.
b. Pendaftaran objek pajak baru dengan penelitian kantor.
c. Penerbitan surat himbauan untuk ber-NPWP.
d. Pendaftaran objek pajak baru dengan penelitian lapangan.
e. Penyelesaian permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) pemotongan PPh
atas bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI yang diterima atau
diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan.
f. Penyelesaian permohonan penundaan pengembalian Surat Pemberitahuan
Objek Pajak (SPOP) dan mutasi sebagian atau seluruhnya objek dan subjek
pajak PBB.
g. Penerbitan daftar nominatif untuk usulan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak
(SP3) PSL, Ekstensifikasi dan lain-lain.
a. Pemprosesan dan penatausahaan dokumen masuk di seksi pemeriksaan.
b. Penyelesaian usulan pemeriksaan.
c. Penyelesaian usulan pemeriksaan bukti permulaan.
d. Pemeriksaan kantor.
e. Penyelesaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Lebih
Bayar.
f. Penatausahaan laporan pemeriksaan pajak dan nota perhitungan.
g. Pengamatan KPP, pemeriksaan kantor, pemeriksaan lapangan dan
penyelesaian usulan pemeriksaan dan lain-lain.
8. Seksi Penagihan
Tugas:
a. Pemprosesan dan penatausahaan dokumen masuk di seksi penagihan.
b. Menjawab konfirmasi data tunggakan Wajib Pajak.
c. Penyelesaian permohonan penundaan pembayaran pajak.
d. Penagihan pajak seketika dan sekaligus.
e. Penerbitan dan penyampaian surat teguran penagihan.
f. Penghapusan piutang pajak.
g. Penerbitan STP bunga penagihan, Surat Teguran Penagihan, Surat Paksa dan
Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP) serta Surat Keputusan
E. Jumlah Pegawai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai
1. Kepala Kantor
Jumlah: 1 Kepala Kantor
2. Sub Bagian Umum
Jumlah: 1 kepala sub bagian umum dan 6 pelaksana.
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
Jumlah: 1 kepala seksi dan 9 pelaksana.
4. Seksi Pelayanan
Jumlah: 1 kepala seksi dan 8 pelaksana.
5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon)
Jumlah:
-Waskon 1 : 1 kepala seksi dan 6 account representative.
-Waskon 2 : 1 kepala seksi, 7 account representative, dan 1 pelaksana.
-Waskon 3 : 1 kepala seksi, dan 7 account representative.
6. Seksi Ekstensifikasi
7. Seksi Pemeriksaan
Jumlah: 1 kepala seksi dan 3 pelaksana.
8. Seksi Penagihan
Jumlah: 1 kepala seksi dan 4 pelaksana.
9. Fungsional
Jumlah:
- 6 orang fungsional pemeriksa pajak
1 Hotmaida Silaban 4 Ade Setio Yuwono 19600111 198003 2 002(Gol. III.b) 19870724 200710 1 001 (Gol. II.b) 2 Dedi Purba 5 Heriantonius Silalahi
198806042008121002 (Gol. II.d) 19870314 200710 1 001 (Gol. II.b) 3 Mayang Listya Sari 6 Sarah Mita Sutanti
198401172010122001 (IIIa) 19881223 200710 2 001 (Gol. II.b)
1 Aswad Tan 1 Jan Putra Siadari 1 Amrizal Hasibuan 1 Hardiman H. Nainggolan 1 Andri Firmansyah 1 Farida Badjeber,S.H. 1 Ahmadi 1 Rosdiana,S.E.
19601007 198503 1 001 (Gol.III.b) 19860101 200602 1 002 (Gol.IIc) 19590101 197903 1 001 (Gol. IIIa) 198702092008121002 (Gol. II.d) 198707112008121001 (Gol. II.d) 196307131982032001 (Gol.IIIb) 19701027 199403 1 001 (Gol III.a) 198304112009012005 (Gol.III.a) 2 Teruna Jaya Surbakti 2 Ummi Kalsum 2 Rafikasyari,S.E. 2 Surya Wulan Dani,S.E. 2 Ibnu Ishak 2 Raymonds Orani Octavianus Zebua, S.S.T. 2 Irwan 2 Layla Ramadhani,S.Mn.
060093834 (Gol. II.d) 19890808 201012 2 001 (Gol.IIc) 198205152009012008 (Gol. III.a) 198404132009012007 (Gol. III.a) 19681220 199403 1 005 (Gol. II.d) 060101340 (Gol.IIIa) 19710525 199403 1 004 (Gol.II.d) 19780819 199903 2 001 (Gol III.a) 3 Kartika Dewanty Sitepu,S.E. 3 Friza Sastri 3 Nurfitriani 3 Poncho Gardy Simanjuntak 3 Rudy Donald Simorangkir 3 Muhammad Irfan 3 Kelvin Sayuli Hutauruk 3 M. Ikhsan Nasution,S.E.
197711051998032001 (Gol. II.d) 19890218 201012 2 001 (Gol.IIc) 19790828 200003 2 001 (Gol.II.d) 198707182008121002 (Gol. II.d) 19800302 200012 1 001 (Gol. II.d) 197309141994031002 (Gol.IIIa) 198301142004121002 (Gol.IId) 19790407 200002 1 001 (Gol.IIIa) 4 Bramanti Brillianto 4 Rima Mahliza 4 Untung Rahman 4 Edi Simanjuntak,S.E. 4 Ady Sulaiman 4 Gilang Risdiana Nuryanti 4 Leonard Simorangkir,S.E.
198712282009121003 (Gol. IIc) 198807222009122003 (Gol IIc) 19831027 200312 1 002 (Gol. II.c) 196807211994031001 (Gol. IIIa) 197506291999031001 (Gol.IIIa) 19851212 200412 2 001 (Gol.IIc) 198009152000121001 (Gol. IIIa 5 Achmad Maulana 5 Fahrizal 5 Tengku Firza Yustisia,S.E. 5 S.M. Endy Pangaribuan 5 Syam Eko Nugroho
19850130 200312 1 003 (Gol. II.c) 198612122007101003 (Gol.IId) 19780621 199903 1 002 (Gol. II.d) 198605302007101002 (Gol.IId) 6 Nila Astika 6 Kurnia Prabudi 6 Zulfahmi,S.E. 6 Ibnu Zaiyyat Indra,S.E. 6 Iyan Yulinar
19871216 200701 2 001 (Gol. II.b) 19860420 200602 1 003 (Gol.IIc) 197811181999031001 (Gol.IIIa) 19770224 199703 1 001 (Gol.IIIa) 19860710 200812 2 007 (Gol.IId)
7 Herman Eka Putra 7 Rismandana 7 Monica Murniati,S.Mn. 7 Syafrianto Harahap
19870110 200701 1 004 (Gol. II.c) 198512252006021001 (Gol. II.b) 197605041997032001 (Gol.III.a) 198509112008121001 (Gol. II.d) 8 Riza Syahputra 8 R. Kus Setiawan,S.E.
197810272000021001 (Gol.II.d) 197011141994031001 (Gol. IIIa) 1 Parhutala Sitompul,S.E. 4 Sofyan Tanjung, S.E.
9 Agil Primarinza 195504291980031002 (Gol.IIId) 19710506 199201 1 002 (Gol. III.c) 1 Rizki Desima Renova Siahaan 19860729 200602 1 003 (IIc) 2 Ismanto, S.E. 5 Wahyu Prastowo 198712192007012002 (Gol.IIc)
196004161980031001 (Gol.IIIc) 197908182001121001 (Gol.IIIa) 3 Didik Supriyono, S.Sos. 6 Winnan Kinala Tarigan
19740508 199402 1 003 (Gol. III.c) 197709282000121002 (Gol.IIIa)
Arif Agus Cahyanto 198408082006021002 (Gol.IId) 198301162006021001 (Gol.IId)
Formasi Pegawai KPP Pratama Binjai :
Pejabat Eselon III = 1 orang
Pejabat Eselon IV = 9 orang
AR = 20 orang
Jurusita = 2 orang
Operator Console = 3 orang
1
2 Catur Nur Nawin
FUNGSIONAL PEMERIKSA PAJAK FUNGSIONAL PEMERIKSA PAJAK
FUNGSIONAL PENILAI PBB
ACCOUNT REPRESENTATIVE ACCOUNT REPRESENTATIVE ACCOUNT REPRESENTATIVE
19760323 199602 2 001 (Gol.IIIa)
Pelaksana PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA
Dian Riyanto,S.E.,Ak. NIP 19701109 199803 1 002 (Gol. III.d) NIP 196210091986082001 ( Gol. IIId) NIP 198302092003122001 (Gol. III.b) NIP 19580804 198210 1 001 (Gol.III.d) NIP 19720913 199212 1 001 (Gol. III.c) NIP 19770513 200212 1 002 (Gol.III.c) NIP 19720119 199301 1 001 (Gol.III.c) NIP 19710304 199803 1 001 (Gol. III.d)
KASI WASKON I KASI WASKON II KASI WASKON III
Lambok Parsaoran Simanungkalit,S.E. Esteriah Br. Sitepu,S.E. Tengku Amiliza Robert Luhut, S.Sos. Akhid Manhal Muna Rifki,S.E.,M.T Jimi Hidayat, S.E.,Ak.,M.Acc. Deri Haryadi, S.E.,M.M. PELAKSANA PELAKSANA
BAGAN ORGANISASI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BINJAI
PER Juni 2013
KASI PDI KASI PELAYANAN KASI PENAGIHAN KASI PEMERIKSAAN DAN KEPATUHAN INTERNAL
BAB III
GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
A. Pengertian dan Definisi Pajak
Pajak sebagai sumber penerimaan negara harus menjadi penerimaan utama
karena sumber-sumber penerimaan yang lain, selain pajak seperti pendapatan
pengelolaan sumber alam sangat terbatas, bisa berkurang atau bahkan habis. Oleh
karena itu kesadaran rakyat membayar pajak harus dikembangkan secara
terus-menerus agak pajak nantinya sebagai sumber utama untuk membiayai
pembangunan negara ini.
Pajak dapat diartikan sebagai iuran atau kontribusi wajib kepada negara
yang terutang oleh orang pribadi atau badan bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dimana rakyat sebagai pembayar pajak tidak mendapatkan
imbalan secara langsung , namun imbalannya adalah pelayanan yang baik oleh
Negara baik secara fisik maupun non fisik. Besarnya pajak yang ditetapkan
berdasarkan UUD 1945 pasal 23 ayat 2 yang menyatakan bahwa “segala
penerimaan pajak harus berdasarkan undang – undang”.
Beberapa ahli perpajakan mengemukakan pendapat yang berbeda
mengenai pajak, tetapi pada dasarnya pendapat yang dikemukakan tersebut
mempunyai maksud dan tujuan yang sama. Diantaranya pengertian pajak yang
dikemukakan oleh :
a) Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH, menyatakan pajak adalah iuran
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontra prestasi) yang
langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran
umum. (Waluyo, 2008 : 3)
b) Menurut Prof Dr. P.J. Adriani, menyatakan pajak adalah iuran masyarakat
kepada kas negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib
membayarnya menurut
c) peraturan-peraturan umum atau Undang-Undang dengan tidak mendapat
prestasi kembali yang langsung ditunjuk dan digunakan adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan. (Thomas, 2010 : 3)
d) Pengertian pajak menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang
perubahan ketiga atas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tatacara Perpajakan menyatakan pajak adalah kontribusi wajib
kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi kemakmuran
rakyat. (Thomas, 2010 : 4)
e) Menurut Prof. Dr. MHJ. Smeets, menyatakan pajak adalah prestasi kepada
pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum yang dapat
dipaksakan, tanpa adanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal
individual, dimaksudkan untuk membiayai pengeluaran pemerintah. (Waluyo,
f) Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja, mengatakan pajak adalah iuran
wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan
norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan
jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. (Waluyo, 2008 : 3)
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan menjadi beberapa elemen
yang mengandung pengertian pajak, yaitu :
1. Pajak dipungut oleh negara baik Pemerintah pusat maupun daerah
berdasarkan Undang-Undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya
dapat dipaksakan.
2. Pemungutan pajak mengisyaratkan adanya alih dana (sumber daya) dari
sektor swasta (wajib pajak membayar pajak) ke sektor negara (pemungut
pajak).
3. Pemungut pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum
pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintah, baik rutin
maupun pembangunan.
4. Tidak ditunjukkan adanya imbalan individual oleh pemerintah terhadap
pembayaran pajak yang dilakukan oleh para Wajib Pajak.
5. Selain fungsi budgeter (anggaran) yaitu fungsi mengisi Kas Negara yang
diperlukan untuk menutup pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan,
pajak juga berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
B. Subjek, Objek dan Tarif Pajak
1) Subjek Pajak
Pajak Penghasilan dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan yang
diterima atau diperolehnya dalam Tahun Pajak. Yang menjadi Subjek Pajak
adalah:
a. Orang Pribadi, Bertempat tinggal atau berada di Indonesia
- Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang
berhak
b. Badan, terdiri dari PT, CV, Perseroan lainnya, BUMN/BUMD dengan
nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,
persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial
politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga dan bentuk badan lainnya.
c. Bentuk Usaha Tetap (BUT), bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang
pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia
tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau badan yang
tidak didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, untuk menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.
Subjek Pajak dapat dibedakan menjadi:
a) Subjek Pajak dalam negeri yang terdiri dari:
- Orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia lebih
dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau
- Orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan
mempunyai niat bertempat tinggal di Indonesia.
• Subjek Pajak badan, yaitu badan yang didirikan atau bertempat
kedudukan di Indonesia.
• Subjek Pajak warisan, yaitu warisan yang belum dibagi sebagai satu
kesatuan, menggantikan yang berhak.
b) Subjek Pajak luar negeri yang terdiri dari:
• Subjek Pajak orang pribadi, yaitu orang pribadi yang tidak bertempat
tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari
dalam jangka waktu 12 bulan.
- Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha
tetap di Indonesia.
- Dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan
dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk
usaha tetap di Indonesia.
• Subjek Pajak badan, yaitu badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia yang:
- Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha
- Dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan
dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk
usaha tetap di Indonesia.
Subjek pajak dalam negeri menjadi Wajib Pajak apabila telah menerima
atau memperoleh penghasilan. Sedangkan Subjek Pajak luar negeri sekaligus
menjadi Wajib Pajak, sehubungan dengan penghasilan yang diterima dari sumber
penghasilan di Indonesia atau diperoleh melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
Dengan kata lain, Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang telah
memenuhi kewajiban subjektif dan objektif.
2) Objek Pajak
Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan. Penghasilan yaitu setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik
yang berasal dari Indonesia, maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama
dan bentuk apapun.
Yang termasuk dalam pengertian penghasilan adalah :
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, honorarium, komisi, bonus,
gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan, dan penghargaan
c. Laba usaha
d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai
biaya
f. Bunga termasuk premiun, diskonto, dan imbalan lain karena jaminan
pengembalian utang
g. Deviden dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk deviden dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polisi, dan pembagian sisa hasil
usaha koperasi
h. Royalti
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah
tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
l. Keuntungann karena selisih kurs mata uang asing
m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
n. Premi asuransi
o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang
terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
3) Tarif Pajak
Sesuai dengan Pasal 17 UU PPh Nomor 36 Tahun 2008, besarnya tarif
pajak penghasilan bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri dan bentuk usaha
tetap adalah sebagai berikut :
Tabel III.1
Tarif Pajak Penghasilan Orang Pribadi Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp 50.000.000,00 5%
Di atas Rp 50.000.000,00 s.d Rp 250.000.000,00 15%
Di atas Rp 250.000.000,00 s.d Rp 500.000.000,00 25%
Di atas Rp 500.000.000,00 30%
Tabel III.2
Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai
Dalam 3(tiga) Tahun Terakhir
Tahun Jumlah Wajib Pajak
2010 71.557
2011 73.914
2012 76.509
Jenis–jenis pelunasan pajak dalam tahun berjalan meliputi :
a. Pemotongan Pajak Penghasilan atas gaji/upah, honorarium, tunjangan dan
pembayaran sejenisnya, yang disebut dengan Pajak Penghasilan Pasal 21
yang dibayar oleh pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi atau badan,
bendaharawan pemerintah baik pusat maupun daerah, badan dana pensiun
atau badan lain seperti Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) atau badan–
badan lainnya, orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas serta badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain kepada
jasa tenaga ahli, orang pribadi dengan status subjek pajak luar negeri, peserta
pendidikan, pelatihan dan magang, penyelenggara kegiatan baik badan
pemerintah, organisasi yang bersifat nasional dan internasional, perkumpulan,
orang pribadi serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan.
b. Pemungutan Pajak Penghasilan atas kegiatan impor barang yang disebut
dengan Pajak Penghasilan pasal 22 impor. Pemungut Pajak Penghasilan Pasal
22 dilakukan oleh bendaharawan pemerintah pusat atau daerah, instansi atau
lembaga pemerintah dan lembaga–lembaga negara lainnya yang berkenaan
dengan pembayaran atas penyerahan barang, badan–badan tertentu, baik
badan pemerintah maupun swasta berkenaan dengan kegiatan di bidang impor
atau kegiatan usaha di bidang lain, Wajib Pajak badan yang melakukan
c. Pemotongan Pajak Penghasilan yang berasal dari modal, penyerahan jasa,
atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan
Pasal 21 disebut dengan Pajak Penghasilan 23. Pemotongan Pajak
Penghasilan Pasal 23 ini dilakukan oleh badan Pemerintah, subjek pajak
dalam negeri, penyelenggara kegiatan, Bentuk Usaha Tetap (BUT),
perwakilan perusahaan luar negeri lainnya, wajib pajak orang pribadi dalam
negeri tertentu, yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak.
d. Pajak penghasilan yang dikenakan atas penghasilan yang diperoleh dari luar
negeri oleh wajib pajak dalam negeri disebut dengan Pajak Penghasilan Pasal
24.
e. Pembayaran Masa setiap bulan yang disebut dengan Pajak Penghasilan Pasal
25.
D. Pajak Penghasilan Pasal 25
1) Definisi Pajak Penghasilan Pasal 25
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 adalah angsuran Pajak Penghasilan yang
harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak setiap bulan dalam tahun pajak berjalan.
Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 ini juga dapat dijadikan sebagai kredit pajak
terhadap pajak yang terutang atas seluruh penghasilan Wajib Pajak pada akhir
tahun pajak yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak
Tujuan dari diberlakukannya Pajak Penghasilan 25 sebagai kredit pajak
atau pengurangan pajak dalam perhitungan pajak setahun adalah agar wajib pajak
tidak terlalu berat dalam membayar pajak secara sekaligus pada akhir tahun pajak,
karena sifat pelunasan pajak untuk mencicil hutang pajaknya.
2) Dasar Hukum Pajak Penghasilan Pasal 25
Dasar hukum Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah Undang-Undang No. 7
tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.7 tahun 1991,
Undang-Undang No. 10 tahun 1994 dan Undang-Undang No. 17 tahun 2000,
terakhir diubah dengan Undang-Undang No. 36 tahun 2008. Dan juga Keputusan
Direktur Jenderal Pajak N
angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan dalam hal-hal tertentu.
Uraian yang mengacu pada pasal 25 Undang-Undang No.36 tahun 2008
tentang perubahan keempat Undang-Undang No.7 tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan (PPh), selanjutnya aturan pelaksanaannya diperbaharui yaitu:
a. Keputusan Menteri Keuangan nomor 522/KMK.04/2000 Tanggal 14
Desember 2000 tentang perhitungan besarnya angsuran pajak penghasilan
dalam tahun berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak Baru,
Bank, Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi, Badan Usaha Milik Negara,
Badan Usaha Milik Daerah dan Wajib Pajak lainnya termasuk Wajib
Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu. Keputusan ini telah diubah
diadakan perubahan kembali dengan Keputusan Menteri Keuangan nomor
84/KMK.03/2002 tanggal 8 Maret 2002. (Waluyo,2008 : 255)
b. Keputusan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-210/PJ/2001 tanggal 12
Maret 2001 mengatur masalah besarnya pembayaran angsuran bulanan
Pajak Penghasilan Pasal 25 dalam masa transisi tahun pajak 2001.
(Waluyo,2008 : 255)
c. Keputusan Direktur Jenderal Pajak nomor KEP.537/PJ/2000 Tanggal 29
Desember 2000 tentang perhitungan besarnya angsuran pajak dalam tahun
berjalan dalam hal-hal tertentu. (Waluyo,2008 : 255)
3) Pelaporan dan Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 25
Tanggal 21 Mei 2008 Direktur Jenderal Pajak telah menerbitkan
tentang tatacara pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 25. Kalau
dicermati sebagian besar isi dari ketentuan ini sebenarnya adalah sekedar
kompilasi ketentuan dalam Ketentuan Umum Perpajakan dan Tatacara Perpajakan
(KUP) tentang Pajak Penghasilan Pasal 25 yang tersebar di peraturan-peraturan
lain. Ketentuan ini juga berdasarkan pada peraturan-peraturan Pemerintah maupun
Menteri Keuangan.
Beberapa hal penting yang perlu diketahui adalah sebagai berikut :
a. Jatuh tempo pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah tanggal 15
bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir. Dalam hal tanggal jatuh
Pasal 25 dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.Dalam pengertian hari
libur termasuk hari Sabtu, hari libur nasional, hari pemilihan umum yang
diliburkan dan cuti bersama secara nasional.
b. Pembayaran dilakukan di bank persepsi atau bank devisa persepsi atau
kantor pos persepsi dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana
administrasi lain. Pengesahan dilakukan oleh pejabat kantor penerima
pembayaran atau melalui validasi sistem Modul Penerimaan Negara
dengan adanya Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
c. Wajib Pajak yang melakukan pembayaran dengan validasi Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN) dianggap telah menyampaikan
Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan Pasal 25 sesuai dengan
tanggal validasi. Ketentuan ini sepertinya bisa diartikan bahwa Wajib
Pajak yang telah membayar Pajak Penghasilan Pasal 25 dengan sistem
Modul Penerimaan Negara (MPN) tidak perlu lagi melaporkan Surat
Setoran Pajak lembar ketiga ke Kantor Pelayanan Pajak. Kalau memang
demikian, hal ini merupakan suatu kemajuan yang berarti di mana satu
prosedur pelaporan bisa dihilangkan sehingga bisa menghemat biaya
administrasi.
d. Bagi Wajib Pajak yang Pajak Penghasilan Pasal 25nya nihil, Pajak
Penghasilan Pasal 25nya Dollar, dan yang pembayarannya tidak secara
online dan tidak mendapat Nilai Transaksi Penerimaan Negara (NTPN),
tetap diharuskan melaporkan Surat Setoran Pajak (SSP) lembar ketiganya
e. Sanksi keterlambatan pembayaran mengacu kepada Pasal 9 ayat (2a) UU
Ketentuan Umum Perpajakan dan Tatacara Perpajakan (KUP) sebesar 2%
sebulan atas jumlah pajak yang tidak/kurang bayar, atau terlambat dibayar
dihitung sejak tanggal jatuh tempo pembayaran berakhir sampai dengan
tanggal dilakukan pembayaran atas pajak yang tidak/kurang bayar.
f. Setelah Pajak Penghasilan Pasal 25 yang terutang tersebut dibayar di
Kantor Pos atau Bank Persepsi, Wajib Pajak harus melaporkan
pembayaran tersebut ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama tempat Wajib
Pajak terdaftar. Pelaporan pembayaran Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25
harus dilakukan dengan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa
pajak penghasilan selambat-lambatnya 20 hari setelah masa pajak
berakhir.
g. Apabila Surat Pemberitahuan (SPT) Masa tidak disampaikan atau
disampaikan tidak sesuai batas waktu sebagaimana dimaksud dengan pasal
3 ayat (3) Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2009, maka akan dikenakan
sanksi administrasi berupa denda untuk SPT Masa sebesar Rp. 100.000,-.
h. Sanksi yang tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa adalah
kurungan pidana paling lama 1 tahun dan denda sebesar 200% dari pajak
terutangnya.
Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN) adalah nomor yang tertera
pada bukti penerimaan negara yang diterbitkan melalui Modul Penerimaan Negara
4) Dasar Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25
Besarnya angsuran pajak dalam tahun berjalan yang harus dibayar sendiri
oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan adalah sebesar Pajak Penghasilan (PPh) yang
terutang menurut Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan tahun pajak yang
lalu dikurangi dengan pajak penghasilan yang dipotong dan dipungut (yang tidak
bersifat final) serta Pajak Penghasilan (PPh) yang dibayar atau terutang di luar
negeri yang boleh dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21, pasal 22,
pasal 23, dan pasal 24 dibagi 12 atau banyak bulan dalam tahun pajak.
Dalam pelaksanaan Pajak Penghasilan Pasal 25 mempunyai ketentuan
sebagai berikut :
a. Setelah mengetahui selisih pajak yang terutang pada tahun yang lalu, maka
kita dapat mengetahui besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri
setiap bulannya pada tahun sekarang yaitu besarnya selisih pajak dibagi 12
atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.
b. Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan
orang pribadi adalah 3 bulan setelah tahun pajak berakhir. Karena dalam
hal ini tidak sempat menghitung besarnya angsuran pajak sekarang, maka
ditetapkan angsuran pajak bulan-bulan sebelum batas waktu penyampaian
Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan adalah sama dengan
angsuran pajak untuk bulan terakhir dari tahun pajak yang lalu, tetapi tidak
c. Angsuran bulanan yang menggunakan Surat Ketetapan Pajak (SKP)
dihitung menurut Surat Ketetapan Pajak (SKP) terakhir.
d. Dalam hal-hal tertentu Direktorat Jenderal Pajak memberikan wewenang
untuk menyelesaikan perhitungan besarnya angsuran pajak yang harus
dibayar sendiri oleh Wajib Pajak dalam tahun berjalan, yang besar
angsuran bulanannya mendekati kewajaran.
Rumus Pajak Penghasilan Pasal 25 Orang Pribadi
Contoh :
Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan Tahun 2012 PT. SENTOSA atas
PPh terutang adalah Rp 50.000.000,00- pajak yang telah dipotong atau dipungut
oleh pihak ketiga, dan PPh yang terutang atau dibayar di luar negeri dalam tahun
2012 adalah sebagai berikut :
− Pajak penghasilan yang dipotong pemberi kerja (PPh pasal 21) sebesar Rp
15.000.000,00-
− Pajak Penghasilan yang dipungut oleh pihak lain (PPh pasal 22) sebesar
Rp. 10.000.000,00-
PPh Terutang – (PPh Pasal 21, 22, 23, 24 tahun lalu)
PPh pasal 25 =_____________________________________________
− Pajak Penghasilan yang dipungut oleh Pihak penyelenggara kegiatan (PPh
pasal 23) sebesar Rp. 2.500.000,00-
− Kredit Pajak Penghasilan Luar Negeri (PPh Pasal 24) sebesar Rp.
7.500.000,00-
Angsuran PPh Pasal 25 untuk tahun 2012 adalah :
PPh terhutang Rp 50.000.000,00-
Kredit Pajak :
PPh Pasal 21 Rp 15.000.000,00-
PPh Pasal 22 Rp 10.000.000,00-
PPh Pasal 23 Rp 2.500.000,00-
PPh Pasal 24 Rp 7.500.000,00-
Total Kredit Pajak Rp 35.000.000,00- (-)
Dasar Perhitungan angsuran Rp 15.000.000,00-
Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak setiap
bulan (PPh Pasal 25) dalam tahun 2012 adalah :
5) Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Orang Pribadi
Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak
untuk melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak, bukan
objek pajak, harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan. (Thomas,2010 : 35)
Setiap Wajib Pajak harus mengisi Surat Pemberitahuan (SPT) dengan
benar, lengkap dan jelas dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf
Latin, angka Arab, satuan dalam mata uang Rupiah, dan menandatangani serta
menyampaikannya ke kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak
terdaftar.
Penandatanganan yang dimaksud dapat dilakukan secara biasa, dengan
tanda tangan stempel atau tanda tangan elektronik yang semuanya mempunyai
kekuatan hukum yang sama, yang tata cara pelaksanaanya diatur berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.
Yang dimaksud dengan benar, lengkap dan jelas dalam mengisi Surat
Pemberitahuan adalah :
• Benar adalah benar dalam perhitungan, termasuk benar dalam penerapan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dalam penulisan,
• Lengkap adalah memuat semua unsur-unsur yang berkaitan dengan objek pajak dan unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam Surat
Pemberitahuan.
• Jelas adalah melaporkan asal-usul atau sumber dari objek pajak dan
unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan.
Wajib Pajak dapat mengambil sendiri Surat Pemberitahuan di tempat yang
ditetapkan Direktorat Jenderal Pajak atau mengambil dengan cara lain yang tata
cara pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan,
atau melalui homepage DJP
6) Surat Setoran Pajak
Surat Setoran Pajak (SSP) adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak
yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan
cara lain ke kas negara melalui Kantor Pos dan Bank Persepsi. (Thomas,2010 :
53)
Surat Setoran Pajak dibuat dalam rangkap 5 yang didistribusikan sebagai
berikut :
1. Untuk arsip wajib pajak.
2. Untuk Kantor Pelayanan Pajak melalui Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN).
3. Untuk dilaporkan oleh wajib pajak ke Kantor Pelayanan Pajak.
5. Untuk arsib wajib pajak pungut atau pihak lain.
Sanksi untuk keterlambatan pembayaran pajak, dikenakan sanksi denda
administrasi bunga 2% (dua persen) sebulan dihitung dari tanggal jatuh tempo
pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung
penuh 1 (satu) bulan. (Thomas,2010 : 53)
Satu formulir SSP hanya dapat digunakan untuk pembayaran satu jenis
pajak dan untuk satu Masa Pajak atau satu Tahun Pajak/surat ketetapan
pajak/Surat Tagihan Pajak dengan menggunakan satu Kode Akun Pajak dan satu
Kode Jenis Setoran, kecuali Wajib Pajak dengan kriteria tertentu sebagaimana
dimaksud dalam Penjelasan
Pasal 3 ayat (3a) huruf a Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, dapat
membayar Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk beberapa Masa Pajak dalam satu
Surat Setoran Pajak. Kriteria Wajib Pajak yang demikian ini diatur
Membayar
Wajib Pajak mengisi SSP dan menyetorkan pajaknya dan merekam ssp dari wp
Bagan Prosedur
Pelaporan dan Penyetoran SPT Masa PPh Pasal 25
Wajib Pajak Menerima Bukti Pelaporan
Yang telah dicap dan di tandatangani
Wajib Pajak
Petugas kpp menerima dan mer
Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai
Menyerahkan Tanda Bukti Pelaporan
A. Tatacara Pelaporan dan Penyetoran Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Penghasilan Pasal 25 Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai
Sebelum penulis membahas tentang tatacara pelaporan dan penyetoran
Pajak Penghasilan Pasal 25 orang pribadi terlebih dahulu akan membahas garis
besar tentang Pajak Penghasilan Pasal 25, yaitu besarnya angsuran pajak dalam
tahun berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulannya
adalah sebesar Pajak Penghasilan yang terhutang menurut Surat Pemberitahuan
(SPT) tahunan tahun pajak yang lalu dikurang dengan Pajak Penghasilan yang
dibayar atau terhutang diluar negeri yang boleh dikreditkan.
Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk bulan-bulan sebelum batas
waktu penyampaian surat pemberitahuan pajak penghasilan, sama dengan
besarnya angsuran pajak untuk bulan-bulan terakhir dari tahun pajak yang lalu,
tidak kurang dari rata-rata angsuran bulanan tahun pajak yang lalu.
Penyetoran pajak terhutang untuk Pajak Penghasilan Pasal 25 dibayar
ketempat pembayaran selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya setelah
masa pajak berakhir.
1. Wajib pajak setelah mengisi Surat Setoran Pajak (SSP) dengan lengkap
dan benar, kemudian membayar pajak tersebut ke Bank, Kantor Pos dan
Giro Persepsi.
2. Petugas penerima pembayaran menerima Surat Setoran Pajak (SSP),
meneliti, memberi paraf dan tanggal pembayaran serta cap instansinya.
3. Petugas memberikan Surat Setoran Pajak (SSP) kepada Wajib Pajak yaitu
lembar ke-1 dan lembar ke-3 sedangkan lembar ke-2 dikirim ke Kantor
Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN).
Apabila Wajib Pajak terlambat untuk membayar pajaknya dikenakan
sanksi administrasi bunga 2% dari jumlah pembayaran dan apabila angsuran yang
dibayar masih kurang bayar juga dikenakan sanksi administrasi bunga 2% dari
kekurangan pembayarannya.
Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa (SPT) Pajak Penghasilan Pasal 25
orang pribadi yang dalam hal ini SSP lembar ke-3 dilaporkan ke Kantor
Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikirim melalui Pos
selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya. Pada saat pelaporan Wajib Pajak
menyerahkan Surat Setoran Pajak (SSP) lembar ke-1 dan lembar ke-3 kemudian
oleh petugas Kantor Pelayanan Pajak tersebut diterima dan direkam serta
memberikan tanda terima pelaporan setelah di cap dan ditandatangani oleh
petugas Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Apabila Surat Pemberitahuan masa Pajak
Penghasilan pasal 25 orang pribadi tidak disampaikan atau disampaikan tetapi
setelah lewat batas waktu yang telah ditetapkan maka dikenakan sanksi
administrasi berupa denda dan bunga tersebut Kantor Pelayanan Pajak Pratama
dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP).
B. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Penghasilan Pasal 25 Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai
Dalam laporan ini yang akan menjadi pembahasan terhadap pengawasan
Wajib Pajak adalah data yang berasal dari intern Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Binjai. Berikut ini ppenulis menyajaikan laporan penyampaian Surat
Pemberitahuan masa Pajak Penghasilan pasal 25 orang pribadi tahun 2011 pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.
Tabel IV.3
Laporan Penyampaian SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 25 Orang Pribadi Tahun 2012 Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai
Bulan
WP yang melaporkan SPT
Juni 1.947
Sumber KPP Pratama Binjai
Dari tabel IV.3 diketahui bahwa Wajib Pajak yang melaporkan SPT Masa
PPh Pasal 25 tahun 2012 dengan rata-rata setiap bulan sekitar 1.984 orang. Tetapi
tidak semua Wajib Pajak yang terdaftar melaporkan kewajibannya dalam
menyampaikan SPT. Hal ini disebabkan karena sebagian Wajib Pajak yang
terdaftar seharusnya memiliki kewajiban untuk menyampaikan pajaknya tetapi
tidak menjalankannya. Ini dapat terjadi karena sebagian Wajib Pajak yang
terdaftar hanya ingin mendapatkan kemudahan dalam kepentingan pribadinya
dengan memperoleh NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) tanpa menjalankan
kewajibannya sebagai Wajib Pajak.
Dari tabel IV.3 dapat dikatakan bahwa tingkat kepatuhan Wajib Pajak
menyampaikan SPT Masa Pajak Penghasilan pasal 25 pada Kantor Pelayanan