LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bernama Harauly Lady Lucyana Manalu (125102102) adalah mahasiswa Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini sedang melakukan penelitian tentang Efektifitas penyuluhan dan media leaflet terhadap pengetahuan dan sikap ibu balita tentang Gizi Balita. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini, dalam memberikan jawaban atas wawancara sesuai dengan pendapat ibu tanpa di pengaruhi oleh orang lain. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan ibu. Partisipasi ibu dalam penelitian ini bersifat sukrela, sehingga bebas mengundurkan diri setiap saat tanpa sanksi apa pun. Identitas pribadi ibu dan semua informasi yang ibu berikan akan dirahasiakan dan hanyadi gunakan untuk keperluan ini saja. Terima kasih atas partisipasi ibu dalam penelitian ini.
Peneliti Medan, Februari 2013
Responden
GIZI BALITA
Tujuan : Ibu dapat mengetahui , memahami dan mempunyai perilaku tentang gizi buruk yang dimulai dari pengertian , penyebab, tanda- tanda dan cara penanggulangan gizi buruk
Waktu : 60 Menit (45 menit ceramah dan 15 menit diskusi)
Metode : Ceramah
1. Pengertian
Gizi berasal dari bahasa Arab “gidza”yang berarti makanan, Gizi Balita merupakan komposisi makanan yang dibutuhkan dan berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan yang menentukan kualitas hidup anak dalam pertumbuhan selanjutnya. Apabila balita kekurangan kebutuhan gizi maka dapat meniumbulkan berbagai dampak, salah satunya adalah gizi buruk. Gizi buruk merupakan suatu keadaan kekurangan energy dan protein tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi atau menderita sakit dalam kurun waktu lama ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB atau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor)
2. Penyebab gizi buruk
a. Balita tidak mendapat ASI ekslusif sampai umur 6 bulan b. Balita disapih sebelum umur 2 tahun
e. Balita menderita sakit dalam waktu lama seperti diare, campak, TBC, batuk dan pilek
f. Kebersihan lingkungan kurang dan kotor 3. Akibat Gizi Buruk
a. Menyebabkan kematian bila tidak ditanggulangi oleh tenaga kesehatan b. Kurang cerdas
c. BB Dan TB pada umur dewasa lebih rendah dari anak normal d. Sering sakit infeksi seperti batuk, pilek, diare, TBC dll
4. Tanda-tanda KEP Berat/Gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan sebagai marasmus dan kwashiorkor yaitu :
a. Tanda – Tanda Marasmus
• Tampak sangat kurus , tinggal tulang terbungkus kulit • Wajah seperti orang tua
• Cengeng dan rewel
• Rambut tipis jarang dan kusam • Bokong kendur dan keriput • Perut cekung
b. Tanda-tanda Kwashiorkor
• Edema , kedua puggung dan kaki bengkak • Wajah membulat dan sembab
• Pandangan mata sayu (apatis)
• Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung , mudah dicabut tanpa rasa sakit dan rontok
5. Penanggulangan Gizi Buruk
a. Ibu membawa anak untuk ditimbang diposyandu secara teratuur b. Ibu memberikan asi ekslusif kepada bayinya lebih kurang 6 bulan c. Ibu memberikan MP- ASI sesuai usia dan kondisi anak
d. Ibu memberikan makanan beraneka ragam bagi anggota keluarga lainnya e. Ibu memberitahukan pada petugas kesehatan /kader bila anak balita
KUESIONER
EFEKTIFITAS PENYULUHAN DAN MEDIA LEAFLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BALITA TENTANG GIZI BALITA I. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Umur :
3. Pendidikan Suami /Istri :
4. Pekerjaan :
5. Agama/Suku : 6. Nama Anak balita : 7. Jumlah Anak :
8. Anak Ke :
9. Umur :
10. Berat Badan : 11. Tinggi Badan : II. Pengetahuan Ibu
Jawablah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan pendapat ibu dan berilah tanda ceklist (√ ) untuk jawaban yang ibu pilih.
No Pernyataan Ya Tidak
1 Saya tahu Pengertian Gizi, Gizi Balita dan Gizi Buruk
2 Saya tahu dampak gizi balita jika tidak terpenuhi 3 Saya tahu penyebab gizi buruk
4 Kekurangan energi dan protein adalah salah satu penyebab gizi buruk
5 Saya tahu tanda yang timbul apabila balita kurang energy protein
7 Gizi Buruk sangat mempengaruhi tumbuh kembang balita
8 Kematian dapat terjadi pada balita jika kekurangan gizi
9 Sayur, Ikan, Buah serta sumber vitamin dan protein lainnya sangat bermanfaat untuk perkembangan balita
10 Gizi balita yang baik dapat meningkatkan kecerdasan, dan kesehatan tubuh
11 Saya tahu makanan yang bergizi bagi balita
12 Kekurangan makanan bergizi membuat pertumbuhan anak menjadi lambat
13 Gizi buruk merupakan suatu keadaan kekurangan energy dan protein tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi
14 Gizi berasal dari bahasa Arab “gidza”yang berarti makanan
15
III. SIKAP
No Pernyataan Ya Tidak
1 Saya sebaiknya mengetahui kebutuhan gizi balita 2 Saya sebaiknya mengetahui tanda-tanda dari gizi
buruk 3
Saya sebaiknya mengetahui penyebab gizi buruk 4 Memberikan ASI adalah gizi yang sangat bermanfaat
untuk balita
5 Memberikan ASI sejak dini adalah upaya pemenuhan gizi balita
6
Melakukan imunisasi dapat mencegah gizi buruk 7 Memaksa anak makan lebih baik daripada diam
tanpa memberikan kebutuhan gizi yang cukup 8 Memaksa anak makan makanan bergizi seperti sayur
dan buah adalah upaya pemenuhan gizi yang lebih baik daripada jajan sembarangan
9 Saya memberikan buah dan sayuran, lauk pauk dan susu pada anak setiap hari
10 Saya menimbang dan memantau pertumbuhan anak saya setiap bulan kepuskesmas sampai berumur 2 thn 11 Sebagai orangtua,saya merasa bertanggungjawab
dalam penanggulangan gizi buruk 12
Ada atau tidak penyuluhan gizi balita sama saja 13 Dengan memperoleh informasi gizi balita, saya lebih
memperhatikan pentingnya gizi untuk kesehatan anak
14 Didaerah saya ada upaya penyuluhan tentang gizi balita
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Alimul, Hidayat, 2008. Ilmu Kesehatan Anak, Salemba Medika, Jakarta. Arisman, 2009. Gizi Dalam Daur Kehidupan, Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Atikah, Siti 2009. Gizi Untuk Kebidanan, Nuha Medika, Yogyakarta.
Jayanti, 2011, dalam penelitiannya Efektivitas Penyuluhan dan Media Leaflet Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita Gizi Buruk Di Kecamatan Medan Denai, Medan.
Kusumawati, Proverawati, 2011. Ilmu Gizi, Nuha Medika, Yogyakarta.
Marimbi, 2010. Tumbuh Kembang dan Status Gizi, Nuha Medika, Yogyakarta. Maryanti dkk, 2011. Buku Ajar Neonatus,Bayi & Balita, TIM, Jakarta.
Maulana, 2007. Promosi Kesehatan, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat,Rineka Cipta,Jakarta. Rahmawati. I, Sudargo. T, Parasmastri. I, 2007. Pengaruh Penyuluhan dengan
media audio visual terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu
balita gizi kurang dan buruk di Kabupaten Kota Waringin Barat Provinsi
Kalimantan Tengah. Yogyakarta : Magister Gizi dan Kesehatan UGM.
Ronald, 2010. Pedoman & Perawatan Balita, CV Nuansa Aulia, Bandung. Sangadji, Mamang, 2010. Metodologi Penelitian, ANDI OFFSET, Yogyakarta. Saryono, 2010. Metodologi Penelitian Kebidanan, Nuha Medika, Yogyakarta. Sediaoetama, 2008. Ilmu Gizi, Dian Rakyat, Jakarta.
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
A.Kerangka Konseptual
Kerangka Konsep Penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya atau antara variabel yang satu dengan variabel lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoadmodjo, 2010). Kerangka konsep dalam penelitian ini akan menjabarkan tentang efektifitas metode penyuluhan dan media leaflet tentang pengetahuan dan sikap ibu balita tentang gizi buruk yang diberikan sekaligus yang meliputi pengertian gizi, tujuan pemenuhan kebutuhan gizi pada balita, dampak apabila gizi balita tidak terpenuhi, pola pemberian yang meliputi jenis makanan yang diberikan, frekuensi, dan porsinya. Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada skema berikut ini :
Skema 1 Kerangka Konsep Penelitian tentang Efektifitas Penyuluhandan Media Leaflet Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita tentang Gizi Balita di Dusun VII Desa Bangun Rejo Kec. Tanjung Morawa
Variabel Independent
Pre test / sebelum intervensi Post Test / setelah intervensi
Variabel Dependent Intervensi
Metode Penyuluhan Media Leaflet
Pengetahuan dan sikap ibu tentang gizi buruk setelah diberi intervensi tetang gizi balita yang meliputi pengertian, tujuan, dampak, dan pola pemberian makanan
B.Hipotesa Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu penelitian yang kebenarannya masih dangkal dan perlu diuji (Setiadi, 2007). Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ada perubahan pengetahuan dan sikap ibu yang memiliki balita tentang gizi balita sebelum dan sesudah penyuluhan dengan metode ceramah dan media leaflet.
C.Defenisi Operasional
Tabel 3.1 Variabel dan Defenisi Operasional No Variabel Cara
Ukur
Alat Ukur
Hasil
Pengukuran Kategori Skala 1 Variabel Bebas
yaitu Penyuluhan danMedia Leaflet sebagai Variabel
Terikat
Observasi - Baik / Buruk
- Ordinal
2 Pengetahuan Angket Kuisioner Gizi Balita
Skor > 50% (>= 7) Skor < 50% (<7)
Baik
Buruk
Ordinal
3 Sikap Angket Kuisioner Gizi Balita
Skor > 50% (>= 7) Skor < 50% (<7)
Baik
Buruk
BAB IV
METODE PENELITIAN A.Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah pre-eksperimental design dengan menggunakan rancangan/desain one group Pretest dan Post-test untuk mengetahui Efektifitas penyuluhan dan media leaflet terhadap pengetahuan dan sikap ibu balita tentang gizi balita di dusun VII Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa, dimana rancangan ini tidak menggunakan kelompok perbandingan (Kelompok) tetapi sesudah dilakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya perlakuan (Notoatmodjo, 2007). Rancangan ini dapat di gambarkan sebagai berikut :
Pretsest Perlakuan Post-test
O1 = Pretest sebelum diberi penyuluhan dan media leaflet pada ibu balita tentang gizi balita.
O2 = Post-test setelah diberi penyuluhan dan media leaflet pada ibu balita yang sama tentang gizi balita pada hari yang sama
X = Memberikan penyuluhan dan media leaflet pada ibu balita tentang gizi balita pada hari yang sama
B.Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai balita di
O1 X O2
Dusun VII Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa. Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan pada tanggal 22 November 2012 jumlah ibu yang mempunyai balita di disun VII Desa Bangun Rejo Kec. Tanjung Morawa yaitu sebanyak 37 orang dan data yang diperoleh dari petugas kesehatan setempat.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili populasi.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu semua populasi digunakan sebagai responden penelitian dengan kriteria inklusi yang hampir sama yaitu ibu yang memiliki balita. Sampel yang ditetapkan sebanyak 37 responden yang merupakan objek sebelum dan sesudah penyuluhan dan media leaflet tentang gizi balita pada hari yang sama.
C.Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan Di Dusun VII Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa dengan pertimbangan banyaknya ibu yang mempunyai balita dapat dijumpai dan belum dilakukan penyuluhan tentang gizi balita untuk dijadikan sampel dalam penelitian di Desa tersebut.
D.Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan 16-18 April 2013.
E. Etika Penelitian
tidak bersedia berhak untuk menolak dan mengundurkan diri. Responden juga berhak mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung, kebebasan dari tindakan yang merugikan atau resiko dan mendapat keadilan tanpa adanya diskriminasi saat responden tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian. Kerahasian catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen, tetapi mengunakan inisial. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner dengan bentuk pertanyaan tertutup yang disusun secara terstruktur. Kuisioner tersebut disusun berdasarkan literatur untuk mengukur perilaku responden pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Kuisioner penelitian tersebut terdiri dari dua kategori yaitu Kuisioner data demografi dan Kuisioner Gizi Balita. Kuisioner data demografi meliputi umur ibu, pendidikan terakhir, pekerjaan, agama, suku, jumlah anak, jumlah pendapatan keluarga, dan umur anak, berat badan anak, tinggi badan anak. Kuisioner demografi disusun untuk mengidentifikasi karakteristik responden dengan tujuan untuk merandomisasi responden.
dan “Tidak”. Skor untuk jawaban “Ya” adalah 1 dan skor untuk jawaban “Tidak” adalah 0. Total skor untuk pengetahuan adalah 15 dengan skor tertinggi 15 dan skor terendah adalah 0. Kuisioner sikap terdiri dari 15 pertanyaan yang masing-masing dengan jawaban “Ya” dan “Tidak”. Skor untuk jawaban “Ya” adalah 1 dan skor untuk jawaban “Tidak” adalah 0. Total skor untuk sikap adalah 15 dengan skor tertinggi 15 dan skor terendah adalah 0. Kuisioner yang dipakai dalam penelitian ini adalah Kuisioner Gizi Balita dimana penilaian berdasarkan jawaban dari responden dan disesuaikan dengan skor yang didapat oleh masing-masing responden terhadap kuisioner yang diberikan, Selanjutnya dibuat dengan penilaian, yaitu: Kategori Baik apabila total nilai yang diperoleh >= 50% , Kategori Buruk apabila total nilai yang diperoleh < 50% dengan uji pair t-test. Pengetahuan Baik apabila nilai responden >= 50 % ( >= 7) dan Pengetahuan Buruk apabila nilai responden < 50 % (< 7).Sikap Baik apabila nilai responden >= 50% ( >= 7) dan Sikap Buruk apabila nilai responden < 50% (< 7), Kategori ini dapat dikelompokkan dengan menggunakan rumus dalam buku notoadmodjo yaitu .
G. Uji Validitas dan Reliabilitas
Agar alat ukur yang dipakai benar-benar mengukur pengetahuan dan sikap ibu serta dapat melakukan fungsi ukurnya secara cermat dan dapat dipercaya maka dilakukan uji kuisioner yaitu uji validitas dan reabilitas.
1. Uji Validitas
dengan nilai r tabel pada alfa 0,05 (Arikunto, 2006). Seluruh item ini dibandingkan dengan nilai r tabel yaitu sebesar 0,444. Sehingga r hitung > r tabel sehingga seluruh item dinyatakan valid.
2. Uji Reliabilitas
Uji reabilitas menggunakan Internal Consistensy yaitu dengan cara mengujicobakan instrument kepada 10 orang responden di Desa Bangun Rejo yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden subjek penelitian. Kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan system komputerisasi dan diperoleh nilai Cronbach’s Alpha 0,954.
H. Prosedur Pengumpulan Data
menjelaskan prosedur metode yang dilakukan oleh peneliti atau tenaga medis yang ada di dalam ruangan. Untuk ibu balita sebelum diberi penyuluhan dan media leaflet tentang gizi balita seluruh responden diberi arahan tentang cara kegiatan, kemudian dilanjutkan dengan pretest dengan menggunakan kuesioner tanpa diberi penyuluhan dengan metode ceramah dan media leaflet. Selanjutnya, Pada hari yang sama diberi penyuluhan dengan metode ceramah dan media leaflet pada ibu balita yang sama dan dilakukan post-test dengan menggunakan kuesioner untuk melihat mana yang lebih baik pengetahuan dan sikap ibu balita tentang gizi balita sebelum dan sesudah diberi penyuluhan. Pada pelaksanaan penelitian, peneliti mendampingi responden dalam pengisian kuisioner tentang gizi balita. Setelah data terkumpul lalu dilakukan pengolahan data dengan bantuan program komputerisasi yaitu SPSS dengan uji statistik uji pair t-test untuk mengukur pengetahuan dan sikap ibu balita sebelum dan sesudah diberi penyuluhan dan diperoleh perbedaan sebelum dengan sesudah pada pengetahuan dan sikap ibu balita tentang gizi balita.
I. Rencana Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan Data
Sebelum data dianalisis, terlebih dahulu peneliti melakukan pengolahan data yaitu dengan beberapa langkah sebagai berikut:
a. Editing yaitu meneliti kembali data-data yang sudah terkumpul untuk diketahui apakah data tersebut layak diolah atau tidak.
c. Scoring yaitu memberikan nilai pada jawaban pertanyaan yang berupa angka. Pada penelitian ini untuk skore jawaban Ya adalah 2 dan skor jawaban Tidak adalah 1.
d. Tabulating yaitu data yang sudah dilakukan scoring kemudian disusun dalam tabel untuk memudahkan analisa data
2. Analisis Data
Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan program komputerisasi yang meliputi data univariat dan bivariat. Deskriptif statistik yang digunakan untuk menganalisa data pengetahuan dan sikap ibu balita. Sedangkan untuk menilai efektifitas penyuluhan terhadap pengetahuan dan sikap ibu balita tentang gizi balita menggunakan pair t-test (dependent t-test) untuk melihat perbedaan pengetahuan dan sikap ibu balita sebelum dan sesudah pemberian penyuluhan dan medialeaflet tentang gizi balita dengan tingkat kemaknaan (α)
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1 dari 37 orang ibu yang berada di Dusun VII Desa Bangun Rejo Kec. Tanjung Morawa menunjukkan bahwa responden sebagian besar berusia antara 25-35 tahun, pendidikan terakhir sebagian besar adalah SMA dan pekerjaan responden seluruhnya adalah ibu rumah tangga. Seluruh responden beragama Islam, dan seluruhnya menganut suku jawa. Adapun jumlah anak dari responden sebagian besar mempunyai anak berjumlah 3 atau lebih. Umur balita sebagian besar berusia 1-12 bulan dengan berat badan dominan < 10 kg
Tabel 5.1
Distribusi frekuensi karakteristik responden di Dusun VII Desa Bangun Rejo Kec. Tanjung Morawa Tahun 2013.
Karakteristik Responden Frekuensi
Umur Ibu < 25 tahun 25-35 tahun > 35 tahun
3 25 9 Pendidikan SD SMP SMA PT 1 7 29 0 Pekerjaan
Karakteristik Responden Frekuensi Agama
Islam 37
Suku Batak Jawa Melayu/minang 0 37 0 Jumlah anak Satu Dua
Tiga atau lebih
4 15 18 Berat Badan 4-10 kg 11-16 kg 24 13 Umur balita 1-12 bulan 13-24 bulan 3-4 tahun 19 4 14
2. Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Gizi Balita a. Pengetahuan saat pretest dan posttest
1. Sebelum penyuluhan (pretest)
Tabel 5.2
Distribusi frekuensi pengetahuan sebelum penyuluhan di Dusun VII Desa Bangun Rejo Kec. Tanjung Morawa Tahun 2013
Pengetahuan Ya
% (n)
Tidak % (n) Saya tahu Pengertian Gizi, Gizi Balita dan Gizi
Buruk
43(16) 57(21) Saya tahu dampak gizi balita jika tidak
terpenuhi
54(20) 46(17) Saya tahu penyebab gizi buruk 49(18) 51(19) Kekurangan energi dan protein adalah salah
satu penyebab gizi buruk
57(21) 43(16)
Saya tahu tanda yang timbul apabila balita kurang energy protein
60(22) 40(15)
Wajah bulat, mata sayu, cengeng, kulit keriput, sangat kurus atau oedeme adalah tanda-tanda gizi buruk pada balita
14(5) 86(32)
Gizi Buruk mempengaruhi tumbuh kembang balita
54(20) 46(17) Kematian dapat terjadi pada balita jika
kekurangan gizi
40(15) 60(22) Sayur, Ikan, Buah serta sumber vitamin dan
protein lainnya sangat bermanfaat untuk perkembangan balita
32(12) 68(25)
Gizi balita yang baik dapat meningkatkan kecerdasan,
38(14) 62(23) Saya tahu makanan yang bergizi bagi balita 35(13) 65(24) Kekurangan makanan bergizi membuat
pertumbuhan anak menjadi lambat
32(12) 68(25)
Gizi buruk,keadaan kekurangan energy dan protein akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi
35(13) 65(24)
Gizi dalam bahasa Arab “gidza” berarti makanan
5(2) 95(35) Gizi Balita merupakan makanan yang berperan
penting dalam pertumbuhan dan perkembangan kualitas hidup anak
2. Setelah Penyuluhan (posttest)
Hasil analisis univariat pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa pengetahuan responden sebanyak 100% mengetahui tentang tanda-tanda balita kurang energy protein, dan hal yang mempengaruhi tumbuh kembang balita.
Tabel 5.3
Distribusi frekuensi pengetahuan sesudah penyuluhan di Dusun VII Desa Bangun Rejo Kec. Tanjung Morawa Tahun 2013
Pengetahuan Ya
% (n)
Tidak % (n) Saya tahu Pengertian Gizi, Gizi Balita dan Gizi
Buruk
97 (36) 3 (1) Saya tahu dampak gizi balita jika tidak terpenuhi 95 (35) 5 (2) Saya tahu penyebab gizi buruk 95 (35) 5 (2) Kekurangan energi dan protein adalah salah satu
penyebab gizi buruk
97 (36) 3 (1)
Saya tahu tanda yang timbul apabila balita kurang energy protein
100(37) 0 (0)
Wajah bulat, mata sayu, cengeng, kulit keriput, sangat kurus adalah tanda-tanda gizi buruk pada balita
97 (36) 3 (1)
Gizi Buruk mempengaruhi tumbuh kembang balita 100(37) 0 (0) Kematian dapat terjadi pada balita jika kekurangan
gizi
97 (36) 3 (1) Sayur, Ikan, Buah serta sumber vitamin dan protein
lainnya sangat bermanfaat untuk perkembangan balita
97 (36) 3 (1)
Gizi balita yang baik dapat meningkatkan kecerdasan
97 (36) 3 (1) Saya tahu makanan yang bergizi bagi balita 97 (36) 3 (1) Kekurangan makanan bergizi membuat
pertumbuhan anak menjadi lambat
Tabel 5.3 (Lanjutan)
Pengetahuan Ya
% (n)
Tidak % (n) Gizi buruk, keadaan kekurangan energy dan protein
akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi
95 (35) 5 (2)
Gizi dalam bahasa Arab “gidza”yang berarti makanan
87 (32) 13 (5) Gizi Balita merupakan makanan yang berperan
penting dalam pertumbuhan dan perkembangan kualitas hidup anak
92 (34) 8 (3)
Adapun rata-rata skor (mean) pengetahuan ibu sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan dapat dilihat pada tabel 5.4 adalah skor pretest 5.81 dengan standar deviasi 1.431 dan rata-rata skor posttest lebih tinggi dari pretest yaitu 14.41 dengan standar deviasi 1.481
Tabel 5.4
Distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang gizi balita pada saat pretest dan posttest
Variabel N F % Mean Std.
deviasi Pengetahuan ibu sebelum
penyuluhan (Pretest)
37 5,81 1,431
Baik 8 22
Buruk 29 78
Pengetahuan ibu setelah penyuluhan (Posttest)
37 14,41 1,481
Baik 37 100
b. Sikap Saat pretest dan posttest 1. Sebelum penyuluhan
Setelah dilakukan uji analisis univariat terhadap jawaban responden sebelum dilakukan penyuluhan, maka dapat diketahui bahwa sikap responden sebanyak (24%) mengetahui tentang kebutuhan gizi balita, dan sebanyak (27%) mengetahui tentang asupan makanan balita setiap hari.
Tabel 5.5
Distribusi frekuensi sikap sebelum penyuluhan di Dusun VII Desa Bangun Rejo Kec. Tanjung Morawa Tahun 2013
Sikap Ya
% (n)
Tidak % (n) Saya sebaiknya mengetahui kebutuhan gizi
balita
24 (9) 76 (28) Saya sebaiknya mengetahui tanda-tanda dari
gizi buruk
38 (14) 62 (23) Saya sebaiknya mengetahui penyebab gizi
buruk
38 (14) 62 (23) Memberikan ASI adalah gizi yang sangat
bermanfaat untuk balita
46 (17) 54 (20) Memberikan ASI sejak dini adalah upaya
pemenuhan gizi balita
49 (18) 51 (19) Melakukan imunisasi dapat mencegah gizi
buruk
38 (14) 62 (23) Memaksa anak makan lebih baik daripada diam
tanpa memberikan kebutuhan gizi yang cukup
40 (15) 60 (22) Memberikan makanan bergizi seperti sayur dan
buah adalah upaya pemenuhan gizi yang baik daripada jajan
41 (15) 59 (22)
Saya memberikan buah dan sayuran, lauk pauk dan susu pada anak setiap hari
27 (10) 73 (27) Saya menimbang dan memantau pertumbuhan
anak saya setiap bulan kepuskesmas sampai berumur 2 thn
32 (12) 68 (25)
Sebagai orangtua,saya merasa
bertanggungjawab dalam penanggulangan gizi buruk
Tabel 5.5 (Lanjutan)
Sikap Ya
% (n)
Tidak % (n) Ada atau tidak penyuluhan gizi balita sama saja 30 (11) 70 (26) Dengan memperoleh informasi gizi balita, saya lebih
memperhatikan pentingnya gizi untuk kesehatan anak
35 (13) 65 (24)
Didaerah saya ada upaya penyuluhan tentang gizi balita
38 (14) 62 (23) Upaya penyuluhan gizi balita sangat dibutuhkan ibu
yang mempunyai balita
38 (14) 62 (23)
2. Setelah Penyuluhan (posttest)
[image:30.595.154.528.91.257.2]Hasil analisis univariat pada tabel 5.6 menunjukkan bahwa sikap responden sebanyak (100%) mengetahui tentang pemantauan tumbang anak kepuskesmas, dan penyuluhan gizi balita yang dibutuhkan para ibu dimasyarakat.
Tabel 5.6
Distribusi frekuensi sikap setelah penyuluhan di Dusun VII Desa Bangun Rejo Kec. Tanjung Morawa Tahun 2013
Sikap Ya
% (n)
Tidak % (n) Saya sebaiknya mengetahui kebutuhan gizi balita 89 (33) 11 (4) Saya sebaiknya mengetahui tanda-tanda dari gizi
buruk
92 (34) 8 (3) Saya sebaiknya mengetahui penyebab gizi buruk 95 (35) 5 (2) Memberikan ASI adalah gizi yang sangat bermanfaat
untuk balita
97 (36) 3 (1) Memberikan ASI sejak dini adalah upaya pemenuhan
gizi balita
92 (34) 8 (3) Melakukan imunisasi dapat mencegah gizi buruk 92 (34) 8 (3) Memaksa anak makan lebih baik daripada diam
tanpa memberikan kebutuhan gizi yang cukup
95 (35) 5 (2) Memberikan makanan bergizi seperti sayur dan buah
adalah upaya pemenuhan gizi yang baik daripada jajan
[image:30.595.155.526.458.727.2]Tabel 5.6 (Lanjutan)
Sikap Ya
% (n)
Tidak % (n) Saya memberikan buah dan sayuran, lauk pauk dan
susu pada anak setiap hari
95 (35) 5 (2) Saya menimbang dan memantau pertumbuhan anak
saya setiap bulan kepuskesmas sampai berumur 2 thn
100(37) 0 (0)
Sebagai orangtua,saya merasa bertanggungjawab dalam penanggulangan gizi buruk
97 (36) 3 (1) Ada atau tidak penyuluhan gizi balita sama saja 95 (35) 5 (2) Dengan memperoleh informasi gizi balita, saya lebih
memperhatikan pentingnya gizi untuk kesehatan anak
92 (34) 8 (3)
Didaerah saya ada upaya penyuluhan tentang gizi balita
97 (36) 3 (1) Upaya penyuluhan gizi balita sangat dibutuhkan ibu
yang mempunyai balita
100(37) 0 (0)
[image:31.595.156.526.85.353.2]Adapun rata-rata skor (mean) sikap ibu sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan (pretest) dapat dilihat pada tabel 5.7 adalah skor pretest 5.46 dengan standar deviasi 1.693 dan rata-rata skor posttest lebih tinggi dari pretest yaitu 14.22 dengan standar deviasi 1.548
Tabel 5.7
Distribusi frekuensi sikap ibu tentang gizi balita pada saat pretest dan posttest
Variabel N F % Mean Std.
deviasi Sikap ibu sebelum penyuluhan
(Pretest)
37 5,46 1.693
Baik 8 22
Buruk 29 78
Sikap ibu setelah penyuluhan (posttest)
37 14,22 1,548
Baik 37 100
[image:31.595.154.518.547.752.2]2. Efektivitas Penyuluhan terhadap pengetahuan dan sikap ibu balita tentang gizi balita di Dusun VII Desa Bangun Rejo Kec. Tanjung Morawa Tahun 2013.
Hasil analisis dengan paired t-test pada tabel 5.8 dan tabel 5.9 menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang gizi balita pada pretest dan posttest berbeda secara signifikan antara pengetahuan ibu sebelum dilakukan penyuluhan dengan setelah dilakukan penyuluhan dengan t-value 31,862 p=0,000 dan ada perubahan secara signifikan antara sikap ibu sebelum dilakukan penyuluhan dan setelah dilakukan penyuluhan dengan t-value 23,767 p=0,000. Nilai mean pengetahuan ibu meningkat dari 5,81 (SD=1,431) pada (pretest) dan menjadi 14,41 (SD=1,481) pada saat posttest, dan sikap ibu tentang gizi balita pada pretest dan posttest berbeda secara signifikan. Nilai mean sikap ibu meningkat dari 5,46 (SD=1,693) pada (pretest) dan menjadi 14,22 (SD=1,548) pada saat posttest.
Tabel 5.8
Efektivitas Penyuluhan terhadap pengetahuan ibu balita tentang gizi balita di Dusun VII Desa Bangun Rejo Kec. Tanjung Morawa Tahun
2013.
Variabel N Mean SD t-value
p-value Pengetahuan
sebelum penyuluhan
37 5,81 1,431 31,862 0,000
Pengetahuan sesudah penyuluhan
Tabel 5.9
Efektivitas Penyuluhan terhadap sikap ibu balita tentang gizi balita di Dusun VII Desa Bangun Rejo Kec. Tanjung Morawa Tahun 2013.
Variabel N Mean SD t-value
p-value sikap sebelum
penyuluhan
37 5,46 1,693 23,767 0,000
sikap sesudah penyuluhan
37 14,22 1,548
B. PEMBAHASAN
1. Efektifitas penyuluhan terhadap pengetahuan dan sikap ibu balita tentang gizi balita di Dusun VII Desa Bangn Rejo Kec. Tanjung Morawa Tahun 2013.
Penyuluhan sebagai proses perubahan pengetahuan dan sikap yang menuntut persiapan dan pengetahuan yang memadai bagi penyuluh maupun sasarannya. Ibu balita dapat mengubah sikap melalui informasi yang telah didapat melalui penyuluhan tentang gizi balita setelah selang beberapa menit kemudian, dengan pertimbangan diberi kesempatan untuk dapat mengaplikasikannya sehingga tahapan pengetahuan ke tahap perilaku terbentuk, dan setelah dilakukan post test terjadi peningkatan pengetahuan dan sikap ibu balita tentang gizi balita (Notoadmodjo,2007).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat perubahan nilai rata-rata pengetahuan ibu balita tentang gizi balita pre test dan posttest dengan metode penyuluhan yaitu dari skor 5,81 menjadi 14,41 sesudah diberi perlakuan dengan metode penyuluhan. Hasil uji Pair t-test diperoleh nilai p=0,000 artinya secara statistik menunjukkan beberapa perbedaan pengetahuan pre test dan post test dengan penyuluhan pada ibu balta tentang gizi balita. Pemberian penyuluhan tentang gizi balita dengan metode ceramah ternyata mampu menigkatkan pengetahuan ibu balita.
nilai p=0,000 artinya secara statistik menunjukkan terdapat pengaruh sikap pre test dan post test dengan penyuluhan pada ibu balita tentang gizi balita.
Menurut Notoadmodjo (2007) menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk berperilaku dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dengan kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi prilaku (tindakan) atau reaksi tertutup, berprestasi dan merasa dalam menghadapi objek.
Selanjutnya hasil penelitian ini didukung oleh berbagai referensi bahwa perubahan sikap dipengaruhi oleh faktor pengetahuan dan kepercayaan yang didapatkan dari hasil penginderaan. Melalui peningkatan pengetahuan, maka akan dapat merubah sikap ibu. Beberapa faktor yang membentuk perubahan sikap dari media leaflet tentang gizi yang telah diberikan kepada ibu balita tentang gizi balita adalah termasuk pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, pengaruh faktor emosional, dan lainnya (Notoadmodjo, 2007).
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan Hasil Penelitian terhadap 37 responden yang terdiri dari ibu-ibu yang memiliki balita diperoleh hasil (p=0,000), yang menunjukkan bahwa ada perbedaan pengetahuan dan sikap ibu balita sebelum dan sesudah diberi penyuluhan,media leaflet. Hal ini menunjukkan adanya perubahan pengetahuan dan sikap ibu yang memiliki balita sebelum dan setelah diberikan penyuluhan dan media leaflet di Dusun VII Desa Bangun Rejo Kec. Tanjung Morawa tahun 2013. B. Saran
1. Bagi praktek kebidanan / Institusi Pelayan Kesehatan
Penyuluhan sebagai proses perubahan pengetahuan dan sikap yang membutuhkan persiapan dan pengetahuan yang memadai bagi penyuluh maupun sasarannya. Pegawai promkes yang ada di puskesmas terdekat sebagai penyuluh berperan dalam menyuluh ibu balita di Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa untuk mengubah pengetahuan dan sikap ibu balita setelah diberi penyuluhan.
2. Bagi pendidikan kebidanan
3. Bagi penelitian kebidanan
Perlu penelitian lanjutan tentang gizi balita yang dikembangkan dengan berbagai metode penyampaian informasi dan membandingkannya dengan metode penyampaian yang beragam sehingga lebih bermanfaat.
4. Bagi responden
Disarankan kepada ibu yang memiliki balita agar mencari informasi tentang kebutuhan yang baik unuk dikonsumsi anak balita lebih banyak lagi dalam upaya pencegahan gizi buruk pada balita.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyuluhan
1. Pengertian dan Tujuan Penyuluhan
2. Proses Adopsi dalam Penyuluhan
Penyuluhan tidak terlepas dari bagaimana agar sasaran penyuluhan dapat mengerti, memahami, tertarik, dan mengikuti apa yang kita sampaikan dengan baik dan benar dan atas kesadarannya sendiri berusaha untuk menerapkan ide-ide baru tersebut dalam kehidupannya. Menurut Notoadmodjo (2007), indikasi yang dapat dilihat pada diri seseorang pada setiap tahapan adopsi dalam penyuluhan adalah sebagai berikut :
a. Tahap sadar (arwarness)
Pada tahap ini seseorang sudah mengetahui sesuatu yang baru karena hasil dari berkomunikasi dengan pihak lain.
b. Tahap minat (interest)
Pada tahap ini seseorang mulai ingin mengetahui lebih banyak tentang hal-hal baru yang sudah diketahuinya dengan jalan mencari keterangan atau informasi yang lebih terperinci.
c. Tahap menilai (evaluation)
Pada tahap ini seseorang mulai menilai atau menimbang-menimbang serta menghubungkan dengan keadaan atau kemampuan diri, misalnya kesanggupan serta resiko yang akan ditanggung baik dari segi sosial maupun ekonomi.
d. Tahap mencoba (trial)
Pada tahap ini seseorang mulai menerapkan atau mencoba dalam skala kecil sebagai upaya meyakinkan apakah dapat dilanjutkan atau tidak. e. Tahap penerapan atau adopsi (adoption)
3. Metode Penyuluhan
Menurut Notoadmodjo (2007), pilihan seorang agen penyuluhan terhadap suatu metode atau tehnik penyuluhan sangat tergantung pada tujuan khusus yang ingin dicapai. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah ceramah. Ceramah merupakan metode penyuluhan yang efektif pada kelompok sasaran yang besar yaitu lebih dari 15 orang. Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah adalah :
a. Persiapan
Ceramah akan berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi yang akan diceramahkan. Untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri dengan:
1. Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema.
2. Mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya : makalah singkat, slide, transparan, sound sistem dan sebagainya.
b. Pelaksanaan
4. Media Penyuluhan
Media penyuluhan yang dimaksud adalah alat bantu penyuluhan yang peranannya berfungsi sebagai perantara yang dapat dipercaya menghubungkan antara penyuluh dan sasaran sehingga pesan atau informasi akan lebih jelas dan nyata. Salah satu media penyuluhan adalalah brosur. Brosur merupakan salah satu bentuk media penyuluhan yang pada hakikatnya adalah alat bantu penyuluhan atau Audio Visual Aid (AVA). Disebut media penyuluhan karena media folder merupakan saluran (channel) untuk menyampaikan informasi kesehatan dan arena alat bantu tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat. Brosur yang merupakan media cetak disebut juga media bellow the line (media lini bawah) berbentuk lembaran yang dapat dilihat satu kali/lebih dalam bidang /halaman bagiuan luar di desain lebih memikat layaknya sampul/cover (Notoadmojo, 2007). Kelebihan brosur adalah dapat disimpan untuk dibaca berulang-ulang dan isinya dapat agak terinci, desain cetak dan ilustrasi dapat dibuat semenarik mungkin dan mampu memilih khalayak secara perinci. Sedangkan kekurangannya adalah kurang cocok untuk audience dengan tingkat pendidikan rendah dan eye catcher (umpan untuk menangkap mata) sangat tergantung pada desain ilustrasi, jenis kertas dan kualitas cetak (Notoadmojo, 2007)
5. Pengelolaan Penyuluhan a. Perencanaan Penyuluhan
sistematis tentang kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Perencanaan berarti pula bagaimana cara dan strategi dalam mencapai tujuan sebaik-baiknya dengan menggunakan segala sumber daya yang ada agar lebih efektif dan efisien dengan memperlihatkan sosial budaya, psikis, dan biologis dari sasaran penyuluhan. Langkah-langkah dalam penyuluhan adalah mengenal masalah masyarakat dan wilayah, menentukan prioritas, menentukan tujuan penyuluhan, menentukan sasaran penyuluhan, menentukan isi/materi penyuluhan, menentukan metode penyuluhan yang akan digunakan, melihat alat-alat peraga atau media yang dibutuhkan, menyusun rencana penilaian dan menyusun rencana kerja/rencana pelaksanaan.
b. Pelaksanaan Penyuluhan
Penyuluhan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan sasaran penyuluhan dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan sikap petugas gizi dan kader tentang pemberian dan manfaat tablet zat besi. Kegiatan ini mengacu kepada perencanaan yang telah ditentukan (Notoadmojo, 2007). c. Waktu dan Tempat Penyuluhan
diketahui sehingga pada saat diadakan penyuluhan tidak terkesan menganggu atau merugikan kader (Maulana, 2007).
d. Evaluasi Penyuluhan
Penilaian (evaluasi) adalah proses menentukan nilai atau keberhasilan dalam mencapai tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya yang digunakan untuk menilai sejauh mana keberhasilan dari suatu kegiatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam evaluasi adalah apakah dalam tujuan penyuluhan sudah jelas dijabarkan dan sesuai dengan tujuan program, apakah indikator/kriteria yang akan dipakai dalam penilaian, kegiatan penyuluhan yang mana yang akan dievaluasi, metode apa yang akan digunakan dalam evaluasi, instrumen apa yang digunakan dalam evaluasi, siapa yang melaksanakan evaluasi, sarana-sarana apa yang dipergunakan untuk evaluasi, apakah ada fasilitas dan kesempatan untuk mempersiapkan tenaga yang melaksanakan evaluasi dan bagaimana cara untuk memberikan umpan balik hasil evaluasi (Maulana, 2007).
e. Penyuluhan sebagai Proses Perubahan Perilaku
menjurus kepada tindakan atau kerja yang lebih baik, produktif dan menguntungkan.
Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku tidak mudah, hal ini menuntut suatu persiapan yang panjang dan pengetahuan yang memadai bagi penyuluhan maupun sasarannya. Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku, selain membutuhkan waktu yang relatif lama juga membutuhkan perencanaan yang matang, terarah dan berkesinambungan (Maulana, 2007). Menurut Notoatmodjo (2007) untuk merubah perilaku seseorang harus mengikuti tahap-tahap proses perubahan : pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), praktek (practice). Dalam hal ini penyuluhan berperan sebagai salah satu metode penambahan dan peningkatan pengetahuan seseorang sebagai tahap awal terjadinya perubahan perilaku.
f. Kekuatan yang mempengaruhi Penyuluhan
Secara umum ada beberapa faktor atau kekuatan yang mempengaruhi proses perubahan keadaan yang disebabkan karena penyuluhan, diantaranya sebagai berikut (Maulana, 2007):
1. Keadaan pribadi sasaran
pengetahuan, keterampilan dana, saran, dan pengalaman serta adanya perasaan puas dengan kondisi yang dirasakan sekarang tanpa harus melakukan perubahan.
2. Keadaan Lingkungan Fisik
Yang dimaksud lingkungan fisik dalam hal ini adalah lingkungan yang berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung dalam keberhasilan penyuluhan.
3. Keadaan Sosial dan Budaya Masyarakat
Sebagai pola perilaku sudah sewajarnya apabila kondisi sosial budaya di masyarakat akan mempengaruhi efektivitas penyuluhan karena kondisi sosial budaya merupakan suatu pola perilaku yang dipelajari, dipegang teguh oleh setiap warga masyarakat dan diteruskan secara turun-temurun dan akan sangat sulit merubah perilaku masyarakat jika sudah berbenturan dengan keadaan sosial budaya masyarakat.
4. Keadaan dan Macam Aktivitas
dan buah sebelum diberikan penyuluhan dan setelah diberikan penyuluhan. Dimana pemberian penyuluhan tentang konsumsi sayur dan buah ternyata mampu mempengaruhi peningkatan pengetahuan responden mengenai sayur dan buah dan responden mempunyai sikap yang positif setelah mendapat penyuluhan.
B. Media
1. Pengertian Media
Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak, elektronika, dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkatkan pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat merubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan (Notoatmodjo, 2007). Menurut Suhardjo (2007), media sebagai sarana belajar mengandung pesan atau gagasan sebagai perantara untuk menunjang proses belajar atau penyuluhan tertentu yang telah direncanakan. Notoadmodjo (2007), mengelompokkan media berdasarkan jenisnya, yaitu :
1. Media auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja seperti tape recorder.
2. Media visual leaflet, yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan dalam wujud visual.
gerak, yaitu media yang dapat menampilkan suara dan gambar yang bergerak, seperti film, video casset dan VCD.
Menurut Notoatmodjo (2007), berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan, media dibagi menjadi 3 yaitu media cetak, seperti booklet, leaflet, flyer, flip chart, rubrik/tulisan-tulisan poster, foto. Media
elektronik, seperti televisi, radio, video compact disc, slide, film strip, serta media papan (bill board), yang mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan umum.
a. Media Leaflet dan Poster
Poster adalah lembaran kertas yang besar, sering berukuran 60 cm lebar dan 90 cm tinggi dengan kata-kata dan gambar atau simbol untuk penyampaian suatu pesan. Poster biasa dipakai secara luas oleh perusahaan dagang untuk mengiklankan produknya serta memperkuat pesan yang telah disampaikan melalui media massa lain (Notoadmodjo, 2007). Sedangkan menurut Sadiman (2007), poster tidak saja penting untuk menyampaikan kesan-kesan tertentu tapi dia mampu pula untuk mempengaruhi dan memotivasi tingkah laku orang yang melihatnya.
Secara umum poster yang baik hendaklah sederhana, dapat menyajikan satu ide untuk mencapai satu tujuan pokok, bewarna dan tulisannya jelas. Selain itu, slogan pada poster harus ringkas dan jitu, motif yang digunakan juga bervariasi.
1. Tujuan Poster
2. Kelebihan dan Kelemahan Poster
Menurut Notoadmodjo (2007), kelebihan poster antara lain dapat meningkatkan kesadaran terhadap kesehatan dan merangsanmg kepercayaan, sikap dan perilaku. Poster dapat menyampaikan informasi, mengarahkan orang melihar sumber lain (alamat, nomor telepon, mengambil leaflet). Poster juga dapat dibuat dirumah dengan murah. Poster memiliki kelemahan karena penggunaannya untuk audiens terbatas (kecuali poster komersil besar), mudah rusak, dan diacuhkan, materi berkualitas tinggi memerlukan ahli grafis dan peralatan cetak yang baik, dan ini sangat mahal. Selain itu, biasanya poster di beli dengan biaya relatif mahal. Uji coba dengan kelompok pengguna sangat disarankan. Menurut Notoatmodjo (2007), kelebihan poster dari media yang lainnya adalah tahan lama, mencakup banyak orang, biaya tidak tinggi, tidak perlu listrik, dapat dibawa keman-kemana, dapat mengungkit rasa keindahan, mempermudah pemahaman dan meningkatkan gairah belajar. Kelemahannya adalah media ini tidak dapat menstimulir efek suara dan efek gerak dan mudah terlipat.
3. Besar Kelompok
Kelompok sasaran dapat besar atau kecil. Dapat juga seluruh masyarakat. Kadang-kadang anda mungkin juga ingin menggunakan poster untuk perorangan. Anda mungkin memberikan konsultasi kepada seseorang di klinik, di sekolah, atau dikantor (Notoadmojo, 2007).
4. Isi Poster
sedikit dan sederhana, penggunaan simbol juga harus dapat dimengerti oleh orang yang buta huruf. Isi poster hanya menempatkan satu gagasan pada poster karena terlalu banyak gagasan akan membuat semberaut dan membingungkan. Poster harus cukup besar agar dapat dilihat jelas. Apabial poster digunakan untuk satu kelompok, pastikan bahwa orang dibelakang dapat melihatnya dengan jelas (Notoadmojo, 2007).
5. Syarat Penempatan Poster
Adapun syarat penempatan poster antaralain menurut Notoadmojo (2007), yaitu poster dipajang di tempat yang diperkirakan akan banyak dilalui orang (daerah pasar, ruang pertemuan), meminta izin sebelum memasang poster dirumah atau bangunan. Beberapa tempat, gedung, batuan, atau pohon dapat merupakan tempat yang khusus tau mempunyai nilai tertentu. Oleh karen itu, janagn menaruh poster di tempat demikian karen membuat penduduk marah sehingga mereka tidak mau belajar. Selain itu, jangan membiarkan poster lebih dari sebulan sehingga orang akan menjadi bosan.
b. Media Leaflet
Leaflet adalah bentuk penyampaian informasi atau pesan kesehatan
melalui lembar yang dilipat (Notoatmodjo, 2007). 1. Kegunaan dan Keunggulan Leaflet
detil misalnya statistik yang tidak mungkin disampaikan lisan. Klien dan pengajar dapat memberikan informasi yang rumit.
2. Keterbatasan Leaflet
Menurut Maulana (2007) leaflet profesional sangat mahal, materi yang diproduksi masal dirancang untuk sasaran pada umumnya dan tidak cocok untuk setiap orang serta terdapat materi komersial berisi iklan. Leaflet juga tidak ntahan lama dan mudah hilang, dapat menjadi kertas percuma kecuali pengajar secara aktif. Uji coba dengan sasaran sangat perbolehkan.
c. Poster dan Leaflet dalam Perubahan Perilaku
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk tindakan seseorang karena dari pengalaman dengan penelitian yang ada. Ternyata perilaku yang didasari pengetahuan akan bertahan lama daripada tidak didasari oleh pengetahuan. Jadi, sebelum seseorang berperilaku baru dia sudah tahu arti dan manfaat perilaku. Salah satu strategis dalam perubahan perilaku adalah pemberian informasi. Dengan memberikan informasi tentang cara hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit, dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut. Pengetahuan itu selanjutnya akan menimbilkan kesadaran, dan akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).
pemasangan poster di posyandu juga mempengaruhi perilaku ibu memiliki anak usia 2 tahun. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan Rahmawati (2006) tentang efektivitas leaflet diabetes melitus (DM) modifikasi terhadap pengendalian kadar gula darah penderita DM tipe 2 menyimpulkan bahwa penggunaan leaflet dapat meningkat pengetahuan penderita DM tipe 2 yang sebelumnya memiliki pengetahuan rendah. Penelitian yang dilakukan Pujiadi (1979) tentang pengaruh media visual gambar terhadap peningkatan status gizi anak balita menyimpulkan bahwa metoda visual kartu bergambar ternyata dapat meningkatkan pengetahuan gizi para ibu yang mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda-beda.
Media promosi kesehatan yang baik adalah media yang mampu memberikan informasi atau pesan-pesan kesehatan yang sesuai dengan tingkat penerimaan sasaran sehingga sasaran mau dan mampu untuk mengubah perilaku sesuai dengan pesan-pesan yang disampaikan. Promosi Kesehatan di sekolah merupakan langkah yang startegis dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat, khususnya dalam mengembangkan perilaku hidup sehat (Notoatmodjo, 2007).
d. Proses Adopsi Perilaku
model baru dalam memperbaiki penelitiannya proses perubahan perilaku terdahulu dengan teori yang dikenal “Deffusion of Innovation” meliputi : 1. Knowledge (Pengetahuan) terjadi biloa individu (ataupun suatu unit
perbuatan keputusan lainnya) di ekspos terhadap eksitensi inovasi dan memperoleh pemahamannya.
2. Persuasion (Persuasi) terjadi bila suatu individu (ataupun suatu unit keputusan lainnya) suatu sikap mendukung atau tidak mendukung terhadap inovasi.
3. Decision (keputusan)terjadi bila individu (atau unit pembuat keputusan lainnya) terlibat dalam berbagai aktivitas yang mengarah kepada pilihan untuk menerapkan dan menolak inovasi.
4. Implementation (implementasi)terjadi bila individu(atau unit keputusan lainnya) menggunakan inovasi
C. Pengetahuan
1. Defenisi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu indra penglihatan, Pendengaran , penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
2. Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan yang dicapai di dalam domain kognitif mempunyai 5 tingkatan yakni :
a. Tahu, diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali atau recall terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat yang paling rendah. Kata kerja bahwa untuk mengukur orang tahu tentang apa yang telah dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.
c. Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real atau sebenarnya. Aplikasi ini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis, adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis tersebut dapat dilihat dari penggunaan kata kerja. e. Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam bentuk suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada. Dan evaluasi, berkaitan dengan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria tersendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoadmodjo, 2007). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penilaian atau responden. Kedalaman pengetahuan orang tua yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas.
D. Sikap
1. Defenisi Sikap
disimpulkan manifestasi sikap itu tidak dapat dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahuliu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb dalam Soekidjo (2007), salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap merupakan kesiapan untuk beraksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai penghayatan terhadap objek.
Ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut :
a) Sikap seseorang tidak dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang tersebut.
b) Sikap tidak berdiri sendiri melainkan senantiasa mengandung relasi terhadap suatu objek. Dengan kata lain sikap terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
c) Sikap dapat berubah-ubah oleh karena itu dipelajari olh sebagian orang tua sebaliknya
e) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sifat inilah yang membedakan sikap dengan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki seseorang (Soekidjo, 2007).
2. Komponen Pokok Sikap
Dalam bagian lain Allport (1945) yang dikutip oleh Nurasiyah (2007), menjelaskan bahwa sikap itun mempunyai 3 komponen pokok yakni : kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek , kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek ; kecenderungan untuyk bertindak (trend to behave). Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting (Soekidjo, 2007). Selanjutnya ciri-ciri sikap menurut WHO adalah : a) Sikap akan terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat
itu
b) Sikap akan ikut atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu pada pengalaman orang lain.
c) Sikap akan diikutio atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau sedikitnya pada pengalaman seseorang.
d) Didalam suatu masyarakat apapun selalu berlaku nilai-nilai yang menjadi pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan hidup bermasyarakat
3. Berbagai Tingkatan Sikap
Serbagai halnya dengan pengetahuan sikap ini terdiri berbagai tingkatan yakni:
b) Merespon (responding), memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap ini, karena dengan suatu usaha untuk menjawab suatu pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan terlepas pekerjaan itu benar atau salah adalah bahwa orang menerima ide tersebut,.
c) Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ini. d) Bertanggung jawab (responsible), bertanggung jawab atas segala sesuatu
yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi dalam tingkatan sikap (Soekidjo, 2007). Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek.
4. Perubahan Sikap
yang negatif (Maulana, 2007). Niat seseorang untuk berperilaku juga dapat dipengaruhi oleh norma individu dan motivasi untuk mengikuti. Norma individu dapat dipengaruhi oleh norma-norma atau kepercayaan masyarakat.
E. Pengertian Gizi dan Status Gizi 1. Defenisi Gizi
Gizi berasal dari bahasa Arab “gidza”yang berarti makanan. Gizi Balita merupakan komposisi makanan yang dibutuhkan dan berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan yang menentukan kualitas hidup anak dalam pertumbuhan selanjutnya (Kusumawati, 2011). Apabila kebutuhan gizi tersebut tidak terpenuhi maka akan menimbulkan dampak yang negative, salah satunya adalah gizi buruk. Gizi buruk mempunyai beberapa pendapat tentang defenisinya, diantaranya Depkes RI mendefenisikan gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama. Itu ditandai dengan status gizi yang sangat kurus (menurut BB terhadap TB) dan atau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmus kwashiorkor (Depkes RI, 2006). Menurut WHO gizi buruk adalah bentuk terparah atau akut dari proses terjadinya kekurangan gizi anak balita atau kurang gizi yang dapat diketahui dari pertambahan berat badannya tiap bulan sampai usia minimal 2 tahun(Atikah, Kusuma Wati, 2011).
2. Status Gizi
(antropometri) merupakan refleksi dari pengarah faktor genetik dan lingkungan. Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari natriture dalam bentuk variabel tertentu. Dimasyarakat cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah antropometri gizi. Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting, pada masa bayi-balita berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizinya (Atikah,Kusuma Wati, 2011). Kesesuaian komposisi dan nilai gizi makanan berperan dalam menentukan kualitas hidup anak. Kemunduran dan keterbelakangan serta rendahnya daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit dapat dijadikan cermin seberapa jauh makanan anak dapat diperhatikan oleh orang tua mereka. Dalam menilai status gizi dapat dilakukan dengan 4 cara yaitu (Atikah,Kusuma Wati, 2011):
1. Secara antropometri yaitu dengan mengukur berat badan, tinggi badan, atau mengukur bagian tubuh tertentu seperti lingkar lengan atas, lingkar kepala, tabnel, lapisan lemak dan lain-lain.
2. Secara klinis yaitu dengan pemeriksaan jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, mukosa oral, dan lain-lain.
3. Secara biokimia yaitu dengan pemeriksaan darah, urin, tinja dan beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
4. Secara biofisik yaitu dengan melihat kemempuan fungsi (Khususnya jaringan) dan melihat perubahan status jaringan
a. Penilaian Status Gizi Secara Antropometri
Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks antropometri. Indeks antropometri yang umum digunakan dalam menilai status gizi adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) atau panjang badan menurut umur ( PB/U) dan berat badan menurut umur BB/U. Indeks ini menggambarkan status gizi seseorang saat ini.
1. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil, oleh karena itu indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini, dengan pedoman yang dikenal star baku dalam KMS (kartu menuju sehat) dimana :
a. Kelebihan indeks BB/U : Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum, Baik untuk mengukur status gizi saat akut dan kronis, Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil, Dapat mendeteksim kegemukan
Sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya setempat. Dalam hal ini orangtua tidak mau menimbangkan anaknya karena dianggap seperti barang dagangan.
2. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan nampak dalam waktu yang relatif lama. Untuk balita digunakan istilah Panjang Badan menurut Umur (PB/U).
a. Keuntungan Indeks TB/U : Baik untuk menilai status gizi masa lampau, Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah di bawa.
b. Kelemahan Indeks TB/U: Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin menurun, Pengukuran rerlatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga diperlukan 2 orang untuk melaksanakannya.
status gizi berdasrkan BB/U dan PB/U dapat dihitung dengan menggunakn Z-Score atau Standart Deviasi (SD). Penilaian status gizi berdasarkan panjang badan terhadap umur (PB/U) menurut klasifikasi WHO yang dikutip Atikah (2011), dibagi menjadi tiga kategori antara lain : tinggi normal dan pendek.
F. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Menurut Jeliffe yang dikutip oleh Rukiyah (2010), pertumbuhan adalah peningkatan secara bertahap dari tubuh, organ dan jaringan dari masa konsepsi sampai dengan remaja. Pertumbuhan berarti bertambah besar dalam arti fisik akibat membesarnya sel-sel tubuh manusia. Sedangkan perkembangan berarti pertambahan keterampilan dan fungsi kompleks dari seseorang akibat bertambahnya jumlah sel. Pertumbuhan dan perkembangan pada prakteknya saling berkaitan, sehingga sulit untuk mengadakan pemisahan. Sejak masa bayi sampai dewasa terjadi pertumbuhan dan perkembangan dari segi jasmaniah, mental dan intelektual.
1. Pola Asuh Terhadap Anak
Pengasuhan brasal dari kata asuh (to rear) yang mempunyai makna menjaga, merawat dan mendidik anak yang masih kecil serta membimbing menuju pertumbuhan ke arah kedewasaan dengan memberikan pendidikan, makanan,dan sebagainya terhadap mereka yang di asuh Sunarti (1989), yang kutip oleh Nurasiyah (2007). Sedangkan menurut Engle (1997) pola asuh adalah kemampuan keluarga dan masyarakat untuk menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental, sosial dari seorang anak yang sedang tumbuh dan anggota keluarga lainnya (Alimul Hidayat, 2011).
Pengasuhan juga menyangkut aspek manajerial, berkaitan dengan kemampuan merencanakan, melaksanakan, serta mengontrol atau mengevaluasi semua hal yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Kemampuan orang tua dalam mengevaluasi bisa ditunjukkan dari kemampuan mengantisipasi hal-hal atau kondisi yang dapat mengganggu optimalisasi pertumbuhan dan perkembangan anak (Sunarti, 2004) yang dikutip oleh Nurasiyah (2007).
2. Peranan Orangtua Terhadap Anak
Orangtua adalah ibu dan ayah dari penderita anak gizi buruk. Peranan orangtua baik ibu maupun ayah merupakan kunci di dalam menjaga, merawat dan mendidik anak yang berkualiatas sehingga mencapai sukses.
gizi sesuai dengan pertumbuhannya. Seorang ayah berperan sebagai pengayom dalam rumah tangga dimana anak akan merasa terlindungi di dalam proses hidup kesehariannya. Sedangkan seorang ibu, berperan untuk merawat anak-anak dirumah dari dalam kandungan hingga mencapai usia dewasa, kemudian memperhatikan pola makan anak, gizi anak, pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan usianya. Selain itu peranan nenek, bibi dan pembantu rumah tangga dalam mengasuh anak-anak juga sangat diperhitungkan di saat orangtua tidak bersama anak. Namun peranan mereka tidak sebanding dengan peranan orangtua dalam mengasuh anak (www.polaasuh.com)
3. Praktek Pemberian Makanan Anak
Makanan memegang peranan penting dalam tumbuuh kembang anak, karena anak sedang tumbuh sehingga kebutuhannya berbeda dengan orang dewasa. Kekurangan makanan yang bergizi akan menyebabkan retardasi (perlambatan pembaharuan) pertumbuhan anak (Marimbi, 2010). Upaya untuk memberikan makanan pada anak dengan cara yang baik, tidak memaksa, walaupun anak dalam keadaan keadaan menangis, menolak atau sulit makan akan memberikan dampak positif terhadap keadaan gizi. Anak-anak yang selalu diupayakan untuk mendapatkan makanan walaupun menangis, dan menolak makanan, keadaan gizinyalebih baik dibandingkan dengan mereka yang tidak diperhatikan atau didiamkan saja (Atikah, 2009).
4. Food Habit (Kebiasaan Makan)
makanan dapat bersifat positif, negatif bersumber pada nilai-nilai efektif yang berasal dari lingkungan (alam, budaya, sosial, ekonomi dimana manusia atau kelompok manusia itu tumbuh (Rukiyah, 2010). Setiap manusia membutuhkan makanan untuk mempertahankan hidupnya. Sikap manusia terhadap makanan banyak dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman dan respon-respon yang diperlihatkan oleh orang lain terhadap makanan sejak masa kanak-kanak.
a. Tinjauan Kurang Energi Protein (KEP)
KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehinggga tidak memenuhi angka kecukupan gizi/AKG (Depkes, 2000) dan Marimbi (2009).
b. Klasifikasi KEP
Untuk tingkat Puskesmas, penentuan kurang energi pprotein (KEP) yang dilakukan dengan menimbang berat badan anak dibandingkan dengan umur dengan menggunakan KMS dan tabel berat badan menurut umur (BB/U) baku median WHO. Klasifikasi kurang energi protein (KEP) (Depkes, 2000) dan Atikah (2011) :
a. Kurang energi protein (KEP) ringan bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak pita kuning
c. Gejala Klinis Balita KEP Berat/ Gizi Buruk
Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak tampak kurus. Gejala KEP berat / gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan sebagai marasmus, kwashiorkor, atau marasmic-kwashiorkor. Tanpa mengukur/ melihat BB bila disertai edema yang bukan karena penyakit lain adalah kurang energy protein (KEP)/ gizi buruk tipe kwashiorkor.
a. Kwashiorkor : Edema, kedua punggung kaki bengkak, Wajah membulat dan sembab, Pandangan mata sayu (Apathis), Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok, Cengeng dan rewel, Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman di tungkai atau di pantat, Sering disertai penyakit infeksi, umumnya akut, anemia dan diare.
b. Marasmus : Tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit, Wajah seperti orangtua, Cengeng dan rewel, Rambut tipis, jarang dan kusam, Pantat kendur dan keriput, Perut cekung
c. Marasmus – Kwashiorkor adalah penyakit yang memperlihatkan gejala klinis campuran antara marsmus dan kwashiorkor (Depkes RI, 2006)
G. Landasan Teori
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pencapaian MDGs tersebut menujukkan angka penurunan yang kurang signifikan.Prevalensi balita gizi buruk turun dari 5,4% (2007) menjadi 4,9% (2010), namun untuk prevalensi balita gizi kurang tidak mengalami penurunan dari angka 13,0% dari tahun 2007 ke tahun 2010. Paramastri.I, dkk (2007) mengatakan bahwa perbaikan gizi penting untuk meningkatkan kesehatan, menurunkan angka kematian bayi dan balita, meningkatkan kemampuan tumbuh kembang, fisik mental, sosial anak, produktivitas kerja serta prestasi akdemik. Salah satu pendekatan yang sering digunakan adalah dengan menyampaikan pesan atau informasi sehingga informasi dapat diterima dan dipahami. Intervensi penyuluhan dapat dilakukan sebagai upaya untuk merangsang masyarakat terutama keluarga (yaitu ibu rumah tangga) agar mampu menjadi motivator dilingkungan rumah tangganya.
yaitu dari 8,12 menjadi 15,81 sesudah diberi perlakuan dengan penyuluhan. Hasil uji pair-t test diperoleh nilai p=0,000, artinya secara statistik menunjukkan terdapat pengaruh sikap pre test dan post test dengan penyuluhan pada ibu balita gizi buruk. Penyuluhan sebagai proses perubahan pengetahuan dan sikap yang menuntut persiapan dan pengetahuan yang memadai bagi penyuluh maupun sasarannya. Pegawai Promkes di Puskesmas sebagai penyuluh berperan dalam menyuluh ibu balita gizi buruk di Medan Denai untuk mengubah pengetahuan dan sikap ibu balita setelah diberi penyuluhan dalam mengurangi balita gizi buruk. Penyuluhan dapat mengubah pengetahuan dan sikap ibu balita gizi buruk di Medan Denai untuk memperhatikan pemberian gizi Balita yang dapat mengurangi balita gizi buruk di Medan Denai.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat perubahan nilai rata-rata sikap ibu balita gizi buruk pre test dan post test dengan media leaflet yaitu dari 8,46 menjadi 14,23 sesudah diberi perlakuan dengan media leaflet. Hasil uji pair-t pair-tespair-t diperoleh nilai p=0,000, arpair-tinya secara spair-tapair-tispair-tik menunjukkan pair-terdapapair-t